Agitasi Dan Propaganda

  • Uploaded by: Achmad Zulfikar
  • 0
  • 0
  • March 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Agitasi Dan Propaganda as PDF for free.

More details

  • Words: 1,266
  • Pages: 5
Loading documents preview...
A. Latar Belakang Agitasi dan propaganda adalah kata yang popular namun kini telah kehilangan maknanya karena tertutupi oleh stigma-stigma negatif yang melingkupi dirinya. Suatu hal yang umum ketika kata propaganda terdengar atau terlihat maka kata tersebut tidak terlepas dari stigma negatif yang berkaitan dengan agitasi dan propaganda tersebut atau dipaksakan berkaitan karena pada suatu massa kata-kata tersebut sangat bertalian erat, misalnya kata perang dunia, konspirasi politik, media, pemerintah, pembodohan massal, informasi yang salah, hingga mengacu kekata fasisme, nazi bahkan sosialisme. Sulit rasanya menyandingkan agitasi dan propaganda dengan demokrasi, padahal diakui oleh pakar publik relation, Propaganda adalah tujuan komunikasi dalam masyarakat yang berdemokrasi1. Stigma yang negatif tentang propaganda tidak akan terbentuk tanpa adanya suatu rekayasa sosial, dan rekayasa sosial tanpa melanggar hak asasi manusia tidak akan terwujud tanpa adanya komunikasi persuasif untuk mempengaruhi masyarakat yang menjadi targetnya. Inti dari komunikasi persuasif adalah propaganda, dengan demikian dapat dimungkinkan bahwa stigma negatif tentang propaganda merupakan produk dari propaganda itu sendiri. Terlepas dari stigma negatif tersebut, pembahasan pada kesempatan ini yaitu mencoba mengupas agitasi dan propaganda dari sisi ilmiah dengan berpijak pada literatur yang pembahasan lebih lanjut akan dibahas dibawah ini :

1

Edward L.Bernays

B. Agitasi dan Propoganda Mengagitasi adalah membangkitkan perhatian atau mendorong sedangkan propaganda adalah sebuah rencana sistematis atau gerakan bersama untuk penyebarluasan suatu keyakinan atau doktrin.2 Definisi ini bukan merupakan titik pijak yang buruk. Agitasi memfokuskan diri pada sebuah isu aktual, berupaya mendorong suatu tindakan terhadap isu tersebut. Propaganda berurusan dengan penjelasan gagasan-gagasan secara terinci dan lebih sistematis. Seorang Marxis perintis di Rusia, Plekhanov, menunjukkan sebuah konsekuensi yang penting dari pembedaan ini. Seorang propagandis menyajikan banyak gagasan ke satu atau sedikit orang seorang agitator menyajikan hanya satu atau sedikit gagasan, tetapi menyajikannya ke sejumlah besar orang a mass of people. Seperti semua generalisasi yang seperti itu, pernyataan di atas jangan dipahami secara sangat harfiah. Propaganda, dalam keadaan yang menguntungkan, bisa meraih ribuan atau puluhan ribu orang. Dan sejumlah besar orang yang dicapai oleh agitasi jumlahnya sangat tidak tetap. Sekalipun demikian, inti dari pernyataan Plekhanov itu memiliki landasan yang kuat (sound). Propagandis yang berurusan dengan persoalan pengangguran, mesti menjelaskan watak kapitalistis dari krisis, sebab dari tidak terhindarkannya krisis dalam masyarakat modern, kebutuhan untuk mentransformasikan masyarakat ini menjadi sebuah masyarakat sosialis3. Secara singkat mesti menyajikan banyak gagasan, betul-betul sangat banyak, sehingga gagasan itu akan dipahami sebagai suatu keseluruhan yang integral oleh secara komparatif sedikit orang. Meskipun demikian, seorang agitator, yang berbicara mengenai persoalan yang sama, akan mengambil sebagai sebuah ilustrasi, kematian anggota keluarga seorang buruh karena kelaparan, peningkatan pemelaratan impoverishment dan penggunaan fakta ini, yang diketahui oleh semua orang, akan mengarahkan upayanya menjadi penyajian sebuah gagasan tunggal ke massa. Sebagai akibatnya, seorang propagandis bekerja terutama dengan mamakai bahasa cetak seorang agitator dengan memakai bahasa lisan. 2 3

kamus Oxford Lenin, dalam What is to be done

Seorang propagandis tentu saja mesti menyelidiki secara lebih mendalam konsep keadilan, perkembangan dan transformasinya melalui berbagai masyarakat berkelas yang berbeda, isi kelasnya yang tak terhindarkan. Tetapi hal itu bukan merupakan tujuan utama dari agitasi. Para marxis yang tidak memahami pembedaan ini menjadi korban dari ideologi kapitalis, menjadi korban dari generalisasi yang lepas dari konteks waktu (timeless generalisations), yang mencerminkan masyarakat berkelas yang diidealisasikan. Yang paling penting, mereka tidak memahami secara konkrit bagaimana sebenarnya sikap kelas buruh berubah. Mereka tidak memahami peran pengalaman, sebagai contoh, pengalaman tentang peran polisi dalam pemogokan para buruh tambang. Mereka tidak memahami perbedaan antara agitasi dan propaganda. Agitasi memerlukan kekuatan yang lebih besar. Tentu saja seorang individu terkadang bisa mengagitasi sebuah keluhan tertentu secara efektif katakanlah keluhan mengenai kurangnya sabun atau tissue toilet yang layak di sebuah tempat kerja tertentu, tetapi sebuah agitasi yang luas dengan sebuah fokus yang umum tidaklah mungkin tanpa sejumlah besar orang yang ditugaskan dengan pantas untuk melaksanakannya, tanpa sebuah partai. Ketika sedang berbicara ke sejumlah orang dengan berupaya member keyakinan melalui politik sosialis yang umum, dan bukan melalui agitasi massa. Jadi apa yang diusulkan pada dasarnya adalah propaganda. Disini kebingungan muncul karena terdapat lebih dari satu jenis propaganda. Ada sebuah pembedaan antara propaganda abstrak dan jenis propaganda yang diharapkan dapat mengarah ke suatu aktivitas, yaitu propaganda yang konkrit atau realistik. Propaganda abstrak memunculkan gagasan yang secara formal benar, tetapi tidak terkait dengan perjuangan atau dengan tingkat kesadaran yang ada di antara mereka yang menjadi sasaran dari penyebaran gagasan itu. Sebagai contoh, menyatakan bahwa di bawah sosialisme sistem upah akan dihapuskan adalah mutlak benar, menempatkan usulan yang seperti itu kepada para buruh sekarang ini bukanlah agitasi, melainkan propaganda dalam bentuk yang paling abstrak. Begitu pula, usulan terus-menerus untuk sebuah pemogokan umum, terlepas dari apakah prospek untuk melakukannya bersifat riil dalam situasi yang sekarang, mengarah tidak ke agitasi, melainkan ke penarikan diri dari perjuangan yang riil di sini dan sekarang.

Di sisi lain, propaganda realistis berpijak dari asumsi bahwa kelompok-kelompok sosialis yang kecil tidak dapat secara meyakinkan mempengaruhi kelompok-kelompok buruh yang besar sekarang ini di hampir setiap keadaan. Tetapi hal itu juga mengasumsikan bahwa terdapat argumen tentang isu-isu spesifik, yang dapat dicoba untuk dibangun oleh para sosialis. Jadi seorang propagandis realistis di sebuah pabrik tidak akan mengusulkan penghapusan sistem upah. Pekerja laki-laki atau perempuan akan mengusulkan serangkaian tuntutan yang diharapkan dapat mengarahkan perjuangan ke kemenangan, dan sudah tentu melebihi kemenangan kecil yang diberikan oleh birokrasi serikat buruh. Jadi mereka akan mengusulkan, misalnya, peningkatan ongkos rata-rata setiap produk pemogokan matimatian dengan tuntutan penuh dan bukan pemogokan yang selektif.

C. Menyeimbangkan agitasi dengan propaganda secara benar (Getting the balance right) Agitasi yang dibicarakan oleh Lenin adalah satu atau dua orang sosialis yang memunculkan serangkaian gagasan tentang cara untuk menang. Tetapi hal tersebut juga bukan propaganda abstrak karena hal itu terkait dengan sebuah perjuangan yang riil dan dengan minoritas buruh yang cukup besar di suatu wilayah. Ini berarti bahwa propaganda realistis dapat membangun hubungan dengan sekelompok orang yang jauh lebih besar daripada kelompok yang sepenuhnya terbuka untuk gagasan-gagasan sosialis. Sekarang ini hanya sekelompok orang yang sangat kecil yang akan terbuka untuk semua gagasangagasan sosialisme. Kelompok yang lebih besar tidak akan seperti itu, tetapi masih bisa menerima banyak propaganda dari kaum sosialis untuk tidak mempercayai para pejabat, untuk mengorganisir di lapisan bawah. Pentingnya pembedaan ini ada dua yaitu para sosialis yang mempercayai bahwa harus melakukan propaganda di kelompok-kelompok diskusi yang kecil, dan mengagitasi di tempat kerja, sangat mungkin menaksir terlalu tinggi overestimate pengaruh disejumlah besar buruh, dengan demikian kehilangan kesempatan untuk membangun basis di sekitar sejumlah kecil pendukung. Memercayai bahwa mereka hanya harus melakukan propaganda abstrak dalam diskusi-diskusi dengan para sosialis yang lain dan di tempat kerja bisa mengambil sikap menarik diri ketika perjuangan yang riil benar-benar meletus.

Dengan melakukan propaganda realistis pada sebuah periode di mana agitasi massa secara umum tidak mungkin, kaum sosialis akan jauh lebih mungkin untuk dapat menghindari kedua jebakan tersebut. Dalam kamus besar bahasa indonesia, agitasi diartikan sebagai 1. Hasutan kepada orang banyak yang biasanya dilakukan oleh politikus 2. Pidato berapi-api untuk mempengaruhi massa 3. Pengadukan Propaganda, secara istilah diartikan sebagai penerangan yang benar atau salah yang dikembangkan dengan tujuan meyakinkan orang agar menganut suatu keyakinan, sikap atau arah tindakan tertentu. Propaganda juga berarti penyebaran ide, informasi, tujuan dan kampanye yang tengah dilakukan dengan tujuan agar orang lain dapat menerimanya. D. Kesimpulan Agitasi dan propaganda telah dikenal manusia sejak manusia bisa berkomunikasi antar sesamanya. Seperti juga kita yang seringkali berusaha untuk meyakinkan orang lain untuk menerima dan mengusahakan apa yang kita inginkan, maka propaganda adalah kegiatan yang bertujuan agar apa yang kita inginkan dapat tersebar dan diterima oleh orang lain. Dalam kerja organisasi gerakan, kegiatan agitasi dan propaganda dapat dipahami sebagai langkah gerakan untuk mendapatkan simpati, penerimaan ide, dan penyebaran keinginan, tuntutan yang dapat mempengaruhi massa untuk ikut dalam gerakan, organisasi atau melakukan perubahan.

Related Documents


More Documents from "Oskar Leonardo L"