Cerpen

  • Uploaded by: Cyka Chikita Chairunissa
  • 0
  • 0
  • January 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Cerpen as PDF for free.

More details

  • Words: 23,041
  • Pages: 65
Loading documents preview...
Sore itu aku duduk2 di teras belakang rumah.sambil liatin ikan hias piaraan papa di kolam kecil samping teras.aku masih memikirkan kata2 Vicka teman baikku di sekolah ―mau sampai kapan kamu menjalin hubungan terlarang kamu sama Dicky,inget grace kamu udah di jodohin sama Winston!‖.‖vick..aku itu masih 18 tahun pernikahan ku sama winston itu toh masih nanti kalo aku lulus kuliah.masih 5 tahunan lagi.aku cinta sama Dicky vick.aku gag cinta sama Winston.‖..‖bukannya aku maksa kamu say..tapi kasian dicky nantinya.kamu bisa lihat kan betapa dicky cinta sama kamu…gimana nanti kalo saat dicky semakin mencintai kamu,kamu malah menikah dengan orang lain.pikirin perasaannya dicky‖. hhuuhh…..Aku menghela napas panjang.rumit nya kisah cintaku…aku hanya ingin bahagia dengan orang yang aku cintai kenapa sesulit ini.bulan depan aku sudah lulus dari SMA itu artinya aku akan ninggalin indonesia.karena mama dan papa ingin aku kuliah di singapore.di kampus yang sama dengan Wins..anak temen papa sekaligus temen kecil aku.orang tuaku dan Wins udah sepakat menjodohkan kami nantinya.awalnya aku setuju2 aja.tapi semenjak aku mengenal dicky semua berubah….. ―Grace!! Ada telfon dari Wins‖teriak mama dari dalam yang memecahkan semua lamunanku tentang dicky ―iya ma.. bentar‖ ―Halo Grace!‖terdengar suara Wins dari seberang sana ―Hai Wins…tumben telfon aku‖ ―Tumben???bukannya emang 2hari sekali aku telfon kamu yaa??‖ ―oh eh I iya Wins..lupa..‖jawabku gugup ―Lupa??kamu kenapa sih hun?ada masalah ya kok gak konsen gitu.apa aku ganggu kamu nih‖ ―oh…gak kok wins sory sory….lagi banyak pikiran nih biasa deg deg an nunggu pengumuman kelulusan‖ ―oh.kamu pasti lulus kok sayang percaya deh sama aku…‖ ―Wins sory nih aku ngantuk banget telfonnya besok lagi aja ya…muach ‖ Aku langsung menutup telfon wins,jujur aku merasa sangat bersalah pada wins.dia selalu baik sama aku.tapi aku malah kaya gini.aku menuju ke kamarku,aku rebahkan tubuh aku.aku mulai memejamkan mataku.setelah itu aku hanyut dalam khayalan ku tentang Dicky Esoknya aku menemui Dicky aku ceritakan semua padanya.mulai dari perjodohan ku dengan wins dan tentang rencana papa yang mau nguliahin aku ke luar negri.aku kira dicky akan marah mendengar pernyataan aku,tapi dia malah memeluk aku, ―aku gak peduli kamu mau menikah dengan siapa nantinya.yang pasti aku bahagia banget bisa merasakan cinta dari kamu.‖aduhhh kenapa dicky malah bicara kayak gitu aku malah semakin merasa bersalah padanya ―kamu kenapa gak marah aja sih dik,aku malah jadi makin sedih denger kamu ngomong kaya gitu‖ ―ada suatu hal yang bikin aku gag sedih kamu punya wins,jadi aku bisa tenang sekarang karena ada yang mencintai kamu dan lebih bisa membahagiakanmu nantinya sayang.karena aku gak mungkin selamanya di samping kamu‖

―sayang…kamu ngomong apa sih??‖jujur aku merasa ada yang mengganjal dari kata2 diky tadi.merasa sedih gak karuan.perasaan apa ini ―oiya sayang kamu tinggal 1 bulan kan disini.mending kita susun rencana2 aja yank.pokoknya 1 bulan ini harus kita isi dengan kenangan2 indah yang tak terlupakan.biar gak ada yang menyesal nantinya.okey?‖ aku menganggukkan kepalaku,Diky tersenyum padaku,senyum yang aku rasa aneh.. 1 bulan terakhirku di indonesia aku lewati berdua dengan dicky.jalan2 ke mall,piknik ke pantai,puncak,hampir semua tempat wisata di kota kami kunjungi.bahagia banget.aku semakin sayang pada dicky.dan semakin gak sanggup meninggalkan dia nantinya.Hari terakhir kami lewati di pantai.Sebuah pantai berpasir putih di tengah desa yang tidak banyak orang yang tahu. ―sayang‖kata dicky…‖apa sayy…‖jawabku .‖apa pesan dan kesan kamu selama 1 bulan ini full sama aku??‖ ―ya ampunn kaya pelajaran bahasa aja deh kamu pake pesan dan kesan segala‖ ―hahaha….iya donk mau rekam nih sayang.aku udah bawa alat perekamnya nih‖ ―ihh ya ampun segitunya…ehmm apa ya…bingung sayang‖ ―ungkapin apa yang ada di hati kamu.ungkapin semua yang kamu pikirkan tentang aku.siap yaaa‖ aku mulai mengungkapkan perasaanku ―Dicky sayang…makasih banget buat 1 bulan yang indah ini ya.aku gak akan pernah melupakan kenangan kita ini.aku…sangat sangat mencintai kamu.lebih dari apapun dik.maafin aku gak bisa kasih cinta yang sempurna buat kamu.tapi jujur aku sangat ingin hidup berdua dengan kamu selamanya.maafin aku….‖selesai aku bicara aku melihat mata dicky menahan air matanya.ya…Tuhan hancur banget rasanya liat dia nangis kaya gitu.aku merasa jadi orang paling jahat sekarang.aku memeluk dicky erat.dicky pun membalas pelukan aku. ―Grace..kamu jaga diri baik2 ya…kamu harus bahagia.dengan atau tanpa aku sayang.meskipun aku gak ada di samping kamu.tapi aku selalu ada di hati kamu sampai kapanpun‖kata2 dicky di ucapkan dengan sangat lembut bahkan nyaris tidak terdengar.tapi hati aku bisa merasakan kepedihan yang sangat dalam di hati dicky. Besoknya adalah pesta perpisahan di sekolahku.tapi dari tadi aku gak lihat sosok dicky.perasaan kawatir pun muncul di hati aku.aku coba menghubungi ponselnya tapi gak aktif.aku telfon rumahnya pembantunya bilang dicky udah berangkat dari sejam yang lalu.astaga dia kemana.kenapa saat terakhir aku disini kamu malah gak ada dik.kamu dimana??sampai acara selesai dicky gak juga muncul di sekolah.aku berjalan pelan di koridor sekolahku.terbayang masa2 aku dengan dicky.tawa,canda,dan bahkan tangis menghiasi cinta terlarang kami.sayang kamu dimana…aku pengen meluk kamu untuk terakhir kalinya…..sampai di gerbang mama dan papa udah nunggu aku,aku harus berangkat ke singapore hari ini juga.aku menuju ke mobil sambil sesekali menoleh ke belakang berharap dicky datang menghampiri aku.tapi gak ada.aku

masuk ke mobil.tapi pandangan ku tetap ke arah belakang.perlahan mobil aku mulai berjalan.belum lama mobil kami berjalan seperti ada yang memanggilku.‖Dicky‖seruruku ―kamu kenapa grace..dicky siapa??‖ ―aku denger ada yang manggil aku mah‖lalu aku menoleh ke belakang tapi gag ada siapa2 di sana.tapi hati aku yakin ada yang memanggilku dan itu suara dicky.aku gak mungkin salah.‖gak ada siapa2 sayang‖kata papa Aku udah pasrah….mungkin Tuhan belum ijinkan aku bertemu dengan dicky…tapi aku berjanji pada diriku sendiri aku pasti kembali ke sini.

*** 2 tahun kemudian…….. aku mengambil cuti kuliah 1 bulan.dan memutuskan untuk pulang ke indonesia.aku kangen sama mama papa.dan yang pasti aku sangat merindukan dicky.seperti apa dia sekarang….senyumku mengembang membayangkan Wajah Dicky.gak sabar pengen langsung menemuinya.siang itu juga aku pamit sama mama mau pergi ke rumah vicka.sesampai di rumah vicka dia menyambut aku dengan kebawelannya yang khas. ―Gracee!!! Ya ampun kangen banget, kapan sampe sini kok gak kabar2 aku sihh..jahat banget,masuk dulu yuk‖ ―iya iya tapi abis ini anterin aku ke tempat dicky yaa..‖ Vicka terlihat kaget mendengar ucapan aku.perasaan ku mendadak gak enak. ―kenapa vick??kok kayaknya kamu kaget banget??‖ ―kita ceritanya di dalem aja yaaa‖ sesampainya di dalem vicka suruh aku duduk di kamarnya.vicka kelihatan sangat serius.mau gak mau aku jadi semakin gak tenang ―kenapa vik?ada apa sebenernya.dicky gak apa2 kan dia baik2 aja kan‖ ―Grace….maafin aku gak crita soal ini ke kamu.plis janji jangan marah‖ ―iya aku janji…‖ Vicka mulai bercerita ―2 tahun yang lalu saat pesta perpisahan dicky gag bisa dateng ke pesta karena dia mau beliin kamu bunga tapi sayangnya dia malah kejebak macet..hapenya mati dan gak bisa hubungin kamu.saat kamu pulang selang beberapa menit aja dicky dateng dia lari ngejar mobil kamu.tapi mobil kamu terlanjur jauh.dicky teriakin nama kamu sekencang mungkin bahkan banyak yang lihat kejadian itu.lalu ada beberapa tukang ojek yang mangkal di depan sekolah.dicky minjem salah satu motor milik tukang ojek di situ buat ngejar kamu..tapii….‖kata2 vicka terhenti.prsaan aku sangat gag karuan saat itu.‖tapi apa vik?‖

―tapi naas dicky di tabrak truk dari arah samping grace…..‖ ―trus dicky gimana dia gak kenapa2 kan vik dia baik2 aja kan?‖ ―setelah kejadian itu dicky masih bisa bernafas grace.orang2 disitu bawa dia ke RS termasuk aku.aku nungguin dia sampai sadar.ayah dan ibunya gak ada yang dateng.sekitar 1 jam kemudian dokter keluar.dokter bilang dicky ingin ketemu aku‖aku masuk ke kamar UGD.aku lihat nafas dicky udah tersengal2 grace.dia nitip tape recorder ini buat kamu.dia bilang aku harus jaga kamu.karena dia udah gak bisa lagi jaga kamu.setelah dia mengatakan hal itu.Nafasnya berhenti grace..Dicky udah gak ada.dia udah tenang di sana sayang….‖ Aku terdiam…tubuh aku jadi sangat lemas mendengar cerita vika. ―grace jangan diem aja kalo mau nangis, nangis aja gak apa2‖ ―DICKY!!!!!!!!!!kenapa secepat ini vick…aku belum bisa ngebahagiain diaa‖aku nangis sejadi2nya.menyesal,dan kecewa kenapa di saat terakhir dicky aku gak ada di sampingnya….andai saja waktu itu aku bisa menunggunya sebentar saja pasti gak akan kayak gini jadinya.andai saja waktu aku mendengar suaranya aku mau berhenti!

Aku menerima rekaman pemberian dicky dari vika.setelah itu vika mengantarkan aku pulang. aku masuk ke kamarku.aku rebahkan tubuhku.aku ambil rekaman dari dicky.aku putar perlahan….ternyata itu adalah rekaman suaraku waktu di pantai di hari terakhir aku bertemu dengannya.aku dengarkan sampai selesai.saat kata2ku di dalam rekaman itu selesai aku meletakkan nya di dada ku.tapi ternyata masih ada suara lagi.ternyata dicky menambahkan isi rekaman itu denagn kata2nya. Dicky::Grace sayang….mungkin memang kisah cinta kita gak sesempurna yang kita inginkan.tapi kamu adalah yang tersempurna yang pernah aku miliki.aku mencintai kamu melebihi diriku sendiri.suatu saat nanti kalau kita ketemu mungkin kamu udah mengendong anak kamu dengan winston yang manis2.dan aku akan memandang kamu dari jauh sayang.aku ikut tersenyum untuk kebahagiannmu.I love You My Princess… Ya..Tuhan..penyeslan yang teramat dalam aku rasakan sekarang….. Dicky…aku janji aku akan bahagia buat kamu.tenang di sisiNya ya sayang…..I love You My Soumate….. 3 tahun kemudian aku akhirnya menikah dengan Winston.kami di karuniai 2 anak….dan memutuskan untuk menetap di singapore.tapi dicky…selamanya kenangan akan dia tidak akan pernah hilang…… Love U Dicky….

Cerpen 2 Mengalah Cinta Demi Sahabat Aku adalah seorang remaja yang baru berusia 13 tahun. aku sekolah di suatu sekolah menengah pertama. disini aku mempunyai 4 teman baik, yaitu arumi, shella, putri, dan yasmine. kami sangat kompak.pada suatu hari ada praktek pelajaran di kelasku, dan semua perebuatan untuk pertama. dan aku sudah mengambil ancang* untuk lari, dan duduk di bangku meja guru. lalu aku pun berlari, dan sampai, namun, ketika aku duduk, seseorang juga duduk di bangku itu. yap, kami berdua duduk di bangku yg sama. ternyata seseorang yg duduk itu adalah reza. pada saat itu, kami saling memandang, aku merasakan ada sesuatu yang aneh saat itu, hatiku terasa terkena setrum. Tapi enatah apa yg ia rasakan. saat itu semua anak sekelas menyorakiku "cieeee" kata mereka kompak, dan terus menerus. lalu akhirnya dia mengalah, dan aku yg di tes duluan.dan setelah itu, sahabatku bilang "cie syelza"kata putri " apaan sih, aku tuh ga suka sama dia " kataku mengelak "oh yaudah" balasnya.sejak saat itu kami berdua sering di ejek. aku gatau aku senang atau kesal.aku tidak berani merasakan rasa ini karena sahabatku putri juga menyukainya. aku tidak tega untuk melukai hatinya.aku dan reza sering smsan dan ngobrol/bercanda bareng. padu suatu saat, aku sedang berdua sama dia saat pulang sekolah untuk pulang bersama. di tengah perjalanan dia menyatakan cinta kepadaku "syel, emhh, aku mau ngomong sama kamu", kata reza, aku menjawab "iya, mau ngomong apa ?"balasku, lalu ia bilang "emhh.. aku, aku "''aku apa?", "emh, aku, suka sama kamu, kamu mau ga jadi pacar aku ? " kata reza. aku bingung mau jawab apa, aku memang suka sama dia, tetapi sahabatku juga suka sama dia, aku ga mau untuk menghancurkan hatinya. aku terdiam. dan akhirmya aku menjawab "emh, ntar dulu deh, aku pikir* dulu" jawabku, lalu dia bilang "yaudah sampai kapanpun aku akan nunggu kamu" kata reza, "ya, makasih ya" Sejak saat itu aku jadi menjauh darinya, dan diapun merasakan iu, lalu ia bertanya kepadaku "gimana syel, kamu mau ga? aku bener* sayang sama kamu" kata reza. dan ternyata saat reza bilang itu putri dan beberapa teman yang lainnya mendengar. "ehemm, ada yang lagi tembak*an nih" kata rizky, sahabat reza, "ciee,udah terima,terima"kata fani. aku diam, aku menatap wajah putri, dan sepertinya ia mengiyakan, tetapi aku tau kalau putri sakit hati. lalu putri meninggalkan kami. aku pergi mengejar putri dia menangis, aku minta maaf sama putri, diapun memaafkanku.lalu aku pegi ke reza dan bicara "kamu bener suka sama aku ?" kataku, "iya, aku sangat suka aku sangat mencintaimu", "kalo kamu suka sama aku, kamu jauhin aku, dan kamu lebih baik pacaran sama putri, karna dia benar* mencintaimu" kataku. "tapi aku sayangnya sama kamu, bukan sama putri, tapi kalo itu mau kamu, yaudah aku akan coba" jawabnya "makasih ya, kamu memang cowok yang baik".lalu sejak saat itu reza mendekati putri,dn setelah beberapa waktu, mereka jadian. aku sedih sekalius senang, aku cemburu setiap mereka berdua. tetapi aku yg memintanya, dan harus bagaimana lagi.setelah itu reza datang padaku, dan ia bilang "ini kan maumu ? walaupun sekarang aku belum mencintainya, dan aku masih sangat mencintaimu, tapi aku akn berusaha untuk mencintainya" dan sebelum aku bilang apapun, dia

sudah pergi meniggalkanku.yah,mungkin inilah resikonya, aku menermanya,walaupun sulit untuk melakukannya.

Cerpen 3 Hay kenalin nama ku Vata,aku anak SMA kelas X,sekilas tentang aku,aku punya cerita tentang aku dan mantan kekasihku diSMP dulu,dia bernama Radit,dulu hubungan kita putus saat kita kelas 9 SMP SEMESTER 1. Aku dan dia memutuskan untuk menyudahi hubungan yang berujung kebencian dan keegoan,yang membuat ku nggak mau untuk mengenalnya lagi dihidup aku. Tapi semua berbeda,semua nggak seperti apa yang aku inginkan saat aku SMA. Tepat dikelas X.9 aku berada,awalnya aku nggak tahu dengan siapa aku disitu,aku nggak tahu tba-tiba saja Radit masuk ke kelas ku saat pembagian kelas itu,aku nggak percaya kalau aku harus satu kelas dengan dia,aku nggak tahu bagaimana rasanya satu kelas dengan orang yang paling aku benci,orang yang sudah buat aku kecewa,huuuaahhh pasti rasanya sangat bosan.Awalnya siih nggak terima,tapi.. tak apalah,fikirku untuk yang kedua kalinya. Waktu terus berjalan,hari-hari yang aku lewati nggak seperti yang aku bayangkan,semuanya berbeda,awalnya aku mengira kalau aku akan merasa sangat bosan dan muak karena satu kelas dengan dia,tapi nggak bosan-bosan banget,karena disitu aku punya teman-teman yang sangat baik dan perhatian sama aku. Vita,dikelas itu aku bareng sama dia. ―Woy,pagi-pagi sudah ngelamun saja‖ ucap vita, ―Huuhhh..ngagetin saja kamu!!‖ saut aku ―Kenapa kamu,pagi-pagi sudah ngelamun,ada masalah??‖Tanya vita ―hmmbb..iya vit,lagi-lagi aku inget dia‖jawab aku ―dia??Mantanmu??ada apa lagi sama dia?‖ucap vita kata vita ―iya vit,kamu bener,tapi aku bingung,kenapa hatiku harus gini,kenapa harus berpihak lagi sama dia vit,‖ ―teetttt..ttettt…‖tanda bel masuk berbunyi,uppzz..curhatku terpotong,akhirnya aku sama segera masuk dan terpaksa dech curhatnya dilanjutin istirahat. ―aku bingung vit sama perasaan aku ini,kenapa hati aku ini selalu berpihak lagi sama dia,dalam fikiranku Cuma ada dia satu,apa mungkin cintaku masih tetap untuknya,??‖curhatku kepada sahabatku ―vata,mungkin dulu dia pernah sakitin kamu,kecewain kamu,tapi,kamu nggak bakal bisa buat nggak inget sama dia sekalipun kamu telah pergi jauh dari dia kalau kenyataannya memang kamu masih ada cinta untuknya??‖ Saat aku lagi duduk sendiri dibangku belakang pojok kanan,tiba-tiba vita datang dan duduk disamping aku, ―hhahaha..hari ini banyak jam kosong,lanjutin ge curhat kamu tadi ta‖omong vita ―Nggak tahu lah vit,bingung..‖ucapku ―vata,kenapa harus bingung sih?‖Tanya vita ―aku bingung vit kenapa sih harus dia lagi dia lagi,kenapa aku satu kelas sama dia,dulu,waktu aku pertama putus dari dia aku coba buat cari pengganti dia,tapi kandas dalam waktu singkat hanya karna aku belom bias lepasin dia,saat aku kembali lagi sama dia,nggak lama ada masalah

dating yang buat aku harus lepasin dia,bahkan buat nggak kenal lagi sama dia,aku sudah yakin sama diri aku kalau aku bakalan bias lepasin dia,hatiku sudah cukup kecewa dan sakit karna dia,‖ucapku dengan nada tinggi ―ta,aku tahu gimana perasaan kamu,ettzz…tunggu,tapi kata dia,dulu kamu nyakitin dia,selingkuh dibelakang dia??‖Tanya vita ―vit,oke,disini aku certain semuanya sama kamu,dulu,waktu aku lagi ada mapel tambahan diluar sekolah,aku punya kenalan baru,namanya Reza,anak petarukan,aku emang deket banget sama dia,tapi nggak lebih Cuma sebatas sahabat,dulu dia dikhianatin sama ceweknya,terus dia minta bantuin aku buat balas dendam dengan cara hubungan aku berpacaran sama dia difacebook,aku mau,dan salahku,aku nggak ijin dulu sama si Radit,karna setahu aku dia itu nggak punya akun facebook,fikirku Cuma sebatas kepura-puraan,tapi tak semudah yang ku bayangkan,dia tahu itu,dan dia ngerasa kalau aku ngehianatin dia,ngeduain dia,dari situlah hubungan kita mulai nggak karuan,berantakan,dia sudah mulai deket sama cewek lain,bahkan sudah nggak memperdulikan aku lagi,sampai ahirnya kita mutusin buat menyudahi hubungan kita,dari situ juga aku mutusin buat nggak mau lagi kenal sama dia‖curhatku sedih,vita memandang dan langsung meluk aku yang saat itu meneteskan air mata, ―vata..sudah jangan nangis,aku tahu sekarang apa yang pasti ada difikiran kamu dan hati kamu,nggak semudah yang kamu mau buat nggak kenal dan inget lagi sama dia ta,sabar yaa..‖ucap vita yang meluk dan sambil nenangin aku. Aku hanya bisa menangis mengingat semuanya,semua yang dulu pernah ada,terukir indah,kini..hanya kenangan.Huuhhh….. Dalam bisik jiwa ku berkata,Tuhan.. apa yang sedang kau rencanakan,apa yang terjadi pada diri ini,kenapa harus dia lagi…. Aku meronta dan terus meronta. Tiba-tiba saat aku dan vita sedang ngobrol asyik Rosa dan Lina dating dan duduk disampingku, ―Heyy,temen-temen mau ngajak jalan-jalan kepagilaran buat buka awal liburan semester 1 nanti,gimana??‖Tanya Rosa tiba-tiba ―hahh…sama anak-anak semua??‖tanyaku ―iya dong ta,‖jawab Rosa ―aku ngikut-ngikut saja,kamu juga kan ta??‖Tanya vita padaku ―iya dech gampang..‖jawabku singkat ―Yaudah besok ya kumpul didepan sekolah jam 9 pagi,aku mau ngumumin ke teman yang lain dulu‖ucap rosa Hmmmbb… Saat malam dating,tepatnya dimalam minggu,aku Cuma duduk sendiri didepan teras tengah rumahku,ditemani dengan segudang galau dan sejuta bête yang aku kira itu nggak akan ada habisnya..hahaha Dalam lubuk hatiku berkata ‗Mungkin nggak sihh cinta itu dating lagi dihati ini,mungkin nggak sihh aku sudah maafin dia,mungkin nggak sihh aku bakal balikan lagi sama dia??‘ huuaahhh penuh dengan tanda Tanya. Malam semakin larut,tapi langit semakin indah rasanya untuk dipandang,disatu sisi itu aku berdo‘a kepada Tuhan,‘Ya Tuhan,jawab semua rasa gundah yang ada didalam hati ini,apa arti

semua ini,arti semua rasa ini,‘ hHHuuamm ngantukku mulai datang,nggak boleh tidur malem-malem besok bangun pagi buat pergi happy-happy bareng anak-anak,haha.. *** Pagiku tepat pukul jam 7 pagi,wuuaahhh… rasanya semalam ini berlalu dengan amat teramat cepat. Segeraku bangun dari tempat tidurku dan langsung kekamar mandi untuk mandi dan siapsiap untuk pergi bareng temen-temen kepagilaran.. Sudah dimana Vata? temen-temen sudah pada kumpul nungguin kamu? Pesan message dari Vita,hHuuhh baru telat beberapa menit saja sudah dibawelin. ―Lama banget sih kamu ta,‖Tanya vita sesampainya aku didepan sekolah,― ―iya-iya maaf,aku bangun telat,‖alasanku, ―yaudah yukz kita bagi,‖ucap Rosa ―eiittzz.. bagi apa ini?‖sautku Tanya, ―yhaa anaknya dong ta,cewek cowok,gimana sihh‖jawab Rosa ―kenapa harus gitu,yaudah aku sama Riko,‖usulku gugup ―Kamu itu sama si Radit ta??‖usul Riko ―Nggak ahh kenapa harus dia?‖tanyaku ―iya sudahlah kamu sama Radit saja Ta,oke-oke‖ucap Rindu ―Tapi yang lain kan masih ada,kenapa harus dia?‖jawabku kesal ―Sudah-sudah nggak usah banyak protes,yukz kalau gitu kita berangkat sekarang saja‖Saut Rosa Nggak lama dari itu kita semua langsung berangkat untuk menuju Pagilaran,kabun the yang amat indah.Kesalku hilang,bete‘ku pun tak kunjung datang lagi saat aku berdua dalam perjalanan dengan dia,aku bingung,kenapa gini?Ahh tapi nggak papa lah sekali dong juga,fikirku. Memang,sejak teman-teman sekelasku tahu,kalau aku dan Radit dulu pernah ada hubungan yang special,mereka selalu jodoh-jodohin aku sama dia,aku juga bingung,katanya sih aku cocok kalau sama dia,nggak tahu dech,nggak terlalu mikirin. ―kOk diem?‖Tanya Radit ―hhmmbb‖jawabku ―kOk Cuma hhmmbb‖tanyanya ―terus??‖ucapku ―nyanyi dong‖jawab Radit ―males‖jawabku Diam,ugghhtt dalam fikiranku aku nyesel,kenapa aku harus cuek sama dia,tapi?biarin aja,dehdehdeh.. kOk jadi sensi gini ya aku. Dalam perjalanan aku selalu diejek sama teman-teman,katanya aku harus balikan lah sama Radit,harus gini lah harus gitu lah,akunya bingung,Cuma tak jawab dengan senyum

saja,begitupun Radit. Sesampainya disana,kita langsung markirin motor dan nggak sabar buat segera jalan-jalan ditengah-tengah kebun teh yang sejuk itu. Foto-foto narsis ciihUyy.. asyiknya,eeiittzz.. lagi-lagi aku diejek sama temen-temen gara-gara aku mau duluan turun pass barengan sama si Radit,huuhhh…. Heboh dech. ―Sudah jam 1 siang,makan dulu yukz?‖ajak Riko ―yaudah yukz‖ucapku dan teman-teman ―Mau makan dimana?‖Tanya Radit ―Dibawah ada rumah makan‖jawab Riko Ehh* sesampainya dirumah makan aku diejek lagi,gara-gara duduk bareng sama Riko. ―hahaa sudah dech langsung saja kalian balikan,cocok kok‖ejek Vita ―haha iya-iya bener,sudah nggak usah malu-malu‖tambah Nanda ―sudah dech nggak usah pada berisik ahh‖sautku cuek Cuma ketawa doing yang Radit tunjukin. Habis makan-makan itu kita langsung beranjak untuk pulang,karena waktu yang sudah mulai sore,disepanjang perjalanan pulang sih aku banyak ngobrol sama dia,hehe Asyik,nyambung kok,tapi ada malu-malunya. Sampainya didepan sekolah,kita langsung tukeran posisi untuk segera pulang,karena waktu sudah mulai malam,tapi,aku masih tetap sama si Radit,karena aku nggak bawa motor,jadi aku dianter dia,karena Cuma dia yang rumahnya searah denganku,jadi.. mau nggak mau yaa aku iya aja lah dari pada nggak pulang. ―Thank‘s sudah nganterin aku pulang,‖ucapku ―Oke sama-sama,‖jawab Radit Ku balas dengan senyum,‖Pulang dulu ya,Assalamualaikum‖ucapnya, ―iyha,waalaikumsalam‖jawabku Shhhiittt…… Cie-cie yang sedang bahagia, Yang sedang berbunga-bunga, Hahaha Satu pesan message dari Vita,segera ku balas, Hahaha Apa sih vit,kamu ini..sudah ah lanjutin Besok saja,aku capek,mau tidur sore ini.. Hhaahahaha Good byee…. Nggak bias tidur,dimalam itu aku Cuma berfikir satu,dalam fikiranku Cuma ada satu,‘kenapa waktu cepat sekali berakhir‘ aku ngerasa nyaman saat disamping dia,rasa yang dulu ada kini

tercipta kembali,Ohh my gOoodd.. Tuhan,mungkinkah?? *** Waduhh jam 8,aku bangun siang banget,gara-gara semaleman nggak bias tidur,padahal aku ada janji jam 10 sama Vita dan Nanda buat pergi shOping bareng,haha Tett..tett.. Suara bel rumahku berbunyi, ―ayukz sekarang ta?‖ajak vita yang sudah ada didepan rumahku ―yaudah yukz,‖jawabku, Aku dan vita segera beranjak untuk kerumah Nanda, Sesampainya disana,kita nggak langsung berangkat pergi untuk shoping,tapi kita duduk-duduk santai dan saling curhat,hehe ―ehemehem gimana ini yang kemaren baru itu tu,yang bahagia,haha‖ejek Nanda ―apa sih Nan,‖jawabku ―Gimana ta,cerita dong,‖ucap vita ―Aku bingung vit,nan,aku kok ngerasa nyaman banget ya saat disamping dia,aku ngerasa tenang,saat aku ngobrol-ngobrol sama dia,berdua bareng sama dia,aku ngerasa rasa itu tercipta lagi,rasa yang dulu ada saat aku sama dia,‖ucapku ―Vata,kamu masih cinta sama dia?‖Tanya Vita ―Aku nggak tahu vit,aku juga bingung,rasanya aku ingin terus ada didekat dia,‖jawabku ―wahwahh.. gimana kalau kamu balikan saja sama si Radit,‖Tanya Nanda ―Aku nggak yakin,‖jawabku ―kenapa?‖Tanya vita dan nanda ―Dia sudah beda‖jawabku, ―beda gimana ta,jangan ngarang dech‖ucap Vita ―Sudah lah ta,yakin saja sama hati kamu,kalau kamu memang masih ada cinta,kenapa tidak?aku juga bias liat dari mata kalian berdua kok,kalau memang diantara kalian tu masih ada cinta,sudah lah nggak usah malu-malu‖ucap Nanda ―iya bener tu kata Nanda ta,cinta tu nggak butuh gengsi,‖saut Vita ―Oke,aku kan coba buat dia kembali lagi sama aku,‖ucapku ―hahaha gitu dong ta,pasti dech dijamin balikan kok‖saut Nanda ―haha iya-iya,bener tu,cie-cie yang mau balikan‖ejek Vita ―apa sih ahh,tapi aku ragu,‖ucapku ―ragu kenapa lagi sih ta,udah dech‖saut Nanda ―hhmmbb iya-iya‖jawabku ―yaudah yukz cabut‖ajak ku ―yukz‖jawab Vita dan Nanda *** Seharian berlalu dengan canda tawa ku bersama sahabat-sahabatku,menyenangkan. *** 2 minggu berlalu,liburan yang begitu singkat,hingga aku sudah mulai berangkat sekolah lagi,saat pertama aku berangkat sekolah,aku seneng bisa ketemu lagi sama si Radit,hahaha

―Haii ta,‖sapa Vita ―Hai vit,‖sapaku kembali ―Gimana Radit,‖Tanya Vita ―belom ada reaksi.‖jawabku ―maksudnya?‖Tanya Nanda ―iya,masih seperti biasa,kayaknya nggak mungkin dech ta,nan,kayaknya sudah ada yang lain dech dihati dia,‖ucapku ―kenapa kamu bilang gitu ta?‖Tanya Vita ―Dia sudah beda ta,aku bisa rasain itu,cinta dia yang dulu buat aku tu sudah nggak ada lagi,perhatian dia,sayangnya dia,bahkan sikap dia juga ta,‖ucapku ―Vata,sabar ya,sebenernya dia juga bilang sama aku,kalau dia yu lagi mengharap seseorang gitu,ya aku sih mikirnya dia ngarep kamu,‖ucap Nanda, ―nggak nan,aku tahu banget dia,kalau dia lagi ngarep seseorang ttu pasti dia perhatian banget,sedangkan sekarang?sama aku,perhatian saja nggak pernah nan,aku kecewa banget,hati aku sakit lagi,kenapa sih aku harus mengharap dia lagi,kenapa aku harus cinta dia lagi?kenapa??‖ucapku dengan tetesan air mata ―vata,sudah dong,jangan nangis,percaya dech,dia tu masih saying sama kamu,jangan gitu‖ucap Nanda ―Sudah sudah ta,‖tenangan dari Vita sambil meluk aku buat nenangin aku, ―Aku nggak tahu harus berbuat apa lagi kalau memang kenyataannya dihatinya sudah ada orang lain,‖tangisku ―vata sudah! Kamu kok lemah gini sih,cowok nggak Cuma dia,aku yakin kok kalau kamu memang nggak bisa balikan lagi sama dia,kamu pasti akan dapetin yang lebih baik lagi dari dia,percaya dech,‖ucap Vita Aku hanya bisa menangis menahan sakitnya hati yang sudah disakiti untuk yang kedua kali. Aku menyadari bahwa cinta nggak bisa dipaksain,ketulusan cinta suci bukan dari kata-kata manis,tapi dari hati yang tulus untuk mencintai dan dicintai. Setetes kebencian di dalam hati Pasti akan membuahkan penderitaan Tapi setetes cinta di dalam relung hati akan membuahkan kebahagiaan sejati. Dari situ aku belajar buat jadi cewek yang tegar,aku tahu,penyesalan itu nggak ada artinya,tapi aku hanya bisa berharap agar dia kembali lagi disisi aku,walaupun aku tahu itu butuh keajaiban.Terima satu hikmah saja kalau ―Kenyataan lebih indah dari Harapan‖ Tapi Aku nggak mutusin buat berhenti ngarepin dia,aku selalu ngarepin dia,tapi aku juga mau coba buat cari pengganti dia,walaupun itu berat,tapi akan selalu ku coba,karena aku nggak mau terus-terusan larut dalam kesedihan dan kesendirian.. ―Dalam Kesendirian itu Ada Keindahan Yang Tersembunyi‖

cerpen 4 . 7 yers of love Tak bosan. Tak akan pernah bosan aku menatap sesosok gadis di hadapanku. Tetap cantik, meski kini ia tengah terbaring lemah dengan wajahnya yang pucat pasi. Entah mengapa, dalam tak kesadarannya aku seakan melihatnya tengah tersenyum kepadaku. Senyum yang tak asing buatku. Senyum yang akrab menyapaku di setiap hari-hariku….. dulu,,,, “Aku merindukanmu” Ucapku terisak bukan untuk yang pertama kalinya. Aku yakin ia akan mendengar apa yang ku katakan, walau tubuhnya tak bergerak sedikitpun. Hanya suara dari mesin pendeteksi detak jantung yang ramaikan suasana yang ada kini. Aku merindukannya. Benar-benar merindukannya. ***** 28 Desember 2010 “Pritha, ada bintang jatuh!!!” “Lalu?” “Kata orang sih, kalau ada bintang jatuh… segala keinginan kita akan terwujud”. “Apa kamu percaya sama hal itu? Kamu kan cowo?” “Emang cowo nggak boleh percaya begituan?! Udah deh, mending kita coba dulu ajah!!” Langit malam bersolek indah malam ini. Gemintang anggun hiasi kepekatan malamnya. Dan di bawah dekapan malamnya, ku habiskan waktu bersama Pritha, sahabatku. Seorang gadis cengeng yang periang, menyenangkan sekaligus menyebalkan. Gadis kecil keras kepala yang terus mengajakku untuk main boneka bersamanya, meski ia tahu bahwa aku seorang bocah laki-laki. Gadis cilik yang super cerewet dan mau menang sendiri. selalu memaksa aku untuk terus memboncengnya mengelilingi kompleks perumahan kami, meski kami sudah mengitarinya lebih dari 5 kali. “Udah berapa lama ya kita saling kenal?” tiba-tiba pertanyaan itu terlontar dari bibirnya. “Nggak tau!! Emang kenapa? Toh, pada awalnya aku terpaksa kan mau main dan kenal sama kamu!” “Bawel amat sih, aku serius,Pram!!” “Emang siapa yang nggak serius sih?!” “Jadi udah berapa lama ya kita jadi sahabat?” “Enam tahun”. “Sok tahu! Emang kamu beneran yakin?” “. . . .” “Prithaaaaaa!!!!” tiba-tiba suara tante Vivi hadir memecah sunyi yang ada di antara kami. “Dipanggil noh, Non.” “iya iya,..aku duluan ya Pram. Sampai besok…:)” “Aku yakin banget,Tha. Kita udah deket selama enam tahun. Aku nggak bakal lupa. Nggak akan pernah lupa, Tha. Besok adalah genap enam tahun pershabatan kita. Semoga kamu juga nggak lupa”, ucapku dalam hati setelah sosok Pritha melangkah menjauh dariku. ***** 29 Desember 2010 “‘dddrrrrt….dddrrrttt…ddrrrttt’ From : Pritha +628133xxxxxxx Pram, jangan lupa ya. Hari ini kita janjian di taman biasa. Jam 9. Oke? Aku tunggu.

... Sekali lagi ku lirik jam tanganku. Pukul 9.05. Sampai saat ini aku belum menemukan sosok Pritha. Tak biasanya ia terlambat. Dia selalu tepat waktu. Padahal, tadi aku sudah benar-benar terburu waktu, berusaha untuk tak terlambat walau hanya untuk kali ini saja. Kekesalanku mulai muncul. Apa Pritha sengaja datang terlambat untuk mengerjai aku? Awas saja dia. Sembari menunggu, ku pandangi tulisan yang terukir di pohon Mahoni yang rindang ini. Kami menulisnya tepat enam tahun yang lalu. Dan sejak itulah, kami tetapkan hari itu sebagai hari jadi kami sebagai seorang sahabat. Sahabat yang akan selalu hadir disaat salah satu di antara kami jatuh ataupun sebaliknya. Sahabat yang selalu menjadi pendengar paling baik bahkan terkadang melebihi orangtua kami sendiri. Selalu ada. Selalu bersama. Sekarang. Dan selamanya. Amiin J 9.15. Pritha masih belum menampakkan sosoknya. Apa dia baik-baik saja? Tak seperti biasanya ia terlmbat. Apalagi dia yang membuat janji. Tak ada jawaban dari panggilan ku ke ponselnya. Semua pesanku juga tak mendapat respon. To : Pritha 08133xxxxxxx Tha, kamu dimana? Uda jam beapa ini, Sayang? Inget ya, aku sibuk. Nggak bisa nunggu lama-lama aku. Kalau bisa bales sms ini. Harus!!!. Still waiting for you, Tha. Tiga puluh menit. Empat puluh lima menit. Dan sekarang, hampir satu jam aku menunggunya. Pritha masih belum hadir di sini. Aku ingin marah. Aku benar-benar merasa dihianati. Tapi, sepertinya aku tak bisa. Ingin aku segera angkat kaki dari tempat ini. Hilang harap sudah untuk yakin bahwa Pritha akan menginjakkan kakinya di taman ini. Baiklah lima menit lagi. Ku beri kesempatan lima menit lagi. Tak lebih. Pritha, ku mohon… ----Lima menit kemudian….---“Pramana!!!” Sebuah suara menghentikan langkahku. Suara yang tak asing, begitu akrab di telingaku, namun terdengar lemah. Suara Pritha. Aku berbalik. Dapat ku lihat seutas senyum tersimpul di wajah Pritha. Ia tampak pucat. Lemas. Apa dia sakit? Tapi,…. “Maafin aku yah, Pram….” Dia berhamburan ke pelukanku. Ia menangis sejadi-jadinya. “Kamu marah kan sama aku? Maaf banget, Maaf”. Ku rasakan bulir-bulir bening hangat basahi bajuku. Aku tak mampu berkata-kata. Aku sendiri bingung dengan perasaan yang berkecamuk di dadaku. Apa ku harus marah pada sahabatku? Atau apa? Aku harus bagaimana? Aku tak tahu. “Nggak, Tha… nggak,….” Ku tarik tubuhnya dari dekapanku. “Pramana,…??” ujarnya pelan. Meluncur lagi bulir-bulir bening dari kedua pelupuk matanya. “Nggak, Tha…. Nggak ada yang perlu dimaafin. J” ku rasakan dingin pipinya saat ku usap air mata yang mengalir dari pelupuk matanya. “Emang tadi kamu kemana?” “Emm,… anu… ee… er… tt..taadi…” “Tadi kenapa?” potongku sambil menariknya untuk duduk di rumah pohon kami. “Tha, tadi kenapa?” ku ulang pertanyaanku sesampainya kami di atas (di rumah pohon) “Tadi,….. jam di rumahku mati. Ya, jamnya mati. Jadi aku nggak tau kalau uda jam 9 lewat. Sori yah,…” “kenapa nggak bales sms ku? Toh kamu juga bisa lihat jam yang ada di hape kamu kan?” “Em, hapeku mati. Batrey.nya habis. Sori…” “Trus, jam di rumah kamu kan nggak cuma satu kan, Tha?” “Iya sih, Cuma nggak tahu tuh… pada rusak berjamaah. Tadi papa juga telat pergi ke kantor. Trus mama juga—“ “iya iya. Aku ngerti kok. Nggak usahpanjang-panjang ceritanya. Bawel!!” “Dasar kamu!! Masih aja ya nyebelin.”

“Emang kamu ngapain ngajak ketemuan? Mau traktir nih?” “Iih, nih orang. Doyan banget ama yang gratisan. Emang kamu lupa ya?” “lupa?” “hari ini kan genap enam tahun kita sahabatan. Pikun banget sih kamu!!” “O.” jawabku sekenanya. “Sumpah ya, kamu itu,….. awas kamu, Pram…!!!” protesnya sambil memukul ku gemas. “Tentu aku nggak lupa, Tha. Dan aku seneng kamu juga nggak lupa”, batinku. ..... Kami habiskan seharian untuk mengulang segala cerita akan kenangan yang telah kami jalani bersama. Segala protes ia ajukan atas keisenganku selama ini. Dengan riang ia bercerita dan tentunya dengan senyumnya yang tak pernah hilang. Selalu hadir seperti biasanya. Senyumnya indah, meski harus hadir di wajahnya yang selalu pucat. Sejak awal kami bertemu, memang ia tampak pucat. Awalnya aku mengira dia mayat hidup, tapi…. Aku ragu akan ada mayat hidup yang bawel dan super cerewet seperti dia. Dia tergolong anak tertutup. Jarang keluar rumah. Orangtuanya super protektif terhadapnya,meski kini ia sudah duduk di kelas XII SMA. Tapi, aku tahu Pritha bukan anak manja. Aku juga yakin, orangtua Pritha pasti punya alasan kuat untuk bertindak protektif terhadapnya hingga detik ini. Mungkin, karena dia anak perempuan satu-satunya,…. “Tha,…” “Apa?” “Kamu janji nggak bakal kaya tadi ya?” “Maksud lo? ” jawabnya terheran-heran akan sikapku. “Dasar oneng ya!! Gue tuh coba bersikap perhatian dan romantis sama lo!! Respon yang agak bagus dikit kek!!” protesku. Dia hanya nyengir dan kembangkan sebuah senyuman di wajahnya kemudian. “Pram, kamu mau janji sesuatu sama aku?” “Apa’an?” Dia menatapku lekat-lekat. Tampak sebuah rahasia tersimpan dalam dirinya. Sesuatu yang sengaja disembunyikan dariku olehnya. Ditariknya napas panjang, dihembuskannya perlahan kemudian. “Kalau nanti aku nggak bisa lama-lama ada sama kamu, ataupun nggak bisa lagi main bareng kamu, kamu jangan marah sama aku yah, kamu—“ “Kamu ngomong apa sih?” potongku cepat. Kata- katanya sangat tak ku mengerti. Bahkan aku merasa aku membenci untuk mengerti kata-kata yang baru saja ia ucapkan. “Dengerin dulu…., Pram” “Bodo amat!!” jawabku sekenanya. “Pramana,…” rengeknya. “Udah sore, yuk pulang. Aku anter” “Tapi,…” “Udah, Aku nggak mau Tante Vivi entar ngomel-ngomel ama aku…” “Pram,…” “Udah. Ayo!!..” paksaku sambil menarik tangannya yang makin terasa dingin. ***** 26 Desember 2011 “Nak, Pramana….” Suara tante Vivi lembut menyapaku. Membangunkanku akan lelap. “Udah malem, Sayang. Kamu pulang gih. Besok kamu harus kuliah kan? Bidang kedokteran bukan hal mudah, Sayang” “Iya sih, Tan. Tapi… Pritha kan….”

“Kan ada tante disini. Besok masih ada hari, kamu kan bisa ke sini lagi?” “Ya udah tante, Pramana pulang dulu. Assalamu’alaikum..” “Wa’alaikumsalam. Hati-hati ya, Sayang” Suasana kota Bandung makin ramai. Kerlap-kerlip lampu kota beradu indah di pinggiran jalan protocol utama. Suasana berbeda sungguh terasa saat aku melangkah keluar dari gedung rumah sakit yang serba putih. Ku teruskan langkahku ke gerbang utama rumah sakit. Ku hentikan sebuah taksi. Ku komando sang sopir untuk bergegas menuju ke rumah karena hari makin larut, aku tak ingin membuat mama khawatir akan aku. Dalam taksi teralun lagu “Seven Years Of Love” . Sebuah lagu yang kembali membangkitkan ingatanku akan kenangan bersama Pritha dulu. Saat dimana aku bisa melihat senyumnya yang menenangkan. Teringat olehku, bahwa tepat 3 hari lagi pada setahun lalu adalah hari dimana aku dan Pritha sempat kembali mengukir janji. Pritha, aku yakin kamu tak akan pernah melupakan janji kita itu. ***** 29 Desember 2010 “Kak, ini lagu apa?” tanya Pritha sesampainya kami dalam mobil. “Pak Maman jalan yah. Udah sore nih, kasian Pritha” “Iya, Den” jawab Pak Maman,sopir pribadi keluargaku, patuh. “Ih, Pramana. Jawab dong. Ini lagu apa?” “Iya. Iya. Nyantai aja kali” “Jadi?” “. . .” K “Dasar!! Mending tanya Pak Maman aja. Pak, ini lagu judulnya apa’an yah?” “Maaf, Non. Pak Maman nggak tahu lagu bule kaya beginian.” Jawab Pak Maman terlalu jujur. “Emang kenapa sih, Tha?” “Aku suka ajah. Nggak boleh?” “Suka lagunya atau penyanyinya?” “Yee,… “ “Ini lagu judulnya, Seven Years of Love” jelasku “Kok tahu?” “Ya tahu lah. Ini lagu kesukaannya Findha. Dulu dia suka banget ama penyayinya. Jadi dia ngoleksi album plus posternya. Dan ini salah satu lagunya”. “Oh. Maaf kalau aku jadi harus ngungkit-ngungkit masalah Findha. Aku..—“ “Nggak apa. Nyantai aja. :)” potongku kemudian. “Tahun depan, aku harap kita bisa main-main lagi kaya tadi. Tahun ketujuh persahabatan kita. Dan pastinya terus berlanjut sampe tahun-tahun persahabatan kita berikutnya.” “Kamu kenapa sih? Pastinya lah kita bisa terus temenan. Kita masih punya banyak waktu, Tha. Kamu kenapa sih?” Ia hanya diam. Keheningannya semakin membuatku penasaran akan apa yang terjadi pada diri Pritha. Sebenarnya apa yang disembunyikan olehnya? Oh, Pritha. . . . “Janji?” ucap Pritha sambil mengangkat kelingkingnya. “Untuk?” tanya ku keheranan. “Tetaplah menjadi sahabatku dan tetaplah berada di samping dan—“ “Janji” ucapku memotong perkataanya. Ku kaitlan kelingkingku pada kelingkingnya kemudian. ***** Mei 2011 Ujian sekolah telah usai. Namun, aku beserta kawan-kawan lainnya masih belum benar-benar merasa

merdeka. Kami masih harus berjuang dan bersaing untuk dapat masuk perguruan tinggi yang kami inginkan. Dan kurang seminggu ke depan merupakan hari dimana hajat akbar di sekolah kami akan dilaksanakan, Hari Perpisahan. Hampir semua siswa antusias dalam hal ini. Berharap ini merupakan sebuah momen yang tepat untuk mengukir sebuah kenangan terindah yang ada. Namun harapan itu seakan jauh berbeda akan keadaan yang terjadi belakangan ini. Pritha tiba-tiba menghilang. Tiada sedikitpun kabar darinya. Ia seakan hilang ditelan sang bumi. Tak hanya sekali aku menghubungi ponselnya, namun tetap tiada jawaban. Tak hanya satu dua pesan yang ku kirim padanya, namun tak satupun yang dibalas. Aku coba mengirim pesan padanya melalui dunia maya, tetap tak ada respon. Hingga hari ini, sepulang sekolah, ku putuskan untuk mendatangi rumah Pritha. Ting tong Ting tong Tak ada jawaban. Kali ini adalah panggilan terakhir dariku. Sebagaimana adab yang ada, jika sang pemilik rumah sudah dipanggil 3 kali dan ia tak kunjung menyambut. Maka sebaiknya kita pulang, karena mungkin sang tuan rumah sedang sibuk atau ada suatu kepentingan, atau saja ia sedang tidak mau diganggu. Ting tong. . . Bel terakhir telah aku bunyikan. Berharap kali ini benar-benar mendapat jawaban. Satu menit…. Dua menit… “Maaf, Den. Cari siapa?” seorang wanita paruh baya berpakaian sederhana menyambutku. Beliau Bi Imah, pembantu di rumah Pritha. “Pritha ada, Bi?” “Em… anu, Den… Emm—“ “Kenapa, Bi? Pritha baik-baik aja kan?” sergapku kemudian. “Aden ndak tahu toh?” “Tahu apa. Bi?” “Non Pritha kan lagi keluar kota sama Tuan dan Nyonya” “Apa? Kok Pritha nggak pamit ama aku, Bi? Pritha baik-baik aja kan?” “Em,,, anu, Den.. Bibi… ndak tahu” jawab Bi Imah ragu-ragu. “Bibi nggak bohong kan?”sergapku pada Bi Imah. Aku merasa ada sesuatu yang mengganjal akan kepergian Pritha dan keluarganya “Nn…nndak kok, Den. Bener” jawab Bi Imah dengan suara pelan. “Yaudahlah, Bi. Pramana pulang dulu. Nanti kalau mereka udah pulang, bilang yah aku kesini nyari Pritha” ucapku pasrah kemudian. “Assalamu’alaikum…” “Wa’alaikumsalam…” **** Hening masih ada. Berputar-putar di antara kami. Aku, Pak Arif, guru Biologiku, dan Pak Sucipto, Kepala Sekolah. Aku masih terus bertanya-tanya akan alasan mengapa aku dipanggil ke ruang kepala sekolah. Hal penting apa yang akan dibicarakan beliau denganku? Kabar baik atau kabar buruk? Dua menit sudah pertanyaan itu berputar-putar di otakku. Dan dalam waktu dua menit pula, aku serasa akan mati tercekik rasa penasaran. “Ehem.. ehem…” Pak Kepala sekolah berdehem, tanda beliau akan memulai pembicaraan. Pak Arief tampak menggut-manggut, tanda beliau siap untuk mendengarkan setiap kata yang akan keluar dari Pak Sucipto. ‘Dag.. dig… dug.. dyar!!’ detak jantungku berdetak kencang, tanda aku siap untuk menerima segala kabar baik yang ada, juga sebagai tanda bahwa aku tidak siap menerima kabar buruk yang ada. “Begini, Nak Pramana……” beliau memulai pembicaraan. “apa kamu sudah mendaftar untuk jenjang

berikutnya di salah satu universitas?” “I..ii..iya, Pak” Pak Sucipto hanya manggut-manggut. Perlahan aku mulai berani mengangkat kepalaku. Ku tatap lekatlekat kepala botak beliau yang terlihat berkilau di bawah sinar lampu TL. “Selamat ya, Nak…” Pak Arief tiba-tiba angkat bicara. “Kamu mendapat tawaran program beasiswa di alah satu universitas terkemuka, dan—“ “Beneran, Pak!!” sambungku cepat, tak perduli Pak Arief sudah menyelesaikan kalimatnya atau belum. Yang penting hepi ajalah J. “Wah makasih nih, Pak…” ku raih tangan Pak Sucipto dan Pak Arief, dan ku cium punggung tangan beliau berdua bergantian. “Iya ya , Nak…. Selamat untuk kamu” ucap Pak Sucipto penih wibawa. “Ada masalah, Pak?” “Begini, Nak… pihak universitas te;ah melihat hasil belajar kamu selama bersekolah di SMA ini…” “Dan?”sahutku tak sabar. “Mereka menawarimu untuk masuk dalam bidang kedokteran. Apa kamu berminat untuk masuk dalam bidang itu? Asal kamu tahu, Nak. Bapak sangat mendukung jika kamu masuk dalam bidang itu” “Begitu pula dengan Bapak, Pramana. Bapak sangat mendukung tawaran itu. Ini kesempatan emas buatmu, Nak…” tambah Pak Sucipto. “Biar saya pikirkan dahulu, Pak” jawabku sekenanya. “Baik baik… bapak beri kamu waktu sampai awal bulan depan” “Terimaksih, Pak” “Sekarang kamu bisa kembali, Nak” “Permisi, Pak..” ***** 30 Mei 2011 Kedokteran? Aku benar-benar tak yakin akan tawaran itu. Aku sama sekali tak tertarik dalam bidang itu. Namun Pak Arif benar juga, ini kesempatan besar buatku. Aku harus bagaimana? Masih dibawah pengaruh rasa bingung yang tak karuan, ku buka laptopku. Ingin ku hilangkan semua penatku. Ku gerakan jemariku merangakai sebuah URL yang sedang digandrungi remaja sebagian besar, www.facebook.com. Setelah melaluiproses log in, aku telah sampai pada beranda dunia mayaku. Betapa terkejutnya aku saat kulihat akan adanya puluhan pesan dan pemberitahuan pada akun facebook-ku. Dan…. Itu semua dari Pritha. Dia kembali… pantaskah aku mengatakan kata ‘kembali’ untuk munculnya kabar dari Pritha? Huh, aku tak tahu. “Pramanaaaaaa… toktoktok” suara Ibu buyarkan lamunan ku yang tak karuan. “Ada Nak Pritha di depan…. Temuin gih,,,” “Apa? Pritha?” batinku. “Iya, Bu… bentar…” sahutku kemudian. “Pritha muncul setelah sebulan lebih menghilang…sebenarnya apa yang dia inginkan?” batinku masih tak percaya. ...... “Hai, Pram….” Sapa Pritha saat aku baru muncul dari balik tembok. Aku masih tak tahu apa yang harus ku katakan padanya. Haruskah rasa marah dan kecewa atas hilangnya kabar darinya secara tiba-tiba, yang ku tunjukan? Atau, haruskah ku tumpahkan segala rasa rinduku padanya dan mengenyampingkan semua kecewaku? “Ngapain lo kesini?” tanyaku begitu saja. “Sory Pram,… aku…” “. . . .” “Aku ada keperluan ama keluargaku di luar kota. Dan itu mendadak banget. Dan aku—“ “Nggak bisa pamit atau ngasih kabar kek?!” potongku, kesal.

“Em… Aku…” “Kenapa? Apa susahnya sih, Tha?? Gue kecewa ama lo!!” “Pram,… aku,,,” dia hanya menangis. Air matanya mengalir deras dari kedua pelupuk matanya. Huh, aku membenci pemandangan ini, melihat Pritha menangis. “Udah lah, Tha! Kalo Lo uda nggak mau kita sahabatan lagi, bilang aja. Nggak usah kaya gitu, ngilang nggak ada kabar. Sms, e-mail, telpon nggak ada yang lo respon.” Ucapku mencak-mencak. “Pram,…” suaranya melemah. Wajahnya yang sedari tadi pucat, makin memucat kini. Air matanya terus mengalir. Dia menangis. Aku kian terbakar api emosi. “keluar dari sini!” ucapku padanya dengan nada lebih rendah dari sebelumnya. “Pram,… aku—“ “PERGI!!!” bentakku kemudian. Aku berbalik. Berharap Pritha tak mengetahui akan air mataku yang mulai meluncur mulus di pipiku. Berharap Pritha segera menghilang dari rumahku. Masih ku dengar isaknya untuk beberapa lama. Kemudian, ku dengarkan langkah kaki yang gontai menjauh dariku. Pritha pergi…. Entah dia akan kembali atau tidak,… aku tak tahu… Aku masih berdiri terpaku di sini. Di tempat, dimana aku telah mengusir Pritha, sahabatku. Potonganpotongan episode saat aku bersama dia bermain dalam memoriku. Bagai film yang tengah di putar pada layar besar, begitu cepat. Gambaran akan kebersamaanku dengan Pritha teramat jelas terlihat dalam anganku. Haruskah semua kenangan iindah itu berakhir sampai disini? “Prithaaaaaaaa” ku teriakkan namanya sekeras mungkin, berharap dia akan berhenti menjauh dari rumahku. Ku balikan tubuhku, segera aku berlari menyusulnya. “Tha…” ku tangkap sosoknya yang kian menjauh dari pintu utama rumahku. “Prithaaaaaaaa” kali ini ku teriakkan namanya lebih keras lagi. Dia berhenti. Aku pun berhenti berlari. Dia berbalik. Aku melangkah mendekatinya. Dia menatapku. Aku pun menatapnya. “Tha…” ucapku dengan napas tersengal. “Pram,…. Aku—“ “Maafin aku ya, Tha..” ku raih tubuhnya dan menariknya dalam dekapan tubuhku. “Maaf,…Maaf Pram…” ucapnya sambil terisak dalam dekapanku. “sssst…..” ku letakkan telunjukku pada bibirnya yang pucat. “Udah,.. udah…semua udah berlalu. Aku yakin kamu punya alasan yang kuat untuk kepergian kamu. Em,,,,,aku ada kabar baik nih,,,” “Oh ya… apa?” ucap Pritha sambil mengusap garis air mata di pipinya. “Aku dapet beasiswa, Tha….” “Oh ya? Waw, selamat yaa…” ucapnya girang sambil memelukku. “Hebat kamu…jurusan apa?” “Itu masalahnya… aku bingung. Mereka nawarin aku di bidang kedokteran.. kamu tahu kan, aku kurang ada minat dalam bidang itu—“ “keputusan kamu gimana?” “. . . “ aku hanya dapat mengangkat bahu. “Kamu tanya sama hati kamu” ucapnya sambil menunjuk dadaku, menunjuk dimana hati kecil berada “ :) makasii, Tha. Lo emang yang terbaik…” “:)” “Ntar malem aku mau traktir kamu makan. Oke? Buat ngerayain ini. Ntar aku jemput deh. Gimana?”

“Nggak usah jemput lah. Nanti aku usahain ya, Pram…. Aku pulang dulu, tadi aku bilang ke Mama nggak bakal lama-lama soalnya.. Assalamu’alaikum” “okeh. See you later, girl!! Jam 7 yah… Ati ati. Wa’alaikumsalam” ***** 20.00 Satu jam lebih aku mematung di sini. Ku lirik jam tanganku, berharap waktu berhenti detik ini juga. Ingin ku berikan kesempatan pada Pritha untuk dapat hadir di sini tepat waktu. Tapi….. lagi lagi ia tak tepat waktu. Lagi lagi ia tak memberikan kabar padaku. Ada apa lagi dengannya? Akankah dia menghilang lagi? Jarum jam menunnukan pukul 20.45. Seharusnya kami telah berkumpul, menghabiskan waktu bersama dengan senda gurau, dengan tawa, dengan kegembiraan. Tapi…. Yang ada hanya aku yang sendiri, dalam hening, dalam sepi. 21.00 Ku putuskan untuk kembali ke rumah seorang diri. Seharusnya aku melangkah pergi dari tempat ini berdua. Mengantar Pritha pulang, karena hari telah larut. Semua tinggal rencana….. lagi lagi Pritha mengingkari janjinya. Janji untuk datang pada malam ini. Janji untuk selalu memberi kabar akan suatu halangan yang terjadi padanya. Lagi lagi Pritha telah membuatku kecewa. **** Juni 2011 “Pram,… ada yang nyari tuh!!” seru Rendra kawanku dalam satu tim basket. “Siapa?” “Tuh” ucapnya sambil menunjuk seorang gadis bermbut panjang dan berwajah pucat. “Pritha?” “. . .”Rendra hanya mengankat bahu. “Cantik loh, tapi sayang wajahnya pucet banget. Temuin sono” .... “Ngapain lo di sini?” ucapku kesal saat sampai di hadapannya. “Aku tau hari ini kamu ada jadwal latihan basket. Jadi aku langsung ke sini aja. Dan ternyata tebakan aku bener, kamu ada di sini” “Pulang sana! Aku sibuk!” “Kamu marah?” dia bertanya dengan wajah polosnya. “Pram, ….aku--” “Peduli apa Lo!! Pulang sana, gue nggak butuh temen kaya Lo!! Muna!” “Aku bisa jelasin, Pram… malam itu aku—“ “Kenapa? Lo nggak bisa dateng karena jam di rumah lo mati lagi? Hape lo low batt, jadi lo nggal bisa sms buat ngasih kabar ke gue?!” omelku panjang lebar padanya. “Udah deh…. Gue capek!! Nggak sekali lo kaya gini” “Pram..aku—“ “Dan lo juga tahu kan, gue paling nggak bisa toleran ama orang muna kaya Lo!!!!” “Tapi, aku punya alasan untuk ini, Pram!!! Dengerin dulu penjelasanku—“ “Udah jelas semua!!!” potongku dengan nada suara yang kian naik. “PERGI LO!!! Enek gue ngeliat lo di sini!!” kata-kata jahat itu keluar tak terkendali dari mulutku. “PERGI!!!” Aku berbalik dan segera melangkah pergi menjauh dari Pritha. Berharap kali ini aku tak akan berbalik dan mengejarnya seperti dulu. Hatiku terlanjur luka dan bernanah. Aku benar-benar kecewa. ..... ---beberapa menit kemudian--“Pram… pram praaam…..” Dudi tergopoh gopoh ke arahku yang sedang asyik berkeluh kesah dengan bola basket.

“Ngapain?” jawabku malas. “Cewe tadi... cewe yang barusan lo temuin—“ “Kenapa lagi?” potongku cepat. “dia balik lagi? Maksa pengen ketemu gue lagi? Usir aja! Bilang gue lagi sibuk. Repot amat!” “Eh…. Bukan!!! Denger dulu!!” bantahnya. “Dia pingsan!!” “hah..” sahutku dengan mata melotot dan hati yang kaget bukan main. “Dimana?” “Di gerbang depan. Anak-anak lagi ngerubungin dia tuh”. Segera ku berlari menuju TKP. Tubuh gadis itu terbujur lemah. Wajahnya kian pucat. Mengalir darah segar dari kedua lubang hidungnya. Orang-orang di sekitarnya hanya terdiam, asyik menonton penderitaanya. Segera ku raih tubuhnya. Ku periksa denyut nadinya. Kian melemah. Pun kulitnya kian terasa dingin. “Apa yang kalian lihat hah? Panggil ambulans!!! CEPAAAAT!!!!” ucapku mencak mencak tak karuan. “Pritha……… bertahanlah…..” bisikku padanya lemah. ***** “Apa? Kanker otak?” aku tercengang. Pritha tidak mungkin mengidap penyakit itu. Aku tahu dia orang yang kuat. Tuhan….. “Kenapa dia nggak cerita? Kenapa…. Aku nggak pernah tahu tentang ini?” “Maafkan tante, Sayang. Pritha sangat sayang sama kamu. Dia melarang tante dan om untuk cerita penyakit ini ke kamu. Dia nggak pengen kamu khawatir, Nak” jelas Tante Vivi dengan nada yang sengaja dibuat tenang. “Separah apa kankernya?” “Sudah stadium akhir. Sebulan yang lalu kami mencoba untuk menjalani terapi diluar negeri. Namun, pihak kesehatan di sana sudah menyerah, Nak. Terlambat bagi kami untuk melawan kanker di tubuh Pritha. Sesampainya kami di rumah, Pritha langsung merengek memaksa untuk datang ke rumahmu, Nak. Alhasil, beberepa malam lalu tubuhnya kembali melemah. Kondisinya drop. Tadi pagi, saat dia sadar dan agak membaik, dia memaksa agar diantar ke tempat latihan basket tempat kamu biasa latihan. Dia bilang, dia ada janji sama kamu. Tante nggak yakin untuk ngijinin dia ketemu kamu, tapi dia memaksa. Dan sekarang………” tante Vivi terisak. Kalimatnya terhenti. Airmuka yang tadi Nampak tegar, kini berubah menjadi sesal. Satu demi satu kejadian yang ada di ceritakan Tante Vivi dengan rinci meski diselai dengan isak tangis yang kunjung henti dari beliau. Semua seakan terputar kembali, bagai sebuah film kelam yang sama sekali tak ingin ku saksikan namun terus ku bayangkan. “Sabar ya, Te. Pritha itu orang yang kuat. Tante tahu itu kan?” hiburku pada tante Vivi seadanya. “Semoga saja, Nak. Dia sudah cukup lama menderita karena kanker ini. Sudah hampir 9 tahun yang lalu. Dulu sempat pulih, dan dokter sudah menyatakan dia sembuh. Tapi…… kanker itu muncul lagi…… :(” Tante Vivi tenggelam dalam isakan tangisnya yang pilu. Papa Pritha terdiam. Aku pun tertdiam, terduduk lesu penuh sesal. Mengalir air mataku yang seakan percuma. Karena aku telah gagal melindungi Pritha. Gagal menjaga Pritha. Kini aku tak tahu harus berbuat apa. Inginku putar kenbali waktu. Ingin ku cabut semua kata-kata kasarku pada Pritha. Ingin ku hapus semua prasangka burukku akan dia. Aku hanya bisa berlari. Membawa diri ini untuk menjauh dari badan Pritha yang masih dalam kondisi kritis. Aku ingin terus berlari, berharap menemukan sebuah jawaban atas segala segala rasa yang kini berkecamuk dalam dada. Tiba-tiba langit mendung. Tetes-tetes air langit turun basahi tanah bumi. Gemuruh bergelegar, saling

bersautan seakan alam sedang marah. Apakah sang alam marah padaku atas Pritha? Terkutukkah aku sudah? ... “Tuhan….. kenapa Engkau gariskan ini terjadi padaku??????” teriakku tak jelas, sesampainya aku pada suatu tempat yang dahulu sering ku kunjungi.. “Kenapa Engkau biarkan ini terjadi dalam hidupku untuk yang kedua kalinya, Tuhan? Belum cukup Engkau hancurkan hati ini dengan kepergian Findha??!!! Kenapa sekarang Pritha juga harus mengalami hal yang sama dengan halnya Findha?? Apa aku tak boleh bahagia, Tuhan? Apa aku memang tak pantas untuk mencintai dan dicintai oleh orang-orang istimewa seperti mereka?” Aku tahu ini salah. Tak seharusnya aku menyalahkan kuasaNya yang Mahaagung. Tapi, harus dengan siapa lagi aku mengadu kini? “Findha, lo tahu kan gimana hancurnya hati gue saat lo emang harus ninggalin gue untuk selamanya?” tanyaku pada pusara yang ada di hadapanku. “Sekarang, gue harus ngalamin lagi yang namanya kehilangan orang yang gue sayang, Dek…” Aku hanya dapat terus terisak. Terus tenggelam dalam banjiran airmata di bawah guyuran hujan. Terus berkeluh kesah akan semua sakit yang ku rasa, pada pusara di hadapanku. Pusara yang bernisankan “Findha”. Sosok teristimewa dalam hidupku. Adikku….. ***** 29 Desember 2011 “Kamu pinter banget menyembunyikan semua ini dari aku. Dasar anak nakal!” ucapku pada sosok yang masih enggan membuka kedua matanya. Ia masih lelap dalam tidurnya yang panjang. Meski demikian, aku beserta keluarga Pritha yakin, Pritha pasti akan bangun dari lelapnya. Bangun untuk kembali tersenyum. Senyum yang mampu untuk membuat sang mentari malu dan selalu ingin bersembunyi di balik awan. “Kamu tahu kan hari ini adalah hari yang kamu tunggu setahun yang lalu. Tujuh tahun persahabatan kita. Kamu juga tahukan, sekarang aku uda kuliah di bidang kedokteran. Apa kamu nggak pengen tau ceritaku waktu di kampus? Seru banget, Tha!” aku terus mngoceh sendiri. Entah, orang-orang di sekitarku telah menganggapku gila atau tidak. Tak peduli, yang terpenting Pritha segera sadar dan dapat kembali tersenyum. Walau matanya terpejam, aku yakin mata hati Pritha mampu merasakan semuanya. Ku letakkan tangannya di atas kepalaku. Ke genggam erat tangnnya yang dingin. Ku cium punggung tangannya dengan penuh rindu, penuh sesal. “Selamat hari persahabatan, Tha. Seven years of our love” bisikku sambil kembali mencium punggung tangannya. Ku benamkan tubuhku dalam lipatan tanganku. Inginku pejamkan mata, dan menemuinya dalam alam bawah sadar. Mencari bayangannya dalam tiap kenangan yang terus mengaduk-aduk otakku. .... ---pukul 21.00--“Pram…..” Suara itu terdengar lemah. Suara yang hampir hilang dari pendengaranku 7 bulan lalu. Suara dari sosok yang ku rindu, . . . . . . . .Pritha. “Kamu udah sadar?” responku spontan. “Biar aku panggil dokter yah, kamu tunggu bentar disini” “Pram,…” ucap Pritha sambil memegang pergelangan tanganku, menghentikan langkahku. “Nggak usah. Aku baik kok. Aku lagi nggak pengen dapet ceramah dari dokter. Aku mohon..” ucapnya masih dengan lemah. “Oke”. Ucapku patuh. “Aku akan kabarin Mama dan Papa kamu-“ “Pram…” kembali Pritha menatapku dalam. Ia menggeleng. “Aku nggak mau ngerepotin mereka”

“ya ya ya” jawabku setengah kesal. “Makasi :)” ucapnya sambil nyengir. “Lo tidurnya lama amat, kaya kebo—“ ucapku membuka perbincangan pertama kami setelah hampir 7 bulan kami mematung dalam perbincangan sunyi. “Oh ya?”potongnya, berusaha memberi respon yang baik. “Tapi…. Lo kebo paling cantik di dunia, Tha.” “Gombal Lo!” “Aku masuk kedokteran” bisikku. “Selamat, Pram :)” senyumnya mengembang di bibirnya. Senyum yang selama ini aku rindukan. “Selamat hari persahabatn, Pram” lanjutnya lirih. “Selamat juga buat kamu, Tha” dapat ku lihat senyumnya terus mengembang dalam wajah pucatnya. Senyumnya bagai bintang pagi yang indah. “Sekarang tanggal berapa?” tiba-tiba dia bertanya demikian. “29 Desember :)” “Oh ya? Waktu berjalan cepet banget ya selama aku nggak sadar..” “Kan aku uda bilang kamu tidur kaya kebo” godaku “Aku pengen ke taman, Pram. Bukannya kita uda janji untuk pergi ke taman ditahun ke-tujuh persahabatan kita?” “lo nggak lupa, Tha :). Makasii” batinku “Udah malem, Tha. Kamu juga baru sadar. Besok aja yah” “Ayolah, Pram….. semua akan beda kalau besok. Bukannya kamu juga udah janji?” rengeknya manja “Nggak, Tha!!” “Pram,…. Please” “Diluar hujan, Tha” “Aku takut aku nggak punya waktu banyak untuk ini, aku—“ “Lo ngomong apa sih? Kesempatan kita masih panjang” potongku karena risih akan kalimat yang belum terselesaikan oleh Pritha. “Pram,…” ku lihat mata beningnya mulai tergenangi air mata. Ini adalah kelemahanku. Aku paling tak tega jika harus melihat seorang sahabatku seperti itu. “Oke, karena angka 7 merupakan angka bagus dan katanya sih membawa keberuntungan, aku anter kamu. Tapi inget, kamu juga harus sesuain sama kondisi kamu” jawabku kemudian. “Oke, nanti kalau aku uda nggak kuat. Aku bakal ngelambai’in tangan kok :D” “Snting lo! Aku percaya kamu :)” “:)” **** ... -pukul 23.45Hujan masih belum reda, makin deras malah. Aku dan Pritha masih mematung memandangi tiap tetes air langit yang turun, kemudian mengembun pada kaca mobil. Kami berhasil sampai di taman ini dengan usaha yang tak mudah. Malam ini aku telah melakukan satu tindak criminal. Menculik anak orang, sekaligus membawa kabur pasien rumahsakit yang baru sadar dari koma. “Hujannya nggak kunjung reda. Mending kita balik aja yah. Besok kita ke sini lagi” ucapku pada Pritha yang sedang asyik melukis pada kaca mobil dengan embunan air yang ada. Dia bebalik menatapku. Dia diam dalam beberapa saat. “15 menit lagi hari ini akan berakhir Pram” “Justru itu, Tha. Mending kita pulang. Hari udah makin malem dan ini sama sekali nggak baik buat kondisi kamu, Tha” “Karena hari tinggal 15 menit lagi, ayo kita turun dari mobil dan kita langsung menuju ke rumah pohon. Akan menyenangkan walau waktu kita nggak banyak” ucap Pritha seakan tak mendengar apa yang aku

katakan sebelumnya. “Tha,… lo dengerin gue ngggak sih?” protesku pada Pritha yang sedari tadi terus menerawang jauh dan terus berbicara tanpa melihat aku. “Pram…. Waktu terus berjalan. Waktu kita nggak banyak” ucapannya seakan menandakan bahwa ia benar-benar tak memperdulikan setiap ucapanku. “Ayo, Pram…..” lanjutnya dengan nada memaksa. Setetes bulir bening meluncur mulus dari hulu pelupuk matanya. “Tha,… came on…dengerin aku” paksaku sambli menarik tangannya. “Please,…” ucapnya melemah. Tetes airmata berikutnya menyusul jatuh dari pelupuk matanya. “Aku nggak mau kamu kenapa-kenapa Tha. Cuma itu.” “Aku akan baik-baik aja, Pram. Aku yang tahu seberapa kuat aku bisa bertahan dari semua ini” Ku tarik napas panjang. Berusaha untuk dapat memutuskan yang terbaik, tadi aku sudah mengalah untuk nekat membawa kabur Pritha ke taman ini, dan sekarang….. “Okelah, Ayo” kubukakan pintu mobil untuknya. “:) thanks, boy”. Ucapnya senang, tentu dengan sebiah senyum yang sempat hilang selama beberapa bulan lalu. Sesaat kemudian ia tampak bingung. Sepertinya ada masalah dengan kakinya. “Bisa bantu aku untuk sampai ke rumah pohon?” tanyanya ragu dan sungkan. “Ow,.. withpleasure Princess,…:)” ku raih tubuhnya dan ku bopong dia. “Lo makin berat ya, harusnya tambah enteng!! Dasar kebo!!” “Sialan lo!! Sini biar aku pegang payungnya” tawarnya padaku. Angin bertiup makin kencang. Pun hujan tak lekas untuk sekejap menghentikan tiap tetes yang ada. Hal ini makin memberatkan langkahku dan Pritha untuk dapat sampai di rumah pohon kami. “Aaahh,…” Pritha memekik kaget saat tiba-tiba payung yang dibawanya terbawa tiupan angin. ‘Pram,… maaf.. payungnya…” ucapnya dengan suara makin lemah yang beradu dengan derasnya suara hujan. “tenang, Tha. Bentar lagi kita sampe” ucapku tergopoh-gopoh. Ku percepat langkahku. Tubuhku sudah kuyup, begitu pula Pritha. Melihat wajahnya yang kian memucat, aku makin khawatir dan merasa serba salah. ... “Kita udah sampe, Tha” ucapku pada Pritha yang tampak kian lemah di pangkuanku. Wajahnya kian memucat. Guyuran hujan makin membuatnya lemah. “makasii, Pram…” ucapnya sambil meraba ukiran tulisan yang ada di pohon Mahoni milik kami. “Makasii kamu udah mau temenin aku, jaga aku—“ “Tha,… udah… :)” ku tatap matanya yang bulat nan penuh akan ketulusan cinta. Ia tetap menggigil walau sudah mengenakan jaket miliknya. Ku kenakan jaket ku untuk melapisi tubuhnya yang kuyup. “Aku seneng banget bisa kenal dan bersahabat ama orang kaya kamu” “nggak kerasa ya, udah tujuh tahun kita sama-sama. Rasanya baru kemarin, tapi kenapa ya rasanya hari ini semuanya akan berakhir—“ “Sssstttt,…… ku letakkan telunjukku pada bibirnya yang pucat dan gemetar. “Waktu kita masih panjang” bisikku pilu. “Aku harap, Pram” ucapnya lelah sambil menarik masuk tubuhnya dalam dekapanku. “Maaf kalau selama ini aku nyembunyiin masalah ini ke kamu. Aku udah nggak jujur ke kamu” Ku peluk ia erat. Semakin lama semakin ku eratkan dekapanku padanya. Dan makin terasa pula tubuhnya yang kian melemah dan gemetar. “Tha, kita balik yah. Inget ama janji kamu buat jaga kondisi kamu” “Nggak, Pram,….” Ia menggeleng di dadaku, dalam dekapanku. “Semenit lagi, Pram… hanya tinggal semenit hari ini akan berakhir.. tetaplah seperti ini. Jangan lepaskan semua ini, Pram.” Ucapnya makin lirih dan lelah dari sebelumnya.

Ku rasakan kulitnya yang kian dingin dalam genggaman tangannya. Ku eratkan pula dekapanku pada tubuhnya, hanya berharap agar ia masih bisa merasakan hangat. “Jangan tinggalin aku kaya Findha ya Tha” “Nggak, Pram. Nggak akan.” Ucapnya pelan. “Dan asal kamu tahu, Findha nggak pernah ninggalin kamu, dia selalu ada di sisi kamu. Dia bener-bener adek yang istimewa, Pram. Seperti kata-kata kamu dulu” “Iya,… dia istimewa” ucapku dengan linangan airmata yang mulai jatuh. “Sama istimewanya sama kamu, Tha :)” ucapku pahit. “Aku sayang sama kamu, Tha” “J aku juga, Pram” ucapnya sambil menatap mataku dalam. “Aku sayaaaang banget sama kamu :)” ujarnya sambil beruaha tersenyum wajar. Meski tetap saja senyumnya makin menambah pahit luka hati ini. “I love you” bisikku. “really?” “I do. You’re a special one in my life. My best friend. You never be changed in my heart” lanjutku padanya. “I’m great to hear that :). I love you too, boy. You’re the best in my life. Kamu anugrah paling indah, Pram.” Ku dekap tubuhnya. Aku tak kuasa lagi untuk menatap matanya lebih lama. Tak memiliki daya untuk mendengarkan setiap kata yang diucapnya lirih dan lelah. Ingin terus ke peluk ia. Tak ingin melepaskannya. Seakan, jika aku melepaskan dekapanku ini, maka aku akan kehilangan semuanya. Kehilangan untuk selamanya. Ku lirik jam tanganku. Waktu telah menunjukan pukul 00.00 Tepat tengah hari. Jika sang jarum jam bergeser sepersekian detik saja, maka hari bahagia bagi kami ini berakhir sudah. Bersamaan dengan berjalannya sang waktu dan bergantinya hari, hujan pun mereda , berganti dengan rintik gerimis yang turun. Angin yang tadinya bertiup kencang, kini menjinak berganti dengan tiupannya yang sepoi menenangkan. “Tha,… ayo balik ke rumah akit. Hari udah berganti. Inget kondisi kamu” ucapku memecah sunyi saat ku lihat sang waktu menunjukan pukul 00.01 “. . . “ “Tha,…????” ucapku diterjang berjuta tanya. Ku tarik ia dari dekapanku. “Tha….????” Wajahnya tampak sangat pucat. Bibir merah mudanya, membiru. Kulit tubuhnya terasa dingin. Sangat dingin. Tubuhnya tak lagi gemetar seperti tadi. Terkesan tak kuasa bergerak malah. “Tha…….” Ucapku sambil mengguncang ringan tubuhnya. “Kamu udah janji untuk nggak ninggalin aku, kan? Tha?” Ku periksa denyut nadinya yang terasa amat lemah. Ku lakukan pertolongan pertama sederhana. Ku tekan dadanya perlahan, untuk memancing reaksi dari detak jantungnya. Tak lama, ia membuka matanya. Ia tersenyum. “Pram,…..” “Sssst,…. Udah. Sekarang aku bawa kamu ke rumah sakit.” Ia mengangguk pelan. “Aku bahagia banget malam ini.” Ucapnya lelah terbata. “Pram,… maaf aku—“ Ia tak mampu melanjutkan kata-katanya. Dan pada detik itu pula, tarikan nafasnya memberat, denyut nadinya melemah, dan,……… “PRITHAAAAAAAAA!!!!!!!” aku tak mampu melakukan apapun. Ia pergi. Menyusul Findha di sana. “TUHAAAAAAANNNN,…..” “Innalillahi wa inna ilaihi roji’uun” ucapku pasrah. Ku kecup kenignya sebagai tanda kasih dan cintaku padanya. Mungkin adalah kesempatan terakhirku untuk dapat terus manatap mata bulatnya, mendekap

erat tubuh kurusnya. Angin sepoi-sepoi seakan tak mampu membawa duka ini pergi. Dinginnya Angin malam yang menusuk tulang, seakan tak mampu saingi kepedihan dan kepahitan hati ini. Pritha pergi. Separuh jiwa dan hatiku turut pergi bersamanya. Akankah semua cerita yang ada pun akan pergi bersamanya?? *******

Cerpen 5 . CINTA TAK PERNAH SALAH Cerpen Shinta Fury Afrilia Cinta memang tak pernah salah Akan tetapi, Terkadang caranya saja yang salah Hari yang paling mendebarkan bagi SMA Adi Thirta akhirnya tiba juga. Team basket dari dari SMA Adi Jaya udah mulai memasuki lapangan, kemudian disusul dengan team basket si tuan rumah. Jerit histeris pun terjadi, memanggil - manggil nama pemain idola mereka, dan berusaha mensupport mereka supaya bisa menang - lagi. Asal tahu aja, SMA Adi Thirta ini udah berkalikali menjuarai pertandingan basket di setiap season. Jadi, tengsin donk, men, kalo sampe kalah!!! "Nicko! Nicko!! Nickooo!!!" teriak seorang cewek yang berdiri paling depan di tribun penonton. Begitu si cowok berkaos team biru di tengah lapangan itu menoleh ke arahnya, si cewek semakin jingkrak-jingkrak nggak karuan. "Semangaat!!" Si cowok pun tersenyum geli melihatnya. Dia mengacungkan ibu jari kanannya ke arah si cewek, lalu kembali bergabung ke temen seteamnya. Well, si cewek yang teriak-teriak itu namanya Anastasya Amanda Agustina Afrilia. Tapi biasanya sih dipanggil Nezya, Nah Lho?? Dapet darimana coba? Belum lagi bulan lahirnya, bukan Agustus ataupun April (Padahal kalo lihat namanya, kayaknya menjurus kesitu ya?), melainkan Juni. Hmm?? Unik deh, bener-bener unik. Nyemangatin cowoknya aja pake jingkrakjingkrak segala. Haduuh... kok nggak ada jaim-jaimnya gitu loh! Sedangkan si cowok bernama Nicko Adi Putra Syahreza. Biasa dipanggil Nicko (Nah, kalo ini masih nyambung!) Dia itu-bisa dibilang-cowok idola di SMA Adi Thirta, tapi sayangnya, doi udah ada yang punya-hal itu adalah satu-satunya musibah terbesar bagi fans setianya. Nggak heran sih kalo dia juga biasa disebut-sebut sebagia Si Charming Prince, 'cause dia itu memang Pangeran idaman setiap cewek Adi Thirta. Matanya yang menawan, mampu menghipnotis mereka sampe klepek-klepek. Bodynya yang six-packs nggak sampai luput dari pandangan mereka. Kulit cerahnya yang akan terlihat mengkilap dengan cucuran keringat pun juga nggak akan membuat para fansnya itu tutup hidung atau apa-lah, malah mereka rela mengelapkan keringat itu-KALO diizinkan.. :D Priiiiit......!!! Pertandingan dimulai. Sebenarnya sih, nggak ngerti-ngerti amat soal pertandingan basket, tapi

demi sang pangeran hati, Nezya rela teriak-teriak GJ dari tribun penonton. Tapi perhatiannya pada Nicko di lapangan sedikit memudar ketika ia menangkap bayangan sesosok cowok berbadan-besar-tinggi-tegap-berambut cepak-yang memakai kaos team kuning-team lawan. Selama pertandingan, matanya seolah nggak bepaling dari cowok misterius itu. Hingga akhirnya... Priiiitt......!!! Pertandingan is over. "Haa??" Nezya melongo. "Udahan yaa??" "Yaah, daritadi kemana aja lo??"sahut Fera-soulmatenya yang sedari tadi berdiri di sampingnyadengan menghembuskan nafas heran. "Berapa skornya??" tanya Nezya. "30-29,"jawabnya. "Kita kalah," "Yeee!" sorainya. "Hush!"bentak Fera. "Kalah kok malah seneng,sih?? Aneh, deh, lo!" "Ooh, iya-ya.." "Ya udah, samperin cowok lo sana, gih! Suntuk banget deh tuh kayaknya.." Tanpa babibu lagi, Nezya langsung meluncur ke tepi lapangan basket dan menghampiri Nicko yang sedang duduk sambil minum air mineral dengan rakusnya. Nezya menyodorkan sebuah sapu tangan ke arahnya. Tapi, Nicko malah buang muka. "Nickoo.." gumam Nezya. "Kenapa tadi lo nggak support gue?!" tanyanya dengan nada kesal. "Eeh..tadi gue lihat lo maen kok! Suer, keren banget! Gue tahu lo udah berusaha semaksimal mungkin buat menangin pertandingan ini. Ya kan?" Tidak ada jawaban. Nezya memposisikan dirinya-duduk- di samping Nicko. "Iya deh, gue minta maaf, bukan maksud gue buat nggak ndukung lo, tapi... tadi gue ke-ti-du-ran..."jawabnya ngawur. Please deh, di kondisi yang serame ini masa iya memungkinkan buat tidur?? Khayal banget,kan?? ckckck.. "Lo tahu, gue kemaren itu tidur jam dua malem. sampe sekarang aja gue masih ngantuk... Hoooaahhmmm" Akhirnya, Nezya malah nambah-nambahin kebohongan deh, biar Nicko percaya. Nicko memandangnya. "Cewek, kalo nguap itu ditutupin.." katanya seraya menutup mulut Nezya. "Bukannya malah diperlebar gitu..." Akhirnya ia tersenyum pada Nezya. Nezya pun membalas senyum manisnya itu. "Hehe.. maaf deh, Bau yaa???" Nicko berdiri sambil tertawa lirih dan mengacak-acak rambut Nezya. "Jangan diulangi lagi ya? Lain klai, kalo mau lihat gue tanding, tidur yang cukup dulu, biar nggak ketiduran kayak tadi.." "Jadi, lo maafin gue??" Nicko memandangnya lagi dengan tersenyum. "Iya-lah. Masa gara-gara gitu aja gue sampe marah banget ke lo, kan ya nggak masuk akal juga.." "Makasih ya. Tapi gara-gara gue nggak support lo, sekolah kita jadi kalah deh.."

"Yee... ada yang GR niih..." ujarnya. "Kita kalah bukan karena lo kali..." "Aah, Nicko nakal,iiih...." "Haha.. iya-iya.... " Tiba-tiba, ada yang nyamperin mereka di tengah-tengah perbincangan itu. Nezya memasang sorot mata tak percaya. Itu Fera! Bersama cowok misterius itu! "Hai!" sapa Fera. "Mumpung lagi disini, nih. Gue kenalin sama seseorang. Ini Zack. Dia anak Adi Jaya." "Zack," Zack mengulurkan tangannya ke arah Nicko. Nicko pun membalas uluran tangan itu. "Gue Nicko, ini Nezya, cewek gue. Oh iya, tadi main lo bagus, nggak heran kalo Adi Jaya jadi juara. Selamat, ya!" "Thanks,"sahut Zack. "Maen lo tadi juga bagus, kok. O iya, gue kenalin ke temen-temen gue yuk!" "Oke," jawabnya. "Nez, gue kesana bentar, ya!" pamitnya ke Nezya. Enggak tahu kenapa, si Nezya mulai terlihat jaim.Dia merespon Nicko hanya dengan anggukan kecil dan senyum manis. Aa.. pasti gara-gara cowok itu!! "Zack itu idola di Adi Jaya," ujar Fera tiba-tiba. "Dia juga kapten di team basketnya. Kira-kira posisinya itu persis Nicko-lah!" "Ha? Masa sih??" ucap Nezya seolah tak percaya. "Iya, serius!" "Terus?" "Dia itu udah punya cewek. Tapi dia nggak pernah mau ng-expose hubungannya di depan public. Terutama di lingkungan sekolahnya." lanjut Fera. "Kenapa?" "Hm? Masi nanya kenapa? Oke, gue jelasin deh.. Lo tahu posisi Nicko, kan? Selalu dikerubungin cewek-cewek. Tapi cewek-cewek disini tahu aturan, coba kalo disana.. Fans Zack itu anarkhis. Kalo mereka sampai tahu siapa cewek Zack, gue yakin cewek itu bakalan kena teror atau bahkan sampe terancam hidupnya." "Hiii... Ngeri amat..." komen Nezya. "Dan lo tahu, siapa cewek itu?" "Cewek itu gue, Nez." jawabnya singkat. "Haa???" "Kalo dipikir-pikir sih, Nez. Meskipun kita sama-sama dapet cowok idola sesekolahan, rasanya lebih beruntung lo deh ketimbang gue. Meskipun anak satu sekolah tahu, lo ceweknya Nicko, tapi nggak satupun mereka berani neror lo,kan? Lha gue??? Hm... kapan gue bisa sebahagia lo, Nez???" ******************

Empat hari telah berlalu. Hari ini hari Sabtu, rencananya Nezya mau dinner sama Nick, malam mingguan gitu ceritanya... Begitu sampai di REVEN_OX_RESTAURANT, mereka dilambai sesosok cewek di meja paling belakang.Itu Fera. Akhirnya, mereka berdua pun mendekat ke arahnya. "Sendirian aja, Fer??" tanya Nezya. "Mana Zack??" "Bentar lagi juga dateng. Katanya sih tadi dia masih di parkiran.." jawab Fera. "Tuh dia. Zack!" Dalam sekejap saja, Zack sudah bergabung dengan ketiga rekannya itu. Tanpa mereka rencanakan sebelumnya, this is the double date time! Semenjak saat itu, mereka sering mengadakan acara double date, dengan direncanakan pastinya.. Otomatis, mereka pun juga kesempatan buat tukar-tukar nomor hape.. Hingga pada suatu malam.... Penipu.. Pergi jauh dariku.. Sakitku melihatmu.. Pergi jauh dari hidupku.... "Halo,Ma... Iya, Ma.. Ini aku masih di luar. Aduh, aku nggak bisa... Emang papa kemana sampe nggak bisa jemput??... Iya deh iya, tapi aku anter temenku dulu yaa.. Tapi, Ma... Iya deh iya... Nicko bakal sampe sana dalam 10 menit. iya-iya..." Nicko menghembuskan nafas panjang-tak berkutik. Ia menatap ketiga temannya dengan mengedikkan bahu. "Mama, minta jemput. Gue duluan nggak pa-pa, kan??" "Iya, nyantai aja lagi," sahut Zack. "Nezya ntar bisa gue anter. Percaya deh sama gue, dijamin AMAN." Nicko tertawa lirih dan berhenti ketika memandang Nezya. "Gue nggak bisa anterin lo malem ini nggak pa-pa,kan?" "Tenang aja, kan ada Fera sama Zack, bisa ditebengin, kan??" Nezya tersenyum lucu. Akhirnya Nicko pun lenyap dari pandangan hanya dalam satu kedipan mata-wiih,lebay... Tak lama setelah itu, mereka pun memutuskan untuk pulang. Zack mengantar Fera terlebih dulu, baru Nezya. "Awas ya, Zack, kalo lo macem-macem sama Nezya. Siap-siap dapet bogem mentah dari gue.." ancam Fera -sebelum keluar dari mobil-sambil menyisipkan tawa canda ke dalamnya. "Siap, Miss.Komandan!" sahut Zack. "Gue juga nggak bakalan macem-macem kok, Fer.. Tenang aja!" sahut Nezya dari jok belakang. "Haha.. iya-iya. Ya udah, gue duluan ya! See you at Monday di sekolah, Nez..!" "See you, too, Sist...!" Mobil kembali melaju dalam keheningan. Penghuni mobil itu sama-sama membisu. Sepertinya, rasa deg-degan Nezya yang pernah muncul tempo hari, kini kembali melanda. Padahal, rasa itu udah perlahan hilang saat mereka sering ketemu bareng saat double date sesion, tapi

sekarang... "Nggak pingin pindah ke jok depan, Nez?" Sepertinya Zack berusaha mencairkan suasana dingin itu. "Nggak deh, makasih, bentar lagi juga nyampe, kok, Zack." tolak Nezya. Tiba-tiba mobil berhenti mendadak. "Kok berhenti?" tanya Nezya takut-takut. Secara ya, cewek gitu.. Semobil sama cowok, terus berhenti di sepi-sepian gini... Pikiran pasti udah kemana-mana.... "Kamu nggak mau pindah ke depan, ya biar aku yang menghadap ke belakang," ujar Zack. Pikiran Nezya dah kemana-mana nih.. Tapi ada satu hal yang Nezya rasa ganjal di perkataanya itu. "Kamu-aku??" Sejak kapan coba dia pake logat itu ke Nezya? Sama Fera aja dia pake logat gue-lo.. "Oke, mungkin kamu bingung. Jadi gini," Zack menarik nafas panjang. "Semenjak aku kenal kamu di lapangan basket waktu itu, pikiranku nggak bisa lepas dari bayangan kamu. Jingkrakjingkrak kamu... Sikap kocak kamu.. Cara bicaramu.. semuanya itu seolah terlekat dengan sendirinya di memori ingatanku. Perasaanku pun nggak pernah sebahagia saat aku mengingat kamu. Rasa aku ke Fera nggak seperti ini. Aku rasa, kamu telah berhasil mencari sesuatu dariku. Hatiku." jelas Zack. Ia memegang dadanya,"Kamu udah berhasil mencuri hatiku Nezya. Dan setelah aku fikir-fikir, rasanya aku benar. Kalo aku... aku.. Aku cinta sama kamu, Nez.." Nezya melongo. Kedua matanya membulat seolah tak percaya dengan perkataan Zack barusan. Jantungnya pun seolah berdegup sangat kencang, rasanya lebih kencang dari tabuhan genderang yang mau perang. "Nez?" "Tapi, Zack... Lo.. Lo udah punya Fera.. Gue,, gue juga udah punya Nicko. Ini nggak boleh terjadi. Cinta itu.. itu nggak boleh muncul di antara kita. Kita nggak boleh khianati mereka. Gue juga udah janji sama Fera, gue nggak akan macem-macem sama lo," elak Nezya terbatabata. "Tapi, Nez. Aku nggak bisa terus bohongin perasaan aku. Aku juga nggak bisa memendam rasa ini terus-menerus. Lama-lama aku bisa gila, tahu nggak sih? Pahami aku,Nez.." "Gue.. gue bisa bantu apa?" "Please, kamu mau jadi cewek gue," ujar Zack memelas. Nezya terkejut bukan main. Bola matanya nggak lagi segede bola pingpong, tapi udah segede bola basket.. (wwo... Le'bay..!) "Zack, itu ucapan terkonyol yang pernah gue denger," celetuk Nezya. "Itu lebih nggak mungkin lagi.. Kita udah punya seseorang.. Kalo gue jadi cewek lo, gimana ntar nasib Fera sama Nicko? Apa mereka bakalan di buang ke laut gitu aja? nggak mungkin kan??" "Mungkin kita bisa Backstreet??" kata Zack asal nyeplos. "Backstreet??" ulang Nezya. Zack mengangguk pasti. Suasana dalam mobil itu menjadi hening. Namun tak lama kemudian Nezya menghembuskan nafas panjang. "Beri gue waktu untuk berfikir, Zack. Gue nggak bisa jawab untuk sekarang," jawab Nezya

lirih. "Aku akan menunggu, Nezya." Zack menyahut. "Kayaknya malam udah larut, nih. Aku anterin kamu pulang, ya." "Sampe gerbang," sahut Nezya. Mereka berdua sempat tertawa sebentar, namun tak lama setelah itu mobil Avanza hitam itu segera melesat bagai angin menuju istana Nezya. "Udah nyampe, Nez." "Makasih, ya. Gue duluan, Zack. Udah larut." "Nez," panggil Zack ketika ia mau membuka pintu mobil. "Aku tunggu jawaban kamu." Nezya terdiam, namun akhirnya ia bilang, "Selamat Malam, Zack." Lalu keluar dari mobil. Zack segera tancap gas menjauhi rumah Nezya setelah berucap, "Bye.." ke Nezya. Begitu udah nggak kelihatan lagi batang hidung Avanza itu....Nezya mencakmencak!!! "Zack nembak gue.. Zack nembak gue!!! Gila!! Ini mimpi bukan yaa??!Suer, gue nggak pernah mikirin ini sepanjang hidup gue! Zack, gue pasti nerima lo! Karena gue juga cinta sama Lo!!" teriak Nezya.By the Way..Acting gue tadi oke nggak yaa??, batinnya. Nezya sama sekali nggak bisa tidur malam ini. Pikirannya trlalu sibuk sama Zack. Nggak nyangka Zack bisa jatuh cinta sama dia. Akhirnya Nezya memutuskan untuk mengirimi Zack sebuah pesan. Ia meraih ponselnya yang tergeletak tak berdaya di atas bantalnya dan mulai mengetik. "Gw tunggu di Restoran REVEN_OX malam ini jam 7"Options - SendMessage Sent ! Tak lama setelah itu, ponsel Nezya berdering, tanda sms masuk. "Aku pasti datang. ;-)"Jam 7 di restoran Reven_Ox......... Seorang cewek dengan kemeja kotak-kotak biru muda udah standby di meja nomor 4. Menunggu kedatangan seseorang. Tak lama kemudian seorang cowok berpotongan mohak mendekatinya dan duduk di hadapannya. "Udah lama?" tanya Zack. "Baru aja, kok." "Jadi??" "Apanya?" "Jawaban kamu?" "Zack, setelah gue pikir-pikir lagi.. Gue udah nemuin jawabannya." ujar Nezya. "Gue.. gue nggak bisa, Zack." "Nez.." "Gue nggak bisa nolak cinta lo, Zack..." jawab Nezya sambil tersenyum. "Gue juga cinta sama lo, Zack." "Kamu serius?" "Kamu pingin aku nggak serius??"

Zack langsung memengan kedua tangan Nezya dan tak segan-segan lagi menciumnya. "Makasih, Nez, makasih banget, aku bahagia banget. Aku jamin, aku bisa bahagiain kamu." "Aku percaya, Zack."****************** Semenjak saat itu mereka berdua jadi sering jalan berdua, dan of course, tanpa sepengetahuan Fera dan Nicko. Zack selalu aja nolak ajakan Fera jalan, begitupun Nezya. Ia selalu menolak ajakan Nicko dengan alasan sibuk. Hingga pada suatu sore, Fera dan Nicko, ketika ketemuan di salah satu restoran yang ada di mall buat saling curhat tentan pasangan mereka masing-masing, mereka melihat Nezya dan Zack jalan bareng sambil bercanda-canda dan berpegangan tangan. Dengan penasaran, Fera dan Nicko membuntuti mereka, kemanapun mereka pergi. Bahkan hingga pulang saat berada di depan gerbang rumah Nezya. Nicko memarkir mobilnya berhadapan dengan mobil Zack namun dengan jarak yang lebih jauh. Tepat ketika Zack dan Nezya akan-istilahnya... kissing- Nicko menyentrongkan lampu utama mobilnya sehingga Zack dan Nezya terhenti. Setelah itu, barulah Nicko dan Fera keluar dari mobil menuju Avanza di hadapan mereka. "Keluar!!" Nicko memukul moncong mobil itu dengan sedikit berteriak dan dengan muka yang serasa dibalut amarah. "Dengan takut-takut, Nezya membuak pintu mobil dan berdiri di hadapan Nicko dengan menunduk. Sedangkan Zack buru-buru membuka pintu dan segera berkata sesuatu pada Fera. "Ini nggak seperti yang lo lihat, Fer," kata Zack. Tapi, apa yang didapatnya??PLAKK!!!Tamparan. "Lo ngapain jalan sama Zack?" Nicko mulai menginterogasi Nezya. Of course, dengan nada geram, nafas yang kacau nggak karuan, menahan marah. "Jadi ini alasannya, kenapa lo nggak mau gue ajakin jalan akhir-akhir ini??" Nezya terdiam. "Bagus! Bagus, Nez! Gue nggak nyangka lo tega ngelakuin ini ke gue. Gue kira, lo itu cewek baik-baik, tapi, lihat nyatanya, " Nicko menggelengkan kepala. "Gue kecewa sma lo, Nez." "Nick.. Nicko, M.. Maafin gue.. Gue.." "Maaf? Setelah lo lakuin ini semua, lo cuma bilang 'maaf'?? Oh, gampang, ya?? Semudah itukah??" timpal Nicko. "Lo tahu, sikap lo ini, beber-bener bikin gue sakit ati, tahu nggak." "Nickoo..." Nezya bersimpuh di kaki Nicko, memohon maaf atas apa yang diperbuatnya. "Percuma, Meskipun lo bersimpuh di kaki gue kayak gini, sampai lo nangis darah sekalipun, lo nggak bakalan pernah bisa nyembuhin sakit hati gue yang udah teramat sangat sakit ini," kata Nicko. "Lagian apa sih kurangnya gue, Nez?? Hah!! Apa????!!!" "Nicko.." "Dimana letak kesetiaan yang lo janjiin itu, Nez?? Mana!!?" bentak Nicko.

"Nggak ada bukti. Lo bener-bener udah kecewain gue. Gue nggak bisa lagi maafin lo." Nicko melepaskan diri dari genggaman Nezya. Tapi Nezya malah masih tetap merangkul sebelah kaki Nicko dengan dibanjiri air mata. "Lepasin gue, sekarang." "Gue nggak akan lepasin lo sebelum lo maafin gue, Nicko.." "Itu nggak bakalan pernah terjadi." Nicko menendang Nezya hingga jatuh terjungkal ke belakang dan melepaskan kaki Nicko. Nicko kini sama sekali tidak mempedulikan Nezya lagi, bahkan dia sama sekali nggak merasa bersalah atas tendangannya barusan. "Fera! Kita pulang! Nggak ada untungnya kita disini! Cepat masuk mobil!!" "Fera, dengerin gue dulu!" Zack memohon. "Udah cukup sampai disini, Zack. Mulai sekarang kita nggak ada hubungan apa-apa lagi.Kita putus!!" Fera langsung lari menuju mobil Nicko, dan tak lama kemudian mobil itu melaju dengan kecepatan maksimal dan segera menjauh dari Zack dan Nezya. "Nickooooo....." "Feraaaaaa..." Nezya menangis dan tetap menangis. Zack menghampirinya dan membantu Nezya berdiri setelah terjungkal beberapa saat yang lalu. Nezya ambruk di pelukan Zack. "Zack..." gumam Nezya. "Kamu tenang Nez.. Jangan hadapi masalah ini dengan emosi," ujar Zack. Nezya menarik diri dari pelukan Zack. "Zack, sepertinya kita nggak bisa terus.." "Maksud kamu??" "Kita harus hentikan semua ini. Ini bukan jalan yang benar. Cara kita ini, menyakitkan banyak pihak.. Lebih baik kita sudahi saja semua ini. Hubungan ini hanya akan terus menambah masalah." "Tapi, Nez.." ucap Zack. "Aku nggak akan sanggup kalo harus kehilangan kamu. Aku bisa, aku masih sanggup kalo musti kehilangan Fera, karena mulai dari awal aku memang nggak cinta sama dia. Jadian aja, dia yang ungkapin dulu. Aku takut nyakitin hati cewek, jadi ya mau nggak mau aku terima. Tapi jujur, aku nggak cinta sama dia. Beda sama kamu, Nez.." "Zack..." "Nez, tolong ngerti posisi aku.." "Tolong ngerti juga posisi Fera sama Nicko!" bentak Nezya. "Mereka terluka tas ulah kita! Aku nggak heran Nicko begitu marah sama aku, karena aku emang keterlaluan. Terserah dia mau anggap aku apa, pengkhianat, penipu, aku akan terima itu. Karena aku emang salah," kata Nezya. "Kalau bisa, mulai malam ini juga, kita berdua udah nggak ada hubungan apa-apa lagi. " Nezya mengunci gerbang rumahnya dari dalam dan segera berlari ke dalam rumah. "Nezya!! Nez...!!!" teriak Zack. Namun Nezya tak sekalipun menoleh ke arahnya. Sebulan telah berlalu semenjak insident itu terjadi. Namun antara Nezya, Fera, dan Nicko masih belum muncul komunikasi yang baik seperti sedia kala. Suatu siang seusai sekolah, seorang

cowok di seberang jalan melambai ke arah Nezya. Zack. Nezya menghampirinya dengan enggan. "Ada apa?" "Aku cuma mau pamit," ucap Zack. "Pam-pamit... Kemana?" "Besok aku mau pergi ke New York, ngelanjutin kuliah disana." "Besok? Kok mendadak banget??" "Bukan mendadak sebenarnya. Ini direncanakan udah lama, tapi aku sempat pernah berfikir untuk mengurungkannya karena adanya kamu. Dan berhubung saat ini, udah nggak ada lagi yang bisa bikin gue berarti disini, so buat apa gue disini?? Lebih baik kan gue pergi, mencari suasana, dan semangat baru,"ungkap Zack. "Aku pasti akan merindukanmu, Zack..." gumam Nezya lirih. "Aku pasti juga akan sangat merindukan suasana disini, kamu, dan semuanya," ujar Zack. Tibatiba saja Nezya memeluk Zack. "Zack, jangan pergi. Aku mohon jangan pergi. Aku udah sendirian sekarang. Nggak ada lagi yang mau nemenin gue. Jangan bikin aku merasa semakin kesepian. Aku baru sadar, aku juga nggak sanggup kalo harus kehilangan kamu. Aku masih cinta sama kamu. Aku masih sayang sama kamu,Zack. Please, jangan pergi." "Nggak akan ada yang bakalan pergi dari sini," Tiba-tiba sebuah suara cowok menyahut dari jarak yang lumayan dekat dengan Nezya dan Zack. Nezya segera buru-buru menarik diri dan pandangannya tertuju pada asal suara, Nicko. "Zack akan tinggal, kok. Dia cuma ngetes lo aja, gimana reaksi lo kalo Zack pamit mau pergi." "Zack masih cinta sama lo, mustinya kalian balikan. Jangan siksa diri kalian dengan berjauhjauhan kayak begitu.. Itu sama aja bunuh diri, tahu.." ujar cewek yang ada di sampingnya, Fera. "Nicko... Fera... " gumam Nezya pelan. "Kalian nggak marah lagi sama gue?" "Buat apa kita marah. Cinta itu nggak pernah salah. Cuman, terkadang caranya aja yang salah," sahut Nicko. "Dan cinta itu ajaib. Karena insiden waktu itu, gue jadi deket sama Fera. Dan kalian tahu apa? Kita udah jadian..." Nezya terkesiap. Terkejut akan kejadian yang tak terduga ini. "Benar," sahut Zack. "Cinta itu nggak pernah salah. Nez, sekarang kamu mau kan balikan sama aku?" "Kamu ngerjain aku, yaaaa?" "Kamu mau balikan kan sama aku? Dan tentunya bukan dengan cara yang telah berlalu, namun dengan cara yang benar kali ini...." "Asalkan kamu janji nggak akan pergi ke New York.." Zack tersenyum dan kemudian memeluk Nezya. "Terimakasih, Nez... I Love You, my princess" "I Love You, too.my prince...." "Nez! Nezya!!" panggil Nicko panik. "Aduh, bangun donk! Lu sih pake ngelempar bola melenceng gitu.. Liat tuh! Cewek gue kan yang jadi korbannya!" "Iya, maaf.... Gue nggak sengaja.." ujar cowok berkaos team kuning dari SMA Adi Jaya

itu. Nezya membuka kedua matanya perlahan, awalnya anak-anak yang mengerubungnya terlihat samar, namun setela mengerjapkannya beberapa kali, semuanya terlihat jelas. "Akhirnya, lo sadar juga..." kata Fera. "Zack!!!" Nezya langsung dengan cekatan memeluk cowok berkaos team kuning itu. Yang dipeluk, kebingungan menghadapi keadaan ini. "Nezya !!" tegur Fera sambil melepasakan pelukan Nezya pada Zack. "Apaan sih!!? Tiba-tiba nyelonong gitu aja ke pelukannya cowok gue! Nggak sopan tahu!!" "Nezya, lo apa-apaan sih? Cowok lo disini, bukan dia." Kelihatannya Nicko sedikit terganggubukan sedikit, tapi memang sangat terganggu. Apalagi banyak orang begini... "Darimana lo tahu namanya Zack? Gue kan belum kasih tahu lo, Nez..." ujar Fera. Nezya melongo. Apa yang sebenarnya sedang terjadi?? batinnya. Ia memandang ke sekeliling, tampak sebuah lapangan basket di sekolahnya. Lapangan yang pernah dipakai untuk tanding basket SMA Adi Thirta VS SMA Adi Jaya. Namun, sepertinya semuanya tidak berubah. Semuanya seolah sama. Jangan-jangan....... "Kenapa gue disini??" tanya Nezya. "Iya, tadi waktu lo ngelamun, nggak sengaja Zack nelempar bola basket ke arah lo. Alhasil, lo pingsan deh! Nggak sada-sadar sampe pertandingan selesai," jelas Fera. "Pertandingan-baru-aja-selesai??????" "Ya... Dengan skor 29-30. 29 buat kita, 30 buat Adi Jaya." Nezya melotot, seolah terkejut dan tak lam kemudian.....Gelap.Dia pingsan lagi! "Nezyaaa.......!!!!!!!" Cinta memang tak pernah salah Akan tetapi, Terkadang caranya saja yang salah....... Finished at : Wednesday, March 16 201121:14 WIB Cerpen 6. AKU CINTA SAHABATKU Oleh NN Angin sore menerpa wajahku yang sedang asyik-asyiknya melamunkan hal yang ga tau kenapa bisa aku lamunin. Hal ini tuh udah bikin aku galau belakangan ini. Ya, apa lagi kalau bukan jatuh cinta. Jatuh cinta udah ngebuat aku kaya orang bego. Tiap kali aku makan, wajah dia tuh selalu muncul, ngebayang-bayangin tiap langkah aku ke sekolah, dia tuh bagaikan bintang untukku, slalu nemenin tokoh 'aku' dalam mimpi aku. Sebenernya sih dia tuh temen chattingan facebook aku, dia tuh slalu ada kalau aku lagi sedih, ada masalah, juga kalau aku seneng, dia slalu ada buat jadi tempat berbagi kesenangan.

"Braakkkk!" suara itu kedengaran amat menyeramkan, dan setelah kusadari, ternyata aku terjatuh dari ayunan yang sedang kunaiki. Ya ampun, aku ngelamunin dia lagi... Apa yang terjadi sama aku? Masa aku baru aja ngelakuin hal bego kaya gitu? Hal yang mungkin ngebuat orang lain ngakak di atas penderitaanku. "Awww.... Sakit banget kaki aku..." sebenarnya aku tau di taman ini ga ada orang lain selain aku, tapi kok aku ngerasa ada suara ketawa yang kejam? Hiiyyy, jangan-jangan....... "Huaaaa", aku berteriak kencang saking kagetnya. Baru kali ini aku denger suara hantu, ternyata suaranya tuh kaya manusia banget yah. "Ya ampunnn, ini Kayla? Ahaha, aku ngga nyangka banget bisa ketemu kamu di sini, Kay", kata suara itu. Haaaaa..... Salah apa aku bisa ketemu hantu di sore hari yang indah ini, ternyata hantu itu serba tau yaaa, masa dia juga tau nama aku, terus ya iya dia seneng bisa ketemu manusia bernama Kayla ini di taman terus nakut-nakutin dia, sementara aku...? 'Tuhan tolongin aku Tuhan, bawa aku ke tempat yang aman, ke atas pohon boleh deh, asal aku ga usah ngeliat ni hantu gitu, ngga usah tatap muka sama diaaa.... Aku takut hantu....', doaku dalam hati. Tapi kayanya itu cuma jadi mimpi soalnya aku masih di bawah pohon, di deket ayunan kuning ini.... Suara langkah kaki itu semakin deket lagi... "aaaaaaa, jangan bunuh aku, mas hantu, aku masih belom punya pacar, masih banyak dosa sama mama sama papa... Pleaseee dong mas hantu, biarin aku hiduppp", teriakku sejadi-jadinya. "Hahahahaha Kaylaa-Kaylaa... Kamu tuh yaa ngga di dunia asli, ngga di chat, sama aja: PENAKUT! Hahaha, ini aku, Mike..." kata suara itu... 'Mike siapa' kataku dalam hati.... 'Mike??? Hah, cowo itu? yang sedari tadi aku pikirin? Cowo yang ngebuat aku jatuh memalukan dari ayunan? hahaha, ngga mungkin ah', kataku sembari membalikkan tubuhku ke arah suara itu berasal. Hwaaa, wajah itu membuat hatiku bergetar hebat. Ternyata itu beneran Mike ya Tuhan! Seketika lidahku tak bisa berkata-kata, 'kenapa lidahku kelu tiap kau panggil aku', gitu kalo kata sm*sh! aduh apa apan aku ini, di saat seperti ini aku masih bisa mikirin boyband asal Bandung favoritku itu... kembali lagi dong ke dunia nyata. "Hah, kamu beneran Mike?" kataku, memandang wajah dia yang berdiri di sebelahku sambil mengulurkan tangan, membantuku berdiri. "Ya iyalah emang kamu mikir aku ini hantu yang tau nama kamu? Hahaha", kata Mike seolah dapat membaca pikiranku. "Hehehe, ya kirain sih", kataku, menyambut uluan tangannya. Baru kali ini aku melihat wajah aslinya, ternyata lebih cakep dari fotonya, ngebuat hati aku cenat cenut. Kami mengobrol banyak di taman sambil menikmati matahari yang dengan malu-malu ke tempat asalnya. Senja itu, aku benar-benar ngerasain apa yang namanya indahnya jatuh cinta. Setelah mengobrol begitu lamanya, kami berpamitan, oiyah sekarang aku tau, dia pindah ke blok sebelah rumah aku. Aku jadi tetanggaan sama dia, senangnya :D. Kami lalu pergi ke rumah Mike untuk Mike kenalkan sama keluarganya yang sering dia ceritakan di chat ym ke aku.

Mike pindah dari Jakarta ke Bandung, katanya sih papanya tugas kerja di Bandung. Dia tinggal sama keluarganya, yang barusan dia kenalin ke aku, Oom Anwar, Tante Rosa, dan adik perempuannya yang cantik, Mary. Mike sekolah di sekolah yang beda sama aku. Hari-hari berikutnya kujalani dengan senyuman yang menghiasi wajaku, menganggap bahwa semua hal buruk di dunia ini takkan berarti apa-apa bagiku, asal aku bisa liat wajah dia, wajah Mike setiap hari... Sekarang Mike sudah menjadi sahabatku yang selalu ada di sampingku tiap aku ada masalah, dia selalu ngehibur aku.Semuanya jadi indah, sampai pada suatu hari, dia cerita ke aku tentang seorang cewe yang udah ngebuat hati aku sedih. Mike suka sama cewe itu, dan akhirnya setelah 3 bulan PDKT atau pendekatan, mereka jadian. Aku ngga kuat kalo harus terus begini, aku harus ngomong sama Mike tentang perasaanku sebenarnya, sebelum aku dibuat gila sama perasaan cinta sama sahabat sendiri. Bahkan, sebelum kami sahabatan, cuma sebagai temen di dunia lain selain dunia nyata, yaitu dunia maya, yang ga pernah tatap muka sebelumnya, aku udah suka sama dia... Ya, kalo perasaan ini terus-menerus dipupuk kaya gini, apalagi dengan sikap baik bangetnya itu, sikap perhatian itu, aku ngga mungkin ngga cinta sama dia... Rasa cinta ini terus menerus tumbuh, semakin besar dan semakin besar. Kalau aku ngga ngomong, bukannya aku seneng, tapi malah tersiksa sama perasaan ini. Sampai pada suatu sore yang cerah, saat kami sedang ngobrol di taman kompleks sambil menatap awan yang terus menerus bergerak, aku menceritakan semua tentang isi hatiku, apa yang aku rasakan sama dia, dari kapan perasaan itu muncul, dan berbagai macam kalimat lain yang gatau kenapa langsung meluncur dari lidahku. Aku juga heran kenapa dia ngga kaget sama apa yang aku katakan. Dia tetap tersenyum manis sambil mendengarkan aku bicara tentang perasaan terlarang ini. Setelah selesai semua beban di hatiku ini. "Mike, kok kamu malah senyum-senyum sih? Emang sih ceritaku tuh novel banget, tapi harus kamu tau, ini tuh kejadian sebenernya!", kataku. "Ngga kok, Kay, aku seneng kamu mau jujur sama aku, aku seneng kamu mau jadi the one yang mau tulus cinta sama aku... Ehm, sebenernya aku malu banget ngomong ini sebenernya. Aku juga suka sama kamu, Kay. Dari kita ketemu di chat ym, aku juga udah suka sama kamu, aku berusaha supaya jadi yang terbaik buat kamu. Tapi aku udah putus harapan, soalnya kamu tuh ngga ngasih respon ke aku", jelas Mike. "Hah? Kalau kamu juga suka sama aku, kenapa kamu jadian sama Lila? Kenapa kamu malah ngebuat hati aku tambah sakit, Mike setelah aku tau kejadian yang sebenarnya." "Sebenernya, Lila yang aku ceritain ke kamu itu, dia adik aku, aku cuma mau tau, apa kamu cemburu sama Lila atau ngga. Ternyata kamu cemburu yah, hehehe", canda Mike, tapi aku kira ini janggal dan ngga lucu! "Mike, bukannya adik kamu namanya Mary? Kok kamu ganti jadi Lila sih?", tanyaku penasaran. "Yah, namanya kan Delila Mary Wijaya, nama belakangnya sama kaya aku: Michael Stefan Wijaya. Hehehe, maaf banget kalau aku udah bohongin kamu, Kayla." Mike membuat aku yang tadinya kesal bercampur senang merasa sedikit tenang.

"Jadi?" kata Mike. "Jadi, apa aku boleh jadi cowo yang bisa ngelindungin kamu, Kay?", sederhana, tapi udah buat aku melambung tinggi, bagai terbang di atas awan. "Aku mau, Mike jadi cewe yang bisa ngertiin kamu", jawabku sambil tersenyum. Kami baru saja jadian dan aku sangat senang akan hal itu. Menikmati senja di dekat ayunan tempatku pertama bertemu dengan Mike, dengan suasana yang sama: langit senja berwarna merah keunguan membuat hatiku tentram. Ternyata, sahabat juga bisa jadi cinta. Cerpen 7 KADO VALENTINE YANG TERINDAH Cerpen Tiara Arya Saputri " kak aya "ucap adik ku chicha dr tangga atas " apa cha ??" tanya ku " kk kan 2 minggu lagi mau valentine kk udah siapin kado buat chicha ??" tanya adik ku manja " blom " " ihh kk jahat deh " aq pun langsung mengambil tas ku yg ada di kursi dan langsung pergi sekolah ..... ups lupa knalin aq aya n yg manja tadi itu ade aq ,, aq sama ade aq itu tinggal sama mami n papi tp mereka jarang di indo mereka hanya 1 kali dalam 3 bulan pulang ,, dan aq sama chicha termasuk anak yg kurang kasi sayang ... chicha masih duduk di kls 1 sma sedangkan aq kls 3 sma .... @ sekolah " pagi aya " sapa dicky sahabat ku " ngapain lo baikin gw ??" tanya ku penuh curuga " gw minta izin ngajak chicha pergi valentine boleh ga ??" " gmana ya ?? " ayolah ya " " gmana ya " chicha pun datang " kk aya kok tadi ninggalin chicha ??"tanya chicha manja " yah km lelet kk kan ga suka orang yg lelet " jls ku " ia deh " " oya ky , cha kk dluan ya " pamit ku " ok " ucap chicha dan dicky serentak aq pun langsung berjalan ke arah klas ku

tp tiba2 ada yg memegang tangan kudan dya adalah bisma mantan ku " apaan sih " bentak ku "aya km knp sih ??" tanya bisma " apaan ?? aq ga knp napa bis " ucap ku lagi dgn suara yg keras " trus km knp menghindar dr aq??" " aqga menghindar bis " ucap ku lagi " trus ??" " aq cuma ga mau rara sedih ngeliat kita ,, rara itu sahabat aq dan aq ga mau buat dya sedih bis " jls ku " ia aq tau ya tp km kan tau klo aq ga cinta sama rara ... " ucap nya dan tak kami sadari rara ada di sana " kalain berdua tega ya " ucap rara " ra ini ga seperti apa yg lo bayang kan " bela ku " gaseperti apa yg gw bayangkan ??? lo mikir dong ya pacar gw bilang kya gitu kesahabat gw " ucap rara sambil nagis " tp gw ga ada hubungan apapun sama bisma ra " jls ku tp rara masih saja tak percaya dan langsung pergi " gw minta maaf ya " ucap bisma bersalah aq pun langsung pergi @ taman di sini gw sama bisma ngerayain hari2 kita dgn bahagia tp sahabat gw rara juga mencintai bisma ,, gw pernah punya hutang budi sama rara karna rara udah nolongin gw dlu waktu gw masih ga pe dean sama diri gw sendiri apalagi waktu ada ilham cinta pertama gw sekaligus sahabat rara ,,, ilham sangat baik tp dya ninggalin gw sama kya sahabat2 gw yg laen dan cuma rara yg setia sama gw ... tp pengorbanan ilham masih teringan di saraf gw .. flasback saat gw dan ilham pergi ketaman itu ilham dan kami bercanda ria .. " aya km cantik deh " puji ilham " makasi ya ham " " ia " " oya ham aq bili minuman dlu ya " pamit ku " ia aq tunggu ya n beliin juga aq juga ya ya yg rasa vanila " ucap ilham " ia " aq pun langgsung pergi ke ujung jalan dan karna kelamaan ilham pun menyusul ku kesana " aya awas " ucap ilham yg langsung mendorong ku aq dan dya terlempar ke pembatas jalan .. aq tidak knp2 tp kpala ilham terluka di bagian belakang tp cuma dikit ... sejak itu aq dan ilham berpisah flas off " lo knp ??" tanya seseorang cwo yg duduk di samping ku " gpp ko " ucap ku berbohong " owh .. oya lo mau ??'ucap cwo itu sambil memberikan es cream yg rasa vanila

air mata ku pun jatuh mengalir " lo knp ??" tanya cwo itu " gpp kok gw cuma ke inget temen gw ajj " ucap ku lagi " siapa ya ?? apa orang itu ilham ??" tanya nya lagi aq pun langsung terkejut " lo ?? " ucap ku yg menunjuk orang itu " knp aya ??" tanya nya " ilham ?? " ucap ku yg langsung pergi " aya tunggu gw ya " ucap nya yg langsung mengejar ku jalan raya " aaaaaaaaaaaaaaaaaaa " triak ku aq pun tertabrak olh sebuah mobil ilham pun membawa ku ke rs dan mengabarkan ke smua keluarga 2 minggu pun berlalu selama 2 minggu ini banyak yg terjadi akhir nya aq sadar dan membuka mata ku ... aq melihat smua yg aq sayang ada disini termasuk ilham " gw minta maaf ya aya " ucap rara yg langsung memeluk ku " ia tp maafin gw juga ya " ' oke " " aya gw sama chicha udah jadian loh " ucap dicky heboh" " kk dicky apaan sih " ucap chicha malu2 n juga manja " mami sama papi juga minta maaf ya sayang " ucap mai n papi dgn rasa bersalah karna tlah menelantarkan aq n cicha " aq juga minta maaf ya " ucap ilham dgn wajah malaikat aq pun langsung memeluk nya " ia aq maafin kamu kok " ucap ku sambil memeluk nya erat " oya kak ini kado valentine " ucap chicha yg memberikan sbuah cincin untuk ku " kok cincin ??" tanya ku heran " ya tanya aja sendiri sama kak illam " ucap chicha lagi " maksud nya apa ham ??" tanya ku " km mau ga tunangan sama aq " tanya ilham romantis " ia aq " ucap ku malu dan akhir nya aq bahagia ...

cerpen 8 .

LAYANG-LAYANG CINTA ―1!2!3!4!5!6!........‖ Seperti biasa, aku dan teman-temanku bermain petak umpet di padang rumput yang cerah. Tiba-tiba ada seseorang yang memanggilku dari kejauhan, ―Fama, ayo pulang dulu..‖ Oh, ternyata Kak Reza yang memanggilku. ―Em, oh , iya kak.!‖ jawabku dengan nada keras. ―Aku pulang dulu ya teman-teman! ‖ Aku pun pulang bersama Kak Reza.

Di rumah… ―Ayo, kita makan dulu..‖ kata ibu sambil menggoreng ayam. Kami berempat pun makan. Setelah makan, aku harus sholat maghrib dulu berjama‘ah. Setelah sholat, aku belajar. ―Huh, matematika susah deh!‖ kataku dengan nada angkuh ―Hei hei,ada apa dek?‖ sahut Kak Reza tiba-tiba yang duduk di sebelahku ―Ih, aku gak bisa ini nih‖ jawabku sambil menunjuk soal matematika no.7 . Aku pikir, kakakku akan membantuku mengerjakan. Tapi, ternyata tidak. Dia malah memalingkan wajahnya ke bukunya di sendiri. ―Aduh kak, ini gimana‖ Aku sangat kesal sama dia. ―Kerjakan sendiri, ngapain suruh suruh kakak!‖ Kak Reza ternyata juga kesal. ―Yah! Please deh kak, ajarin dong..‖ kataku dengan nada melas. ―Pilih aku ajarin atau pilih besok aku buatin layang-layang?‖ Kak Reza bilang begitu? Hah? Gak salah denger nih? ―Oh,oumm, ya udah deh. Aku pilih…pilih… buatin layang-layang aja.!‖ jawabku ―Berarti….ga jadi bantu ngerjain soal matematika dong!‖ Kata Kak Reza sambil senyum ke aku ―Iyah. J oke Kak!‖ jawabku sambil nyengir juga, :D . Pagi jam 06.00 … ―Tuh kan, motornya ko‘ gampang rusak sih! Ini nanti telat loh Kak!‖ Aku sangat sebal sama kakak kalau masalah ‗motor‘nya dia. ―Hem, ya udah… Gak usah bareng kakak!‖ Kata Kak Reza. Uh, aku gak suka kalau Kak Reza menang terus. ―Huhhhh!!! Iya iya, !!. Tapi ko‘ lamat amat sih, makanya kak ganti motor. Mana knalpotnya udah hitam, spedometernya rusak, tambah lagi spionnya 1. !!‖ Aku pun mulai marah. ―Ih, cerewet. Tuh liat, motornya gak rusak lagi. Ayo, naik.‖ Kak Reza pun juga marah. Setelah sampai di sekolah, aku langsung lari ke kelas karena aku piket. “Hih, piket lagi piket lagi. Gara-gara Kakak!” gumamku dalam hati sambil menyapu lantai kelas. Tiba-tiba temanku yang bernama Hani menghampiriku ―Hai Fam, ayo ke taman. Ngobrol-ngobrol J‖ ―Ah nggak ah, aku lagi bad mood‖ kataku bersedih ―Kenapa?‖ Si Hani balik tanya. Tak disangka, bel berbunyi. Saatnya pelajaran tiba. Istirahat jam 09.45…. ―Yuk, ke kantin. Ada bakso tuh.‖ Si Hani menghampiriku lagi ―Ah nggak. Aku lagi bad mood‖ Jawabku ―Ha?Ada apa?‖ Hani berbalik tanya ―Gak papa.‖ ―Ya udah, aku tinggal ke kantin.‖. Aku menangis lirih. Aku mulai menyadari bahwa aku itu selalu salah. Aku selalu marah ke Kak Reza. Aku gak tau harus berbuat apa ke Kak Reza selain marahmarah. Aku ingin minta maaf tetapi aku malu. Padahal, dia itu baik banget. Dulu waktu kecil,

aku selalu minta uang 1000 atau jajan ke Kak Reza. Dulu, dia juga pernah mengajakku jalanjalan keliling kampung pakai sepeda bututnya. Dulu, Kak Reza juga pernah membelikan aku sebuah tas kecil yang bergambar Winnie the Pooh. Uh, lucunya J. Tapi, sekarang aku tak pernah seperti itu. Karena aku sudah SMP. Mana mungkin, aku diberi uang atau jajan? TAK MUNGKIN! Rasanya, aku seperti mimpi. Aku tak pernah bisa membayangkan betapa besar salahku. Aku ingin minta maaf tapi aku malu. Huh, bagaimana ini ??? Bel berbunyi, tanda pulang sekolah. Ternyata, Kak Reza sudah menjemput aku. ―Kenapa dek, mata kamu ko‘ merah??‖ tanya Kak Reza sambil memegangku. ―Oh, em, gak papa kak. Tadi kelilipan kaliJ‖ aku menjawabnya. ―Ya udah, ayo cepat naik‖ ―Iya.‖ Setelah sampai rumah… ―Aku ingin tidur dulu. Nanti aja buat layang-layangnya Kak,‖ kataku sambil merebahkan diri di kasur empuk. ―Sekarang aja dek, nanti keburu hujan‖ jawab Kak Reza ―Hem, ya udah deh Kak.‖. Aku dan Kakakku langsung ke belakang rumah untuk membuat layang-layang. Ternyata, kakak udah punya bahannya sisa buat layangan kemarin. Kak Reza pun membuat layang-layang itu dengan tekun dan rapi. Aku hanya melihat saja. ―Eh, bantuin Kakak dong‖ Kata Kak Reza tiba-tiba ―Hehehehe, sini gak bisa Kak. Maaf ya kak. Hem, kakak pantes lo jadi penjual layang-layang. Hahaha‖ Aku mulai bercanda.

Setelah layang-layangnya jadi, aku dan Kak Reza berlari ke lapangan. Banyak anak-anak yang bermain layang-layang di sana. Aku pun langsung bermain layang-layang buatan Kak Reza tadi. Layang-layang itu sangat bagus karena bentuknya love dan warnanya merah. Aku pun mulai bergumam “Gak seperti biasanya, kok Kak Reza buat layang-layang love? ”. ―Tarik dek, ayo dek, benangnya tarik terus.!!‖ Kak Reza kalau ngomong semangat sekali. Aku pun mulai menarik benangnya dan seketika itu layang-layangnya menjulang tinggi. Tapi semua itu tak lama. Hujan deras membasahi lapangan dan aku mulai menurunkan layang-layang. Kak Reza memanggilku ―Ayo Fam, pulang. Hujannya derass nihhh‖ ―Iya kakkkk‖ balasku sambil berlari. Setelah sampai di rumah… ―Huh, dingin..‖ bibirku bergetar. Aku duduk di ruang tamu. Sementara, kakakku ke dapur. Aku gak tau kenapa Kak Reza ke dapur. Ternyata, dia membawa duaa gelas teh hangat. Kami pun minum teh itu dengan nikmat. Aku pun teringat, “Iya, ada kesempatan untuk minta maaf” gumamku ―Kak…‖ kataku lirih ―Iya dek?‖ jawab Kak Reza ―Aku… minta maaf‖ ―Maaf apa?‖. Aku pun mulai merasa takut. Gak tau kenapa? ―Hem, aku minta maaf semua kesalahanku terhadap kakak. Aku selalu marah-marah pada kakak ataupun yang lain.‖ Hufft, aku pun mulai lega ―Ohh, aku juga minta maaf ya dek. Aku tuh sebenernya malu banget minta maaf ke kamu. Makanya, aku buatin layang-layang love.. J‖ kata Kak Reza kepadaku ―Haha, sama kak. Sebenarnya aku juga malu, tapi.. aku harus bisa memberanikan diri J‖ ―Sehati kita. Hahaha‖. “Layang-layang CINTA :*”

cerpen 9.

Cerpen " I HEART YOU" By : Novia Pratiwi id Twitter : @Wi_Tiwie asal

: banjarbaru, kalimantan selatan

sekolah : SMPN 1 Banjarbaru

hooaammmmm.. pagi ini adalah pagi yang cerah buat gue, huhh.. tapi sayang gue ga bisa guling-gulingan dikamar soalnya gue mesti sekolah.. aahh, kenapa sih mesti ada sekolah? kenapa ? kenapa ga sekolah buat ketemu cowo cowo kece dan keren? ahh bete.. oiya kenalin gue Yukita.. panggil aja Yuki kalo ga kiki kalo ga yuyu kalo ga tata.. banyak kan?? hahaha yang jelas kalo ada yang manggil gue nyahut nyahut aja, baik itu orang manggil gue apa enggak gue pasti nyahut.. haha.. nah sekarang gue duduk dikelas 3 SMA di salah satu SMA di Jakarta, bagus ga tuh.. Enggak!! itu saat saat paling menakutkan hahaha.. “Yuki!! Ayo cepeetan.. entar gue telat! Gue belum ngerjain pr..” kata seorang pria yang mengetok pintu kamarku. “Ia bawel!” kataku. Dia adalah adik gue, namanya Dicky. Hebat kan gue! Sampe ade gue aja kaga manggil gue kaka. Huft.. sungguh menyakitkan. Gue sama dicky satu sekolah, hanya saja dia masih kelas 2 SMA . pagi ini, gue harus sekolah secara hari ini hari kerja broo..

(Di sekolah , tepatnya?? dikelas dong masa dikantin)

"hoyy Yuyu.." kata temen gue dari pintu.. sumpah cara dia manggil gue udah kaya preman yang mau malak. namanya Ilham. dia emang temen gue, tapi lebih tepatnya temen ade gue. dia adek kelas gue, yang beneran temen gue itu kakaknya reza nah dia itu sekelas sama gue. "lo manggil gue dek?? mau duit berapaan? manggil kok kaya malak! -_-" kata gue.. dia cuma cengar cengir kaga jelas gitu.. -_-

lagi betenya gue sama ilham eh, kakaknya dateng dari belakang.. "pagi kiki.. " kata si Reza dibelakang ilham, tu kan bener, gue bilang juga apa.. gue ga jelas nama panggilannya.

*JAM BELAJAR* "ya anak anak.. sebelum memulai pelajaran.. pagi ini kita kedatangan murid baru dari Bandung" kata guru gue... waktu dibilang 'dari bandung' mata gue yang tadinya ngantuk karna jam pertama adalah fisika dan teman disebelah gue ga masuk karna sakit, namanya Rangga biasanya dia tuh yang ngajak gue ngegosip. lucu sih orangnya, tapi jail!.. eh, lanjut, gue melek karna murid itu dari bandung. kan biasanya anak anak Bandung pada kece semua. pada geulis sama kasep pisan haha.. "silahkan masuk nak!" kata bu dini manggil anak baru itu. beh gue penasaaaraaan banget.. dan akhirnya.. tu anak baru itu masuk,, huwoooww.. bener kata gue,, kasep pisan euy.. gue langsung mikir yang enggak enggak deh :D "za za za liat deh, tu cowo ganteng kan?? Lumayan, bisa buat pengharum kelas. haha" kata gue sama reza yang duduk didepan gue. "apaan? coba lo liatin mukanya, dingin banget, ga ada senyumnya.. hii" kata eja (reza). yah gue ga peduli sama yang dia bilang, couse in fact.. i love a cold man. haha "hai semua, nama saya morgan saya pindahan dari bandung." kata si murid baru. oh jadi namanya morgan, tapi mukanya kok kaya ga asing lagi ya? ah tau ah, em sumpah dia ngomong mukanya datar gitu dia ga senyum ataupun ngelirik lirik. "ya morgan silahkan duduk di samping cewe yang sendiri itu" kata bu dini. bu dini ga pernah inget sama nama siswanya, hebat ga tuh. ah bodo yang penting dia duduk sama gue, haha mimpi apa gue hari ini!!! morgan pun berjalan kearah meja gue, huwow.. cenat cenut deh nih hati!! dia duduk tepat disebelah gue!! ya sebenernya sih itu kursi rangga, tapi gue ga bilang ke morgan, soalnya kan itu salah rangga siapa coba yang suruh dia ga masuk hari ini. haha "hai gue Yukita , terserah mau manggil apa." kataku sambil senyum sama morgan. tapi dianya cuma mandangin gue tanpa ngomong apa apa. yah gue sih bisa maklumin namanya juga "cold Man". tapi sumpah muka sama namanya itu ga asing buat gue, entah gue pernah liat dimana.

teng teng teng.... akhirnya bunyi bel sekolah bunyi,, sebenernya sih gue ga mau istirahat, perut gue masih kenyang bekas tadi sarapan, tapi gue mau di kelas aja, mau istrahat, haha hal itu si ilham yang ngajarin. nah, untungnya si Morgan juga ga istirahat,dia Cuma baca buku di kelas. jadi gue bisa ngobrol sama dia. hehe “gan lo ga istirahat gituh?” kata gue dengan harapan dia jawab „enggak, gue mau disini aja sama lo‟ haha ngayal banget. “ga” jawabnya tanpa memandangi gue. Apaan!! tentu aja gue ngerasa ga dianggap. Hah.. terpaksa mesti bersabar. Demi cowo idaman gue. :D “lagi baca ya? Baca apaan?” kata ku kembali, untuk mencairkan suasana “bisa baca ga sih, liatin nih judulnya!” kata morgan sambil nunjuk nunjuk judul bukunya. “santai dong, kan lo tutupin ya gue ga bisa baca.” Kata gue udah mulai kepancing sama morgan tapi gue ga mau marah.. “ya udah diem aja lo.” Kata morgan sambil ninggaalin gue. Sialan!! Kali ini gue udah dipuncak murka! Ia gue emang suka sama dia, tapi gue juga punya batas kesabaran kali. Sumpah, gue udah cape sok akrab sama dia, setiap gue nanya, kalo ga jawaban singkat, dia pasti nyolot. Ya lama lama bête gue… Akhirnya gue nyerah dan diem seharian….

Hampir 2 minggu sudah gue 1 kelas ama morgan, tapi kami tetep aja diem dieman gitu. Terakhir kami ngobrol?? Ya itu ,, waktu dia nyuruh gue diem, setelah itu gue ga pernah ngomong lagi sama dia, bahkan say hi aja engga.

Hari ini, pagi jam 7 matahari masih belum nongol, dan perasaan gue jadi ga enak.. mudahan aja yah ga terjadi apa apa sama gue. *Amin!!

*disekolah “ya Yukita , mohon jawab pertanyaan yang ini..” kata ibu edni, dia guru matematika gue. Entah mengapa dia nunjuk gue untuk ngerjain soal. Gue sih ngikut ngikut aja. Karna

matematika pelajaran kesukaan gue. Nah majulah gue kedepan untuk jawab soalnya, nah, untung juga nih soal gue paham, jadi ga malu maluin.…………. *ngerjain soal dipapan tulis* Dan setelah selesai gue dengan pde bilang “ nah selesai buu!” “salah itu!! Coba periksa lagi!! Jangan duduk! ” hah? Salah? Kenapa?? Gue udah bingung setengah mati didepan kelas. Gimana nggak? Jawaban gue selalu bener, baik itu jawaban sendiri maupun nyontek.. sekarang gue udah ga punya muka lagi bediri di depan kelas tiba tiba.. morgan angkat tangan… dan bilang “ bu jawaban yukita bener bu, saya udah mengeceknya bu..” kata morgan dengan pasti. Ibu edni pun langsung mencoba menghitungnya sendiri. Dan yeay!! Yang gue itung bener,,,!!! Hah!! Berkat morgan gue ga jadi malu!! Sekarang gue super pede kaya dulu lagi.. Gue pun kembali ke meja gue dengan semeringah, pas duduk gue ngeliatin morgan. Tapi dia udah dingggiinn banget, ngeliatin gue aja enggak. Sibuk sendiri sama bukunya. Teng teeng teng teng…………………………. Akhirnya bel tanda pulang berbunyii,, tapi sialnya hujan turun dengan lebatnya Saat gue keluar kelas, morgan barengan sama gue. Kami bedua lari lari ke depan gerbang sekolah (ngindarin hujan). Anak anak yang lain udah pada pulang, nah guee? Ditinggalin sama supir gue gara-gara supir gue mau nganterin dicky jalan ama Ilham. Bagus banget deh ya! Inget aja tu anak!.. Gue sama morgan lari dan berhenti di gerbang bersamaan, entah dia sengaja atau pun udah takdir gue ga tau. Di gerbang gue Cuma celingak celinguk nyari jemputan gue. Sedangkan morgan? Ya of course! Baca buku dong! Hujan semakin lebat, gue semakin ga di jemput, nah Morgan?? Semakin baca buku -_-.. iseng iseng,Karna gue ngerasa berhutang budi sama morgan berkat yang tadi siang, gue pun mencoba untuk sekali lagi sok deket sama morgan. “Gan, ngomong ngomong makasih ya tadi!” kata gue yang dari tadi duduk disebelah dia tapi tetep dicuekin, “hem” kata morgan tanpa mengalihkan pandangannya dari bukunya. Eleh eleh!! Nanya apa kek, liatin gue kek, apa kek. Ahh,, gini caranya mending gue ujan ujanan sambil pulang. Gue pun akhirnya mengalah dan pergi dari gerbang tapi…. Morgan berdiri dan narik tangan gue!! “mau kemana lo?” kata morgan

“pulang, lagipula dinginnya hujan ga sedingin lo juga kok, jadi santai aja” kata gue dengan sedikit menyindir. “ini beneran hujan Ki.. lo bisa sakit kalo hujan hujanan..” Gubrakk!! Morgan?? Manggil gue?? Terus perhatian banget. Hah?? Saat itu hati gue udah cepet banget larinya loh maksudnya?? . seketika gue udah ga bisa ngomong, tangan gue masih dia pegang, entah mengapa mskipun bersikap dingin, tangan morgan hangaat banget, bahkan ditengah hujan kaya gini. Gue udah speechless gue Cuma bisa memandangi dia penuh tanda tanya!. “Gan? Lo lo sakit?” kata gue bermaksud menyakan tentang perubahan sikapnya. “udah, entar aja pulangnya, hujan nya masih deras!” kata morgan lagi. Sepertinya ia tidak menanggapi pertanyaan gue yang sebelumnya. “percuma, gue ga ada temen disini” kata gue yang bermaksud menyindir morgan “loh? Kan ada gue! Ia gue tau kok. Daritadi gue ga ada ngomong, gue Cuma ga mau lo keganggu!” kata morgan dan ini!! Tangannya masih megang tangan gue. Gue pun akhirnya ngikutin kata kata morgan. Gue akhirnya nunggu jemputan digerbang. Dan Cuma bedua. Nah yang bikin gue bingung, morgan ngapain di gerbang? Apa dia nungguin gue? Ah.. pasti dia nunggu jemputan juga. Sejak perkataan dan tingkah laku morgan itu, hati gue ngerasa hal yang aneh, hati gue terasa hangat banget. Karna udah lama.. akhirnya gue ngerasa kedinginan, gue pun Cuma bisa nyilangin tangan gue ke tubuh gue.. sebenernya sih harapannya morgan mau ngedeketin gue terus ngasih jaketnya atau peluk gue gitu.tapi apa daya, its imposible.. Dan tiba-tiba bener morgan ngedeketin gue, “lo kedinginan?” tanyanya padaku, “he‟eh nih, lama lama dingin juga, mana gue ga bawa jaket atau apa gitu” “lo kan anak IPA ! masa Ga tau caranya ngangetin tubuh?” gubrak!! Gue kira dia mau ngapain gituh, hal yang romantis gitu. Gue Cuma bisa manyun aja. “hah ague becanda kok. Hahaha coba deh lo ngaca muka lu lucu haha” kata morgan lagi sambil ketawa. Sumpah, dia ketawa? Itu merupakan hal paling indah buat gue. Setelah hampir 2 minggu gue sekelas baru ini gue ngeliat dia ketawa sama gue. Sebenernya sih sering tapi Cuma sama temennya. “ ih, morgan ih, ga lucu tau” kata gue sambil sewot padahal sih hati gue berbunga bunga. “ hahaha, ya udah nih pake jaket gue aja” kata morgan sambil memberikan jaketnya padaku.

“hah? Ga usah deh. Entar lo gimana?” kata ku mengelak, padahal dalam hati gue “sini sini buat gue aja” haha “ga papa kok. Lagipula besok kan libur, jadi kalo gue sakit ga papa” kata morgan dengan polosnya. Gue ga tega ngeliat cowo yang gue suka ini sakit. Akihrnya gue punya ide. “ya udah sini.” Kata gue sambil ngambil jaket morgan. Gue Cuma ngambil jaketnyaa, gue ga make atau pun ngasih balik ke Morgan, karna gue tau morgan pasti nolak.. Hujan sudah mulai berhenti, Morgan terlebih dahulu meninggalkan ku. Ia hanya pergi begitu saja tanpa mengambil jaketnya. Padahal ia tau bahwa gue ga make......... Pagi ini, gue bangun dengan batuk batuk dan pilek.. “hah pasti ini gara gara kemaren kedinginan dan kehujanan..” ….. Tok tok tok.. suara pintu kamarku berbunyi.. ga biasanya pintu kamar gue ada yang ngetok, biasanya orang yang mau masuk kamar gue pasti nyelonong masuk gitu aja. Karna itu kamar gue selalu gue kunci. “Oh, Dicky. Kenapa Chy? Mau minta maaf? Kagak akan gue maafin ” kataku sambil membukakan pintu, ternyata orang yang mengetok pintu kamarku adalah Dicky, cowo yang bikin gue pilek dan batuk ini! >:O “ heheh, maaf deh ki. Kan gue kemaren ga tau kalo bakal hujan. Ampun deh kak! ._.V ” kata dicky dengan muka cat ayes nya. “lo ngapain disini. Gih sono pegi! ” bentak ku.. haha padahal gue ga marah, malah gue pingin berterima kasih. haha “ih, lo mah jahat. Bilangin bunda loh?” katanya menggertak. Hah, namanya juga dicky sukanya Cuma ngaduin orang. Yahh,, gue ga jawab deh.. “bunda… liat deh ka yukita belum mandi” triak dicky. Kurang ajar, gue kira dia mau ngadu tentang gue kehujanan, eh ternyata malah ngadu ini. Hehe emang sih.. gue belum mandi,, tapi itu karna gue ga enak badan *alesan,

*diruang makan “De, hari ini tante Rina mau datang ke rumah kita!” kata bundaku ditengah ku sarapan “Terus? Kok nanya ade? Emang mesti dapet restu ade buat ngajak orang ke rumah?” kataku bingung sambil makan roti yang udah disediakan

“Loh, kamu lupa tante rina? Itu loh yang dulu tetangga kita! Yang anaknya sering main sama kamu!” kata bunda ku menjelaskan, dan ahirnya aku ingat dan terkejut. Terakhir aku dengar kabar, mereka pindah ke bandung , dan saat itu umurku sekitar 5 tahun. “hah? Masa sih? Anaknya yang mana?” kataku. Aku hanya ingat tante Rina dan itu juga hanya sepercik ingatan. Karna itu sudah sangat lama. “liat entar siang aja deh” kata bundaku yang membuatku penasaran. “ngomong ngomong ichy mana?” kataku sambil celingak celinguk cariin dicky.. “tadi dia katanya keluar mau jalan sama ilham” kata bundaku. “ah bohong bunda.. dia itu pacaran terus bunda.. alesannya ilham terus!” kata ku.. haha ini dia pembalasanku. Siapa suruh dia ngerjain gue. Hahaha liat aja lo chy.. *siang* Hah.. aku sungguh penasaran dengan apa yang bunda ku bilang. Gue Cuma diam aja dikamar sambil coba untuk mengingat kembali. Jujur gue bukan orang yang mudah melupakan sesuatu yang penting, tapi jika hal itu menyakitkan gue pasti dengan tempo yang cepet pasti lupa secara gue kan sukanya have fun, males ngingat ngingat yang sakit. Tiba tiba saat gue lagi duduk deket jendela, gue denger ada orang yang manggil gue. Gue pun buka pintu kamar untuk memastikan. “Ade cepet turun!” kata bundaku, ternyata bunda yang manggil gue,.gue kira sapa. Kali aja morgan hahaha. Gue langsung nyahut dan turun. Dan pas gue turun….. HOWAWWW!! How amazing this are!! Gue terkejut setengah hidup. Di ruang tamu udah ada seorang wanita yang seumuran bunda gue dan seorang cowo yang gue kenal!! Aaaarrgghh tu cowo bikin gue Speechless . “Ki, kamu ingat tante Rina kan sekarang? Dan ini anak yang jadi temen kamu dulu!” kata bunda gue!! Kalian mau tau tu cowo yang dimaksud bunda gue ‟ anak yang jadi temen kamu dulu.‟ Dia adalah…… ….. ….. ….. MORGAN!! “loh, Morgan?? Kok lo? Sama tante? Ini??” kata gue sama morgan sambil gagap karna trkejut. Dan hebatnya lagi! Tampang morgan kaya ga terkejut gitu. Apa dia udah tau? Tapi ga bilang sama gue? Yah pasrah aja deh ya.. tawakal aja yah! Heleh jadi ke syahrini deh

Yah inti nya ini sesuatu banget! “ loh emang ga boleh gue sama nyokap gue kesini?” kata morgan.. Degep!! Mati udah jantung gue! Dia! Anak! Tante Rina! Sooo?? Dia anak yang dulu jadi temen gue! Huwaww.. how amazing that! Cowo yang gue suka! Adalah temen gue dimasa lalu.. jegles! Perfect banget! Pokoknya sesuatu banget! Kami pun berbincang bincang diruang tamu. Setelah mendengar beberapa cerita dari tante Rina tentang pertemanan gue sama morgan dulu. Akhirnya gue inget! Yeay!!! Tapi gue ga bisa apa-apa gue Cuma ngangguk ngangguk ga jelas pas ditanyain. Dan morgan?? Apaan! dia Cuma baca buku ga jelas, kalo ditanya sama bunda gue?? Dia Cuma jawab „ia tante he‟ kesemua pertanyaan yang dicecar ke dia, ele ele gue udah kaga betah disini.. Dan akhirnya bunda gue nolongin gue! Hurray!! Tapi dengan metode berbeda. Hahaha, bunda gue kebingungan karna minuman belum datang, padahal kami udah hampis setengah jam di ruang tamu. “biar dede aja yang ngambilin, tunggu ya tante, gan!” kata gue. Tapi,,,, dengan bego nya! Gue ga pergi ke dapur! Gue malah pergi ke atas. Hahaha. Gue ga malu, karna sebenarnya gue emang mau keatas karna gue inget kalo gue ada nyimpen foto gue sama morgan waktu kecil. Hahaha selain itu?? Gue juga ada jaket morgan yang dia kasih kemaren, jadi banyak alasan gue!! Huahuahua.. “eh ade! Dapur mah disana! Bukan diatas!” kata bunda. “ah entar bun, ada yang mau diambil” kataku sembari menaiki tangga. *smpai di kamar* Nah, dulu gue inget pernah nyimpen foto gue sama morgan waktu kecil. Gue pun langsung mencarinya.. krasak krusukan di kamar deh nih ceritanya. Naaah!!! Akhirnya ketemu,, gue langsung aja ngambil tu foto yang ternyata ada di dalam laci. fotonya udah ada framenya lagi.. posenya??? Morgan lagi ngerangkul gue dan gue sandaran di dia. Idih.. tu foto konyol abis,, muka gue masih imut imutnya dan morgan?? Dia masih murah senyum waktu itu, kalo ga salah ini foto kami waktu umur 5 tahun. Huwaw.. Tiba-tiba seseorang ngetok pintu.. pas gue naya itu siapa dia ga jawab.. gu pun akhirnya berdiri dan jalan ke pintu sambil bawa foto itu dan jaket morgan. “morgan? Kok lo disini?” kata gue kaget. Ternyata itu morgan.. emang takdir kali ya.. ga lama setelah gue liat foto dia eh dianya datang :D “habis lo lama banget, kami kan haus” kata morgan. Hehe gue lupa kalo tadi disuruh

ambilin minum :D “hehe lupa” kataku sambil cengar cengir.. “ye.. ngapain sih kesini?” kata morgan. Nah lo!! Gue jawab apa?? Ah.. untung gue bawa jaket morgan.. gue pun memperlihatkan tangan kiri gue.. yang gue kira itu adalah jaket morgan… Tapi ternyata…. iTU FOTO KAMI BEDUA!!! Gue salah ngasih tangan!! “hah?? Lo masih simpen nih foto?? Lo frame lagi??” kata morgan terkejut sambil ngambil fotonya. “em eh em.. iya!! Gue juga baru inget kok! Sumpah deh” kata gue sambil gagap karna grogi.. gue kira morgan bakal marah!! Tapi ternyata.. dia malah ngacak ngacak rambut gue sambil ketawa dan bilang : “ kamu dulu lucu yah! Sama kaya sekarang.. tapi jadi jelek” Gebrak!! Dia bilang gue lucu?? Apa bener? Hati gue udah ga bisa jalan deh.. udah loyooo.. gara gara cenat cenut dibilang “LUCU”. Tapi dia juga bilang gue jelek!! Ihh jahat!! “ahh.. lo mah gitu.. udah ah turun yuk” kataku sembari ngambek.. kami pun turun dan ternyata dibawah sudaah ada dicky.. akhirnya dicky muncull!! Setidaknya kalo ada dicky ga Cuma gue yang ga tau dulu morgan itu temen gue.. “eh ada kak morgan” kata dicky.. pinter banget yah tu anak, manggil gue kaka ga mau, tapi manggil orang lain aja mau. -_- . eh ngomong ngomong muka dicky pas ngeliat morgan kok biasa aja ya?? Jangan jangan dia juga udah tau. Gue pun langsung duduk disamping dicky.. “chy. Lo tau tentang morgan?” kataku sambil berbisik.. “oh kak morgan! Iya aku udah tau pas pertama dia sekolah kok” kata dicky tanpa berbisik.. gubrak!! Jadi dia udah tau dang a beritahu gue?? Sontak gue terkejut dan nyubit dicky :P

Akhirnya mereka pulang… tapi seblum pulang.. gue sempet disuruh nyokap gue ajakin morgan keliling rumah.. dan something happens!! #FLASHBACK!!! “yo gan.. ikut aku…. Kita ketaman belakang.. tau kan?” kataku.. sebenarnya perkataanku itu sedikit menyindir morgan.. halaaman belang rumah gue adalah background foto yang itutuh.. hahaha.. morgan Cuma ngeluarin ekspresi malu waktu gue bilang itu.. Kami pun berjalan ke taman, dan duduk dikursi. And guest what?? Kursi yang kami dudukin

sekarang adalah kursi yang kami dudukin waktu dulu… “hemm, lama ya ga kesini” kata morgan sambil memandang mandangi halaman rumahku. “he he em iya.. aku juga..” kata ku.. ups gue lupa.. mulut gue ga sengaja nyebut „gue‟ jadi „aku‟ kenapa jadi gini ya?? “hem,, aku ga Cuma kangen sama tempat ini kok. Aku… em.. juga kangen sama kamunya!” kata morgan sambil memandangi gue. Jeglep!! Mana morgan yang gue kenal?? Yang dingin dan sering nyolot.. dia berubah gitu aja.. dia juga kangen sama gue?!? Oh Tuhan,, tolong dekatkan lah hati yukita dengan hati morgan Tuhan… hahaha “em, eh, em, iya. Aku juga kangen kok.. ngomong-ngomong kamu kok ga bilang ke aku kalo kamu itu temen masa kecil aku?” kataku sambil menahan malu yang mendalam… hahaha “em, aku Cuma takut kamu masih marah” kata morgan ragu ragu. Yah, gue ga tau mau ngomong apalagi, masalahnya gue lupa sama sekali kejadian itu… “ah udah ah, kejadian yang dulu jangan diinget lagi.. masalahnya aku udah lupa.. haha” kataku santai. Morgan hanya bisa tersenyum melihat gue. Kami pun terdiam untuk beberapa saat.. hadueh,, kenapa hati gue jadi negrasa aneh gini ya?? Kayanya sesuatu bakal terjadi nih.. “em, ki.. sebenernya waktu kita berfoto pas waktu itu. Ada sesuatu yang gue lupain..” kata Morgan sambil ngeliatin tajam gue. Karna gue takut, gue ga ngebalas liatin dia. Gue Cuma ngeliat kedepan. “ini!” kata Morgan sambil mencium pipi gue.. gue pun terkejut dan langsung natap morgan. “Gan?!?!” tanya gue.. gue bingung mau marah atau seneng.. gue Cuma natap morgan seolah olah berharap morgan memberikan klarifikasi. “waktu itu kan seharusnya gue nyium lo waktu kita kecil, jadi anggap aja itu ciuman buat kita waktu kecil” kata Morgan. Hah, sebenernya sih gue berharap dia bilang kalo dia suka sama gue. Tapi ya sudahlah…. Kami pun kembali terdiam.. iseng iseng gue juga punya ide buat ngebalas kedia.. GUE PUN NYIUM PIPI DIA DENGAN TIBA TIBA… haha, gue udah siap kalo dia nanya kenapa.. haha “Yuki?!!” kata morgan terkejut. Gue Cuma cengangar cengingir ngeliatin ekspresi morgan saat itu. “loh? Kok kamu kaget??itukan Cuma ciuman masa kecil?? Yakan??” kataku,, haha

sebenernya sih, itu ciuman dari hati gue dan bukan dari masa kecil gue.. Tiba-tiba,, waktu kami lagi ketawa ketawaa karna saling cium.. Si Dicky muncul dari pintu.. “ciyeee,, udah berani cium ciuman nih,, bilangin bunda ah” kata dicky memperolok kami. Kami pun terkejut melihat Dicky,, ternyata dicky ngeeliatin daritadi… Morgan udah terlihat panic, tapi gue? Gue santai aja,. Karna gue punya senjata khusus buat dia.. haha “bilangin aja, ga papa kok. Paling entar gue bilangin ayah lo pernah ciuman disekolah, lo selalu nyontek, lo ga pernah ga diremed, lo selalu jalan ama cewe lo. Terus apa lagi ya?? Em…” kata gue nyebutin semua kesalahan dicky. Muka dicky udah mulai ga enak pas gue bilang itu.. haha siapa suruh!! Kadal dikadalin :p “ehhh ehh jangan deh Yu!! Kaka Yuyu cantik deh, gue ga akan bilang kok. Suer deh” Kata Dicky terus dia langsung kabur.. hahaha siapa suruh juga :p “hehehe maaf ya gan, dia bikin kamu panic ya?” tanyaku,. Karna emang daritadi muka morgan udah merah banget!! Kaya apel. “oh, ga apa apa kok. Ya udah yok kita masuk!” ajak morgan… #FLASHBACK END!! Sebenernya sih, gue ga pengen morgan pulang,, tapi yah alhamdullilah aja yah :D ……… ………. ……… Matahari pun kembali timbul, setelah seminggu kejadian itu.. seminggu juga gue dan morgan semakin dekat.. di sekolah semua orang udah bikin gossip kalo kami pacaran.. dan kalian tau apa yang morgan bilang?? Dia bilang “ kami bukannya „gak‟ pacaran tapi „belum‟ pacaran” haduh, gue Cuma bisa geleng geleng, padahal hati gue emang pengennya pacaran :p Hari ini sepulang sekolah morgan ngajak gue jalan.. huwaw!! Ini pertama kalinya dia ngajak jalan. Karna ini pertama kalinya!! Gue mau tampil cantik tapi ga lebay! *Secara guekan udah cantik :p.. Selang beberapa lama gue siap morgan BBMin gue.. Yuki, aku udah didepan rumah kamu. Keluar ya! Oh, ok.. wait for a minute ya beb! ;) Okeyy!! Don‟t forget to wear a jacket ya baby! Pasti kalian bertanya tanya apakah kami udah pacaran apa belum??? Hahaha kami belum

pacaran!! Beb dan baby ada artinya beb = my „bebi‟ friend nah kalo baby itu panggilan morgan karna muka gue masih sama waktu kami masih kecil. Nah, itu bukan panggilan sayang ya! ;) sebenernya sih gue pengen banget dipanggil “BABY” yang berarti sayang. Tapi apadaya.. dia belum bilang bro!! Akhirnya kami pun sampai disebuah taman, taman nya bagus banget.. ada banyak bunga… kami hanya terdiam sambil menikmati pemandangan disini. Karna merasa canggung, gue pun mencoba membuat sebuah topic. “gan, seandainya aku pacaran sama Rangga. Menurut kamu cocok ga?” kata gue. Sebenernya gue sengaja ngomong itu supaya morgan kepancing dan cemburu. “hah? Ka.. ka.. mu ditembak dia?” kata morgan terkejut. Yes! Rencana gue berhasil :D “enggak, kali aja. Rencananya kan gue mau suka sama dia” kata gue. Tolol banget kan gue? Masa suka sama orang aja harus direncanain? Haha “ga boleh.. lo ga boleh suka sama dia!” kata morgan udah mulai emosi. “gan, kamu masih sadarkan? Muka kamu merah banget kaya marah. Emang segitu marahnya ya kalo gue suka sama dia?” kata gue mulai mancing mancing ikan kaleee!!... morgan pun narik tangan gue dan bawa gue kesebuah danau.. danaunya baguss banget.. “Yuki.. dengerin gue baik baik yaa!” kata morgan sambil megang kedua tangan gue.. persaan gue udah mulai deg degan nih. Peluh gue juga mulai mau netes diamana mana. “Kiki.. aku sayang sama kamu, aku cinta sama kamu.. ki!! Aku udah lamaaa banget nyimpen perasaan ini! Sejak gue di bandung gue ga bisa suka sama cewe, karna gue selalu inget sama lo! I Heart You Ki!” kata morgan dengan pasti.. degeng deger!! detak jantung gue udah mulai ga menentu.. dia nembak gue!! Dia cinta!! Dia sayang!! Dia!! Dia nembak gue!!.. gue udah ga bisa ngapa ngapain lagi… tangan gue yang tadi hanagat karna dipegang morgan, berubah dingin dengan seketika,, “Lo mau kan jadi pacar gue? Lo mau kan gue panggil „Baby‟ dalam arti sayang sebenernya? Gue pengen lo cuma buat gue ki…” kata morgan. LAGI!! “gan, gue ga bisaa” kata gue. muka morgan langsung berubah seketika.. tangannya yang tadi megang tangan gue, udah dia lepasin. Gue bisa ngerasain rasa kekecewaan dia hanya dengan merasakan hawa disekitar kami. Morgan pun langsung berbalik dan berjalan meninggalkan gue. “Morgan!!” teriak ku.. morgan tidak berhenti.. gue pun ngejar dia dan nahan dia. Muka morgan masih tampak kecewa, dan….

“gan! Lo kenapa sih? Lo selalu bikin kesimpulan di awal.” Kata gue sambil madangin wajah morgan. “ apalagi Ki? Belum puas lo nyakitin gue?” kata morgan. Gue pun tersenyum dan mencium pipinya..LAGI!! “ki?” tanya morgan dengan tampang penasarannya. “tadi gue Cuma mau bilang kalo gue ga!! Ga bisa!! Ga bisa nahan hati gue untuk cepet jadi pacar lo!” kata gue sambil tersenyum. Morgan pun ikut tersenyum dan memeluk gue seerat mungkin. Suasana kembali hangat.. Akhirnya Morgan nembak gue… dan gue jadi pacarnya.. seneng banget… “Ki!! Lo ga boleh ya ngerencanain untuk suka sama orang lain!! Hati lo Cuma boleh buat aku.. Inget itu ya Beb!” kata morgan sambil tambah meluk gue. “enggak kok sayang!! Aku tadi Cuma becanda.. sayang! Cinta! Suka! Hati! Semuanya itu udah buat kamu seorang kok! :D.. I HEART YOU GAN!” kata gue pada morgan sambil memeluk dia, “HEART YOU TOO KI!!” kata morgan sambil mengecup kening gue.. TO BE CONTINUE OR THE END?!?!?!?!

Cerpen 10 PLAYBOY??!! OH MY GOD!!

By : Ade Tubagus ID Twitter : @xMsSpringx Asal : Manado , SulSel Sekolah : Frater Don Bosco , Manado Hai ! nama gue Rey.. loe pasti nanya gue tuh cewe apa cowo ?? gue itu cewe.. nama lengkap gue Reyna Christine. Gue adalah gadis yang punya sejuta impian. Dibilang tomboy bukan, dibilang feminim apalagi. Gue adalah seorang siswi di SMA Langit Bandung. Gue punya 2 orang temen baik, namanya Fany dan Gina. *In The Morning at School* ―Rey !!!‖ kata Gina sambil melambai tangannya ―hey !!‖ kata gue ngebalas mereka

―tumben gak telat ??‖ kata Fany ―hahaha :DD kaka gue bangun cepet‖ kata gue. Oh iya! Gue punya kaka cowo namanya Morgan. Dia salah satu personil SM*SH. ―Hey !! Hey !! anak - anak SM*SH, rey !! ― kata Gina sama Fany. Yups! Di sekolah gue ada 5 orang personil SM*SH yang sekolah disini. Nama mereka Dicky, Reza,Ilham,Rangga, sama si playboy Bisma. Mereka temen - temen kaka gue. Bodo amat ! bergaul sama mereka ?? iiihh !! kumpulan cowo-cowo playboy !! najis !! ―Hai Rey !!‖ kata Bisma sambil ngerangkul gue. ―iiiihhh !!! siapa loe ?? lepasin !!‖ kata gue sambil ngelepasin tangan Bisma dari bahu gue. ―gimana kabar kaka lo si mo..‖ gue langsung mendekap mulutnya Bisma ―kenapa,Rey ??‖ kata Fany ― ha ?? gak !!‖ kata gue .. Gue ngerahasia in status kaka gue yang sebagai salah satu personilSM*SH dari Fany dan Gina. Karena, meraka fans beratnya SM*SH .. ―terus kenapa loe dekap mulutnya Bisma??‖ kata Rangga ― ha ?? iiihhh .. gak kok !!‖ kata gue sambil melepas tangan gue dari mulut Bisma ―ayo !! cabut !!‖ kata gue. Setelah gue liat. Sialan !! si Fany sama Gina lagi terpesona sama mereka. ―AYOOO !!‖ kata gue sambil narik tangan mereka ―dadaaa Dicky !!‖ kata Gina ―siiipp !!‘ balas Dicky ―Bye, Rangga !!‖ kata Fany ―oke :D‖ balas Rangga Haduuuhh ..please deh.. kalo mereka berdua tau tentang kak Morgan, bisa-bisa tiap hari gue ngeliat mereka di rumah. *In the Classroom * Tukk !! sebuah kertas melayang di depan gue. Dan jatuh tepat di depan gue. Ternyata sebuah surat. Hay Rey, Entar anak-anak SM*SH bakal ke rumah loe -BismaDamny !!

Ngapain meraka ke rumah gue ?? Ngapain ????? Aduuuhh. Kalau mereka bertamu, kan bisa di tempat latihan.entar kan gue mau ngajak Gina sama Fany. Gak sih ! Cuma mau maen aja ! Aduuuhhh.. GAK BOLEH !! Bel pulang pun berbunyi. Gue langsung ngajak Gina sama Fany ke rumah gue.tentu, nelpon kak Morgan dulu. ternyata, kak Morgan lagi di basecamp.. aciiiikkk !! *At my home * ―kakak loe mana Rey ??‖ Tanya Gina ―Dia lagi jalan-jalan !!‖kata gue ―oouuhh.. ― kata Gina ―kita main di kamar gue yuk. ― kata gue sama Fany dan Gina ―ayookk !!‖ kata gue Ketika kita mau naik tangga ke lantai 2. Pintu rumah gue dibuka. KAK MORGAN !! ―de ?? bawa temen yah ??‖ kata kak Morgan Mampus gue. Fany dan Gina langsung memandang kak Morgan dengan heran. Dan parahnya lagi, mereka lengkap ber 7 !! Gue lalu melototi kak Morgan. ―eh ?? haha :DD maap ._.V !!‖ kata kak Morgan ―Rey ??kakak cowo loe itu ternyata Morgan SM*SH !!‖ kata Gina mulai histeris Tepat,gin !! seratus buat loe !! ―i-i-iya !!‖ kata gue ―loe kok gak bilang sama kita-kita ??‖ kata Fany ―bu-bu-bukan gitu,fan ..‖ ―terus apa ?? mau enak sendiri yah ?? udahlah !! cabut Gin !!‖ kata Fany ―tunggu,guys !!‖ kata gue tapi percuma mereka keburu pergi. Gue belajar satu hal.. meskipun fans berat kita ada di depan mata. Tapi, yang namanya pengkhianatan seorang sahabat emang lebih nyesek.

Gue nangis. Siapa lagi yang bakal nemenin hari-hari gue selain mereka. ―INI SEMUA GARA-GARA KAK MORGAN DAN KALIAN BERENAM.. KALAU GUE BUKAN ADIK KAK MORGAN .UDAH LAMA GUE JADI ANTISS !!!!‖ teriak gue sama mereka. Gue langsung naik dan pergi ke kamar gue.Gue lalu mebanting pintu kamar gue sekeraskerasnya, ―Rey,kaka minta maaf.. kamu juga gak bilang kalau kamu mau ngundang temen..‖ kata kak Morgan dari luar pintu kamar. ―GAK !! ― ―Rey, ini gue Bisma.. ― kata Bisma ―TERUS KENAPA KALO LOE BISMA ??‖ teriak gue ―hehehehe :DD gak sih…‖ kata Bisma ―HAHAHAHAHA !! :DD‖ tawa gue kenceng. Haduh nie anak, lagi adegan gini, dia malah ngelawak. Rusak deh adegannya Gue langsung buka pintu kamar, ―maafin kakak yah !‖ kata kak Morgan ―iya kak J ― kata gue lalu memeluk kak Morgan. ―iiiihhh ..meyuk-meyuk.. akang juga mau neng..‖ kata Bisma ―niiihhh !! peluk nie bantal !!‖ kata gue sambil melempar bantal guling ke arah Bisma. Sial !! itu bantal guling kesayangan gue !! ―gak jadi !!‖ gue langsung ngambil bantal guling gue dari pelukan Bisma. ―yaudah.. kakak turun dulu.. besok, kakak akan bicara sama Fany dan Gina..‖ kata kak Morgan ―gak usah kak.. aku aja.. sekalian mau jelasin ke mereka J ― ―oh iya !! mereka mau nginep !!‖ kata kak Morgan sambil nunjuk Bisma ―HAA ?? ―‘ ―sekali — sekali dong !!‖ kata Bisma ―seraaahh !!!‖ kata gue Kak Morgan lalu turun. Tapi, Bisma gak. ―kenapa belom turun ??‖ kata gue ―gak !!‖ kata Bisma lalu segera menyusul kak Morgan ―Bis !!‖ panggil gue

―yaaa ??‖ jawab Bisma dengan cepat Sial !!! ternyata itu yang dia tunggu -___―makasih udah buat gue ketawa J ‖ Untuk pertama kalinya gue melontarkan senyum ke Bisma. Secara, kebanyakan sinisnya. ―noprob,Rey.. night !! have a nice dream,Rey.. mimpiin gue yah !!‖ kata Bisma ―dasarrr !! ― kata gue sambiil mukul Bisma pake bantal. ‗yeee !!! mimpiin gue kan termasuk mimpi indah ― kata Bisma ―haha :DD siiipp !! nanti gue mimpiin loe dihukum pak Tria‖ kata gue ―hahaahaha :DD intinya mimpiin gue..‖ kata Bisma Entah kenapa gue jadi mikirin Bisma mulu.. oh God !! apa gue suka sama dia ?? jangan Rey !!! *In The Morning at School* ―Guys,gue mau jelasin tentang kemaren..‖ kata gue ke Fany Gue pun ceritain masalah gue. Dan mereka ngerti. ―maafin gue yah Rey udah salah paham .. habis, gue cemburu banget..‖ kata Fany ―gue juga Rey !!‖ kata Gina Hati gue lega banget setelah dengar itu . thanks guys !! ―sama-sama,guys !!‖ kata gue dan langsung mereka lagi ―Sahabat !‖ kata gue ―Hari ini‖ kata Fany ―Besok !!‖ kata Gina ―dan SELAMANYA!!‖ kata kami bertiga -Break TimeGue ,Fany dan Gina istirahat di kantin ―Rey !! Rey !! SM*SH !!‖ kata Gina ―Dicky !!‖ kata Gina ―Rangga !!‖ kata Fany ―Bisma ??‖ kata gue ―WHAT ??‖ teriak mereka berdua sambil mandang gue . ―haa ?? apaa ?? jangan salah sangka dulu.. Bisma gak ada tuh liat !!‖ kata gue ―ooohh.. iya juga yah.. wah cepet nih liat Bisma..‖ kata Gina ―iiihhh … sialaann !! Gue gak nyarii Bisma kok !!‖ kata gue

―tapi, kayaknya loe nyari gue..‖ kata seseorang yang ternyata BISMA !! ―iiiihhh.. ge‘er berat loe !!‖ kata gue ~ Bisma‘s part ~ ― jadi, target berikut loe Rey ??‖ kata Rangga "Yupss !!‖ kata gue ―haduuuh Bis !! stop aja deh mainin cewe-cewe.. bisa-bisa loe dapet karmanya loh !!‖ kata Rangga sok nasehatin ―karma ?? misalnya ??‖ Tanya gue ―misalnya, loe jatuh cinta beneran sama tuh cewe dan ternyata cewe itu mainin loe !!‘ kata Rangga ―HAHAHAHAHAHA !! Gak akan !!‖ kata gue sambil ketawa. The next Target : Reyna Christine ~Rey‘s Part~ Hari ini, Bisma ngajak gue ketemuan.. katanya sih jalan-jalan.. Ya udahlah .. gak apa.apa .. Tiba-tiba Bisma bawa gue ke suatu tempat romantic. Oh God !! jantung gue gak bisa berhenti deg-degan !! ―Rey, gue suka sama loe !! loe mau gak jadi pacar gue ??‖ kata Bisma Gue bingung harus jawab apa.. kalo suka, lumayanlah.. tapi, dia itu Playboy !! ―loe kan playboy !!‖ kata gue ―gue udah berubah Rey.. sejak gue ngenal loe.. gue mau berubah… ― jawab Bisma dengan wajah penuh keyakinan. Akhirnya, gue nerima.. hitung-hitung buat ngebalas perbuatannya selama ini permainin cewe.. sekarang, biar loe rasa gimana dipermainin. ―okee.. gue kasih loe kesempatan..‖ kata gue ―Thanks,dear !!‖ kata Bisma sambil meluk gue. *In The Morning* ―hay,bebh !!‖ kata Bisma sambil ngerangkul gue Gue hanya senyum. ‗cieeee yang jadian.. PJ dong !!!‖ kata Gina ―iyaa niiih !!‖ kata Fany

Tiba-tiba si 4 cingcrong datang ―cieeee.. PJ woy !! PJ !!‖ kata Dicky ―Siiiippp !! entar yah !!‖ kata Bisma Treeeettt..treeeett… Bunyi bel tanda masuk berbunyi .. gue sama Bisma masuk ke kelas bareng. -Break Time‗Loe serius sama Bisma??‖ kata Fany ―Gak lah !! ― kata gue santai ―HAA ?‖ kata Gina dan Fany ―gue Cuma mau ngebalas perbuatannya selama ini..‖ kata gue ―hati-hati Rey !! Loe bisa suka beneran sama dia !!‖ kata Gina ―hahahaha :DD gak lah !!‖ kata gue ―kalo misalnya, dia juga mainin loe ??‖ kata Fany yang buat gue terdiam seketika. Gue gak mikir.. dan gue juga agak nyesek.. ―oh iyaa.. gue lupa !!‖ kata gue sambil tepok jidat. ―jiaaaahh !!‖ kata Fany ‗eh !! gue ke kelas Bisma bentar.. bentar .. gue pasti balik !!‖ kata gue ―siiippp !! cieeee .. baru bilang tadi, karmanya udah bereaksi sekarang !!‖ kata Fany ―iiiihhh … apa deh loe !!‖ kata gue -Bisma‘s part―ternyata gampang banget dapetin Rey !!‘ kata gue ke anak-anak ―bakat loe bis !!‖ kata Dicky sambil maen PSP ―tapi, dia cantik juga.. jangan-jangan gue suka beneran sama dia… gue belom pernah ngerasa kayak gini tiap deket cewe lain.." kata gue ―ciieee… karmanyaaa bereaksi nih !!‖ kata Dicky,Ilham dan Reza ―halaaahhh … kan Cuma dikit !!‖ kata gue ―yang jelas loe mainin dia kan ??‖ kata Rangga ―hafal loe dialog gue !!‖ kata gue ―BISMA !!!‖ ada manggil gue. Setelah gue liat.. ternyata Rey .. sejak kapan dia disana ?? -Rey‘s part-

Gue denger semua.. gue denger… bisma mainin gue.. meskipun gue tau hal ini bakal terjadi, tapi…gak !! gue juga mainin dia kan ?? tapi, kenapa gue jadi nyesek gini. Apa mungkin gue suka beneran sama dia. Gue lalu mendekat ke arah Bisma. Gue langsung nampar Bisma sekuat tenaga. Dan pergi dari tempat itu.. gue pengen nangis dan teriak sekenceng-kencengnya.. ―Rey !! Tunggu !!‖ kata Bisma sambil narik tangan gue .. ‗emang benar maksud gue mainin loe tapi gue..‖ ―gue juga,bis !!‖ kata gue memotong pembicaraan Bisma. Dan gue liat Bisma kaget berat. ―apa ??‖ kata Bisma kaget. ‗gue juga mainin loe .. gue pengen balas perbuatan bajingan loe selama ini.. ― kata gue ―oh.. gitu !!‖ kata Bisma dan melepaskan genggaman tangannya -Bisma‘s partJadi, Rey juga mainin gue ?? tapi, gue udah mulai suka sama dia. Gue gak sanggup nerima kenyataan kalau Rey mainin gue. Gue suka sama loe Rey !! betul-betul suka !! Apa bener yang dibilang Rangga soal karma ?? Yupp !! gue harus berjuang dapetin cinta gue. Kalau memang Rey mainin gue. Gue bakal buat dia suka sama gue. -Rey‘s Part ―Forget Bisma,R ey !!!‖ teriak gue dalam kamar.. ―haduh !! Rey !! mikirin Bisma nanti aja deh… Tidur dek.. Tidur.. ini tuh udah jam 2 malem..‖ kata kak Morgan dari kamar sebelah ―iiiihhh.. siapa yang mikirin Bisma sih !!!‖ kata gue bales ―ya udah TIDURRR !!!‖ teriak kak Morgan ―i-i-ya…iyaaaa…‖ kata gue dan langsung menyelimutkan badan dan tidur. *In The Morning* Hujan !!! hujan !! dingiiinnnn !!! ―ayo dek !! entar kamu telat‖ teriak kak Morgan dari bawah. ―siiiipp kak !!‘ kata gue Segera gue ambil jaket Cressida biru gue, tas, dan map lalu turun ke bawah. ―Let‘s go kak !!‖ kata gue

―ayo !! kita jemput Bisma!!‖ kata kak Morgan ―oke :D WHAT ???‖ teriak gue. ―apaa ?? ini hujan .. dia bawa motor.. dia nyuruh kakak jemput..‖ kata kak Morgan ―kan bisa yang lain ?? kenapa harus kakak ?? ― protes gue ― yang laen rumahnya kejauhan !!!‖ kata kak Morgan dan langsung menarik tangan gue masuk ke dalam mobil. Sampai di rumah Bisma . kak Morgan langsung nge klapson. Bisma keluar dengan jaket birunya. Sampai dalem mobil. ―NGIKUT !!!!‖ kata gue dan Bisma sambil saling nunjuk jaket. ―YEEEE!! SIAPA YANG NGIKUT LOE !!!‖ kata kami berdua lagi. Sial !! kok jadi kompak gini… ―Kompakan nih ceritanya.. tapi rey, kok kemaren malam loe teriak-teriak nama Bisma ??‖ kata kak Morgan. Oh GOD !! kak Morgan iiiihhhh … sengaja banget.. ―iiihhh.. gak kok !!‖ kata gue malu. ―mikirin gue nih ??‖ kata Bisma seneng *kayaknya* ―Gak iiiihh !! amit-amit deh mikirin cowo playboy.‖ Kata gue ceplas-ceplos Tiba-tiba suasana jadi hening . ―Cabut kak !!‘ kata gue ―kenapa ??? gak trima gue bilang Playboy ?? ― kata gue ―iya !‖ kata Bisma ―sadar diri dong !! kalau awalnya udah playboy.. selamanya juga playboy !!!‘ kata gue *nusuk banget* "kalau gue udah berubah ??‘' kata Bisma ―emang loe bisa berubah ?? cowo bajingan dan brengsek kayak loe gak mungkin berubah.. berapa juta cewe yang udah loe sakitin ?? ― kata gue mulai kebawa suasana ―tapi, gue mau berubah‖ kata Bisma ‗ngomong mah gampang !!! loe Tanya deh satu-satu ke mantan-mantan loe itu .. kalau loe masih inget sih… siapa yang gak sakit waktu loe mainin !!!‖ kata gue ―kok jadi loe yang marahin gue ??‖ kata Bisma Gue sempet kehilangan kata-kata.. tapi, akhirnya gue dapet kalimat yang cocok!!‖

―Kalau bukan gue siapa lagi ?? ― kata gue ―emang loe siapa ??‖ kata Bisma ―gue ?? gue ?? gue yang barusan kemarin nyatain ke loe.. kalau gue mainin loe !!!‖ kata gue. Gue liihat Bisma jadi sedih. Halaaahh !!! wajah sedih mah gampang diacting in !!! ―udah sampe tuan dan nyonya yang sedari tadi berantem dan bikin kakak cakep kalian ini jadi obat nyamuk !!‖ kata kak Morgan ―makasih kak !!‖ kata gue ―thanks gan !!‖ kata Bisma ―lewat pintu kiri yah !! pintu Rey !!‖ kata kak Morgan sambil nunjuk pintu gue. Gue lalu membuka pintu dan menutupnya kembali. Bisma yang tadi mau turun malah kejeduk kaca mobil. Dari luar gue nyanyiin lagunya 7icons lengkap dengan gerakannya ―gag a ga kuat gag a ga kuat.. aku ga kuat sama playboy.. playboy..‖ nyanyi gue dan langsung lari dari tempat itu. -Bisma‘s Part―Adik gue !!!‖ kata Morgan sambil geleng‘‘ ―calon pacar gue !!‖ kata gue sambil geleng-geleng ‗Haaa ??‖ kata Morgan ‗doain broo…‖ kata gue ―loe gak coba buat mainin adik gue kan ??‖ kata Morgan ―gak lah gue serius sama dia‖ ‗awas sampe loe mainin !!!‘ kata Morgan ―siiiippp !!!‖ kata gue -Rey‘s part – Gue lihat Bisma ngejar gue. Astaga !! tadi kan gue Cuma bercanda. Masa Cuma karena gue ledek dia kayak gitu, terus dia mau mukul gue. Gue langsung lari secepat mungkin. ―REY !!!!‖teriak Gina Nice gin !! gue langsung lari ke arah Gina .. tapi. Tiba-tiba kaki gue tersandung sesuatu. Ketika gue mau jatuh. Bisma nangkap gue. Oh bagus !! sekarang dia jadi malaikat penyelamat gue.. Kita tatap-tatapan. Jantung gue kayak mau copot. ―eheemmm..‖ tiba-tiba suara Gina mengagetkan gue. Gue langsung melepaskan diri dari pelukan Bisma.. ―makasih !!!‖ kata gue cuek

―iya..‖ kata Bisma.

Nah loh ?? kenapa tuh anak ?? jadi mendadak baik. Hari-hari gue lewati gitu-gitu aja .. Gak ada perkembangan. Gue jadi kangen sama si Playboy. Iiihhh apaan sih ?? Tiba-tiba.. "Rey, loe ikut gue sekarang.." kata bisma "ngapain ???" kata gue bingung Bisma : gue mau buktiin ke loe kalau gue serius sama loe Bisma lalu narik tangan gue dan menuju ke sebuah taman. Disana sudah ada anak-anak SM*SH. Tiba-tiba Bisma berlutut dihadapan gue. ―Rey,do you want to be my girl ??‖ kata Bisma tampak gugup . ketika dia megang tangan gue, tangannya dingin dan gemetaran. ―HAHAHHAHAHHA:DD‖ tawa gue ―napa sih ??‖ kata Bisma ―loe kok gemeteran gitu sih ??? akakak XD sumpah !! bikin ngakak !! loe kan playboy .. pernah nembak cewe ratusan kali. Masih gemetaran ??‖ kata gue sambil ngakak ―gue..gue .. gue belom pernah nembak cewe kayak gini !! you‘re the first !!‖ kata Bisma Okay.. nie anak serius ―dia serius sama kamu dek‖ kata kak Morgan ―iya..iya tau…‖ kata gue ―jadi ??‖ kata Bisma ―oke !! gue mau jadi pacar loe !! kata gue ―serius ?? loe serius kan ??‖ kata Bisma ―gak !!!‖ kata gue ―yaaahh.. kok gitu‖ kata Bisma ―iya..iya serius ..‖ kata gue sambil tersenyum Gue sama Bisma lalu pelukan ―cieeee.. skarang waktunya PJan !!!‖kata Dicky ―baru juga !!‖ kata kak Morgan ―tapi, boleh sih !!‖ lanjutnya

―huuuuuu !!‖ kata anak-anak SM*SH Gue sama Bisma Cuma bisa ketawa. ―awas kalo Playboynya kambuh !!‖ bisik gue ―gak akan .. jiwa Playboy gue udah kependam sama cinta loe‖ kata Bisma sok romantic.. ―sok romantic!!‖ kata gue ―yeee.. itu bukan sok.. tapi, romantic beneran..‖ kata Bisma ~ THE END ~

Related Documents

Cerpen
January 2021 2
Cerpen
January 2021 3
Contoh Resensi Cerpen
January 2021 1
Kumpulan Cerpen
January 2021 1

More Documents from "Sufiyatul Maslahah"

Cerpen
January 2021 3