1890_konstruksi Jalan Raya Buku 1 Geometrik Jalan.pdf

  • Uploaded by: El-kapitan Adetia
  • 0
  • 0
  • March 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 1890_konstruksi Jalan Raya Buku 1 Geometrik Jalan.pdf as PDF for free.

More details

  • Words: 51,803
  • Pages: 160
Loading documents preview...
K

LryS{'rRU KSU

UAulAN RAYA

BUITU I

GEOIIIETRII( JALAIT

M-MSAODANGMSCE

IDET-EIIIIIT NOYA

#ffitfrufr BUI(U I

GEOMETRII( JAI,AIT

IR. HA]IIINHAN SAODANG MSCE.

PENERBTT NOVA

KOIAK POS 1468 BANDUNG

Saodan!,f,amlrhan

tr(onstruksl Jalan Baya/oleh Hsmirhon Soodong Cetokqn II. ----- Bcndung : Novar 2OIO.

3 jil. 16x23 cm.

Isi

:

1. GEoMEIRIKIALAN. 2. PERANCANGAN PEnIGRASAN

l.

JAIJTN nAyA" SIRUKIUR & KONSIRUI$IJAUIN RAYA"

Bibliografi

zhlm.2?6

ilirtedifr4a;Lan

ttnhil

kedua olohg

ISBN rsBN ISBN rsBN

1.

- 95847 -2-8 979-95847-3-6 979 - 95847 - 4- 4 979 - 95847 -5 -2 979

Jalan

tuo , dor

no.iil.lengkcp)

iil. l iil.

) 2)

iil.3

Raya

beLuatgoku

)

l.

*rrh$, tiln,<17Y,li-

KONSTRUKSIJAI-AN RAYA

625.7

Hak cipta dilindungi Undang

,

- Und"nr:;,

,,,,,

Dilarang memperbanyak karya.*"flqdi rufrgirn atau seluruhnya, dalam bentuk dan dengan .rr" Iffipriii'termasuk stensil, fotokopi, tanpa ijin tertulis dari penerbit.

IEAIFA PENGaANqtrAR onstruksi Jalan mempunyai peranafl yang cukup besar dalam tatan^n perkembangan pembangunan Nasional. Dalam kelompok sektor Transportasi ; jalan raya berpotensi sebagai penyedia akses transportasi iasa dan barang keseluruh wilayah cakupan perencanaan, yzng betdampak sebagai komponen akselerasi pembangunan wilayah maupun regional. Sebagai salah satu moda transportasi darut, jalan raya merupakan komponen pemicu dinamika pembangunan ekonomi secara umum, pembangunan tata ruang secafa khusus, dan lebih spesifik lagi, sebagai unsur pengembang dari potensipotensi sumber dzya alamiah yang belum muncul, ataupun sumber-sumber potensi sumber daya yang sudah muncul, direvitalisasi untuk lebih diarahkan pada potensi yang lebih berday^- gan . Perkembangan konstruksi jalan r^ya, terurama pembangunan raya mengalami pasaflg surut, mengikuti irama perkembangan ialan pembangunan Nasional. Hal ini berdampak luas pada pengembangan s rana dan prasarafla transportasi dan lingkungan disekitarnya, bahkan dalam skala yang lebih luas. lagi, yaitu pembangunan ekonomi wilayah yang bersaflgkutan. Tidak bedebihan kalau dikatakan bahwa kebutuhan akan pembangunan konstruksi jalan raya akan semakin menumbuhkan dan meningkatkan perkembangan pembangunan Nasional. Dalam periode saat ini pembangunan ialan raya, terarsa. makin surut dibandingkan dengan dekade 197U an, seiring dengan makin terbatasnya dana pembangunan yang dimiliki pemerintah. Alokasi dana pembangunan lebih banyak diarahkan untuk menat:a kembali struktur ekonomi yang sempat terpuruk selama beberapa waktu. Sehingga banyak ruas-ruas jalan terutama poros ekonomi, diseluruh Indonesia meros()t tzizm dalam memberikan pelayanan transportasi angkutan barang maupun iasa. Disatu pihak ialan baru dalam skala besar sama sekali tidak arla pembangunan, selama sepuluh tahun tetakhir ini, ialan-jalan lamapun, makin lama makin banyak yang mengalami degradasi struktur yflnl', berdampak pada berubahnyzpetaialan mantap yang relatif sudah lurniryurr

u<

I I'ONSTBUKSIJAI,AN

DTIflT

r . nrnllml?

rAI A\I

Koto Pe.ngontot

DA.F!f,TAR baik pada periode 198Gan. Banyak ialan yang kembali mengalami kondisi kritis dan bahkan ada beberap^yaflg putus sama sekali. Hal seperti ini, tentunya akzn memberikan banyak pekeriaan tambahan bag para pengelola dan pembina ialan raya, tervtama pembina jalan di tingkat pemedntah daerah, padz erz otonomi daerah sepetti sekarang ini. Disisi lain mungkin pula banyak pelaksana, pengawas dan pemerhati jalan makin kuatir, berapa lama kondisi seperti ini akan bedangsung. Insya Allah, kita semua berharap mudah-mudahan derap pembangunan akan melangkah ltgr, dan tentunya demikian pula dengan pembangunan s t^na. dan prasana termasuk ialan tzya, akan berdenyut kembali. Dalam hal ini, penulis hznya memberikan sedikit sumbang pikir, berupa buku Konsttuksi Jalan ini. Buku Konstruksi Jalan disusun meniadi 3 ( tiga ) buku, dengan tidak menutup kemungkinan berkembang dan bertambah lagi. Sementara kami susun : )BukuI : Geometrik J a,ltn R.:aya

) )

Buku Buku

II III

:

Perancangan Perkerasan Jalan Rayz.

:

Struktur & KonstruksiJalan Raya.

[S[

IIAI,\MANJUDUL I(ATA PENGANTAR I)AFTAR ISI BAB

I

iii

1. PENDAHULUAIN.

1.1,. ' Pengantar 1.2. Lingkup Bahasan..... 1.3. Istilah dan Pengertt^nnya....... BAB

2.

3.

"

1

2 2

KONSEP DASAR DAN PARAMETER GEOMETRIK JAI-AN RAYA

2.1. 2.2. 2.3. 2.4. BAB

.........

19 Kompetensi Geometrik Jalzn&aya Pengertian Perunczngan Geometrik................ 20 ParameterPerancanganGeometrikJalanRaya........ 21, 43 Karakteristik Pemakai Ja1an...........

KRNERIA PERANCANGAN GEOMETRIKJAT.AN RAYA.

Secara umum, pembahasan materi didalam ketiga buku tidak bersambung, jadi berdiri sendiri, namun merupakan satu kesatuan bahasan

yaitu Konstruksi Jalan, yang memang mempunyai cakupan yang luas. Siapapun yang ingin memiliki hanya, salah satu dari ketiga buku, tidak akan kehilangan konteks materi pembahasan, karena memang tidak saling terkait langsung. Walaupun buku-buku ini fauh dari sempurna., harzpan penulis dapat menerima masukan dari siapa saia, untuk lebih disempurnakan lagi, untuk ikut beqpartisipasi dalam sasaran nasional, mencerdaskan bangsa.

Bandung,

3.1.. 3.2. BAB

4.

46 Persyaratan Geometrik JalznRaya Penetapan dan PemetaznTnseJalan.............. 54

ELEMEN GEOMETRIK. 4.1..

Elemen dan Komponen Geometrik

57

4.2. 4.3. 4.4.

Alinyemen Horisontal Alinyemen Vertikal Koordinasi Alinyemen

57

Medio 2004.

Femu[f,s" lll

I(ONSTNUKSIJAIIAN BUKU

T:

GEOMETRIKJAU,N

108

129

Iv

BAB

5.

GEOMETRIK PERSIMPAI\GAI\. 5.1. 5.2.

BAB

6.

6.2. 6.3.

7.

Simpang Sebidang... Simpang Tidak Sebidang....

150 167

PROSEDUR DAIN I-ANGKAH.IANGKAH PERANCANGAN. 6.1,.

BAB

K()NS'I'RIIKiiI JAI,AN

Do6ton Isi

Prosedur

erancangzn Geometrik J alan Raya .......... Pekerjaan Galian dan Timbunan Pedoman Rancangan P

773 177

182

STAKE-OUT GEOMETRTKJAT-AN. 7.1. 7.2. 7.3. 7.4. 7.5. 7.6. 7.7.

Pematokan Lintasan Lurus Pematokan Sumbu Rencana AsJalan Cara Pengukuran Jarak dan Pembuatan Tangen di I-apangan Cara Pembuatan Garis Saling Tegak Lurus Mengatasi Masalah Rintangan di Lapangan ............ Pematokan kngkung Horisontal. Pematokan kngkung Vertikal.....

DAFTAR PUSTAKA Lampiran

1

Lampfuan 2

Lampiran 3 I-,ampiran 4

Lampiran 5a Lampiran 5b l-ampiran 6a Lampiran 6b I-,ampiran 7z l,ampiran 7b

Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel

Lmpkan

I^,

I*, I^o Parameter kngkung SCS, .......... Parameter kngkung SCS, .......... Parameter kngkung SCS2.......... Parametu kngkung SCS2.......... Parameter kngkung SCS........... Parameter kngkung SCS3..........

17

190 194

Lampiran 18 L,mpfuan 1,9 I-ampiran 20

197

l-,ampfuan21 Larnpfuan 22

199

202 210 230 236 237

DAFTARIAMPIRAN

LampiranTc l,ampiran 8a l,ampiran 8b [,ampiran 8c I-ampfuan9a Lampiran 9b Lampiran 10 Lampiran 11 l,ampiran 72 Lampiran 13 Lampiran 14 Lampiran 15 Lampiran 16

238 239 240 241 242

243 244 245 246 247

Lampiran 23 Lampfuan 24 Lampfuan 25

BUKU

I:

GEOMETRIKJAIAN

Irngkung

SCS3..........

Tabel Parameter kngkung : Tabel Parameter kngkung : Tabel Parameter I-engkung : Tabel Parameter kngkung : Tabel Parameter kngkung Tabel Parameter kngkung Tabel Parameter kngkung Tabel Parameter kngkung Tabel Parameter kngkung Tabel Parameter kngkung Tabel Parameter kngkung Tabel Parameter kngkung Tabel Parametet kngkung Tabel Parameter kngkung Tabel Parameter kngkung : Tabel Parameter kngkung

SCS4..........

: Tabel Parameter :

24tl 249 2s0

SCS4..........

SCS4..........

i

251

SCS5 ...;.....i...... 1............ 2s2 2s3 SCS5..........

SS,................:................. SSr.............. SSr.............. SS0.............. SSu............... SSu...........,...

SSr..............

2s4 255 256 257 258

259 260

SSr..............

26t

SSr...............

262

263 264 265 Tabel Konversi Menit ke Desimal 266 Tabel Pelebaran di Tikungan ................. 267 Tabel kbar l.alur dan Bahu Jalan............ Alinyemen Horisontal, Vertikal dan Superelevasi. 268 269 Penampang Melintang J alan ............ SSro

............

SS,,............

BAB 1 PEUUDffiASU I.I.

PENGANTAR

ransportasi secara umum dicirikan dengan digunakannya berbagai moda transportasi oleh manusia untuk melakukan-. mobilitas kegiatan dalam rangka memenuhi hajat hidupnya. Moda transPortasi yang ada, bila ditiniau dari geografis fisik, adalah transportasi darat, laut, sungai, danau dan udara. Transportasi darat meliputi ialan raya dan jalan re[, transportasi udara diwakili angkutan pesawat terbang, transportasi air (laut, sungai, danau dlt.) meliputi perahu, speedboat, iet{oaster. ferry kapal laut dan lain

ETill rJ

sebagainya.

Jalan Raya sejak mulai awal dirintis, hanya berupa lintas lalu lalang manusia untuk mencari nafkah dengan jalan kaki, atau menggunakan kendaraan sederhana beroda tanpa mesin. Makin lama perkembangan jalan berkembang dengan pesat, seiring dengan perkembangan teknologi yang melahirkan macam-macam kendaraan bermesin mulai dari beroda tiga, empat sampai lebih dari empat. Dari semula hanya sebagai alat bantu manusia menemukan sumber makanan, berkembang menjadi merupakan sarana pelayanan iasa angkutan manusia, barang dan bahkan meniadi sarana pengembangan wilayah dan peningkatan ekonomi. Dengan pesatnya perkembangan ialan ini, yang semula hanya dibuat "asal jadi" saia, belakangan mulai dipikirkan syarat-syarat jalan, agar dapat melayani pengguna jalan dengan nyaman, aman, sehat dan cepat, bahkan belakangan ini disyaratkan untuk memenuhi berwa'nasan lingkungan. Persyaratan geometrik jalan, adalah salah satu dari perryaratanpersyaratan yang ada, untuk memberikan kenyamanan, keamanan dan kecepatan tersebut diatas. Banyak syarat-syarat lain diluar syarat geometrik ini, yang merupakan persyaratan konstruksi jalan secara umum, meliputi antara lain persyaratan struktur jalan, persyaratan bahan ialan, persyaratan pelaksanaan jalan dan lain-lain.

KONSTBIIKSIJALAN

BUKU r

:

GEOME'IRIKJAI,A,N

I

I'rtlol(u0,uur

1.3.1.1.

umum Konstruksi Jalan Raya tidak hanya terbatas pada Geometrik Jalan saja, namun untuk pegangan dasar bagi pemerhati, pelaksana,pengawas.. d_an siapap.r. yr.rj be.k-.p"ntingan dilam disiplin Secara

ilmu ini, Geometrik Jalan merupakan bekal awal ,rriuk mendarami dan memahami pengertian dasar dari suatu bentukan konstruksi yaitu Konstruksi Jalan Raya. sesudahnya baru didekati lagi dengan pendekatan struktur, yang lebih mengarah pada bentuk fisik dai kekuatan konstruksi ialan, yang memerlukan penelaahan perencanaan yang lebih matang dan

akurat.

1.2. -

Raya

z

(A). Sistem Jaringan Jalan Primer

-

Arteri Primer, Jalan Kolektor Primer, dan Jalan l.okal Primer Jalan

(B). Sistem Jaringan Jalan Sekunder

LINGKUP BAHASAN

cakupan dari buku Konstruksi Jalan - Buku r : Geometrik Jalan ini, akan terdiri dari: ) Penjelasan Umum mengenai Geometrik Jalan,

) ) ) ) ) ) ) ) )

Maksud dan Tujuan perencanaan GeometrikJalan, Konsep Dasar perencanaan Geometrik Jalan, PersyaratanGeometrik. Komponen GeometrikJalan Alinyemen Horisontal dan persyaratannya, Alinyemen Vertikal dan persyaratannya . GeometrikPersimpangan Prosedur dan pedoman Stake-out

_ Pada setiap bahasan yang dianggap perlu disertakan contoh
I.3.

KlassifikasiJalan Menurut Fungsi fPerunrn

ISTIII\H DAN PENGERTIANT{YA

1.3.1. KrltsslFriQ{,srJALAN

-

Arteri Sekunder, Jalan Kolektor Sekunder dan Jilan tokal Sekunder Jalan

(A)

SistemJaringanJalanPrimer

Jaringan Jalan Primer adalah jalan yang menghubungkan simpul-simpul jasa distribusi dalam Struktur Pengembangan'Wilayah, Sistem

dengan ketentuan sebagai berikut:

(i)

Didalam satu Satuan \i7ilayah Pengembangan, system jaringan jalan primer, menghubungkan kota jenjang kesatu, kedua, ketiga dan jenjang dibawahnya, secara terus menerus sampai ke persil. (ii) Antar Satuan t0(rilayah Pengembangan, system jaringan primer menghubungkan kota jenjang kesatu dengan kota jenjang kesatu. - Jalan Arteri Primer, menghubungkan kota jenfang kesatu, yang terletak bcrdampingan, atau menghubungkan kota ienjang kesatu dengan kota jenjang kedua.

Kolektor Primer, menghubungkan kota ienjang kedua dengan kota jenjang kedua, atau menghubungkan kota jenjang kesatu dengan kota jenjang ketiga, atau menghubungkan kota jenjang kedua dengan kot.r

- Jalan

ienjang ketiga.

- Jalan Lokal Primer, menghubungkan kota jenjang ketiga deng,lrr kot.r icnjang ketiga, atau menghubungkan kota jenjang kedua dcngan l)crsil. rrtau menghubungkan kota jenjang ketiga dengan Persil.

KONIiTRI]KSI JAI,A]\I

BUKU I

:

GEOMETRIK JALAN

I

Sistem jaringan primer, disusun mengikuti ketentuan pengaturan tata ruang dan struktur pengembangan wilayah tingkat Nasional yang menghubungkan simpul-simpul jasa distribusi sebagai berikut: A.1. Jalan Arteri Primer

a. b. c. d. e. f.

b. c. d. e.

(B)

Didesain paling rendah dengan kecepatan 60 km/jam. Lebar badan jalan tidak kurang dari 8 meter. Kapasitas lebih besar daripada volume lalu lintas rata{ata. lalu-lintas jarak jauh tidak boleh terganggu oleh lalu lintas ulang-alik, lalu lintas lokal dan kegiatan lokal. Jumlah jalan masuk, ke jalan Arteri Primer, dibatasi secaia effisien sehingga kecepatan 60 km/jam dan kapasitas besar tetap terpenuhi Persimpangan pada jalan Arteri Primer harus dapat memenuhi ketentuan kecepatan dan volume laluJintas. :

Didesain untuk kecepatan rencana paling rendah a0 km/

jr-.

Lebar badan jalan tidak kurang dari T,0O meter.

Kapasitas sama atau lebih besar dari volume rata-rata.

lalu lintas

Jumlah jalan masuk dibatasi, dan direncanakan sehingga dapat dipenuhi kecepatan paling rendah 40 km/jam. Jalan kolektor primer, tidak terputus walaupun memasuki kota.

A.3. Jalan Lokal Primer

a. b.

c.

Jalan lokal primer tidak terputus,walaupun'memasuki desa'

SistemJaringanJalanSekunder.

:

A.2. Jalan Kolektor Primer

a.

6

',.rrk rlu0uou

Sistem Jaringan Jalan Sekunder, adalah ialan yang menghubungkan

kawasan-kawasan fungsi primer, fungsi sekunder kesatu, fungsi sekunder kedua, fungsi sekunder ketiga dan seterusnya sampai ke perumahan dalam satu'Wllayah Perkotaan. -Jalan Arteri Sekunder, menghubungkan kardasan primer dengan kawasan sekunder kesatu, atau menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekunder kedua. - Jalan Kolektor Sekunder, menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder kedua, atau menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder ketiga. kesatu dengan - Jalan Lokal Sekunder, menghubungkan kawasan sekunder'kedua dengan perr-"harr, atau menghubungkan kawasan sekunder dengan sekunder ketiga kawasan perumahan, atau menghubungkan perumahan. Sistem iaringan ialan sekunder, mengikuti ketentuan Pengaturan tata ruang kota yang menghubungkan kawasan-kawasan yang mempunyai fungsi primer, fungsi sekunder kesatu, fungsi sekunder kedua, fungsi sekunder

ketiga dan seterusnya sampai ke perumahan, dengan batasan berikut : 8.1. Jalan

a. :

Didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 20 km/jam. Lebar badan jalan tidak kurang dari 6,(X) m

b.

Arteri Sekunder

sebagai

:

Didesain berdasarkan kecepatan paling rendah 30 knt/

ja-.

Kapasitas sama atau lebih besar dari volume

lalu

lint;rs

rata-rata. c.

Lebar badan jalan tidak kurang dari 8,00 metcr.

d.

Pada jalan arteri sekunder, lalu lintas terganggu oleh lalu lintas lambat.

ccplt titl.rk lrolrlr

K()NIiTRTIl(ltI JAI,AN

e.

BUKU T

Persimpangan ialan dengan pengaturan tertentu harus memenuhi kecepatan tidak kurang dari 30 km/jam.

8.2. Jalan Kolektor Sekunder

:

a.

Didesain berdasarkan kecepatan paling rendah 20 km/

b.

iam. Lebar badan ialan tidak.kurang dari 7,00 meter.

B.3. Jalan Lokal Sekunder :

a. b. c.

Didesain berdasarkan kecepatan paling rendah 10 kmr/jam Lebar badan ialan tidak kurang dari 5,00 meter. . Dengan kecepatan paling rendah 10 kmr/jam, bukan di diperuntukkan untuk roda tiga atau lebih. d. Yang tidak diperuntukkan kendaraan roda tiga atau lebih harus mempunyai lebar jalan tidak kurang dari 3,5 meter. Secara diagramatis, klassifikasi falan menurut fungsi, digambarkan pada Gbr. 1.1.

1.3.1.2.

KlassifikasiJalanMenurutWewenangPembinaan

Jaringan jalan dikelompokkan menurut wewenang pembinaan, terdiri dari: (A). Jalan Nasional

-

Arteri Primer, Jalan Kolektor Primer, yang menghubungkan antar ibukota Propinsi. Jalan selain dari yang termasuk artery'kolektor primer, yang nilai strategis terhadap kepentingan Nasional, yakni mempunyai jalan yang tidak dominan terhadap pengembangan ekonomi, tapi nrcmpunyai peranan menjamin kesatuan dan keutuhan nasional, melayani dacrahdacrah yang rawan dan lainJain . Jalan

II

: GEOMETRIKJAI-AN

r,krlluluur

(tl). Jalan Propinsi

-

Jalan Kolektor Primer, yang menghubungkan ibukota Propinsi dengan i bukota Kabupaten /Kotamadya. - Jalan Kolektor Primer, yang menghubungkan antar ibukota Kabupaten/Kotamadya. - Jalan selain dari yang disebut diatas, yang mempunyai nilai strategis terhadap kepentingan Propinsi, yakni jalan yang biarpun tidak dominan terhadap perkembangan ekonomi, tapi mempunyai peranan tertentu dalam menjamin terselenggaranya pemerintah yang \aik dalam Pemerintahan Daerah Tingkat I dan terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan sosial lainnya. - Jalan dalam Daerah Khusus Ibukota Jakarta, kecuali jalan yang termasuk Jalan Nasional. (C). Jalan Kabupaten

-

Jalan Kolektor Primer, yang tidak termasuk dalam kelompok ialan

Nasional dan kelompok Jalan Propinsi. - Jalan Lokal Primer - Jalan Sekunder lain, selain sebagaimana dimaksud sebagai Jalan Nasional, dan Jalan Propinsi. - Jalan selain dari yang disebutkan diatas, yang mempunyai nilai strategis terhadap kepentingan Kabupaten, yakni jalan yang walaupun tidak dominan terhadap pengembangan ekonomi, tapi mempunyai peranan tertentu dalam menjamin terselenggaranya pemerintahan dalam Pemerintah Daerah. (D). Jalan Kotamadya

Jaringan jalan sekunder di dalam Kotamadya. (E). Jalan Desa.

8

-

lt()Ns't'BlrK$t JAt aN

BUKU t

: GliOMIil'RlK.IAI-AN

Jaringan jalan sekunder di dalam desa, yang merupakan hasil swadaya di desa maupun di kelurahan.

nrasyarakat, baik yang ada

I

)r,nrlttl{u0

ur

e

rn

(l'). Jalan Khusus

- Jalan yang dibangun dan dipelihara oleh

Instansy'Badan Hukum/Perorangan untuk melayani kepentingan masing-masing .

BERDASARKAN FUNGSI (rru-No.13l19ao & PP.NO.26I1966)

Klassifikasi Jalan menurut wewenang dapat dilihat pada Gbr.1.2.

1.3.1.3.

KlassifikasiJalan Menurut KelasJalan

KP Klassifikasi Jalan menurut Kelas Jalan dapat dilihat pada Tabel 1.1a (untuk ialan antar kota) dan Tabel 1.1b.(untuk jalan perkotaan) dan Tabel 1.1c. (untuk jalan Kabupaten) berikut ini:

/

I

lap AF

TABEL 1.1a. Klassifikasi lalan antar Kota

II l-r
ryl IGIERANGAN

T!g] AP

KP LF

: : :

",'-Jtit LP

ltrr

Lokal

III B III C

Sumber : TPGJAK

:

m KorA JENJAT{c I tE KoTA JENJANG II [m K0TA JENJANG Iu

Kolektor

I II III A III A

KP

ttt [-

-_

KOTA PXN. K(}TA PKT.

X(yIA PKL

KCTTA JENJANG DIBATAHNYA,

PERSIL

AATERI PRIXER

KOLEICIOR PRIITER IOICAL PRII{ER

Gbr. 1.1. KlassifikasiJalan Menurut Fungsi

Muatan Sumbu Terberat

Kelas

Arteri

KP

LP

Fungsi

- No.038/T /BM/

>10 10 8

I 8 1997

TABEL 1.1b. KlassifikasiJalan Perkotaan O i). JALAN TIPE I ( P.,grtu,".,1alan Masuk: Penuh ) KETAS

Fungsi

PRIMER

:

tr Arteri

I

Kolektor SEKUNDER: n Arteri

I II II

Sumber: Standar Perencanaan Geometrik untukJalan Perkotaan

- 1988

to

KONSTITIKSIJALAN

BUKU T

:

GEOMETRIKJAI^A,N

tt

Perdn(u0ucrn

O ii). JALAN TIPE II ( P.',g"tr.r.,Jalan Masuk: Sebagian atau txnpa pentrturxn KELAS VOLUME Fungsi I.ALU LINTAS

ADMINISTRASI (PP. NO.26 T1I.1985 Ps.43,44,45)

( dalam SMP ) PRIMER

:

Arteri n Kolektor

10.000

I I

10.000

II

tr

SEKUNDER: r Arteri

I

> 20.000 < 20.000

II u III

> 6.000 < 6,.000 > 500 < 500

n Kolektor n Jalan Lokal

IIT

ry

Sumber : Standar Perencanaan Geometrik untukJalan Perkotaan

Tabel 1.1c. Klassifikasi Jalan Kabupaten Jalan Kabupaten

-

1992

:

Petunjuk Perencanaan Teknis

Dirjen Bina Marga.)

VOLUME LALU LINTAS

Fungsi

(Sumber

KELAS

KECEPATAN ( km/jam )

( dalam SMP ) I(ETERAI{GAN

O

@ (1 q9 KorA r.,ArNNYA

(x)

O ti;

MEDAN

:

rBUKorA pnoprxsr rBUKorA KAB./ KoDyA IBUKoTA KEcAMATAN

N: P: K=

NASIOANAL PROPINSI I(ABUPATEN

SEKUNDER:

o Jalan Lokal

> 500 201 - 500 50

-

200

<50

srRATEGrs NAsToNAL srRATEcrs pRopINsI srRATEcrs r(ABUrATEN

ilx,

1.2. Klrrssilikasi Jalan

menurut Wewenang Pembinaan.

(l).

D

B

G

TII

A

50

40

30

III

B1

40

30

30

TII 82

40

30

30

MC

30

30

20

1.3.2. BAGTANJAIIIN (

-

1988

Daerah ManfaatJalan (DAMAJA).

12

KOn-STBUIiSIJALAN

BUKU T

: GEOMETRIKJAI.AN

I

UU.I3/1,980 Tentang Jalan dan PP 26/85 Tentang Jalan menyebutkan bahwa Damaja adalah suatu ruang sepanjang jalan, yang dibatasi oleh lebar, tinggi dan kedalaman ruang bebas tertentu, yang dimanfaatkan untuk konstruksi jalan, terdiri dari badan jalan, saluran tepi jalan dan

lI

*

I

-

-' - - -' - - -' - - - --€Al*sl(ETtllootAllfAMAr^- - - - - - - - - -

-

..

nruarr

i |-..:$" >Efq : bahu:i i r -;.::l l'-o.l,n

ambang pengamannya

(2).

t8

'r,r,tlt rfl u0.uor,

Milik Jalan (DAMIJA) atau disebut juga ROW (Right of ti(/ry), meliputi Damaja dan sejalur tanah tertentu , dibatasi oleh patok Daerah

r* i par+lil batas t

tanda batas Damija.

:^T',"

!

ii

i

:

uarru

I

Ambang Pengaman, lajur terluar Damaja, dimaksudkan untuk mengamankan bangunan konstruksi jalan, terhadap struktur lain, untuk tidak masuk kawasan jalan. (3). Perkerasan Jalan, adalah lapisan konstruksi yang dipasang langsung diatas tanah dasar badan jalan, pada jalur lalu lintas, yang bertujuan untuk menerima dan menahan beban langsung dari lalu lintas. (4). Tanah dasar (subgrade), adalah lapisan tanah asli/tidak asli yang disiapkan/ diperbaiki kondisinya, untuk meletakkan perkerasan jalan.

ii II

:tjrijll

)

i =liJan jt

-

::*

DAi,iuA

t

pi

-i,som

Arteri ; Min 2O,O m Kolektor: Min 15 ,0 m Lokal : Min 10,0 m

Gbr.1.3. Posisi Damaiq Damiia dan Dawasia

1.3.3. STRUKTUR JALAN

(2).

I

r r i i rr iI! Ii: L*r"*i ,^,,,-,1.,,,--. ! ,,,.i, i--f---rfll!eler'lrf1.-'--''l

Daerah Pengawasan Jalan (DA\i(ASJA), adalah sejalur tanah, yang terletak diluar Damija, yang penggunaannya diawasi oleh pembina jalan, dengan maksud agar tidak mengganggu pandangan pengemudi dan bangunan konstruksi jalan. Gambaran posisi Damaja, Damija dan Dawasja, untuk jalan antar kota dapat dilihat pada Gbr.1.3.

Badan )alan, adalah bagian jalan, yang meliputi seluruh jalur lalu lintas, trotoar, median dan bahu jalan, serta talud/lereng badan jalan, yang merupakan satu kesatuan untuk mendukung beban lalu lintas yang lewat diatas permukaan jalan.

-T

I

.l

(3).

(1).

-

t.3.4. GEOMETRTKJAT-AN

o

Penampang MelintangJabn

:

(1).

Jalur Lalu Lintas, adalah bagian jalan yang digunakan untuk lalu lintas kendaraar,yang secara fisik berupa perkerasan jalan. (2). Lajur. adalah bagian jalur lalu lintas yang memaniang, dibatasi oleh marka lajur falan, memiliki lebar yang cukup untuk dilewati suatu kendaraan bermotor sesuai kendaraan rencana. (3). Bahu Jalan, adalah bagian jalan yang berdampingan ditepi lirlur lalu lintas, dan harus diperkeras, berfungsi untuk lajur lalu lintas darur.rt. ruang bebas samping dan penyangga perkerasan terhadap bcbrrrt lalu lintas.

(

IAI'ATAN : Istilah yang lebih lengkap akan disajikan pada Buku 2: Perkerasan Jalan.

(4). Median, adalah bagian jalan yang secara fisik mcmisllrk.rtt tlur jalur lalu lintas yang berlawanan arah, guna memungkirtkrur kcrttllralt bergerak cepat dan aman. Fungsi median adalah : nrcnris.rlrkrrr rlui llttntr

II

hrr\x'l'til rtrtil J.{l,AN

BUKU

1

:

GEOMETRIK JAI^AN

lalu

lrrrt.rs yir.g berlawanan, ruang lapak tunggu penyeberang jalan, pencnrl),rl,rrr fbsilitas jalan, tempat prasarana pekerjaan sementara, penghii.ruan, pemberhentian darurat, cadangan lajur dan mengurangi silau dari lanrpu kendaraan pada malam hari dari arah berlawanan. (5). T'rotoar, adalah jalur pejalan kaki yang terletak pada Damija, diberi lapisan permukaan, diberi elevasi yang lebih tinggi dari permukaan perkerasan, dan umumnya sejajar dengan jalur lalu lintas kend araan. (6). ' Saluran tepy'samping, adala.h selokan yang berfungsi untuk menampung dan mengalirkan air hujan, limpasan dari permukaan jalan dan daerah sekitarnya.

(7). Lereng/talud, adalah bagian tepi perkerasan yang diberi kemiringan, untuk menyalurkan air ke saluran tepi. Dapat juga berarti lereng kiri-kanan jalan dari suatu perbukitan, yang dipotong untuk pembentukan badan jalan. (8). Separator, adalah bagian jalan yang ditinggikan pada ruang pemisah jalur, biasa ditempatkan dibagian luar, dibatasi oleh kerb, untuk mencegah kendaraan keluar dari jalur. (9). Pulau lalu lintas (traffic island), adalah bagian dari persimpangan --.rrgrrrhfr, jalan, yang ditinggikan dengan kerb, yang berfungsi untuk lalu lintas, juga sebagai fasilitas pejalan kaki, pada saat menunggu kesempatan menyeberang.

(10).

Kanal Jalan(Channel), adalah merupakan bagian persimpangan sebidang, yang khusus disediakan untuk membeloknya kendaraan, ditandai oleh marka jalan, atau dipisahkan oleh pulau lalu lintas. (11).. Jalur tambahan (auxilliary lane), adalah merupakan jalur yang disediakan untuk belok kiry'kanan, atau perlambatan/percepatan kendaraan.

(12). Jalur tepian (marginal strip), adalah bagian dari median

arau

separator luar, disisi bagian yang ditinggikan, yang sebidang dengan jalur

lalu lintas, diperkeras dengan bahan yang sama dengan jalur lalu lintas, dan disediakan untuk mengamankan ruang bebas samping dari jalur lalu lintas.

(13).

Jalur sepeda(bicycle way), adalah ialur khusus pengendara sepeda dan becak, biasa dibangun sejajar dengan jalur lalu lintas, namun dipisahkan dari jalur lalu lintas oleh struktur fisik seperti kerb atau guardrail. Fasilitas ini sangat jarang ditemui di Indonesia.

l'rnrlulu0,urtr

!lr

(14).

Jalur parkir(parking lane/stopping lane), adalah jalur khusus yang rlisediakan untuk parkir atau berhenti, yang merupakan bagian dari jalur lalu lintas.

(15). Jalur tanaman (planted strip), adalah bagian dari jalan yang disediakan untuk penanaman pohon, yang ditempatkan menerus scpanjang trotoar, jalan sepeda atau bahu ialan. (16). Jalur lalu lintas lambat, adalah jalur yang ditentukan khusus untuk kendaraan lambat. (17). Jalur putaran (turning lane), adalah jalur khusus kendaraan yang disediakan pada persimpangan untuk perlambatan, perpindahan jalur dan untuk menunggu pada saat kendaraan berputar.

(18). Jalur

percepatanfperlambatan (acceleration/deceleration lane), adalah jalur yang disediakan untuk percepatan/perlambatan kendaraan pada saat akan masuk/keluar jalur lalu lintas menerus. (19). Pemisah luar (outer separation), adalah ruang yang diadakan untuk memisahkan jalur samping dari jalur lalu lintas menerus, atau untuk memisahkan jalur lalu lintas lambat dari ialur lain.

a (1).

Elemen Geometrik:

Alinyemen Horisontal, adalah proyeksi sumbu ialan pada bidang horisontal, terdiri dari bagian lurus dan lengkung. (2). Alinyemen Vertikal, adalah perpotongan bidang vertikal dengan bidang permukaan, perkerasan jalan, melalui sumbur/as jalan, yang umumnya disebut profilf penampang memanjang jalan. (3). Alinyemen pada tikungan (curved alignment), adalah seluruh bagian dari lengkung peralihan dan lengkung lingkaran. (4). Jalur pendakian (climbing lane), adalah jalur jalan yang disediakan pada bagian ruas jalan dengan kemiringan besar, untuk menampung kendaraan berat pada saat menaniak, agar tidak mengganggu kendaraan lain, yang lebih cepat (5). Jalur samping (frontage road), adalah jalan yang dibangun sejajar sepanjang jalur lalu lintas menerus, berfungsi sebagai akses tambahan pada lahan sekitar atau jalan lokal, biasa dipisahkan oleh struktur fisik sepcrti kerb atau pagar pelindung (guard-rail).

t3

h(rNn,t'l3lrK$IJALAN

BUKUT: GEOMETRIKJAU,N I

(6).

Pengaturan jalan masuk (access control), adalah suatu kaidah rrrc'gcnai jalan masuk,y:ng diterapkan meralui .urtu dan hak jalan rr.suk umum' dari dan ke tempat-iempat yang berada "au."n disepanjang jalan. (7)' Ruang bebas jalan (clearance of road), adalah ,.rrrrg pengandaian

i,rrrlrrfluIurrr

((,).

Bagian tangen, adalah bagian yang berbentuk lurus, sebelum atau rcsudah terjadi perubahan bentuk rnenjadi suatu lengkungan, pada suatu rikungan.

yang dibuat pada permukaan jalan, y^rg hanya disediakan untuk kcdaraan atau pejalan kaki, dimana dalam- batas ruang tersebut, tidak diijinkan adanya struktur lain selain strukrur jalan, utilitas, pohon

(7).

(ti)..

rrtau lingkaran.

atau

bcnda yang tidak bergerak lainnya.

Panjang kritis tanjakan (critical rength of grade), adalah panjang maksimum ilang ditentukan pada suatu tanjakan, ai.nr* kendaraan berat dengan muatan penuh, dapat beroperasi pada batas pengurangan kecepatan. Pengurangan kecepatan yang diijinkan, ditentukan berdasarkan kecepatan rencana dari jalan yang be.sairgkutan. (9). Koordinasi Alinyemen, adalah perpaduan serasi antara alinyemen

lrorisontal, vertikal,

. dan

p.rr-prrg jalan, sedemikian baik, ,*", dan nyaman.

menghasilkan komposisi jalan yang

o

i.o-.,ri.

yang

Derajat'Kelengkungan, adarah sudut yang dibentuk oleh kedua jarij:rri suatu lengkungan atau tikungan, yang meng-hasilkan panjang b,rru, zs nl.

j.r l.r r r.

(ll'

kcbagian lurus suatu ruas jalan. Bagian lengkung

ini bisa berbentuk spiral

(8). Daerah bebas samping, adalah ruang yang disediakan pada suatu tikungan, agar pengemudi mempunyai kebebasan pandangan, sesuai jarak pandang yang dipersyaratkan.

(9).

Pelebaran tikungan, adalah penambahan lebar suatu perkerasan,

agar kendaraan, pada saat melewati tikungan, dengan kecepatan tertentu, tetap pada jalur yang sudah ditentukan

a

Jari-iarilengkungan/tikungan, adarah jari-jaritikungan yang ditarik

pusat lengkungan, dengan ..r.-.rrr,hi Lriteria

tlisyirratkan.

(.]).

Bagian lengkung (curved section), adalah bagian berbentuk lcngkung, yang merupakan transisi peralihan dan penyesuaian kecepatan kcndaraan, pada saat meninggalkan atau menuju bagian tangen kembali

Parameter Perencanaan Geometrik:

Komponen Geometrik:

(.1)..

{1.i (2)-

,.hir,gg,

a7

Kelandaian (grade), kemiringan memanjang dari suatu bagian ruas superelevasi Jalan, kemiringan merintang pemukaan jalan pada

h.rg,i.r. tikungan suatu alinyemen horisontaf yang dibuat untuk rrrcr 11;i rrrb.r,gi gaya sentrifugal yang diakibatkan ol.h k.rirrrrrr. (.t) l'c.gkung Peralihan, adalah lengkung pada tikungan yang ,lr1',rrrr.rk.rrr u,ttk mengadakan perarihan dari blgian jalan yang lurus ke lugr.rr j;rl;* yang -.*prrryri jai-jari lengk;g ;;;r; k-emiringan Irlurrl4.rrr tcr tclltu .rtau. sebaliknya.

(1). Kecepatan Rencana (Design Speed), adalah kecepatan maksimum yang aman, dan bisa tetap dipertahankan pada suatu ruas jalan, apabila keadaan jalan tersebut baik,dan sesuai dengan yang ditentukan didalam perencanaan awal.

(2).

Kendaraan Rencana (Design Vehicle), adalah kendaraan dengan berat , dimensi dan karakteristik operasi tertentu yang digunakan untuk perencanaan jalan, agar dapat menampung kendaraan dari tipe yang direncanakan. (3). Volume Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR), adalah volume total kendaraan yang melintasi suatu titik atau ruas jalan, untuk kedua jurusan, selama satu tahun, dibagi oleh jumlah hari dalam satu tahun. (4). Volume Jam Rencana (V]R), adalah prakiraan volume lalu lintas perjam, pada jam sibuk tahun rencana,dinyatakan dalam satuan SMP/jam, dihitung dari perkalian VLHR dengan faktor K ( faktor volume lalu lintas iam sibuk ). (5). Volume Lalu lintas Harian Rencana (VLHR), adalah prakiririrn volume lalu lintas harian, untuk masa yang akan datang, pada bagian jrrl.rrr tcrtentu.

I

t

h(rNH'l'!31rlrtit JAI,AN

(('). Satuan Mobil

BUKU T

:

GEOMETRIKJAI^AN

Penumpang (SMP), adalah jumlah mobil

t)cnr.r,npilng, yang digantikan tempatnya oleh kendaraan jenis lain, dalam korrtlisi jalan, lalu lintas dan pengawasan yang berlaku. (7) Kapasitas, adalah volume lalu lintas maksimum (mantap) yang tl.rp.rt dipertahankan (tetap) pada suatu bagian jalan dalam kondisi tertentu yirng, merupakan jumlah lalu lintas atau kendaraan yang dapat melewati suiltu penampang, dalam waktu, kondisi jalan dan lalu lintas tertentu. (tt) Tingkat Pelayanan (Level of Services), adalah tolok ukur untuk rrrcrr i lai kualitas pelayanan suatu sistem transportas i ialan. (9). Gaya sentrifugal, adalah gaya yang mendorong kendaraan kearah rirdial keluar dari lajur jalan, akibat suatu kecepatan kendaraan yang rrrclalui tikungan. ( l0). Koefisien geser melintang, adalah besarnya gesekan yang timbul irntara ban kendaraan dengan permukaan jalan, dalam arah melintang i.rlan.

(ll).

Jarak pandang henti, adalah jarak minimum yang diperlukan oleh st'tiap pengemudi, untuk menghentikan kendaraannya dengan aman, lxgitu melihat adanya halangan didepan. (12)- Jarak pandang menyiap, adalah iarak yang memungkinkan suatu kcrrdaraan mendahului kendaraan lain didepannya, dengan aman sampai kcrrdaraan tersebut kembali ke lajur semula.

BA,B g

IEOIISEP DA,SS-EB

CLANN

PAR,AUGEqHER, G}E@ffiE!HR,UK

Jdr,ea,[s R4\"!rA 2.1. KOMPETENST GEOMETRTKJAT-AI\r RAYA EDf LJ-

efencanaan geometfik merupakan bagian

dari suatu pefencaflaan

konstruksi ialan, yzng meliputi r^t7c^ngzn pola arah

dan

visualisasi dimensi nyata da:i suatu tfase ialan beserta bagian-bagiannya., .lisesuaikan dengan pefsyafatan parametef pengendara, kendztaan dan lalulintas. Melalui petencln afi geometrik, diusahakan untuk dapat menciptakan hubungan yang serasi antafz faktor-faktof y^tlg berkaitan tlengan pafametef tersebut diatas, sehingga akan dihasilkan suatu efisiensi, keamanan sefta kenyamanan y^ng paling optimal, dalam batas-batas pertimbangan toleransi yang masih dianggap layak. Perencanaan geometrik secara umum, menyangkut aspek-aspek pefencanaan elemen jalan seperti lebar ialan, tikurrgan, kelandaian ialan, dan jarak pandangan serta kombinasi dari bagian-bagian tersebut, baik untuk suatu ruas jalan, maupun untuk perlintasan diantara dua atau

lebih ruas-ruas ialan. Perencanaan geometrik akan lebih memperhatikan beberapa pafametef yang terkait langsung dengan karakteristik lalulintas dan tufunannya, berbeda dengan pefencanaan struktur ialan, yzng lebih menyoroti faktor kekuatan akibat beban dari lalu lintas tersebut. Dalam peferrczna n izlan rzyz, pola dan bentuk geometrik harus direncanakan sedemikian rupa sehingga ialan yang bersangkutan dapat memberikan pelayanan yang optimal kepada lalu lintas sesuai dengan [ungsinya.

Dalam tinjauan pembangunan berkelaniutan, pefencanaan geomctrik aclalah merupakan fase laniutan dari langkah penyiapan suatu pfasaran,t

t9

tO

h(rNN'l'ttl lltt{l JAI,AN

BUKU t

:

GEOMETRIK.IAI-AN

jllarr

sccara utuh, yang kemudian akan diikuti dengan serangkaian fase selrrrrjutnya yang lebih menekankan pada langkah membangun struktur i;rlan sesuai dengan kriteria fungsional jalan.

2.2.

PENGERTIANPERANCANGAN GEOMETRII(

Perencanaan geometrik jalan merupakan suatu perencanaan route dari suatu ruas ialan secara lengkap, menyangkut beberapa komponen jalan yang dirancang berdasarkan kelengkapan data dasar, yang didapatkan dar:i hasil survey lapangan kemudian dianalisis berdasarkan acuan pe:syaratafl perencanaan geometrik yang bedaku. Acuan perencan zn yang dimaksud

adzlzh sesuai dengan standar perencanz^n geometrik yang dianut di Indonesia.Standar perencanaan tersebut, dibuat oleh Direktorat Jenderal Bina Marga (sekarang dilebur dalam Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah-Kimpraswil) yang disesuaikan dengan klassifikasi jalan berdasarkan peruntukan ialan raya, yaitu : 1. Peraturan Perencanaan GeomerrikJalan Raya No. 013/ 1990. 2. Sandar Perencanaan Geometrik untukJalan Perkotaan ,1,992 3. Peraturan Perencanaan Geometrik untukJalan Antar Kota No. 038/T/BM/1997. Dalam penentuan route suatu ruas ialan, sebelum sampai pada suatu kep,utusan akhir perancangan, banyak faktor internal yang perlu ditinjau, sepefti: - tat^ ruang dimana jalan akan dibangun, - data peruncang n sebelumnya pa'da lokasi atau sekitar lokasi, - tingkat kecelakaan y^fig pernah terjadi akibat permasalahan

-

geometrik, tingkat perkembangan lalu lintas, alternatif route selanjutnya dalam rangka pengcmbangan jaringan ialan, faktor lingkungan yang mendukung dan menlganl€u, faktor ketersediaan bahan, tena.ga dan peralatan, urktor pengembangan ekonomi, l>iaya pemellharaan, ,l:rn lain sebagainya.

r

. 'N

:'1, I \r'.(u

rkrr lltutxrtr,tr. Geonetrik Jo0or Pogo

,r

It'ninjauan masalah dalam hal non-teknis biasanya banyak yang lcbih rn('rrl]ganggu dxi padz faktot teknis. Sehingga pemikiran perancangan r1',,rnetrik jalan irngrn hanya dititik-beratkan kepada faktor teknis saja, I :rk tor non-teknis tetap diperhatikan.

,2.3. ,2.3.1.

PARAMETERPERANCANGAN GEOMETRIKJAI.AN RAYA KARAKTERISTIK KENDARAAI\

IJnsur izlan raya untuk tinjauan komponen geometrik direncanakan lrcrdasarkan karakteristik-kararakteristik dari unsur-unsur kend.xatn,lalulintas dan pengendara, disamping faktor-faktor lingkungan dimana iabn tcrsebut bendz. Pertimbangznfiy^ zdalah ialan r^y^ harus dapat rnenampung berbagai jenis kendar^ D yzng lewat, memberikan kemudahan lrada para pengendara, dan lzyak dilalui untuk sejumlah kapasitas lalulintas rencana, agar jilan nyzm^n, aman, murah dan aksesibilitasnya tinggi. Beberapa parameter perencanz^n geometrik dari unsur karakteristik kendaraan

antaralain:

rr). Dimensi Kendaraan Rencana. Kendaraan rencana adalah kendaraan yang dimensi dan radius putarnya dipakai sebagai acuan dalam pefencanaan geometrik. Kendaraan Rencana dikelompokkan dalam 3 (tiga) kategori, yaitu : (1). Kendaraan Ringan/Kecil, adalah kendaraan yang mempunyai 2 (dua) as dengan empat roda dengan jarak zs 2,00 - 3,00 meter. Meliputi : Mobil penumpang, Mikrobus, Pick - Up, dan Truk kecil sesuai sistem klasifikasi Bina Marga. A) Kendaraan Sedang, adalah kendaraan yang mempunyai dua as gandar , dengan jarak as 3,5 - 5,00 meter. Meliputi : Bus kecil, Truk dua as dengan enam roda, (3) Kendaraan BeratfBesar, Bus Besar, yaitu Bus dengan duz atau tiga gandar, clctrg;rtt iarak as 5,00

- 6,00 meter.

2L

hONS'TII1]KSIJAIIIN

BUKU

1

:

GEOMETRIKJAI.A,N L,r':r1,

(4) Truk

Besar,

yaitu Truk dengan

l)1111.11

,t

dotr P(rioup-tel Geometrik Jo0on Pogo

uga gandar dan Truk

kombinasi tiga, dengan iarak gandar (gandar pertama ke gtndar kedua)

(5)

<

3,50 meter.

Motor, yaitu Kendaraan bermotor dengan dua atau tiga roda,meliputi : sepeda motor dan kendaraan roda tiga.

Sepeda

Tabel 2.1. Dimensi Kendaraan Rencana Kategcrri

Dimensi Kendaraan

Kendaraan

(Cm)

Rencana

Tinsoi

Irhar

Panians

Kecil

130

210

580 '1210

Sedane Besar

b).

Tonjolan

Radius Putat

((lm)

(Cm) Depan 90 210

Belakans

Min.

150

420

410 260 240 740 410 260 21U') r20 90 290 Sumber :Tata Cxa Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota,

No.

Radius

Tonjolan Maks 730

(Cm)

1,280

1410

1.tu)

1370

780

O3S/'f /BMiigg7.

Gbr.2.2. Dimensi Kendaraan Sedang

Jank putaran (Manuver) Kendaraan

Setiap kendaraan mempunyai jangkauan putaran, pada saat kendaraan y^ng bersangkutan menikung ata:u memutar pada suatu tikungan jalan.

Gbr.2.3. Dimensi Kendaraan

Itts:rr jangkauzn pvt^t masing-masing kendaraan berbeda satu sama lairr, rlllltltung pada dimensi kendaraan dan radius putar kemudi. Dil>crl2li:rrr lrrrlrr scperti dimensi kendaraan diatas, iari-jari manuver untuk kcntlrrrrr:rrr l','r'il, sc
Gbt.2.1. Dimensi Kendaraan Kecil

Besar

tt

I,,r':rl, [ )c"ltr dor ltloxrf

er Geonetrile Jol.ran Pogo

a3

putaran tersebut. Ini penting untuk dikafi, dalam hal merencanakan geometrik dari intersection (persimpangan), round-about, ataupun pada saat penentuan radius minimum dari suatu tikungan.

L

-T= lq

Gbt. 2.4. /ein- iari Manuver Kendaraan Kecil. Gbr. 2.5. Jari - iari Manuver Kendaraan

Sedang.

,3

ltoNITTRUKSIJAL{N

BUKU T

: GEOMETRIKJAI.AN

t ,,r'r,f , I kllot

dor

Por
27

Guxetrih.Jo0on Pogo

Satuan Mobil Penumpaqg ( SI!{P ). Satuan Mobil Penumpang (SIvfP) zdalah

unit satuan kendaraan

untuk dimensi kapasitas ialan, dalam hal mana sebagai referensi mobil penumpang dinyatakan mempuflyai nilai satu SMP.

Tabel 2.2. Ekivalen Mobil Penumpang G-p) Sumber

:

Tata Catt Perencanaan GeometrikJalan Antar Kota,'

Datzrf

No.

Jenis Kendaraan

1.

Sedan, Jeep, Station Wagon.

2.

Pick-Up, Bus Kecil, Truk Kecil. Bus dan Truk Besar

Pegunungan

Perbukitan

J.

1,00

1,00

7,20 * 1,20 -

2,40 5,00

1,90 2.20

-

3,50 6.00

2.3.2. VOLUME IALU LINTAS RENCANA

t!

Volume Lalu Lintas f{arian Rencana C/LHR), adalah prakiraan volume lalu lintas harran pada akhir tahun rencanr lalu lintas, yang dinyatakan dalam SMP/hari. Volume Jam Rencana ${R), adilah plzl
VJR= VLHR

Gbr. 2.6.

J^i-

iati Manuver Kendataan Besar

x

I(/F

(2.1.)

dimana: K = disebut faktor Iladalah faktor volume lalu lintas jam sibuk F - disebut faktor F, adalah faktor variasi tingkat lalu lintas per sePeremP^tizrrr, dalam satu jam. VJR digunakan untuk menghitung iumlah lajur inltn tlrn fasilitas lalu lintas lainnya yang dipedukan. Arus lrrlu lirrtls bervariasi dari jam ke jam berikutnya dalam satu hari. Volume 1 irm yzng dapat dipergunakan sclragrri Vf ll lrnrrrn sedemikian rupa, sehingga :

ta

IrONItl'RIIKHI JAI,AN

BUKU

1

: GEOMETRIKJAIAN

(1) Volume tersebut tidak boleh terlalu sering terdapat pada distribusi arus lalu lintas setiap j"rn ,rrtik p.ri.o+ ,r. tahun; Q) Lpablla terdapat .volume arus lalu lintas per iam yang melebihi volume jam perenc ,.n*an, maka kelebihan tersebut tidak boleh m, ,r,,,g,",,g,, (3) vorume "^.u:T!HilT#i, besar, sehinga akan mengakibatkan jtlan akanlenfadi dan biayanya pun iahal. lengang Bentuk umum dari, iengkung yrrrg ;.rgrmbarkan hubungan a'tara iumlah jam dengan ..ro1.r-."p. rlzm yang lebih besar dari

H-##,Tffi

yang ditunjukkan dengan vol.rme/jam dinyatakan persentase LH& sebagaimana gambar dilawah ini.

dalam

L,x rt, I\r,:or dor

Poruru.ter GeonetrihJo0,an Pogo

AASHTO menyatakan bahwa tumit lengkung terjadi pada jam sibuk ke 30, dengan volume lalu lintas/ir- - 15 % LHR. Berarti terdapat 30 jzm dalam setahun volume lalu lintas auh lebih tinggi dari kondisi di tumit lengkung. Volume jam rencant jalan afte:i sebaiknya diambil pada kondisi ini. Secara teoritis jalan yrng direncanakan dengan VJR pada kondisi tumit lengkung akan mengalami volume lalu lintas lebih besar , kira-kira 30 jam X 365 hari X 24 iam, yang ada dalam setiap tahunnya. Agar ekonomis, pzda ialan-ialan yang kurang penting, VJR dapat diambil pada kondisi volume lalu lintas jam sibuk ke 100 atau ke 200. Hal ini masih dapat diterima karcnahtnya Lntarrl 100 - 200 jam dalam 365 hari X 24 jam jalan akarn mengalami kemacetan, dan kemacetan f

tersebut tersebar selama satu tahun.

YoL/jtm Delanoh LHR

Tabel 2.3. Penentuan Factor

K dan Factot - F berd asarkan Volume I-alu Lintas Harian Rata * Faktor - K Faktor - F

VLHR (SMP

/

Hari)

-

Gbr.

2.7.

(a

> 50.000. 4-6 30.000 - s0.000. 6-8 10.000 30.000 6-8 5.000 - 10.000. 8-10 1000 - 5.000. t0-72 < 1.000. 12 t6 Sumber : Tata Ca;a Perencanaan Geometrik Jalan Anrar

15 o/.

30

-

--

Jam dalam 1 tahun

Grafik Jumtah Jam dengan Volume /Jam Rencana

Rata

()

0.90 0,80 0,80 0,60 0,60

-

1 1 1

- 0,90 - 0,90

< 0.60 Kota , No. O3S/T/BM/1997

2.3.3. KAPASTTAS(C). Kapasitas adalah volume lalu lintas maksimum (mantap) ynrrtrq dapat dipertahankan (tetap) pada suatu bagian jalan dalam kondisi tcrtcntu (misalnya : renclne. geometrik, lingkungan, komposisi lalu lintas tllrr sebagainya)..

:IO

KONI.i'I'BIIKSTJAL{N

BUKU t

:

GEOMEI'RIK.IAI-AN

Kapasitas lalu lintas merupakan jumlah lalu lintas atau kendat^zn y^ng dapat melewati suatu penampang, dalam waktu, kondisi jalan dan lalu Iintas tertentu. Faktor utama yang mempengaruhi kapasitas lalu lintas, adalah: (1) Faktor lalu lintas yang meliputi sifat-sifat lalu lintas, antara lain : Prosentase Bus dan Truk. ^, Pembagian kendaraan b. lalu lintas falur c. Variasi dalam.arus lalu lintas (2) Faktor fisik ialan, meliputi antara lain : lebar perkensan ialan ^. b. lebar bahu jalan c. kebebasan sampiflg d. tikungan dan kelandaian ialan. e. kondisi permukaan perkerasan jalan.

r ..s

.,

t, I r,r:rrt ,hu Puloir€tr.t Geo*etlik Jolon

Adalah jumlah kendaraan maksimum yang melewati suattt penampang pada suatu ialan selama 1 (satu) iam dalam keadaan jalan dan lalu lintas yang mungkin dapat dicapai. volume c. . Kapasitas praktis. atau kapasitas rencanz ^tau pelzyanan. Adalah jumlah kendaraan maksimum yang melewati suatu jalur atau jalan selama 1 (satu) jam, pada kondisi lalu lintas yang dipertahankan sesuai tingkat pelayanan tertentu, zrttnya: kepadatan lalu lintas yang bersangkutan, dapat mengakibatkan kelambatan, bahaya dan gangguan pada kelancaran lalu lintas dengan ketentuan masih dalam batas' batas toleransi yang ditetapkan Kapasitas menuniukkan besaran kuantitas jumlah kendaraan.

2.3.4. Kemampuan suatu ialan dalam menampung arus lalu lintas dalam suatu satuan waktu tertentu terutama ditentukan oleh dua faktor tersebut diatas, sehingga kemampuan tersebut dapat diartikan sebagai kapasitas suatu jalan dan merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan atau merupakan bagian yang penting dalam petencanaan suatu ialan. Hal lain yang tidak dapat dipisahkan dari kapasitas ialan adalah tingkat pelayanan ialan yang menggambarkan tingkat kualitas kenyamana n petjalanan.

Beberapa jenis kapasitas jzlan disesuaikan penggunaan ny a, adaTah

^.

b.

dengan

:

Kapasitas dasar atau kapasitas ideal Adalah jumlah kendaraan maksimum yang melewati suatu penampang pada suatu ialur atau ialan selama 1 (satu) jam dalam keadaan jalan dan lalu lintas yang ideal yang dapat dicapai. Kapasitas yang mungkin (Possible Capaciry).

ll

POgo

TINGKAT PELAYAI\AI{

0-r.l of

Service).

Adalah tolok ukur yang digunakan untuk menyatakan kualitas pelayanan suatu jalan. Tingkat pelayanan, dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu kecepatan perjalanan dan perbandingan dengan kapasitas A /C1. ^ntar^volume Kecepatan perialznzn merupakan indikator dari pelayanan falan, makin cepat berarti pelayanan baik atau sebaliknya. Faktor ini dipengaruhi oleh keadaan umum fisik jalan. Highway Capacity Manual, membagi tingkat pelayanan ialan atas 6 (enam) keadaan, yaitu : Tingkat pelayanan A, dengan ciri

(1) Q) (3)

- ciri :

arus lalu lintas bebas tanp^ hambatan; volume dan kepadatan lalu lintas rendah; kecepatan kendaraan merupakan pilihan pengemudi.

Tingkat pelayanan B, dengan ciri - ciri: (1) arus lalu lintas stabil; @ kecepatan mulai dipengaruhi oleh keadaan lalrr litttls. tetapi tetap dapat dipilih sesuai kehendak pcngcnrutli

t2

K()Nf{TRTIT(IiI JAI,AN

BUKU T

t,

)r' x,f

,

1

tl

)Gsor dor Poroxr.ter Geortetrih JoC'ar Pogo

arus lalu lintas masih stabil

kEcepatan perialanan dan kebebasan bergerak sudah . dipengaruhi oleh besarnya volume lalu lintas sehingga pengemudi tidak dapat lagi memilih kecepatan y^ng diinginkannya.

Kecepatan

- ciri :

Tingkat pelayanan D, dengan ciri

(1) (2)

GEOMETRIK JAI.AN

- ciri :

Tingkat pebyrnan C, dengan ciri

(1) Q)

:

aius lalu lintas sudah mulai tidak sabil; perubahan volume lalu lintas sangat mempengaruhi besarnya kecepatan perjalanan.

Tingkat pelayanrr. E, dengan ciri

0) Q) (3)

arus lalu lintas sudah tidak stabil; volume kira-kira sama dengan kapasitas; sering terlaidi kemacetan.

Tingat pelayanan F, dengan ciri

(1) Q) (3)

- ciri:

- ciri:

arus lalu lintas tertahan padt kecepatan rendah;

seringkali terjadi kemacean; arus lalu lintas rendah.

Batasan - batasan nilai dari setiap tingkat pelayanan iilan dipengaruhi oleh fungsi jalan dan dimana ialan tersebut berada.

vlc Gbt.2.8 : Tingkat PelaYananJ"l'o' 2.3.5. KECEPATAI{ BENCAI{A Kecepatanrencana(V*)padasuaturuasialanadalahkecepatan

yung dipitih sebagai dasar perencanaan geometrik iil*n yang L.io.gt irt rr, k nlaraan - kendaraan bergerak dengan ,'m,'n dan lengang dan nyaman" dalam kondisi cu^c y2lng crrzh. lalu lintas yang pengaruh samping ialan yang tidak berarti'

:tl

h(rtri't'Rl lrtil JAL,I"\

BUKUr: GEOMETRIKJAU,N

l

,,x :rf , I

)(l:Ytt rlrr Ptlonete.t Geonetrib Jo0ral Pogo

Tabel2.4. Kecepatan Rencana (Vf Klasifikasi Fungsi dan Klasifikasi Medan Ialan

Kecepatan Rencana , VR, Funesi

Datar

Arteri Kolektor I-okal

60-90 40-70

Ca:tata:n

70

-

120

Km/lam

Bukit

PegununEan

60-80 50-60 30-s0

40-70 30-50 20-30

:

Untuk kondisi medan yang sulit, VR suaru segmen ialan dapat diturunkan, dengan syartat bahwa penurunan tersebut tidak lebih dari 20 Km/iam. Sumber

: Tata

Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota No.

2.3.8. GAYASENTRIFUGAL ApabilasuatukendaraanbergerakdengankecepatantetapVpada bidangdatzt atau miring dengan lintasan berbentuk suatu lengkung gty^ scperti lingkaran, maka p^d^ kendaraan tersebut akan bekeria l."."prtr. katakan V dan gaya sentrifugal katakan -F- Gaya sentrifugal laiur ialtnnyt, kearah ,,kan mendofong kendaraan-s eczra ttdial keluar dari lurus ,.rLd"p gaya kecepatan v. Gaya ini menimbulk^n rasl y^ng

srratu

tcgak t

idak nyam an Pada Pengemudi.

(iaya sentrifugal (F ) yang teriadi

KARAKTERISTIKI.ALULINIAS. Data lalu lintas adalah data utama yang diperlukan dalam perencanaan teknik ialan, karena kapasitas ialan yang akan direncanakan tergantung dari komposisi lalu - lintas yang akan menggunakan jalan pada. suatu segmen ialan y^ng akan ditiniau. Besarnya volume atalu arus lalu Iintas diperlukan untuk menentukan jumlah dan lebar lajw, pada satu jalur ialan dalam penentuan karakteristik geometrik, sedangkan jcnis kendanan akan menentukan kelas beban atau Muatan Sumbu Terberat yang akan berpengaruh langsung pada perencan an konstruksi perkerasan.

Analisis data lalu lintas, pada, intinya dilakukan untuk menentukan kapasitas ialan, akar- tetapi harus dilakukan bersamaan dengan pefencanaan geomctrik lainnya, karena saling terkait satu dengan lainnya. Unsur lalu lintas adalah benda atau pcjalan kaki sebagai bagian dari lalu lintas, sedangkan unsur lalu lintas di atas roda, disebut dengan kendaraan.

F = m'a'

dimana: m= massa=!7/8' !(/ = berat kendaraan g = gtya gravitasi bumi a = percepatan sentrifugal (=V / R)' V - kecePatan kenda:aa;n ft = iari-ixi lengkung lintasan-

038/T/BM/1997.

2.3.7.

:

sebagai Dengan demikian besarnya gaya sentrifugal' dapat ditulis berikut:

wv

F-

-

...(2.2.)

gR

UntukdapatmempertahankankendarazntersebuttetaPpada dapat sumbu laiur ialin, m ki perlu diadakan suatu gaya ya'ng mengimban

(iaya

clari

l) Z)

akzn tetlzdi suatu keseimbangan' berasal yang mengimbangi terhadap gaya sentri fugal' dapat

g g yltetsebut, ..hittgg

:

permukaan Gaya gesekan melintang zntura ban kendaraan dengan

,K.,-po,".' ialan;

berat kendar aan aktbzt kemiringan melintang pcrmuk:tlttt rasa tidak nyaman bagi pengcmucli y:rrr1" 1ul^n, akan menyebabkan rend ah' m engendar at kendzratnnya dengan kecepatan

I(()NHTNIIKfiIJAI,AN

"

BUKU T : GEOMETRIK JAI.AN

t.

.,.,1, |1yx11 dor PoronetuGeonelrihJaUor Pogo

a7

1r'st'kan melintang dan gaya normal yang bekerfa disebut koefisien gesekan

Dari Gbr. z.9a- pada permukaan datar akandidapat hubungan gaya geser melintang^F,, g"y, normal ^ntzra ant,.r' petk.ras"n dan ban N, dan gaya centdfugal W.V/ g.R, seperti berikut ini :

rrrclrntang

(f).

Besaran koefisien gesekan melintang dipengaruhi oleh beberapa l;rkr,r seperti ienis dan kondisi ban, tekanan ban, kekasaran permukaan 1x'rkcrasan, kecepatan kendaraan dan keadaan cuaca.

Koefisien gesekan maksimum akan terfadi pada saat ban aken rrrcngalami selip.

G{::,-'

R_l

--&-r. (bl

Gbt.2.9.

tcl

Untuk perencanaan dengan mengedepankan keamanan dan k.nyamanan, harga F, yang dipakai adalah harga pada saat gaya kesamping rncmberikan perasaan tidak nyaman kepada penumpang, tapi masih rncmenuhi syar^t kestabilan. Batas kenyamanan pengendara ditetapkan ,,lch beberapa hasil. penelitian. Misalnya AASHTO'54 menetapkan lrubungan kecepatan dan koefisien gesek melintang merupakan ^ntarlyang harganya lrubungan linier, berkisar antz,ra +0,16 untuk kecepatan 48 km/iam dan t 0,12 untuk kecepatan 772 km/iam, sebagaimana tedihat pada Gbr.2.10

Gaya centrifugal pada kendaraan

0,t

lr.v'z

7

0,I6

g.R -=(N"n+N*-)F.=W.F,.

0,I5

\P

.t_

Ii-

,-...--{2.3.)

g.R

0,14

0,I3 0,r2 0,r0

2.3.9.

cAyA cEs*r.or\

METTNTANG

Gq

KH\IDARAAN DAN PERMUKAAN JAI.AN

ANITARA BAr\

Gaya gesekan

melintang €s) adarah besarnya gesekan yang timbul ?nt^r^ ban dengan permukain jaran dalam m".rin tang iaran yang berfungsi untuk mengimbangi gaya sentrifugar."rah perbandingan zn'*.a g^ya

Gbr.

2.10.

Korelasi koefisien gesek melintang ^ntat^ dengan kecepatan rencana.

KOr-STBliKil J-{I-{N;

I}UKU

T

:

GEOMETRIK JAT.AN

Dalam penelitian lebih lanjut, k,rcrasi k
|., )hlx,l) I )Llsor

tc

dor Ptrlonetel Geonettk Jo0or Pogo

2.3.10. JARAK PANIDAI{G. Jarak pandang adalah suatu iarak yang dipedukan oleh seorang pcngemudi pada saat mengemudi sedemikian, sehingga jlka pengemudi melihat suatu halangan yang membahayakan, maka pengemudi dapat melakukan sesuatu tindakan untuk menghindai bahaya tersebut dengan lIman.

:

0'18

2

o.r7

Jarak pandang terbagi menjadi dua bagian, yaitu Jarak Pandang l{enti flJ dan Jarak Pandang Mendahului fl).

O

F

3 L'

r

0.16

o.rs

2

6 a

0.1{

U

o.rs

z

fr

o.e :-Q,00125V+0.24

E

tx

o.il 0.t0

$

50 60 70 Bo 90 t@ td't _ KECEPATAN KM/JAM

Gfu.2.11. Koefisien

gesek melintang maksimum

Ea

Jarak pandang henti S). Adalah iaruk minimum y^tg diperlukan oleh

setiap

pengemudi untuk menghentikan kendara^nny^ dengan ^m^n, begitu melihat adanya halangan di depan. Setiap titik di sepanjang jalan harus memenuhi Jarak Pandang Henti ( J. ). Jarak pandang henti diukur berdasarkan asumsi bahwa tirgg, mata pengemudi adalah 105 Cm dan tinggi halangan adalah 15 Cm, diukur dari permukaan jalan. Jarak pand^ngan henti S), terdiri atas dua komponen, yaitu : (1) Jarak tanggap fn), adalah jarak yang ditempuh oleh kendaraan sejak pengemudi melihat suatu halangan yang menyebabkan ia harus berhenti sampai saat pengemudi menginjak rem. @ Jarak pengereman Sj, adalah iarak yang dibutuhkan untuk menghentikan kendaraan sejak pengemudi menginjak rem sampai kendaraan berhenti. Jarak Pandang Henti fl), dalam saruan meter, dapat dihitung dengan rumus : Jn =Jn,

untuk

*

Jn,

%

pefencanaan. (fraffic Engineering Handbook 1992,1dalam satuan SI ])

v-

Jr,=- T+ ,

316

1-

1'z

3,6

2gf

.......-.(2.4.)

40

KONSTRUKSIJAI,AN

I}UKU I

: GEOMETRIKJAIAN

i

,,r':r,1,

l)rt:uttr rltn

il

Pruonele.tt Geonetrik Jo0on Qogo

Tshap pertama

di mana

VT g f

= = =

*

ml En

:

kecepatan rencana (km/flnr) waktu tanggap, ditetapkan 2,5 tlcrik percepatan gravitasi, ditctrrpkrrn (),tl m/det2 koefisien gesek memarliang pr:rkcmsan jalaLn aspal,

[rl] idli - -.------

(2.4.) dapat disederhanakrrn rncniadi i). Untuk jalan dztar:

Jn = 0,279\.T+

_

-

-- --i *

iFn:ETI mlr E-D, -.:.---{1---:,.

:

A - Kendsaan yar{ m.ndahulul B C

- Kendaraarryano berlawff|dn itah - Kenduasyarrg dk lhului k6ndaJ,u

..... {:2.5. ) SI

ja,lan dengan kelandairrn t(.rt(.nlu

:

Gbr.

Jn = 0,278VR .T+ 2s4

(f

+

L)

dr = d2 =

Henti

100 80 (,0 50 40 175 120 75 55 40

30 27

20

dj =

Sumber: TCP(iAK , No {)}til'llllM/1997.

a

Jarak pandang mendahului

2.12. Jarak pandang

mendahului..

sebagai

- jalan (Yu) ,rl;lu lx'rscrrtusan. L = landai

250

IMBER: TITGJAK -038/T/8M97

Jarak pandang mendahului Sd), dalam satuan merer ditentukan berikut : ....(2.7.) Ju = d, * d, + d. + do dimana:

v*3

1.20

A

v*'

254f

ii). Untuk

rl-F_ll

1B e.

Taliap Kadui

AASHTO menetapkan f 0,2tt - 0,45 ( f semakin kecil jika V* scrnakin r inggi, dan sebaliknya ). Bina Marga nrcn('t;rl)l(an f = 0,35 - 0, 55. Persamaan

ffin,:tE-]f".,

(,)

Jarak pandang mendahului (1,) ;rrlullh jank

yarlg memungkinkan suatu kendaraan rncrrrlllrului kendaraan lain didepannya dengan aman sampai kt.rrrlrrraan tersebut kembali ke lajur semula. Lihat sketsa dibawah ini.

do

=

Jarak yang ditempuh selama waktu tanggap (m). Jaruk yang ditempuh selama mendahului sampai dengan kembali ke lajur semula (m). Jarak antarakendaraan yang mendahului dengan kendaruan yang datang dari arahbedawznan setelah proses mendahului selesai (m). Jarak yangditempuh oleh kendaraan y^ngdatang dar.iarah yang berlawarr n ) yang besarnya diambil sama

dengan2/3 d, (-).

Rumus yang dipergunakan, adalah:.

dl =0,278T, (V*-mf-)^.Tt 2

(2.8t)

/,2

KONSTRUKSIJAI,AN

d2 =

BUKU

T: GEOMETRIKJAIAN

(luh l'onoret€h Geonetrtik Jo0on Pogo

0,278 V* Tz,

d: = antara3}- 100 meter. do

= 2/3

dr.

T2= a= m=

%dr= t_

o4

[ (r-4"-l

didahului kecepatannya. tetap ; kecepatan kendaraan yang mendahului lebih darrpzda kecepatan kendaraan yang didahului ;

kendaraan

.

65-80

30

55

anan.

J^rak pandangan diukur dari tinggi mata pengemudi ke puncak sebuah obyek.

z)

b)

80-95 9s-110 75

y ang ar ahny a berlaw

bcsar

Mengukar Jarak Pandangan.

(m)

50-65

d, (.")

perlu waktu pengambilan keputusan mendahului bila t'uang untuk mendahului telah terczpat; apablla start terlambat pada saat menyiap , harus kembali ke jalur, dan kecepatan r^t^-.rata saat mendahului oo 15 Km/iam lebih besar daripada kendaraan yang didahului ; pada saar kembali ke jalur semula perlu jarak dengan

(5)

Jarak kebebasan Jarak yang ditempuh kendaraan yang datans dari arah bedawanan

4

(3)

*

2,12 + 0,026 VR waktu kendaraan berada di jalur lawan, (detik) , * 6,56 + 0,048 VR. percepatan r^ta-rataKm/jam/ detik oo 2,052 +0,0036 VR. perbedaan kecepatan dari kendaraan yang mendahului dan kendaraan yang didahului (biasanya diambil 10-15Km/jam). Kecepatan kendaraan rata-tata dalam keadaan mendahului "" Kecepatan Rencana (Km/iam).

Tabel 2.6.Bsaran

kendaraan yang

(4)

dimana:

T1 = waktu dalam detik,

(1) @

90

: o o

untuk pandangan henti:

:ilffiiffi1 = '??3: untuk jarak pendangan mendahului finggi mata = 100 Cm tinggi obyek = 100 Cm.

:

2.4. KARAKTERTSIIKry*JAIAN. Tabel2.7. Pan

arak Pa

670 550 350 250 2(X) 150 Sumber : TCP( iAK N(

).( )

100

]t]l\'lBM/1997

tli st:1.lar-rjang ialan dengan oh jumlah paniang minimum 70 drri l)lurilrng total ruas jalan Daerah untuk mendahului, harus discblr tersebut.

Asumsi yang diambil pada mendahului :

saat

rrrc'rrcrrtukan jarak pandzngar

Dalam pengertian pemakai jalan, meliputi : 1). Pengemudi (driver) 2). Pejalan kaki (pedestrian). Pemakai jalan merupakan salah satu dan tigz hal pokok, yang terdiri dari :

1) 2) 3)

Pemakai jalan Kendaraan Jalan da;n perencanaan geometriknya.

44

KONSTBUKSIJAI,IN

2.4.I. MANUSIA

BUKU T

:

GEOMETRIKJAI-AN

=

I

-

E, = V

=

Perception (kesadaran) Diartikan sebagai pengemudi pada saat melihat benda/ obyek yang berada didepannya. Identification atau Inteletion. Yaitu saaty^ngterjadi pada diri pengemudi, sewaktu timbul pengertian tentang adanya obyek.

Emotion atau Judgement Yaitu pada saat pengemudi menetapkan suatu keputus an untuk dapat melakukan sesuatu. Volition atau Reaction. Yaitu suatu reaksi kemampuan dari pengcmudi dalam

:

1) Tingkah laku pengemudi (ditentukan olch kondisi

dan

situasi, misalnya hujan, panas dan lain-lain).

2)

'r'r.l' I \r:urt drtn

3)

Sifat pengemudi (apakah sudah pcrnah melalui jalan yang sedang ditempuh atau belum). Sifat perizlanan (pulang kerja, piknik/darmawisata, sght

4)

Daya reaksi pada waktu mcngcmutli (terampil atau tidak

5)

dalam mengemudikan kendaraan). Kecakapan mengemudi ft.cmampuan dan kelincahan dalam mengemudikan kendaraan).

seeing dlsb.)

.ilt

Puonele.tt Geonetrtik Jo0on Pogo

6) Penglihatan pengemudi

merealisasikan keputus anny a. Karakteristik arus lalu lintas, ditentukan oleh kclakuan pengemudi dalam hal

,

SEBAGAI PENGEMUDI.

Keberhasilan suatu perencanaan gc()mctrik, tenrtama dalam tiniauan lalu lintas, sangat tergantung pa
P

t

(kemampuan mellhatfmata yang

baik).

7) Kecepatan kendaraan. 8) Kesilauan (mengemudi di waktu siang atau malam). 9) Pendengaran.

2.4.2.

MANUSTA SEBAGAT PEJAr-ANr KAKI.

Untuk mengurangi atau menghindari terjadinya kecelakaan lalu lintas, maka dipedukan suatu pengendalian bagi para pejalan kaki (pedestrian controle), meliputi hal-hal sebagai berikut:

1) 2) 3)

Tempat khusus bagppa:a pejalan kaki (side walk) Tempat penyeberangan jalan (cross walk) Tanda-tandaf nmbu- rambu bagj pan peialan kaki (pedestrian signal). Penghalang bagpara pejalan kaki (pedestrian barriers). Daerah aman dan diperlukan (safety zones dan island)

4) 5) 6) n*'l^"*T;11h','H:,ffia.,,,i,.,

tunners).

o 7)

diatas ialan (overpass).

Penyinaran (highway lighting). Karakteristik pemakai jalan diatas, tidak dapat diabaikan dalam suatu perenc na n geometrik, sehingga r"nc ng fi harus benarbenat memperhatikan ini, terutama pada saat merencanakan detailing dari suatu komponen geometrik dan road furniture dari suatu ruas ialan. CATAfAN : Dalam istilah Indonesia bangunan pelengkap ialan dibedakan dengan road furniture. Bangunan pelengkap ialan adalah iembatan, gor()nggorong, kerb dan lainlain, lebih bersifat struktural/semi-struktural. Roa
lainlain. Marka lalan lcbih

spesifik pada tanda/simbol petunjuk pembatas dan pengarah ialan scpcrti tanda sumbu ialan, rybra-cmss, tanda cbcamn dan lainJain (lihat Bab 3.1.2.7 .)

BA.B g

PER4\NEAffi EA"U GEOUEEqHREK JA\&Affi RAYA ISRTqBEGBEA-. 3.1.

PERS'TARATAI\T GEOMETRIKJAI-AI{ RAYA

3.I.I.

PERSTARATAI\I UMUM

2, karakteristik dasar dari perrgend^ra, kendaraan dan lalulintas merupakan faktor perenc na;Ln geometrik. Kecepatan renc r:,a. dan kelandaian harus direncanakan sesudah melakukan ana,lisa karakteristik lalulintas, profil lahan dan ketersediaan dana. Sementara itu kecepatan rencana dan kelandaian, juga menentukan kriteria dasar dari standar minimum dari alinyemen horisontal dan vertikal. Jadi pada dasarnya perencana, bTla dihadapkan pada suatu profil lahan apakah berasal dari peta topografi,

I${ lS2,

ebagaimana sudah dijelaskan pada bab

peta udara dan lain-lain, perencana sudah harus berfikir bahwa rencznlnya" bagaimana merencanakan elemen geometrik berdasarkan situasi dan mengadaptasi katakteristik dari pengendara, lalulintas dan kendaraan untuk mendapatkan desain yang optima,l, agar ialan dapat memenuhi peffyarutan zmzn, nyalr:,an, cepat sampai tujuan dan ekonomis. Banyak parameter yang terkait pada kebutuhan ini, agar ialan ama;n karakteristik pengendara seperti persepsi jarak pandang, jarak henti dan lain-lain agar diadaptasi untuk merancang elemen geometrik $adz suatu tikungan misalnya, ataLt agar jabn nyzman berapr standar minimum kapasitas suatu ruas jalan yang beradt prdr suatu daerah berbukit, dan lain seb4gainya.

3.I.2.

PERSTARATAI\DASAR Yang dimaksud dengan persyaratzn dasar ini adalah peffylruta;n

geometrik dikaitkan dengan beberapa kondisi diluar persyaratan teknis, yang harus diperhatikan dalam perancangan geometrik khususnya, dan perancangan ialan rtya. secara umum. Termasuk disini adalah tiniauan lokasi trase jalan, topografi, geologis, tut^gan lahan dan lingkungan.

113

-_---KONSTBIIKSIJAI.AN

BUKU T

: GEOMETRIKJAIAN

3.1.2.1. TraseJalan. Penentuan lokasi dan perencanzafl suatu trase jalan sampai pada batas-batas tertentu sangat dipengaruhi oleh keadaan fisik dan topografi, serta peruntukan lahan yang dilaluinya.

Keadaan tanah dasar dapat memperyIaruhi lokasi dan bentuk trase dari suatu ialan, misalnya keadaan ,"rr"tr dasar yang kurang baik dapat memaksa pefencana untuk memindahkafl trase jaran ataumelakukan penimbunan yang tinggi, har yang iama juga dapat terjadi apabirzdidapati tanah. dasar dengan permukaan-air ,^n^i y^rg ai.rggi, walaupun dalam kondisi te.entu daglt diatasi dengan tata salir dlaina#yang baik. Keadaan iklim juga dapat mempengaruhi penetapan rokasi serta bentuk geometrik, misalnya pada daerui, yl"g banyak hujan memaksa pefencana untuk menggunakan rereng merintang perk..rrr., yang lebih hesar daripada keadaan normar, iugazapat -.-itr" pJk.r.r, membuat alinyemen yang jauh lebih tinggi aiipadapermukaan tanah asli. Dalam kondisi normal, penentuan trase jalan .sekaligus pemetaannya dilapangan, tidak tedalu banyak memerlukan perbai[an perbaikan tanah ( soil improaement ), sehingga hanya terbatas pada pekerjaan gali-timbun ( cut dzfilt) saja.

3.1.2.2. Faktor Topogafi. Keadaan topografi dalam penetapan trase jalan memegang peranan yang sangat penting, karena akan mempengaruhi p.rr.ri'pri alinyemen, kelandaian jalan, jarak pandangan, p.rrrrip"ng melintang, saluran tepi dan lain sebagainya. Untuk lokasi dengan daenh datar, pengaruhn ya tidak begitu nyata, penentuan trase dapat dengan bebas ditarik kimana saja, disesuailan d"1g':. arah dan tuiuan route ialan raya yangdirencanakan. Untuk daerah perbukitan atau daerah pegunungan' sebaliknya, iopogrrR sangat ^d^t^i mempengaruhi pemilihan lokasi se*a penetapan urgrr"-brgir" i^i^n bahkan sangat mungkin akan mempengaruhi penetapan tipe ialan. 1"].""I" Misalnya saja untuk- dapat mempertah^.rlir., lrprriirr, karena beratnya rcrrrrin terpaksa perl jarur tambahan pada pendaki# . llngadakan 1x'rrrl;rkian yang berat dari jarur jalan (crimbing rane), ;"g, r.ra"rrg-kadang k;rr.rr:r r*rhulnya untuk menyediakan jarak pirra"rrgr, irendahuru i yang

.tt

lirrtr.ii0 Pr.iotrc0rgor Geonetrip Jo0o( Qogo

pada jalan 2 - jalur, akan dapat membuat jalan tersebut sebagian r rt'rriacli jalan 4 - jalur. Penggunaan lahan seperti daerah pertanian, perindustrian, 1,t'rkampungan, tempat-tempat rekreasi dan lain sebagainya juga dapat nr('rnpengaruhi perenc^n misalnya jalan untuk daerah perindustrian ^i, .lircncanakan untuk lalu lintas yang sebagian besar t.rdiri dari kendaraan trrrk, yang akan memedukan pefsyaratan berbeda daripada perencanaan ;:rlrrn untuk daerah perkampung^n ata:u tempat-tempat rekreasi dengan I't'rrrlaraan pada umumnya adalah mobil penumpang. f ;rlan-jalan di daerah intra-urban, biasanya diperuntukkan untuk kendaraan ,l.ngan bobot muatan tinggi, sedangkan jalan-jalan di daerah perkotaan .lipcruntukkan untuk variasi lalu-lintas dengan kecepatan rendah atau trrrlgi. oleh sebab itu persyaratan perencanaan untuk ialan-ialan ant^r kot^ 'rtlalah lebih berat dari jalan perkotaan, walaupun pemilihan trase di ,lrrcrah intra-urban adalah lebih bebas daripada di daerah perkotaan. Secara umum trase jalan pada daerah perbukitan, selalu rrrengikuti kontur dari topografi, sehingga banyak berkelok-kelok karena untuk mempertahankan kelandaian memanjang (grade) jalan. Namun ,lcmikian yang paling utama adalah grade disesuaikan dengan persy^r t^n )'ang ada, ^gx kendaraan-kendaraan berat masih bisa melaluinya. )crsyaratan ini mengatur kelandaian memanjang f maksimum (grade) ialan, :rgar semua jenis kendzr^ n yang diijinkan pada ruas tersebut dapat rrrcmpertahankan kecepatan renc nanya. dan tidak sampai terhenti akibat kcterbatasan kapasitas mesin yang dipunyai kendaraan. l'ada tabel 3.1 ditunjukkan klassifikasi medan berdasarkan topografi . rrkul-r r

TABEL3.l. Klassifikasi Medan Topografi medan

Kemiringan medan

Datar

<3

(D) Perbukitan ( B ) Pezununean(G) Sumber : TPGJAK

- No.

3 -25 >250h O38/T /BM/ 1997

3.1.2.3. Faktor Geolqgr.

atlr

d^erah labil @ergerak), mcrrrpirkirrr tidak baik untuk digunakan dalam pembuaran rasc

Seperti daerah patahan ,l:rcrah-daerah yang

K()Nii'T'RIIKSI JAI,AN

BUKU

k

T: GEOMETRIKJAIAN

jalan. Persyaratan utama dari faktor geologi adalah hindari daeruh zoflazona geologis yang berbahaya. Trase iabn ie;ngeLn dibuat melalui daerahdaerah r^w^n seperti patahan, amblesan, longsoran regional dan lainJain. Bila menemui.daerah patahan fault qone), sebaiknya dipindahkan kedaerah yang lain yang bebas patahan. Demikian pula untuk daerah yang memiliki tanah dasar dengan daya dukung tanah yahg rendah serta melalui genangan ah ya;ng bersifat regional, kalau masih bisa dihindari, hindarkan daerah-daerah seperti ini. BiIa dana cukup banyak rersedia, dan tidak ada pilihan lokasi lain, dapat saia dilakukan perbaikan tanah dan atan peninggian elevasi tanah. sudah barang tentu dengan memperhatikan. duign life jalan, faktor-faktor yang merugikan yang akan terjadi nanti misalnya kelongsoran, secara dini diantisipasi dengan membangun struktur-struktur tambahan.

Dalam rencana t^tz-tuzn| untuk perencanaan wilayah atau dzerah, tata guna lahan merupakan hal yang paling mendasar dalam penentuan suatu rrase jalan. Lpakah ialan yang direncanakan tersebut diperuntukkan untuk daerah permukiman, daerah perindustri an, at^v daerah ruang lain, secara keseluruhan seraru memperhatikan ptda

peruntukan la,han. Jalan yang akan dibuat melalui daerah hutan lindung, misalnya, segera harus direlokasi kedaerah lain. Demikian pula bilaman-a menemui cagar buday', cagar alam, situs purbakala yang dilindungi dan lainJain. Kelas jalan sangat banyak rerganrung pzda tata ruang yang dilalui ialan. Drcrzh permukiman zkan mempunyai kelas ialm ymg lebih rendah dari jalan yang melalui ruang yang diperuntukkan ...t.rt daerah industri, demikian juga fungsi dan status izlan akrn berbeda. persyaratan teknis terkait kepada tataguna lahan adalah iatr,gan sampai tara ruang yang sudah adz dirusak oleh keberadaan ialan baru. Usahakan kehadiran lalan, menambah keserasian ruang laha,n yang suclah acla. Bila lahan belum mempunyai tataruang, jadikan ialan sebagai sarana pembentuk orientasi tatarnzng dengan jalan sebagai koridor penyanHla ruang lahan tersebut.

3.1.2.5. Faktor lingkungen.

r

t

rr

iu l'c.ttuncorgor Ceonetrik Jo[.or, Pogo

!a

Dalam era pembangunan saat ini, sudah sepatutnya dipikirkan nrcrrgenai pembangunan ialan ylflg berwawasan lingkungan dan I'crnbangunzn yang berkelanjutan. Perencanaan dan pembangunzn jalan .rk;rn menimbulkan dampak terhadap lingkungan sekitarnya agar dianalisis rrrcngenai dampak lingkungan (AMDAL). Misalnya ia,lan Cengkareng ,lrlrcberapa lokasi selalu tergenang atr pada musim curah huian tinggi \';rrrg mengakibatkan tergenangnya flras menuju Bandzra Sukarno-Hatta, \',rng menyebabkan terlambatnya penerbangan, a;tat iala.n dipantai Carita ,lilrcberapa lokasi hampir putus termakan abrasi, dan lain-lain; ^g^t rrrcniadi contoh nyzt^ betzpa pentingnya faktor lingkungan (berikut ,rnalisanya) dalam penentuan suatu trase jalan. Jadi persyaratan untuk lrrktor lingkungan ini, dimunculkan untuk meniaga keserasian dan [r:sinambungan ekosisistem lingkungan. Jangan sampai trase jalan rr

3.1.2.4. Faktor Tata Guna Lahan.

r

rcnyebabkan perubahan ekosistem secafa drastis.

3.1.2.6. Penetapan Stasiun ( Stationing ). Tujuan dari penetapan stationing, adalah untuk menetapkan titik-titik lintasan suatu trase lalan, sekaligus untuk menentukan paniang srratu trase ialtn, atau iarak dari satu tempat ke tempat yang lainnya pada suatu lokasi ialm. Titik-titik penting atau titik-titik yang terdapat pada scpanjang jalan tertentu dinamakan dengan fizm^ titik stasiun. Jadi stasiun ( Sta ) adalah farak langsung yang diukur dari mulai titik awal, berupa Sta o + 000 sampai dengan titik yang akan dicari stasiunnya.

Gbr 3.1. Rencana TraseJalan dan Titik-Titik Stasiun.

-----'E

5I

KONSTBUKSIJAI.AN

BUKU T : GEOMETRIKJAIAN

(1) @ (3) (4) (5)

Titik-titik awal yang penting rlan tcrletak p^d^ trase jalan, ditetapkan atau dihitung stasiunnya. Dalam hal menghitung stasiun di luar titik penting, dilakukan dengan car^-c^r^ lrcrdasarkan kriteria sebagai berikut: 1) untuk daerah datx, dibuat jarak patok +/- 100 meter. 2) untuk daerah perbukitan,iarak patoknya tlibuat +/- 50 meter. 3) untuk daerah pegunungan,iarak patoknya aclalah +/-25 meter. 4) Untuk dzerah lengkung, jarak pat.knya harus rlibuat lebih pendek menurut keperluan yang berkaitan rlcngrn fhktor kcrclitian.

c)

Potongan mcmanjang.

d)

Pembuatan porongan memanjang jalan, dibuat dengan menggunakan skala horrzontal l : 1000 a;tatt 1, : 2000 dan skala vertikalnya adalah 1 : 100. Potongan memanjang jalan digambarkan sec ra langsung dai pengukuran lapangan, untuk mengetahui bagtan y^fig harus digali (galia.n tanah) dan bagian yang harus ditimbun (timbunan tanah) dalam arah memanjang trase jalan. Gambar perencanaan potongan memaniang jalan didasarkan pada hasil perhitungan alinyemen vertikal serta standar-standar yang digunakan.

r

E

b)

gorong-gorong; patok kilometer dan hektometer, damija dll; guideblock dan guidepost.

Komponen struktur ialan (1) lapisan perkerasan jalan; (2) lapisan pondasi atas; (3) lapisan pondasi bawah; (4) lapisan tanah dasar. Komponen road furniture (1) lampupenetanganialzn; A) plplrr namaialan; (3) papan legenda wilayah kota;

MarkzJalan (1) tanda pembatas areal ialzn :sumbu/as jalan;batas

Potongan / penampang melintang jalan merupakan potongan melintang tegak lurus sumbu jalan. Dafi porongan melintang jalan dapat dilihat komponen-komponen dan elemen dari jalan, meliputi: Komponen potongan melintang yang langsung berguna untuk lalu lintas. 0) jalur lalu lintas; @ lajur lalu lintas; (3) bahu jalan; (4) trotoir; (5) median jalan. Komponen yang berguna untuk drainase jalan.

lembatan; kerb; pengaman lereng berupa tembok penahan;

(4) trffic sign; (5) fasilitas fisik landskap.

Potongan melintangialan.

a)

saluran samping;

kemiringan melintang jalur lalu lintas; kemiringan melintang bahu jalan; kemiringan lereng falan; gorong.gorong. Komponen pelengkap jalan

(1) @ (3) (4) (5) (6)

3.1.2.7. Potongan Memaniang dan Melintang Jalan.

r

$,

frirrri(.r lllotrc.otrgor G€{)rctlib Jo0nr^ Pogo

tepi,

@

7,c

b

ra cro ss, cb e a ro n ;

simbol lalu lintas.

llt'lrcrapa tipikal jabn raya dengan pembagian jalur lalulintas dan iumlah jrrrnya, dapat dilihat pada gambar 3.2.

lrr

l.'lxrr lajur ideal, diberikan

pada Tabel 3.2., dibawah

ini.

h()

N

JAI,AN

H,T'RI h,I{! 1

^b13.2.I-aiut FUNGSI

BUKU T

:

GEOMETRIKJAI^AN

ideal KELAS

I-EBAR r,/UUR rDEAL ( M )

Arteri

I

3,75

II. IIIA IIIA-IIIB

3.50

Kolektor

Inkal

UIC

3-00

a)-

lajur

6'

-

I JALUR,2I-AJUR,

A-

E=

laiur

F

PENETAPAN DAN PEMETAAN.TRASEJAI-A,N.

lajur

I JALUR,4 r,AJUR,

a.

2 ARAH ( 4t2 TB ) ( tidak disarankan )

Titik-titik utama (primary controls) titik permulaan ffase jalan dan titik akhir.

b). T JALUR,2 LAJUR,

l

ARAH

(2n1B)

lajur

-

e 6, A\#

\-

^

^

lair-n lrl,-

F\.J r

^-

-

lajur

lajur lajur

lajur

lajur

lajur

-

f-r

tr

2ARAH(n/28)

ialan untuk 1 dan Zlaiar

lalulintas

dengan

pusat-pusat tra{Frc yang terpenring daerah pegunungafl persilangan dengan sungai.

Titik-titiksekunder. pusat industri ataa produksi. persilangan jalankereta api dengan jalanraya

H

e).2 JALUR, n LAJUR,

Tipikal denah 2/a/n ialur.

b.

Etr A--

k==i C-r

c).2 JALUR,4 LAJUR, 2 ARAH (4/28)

Gbr.3.2.

lr4

Berdasarkan peta-peta tersebut, dibuat suatu peta dasar @ase map), dan dapat ditentukan : d).

lajur

Ja0on Poqo

r:rta guna lahan dan lain sebagainya yang diperoleh dari daerah lrcrsangkutan dan drpat digunakan sebagai data dasar sebelum melakukan 1rcninj auan lapangan secara langsung.

ry \FJ

P(,Jroreokgora Geometnib

r('ncana jalan, sehingga dapat digambarkan renc n trzsei^lan. pada survai rckonesan ini, dikumpulkan data-data meliputi peta topography, kadaster,

ffi

2 ARAH ( 2/2 TB )

.t.2.

i(r

Tujuan dari survey penyuluhan ( reconnaissance survey) adalah urrtuk mendapatkan peta, dasar dari suatu daerah dalam batas koridor

61 lajur

lajur

k i iI(i

Dalam menentukan trase jalan, dikenal beberapa t^hap,,n survey 'r'lragai berikut : 1. Survey Awal - Rekonesan ( Reconnaisance Survey ).

3.00

JALAN RAYA DM{GAN BBMAPA TIPEJALUR LALU LINIAS

e CJ

r

daerah rawa atau daerah longsoran daerah yang cukup penting, yang mempunyai daya bcli dan daya iual yang tinggi serta rempat-tempar bersejarah.

Pengambaran petadasar : Ditentukan alasan utama bagi daerah-daenh yang rlik,w:rri trase ialan dan ditandai pada peta dasar. Digambarkan satu atau beberapa jalur altcrnutil' st.lr;r1,.1 reflc n trase jalan yang melalui titik urama.

r

tt()Nl{l'ltt KSI JAl.lN

BUKU

I

-

'

tr

r:

GEOMETRIKJAU'N

Jarak dan sudut jurusan dari ialur trase yang direncanakan diukur diatas peta dasar dengan meflfgunaan penggaris dan busur derajat. Untuk mengetahui letak busur di lapangan, dicari titik triangulasi yang terdekat untuk pengukuran poligon utama dari rertc na trase ialan.

Peninjauan lapangan

Fuite,tio ['r,,rrutnn gan C eonetrtb Ja0on Pogo

-

-

:

Peta dasar tersebut diatas, dibawa ke lapangan untuk disesuaikan dengan kondisi lapangan.

-

renc

n

ttase ialan yang dibuat

di pcta dasar,

secara kasar

diukur di lapangan dengan menggunakan alat ukur

-

Theodolit, untuk mengetahur jarak, azimuth, sudut-sudut miring. Semua ialur yang telah di-plot di peta dasar ditiniau. Semua perbedaan terhadap peta dasar yang ada, dicatat dan

dibuatkan sketsanya di peta dasar, misalnya daetah ra'wa, hutan, dan lain sebagainya. Semua dara-data yang didapatkan di lapangan di-plot-kan kembali ke peta dasar

Dari hasil peniniauan lapangan dan pengukuran yang dilakukan dapat dipilih jalur trase jalan yang terbaik (the most promising route).

lr0

Pengukuran situasi jalur dilakukan di sepanjang jalLrr dengan maksud untuk mendapatkan data lapangan. Pacla peta situasi lalur, harus tercantum data-data garis tinggi, bangunan-bangunan, sungai, danau, ialan rzya, atzu lalan kereta api dan poligon. Diatas peta ialur, direncanakan pembuatan as jalan, dengan beberap a alternatif. Selanjutnya dilakukan pengukuran profil memaniang di peta at^w di lapangan untuk mendapatkan data yang digunakan dalam perhitungan galian dan timbunan untuk setiap trase ialan. Dari perbandingan beberapa trase ialan dipilih yang ekonomis.

3. Survey I-okasi (I-ocation Survey).

Setelah didapatkan data-data mengenai batas-batas penguasaafl tanah yang akan digunakan dalam pembuatan jalan raya, maka dilakukan pengukuran untuk pembebasan tanah dengan menggunakan alat-alat ukur, rnap (peta) dan lain sebagainya. Urutan pekeriaan yar,g dilakukan ant^r^ lain, adalah sebagai berikut : - dilakukan pematokan sumbu ialan dengan sudut jurusan dan kelandaian yang telah ditentukan sebelumnya. - memberi tanda dan patok-patok pada bagian-bagian yang lurus.

2. Survey Pendahuluan (Pteliminary Survey).

.

Jalur trase ialan telpilih, selaniutnya dipetakan dan diukur

kembali secara teliti untuk mendapatk^n tencana penentuan trase ialan lain sebagai berikut : yang pasti. Peke{an pembuatan peta jalan ^ntara - Dibuat poligon utama, sebagai dasar kerangka sepaniang jalur yang terdiri dari titik-titik tetap berf arak 2 - 5 Km dan sedapat mungkin diikat dengan titik trianggulasi yang ada' Pada terminal point, digunakan patok-patok bench mark

(BM).

-

mengukur dan menandai sudut-sudut. defleksi dari route ialan. memben tanda untuk stasiun-stasiun dan profil melintang. membuat patok-patok untuk lengkungan-lengkungan jalan. membuat patok-patok dncikan awal damija dart damaja, sekaligus rincikan untuk pembebasan tanah.

BAB

4&

EbESf[EUS 4.1.

FIF.N[F:N{

GaE3@U'[Eq[']R-UK

DAN KOMPONEN GEOMETRIK

lemen Geometrik Jalan Raya lt^m^ adalah alinyemen horisontal, afinyemen vertikal, alinyemen pada persimpangan jalan dan :rlinyemen pada tikungan. Dalam tingkatan yang berikutnya adalah elemen rqc
El +!l

ucometrik horisontal. Pada alinyemen vertikal akan terdapat elemen scometrik seperti ruang bebas jalan (clearance of road), panjang kritis tanf akan, jank antzra dua jalur pendakian dan koordinasi alinyemen, yang rnemedukan tinj auan persyaratan geometrik alinyemen vertikal. Adapun komponen geometrik adalah merupakan bagian-bagian lrcmbentuk elemen geomettik, yang mempunyai karakteristik dan persyzrrata;i sendiri-sendin. Pada elemen alinyemen horisontal akan kita iumpai, komponen jari-jari lengkungan, denjat kelengkungan, bagian tangen, bagian lengkung lingkaran, bagian lengkung spiral, lengkung lrcralihan, daerah bebas samping, pelebaran tikungan, superelevasi dan lainlain, yang mempunyai masing-masing persy^ratart, agar elemen horisontal nyaman dan aman dilalui oleh kendaraan. Pada alinyemen vertikal kita

tcmukan bagian lengkung cembung, bagan iengkung cekung, ialur pcndakian vertikal dan lain sebagainya. Parameter geometrik dalam istilah di buku ini adalah parameterl)arameter yang menjadi acuan persyaratan, apakah persya;r^t^n alinyemen lr rrrisontal maupun vertikal, ataupun p^rameter persyafatan struktur.

4.2.

ALINYEMEN HORISONTAL

Alinyemen Horizontal adalah proyeksi sumbu jalan pada bidang lrrrrizontal. Alinyemen horizontal dikenal juga dengan rrama "sitaasi.falan"

aa

5ll

h(|\s,t'tilrhFilJAI,AN

lrrau

BUKU

1:

GEOMETRIKJAIAN

fa/an'i Alinyemen horizontal-terdiri dari garis-garis rurus ftiasa yang dihubungkan. dengan tengkung. Garis s,.ir_;;i, ;i,::f :: ?, Icngkung ^":1:^*:1. tersebut dapat terdiri dari busur ti"gt rr""" ditam-bah i.rrgu, lengkung peralihan atau busur busur peralihan saja araupun busur

ai

"trase

Iingkaran saja. syarat-syara, "-.y- d*ndipanmeter perenc an,.zn geometrik sudah dibahas pada bab sebelumnya, brb ini atan lebih meiekankan kepada dengan bentuk geometrik, sebagai bagian dari f':r::ir:_::Tf**an komponen geometrik. Persyaratan tersebut sangat pe,u dipahami, r>agaimana parameter kecepatan rencana, bagaimana Iedrdukan parameter k"iriringr, melintang dan. pa*meter-parzmeter lain, yang mendukung persyaratan alinyemen horisontal. 4.2. 1. KE"IM\ffUAN-KEIENTUAN

EIEMEN GEOMETRIIi

4.2.1.1. Ketentuan paniang Bagian Lurus Pada elemen geomeffik berupa arinyemen horisontal, bilamana topografi berupa daerah datar, dapat terladi bagian rurus (.tangen.) menjadi sangar paniang. Dengan mempertimbangkan faktor keseramatan pernakai jaran, ditinjau dari segi kelelahan pengemudi, maka panjang mrkrimom btagtan jaran yang lurus harus ditempuh daram waktu tiiak lebih d', 2,50 (sesuai \ ). Pada Tabel 4.1. dicantumkan paniang maksimum -..ri, bagian lurus pada alinyemen horisontal.

Paniang Bagian

|unber : TCNIJAK No. OIS/f/nU/

t

t"r". tvtrk.i-oil-( -

gD

4.2.7.2. Ketenruan Komponen Tikungan

o

E0.trter Geor.e.tlik

Jari-Jai Minimum.

Sesuai yang telah diielaskan pada Bab 2, bila kendaraan melintnsr suatu tikungan, dengan suatu kecepatan tertentu, kendaraan aklrrr menerima gayl sentrifugal, yang akan mengurangi kenyamanalr pengendara. Seperti sudah dijelaskan pula gaya ini dapat diimbangi dengan menyediakan suatu kemiringan melintang jalan (superelevasi), yang bertujuan untuk memperoleh komponen g^ya berat yang dapat mengelimintr g ya sentrifugal tersebut. Makin besar superelevasi makin besar pula komponen gaya berat yang dapat mengimban g g y^ sentrifugal tersebut.

Beberapa hal yang membatasi superelevasi maksimum pada suatu jalan nya, adalah sebagai berikut : 1) Keadaan cs ca, seperti sering turun hujan, berkabut. Pada kondisi ini superelevasi maksimum akan lebih rendah dibandingkan dengan daerah yang mempunyai cuaca baik. 2)

3)

4)

Keadaan medan, seperti daerah datar, berbukit-bukit ^tlu pegunungan. Di daerah datar superelevasi maksirnum dapat dipilih lebih tinggi daripada di daerah yang berbukit-bukit, atau di daerah pegunungan. Superelevasi yang terlalu tinggi, akan menyebabkan ras^ tidak nya;m^n kepada pengemudi y^flg mengendarai kendaraannya dengan kecepatan rendah. Keadaan lingkungan, seperti daerah perkotaan (urban) atata, daenh luar kota (rural). Di daerah perkotaan kendaraan akan bergerak lebih perlahan karena banyak terdapat simpangan jalan, rumbu lalu lintas, arus pejalan kaki dan arus lalu lintas yang padat, sehingga sebaiknya untuk daerah perkotaan superelevasi maksimum lebih kecil dibandingkan dengan superelevasi maksimum untuk daerah di luar kota. Komposisi ienis kendaraan dari arus lalu lintas. Banyaknya kendaraan berat yang bergerak dengan kecepatan lambat

serta adanya kendaraan yang ditarik khewan atau kendaraan ttk bermotor, mengakibatkan gerak lalu lintas meniadi tidak menentu. Pada kondisi ini sebaiknya dipilih superelevasi maksimum yang lebih rendah.

Untuk dzeoh yang licin akibat sering turun huian rhn l>crkrlrrrr sebaiknya diberikan e maksimum = 8 oh, dan di dacr;rh pr.rkotirirrr yang sering terjadi kemacetan lalu lintas rlianjtrrkrrrr rurtrrk

hrD\ ri't'It

I kti! J,tt,,t\

BUKUl

:

GEOMETRIKJAI/,N

nrcnlgunakan nrl:ai e maksimum berkisar a.nt^ra 4 - 6 %. Pada daerah persimpangan tempat pertemuan beberapa jal:u ialan, e maksimum yang dipergunakan sebaiknya rendah, bahkan t^npzmenggunakan superelevasi. AASHTO menganjurkan pemakaian beberapa nilai e maksimum yaitu 4 oh, 6o/0, \oh, 10oh dan 12 oh. Bina Marga untuk jalan di luar kota menganjurkan untuk menggunakan nilai e maksimum 8oh dan 10%. Nilai e maksimum 10oh digunakan untuk kendaraan dengan kecepatan > 30 Km/iam, sedangkan nilai e maksimum 8%o digunakan untuk kendaraan dengan kecepatan 30 Krn/iam, sedangkan untuk ialan di dalam kota dapat dipergunakan superelevasi maksimum 670.

Dari Gbr. 2.9c. @ab 2), dapat diturunkan rumus yang .mengkorelasikan kemiringan superelevasi e, koefisien gesek f , kecepatan V dan radius lengkungan R, berupa

:

I 0rnrr (llomellib

ar

.rrl:rlrrh bcrupa lengkung tertaiam, pada suatu I

ll;rrga radius minimum ini merupakan ketentuan minimum untuk rrrt'rnilih radius lengkungan dalam perenclnuaLi, yang dzp* dihitung dari r

utnus v'z

R minimum atau

=

D maks =

127 (e maks * f maks ) 781913,53 ( e maks + f maks )

..............-(4.3. )

hctajaman lengkung horisontal, dinyatakan dengan besarnya radius dari lcngkung atau dengan besarnya deniat kelengkungan. l)enjat lengkung didefinisikan sebagai besar sudut lengkung yang rnemberikan panjang busur 25,0 meter. (lihat Gbr. 4.1)

V2

D-_

g.R

e*f=

= 9,81 mf

det2,

-(4.2 )

v2.

e*[= Jika V dinyatakan dalam km/jam, g maka didapat rumus umum:

nilai suatu batas kccepatan

('t't(:11n2,

dan R dalam meter,

25

X 2trR

3(r0o

D

1432,39 _ _.._.{4.4.)

R

R dalam meter.

v ( 4.1.)

Gbt 4.1. Kotelasi atttarra deraiat lengkung ( D ) dan radius lengkung ( R )

127 R

Dari rumus ini bisa dipahami bahwa radius lengkung

horisontal dipengaruhi oleh nilai e dan f, serta nilai kecepatan reflcan yang dipilih. Semakin besar R, akan semakin kecil D (lihat penjelasan dibawah),dan semakin tumpul pula lengkung horizontal rencana. Sebaliknya semakin kecil R, semakin besar D dan akan semakin tajam lengkung horizontal yang direncanakan. Dengan kata lain, akan ada statu Radias tikungan minimum, atau Derajat kelerykangar maksimum, bila ada koefisien geser f maksimum, dan selang superelevasi maksimum. kngkung yang dihasilkan oleh kondisi seperti ini

minimum yang menghasilkan lengkung tertajam ini, scbaiknya dihindarkan dalam suatu pelaksanaan alinyemen horizontal, karena hal ini menimbulkafl r^s^ tidak nyaman bagi pengemudi yang I)enggunaan radius

lrcrgerak dengan kecepatan lebih tinggi dari kecepatafl renc na. Itadius yang diambil untuk pelaksanaan sebaiknya, iauh lebih besar dari

rrngka ini.

Jadi.\,,^hanya sebagai patokan pemilihan radius saja. llina Marga memberikan nilai yang terdapat pada Tabel 4.2. untuk mcncari It Iltn.

KONS'IRUKSI JAI,AI\I

BUKU I

Tabel 4.2. Panianglai-iai Minimum (dibulatkan V" (krn/iam) 120 100 80 60 50 lari-iarj Min- R*,- (m) 600 370 210 110 80 Sumber: Tata Clra

:

GEOMETRIK.IAI-AN

(.1)

40

30

20

50

30

15

Pelnlnaan GeometrikJalan antar kota [TrGJAK.)-No.038/T/BM/1997

Bila digunakan rumus 4.2 dan 4.3. diatas, dengan superelevasi maksimum e-"k- 8%o dan 70o/o, dan koefisien gesef melintang f-"0, yang bersesuaian dengan kecepatan renc tT (gunakan Gfu.2.1'1, - Bab 2), akan didapat hasil sesuai dengan Tabel4.3. . Sebagai perbandingan AASHTO yang menggunakan variasi e-^k" = 6oh, 9oh, 10o/o dan 12oh, dengan 4 variasi disrribusi f..u., dan kecepatan reflc rrl bervariasi dari V = 30, 40, 50, 60, 65,7A,75, dan 80 mph (miles per hour ), sesuai dengan metoda yang mereka lakukan, dapat dilihat pada Tabel 4.4. Hubungan yang didap* dari 4 Metoda yang dilakukan oleh AASHTO, adalah

(1).

Selang superelevasi sedemikian sehingga kendaraan yang bcrialan rettclttl, mempunyai seluruh gLyL sentrifugalnya, kecepatan l):r(lir .lrirrrlrangi oleh superelevasi di lengkungan, sampai terca;Pit e maksimum, lrt'rarti sampai kurva cenderung tajam. (l). Sama seperti metoda (2), kecuali didasarkan pada kecep^tan r^tat;lIit. (4). Selang superelwasi merupakan hubungan parabolis, terhadap dcraiat kelengkungan, dengan nilai yang tedetak diantua nilai metoda (1) .l:rn (2).

'Iabel 4.4.

deniat

kelengkungan. (Hubungan garis lurus dari D=0 sampai D = maksimum).

I(ecepatan

e maks

Rencana

m/m'

I(m/iam

q

0-10

50 60

0.10 0,08 0,10

70

0.08 0.10

o,24 o,23

,n)

o,t4

o22

250 464 758

6(l

0p8

10

0,08 0,08

0,13 0,13 0,12

o2r

65 15

0p8

0,11

0,19

|t( )

noR

0.11

019

0,10 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10

0, 0, 0, 0, 0, 0, 0, 0. 0, o

o26 o?s o24 o23 023

80

0,08 0.10

90

0,08 0,10

100

0.08 0,10

8.85 7,41

tt2.o47

76 82 112

121,659

l2

1.74

156.522

157

9.12

'lll

170.343

170

75

0,1,m

209.974

210

8.43 6,82

229

5-25

io

o,728

29.062 280.350

280

5,12

40

307

4,67

0,115

307.377 366,233

366

3,91

403.796

N4

3,55

0,08

Il0 I?0

0.10 0.08 0.10 0.08

1o

75.858 82-192

o,147

0,103

470.497

0,090

522,058 596-768 666.975

470 522 597

3,05 2.74 2.40

667

2.15

o,m

273 508 833 1263

0,16 0,15

28,09

)7q

o2r

(ft)

0,08 0,08 0,08

51

0,1s3

o,22

2510

51.213 0,160

0,16 0,15 0,14 0,13 0,13

o-17

30,48

0,08

0,06 0,06 0,06 0,06 0,06 0,06 0,06 o ori

0.11

r5

47

47

RADIUS

f)

0,11

/0

76\

0.166

MINIMUM

(e+

e

0,19 0,19 0,18 o,77

r,o (,5

1o

rencana denqan memperzunakan Detsamarn (4.2 dan(4 f maks R min R min D maks Desain Desain @erhitungan) (detaiat) m m

TOTAL

f

r{)

n()

untuk beberapa

MAKSIMUM

MAKSIMUM

\0

Selang superelevasi e, berbanding langsung terhadap

Uat<simom demiat kelengkungan dan Radius Minimum untrlk suatu. nilai limit e dan f.

il1(IIPATAN {llN(IANA

.ll)

:

Tabel 4.3 Besar R minimum dan D maksimum

.iI

i'0rncn Ceorctrih

t0 40 5o anl

lt( )

.,(, (,(

)

(r5

lo

't\ lt( )

o,t2 o,t2 o,t2 0,12 o,72 0,12

o,t2

o,l2

o,r2

6 5

4 -t

3 2 1

1

t6 t5 0, t4 o t3 0, t3 0, t2 0, t1 0, t1

o21

o20

MAKSIMUM DERAIAT KEI-ENGKI-INGAN

2tp 11,3

6,9 4,5

1,t83

1q

1815

32

2206

2,6

tt43 t34l 1633 1974 2246 231 427 694 1043 1225

2\

22,9

t2l

7,6 5,0 4,3 3,5

)q 2-5 24,8 73,4 8,3 5,5 4,7

1786

39 32

2032

2-8

274 395

26,7

o22 o21 021

1485

o28

641

89

02s o2s

960

6,0

1127

5,1

0,24

1361

42

o23 023

1630

15

1855

3,r

027 0?6

14,5

0.1 h(DNH't'lltrKstJAl/aN

BUKUT: GEOMETRIKJAIAN il0rnpr Geonelrik

Dalam perkembangan selaniurnya AASHTo menambahkan Metoda sebagai perbaikan

.

5,

dari metoda sebelumnya.

Batas Tikungan tanpa Kemiringan.

Telah dijelaskan bahwa, kemiringan jalan adalzh fungsi dari ketajaman tikungan. untuk tikungan-tikungan y,flg tumpul, karena kecilnya kemiringan y,ng diperlukan, dapat saja tidak diadakan kemiringan. Dalam menentukan batas ini, perlu diperhatikan kemiringan minimum yaitu disamakan dengan kemiringan ialan normal yang berlaku, yajrtu Zoh, dan besarnya koefisien gesekan yang timbul pada bagian dengan lereng yang bedawanan, yang harus masih dibawah batas yang aman. 'Berdasarkan ketentuan ini, maka batas tikungan dimana tidak dipedukan superelevasi, adalzh bilamana ia*jan lebih besar atau sama dengan yang tercantum pada Tabel 4.5.

TABEL 4.5. I^ri-izrriyang diiiinkan tanpa superelevasi (kngk""g

Kecepatan Rencana

It'rrgkung tersebut merupakan peralihan dari R It'rrgkung peralihan.

l)

flng

cliscbur

Pengemudi dapat

dengan mudah mengikuti laiur y^ng telah

t^flpl melintasi lajur lain yang berdampingan. Dapat melakukan perubahan dari leieng falan normal ke kemiringan sebesar superelwasi sectra berangsung-angsur sesuai dengzn gaya sentrifugal yang terjadi. Mengadakan peralihan pada pelebaran perkerasan yang dipedukan, dzri jalan yang lurus menuju ke kebutuhan lebar perkerasan pada tikungan-tiku ngan y a;ng tajam Menambah keamanan dan kenyamanan bagr pengemudi, karena sedikit kemungkinan pengemudi keluar dari jalurMenambah keindahan bentuk dxi ja,lzn tersebut, menghindari kesan pxahnya jdlan pada batasan bagian lurus dan lengkung dari busur lingkaran. disediakan untuknya,

2) 3)

VR

5) Sumber: Tata Cxa. Perencanaan GometrikJalan antar kota CfpGJAI+N"I)3gff/BMX9r?

llina

lcngkungPeralihan

Perubahan ara.h, yang harus diikuti oleh suatu kend^rz n y^ng melintasi bagian lurus menuju suatu lengkungan berupa busur lingkaran, secara teoritis harus dilakukan dengan mendadak, yaitu dari R tidak berhingga menuju R tertentu Secara praktis hal ini tidak mungkin dilakukan oleh ban kendaraan, karena harus membuat sudut belokan tcrtentu pengemudi memerlukan jangka waktu tertentu, berarti pedu jarak

tcrtcntu pula. Demikian pula g

ke R = R. ,

lk'ntuk lengkung peralihan yang memberikan bentuk yang sama dengan ;t'j:rk kendaraan ketika beralih dari jalan lurus ke tikungan berbentuk lingkaran dan sebaliknya, dipengaruhi oleh sifat pengemudi, kecepatan kcndaraan, radius lengkung dan kemiringan jalan melintang. Bentuk lcngkung spiral atau clothoid a'dalah yang paling banyak dipakai. Kcuntungan dari penggunaan lengkung peralihan pardz alinyemen lr
4)

o

--

yz

sentrifugal akan timbul

rrrt'rrclarlak yang aka,n membahayakan pengemudi.

oleh

sebab

secara

itu

agar

k.rr
Marga, menetapkan, pznjang lengkung peralihan mulai dari l)cnampang melintang berbentuk mahkota (crown), sampai dengan kcmiringan sebesar superelevasi. Arlapun nilai yang diambil rdalah (Sumber : Tata Cara Perenc n^an kota (IPGJAI9-No.038 /T /BM/ 1997 ):

( ic
'

Nilai terbesar dari tiga persamaan dibawah ini:

l). llerdasarkan waktu tempuh maksimum (3 detik), unruk nx:linl:rsr It'rrskung peralihan, maka panjrng lengkung :

h(,NI{'T'BI KSI JAI,AN

BUKT] T

I

:

GEOMETRIKJAIAN

il0r.ncn Geortetttik

l)

VR

I"=-T

( 4.s.)

3,6 2). Berdasarkan antisipasi gaya centrifugal v*' Vn'e

L"=0,022

(4.6.) C

(.--"") .(4.7.) 3,6 r,.

dimana:

T

= waktu tempuh pada lengkung peralihan, ditetapkan 3 detik.

V* = kecepatan rericana

(km/jam).

e = superelevasi C = perubahan percepatan diambil 0,3 R = iair-jari busur lingkaran ( m ). e-

1,0 disarankan 0,4

m/def

= superelevasi maksimum.

en = superelevasi normal.

re

Dari keadaan tersebut diatas, maka gaya sentrifugal yang teriadi akan muncul secara berangsur-angsur dari mulai R tak terhingga di jalan lurus sampai ke R = R. pada tikungan berbentuk busur lingkaran. Pada lengkung horizontal yang tumpul dengan jari-iai besar, lintasan lit'r'rdaraan masih dapat tetap berada pada lajur jalannya, tetapi pada rilaliknya dilakukan pada awal dan akhir lengkung. Bina Mrtg" rcmperhitungkan panj ang lengku ng pera li h a n mulai sepanjang penampang samp2l rnclintang berbentuk crov/n (mahkota) l)cnampang melintang dengan kemiringan sebesar superelevasi. Sedangkan AASI{TO'90 memperhitungkan panjang lengkang peraliban dari )('nampang melintang berbentuk sampai peflampang I rcl i ntang dengan kemiringan sebesar superelevasi. ,,)

3). Berdasarkan tingkat pencapaian perubahan kelandaian:

I*-

Pada saat pertama kah membelok, yang dibelokkan adalah rorla depan kendaraan, sehingga iejak roda akan melintasi lintasan peralihan dari jalzn y^rrg lurus ke tikungan berbentuk busur lingkaran.

:

-2,727

-R.C

a,

= tingkat pencapaian perubahan kemiringan melintang ialan ( m/m/detik ).

kngkung dengan R lebih besar atau sama dengan yang ditunjukkan pada Tabel 4.6 tidak memedukan lengkung peralihan.

rr

TABEL 4.6. fun-iari Tikungan yang tidak memedukan kuns Peralihan V" (krn/iam) 120 100 80 60 50 40 30 20 R-* (m) 2500 1500 900 s00 350 250 130 60

rr

,1.2.1.3. Ketentuan kemiringan melintang ialan lurus

o kngkungpemlihan Pcrubahan jurusan yang dilakukan oleh pengemudi dari jalan lurus

(R : ) kctikungan berbentukbusurlingkaran ( R=(),berdampak 1x'rrrlr:rlr:ur irrah secara mendadak.

Hal ini tidak akan teriadi,bilamana

:

Pada ialzn yang lurus kendaraan bergerak tanpa membutuhkan l.t'rrriringan melintang jalan. Namun demikian agar air huian yang jatulr rrrt'rrimpa perkerasan jalan dapat mengalir kesamping dan masuk kc .,.rltrrrrn tcpi dengan cepat, maka dibuatkan kemiringan mclintang irl:ur r'.rrrri rliscbut dengan kemiringan normal.

6A

KONSTIUKSIJAI,AN

BUKUT

:

i'0rxer 0eortetrik

GEOMETRIKJAI-AN

(.).8

Besarnya kemiringan normal jalan sangat tergantung kepada jenis lapis permukaan ialan yang dipergunakan. semakin kedap ,.ir pada p.r-okr*

jalan tersebut, maka kemiringan melintang ialan akan dibuat semakin

landai, sebaliknya ienis lapis permukaan jalan yang mudah dirembesi oleh air,. harus mempunyai kemiringan melintan g jirm yang cukup besar, sehingga kerusakan konstruksi perkerasan jalan dapat jinirdrri. Besar kemiringan melintang jalan ( = ) berkisar antan (z- 4 ) yo. Bentuk "n kemiringan melintang normal jalvn pada ialan dengan 2 iilur 2 arah, umumnya berbentuk ,,,,^croil.)fi , dan pada jalan yang mempunyai median, kemiringan melintang dibuat ,ntrl masingmasing jalur.

1'/m = L,

rlimana: 1/m

= = = = =

landai relatif. panjang lengkung peralihan L B lebar jalur '1. arah , m e superelevasi , mf m' en kemiringan melintang normal , mf m, licsarnya landai relatif maksimum dipengaruhi oleh kecepatan dan tingkah laku pengemudi.

Tabl4.7. Nilai Kelandaian 4.2.1.4.

Kecepatan Rencana

Landai relatif

Kelandaian relatif

maksimum

Km/jarn

Proses pencapaian kemiringan melintang sebesar superelevasi

dari kemiringan melintang jzrzn normal ke kemiringan melintang jalan sebesar superelevasi ptda lengkung berbentuk busur lingkaran, mengakibatkan peralihan tirggi perkerasan sebelah luar dari elevasi kemiringan normal pada ialzn lurus ke elevasi sesuai kemiringan

superelevasi pada, busur lingkaran. I-andai relatif &/m1 a,dzlah besarnya kelandaian akibat perbedaan elevasi

tepi perkerasan sebelah luar sepaniang rengkrrg p"rriihan. perbedaan elevasi didasarkan pada tinjauan perubahan bentok p.rrr-prrrg melintang jaran, belum merupakan gabungan dari perbedaan elevasi akibat kelandaian vertikal jalan. Berdasarkan Gzribar 4.2a.

Menurut BinaMxga,landai relatif

:l/m=h/L"

Relatif Maksimum Kecepatan Rencana

Krn/iam

r/s0

AASHTO'90 72

t/33

20

48

1/1s0

64 80

1/175 1/200

88

t/213

30 40 50 60

96

104

t/222 t/244

t12

1/250

80

=

Mt'rrrrrrrt AASHTO

'

1990, landai relatif

:1/m=hl /

I

andai Relatif : 7 / m =

tn ) m L

L".

/100

r/115

t/12s 1,/1s0

l)ari batasan landai relatif maksimum, dapat ditentukan panjang lengkung pcralihan minimum yang dibutuhkan :

Menurut AASIITO 1990

l/m

1/7s 1

100

.

(e+e,)B

Kelandaian relatif maksimum Bina Marga (Luar Kota)

maksim,m

h/Is.

7ll

K()N S'l'lll.r KSI JALAN

-.- > IGCBTUN ll(fi{J

BUKU T

il)

:

GEOMETRIKJAI-AN

*-:. ----">xEceruil ([Jxrl}

(o),VTRSI BIMMARGA

(b).

IGI.ANDAIAN

REI.ATIF

wns

AAsHro

1990.

4.2.1.5. Bentuk lengkung petalihan. Sebagai pendekatan dalam menentukan bentuk lengkung peralihan yang paling sesuai, secara teoritis didekati dengan peninjauan terhadap genkan kendaraan di tikungan. Pada tikungan kendaraan dianggap mempunyai kecepatan sudut yzng tetap, dan pengemudi mulai dengan membelokkan kemudinya padz saat permulaan memasuki busur lingkaran.

Gerakan kendaraan di tikungan merupakan kombinasi dari gerakan mafu dan gerakan berputar , yang berarti kombinasi dari v = ds/dt dan w = da/dt, dimana : v = kecepatan linier , w = kecepatan sudut , s *-iarak linier, c = sudut putaran dan

t

'_-

waktu.

Gbr. 4.3. Posisi roda kendaraanpadasaat membelok di tikungan.

MAK$MUM

Gbt.4.2.I^andai Relatif Maksimum menurut Bina Marya

dan AASIITO

,t

flnrn OrrxrlrLill

Sudut putaran dari roda depan kendaraan adalah relatif sangat kecil, schingga dapat dianggap bahwa p = r.cr zt^u a =p/r. Jadi dcr= -p/rz.dr. Dengan w=d u / dt, maka : *=-p/r, .dr1dt. Sedangkan : v=ds / dt, maka: * =-pvfrr. dr/ds, zta:u ds = _ pv/w. rr. dr.

w

dianggap tetap, maka setelih integrasi terdapat

:

s =pv/w.r*C. I)ada perfnulaan

lengkung, dimana s =

integrasiC=0, iadi

0,

hatga

f=

co

,

makz konstanta

.s =pv/w.r. atau s=Vr. kngkung yang memenuhi pefsamaan tersebut diatas, rrtlrrlrrlr lcngkung spiral Euler Spiral Cornu, atau dalam istilah nrulcnratikir ^tzu .liscbut dengan clothoida. kngkung ini mempunyai sifat lxrlrwu lurr

ilrr

72

KoNSTRUKfJI JAI,AN

BUKUI

:

GEOMETRIKJAI/.N il0.r.ncn Ceone,irtiE

7:l

na'- P.Los

tl = p.L' l+ = P.Lt

Gbr. 4.4. Clothoida dengan formula

A*LRL"

'."'. sr'

..----l

lengkung pada setiap titik adalah berbanding terbarik dengan panjang lSngkung yang bersangkutan diukur dari per"muraan rengk;g. b";g"; demikian lengkung tersebut sangat ideal untuk diperginakrr, ,.u[ui

lengkung peralihan.

Pada kenyat^annya, sering keadaan ideal menufut teori,sukar untuk diikuti, sehingga sedng dilakukan pendekatan dan yang menjadi dasar pertimbang an adalzh kesederhan aan dalam perhi tungar, "yrr,g jipedukan oleh lengkuogJengkung tersebut. IengkungJengkung tersebut, antara lain ; 1)' clothoida dengan persamaan An*1 = RLo, seperti pada Gbr.4.4.

2)'

kmniscare da. Bernouli, mempunyai sifat bahwa

iai-iari lengkungnya sebanding dengan tali busur yang bersangkutan., yaitu t = 3 r sin 2 e , dimana t= tali busur rengkung daripermrra* lergi,rng sampai sr-ratu titik, s = jari-jari lengkung pada titik yang bersangkutan, dan a = str
l)'

CIRCLE

Parabola tingkat tiga, y^ng mempunyai sifat bahwa jari-jari It'rt1',lirrng sebanding dengan absisnya, dengan rumus : y = p. ,,. ' ' lr,gkung maiemuk, dalam har ini lengkung perali^han terdiri dari :l)'. l'r f '1'1;1;v;q lrrrsur lingkaran dengan jafi-jari yang b-erbeda-beda. Jenis ini nr( r ulr.rL;rrr it.rris lcngkung peralihan yang iarangdipakai.

SPIRAI, ,TANGEN

Gbr.

4.5. Komponen Spiral - Citcle _ Spiral.

lcngkung peralihan yang paling sesuai dengan lintasan kendaraan ya,g

sc'l>cnarnya adalah clothoidal c'ngkung peralihan diletakkan

bagian lurus dan bagian lingk:rrirr ^ntar^ (t'ircle), yaitu sebelum dan sesudah tikungan berbentuk busur ringkrr*rrr.

z4

h()\Js'l'ltl'KSl .|AI.{.N

BUKU

1:

GEOMETRIKJAIAN

1.l0.c.mp-n

OeonrJtib

Dengan adanya lengkung peraiihan, maka tikungan men€+lunakan ienis Spiral

-

Circle

- Spiral (S-C-S).

Keterangan Xs

=

Ys

=

l.s

k

= = = = = = = =

Ts TS SC

Ils 0s Rc P

k

Absis titik S(, pacla garis tangen, jarak clari titik TS kc SC ( iarak lurus lengkung peralihan ) C)rdinat titik SC pacla garis tcgak lurus garis tangen, jarak tegak lurus ke titik SC pada lengkunr. Panjang lengkung pcralilran (purrjang clari titik TS ke SC atau (-S ke ST). Panjang busur lingkeran (panjang dari titik SC ke CS). Paniang tangcn dari titik Pl kc titik TS atau ke titik ST Titik clari t:rngcn kc sPiral. Titik clari spiral ke linqkaran. .farak dari Pl ke busur lingkaran. Sudut lengkung spiral Petgcseran tangen terhadap spiral.

dari p

I-c.=xfi

x Rc

(4.15)

180

(4.16)

L ** = 1-r+ 2Ls.

< 20 meter, sebaiknya tidak digunakan - Circle - Spiral, tetapi digunakan lengkung

Jika diperoleh L.

bentuk Spiral Spiral - Spiral , yaitu lengkung yang terdiri dari dua lengkung

jari lingkaran -lart Absis

( A - 2 0s)

peralihan.

pada garis tangen spiral.

Jika p dihitung dengan menggunakan rumus

:

L,, Rumus yang dipergunakan

x=

""""'(4'B)

-40o,) (4.e )

6R. L,

90

0,

24

L,,

\ = L.(1 r*'

(4.17 )

:

( 4.10 )

=

fi

Maka ketentuan yang digunakan adalah menggunakan Full Circle ( trC ) Untuk L. = 1,00 meter, maka p - p' dan k = k' Untuk L" = L", m^kzp = P' x L" dan k = k x L.. Nilai p'dan k' , dapat dilihat pada"fabel 4.9 Bentuk lengkung peralihan ( Spiral padaGbr.4.6.

-

Spiral

),

adalah sebagaimana

Untuk bentuk spiral - spiral , berlaku rumus sebagai berikut

L.'

:

Ir=0 dan 0s =YrL

L total = 2Ls. 0 s = dicari dengan menggunakan

6 R..

L.-

Rc

L,' 40

&'

0s. n.Rc

- \Sin0.

-.

rumus

.

- ( 4.10 ) (4.1

( 4.1.2) 90

tt )

h(DNr{'l'ltt rKst JAI/AN

70

BUKU

T

:

I

GEOMETRIKJAI-AN

erucr

,,

Ouxplrik

Tabel4.9. Besamn p' dan k 0r

\J# r' "..v '- /..,"..

..f

o,ooo73l5

I,O

O,OOl1163l

t.5

o,oo2l948

2.O

o,002926E

2,5 1,O

':.;,'

'()

Lengkung Spiral

-

diperoleh

0,49756AA

o,o333559

0,003659t

22,5

o,o34tfi7

o,4974504 0,4973288

o,o043919

o,4999542

23,O

o,or49a52

o,497204,2

1,5

o,@5125r

o,4999377

23,5

4,O

o,4999t86

24,O

o,497a764 o,4969454

o,4998970 o,49!m727

24,5

o,o358055 o,0366296 o,o374576

25,O

o,o382t95

o,496673A

o,Nr32%

./\

s,5

qoomfl7

o,4998459

25,5

o,o391255

6,O

o,ooEto16

q4998165

26,O

q039e657

6,5

o,(x)95396

o,49vta#

25,5

QO4O8tOr

7,O

qol02786

o,496s331 o,4963E9t 0,4962411

qolrolrS

2't,o

o,ott6587

0,4969)12

7,5

t,5

o,or25030

0,4996309

2?,5 2a,o 2a,5

o,o.425tlT

8,O

qorl76(D

0,499750t 0,4997r30

o,otr247t'

q49958s9

29,O

q(x5o978

o,4959372 o,4957798 0,4956119 o,4954s46

rlrrrr

rumus k = L"

llrrtrrk

1..

o,496732

o,04,33692

o,0442112

o,496alt2

9,5

qor39928

q49953E3

29,5

o,o45!x90

q495286t

SPIRAL

lqo

Opr47.lo0

o,4994ttO

30,o

0,0461450

o,495t tsa

TANGE{

lo,5

o,ot548E8 o,o162394

0,499435r o.4993795

3q5 3l,o

o,0477258 0.0486115

o,49t94(}5

I I,O I r,5

o,49932t 4,4992@.'

31,5,

o,o4950l2

0,494.5798

3ao

o,o503979

o,49tt939

o,499t966

31s

o,o5r298s

O;4942o4{

l3,o

o,ors5qr5 o,or9260t

o,499t303

33,O

o,o522o4,A

oJ94Orr-r

3,5

o,@o/}2t3

o39e()6rr

33,s

o,o5rl162

q4938Iz(,

r4,o r4,5

o,u2o7a4O o,orzr549()

o,49E9E93

34,O

O,OSzf0328

qa98er46

0,4936131

14,5

l5,o

o,o22rt65

o,49At3T2

35,O

o,o99549 oro55tt25

o,4934oU 0,493t997

5,5

o,o230E63

q498?57()

35,5

qo568155

r6,0

o,(xt385rr

o,4146739 q498588O

36'0

o,4929a72 o,4927706

Spiral.

r

R".

p' dan k- diperoleh dengan menggunakan persamaan p =

o,o3t7409

21,5

5,O

CATATAN: I* = 1 m dan 0. tertentu, dengan menggunakan persarnaan 4.10 sepanjang I* I* = / 2 R* radial, akan

2l,o

o,4977965 o,4976A42

o,0.325466

t2,5

4.6.

o,o3()9385

22.O

l2,o

Gbr.

k.

zo,3

o,4999987 o,4999949 o,49998E6 o,4999797 o,49996a2

qo .1.. ,/..'

p'

4,5

sr

.*

,,,''

Os

I

.B

"..".. a

_k+

o,oo585E9 0,0065934

':i.

\.,

p*

oJ

(menurutJ.Barnett)

#- &

( 1 _ cos 2)

16,5

0,(}24633t

r7,o

o,02s4l16 o,o26t92t

q4984993

77,o

o:4ew'n

37,5

0,o2619?56

o,49a:?ttz

3t,o

o,cbr567,

o,v2776t9 o,(,zts5l3 o,gr9[]43t

0.4982158

38,5

o,06.25354

39,O

0,063s095

o,491t639 o,19t626r' qa9r 3at7

qo6a{b9?

O.a9t

o-o3(}1396

o-497gmSA

39,5 a0-o

o.651762

o-amsa

r8,o r8,5

; k=k..f

o.4%1620

o,o517544 o,0586989 o,os964i92 o,0606053

17,5

sin4r'2 -E=-R. ;e-s=y!, 4oR,' ( fr R"

I m dan 0. tertentu,(dariperhitungan, p=p..I*

r

qol69er9 o,ot77$2

l9,o 19.5

qa98ll54 o,498ot2t

36,5

O,.f9255()1

o,49212t1 o.4920967

l.l(}l

-----"% rq

:

h()Nli'l'lll Klil J.tl1,tN

BUKU

o Paniang lengkung peralihan

(I^s) berdas^rkan rumus SHORTT

I

T

GEOMETRIK.IAI-AN

I

irrrrrli mengimbangi g y^ sentrifugal, telah dibuatkan

)'r

Gaya sentrifugal akan berubah dengan cepat, jika paniang spiral yang digunakan adalah pendek, sebaliknya gaya sentrifugal akan berubah sccara perlahan-lahan f ika panjang spiral cukup panf ang. Gaya sentrifugal

=

m.V

/n

waktu.

Gaya m.V2/R

m.V3

waktu

L, /V R . [-,. Perubahan percepatan ke arah radial untuk sctiap satuan waktu

:

(C)=u/t. Craya = m.a GzYa -'' = waktu t

C=

---+C

v' V. e. 2,727 0,022 \ = R.C C

R. L" V.

L.-

R.L,.

R.C.

1-3.

:

I-s =

(1e0e)

ini, dikenal dengan nalr:,a rumus MODIFIKASI SHORT. llrrgkung peralihan perenc n^an dapat diambil dari Tabel Ls1 dan Tabel Ls 3 ( lihat l,ampiran 1 clan 3), bila menggunakan metoda AASHTO, dan 'l'rrlrcl Ls2dan Tabel Ls4 (lihat Lampiran 2 dzn 4), bila menggunakan rrrctoda Bina Marga. Masing-masing Tabel digunakan untuk e maksimum l}olt dan 8t%, dengan suatu kecepatan rencana tertentu, dan radius yang ,lipilih.

dari kemiringan melintang

bagian jalan yang lurus, sampai ke kemiringan maksimum (superelevasi) pada bagian lengkung ialan. Dengan mempergunakan .liagram superelevasi, dapat ditentukan bentuk penampang melintang pada sctiap titik di suatu lengkung horizontal yang direncanakan. l)iagram superelevasi digambarkan berdasarkan elevasi sumbu ialan sebagai saris nol. Ada tiga cara dalam menggambarkan diagram super elevasi, vaitu: (lihat Gbr.4.7 ).: l) Sumbu ialan dipergunakan sebagai sumbu putar. f) Tepi perkerasan ialan sebelah dalam digunakan sebagai sumbu putar. ) Tepi perkerasan jzlan sebelah luar digunakan sebagai sumbu putar. l]ntuk jalan r^y^ yang mempunyai median Qalan rzyz terpisah), lrcncapaian kemiringan didasarkan pada lebar serta bentuk penampang n-relintang median y.^ng bersangkutan dan dapat dilakukan dengan rnenggunakan ketiga cara tersebut diatas, yaitu : rr
=

perubahan percepatan

........ ( 4.20)

l(rrnrus

Superelevasi dicapai secara bertahap

m. V'

V,

Rumus SHORT

lrirrl'Jla gay^ y^ng bekerja adalah gaya sentrifugal dan komponen berat demikian rumus SHORTT meniadi

1.2.7.6. Superelevasi.

= z/t

dimana: L - panjang lengkung spiral I meter ] R = jari - iari busur lingkaran I meter ] V - kecepatan rencana.,Km / jam-

C =

superelcvasi.

l.( n(l1rraan. Dengan

.

\Xiaktu yang dipergunakan oleh kcndaraan untuk bergerak sepanjang lengkung spiral sepanjang L., adalah t = L" / V. Perubahan g:ay^ rat^-rata sepaniang waktu tempuh sepaniang spiral = gzyz /

7fi

llurn (,)romattik

[m/de( ] , yr.g bernilai ^ntzra:

0,022

v' ........( 4.19.)

R. c

Rumus ini, tidak memperhitungkan pengaruh kcrrriringan ialan terhada;p gzya centrifugal

adanya

l) "l)

Masing-masing perkerasan

diputar sendiri-sendiri dengan

menggunakan sumbu jalan masing-masing ialur jalan sebagai suml>u putzf. Kedua perkerasan diputar sendiri-sendiri dengan sisi mcclian st'lxr11;rr sumbu putar, sedangkan median dibuat dalam kondisi clatar.

K()NSTITI]KSI JALAN

3)

Seluruh jalur jalan termasuk median diputar dalam satu bidang yang sama, dan sumbu putarnya adalah sumbu median. Diagram superelevasi antzra c ra. AASHTO dan care- Bina Marga mempunyai sedikit perbedaan , yaitu : Cara AASHTO, melintang sudah mulai berubah pada ^. titik TS (Iikunganpenampang Spiral). b. Caru Bina Marga, penampang melintang pada titik TS (fikungan * Spiral) masih berbentuk penampang melintang normal.

1,c1r1 I

i'e.ru

BUKUT: GEOMETRIKJAIAN

It

Geonettik

,1.'2.2. PENGGTJNAAI\ DARI TIGAJEMS LENGKUNG HORISONTAL 'f

'rgr

l) .l) i)

ienis bentuk lengkung

horizontal, adila'h

sebagai berikut

:

lengkung busur lingkaran sederhana (circle) ; lengkung busur lingkaran dengan lengkung peralihan (spiral - spiral) lengkung peralihan spiral - spiral

-

circle

bry t-arro} -*-*

ta?ane

luor

Darobah

br.na ddail t.lcF

Gbr.4.8. r.g&$.,^c oAr ,^ og. (

Gbr.

t' o.or-,." t\-

nori{l t 4.7 .

Tiga dternatif penggambaran diagram superelevasi

superelevasi tidak diperlukan, jika radius tikungan cukup besar. Dalam kondisi begrtu, cukup lereng luar diputar, sebesar lereng normal(I-p) atau brhkan tetap sebagai lereng normal (LNr) - Lihat Tabel Lsl sampai Tabel ls4 pada l-ampiran 1 sampai 4.

4.2.2.1.

k

Perubahan kefniringan melintang ialara.

gk"og busur lingkaran sederhana (circle).

Tidak semua lengkung dapat dibuat berbentuk busur lingkaran scclerhana, hanya lengkung dengan radius yang besar yang diperbolehkan. l)acla tikung^n yang tajam, dimana radius lengkung kecil dan superelevasi vung dibutuhkan besar, lengkung dengan bentuk busur lingkaran akan

rncnyebabkan perubahan kemiringan melintang yaflgbesar.

h(l\Fi'l'lt t Klil J,tl,AN

BUKU

T:

GEOMETRIKJAIAN

i:l

I '0r,urr ( )rontttik

(]ambar 4.9. menuniukkan lengkung horizontal berbentuk busur lrrrrlli:rrzrn sederhana. Bag;an lurus dari jalan (di kiri TC atau di kanan CT) ,lrrr:rrnakan bagSan "TANGEN" . Titik peralihan dari'bentuk tangen ke lx'rrtr,rk busur lingkaran (circle) dinamakan TC dan titik peralihan dari l,rrsur lingkaran (circle) ke tangen dinamakan titik CT. Jika bagian yang lrrrus dari jalan tersebut diteruskan, maka akan memotong titik yang diberi rnrna dengan PI (point of intersection), sedangkan sudut yang terbentuk ,,lch kedua garis lurus tersebut, dinamakan "sudut perpotongan" yang l,t'rsimbul A. Jank TC - PI diberi symbol Tc. Ketajaman lengkung ^rrtzr^ rlinyatakan oleh radius Rc. Seandainya lengkung tersebut dibuat simetris, rnaka garis O - PI merupakan garis bagi sudut TC - O - CT . Jarak antara ritik PI dan busur lingkaran dinamakan E. Panjang busur lingkaran .linamakan I-..

Pt ,r-_ /\ 'VI A

./'

/

= \.Tg.Yz L & (1-Cos'/zL') Cos

t.

(4.21)

t/z A

= Tc.tg t/r A, 4.. n =

(4.22) A dalam dertjat

(4.23)

180.

I,

=

-Rc, A.

0,01745

Rc

,A

dalam derajat

(4.23t)

dalamradial.

(4.24)

CIRCLE TANGENT

Gbr.

4.9. I.rgkoog

busur lingkaran sederhana.

dan mengakibatkan timbulnya kesan patah pada tepi perkerasan sebelah luar. Efek negatif tersebut dapat dikurangi dengan membuat lengkung pcralihan.

rrngkung busur lingkaran sederhana hanya dapat digunakan rrrrtrrk radius lengkung yang besar (disarankan r I i I r r t r lr k an kurang s ma. dengan 3 o/o). r

r

^tav

), dimana

superelevasi yang

L.=

Rc,

A

Karena lengkung hanyz berbentuk busur lingkaran saja, ma'kz pencapaian superelevasi dilakukan sebagian prda jalzn yang lurus dan sebagian Ia;gi pada bagiaLn lengkung, sedangkan bagian lengkung peralihan tidak ada,

rnaka panjang daerah pencapaian kemiringan disebut sebagai panjang peralihan fiktif (L"). llina Marga menempatkan % L"' dibagian lurus (sebelah kiri TC atau sebelah kanan CT) dan 1/t L"' dirempatkan di bagian lengkung ( sebclah kanan TC ztau sebelah kiri CT)- Lihat Gbr.4.10 AASHTO menempatkan 2/3 L,' di bagian lurus (sebelah kiri 'I'(. ntrrtr scbelah kanan CT) dan 1/3I"' ditempatkan di bagian lengkung (st'lx'llh kanan TC atau sebelah kiri CT)-Uhat Gbr.4.10.Dengan mcnKgatrtlr;trk;ttt

K()N T{I'ITI KAiI JAI,AN

BUKU r

I

:

GEOMETRIKJAI-AN

rt

il0eru.r Georrztrik

diagram superelevasi, dapat ditentukan bentuk penampang melintang titik TC dan CT, serta titik-titik sepaniang lengkung.

(:oNTOH SOAL (1). Pcnggunaan Busut Lingkaran Sederhana.

Pr z\\

l'--

Kccepatan rencana = 60 Km/iam. rnaksimum = 0,10 dan sudut A = 10 ' ltl>ar jalan =2X 3,50 meter tunpa median.

('

Kcmiringan melintang normal = 2o/o. l)irencanakan lengkung berbentuk lingkaran sederhana dengan R= 955 m. rc

lWtda Bina llilarga l)ari TabelLs2 (TAMPIRAN 2), diperoleh e = 0,023 dan L"=4O m. =Rtgt/zA = 955.tgt/2.10 ' = 83,55m. fi= T.tg % L = 83,55 . tg %.10' = 3,65m. 1.. = 0,01745 . L. R - 0,01745. 10 . 955 = 166,65 m. l)ari hasil perhitungan didapatkzn data :

'1.

V A R 'f.

= 60Km/iam =10"

L.

= 955m = 83,55 m.

E.

e

I*'

= 166,65 m. 2,30

= 3,65 m = = 40m.

Metoda,MSHTO : l)ari Tabel Lsl (Lampiran

1) diperoleh e= 0,026 dan Ls = 40 m. licrdasarkan perhitungan yang dilakukan, didapatkan dataiata sebagai lrcrikut :

Lthar A

*.

Y+ o'o2

V A It 'lt I)i

Gbr.4.10. Pencapaian Superelevasi menurut Bina Matga dan AASI{TO pada tikungan Full Circle(I"ingkaran penuh).

=

60Km/iarn

=20"

= 955m = 83,55 m

soal

ini hanya terdapat perbedaan di e saja.

(tidak selalu demikian/tidak bedaku umum)

Lc e Ec Ls'

= = = =

166,65 m

2,6oh 3,65 m

40m

(eu*=2,3oh,"t,o,,ro=2,6oh

r 8C

h(,

N

f{.I.IT

T

I

KliI JAI,AN

BUKU

Pr

1

:

GEOMETRIKJAT-AN

t7

ilCencn Geone-trib

,/-. z\\

4.2.2.1.

I-engkung busur lingkaran dengan lengkung peralihan ( Spiral {itcle -Spiral )

gT

'\ .-\ "' \

BAGIAN

\

lxf I vr*61sm

?pr.,r,. ::'T'n --.tt-4u"

pOr_rC .\- {,"r0 -]-\ Por-ll-{t Bt

'

iii',-.i"oit*tol

cararaNi Llh.t A ^Fc :

,a-Lr L!'

rt Y+2) ('d + 2 )

I

n/'-r+(Etr ,,'' I

.+ msrro, e"e -

2,696

-Y=

- d.d p.nampang l{ emp.l pcnamp.ng ll-ll ( r-l's/D lr{l') Panrang Ls'( AASHTO ) = dad p.namp.ng lll{ll $mp.l FnamF,ang ll{l ( lll'{ll'SrD ll'{l') P.nleng L.' ( 6il

CIRCLE SPIRAL TANGU\

' Br:o*-z,3ch_y-122sfl.

)

Gbr. 4. 11. Diagram Supetelevasi CONTOH SOAL

1

r,459e

Gbr.4.lZ.

kngkung Spiral - Circle Spiral

lcngkung TS - SC adalah lengkung peralihan berbentuk spiral (clothoid) yang menghubungkan bagian lurus dengan radius tak terhingga di awal spiral (sebelah kiri TS) dan bagiln berbentuk lingkaran dengan radius l(c di akhir spiral (sebelah kanan SC). Titik TS adalah titik pcralih:rn lxrgian lurus ke bagian berbentuk spiral dan titik SC adalah titik pcralihrrrr lxrgian spiral ke bagian lingkaran. .

\ / +O = 0,00376

l,;rrrtl:ri llclatif (Bina Marga)= { ( 0,02+ 0,023)*3,50 l,;rrrrl:ri l(r'lrrtif'( AASHTO ) { (0,02+ 0,026 )*3,50 }

=

/ +O = 0,00401

at

t()Nf.lTlltlKiilJAI,AN

BUKU r

:

GE0METRIKJAI-AN

Rumus yang dipergunakan : Koordinat sembarang titik P pada spiral , dicari dengan rumus

L2

X=L(t__1

Y_

6R

Jika panfang lengkung peralihan dari TS ke SC ardalm,h adalah Rc, maka rumus yang dipergunakan adalah :

ln'

40

0s

-_

titik

L"

2&

SC., adalah

Untuk L,=

:

g0I"

L"'

6&

dan R pada SC

6&

0s = ---:Tr Rt

radial

[s

L"'

Ys-

&'

Besarnya sudut spiral pada

:

L2

40R2

x" =L,(1__)

der2;i*

In' 40

1ff, p = p+ dan k=k*

&'

-\sin

=

_

0,

Dan untuk I*=I", p = p*. L" dan k= k*.I+. Sudut pusat busur lingkaran = A., dan sudut spiral = 0*' Jika besar sudut perpotongan kedua tangent a,dalah A, maka: A. A- 0,. E, = (& +p) Sec %A _

T.

-

SCerer Geoxetrib

-4. \

DTN.AIILIRUS

IIABTIILTnIJS

\

= (& +p ) tg % A +

k

0.

SISI DTL.Af,I

I-.=-tr.\ 180

l)cncapaian kemiringan pada lengkung spiral-circle-spiral,dilakukan secara linicr ( Gbr.4.13), diawali dari bentuk normal A slrnpai awal lengkung peralihan TS yang berbentuk lrlrla bagian lurus jalan, kemudian dilaniutkan sampai srrl'x'rclcvasi penuh, pada akhir bagran lengkung peralihan SC.

SPIR.IIL

Gbt.4.13. Pencapaian kemiringan ( superclevasi tikungan Spird - Citcle - Spital.

:

)V^M

to

h()Nril'R(llililJAl,aN

coNToH soAL

BUKI.I T

:

Metoda Bina llfiarga Kecepatan rencana 70 Km/iam. e maksimum = 0,10 dan sudut A = 30 " Irbar jaltn-2X3,75 meter tanpa median. Kemiringan melintang normal = 2oh. Jalan direncma.kan membelok ke lianan.

-

I

rrR

o" = a-2 L.

0. =

o,

--

r.

573

=

30

-

=

X2n& -

x 2,n 573= 240,02 (>20m). 360

L = L+2In=240,02+2.60 = 360,02m. p =-P =

L.'

6&

k

-573 (l-Cos3,0)

ri T

= I"-L'/40&'-&sin0, =

60

-

60u

/ 40.573' -

573 Sin

= = k* xL p) =

Spiral tersebut diatas,

/ i^n

L

.

e

3,0 '

L

L

573 m 88,95 m

p

k

97m

= = = = =

360,02 m.

4,7%

60m 240,02 m

0,263m

LandaiRelatif (Bina Mzrga.)= { (0,02+0,047) .3,75\ /60=0,00418-

-

Spiral.

busur lingkaran lr = 0, dan 0s = '/z A . Rc yang dipilih harus sedemikian rupa sehingga ts yang dibutuhkan lebih besar daripada Ls yang menghasilkan landai relatif minimum yang disyaratkan. Disini Tabel 1 sampai Tabel 4 hznya digunakan untuk mencari superelevasi. Paniang lengkung peralihan L, harus dicari dari rumus 4.18 :

0

0,263 m'

3,0 =

Dengan mengunakan Tabel 4.9, dtdapatkan data : 0,4999542 k = 0,4999542 . 60 = 30,0 m. (R. + Sec%A - & lr.

k*

R.

30"

6.573

s. n

.Rc

(4.2s)

t^s =

Dengan mengunakan Tabel 4.9, didzpatkan data : P* = 0,0043919 p = p* * Ls = 0,0043919 . 60 = 0,263 m

k

-

:

602

&(1-Cos0,)=

Circle

trngkung horizontal berbentuk spiral - spiral adalah lengkung tunp^ busur lingkaran, sehingga titik SC berimpit dengan titik CS. Paniang

24,0"

24,0

-360

Spiral

A 0.

4.2.2.2.I*.gkong Spiral

3,0

2.3,0

-

-

:

70 Krn

60.90 =

)ata lengkung pada lengkung Spiral

;rtlalah

Bentuk lengkungan yang dipergunakan adilah : Spiral - Circle dengan&=5Z3meter. Berdasarkan dtta-data tersebut diatas dan dicari dari Tabel I.s2( Lampiran 2) didryr:.Jria;t). e= 0,047 dan L, = 60 m.

0, =-

Oarnrltil:

= (573 + 0,263 ) Sec 30" - 573 = 88,95 m 'f', = (R.+p)tg,/, A+k = ( 573 +0,263) tg 30 " + 30,0 = 360,97 m.

(2).

Pengunaan tengkoog Spiral-Circle-Spiral

L,.90

i'0.cucr

GE,OMETRIKJAIAN

90

sudut 0s='/, A. Rumus la;innyz- dari lengkung spiral-circle- spiral tetap dapat digunakan,

dengan 30,0 m

dengan mengakomodir hal khusus diatas.

),

r()Nt{T!l1 Xt{l JAI.AN

BUKU T

I

:

GEOMETRIKJAIAN

ill,cu

Georztrih

T

li'rrcapaian kemiringan pada tikungan spiral- spiral, seluruhnya dilakukan lntla bagian rprt"l ( Gbr.4.15. )

\

-..\

I;T a

\

a

SISI LUAIT

DAB,AHLURU$

iolmenurnus

0.01

i

t-'.:,r. .\

, {e-,"v\,b x": :

Gbr. 4. 14. Diagram Sulretelevasi CONTOH SOAL 2

Gbt.4.15. Pencapaian Superelevasi pada tikuagan Lirykamn Penuh.

h()Nn't'ttt rKsI JAl,aN

coNToH soAL

:

Spiral- -Spiral

'

8 oh, sudut L,

Kecepatan tencafia - 60 Km/jam , e maksimum = - 44",lebat 2 X 3,50 meter t^np^ median. Kemiringan melintang iilan ialzn normzl = 2 oh. Jalan belok ke kanan, direflcanakan lengkungan berbentuk SpiralSpiral. R digunakan= 779 m,

@"=%4,=22" @..

tr.

R

e=

Kontrol terhadap persyaratan lengkung peralihan lainnya. dengan AASHTO : v= 60 krr,/imn-+ m = 165 ^. Cekminimum = 165 (0,02 + 0,073 ) 3,50 = 53,77 m. \ > I* I" minimum b. Panjang perjalanan selama 3 detik, yaitu : 3X60X1000 /3600m = 50m. L, ) I*-ini-"-, maka R = 179 m dapat dipergunakan.

't'

, p+ - 0,0333559 dan k* = 0,4974504 p*.L, = 0,0333559*125 = 4,1'7 m = k* . L. = 0,4974504* 125 = 62,1,8 m. 22"

k

.

L =

l( lr, = 18,55 m. 'l'. = 136,18 m.

L = = P = k =

dtta-drtt

4,17m 62,L8 m

21,,

=

2X125 m = 250,00 m.

(R,+p)q'/,4+k

= 0,002604

-*

125,0

90

I*=737,46m>\minimum,

t,

V A

l;rndai rcIaljf

=137,46 m

minimum berdasarkan landai relatif menurut Metoda Bina Marga adalah m (e*e").B. Dari Tabel ( Tabel 4.7 ) xau G*. 4.2. didapat m= 725 \ minimum = 725 (0,02 + 0,073) .3,50 = 40,69 m

.fatli

ll<'rtlasarkan hasil perhitungan tersebut diatas, maka didapatktn 250,00 m = 60 km/iam. e - 7,3 o/o -44t ().. =22o 125,0 m. L. 0,00 m =179 m.

[ ( 0,02 +0,073 ) 3,50 ]

\

p

1,79

7,3 oh

22. rr.779

90

G).

-

:

Dari tabel Ls4 ( lampinn 4):

Lt=

af,

= (179 + 4,77 ) t922" +62,78 m = 136,18 m. lr. = (R.+p) Secy, L-p=(179 + 4,17)Sec22 = 18,55 m.

Metoda Bina'lllhrga

Perhitungan

ernrr (iarncttik

GEOMETRIK.IAI.AN

(3).

I*rgkorg

Penggunaan

BUKU T

:

4.2.3. PELEBARAN PERKERASAN DI TIKUNGAI\. Kendaraan yang bergerak dari ialan lurus menuiu tikungan, seringkali tidak dapat mempertahankan lintasannya prda lziur yang telah disediakan, disebabkan : 1) Pada waktu membelok yang diberikan sudut belokan . hanyt roda depan, sehingga lintasan roda belakang menjalani lintasan lebih kedalam dari roda depan (off tracking). 2) Jejak lintasan kendaraan tidak lagi berimpit, karena bemper depan dan belakang kendaraan mempunyai lintasan yalg berbeda zntzrl roda depan dan roda belakang. 3) Pengemudi akan mengalami kesukaran dalam mempertahankan lintasannya untuk tetap pada lajur jalannya, terutamt prda tikungan-tikungan y^ng taizm aLtav pada kecepatan y^ng tinggi.Untuk menghindari hal tersebut diatas, maka pada tikungan ya;r;Lg t{Llrr pedu diadakan pelebaran perkeras an ialan. Secara praktis, perkerasan harus diperlebar, bila radius lengkungan lebih kecil dari 120 m, untuk meniaga aga4 pzndangan lx'brs kearah samping terhadap kendaraan-kendaraan lain; scrlattllkrtt

T

|(')NBTTIII($IJAI.AN

BUKTI T

:

GE,OMETRIK JAI^AN

tl,

80pra Geoxetrib

pelebaran tidak diperlukan lagi bilamana kecepatan reocana kurang dari 30 km/iam.

Elemen dari :

1). 2).

- elemen dari pelebaran perkerasan pada tikungan, terdiri Off tracking ( U ); I(esukaran dalam mengimudi di tikungan

(Z).

drcnl lurr

ficnh hn3

lirlrltuu lil(utrSra

15

Garrrbar 4.16.

Pelebaran

pada tikungan.

"i"lA.frh tilugrl

Gbt. 4. 17. Diagam Superelevasi CONTOH SOAL 3

ItON Fi,f RI I I{"SI JAI,AN

l)ari gambar 4.76 dapat dilihat

b

= bbx

BUKU T

:

= B-b = kbar kebebasan samping di kiri dan kanan ialan. = kbar tambahan akibat kesukaran mengemudi

C

Z B.

= = =

B,

N B.

A A

radius lengkung untuk lintasan luar roda depan yang besarnya dipengaruhi oleh sudut a l(, .lirrsumsikan sama dengan F.i+ y2b.

r(, = (&+Y,b)2+(p+A)') (\+y,b)'= &'-(p+A)' di

-'7

rll,l-t7rb) J

l-ebar total perkerasan pada bagian lurus l-nbar total perkerasan di tikungan

t(:

Jumlah laiur

r l,

)

R"' *(p + A)' -,/rb ( a\ ------:--r--:--) \ / sulrslttust

It,-,

=

-(p+

ll

,-

b = N(B+C)+Z b =

1). Off Tracking. Dalam perencarra;an geometrik ialan rzya,, Bina Margr memperhitungkan lebar B dengan mengambil posisi kritis kendzreair, pada saat roda depan kendaraan pertama kali dibelokkan dan peninjauan dilakukan untuk laiur sebelah dalzrn-

=

Ri

=

B=\

R,

*(p+ A)' +%b ..

+b=

A)2

+ll2b +(p+

A)2

*(p+ A)'

+(p+ A)2 -

+1/2b

ll = B - b. lkuran kendaraan rencttt truck , adalah : ' = jaruk antata gandat = 6,50 metef. ,\ - toniolan depan kendaraan = 1,50 meter. li - lebar kendatl^tr = 2,50 meter. t f

Radius lengkung teduar dari lintasan kendaraan pada lengkung horizontal untuk laiur sebelah dalam. Radius lengkung terdalam dari lintasan kendxatn pada lengkung horizontal untuk lajur sebelah dalam. Besarnya R, dipengaruhi oleh iank gandar kendaraan ( p ).

=

Rn'

-(p+ A)'

R*

lr

)

Ri

Ri+b

R,

-(p+ A)'

Tambahan lebar perkerasan di tikungan

B,- B,'

R-

frnut (lcoxelrik

ll,

:

kendaraan rencana

tikungan pada laiur sebelah dalam. U

i

GEOMETRIK.IAI-AN

R*

Il

) \-B + b= JR_' -(p + A)'

ll_+b

R*' -(p+ A)'

\t'lringga

,r-ffi :

R.' -64+1,251 +6a

- (8)' -

W44

+ 1,25

+1,2s (

4.26)

t taa

KoNsnf,,urstJALAN

BUKU

T

:

t0ener Geonetrr.ih

GEOMETRIKJAI^AN

loI

ini,

Dan

\

= radius laiur sebelah kanan

-

Yzlebt

perkerasan

+ yzb.

2r.

Kesukatan dalam mengernudi di tikungan. AASf{ro mengemukakan bahura ambahan lebar perkerasan di tikungan sebagai akibat dari kesukaran dalam mengemudi, merupakan fungsi dari kecepaan kendaraan dan radius lajur sebelah dalam. Semakin tinggi kecepaan kendaraan dan semakin tajtm bentuk tikungan, akan mengakibatkan semakin besar ambahan pelebaran . Hal ini disebabkan rda;nya kecenderungan akan terlempar keluarnya kendaran pada saat menjalani tikungan tersebut.

Z= 0'10:V ; dimana : V= {R

kecepatan kendaraan I Km/iam] dan

R = radius lengkung I meter ].

di kiri dan kanan jalan, tetap harus dipertahankan demi untuk keamanan dan tingkat pelayanan ialan. Kebebasan samping ( C ) sebesar 0,50 m; 1,00 m;1,25 m; cukup memadai Kebebasan samping yzngada

untuk jalan dengan lebar lajur 6,00 m; 7,0 m; dan 7,50 m. Pencapaian pelebaan pada lengkr,rng horizontd.

Pelebaran pada lengkung horizontal harus dilakukan secara perlahan-lahan,

dimulai dari awal lengkung ke bentuk lengkung penuh dan sebaliknya. Hal ini bertuiuan untuk memberikan bentuk lintasan yang baik bagi kendaraan yang hendak memasuki lengtung atau meninggaikannya. sederhana, t^ttpl menggunakan

Prda lengkungJengkung lingkaran

lengkung peralihan, pelebaran perkerasan dapzt dil.lkukan di sepanjang lengkung peralihan fiktif, yaitu bertepatan dengan rempat perubahan kemiringan melintang, yaitu sesuai dengan pencapaitn kemiringan, pencapaian pelebaran sebesar +75'/o -nya, diadakan pada bagian lengkung.

Prda lengkung.lengkung dengan menggunakan lengkung peralihan tambahan, lebar perkerasan dilakukan pada tepi dalam saia, atau dibagi sama pada kedua sisi lengkung. Panjang p.r.rpri"r, pelebaran dalam hal

sesuai dengan paniang pencapaian kemiringan, diadakan scpanfang busur peralihan yang bersangkutan.

Apabila standar minimum, seperti disebutkan diaras, sulit untuk dicaPai tanpa melaksanakan perbaikan-perbaikan yang berarti, maka harus dipertimbangkan cara penyelesaian lain, misalnya : " Apabila panjang kritis melebihi standar yang alda, dapat diusahakan untuk mempedebar jalan, atau menyediakan tempat perhentian sementara, untuk digunakan sewaktu-waktu pada saat darurat. " Pada suatu lengkung cembung, bilamana iank pandangan y^fig dihitung, untuk suatu kecepatan reracana, tedalu pendek, maka harus dipasang tanda lalu lintas, pada kedua sisi lengkung cembung tersebut, untuk memberikan peringatan pada pengendara. Pelebaran Jalut I-alu Lintas di Tikungan berdasarkan Tata Cara Perencanaan GeometrikJalan at:itat Kota. ( 035/T/BM/1997 )

di tikungan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: Kesulitan pengemudi untuk menempatkan kendaraan tetap pada

Pelebaran falur

"

laiurnya. " Penambahan lebar laiur yang dipakai saat kendaraan melakukan gerak melingkar. Dalam segala hal pelebaran di tikungan harus memenuhi gerak perputaran kendaraan rencana sedemikian sehingga proyeksi kendaraan tetap pada lajurnya. " Pelebaran di tikungan ditentukan oleh radius belok kend^r^an rencafl (lihat Gbr.2.4 sampai 2.6), dan besarnya ditetapkan sesuai Tabel pada Lampiran 22 a dan 22b. " Pelebaran yang lebih kecil dari 0,6 meter dapat diabaikan. " Untuk jalan 7 jalar 3lajur, nllai-ntlai dalam Tabel padaLampinn 22 a dan 22 b harus dikalikan 1,5. " Untuk jalar' 1 ja,lw 4lajur, nilai-nilai dalam Tabel pada Lamphan 22 a dan 22 b harus dikalikan 2.

{ IO2

KONSTBTiKFiI JAI,AN

BUKU T

:

GEOMETRIKJAI.AN

t0prpr

l03

Gpoup-1trib

4.2.4. JARAK PANDANGAN PADA LENGKUNG HORISONTAL

tri.ne lry

G)

n yzng bergerak pada lajur tepi sebelah dalam seringkali terhalang oleh gedung-gedung, hutanhutan kayu, tebinggalian dan lainnya Penentuan batas minimum jarak Lrrtar^ sumbu lajur sebelah dalam ke penghalang ditentukan berdasarkan kondisi dimana ixrk pandangan berada di dalam'lengkung (Gbr.4.18a), dimzna jxrk pandangan S lebih kecil dari panjang tikungan yang bersangkutan L, ztau keadaan dimana iank pandzngln S lebih besar dari Jarak ptndang pengemudi kendar^

paniang tikungan l.

sehingga jarak pandangan sebagian merupakan lengkung sepanjang L, dan sisanya merupakan garis lurus(Gbr.4.18b). Pada gambar insert dapat dilihat bahwa Garis

i

AB

=garis pandangan Irngkung AB = iasakptndtngrn. m = iank dari penghalang ke sumbu lajur sebelah dalam I meterl 0 = setengah sudut pusat lengkung sepanjangl. S - iank pandtngan [meter] L = pznizngbusur lingkaran [meter] R' = radius sumbu lajur sebelah dalam [meter] m = R' - R'Cos Q = R' (1- Cos Q)

2q

S_

2fIR'=

fr.0.R'

360

90s

0=

o

:

NR'

n

DS

E

Gbt.

-At-! bfa rrfhf

4.18. Jaruk pandangan pada lengkung horizontal S

0-

90 90

\/ \--.--/

< L dan B). S >

90s

fI

= R' Cos

Q)

1432,39

m= 1432,39

untuk A).

C). Notasi-notasi.

28,65 . S

R'

m= R'(1DS

L

50

(1-Cos DS/s0) D

m=

R' ( 1-Cos

28,65.

S./

R')...-.,

.-.- (4.27)

q I|)4

KONSTBUKSIJAIIIN

BUKU T

:

GEOMETRIKJAI,AN

Untuk kecepatan tencana tertentu darl

berdasarkan iarak

pandangan henti minimum sePerti pada Tabel4.10. dibawah

Tabel

Kecepatan

(<m/fam)

$
40

36 45 54

50

60 70

63

80 100

72 90

120

108 Catatan

o . o

f-

lalan

27

:

I

d

d

perhitungan untuk V,

perhitungan

d Desain

untuk\

(-)

(m)

I I

/

!o mr.

/

/

(m)

62,87 84,65

25,94 38,63 54,05 72,32

2s-30 40-45 55-65 75-85

1,1,0,28

93,7L

95 - 110

1,39,59

118,07

0,400 0,375 0,350 0,330 0,313 0,300

29J1,

0,285

207,64 285,87

0,280

44,60

1,74,44

239,06

120

e/

i"l^nVj =90ok x Kecepatan

rencana

/,,

=E

/

../

c/

8,/

- 140

i7 ,,.' to'ou.nf/

0

175 - 21,0 240 - 285

'6

)'

l.

'- tJ/]-al

berdasarakan gambar 3.5'

d dihitun€i dengan men5gunakan rumus (4), dengan t = 2,5 detik. D = 0,278 V. t+\P / 254 f^.

-+

4.2.5. TIKUNGAN GABUNGAN

,,'

,, ro

t ! .t I

-

G

--

,6

il-"it-.-"-9:-

200

II i

3(D

Jarek penghalang sumbu lejur lebelsh delem m , moter ( e meksimum = O,1O ).

Gbr.4.19. Hubungan m,

Dalam mefencanakan suatu alinyemen horizontal, kemungkinan akan ditemui perencanaan tikungan gabungan, y^ng didasarkan pada kondisi topogfafi pada route ialan yang direncanakzn y^ng tidak dapat dihindari.

,/

/.

{f:^;;rY;;--

(Vr)

Diperoleh grafik seperti pada Gambat 4.19, yang merupakan hubungan antara m, R' atau D dan kecepatan ter'can .

s

./

ci

,oma

z

Kecepatan

f-

ini

henti minimum

4 10.

Kecepatan Rencana

30

r05

t0erter Geouetrih

R

dan Kecepatan Rencana.

4.2.5.1. Tikungan gabungan searah.

Tikungan gabungan ini adalah : o Tikungan gabungan searah. o Tikungan gabungan berbalik.

,

Tikungan gabungan searah, yaitu gabungan dua Lt^v lcbih tikungan dengan arah putaran yang sama, dengan ixi-jari yang berbeda

,

I

(Gbr.a.20) Tikungan gabungan searah sebaiknya dihindari, jika R, : R, > 2 . 3 Jika R,: R, < 2/3, tikungan gabungan harus dilengkapi bagian lurus ;u:rtr clothoide, sepanjang paling tidak 30 meter. (Gbr,4.21.)

s 106 I(ONSTIIITKSIJALAN

BUKU

1

:

GEOMETRIKJAI-AN

t0eite-n Georetlik

4.2.5.2. Tit
Tikungan gabungan balik arah, yaltu gabungan dua tikungan, clengan arah pwtaran yang berbeda.(Gbr. 4.22). Biasa juga disebut sebagai

"

lcngkung-

Gbt

:

S.

4.20. Tikungan gabungan seatah

Gbr.4.22. Tikungan betbalik arah

Gbr z 4.27. Tikungan gabungan seatah dengan sisipan.

Tikungan gabungan yang berbalik secara tiba-tiba, sedapat mungkin harus dihindari, karena dalam kondisi ini pengemudi akan sulit untuk mempertahankan kendaraan pada laiwnya. Jrka terpaksa dapat dilakukan dengan menambahkan bagian sisipan lurus ^tau spiral. dizntaranya,(Gbr.423)sekurang-kurangnya30meter.

ry

log

I(oNsTRfrKstJALAN

BUKU

T

:

GEOMETRIKJAI-AN

t0t

t0,prp-n Gpo*p-lrib

(turunan), sehingga terdapat suatu kombinasi yang berupa lengkung cembung dan lengkung cekung serta akan ditemui pula kelandaian = 0 , yang berarti datar. Gambar rencana suatu profil memanjang jalan dibaca dar.i kiri kc kanan, sehingga landai jalan diberi tanda positif untuk pendakian dari kiri ke kanan, dan landai negatif untuk penurunan dari kiri ke kanan.

4.3.I. KEI.AI{DAIAN ALINYEMEN \IERTII(AI.

^.

Untuk tanah timbunan yang tidak menggunakan kerb, maka lereng melintang jalan dianggap sudah cukup untuk dapat mengalirkan air diatas brdan ialzn yang selaniutnya dibuang ke lereng ialan. Untuk ialtn-ialan di atas ttnah timbunan dengan medan datar dan mengunakan kerb, kelandaian yang dianjurkan adalah sebesar 0,15 oh, yang dapat membantu mengalirkan air dari atas badan ialan dan

Gbr.4.23. Tikungan gabungan berbalik dengan sisipan

4.3. ALINYEMEN VERIIKAL Alinyemen Vertikal zdalah perpotongan bidang vertikal dengan bidang permukaan perkerasan jalan melalui sumbu jzlzn, yang umumnya biasa disebut dengan profil/penampang memanjang jalan. Perencanaan alinyemen

vertikal sangat dipengaruhi oleh

Landai minimum.

beberapa

hal, antaralzin: o Kondisi tanah dasar

membuangnya ke saluran tepi atau saluran pembuangan. Sedangkan untuk ia,lan-ialarn di daerah galian at*r ialan yzng memakai kerb, kelandtitn jalan minimum yang dianjurkan adalah 0,30 - 0,50 %. frreng melintang ja.lan hanya cukup untuk mengalirkan air huian yang jatuh diatas badan ialan, sedangkan landai jalan dibutuhkan untuk membuat kemiringan dasar saluran samping, untuk membuang air permuk aan sepaniang jalan.

b. Irrdai

maksimum.

o Keadaan medan

o

Fungsi Jalan

o Muka air bzniir o Muka air taneh o

Kelandai Ln yurrg masih memungkinkan.

Selain hal tersebut diatas dalam perencun Ln alinyemen vertikal, akan ditemui kelandaian positif (tanjakan) dan kelandaian negatif

Kelandaian maksimum dimaksudkan untuk menjaga ag r kendaraan dapat bergerak tefl.rs tanpa kehilangan kecepatan yang berarti. Kelandaian maksimum didasarkan pada kecepatan rruk yang bermuatan penuh dan mampu bergerak, dengan penurunan kecepatan tidak lebih dari separuh kecepatan semula tanpa harus mengunakan glgi rendah.

* IIO KONSTRfiI(SIJALTJ

Tabel

z

BUKU

1:

GEOMETRIKJAIAN

4.11 Kelandaian maksimum yang diizinkan.

V. (l(m/iam)

t20

110

100

80

60

50

Kelandaian

3

-)

4

5

8

9

Maksimum ( 7o )

c.

eumpltib

?.0,e.np,n

40 10

<40 10

Paniang kritis suatu kelandaian.

Landai maksimum saia tidak cukup merupakan faktor penentu dalam suatu perencananan alinyemen vertikal, karena jarak yang peridek memberikan faktor pengaruh yang berbeda dibandingkan dengan jarak yang panjang pada kelandaian yang sama. Kelandaian yang besar akan mengakibatkan penurunan kecepatan pada kendaraan truk yang cukup berarti, jika kelandaian tersebut dibuat paniang pada jalan yang cukup panjang, retapi sebaliknya akan kurang berarti jlka panjane jalan dengan kelandaian tersebut hanya

d.

Lajur pendakian

jalur ialan dengan rencana volume lalu lintas yaflg tinggi, maku kendaraan berat akan berjalan pada lalur pendakian dengan kecepatan dibawah kecepatan rencana ff), sedangkan kendaraan lainnya masih dapat bergerak dcngan kccepatan rencana. Dalam hal ini sebaiknya dipertimbangkan untuk membuat lajur tambahan di sebelah kiri lajur jalan Pada

a). PROFIL MWIAII(IANG

45m

Panjang kritis adalah panjang landai maksimum yang harus disediakan kendaraan dapat mempertahankan kecepatannya ^gzr sedemikian rupa, sehingga penurunan kecepatan y^ng teriadi tidak lebih dari separuh kecepatan rencana ffJ. Lama perialanan tersebut ditetapkan tidak lebih dari satu menit.

4

5

6

-\ij

L)

tt\-

(l

lajur

lajur

b). DE.{AH

Tabel 4.12. Paniang kritis ( - ).

Gbt:4.24 Taiut pendakian tipikal 7

8

9

10

Penempatan lajur pendakian dilakukan sebagai berikut : 1) Berdasarkan Manual Kapasitas Jalan Indonesia (1997). Penentuan lokasi lajur pendakian harus dapat dibenarkan

Kaepatan pada awal taniakan (

F---

,rtn

pendek saja.

Kelandaian f/o)

45m

km/iam )

80

630

460

360

270

230

230

200

60

320

210

160

120

110

90

80

sec r^ ekonomis yang dibuat berdasarkan analisis Biaya Siklus Hidup @SrD.

s II2

I(ONSTN,UI(SIJAI,AN

BUKUT: GEOMETRIKJAIAN

I t:t

t0enp.n Geone-trtib

b.

T&el :4.13. Laiut pendakian pada kelanrlaian khusus ialan luat kota Q/2TB), usia rencana 23 tzhrun-

c.

Ambang arus lalu lintas ftend/iam) tahun-1, Paniang

Kelandaian

Km >1 Km 0,5

70

500

5 o/o 400

325

300

300

jalan yang mempunyai kelandaian yang besar, menerus, clan volume lalu lintas yang relatif padat. Penempatan lajur pendakian harus dilakukan dengan

ketentuan sebagai berikut : 1) Disediakan pada jalan arteri atau kolektor. 2) Apabila paniang kritis terlampaui, jalat memiliki Vo*) 15.000 SMP/hari, dan prosentase truk > 15 %.

iam puncak.

3%

Lajur pendakian harus disediakan pada ruas

300 d.

Irbar laiur

pendakian sama dengan lebar laiur

tenc na.

Lai:ur pendakian dimulai

30 meter dari

awal perubahan kelandaian dengan serongan sepaniang 45

N*a

meter dan berakhir 50 meter sesudah puncak kelandaian dengan serongan sepaniang 45 meter. Jarak minimum antara 2 laiut pendakian adalah 1,50 km.

s

s DE{AH

4.3.2. LENGKUNG VERIIKAL. Pergantian dari satu kelandaian ke kelandaian berikutnya, dilakukan dengan mempergunakan lengkung vertikal. kngkung vertikal direncanakan sedemikian rupa sehingga dzpat memenuhi keamanan, kenyamanan dan drainase.

Gbt.4.25.Jrr.k

2)

^ntat^

Berdasarkan Tata Antar Kota (1997)

dua laiur pendakian

Can

Perencanaan Geometrik Jalan

Jenis lengkung vertikal dilihat dari titik perpotongan kedua bagian yang lurus (tangens) , adalah: 1) kngkung vertikal cekung, adalah suatu lengkung dimana

titik

perpotongan antara kedua tangen benda

di

bawah

permukaan jalan.

L. T tiur truk -

2) kngkung Vertikal cembung, adalah lengkung

pendakian dimaksudkan untuk menampung truk bermuatan bertt atau kendanan lain yaing berjalan lebih lambat dari kendara;Ln - kendaraan lainnya pada umumnya, zgllr kendaraan lainnya tersebut dapat mendahului kendaraan lambat tersebut tanpa harus belpindah lajur atau mengunakan lajur

kngkung vertikal type a, b, dan c, dinamakan lengkung vcrfikal cekung, sedangkan lengkung vertikal d, e, dan f clinanrukurr

ara'h yang bedawanan.

lengkung vertikal cembung.

dimana titik pefpotongan kedua tangen berada di atas permukaan ^fltata jalan yang bersangkutan.

# II4

KONSTBUKSIJALAN

BUKUT: GEOMETRIKJAIAN

tl0erpr Gpoup-ttib

Gbr : 4.27. Gambat z 4.26. Tipikd lengkung vertikal bentuk parabola Rumus yang dipergunakan

L.g,

x= 8r

-& L gr'

y= 2

(sr-gr)

panjang lengkung vertikal pxa;bola, yang meruprkzn jara'k proyeksi dari titik A dan titik Q ( St .) 8r= kelandaian tangen dari titik P I%) gz.= kelandaian tangent dari titik Q t % )

:

Ag,'

2

A

vertikal dilifial dari PVI

L_

L'g'

L.

Jenis lengkung

d4.2e )

Rumus tersebut diatas , digunakan untuk lengkung simetris. (g, t gr) = 6 = perbedmn a,ljrbxuntuk kelandaian [ 7o]. IGlandaian mendaki ( pendakian ), diberi tandr ( * ), sedangkan kelandaian menumn ( penurunan ) diberi trndt ( - ). Ketentuan pendakian (naik ) *au penurunan ( turun ) ditinjau dari sebelah kiri ke kanan.

dimana:

x = y =

jaru,k darr titik P ke titik yang ditinfau pada Stasiun ( Sta. ) perbedaan elevasi zntara. titik P dan titik yang ditinjau pada

Stasiun [ml

E,-

A.L ( 4.30 ) 800

untuk:

x = '/rL;

y =E"

t 116 KONSTBUIGIJAI,AN

BUKU T

:

GEOMETRIKJAI^AN

t0enen GeonetriE

4.3.2.1. kngkungVertikal Cembung. Tabel4.14. Ketentuan tinesi untuk Untuk iarak pandang

henti (Jn ) -mendahului(L) -

h,

hr[-]

[*l

Tinqqi mata

Tinssi

1,05

0,15 1.05

1,05

1) Panjang L , berdasarkan

c

Jr,.

A'Jn'

Jn
..(4.31) 399 399

Jn > L,maka: L= zJh-

3) Paniang L , berdasarkan

.....-(4.32) A

-

Gbr: 4.28 . UntukJn
J,,.

A'Jo' Ja < L ,maka.; L =

.. _ ..(4.33 )

840

Ju

> L,maka : L

= 2 Jo

-

840

..-(4.34) A

Minimum paniang horisontal dari lengkung vertikal cembung, trerdasarkan iarak pand angan henti mengikuti rumus 4.28, bila, digunakan untuk kecepatan rendah v -*20-3Okm/iam, meniadi:

"

V.n

L--

360

..

(4.3s)

Gbt. 4.29. UntukJn>L

tl7

* II8

BUKU T

KONSTBUKSIJAT,AN

:

t{.pre{ G{'onel[ik

GEOMETRIKJAI-AN

Untuk KonEol pada Percnconaan

fp =

0.354.55. hr - L05 m, hz : 0.15 m, T = 2.5 det

oBatasbawahpaniangminimum,didasarkanPadakecepatan untuk rencana dan iarak'periala:nan selama 3 detik; demikian iuga lengkung vertikal cekung. Untrf. f,erhitungan lerigkung vertikal' tnaka lengkung dianggap adalah paniang berbentuk pur^bzl^, drrr-pr"ir"g horisontal diatas,

teoritisanl^ratitik-titikPotongdatigarislurusdanlengkung parabola, sebelum dan scsudah lengkungan'

untuk lengkung vertikal' Jarak pand ^rg n menyiap/mendahul'i o/o, dapat 2%o - 76 dengan perbeiaan kelandaian A bervariasi antara ditihat pada Gbr. 4.32-, detgan anggapan-anggapan^:

. km/iam lebih -Kendaraan y".tg di.rlip bell'lan p'a' ttttpatan20

kecil dari kecePatan rencana' - Waktu PersiaPan diambil 3 detik' laiur falan yang - Menyiap ha,.,yu akan bedangsung pada blgr.an lurus, dimana penglihatan pengemudi tidak terhalang' Paniang minimum lengkung parabolis' untuk menyesuaikan nl, n"i f it"t'gan yang dipetlukan untuk dengan iarak pand ^ngstandar AASHTO)' yang berge tzk diantar-a menyiap lberd'asarkan" pada akan tedalu mahal bila diikuti secara penuh, 2o/o-1,6oh

ini,

550

^o

500

En6-

Zmo

v o

rt J

rso

?

:oo

e

250

(9

z-.

l

200

t50 r00

ialan di medan Pegunungan'

4.3.2.2.L.gkurgvertikal cekung'

t

Dalam menentukan panian'g lengkung vertikal cekung' memPerhatikan, antara la;in ; kendaraan JankPenYinatan lamPu ' dibawah bangunan ' Jztakpandangan bebas PersY^r^t^fi drainase ' KenYamurrlr. mengemudi ' Keluwesan bentuk '

harus

o I 2 t 4 5 6 7 I 9 l0 ll t2 13 14 PERBEDAAN AL'ABAR KETANDAIAN (%)

Sumber: Peraturan Perencanaan Geometrik Jalan Raya

No. l3l1970.

Gbr. 4.30. Grafik p^tri^ttg lengkung vertikal cembung berdasarkan iarak pandangan henti ( J,, ).

15

# IPO

KONSTRfIK^SI.'AI,AN

BUKU

T

:

GEOMETRIKJAI/,N

lzr

t0eru-n Geonellib

r000

;^

900

g

Eoo

o z.

700

o

? o

zJ

ooo SOO

trco 2 too 1 zoo

x

o o o E

J

-

100

o o

0

= fr

o a

o o a o

-

500

eo

at

./ ,.i.1.

/)..',e

3

450

*

*

coo

=

6', 350

z

? (,

300

S<

zso 7, J

9.

L :Joror F.dooo (

Dorjong trnqlsB

Jo.ok Pqndong Mendohului

zao

(

meter

)

Gbr. 4.32. J aruk pandangan menyiap dan paniang lengkung Parabolis.

E lio o-

3'*

Jarak penyinaran lampu kendaraan

50 0

o l 2 3 4 5 6 7 8 9 r0 il t2 13 11

15

PERBEDAAN AIJABAR KETANDAIAN (%)

Gbr 4.31. Grafik paniang lengkung vettikal cembung betdasarkan iarak pandang mendahului (J" ).

Jangkauan lampu depan kendaraan pada lengkung vertikal cekung, merupakan batas jarak pandangan y^ng dapat dilihat oleh pengemudi pada malam hari. Di dalam perencanaan umumnya tinggi lampu depan diambil setinggi 60 cm, dengan sudut penyebaran sebesar 1 ". ktak penyinaran lampu dengan kendaraan dapat dibedakan dalam 2keadaan, yaitu :

1) 2)

Jarak pandangan akibat penyinaran lampu depan < Jarak pandangan akibat penyinaran lampu depan >

L; 1,.

{

I?,2

KONSTRIIKSIJAI,AN

BUKU T

:

GEOMETRIKJAI-AN

I2:l

t0er*er Geowttik

) Irngkung vertikal cekung dengan jarak penyifl^r^n lampu depan
Gbt : 4.33. Icngk rrrg veftikal cekung dengan iarak pandangan penyinaran lampu depan
DB=

tgl"

=

(s/r)'(pn)

) Irngkung

=

= 0,75*Stg1"

= 0,0175.

L=

vertikal cekung dengan iarak penyi

nararn lampu

A 100 -(S-%L

S2A 200.L

L

L

DB'= A/lCfJ'(S- t/zl). = 0,75+Sg1" =0,75+ 0,0175S

S2.A. 2W.L

0,75+Stgl';

Lrgl-ng vertikd cekung dengan iarrrk

pandangan penyinaran lampu depan >

depan >

100.2.

D'B'

Gbr : 4.34.

) = 0,75+0,0175S

AS2 ...(4.36) 150 + 3,50 S

=

150

25

+

3,50

_

A

--

S

.(4.37 )

Gambaran dari penentuan jarak pandangan menyiap dibcrikan pada Gbr. 4.35.

4 )24

rioNsTRUI[Sr JALTN

BUKU

tntgi

mo

1

:

t0eme^ Geonettik

to

Mtnrmum ,or ok ponoong mororui

I F--

GEOMETRIKJAI-AN

-

I

--l Minimurn ponlong langkuh! porobola

Gbr.4.35. Gambaran iarak pandang menyiap pada lengkung

vertikal.

Jalrrk pandangan bebas dibavrah bangunan pada lengkung vertikal cekung Jarak pandangan bebas pengemudi pada ialan raya y^ng melintasi bangunan-baflgunan lainnya seperti ialan ruya lainnya, jembatan penyeberangan, viaduct, aquaduct, seringkali terhalanpl oleh bagian bawah dari bangunan tersebut. Panjang lengkung vertikal cekung minimum diperhitungkan berdasarkan iarak pandangan henti minimum dengan mengambil tinggi mata pengemudi kendaraan truk, yaitu 1,80 meter dan tinggi obyek 0,50 meter (tinggi lampu belakang kendaraan). Ruang bebas vertikal minimum 5 m. Dalam perencanaan disarankan untuk mengambil ruang bebas * 5,50 meter. Untuk memberi kemunl4kinan adanya lapis tambahan (overlay) di kernudian hari.

)

titik PPV berada dibawah bangunan

I. :

L

L

= A.L./800.

= A. L.

S2.A

.{4.39) BOO.

L

Jlka jarak bebas dari bagian bawah bangunan terhadap ialan, adalah C, maka :

h, - h2

m= c___

2

l= .

s'.A

-c_ 800.L

h1+h2 2

Jika :

h,=

1,80

m

persamaan menjadi

L=

{4.3e )

800c-400(h,+hr)

800 m

S

(-),

E E,

_+ m =

800. m

Sm

1-;'z -

S2.A

S2.A

Jarakpandangan:S
Diasumsikan

Gbr.4.36. laruk pandangan bebas dibawah bangunan pada lengkung Vertikal cekung, dengan S < L

A..S2 3480

, h , = 0,50 m ,

dan

C=

5,50

m,

maka

126

BUKUl

I'ONSTBfII(STJAT,AN

:

GEOMETRIKJAI,AN

t0erter^ GeonetriE

Kenyamanan mengemudi pada lengkung vertikal celnrng.

sentrifugal dan gravitasi padt lengkung vertikal cekung, menimbulkult rusz tidak nyaman kepada pengemudit llng akan menyebabkan percepatan sentriPetal. Percepatan sentripetal

Adrnyr

gaya,

yang bersangkutan adalah

a-LSF /

Gbt 4.37

. J*"k pandangan bebas di bawatr bangunan cekung dergan S > L pada lengkung

)JarakpandanganS>L

1.3,AOL

dimana: L V A L

=percepatansentripetal (m/deQ =kecepatan rencur, ,km/izm. = perbedaan *Liabx landai. =panianglengkungvertikalcekung.

Paniang lengkung vertikal cekung minimum a;dila;h ditentukan oleh percepatan sentripetal, yang dibatasi tidak melebihi 0,30 m/de{,dengan demikian, rumus diatas meniadi :

A. V2

Diasumsikan titik PPV berada dibawah bangunan. S

E+

m

S

--+ L

E=

A.L 800

L = 25 -

m=C

L_ Petsyamtan Dtainase.

2E

hr -

h2

2

800c - 4o0 (h1 + h2) (4.4o)

A Jika h, = 1,80 mi h z=0,50 m; dan C = 5,50 m, maka meniadi: 3480

L=25-A

(4.41) 390

m

rh+

-= L

2E

:

Persamaan

Landai minimum untuk keperluan drainase adalah O,5o/oPada lengkung vertikal cembung, dimana zda, bagizn yang hampir data4 pada puncak lengkung diperlukan pengkaiian khusus untuk hal ini. Untuk ial.oin-iil*n yang tidak menggunakan kerb, bagian yang mendatar tersebug tidak terlalu memberikan masalah, karena fungsi lereng iatan sudah meniamin kelancaran drainase. Untuk iilm-iilm yang menggunakan kerb, dengan diberikan kelandaian O,5o/o prda, ixaik 2O meter, dari puncak lereng, sudah cukup memadai. Jadi, syarat panjang maksimum adalah :

It=

40

A

{4.42).

-t

ll0.p-me-n

I2A KONSTBI]I(SIJAI,AN

12',

Gponettik

BUKUT: GEOMETRIKJAIAN

penampang memaniang lala;n dan ^t^u potongan melintang jalan. Beberapa hal yang pedu diperhatikan dalam perenc n ^n

alinyemen vertikal Keluwesan bentuk jalan pada lengkung cembung. Keluwesan bentuk ialan, dihubungkan terhadap kecepatan, yaitu menurut AASHTO : L = 3 V, dimana L = paniang minimum lengkung dalam feet, dan V = kecepatan reficana, dalam mph. Sehingga bila L dalam meter, dan V dalam km/jam, didapatkan :

L= 0,6V

alinyemen, zdzlah sebagai berikut

:

1) Alinyemen hortzontal dan vertikal terletak pada satu fase, sehingga tikungan tampak alami dan pengemudi dapat memperkirakan bentuk alinyemen berikutnya ( Gbr.4.38.)

(4.43)

nilainya adalah pendek jika perbedaan kelandaiannya kecil. Hal ini akzr mengakibatkan alinyemen vertikal kelihatan melengkung. Untuk menghindari hal tersebut, maka paniang lengkung vertikal cekung diambil >3 detik perjalanan.

lM T-F=-fr

Dalam perencanzan alinyemen vertikal perlu diperhatikan beberapa hal sebagai berikut :

1)

Pada alinyemen vertikal yang rclatif datar dan lurus, sebaiknya dihindari adanya hidden clip, yarru lengkungJengkung vertikal cekung yang pendek dan tidak tedih^t m t^ dari jarak jauh.

2)

Pzda landai menurun yang paniang dan tajam, sebaiknya diikuti oleh pendakian, sehingga kecepatan kendarz fl y^ng telah bertambah besar dapat segera dikurangi.

3)

4)

Jika direncanakan serangkaian kelandaian, maka sebaiknya kelandaian yang paling curam diletakkaq di bagian awal, yang

Gbr: 4.38. Ltrgkorgvertikal dan hodzontal tetletak pada satu fase.( ideal ) 2). Bila tikungan horisontal dan vertikal tidak terletak pada satu fase maka pengemudi akan sukar untuk memperkirakan bentuk jalan selaniutnya, dan bentuk jilan terkesan patah, disuatu tempat (Gbr.a.39).

diikuti oleh kelandaian yang lebih kecil. lengkung vertikal yang Sedapat mungkin dihindari perenc n ^n sejenis (cembung atau cekung) dengan hanya dipisahkan oleh tangen yang pendek.

4.4.

KOORDINASI ALI}.freMm{ Perencanaan geometrik jalan faya merupakan perencartazrt bentuk fisik jalan dalam tiga dimensi. Untuk mempermudah dalam penggambaran bagian-bagian perencaflazfl, maka bentuk fisik jalan digambarkan dalam bentuk alinyemen horizontal atau trase ialan,

Gbr : 4.39. kngkung vertikal dan horizontal tidak tcrlctlk pada satu fase

I:}O KONSTR{iKSIJAI.AN

BUKUT: GEOMETRIKJAIAN

3). Tikungan yarrg t^jam sebaiknya tidak diadakan

lengkung vertikal cembung, atau

di bagian

di bagian

atas

bawah lengkung

vertikal cekung. Alinyemen verrikal akan pengemudi pada saat mulai

txl

t0.enen Geonetnik

menghalangi memasuki awal tikungan (Gbr.

4). Pada ialan yang lurus dan paniang sebaiknya tidak dibuatkan lengkung vertikal cekung(Gbt.4.4L2) ^t^u kombinasi dari lengkung vertikal cekung (Gbr. 4.41b)

4.40)

Kombinasi yang seperti ini akan memberikan

kesan

terputusnya jalan, yang sangat membahayakan pengemudi.

"\+

]rIf,

Gbr : 4.41b. Kombinasi tengkung vertikal cekung pada ;alan yang relatif lurus dan Paniang-

Gbr: 4.40 Tikungan tedetak di bagian bawah lengkung vertikal cekung.

ib./rr-TGbt.4.42. Kelandaian yang pendelgdiantara dua kelandaian

culailL Gbt : 4.41a. Iengkung vertikal cekung pada ialanyang relatif lurus dan paniang.

5). Kelandaizn yang landai dan pendek, sebaiknya tidak diletakkan dr antara dua kelandaian yzng curam' sehingga mengurangi

jarak pandangan Pengemudi (Gbr. 4 -42) -

6). Jangan menemPatkan bagian lurus pendek pacla prrttt'rtk l."gk""g cembung, akzn memberikan efek loncatatt lritrl;t pengemudi (Gbr.4.43)

*:tr#.f'-

ffi I32

KONSTRUKSIJAI-TN

BUKU

T:

ffi

GEOMETRIKJAIAN t[.eme( Georut[ib

,iffi ol. okon tedodi efd< lonooton

Gbt.4.43. B"Srn lurus pada puncak lengkung cembung.

7). Hindarkan menempatkan awzl dari tikungan,

mendekati

puncak dari lengkungan cembung (Gbr.4.44)

mr I

a:'

b). okon terlodi goyo sentrifugol don ruong bebos (woking )juSo menjodi songol buruk.

Gbr.4.44. Arxral belokan disekitar puncak lengkung cembung. 8). Hindarkan menempztkzn posisi

jembatan, dibagian lengkung cekung (Gbr. 4.45a dan 4.45b), at*u diaural puncak bagian lengkung cembung (Gbr.4.45c). Aprlrg, kalau jembatan pada alinyemen horisontal berada pada suatu tikungan. uai ini sangar menyulitkan pengendara menguasai kendarzan aklbat

loncatan kendaraan keatas, ataupun dalam kasus terakhir, zkan menerima gaya sentrifugal yang ,'kan terladi padz kendaraan yang cukup besar (karena sulit sekali memberikan pencapaian superelevas i pada j embatan). CATATAN

:

Dalam situasi seperti ini, rancangan awal geometrik diperhitungkan dengan matang, apakah melakukan perubahan geometrik dengan menggeset beberapa bagiai lengkungan, atau_ melakukan perbaikan struktur badrn-irrzln, misalnya dengan melakukan penimbunan atau merubah elevasi dan posisi jembatan.

<:

'ffTl

c). jemboton podo owol puncok lengkungon songot tidok

menguntungkon, disomping jorok pondong, jugo efek loncqton.

Gbr. 4.45. Posisi iembatan yang tidak memenuhi syarat penempatan geometrik.

ttt

q IB4

KONSTNUKSIJAI,A]\I

CONTOH SOAL

BUKU

1

:

GEOMETRIKJAI.AN

t0pren

o Titik PI

4:

l Slt

Cpomp-trilo

dengan koordinat seperti diatas, direncanakan

scbagai

tikungan pertama.

o Titik B , merupakan titik akhir yang akan ditinjau dan tedetak

pada

sumbu jabn rencana. Jalan yang akan direncanakan merupakan jalan kolektor di daerah dttar, 1 jalur lalin dengan 2la|ur. ( lebar 2x 3,00 m.). l)ata - data : ,, Dari Tabel 2.4.Kecepztan Rencana (VJ, sesuai klasifikasi fungsi dan klasifikasi medan jalan, dengan fungsi jalan kolektor dan daenh datat didapatkan Vn = 60 -90Km/izm, dalam hal ini diambil Vn = 80 km/iam.

o

v*'

o Dari rumus $.2)--'+ R-in= o Dari Tabel 4.3. untuk VR=

80, e maks

902

o Diperoleh

:

R -i, =

= 2A9,97m. 127 (0,10 + 0,140 )

diambil R -indes"in = 210 o

Perencanaan

1) DIIGTAHUI

.

Tiktngan

Mencari iaraklurus

(A-PI

KOORDINAT:

KOORDINAT

x

Y

Z

20.000

20.000 20.090 20.010

2N

(sTA.orcoo)

TTTIK PI TTflK B

20.220 20.965

= PI_B

=

237,70 m.

W

=

o

Titik A dianggap berimpit dengan BM 0 sebagai awal Proyek di 000, dengan koordinat dan elevasi seperti diatas.

Sta.O

+

d ,,-u

=

m

(Iabel 4.23) D oo*= 6,82"

,

:

TmKA

t f -,n" ) 127 (e -"u. o/o, maka f maks 0,140 70 = -

749,28 m.

) dan

(PI-B

) (titratcatatandibelakang)

4 186

2)

I(0NSTBUKSTJATAN

BUKU

T

:

Mencari besar sudut tikungan A

= Y X dan = A tikungan = Sudut azimuth

Titik A

3)

t^n X /Y. ^rc koordinat azimuth. sudut azimuth B - sudut azimuth PI.

13,

€l.ener Geonelnib

GEOMETRIKJAI-AN

Perhitungan. Gunakan 'rule of thumb'-+ A < 35o--+ menggunakan tikungan dengan jenis Spiral * Circle - Spiral (SC-S), ambil misalnya radius yang

mempunyai R=409m )R-i.=21'0 m.

a). Menghitung elemen tikungan. :

Koordinat titik A : ( 20.000: 20.000 ) Koordinat azimuth : ( 0.000; 0.000 ) 0 : arc tg ("/y )

28,38" Dari Tabel Ls2 ( I-ampiran 2 ) untuk V= 80 km/iam, didapat

Sudut

Menurut TPGJAK 038/T/BM/1997 menyaratkan harga terbesar dzri 3 nilai (ihat Bab 4.2.1.2. sub kngkung Peralihan), akan diambil sebagai nilai \ minimum.

azimuth : Titik PI : Koordinat titik PI : (20.220:20.090

R=409m, A=

--+Is=70mdane=0,076

)

Koordinat azimuth

& - Xo = 20'220 - 20'000 = 220,00 20'090 - 20'000 = 90'00 1u,im.tr,; = Yq -Ya = tg220/90 :^rc arc tg ("/y) = 67,75

\ \i

1",rm.*,

;=

Cek 1).

vR L" *in=

Sudut azimuth : 67,'75".

Titik B :

Cek 2).

Koordinat titik B : (20,965:20.010 ) Koordinat azimuth: &i",i-'th ; = & -Xn = 20'965 - 20'220 = 7 45'00 YB 1u,i.u,h ) =\ -Yn, = 20.010 - 20.090 = -80,00 :atc tg745/A0 = - 83,87" arc tg (r/y) Sudut azimuth : ( 180" - 83,87" )--96,1'3".

Dari

data yang ada, maka diperoleh sebagai berikut

Titik

x

Y X-i-,rt Y-i*r.t afc tan azimuth A

A 20.000,000 20.000,000

PI 20.220,000 20.090,000

0

220,004

0

90,000 67,75" 67,75" 28,38"

0

80

'

3,6 -T-

3=

66'67 m

3,6

Cek harga L. dengan Modifikasi Shortt Formula fr.umus 4.20):

v*'

[<-i, =

Vn.e

0,022--

2,727

&.C

C

( 80)' :

I*-i.= B 20.965,000 20.010,000 255,000 - 80,000 - 83,87" 96,1.3"

0,022

Cek 3).

90.0,076

=27,54- 16,58= 10,96 m

409.1 --2,727

,_ *min

(

.- -

t

).V*

e"

( 0,1- 0,076 ). 80.

3,6 r.

Ambil

3,6. 0,035x6 yang terbesar L, *in= 66,67 m

r+ad'-70m>ro* = 66167 rn ok!.

= 2,53 m

I IBA

I(ONSTRUKSIJAI,AN

BUKU T

:

GEOMETRIKJAI^AN

ttt

tCerten Geox.ettih

= ( Rc + p ) tanYz A + k = ( 409 +0,5004 ) tanl/z ( 28,38") + 58,888 - 1,03,543 + 58,838 = 1,62,38 m

Ts o

Dari rumus ( a.8 ): 70z

Ls2

Xs=I^(1__)= 70(1 40Rc'

)=69,95m.

40 (409)'z

o Dari rumus (4.14): Es = ( Rc +p)Sect/z A- Rc = (409 + 0,5004 ) Secl/z ( 28,38")409

o Dari rumus (a.9):

=

13,388 m.

" Dari rumus ( 4.15 )

2 70? Ys-_=__=1,gg7m 6Rc 6(409) Ls

o

(A- 2 0s

I_r =

=

Dari rumus ( 4.10 ) :

90 .Ir

90 @s = =--= It Rc rr

L total 4,903"

409

Ls2

6Rc --

=

1,,997

-

k = Ir _ _

-409(1-Cos 4,903.) 6 (40e)

7,4966m = 0,5004 m.

40

= "

70

-

3

_ Rc Sin 0s =

Rc'

70

0,051- 34,957 = 34,992 m

Dari rumus

( 4.13 ):

xnx409

180 180 132,59 m > 20 m. ( SC-S memang bisa digunakan.)

=

I-c

+ 2l-s=

732,59 + 2 (7'O)

= 272,59 m.

Catatan: alternatif nilai 0,, p, k, X dan Y dapzt dicari menggunakan Tabel SCS1 sampai dengan SCS5 (I-ampiran).

703 40 (40D ,

Untuk R = 409 dan

0, p k X Y

\

= 70 m, dari Tabel SCS3 didapat

= = = = =

5,0016"

0,4995 34,991,2

69,9486 7,9984 Hasilnya relatif sama dengan czr^ analitis.

o Dari rumus (aJ2): I-s

*2 (4,903)]

Sebagai

702

R.(1-Cos0r ) -

Tf x RC=

[28,38

-x

70

" Dari rumus ( 4.11 ): p=

)

_ 409 sin

4,903"

b). Mencari posisi titik - titik tikungan. Jika titik A adalah awal proyek, maka

:

Sta.A = 0+000 StaPI = Sta.A*d^r, -(0+000)+237,70m = 0 + 237,70 Sta.TS = Sta.A+d"H-TS

:

-a

d'f I4O KONSTRUKSIJAIIIN

Sta. Sta. Sta. Sta.

SC CS ST B=

=

=

BUKU

T:

GEOMETRIKJAIAN

+ 237,70 -162,43 = GF000 +75,27 Sta. TS + Ls (0+75,27 ) + 70 = 0 + 145,27.

( 0+000 )

=

= =

=

=

Sta. SC + k (0 + 745,27 ) Sta. CS -| Ls.

+

132,59 = 0

*

(0 + 277,86) + 70 =0+ 347,86 StaST--fS+ dpr-R (0 +'347,86) - 762,43 + 7 49,28 = 0 * 934,71

B

t0,ener Geor*rettib

CONTOH SOAL 5 : Seperti contoh soal 4

htnyr dirubah

sesuai kebutuhan

untuk penggunaan

'Full circle"

277,86

=

Jadi panjang jalan rcncana dzd A ke

I

KOORDINAT TTTIKA srn.orooo TITIK PI TITIK B

x

Y

Z

20.000

20.000

200

20.220 20.965

20.010 19.950

adala'h934,7l meter.

o Jilan yzng a.ktn direncanakan

merupakan ialzn

xtel di

daerah

perbukitan, dengan lebar 2 x 3,50 m.

Datt- drta:

Rencana gJ, sesuai klasifikasi fungsi dan jalan, dengan fungsi izlan artei dan daerah bukit klasifikasi medan didapatkan Vr = 60 - 80 Km/iam, dalam hal ini diambil Vn = 70 Km/iam.

" Dari Tabel 2.4. Krcr.pltan

"

Dari rumus

(4.2)-

v*'

R *in =

127 (e *a., * f -,u ) oh, maka f maks = 0,147. " Dari Tabel 4.3., untuk e maks - l0 702 o Diperoleh: R -i, = = 156,21 m. 127 (0,10 + 0,147) diambil R mindaain = 157 m (fabel 4.3.). D*r," = 9,12".

E

Perencanaan Tikrngan

.

1). Mencari iamklurus dibelatcaqg )

(A-PI

) dan

(PI-B

) ( lihatcatatarn

* I42

KONSTBUXSIJALAI|

BUKU

T

:

GEOMETRIKJAI^AN

do-r, =W

Sudut azimuth : ( 180"- 85,40" ) = 94,60

Da;i datzyangadz, maka diperoleh A PI Titik

=

=

220,23 m.

x

do,-o =m

X-i-r,rt Yoi-.,h arc tan

= 747,41 m-

= XdanY = A tikungan =

taq X,/Y. kootdinat aziouth, arc

sudut azimuth B

-

sudut azi.uth

pL

:

IGordinat titik PI : ( 20.2N: I(oordinat azimuth:

arcq(x/y)

u,4t

= 10,00

TitikB: Koordinat titik B z (20.965;19.950 ) Koordinat azimuth : &1-i-,tr,y = Xr-X" = 20.965 -20.220= 745,ffi Yn1-i-,tr,; =Yu-Ypr = 19.950- 20.010 = -60,00 arc tg (*/y) :arc tg 745/50 = - 85,4{f

20.010,000

19.950,000

220,000

745,000

10,000

- 60,000 - 85,40"

94,60"

87,40"

7,20"

of thuhb' A < 10P+ menggunakan tikungan dengen jenis Lingkaren Sederhane, yang mempuoyai mdius diambit R = 6m m >

R-,,=157m. ( R-t tidak Eternedukao lengkuog Peraliian = 500m + IihatTabel

q'

4'4) Menglitung chrcn titutgerr'

R= 600n!, A = 72n"

X.OIO)

1-i-,,r1 = },e1-Ya = 20.010 - 20.000 :rrc q2-N/10 = Sudut azimuth : 87,4ff. Yei

20.220,000

B 20.965,000

Sesuai 'rute

A:

TitiL PI

bedkut:

3)' Perhitungalt

. Ituordinat titilA: ( 20.m0:20.000) I(oordinat azimuth : ( 0.000; 0.000 j tg (x./y) : 0 ^tc azimuth : Sudut Titik

sebagai

.

87,4ff

azimuth A

2) Mencari besar sudut tikungan A Sudut azimuth

20.000,000 20.000,000 0 0 0

Y

_

d ,,-u

t,tt

t0er.ten Oeorr.etrik

' ,

'

Dari rumus ( 4'21)

Tc

=

Rc tetVz

Dari rumus ( 4.2Q

Ec

=

:

:

Tc tan

" Dari rumus (4'23lt

Ix.

L= 6n wty, (72n) =37;75 nr.

%A=TJ'

r

= 360

",

ran y. (7,20) =1,19'JI

*.

"

b). Mencari poeisi titik- titik tikungan.

72x2

n

x 6oo

= 360'

75,40 m

144

KONSTBUKSIJAI/AI\I

BUKU T

:

GEOMETRIKJAI-AN

U0.pre-n Gpomp-lrib

(:ONTOH SOAL 6: Sta. Sta.

A TC

Sta. CT Sta. B

Rencanakan tikungan SS untuk data sebagai berikut

= 0*000 = Sta.A+dn-r, - T.

= ( 0 + 000 ) + 220,23 = Sta. TC + I-c.

-

-

L= 37,75 =

+ 182,48) + 75,40= Sa.CT-Tc*do,_u (0

(0

+ 257,88)

Jadi paniang ja,lzn rcnc*na dari A

-

37,75 +

O

*

Klassifikasi medan : Pqgunungan Fungsi jalan : Lokal

182,48

= 0 + 967,54.

:2x3,00m

Jalurialan

0 + 257,88

747,41

:

39,67 "

Radius

lengkungan :

40 m.

Menghitung elemen tikungan.

- B adilah 967,54 m

R= 50m, A=

39,67"

" Dari Tabel 2.4 VR = 20 -30 km/jam. Ambil Vo= 30 km/iam ---+dari tabel 4.2. )R-,n = 30 m Rod" = 50 m > \,"= 30 m ok!.

"

Dari Tabel Ls tidak ditemukan radius lengkung R = 50 m. Gunakan rumus

(4.4):

1432,39 D_

1432,39

= 28,65"

R50

0,--Yz L, =Vrx39,67

=19,835". Gunakan Tabel SS -4 untuk 0, = 19,835". pampiran 13) o Didapat : p+ = 0,02873 k* = 0,49801

I"*

0,.

n.R

90

0,.R 19,835 = _x

28,648

50 = 34,62

-

35 m.

29,649

L,= 0,02873 x 34,62 = 0,995 k*x L" = 0,49801 x 34,62= 17,247 = T"= ( R+ p ) tanl/z A + k = ( 50 + 0,995 ) tanlz (39,67 ) +k = 50,995 x 0,3607 + 0,49801 -* 18,394 + 0,49801 = 18,892 m (R+p) ( 50 + 0,995 ) Fn= - 50= 4,21'l m t/z cosl/z L cos (39,67 ) L= 2L,= 2 x 34,62 = 69,24 m p = p*x

k

146

I(ONSTAUKSIJALAN

BUKUT: GEOMETRIKJAIAN

447

tCexen Georctrik

CONTOH SOAL

7:

CATATAN:

l)iketahui

K(X)RDINAT AZIMUTH

l)rofil

:

mema;nja;ng suatu

ialur ialan seperti pada gambar dibawah ini, rlan

rrkan direnc tnakan lengkung vertikalnya.

EXISTING

21,904

22,U7

25,512

23,485

22,129

PROPOSED

20,876

23,671

24,108

23,276

21,705

CHAII{AGE

1'tO+OOO

1

10+100

1

10+200

1

110+400

10+300

(x,r-xa) = arc tg

(ye-ye)

(bc

:

( arc

tg

rc-xs )

---*---

(r-ve)

An: lSoo-1*^-or.,

(tc-xs)

=arctg

( yc

- ys )

&:(ocs-oco)-

(b-xc) ep : afc ,t -i;;; l8oo

.lzl*n ytng akan direncanakan berupa ialan KOLEKTOR pada daerah dengan kecepatan renc n Vn= 60 Km/irm. fhta - Dzta drnKetentuan : " Dari Tabel 4.11. Untuk Vn= 60 Km/jaim, kelandaian maksimum =

drtx

llo/o

"

Dari Tabel 2.5 , Untuk Vr= 60 Km/izm, jarak pandang henti minimum

(Jn) = 75 meter. " Dari Tabel 2.7, Untuk Vn minimum 0o ) = 350 meter.

o

Perencanaan Lengktng

Veiikal

= 60 Krn/irm, jarak pandang

mendahului

.

Menghitung kelandaian rencana. 24,708 - 27,705

24,108 -20,876

8r

=

200

KEIERANGAN

:

-

7,62o/o

, gz =

= 7,20'\, 200

g, = kemiringa.^ tat^-ra;ta dari Sa. 110+000 ke Sa. 11Gt200, naik & = kemiringen ratz,-r ta dari Sa. 110+200 ke Sa. 11Gt-4fi), turun

.

91i#

l4g I(ONSTBUKSTJAIIIN

b.

BUKUT

:

GEOMETRIKJAI-AN

o

Mencari paniang L.

1)

Berdasarkan

A.Jn'

L= 4).

:

= 39,76 m

3ee

32e

Jh
L- 2Jh- _=

2)

>L :

75

>

--,

tidak memenuhi

:

399

2(75)*399/2,92 =8,51 A

8,51

m

-+

m.

memenuhi

Berdasarkan jank pandangan mendahului:

2,82 (350)

T-

2

= 471,25 m 840

840

Jd
Dari rumus

L = 2Jd-

($a) 840 A

v=

0,60 x 60 = 36 m.

Untuk lengkung cembung dengan kerb:

*->

memenuhi.

:

= 2(35A)

Jd>L:350>4O2,73m ---)

o Dari rumus (4.a2): L= 40 A = 40 (2,82) = 112,80 m

pmiangL , adalah:

Jadi

o o o o

berdasarkan jarak pandangan henti = 8,51 m

berdasankan jarakpandangan mendahului berdasarkan keluwesan bentuk = 36 m. berdasarkan drainase 112,80 m

=

.

477,25 m.

Ambil L= 471,25 meter.(zngka yang terbesar) - 412 meter. Tapi karena panjang lengkungan hanya 400 m, ambil L = 400 meter. @ilamana perbedaan tidak terlalu jauh, iangan dipilih; berarti tidak memenuhi persyaratan yang zda).

" Dari rumus @.33):

A.Jd,

0,60

(1,62+1,20).75,

I-

Jh

Dari rumus $.a):

jank pandangan henti:

o Dari rumus $.31)

ttt

t0enern Geometlik

CATATAN: Harus diperhatikan dilapangan atau didalam ranc ngan geometric, dengan bagian lengkung berikutnya, apakah ovedap atau tidak. Bilamana ovedap, ambil angka yang memenuhi, yang paling besar sebelumnya. Misal, lengkung vertical berikutnya, ada sejarak 300 m, maka ambil yang terdekat, yaitu L = 112,80 - 113 meter. Namun lengkung ini tidak memenuhi syarat iank pandang mendahului; iadi pada ruas tersebut, sebaiknya diberikan rambu lalu lintas, " Dilarang Mendahului ".

"

840

Dari rumus (4.30)

=402,1.3 m 2,92

F*tidakmemenuhi

l) Ilcrdasarkan keluwesan bentuk, untuk lengkung cembung:

A. L

:

2,52. (4OO)

= 1,41 m. 800

800

f BA-B 5 G+E@UGEqHRUB€

PER,SIilffiP4\UUGilA\US ersimpangan merupakan pertemuan dua atau lebih ruas jalan, bergatong, berpotongan atau bersilangan. Berdasarkan posisi letak pertemuan, dibagi menjadi dua jenis, yaitu : X Simpang sebidang (at grade), dan X Simpang tidak sebidang/simpang susun (grade separated), terbagi atas: ) simpang susun dengan ramp dan ) simpang susun t^nPa ramp, Terutama pada simpang sebidang, pada awal peralihan akan terbentuk kanal (cb an n e Ii ryti o n). Sebagai perangkat lalu lintas, kanal merupakan bagian yang menyatu dengan persimpangan, dengan fungsi sebagai :

ED 5

1.

Mengarahkan kendaraan pada

lajur yafig tersedia, untuk

menghindari kecelakaan. 2.

Arus lalu lintas diberi sudut tertento O5" - 105), dengan maksud selain untuk mengurangi kecelakaan, juga mengurangi jarak dan waktu kendaraan yang berpapasan, sehingga tidak terjadi konflik (Gbr.la - garis terputus-putus).

J.

Memaksa pengendara zgar tet^p pada arah yang disediakan, pada sudut arah dan kecepatan pada arus utama (Gbr.lb).

4.

Mengontrol kecepatan kendaraan yang akan masuk persimpangan. Salah satu cara misalnya dengan membelokkan arus kendaraan (Gbr.1c), atau dengan cara lzin, menggabungkan kendaraankendaraan pada suatu bukaan jalanyangagak sempit (Gbr.ld),

15l)

T5I

KONSTR,TIKSIJAI,AN

BUKU r

1-

:

GEOMETRIK

JAIAN

Y

Perangkat kanal, terdiri dari ber-mac m-mac^m jenis : - bisa berupa marka jalan, perubahan kekasaran permukaan ialan,

w^rna yang d^Pzt mengarahkan zhtan kendaraan, dan ^t^lJ pengendalian kecepatan

-

-_-.-....-_

-j$%lt (el

Sumbet: Highway Engineering

-

OGLESBY

Gbr.5.1. Ilustrasi ienis-ienis kanal. sehingga pengendara mau tidak mau akan mengurangi kecepatan kendaraannya. 5.

6.

Terjaganya fungsi lanngan sesuatu tindakan, misalnya berbelok ke suatu arah,walaupun^tas tanpa kehadiran piranti kontrol.

Menyediakan fasilitas tempat berbelok bagr pengendan yang berpapasan (Gbr.1.e) atau pejalan kaki.

7.

Memisahkan titik-titik konflik arus alu lintas, sehingga pengendara

dapat secan cepat, mengambil keputusan, mengikuti arah mma yang diambil. 8.

Dapat dijadikan tefinpat pemasangan lampu lalu lintas, atzu tanda lalu lintas.

r6t

Geonetilh Peasinpongou

dapzt pula berupa bentuk fisik, seperti kerb, pagatfuficin{, pagar pengaman (guard-rail1, atau patok pengarah (guide-post). Jari-iait kanal, dipertimbangkan untuk kendaraan yang belok kanan adalah 15 - 30 meter, sedangkan untuk belok kiri ditentukan oleh lahan yang tersedia dan lebar trotoir, dengan pertimbangan radius putar minimum sebagai berikut, untuk: Mobil penumpang = 6 meter. Truck dan semi trailer = 1,2 meter.

Lebar kanal disesuaikan dengan ial-jari lengkung dan kendara^n renc n , sebagai patokan lihat Tabel 5.1. Dalam hal kanal dipisahkan dari jalur lalu lintas utama dengan pulau, diperlukan daerah bebas 50 cm, disebelah kanan dan kiri kanal tersebut. Daerah bebas digunakan untuk bahu ialan, saluran samping, dan letak pulau lalu lintas.

TABEL

5.1.

LEBAR KANAL Kendaraan Rencana

Jari-jari sisi luar Kanal

Truck Semi-trailer

Truck

13
8,5

5,5

14
8,0

15
7,5 7,0

27

5,5


25

25R

5,0

6,5

6,0 5,0

4,5 4,0

4,5

4,0 3.s

3,5

SUMBER : Standar Specifications for Geometric Design of Urban Roads - 1992

IffI

KONSTRT]KSTJAI,AN

BUKU

1

:

GEOMETRIK.

JAIAN

TABEL 5.2. DIMENST MINIMUM DARI PUI.AU LALULINTAS TIPE

Dimensi

Panianq ( m )

a

w"

1,0 3,0 0,5

L^ R^

b

!7u

+ 1,0 0,5 5,0 m2

$rP

Ru

Luas daerah

'w.

d

Wa

Catatm:

dl.kddbrfq,ai

D+1,0

L SUMBER: Standar Specifications for Geometric

"r--"--\l; ,_="*...-. l__L __:_-.-=qi

1,5

Lu

c

bl-BJoud*ld

hElreo

Elaffihd

5,0 1,0

@

Gbr.5.2. Pulau' Lalulintas

D

= lebar bagian fasilitas ialan. Wo = lebar jalur penyeberangan

Dalam merencanakan kanal, disarankan untuk menggunakan beberapa pulau besar, daripada beberapa pulau kecil. pulau dapat berupa pula, untuk mengatur dan memperlancar lalu linas; pulau pemisah, untuk memisahkan arus searah atau bedawanan; dan pulau pengaman untuk pejalan kaki. Ukuran pulau seperti pada Tabel 5.2.

5.1.

164

Ocowltrik Porsiuporgon

Bila lalu lintas yang dikontrol lewat sinyal Ltztr t^nd^, pandangan bebas, pada daszrnya meliputi arca daerah cakupan yang dikontrol tersebut.

5.1.1. JARAK PERSIMPANGAN

Jxak rntara persimpangan, harus diusahakan sejauh mungkin. harus ditentukan, sehingga lebih panjang dari kondisi minimum Jarak

SIMPANG SEBIDANG.

Simpang ialan pada perremuan sebidang, sangat potensial, untuk menjadi: ) titk pusat konflik lalu lintas, ymg saling bertemu.

) ) )

penyebab kemacetan, akibat perubahan kapasitas. tempat terjadi kecelakaan. konsentrasi kendaraan dan penyeberang ialan. Pada Gbr.5.3- dapat dilihat tipe-tipe dari persimpangan sebidang, yaitu o Kelompok Simpang Tiga Kaki, dan o Kelompok Simpang Empat Kaki.

Gambar-gambar disebelah kiri adalah tipe yang tidak menggunakan kanal. Pada ilustrasi ini, umumnya akan menyebabkan konflik lalu lintas, sehingga perlu diberikan alat pengontrol sinyal lalu lintas.

:

berikut ini:

) ) ) )

panjang bagjan menyusup. antrian pada lampu lalu lintas. jalur belok kanan zttu ialw perlambatan. batas konsentrasi pengemudi.

5.I.2. KONTROL/PENGENDALIAN I-ALU LINTAS PADA PERSIMPANGAN. Untuk persimpangan sebidang,

ada

4 (empat ) ienis pcngcntlalirn

-_,=.:

I55 IIONSTRTII(SIJAL{N

BUKU r

:

GEOMETRIK

JAI-AN

rta

Gmrctri2 Pe,rsinporgor

5.1.3. ALII{TEMEN DEKAT PERSIMPANGAN. lalu lintas, yang dapat digunakan, yaitu:

Secara umum pengendara yang akan menuiu persimpangtrl sebidang, harus mempunyai pandangan tanpa halangan, pada keseluruhan penampang dari simpang sebidang. Persimpangan harus direncanakan dengan baik, agar pertemuan ialan dari

-1. Jenis tanpa pengaturan lalu lintas. -2. Jenis pengaturan dengan rambu peringatan. -3. Jenis pengaturan berhenti. -4. Jenis pengaturafl dengan lampu lalu lintas.

bniuk I md&or

iEMUK r (

bnPo kcol )

N'A

(s)

l-+

SENTUX .Y

(bnpo kool) (hl

--2

SIMPANG TIGA KAKI

--=4:

*tt*

-Y

d€nson

bd*on

persimpangan mendekati sudut 90", atait sama dengan 90". Sudut 60" - 90" masih diiiinkan. pertemuan ^rrtar^ pada persimpangan, merupakan bagian dari menyebar yang Jalan kaki persimPangan. disebut persimpangan, Pada umumnya persimpangan dari dua ialan mempunyai empat kaki, walaupun secara prinsip, banyaknya kaki pada persimpangan sebidang, tidak melebihi 5 (ima) buah. Arus lalu lintas utama, sedapat mungkin dilayani dengan ialan lurus atau hampir lurus.

,,

o

/\

>>----Q -NI,-zosl- *--,

BEMUKPArc

ffi';'5[*ffi \r^, ,12

\\4',

=r-

v

r-

ffis,E3f!

SUMBER: AASH()

SlMPAl.lc EM"AT KAKI

/-

\ /

\N\\\;7,/' L/

Alinyemen florisontd. Jarak pandang minimum, tergantung pada kondisi ialan, pengendara dan terutama kecepatan kendaraan dan reaksi-reaksi impulsif yang diielaskan pada Bab 2 diatas. Sebagai standar, jarak pandang minimum ini, diberikan pada Tabel 5.3.

TABEL 5.3:JARAK PANDANGAN MINIMUM DI PERSIMPANGAN. KECEPATAN RENCANA

SIMPNGM*

(km/iam) 1965

Gbr.5.3. Bentuk Persimpangan Sebidang

Adalah mutlak untuk mengadakan koord.inasi perencanaan simpang dengan perencanaan kontrol lalu lintas. Padaialan dengan kecepatan rencana 260 km/jam, Pengontrolan berhenti atau dengan rambu, tidak dapat digunakan.

JARAK PANDANG MINIMU (M) Signal

60 50 40 30 20 SUMBER: Sandar Specifications for

.

Contol

Stop Control

170

105

130

80

100

55 35

70 40

20

Geometric Design of Urban Roads - 1992

Jari-iari minimum Jai-ian minimum as jalur lalu lintas, disekitar persimpangan, scstritt dengan kecepatan rencana dan ienis kontrol lalu lintas, dibcrikan ;urlr Tabel5.4.

Qt_

I57

KONSTBUKSIJAI,AN

TABEL

5.4.

BUKU r

:

GEOMETRIK

JAI-AN

JARI-JARI MINIMUM DI .PERSIMPANGAN.

KECEPATAN RENCANA

lJilamana jalur tambahan (auxiliary lane) diperlukan pada persimpang:rrt

JAI-AN UTAMA Staodar Minimum

Gm/iam)

Jalanyang menyilang (

denmn stop control )-m

280

80

60 150 60 50 100 30 40 60 15 30 30 15 20 15 SUMBER : Standar Specifications for Geometric Design of Urban Roads - 1992

o

rtt

GoreiiiE P€rsiipoxgor

Alinyemen Vertikal

ialan, lebar ialur lalu lintas menerus dapat dikurangi sampai angka yang tcrcantum pada kolom 3 - Tabel 5.6' l.ebar standar dari ialur tambahan adalzh 3,00 m, namufl bila diperlukan tergantung pada karakteristik lalu lintas dan tersedi^nya. rtl^flg. Angka yang tercantum dalam kolom 4,Tabel5.6. dapat dipakai.

TABEL

5.6

,EBAR LEBARJALUR

KEI-ASJALAN TIPE II

LURUSCTANGEN)

LEBARJALURLL. MENERUS /

/

J/-],UR

IEBARJALUR TAMBAHAN

TAMBAHAN Kelas Kelas Kelas Kelas

I

3,50

3)5;3,00

II III

32s 3,25;390

3,OO 2,75

325;39;2,75

390;2,75

IV

Pengendara.

Jumlah jalur keluar dari persimpangan, sebaiknya sama dengan fumlah ialur masuk ke persimpangln. Bagjan keluar dari falur lalu lintas meflerus, hendaknya ditempatkan pada satu garis lurus, dengan ialur masuk dari falur lalu lintas menerus, tidak boleh bergeser pada persimpangan. Bila terpaksa ada pergeseran ialur Qane-sbfi, dari lalu lintas menerus, harus dibuatkan lengkung/taper yang tePat, untuk membuat ialut belok. Standar taper, dan panjang 'minimumnya tercarltum pada Tabel 5.7.dan Tabel5.8.

Tabel5.5. Paniang minimum bagian berkelandaian rendah. Paniang minimum bagtan JAII,N TIPE II

TABEL

)

Landai maksimum. Landai maksimum pada persimpangan tidak meleblhi 2o/o, kalau dapat diusahakan, buat serendah mungkin untuk memberikan kenyamanan pada

)

Paniang minimum bagian dengan kelandaian rendah. Panjzng pada bagian yang mempunyai kelandaian rendah, didekat persimpangan, sebaiknya ditentukan oleh perkiraan panjang anaian, yang terjadi selama satu periode berhenti, sesuai dengan Tabel 5.5..

berkelandaian rendah.

Kelas Kelas Kelas Kelas

lalut.

TAPER

60

1/30

I II III

40 35

50

r/25

N

r/20

15

30

r/ls

fV

20

t/10

6

Potongan Melintang dekat Petsimpangan.

)

5.7. Standar Tapet dari Pergeseran

KECEPATAN RENCANA &m/iam)

Lebar dan iumlah idur

TABEL

Minimum T

5.8.

KECEPATAN RENCANA &m/iam)

PANJANGTAPER*)

MINIMUM (m)

@

q

50

35

N

30

30 20

25 20

T59

t

KONSTRUI$iIJALAN BUKU T

:

GEoMETRJK JAI.AN Ceoup-tri0 Persinporgor

!ra x)

Sebagai perbandingan, gunakan rumus:

L=Vx4/3

..........(

dimana:

L. = mr* { l.rl, }

s.1. )

dimana

L = panjang taper

y= ff:::::lal

(m). raru-lintas menerus (m). latur

I;::il'#H;; ffi'iJ:Tffi;Tff#iP; o

t =r*d*/U

V = kecepatan rencana, 4 = p.rges eran jilw = lebar jalur belok kanan (m). Paniang ialur antria: qrdu. persrmpangan tanpa lampu lalu lintas, didasarkan pada jurnlah 'k.ridrrrm y^ng masuk petsimpangan setiap 2 m."it p"a";r- .iioL.

sebagar panjang

Jalur belok kanan.

L"=2xMxs

ffi

- )

2:";:;l^r^n Larangan

sebidang harus dilengkapi dengan jalur belok

0",,"].fr"T

pada persimpangan.

i'p,.

M = rata-ratakendaruan yang belok

i.{*l'l!""ii; * :' n J k: il"i ^ia'li' kecepa,i" ,*._, 40 km/jamatau i,"

s

va ng

#*"3i:,frr*gan enda ;:;; /,T;T;Jt,H.fffi1ffi kurang 2oo

k

dai- 20oh dari

":Tji*",J,ff ""f"rrl" ,J".'#,irp jrrn.

Panjangialur belok kanan, dapatdihitung dari

d ap

(

a,

s=

;il;

kurang,

Jika bus/truck ddak

jalur belok

(u.

-om.

-/m.

:1" (panjang

L.=1,5xNxs

s.s.) dimana : N = banyak kendaraan yang belok kanan

( m ).

s

fir; afi;;

= head distarrce ,^r^_rui.1^1.

Panjang minimum yang dibutuhkan untuk pedambatan

^r ^nta1 padl pergeseran ITg $p.rJuk3 ,r".",r1:ll1l: sampai pada jarur b"J"k

s

1,2m

"Y:H:r1*'impangan

Panjang taper adalah nilai terbes

yang dipedukan untuk

ada

=

kanan

vzng ada lampu lalu lintas

-..-.-..( s.2.)

kanan ,t Lt-: tli*g panlang taper ( m ). k = pan;ang jal"r antrian (m)

kend/menit ).

head distance na_rua (m). Untuk bus dan truck s Untuk kendaraan lain s

:

L=L,+L,.

dimana:

dimana:

panjang

r.r._p.ArXUu]'l..rdr.r.,

ffffi:f,,il?;:rrlans 5.2.

ainar"k"' o"t"k

P:;;;;

(J dan Q, dapat

SIMPANG TIDAK SEBIDANG.

Simpang tidak sebidang, dibangun ,Tpk memper'c.sar k;r;rer,rri. menambah keamanan dan fi."u-"i"n riisam^i^..

* 16I KONSTBIIKSIJAI,AN

BUKU

T:

GEOMETRIK JAI,AN

Gmneltib Pe-rsluporgor

topografi dan kebutuhan akan pengontrolan ialan masuk pada izlan-ialan tol danfreeway

TABE

5.9. Panians

Minimum l- dan yang Paniang minimum

Kecepatan Rencana

Paniang minimum (rn)

&m/iam) 80 60 50

(

40 30 20

dibutuhkan untuk pedambatan

l,)

yang

diperlukan utk pergeseran

(L)

45

40

30 20

30 25 20

15 10 10

15 10

5.2.I. BENTUK'SIMPANG TIDAK SEBIDANG. .

Berbagai jenis bentuk simpang tidak sebidang/simpang-susun, dapat dilihat pada Gbr.5.4. Pada Gbr.5.4z. adalzh bentuk "diamonl' merupakan bentuk simpang susun yang paliflg sederhana. Prli"g memadai digunakan pada suatu persimpangan jalan bebas hambatari dengan iabn zrtei tidak bebas hambatan. Keuntungan tipe ini zdala-h, semua kendaraan dapat keluar masuk dengan kecepatan tinggi, walaupun mungkin akan terjadi kemacetan, pada titik-titik dimana ialan artei menerima limpahan lalu lintas dari ialan bebas hambatan. Keuntungan lain adalah penggunaan lahtnyangrelatif efisien dan sedikit dibanding tipe lain. Tipe 'semanggi' (cloaer leaj bisa berupa clover-leaf penuh -full clover-leaf (Gbr.s.ac) atau clover-leaf sebagian (partially clover leaf)-Gbr5.4b. Tipe ini paling cocok untuk jalan bebas hambatan yang bertemu dengan ialan arteri tidak bebas hambatan, atau pertemuan dua ialan raya utama, seperti pada iembatan Semanggi,Jakana. Tipe ini memedukan pembebasan lahan yang luas, terutama yang semanggi penuh, sehingga sulit ditrapkan pada lahan sempit dan terbatas. Tipe clover leaf sebagian banyak digunakan pada pertemuan ialan utama dengan ialan lokal, dimana loop-rampnya digrrnakan untuk melayani arus lalu lintas utama,y^nghendak berbelok; untuk itu loop-ramp ini agar ditempatkan pada kwadran yang sesuai.

SUMBER: Highway Engineering - OGLESBY

Gbr.5.4. Bentuk berbagai ienis simpang tidak sebidang.

t&l

;* IGIN I(ONSIAI]KSIJAI,AII

BUKU

T:

Itt

Oeonetl ik Perrsinporgo,

GEOMETRIK JAI,AN

Seperti juga tipe diamond, tipg d zgar dapat berfungsi maksimal, memedukan banyak rambu-rambu lalu lintas, untuk mengarahkan dan menuntun kendaraan. Gbr.5.4d.berupa simpang susun langsung (direxional interchang), cocok untuk pertemuan dua iilan bebas hambatan. Langsung diartikan, kendaraan yang *kan membelok langsung menuju kearah yang dikehendaki, lain dengan tipe full clover-leaf, kendarlun y^ng ingin belok kiri, harus mengambil arah kekanan dulu dan memutar 2'70" baru bisa kekiri; demikian p.rla tip" diamond, harus mengarah drrlu kearah berlawanan dari yang dituiu, baru bisa ke alrz;h yang dimaksud. S7alau bagaimanapun, ini adalah bentuk pengaturan arah sesuai masingmasing tipe, walaupun dapat saia dimodifikasi dengan tetap mengacu pada

Ialur Kolcktor/distributq

Jalur;iatur Penghuhng

(Rlag)

pola dasarnya. JelurPanampung

5.2.2. KETENTUAN UMUM PERANCANGAN SIMPANG TIDAK SEBIDANG.

-

dan tipe II dimana akses langsungnya dibatasi (partial access control), pertemuannya umumnya berupa pertemuan tidak sebidang.

Jalan tipe

I

-

Persilangan atau pertemuan jz-lain tipe II yang mempanyu 4 jahx atau lebih, umumnya tidak sebidang, namun dalam situasi khusus, misalnya akibat topografi, bisa saja dibuat sebidang.

-

Persilangan/pertemuan izlan tip. II, umumnya dibuat tidak sebidang untuk memenuhi kebutuhan lalu lintas utama.

Dalam perancangan simpang tidak sebidtng banyak hal yang harus dicermati Lntara,lain faktor perencanaan berupa : o Jenis-jenis ramp Qangsung, tidak langsung, atav loop) dan landai ramp. o Jalur-ialur tambahan (auxiliary lane) o Keluar masuk simpang o Standar geometrik yang digunakan. o Ruang bebas (clearance high/width) o Konsistensi bentuk persimpangan.

SUitttR: 3t t74. nA(fASAJAUil.

Gbr.5.5. Bagian Simpang

Susun

rt

( contoh : tipe Semanggi )

s.2.3. STMPANG SUSUN (TNTERCHANGE ). 5.2.3.1. Bagqan Simpang Susun.

Ilustrasi umum mengenai bagan simpang susun, diwakili oleh tip. semanggi, sebagaimana tampak pada Gbr. 5.5.

o

Jalur

utama :

lalulintas paling padat.

diperuntukkan arus utama lalulintas, volumc

o

Jalur Kolektor/Distributor: searah dengan jalur utama, sebagui pengumpul dan pembag arus yang menuju dan meningS;alkan ia'iur utama. Pada baglan ujung meriyatu dengan jalur utama, irenia,li ialtrr

pedambatan atau percepatan. o Jalur penghubung (ramp), menghubungkan dua larur rrr;rnm.

.t*

BUKU r

165 KONSTIIf]KSIJAI,AN

:

GEOMETRIK

JAIAN

'road),

tujuan, kendaraql mengeiilingi titik pusat lebih dahulu dengan nron()r()1r, salah satu arus lqlr-rlintas secara tegaklurus. Hubungan tida\ langsung, seperti pada tipe semanggi, pencapaian tuiuirrr dilakukan dengqrl melakukan putaran 270" d,alam aiah-bedawanan lcl>ih dahulu, baru mqrlca;iai tuiuan.

utama' ialur lokal disamping ialur Jalur samping ffrontage terpisahdariarussimpangsusun,memberikanakseslokaldariialan

o

sekitarnya.

( Ramp 5.2.3.2. Macam-mac^rrr Jalur Penghubung

)'

5.2.3.3.

d.r

O

-

Ht BUI\GAN ARIJS I-ALIN SEIII{CAH I,AI{GSIAG

- HUBUNGAN ARIIS LALTNTIDAK r,aNcsuNc

e).

Eleme\

Peren c^naa

nsimpang Susun.

Beberapa faktol yang harus diperhatikan dalam merencanakan simpang susun adalah: ) Tipe dan Ke[s Jilan, ) Volume lalu yptas, ) Kecepatan \";rcana, ) Keadaan topoEafi, ) Tata Guna T2nah dan rencana peruntukannya, ) Biaya dan aQryill5trasi pembangunan, dan ) Manfaat bagi penggu na ia)an. Secara umum sudah dibahas pada Bab terdahulu, hanya secara spesifik, karena simpanq Susun biasanya dibuat padz daenh perkotaan, beberapa kriteria geometr:ir disesuaikan dengan standar perancangan untuk daeiah perkotaan. Padq bab-bab terdahulu umumnya dikhusuikan untuk jalan antar perkotaaq, walaupun secara pemikiran dasar, tidak jauh berbeda

r) drn b) - ITUBUNG{{ ARI-6 LALIN LAMSUI{G c)

Ita

Gmrutilh Perrsi\orgotr

arTt^r^ keduanyq.

(tamp)' Gbr.5.6. Jenis pencapaian pada ialut penghub"ng

'

oleh arus lalu lintas, Berdasarkan pola pencapaian yang dilakukan jenis bentuk ramP , Yaitu: t Hobrr.tgrn langsung (direcfi - Gbr'5'6a dan 5'6b'

o Hubungr., ..t".rgrh luttgtottg

(serni-dirut)

dan 5.6d.

o Hubungan tidak langsung

(irtdirecty

-

-

5.2.3.3.1. Ket€patan Rencana Ramp. 2idz

Kecepatan ren(arra pada ial,i- penghubung, regantung pada kelas jaran dan kecepatan renCQn4, yang diberikan pada'Tabel 5.10.

ngz

.

Gbr'5'6c'

Gbr'5'6e'

dilakukan tanpa meHut Hubungan langsung, adalah pencapaian yang 11| mencapal p.rrr, [l"Uift"arfr"rrt". Ht'bot'gan setengah langsung' dalam

I

KECEPATAN RENCANA (l,m/tam) Jalan utama tipe I dan tioe II

* IIIT KONSI'BT]KSIJAI,AN

5.2,3.3.2.

r:

GEOMETRIK JALA'N

Petencanaan Geometrik untuk Ramp.

) LebarJalur : ) )

BUKU

Lebar Bahu Median

:

Pada umumnya lebar falur

=

3,50 meter.

lihatTabel5.11. Lebar Median pada ramp dua arah =2,0 m Termasuk lebar pemisah tengah ( central separator ) 1,0 m; pengecualiaan jika pada ramP terdapat pemisah oleh bangunan, lebar pemisah tengahnya dapat diperkecil nilai minimum 0,50 m. ) Jalur tepian : (I\{arginal Strip),lebar ialur tepian bahu ramp = 0,5m ) Ruang Bebas : Ruang bebas untuk ramp sebagumana pada buku 2: (Ctearanc) Perancangan PerkerasanJalan dapat dipakat. ) lari-iai min. Ramp : dapat dilihat padaTabel5.l'2. ) Superelevasi ramp : dapat diikuti sesuai pada Tabel 5.13. : sebagaimana tercantum pada Tabel 5.14. ) Pelebaran Jalur : dzpat mengikuti Tabel 5.15. ) jarak pandang : Kelandaian ramp dibatasi sampa 6oh. ) Kelandaian

TABEL 5.T}. SUPERELEVASI RAMP a). Kemirinean melintanp standar = zoh SUPERELEVASI(o/o)

m tan Rencaha ( km 80 280 - 330 330 - 380

60 140 140 - 180 180 - 220

120 - 160

7 6

380 .450

220 - 270

160

= 5,m

200.240

130

5

540.670 670-870

270-330 330-420 420.560 560.800 800 -2000

2q"y0

160.210

310.410 410,590

210 "280 280.400 400,800

10

- 280

9 8

450

4 3

2

1240 -3500

b

1 ialur,

Lebat bahu Kiri (m)

2 arah

2ialur.l

a:,ah

Kanan (m) 1,00 0,75

2,50 0,75

5.12. lari-iari Minimum Standar Minimum KECEPATAN (*) RENCANA &m/iam) 280 80 140 60 90 50 50 40 40 35 30 30 20 25

Pengecualian Minimum (m)

230

.110 70 40 30 20 15

40,35,30,2s

-50 50-70 70-90

.200

90 .130

590 - 1300

=

160

Kecepatan Rencana ( km/iam ) 80

TABEL

60

50

40,35,3025

800.1370

590 "1000

4m.600

1370.1500

1000.1300

600.800

1240

"2100 2100.2500

5.14.

PEIJBARAN

PELEBARAN (m)

Jali-iarr as ialur

1 ialuq 1 arah

TABBL

50

-90 90 - 120

melintans standar = l.5o lai-iailenskuns(m)

SUPEREI.EVASIC/O)

1,5

5.11.

-

870.124

2

TABEL

t0a

Georetrih Persirporgor

3,75 3,50 3,25 3,00 2,75 2,50

22s

2,N 1,75 1,50

12s 1,00 0,75 0,50

02s 0,00

(m) 2 ialur.

l

arah

15-21 2t -22

t5-21 2t -23 23 -25 25 -28 27 -29 29 -32

32-36 36-42 42-48 48-58 58 -72 72-

22-23 -24 -25 25 -26 26 -27 27 -29 29 -31 23 24

JI-JJ

33-36 36-39 39 -43 43-47 47-

* 169 KONSTBI]KSIJAI,AII

ABEL

5.15.

1:

GEOMETRIK JAI,AN

ttto

80 110

60

50

75

55

40 40

35

30

25

35

30

25

5.2.3.4. Jalut Perlambatan Jalur perlambatan mengikuti angka yang tercaritum pada Tabel 5.16.

TABEL 5.16. IALUR PERI-AMBATAN 100 80 60 V &m/iam) PanjangJalur Pedambatan standar ( tanoa taoer) Paniang Taper standar Seatah/seiaiar-

50

40

90

80

70

50

30

60

50

45

40

40

Untuk dua jalut perlambatan, paniang minimumnya ( 120 Tabel

Ito

Georct[ik Pe-siuporgon

Tabel5.18. Ialur Perce

IARAK I'ANDANG HIJNA I

V ftm/iam) f

BUKU

150 ) 7o

dari yang tetcantum pada

5.16.

l)anjangJalur l'ercepatan standar ( tanna tamr') Paniang Taper standar Searah/seiaiar-

100

80

60

50

40

180

160

120

90

50

60

50

45

40

40

paniang jalur percepatzn minimum yang menufun, harus dikalikan dengan koefisien yang tercantum pada Tabel 5.19.

TABEL

5.19.

Koefisien konversi ialan turun (ialur Percepatan)

Rata2 Kelandaian ialur

0<2

2<3

3<1<4

4
1.00

1,20

1,30

1.40

menerus(o/o)

Koefisien konversi

Panjang jalur perlambatan minimum yang menurun, harus dikalikan dengan koefisien y^ngtercznrum pada Tabel 5.17. TABEL 5.17. Koefrsien (onverci ialan turun ( Ialu Ralo,z

ba tan )

o<2

2<3

3<4

4
1,00

1,10

1,20

1,30

Kelandaian

ialur menenrsf/n)

Koefisien konversi

5.2.3.5. Jalut Petcepatan Panjang jalur percepatan standar tercafltum pada Tabel 5.18. Sedangkan untuk dua ialur percepatan, paniang minimumnya adalzh (1,20 - 150)% dari yang tercantum pada Tabel 5.18

r +------I

La

#4tn:

TAP

-

--'

uR TEPI.\.I_ T

( U,

YIPE

EBAR JALUR

TAPEF SWR:

tutacaod1 Stadd kkddn. ud*Jda

/ perceP^tan. Gbr.5.7. Tipe ialur pedambat ^n

aimd''

* 17I KONSIBUKSIJALAN

BUKU

1

:

GEOMETRIK JAI-AN

5.2.3.6. Perpotongan dengan Jalan.Rel.

) Sudut perpotonga n ant,lf^ ialan rel dan ialan raya harus membenruk sudut 45" atau lebih. ) Alinyemen dekat persilangan dibagian sepanjang 30 meter sebelum dan sesudah pefpotongan, serta persilangannya, harus dalam keadaan lurus, dengan landai jalur lalu lintas # 2,5o/o, namun unruk kondisi topografi yang berat syarat ini tidak mudak dilaksanakan.

)

()

eow.ltih Pe.sirpo*gn*

> Pada pembangunan simpang tidak sebidang, kadangkala difumpai kabcl listrik melintas, pada lintasan ialan. Untuk kabel listrik dengan tegangan

rcndah, pemindahan atau peninggian posisi kabel tidak tedalu berrnasalah; lrcrlainan bila kabel listrik adalah kabel tegangan tinggi. Pemindahan atau peninggian tiang kabel, akan memerlukanbiaya yang cukup besar. Untuk

itu, perencana harus merancang tinggl struktur Lgat 'ruang bebas' (clearance) memfunyai titgg sedemikian, hingga ruang yang disyaratkan memenuhi sy^rat.

Jarak pandang minimum harus mengikuti tabel 5.20. sehubungan

dengan kecepatan kereta api padapersilangan

Pada Tabel 5.27. adalah persyaratan iarak bebas

tegangan

TABEL

Minimum pada anpan ialan rel dan ialan Kecepatan Maksimum Jarak Pandang minimum Kereta Api (km/iam) (m) 5.20. Jarak pandang

<50

tirgg

penghantar SUTT dan Tabet 5.21. ! aruk bebas (minimum) ^nttta tanah dan benda larn SUTET SUTT 65 kV

LOKASI

No.

(m)

110

< 70 70 ata'r lebih dan < 80 80 atau lebih dan < 90 90 atau lebih dan < 100 100 atau lebih dan < 110

200 230 260 300

2.

Jalarr rayz.

3.

110 atau lebih

350

4.

50 atau lebih dan

minimum dari kabel listrik

dengan suatu struktur.

SUTT 1s0

kv

(-)

SUTET

5OO

SIRKUIT

SIRKUIT

GANDA

(m)

TUNG GAI,

160 1

KV

(m)

6,5

7,5

10

11

8

9

15

15

Pohon-pohon pada umumnya.

3,5

4,5

8,5

8,5

Bangunan tidak tahan api, dan

12,5

13,5

t4

15

Lapangan terbuka, pada derah luar

kota.

lapanpran ola.hrag.a.

Jarak pandangan harus diukur, sepaniang garis sumbu iatan rel terluar dari titik potong dengan garis sumbu falan raya ke titik teriauh dari jalan rel

5.

Bagian bangunan yang ahan aPi.

3,5

4,5

8,5

8,5

6.

SUTT lainnya: penghantar udara

3

4

8,5

8,5

tersebut, yang dapat rlilihat dari titik tertinggi 1,00 m diatas permukaan

tegangan rendah, taringan telekomunikasi, dan kereta gantung.

ialannya. 5.2.3.7.

Lain-lain.

) Fasilitas drainase mudak diperlukan untuk mengdirkan air permukaan keluar arcalialar' tanpa mengganggu ldu lintas. ) Marka jalan harus dibuat mengikuti standar yangarda. > utilitas dibawah tanah seperti saluran air minum, gas, kabel-kabel lisuik atau tilpon, Ltztt saluran air kotor, diharapkan dianam kembali diluar Damiia, sesuai aturan yang berlaku.

7.

Rel kerea biasa

8

9

15

l5

8.

Jembatan besi, rangka besi penahan penghantar kereta listrik terdekat, dan sebagainyx.

.,l

4

8,5

tt,5

9

Titik tertinggi tiang kapal

3

4

8,5

lt.5

pada

keduduken air pasang/tertioggi, pada lalu linas air. sr

rMiltrl

Pl N

*1

B4\B 6 PEB,@SEDU,.B- DAUS E4\UU'GAKABG = &AUSGTK4\H

PER4\US@AUU'@A8U rosedur dan LangkahJangkah perancangan disini, dimaksudkan untuk melengkapi lingkup bahasan teoritis yang sudah dipaparkan di bab-bab sebelumnya

ED !=J6.I.

PROSEDURPERANCANGANGEOMETRIK JAI.AN RAYA-

Prosedur perancangan dibawah ini dicuplik dari buku Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan antar Kota No. 038/T/BM/1997 dengan beberapa penjelasan yang dtanggap pedu.

6.I.7. LINGKUP PENGERJAAN PERANCANGAN GEOMETRIK Pekerjaan perancangan geometrik jalan meliputi 5 tahapan:

1. 2. 3. 4. 5.

Melengkapi peta dasar. Identifikasi lokasi ialan. Penetapan kriteria perancangan. Penetapan alinyemen ialanyangoptimal, dan

Penggambaran detail perancangan geometrik jalan dan pekerjaan tanah.

6.I.2. DATA PETA DASAR Peta dasar yang petlu untuk suatu perancangan geometdk adalah

1. Peta topografi berkontur y^ng akan

:

diiadikan peta dasar perancangan jalan, dengan skala tidak lebih kecil dari 1 : 10.000

r7t

{ I74

I(ONSTRIII(SIJA|,AN

BUKUT

:

GEOMETRIKJAI.AN

( skala

23. 4.

1:2.500 dan 1:5.000 sangat disarankan). Perbedaan tinggi setiap garis kontur disarankan tidak lebih dari 5 meter. Peta Geologi yang memuat informasi dmzhyang labil dan daerah stabil.

Peta tatagana lahan yang memuat informasi ruang peruntukan ialan.

6.1.3. TDENTIFIKAST LOKAST JALAN Berdasarkan d*ayangdri butir 6.1.1. selaniutnya, tetapkan : 1. Kelas MedanJalan ( berdasarkan Tabel3.1.) 2. Titik Awal dan Akhir perancangan, dan 3. Daerah-daerah yang layak dilintasi jalan, berdasarkan struktur tanah, struktur geologi dan pertimbarrgan lainnya.

6.I.4. KRITERIA PERANCANGAN 1). Tetapkan:

Untuk per^nclngzn geomerik, perlu diteapkan klassifikasi menumt fungsi jalan @ab 1.3.1.3). b) Kendaraan Rencana @$ 2.3.1.). c).V** dan V.,n @*2.3.2) dan d). Kecepatan Rencana \(Iabel 2.4 danTabel 5.10) a).

perancangan tersebug ditetapkan berdasarkan

pertimbangan kecenderungan perkembangan transportasi, dimasa yatg akm daang, selama umur rencan^ yangdiinginkan.

6.1.5. PENETAPAN ALTNYEMEN JArl\N Pemilihan alinyemen optimal, dilakukan dengan a).

:

Mengunakan data dasar, dibuat beberapa dternatif alinyemen horisontal, yang dipandang memenuhi kriteria perancangan

Ortir

Long2o?.-0ongkoL Peroncongor

dan potongan melintang-nya. @utir 6.1.5.2. dan 6.1.5.3.) c). Semua alternatif alinyemen dievaluasi @utir 6.1.5.4.)

6.1.5.1. Alinyemen Horisontal 1). Berdasarkan kriteria perancangan, ditetapkan:

a). Jai-jari minimum lengkung horisontal (fabel 4.2 dain Tabel

Pera irnngan ialm yzng tda.

2) Kriteria

hosedur don

6.1.4.1).

b) Setiap altematif alinyemen horisontal dibuat alinyemen vertikal

s.4). b) Kelandaian Jalan Maksimum (fabel 4.1

1

)

.)

Paniang maksimum bagian jalan yanglurus (fabel 4.1.)

d)

Jarak pandang henti dan jaruk pandang mendahului @ab 2.3.1.0, dan Bab 5.1.3).

2). Dengan memperhatikan kriteriz per flc rrgun dan damiia @utir 6.7.5.3.1,.), pada peta dasar perancangan, rencanakan alinyemen horisontal j alan, untuk beberapa alternatif lintasan(I-ampkan 24).

3). Pada setiap gambar altematif alinyemen, cantumkan fiofior disingkat Sta. dan ditulis $12. ooo + ooo, dimana ooo 2dal2l kilometer, dan o o o adalah satuan meter.

staion, satuan

Penomoran Sta. ditetapkan sebagai berikut:

a). Pada

brg* iilan

yzrry lurus Sta. dicantumkan untuk setiap

50,00 meter Pada bagian ialanyarglengkung Sa. dicantumkan untuk setiap b). 20,00 meter. c). Penulisan Sta. pada gambar dilakukan disebelah kiri dari arah kilometer kecil ke kilometer besar.

6.1.5.2. AlinyemenVertikal 1). Berdasarkan kriteri z peranc^ng n, tetapkan

:

a).Jai-jan lengkung vertikal minimum @ab a3.2) b) Kelandaian Jalan maksimum (fabel 4.1 1 ) c). Panjang jalan dengan kelandaian teftentu yang membutulrkatt laiur pendakian (Bab 4.3.1.), deln d). Jarak pandang henti dan iarak pandang mendahului ([]ab 4.'1.';,.1. dan 4.3.2.2.)

r I78

I(()NSTBTIKSIJAI,AII

BUKU T

:

GEOMETRIKJAIAN

hosedul don

2). Dengan memperharikan kriteria perancangat, refic nakan

d). Memiliki jumlah paniang jembatan paling sedikit atau

gambar alinyemen vertikal untu\k semua alternaaf alinyemen horisontal. Gambar alinyemen vertikal berskala panjang 1:1.000 dan skala venikal

1:100.(I-ampiran24) 3). setiap alinyemen pedu diuii terhadap pemenuhan jarakpandang, sesuai ketentuan yang diuraikan padtBab 2.3.10.

Lorqko&-0ongho& Pemncnr.gon

tr7

paling

pendek, atau paliflg murah.

2). Pzda, akernanf yang paling efisien, perlu dievaluasi koordinasi antarz alinyemen horisontal dan vertikal@ab a.4.) Perubahan kecil pada alinyemen terpilih ini, dapat dilakukan; tapi iika perubahan alinyemen tersebug mengakibatkan penambahan pekeriaan tanah yangbesar, maka proses seleksi alinyemen pedu diulang kembali.

6.1.5.3. Potongan Melintarig 1). Berdasarkan kriteria perzlncang n, terapkan

6.1.6. :

a). I-ebar lajur, lebar jalur, dan lebar bahu ialan

(-ampiran23.). b). Pelebaran jalzn ditikungan untuk setiap tikungan (I-ampiran 22); dan

c).Damzja,Damija, dan Dawasja. @ab 1.3.2-) 2). Rencanakan gambar potoflgan melinrang jalan dengan skala horisontal 1:100 dan skala vertikal 1:10. Gambar potongan melintang dibuat unruk setiap

titik

Sta.

3). Potongan melintang jalan beserta alinyemen horisontal, serra alinyemen vertikal, digunakan untuk menghitung volume galtan, timbunan, dan pemindahzn mateial gahzn dan timbunan. 6.1.5.4. Pemilihan Alinyemen yang

PENTYAJIAN RANCANGAN GEOMETRTK

Bagm-bagzLn per^nclrlgln yang disaiikan, meliputi : a) Gambar alinyemen horisontal ialan, ymg digambar pada peta topografi berkontur PamPfu an 24) b) Gambar alinyemen vertikal ialan Q-ampkzt24) c) Diagram superelevasi {'mpitan, 24). d) Gambar potongan melintang ialan untuk setiap titik Stasion. E Diagram pekerjaan tanah (mass diagram), dan 0 Bagm-bzgSmizlan yang dianggap perlu. Pada Lampkzn 24 d*n 25 dapat dilihat penyaiian alinyemen horisontal,. penyaiizn alinyemen vertikal dan penyaiian beberapa potongan melintang.

6.2.

PEKERJAAN GALIAN DAN TIMBUNAN

Optimal

6.2.1. PERHITUNGAN PENAMPANG TANAH. 1). Perancangan untuk beberapa alternaif, berruiuan mencari alinyemen ialan yangpaling efisien, yaitu alinyemen dengan kriteria sebagai berikut : a). Alinyemen terpendek. b). Semua kriteria perencanz n harus dipenuhi. Jika tidak ada altetnattf alinyemen y^r7g memenuhi perenczinaan, maka kriteria petenc ta n harus diubah. c). Alinyemen yang dipilih, memiliki pekerjaan tanah yang paling sedikit, atau paling murah(Bab 6.2). Yang dimaksud pekerjaarn tzinah disini adalah, meliputi volume gahm, volume timbunan dan volume perpindahan serta pengoperasian tznah gakan dan timbunan.

Metoda untuk mencari luas penampang galian/timbunan pada setiap Stasion, dapat dilakukan dengan cara: a). Untuk penamPang yang tidak beraturan, luas penampang dicari dengan menggunakan alzt planimeter, atau dengan cara sederhana,

menggambarkan PenamPang paLdz kertas milimeter-blok, kemudian hitung kumulatif kotak yang tercakup area penamPang, kemudian kalikan dengan skala gambar (Gbr.6.1-).

4 r7E

KONSTRUKIiIJAI,AN

BUKU r

:

GEoMETRIK

'IAI^AN

l}osedurt don Longho&-0ongko[ pe,toneongon

r7e

6.2.2. PERI{ITUNGAN VOLUME TANAH. Perhitungan volume tanah padapekerjaan galian dan timbunan,

lotmj Luos:C(b+Srcl,dimono

S:m/C: : kernlrlngon

lriasa dilakukan dengan metoda Double End Areas (I-uas ujung rangkap), yaitu dengan mengambil rzta-ra;ta luas kedua ujung peoampang dari Sta.1 tlan Sta.2, kemudian dikalikan jarak kedua Stasion(Gbr.6.2.) Ini dilakukan rrntuk semua titik stasion yang berada pada rarncangarn trase jalan.

Volume = (A,

Gbr.6.1. Menghirung luas penampang

b). Untuk penampang yang beraturan, gunakan rumus planimetri

+ Ar)/2 xiaruk (n u).

I)apat juga dilakukan dengan menggunakan Forynula

biasa. (Gbr.6.1b).

Volume rlimana

......(6.1.)

Piwa

A1+4M+,.\2

xiarak ( rn') .

.....(6.2.)

A, = luas penampang di Sta.1 A, = luas penampang di Sta.2 M = luas penampang dipertengahzniaruk Sta.1 dan Sta.2.

Untuk mencari volume galian pada penampang berupa

lengkungan, akukan perhitungan luas ujung, diantara izrak l, sebagaiman a paida Gbr.6.3 Untuk perhitungan timbunan, lakukan dengan caru yung sama seperti

I

Gbr.6.2. Metoda luas uiung

untuk timbunan.

6.2.3. DIAGRAM MASSA.

beIol

gd[qn

Gbr. 6.3. Metoda Perhitungan Volume tanah pada I-engkungan

Diagram massa (Lfiass diagmn), adalah kurva yang penggambxan pemindahan anah (baul1, pada suatu penampaog melinang, dittas atau dibawah profil jalan, mulai dari suatu stasion tertentu sampai stasion berikutnya (ihat Gbr.6.4).

sit

KONSTRTII{,SI JAI,AN

BUKU r

:

GEOMETRIKJAI-q,N

PLose.dut

i

lr

r

n t ongboft - 0oitgbofi

Pe-rtoroe.nrognn

diapgam massa, akan merupakan puncak lengkungan; sebalikn,va titik e (profil) yang merupakan peralihan timbunan ke galian ) pada

diagram massa berkorelasi dengan titik terendah Il. Bila kita perhatikan gambar profil posisi titik b dan e adalah pada kcduclukan garis kelandaian.

-

perbedaan tinggi antara dua posisi garis vertikal pada diagram massa (misalnya FF'* GG) adalah jumlah volume tanah yang clipindahkan.

-

afitara dua stasion sembarang, seperti "X-C" pada cliagram massa akan merupakan garis keseimbangan (balance-line), yattu galian dan timbunan pada gambar profil akan memberikan harga Yang sama. pada lengkungan cembung pada diagram, menuniukkan 'haul' maiu pada profil dan lengkungan cekung merupakan 'haul'mundur.

-

Tabel6.1. Kuantitas Galian dan Timbunan STASION

v()t.ul\{H, Tfi( )Rl'l'lS

GALIAN

(mt)

TIMBUNAN

'l'tIlUtrNAN DITAN'{I]ATI SUSLJT (15(/o)

ORDINAT DIAGR,\N,I NIASST\

STASION

0 1

Gbr. 6.4. Diagram Massa Pada absis ditempatkan posisi stasion, dan pada ordinat adalah volume tanzh. Skala absis diagam massa (Gbr.6.4 bawah), dibuat sama dengan skala horisontal profil memaniang ialan.

Sebelum menggambar diagram massa, lebih mudah jika dibuat dulu kuantitas galian (+), dan timbunan Q, (ihat Tabel 6.1.) Skala dari ordinat disesuaikan dengan volume tanah dalam m3, misal 1 cm = 100 m3. Untuk diketahui : - ordinat tiap titik pada dtagram massa, adalah menyatakan jumlah volume gahan / imbunan dititik tersebut. - lengkungan o-a-b (gambar profil) adalah galian, diindikasikan sebagai lengkung naik O-A-B (pada gambar diagram massa), sebaliknya lengkung b-c-d-e (profil) adalah timbunan, dikorelasikan ke B-C-D-E, (massa) sebagai lengkung turun. Demikian pula galian c-f-g-h ) lengkung naik E-F-G-H. ritik h (profil), adalahperalihan dari galian ke timbunan ) pada

t)

2

+182

+182

+18

+260

3

-84

4

-123

5

6

-97

+.1 (r3

141,

+22

-107

-123

-101

-92

-106

-2{)1

7

+64

t43

B

+251

+108

9

+332

+440

10

+287

+727

11

+76

+u03

6.2.4. PEMINDAI{AN TANAH (haulfuaerbaul). Dengan menggunakan diagram massa pekeriaan tan:th, tlirttrttt;t cfisiensi akan tefc pai bilamana volume galtan hampir sittttlt tlt'ttl1:ttl r,olume timbunan.

ry K()NS'I'IiUKSIJALAII

ra2

BUKUI:

Ini dapat didekati dengan : ) Bilamana XC adalah dianggap sebagi ixakfree haul (idakadabizya tambahan untuk mengangkut tanah dari X ke C), katakan pzniangnyz 200 m, maka kita berusaha untuk mendapatkan paniang yang sama di posisi lain, agar mendapatkan pedakuan y^ng sama. Volume tanah yang zkan dipindah, dinyatakan dalam ordinat BB' ) Seperti disebutkan diatas, identik dengan XC, volume tanah diatas oD adalah dalam keadaan seimbang (galian=timb"t"')' Padahal dalam areal ini adzbagpan XC yang merupakan free-haul. Jadtbag1an OD dan XC yang dinyatakan dengan ordinat B'B" harus ^ntzra dan ditimbun dibagian CD. Inilzh yang disebut overhaul. diangkut dan CC'D Jarak overhaul adalah iarak anrarz titik-titik berat dari OXX' volume dengan dinyatakan dalam stasion. Jarak overhaul dikalikan dinamakan overhaul-volume-stasion. Seandainya M adalah titik berat OXX' dan overhaul M'N'- XC.

Maka overhaul-volume-stasion

N titik berat CC'D, iarak

= XX'O{'NLXC)

atau CC'O{'N'

xc).

-

Makin banyak lengkungan berpotongan dengan absis, makin kecil overhaul-volume-stasion, makin ekonomis pemindahan tanah. Dengan membuat beberapa ilternaaf route diagram massa, akan didapatkan trase yang Paling optimal, dari tiniauan pekeriaan tanah.

6.3.

PEDOMAN RANCANGAN.

haras dihindarkan.

Demikian fuga pemak-aian tikungan yang tajam diuiung tangen yang paniang, karena biasanya pengendara meningkatkan sehingga kalau

menyesuaikan kecePatannYa. d). Pada stdut-stdat tiktngan lang kecil, sering tetjadi panjang lengkangan

tidak cuk*p paltJdtt& meskipun sudah memenubi gtarat'

Sebaiknya untuk tikungan dengan sudut pusat + 5", paniang lengkung yang bersangkutan dibuat paling sedikit 150 meter, dan untuk setiap- penurunan sebesar 1", ditambah dengan 25 meter. sebalikrrya usabakan agnr tikangan tidak terlala panjarg mtak nengbindarkan pengemudi terlalu

nemungkinkan alinlenen boisontal dibuat seluras mungkin, untuk mendapatkan jam k lang sependt k'pende krya.

Bik

topografi

setempat. miniruun pada alinltemen dengan smtu kecepatan rcncafid turtentu, sedapat mungkfu dibindarkan l)imasa yang arkm dttang sulit di-upgrade.

1ai-jai

kna

ruengltadapi tikttngan'

Paniang tikungan sebaiknya dibatasi 1 km. diasabakan agar kedta Q. Pada rikungan dmgan lengkung gmfu, hants hrgkougyoug berdekatan, tidak ne@t'tryai jaiiai yng sangat berbeda'

Cukup baik lika diambil RrS 1,5 R2.

fl. Tikmganyng berbalik dmgan mendadak barus dibindarkan' S*gr. b..Lrhry" karena pengemudi tidak akan dapat bertahan

g).

Hal ini tidak selalu memungkinkan, karena faktor'

pada bagian yang lurus atau tumpul, diberikan mendadak, pengendara tidak dapat

L..prirtt kendaraannyapadz

idan seperti itu.

HORISONTAL.

b). Pmgganaan tiktngan dmgan

c). Pentbahan bosr* alinlemen dmgan tikunganJik''tfigafi Jdng tunful kebagian bagian drug* tikungan-tikilngan Jang tqiam secara mendadak

terui berada pada jalumya, dan sukar melaksanakan kemiringan

6.3.I. PEDOMAN RANCANGAN ALINYEMEN a).

tlt

hosedur don LongboL-0,aqbofi Pettortcorgott

GEOMETRIKJAI-AN

Tangen pendek diantara

dua btab tikangan lang searah (brohcn'

bach) sedapat mungkin dibindmkan. Disamping berbahaya, iuga tidak memberikan bentuk yang baik' Buat panjang tangen lebih besar dari 500 meter.

ru

* rrt

I

h()\s't'ttlrl(sl

JAI^{.N

BTIKU T

:

GEOMETRIKJAI-AN

lit,rlriun,lon

I8r

Longhofl,-0orgko[ P€roncorgor

6.3.2. PEDOMAN RANCANGAN ALII{TEMEN VERTIKAL. GRADE

baiklika dibuat derugan garis landailang rtertbeikan perubaban landai lang berangsur-dngsar sedemikian binga d ap a t s e b a ry a k- b a n1 a kryt a m e ngi ka ti te re i n 1 a ng a d a.

T

O ?.

a). Aliryemen aertikal akaru lebib

A ti nly e m e n ) e rti k a t s el n i s l ang di s e b u t hidden-dip (a li ny e m e n ue rti ka l -yarg datar dan lurus, yng didalannla menS4andang sebagian keci/ yng b).

e

lto*rog) haras dibindarkan. Kurang baik dari estetika, dan berbahaya, karena umumnya pengemudi kurang dapat meyakini apakah ada attu tidak kendaran lain dari arah yang bedawanan, karena tedindung dibagian lengkungan vertikal yang melengkung, sedang pada bagan datar, beralta rangkaian beberapa

sebelum lengkung tersebut, kendaraan berlalan dengan kecepatan yang tinggi, bahkan melebihi kecepatan rencana. c). Pada landai dengan penilrunan ltang besar atau panjang dianlarkan wntuk segera diikati dengan pendakian, antuk dapat segera mengarangi kercpatan kendaram truck atau

bisyng seing terlalu

Gbt. 6.5. Kelandaian

07o.

+

100 meter, ir dari saluran samping dapat dibuang keluar, dimana untuk menghindari pembuatan saluran

Jika setiap jarak

samping tedalu dalam.

cepat.

d). Aliryeruen dengan lengkung-leflgkang uertikal searab, _yang berturztan dengan tangen antara lang pendek atau biasa disebil hrohen-back

grade-linc,

sedapat nungkin dihindai, lebib-lebih kgi lengkang aertikal cekung, karena menbeikan pandanganlang kurang baik.

e). Pada aliryemen dengan landai pdnlaflg Jdng nefleras, lebib baik menem]>atkan landai lang tercuram pada bagian pernu/aan landai, selanlutnla diikuti d.engan landai-landai yng lebib kecil, atau neryisipkan landaiyrg lebib besar pada landaiyng mefletas tersebut.

6.3.3. PEDOMAN PENETAPAN KEMIRINGAN/ KEI.ANDAIAN JALAN

POT. MEMANJANG.

_-- _ .: ! [;"=t::----::-=-j_-_i.-il:- _-_.. __-=\f-4-f,l;__-_{n:+v I \sALuRANsaMPtNe 1

-^.

Kelandaian boleh 0%. Jika tidak perlu saluran samping seperti: badanjalan pada Timltunun.

daerah

t

MAKS. IOO

Gbr.6.6. Kelandaian 100m

0%o

M

I

ERDALAM

r,rar<s.

roo

M.

untuk saluran melintang pcr-

I

TAO

KONSTNUKSIJAI,AN

BUKUT: GEOMETRIKJAIAN

Prosedur

dor LatgEo[-0,argko0. Pelorcorgok

-

saluran pasangan batu saluran beton.

2.

Badan Jalan pada daerab Gaban

saluran tanah

roa MEMANJAIg

Gbt.6.7. Kelandaian

b.

*

OW

Kelandaian tidak boleh 07o Gbr. 6.9. BadanJalan pada daerah galian

-

6.3.4.

l.

Dianjurkan minimum 0,5oh ,jlka: . ialan tersebut memerlukan saluran samping yang cukup panjang > 100 meter, seperti pada daerah galtan.

Perhatikan:

PENAMPANG MELINTANG JAr-AN

-

kemiringan talud tinggi talud saluran samping diperkeras atau tidak.

Badan Jalan pada daerah datar

3.

Badan Jahn terdiri

dai

tanab timbnan

q.

*r.-A..t{re* Gbr.6.8. Badan Jdan didaerah datat.

Gbr. 6.10. BadanJalan dari batran Timbunan

!t,

{ KONSTRI}KSIJAI,AN

BUKUl

:

GEOMETRIKJAT.AN

Plosedurt dnn Lorngko&-0ongkoL Peroncongon

Pethatikan: - kemiringan tebing - kapan dipedukan saluran samping - pcngalanan tebing terhadap longsoran.

4.

Badan Jalan didaerah nbing

a.

Pada bagian lurus:

. Kemiringan melintang dibuat kearah tebing, yang lebih tinggi

b.

Padabagzntikungan

. Dengan tdanya superelevasi, miring melintang jalan harus dibuat ke arah jurang.

Gbr.6.11b. Kemiringan melintang pada bagian tikungan

5.

Badan Jalan pada bagian galian dan timbanan

o. BENTUK YANG DIANJURKAN

Gbr.6. 11a. Kemiringan melintan g, p ada bagian lurus.

DTHINOARI

Maka perlu parit pengaman untuk pengthrm/penampungan air permukaan, dan dialirkan padr daerah y^ng aman.

Gbr.6.l2. Badan ialan dibagian tebing dengan gdi dan timbun

B4\B ? BqFAKE=OUqF GEOUffiqtrRUES S4\LC\H ED ab ini tebih banyak diperuntukkan untuk ptr pelaksana ED dilapangan, yang bertanggung jawab untuk melaksanakan survai \t'c:irl umum, melakukan pemetaan dan plotting rzrrcangtc geometrik relecunl ^s dzn jaltn,yangdijabarkan damaiz kedalam damiia', batas-batas ruang

,lilapangan secara khusus, untuk mendapatkan'rincikan sumbu 1;rlan,

,l:rwasja.

Pematokan atau stake-out adalah plotting titik-titik penting, dari yiambar runclng l geometrik ialan, hasil perencztraatt ke lokasi nyata tlilapangan.

l)alam hal ini, akan meliputi pematokan lintasan lurus, pematokan rencana sumbu x iilxt, pematokan tangen, pematokan lengkung horisontal dan rcmatokan lengkung vertikal. 1

7.1. PEMATOKAI{ LINTASAN

LURUS.

Pematokan lintasan lurus untuk idan raya', aidilah pematokan lragian tangen atau garis lurus yang menghubungkan ant^r dua titik PI (point of intersection). Pematokan ini dilakukan setiap iarak 50,0 m, ,lcngan pemasangan tonggak BM @ench Mark) ptdz iank maksimal sctiap 500,0 m. Scbelum melakukan pematokan tangen, maka sebelumnya harus .litentukan station awal lebih dahulu, sebagai awal rencana dzrt sumbu ;:tlan.

rta

I9I

KONSTR,fIKSIJAI,AN

BUKU

1

:

GEOMETRIK.IAI-AN

StoEe-oul Geonettih Jo0,or

Pematokan suatu titik dilapangan. Untuk menentukan titik atau station awal, minimal dipedukan dua tonggak BM yang ditetapkan dilapangan dengan koordinat y^ng diketahui. Pada saat pembuatan peta dasar perencanaan harus ditanam 2 (dua) tonggak BM pada awal sumbu rencana jalan dengan posisi koordinatnya diukur dan dihitung dilapangan. Misalkan Sta. 0+000 mempunyai koordinat (xo, yo), yang didapat dari peta dasar pere ttczfleLan secara grafis. Posisi ini akan dicari kedudukannya dilapangan, dcngan titik rcfcrcnsi BM -A ( ro,yo ) dan BM -

B(*o,yr).

Caranya aclalah clapat cliukur dari posisi BM I atau BM 2, tergantung situasi dilapangan, namun sebaiknya dua kali saja yaitu dari posisi tsM 1 dan BM 2, agar hasil yang didapatkan dari titik yang satu, dapat di cek atau dikoreksi dari posisi titik lainnya.

r).

1).

Mematok STA. 0+000 dari titik BM -A Sebelum melakukan pematokan, tedebih dahulu menghitung besaran-bes y^ngdipedukan untuk ^r^n pematokan, adalah sebagai berikut:

Hitung azimuthf sudut iurusan garis (AB ) --: oou , dengan

Gbr.7.1.. Pematokan Stasion Awal

3).

Hitung sudut 'o(

Xe-Xa tB fl,re = YB

didapat

2).

-

Y,\

flAB =

4).

0

Hitung sudut jurusan garis ( A0 )

=

:

a^n, dengan

:

nAo

-

=

Y,r

d,ts-d,{o

=

Yo

d,u Yo

didapat

= sudut ( 0AB ):

Hitung iarak (A0 ) = do,, Xo-Xa ltau do, = a^, sin

Xo-Xn tB 0,lo

o(

:

- Y.t

= cos

o(Ao

I'X

KONI{TRUI(IiIJAI,AN

dao

5).

:

GEOMETRIKJAI,AN

2.

o

5.

anx iltttersebut. Arahkan alat ukur tersebut ketitik BM-B, misalkan bacmn lingkaran horisontalnya = 1,. Kemudian putar alat ukur searah iarum iam, sehingga brczzn lingkaran horisontalnya = 11 +

dr, =

duo

Ukurkan jarak sepanjang d^o ,\angsearah dengan garis bidik teropong pada a 3. Dengan demikian letak titik STA. 0 + 000 dapat dipatok.

5).

---+

o

1.

a

2.

o

3.

a

4.

o

5.

CBA,

dengan:

Xa-Xs

Bdsa= didaPat

2)-

ctsA

Ya-Ys

..' ...."

Hitung sudut iurusan gans ( B0 ) -+

tg

didapat

3).

=.

crno

dgo

crB,

^tal_

{ (*o- *u)' - (yn-yu)'

Lakukan cara pematokan sebagai berikut

:

Lrtakkan alat ukur sudut diatas titik BM -B dan zt:ur al^t tersebut. Arahkan alat ukur tersebut ketitik BM -4, misalkan bacaan lingkaran horisontalnya = lz. Kemudian putar alat ukur seatah )arum jam, sehinga bacaan lingkaran horisontalnya = lr+p Ukurkan jarak sepaniang d"o , y^t'tg searah dengan garis bidik teropong pada a 3. Dengan demikian letak titik STA. 0 + 000 dapat dipatok.

Bandingkan hasil i) dan ii), harus sama; jika tidak lakukan koreksi pembacaan kembali.

dengan:

&-xn

7.2.

Yo-Yn

Pematokan sumbu as ialan teflcznz, terdiri dari pematokan tangefl, atau garis lurus yang menghubungkan antan dua titik PI, atau titik awal clcngan titik PI. Pematokan pada lengkungan, dimana lengkungan juga tcrmasuk sumbu rencana ialan, akan dibahas di Bab 7.6.

PEMATOKAN SUMBU RENCANA AS JAr-AN.

=

=.

..' ...."

Hitung sudut p (sudut 0BA):

P-

c*,

--]-:---1'-

=

atur

cr'n

cos

(360"-c)

Hitung azimuth/sudut jurusan garis @A)

-1--I:sin

Mematok STA. 0+0q0 dari titik BM -B

1).

Hitungjarak (B0)=duo dr, =

a

4.

ti,l

Jo0ol

berikut:

1. ktalkan alat ukur sudut d.iaras titik BM-A dan

a

GeonetrtiP

4).

o

3.

Sto[e-out

(yo-y^).'

={(*o-"J'-

Lakukan czra,pem tokan sebagai

o

ii).

BUKUT

Ero-cs,\

Sebelum dilakukan pematokan iarak setiap 50,0 m pada tangen, tcrlebih dahulu menetapkan arah dan tangen tetsebut dilapangan. Caranya adala,h sebagai berikut :

r I95 KONSTRI1KSIJAI,AN

BUKU

T:

GEOMETRIKJALAN

Stohe-out Geonp-ttih . Ia0nn

Hitung jarak PI, = do, Xt-Xo t_ dor = ----------- Ztau

4).

sin

oco,

Yr-Yo do,

=

ztatJ

cos

ctol

do,=ffi 5).

Gbt.1 .2. Pematokan Sumbu Rencana Jalan 1).

Hitung azimuthf sudut iurusan garis (08 )

*

Xs-Xo

didapat

2).

cr0u

fioB

Ys-Io 0rn

Hitung sudut furusan garis ( 0 1) -+ co,, dengan

Xr-Xo

didapat 3).

a

2.

o

3.

a

4.

o

5.

=

=

tB cor

1.

*ur,

dengan: tg

o

=

cq, =

Yr-Yo 0r

Hitung sudut 1 = sudut @I,0B): Y= flog - &or

:

7.3.

Lakukan cara pemztokan sebagai berikut

:

Letakkan alat ukur sudut diatas ritik STA 0+000 dan atur alat tersebut. Arahkan alat ukur tersebut ketitik B,dan baca Iingkaran horisontalnya, misalkan= lu. Kemudian putar alat ukur searah jarum jam, sehingga bacaan lingkaran horisontalnya = \+

(360"-y)

Ukurkan jarak setiap 50,0 m, yang searah dengan

311"8'*::T?fi

.*.ffi l#Ti,':Tj,::"',r:::-

Setelah ritik PI1 dipatok, maka titik pI, juga dapat dipatok dengan data-data hitungan u*ata:udari data lengkungan (A).

CARA PENGUKURAN JARAK DAN PEMBUATAN

TANGEN DI LAPANGAN. 7.3.1. PENGUKURAN

JARATC

Cara pengukuran jarak dengan pita ukuf, tergantung.pada sitrrasi rrrt.rlrrrr yang ada. Ada beberapa cara, yaitu:

Ig7 KONSTBUKSIJAI,AII

BUKUr: GEOMETRIKJAU,N

Stobe-out e pa nettrb J aLov,

tea

a). Diletakkan langsung diatas tanah

Gbr. 7.3. Pengukuran Jarak L

f

I I

:

a) Du tiril A dil B diutu rafula ttrBsbgdiab lM. di&Fr *h* r, dinE. ta&r.hraddiring. BilsFmut an hoah s@ A dM B miring drp(rltu sudu k€mirinFn dcnsan can tungukur bcda tinEime lilik-ritk yanS didu jrEknya

b) Jarak yang diutur adalah i =

iaBt mirinS, yang

diperlukm adalah jank

mndlh

Diulu $dut

B

alat

(cilmmh).

Mata

Sudut B dib.ca

&tr&n

D.

ulur sudut veniLt

j.ml mndak

D=

I

cc

R.

darirlinoffirer.

l**>

it

Gbt.l .4. Menggunakan unting-unting c). Cm m.nSuku jeak tusan menqtsi korcksi. Kocksi k€miringu= x.

,ml ym8 diutu

jaEk minng

I

dnsi ritik A dan B = hJarat yeg diFrlut& adaian i.mt dar D. l& Beda

dari

SCdidaPt

. dei

pba

?=

il+rtz

rerlihat: D

= ( Lx),

orh

P=( l-x)2+h2 I

Karena x kecil, makax2f 2lkecil sekali, sehingga dapat diabaikan. Jadi : hz

= -- = koreksi kemiringan 2t

Jarakmendatar b). Jarak mendatar

D=l - ! 2t

diukur langsung dengan memakai unting-unting.

(lrrranya adalah sebagai berikut:

:.:::0"*"

P=P-ztx**2+62,6*^ x= x4zt+t4zt

X

A dan B berdekatan. Gbr.7.4.b. Pengukuran bilz iatak A dan B beriauhan, yaitu dilakukan sebagian-sebagian. Jadi iarak datar D - d, * d2 + d3 i d+ * d. Pada Gbr.7.4.a. cara pengukuran bilamana iarak titik

7.3.2. PEMBUATAN TANGEN DI LAPANGAN. Setelah letak titik awalt, xahdan panjang tangen diketahui, makn pada prinsipnya, pembuatan tangen dilapangan tlapat dilaksanakan scbagai

berikut:

IE9 KONSI'RIIKSIJAI,A]\I

BUKU

T

:

GEOMETRIKJAI-AN

Stobe-out Geoh{etlib Jo0or

Misalkan alat ukur sudut dititik TC ( lihat Gbr.7.6 ). Arahkan teropong ke titik PI; baca lingkaran horisontalnya, misalnya k' putar teropong searah )arum iam, dan Lihat bacaan lingkaran horisontalnya sampai menuniukkan angka k + 90", maka garis TC - PI akan saling tegak lurus dengan TC - O.

Sta.0+00

Gbr.7.5. Pembuatan tairgen.

Misalkan titik Sta.0+000 telah diketahui letaknya dilapangan, dengan arah tangen diketahui pula. maka pemasangan patok setiap 50,0 m pada garis tangen adilah sebagai berikut: - Tegakkzn alat ukur sudut pada titik Sta.0*000, buat arah u, (arah tangen tersebut) dan rentangkan pita ukur,ukur 50,0 m, kemudian dipasang patok ka1'u yang merupakan titik Sta.0*050, demikian seterusnya sampai posisi yang dikehendaki (misalnya 0+250).

-

7.4.

Gbr. 7.6. Menggunakan theodolit

7.4.2. MENGGUNAKAN PRISMA. Bisa digunakan salah satu dari dua macam alat prisma, yaitu: a). Cermin sudut. b). Prisma segitiga.

Kemudian pindahkan alat ukur sudut di Sta.0+250, arahkan ketitik Sta.0*000, putar reropong dalam keadaan luar biasa, ukur jarak 50 m, pasang patok pada Sta. 0+300, demikian seterusnya sampai ketitik PI.

CARA PEMBUATAN GARIS SALING TEGAK LURUS

DI LAPANGAN. Ada beberapa c^r^ pembuatan garis saling tegaklrtrus dilapangan, diantzrany a dengan menggunak an alat- alat s ebagai beriku t : a). Dengan menggunakan alat ukur sudut (theodolit). b). Dengan menggunakan prisma dan. c). Dengan menggunakan pita ukur.

7.4.7. MENGGUNAKAN AI.AT UKUR SUDUT.

Gbr.7.7a.Cermin sudut

Gbr.7.7b.Prisma Segit igrt

f 2Ot

KONSTnUKSIJALAII

BUKU T

:

a). Prinsip dengan menggunakan cerrnin sudut,

GEOMETRIKJAI-AN

,4,

StoEP.oul ( )coxcltrI Jo[,on

adalah:

Petugas berdiri diposisi P dengan memegang cermin sudut, arahkan ke titik Q, maka pada cermin tersebut akan terlihat bryangan titik A atau B, bila dipasang jalon.. Artinya garis pe akan tegak lurus AB.

Itt

^J--. Gbt.l

.7

*

Y

Gbt.7.8a. Cara pita ukut 0)

r__I

B

c. Menggunakan cermin sudut

Gbr.7.7d.

,.**rr*""

Cxa, Q)

pnsma

segitiga.

b).

Prinsip menggunakan prisma segl tlga:

7.4.3. DENGAN MENGGUNAKAN PITA UKUR. untuk membuat garis tegaklurus, diantar^rry?z :

Dengan mengukur iarak-ixak dimana perbandingan pR: = 3 : 4: 5. maka gris PQ akan tegak lurus PR.

7.5.

MENGATASI MASAI-AH RINTANiAN DI I-APANIGAI{. Pekerjaan pematokan tangen seperti diielaskan pada Bab 7.3. l.Jid* selamanya dilaksanakan dengan cara biasa. Bisa saia terfadi situasi dilapangan yang tidak memungkinkan carabnst tersebug misalnya

rdrnyz rintangan yang menghalangi pengukuran c

Bila menggunakan pita ukur, banyak cara yang dapat dilakukan

(l)

:

Dengan membuat jarak PA = PB, kemudian dari A dan B dibuat izr:zk-iar:aikAQ = BQ. Maka PerPotongan AQ dan BQ adalah titik Q, dimana PQ tegaklurus AB.

Sama dengan cermin sudut, kecuali pembuatan sudut 90" hanya dapat dilakukan terhadap satu jurusan titik saja. Petugas berdiri di P arahkan prisma k Q, maka akan terlihat bayatgan titik A, dimana AP tegak lurus PQ.

Cara

br.7.8b. Carupita ukur (2)

pe :eR

r

tersebut. Banyak rinangan yang terjadi, diaintarmya aidila;h: - terhalang oleh bangunan atau sungai kecil. - terhalang beberapa massa bangunan. - terhalang i*-g atau sungai besar/danau. posisi leak PI tidak bisa ditempati alat ukur'

7.5.I. BILI\TERHAI.ANG OLEH

SUATU BANGI.'NAN ETEU

SUNGAI KECIL

Ada,4 ( empat cara ) untuk mengatasinya, yaitu:

biasa

2O:I KONS'IRIIKSIJAI,AN

BUKU

1

:

GEOMETRIKJAI-AN

a). Dengan membuat empat kali sudut 90"(Gbr.7.9a).

Stobe-oui Geomctli[

.

2l|,4

Ju0.un

c). Dengan cara membuat segitiga sama kaki (Gbr.7.9c)

CD = DE. CE 2 CD cos c[ = zDE cos ct. = Jarak Pada Gambar7.9c. jarak

d). Dengan cara membuat segitiga siku-siku. fClr.Z.qal

Gbr.7.9.d Jarak CE

= CD

tan a",

CE = D,h, / sin a.

CE,=@ c)

Gbr.7.9. Pengukuran bila terhalang rintangan

Pada gamb

ar7.9a.jarak CD = EF dan jarak CF = DE

b). Dengan cara membuat segitiga sama sisi (gbr. 7.9b) Pada gambar7.9b. iarak

BD = BC = CD.

7.5.2. BILA BAI{YAK RINTANGAN DI I.APANGAN. Cara pembuatan tangen adalah sebagai berikut: a). Dengan cara membuat segitiga sebangun

2O5 KONSTBT]KSIJALAN

BUKU r

:

GEOMETRIKJAI"A,N

2(16

StoEe-out Geo,'tetriE Joton

7.5.3. BII.A RINTANGAN BERUPAJURANG ATAU SUNGAI BESAR/DANIAU. a). f)engan cara membuat segitiga siku-siku.

Gbt. 7.10a. Membuat segitiga sebangun xr

=

BC/BIr

( xo

);

sin

Jarak BG

xz

BE/BF

C[

= ---------------. (sinc-

Pada

= BD/BF ( *n); xr=

(

"o

).

x4.

180")

gambarT.l}a.Jarak BC

-

iankDE = x

JankBE = iarak CD b). Dengan cara membuat gads seiajx ialur/tangen

Gbt. 7.11a. Cara segitiga siku-siku-

Jarak

t2

Gbr.7.10b. Membuat gans / Jarak BC -Jamk DE = x. Jarak BE =Jarak CD

/

ialrur

BD = BC

tg.Y

:2O7 KONSTITTIKSIJAI,AN

BUKUI: GEOMETRIKJAIAN

Stnhp--out Gponetrih J<.r0olt

c). Dengan cara scgitiga sembarang.

Gbr.7.11d. Segitiga sembarang.

ACr=nli'/+li(.' Gbr. 7.11b. sama dengan diatas

dimana:

Jank AC= AB cos

BC=AC

sin

b). Dengan cara segitiga sama sisi. Jaruk

AC = Jank

{g =Jarak BC

cr

yat {C = AB'+

[

AC,I

L

cr

sin p_l

sina.

sinp

rntkaAd arp^t dihitung. Yang cliukur rr, p dr.t AB.

d). Dengan cara scgitiga sebangun. Gbr. 7.11.c . Cara segitiga sama sisi.

2 Al]. l|(. t:os p

I

_l

sln ct - 2 AB. AC ---------- cos p sin p

2OS I(ONSTRUKSIJAI.A]\I

BUKU

r: GEOMETRIKJAI-AN

2to

Stoke_out Geonerrih.logrrn

7.5.4. BII.A LETAK PI TERGANGGU/TIDAK DAPAT DITEMPATI AI-AT UKUR SUDUT. Dalam hal mengukur sudut di PI, bila letak PI terganggu, dapat dilaksanakan sebagai berikut:

Gbt.7.11.e. Cara segitiga sebangun Yang diukur jarak-iankAc, CE, ED,

DE Maka jarakAB = AC.

a

dan 1800

DE

-

---- atau AB = CB. ----EC CD

e). Dengan cara segitiga sama sebangun.

a.

Gbt.7.l2. Mengatasi bila PI terganggu. titik B, pada tangen 2 titik C Maka untuk mendapatkan sudut,A di PI , dapat dihitung mengatur sudut-sudut di titik B dan C , yaitu p dan 1. Jadi A=9+y. Pada garis tangen 1 tedetak

dengan

7.6. PEMATOKANLENGKUNGHORISONTAL. Pematokan pada lengkung horisontal disesuaikan dengan bentuk lengkungan, yaitu: (1) hngkartn dan (2) spiral.

Maka iartk AB = DE,

7.6.T. PEMATOKAN I.ENGKUNG BENTUKLINGKARAN. Pematokan lengkung hogkaran dimulai dari titik TC,

dapat

dilakukan dengan salah satu dari 5 ( Iima ) cara berikut:

1). Gbr. 7.11f. Cara segitiga sama sebangun.

Cata dengan selisih busur yang sama paniang dari titik

T', '

2l I

K()Ns'l'BIIKSIJTII'AN

BUKU r

:

Stult(, ()ut ( )r, Br lrrl . )rllrln

GEOMETRIKJAI-AN

s 360" g=

180

',.s

R.2R. n = CT pada koordinat sumbu PI), dengan garis yang tegak lurus pada (IC-O)

"'

Koordinat tlflk 1,2,3,4, garis tangen CIC adalah s ebagai

Untuk titik

b

-

erikut:

1 i

=

Xr

yt =

\

sin 9.

I

2\

----

sin2

- &- \

cos 29

-

cosg

2

Untuk titik 2 1 xz= *. .t.

yz= 2R.

'*;,^

sin2

----

R.

-\

2

Untuk tiuk

3 I

Xr

= R. sin 39' 39

Yz= 2R' tio'---2

Untuk titik

4 i

x+

=

\

sin

4rg'

49

Y+= 2 R"i'' ---2

Untuk titik ke-n Pada lengkungan: Xcr

Gbr.l.73a. Cata dengan selisih busur A. dan Dart datalengkung dapat diketahui R.'

=

Xn

ycr = Yn

= R. sin nq = R. sin At-

-

2 R.

tltt'-l-1- -

R.

-

Rt-cos n'9

2

L''

AC

meter L'/n ' m.ar.^" pr,iir.tg"U',sur yang sama p"tl"tg - s ^ sampai 8 s diambit dimana n adalah Urry^k yu iitltt' 1H^ig" ^fltar^

=2

&;

sin2'

----- = R.(

1

-

cosAc)'

2

dengan 12,5 m)-

diatas : Orr? t.gitigu f.-f -O (ihat Gamb-ar7 '13a)' : maka Panfang-b.rsur s membentuk sudut S,

rnt banyak perhitungan matematis, tapi letak titik-titik/ patok-Patok pada lengkungan teratur'

carz i

t

I

r 2I:} KONSTRUKIiIJALAN

2).

BUKUT: GEOMETRIKJATAN

!,(ttl,r, oui

(,'r,, rxr (rrkt ./o0
8ra

Untuk titik 2

Can dengan selisih absis yang sama panjang dari ritik T., Selisih absis = a Untuk titik 1 : Xr=2 yr = &../r{ r., _ R._ { ( n", _ ). ",, ) ^,

xr=

:

2a

{ ( n"'

= Rc Untuk titik 3: yz

x-,

=

_ xr'

)= &,- {

{ n",

- (2^), }

3a

{ (n'-x.')

yr = Rc Untuk titik n:

= Rr-

{ t R,,' -

Qu)' }

Xcr= Xn=n.a=\sinA.. yc,= yn = &, {(n'-*,,) - R"

{ { &r-(n.a), } = -& .{{R",-fi.sinAJ2

Cara

iti, juga banyak

perhitungannya, dan letak titik-titik pada

lengkungan tidak teratur.

3).

Cara dengan pelpanjangan tali busur dari titik T..

Panjang tali busur

=

a.

a

sin

1/z

g

1/zt! zfc

=

------,

---+

sudut

---+

I

2& aa

sin ----

2Rf

t/z

g dan g dapat dihitung.

= 2 arc sin ----2R{-

Untuk titik 1 :

Xr-2COS72g

yt=asn1./2g Jadi dcngan carzr ini, tirik 1 dapat diukur x, dan y, dengan sudut 90", juga
21:D KONSTEIiKSIJALAN

BUKUl:

GEOMETRIKJATAN

2t0

Slohp.-oui GpomprrtiE Jo0on

4).

Czrz dengan koordinat polar (metoda sudut defleksi)'

Gbt.7.13d. Cata dengan kootdinat polat.

Gbt.7.13c. Cara pelpaniangan talibusur.

a).Dz:.r titik Tc.

Menggunakan carairi,yaitu mengukurkan 5udut -. n9/2 7 Yzg,2g,

1/z

9,9,

Z

dimana

sin

1/z

I - -----2&. a

= paniangtali

busur atau iarak antara titik.

217

KONSTRTIKSIJALAN

BUKU

1

:

GEOMETRIKJAI-AN

S1ohp--out Geo,'tetllP Jo0o(

2ra

A.,

Dapzt pula harga didapatkan dari

a=n

---+

-----g,denganiarak: n

Z

g=2arcsin 2b,

b=2&sing 39

c= 2\sin------

aq

n = 2 R. sin ----AC

n=2& sin------

)

Alat diberdirikan pada titik T. dan

a merupakan jarak

yang

konstan.

Metoda ini cukup efisien untuk lingkaran yangberiari-iai besar, dimana harga a diambil arfi^ra I - 1,2,5 meter. b). Dari titik O.

Alat diberdirikan di titik O, dengan sudut-sudut defleksi g daniaraknya

fu

(Gbr. 7.13.e). A

Sudut g

-

Gbr.7.13e. Metoda sudut defleksi dari titik O

----n s).

Metoda dengan membuat suatu poligon.

Dengan c^r^ poligon, iarak-iarak ^nt^ra titik adalah konstan = a, dan sudut-sudutnya (90" - /, g), (180" - 9).

I 2IO KONSTBIIKSIJAI,AI\I

BUKU r

: GEOMETRIKJAIAN

Can int memungkiflkan menumpuk kesalah^fl, klrefi clr^ mengukurnya dilakukan disetiap titik p^dz busur lengkungan. Untuk memperkecil kesalahan, dilakukan sentering paksaan dzn jarak a diambil sebesar mungkin. Canaint digunakan bila tempat sempit, seperti terowongan niisalnya.

Tr

220

Strtkn oul Orourlrib.Jo0ou

7.6.2. PEMATOKAN I-F'NGKUNG BENTUK SPIRAL. Pematokan lengkungan bentuk spiral, dilakukan dengan salah satu

dri2 1).

) cara berikufi Metoda sudut defleksi.

( dua

Dengan cara sudut defleksi ini, dipedukan data ukuran sudut dan jxak, dtma;na. data tersebut harus dihitung dahulu dari data lengkungan teoritis yaitu L" dan O..

Gbt.7.13f. Cata Poligon.

Gbt.7.14. Cata sudut defleksi

221

I KONSTBfIKSIJAI-trN

BUKU r

:

GEOMETRIKJAT/,N

222

Stoke-out GeonetrtiE Jo0on

Data ukuran sudut, dihitung sebagai berikut: li

ui

-1f3 ( -_- )r.0,_ L"

C", dimana

[4

:

cri

= sudutlentur

\

= sudut defleksi jarak titk TS dengan = titik i.

i

Bila i = SC maka l, = L. dan dimana,

cr,

x6:x

X5

t:iirk,1,2,3,4,5,6

=

I2

t3

2

1,2,3,4,5,6,

= 7/3 0. -

0. =sudutspiral

4

3

C,.

as

4

(")

C, = koreksi spiral = 0,0031

(C"

=-\.

0.3

5

dalam saruan detik)

\ 6

Alat diberdirikan diatas titik rs, kemudian diukurkan

sudut oc, dan jaruk-jarak

2).

4

1,.

Cara absis dan ordinat.

Gbr.7.15. Cara absis dan ordinat

Pada caraabsis dan ordinat, diperlukan adanyadata ukur absis ( x) pada tangen dan ordinat ( X ) pada garis yang tegak lurus tangen

pada setiap titik di tangen. Data- tersebri ,intuk keperluan pematokan, harus dihitung dahulu dali data lengkungan ying ada; misalnya L,, \ dan 0.. Dai data lengkungan yaito L,, R. dan 0. dapat dihitung data ukuran untuk pematokan sebagai berikut: ,). 1 = jank antata titik TS dengan titik-titik I padabusur

i

ii).x, =iarak titik

i' = titik-titik

titik-titik pada busur spiral.

pada garis tangen. LU

4=L-

---- = lrcosc,' 40

spiral.

-

TS ke titik r' padz garis tangen.

dimana c

&'.L,'

= sudut spiral dalam deruix. li

u,-- 1/3 ( ---- )'.0,-C" L.

2'2:I K0NS'I'RIJKIiI

JAI,AN

:

BUKU r

GEOMEI'RIK.IAIAN

L,= panjane spiral. C. = koreksi spiral dalam detik C. = 0,0031 0,3.

Yi=

Dapat saja terladt dilapangan adanya rintangan pada lengkungan

l,'

o"

3

Bila titik

=

.. 6 &.L.

i=

SC , maka l,

|

sin

a,.

=

X,

=

1).

L..

= L, -

____

- L, cos ctc.

40 R.2.L"2

L. O. Yo=Y, =

L,,

= L, sin c..

6&

dimana:

u.= 1/3.

-

C..

-

pI) sudah diketahui, maka:

Berdirikan alat di TS, arahkanke pI. Kemudian ukurkan iarak jaruk x, sehingga didapat titik-titk i'. Dari titik - titik i', dibuat garis_garis yang tegak lurus pada garis tangen, atau dibuat sudut_sudulseblesar 90,,, kemudian diukurkan jarak-jarak y,, sehingga didapai titik-tirik i pada busur spiral.

Btla ada bangunan disekitar as/sumbu.

Seperti pada cara Bab 7.6.1.4. pematokan busur lingkaran, dapat dilakukan sampai titik 3 dari titik TC.

Kemudian alat dipindahkan ketirik 3, arahkan ke titik rc, putar 180" (perpanjangan arah TC- 3), kcmudian buat sudut defleksi yang besarny^ sam,. dengan sudut defleksi dari titik rc, ketitik 3, ditambah g/2,yairu 49/2,maka akan didapat titik 4. Bila titik 5 dan cr masih dapat terlihat dan dtik 3, maka untuk mendapatkan tittik 5 dan TC hanya dengan menambahkan sudut

g/2 0"

Setelah data tersebut dihitung pada setiap titik, maka prosedur pengukuran adalah sebagai berikut: Blda arah garis tangen (dari TS ke

apakah pada busur lengkungan lingkaran ataupun spiral. Pembahasan dibawah irri, dllakukan untuk pematokan busur lingkaran dengan czra polar atau sudut defleksi, bila zda rinrangan berupa bangunan atau massa lainnya. untuk lengkungan spiral tidak dibahas, karcna prinsipnya sama saia.

L"t X6

Stoke-out Gconi.ttih . io0ou

7.6.3. BILAADA RINTANGAN PADA I FNGKUNGAN..

iii). y, = jarak titik 1' padagaris tangen ketitik i pada busur spiral.

l,

I

dan g.

dimana:

sinq/2 =

2&

a = pznjans iuli brsur (iarak antara titik). ft. = jari-iari lingkaran. Secara umum, bila pematokan hanya dapat dilakukan sampai dengan titik i, maka dititik i tersebut, alat dibuat sudut sebesar (i+1) g/2 dengan jarak a, maka akan didapat tirik (i+1). Dan titik CT dapat ditentukan dari tit_ik. TC dengan membuat sudut % Lr, dari arah tangen ( TC - PI ) dan iarakTC ke CT 2 R" sin 1,/z L,r.

;

225 KONSTRTIKSIJ,ILAN

BUKU

T

:

GEOMETRIK.IAI-AN

228

Stoke-oul Geonetilk Jo0on

2).

Bila bangunan tepat pada as/sumbu.

Bila rintangan ternyata tepat pada as sumbu, misal

rintangan tersebut merupakan bangunan yang terletak pada sumbu lingkaran, maka pematokannya hanya titik-titik yang tidak melintasi bangunan tersebut. Pertama-tama dipasang dahulu titik-titik TC, PI dan CT. Kemudian dengan cara sudut defleksi dari titik TC dan CT dipatok titk-titik 7,2,5 dan 6. Sedangkan titik-titik 3 dan 4 tidak pedu dipasang. Jarak antara titik = a meter (5 - 12 meter).. Sedangkan sudutnya sinl/z g = af 2P..

Untuk menggantikan titik 3 dan 4, maka dibuatkan titik P dan Q disisi bangunan, dari TC dan CT dengan iarak TC-P = p, dan iarak CT-Q = q, dimana sudut yang dibentuk di TC dan CT adalah masing-masing a dan p, dimana

:

sinl/z u = p/2R..

sinl/, $ =

Jzdi

3).

Gbr.l.l6a. Rintangan disekitat as ialan Juga titik CT dapat direntukan dari titik PI dengan membuat sudut (180"+AJ dari arah TC daniank Pi ke CT sebesar TC = R. tg1/z L,r...

cr

q/2\.

dan p dapat dihitung.

Bila bangunan terletak pada titik TC atau CT.

Bila bangunan terletak pada titik TC atau CT, maka pematokannya dilakukan dari titik CT atau TC dengan cara sudut defleksi, dan ditambah titik-titik lain disekitar bangunan dan pada garis tangen, untuk menentukan nomor-nomor stasion. Pada Gbr.7.16c. penentuan titik 7,2,3,4 dan 5 ditentukan dari titik CT dengan cara sudut defleksi.

227 KOI\ISTRIIKSIJ,II.IN

BUKU I

:

GEOMETRIK.IATAN

Stobe-out Geoil.etrib Jo0or

22A

Gbr.7.16c. Rintangan disekitat TC

Gbr.7.16b. Rintangan pada sumbu ialan.

Kemudian alat diletakkan dititik 2, anhkan ke CT, buat sudut sebesx P - { 180"'/, (A,, * o ) }, maka akan didapat titk Q, ukur iarak 2-Q , dan setelah titik Q didapat, tentukan titik R dengan iarak QR = 2 p = ( & * \ cos a ) dan sudut 90", karena garis PR dibuat sejajar dengan garis 2-Q. Untuk cheking stationning, maka :

22'D KONS'I'IIUKSI JALIII

BUKU

srA R=srA.2_

d"'

1

:

GEOMETRIKJAT.AN

Stabe-orrt Geortetrik Jo0on

R,,

_i;

(2Q-\.

crt'

sina)

STA R=STA.4

|

+ ("

C" = 57,296"

.,:(

.

C"

7.7.

..'

..ri:1,..) a.

=

&:

- (4Q -\

sina)

57,296o

PEMATOKAN IENGKUNG VERTIKAL.

Sebelum melakukan pematokan lengkung vertikal, lakukan dahulu dst. adalah patok pematokan kelandaian. Misalnya patok L,2,3 . pada as sumbu yang be{arak setiap 50 m.Tinggi titik 1 telah diketahui (Sta.0+000)= t, m. Di titik 1 menurut peta perencanaan harus digali sedalam x meter. Jadi tinggi rencana titik 1 = Tr = tr - X. Rencana kelandaian adalah go/o, dari rencana kelandaian ini, dapat dihitung tinggi rencana titik 2(Sta. 0+050), yaitu: T, = T, + 9/100 x 50 . f)emikian fuga titik 3 (Sta. 0+100), dan selaniutnya untuk titik 3:

Gbr.7.16d. Rintangan disekitar CT.

Pada Gambar 7.16d titik CT tidak dapat dilaksanakan, maka seperti pada gambar 7.1,6c , dibuaigaris 4-e sejajar

PR. Setelah

titik-ririk 1,2,3,4 dan 5 dipatok dari tirik TC dengan cara sudut defleksi, maka berdinkan alzt diririk 4, anhlan ketitik TC, kemudian putar teropong dengan membuat sudut sebesar 9'= {180" + Vz (A, + o)},,.hi.rggu didapat titik Q. Ukur jarak 4-Q. Setelah titik e didapat, ukurkan sudut 90" dan jarak QR = 4 p = E. - & cts cr ) maka didapat titik R pada garis rangen pI CT. Untuk cheking stationning, maka

:

Gbt.7. 17a. Pematokan Lengkung Vertikal, grade naik g

T,=T,+------x100 100

Untuk titik n: g

T, = T, + ------ X d, , dimana d" = jarak dari titik 100

1

ketitik

n.

I 2:II I(ONSTRIIKSIJAI,AN

BUKU

1

: GEOMETRIKJAI-{N

Stope4ut

ait'a

Or6ue.rrilu. jg[.grn

Setelah mengetahui tinggi renc fl dari titik-titik stasion, mak;r dilakukan pengukuran beda tinggi, dengan cara tinzuai garis bidik. Rambu-rambu ukur diletakkan pada titik-titik stasion 1.,2,3 . n.

Baca rambu yang dibidik tersebut, misalkan bacaannya adalah a,b,

Cr""" Z' Jadi tinggi garis bidik adalah tgb = t1 + Dapat dihitung tirggi titik-tirik 2,3,4 -

a.

... n, adalah

:

tz=tgu-b t3=tgl,_c to=tg,,-d

w

F+rr-T4

J-JL'r*.^*-: KTLANDAIAN'-'T

tn=tsr.-2.

#n.o*rro

Kemudian dibandingkan dengan ti"gg, renc 2,3,4, .... n. Bila T" ) t. maka pada titik n, ditulis : F = T"

Bila

T.

(

-

t,, atau fill (tirnbunan) = G. titik n ditulis:

tn maka pada

C= dimana:

tn

la

titik-titik

ulo o*roo

stasion

Gbr.1.17b. Pematokan vertikal, gtade turun.

- t") m.

- T. atau cut (galian) = (tn- TJ -.

T" = tinggi reflcana titik n. t" = tinggi permukaan tanah asli titik n. Rumus-rumus hitungan diatas, bedaku pula untuk kelandaian yang menurun (negatif).

srh.o*zso

Gambar 7.17b. adalah profil ialan dengan fencana kelandaian negatif.

dahulu, hitung titgso rencana titik-drik 4,5,6 (T"), kemudian ilengan cara tinggi garis bidik, dihitung tittgg permukaan tanah titik-titik 4,5,4 (IJ, sehingga dapat dihitung galian atau dmbunan pada titik-titik tersebut. Dengan ca:i;a yang! sama, bila pada peta dasar pefencanaan, ada stasioflstasion PLV, PVI, dan PTV, maka pada stasion-stasion tersebut dipasang patok selain stasion-stasion rJarp 25 - 50 m. Gambar 7.17c. adalah gambar fencana lengkungan vertikal cembung. Biasanya dari peta dasar peren caflaan ada data-data lengkungan seba15.ti

kbih

berikut: t pvt g, dan

t" dari Sta.

PIJ

- tirgs rencana * (%r) ke Sta.

titik P\rI

= kelandaian rencana

=

panjang horisontal lengkung vertikal, atatr irtrrtli

PT\'.

238 KONSTBTIKSIJAI,AII

BUKUT: GEOMETRIKJAIAN

Stohe-out Cerxcttrl' . Lr0rrr

Dari data-data tersebut diatas, dapat dihitung tinggi rencafla titik-titik 1.6,17,18,1,9 dan 20 ( T"

) dengan

cara. sebagai

gr

l.

100

2

berikut

I

T,u(=T.r.u)=T.r, Tro

(=Tu,, ) =

Tn r,

*

g,

y-%

=+%

I*

---

100 2 rr -

titjk-titik 17,78 dan 79, dihitung dengan rumus gr'X I'V II T* = Trr, +

Sedangkan

:

cirr Tr* Sta"0 + 750

100

trt

F= Tir.- trz I

StaGf775

bila dihitung dari titik PLV, dan Sta"ol-85(

8z'X

T*=Tr,*- ------- +Y 100

bila dihitung dari

titik PrfV, dimana

:

Gbr.7 1E

c. Pematokan vertikal lengkung cernbung.

= iarak mendatar suatu titik di lengkungan dari titik PLV atau PTV.

Identik bila dilakukan untuk perhitungan lengkung vertikal

A Y

.17

-

----------------.

X

(dalam meter).

200.L.v

A=&-g,

(dalamo/o)

Setelah didapat dengan menghitung, tirgg rencanl titik-ritik pada lengkungan, kemudian dilakukan pengukuran tinggr dengan cara tinggi garis bidik, sehingga dapat dihitung tirgs ritik-titik pada permukaan tanah, dan dihitung dalamnya galian atau tingginya timbunan unruk setiap titik.

cekung

(Gbr.7.17d), dalam menentukan/menghitung tinggi renc nL titik-titik pada lengkungan. yaitu 23,24,25,26 dan27 ( T" ), dapat digunakan rumus-nrmus seperti diatas. Supaya pekerjaan penggalian dan penimbunan berialan l2;ncat, hendaknya

pada waktu pematokan vertikal, patok tersebut diberi c t wlrn yang berlainan. Misal untuk patok yang harus digali menggunakan warna kuning, sedangkan untuk patok yang harus ditimbun menggunakan wama merah atau menambahkan patok bambu disebelah patok merah tersebut, setinggi timbunan.

Pada pematokan pinggir ialan (untuk membuat badan ialan) dzpat dilakukan bersama-sama pematokan as ialan, dengan melihat rencana diagram superelevasi.

2:15 K0NSTRfIKSIJAL,TN

BUKU

T

:

GEOMETRIKJAI/,N

DAFq,u4\R-

FJtYGDqts4\-B€A-

1. AASHTO, A Policy on Dai

dizgram superelevasi dapat dihitung tinggli rencana titik-titik dipinggir tersebut. Dengan can yang sama pada pematokan as ialan ialan,drput 1[" mematok pinggir ia.lan tersebut.

Geometrics Design

of

Highways and

Streets, AASHTO, 1984.

CIARKSON

2.

H.

OGLESBY, Highway Engineering, John

Wiley & Sons, 1966. 3. C= t2l -

OF

HIGFMAYS, Indonesian

Highway Capacity Manual, No. 09/T/BNKT/1993.

T23

2l

DIRECTORATE GENERAL

4.

F=Tz+ - tzq 24

DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA, Peraturan Perencanaan Geometrik untuk Jalan Antar Kota No.038/T/BM/1,ee7.

5.

DIREKTORAT JENDERAL

BINA MARGA,

Peraturan

Perencanaan Geometrik untuk Jalan Perkotaan, 1992. fta.l+000

stl.l+o2s

i{vrl

5.

...ir.,r'

I +a"l+il)o il sh'1+07s sth.l+oso ll

,k

'-'-'-'-'-

'-'t'-'-'-

----+l

7. DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA,

Standard

Peraturan

Perencanaan Geometrik Jalan Raya, No. 013/1970.

8. HENDRIATININGSIH S. Geometris Jalan Raya &

Stake-out,

1981, Departemen Geodesi FTSP, ITB.

Gbr. 7.17.d. Pematokan lengkung vertikal Cekung.

Pada waktu pelaksanaan pekerjaan tanah berupa gzhan dan timbunan, maka dilakukan pula pengukuran profil memanjang sepaniang as jalan dan pinggir /tepi jalan untuk memeriksa apakah sudah betul atau belum bentuk profil jalan tersebut; agr benai-benar sesuai dengan r^nca;ngan bentuk profil perencanaan lengkung jalan.

BINA MARGA,

Specifications for Geometric Design of Urban Roads, 1992.

i

I

DIREKTORAT JENDERAL

9.

HICKERSON,T.F. Route, Location

and Design,

McGraw-

f{tll,1964. 10. PIETER SEPANG, Perencanaan Gcometrik Jalan Raya11. ROESLAN DIWIRYO, Perencanaan GcometrikJalan. 12. SONY SULAKSONO

\f.,

Rekayasa Jalan, ITB, 20Ol-

13. Sukirman,S, Dasardasar Perencanaan

GeometrikJalan, NOVA,

2000. 1

4.

Suryadharma,H. Rekayasa Jalan, Univ.Atma Jaya Jogyakatta, 1999.

D4\PIts4\EB &S-Uffi PI{B-4\UU l.Lampiranl-4

Panjang Lengkung Peralihan

Minimum dan Superelevasi yang dibutuhkan.

Z.Lampiran 5 -

9

Parameter kurva lengkung Spiral-

Circle- Spiral. 3. Lampiran

l0 -

20

Parameter kuva lengkung Spiral

Spiral 4. Lampiran

2l

Konversi dari menit ke desimal

5.Lampiran22

Pelebaran Tikungan.

6.Lampiran23

Lebar jalur dan bahu jalan.

7.Lampian24

Alinyemen Horisontal, Vertikal dan Superelevasi.

8. Lampiran 25

Potongan Melintang.

247 I(ONSTRUKIiI JAI,AN BUKU T : GEOMETRIKJAI.AN

-

LllltPlltaN I F

?tsHtsX==

?

I

3

q N

il

O N il

oo9 @60\

>+t-6 o*o9

a l.-.1

doo

tr

U)

O O il

rq

&

tr .e

F]

-O6rnN6*O .++n\CF6O\O. O JUUU9UU99 ^': r ::

g p

c 5

q

z o A p z z z z

ll

&

Iq

E F ,e I a E o @

)

o o

F

z -!4

q

(,t

zl JlJ

,.tq

za <(,

z'z

<s qa{ :o

Fl Fl 14

q F

ll

E

O r ll

u

zaaq!q-{

vd E I

o@*ao\@\rN@co@ .6++69r660.O\ ]6OOOOOOOOO Sodoooodooo

i6

'

I

f

c\

OO

.OOO J**+

d

'^

d

-: I

\D

E

o d

a

+c\, € V @q\ l66 F- nN g @ .+ \D t-f-- 6 O\ O\q\ n ! o6 =Q<2aqqeqqqq<2q JOOOoOOOOOOOO

+.++

]OOOOOOOOOOQQ

o\46

cN@+6.+Oo9i4@O

=

B'

SC Pg

E€i

B o:!d= jrE.*!

E

E

-6

9HXE € -dclc LtepEH E qi 4 'Ic :1 U r d ii E.g*"EEts. n= s d q.; u

d =N !: E3:t;-ia #'s-g:r-^ .. ; mr "? 5

++++*s46\cee\ce

dCdq^

6Esls o o !-li s.+; b.b d'o6 a-a

ep;D -6-c+jiio ! ! !

HE

]OOOOOOOOOOOO ++++\i6nn9\orrr

J
E..

!-!

-ld

il

OT -1 :ioo o ZONN ' OO

0) .-

E

ilH

i6

BIXI ^

\ lt

O I ll

7.tuo.,Q{ c! 9i ! j F-l '-l ..1 ooo

o 7

E

9!

.++n6sr@666o\O io6oooooooooF ic;c;oooociooooo

-!4 (!

o

il

I

il

t

o\ N

o

)OOOOOOOOOO -n66n9\rFrr@

-OOO

:E Y.' o

ET-EP \

?aqeqqqqqq.: loooooooooo

I

tr

!

I

qOr+OCIHcl\6O\O o++6\rF-@oo\60

ir3 'O

.g

.9

v

)OOOOOOOOOO ^666m0r46@6

TOO

a

o\

Ze uv

o

o

trl

Fl

J

E

-d .?'U A EN 'o-oi-q!

I

o rN rO

Fl

rq

l,

,\499\rr60\6

J c9

ft4

(Etdtr orc

tE

tr il

o

,=

7-zze<4 JJJF.lF.1

l

ooo loo \c e \D ee cqo + + ooo +6 6 nn \c QQaaa 56 6 oooo

-^^OO ,ue6O

o

s4 d

qq @+ O. sl-- - !o ln 6 b o\ 0.6 o\ \q 5r; 6 6 oO ++ n.{ n s \cF r 6@ 6 C.CroO iodddo-QQqqqqqqqqq oo o o o o o oo Fl Fid o io o oo o o oo -\c NC{

o o I

* F

)

&

:xE$I nsF* [3H HXRH sEs E3E Hs8*3P

o

oooo6

o

onQe ooo oeQa ae8 i=5=:::RK 3*3 *333 =3= 888 =II

888888

=I=a-a

r{ I,AMPIRAN E

I

onrorn6roLoron66 rrF-l-rl-rF-rrr

vtsr

tr

3

zcE

}1

il

O

I s E

qOF+ON366aO a++rasr@@o\o\o

?ggceqqqqqfOOOOOOOOOO

d 4

]OOOOOOOOOO - t- t-. t-- l-- l'-- r- r

^OOO errr

r r

F

I

3

o

rq

N ft E .-E il : - H^,

c

OT zqsA od

a6+O\C\6\tNoOO@ q o rt.J'6 9l-. t^'r^'i:l^'^" -LUJLAAAAOO

m 60\

o

l9EC:rZ E FQanPP0

E

1

6 d i-OEK

rJl

&

p

d

U)

cq

z a zp a

o

z z z

t

s ! E

OOOOOOOOOOC €\c99€9\a\C\r9999

e9goo ^OOOO

!

d

.,

*:

d-i1 ; =

tr C q .!

.e.kF^8s6.

zqqq!

il

F

Fn

tnN6+o@$ O6O\r-9! O OO rt ra g I r r

OO

l!{

i!

qqqqqeeeq
M h

coa 6 O\ O\O

^"1 c !

HH rr ll

OOOOOOOOOOOOO

Ze. !lJ

lau o !i'-

u o. d @

L:#;E *^-do.

d'Ec* i_s*tio

"a tr I

s

JO,16i6i6+++

)OOOOOOOOOOOO t-t++++nnnro99\C

lt

I u 77C-A-A-NNN o96 --iii--t!HHH-.-.-, OOO

9D -!d Zl.

il

Lo6 <-+

n ro6 + +$

C) o o o o n 6 6 n \,

o

ito

2A r40

C 6 6 O@ rn N @+ o o 6 *+ 6 \a \ra-

O\ Or r @6

d c.) \t r 66 0\ 6. 6 0\ O\O\

!

1z

cNo+O.<1-oOsn66O o *:in 69 r- 6 60\ U99U9U--aaaaooaoooo

n o Lo ron @ 6 + + + $-t.i-.{-

6666h6

++++++

J

Pstu

O.60

o\

34 14x

o I N

n

I

o

1e 2

F.

3O

E

)

.,

E

6.

S

tscoYF=

rrl

:. 6t a Fl Fl r4

!

^--Fl od:,-e

F.l

M

/

aJrt-d

D

U)

d

9N!i

\g il

E

v3

.-

N

zzzAAc*c.c"3 rl Fl rl F-lF-l i JJ

?q?qqqqqqqqqqqqeqq

c o I

l

ig:Si: I on=:p B2=sppie6 o o @@ r :-:i 6i d1 Res or n FBfr + * ri o^' =EgB - --i- - =

& ; K= o

6o6o 6 orneo ooP q ?P a e qq q q eQQQO q q eq q 6.-5 n o<>ooooo N,hr - Gi 6- o 5 55 3 oo'j - _ _6i oi -,n d d -+ +r; 6 r doi o dN ci $ n e r-o 6

TIIMPIITAN I

-.1

24l| )ooooo ..t--ts-601

lo '-r

-

O\

\l

I

F

!

N

a 4

il

u

.e

I

)O c€

il

a

)l il

I a

q

b lt

I

o

I I f

4

il

o

E

il

l a

o

; J a 4,

F

= tr

ryE":E E E E€Ei i 6

E

E

E t.+!

.^-o!-dd bo'il Htr!!fi, i

i 2 Ia

::lu

D

g

.I +^'E x'A

c +

ts

E

tssPPAs.r: ..-;'Orao: il il il

tr-6

Ze. JJJiJ

o-rb

-

*

t++-t.f:tnnnnnn

zzt

tt+++6n\r9rrrr e rn O ci a-..) 2qqqqqqqqqqq

il

o

tr

s I

i

i

I

AI e.N 3E tu oo OO

AOc.)

I

@a E

l

q

q66o*+.+'+++nnnnnn

Jee6OO -.^^OOO

il

E

o

ZZZ* ]]]JJJ

e ?9o.1

:XI

r.l

r!

Je'+
O

I

I

!

I

E d

.-

EE

E

eqqeqqqeqqq OOOOOOOOOOO

!

xt:?*q,s,8

l

6r$o\r++m.+@o .acq+6n9\r\Dl'-

ZZF.ANqi i i I I uo

!

hotr MA"6

OOOOOOOOOOO .t\t+++666non

-.^OOOO Je++++

OO

E,

d i =!-!-l

\o

-\Oi\r+O6-rtr cico+$699r--rr OOOOOOOOOO OOOOOOOAAO

66

lt

II EEE$ J E i LS E E .:ie iri i a.qtr

il

)

'4e A>

zcc9!\c

o,

NoF!"V:

E

OOOOOOOOOO 6nn6666\t9\O

-ll

tril1tr.^ -_- h0i'l

f

)OOOOOOOOO

p

r.l

a

!rae'!9t\!-9e

'-

-o

,"

lt

tr

)

-40ts ii. E: c!

l

\'60o6+o66O

ZC-N

O

E s 2'z g? ;-)o

'4a

?qqeqeeqq )OOOOOOOO

l

,

'Z

'22

-

ll

I

A

zfr Il]D Jr. ,.D

!N iO

I

F&?

)OOOOOOOOO o646n699\t9

E

;f

'cr 6 9e^q

v

E

?-

9V

n

)o\rci66.a@o o.o+669rr@

I

a

d I! (,

)OOOOOOOO a999S9rr@

E

'Z

r.1

E

f

il

c3

Irl

z z

?qcqeq )OOOOO

E

tl rq & IJ] g il a

Z H

{i-69rr@ o .acl ts-o

6 rO O

o

NrOr 3OO-

66 NN

+e1 ,J,t d d ?qqqecqqqqqqqqqq ] O O O O OO O OO

9n oeor

=

6@@ e6 6oE KR Rr-

:3 ;F [ 5 ?3

O Nn

!

orF+o\ao.+@d.+9@aoo a6++669\r\OrrF-F-F6@

6O 6OO F-C)6O NNo6+$n\rF-@O\-

O

O

O

O

OO

gSppS ! +Bg -.j - - :u\u\w

--=PP=P=== :: : ---

Oc)O

e3s

::

lE

2tt

LAMPIItAN 4 E

E

I

-,rr

o

ZAq]

nnornn646n4 - I r tr r rr

rrtr

'i

F

d

--€E !a

lt

\€6O6rd-OO6Q O

o.a+64\rrtr.r6 ?qqqQqqqqq )OOOOOOCOO

o

tri

rl

D

il

rq

&

(!qN:A

h o::

il

t)H

Iq

* tnD -U - ?c

\

SOOOOOOOOOC \rrrr-rrrrF-r-

^-OO errr s J

o

zqts

E

I

O

r4

M

vd -\aqg+On-$rO no++rag9rrl--@

z z z r.l

d

Ez .-<

E

z s

-.1

zz

:

,

o

il

o

o

44\

n6

C 3S OO

T

,v

)

E

E

I

J9UgJ9

Jv6Lnrn64rn

n640r6n6n6n6

3 €r oil o\

il

o

-O

+o'o60tro609@a n+-+v6n\r9r-trtrr f,OOOOOOCCOOO SOOiOOOOOOOO

Ys

vv

a66660nnnno6rolr)6ro -i- -{-

rn6

q F-i

N 46 zze- A Aqr q!q! O

E

5

E

o

E

s

I

d

!

.-

Eg:*r E

f

H'H

u

-v

-^^66646ror4 - - - s

vv

+.i-.+ +

x

zZZ + ++ F-q clc-{ iff,,JJ,j.jJ?q

II

OO

{

Ii bD

Fl' n- + n-v + < <- + $.+

o \c o <'@e.{-

9 6 a oo

! 9Y I !! e I I 9tr r^ !- \ L JU9UIJUU

In

t

=HES

F.l

rl o t-.1

v

9a9a E

foooooooooooodoo

3F E\ eH=xRHEts 383 3H

o.

S -o O

ll

o

o

o.

LO

'a o

tr

cf

t

F

q

$at n; ?s;

ilq

ta

m

'o

E c,H'g E.:

it'---tO9-.+o'i-€O so$rn\r99rr@ =OOOC)OOOOOO IOAaUL-:-CO

z

k

z>

14

Uq

g.! u u+ e u-Y tr^ts tr

-OOOOOOOOOO o9\r99\C999\r9

J99909 ^coooo

cq l

7fr , 4'a ia ()()

!

JbC>iuc;

tr

Vf (Jrl

ft d E *-r il,. gxzs U Y q 6 dd-=HEh^ac

p a o a p a

o.

Eil-utr ! 6 trE

-iL'E.=!-!, U U

A

z

-c

6

trN

A (n

'tr-

ss*

oo ooo .o6o HHHY XHXXX : - : -: q oooQ q q q q Yq qu? o c!"1 oo :l "l\ q no \q,Qq eNNoc.)${6\rF-@o\3:S!=:95 3Oo

f

I

2t2

l.AlltlDIltAN I'rt O

ol ol ol o o

o1

o

o o

ol q q o o o

@. a

o o

N

a o

& A a

o

E] r.I

3



{

lq I
e

o q o

o

qt

<;

@

\

o

o ol ol ol o'l o o o e;

I

o

-

tr

o

a

o d?

N

@

c5 5 o q o

X

rl al

(Jl

x

(r)l FI 14

n t{

o o q q o o

-j

o o a o o o o o o

*

F

-

o

o o o q o c.l

o

o q o

o

R N N

o q q o o q

o

€ o

o

o q q o q o o o o o o o

@ o o o o o o o q o! o: o o d

o o o o o a Fr a
@

o q o

o

o

=

o

n o



N

o

\

oq

C;

o

o q q o q o o a a

€ q o

N

o q q o q a o o o

o o o o o o

a o

o o

6

a o

o o o o

N

o o q o

o o o

o

N

=

@ o O q q o o

o o 6

N

o

O

o

N

N

o o = @

a @ o q q o q o q o o o o o o

o @ o q o o q o o o d

N

@

o N

ol o o

olH

q elq olQ o oIo

€ o o d? a

oIo 6lo

olo

o o 6 e @ @ o @ @ @ o o o o o o o o o o .q .q o .q .q o o a o Q a

o

o a o N @ o a O o o o o q c q q q q q o o o o a a

o or-: o€ d? q o I o o

o? dl

r-:

o'l

o?

o

N

ol ol o o

o

q o

o

N, N

o o

q q o

.+

o

.q

O

o



o o q o

o

O

@ o o o

o o a q o
o q o o o o

o?

q o

e e

o @ @ a oq o o o o e;

@l@ ol@ olo d?l q olo

o

o;

o o o o q ol o'l o? o o O

*q u?

@ o o q o

.t

o

q

N

o

co

q

q a o o = O= o

o ? qa =

o1

o




n

o

o q o o

q o

N

o q o

o

o

o o @ 6 o o o o o d? o: dl q <2 o o o e

o @ o o @

o u? q

tr?

o

N

o N o q q o q o o o o

q o

o

C,

o

N

N

e o

ol ol q o o o

o

o

I a = o o o =

o

ct

ol

N

q o. q q o o o o o

o

q q
6lo olo c;l o

o

N

o N

olo

o

N

N

N

o

c!

q

!

q q o o o o

o o

q o

o

o

l;

a a o O

o

o

@l@

o o N N N q Nq q q o o o

Q

t&

q o

N

o /, rl 4


<;

NIN


o o a = .q qo o o C -;l e; o o =

@

o N N N q o o ? q o c2 q o o o o o o o = N

Fl

o

5

a

o

o: o

o?

c

o

o

o

a

N

o?

o?

o?

o:

q q o

q o

q o

o o ol ol ol o o o

N

r

!

N

q q o

q

q o

o

s a o o o =

M

o o q o

q o

q o

e c

o

o

o o

X

q q

q o

q q q o o o

o q q q o o o

o

-!

o o

=

N N

N N

q =

q

o o @ <'! o

o o a o o I o C;

c€ o

5

r.a[tl]lllAN q o

o q o o =

o q e

c?

o

2,t t

l'rb

o

X

ol o

ol

o?

o

o ,l

o1

o

M

ci

o

o

o?

o':

o?

ol

o]

ol o

N

o

N

N

N

N

o: o? o o

o

o o

o

N

*

9 o o o

q .q *{ a o o = o o o =

a o

o

o

q

q o

o o?

o

N

q o

q

q o

q o

o

-l

6lo

?

oIo dld

=

&

<.!

?E rq

o

I;

o

p

o

o

o

EE

o o q o

o N

C e 6 r c

o

q o

q

o o

qln

F 3t

d?

ts

o o

o ol ol I o'l ol o o olo

o?

o?

o

o

N

3El 3

o

a

o q o

o q o

o q o

o q o

o

a o q

o q o

q c1

*

q o

q o

q o

, a

N

q o')

o

x a o

<4

o

Io

U)

@.

o

o

O

o o q

?. "1 lrl @

o: o

,n )

q o

oq

o?

o

q e

o o t.t q a o o o

-

o

o q o

o
@

o o o
)

o

s

co

q o

o

o

o q

E

N

q o

q o

q o

o

f o f o q 2 q o

E

(l

N

q o

{

o N N

X

a o

o

o

o

o q

o

o

q e

q o

o

o

e



@

E

4

fr

o

@

o o q o

o q o

!n o u @ .1

(n

olo

o

o cr o q o

I

a2

=15 qlq

q o

ol o

<2

6bl

31

olo

o: o

BI BEI

Nl

N

NIH

oll ol o'll q olo

q o

q o

il=

EIEIE

EIE

F

e o

q

q o

q o

q

q o

q o

alq olo

N

o (.1

o) o

q o

o o

o q a

o q o

N

o

o)

o?

o

e c

N N

q o

N N o. q o N

o

N

ol ol

ol ol o o o o o N

o

N

N N

o o o =

n I I o o o = o =

o o q o

o o q

N o

o ul

c

o q o ri

q o

*q

o

o

o

o q o

o o q a o

o q o

o cc

c

o?

Y

l.AltllDlltAN ltn

I,A]IIPIIIAN 6b o sq O6q :+ q .: o o @

EI

ol loI

X

O (r) @

c{

@

a o co

O) +

o) .
jo,

c2

q

o?

a N N

q o t

N

rr)

o

.-: o) =. o 6 F o? O) -l_

a rf F.

o?

o $

(9 (o a (o ro

@ c.{

o o c', c? a?

so ou) oc{ N @ @ q o) o?

*

o, o;

O)

o

N

$

-f

() 6(o
=f (e

@ a o (o o (r) O ro 6 o) q o o .fo) o;

@

F@

n

*

o ac! + s

$ o o o (t) CD o) o) o) o, c') o o? o? o) o? o? o? o) o) o? q al M q .it $ $ s .
ilt

N

so NN oo, @ s ro N o F o N @ |- @ o, c! c! $ c? o c.{ q o o C; o o (o N o @ (o $ N ro o o c{ r N O a o @ ts N N o) o o 6c\ Fc? @ u? cg o? q j q \ ri
A

&

(o ro (o

$ o{ o| c! c! c'{ o o o o O

a o s

N O

o o c{

@ @

c{ o r()


o o o o o oq

EI

ol !f,1

cq

N o

(o (o

o

o N

c{ o o C.)

co

o N o o c{ o, (o $ c{ (o (o lr) @ N N N N o? o? o? q o? o? o) q o, o) o, c', o, o, o o, o, o c', cf, c., O o o c., (9 o o .{-

X

oq

6 o)

@ o o a o N o O

u? 6

{

@ o?

*

O)

c')

oq

o q N

N

*

I Fo? .


Fll

o o c! o 6) o 6 lf)

Ar

o c.| o

o (o c{ c{ @ (o ro (o ts N N o c! c! c! c! c! a? o o o o o o

ts q

r;

6

(o ts

N

o N c{

o @ c{ o

EI

6l I

X

ill

al !1

a 'll

U

g

N

o,

(o $ N cv ts o (D

* \

@

d) o, o? O

(o @ F cr,

(o c! (o ts o .if ro o (o o, Fo (o o F o c{ 02 o? ol ol oq

(o 6

o 6


o?

o?

o, o <-

N N @ c\| O

c{

@ @

o

O c! @

-f

c;

N

@

\o

O

6

O)

a +

*(a C!

ri

&

c{

\

o; c', CD o, o) o, o, N N N c\t c{ N N

6

F

@ @ ts ro o s oq oq @ q c..l o?

o F*

o q o

o o

E

og

@

U (o

c{ c{

@ 6 o?

c', o, o) @

c\,|

o o

?. Fl Fl

@ u?

N

(o

\

N 6 6

$

q .{. o O

N

$

=l c{ @ o?

$

6

rr)

ol

ts c{ (o @ N

F

(o

*o

o c{

\ o n o o c?

o

-f

F @ 6

ts 6

c!

N (o c{ s o o a Fa? .q -f-t

O

(o

\

o) ts

a

+

N

@

o

@

(o

6

i- o, @ 1r) c! q (o

N N C\ rl)

cv cv

di

(o

F-

o o o c{ (o o o c{ s (o (o o q c?

{rf)

ts .f o ro (o N

c!

c?

oi (., o, o

so No ro c9 o o; o,

q) o ro 6(o (.) o (g cq t U? o O o o

@

F 6 c{

a o

(e 6 o) o, .f) c{ ..: $ u? .q cl q o o c{ $ cv (\

6 @

@

ts

@

(o rr) O $

N

@

.st e

\ *o 0)

co N

N u? O

o o N

(r)

$ 6 @

o O) @ o (o N N o o? o) q c') .
o 6 @ @ o c., N Lr) O) q q q o o o o (o rr) o o) o N N (o CD o c{ (o n Lr) o, c{ @ o o? u? F. o? u?

*c; no

N N

@ o) N o c{ € q o u? n o a .f !+ rr) 6 o o o + $ ^l o o o o @ (o ro s C\a o & No oc{ o o cv c! N N N N

a c\

ol rol

a

N

\

u) O) C') o (o o o o (t)

sF ts (o (o r) ro -f o o O) a @ s ts o o? o qo ol o, o, q o oo? oo, qo qo, o? @ @ @ @ F o, q o) q ol ol M al o, o, o, C" o o, o, o; c', O) o oi o, c') o)

ill

o N o) @ N r o, ts (o (o
u? N

o; o) OJ + $ o -r.
o o, o) @ o o? oq cq oi o o, o) o, o o o o o

o?

@

o N

o,

a No) q @ ol c', o? <' c! -fN N

<. af) c\I @ F- o (o a- o a F o

c{

c.) @ o (o o u) o .+ o c{ 6o co ts (o a = o? o? q c', cq cq aq

c')

a a a a o a a

a

(f)

\

o o O N O o ro

.
6

@

q

o, o u-l

E

o, o, o, -f

o @

@ @

o?

o)

=!c{

o o

\

c! c{ s

N o @ Q) (o o .+ ao o, Fc', € @ N aq q q
c\l

*

{

.(t c!

o

@

I 6

I l,AIlPIBAJll 7a o -f q o o o o o? o t

2'18 N @ so F ts ao F 6 @ @ o rO o o o (o ts o N $ ts o N@ N o o (.,! c! o,l a? a? a? n q o u? q q o n o o o o o o ci o o o o o o o =

o o C N o o @ (o o @ o o o x oo?o oo?o cI,o?o oo?o, El -f t -f @ @ o d)l o o o o o o, o o o rrl q a o? o? q q r
o o !ts

J

E

oU)

lrl J EI C) ol t r-l

6

llt

J

el

E.

x

a

oq cq o?

6 @ o c') o, o o o o o, q oo? o, o? o? ol o o -fo to + o o o N N 6 ts q q oq o q ts q @ o o o o o n @ N o @ N o o

*

oq oU' \o o\ oq o o H

-aEE

Y.

I

x

l=

td

IE IE IL lE

lr

r lo t9 la to la t_; lur

lo

ls

EI

ol

(ol

rl

:C

3

N

@

F

6

o o, o q o N

o o o o o? o N

ts o o o

o-

o o q o

at,

o @ aNo q q q o o o

(D

@ o o?

N -t_ o q

+ o o

o o
o o 6

c!

o

o?

o

@ @ @

o N o q q q o o o o o N o N o o o .: a? q


o o o @ N

(o

@ o o?

q q o o

o o o o o E o @
ts 6

o -l_ -r o o, o o o o, o? o? o?

o q o, t o o q

-f N

N

c',

o?

o, o o

*

*

\ \

o o o o N

o o, o o, o) q

o o? o @

-f o @

ts o,

q o @

*o

o o a2 o

o N o c? o

*

N @ @ -i

<. N @

o @

d c; (o o .t o q 6l N

@ @

N

(o

o o o o @ N (o o o o s o N @ @ o c', o o o, o o, o o -t_ o? o? q q o? o? o? o) o o o o o o, o o, @ @ @ @ (o @ @ (o

u?

l:

o @

o

O (o

\

*

o o F

@ @ o o? o)

3 o o o o o o o o .+ o o o D o o N o o

o

s+ o N@ o N 6 + q @ u? q q R o to o o o o o F 6

-f

-t_

o @ $ -i o o o No) o o o o, o o o o cr, o o o o o o o? q q o? o? o? o? o? o? $ o -t $ $ -f $ so -f o @ o @ -f N ts o o ts (o o ts o 6 ts N N o -f o o ct o o ci o o o o o N t @ N o + o o (0 N c{ o .
o o a o o N o o, N N rN o 6 ts o cY o a o o o

6

ol

n

+ N

+

o o o o o o (o o o o o -l o o @ o o o o @ N
o o o

-

N $

\I

o o o q oo? c', o?
\t-

6 @

*o6l

o

-f

.+ 6l o

o o a -f o 6 o o N o oq

q N

o o N o o o q o

cq oc

@ @

to r+ q o

@ @ (o N @ @ o o, o, o? o? o

o o @ (o o o o o o c') o o o o o, o) o o o o o o o o o o o? o? o? q o? o? o? o? o? o? o, o o o, o o, o o o o N N N N N N N N N N N o o o o) o o N o o
-f (o o @ N 6 $ o o o, o) o? 02 o?

sN + N o o N o @ o, o N o o ci o ci C; N o @ 6 o o ts o o o, o o q o o? u? (g

N N

o, @ N @ @ o @ @ ts ts o, o, o c', o o o, o o o o, o o o, o? o o o? o? o) q o? o? o? c2 o o o o o o o o o 6 o o, o o o,

o o q o o o O) o o? o N


= E

lIE

o o o o o (o o o o N N N 6 o o o o N q a! o o o

*

J E g

ts o o o, q o o? o? o o o + =f
o o o o o o a o o o o o o o o o N o o o @ 6 s o N N N N N N o @ N ts @ o @ o o N N $ o c.{ o e? o a n n o o o ci o o o o N (o o N 6 @ @ @ @ N ts o o o o o o o, o? <2 o? q q o? c2 o o O) o o o (o o @ @ @ @ (o @ @

!L

(L

\o \o

so O) q o -f

o o o o o o q o @

+ o, o)

6i a r)

o o q o

*c',

o?

o o o o o oi o o $

o o o? o N

o o o o o q o o? o? o o o N N N

@ o o 6 o o o o c; @ o o N N o o o o @

6 N

a r|

\

o9

o o o o o o o o N o o

|. IAMPIRAN 7h

2t7

N O r r N N o @ o o oq @ s q $ 6 og og cq q q O o o o o o o o o o o ts $ o o, @ N o (o o o o o @ @ @ @ @ @ @ q o? q CD o? q q q q o o o o o o o o o s o o N ts s o o @ @ @ N N N N N O o o o o o o o, o q o? q o? cD o? c? q q

\ \

EI

x

ol @l

ill

el

N

N

N

sN

N

N

* \

@ N @ @ og N N

o o O o @ @ o o @ N L ts @ @ o c\ o c.! q o d o o o o o

(D

F € a N

o E o o o ts o o? o

u?

$ o (g o

N

N

N

s q

o o o o 6 o o o o o @ @ ts N @ ts

o @

o?

o

N o N

o

F @ @ o

@


(o @ o

N

El

ol l"*l

:<

@ o o?

@ ao @ o?

@

@ ts N o oo? c2 o q

*

$ o o o

o?

o @ N ts q o c.{ q o o o o N N N @ 6 o (o o N (o o Nc.! o c? u? q oq

*

D

r

N

N

N

N

N

o ro o o o o o O o, @ 6 N o N o

o o s ooN N6oq q \ o o o o o @ (o 6o N

x EI

o o o? o o

ol (ol

s o o o o o 6 o o o? o? o o, o; o o o o 6 o N

N

o @ 6 @ o o? o @ o o, cq o? rl = oqo <2 o o o o N c! N N c! 3l

a

J lJ.l

m

s

ts @

o o (.! C\ d o o o o o c! @ @ o ro o NN @ c! O) o oo q
o-

@

@ N

N @

N

Gi

o Oo a E o o @ o 6

N

N

6 N

o o N

@ N

O @

@ o @ @ a o q q c2 o o o $ N

$ o o o N O) q c? o? s N N N ts N o s a? oo*q o o o o @ ts n o o u? ri o o o o o N @

* \

*

@ o -t @ @ 6 o o q o o? s o o s o + o N o + o @ o N e? a? a? o o o o

N o

o o o 6ts e? o

rN o 6 $ o o ts o o s o o 6 q 6o? Nq Fq Nol qts @ q o o + o+ o $ + o o o o @ o N @ @ @ o 6 o o q o q o sq o q o q q o o $ + N N N N N N N N N r@ o o Nr o o o @ N o @ @ N @ o N N q oc.! oc-\ + c\| c! cl c.l c\ a? a? o o o o o o o o o o @ @ $ N o o@ 66 oN @ o ooN No N
@

o- cl

c) (t,

ro o o

$ o q

@ @ N

-o (r,

o

o N N N o N o @ N @ o N N @ N N N @ @ (o @
rl el

@

N 6

o @ q o o

ts N o ts o N a q 6 qo

*

o

o 3 ts

c? N

ai

@

o

o -f o? q ot o o o o o (o @ @ @ @

r o @ o $ o o o o o o No N q o? q o? q q o? $ so o o o o N @ @ o o rc? Noc? oo 6N oN (.) o (o R t R n o o o o o o R o ts @ ro N (o N @ (o o N @ s @ 6 o C? q? + q ooq q N Nc.i 6n q? d o o o o $ + $ o o o o (o o 6 o o o oc! o 6a aN o o @ (o o 6 o o $ s o @ @ o N c! o o o @ o N@ No o N o N o 6 @ =to) cD o o N N o o o c! o @ N 6 c! N o O) @ (o o o N @ o o @ € ts ts N N N o? cq o? o? o? o o? o o? o o o o o o o, o ot o ro o o 6 6 n o o o oi r) o 6 @ t (o N N N N @ @ @ 6 o o O) o o O) o o 6o q o, o? q o? q q o) <2 o? cD o o o o o o o o o o N N N N N N N N N N @ o o ts o o N @ o N o o o so N@ N @ o q ol 6{ c! c! c? c? a? c? $ a? o o o o o o o o o o N o F o N .+ o 6 N @ o (o =!- @ @ e o q u2 @ o9 q a q N oa? on o@ N N o d d o o o o o N o o (o o 6 ro o c{ o a o o o @ o o o o
*

$

@

N

O) <2

o

o F

(o N

^;

q o

@

o o o q 6c2 q@ !t $ o

o o o o o @ q .+ o n o o C; o $ @ F N q a + o 6 6 o 6 c! o N

*

@ (o u?

o o N

q?

o a

o

o o

o o s o* o6

6 @ @

o N

@ @

co @

o 6

o, o ot 6 ro

o?

o

(o

o?

o

!+ o 6 s o o o q oo? oq o o o o N N N N O) o?

o o o N o, @ ro N o, c? c? a? t o o o o N N (o <- N o \t o o q? F q cl

*

=

\

o o o + so No (o 6 N

I,AMIIIITAIII o @ q

EI

x

8l

ilt

A

7C

vo oN @ oq q

\

N

@

e?

o Nr @ o o u? cD

N

N

\

N

N

o @ @ 6 o o o 6 q sc2 oo? Nq o + o osl_ o

@

@ @ o @ (o @ o q ts @ oq oq o o o, o \f, =f t o o O) o N o O) @ o o F N (o o o, € q ts q @ q @ cD q o? o q q

N

N

o o @ o L 9 o -q o o @ o o o N @ oo o q o o o E 6 oN

\

N

o o ts

N 6 o N

\

N

N

+

N

u? @

N @

ts

N

@ @

N N

ri d s @ o @ @ aq o o o; o
\

o o @ @ o N @ @ o o o o @ o q @ q c q oaq s @ N o o o o 9) o @ o s N F N o, 6 6 o oq Nc2 o q 1v q q q ol

\

N n ou? oq o

o

$ N N

@

n +

F

@

.!

o o

N

o o o o o o oN o N o o (o 6 N o o N N N N c! o

o osl- o o Fo N(o o c! a? q q? o? N N N N N si o o @ o (o o o o F @ o o o c? o? o? q cq oq .c o o O) o o o) o (o @ @ @ @ (o @

\

co

cO N

o

@

n a$

o N ro 6o ts s =f (o @ c! o cq r q Nq q n 6 6 o o d a?

@ @

N. @ @ o (o 6 o @ r @ @ @ @ o o @ N r q o q o? o o q ro? No q 6q ol + $ + o o + + o o o o 3l c! ts N o @ a o @ @ o N o c! o N r o O N o N @ N 6 L 66 Nq Io q oq oq o, q .-: c! C' o o o o o o o ci @ N o € N o o o, N N o o @ o o c') o @ N $ o @ o @ N 6 o N F CY .: u? q q a? D 6 @ .a @ r ts 6 6 oi q o N o o o o a o
(0 N

EI

@

@

oq

N co

\

ol

Fl

flI

* \ \

\

\

@ @

\

\

\

o

cr)

a

C) U) J LrJ

@ L

.+

6 N N o co o @ c') @ @ o N o N @ N @ @ O) o L g @ u? (o q q =rR n n o o o o C; o ci o o o o o $ @ 6 @ o b N o $ o o o N (o o @ ts N o o oq u? q q c! o a D ri @ @ @ ai ts N @ b o o o @ o o o o o o N o o I o N N N N N N N

\

\

o 6

@ 6 o o o@ r: F q I 6 o o

{

ts o @ N o € q No? oo? 6cq s o o o o s€ o N@ oN o o o o c? s q q N

o o (o a? o o @

o N

o o @

N o a9

\

\

(o F o (o 6 q q o o o o + N N o No oo @ o 6o

o

(o

N

(o

ts

r ol rq ol ts @ @

@

o?

=t-

<. o (o o @ N N

o o o L

N -q

ro F N N

r ts o

N

o

6

(o N cq q @ n o O) 6 o o o o o 6

o o @

@

@

@

F o o o q oq q aoq q o o o o o o N N N N N N c?

@ @

o o o o o N o o o @ q? I n o o o o o @ @ o o?

o o ts r @ o n o o rs FN U? I N

o

\ \o \o

el

o @

o o o o o n o @ ts N @ @ o r!q q q u2 o N n oi o o o o o o o o o o (o o @ @ @ @ @ @ @ @ @ @ @ @ cq

x

o o

N

N N N @ ts o N o o (o (o o @ q ( R cq q .\

rts o ts N Gl N

e?

N

@ 6

6 6

n

ts ts

c?

$ F N $o o o No o o o @ o

l,Allll'lllAN lhr

''

oq O

EI

N

o O

O @ o'l O

Z O O

-

O o o o O

o o

@

o o

rc o o

@

(r?

;t.l rll

Gi

@ @ o?

N @ o? ol

a @ € € @ N N o 6 @ o @ @ a N o o @ o o o o o o o o o o o o'l ol o? o? o': o) o o? o o? o ol o': o'l o'? M o? o o o oi oi o; o o o o o o o o @ o 6 a @ @ @ 6

a N o @ o? ol o o

X

A F.l

d

o

& a I

&

o o 09 o? o'l 6 o

O O a c-l c!

a @ o o o€ € @ 6 € € O6 N ol oNq o'? ol o? o? ol o? o) o? 6 o o; o 6 o o o o o o N

Fl

o o o

N C;

e

N

N N O O

N N

o o O o

o t2

X

,,]

sl d OI q ill (n

il

M

@ o

ol o o

oO

@ @

o o) o o

o ol o o

N

.V

bI

o o ol o

@ 6

@ @

@ N


e;

O

& O€ N

o

Fl

o @

M

@ o: o

o o

a q :. F]

FI

tr

Fr

O O O N

o

O @ N

@

o O 6 N

N

o O o N

o



N

N

q



o o a

N

o €

o o

@ F

N N

O

oc og o O

c?

o? O

O O O u? 6

o o o ei O N

o a cY =t q

@ N 09 N dt

O O 6

C C N

N

N

N

o

O

€ € @ N

e

@ @

6

=

o o O O O

a

IO q O



o

O @

O O o


a @

@

@

N O O € N € N o N o € @ ol oo? oo'l @ ol € o? o? o? o? q o? o o o o o o o o o o o; o o 6 o o o o @ o o o N o

@ o o a € € € 6 N @ 6 o o o o o o 6 o o o o ol oe o ol oo o o? o o? al o? o? ol ol o'l o o o oi o o; o o o o; o o

o 6 O N

o

€ o N ei

o !.! o

N



o o O o O N o N N

q o

6 @ C;

a N C;

N

o o O o

O 6

@ N

o @

o

N c;

6 6 @

N

o o o

o

O @

o

@ N

€ €

@ @

o

O N

o

\

O

o o o o =

o o

@

o

N

O 6

e N o

o

N

a?

€ N

o I N N

!.! N

(t?

O

O N

o o o o € o @ N r-: 09 oc o? o ci C; o o o o

o N N



€ @

N

@ n O = 6

@ 09 N

e

O O

O 6 o

o

O N

@ di

a O



F o o o N N o 6 6 @ @ a o o o o o o o o o o N o o o o € € € 6 o N o? o1 o? ol ol ol c? o1 ol o o? ql o? ol o? o? q?
EI ol O\l ill M ,l

o o o

Q o o o o 6 6 o oo oo 6o oo oco o q o o o? o o'l o o

o o o o'l ql o

€ @

@

o

o': q

N

N N @ @ o o o ol ol oo o?

Fll

$I

U'

o

o o o O 6 o

o o € o <: -{ @ o ei o o o

o N

o o

N

J

rr

o

N o o N @ 6 =q u? u? u? o o o O

6

6

o o 6 o ol ol ol ol o o o o o o o o

o o o o o o o? o? o? o o o

N O

N @

ts @ @ o q @ o o o

o OI

-

@ O

U

a

N O O c.{ cn d? O o O

N

rc @

O

ts

O O N

6

() &

O

c-l

tq

I

I

N

ol NI

t0

(g

q o


e a N O N o a o o oo @ o N N a @ O o 6 € o€ oN @N N o$t € c.{ .? d? c? O o O o a o o o o o d o o o O o ei o a O N o

o

o o o

o q

q

Q O N

e o @ N

o o @ N

Q

E €

o N

N

o 6

c.{ o o N N

O O N

6 a?

N

@


U? @

6

o o o o @ 6 a o o

6 oq o'l

O

o

€ N O N

oo N d? 6 N

N

N 6i

e o o o ro

@ @ oq

f;

t,A[tlrtltAN 8lr @

N

09

o ol

N

N

@

o ri R N

O H

X

6;

o M

O O o o: o

2jil) O o o q o?

N

o? o?

ol

@

@ a o? o?



O



c.{

N a

cc o9 6

o o o o

o o

o 6

@

O 09 6

ot o ot

@ 6 N @ @ N O @ oq oc oq o o o

N lt

F]

o

€ r-:

6

O

O

c

& = -

O

6 ol o

N o

O O



o @ o oc O

N N

o? O

o o ol O

lt

o M

€ €

O

@

ry @

-cE

= -0 =o €-

@

c

O



;

O

o o

a

= N = = -

@ u?

O



EI

o O

= 9 i

=

ai

6

C C

@

n



O @

o €

o ct a @

\ -= I

@ o @ N @ tr: oe o? c.{

c\l

o 6

@

ri a

€ o



O c.! O

o

N D

ri a N

c

@ o?

a (.) a

=

N

T I! tr F

o ?

!$ I

al M n

@

o

\ --

€ ol

=

&

N

O = D N N

:..1

@ @

o

o

@ € q

o ul



@

@

-

O O

ol

N o ol

€ @

o ri

e @

a t

€ €

o o oo ol oo oo ao

N 6 o?

o

6 q a o O

N a (g q o O

a @

N @

N

n

= = a o p = !

6

I

€ o a 6 q
6

o C

N @ c;

O

Q

a

@

F C

@

Q @

Q

n

E N 6

o;

@ @

N

@

N

N

J? 09

D

o

o N E

a @

N 6 @

N

n e

\

N

N

o; 6

O

o

r;

@ @

€ N

rc 6

09

6 o

n

@

o

o .: c ?

6 6

O

@

a N @

o

6i

I o D

;

D N

!D

O

= o o =

\

@ ('? @ u?

6

N

p

N

,q

-i

di

D

+ o

\

P o o o o o D o 6 @ € € 6 @ D

ci o 6 =

o

o

\o

o N F-:

@

o @ O O o 6 N o? 09 ce oc oe 09

@

F.:

o o

O

@

€ o o q €

rel="nofollow"> N



o O

o a O h @ @ o? o? o? o?

o'l O

N

q

O

o o N

\

o q

6

N

o D

N @ O O @ d2 r| @ @

O 09

6 o

ri ri Q O a

N

C 4



ei c; i

@ @

o o @ @ o) o: o) o o o

oq ol O O

c

,.ll

'?

i

O

@

\

@

,q

rc a o o D oq o q R =t N N N N



o @ 5 o o o? q

ill

oq

@ O O O 6 u? F-:

@ @ o o6 @ N @ o N ts a o @ @ 6
t'? o? o?

D p

o o @

q

N



X

N @

@

o o o o o o

D @

O @ @ N @ o O og a

€ (e

N 6

a @ @ @ o? o? o? ol

6 O N

F

o q o) o o o o o o o o;



@ @ O @ @ o? ol a? o)

@ 6

O o

-r -=

i

c.l

o) o

€ € o?

@

C; O

&

O N @

@

o o O o @ O @ N @ o N a o o ol O ol o09 @ 09 oq 09 09 cc og o9 o 6 o o o o o o o o o; 6 6 o o o o o o o

o

@

N

o

i! q =

F.l

a = n

N

.-

O N o: o o

O

N O o o o o: o ol o? a. o o o o

ul

oq @

6 N

ci



@ 6 @ @ o? o?

O @ o (c @ r o o o o Io o; o

ol ol ol ol

o o o o o o o o o o o N @

ol o N

@ @ @ N c.{

O @ o?

N

@

O

c.l u? o

c

ol

o?

o o o o o o; o;

O N O @ @ @ N @ @ o? c.l d2 q N N N Ni

X

N N

.c ol

q .a

O

6 o'l

o d F

€ € o ol o

@ @ o

N

ol

a N

D

o @ og 09 o? o?

o o o o ?

@ 6 @ @ @ @ O cc q @ @ @ i

a

N

+

a O

= @

O

\ N

l,Aml)tltAN tk. @

ol

2,sa O @ u?

u?

o)

6;

€ El

X

ol

o o

O

q Nu? o o o=

N @ d? o

NI

it0l Fll

o N

M q o

A o


t

EI

X

ol ol

[l

@ N o oq o?

\

,ll

q o

@

&

o o

O

o o r,

u:

\o o

a

(J

14

tr E{

n

€ N

@ N

6 d:

o (r?

o o;

q Nol o € N

O O N 6 oq c9 09 oq oq @ o o o o

\ 6

O N N

q

@ @

o

= N

N

e N

N N ol @

C cN N N

@ N (9 O N N

€ a @

o

@ @ 6 o? o'l

O

N

ol ol

6

o?

o

@ @

@

r

6 N 6 o?



o o;

6

o o o N o F

N

a o

N

o

= N

o

q n o c!

N

oq

@

6

@ @ @

ol

N




4

o

o

a



= N

o N

N N

a

o

N

@

O

N

o

@

N

€ o; N

@ ai

@ q or-:

N 6 @ oq oq tr: o o o N

si

N

N

o ri

€ o o o1 o o

a o € N O

o

@

@ f;

o

N

@ @

@

@

@

N

a

@ @ N

N

N

-q

@

o 6

o N I€

N @ o N

=q

O

O

N

e € o'l €

r o

\

o

@ F:

a?

O

N

\

O 6

o 6

N

o)

@ @

\

N

Q

o @ N q N o N

N N

\€

@

@ @

N

ro

@ 6

O 6

N

N @ r @ @
N

o

@

\o € O o N

@


L;

N

o9

o



a N

O

N


o 6 o q O oq c!

N

u?

n €

o

N

@

N

6

N N

N

N

N o @

ry

e € o € € q a o;

€i N

c \ N= O @ u? N o

rc2 c! Nq o€ N o; @ o o 6; d 6 6 6 6 o o

6

6 6 o? o.

o

o?

@

a o .t

€ as g? o

N @ o

N

N o cY ..! -1 o

6
@ o aO o6 o c.{ ol q d; d o 6 o 6 N

@ N

o N

C;

N

o

N N q.l

q q6

@

N


O

e

o?

@ @

6 o

@ @

N

tr:

N

@ o o ooq

a"? N

N

\ €(9

o € o o € € o o c9 o? q d? LT? N

09

c9

o

oi o o c o o

@ @ o aa\ c.! Q

O

ol

@ O d2

6 a

a

o

€ ts

€ @

tq N

6 N @ @ N o O N 6 N o Nq € u? -q oc.l o Fq N o o q o oi o o; o o o o; o
F.ll

A q

o

O

\ \ \ \ o o

@

o

d Ia

a q

@ € € (t?

o

o

fi

O N

o O O

@ @

a N

a

N

o o o o o o o; o O cg

N



F

@ o o @ cq q .2 O 6 o; o @ 6 o 6

N @ 6

O O @ N oq o? d? N N

@

X o €

&

n o

@ @

?. F]

N N

N @

@ N N N o o

o'? o?

N N oq

o $I

o

O o a? o? Gi N N

O N

@ q


o

c.{ N

<.!

ol 6l ill M al

q o09 o o

=

N

EI

o 6

@ O

O

@

M

6 N o) o

o

6 O

O @ N c2 o? c.! 09

o r-:

N N

N N N N

o

oc Gi N N

O O N

@

o o

@ @

o N o oq

Ni

o N d?



@ N

c.! N

N F @ @

Q

o o

@

oc oq og

@

o € € q N

o

6 o

N

N

a @

\ o @ @

.- a € = a

o 6

d?

6 N

o N u?

N

+ @ € N n

@ oq

6

t2 @

@ @ u?

N

ri N

N

oo o6 o 6

6

T

I,AIIIPIIIAN

$rr

ABEL:SCS-Sa PARAMETER UNTUKKURYAUSPIRAL-CIRCT Fr.-SPIRAI'

I

R

P

0s

Ls=140m x K

Y

R

0s

P

Ls = 160m x K

Y

280t

1.4321

0.291i

69 998t

139.99

ii

1.166f

280(

t

627(

0.380{

/9.997t

rs9.986!

260t

542(

0.3i41

69.9983

r39.989t

2563

260t

t.t62l

0.4102

79.9971

59.984t

6401

r39.989(

306(

250(

r.8331

0.426[

79.997:

s9 983(

.7061

139 9881

.361t

240(

1 909!

0.4444

79.997t

59 982i

.7771

4841

270(

2.083t

0.484t

79.996:

59 978t

939i

59.974r

2.1331

59 971(

?.245:

250(

6043

0.326;

69.998i

240(

6711

0 340,

69.998(

220(

.823t

0

37li

69.997(

139.9851

I

523,

200c

2.0054

0.4085

69.9971

139.982{

633i

200c

2.29tt

0.333:

79.9957

r900

2.1 10!

0 4298

69.9968

139.981t

/ 191

l90t

7.4tzl

0.561t

79.99s:

r800

2.?28i

0 4537

69.996:

139 978t

.814t

180t

2.546t

0.592(

79 9941

59.968r

2.3t01

70t

2.359i

0.4804

69.996t

139.976i

921

170(

2.696:

0.6211

79.9941

159.964(

2.509r

160t

2 506i

0.5104

69.995:

139.9732

20414 t60t

2.865t

0.666(

/9.993:

rs9.960(

2.666:

s0(

26731

0.5444

69.994!

r39.9695

21774

150(

3.055{

0.711

79.99?t

1s9.954t

2.8431

0.s83:

69.994i

39.965t

23321

140(

3.?14(

0.76rr

79.99r

159.947t

3.0461

39.959r

2517:

130(

3.5259

0.8204

79.989!

1s9.9394

3.28ti

139.952r

2721(

120(

3.819i

0.8887

79.9881

159.928{

3.554r 3.877:

140( 1300 120C

I

2.864{ 2.0851

3.34?

0.6281

0.680:

69.995' 69.9931

2 968t

I

l0(

4.r67t

0.969r

79.985r

159.915r

139.931r

3.2651

100t

4.5837

0664

79 982!

159.897(

4.264

39.924t

3.437:

95t

4.8241

r22! 79 9811

1s9.886(

4.489(

69.98sl

39.9153

3.6281

90(

5.093(

t84t

79 978!

159.873(

4.738r

0 9601

69.9842

139.905r

3.841:

85t

5.3921

.254!

79.9161

159.858:

5.016r

1.0801

69 9821

139.892t

4.0811

80t

5729(

.332{

/9.973:

159.8401

5.3291

.088(

69 9797

39.878

4.392t

75(

6.111

.421(

79.959;

159.818t

5.684:

70(

6.548r

523

79.965i

159.791 I

6.089(

65(

/.051t

6401

79.959(

1s9.757(

6.s57(

159.715t

7.102. 7.6071

loc

3.6461

0.7 423

69.9901

139.943:

00t

4.0107

0.816:

69 988(

95t

4.22tt

0.959:

69 987:

90t

4 456:

0.902i

85(

4.7 18t

80t

5 013r

75t

5 341(

70(

5.7291

166:

69.9767

39.8601

4 6633

65(

6.1703

255(

69.972!

39.8377

5.021:

60(

6.684:

.360t

69.965:

39.809(

5.439i

60(

7.639r

n61

19.9521

56(

7.t62t

.451!

69.963r

39.781

5.826t

56C

8.185

9034

79.945(

159.673(

55(

7.2922

484t

69.962i

39.7131

5.932:

55(

8.3339

937!

79.943(

r59.661r

t.t45l

521

7.7t2!

.5035

69.861

39.746r

6.273{

521

8.8147

2 0491

79.936!

159.6211

8.191

500

8.0?t4

.6322

69.954:

139.725r

6.5242

50t

9.167:

?.1314

79.931:

159.590t

8.517,

;

r,rmPrtrAN 9b lAllEL: SCS - 5b

Ls=140m

Ls = 160m

x

x

Y

48(

9.549:

2.220t 79.926(

59.556

8.871

6.866[

47!

9.649t

2.2433

19.974t

59.546i

8.9641

7.?467

45(

0.185{

2.3671

79.9 15t

59.495

9.460

44{

0 4t71

2 42t4

79:91

59.47 1!

9 674

0.785

2.506€

79.905(

59.434

10.013r

?.66?9

79.893r

59.361

10.636:

Y

P

K

48t

8.355(

r.7001

69.9504

r39.702i

6.7944

41i

8.443(

I /18(

69.9491

139.696:

45(

8.912

1.813i

69 943(

r39.661(

R

44( nal

0s

9.1

1

5'

1.854r

69.941t

39.6461

7.410t

R

0s

P

K

ll

9.437(

1.919;

69.9367

39.6207

1.67t4

42!

40(

0.026{

2.039r

69.928(

39.57 1t

8.

l48t

40(

a1t

0.695'

2.t751

69.918t

39.513t

8.689:

37!

2.223

2 839t

79 878t

59.213t

I 1.340i

36(

1.140{

z.?651

69

91lt

39.471(

9.049(

36(

2.7321

2.957i

79 868t

59.211

1

35t

11.4592

2.330(

69.906t

39.441t

9.3067

35(

13 096i

3.041!

79.8609

59.166

12.145

455"

1.810

2,'.)r

12.3406

2.508

69.891t

39.35 1[

0 018(

321

14.103(

3.275t 79.8387

59.

l33i

3.071

32t

2 5385

? 547',

69.888:

39.33 1(

0.1731

32(

14.3231

3.325!

79.833t

59.

l02l

3.2131

30t

13 369C

27t6(

69.873'

39 239i

0.846(

30(

15.2781

3.546:

79.8107

58.866(

4.150

28(

14 3239

?910"

69.8544

39.

1.614

?8(

16.370i

3.7984

79.782t

158.698t

5.1491

26(

15 4258

3 l32t

69 831i

38.988(

2.499i

26C

17.6295

4.0881

79.1432

58.491

16.299t

25(

16 0428

3257!

69

8l7l

38.906r

2.993;

25t 18.334[

4.25n

19.7211

58 369:

16.942"

z4(

6.71 I

3 3921

69 802(

38 813;

3.528(

24t

19.098t

4

4261

19.104(

58.23 r

D.631"

22(

18.2305

3.698

69.7644

38.589:

4.t 41t

zzt

20.8348

4.825i

79.6487

57.897i

19.211

21(

19.098f

3.873t

69.7411

38.4521

15.432t

21t 7t.821(

5.0531

79.614(

57.693(

20. I 07i

70(

20.0535

4.065t

69.7 l5

I

38.294i

16.101(

20t 22.9t83

5.303t

79.5t5i

57.458t

2

18(

22.2811

4.5t21

69.648(

37.8971

17.953(

18t

25.464t

5.884:

79.4761

156.868:

23.371

16(

25.066!

5.069r

69.553t

37.344(

20.139i

16t

28.6471

6.607t

79.337t

56.046(

26.194

15(

26.738t

5.402:

69.494t

36.981

2t.44tt

l5t

30.5577

7.039:

79.2414

55.508r

?7.871

t4(

28.6419

5.781r

69.420;

36.540:

22.9?0(

r4(

32.t404

7.530!

79.

l37t

54.853t

29.772i

12(

33.4221

6.723!

69.2

l3t

35.310(

26.567

tlt

38.1972

8.749i

78.8293

53.033i

34.442i

r0(

40.107t

8.025r

68.8721

33.293!

31.541i

l0t

45.836(

I0.426(

78.323:

50.058t

40.755r

r27:

8(

50.133t

8t

57.295t

5(

80.2141

5t

91.673i

1.090i

I.ADIPINAil IO SS-l Par:rrrrctcr

'l'Altl,:1,

05

p

0

o(

k

).()0(x)(

-00(

-()5t

-02t -o4t

-ofi

r.0000(

-11,

-(XX t,0(x

0.9999!

-9rr!

- ).\

-01'.

-U(X

-r)r)\

-291

-08t - 10i

-()0(

-991

-34\

-00(

-99t -99t

-40 -46i

-r).)

- 5Zt

-oot

/.(lU5Uz

(r.()O6()t

-00( -ou( u.4rry"

-161 -171

-99\

-

*17!

-667 -661 -667 -661 -667 -661 -668

- JJ: -334

"6(r8

-

-991

-87

-2i

-

-99

-931

-669 -669

-24t

-9tll

-991

-98!

-610

-104:

-670 - 671

*267

-gr)

-r)91

-27',

-.ryt

-vu:

l).4\n()t

-

1()l

- 9(,l -99 -9<)1 --99

(

).(r(.t9tit

-

101

(,.o1t61

-9li

-221

-985 -984

-280 -338

0-666 /

-99(

-

3.5

,.-)J-rJ

-99(

!

(r(,

'

u.vyy')

z.l

-.99

-339

-99t

-34(.

-991

.(

-34( -341 -341

'99( -99(

.t

u.y.r.JlJl

-i.(

-99C

-97rt

-51,1

-L)78.

-571

*675

-91(

-62(.

-v t:

-

-675 -b /t

/.1

-991

-336 -337

-()()

-37', -392

u.uu4j) u.+.)yt5

-99'

-r-)()

-339 *339

-39(

oaJ

-99-,

-338

-1454

*9rl(

-

-99{

-672

'98

-+z

-99t -99t

-673 -673 *674

-

-99i

-9tI

-451

*99:

-977

/45 u.ooo/o u.i3542 -UU -67i -.54.

-462

-99t

-96!

-861

--(r78

-144

-98 -98(

-4

-\)\)t

-96',

-9t1

-

141

-98:

-494

-\)t) t

-96:

^'971

-678 -61\

-34!

-98t

--50t

-96.

-203(

^

6rJ(l

.'52

-99t

-341

-98

-99

-741

-981

-99:

-09t - 15t

--(r81

-53-,

-681

-34-,

-55i

-99: -99i

'96 -95f -9h(

-211

-6ti

-95:

-

-

-\4 - i+t

-981 -98(

lr.

.-50( (r.(,U5U

-

U.49992

-9.3r

*261-,

-9u! -98!

-93t -93t

- 98t -98f

-93(

-(t7 -'7\', - 191

-99',|

-62: -66! -69t ).oo

/2

0.l}2.t2(

-991 -99( -99(

-61(

"6u.

0.99t)5

Zbt

-

-991

*65t

1

r,.ul

-941 -r)4(

59(

-63(.

u.vty

1.49\)u

()d

(,.666tJ2

-97(.

).)4\

l.\)L)g lt.

4.1

- J5{ - i5l

-97i

I

U--)

atat

-6u'

-444

-6t1(

-94:

-501

-68(

-351

-941

-

-68; -68f -68!

- ,a/

-t)7 t

-35:

-.1)'7

-i54

t)l

-

6()(

-

tt

6()l

-'\5/

(tt).

fiI

-t) )., ), )(

2

55!

r{.1(

t.(

-()<),

-9ti1

-40(

.' 1)l

-(

-338

-99 .-99(

-00(

-611 -612

-\(

-74\

-00t

-99t

-335 -335 -336

-99!

-00(

u.yytrt,(

-669 *669

-21

I

-()<)t

-t4l

-1\(

u.tluzv

\14

.'66t

-81

-00( -(x)(

u. -l -)J-lzi

-668

(,.(

-0(x

J.t4

--69t

-99,

0

.r)r)<)\)t

-64t

-991

L.C. 1.UO(XX

-334 -334 -334 *334

- r)\): -()L)\ !r(,r!

"334

"yy(

-99(

19(

-321

).1

).UUUU(

-20t

-334

I

S.T. U..1JJJJ

-01

u.ut40(

-r.l

L.T u.66667

L0000(

-11

I

v

_o(,(^,(

-1

'2.1

x

0.5(.t00(

-u5t

1

,{4

kurva lcngkung SPIRAL - St'IRAL FUNCT IONS OF TRANSITION FOR -s=1

I (r(r(l)

I

355

I I I'rtr

-97( -97!

I

lt

')( rl

'l(r I l'r(tl

I

l,,t0ll'llt,lN

I

I

l Alll,.l. SS-2 o

t$$ I'irrun)ctcr kurvu lcngkulrg 5l'11(Al. - !'il)lllAI ;UN(;I'l()NS ()t IRANSt'l'lON FL)K Ls = x

l(

U

.U

U-U

742

756

.a

771

-4

785

.5

300

-0

81t,

.7

829

-8

34

l6)u 9.L

8E7

'986

-91

9E

-91

- 908

- 981+ - 984

- 904 -

- 867

- 778

-

-E63

.U UU5

U.U

v -lrr

u.rro)

I

-9(t

I

- 973

-973 -972

-838

-97

- E?9 - a?4

-

1

-819

134 1+9

vo6

61U

-

'(>9

9)U

748

U-U

'7 42

-951

-737

381

-95t

-725

t95

- 953

-

956 - 955

- 951

716

('t

u - oo

I

I

(zu -725 -727

( 55

706

- 737

764

-738,

37

-

937

- 995 05053

-745 -747 749

- 285 542

952

584 385

-

930

- 400

.L

-391

-6

'918

392

-594

v.77>

I

911 909

-400

- 907

402

- 904

- 403 -

405

- 407 - 409 '41

0

'

416

- 417

- 427

I /1

428

419

- 121

902 -

90c 897 895 -E93

.t o-L

-2

.4 .5 -6 -8

o7L

888 EE5

.?

478

-4 .5

-883 -880

- 423

-875

425

- 873 a7

u - JJ45(

.5

v1c

397 399

769 ,J

.E

922 - 92t.

690

a

-6 -7

388

-

- 389

-767

u . oo

-3 -4

-3

- 632

-trora

.Z

-4

71

tu2

o.u

926 - 924

719

-765

.U

9?t

- 386

-761 -763

-toE u

-

u-oor)J u. JJ4l - 414 755

'7 57 -759

-

3T2

- 454 - 516 -57 l+

731

'9)U

t\1

169

-948 -946 -944 -943 -941

1

939 - 378 937 580 956 - JJ56 l v.rrr)q

-742 7t+4

-950

372 - 373

JY

-74C

95: v ->rr) I

-

-722 '7 24

764

-

(+39

715

-954

369

- 37C - 377

-

-732

JUO

4?4

u - JJ5Od

-374

)vu

-

-775 - 770

96?

-961

'952

s67

/13

- 532

-

760

vou

IU.U

96

10

-365 - 366

711

-730

-

-961

-5

709

-474

822 - 879

av4

352 366

-

-728

795

-t

-2

95t

.5 -6 -7

-95q -958

564

-708

- 416

-790 -785

.E

525 337

.4

-363

U-U

236 ?50 265 279

, -u U.U

- Z4Z - 300 - 358

-800

966 965 - 965 - 96lt -

- 184

-81

v-+r>at

952

1t6

833

- 969 - 969

?o7 221

-

- U'TU I U U - U+UOO

961

U

-965

'362

tu6

836

446 442

1?A

192 -lt

'97

97C

(E

.5 -6

97t

105

I OJ

t01

-703

978

-894

.?

-700

-710

6)1

091

- 698 - 699

- 7ZU

-859

'963 '962

561

979

-979

.U

-359

-360

662

-

L.U.

u. y)/)/oc

- 697

-80/+

-855

)62 J76

?

D. I

u.JJ5>t

'696

879 -E75 -87 1

6

)47

314

'37

- 694

- 546

-

9(6

-3

-

I

oooTJ

866

- 961

- 980

l5

'256

u-

(u4 965 6v4 45U u.4trot v -r>o>u U. UJ+OC U.OO'UJ -981

U.U IU IO

-03198

897

)01

.U

- o82 140

901

-

915 930 )45 960 974 )89

-4

u-ucrut -965 .03023

4

-985 -983

L.

v

v -rtrz - 921 947 - 986 - 918

-a6 t

.6 .8

trt

l/tmPlnail ll

l(Al, - 5l'l l(Al ftrRllT;-S$f-I':rr:iirrt'tt'r ITINCTIONS OII -I'I{AN SI'I I( N l,ur( ,s U 5. I L.T -.L. x k 0 v l) U.554JU u. vvdo) tuUu.ut4)i u-4Yr.t> u -vYovc U. U)6U) U. OO - 862 - 863 -776 - 690 -948 '468 432 .1 - 859 -778 -947 434 -c 9?1 684 48? -2 - 436 -856 - 780 - 677 - 978 - 497 '946 .3 - 851+ - 438 -782 - 671 -945 - 511 -4 .06036 .4 - 440 -851 -744 -094 - 914 '665 _5 52C -5 -787 - 442 -848 -658 -943 -6 152 540 -6 - 845 - lr44 - 210 -789 - 652 -942 -555 .7 .7 krrrvrt lcttgktttrg Sl'l

T

,|

-8

., .U

1

.2 -l+

_8 tz-l

- 569 - 564

-941

- 645

-91+O

639

o-49959 u.ut)70 - 613 -938 - 6?V - 642

- 656 -67 1 - 685

u

-tYo)a

- 625 - 618 - 612

- 937

- 935 - 934

-605

-933

- 598

-932

-700

- 591

-

931

- 584

- 714

-

929

-576

724

92E

- >69

U. U I r'4J

U.4YYZI - 9?6

u.rr)oa

2

.3

-746

- 924

- 555 - 547

-4 -5

- 801

- 922

- 532

-81

-

.6

- 8?9

- 919

- 525 - 517

- 844

-

757

1

-2

.E

'77

5

-858

'923

- 931

-945

.5

-

960

'97

4

- 989 0 - 02003

UlU

u.uzv5t

t+. 1

-2 -3 -4 _5

-6 -7 -8

-

046 -061 -075 - 090

-

1Ot+

118 133 't

47

162

t)-u

U. UZ I I

O

U-

JJ+)

- 466 - 469 -816 - 844 -4t1 E1E 902 u - uov)v u. o06z I v-554I -476 - 823 -U/U1 - 474 - 826 -075 -480 - 8?8 '13? '483 - 190 - 831 - 485 - 834 - 248

-836 -839

-305

- 842

'64 )

u. oo64 / u.yY460 U-UT)J) - 593 - 478 850 -853 -650 - 911 - 470 - 856 - 708 -910 - 462 -859 -765 - 454 - 909 - 862 - 823 - 446 - 908 -880 -865 - 438 - 906 - 868 '938 -905 - 430 - 871 - 421 - 995 - 904 -41 - 90? 874 . UdU)J I

I

u

-900 -898

-Yr.+v) u.u6tIu 396 - 387

-379

- 897

u. 006

/

u-

J54vd

'527

-4

-789

.5

785

-782

778

-775 u

-Yv

t).

I

1

-764

'7

-2 -3 -4 -5

61

-75C

_6

.7

-74?

-8

t5t u.vy ( 5)

t4-

- 886

- 532

'72

340

-

889

-72C

397

-

892

- 535 - 538

-71

.)

- 7'.!

.6

880

'225

-883

- 282

- 544

-901

'547

- 627

- 9U4

-550

t

795

-792

-530

168

- 898

-Yv5

.? .3

-731 -721

-

- 54'.!

u

-

-74e

J))a+

1

-799

-753

-521

I Z -L

802

- 513 - 516

-895

u..i)rooo

vv6u)

- 511

- t+55 - 512

526

u-

-757

-

335

.8

808

-508

-

-

- 812

-758

1

- 889 - E6E

-6 -7

- 500 - 503 - 505

- 362

353

-818 -815

-

-894

- 344

.4

- 490 - 493 - 495

-370

892

-2

-

- 519 u-

83(

- 827 - 824 - 421

- 488

-895

- 891

-

'462 '464

- 811 - 813

-8

-83

'l+60

808

842

a5t

u. )rvoJc

- 455 - 457

-91

U.IIYYU

I

- 453

-806

787

91t

918

- 449

- 803 -

-

- 447

- 801

-729

494

u.q>,

.4

u-oorvo -798

- 440 - 498 - 556 -61 4 -67 1

- 420 474

u - u I 60I

-3

U, UOJOJ

-363

IJ.U

916

794

'502

E73

-

5Zt

-509

-t

.2

921

-

- 917 -

- 902

-540

-791

- 267

'569

u. u6064

u-

ooTuo

U.JJ))J

70t 701

/0t u-'t'to'/o

1

-2

.3 -1,

L$7

lfir

l.,,tmtrlll,,t! I t l'Alllil, SS 5 l):rr;r,ur: tcr ktrn,l lcrrskung SPIRAI- - SI'IRAIII.]NCTI NS OF TRANSITTON T,OR Ls= tu -t5 p

0

ZU.L 1

-2 -3 _l+

.5 .c -7

-796

-

'794

925

'939

-791

-

-789

954

'9 68 -

982

- 997 -

-1

-4

U..+YTY6

-910

0.0301 z t.L

1

oz6

-068

776 '7 64

-752 -740

-785 -743 -781

- 773

1

652

'21 -

- 61t+

-762

-575

-759

- 56?

-4

.5 .6 .7

.8 25.!

268

'283

-71+O

- 297

-738

51:l

t3>

U. UJJZO

v - 4v r 5 5

340

1

-354

-4

- 583

-6 -7

-

369

-397

- 411

.8

- 426 - 440

z4.t)

U. UJ4OY

1

- 485

- 455

.? .3

- 497

-4

- 526

.5

- 540 - 554

.7

-747

-745 -743

-

.? .3 .5

-749

-

51?

- 56E

-583

tl

157

'639

-768 -766 -764

- 240 - 754

4

-:/ooo) u.1z1u1

- o97

75 -75'.\

988

120

627

- 601 - 588

06

111 115 - 1'.!9 - 124

- 931

678

-

- 197 - 211 - 226

-818

-

U

128 133

-729 -733

'737

- 454 " 449 ' 413

'7 41 -71+5

- 438

-749

- 427

-753 -758

-'t37

76?

'132 - 4?'.|

- 415 - 410

_1

.2

.3 .4 -5 .6 .7 -8

.v

u.55 / OO u.yy4uq tt.u -770 - 399 1 lr7 1

u.6t't4l

-393

-2

- 387 - 381

.4

t,

'151

-77

270

- 156 161

'170

-779 '7 83 -787 -791

-374

175

-796

-

-

800

-358

- 327 - 383

-155

- 439 * 496 - 552

-180

4

'37

3

6

-5 .6

364

.7 .8

- 523 - 509

-804 - 181 352 .9 u.6 / 16! u.556Ur u.Yv54A /.4 -u -813 :3 40 1 191 721 -818 -334 -777 199 -2

- 496 * 482

-834

'204

'822

-328

-890

- 208

- 826 - 831

-

322

-

316

.5

304

.6 .7

'549 (>( u-4rt)) u. v6)Jo zt.u U.UJ I6J .2 .3

-761

-690

-770

- 1l+O - 154 169

't

-875

-083 111

102

- 648

-705

L.U.

D. I

I

o.b(uvt u.55 ( Z> 0.9946t tu.

- 591

-728 -715 -703

(t9 u

L.

v

u-11>5>

u.rot60

-787

U. UJU4 U.4Y I - 054 775

- 125 .E

x

l(

u -t)ldY6

'469 '455

609

u

- zoo) I

-946 . 1 5002

- 442

-059

- 428 - 415

- 115 172

'213 -

214

- 223 - 2?8

'233

-835 -840

-310

- 844 - 849

'298

-

- 292 o -vY z6a

.3 .4

_8

U. 556){r t3.u u. t )cao o.6(t5d -858 1 243 ?79 284 31 - 340 - ?73 -853 -373 -728 '248 -2 - 868 - ?67 -7?6 - 359 - 396 '25 4 - 872 - 259 '261 - 345 - 452 '7 23 .4 -508 - 877 - 254 - 264 -721 - 331 .5 -882 - 248 - 269 - 316 - 564 '719 .6 -274 - 886 - 242 -302 - 621 '716 .7 - 891 - ?3s -280 - 714 - 288 - 677 _8 - 229 - r11 733 285 496 274 u.4Y ( U' u. v6zoll u. I J t o) u.ot atu u.55yu1 v .vv z.tz 14.U - 906 - ?95 -845 '216 1 245 707 - 901 -704 -910 - 209 - 231 - 301 -2 - 915 - 203 -702 - 306 - 216 - 957 - 196 - 311 -920 - 699 - 20? 1 4012 -4 -190 '697 187 05E 317 925 - 930 - 183 -322 - 694 - 172 - 124 .6 -328 - 157 -1E0 - 592 '935 17? .7 -940 '17 - 689 - 143 - 236 '333

'7

u. v6+u

I

- 387

tit

r,aml,lltaN til I

A

lll',1, 55 (r

l';lr':llil('l('r krrrvil I('ilgklrilg 5l'l l(Al, - 5l'l l(Al rN( NS ()li I KANSI l t(-rN t.()1( -s-

t0 0

.1

2

.]

) k u _ 496E4 U-UJOI - 625 '681 - 640 - 679 - 654 - 676

-L 5

-6

ao - u

z6

'642

-378

- 663

'7 38

-97991

-791+

-383 -389

- 981

- oo7

- 991

102

916

449

59>

996

u-r(ro u-'t 4vu) -945 - 961 '929 15016 - 913 '072

U.OT4UU

-

661

u - 470)o

'825

- 656 -

653

- 651

-

- 648

- 898

-

- 882

646

'643 - 640 - 638

-850

-868 - EAz

65)

818

v.4vo5t

.3

U. UJOYO - 910 - 924 - 939

-4 -5

-957

-8

-

-853

'953 - 981 - 995

-L

-

04009

- 613 -61 0

-

- 671

- 108

- 590 - 587 - sa4

u

- I ou I q - o69 124

-180 -

235

'290

554

-278 - 293

lfdt U.U+JZ

I

- 514

u.oI)c

- 552

- 400

- 565

-

730

399 -3A2

-785

-558

'364

- 555 - 552 >49

-346

- 89s

-

840

-950

'329

.17 005

51'l

060

u.v t zt5 U.

l.r

.4

-

- o16

038

-5 .6 -7

- 031

.E

o33

- 571

>(d

.2

'067

-

oz4

.,

at -u

'066

U.Y'U I - 009 - 002

973

-3 -4 -5 -6

-958

.7 .8

o49

-

1

_98995

- o77

- 947

- 083

- 98C

0,88 - 094

- 099

-

U. J+

I

'95t

- 138 - 145 151 - 157

zo.

v.ro,

116

''134

1

.2

'9 65

105

128

- 520

-

060

-'t22

345

- 417

-053

- 539

- 546

1

-028

- 527 - 533

-558

-503

-

- 081

-

-07

- 177

uv5

u. yvu6d ao-

- 017 - o23

U.J+Uf] - 050

1

-

- 564

u.qr)+o

'47

- 537

- 567 - 561

u.or+)v '465

109

-074

-

45

.4

.5

- 012

'o39 '044

441

- 508

- 455 - 446 - 165 ,1U v., t 10) u. to)ol u. u.r I a v u-47fro - 573 - l+52 - 620 - 193 - 675 - 434 - 570 - 207 - 582 - 579

'

- 447

-

959

- 588 - 571 -

- 412 - 418 124 - 43D - 1354

-848 903

'986

U-J4UU I 406 007

- 483 - 490 - 496 - 502

- 682 - 738 - 793

688

- 621 - 604

- 250 - 264

U

-704

- 602 - 599 - 596 - 593

080 - 094

- 627

-721

-051

'236

JU.

-7s3 -737

655

- 22?

-7

- 618

- 516 -57 1

770

-61 5

-372

- t+O5

7E6 -

- 608

- 122 - 135 - 151

1

- 624 - 621

350

u.Y ( 6Ut u- t)40t

uz5

-

ar.

-834

- 6?9

- 626

178 - 183 - 239 - 294

- 866

-03( u-4vou) u-vro50 -065

.4

136 129

-970 -975

- 022

'796

.6

143

- 668 - 666

697

-57 1 - 627

o37

839

-2

- 361 - 366

()

a) -L

-150

-

-811

1

-955 -960 -965

'tz 116

.4

aI.t

-515

-350 -355

-

.?

.7 .8

- 459

,.(,. v-rr t)(

- 671

-767 -78?

-6

- t+O4

5. U.JJY)U

-0s3

U.UJT)J

1

-098 -083 -068

L.L U.OTJ44

-674

-725 /39

.E

u - t 4)4d

- 669 - 683 - 711

7

x

u.v6t

-

928

-2

- 92C - 913

.3 .4 .5

-

945

- 89V - 89C -

-6

.7 .8

882 874

163 t ov u. v6l,00 tY-859 .1 165 -85 1 - 171 -a43 - 177 -835 - 193 .4 - 827 .t 199 -81 9 -205 .6

u.o/)6{ u.54 591 - 597

- 644 - 610 - 617

'623 - 63C

-21 1

-81

-

-

- 80t - f91

637 643

u-ofol

u

935

217 z?3

u.)lact

v.Yo(o,

ttr.

,qr

r^mplll^rr

13

T'trIIITI SSI lr

Pitrrtttrt'lt'r krtrv,r lcttgkrrrrg Sl'l Il A I . - Sl'l

r

li

(r

U.U4JZ

-t,

-

335 - 349

2

_4

4v)40 U.Y('Y5 -275 -543

-377

- 537 - 534

- 239 - 221

-

- 53',!

-

- l+34 -

- 528 -

525 - 522

444

203

-8

-574

5Z-t)

u.40ua

588 - 616

- 630 - 645 - 559

.2 -3 -4 .5

-

673

- 687

-701 -7 15

4At

u - +)r+o - l+81

u.yoYZa

- 472

-

/29 55

u - u.+ r 4J

-

-771

-785

459 455 449

- 445

.5 .6 .7

- 438 - 435

- 827 - 841

- 432 - L29

-855

'425

-

- 422

U-

U46OJ -

_2

.4 .6

a9l

-

911 - 925 - 939 - 953

-967 - 981

- 995 .9 u. u)uuv

.8

J).u

U-UfU(J

-81

1

-791 -772 752 -

713

- 694 - 655 - 635 - 615

- 813

L

'849 -830

-674

-799

869

868

- l+42

-4

-8 J+.

466 46?

-

u.4v4>z U-YOTJJ

-757

1

469

901 - 887

- 595

-57C

-))6

u-4]/4t, u. vof Jo - 415 - 51e - l+96 - 412 - 408 '475 - l+55 - 405 - 435 - 401 -11 4 - 598 -

391

-394 -373

-

56U

553

-395

u.97JOf

u. voSJz

657

- 664

-670

-279 -333 -388 - l+94

-944

- 478 - 475

- 169 - 224

- 443

- 494 o.96982 - 490 - 963 -

U.

-'t 67 148

-150

5.

I

u-oro)u u.54Za','

-185

519 f t.r.J u.u446Z u-4v) to u -, I I I I -094 - 513 476 1 -075 -510 190 -2 - o57 - 506 -504 -3 -038 503 518 -4 'o20 500 532 -5 * t+97 -00 1 - 5l+6 .6 - 560

t-. I

v

- 257

391 - 40s - 419

-8

u-

x

-540

-363

3

l( A I

lrllNC't'l()NS ()tr'[ ANSI'I'l()N li()l( l,s =

-

.1

-2

-755

260 - 266

-71+6

- 698

- 273

-

-4

-722

.6 .7 .8

-304

- 688

.2

- 311 - 317

-

-3

-324 -330

'663 '65 - 6l+6

'279

738 730

'(13 .,, u.v6lul JI-U u.)qcrc -7?6 - 298 691 - za5

u.o/

716 -77C

- 733

-740

- 825

988

-747 - 754 -761

-768

-

- 097

-775

-343

-

879 - 934 -

U

JU.

'7 63

-

712

6Ut l

235

- 241 - 248 - 251+

,.(.. -Y6( 6( -779 -771

- 684 - 691

-705

- 552

u- l/oo

677

-

u

-0. 1 8043

337

68t

-672

-638

- 629 - 15? 350 ta5 u - J45)O u - v60z I u - I deuo v.ot Iru - 61? -363 - 260 - 797 - 603 -370 - 804 - 315

-376

.4 .5

)2.

u

-1

.2

-383

- 595 - 5AC

-3

-390

-

577 - 569

-5

-

56t

-7

- 551 - 640 - 849 - 542 - 694 856 417 qo u 54+a u.70)Jc u-of60J u. I o t - 431 - 803 525 87 1 - 438 '51 -878 '857 - 501 - 886 - 444 - 911 - 49t - 894 - 451 -965 - 4AS - 458 -0-19019 - 901 - 465 - 480 - 909 - 073

.8

-

-

369 - 424 - 478 - 532

812 819 826 834

- 841

- 586

- 397

- 403 - 41C

- 127 -1 81

-9',t5

- 472

-

- 479

- 234

-

924 932

u. tYz66 u-or)rJ)

'9

342

-396 -450

-

955 - 963 -97 1 - 979

- 504 - 557

- 611 - 665

-7 18

/72

1+7

4U6

- 508

- 515 - 522

- 987

58002

- 544 - 551

-U1U

-6

JJ.

-2 -3

.5 -.6

-47 1 - 462

.6

.,

45

u-544Y5 u. v644 J+ - 435 -500

'529 -536

-994 0-

-

.4

55E

u. troco u. o6u1 6 u.5tr)o>

-

U 1

- 425 - 416 - 407

.z

- 389

.6

-la

-398 -379 -370 - 56I u.voJ)

.8 J)-!

I.AMIT!TAN

t.tmlrlnaN l8

trt

ttAl, - sl,l lt^l

"=t-q tii

r.arrrrraN ro l-Alll!1, : Sl\-l(l 0

l) 1

( -3 -4 -5

.6 -7

.8

u.z)u4)

100

u.4('vvu

- 430 - 443

'981

-

"976 -972

'927

'470

-

967

"875

- 484 - 497

-

963

"

-958

'823

-

- 954 - 9l+9

- 77N

- 457

-511

rz4

1

-2

- 565

L

U. Y4UU)

-985 0 -93979

I' - UO4UJ - l+16

u-uo)56 '552

qo.

l':rr:llD('l('r l(rrrv;t l(' llrlliullg 5l'l l(/\l, - ]l't l(/\! ,t( .S lN(, 1 l( rN5 (I' t l(AN:!l I r( N k x L. I D.t v

u-

46Y4)

-901 849 796

U.vtt.t4

-948

-717

'691

- 606

- 936 - 931 - 927 - 922

-6

- 620

- 918

- 584

-

.8

- 633 - 647

'909

660

.3 -4

.5

-579

'592

-4

.5 -6

.7 -8 46 - L 1

.5

-728 -742

-755 -768 -78?

-795 U - UOOUT

U 1

-2

.3 .4 .5 -6 -7

.8

)u.

.?

-756 -806

t

'556

'128

-

566

- 116

- 134

'587

145

- 597

103 - 091 - 079

- 156 168

v.o,

I

t,

-

- 225

'207

257 - 307 - 357 - 407

'214 - 237

- 248

'457

'260 '272

- 5D6

- ?E3

u-oYar) - 307

123

'096 - 069

- 656

-705 -755 '80 5

-576

'639 -650 - 660

-67 -68

1 1

- 692

u-

-

OOI+

.3 -4

-979

-703

-

- 711+

-941

746

903

1

89t

.2

U-J]fJf

- 34?

'778

-865

-35tt

-789

- 852

-

366

-

- 839

-87i

-378

-811

- 953

-

390

" 822

-81:

402

833

80t

v-atuu5

.8

I2t u.voyt

-904

958

-7

724

-819 -013 -815 o.92985 -

.6

954

'854

810

-5

-96C

-041

- 824

_8

o -96991

-

330

-6

)/, u+ I .ir.u - 029 1 -016 .2

57 '7 68

-

_4

.5

-054

'7

-318

-3

'066

-608 -61E u - J)ozv

.8

to> +o.

100 111 - 122

- 606

- 834 - 829

95U

1

140

- ?o2

151

-6 -7

-546

- 157

178

-

- 089

- 423 396 - 369

'843

.5

- 485 - 495

152

191

233

-4

- 225

535

- 107

315 - 288 - 260

?49

- 237

u-z)))) u.6vuoo v-5>>t) .u.Yt

u. zou>

-

-

- 464 'l+74

- 078

o44

u-466>Z U.YSZUO u-ao))o

-838

- 903 - 9',t7

-

-85(

'849

.7 .8

-87 1 - 866 - 86?

'454

-2 -3

-605 -655 '7 05

-

- l+5O

- 342

1

'261

-505 51)

-957

-876

- 273

- 4454

u))

-

- 5U4 U-ZOUU/

- 881

+).u

504

- t+54

'531 U.'JC(

- 134

0

ao)

213 - 241 - 189 - 177

904

- 863

-890

1

913

- 847

.6

- 611

-978 '989 ' ?51 0.69000 - 302 '01 - o22 '353 -033 '403

'856 '907

- 822 - 836

-876

- 664 - 638

-967

150 - 201

-558

q( -u u.uoor4 U.46YUU -895 1 688 - 890 -701 -2 - 715 -885 _3

4)'

953

l-.( u -a (

800

- 82( -

46.

L

-3 -l+

.5 -6 -7

.8

u -Yo( 6t U.Z(U)Z u.oy4t4 u.5)d44 u.466U) U.YIYJU -774 -101 '855 .1 426 902 800 957 - 867 -761 - 438 '87 4 -970 - 796 .2 151 '7 48 -878 7 - 450 -791 -200 - 983 - 846 -889 '735 - 163 -786 -818 - 250 - 997 .4 * - 900 '7 22 '475 -782 '7 90 -5 299 0-0701 -911 -762 '487 -777 'o23 709 -6 348 - 696 - 923 - l*99 -733 - 397 - o37 '77? - 683 -934 - 512 -705 - 446 -050 -767 .8 -6 (t) -6( - 495 - 524 -945 -762 -064 U.U(UIO u - 40I ) t u -tzo4v u - l I )44 u - ov)Jo u. f )v) I u. voo>c >U. U

u. uov44

IAMPINAN 20 IABEL SS-11 Ts and Es for Ts

A 6

1

7

1

8

1

9

1

10

1

.00064 .00087 .00114 .001 44 .001 78

11

1

.002

12 13 14

1

15

1

1 1

1

6

.oo257 ,00302 .00350 .00402

.00458 1.00518 18 1 .00581 19 1 .00648 20 1.00719 16 17

1

264 Parameter kurva lengkunE SPIRAL - SPIRAL

Ls=l for CURVES TRANSITIONAL THRO UGHOUT Ts Es A Ts Es Es A o.o17 47 38 1 -02682 o -11599 70 1 .1021 4 o .24203 0.02040 39 1 .o283? 0.11936 71 1 .1 0561 o.?4681 o.02332 40 1 -o2987 o -12275 72 1 ,10917 o.25167 o.o?625 41 1 -o31 46 o.12617 73 1 .1 1 ?81 o.25660 0.02918 4? 1 .03510 o.1?96? 74 1 .1 1 654 0.?616"1 -0321? 0.3507 0.05802 0 .04098 a.04396 o

43 44 45 46

47

o.04693

80 81

0 1 6544

82 83 84

,0545? .05680

0 1 6966

85

0 17352

86

.o59"13 0 1774? .061 53 0 18137 .06399 0 18536

87

.OO794 0.06198 53

1.01??6 0.07734 58 1 -01324 0.08045 59 28 1 .01427 0.08358 60 ?9 1 .01 533 o.0E674 61 30 1 .O1644 0.08990 62

1

1 1

1 1

1 1

1 1

1

1

5831

0

1

6206

0 0

E8

89

8940 90 19348 91

1

0 197 62 0 20181

92 93

1 "l

1 1

0.?6669 o.?7186 o

.?77 10

o.28?44 o -28786

1.14092 o.29337 1-"t4535 0. 29898 1.14988 0 .30468 1.15453 0.31 048 1 .1 5930 o.31639

't.15418 1.16919 1.17433 1.17960 1.18500 1

1 1

1

?o604 94

1

.0801 0 0 21034 95 .08302 0 21 468 96

1

0

.12036 .12427 .1?828 .13240 .13661

o.3??41 0.32854 o -33478 o.34115 o

.347 63

.19054 o.354?5 .19623 o. 36099 .?0207 0.36788 .20806 o.37 49 -21421 0 .58207

1

1

.08602 0 ?1908 97 .08909 0 2?355 98 .09?23 0 22807 99

1

1

.09546

0 23266 100

1

.25475

1

.0987

0

1

.02396 0.1 0933 68 .o?537 o -11265 59

.o6651 .06909 .07 17 4 .07 446 .077 24

0

1

.2?O52 0. 3894 .??700 0.39688 .23366 0.40453 .24050 o .41?34 .24753 0 - 42034

1

0.09630 64

.01877 .02000 0.o9952 65 1 .021?8 o.10277 56 1 .0226 0.10604 67 1

1

.01 758 0.09309 63

1

37

79

0 15460

?6 27

36

1

0 15094

1.00873 0.06502 54 I .00955 0.06808 55 1 -01042 0.071 1 5 56 1.01132 o .07 424 57

1

1

75

75 77 78

.o4399 .04598 1 .04804 0.05593 51 1 .05114 0.05895 52 I .05230

2? 23 24 25

3? 33 34 35

1

.03479 0. 1 3509 .05653 0. 1 3660 . 0583 1 0 .1 401? .0401 5 o-14370 .04204 0 .1 4730

1

1

1

1

1

48 o -o4992 49 o.05?92 50

21

31

1

1

1

6

23731

1

1

0

.42852

I 26i'r

IATIPIBAN 2I

enitke Desimal

Menit

Desimcrl

Menil

lJeslmql

vlentt

1

0.016667

16

0.256666

31

0.516667

46

0.766670

2

0.033333

17

0.283333

32

0.533333

47

0.786667

3

0.050000

18

0.300000

33

0.550000

48

0.800000

4

0.066667

19

0.316667

34

0.566667

49

0.816667

5

0.083333

20

0.333333

35

0.586666

50

0,833333

6

0.100000

21

0.350000

36

0.600000

51

0.850000

7

0.116657

22

0.366667

37

0.616667

52

0.866667

8

0.133333

23

0.383333

3B

0.633333

53

0.883333

I

0.149999

24

0.400000

39

0.650000

54

0.900000

10

0.166667

25

0.416667

40

0.666667

55

0.916667

11

0.183333

26

0.433333

41

0.683333

56

0.933333

12

0.200000

27

0.450000

42

0.700000

57

0.950000

13

0.216667

28

0.466667

43

0.716667

5B

0.966667

14

0.233333

29

0.483333

44

0.733333

59

0.983333

15

0.250000

30

0.500000

45

0.750000

60

1.000000

T U$IPINAN 22 TABEL: Pelebaran di tikungan per-laiur R (m) 1500 1000

750 500 400 300

250 200 150

140 130

120 110 100

90 80

70

50

60

0,0 0,0 0,0 0,2

0,0 0,0 0,0 0,3 0,3 0,4

oi 0,3 0,4 0,6 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,8 0,8 1,0 1,0

?G6

(rn )

KeceDatan Rencana . Vn ( 70 80 90

o5 0,7 0,8 0,8 0,8 0,8

lan/iam ) 100

110

0,0

oo

0,0

0,0

0,1

0,1

0,1

0,1

0,1

0,1

0,1

n)

0,3 0,4 0,4 0,5 0,8

0,4 0,4 0,5 0,6

0,4

o5

0,0 0,2 0,3 0,5

o5

0,5

120 .0,1 0,2 0,3

0,5

Sumber : Tate Crre Perenclnaan Geometrik Jalan antar kota (TPGJAKlNo.D3BnlBMllgg7

TABEL: Pelebaran di tikungan per-laiut (m ) Untuk leber Jalur 2 x 3.0 m.2 arah atau I erah

KeceDatan Rencana Vn (

R

(m)

50

1500 1000

,3 ,4 ,6 ,8 ,9

750

60 0,4 0,4

80.

90

100

110

0,4 0,4

0,4

o1

0,7 1,0 1,0

0,4 0,5 0,7 1,0

0,5 0,5 0,8

0,6 0,6 0,8

1,1

0,1

1,1

1,1

o{

300

,9

o,6 0,9 0,9 1,0

250 200

,0

1,1

1,1

1,2

1,3

1,,4

150 140 130

,3 ,3

7,3 1,4 1,4

,3

1,4

1,2t)

,3

1,,4

110 100 90 80 70

,3

500

400

)

km/iam )

70

0,9 1,0 1,0

1,1

,4 ,4 ,6 7

Sumber : Tata Cara Perencanarn Geometrik Jalan antar kota (TPGJAKFNo.$E(I IB.M/1997

I(ONSTRUKSI JAI,AN BUKU

T:

GEOMETRIKJAI.AN RAYA

1 LII-IIPIRAN 2:I

2G7

j

V Fl

ci ?-

O

o

z (5 =^ tr) z EES s

o-

2 D a

EE€ L_ (s 2^

Fl

EES

(o

o

o q

o-

o

rrl

o

(5 D.= =^ C

-9s5 (o (s J^ L_

a *) a &

z

tr a

vfrl j

o

V

F.l

rll

o

Z

z

r-

) H

z H

il t-l |!

il tr fEI

Fl

z Ir ir il

o (O

(6:2-

o lr)

l.r,

€ a

zd

I o-

(E

=^

(5 ?-

EE€ (5 D: =- C

(E ?-

roo

c!

c\l

EE€

o(O

o-

T\

(3

(6

=^

EES

:

E'

.,:l

sg

6

E

c

o-

o ra)-

o

o

(\I

C\I

I c 6 E o

6

ql

E

q $

o (o

q t\

lr,

o

o

o (O

O ('E o *< JA q ,U,

xo c ro- i-

F- c!
N

(f)

o

F-

o-

t\

3o

8E EE 3R

!,

,q

E

o_

N'xr

_x 6C

6l

€s c'ii

|r)-

66

(\I

C\I

E]

n

!o

O. 6

L_

Fl

a, !e a-

.(f

Ehs

€\ o\

o rr)

_gqs

_gqs

f-t

o-

F

(6 o A: =- C |r)

EES

J rl E

q E-E

F.-

*9c tr)

o o q

EF GO

c, q,

3E.H

U

EBJ

6

= Ar€ 6 '=?=-



:

o lr) EE

GI

>E ea oo

8,gE

P EqE ul EN= Fllllll

I --=

LNIIPIBAN 24

204

{

-rTrT'1 *L_r*LJr,

( il

..,lI

il It

rii

N

16

N

2

: -a E I

t I

M

q+.--

.--...,5S-,*.

Related Documents


More Documents from "nabilahmona"