Askep Adhd

  • Uploaded by: Usha Meilasari
  • 0
  • 0
  • February 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Askep Adhd as PDF for free.

More details

  • Words: 10,514
  • Pages: 54
Loading documents preview...
“ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN ATTENTION DEFICYT HIPERAKTIVITY DISORDER (ADHD)” Dosen Pembimbing: Pawiono, SST,.MPH.

DISUSUN OLEH KELOMPOK 1 : 1.

Dia Fitriana

(151001009)

2.

Galih puji

(100101017)

3.

Mufarikhah Tri W

(151001026)

4.

Mufid Asadullah

(151001027)

5.

M. Amang H

(151001028)

6.

Nelam Anggraini

(151001029)

7.

Nisa’ul Ilmi C A

(151001030)

8.

Okvita Tri Susanti

(151001035)

9.

Rizki Putri Isnain

(151001038)

10. Usha Meilasari

(151001042)

11. Yuyun Siti Nur J

(151001047)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) PEMKAB JOMBANG 2016/2017 i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi rahmat dan karunia-Nya sehingga asuhan keperawatan tentang “Attention Deficyt Hiperaktivity Disorder (ADHD)” ini dapat terselesaikan. Proposal ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Sistem Neurobehaviour I. Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga asuhan keperawatan ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktunya. Asuhan keperawatan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan. Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Jombang, 5 November 2017

Penyusun

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................ii DAFTAR ISI ......................................................................................................iii BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................1 1.1 Latar Belakang .........................................................................................1 1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................1 1.3 Tujuan .......................................................................................................2 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Definisi .....................................................................................................3 2.2 Etiologi .....................................................................................................3 2.3 Patofisiologi..............................................................................................5 2.4 Manifestasi Klinis.....................................................................................7 2.5 Tumbuh Kembang Anak ADHD ..............................................................9 2.6 Kebutuhan Nutrisi Anak ADHD ..............................................................11 2.7 Peran Perawat pada Anak ADHD ............................................................15 2.8 Pemeriksaan Penunjang ............................................................................16 2.9 Komplikasi ...............................................................................................18 2.10 Penatalaksanaan Medis dan Perawatan .................................................18

BAB III TEORI ASUHAN KEPERAWATAN 3.1 Pengkajian ................................................................................................20 3.2 Diagnosa ...................................................................................................27 3.3 Intervensi ..................................................................................................27 3.4 Implementasi ............................................................................................32 3.5 Evaluasi ....................................................................................................33

BAB IV ASUHAN KEPERAWATAN 4.1 Pengkajian ................................................................................................38 4.2 Diagnosa ...................................................................................................42 4.3 Intervensi ..................................................................................................44 4.4 Implementasi ............................................................................................45

iii

4.5 Evaluasi ....................................................................................................48

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ...............................................................................................49 5.2 Saran .........................................................................................................49

DAFTAR PUSTAKA

iv

BAB I PENDAHULUAN

1.1

LATAR BELAKANG Hiperaktif adalah suatu pola perilaku yang menetap pada seorang anak yang ditandai dengan sikap tidak mau diam, tidak bisa berkonsentrasi dan bertindak sekehendak hatinya atau impulsif. Gangguan hiperaktivitas diistilahkan sebagai gangguan kekurangan perhatian yang menandakan gangguan-gangguan sentral yang terdapat pada anak-anak yang sampai saat ini dicap sebagai menderita hiperkinesis, kerusakan otak minimal atau disfungsi serebral minimal, biasa disebut dengan istilah ADHD ( Attention Deficit Hyperaktivity Disorder ). Attention Deficit Hyperaktivity Disorder (ADHD) dicirikan dengan tingkat gangguan perhatian, impulsivitas dan hiperaktivitas yang tidak sesuai dengan tahap perkembangan dan gangguan ini dapat terjadi disekolah maupun di rumah (Isaac, 2005). Sebagian besar penelitian menunjukkan bahwa 5% dari populasi usia sekolah sampai tingkat tertentu dipengaruhi oleh ADHD, yaitu sekitar 1 % sangat hiperaktif. Sekitar 30-40% dari semua anak-anak yang diacu untuk mendapatkan bantuan professional karena masalah perilaku, datang dengan keluhan yang berkaitan dengan ADHD (Baihaqi dan Sugiarmin, 2006). Di beberapa negara lain, penderita ADHD jumlahnya lebih tinggi dibandingkan dengan di Indonesia. Literatur mencatat, jumlah anak hiperaktif di beberapa negara 1:1 juta. Sedangkan di Amerika Serikat jumlah anak hiperaktif 1:50. Jumlah ini cukup fantastis karena bila dihitung dari 300 anak yang ada, 15 di antaranya menderita hiperaktif. "Untuk Indonesia sendiri belum diketahui jumlah pastinya. Namun, anak hiperaktif cenderung meningkat (Pikiran rakyat, 2009). Dengan terus meningkatnya jumlah anak dengan ADHD, kami tertarik untuk membahas tentang anak dengan ADHD. Disini kami akan membahas lebih dalam ADHD dan asuhan keperawatannya.

1.2

RUMUSAN MASALAH 1. Apakah yang dimaksud dengan ADHD? 2. Apakah yang menyebabkan seorang anak menderita ADHD? 3. Bagaimanakah patofisiologi dari ADHD ? 4. Bagaimanakah tanda dan gejala yang menunjukkan anak menderita ADHD? 5. Bagaimanakah tumbuh kembang anak ADHD? 6. Bagaimanakah pemberian Nutrisi yang tepat pada anak ADHD? 1

7. Bagaimanakah pendidikan kesehatan pada orangtua yang memilki anak ADHD? 8. Bagaimankah peran perawat pada anak ADHD? 9. Pemeriksaan apa sajakah yang dapat menegakkan diagnosa seorang anak menderita ADHD? 10. Komplikasi apa saja yang dapat ditimbulkan dari anak yang menderita ADHD? 11. Bagaimanakah penatalaksanaan pada anak ADHD? 12. Bagaimanakah asuhan keperawatan pada anak ADHD?

1.3

TUJUAN 1.3.1

Tujuan Umum Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak, serta untuk mengetahui pemberian asuhan keperawatan pada pasien dengan Attention Deficit Hyperactive Disorder (ADHD).

1.3.2

Tujuan Khusus 1. Bagi pembaca : diharapkan dengan paparan materi yang diberikan dapatmemberika pengetahuan mengenai anak dengan ADHD 2. Bagi penyusun : setelah penyusunan makalah ini diharapkan penyusun dapat lebih memahami materi mengenai anak ADHD, yaitu : -

Untuk mengetahui definisi ADHD

-

Untuk mengetahui penyebab seorang anak menderita ADHD

-

Untuk mengetahui patofisiologi dari ADHD

-

Untuk mengetahui tanda dan gejala anak menderita ADHD

-

Untuk mengetahui tumbuh kembang anak ADHD

-

Untuk mengetahui Nutrisi yang tepat pada anak ADHD

-

Untuk mengetahui pendidikan kesehatan pada orangtua yang memilki anakADHD

-

Untuk mengetahui bagaimankah peran perawat pada anak ADHD

-

Untuk mengetahui pemeriksaan apa sajakah yang dapat menegakkandiagnosa seorang anak menderita ADHD

-

Untuk mengetahui komplikasi apa saja yang dapat ditimbulkan dari anak yang menderita ADHD

-

Untuk mengetahui penatalaksanaan pada anak ADHD

-

Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada anak ADHD

3. Bagi mahasiswa keperawatan : dapat dijadikan sebagai landasan pengetahuan dalam penerapan asuhan keperawatan pada anak ADHD 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI Menurut American Academy Pediactrics, Attention Deficit Hyperactivity Disorder

(ADHD)

adalah

gangguan

yang

diketahui

sebagai

gangguan

hiperaktifitasdefisit-perhatian adalah suatu kondisi kronologis kronis yang diakibatkan dari adanyagangguan fungsi pada sistem sistem saraf pusat dan tidak berkaitan dengan jeniskelamin, tingkat kecerdasan, atau lingkungan kultural. Gangguan hiperaktifitas defisit perhatian adalah istilah terakhir dariserangkaian istilah yang dgunakan oleh ahli psikiatri dan neuorologi untukmenjelaskan anak dengan intelegensi normal atau hampir normal, tetapimemperlihatkan pola perilaku abnormal yang terutama ditandai dengan kurangnya perhatian, mudah teralih perhatiannya, inpulsif, dan hiperaktif serta sering disertaigangguan belajar serta agresifitas. ADHD adalah singkatan dari Attention Deficit Hyperactivity Disorder, suatukondisi yang pernah dikenal sebagai Attention Deficit Disorder (Sulit memusatkan perhatian), Minimal Brain Disorder (Ketidak beresan kecil di otak), Minimal Brain Damage (Kerusakan kecil pada otak), Hyperkinesis (Terlalu banyak bergerak / aktif),dan Hyperactive (Hiperaktif). Ada kira-kira 3 - 5% anak usia sekolah menderitaADHD. Dapat disimpulkan bahwa ADHD adalah gangguan neurobiologis yang menyebabkan kelainan hiperaktifitas, kecenderungan untuk mengalami masalah pemusatan perhatian, kontrol diri, dan kebutuhan untuk selalu mencari stimulasi yang mulai ditunjukkan oleh anak sebelum usia 4 tahun, dan hal tersebut menyebabkananak ADHD akan menunjukkan banyak masalah ketika SD karena dituntut untuk memperhatikan pelajaran dengan tenang, belajar berbagai ketrampilan akademik, dan bergaul dengan teman sebaya sesuai aturan.

2.2 Etiologi Berbagai

penelitian

menunjukkan

penyebab

terjadinya

gangguan

ini,

meliputi berbagai faktor yang berpengaruh terhadap fungsi otak. 1. Faktor Penyebab a. Faktor Genetik

3

Hier (1980) telah menunjukkan adanya hubungan anatara faktor genetikdan penyebab gangguan ini, yaitu pada anak laki-laki dengan kelebihan Y kromosom (XYY) menunjukkan peningkatan kejadian hiperaktivitas yangmenyertai kemampuan verbal dan performance rendah. Masalah kesulitanmemusatkan perhatian dan kesulitan belajar juga diakibatkan adanya cacatgenetik. Pada anak perempuan dengan kromosom 45, XO juga menunjukkan kesulitan memusatkan perhatian dan kesulitan menulis dan menggambar ulang. b. Faktor Neurologik dan Proses dalam Otak Rutter berpendapat bahwa ADHD adalah gangguan fungsi otak, olehkarena itu didapatkan defisit aktivasi yang disebabkan oleh adanya patologi diarea prefrontal dan atau sagital frontal pada otak dengan predominasi padakorteks otak. Adanya kerusakan otak merupakan resiko tinggi terjadinya gangguan psikiatrik termasuk ADHD. Kerusakan otak pada janin dan

neonatal

paling

sering

disebabkan

oleh

kondisi

hipoksia.

Keadaan hipoksia memiliki kecenderungan menyebabkan terjadinya patologi yang merata pada korteks otakyang menimbulkan gangguan fungsi integrasi koordinasi dan pengendaliankortikal. Korteks frontal dianggap memiliki peran penting dalam aktivasi danintegrasi lebih lanjut dari bagian otak lain. Oleh karena itu, patologi yang merata pada korteks otak dianggap sebagai penyebab terjadinya gejala lobus frontalis. c. Faktor Neurotransmitter Berbagai

penelitian

menunjukkan

hasil

bahwa

gejala

aktivitas

motorikyang berlebihan pada ADHD secara patofisiologi disebabkan oleh fungsinorepinefrin abnormal. Sedangkan gejala lain , yang tidak mampu memusatkan

perhatian

dan

penurunan vigilance

disebabkan

oleh fungsi dopaminerjik abnormal. Gangguan pada sistem norepinefrin berpean pada terjadinya gejalaADHD, tetapi tidak menjadi penyebab tunggal. Terjadinya ADHD disebabkanoleh beberapa sistem yang berbeda tetapi memiliki hubungan yang erat. Sistemtersebut memiliki peran yang berbeda terhadap metabolisme dopamin ataunorepinefrin. Meskipun berbagai obat anti ADHD memiliki komposisi kimiawi berbeda, mekanisme kerja obat tersebut sama baik dengan dopaminerjik ataupun norepinefrinerjik. Norepinefrin dan dopamin adalah poten agonis pada reseptor D4 di celah pascasinaptik, gen 4

reseptor dopamin D4 (DRD 4) sampai saat initelah dianggap sebagai penyebab gangguan ini ( Landau et al ., 1997 ;Biederman, 2000) d. Faktor Psikososial Willis dan Lovaas berpendapat bahwa perilaku hiperaktivitas disebabkan oleh buruknya rangsang pengendalian oleh perintah dari ibu, dan pengaturan perilaku yang buruk pada anak timbul dari manjemen pengasuhan orangtua yang buruk. Berbagai penelitian juga menunjukkan adanya pengaruh faktor lingkungan terhadap terjadinya gangguan ini seperti stimulasi berlebihan oleh orangtua pada waktu mengasuh anak dan masalah psikologis yang terjadi pada orang tua. e. Faktor Lingkungan Berbagai toksin endogen juga pernah dianggap sebagai penyebab ADHD. Seperti keracunan timbal, aditif makanan, dan reaksi alergi. Akan tetapi berbagai penelitian terhadap faktor tersebut belum ada yang menunjukkan bukti adanya hubungan yang bermakna antara faktor tersebut dengan ADHD. 2. Faktor Predisposisi a. Teori psikodonamika. Teori Mahler (1975) mengusulkan bahwa anak dengan ADHD adalah tetap pada fase simbiotik dari perkembangan dan belum membedakan diri dengan ibunya. Perkembangan ego mundur, dan dimanifestasikan perilaku impulsif dan diperintahkan oleh id. b. Teori biologia. DSM-III-R menyatakan bahwa abnormalitas sistem saraf pusat (SSP), seperti adnya neurotoksin-neurotoksin, serebral palsi, epilepsi, dan perilakuperilaku neurologis yang menyimpang lainnya, disebut sebagai faktor predisposisi. Lingkungan-lingkungan yang tidak teratur atau semrawut serta penyiksaan dan pengabaian terhadap anak dapat merupakan faktor-faktor predisposisi pada beberapa kasus. c. Teori dinamika keluarga. Bowen (1978) mengusulkan bahwa bila ada hubungan pasangan disfungsional, fokus dari gangguan dipindahkan pada anak, dimana perilakunya lambat laun mulai mencerminkan pola-pola dari gangguan fungsi system.

5

2.3 Patofisiologi Patofisiologi ADHD atau di indonesia dikenal dengan GPPH (Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktif) memang tak jelas. Ada sejumlah teori yang membicarakan patofisiologi ADHD. Penelitian pada anak ADHD telah menunjukkan ada penurunan volume korteks prefrontal sebelah kiri, Penemuan ini menunjukkan bahwa gejala ADHD inatensi, hiperaktivitas dan impulsivitas menggambarkan adanya disfungsi lobus frontalis, tetapi area lain di otak khususnya cerebellum juga terkena. Penelitian “neuroimaging” pada anak ADHD tak selalu memberikan hasil yang konsisten, pada tahun 2008 hasilnya neuroimaging hanya digunakan untuk penelitian, bukan untuk membuat diagnosa. Hasil penelitian “neuroimaging”, neuropsikologi genetik dan neurokimiawi mendapatkan ada 4 area frontostriatal yang memainkan peran patofsiologi ADHD yakni : korteks prefrontal lateral, korteks cingulate dorsoanterior, kaudatus dan putamen. Pada sebuah penelitian anak ADHD ada kelambatan perkembangan struktur otak tertentu rata-rata pada usia 3 tahun, di mana gejala ADHD terjadi pada usia sekolah dasar. Kelambatan perkembangan terutama pada lobus temporal dan korteks frontalis yang dipercaya bertanggung jawab pada kemampuan mengontrol dan memusat-kan proses berpikirnya. Sebaliknya, korteks motorik pada anak hiperaktif terlihat berkembang lebih cepat matang daripada anak normal, yang mengakibatkan adanya perkembangan yang lebih lambat dalam mengontrol tingkah lakunya, namun ternyata lebih cepat dalam perkembangan motorik, sehingga tercipta gejala tak bisa diam, yang khas pada anak ADHD. Hal ini menjadi alasan bahwa pengobatan stimulansia akan mempengaruhi faktor pertumbuhan dari susunan saraf pusat.

Pada pemeriksaan laboratorium telah didapatkan bahwa adanya 7 repeat allele DRD4 gene (Dopamine 04 receptor gene) di mana merupakan 30% risiko genetik untuk anak ADHD di mana ada penipisan korteks sebelah kanan otak, daerah otak ini

6

penebalannya jadi normal sesudah usia 10 tahun bersamaan dengan kesembuhan klinis gejala ADHD. Dari

aspek

patofisiologik,

ADHD

dianggap

adanya

disregulasi

dari

neurotransmitter dopamine dan norepinephrine akibat gangguan metabolisme catecholamine di cortex cerebral. Neuron yang menghasilkan dopamine dan norepinephrine berasal dari mesenphalon. Nucleus sistem dopaminergik adalah substansia nigra dan tigmentum anterior dan nucleus sistem norepinephrine adalah locus ceroleus.

2.4 Manifestasi Klinik Menurut Diagnostic and Satatistical Manual of Mental Disorder (DSM), terdapat 3 gejala utama ADHD, yaitu : 1. Inatensi

7

Yaitu anak ADHD menujukkan kesulitan memusatkan perhatian dibandingkan dengan anak normal dengan umur dan jenis kelamin yang sama. Masalah tersebut antara lain: a. Sering tidak dapat memusatkan perhatian pada suatu hal secara detail/rinci b. Sering membuat kesalahan karena ceroboh c. Sulit mempertahankan perhatiannya pada tugas-tugas atau aktivitas bermain d. Segera tidak mendengar sewaktu diajak bicara e. Sering tidak mengikuti perintah/cenderung menentang dan tidak memahami perintah f. Sering tidak dapa mengorganisir / mengatur tugas-tugas / aktivitasnya g. Sering menolak, tidak menyenangi untuk terikat pada tugas-tugas yang menuntut ketahanan mental h. Sering kehilangan barang i. Perhatiannya mudah beralih j. Pelupa

2. Hiperaktivitas

Yaitu anak ADHD juga menunjukkan aktivitas yang sangat berlebihan atau tidak sesuai dengan tingkat perkembangannya, baik aktivitas motorik maupun verbal. Berikut merupakan perilaku anak yang menunjukkan hiperaktivitas: a. Kaki dan tangan tidak dapat tenang b. Berteriak-teriak di tempat duduknya c. Sering meninggalkan tempat duduknya sewaktu di kelas d. Berlari kesana kemari e. Sulit melakukan aktivitas/bermain dengan tenang f. Ada saja hal yang dilakukan g. Seringkali berbicara dengan suara yang keras

8

3. Impulsivitas atau Perilaku Impulsif

Anak yang menderita ADHD pada umumnya tidak mampu menghambat tingkah lakunya pada waktu memberikan respon terhadap tuntutan situasional dibandingkan dengan anak normal dengan umur dan jenis kelamin yang sama. Berikut merupakan perilaku impulsif yang mencirikan sebagai anak penderita ADHD: a. Menjawab sebelum selesai pertanyaan b. Sulit menunggu giliran c. Sering menginterupsi atau mengintrusi orang lain (misal orang lain sedang berbicara atau bermain)

2.5 Tumbuh Kembang Anak ADHD 1. ADHD sebagai Gangguan Perkembangan Gangguan perilaku ADHD merupakan gangguan perkembangan yang berawal dari masa kanak-kanak dengan manifestasi gangguan perilaku yang kadang justru semakin jelas pada usia-usia sesudahnya (Durand & Barlow, 2006). Gangguan ADHD akan mengganggu kapasitas untuk mengatur dan mencegah perilaku yang tidak

semestinya,

serta

mengganggu

atensi

dalam

melaksanakan

tugas

perkembangan secara semestinya (Rief, 2008). Anak dengan ADHD akan mengalami hambatan dalam prinsip sekuensial perkembangan manusia. Prinsip sekuensial sendiri adalah kemampuan yang dicapai pada fase sebelumnya yang akan menjadi pijakan perkembangan pada masa sesudahnya dengan tidak menghilangkan kemampuan sebelumnya tersebut, dan sebaliknya (Taylor & Houghton, 2008).

9

2. ADHD sebagai Gangguan Maladaptive Jika dilihat dari perilaku yang ditunjukkan oleh anak ADHD, maka termasuk dalam gangguan perilaku maladaptive. Maksudnya adalah perilaku-perilaku yang muncul pada ADHD, yakni terlalu banyak bergerak, kehilangan perhatian, dan impulsif akan menyebabkan hambatan penyesuaian diri dengan lingkungan (maladaptif). Hal tersebut dapat terjadi karena anak kesulitan memilah stimulus yang semestinya direspon dan diabaikan. Perilaku maladaptif pada anak ADHD dikarenakan tidaka adanya kemampuan untuk mengontrol aktivitasnya sesuai permintaan lingkungan. Adapun pada gejala impulsifitas, perilaku maladaptive muncul karena mereka terlalu cepat an tidak terarah dalam merespon stimulasi lingkungannya (Hardman, 1990) 3. ADHD sebagai Permasalahan Akademik Hubungan anatara ADHD dengan gangguan belajar sangat bisa dimengerti ketika anak dengan ADHD kehilangan perhatian dan konsentrasi pada pelajarannya, dan justru beralih perhatian pada situasi-situasi umum di lingkungan belajarnya seperti gambar di dinding. Pada siswa hiperaktif-impulsif memiliki kecenderungan yang selalu bergerak dan berpindah tempat, serta perilaku yang terburu – buru dan tidak bisa dikendalikan yang mengahambat proses belajarnya. Secara umum gangguan belajar anak ADHD dalam membaca dan menulis adalah kehilangan konsentrasi dan tidak bisa fokus. Dalam matematika, anak ADHD seringkali kesulitan dalam membaca tanda operasi hitungan dan kesulitan dalam memahami dan mengerjakan soal cerita.

Tumbuh kembang yang abnormal di atas dapat menimbulkan masalah-masalah pada anak seperti : 1. Masalah disekolah Anak tidak mampu mengikuti pelajaran yang disampaikan oleh guru dengan baik, konsentrasi yang mudah terganggu membuat anak tidak dapat menyerap materi pelajaran secara keseluruhan. Rentang perhatian yang pendek membuat anak ingin cepat selesai bila mengerjakan tugas-tugas sekolah, kecenderungan berbicara yang tinggi akan mengganggu anak dan teman yang diajak berbicara sehingga guru akan menyangka bahwa anak tidak memperhatikan pelajaran. Banyak dijumpai bahwa anak hiperaktif banyak mengalami kesulitan membaca, menulis, bahasa, dan matematika. Khusus untuk menulis, anak 10

hiperaktif memiliki ketrampilan motorik halus yang secara umum tidak sebaik anak biasa 2. Masalah dirumah Dibandingkan dengan anak yang lain, anak hiperaktif biasanya lebih mudah cemas dan kecil hati. Selain itu, ia mudah mengalami gangguan psikosomatik (gangguan kesehatan yang disebabkan faktor psikologis) seperti sakit kepala dan sakit perut. Hal ini berkaitan dengan rendahnya toleransi terhadap frustasi, sehingga bila mengalami kekecewaan, dan gampang emosional. Selain itu anak hiperaktif cenderung keras kepala dan mudah marah bila keinginannya tidak segera dipenuhi, hambatan-hambatan tersbut membuat anak menjadi kurang mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Anak dipandang nakal dan tidak jarang mengalami penolakan baik dari keluarga maupun temantemannya, karena sering dibuat jengkel, orangtua sering memperlakukan anak secara kurang hangat. Orangtua kemudian banyak mengontrol anak, penuh pengawasan, banyak mengkritik, bahkan memberi hukuman. Reaksi anakpun menolak dan berontak. Akibatnya terjadi ketegangan antara orangtua dengan anak, baik anak maupun orangtua menjadi stress, dan situasi rumahpun menjadi kurang nyaman. Akibatnya anak menjadi lebih mudah frustrasi. Kegagalan bersosialisasi di mana-mana menumbuhkan konsep diri yang negatif. Anak akan merasa bahwa dirinya buruk, selalu gagal, tidak mampu, dan ditolak. 3. Masalah bicara Anak hiperaktif biasanya suka berbicara, dia banyak berbicara, namun sesungguhnya kurang efisien dalam berkomunikasi. Gangguan pemusatan perhatian membuat dia sulit melakukan komunikasi yang timbal balik, anak ADHD cenderung banyak bergerak sehingga kurang mampu merespon lawan bicara secara tepat. 4. Masalah fisik Secara umum anak hiperaktif memiliki tingkat kesehatan fisik yang tidak sebaik anak lain, beberapa gangguan seperti asma, alergi, dan infeksi tenggorokan sering dijumpai. Pada saat tidur biasanya juga tidak setenang anak-anak lain. Banyak anak hiperaktif yang sulit tidur dan sering terbangun pada malam hari. Selain itu, tingginya tingkat aktivitas fisik anak juga beresiko tinggi untuk mengalami kecelakaan seperti terjatuh, terkilir, dan sebagainya. 11

2.6 Kebutuhan Nutrisi Anak ADHD Makanan merupakan faktor penting yang menunjang pengobatan ADHD. Makanan yang tepat membantu otak untuk lebih mudah berkonsentrasi, terfokus, dan terorganisir. Nutrisi bagi anak ADHD harus bebas dari semua makanan penyebab alergi yang mungkin dialami oleh anak tersebut. Makanan yang menyebabkan alergi tidak hanya menyebabkan efek negatif pada perkembangan anak namun juga pada kesehatan secara keseluruhan. Makanan juga harus mengandung semua vitamin yang dibutuhkan serta suplemen jika diperlukan. Makanan sebaiknya juga disajikan sedemikian rupa sehingga menarik perhatian anak untuk mau memakannya. Menurut Verayanti (2008) pengaturan nutrisi bermanfaat sebagai salah satu cara yang digunakan untuk mengendalikan gejala-gejala pada anak ADHD. Selain tidak berbahaya, pengaturan nutrisi aman digunakan dalam jangka panjang. Berikut adalah beberapa makanan yang yang baik dibetrikan kepada anak ADHD : 1. Karbohidrat Kompleks Nutrisi yang diberikan pada anak ADHD adalah meningkatkan jumlah asupan karbohidrat kompleks, karena nutrisi ini akan dicerna secara perlahan-lahan sehingga membuat perut kenyang untuk waktu yang lama. Hal ini untuk mencegah ngemil di antara waktu makan, dan menghindarkan dari makanan olahan dan junk food yang dapat memperburuk gejala ADHD. Sertakan lebih banyak sayuran dan buah-buahan, seperti buah pir, jeruk keprok, jeruk, buah kiwi, apel dan jeruk dalam diet penderita. Karbohidrat kompleks di malam hari juga dapat membantu penderita supaya mudah tertidur. Karbohidrat kompleks juga diperlukan anak ADHD sebagai sumber energinya dikarenakan salah satu gejala kelainan ini adalah aktivitas motorik anak yang berlebihan (hiperaktivitas). 2. Essential Fatty Acid (EFAs) Merupakan salah satu lemak yang sebaiknya diberikan kepada anak. DHA asam lemak omega 3 adalah kunci utama untuk mencegah ADHD berkembang di dalam otak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setiap anak dengan learning disorder, termasuk tingkat perhatian yang menurun dan juga berlaku hiperaktif adalah salah satu akibat dari penurunan EFA. Untuk meningkatkan kadar EFA, sebaiknya perbayak konsumsi ikan, biji-bijian, dan juga kacang-kacangan yang merupakan sumber EFA yang baik. 3. Vitamin B Kompleks 12

Vitamin B dibutuhkan untuk meningkatkan aktifitas saraf dan sangat baik untuk menurunkan stres, dan keduanya ini banyak sekali ditemui pada anak-anak yang menderita ADHD. Meskipun hampir seluruh vitamin B ini adalah baik, tapi ada dua jenis yang memiliki potensial efek. Seperti vitamin B3 atau yang sering dikenal dengan niacin. Niacin ini dapat menyebabkan iritasi kulit, yang sangat berpengaruh pada kerusakan hati. Tingginya dosis vitamin B6 juga dapat menyebabkan kurangnya sensitifitas anak. Sumber vitamin B adalah ragi, hati, gandum utuh baik dari sereal atau roti, nasi, kacang-kacangan, telur, susu, ikan, buah-buahan, daging, sayuran hijau dan juga kedelai. 4. Protein Protein merupakan penyumbang energi terbaik untuk tubuh. Hal ini juga sangat baik untuk anak-anak dengan ADHD, dengan mengkonsumsi sedikit porsi protein sehari mampu mengganti energi yang telah mereka keluarkan seharian. Makanan yang mengandung protein dapat ditemukan pada telur ayam, daging ayam, tempe maupun tahu. Juga terdapat pada udang, namun perlu diperhatikan apakah anak alergi terhadap udang tersebut. 5. Kalsium dan Magnesium Kalsium selain baik untuk pertumbuhan tulang juga sangat baik melapisi membran sel dan melindungi jaringan syaraf. Hal ini sangat baik dalam mempengaruhi tingkah laku anak anak ADHD. Magnesium juga memberikan efek menenangkan pada sistem saraf, membantu menjaga otot dan fungsi saraf. Susu dan sayuran hijau merupakan sumber kalsium. Sayuran hijau seperti brokoli, dan gandum utuh yang terkandung dalam sereal juga menjadi sumber tambahan. Sedangkan bayam, kacang-kacangan, dan makanan yang berasal dari biji-bijian kaya akan magnesium. 6. Mineral Mineral merupakan salah satu mikronutrient yang sangat dibutuhkan oleh tubuh setiap hari, meskipun dengan jumlah yang tidak terlalu besar. 'Trace Mineral' dapat membantu ADHD anak-anak termasuk zat besi dan zinc. Studi telah membuktikan bahwa anak-anak dengan ADHD memiliki kadar zinc yang lebih rendah dibandingkan dengan anak-anak yang tidak memiliki ADHD. "Trace Mineral' ini dapat ditemukan dalam buah-buahan dan sayuran. Akan tetapi mineral terbanyak bisa didapat dari multivitamin tambahan dengan kadar gula rendah yang rendah 13

Jenis makananan yang pantang dikonsumsi oleh anak ADHD adalah : 1. Gula dan makanan manis Gula harus dihindari untuk anak-anak karena dapat menyerap vitamin mineral dan juga enzim yang terdapat dalam tubuh. Hindaari menu sarapan yang mengandung kadar gula lebih banyak, seperti sereal, energy bars, minuman yang mengandung pemanis dan pengawet, dan masih banyak lagi. Selain itu mood anak-anak sebagaian besar dipengaruhi oleh fungsi tubuh, terutama tingkat gula darah. Ketika tingkat gula darah seorang anak terlalu rendah, mereka menjadi lamban, mudah bingung dan kalut. Sebaliknya, ketika gula darah seorang anak terlalu tinggi, mereka menjadi mudah marah, gelisah, cemas dan, pada banyak kasus, mereka tak bisa dikendalikan. Mereka bertindak tanpa tujuan, dan ini terjadi di luar kendali mereka. Ketika tingkat gula darah meningkat, tubuh akan bekerja lebih keras untuk mengatasi peningkatan hormon kortisol dan adrenalin. Hormon yang menyuplai energi bagi tubuh untuk mengatasi tekanan, memberikan anak sejumlah besar energi. Dilihat dari usianya, normal bagi seorang anak menjadi aktif secara fisik namun kelebihan hormon-hormon tersebut dapat menjadikan mereka anak aktif. Mereka belum mampu mengontrol timbunan energi ini 2. Zat Additives Warna biru, pink, dan kuning dekorasi cake, atau goldfish crackers yang berwarna warni sangat disukai anak-anak karena warnanya yang sangat mencolok. Lembaga pengujian obat dan makanan di Amerika telah menemukan puluhan bahkan ratusan makanan yang mzengandung zat additive atau pengawet guna meningkatkan rasa, penampilan, dan juga aroma. Hal ini bukan berarti aman untuk kesehatan anak khususnya yang menderita ADHD. Usahakan makanan yang dikonsumsi sealami mungkin, tanpa menggunakan pewarna seperti kuning dan merah, dan juga jauhkan dari makanan yang mengandung Monosodium Glutamat(MSG). 3. Kafein Kafein menyerap mineral daari dalam tulang, disaat tubuh sedang kekurangan mineral. Kopi, teh dan minuman berkafein lainnya mengandung asam dan kadarnya lebih rendah dari pH dalam tubuh, sehingga membuat tubuh bekerja lebih keras untuk menyeimbangkan kadar pH dalam tubuh. 14

Hal ini menyebabkan anak-anak yang mengidap ADHD yang mungkin mengkonsumsi terlalu banyak kafein yang seringkali terdapat dalam cokelat, minuman soda, makanan manis lain kemungkinan kehilangan banyak mineral dalam tubuh yang menyebabkan berkurangnya fungsi syaraf dalam tubuh. 4. Garam Sodium yang terkandung dalam makanan asin adalah salah satu zat yang dihindari untuk kasus anak dengan ADHD tinggi. Di banyak kasus telah diketahui bahwa sodium dapat menyebabkan darah tinggi bagi orang dewasa. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan membawa pengaruh terhadap anak-anak dengan ADHD.

2.7 Peran Perawat pada Anak ADHD Menurut Videbeck (2008) intervensi keperawatan yang dapat dilakukan pada anak dengan Attention Deficyt Hyperactivity Disorder (ADHD) antara lain : 1.

Memastikan keamanan anak dan keamanan orang lain dengan : a. Hentikan perilaku yang tidak aman b. Berikan petunjuk yang jelas tentang perilaku yang dapat diterima dan yang tidak dapat diterima c. Berikan pengawasan yang ketat

2.

Meningkatkan performa peran dengan cara : a. Berikan umpan balik positif saat memenuhi harapan b. Manajemen lingkungan (misalnya tempat yang tenang dan bebas dari distraksi untuk menyelesaikan tugas)

3.

Menyederhanakan instruksi/perintah untuk : a. Dapatkan perhatian penuh anak b. Membagi tugas yang kompleks menjadi tugas-tugas kecil c. Izinkan beristirahat

4.

Mengatur rutinitas sehari-hari a. Tetapkan jadual sehari-hari b. Minimalkan perubahan

5.

Penyuluhan dan dukungan kepada klien/keluarga dengan mendengarkan perasaan dan frustasi orang tua

6.

Berikan nutrisi yang adekuat pada anak yang mengalami ADHD

15

2.8 Pemeriksaan Penunjang Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang akan menegakkan diagnosis gangguan kekurangan

perhatian.

Anak

yang

mengalami

hiperaktivitas

dilaporkan

memperlihatkan jumlah gelombang-gelombang lambat yang bertambah banyak pada elektorensefalogram mereka, tanpa disertai dengan adanya bukti tentang penyakit neurologik atau epilepsi yang progresif, tetapi penemuan ini mempunyai makna yang tidak pasti. Menurut Doenges et. al (2007) pemeriksaan diagnostic yang dilakukan pada anak dengan ADHD antara lain : 1. Pemeriksaan Tiroid : dapat menunjukkan gangguan hipertiroid atau hipotiroid yang memperberat masalah 2. Tes neurologist (misalnya EEG, CT scan) menentukan adanya gangguan otak organik 3. Tes psikologis sesuai indikasi : menyingkirkan adanya gangguan ansietas, mengidentifikasi bawaan, retardasi borderline atau anak tidak mampu belajar dan mengkaji responsivitas social dan perkembangan bahasa 4. Pemeriksaan diagnostic individual bergantung pada adanya gejala fisik (misalnya ruam, penyakit saluran pernapasan atas, atau gejala alergi lain, infeksi SSP)

Selain itu juga ada pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosa ADHD yaitu dengan Skrining DDTK pada anak pra sekolah dengan ADHD. Tujuannya adalah untuk mengetahui secara dini anak adanya Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH) pada anak umur 36 bulan ke atas. Jadwal deteksi dini GPPH pada anak prasekolah dilakukan atas indikasi atau bila ada keluhan dari orang tua/pengasuh anak atau ada kecurigaan tenaga kesehatan, kader kesehatan, BKB, petugas PADU, pengelola TPA, dan guru TK.Keluhan tersebutdapat berupa salah satu atau lebih keadaan di bawah ini : 1. Anak tidak bisa duduk tenang 2. Anak selalu bergerak tanpa tujuan dan tidak mengenal lelah 3. Perubahan suasan hati yang yang mendadak/impulsive Alat yang digunakan adalah formulir deteksi dini Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas/GPPH (Abbreviated Conners Ratting Scale) yaitu formulir yang terdiri dari 10 pertanyaan yang ditanyakan kepada orangtua / pengasuh anak / guru TK dan pertanyaan yang perlu pengamatan dari pemeriksa. 1. Cara menggunakan formulir deteksi dini GPPH : 16

a. Ajukan pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyaring, satu persatu perilaku yang tertulis pada formulir deteksi dini GPPH. Jelaskan kepada orangtua / pengasuh anak untuk tidak ragu-ragu atau takut menjawab. b. Lakukan pengamatan kemampuan anak sesuai dengan pertanyaan pada formulir deteksi dini GPPH. c. Keadaan

yang

ditanyakan/diamati

ada

pada

anak

dimanapun

anak

berada,missal ketika di rumah, sekolah, pasar, toko, dll. Setiap saat dan ketika anak dengan siapa saja. d. Catat jawaban dan hasil pengamatan perilaku anak selama dilakukan pemeriksaan. Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah dijawab

2. Format

formulir

deteksi

dini

Gangguan

Pemusatan

Perhatian

dan

0

2

Hiperaktivitas/GPPH (Abbreviated Conners Ratting Scale) No

Kegiatan yang Diamati

1

Tidak kenal lelah, atau aktivitas yang berlebiham

2

Mudah gembira, impulsive.

3

Mengganggu anak-anak lain

1

Gagal menyelesaikan kegiatan yang telah dimulai, rentang

4

perhatian pendek Menggerak-gerakkan anggota badan atau kepala secara terus-

5

menerus

6

Kurang perhatian,mudah teralihkan

7

Permintaannya harus segera dipenuhi, mudah menjadi frustasi

8

Sering dan mudah menangis

9

Suasana hatinya mudah berubah dengan cepat dan drastis

10

Ledakkan kekesalan, tingkah laku eksplosif dan tak terduga

Jumlah Nilai total :

3. Interpretasi : a. Nilai 0 : jika keadaan tersebut tidak ditemukan pada anak b. Nilai 1 : jika keadaan tersebut kadang-kadang ditemukan pada anak c. Nilai 2 : jika keadaan tersebut sering ditemukan pada anak 17

3

d. Nilai 3 : jika keadaan tersebut selalu ada pada anak. Bila nilai total 13 atau lebih anak kemungkinan dengan GPPH. 4. Intervensi : a. Anak dengan kemungkinan GPPH perlu dirujuk

ke Rumah Sakit

yangmemiliki: fasilitas kesehatan jiwa/tumbuh kembang anak untuk konsultasi lebih lanjut. b. Bila nilai total kurang dari 13 tetapi anda ragu-ragu, jadwalkan pemeriksaan ulang 1 bulan kemudian. Ajukan pertanyaan kepada orang-orang terdekat dengan anak (orang tua, pengasuh, nenek, guru,dsb). 2.9 Komplikasi 1. Diagnosis sekunder-gangguan konduksi, depresi, dan penyakit ansietas. 2. Pencapaian akademik kurang, gagal di sekolah, sulit membaca dan mengerjakan aritmatika (seringkali akibat abnormalitas konsentrasi). 3.

Hubungan dengan teman sebaya buruk (seringkali akibat perilaku agresif dan kata-kata yang diungkapkan).

2.10 Penatalaksanaan Medis dan Perawatan 1. Perawatan Menurut Baihaqi dan Sugiarmin (2006) perawatan yang dapat dilakukan orang tua terhadap anak yang menderita ADHD antara lain : a. Terapi medis : Mengendalikan simptom-simptom ADHD di sekolah dan rumah b. Pelatihan manajemen orang tua : Mengendalikan perilaku anak yang merusak di rumah, mengurangi konflik antara orangtua dan anak serta meningkatkan pro-sosial dan perilaku regulasi diri c. Intervensi pendidikan : Mengendalikan perilaku yang merusak di kelas, meningkatkan kemampuan akademik serta mengajarkan perilaku pro sosial dan regulasi diri d. Merencanakan program-program bulanan : Melakukan penyesuaian di rumah dan keberhasilan ke depan di sekolah dengan mengombinasikan perlakukan tambahan dan pokok dalam program terapi e. Melakukan konseling keluarga : Coping terhadap stres keluarga dan individu yang berkaitan dengan ADHD, termasuk kekacauan hati dan permasalahan suami istri

18

f. Mencari kelompok pendukung : Menghubungkan anak dewasa dengan orang tua anak ADHD lainnya, berbagi informasi dan pengalaman mengenai permasalahan umum dan memberi dukungan moral g. Melakukan konseling individu : Memberi dukungan di mana anak dapat membahas permasalahan dan curahan hati pribadinya

2. Pengobatan Pengobatan terhadap anak dengan ADHD umumnya dilakukan dengan berbagai pendekatan termasuk program pendidikan khusus, modifikasi perilaku, pengobatan melalui obat-obatan dan konseling. Disamping pendekatan yang kontroversial antara lain melakukan diet khusus dan penggunaan obat-obatan serta vitaminvitamin tertentu (Delphie, 2006). Menurut Videbeck (2008) obat stimulan yang sering digunakan untuk mengobati ADHD antara lain : a. Metilfenidat (Ritalin) Dosis 10-60 dalam 2 – 4 dosis yang terbagi. Intervensi keperawatan pantau supresi nafsu makan yang turun, atau kelambatan pertumbuhan, berikan setelah makan, efek obat lengkap dalam 2 hari. b. Dekstroamfetamin (Dexedrine) amfetamin (Adderall) Dosis 3-40 dalam 2 atau 3 dosis yang terbagi. Intervensi keperawatan, pantau adanya insomnia, berikan setelah makan untuk mengurangi efek supresi nafsu makan, efek obat lengkap dalam 2 hari c. Pemolin (Cylert) Dosis 37,5-112,5 dalam satu dosis harian. Intervensi keperawatan pantay peningkatan tes fungsi hati dan supresi nafsu makan, dapat berlangsung 2 minggu untuk mencapai efek obat yang lengkap Kebanyakan obat yang digunakan dalam menangani ADHD aman jika mengikuti perintah dokter. Obat-obatan ini mempunyai toleransi tinggi dan sedikit efek samping. Bagi beberapa anak, pengobatan akan menaikkan nafsu makan. Jika obat diminum setelah si anak makan, akan banyak mengurangi efek sampingnya. Beberapa anak yang menggunakan obat untuk ADHD menunjukkan pertumbuhan badan yang diluar batas normal. Hubungi dokter anda jika pertumbuhan si anak terlambat.

19

Sebagian orang tua merasa khawatir bahwa obat yang diminum akan memgakibatkan si anak menjadi lebih agresif atau nantinya akan membuat dia ketagihan obat atau minuman beralkohol. Kekhawatiran ini tidak dapat dibenarkan. Pada kenyataannya, anak dengan ADHD yang tidak mendapatkan penanganan yang baik cenderung lebih agresif atau menjadi ketagihan obat-obatan dan minuman beralkohol

20

BAB III TEORI ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian Menurut Hidayat (2005) pengkajian perkembangan anak berdasarkan umur atau usia antara lain: 1. Neonatus (0-28 hari) a. Apakah ketika dilahirkan neonatus menangis ? b. Bagaimana kemampuan memutar-mutar kepala ? c. Bagaimana kemampuan menghisap ? d. Kapan mulai mengangkat kepala ? e. Bagaimana kemampuan motorik halus anak (misalnya kemampuan untuk mengikuti garis tengah bila kita memberikan respons terhadap jari atau tangan) ? f. Bagaimana kemampuan berbahasa anak (menangis, bereaksi terhadap suara atau bel) ? g. Bagaimana kemampuan anak dalam beradaptasi (misalnya tersenyum dan mulai menatap muka untuk mengenali seseorang ? 2. Masa bayi /Infant (28 – 1 tahun) 1. Bayi usia 1-4 bulan. a. Bagaimana kemampuan motorik kasar anak (misalnya mengangkat kepala saat tengkurap, mencoba duduk sebentar dengan ditopang, dapat duduk dengan kepala tegak, jatuh terduduk dipangkuan ketika disokong pada posisi berdiri, komtrol kepala sempurna, mengangkat kepala sambil berbaring terlentang, berguling dari terlentang ke miring, posisi lengan dan tungkai kurang fleksi danm berusaha untuk merangkan) ? b. Bagaimanan kemampuan motorik halus anak (misalnya memegang suatu objek, mengikuti objek dari satu sisi ke sisi lain, mencoba memegang benda dan memaksukkan dalam mulut, memegang benda tetapi terlepas, memperhatikan tangan dan kaki, memegang benda dengan kedua tangan, menagan benda di tangan walaupun hanya sebentar)? c. Bagimana kemampuan berbahasan anak (kemampuan bersuara dan tersenyum, dapat berbunyi huruf hidup, berceloteh, mulai mampu mengucapkan kata ooh/ahh, tertawa dan berteriak, mengoceh spontan atau berekasi dengan mengoceh) ? 21

d. Bagaimana perkembangan adaptasi sosial anak (misalnya : mengamati tangannya, tersenyum spontan dan membalas senyum bila diajak tersenyum, mengenal ibunya dengan penglihatan, penciuman, pendengaran dan kontak, tersenyum pada wajah manusia, walaupun tidur dalams ehari lebih sedikit dari waktu terhaga, membentuk siklus tidur bangun, menangis menjadi sesuatu yang berbeda, membedakan wajah-wajah yang dikenal dan tidak dikenal, senang menatap wajah-wajah yang dikenalnya, diam saja apabila ada orang asing) ?

2. Bayi Umur 4-8 bulan a. Bagaimana perkembangan motorik kasar anak (misalnya dapat telungkup pada alas dan sudah mulau mengangkat kepala dengan melakukan gerakan menekan kedua tangannya dan pada bulan keempat sudah mulai mampu memalingkan ke kanan dan ke kiri , sudah mulai mampu duduk dengan kepala tegak, sudah mampu membalik badan, bangkit dengan kepala tegak, menumpu beban pada kaki dan dada terangkat dan menumpu pada lengan, berayun ke depan dan kebelakang, berguling dari terlentang ke tengkurap dan dapat dudu dengan bantuan selama waktu singkat) ? b. Bagaimana perkembangan motorik halus anak (misalnya : sudah mulai mengamati benda, mulai menggunakan ibu jari dan jari telunjuk untuk memegang, mengeksplorasi benda yangs edang dipegang, mengambil objek dengan tangan tertangkup, mampu menahan kedua benda di kedua tangan secara simultan, menggunakan bahu dan tangan sebagai satu kesatuan, memindahkan obajek dari satu tangan ke tangan yang lain) ? c. Bagaimana kemampuan berbahasan anak (misalnya : menirukan bunyi atau kata-kata, menolek ke arah suara dan menoleh ke arah sumber bunyi, tertawa, menjerit, menggunakan vokalisasi semakin banyak, menggunakan kata yang terdiri dari dua suku kata dan dapat membuat dua bunyi vokal yang bersamaan seperti ba-ba)? d. Bagaimana kemampuan beradaptasi sosial anak (misalnya merasa terpaksa jika ada orang asing, mulai bermain dengan mainan, takut akan kehadiran orang asing, mudah frustasi dan memukul-mukul dengan lengan dan kaki jika sedang kesal)?

22

3. Bayi Umur 8-12 bulan a. Bagaimana kemampuan motorik kasar anak (misalnya duduk tanpa pegangan, berdiri dengan pegangan, bangkit terus berdiri, berdiri 2 detik dan berdiri sendiri) ? b. Bagaimana kemampuan motorik halus anak (misalnya mencari dan meraih benda kecil, bila diberi kubus mampu memindahkannya, mampu mengambilnya dan mampu memegang dengan jari dan ibu jari, membenturkannya dan mampy menaruh benda atau kubus ketempatnya)? c. Bagaimana perkembangan berbahasa anak (misalnya : mulai mengatakan papa mama yang belum spesifik, mengoceh hingga mengatakan dengan spesifik, dapat mengucapkan 1-2 kata)? d. Bagaimana perkembangan kemampuan adaptasi sosial anak (misalnya kemampuan bertepuk tangan, menyatakan keinginan, sudah mulai minum dengan cangkir, menirukan kegiatan orang lain, main-main bola atau lainnya dengan orang) ?

3. Masa Toddler a. Bagaimana perkembangan motorik kasar anak (misalnya: mampu melanhkah dan berjalan tegak, mampu menaiki tangga dengan cara satu tangan dipegang, mampu berlari-lari kecil, menendang bolan dan mulai melompat)? b. Bagaimana perkembangan motorik halus anak (misalnya : mencoba menyusun atau membuat menara pada kubus)? c. Bagaimana kemampuan berbahasa anak (misalnya : memiliki sepuluh perbendaharaan kata, mampu menirukan dan mengenal serta responsif terhadap orang lain sangat tinggi, mampu menunjukkan dua gambar, mampu mengkombinasikan kata-kata, mulai mampu menunjukkan lambaian anggota badan) ? d. Bagaimana kemampuan anak dalam beradaptasi sosial (misalnya: membantu kegiatan di rumah, menyuapi boneka, mulai menggosok gigi serta mencoba memakai baju) ?

23

4. Masa Prasekolah (Preschool) a. Bagaimana perkembangan motorik kasar anak (misalnya: kemampuan untuk berdiri dengan satu kaki selama 1-5 detik, melompat dengan satu kaki, berjalan dengan tumit ke jari kaki, menjelajah, membuat posisi merangkan dan berjalan dengan bantuan) ? b. Bagaimana perkembangan motorik halus anak (misalnya : kemampuan menggoyangkan jari-jari kaki, menggambar dua atau tiga bagian, memilih garis yang lebih panjang dan menggambar orang, melepas objek dengan jari lurus, mampu menjepit benda, melambaikan tangan, menggunakan tangannya untuk bermain, menempatkan objek ke dalam wadah, makan sendiri, minum dari cangkir dengan bantuan menggunakan sendok dengan bantuan, makan dengan jari, membuat coretan diatas kertas)? c. Bagaimana perkembangan berbahasa anak (misalnya : mampu menyebutkan empat gambar, menyebutkan satu hingga dua warna, menyebutkan kegunaan benda, menghitung atau mengartikan dua kata, mengerti empat kata depan, mengertio beberapa kata sifat dan sebagainya, menggunakan bunyi yntum mengidentifikasi objek, orang dan aktivitas, menirukan bebagai bunyi kata, memahami arti larangan, berespons terhadap panggilan dan orang-orang anggota keluarga dekat)? d. Bagaimana perkembangan adaptasi sosial anak (misalnya : bermain dengan permainan sederhana, menagis jika dimarahi, membuat permintaan sederhana dengan gaya tubuh, menunjukkan peningkatan kecemasan terhadap perpisahan, mengenali anggota keluarga) ?

5. Masa school age a. Bagaimana kemampuan kemandirian anak dilingkungan luar rumah ? b. Bagaimana kemampuan anak mengatasi masalah yang dialami disekolah ? c. Bagaimana kemampuan beradaptasi sosial anak (menyesuaikan dengan lingkungan sekolah)? d. Bagaimana kepercayaan diri anak saat berada di sekolah ? e. Bagaimana rasa tanggung jawab anak dalam mengerjakan tugas di sekolah? f. Bagaimana kemampuan anak dalam berinteraksi sosial dengan teman sekolah ? g. Bagaimana ketrampilan membaca dan menulis anak ? h. Bagaimana kemampua anak dalam belajar di sekolah ? 24

6. Masa adolensence a. Bagaimana kemampuan remaja dalam mengatasi masalah yang dialami secara mandiri ? b. Bagaimanan kemampuan remaja dalam melakukan adaptasi terhadap perubahan bentuk dan fungsi tubuh yang dialami ? c. Bagaimana kematangan identitas seksual ? d. Bagaimana remaja dapat menjalankan tugas perkembangannya sebagai remaja ? e. Bagaiman kemampuan remaja dalam membantu pekerjaan orang tua di rumah (misalnya membersihkan rumah,memasak) ?

Menurut Videbeck (2008) pengkajian anak yang mengalami Attention Deficyt Hiperactivity Disorder (ADHD) antara lain : 1. Pengkajian riwayat penyakit a. Orang tua mungkin melaporkan bahwa anaknya rewel dan mengalami masalah saat bayi atau perilaku hiperaktif hilang tanpa disadari sampai anak berusia todler atau masuk sekolah atau day care. b. Anak mungkin mengalami kesulitan dalam semua bidang kehidupan yang utama, seperti sekolah atau bermain dan menunjukkan perilaku overaktif atau bahkan perilaku yang membahayakan di rumah. c. Berada diluar kendali dan mereka merasa tidak mungkin mampu menghadapi perilaku anak. d. Orang tua mungkin melaporkan berbagai usaha mereka untuk mendisplinkan anak atau mengubah perilaku anak dans emua itu sebagian besar tidak berhasil. 2. Penampilan umum dan perilaku motoric a. Anak tidak dapat duduk tenang di kursi dan mengeliat serta bergoyang-goyang saat mencoba melakukannya. b. Anak mungkin lari mengelilingi ruangan dari satu benda ke benda lain dengan sedikit tujuan atau tanpa tujuan yang jelas. c. Kemampuan anak untuk berbicara terganggu, tetapi ia tidak dapat melakukan suatu percakapan, ia menyela, menjawab pertanyaan sebelum pertanyaan berakhir dan gagal memberikan perhatian pada apa yang telah dikatakan. d. Percakapan anak melompat-lompat secara tiba-tiba dari satu topik ke topik yang lain. Anak dapat tampak imatur atau terlambat tahap perkembangannya 25

3. Mood dan Afek a. Mood anak mungkin labil, bahkan sampai marah-marah atau temper tantrum. b. Ansietas, frustasi dan agitasi adalah hal biasa. c. Anak tampak terdorng untuk terus bergerak atau berbicara dan tampak memiliki sedikit kontrol terhadap perilaku tersebut. d. Usaha untuk memfokuskan perhatian anak dapat menimbulkan perlawanan dan kemarahan

4. Proses dan isi piker Secara umum tidak ada gangguan pada area ini meskipun sulit untuk mengkaji anak berdasarkan tingkat aktivitas anak dan usia atau tahap perkembangan

5. Sensorium dan proses intelektual a. Anak waspada dan terorientasi, dan tidak ada perubahan sensori atau persepsi seperti halusinasi. b. Kemampuan

anak

untuk

memberikan

perhatian

atau

berkonsentrasi

tergangguan secara nyata. c. Rentang perhatian anak adalah 2 atau 3 detik pada ADHD yang berat 2 atau 3 menit pada bentuk gangguan yang lebih ringan. d. Mungkin sulit untik mengkaji memori anak, ia sering kali menjawab, saya tidak tahu, karena ia tidak dapat memberi perhatian pada pertanyaan atau tidak dapat berhenti memikirkan sesuati. e. Anak yang mengalami ADHD sangat mudah terdistraksi dan jarang yang mampu menyelesaikan tugas

6. Penilaian dan daya tilik diri a. Anak yang mengalami ADHD biasanya menunjukkan penilaian yang buruk dan sering kali tidak berpikir sebelum bertindak b. Mereka mungkin gagal merasakan bahaya dan melakukan tindakan impulsif, seperti berlari ke jalan atau melompat dari tempat yang tinggi. c. Meskipun sulit untuk mengkaji penilaian dan daya tilik pada anak kecil. 26

d. Anak yang mengalami ADHD menunjukkan kurang mampu menilai jika dibandingkan dengan anak seusianya. e. Sebagian besar anak kecil yang mengalami ADHD tidak menyadari sama sekali bahwa perilaku mereka berbeda dari perilaku orang lain. f. Anak yang lebih besar mungkin mengatakan, "tidak ada yang menyukaiku di sekolah", tetapi mereka tidak dapat menghubungkan kurang teman dengan perilaku mereka sendiri.

7. Konsep diri a. Hal ini mungkin sulit dikaji pada anak yang masih kecil, tetapis ecara umum harga diri anak yang mengalami ADHD adalah rendah. b. Karena mereka tidak berhasil di sekolah, tidak dapat mempunyai banyak teman, dan mengalami masalah dalam mengerjakan tugas di rumah, mereka biasanya merasa terkucil sana merasa diri mereka buruk. c. Reaksi negatif orang lain yangmuncul karena perilaku mereka sendiri sebagai orang yang buruk dan bodoh

8. Peran dan hubungan a. Anak biasanya tidak berhasil disekolah, baik secara akademik maupun sosial. b. Anak sering kali mengganggu dan mengacau di rumah, yang menyebabkan perselisihan dengan saudara kandung dan orang tua. c. Orang tua sering menyakini bahwa anaknya sengaja dan keras kepala dan berperilaku buruk dengan maksud tertentu sampai anak yang didiagnosis dan diterapi. d. Secara umum tindakan untuk mendisiplinkan anak memiliki keberhasilan yang terbatas pada beberapa kasus, anak menjadi tidak terkontrol secara fisik, bahkan memukul orang tua atau merusak barang-barang miliki keluarga. e. Orang tua merasa letih yang kronis baik secara mental maupun secara fisik. f. Guru serungkali merasa frustasi yang sama seperti orang tua dan pengasuh atau babysister mungkin menolak untuk mengasuh anak yang mengalami ADHD yang meningkatkan penolakan anak.

9. Pertimbangan fisiologis dan perawatan diri 27

Anak yang mengalami ADHD mungkin kurus jika mereka tidak meluangkan waktu untuk makan secara tepat atau mereka tidak dapat duduk selama makan. Masalah penenangan untuk tidur dan kesulitan tidur juga merupakan masalah yang terjadi. Jika anak melakukan perilaku ceroboh atau berisiko, mungkin juga ada riwayat cedera fisik.

3.2 Diagnosa Keperawatan 1. Kerusakan interaksi sosial berhubungan dengan perubahan proses pikir. 2. Resiko cedera berhubungan dengan impulsivitas, ketidakmampuan mendeteksi bahaya. 3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan ansietas dan hiperaktif 4. Harga diri rendah berhubungan dengan sistem keluarga yang disfungsi /koping idividu tidak efektif. 5. Ketidakefektifankoping individu berhubungan dengankelainan fungsi darisystem keluarga dan perkembangan ego yang terlambat, serta penganiayaan dan penelantaran anak.

3.3 Intervensi 1. Dx 1 : kerusakan interaksi social berhubungan dengan perubahan proses pikir. Tujuan

: Setelah

dilakukan

tindakan

keperawatan

diharapkan

interaksi

sosial berjalan baik. KH: 1. Interaksi dengan teman. 2. Interaksi dengan tetangga 3. Interaksi dengan keluarga 4. Ikut serta dalam aktivitas luang 5. Ikut serta dalam aktivitas sukarela Intervensi: 1. Anjurkan klien dalam membangun hubungan teman, keluarga. R/ membangun hubungan dengan teman dan keluarga dapat memberikan stimulus pada anak untuk berinteraksi. 2. Anjurkan beraktivitas sosial dan komunitas R/ aktivitas sosial dan komunitas dapat membentuk perilaku anak yang positif. 3. Anjurkan penggunaan komunikasi verbal 28

R/ penggunaan komunikasi verbal mengajarkan anak untuk berkomunikasi dengan baik. 4. Berikan tanggapan positif ketika klien bergaul dengan yang lain R/ tanggapan positif pada anak dapat menimbulkan rasa percaya diri anak dalam bergaul dengan orang lain. 5. Anjurkan merencanakan kelompok kecil untuk aktivitas tertentu R/ kelompok kecil dapat memberikan stimulus pada anak dalam berinteraksi dengan

baik.

2. Dx2 : Resiko cedera berhubungan dengan impulsivitas, ketidakmampuan mendeteksi bahaya. Tujuan : Anak tidak akan melukai diri sendiri atau orang lain dan dapat mendeteksi bahaya. KH : 1. Kecemasan dipertahankan pada tingkat di mana pasien merasa tidak perlu melakukan agresi. 2. Anak mencari staf untuk mendiskusikan perasaan-perasaan yang sebenarnya. 3. Anak mengetahui, mengungkapkan dan menerima kemungkinan konsekuensi dari perilaku maladaptif diri sendiri. Intervensi: 1. Amati perilaku anak secara sering. Lakukan hal ini melalui aktivitas sehari-hari dan interaksi untuk menghindari timbulnya rasa waspada dan kecurigaan R/ Anak-anak pada risiko tinggi untuk melakukan pelanggaran memerlukan pengamatan yang seksama untuk mencegah tindakan yang membahayakan bagi diri sendiri atau orang lain 2. Amati terhadap perilaku-perilaku yang mengarah pada tindakan bunuh diri R/ Peryataan-pernyataan verbal seperti "Saya akan bunuh diri, " atau "Tak lama ibu saya tidak perlu lagi menyusahkan diri karena saxa" atau perilaku-perilaku non verbal seperti memnbagi-bagikan barang-barang yang disenangi, alam perasaan berubah. Kebanyakan anak yang mencoba untuk bunuh diri telah menyampaikan maksudnya, baik secara verbal atau nonverbal. 3. Dapatkan kontrak verbal ataupun tertulis dari anak yang menyatakan persetujuannya untuk tidak mencelakaka diri sendiri dan menyetujui untuk mencari staf pada keadaan dimana pemikiran kearah tersebut timbul 29

R/ Diskusi tentang perasaan-perasaan untuk bunuh diri dengan seseorang yang dipercaya memberikan suatu derajat perasaan lega pada anak. Suatu perjanjian membuat permasalahan menjadi terbuka dan menempatkan beberapa tanggung jawab bagi keselamatan dengan anak. Suatu sikap menerima anak sebagai seseorang yang patut diperhatikan telah disampaikan. 4. Bantu anak mengenali kapan kemarahan terjadi dan untuk menerima perasaanperasaan tersebut sebagai miliknya sendiri. Apakah anak telah menyimpan suatu : buku catatan kemarahan" dimana catatan yang dialami dalam 24 jam disimpan. R/ Informasi mengenai sumber tambahan dari merahan, respon perilaku dan persepsia nak terhadap situasi juga harus dicatat. Diskusikan asupan data dengan anak, anjurkan juga respons-respons perilaku alternatif yang diidentifikasi sebagai maladaptif. 5. Singkirkan semua benda-benda yang berbahaya dari lingkungan anak R/ Keselamatan fisik anak adalah prioritas dari keperawatan. 6. Berikan obat-obatan penenang sesuai dengan pesanaan dokter atau dapatkan pesanaan jika diperlukan. Pantau kefektifan obat-obatan dan efek –sfek samping yang merugikan R/ Obat-obatan

antiansietas

(misalnya

diazepam,

klordiazepoksida,

alprazolam) memberikan perasaan terbebas dari efek-efek imobilisasi dari ansietas dan memudahkan kerjasama anak dengan terapi.

3. Dx3 : Gangguan pola tidur berhubungan dengan ansietas dan hiperaktif Tujuan : Anak mampu untuk mencapai tidur tidak terganggu selama 6 sampai 7 jamn setiap malam. KH: 1.

Anak mengungkapkan tidak adanya gangguan-gangguan pada waktu tidur

2.

Tidak ada gangguan-gangguan yang dialamti oleh perawat

3.

Anak mampu untuk mulai tidur dalam 30 menit dan tidur selama 6 sampai 7 jam tanpa terbangun

Intervensi : 1. Amati pola tidur anak, catat keadaan-keadaan yang menganggu tidur R/ Masalah harus diidentifikasi sebelum bantuan dapat diberikan

30

2. Kaji gangguan-gangguan pola tidur yang berlangsung berhubungan dengan rasa takut dan ansietas-ansietas tertentu R/ Ansietas yang dirasakan oleh anak dapat mengganggu pola tidur anak sehingfga perlu diidentifikasi penyebabnya 3. Duduk dengan anak sampai dia tertidur R/ kehadiran seseorang yang dipercaya memberikan rasa aman 4. Pastikan bahwa makanan dan minuman yang mengandung kafein dihilangkan dari diet anak R/ Kafein adalah stimulan SSP yang dapat mengganggu tidur 5. Berikan sarana perawatan yang membantu tidur (misalnya : gosok punggung, latihan gerak relaksasi dengan musik lembut, susu hangat dan mandi air hangat) R/ Sarana-sarana ini meningkatkan relaksasi dan membuat bisa tidur 6. Buat jam-jam tidur yang rutin, hindari terjadinya deviasi dari jadwal ini R/ Tubuh memberikan reaksi menyesuaikan kepada suatu siklus rutin dari istirahat dan aktivitas 7. Beri jaminan ketersediaan kepada anak jika dia terbangun pada malam hari dan dalam keadaan ketakutan R/ Kehadiran seseorang yang dipercaya memberikan rasa aman

4. Dx4: Harga diri rendah berhubungan dengan sistem keluarga yang disfungsi /koping idividu tidak efektif. Tujuan :Anak memperlihatkan perasaan-perasaan nilai diri yang meningkat saat pulang, ditandai dengan KH: 1. Mampu mengungkapkan persepsi yang positif tentang diri 2. Anak berpartisipasi dalam aktivitas-aktivitas baru tanpa memperlihatkan rasa takut yang ektrim terhadap kegagalan. Intervensi: 1. Pastikan bahwa sasaran-sasaran yang akan dicapat adalah realistis R/ Hal ini penting bagi pasien untuk mencapai sesuatu, maka rencana untuk aktivitas-aktivitas di mana kemungkinan untuk sukse adalah mungkin dan kesuksesan ini dapat meningkatkan harga diri anak 2. Sampai kan perhartian tanpa syarat bagi pasien 31

R/ Komunikasi dari pada penerimaan anda terhadap anak sebagai makhluk hidup yang berguna dapat meningkatkan harga diri 3. Sediakan waktu bersama anak, keduanya pada satu ke satu basis dan pada aktivitas-aktivitas kelompok R/ Hal ini untuk menyampaikan pada anak bahwa anda merasa bahwa dia berharga bagi waktu anda 4. Menemani anak dalam mengidentifikasi aspek-aspek positif dari diri anak R/ Aspek positif yang dimiliki anak dapat mengembangkan rencana-rencana untuk merubah karakteristik yang dilihatnya sebagai hal yang negatif. 5. Bantu anak mengurangi penggunaan penyangkalan sebagai suatu mekanisme sikap defensive R/ Memberikan bantuan

yang positif

bagi

identifikasi

amsalah dan

pengembangan dari perilaku-perilaku koping yang lebih adaptif. Penguatan positif membantu meningkatkan harga diri dan meningkatkan penggunaan perilaku-perilaku yang dapat diterima oleh pasien. 6. Memberikan dorongan dan dukungan kepada pasien dalam menghadapi rasa takut terhadap kegagalan dengan mengikuti aktivitas-aktivitas terapi dan melaksanakan tugas-tugas baru dan berikan pengakuan tentang kerja keras yang berhasil dengan penguatan positif bagi usaha-usaha yang dilakukan R/ Pengakuan dan pengyatan positif meningkatkan harga diri 7. Beri umpan balik positif kepada klien jika melakukan perilaku yang mendekati pencapaian tugas R/ Pendekatan ini yang disebut shaping adalah prosedur perilaku ketika pendekatan yang beturut-turut akan perilaku yang diinginkan, dikuatkan secara positid. Hal ini memungkinkan untuk memberikan penghargaan kepada klien saat ia menunjukkan harapan yang sebenarnya secara bertahap.

5. Dx5: Ketidakefektifan koping individu berhubungan dengankelainan fungsi dari system keluarga dan perkembangan ego yang terlambat, serta penganiayaan dan penelantaran anak. Tujuan : Anak mengembangkan dan menggunakan keterampilan koping yang sesuai dengan umur dan dapat diterima sosial. KH: 1. Anak mampu penundaan pemuasan terhadap keinginannya, tanpa terpaksa untuk menipulasi orang lain. 32

2. Anak mampu mengekspresikan kemarahan dengan cara yang dapat diterima secara sosial. 3. Anak mampu mengungkapkan kemampuan-kemampuan koping alternatif yang dapat diterima secara sosial sesuai dengan gaya hidup dari yang ia rencanakan untuk menggunakannya sebagai respons terhadap rasa frustasi. Intervensi: 1. Pastikan bahwa sasaran-sasarannya adalah realistis. R/ Penting untuk anak untuk nmencapai sesuatu, maka rencana untuk aktivitasaktivitas di mana kemungkinan untuk sukses adalah mungkin. Sukses meningkatkan harga. 2. Sampaikan perhatian tanpa syarat pada anak. R/ Komunikasi dari pada penerimaan Anda terhadapnya sebagai makhluk hidup yang berguna dapat meningkatkan harga. 3. Sediakan waktu bersama anak, keduanya pada satu ke satu basis dan pada aktivitas-aktivitas kelompok. R/ Hal ini untuk menyampaikan pada anak bahwa anda merasa bahwa ia berharga untuk waktu anda. 4. Menemani anak dalam mengidentifikasi aspek-aspek positis dari dan dalam mengembangkan

rencana-rencana

untuk

merubah

karakteristik

yang

melihatnya sebagai negatif. R/ Identifikasi aspek-aspek positif anak dapat membantu mengembangkan aspek positif sehingga memiliki koping individu yang efektif. 5. Bantu anak mengurangi penyangkalan sebagai suatu mekanisme bersikap membela. R/ Penguatan ypositif membantu meningkatkan harga diri dan meningkatkan penggunaan perilaku-perilaku yang dapat diterima oleh anak. 6. Beri pengakuan tentang kerja keras yang berhasil dan penguatan positif untuk usaha-usaha yang dilakukan. R/ Pengakuan dan penguatan positif meningkatkan harga diri.

3.4 Implementasi Implementasi adalah pengolahan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan (Effendi, 1995). Jenis tindakan pada implementasi ini terdiri dari tindakan mandiri, saling ketergantungan / kolaborasi, dan tindakan 33

rujukan / ketergantungan.Implementasi tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan

3.5 Evaluasi 1. Resiko cedera berhubungan dengan impulsivitas, ketidakmampuan mendeteksi bahaya dapat teratasi dengan criteria hasil : a. Kecemasan dipertahankan pada tingkat di mana pasien merasa tidak perlu melakukan agresi. b. Anak mencari staf untuk mendiskusikan perasaan-perasaan yang sebenarnya. c. Anak mengetahui, mengungkapkan dan menerima kemungkinan konsekuensi dari perilaku maladaptif diri sendiri. 2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan ansietas dan hiperaktif dapat teratasi dengan criteria hasil : a. Anak mengungkapkan tidak adanya gangguan-gangguan pada waktu tidur b. Tidak ada gangguan-gangguan yang dialamti oleh perawat c. Anak mampu untuk mulai tidur dalam 30 menit dan tidur selama 6 sampai 7 jam tanpa terbangun 3. Harga diri rendah berhubungan dengan sistem keluarga yang disfungsi /koping idividu tidak efektif dapat teratasi dengan criteria hasil: a. Mampu mengungkapkan persepsi yang positif tentang diri b. Anak berpartisipasi dalam aktivitas-aktivitas baru tanpa memperlihatkan rasa takut yang ektrim terhadap kegagalan.

34

BAB IV ASUHAN KEPERAWATAN

Kasus : Seorang anak usia 5 tahun ibunya mengeluh kurang konsentrasi dalam proses belajar di sekolah, tidak dapat duduk dengan tenang kaki dan tangan bergerak terus , merusak barang dan menggangu temannya, mudah menangis bila keinginannya tidak dituruti, mudah gelisah cemas dan marah, hasil pemeriksaan didapat TD : 110/80 mmHg, RR : 23x /menit, Nadi : 90 x/menit, Suhu : 36,5 OC.

4.1 Pengkajian I. IDENTITAS KLIEN Nama

: An. R

Jenis kelamin

: Laki-Laki

Umur

: 5 tahun

Status Perkawinan

:-

Agama

: Islam

Pendidikan

: play group

Pekerjaan

:-

Alamat

: Ds.Tangguangan Jombang

Tangga MRS

: 13-10-2017

No. Reg

: 00.92.77.86

Tanggal Pengkajian

: 13-10-2017

II. RIWAYAT KEPERAWATAN (NURSING HISTORY) 1. Keluhan Utama Kurang konsentrasi dalam belajar karena hiperaktif 2. Riwayat Penyakit Sekarang Ibu pasien mengatakan mengira perilaku anaknya wajar seperti anak lainnya yang aktif tapi setelah 6 bulan mengamati si anak orang tua merasa ada yang tidak normal dengan tingkah laku yang tidak biasa seperti anak seumurannya , sekitar satu minggu yang lalu ibu memperhatikan saat anak mulai tidak bisa duduk tenang, anak selalu bergerak tanpa tujuan dan tidak mengenal lelah, perubahan suasan hati yang yang mendadak/impulsive

35

bahkan saat di sekolah pun sama sehingga menyebabkan sulit berkonsentrasi bila diajak berbicara dan belajar. 3. Riwayat Kesehatan Masa Lalu a. Penyakit yang pernah dialami Ibu pasien mengatakan An. R tidak pernah mengalami penyakit serius sebelumnya 4. Riwayat Kesehatan Keluarga Ibu pasien mengatakan suaminya

waktu kecil mengalami

hiperaktif.

III.

PEMERIKSAAN FISIK 1. Keadaan Umum : composmentis (E4, V5, M6) 2. Tanda – Tanda Vital : TD : 110/80 mmHg RR : 23x /menit Nadi : 90 x/menit Suhu : 36,5 OC

3. Pemeriksaan Per sistem a. Sistem Pernapasan Hidung Inspeksi

: Bersih, tidak ada sekret , cuping hidung tidak

ada Palpasi

: tidak ada nyeri pada hidung

Mulut Inspeksi

: keadaan bibir kering dan pecah - pecah

Sinus paranasalis Inspeksi

: Tidak ada tanda-tanda adanya infeksi

Palpasi

: Tidak ada nyeri tekan

Leher Inspeksi

: Simestris, distensi vena jugularis (-)

Palpasi

:nyeri tekan (-)

Faring Inspeksi

: Tidak ada tanda – tanda infeksi 36

Area dada Inspeksi

: bentuk dada simetris, pola nafas efektif, pergerakan dada simetris, retraksi dinding dada (-)

Palpasi

: Tidak ada nyeri tekan.

Perkusi

: sonor

Auskultasi : Vesikuler. b. Kardiovaskuler dan Limfe Wajah Inspeksi

: pasien tampak gemetar, ketakutan, gelisah dan meringis kesakitan.

Leher Inspeksi

: Simestris, distensi vena jugularis (-)

Palpasi

: nyeri tekan (-)

Dada Inspeksi

: bentuk dada simetris, pola nafas efektif, pergerakan dada simetris, retraksi dinding dada (-), tidak tampak ictus cordis

Palpasi

:

Perkusi

: pekak

Auskultasi

: Bunyi jantung normal lup dup.

Ekstrimitas Atas Inspeksi : sianosis (-) Palpasi : suhu akral hangat Ekstrimitas Bawah Inspeksi : varises (-), oedem (-) Palpasi : pitting odem (-) c. Sistem Persyarafan Anamnesis : Pemeriksaan nervus 1) Nervus I olfaktorius (pembau) Baik dapat mencium bau antara balsam dan minyak kayu putih 2) Nervus II opticus (penglihatan) 37

Pandangan tidak kabur,

jelas dan dapat membedakan

warna. 3) Nervus III, IV, VI (Okulomotorius, Troklearis dan Abdusen) Klien dapat menggerakkan bola matanya ke segala arah. 4) Nervus V trigeminus (sensasi kulit wajah) Mata klien berkedip saat ada benda asing menyentuh kornea 5) Nervus VII facialis Klien dapat menggerakkan wajah dan dahinya. Klien dapat membedakan berbagai macam rasa. 6) Nervus VIII vestibucochlearis Kemampuan mendengarkan baik. 7) Nervus IX glosoparingeal dan Nervus X vagus Rangsangan menelan baik, reflek muntah baik. 8) Nervus XI aksesorius Klien

dapat

menggerakkan

bahu

ke

atas

dan

menggerakkan kepala 9) Nervus XII hypoglosal/hipoglosum klien mampu menjulurkan lidah dan menggerakkannya ke segala arah d. Perkemihan dan Eliminasi Uri Laki-laki: Genetalia eksterna Inspeksi

:bersih, tidak ada tanda – tanda infeksi.

Palpasi

: nyeri tekan (-)

Kandung kemih: Inspeksi

: benjolan (-), massa (-)

Palpasi

: nyeri tekan (-)

e. Sistem pencernaan – eliminasi alvi Anamnesa : nafsu makan anak berkurang Mulut 38

Inspeksi

: keadaan bibir kering dan pecah - pecah

Lidah Inspeksi

: bersih tidak ada tnda lesi dn infeksi

Abdomen Inspeksi (bentuk, benjolan) : Sawo matang, tidak ikterik, Palpasi

: nyeri tekan (-)

Kuadran I: Hepar  hepatomegali (-) Kuadran II: Gaster  Nyeri tekan (-) Kuadran III: Tidak terdapat massa Kuadran IV: Nyeri tekan pada titik Mc Burney (-) Perkusi

: distensi abdomen

Auskultasi

: tympani

f. Sistem Muskuloskeletal & Integumen Warna kulit :, warna sawo matang , bersih, bersisik

Kekuatan otot

:

5

5

5

5

Keterangan: 0: Tidak ada kontraksi 1: Kontaksi (gerakan minimal) 2: Gerakan aktif namun tidak dapat melawan gravitasi 3: Gerakan aktif, dapat melawan gravitasi 4: Gerakan aktif,dapat melawan gravitasi serta mampu menahan tahanan ringan 5: Gerakan aktif,dapat melawan gravitasi serta mampu menahan tahanan penuh 39

g. Sistem Endokrin dan Eksokrin Kepala Inspeksi

: bentuk simetris, kurang bersih, tidak ada lesi ,

benjolan tidak ada Leher Inspeksi

: Simestris, distensi vena jugularis (-)

Palpasi

: nyeri tekan (-)

Ekstremitas bawah Palpasi : edema non pitting h. Sistem Reproduksi Axilla Inspeksi

: tidak adanya benjolan abnormal

Palpasi

: tidak benjolan abnormal

i. Persepsi sensori Mata Inspeksi

:Simetris antara kanan dan kiri, palpebral normal dan simetris, sclera tidak ikterik,

Palpasi

: tidak ada nyeri dan tidak ada pembengkakan kelopak mata

Penciuman-(hidung) Inspeksi

: Bersih, tidak ada sekret , cuping hidung tidak ada

Palpasi

: tidak ada nyeri pada hidung

j. Pola psikososial Inspeksi

:

Anak

terlalu

hiperaktif

terhadap

lingkungannya, tidak bisa bermain dengan teman sebayanya (maunya menang sendiri) , sulit berkonsentrasi saat belajar.

40

PEMERIKSAAN PENUNJANG GPPH (Abbreviated Conners Ratting Scale) No

Kegiatan yang Diamati

0

1

2

3

1

Tidak kenal lelah, atau aktivitas yang berlebiham

v

2

Mudah gembira, impulsive.

v

3

Mengganggu anak-anak lain

v

Gagal menyelesaikan kegiatan yang telah dimulai, rentang

4

perhatian pendek

v

Menggerak-gerakkan anggota badan atau kepala secara terus-

5

v

menerus

6

Kurang perhatian,mudah teralihkan

7

Permintaannya harus segera dipenuhi, mudah menjadi frustasi

8

Sering dan mudah menangis

v

9

Suasana hatinya mudah berubah dengan cepat dan drastis

v

10

Ledakkan kekesalan, tingkah laku eksplosif dan tak terduga

Jumlah

v v

v 3

6

12

Nilai total : 21

Interpretasi : e. Nilai 0 : jika keadaan tersebut tidak ditemukan pada anak f. Nilai 1 : jika keadaan tersebut kadang-kadang ditemukan pada anak g. Nilai 2 : jika keadaan tersebut sering ditemukan pada anak h. Nilai 3 : jiak keadaan tersebut selalu ada pada anak. Bila nilai total 13 atau lebih anak kemungkinan dengan GPPH.

41

3.2 Diagnosa Keperawatan

NS. DIAGNOSIS : (NANDA-I)

00052 Hambatan Interaksi Sosial ____________________________________________ Domain 9 : Hubungan Peran Kelas 2

: Performa Peran

DEFINITION

Kurang atau kelebihan kuantitas, atau tidak efektif kalitas pertukaran

:

sosialnya. 

Disfungsi interaksi dengan orang lain

DEFINING



Gamgguan fungsi sosial

CHARACTE



Keluarga melaporkan perubahan dalam berinteraksi

RISTICS



Ketidak nyamanan dalam situasi sosial



Ketidakpuasan dengan hubungan sosial



Gangguan konsep diri



Gangguan proses berpikir



Hambatan mobilisasi fisik



Isolasi terapiutik



Kendala komunikasi



Kendala lingkungan



Ketiadaan orang terdekat



Ketidaksesuaian sosiokultural



Kurang keterampilan untuk meningkatkan mutualitas

RELATED FACTORS:

42

Objective data entry :

-

kurang konsentrasi

-

tidak dapat duduk dengan

TD : 110/80 mmHg

tenang kaki dan tangan bergerak

RR : 23x /menit

terus

Nadi : 90 x/menit

merusak barang dan menggangu

Suhu : 36,5 OC

temannya

composmentis (E4, V5, M6)

-

-

mudah menangis bila

1. TTV :

SESSMENT

AS

Subjective data entry :

2. Hasil GPPH : 21

keinginannya tidak dituruti

DIAGNOSIS

-

mudah gelisah cemas dan marah

Client Diagnostic

Ns. Diagnosis (Specify): Hambatan Interaksi Sosial Gangguan Proses Berpikir

Statement:

43

3.3 Intervensi Keperawatan NIC

NOC

INTERVENSI

AKTIVITAS

OUT COME

INDIKATOR

Manajemen

1. Monitor status fisik

Setelah dilakukan

Tingkat Hiperaktivitas

Perilaku :

klien yang tampak

perawatan/terapi

Overaktifitas

menunjukan over-

selama 6 x dalam

(Terlalu Aktif )/

aktifitas (Misalnya:

1 bulan di

kasar, bising

Tidak

BB, hidrasi, dan

harapkan klien

pada saat

Diperhatikan

kondisi kaki klien

dapat :

interaksi

Definisi :

ketika melangkah)

1. Tidak

6. Menggangu,

personal (3)

penyediaan terapi 2. Berikan lingkungan

merusak

millieu yang

yang aman secara

barang dan

yang tidak

secara aman

fisik dan terstruktur

menggangu

sesuai (4)

mengakomodasi

jika di perlukan

temannya

8. Sulit untuk

klien yang

3. Peroleh perhatian

memiliki

klien sebelum

melakukan

gangguan

memulai interaksi

perilaku

perhatian

verbal

agresif

fokus dalam

3. Bisa tetap

mengerjakan

dan/aktivitas

4. Sediakan bantuan

2. Tidak lagi

7. Perilaku agresif

berlebihan

yang bisa

sembari

meningkatkan

meningkatkan

struktur lingkungan,

fokus

fungsi klien yang

konsentrasi, dan

dalam

optimal

perhatian untuk

mengerjaka

melakukan tugas

n tugas.

(misalnya: jam tangan, kalender,

diam. 4. mampu

bertahan duduk (3) 9. Tidak mampu

tugas.(4) 10. Impulsif (3)

5. Tidak impulsif.

penanda dan instruksi tertulis langkah demi langkah) 5. Dorog klien mengapresiasikan perasaanya dengan 44

cara yang baik 6. Ajarkan/dorong keterampilan sosial yang tepat 7. Ajarkan teknik manajemen perilaku kepada orang-orang terdeka dengan klien.

3.4 Implementasi Keperawatan

No 1.

No

Tanggal/

diagnose

jam

00052 Hambatan Interaksi Sosial b.d

13-10-

1. melihat status fisik klien yang

TD : 110/80 mmHg

08.00

tampak

RR : 23x /menit

WIB

menunjukan

Nadi : 90 x/menit

over-aktifitas

Suhu : 36,5 OC

2. memberikan 08.05

pikir

lingkungan yang aman 3. mengalihkan

08.10

Paraf

1. TTV :

2017/

Gangguan proses

Respon

Tindakan

composmentis (E4, V5, M6) Hasil GPPH : 21 2. Keluarga klien memahami dan

mengerti.

perhatian klien

3. Klien teralihkan tapi hanya

dengan bermain

sementara dan kembali

dan membangun

bertindak sesukanya,

kepercayaannya.

kemudian di alihkan lagi dan 45

09.00

4. Memberikan pengajaran

4. Klien tertarik dan memahami.

tentang waktu

5. Klien mampu menggambar

dan langkah

untuk mengekspresikan

dalam

perasaannya.

berinteraksi sosia,

6. Klien memahami.

batasan baik dan

7. Keluarga memahami dan mau

buruk. 09.45

mau mendengarkan.

menjalankan.

5. Memberikan fasilitas pada klien untuk mengungkapkan perasaannya lewat hal/ sesuatu yang disukai misalnya dengan menggambar

10.15

6. Mengajarkan bagaiman cara berteman/berinter aksi sosial yang baik, hal yang di lakukan saat berteman/berinter aksi sosial, mengenalkan tindakan yang baik dan buruk saat berteman/berinter aksi sosial 7. Ajarkan teknik

10.45

manajemen perilaku kepada 46

orang-orang terdeka dengan klien.

47

3.5 Evaluasi NO

MASALAH

HARI,TG

CATATAN

KEPERAWATA

L,JAM

PERKEMBANGAN

13-10-

S : kurang konsentrasi,

PARAF

N/KOLABORASI 1.

00052

Hambatan Interaksi 2017/

dapat duduk dengan tenang

Sosial b.d

kaki dan tangan bergerak

19.0 WIB

Gangguan proses

teru,memahami aturan untuk

pikir

tidak merusak barang dan menggangu temannya, mudah menangis bila keinginannya tidak dituruti, mudah gelisah cemas dan marah. O : TTV : TD : 110/80 mmHg RR : 23x /menit Nadi : 90 x/menit Suhu : 36,5 OC composmentis (E4, V5, M6) Hasil GPPH : 21 A : Masalah belum teratasi P : lanjutkan intervensi

48

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan ADHD adalah singkatan dari Attention Deficit Hyperactivity Disorder, suatu kondisi yang pernah dikenal sebagai Attention Deficit Disorder (Sulit memusatkan perhatian), Minimal Brain Disorder (Ketidak beresan kecil di otak), Minimal Brain Damage (Kerusakan kecil pada otak), Hyperkinesis (Terlalu banyak bergerak / aktif), dan Hyperactive (Hiperaktif). Ada kira-kira 3 - 5% anak usia sekolah menderita ADHD (Permadi, 2009). Belum ada kepastian faktor apa yang menyebabkan seorang anak dapat menderita ADHD, namun beberapa penelitian menunjukkan bahwa faktor genetik, neurologik dan proses dalam otak, neurotransmitter, lingkungan, psikososial merupakan faktor penyebab dari gangguan ini. Pada umumnya terdapat beberapa tes penunjang dalam menentukan bahwa anak menderita ADHD atau tidak, namun yang sering dilakukan dan merupakan tugas perawat adalah melakukan pengkajian dengan mengguanakan formulir deteksi dini Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas/GPPH (Abbreviated Conners Ratting Scale).

4.2 Saran Setelah mengetahui banyak hal mengenai ADHD yang telah dipaparkan dia tas, sudah sepantasnya sebagai mahasiswa calon tenaga kesehatan mengaplikasikan ilmu tersebut untuk melakukan asuhan keperawatan pada anak berkebutuhan khusus seperti anak ADHD. Bukanlah hal yang mudah untuk melakukan asuhan keperawatan pada anak ADHD mengingat mereka kurang konsentrasi dan memiliki perilaku maladaptif. Maka dari itu diperlukan pengetahuan yang lebih luas dan ketrampilan yang mendukung agar dapat melakukan asuhan keperawatan dengan baik.

49

DAFTAR PUSTAKA

Townsend, Mary C. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Di Keperawatan Edisi 3. Jakarta : EGC

Psikiatri.

Betz, Cecily L dan Sowden Linda. A.2002.Buku Saku Keperawatan Pediatri. Edisi 3. Jakarta: EGC Nurhayati, Hanik Endang. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta :Salemba Medika Prabowo, Eko. 2014. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika Ardi, 20013. Askep Anak dengan ADHD. Dalam http://blogger-ardi30.blogspot.com /2013/04/askep-anak-dengan-attention-deficyt.html Santya, Kadek. 2012. “Askep Anak Hiperaktif” dalam http://kadeksantya.blogspot.com/2012/05/contoh-askep-anak-hiperaktif.html Heri, 2012. Asuhan Keperawatan Anak dengan Hiperaktif. From: http://mydocumentku.blogspot.com/2012/03/asuhan-keperawatan-anakdengan_8226.html diakses tanggal 5 November 2017 Logaritma,

Nia.

2012.

Laporan

Pendahuluan

dan

Askep

Anak

Hiperaktif.

http://www.academia.edu/6559812/Laporan_Pendahuluan_dan_Askep_Anak_Hiperaktif . Diakses tanggal 5 November 2017 Meliastari. 2012.

Mengurangi Hiperaktifitas Pada Anak Attention Deficit/Hiperactivity

Disorder (Adhd) Melalui Permainan Tradisional Teropa Tempurung (Single Subject Research

Kelas

Iii

Di

Slb

Negeri

Lima

http://download.portalgaruda.org/article.php?article=24428&val=1496.

Kaum). Diakses

6

November 2017 Siswati, Novita. 2010. Pengaruh Social Stories Terhadap Keterampilan Sosial Anak Dengan Attention-Deficit Hyperactivity Disorder (Adhd) Studi Eksperimental Desain Kasus Tunggal

Di

Sekolah

Alam

Ar-Ridho

Semarang.

http://ejournal.undip.ac.id/index.php/psikologi/article/download/2955/2641. Diakses 4 November 2017

50

Related Documents

Askep Adhd
February 2021 0
Makalah Adhd
January 2021 1
Patofisiologi Adhd
February 2021 1
Kasus Anak Adhd
January 2021 3

More Documents from "Felicia Romazanov"