17. Pembuatan Dan Persiapan Benda Uji

  • Uploaded by: Lolyyandasari Supardi
  • 0
  • 0
  • February 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 17. Pembuatan Dan Persiapan Benda Uji as PDF for free.

More details

  • Words: 1,538
  • Pages: 9
Loading documents preview...
MODUL PRAKTIKUM

: 17. PEMBUATAN DAN PERSIAPAN BENDA UJI ASTM C-192 TANGGAL PRAKTIKUM : RABU, 5 OKTOBER 2016 PENYUSUN MODUL : USUP MAULANA ASISTEN PENANGGUNG JAWAB : KHOIRII

BAB I PENDAHULUAN

I.1

Maksud dan Tujuan Maksud dari praktikum ini adalah sebagai pegangan dalam pengujian ini untuk menentukan kuat tekan (compressive streght) beton dengan benda uji berbentuk silinder yang dibuat dan dimatangkan (curring) di laboratorium maupun di lapangan. Tujuan pengujian ini juga bisa untuk memperoleh nilai kuat tekan dengan prosedur yang benar. Selain itu juga bisa untuk pemeriksaan kekuatan beton serta untuk mendapatkan benda uji di laboraturium yang memenuhi syarat.

I.2

Dasar Teori a. Beton segar adalah campuran beton yang telah selesai diaduk sampai beberapa saat karakteristiknya tidak berubah. b. Pengambilan contoh dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut : 

Contoh campuran beton segar pertama dan terakhir diambil dalam selang waktu 15 menit.



Pembuatan benda uji untuk kekuatan, dilakukan paling lama 15 menit setelah semua contoh campuran beton segar teraduk kembali dengan rata.



Contoh benda uji harus dibuat secepat mungkin dan dijaga dari pengaruh sinar matahari, angin dan pengaruh lain yang dapat mempercepat penguapan.

c. Jumlah benda uji 

Banyaknya benda uji minimal 3 buah untuk setiap jenis, umur dan kondisi pengujian

. 1



Bila contoh uji yang mencakup vertical yang ditentukan harus dibuat dari 3 kali adukan terpisah dari berbagai umur pengujian.



Umur pengujian yang bisa dilakukan adalah 7 dan 28 hari untuk kekuatan tekan, kecuali beton yang menggunakan bahan tambahan jenis mepercepat waktu pengikat atau menggunakan semen tipe III. Pengujian juga dilakukan pada umur 3,14 dan 28 hari untuk kuat tekan lentur.



Untuk pengujian yang lebih lama, dilakukan pada umur 3,6 dan 12 bulan baik untuk uji tekan maupun uji lentur.

d. Temperatur Bahan–bahan disimpan dalam ruangan dengan temperatur yang seragam antara 20°30° sebelum pengadukan. e. Agregat  Sebelum pencampuran beton, kondisi dan kadar air seluruh agregat harus dijamin seragam.  Agregat dapat disimpan dalam ruangan lembab sampai saat agregat digunakan.  Bila agregat dalam kondisi alami, maka besarnya penyerapan yang sebenarnya harus dihitung dan ditambahkan pada jumlah air adukan.

Perencanaan campuran beton dan Pengendalian mutu beton pada pelaksanaan pembetonan. Dimana Kuat tekan beton adalah besarnya beban per satuan luas, yang menyebabkan benda uji beton hancur bila dibebani dengan gaya tekan tertentu, yang dihasilkan oleh mesin tekan. Pengujian kuat tekan beton dimaksudkan untuk mengetahui nilai kuat tekan beton melalui mesin tekan beton. Besarnya kuat tekan beton ini menunjukkan baik tidaknya mutu pelaksanaan beton. Apabila mutu pelaksanaan beton dan benar maka akan didapat mutu beton sesuai dengan yang diinginkan. Kuat tekan juga dapat diartikan sebagai beban persatuan luas yang menyebabkan beton hancur. Jumlah benda uji yang harus diuji adalah 30 benda uji, apabila kurang dari 30 maka harus dilakukan penyesuaian deviasi dengan factor yang telah di tentukan. Kuat tekan beban

2

beton adalah besarnya beban per satuan luas, yang menyebabkan benda uji beton hancur bila dibebani dengan gaya tekan tertentu, yang dihasilkan oleh mesin tekan. Beton adalah campuran antara semen portland atau semen hidrolik yang lain, agregat halus, agregat kasar dan air, dengan atau tanpa bahan tambahan yang membentuk massa padat (SNI-03-2847-2002). Seiring dengan penambahan umur, beton akan semakin mengeras dan akan mencapai kekuatan rencana (f’c) pada usia 28 hari. Selain itu Kekuatan tekan merupakan salah satu kinerja utama beton. Kekuatan tekan adalah kemampuan beton untuk dapat menerima gaya per satuan luas. Nilai kekuatan beton diketahui dengan melakukan pengujian kuat tekan terhadap benda uji silinder ataupun kubus pada umur 28 hari yang dibebani dengan gaya tekan sampai mencapai beban maksimum. Beban maksimum didapat dari pengujian dengan menggunakan alat compression testing machine. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi mutu dari kekuatan beton, yaitu : 1. Faktor air semen (FAS) Faktor air semen (FAS) merupakan perbandingan antara jumlah air terhadap jumlah semen dalam suatu campuran beton. Fungsi FAS, yaitu : Untuk memungkinkan reaksi kimia yang menyebabkan pengikatan dan berlangsungnya pengerasan. Memberikan kemudahan dalam pengerjaan beton (workability) Semakin tinggi nilai FAS, mengakibatkan penurunan mutu kekuatan beton. Namun nilai FAS yang semakin rendah tidak selalu berarti bahwa kekuatan beton semakin tinggi. Umumnya nilai FAS yang diberikan minimum 0,4 dan maksimum 0,65 (Tri Mulyono, 2004). Sifat-sifat agregat sangat berpengaruh pada mutu campuran beton. Adapun sifatsifat agregat yang perlu diperhatikan seperti, serapan air, kadar air agregat, berat jenis, gradasi agregat, modulus halus butir, kekekalan agregat, kekasaran dan kekerasan agregat. Proporsi semen dan jenis semen yang digunakan. Berhubungan dengan perbandingan jumlah semen yang digunakan saat pembuatan mix design dan jenis semen yang digunakan berdasarkan peruntukkan beton yang akan dibuat. Penentuan jenis semen yang digunakan mengacu pada tempat dimana struktur bangunan yang menggunakan

3

material beton tersebut dibuat, serta pada kebutuhan perencanaan apakah pada saat proses pengecoran membutuhkan kekuatan awal yang tinggi atau normal. I.3

Peralatan dan Bahan a. Cetakan silender diameter 15 cm dan tinggi 30 cm b. Tongkat pemadat dari baja tahar. Karet diameter 16 mm, panjang 60 cm dengan ujung dibulatkan. c. Mesin pengaduk d. Timbangan dengan ketelitian 0,3% dari berat contoh e. Mesin tekan yang kapasitas disesuaikan dengan kebutuhan f. Satu set alat pelapis (capping) g. Peralatan tambahan : ember, skop, sendok cekung, perata dan talam.

4

BAB II PELAKSANAAN PERCOBAAN

II.1

Langkah Kerja a. Pembuatan benda uji 

Benda uji (silinder atau kubus) harus dibuat dengan cetakan yang sesuai dengan bentuk benda uji.



Cetakan diolesi minyak pemulas (oli) agar mudah bila dilepas dari beton cetakan.



Adukan beton diambil langsung dari wadah adukan dengan menggunakan ember atau alat lainnya yang tidak menyerap air. Bila dirasa perlu bagi konsistensi adukan, lakukan pengadukan ulang sebelum dimasukan kedalam cetakan.



Padatkan adukan dalam cetakan, sampai permukaan mengkilap.



Isilah cetakan dengan adukan beton dalam 3 (tiga) lapis, tiap – tiap lapis dipadatkan dengan 25 kali tusukan secara merata. Pada saat melakukan pemadatan lapisan pertama, tongkat pemadat tidak boleh mengenai dasar cetakan. Pada saat pemadatan lapis kedua serta ketiga tongkat pemadat boleh masuk antara 25,4 mm kedalam lapisan bawahnya.



Setelah selesai melakukan pemadatan, ketuklah sisi cetakan perlahan lahan sampai rongga bekas tusuk tertutup. Ratakan permukaan beton dan tutup segera dengan bahan yang kedap air dan tahan karat. Kemudian biarkan beton dalam cetakan selama 24 jam dan ditempatkan ditempat yang bebas dari getaran.



Setelah 24 jam, bukalah cetakan dan keluarkan benda uji.



Rendamlah benda uji dalam bak perendam berisi air yang telah memenuhi syarat untuk perawatan, selama waktu yang dikehendaki.

5

b. Persiapan pengujian 

Ambilah benda uji yang akan ditentukan kekuatan tekannya dari bak perendam. Dengan kain lap, bersihkan kotoran yang menempel.



Tentukan berat dan ukur benda uji.



Untuk benda uji berbentuk silinder, lapislah (capping) permukaan atas dan bawah benda uji dengan mortal belerang.

II.2

Hasil Dokumentasi Kelompok

6

BAB III HASIL PERCOBAAN

III.1

Perhitungan Beton K250

No Penetapan Karakteristik Perencanaan 1 Katagori Jenis Struktur 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Jenis Semen Jenis Agregat Halus Jenis agregat Kasar Rencana Slump (Tabel 1) Kekuatan Tekan Rencana Modulus Kehalusan Agregat Halus (FM) Ukuran max agregat kasar (Tabel 1) Specifik Gravity Agregat Halus (SSD) Specifik Gravity Agregat Kasar (SSD) Berat Isi Agregat Kasar

12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22

Perhitungan Komposisi Beton Rencana air adukan/m3 beton (Tabel 1) Prosentase udara yang terperangkap (Tabel 1) W/C Ratio Berdasar Tabel 2 Berat semen = (12)/ (14) Volume Agregat Kasar per m3 beton (Tabel 3) Berat Agregat Kasar = (16) x (11) Volume Semen = (15) : (3,15x1000) Volume air =(12):1000 Volume agregat Kasar = (17)/(10X1000) Volume udara = (13) Volume agregat halus / m3 beton= 1 m3- ((18)+(19)+(20)+(21))

23 24 25 26 27

Komposisi berat material adukan/m3 beton Semen = (15) Berat Air = (12) Berat Agregat Halus SSD = (22)*(9)*1000 Berat Agregat Kasar SSD = (17) Jumlah semen = (23)/50kg

Silinder Portland Type 1 Pasir Galian Split 8-10 cm 250 kg/cm2 3,06 2,44 mm 5,04% 8,1% 1,45 kg/L

Cm kg/cm2 Mm

195 kg 1,5 % 0,62 314.51 kg 352.28 m3 510.80 kg 0.0998 m3 0.195 m3 0.063 m3 0.015 m3

Kg %

0.627

m3

314.51 kg 195 kg 31.60 kg 510.80 kg 6.29 zak

kg kg kg kg zak

Kg m3 Kg m3 m3 m3 m3

7

32 33 34

Koreksi Nilai Air Campuran Beton Kadar Air agregat halus (k) Kadar Air agregat kasar (k) Absorpsi agregat halus (a) Absorpsi agregat Kasar (a) Jumlah Air = (12) -((28-30)x25/100)-((2931)x26/100) Agregat Halus = (25)-(28-30)x25/100 Agregat Kasar = (26)-(29-31)x26/100

35 36 37 38

Komposisi Adukan Beton/m3- Setelah Koreksi Air Semen = (15) Pasir = (33) Kerikil = (34) Air = (32)

39 40 41 42 43

Silinder Luas AlasxTinggi (3 buah) Volume silinder Volume semen = (39)x(35) Volume pasir =(39)x(36) Volume krikil =(39)x(37) Volume air =(39)x(38)

28 29 30 31

49,6 % 3.99 % 5.04 % 8,1%

% % % %

195.07 30.91 511

kg kg kg

314.51 30.91 511 195.07

kg kg kg kg

0.01591 m3 5 0.49 8.13 3.10

M3 Kg/M3 Kg/M3 Kg/M3 Kg/M3

8

BAB IV KESIMPULAN

IV.1

Kesimpulan Proporsi adukan yang digunakan dalam pembuatan beton disesuaikan dengan benda uji yang akan dibuat dan data yang diperhitungkan.

IV.2

Saran  Perhitungan dilakukan lebih teliti agar kesalahan dapat dihindari.

IV.3

Faktor-faktor Kesalahan yang dapat terjadi pada Praktikum. 1. Kurang terampilnya praktikum dalam menggunakan alat. 2. Menyimpanan waktu sampel kurang dari 24 jam 3. Kurang telitiya saat melihat data yang didapat.

9

Related Documents


More Documents from "Sri MuLyani"