Laporan Praktikum Biokimia Buffer Sifat Larutan Dan Emulsi

  • Uploaded by: Rizal Ainur Ichsan
  • 0
  • 0
  • February 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Praktikum Biokimia Buffer Sifat Larutan Dan Emulsi as PDF for free.

More details

  • Words: 5,033
  • Pages: 26
Loading documents preview...
LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA BUFFER, SIFAT LARUTAN, DAN EMULSI

Oleh :

Rizal Ainur Ichsan 1321820014

TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA SERPONG 2019

I.

Tujuan

1. Mengetahui prinsip kerja dapar dan proses pembuatannya 2. Mengetahui jenis-jenis larutan beserta sifatnya. 3. Mengetahui prinsip terjadinya emulsi II.

Dasar Teori Larutan penyangga atau larutan buffer adalah larutan yang dapat mempertahankan pH

pada kisarannya. Jika pada suatu larutan penyangga ditambah sedikit asam atau ditambahkan sedikit basa atau diencerkan, maka pH larutan tidak berubah. 1.

Larutan Penyangga Asam

Larutan ini dapat mempertahankan pH pada daerah asam (pH < 7). Larutan penyangga asam terdiri dari asam lemah (HA) dan basa konjugasinya (A - ). Larutan ini dapat dibuat dengan mencampurkan larutan asam lemah dengan garamnya. Contoh, larutan penyangga dari campuran asam asetat dengan natrium asetat. Persamaan reaksinya adalah sebagai berikut. CH 3 COOH (aq) --> CH 3 COO - (aq) + H + (aq) Larutan ini juga dapat dibuat dari campuran asam lemah dengan basa kuat, dengan catatan basa kuat harus habis bereaksi, sehingga pada akhir reaksi hanya terdapat asam lemah dan garamnya (basa konjugasinya). CH 3 COOH (aq) + NaOH (aq) --> CH 3 COONa (aq) + H 2 O (l) HA (aq) --> A - (aq) + H + (aq) Asam lemah Basa konjugasi 2. Larutan Penyangga Basa Larutan ini dapat mempertahankan pH pada daerah basa (pH > 7). Larutan penyangga basa terdiri dari basa lemah (B) dan asam konjugasinya (BH

+

). Larutan ini bisa dibuat

dengan mencampurkan larutan basa lemah dengan garamnya. Contoh, larutan penyangga dari campuran amonia dengan amonium klorida. Persamaan reaksinya adalah sebagai berikut. NH 3 (aq) + H + (aq) --> NH 4 + (aq) Larutan ini juga dapat dibuat dari campuran basa lemah dengan asam kuat, dengan catatan asam kuat harus habis bereaksi, sehingga pada akhir reaksi hanya terdapat basa lemah dan garamnya (asam konjugasinya). Persamaan reaksinya adalah sebagai berikut. NH 3(aq) + HCl (aq) --> NH 4 Cl (aq) reaksi kesetimbangan pada larutan penyangga adalah sebagai berikut B (aq) + H 2 O (l) --> BH + (aq) + OH - (aq)

3. Prinsip Kerja Larutan Penyangga Sebenarnya penambahan sedikit asam, basa, atau pengenceran pada larutan penyangga menimbulkan sedikit perubahan pH (tetapi besar perubahan pH sangatlah kecil) sehingga pH larutan dianggap tidak bertambah atau pH tetap pada kisarannya. Namun, jika asam atau basa ditambahkan ke larutan bukan penyangga maka perubahan pH larutan akan sangat mencolok.Prinsip kerja dari larutan penyangga yang dapat mempertahankan harga pH pada kisarannya adalah sebagai berikut. a. Larutan Penyangga Asam HA/A HA (aq) --> A - (aq) + H + (aq) Jika ditambah sedikit asam kuat (H + ).Ion H + dari asam kuat akan menaikkan konsentrasi H + dalam larutan, sehingga reaksi kesetimbangan larutan terganggu; reaksi akan bergeser ke kiri. Namun, basa konjugasi (A - ) akan menetralisir H + dan membentuk HA A - (aq) + H + (aq) → HA (aq) sehingga pada kesetimbangan yang baru tidak terdapat perubahan konsentrasi H

+

yang

berarti, besarnya pH dapat dipertahankan pada kisarannya.jika ditambah sedikit basa kuat (OH - ).Ion OH - dari basa kuat akan bereaksi dengan H + dalam larutan, sehingga konsentrasi H + menurun dan kesetimbangan larutan terganggu. Oleh karena itu, HA dalam larutan akan terionisasi membentuk H + dan A - ; reaksi kesetimbangan bergeser ke kanan OH - (aq) + H + (aq) → H 2 O (l) HA (aq) → A - (aq) + H + (aq) sehingga, pada kesetimbangan yang baru tidak terdapat perubahan konsentrasi H

+

yang

nyata; pH larutan dapat dipertahankan pada kisarannya. Asam lemah dapat menetralisir penambahan sedikit basa OH - . HA (aq) + OH - (aq) → A - (aq) + H 2 O (l) Pengenceran larutan merupakan penambahan air (H mengalami reaksi kesetimbangan menjadi H

+

2

O) pada larutan. Air (H

2

O) akan

dan OH -, namun H 2 O yang terurai sangat

sedikit. Jadi, konsentrasi H + dan OH - sangat kecil, sehingga dapat diabaikan. b. Larutan Penyangga Basa B/BH + B (aq) + H 2 O (l) --> BH + (aq) + OH - (aq) Penambahan sedikit asam kuat (H + ).ion H + dari asam kuat dapat bereaksi dengan OH - pada larutan, sehingga konsentrasi OH - menurun dan reaksi kesetimbangan akan bergeser ke kiri. Basa lemah (B) dalam larutan akan bereaksi dengan H 2 O membentuk asam konjugasinya dan ion OH - . H + (aq) + OH - (aq) → H 2 O (l)

B (aq) + H 2 O (l) → BH + (aq) + OH - (aq) Pada kesetimbangan yang baru tidak terdapat perubahan pH yang nyata, besarnya pH dapat dipertahankan. Basa lemah dapat menetralkan penambahan sedikit asam (H + ). B (aq) + H + (aq) → BH + (aq) Penambahan sedikit basa kuat (OH

-

),Adanya basa kuat (OH

-

) dapat meningkatkan

konsentrasi OH - dalam larutan, sehingga reaksi kesetimbangan akan bergeser ke kiri. Namun adanya asam konjugasi (BH + ) dapat menetralkan kehadiran OH - dan membentuk B dan H 2 O. Sehingga pada kesetimbangan tidak terdapat perubahan konsentrasi OH - yang nyata, dan pH larutan dapat dipertahankan. BH + (aq) + OH - (aq) → B (aq) + H 2 O (l) Penambahan H 2 O dalam larutan akan langsung terionisasi menjadi H

+

dan OH -, namun

konsentrasi H + dan OH - sangat kecil, sehingga dapat diabaikan. 4. Larutan Penyangga Asam pH larutan penyangga asam tergantung pada tetapan ionisasi asam lemah (Ka) dan perbandingan konsentrasi asam dengan konsentrasi basa konjugasinya, contoh larutan penyangga asam adalah campuran dari larutan asam asetat (CH 3 COOH) dan larutan natrium asetat (CH 3 COONa), asam asetat akan terionisasi sebagian, sedangkan natrium asetat akan terionisasi sempurna. Jika terdapat a mol asam asetat dan g mol natrium asetat, maka susunan reaksinya sebagai berikut. CH 3 COOH (aq) → CH 3 COO - (aq) + H + (aq) CH 3 COONa (aq) → CH 3 COO - (aq) + Na + (aq) Berdasarkan kedua reaksi di atas, persamaan tetapan ionisasi Ka, ion CH

3

COO

-

berasal dari garam dapat mendorong kesetimbangan menuju ke arah kiri, sehingga jumlah mol CH 3 COOH bertambah. Jumlah CH 3 COOH yang terionisasi sebesar (a - α) mol dan jumlah ion CH 3 COO - adalah (g + α) mol. Namun karena α sangat kecil nilai α diabaikan, sehingga mol CH 3 COOH = a mol dan mol CH 3 COO - = g mol. 5. Larutan Penyangga Basa pH larutan penyangga basa bergantung pada tetapan ionisasi basa (Kb), dan perbandingan konsentrasi basa (lemah) dengan konsentrasi asam konjugasinya. Contoh larutan penyangga basa adalah campuran dari gas amonia (NH 3 ) dengan larutan amonium klorida (NH 4 Cl). Amonia merupakan basa lemah, sehingga hanya terionisasi sebagian, sedangkan amonium klorida akan terionisasi sempurna. Jika terdapat b mol amonia dan g mol amonium klorida, maka susunan reaksinya dapat ditulis sebagai berikut.

NH 3 (aq) + H 2 O (l) --> NH 4 + (aq) + OH - (aq) NH 4 Cl (aq) --> NH 4 + (aq) + Cl - (aq) Berdasarkan kedua reaksi di atas, NH

4

+

dari amonium klorida akan menggeser

kesetimbangan amonium, sehingga reaksi bergeser ke kiri dengan jumlah mol NH bertambah dari g menjadi (g + α) mol dan mol NH

3

4

+

dari b menjadi (b – α) mol. Karena

besarnya α sangat kecil, maka pertambahan jumlah mol NH

4

+

dan NH3 diabaikan, sehingga

mol NH 3 = b mol, dan mol NH 4 + = g mol. 6. Fungsi Larutan Penyangga Larutan penyangga sangat penting dalam kehidupan; misalnya dalam analisis kimia, biokimia, bakteriologi, zat warna, fotografi, dan industri kulit. Dalam bidang biokimia, kultur jaringan dan bakteri mengalami proses yang sangat sensitif terhadap perubahan pH. Darah dalam tubuh manusia mempunyai kisaran pH 7,35 sampai 7,45, dan apabila pH darah manusia di atas 7,8 akan menyebabkan organ tubuh manusia dapat rusak, sehingga harus dijaga kisaran pHnya dengan larutan penyangga. 7. Darah Sebagai Larutan Penyangga Ada beberapa faktor yang terlibat dalam pengendalian pH darah, diantaranya penyangga karbonat, penyangga hemoglobin dan penyangga fosfat. a. Penyangga Karbonat Penyangga karbonat berasal dari campuran asam karbonat (H 2 CO 3 ) dengan basa konjugasi bikarbonat (HCO 3 ). H 2 CO 3 (aq) --> HCO 3(aq) + H + (aq) Penyangga karbonat sangat berperan penting dalam mengontrol pH darah. Pelari maraton dapat mengalami kondisi asidosis, yaitu penurunan pH darah yang disebabkan oleh metabolisme yang tinggi sehingga meningkatkan produksi ion bikarbonat. Kondisi asidosis ini dapat mengakibatkan penyakit jantung, ginjal, diabetes miletus (penyakit gula) dan diare. Orang yang mendaki gunung tanpa oksigen tambahan dapat menderita alkalosis, yaitu peningkatan pH darah. Kadar oksigen yang sedikit di gunung dapat membuat para pendaki bernafas lebih cepat, sehingga gas karbondioksida yang dilepas terlalu banyak, padahal CO 2 dapat larut dalam air menghasilkan H 2 CO 3 . Hal ini mengakibatkan pH darah akan naik. Kondisi alkalosis dapat mengakibatkan hiperventilasi (bernafas terlalu berlebihan, kadangkadang karena cemas dan histeris).

b. Penyangga Hemoglobin Pada darah, terdapat hemoglobin yang dapat mengikat oksigen untuk selanjutnya dibawa ke seluruh sel tubuh. Reaksi kesetimbangan dari larutan penyangga oksi hemoglobin adalah: HHb + O 2 (g) → HbO 2 - + H + Asam hemoglobin ion aksi hemoglobin.Keberadaan oksigen pada reaksi di atas dapat memengaruhi konsentrasi ion H +, sehingga pH darah juga dipengaruhi olehnya. Pada reaksi di atas O

2

bersifat basa. Hemoglobin yang telah melepaskan O

membentuk asam hemoglobin. Sehingga ion H

+

2

dapat mengikat H

+

dan

yang dilepaskan pada peruraian H 2 CO 3

merupakan asam yang diproduksi oleh CO 2 yang terlarut dalam air saat metabolisme. c. Penyangga Fosfat Pada cairan intra sel, kehadiran penyangga fosfat sangat penting dalam mengatur pH darah. Penyangga ini berasal dari campuran dihidrogen fosfat (H

2

PO

4

-

) dengan

monohidrogen fosfat (HPO 3 2- ). H 2 PO 4 - (aq) + H + (aq) → H 2 PO 4(aq) H 2 PO 4 - (aq) + OH - (aq) --> HPO 4 2- (aq) ) + H 2 O (aq) Penyangga fosfat dapat mempertahankan pH darah 7,4. Penyangga di luar sel hanya sedikit jumlahnya, tetapi sangat penting untuk larutan penyangga urin. Koloid Koloid adalah suatu campuran zat heterogen antara dua zat atau lebih di mana partikelpartikel zat yang berukuran koloid tersebar merata dalam zat lain. Ukuran koloid berkisar antara 1-100 nm ( 10-7 – 10-5 cm ) sehingga terkena efek Tyndall. Bersifat homogen berarti partikel terdispersi tidak terpengaruh oleh gaya gravitasi atau gaya lain yang dikenakan kepadanya sehingga tidak dijumpai pengendapan. Berdasarkan sifat adsorpsi dari partikel koloid terhadap medium pendispersinya dapat dibedakan menjadi dua. Koloid bersifat liofil yaitu koloid yang mampu menarik pelarut contohnya kanji protein dan agar-agar. Koloid liofob yaitu koloid yang membentuk endapan dalam air contohnya sol sulfida dan sol logam. Buffer adalah suatu sistem dalam larutan yang terdiri dari asam lemah dan basa konjugasi yang dapat mempertahankan pHnya untuk tidak berubah dari sedikit penambahan asam kuat atau basa kuat. Pemilihan buffer digunakan untuk memeriksa proses biokimia yang penting dan bersifat kritis. Hampir seluruh proses biokimia selalu diperiksa dengan larutan buffer. Larutan biokimia memerlukan sistem buffer. Sistem buffer yang efektif antara 6 sampai 8,

namun adakalanya membutuhkan buffer yang lebih tinggi yaitu antara 2 sampai 12 (Boyer 1986). 8. Definisi Emulsi Emulsi adalah sistem dua fase yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan yang lain, dalam bentuk tetesan kecil. Jika minyak yang merupakan fase terdispersi dan larutan air merupakan fase pembawa, sistem ini disebut emulsi air dalam minyak. Sebaliknya, jika air atau larutan air yang merupakan fase terdispersi dan minyak atau bahan seperti minyak merupakan fase pembawa, sistem ini disebut sistem emulsi air dalam minyak. Emulsi dapat distabilkan dengan penambahan bahan pengemulsi yang mencegah koalesensi, yaitu penyatuan tetesan kecil menjadi tetesan besar dan akhirnya menjadi satu fase tunggal yang memisah. Bahan pengemulsi (Surfaktan) menstabilkan dengan cara menempati antar permukaan antara tetesan dan fase eksternal, dan dengan membuat batas fisik disekeliling partikel yang akan berkoalesensi. Surfaktan juga mengurangi tegangan antar permukaan antar fase, sehingga meningkatkan proses emulsifikasi selama pencampuran. Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair atau larutan obat, terdispersi dalam cairan pembawa, distabilkan dengan zat pengemulsi atau surfaktan yang cocok. Emulsi merupakan sediaan yang mengandung dua zat yang tidak tercampur, biasanya air dan minyak, di mana cairan yang satu terdispersi menjadi butir-butir kecil dalam cairan yang lain. Dispersi ini tidak stabil, butir-butir ini bergabung (koalesen) dan membentuk dua lapisan air dan minyak yang terpisah. Zat pengemulsi (emulgator) merupakan komponen yang paling agar memperoleh emulsa yang stabil. Sebagai emulgator agar-agar dilarutkan dulu dalam air panas dan dibiarkan sehari semalam lalu didihkan lagi. Dalam air dingin agaragar tidak larut tetapi mengembang dan larutannya 0,5% agar-agar masih berupa selai. Digunakan larutan agar-agar sebagai emulgator, adalah karena viskositas larutannya yang tinggi, maka itu penggunaannya sebagai emulgator adalah merupakan campuran dengan emulgator lain seperti, PGA, Span dan Tween, Tragacantha. Setelah dibuat larutan lalu dibuat emulsi dengan minyaknya dengan diaduk kuat-kuat dengan mixer (alat pencampur). Semua emulgator bekerja dengan membentuk film (lapisan) di sekeliling butir-butir tetesan yang terdispersi dan film ini berfungsi agar mencegah terjadinya koalesen dan terpisahnya cairan dispers sebagai fase terpisah. Terbentuk dua macam tipe emulsi yaitu wemulsi tipe M/A di mana tetes minyak terdispersi dalam fase air dan tipe A/M di mana fase intern adalah air dan fase extern adalah minyak. Zat pengemulsi adalah P.G.A., Tragacantha, Gelatin, Sapo, Senyawa Ammonium kwartener, Cholesterol, Surfactan seperti Tween, Spaan dan lainlainnya. Untuk menjaga stabilnya emulsi perlu diberi pengawet yang cocok.

Emulsa dapat dibedakan dalam: 1.      Emulsa Vera (Emulsi alam) dan 2.      Emulsa Spuria (Emulsi buatan) Pembuatan emulsi minyak lemak biasanya dibuat dengan emulgator gom arab, dengan perbandingan untuk 10 bagian minyak lemak dibuat 100 bagian emulsi. Gom arab yang digunakan adalah separo jumlah minyak lemak. Sedangkan air yang digunakan adalah 1,5 x berat PGA. 9. Pengertian Minyak Minyak adalah istilah umum untuk semua cairan organik yang tidak larut atau bercampur dalam

air

(

Hidrofobik)

tetapi

larut

dalam

pelarut

organi

(http:

//id.wikipedia.org/wiki/minyak/). Ada sifat tambahan lain yang dikenal awam : terasa licin apabila dipegang. Dalam arti sempit, kata minyak biasanya mengacu keminyak bumi (petroleum) atau produk olahannya : minyak tanah (kerosena). 10. Pengertian Deterjen Deterjen adalah campuran berbagai bahan, yang digunakan untuk membantu pembersihan dan terbuat dari bahan-bahan turunan minyak bumi. Dibanding dengan sabun, deterjen mempunyai keunggulan antara lain mempunyai daya cuci yang lebih baik serta tidak terpengaruh oleh kesadahan air. Detergen merupakan garam Natrium dari asam sulfonat (http//www.chem-is-try.org/materi kimia/kimia-smk/kelas xi/defenisi detergen) 11. Tipe Emulsi Salah satu fase cair dalam suatu emulsi terutama bersifat polar (sebagai contoh air), sedangkan lainnya relatif non polar (sebagai contoh minyak). 1.      Bila fase minyak didispersikan sebagai bola-bola ke seluruh fase kontinu air, sistem tersebut dikenal sebagai suatu emulsi minyak dalam air (o/w). 2.      Bila fase minyak bertindak sebagai fase kontinu, emulsi tersebut dikenal sebagai produk air dalam minyak (w/o). Emulsi yang dipakai untuk obat luar bertipe o/w atau w/o, ntuk tipe o/w menggunakan zat penegemulsi disamping beberapa yang dikemukakan tadi yakni natrium lauril sulfat, trietanolamin stearat. Untuk memperoleh emulsi yang stabil perlu diperhatikan faktor-faktor sebagai berikut : 1.         Penggunaan zat-zat yang mempertinggi viskositas 2.         Perbandingan opimum dari minyak dan air. Emulsi dengan minyak 2/3-3/4 bagian meskipun disimpan lama tidak akan terpisah dalam lapisan-lapisan 3.         Penggunaan alat khusus untuk membuat emulsa homogen.

Dikenal beberapa fenomena ketidakstabilan emulsi yaitu : 1.      flokulasi dan creaming Ini terjadi karena penggabungan partikel yang disebabkan oleh adanya energi bebas permukaan saja. Flokulasi adalah terjadinya kelomok-kelompok globul yang letaknya tidak beraturan di dalam suatu emulsi. Creaming adalah terjadinya lapisan-lapisan dengan konsentrasi yang berbeda-beda di dalam suatu emulsi. Lapisan dengan konsentrasi yang paling pekat akan berada di sebelah atas atau disebelah bawah tergantung dari bobot jenis fasa yang terdispersi. 2.      Koalesen dan Demulsifikasi Fenomena ini terjadi bukan karena semata-mata karena energi bebas permukaan saja, tetapi juga karena tidak semua globul terlapis oleh film antar permukaan. Koalesen adalah terjadinya penggabungan globul-globul menjadi lebih besar, sedangkan demulsifikasi adalah merupakan proses lebih lanjut dari koalesen dimana kedua fasa terpisah menjadi dua cairan yang tidak bercampur. Kedua fenomena ini tidak dapat diperbaiki dengan pengocokan. Dalam pembuatan suatu emulsi, pemilihan emulgator merupakan faktor yang penting untuk diperhatikan karena mutu dan kestabilan suatu emulsi banyak dipengaruhi oleh emulgator yang digunakan. Salah satu emulgator yang aktif permukaan adalah surfaktan. Mekanisme kerja emulgator ini adalah menurunkan tegangan antar permukaan air dan minyak serta membentuk lapisan film pada permukaan globul-globul fasa terdispersinya. Secara kimia molekul surfaktan terdiri atas gugus polar dan nonpolar. Apabila surfaktan dimasukkan ke dalam suatu sistem yang terdiri dari air dan minyak, maka gugus polar akan terarah ke fasa air sedangkan gugus non polar terarah ke gugus ke fasa minyak. Surfaktan yang memiliki gugus polar lebih kuat akan cenderung membentuk emulsi minyak dalam air, sedangkan bila gugus nonpolar yang lebih kuat maka akan membentuk emulsi air dalam minyak. Oleh karena itu diperlukan pengetahuan tentang kekuatan gugus polarnonpolar dari surfaktan. Metode yang dapat digunakan untuk menilai efisiensi emulgator yang ditambahkan adalah  metode HLB (Hydrophilic-Lipophilic Balance).

III.

ALAT DAN BAHAN NO Alat 1 pipet tetes 2 beaker glass 3 tabung reaksi dan rak 4 erlenmeyer 5 kertas pH

IV.

CARA KERJA

Kerja dapar

No Bahan 1 Indikator PP 2 Indikator MJ 3 HCl 0,1 N 4 HNO3 pekat 0,1 N 5 Na asetat 0,1 N 6 Asam asetat 0,1 N 7 NaOH 0,1N 8 Kalium fosfat 1/15M 9 Natrium fosfat 1/15 M 10 gelatin 11 sabun 12 gum arab 13 pati 14 larutan ferrikorida 15 Larutan ferrohidroksida 16 NaCl 17 MgSO4 18 Larutan sudan black

Pembuatan dapar asetat menurut walpole Pencampuran bahan sesuai jumlah berikut No ml As Asetat 0,1N ml Na Asetat 0,1N 1 12,32 1 2 10,92 2,4 3 8,4 4,92 4 5,32 8 5 2,8 10,52

Pembuatan dapar fosfat menurut Sorensen Pencampuran bahan sesuai jumlah berikut No ml NaH2PO4 1/15M ml KH2PO4 1/15M 1 1 19 2 2,4 17,6 3 5,3 14,7 4 10 10 5 14,3 5,6

Sifat Larutan Koloid liofil 5 gr gelatin 25 ml air dingin

2 gr pati 10 ml air dingin

75 ml air mendidih

90 ml air mendidih

diaduk merata

diaduk merata

2 gr sabun 10 ml air dingin

@5ml dipindahkan ke tb reaksi direndam di air dingin, amati gel yang terbentuk

Koloid liofob

Larutan biru berlin 10ml kalium ferosianida 0,02N

200 ml air mendidih

10ml ferriklorida 0,02N

1ml ferriklorida 33%

(muatan -)

(muatan +)

diaduk merata

diaduk merata

@5ml dipindahkan ke tb reaksi

Pengendapan koloid oleh garam 2ml NaCl ke tb reaksi liofil dan liofob diamati pengendapan, jika belum mengendap ditambah MgSO4 seujung spatula Endapan diambil + 2ml aquadest dilihat mana yang membentuk koloid mana yang mengendap

Koloid Pelindung TB Reaksi + HNO3 3 tetes + AgNO3 5ml

TB Reaksi + HNO3 3 tetes + NaCl 5ml

amati endapan yang terbentuk

TB Reaksi gelatin 1ml + AgNO3 5ml

TB Reaksi gelatin 1ml + NaCl 5ml

+ HNO3 3 tetes amati

Emulsi Minyak kelapa 2ml

aquadest 2ml

+ 1 tetes sudan black dikocok amati

Minyak kelapa 2ml

aquadest 2ml

+ 2 ml sabun + 1 tetes sudan black dikocok amati

Minyak kelapa 5 ml

gum arab 1 gr

+ 3 ml air diaduk amati

V.

PENGAMATAN

Buffer Kerja dapar Percobaa n 1 2 3 4

Larutan + Indikator HCL + Metil Jingga NaOH + Indikator PP Na-Asetat + HCL Asam Asetat + NaOh

Tetes HCL NaOH 7     1 7     1

Pembuatan Dapar asetat metode Walpole NO 1 2 3 4 5

ml As Asetat 0.1 N 37 33 25 16 8

ml Na Asetat 0.1 N 3 7 15 24 32

pH 4 5 5 5 5

Pembuatan dapar fosfat metode Sorensen NO 1 2 3 4 5

ml NaH2PO4 1/15M 1 14 10 5 2

ml KH2PO4 0.1 N 1/15M 3 7 15 24 32

pH 4 5 5 5 5

Sifat Larutan Koloid liofil Percobaan Setelah Pendinginan

Setelah Pemanasan

Koloid Liofil Gelatin Sabun Pati Gelatin Sabun Pati

Pengamatan Membentuk Gel Cair Cair sedikit kental Cair Cair Cair

+NaCl 10% Larut Larut Terbentuk endapan Larut Larut Terbentuk endapan

Koloid liofob Sampel Larutan Biru Berlian Larutan Ferri Hidroksida

Pengendapan oleh garam

Warna Yang Terbentuk Biru Bening Orange Merah Bata

Koloid Liofil Sampel

Sebelum +NaCl

Laruta Ferri Hidroksida

Orange Merah Bata

Sesudah +NaCl Endapan Orange Merah Bata

Koloid Liofob Sampel Laruta Biru Berlian

Sebelum +NaCl Biru Bening

Sesudah +NaCl Endapan Biru Tua

Pada koloid liofob biru berlin endapan larut kembali berarti reversibel, sedangkan pada larutan ferrihidroksida endapan tidak larut yang menandakan non reversibel. Koloid Pelindung Campuran Larutan

Pengamatan

HNO3 + AgNO3 + NaCl

Terbentuk larutan dengan warna putih susu dan endapan berwarna putih

HNO3 + AgNO3 + NaCl + Gelatin

Terbentuk larutan dengan warna putih keruh dan endapan berwarna kuning

Emulsi Emulsi Minyak Kelapa dan Air Campuran Larutan Minyak Kelapa + Air

Pengamatan Tidak Larut

Minyak Kelapa + Air + Sudan Black

Tidak Larut, terdapat butiran seperti kristal di bawah

Emulsi Minyak Kelapa dan Sabun Campuran Larutan Minyak Kelapa + Sabun

Pengamatan Seluruh Bahan Tercampur Rata

Emulsi Minyak Kelapa, Air dan Gum Arab Campuran Larutan

Pengamatan

Minyak Kelapa + Air + Gum Arab

Seluruh Bahan Tercampur Rata

VI.

PEMBAHASAN

Dapar (Buffer) Larutan penyangga atau larutan buffer adalah larutan yang dapat mempertahankan nilai pH nya setelah ditambahkan sedikit asam kuat , basa kuat atau air. Untuk membuktikan kerja dapar yaitu dengan melakukan percobaan sederhana. Dibuat 2 larutan standar yaitu 10 ml aquades yang masing masing ditambahkan PP (tabung A) dengan pereaksi HCl 0,1N dan satunya lagi ditambah Metil Jingga (tabung B) dengan pereaksi NaOH. Kedua larutan tersebut digunakan sebagai control. Selanjutnya adalah pembuatan sampel 1 ml Na asetat 0,1 N + 8 ml aquades dan juga 1 ml Asam asetat 0,1 N + 8 ml aquades. Baik larutan standar maupun sampel yang semula tidak berwarna, akan ditetesi dengan asam kuat HCl untuk larutan dengan indikator Metil Jingga (menjadi tabung C), dan basa kuat NaOH untuk larutan dengan indikator PP hingga TAT pink (menjadi tabung C). Hasilnya adalah sesuai gambar berikut :

Tabung A – Tabung C

Tabung B – Tabung D

Adapun reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut NaOH + CH3COOH CH3COONa+H2O CH3COONa + HCl CH3COOH + NaCl

Tabung C membutuhkan 7 tetes pereaksi untuk mengahasilkan perubahan warna dari kuning ke orange dengan pH akhir 3, sama dengan pH awal. Sementara tabung D hanya membutuhkan 1 tetes pereaksi untuk merubah warna dari kuning ke pink ke unguan dengan pH 6. Untuk mencapai TAT larutan standar aquades hanya perlu titrasi baik asam kuat maupun basa kuat sebanyak 1 tetes saja. Sedangkan pada Asam asetat, untuk mencapai kondisi basa TAT pink dengan pH 8,3 memerlukan 36 tetes NaOH dan untuk Natrium asetat

memerlukan 31 tetes HCl untuk mencapai TAT jingga dengan pH 3,47. Artinya dengan adanya penambahan baik Na Asetat maupun Asam asetat mampu mempertahankan pH selama proses titrasi. Hal ini dikarenakan basa kuat akan cenderung berikatan dengan asam lemah membentuk garam dan air, sedangkan asam kuat akan cenderung berikatan dengan garam basa membentuk garam netral hingga beberapa penambahan asam maupun basa jumlah tertentu. Pada pembuatan larutan penyangga asam dapat dibuat dengan asam asetat sebagai konsentrat asam beserta Na asetat sebagai basa konjugasinya. Hal ini sesuai dengan metode Walpole. Pada prinsipnya pH larutan penyangga asam tergantung pada tetapan ionisasi asam lemah (Ka) dan perbandingan konsentrasi asam dengan konsentrasi basa konjugasinya, contoh larutan penyangga asam adalah campuran dari larutan asam asetat (CH 3 COOH) dan larutan natrium asetat (CH

3

COONa), asam asetat akan terionisasi sebagian,

sedangkan natrium asetat akan terionisasi sempurna. Jika terdapat a mol asam asetat dan g mol natrium asetat, maka susunan reaksinya sebagai berikut. CH 3 COOH (aq) → CH 3 COO - (aq) + H + (aq) CH 3 COONa (aq) → CH 3 COO - (aq) + Na + (aq) Secara kesetimbangan reaksi, selama dalam produk hasil masih dihasilkan konsentrasi asam maka pH akan tetap bertahan. Hal ini terbukti dengan percoaan yang dilakukan dengan beberapa perbandingan konsentrasi di kedua pereaksi, maka hasil pH nya cenderung bertahan pada pH 5 meskipun pada campuran pertama menghasilkan pH 4. Kemungkinan hal ini disebabkan oleh kurang cermatnya waktu pencampuran larutan ataupun kurang cermatnya ketika pengukuran pH karena pengukuran hanya dilakukan secara kualitatif dengan kertas pH. Sementara pada percobaan pembuatan buffer fosfat metode Sorensen. Larutan yang digunakan adalah campuran NaH2PO4 dengan KH2PO4 konsentrasi yang sama dan jumlah volume dengan perbandingan sesuai tabel. Secara teoritis pencampuran kedua larutan ini akan cenderung menyebabkan pertukaran ion diantara keduanya sehingga pH akan cenderung stabil. Kestabilan yang tercapai pun cenderung lebih stabil daripada buffer walpole. Terbukti dengan hasil pengamatan pH dari beberapa campuran dengan konsentrasi dan volume sesuai tabel cenderung bertahan stabil menghasilkan pH 5. Koloid Koloid liofil adalah koloid yang suka dengan air artinya koloid yang akan saling tarik menarik dengan pelarutnya. Gelatin, pati dan sabun ditambahkan dengan air dingin. Terlihat gelatin terbentuk jel dan pati tidak terlarut sempurna dan agak kental. Sementara itu sabun

dapat larut dan bercampur dengan air. Hal ini terjadi karena sabun memiliki muatan polar sehingga mampu mengikat molekul air. Setelah sampel dilakukan pemanasan, terlihat semua sampel menjadi cair dan larut dengan larut. Semua sampel yang diuji larut dalam air sehingga dapat disebut sebagai koloid liofil karena pengaruh dari suhu tinggi. Selanjutnya adalah memastikan sampel reversible atau irreversible, dengan mendiamkan beberapa saat, hasilnya adalah gelatin reversible dan pati irreversible karena struktur pati yang berubah karena pengaruh suhu yang menyebabkan kougalasi menjadi mengental. Kemudian sampel uji ditambahkan dengan 10% larutan NaCl, hasilnya larutan garam hanya tidak larut di sampel pati. Karena sifat irreversible tersebut sehingga menyebabkan timbulnya endapan. Pada percobaan koloid liofob ini diamati pembuatan larutan biru berlin dan ferrihidroksida. Berdasarkan hasil pengamatan, larutan biru berlin membentuk endapan berwarna biru tua sedangkan larutan ferrihidroksida membentuk endapan endapan merah bata. Endapan yang terjadi ini membuktikan bahwa larutan tersebut tidak dapat mengikat molekul air sehingga lebih dikenal dengan koloid liofob. Selanjutnya percobaan koloid pelindung yaitu HNO3 Pekat+AgNO3 0.05N+NaCl 0.05N ditambahkan dengan gelatin dan tanpa gelatin. Hasilnya adalah larutan tanpa gelatin berwaran dan endapan yang lebih keruh dibandingkan dengan larutan gelatin. Hal ini membuktikan bahwa koloid mampu menstabilkan larutan sehingga bertindak sebagai stabilizer.

Pada dasarnya garam dapat mengendapkan koloid karena dapat mengurangi gugus elektrostatik diantara partikel yang tersuspensi sehingga menyebabkan agregasi dan pengendapan (Oxtoby 2001). Selain garam, AgNO3 juga digunakan dalam mengendapkan koloid jika pengendapan dengan garam tidak dapat dilakukan karena AgNO3 memiliki kekuatan ionik tinggi yang berasal dari ion Ag2+ dan NO32-. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan semakin tinggi muatan kation, maka semakin efektif dalam mengendapkan koloid (Pettrucci 1985). Sementara itu setelah endapan diambil kemudian dilarutkan ke dalam aquadest, terlihat endapan pada larutan biru berlin dan sabun terlarut kembali, sehingga pengendapan diantara keduanya bersifat reversibel. Hasilnya larutan menjadi keruh namun tidak ada endapan.

EMULSI Emulsi biasa digunakan untuk mencamourkan 2 zat atau lebih agar tercampur, misalnya air dan minyak. Emulsi diartikan sebagai salah satu campuran yang terdiri dari zat yang tidak tercampur atau tidak homogen, pengemulsian adalah zat yang menstabilkan emulsi yang biasanya berupa protein. Emulsi dapat pula diartikan sebagai dispersi atau

suspensi menstabil suatu cairan lain yang keduanya tidak saling melarutkan. Supaya terbentuk emulsi yang stabil maka diperlukan suatu zat pengemulsi yang disebut emulsifier atau emulgator yang berfungsi menurunkan tegangan permukaan antara kedua fase cairan. Berdasarkan fase terdispersinya dikenal dua jenis emulsi, yaitu : a.      Emulsi minyak dalam air, yaitu bila fase minyak terdispersi di dalam fase air.  b.      Emulsi air dalam minyak, yaitu bila fase air terdispersi di dalam fase minyak. Hasilnya menunjukkan air dan minyak tidak dapat bercampur, kemudian ditambahkan dengan pewarna sudan black. Pewarna sudan black hanya cenderung larut dalam air karena bersifat water soluble. Air dan minyak terpisah menjadi 2 bagian dengan minyak di lapisan atas sedangkan air yang berat jenisnya lebih tinggi di lapisan bawah. Diantara kedua komponen ini tidak saling menyatu karena memiliki perbedaan sifat yaitu polar (air) dan non polar (minyak). Kemudian sabun dapat dicampur dengan minyak, karena sabun juga memiliki 2 jenis kutup yaitu nonpolar dan polar (semipolar). Sementara untuk penambahan air, minyak dan gum arabic terlihat semua komponen menyatu. Hal ini disebabkan karena gum arab merupakan jenis hirokoloid yang mampu mengemulsikan lemak atau minyak, meningkatkan viskositas, mencegah terjadinya endapan serta mampu menghasilkan emulsi yang stabil. Sehingga, gum arab bisa tergolong sebagai emulsifier. VII.

KESIMPULAN

1. Larutan penyangga atau larutan buffer adalah larutan yang dapat mempertahankan pH pada kisarannya 2. Larutan buffer dari asam lemah dan basa konjugasi nya, basa lemah dan asam kojugasi nya, asam lemah dan basa kuat dengan catatan basa kuat harus habis bereaksi lebih dulu ataupun basa lemah dan asam kuat dengan asam kuat harus habis bereaksi lebih dulu. 3. Koloid liofil adalah koloid yang suka dengan air artinya koloid yang akan saling tarik menarik dengan pelarutnya sedangkan koloid liofob adalah koloid yang tidak suka air. 4. Garam dapat mengendapkan koloid karena dapat mengurangi gugus elektrostatik diantara partikel yang tersuspensi sehingga menyebabkan agregasi dan pengendapan. 5. AgNO3 dapat digunakan dalam mengendapkan karena memiliki kekuatan ionik tinggi, karena semakin tinggi muatan kation, maka semakin efektif dalam mengendapkan koloid. 6. Koloid memiliki fungsi menstabilkan suatu emulsi sehingga tercampur sempurna tidak terbentuk endapan

7. Emulsi adalah salah satu campuran yang terdiri dari zat yang tidak tercampur atau tidak homogen, seperti air dan minyak 8. Gum arab merupakan jenis hirokoloid yang mampu mengemulsikan lemak atau minyak, meningkatkan viskositas, mencegah terjadinya endapan 9. Sabun dapat larut dalam minyak karena memiliki kutub polar dan non polar serta memiliki kemampua menurunkan tegangan permukaan antara air(polar) dan minyak (non polar) sehingga mampu mengemulsikan keduanya.

DAFTAR PUSTAKA

Askariawati,

Asni.

2013.

Laporan

Pratikum

Kimia

Dasar

1

.

http://asniaskariawati.blogspot.com.  Diakses pada  tanggal 15 Mei 2015. Boyer Rodney F.1986.Modern Experimental Biochemistry.United State Of Amerika: The Benjamin/ Cummings Publishing Company Day,RA and Underwood AL.1992.Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Kelima,Jakarta;Erlangga Elda,

Damayanti.

2014.

Laporan

Praktek

Pembuatan

Emulsi.

http://eldadamayan.blogspot.com. Diakses pada 15 Mei 2015. Hermanto,Sandra,Msi.2007.Petunjuk Praktikum Biokimia 1.Jakarta;UIN Syahid Jakarta Koolman,Jan.1994.Biokimia.Jakarta;Hipokrates FKUI Poedjiadi, Anna. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: UI-Press, 1994. Staf Biokimia. 1990. Petunjuk Praktikum Biokimia Fakultas Teknologi Pertanian. Serpong: Institut Teknologi Indonesia. Tim Bokimia Tanaman. 2015. Penuntun Pratikum Biokimia Pertanian. Jurusan Budidaya Pertanian, FAPERTEK, Universitas Papua, Manokwari.

LAMPIRAN

1. KERJA DAPAR 

HCL + METIL JINGGA



NaOH + Indikator PP



Na-Asetat + HCL Tidak Ada Perubahan



Asam Asetat + NaOH Tidak Ada Perubahan

2. SIFAT LARUTAN a. Koloid Liofil



Gelatin



Sabun

Pati

b. Koloid Liofob 

Larutan Biru Berlian

Larutan Ferri Hidroksida

3. Koloid Pelindung  -Gelatin

4. Emulsi

+Gelatin

 Minyak Kelapa + Air + Sudan Arab



Minyak Kelapa + Sabun

Minyak Kelapa + Air + Gum

Related Documents


More Documents from "Astari Wulandari"