Sejarah Perkembangan Pt. Pusri Palembang

  • Uploaded by: Permadi Waskito
  • 0
  • 0
  • February 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Sejarah Perkembangan Pt. Pusri Palembang as PDF for free.

More details

  • Words: 3,413
  • Pages: 19
Loading documents preview...
BAB 2 TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN 2.1

Sejarah dan Perkembangan PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang Ditinjau dari perlunya pupuk bagi pertanian Indonesia maka pemerintah

merasa perlu untuk mendirikan pabrik-pabrik pupuk antara lain pabrik yang telah didirikan adalah PT Pupuk Sriwidjaja atau yang dikenal dengan sebutan PT Pusri. Perusahaan ini merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang fokus di bidang produksi dan pemasaran produk utama pupuk. PT. Pupuk Sriwidjaja resmi dilegalisasi berdasarkan akta notaris Eliza Pondang bernomor 177 tertanggal 24 Desember 1959 dan diumumkan dalam Lembaran Berita Negara Republik Indonesia No. 46 tanggal 7 Juni 1960. Sedangkan Presiden Direktur pertama pada waktu itu dipegang oleh Ir. Ibrahim Zahier, dan beliau menggandeng Ir. Salmon Mustafa menjadi Direktur Utama. (Silabus PT. Pupuk Sriwidjaja, 2013). PT. Pusri yang dalam pembangunannya menggunakan modal pertama sebesar Rp. 10.000.000.000.000,- ini merupakan pabrik pupuk pertama yang dibangun di Indonesia dan sekaligus pionir (aspek teknologi dan sumber daya manusia) dalam industri pupuk di Indonesia. Pemancangan tiang pertama PT. Pusri dilakukan oleh Presiden RI pertama Ir. Soekarno pada tanggal 14 Agustus 1961 yang kemudian diresmikan oleh Wakil Perdana Menteri I Chaerul Saleh atas nama Presiden RI pada tanggal 4 Juli 1964. (Silabus PT. Pupuk Sriwidjaja, 2013). Perusahaan pupuk pertama di Indonesia yang menempatkan pabriknya di pinggiran Sungai Musi ini telah mengalami dua kali revisi bentuk badan usaha. Revisi pertama yaitu berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 20 Tahun 1964 yang mengubah status dari Perseroan Terbatas (PT) menjadi Perusahaan Negara (PN). Kemudian menurut Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 1969, statusnya dikembalikan ke bentuk PT setelah aktenya ditandatangani oleh Soeleman Ardjasasmita pada Januari 1970.

5

Universitas Sriwijaya

6

Pusri-I adalah plant pabrik urea-amonia pertama yang dibangun PT. Pupuk Sriwidjaja. Sejak diresmikan pada 4 November 1960 dan melakukan produksi pertamanya pada 16 Oktober 1963. Kapasitas terpasang pabrik Pusri-I adalah 100.000 ton/tahun Urea, walaupun pada akhir tahun 1963 Pusri-I hanya dapat memproduksi 0,7 ton/hari urea dan 180 ton/hari amonia. Namun pada tahun 1964 Pusri-I dapat mencapai produksi sampai dengan 100,4% dari target produksi yang ditetapkan.

Gambar 2.1 Areal Pabrik PT. Pupuk Sriwijaya Palembang (Silabus Pusri, 2013) PT Pupuk Sriwidjaja Palembang dalam hal mengimbangi kebutuhan pupuk urea yang terus meningkat, melakukan perluasan pabrik. Perluasan pabrik dilakukan dengan membangun Pusri-II pada tahun 1974 dengan kapasitas 380.000 ton/tahun urea, Pusri-III pada tahun 1976 dan Pusri-IV pada tahun 1977 dengan kapasitas masing-masing 570.000 ton/tahun urea. Kemudian Pusri-II dioptimalisasi dan ditingkatkan kapasitasnya menjadi 552.000 ton/tahun Urea pada tahun 1992. Keseluruhan konstruksi untuk Pusri-II, Pusri-III, dan Pusri-IV dilakukan oleh M.W. Kellog Overseas (ammonia plant) dan Toyo Engineering Corporation (urea plant). Pada tahun 1985, operasi pabrik Pusri-I dihentikan karena faktor usia dan dinilai tidak efisien lagi. Pada tahun 1990 pabrik Pusri-I dirombak menjadi pabrik Universitas Sriwijaya

7

Pusri-IB oleh PT Rekayasa Industri dengan menggunakan teknologi Advanced Cost and Energy Savings (ACES). Pusri-IB diresmikan pada tanggal 22 Desember 1994 oleh Presiden Soeharto. Pusri-IB menggunakan sistem kendali komputer Disributed Control System. Pabrik Pusri-IB ini dibangun dengan kapasitas terpasang 570,000 ton/tahun Urea. Dalam rangka meningkatkan efisiensi pabrik pada tahun 1992 dilakukan program Ammonia Optimization Project (AOP) dan Urea Optimization Program (UOP) dalam upaya optimasi produksi pada Pusri-II, Pusri-III, dan PusriIV. Program yang dilakukan Pusri telah dapat membuahkan hasil dengan meningkatkan jumlah produksi Amoniak dan Urea dengan mengurangi konsumsi energi yang dibutuhkan. Dengan keberadaan empat pabrik yang dimiliki saat ini, PT Pusri telah menjadi produsen pupuk Urea terbesar di Indonesia. Untuk mengimbangi kebutuhan pupuk urea yang terus meningkat, PT Pupuk Sriwidjaja Palembang melakukan perluasan pabrik. Perluasan pabrik dilakukan dengan membangun Pusri-II pada tahun 1974 dengan kapasitas 380.000 ton/tahun urea, Pusri-III pada tahun 1976 dan Pusri-IV pada tahun 1977 dengan kapasitas masing-masing 570.000 ton/tahun urea. Kemudian Pusri-II dioptimalisasi dan ditingkatkan kapasitasnya menjadi 552.000 ton/tahun Urea pada tahun 1992. Keseluruhan konstruksi untuk Pusri-II, Pusri-III, dan Pusri-IV dilakukan oleh M.W. Kellog Overseas (ammonia plant) dan Toyo Engineering Corporation (urea plant). Setelah hampir 4 dekade berdiri, perusahaan ini lantas ditunjuk menjadi perusahaan induk (holding company) berdasarkan Peraturan Pemerintah No.28 tanggal 7 Agustus 1997. Perubahan status ini menyebabkan PT. Pupuk Sriwidjaja (Persero) juga mengalami perubahan dalam hal permodalan. Seluruh saham pemerintah pada industri pupuk nasional, yakni PT Pupuk Kujang, PT Pupuk Iskandar Muda, PT Pupuk Kalimantan Timur (Tbk), dan PT Petrokimia Gresik sebesar Rp 1,83 triliun dialihkan kepemilikannya kepada PT Pupuk Sriwidjaja (Persero). Lebih jauh lagi, modal perusahaan kemudian diperkuat lagi dengan adanya pengalihan saham sebesar Rp. 6 miliar dari PT Mega Eltra dan tambahan modal

Universitas Sriwijaya

8

disetor sebesar Rp 729 miliar dari hasil rekapitalisasi laba ditahan PT Pupuk Kaltim Tbk. (Hasbiama, 2000) Dengan adanya peralihan tersebut yang dilakukan secara bertahap, maka keseluruhan modal yang disetor dan ditempatkan ke PT Pupuk Sriwidjaja (Persero) per 31 Desember 2002 mencapai Rp 3,6 triliun. Maka PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang, Sumatera Selatan, pernah menjadi Induk Perusahaan (Operating Holding) dengan membawahi 6 (enam) anak perusahaan termasuk 2 (dua) anak perusahaan penyertaan langsung yaitu PT Rekayasa Industri dan PT Mega Eltra, masing-masing perusahaan bergerak dalam bidang usaha, sebagai berikut : 1. PT. Petrokimia Gresik (berdiri 31 Mei 1975), yang berkedudukan di Gresik, Jawa Timur. Memproduksi dan memasarkan pupuk Urea, ZA, SP-36/SP-18, Phonska, DAP, NPK, ZK, dan industri kimia lainnya serta pupuk organik. 2. PT. Pupuk Kujang (berdiri 9 Juni 1975), yang berkedudukan di Cikampek, Jawa Barat. 3. PT. Pupuk Kalimantan Timur (berdiri 7 Desember 1977), yang berkedudukan di Bontang, Kalimantan Timur. Memproduksi dan memasarkan pupuk Urea dan industri kimia lainnya. 4. PT. Pupuk Iskandar Muda (berdiri 24 Februari 1982), yang berkedudukan di Lhokseumawe, Nanggroe Aceh Darussalam. Memproduksi dan memasarkan pupuk. 5. PT. Rekayasa Industri (berdiri 11 Maret 1985), yang berkedudukan di Jakarta. Bergerak dalam penyediaan jasa Engineering, Procurement & Construction (EPC) guna membangun industri gas & minyak bumi, pupuk, kimia dan petrokimia, pertambangan, pembangkit listrik (panas bumi, batubara, microhydro, diesel). 6. PT. Mega Eltra (berdiri 1970), yang berkedudukan di Jakarta dengan bidang usaha utamanya adalah perdagangan umum dan bergerak dalam bidang layanan ekspor-impor, pemasok bahan kimia, distributor pupuk, serta konstruksi. Universitas Sriwijaya

9

Untuk menunjang kinerja operasional jangka panjang, PT Pupuk Sriwidjaja Palembang melakukan melakukan pembangunan pabrik Pusri-IIB. Acara peresmian tiang pancang (ground breaking) tersebut dilaksanakan oleh Dahlan Iskan sebagai Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) era Kabinet Indonesia Bersatu II pada tanggal 8 April 2013. Pabrik Pusri-IIB merupakan pabrik yang pertama kali dibangun atas nama PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang dan sengaja didesain ramah lingkungan serta hemat energi. Diharapkan pabrik Pusri-IIB akan selesai dan mulai beroperasi pada tahun 2016. 2.2

Logo dan Makna

Gambar 2.2. Logo PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang (Hasbiama, 2011) Tabel 2.1 Makna Logo PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang (Silabus Pusri, 2013) Lambang Pusri yang berbentuk huruf “U” melambangkan singkatan “Urea”, lambang ini telah terdaftar di Ditjen HAKI Departemen Kehakiman & HAM No. 021391

Setangkai padi dengan jumlah butiran 24 melambangkan tanggal akte pendirian PT Pusri.

Universitas Sriwijaya

10

Butiran-butiran

Urea

berwarna

putih

sejumlah

12,

melambangkan bulan Desember pendirian PT Pusri.

Setangkai kapas yang mekar dari kelopaknya, butir kapas yang mekar berjumlah 5 buah kelopak yang pecah berbentuk 9 retakan ini melambangkan angka 59 sebagai tahun pendirian PT Pusri. Perahu Kajang merupakan ciri khas kota Palembang yang terletak di tepian Sungai Musi.

Kuncup teratai yang akan mekar, merupakan imajinasi pencipta akan prospek perusahaan di masa mendatang.

Komposisi warna lambang kuning dan biru benhur dengan dibatasi garis-garis hitam tipis (untuk lebih menjelaskan gambar) yang melambangkan keagungan, kebebasan cita-cita, serta kesuburan, ketenangan, dan ketabahan dalam mengejar dan mewujudkan cita-cita itu. 2.3

Visi, Misi, dan Makna Perusahaan Visi dan Misi PT. Pupuk Sriwidjaja adalah sebagai berikut :

Visi

: "Menjadi Perusahaan Pupuk Terkemuka Tingkat Regional"

Misi

: "Memproduksi serta memasarkan pupuk dan produk agribisnis secara efisien, berkualitas prima dan memuaskan pelanggan."

Makna : “Pusri untuk Kemandirian Pangan dan Kehidupan yang Lebih Baik” (SK Direktur PT Pupuk Sriwidjaja Palembang No.SK/DIR/207/2012).

Universitas Sriwijaya

11

2.4

Lokasi dan Tata Letak Pabrik PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang terletak di tepi Sungai Musi kira-kira 7 km

dari pusat kota Palembang, di Jl. May Zen, Kecamatan Ilir Timur II, Palembang.

Gambar 2.3 Denah Lokasi PT. Pupuk Sriwidjaja (Andrian, 2011) Keterangan : A. Pos satpam B. Kantor utama C. Lapangan D. Perumahan E. Gedung serba guna F. Diklat G. Sekolah H. Kolam I. Masjid J. Rumah makan K. Parkir L. Tenik Produksi Universitas Sriwijaya

12

M. Dinas K3 N. Main Lab O. Amoniak storage P. Kantor Q. Wisma R. Lapangan olahraga S. Perluasan pabrik T. Gudang U. Dermaga V. PPU W. Rumah sakit X. Wisma 1. Primary reformer 2. Secondary reformer 3. Stripper 4. Absorber 5. Metanator 6. HTSC dan LTSC 7. ARU 8. HRU, PGRU 9. Molecular sieve 10. Kompresor 11. Refrigeration 12. Reaktor amoniak 13. Seksi recovery 14. Seksi purifikasi 15. Seksi kristalisasi dan pembutiran 16. Seksi sintesis urea 17. Sistem pembangkit listrik 18. Package boiler Universitas Sriwijaya

13

19. Waste heat boiler 20. Kantor pusat kontrol 21. Cooling tower 22. GMS 23. Unit penukar anion, kation dan penukar anion-kation 24. Filter water 25. Sandfilter 26. Tangki klarifikasi 27. Kantor Instrumental 2.5 Struktur Organisasi dan Manajemen Perusahaan 2.5.1

Struktur Utama Organisasi PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang dipimpin oleh direktur utama dan

dibantu oleh lima orang direksi. Dalam kegiatan operasionalnya, direksi dibantu oleh staf dan kepala departemen. Direksi bertanggung jawab kepada Dewan Komisaris, dimana Dewan Komisaris terdiri dari wakil-wakil pemegang saham yang bertugas menentukan kebijaksanaan umum yang harus dilaksanakan oleh direksi, juga bertindak sebagai pengawas atas semua kegiatan dan pekerjaan yang telah dilakukan oleh Dewan Direksi. Dewan Komisaris terdiri dari wakil-wakil pemerintah, yaitu : 1. Kementerian Pertanian 2. Kementerian Keuangan Direktorat Jenderal Moneter Dalam Negeri 3. Kementerian Perindustrian Direktorat Jenderal Industri Kimia Dasar 4. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.

Universitas Sriwijaya

14

Gambar 2.4 Bagan Struktur Organisasi PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang per Tahun 2013 (SK/DIR/240/2011 tanggal 5 September 2011). 2.6 Proses Produksi dan Utilitas Saat ini pupuk urea merupakan kebutuhan pokok bagi para petani di Indonesia karena dalam senyawa urea terdapat zat nitrogen yang merupakan makanan bagi tanaman seperti padi, palawija dan sejenisnya.

Universitas Sriwijaya

15

2.6.1 Proses Produksi Amonia PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang menggunakan gas alam, uap air, dan udara bahan baku pembuatan amonia. Berikut ini adalah tahapan produksi ammonia: 1. Feed Treating Unit Gas alam dari PT. Pertamina disalurkan ke PT. Pupuk Sriwidjaja melalui pipa gas. Gas tersebut diterima melalui suatu unit yang disebut Gas Metering Station (GMS). Dari GMS, gas alam dibagi ke masing-masing pabrik. Aliran tersebut akan terbagi dua, yaitu gas alam untuk proses dan gas alam untuk bahan bakar (fuel gas). 2. Reforming Unit Tujuan dari tahap reforming ini adalah untuk menghasilkan gas sintesa (N2 dan H2) sebagai bahan baku pembuatan ammonia dan CO2 sebagai produk samping. 3. Purifikasi dan Metanasi Tahapan pemurnian tersebut adalah sebagai berikut : 1) Konversi CO menjadi CO2 pada temperatur tinggi dan rendah 2) Pemisahan CO2 (Benfield System) 3) Metanasi 4. Sintesis Sebelum masuk ke ammonia converter, gas umpan terlebih dahulu dipanaskan dan dikompresikan sehingga memiliki kondisi proses sebagaimana didalam reaktor. Gas-gas tersebut kemudian masuk ke dalam loop gas umpan. Tujuan dari loop gas ini untuk meningkatkan proses ammonia murni. Pada loop gas umpan terjadi peristiwa kompresi, flashing, dan pendinginan untuk mendapatkan kembali amonia di unit pemisah sekunder. 5. Unit Pemurnian Produk Amonia harus terus-menerus dipisahkan dari recycle gas yang menuju konverter amonia karena keberadaannya yang cepat menumpuk dalam reaktor sintesis akan mempengaruhi kesetimbangan reaksi. Hal ini dilakukan dengan jalan mendinginkan

Universitas Sriwijaya

16

aliran recycle gas sintesis melalui beberapa pendingin, chiller-chiller dan separator untuk mengembunkan produk amonia yang dihasilkan. Pemurnian produk ammonia yang dilakukan dengan memanfaatkan sistem refrigerasi ini, mempunyai dua macam kegunaan, yakni : 1) Menguapkan cairan amonia secara terus menerus pada batas tekanan rendah untuk melepaskan gas–gas terlarut dan kemudian langsung mengirimnya ke sistem bahan bakar gas. 2) Dalam sistem refrigerasi, proses pendinginan akan mengambil panas dari loop gas synthesis untuk mendinginkan sebagian gas guna mendapatkan pemisahan dan pengambilan hasil ammonia yang memuaskan dari loop synthesis. Di dalam refrigeran ini, gas–gas inert yang terpisah akan dibuang ke sistem bahan bakar (fuel gas system) sedangkan ammonia panas dipompa sebagai produk ammonia untuk dikirim ke pabrik urea. 6. Purge Gas Recovery Unit (PGRU) Purge Gas Recovery Unit (PGRU) merupakan unit yang berfungsi untuk menarik kembali amonia dan hidrogen yang ada dalam purge gas. Dengan adanya PGRU, maka Pusri dapat mengantisipasi kehilangan efisiensi produksi amonia. Saat ini, Pusri memiliki unit terbaru PGRU pada pabrik Pusri-IV yang menggunakan teknologi membran. Ada 4 bagian penting pada PGRU, yaitu HP (high pressure) scrubber, LP (low pressure) scrubber, ammonia stripper dan prism separator. 1. HP Scrubber dan LP Scrubber Proses dalam PGRU dimulai dari HP Scrubber dan LP Scrubber, yaitu berupa proses pemisahan kandungan amonia pada purge gas dengan menggunakan prinsip absorbsi. Melalui bagian atas scrubber, proses pemisahan menggunakan air demin yang berkontak secara counter current dengan purge gas dan menyerap kandungan

Universitas Sriwijaya

17

amonia. Purge gas yang telah dipisahkan kandungan amonianya kemudian dialirkan menuju Prism Separator. 2. Ammonia Stripper Pada ammonia stripper, kandungan amoniak pada air demin dihilangkan melalui prinsip stripping, yaitu melalui pemanasan air demin yang memiliki kandungan amonia pada reboiler bertekanan sedang (Medium Steam). Akibat pemanasan, amonia pada air demin berubah menjadi uap dan terpisah dengan air demin. Uap amonia menuju bagian atas Ammonia Stripper dan dialirkan keluar untuk didinginkan pada condenser sehingga diperoleh produk liquid ammonia. Air demin yang sudah diolah kembali selanjutnya dikembalikan sebagai air penyerap di Scrubber. 3. Prism Separator Prism Separator merupakan peralatan berbasis membran yang memisahkan fast gas H2 dari slow gas seperti CH4, Ar dan N2. Proses tersebut menggunakan perbedaan tekanan parsial komponen molekul gas antara feed dan permeate, sehingga fast gas akan lebih dahulu masuk dan melewati membran menuju permeate akibat tekanan permeate yang lebih rendah dari tekanan feed. Gas H2 selanjutnya berdifusi melewati lapisan tipis membran Prism Separator sehingga konsentrasi H2 di permeate menjadi lebih tinggi. 4. Ammonia Recovery Unit (ARU) Unit ini berfungsi untuk mengambil kembali NH 3 gas yang terkandung di dalam purge gas yang terdiri dari LP purge gas dan HP purge gas. LP purge gas adalah gas yang berasal dari refrigerant receiver dan refrigerant flash drum yang berfungsi sebagai pengatur panas pada refrigerant system. HP purge gas adalah sebagian gas sintesa yang belum terkonversi menjadi ammonia, yang berasal dari ammonia separator yang kembali ke tingkat akhir kompresor.

Universitas Sriwijaya

18

5. Hydrogen Recovery Unit (HRU) Unit ini berfungsi untuk mengambil atau memisahkan CH4 dari campuran gas H2, N2 dan Ar yang keluar dari bagian top HP ammonia scrubber. Gas sintesa dari ammonia scrubber melewati water KO drum untuk dipisahkan cairannya lalu masuk ke absorber. Disini gas melewati resin yang akan menyerap dan membebaskan syngas dari larutan ammonia, karena di unit cold box, air dan ammonia akan membeku pada temperatur yang sangat rendah sehingga akan menyebabkan kebuntuan pada sistem. 2.6.2 Proses Pembuatan Urea Proses pembuatan urea terbagi menjadi empat seksi, yaitu: 1) Seksi Sintesis Pereaksian urea dari bahan bakunya dilakukan dengan fase cair, umpan berupa ammonia cair, gas CO2 dan larutan karbamat hasil recycle proses terdahulu dimasukkan kedalam reaktor sedangkan kondisi operasi dijaga pada tempeatur 190 oC – 200 oC serta tekanan 200 kg/cm2. Produk hasil rektor merupakan campuran yang terdiri atas urea, ammonium karbamat, biuret, air dan kelebihan amonia. 2) Unit Dekomposisi / Purifikasi Unit dekomposisi merupakan bagian yang bertujuan untuk memisahkan urea dari senyawa-senyawa lain sehingga diperoleh larutan urea dengan konsentrasi yang lebih tinggi. Proses pemisahan ini dilakukan dengan cara pemanasan dan penurunan tekanan. 3) Unit Kristalisasi dan Pembutiran Larutan urea yang berasal dari gas separator dipompakan ke bagian bawah vacuum crystallizer. Bagian bawah crystallizer ini beroperasi pada temperatur 70oC dan tekanan atmosferik. Selain itu, unit ini juga dilengkapi dengan pengaduk untuk mencegah kebuntuan dan menjaga kehomogenan kristal urea. Bagian atas crystallizer beroperasi pada temperatur 68 – 70oC. Pada bagian ini terjadi penguapan Universitas Sriwijaya

19

air karena kondisinya vakum, tujuan dibuat vakum agar proses evaporasi dapat berlangsung pada temperatur rendah sehingga mencegah pembentukan biuret.

Gambar 2.5 Diagram Blok Pembuatan Urea (Andrian, 2011) 2.6.3 Sistem Utilitas Di dalam pabrik Pusri, unit penunjang/offsite/utilitas merupakan unit pendukung yang bertugas mempersiapkan kebutuhan operasional pabrik amonia dan urea, khususnya yang berkaitan dengan penyediaan bahan baku dan bahan pembantu. Selain itu juga menerima buangan dari pabrik amonia dan urea untuk diolah sehingga dapat dimanfaatkan lagi atau dibuang agar tidak mengganggu lingkungan. Unit utilitas di PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang terdiri dari : 1) Gas Metering Station (GMS) 2) Water Treatment 3) Cooling Water System 4) Plant Air dan Instrument Air 5) Steam System 6) Electric Power Generation System (EPGS) 7) Condensate Stripper 2.7 Produk yang Dihasilkan 2.7.1

Produk Utama Produk utama yang dihasilkan Pusri adalah pupuk urea dan amonia. Urea

merupakan senyawa organik yang mengandung karbon, hidrogen, oksigen dan nitrogen. Universitas Sriwijaya

20

Tabel 2.2 Spesifikasi Produk Amonia dan Urea yang Dihasilkan (Rizal, 2011)

2.7.2

Produk Samping

Produk samping PT. Pusri adalah sebagai berikut : 1) CO2 Cair dan CO2 Padat Pusri mulai memproduksi CO2 pertama kali dalam bentuk botol pada tahun 1980. Kemudian sejak tahun 1983, Pusri memproduksi CO 2 cair dan CO2 padat atau es kering. Pusri mampu memproduksi CO 2 cair sampai dengan kapasitas 55 ton CO 2 per hari berkat dukungan teknis dari perusahaan Gases Industriales Buenos Aires, Argentina. Untuk produksi es kering, kapasitas saat ini telah mencapai 4,8 ton per hari. Proses produksi CO2 cair bermula dari gas CO2 dari pabrik amonia yang berlebih. Gas yang berlebih tersebut kemudian dikirim ke pabrik CO 2 cair. Selanjutnya, gas CO2 dimurnikan dan didinginkan pada suhu -30°C sehingga berubah bentuk menjadi cair pada tekanan 15 kg/cm2. Pembuatan es kering atau dry ice dimulai dari CO2 cair yang diubah menjadi CO2 padat pada temperatur -78,8 °C. CO2 padat kemudian ditekan dengan alat press sehingga membentuk silinder berukuran panjang 34 cm dengan penampang garis tengah 15 cm. Universitas Sriwijaya

21

2) Oksigen (O2) dan Nitrogen (N2) PT. Pusri memproduksi oksigen dan nitrogen dengan memisahkan oksigen dan nitrogen dari udara melalui fraksinasi. Proses tersebut dilakukan dalam Air Separation Unit di pabrik dengan teknologi dari Process System Incorporated, New York, Amerika Serikat. Proses produksi berawal dari udara bebas yang dikompresi terlebih dahulu dan kemudian kandungan H2O di udara dihilangkan. 3) Pupuk Organik Pada tahun 2005, PT. Pusri melakukan proyek percontohan yang memanfaatkan sampah rumah tangga yang diolah menjadi pupuk organik. Hasil proyek percontohan saat itu cukup baik dan Pusri menindak lanjuti dengan membangun pabrik pupuk organik. 2.8 Pemasaran dan Distribusi Pada tahun 1979 PT. Pupuk Sriwidjaja ditunjuk sebagai penanggung jawab pengadaan dan penyaluran seluruh jenis pupuk bersubsidi, baik yang berasal dari produksi dalam negeri maupun impor untuk memenuhi kebutuhan program intensifikasi.

(Surat

keputusan

Menteri

Perdagangan

dan

Koperasi

No.

Universitas Sriwijaya

22

56/KP/II/1979) Pada tanggal 1 Desember 1998, pemerintah menghapuskan tata niaga pupuk, baik produksi dalam negeri maupun impor. Keputusan pemerintah tersebut membuat setiap pabrik pupuk untuk memasarkan sendiri produknya di Indonesia, meskipun begitu untuk mencegah persaingan yang tidak sehat, pemerintah menentukan daerah - daerah penyaluran untuk setiap pabrik pupuk yang ada. Namun kebijakan ini lalu direvisi pada tanggal 14 Maret 2001 melalui Kepmenperindag RI No. 93/MPP/Kep/3/2001 yang mengatur kembali tata niaga pupuk. Kebijakan ini menetapkan bahwa unit niaga produksi dan atau produsen melaksanakan penjualan pupuk di lini III (tingkat kabupaten), sedangkan dari kabupaten sampai ke tangan konsumen/petani dilaksanakan oleh distributor (BUMN, swasta, koperasi). Revisi kebijakan distribusi pupuk dilakukan kembali pada tanggal 11 Februari 2003 melalui Kepmenperindag No. 70/MPP/2003 tentang tata niaga pupuk yang bersifat rayonisasi. Hal ini berarti PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang tidak lagi bertanggung jawab untuk pengadaan dan penyediaan pupuk secara nasional tetapi dibagi dalam beberapa rayon. 2.8.1

Pola Pemasaran Pengadaan dan distribusi pupuk oleh PT. Pupuk Sriwijaya Palembang

berdasarkan "Pipe Line Distribution System" dengan pengertian bahwa : 1) PT Pupuk Sriwidjaja mendistribusikan pupuk dari pabrik dalam negeri maupun impor sampai ke gudang lini III tingkat kabupaten secara terus menerus dan berkesinambungan. 2) PT Pupuk Sriwidjaja menjual pupuk langsung kepada end user (petani, perkebunan besar & swasta dan industri) atau melalui distributor resmi dan pengecer resmi. 2.8.2

Sistem Distribusi PT. Pupuk Sriwidjaja dalam hal menjamin ketersediaan pupuk sampai ke

petani dapat dilakukan beberapa langkah pendistribusian, yaitu : 1. Produsen bertanggung jawab untuk mengangkut pupuk dari pabrik sampai ke gudang lini III tingkat kabupaten, untuk siap dijual kepada distributor.

Universitas Sriwijaya

23

2. Distributor membeli pupuk kepada produsen di lini III untuk disampaikan kepada kios pengecer di lini IV tingkat kecamatan. 3. Distributor pangan dipisahkan dengan distributor non-pangan. 4. Masing-masing distributor tidak diperbolehkan membeli dalam jumlah yang besar dan

hanya diperkenankan membeli pupuk sejumlah kebutuhan di

kecamatan yang telah ditentukan. 5. Pengecer hanya mengambil pupuk dari satu distributor untuk selanjutnya dijual langsung kepada petani. 6. Untuk daerah yang sulit dijangkau, pupuk diantar langsung oleh produsen sampai ke kios pengecer. 7. Produsen akan melaksanakan operasi pasar jika terjadi kekurangan pasokan di suatu daerah. Tabel 2.3 Tanggung Jawab Pengadaan dan Penyaluran Pupuk Bersubsidi (Andrian,2011)

Universitas Sriwijaya

Related Documents


More Documents from "Achmad Zulfikar"