Pelayanan Pastoral: Di Sajikan Oleh Pdt. Dr.hendry. B. Tarigan, M.th

  • Uploaded by: Frengky Sihaloho
  • 0
  • 0
  • January 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Pelayanan Pastoral: Di Sajikan Oleh Pdt. Dr.hendry. B. Tarigan, M.th as PDF for free.

More details

  • Words: 9,493
  • Pages: 222
Loading documents preview...
PELAYANAN PASTORAL

DI SAJIKAN OLEH Pdt. Dr.Hendry. B. Tarigan, M.Th

Pendahuluan A. Pentingnya Mata Kuliah ini 1. “Pelayanan Pastoral, adalah bagian integral dari Teologi Praktikan melaluinya, orangorang kudus kepunyaan Allah menerima pengajaran sesuai dengan kebenaran Alkitab agar terlengkapi untuk hidup sesuai dengan kehendak Tuhan, baik secara pribadi, keluarga, dan jemaat (2 Tim. 3 : 1517, Mat. 28 : 19, Ef 4 : 12).

Penjelasan Umum Pendidikan Teologi 1. Biblika – Memahami

Alkitab secara benar— memperhatikan bahasa Alkitab 2. Dogmatika – Mempelajari DasarDasar Iman 3. Etika – Menerapkan Alkitab secara benar bertanggung jawab

4. Sejarah Gereja –

Mempelajari Sejarah Iman Kristen dan Perkembangannya 5. Praktika – Mempelajari Iman Kristen secara Praktis(PAK,PASTORAL, DLL)

2. Dasarnya a. Allah sendiri berkenan menjadi gembala bagi umatNya dan Dialah satu-satunya Gembala Agung (Maz. 23, Yoh. 10:11; 1 Pet 5:4) b. Allah mengetahui kebutuhan umatNya yang sangat memerlukan pelayanan penggembalaan, dan karena itu Ia berkenan mengangkat gembala-gembala pelaksana untuk mengembalakan umatNya (Yeh. 34; Bil. 27:16-17; Yoh. 21 : 15-17).

C. Roh Kudus yang memberi karunia untuk melaksanakan tugas penggembalaan ini (I Kor. 12 : 28, Ef 4 : 11) dan menetapkan penatuapenatua dalam gereja lokal untuk menjadi gembala-gembala bagi umat ketebusanNya (kis. 2 : 28). Ia juga yang memerintahkan mereka agar menggembalakan umat Allah dengan penuh rasa tanggung jawab ( 1 Petrus 5 : 1-4)

Lingkup dan sasaran mata kuliah ini Dalam mata kuliah ini akan dibahas tentang panggilan, kepribadian, visi dan aspek-aspek lainnya yang terkait. Serta fungsi seorang gembala, dalam terang Firman Tuhan diharapkan agar para mahasiswa memperoleh pemahaman secara luas tentang pelayanan pastoral, menghayatinya dan mengamalkannya dalam kehidupan dan pelayanan pribadi sesuai dengan panggilan Tuhan bagi mereka.

Pengertian Istilah 1. Pelayanan pastoral atau penggembalaan berasal dari kata dasar “gembala”yang diterjemahkan dari kata shepherd atau pastor (Inggris) dan poimen (yunani) yang berarti örang yang memberi makan (memelihara, merawat), membimbing dan melindungi (dari bahaya terhadap kawanan domba. “Penggembalaan berarti halhal yang berhubungan dengan tugas-tugas gembala atau perihal mengembalakan.

2. Pelayanan pastoral atau

penggembalaan dalam gereja dimaksudkan pemberian makanan, pembimbingan rohani (firman Tuhan), perlindungan (terhadap ajaran-ajaran sumbang terhadap orang-orang percaya)

Profil Seorang Gembala A. Gembala dan Panggilannya

Seorang gembala sidang yang sungguh-sungguh, bukannya memilih jabatannya, melainkan dipilih untuk jabatannya”(Robert Cowles, Gembala sidang:7)

1. Ajaran Tuhan Yesus a. Yohanes 15:16. Diruang atas menjelang kematianNya di golgota, Tuhan Yesus mengucapkan kata-kata ini kepada kesebelas muridNya “Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku memilih telah menetapkan (mentahbiskan) kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah…”

b. Yohanes 21:15-17. Dalam acara pemulihan kembali Petrus sangat dramatis melalui sebuah sarapan pagi di tepi tasik Galilea Tuhan Yesus mengucapkan katakata seperti ini : “Gembalakanlah domba-dombaKu”

c. Bagian dari Perintah Amanat Agung (Matius 28:16-20)

2. Ajaran rasul Paulus a. Kis 20:28 “Ditetapkan oleh Roh Kudus b. Roma 12:6-8; 1 Kor 12:28 2 Timotius 1:11 Gembala-Gembala adalah karunia/ pemberian Allah bagi pembangunan gerejaNya di bumi ini

3. Contoh-contoh lain dalam terang Alkitab a. b. c. d. e. f.

Musa (Kel 3) Yoshua (Yos 1:1-9) Otniel, Gideon, Simson, dll (Hak) Daud (1 Sam 16:1-13) Nehemia (Neh 2:12) Dan lainnya

B. GEMBALA DAN KEPRIBADIANNYA 1.

Seorang gembala adalah seorang yang mengalami kelahiran baru ( Yoh 3:3,5; 2 Kor 5:17; Tit 3:5) 2. Seorang Gembala adalah seorang yang memenuhi kualifikasi kepribadian sesuai dengan 1 Timotius 3:1-7 dan Titus 1:5-7 yaitu : a. Karakter Pribadi yang baik (1 Tim 3:2-4 ; Titus 1:7 b. Berhasil dalam memimpin keluarganya (1 Tim 3:2-4; Tit 1:6) c. Seorang yang dewasa secara dewasa rohani/ iman (1 Tim 1:6) d. Seorang yang mempunyai hubungan baik dengan masyarakat luar (1 Tim 3:;7)

3. Seorang Gembala adalah seorang yang memiliki sikap hati yang bersumber pada kasih kepada kawanan domba Tuhan yang digembalakannya (1 Petrus 5:2-4). a. Sikap hati yang penuh kerelaaan sesuai dengan kehendak Allah (Ay 2b) bukan kehendak diri sendiri yang sering terpaksa b. Sikap hati yang bukan mencari keuntungan pribadi (Ay 2c) c. Sikap hati yang penuh pengabdian diri (Ay 2d) d. Sikap hati yang mau melayani, bukan memerintah (Ay 3) e. Sikap hati yang mau menjadi teladan terhadap kawanan domba (Ay 3 Bdg 1 Tim 4:12) f. Sikap hati yang selalu dalam keadaan menanti kedatangan kembali Gembala Agung (Ayat 4a) g. Sikap hati yanga selalu melihat kepada kemuliaan yang akan datang yang akan diberikan oleh Gembala Agung kepada gemba-gembala yang telah melayani dengan baik (Ay 4b)

4. Seorang Gembala adalah seorang yang rendah hati seperti pola kepribadian. Yohanes pembabtis terlihat melalui pengakuannya a. Saya ini hanya “suara” yang menyuarakan Firman (Yohanes 1:23 b. Semuanya milik Tuhan (Yoh 3:27) c. Konsetrasi hidup saya adalah meninggikan Tuhan d. Ay 30:”Dia harus makin bertambah…….”

5. Gembala dan Visinya 1. Pendahuluan. Pada tanggal 25 Mei 1961. Presiden F. Kenedy menantang anggota-anggota Kongres dan seluruh masyarakat di Amerika dengan suatu Visi yang besar. Ia berkata : “Saya yakin bahwa negara ini harus bertekad untuk mencapai sasaran mendaratkan seorang manusia di bulan dan mengembalikannya dengan selamat ke bumi sebelum dekade ini berakhir

2. Seorang Gembala adalah seorang Pemimpin Rohani. Penting memiliki Visi, agar memimpin dan mengarahkan umat gembalannya ke arah yang dikehendaki Allah

a.

Amsal 29:18a “Bila tidak ada wahyu, menjadi liarlah rakyat” 1. “Liar” artinya tak terkendalikan, tak terarahkan, kacau, bingung. KJV menggunakan kata perish yang berarti “binasa” 2. Visi adalah pandangan (Kebenaran) Allah tentang masa depan, yang diberikan kepada pemimpin yang melaluinya umat yang dipimpinnya diarahkan

3. Visi (penglihatan) adalah indra vital bagi seseorang. Dengan penglihatan ia dapat melihat dunia ini dengan segala isinya. Tanpa penglihatan ia tidak melihat apa-apa alias buta. Akibatnya ia berjalan dengan meraba-raba seperti halnya orang yang berjalan dalam kegelapan. Dalam keadaan demikian dapatkah ia memimpin orang lain ? Lihat : (a) Keluhan tentang hamba “buta”/ Yesaya 42:19, (b) Kecaman Tuhan Yesus terhadap pemimpinpemimpin agama yang “buta” (Matius 3:16, 24), (c) Teguran Tuhan Yesus kepada jemaat Laodikia yang “buta” (Wahyu 3:17)

b. Visi berkaitan dengan Iman (Ibr 11:1) 1. “Iman” adalah kepercayaan yang mutlak kepada Firman Tuhan. Visi adalah Gambaran yang jelas tentang apa yang Allah mau sekumpulan orang untuk menjadi atau melakukan” (J. Oswald Sanders) 2. Visi, Iman dan Program aksi sangat berkaitan erat

Gembala dan Misinya  Apkah Misi seorang gembala?  Klau seorang gembala dipangil dan

dipercayakan untuk mengembalakan umat kawanan domba milik gembala agung,maka ia harus memahami misi yang dipercayakan kepadanNya. dalam efesus 4:11-12 dijelaskan  1.gembala gembala di berikan kepada gereja ay 11

 2.Tugas nya memperlengkapi orang

orang kudus/warga gereja (ay 12)  3.Tujuannya:spy setiap warga gereja siap untuk melakukan pekerjaan pelayanan  4.Hasilnya :spy tubuh kristus terbangun.

 Orang percaya harus dimuridkan

(Mat 28:16-20) agar mampu memuridkan orang lain. Inilah metode strategi pelipat gandaan yang efektif untuk penjangkauan dunia. Mengembalakan artinya memberi makan agar domba menjadi sehat dan dewasa.

E. GEMBALA DAN STUDINYA 1. Pendahuluan. Karena misi seorang gembala

walaupun indah namun tak ringan, maka tak pelak lagi ia harus menjadi seorang murid yang sejati yang terus belajar sampai akhir hayatnya. a. Ilustrasi : sebuah mobil lengkap dalam peralatannya, namun tidak dapat jalan jika kehabisan bahan bakar. Kebenaran umum : “saudara tidak mungkin selalu memberi, kalau tidak menerima “

b. Kenyataan : para dokter dan pengacara selalu terus menerus menggunakan banyak waktu untuk mengikuti perkembangan- perkembangan baru dibidang masing-masing, dengan jalan membaca buku-buku, mempelajari teknik-teknik baru dan meneliti hal-hal yang baru.

c. Demikianlah seorang gembala harus berusaha secara terus menerus meningkatkan diri melalui studi agar menjadi seorang pemimpin rohani yang berkualitas (iman, ilmu, terampil, ikhlas, handal, dan setia)

2. Pentingnya seorang gembala selalu

menjadi murid yang abadi, mengapa? Karena hal-hal yang dikatakan oleh Yesaya (50:4-6) dibutuhkan oleh seorang gembala. a. Ayat 4. hanya lidah seorang murid yang dapat memberi semangat baru kepada orang yang letih lesu. b. Ayat 4. hanya telinga seorang murid yang peka untuk mendengar.

c. Ayat 5. hanya sikap jiwa seorang murid yang rela mendengar apa saja yang Tuhan ajarkan. d. Ayat 6. hanya sikap jiwa seperti inilah yang kemungkinan seorang gembala /pemimpin meneladani Kristus yang rela menderita bagi domba-dombanya (bdg Yoh. 10:11)

3. Hal-hal yang perlu diusahakan , hubungan dengan studi pribadi.

a. Kalau Tuhan membuka jalan untuk studi secara formal, kesempatan tersebut harus diterima dengan ucapan syukur. b. Sebuah ruang belajar secara khusus dengan perabot-perabot yang diperlukan.

c. Buku-buku : Alkitab, buku-buku teologi, tafsiran-tafsiran, kamus/dictionary, buku-buku pertumbuhan gereja, dan lainnya.Buku-buku, majalah, surat kabar umum juga diperlukan untuk mengetahui peristiwa-peristiwa yang sedang terjadi karena Allah mengasihi dunia, dan kita telah diutus kedalamnya. d. Waktu. Kesibukan karena berbagai hal dapat menjadi godaan bagi seorang gembala jemaat untuk tidak menggunakan waktunya secara seksama. Perlu hikmat untuk mengatur waktu-waktu bagi studi, membaca, saat teduh, menyiapkan khotbah, tugas-tugas lainnya.

(1) waktu adalah pemberian Tuhan karena itu sangat berharga, sementara hari-hari kehidupan sangat singkat, karena itu perlu akal budi untuk mengelolanya agar memuliakan Allah dan tidak sia-sia (Maz. 90:12 ; Ef. 5:15 dst) (2) contoh “Pengelolaan Pribadi dan Rohani” (MKA) oleh OC International Yogyakarta sangat baik untuk dipedomani.

F. GEMBALA DAN DOANYA  Seorang pernah berkata : “Berdoa adalah berpegang pada

kuasa sorga, berpuasa adalah melepaskan genggaman keduaniawian”  Pentingnya doa bagi seorang gembala : 1. Ajaran Tuhan Yesus (Yoh. 15 :1-10) 2. Teladan Tuhan Yesus Ia sering menyendiri untuk bersekutu dengan Allah BapaNya (Mk. 1 :35 ; 6:46 ; Luk. 5:16 ; 6:12 ; Yoh.17). Bahkan Ia mendorong murid-muridNya agar berdoa dengan tidak bosan-bosan (Luk. 11 : 1-13 ; 18:1-8) juga agar mereka berdoa dan berpuasa ( Mat. 17:21) khususnya dalam menghadapi kuasa kegelapan.

3. Contoh dari para Rasul (Kis. 6:4) 4. Teladan dari rasul Paulus.

Ia selalu bertekun dalam mendoakan umat, dan mengajar mereka agar senantiasa berdoa (1 Tes. 5 :17 ; Ef. 6: 18-20 ; 1 Tim. 2 :1-3) 5. Contoh dari para pemimpin jemaat Anthiokia (Kis. 13:1-3). kesimpulan : Alkitab penuh dengan ajaran dan dorongan untuk berdoa. Pahlawan - pahlawan iman PL, Tuhan Yesus, para rasul, pemimpinpemimpin Gereja Mula-mula berhasil karena doa mereka berepa lebih kita pada saat ini. Kesibukan, hal-hal lainnya tidak boleh menjadi sebab para gembala mengabaikan saat teduh mereka bersama Tuhan.

“When we work, we work. When we pray, God works.” — James Hudson Taylor

6. Charles Hodge menyarankan isi doa sebagai berikut

a. Pemujaan - mengekspresikan jiwa terhadap kebesaran, keagungan, dan kemuliaan Allah b. Pengucapan Syukur – mengekspresikan jiwa terhadap kebaikan Allah c. Pengakuan – mengekspresikan jiwa tentang dosa dan kesalahan kita d. Permohonan – mengekspresikan jiwa tentang keperluan kita (dan umat).

G. GEMBALA DAN KELUARGANYA 1. Pendahuluan. Barangkali yang paling

bernilai bagi seorang gembala dari segala hal yang lain adalah jika ia memiliki seorang istri yang baik dan berbudi. “Adalah malang bagi seseorang gembala yang memulai pelayanannya tanpa istri, tetapi lebih malang lagi bagi gembala yang memulai pelayanannya dengan istri yang tidak sesuai”.

a. Kejadian 2:18, dalam rencana orisinil Allah , istri dimaksudkan menjadi “penolong yang sepadan dengan suaminya”. Fakta bahwa wanita diambil dari laki (bukan dari debu) memberi indikasi “sedaging” atau kesatuan (oneness). Dengan kata lain, tanpa istri seorang pria tidak lengkap.

b. Kejadian 2:22, “dan dari rusuk yang diambil Tuhan Allah dari manusia itu, dibangunNya lah kepada manusia itu, dibangunNyalah seorang perempuan lalu dibawaNyalah kepada manusia itu”. Kebenaran ini menegaskan bahawa istri adalah pemberian (anugerah) Allah kepada suami, karena itu harus dihargai dan dikasihi. c. Karena fakta diatas, maka pemilihan istri haruslah jangan terburu-buru, dengan banyak doa agar Tuhan memberi yang terbaik dan sepadan (“tulang rusuk yang pas”)

2. Gembala harus menjadi kepala keluarga yang baik

dan bertanggung jawab. a. Ia harus menghormati perkawinan, dengan jalan menjaga kesuciannya dan keutuhannya ( Ibr. 13:4, karena perkawinan adalah Lembaga Ilahi pertama, diciptakan dalam dunia pra dosa (Kej. 2). b. Ia harus mengasihi istrinya seperti Kristus telah mengasihi jemaat dengan jalan menyerahkan diriNya baginya (Ef. 5:25-31 ; Kol. 3 :19 ; 1 Pet. 3:7). Sikap tsb harus ditumbuh-kembangkan karena suami adalah gambaran (potret) Kristus terhadap jemaat Allah.

c. Ia harus mendidik anak-anaknya dalam ajaran dan nasihat Tuhan (1) pendidikan Kristen dalam keluarga gembala penting, karena bagian dari ibadahnya kepada Tuhan (Ul. 6:4-7) (a) mendidik anak-anak dalam Tuhan membuktikan kasih dan kesetiaan kepada Tuhan sebagai Tuhan satu-satunya (Esa) ay. 3,4 (b) pendidikan harus dilakukan dengan terusmenerus setiap hari (ay.7). Pendeknya Allah harus menjadi pokok percakapan setiap hari dalam aspek hidup.

(2) Pendidikan Kristen dalam keluarga gembala penting karena itu bagian yang integral dari pelayanannya ( 1 Tim. 3: 2, 4-5). Dengan kata lain rumah tangga gembala yang dalam satu, tidak berhasil dipimpin, bagaimana mungkin memimpin keluarga Allah (jemaat) yang terdiri dari banyak rumah tangga-rumah tangga.

(3) pendidikan Kristen dalam keluarga gembala penting, karena pendidikan membawa arah (Ams. 22:6). (a) Bentuk Gramatika – imperative suatu keharusan/tidak dapat ditawar. (b) arti kata “didiklah” (c) waktunya – “orang muda” 1 Samuel 4:21 – bayi yang baru lahir Kejadian 21:14 – Ismael yang berusia 15 tahun Kejadian 37 : 30 – Yusuf yang berusia 17 tahun Kejadian 34 : 5 – putri Yakub yang cukup umur untuk menikah.

jadi “orang muda” dari 0 tahun – cukup umur untuk menikah. Para ahli ilmu perkembangan anak : “0-6 tahun adalah waktu yang terbaik untuk melaksanakan pendidikan Kristen” “ Apa yang dimasukkan orangtua kedalam anak pada 6 tahun pertama hidupnya akan keluar lagi dari otaknya selama 70 tahun berikutnya (Paul D. Meier,Membesarkan Anak dan Perngembangan Watak secara Kristen, YAKIN, p.11)

(d) Jaminan tentang hasil (ay.6b) d. Gembala sebagai kepala keluarga harus berusaha menciptakan iklim keluarga yang sejuk dan harmonis. (1) Mengadakan ibadah keluarga (2) Mengadakan pertemuan keluarga (3) Mengadakan piknik/rekreasi keluarga (4) Memberi waktu kepada keluarga (5) Menjadi teladan dalam kata dan laku

3. Istri Gembala haruslah seorang Kristen yang baik,

dan pengabdian diri a. Seorang yang mengasihi Tuhan dan pekerjaanNya b. Memahami peranannya sebagai penolong terhadap suaminya dalam segala hal (Kej. 2:18) c. Bersikap hormat terhadap suami dalam gambaran tentang ketundukan seperti jemaat tunduk kepada Kristus (Ef. 5:22-23 ; Kol. 3:18 ; 1 Pet. 3:1-6) d. Menjadi teladan bagi ibu-ibu lainnya baik dalam gereja maupun dalam masyarakat (1 Tim. 3 : 11)

e. Menjadi ibu rumah tangga yang mengasihi keluarga dan bersama suaminya selalu berusaha mendidik anak-anaknya dalam ajaran Tuhan dan membangun keluarga yang berpusatkan Kristus. f. Menjadi seorang ibu yang selalu tekun berdoa g. Menjadi teladan dalam hal iman, kesabaran, bagi kehidupan anak-anaknya h. Turut berperan dalam pelayanan gereja sesuai dengan talentanya ( pelayanan SM, Remaja, Kaum Wanita, Konseling, dll)

II.

FUNGSI SEORANG GEMBALA

A. Gembala dan Pelayanan Firman 1. Sesuai dengan mandat yang dipercayakan maka pelayanan Firman haruslah menjadi prioritas bagi seorang gembala, baik melalui khotbah, pengajaran, pembimbingan, nasihat, dll a. Arti kata “mengembalakan” b. Contoh dari para rasul (Kis. 6:2,4, 20:20) c. Diperintahkan oleh Alkitab (2 Tim. 4:2)

Beberapa tugas

penggembalaan adalah sebagai berikut:

1. Pelayanan firman, yaitu menyampaikan firman Tuhan dan menguraikannya, biasa dalam kebaktian; Yoh 21 2. Pelayanan sakramen, termasuk memimpin upacara baptisan dan perjamuan khusus; 3. Mengajar, merupakan tugas penting lainnya untuk membina jemaat ke arah dewasa secara iman



4) Hamba Tuhan Sebagai Teladan



Teladan artinya sesuatu yang patut ditiru atau baik untuk di contoh, tentang perbuatan, kelakuan, sifat dan sebagainya. Pelajaran yang dapat dipetik, apabila berkomitmen menjadi pelayan Tuhan seperti gembala, pendeta atau majelis adalah sebagai berikut, yakni: Kehidupan mereka adalah cermin yang memantulkan prinsip-prinsip ajaran Tuhan yang ingin diikuti pengikut atau jemaatnya, siap menderita artinya menuntut ketekunan, kerendahan hati dan resiko, konsisten antara tindakan dan ajaran Firman Tuhan sebagai petunjuk kehidupan orang percaya.

 5) Hamba Tuhan Sebagai Konselor  Kata konselor dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

berarti, anggota (staf) perwakilan di luar negeri, kedudukannya di bawah duta besar dan bertindak sebagi pembantu utama (pemangku) kepala perwakilan; orang yang melayani konseling; penasihat; penyuluh. Dengan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa konselor ialah orang yang memilki tugas dan tanggung jawabdalam kegiatan yang menguatkan, menghibur, yang dimintakan nasehat dan merunding dengan seseorang atau usaha yang dilakukan untuk membantu orang lain agar ia dapat menolong dirinya sendiri oleh proses perolehan pengertian tentang konflik-konflik batiniahnya.

Jenis-Jenis Pelayanan Pastoral Menurut H. B. London dan Neil

B. Wiseman dalam buku mereka yang berjudul ”Menikmati panggilan di Ladang-Nya” mengatakan bahwa: ”

1. Visiting/Visitasi Panggilan dirumah-rumah anggota jemaat atau di tempat kerja mereka dalam suatu program sistematis untuk bertemu antara anggota yang satu dengan yang lainnya yang memilki kepentingan. Hal ini akan terjadi apabila pelayanan sebagai pemimpin sukarela membantu dalam komunitas, hal ini menjadikan dunia lebih baik bagi anakanak Allah. Menurut Peter Wongso dalam bukunya“Teologi Penggembalaan” mengatakan sebagai berikut.

“Perkunjungan (Visitation) a. Perkunjungan Rutin Melakukan perkunjungan rutin sesuai dengan banyaknyasedikitnya jemaat, yaitu setiap minggu atau dalam satu bulan sebanyak satu atau dua kali.

B. PERKUNJUNGAN ORANG SAKIT TAHU PENDERITA SAKIT APA, DI RUMAH SAKIT ATAU DI RUMAH, MENJENGUK DIA, BERDOA BAGINYA DAN MEMBER NASIHAT SEPERLUNYA; TETAPI HARUS HATI-HATI DALAM MEMPERKENALKAN OBAT ATAU DOKTER.

c. Perlawatan orang yang berkabung d. Perkunjungan khusus • Anggota baru • Orang yang lama tidak datang gereja • Kelahiran seorang bayi • Pasangan yang baru nikah • Yang memperoleh hal-hal istimewa • Perselisihan”

2. Teaching Pengajaran merupakan konfirmasi kelas, perencanaan dan atau pengajaran kelaskelas pengajar sekolah gereja, pengajar dalam kelas-kelas pendek atau blok sitem, dan lain-lain. Kita diajar untuk melayani sebagai pemimpin dalam jemaat – pribadi dimana setiap individu dapat meminta saran dan bimbingan dalam segala aspek kehidupan dan pekerjaan dari jemaat.

3. Counseling Konseling dengan pribadi-pribadi dan masalah rohani, dengan pasangan yang dilayani, dengan beberapa orang lain secara pribadi dan lain-lain. Richard R Klein dalam bukunya, ”Growing Smaller Churches” mengatakan bahwa: ” counseling is for the church office.”

4. Administration Melayani ”sebagai ”sekretaris eksekutif” dari jemaat, bekerja dengan komite-komite, membantu merencanakan program keuangan dalam gereja” , bekerja dengan komite atau sinode dalam merencanakan dan mengimplementasikan program, dan lain-lain.

5. Evangelism

Panggilan terhadap orang-orang diluar gereja dalam komunitas, menjadi saksi bagi Kabar Baik, panggilan bagi anggota baru, dan pelatihan untuk penginjil-penginjil. Menurut Ralph M. Riggs, dalam bukunya ”Gembala Sidang Yang Berhasil” mengatakan bahwa: ”semua orang Kristen diperintahkan oleh Tuhan melalui para rasulNya untuk pergi bersaksi, mengajar dan memberitakan Injil.”

6. A Leader among Leaders Melayani dengan kepemimpinan sebagai bagian dari para pemimpin dalam jemaat, dimana mereka memilki karunia yang unik dan tanggung jawab yang spesifik.

2. Pelayanan Firman melalui khotbah a. Khotbah pada hakekatnya haruslah pesan dari Allah. Karena itu pengkhotbah harus selalu menyediakan diri dan waktu untuk datang kepada Allah untuk menerima pesan itu melalui Alkitab. Pengkhotbah perlu menyadari beberapa hal dibawah ini :

(1) Pada hari Minggu jemaat menyisihkan segala kegiatankegiatan pentingnya supaya dapat hadir di gereja dan mendengarkan khotbah; karena itu mereka layak diperhatikan dengan sebaik-baiknya. (2) Gembala harus memiliki kerinduan agar melalui khotbahnya jemaat yang hadir makin dikuatkan, iman mereka terus bertumbuh, kehidupan rohani mereka bertambah dewasa, persoalan-persoalan mereka dapat terselasaikan, kondisi kerohanian secara keseluruhan makin bertambah, terjadi pertobatan jiwa-jiwa baru,

b. Khotbah hendaknya berpusatkan Alkitab (ekspositori) baiks secara berseri maupun secara topikal. c. Sebagai alat bantu untuk menolong gembala agar khotbahnya kena pada sasaran artinya relevan dengan situasi dan kebutuhan umat, maka suatu bentuk riset penggembalaan dapat dibuat (contoh terlampir)

3. Pelayanan Firman melalui program pengajaran yang berencana a. Pentingnya program ini (1) Pengajaran Firman kepada orang-orang percaya adalah termasuk tugas pokok dari gembala jemaat (Ef. 4:11-16)

(2) pengajaran adalah bagian yang sangat integral dalam proses pemuridan (Mat. 28:19) (3) pengajaran yang benar akan membuat orang percaya bertumbuh (1 Pet. 2:2), supaya mencapai kedewasaan rohani, tahap mana mereka siap untuk menghasilkan buah (Yoh.15:16)

(4) pengajaran Firman Tuhan akan membuat orang percaya terlengkapi bagi pekerjaan Allah (Ef. 4 : 12-16; 2 Tim. 3:15-17) (5) Pengajaran Firman membawa perubahan sikap dan membentuk pola hidup Kristiani (Kis. 11:26)

b. Bahan-bahan pengajaran (1) Buku Kepercayaan dan Kehidupan Krsiten hasil karya P3S STII, suatu bahan yang sarat konprehensif, yang tentu sangat berguna bagi pembinaan warga gereja. (2) Bahan “Memperlengkapi Kaum Awam” (MKA), yang diterbitkan oleh OC International, Yogyakarta tentu sangat bermanfaat untuk pemuridan. (3) Dan lainnya.

c. Waktu dan Cara pelaksanaan (1) Dalam Kisah Para Rasul 2:41-47 kelihatannya petobat-petobat yang berjumlah 3000 orang itu dikumpulkan dirumah-rumah untuk menerima pengajaran dari para rasul. Rupanya mereka dibagi dalam kelompok-kelompok yang lebih kecil di rumah-rumah warga.

(2) Pemula jemaat dapat memulai sendiri dalam satu kelompok waktu ia merintis jemaat (3) sesudah beberapa pemimpin dilatih, maka pemimpin-pemimpin tersebut dapat memimpin kelompok-kelompok sendiri

(4) jumlah setiap kelompok berkisar antara 3-10 orang, kalau berkembang maksimum 30 orang (5) agar kelompok-kelompok tersebut dapat bertumbuh secara sehat, maka petunjuk Dr. Win Arm melalui bukunya, Rasio Pertumbuhan Gereja, dapat dijadikan contoh.

4. Pelayanan Firman melalui nasihat a. Pendahuluan (1) Kata “nasihat” diambil dari kata paraklesis (noun- Yunani), parakaleo (verb) terdiri dari para dan kaleo yang artinya to call to a person. (2) Digunakan pada PB yang artinya “menasihati” – to exhort, RV (Fil.4:2 ; 1 Tes 4:10 ; Ibr. 13:19, 22), “meminta/memohon” – to beseech, AV (1 Tim. 5:1), “menghibur” – to intreat/ to comfort (1 Tes. 5:11 ; 2 Kor. 8:6) dsb. (W.E. Vine, Vine’s Exspository Dictionary of New Testament Words, p.400)

B. Pentingnya pelayanan ini (1) Allah sendiri disebut “Penasihat Ajaib” (Yes.9:5; Maz. 16:7; 32:8; 73:24) (2) Kristus adalah sumber nasihat (Fil. 2:1) (3) Ajaran dan praktek PB Luk. 3:18; Kis. 20:2; 2 Kor. 13:11; Ef. 6:4; 1 Tes. 2:3; 1 Tim. 1:5; Ibr. 12:5; Kis. 11:23; 13:43; 14:22; 22:31; Kol. 1:28; Ibr. 10:25 dst. (4) Menasihati adalah salah satu karunia Roh (Roma. 12:8; 14:3)

c. Manfaat dari pelayanan ini. (1) Agar umat Allah mengenal dan berjalan pada jalan kehidupan (Maz. 32:8; 73:24; 1:1) (2) Membuat orang bertambah bijak (Ams. 9:9; 12:15; 13:10; 19:20) (3) Nasihat yang lahir dari Firman Tuhan akan menguatkan hati orang-orang percaya (Kis. 20:2) menjadikan mereka tetap setia (11:23) tetap hidup dalam kasih (13:43), dan supaya bertekun dalam iman (14:22) (4) Nasihat yang didasarkan atas Firman Tuhan akan menolong umat menjauhkan diri dari keinginan daging/hal-hal duniawi (1 Pet. 2:11; 5:12)

d. Caranya (1) pelayanan ini harus dilakukan dengan banyak kesabaran/penguasaan diri (2 Tim. 4:2) (2) pelayanan menasihati disertai dengan teguran - dengan sikap hormat dan kemurnian hati kepada orang yang lebih tua (bapa,ibu) dan pemuda/i (1 Tim. 5:1) terhadap orang yang dinasihati khususnya menyangkut ajaran yang sumbang. - dengan keras kepada pengajar-pengajar sumbang (Tit. 1:11-13; Gal. 3:1)

B. Gembala dan Bimbingan Pastoral

1. Pendahuluan Dapat dikatakan bahwa bimbingan pastoral seharusnya merupakan suatu pokok pelajaran sendiri karena menyangkut cukup banyak aspek didalamnya, yang tentu tidak dapat dibahas secara luas dalam pelajaran ini. Namun dalam bagian ini perlu diperlihatkan :



a. Bahwa bimbingan pastoral tidak dapat dipisahkan dari Pelayanan Pastoral bahkan merupakan suatu bidang pelayanan yang penting apalagi dalam dunia modern ini.  b. Para warga gereja yang adalah manusia-manusia biasa pasti tak jarang mengalami krisis-krisis kehidupan seperti : krisis RT/perkawinan, ekonomi, kesakitan dan kematian, pengaruh ajaran-ajaran sumbang dan okultisme, persoalan-persoalan yang berhubungan dengan etika kehidupan, kenakalan remaja, kebiasaan-kebiasaan pribadi, dll yang menyebabkan Bimbingan Pastoral begitu penting, dan harus diberi perhatian.

2. berkaitan dengan pokok bahasan ini, mahasiswa akan diberi tugas kerja dengan judul “Proyek Korintus”. Pelaksanaan nya adalah sebagai berikut : a. Meneliti kasus-kasus yang terjadi dalam jemaat Korintus (sekurang-kurangnya 7 kasus) b. Meneliti cara-cara yang digunakan Paulus untuk mengatasi kasus-kasus tersebut c. Relevansi nya serat cara penanganannya dalam situasi gereja masa kini d. Kertas kerja tersebut akan dipresentasikan daln didiskusikan dalam pertemuan kelas. pengaturan secara rinci akan dumumkan dikelas.

C. Gembala dan Kepemimpinan Gereja

1. Pendahuluan a. Untuk melaksanakan pelayanan pastoral kepada umat secara baik dan bertanggungjawab penting adanya pemimpin-pemimpin gereja yang diangkat untuk tugas tersebut sesuai dengan karunia pengembalaan yang dikaruniakan Tuhan kepada mereka.

b. Sejak awal pelayanannya dalam menumbuhkan gereja-gereja, Paulus dan timnya sangat menaruh perhatian akan kepemimpinan terhadap penggembalaan jemaat lokal, sehingga penatua-penatua ditetapkan dalam setiap jemaat untuk tugas tersebut (Kis.14:23) c. Bahkan rasul Paulus juga memberikan instruksi kepada Timotius dan Titus untuk melaksakan hal yang sama untuk gereja-gereja di Efesus dan Kreta (Ef.3; Tit. 1)

2. Sebutan PB terhadap Pemimpin Gereja (lokal) a. PB menggunakan dua nama untuk para pemimpin gereja presbyteros yang berarti “penatua” dan episkopos yang berarti “penilik atau bishop”. b. Dua nama diatas dipakai silih berganti bagi orang yang sama. “penatua” menunjuk kepada jabatannya (posisinya), sedangkan ‘penilik” menunjuk kepada fungsinya. Dari catatan PB dibawah ini dapat dilihat penggunaan kedua nama tersebut bagi orang yang sama.

(1) Paulus mengutus Titus untuk mengangkat penatua-penatua (presbyterous) disetiap kota di pulau Kreta, dan kemudian menyebut mereka dengan nama episkopous (bishop-bishop/penilik-penilik) Titus 1:5-7.

(2) pada waktu Paulus memanggil para penatua dari gereja di Efesus untuk bertemu dengan dia di Miletus, ia memanggil mereka dengan dua nama, presbyterous (Kis. 20:17) dan episkopous (ay.28)

(3) pada waktu Paulus mendaftarkan syaratsyarat untuk bioshop/penilik, dia tidak menyebut penatua, tapi dari konteknya terlihat bahwa penilik/bioshop dan penatua adalah orang yang sama (1 Tim. 3:17) (4) dalam Filipi 1:1, Paulus menyebut para pemimpin gereja di Filipi dengan nama Penilik (bioshop) dan diaken (episkopois dan diakonois)

3. Apakah para penatua dipilih atau ditetapkan? a. Pola Rasul Paulus (1) Kisah Para Rasul 14:23, kata yang berhubungan adalah “menetapkan” yang diterjemahkan dari kata kheirotonesantes (participle) yang asal katanya kheirotoneo. Rupanya terjemahan LAI cocok dengan arti kata ini. KJV menggunakan kata ordain, sedangkan NIV menggunakan kata appoint. Ayat itu selanjutnya menjelaskan bahwa rasul-rasul (Barnabas dan Paulus), yang menetapkan.

(2) Dalam Titus 1:5, Paulus menugaskan Titus di Kreta untuk “menetapkan” penatua-penatua disetiap kota. Kata tersebut diterjemahkan dari katasteses asal dari kata kathistemi. Authorized Version (AV) menerjemahkan kata itu dengan appoint yang artinya “menetapkan”

b. Pola yang dipakai rasul-rasul lainnya lihat Kis 6.

(1) latar belakang (ay.1) (2) Rasul-rasul mengumpulkan semua murid dan menyuruh mereka untuk “memilih” para diaken yang sedang dibutuhkan (ay.2-3) (3) “Murid” berarti sudah belajar Firman Tuhan, dan bukan baru percaya/belum terlatih.

(4) Kata “pilihlah” (ay.3) diterjemahkan dari kata episkepsasthe dari asal kata episkeptomai berarti “pilihlah dengan hati-hati” (to select. Inggris) (5) Rasul-rasul menetapkan syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh mereka yang akan dipilih, yaitu: “terkenal baik, penuh Roh dan hikmat” (ay.3) (6) Jemaat “menerima baik” usul rasul-rasul dan

memilih (ay.5). Kata “memilih” dalam ayat ini diterjemahkan dari ekseleksanto dari kata dasar eklego artinya “memilih dengan memberi suara/voting (to elect)”. Kata yang sama dipakai dalam Luk. 10:42 ; Kis. 13:17 ; 1 Kor. 1:27-28

c. Kesimpulan berdasarkan data-data diatas maka dapat dibuat kesimpulan dibawah ini : (1) pembina rohani/ pemula jemaat seperti Paulus, Barabas dan Timotius dapat menetapkan mereka yang dilihat cukup dewasa secara rohani, memenuhi syarat-syarat Alkitabiah, dan mempunyai potensi memimpin, dan berusaha dalam doa untuk menyadarkan jemaat untuk menerima kebijaksanaan tsb. (2) Bagi jemaat yang telah dewasa, dan sudah terdidik dalam ajaran Tuhan dapat dilibatkan untuk memilih (Kis.6), namun harus memenuhi syarat-syarat kepemimpinan sebagai kriteria dalam 1 Tim. 3:1-7; Titus 1:5-9. dan bukan kriteria-kriteria buatan manusia.

(3) Yang penting bukan soal demokrasi yang menentukan, tapi perlu disadari bahwa pimpinan rohani adalah karunia (diberi oleh Allah), demi kepentingan umat kepunyaan Tuhan. (4) Dalam hal ini perlu hikmat sorgawi bagi seorang pemula jemaat, agar oleh arahan, dan bimbingannya yang didasarkan atas kasih, kesabaran, serta motivasi yang tulus, dapat

menjamin keutuhan dan kesatuan umat yang dipimpinnya, sehingga hasil akhir adalah tetap untuk kemuliaan KEPALA Gereja, Tuhan Yesus Kristus. Sehingga terjadi ... “Firman Allah makin tersebar, dan jumlah murid... Makin bertambah banyak...” (Kis.6:7)

4. Dapatkah wanita menjadi anggota Dewan Penatua? a. PB menggunakan sebutan untuk penatua atau penilik dalam jenis maskulin atau laki-laki (1) Presbyteros (tunggal), presbyterous (jamak) atau episkopus (tunggal), episkopous (jamak) (2) lebih menguatkan lagi jika diperhatikan dari unsur artikel didepan kata-kata tersebut : (a) tous presbyterous (jamak) – Kis. 20:17 (b) ton episkopun – 1Tim. 3:2; Titus 1:7 (c) tous poimenas – Efesus 4:11

(3) istilah presbyteros dipakai juga untuk Dewan Tuatua (elders) bangsa Yahudi atau yang biasa disebut majelis Sanhedrin (Mat.16:21; Luk. 22:66; Kis. 22:5) (4) sebaliknya adalah istilah-istilah tersendiri yang digunakan bagi wanita-wanita tua, seperti : presbytera dan presbytis atau presbytidos, as yang berarti “wanita yang lebih tua atau ibu yang secara umur lebih tua” seperti yang dipakai dalam Titus 2:3. (William F. Arndt dan F. Wilbur Gingrich Greek-English Lexicon of the New Testament and Other Early Christian Literature, Chicago : The University of Chicago Press, 1957, pp. 706,707

b. Kesimpulan sesuai dengan fakta yang ada dapat dikatakan bahwa orang yang dipilih untuk menjadi anggota dewan Penatua atau Penilik adalah pria, yang sudah dewasa secara rohani dan memenuhi syarat-syarat seperti ditulis dalam 1 Tim. 3:1-7 dan Titus 1:5-9

 5. Penjabaran Tugas diantara Para Penatua  Dalam terang PB, terlihat bahwa

kepemimpinan gereja lokal dijalankan oleh penatua-penatua (jamak). Karena itu sudah seharusnya dibuat penjabaran tugas diantara para penatua agar tugas penggembalaan terhadap jemaat yang menjadi tanggung jawab mereka dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya demi kemajuan gereja. Sebaiknya dibuat penjabaran tugas sebagai berikut :

a. Gembala Sidang berfungsi sebagai Ketua dari Dewan Penatua. Tugasnya secara khusus adalah : Berkhotbah, mengajar. Dan lainnya (1 Tim. 5:17) b. Seorang penatua lain dipercayakan untuk berfungsi dibidang ibadah dan musik Gereja ( tentu harus sesuai dengan karunianya). Tugasnya adalah selalu memikirkan rencana-rencana pelaksanaan peribadatan agar sehat dan menyegarkan. c. Penatua lain dipercayakan membidangi administrasi. Tugasnya adalah untuk menata administrasi gereja dengan baik, sehingga adanya administrasi gereja yang rapi, data-data statistik yang tepat yang dapat digunakan dalam perencanaan bagi pertumbuhan gereja, misalnya atau untuk usaha-usaha yang berkaitan dengan riset dll.

d. Penatua lainnya diberi tugas untuk mengkoordiner perkunjungan-perkunjungan yang dapat membawa penghiburan, dorongan dan semangat berbakti bagi jemaat. Tugasnya : (1)membentuk dan mengkoordiner tim-tim untuk siap mengunjungi dan melayani umat dalam keperluannya. (2) dapat membuat peta pembagian unit-unit wilayah penggembalaan agar memudahkan penjangkauan, tapi juga dalam membuat pernilaian tentang perkembangan.



Dengan penjabaran tugas ini dimaksudkan agar tiap-tiap karunia rohani yang dipercayakan Tuhan dapat termanfaatkan dengan baik, dan juga supaya segala daya dan dana dapat digunakan dengan tepat untuk kemajuan gereja Tuhan. Namaun perlu ditegaskan lagi bahwa penjabaran tugas ini tidak boleh merubah sifat kepemimpinan bersama dalam gereja. Kepemimpinan bersama ini penting agar dapat menjamin ciri khas sebuah gereja lokal sebagai berikut : “kesatuan dalam Kristus” (oneness in Christ), “kebersamaan dalam pelayanan bagi Kristus” (togetherness in the service of Christ), dan “ketergntungan satu sama lain dalam Kristus” (interdependent in Christ)

Prioritas-prioritas seorang Gembala

Setiap gembala sangat perlu untuk menyadari serta memelihara hal-hal yang menjadi prioritas dalam pelayanannya

A. Urutan Prioritas Dalam Rangka Spiritual Formation Para Gembala

1. Allah

Prioritas yang pertama dalam kehidupan seorang gembala adalah hubungannya dengan Allah. Seperti Petrus dan rasul-rasul katakan : Kita harus lebih taat kepada Allah dari pada kepada manusia” (Kis. 5:29; Band. Yeremia 9:23-24; 1 Taw 28:8-9; Yoh 15:48; Filipi 3:7-10, 13-14).

Hubungan dengan Allah sebagai Prioritas pertama menjadikan setiap gembala mengalami penguatan secara rohani.. Penguatan kehidupan rohani itu dengan hal-hal sebagai berikut : a. Doa mempersiapkan Gembala mendalami dan memahami Firman Tuhan dan Pelayanan mimbar. Pergunakanlah waktu bersama Tuhan melalui doa (Kolose 1:9-12; 4:2-4; Yak 5:16). b. Berusaha mengejar kekudusan dan menjaga integritas. Kekudusan diri gembala menghasilkan kredibilitas dalam pelayanan untuk umum (Band. Purity produces credibility in public ministry) (2 Tim 2:19-22; Ef 5:3; 2 Kor 1:12-14; 7:1; Roma 8:12-12)

c. Senantiasa dipenuhi dan dipimpin oleh Roh Kudus (Kis 11:24; Ef 5:18-20; Rm 8:3-9). d. Kerinduan akan firman Allah yang akan memimpin kita kepada keselamatan dan pertumbuhan rohani (Mzm 119:97-104; Kol 3:16-17; 2 Tim 3:15-17) e. Terus hidup oleh iman kepada Allah sehingga kekuatan iman bertumbuh melalui latihan (2 Kor 5; Kol 2:5; Ibrani 11:6)

f. Mencari wajah Allah untuk lebih mengenal Dia. Ketika kita mencari wajah Allah dan perbuatan tanganNya, kita akan mengenal Dia sebagaimana ada-Nya (2 Taw 7:14; Yoh 17:3; Luk 10:39) g. Berpaut pada hal-hal yang kekal dan perspektif yang bersifat kekal. Sistem nilai Allah dan ukuran Allah akan keberhasilan sangatlah berbeda dengan sistem dan ukuran dunia (Kol 3:1-3; 2 Kor 4:16-18; Mat 6:33; Luk 16:14-15)

h. Menyerahkan hidup dan pelayanan dengan tetap menguduskan Kristus sebagai Tuhan dan tetap bertanggung jawab kepada Tuhan (1 Petrus 3:15; Gal 2:20; Rm 12:1) i. Terus hidup berdisiplin melalui latihan, dalam hal kesehatan dan makanan (1 Kor 6:19-20; 9:24-27; 1 Tim 4:8; Yoh 2:3; 2 Petrus 1:5)

j. Seorang gembala membutuhkan orang lain yang berbicara tentang hal-hal yang benar kepadanya dalam kasih, menegor dan mengoreksinya agar jalannya selalu bersama Tuhan. Tunduklah kepada hubungan akuntabilitas terbuka terhadap satu atau lebih orang yang hidupnya saleh ( Kol 3:16; Ibrani 10:24; Gal 6:1-5) k. Perlu kematangan/ kedewasaan diri (lihat pasal 9:2)

l. Perlu kedewasaan rohani dan psikologi (lihat pasal 9:3).

2. Keluarga Sesudah hubungan dengan Allah maka prioritas kedua seorang gembala Adalah keluarganya. Dalam hubungan keluarga maka isteri gembala (atau suami gembala bila ia perempuan) patut mendapat perhatian (Ef 5:25-33; 1 Petrus 3:7; Kej 2:20-24; Mal 2.13-16; 1 Tim 3:4-; Ibr 13:4).

Seorang Gembala harus memelihara komitmennya kepada istri (atau kepada suami bila ia perempuan) menjadi teman disampingnya dan selalu berusaha untuk mendorong pertumbuhan rohaninya dan membangun hubungan yang sehat. Saling mengasihi dan saling menghormati, suami dan istri mengasihi, melindungi, mengajar dan mendisiplinkan anakanaknya. Memelihara hubungan-hubungan dekat dalam kehidupan rumah tangga, menikmati persekutuan dan rekreasi atau reatreat bersama (Ef 6:1-4; Kol 3:20-21; Ibr 12:5-11; 1 Tim 5:8). Gembala yang tidak mampu memimpin rumah tangganya sendiri, bagaimana mungkin memimpin orang lain secara benar

3. Pelayanan Gereja Prioritas ketiga dari setiap gembala yang penuh waktu di gereja ialah menggembalakan kawanan domba Allah yang dipercayakan kepadanya. Sebagai seorang gembala di jemaat lokal pelayanannya.

Sebagai seorang gembala di jemaat lokal pelayanannya haruslah ia memusatkan perhatian dan pelayanannya; memimpin memberitakan Firman Tuhan dalam arti luas agar firman Tuhan jelas/ dimengerti/ dipahami, memberi contoh dan teladan, memberi dorongan, tuntunan/ dorongan, membimbing, memperlengkapi dan melakukan tugas sakramen dan pelayanan pemberkatan nikah, konfirmasi sidi, penguburan dan lain-lain (Band Kol 1:28-29; 1 Tes 4:-8; ;2 Tes 6:12) dan juga hal-hal yang bersifat oikumene dan Tritugas panggilan gereja dan organisme di gereja.

Gembala sebagai pemimpin harus melibatkan orang lain dalam pekerjaan pelayanannya (Para guru, evangelis, penatua, diaken dan lain-lain). Sesuai dengan tata pelayanan tritugas gereja yang ada dalam gereja atau denominasi gerejanya. Dan dalampelayanan gembala yang sibuk setiap hari Minggu, sebaliknya gembala mengambil suatu hari untuk beristirahat.

4. Pekerjaan Sekuler (Bagi Gembala yang tidak penuh waktu di gereja) Jika gereja tidak secara penuh membiayai gembala atau pendetanya, tentu hal ini perlu memperhatikan tata gereja dari denominasi bersangkutan. Dalam gereja mula-mula tidak ada disebut ketegasan tentang hal itu karena pada waktu itu belum ada organisasi secara lengkap seperti sekarang ini (Kis 18:1-5; 1 Tes 2:9; 2 Tes 3:715; Titus 3:14 dan juga 1 Tim 5:17-18; 1 Kor 9:13-14)

Yang penting diperhatikan agar pekerjaa sekuler itu tidak boleh mencampuri atau menyebabkan gangguan terhadap pelayanan kegembalaanya di gereja. Bagi gembal yang waktunya sudah penuh di luar gereja sebaiknya dia cuti di luar tanggungan gereja, seturut dengan tata gereja denominasi bersangkutan.

5. Orang Lain atau Aktivitas-Aktivitas Lainnya / Sosial Budaya Orang lain dan aktivitas-aktivitas lainnya adalah bagian terakhir prioritas seorang gembala yang menyangkut hal-hal yang bersifat sosial dan kemasyarakatan. Perlu di jaga agar aktivitas-aktivitas lain ini tidak mencari perhatian gembala dari pelayannnya di jemaat yang dipercayaka untuk di layani (2 Tim 2:4; 1 Kor 10:23; Kol 1:10; Ibrani 12:1-3; Mark 4:18-20; 2 Kor 5:8-10; 1 Kor 3:1-3; 2 Kor 12:11-20; 2 Petrus 1:5-8; Filipi 1:9-11).

Menurut penulis, gembala yang penuh waktu di Gereja harus fokus kepada prioritas pertama, kedua dan ketiga yaitu , Allah, keluarga, dan pelayanan gereja. Ketiga prioritas ini saling mempengaruhi dalam pelayanan gembala. Hal yang keempat dan yang kelima hanya sebagai pertimbangan bagi orang yang tidak penuh waktu di gereja tapi tidak bisa menganggu tugas-tugas pelayanan gereja yang no. 4 dan 5 itu adalah hal-hal sosial budaya dan lain-lain.

1. Allah Keluarga

2. Gereja Keluarga

3. Sosial Budaya Pelayanan Gereja 4. Sosial Budaya Dan lain-lain

B. Pekerjaan Rumah/ Pendalaman 1. Bagaimana pendapat Anda tentang urutan di atas ? 2. Bagaimana hal prioritas ini Anda lihat dan pahami dalam tata gereja Anda dan apakah anda setuju dengan prioritas itu ? 3. Anda sendiri, apakah yang menjadi prioritas anda ? Coba jelaskan dan mengapa demikian ?

Gembala dan Bahayabahaya yang harus diwaspadai

A. Kesaksian Alkitab Mengenai Hal-hal yang harus diwaspadai

Secara signifikan peringatan yang diberikan kepada para gembala sangat jelas perlu diwaspadai sebagai berikut :

1. Menjauhkan diri dari Cinta akan

Uang ketamakan dapat mendorong gembala jatuh kedalm dosa. Seorang gembala janganlah “Money Politic” (Kel 18:21). Gembala haruslah orang yang arif bijaksana (1 Tim 6:10-11; 1 Petrus 5:2).

Merdeka dalam Uang Allah menginginkan agar setiap orang yang percaya hidup dalam keuangan yang merdeka. Allah berkeinginan membebaskan kita dari akibat semua penderitaana karna uang dan penyalahgunaan akan uang.

Ada 3 Pertobatan menurut Marthin Luther : 1. Pertobatan hati 2. Pertobatan pikiran 3. Pertobatan dompet (Uang)

Prinsip dan pandangan kita tentang menilai uang, memanajemen uang dan mempersembahkan uang.

3 Prinsip Keuangan yang merdeka: 1. Setia Mengatur (Lukas 16:10-13) 2. Setia Menerima (Matius 6:11; 2 Tesalonika 3:10-12 3. Setia Memberi (Maleakhi 3:10; 2 Kor 9:6-8) Raja Salomo punya kesaksian dan pengajaran tentang uang dan harta. Dia merupakan orang yang terkenal paling kaya dan makmur pada zamannya

Pengkhotbah 5:9-11 - Siapa mencintai uang tidak akan puas dengan uang dan siapa mencintai kekayaan tidak akan puas dengan penghasilannya (Ayat 9) - Dengan bertambahnya harta, bertambah pula orang-orang menghabiskannya (Ayat 10) - Makin banyak uang makin kaya makin tidak enak tidur (Ayat 11). Berarti tidak ada korelasi, hubungan antara banyak uang dan ketenangan hidup).

Ingatlah Firman Tuhan ini : *. Matius 6:24 6:24 Tak seorang pun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon."

*. 1 Timotius 6:10 6:10 Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka.

Jhon Wesley berkata tentang uang : ‘ 1. Carilah uang sebanyakbanyaknya 2. Simpanlah uang sebanyakbanyaknya 3. Berikan pada Tuhan sebanyakbanyaknya

2. Menjauhkan diri dari immoralitas dan keinginan-keinginan jahat. Gembala yang dianggap dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan emoisional dan spiritual dari wanita (atau juga sebaliknya gembala wanita yang dianggap dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan emosional dan spiritual dari pria) haruslah berhati-hati dalam melakukan pendampingan pastoral agar tidak terperangkap dalam immoralitas dan keinginan-keinginan yang jahat dari orang yang didampingi maupun dari diri sendiri (2 Tim 2:22;1 Kor 6:18)

Ayat Hapalan ( I Tim 6: 10 – 11) 6:10 Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka. 6:11 Tetapi engkau hai manusia Allah, jauhilah semuanya itu, kejarlah keadilan, ibadah, kesetiaan, kasih, kesabaran dan kelembutan.

3. Menjauhkan diri dari perkara

yang sia-sia Gembala janganlah terperangkap dalam soal-soal yang dicari-cari yang sifatnya hanya menghabiskan waktu akan hal yang sia-sia (2 Tim 2:23; Titus 3:9)

4. Menjauhkan diri ajaran sesat yang suka akan pertengkaran. Pengajaran yang sesat harus diwaspadai dan dilawan (Tit 3:10; Rm 16:17). 5. Janganlah mengabaikan karunia rohani dalam arti luas Gembala harus memahami karunia yang diberikan Tuhan bagi dirinya dan jangan abaikan hal tersebut (1 Tim 4:13; 1 Tim 1:34,6)

6. Jangan mengabaikan kehidupan rohani dan ajaran Gembala harus mengawasi dirinya mengenai kehidupan rohaninya dan ajaran yang dia ajarkan (1 Tim 4:7, 16; Kis 20:8) 7. Jangan tinggi hati Seorang gembala harus selalu mengingat dan memahami bahwa ia dibawah gembala yang baik tetap sebagai hamba Kristus, dan sebagai hamba yang tidak bisa memuji diri, menonjolkan diri, tetapi haruslah rendah hati (1 Petrus 5:3-4). Gembala bukan tuan bagi jemaat tapi hamba yang melayani

8. Jangan mempromosikan diri sendiri tetapi Kristus Gembala yang menonjolkan diri tidak wajar sebagai pelayan Kristus (2 Kor 4:3-6) 9.Jangan mengandalkan diri dan usaha sendiri. Keberhasilan gembala adalah hasil kuasa Allah yang memakai kita manusia sebagai alatNya. Roh Kudus harus memimpin gembala dan memberkati upaya-upaya pelayanannya (1 Kor 2:1-5; 4:7;2 Kor 3:4-5; Zak 4:6; Yer 17: 5-8)

10. Jangan menjadi Sombong kesombongan mendahului kejatuhan dan hal ini harus dihindari dalam pelayanan seorang Gembala ( 1 Kor 10:1113; 2 Kor 12:7). 11. Janganlah Kehilangan Integritas. Karakter dan tingkah laku yang kurang saleh ( kurang budaya rohani) dan ketidakjujuran, tidak sesuai kata dan perbuatan akan menghancurkan kredibilitas si gembala (2 Kor 1:12-22)

12. Melayani kebutuhan umat, bukan hanya program oriented Manusia (Umat) lebih penting dari program (2 Kor 3:1-3; 8:12-13) 13. Janganlah sesat tentang pengajaran dalam khotbah, katekisasi, ajaran atau doanya (band. 2 Tim 2:16; 1 Tim 4:6

14. Jangan pergunakan jabatan dengan keliru 15. Jangan menimbulkan kekacauan atau perpecahan dalam gereja (band. Titus 1: 9-10; 2 Tim 2:23-25; Roma 16:17-19c)

Program-Program Pembinaan Warga Jemaat

• Contoh : Strategi Program Pembinaan Warga Jemaat .

• Pelayanan Mimbar • Peranan Penyambut Tamu dalam Pelayanan Jemaat. • Pelayanan Kunjungan. • Kelompok Doa • Pelayanan anak • Pemahaman Alkitab (P.A.)

Latihan Kepemimpinan Kristen. Persekutuan Kaum Pria. Program Pembinaan Pemuda/i Program Pembinaan Keluarga Pembinaan Kaum Dewasa. Seminar Penatalayanan Keuangan Pelayanan katagorial yg lain

UNSUR-UNSUR LITURGI

Pengantar Sampai hari ini, pada umumnya - Tata Ibadah (liturgi) - seringkali hanya dipahami sebagai · serentetan urutan upacara atau kebaktian (ibadah) baik di gereja ataupun dalam berbagai kegiatan kristiani lainnya. Itulah sebabnya banyak di antara kita, termasuk beberapa rohaniwan juga, begitu berbicara tentang liturgi, kita langsung berpikir tentang urutan upacara keagamaan, (para) petugas yang mengambil bagian dalamnya, berbagai macam peralatan yang harus ada, duduk atau berdirinya umat, dan sebagainya. ·

Kata "liturgi" berasal dari istilah Yunani leiturgia, yang berasal dari akar kata ergon yang berarti karya, dan leitos, yang adalah kata sifat dari kata benda laos, yang berarti bangsa. Dengan demikian secara harfiah, leiturgia berarti kerja atau juga pelayanan yang dibaktikan bagi kepentingan bangsa.

Dalam terjemahan Perjanjian Lama ke dalam bahasa Yunani yang lebih di kenal dengap nama Septuaginta, kata leiturgia digunakan untuk menunjuk pelayanan ibadah para imam atau kaum Lewi. Dalam Perjanjian Baru terjadi perkembangan yang sangat menarik. Dalam Lukas' I :23, kata leiturgia masih memiliki makna yang sama dengan penggu naan Septuaginta, yakni pelayanan imam Perjanjian Lama . Tetapi dalam surat Ibrani, seringkali kita jumpai penggunaan kata leiturgia diberi konteks yang sama sekali baru, yakni imamat Yesus Kristus (ibr.8:6; 9:21; 10:11). Yang lama tidak berlaku lagi, sebab Kristuslah satu satunya pelayan (leiturgos). Bandingkan dengan Ibr.8: 1 ,2.

Salah satu yang ditemukan kembali oleh para reformator adalah imamat am yang berkerajaan (cf. I Petrus 2:9). Karena kehendak Allah, kita yang percaya pada Yesus telah dikuduskan satu kali untuk selamalamanya oleh pengorbanan Yesus Kristus (Ibr. l 0:9, I 0).

Dalam setiap peribadahan, baik di gereja ataupun di rumah-rumah atau pun di tempat lain, jelas ada suatu pertemuan. Pertemuan tadi yang pertama dan utama bukanlah pertemuan antar orang-orang yang berdatangan, tetapi pertemuan antara Allah dan orang yang ingin beribadah ! Tetapi karena setiap orang yang sudah percaya tidak lagi hidup terpisah-pisah melainkan telah dihimpun, menjadi umat (bahkan keluarga Allah) maka dalam setiap peribadahan terjadi juga pertemuan antara warga jemaat.

TEMPAT DAN PERAN SIMBOL

Sebagai manusia kita sangat bergantung pada panca indera kita. Kita patut bersyukur bahwa Pencipta kita telah memberikan bukan hanya mata atau telinga, tetapi juga mulut, hidung, tangan dan kaki serta anggota tubuh lainnya.

Simbol itu penting. Hidup harian kita penuh dengan simbol-simbol. Contoh bunga yang menyimbol kan keindahan dan keharuman. Lampulampu dan lilin-lilin, di samping memberikan penerangan juga melambangkan kehidupan.

Alkitab banyak bicara tentang simbol-simbol atau lambang-lambang, bahkan juga angka-angka. Tuhan Yesus adalah Kepala Gereja sementara gereja adalah Tubuh Kristus. Warga jemaat dilambangkan sebagai berbagai anggota tubuh. Roh Kudus dilambangkan sebagai merpati atau minyak atau api, sedang Tuhan Yesus sebagai Anak Domba dan seterusnya.Kita semua tahu bahwa roti yang dipecah-pecahkan melambangkan tubuh Yesus yang dipecah-pecahkan, sedangkan air anggur melambangkan darah-Nya yang dikucurkan.Bagi orang yang kurang paham, berbagai simbol memang dapat menjadi pemik-pemik atau semacam aksesori yang tanpa makna. Tapi bila mengetahuinya maka simboI akan kaya makna .

TOGA Penggunaan pakaian liturgi bagi GKMI bukanlah hal yang baru. Sebagaimana selama ini para pendeta mengenakan toga atau jubah, hitam, khususnya pada saat melayani sakramen sakramen dan upacara upacara gerejawi. Apabila kita mencermati gereja-gereja kristen di Indonesia hal tersebut sangat beragam. Ada,gereja yang para pendetanya tidak memakai toga, mereka hanya memakai jas, ada yang memakai toga (jubah warna hitam) dengan maupun tanpa stola, tapi juga ada yang memakai jubah putih (seperti para Romo/Pastur di gereja Katolik).

Gereja Protestan indonesia bagian barat (GPIB) dan yang lainnya. Mereka melakukan perubahan warna jubah karena alasan arti warna dan penyesuaian geografis Indonesia yang tropis ini.

Toga yang sekarang ini dikenakan oleh para pedeta, tidak dapat dilepaskan dari latar belakang sejarah. pembaharuan (reformasi) · gereja - memisahkan diri dari gereja . Roma Katolik dan pada artikel ini ·bukan pada tempatnya menguraikan permasalahan seputar pemisahan waktu itu pada tahun 1517. dan berikutnya yang kemudian .Iahirlah gereja Protestan . Para reformator· seperti Martin Luther, Johannes Calvin, Zwingli melakukan pembaharuan-pembaharuan termasuk "pakaian jabatan" pimpinan gereja supaya tampak perbedaan antara "pejabat" Gereja Roma Katolik dengan "pejabat" gereja Protestan (Reformasi).

Pada tahun 1524 untuk pertama kalinya Martin Luther berkotbah di Wittenberg, Jerman mengenakan gaun doktornya. Dari gaun doktor itu timbullah apa yang kemudian disebut "talar Injili" (tunica talaris) . Talar atau toga ini makin lama makin banyak dipakai hingga diseluruh Jerman. Di Nederland gereja Protestan mengambil alih talar atau tabberd atau toga sebagai "pakaian jabatan" baru. Melalui para Zending dari Jenrtari, ' Nederland, Swiss dan Amerika maka toga masuk ke Indonesia sebagai pakaian jabatan bagi Pendeta.

Mengacu pada latar belakang sejarah lahirnya toga (jubah hitam) sebagai pakaian jabatan bagi Pendeta dalam kaitannya dengan liturgi maka patut untuk dilengkapi simbol yang lebih liturgis. Hal ini erat kaitannya bahwa pengenaan toga bukan untuk kegagahan melainkan bagaimana seorang pendeta saat memimpin kebaktian dapat menghadirkan suasana ibadah, kudus bagi jemaat, sehingga jemaat menyadari bahwa mereka ada di gereja dan bukan di gedung pertunjukkan .

Ada beberapa pemikiran di antaranya:

1. Pengenaan toga atau jubah hitam tidak dapat dipisahkan dari akar sejarah lahirnya pembaharuan gereja dan sekaligus itu merupakan identitas yang sudah mengakar lama (sejak Martin Luther mengenakan pertama kali pada tahun 1524). 2. Toga yang berlatar belakang pakaian akademis maka dapat disempumakan dengan pemberian makna simbolis dan liturgis yaitu dilengkapi stola.

Clergicall Collar (Kolar Klerus) Pengenaan kolar ( Clergicall Collar): krah melingkar warna putih memberikan ketegasan identitas sebagai rohaniwan dalam hal ini pendeta. Sedangkan pengenaan toga yang dilengkapi pita putih menjulur ke bawah dua helai menjadikan "modo rupo" atau sama dengan para hakim yang mengenakan toga di pengadilan, sehingga dari segi nilai rasa dan image kurang mendukung .

Stola Stoia yaitu selempang (selembar kain yang ditaruh melingkar pada leher pendeta dan kedua ujungnya lepas menjulur ke dadanya). melambangkan kain (handuk) yang dipakai Tuhan Yesus untuk menyeka kaki para murid. Jadi stola bukanlah hiasan atau tanda pangkat malah ia menjadi peringatan bagi sang pendeta bahwa dia menjadi pelayan. Selempang tadi bukan sekedar hiasan, juga bukan tanda kepangkatan . Biasanya selempang atau stola tadi dihiasi (disulam) dengan berbagai lambang misalnya: salib, atau semak yang terbakar tapi tidak hangus, burung merpati, huruf X dan P yang digabung sebagai kedua huruf pertama yang berarti Kristus, anak domba, mahkotit, simbol roti dan anggur, simbol IHS (artinya: Yesus Juruselamat Manusia), simbol ICHTUS dan sebagainya.

Stola adalah kain halus yang dikalungkan di atas toga yang panjangnya hingga lutut dan ini merupakan kelengkapan pakaian Jiturgi yang sudah sejak dulu digunakan. Stola berakar pada tanda keprajuritan dalam kekaisaran Romawi, suatu tanda kefap-sediaan dan ketaatan pada pimpinan dalarn melaksanakan tugas. Dalam perkembangannya rnenjadi simbol dalam kepemimpinan liturgi. Pada stola inilah 4 (empat) warna liturgi yang telah diuraikan di atas dapat digunakan. Sekaligus stola lebih membawa makna liturgis dan :Simbolis dan warna wama liturgi (putih, ungu, merah dan hijau) dari pada hanya mengenakan toga.

Warna-Warna Liturgis & Penggunaannya

Putih Simbol: terang, cahaya Illahi, terang yang tak terpadamkan, kesucian, kemu rnian sempurna, kejayaan penuh kemenangan dan kemuliaan abadi. Penggunaan: Natal sampai dengan hari minggu sebelum epifani (6 Januari memperingati perjumpaan orang majus dengan bayi Yesus), termasuk 31 Desember dan 1 januari Kamis Putih ( memperingati Perjamuan Malam terakhir dan Pembasuhan kaki para murid Yesus yaitu malam sebelum Jumat Agung Paskah sampai dengan hari minggu sebelum Pentakosta Kenaikan Tuhan Yesus Ke sorga Minggu 1 Setelah pentakosta ( Trinitas ) . Setelah pencurahan Roh Kudus pada hari Pentakosta maka menjadi sempurna pernyataan tiga pribadi Allah Bapa , Putera dan Roh Kudus sebagai Trinitas atau Tritunggal. Pelayanan Sakramen Baptis dan Perjamuan Kudus

Ungu a. Simbol Mawas diri, Penyesalan, Pertobatan dan Kesungguhan yang mendalam, warna ungu merupakan warna tergelap dalam rangkaian warna warni liturgi sekaligus warna tersebut dapat menggantikan warna hitam simbol kedukaan. b. Penggunaan. Minggu Advent ( 4 Minggu sebelum Natal yang dimulai pada hari minggu setelah tanggal 26 November). Minggu sengsara ( 7 Minggu sebelum minggu paskah ) termasuk Minggu Palmarum ( 1 Minggu sebelum Minggu Paskah) dan hari Jurnat Agung kecuali hari Kamis Putih. Penggunaan warna ungu pada kedua pe1ayaan Minggu Advent dan Minggu Sengsara memiliki arti undangan atau ajakan kepada kita, umat tebusan Allah untuk mawas diri dan panggilan bertobat menyambut kedatangan Yesus sang bayi kudus di Betlehem pada hari Natal dan anugerah penebusan Yesus Kristus di Golgota.

Merah Simbol : api dan darah, simbol api menunjuk pada (pencurahan Roh Kudus sedangkan simbol darah menunjuk pada penumpahan darah para martir sebagai saksi – saksi iman dan pengorbanan mereka dalam mempertahankan iman pada Tuhan Yesus Kristus. Penggunaan : Hari Raya Pentakosta ( Pencurahan Roh Kudus ) Peringatan Hari Mennonite ( 21 Januari ). 21 Januari 1525 sebagai hari lahirnya gereja Mennonite. GKMI Sebagai gereja Mennonite di Indonesia biasanya memperingatinya pada hari minggu yang mendekati tanggal tersebut. Peringatan hari Reformasi (31 Oktober). 31 Oktober 1517 yang terjadi pembaharuan Gereja dilakukan oleh Martin Luther sehingga lahirlah gereja Protestan. Bulan Misi ( Bulan Misi bagi GKMI disenggelarakan pada bulan Mei ).

Hari Oikumene Indonesia sebagai anggota Persekutuan Gereja – gereja di Indonesia ( PGI ) kita memperingatinya pada bulan Mei yang bertepatan selama bulan Mei GKMI memperingati bulan misi/PI). Penahbisan gedung gereja, Penahbisan Pendeta,Peneguhan Majelis Jemaat. ( Untuk Keperluan tersebut bisa juga menggunakan warna sebagaimana warna liturgi rangkaian tahun gerejawi, Misalnya pada saat Penahbisan Pendeta Berlangsung pada minggu sengsara maka warna yang dipakai tetap ungu.

Hijau Simbol : suasana tenang menyegarkan menyembuhkan dan harapan. Warna dari Alam dan musim semi yang bertumbuh dan berkembang. Sejak dari dulu kala warna Hijau melambangkan pengharapan sebagai tujuan setiap orang Kristen di dunia. Hijau juga memberitakan kemurahan hati, keselamatan dari Allah yang menyembuhkan dan Memperbaharui lambang perkembangan hidup rohani jemaat dan karya Roh kudus yang menghidupkan. Penggunan Minggu setelah hari Epifani ( tanggal 06 Januari ) sampai dengan sebelum minggu sengsara I. Minggu II setelah pentakosta sampai dengan sebelum Minggu Advent

Dari sini tampak bahwa warna hijau simbol penyegaran dan pengharapan paling banyak digunakan dalam perjalanan hidup umat Allah sebagai buah perjumpaan dengan Yesus Kristus dan karya Roh Kudus. Penggunaan Warna – warni Liturgi sebenarnya telah lama dipergunakan dalam peribadahan baik untuk kain mimbar taplak meja maupun kelengkapan kain Liturgi bagi Pendeta. Pemakain warna warni tersebut memiliki peran sebagai penggugah perasaan atas peristiwa yang sedang berlangsung.

Alkitab Pada waktu seorang Pendeta ditahbiskan, kepadanya diberikan Alkitab sebagai lambang bahwa Jemaat telah menyerahkan dan mempercayakan kepadanya pelayanan Firman Allah untuk disampaikan dan diajarkan kepada Jemaat yang dimiliki Allah), juga alat – alat sakramen ( untuk Baptisan dan Perjamuan Kudus. Tetapi apabila pada setiap Kebaktian ( Hari Minggu ) ada seorang Penatua Menyerahkan Alkitab kepada Pendeta atau Pengkotbah tamu, hal itu melambangkan bahwa pendeta dan Pengkotbah tamu tsb diingatkan agar ia mengajarkan kebenaran Firman Allah dan bukan Filsafat atau kepandaian Manusia ( sementara Penatua yang menyerahkannya ikut bertanggung jawab dalam hal meneliti dan mengawasi pengajaran yang disampaikan .

Penjelasan Unsur – Unsur Liturgi

Votum Arti kamus Votum adalah dasar. Jadi Votum adalah pernyataan atau keyakinan tertentu yang mendasari ibadah perayaan Iman Jemaat. Votum Bukan Doa ia diungkapkan untuk mendasari ibadah umat beriman, oleh karena itu sebaliknya umat tidak memejamkan mata , dapat dilihat misalnya pada PPR II Nomor 671 ).

Salam Salam diucapkan menyusuli Votum. Salam bukan doa dan juga bukan berkat salam adalah salam oleh karena pelayan tidak perlu mengangkat kedua tangannya ( sikap memberikan Berkat ) melainkan cukup dengan satu tangan tegak lurus keatas ( Kebiasaan di dunia timur ) Introitus Arti kamus nya adalah jalan masuk, nyanyian masuk yang digunakan oleh umat, bagi ini dapat dilakukan dengan atau tanpa ayat pendahulu isi pujiannya adalah puji pujian kita dapat melakukan introitus sebagai lagu Prosesi .

Prosesi Adalah arak – arakan dari pelayan ibadah ketika memasuki ruang ibadah. Umat berdiri dan melagukan Introitus – Doxology. Nas Pembimbing Adalah bagian Alkitab yang dipakai untuk menjadi bimbingan hidup umat dalam peribadahan saat itu maupun untuk hidup selanjutnya Terhadap Nas Pemimbing ini Jemaat Menyambut dengan berkata/menyanyi ''Amin''.

Pujian Sebagai sambutan secara dialogis maka jemaat lalu memuji Tuhan Sebaiknya tidak harus selalu dengan lagu yang sama. Bukan sekadar untuk menghindari rutinitas tanpa makna tetapi jemaat memang sewajarnyalah siap untuk menyambut kehadiran Tuhan dengan pujian dan penyembahan. PPR II telah menyediakan banyak pilihan seperti No.2 18;224;233;234;235 ;236;237;238;239;246;247. Jadi dengan demikian sejak pada awal ibadahpun sudah terjadi dialog. Tuhan menyapa (dengan salam), jemaat menjawab lengan pujian! Demikianlah seterusnya. Lagu-lagu yang bersifat penyembahan dan pujian telah dipilih agar jemaat makin dipersiapkan dan dihantar untuk bersekutu dengan Tuhan bersama tadi antara je maat wanita dan atau lain . Makin dipersiapkan secara khusus sama dengan warga jemaat lainnya

Sayangnya, karena sempit dan terbatasnya waktu biasanya jumlah pujian dibatasi, padahal jemaat mempunyai hak untuk· memuji dan memuliakan Tuhan yang sedang mereka sembah ! Alangkah baiknya apabila disediakan kesempatan dialog bahkan dalam menaikkan pujian barangkali antara majelis jemaat dengan umat yang lain. Makin dipersiapkan secara Khusus akan menjadi makin indah sehingga setiap warga jemaat dididik untuk tidak lengah dan jalan saja seperti mesin yang membosankan. Menyanyi berbalas – balasan tadi akan menjadi makin bermakna apabila tiap bagian yang dinyanyikan oleh pihak-pihak tertentu (wanita-pria, majelis jemaat-umat, orang tua (ayah-ibu) dengan anak-anak atau pemuda) memang mengena. Dalam memilih lagu-lagu alangkah lebih baik kalau di samping disesuaikan dengan tema, juga disesuaikan dengan misalnya baptisan, penyerahan anak-anak, pernikahan, hari ulang tahun dan sebagainya. Lagu-lagu tadi disusun sedemikian rupa, juga halnya dengan solo atau duet, atau paduan suara atau vocal group, sehingga semuanya akan makin lebih mempersiapkan jemaat untuk membuka hati dan menerima Firman Tuhan sebagai klimaksnya.

Amin Manakala pemimpin umat membacakan beberapa ayat, maka jemaat harus mendengarkan dan memperhatikannya dengan baik sehingga ketika pemimpi berhenti berbicara jemaat langsung dapat siap menanggapi bersama dengan Amin. Tanggapan Amin tadi dapat diucapkan atau dinyanyikan. Dengan demikian segenap jemaat mengakui dan membenarkan ayat-ayat yang baru saja dibacakan ! sekali lagi telah terjadi pernyataan dan jawab antara pimpinan (wakil Allah) dengan umat (jemaat).

Doa Pengakuan Dosa Adalah doa bersama baik untuk pengakuan dosa pribadi maupun dosa kolektif Berita Anugerah, Amanat Hidup Baru Berita Anugerah adalah berita pengampunan dosa yang dibacakan setelah umat mengaku dosa. Setelahnya umat kembali ditunjukan kearah dan jalan yang dikehendaki dalam Amanat Hidup Baru (yang sudah diperbaharui melalui pengampunan dosa tersebut).

Doa Epiklese Yaitu doa mohon pimpinan Roh Kudus agar pemberitaan Firman dapat dipahami dengan baik serta dapat dibuahkan dengan tepat dan lebat. Oleh karenanya, doa ini dipanjatkan sebelum khotbah. Doa Syafaat Adalah doa untuk kepentingan pihak lain. Doa syafaat adalah doa jemaat, oleh karenanya itu semestinya dipanjatkan oleh Jemaat atau Majelis, bukan oleh Pendeta. Pelayan Ibadah bisa mengakhiri doa syafaat dengan mengajak umat memanjatkan Doa Bapa Kami bersama-sama.

Doa Tanggapan Firman Doa tanggapan bukan khotbah kecil. Doa ini adalah untuk mohon kekuatan Allah agar apa yang difirmankan dapat termetaraikan dan tertumbuhkan dalam kehidupan umat. Sebaiknya dilayankan oleh Jemaat atau Majelis (Bukan oleh Pengkhotbah). Warta Jemaat Warta gereja perlu diletakkan di dalam rangkain liturgi yang diapit doxology dalam bentuk Votum Salam dan Berkat, jangan di luarnya. Alasannya, berita jemaat (warta gereja) merupakan unsur liturgi yang memuat relasi dan korelasi umat secara horizontal. Bila kita mencermati dimensi ecclesia, maka nyatalah bahwa relasi dan korelasi yang demikian pada dasarnya termasuk unsur pembentuk ibadah umat.

Persembahan Merupakan wujud syukur kepada Allah dan wujud solidaritas umat terhadap karya Allah dalam gereja/ persekutuan umat. Sikap hati yang benar dan tepat merupakan syarat dari sah atau tidaknya persembahaan yang dihaturkan. Doa mempersiapkan dan atau doa setelah persembahan dikumpulkan sebaiknya disampaikan oleh pengkhotbah sebagai simbol imam yang mendaraskan doa bagi persembahan umat. Alangkah lebih baik lagi kalau sebelum berdoa dibacakan kutipan ayat yang berkenaan degan persembahan syukur (dapat dibantu oleh gembala sidang atau team hamba Tuhan). Dan sementara kolekte diedarkan, agar tetap terpelihara kekhidmatan, jemaat tidak menyanyi. Untuk ikut mendukung suasana beribadat dapat dimainkan dengan lagu yang lembut (juga yang mewujudkan uangkapan persembahan atau komitmen lainnya). Sesekali boleh juga ada solo atau duet yang lembut.

Pengakuan Iman Rasuli Merupakan pengakuan iman ang sudah lama diakui oleh orang beriman. Pengakuan iman ini adalah syahadat. Intisari iman yang dirumuskan oleh gereja pada waktu itu. Disebut rasuli bukan karena jumlahnya yang 12 baris, namun karena rumusan-rumusan pengakuan itu bersifat rasuli. Selain Pengakuan Imam yang sering dipakai ini dapat juga dipergunakan rumusan pengakuan Iman yang lain seperti PPR II. Sebaiknya dilakukan dengan tegak berdiri tanpa tutup mata

Pembasuhan Kaki Merupakan tradisi gereja yang mengacu pada karya Yesus sendiri (Yoh 13). Inti dari pembasuhan kaki adalah kerendahan hati yang dinyatakan satu sama lain, sekaligus menegaskan salah satu ciri teologi Mennonit yang pantang kekerasan, sebab kerendahan hati pada dasarnya adalah anti kekerasan.

Berkat Rasuli Merupakan berkat Imamat yang ditujukan kepada umat. Oleh karen aitu imam mengangkat kedua tangannya. Makna teologis berkat rasuli adalah berkat yang berwibawa rasuli yang disediakan bagi umat agar dalam mengarungi kehidupan umat senantiasa mendapatkan penguatan dan pemerkayaan batin. Setelah berkat rasuli disampaikan, tidak harus disambut dengan lagu yang satu dan sama, yang itu-itu juga) sudah disediakan beberapa pilihan, misalnya terdapat pada lagu nomor : 219, 220, 221; 222;223; 225; 226; 227; 228; 229; 230; 231.

Telah tersedia beberapa pilihan rumusan berkat yang tentunya dapat dipilih sesuai dengan tema atau situasi dan kondisi sosial masyarakat dan pergumulan warga jemaat (PPR II, 672)

• jjjj

KOLAR PENDETA

STOLA

Contoh Liturgi

A. LITURGI PENYERAHAN ANAK

B. LITURGI BAPTISAN KUDUS

C. LITURGI PERNIKAHAN

D. LITURGI KEMATIAN

Related Documents


More Documents from "Robert Machaca"