Makalah Ilmu Komunikasi

  • Uploaded by: ghazella
  • 0
  • 0
  • February 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Ilmu Komunikasi as PDF for free.

More details

  • Words: 3,077
  • Pages: 12
Loading documents preview...
BAB I PENDAHULUAN Di era globalisasi ini, seiring dengan perkembangan teknologi yang terus meningkat maka kebutuhan komunikasi pun ikut meningkat dan menjadi salah satu cabang aspek yang tidak dapat di pisahkan. Komunikasi merupakan aktifitas manusia yang sangat penting. Bukan hanya dalam kehidupan organisasi, namun dalam kehidupan manusia secara umum. Komunikasi merupakan hal yang esensial dalam kehidupan kita. Kita semua berinteraksi dengan sesama dengan cara melakukan komunikasi. Komunikasi dapat dilakukan dengan cara yang sederhana sampai yang kompleks, dan teknologi kini telah merubah cara manusia berkomunikasi secara drastis. Namun perkembangan ilmu komunikasi tidak terlepas dari sejarah berdirinya ilmu komunikasi tersebut. Ilmu komunikasi pada era sekarang sebenarnya merupakan hasil dari suatu proses perkembangan yang panjang. Pasalnya, ilmu komunikasi yang sekarang sudah berkembang dengan pesat, tidak muncul dengan sendirinya. Oleh karena itu, disusunlah makalah ini yang akan membahas mengenai sejarah dan perkembangan ilmu komunikasi. Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat mempertajam dan memahami ilmu komunikasi.

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Komunikasi 1. Pengertian Komunikasi secara Etimologis Secara etimologi atau menurut asal katanya, istilah komunikasi berasal dari bahasa latincommunication, dan perkataan ini bersumber dari kata communis yang berarti sama, sama makna, yaitu sama makna mengenai suatu hal. Dengan demikian komunikasi, menurut lexicographer (ahli kamus bahasa), “menunjuk pada suatu upaya yang bertujuan berbagi untuk mencapai kebersamaan. Sementara itu, dalam Webster New Collegiate Dictionary edisi tahun 1977 antara lain dijelaskan bahwa komunikasi adalah “suatu proses

pertukaran informasi di antara individu melalui sistem lambng-lambang, tandatanda, atau tingkah laku”. Jadi, jika dua orang terlibat dalam komunikasi, seperti dalam bentuk percakapan, maka komunikasi akan terjadi atau berlangsung selama ada kesamaan makna terhadap apa yang sedang dipercakapkan. Kesamaan bahasa yang digunakan dalam percakapan itu belum tentu menimbulkan kesamaan makna. Dengan kata lain, mengerti bahasa saja belum tentu mengerti maksud yang dibawakan oleh bahasa tersebut. Percakapan kedua orang tadi dikatakan komunikatif apabila kedua-duanya, selain mengerti bahasa yang dipergunakan, juga mengerti makna dari bahan yang dipercakapkan. Akan tetapi, pengertian komunikasi yang dipaparkan di atas (dari segi bahasa) sifatnya masih dasariah, dalam arti dalam komunikasi minimal harus mengandung kesamaan makna dari pihak yang terlibat komunikasi. Dikatakan minimal karena komunikasi tidaklah sekedar informatif, yakni agar orang lain mengerti dan tahu, namun juga persuasif, yakni agar orang lain bersedia menerima suatu paham atau keyakinan, melakukan suatu perbuatan atau kegiatan, dan lain-lain.

2. Pengertian Komunikasi Secara Terminologis Sejalan dengan perkembangan ilmu komunikasi sebagai ilmu pengetahuan sosial yang sifatnya multidisipliner, definisi-definisi yang yang berikan oleh para ahli pun semakin banyak dan beragam. Masing-masing memiliki penekanan arti, cakupan, dan konteks yang berbeda satu dengan lainnya. Dari sekian banyak definisi tersebut, berikut diantaranya adalah menurut : Bernard Berelson dan Gary A. Steiner: "Komunikasi: transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan, dan sebagainya, dengan menggunakan simbol-simbol, kata-kata, gambar, figure, grafik, dan sebagainya. Tindakan atau proses transmisi itulah yang biasanya disebut komunikasi.” Theodore M. Newcomb: "Setiap tindakan komunikasi dipandang sebagai suatu transmisi informasi terdiri dari rangsangan yang diskriminatif, dari sumber kepada penerima.”

Carl I. Hovland: "Komunikasi adalah proses yang memungkinkan seseorang (komunikator) menyampaikan rangsangan (biasanya lambang-lambang verbal) untuk mengubah perilaku orang lain (komunikate)” Gerald R. Miller: "Komunikasi terjadi ketika suatu sumber menyampaikan suatu pesan kepada penerima dengan niat yang disadari untuk mempengaruhi perilaku penerima.” Everett M. Roger: "Komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka.” Raymond S. Ross: "Komunikasi (intensional) adalah suatu proses menyortir, memilih, dan mengirimkan simbol-simbol sedemikian rupa sehingga membantu pendengar membangkitkan makna atau respons pikirannya yang serupa dengan yang dimaksud komunikator." Harold Lasswell: (Cara yang baik untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut) Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect? Atau Siapa Mengatakan Apa Dengan Saluran Apa Kepada Siapa Dengan Pengaruh Bagaimana? [4] Ketujuh definisi di atas, masing-masing memberikan penekanan arti yang berbeda. Definisi dari Bernard Berelson dan Gary A. Steiner, menekankan komunikasi pada proses penyampaian. Hal yang disampaikan dapat berupa informasi, gagasan, emosi, keterampilan, dan sebagainya, sedangkan cara penyampaiannya dengan menggunakan simbol-simbol, kata-kata, gambar, figure, grafik, dan sebagainya. Theodore M. Newcomb juga menekankan komunikasi sebagai proses pengalihan informasi yang dilakukan oleh pihak komunikator, namun komunikator dianggap memiliki kewenangan penuh kepada sasaran komunikasinya. Sedangkan Raymond S. Ross menekankan bahwa proses penyampaian komunikasi tidaklah sederhana karena dengan komunikasi tersebut dimaksudkan terjadinya kesamaan pikiran antara komunikator dengan komunikannya.

Definisi dari Carl I. Hovland, Gerald R. Miller, Everett M. Roger menunjukkan bahwa komunikasi adalah proses yang terjadi antara satu orang pada orang lainnya, namun kegiatan yang dilakukan secara sadar dan sengaja mempunyai tujuan untuk mengubah atau membentuk perilaku dari orang lain yang menjadi sasaran komunikasi. Definisi dari Harold Lasswell secara eksplisit dan kronologis menjelaskan lima komponen yang terlibat dalam komunikasi. Yakni siapa (pelaku komunikasi pertama yang punya inisiatif sebagai sumber), mengatakan apa (isi informasi yang disampaikan), kepada siapa (pelaku komunikasi lainnya yang dijadikan sasaran penerima), melalui saluran apa (alat/saluran penyampaian informasi), dan dengan akibat apa (hasil yang terjadi pada diri penerima). Definisi ini menunjukkan bahwa komunikasi adalah suatu upaya yang disengaja dan memiliki tujuan. Dari berbagai defenisi komunikasi sebelumnya, diperoleh gambaran bahwa komunikasi memiliki karakteristik sebagai berikut : a. Komunikasi adalah suatu proses Komunikasi sebagai suatu proses artinya bahwa komunikasi merupakan suatu rangkaian tindakan atau peristiwa yang terjadi secara berurutan (ada tahapan atau sekuensi) serta berkaitan satu dengan lainnya dalam kurun waktu tertentu. Sebagai suatu proses, komunikasi tidak statis tetapi dinamis dalam arti akan selalu mengalami perubahan dan berlangsung terus-menerus. Proses komunikasi dalam prosesnya melibatkan banyak faktor atau unsur. Faktor-faktor atau unsur-unsur yang dimaksud antara lain dapat mencakup pelaku atau peserta, pesan (meliputi bentuk, isi, dan cara penyajiannya), saluran atau alat yang dipergunakan untuk menyampaikan pesan, waktu, tempat, hasil atau akibat yang terjadi, serta kondisi pada saat berlangsungnya proses komunikasi. b. Komunikasi adalah upaya yang disengaja dan memiliki tujuan Komunikasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar, disengaja serta sesuai dengan tujuan atau keinginan dari para pelakunya. Pengertian “sadar” di sini menunjukkan bahwa kegiatan komunikasi yang dilakukan seseorang sepenuhnya berada dalam kondisi mental-psikologis yang terkendali atau terkontrol bukan dalam keadaan “mimpi”. Disengaja maksudnya bahwa komunikasi yang dilakukan memang sesuai dengan kemauan pelakunya. Sementara tujuan menunjuk pada hasil atau akibat yang ingin dicapai.

c. Komunikasi menuntut adanya partisipasi dan kerjasama dari para pelaku yang terlibat Kegiatan komunikasi akan berlangsung baik apabila pihak-pihak yang berkomunikasi (dua orang atau lebih) sama-sama ikut terlibat dan sama-sama mempunyai perhatian yang sama terhadap pesan yang dikomunikasikan. d. Komunikasi bersifat simbolis Komunikasi pada dasarnya merupakan tindakan yang dilakukan dengan menggunakan lambing-lambang. Lambang yang paling umum digunakan dalam komunikasi antarmanusia adalah bahasa verbal dalam bentuk kata-kata, kalimat-kalimat, angka-angka atau tanda-tanda lainnya. Selain bahasa verbal, juga adal lambang-lambang yang bersifat nonverbal yang dapat dipergunakan dalam komunikasi seperti gestura (gerak tangan, kaki, atau bagian lainnya dari tubuh), warna, sikap duduk atau berdiri, jarak, dan berbagai bentuk lambing lainnya. Penggunaan lambang-lambang nonverbal ini lazimnya dimaksudkan untuk memperkuat arti dari pesan yang ditunjukkan. e. Komunikasi bersifat transaksional Komunikasi pada dasarnya menuntut dua tindakan: memberi dan menerima. Dua tindakan tersebut tentunya dilakukan secara seimbang dan proporsional oleh masing-masing pelaku yang terlibat dalam komunikasi. Pengertian “transaksional” juga menunjuk pada suatu kondisi bahwa keberhasilan komunikasi tidak hanya ditentukan oleh salah satu pihak, tetapi oleh kedua belah pihak yang terlibat dalam komunikasi. f. Komunikasi menembus ruang dan waktu. Komunikasi menembus ruang dan waktu maksudnya bahwa para peserta atau pelaku yang terlibat dalam komunikasi tidaklah haruis hadir pada waktu dan tempat yang sama. Dengan adanya berbagai produk teknologi komunikasi seperti telepon, faksimili, telex, video-text, dan lain-lain, kedua faktor tersebut (ruang dan waktu) bukan lagi menjadi persoalan dan hambatan dalam berkomunikasi.

B. Pengertian Ilmu Komunikasi

Menurut berger dan Chaffe dalam bukunya Handbook of Communication Science, ilmu komunikasi adalah suatu pengamatan terhadap produksi, proses dan pengaruh dari sistem-sistem tanda dan lambang melalui pengembangan teori-teori yang dapat diuji dan digeneralisasikan dengan tujuan menjelaskan fenomena yang berkaitan dengan produksi, proses dan pengaruh dari sistemsistem tanda dan lambang. Dari definisi ilmu komunikasi tersebut, terdapat 3 pokok pikiran : 1. Objek pengamatan yang jadi focus perhatian dalam ilmu komunikasi adalah produksi, proses dan pengaruh dari sistem-sistem tanda dan lambang dalam konteks kehidupan manusia. 2. Ilmu komunikasi bersifat ilmiah-empiris (scientific) dalam arti pokok-pokok pikiran dalam ilmu komunikasi (dalam bentuk teori-teori) harus berlaku umum. 3. Ilmu komunikas bertujuan menjelaskan fenomena social yang berkaitan dengan produksi, proses dan pengaruh dari sistem-sistem tanda dan lambang Berdasarkan dari definisi tersebut dan uraian tentang ciri-ciri ilmu, dapat dikatakan bahwa ilmu komunikasi pada dasarnya adalah pengetahuan tentang peristiwa komunikasi yang diperolehnya melalui suatu penelitian tentang sistem, proses dan pengaruhnya yang dilakukan secara rasional dan sistematik serta kebenarannya dapat diuji dan digeneralisasikan. Pengertian ilmu komunikasi yang telah dijelaskan oleh Berger dan Chaffee tersebut memberikan 3 pokok pikiran, yaitu : 1. Objek pengamatan yang jadi focus perhatian dalam ilmu komunikasi adalah produksi, proses dan pengaruh dari sistem-sistem tanda dan lambing dalam konteks kehidupan manusia. 2. Ilmu komunikasi bersifat “ilmiah-empiris (scientific)” dalam arti pokok-pokok pikiran dalam ilmu komunikasi harus berlaku umum. 3. Bertujuan menjalaskan fenomena social yang berkaitan dengan produksi, proses dan pengaruh dari sistem-sistem tanda dan lambang. Berdasarkan penjelasan tersebut dapatlah dikatakan bahwa ilmu komunikasi pada dasarnya adalah pengetahuan tentang peristiwa konunikasi yang diperoleh melalui suatu penelitian tentang sistem, proses, dan pengaruhya yang dilakukan secara rasional dan sistematik, serta kebenarannya dapat diuji dan digeneralisasikan.

C. Sejarah Ilmu Komunikasi Ilmu komunikasi adalah salah satu disiplin yang masuk dalam kelompok ilmu-ilmu sosial. Secara umum, sejarah perkembangan ilmu komunikasi dapat dibagi dalam empat periode. Pertama, periode "tradisi retorika" yang dimulai sejak zaman Yunani Kuno. Kedua, periode antara tahun 1900 sampai Perang Dunia II yang dapat disebut sebagai periode pertumbuhan ilmu komunikasi. Ketiga, periode setelah perang Dunia II sampai tahun 60-an. Periode ini umumnya disebut sebagai periode konsolidasi. Dan, keempat adalah periode teknologi komunikasi yang dimulai dari tahun 60-an sampai sekarang. Tiap periode masing-masing memberikan karakteristik tersendiri terhadap penekanan bidang studi dan konteks peristiwa komunikasi yang diamati. Berikut adalah uraian singkat mengenai sejarah dan perkembangan ilmu komunikasi untuk setiap periode : 1. Periode Tradisi Retorika Perkembangan lahirnya ilmu komunikasi dapat ditelusuri sejak peradaban Yunani Kuno beberapa ratus tahun sebelum masehi. Sebutan "komunikasi" dalam konteks arti yang berbeda sekarang ini memang belum dikenal saat itu. Isilah yang berlaku pada zaman tersebut adalah "retorika". Para ahli berpendapat bahwa studi retorika sebenarnya telah ada sebelum zaman Yunani (Golden, 1978, Foss, 1985; forsdale 1981). Disebutkannya bahwa zaman kebudayaan Mesir Kuno telah ada tokohtokoh retorika seperti Kagemni dan Ptah-Hotep. Namun demikian tradisi retorika sebagai upaya pengkajian yang sistematis dan terorganisir baru dilakukan di zaman Yunani Kuno dengan perintisnya Aristotle (Golden, 1978) Pengertian "retorika" menurut Aristotle, menunjuk kepada segala upaya yang bertujuan untuk persuasi. Lebih lanjut Aristotle menyatakan bahwa retorika mencakup tiga unsur yakni: a. ethos (kredibilitas sumber) b. pathos (hal yang menyangkut emosi/perasaan) dan c. logos (hal yang menyangkut fakta) Dengan demikian upaya persuasi, menurut Aristotle menuntut tiga faktor yakni kredibilitas dari pelaku komunikasi yang melakukan kegiatan

persuasi, kemampuan untuk merangsang emosi/perasaan dari pihak yang menjadi sasaran, serta kemampuan untuk mengungkapkan fakta-fakta yang mendukung (logika). Pokok-pokok pikiran Aristotle ini kemudian dikembangkan lagi oleh Cicero dan Quintilian. Mereka menyusun aturan retorika yang meliputi lima (5) unsur: a. Invention (urutan argumentasi) b. dispesitio (pengaturan ide) c. eloquito (gaya bahasa) d. memoria (ingatan), serta e. pronunciation (cara penyampaian pesan) Kelima unsur ini, menurut Quintilian dan Cicero merupakan faktorfaktor penentu keberhasilan upaya persuasi yang dilakukan seseorang. Tokoh-tokoh retorika lainnya yang dikenal pada zaman itu adalah Corax, Socrates dan Plato. Dalam abad pertengahan studi retorika ini secara institusional semakin mapan, khususnya di negara-negara Inggris, Perancis dan Jerman. Tokohtokohnya yang terkemuka pada masa ini antara lain Thomas Wilkson, Francis Bacon, Rene Descartes, John Locke, Giambatista, dan David Hume. Dalam akhir abad ke 18 prinsip-prinsip retorika yang dikemukakan oleh Aristotle, Cicero dan Quintilian, kemudian menjadi dasar bagi bidang kajian "speech communication" (komunikasi ujaran) dan "rhetoric". Retorika tidak lagi diartikan secara sempit sebagai upaya persuasi. Pengertian retorika menunjuk pada "kemampuan manusia mengunakan lambang-lambang untuk berkomunikasi satu sama lainnya" (Foss et al, 1985:15) Tokoh-tokoh retorika yang terkenal pada saat ini antara lain: I.A Richard, Richard M. Weaver, Stephen Toulmin, Kenneth Burke, Marshall Mcluhan, Michel Foucalt, Jurgen Habermas, Ernesto Grassi dan Chaim Perelman. 2. Periode Pertumbuhan : tahun 1900 – Perang Dunia II Pertumbuhan komunikasi sebagai salah satu disiplin ilmu sosial barangkali dapat dikatakan dimulai pada awal abad ke-19. Sedikitnya ada tiga pertimbangan penting pada masa ini. Pertama, adalah penemuanpenemuan teknologi komunikasi seperti telephone, radio, televisi,

dll. Kedua, proses industrialisasi dan modernisasi yang telah terjadi di negara-negara Eropa Barat dan Amerika. Ketiga,pecahnya Perang Dunia I dan II. Semua perubahan ini memberi bentuk dan arah kepada bidang kajian ilmu komunikasi yang terjadi pada masa ini. Secara umum bidang-bidang studi komunikasi yang berkembang pada periode ini meliputi hubungan komunikasi dengan institusi dan masalah-masalah politik kenegaraan, peranan komunikasi dalam kehidupan sosial, analisis psikologi sosial komunikasi, komunikasi dan pendidikan, propaganda dan penelitian komunikasi komersial. Pada masa itu, bidang kajian komunikasi dan kehidupan sosial mulai berkembang sejalan dengan proses modernisasi yang terjadi. Diasumsikan bahwa komunikasi mempunyai peran dan kontribusi yang nyata terhadap perubahan sosial. Penelitian-penelitian empiris dan kuantitatif mulai banyak dilakukan dalam mengamati proses dan pengaruh komunikasi. Di bidang pengkajian komunikasi dan pendidikan misalnya, aspek-aspek yang diteliti mencakup penggunaan teknologi baru dalam pendidikan formal, keterampilan komunikasi, strategi komunikasi instruksional, serta "reading and listening". Sementara dibidang penelitian komunikasi komersial, dampak iklan terhadap khalayak serta aspek-aspek lainnya yang menyangkut industri media mulai berkembang sejalan dengantumbuhnya industri periklanan dan penyiaran (broadcasting). Pikiran-pikiran baru tentang komunikasi yang terjadi pada masa ini, langsung atau tidak langsung juga dipengaruhi oleh gagasan-gagasan para ahli ilmu sosial Eropa. Pada masa itu (menjelang akhir abad ke 18) universitas-universitas di Eropa, terutama Jerman dan Perancis, merupakan pusat intelektual terkemuka di dunia. Pokok-pokok pikiran dari Max Weber, August comte, Emille Durkheim dan Sir Herbert Spencer dipandang punya pengaruh terhadap pengembangan teori-teori komunikasi yang terjadi pada periode ini. Tokoh-tokoh ilmu lainnya yang dianggap punya andil besar adalah Gabriel Tarde dan George Simmel. 3. Periode Konsolidasi : Perang Dunia II – tahun 1960an Periode setelah perang Dunia II sampai tahun 1960-an disebut sebagai suatu ilmu pengetahuan sosial yang bersifat multidisipliner (mencakup

berbagai ilmu) mulai terjadi. Kristalisasi ilmu komunikasi ditandai oleh 3 hal : Pertama, adanya adopsi perbendaharaan istilah-istilah yang dipakai secara seragam. Kedua, munculnya buku-buku dasar yang membahas tentang pengertian dan proses komunikasi. Ketiga, adanya konsep-konsep baku tentang dasar-dasar proses komunikasi. Pendekatan komunikasi telah menjadi suatu pendekatan yang lintas disipliner dalam arti mencakup berbagai disiplin ilmu lainnya, karena disadari bahwa komunikasi merupakan suatu proses yang kompleks. Sedikitnya ada tujuh tokoh yang punya andil besar dalam periode ini. Mereka adalah Claude E. Shannon, Norbet Wiener, Harold Lasswell, Kurt Lewin, Carl I. Hovland, Paul F. Lazarsfield (ahli sosiologi), Kurt Lewin dan Carl I. Hovland (keduanya ahli psikologi sosial) disebut oleh Wilbur Schramm sebagai "the founding fathers" (para pendiri atau perintis) ilmu komunikasi. Disebut demikian karena pokok-pokok pikiran mereka dipandang sebagai landasan bagi pengembangan-pengembangan teori komunikasi. Wilbur Schramm sendiri dinilai sebagai "institutionalizer" – yakni yang merintis upaya pelembagaan pendidikan komunikasi sebagai bidang kajian akademis. Karena jasanyalah pengembangan bidang kajian komunikasi menjadi suatu disiplin ilmu sosial yang mapan dan melembaga menjadi terealisasi. "Institute of Communication Research" yang didirikan Schramm di Illonis pada tahun 1947 merupakan lembaga pendidikan tinggi ilmu komunikasi yang pertama di Amerika Serikat. Sementara itu dua tokoh lainnya yakni Claude E. Shannon dan Nobert Wiener disebut sebagai "insinyur-insinyur komunikasi". Istilah "Mass Communication" (Komunikasi Massa) dan "Communication Research"(Penelitian Komunikasi) mulai banyak digunakan. Cakupan bidang ilmu komunikasi mulai diperjelas dan dibagi dalam empat bidang tataran : komunikasi intra pribadi, komunikasi antar pribadi, komunikasi kelompok dan organisasi, dan komunikasi macro sosial serta komunikasi massa. Lebih lanjut, sejalan dengan kegiatan pembangunan yang terjadi di seluruh negara termasuk negara-negara berkembang, studi-studi khusus tentang peranan dan kontribusi komunikasi dalam proses perubahan sosial, difusi inovasi juga mulai banyak dilakukan. 4. Periode Teknologi Komunikasi : tahun 1960an - sekarang

Sejak tahun 1960-an ilmu komunikasi semakin kompleks dan mengarah pada spesialisasi. Menurut Rogers (1986) perkembangan studi komunikasi sebagai suatu disiplin ilmu telah mulai memasuki periode "take off" (tinggal landas) sejak tahun 1950-an. Secara institusional kepesatan perkembangan ilmu komunikasi pada masa sekarang ini antara lain tercermin dalam beberapa indikator sebagai berikut: a. Jumlah universitas yang menyelenggarakan program pendidikan komunikasi semakin banyak dan tidak hanya terbatas di negara-negara maju seperti AS, tetapi juga negara-negara berkembang di Asia, Amerika Latin dan Afrika, b. Asosiasi-asosiasi profesional di bidang ilmu komunikasi juga semakin banyak, tidak saja dalam jumlahnya tetapi juga cakupan keanggotaannya yang regional dan internasional. Dan c. Semakin banyaknya pusat-pusat penelitian dan pengembangan komunikasi. Dalam bidang keilmuan, kemajuan disiplin komunikasi ini juga tercermin dengan : a. Semakin banyaknya literatur komunikasi seperti buku-buku, jurnal-jurnal, hasil-hasil penelitian ilmiah atau terapan, monografis dan bentuk-bentuk penerbitan lainnya. b. Semakin beragamnya bidang-bidang studi spesialisasi komunikasi. c. Serta semakin banyaknya teori-teori dan model-model tentang komunikasi yang dihasilkan para ahli. Sebagai gambaran, hingga saat ini terdapat 126 definisi, sekitar 50 teori dan 28 model tentang komunikasi (Dance, 182; Littlejohn, 1989; McQuail & Windahi, 1981; Forsdale, 1981) Periode masa sekarang juga disebut sebagai periode teknologi komunikasi dan informasiyang ditandai oleh beberapa faktor sebagai berikut: (1) kemajuan teknologi komunikasi dan informasi seperti komputer, VCR, TV kabel, parabola video home computer, satelit komunikasi, teleprinter, videotext, laser vision dan alat-alat komunikasi jarak jauh lainnya, (2) tumbuhnya industri media yang cakupannya tidak hanya bersifat nasional tetapi juga regional dan global, (3) ketergantungan terhadap situasi ekonomi dan politik global/internasional, (4) semakin gencarnya kegiatan pembangunan ekonomi di seluruh negara, serta (5) semakin meluasnya proses demokratisasi ekonomi dan politik. Sebagai akibatnya, studi-studi komunikasi yang banyak dilakukan (khususnya di negara maju seperti AS) cenderung difokuskan pada proses dan dampak

sosial penggunaan teknologi media komunikasi; arus penyebaran dan pemusatan informasi regional dan global (misalnya "transborder data flow"), aspek-aspek politik, ekonomi dan informasi, komunikasi antar industri media, dampak sosial dari teknologi interaktif seperti komputer, komunikasi manusia-mesin, dampak telekomunikasi terhadap hubungan antar-budaya, serta aspek-aspek yang menyangkut manajemen informasi. Pendekatan disiplin ekonomi mulai diterapkan, karena disadari bahwa informasi di masa sekarang ini merupakan komoditi yang mempunyai nilai tambah.

Daftar pustaka Prof. Drs. Onong Uchajana Effendy, MA., Dinamika Komunikasi (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002) Cet. Ke-5. h.1

[2] Sasa Djuarsa Sendjaja, Ph. D., dkk, Pengantar Komunikasi, Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka, 2001. Cet. Ke-6. H.7

[3] Prof. Drs. Onong Uchajana Effendy, MA., Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek,(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002) Cet. Ke-7 . h.9

[4] Deddy Mulyana, M. A., Ph.D., Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000) cet. Ke-1. h. 62

[5] Sasa Djuarsa Sendjaja, Ph. D., dkk, Pengantar…, h. 9. Lihat juga di Brent D. Ruben,Communication and Human Behavior, New Jersey, 1992. H. 12-14

[6] Prof. Drs. H. A. Wijaya., Ilmu Komunikasi Pengantar Studi, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000. Cet. Ke-2. H. 15

[7] Lihat Sasa Djuarsa Sendjaja, Ph. D., dkk, Pengantar…, h. 21-24

Related Documents


More Documents from ""

Makalah Ilmu Komunikasi
February 2021 1