Mahabbah

  • Uploaded by: s4f11sn
  • 0
  • 0
  • January 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Mahabbah as PDF for free.

More details

  • Words: 16,906
  • Pages: 101
Loading documents preview...
Konsep Cinta (Mahabbah) dalam Tasawuf Hatiku telah mampu menerima aneka bentuk dan rupa; ia merupakan padang rumput bagi menjangan, biara bagi para rahib, kuil anjungan berhala, ka`bah tempat orang bertawaf, batu tulis untuk Taurat, dan mushaf bagi al-Qur’an. Agamaku adalah agama cinta, yang senantiasa kuikuti ke mana pun langkahnya; itulah agama dan keimananku” (Ibnu Arabi 1165-1240 M)[1]

A. PENDAHULUAN Ajaran cinta kasih ternyata tidak hanya milik agama Kristen saja. Nabi Muhammad sendiri –yang notabene pembawa agama Islam– diutus oleh Allah untuk membawa misi sebagai kasih sayang bagi alam semesta (rahmah lil ‘alamin).[2] Lebih jauh lagi, tasawuf sebagai salah satu bentuk pemahaman dalam Islam telah memperkenalkan betapa ajaran cinta (mahabbah) menempati kedudukan yang tinggi. Hal itu terlihat dari bagaimana para ulama sufi, seperti al-Ghazali, menempatkan mahabbah sebagai salah satu tingkatan puncak yang harus dilalui para sufi.[3] Wajah sejuk dan teduh tasawuf yang mendedahkan cinta, dari dulu sejak zaman Rabi’ah al-Adawiyah hingga di zaman modern sekarang, tak pelak menarik orang-orang yang tertarik dengan pencarian kebahagiaan dan kebenaran hakiki. Apalagi di zaman modern sekarang ketika alienasi sosial begitu banyak terjadi, terutama di masyarakat Barat. Alienasi tersebut terjadi di antaranya karena kemajuan material ternyata banyak mengorbankan penderitaan spiritual. Kemudahan-kemudahan hidup yang dihasilkan oleh kemajuan teknologi modern membuat banyak orang jadi mengabaikan ruang rohani dalam dirinya.

B. DASAR-DASAR AJARAN MAHABBAH 1. Dasar Syara’ Ajaran mahabbah memiliki dasar dan landasan, baik di dalam Alquran maupun Sunah Nabi SAW. Hal ini juga menunjukkan bahwa ajaran tentang cinta khususnya dan tasawuf umumnya, dalam Islam tidaklah mengadopsi dari unsur-unsur kebudayaan asing atau agama lain seperti yang sering ditudingkan oleh kalangan orientalis.[4] a.

Dalil-dalil dalam al-Qur’an, misalnya sebagai berikut: 1) QS. Al-Baqarah ayat 165

                                         Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman, sangat besar cinta mereka kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal).

2) QS. Al-Maidah ayat 54                                            Hai orang-orang yang beriman, barang siapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha luas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui.

3) QS. Ali Imran ayat 31                

Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintai dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

b. Dalil-dalil dalam hadis Nabi Muhammad SAW, misalnya sebagai berikut:

‫ب‬ ّ ‫حل‬ ِ ‫ن ُي‬ ْ ‫سلَواُهَما َوَأ‬ ِ ‫حلبّ ِإَلْيلِه ِمّملا‬ َ ‫سلوُلُه َأ‬ ُ ‫لل َوَر‬ ُ ‫نا‬ َ ‫ن َيُكو‬ ْ ‫ن َأ‬ ِ ‫ليَما‬ ِ ‫لَوَة ْا‬ َ‫ح‬ َ ‫جَد‬ َ ‫ن ِفيِه َو‬ ّ ‫ن ُك‬ ْ ‫ث َم‬ ٌ ‫ل‬ َ ‫َث‬ ‫ن ُيْقَذفَ ِفي الّناِر‬ ْ ‫ن َيُعوَد ِفي اْلُكْفِر َكَما َيْكَرُه َأ‬ ْ ‫ن َيْكَرَه َأ‬ ْ ‫ل َوَأ‬ ِ ِ‫ل‬ ّ ‫حّبُه ِإ‬ ِ ‫ل ُي‬ َ ‫اْلَمْرَء‬ Tiga hal yang barang siapa mampu melakukannya, maka ia akan merasakan manisnya iman, yaitu: pertama Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai daripada selain keduanya; kedua: tidak mencintai seseorang kecuali hanya karena Allah; ketiga benci kembali kepada kekafiran sebagaimana ia benci dilemparkan ke neraka. [5]

‫سلَمُع ِبلِه‬ ْ ‫سلْمَعُه اّللِذي َي‬ َ ‫ت‬ ُ ‫حَبْبُتلُه ُكْنل‬ ْ ‫حّبلُه َفلِإَذا َأ‬ ِ ‫حّتللى ُأ‬ َ ‫ل‬ ِ ‫ي ِبالّنَواِفل‬ ّ ‫ب ِإَل‬ ُ ‫عْبِدي َيَتَقّر‬ َ ‫ل‬ ُ ‫ َوَما َيَزا‬..… … ‫شي ِبَها‬ ِ ‫جَلُه اّلِتي َيْم‬ ْ ‫ش ِبَها َوِر‬ ُ ‫ط‬ ِ ‫صُر ِبِه َوَيَدُه اّلِتي َيْب‬ ِ ‫صَرُه اّلِذي ُيْب‬ َ ‫َوَب‬ ….Tidaklah seorang hamba-Ku senantiasa mendekati-Ku dengan ibadah-ibadah sunah kecuali Aku akan mencintainya. Jika Aku mencintainya, maka Aku pun menjadi pendengarannya yang ia gunakan untuk mendengar; menjadi penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat; menjadi tangannya yang ia gunakan untuk memukul; dan menjadi kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. …[6]

‫جَمِعين‬ ْ ‫س َأ‬ ِ ‫ن َوَلِدِه َوَواِلِدِه َوالّنا‬ ْ ‫ب ِإَلْيِه ِم‬ ّ ‫ح‬ َ ‫ن َأ‬ َ ‫حّتى َأُكو‬ َ ‫حُدُكْم‬ َ ‫ل ُيْؤِمنُ َأ‬ َ Tidak beriman seseorang dari kalian sehingga aku lebih dicintainya daripada anaknya, orang tuanya, dan seluruh manusia.[7] 2.

Dasar Filosofis Dalam mengelaborasi dasar-dasar filosofis ajaran tentang cinta (mahabbah) ini, al-Ghazali merupakan ulama tasawuf yang pernah melakukannya dengan cukup bagus. Menurut beliau, ada tiga hal yang mendasari tumbuhnya cinta dan bagaimana kualitasnya, yaitu sebagai berikut: a.

Cinta tidak akan terjadi tanpa proses pengenalan (ma’rifat) dan pengetahuan (idrak) Manusia hanya akan mencintai sesuatu atau seseorang yang telah ia kenal. Karena itulah, benda mati tidak memiliki rasa cinta. Dengan kata lain, cinta merupakan salah satu keistimewaan makhluk hidup. Jika sesuatu atau seseorang telah dikenal dan diketahui dengan jelas oleh seorang manusia, lantas sesuatu itu menimbulkan kenikmatan dan kebahagiaan bagi dirinya, maka akhirnya akan timbul rasa cinta. Jika sebaliknya, sesuatu atau seseorang itu menimbulkan kesengsaraan dan penderitaan, maka tentu ia akan dibenci oleh manusia. [8]

b. Cinta terwujud sesuai dengan tingkat pengenalan dan pengetahuan Semakin intens pengenalan dan semakin dalam pengetahuan seseorang

terhadap suatu obyek, maka semakin besar peluang obyek itu untuk dicintai. Selanjutnya, jika semakin besar kenikmatan dan kebahagiaan yang diperoleh dari obyek yang dicintai, maka semakin besar pula cinta terhadap obyek yang dicintai tersebut.

Kenikmatan dan kebahagiaan itu bisa dirasakan manusia melalui pancaindranya. Kenikmatan dan kebahagiaan seperti ini juga dirasakan oleh binatang. Namun ada lagi kenikmatan dan kebahagiaan yang dirasakan bukan melalui pancaindra, namun melalui mata hati. Kenikmatan rohaniah seperti inilah yang jauh lebih kuat daripada kenikmatan lahiriah yang dirasakan oleh pancaindra. Dalam konteks inilah, cinta terhadap Tuhan terwujud. c.

Manusia tentu mencintai dirinya Hal pertama yang dicintai oleh makhluk hidup adalah dirinya sendiri dan eksistensi dirinya. Cinta kepada diri sendiri berarti kecenderungan jiwa untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dan menghindari hal-hal yang bisa menghancurkan dan membinasakan kelangsungan hidupnya.

Selanjutnya al-Ghazali juga menguraikan lebih jauh tentang hal-hal yang menyebabkan tumbuhnya cinta.[9] Pada gilirannya, sebab-sebab tersebut akan mengantarkan seseorang kepada cinta sejati, yaitu cinta kepada Tuhan Yang Maha Mencintai. Sebab-sebab itu adalah sebagai berikut: a.

Cinta kepada diri sendiri, kekekalan, kesempurnaan, dan keberlangsungan hidup Orang yang mengenal diri dan Tuhannya tentu ia pun mengenal bahwa sesungguhnya ia tidak memiliki diri pribadinya. Eksistensi dan kesempurnaan dirinya adalah tergantung kepada Tuhan yang menciptakannya. Jika seseorang mencintai dirinya dan kelangsungan hidupnya, kemudian menyadari bahwa diri dan hidupnya dihasilkan oleh pihak lain, maka tak pelak ia pun akan mencintai pihak lain tersebut. Saat ia mengenal bahwa pihak lain itu adalah Tuhan Yang Maha Pencipta, maka cinta kepada Tuhan pun akan tumbuh. Semakin dalam ia mengenal Tuhannya, maka semakin dalam pula cintanya kepada Tuhan.

b. Cinta kepada orang yang berbuat baik Pada galibnya, setiap orang yang berbuat tentu akan disukai oleh orang lain. Hal ini merupakan watak alamiah manusia untuk menyukai kebaikan dan membenci kejahatan. Namun pada dataran manusia dan makhluk umumnya, pada hakikatnya kebaikan adalah sesuatu yang nisbi. Karena sesungguhnya, setiap kebaikan yang dilaksanakan oleh seseorang hanyalah sekedar menggerakkan motif tertentu, baik motif duniawi maupun motif ukhrawi. Untuk motif duniawi, hal itu adalah jelas bahwa kebaikan yang dilakukan tidaklah ikhlas. Namun untuk motif ukhrawi, maka kebaikan yang dilakukan juga tidak ikhlas, karena masih mengharapkan pahala, surga, dan seterusnya. Pada

hakikatnya, ketika seseorang memiliki motif ukhrawi atau agama, maka hal itu juga akan mengantarkan kepada pemahaman bahwa Allah jugalah yang berkuasa menanamkan ketaatan dan pengertian dalam diri dan hatinya untuk melakukan kebaikan sebagaimana yang Allah perintahkan. Dengan kata lain, orang yang berbuat baik tersebut pada hakikatnya juga terpaksa, bukan betul-betul mandiri, karena masih berdasarkan perintah Allah. Ketika kesadaran bahwa semua kebaikan berujung kepada Allah, maka cinta kepada kebaikan pun berujung kepada Allah. Hanya Allah yang memberikan kebaikan kepada makhluk-Nya tanpa pamrih apapun. Allah berbuat baik kepada makhluk-Nya bukan agar Ia disembah. Allah Maha Kuasa dan Maha Suci dari berbagai pamrih. Bahkan meskipun seluruh makhluk menentang-Nya, kebaikan Allah kepada para makhluk tetap diberikan. Kebaikan-kebaikan Allah kepada makhluk-Nya itu sangat banyak dan tidak akan mampu oleh siapa pun. Karena itulah, pada gilirannya bagi orang yang betul-betul arif, akan timbul cinta kepada Allah sebagai Dzat Yang Maha Baik, yang memberikan berbagai kebaikan dan kenikmatan yang tak terhitung jumlahnya. c.

Mencintai diri orang yang berbuat baik meskipun kebaikannya tidak dirasakan Mencintai kebaikan per se juga merupakan watak dasar manusia. Ketika seseorang mengetahui bahwa ada orang yang berbuat baik, maka ia pun akan menyukai orang yang berbuat baik tersebut, meskipun kebaikannya tidak dirasakannya langsung. Seorang penguasa yang baik dan adil, tentu akan disukai rakyatnya, meskipun si rakyat jelata tidak pernah menerima langsung kebaikan sang penguasa. Sebaiknya, seorang pejabat yang lalim dan korup, tentu akan dibenci oleh rakyat, meski sang rakyat tidak mengalami langsung kelaliman dan korupsi sang pejabat. Hal ini pun pada gilirannya akan mengantar kepada cinta terhadap Allah. Karena bagaimanapun, hanya karena kebaikan Allah tercipta alam semesta ini. Meski seseorang mungkin tidak langsung merasakannya, kebaikan Allah yang menciptakan seluruh alam semesta ini menunjukkan bahwa Allah memang pantas untuk dicintai. Kebaikan Allah yang menciptakan artis Dian Sastrowardoyo nan cantik jelita namun tinggal di Jakarta, misalnya, adalah kebaikan yang tidak langsung dirasakan seorang Iwan Misbah yang tinggal nun jauh di Ciwidey.

d. Cinta kepada setiap keindahan Segala yang indah tentu disukai, baik yang bersifat lahiriah maupun batiniah. Lagu yang indah dirasakan oleh telinga. Wajah yang cantik diserap oleh mata. Namun keindahan sifat dan perilaku serta kedalaman ilmu, juga membuat seorang Imam Syafi’i, misalnya, dicintai oleh banyak orang. Meskipun mereka tidak tahu apakah wajah dan penampilan Imam Syafi’i betul-betul menarik atau tidak. Keindahan yang terakhir inilah yang merupakan keindahan batiniah. Keindahan yang bersifat batiniah inilah yang lebih kuat daripada keindahan yang bersifat

lahiriah. Keindahan fisik dan lahiriah bisa rusak dan sirna, namun keindahan batiniah relatif lebih kekal. Pada gilirannya, segala keindahan itu pun akan berujung pada keindahan Tuhan yang sempurna. Namun keindahan Tuhan adalah keindahan rohaniah yang hanya dapat dirasakan oleh mata hati dan cahaya batin. Orang yang betul-betul menyadari betapa Tuhan Maha Mengetahui, Maha Kuasa, dan segala sifat kesempurnaan melekat dalam Zat-Nya, maka tak ayal ia pun akan menyadari betapa indahnya Tuhan, sehingga sangat pantas Tuhan untuk dicintai. e.

Kesesuaian dan keserasian Jika sesuatu menyerupai sesuatu yang lain, maka akan timbul ketertarikan antara keduanya. Seorang anak kecil cenderung lebih bisa akrab bergaul dengan sesama anak kecil. Seorang dosen tentu akan mudah berteman dengan sesama dosen daripada dengan seorang tukang becak. Ketika dua orang sudah saling mengenal dengan baik, maka tentu terdapat kesesuaian antara keduanya. Berangkat dari kesesuaian dan keserasian inilah akhirnya muncul cinta. Sebaliknya, jika dua orang tidak saling mengenal, kemungkinan besar karena memang terdapat perbedaan dan ketidakcocokan antara keduanya. Karena ketidakcocokan dan perbedaan pula akan muncul tidak suka atau bahkan benci. Dalam konteks kesesuaian dan keserasian inilah, cinta kepada Tuhan akan muncul. Meski demikian, kesesuaian yang dimaksud ini bukanlah bersifat lahiriah seperti yang diuraikan di atas, namun kesesuaian batiniah. Sebagian hal tentang kesesuaian batiniah ini merupakan misteri dalam dunia tasawuf yang menurut alGhazali tidak boleh diungkapkan secara terbuka. Sedangkan sebagian lagi boleh diungkapkan, seperti bahwa seorang hamba boleh mendekatkan diri kepada Tuhan dengan meniru sifat-sifat Tuhan yang mulia, misalnya ilmu, kebenaran, kebaikan, dan lain-lain. Terkait dengan sebab keserasian dan kecocokan ini, satu hal yang perlu digarisbawahi adalah bahwa Allah tidak akan pernah ada yang mampu menandingi atau menyerupainya. Keserasian yang terdapat dalam jiwa orang-orang tertentu yang dipilih oleh Allah, sehingga ia mampu mencintai Allah dengan sepenuh hati, hanyalah dalam arti metaforis (majazi). Keserasian tersebut adalah wilayah misteri yang hanya diketahui oleh orang-orang yang betul-betul mengalami cinta ilahiah.

C. RABI’AH AL-ADAWIYAH: PERINTIS TASAWUF CINTA Sosok sufi perempuan ini sangat dikenal dalam dunia tasawuf. Ia hidup di abad kedua Hijriah, dan meninggal pada tahun 185 H. Meski ia hidup di Bashrah sebagai seorang hamba sahaya dari keluarga Atiq, hal itu tidak menghalanginya tumbuh menjadi seorang sufi yang disegani di zamannya, bahkan hingga di zaman modern sekarang ini.[10] Corak tasawuf Rabi’ah yang begitu menonjolkan cinta kepada Tuhan tanpa pamrih apapun merupakan suatu corak tasawuf yang baru di zamannya. Pada saat itu, tasawuf lebih

didominasi corak kehidupan zuhud (asketisme) yang sebelumnya dikembangkan oleh Hasan al-Bashri yang mendasarkan ajarannya pada rasa takut (khauf) kepada Allah. Corak tasawuf yang dikembangkan oleh Rabi’ah tersebut kelak membuatnya begitu dikenal dan menduduki posisi penting dalam dunia tasawuf.[11] Sedemikian tulusnya cinta kepada Allah yang dikembangkan oleh Rabi’ah, bisa dilihat, misalnya, dalam sebuah munajat yang ia panjatkan: “Tuhanku, sekiranya aku beribadah kepada-Mu karena takut neraka-Mu, biarlah diriku terbakar api jahanam. Dan sekiranya aku beribadah kepada-u karena mengharap surga-Mu, jauhkan aku darinya. Tapi, sekiranya aku beribadah kepada-Mu hanya semata cinta kepada-Mu, Tuhanku, janganlah Kauhalangi aku melihat keindahan-Mu yang abadi.”[12] Saking besar dan tulusnya cinta Rabi’ah kepada Allah, maka seolah cintanya telah memenuhi seluruh kalbunya. Tak ada lagi tersisa ruang di hatinya untuk mencintai selain Allah, bahkan kepada Nabi Muhammad sekalipun. Pun, tak ada ruang lagi di kalbunya untuk membenci apapun, bahkan kepada setan sekalipun. Seluruh hatinya telah penuh dengan cinta kepada Tuhan semata. Hal ini juga Rabi’ah tunjukkan dengan memutuskan untuk tidak menikah sepanjang hidupnya, karena ia menganggap seluruh diri dan hidupnya hanya untuk Allah semata.[13]

D. DOKTRIN-DOKTRIN MAHABBAH 1. Makna Cinta di Kalangan Sufi Dalam tasawuf, konsep cinta (mahabbah) lebih dimaksudkan sebagai bentuk cinta kepada Tuhan.[14] Meski demikian, cinta kepada Tuhan juga akan melahirkan bentuk kasih sayang kepada sesama, bahkan kepada seluruh alam semesta. Hal ini bisa dilacak pada dalil-dalil syara’, baik dalam Alquran maupun hadis yang menunjukkan tentang persoalan cinta. Sebagian dalil tersebut telah disebutkan pada bagian sebelumnya dalam makalah ini. Secara terminologis, sebagaimana dikatakan al-Ghazali, cinta adalah suatu kecenderungan terhadap sesuatu yang memberikan manfaat. Apabila kecenderungan itu mendalam dan menguat, maka ia dinamakan rindu. Sedangkan sebaliknya, benci adalah kecenderungan untuk menghindari sesuatu yang menyakiti. Apabila kecenderungan untuk menghindari itu mendalam dan menguat, maka ia dinamakan dendam.[15] Menurut Abu Yazid al-Busthami mengatakan bahwa cinta adalah menganggap sedikit milikmu yang sedikit dan menganggap banyak milik Dzat yang kau cintai. Sementara Sahl bin Abdullah al-Tustari menyatakan bahwa cinta adalah melakukan tindak-tanduk ketaatan dan menghindari tindak-tanduk kedurhakaan.[16] Bagi al-Junaid, cinta adalah kecenderungan hati. Artinya, kecenderungan hati seseorang kepada Allah dan segala milik-Nya tanpa rasa beban.[17] 2. Cinta Sejati adalah Cinta kepada Allah Bagi al-Ghazali, orang yang mencintai selain Allah, tapi cintanya tidak

disandarkan kepada Allah, maka hal itu karena kebodohan dan kepicikan orang tersebut dalam mengenal Allah. Cinta kepada Rasulullah SAW, misalnya, adalah sesuatu yang terpuji karena cinta tersebut merupakan manifestasi cinta kepada Allah. Hal itu karena Rasulullah adalah orang yang dicintai Allah. Dengan demikian, mencintai orang yang dicintai oleh Allah, berarti juga mencintai Allah itu sendiri. Begitu pula semua bentuk cinta yang ada. Semuanya berpulang kepada cinta terhadap Allah.[18] Jika sudah dipahami dan disadari dengan baik lima sebab timbulnya cinta yang telah diuraikan al-Ghazali sebelumnya, maka juga bisa disadari bahwa hanya Allah yang mampu mengumpulkan sekaligus kelima faktor penyebab cinta tersebut. Kelima faktor penyebab tersebut terjadi pada diri manusia hanyalah bersifat metaforis (majazi), dan bukanlah hakiki.[19] Hanya Allah Yang Maha Sempurna. Ia tidak bergantung kepada apapun dan siapa pun. Kesempurnaan itulah yang akan mengantarkan seseorang kepada cinta sejati, yaitu cinta terhadap Allah.[20] 3. Mahabbah: antara Maqam dan Hal Sebagaimana diketahui, dalam terminologi tasawuf ada istilah maqam (tingkatan) dan hal (keadaan, kondisi kejiwaan). Menurut as-Sarraj ath-Thusi dalam kitabnya alLuma’, maqam merujuk kepada tingkatan seorang hamba di depan Tuhan pada suatu tingkat yang ia ditempatkan di dalamnya, berupa ibadah, mujahadah, riyadhah, dan keterputusan (inqitha’) kepada Allah. Sedangkan hal adalah apa yang terdapat di dalam jiwa atau sesuatu keadaan yang ditempati oleh hati. Sementara menurut al-Junaid, hal adalah suatu “tempat” yang berada di dalam jiwa dan tidak statis.[21] Menurut al-Ghazali, cinta kepada Allah (mahabbah) merupakan tingkatan (maqam) puncak dari rangkaian tingkatan dalam tasawuf. Tak ada lagi tingkatan setelah mahabbah selain hanya sekedar efek sampingnya saja, seperti rindu (syauq), mesra (uns), rela (ridla), dan sifat-sifat lain yang serupa. Di samping itu, tidak ada satu tingkatan pun sebelum mahabbah selain hanya sekedar pendahuluan atau pengantar menuju ke arah mahabbah, seperti taubat, sabar, zuhud, dan lain-lain.[22] Cinta sebagai maqam ini juga diamini oleh Ibn Arabi. Menurutnya, cinta merupakan maqam ilahi.[23] Berbeda dengan al-Ghazali, menurut al-Qusyairi, mahabbah merupakan termasuk hal. Bagi al-Qusyairi, cinta kepada Tuhan (mahabbah) merupakan suatu keadaan yang mulia saat Tuhan bersaksi untuk sang hamba atas keadaannya tersebut. Tuhan memberitahukan tentang cinta-Nya kepada sang hamba. Dengan demikian, Tuhan disifati sebagai yang mencintai sang hamba. Selanjutnya, sang hamba pun disifati sebagai yang mencintai Tuhan.[24] 4. Tingkatan Cinta Dilihat dari segi orangnya, menurut Abu Nashr ath-Thusi, cinta kepada Tuhan terbagi menjadi tiga macam cinta. Pertama, cinta orang-orang awam. Cina seperti ini muncul karena kebaikan dan kasih sayang Tuhan kepada mereka. Ciri-ciri cinta ini adalah ketulusan dan keteringatan (zikir) yang terus-menerus. Karena jika orang mencintai sesuatu, maka ia pun akan sering mengingat dan menyebutnya.[25] Kedua, cinta orang-orang yang shadiq dan mutahaqqiq. Cinta mereka ini timbul

karena penglihatan mata hati mereka terhadap kekayaan, keagungan, kebesaran, pengetahuan dan kekuasaan Tuhan. Ciri-ciri cinta ini adalah “terkoyaknya tabir” dan “tersingkapnya rahasia” Tuhan. Selain itu, ciri lain adalah lenyapnya kehendak serta hilangnya semua sifat (kemanusiaan dan keinginan duniawi).[26] Ketiga, cinta orang-orang shiddiq dan arif. Cinta macam ini timbul dari penglihatan dan pengenalan mereka terhadap ke-qadim-an Cinta Tuhan tanpa sebab (illat) apapun. Menurut Zunnun al-Mishri, sifat cinta ini adalah terputusnya cinta dari hati dan tubuh sehingga cinta tidak lagi bersemayam di dalamnya, namun yang bersemayam hanyalah segala sesuatu dengan dan untuk Allah. Sedangkan menurut Abu Ya’qub asSusi, cirinya alah berpaling dari cinta menuju kepada Yang Dicintai. Sementara al-Junaid menambahkan bahwa ciri cinta macam ini adalah meleburnya sifat-sifat Yang Dicintai kepada yang mencintai sebagai pengganti sifat-sifatnya.[27]

E. PENGARUH DOKTRIN MAHABBAH Semenjak Rabi’ah al-Adawiyah mengungkapkan corak tasawuf melalui puisi, prosa, atau dialognya, ajaran cinta ilahi (mahabbah) pun mulai menjadi tema menarik di kalangan tasawuf. Gambaran tentang Tuhan pun tidak lagi begitu menakutkan seperti sebelumnya. Tuhan seolah menjadi lebih dekat dan lebih “manusiawi”. Pada perkembangan tasawuf selanjutnya, mahabbah selalu menjadi tema yang mendapat pembahasan secara khusus. Para sufi pun banyak yang membahas lebih mendalam tentang tema ini dalam karya-karya mereka, seperti al-Hujwairi dengan Kasyf al-Mahjub, ath-Thusi dengan al-Luma’, al-Qusyairi dengan ar-Risalah al-Qusyairiyyah, al-Ghazali dengan Ihya Ulumiddin, Ibnu Arabi dalam al-Futuhat al-Makkiyah, dan lain-lain. Pada bidang puisi, banyak para sufi yang juga sekaligus penyair yang kemudian menyenandung cinta ilahi, seperti Abu Sa’id bin Abi al-Khair, al-Jilli, Ibnu al-Faridh, Jalaluddin Rumi, dan lain-lain. Hingga sekarang, para penyair sufi kontemporer masih banyak yang menyenandungkan puisi-puisi cinta ilahi, seperti Syekh Fattah yang membentuk kelompok musik Debu yang kini ada di Indonesia.

F. PENUTUP Ajaran cinta ilahi yang dikumandangkan oleh tasawuf sebenarnya bisa dijadikan sarana kita untuk lebih memperhalus jiwa. Kehalusan jiwa yag dihasilkan oleh tasawuf ini diperlukan agar agama tidak selalu dipahami secara legal-formalistik belaka yang biasanya ditampilkan oleh kalangan ahli fikih. Dengan demikian, agama pun diharapkan bisa menjadi berwajah toleran, humanis, dan menerima realitas pluralistik yang ada di tengah di masyarakat, seperti puisi yang didengungkan oleh Ibnu Arabi di awal makalah. Meski demikian, ajaran cinta dalam Alquran sendiri, juga menghendaki keseimbangan antara sisi individual dan sosial; antara emosional dan rasional. Dari penelitian yang pernah dilakukan penulis, term-term cinta yang ditampilkan Alquran justru bersifat

dinamis dan menghendaki aktualisasi riil dalam realitas sosial. Cinta dalam Alquran hampir selalu ditempatkan dalam konteks untuk mewujudkan kebaikan dan keadilan sosial.[28] Karena itu tidaklah mengherankan jika di akhir abad 19 hingga awal abad 20, beberapa kelompok sufi di Afrika Utara menjadi pendorong perlawanan terhadap penjajahan Barat. Wallahu a’lam.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrasyid Ridha, Memasuki Makna Cinta, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003). Abu al-Qasim al-Qusyari, ar-Risalah al-Qusyairiyyah, (format e-book dalam Program Syamilah). Abu al-Wafa al-Ghanimi al-Taftazani, Sufi dari Zaman ke Zaman, Suatu Pengantar tentang Tasawuf, terj. Ahmad Rofi’ Utsmani, (Bandung: Pustaka, 1985). Abu Bakr Muhammad al-Kalabadzi, at-Ta’arruf li Mazhab Ahl at-Tashawwuf, (tk.: Maktabah alKulliyat al-Azhariyyah, 1969). Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al-Ghazali, Ihya Ulumiddin, (Beirut, Dar al-Ma’rifah, tt). Abu Nashr as-Sarraj ath-Thusi, al-Luma’, (Mesir: Dar al-Kutub al-Haditsah, 1960). Al-Hujwairi, Kasyful Mahjub, terj. Suwardjo Muthary dan Abdul Hadi WM, (Bandung: Mizan, 1993). Harun Nasution, Falsafat dan Mistisisme dalam Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1973). Ibn al-Mulqin, Thabaqat al-Auliya, (format e-book Program al-Maktabah asy-Syamilah) Muhammad bin Ismail Abu Abdillah al-Bukhari al-Ja’fi, al-Jami’ as-Shahih al-Mukhtashar, ed. Mushtafa Dib al-Biqha, (Beirut: Dar Ibnu Katsir, 1987). Muhyiddin Ibnu Arabi, al-Futuhat al-Makkiyah, (format e-book dalam Program Syamilah). ______, Dzakhair al-A’laq Syarh Tarjuman al-Asywaq, seperti dikutip oleh Syamsuddin Arif, “Ibnu Arabi dan Pluralisme” dalam www.hidayatullah.com Muslim bin al-Hajjaj Abu al-Husain al-Qusyairi an-Naisaburi, Sahih Muslim, ed. Muhammad Fuad Abd al-Baqi, (Beirut: Dar Ihya at-Turats al-Arabi, tt). Muhyiddin ibn al-Arabi, The Tarjuman al-Ashwaq, (London: Theosophical Publishing House Ltd, 1978), hal. 19. [1]

Dan tiadalah Kami mengutus kamu (Muhammad), melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. (QS. Al-Anbiya: 107). [2]

Lihat, penjelasan al-Ghazali tentang hal ini dalam Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al-Ghazali, Ihya Ulumiddin, (Beirut, Dar al-Ma’rifah, tt), juz IV, hal. 293 dan seterusnya. [3]

Lihat kajian tentang sumber-sumber tasawuf dan tudingan para orientalis, misalnya, dalam Abu al-Wafa al-Ghanimi al-Taftazani, Sufi dari Zaman ke Zaman, Suatu Pengantar tentang Tasawuf, terj. Ahmad Rofi’ Utsmani, (Bandung: Pustaka, 1985) hal. 22-34. [4]

Muhammad bin Ismail Abu Abdillah al-Bukhari al-Ja’fi, al-Jami’ as-Shahih al-Mukhtashar, ed. Mushtafa Dib al-Biqha, (Beirut: Dar Ibnu Katsir, 1987), juz 1, hal. 14. [5]

[6]

Ibid., juz 5, hal. 2384.

Muslim bin al-Hajjaj Abu al-Husain al-Qusyairi an-Naisaburi, Sahih Muslim, ed. Muhammad Fuad Abd al-Baqi, (Beirut: Dar Ihya at-Turats al-Arabi, tt), juz 1, hal. 67. [7]

Lihat, penjelasan al-Ghazali pada Kitab al-Mahabbah wa asy-Syauq wa ar-Ridha, dalam alGhazali, Ihya Ulumiddin, op. cit., juz 4, hal. 296-300. [8]

[9]

Lihat, ibid., hal. 300-307.

Ibn al-Mulqin, Thabaqat al-Auliya, (format e-book Program al-Maktabah asy-Syamilah), juz 1, hal. 68. [10]

[11]

Ibid., hal. 85.

[12]

Al-Taftazani., Sufi dari Zaman ke Zaman., op. cit., hal. 86.

[13]

Harun Nasution, Falsafat dan Mistisisme dalam Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1973), hal.

74. [14]

Ibid., hal. 70.

[15]

Al-Ghazali, Ihya., op. cit.., juz 4, hal. 296.

Al-Hujwairi, Kasyful Mahjub, terj. Suwardjo Muthary dan Abdul Hadi WM, (Bandung: Mizan, 1993), hal. 278-279. [16]

Abu Bakr Muhammad al-Kalabadzi, at-Ta’arruf li Mazhab Ahl at-Tashawwuf, (tk.: Maktabah al-Kulliyat al-Azhariyyah, 1969), hal. 130. [17]

[18]

Al-Ghazali, Ihya., op. cit., juz 4, hal. 301.

[19]

Ibid.

[20]

Ibid., juz 4, hal. 307.

[21]

Abu Nashr as-Sarraj ath-Thusi, al-Luma’, (Mesir: Dar al-Kutub al-Haditsah, 1960), hal. 65-

66. [22]

Al-Ghazali, Ihya., op. cit.., juz 4, hal. 294.

[23]

Ibnu Arabi, al-Futuhat al-Makkiyah, (format e-book Program al-Maktabah asy-Syamilah),

juz 3, hal. 465. Abu al-Qasim al-Qusyari, ar-Risalah al-Qusyairiyyah, (format e-book Program alMaktabah asy-Syamilah), hal. 143. [24]

[25]

Ath-Thusi, al-Luma’, op. cit., hal. 86.

[26]

Ibid., hal. 87.

[27]

Ibid., hal. 88.

[28]

Abdurrasyid Ridha, Memasuki Makna Cinta, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), hal. 160.

http://racheedus.wordpress.com/makalahku/konsep-cinta-mahabbah-dalamtasawuf/, rabu 8:27

MEMAHAMI MAKNA MAHABBAH (CINTA) Mahabbah atau cinta, demikianlah Kaum sufi menyebut tradisi bercinta mereka. Adalah Imam al Qusyairi, pengarang Risâlah al Qusyairiyyah mendefinisikan cinta (mahabbah) Allah kepada hamba sebagai kehendak untuk memberikan nikmat khusus kepada siapa saja yang Ia kehendaki. Apabila kehendak tersebut tidak diperuntukkan khusus melainkan umum untuk semua hambaNya—menurut Qusyairi—dinamakan Rahmat; kemudian jika irâdah tersebut berkaitan dengan adzab disebut dengan murka(ghadlab). Masih dalam konteks yang sama, lebih jauh al Qusyairi memaparkan definisi mahabbah tersebut versi kaum salaf; mereka mengartikan cinta sebagai salah satu sifat khabariyyah lantas menjadikannya sebagai sesuatu yang mutlak, tidak dapat diartikulasikan sebagaimana rupa seperti halnya mereka cenderung tidak memberikan pentafsiran yang lebih dalam lagi, sebab apabila cinta diidentikkan dengan kecenderungan pada sesuatu ataupun sikap ketergantungan, alias cinta antara dua manusia, maka mereka menganggap hal itu sangatlah mustahil untuk Allah Swt. Interprestasi yang demikian ini memang lebih cenderung berhati-hati seperti halnya mereka (baca:kaum salaf) sangat menekankan metode tafwîdl dalam permasalahan yang bersifat ilâhiyah.

Kaum Sufi menganggap mahabbah sebagai modal utama sekaligus mauhibah dari Allah Swt, untuk menuju kejenjang ahwâl yang lebih tinggi. Imam al Ghazâli memposisikan cinta ini sederajat dengan taubat dalam maqâmât. Beliau berpendapat: bagaimana seorang sufi bisa merasakan imanensi ataupun fana tanpa didahului oleh rasa cinta, suatu hal yang mustahil tentunya; bagaimana mungkin qois rela mengakhiri hidupnya demi seorang Laila tanpa ada cinta antar keduanya?, sungguh skenario itu tak akan pernah terjadi. Fakta ini pun diamini oleh sebagian besar para sarjana muslim; Dr.Faishal badîr ‘aun misalnya, mengatakan bahwa kaum sufi akan sulit menyelesaikan petualangan spiritualnya tanpa dibekali mahabbah yang merupakan anugerah Allah semata; jika tangga awal cinta ini bisa dilalui maka tangga ahwâl selanjutnyapun akan mudah terlewati. Nah, dalam konteks cinta ilahi ini kaum sufi memakai dalil-dalil dari Al-Quran dan As- Sunnah. Dua ayat al Quran yang sering dijadikan landasan ialah ayat ke 31 dari surat ali ‘imran dan ayat ke 54 surat al Maidah. Kedua ayat ini menempati posisi penting dalam budaya “bercinta” seorang sufi; karena secara tersirat atupun tersurat, keduanya mengisyaratkan bahwa cinta yang terjadi antara Tuhan dan mahluk-Nya adalah sebuah keniscayaan, pasti terjadi. Namun bukan berarti cinta itu terjalin begitu saja melainkan buah hasil dari mujâhadah yang kontinyu dan berkualitas. Al Wâsithî mengkomentari ayat kedua di atas terutama pada lafadz "yuhibbuhum wa yuhibbûnahu" bahwa Allah Swt dengan dzat-Nya akan mencintai mereka (hamba-hambanya-Nya) seperti halnya mereka mencintai sang Khâliq dengan dzat-Nya yang suci. Dengan demikian huruf ha’ yang terdapat di situ kembali kepada dzat bukan sekedar sifat-sifat, dalam artian secara hakiki cinta tersebut memang benar adanya. Berangkat dari sini maka kaum sufi melegitimasikan budaya cinta mereka serta meniscayakan hal tersebut. Apabila sebuah tradisi itu terlegalisasi dalam Al-Quran, mengapa tidak mencoba untuk diterapkan?. Tradisi ini diperkuat lagi dengan beberapa Hadits Rosululloh Saw yang terjamin keabsahannya. Salah satu contohnya hadist Qudsi yang diriwayatkan Anas bin Mâlik;

Dalam matan hadist ini Allah Swt berfirman : "....Hatta uhibbuhu... " yang berlanjut dengan sebuah statemen yang lebih konkret; "...waman ahbabtuhu kuntu lahu sam’a....," yang jelas merupakan manifestasi dari cinta Dzat Abadi ini. Masih banyak dalil apologik yang melandasi salah satu tradisi suci kaum sufi, seperti dua hadits riwayat Abu Hurairah dengan rawi pertama Na’îm abd al Mâlik dalam hadist pertama, sedangkan ‘Alî bin Ahmad bin ‘Abdân sebagai perawi pertama dari hadist kedua. Nah, dalil dalil di atas—baik Al-Quran maupun As-Sunah—mereka sinergikan sedemikian rupa menjadi—kalau boleh disebut— "landasan hukum" yang memang absah dan terjamin legalitasnya, ya, tentunya bersumber dari Dzat yang Maha Mengetahui. Kemudian mengenai konteks cinta secara garis linier seorang hamba kepada Khaliqnya—menurut penulis—sangatlah relatif, tidak bisa digeneralasikan pengertiannya. Hal demikian disinyalir oleh deveritas pemahaman tentang cinta itu sendiri. Al Qusyairi menyebutkan ada banyak definisi tentang mahabbah;dari sekian pentafsiran tersebut—jika kita lihat—sangatlah berkaitan dengan pengalaman (tajribah) pribadi seorang sufi yang mungkin berbeda satu sama lain. Abû Yazîd al Basthâmî mendefinisikan Mahabbah sebagai sikap menganggap sedikit sesuatu yang banyak yang berasal dari diri kita dan menilai hal sedikit yang bersumber dari kekasih kita sebagai sesuatu yang besar. Berbeda dengan al Junaid, guru al Hallâj yang akrab dengan julukan sayyid al Thâifah mengartikan kata yang bernilai sufistik ini dengan masuknya sifat-sifat Dzat yang dicintai mengganti apa yang ada di jiwa sang Pecinta; mendorong seorang pecinta untuk tidak mengingat selain Dzat tersebut serta melupakan dan mencampakkan secara total sifat-sifat yang dulunya melekat di dirinya. Namun bagaimanapun persepsi orang, pentafsiran tersebut tidak boleh keluar dari landasan hukum di atas. Mengenai kapankah budaya cinta ini mulai mentradisi; ’Abd al Rahmân Badawî menyebutkan bahwa Rabi’ah al ‘Adawiyyah (beliau terkenal dengan julukannya Syahîdat al’Isyq al Ilâhî, hidup pada masa khalifah Harun al Râsyîd) adalah sufi pertama yang mengumandangkan syiar “bercinta” ini.

Berangkat dari sini—seperti yang dipaparkan Abd al Rahmân Badawî —, ada sebuah polemik yang menarik; tentang dialektika yang terjadi antara tiga istilah yang berbeda, namun sering kita salah artikan yaitu :al ‘Isyq, Mahabbah dan al Khullah. Dialektika ini terjadi karena ada persamaan diantara ketiga istilah tersebut, meskipun pada akhirnya kesemuanya tidak bisa bertemu di satu titik kesepakatan. Mengenai hal ini massignion mengatakan bahwa Abd al wâhid bin Zaid berpendapat bahwa kalimat i’syq lebih diakui dalam perbincangan mengenai Allah, karena lanjutnya kalimat mahabbah tidak sesuai dengan AlQuran dan merupakan warisan yahudi dan kristiani. Namun bagaimanapun, kata Mahabbah yang dipilih Abân bin Abî ‘Ayyâsy dan diamini beberapa tokoh lain seperti Rabî’ah sendirilah yang akhirnya lebih mendominasi sampai sekarang. Abd al Rahmân Badawî menegaskan Mahabbah merupakan satu-satunya lafadz yang tertulis dalam Al-Quran dan As-Sunnah; Sedangkan termasuk Isyq sendiri adalah sebuah ibarat tentang cinta yang berlebihan, tentunya Islam tidak mengajarkan itu apalagi secara legal formal seperti apa yang Abd Al Wahîd usulkan, bagaiamana mungkin seorang hamba bisa mendapatkan takaran cinta lebih dari apa yang telah ditakdirkan?. Mengenai al Khullah, pengarang kitab Jâmi’ al ushûl mengatakan asal mula kata ini adalah Khalla al Syai fî al syaii (menyatunya dua hal yang berbeda); kondisi inilah yang sering diartikan sebagai kondisi gugur kewajiban, karena kedekatan antara seorang hamba dan Khaliqnya maka—menurut pemahaman sufi tersebut—ia pun terbebas dari syariat, tak ada perintah dan larangan apalagi sekedar halal dan haram. Untuk hal yang satu ini (gugurnya kewajiban, karena kedekatan antara seorang hamba dan Khaliqnya) jelas berseberangan dengan koridor agama, karena bagaimanapun Ibrahim as adalah Khâlilullâh namun ia sendiri tidak begitu saja meninggalkan kewajiban terlebih melanggar halal haram seperti yang disebutkan. Terakhir kali, jika Râbi’ah dalam Syairnya pernah berkata bahwa ia mencinta Tuhannya dengan dua cinta; cinta hasrat dengan melupakan segala sesuatu selain-Nya dan cinta karena Dialah Pemilik cinta itu, agar ia pun bisa melihatNya tanpa ada hijab yang menghalangi. jika cinta sejati itu benar adanya; cinta abadi yang tak bertendensikan duniawi, maka inilah cinta sejati. Kawan... Mudah-mudahan kita termasuk golongan orang-orang yang Cinta

kepada Sang Kholiq dan utusan-Nya.... Amien Allohumma Ya Robbal a'lamien.... Wallohu a'lam bish-shawab,======================== by arland from : El Faqir M.Nashih Nasrullah "Maka Inilah Cinta Sejati"

http://groups.yahoo.com/group/mencintai-islam/message/8712

Hikmah Ibnu Atha'illah As-Sakandary

01000900 00032f070 00000001 40500000 00014050 00026060f 001e0a57 4d464301 00000000 00010089 d9000000 00010000 00fc09000 00000000 0fc090000 01000000 6c000000 00000000 00000000 0f0000000 f00000000 00000000 00000077 01000076 01000020 454d4600 000100fc0 900000f00 00000100 00000000 00000000

00000000 00005005 00000003 00004001 0000b400 00000000 00000000 00000000 000000e2 040020bf0 20046000 0002c000 00020000 000454d4 62b01400 1001c000 00010000 0000210c 0db01000 00060000 00060000 00046000 00038040 0002c040 000454d4 62b22400 4000c000 00000000 0001e400 9000c000 00000000 00024400 1000c000 00000000 00030400 20010000 00004000 00000008 03f214007 000c0000 00000000 00084000 05900300 00840300 000210c0 db010000

00000000 00000000 00000000 00000000 00010000 0089504e 470d0a1a 0a000000 0d494844 52000000 10000000 10080300 0000282d 0f5300000 180504c5 445c1d2f6 bbbbbbc1 bdb8dede dfc2d7e92 72727ebe bebc3c3c3 f6f6f6ecec ecfbfbfbf7 f7f7edede dc4c4c4be bbb8c5c5c 5f5f5f5c8 c8c8bcbcb cc6c6c6f0 f0f0cbcbc bc1c1c1ab ababd0d0 d0bdbdbdf cfcfce9e9e 9bfbfbf25 2525bcba b7b4b4b4 a7a7a7e5e 5e5b2b2b 2dbdbdbd 4dff2b8b8 b8cacacaa bc4e9d7de ecdadadab 1b1b1fffef ededfe346

83cfacaca cf3f2f25d 96d9f6f5f 383a7e25 790d4d2d 7e2bfd0f7 bebebefeff ffd8d9dcc 0c0bfdee3 f16099d0f afafab4cee 9eceff6e4 e4e4e3e3e 3d6d6d6b 9b9b92c6 9ceaec2f2 fdffffced6 ea92adeb6 36363efef efe8f1fdde e5f5a7bce a5290cf7f a2e45c95d 3f8f8f860 99cfc9ddf 07d9ee7e1 ebfb8cafe 44981d31f 1f1f32323 2b0c4f35a 8fcdc2c2c 187ace3f2 f2f1dfe8fc f0efedfefd fb89a5df6 291d6cfd6 e6e7e7e73 a70d4d2d 2d3bdcff6 b9cbf5d9d 9d96199d 6afafaff6f 7f7a5a5a5 5692d08fa adafdfdfdf 1f1f1e8e8

e8eae9e7b bd3e9bdd 4e9bdbab 89e9e9e73 98e4e0e7f 7e2e2e2a6 a6a6c0c0c 0ccccccfff fffffffffd3 ad8d9800 00008074 524e53ffff fffffffffffff fffffffffffff fffffffffffff fffffffffffff fffffffffffff fffffffffffff fffffffffffff fffffffffffff fffffffffffff fffffffffffff fffffffffffff fffffffffffff fffffffffffff fffffffffffff fffffffffffff fffffffffffff fffffffffffff fffffffffffff fffffffffffff fff003805 4b670000 0001624b 47447f48b f71e50000 000c636d 50504a43 6d703037 31320000 00034800 73bc0000 00f149444 15428536 3a8afaf67 ae810019

5eaefa7a0 6a000631 d187071f3 72800534 cd405c29 01114e76 88003b77 415d9d36 b7089b34 54409847 bbae2ec13 0beb8082 aa0c66c57 e96da591 6ca2130d 34902180 dfd2cdc59 481213d2 3d2c7825 1508a41b 2ae2e2e31 3f34c6c82 fd8ddb5ae 4e8c81bfa e2e2429ca 3fcb382cb 5c2bcae4e 9241b8aec ecbc037d0 3a4fd7b90 268bb108 3988d7e4 e50090b4 ba9adba0a 472c972a 83105b15 af1c5f191 f1f13935c 9a038f3c8 393a2440 42b08c8ca 867bd84b 6b3188d7 28654bd4 d68a02a1 60b96a8d

3883a7b2 7c0a0f1b1 b671127a 7808c636 621d02f8e 0ad5d5d5 209cab07f 43e00744 c475152a df0ad0000 00004945 4e44ae426 08200084 00108240 00000180 00000021 0c0db010 00000030 00000000 00000000 00000000 000001b4 00040340 00000280 00000010 00000020 00000000 000bf0000 00bf00008 04100008 04103000 00000000 00010000 00000001 00021000 00008000 00062000 0000c000 00001000 00015000 0000c000 00004000 00015000 0000c000 00004000 00046000

00014000 00008000 000544e5 05006010 00051000 000c0000 00000000 00000000 0000f0000 000f00000 00000000 00000000 00000000 00000000 01000000 01000000 05000000 03000000 08000000 04000000 00000000 08600ee0 01000000 01000000 02800000 01000000 01000000 00100010 00000000 00000000 00000000 00000000 00000000 00000000 00000000 0ffffff003f fc3604ffff 494cffff35 04ffff0000 ffff0000fff f0000ffff0 000ffff000 0ffff0000f fff00003ff 8ffff3ffc0 0003ffcfff

f3ffc3504 1ffc00001 ffc000051 00000078 03000000 00000000 0000000f0 000000f00 00000000 00000000 00000000 00000000 00001000 00001000 00005000 00002802 00007802 00000001 00000000 0000c600 88001000 00001000 00002800 00001000 00001000 00000100 08000000 00000000 00000000 00000000 00008000 00000000 00000000 0000ffffff 00dfdede0 0c0c0c000 bfbfbf00c 4c4c400fb fbfb00bbb bbb00f7f7 f700f6f6f6 00dadada0 0bebebe00 fcfcfc00f5 f5f500f0f0 f000ecece

c00c3c3c3 00fdfdfd0 0fefeff00e bebeb00e9 e9e900c6c 6c600eded ed00fbfdf e00f3f5f6 00edeff00 0e7e9ea00 e8e8e800c acaca00f6 efec00f7e 7e000f5e5 de00f1e3d e00ecded7 00e6d6cf0 0e2d7d20 0e3dfde00 c1c2c200f 8f8f800c5 c5c500bfc 0c000ead6 ce00f2c2a e00f7d0bf 00f6d2c10 0f6cfbd00 f5cbb900f 3c4b000ea bca700dcd 9d800c8c 8c800bdb dbd00fce8 df00dfa58 900daaa8f 00e4af8c0 0e3ac8700 e2a78300e 4a27f00e7 9e7d00eba d9200fffff d00c1c1c1 00fbebe10 0d691620 0cd8f5a00 d3955c00

d6996100 d4905700 d3814900 d4703a00 e4987300f ffffe00fdf 1e800d99 65d00cf90 5200cf996 000d0996 000d0925 600cf8346 00ce692c0 0bcbcbc00 fafafa00f2 f2f300f7f7 f600f0ddc 900e9d3b b00e9d7c 200e9d4b d00e9ceb4 00e9c4ab0 0f2dfd400 f1f2f200b 8b8b800e 2e2e200b 7babc00b 8bbbe00b 8babd00b 8bdc100d 3d2d200e 3e3e300b 4b4b400b 9b9b900e 5e5e500d 0d0d0003 23232002 72727002 52525001f 1f1f00636 36300e4e 4e400b1b 1b100aba bab00b2b 2b200afaf af00ccccc

c00cbcbcb 009e9e9e0 0efefef00d bdbdb00e 7e7e700d 6d6d600d 9d9d900f1 f1f100a7a 7a700a6a6 a600a5a5a 500acacac 00010179 7c7d7d7d 7c7d7d7d 7e7f06010 17677657 81613130f 1b0f0f0d0 4797a7b7 00371726 87373747 37473327 55d03706 66768696 a6a6a6a6a 6b6b6c6d 6e146f511 35e055f60 61606062 625f63641 6653e525 35455565 75758595 a5b095c0 65d15010 1494a4b4 c4d4e4f50 47010101 51270101 3f4041424 34445464 74801013 33301013 43536373 8393a3b3 c3d01013

e2627282 92a2b2c2c 2d2e2f303 107320c0 1011c021 d1e1f2021 22232425 01010101 01151612 01011718 191a1b10 09010101 01100811 01011208 0e131410 09010101 010a0b01 0101010c 0d0e0f100 90101010 10107010 10101010 10608050 90101010 10102030 30303030 30304050 60101460 00000140 00000080 00000544 e5050070 100004c0 00000640 00000000 00000000 000000f00 00000f000 00000000 00000000 00010000 00010000 0002900a a0000000 00000000 00000008

03f000000 00000000 00000080 3f0000000 00000000 00000000 00000000 00000000 00000000 00000000 00000000 02200000 00c00000 0ffffffff46 0000001c 00000010 00000045 4d462b02 4000000c 00000000 0000000e 00000014 00000000 00000010 00000014 00000004 00000003 01080005 0000000b 02000000 00050000 000c0210 00100003 0000001e 00040000 00070104 00040000 00070104 00450000 00410b86 00ee0010 00100000 00000010 00100000 00000028 00000010

00000010 00000001 00010000 00000000 00000000 00000000 00000000 00000000 00000000 000000ffff ff003ffc36 04ffff494c ffff3504fff f0000ffff0 000ffff000 0ffff0000f fff0000ffff 0000ffff00 003ff8ffff 3ffc00003 ffcffff3ffc 35041ffc0 0001ffc00 00a10100 00410bc6 00880010 00100000 00000010 00100000 00000028 00000010 00000010 00000001 00080000 00000000 00000000 00000000 00000080 00000000 00000000 000000ffff ff00dfded e00c0c0c0 00bfbfbf0 0c4c4c400 fbfbfb00b

bbbbb00f7 f7f700f6f6 f600dadad a00bebebe 00fcfcfc00 f5f5f500f0 f0f000ece cec00c3c3 c300fdfdf d00fefeff0 0ebebeb00 e9e9e900c 6c6c600ed eded00fbf dfe00f3f5f 600edeff0 00e7e9ea0 0e8e8e800 cacaca00f 6efec00f7 e7e000f5e 5de00f1e3 de00ecded 700e6d6cf 00e2d7d2 00e3dfde0 0c1c2c200 f8f8f800c 5c5c500bf c0c000ead 6ce00f2c2 ae00f7d0b f00f6d2c1 00f6cfbd0 0f5cbb900 f3c4b000e abca700dc d9d800c8 c8c800bd bdbd00fce 8df00dfa5 8900daaa8 f00e4af8c 00e3ac870 0e2a7830 0e4a27f00

e79e7d00e bad9200ff fffd00c1c 1c100fbeb e100d691 6200cd8f5 a00d3955 c00d6996 100d4905 700d3814 900d4703 a00e4987 300fffffe0 0fdf1e800 d9965d00 cf905200c f996000d0 996000d0 925600cf8 34600ce6 92c00bcbc bc00fafafa 00f2f2f30 0f7f7f600f 0ddc900e 9d3bb00e 9d7c200e 9d4bd00e 9ceb400e9 c4ab00f2d fd400f1f2f 200b8b8b 800e2e2e2 00b7babc 00b8bbbe 00b8babd 00b8bdc1 00d3d2d2 00e3e3e30 0b4b4b40 0b9b9b90 0e5e5e500 d0d0d000 32323200 27272700 25252500

1f1f1f006 3636300e 4e4e400b 1b1b100a babab00b 2b2b200af afaf00cccc cc00cbcbc b009e9e9e 00efefef00 dbdbdb00 e7e7e700d 6d6d600d 9d9d900f1 f1f100a7a 7a700a6a6 a600a5a5a 500acacac 00010179 7c7d7d7d 7c7d7d7d 7e7f06010 17677657 81613130f 1b0f0f0d0 4797a7b7 00371726 87373747 37473327 55d03706 66768696 a6a6a6a6a 6b6b6c6d 6e146f511 35e055f60 61606062 625f63641 6653e525 35455565 75758595 a5b095c0 65d15010 1494a4b4 c4d4e4f50 47010101 51270101

3f4041424 34445464 74801013 33301013 43536373 8393a3b3 c3d01013 e2627282 92a2b2c2c 2d2e2f303 107320c0 1011c021 d1e1f2021 22232425 01010101 01151612 01011718 191a1b10 09010101 01100811 01011208 0e131410 09010101 010a0b01 0101010c 0d0e0f100 90101010 10107010 10101010 10608050 90101010 10102030 30303030 30304050 601010c0 00000400 92900aa0 00000000 00000100 01000000 00000040 00000270 1ffff03000 00000000 10009000 0032b070

00000001 00500000 00010050 00026060f 00160a57 4d464301 00000000 0001009e 3b000000 00010000 00f409000 00000000 0f4090000 01000000 6c000000 00000000 00000000 0f0000000 f00000000 00000000 00000077 01000076 01000020 454d4600 000100f40 900000f00 00000100 00000000 00000000 00000000 00005005 00000003 00004001 0000b400 00000000 00000000 00000000 000000e2 040020bf0 20046000 0002c000 00020000 000454d4 62b01400 1001c000 00010000

0000210c 0db01000 00060000 00060000 00046000 00030040 00024040 000454d4 62b22400 4000c000 00000000 0001e400 9000c000 00000000 00024400 1000c000 00000000 00030400 20010000 00004000 00000008 03f214007 000c0000 00000000 00084000 05880300 007c0300 000210c0 db010000 00000000 00000000 00000000 00000000 00010000 0089504e 470d0a1a 0a000000 0d494844 52000000 10000000 10080300 0000282d 0f5300000 180504c5 445e9f2f2 fa4343fe7

d7ddeecec dc6565e5a 2a2f4f4f4f 6fafaffdad affd6d6ee eeeee95c5 cfbfffffd3 333eaeded ffe5e5ffe2 e2da4c4cf aa6a6fdfaf af7f7f7ffa cacff0303f e7777a25 b5bf2f5f5 b15555f4f efefa5757f 2f2f2cbbf bffefffff6f fffb95555 ae5454a55 b5bfd3a3a f9ffffff6d6 d9f5b5bee 9999b656 56f69494f b9494f2db dbf1fbfbf5 e4e4eef2f 2e29090f6 2a2afae3e 3ff3f3ffac 9c9d9424 2e67e7ee3 ededfaede da75454d 0cdcdea46 46f19090f cb0b0ff55 55db5858f 9f9f9fafbf bf17b7be3 8080be5a 5ae86060f 29c9cff98 98b05858f

2d6d6e3d 9d9efb8b8 dedfdfaa6 262e8f7f7 edf7f7fadf dfa85b5bd 5c3c3fc81 81dccccce dfcfcfae6e 6db6b6bd 3e5e5f06e 6eff6565f c1212f5f5 f5c8d4d4f 45d5da68 d8decdcdc b68888d9 4545db54 54f7acace 3cccceac7 c7f83939c e8585ffd8 d8e9d2d2 e99696fbe 8e89b535 3f3a6a6f5 a0a0f6dfd ffcd2d2ffd 0d0ffd3d3 df7f7fed4 e4ee4e9e9 dd7878ef9 090ffb4b4 f92121eed 7d7fb7474 db5e5effff ffffffff7c2 c3f540000 00807452 4e53fffffff fffffffffffff fffffffffffff fffffffffffff fffffffffffff fffffffffffff fffffffffffff

fffffffffffff fffffffffffff fffffffffffff fffffffffffff fffffffffffff fffffffffffff fffffffffffff fffffffffffff fffffffffffff fffffffffffff fffffffffffff fffffffffffff fffffffffffff 0038054b 67000000 01624b47 447f48bf7 1e500000 00c636d5 0504a436 d7030373 13200000 00348007 3bc00000 0e749444 15428536 3a807032f 463908a3 9ec1829f5 f40202c43 cc3781b3 b8480f285 02e1eccc4 c4142556 5aa3a666e 7021408cf 5150e591 1756c993 afabe3500 40ab018b 1b33bf208 f3a63bc20 40a24634 4540be31 8b5e4212 a6a75f465

6314b42b 02784dea 38358102f 6d57c5c9 23132de2 68cd12ac6 524081e4 ac3286d0 94aa481b 4f5b19710 fa080602a 739a9321 2b97020f0 f0f074885 60082b37 b7b39f249 b88034f26 482029c8 d5bac487 8f4b964d4 495132c2 0176b15c 16ccee0af 2badc0a10 41430353 3c8d670c b1712121 5ad74070 9245a062 a2b2b4b4 848a8abab e7c60305a 0be86530 00d54444 5d9ce17c0 00000000 49454e44 ae426082 00000008 40010824 00000018 00000002 10c0db01 00000003 00000000 00000000

00000000 0000001b 40004034 00000028 00000001 00000002 00000000 0000bf000 000bf0000 80410000 80410300 00000000 00001000 00000000 10002100 00000800 00006200 00000c00 00000100 00001500 00000c00 00000400 00001500 00000c00 00000400 00004600 00001400 00000800 0000544e 50500601 00005100 0000c000 00000000 00000000 00000f000 0000f0000 00000000 00000000 00000000 00000000 00100000 00100000 00500000 00300000 00800000 00400000

00000000 008600ee 00100000 00100000 00280000 00100000 00100000 00010001 00000000 00000000 00000000 00000000 00000000 00000000 00000000 00ffffff00 00003604f ffc494cfff c3504fffc 0000fffc0 000fffc00 00fffc000 0fffc0000f ffc0000fff c0000fffcf ffffffc000 0fffcfffffff c3504fffc 00000380 00005100 00007803 00000000 00000000 00000f000 0000f0000 00000000 00000000 00000000 00000000 00100000 00100000 00500000 00280200 00780200 00000100 00000000

00c60088 00100000 00100000 00280000 00100000 00100000 00010008 00000000 00000000 00000000 00000000 00800000 00000000 00000000 00ffffff00 d9d9e300 4343fa00b fbfcb00ed edfa00e5e 5ff00e2e2 ff00e6e6fa 008585ce 000303ff0 06262aa0 0dcdcec00 d6d6ff00d 3d3ff00d0 d0ff00e4e 4f5007878 dd007777f e008181fc 007d7dfe0 06565ff00 4e4eed007 474fb006d 6dff00555 5ff005a5a be006b6b db00e8e8f b00fffff60 0fffff900ff fffb00fffff e00fafafd0 03a3afd00 a6a6f300d adaff0055

55b90065 65dc00e3e 3fa00fafaf 600fbfbfa 003333fd0 03939f800 dfdff600f5 f5f200f5f5 f500f7f7f7 00d2d2fc0 05d5df400 9494f6005 e5edb00d bdbf200f2 f2ee00f2f 2f2009494 fb009090e f00dfdffa0 0c9c9fa00 5656b600 5858db00 d7d7ee00e dedea00ee eeee00575 7fa00b8b8 ef001212f c003f3fff0 05555b10 05454db0 0d2d2e90 0e9e9e400 f2f2e900f cfced00ac acf700212 1f9006e6e f0009090f 100d6d6f2 00b0b0fc0 05858b00 04c4cda00 cccce300e cecde00c7 c7ea007b7 bf1002a2a f600a2a2e 500ccccdc

005c5ce90 08080e30 0f7f7e800 f4f4f400f9 f9f900d8d 8ff004545 d900c3c3 d5006060 e8004646 ea007f7fd f00dfdfde 00d4d4c8 00cdcdd0 00e5e5d3 00edede30 0f7f7ed00 fbfbf100fe fef400545 4ae00424 2d9007e7 ee600909 0e200969 6e900999 9ee009c9c f200a0a0f 500a6a6fa 00acacff0 0b4b4ff00 9898ff008 888b6005 454a7005 b5ba8005 b5ba5005 b5ba2005 b5b9f0053 539b008d 8da60001 01010101 01010101 01010101 01010178 797a7b7b 7b7c7c7c7 d7d7d7e7f 01016d6e 6f7071727

37474757 576776c0 1015f0465 66675368 48696a6b 1d246c01 015f60616 263643e3f 365c2f1e0 d4401015 15857595 95a5b2d5 c2f5d1f5e 44010151 52535455 56573f1d1 f1f1f2444 01014546 4748494a 4b4c4d4e 4f4012500 1013c3d3 e3f2d2e40 413a0342 22434401 01333435 362e1d37 38392a3a 010d3b01 01262c2d 2e2f1e303 10332200 12425010 12627282 8291f212a 2b290101 24250101 1b1c1d1e 1f2021222 32001012 42501011 11213141 414150a1 61718181 91a01010 50606070

708090a0 b0c0d0e0f 10010101 01010101 01020304 01010101 01010146 00000014 00000008 00000054 4e505007 0100004c 00000064 00000000 00000000 0000000f0 000000f00 00000000 00000000 00001000 00001000 00002900 aa000000 00000000 00000000 803f00000 00000000 00000008 03f000000 00000000 00000000 00000000 00000000 00000000 00000000 00000000 00220000 000c0000 00ffffffff4 60000001 c0000001 00000004 54d462b0 24000000 c0000000 00000000

e0000001 40000000 00000001 00000001 40000000 40000000 30108000 50000000 b0200000 00005000 0000c021 00010000 30000001 e0004000 00007010 40004000 00007010 40045000 000410b8 600ee001 00010000 00000001 00010000 00000002 80000001 00000001 00000000 10001000 00000000 00000000 00000000 00000000 00000000 00000000 0000000ff ffff000000 3604fffc4 94cfffc35 04fffc000 0fffc0000f ffc0000fff c0000fffc 0000fffc0 000fffc00 00fffcfffff ffc0000fff

cfffffffc35 04fffc000 00380000 0a101000 0410bc60 08800100 01000000 00000100 01000000 00000280 00000100 00000100 00000010 00800000 00000000 00000000 00000000 00000800 00000000 00000000 00000fffff f00d9d9e3 004343fa0 0bfbfcb00 ededfa00e 5e5ff00e2 e2ff00e6e 6fa008585 ce000303f f006262aa 00dcdcec0 0d6d6ff00 d3d3ff00d 0d0ff00e4 e4f500787 8dd00777 7fe008181 fc007d7df e006565ff 004e4eed0 07474fb00 6d6dff005 555ff005a 5abe006b 6bdb00e8 e8fb00ffff

f600fffff9 00fffffb00 fffffe00faf afd003a3a fd00a6a6f 300dadaff 005555b9 006565dc 00e3e3fa0 0fafaf600f bfbfa0033 33fd00393 9f800dfdff 600f5f5f2 00f5f5f50 0f7f7f700 d2d2fc005 d5df40094 94f6005e5 edb00dbd bf200f2f2 ee00f2f2f 2009494fb 009090ef0 0dfdffa00 c9c9fa005 656b6005 858db00d 7d7ee00ed edea00eee eee005757 fa00b8b8e f001212fc 003f3fff00 5555b100 5454db00 d2d2e900 e9e9e400f 2f2e900fc fced00aca cf7002121 f9006e6ef 0009090f1 00d6d6f20 0b0b0fc00 5858b000

4c4cda00c ccce300ec ecde00c7c 7ea007b7 bf1002a2a f600a2a2e 500ccccdc 005c5ce90 08080e30 0f7f7e800 f4f4f400f9 f9f900d8d 8ff004545 d900c3c3 d5006060 e8004646 ea007f7fd f00dfdfde 00d4d4c8 00cdcdd0 00e5e5d3 00edede30 0f7f7ed00 fbfbf100fe fef400545 4ae00424 2d9007e7 ee600909 0e200969 6e900999 9ee009c9c f200a0a0f 500a6a6fa 00acacff0 0b4b4ff00 9898ff008 888b6005 454a7005 b5ba8005 b5ba5005 b5ba2005 b5b9f0053 539b008d 8da60001 01010101 01010101

01010101 01010178 797a7b7b 7b7c7c7c7 d7d7d7e7f 01016d6e 6f7071727 37474757 576776c0 1015f0465 66675368 48696a6b 1d246c01 015f60616 263643e3f 365c2f1e0 d4401015 15857595 95a5b2d5 c2f5d1f5e 44010151 52535455 56573f1d1 f1f1f2444 01014546 4748494a 4b4c4d4e 4f4012500 1013c3d3 e3f2d2e40 413a0342 22434401 01333435 362e1d37 38392a3a 010d3b01 01262c2d 2e2f1e303 10332200 12425010 12627282 8291f212a 2b290101 24250101 1b1c1d1e 1f2021222

32001012 42501011 11213141 414150a1 61718181 91a01010 50606070 708090a0 b0c0d0e0f 10010101 01010101 01020304 01010101 0101010c 00000040 092900aa 00000000 00000010 00100000 00000004 00000027 01ffff0300 00000000 HIKMAH 68 :KHIDMAH DAN MAHABBAH KH. Muhammad Wafi, Lc, M.Si string(295) "Smarty error: [in evaluated template line 1]: syntax error: unrecognized tag: ‫ل ُنِمّد‬ ّ ‫ُك‬ ‫ظوًرا‬ ُ‫ح‬ ْ ‫ك َم‬ َ ‫طاُء َرّب‬ َ‫ع‬ َ ‫ن‬ َ ‫ك َوَما َكا‬ َ ‫طاِء َرّب‬ َ‫ع‬ َ ‫ن‬ ْ ‫لِء ِم‬ َ ‫لء َوَهُؤ‬ َ ‫( َهُؤ‬Smarty_Compiler.class.php, line 446)" string(117) "Smarty error: [in evaluated template line 1]: syntax error: unrecognized tag '' (Smarty_Compiler.class.php, line 590)" ‫ ( السراء‬20 ) ‫قوم أقامهم الحق لخدمته وقوم اختصهم بمحبته‬ "Ada orang-orang yang Allah jadikan berkhidmat kepada-Nya dan ada orang-orang yang Allah pilih untuk mencintai-Nya. Kepada masing-masing golongan itu, kami berikan bantuan dari kemurahan Tuhanmu. Dan kemurahan Tuhanmu tidaklah terbatas"

Orang yang sholih (dekat kepada Allah) ada 2 macam :

1. orang yang ditugaskan untuk khidmah kepada Allah (agama Allah) bukan untuk Allah sendiri. Oleh karena itu orang ini harus tahu perintah-perintah dan larangan-larangan lalu menjelaskannya kepada masyarakat. (amar ma'ruf nahi munkar) 2. orang yang dikhususkan oleh Allah untuk mahabbah kepada-Nya. Dia tidak ingat apa-apa kecuali Allah (‫)مجنون في ال‬. Dia tidak tahu apa itu baik dan jelek jadi dia tidak bisa amar ma'ruf

nahi munkar. Orang yang seperti ini terkadang masih mengikuti syari'at tapi tidak bisa mengurusi syari'at tersebut dan juga terkadang ada yang jadzab baik penuh maupun sebagian. Terkadang dia jadzab dan terkadang ingat. Ini semua karena ada tajalli dari Allah (Allah tampak pada diri mereka).

Semua orang yang beriman pasti memiliki mahabbah. Baik sedikit maupun banyak mereka pasti memiliki mahabbah. Dalam Al-Qur'an telah disebutkan :

ّ ‫ب َأ‬ ‫ن‬ َ ‫ن اْلَعلَذا‬ َ ‫ظَلُملوا ِإْذ َيلَرْو‬ َ ‫ن‬ َ ‫لل َوَللْو َيلَرى اّللِذي‬ ِّ ‫حّبا‬ ُ ‫شّد‬ َ ‫ن َآَمُنوا َأ‬ َ ‫ل َواّلِذي‬ ِّ ‫ب ا‬ ّ ‫ح‬ ُ ‫حّبوَنُهْم َك‬ ِ ‫ل َأْنَداًدا ُي‬ ِّ ‫ن ا‬ ِ ‫ن ُدو‬ ْ ‫خُذ ِم‬ ِ ‫ن َيّت‬ ْ ‫س َم‬ ِ ‫ن الّنا‬ َ ‫َوِم‬ [165/‫( ]البقرة‬165) ‫ب‬ ِ ‫شِديُد اْلَعَذا‬ َ ‫ل‬ َّ ‫ن ا‬ ّ ‫جِميًعا َوَأ‬ َ ‫ل‬ ِّ ‫اْلُقّوَة‬

165. Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu[106] mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal).

[106] yang dimaksud dengan orang yang zalim di sini ialah orang-orang yang menyembah selain Allah.

Akan tetapi yang paling banyak, mahabbah mereka wujud untuk khidmah kepada agama Allah (berdakwah, mengajar, dll). Ini juga tak lain karena adanya tajalli dari Allah. Oleh karena itu mahabbah ini tidak akan tertuju kepada selain Allah. Tajalli di sini adalah sebagaimana dalam Al-Qur'an :

‫ف َتَراِني‬ َ ‫سْو‬ َ ‫سَتَقّر َمَكاَنُه َف‬ ْ ‫نا‬ ِ ‫ل َفِإ‬ ِ ‫جَب‬ َ ‫ظْر ِإَلى اْل‬ ُ ‫ن اْن‬ ِ ‫ن َتَراِني َوَلِك‬ ْ ‫ل َل‬ َ ‫ك َقا‬ َ ‫ظْر ِإَلْي‬ ُ ‫ب َأِرِني َأْن‬ ّ ‫ل َر‬ َ ‫سى ِلِميَقاِتَنا َوَكّلَمُه َرّبُه َقا‬ َ ‫جاءَ ُمو‬ َ ‫َوَلّما‬ [143/‫( ]العراف‬143) ‫ن‬ َ ‫ل اْلُمْؤِمِني‬ ُ ‫ك َوَأَنا َأّو‬ َ ‫ت ِإَلْي‬ ُ ‫ك ُتْب‬ َ ‫حاَن‬ َ ‫سْب‬ ُ ‫ل‬ َ ‫ق َقا‬ َ ‫صِعًقا َفَلّما َأَفا‬ َ ‫سى‬ َ ‫خّر ُمو‬ َ ‫جَعَلُه َدّكا َو‬ َ ‫ل‬ ِ ‫جَب‬ َ ‫جّلى َرّبُه ِلْل‬ َ ‫َفَلّما َت‬

143. Dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan kami) pada waktu yang Telah kami tentukan dan Tuhan Telah berfirman (langsung) kepadanya, berkatalah Musa: "Ya Tuhanku, nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar Aku dapat melihat kepada Engkau". Tuhan berfirman: "Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku, tapi Lihatlah ke bukit itu, Maka jika ia tetap di tempatnya (sebagai sediakala) niscaya kamu dapat melihat-Ku". tatkala Tuhannya

menampakkan diri kepada gunung itu[565], dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Maka setelah Musa sadar kembali, dia berkata: "Maha Suci Engkau, Aku bertaubat kepada Engkau dan Aku orang yang pertama-tama beriman".

[565] para Mufassirin ada yang mengartikan yang nampak oleh gunung itu ialah kebesaran dan kekuasaan Allah, dan ada pula yang menafsirkan bahwa yang nampak itu hanyalah cahaya Allah. Bagaimanapun juga nampaknya Tuhan itu bukanlah nampak makhluk, hanyalah nampak yang sesuai sifat-sifat Tuhan yang tidak dapat diukur dengan ukuran manusia.

Jadi hati yang lemah seperti ini kalau ada tajalli maka akan jatuh pingsan.

Kita memiliki dan diberi mahabbah sangat sedikit tapi kalau sudah sampai pada derajat wahdatis Syuhud maka semua akan dilupakan sehingga terkadang dia melupakan syari'at. Dia akan seperti orang yang gila bahkan memang benar-benar gila sehingga dia tidak kewajiban shalat dan ibadah lain. Dia tidak sadar dengan apa yang dilakukan. Lalu apa tugas mereka sebagai wali Allah swt dan apa faedahnya?

Memang mereka tidak ditugaskan untuk amar ma'ruf oleh Allah tapi mereka memiliki tugas yang tidak bisa dilihat mata namun atsarnya akan kelihatan. Sebagaimana dijelaskan dalam hadits : َ ‫عَبْيٍد َقا‬ ‫ل‬ ُ ‫ن‬ َ ‫ح َيْعِني اْب‬ ٌ ‫شَرْي‬ ُ ‫حّدَثِني‬ َ ‫ن‬ ُ ‫صْفَوا‬ َ ‫حّدَثَنا‬ َ ‫حّدَثَنا َأُبو اْلُمِغيَرِة‬ َ

‫لل‬ ِّ ‫ل ا‬ َ ‫سللو‬ ُ ‫ت َر‬ ُ ‫سِمْع‬ َ ‫ل ِإّني‬ َ ‫ل‬ َ ‫ن َقا‬ َ ‫ق َفَقاُلوا اْلَعْنهُْم َيا َأِميَر اْلُمْؤِمِني‬ ِ ‫عْنُه َوُهَو ِباْلِعَرا‬ َ ‫ل‬ ُّ ‫ي ا‬ َ‫ض‬ ِ ‫ب َر‬ ٍ ‫طاِل‬ َ ‫ن َأِبي‬ ِ ‫ي ْب‬ ّ ‫عِل‬ َ ‫عْنَد‬ ِ ‫شاِم‬ ّ ‫ل ال‬ ُ ‫ُذِكَر َأْه‬ ُ ‫سلَقى ِبِهلْم اْلَغْيل‬ ‫ث‬ ْ ‫ل ُي‬ ً‫ج‬ ُ ‫لل َمَكللاَنُه َر‬ ُّ ‫ل ا‬ َ ‫ل َأْبلَد‬ ٌ ‫جل‬ ُ ‫ت َر‬ َ ‫ل ُكّلَمللا َمللا‬ ً‫ج‬ ُ ‫ن َر‬ َ ‫شاِم َوُهْم َأْرَبُعللو‬ ّ ‫ن ِبال‬ َ ‫ل َيُكوُنو‬ ُ ‫لْبَدا‬ َْ ‫ل ا‬ ُ ‫سّلَم َيُقو‬ َ ‫عَلْيِه َو‬ َ ‫ل‬ ُّ ‫صّلى ا‬ َ ُ ‫شاِم ِبِهْم اْلَعَذا‬ ‫ب‬ ّ ‫ل ال‬ ِ ‫ن َأْه‬ ْ‫ع‬ َ ‫ف‬ ُ ‫صَر‬ ْ ‫عَداِء َوُي‬ ْ‫ل‬ َْ ‫عَلى ا‬ َ ‫صُر ِبِهْم‬ َ ‫َوُيْنَت‬

(360 ‫ ص‬/ 2 ‫ )ج‬- ‫مسند أحمد‬

Artinya : "suatu ketika Ahli syam disebut-disebut di hadapan sayyidina Ali (ketika beliau di Irak) lalu penduduk Irak berkata : laknatlah mereka wahai amirul mukminin. Sayyidina Ali menjawab : tidak, saya pernah mendengar Rasulullah saw bersabda : wali abdal itu berada di syam, mereka ada 40 orang, ketika satu orang meninggal maka Allah mengganti tempatnya dengan orang lain. Karena merekalah penduduk syam diberi hujan, karena mereka penduduk

syam ditolong dari musuh dan karena mereka penduduk syam dihindarkan dari siksa"

‫ن َيِزي لَد بللن َأِبللي‬ ْ ‫عل‬ َ ،‫عْمُرو بن َواِقٍد‬ َ ‫حّدَثَنا‬ َ ،‫ي‬ ّ ‫صوِر‬ ّ ‫ك ال‬ ِ ‫حّمُد بن اْلُمَباَر‬ َ ‫حّدَثَنا ُم‬ َ ،‫ي‬ ّ ‫شِق‬ ْ ‫عْمٍرو الّدَم‬ َ ‫ن بن‬ ِ ‫حَم‬ ْ ‫عْبُد الّر‬ َ ‫عَة‬ َ ‫حّدَثَنا َأُبو ُزْر‬ َ َ ‫ َيللا َأْهل‬:‫ل‬ ‫ل‬ َ ‫ ُثلّم َقلا‬،‫س‬ ٍ ‫ن ُتلْر‬ ْ ‫سلُه ِمل‬ َ ‫ك َرْأ‬ ٍ ‫ف بن َماِلل‬ ُ ‫ج عَْو‬ َ ‫خَر‬ ْ ‫ َفَأ‬،‫شاِم‬ ّ ‫ل ال‬ َ ‫سّبوا َأْه‬ َ ،‫صُر‬ ْ ‫ت ِم‬ ْ ‫ح‬ َ ‫ َلّما ُفِت‬:‫ل‬ َ ‫ َقا‬،‫ب‬ ٍ ‫ش‬ َ ‫حْو‬ َ ‫شْهِر بن‬ َ ‫ن‬ ْ‫ع‬ َ ،‫ك‬ ٍ ‫َماِل‬ ‫ َوِبِهلْم‬،‫ل‬ ُ ‫لْبلَدا‬ َ ‫"ِفيِهلُم ا‬:‫ل‬ ُ ‫ َيُقللو‬،‫سلّلَم‬ َ ‫عَلْيلِه َو‬ َ ‫لل‬ ُّ ‫صلّلى ا‬ َ ‫لل‬ ِّ ‫ل ا‬ َ ‫سللو‬ ُ ‫ت َر‬ ُ ‫سلِمْع‬ َ ‫شللاِم َفلِإّني‬ ّ ‫ل ال‬ َ ‫سلّبوا َأْهل‬ ُ ‫ ل َت‬،‫ك‬ ٍ ‫ف بن َماِل‬ ُ ‫عْو‬ َ ‫ َأَنا‬, ‫صَر‬ ْ ‫ِم‬ ."‫ن‬ َ ‫ َوِبِهْم ُتْرَزُقو‬،‫ن‬ َ ‫صُرو‬ َ ‫ُتْن‬

(434 ‫ ص‬/ 12 ‫ )ج‬- ‫المعجم الكبير للطبراني‬

Artinya : "ketika negara mesir dikuasai islam, penduduknya mencaci maki ahli syam, lalu Auf bin Malik mengeluarkan kepalanya dari perisainya dan berkata : wahai penduduk mesir saya adalah Auf bin Malik, janganlah kalian mencaci maki ahli syam karena saya pernah mendengar Rasulullah saw bersabda : dalam ahli syam ada wali abdal. Karena merekalah ahli syam ditolong dan karena merekalah ahli syam diberi rizki"

‫ » رب‬: ‫ أن النبي صلى ال عليه وسلم قال‬، ‫ عن أنس بن مالك‬، ‫ عن حفص بن عبيد ال‬، ‫ أنا أسامة بن زيد‬، ‫أنا جعفر بن عون‬ « ‫أشعث أغبر ذي طمرين لو أقسم على ال لبره‬

(361 ‫ ص‬/ 3 ‫ )ج‬- ‫مسند عبد بن حميد‬

Artinya : "Nabi Muhammad saw pernah bersabda : banyak orang yang amburadul rambutnya, berdebu, dan hanya memiliki dua pakaian yang rusak, namun jika mereka bersumpah dengan nama Allah maka Allah pasti akan meluluskan sumpah tersebut"

Jadi tugas mereka tidak kelihatan tapi berkahnya sangat besar bagi manusia. Lalu kenapa Allah menjadikan dua hamba yang berbeda? memang sunatullah dalam menciptakan sesuatu ada yang bervariasi sehingga tidak monoton. Kalau diciptakan seperti kelompok yang pertama maka semua akan amar maruf tapi tidak ada yang bisa menjadikan bumi tenang dan kalau hanya yang seperti kelompok kedua maka tidak akan ada amar maruf.

Ada orang ziarah pada syekh Ramdhan. Orang ini seperti orang yang gila namun dia dimulyakan oleh syekh Ramdhan. Ketika ingin pulang syekh Ramdhan meminta doa agar Allah memuliakannya sebagaimana orang tersebut. Lalu orang tersebut berkata : "kalau kamu seperti saya nanti siapa yang mengurusi masyarakat". Lalu dengan cerita ini apakah bisa menunjukan bahwa kelompok yang kedua lebih mulia dari pada kelompok yang pertama. Tidak, karena ini semua hanyalah ciptaan dan sunnah Allah. Pada zaman nabi beliau pernah berpesan pada shohabat umar agar beliau minta doa pada Uwais Al-qarany.

Lalu bagaimana sikap kita menghadapi dua hamba tersebut?. Hikmah Allah memang sangat besar. Seandainya Allah memperlihatkan walinya maka semua yang tidak menjadi wali pasti akan terlihat jelek, oleh karena itu Allah menutupinya. Dari sini kita harus selalu berkhusnu dzon, jangan-jangan orang yang kelihatan jelek adalah wali Allah sehingga kita harus memuliakannya. Lebih baik kita tunduk kepada orang walaupun sebenarnya dia tidak mulia daripada kita sombong pada orang yang benar-benar mulia. Semua hamba tersebut (baik kelompok pertama maupun kedua) dibantu oleh Allah swt sebagaimana dijelaskan dalam AlQur'an :

[20/‫( ]السراء‬20) ‫ظوًرا‬ ُ‫ح‬ ْ ‫ك َم‬ َ ‫طاُء َرّب‬ َ‫ع‬ َ ‫ن‬ َ ‫ك َوَما َكا‬ َ ‫طاِء َرّب‬ َ‫ع‬ َ ‫ن‬ ْ ‫لِء ِم‬ َ ‫لِء َوَهُؤ‬ َ ‫ل ُنِمّد َهُؤ‬ ّ ‫ُك‬

20. Kepada masing-masing golongan baik golongan Ini maupun golongan itu kami berikan bantuan dari kemurahan Tuhanmu. dan kemurahan Tuhanmu tidak dapat dihalangi. http://www.ppalanwar.com/news/178/22/HIKMAH-68-KHIDMAH-DANMAHABBAH/d,detail_news_mawaidl/

010009 8 pengertian cinta dalam Al-Qur'an 000003 « on: July 02, 2009, 09:48:37 PM » 3f05000 00000a8 030000 0000a80 300002 6060f00 460757 4d4643 010000 000000 01003c9 c000000 000100

000024 070000 000000 002407 000001 000000 6c00000 000000 000000 000001 300000 013000 000000 000000 000000 0d6010 000d40 100002 0454d4 600000 100240 700000f 000000 010000 000000 000000 000000 000000 005005 000000 030000 400100 00b400 000000 000000 000000 000000 000000e 204002 0bf0200 460000 002c000 000200 000004 54d462 b01400

1001c00 000010 000000 0210c0d b01000 000600 000006 000000 046000 000680 200005c 020000 454d46 2b2240 04000c0 000000 000000 01e4009 000c000 000000 000002 440010 00c0000 000000 000030 400200 100000 000400 000000 00803f2 140070 00c0000 000000 000008 400005 b40100 00a8010 000021 0c0db01 000000 000000 000000 000000 000000 000000 000100

000089 504e470 d0a1a0a 000000 0d4948 445200 000014 000000 140803 000000 ba57ed3 f000000 60504c5 445a7b1 d49aa3c 5b6b9b bc6cacd bec5c98 1888ce3 ebefd4d bdf6f77 7d525d 81b6bdc 1a0add1 a6b1c3b 2bfe2ae b9cbfaf dff5857 57cbd8f c5c6266 f4fbff00 000000 000000 000000 000000 000000 000000 000000 000000 000000 000000 000000 00007d 011beb0 000001 574524e

53fffffff ffffffffff ffffffffff ffffffffff fff002b d97dea0 000000 1624b4 744149 2dfc935 000000 0c636d5 0504a43 6d7030 373132 000000 034800 73bc000 0009e49 444154 28536d d15112 83200c0 4d0141 4a96d05 13ee7fd 66e1270 5a46473 f782e09 516a371 7b931b 756eb78 efc8317 2251a6a c89b48e 4f3a4a7 6715d5 ba7a160 82be54f c9ec50f 40a9aa5 35c3448 c87d29a 32d66ab 8bb022 5a7a314

8d8b6ca 8f0a99a dcdf686 42601f8 00e63d4 d8623f1 82c44f0 e03e839 17ed71e d1d136 9b6d7b 3417d7 655ef71 cd6e1af 835cc93 d0c0adf 65cdfae 8a67fac 8d32ff9 02e92c1 9a31378 bea4000 000004 9454e44 ae42608 200000 008400 108240 000001 800000 00210c0 db0100 000003 000000 000000 000000 000000 000000 1b4000 004000 000034 000000 010000 000200 000000 0000bf0

00000bf 0000a04 10000a0 410300 000000 0000b3 000000 b3ffff9f 410000 00b300 0000b3f fff9f412 100000 008000 000620 000000c 000000 010000 001500 00000c0 000000 400000 015000 0000c00 000004 000000 460000 001400 000008 000000 544e505 006010 000510 00000d 000000 000000 000000 000001 300000 013000 000000 000000 000000 000000 000000 000001

400000 014000 000500 000003 000000 080000 000500 000000 000000 08600ee 001400 000014 000000 280000 001400 000014 000000 010001 000000 000000 000000 000000 000000 000000 000000 000000 000000 0000ffff ff00000 000000 110000 003b80 0ff07fc0 0ff0ffe0 0ff1fff0 0ff3fff8 0ff7fffc 0ffffffe0 fffffff0f ffffff0ff ffffe0fff fffc0ff7f ff80ff3f ff00ff1f fe00ff0f fc00ff07

f800ff0 33000ff 000000f f510000 006002 000000 000000 000000 001300 000013 000000 000000 000000 000000 000000 000000 001400 000014 000000 500000 008000 0000d0 000000 900100 000000 0000c60 088001 400000 014000 000280 000001 400000 014000 000010 008000 000000 000000 000000 000000 000000 016000 000000 000000 000000 0ffffff0 066625c

005757 5800cdc ac600d4 b1a700d fdbd400 fffbf400 fcd8cb0 0815d5 200fffdf a00cbb9 ae008c8 881007 d776f00 efebe30 0e2bfb2 00c1bdb 600c3b1 a600bbb 9b600c5 a39a00c 9c5be00 d1ada00 001010 101010 101010 101010 101010 101010 101010 101010 101010 102010 101030 101010 101010 101010 101010 101021 202010 313030 101010 101010 101010 101010 214071 202150

813030 101010 101010 101010 102140 707071 202080 813030 101010 101010 101021 407070 707071 202080 813090 101010 101010 214070a 070707 070712 020808 130301 010101 021407 07070b 070707 070712 020808 130901 010c0d1 00e0a0a 070b07 070707 071202 080813 03010c0 e0d1011 0a0a070 b07070 707071 202080 813030c 0e070d0 e0b0a0a 0a0b070 707070

602080 80f030c 0e0d0a0 7070b0a 07070a0 707040 208080 503010c 0d070a0 b07070 b0a0707 070402 080805 030101 010206 070a0b0 a070707 070402 080805 030101 010101 020607 0a0a070 707040 208080 503010 101010 101010 206070 707070 402080 805030 101010 101010 101010 206070 704020 808050 901010 101010 101010 101010 204040 203050 503010 101010

101010 101010 101010 202010 103030 101010 101010 101010 101010 101010 101010 101010 101010 101010 146000 000140 000000 800000 0544e50 500701 00004c0 000006 400000 000000 000000 000001 300000 013000 000000 000000 000000 014000 000140 000002 900aa00 000000 000000 000000 00803f0 000000 000000 000000 0803f00 000000 000000 000000

000000 000000 000000 000000 000000 000000 000000 002200 00000c0 00000ff ffffff46 000000 1c00000 010000 000454 d462b0 240000 00c0000 000000 00000e0 000001 400000 000000 000100 000001 400000 004000 000030 108000 500000 00b020 000000 005000 0000c02 140014 000300 00001e0 004000 000070 104000 400000 007010 4004d0 000004 10b860 0ee0014

001400 000000 001400 140000 000000 280000 001400 000014 000000 010001 000000 000000 000000 000000 000000 000000 000000 000000 000000 0000ffff ff00000 000000 110000 003b80 0ff07fc0 0ff0ffe0 0ff1fff0 0ff3fff8 0ff7fffc 0ffffffe0 fffffff0f ffffff0ff ffffe0fff fffc0ff7f ff80ff3f ff00ff1f fe00ff0f fc00ff07 f800ff0 33000ff 000000f f150100 00410bc 600880 014001 400000

000001 400140 000000 000280 000001 400000 014000 000010 008000 000000 000000 000000 000000 000000 016000 000000 000000 000000 0ffffff0 066625c 005757 5800cdc ac600d4 b1a700d fdbd400 fffbf400 fcd8cb0 0815d5 200fffdf a00cbb9 ae008c8 881007 d776f00 efebe30 0e2bfb2 00c1bdb 600c3b1 a600bbb 9b600c5 a39a00c 9c5be00 d1ada00 001010 101010 101010 101010

101010 101010 101010 101010 101010 102010 101030 101010 101010 101010 101010 101021 202010 313030 101010 101010 101010 101010 214071 202150 813030 101010 101010 101010 102140 707071 202080 813030 101010 101010 101021 407070 707071 202080 813090 101010 101010 214070a 070707 070712 020808 130301 010101 021407 07070b 070707

070712 020808 130901 010c0d1 00e0a0a 070b07 070707 071202 080813 03010c0 e0d1011 0a0a070 b07070 707071 202080 813030c 0e070d0 e0b0a0a 0a0b070 707070 602080 80f030c 0e0d0a0 7070b0a 07070a0 707040 208080 503010c 0d070a0 b07070 b0a0707 070402 080805 030101 010206 070a0b0 a070707 070402 080805 030101 010101 020607 0a0a070 707040 208080 503010

101010 101010 206070 707070 402080 805030 101010 101010 101010 206070 704020 808050 901010 101010 101010 101010 204040 203050 503010 101010 101010 101010 101010 202010 103030 101010 101010 101010 101010 101010 101010 101010 101010 101010 10c0000 004009 2900aa0 000000 000000 014001 400000 000000 400000 02701ff ff03000 000000

0 Menurut hadis Nabi, orang yang sedang jatuh cinta cenderung selalu mengingat dan menyebut orang yang dicintainya (man ahabba syai'an katsura dzikruhu), kata Nabi, orang juga bisa diperbudak oleh cintanya (man ahabba syai'an fa huwa `abduhu). Kata Nabi juga, ciri dari cinta sejati ada tiga : (1) lebih suka berbicara dengan yang dicintai dibanding dengan yang lain, (2) lebih suka berkumpul dengan yang dicintai dibanding dengan yang lain, dan (3) lebih suka mengikuti kemauan yang dicintai dibanding kemauan orang lain/diri sendiri. Bagi orang yang telah jatuh cinta kepada Alloh SWT, maka ia lebih suka berbicara dengan Alloh Swt, dengan membaca firman Nya, lebih suka bercengkerama dengan Alloh SWT dalam I`tikaf, dan lebih suka mengikuti perintah Alloh SWT daripada perintah yang lain. Dalam Qur'an cinta memiliki 8 pengertian berikut ini penjelasannya: 1. Cinta mawaddah adalah jenis cinta mengebu-gebu, membara dan "nggemesi". Orang yang memiliki cinta jenis mawaddah, maunya selalu berdua, enggan berpisah dan selalu ingin memuaskan dahaga cintanya. Ia ingin memonopoli cintanya, dan hampir tak bisa berfikir lain. 2. Cinta rahmah adalah jenis cinta yang penuh kasih sayang, lembut, siap berkorban, dan siap melindungi. Orang yang memiliki cinta jenis rahmah ini lebih memperhatikan orang yang dicintainya dibanding terhadap diri sendiri. Baginya yang penting adalah kebahagiaan sang kekasih meski untuk itu ia harus menderita. Ia sangat memaklumi kekurangan kekasihnya dan selalu memaafkan kesalahan kekasihnya. Termasuk dalam cinta rahmah adalah cinta antar orang yang bertalian darah, terutama cinta orang tua terhadap anaknya, dan sebaliknya. Dari itu maka dalam al Qur'an , kerabat disebut al arham, dzawi al arham , yakni orang-orang yang memiliki hubungan kasih sayang secara fitri, yang berasal dari garba kasih sayang ibu, disebut rahim (dari kata rahmah). Sejak janin seorang anak sudah diliputi oleh suasana psikologis kasih sayang dalam satu ruang yang disebut rahim. Selanjutnya diantara orang-orang yang memiliki hubungan darah dianjurkan untuk selalu ber silaturrahim, atau silaturrahmi artinya menyambung tali kasih sayang. Suami isteri yang diikat oleh cinta mawaddah dan rahmah sekaligus biasanya saling setia lahir batin-dunia akhirat. 3. Cinta mail adalah jenis cinta yang untuk sementara sangat membara, sehingga menyedot seluruh perhatian hingga hal-hal lain cenderung kurang diperhatikan. Cinta jenis mail ini dalam al Qur'an disebut dalam konteks orang poligami dimana ketika sedang jatuh cinta kepada yang muda (an tamilu kulla al mail), cenderung mengabaikan kepada yang lama.

4. Cinta syaghaf. Adalah cinta yang sangat mendalam, alami, orisinil dan memabukkan. Orang yang terserang cinta jenis syaghaf (qad syaghafaha hubba) bisa seperti orang gila, lupa diri dan hampir-hampir tak menyadari apa yang dilakukan. Al Qur'an menggunakan term syaghaf ketika mengkisahkan bagaimana cintanya Zulaikha, istri pembesar Mesir kepada bujangnya, Yusuf. 5. Cinta ra'fah, yaitu rasa kasih yang dalam hingga mengalahkan norma-norma kebenaran, misalnya kasihan kepada anak sehingga tidak tega membangunkannya untuk salat, membelanya meskipun salah. Al Qur'an menyebut term ini ketika mengingatkan agar janganlah cinta ra`fah menyebabkan orang tidak menegakkan hukum Allah, dalam hal ini kasus hukuman bagi pezina (Q/24:2). 6. Cinta shobwah, yaitu cinta buta, cinta yang mendorong perilaku penyimpang tanpa sanggup mengelak. Al Qur'an menyebut term ni ketika mengkisahkan bagaimana Nabi Yusuf berdoa agar dipisahkan dengan Zulaiha yang setiap hari menggodanya (mohon dimasukkan penjara saja), sebab jika tidak, lama kelamaan Yusuf tergelincir juga dalam perbuatan bodoh, wa illa tashrif `anni kaidahunna ashbu ilaihinna wa akun min al jahilin (Q/12:33) 7. Cinta syauq (rindu). Term ini bukan dari al Qur'an tetapi dari hadis yang menafsirkan al Qur'an. Dalam surat al `Ankabut ayat 5 dikatakan bahwa barangsiapa rindu berjumpa Allah pasti waktunya akan tiba. Kalimat kerinduan ini kemudian diungkapkan dalam doa ma'tsur dari hadis riwayat Ahmad; wa as'aluka ladzzata an nadzori ila wajhika wa as syauqa ila liqa'ika, aku mohon dapat merasakan nikmatnya memandang wajah Mu dan nikmatnya kerinduan untuk berjumpa dengan Mu. Menurut Ibn al Qayyim al Jauzi dalam kitab Raudlat al Muhibbin wa Nuzhat al Musytaqin, Syauq (rindu) adalah pengembaraan hati kepada sang kekasih (safar al qalb ila al mahbub), dan kobaran cinta yang apinya berada di dalam hati sang pecinta, hurqat al mahabbah wa il tihab naruha fi qalb al muhibbi 8. Cinta kulfah. yakni perasaan cinta yang disertai kesadaran mendidik kepada hal-hal yang positip meski sulit, seperti orang tua yang menyuruh anaknya menyapu, membersihkan kamar sendiri, meski ada pembantu. Jenis cinta ini disebut al Qur'an ketika menyatakan bahwa Allah tidak membebani seseorang kecuali sesuai dengan kemampuannya, la yukallifullah nafsan illa wus`aha (Q/2:286) http://www.ponorogozone.com/index.php?topic=3878.0

Tafsir Surat Al Baqarah Ayat 129 Oleh : Ustadz Fakhrurrozi Disampaikan dalam pengajian rutin tafsir Al Qur'an setiap Jum'at pk. 06.00-07.00 Gedung Perpustakaan SMA 1 Al Islam Surakarta

di

Honggowongso, April 2010,

Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka sesorang Rasul dari kalangan mereka sendiri, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayatMu, dan mengajarkan kepada mereka Al kitab (Al Quran) dan Al-Hikmah (As-Sunnah) serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana. (Surat Al Baqarah ayat 129) Kalau kita kaitkan dengan ayat sebelumnya, dimana yang berdoa ini adalah Nabi Ibrahim dan Ismail, maka yang dimaksud Rasul disini adalah Nabi Muhammad SAW. Ini juga sesuai dengan Surat At Taubah ayat 128:

Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, sangat belas kasih lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.(Surat Attaubah ayat 128)

Ayat ini menunjukkan betapa besar cinta (mahabbah) Nabi kepada umatnya, maka begitu pula seharusnya mahabbah kita kepada Nabi. Beliau saat mau dipanggil Allah saja yang beliau ucapkan : ummatii... ummatii ... yang menunjukkan besarnya cinta beliau kepada kita umatnya, Dalam ayat 129 surat Albaqarah tersebut ada arah tazkiyatunnafs atau penyucian jiwa, dimana pada ayat itu disebutkan wayuzakkiihim... Dan (tugas Rasul itu) mensucikan mereka...

Adapun cara untuk mencapai tazkiyatunnafs itu adalah dengan jalan : Pertama, tilawah. Yakni mengajarkan tilawah, atau membacakan ayat-ayat Al Qur'an. Talaa -yatluu itu berbeda dengan qara-a. Talaa-yatluu-tilawah itu mengandung arti membaca Al Qur'an dengan dibimbing guru, yang dalam hal ini Malaikat Jibril yang membimbing Nabi. Kalau qara-a itu memiliki arti membaca, ya sekedar membaca, bisa tanpa guru atau pembimbing. Sedangkan yang dimaksud dengan ayat-ayat Allah itu ada tiga macam, yaitu ayat Kauniyah, ayat-ayat Qur'aniyah, dan ayat-ayat Qolbiyah. Ini berdasarkan ayat : •

Iqra' bismi robbikalladzii kholaqa (Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu Yang Telah Menciptakan). Segala sesuatu yang Allah ciptakan disebut ayat Kauniyah



Yang kedua iqra' dikaitkan dengan qalam (pena): Alladzii ‘allama bilqolam. Ini yang dimaksud ayat Qur'aniyah



Yang ketiga iqra' dikaitkan dengan catatan (yang ada yang ada di dalam hati): Iqra' kitaabak. Ini yang disebut ayat qolbiyah.

Jadi sesuai dengan prinsip tilawah, dimana Nabi dituntun bacaannya oleh Malaikat Jibril. Maka orang belajar AlQur'an itu juga harus ada yang menuntun, bagaimana bacaannya, bagaimana memahami, dan bagaimana menghayati AlQur'an. Kalau tidak ada yang menuntun, akan keliru. Kedua, Mengajari Alkitab (AlQur'an) dan Alhikmah (Asunnah). Bisa juga Alkitab diartikan yang tertulis/tersurat, sedangkan Alhikmah diartikan yang tidak tertulis/tersirat. Alqur'an adalah yang tersurat. Petunjuk (hudan) dari AlQur'an bisa dijelaskan dengan bayan (keterangan). Bayan ini yang tahu adalah Rasulullah saw. Inilah yang disebut Assunnah. Oleh karena itu beliau bersabda:

Man fassaral qur'ana biro'yihi fatabawwa' maq'adahuu minannaar.. ("Barangsiapa yang menafsirkan Alqur'an dengan akalnya maka tempat duduknya di neraka") Dalam memahami ayat, orang bisa saja berbeda tingkat sesuai dengan tahapan pemahaman yang dilalui. Seperti memahami tentang ayat yang memerintahkan kita untuk bersyukur:

dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".(Surat Ibrahim ayat 7)



Tingkatan pertama dalam memahami makna bersyukur adalah Asyukru huwa tom'u...(Syukur itu dilakukan karena mendapat sesuatu karunia dari Allah SWT)



Tingkatan berikutnya Asyukru ‘ala syukri (mensyukuri atas perbuatannya bersyukur ). Misalnya setelah minum kita mengucap Alhamdulillah atas minuman tadi. Setelah itu kita bersyukur karena ternyata kita bisa berbuat mensyukuri nikmat Allah tadi. Jadi ini merupakan perbuatan syukur beruntun.



Tingkatan selanjutnya adalah Asyukru huwasyukru (Bersyukur itu ya bersyukur itu sendiri), Jadi bersyukur bukan karena ingin mendapatkan sesuatu, tetapi karena perintah Allah, seperti pada ayat diatas.

Jadi sekali lagi, kita harus bisa membaca apa yang tersurat dan tersirat dari AlQur'an. Jadi ketika kita sedang memahami ayat AlQur'an maka apakah hudan-nya dan apakah bayan-nya? Misalkan dalam Surat Al An'am ayat 59:

"dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz)" (Surat Al An'am ayat 59) Pemahaman ayat tersebut bukan sekedar menceritakan fenomena alam dimana ada daun yang gugur entah karena angin atau yang lainnya. Justru hudan dari ayat itu sebenarnya adalah bahwa Allah itu adalah Dzat Yang Maha Mengetahui. Mengenai tafsir Alqur'an, kitab-kitab tafsir yang disusun oleh para ahli tafsir dahulu bersifat dirinci. Sedangkan DR.Qureisysyihab saat ini mengembangkan tafsir maudhu'I, yakni tafsir yang bersifat tematik. Beliau mengumpulkan ayat-ayat dan keterangannya berdasarkan tema tertentu. Misalnya masalah sholat. (ws) http://www.yayasanalislam.com/?pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&id=96

TAFSIR IBN KATSIR

‫ن آَمُنوْا‬ َ ‫ل َواّلِذي‬ ّ ‫با‬ ّ ‫ح‬ ُ ‫حّبوَنُهْم َك‬ ِ ‫ل َأنَدادًا ُي‬ ّ ‫نا‬ ِ ‫خُذ ِمن ُدو‬ ِ ‫س َمن َيّت‬ ِ ‫ن الّنا‬ َ ‫َوِم‬ ّ ‫جِميعًا َوَأ‬ ‫ن‬ َ ‫ل‬ ِّ ‫ن اْلُقّوَة‬ ّ ‫ب َأ‬ َ ‫ن اْلَعَذا‬ َ ‫ظَلُموْا ِإْذ َيَرْو‬ َ ‫ن‬ َ ‫ل َوَلْو َيَرى اّلِذي‬ ّ ‫حّبا‬ ُ ‫شّد‬ َ ‫َأ‬ ِ ‫ل شَِديُد اْلَعَذا‬ ‫ب‬ ّ ‫ا‬ Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal).

Daftar isi [sembunyikan] •



1 Tafsir Ibnu Katsir o

1.1 "Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah."

o

1.2 "Andaikan orang-orang zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa, (niscaya mereka sadar) bahwa seluruh kekuatan itu milik Allah."

o

1.3 "Dan bahwa azab Allah itu sangat berat."

2 Tafsir Lain

Tafsir Ibnu Katsir Allah Ta'ala menceritakan kondisi orang-orang yang menyekutukan-Nya ketika di dunia dan azab yang bakal mereka terima di akhirat lantaran mereka menjadikan beberapa tandingan untuk Allah yang disembah dan dicintai seperti mencintai-Nya, padahal Dia adalah Tuhan yang tiada tara dan tiada sekutu bagi-Nya. Dalam shahihain dikatakan dari Abdullah bin Mas'ud, dia berkata, "Saya bertanya, wahai Rasulullah, dosa apakah yang paling besar? Beliau ber-sabda, 'Bila kamu membuat tandingan untuk Allah padahal Dialah yang menciptakanmu.'" Firman Allah,

"Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah." Oleh karena itu, mereka tidak menyekutukan-Nya, mereka menyembah Dia semata, bertawakal kepada-Nya, dan senantiasa bergantung kepada-Nya. Kemudian, Allah mengancam kaum musyrik. Dia berfirman,

"Andaikan orang-orang zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa, (niscaya mereka sadar) bahwa seluruh kekuatan itu milik Allah." Asal Firman itu kira-kira demikian, "Apabila mereka melihat azab secara nyata, niscaya pada saat itu mereka sadar bahwa seluruh kekuatan itu kepunyaan Allah dan bahwa segala perkara itu ada di bawah otoritas dan kekuasaan-Nya."

"Dan bahwa azab Allah itu sangat berat." Seandainya mereka mengetahui apa yang dilihatnya secara nyata di sana dan azab yang akan ditimpakan kepada dirinya karena kemusyrikan dan kekafiran mereka, niscaya mereka akan menghentikan kesesatan yang tengah dilakukannya. http://superpedia.rumahilmuindonesia.net/wiki/Tafsir_Ibnu_Katsir_Surah_Al_Baqarah_ayat_165

Tafsir Surat Ali-Imran ayat 31 - 32

(31) Katakanlah: Jika memang kamu cinta kepada Allah, maka turutkanlah aku, niscaya cinta pula Allah kepada kamu dan akan diampuniNya dosa-dosa kamu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi penyanyang.

(32) Katakanlah: hendaklah kamu taat kepada Allah dan Rasul. Tetapi jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak suka kepada orang-orang yang kafir.

Cintakan Allah

Disuruhlah kita selalu membaca al-Qur'an dengan sebenar-benar baca, artinya dengan menjurus kan fikiran kepadanya. Dengan demikian kelak terasa hubungan di antara satu ayat dengan ayat yang menyambutnya. Ujung ayat 30 di atas menyatakan bahwa Tuhan Allah itu amat sayang, amat kasih kepada hamba-hambaNya. Sehingga orang yang pernah bersalah diberi kesempatan mengikuti amalan yang jahat dengan banyak-banyak berbuat baik disertai memohon ampun. Tuhan selalu bersedia menerima kedatangan hambaNya yang demikian. Apa kesan yang terasa dalam hati yang beriman bila membaca sampai di sini? Ialah cinta, kasihsayang Tuhan kepada hambaNya. Maka dengan sendirinyapun, dalam perasaan si hamba terasalah pula keinginan membalas cinta itu. Bertepuk tidak sebelah tangan hendaknya. Dalam suasana rasa yang demikian datanglah ayat lanjutan ini: ‫غُفوٌر َرحيٌم‬ َ ُ‫ل َو َيْغِفْر َلُكْم ُذُنوَبُكْم َو ال‬ ُ ‫حِبْبُكُم ا‬ ْ ‫ل َفاّتِبُعوني ُي‬ َ ‫نا‬ َ ‫حّبو‬ ِ ‫ن ُكْنُتْم ُت‬ ْ ‫ُقْل ِإ‬ "katakanlah: Jika memang kamu cinta kepada Allah, maka turutkanlah aku, niscaya cinta pula Allah kepada kamu dan akan diampuni Nya dosa-dosa kamu. Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Penyayang." (ayat 31). Maka perasaan yang tadinya masih terasa samar-samar, laksana masih mencari-sari di antara si hamba dengan Tuhannya, sekarang rahasia itu telah terbuka. Mari kita uraikan ! . "Engkau telah mengatakan dalam ujung kataMu bahwa Engkau tetap belas-kasihan kepada aku, hambaMu yang lemah ini, ya Tuhanku ! Sebenarnya aku sendiripun begitu kepada Engkau. Aku cinta kepada Engkau ! Engkau berikan kepadaku suatu perasaan yang halus, suatu 'iffah atau wijdan. Terasa dalam hati kecilku bahwa tidak pernah aku lepas dari tilikanMu, selalu aku Engkau bimbing, banyak nikmatMu kepadaku. Aku selalu hanya menerima saja, aku tidak dapat memberi kepadaMu. Bagaimana aku akan dapat memberi sedang nyawakupun, nyawa yang sedekat-dekatnya kepadaku, Engkau yang punya. lantaran ituah maka kasih cintaku kepada Engkau tumbuh dengan mesranya. Aku takut kepada Engkau karena Engkau. Hanya dengan sebuah tempurung aku menerima nikmatMu yang seluas lautan. Tetapi sungguhpun aku takut, akupun rindu kepada Engkau. Aku cemas, tetapi di dalam cemasku itu akupun mempunyai penuh harapan. Tuhanku ! Engkau ada ! Sungguh Engkau ada ! Hatiku merasainya. Aku ingin sekali berjumpa dengan engkau, tetapi aku tidak tahu ke mana jalan. Dan aku Engkau takdirkan jadi manusia. Aku sendiri tahu kelemahan dan kekuranganku. Sebab itu kadang-kadang terasa malu aku akan melihat Engkau, tetapi aku hendak melihat juga. Tuhanku, tolong aku, tolong aku. Tolong aku dalam penyelesaian soalku ini." Di sinilah datang jawaban Tuhan, dirumuskan oleh ayat ini. Jika sungguh-sungguh engkau cinta kepadaKu, maka jalan buat menemuiKu mudah saja. Memang Aku Maha Mengetahui, bahwa banyak hambaKu yang seperti engkau, ingin menemuiKu, ingin bersimpuh di hadapanKu, hatinya

penuh dengan ingat kepadaKu. Sebelum engkau Aku adakanpun telah Kuketahui keinginan, kerinduan, dan kecintaan itu. Untuk itulah aku utus RasulKu kepadamu; dialah petunjuk jalan menuju aku itu. "Hai utusanKu! Sampaikanlah pesanKu itu kepada seluruh hambaKu yang rindu, asyik dan cinta kepadaKu itu. Bentuklah sebuah rombongan itu; zumaran, berbondong-bondong. Tiap-tiap rombongan di bawah pimpinan engkau, wahai utusanku! Katakanlah kepada mereka wahai rasulKu, cinta mereka Aku balas, bertepuk tidak sebelah tangan. Tadi mereka menyebut bahwa mereka sebagai manusia. pernah bersalah. Aku tahu itu, Aku lebih tahu. Sebab Aku yang mengetahui asal kejadian. Maka apabila rombongan itu telah terbentuk, dan mereka telah berkumpul di dalamnya, dan engkau sendiri yang memimpin, tandanya mereka telah benar-benar telah berjalan menuju Aku. Aku ampuni dosa mereka. Aku mempunyai pula suatu nama yang menunjukkan sifatKu yaitu tawwab, artinya memberi taubat, menerima hambaKu yang kembali. Akupun mempunyai suatu nama menunjukkan sifatKu, yaitu ghafur, pemberi ampun. Akupun rahim, amat penyayang. Bagaimana akan kamu ketahui kebesaran Asma'Ku itu, kalau yang bersalah di antara kamu memohon ampun tidak Aku ampuni?" Ingatlah kembali salah satu sebab turunnya ayat ini, yaitu utusan dan rombongan Nasrani 60 orang dengan 14 orang terkemuka sedang berada di Madinah. Nabi Musa yang besar telah mengajarkan kepada Bani Israil suatu ajaran yang berintisari pengorbanan. Sifatnya ialah jalal, kemuliaan. Nabi Isa Almasih yang agung telah membawa lanjutan ajaran yang berdasar hubb, artinya cinta. Sifatnya ialah jamal, keindahan. Sekarangdatang Nabi Muhammad saw. menyempurnakan penyerahan diri kepada Tuhan itu, Islam. Sifatnya ialah kamal, kesempurnaan. Nyatalah ayat-ayat ini meninggalkan kesan yang mendalam juga pada anggota-anggota utusan Nasrani itu; Muhammad s.a.w, pun membicarakan dari hat cinta. Memang cintalah pintu pengajian itu, yang selalu dibuka dengan ucapan: "Dengan nama Allah Yang Maha Murah, lagi Penyayang." Tetapi cinta dalam ucapan sajapun tidaklah cukup. Bahkan cinta hati tidak diikuti pengorbanan tidaklah cukup. Menyatakan cinta, padahal kehendak hati yang dicintai tidak diikuti, adalah cinta palsu. Allah tidak menyukai kepalsuan. Kamu durhakai Allah, padahal kamu menyatakan cinta kepadaNya. Ini adalah mustahil dalam kejadian, dan ini adalah ganjil Jika memang cintamu itu cinta sejati, niscaya kamu taat kepadaNya. Sebab orang yang bercinta, terhadap yang dicintainya, selalu patuh. Oleh sebab itu datanglah sambungan ayat: َ‫سول‬ ُ ‫ل َو الّر‬ َ ‫ُقْل َأطيُعوا ا‬ "Katakanlah: hendaklah kamu taat kepada Allah dan Rasul" (pangkal ayat 32). Taatlah kepada Allah dan ikuti jejak rasul, niscaya kamu akan yakin bahwa bimbingannya tidak akan membawamu kepada kecelakaan. Apabila kamu telah cinta kepada sesuatu, tentu keinginan kamu adalah keinginan dia. Apatah lagi cinta kepada Allah. Kalau kamu telah cinta kepada Allah,

niscaya fanalah kesukaan dirimu sendiri, lebur ke dalam kesukaan Allah. Niscaya bertaubat kamu, hanya Satu Dia saja ingatanmu. Tidak berbelah bagi. Kalau terbelah sedikit saja, niscaya terbelah pula ketaatanmu, palsulah cintamu. Taat kepada rasul adalah akibat taat kepada Allah, sebab Rasul itu diutus buat "menjemput kamu dan menunjukkan jalan serta memimpin perjalanan itu sekali. َ ‫ب اْلكاِفري‬ ‫ن‬ ّ ‫ح‬ ِ ‫ل ل ُي‬ َ ‫نا‬ ّ ‫ن َتَوّلْوا َفِإ‬ ْ ‫َفِإ‬ " Tetapi jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak suka kepada orang-orang yang kafir " (ujung ayat 32). Maka adalah orang-orang yang terpacul, tercampak ke luar dari rombongan. Ada yang mengaku cinta kepada Allah, tetapi bukan bimbingan Muhammad yang hendak diturutinya, diapun tersingkir ke tepi. Dia maghdhub, dimurkai Tuhan.Ada yang mencoba-coba membuat rencana sendiri, memandai-mandai, maka diapun terlempar keluar, dia dhallin, diapun tersesat.Ada yang tidak sabar, lantas tercecer di tengah jalan. Ada yang terpesona oleh beberapa hal yang disangka indah, sehingga dia lupa bahwa yang akan dituju ialah yang sebenar-benar indah. Orang-orang yang semuanya telah kafir, artinya tidak percaya lagi kepada bimbingan Tuhan; niscaya Tuhan tidak bisa mencintai mereka. Sebab itu maka cinta yang sejati ialah penyerahan diri bulat-bulat, bukan sayang yang terbagi-bagi. Dan mesti sabar menerima apa yang ditimpakan kekasih. Sehingga kalau ada orang yang mengatakan kepada kekasihnya: " walaupun ke lautan api beta ini tuan bawa, beta akan mengikutinya juga." Ucapan yang demikian hanya layak kepada Tuhan, dan Tuhan tidak akan membawa kecintaanNya ke lautan api, melainkan ke dalam syurga. Ayat-ayat inipun masih berhubungan rapat dengan ayat yang diatasnya, tadi dilarang orang yang beriman menghubungkan wilayah dengan orang kafir, jangan mengangkat mereka jadi pelindung atau jadi pemerintahan. Kecuali kalau hendak menjaga dan memelihara supaya jangan datang dari mereka apa yang ditakuti. Kemudian datang ayat ini, mengatakan bahwa cinta sejati hanya kepada Allah dengan mengikuti Nabi saw. sudah itu datang ayat yang lebih tegas menyuruh taat kepada Allah dan Rasul. Maka kalau kita renungkan pertalian ayat ini satu dengan yang lain, nampaklah bahwa pokoknya orang yang beriman tidak boleh berwilayah kepada orang yang kafir, kecuali kalau sudah sangat terpaksa. Tetapi orang-orang yang imannya sudah sangat mendalam dan cintanya yang pertama dan utama, yaitu Allah. http://kongaji.tripod.com/myfile/Ali_Imran_ayat_31_32.htm

Tafsir Suroh Ali-Imran Ayat 14 - 17

(14) Diperhiaskan bagi manusia kesukaan kepada barang yang diingini, (yaitu) dari hal perempuan dan anak laki-laki, dan berpikul-pikul emas dan perak, dan kuda kenderaan yang diasuh, dan binatang-binatang ternak dan sawahladang. Yang demikian itulah perhiasan hidup di dunia. Namun di sisi Allah ada (lagi) sebaik tempat kembali.

(15) Katakanlah: sukakah kamu aku ceritakan kepada kamu apa yang lebih baik daripada yang demikian, di sisi Tuhan mereka, bagi orang-orang yang bertakwa? Ialah syurga-syurga, yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, kekal mereka di dalamnya, dan isteri-isteri yang suci, dan keridhaan dari Allah. Dan Allah melihat akan hamba-hambaNya.

(16) (Yaitu) orangorang yang berkata: Ya Tuhan Kami , Sesungguhnya kami telah beriman. oleh karena itu ampunilah bagi kami dosa-dosa kami, dan peliharakanlah kami dari siksaan neraka.

(17) (Yaitu) orangorang yang sabar dan orang-orang yang jujur dan orang-orang

yang sungguh-sungguh taat dan orang-orang yang membelanjakan harta dan orang-orang yang memohon ampun di ujung malam.

Menurut riwayat dari penulis-penulis sejarah hidup Rasulullah saw, ketika utusan-utusan Nasrani dari Najran itu datang, mereka memakai pakaian yang indah-indah, sutera dewangga. Dan terberita lagi bahwa pakaian-pakaian yang indah dan mewah, perhiasan, sampai ada salib emas, semuanya itu adalah pemberian dari Raja Romawi yang berkuasa di Timur, yang berkedudukan pada waktu itu di Syam, yaitu Raja Heraclius. Menurut setengah riwayat bahwa kepala perutusan keberatan mengakui kebenaran Rasulullah saw, oleh karena jaminan hidup dan kemegahan dan perhiasan yang mahal-mahal itu niscaya akan dicabut kembali oleh Raja Heraclius kalau mereka menukar agama. Kata riwayat itu pula, sahabat-sahabat Nabi saw yang ada di Madinah, yang hidup miskin terpesona oleh pakaian mereka yang indah-indah itu. Oleh sebab itulah kata ahli-ahli sejarah itu maka turun ayat ini . Menurut riwayat dari Imam ar-Razi pula, seorang bangsawan Arab Nasrani yang bernama Alqamah, pernah mengakui terus-terang kepada saudaranya yang telah masuk Islam bahwa dalam hatinya dia membenarkan dan mengakui kerasulan Nabi Muhammad saw, Cuma katanya kalau dia masuk Islam, segala kemewahan dan kebesaran yang telah dianugerahkan oleh Raja Romawi akan dicabut kembali dari dia. Dan ada pula riwayat bahwa setelah kaum Muslimin mendapat kemenangan gilang-gemilang dalam peperangan Badar, Rasulullah pernah mengajak kaum Yahudi di Madinah supaya masuk Islam, tetapi mereka tidak mau , melainkan mereka banggakan kekuatan, kebesaran jumlah harta mereka dan kelengkapan senjata mereka. Maka menurut riwayat itu , inilah sebab turun ayat ini. Memberi peringatan bahwa semuanya itu hanyalah sesuatu yang diperhiaskan saja oleh syaitan bagi manusia, karena keinginan-keinginan syahwat.Terlepas daripada menilai sebab-sebab turun ayat menurut dua tiga riwayat itu, sekarang kita kaji isi ayat itu sendiri.

ِ ‫ن ِللّنا‬ ‫س‬ َ ‫ُزّي‬ " Diperhiaskan bagi manusia kesukaan kepada barang yang diingini, " (pangkal ayat 14).

Di sini telah terdapat tiga kata. Pertama Zuyyina , artinya diperhiaskan. Maksudnya segala barang yang diingini itu ada. baiknya dan ada buruknya, tetapi apabila keinginan telah timbul, yang kelihatan hanya eloknya saja dan lupa akan buruk atau susahnya. Kata, kedua ialah Hubb , artinya kesukaan atau cinta. Kata ketiga ialah Syahwat , yaitu keinginan-keinginan yang menimbulkan selerayang menarik nafsu buat mempunyainya. -Maka disebutlah di sini enam macam hal yang manusia sangat menyukainya karena ingin hendak mempunyai dan menguasainya, sehingga yang nampak oleh manusia hanyalah keuntungannya saja, sehingga manusia tidak memperdulikan kepayahan buat naencintainya.

َ‫سّوَمةِ َو اَْلْنعاِم و‬ َ ‫خْيِل اْلُم‬ َ ‫ضِة َو اْل‬ ّ ‫ب َو اْلِف‬ ِ ‫ن الّذَه‬ َ ‫طَرِة ِم‬ َ ‫ن َو اْلَقناطيِر اْلُمَقْن‬ َ ‫ن الّنساِء َو اْلَبني‬ َ ‫ت ِم‬ ِ ‫شَهوا‬ ّ ‫ب ال‬ ّ ‫ح‬ ُ ِ ‫حْر‬ ‫ث‬ َ ‫اْل‬ " (yaitu) diri hal perempuan dan anak laki-laki, dan berpikul-pikul emas dan perak, dan kuda kendaraan yang di asuh , dan binatang-binatang tewrnak ; dan sawaah ladang " Itulah enam macam yang sangat disukai, diinginkan dan dengan berbagai macam usaha manusia ingin mempunyainya.

Pertama: Perempuan Sudah ditakdirkan oleh Tuhan bahwa tiap-tiap orang laki-laki apabila bertarnbah kedewasaannya bertambah pulalah keinginannya hendak mempunyai teman hidup orang perempuan. Apabila syahwat kepada perempuan itu sedang tumbuh dan mekar, maka seluruh tubuh orang perempuan itu laksana besi berani buat menumbuhkan syahwat si laki-laki hendak mempunyainya. "Zuyyina", diperhiaskan kepadanya, sehingga meskipun misalnya telah didapatnya perempuan itu, hanya kesusahan yang akan dihadapinya, tidaklah diperdulikannya. Adapun keinginan kepada perempuan itu adalah syahwat yang mesti ada pada tiap laki-lak . Kalau tidak ada syahwatnya kepada perempuan, itulah laki-laki sakit. Allah mentakdirkan bahwa laki-laki mengingini perempuan adalah mengandung hikmat yang lebih dalam, yaitu karena. hendak menyambung keturunan, hendak menjalin hidup berdua, sebab yang satu akan mencukupkan yang lain, Tetapi kalau syahwat si laki-laki tidak terkendali, niscaya dia tidak memperdulikan hikmatnya, hanyalah melepaskan syahwatnya, lalu zinalah yang terjadi, dan kalau mereka beranak, kacaulah keturunan.

Maka agamapun mengajarkan penyaluran syahwat itu, mencari jodoh, mencari isteri untuk teman hidup, dengan jalan yang halal. Baik sebelum jodoh bertemu atau sesudahnya, sebahagian besar hidup manusia adalah didorong oleh cinta kepada perempuan. Ada manusia yang jatuh bangkit lagi karena digiurkan oleh senyum perempuan. Tetapi tidak kurang pula manusia yang naik bintang kehidupannya, karena dorongan perempuan. Ahli ilmu jiwa yang terkenal, Prof. Freud, malahan memusatkan seluruh kegiatan hidup rnanusia kepada soal hubungan laki-laki dan perempuan belaka yang dinamainya: libido. Tuhan Adil. Di dalam ayat ini tidak disebutkan yang sebaliknya, yaitu bahwa perempuan tergila-gila kepada laki-laki. Perempuan yang tergila-gila kepada laki-laki diumpamakan tidak ada saja, karena sangat jarang. Yang jarang itu ialah perempuan-perempuan yang tidak beres (abnormal). Umumnya pada perempuan hanyalah kesetiaan, penyerahan diri dan kelemah-lembutan. Tetapi kesetiaan, penyerahan diri dan kelemah-lembutan itulah pula yang membuat laki-laki tambah terpesona. Memang, pada perempuan diadakan juga syahwat. Tetapi latar-belakang dari syahwat perempuan ialah karena insting atau naluri hendak mengasuh anak. Di masa muda, di kala gelora syahwat kelamin masih sedang naik, cinta kasih suami-istri masih dipengaruhi urusan persetubuhan. Sehingga ahli-ahli Biologi yang mengatakan bahwa cinta suami-istri itu ialah kepuasan bersetubuh. Orang yang tidak menyadari hikmat syahwat yang dihiaskan Tuhan itu tidaklah akan merasa puas dengan satu perempuan, karena daya tarik tiaptiap perempuan itu adalah sebanyak dirinya. Kalau kita misalkan bahwa penduduk dunia ini di zaman sekarang ada 3.000.000.000 (tiga milyar) orang, yang separohnya adalah perempuan. Allah mentakdirkan bahwa 1,5 milyar perempuan di dunia ini membawakan daya tarik sendiri-sendiri. Tetapi manusia yang insaf hanya memilih dan menetapkan satu, meskipun Islam mengizinkan sampai empat. Baik satu, ataupun sampai empat, dan telah ada hubungan dengan jalan halal, namun pesona perempuan tidak juga kurang dari yang empat itu. Engkau sadar, ataupun tidak sadar, namun sikap hidupmu setiap hari dipengaruhi oleh isterimu. Dan kalau keduanya sudah sama-sama tua, syahwat setubuh sendirinya sudah menurun, ataupun habis (berhenti) masa haidh perempuan pada umumnya menjelang usia 50 dengan 55 tahun. Kalau umur sama panjang dan sama menjelang tua, syahwat setubuh bertukar menjadi syahwat keinginan ada perlindungan; ataupun sama lindung-melindungi. Mendirikan rumah-tangga bahagia, melalui peredaran hidup dari tahun ke tahun, yang bergelombang dan tenang, yang bergelora dan berangin sepoi. Pendeknya perhiasan kesukaan kepada perempuan karena keinginan syahwat, adalah hikmat yang tertinggi dari Tuhan untuk

melengkapkan hidup.

Kedua: Anak Laki-laki Di ayat ini disebut banin , ditonjolkan kesukaan karena ingin mempunyai anak, terutama anak laki-laki, termasuk hal yang dihiaskan pula bagi manusia. Dia menjadi yang kedua sesudah kesukaan syahwat perempuan. Anak adalah hasil utama dan pertama dari hubungan dengan perempuan tadi. Kalau syahwat kepada perempuan pada kulitnya karena syahwat faraj atau setuubuh , pada batinnya ialah karena kerinduan mendapat keturunan. Sekali lagi kita katakan: Tuhan Adil! Pada yang pertama disebutkan bahwa laki-laki menginginkan perempuan, tetapi pada yang kedua diterangkan bahwa lakilaki menginginkan anak laki-laki. Jika disini tidak disebut menginginkan anak perempuan, karena yang akan menginginkannya bukan lagi ayahnya, tetapi ibunya. Memang, oleh karena keinginan kepada anak laki-laki sebagai penyambung turunan, sedang anak perempuan setelah dewasa hanya akan menjadi penghuni rumah orang lain, maka di zaman jahiliyah tidak suka kepada anak perempuan itu sampai membawa kepada benci. Mereka malu mendapat anak perempuan . Muka mereka menjadi hitam bila orang mengabarkan bahwa mereka telah dapat anak perempuan, bahkan sampai ada yang menguburkan anak perempuan itu hidup-hidup. Maka di dalam ayat ini masih dibayangkan bahwa keinginan mendapat anak laki-laki itu lebih juga utama bagi mereka daripada mendapat anak perempuan. Kedatangan Islam dan teladan yang diberikan Rasulullah saw tentang mencintai anak perempuan , itulah yang telah memperbaiki jiwa mereka sehingga kekejaman menjadi hilang. Rasulullah saw menyayangi anak-anak perempuannya: Fatimah az-Zahra', Zainab, Ummu Kultsum dan Ruqaiyah. Malahan pada waktu sakit akan meninggal, belau raih bahu Fatimah dan beliau berbisik. Lalu Fatimah menangis , Kemudian beliau raih lagi dan beliaupun berbisik pula; Fatimah tesenyum girang . Beberapa lamma kemudian baru diceritakannya , bahwa ayahnya membisiki yang pertama menyebabkan dia menangis ialah karena beliau berkata bahwa di antara. ummatnya yang begitu banyak dia sendirilah, Fatimah, yang akan dahulu sekali menuruti beliau. Dan tidak sampai enam bulan di belakang meninggal pulalah Fatimah, sebagai orang yang pertama meninggal dunia sesudah Rasulullah saw meninggal. Demikian Rasulullah memperlihatkan contoh kasih mesra kepada anak-anak perempuan. Sampai ada sabda beliau, bahwa barangsiapa yang dipikuli Allah dengan cobaan, dianugerahi anak perempuan, lalu dididiknya anak perempuan itu baik-baik lalu dicarikannya suami dengan baik , anak itu akan

menjadi syafaatnya juga di akhirat . Maka dengan teladan Rasulullah saw yang seketika anaknya Ruqaiyah meninggal, beliau sendiri yang menyediakan kafan dan baju yang akan dipakaikan pada jenazahnya kelak, diulurkannya satu demi satu dari balik tabir tempat mayatnya dimandikan. Meninggal Ruqaiyah, lalu dikawinkannya suami Ruqaiyah itu dengan adiknya Ummu Kultsum. Suami kedua anak perempuan itu ialah Usman bin Affan sendiri. Kemudian Ummu Kultsum pun meninggal pula, sehingga Usman dua kali kematian isteri. Ketika itu Rasulullah berkata kepada Usman: "Sayang Usman aku tidak mempunyai lagi anak perempuan yang ketiga. Kalau ada lagi adiknya, dengan dia juga engkau akan saya kawinkan ." Demikianlah contoh-contoh yang mengharukan dari hal kasih Rasul saw kepada anak perempuannya, yang mengesankan dan mempertinggi budi bangsa Arab. Tetapi dalam hati kecil mereka tetaplah anak laki-laki lebih utama. Sampai kepada zaman kita ini pun, kuranglah gembira orang Arab hendak menceritakan kepada temannya bahwa isterinya telah melahirkan anak perempuan, dan dia akan gembira dan temannya akan menyambut pula dengan gembira , kalau dia memberitakan baru mendapat laki-laki. Di waktu masih kecil anak-anak laki-laki sebagai perhiasan mata karena lucunya, karena dia tumpuan harapan, maka setelah dia besar, dia menjadi kebanggaan karena kejayaan (sukses) hidupnya. Sehingga ada orang tua-tua yang tidak bosan-bosan memuji anak laki-lakinya di hadapan orang lain, dengan tidak memperdulikan apakah orang lain itu telah bosan mendengarkan atau tidak. Keinginan dan kebanggaan dengan anak laki-laki ialah gejala dari kesadaran manusia bahwa dia akan mati. Dia pasti mati, tetapi di dalam instingnya ada pula keinginan hidup terus. Hidup itu akan diteruskan oleh anak, dan anak akan beranak dan bercucu pula. Kadangkadang pula didorong oleh perasaan akan adanya pelindung di hari tua. Perangai manusia itu kadang-kadang ganjil-ganjil dan lucu. Di waktu muda belia seorang ayah membimbing anaknya dan memarahi kalau anak bersalah. Tetapi setelah dia tua, dia menjadi kekanak-kanakan. Kadang-kadang dia akan menangis seperti anak-anak kalau sekiranya anaknya. mencium tangannya atau mukanya . Dia merasai suatu nikmat yang amat besar dan mengharukan apabila anakanaknya menunjukkan cinta kepadanya . teringat saya akan ayah saya dihari tuanya . Karena iseng dia menimba air sumur . setelah kelihatan oleh kami anak-anaknya ( saya dan Wadud ) , kami lekas-lekas datang dan dengan lemah lembut meminta timba itu dari tangan beliau dam kami yang menimba .

Beliau senyum dan bangga karena dilarang menimba air sumur itu , sebab ember penimba itu berat . Wadud berkata : " Biar kami saja yang menimbanya , Buya ! ember itu berat . " Beliau tersenyum tetapi airmatanya menggelenggang . Hal itu tidak dapat saya lupakan selama hidup dan bertambah saya meningkat tua pula , saya teringat kembali hal itu , setelah merasainya pula dari anak !. Ketiga: "Berpikul-pikul Emas dan Perak Yaitu kekayaan. Manusia semuanya mempunyai keinginan mempunyai kekayaan emas dan perak. Di dalam ayat disebut emas dan perak, karena memang ukuran (standard) kekayaan yang sebenarnya ialah emas-perak. Walaupun satu waktu kita hidup dengan uang kertas, namun uang kertas itu mesti mempunyai sandaran (dekking) emas di dalam bank. Tidak akan tercapai banyak maksud kalau tidak ada uang. Kita mempunyai keinginan banyak hendaknya uang itu , malahan di dalam ayat disebut berpikul-pikul, karena sangat banyaknya. Keinginan mempunyai kekayaan itu tidaklah ada batasnya. Dari kecil sampai besar, dari muda sampai tua, dari hidup sampai mati, tidak ada manusia menginginkan kekayaan dengan terbatas. Manusia ingin harta satu juta. Tetapi setelah satu juta, kalau bertambah lagi, menjadi 100 juta, manusia masih ingin 1.000 juta. Sehingga Nabi kita saw pernah bersabda:

"Kalau adalah bagi anak Adam dua buah lembah dari emas , masihlah dia menginginkan yang ketigo. Tapi tidaklah yang akan memenuhi perut anak Adam selain tanah , Dan Allah akan memberi taubat pada yang taubat " (Bukhari dan Muslim dari hadits Ibnu Abbas). Keinginan kepada harta tidaklah terbatas, padahal hidup itu sendiri terbatas, Kalau manusia tidak membatasi seleranya, sampai matinya dia tidak akan merasa puas dengan yang ada.

Keempat Kuda Kenderaan yang Diasuh Di zaman dahulu, di kala ayat ini diturunkan, yang diasuh dan dipingit, diberi pelana dan sanggurdi ialah kuda. Disikati bulunya dan diistimewakan makannya , schingga sampai ke zaman kita sekarang ini amat masyhurlah kuda tunggang Arab di seluruh dunia Mempunyai kuda tangkas itupun

menjadi satu keinginan , dihiaskan Tuhan kesukaan mempunyainya. Dia alat penghubung dari satu tempat ke lain tempat. Dia kenderaan intimewa di dalam perang dan di dalam damai. Di waktu kecil penulis Tafsir ini masih mendapati datuk-datuk di kampung kami, mempunyai kenderaan memakai genta, yang dari jauh sudah kedengaran bunyinya. Di zaman negeri kami masih memakai pangkat Tuanku Laras, masyhurlah "Kuda Tuanku Laras." Untuk memelihara kuda, di negeri kami Minangkabau sehingga diadakan pacuan kuda menurut adat tiap-tiap tahun pada beberapa negeri. Lantaran itu maka kenderaan kuda bukan saja sebagai perhiasan melainkan menjadi pelengkap hidup yang mesti (vital), sebagai rangkaian dari yang sebelumnya, yaitu kekayaan emas-perak, anak-cucu dan isteri yang setia. Di zaman kita sekarang mundurlah kuda kendaraan yang dipingit dan naiklah kepentingan kenderaan bermotor. Dia menjadi alat perlengkapan hidup di zaman modern, sehingga mobil tidak lagi barang mewah, tetapi barang penting. Jalan jalan raya di seluruh dunia telah diubah pembuatannya daripada 100 tahun yang lalu, di zaman memakai gerobak dan pedati. Maka dihiaskanlah dalam hati manusia keinginan memakai kendaraan. Timbullah perlombaan merk mobil dan model mobil. Sehingga ada orang yang gila mobil. Apatah lagi industri-industri mobil itu tidak henti-hentinya mengubah model tiap-tiap tahun, karena kepentingan berniaga, sehingga melihat model yang baru, orang jadi bosan dengan model mobilnya yang telah dianggap usang.

Kelima: Binatang-binatang Ternak Kalau kenderaan bermotor adalah alat penting dalam kehidupan kota, maka binatang ternak amat penting dalam kehidupan di padang-padang yang luas, sebab pengikut Nabi Muhammad saw bukan orang kota saja. Pada kehidupan suku-suku Badwi, hitungan kekayaan ialah pada binatang ternak. Berapa puluh ekor unta, kerbau dan lembunya, berapa ratus ekor kambing dan domba dan biri-birinya. Di negeri kita sendiri kekayaan kaum Muslimin di pulau Sumbawa dan pulau Lombok ditentukan oleh beberapa puluh atau beberapa ekor memelihara lembu dan berapa pengirimnya ke Jawa atau ke Singapura dalam setahun .

Keenam : dan Sawah-Ladang Kekayaan dari perkebunan dan pertanian. Teringatlah kita akan luas-luasnya

sawah di Sindenreng dan Wajo di Sulawesi. Teringat kita perkebunan karet di Kalimantan. Tetapi sebelum mengukurnya kepada negeri kita, teringatlah kita betapa luas-luasnya kebun di sekeliling kota Madinah di zaman dahulu. Teringat kita bagaimana setelah kaum Muslimin menyeberang ke Andalusia (Spanyol) mereka memperbaiki pengairan (irigasi) yang sampai sekarang sudah 500 tahun mereka meninggalkan negeri itu, namun bekas tangan mereka masih ada. Terkenang kita bagaimana jasa kaum Muslimin memajukan pertanian di India seketika mereka berkuasa (kerajaan Mongol). Di dalam ayat ini ialah menjelaskan kekayaan pertanian ini dihiaskan bagi menusia, sehingga kadang-kadang seluruh tenaga, seluruh kegiatan hidup mereka tumpahkan untuk mencapainya. Sehingga kadang-kadang mereka tidak mengiri-menganan lagi , menumpahkan seluruh tujuan hidup untuk itu , untuk keenamnya atau untuk salah satu dari keenamnya, atau se-bahagian dari keenamnya. Sehingga kadang-kadang mereka asyik dengan itu, manusiapun lupa akan yang lebih penting. Oleh sebab itu maka Tuhan bersabda memberi peringatan dengan lanjutan ayat:

‫حياِة الّدْنيا‬ َ ‫ع اْل‬ ُ ‫ك َمتا‬ َ ‫ذِل‬ " Yang demikian itulah perhiasan hidup di dunia. " Tegasnya bahwasanya semuanya itu. hanyalah perhiasan hiclup di dunia , niscaya usianya akan habis untuk itu, sedangkan perhiasan untuk di akhirat kelak dia tidak sedia. Padahal di belakang hidup yang sekarang ini ada lagi hidup yang akan dihadapi. Sesudah dunia adalah akhirat. Tuhan lebih tegaskan lagi:

ِ ‫ن اْلَمآ‬ ‫ب‬ ُ‫س‬ ْ ‫ح‬ ُ ‫عْنَدُه‬ ِ ‫ل‬ ُ ‫َو ا‬ Namun di sisi Allah ada (lagi) 5ebaik-baik tempat kembali . " (Ujung ayat 14). Di Ujung ayat diterangkan bahwa ada lagi yang lebih penting, entah berapa ribu kali lebih penting daripada perhiasan dunia itu, ialah sebaik-baik tempat kembali disediakan Allah. Sebab selama-lama hidup di dunia kita pasti kembali juga kepada Allah. Tuhan menyediakan bagi kita sebaik-baik tempat kembali itu. Apakah sebaik-baik tempat kembali itu?

‫ن ذِلُكْم‬ ْ ‫خْيٍر ِم‬ َ ‫ُقْل َأُأَنّبُئكُمْ ِب‬

" Katakanlah : Sukakah kamu Aku ceritakan kepada kamu apa yang lebih baik dari yang demikian?' (pangkal ayat 15). Yang lebih baik dari perempuan, anak-anak, emas-perak, kuda kendaraan, binatang ternak dan sawah-ladang itu?

‫طّهَرٌة‬ َ ‫ج ُم‬ ٌ ‫ن فيها َو َأْزوا‬ َ ‫حِتَها اَْلْنهاُر خاِلدي‬ ْ َ‫ن ت‬ ْ ‫جري ِم‬ ْ ‫ت َت‬ ٌ ‫جّنا‬ َ ‫عْنَد َرّبِهْم‬ ِ ‫ن اّتَقْوا‬ َ ‫ِلّلذي‬ "Ialah syurga-syurga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai, kekal mereka di dalam nya , dan isteri-isteri yang suci." Semuanya ini beribu kali lebih baik daripada yang dihiaskan kepada kamu dari yang enam perkara itu. Dibandingkan dengan yang akan kamu terima kelak itu , belum ada arti sepeserpun apa yang kamu jadikan perhiasan dunia itu , Kalau anak yang kamu banggakan itu menjadi anak fasik , dia hanya akan menambah sakit hatimu di akhirat. Engkau boleh ingat sendiri bahwa segala kekayaan yang kamu kejar-kejar di dunia ini, entah emas-perak, kendaraan mewah, binatang ternak dan sawah ladang , sebagian besar hanyalah perhiasan yang nampak oleh orang luar , tetapi menggelisahkan dirimu sendiri. Berapa banyaknya orang yang tidak teratur lagi makan-minumnya, tidak merasai lagi nyenyak tidur , karena memikirkan harta-benda yang sudah terlalu banyak itu. Kadang-kadang kesusahan seorang jutawan yang harga barangnya turun atau terancam "falliet" lebih besar daripada kesusahan seorang miskin yang dari pagi belum dapat makan. Kadang-kadang kesusahan tagihan pajak, membuat mata tak mau tidur. Di dunia engkau mencari harta-benda dan hendak menguasainya, padahal beribu-ribu orang kaya diperbudak oleh harta kekayaannya itu. Sedang syurga yang disediakan Tuhan buat orang yang ingat akan kelidupan akhirat itu tidak lagi mengenal kepala pusing, darah tinggi, kacau fikiran karena banyak yang difikirkan. Pendeknya, bukan kurang-kurangnya bahwa perhiasan dunia itu menjadi neraka dunia. Oleh Tuhan diistimewakan lagi menerangkan bahwa di syurga itu mereka akan mendapat isteri-isteri yang suci. Amat dalam maksudnya jika Tuhan menonjolkan isteri yang suci di akhirat ini. Sebab perempuan dalam dunia ini , bagaimanapun setianya, namun mereka ada saja cacatnya. Sebagaimana pepatah orang tua-tua: "tidak ada lesung yang tidak berdedak". Berapa banyaknya laki-laki yang disebut orang mata keranjang, yang tidak puas dengan sekalian perempuan yang isterinya, karena tiap-tiap yang telah

diperisteri itu ada saja cacatnya. Selama dia masih perhiasan dunia selama itu pula dia akan bercacat. Orang yang tidak mengingat hari depan yaitu akhirat, akan habislah hidupnya dalam rasa tidak puas. Sehingga berkatalah pujangga Ibnu Muqaffa' : " orang yang diperbudak oleh syahwatnya tidaklah puas dengan isteri yang telah ada di dalam tangannya. Sehingga kalau sekiranya hari akan kiamat petang hari, maka di tengah hari ini masih bersedia hendak kawin. Dan dia tidak mengingat bahwa akan datang masanya tenaganya habis, sehingga dia tidak sanggup lagi memberi nafkah isterinya yang baru itu." Maka sebagai kunci, atau intisari dari syurga, atau martabat yang di atas sekali di dalam syurga itu diterangkan lagi oleh Allah:

ِ ‫نا‬ ‫ل‬ َ ‫ن ِم‬ ٌ ‫ضوا‬ ْ ‫َو ِر‬ "Dan keridhaan daripada Allah." Keridhaan dari Allah, inilah yang sebenar puncak nikmat syurga. Malahan di ayat lain dilebih terangkan lagi: "Dan keridhaan Allah itu adalah lebih besar." ( at-Taubah : 72 ) Sehingga shufi perempuan yang terkenal, Rabi'atul`Adawiyah, ketika ditanyai orang tentang syurga, dia menjawab: "Di manapun aku akan ditempatkan Tuhan , terserahlah pada Tuhan, asal satu perkara aku tetap diberiNya, yaitu ridhaNya." Beginilah Tuhan membayangkan tujuan hidup yang sejati bagi seorang Muslim. Memang, Tuhan mengakui bahwa dunia mempunyai perhiasan, dan manusia ditakdirkan mengingini perhiasan itu, tetapi Tuhan memperingatkan janganlah lupa akan tujuan karena bimbang melihat perhiasan. Jangan terpesona oleh perhiasan di luar, karena yang di sebelah dalam lebih hebat daripada perhiasan luar itu.

‫ل َبصيٌر ِباْلِعباِد‬ ُ ‫َو ا‬ "Dan Allah adalah melihat akan hambahambaNya." (ujung ayat 15). Dengan adanya ujung ayat begini , teranglah bahwa tidak ditutup mati samasekali segala keinginan perhiasan dunia itu. Boleh terus, tetapi ingatlah bahwa Allah telah melihat gerak-gerikmu. Bekerjalah, carilah, tetapi jangan kamu lupakan bahwa kamu tidak lepas dari penglihatan Tuhan. Dan bersabdalah Nabi Muhammad saw:

Beramallah untuk dunia kamu, seakan-akan kamu akan hidup selamalamanya, dan beramallah untuk akharat kamu, seakan-akan kamu akan meninggal besok. Ringkasnya ialah: kerja keras selalu dan ingat mati selalu. orang-orang yang begini ialah orang-orang yang sadar akan hidupnya di dunia dan sadar pula akan hidupnya di akhirat kelak. Sebab itu datanglah sambungan ayat: : ِ‫ب الّنار‬ َ ‫عذا‬ َ ‫غِفْر َلنا ُذُنوَبنا َو ِقنا‬ ْ ‫ن َرّبنا ِإّننا آَمّنا َفا‬ َ ‫ن َيُقوُلو‬ َ ‫اّلذي‬ (Yaitu) orang-orang yang berkata: Ya Tuhan kami ! , Sesungguhnya kami telah beriman. oleh karena itu ampunilah bagi kami dosa-dosa kami dan peliharakanlah kami dari siksaan neraka." (Ayat 16). Dengan pengakuan telah beriman, cara hidupmu dirubah. Tidak lagi sematamata mengejar "perhiasan dunia", tetapi mengingat lagi akan perjuangan kelak di kemudian hari dengan Allah. Lantaran telah beriman, mengakuilah bahwa di zaman yang sudah-sudah memang hidup itu hanya ingat dunia saja, sebab itu memohon ampun kepada Tuhan atas dosa-dosa yang telah lalu itu, dan memohonkan lagi kepada Tuhan peliharakanlah kiranya daripada siksaan neraka itu. Sebab dengan adanya iman di dalam hati kami, kami telah mendapat suluh dan telah jelas oleh kami jalan yang akan ditempuh. Cuma kadang-kadang mendapat gangguanlah kami daripada hawa nafsu kami dan perdayaan syaitan. Ini kami mohonkan ampun dan tuntunan dari Engkau, ya Tuhan kami! ِ‫سحار‬ ْ ‫ن ِباَْل‬ َ ‫سَتْغِفري‬ ْ ‫ن َو اْلُم‬ َ ‫ن َو اْلُمْنِفقي‬ َ ‫ن َو اْلقاِنتي‬ َ ‫صاِدقي‬ ّ ‫ن َو ال‬ َ ‫صاِبري‬ ّ ‫ال‬ " (Yaitu) orang-orang yang sabar dan orang-orang yang jujur dan orang-orang yang sungguh-sungguh taat dan orang-orang yang membelanjakan harta dan orang-orang yang memohon ampun di ujung malam." (Ayat 17). Di ayat 16 ditunjukkanlah doa orang telah mengakui beriman itu, mengandung juga pengakuan bahwa mereka tidak lagi hanya semata-mata mengejar perhiasan dunia, sebab itu mereka meminta ampun dan memohonkan jauh dari neraka. Tetapi pada ayat 17 Tuhan menunjukkan bahwa do'a saja belum lah cukup . Mengucapkan doa mudah, tetapi yang sukar ialah mcnyesuaikan diri dengan iman . Di ayat 17 ini Tuhan menunjukkan lima syarat yang harus dipenuhi supaya iman itu menjadi sempurna. Pertama : Sabar , karena gangguan di dalam menegakkan iman itu akan

banyak, dan permohonan itu kadang-kadang belum segera dikabul kan Tuhan , bahkan kadang-kadang kesetiaan iman itu mendapat ujian, yang khas dari Tuhan sendiri. Kalau tidak sabar, perjuangan iman akan patah di tengah jalan. Kedua : Jujur atau dalam bahasa Arabnya Shadiq, artinya benar dan membenarkan. Benar ke luar dan ke dalam, tidak berubah yang di mulut dengan yang di hati, membenarkan segala apapun yang dituntunkan Nabi saw , yang diwahyukan Tuhan dengan kata dan perbuatan, Dan mereka buktikan dengan perbuatan apa yang dibenarkan oleh hati. Ketiga : Qanit, yaitu sungguh taat mengerjakan apa yang diperintahkan dan menghentikan yang dilarang. Meletakkan di muka dan mendahulukan kehendak Allah dan Rasul daripada kehendak sendiri. Keempat : Membelanjakan harta, yaitu dermawan, sudi bersedekah, suka berzakat, tidak bakhil, memberikan bantuan kepada fakir dan miskin dan amal-amal kebaikan yang lain. Kelima: Memohon ampun di ujung malam. Yaitu melatih diri sehingga menjadi kebiasaan bangun di ujung malam, yaitu di waktu sahur untuk bersembahyang Tahajjud, yang sudah nyata bahwa dalam sembahyang itu kita akan selalu memohonkan ampun kepada Tuhan di waktu berdiri, ruku', duduk, dan di antara duduk sujud. Dua pada waktu sahur atau ujung malam , atau parak siang itu , sehabis sembahyang dapat pula makan sahur, bersedia untuk mengerjakan puasa tathawwu' besoknya. Menurut keterangan dari Abd bin Humaid, Qatadah menafsirkan ayat ini demikian: "orang yang sabar ialah kaum yang sabar atas ketaatan kepada Allah, dan sabar pula mematuhi, menghentikan apa yang dilarangNya. Orang yang shadiq atau jujur, ialah kaum yang benar dan jujur niatnya dan istiqamah (lurus) hatinya dan lidahnya, dan benar serta jujur pula pada rahasianya dan kenyataannya. Dan orang yang beristighfar di waktu sahur ialah orang yang tetap mengerjakan sembahyang." Bagaimana pentingnya waktu sahur, atau yang kita namai ujung malam itu? Menurut riwayat dari Ibnu Jarir dan Imam Ahmad di dalam kitab az-Zuhd, yang diterima dari Said al-Jariri, dia berkata bahwa menurut riwayat yang kami terima, Nabi Daud pernah menanyakan kepada Jibril: "Bahagian malam yang manakah yang lebih utama?" lalu Jibril menjawab: "Hai Daud ! Aku tidak tahu bahagian malam mana yang lebih penting. Cuma aku tahu bahwa 'Arsy Tuhan

itu bergerak--gerak di waktu sahur . " Menurut riwavat dari Bukhari dan Muslim dan ahli-ahli Hadits yang lain, yang diterima dari sesuatu jamaah yang besar dari sahabat-sahabat Rasulullah saw :

"Bahwa Rasulullah saw bersabda: Turanlah Allah Tabaraka wa Taala pada tiap-tiap malam kelangit dunia sehlngga tinggal sepertiga malam. Maka berkatalah Tuhan: adakah kiranya yang memohon di saat ini supaya Aku perkenankan ? adakah kiranya yang berdoa, supaya Aku kabulkan ? Adakah kiranya yang memohon ampun, supaya Aku beri ampun ?" Penganut mazhab salaf menerima saja akan arti ini keseluruhannya, yaitu bahwa Tuhan turun ke langit dunia, langit yang terdekat kepada kita ini pada malam hari, sampai tinggal seper tiga malam. Untuk mendengarkan siapa kiranya hambaNya yang memohon, yang berdoa dan meminta ampun. Mereka tidak lagi memberi arti atau keterangan lebih jauh. Karena kuasa Ilahi dan rahasiaNya tidaklah dapat diartikan seluruhnya oleh makhluk insani yang lemah ini. Tetapi mazhab khalaf dan kaum Mu'tazilah memberi juga arti, yaitu bahwa Tuhan turun itu harus diartikan pendekatan. Untuk mendekatkan kepada faham kita bahwa di waktu sahur itu Tuhan lebih dekat kepada hamba-hambaNya yang taat karena hamba itu sendiri pun merasai betapa dekat kepada Allah pada saat demikian. Jadi menurut madzhab khalaf turun ke langit pertama ialah sangat dekat Tuhan itu, untuk mendengar doa dan permohonan hambaNya. Menurut riwayat dari Anas bin Malik, pembantu pribadi Rasulullah saw itu, dia berkata: "Kami disuruh oleh Rasulullah saw memohonkan ampun kepada Tuhan di waktu sahur itu sampai 70 kali." Ibnu Abi Syaibah menafsirkan: "Bahwasanya orang yang memohon ampun waktu sahur itu ialah orang-orang yang hadir pada sembahyang subuh." Keterangan dari Ibnu Abi Syaibah ini dapat pula kita fahamkan. Sebab orang yang telah merasai kelezatan beribadat, jauh-jauh sebelum subuh dia telah bangun. Terlebih dahulu ia mengerjakan sembahyang tahajjud dan sehabis

sembahyang ia duduk tafakkur sambil membaca istighfar 70 kali atau pun lebih, kadang-kadang dibaca pula doa yang lain. Dan beberapa hari dalam seminggu diteruskannya makan sahur untuk persediaan puasa pada siang hari, kemudian diapun pergi ke mesjid melakukan sembahyang subuh berjamaah. Rangkaian lima perkara yang dilenyapkan oleh orang-orang yang hidupnya telah dibangun oleh iman dan takwanya itu, bila kita persambungkan dengan ayat sebelumnya tentang keinginan manusia kepada perhiasan dunia yang enam macam di atas tadi, nyatalah bagl orang yang beriman keduanya itu tidak ada perlawanan. Orang tidak berhalangan mencari perhiasan dunia,malahan perhiasan duniapun bisa menjadi pendorong bertambah dekat kepada Tuhan. Di kalangan sahabat-sahabat Rasulullah saw terdapat orang-orang kaya-raya seperti Abdurrahman bin Auf dan Zubair bin Awwam dan Said bin al-'Ash dan lain-lain. Dan ada pula orang yang hidupnya miskin seperti Abu Zar dan Abu Dardak. Tetapi dalam ketaatan kepada Tuhan tidaklah berubah di antara yang kaya dengan yang miskin. Sebuah syair Arab berkata:

. Alangkah indahnya jika dunia dan agama berkumpul jadi satu , dan alangkah buruknya kafir dan durhaka bergabung dalam diri seseorang. http://kongaji.tripod.com/myfile/Ali_Imran_ayat_14_17.htm

Related Documents

Mahabbah
January 2021 1

More Documents from "Raden Ranggalawe"

Mahabbah
January 2021 1