Analisis Struktur Teks Kritik Dan Esai (1) (1)

  • Uploaded by: fadillaliska
  • 0
  • 0
  • February 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Analisis Struktur Teks Kritik Dan Esai (1) (1) as PDF for free.

More details

  • Words: 2,400
  • Pages: 20
Loading documents preview...
ANALISIS STRUKTUR TEKS KRITIK DAN ESAI FADILLA LISKA OCTAVIANI SYARIFAH LAILATUL FAZRIAH

XII MIA 3

Teks Esai: Film Ketika Cinta Bertasbih 2 Film Ketika Cinta Bertasbih 2 merupakan jenis film drama yang disutradarai oleh Chaerul Umam. Film ini identik dengan nilai keagamaan atau religi. Film religi ini dikutip dari novel Ketika Cinta Bertasbih 2 yang ditulis oleh Habiburahman El Shirazy.

Film ini dibintangi oleh pemain drama papan atas seperti Kholidi Asadik Alam sebagai Azzam, Oki Setiana Dewi sebagai Ana Althafunisa, Alice Sofie Norin sebagai Eliana, Andi Arsyil Rahman sebagai Furqan, Meyda Safira sebagai Husna, dan lainnya. Kholidi Asadik Alam (Azzam) sebagai tokoh utama dalam film ini mempunyai sifat yang sangat santun kepaga orang tuanya, baik dan sopan santun terhadap semua orang, penyanyang, pandai, mandiri, dan sangat menjunjung tinggi nilai agama. Sedangkan Oki Setiana Dewi (Ana) sangat berbakti kepada kedua orangtuanya dan juga sengat menjunjung tinggi nilai agama. Dalam film ini mereka merupakan pasangan yang sangat cocok. Film ini diawali dengan lulusnya Azzam dari Universitas Al-Azhar. Sembilan tahun berpisah dengan ibu serta adik-adiknya membuat kepulangan Azzam dari Kairo memiliki sensasi yang luar biasa. Kerinduan yang meluber dari dadanya begitu menggelegak. Rindu kepada keluarga, rindu kepada negeri tercinta, rindu kepada senyum-senyum yang kerap semringah dari penduduk negerinya, meski dalam keadaan paling menderita sekalipun, membuatnya bergairah melangkahkan kaki di lantai bandara. Akan tetapi, nasib baik belum mendatanginya. Azzam belum mendapatkan pekerjaan. Akhirnya Azzam meminta tolong kepada Husna yakni adiknya untuk mencarikan pekerjaan agar terhindar dari omongan tetangga yang selalu mencibir. Akhirnya Azzam memilih membangun usaha dengan berwiraswasta. Karena mempunyai pengalaman usaha di Mesir sewaktu kuliah, dia menekunin pekerjaan itu. Seiring waktu berjalan, ada hal yang membuat Azzam sering bingung dengan pertanyaan ibunya. Tentang kapan Azzam akan menikah. Saat ini hatinya sedang berpihak wanita yang bernama Anna Althafunnisa. Akan tetapi wanita tersebut telah dilamar oleh sahabatnya sendiri yakni si Furqon. Cerita ini tidak monoton begitu saja. Ada pula sang Eliana yang sedang jatuh cinta dengan Azzam. Tetapi Azzam menolak mentah – mentah karena dia menginginkan wanita yang muslimah. Cerita dalam film ini sesungguhnya banyak memunculkan konflik-konflik yang menyangkutkan perasaan yang sangat dalam. Akan tetapi film ini dikemas dengan alur religi yang dapat membawa perasaan orang yang menonton larut dalam kisahh percintaan seorang tokoh utama. Mulai dari kepatahan hati dari seorang Azzam yang harus merelakan Ana kepada sahabatnya. Tidak berhenti dari itu, Azzam yang selalu dituntut agar segera menikah oleh sang ibunya. Ia terus berusaha mencari calon istri dengan sabar, suatu ketika ia pun bertemu dengan Vivi (Asmirandah), dokter cantik yang baru saja lulus dari Universitas Diponegoro.

Teks Esai: Film Ketika Cinta Bertasbih 2 Dengan Vivi, Azzam merasa cocok. Dan mereka memutuskan untuk menikah. Akan tetapi kehendak Allah berkata lain. Ketika ia akan menikah dengna Vivi, ia mendapatkan musibah besar. Azzam dan Ibunya mengalami kecelakaan yang harus merelakan Ibunya pergi untuk selamanya. Di saat itu pun air mata menetes dengan kepiluan yang menimpa Azzam. Dan kecelakaan itu yang harus menunda pernikahan tersebut, dan akhirnya pernikahan itu batal. Pada saat-saat inilah cerita ini sangat mengguncangkan jiwa. Bagaimana perasaan kita terbawa dengan hal yang terjadi pada Azzam. Ia pun tabah dengan semua ini. Dalam film ini klimaks yang terjadi membuat air mata kita terkuras habis oleh masalah yang datang bertubi-tubi. Dan ketegaranlah yang membuat Azzam tetap bertahan. Semua actor yang membintangi film ini sangat cocok dan sesuai dengan karakter yang dimainkan. Film Ketika Cinta Bertasbih 2 ini sangat pas untuk masyarakat Indonesia yang sebagian besar berumat muslim. Film ini sangat menjunjung tinggi nilai keagamaan. Banyak ilmu yang dapat kita ambil dari film ini. Kita dapat memperkuat benteng agama kita, memperkuat iman kita kepada Allah SWT. Dan banyak nilai-nilai moral yang terkandung pada filma ini. Keindahan, keagamaan, dan keromantisan dalam islami menjadi warna-warna yang menghiasi film Ketika Cinta Bertasbih 2 ini. Banyak manfaat dan nilai-nilai yang dapat kita contoh. Kesabaran, ketabahan, ketegaran, kegigihan, kepandaian, dan kesholehan yang dicontohkan oleh para tokoh sangat baik bagi kehidupan kita. Semoga kita dapat mencontoh apa-apa yang telah dicontohkan oleh tokoh film ini.

Sumber: http://fara-frs.blogspot.co.id/2011/12/esai-film-ketika-cinta-bertasbih-2.html, Diunduh pada: 11 November 2017, 08:43 WIB Penulis Teks : Fara

ANALISIS STRUKTUR TEKS ESAI





Film Ketika Cinta Bertasbih 2 merupakan jenis film drama yang disutradarai oleh Chaerul Umam. Film ini identik dengan nilai keagamaan atau religi. Film religi ini dikutip dari novel Ketika Cinta Bertasbih 2 yang ditulis oleh Habiburahman El Shirazy. Film ini dibintangi oleh pemain drama papan atas seperti Kholidi Asadik Alam sebagai Azzam, Oki Setiana Dewi sebagai Ana Althafunisa, Alice Sofie Norin sebagai Eliana, Andi Arsyil Rahman sebagai Furqan, Meyda Safira sebagai Husna, dan lainnya.

ISI/PERMASALAHAN Percintaan yang berpedoman dengan syariah Islam dan perjuangan hidup untuk mencapai kebahagiaan. Beberapa konflik dalam film:  Azzam yang telah lulus dari Universitas Al-Azzar ingin menikahi Anna, tetapi Anna sudah menikah dengan sahabatnya, Furqan.  Azzam akan menikah dengan Vivi, seorang dokter dari Diponegoro, tetapi gagal karena sebuah kecelakaan yang merenggut nyawa ibunya.

KEKHASAN 





Menceritakan keseharian dalam kehidupan pesantren. Watak para tokoh dibawakan dengan konsisten. Keilmuan tentang fiqih dan aqidah tetap menjadi suguhan utama dalam film, seperti pada KCB 1.

KEUNGGULAN 





Menceritakan keseharian dalam kehidupan pesantren dengan lihai. Konflik bertubi-tubi yang dialami Azzam mampu membuat penonton terbawa suasana. Banyak amanat yang dapat kita ambil dari film ini.

KELEMAHAN 

Latar tempat yang dipilih monoton.







Film Ketika Cinta Bertasbih 2 ini sangat pas untuk masyarakat Indonesia yang sebagian besar berumat muslim. Film ini sangat menjunjung tinggi nilai keagamaan. Banyak ilmu yang dapat kita ambil dari film ini. Kita dapat memperkuat benteng agama kita, memperkuat iman kita kepada Allah SWT. Dan banyak nilai-nilai moral yang terkandung pada film ini. Keindahan, keagamaan, dan keromantisan dalam islami menjadi warna-warna yang menghiasi film Ketika Cinta Bertasbih 2 ini. Banyak manfaat dan nilai-nilai yang dapat kita contoh. Kesabaran, ketabahan, ketegaran, kegigihan, kepandaian, dan kesholehan yang dicontohkan oleh para tokoh sangat baik bagi kehidupan kita. Semoga kita dapat mencontoh apa-apa yang telah dicontohkan oleh tokoh film ini.

Negeri 5 Menara merupakan karya dari penulis asal Nagari Bayur, Maninjau, Sumatra Barat, yaitu Ahmad Fuadi yang merupakan lulusan S1 Hubungan Internasional - Universitas Padjajaran, Bandung dan S-2 di School of media and public affairs, George Washington University, USA. Novel yang berjudul Negeri 5 Menara yang menjadi awal novel Trilogi karya Ahmad Fuadi, pada tahun 2009 – Gramedia, Jakarta. Selanjutnya, penulis yang juga berprofesi sebagai praktisi konservasi dan juga wartawan menerbitkan novel kedua dari Trilogi Negeri 5 Menara yang berjudul Ranah 3 Warna, yang terbit pada tahun 2011 – Gramedia, Jakarta. Selanjutnya, Ahmad Fuadi menerbitkan novel ketiga yang sekaligus menjadi penutup dari novel Triloginya yaitu berjudul Rantau 1 Muara. Novel ini mengisahkan tentang seorang anak MTSN yang dipaksa masuk ke pondok pesantren oleh orang tuanya, kemudian diwajibkan mengikuti aturan-aturan pondok, dimana bila melanggar maka hukumannya adalah malah dia sendiri yang disuruh mencari kesalahan orang kemudian dicatat dalam kartu khusus. Nama anak itu Alif Fikri, dia adalah salah satu penghuni Pondok Madani yang mengalami kejadian itu, menjadi jasus atau mata-mata di dalam pondok karena tanpa sengaja terlambat 5 menit datang ke masjid bersama 5 temannya Raja, Said, Dulmajid, Atang dan Baso. Masuk pondok pesantren bukanlah sepenuhnya kemauan Alif, setelah lulus dari Madrasah Tsanawiyah Alif bercita-cita melanjutkan sekolah SMA, tapi karena orangtuanya ingin agar anaknya menjadi seperti Buya Hamka, walau Alif sendiri ingin menjadi seperti Habibie mau tidak mau, dengan setengah hati Alif mengikuti kemauan orang tua. Kisah Alif Fikri yang tinggal di Pondok, membuat pembaca mengetahui bahwa bersekolah di pondok itu tidak monoton belajar tentang agama saja, membaca dan menghafal Al Qur’an saja, tetapi lebih kepada penerapan kehidupan sehari-hari seperti sekolah umum lainnya dengan tetap mengedepankan dasar / syariat agama Islam. Di novel ini dilukiskan Tinggal di pondok selain bisa tetap menyalurkan hobbi, Alif dan kelima kawannya bersama-sama dengan segala kemampuannya bersusah payah mengejar impian mereka masing-masing. Seperti halnya Baso yang datang ke Pondok dengan niat menghafal Al-Quran, maka selain mengikuti kegiatan pelajaran umum, kemana-mana dia juga membawa buku favoritnya yakni Al Quran butut! Juga bagaimana gembiranya Alif, meski memiliki ukuran tubuh tidak terlalu tinggi seperti kebanyakan pemain sepak bola, Alif masih bisa menyalurkan bakat bermain sepak bolanya walau setiap bertanding hanya pasrah sebagai pemain cadangan.

Novel Negeri 5 Menara ini dibungkus dengan bahasa yang mudah dicerna. Bahasanya tidak membungungkan pembaca. Bila pembaca bingung membayangkan pada bab ke 4 yang berjudul ‘Kampung di Atas Kabut’ yang menceritakan seluk beluk dalamnya Pondok Madani, maka dibuku itu telah dilengkapi sketsa peta atau tata letak gedung di dalam Pondok. Sayangnya peta itu tidak dibuatkan halaman tersendiri tetapi ditaruh di bagian belakang cover. Maka bila buku itu tidak disampul rapi, maka siap-siap saja peta itu akan kabur dari penglihatan.

Novel ini memperkenalkan matra rahasia 'man jadda wajada'. Sebuah pepatah Arab yang berarti, “siapa yang bersungguh-sungguh akan sukses”. Pesan itu disampaikan lewat pelajaran yang diperoleh para tokoh dalam novel. Pelajaran bahwa apa pun mungkin diraih selama didukung usaha dan doa. Jangan pernah remehkan mimpi, setinggi apa pun. Sungguh Tuhan Maha mendengar. Membaca novel ini bagaikan menikmati laporan jurnalistik seorang wartawan kawakan. Begitu detail. Beberapa nama tempat dan fakta yang disebut otentik. Kita seperti dibawa bertamasya secara spiritual, dari Bukittinggi yang permai hingga Washington yang bersalju. Dari Pondok Madani yang ajaib hingga Trafalgar Square yang meremangkan bulu roma. Novel Negeri 5 Menara ini sangat cocok menjadi panduan Orangtua yang sedang bingung memasukkan putra-putri nya dalam melanjutkan sekolah ke tingkat lebih tinggi. Barangkali saja, dengan membaca novel ini para Orangtua bisa dengan serta merta membuang image buruk tentang sekolah agama, yaitu Pondok pesantren. Dan barangkali saja dengan membaca kisah sukses Alif menjalani kehidupan yang jauh dari orang tua, seorang anak bisa lebih hidup mandiri dengan kemampuannya sendiri dengan pegangan mantra sakti ‘Man Jadda Wajada’. Bagi murid yang sedang menimba ilmu baik yang dipondok maupun di sekolah umum, buku ini juga bisa digunakan pegangan karena didalam buku itu menyimpan banyak tips dan trik ketika menghadapi ujian. Sayangnya buku ini datang setelah Laskar Pelangi jadi terkesan agak 'membuntuti', bahkan bisa dibilang bahwa nilai yang diangkat sangat mirip dengan laskar pelangi bahkan setting novel ini jadi agak mirip dengan setting Harry Potter tapi pengarang berhasil menghantarkan begitu banyak detil, dari sekolah PM Madani sampai keseharian masing-masing sahibul menara plus keseluruhan penduduk pondokan. Negeri 5 Menara menampilkan sisi kehidupan berbeda yang mungkin tidak pernah kita tahu, kehidupan pondok dan pola pendidikan disana. Selain itu negeri 5 menara juga menampilkan sisi-sisi manusiawi yang sering kita rasakan, dan disini kita akan mendapatkan sebuah solusi yang bijaksana yang mungkin bisa menginspirasi kita. Yang jelas novel ini sangat cocok untuk para pemimpi sejati. Sumber : http://www.pojokseni.com/2015/06/kritik-sastra-novel-negeri-5-menara.html , diunduh pada tanggal 11 November 2017, 08:30 WIB Penulis teks: Pojok Seni

ANALISIS STRUKTUR TEKS KRITIK





Negeri 5 Menara merupakan karya dari penulis asal Nagari Bayur, Maninjau, Sumatra Barat, yaitu Ahmad Fuadi yang merupakan lulusan S-1 Hubungan Internasional - Universitas Padjajaran, Bandung dan S-2 di School of media and public affairs, George Washington University, USA. Novel yang berjudul Negeri 5 Menara yang menjadi awal novel Trilogi karya Ahmad Fuadi, pada tahun 2009 – Gramedia, Jakarta. Selanjutnya, penulis yang juga berprofesi sebagai praktisi konservasi dan juga wartawan menerbitkan novel kedua dari Trilogi Negeri 5 Menara yang berjudul Ranah 3 Warna, yang terbit pada tahun 2011 – Gramedia, Jakarta. Selanjutnya, Ahmad Fuadi menerbitkan novel ketiga yang sekaligus menjadi penutup dari novel Triloginya yaitu berjudul Rantau 1 Muara.

UNSUR INTRINSIK 1. Tema Pendidikan. Dari kutipan teks kritik : Bersekolah di pondok itu tidak monoton belajar tentang agama saja, membaca dan menghafal Al Qur’an saja, tetapi lebih kepada penerapan kehidupan sehari-hari seperti sekolah umum lainnya dengan tetap mengedepankan dasar / syariat agama Islam. 

2. Latar Tempat Pondok Madani. Dari kutipan teks kritik : Nama anak itu Alif Fikri, dia adalah salah satu penghuni Pondok Madani. 3. Gaya Bahasa Bahasa yang mudah dicerna. Bahasanya tidak membingungkan pembaca. Bila pembaca bingung membayangkan pada bab ke 4 yang berjudul ‘Kampung di Atas Kabut’ yang menceritakan seluk beluk dalamnya Pondok Madani, maka dibuku itu telah dilengkapi sketsa peta atau tata letak gedung di dalam Pondok.

4. Tokoh Alif Fikri, Raja, Said, Dulmajid, Atang dan Baso. Dari kutipan teks kritik: Nama anak itu Alif Fikri, dia adalah salah satu penghuni Pondok Madani yang mengalami kejadian itu, menjadi jasus atau mata-mata di dalam pondok karena tanpa sengaja terlambat 5 menit datang ke masjid bersama 5 temannya Raja, Said, Dulmajid, Atang dan Baso.

5. Amanat

Apa pun mungkin diraih selama didukung usaha dan doa. Jangan pernah remehkan mimpi, setinggi apa pun. Sungguh Tuhan Maha mendengar. 6. Sudut Pandang Orang pertama sebagai pelaku Utama. Karena menggunakan kata ganti orang pertama “Aku”

7. Alur/Plot Alur nya merupakan alur maju mundur. Karena menceritakan kilas balik ingatan tokoh utama atas masa silam ketika menimba ilmu di Pondok Madani hingga membuahkan hasil di masa kini.

Unsur Ekstrinsik Nilai Agama Novel ini memperkenalkan matra rahasia 'man jadda wajada'. Sebuah pepatah Arab yang berarti, “siapa yang bersungguhsungguh akan sukses”. Pesan itu disampaikan lewat pelajaran yang diperoleh para tokoh dalam novel. Pelajaran bahwa apa pun mungkin diraih selama didukung usaha dan doa. Jangan pernah remehkan mimpi, setinggi apa pun. Sungguh Tuhan Maha mendengar.

Nilai Moral Di novel ini dilukiskan Tinggal di pondok selain bisa tetap menyalurkan hobbi, Alif dan kelima kawannya bersamasama dengan segala kemampuannya bersusah payah mengejar impian mereka masing-masing.

 



KEUNGGULAN



KELEMAHAN

Dibuku itu telah dilengkapi sketsa peta atau tata letak gedung di dalam Pondok. Sayangnya peta itu tidak dibuatkan halaman tersendiri tetapi ditaruh di bagian belakang cover. Maka bila buku itu tidak disampul Novel Negeri 5 Menara ini dibungkus rapi, maka siap-siap saja dengan bahasa yang mudah dicerna. peta itu akan kabur dari Bahasanya tidak membungungkan penglihatan. Novel Negeri 5 Menara ini sangat cocok menjadi panduan Orangtua yang sedang bingung memasukkan putra-putri nya dalam melanjutkan sekolah ke tingkat lebih tinggi. Barangkali saja, dengan membaca novel ini para Orangtua bisa dengan serta merta membuang image buruk tentang sekolah agama, yaitu Pondok pesantren.

pembaca





Negeri 5 Menara menampilkan sisi kehidupan berbeda yang mungkin tidak pernah kita tahu, kehidupan pondok dan pola pendidikan disana. Selain itu negeri 5 menara juga menampilkan sisi-sisi manusiawi yang sering kita rasakan, dan disini kita akan mendapatkan sebuah solusi yang bijaksana yang mungkin bisa menginspirasi kita. Yang jelas novel ini sangat cocok untuk para pemimpi sejati. Membaca novel ini bagaikan menikmati laporan jurnalistik seorang wartawan kawakan. Begitu detail. Beberapa nama tempat dan fakta yang disebut otentik. Kita seperti dibawa bertamasya secara spiritual, dari Bukittinggi yang permai hingga Washington yang bersalju. Dari Pondok Madani yang ajaib hingga Trafalgar Square yang meremangkan bulu roma.

Related Documents


More Documents from "Emut Manabung"