Loading documents preview...
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bayi lahir dalam tahap perkembangannya akan mempelajari beberapa kemampuan penting menurut tahap berkelanjutan yang dapat diperkirakan dengan peranan motivasi, pengajaran dan dukungan selama pertumbuhannya. Kemampuan-kemampuan tersebut dikenal sebagai tahapan perkembangan. Perkembangan yang terlambat (developmental delay) adalah ketertinggalan secara signifikan pada fisik, kemampuan kognitif, perilaku, emosi, atau perkembangan sosial seorang anak bila dibandingkan dengan anak normal seusianya. Seorang anak dengan developmental delay akan tertunda dalam mencapai satu atau lebih perkembangan kemampuannya. Delay development merupakan keadaan yang terjadi pada masa perkembangan dalam kehidupan anak (lahir hingga usia 18 bulan). Ciri khasnya biasanya adalah fungsi intelektual yang lebih rendah daripada anak seusianya disertai hambatan dalam berkomunikasi yang cukup berarti, keterbatasan kepedulian terhadap diri sendiri, keterbatasan kemampuan dalam pekerjaan, akademik, kesehatan dan keamanan dirinya. Delay Development adalah bagian dari ketidakmampuan mencapai perkembangan sesuai usia, dan didefinisikan sebagai keterlambatan dalam dua bidang atau lebih perkembangan motor kasar atau motor halus, bicara/berbahasa, kognisi, personal/sosial dan aktifitas sehari-hari. Istilah ini digunakan bagi anak yang berusia kurang dari lima tahun. Permasalahan yang timbul pada kasus Delay Development setiap penyimpangan atau hambatan terhadap proses pertumbuhan dan perkembangan dapat mengakibatkan gangguan tumbuh kembang dan cacat.
Delay Development adalah ketertinggalan secara signifikan pada fisik, kemampuan kognitif, perilaku, emosi, atau perkembangan sosial, seorang anak bila dibandingkan dengan anak normal seusianya. Seorang anak dengan Delay Development akan tertunda dalam mencapai satu atau lebih perkembangan kemampuannya (Anonim, 2012).
1
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, rumusan masalah yang diambil adalah bagaimana penatalaksanaan fisioterapi pada kasus Delay Development. Permasalahan yang timbul kasus
Delay Development Setiap penyimpangan atau hambatan terhadap
proses pertumbuhan dan perkembangan dapat mengakibatkan gangguan tumbuh kembang dan cacat.
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan umum: Untuk
meningkatkan
pengetahuan
dan
kemampuan
dalam
mempelajari,
mengidentifikasi masalah-masalah, menganalisa dan mengambil kesimpulan tentang kasus development delay. Tujuan khusus: Untuk mengetahui penatalaksanaan fisioterapi yang tepat pada kasus Delayed Devlopment.
1.4 Manfaat Penulisan
2. Bagi penulis Dapat lebih mengenal tentang Delayed Devlopment sehingga dapat menjadi bekal bagi penulis. 3. Fisioterapi Untuk dapat memberikan wawasan bagi fisioterapi akan memberikan intervensi yang sama efektif dan efesien. Makalah ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi fisioterapis dalam menangani kasus Delayed Devlopment. 4. Bagi pasien dan masyarakat Dapat memberikan informasi yang benar kepada pasien, keluarga, masyarakat sehingga dapat lebih mengenal dan mengetahui gambaran tentang Delayed Devlopment.
2
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Tumbuh Kembang
Tercapainya tumbuh kembang yang optimal tergantung pada potensi biologik. Tingkat tercapainya potensi biologik seseorang merupakan hasil interaksi antar faktor genetik, biologis, fisik dan psikososial. Proses yang unik ini dan hasil akhir yang berbeda-beda memberikan ciri tersendiri pada setiap anak ( Igan, 2014).
2.1.1
Defenisi tumbuh kembang
Pertumbuhan dan perkembangan adalah mencakup dua aspek yang berbeda tetapi saling berkaitan dan sulit di pisahkan.
Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa diukur dengan ukuran berat, ukuran panjang, umur tulang dan keseimbangan metabolik
(retensi
kalsium dan nitrogen tubuh) (Soetjiningsih, 2005).
Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur
dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan
dapat diperhitungkan, sebagai hasil dari proses pematangan (Soetjiningsih, 2005) .
2.1.2
Tahap tumbuh kembang anak
Dalam perkembangan anak terdapat masa kritis, dimana diperlukan rangsangan atau stimulasi yang berguna agar potensi berkembang, sehingga perlu mendapat perhatian. Perkembangan psiko-sosial sangat dipengaruhi lingkungan dan interaksi antara anak dengan orang tuanya atau orang dewasa lainnya. Perkembangan anak akan optimal bila interaksi sosial diusahakan sesuai dengan kebutuhan anak pada berbagai 3
tahap perkembangannya, bahkan sejak bayi masih didalam kandungan. Sedangkan lingkungan yang tidak mendukung akan menghambat perkembangan anak (Soetjinigsih, 1995). Frankendburg dkk (1981) melalui DDST (Denver Developmental Screening Test) mengemukakan
4
parameter
perkembangan
yang
dipakai
dalam
menilai
perkembangan anak balita, yaitu : a) Personal sosial (kepribadian atau tingkah laku) Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya. b) Fine motor adaptive (gerakan motorik halus) Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh saja dan dilakukan otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat. Misalnya kemampuan untuk mengambar, memegang sesuatu benda, dll. c) Language (bahasa) Kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara, mengikuti perintah dan berbicara spontan. d) Gross motor (perkembangan motorik kasar) Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh.
Pada anak dengan Development Delay
dibagi menjadi beberapa tahapan
keterlambatan perkembangan, diantaranya adalah tahapan perkembangan fisik, perkembangan motorik kasar dan halus, perkembangan kognitif, perkembangan personal sosial, dan perkembangan bicara dan bahasa (Soetjiningsih, 1995). 4
1) Tahap Perkembangan Motorik Halus dan Kasar Proses perkembangan motorik dimulai sejak bayi baru lahir sampai menjadi manusia dewasa yang berlangsung secara berkesinambungan dari satu tahap ke tahap berikutnya. Keterampilan sederhana tercapai sebelum keterampilan yang lebih kompleks dikuasai. Gerakan yang bersifat umum dan tidak teratur menjadi gerakan yang spesifik dan bertujuan. Perkembangan motorik merupakan proses yang telah terprogram secara genetik (Kamarul, 2000). Perkembangan motorik adalah suatu proses gerak yang langsung melibatkan otot-otot untuk bergerak dan proses persyarafan yang menjadikan seseorang mampu menggerakkan tubuhnya (Sukamti, 2000). Keterampilan motorik ini dapat dikelompokkan menurut ukuran otot-otot dan bagianbagian yang terkait, yaitu keterampilan motorik kasar (gross motor skill) dan keterampilan motorik halus (fine motor skill) (Desmita, 2005). a) Keterampilan motorik kasar Keterampilan motorik kasar (gross motor skill), merupakan keterampilan gerak yang menggunakan otot-otot besar, kecermatan gerakan bukan merupakan suatu hal yang penting akan tetapi koordinasi yang halus dalam gerakan hal yang paling penting. Motorik kasar meliputi melompat, melempar, berjalan, dan meloncat. b) Keterampilan motorik halus Keterampilan motorik halus (fine motor skill) merupakan keterampilan yang memerlukan kontrol dari otot-otot kecil dari tubuh untuk mencapai tujuan dari
5
keterampilan. Secara umum, keterampilan motorik halus meliputi koordinasi mata dan tangan keterampilan ini membutuhkan kecermatan yang tinggi. Secara garis besarnya, urutan perkembangan keterampilan motorik ini mengikuti dua prinsip yaitu: 1) Prinsip
cephalocaudal
(dari
kepala
ke
ekor),
menunjukkan
urutan
perkembangan, dimana bagian atas badan lebih dahulu berfungsi dan terampil digunakan sebelum bagian yang lebih rendah. Bayi terlebih dahulu belajar memutar kepalanya sebelum belajar menggerakkan kaki dengan sengaja, dan mereka
belajar
menggerakkan
tangannya
sebelum
mereka
belajar
menggerakkan kaki. 2) Prinsip proximodistal (dari dekat ke jauh), menunjukkan perkembangan keterampilan motorik, dimana bagian tengah badan lebih dahulu terampil sebelum bagian-bagian di sekelilingnya atau bagian yang lebih jauh. Bayi belajar melambaikan keseluruhan lengannya sebelum belajar menggoyangkan pergelangan tangan dan jari-jarinya.
6
Perkembangan motorik kasar sesuai dengan tahapan perkembangan bayi secara normal : Tabel 2.3 Perkembangan Motorik Kasar (Anonim, 2014)
Umur 0-4 minggu
Perkembangan Motorik Kasar Didominasi posisi fleksi.
1-2 bulan
1) Posisi fleksi sedikit menurun. 2) Mampu mengangkat kepala sendiri (15-45º).
3 bulan
Mampu mengangkat kepala 45 º secara bagus
4 bulan
Mampu menumpu mengangkat kepala.
5 bulan
Tengkurap dan terlentang secara mandiri.
6 bulan
Terlentang dan tengkurap dengan bagus.
7-8 bulan
9-11 bulan
12 bulan 13-15 bulan 17-19 bln 24 bulan
3 tahun
dengan
kedua
lengan
dan
berusaha
Mampu duduk sendiri kemudian mengambil posisi ongkangongkang dan bertahan sebentar. 1) 2)
Sudah dapat duduk sendiri. Sudah dapat berdiri dengan berpegangan.
Mampu berdiri sendiri dan berjalan sambil berpegangan (ditetah). Sudah bisa berjalan dengan “high guard”. Sudah bisa berlari 1)
Mampu melompat dengan dua kaki sekaligus.
2)
Sudah bisa naik turun tangga.
Sudah bisa berjalan dengan sempurna.
7
Perkembangan motorik halus sesuai dengan perkembangan bayi secara normal: Tabel 2.4 Perkembangan Motorik Halus (Anonim, 2014)
Umur 0-4 minggu
Perkembangan Motorik Halus Gerak didominasi oleh refleks primitif yaitu refleks moro, grasping, tonic neck (ATNR).
1-2 bulan
3 bulan
1) Sudah bisa melihat pada jarak dekat 10-20 cm dengan mengikuti gerak cahaya. 2) Refleks primitif masih ada. Menghisap jari.
4 bulan
Bermain dengan mulut.
5 bln
Mampu bermain-main dengan kedua tangannya
6 bulan
Mampu bermain-main dengan tangan secara bergantian.
7-8 bulan
Bermain dengan tangan, terkadang melemparkan mainan.
9-11 bulan
Melempar mainan.
12 bulan
Bermain dengan menggunakan tangan dengan baik.
13-15 bulan
Mengambil benda dengan menjimpit.
17-19 bulan
1) Umur Sudah bisa menutup dan membuka botol.
24 bulan
2) Suka membuka buku-buku. Mampu menyusun balok 2-7 buah
3 thn
Mampu meniru garis tegak, garis lurus dan lingkaran
Faktor-faktor yang mempengaruhi keterlambatan perkembangan motorik pada anak (Soetjiningsih,1995) : a) Faktor familial Keterlambatan perkembangan dapat merupakan faktor keturunan. Pada keluarga tersebut perkembangan motorik rata-rata lambat.
8
b) Faktor lingkungan Keterlambatan perkembangan motorik disebabkan kurangnya stimulasi dan latihan. Anak yang tidak mendapat kesempatan untuk belajar, misalnya anak yang terus digendong atau ditaruh di baby walker terlalu lama. c) Faktor gizi Anak yang kegemukan akan terlambat berjalan karena kekhawatiran orang tuanya, sedangkan anak kurang gizi terlambat berjalan karena kelemahan otot dan kekurangan tenaga. d) Kelainan tonus otot Hipertonia dan hipotonia akan menyebabkan perkembangan motorik terlambat. Anak dengan palsy serebral, sering terjadi keterbatasan perkembangan motorik. Kelemahan tendon dan kelainan pada sumsum tulang belakang (gross spinal defects),
sering disertai dengan keterlambatan
motorik.
2) Tahap Perkembangan Psikososial Perkembangan psikososial berhubungan dengan perubahan perasaan atau emosi dan kepribadian serta bagaimana individu berhubungan dengan orang lain. Sebagaimana telah dijelaskan diatas, masa bayi adalah masa ketika anak-anak mulai belajar berjalan, berfikir, berbicara, dan merasakan sesuatu. Tingkah laku sosial diartikan bagaimana seorang anak bereaksi terhadap orang-orang disekitarnya, pengaruh hubungan itu pada dirinya dan penyesuaian dirinya terhadap lingkungan (Suryanah, 1996). Dalam pemenuhan kebutuhannya bayi masih sangat tergantung pada pengasuhnya, namun bukan berarti mereka sama sekali pasif. Sebab, sejak lahir, pengalaman bayi
9
semakin bertambah dan berpartisipasi aktif dalam perkembangan psikososialnya sendiri, mengamati dan berinteraksi dengan orang-orang disekitarnya. Sebagai bayi yang sedang tumbuh menjadi lebih dewasa, memiliki kedekatan dan keterikatan emosional dengan orang-orang yang penting dalam hidupnya. Hal ini terlihat misalnya, bayi menangis ketika didekati oleh orang-orang yang tidak dikenalnya, dan menyambut hangat kedatangan ibu atau bapaknya. Bayi juga berpartisipasi dalam menjalin hubungan dengan cara yang lebih halus, seperti ikut bermain bersama saudaranya yang lebih tua. Lebih dari itu, bayi juga menyatakan perasaan atau kebutuhannya dengan cara-cara yang membingungkan. Misalnya, ketika orang tuanya memberikan makanan tertentu, bayi menolak. Tetapi ketika makanan tersebut diberikan oleh seorang baby sister, bayi akan menerimanya dengan perasaan senang. Perilaku demikian menunjukkan adanya dua tema utama dalam perkembangan psikososial selama masa bayi, yaitu kepercayaan dan otonomi. Bayi mempelajari apa yang diharapkan dari orang-orang yang penting dalam hidupnya. Mereka mengembangkan suatu perasaan mengenai siapa yang mereka senangi atau yang tidak mereka senangi dan makanan apa yang mereka sukai atau tidak (Seifert dan Hoffnung, 1994). Dalam uraian berikut akan dikemukakan beberapa hal penting yang berkaitan dengan perkembangan psikososial pada bayi, diantaranya emosi dan tempramen. a) Perkembangan Emosi Keadaan emosional merupakan suatu reaksi kompleks yang mengait satu tingkat tinggi kegiatan dan perubahan-perubahan secara mendalam, serta dibarengi perasaan 10
yang kuat atau disertai keadaan afektif (Chaplin, 2000). Jadi, emosi dapat diartikan sebagai perasaan atau afeksi yang melibatkan kombinasi antara gejolak fisiologis (seperti denyut jantung yang cepat) dan perilaku yang tampak (seperti senyuman atau ringisan). Ekspresi berbagai emosi tersebut mempunyai peranan yang sangat penting bagi perkembangan anak. Diantaranya 3 fungsi utama ekspresi emosi bayi yaitu : 1) Adaptasi dan kelangsungan hidup, berbagai ketakutan adalah bersifat adaptif, karena ada kaitan yang jelas antara gejolak perasaan dengan kemungkinan bahaya. 2) Regulasi, berkaitan dengan fungsi pengaturan, emosi mempengaruhi informasi yang diseleksi anak-anak dari dunia persepsi dan perilaku yang mereka perlihatkan. 3) Komunikasi, anak-anak menggunakan emosi untuk menginformasikan pada orang lain tentang perasaan-perasaan dan kebutuhan-kebutuhannya.
b) Perkembangan Tempramen Tempramen merupakan salah satu dimensi psikologis yang berhubungan dengan aktivitas fisik dan emosional serta merespons. Berikut adalah tahap-tahap perkembangan psikososial bayi secara normal :
11
Tabel 2.9 Perkembangan Psikososial (Anonim, 2014)
Umur 1-2 bln
Perkembangan Psikososial Reaksi terhadap senyuman.
3-4 bln
Bisa mengoceh.
5 bln
Bisa memegang benda atau mainan.
6 bln
Bisa mengenal orang.
7-8 bln
Mampu bermain ciluk baa.
9-11 bln 12 bln 13-15 bln
Bisa tepuk tangan. Mampu memberikan mainan pada ibu atau bapak. Mulai mengenal lingkungan.
17-19 bln
Bisa mengenali beberapa bagian tubuh.
24 bln
Mampu menyebutkan namanya bila ditanya.
3 thn
1) Mampu meniru kegiatan orang dewasa. 2) Mampu bermain bersama dengan teman.
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
perkembangan
psikososial
antara
lain
(Soetjiningsih, 1995) : a) Stimulasi Stimulasi merupakan hal yang penting dalam tumbuh kembang anak. Anak yang mendapat stimulasi yang terarah dan teratur akan lebih cepat berkembang dibandingkan dengan anak yang kurang atau tidak mendapat stimulasi. b) Motivasi belajar Motivasi belajar dapat ditimbulkan sejak dini, dengan memberikan lingkungan yang kondusif untuk belajar.
12
c) Ganjaran ataupun hukuman yang wajar Kalau anak berbuat benar, maka wajib bagi kita member ganjaran, misalnya pujian, tepuk tangan dan sebagainya. Sehingga menimbulkan motivasi yang kuat bagi anak untuk mengulangi tingkah lakunya. Sedangkan menghukum dengan cara-cara yang wajar kalau anak berbuat salah, yang penting hukuman harus diberikan secara obyektif disertai pengertian dan maksud dari hukuman tersebut. Sehingga anak tahu mana yang baik dan yang tidak baik, akibatnya menimbulkan rasa percaya diri pada anak yang penting untuk perkembangan kepribadian anak kelak. d) Kelompok sebaya Untuk proses sosialisasi dengan lingkungannya anak memerlukan teman sebaya. Tetapi perhatian dari orang tua tetap dibutuhkan untuk memantau dengan siapa anak tersebut bergaul. e) Cinta dan kasih sayang Anak memerlukan kasih sayang dan perlakuan adil dari orang tuanya. Agar kelak menjadi anak yang tidak sombong dan bisa memberikan kasih sayangnya pula kepada sesama. f) Kualitas interaksi anak dengan orang tua Interaksi timbal balik antara anak dan orang tua, akan menimbulkan keakraban dalam keluarga.
13
3) Tahap Perkembangan Bicara dan Bahasa Bicara merupakan salah satu alat komunikasi yang paling efektif. Semenjak anak masih bayi sering kali menyadari bahwa dengan mempergunakan bahasa, tubuh dapat terpenuhi kebutuhannya (Mulyani dkk, 2006). Kemampuan berbahasa merupakan indikator seluruh perkembangan anak. Karena kemampuan berbahasa sensitif terhadap keterlambatan atau kerusakan pada sistem lainnya, sebab melibatkan kemampuan kognitif, sensori motor, psikologis, emosi, dan lingkungan disekitar anak. Seorang anak tidak akan mampu berbicara tanpa dukungan dari lingkungannya. Mereka harus mendengar pembicaraan yang berkaitan dengan kehidupannya sehari-hari maupun pengetahuan tentang dunia. Mereka harus belajar mengekspresikan dirinya, membagi pengalamannya dengan orang lain dan mengemukakan keinginannya (Soetjiningsih, 1995). Tahap perkembangan berbicara dan berbahasa pada anak normal diantaranya: Tabel 2.10 Perkembangan Bicara dan Berbahasa (Anonim, 2014)
Umur
Perkembangan bicara dan bahasa
3 bulan
Sudah bisa mengoceh.
4 bulan
Mampu mendengar suara kertas diremas dan bermain bibir sambil mengeluarkan air liur
5-6 bln
Mampu mengenal suara orang.
9-11 bln
Mampu mengeluarkan suara ma..ma..ta..ta..da..da..
12 bln
Mampu mengucapkan satu kata atau lebih dan tahu artinya.
13-15 bln 24 bulan
Mampu berbicara satu kata. Mampu menjawab dengan kalimat dua kata.
3 tahun
Mampu bertanya dngn memakai kata apa, siapa, dan dimana.
14
Anak yang sedang belajar berbicara, akan mengamati dengan seksama wajah lawan bicaranya dan gerakan-gerakan yang dilakukannya sampai pada dimana saat petunjuk visual menjadi tidak penting, yang menandakan peningkatan dalam memahami sinyal lisan pendengaran (Soetjiningsih, 1995). Keterampilan mengartikulasikan suara juga mengikuti pola tertentu. Yang pertama muncul adalah suara yang paling mudah dan paling gampang. Penyebab kelainan berbahasa bermacam-macam yang melibatkan berbagai faktor yang dapat saling mempengaruhi, antara lain kemampuan lingkungan, pendengaran, kognitif, fungsi saraf, emosi psikologis dan lain sebagainya. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa diantaranya adalah : a) Perkembangan bahasa yang lambat dapat bersifat familial. Oleh karena itu harus dicari dalam keluarganya apakah ada yang mengalami keterlambatan bicara juga. Disamping itu, kelainan bicara juga lebih banyak pada anak laki-laki daripada perempuan, maturasi dan perkembangan fungsi verbal hemisfer kiri lebih baik. Sedangkan pada laki-laki perkembangan hemisfer kanan yang lebih baik yaitu untuk tugas yang abstrak dan memerlukan keterampilan. b) Lingkungan sosial anak Interaksi antar personal merupakan dasar dari semua komunikasi dan perkembangan bahasa. Lingkungan yang tidak mendukung akan menyebabkan gangguan bicara dan bahasa pada anak.
15
c) Sistem masukan atau input Pendengaran merupakan alat yang penting dalam perkembangan bicara. Gangguan bicara juga terdapat pada tuli oleh karena genetik dan metabolik. Pola bahasa juga akan terpengaruh pada anak dengan gangguan penglihatan yang berat. d) Sistem pusat bicara dan bahasa Kelainan susunan saraf pusat akan mempengaruhi pemahaman, interpertasi, formulasi, dan perencanaan bahasa, juga pada aktifitas dan kemampuan intelektual dari anak. Gangguan komunikasi biasanya merupakan bagian dari retardasi mental.
1.2.Definisi delay development Delay Development adalah bagian dari ketidakmampuan mencapai perkembangan sesuai usia, dan didefinisikan sebagai keterlambatan dalam dua bidang atau lebih perkembangan
motor
kasar
atau
motor
halus,
bicara/berbahasa,
kognisi,
personal/sosial dan aktifitas sehari-hari. Istilah ini digunakan bagi anak yang berusia kurang dari lima tahun (Dewanti, dkk, 2012).
Menurut Depkes (2006) keterlambatan tumbuh kembang adalah kelainan pada anak yang meliputi kelainan tumbuh dan kembang maupun penyimpangan
atau
hambatan
terhadap
keduanya.
Setiap
proses pertumbuhan
dan
perkembangan dapat mengakibatkan gangguan tumbuh kembang dan cacat.
2.3 Etiologi development delay
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya development delay pasien yaitu faktor internal meliputi faktor keturunan dan faktor kondisi pasien dan faktor eksternal meliputi pengetahuan ibu, kelahiran, gizi, toksin, status sosial ekonomi, stimulasi dan psikologis.
16
2.4 Patologi development delay
Development delay disebabkan karena kurangnya suatu rangsangan. Padahal rangsangan harus diberikan sedini mungkin dan sesering mungkin untuk meningkatkan perkembangan agar lebih cepat berkembang dan lebih terarah (Laurent & Reader, 2007).
Selain itu pada dasarnya bayi lahir mempunyai reflek primitif yang akan menghilang pada usia tertentu, menetapnya reflek primitif pada usia tertentu menunjukkan bahwa terjadi suatu gangguan perkembangan seperti keterlambatan perkembangannya ( Igan, 2014).
Keterlambatan perkembangan juga bisa disebabkan karena hipotonus otot tubuh yang terlibat dan gangguan kontrol kepala. Dengan terganggunya kontrol kepala maka akan berakibat pada gangguan yang selanjutnya, seperti kontrol gerak, gangguan kontrol postur (Soetomenggali, 2000).
2.5 Tanda dan gejala
Dimulai dari tidaknya adanya hypotonus otot, gangguan kontrol kepala dan anak belum bisa melakukan aktivitas sesuai usia perkembangannya. Misalnya anak belum bisa mengontrol kepala dengan sempurna pada usia 24-28 minggu, duduk dilantai (510 menit) pada usia 44-48 minggu, merangkak pada usia 52-56 minggu, berjalan sendiri atau dititah pada usia 18-21 bulan. Kemudian dilakukan pemeriksaan DDST anak mengalami development delay (Soetomenggali, 2000).
2.6 Prognosis
Development Delay memiliki kemungkinan penyebab yang beraneka ragam. Keterlambatan perkembangan dapat terjadi pada otak anak saat otak terbentuk pada masa gestasi. Penyebab yang mungkin antara lain: lahir premature, kelainan genetic dan herediter, infeksi, tetapi seringkali penyebab development delay tidak dapat ditentukan. Secara umum, perjalanan penyakit development delay tidak memburuk 17
seiring dengan waktu pertumbuhan anak.
2.7 Deskripsi Problematika Fisioterapi
Berdasarkan International clasification of function (ICF) problematik fisioterapi dibagi menjadi tiga yaitu impairment, functionl limitasi, dan participan restrcition. Problematika fisioterapi yang terjadi pada anak dengan kondisi development delay adalah: 1. Impairment Merupakan gangguan kapasitas fisik yang berhubungan dengan aktifitas fungsional dasar. Impairment yang biasa terjadi pada anak development delay adalah (1) adanya hipotonus otot, (2) adanya gangguan kontrol kepala, (3) gangguan kontrol gerak dan (4) adanya reflek yang abnormal.
2. Functionl limitasi Merupakan hambatan seseorang dalam melakukan aktifitas fungsional dasar bagi dirinya sendiri. Functionl limitasi yang biasa terjadi pada anak delay development adalah anak belum mampu berdiri dan berjalan sesuai dengan usia perkembangannya.
3. Participan restrcition Merupakan
keterbatasan seseorang dalam melakukan aktifitas dalam
berinteraksi dengan teman-teman di lingkungan sekitar rumahnya.
2.8 Teknologi Intervensi Fisioterapi
Berdasarkan kajian problematika fisioterapi yang telah dipaparkan, maka penulis menggunakan teknologi intervensi berupa neurostructure, mobilisasi trunk, dan latihan gerak fungsional.
18
2.8.1
Neuro structure
Konsep Neuro Structure adalah suatu pendekatan untuk kasus atau kondisi neurologi untuk menghubungkan brain dengan body, berdasarkan perkembangan biologi, psikologi, neuro, sosio dan kognitif pasien. Prinsip NS berdasarkan reflex alam yaitu, centering, grouunding, stability, balancing, gravitasi dan righting. Yang bermanfaat untuk membuka gerbang sensoris anak, menghilangkan ketegangan tendon guard refleks, struktur tubuh, serta mengaktifkan kerja receptors yang berhubungan dengan sentuhan dan tekanan (Takarini, 2013).
Posisi pasien : (a) pasien tidur terlentang, (b) miring kanan, (c) miring kiri . Posisi terapis : berada di dekat pasien Pelaksanaan
:
a) Posisi terlentang terdiri dari: •
Usapan lembut dengan penekanan pada sendi sendi dimulai dari arah proksimal ke distal. Dimulai dengan menyentuh area wajah, mata, telinga, kemudian leher lalu shoulder, elbow, wrist kemudian kembali lagi keatas sampai menyentuh bahu, dada, pelvic lalu menuju ke distal yakni paha, lutut kemudian ankle diulangi sampai 3 x.
•
Usapan bintang, usapan bergelombang ke arah bintang, usapan angka 1, usapan angka 8, contra stretch (badan, lengan, tungkai), tendon guard badan
b) Posisi miring terdiri dari: Usapan pada trunk, myiofasial sepanjang punggung, kontra stretch, usapan c) Telungkup terdiri dari: Usapan seluruh badan (ujung kepala sampai ujung kaki), usapan bintang, usapan angka 1, usapan angka 8, kontra strech, myofasial punggung
2.8.2
Mobilisasi trunk
Merupakan gerakan atau aktifitas yang diberikan baik pasif maupun aktif ke seluruh luas gerak tubuh (fleksi, ekstensi, side fleksi dan rotasi trunk) yang bertujuan untuk memperbaiki kontraksi otot-otot trunk untuk mencapai fleksibilitas trunk yang
19
diharapkan dapat memperbaiki postur yang cenderung kifosis pada anak. Pada akhir gerakan pasif dapat disertai dengan pemberian stretching dan elongasi. Posisi
pasien : duduk kaki pasien lurus
Posisi terapis: dibelakang pasien Pelaksanaan : Pegangan dibawah axilla dari shoulder kanan hingga kiri menggunakan lengan kanan dan sebaliknya.
Pengangan lain secara contralateral pada pelvic
Lakukan gerakan traksi, side flexi ke kanan dan kiri, rotasi ke kanan dan kiri dengan sedikit strech dengan 10 hitungan dan 3 kali pengulangan.
2.8.3
Latihan gerak fungsional
Latihan gerak fungsional yang dilakukan merupakan serangkaian latihan gerak berupa latihan gerak fungsional seperti duduk, berdiri maupun berjalan. Latihan ini meliputi latihan berguling, merayap, jongkok ke berdiri, berlutut ke berdiri. Latihan dapat dilakukan 10 menit
2.8.4
Latihan perseptual
Latihan perseptual bertujuan menstimulasi motorik anak sehingga menghimpun informasi yang datang dengan informasi yang disimpan yang menuntun pada respon gerakan. Adapun latihannya meliputi merangkak, on hand, on elbow, berdiri tegak, jongkok berdiri.
2.8.5
Latihan koordinasi
Koordinasi adalah kemampuan otot dalam mengontrol gerak dengan tepat agar dapat mencapai suatu fungsi khusus (Grana dan Kalenak, 1991:253). Latihan koordinasi meliputi duduk bersimpuh, berdiri dengan lutut dan lain-lain.
20
2.8.6. Latihan penguatan
Dalam kasus ini latihan penguatan ditujukan pada penguatan otot perut dan gluteus. Latihannya berupa sit up dan bridging
2.8.7
Stimulasi berdiri
Untuk mengajarkan cara berdiri yang benar Posisi pasien : pasien tidur telungkup Posisi terapis : duduk di belakang pasien. Pelaksanaan: Pegang pelvik hingga pasien ke posisi duduk lalu posisikan pasien ke posisi jongkok dengan tangan lurus lalu kepala ditundukkan dan angkat bokongnya lalu badannya perlahan-lahan ditegakkan.
21
BAB III PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI
A. Pengkajian fisioterapi Tgl Pembuatan Laporan
: 20 Mei 2015
Kondisi/kasus
: FT A
I.
KETERANGAN UMUM
Nama
: An. M. Y
Umur
: 1tahun 8 bulan
Jenis kelamin
: Laki-laki
Alamat
: Bukit Tinggi
II.
DATA-DATA MEDIS RUMAH SAKIT A. DIAGNOSIS MEDIS: Delayed Development
B. CATATAN KLINIS: Prenatal: sebelum hamil, ibu terkena CMV dan rubella dan mengkonsumsi obat selama 3 bulan tapi setelah hamil, ibu berhenti mengkonsumsi obat. Natal: pasien lahir normal, cukup umur dengan BBL 4kg Post natal: pasien pernah 4 kali operasi pencernaan. C. TERAPI UMUM (GENERAL TREATMENT): Fisioterapi 3 kali seminggu (Senin, Rabu, Jumat)
D. RUJUKAN FISIOTERAPI DARI DOKTER: Mohon diberikan tindakan fisioterapi pada An M. Y dengan diagnosa delay development.
22
III.
SEGI FISIOTERAPI A. PEMERIKSAAN 1. ANAMNESIS (HETERO)
Tgl: 08 Mei 2015
a. KELUHAN UTAMA: Anak usia 1tahun 8 bulan belum bisa merangkak, duduk, berdiri dan berjalan dengan mandiri b. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG: Prenatal: sebelum hamil, ibu terkena CMV dan rubella dan mengkonsumsi obat selama 3 bulan, setelah hamil, ibu berhenti mengkonsumsi obat. Natal: pasien lahir normal, cukup umur dengan BBL 4 kg Post natal: pasien pernah 4 kali operasi pencernaan pada usia 2 bulan, 6 bulan dan 1 tahun. Waktu lahir, pasien tidak mempunyai anus. Kemampuan pasien saat ini adalah mengangkat kepala dan roling c. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU: Demam (-), kejang (-) d. RIWAYAT PRIBADI: Pasien anak kedua dari dua bersaudara e. RIWAYAT KELUARGA: Tidak ada keluarga yang mengalami penyakit yang sama f. ANAMNESIS SISTEM: Sistem
Keterangan
Kepala dan Leher
Leher cenderung ke arah ekstensi
Kardiovaskuler
Normal
Respirasi
Normal
Gastrointestinalis
Normal
Urogenital
Normal
Muskuloskeletal
Adanya spasme M. Trapezius
Nervorum
Ada gangguan keseimbangan duduk
23
2. PEMERIKSAAN FISIK:
a. TANDA-TANDA VITAL: 1) Denyut nadi
: 100 kali/menit
2) Pernafasan
: 28 kali/menit
3) Temperatur
: 36º C
b. INSPEKSI: STATIS (duduk)
Kepala dan leher
: cenderung ekstensi
Shoulder
: protraksi
Trunk
: khyposis.
Pelvic
: posterior tilting.
Hip
: eksorotasi
Knee
: fleksi.
Ankle
: dorsi fleksi
DINAMIS Dari posisi terlentang ke miring, pasien menggerakkan kaki, lalu trunk kemudian bahu tapi kepala tinggal dibelakang. c. PALPASI: Spasme pada M. Trapesius Tonus otot : hipotonus postural d. PERKUSI: Tidak dilakukan e. AUSKULTASI: Tidak dilakukan f. GERAKAN DASAR: a. Gerak Aktif: Tidak dilakukan, karena pasien belum mengerti instruksi dari terapis
24
b. Gerak Pasif: LGS
Ada/tidak tahanan
Endfeel
AGA
Full ROM
≠ ada tahanan
Springy
Trunk
Full ROM
≠ ada tahanan
Springy
AGB
Full ROM
≠ ada tahanan
Springy
c. Gerak Isometrik Melawan Tahanan: Tidak dilakukan
g. KOGNITIF, INTRA PERSONAL & INTERPERSONAL:
Kognitif
: Tidak dilakukan
Intra personal
: Tidak dilakukan
Interpersonal
: Tidak dilakukan
h. KEMAMPUAN FUNGSIONAL & LINGKUNGAN AKTIFITAS 1) Fungsional Dasar: Pasien mampu rolling dan angkat kepala. Pasien belum mampu duduk, berdiri, berjalan mandiri. 2) Fungsional Aktifitas: Eating
: pasien masih memerlukan bantuan
Dressing
: pasien masih memerlukan bantuan
Toiletting
: pasien masih memerlukan bantuan
3) Lingkungan Aktifitas: Lingkungan rumah dan rumah sakit mendukung untuk kesembuhan pasien.
25
3. PEMERIKSAAN SPESIFIK
a) Sensoris No
Pemeriksaan
Nilai
1
Auditori
2
2
Visual
2
3
Smell
2
4
Taste
2
5
Touch
2
6
Taktil
1
7
Propioseptic
1
8
Vestibular
1
KETERANGAN: 0 = Tidak berfungsi 1 = Ada gangguan 2 = Normal Kesimpulan : Setelah dilakukan pemeriksaan sensoris dapat disimpulkan bahwa pemeriksaan taktil, propioseptif dan vestibular bernilai 1 (ada gangguan fungsi).
b) Pemeriksaan refleks Pemeriksaan reflek berdasarkan tabel reflek untuk umur 1-24 bln. Kesimpulan:
Berdasarkan pemeriksaan tersebut didapatkan hasil berikut: Babinsky (+), graps tangan dan kaki (±), STNR (±)
c) DDST (Denver Development Screning Test ) a) Personal sosial (kepribadian atau tingkah laku) Pada aspek ini pasien mengalami keterlambatan sebanyak 13 aspek. b) Fine motor adaptive (gerakan motorik halus) Pada aspek ini pasien mengalami keterlambatan sebanyak 14 aspek. 26
c) Language (bahasa) Pada aspek ini pasien mengalami keterlambatan sebanyak 13 aspek. d) Gross motor (perkembangan motorik kasar) Pada aspek ini pasien mengalami keterlambatan sebanyak 15 aspek. Kesimpulan : Setelah dilakukan pemeriksaan DDST pada pasien dapat disimpulkan bahwa pasien termasuk dalam kategori Delay. Kemampuan pasien setara dengan anak usia 4 bulan.
d) Kekuatan otot
Area
Nilai otot
AGA
X
AGB
X
Keterangan : (X) Normal, (O) Tidak kontraksi, (T) Tidak gerak tapi kontraksi, (R) Reaksi reflek
B. INTERPRETASI DATA/DIAGNOSA FISIOTERAPI
1. PERMASALAHAN KAPASITAS FISIK Tonus postural : hipotonus Head control buruk Gangguan sensoris: taktil, proprioseptik dan vestibular Aligment: khyposis Spasme pada M. Trapezius
2. PERMASALAHAN KEMAMPUAN FUNGSIONAL Pasien mampu mengangkat kepala dan rolling Pasien belum mampu merangkak, duduk, berdiri dan berjalan
27
C. PROGRAM/RENCANA FISIOTERAPI 1. TUJUAN:
Jangka pendek: Menormalisasi tonus Head kontrol Koreksi postur Memperbaiki sensoris Mengurangi spasme M.Trapezius
Jangka panjang: Melanjutkan tujuan jangka pendek Memaksimalkan aktifitas fungsional agar pasien mampu melakukannya dengan mandiri
2. TINDAKAN FISIOTERAPI a. Teknologi fisioterapi: •
Neurostructure
•
Koreksi postur
•
Mobilisasi
•
Brain gym
•
Patterning merayap
•
Massage
•
Stimulasi berdiri
b. Edukasi:
Agar orang tua memfasilitasi anak di rumah seperti menyediakan bola bobath dan standing box.
3. EVALUASI: Evaluasi sensoris menggunakan tabel sensoris Evaluasi reflek menggunakan tabel reflek Evaluasi kemampuan fungsional menggunakan DDST Evaluasi kekuatan otot menggunakan pengukuran kekuatan otot pada bayi.
28
D. PROGNOSIS Qua ad vitam
: baik
Quo ad sanam
: baik
Quo ad fungsionam : sedang Quo ad cosmeticam : sedang
E. PELAKSANAAN FISIOTERAPI:
1. Neuro structure Posisi pasien
: pasien tidur terlentang, kemudian miring ke kanan dan ke kiri
Posisi terapis
: berada disamping pasien
Pelaksanaan
:
a) Posisi terlentang terdiri dari: •
Usapan lembut dengan penekanan pada sendi sendi dimulai dari arah proksimal ke distal. Dimulai dengan menyentuh area wajah, mata, telinga, kemudian leher lalu shoulder, elbow, wrist kemudian kembali lagi keatas sampai menyentuh bahu, dada, pelvic lalu menuju ke distal yakni paha, lutut kemudian ankle diulangi sampai 3 x.
•
Usapan lembut ke arah midline tubuh. Letakkan satu tangan 2 cm dibawah umbilicus (center of gravity ) lalu usapkan hingga ke proksimal hingga menyentuh incisura jugularis ( sebanyak 3 x usapan )
•
Usapan lembut ke arah menyilang ke kanan hingga menyentuh otot pectoralis mayor ( sebanyak 3 x usapan ).
•
Usapan lembut ke arah menyilang ke kiri hingga menyentuh otot pectoralis mayor ( sebanyak 3 x usapan )
•
Usapan lembut ke arah pelvic kiri dan kanan pada pelvic ( sebanyak 3 x usapan )
•
Pertemukan kedua tangan hingga ke bagian posterior / lumbal ( sebanyak 3 x usapan )
•
Stimulasi gelombang: berikan usapan pada sisi midline tubuh, sisi kanan dan sisi kiri, kemudian arah pelvic dengan usapan berbentuk gelombang ( masing masing 3 x ).
29
•
Pertemukan kedua tangan terapis hingga ke bagian belakang ( vertebra lumbal ).
•
stimulasi berbentuk angka delapan: Letakkan satu tangan, 2 cm dibawah umbilicus lalu berikan usapan dengan arah usapan membentuk angka delapan dimulai dari sisi medial- lateral – medial dan membentuk angka delapan pada area midline tubuh, sisi kanan, sisi kiri kemudian pelvic ( masing masing 3 x ). Pertemukan kedua tangan hingga ke psoterior ( vertebra lumbal ).
•
Stimulasi berupa contrac stretch: Stimulasi berupa contrac stretch diberikan pada : posisi tidur terlentang, pada sisi anterior (dimulai dari midline
tubuh, anterior
dekstra dan antreior sinistra)
b) Posisi miring terdiri dari: Usapan pada trunk, myiofasial sepanjang punggung, kontra stretch, usapan c) Telungkup terdiri dari: Usapan seluruh badan (ujung kepala sampai ujung kaki), usapan bintang, usapan angka 1, usapan angka 8, kontra strech, myofasial punggung 2. Koreksi postur Posisi pasien
: Long sitting
Posisi terapis
: Terapis berada di belakang pasien.
Pelaksanaan
: Pasien diposisikan long sitting, kaki diabduksi dan dorsi fleksi, kedua tangan pasien berada disamping, tangan terapis memfiksasi di pelvic pasien. Kepala dan pandangan pasien lurus ke depan.
3. Mobilisasi trunk Posisi pasien : long sitting kedua tungkai pasien terfiksasi dalam posisi abduksi dan eversi Posisi terapis : dibelakang pasien Pelaksanaan :
Satu tangan memfiksasi didaerah axilla dari shoulder heterolateral. Tangan diletakkan di pelvic
30
Lakukan gerakan traksi, side flexi ke kanan dan kiri, rotasi ke kanan dan kiri dengan sedikit stretch dengan 10 hitungan dan 3 kali pengulangan.
4. Head control Posisi px
: tengkurap
Posisi terapis
: satu terapis memfiksasi kepala supaya pandangan lurus
kedepan dan terangkat 90 derajat, satu lagi memberi tahanan pada pelvic pasien. Pelaksanaan
: kedua kaki diluruskan, pelvic menempel di matras, kemudian
siku menumpu badan. Trunk diangkat, lalu kepala lurus kedepan ditahan kirakira 10 hitungan.
5. Brain gym Posisi px
: tidur terlentang
Posisi terapis
: 1 terapis didekat tungkai, 1 lagi dekat tangan
Fiksasi
: pada ankle dan wrist pasien
Pelaksanaan
:
Untuk brain gym di kepala, tangan homo lateral memegang leher dan tangan heterolateral memegang dagu pasien. Kemudian berikan sedikit traksi leher, lalu gerakkan ke arah latero flexi kiri lalu latero flexi kanan kemudian rotasi kiri lalu rotasi kanan dan terakhir leher di flexikan
Untuk brain gym pada keempat ektremitas: berikan traksi pada ekstremitas atas dan bawah sebelah kanan, kemudian sebelah kiri lalu traksi secara kontralateral ( setiap gerakan 8 hitungan dan 3 kali repetisi)
Untuk brain gym pada badan: satu tangan terapis memfiksasi pelvic dengan kedua tangannya, terapis yang lain memfiksasi wrist pasien. Lakukan traksi ( 8 hitungan dan 3 kali repetisi). Satu tangan terapis memfiksasi ankle, terapis yang lain memfiksasi axilla. Lakukan traksi ( 8 hitungan dan 3 kali repetisi)
31
6. Massage pada M. Trapezuis Posisi pasien: tidur telungkup Posisi terapis: berada di dekat pasien Pelaksanaan: teknik yang diberikan antara lain: 1) Effleurage ( 5-6 kali gerakan) 2) Petrisage 3) Kneading 4) Friction
7. Stimulasi merayap Posisi pasien:
tengkurap dengan 2 terapis.
Posisi terapis:
dibelakang dan didepan pasien. Fiksasi terapis pada daerah
ankle dan terapis yang lainnya memfiksasi bagian wrist dari pasien. Pelaksanaan:
Gerakan tangan dan kaki ditekuk (flexi elbow dan flexi knee
kearah samping badan pasien) dilakukan 7 kali pengulangan pada setiap gerakan.
8. Stimulasi berdiri
Posisi pasien : pasien tidur telungkup Posisi terapis : duduk di belakang pasien. Pelaksanaan: tekuk kedua tungkai pasien hingga pasien dalam keadaan sujud. Pegang pelvik hingga pasien ke posisi duduk lalu posisikan pasien ke posisi jongkok dengan tangan lurus lalu kepala ditundukkan dan angkat bokongnya lalu badannya perlahan-lahan ditegakkan.
32
1. EVALUASI a) Pemeriksaan sensoris Sensoris
T1
T2
T3
T4
(15-05-15)
(18-05-15)
(20-05-15)
(22-05-15)
Auditori
2
2
2
2
Smell
2
2
2
2
Taste
2
2
2
2
Touch
2
2
2
2
Taktil
1
1
1
1
Propioceptif 1
1
1
1
Vestibular
1
1
1
1
Visual
2
2
2
2
b) Kekuatan otot MMT
T1
T2
T3
T4
(15-05-15)
(18-05-15)
(20-05-15)
(22-05-15)
AGA
X
X
X
X
AGB
X
X
X
X
c) Pemeriksaan reflek T1
T2
T3
T4
(15-05-15)
(18-05-15)
(20-05-15)
(22-05-15)
Babinsky
+
+
+
+
graps tangan
±
±
±
±
Graps kaki
±
±
±
±
STNR
±
±
±
±
Pemeriksaan
d) Pemeriksaan DDST Kemampuan pasien pada dimensi personal social sebanyak 13 aspek, adaftifmotorik halus sebanyak 14 aspek, bahasa dan motorik kasar mengalami keterlambatan sebanyak 15 aspek. 33
2. HASIL TERAPI AKHIR:
Pasien dengan nama An M. Y usia 18 bulan dengan diagnosa development delay telah mendapatkan terapi sebanyak 4 kali dan didapatkan hasil yaitu : •
Reflek tetap
•
Sensoris tetap
•
DDST masih tetap
•
MMT tetap
34
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Delay Development adalah bagian dari ketidakmampuan mencapai perkembangan sesuai usia, dan didefinisikan sebagai keterlambatan dalam dua bidang atau lebih perkembangan motor kasar atau motor halus, bicara/berbahasa, kognisi, personal/sosial dan aktifitas sehari-hari. Istilah ini digunakan bagi anak yang berusia kurang dari lima tahun. Permasalahan yang timbul kasus
Delay Development Setiap penyimpangan atau hambatan terhadap proses
pertumbuhan dan perkembangan dapat mengakibatkan gangguan tumbuh kembang dan cacat.
Delay Development adalah ketertinggalan secara signifikan pada fisik, kemampuan kognitif, perilaku, emosi, atau perkembangan sosial, seorang anak bila dibandingkan dengan anak normal seusianya. Seorang anak dengan Delay Development akan tertunda dalam mencapai satu atau lebih perkembangan kemampuannya (Anonim, 2012).
Saran
Fisioterapi pada kasus development delayed berperan dalam meningkatkan
kemampuan
fungsional agar pasien mampu hidup mandiri sehingga dapat mengurangi ketergantungan terhadap orang lain (Shapherd, 1995).
35