Loading documents preview...
REFERAT GANGGUAN ELEKTROLIT PADA ANAK Nadya Arini Puspasari 406181080
PENDAHULUAN Volume dan komposisi cairan tubuh baik ekstraseluler (CES) maupun cairan intraseluler (CIS) harus dijaga dalam batas normal
Masalah klinis timbul akibat adanya abnormalitas dalam cairan dan elektrolit dapat membawa penderita dalam kegawatan kalau tidak dikelola secara cepat dan tepat Elektrolit berfungsi menghantarkan arus listrik dan membantu mempertahankan pH dan level asam basa dalam tubuh, juga proses osmosis dan pengaturan fungsi neuromuskular, endokrin, dan sistem ekskresi. Jumlah asupan air dan elektrolit melalui makan dan minuman akan dikeluarkan dalam jumlah relatif sama
FISOLOGI TBW (Total Body Water 60% dari berat tubuh tdd Cairan Intra Seluler/CIS (40% dari TBW) (mempunyai kadar Na+ , Cl dan HCO3 yang lebih rendah) dari Cairan Ekstra Seluler /CES. (mengandung lebih banyak ion K+ dan fosfat serta protein) yg merupakan komponen utama CIS Transpor membran terjadi melalui mekanisme pasif seperti osmosis dan difusi
Dua kompartemen terbesar dari cairan ekstrasluler cairan interstisiel dan plasma (konsentrasi protein lebih tingi) berhubungan dengan cairan interstisiel melalui celah-celah membran kapiler. Cairan transeluler cairan yang disekresikan dalam tubuh terpisah dari plasma oleh lapisan epithelial yaitu cairan serebrospinal, cairan dalam kelenjar limfe, cairan intra okular, cairan gastrointestinal dan
(Total Body Water 60% dari berat tubuh tdd Cairan Intra Sseluler (mempunyai kadar Na+ , Cldan HCO3 - yang lebih rendah) dan Cairan Ekstra Seluler (mengandung lebih banyak ion K+ dan fosfat serta protein) Transpor membran terjadi melalui mekanisme pasif seperti osmosis dan difusi Dua kompartemen terbesar dari cairan ekstrasluler cairan interstisiel dan plasma (konsentrasi protein lebih tingi) berhubungan dengan cairan interstisiel melalui celah-celah membran kapiler. Cairan transeluler cairan yang disekresikan dalam tubuh terpisah dari plasma oleh lapisan epithelial yaitu :Cairan serebrospinal, cairan dalam kelenjar limfe, cairan intra okular, cairan gastrointestinal dan empedu, cairan pleura, peritoneal, dan pericardial
Kadar elektrolit dalam komparetemen intra dan ekstrasel
FISIOLOGI NATRIUM Natrium kation terbanyak dalam cairan ekstrasel --> mengatur tekanan osmotik Perbedaan kadar natrium dalam cairan ekstrasel dan intrasel krn transpor aktif Jumlah natrium yang keluar dari traktus gastrointestinal dan kulit kurang dari 10%. Ekskresi natrium terutama dilakukan oleh ginjal untuk mempertahankan homeostasis natrium untuk mempertahankan volume cairan tubuh.
Natrium difiltrasi bebas di glomerulus direabsorpsi secara aktif 6065% di tubulus proksimal bersama dengan H2O dan klorida yang direabsorpsi secara pasif sisanya direabsorpsi di lengkung henle (25-30%), tubulus distal (5%) dan duktus koligentes (4%).
FISIOLOGI KALIUM Sekitar 98% jumlah kalium berada di dalam cairan intrasel. perbedaan kalium cairan intrasel dengan cairan interstisial akibat adanya transpor aktif (transpor aktif kalium ke dalam sel bertukar dengan natrium). Kalium difiltrasi di glomerulus sebagian besar (70- 80%) direabsorpsi secara aktif maupun pasif di tubulus proksimal direabsorpsi bersama dengan natrium dan klorida di lengkung henle. Kalium dikeluarkan dari tubuh melalui traktus gastrointestinal kurang dari 5%, kulit dan urine mencapai 90%.
FISIOLOGI KLORIDA Klorida merupakan anion utama dalam cairan ekstrasel Konsentrasi klorida pada bayi lebih tinggi dibandingkan pada anakanak dan dewasa.
Klorida dapat menembus membran sel secara pasif perbedaan kadar klorida antara cairan interstisial dan cairan intrasel disebabkan oleh perbedaan potensial Ekskresi klorida mencapai 100 mEq perhari Kadar klorida dalam keringat bervariasi, rerata 40 mEq/L .Ekskresi utama klorida adalah melalui ginjal
FISIOLOGI KALSIUM 99% kalsium total tubuh tersimpan dalam tulang homeostasis kalsium diregulasi oleh hormon paratiroid, kalsitonin, dan vitamin D. Kurang dari 1% dari total kalsium berada di cairan ekstraselular. Hampir 50% kalsium serum diikat oleh protein (albumin) hipoalbuminemia akan menyebabkan berkurangnya konsentrasi kalsium serum kurang
Konsentrasi kalsium terionisasi biasanya tidak sesuai dengan konsentrasi kalsium total tetapi merupakan indikator yang lebih terpercaya untuk melihat status fungsional konsentrasi kalsium serum
DEFINISI & KLASIFIKASI Hiponatremia bila konsentrasi natrium <135 mEq/L Hypernatremia bila konsentrasi natrium plasma lebih dari 145 mEq/L. Hipokalemia bila kadar kalium kurang dari 3,5 mEq/L.
Hipoklorenemia bila kadar klorida kurang dari 98 mEq/L Hiperklorenemia bila kadar klorida lebih dari 105 mEq/L Hipokalsemia : bila kadar kalsium serum kurang dari 8 mEq/L atau yang terionisasi < 1,15 mEq/L
Hiperkalemia bila kadar kalium lebih dari 5,3 mEq/L
Hiperkalsemia : bila kadar kalsium serum lebih dari 11 mEq/L atau yang terionisasi > 1,34 mEq/L
Hipomagnesemia bila kadar magnesium kurang dari 1,4 mEq/L
Hipermagnesemia bila kadar magnesium lebih dari 2,5 mEq/L
ETIOPATOGENESIS •
• • • • •
karena kehilangan air dan larutan ekstrasel (dehidrasi hiperosmotik pada diabetes insipidus) overhidrasi osmotik atau retensi air oleh ginjal . diare osmotik akibat pemberian laktulose atau sorbitol diabetes insipidus sentral maupun nefrogenik diuresis osmotik akibat . glukosa atau manitol gangguan pusat rasa haus di hipotalamus akibat tumor atau gangguan vaskular.
Hiponatremia
• • • .
•
Hipernatremia
• •
dehidrasi hipoosmotik diare, muntah penggunaan diuretik secara berlebihan gangguan fungsi glomerulus dan tubulus pada ginjal penyakit addison retensi air yang berlebihan (overhidrasi hipo-osmotik) akibat hormon antidiuretic.
ETIOPATOGENESIS •
•
• Keluarnya Kalium dari Intrasel pada keadaan asidosis metabolik (ketoasidosis, asidosis laktat), defisit insulin, katabolisme jaringan meningkat, pemakaian obat . penghambat-β adrenergik, dan pseudohiperkalemia. Berkurangnya Ekskresi Kalium melalui Ginjal pada keadaan hiperaldosteronisme, gagal ginjal, deplesi volume sirkulasi . efektif, terapi angiotensinconverting enzyme inhibitor dan potassium sparing diuretics.
Asupan Kalium kurang
•
Pengeluaran Kalium Berlebihan muntah. muntah, pemakaian diuretik, kelebihan hormon mineralokortikoid primer/hiperaldosteronisme primer, diare, tumor kolon (adenoma vilosa), pemakaian pencahar
•
Kalium Masuk ke Dalam Sel ipada alkalosis ekstrasel, pemberian insulin, peningkatan aktivitas betaadrenergik (pemakaian β2agonis), paralisis periodik hipokalemik, dan hipotermia.
Hipokalemia
Hiperkalemia
ETIOPATOGENESIS •
Umumnya penyebab sama dengan hipernatremia pada kasus dehidrasi, asidosis tubular ginjal, gagal ginjal akut, asidosis metabolik yang . disebabkan karena diare, diabetes insipidus, hiperfungsi status adrenokortikal, penggunaan larutan salin yang berlebihan, alkalosis respiratorik. .
•
Asidosis hiperklorinemia dapat menjadi petanda pada gangguan tubulus ginjal yang luas
Hipoklorenemia
Hiperklorenemia
Penyebab umumnya sama dengan hiponatremia tetapi pada alkalosis . metabolik dengan hipoklorinemia defisit klorida tidak disertai defisit natrium. Juga dapat terjadi pada gangguan yang berkaitan dengan retensi bikarbonat, contohnya pada asidosis respiratorik kronik dengan kompensasi ginjal
ETIOPATOGENESIS Disebabkan oleh hiperparatiroid, kanker, . toksisitas vitamin D, suplemen kalsium dengan dosis yang berlebihan
Hipokalsemia
Disebabkan oleh diet yang kurang, defisiensi vitamin D, gagal ginjal, hipoparatiroid, hipomagnesemia
Hiperkalsemia
Hipomagnesemia
Disebabkan oleh penyakit ginjal kronis, penurunan . eksresi dan GFR, Hipermagnesemia peningkatan komsumsi obat yang mengandung magnesium, defisit cairan ekstraseluler
Disebabkan oleh . penurunan intake oral sindrom malabsorbsi, dan peningkatan ekskresi renal.
PRESENTASI KLINIS
Hiponatremia
haus, kulit kering dan mengkerut, penurunan. tekanan dan volume darah, kolaps sirkulasi, letargi, disorientasi, kram otot
Hipernatremia
Hipokalemia
kelemahan, kaku dan gangguan fungsi SSP paralisis otot, frekuensi (konfusi, halusinasi, jantung melambat dan kejang, koma), kulit . . ireguler, hiporefleks, tetani, merah/flush, mukosa distensi abdomen, ileus kering, kelemahan otot, paralitis. rasa haus yang intens Pada EKG pendataran atau T inverted, adanya gelombang U, dan PVC
Hiperkalemia
aritmia jantung berat. henti jantung atau fibrilasi jantung, , hiperrefleks, . konfusi,, apnea, Pada EKG peninggian gelombang T, pelebaran QRS, pemanjangan interval PR, aritmia ventricular, asistol
PRESENTASI KLINIS
Hipokalsemia
spasme otot, kejang, kram usus, deyut jantung lemah, aritmia, osteoporosis, irratabel, sensasi . kesemutan, tanda Chovtek positif, tanda Trousseau positif,, Pada EKG pemanjangan gelombang QT
Hiperkalsemia
konfusi, nyeri otot, aritmia jantung, batu ginjal, kalsifikasi pada jaringan lunak, letargi, . stupor, koma, kejang, anoreksia, konstipasi, hipotonis. Pada EKG pemendekan interval QT
Hipomagnesemia
eksitabilitas neuromuscular, tetani, konfusi, dizziness, sakit kepala, kejang, sakit kepala, koma, .depresi nafas, bradikardia. Pada EKG ditemukan PVC, ventricular takikardia, ventricular fibrilasi
Hipermagnesemia
letargi, kelemahan otot, penurunan refleks menelan dan muntah, hipotensi, . bradikardia. Pada EKG ditemukan pemanjangan gelombang QR, pemanjangan QRS, pemanjangan QT, AV blok
PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan dengan Metode Elektroda Ion Selektif (Ion Selective Electrode/ISE) untuk kadar natrium, kalium, dan klorida
Dapat dari sampel whole blood, plasma, serum, urine, keringat, feses, atau cairan tubuh. disimpan pada refrigerator dalam tabung tertutup pada suhu 20C - 80C dihangatkan kembali pada suhu ruangan (15°C -30°C) sebelum diperiksa
02
Pemeriksaan dengan Spektrofotometer Emisi Nyala (Flame Emission Spectrofotometry/FES) untuk pengukuran kadar natrium dan kalium.
03
01
04
.
Lainnya : • Pemeriksaan dengan Spektrofotometer . berdasarkan Aktivasi Enzim • Pemeriksaan Kadar Klorida dengan Metode Titrasi Merkurimeter • Pemeriksaan Kadar Klorida dengan Metode Titrasi Kolorimetrik
TATA LAKSANA
Kebutuhan air pada bayi dan anak • Sampai 10 kg 100 ml/kgBB • 11-20 kg 1000 ml + 50 ml/kgBB ( untuk tiap kg diatas 10 kg) • >20 . kg 1500 ml + 20 ml/kgBB ( untuk tiap kg diatas 20 kg)
Kebutuhan elektrolit : . kalium 2 mEq/kgBB/hari • Kebutuhan • Kebutuhan natrium 3 mEq/kgBB/hari • Kebutuhan Klorida 5 mEq/kg/hari .
Perhitungan defisit elektrolit: • Defisit natrium (mEq total) = (Na serum yang . diinginkan – Na serum sekarang) x 0,6 x BB (kg) • Defisit Kalium (mEq total) = (K serum yang diinginkan [mEq/liter] . – K serum yang diukur) x 0,25 x BB (kg) • Defisit Klorida (mEq total) = (Cl serum yang diinginkan [mEq/liter] – Cl serum yang diukur) x 0,45 x BB (kg)
TATA LAKSANA Hipernatremia Koreksi dengan rehidrasi intravena dapat dilakukan menggunakan cairan 0,45% saline – 5% dextrose selama 8 jam Periksa kadar natrium plasma setelah . 8 jam Bila normal lanjutkan dengan rumatan, . Untuk rumatan gunakan 0,18% saline - 5% dektrosa, perhitungkan untuk 24 jam Tambahkan 10 mmol KCl pada setiap 500 ml cairan infus setelah pasien dapat . kencing Selanjutnya pemberian diet normal dapat mulai diberikan .
Hiponatremia koreksi Na dilakukan memakai Ringer Laktat atau Normal Saline. Kadar Na koreksi (mEq/L) 125 – kadar Na serum yang diperiksa dikalikan 0,6 dan dikalikan berat badan . Separuh diberikan dalam 8 jam sisanya diberikan . dalam 16 jam peningkatan serum Na tidak boleh melebihi 2 mEq/L/jam.
TATA LAKSANA Hiperkalemia koreksi dilakukan dengan pemberian kalsium glukonas 10% 0,5 – 1 ml/kgBB i.v. pelan-pelan dalam. 5 – 10 menit dengan monitor detak jantung Hipokalemia koreksi dilakukan menurut kadar K : . • jika kalium 2,5 – 3,5 mEq/L diberikan per-oral 75 mcg/kgBB/hr dibagi 3 dosis. . • Bila < 2,5 mEq/L diberikan secara intravena drip (tidak boleh bolus) diberikan dalam 4 jam Dosisnya: (3,5 – kadar K terukur x BB x 0,4 + 2 mEq/kgBB/24 . jam) diberikan dalam 4 jam kemudian 20 jam berikutnya adalah (3,5 – kadar K terukur x BB x 0,4 + 1/6 x 2 mEq x BB). .
TATA LAKSANA Hipokalsemia bolus IV 10% kalsium glukonat 0,5 ml/kg (0,11 mmol/kg) sampai maksimal 20 ml/kg dalam 5-10 menit, melalui infus continuous dalam 24 jam dengan 1 mmol/kg. . Kalsium oral diberikan dengan dosis 0,2 mmol/kg sampai maksimun 10 mmol 4 kali Pada hipomagnesemia suplemen magnesium oral (magnesium gliserofosfat) dengan dosis 0,2 mmol/kg, 3 . kali sehari denga injeksi IM 50% Magnesium Sulfat (MgSO4.7H2O) jika suplementasi oral tidak berhasil. .
Hiperkalsemia diberikan cairan salin mengandung kalsium klorida 30mEq untuk koreksi dehidrasi dan . GFR. meningkatkan Kalsitonin dosis 2-4 U/kg setiap 12 jam decara SC untuk inhibisi osteoklast Agent lain : nifosfonat (alendronate, . ibandronat, asam zoledronik dll) untuk menurunkan kadar kalsium dalam darah
PROGNOSIS Menurut penelitian Panda et al mortalitas anak dengan gangguan elektrolit adalah 28,8% dimana hiponatremia merupakan gangguan elektrolit yang paling sering . ditemukan di PICU (27,43%), sedangkan hipernatremia pada 3,57% kasus
.
02 03
01
Hiponatremia sering terkait dengan adanya gangguan CNS dan respirasi, Hipernatremia berkaitan dengan gangguan gastrointestinal dan dehidrasi berat. Hypokalemia berkaitan dengan gangguan gastrointestinal Hiperkalemia pada ganguan ginjal akut dan kronis, dan gangguan hematologi.
04
Jain et al menemukan bahwa gangguan elektrolit lebih sering ditemukan pada infant/umur < 1 tahun. Durasi perawatan di PICU lebih panjang pada pasein dengan hiponatremia dibanding normonatremia dan hypernatremia.
Hypokalemia terjadi pada 13,99% kasus dan hyperkalemia 6,31% kasus Mortalitas lebih tinggi pada hypokalemia (25,4%) dan hyperkalemia (30,4%) dibanding kelompok normokalemia
KESIMPULAN
Gangguan elektrolit adalah keadaa yang sering ditemukan pada anak anak yang dibawa ke Intensive Care Unit (ICU), dan merupakan komplikasi yang sering dari diare. Keadaan tersebut biasanya muncul sepanjang perawatan dan berkaitan dengan peningkatan waktu rawat dan mortalitas. Terdapat hubungan yang signifikan antara gangguan elektrolit tertentu dengan tingkat mortalitas, kelompok umur, dan keterlibatan organ primer. Oleh karena itum dibutuhkan monitoring yang ketat dan koreksi elektrolit yang optimal untuk menigkatkan survival dan prognosis anak dengan gangguan elektrolit.
DAFTAR PUSTAKA 1. Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit pada Penyakit Saluran Cerna. Sari Pediatri. June 2004:6(1);52-59 2. Yaswir R, Verawati I. Fisiologi dan Gangguan Keseimbangan Natrium , Kalium, dan Klorida serta Pemeriksaan Laboratorium. Jurnal Kesehatan Andalas. 2012:1(2);80-84 3. Syamsul Hilal Salim. Dasar-dasar Terapi Cairan dan Elektrolit: https://med.unhas.ac.id/kedokteran/en/wp-content/uploads/2016/10/DASAR-4. DASAR-TERAPI-CAIRAN-DAN-ELEKTROLIT.pdf 5. Tyas RA, Damayanti W, Arguni E. Prevalensi Gangguan Elektrolit Serum pada Pasien dengan Dehidrasi Usia Kurang dari 5 Tahun di RSUP D. Sardijto Tahun 2013-2016. Sari Pediatri. June 2018:20(1);37-42 6. Roberts KE. Pediatric Fluid and Electrolye Imbalance : A Case Study Approach Weiner M, Epstein FH. Sign and Symptom of electrolyte Disorders. Department of Internal Medicine Yale University School of Medicine. 43;77-103
DAFTAR PUSTAKA 7. Juffrie M, Soenarto SS, Oswari H, Arief S, Rosalina I, Mulyani N. BAB VI :Diare Akut. Buku Ajar Gantroenterologi-Hepatologi Jilid 1. UKK-Gastroenterologi Hepatologi IDAI. 2010;87-119 8. Alexander SR, California S, Baum MG. Southwestern Dallas Texas. Fluid and Electrolyte Theraphy in Children 9. Meyers RS. Pediatric Fluid and Electrolyte Theraphy. J Pediatr Pharmacol Ther. 2009:14(4);206-210 10. Shaw N. A Practical Approach to Hypocalcemia in Children. Endocr Dev. 2009:16;73-92 11. Lietman SA, Germain EL, Levine MA. Hypercalcemia in Children and Adolescent. Curr Opin Pediatr. 2010 August;22(4):508-515 12. Panda I, Save S. Study of association of mortality with electrolyte abnormalities in children admitted in pediatric intensive care unit. International Journal of Contemporary Pediatrics. May 2018:5(3);1097-1103
Thank you