Potensi Panas Bumi Di Gunung Galunggung

  • Uploaded by: riatna
  • 0
  • 0
  • January 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Potensi Panas Bumi Di Gunung Galunggung as PDF for free.

More details

  • Words: 1,345
  • Pages: 26
Loading documents preview...
“POTENSI PANAS BUMI DI GUNUNG GALUNGGUNG” KELOMPOK 3 Jumatriani Edi Wahyudi Diky Prayudi Anggara

Outline 1.

Lokasi Gunung Galunggung Secara Gegrafis

2.

Geologi Gunung Galunggung

3.

Geomorfologi Gunung Galunggung

4.

Litologi/Stratigrafi Gunung Galunggung

5.

Observasi Geokimia Gunung Galunggung

6.

Observasi Geofiska Gunung Galunggung

7.

Potensi Panas Bumi Gunung Galunggung

Lokasi Gunung Galunggung Secara Gegrafis Galunggung adalah gunungapi aktif yang terletak di Kabupaten Tasikmalaya dan Garut, Jawa dengan koordinat geografis sekitar 7° 15′ LS dan 108° 03′ BT. Galunggung mempunyai ketinggian 2168 m di atas muka laut dan 1820 m diatas dataran Tasikmalaya. Berdasarkan catatan dari DVMBG, gunung Galunggung menempati daerah seluas ±275 km2 dengan diameter 27 km (barat laut-tenggara) dan 13 km (timur laut-barat daya).

Edi Wahyudi

Struktur Geologi Geologi utama yang berkembang di daerah ini berdasarkan penelitian adalah sesar mendatar dengan pergerakan menganan/dekstral yang umumnya memiliki orientasi NW-SE. Pola struktur yang berkembang ini sesuai dengan pola kelurusan struktur geologi regional di Jawa Barat yang terbentuk akibat gaya kompresi dari subduksi yang ada di selatan daerah penelitian. Struktur ini mengenai baik pada batuan vulkanik Tersier di Pegunungan selatan maupun dalam batuan vulkanik Kuarter yang teramati di sekitar Kawah Galunggung dan batuan Vulkanik Situ Gede di sekitar Perbukitan Sepuluh Ribu

Geomorfologi Gunung Galunggung Secara umum, G. Galunggung dibagi dalam tiga satuan morfologi

Kerucut Gunung Api

Perbukitan Sepuluh Ribu.

Kaldera

Kerucut Gunung Api

• Kerucut Gunung Api, menempati bagian barat dan selatan, dengan ketinggian 2168 m diatas permukaan laut • mempunyai sebuah kawah tidak aktif bernama Kawah Guntur atau kawah saat di bagian puncaknya • Kawah ini berbentuk melingkar berdiameter 500 meter dengan kedalaman 100 - 150 meter • Kerucut ini merupakan kerucut gunungapi Galunggung tua sebelum terbentuknya Kaldera, mempunyai kemiringan lereng hingga 30 derajat di daerah puncak dan menurun hingga 5 derajat di bagian kaki.

Kaldera • Kaldera, berbentuk sepatu kuda terbuka ke arah tenggara dengan panjang 9 km dan lebar antara 2-7 km. • Tinggi dinding Kaldera tertinggi adalah 1000 meter di bagian barat-barat laut dan menurun hingga 10 m di bagian timur-tenggara. • Di dalam Kaldera terdapat kawah aktif berbentuk melingkar dengan diameter 1000 meter dan kedalaman 150 meter. • Di dalam kawah ini terdapat kerucut silinder setinggi 30 meter dari dasar kawah dan kaki kerucut berukuran 250 x 165 meter yang terbentuk selama periode letusan 1982-1983. • Pada Desember 1986, kerucut silinder ini tertutup oleh air danau kawah. • Pada 1997, setelah volume air danau kawah dikurangi melalui terowongan pengendali air danau, kerucut silinder ini muncul kembali di permukaan air danau.

Perbukitan Sepuluh Ribu • Perbukitan Sepuluh Ribu atau perbukitan Hillock, terletak di lereng kaki bagian timur-tenggara dan berhadapan langsung dengan bukaan kaldera. • Perbukitan ini menempati dataran Tasikmalaya (351 m) dengan luas 170 km2, dan dengan jarak sebaran terjauh 23 km dari kawah pusat dan terdekat 6,5 km serta lebar sebaran 8 km, dengan sebaran terpusat pada jarak 10 -15 km. • Jumlah bukit tersebut 3.600 buah, tinggi bukit bervariasi antara 5 50 meter diatas dataran Tasikmalaya dengan diameter kaki bukit antara 50 - 300 meter serta kemiringan lereng antara 15 - 45. • Perbukitan ini terbentuk sebagai akibat letusan besar yang menghasilkan kaldera tapal kuda dan yang melongsorkan kerucut bagian timur-tenggara, berumur 4200 tahun yang lalu.

Stratigrafi Gunung Galunggung Stratigrafi G. Galunggung secara umu dibagi dalam tiga (3) periode kegiatan, yaitu

Periode Pra-Kaldera (Formasi Galunggung Tua

Periode Sin-Kaldera (Formasi Tasikmalaya)

Periode PostKaldera (Formasi Cibanjaran)

Diky Prayudi Anggara

Periode Pra-Kaldera (Formasi Galunggung Tua

Formasi Galunggung Tua : merupakan hasil kegiatan dengan pusat erupsi di Kawah Guntur (Galunggung Tua), yang terdiri atas perselingan aliran lava, piroklastika dan lahar, serta dike yang membentuk kawah Galunggung Tua. Analisis umur dengan metoda 14C pada lapisan strato menghasilkan umur 20.000-25.000 tahun, dengan demikian umur seluruh kegiatan Galunggung Tua diperkirakan antara 50.000-10.000 tahun yang lalu. Volume batuan mencapai ±56,5 km3, dan kegiatan gunung api ini diakhiri dengan intrusi cryptodome di bawah kawah Guntur.

Periode Sin-Kaldera (Formasi Tasikmalaya)

Formasi Tasikmalaya : merupakan endapan batuan ‘Perbukitan Sepuluh Ribu’ yang terbentuk sebagai akibat letusan besar pada 4200 ±150 tahun yang lalu, yang menyebabkan terbentuknya kaldera tapal kuda pada bagian timurtenggara kawah Gunung Api Galunggung. Selain endapan longsoran ‘Perbukitan Sepuluh Ribu’ batuan hasil letusan lainnya adalah awan panas dan lahar.

Periode PostKaldera (Formasi Cibanjaran)

Formasi Cibanjaran ; merupakan hasil kegiatan letusan yang tercatat dalam sejarah, yaitu 1822, 1894, 1918 dan 1982-1983

Manifestasi Gunung Galunggung

Analisis Geokimia 1. DIAGRAM CL-SO4-HCO3

2. DIAGRAM NA-K-MG

3. DISTRIBUSI HG

Observasi Geofiska Gunung Galunggung

Gaya Berat / Gravity

Geomagnet

Elektromagnetik

Jumatriani

Gaya Berat / Gravity Ditinjau secara regional, pola anomali rendah di bagian utara daerah penelitian diinterpretasikan sebagai respon dari keberadaan litologi produk vulkanisme berumur muda. Kemudian kontras anomali bouguer dari daerah anomali rendah ke anomali sedang dapat diinterpretasikan sebagai batas litologi antara produk vulkanisme berumur Kuarter–Resen di bagian utara dengan breksi vulkanik yang diduga berumur Pleo-Pleistosen di bagian tengah daerah penelitian. Sementara itu, kontras anomali bouguer dari anomali sedang ke anomali rendah di bagian selatan daerah penelitian diperkirakan sebagai dasar kontak dengan batuan berumur Tersier.

Geomagnet

Berdasarkan pemodelan kontras suseptibilitas yang disajikan, kenampakan pola kontras suseptibilitas rendah di bawah permukaan Gunung Galunggung mulai terlihat pada kedalaman sekitar 2000– 3000m dan masih konsisten menerus hingga mencapai kedalaman 4000 m di bawah permukaan. Hal ini mengindikasikan bahwa kedalaman tersebut terjadi proses demagnetisasi yang kemungkinan berkorelasi dengan peningkatan temperatur akibat efek dari aktivitas magmatisme yang diinterpretasikan sebagai sumber panas sistem panas bumi.

Elektromagnetik Anomali resistivitas rendah ini muncul di 2 hingga 3 lokasi yang berbeda, yaitu di sekitar Gn. Galunggung, di selatan Gn. Galunggung atau bagian tengah daerah penelitian dan sedikit ke arah baratdaya dari Gn. Galunggung. Kenampakan anomali tersebut diduga berasosiasi dengan keberadaan batuan ubahan akibat proses water-rock interaction antara fluida yang terpanaskan oleh aktivitas magmatisme Gn. Galunggung dengan batuan sekitar. Kemudian, kontras resistivitas yang relatif lebih rendah (25-75 Ohm.m) yang di bawah indikasi batuan ubahan tersebut, diperkirakan sebagai zona permeabilitas dan diduga sebagai sistem reservoir panas bumi, yang memiliki ketebalan antara 700– 1000m. Anomali nilai tahanan jenis tinggi (>500 Ohm.m) yang terletak di bawah Gn. Galunggung diduga sebagai batuan intrusif yang menjadi sumber panas pada sistem ini. Keberadaan mata air panas Cipanas di permukaan kemungkinan berasosiasi dengan adanya batas diskontinuitas kontras resistivitas di bawah permu

Periode Letusan Letusan 1822, terjadi dalam satu hari, pada tanggal 8 Oktober 1822,antara pukul 13.00 hingga pukul 17.00 WIB Letusan 1894, terjadi dalam 13 hari, pada tanggal 7-19 Oktober 1894

Letusan 1918, terjadi dalam 4 hari, pada tanggal 16 - 19 Juli 1918 Letusan 1982 - 1983, terjadi dalam 9 bulan, pada tanggal 5 April 1982 - 8 Januari 1983.

Periode Letusan Pada 1982-1983 Fase pertama, letusan awal (5 April-6 Mei 1982) berupa letusan tipe Pellean Fase kedua, berupa erupsi tegak tipe vulkano Fase ketiga, merupakan erupsi Strombolian

Fase pertama, letusan awal (5 April-6 Mei 1982) berupa letusan tipe Pellean

letusan tipe Pellean yang menghancurkan kubah lava Gunung Jadi, serta menghasilkan awan panas, lontaran batu, hujan batu, abu, dan gas. Kubah lava yang terhancurkan diperkirakan 40%. Awan panas meluncur dan mengendap di Cibanjaran sejauh 5,1 km serta di Cikunir dan Cipanas sejauh 4,6 km. Tinggi abu letusan mencapai 12 km dari kawah.

Letusan pada 17-19 Mei, masih merupakan fase penghancuran kubah lava dianggap sebagai ‘letusan utama’ dalam fase pertama ini, dimana tinggi asap letusan mencapai ±30 km dan sisa kubah lava Gunung Jadi sebesar 5%. Setelah fase letusan pertama ini, kegiatan selanjutnya selalu merupakan kelompok letusan.

Fase kedua, berupa erupsi tegak tipe vulkano

Erupsi tegak tipe vulkano, yang secara dominan menghasilkan piroklastik jatuhan, lontaran batu dan hujan pasir, serta menghancurkan seluruh sisa kubah G. Jadi. Tinggi asap letusan pada 13-19 Juli mencapai ±35 km dan melemparkan sebagian sumbat lava pada pipa kepundan hingga kedalaman 150 meter dari dasar kawah. Terjadi semburan lava pijar dan abu

Fase ketiga, merupakan erupsi Strombolian

Erupsi Strombolian yang melontarkan batu pijar seperti kembang api. Letusan yang lebih lemah dan menyemburkan asap dan abu dengan tingkat penghancuran kecil, mencapai tinggi maksimal asap letusan setinggi 12 km. Letusan terus mengecil atau melemah dan terjadi penumpukan bahan letusan berupa tefra di dasar kawah dan di sekeliling lubang letusan membentuk kerucut silinder dengan ketinggian 60 m diatas dasar kawah.

THANK YOU

Related Documents


More Documents from "zhelotech"