356671313 Ka Andal Emas Copy

  • Uploaded by: ellysa loviani
  • 0
  • 0
  • February 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 356671313 Ka Andal Emas Copy as PDF for free.

More details

  • Words: 10,636
  • Pages: 56
Loading documents preview...
KA-ANDAL PENGOLAHAN DAN PEMURNIAN MINERAL EMAS

PT. WASCA GOLD TEKNIK PERTAMBANGAN 2017

BAB I PENDAHULUAN 1.1

Latar Belakang Sebagaimana diketahui bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang

memiliki potensi mineral tambang yang sangat besar dan tersebar di berbagai pulau. Potensi yang besar dan keunikan yang dimiliki oleh mineral tersebut telah menarik perhatian banyak kalangan, khususnya pihak investor yang bergerak di bidang pertambangan. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya perusahaan yang beropersi di wilayah Indonesia, seperti tambang batubara, tambang nikel, tambang emas, tambang timah hitam, dan berbagai macam jenis bahan tambang lainnya. Perusahaan pertambangan tersebut cenderung dikuasai oleh para pemodal asing ataupun pemodal besar, sehinggga pengusaha dari rakyat Indonesia hanya dapat melihat keluar masuknya konsentrat tambang milik sendiri. Oleh karena itu, sudah selayaknya para pengusaha lokal diberi kewenangan untuk mengelola kekayaan mineral tambang di daerahnya denga mengedepankan peran tenaga-tenaga ahli dalam negeri, sehingga akan berdampak pada peningkatan taraf hidup masyarakat sekitarnya serta memicu tumbuhnya industri-industri dalam negeri yang dapat menunjang kegiatan pertambangan. Untuk meningkatkan nilai tambah produk hasil tambang, khususnya tambang logam, maka perlu adanya proses pengolahan dan/atau pemurnian menjadi bahan jadi ataupun setengah jadi. Dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Mineral dan batubara (Minerba) serta Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 07 Tahun 2012 tentang peningkatan nilai tambah mineral melalui kegiatan pengolahan dan pemurnian mineral, bahan baku hasil tambang harus di proses di dalam negeri sehingga dapat di peroleh berbagai keuntungan yang lebih signifikan, antar lain : a)

Secara ekonomi akan memberikan niali tambah (value added) karena hasil pengolahan tersebut akan memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi.

b)

Menyumbangkan nilai devisa yang lebih tinggi bagi negara.

c)

Menumbuhkan perekonomian daerah.

2

d)

Menyediakan lapangan kerja bagi masyarakat.

e)

Meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat. Pengolahan dan pemurnian adalah kegiatan usaha pertambangan untuk

meningkatkan mutu mineral serta untuk memanfaatkan dan memperoleh mineral ikutan. Dengan demikian, setiap jenis komoditas tambang mineral logam tertentu sebagaimana dimaksud dalam peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia Nomor 07 Tahun 2012 pasal 3 ayat (4) wajib diolah dan/atau dimurnikan sesuai dengan batasan minimum pengolahan dan/atau pemurnian. Atas dasar pertimbangan tersebut di atas maka meningkatkan daya saing Kabupaten Bombana di bidang pertambangan mineral serta untuk memenuhi tuntutan UndangUndang Nomor 4 Tahun 2009 dan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 07 Tahun 2012, PT. TERANCAM SUKSES bermaksud untuk membangun pabrik pengolahan dan pemurnian mineral emas di Kabupaten Bombana. Rencana kegiatan ini didukung oleh pemerintah daerah dengan terbitnya Izin Prinsip Pengolahan dan Pemurnian Mineral Emas sesuai Keputusan Bupati Bombana Nomor 540/494 Tahun 2014 yang berlokasi di Desa Rahadopi Kecamatan Kabaena Kabupaten Bombana. Komoditas tambang (mineral emas) yang akan diolah berasal dari Kecamatan Rarowatu Kabupaten Bombana yang dipasok oleh pemegang Izin Pertambangna Rakyat (IPR) sesuia Keputusan Bupati Bombana Nomor545/887 Tahun 2012. Sebagaimana diketahui bahwa keberadaan pabrik pengolahan dan pemurnian emas di suatu wilayah berpeluang memberikan dampak lingkungan, baik dampak positif maupun dampak negatif, yang dapat mengubah rona lingkungan hidup. Oleh karena itu, PT. TERANCAM SUKSES wajib menjungjung tinggi azaz keberlanjutan pembangunan yang berwawasan lingkungan. Sehubungan dengan itu, diperlukan usaha-usaha perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup oleh PT. TERANCAM SUKSES guna mengoptimalkan dampak positif serta menekan dampak negatif dari kegiatan tersebut. Sebagai implementasinya, PT. TERANCAM SUKSES akan mematuhi semua regulasi yang berkaitan dengan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Salah satu kewajiban PT. TERANCAM SUKSES sebelum melakukan aktivitasnya adalah perlunya mendapat izin kelayakan lingkungan yang di

3

wujudkan dalam penyusunan dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) sesuai dengan amanat Undang-undang No.32 Tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dan peraturan lainnya seprti peraturan pemerintah Nomor 27 tahun 2012 tentang izin lingkungan, Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 05 tahun 2012 tentang jenis rencana usaha dan/atau kegiatan yang wajib AMDAL, serta Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara maupun Kabupaten Konawe Selatan yang relevan dengan jenis usaha/kegiatan yang berkaitan dengan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Dokumen AMDAL yang terdiri dari dokumen Kerangka Acuan (KA), dokumen Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL), serta dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL). Dalam dokumen berisi uraian tentang rencana usaha/kegiatan, rona lingkungan hidup awal, pelingkupan komponen/parameter lingkungan yang di duga akan terkena dampak, serta upaya-upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan. Dokumen AMDAL di harapkan akan menjadi pedoman bagi pemrakarsa (PT. TERANCAM SUKSES) maupun instansi/lembaga terkait yang terlibat dalam pengelolaan lingkungan. Dokumen-dokumen tersebut disusun berdasarkan hasil studi lapangan maupun hasil studi literature dengan melibatkan sejumlah ahli/pakar sesuai bidang masing-masing. Untuk melihat kelengkapan administrasi serta konsistensi dan kedalaman studi, maka dokumen AMDAL ini akan dinilai oleh Komisi Penilai AMDAL (KPA) Propinsi Sulawesi Tenggara sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun 2013 tentang Tatalaksana Penilaian dan Pemeriksaan Dokumen Lingkungan Hidup serta Penerbitan Izin Lingkungan. 1.2 Tujuan Rencana Kegiatan Tujuan rencana usaha/kegiatan pengolahan dan pemurnian emas oleh PT. TERANCAM SUKSES di Kabupaten Bombana sebagai berikut: a) Mengambil manfaat dari potensi sumber daya alam, khususnya mineral emas yang ada di Kabupaten Bombana. b) Mendorong peningkatan kapasitas produksi emas dalam negeri.

4

c) Membuka lapagan pekerjaan bagi masyarakat Kabupaten Bombana khususnya dan masyarakat Sulawesi Tenggara pada umumnya. 1.3 Pelaksana Studi 1.3.1. Identitas Pemrakarsa Nama Perusahaan

: PT. TERANCAM SUKSES

Alamat

: BTN. Puri Tawang Alun II Blok Y No. 19, Kendari.

Penanggung Jawab

: Muhammad Dirman S.

Jabatan

: Direktur Utama

1.3.2. Penyususn Studi Amdal Haris

5

BAB II PELINGKUPAN 2.1.

Deskripsi Umum Kegiatan Sulawesi Tenggara adalah salah satu provinsi yang memiliki hasil

tambang yang melimpah mulai dari tambang Nikel, Aspal sampai tambang emas. Dalam pengolahan dan pemurnian emas dapat dijumpai pada daerah Bombana tepatnya di Desa Rahadopi Kecamatan Kabaena berdasarkan surat keputusan Bupati Bombana Nomor 540/494 Tahun 2014. Pabrik yang akan dibangun terdiri dari bagian pengolahan dan pemurnian mineral emas. Pada bagian pengolahan direncanakan akan menggunakan metode amalgamasi, yakni metode ekstraksi menggunakan air raksa atau merkuri(Hg). Amalgamasi adalah proses penyelaputan partikel emas oleh air raksa dan membentuk larutan padat merkuri-logam. Selanjutnya dari hasil proses ekstraksi dilakukan proses elektrolisis (elektrowinning) untuk mendapatkan konsentrat logam campuran, yang selanjutnya akan dilanjutkan dalam proses peleburan. Lokasi pabrik pengolahan dan pemurnian mineral emas di Desa Rahadopi Kecamatan Kabaena Kabupaten Bombana berada pada koordinat :  E = 120°82' – 122°20' BT  S = 4°30' – 6°25' LS 2.1.1

Kesesuaian dengan Rencana Tata Ruang Dalam studi AMDAL, lokasi rencana atau kegiatan wajib sesuai dengan

rencana tata ruang sebagaimana tercantum dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 tahun 2012 (Pasal 4 ayat 2) bahwa dalam hal rencana usaha atau kegiatan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang, maka dokumen AMDAL tersebut tidak dapat dinilai dan dapat dikembalikan kepada pemrakarsa. Oleh karena itu, lokasi rencana pembangunan pabrik pengolahan dan pemurnian mineral emas oleh PT. TERANCAM SUKSES harus sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Bombana. Sebagaimana yang telah di jelaskan pada paragraf diatas bahwa lokasi pembangunan pabrik pengolahan dan pemurnian mineral emas di Desa Rahadopi

6

Kecamatan Kabaena Kabupaten Bombana memiliki koordinat E = 120°82' – 122°20' BT dan S = 4°30' – 6°25' LS.

Bila dikonfirmasi dengan peta Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) kabupaten Bombana, letak rencana pembangunan pabrik pengolahan dan pemurnian mineral emas berada di kawasan Areal Pembangunan Lain (APL) sehingga dapat disimpulkan area pembangunan pabrik ini sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) kabupaten Bombana. 2.2.1

Deskripsi Kegiatan Penyebab Dampak

A. Tahap Pra Konstruksi 1. Kegiatan Perizinan Pabrik pengolahan dan pemurnian emas PT. TERANCAM SUKSES telah mendapatkan izin lokasi dari kementerian energi dan sumberdaya mineral Republik Indonesia tentang Lokasi Pabrik untuk pengolahan dan pemurnian bijih emas PT. TERANCAM SUKSES di desa Rahadopi Kecamatan Kabaena Kabupaten Bombana Provinsi Sulawesi Tenggara pada tanggal 19 April 2017. Dalam pelaksaan pengelolaan dan pemurnian emas PT. TERANCAM SUKSES di perlukan izin sebagai berikut: 1. Izin pembangunan pabrik 2. Izin penggunaan air 3. Izin pembangunan PLTU 4. Izin penggunaan Bahan Kimia 5. Izi penggunaan lahan Dari kegiatan ini di perkirakan akan dapat menimbulkan dampak keresahan warga mengenai ketersediaan pasokan air yang berkurang, kebisingan yang di timbulkan oleh suara genset, pencemaran yang dapat terjadi dari limbah bahan kimia yang di gunakan dan juga dapat merubah persepsi masyarakat yang berada pada lokasi tersebut.

7

2. Kegiatan Sosialisasi Kegiatan sosialisasi di lakukan untuk mengetahui respon dari masyarakat sekitar dengan cara sebagai berikut dilakukan persebaran informasi melalui PEMDA setempat, di adakan pertemuan antara pihak bersangkutan dengan masayarakat guna untuk membahas mengenai gambaran umum tentang kegiatan yang akan berlangsung, dengan menjelaskan serangkaian apa yang akan dilakukan dan apa saja yang akan disalurkan

yang lebih berpikir mengenai upah kerja di banding dampak

kegiatan pengolahan, adanya perbedaan pendapat antara pihak perusahaan dan masyarakat setempat. B. Tahap Konstruksi 1. Kegiatan Penerimaan Tenaga kerja Pada kegiatan awal PT. TERANCAM SUKSES akan membuka lowongan pekerjaan bagi yang memiliki spesifikasi ilmu yang akan dibutuhkan, tenaga kerja yang di butuhkan untuk kegiatan pengolahan dan permurnian emas dapat diperkirakan sekitar 29 orang. Adapun spesifikasi ilmu atau bidang yang dibutuhkan akan disajikan pada tabel dibawah ini : Tabel II.1

Spesifikasi Tenaga Kerja yang Dibutuhkan dalam tahap pra

konstruksi pengolahan dan pemurnian emas NO

Jabatan

Jumlah

1

Manager

1

2

KTT

2

3

Kepala Biro

1

Karyawan: 4

a. Teknik Pertambangan

5

b. Teknik metalurgi

6

c. Teknik Elektro

3

8

d. Teknik Mesin

3

e. Teknik Arsitek

2

f. Sipil

3

g. Operator Klin

3

Pada tahap pra konstruksi dalam pembukaan lowongan pekerjaan diperkirakan dampak yang akan di timbulkan dari kegiatan ini yaitu: a. Adanya persepsi yang baik dari masayrakat b. Adanya kesempatan kerja bagi masyarakat sekitar 2. Mekanisme Penerimaan Tenaga Kerja Mekanisme dalam penerimaan tenaga kerja di lakukan dengan cara : a. Penyebaran Informasi melalui media online dan offline b. Sosialisasi ke LSM ( Lembaga Suwadaya Masyarakat) Dampak yang dapat di timbulkan dari kegiatan ini yaitu: a. Mengurangi jumlah pengangguran di daerah setempat b. Dapat meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat c. Dapat terjadi pungutan liar oleh oknum yang tidak bertanggung jawab 3. Mobilisasi Peralaatan Kegiatan pengolahan dapat berlangsung dengan perlengkapan alat yang di perlukan sarana dan prasarana pabrik untuk peralaatan pengolahan dan pemurnian emas. pabrik yang akan dibangun tentunya membutuhkan beberapa peralatan yang dapat membantu dalam proses pengolahan maupun dalam proses pemurnian bijih emas. Jenis dan jumlah peralatan konstruksi yang akan digunakan dapat dilihat pada tabel II.2 Tabel II.2

Peralatan yang digunakan dalam pengolahan dan pemurnian

bijih emas No

Nama Alat

Status Kepemilikan

Jumlah

1

Crusher

milik sendiri

1

2

Belt Conveyor

milik sendiri

2

9

3

Hummermill

milik sendiri

1

4

Rollmill

milik sendiri

2

5

Separator

milik sendiri

4

6

Tabung lieching

milik sendiri

2

7

Mesin electrowinning

milik sendiri

1

Dampak yang dapat di timbulkan dari kegiatan ini yaitu dapat menimbulkan polusi udara akibat gas buangan dari alat berat ataupun mesin yang digunakan dalam proses pengolahan dan pemurnian bijih emas, menimbulkan kebisingan yang di timbulkan oleh suara alat berat, selain itu dapat juga menimbulkan kecelakaan yang dikarenakan kondisi jalan ynag berdebu maupun faktor lainnya. 4. Pembersihan dan Pematangan Lahan Aktivitas ini meliputi kegiatan penebangan pepohonan dan tanaman, pengurukan tanah penutup, serta penataan dan pematangan lahan area pembangunan pabrik. Dari aktivitas ini dapat ditentukan dampak penting yang berpotensi yaitu penurunan kualitas udara dan terdapat kebisingan. 5. Pembangunan Pabrik Kegiatan pembangunan pabrik di lakukan dengn cara: a. Penetapan

wilayah

khusus

daerah

pembangunan

pabrik

pengolahan berdasarkan IUP b. Penempatan posisi pabrik berdasarkan kegunaaan c. Pembangunan pabrik pengolahan dan pemurnian Dampak yang dapat di timbulkan dari kegiatan ini yaitu: a. Terjadinya Pro-Kontra mengenai wilayah IUP pengolahan dan pemurnian b. Polusi udara akibat aktivitas pembangunan pabrik c. Kebisingan dari alat yang digunakan untuk pembangunan d. Kecelakaan

akibat

tidak

Keselamatan Kerja

10

memperhatikan

Kesehtan

dan

C. Tahap Operasi 1. Penerimaan Tenaga Kerja Operasional Kegiatan operasional dalam pengolahan dan pemurnian emas pada PT. TERANCAM SUKSES akan dipimpin oleh Menejer dan karyawan lainnya. Dalam tahapan penerimaan tenaga kerja dalam kegiatan operasi produksi ini akan diprioritaskan pada masyarakat setempat terkecuali untuk spesifikasi tenaga ahli tertentu akan didatangkan dari daerah yang lain. Adapun tenaga kerja yang dibutuhkan dalam kegiatan pengolahan dan pemurnian mineral emas ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel II.3 Tenaga kerja yang dibutuhkan pada tahap operasi Nomor

Jabatan

Jumlah

1

Direktur Utama

1

2

Direktur dan Komisaris

2

3

Staf Administrasi

7

4

Tenaga Medis dan Lingkungan

4

5

Operator Pabrik

25

6

Pengemudi

3

7

Satpam

4

8

Tenaga Lapangan

6

9

Pembantu Umum

4

10

Cleaning Service

3

Jumlah Dalam tahapan ini

59

akan menciptakan suatu

pekerjaan dan

menciptakan peluang berusaha, berubahnya pendapatan masyarakat. Selain itu dapat juga menciptakan perbedaan persepsi dan perubahan sikap kepada masyarakat Bombana terkhusus pada masyarakat yang bemukim di derah Rahadipo Kecamatan Kabaena.

11

2. Pemilihan metode yang digunakan dalam pengolahan Dalam pengolahan emas yang digunakan yaitu menggunakan metode Amalgamasi, yakni metode ekstraksi menggunakan proses penyelaputan partikel emas oleh air raksa dan membentuk larutan padat merkuri-logam. Tahapan ini menimbulkan dampak potensial yaitu dalam tahapan ekstraksi bijih emas nanti dapat digunakan untuk skala industri dan dapat dikonsumsi bagi masyarakat 3. Pengoperasian Pabrik Pada proses pengolahan dan pemurnian mineral emas yang akan dilakukan PT. TERANCAM SUKSES dapat dilihat pada gambar II.1 dibawah :

Gambar II.1 Skema proses pengolahan dan pemurnian mineral emas

12

a. Tahap Kominusi Kominusi atau reduksi bijih adalah proses untuk mereduksi ukuran bijih dengan tujuan untuk membebaskan logam berharga dari bijihnya dan atau memperluas permukaan bijih agar dalam proses pelindian dapat berlangsung dengan cepat. Kominusi terdiri dan proses peremukaan bijih, penggerusan, dan pengayakan. Faktor-faktor yang mengendalikan kominus diantaranya

sifat

fisik

dan bijih,

seperti

tingkat

homogenitas,

kekerasan, kandungan air. Bijih yang heterogen, porous, dan brittle mudah dikecilkan. Sedangkan bijih yang homogen, kompak dan liat sulit untuk dikendalikan. Agar partikel bijih dapat remuk harus ada tekanan yang cukup besar dan melebihi kuat remuk bijih. Crushing merupakan suatu proses

peremukan bijih dan hasil

penambangan melalui pertakuan mekanis. Batuan dari tambang yang memiliki

ukuran

besar dijadikan lebih

kecil melalui mekanisme

peremukan. Alat peremukan yang digunakan adalah crusher (Jaw chruser). Mekanisme kerja jaw crusher adalah

dua plat yang dapat membuka dan

menutup seperti rahang. Salah satu dari rahang diam, dan yang lainnya bergerak maju mundur. Jaw crusher meremuk material dengan kompresi di dalam rongga remuk. Material yang masuk rongga remuk akan segera mendapat kompresi oleh jaw yang bergerak kemudian material turun hingga mendapat jepitan baru. Jaw Crusher termasuk dalam arrested crushing karena peremukan material hanya disebabkan oleh kerja alat terhadap material. Ukuran dari partikel hasil peremukan tergantung pada pengaturan dari mulut pengejuran (setting) yaitu bukaan maksimum dari mulut. Setting terdiri dari bukaan maksimum (open setting) dan bukaan minimum (dosed setting). Ukuran maksimum yang dapat masuk alat adalah 85%

dan

lebar mulut

alat

sedangkan

produk

peremukan

umumnya berukuran lebih kedl dari 85% ukuran bukaan maksium. Penggerusan atau grinding untuk dan

merupakan lanjutan

dari crushing

mendapatkan ukuran butiran yang sesuai untuk Tahap selanjutnva dapt

dilakukan

proses

13

pelindian.

Penggerusan

dilakukan

menggunakan

hammermill.

Beberapa hal yang mempengaruhi proses

penggerusan antara lain adalah ukuran, banyaknya, macam gerakan, dan rongga di antara media gerus. Berbeda dengan peremukan (crushing) yang terjadi di antara dua permukaan, penggerusan bergantung peluang

dari

partikel

untuk

digerus.

pada

Pada prinsipnya, penggerusan

dapat dilakukan dalam dua cara yaitu cara kering atau basah. Ada beberapa keuntungan penggerusan dengan cara basah dibandingkan dengan cara kering, antar lain: •

Memerlukan energi yang febih sedikit karena tidak memerlukan pengeringan.

• Tidak memerlukan alat penangkap debu. •

Konsumsi media gerus dan pelapis lebih banyak karena terjadi korosi

• Putaran dari mill sangat penting karena menentukan ukuran produk. Putaran mill sangat penting karena menentukan ukuran produk Putaran dengan cataracting yang

kecepatan tinggi

akan menimbulkan gerakan

menyebabkan hasil gerusan berukuran kasar.

Sedangkan

putaran

yang

lam bat

menimbulkan

gerakan

cataracting

yang menyebabkan hasil gerusan berukuran sangat halus

yang disebut overgrinding. Pengayakan(screening) adalah pemisahan partikel-partikel

secara

mekanis berdasarkan ukurannya. Material yang tidak 10105 atau tinggal di atas ayakan disebut material oversize sedangkan yang lolos disebut material undersize. Ayakan yang digunakan anyaman

kawat

metal yang dianyam

menghasilkan lubang-lubang

adalah

sedemikian

dengan ukuran tertentu.

ayakan dengan rupa, sehingga Ayakan yang

digunakan untuk keperluan ini adalah ayakan dengan ukuran 200 .

Setelah pengayakan

partikel

dengan

maka dilakukan

mesh

Idasifikasi untuk memisahkan

ukuran yang diinginkan dan yang tidak diinginkan.

Pemisahan ini biasanya dilakukan

di dalam air. Alat untukmelakukan

klasifikasi disebut classifier yang memiliki kemampuan

14

mengeluarkan

material yang ukurannya sudah memenuhi syarat sebagai overflow. Matenal yang belum memenuhi syarat dikembalikan

untuk digerus

kembali. Dslam kegiatan ini , jenis dassifier yang digunakan adalah mechanical dassifier yang memanfaatkan gaya gravitasi, dengan bagianbagian penting terdiri dari :  Kolam pengendapan yang berupa tangki berbentuk mangkok atau saluran.  Alat yang berfungsi

untuk

mengeluarkan

produk

underflow

endapan

dari kolam

berbentuk sikat atau spiral.  Rake atau spiral

untuk

menank

produk

pengendapan b. Konsentrasi Grafitasi  Grafiti separation/ Pemisahan gaya berat Konsentrasi / separasi dengan metode gravitasi memanfaatkan perbedaan massa jenis emas ( 19.3 ton/m3 ) dengan massa jenis mineral lain dalam batuan ( yang umumnya berkisar 2.8 ton/m3 ). Mineral pembawa emas biasanya berasosiasi dengan mineral ikutan (gangue minerals). Mineral ikutan tersebut umumnya kuarsa, karbonat, turmalin, flourpar, dan sejumlah kecil mineral non logam. Mineral pembawa emas juga berasosiasi dengan endapan sulfida yang telah teroksidasi. Mineral pembawa emas terdiri dari emas nativ, elektrum, emas telurida, sejumlah paduan dan senyawa emas dengan unsur-unsur belerang, antimon, dan selenium. Emas asli mengandungi antara 8% dan 10% perak, tetapi biasanya kandungan tersebut lebih tinggi. Elektrum sebenarnya jenis lain dari emas nativ, hanya kandungan perak di dalamnya >20%. Apabila jumlah perak bertambah, warnanya menjadi lebih putih. Metode gravitasi akan efektif bila dilakukan pada material dengan diameter yang sama/seragam, karena pada perbedaan diameter yang besar perilaku material ringan (massa jenis kecil) akan sama dengan material berat ( massa jenis besar ) dengan diameter kecil. Oleh karena itu dibutuhkan proses Screening and Classifying :

15



Grizzlies, non moved screens



Vibrating screens



Spiral classifier

Pada proses ini menjadi sangat penting untuk dilakukan dengan baik, sebab dengan memilah ukuran bijih hasil kominusi akan menyeragamkan besaran umpan (feeding size) ke proses konsentrasi. Sedangkan bijih yang masih belum seragam (lebih besar) hasil pemilahan dikembalikan ke proses sebelumnya yaitu kominusi. Peralatan konsentrasi yang menggunakan prinsip gravitasi yang umum digunakan pada pertambangan emas skala kecil antara lain adalah :  Panning

( Jawa=Dulang,

Jambi=Erai,

Jabar=Deplang,

Banjar=Lenggang ), adalah alat konsentrat emas yang menggunakan prinisp gravitasi paling sederhana o Sluice Box ( Banjar=Palong, Bombana=Kasbok, Aceh=Talang ) lebih banyak digunakan karena mempunyai effisiensi yang sama dengan peralatan konsentrasi yang lain namun mempunyai konstruksi yang lebih sedarhana daripada spiral konsentrator,meja goyang dan jig, serta dapat memproses lebih banyak bijih per hari daripada dulang o

Meja goyang ( shaking table ) efektif memisahkan emas dari batuan oksida pada 200 micron, batuan sulfida 400 micron, dan silika 1.000 micron. Titik cair emas pada suhu 1064.18 oC, sedangkan titik cair perak

padasuhu 961.78oC. Ini artinya perak akan mencair lebih dulu dari pada emas. Namun untuk benar-benar terpisah, maka perak harus menunggu emas mencair 100%. Kemudian bila dilihat dari berat jenisnya, maka berat jenis emas cair sebesar 17.31 gram per cm3 sedangkan berat jenis perak sebesar 9.32 gram per cm3. Hal ini berarti berat jenis emas lebih besar dari pada berat jenis perak. Dari hukum alam fisika, maka bila ada dua jenis zat cair yang berbeda dan memiliki berat jenis yang berbeda pula, maka zat cair yang

16

memiliki berat jenis lebih kecil dari zat satunya, ia akan mengapung. Dengan demikian, cairan perak akan terapung diatas lapisan cairan emas, seperti halnya cairan minyak mengambang diatas lapisan air. Dari sana, perak dipisahkan dari emas, sampai tidak ada lagi perak yang terapung. Dengan metode akan dihasilkan Au bullion dan Ag bullion C. Tahap Retorting Proses amalgamasi merupakan proses kimia fisika.

Apabila

amalgamnya dipanaskan (sampai merkuri mencair), ia akan terurai menjadi elemen-ele\men, yaitu air raksa dan bullion emas. Amalgam dapat terurai dengan pemanasan dalam sebuah retort, air raksanya akan menguap dan dapat diperoleh kembali dari kondensasi uap air raksa tersebut dan dapat dipergunakan kembali. Sementara emas dan perak tetap tertinggal di dalam retort sebagai logam. Disamping distilasi (retort), metode lain juga dapat dipakai untuk memisahkan air raksa dari amalgamnya adalah dengan melarutkan amalgam dengan asam nitrat. Transformasi reaksi yang terjadi: HgAu + 2 HNO3 ) Hg(NO3) + Au + H2 Sesudah terjadi pengendapan emas dalam bentuk busa, dilakukan pemisahan larutan nitratnya. Air raksa dapat diambil dengan perpindahan ion tembaga atau ion logam lainnya yang mempunyai potential electrode lebih negative daripada air raksa, dengan reaksi: Hg(No3lz + Cu ) Cu(NO3)2 + Hg Yang perlu diperhatikan dalam metode ini adalah kandungan perak yang terdapat dalam air raksa dapat mengurangi daya serapnya. Secara periodik perlu dilakukan pemurnian dengan cara distilasi.

17

Proses Retorting

Air raksa yang terikut bersama limbah (toiting) sangat mencemari lingkungan, seperti kasus Buyat disulawesi Utara. Proses amalgamasi untuk tambang skala besar saat ini sangat tidak efektif dan mahal, tetapi masih banyak dijumpai pada tambang rakyat karena biaya investasi yang murah. Mesin tromel (gelundungan) menjadi alternatif dalam penghalusan batuan sekaligus pencampuran air raksa. Efisiensi mesin tromel dapat mencapai 60%. Dalam banyak kasus limbah yang dihasilkan dari proses ini masih ekonomis untuk diolah lebih lanjut dengan metode sianidasi. Emas dan perak yang tersisa dan air raksa yang terikut masih dapat diambil kembali dengan metode sementasi (Merril-Crowe Process). Hal ini juga sudah banyak dilakukan saat ini, termasuk workshop kami yang ada di Kediri. Data amalgamasi air raksa dengan beberapa logam yang sering dijumpai dalam tambang rakyat dapat dilihat pada grafik berikut

18

Dari grafik di atas bisa dilihat kelarutan logam dalam air raksa dalam membentuk amalgam. Sederhananya adalah jika dalam material mengandung emas, timbal (pb), seng (Zn), dan perak (Ag), air raksa akan lebih dahulu menyerap seng kemudian timbal, baru emas. Dalam tambang tradisional sering kali batuan emas yang mengandung seng dan timbal jarang bisa diproses dengan baik menggunakan air raksa karena air raksa lebih kuat menyerap timbal dan seng. Penambahan temperatur dengan air panas sangat membantu penyerapan emas karena air raksa akan naik daya serapnya. Keberhasilan amalgamasi ditentukan oleh kondisi mineralogy dari bijih yang diolah dan kondisi pulp. Kondisi yang jelek menyebabkan butiran emas tidak dapat dibasahi oleh air raksa, dan terpecah menjadi partikel halus sehingga amalgamasi tidak berlangsung sempurna. Butiran emas yang berasal dari bijih emas primer yang tidak teroksidasi biasanya bersih dan mengkilap sangat baik untuk amalgamasi. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam proses ini adalah kandungan minyak yang terbawa pada bijih sangat menggangu amalgamasi dan dapat memecah air raksa menjadi butiran kecil dan sering

19

terbawa toiling. Kontaminasi minyak bisa disebabkan oleh oli pada peralatan gelundung.

Bijih

yang

terkontaminasi

minyak

harus

dilakukan

pemanggangan terlebih dahulu atau paling tidak dengan penambahan semen/gamping sedikit menolong. C. Tahap Refining Tahap refining adalah proses memisahkan emas dan perak dengan melarutkannya dalam larutan HNO3 atau larutan H2SO4. Tahap refining ini dapat dilakukan dengan dua metode yaitu metode cepat dan metode lambat. Pada metode cepat, dilakukan secara hidrometallurgy yaitu dengan cara melarutkan paduan alloy dalam larutan HNO3 yang kemudian ditambahkan garam dapur untuk mendapatkan perak, sedangkan emas yang masih tercampur dengan HNO3 bisa dipisahkan dengan menyaring larutan karena tidak larut dalam HNO3. Pada metode lambat, dilakukan secara hidrometallurgy dan electrometallurgy yaitu dengan menggunakan larutan H2SO4 dan plat tembaga dimasukkan ke dalam larutan. Paduan alloy juga dimasukkan ke dalam campuran larutan H2SO4 dan plat tembaga, selanjutnya akan terjadi proses hidrolisis dimana perak akan larut dan menempel pada plat tembaga (menempel tidak begitu keras/mudah lepas), sedangkan emas mengendap di dasar larutan sehingga bisa disaring dan dibakar untuk mendapatkan logam emas murni. Langkah terakhir yaitu dilakukan tahap smelting yaitu peleburan emas dan perak, sehingga diperoleh logam emas murni berupa padatan. D. Recovery dengan adsopsi dan desorpsi Larutan emas hasil ekstraksi selanjutya akan diserap (recovery) oleh ekstraktan berupa karbon aktlf atau ion exchange resIn sintetlc Ekstratan yang memakai karbon aktif dlsebut carbon in /each cal). Dalam proses ini, karbon aktif ditaburkan ke dalam tangki pelindian setelah semua emas di dalam ore tclah bereaksi membentuk [Au(CN)2]-. Agar laju adsorpsi dapat dilakukan dengan maksimal, pH harus dijaga sekitar 9-11. Meskipun kemampuan adsorpsi meningkat pada pH <9, namun berpengaruh pada kestabilan sianida.

20

Sedangkan pada pH >11, kemampuan adsorpsi semakin menurun. Beberapa hal yang harus diperhatikan saat proses recovery adalah: 

Semakln tinggi temperatur maka laju penyerapan semakin menurun



Semakin banyak jumlah logam lain dalam larutan maka kapasitas adsorpsi untuk emas menurun



Semakin tinggi kekuatan ion maka kemampuan dan kapasitas adsorpsi meningkat. Kunci utama dalam proses rerovery emas adalah jenis karbon aktif

yang digunakan. Karbon aktifyang baik memiliki struktur pori-pori yang alami, tingkat ketahanan yang tinggi (higher resistence) terhadap gesekan, tingkat kekerasan yang tinggi (higher hardness), bentuk yang seragam, serta memiliki Carbon Tetrachloride (CTC) yang cukip tinggi. Recovery

Lanjutan dilakukan melalui proses desorpsi. Sebelum

dilakukan proses desorbsi, hal yang perlu diperhatikan adalah pencucian karbon aktif dengan larutan asam untuk menghilangkan

pengotor dalam

bentuk kalsium karbonat (CaC03). Penambahan kapur untuk mengontrol pH dapat menghasilkan ion kalsium. Larutan asam yang akan digunakan dalam proses pencucian adalah asam klorida (HCI) ataupun asam nitrat (HN0 3). Beberapa pabrik

pengolahan emas

cenderung

menggunakan HN03

berdasarkan pertimbangan bahwa reagen tersebut lebih bisa menghindari korosi dari pada HCl. Selain itu, asam nitrat bisa melarutkan perak yang ada pada karbon. Namun demikian, kendala yang dihadapi dengan penggunaan asam nitrat adalah banyaknya oksidasi karbon serta deaktivasi permukaan karbon. Setelah pencucian asam selesai, karbon dibilas dengan air selama kurang lebih 2 jam untuk menghilangkan asam-asam sisa yang menempel pada karbon. Larutan asam dan bilasan yang telah digunakan akan dibuang ke pengental tailing. Proses pencucian asam dapat dilakukan dalam kolom elusi maupun di dalam tangki yang terpisah khusus untuk pencucian asam ini.

21

d. Electrowinning Electrowinning adalah cara paling efesien digunakan dalam ekstraksi emas dan perak yang melibatkan larutan alkali sebagai larutan elektrolit. Electrowinning menggunakan prinsip elektrolisis (reaksi redoks) dalam suatu sel atau prinsip

prinsip elektrokimia

melalui proses reduksi-oksidasi

(redoks). Dalam proses electrowinning,

kedua reaksi tersebut akan terjadi

bersamaan dimana reaksi reduksi akan terjadi di katoda dan reaksi oksidasi akan terjadi di anoda. Jika pH rendah maka H+ bisa bereaksi dengan CNmembentuk

gas HeN. Gas ini sangat berbahaya serta bersifat korosif

sehingga harus dihindari proses dengan pH rendah. Sebaliknya, jika proses pada pH tinggi, maka sebagian akan dioksidasi menjadi CNO- namun kemungkinan besar NaCN stabil dalam larutan sehingga yang dioksidasi adalah air. Hal-hal yang pertu diperhatikan

adalah

faktor-faktor

yang

mempengaruhi proses elekrowinning.  Semakin tinggi arus yang dlgunakan kecepatan proses elektrowinning,

maka akan meningkatkan

meskipun

ada

pengaruh

terhaciap reaksi sampingan. Reaksi tersebut meskipun secera teori hanya akan reduksi air menjadi hidrogen, namun kemungkinan dapat mereduksi logam lain ataupun mereduksi oksigen yang tidak dinginkan.  Luas efektif permukaan katoda sangat mempengaruhi pengendapan,

dimana semakin luas permukaan

kecepatan

katoda

maka

pengendapan semakin cepat. Namun demikian, reduksi air dan oksigen pada katoda juga akan meningkat sehingga akan terjadi evolusi hidrogen yang dapat menurunkan

potensial pada katoda.

Akibatnya, sebagian elektroda tidak bisa mengendapkan emas.  Semakin tinggi konduktivitas larutan maka kehilangan lisbik (arus) dapat dikurangi akan sehingga electrowinning

22

menjadi semakin

efisien. Konduktivitas larutan pada prinspnva dapat dilakukan dengan penambahan NaOH dalam larutan.  Derajat pengadukan (hidrodinamika elektrolit) berpengaruh besar terhadap transport massa dan species di larutan sehingga kecepatan pengendapan juga meningkat. Kondisi hidrodinamlk ini

dapat

diperoleh dengan mengalirkan larutan pada kecepatan tertentu.  pH mempunyai pengaruh penting terhadap kestabilan elektroda. Jika electrowinning larutan

sianida beroperasi

pada pH <12,5,

kemungkinan kendala korosi pada anoda akan menlngkat. Koros\ ini akan semakin tlnggi jlka konsentrasl species kromium dan besi dalam larutan meningkat. Kendala ini dapat diatasi dengan pemilihan material yang digunakan sebagai anoda. e. Pemurnian Pemumian adalah pengolahan "Iogam kotor" melalui proses kimia agar diperoleh tingkat kemurnian yang tinggi, melalui tahapan :  Peleburan (smelting), electrowinning)

yaitu proses reduksi bijih (cake hasil

pada suhu tinggi (sekitar

mendapatkan

material

menambahkan

flux seperti

10H2O).

1.200 °C) hingga

lelehan. Reduksi ini dilakukan dengan borax

(sodium

borate,

Na2B407.

Borax berfungsi untuk mengikat "penqotor",

sehingga

logam lelehan akan berada di bawah sedangkan

bagian

atasnya

adalah terak yang ditangkap oleh silika. Produk reduksi selama proses ini disebut dore bullion (Au-Ag alloy)  Pengecilan ukuran (size reduction),

yakni proses untuk mereduksi

dore bullion yang masih berukuran besar menjadi butiran-butiran keeil. Idealnya, besaran butiran dengan diameter sekitar 2-3 mm dengan kadar emas sekitar 25%.  Pemisahan (parting), yaitu proses untuk memisahkan emas dengan perak dan logam dasar dan dore bullion menggunakan tannan asam nitrate Hasi\ setetah perebusan terakhir adalah endapan bullion emas (high Au bullion)

dengan kadar emas mencapai 98%. Untuk

23

hasillebih

baik dapat diproses dengan aqua regia sehingga dapat

diperoleh kadar

hingga

99.6%.

Air hasU bilasan dapat

dilanjutkan pada proses hidrometaturgi untuk diambil peraknya. 4. Pengoperasian fasilitas pendukung Sejumlah sarana penunjang TERANCAM SUKSES

yang akan digunakan

oleh PT.

antara lain adalah kantor, gudang, bengkel,

poliklinik, sumber tenaga listrik, sumber air, laboratorium, serta beberapa sarana lainnva. Pengoperasian fasilitas pendukung ini akan memberikan kontribusi terhadap meningkatnya beban cemaran yang ada di sekitar lokasi kegiatan. Produk samping yang paling banyak dihasilkan dan kegiatan ini adalah meningkatnya limbah cair dan limbah padat. a. Penanganan limbah cair Limbah cair dihasilkan

dari

proses pengolahan

dan limbah

domestic dan kantor dan mess karyawan. Umbah dan dan proses pengolahan langsung disalurkan ke instalasi pengolahan air limbah (IPAL), sedang limbah domestic diproses dalam septic tank. Hasil pengolahan limbah cair adalah endapan polutan berupa lumpur yang memerlukan penanganan lebih lanjut. Endapan lumpur hasil pengolahan limbah biasanya akan diolah dengan eara diurai/dicema secara anaerob, kemudian disalurkan ke beberapa altematif lokasi antara lain ke lahan pembuangan yang telah dipersiapkan. b. Penanganan limbah padat Limbah padat (non slag) dikelola dengan eara penimbunan menggunakan metode sanitary landfill, yakni ditimbun dalam lubang yang dialasi lempung dan lembaran plastik untuk mencegah perembesan limbah ke dalam tanah. Sampah yang ditimbun dipadatkan, kemudian ditutupi dengan lapisan tanah

tipis

setiap hari. Hal ini akan mencegah tersebarnya gas

metan yang dapat mencemari udara dan berkembang biaknya berbagai agen penyebab penyakit. Sampah yang mudah terbakar dapat ditangani dengan cara insinerasi. Kelebihan dari proses insinerasi adalah volume sampah yang berkurang sangat banyak

(bisa

meneapai 90%), namun

24

kelemahannya

adalah

asap buangan

hasil pembakaran yang dapat menjadi pencemar

udara serta abu/ashes pembakaran yang kemungkinan mengandung senyawa yang berbahaya. Sampah padat umum yang tidak mudah terbakar dan tidak membahayakan kesehatan seperti gelas, plastik, dan fiber akan dipisahpisahkan, kemudian akan ditangani lebih lanjut. c. Penanganan limbah B3 Limbah B3 yang dihasilkan dari operasional pabrik seperti oli bekas, ceceran minyak, dan slag. Oli bekas ini dhasilkan dari kendaraan angkut dan mesin-mesin pengolahan. Limbah B3 ditangani dengan penyimpanan dalarn wadah khusus untuk selanjutnya diserahkan kepada pihak lain yang telah memiliki izin pengolahan limbah B3 .. Penanganan penyimpanan oli bekas disimpan dalam suatu drum (tanki limbah oli) dengan persyaratan sebagai benkut :  Dalam kondisi baik, tidak bocor atau rusak;  Terbuat dari bahan yang cocok dengan karakteristik limbah B3 yang disimpan;  Memiliki

penutup

yang

kuat

untuk

mencegah

terjadinya

tumpahan saat dilakukan pemindahan atau pengangkutan;  Tiap kemasan diberikan simbol dan label sesuai ketentuan yang berlaku;  Penyimpanan kemasan dibuat dengan sistem blok;  Setiap blok terdiri atas 2 (dua) x 2 (dua) kemasan, sehingga dapat dilakukan pemeriksaan menyeluruh terhadap setiap kemasan;  Lebar gang untuk laJulintas manusia akan dibuat minimal 60 em dan lebar gang untuk lalulintas

kendaraan

(forklift)

kelayakan pengoperasiannya,

disesuaikan

dengan

pengangkut

 Penumpukan kemasan limbah B3 mempertimbangkan tumpukan

kemasan. Mengingat

wadah

yang

akan

kestabilan digunakan

adalah drum logam (isi 200 liter), maka tumpukan maksimum adalah 3 (tiga) lapis dengan tiap lapis diberi alas pelat;

25

 Jarak tumpukan kemasan tertinggi dan jarak blok kemasan terfuar terhadap atap dan dinding bangunan penyimpanan adak boleh kurang dart 1 (satu) meter. Sedangkan untuk bangunan tempat penyimpanan sementara limbah B3 dengan luas bangunan 600 m2 (20 m x 30 m) yang dibuat sesuai persyaratan sebagai berikut :  Terlindung dari masuknya air hujan baik secara langsung maupun tidak langsung  Dibuat tanpa platon dan memiliki sistem ventilasi udara yang memadai  Memiliki sistem penerangan (Iampu/cahaya

matahari)

yang

memadai untuk operasional penggudangan atau inspeksi rutin. Jika menggunakan

lampu, maka lampu penerangan harus

dipasang minimal 1 meter di atas kemasan dengan sakelar (stop contacfJ harus terpasang di sisi luar bangunan  Dilengkapi dengan sistem penangkal petir. E. Tahap Pasca Operasi a. Tahap Reklamasi Tahap pasca operasi yang dilakukan dengan kegiatan reklamasi pada pabrik dengan cara pengalihan fungsi pabrik sebagai museum pembelajaran mahasiswa tambang, selain itu dapat juga dijadikan gudang penyimpanan. Dampak yang dapat di timbulkan dari kegiatan ini yaitu perubahan daerah setempat dari segi sarana jalur

transportasi lebih baik akibat

adanya museum, berdirinya warung-warung disekitar museum, selain itu dengan adanya museum ini dapat meningkatnya nilai ekonomi masyarakat setempat akibat kebutuhan pengunjung yang berdatangan. b. Pelepasan Tenaga Kerja Kegiatan pengolahan dan pemurnian bijih emas PT. TERANCAM SUKSES yang direncanakan akan beroperasi 10 Tahun (Sepuluh Tahun), seletah berakhirnya masa itu maka sesuai dengan ketentuan yang telah di

26

miliki perusahaan tenaga kerja yang bekerja pada tahapan pengolahan dan pemurnian emas ini akan dilakukan pelepasan sesuai dengan perundangundangan setra peraturan ketenagakerjaan yang berlaku. Kegiatan pelepasan tenaga kerja ini memiliki dampak dengan berubahnya demografi, krsempatan kerja, kesempatan berusaha, perubahan pendapatan dan perubahan sikap dan persepsi masyarakat. A. Rona Lingkungan Awal Deskripsi rona lingkungan awal dalam lokasi kegiatan pengolahan dan pemurnian emas ini meliputi : 1. Komponen Geo Fisik Kimia a. Sumber daya geologi Satuan batuan yang berada pada daerah Konawe Selatan yaitu batuan metamort berumur Kapur- Paleosendan batuan sedimen berumur neogen.

Pada

daerah

Konawe

Selatan

memiliki

sumber

daya

pertambangan emas. Dimana dengan prediksi sekitar 165 ribu ton deposit emas. b. Iklim Mikro Iklim mikro merupakan faktor-faktor kondisi iklim setempat yang memberikan pengaruh langsung terhadap kenikmatan (fisik) dan kenyamanan (rasa) pemakai di suatu area tertentu. Iklim makro pada dasarnya dipengaruhi oleh lintasan matahari, posisi dan model geografis, yang mengakibatkan pengaruh pada cahaya matahari dan pembayangan serta hal-hal lain pada kawasan tersebut seperti radiasi panas, pergerakan udara, curah hujan, kelembaban udara, dan temperatur udara. Dalam studi ini, data ikhm mikro yang meliputi curah hujan, suhu udara, tekanan udara, kelembaban udara, dan kecepatan angin di sekitar lokasi studi diperoleh dari hasil pencatatan Stasiun Meteorologi Pangkalan Udara Wolter Monginsidi (Bandara Haluoleo) Kendari selama 10 tahun terakhir, mulai tahun 2004 hingga tahun 2013. Tabel 11-4 memperlihatkan

27

Kondisi curah hujan rata-rata yang terjadi di Kabupaten Bombana. Terlihat bahwa rata-rata curah hujan tertinggi 281,4 mm terjadi pada bulan Maret. Berdasarkan klasifikasi tipe iklim menurut Schmidt Ferguson wilayah Bombana tergolong dalam iklim tipe-A dengan sifat yang sangat basah. Tabel 11-5 memperlihatkan suhu udara rata-rata di Kab. Bombana selama 2004-2013. Terlihat bahwa suhu udara rata-rata maksimum terjadi pada bulan Oktober dan November, sedangkan suhu udara rata-rata minimum terjadi pada bulan September.

Tabel II.4 Profil curah hujan di Kabupaten Bombana dari tahun 2004-2013

28

Tabel II.5 Profil temperatur udara rata-rata di Kabupaten Bombana

29

c. Tanah Kondisi tanah pada daerah tersebut tergolong lunak, akibatnya sering terjadi bencana longsong di daerah sekitar tambang. Untuk mengetahui

kualitas tanah di lokasi rencana pembangunan pabrik

pengolahan dan pemurnian mineral emas PT. TERANCAM SUKSES, maka dilakukan

pemgambilan

sampel tanah untuk selanjutnya

dianalisis di laboratorium.

Parameter kualitas tanah meliputi sifat

permeabilitas dan tekstur

tanah.

yang erat tekstur

dengan

kemampuan

Permeabilitas

memiliki

air melewati tanah,

kaitan

sedangkan

tanah diperlukan untuk melihat komposisi debu dalam

tanah. Data kualitas tanah

disekitar wilayah studi disajikan pada

Tabel II.6 Tabel II.6 Parameter kualitas tanah di daerah studi

d. Kualitas Air Kualitas air dalam daerah tersebut menurun akibat adanya aktivitas penambangan karena jenis endapan yang terdapat pada wilayah Bombana adalah endapan plaser yaitu mengikuti arah aliran sungai. Dalam studi ini, pengukuran kualltas air dilakukan dengan mengambil sampel air yang berada di sekitar lokasi rencana pembangunan pabrik pengolahan dan pemurnian mineral emas PT. TERANCAM SUKSES. Adapun sampel air yang diambil adalah air sumur dangkal/sumur gali (ABR-A1) pada koordinat kordinat S: 04° 06' 01,5" ; E: 122° 13' 09,1", air sumur bor (ABR-A2) pada koordinat 5: 04° 05' 58,7" ; E: 1220 13' 12,1", dan air permukaan (ABR-A3) pada koordinat S: 04° 06' 00,8" ; E: 122° 13' 10,6". Sampel air kemudian diukur untuk mengetahui

30

kualitasnya masing-masing, sebagaimana diperlihatkan pada Tabel II.7 dan Tabel II.8 Tabel II.7 Parameter kualitas air sumur dangkal dan sumur bor di wilayah studi

Hasil analisis laboratorium mengenai kualitas air sumur dangkal/sumur gali dan air tanah dalam (sumur bor) menujukan bahwa umumnya parameter fisik dan kimia air masih berada dibawa baku mutu yang disyaratkan sesuai dengan Permekes Nomor 416 Tahun 1990 Tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air . Kualitas air sumur dangkal dan sumur bor ini selanjutnya dianalisis dengan menghitung indeks pencemaran (Pollution Index) berdasarkan Kepmen LH nomor

31

115 Tahun 2003, seperti pada Tabel 11-8. Berdasarkan hasil analisis indeks pencemaran air (IP) menunjukan bahwa lP kualitas air sumur dangkal dan sumur bor berkisar 9,010-9,088, dengan kesimpulan tercemar ringan pada parameter TDS, sehingga kualitasnya dinilai baik (Skala 4). Tabel II.8 Parameter kualitas air permukaan di wilayah studi

32

Tabel II.9 Analisis indeks pencemaran air sumur dangkal dan sumur bor

33

Hasil analisis laboratorium, kualitas air permukaan di sekitar lek:asi

pembanqunan

kcnsentrasi

semua

pabri~ pencelahan emas menujukkan parameter

masih

dibawah

baku

bahwa

mutu yang

disyaratkan oleh PP. No. 82 Tahun 2001 Tentang PengelolaanKualitas Air dan Pengendalia Pence~aranAir. Berdasarkanhasil anal~sis(Tabel II-14) indeks pencemaran (IP) air permukaa1 menunjukan bahwa IP kualitas air permukaan sebesar 1,88

dengan tercemar ringan pada parameter Total

Fospat.t:ialini dinilai baik (skala 4). Tabel II.10 Analisis Indeks Pencemaran air permukaan

34

e. Kebisingan Dalam lokasi penambangan suara kebisingan sangan berpengaruh karena banyaknya pekerja yang berada pada lokasi tersebut, selain itu suara yang dikeluarkan alat-alat tambang yang digunakan dalam proses penambangan dalam skala lapangan maupun skala pabrik. 1. Kondisi Biologi i. Indeks Komponen Vegetasi Pada daerah ini tumbuhan yang bisa tumbuh yaitu hanya jenis tumbuhan pionir yaitu tumbuhan yang telah beradaptasi dengan kondisi kritis dan tercemar. ii. Migrasi Fauna Akibat adanya aktivitas pertambangan fauna yang berada pada daerah tersebut secara alamiah akan berpindah ke tempat lain misalnya seperti sapi. iii. Tingkatan pohon Komposisi ekosistem tumbuhan merupakan variasi spesies flora yang menyusun suatu komunitas. Istilah vegetasi menunjukkan tumbuh-tumbuhan

masyarakat

yang terbentuk oleh berbagai populasi spesies tumbuhan

yang terdapat di dalam suatu wilayah atau ekosistem serta memiliki variasi pada setiap kondisi tertentu. Vegetasi dapat digunakan sebagai indikator habitat sekarang maupun sejarahnya. Tujuan dari analisis vegetasi adalah untuk menetapkan dampak ekologi terkait dengan kendala-kendala habitat (habitat consllains). aspek habitat, meliputi

Pendekatan yang digunakan

dalam mengevaluasi

pengamatan pendahuluan (reconnaissance)

dan

analisis vegetasi. Pengamatan pendahuJuan dilakukan untuk mempelajari habitat secara umum dan menyeluruh agar diperoleh gambaran tentang keadaan habitat dan vegetasinya. Sedangkan analisis vegetasi bertujuan untuk mengetahui komposisi jenis tumbuhan dan bentuk vegetasi yang ada melalui pendiskripsian komunitas tumbuhan. Analisis vegetasi meliputi dua

35

cara yaitu secara fisiognomy dan komposisi fforistik.

Cara fisiognomy

berdasarkan penampakan luar suatu vegetasi dengan memanfaatkan ciri-ciri utama seperti tinggi vegetasi,

struktur, dan life- form atau bentuk

pertumbuhan, sedangkan cara komposisi floristik mempelajari komposisi (susunan) dan struktur vegetasi yang disajikan secara kuantitatif dengan parameter kerapatan, frekuensi dan penutupan tajuk ataupun luas bidang dasar (Arief, 1994). Sesuai hasll pengamatan

lapangan, kawasan rencana pembangunan

pabrik pengofahan dan pemurnian mineral emas PT. TERANCAM SUKSES sebagian merupakan kawasan hutan yang terdiri dari vegetasi asH dan hutan campuran tanaman budidaya. 3. Sosial, Kesehatan dan Budaya 1.

Demonstrasi Awal munculnya tambang ini menciptakan berbagai dampak di

kehidupan masyarakat daerah tersebut, salah satunya yaitu perbedaan pendapat antara masyarakat sekitar dan pengelola perusahaan yang menimbulkan aktivitas demonstrasi. 2.

Kesempatan Kerja Dengan ditemukan endapan emas dan di kelola oleh perusahaan maka

secara otomatis akan menciptakan lowongan-lowongan pekerjaan pada perusahaan tersebut. 3.

Pendapatan Masyarakat Pendapatan yang diperoleh akibat adanya perusahaan ini meningkat

jika dibandingkan sebelum adanya tambang emas. 3. Wilayah Studi dan Jangka Waktu Kajian 3.1 Batas Wilayah Studi a.

Batas Proyek

36

Batas proyek adalah ruang/daerah yang direncanakan untuk melaksanakan kegiatan pengolahan dan pemurnian bijih emas PT. TERANCAM SUKSES di desa Rahadopi Kecamatan Kabaena Kabupaten Bombana Provinsi Sulawesi Tenggara seluas 166,81 Km2 . b.

Batas Ekologis Batas ekologis kegiatan pengolahan dan pemurnian bijih emas

PT. TERANCAM SUKSES di desa Rahadopi Kecamatan Kabaena yang dimaksud adalah lokasi-lokasi yang diperkirakan mengalami perubahan mendasar serta daerah yang berada di sekitar pabrik yang memiliki perubahan seperti penurunan kualitas air , penurunan kualitas udara maupun dari tingkat kebisingan. c.

Batas Sosial Batas

sosial

yang

ditentukan

pada

tahapan

kegiatan

pengolahan dan pemurnian bijih emas ini yaitu berdasarkan atas penyebaran dampak penting yang berpengaruh pada masyarakat yang berada pada lokasi tersebut , baik dari segi sosial ekonomi maupun dari segi sosial budaya serta pada kesehatan masyarakat akibat adanya kegiatan ini. d.

Batas Administratif Batas administratif yang dimaksud yaitu tempat masyarakat

dapat secara leluasa melakukan kegiatan sosial, ekonomi dan sosial budaya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku akan berpengaruh dengan adanya kegiatan ini. Secara administratif kegiatan pengolahan dan pemurnian emas PT. TERANCAM SUKSES berada pada desa Rahadopi Kecamatan Kabaena Kabupaten Bombana Provinsi Sulawesi Tenggara. 3.2

Jangka Waktu Kajian Batas waktu kajian pada studi ANDAL ini adalah 15 tahun selama

berlangsungnya kegiatan proyek mulai dari tahap pra konstruksi sampai tahap pasca operasi kegiatan pengolahan dan pemurnian bijih emas PT. TERANCAM SUKSES.

37

BAB III METODE STUDI 3.1

Metode pengumpulan dan analisis data Penyusunan dokumen AMDAL atas rencana kegiatan pabrik

pengolahan dan pemurnian mineral emas oleh PT. TERANCAM SUKSES dilakukan berdasarkan pertimbangan dan kajian khusus berdasarkan hasil pemikiran anggota Tim penyusun sesuai bidang keahlian masing-masing ataupun melalui diskusi dengan berbagai pihak terkait. Pertimbangan dan kajian ini di tunjang oleh hasil analisis data-data yang telah dikumpulkan, yang secara umum terdiri dari 2 (dua) jenis data, yaitu : Data primer , merupakan data utama dalam kajian AMDAL yang diperoleh melalui hasil survei ataupun hasil pengamatan dan pengukuran langsung (sampling) di lapangan. Selain itu, data primur juga diperoleh dengan menghimpun informasi faktual dan wawancara dengan masyarakat yang diperkirakan terkena dampak, khusus di masyarakat di desa Rahadopi kecamatan Kabaena kabupaten Bombana. Data sekunder, merupakan data yang dihimpun dari hasil-hasil penelitian maupun hasil kajian yang di relevan dengan rencana pembangunan pabrik pengolahan dan peemunian emas, studi analogi dari kegiatan pembangunan pabrik pengolahan dan pemurnian mineral emas di daerah lain, kajian pustaka, maupun informasi dari instansi/dinas terkait lainnya. 3.1.1

Komponen Geo –Fisik-Kimia

A.

Kualitas udara 1. Pengumpulan Data Parameter kualitas udara yang diukur adalah konsentrasi gas NO2,

SO2, dan CO serta partikel debu. Metode pengukuran kualitas udara mengacu kepada peraturan pemerintah No 41 Tahun 1999. Setiap titik pengukuran dicatat posisi koordinatnya dengan alat GPS. Metode pengumpulan dan analisis data ditunjukan pada tabel III-1.

38

Tabel III-1. Parameter dan metode pengukuran kualitas udara No Parameter

Metode

SNI

1

Griess Saltzman

SNI 19-7119.2-2005

Nitrogen dioksida (NO2)

2

Total debu/ partikel

Gravimetric

SNI 19-7119.3-2005

3

Timbal (Pb)

Destruksi basah

SNI 19-7119.4-2005

4

Sulfur dioksida (SO2)

Pararosanilin

SNI 19-7119.7-2005

5

Karbon monoksida

Pararosanilin

SNI 19-7119.10-

(CO)

2.

2005

Analisis data Hasil pengukuran kualitas udara ambient kemudian di analisis di

laboratorium dengan metode-metode seperti yang di sajikan. Pada Tabel III5. Hasil analisis dari laboratorium dibandingkan dengan standar kualitas udara ambient yang tercantum dalam peraturan pemerintah No. 41/1999. Indeks kualitas udara (Air quality index, AQI) dihitung berdasarkan metode indian air quality index (INDAQI) menggunakan persamaan : ℎ

1 𝐴𝑄𝐼 = 𝑎𝑛𝑡𝑖 𝑙𝑜𝑔 [ ( ∑ log 𝑞𝑖 )] 4 𝑖=1

Dimana subindeks atau rating quality parameter (qi) dihitung dengan persamaan : 𝐶𝑖

qi= 𝐶𝑖𝑠x 100 dimana Cis adalah kosentrasi gas terukur dan Ci adalah standar kualitas udara untuk kawasan tertentu.

C. Kebisingan 1. Pengumpulan Data

39

Tingkat kebisingan diukur menggunakan soundmeter setiap 5 detik selama 10 menit, dengan mengacu pada keputusan menteri negara lingkungan hidup No. KEP-48/MENLH/11/1996. Setiap titik pengukuran di catat posisi koordinat nya dengan alat GPS.

2.

Analisis Data Hasil pengukuran kebisingan dianalisis menggunakan rumus yang

tercantum dalam keputusan menteri negara lingkungan hidup No. KEP48/MENLH/11/1996. Tingkat tekanan bunyi sinabung setara dalam waktu 10 menit. 120

1 𝐿𝑝𝐴𝑖 𝐿𝐴𝑒𝑞, 𝑇(10 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡) = 10 𝑙𝑜𝑔10 [ ∑ 10 ( )] 120 10 𝑖=1

Dimana Laeq, T adalah tingkat tekanan bunyi sinambung setara dalam waktu 10 menit dan LpAi adalah tingkat tekanan bunyi sesaat rata-rata dalam interval 5 detik. tingkat kebisingan siang hari 4

1 𝐿𝑖 𝐿𝑒𝑞 (𝑠𝑖𝑎𝑛𝑔) = 𝐿𝑠(16𝑗𝑎𝑚) = 10 log 10 [ ∑ 𝑡𝑖. 10 ( )] 16 10 𝑖=1

Dimana ti adalah selang waktu pengukuran, Li adalah Leq pada selang waktu tertentu (Li diambil pada jam 07.00 mewakili jam 06.00-09.00, L2 diambil pada jam 10.00 mewakili jam 09.00-14.00, L3 diambil pada jam 15.00 mewakili jam 14.00-17.00, dan L4 diambil pada jam 20.00 mewakili jam 17.00-22.00). hasil yang diperoleh dibandikan dengan nilai baku mutu lingkungan seperti diperihatkan pada tabel III-2, dan skala kualitas tingkat kebisingan ditentukan berdasarkan tabel III-5. Tabel III.2 Standar tingkat kebisingan No.

Areal kegiatan

Tingkat Kebisingan dB(A)

1

Perumahan dan penampungan

55

2

Perdagangan dan jasa

70

40

3

Industri

70

Kawasan kegiatan untuk sekolah dan tempat

4

55

ibadah

Sumber : KEP-48/MENLH/11/1996

Tabel III-3. Skala kualitas lingkungan parameter tingkat kebisingan Skala kualitas No

Parameter

Sangat

lingkungan

buruk

Buruk

Sedang

Baik

(2)

(3)

(4)

(1)

Sangat baik (5)

Tingkat 1

kebisingan pemukiman

58,1-

>60,0

60,0

55,1-58,0

50,155,0

<50,0

(dBA) Tingkat 2

kebisingan dalam pabrik

80,1-

>85

85,0

75,1-80,0

70,175,0

<70

(dBA) Sumber : fandeli (2007) D.

Aliran Permukaan 1.

Pengumpulan Data Untuk menentukan aliran permukaan, maka akan dikumpulkan data

intensitas curah hujan luas DAS lokasi studi, topografi lokasi studi, dan keadaan penutupan lahan. 2.

Analisis Data Metode untuk memperkirakan laju aliran permukaan puncak yang

umum dipakai adalah metode rasiaonal USSCS (1973). Metode ini sangat simpel dan mudah penggunaannya terbatas untuk DAS dengan ukuran kurang dari 300 Ha (goldman et.al.,1986 dan wismarini, 2011). Qr = 0,002778.C.I.A. Dimana Qr adalah debit puncak dalam suatu catchment area (m3/det), C

41

adalah koefisien aliran permukaan, I adalah intensitas curah hujan (mm/jam), dan A adalah catchment area (m2). Koefisien aliran permukaan (C) di definisikan sebagai nisbah antara puncak aliran permukaan terhadap intensitas bunyi. Harga C ditentukan dengan metode hassing dalam wismarini (2011) seperti yang disajikan pada tabel III-4. Intensitas hujan adalah tinggi atau kedalaman air hujan persatuan waktu. Sifat umum hujan adalah makin singkat hujan langsung intensitasnya cenderung makin tinggi dan makin besar periode ulangnya makin tinggi pula intensitasnya. Intensitas hujan dapat dihitung sengan rumus Mononobe (wismarini, 2011) I=

𝑅24 24 24

( 𝑡𝑐 )

Dimana I adalah intensitas hujan (mm/jam), t adalah lamanya hujan (jam), dan R24 adalah curah hujan maksimum harian (selama 24 jam) (mm) dan tc adalah waktu konsentrasi (jam). Tabel III-4. Koefisien aliran untuk metode rasional Koefisien aliran C = Ct+Cs+Cv Topografi Daftar (1%) Bergelombang (110%) Perbukitan (1020%) Pegunungan (>20%)

ct

Tanah

Cs

Vegetasi

cv

0,03

Pasir dan grafer

0,04

Hutan

0,04

0,08

Lempung berpasir

0,08

pertanian

0,11

0,16

0,26

Lempung dan lanau Lapisan batu

0,16

0,26

Padang rumput Tanpa tanaman

0,21

0,28

Sumber : wismarini, 2011 F.

Kualitas Air Permukaan 1.

Pengumpulan Data Pengambilan sampel air dan analisis dilakukan untuk memperoleh

gambaran rona awal mengenai kondisi kualitas air di sekitar wilayah studi. 2. Analisis data

42

Hasil analisis air akan dibandingkan dengan baku mutu seperti yang tercantum dalam peraturan pemerintahan No. 82 tahun 2001 tentang pengolahan kualitas air dan pengendalian pencemaran air. Selanjutnya indeks pencemaran air (pollution index) dihitung berdasarkan kepmen-LH nomor 115 tahun 2003 (tabel III-9).

Tabel III-5. Skala kualitas lingkungan parameter kualitas air Parameter

Skala kualitas

lingkungan

Sangat

Tercemar

Tercemar

Tercemar

Memenu

tercema

berat (2)

sedang (3)

ringan (4)

hi baku

r (1)

mutu (5)

Indeks

pIj >

10,0
5,0>PIj≤10,

1,0
0≤PIj≤1,

pencemara

15.0

0

0

0

0

n Sumber : kepmen LH No. 115 tahun 2003 3.1.2

Komponen Biologi

A.

Flora 1.

Pengumpulan Data Pengambilan dan pengumpulan data flora/vegetasi diperoleh dengan

menggunakan teknik plot quadrat sampling. Ukuran kuadrat untuk bentuk pohon adalah 20 m x 20 m, tihang 10 m x 10 m dan semak 5 m x 5 m, sedang epifit hanya ditentukan kehadiratnya. Adapun penempatan kuadrat tersebut secara sistematik random sampling. 2. Analisis Data Parameter flora uang diamati meliputi summed dominance ratio (SDR), Kekayaan Jenis, keanekaragaman flora menggunakan metode kuadrat. Sedang potensi pemanfaatan ditentukan atas dasar nilai ekonomi, budaya atau ekologis. Hasil pencatatan individu tiap jenis tumbuhan yang masuk dalam kuadrat pengamatan digunakan untuk menentukan nilai SDR dan indeks

43

keragaman

shannon-winner.

SDR

dihitung

dengan

rumus

(kusmana,1997) : SDR = Dimana fr

𝐹𝑟+𝐷𝑟 2

adalah frekuensi relatif ( frekuensi suatu jenis dibagi

frekuensi semua jenis ) dan Dr adalah dominasi relatif ( dominasi suatu jenis dibagi total dominasi semua jenis ) Kerapatan, frekuensi dan dominasi (kusmana, 1997) : Kerapatan (K) =

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑝𝑙𝑜𝑡 𝑘𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑢𝑎𝑟𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠

Kerapatan relatif = (𝑘𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠) 𝑥 100% Frekuensi (F) =

(KR%)

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑙𝑜𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑝𝑒𝑡𝑎𝑘 𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠

Frekuensirelatif = (

𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠

Dominasi (D) =

(ind/Ha)

) 𝑥 100%

luas bidang dasar suatu jenis 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑝𝑙𝑜𝑡 𝑑𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠

Dominasi relatif = (𝑑𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠) 𝑥 100%

(FR%) (m2/Ha) (DR%)

Indeks nilai penting ( kusmana, 1997 ) : INP = KR + FR + DR Dimana INP adalah indeks nilai penting (%), KR adalah kerapatan relatif (%), FR adalah frekuensi relatif (%), dan DR adalah dominasi relatif (%). Indeks keanekaragaman (kusuma, 1997) : 𝑛

𝑛¡ 𝑛¡ 𝐻 = − ∑ ( ) log ( ) 𝑁 𝑁 ′

𝑖=1

Dimana H’adalah indeks keanekaragaman shannon, n¡ adalah nilai penting suatu jenis, dan N adalah nilai penting seluruh jenis. 3.1.3 Komponen Sosial Ekonomi Budaya Data primer parameter komponen sosial, ekonomi dan budaya dikumpulkan melalui hasil wawancara dengan responden berasal dari masyarakat di Kecamatan Kabaena Kabupaten Bombana dengan metode pengambilan sampel secara purposive stratified sampling. Sampel ditentukan sebanyak 20 orang setiap desa, dengan

44

stratifikasi pada jenis pekerjaan dan peluang terkena dampak akibat kegiatan pengolahan dan pemurnian emas oleh PT. TERANCAM SUKSES. Penentuan sampel responden pada setiap jenis pekerjaan dilakukan secara proporsional dari jumlah kepala keluarga yang bekerja pada sektor kegiatan tersebut. Selain penentuan sampel

responden

masyarakat,

maka

uantuk

melihat

keterwakilan

lokasi

kemungkinan terjadinya dampak, maka dilakukan pengambilan sampel desa yang berada disekitar loaksi kegiatan, dengan pertimbangan : (a) jarak dan letak desa dari lokasi kegiatan, (b) keterwakilan lokasi kecamatan/desa, (c) potensi terkena dampak positif dan dampak negatif. Data Sekunder bersumber dari laporan hasil penelitian yang di peroleh melalui studi pustaka pada beberapa instansi terkait di Kabupaten Bombana yang berhubungan dengan kegiatan studi AMDAL, antara lain data dari Biro Pusat Statistik (BPS), Pemda, Bappeda, serta dinas terkait lainnya. Adapun rincian jenis data, metode sampling dalam pengumpulan data, dan teknik analisis untuk masingmasing parameter pada komponen social diuraikan di bawah ini. A. Demografi penduduk 1. Pengumpulan data Data demografi penduduk meliputi data sekunder dan data primer. Data sekunder diperoleh melalui data statistik di Kabupaten Bombana serta monografi Kecamatan Kabaena. Sedang data primer di peroleh melalui wawancara dan pengamatan langsung di lapangan. Parameter aspek kependudukan yang diteliti meliputi struktur, pertumbuhan penduduk, dan tenaga kerja. 2. Analisis Data Data demografi yang bersifat kuantitatif dianalisis secara statistik, sedangkan yang bersifat kualitatif dilakukan berdasarkan analisis isi (content analysis). Analisis kuantitatif dilakukan menggunakan persamaan : 

Kepadatan penduduk (Kp) Kp =

Jumlah penduduk (jiwa) Luas wilayah (km2)

45

x 100%



Pertumbuhan Penduduk (Pt) Pt = P0 (1+r)t

Dimana P0 adalah jumlah penduduk tahun ke-0/awal perhitungan (jiwa), t pertumbuhan penduduk setiap tahun selama t tahun(%). 

Sex Ratio: Sex ratio =



jumlah penduduk laki−laki(jiwa) Jumlah penduduk perempuan (jiwa)

x 100%

Angkatan kerja adalah penduduk berumur 15 tahun ke atas yang selama seminggu sebelum pencacahan telaah bekerja atau punya pekerjaan, tetapi untuk sementara waktu tidak bekerja dan mereka yang tidak bekerja atau sedang mencari pekerjaan. Tingkat partisipasi angkatan kerja di hitung berdasarkan persamaan berikut: TPAK=



Angkatan Kerja Penduduk berumur antara 15−55 tahun

x 100%

Untuk menetukan prakiraan damapk migrasi penduduk, di gunakan persaman berikut: ∆P = PDP - PTP Dimana ∆𝑃 adalah laju pertambahan penduduk dari migrasi, PDP adalah jumlah penduduk migrasi dengan proyek, dan PTP adalah jumlah penduduk migrasi tanpa proyek.

 Skala kualitas kependudukan di tentukan berdasarkan Tabel III-6. Skala Kualitas/Kriteria Parameter Sangat Buruk Sedang Baik Sangat Lingkungan Buruk (1) (2) (3) (4) Baik (5) Indeks keanekaragam an

Pertumbuh an penduduk >3,5% per tahun

Pertumbuh an penduduk 3,01-3,5% per tahun

Pertumbuh an penduduk 2,51-3% per tahun

Pertumbuh an penduduk 2-2,5% per tahun

Pertumbuh an penduduk <2% per tahun

B. Sosial Ekonomi 1. Pengumpulan Data Data social ekonomi yang di butuhkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melaluia wawancara langsung dengan masyarakat

46

sekitar lokasi kegiatan tentang kegiatan-kegiatan ekonomi yang di lakukan, sedang data sekunder berlangsung yang meliputi data monografi (desa dan kecamatan) dan data statistik dari instansi terkait. Adapun parameter aspek sosial ekonomi yang diteliti meliputi: 

Kondisi ekonomi rumah tangga: sumber mata pencaharian, tingkat pendapatan, kesempatan kerja, dan peluang berusaha.



Ekonomi sumber daya alam: pola penggunaan dan pemilihan lahan serta sumber daya alam milik umum (sumber daya yang digunakan/dilindungi oleh masyarakat di sekitar lokasi kegiatan).

2. Analisis Data Analisi data social ekonomi di lakukan dengan metode deduksi untuk melihat kecenderungan perilaku masyarakat setelah ada kegiatan, seperti kegiatan penduduk seperti adanya proyek, jenis peluang berusaha yang telah di lakukan di sekitar lokasi proyek, perilaku dalam membelanjakan pendapatan, dan sebagainya. 

Pendapatan yang di peroleh rata-rata penduduk atau kepala keluarga di sekitar lokasi studi, sebelum dan setelah pelaksanaan di tentukan melalui: ITP = (TR)TP – (TC)TP

dan

IDP = (TR)DP – (TC)DP

Dimana ITP adalah tingkat pendapatan keluarga sebelum ada proyek (income), (TR)Tp adalah total penerimaan keluarga sebelum adanya proyek (total revenue), (TC)TP adalah total pengeluaran sebelum adanya proyek (total cost), IDP adalah tingkat pendapatan keluarga setelah adanya proyek (income), (TR)DP adalah total penerimaan keluarga setelah adanya proyek (total revenue), dan (TC)DP adalah total pengeluaran setelah adanya proyek (total cost). Dampak proyek terhadap pendapatan masyarakat dapat diketahui dengan menentukan selisih pendapatan masyarakat sebelum dan setelah adanya proyek : I = IDP – ITP 

Peningkatan kesempatan kerja (KK) dianalisis mengunakan pendekatan sebelum dan sesudah adanya proyek : (KK)TP = (%PUK)TP – (KTK)TP dan (KK)DP = (%PUK)DP – (KTK)DP

47

Dimana (KK)TP adalah kesempatan kerja tanpa adnya proyek, (%PUK)TP adalah persentase penduduk usia kerja tanpa ada proyek, (KTK)TP adalah kebutuhan tenaga kerja tanpa proyek, (KK)DP adalah kesempatan kerja adanya proyek, (%PUK)DP adalah persentase penduduk usia kerja dengan adanya proyek dan (KTK)DP adalah kebutuhan tenaga kerja dengan adanya proyek. Prakiraan dampak proyek terhadap kesempatan kerja ditentukan melalui : KK = (KK)DP – (KK)TP 

Prakiraan dampak proyek terhadap peluang berusaha dapat ditentukan melalui : PU = (PU)DP – (PU)TP Dimana PU adalah kesempatan usaha, (PU)DP adalah jumlah unit usaha masyarakat yang berkembang setelah ada proyek, dan (PU) TP adalah jumlah unit usaha masyarakat sebelum ada proyek.



Skala kualitas sosial ekonomi ditentukan berdasrakan tabel III-7 Skala Kualitas/Kriteria

Parameter Lingkungan

Tingkat pendapatan (Penghasila n) Kesempatan kerja

Kesempatan kerja lokal

Sangat Buruk (1) Standar kebutuhan hidup minimum ≤ o,5 kali KHM/UMR Tingkat Penggangura n >75% Tenaga kerja lokal yang terserap kurang dari 5%

Buruk (2)

Sedang (3)

Baik (4)

Sangat Baik (5)

Setara dengan 0,5 kali KHM/UMR

Setara dengan 11,5 kali KHM/UMR

>1,5 kali KHM/UMR

>2 kali KHM/UMR

Tingkat Tingkat Tingkat penganggura penganggura penganggura n 55-75% n 30-55% n 10-30% Tenaga kerja Tenaga kerja Tenaga kerja lokal yang lokal yang lokal yang terserap terserap terserap antara 5%- antara 11%- antara 21%10% 20% 30%

Sumber: Fandeli, 1995 C. Sosial Budaya 1. Pengumpulan data

48

Tingkat pengangguran <10% Tenaga kerja lokal yang terserap lebih dari 30%

Data social budaya yang di butuhkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer di peroleh melalui wawancara langsung dengan masyarakat sekitar lokasi kegiatan tentang kegiatan-kegiatan social budaya yang di lakukan, sedang data sekunder berlangsung yang meliputi data monografi (desa, kecamatan dan kabupaten) dan data statistic dari instansi terkait. Adapun parameter aspek social budaya yang diteliti meliputi: 

Kebudayaan: adat istiadat serta nilai dan norma budaya



Proses sosial dalam masyarakat: proses asosiatif (kerja sama), proses diasosiatif (konflik social), akulturasi, asimilase, intergrase, dan kohesi social.



Pranata social kelembagan masyarakat: hak ulayat, pendidikan, agama, dan keluarga.

 3.1.4

Pelapisan social: pendidikan, ekonomi dan pekerjaan

Komponen Kesehatan Masyarakat

A. Sanitasi Lingkungan 1. Pengumpulan data Untuk menganalisis sanitasi lingkungan, data diperoleh melalui wawancara dan pengamatan langsung di lapangan. Adapun parameter kondisi sanitasi lingkungan yang diteliti meliputi: cakupan sarana air bersih, cakupan jamban keluarga, cakupan sarana pembuangan air limbah, cakupan pembuangan sampah, dan cakupan rumah sehat. 2. Analisis data 

Cakupan sarana air bersih (SAB) masyarakat dihitung dengan mencermati banyaknya keluarga yang telah memiliki akses terhadap air bersih. Rumus yang dapat digunakan adalah: Cakupan SAB =



jumlah KK yang memiliki akses SAB x 100% jumlah seluruh KK di kawasan te rsebut

Cakupan jamban keluarga (JAGA) dihitung dengan mencermati banyaknya keluarga yang telah memiliki akses terhadap JAGA. Rumus yang dapat digunakan adalah:

49

Cakupan JAGA = 

jumlah KK yang memiliki akses JAGA x 100% jumlah seluruh KK di kawasan te rsebut

Cakupan sarana pembuangan air limbah (SPAL) dihitung dengan mencermati banyaknya keluarga yang telah memiliki akses terhadap SPAL. Rumus yang dapat digunakan adalah: Cakupan SPAL =



jumlah KK yang memiliki akses SPAL x 100% jumlah seluruh KK di kawasan te rsebut

Cakupan pembuangan sampah rumah tangga (SPS) dihitung dengan mencermati banyaknya keluarga yang telah memiliki akses terhadap SPS. Rumus yang dapat digunakan adalah: Cakupan SPS =



jumlah KK yang memiliki akses SPS x 100% jumlah seluruh KK di kawasan te rsebut

Cakupan rumah sehat (RS) dihitung dengan mencermati rasio rumah yang telah memenuhi syarat kesehatan. Rumus yang dapat digunakan adalah: Cakupan RS =



jumlah rumah yang memenuhi syarat RS x100% jumlah seluruh rumah di kawasan te rsebut

Tingkat Kesehatan masyarakat menggambarkan rasio pengunjung unit pelayanan kesehatan dan banyaknya tenaga kesehatan. Rumus yang digunakan adalah: R = (UM) x 100% Dimana R adalah tingkat pelayanan kesehatan, U adalah jumlah penduduk dilayani/pengunjung, dan M adalah jumlah kesehatan di instansi tersebut.

B. Potensi terjadinya penyakit 1. Pengumpulan data Sumber data dalam mempraktikkan dampak terjadinya penyakit diperoleh dari data sekunder. Dilakukan pengukuran angka kesakitan dan angka kematian oleh penyebab tertentu di masyarakat. Hal ini dapat dilakukan dengan mengerjakan analisis epidemiologi atas laporan yang ada di institusi pelayanan kesehatan (Puskesmas maupun Dinas Kesehatan setempat).

50

2. Analisis data Data angka kesakitan dan angka kematian dari hasil analisis epidemiologi atas laporan yang ada di institusi pelayanan kesehatan selanjutnya dianalisis secara deskriptif. Hasil analisis ditentukan skala lingkungannya berdasarkan kriteria dalam table III-15.

Table III-8. Skala kualitas lingkungan kesehatan masyarakat Skala Kualitas / Kriteria Parameter

Sangat

Lingkungan

Buruk (1)

Sedang

Baik

(2)

(3)

(4)

Urutan 1-

Urutan 1-2

Sangat Baik (5)

Urutan 1

3 penyakit penyakit

penyakit

infeksi

infeksi

infeksi

Urutan 4-

Urutan 3-5

Urutan 2-

5 bukan

bukan

5 bukan

penyakit

penyakit

penyakit

infeksi

infeksi

infeksi

Sangat buruk

Buruk

sedang

baik

Sangat baik

Sangat buruk

Buruk

sedang

baik

Sangat baik

Sangat buruk

Buruk

sedang

baik

Sangat baik

Urutan 1-5 Pola penyakit

Buruk

kesemuanya penyakit infeksi

Urutan 1-3 bukan penyakit infeksi

Jenis dan fasilitas kesehatan Perilaku sehat Sanitasi lingkungan

3.2 Metode Prakiran Dampak Lingkungan Penentu Dampak Penting Untuk memprakirakan besaran masing-masing dampak penting hipotetik, maka diperlukan suatu metode prakiraan dampak sesuai dengan sifat/karakteristik masing masing, antara lain:

51

(1) Penurunan kualitas udara dapat diprakirakan dengan model Gaussian-Plume ataupun dengan menggunakan software SCREEN3. (2) Peningkatan kebisingan dapat diprakirakan dengan pemodelan matematis menggunakan rumusan sebagaimana tertulis diatas. (3) Aliran permukaan dapat diprakirakan dengan pemodelan matematis menggunakan rumusan sebagaimana tertulis di atas, baik pada kondisi sekarang (rona awal), saat tahap konstruksi, maupun saat tahap operasi. (4) Peningkatan sedimentasi dapat diprakirakan dengan menentukan laju sedimentasi melalui pemodelan matematis, baik pada kondisi sekarang (rona awal), saat tahap konstruksi, maupun saat tahap operasi. (5) Penurunan kualitas air di perkirakan dengan secara matematis berdasarkan hasil analisis laju sedimentasi, baik pada kondisi sekarang ( rona awal ), saat tahap konstruksi, maupun saat tahap oprasi. (6) Penurunan indeks keragaman flora di perkirakan berdasarkan hitungan matematis dari data rona awal. (7) Gangguan biota perairan dapat di perkirakan berdasarkan perubahan indeks keragaman biota perairan melalui kajian khusus oleh tim ahli. (8) Aspek social, ekonomi, dan budaya dapat di prakirakan menggunakan cara pendekatan analogi, penilaian ahli, serta pendekatan statistic diferensial dan probabilitas. (9) Aspek kesehatan masyarakat dapat diprakirakan berdasarkan kajian khusus oleh tim ahli maupun melalui pendekatan statistic diferensial dan probabilitas. 3.2.1. Praktikum besaran dampak Prakiraan besaran dampak di perlukan untuk menentukan skala kualitas lingkungan yang akan berubah oleh adanya dampak. Suatu dampak bersifat sangat besar, besar, sedang, kecil atau sangat kecil ditentukan menggunakan kiriteria seperti di sajikan pada table III – 9. Tabel III-9, sifat besaran dampak lingkungan NO

Besaran perubahan kualitas lingkungan

52

Sifat dampak lingkungan

1

0

Sangat kecil

2

1

Kecil

3

2

Sedang

4

3

Besar

5

4

Sangat Besar

Besar dampak secara kuantitatif ditentukan dengan menggunakan metode matriks sederhana, seperti pada Tabel III-17, dimana setiap kontak perpotongan antara kolom kegiatan dan baris komponen lingkungan pada tabel tersebut menujukan intraksi antara rencana kegiatan dengan komponen lingkungan untuk setiap lingkungan yang merupakan selisih antara skala rona lingkungan oleh adanya proyek dengan skala lingkugan tanpa proyek. 3.2.2

Perkiraan dampak penting Untuk mengetahui sifat penting atau tidak penting dampak, maka dilakukan

prakiraan tingkat kepentingan dampak dengan mengacu pada PP No. 27 tahun 2012. Tingkat kepentingan dampak dilakukan untuk setiap dampak hipotetis dengan mengacu pada kriteria penentu dampak penting sebagai berikut : 1. Jumblah manusia yang terkjena dampak 2. Luas wilayah persebaran dampak 3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung 4. Banyaknya komponen lain yang akan terkena dampak 5. Sifat kumulatif dam[pak 6. Berbaalik atau tidak berbaliknya dampak Penetapan tingkat kepentingan dampak ini di kelompokan kedalam dampak penting (P) dan tidak penting (TP). Pedoman penetapan tingkat kepentingan dampak apakah dampak tersebut penting atau tidak penting di dasarkan pada kriteria tersebut.

53

1. Jumlah manusia yang terkena dampak, apabila manusia di wilayah studi yang terkena dampak lingkungan tapi tidak menikmati manfaat dari usaa atau kegiatan di wilayah studi. 2. Luas wilayah persebaran dampak, apabila rencana suatu kegiatan mengakibatkan adanya wilayah yang mengalami perubahan dasar dari segi intensitas dampak, atau tidak berbaliknya dampak atau segi kumulatif dampak. 3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung, apabila : a) Rencana usaha atau kegiatan akan menyebabkan perubahan pada sifatsifat fisik dari hayati lingkungan yang melampaui baku mutu lingkungan menurut perundang-undangan yang berlaku. b) Rencana usaha atau kegiayan akan menyebabkan perubahan medasar pada komponen lingkungan yang melampaui kritera baku mutu. c) Rencana usaha atau kegiatan akan mengakibatkan spesies-spesies langka dan atau endemic, dan atau dilindungi menurut undang-undang yang berlaku terancam punah, atau habitat aslinya mengalami kerusakan. d) Rencana usaha atau kegiatan akan merusak atau memusnahkan bendabenda bangunan sejarah bernilai tinggi. e) Rencana usaha atau kegiatan akan mengakibatkan konflik atau kontroversi dengan masyarakat, pemerintah daerah atau pemerintah pusat, dan atau menimbulkan konflik atau kontroversi dikalangan masyarakat, pemerintah daerah, dan pemerintah pusat. f) Rencana usaha atau kegiatan akan mengubah atau memodifikasi areal yang mempunyai nilai keindahan alami yang tinggi. 

Banyaknya komponen lain yang akan terkena dampak, apabila rencana usaha/dan atau kegiatan menimbulkan dampak sekunder dan dampak lanjutan lainnya yang jumlah komponennya lebih atau sama dengan komponen lingkungan yang terkena dampak primer.



Sifat kumulatif dampak, pada :

54

a) Dampak lingkungan berulang kali dan terus menerus sehingga pada kurun waktu tertentu tidak dapat diasimilasi oleh lingkungan alam atau social menerimanya. b) Beragam dampak lingkungan tertumpuk dalam satu ruang tertentu sehingga tidak dapat diasimilasi oleh lingkungan alam atau social yang menerimanya. c) Dampak lingkungan dari berbagai sumber kegiatan menimbulkan efek saling memperkuat (sinergi). 

Berbalik atau berbaliknya dampak, bila perubahan yang akan dialami oleh suatu komponen lingkungan tidak dapat dipulihkan kembali walau dengan intervensi manusia.

3.3 Metoda Evaluasi Dampak Penting Evaluisi dampak penting dimaksudkan untuk menilai secara holistic dampak kumulatif akibat adanya proyek terhadap semua komponen lingkungan, mulai dari tahap pra konstruksi sampai tahap pasca oprasi. Berbagai perubahan lingkungan tersebut atau yang bersifat mendasar, pada ruang dan waktu tertentu akibat adanya pryek, digunakan metode diskusi pakar, studi literatur, servey lapangan dan Profesional Judgment, metode matrik,bagan alir, overlay untuk focusing dan pengelompokkan dampak prioritas dan dengan analisis keterkaitan dan analisis agregasi dalam bantuan bagan alir. Pedoman untuk mengevaluasi dampa besar dan penting digunakan interaksi antara besaran dampak dengan tingkat kepentingan dampak sebagai berikut. 1. Jika prakiraan dampak ≥ 2 dan jumlah kriteria P (penting) ≥ 3, maka prakiraan dampa adalah penting. 2. jika besar prakiraan dampak ≥ 2 dan jumlah criteria P (penting) < 3 tetapi salah satu P merupakan criteria jumlah manusia terkena dampak, maka prakiraan dampak adalah penting. 3. Jika besar dampak < 2 dan jumalh P ≥ 3, maka prakiraan dampak adalah penting. 4. Jika besar prakiraan dampak ≥ dan jumblah P < 3, maka prakiraan dampak adalah tidak penting.

55

5. Jika besar prakiraan dampak < 2 dan jumblah P < 3, maka prakiraan dampak adalah tidak penting Melalui kajian holistik terhadap rencana kegiatan ini akan dapat di peroleh dua informasi penting yang selanjutnya di gunakan sebagai : 1. Masukan bagi pengambil keputusan untuk menentukan kelayakan lingkungan kegiatan pembangunan pabrik pengolahan emas oleh PT Anugrah Bumi raya. 2. Arahan penyusunan rencana pengolahan lingkungan (RKL) dan rencana pemantauan lingkungan (RPL).

56

Related Documents

Ka Andal Pulau N
February 2021 1
Nisbah Emas
February 2021 1
Aset Ka
January 2021 2
Ka Pengn.pdf
March 2021 0
Seminar - Copy - Copy
March 2021 0

More Documents from "Sujan Khadka"