Belajar Branding Basic

  • Uploaded by: Prisma Atma Wijaya
  • 0
  • 0
  • January 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Belajar Branding Basic as PDF for free.

More details

  • Words: 1,073
  • Pages: 10
Loading documents preview...
Belajar Branding Basic

Apa itu Branding?? Banyak orang yang bilang bahwa brand itu logo,brand itu merek,iklan,slogan,packaging dll,,brand itu BUKAN itu semua. Brand adalah ikatan emosi antara produk anda dengan konsumen. sebuah nama itu menjadi branding tergantung dari seberapa anda bisa menciptakan nilai dalam kontekstual.

Dalam membuat branding kita butuh slogan dan model. kenapa kita membtuhkan nya? Karena slogan adalah keyword dan model adalah key visual. Kulture orang indonesia itu sloganistic dan simbolistic. Selalu percaya pada slogan dan simbol2. pengaruhnya sangat kuat di benak masyarakat Indonesia. Brand itu adalah nama di tambahkan dengan makna.

Letak posisi dan kekuatan brand. Lihat gambar disamping, Brand itu berada di bawah permukaan. Jauh, besar dan kuat dari bawah. Lebih dari 80% brand lebih berpengaruh dari pada slogan,logo dll. kekuatanya lebih kuat dan mendasar. karena berhubungan dengan emosi manusia. Namun untuk membangun sebuah brand harus di perlukan hal-hal berikut:    

Slogan Logo Merek Produk

Perbedaan marketing selling dan branding. Perbedaan mendasar pada tujuan. berikut sekemanya.

Hubungan antara produk,merek,logo, dan brand    

Produk >> itu Memberikan manfaat fisik Merek >> itu nama pada manfaat fisik Logo >> itu tanda dari manfaat fisik Brand >> sudah terjadi ikatan emosi. Ikatan emsi yang paling tinggi adalah cinta.

Contoh Harley davidson. Brand harley davidson tidak lagi berbicara masalah motor. tetapi berbicara masalah freedom. Karena harley davidson sudah terkenal dengan slogan dan brand freedom di masyarakat. Brand itu di bangun dari 4 tingkatan.bukan di bangun dari kebutuhan dasarnya saja. seperti contoh berikut.

1. 2. 3. 4.

Kebutuhan dasar Perasaan aman Komunitas Hero

Hasil akhir dari pada brand adalah jadi diri. Kalau mau membuat brand pertimbangkan dulu kebutuhan dasarnya apa?perasaan amannya apa yang di peroleh?dll hingga akhirnya posisi tertinggi di masyarakat brand itu sudah menjadi jati diri bagi setiap orang. Produk memberikan manfaat fisik,brand memberikan manfaat emosional. Brand memberikan nilai tambah. Brand bisa memberikan closing yang lebih baik. karena sudah terjadi ikan emosi. contoh harga kopi 1gelas biasanya 8rb. sama2 kopi kalau di tambahi merek starbuck harganya menjadi 48rb.lalu kenapa orang mau memberi kopi starbuck yang harganya 48rb? karena mereka sudah ada ikatan emosi. Sudah menjadi jati diri untuk setip pembelinya. Brand lahir dari pengalaman dan mencerminkan rasa percaya. Kepercayaan itu timbul dari pengalaman. berikut pembanguna brand yang berdasarkan pengalaman Ada 2 brand yang berawal dan di tentukan oleh pengalaman pertama.  

Brand Heaven:di bentuk melalui interaksi positif,rasa percaya,konsisten,otoritas,kredibilitas,kalau semuanya sudah benar pasti hasilnya loyal. Brand Hell: dibentuk dari interaksi negatif,tidak percaya,tidak konsisten,tidak punya otoritas,tidak kredibel dan akhirnya tidak loyal.

Pengalaman pertama sangat menentukan, kalau pengalaman pertamnya bagus otomatis brand itu akan tercipta walaupun packagingnya jelek, harganya mahal,bentuknya kurang bagus dll, jadi penentu utama terbentuknya brand adalah pengalaman pertama. Branding itu bisa dimulai ketika anda mulai membuat bisnis. Perbedaan mendasar branding untuk barang dan orang.

 

Produk,, ketika produk terjadi kekurangan kita tidak bisa merubahnya. untuk membranding produk yang di butuhkan adalah strategi Orang,,ketika terjadi kekeurangan bisa merubahnya. untuk membranding orang yang di butuhkan adalah disiplin.

Bagaimana Membangun Sebuah Brand Selasa, 17 Mei 2016 Marketing Comments

Seorang pakar Branding Indonesia, siapa yang tidak kenal dengan Subiakto Priosoedarsono. Praktisi Branding yang biasa dipanggil Pak Bi ini sudah berkarat ilmunya selama 47 tahun. Pak Bi membangun BRAND mulai dari lewat packaging, lewat iklan, lewat program tv, lewat event, lewat PR dan akhir-akhir ini lewat media digital.

Slide yang barusan adalah jejak Branding yang pernah pak Bi buat khususnya lewat slogan. Slogan "Kalau sudah duduk lupa berdiri" itu Pak Bi ciptakan tahun 1981. Sudah lebih dari 30 tahun dan nampaknya sampai sekarang masih relevan. Demikian pula slogan "Kopiko gantinya ngopi" Pak Bi ciptakan tahun 1986 sampai sekarang masih dipakai walaupun sudah berkali-kali coba untuk diganti setiap berganti agency. Slogan "Nyamuk sini cuma takut Tigaroda" menjadi fenomenal karena pada jamannya sudah membuat Baygon mengkerut dari 90% Market Share jadi tinggal 15% saja. Apa sih pentingnya sebuah slogan buat membangun sebuah BRAND? Sebuah slogan untuk membangun BRAND tidak bisa dilakukan lewat mengarang. Karena slogan yang mampu membangun BRAND adalah slogan yang mencerminkan sebuah VALUE. Value dari Brand DNA, Brand Positioning dan Added Value.

Dalam Brand Canvas yang Pak Bi ajarkan di Workshop Bisa-Bikin-Brand Slogan berada pada urutan ke 14 dari 15 langkah membangun BRAND. Jadi kalau ada rekan Pak Bi meminta untuk dibuatkan slogan Pak Bi suka tertawa geli. "Darimana saya bisa menemukan value dari brandnya? Hehehe."

BRAND itu adalah NAMA plus MA'NA. Banyak cara membangun makna pada sebuah nama. Mengacu kepada Hyrarchy of Neednya Maslow makna bisa dibangun lewat makna physic, makna rasa aman, makna diterima dalam sebuah komunitas, makna self esteem dan makna self actualization atau jatidiri.

Konsumen bisa memaknai sebuah nama dengan tampilan physical. Atau ketergantungan akan produknya. Kebanyakan makanan. Kalau makan GUDEG ya YU DJUM. Atau kalau makan sate MARANGGI ya Ibu Hj. Yeti Cibungur. Atau kalau mau LOENPIA ya Loenpia Mbak Lien Semarang. Value pada physical ini sangat tergantung pada gigitan pertama. Kalau gigitan pertama enak ya nama menjadi punya value maka jadilah dia BRAND. Jadi Anda bisa mebangun BRAND lewat produk yang khas atau unik, Minimal memiliki value physical. Dalam hal ini Anda tinggal mengulang gigitan pertama berkali-kali sehingga pembeli yang tadinya hanya membeli sekali, menjadi pelanggan yang membeli berkali-kali. Karena fungsi BRAND memang mengubah pembeli menjadi pelanggan. Loyalitas pada rasa bisa runtuh ketika Anda merasa tidak aman makan di tempat tersebut. Misalnya tiba-tiba Anda menemukan kecoa di bawah makanan yang tersaji atau kepergok tikus mondar-mandir di dapur. Tuntutan akan rasa aman ini memang sifatnya intangible dan beyond physical. Peristiwa diatas menggambarkan betapa loyalnya pelanggan kepada value produk namun bagi konsumen yang mem value rasa aman bakalan meninggalkan loyalitasnya. Nah, Anda punya peluang untuk membangun BRAND lewat rasa aman meskipun bisa jadi produk Anda kalah di rasa.

Bagi pelanggan yang mengutamakan value sebuah komunitas justru mencari produk yang bisa membuatnya diterima di kalangan tertentu. Banyak komunitas yang mensyaratkan anggotanya harus menjadi pelanggan merek tertentu. Ada Toyota Hartop Club, ada Mercy Club. Ada Suzuki Jimny Club. Yang mengharuskan anggotanya punya produk dengan merek tertentu. Yang terakhir, Anda juga bisa membangun value self actualization dimana produk Anda menjadi jatidiri dari pelanggan Anda. Misalnya Rolex. Berkat value yang disampaikan lewat slogannya "Crown to every achievements" maka stiap orang yang sudah merasa sukses langsung beli jam Rolex. Atau Harley Davidson yang menawarkan value FREEDOM buat pelanggannya. Apakah harus merek-merek kelas dunia saja yang bisa menjunjukkan jatidiri pelanggannya? Tidak. Gudeg Yu Djum sudah menjadi jatidiri orang Jogja. Sate Maranggi sudah menjadi jati diri orang Purwakarta. Rendang sudah menjadi jatidiri orang Padang.

Related Documents


More Documents from "arifbudianto"