Manrisk W2

  • Uploaded by: Salsabila Barasyid
  • 0
  • 0
  • January 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Manrisk W2 as PDF for free.

More details

  • Words: 2,297
  • Pages: 10
Loading documents preview...
Implementasi Manajemen Risiko pada PT Unilever Indonesia

Oleh Kelompok 4 : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.

Aditya Bagaskara 041311233137 Desy Saraswati 041411231006 Salsabila Barasyid 041411231010 Wirandhiny Dhara 041411231030 Anggun Faradiba Yunus 041411231074 Dica Yulinar Sari 041411231120 Daisyta Indah Pratiwi 041411231129 Sadita Iswandari 041411231234 Abimanyu Hanif P 041411233062 Ivan Virnandyto 041411233073 Gadang Kurnia Herdanto 041411233074 Dikron Aldy 041411233085 Triatmojo Saputro 041411233065

DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS AIRLANGGA

Latar Belakang PT Unilever Unilever adalah perusahaan multinasional yang memproduksi barang konsumen yang bermarkas di Rotterdam,Belanda. Perusahaan ini didirikan tahun1930.Perusahaan ini mempekerjakan 207.000 pekerja.Memproduksi makanan, minuman, pembersih, dan konsumen pribadi.Beberapa merek terkenal milik Unilever adalah: Rinso, Sunsilk, Dove, dan Clear. Di Indonesia, Unilever bergerak dalam bidang produksi sabun, deterjen, margarin, minyak sayur dan makanan yang terbuat dari susu, eskrim, makanan dan minuman dari teh, produk-produk kosmetik, dan produk rumah tangga. Unilever Indonesia didirikanpada 5 Desember 1933 sebagai Zeepfabrieken N.V. Lever.Pada 22 Juli 1980, nama perusahaan diubah menjadi PT Lever Brothers Indonesia danpada 30 Juni 1997, nama perusahaan diubah menjadi PT Unilever Indonesia Tbk. Unilever Indonesia mendaftarkan 15% dari sahamnya di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya padatahun 1981 dan mempunyai lebih dari 1000 supplier. Unilever memiliki beberapa perusahaan lain di Indonesia: 

PT Anugrah Lever – didirikan pada tahun 2000 dan bergerak di bidang pembuatan, pengembangan, pemasaran dan penjualan kecap, saus cabe da nsaus-saus lain dengan merk dagang Bango, Parkiet dan Sakura dan merek-merek lain



PT Technopia Lever – didirikan padatahun 2002 dan bergerak di bidang distribusi, ekspor dan impor barang-barang dengan menggunakan merk dagang Domestos Nomos



PT Knorr Indonesia – diakuisisi pada 21 Januari 2004



PT Sara Lee

Produk–Produk PT Unilever Indonesia: 

Surf



Lifebuoy



Sari Wangi



Rinso



Clear



Blue Band



Buavita



Close Up



Wall's



Sunsilk



Citra



Sunlight



Fair & Lovely



Axe



Pond's



Pepsodent



Royco



Lux



Molto



Kecap Bango



Rexona



Pure It



Domestos Nomos



Lipton



CIF



Viso



She



Vaseline



Wipol



Molto



Dove



Vixal



SASEBU™

MANAJEMEN RISIKO Risiko ada dimana-mana, bisa datang kapan saja, dan sulit dihindari.Jika risiko tersebut menimpa suatu organisasi, maka organisasi tersebut mengalami kerugian yang signifikan.dalam beberapa situasi, risiko tersebut bisa mengakibatkan kehancuran organisasi tersebut. Karena itu risiko penting untuk dikelola.Risk Management bertujuan untuk mengelola risiko sehingga organisasi bisa bertahan, atau barang kali mengoptimalkan risiko.Perusahaan seringkali secara sengaja mengambil risiko tertentu, karena melihat potensi keuntungan di balik risiko tersebut.Risk Management pada dasarnya dilakukan melalui proses-proses berikut ini. 1. Identifikasi Risiko Identifikasi risiko dilakukan untuk mengidentifikasi risiko-risiko apa saja yang dihadapi oleh suatu organisasi. Banyak risiko yang dihadapi oleh suatu organisasi, mulai dari risiko penyelewengan oleh karyawan, risiko kejatuhan meteor atau komet, dan lainnya.Ada beberapa teknik untuk mengidentifikasi risiko, misal dengan menelusuri sumber risiko sampai terjadinya peristiwa yang tidak diinginkan.Sebagai contoh, kompor ditaruh dekat penyimpanan minyak tanah.Api merupakan sumber risiko, kompor yang ditaruh dekat minyak tanah merupakan kondisi yang meningkatkan terjadinya kecelakaan, bangunan yang bisa terbakar merupakan eksposur yang dihadapi perusahaan. Misalkan terjadi kebakaran, kebakaran merupakan peristiwa yang merugikan (peril).Identifikasi dilakukan semacam dilakukan dengan melihat sekuen dari sumber risiko sampai ke terjadinya peristiwa yang merugikan.Pada beberapa situasi, risiko yang dihadapi oleh perusahaan cukup standar.Sebagai contoh, bank menghadapi risiko terutama adalah risiko kredit (kemungkinan debitur tidak melunasi hutangnya). Untuk bank yang juga aktif melakukan perdagangan sekuritas, maka bank terasebut akan menghadapi risiko pasar. Setiap bisnis akan menghadapi risiko yang berbeda-beda karakteristiknya. 2. Evaluasi dan Pengukuran Risiko Langkah berikutnya adalah mengukur risiko tersebut dan mengevaluasi risiko tersebut.Tujuan evaluasi risiko adalah untuk memahami karakteristik risiko dengan lebih baik. Jika kita memperoleh pemahaman yang lebih baik, maka risiko akan lebih mudah dikendalikan. Evaluasi yang lebih sistematis dilakukan untuk "mengukur" risiko tersebut. Ada beberapa teknik untuk mengukur risiko tergantung jenis risiko tersebut.Sebagai contoh kita bisa memperkirakan probabilitas (kemungkinan) risiko atau suatu kejadian jelek terjadi.Dengan probabilitas tersebut kita berusaha "mengukur" risiko. Sebagai contoh ada risiko perusahaan terkena jatuhan meteor atau komet, tetapi probabilitas risiko semacam itu sangat kecil (0,000000001). Karenan itu risiko tersebut tidak perlu diperhatikan. Contoh lain adalah risiko kebakaran dengan probabilitas (misal) 0,6. Karena probabilitas yang tinggi, maka risiko kebakaran perlu diberi perhatian ekstra.contoh tersebut menunjukan bahwa dengan menggunakan teknik probabilitas kita bisa melakukan prioritas risiko, sehingga kita bisa lebih memfokuskan pada risiko yang mempunyai kemungkinan yang besar untuk terjadi. Contoh lain adalah membuat matriks dengan sumbu mendatar adalah probabilitas terjadinya risiko, dan sumbu vertikal adalah tingkat keseriusan konsekuensi risiko tersebut (severity, atau besarnya kerugian akibat risiko tersebut).

Setiap risiko bisa dievaluasi kemudian dimasukan ke dalam matriks tersebut. Sebagai contoh, risiko kebakaran mempunyai probabilitas 0,6 (tinggi). Jika kebakaran terjadi, maka kerugian yang diakibatkan akan besar juga (tinggi). Dengan demikian risiko kebakaran akan ditempatkan pada kuadran probabilitas tinggi dan saverity tinggi. Selanjutnya langkah lebih tepat bisa dirumuskan.Sebagai contoh, untuk risiko kebakaran seperti itu, langkah yang lebih aktif bisa ditujukan untuk menangani risiko kebakaran tersebut. Untuk risiko lain, evaluasi dan pengukuran yang berbeda bisa dilakukan. Sebagai contoh, risiko perubahan tingkat bunga bisa diukur dengan teknik duration (durasi). Risiko pasar bisa dievaluasi dengan menggunakan teknik VAR (Value At Risk). Pemahaman kita terhadap beberapa risiko sudah cukup baik sehingga teknik pengukuran risiko tersebut sudah berkembang. Sementara pemahaman kita terhadap risiko lain belum begitu baik sehingga teknik pengukuran risiko tersebut belum begitu berkembang.

IDENTIFIKASI RISIKO Pengidentifikasian risiko adalah hal pertama yang harus dilakukan sebelum pengukuran risiko. Secara umum langkah-langkah dalam identifikasi dan pengukuran risiko adalah: 1. Mengidentifikasi risiko dan mempelajari karakteristik risiko. 2. Mengukur risiko dengan melihat seberapa besar dampak risiko tersebut terhadap kinerja perusahaan, dan menentukan prioritas risiko. Siklus Mapping risiko (Siklus Manajemen Risiko)

MEMAHAMI

IDENTIFIKA SI

EVALUASI

REVISIT

PRIORITAS

KELOLA

 Pertama kali yang dilakukan adalah risiko perlu diidentifikasi  Kemudian kita perlu mempelajari karakteristik risiko serta melakukan evaluasi  Pemahaman terhadap karakteristik

yang baik akan bermanfaat

untuk

merumuskan metode yang tepat untuk mengelola risiko  Langkah berikutnya adalah melakukan prioritisasi risiko, dimana kuatifikasi risiko merupakan salah satu komponen penting karena kita bisa mengukur tinggi rendahnya risiko dan bagaimana dampah risiko tersebut terhadap kinerja perusahaan.  Selanjutnya memfokuskan pada risiko yang paling relevan ( mempunyai dampak yang paling besar dan probabilitas yang besar) bagi perusahaan.  Langkah selanjutnya dalam mengelola risiko ( pembahasan lebih lanjut ada bab 13-20)  Langkah selanjutnya adalah revisit yaitu mengevasluasi ulang langkahlangkah yang sudah dilakukan untuk meningkatkan efektivitas manajemen risiko. Ada beberapa teknik yang bisa digunakan dalam mengidentifikasi bahwa perusahan atau organisasi memiliki eksposur terhadap risiko: 1. Analisis Sekuen Risiko Risiko mempunyai sekuen dari sumber risiko sampai kemudian munculnya kerugian karena resiko tersebut. Sekuen risiko ( risiko kebakaran ) Risiko mempunyai sekuen dari sumber risiko sampai kemudian munculnya kerugian karena risiko tsb. Conoth, ada sumber risiko yaitu api. Api bisa menyebabkan kebakaran. Kemudian ada faktor risiko yang menjadi katalis, yaitu mempercepat/memperbesar

kemungkinan

munculnya

kejadian

yg

tidak

diinginkan.Misal.Minyak tanah ditaruh dekat kompor.Situasi tsb meningkatkan kemungkinan terjadinya kebakaran. Jika terjadi kebakaran maka gedung yang ditempati kompor akan terbakar. Dengan kata lain, gedung tersebut menghadapi eksposur thd risiko kebakaran, kemudian terjadi peril (kejadian yg tidak diinginkan) yaitu kebakaran yg mengakibatkan kerugian. Melalui analisis sekuen tsb, kita bisa melakukan pencegahan munculnya peril dengan fokus pada sekuen yg terjadi. Contoh, api mungkin tidak bisa dihilangkan, tapi kita bisa mengendalikan risiko dengan menjauhkan minyak tanah dari kompor,

atau menggunakan kompor listrik, atau memasang tabung pemadam kebakaran, atau memasang alarm asap kebakaran. 2. Mengidentifikasi Sumber - Sumber Risiko Dengan memperluas pengamatan terhadap sumber-sumber risiko. Sumber-sumber resiko dilingkungan sekitar kita :  Lingkungan fisik : bangunan yang dimakan usia sehingga menjadi rapuh, sungai yang menyebabkan banjir, gempai, badai, topan.  Lingkungan sosial : Kerusuhan sosial, demonstrasi, konflik dengan masyarakat lokal, pemogokan pegawai, perampokan.  Lingkungan politik : perubahan perundang, perubahan aturan, konflik antar negara yang mendorong boikot produk perusahaan.  Lingkungan legal : gugatan karena gagal mematuhi peraturan dan perundangan yang berlaku.  Lingkungan operasional : kecelakaan kerja, kerusakan mesin, kegagaglan sistem komputer, serangan virus terhadap komputer.  Lingkungan ekonomi : kelesuhan ekonomi, inflasi yang tidak terkendali. Dengan mematuhi sumber-sumber risiko kita bisa memperoleh gambaran risiko apa saja yang mungkin muncul dan membahayakan organisasi. Alternatif katagori sumber risiko :  Konsumen : keluhan dari konsumen yang mengakibatkan kekecewaan dan tidak mau membeli produk perusahaan, konsumen merasa rugi kemudian menuntut perusahaan.  Supplier : pasokan dari supplier tidak sesuai yang diharapkan.  Pesaing : pesaing meluncurkan produk baru yang lebih baik, pesaing menurunkan harga yang bisa mengakibatkan persaingan harga.  Regulator : perusahaan gagal mematuhi perusahaan yang berlaku, perubahan perundangan yang berlaku mengakibatkan perusahaan rugi. 3. Teknik pendukung lainnya a.

Metode laporan keuangan

Metode tersebut dimulai dengan melihat rekening-rekening dengan laporan keuangan.Dari rekening tersebut kemudian dianalisis resiko apasaja yang bisa muncul dari rekening yang melibatkan rekening tersebut. Contoh : khas merupakan salahsatu rekening di neraca, risiko yang bisa muncul atau melibatkan khas misalnya pencurian khas, penyelewengen khas, dll b. Menganalisis flow chart kegiatan dan operasi perusahaan Metode ini berusaha melihat sumber risiko dari flow chart kegiatan dan operasi perusahaan. Metode ini sangat sesuai untuk risiko tertentu seperti risiko dari proses produksi. Proses produksi dimulai dengan masuknya input, mengerjakan input sampai menjadi output tertentu. Dalam rangkaian kegiatan produksi ada kemungkinan muncul kejadian yang tidak diinginkan, seperti kecelakaan kerja, kerusakan mesin, dll Dengan mengamati prosesnya kita bisa mengidentifikasi sumber risiko yang menyebabkan kejadian negatif tersebut. c. Analisis Kontrak Bertujuan melihat resiko yang bisa muncul karena kontrak tertentu.Resiko ini berkaitan dengan resiko tuntutan hukum. d. Catatan Satistik Kerugian dan Laporan Kerugian Perusahaan Jika perusahaan mempunyai database yang baik maka dapat mencatat kerugiankerugian. Analisis terhadap penyimpangan dapat membantu mengidentifikasi sumbersumber resiko. e. Survei atau wawancara terhadap manajer, manajer paling tahu operasi perusahaan termasuk resiko-resiko yang dihadapi. Sebagai ilustrasi, United Grain Growers yang merupakan perusahaan di bidang pertanian di Canada melakukan sesi brainstroming

antara

manajer

dan

konsultan

manajer

resiko.

Untuk

mengidentifikasi resiko-resiko yang paling penting dihadapi. Hasil diskusi tersebut menunjukkan ada 6 yang paling penting : 1. Resiko Komoditas : harga komoditas yang jatuh padahal perusahaan memegang komoditas tersebut 2. Resiko Cuaca : Cuaca yang tidak menguntungkan sehingga mengacaukan panen dan menurunkan volume pertanian (penjualan menurun) 3. Resiko Counterparty : Counterparty perusahaan gagal memenuhi kontraknya terhadap perusahaan

4. Resiko Lingkungan : Perusahaan menghadapi tuntutan hukum karena perusahaan dituduh merusak lingkungan (pencemaran lingkungan) 5. Resiko Persediaan : Persediaan mengalami kerusakan ( membusuk) 6.Resiko Kredit : Counterparty gagal bayar kepada perusahaan. Resiko komoditas merupakan resiko yang paling dianggap paling penting oleh manajer UGG. MENGUKUR RISIKO Pengukuran risiko adalah rangkaian proses yang dilakukan dengan tujuan untuk memahami signifikansi dari akibat yang akan ditimbulkan suatu risiko, baik secara individual maupun portofolio, terhadap tingkat kesehatan dan kelangsungan usaha. Pemahaman yang akurat tentang signifikansi tersebut akan menjadi dasar bagi pengelolaan risiko yang terarah dan berhasil guna. Pengukuran risiko biasanya dilakukan melalui kuantifikasi risiko. Pengukuran dan kuantifikasi risiko akan sangat tergantung dari karakteristik risiko tersebut. Teknik Pengukuran Risiko : 1. Pengukuran resiko dengan distribusi probabilitas Digunakan sebagai gambaran kualitatif dari peluang atau frekuensi. Kemungkinan dari kejadian atau hasil yang spesifik, diukur dengan rasio dari kejadian atau hasil yang spesifik terhadap jumlah kemungkinan kejadian atau hasil. Probabilitas dilambangkan dengan angka dari 0 dan 1, dengan 0 menandakan kejadian atau hasil yang tidak mungkin dan 1 menandakan kejadian atau hasil yang pasti. Dalam menjelaskan konsep mengenai konsep probabilitas kita awali dengan konsep mengenai “sample space”(lingkup kejadian) dan event suatu kejadian atau peristiwa. Bayangkanlah sutu set, S dari kemunkinan kejadian atau hasil dari kejadian tertentu. Set, S tersebut munkin saja berupa daftar dari jumlah tabrakan kendaraan disuatu wilayah tertentu, tahun tertentu. Set seperti inilah yang kita sebut dengan sample space. Untuk mengetahui besar kemunkinan terjadinya suatu perisiwa, maka kita bisa menggunakan rumus : Tanpa dibobot : P ( E ) = E / S Dengan dibobot :P(E)=W(E)/W(S) Keterangan : P ( E ) : Probabilitas terjadinya event E : Sub set atau event S : Sample set atau set W : weight ( bobot ) masing – masing event. 2. Notional Risiko diukur berdasarkan nilai eksposur Contohnya, pengukuran risiko kredit dengan metode notional. Jika perusahaan meminjamkan uang

3.

4.

5.

6.

kepada pihak lain senilai Rp 2 milyar, maka besarnya risiko kredit berdasarkan pendekatan notional adalah Rp 2 milyar. Sensitivitas Risiko diukur berdasarkan seberapa sensitif suatu eksposur terhadap perubahan faktor penentu. Contoh paling populer adalah risiko aset keuangan atau sekuritas, yang diukur berdasarkan sensitivitas tingkat pengembalian (return) aset yang bersangkutan terhadap perubahan tingkat pengembalian pasar. Ukuran ini dikenal sebagai Beta Pasar. Contoh lain adalah degree of operating leverage (DOL), yang mengukur sensitivitas laba operasi terhadap perubahan penjualan. DOL digunakan sebagai ukuran risiko bisnis. Volatilitas Risiko diukur berdasarkan seberapa besar nilai eksposur berfluktuasi. Ukuran yang umum adalah standar deviasi. Semakin besar standar deviasi suatu eksposur, semakin berfluktuasi nilai eksposur tersebut, yang berarti semakin beresiko eksposur atau aset tersebut. Pendekatan VaR ( value at risk ), risiko diukur berdasarkan kerugian maksimum yang bisa terjadi pada suatu aset atau investasi selama periode tertentu, dengan tingkat keyakinan ( level of confidence ) tertentu. Untuk mengukur risiko dengan pendekatan VaR, diperlukan data standar deviasi dan skor Z dari tabel distribusi normal. Contoh: diketahui standar deviasi dari suatu aset bernilai Rp 1 juta adalah 2,4%. Pada tingkat keyakinan 95%, skor Z-nya adalah 1,645. Maka besarnya risiko (dalam nilai Z) adalah 0,024 x 1,645 = 0,040. Jika nilai Z tersebut dikembalikan ke nilai awalnya menjadi 0,040 x Rp 1 juta = Rp 40 ribu. Matriks frekuensi dan signifikansi risiko Teknik pengukuran yang cukup sederhana ( tidak terlalu melibatkan kuantifikasi yang rumit ) adalah mengelompokkan risiko berdasarkan dua dimensi yaitu frekuensi dan signifikansi. Terdapat 2 hal dalam proses tersebut yaitu : 1. Mengembangkanstandarrisiko 2. Menerapkan standar tersebut untuk risiko yang telah diidentifikasi. 7. Analisis skenario Kemampuan manajer/perusahaan untuk memprediksi apa yang akan terjadi, dan berapa besarnya kerugian yang diperoleh. Contoh: Teknik pengukuran berbeda tingkat kecanggihannya (tingkat kuantifikasi), dalam artian beda tipe resiko beda juga tekhnik yang digunakan.

Related Documents


More Documents from "Eric Panda Hollic"

Manrisk W2
January 2021 0
Hordeolum.docx
February 2021 2
Tutor .pptx
January 2021 1
Sk Tim Igd.doc
January 2021 0
Askep Konjungtivitis.docx
January 2021 0