Crossmatch

  • Uploaded by: Brigita Injilika
  • 0
  • 0
  • January 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Crossmatch as PDF for free.

More details

  • Words: 1,943
  • Pages: 9
Loading documents preview...
LAPORAN PRAKTIKUM MATA KULIAH IMUNOSEROLOGI “PEMERIKSAAN CROSSMATCH”

DISUSUN OLEH : BRIGITA INJILIKA CHRISTI OJO NIM : 711345319047

JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS POLTEKKES KEMENKES MANADO 2020

A. Judul Praktikum : Pemeriksaan Crossmatch B. Tujuan Praktikum 1. Mahasiswa dapat memahami cara pemeriksaan crossmatch 2. Mahasiswa dapat melakukan cara pemeriksaan crossmatch 3. Mahasiswa dapat menetukan hasil pemeriksaan uji crossmatch sampel darah pasien C. Dasar Teori Transfusi darah adalah proses pemindahan atau pemberian darah dari seseorang (donor) kepada orang lain (resipien). Transfusi bertujuan mengganti darah yang hilang akibat perdarah, luka bakar, mengatasi shock dan mempertahankan daya tahan tubuh terhadap infeksi (Setyati, 2010). Penimbangan utama dalam transfusi darah, khususnya yang mengandung eritrosit adalah kecocokan antigen-antibodi eritrosi. Golongan darah AB secara teoritis merupakan resipien universal, karena memiliki antigen A dan B di permukaan eritrositnya, sehingga serum darahnya tidak mengandung antibodi (baik anti-A maupun anti-B). Golongan darah O secara teoritis merupakan donor universal karena memiliki antibodi anti-A dan anti-B (Setyati, 2010). Reaksi silang (Crossmatch) perlu dilakukan sebelum melakukan transfusi darah untuk melihat apakah darah pasien sesuai dengan darah pendonor. Crossmatch adalah reaksi silang in vitro antara darah pasien dengan darah donornya yang akan di transfusikan. Reaksi ini dimaksudkan untuk mencari tahu apakah darah donor yang akan ditransfusikan nantinya akan dilawan oleh serum pasien di dalam tubuhnya atau adakah plasma donor yang turut ditransfusikan akan melawan sel pasien di dalam tubuhnya sehingga akan memperberat anemia, disamping kemungkinan adanya reaksi hemolytic transfusi yang biasanya membahayakan pasien. Maka tujuan Crossmatch adalah untuk melihat darah dari pendonor cocok dengan penerima (resipien) untuk mencegah reaksi transfusi hemolitik, untuk konfirmasi golongan darah, dan ibu hamil yang kemungkinan terkena penyakti hemolitik pada bayi baru lahir. Tahapan yang dilakukan pada uji crossmatch antara lain identifikasi contoh darah pasien yang benar, mengecek riwayat pasien sebelumnya, memeriksa golongan darah pasien, darah donor yang sesuai golongan darah pasien, pemeriksaan crossmatch, pelabelan yang benar sebelum darah dikeluarkan (Setyati, 2010). Fungsi crossmatch adalah :

1. Mengetahui ada tidaknya reaksi antara darah donor dan pasien sehingga menjamin kecocokan darah yang akan ditransfusikan bagi pasien. 2. Mendeteksi antibodi yang tidak diharapkan dalam serum pasien yang dapat mengurangi umur eritrosit donor/menghancurkan eritrosit donor. 3. Cek akhir setelah uji kecocokan golongan darah ABO (Yuan, 2011). Crossmatch menurut urgensi permintaan darah bagi seorang pasien dibagi dalam tiga kategori yaitu crossmatch rutin, crossmatch emergency, dan crossmatch persiapan operas. Berdasarkan mediumnya yaitu saline, bovine, dan coomb’s. Prinsip crossmatch ada dua yaitu : 1. Mayor crossmatch merupakan serum resipien direaksikan dengan sel donor, apabila di dalam serum pasien terdapat antibodi yang melawan terhadap sel maka dapat merusak sel donor tesebut. 2. Minor crossmatch merupakan serum donor direaksikan dengan sel pasien. Pemeriksaan antibodi terhadap donor apabila sudah dilakukan maka pemeriksaan crossmatch minor tidak perlu lagi dilakukan. Golongan darah ABO pasien dan donor jika sesuai, baik mayor maupun minor test tidak bereaksi. Golongan darah pasien dan donor berlainan umpamanya donor golongan darah donor O dan pasien golongan darah A maka pada test minor akan terjadi aglutinasi (Yuan, 2011). Mayor crossmatch merupakan tindakan teakhir untuk melindungi keselamatan penerima darah dan sebaiknya dilakukan demikian sehingga complete antibodies maupun incomplete antibodies. Reaksi silang yang dilakukan hanya pada suhu kamar saja, tidak dapat mengesampingkan aglutinin rhesus yang hanya bereaksi pada suhu 37⁰C. 

Pemeriksaan crossmatch metode tabung Prinsip pemeriksaan metode ini adalah sel donor dicampur dengan serum penerima (mayor crossmatch) dan sel penerima dicampur dengan serum donor (minor crossmatch) dalam bovine albumin 20% akan terjadi aglutinasi atau gumpalan dan hemolisis bila golongan darah tidak cocok. Sel dan serum kemudian diinkubasi selama 15-30 menit untuk memberi kesempatan antibodi melekat pada permukaan sel

lalu ditambahkan serum antiglobulin dan bila penderita mengandung antibodi dengan eritrosit donor maka terjadi gumpalan. 

Pemeriksaan crossmatch metode gel Yves Lampiere dari Perancis menemukan metode gel dan mengembangkan metde gel di Switzerland pada akhir 1985 sebagai metode standar sederhana yang memberikan reaksi aglutinasi dan dapat dibaca dengan mudah. Prinsip metode ini adalah penambahan suspensi sel dan serum atau plasma dalam microtube yang berisi gel di dalam buffer berisi reagen (anti-A, anti-B, anti-D, enzim, anti-Ig G, anti komplemen). Microtube selanjutnya diinkubasi selama 15 menit pada suhu 37⁰C dan disentrifus. Aglutinasi yang terbentuk akan terperangkap di atas permukaan gel. Aglutinasi tidak terbentuk apabila eritrosit melewati pori-pori gel dan akan mengendap di dasar microtube. Metode gel merupakan metode untuk mendeteksi reaksi sel darah merah dengan antibodi. Metode gel akan lebih cepat dan mempunyai akurasi tinggi dibandingkan dengan metode tabung.



Pemeriksaan crossmatch metode otomatis Crossmatch metode otomatis adalah metode pemeriksaan crossmatvh menggunakan reagen gel. Perbedaan keduanya terletak pada meminimalisir manipulasi oleh teknisi, dimana teknisi hanya terlibat pada tahap preaprasi sampel kemudian selanjutnya mesin yang melakukan tahap analitik. Hasil dibaca adanya aglutinasi memberi hasil positif, dan tidak adanya aglutinasi dinyatakan negatif. Keunggulan metode ini yaitu: 1) Peningkatan keamanan dan keselamatan darah yang akan ditransfusikan ke pasien. 2) Mengurangi kesalahan klerikal (human error) 3) Peningkatan efisiensi dalam proses pemeriksaan. 4) Efisiensi biaya. 5) Optimalisasi keseluruhan proses dimana bank darah dapat meningkatkan pelayanan yang lebih cepat dan lebih baik kepada pasien dan dokter. Kelemahan metode ini adalah alat tidak dapat melakukan sampel dalam jumlah volume kurang dari 1 ml dengan perbandingan sel darah merah dan serum atau plasma 1:, dan lebih mahal.

D. Pra Analitik 1. Alat dan Bahan - Spuit - Tourniquet - Kapas alcohol 70% - Plester - Tabung EDTA - Centrifuge - Tabung reaksi - Pipet tetes - Mikropipet - Pipet tip - Incubator - Mikroskop - Kaca objek - Sampel darah donor - Sampel darah resipien - Saline 0,9 % - Suspense darah donor 5 % - Suspense darah resipien 5% Pengambilan Sampel Darah Vena 3 cc •

Persiapkan alat dan bahan yang diperlukan.



Tanyakan identitas pasien seperti nama dan alamat kemudia cocokkan dengan lembar permintaan pemeriksaan.



Tanyakan keadaan pasien, misalnya puasa atau konsumsi obat. Catat jika pasien minum obat tertentu, tidak puasa dan lain-lain.



Minta pasien meluruskan lengannya, pilih lengan yang banyak melakukan aktifitas.



Pasang torniquet kira-kira 10-15 cm atau 3 jari di atas lipat siku.



Pilih bagian pilih bagian vena cephalic atau median cubital. Lakukan palpasi untuk memastikan posisi vena. Vena terasa seperti sebuah pipa kecil, elastis dan memiliki dinding tebal.



Bersihkan kulit pada bagian yang akan ditusuk dengan alkohol 70% dan biarkan kering. Pembersihan kulit searah atau melingkar (dari dalam ke luar). Kulit yang sudah dibersihkan jangan dipegang lagi.



Tusuk bagian vena dengan posisi lubang jarum menghadap ke atas. Jika jarum sudah masuk ke dalam vena, akan terlihat darah masuk ke dalam spuit dibagian uujung. Spuit sebelum dipakai tekan terlebih dahulu untuk mengeluarkan udara yang ada di dalam keluar.



Setelah volume daarah cukup, lepas torniquet dan minta pasien membuka kepalan tangannya.



Letakkan kapas di tempat penusukan dan segera tarik jarum. Tekan kapas beberapa saat lalu plester selama kira-kira 15 menit. Jangan menarik jarum sebelum torniquet dibuka.



Masukkan sampel darah ke dalam tabung vial dengan antikoagulan.



Kemudian dihomogenkan.

E. Analitik Pengambilan Sampel Darah Vena 3 cc •

Persiapkan alat dan bahan yang diperlukan.



Tanyakan identitas pasien seperti nama dan alamat kemudia cocokkan dengan lembar permintaan pemeriksaan.



Tanyakan keadaan pasien, misalnya puasa atau konsumsi obat. Catat jika pasien minum obat tertentu, tidak puasa dan lain-lain.



Minta pasien meluruskan lengannya, pilih lengan yang banyak melakukan aktifitas.



Pasang torniquet kira-kira 10-15 cm atau 3 jari di atas lipat siku.



Pilih bagian pilih bagian vena cephalic atau median cubital. Lakukan palpasi untuk memastikan posisi vena. Vena terasa seperti sebuah pipa kecil, elastis dan memiliki dinding tebal.



Bersihkan kulit pada bagian yang akan ditusuk dengan alkohol 70% dan biarkan kering. Pembersihan kulit searah atau melingkar (dari dalam ke luar). Kulit yang sudah dibersihkan jangan dipegang lagi.



Tusuk bagian vena dengan posisi lubang jarum menghadap ke atas. Jika jarum sudah masuk ke dalam vena, akan terlihat darah masuk ke dalam spuit dibagian uujung. Spuit sebelum dipakai tekan terlebih dahulu untuk mengeluarkan udara yang ada di dalam keluar.



Setelah volume daarah cukup, lepas torniquet dan minta pasien membuka kepalan tangannya.



Letakkan kapas di tempat penusukan dan segera tarik jarum. Tekan kapas beberapa saat lalu plester selama kira-kira 15 menit. Jangan menarik jarum sebelum torniquet dibuka.



Masukkan sampel darah ke dalam tabung vial dengan antikoagulan.



Kemudian dihomogenkan.

Membuar suspensi eritrosit 5% 1. Sampel disentrifuse lalu pindahkan plasma ke tabung lain 2. Setelah itu lakukan proses pencucian darah dengan menambahkan 8 tetes sel darah merah ke tabung 1 3. Tambahkan larutan saline 0,9 % sampai ¾ tabung 4. Kocok dan homogenkan 5.

Sentrifuse dengan kecepatan 3000 rpm selama 15 detik

6. Buang supernatant 7. Lakukan hal tersebut sebanyak 3 kali 8. Sel darah merah yang telah dicuci, dipipet dan pindahkan 1 tetes ke dalam tabung lain 9. Tambahkan 19 tetes saline Prosedur Pemeriksaan Uji Silang 1. Sampel darah resipien dan donor, dihomogenkan dan disentrifus selama 2 menit dengan kecepatan 4000 rpm 2. Siapkan tabung yang lain sebanyka 4 tabung lalu beri label : minor, major, donor control, resipient control 3. Setelah darah disentrifus, ambil darah donor masukan serum/plasmanya ke dalam tabung minor dan tabung donor control 4.

Lalu ambil darah resipien masukan serum/plasmanya ke tabung major dan tabung resipien control

5. Tambahkan suspensi darah donor 200 μl, pada tabung major dan tabung donor control 6. Dan tambahkan juga suspense darah resipien 200 μl pada tabung minor dan tabung resipien control 7. Ke empat tabung tersebut kemudian di inkubasi pada suhu 370C selama 15 menit

8. Setelah di inkubasi, sampel disentrifus selama 1 menit 9. Setelah sentrifugasi, amati semua tabung lihat adanya hemolysis pada supernatant 10. Setelah itu buang supernatant yang berlebihan lalu sisa yang ada campurkan lalu pipet letakan pada objek glass sebanyak 2 tetes 11. Amati di bawah mikroskop, lihat adanya aglutinasi. F. Pasca Analitik  Bila aglutinasi dan hemolisis negatif (-) maka darah dapat ditransfusikan  Bila aglutinasi dan hemolisis positif (+) maka darah tidak dapat ditransfusikan (tidak cocok) G. Pembahasan dan Kesimpulan a. Pembahasan Crossmatch adalah reaksi silang in vitro antara darah pasien dengan darah donornya yang akan di transfusikan. Pemeriksaan ini dilakukan sebelum pelaksanaan transfusi darah. Uji crossmatch ini penting bukan hanya pada transfusi tetapi juga ibu hamil yang kemungkinan terkena penyakit hemolitik pada bayi baru lahir. (Puspita, Anila. 2012). Uji crossmatch penting bukan hanya pada transfusi tetapi juga ibu hamil yang kemungkinan terkena penyakit hemolitik pada bayi baru lahir. Tujuan dilakukan periksaan uji silang adalah : 1. untuk melihat apakah darah dari pendonor cocok dengan penerima (resipien). 2. untuk konfirmasi golongan darah. 3. untuk mencari tahu atau apakah darah donor akan ditranfusikan itu nantinya akan dilawan oleh serum pasien didalam tubuhnya, atau adakah plasma donor yang turut ditransfusikan akan melawan sel pasien didalam tubuhnya hingga akan memperberat anemia, disamping kemungkinan adanya reaksi hemolytic transfusi yang biasanya membahayakan pasien. Prinsip crossmatch ada dua yaitu Mayor dan Minor, yang penjelasnya sebagai berikut: •

Mayor crossmatch adalah serum penerima dicampur dengan sel donor. Maksudnya apakah sel donor itu akan dihancurkan oleh antibodi dalam serum pasien.



Minor crossmatch adalah plasma donor dicampur dengan sel penerima. Yang dengan maksud apakah sel pasien akan dihancurkan oleh plasma donor.

Jika golongan darah (system ABO) penerima dan donor sama, baik mayor maupun minor tidak bereaksi, jika berlainan misalnya, donor golongan O dan penerima golongan A, akan terjadi aglutinasi pada tes minor.

b. Kesimpulan Uji silang serasi (crossmatching) adalah suatu reaksi silang in vitro antara darah pasien dengan darah donornya yang akan di transfusikan, pemeriksaan ini dilakukan sebelum pelaksanaan transfusi darah. H. Daftar Pustaka •

Bunga.SE.Petujuk Praktikum Transfusi Darah.2013.IIK.Bhakti Wiyata.Kediri



Sadikin, Muhamad. 2002. Biokimia Darah. Jakarta : Widya Medika



Guyton, Arthur C. 1990. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Terjemahan. Jakarta: Kedokteran EGC



Notoatmodjo, S. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : PT. Rineka Cipta



Omegawati, Wigati. 2010. Biologi Umum. Klaten: Intan Pariwara

Related Documents


More Documents from "Ghea anindhia"

Crossmatch
January 2021 1