Contoh Opini

  • Uploaded by: husnaabharina
  • 0
  • 0
  • March 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Contoh Opini as PDF for free.

More details

  • Words: 809
  • Pages: 3
Loading documents preview...
"Identitas Nasional yang Diperjual Belikan" Oleh : Cinthia Sofie D - 3212100028 / Savitri Retno K - 3212100043 / Ula Izdihar A 3212100042 / Puti Tyas A - 3212100044 / Nurista Rizky S - 3212100046 / Husna Abharina M - 3212100063 Dengan terjangkaunya teknologi diberbagai lapisan masyarakat, maka sudah sepantasnya slogan "Cintailah produk-produk indonesia" sudah tidak asing lagi untuk diperdebatkan. Namun, seiring dengan tingginya frekuensi penayangan iklan dari "Gerakan 100% Produk Indonesia" ini, masyarakat Indonesia khususnya kalangan pemuda, kerap menjadikan hal tersebut sebagai bahan percandaan baik karena dialek yang digunakan maupun keraguan yang mendasar untuk mencintai produk Indonesia. Tanpa sepengetahuan kita, produk-produk Indonesia yang kerap dipandang sebelah mata ini telah bergerilya di hadapan kita dan mulai berhasil masuk ke kancah internasional. Bahkan beberapa diantaranya dengan bangga kita gunakan dan dengan bangga pula kita nyatakan bahwa produk terebut adalah produk import. Katakan saja, The Executive – sebuah fashion-line yang mengangkat busana formal-semi formal yang kerap digemari para karyawan maupun ekspatriat karena ciri khasnya yang sederhana, rapi dan elegan – dengan bangga kita sebut sebagai brand besutan luar negeri. Amerika, katakanlah. Namun, ternyata The Executive adalah sebuah brand masyarakat lokal, Johanes Farial, yang perusahaannya memiliki sederetan brand lokal ternama lainnya. Apa yang terjadi dengan bahasa Indonesia? Mengapa Johanes enggan menggunakan kata "Eksekutif" untuk produknya? Apa ada jaminan tersendiri ketika kita meluncurkan produk dengan bahasa asing? Ketika kita membicarakan sebuah branding dari suatu produk baik merek maupun identitas yang diperjual-belikan, maka pertanyaan selanjutnya adalah apakah branding produk tersebut akan dibawa ke foreign ataukah local branding? Gerakan 100% Produk Indonesia adalah gerakan yang digadang-gadang pemerintah untuk menjaga kestabilitasan nilai tukar rupiah yang hanya dapat tercapai ketika produk tersebut dapat meraup angka penjualan yang tinggi meski harus 'menjual' identitas negaranya. Hal ini sejalan dengan apa yang dianut produsen dan pemilik modal yang menginginkan laba. Pentingnya nama bagi merek telah diakui dikalangan peneliti dan praktisi yang

memandangnya sebagai komponen kunci dalam ekuitas merek secara keseluruhan (Aaker, 1991). Menurut Kohli & Harich (2005) nama merek yang dipilih dengan baik dapat memberikan kontribusi pada kekuatan produk, sehingga pada tingkat persaingan yang tinggi, merek tersebut akan memberikan kontribusi dalam menciptakan dan menjaga daya saing sebuah produk bukan hanya sebagai pembeda antara satu produk dengan produk lainnya. Taktik-taktik yang selanjutnya dapat dipergunakan adalah memilih Country of Origin (COO), Memilih hal tersebut bukanlah perihal suka tak suka melainkan tiap negara memiliki hal yang dicirikan yang didukung oleh sejarah, karakteristik, identitas bangsa tersebut (perceived quality). Seperti yang dilansir oleh Andi (2009) konsumen global mempersepsikan tiap negara dengan atribut-atribut tertentu yang mempengaruhi proses pengambilan keputusan. Italia pasta dan sepatunya, begitupula dengan Perancis dengan parfumnya dan Indonesia dengan bahan-bahan tradisional dan mentahnya. Ketika sebuah produk parfum menggunakan baik bahasa, istilah ataupun nama seseorang Perancis maka secara tidak langsung konsumen akan merasakan kualitas sesuai dengan proses persepsi mereka yang terlibat dalam proses pengambilan keputusan yaitu romantis dan wangi dibanding menggunakan bahasa lain dimana hal tersebut membantu produsen untuk mencapai gol penjualannya. Penerapan COO dengan kaitan perceived quality tidak hanya terjadi dengan brand "The Executive", salah satu produk Indonesia yang digemari kalangan remaja yaitu, Wakai. Seperti "The Executive", Wakai – sebuah merek espadrilles, sepatu flat yang terbuat dari kanvas dengan sol lentur – ini pun juga produk karya anak negri yang berangsur-angsur dianggap sebagai produk luar, yaitu Negara Jepang. "Wakai Raifusairu", nama lengkapnya, diambil dari bahasa Jepang yang berarti “gaya hidup muda”. Wakai adalah produk asli Indonesia yang diproduksi oleh PT. Metroxx Global, pemegang lisensi produk fashion mancanegara, termasuk Crocs dan Superdry yang sebagian besar desainnya dibuat oleh desainer Jepang. Dengan sekian banyak 'aksesoris' kejepang-jepangan maka tagline yang berbunyi "Made of Japan" sekilas akan terbaca menjadi "Made in Japan". Jika dikaitkan dengan COO dan perceived quality maka "Wakai" tidak memiliki kesalahan untuk 'menjual nasionalisme-nya". Seperti kita tahu, Jepang adalah sebuah negara yang erat kaitannya dengan dunia mode kalangan muda bahkan negara tersebut juga memiliki sebuah teenage style yang diakui di seluruh dunia yaitu, Harajuku Style. Sedangkan, Indonesia? Indonesia tidak memiliki keanekaragaman

pada dunia fashion anak muda. Indonesia adalah sebuah COO yang lebih dikenal dengan budaya dan tradisionalisme, sama seperti kebanyakan negara-negara di Asia Tenggara. Sehingga, adanya 'aksesoris' kejepang-jepangan pada produk Wakai adalah jalan yang harus ia pilih untuk mendapat pemasaran yang luas serta menguntungkan bagi produknya. Lalu bagaimana dengan keanekaragaman produk yang mulai diproduksi di Indonesia? Apakah produsen tidak bisa menjadikan bahasa Indonesia sebagai branding utamanya? Untuk menjawab pertanyaan ini maka hal ini akan dikembalikan lagi kepada produsen untuk tidak khawatir menggunakan bahasa Indonesia pada branding produk mereka. Ketika produk dengan branding bahasa Indonesia telah membanjiri pasar internasional maka secara otomatis perceived quality yang dimiliki oleh Bangsa Indonesia pun akan bertambah pula. Tentunya hal ini juga perlu didukung dengan kualitas produk yang diperjual-belikan sehingga perceived quality yang diterima di Bangsa Indonesia pun tidak menyimpang dari arti sebenarnya. Karena bagaimanapun Bahasa Indonesia adalah sebuah identitas nasional yang memiliki cerminan sifat, karakter, watak dari bangsa Indonesia sendiri.

Related Documents

Contoh Opini
March 2021 0
Contoh Opini Yang Baik
March 2021 0
Contoh
February 2021 3
Contoh Diktat
February 2021 0
Contoh Nota
January 2021 1
Contoh Lamaran
January 2021 0

More Documents from "Dicky pratama putra"

Contoh Opini
March 2021 0