Buku Sig (analisis Kesesuaian Tpa)

  • Uploaded by: Chandra Prawira
  • 0
  • 0
  • January 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Buku Sig (analisis Kesesuaian Tpa) as PDF for free.

More details

  • Words: 12,168
  • Pages: 94
Loading documents preview...
Disusun Oleh : 1 M. Rizal Saputra (1525012), I Dewa Gde Mertha P. (1525020), Julung Mario H (1525027)

Raynaldi Izam Nuki P. (1525028), Chandra Prawira S. P. (1525030)

DAFTAR ISI

1

Konsep Dasar Sistem Informasi Geografis

1.1

Sejarah Sistem Informasi Geografis

1.2

Pengertian Sistem Informasi Geografis

1.3

Komponen SIG

1.3.1

Perangkat Keras (Hardware)

1.3.2

Perangkat Lunak (Software)

1.3.3

Data

1.3.4

Manusia

1.3.5

Metode

1.5

Manfaat SIG di Berbagai Bidang

1.5.1

Manajemen Tata Guna Lahan

1.5.2

Untuk Pengawasan Daerah Bencana

1.5.3

Bagi Perencanaan Wilayah dan Kota 9

2

Konsep Dasar Basis Data

2.1

Sejarah Basis Data

2.2

Pengertian Basis Data

2.2.1

Pengertian Sistem

2.2.2

Pengertian Basis Data

2.2.3

Pengertian Sistem Basis Data

2.2.4

Pengertian Entity

2.2.5

Pengertian Enterprise Rules

2.2.6

Pengertian Obligatory dan Non Obligatory

2.2.7

Pengertian Entity Relationship Diagram

2.2.8

Pengertian Tabel Skeleton

18

2.2.9

Pengertian Duplikasi Data

18

2.3

Komponen Basis Data

2.3.1

Perangkat Keras (Hardware)

2.3.2

Sistem Operasi (Operating System)

2.3.3

Basis Data (Database)

1

2 4

6 6 7

7 7 8 8

8 9

11

12 13

13 13 14

15 15

19 19 19

20 i

15 16

2.3.4

Database Management System (DBMS)

20

2.3.5

Pengguna (User)

2.4

Tahapan Desain Basis Data

3

Contoh Analisis TPA

3.1

Sampah

3.2

TPA (Tempat Pembuangan Akhir)

3.3

SIG Menentukan Kesesuaian Lahan untuk TPA

3.4

Kriteria Kesesuaian Lahan Untuk TPA

3.5

Analisis Pembobotan dan Skoring Kesesuain TPA

3.6

Metodologi Penelitian

3.6.1

Alat

3.6.2

Diagram Alir Penelitian

3.7

Desain Basis Data

3.8

Langkah – langkah Desain Basis Data Pada MS Acces

3.9

Menampilkan Data Spasial Pada ArcMap

3.10

Topologi

3.11

Join Data Spasial dan Non Spasial

3.12

Langkah-Langkah Overlay

3.13

Query Pada ArcMap

3.14

Pembuatan Layout Peta

3.15

WebGIS

3.16

Hasil Analisis

3.17

Pembahasan Hasil Analisis

20 20

25

26 26 28

29 30

32

32 33

36

45 52

56

67 70

82 88 88

ii

42

39

SIG Analisis Kesesuaian Lokasi TPA Sampah

1

TEKNIK GEODESI 2015 ITN MALANG

SIG Analisis Kesesuaian Lokasi TPA Sampah

1

KONSEP DASAR SISTEM INFORMMASI GEOGRAFIS

1.1 Sejarah Sistem Informasi Geografis

Awal dikenalnya SIG tidak lepas dari adanya kemajuan dalam bidang teknologi terutama komputer. Selama perang dunia kedua pemrosesan data mengalami kemajuan yang pesat terutama untuk memenuhi kebutuhan militer dalam memprediksi trayektori balistik. Pada awal tahun 1960-an perkembangan dalam ilmu komputer semakin pesat dan siap digunakan untuk bidang lain di luar militer. Para ahli meteorologi, geologi, dan geofisika mulai menggunakan komputer dalam pembuatan peta.Tahun 1963 di Kanada muncul CGIS (Canadian Geographic Information System), dan selanjutnya menjadi SIG pertama di dunia. Dua tahun kemudian di Amerika Serikat beroperasi sistem serupa bernama MIDAS yang digunakan untuk memproses data-data sumber daya alam. Namun sebernarnya sejarah dari Sistem Informasi Geografis jauh berkembang dari itu pada 35000

tahun

yang

lalu,

di

dinding

gua Lascaux, Perancis,

para

pemburu Cro-

Magnon menggambar hewan mangsa mereka, dan juga garis yang dipercaya sebagai rute migrasi hewan-hewan tersebut. Catatan awal ini sejalan dengan dua elemen struktur pada sistem informasi gegrafis modern sekarang ini, arsip grafis yang terhubung ke database atribut. Pada tahun 1700-an teknik survey modern untuk pemetaan topografis diterapkan, termasuk juga versi awal pemetaan tematis, misalnya untuk keilmuan atau data sensus. Awal abad ke-20 memperlihatkan pengembangan "litografi foto" dimana peta dipisahkan menjadi beberapa lapisan (layer). Perkembangan perangkat keras komputer yang dipacu oleh penelitian senjata nuklir membawa aplikasi pemetaan menjadi multifungsi pada awal tahun 1960-an. Tahun 1967 merupakan awal pengembangan SIG yang bisa diterapkan di Ottawa, Ontario oleh Departemen Energi, Pertambangan dan Sumber Daya. Dikembangkan oleh Roger Tomlinson, yang kemudian disebut CGIS (Canadian GIS - SIG Kanada), digunakan untuk menyimpan, menganalisis dan mengolah data yang dikumpulkan untuk Inventarisasi Tanah Kanada (CLI - Canadian land Inventory) - sebuah inisiatif untuk mengetahui kemampuan lahan di wilayah pedesaan Kanada dengan memetakaan berbagai informasi pada tanah,

2

TEKNIK GEODESI 2015 ITN MALANG

SIG Analisis Kesesuaian Lokasi TPA Sampah

pertanian, pariwisata, alam bebas, unggas dan penggunaan tanah pada skala 1:250000. Faktor pemeringkatan klasifikasi juga diterapkan untuk keperluan analisis.

GIS dengan gvSIG. CGIS merupakan sistem pertama di dunia dan hasil dari perbaikan aplikasi pemetaan yang memiliki kemampuan timpang susun (overlay), penghitungan, pendijitalan/pemindaian (digitizing/scanning), mendukung sistem koordinat national yang membentang di atas benua Amerika, memasukkan garis sebagai arc yang memiliki topologi dan menyimpan atribut dan informasi lokasional pada berkas terpisah. Pengembangnya, seorang geografer bernama Roger Tomlinson kemudian disebut "Bapak SIG". CGIS bertahan sampai tahun 1970-an dan memakan waktu lama untuk penyempurnaan setelah pengembangan awal, dan tidak bisa bersaing denga aplikasi pemetaan komersil yang dikeluarkan beberapa vendor seperti Intergraph. Perkembangan perangkat keras mikro komputer memacu vendor lain seperti ESRI, CARIS, MapInfo dan berhasil membuat banyak fitur SIG, menggabung pendekatan generasi pertama pada pemisahan informasi spasial dan atributnya, dengan pendekatan generasi kedua pada organisasi data atribut menjadi struktur database. Perkembangan industri pada tahun 1980-an dan 1990-an memacu lagi pertumbuhan SIG pada workstationUNIX dan komputer pribadi. Pada akhir abad ke-20, pertumbuhan yang cepat di berbagai sistem dikonsolidasikan dan distandarisasikan menjadi platform lebih sedikit, dan para pengguna mulai mengekspor menampilkan data SIG lewat internet, yang membutuhkan standar pada format data dan transfer. Indonesia sudah mengadopsi sistem ini sejak Pelita ke-2

ketika LIPI mengundang UNESCO dalam

menyusun

"Kebijakan

dan

Program Pembangunan Lima Tahun Tahap Kedua (1974-1979)" dalam pembangunan ilmu pengetahuan,

teknologi

dan

riset.

Jenjang

pendidikan

SMU/senior

high

school

melalui kurikulum pendidikan geografi SIG dan penginderaan jauh telah diperkenalkan sejak dini. Universitas di Indonesia yang membuka program Diploma SIG ini adalah D3 Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi, Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada, tahun 1999. Sedangkan jenjang S1 dan S2 telah ada sejak 1991 dalam

3

TEKNIK GEODESI 2015 ITN MALANG

SIG Analisis Kesesuaian Lokasi TPA Sampah

Jurusan Kartografi dan Penginderaan Jauh, Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada. Penekanan pengajaran pada analisis spasial sebagai ciri geografi. Lulusannya tidak sekadar mengoperasikan software namun mampu menganalisis dan menjawab persoalan keruangan. Sejauh ini SIG sudah dikembangkan hampir di semua universitas di Indonesia melalui laboratorium-laboratorium, kelompok studi/diskusi maupun mata pelajaran. 1.2 Pengertian Sistem Informasi Geografis Sistem

Informasi

Geografis (bahasa

Inggris: Geographic

Information

System disingkat GIS) adalah sistem informasi khusus yang mengelola data yang memiliki informasi spasial (bereferensi keruangan). Atau dalam arti yang lebih sempit, adalah sistem komputer yang memiliki kemampuan untuk membangun, menyimpan, mengelola dan menampilkan informasi berefrensi geografis, misalnya data yang diidentifikasi menurut lokasinya, dalam sebuah database. Para praktisi juga memasukkan orang yang membangun dan mengoperasikannya dan data sebagai bagian dari sistem ini. Teknologi Sistem Informasi Geografis dapat digunakan untuk investigasi ilmiah, pengelolaan sumber daya, perencanaan pembangunan, kartografi dan perencanaan rute. Misalnya, SIG bisa membantu perencana untuk secara cepat menghitung waktu tanggap darurat saat terjadi bencana alam, atau SIG dapat digunaan untuk mencari lahan basah (wetlands) yang membutuhkan perlindungan dari polusi. Pada dasarnya istilah sistem informasi geografi merupakan gabungan dari tiga unsur pokok yaitu sistem, informasi, dan geografi. 1. Sistem merupakan sekumpulan objek, ide, dan hubungannya dalam mencapai tujuan bersama. 2. Sistem informasi merupakan suatu sistem antara manusia dan mesin yang terpadu untuk menyajikan informasi guna mendukung fungsi operasi, manajemen, dan pengambilan keputusan dalam organisasi. 3. Penggunaan istilah informasi geografi mengandung pengertian informasi mengenai tempat-tempat yang terletak di permukaan bumi. Pengetahuan mengenai posisi di mana suatu objek terletak di permukaan bumi dan informasi mengenai keterangan dan posisi yang terdapat di permukaan bumi.

4

TEKNIK GEODESI 2015 ITN MALANG

SIG Analisis Kesesuaian Lokasi TPA Sampah

Sampai saat ini belum ada definisi baku tentang SIG. Definisi SIG selalu berkembang, hal ini terlihat dari banyaknya definisi SIG yang muncul. Berikut ini sebagian dari definisi SIG dari para ahli. 1. Demers (1997), SIG adalah sistem komputer yang digunakan untuk mengumpulkan, memeriksa,

mengintegrasikan,

dan

menganalisis

informasi-informasi

yang

berhubungan dengan permukaan bumi. 2. Esri (1990), SIG adalah kumpulan yang terorganisir dari perangkat keras komputer, perangkat lunak, data geografi, dan personil yang dirancang secara efisien untuk memperoleh,

menyimpan,

meng-update,

memanipulasi,

menganalisis,

dan

menampilkan semua bentuk informasi yang bereferensi geografi. 3. Rice (2000), SIG adalah sistem komputer yang digunakan untuk memasukkan, menyimpan, memeriksa, mengintegrasikan, memanipulasi, menganalisis, dan menampilkan data-data yang berhubungan dengan posisi- posisi di permukaan bumi. 4. Christman (1997), SIG adalah sistem yang terdiri atas perangkat keras, perangkat lunak, data, manusia (brain ware), organisasi dan lembaga yang digunakan untuk mengumpulkan, menyimpan, menganalisis, dan menyebarkan informasi-informasi mengenai daerah-daerah di permukaan bumi. 5. Foote (1995), SIG adalah sistem informasi yang dirancang untuk bekerja dengan data yang tereferensi secara spasial atau koordinat-koordinat geografi. 6. f. Purwadhi (1994) mendefinisikan SIG sebagai berikut. SIG merupakan suatu sistem yang mengorganisir perangkat keras, perangkat lunak, data, serta dapat mendayagunakan sistem penyimpanan, pengolahan, maupun analisis data secara simultan sehingga dapat diperoleh informasi yang berkaitan dengan aspek keruangan. SIG merupakan menajemen data spasial dan nonspasial yang berbasis komputer dengan tiga karakteristik dasar yaitu mempunyai fenomena aktual (variabel data nonlokasi) yang berhubungan dengan topik permasalahan di lokasi bersangkutan, merupakan suatu kejadian di lokasi dan mempunyai dimensi waktu.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa SIG merupakan sejenis perangkat lunak yang dapat digunakan untuk pemasukan, penyimpanan, manipulasi, menampilkan, dan menghasilkan informasi geografi beserta atribut- atributnya.

5

TEKNIK GEODESI 2015 ITN MALANG

SIG Analisis Kesesuaian Lokasi TPA Sampah

Dari definisi tersebut maka SIG mempunyai beberapa kemampuan antara lain: 1. memasukkan dan mengumpulkan data geografi, 2. mengintegrasikan data geografi, 3. memeriksa dan meng-update data geografi, 4. menyimpan dan memanggil kembali data geografi, 5. mempresentasikan dan menampilkan data geografi, 6. memanipulasi data geografi, 7. menganalisis data geografi, 8. menghasilkan data geografi dalam bentuk peta tematik, tabel, grafik, laporan baik dalam bentuk hard copy maupun soft copy, 9. memperkecil kesalahan manusia, 10. dapat mengoverlay (tumpang susun) peta untuk aplikasi berbagai disiplin ilmu, 11. memperbarui data dengan memerhatikan perubahan lingkungan, data statistik, dan area yang tampak, dan 12. sebagai data base wilayah. 1.3 Komponen SIG Komponen-komponen pendukung SIG terdiri dari lima komponen yang bekerja secara terintegrasi yaitu perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software), data, manusia, dan metode yang dapat diuraikan sebagai berikut:

1.3.1

Perangkat Keras (hardware)

Perangkat keras SIG adalah perangkat-perangkat fisik yang merupakan bagian dari sistem komputer yang mendukung analisis geografi dan pemetaan. Perangkat keras SIG mempunyai kemampuan untuk menyajikan citra dengan resolusi dan kecepatan yang tinggi serta mendukung operasioperasi basis data dengan volume data yang

6

TEKNIK GEODESI 2015 ITN MALANG

SIG Analisis Kesesuaian Lokasi TPA Sampah

besar secara cepat. Perangkat keras SIG terdiri dari beberapa bagian untuk menginput data, mengolah data, dan mencetak hasil proses. Berikut ini pembagian berdasarkan proses : •

Input data: mouse, digitizer, scanner



Olah data: harddisk, processor, RAM, VGA Card



Output data: plotter, printer, screening.

1.3.2

Perangkat Lunak (software)

Perangkat lunak digunakan untuk melakukan proses menyimpan, menganalisa, memvisualkan data-data baik data spasial maupun non-spasial. Perangkat lunak yang harus terdapat dalam komponen software SIG adalah: •

Alat untuk memasukkan dan memanipulasi data SIG



Data Base Management System (DBMS)



Alat untuk menganalisa data-data



Alat untuk menampilkan data dan hasil analisa

1.3.3

Data

Pada prinsipnya terdapat dua jenis data untuk mendukung SIG yaitu : •

Data Spasial

Data spasial adalah gambaran nyata suatu wilayah yang terdapat di permukaan bumi. Umumnya direpresentasikan berupa grafik, peta, gambar dengan format digital dan disimpan dalam bentuk koordinat x,y (vektor) atau dalam bentuk image (raster) yang memiliki nilai tertentu. •

Data Non Spasial (Atribut)

Data non spasial adalah data berbentuk tabel dimana tabel tersebut berisi informasiinformasi yang dimiliki oleh obyek dalam data spasial. Data tersebut berbentuk data tabular yang saling terintegrasi dengan data spasial yang ada. 1.3.4

Manusia

Manusia merupakan inti elemen dari SIG karena manusia adalah perencana dan pengguna dari SIG. Pengguna SIG mempunyai tingkatan seperti pada sistem

7

TEKNIK GEODESI 2015 ITN MALANG

SIG Analisis Kesesuaian Lokasi TPA Sampah

informasi lainnya, dari tingkat spesialis teknis yang mendesain dan mengelola sistem, sampai pada pengguna yang menggunakan SIG untuk membantu pekerjaannya seharihari. 1.3.5

Metode

Metode yang digunakan dalam SIG akan berbeda untuk setiap permasalahan. SIG yang baik tergantung pada aspek desain dan aspek realnya 1.5 Manfaat SIG di Berbagai Bidang Sistem Informasi Geografi sendiri memiliki peranan yang sangat penting dalam berebagai aspek kehiduppan yang ada di masyarakat karena kelengkapan dan kemudahan dalam mengakses informasi yang diberikan. Sistem Informasi Geografis sendiri memiliki beberapa manfaat dalam penerapannya antara lain : 1.5.1 Manajemen Tata Guna Lahan Pemanfaatan dan penggunaan lahan merupakan bagian kajian geografi yang perlu dilakukan dengan penuh pertimbangan dari berbagai segi. Tujuannya adalah untuk menentukan zonifikasi lahan yang sesuai dengan karakteristik lahan yang ada. Misalnya, wilayah pemanfaatan lahan di kota biasanya dibagi menjadi daerah pemukiman, industri, perdagangan, perkantoran, fasilitas umum,dan jalur hijau. SIG dapat membantu pembuatan perencanaan masing-masing wilayah tersebut dan hasilnya dapat digunakan sebagai acuan untuk pembangunanutilitas-utilitas yang diperlukan. Lokasi dari utilitas-utilitas yang akan dibangun di daerah perkotaan (urban) perlu dipertimbangkan agar efektif dan tidak melanggar kriteria-kriteria tertentuyang bisa menyebabkan ketidakselarasan. Contohnya, pembangunan tempat sampah. Kriteriakriteria yang bisa dijadikan parameter antara lain: di luar area pemukiman, berada dalam radius 10 meter dari genangan air, berjarak 5 meter dari jalan raya, dan sebagainya. Dengan kemampuan SIG yang bisa memetakan apa yang ada di luar dan di dalam suatu area, kriteria-kriteriaini nanti digabungkan sehingga memunculkan irisan daerah yang tidak sesuai, agak sesuai, dan sangat sesuai dengan seluruh kriteria. Di daerah pedesaan (rural) manajemen tata guna lahan lebih banyak mengarah ke sektor pertanian. Dengan terpetakannya curah hujan, iklim, kondisitanah, ketinggian, dan keadaan alam, akan membantu penentuan lokasi tanaman, pupuk yang dipakai, dan bagaimana proses pengolahan lahannya. Pembangunan saluran irigasi agar dapat merata dan minimal biayanya dapat dibantu dengan peta sawah ladang, peta

8

TEKNIK GEODESI 2015 ITN MALANG

SIG Analisis Kesesuaian Lokasi TPA Sampah

pemukiman penduduk, ketinggian masing-masing tempat dan peta kondisi tanah. Penentuan lokasi gudang dan pemasaran hasil pertanian dapat terbantu dengan memanfaatkan peta produksi pangan, penyebarankonsumen, dan peta jaringan transportasi. Selain untuk manajemen pemanfaatan lahan, SIG juga dapat membantu dalam hal penataan ruang. Tujuannya adalah agar penentuan pola pemanfaatan ruang disesuaikan dengan kondisi fisik dan sosial yang ada, sehingga lebih efektif dan efisien. Misalnya penataan ruang perkotaan, pedesaan, permukiman,kawasan industri, dan lainnya. 1.5.2

Untuk pengawasan daerah bencana alam

Kemampuan SIG untuk pengawasan daerah bencana alam, misalnya: • Memantau luas wilayah bencana alam; • Pencegahan terjadinya bencana alam pada masa datang; • Menyusun rencana-rencana pembangunan kembali daerah bencana; • Penentuan tingkat bahaya erosi; • Prediksi ketinggian banjir; • Prediksi tingkat kekeringan. 1. 5.3 Bagi perencanaan Wilayah dan Kota • Untuk bidang sumber daya, seperti kesesuaian lahan pemukiman, pertanian, perkebunan, tata guna lahan, pertambangan dan energi, analisis daerah rawan bencana. • Untuk bidang perencanaan ruang, seperti perencanaan tata ruang wilayah, perencanaan kawasan industri, pasar, kawasan permukiman, penataan sistem dan status pertahanan. • Untuk bidang manajemen atau sarana-prasarana suatu wilayah, seperti manajemen sistem informasi jaringan air bersih, perencanaan dan perluasan jaringan listrik. • Untuk bidang pariwisata, seperti inventarisasi pariwisata dan analisis potensi pariwisata suatu daerah. • Untuk bidang transportasi, seperti inventarisasi jaringan transportasi publik, kesesuaian rute alternatif, perencanaan perluasan sistem jaringan jalan, analisis kawasan rawan kemacetan dan kecelakaaan.

9

TEKNIK GEODESI 2015 ITN MALANG

SIG Analisis Kesesuaian Lokasi TPA Sampah

• Untuk bidang sosial dan budaya, seperti untuk mengetahui luas dan persebaran penduduk suatu wilayah, mengetahui luas dan persebaran lahan pertanian serta kemungkinan pola drainasenya, pendataan dan pengembangan pusat-pusat pertumbuhan dan pembangunan pada suatu kawasan, pendataan dan pengembangan pemukiman penduduk, kawasan industri, sekolah, rumah sakit, sarana hiburan dan perkantoran.

Contoh peta dengan sistem informasi geografis

10

TEKNIK GEODESI 2015 ITN MALANG

SIG Analisis Kesesuaian Lokasi TPA Sampah

11

TEKNIK GEODESI 2015 ITN MALANG

SIG Analisis Kesesuaian Lokasi TPA Sampah

2

KONSEP DASAR BASIS DATA

2.1 Sejarah Basis Data Dalam sebuah ilmu komputer ada beberapa sistem untuk mengatur pendataan dalam perangkat komputer. Data Base merupakan system yang berfungsi untuk mengatur data yang ada dalam komputer. Terdapat sekian banyak sistem kerja data base yang mempunyai hukum carakerjatersendiri. Sejak era lalu ketika basis data telah jadi konsentrasi yang mutlak pada aplikasi. Di awal tahun 1960, Charles Bachman, seorang asal Amerika merancang generasi pertama DBMS yang dinamakan Daya Simpan Data Terintegrasi atau Integrated Data Store.Dasar model data jaringan terbentuk lalu distandarisasi oleh CODASYL atau Conference on Data System Languages. Setelah itu, ilmuan komputer yang dilahirkan di Kansar pada tahun 1924 ini menerima Turing Award dari Association for Computing Machinery (ACM) pada tahun 1973 untuk "kontribusi luar biasa untuk teknologi database.Menurut sejarah, sistem pemrosesan basis data terbentuk sesudah masa sistem pemrosesan manual dan sistem pemrosesan berkas. Sistem pemrosesan manual (berbasis kertas) ialah bentuk pemrosesan yang memanfaatkan basic berupa setumpuk rekaman yang disimpan pada rak-rak berkas. Apabila berkas-berkas tersebut

digunakan,

berkas

tersebut

mesti

dicari

di

rak-rak

tersebut.

Sistem pemrosesan berkas adalah sebuah sistem komputer, di mana sekelompok rekaman disimpan pada banyaknya berkas dengan cara terpisah. Perancangan sistem ini didasarkan kepada kepentingan individual pengguna, bukan kepentingan sebanyak pengguna. Maka setiap aplikasi menuliskan data tersendiri, alhasil ada bisa saja data yang sama terdapat pada berkas-berkas lain yang dipakai oleh program penerapan lain. Sejarah Database Managementsystem(DBMS) Generasi pertama DBMS di desain oleh Charles Bachman di perusahaan General Electric pada awal tahun 1960, dinamakan sebagai Daya Simpan Data Terintegrasi (Integrated Data Store). Dibentuk basic buat model data jaringan yang selanjutnya distandardisasi

oleh

Conference

on

Data

Sistem

Languages

(CODASYL).

Bachman selanjutnya menerima ACM Turing Award (Penghargaan semacam Nobel pada ilmu komputer) di tahun 1973. Dan pada akhir 1960, IBM mengembangkan system manajemen berita (Information Management Sistem) DBMS. IMS dibentuk dari representasi data pada kerangka kerja yang dinamakan dengan model data hirarki. Dalam waktu yang sama, dikembangkan system SABRE sebagai hasil kerja sama antara IBM dengan perusahaan

12

TEKNIK GEODESI 2015 ITN MALANG

SIG Analisis Kesesuaian Lokasi TPA Sampah

penerbangan Amerika. Sistem ini mengizinkan user untuk membuka data yang sama pada jaringan komputer.Pada tahun 1985, Microsoft dan IBM mengumumkan perjanjian kerja sama Jangka Panjang untuk pengembangan Os atau Sistem Operasi dan produk-produk perangkat lunak yang lain. Pengumuman ini yaitu permulaan dimulainya OS/2, suatu sistem operasi sesudah masa kejayaan MS-DOS. OS/2 ini akan lebih "hebat" dan lebih "canggih" daripada MS-DOS, Dia akan dapat menangani multitasking application dengan menggunakan kekuatan processor Intel yang terupdate yaitu 80286. "That was the plan!" OS/2 secara resmi diumumkan terhadap bln April 1987, dan dijanjikan dapat sedia untuk end-user pada akhir tahun tersebut.

2.2 Pengertian basis data 2.2.1 Pengertian Sistem Definisi sistem menurut buku sistem teknologi informasi sebagai kumpulan dari komponen yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya membentuk satu kesatuan utnuk mencapai tujuan tertentu. Dapat dilihat dari dua kelompok pendekatan yaitu yang menekankan pada prosedur dan yang menekankan pada komponen atau elemennya. Berikut beberapa kutipan yang berkaitan dengan pengertian sistem, antara lain : 1. Menurut (Jogiayanto,H.M,2003:34), suatu sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur- prosedur antar relasi diantara unsur-unsur tersebut dengan lingkungan 2. Menurut (Anatol Raporot), Sistem merupakan suatu kumpulan kesatuan dan perangkat hubungan satu sama lain. 3. Menurut (L. Ackof.), suatu sistem adalah setiap kesatuan secara konseptual atau fisik yang terdiri dari bagian-bagian dalam keadaan saling tergantung satu sama lainnya. 4. Menurut EdgarF Huse dan James L. Bowdict, suatu sistem adalah suatu seri atau rangkaian bagian-bagian yang saling berhubungan dan bergantung sedemikian rupa sehingga interaksi dan saling pengaruh dari satu bagian akan mempengaruhi keseluruhan. Dari definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa “Sistem adalah jaringan kerja dengan segala aktifitas yang saling terkait yang dilakukan oleh objek yang saling berhubungan dalam suatu wadah yang sama untuk mencapai suatu tujuan atau sasaran yang telah ditentukan”. 2.2.2

Pengertian Basis Data Basis data (bahasa Inggris: database), atau sering pula dieja basisdata, adalah

kumpulan informasi yang disimpan di dalam komputer secara sistematik sehingga dapat

13

TEKNIK GEODESI 2015 ITN MALANG

SIG Analisis Kesesuaian Lokasi TPA Sampah

diperiksa menggunakan suatu program komputer untuk memperoleh informasi dari basis data tersebut. Perangkat lunak yang digunakan untuk mengelola dan memanggil kueri (query) basis data disebut sistem manajemen basis data (database management system, DBMS). Sistem basis data dipelajari dalam ilmu informasi. Istilah "basis data" berawal dari ilmu komputer. Meskipun kemudian artinya semakin luas, memasukkan hal-hal di luar bidang elektronika, artikel ini mengenai basis data komputer. Catatan yang mirip dengan basis data sebenarnya sudah ada sebelum revolusi industri yaitu dalam bentuk buku besar, kuitansi dan kumpulan data yang berhubungan dengan bisnis. Konsep dasar dari basis data adalah kumpulan dari catatan-catatan, atau potongan dari pengetahuan. Sebuah basis data memiliki penjelasan terstruktur dari jenis fakta yang tersimpan di dalamnya: penjelasan ini disebut skema. Skema menggambarkan obyek yang diwakili suatu basis data, dan hubungan di antara obyek tersebut. Ada banyak cara untuk mengorganisasi skema, atau memodelkan struktur basis data: ini dikenal sebagai model basis data atau model data. Model yang umum digunakan sekarang adalah model relasional, yang menurut istilah layman mewakili semua informasi dalam bentuk tabeltabel yang saling berhubungan dimana setiap tabel terdiri dari baris dan kolom (definisi yang sebenarnya menggunakan terminologi matematika). Dalam model ini, hubungan antar tabel diwakili denga menggunakan nilai yang sama antar tabel. Model yang lain seperti model hierarkis dan model jaringan menggunakan cara yang lebih eksplisit untuk mewakili hubungan antar tabel. Istilah basis data mengacu pada koleksi dari data-data yang saling berhubungan, dan perangkat lunaknya seharusnya mengacu sebagai sistem manajemen basis data (database management system/DBMS). Jika konteksnya sudah jelas, banyak administrator dan programer menggunakan istilah basis data untuk kedua arti tersebut.(Wikipedia) 2.2.3

Pengertian Sistem Basis Data System Basis Data adalah suatu sistem penyusunan dan pengelolaan record-record

dengan menggunakan komputer, dengan tujuan untuk menyimpan atau merekam serta memelihara data operasional lengkap sebuah organisasi/perusahaan, sehingga mampu menyediakan informasi yang optimal yang diperlukan pemakai untuk kepentingan proses pengambilan keputusan.(Gie Achmad)

14

TEKNIK GEODESI 2015 ITN MALANG

SIG Analisis Kesesuaian Lokasi TPA Sampah

2.2.4

Pengertian Entity Entity yadalah merupakan obyek konseptual yang merepresentasikan obyek

dalam dunia nyata. Dapat dibedakan dengan obyek lain dari atribut yang dimilikinya. Contoh Entity : • Kasus Sebuah perusahaan mempunyai beberapa bagian. Masing-masing bagian mempunyai pengawas dan setidaknya satu pegawai. Pegawai ditugaskan paling tidak di satu bagian (dapat pula dibeberapa bagian). Paling tidak satu pegawai mendapat tugas di satu proyek. Tetapi seorang pegawai dapat libur dan tidak dapat tugas di proyek, tugasnya menentukan entitas pegawai, pengawas, bagian, proyek. 2.2.5

Pengertian Enterprise Rules Entepriserules adalah aturan-aturan yang digunakan untuk mendefinisikan

hubungan-hubungan (keterkaitan atau relasi) antara entity satu dengan lainnya (entity relationship) beserta operations-nya. Atau dengan kata lain, enteprise rules adalah aturan-aturan yang dipakai untuk menegaskan hubungan antar entitas. Penegasan ini sangat berguna di dalam melihat apakah suatu entity bersifat obligatory (harus ada) atau non-obligatory. Dengan demikian, enterprise rules sangat erat kaitannya dengan masalah-masalah model entity relationship dan tingkat relasi pada entity set dan proses normalisasi tabel-tabel basis data. Contoh Enteprise Rules : Enterprise Rumah sakit, Enteprise Aktifitas Perkuliahan, dll. 2.2.6

Pengertian Obligatory dan Non Obligatory

• Obligatory adalah semua anggota dari suatu entity harus berpartisipasi atau mempunyai hubungan dengan entity yang lain. • Non-obligatory adalah tidak semua anggota harus mempunyai entitas yang lain. Contoh Obligatory dan Non Obligatory :

Departemen

Memperkerjakan

Karyawan

▪ Satu departemen harus memperkerjakan paling tidak satu kariawan ▪ Seorang kariawan harus diperkerjakan paling tidak oleh satu departemen

Departemen

15

TEKNIK GEODESI 2015 ITN MALANG

Memperkerjakan

Karyawan

SIG Analisis Kesesuaian Lokasi TPA Sampah

▪ Satu departemen tidak perlu memperkerjakan satu kariawan pun ▪ Satu karyawan harus diperkerjakan paling tidak oleh satu karyawan

Departemen

Memperkerjakan

Karyawan

▪ Satu ndepartemen tidak perlu memperkerjakan satu karyawan pun ▪ Satu karyawan harus diperkerjakan paling tidak oleh satu karyawan

Departemen

Memperkerjakan

Karyawan

▪ Satu departemen Harus memperkerjakan paling tidak satu karyawan ▪ Seorang karyawan tidak perlu diperkerjakan paling tidak oleh satu departemen 2.2.7

Pengertian Entity Relationship Diagram (ERD) Dalam rekayasa perangkat lunak, sebuah Entity-Relationship Model (ERM)

merupakan abstrak dan konseptual representasi data. Entity-Relationship adalah salah satu metode pemodelan basis data yang digunakan untuk menghasilkan skema konseptual untuk jenis/model data semantik sistem. Dimana sistem seringkali memiliki basis data relasional, dan ketentuannya bersifat top-down. Diagram untuk menggambarkan model Entitiy-Relationship ini disebut Entitiy-Relationship diagram, ER diagram, atau ERD. 1. Notasi ERD Ada sejumlah konvensi mengenai Notasi ERD. Notasi klasik sering digunakan untuk model konseptual. Berbagai notasi lain juga digunakan untuk menggambarkan secara logis dan fisik dari suatu basis data, salah satunya adalah IDEF1X.

16

TEKNIK GEODESI 2015 ITN MALANG

SIG Analisis Kesesuaian Lokasi TPA Sampah

Gambar 2.1 Model ERD Notasi-notasi simbolik yang digunakan dalam Entity Relationship Diagram adalah sebagai berikut : •

Entitas, Adalah segala sesuatu yang dapat digambarkan oleh data. Entitas juga dapat diartikan sebagai individu yang mewakili sesuatu yang nyata (eksistensinya) dan dapat dibedakan dari sesuatu yang lain (Fathansyah, 1999). Ada dua macam entitas yaitu entitas kuat dan entitas lemah. Entitas kuat merupakan entitas yang tidak memiliki ketergantungan dengan entitas lainnya. Contohnya entitas anggota. Sedangkan entitas lemah merupakan entitas yang kemunculannya tergantung pada keberadaaan entitas lain dalam suatu relasi.



Atribut, Atribut merupakan pendeskripsian karakteristik dari entitas. Atribut digambarkan dalam bentuk lingkaran atau elips. Atribut yang menjadi kunci entitas atau key diberi garis bawah.



Relasi atau Hubungan, Relasi menunjukkan adanya hubungan diantara sejumlah entitas yang berasal dari himpunan entitas yang berbeda.



Penghubung antara himpunan relasi dengan himpunan entitas dan himpunan entitas dengan atribut dinyatakan dalam bentuk garis.

Gambar 2.2 Contoh ERD 2. Derajat kardinalitas Menunjukkan jumlah maksimum entitas yang dapat berelasi dengan entitas pada himpunan entitas yang lain. Macam-macam kardinalitas adalah: •

Satu ke satu (one to one), Setiap anggota entitas A hanya boleh berhubungan dengan satu anggota entitas B, begitu pula sebaliknya.



Satu ke banyak (one to many), Setiap anggota entitas A dapat berhubungan dengan lebih dari satu anggota entitas B tetapi tidak sebaliknya.

17

TEKNIK GEODESI 2015 ITN MALANG

SIG Analisis Kesesuaian Lokasi TPA Sampah



Banyak ke banyak (many to many), Setiap entitas A dapat berhubungan dengan banyak entitas himpunan entitas B dan demikian pula sebaliknya.

3. Tahap ERD Tahap pertama pada desain sistem informasi menggunakan model ER adalah menggambarkan kebutuhan informasi atau jenis informasi yang akan disimpan dalam

database.

Teknik

pemodelan

data

dapat

digunakan

untuk

menggambarkan setiap ontologi (yaitu gambaran dan klasifikasi dari istilah yang digunakan dan hubungan anatar informasi) untuk wilayah tertentu. Tahap berikutnya disebut desain logis, dimana data dipetakan ke model data yang logis, seperti model relasional. Model data yang loguis ini kemudian dipetakan menjadi model fisik , sehingga kadang-kadang, Tahap kedua ini disebut sebagai “desain fisik”. 2.2.8

Pengertian Tabel Skeleton Skeleton table adalah kumpulan tabel – tabel yang dapat menjelaskan hubungan

antar kumpulan entitas yang digunakan dalam suatu enterprise.

2.2.9

Pengertian Duplikasi Data Data Duplikasi (duplicated data) terjadi apabila satu atribut mempunyai dua atau

lebih nilai yang sama. Contoh Duplikasi Data :

Gambar 2.3.Contoh Duplikasi Data

18

TEKNIK GEODESI 2015 ITN MALANG

SIG Analisis Kesesuaian Lokasi TPA Sampah

2.3

Komponen basis data

Komponen-komponen yang terdapat dalam basis data (database) dibagi menjadi beberapa bagian penting, yaitu : 2.3.1 Perangkat Keras (Hardware) Dalam pengembangan suatu sistem informasi dalam sebuah perusahaan tidak lepas dari perangkat keras untuk menjalankan sistem tersebut. Perangkat keras (hardware) yang biasanya terdapat dalam suatu sistem basis data (database) adalah : 1. Komputer 2. Harddisk 3. Removable Disk 4. Perangkat komunikasi atau jaringan Gambaran sistem basis data (database) yang berdiri sendiri atau stand-alone.

Gambar 2.4 Gambaran Sistem Basis Data

2.3.2

Sistem Operasi (Operating System) Operating system atau dalam bahasa indonesia dikenal sistem operasi atau OS

merupakan program yang mengaktifkan, menjalankan, mengendalikan seluruh resource dan operasi dasar dalam sebuah sistem komputer. Seperti I/O, pengelolaan file, dll. Beberapa sistem operasi yang banyak digunakan adalah :

19

1.

Windows

2.

Linux

3.

MS-DOS

4.

Unix

5.

Windows Server

6.

Dll

TEKNIK GEODESI 2015 ITN MALANG

SIG Analisis Kesesuaian Lokasi TPA Sampah

2.3.3

Basis Data (Database) Setiap basis data berisi sejumlah objek basis data. seperti tabel, view, indeks, dll

yang akan dipelajari lebih lanjut.

Gambar 2.5 Database 2.3.4

Database Management System (DBMS) Pengelolaan basis data dilakukan oleh sebuah perangkat lunak yang khusus

yaitu Database Management System. DBMS menentukan bagaimana data disimpan, diubah, diorganisasi, dan diambil kembali. Selain itu, DBMS menerapkan mekanisme pengamanan data, pemakaian data, konsistensi, dll. Perangkat lunak yang termasuk dalam kategori DBMS adalah Microsoft Access, Borland-Interbase, MS-SQL, Oracle Database, IBM DB2, Informix, MySQL, Sybase, PostgreSQL, dan MongoDB. 2.3.5

Pengguna (User) Beberapa jenis penggunakan suatu sistem basis data yang dibedakan menjadi

sebagai berikut: 1. Programmer basis data 2. User ahli 3. User umum 4. User khusus

2.4

Tahapan Desain basis data Dalam mendesain basis data ada beberapa tahapan yang harus dilakukan yaitu: 1. Menentukan entitas/entity 2. Membuat interprise rules 3. Membuat Entity relationship dan obligaotynya 4. Membuat tabel skeleton

20

TEKNIK GEODESI 2015 ITN MALANG

SIG Analisis Kesesuaian Lokasi TPA Sampah

Untuk mempermudah berikut adalah contoh desain basis data “Tempat Olahraga di Kecamatan Lowokwaru: 1. Menentukan entitas •

Kecematan Lowokwaru



Kelurahan



Lapangan Futsal



Lapangan basket



Lapangan Badminton



Tempat Senam



Tempat beladiri



Tempat Gym

2. Membuat interprise rules •

Kecematan, kelurahan Satu kecematan terdiri dari bebrapa kelurahan



Kelurahan, lapangan futsal Satu kelurahan terdiri dari beberapa lapangan futsal



Kelurahan, lapangan basket Satu kelurahan terdiri dari beberapa lapangan basket



Kelurahan, lapngan badminton Satu kelurahan terdiri dari beberapa lapangan badminton



Kelurahan, tempat senam Satu kelurahan terdiri dari beberapa tempat senam



Kelurahan, tempat beladiri Satu kelurahan terdiri dari beberapa tempat bela diri



Kelurahan , tempat Gym Satu kelurahan terdiri dari beberapa tempat Gym

21

TEKNIK GEODESI 2015 ITN MALANG

SIG Analisis Kesesuaian Lokasi TPA Sampah

3. Membuat Diagram Entity relationship dan obligaotynya

Penjelasan diagram ER: •

Data base Sistem Informasi Tempat Olahraga di Kecematan Lowokwaru terdiri dari 8 entitas diantaranya kecamatan, kelurahan, lapangan Futsal, lapangan badminton,lapangan basket, tempat senam,tempat beladiri, dan tempat gym.



Kecamatan berelasi dengan kelurahan (one to many), artinya bahwa pada suatu kecamatan terdiri dari beberapa kelurahan



Kelurahan berelasi dengan lapangan futsal, lapangan badminton,lapangan basket, tempat senam,tempat beladiri, dan tempat gym(one to many), Artinya di setiap kelurahan terdapat beberapa tempat olahraga.

4. Membuat tabel skeleton •

22

Kecamatan

TEKNIK GEODESI 2015 ITN MALANG

SIG Analisis Kesesuaian Lokasi TPA Sampah

23



Kelurahan



Lapangan futsal



Lapangan basket



Lapangan badminton



Tempat senam



Tempat beladiri

TEKNIK GEODESI 2015 ITN MALANG

SIG Analisis Kesesuaian Lokasi TPA Sampah



24

Tempat gym

TEKNIK GEODESI 2015 ITN MALANG

SIG Analisis Kesesuaian Lokasi TPA Sampah

25

TEKNIK GEODESI 2015 ITN MALANG

SIG Analisis Kesesuaian Lokasi TPA Sampah

3

CONTOH ANALISIS TPA ( Analisis Kesesuaian Lokasi TPA di Kota Malang )

3.1 Sampah Sampah menurut definisinya merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. Sampah didefinisikan oleh manusia menurut derajat keterpakaiannya, dalam proses-proses alam sebenarnya tidak ada konsep sampah, yang ada hanya produk-produk yang dihasilkan setelah dan selama proses alam tersebut berlangsung.

Akan

tetapi

karena

dalam

kehidupan

manusia

didefinisikan

konsep lingkungan maka sampah dapat dibagi menurut jenis-jenisnya. Sampah sendiri terbagi lagi kedalam beberapa jenis antara lain sampah berdasarkan sumbernya ada sampah alam,sampah manusia,sampah konsumsi,sampah Nuklir,sampah Industri dll selain itu sampah juga dibagi berdasarkan sifatnya dan berdasarkan bentuknya. Sampah dimana pun akan selalu menjadi masalah terutama sampah non-organik karena sampah jenis ini sangat susah teruraikan. Sampah banyak menjadi sumber masalah banjir dan lain sebagainya,sehingga diperlukan penanganan untuk sampah itu sendiri. Salah satu opsi yang ditawarkan adalah opsi untuk membuang sampah di suatu tempat atau lingkungan besar yang mampu menampung sampah terutama sampah non-organik di suatu tempat yang biasa kita sebut sebagai TPA(Tempat Pembuangan Akhir) namun yang jadi masalah adalah kita perlu mempertimbangkan banyak hal untuk mendirikan tempat pembuangan akhir ini karena ada banyak pertimbangan yang harus diperhatikan dan untuk membuat tempat pembuangan akhir untuk menampung sampah. 3.2 TPA (Tempat Pembuangan Akhir) Tempat pembuangan akhir (disingkat TPA) merupakan suatu lokasi yang memang diperuntukan untuk menimbum sampah karena besarnya jumlah sampah yang dihasilkan disetiap harinya di seluruh dunia serta merupakan bentuk tertua perlakuan sampah.TPA dapat berbentuk tempat pembuangan dalam (di mana pembuang sampah membawa sampah di tempat produksi) begitupun tempat yang digunakan oleh produsen. Dahulu, TPA merupakan cara paling umum untuk limbah buangan terorganisir dan tetap begitu di sejumlah tempat di dunia.

26

TEKNIK GEODESI 2015 ITN MALANG

SIG Analisis Kesesuaian Lokasi TPA Sampah

Adanya Tempat Pembuangan Akhir atau TPA ini sendiri sangatlah membantu mengingat susahnya proses penguraian sampah non-organik. Sampah non-organik yang susah diuraikan itu sangatlah merepotkan dan ketika sampah ditimbun di suatu lokasi dengan sembarangan maka akan membawa begitu banyak dampah negatif seperti tertanggunya lingkungan sekitar karena air hujan atau pun air sekitar timbunan sampah dapat mencemari air selain itu timbunan sampah yang dibiarkan akan menimbulkan bau yang tidak sedap oleh karenanya dengan adanya Tempat Pembuangan Akhir ini memberikan pengaruh besar yang mampu menghindari berbagai macam kendala-kendala yang ditimbulkan oleh sampah. Namun begitu kita tidak dapat sembarangan dalam membangun Tempat Pembuangan Akhir (TPA) karena bagaimanapun pasti ada suatu dampak negative yang bisa dibawa oleh keberadaan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) antara lain dampak musibah

fatal

(misalnya, burung

bangkaiyang

terkubur

di

bawah

timbunan

sampah),kerusakan infrastruktur (misalnya, kerusakan ke akses jalan oleh kendaraan berat); pencemaran lingkungan setempat (seperti pencemaran air tanah oleh kebocoran dan pencemaran tanah sisa selama pemakaian TPA, begitupun setelah penutupan TPA); pelepasan

gas

metana

yang

disebabkan

oleh

pembusukan sampah

organik (metana adalah gas rumah kaca yang berkali-kali lebih potensial daripada karbon dioksida, dan dapat membahayakan penduduk suatu tempat); melindungi pembawa penyakit seperti tikus dan lalat, khususnya dari TPA yang dioperasikan secara salah, yang umum di Dunia Ketiga; jelas pada margasatwa; dan gangguan sederhana (misalnya, debu, bau busuk, kutu, atau polusi suara). Oleh karenanya dalam membangun Tempat Pembuangan Akhir perlu mempertimbangankan banyak aspek antara lain Sebagaimana kita ketahui, tahap akhir dari pengelolaan sampah adalah pembuangan akhir sampah. Pada tahap ini apabila tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan berbagai masalah, baik pada lingkungan maupun kesehatan. Pembuangan akhir sampah di atas permukaan tanah, apabila tidak dilakukan dengan perencanaan yang baik serta pengawasan pada lokasi landfill akan menimbulkan permasalahan pada daerah sekitarnya. Menurut Soemirat (2007), beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan dalam pengelolaan sampah antara lain: 1. Mampu mencegah terjadinya penyakit; 2. Konservasi sumber daya alam; 3. Mencegah gangguan estetika;

27

TEKNIK GEODESI 2015 ITN MALANG

SIG Analisis Kesesuaian Lokasi TPA Sampah

4. Memberi insentif untuk daur ulang atau pemanfaatan kembali; 5. Bahwa kuantitas dan kualitas sampah akan meningkat. Selain itu ada banyak hal yang perlu dipertimbangkan untuk membangun TPA sesuai dengan aturan yang sudah ditentukan oleh pemerintahan karena bagaimanapun Tempat Pembuangan Akhir atau TPA ini memiliki luang lingkup yang besar dan menyangkut fasilitas umum sehingga dalam pembangunannya harus sesuai dengan ketentuan-kentuan yang ada. Adapun ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi untuk menentukan lokasi TPA ialah sebagai berikut (SNI nomor 03-3241-1994): 1.

TPA sampah tidak boleh berlokasi di danau, sungai, dan laut.

2.

Tidak boleh di zona bahaya geologi.

3.

Jarak terhadap sumber air minum harus lebih besar dari 100 meter di hilir aliran.

4.

Kemiringan zona harus kurang dari 20%.

5.

Jarak dari lapangan terbang harus lebih besar dari 3.000 meter untuk penerbangan turbojet dan harus lebih besar dari 1.500 meter untuk jenis lain

6.

Tidak boleh pada daerah lindung / cagar alam dan daerah banjir dengan periode ulang 25 tahun

7.

Hujan intensitas hujan makin kecil dinilai makin baik

8.

Produktivitas tanah : tidak produktif dinilai lebih tinggi

9.

Kapasitas dan umur : dapat menampung lahan lebih banyak dan lebih lama dinilai lebih baik

10. Ketersediaan tanah penutup : mempunyai tanah penutup yang cukup dinilai lebih baik 11. Status tanah : makin bervariasi dinilai tidak baik 12. Demografi : kepadatan penduduk lebih rendah dinilai makin baik 13. Batas administrasi : dalam batas administrasi dinilai makin baik 14. Kebisingan : semakin banyak zona penyangga dinilai semakin baik 15. Bau : semakin banyak zona penyangga dinilai semakin baik 16. Estetika : semakin tidak terlihat dari luar dinilai makin baik

3.3 Sistem Informasi Geografis Menentukan Kesesuain Lahan Untuk Tempat Pembuangan Akhir Persebaran dari daerah-daerah yang berpotensi sebagai daerah yang digunakan sebagai tempat pembuangan akhir tidak semua sesuai karenanya perlunya ada suatu analisa untuk kesesuaian lahan yang digunakan untuk tempat pembuangan akhir itu

28

TEKNIK GEODESI 2015 ITN MALANG

SIG Analisis Kesesuaian Lokasi TPA Sampah

sendiri. Dimana analisis ini didapatkan dengan melakukan pengamatan dan skoring dari nilai-nilai perhitungan yang ada seperti kelerengan,curah hujan,ketinggian dan juga. Dengan memanfaatkan sistem informasi geografis maka dapat mempermudah kita dalam mengamati penggunaan lahan untuk tempat pembuangan akhir karena dalam pembangunan tempat pembuangan akhir harus menyesuaika dengan syarat-syarat yang telah ditentukan oleh pemerintah sehingga perlunya pengamatan untuk mengetahui kesesuaian lahan yang nantinya digunakan sebegai tempat pembuangan akhir seperti pertimbangan mengenai curah hujan ketika di suatu daerah memliki curah hujan yang tinggi serta memiliki daerah yang memiliki ketinggian cukup tinggi maka dianggap tidak sesuai untuk tempat pembuangan akhir karena curah hujan yang tinggi akan membuat kemungkinan untuk sampah menjadi basah sehingga memungkinkan air kotor hasil dari air hujan yang mengenai sampah mencemari lingkungan dan area dengan daerah yang tinggi dapat memungkinkan air yang ada tadi turun ke daerah yang berada dibawahnya dan dapat mencemari lingkungan yang ada dibawahnya. Sehingga daerah tersebut tidaklah sesuai digunakan sebagai daerah untuk tempat pembuangan akhir. Analisis seperti inilah yang kita perlukan untuk pertimbangan kesesuaian daerah yang digunakan untuk tempat pembuangan akhir. Dan didalam penentuan kesusaian ini kita memerlukan beberapa kriteria yang harus diperhatikan untuk menentukan daerah yang sesuai untuk digunakan sebagai tempat pembuangan akhir. Kriteria ini banyak berpengaruh untuk mengetahui apakah suatu daerah atau lahan sesuai untuk digunakan sebagai lahan untuk tempat pembuangan akhir.

3.4 Kriteria Kesesuain Lahan Untuk Tempat Pembuangan Akhir Kriteria analisis kesesuain lahan untuk tempat pembuangan akhir antara lain : 1. Curah Hujan Curah hujan merupakan jumlah air yang jatuh di permukaan tanah datar selama periode tertentun yang diukur dengan satuan tinggi (mm) di atas permukaan horizontal. Jika dalam suatu daerah terdapat jumlah curah sangat tinggi maka daerah tersebut sangatlah tidak sesuai untuk dijadikan tempat pembuangan akhir dan semakin kecil curah hujan di suatu daerah maka semakin sesuai daerah tersebut untuk dijadikan lahan untuk tempat pembuangan akhir. 2. Tata Guna Lahan Tata guna lahan adalah sebuah pemanfaatan lahan dan penataan lahan yang dilakukan sesuai dengan kodisi eksisting alam. Di dalam penentuan kesesuain lokasi

29

TEKNIK GEODESI 2015 ITN MALANG

SIG Analisis Kesesuaian Lokasi TPA Sampah

yang digunakan sebagai tempat yang sesuai untuk tempat pembuangan akhir kita juga harus memperhatikan lahan sekitar yang ada. Ketika kita ingin membuat tempat pembuangan akhir kita harus sebisa mungkin menghindari daerah terdapat pemukiman karena ketika kita memilih untuk menentukan daerah untuk tempat pembuangan akhir yang dekat dengan pemukiman maka akan membuat daerah di sekitarnya mendapatkan ketidaknyamanan,oleh karenanya daerah pemukiman sangatlah tidak sesuai untuk digunakan sebagai lahan tempat pembuangan akhir. Sehingga daerah seperti hutan,belukar,rumput,atau tegalan merupakan daerah yang sangat sesuai untuk dijadikan sebagai tempat pembuangan akhir. 3. Kemiringan Kemiringan sangatlah penting kita perhatikan didalam pemilihan lahan yang digunakan untuk pemilihan lokasi yang akan digunakan untuk tempat pembuangan akhir,semakin suatu tempat atau daerah memiliki atau berada di suatu kemiringan yang tinggi maka semakin daerah tersebut tidak sesuai untuk tempat pembuangan akhir. Karena ketika posisi tempat berada di tempat yang tinggi maka akan membuat potensi terjadinya longsor semakin besar,selain itu ketika TPA berada di tempat yang tinggi ketika terjadi hujan maka air akan tercemar dan air yang tercemar tersebut akan memcemari daerah dibawahnya sehingga semakin kecil kemiringan semakin sesuai digunakan untuk tempat pembuangan akhir. 4. Jenis Tanah Jenis tanah di suatu daerah juga sangat mempengaruhi kesesuain lahan karena kualitas tanah akan mempengaruhi penguraian sampah dan dari hasil survey dan data yang ada maka tanah grumosol merupakan tanah yang paling sesuai untuk digunakan sebagai tempat pembuangan akhir disusul oleh tanah latosol,alluvial dan mediteran. 3.5 Analisis Pembobotan Dan Skoring Kesesuain Tempat Pembuangan Akhir Pembobotan merupakan pemberian nilai berat pada peta digital terhadap masing – masing parameter yang berpengaruh terhadap kesesuaian tempat pembuangan akhir. Makin besar pengaruh parameter terhadap kejadian kesesuain maka bobot yang diberikan semakin tinggi. Semakin sesuai keadaan daerah tersebut dijadikan sebagai tempat pembuanga akhir, maka skor yang diberikan akan semakin tinggi. Dalam analisis kali ini patokan skor dan pembobotan yang kami gunakan adalah dari Peraturan SNI No. 03-3241-1994 dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 3/PRT/M/2013. Kedua aturan ini telah menetapkan besaran nilai dan bobot untuk parameter yang akan digunakan seperti tabel-tabel dibawah ini:

30

TEKNIK GEODESI 2015 ITN MALANG

SIG Analisis Kesesuaian Lokasi TPA Sampah

1. Pemberian Skors Curah Hujan Semakin kecil curah hujan di suatu daerah maka semakin besar nilai kesesuaian daerah tersebut dijadaikan tempat untuk menjadi daerah yang digunakan sebagai tempat pembuangan akhir.

ID_CurahHujan 601 602

CurahHujan 2000 – 2250 1750 – 2000

Keterangan Basah Sedang

skorCH 1 5

Bobot 0,1

Tabel 1. Skoring Curah Hujan 2. Pemberian Skoring Tata Guna Lahan Pemberian bobot atau nilai berat yang terdapat pada tata guna lahan yaitu pemberian berat ataupun nilai bobot memperhatikan daerah ketika suatu daerah terdapat pemukiman maka daerah tersebut semakin tidak sesuai digunakan sebagai lahan untuk tempat pembuangan akhir begitu pun sebaliknya.

ID_PenggunaanLahan 201 202 203

Deskripsi Kebun Bangunan Sawah

skorLahan 1 1 5

Bobot 0,3

Tabel 2. Skoring Tata Guna Lahan

3. Pemberian Skoring Kemiringan Kemiringan tanah sangatlah mempengaruhi nilai dari bobot karena kita harus memperhatikan nilai dari kemiringan karena kemiringan sangatlah berpengaruh terhadap potensi terjadinya bencana sehingga dari hasil survey yang dilakukan maka didapatkan semakin besar nilai kemiringan maka skor yang didapatkan semakin kecil karena semakin tinggi kemeringan semakin tidak sesuai digunakan sebagai tempat pembuangan akhir.

ID_Kemiringan 501 502 503 504

PesentaseKemiringan 0%-2% 2%-15% 15%-40% >40%

skorKemringan 10 10 1 1

Tabel 3. Skoring Kemiringan

31

TEKNIK GEODESI 2015 ITN MALANG

Bobot 0,3

SIG Analisis Kesesuaian Lokasi TPA Sampah

4. Pemberian Skoring Jenis Tanah Dari hasil survey dan pengamatan dari jenis tanah didapatkan hasil kesesuaian penggunaan jenis tanah yang sangat sesuai digunakan sebagai lahan untuk tempat pembuangan akhir berdasarkan pada kesesuaian tanah untuk penguraian sampah organik maka didapatkan hasil skoring seperti dibawah.

ID_JTanah 301 302 303 304

NamaTanah latosol andosol mediteran aluvial

skorJT 8 1 1 3

Bobot 0,3

Tabel 4. Skoring Jenis Tanah

3.6 Metodologi Penelitian 3.6.1 Alat Untuk menyelesaikan suatu pemodelan basis data dibutuhkan komponen utama berupa alat yang akan digunakan untuk mengolah data. Alat yang digunakan berupa perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software). A. Perangkat Keras Untuk pembuatan model basis data perangkat keras (hardware) yang saya gunakan adalah laptop. Dimana di dalam sebuah laptop terdapat komponen - komponen : 1. Hardisk 2. Monitor/LCD 3. Keyboard. 4. Mouse B. Perangkat Lunak Perangkat lunak (software) yang saya gunakan untuk menyelesaikan pembuatan model basis data ini adalah Microsoft Acces.

Gambar 3.1 perangkat lunak

32

TEKNIK GEODESI 2015 ITN MALANG

SIG Analisis Kesesuaian Lokasi TPA Sampah

3.6.2 Diagram Alir Penelitian

Mulai

Persiapan

Pengumpulan Data

Data spasial : - Peta Administrasi kota malang - Peta Jenis Tanah - Peta Penggunaan Lahan - Peta Ketinggian - Peta Kemiringan - Peta Curah hujan

Data non spasial: Data kecamatan Data kelurahan Data jenis tanah Data pengguanaan lahan - Data ketinggian - Data kemiringan - Data curah hujan -

Editing Peta

Penyusunan basis data

Editing OK

Desain Basis Data

Proses Topologi

Editing Basis data

Basis data OK

A

B

33

TEKNIK GEODESI 2015 ITN MALANG

SIG Analisis Kesesuaian Lokasi TPA Sampah

A

B

Penggabungan data

Data Management System (DBMS)

Analisa Spasial (Overlay Peta)

Hasil Analasis

Layout Peta

WebGIS

(Standar SNI)

Peta Rekomendasi Lokasi TPA di Kota Malang

Selesai

34

TEKNIK GEODESI 2015 ITN MALANG

SIG Analisis Kesesuaian Lokasi TPA Sampah

Keterangan : Diagram di atas menunjukkan alur atau urutan dalam proses pembuatan basis data yang terangkum sebagai suatu bentuk rumusan permasalahan, yaitu meliputi beberapa hal antara lain : •

Persiapan Tahap persiapan meliputi dua hal yaitu kesiapan dari segi teknis dan kesiapan data-data yang akan digunakan. Kesiapan teknis berkaitan dengan alat yang akan dipakai untuk mengolah data ( membuat basis data ) baik berupa perangkat keras maupun perangkat lunaknya. Sedangkan kesiapan data-data berkaitan dengan suatu permasalahan/topik pada bidang tertentu

yang akan diangkat untuk

diatur/diorganisir membentuk suatu sistem basis data. •

Pengumpulan data Data yang digunakan dalam menganalisa kesesuaian lokasi TPA membutuhkan data-data yang terorganisir. Dimana data yang di dapat adalah data non spasial dan spasial. Data non spasial yaitu data kecematan, data kelurahan, data curah huja, ketinggian, kemiringan, pengunaan lahan, dan jenis tanah. Sedangakan data spasialnya adalah peta admin kota malang, peta jenis tanah, peta curah hujan, peta penggunaan lahan, peta ketinggian, peta kemiringan.



Pengolahan data Pengolahan data non spasial di lakukan pada Microsoft Accses. Sedangakan data spasialnya di olah pada Software Argisc.



Join Setelah data spasial dan non spasial selesai diolah kemudian di gabungkan dan menghasilkan suatu lokasi rekomendasi TPA



Analisis Spasial (overlay) Setelah data di join dan menghasilkan DBMS maka semua data di overlay menggunakan sistem Intersect.



Hasil Analasis Kemudian di didapat hasil rekomendasi lokasi TPA di kota malang.

35

TEKNIK GEODESI 2015 ITN MALANG

SIG Analisis Kesesuaian Lokasi TPA Sampah

3.7. Desain Basis Data Desain Basis Data yang digunakan untuk menghasilkan keluaran atau output dari peta yang ingin dihasilkan antara lain : -

Entitas • Data kecematan • Data kelurahan • Data jenis tanah • Data tutupan lahan • Data kemiringan • Data Curah hujan

-

Enterprise Rule • Kecamatan,kelurahan Satu kecamatan terdiri dari beberapa kelurahan Beberapa kelurahan memiliki satu kecamatan • Kelurahan, jenis tanah Satu jenis tanah dimiliki beberapa kelurahan Beberapa kelurahan memiliki satu jenis tanah yang sama • Kelurahan , tutupan lahan Satu tutupan lahan tersebar di beberapa kelurahan Beberapa kelurahan memiliki satu tutupan lahan • Kelurahan, kemiringan Beberapa kelurahan terdapat satu kemiringan Satu kemiringan terdapat pada beberapa kelurahan • Kelurahan, curah hujan Beberapa kelurahan memiliki satu curah hujan Satu curah hujan terdapat pada beberapa kelurahan

-

Obligatory/Non Oblygatory

Kecamatan

1

M

Kelurahan

Kelurahan

M

1

Jenis tanah

M

1

1

M

M

1

Kelurahan

Kelurahan

Kelurahan

36

TEKNIK GEODESI 2015 ITN MALANG

Tutupan lahan Kemiringan

Curah hujan

SIG Analisis Kesesuaian Lokasi TPA Sampah

-

Diagram ER ID Kelurahan NamaKelurahan ID Kecamatan ID Jenistanah ID Penggunaan lahan ID Kemiringan ID Curah Hujan

Kecamatan

Penggunaan lahan

Kelurahan

ID Kecamatan NamaKecamatan

Curah hujan ID Curah hujan NamaCurahHujan

37

TEKNIK GEODESI 2015 ITN MALANG

ID Kecamatan NamaKecamatan

Kemiringan ID Kemiringan NamaKemiringan

Jenis Tanah ID Jenis Tanah NamaJenisTanah

SIG Analisis Kesesuaian Lokasi TPA Sampah

-

38

Tabel Skeleton •

Kecamatan



Kelurahan



Curah Hujan



Kemiringan

TEKNIK GEODESI 2015 ITN MALANG

SIG Analisis Kesesuaian Lokasi TPA Sampah



Penggunaan Lahan



Jenis Tanah

3.8.Langkah-langkah Desain Basis Data Pada MS Access Langkah-langkah desain basis data dengan menggunakan Microsoft Access 1.

Klik tombol Start yang ada di Taskbar.

2.

Kemudian search Microsoft Office Access 2016 lalu double klik.

Gambar 3.2 Membuka MS Access

3.

Klik/Pilih Menu New Blank Database. Pada kotak dialog blank database tentukan nama database yang akan kita desain dan tentukan letak penyimpanannya, setelah itu pilih tombol Create.

39

TEKNIK GEODESI 2015 ITN MALANG

SIG Analisis Kesesuaian Lokasi TPA Sampah

Gambar 3.3 Tampilan Awal MS Access 4.

Langkah selanjutnya adalah dengan membuat table, untuk membuat table yaitu klik create => table, kemudian klik desain view untuk memberikan nama pada table lalu klik ok.

Gambar 3.4 Membuat Tabel 5.

Kemudian mengisi nama field dan memilih type data

Gambar 3.5 Membuat Tabel

40

TEKNIK GEODESI 2015 ITN MALANG

SIG Analisis Kesesuaian Lokasi TPA Sampah

6.

Setelah Masukkan nama field ke table kemudian pilih menu View untuk menamplkan table.

7.

Setelah itu isi table sesuai database yang ingin dibuat. Jika ingin menambah table, ulangi langkah yang sama seperti diatas dan seterusnya.

Gambar 3.6 Tampilan Tabel 8.

Setelah membuat tabel-tabel, langkah selanjutnya adalah membuat relasi antar tabel atau membuat relationship dengan cara klik Database tools => relationship. Kemudian akan muncul menu show tabel, lalu add semua tabel.

Gambar 3.7 Membuat Relationship

41

TEKNIK GEODESI 2015 ITN MALANG

SIG Analisis Kesesuaian Lokasi TPA Sampah

9.

Gambar di bawah ini merupakan hasil relationship

Gambar 3.8 Relationship Antar Tabel

3.9. Menampilkan Data Spasial Pada ArcMap Berikut merupakan proses menampilkan data spasial pada ArcMap. 1. Buka software ArcMap 10.3.

2.

Gambar 3.9 Membuka ArcGis Lalu klik simbol dibawah ini atau Add Data.

Gambar 3.10 Add Data

42

TEKNIK GEODESI 2015 ITN MALANG

SIG Analisis Kesesuaian Lokasi TPA Sampah

3.

Masukkan semua data SHP yang digunakan dalam analisis rawan longsor. Dalam analisis SIG ini kami memakai data SHP curah hujan, jenis tanah, kelerengan, batuan dan penggunaan lahan.

Gambar 3.11 Memasukan Shapefile Data

4.

Kemudian akan muncul tampilan seperti gambar di bawah ini

Gambar 3.12 Shapefile Data Curah hujan

43

TEKNIK GEODESI 2015 ITN MALANG

SIG Analisis Kesesuaian Lokasi TPA Sampah

Gambar 3.13 Shapefile Data Jenis tanah

Gambar 3.14 Shapefile Data Kecamatan

Gambar 3.15 Shapefile Data Kelurahan

44

TEKNIK GEODESI 2015 ITN MALANG

SIG Analisis Kesesuaian Lokasi TPA Sampah

Gambar 3.16 Shapefile Data Kemiringan

Gambar 3.17 Shapefile Data Penggunaan lahan

3.10.

Topologi Topologi adalah hubungan (relasional) antar feature yang terdapat dalam SIG. Definisi

lain menyebutkan bahwa topologi adalah prosedur matematis yang secara eksplisit menyatakan hubungan spasial dari feature. Feature sendiri adalah elemen yang terdapat dalam display layar, dapat berupa titik, garis, ataupun poligon. Perlu diperhatikan bahwa topologi tidak sama dengan tipologi. Konsep topologi SIG dapat dibedakan menjadi: 1. Contiguity/ Adjacency, yaitu hubungan antar feature yang bersebelahan, 2. Connectivity, yaitu garis yang saling berhubungan, dan 3. Areal definition, yaitu pembangkitan parameter pada suatu poligon. Konsep topologi contiguity ini dipakai dalam menganalisis keterkaitan antar daerah yang berdekatan. Contohnya adalah wilayah A yang dikelilingi oleh wilayah B, C, dan D apabila

45

TEKNIK GEODESI 2015 ITN MALANG

SIG Analisis Kesesuaian Lokasi TPA Sampah

terjadi kebakaran hutan maka wilayah B, C, dan D akan menerima efek yang ditimbulkan oleh wilayah A. Konsep topologi connectivity ini dipakai dalam menganalisis feature garis. Misalkan terdapat jaringan jalan di provinsi Jawa Barat dan seseorang akan menganalisis rute tercepat dari Bandung menuju Bogor maka hubungan antar feature garis ini dapat dipakai. Connectivity ini dapat memberikan data panjang jalan rute yang kita kehendaki. Konsep topologi areal definition ini dipakai dalam pembangkitan data suatu areal. Misalkan seseorang menghitung luas wilayah Kota Bogor dan Kabupaten Bogor maka topologi yang dipakai adalah topologi areal definition. Berikut merupakan langkah – langkah melakukan Topologi : 1.

Buka software ArcMap 10.3.

2.

Kemudian masukan data yang dibutuhkan untuk menganalisis kesesuaian lokasi TPA.

3.

Gambar 3. 18 Proses Add data Akan muncul gambar di bawah ini

Gambar 3.19 Hasil Shapefile

46

TEKNIK GEODESI 2015 ITN MALANG

SIG Analisis Kesesuaian Lokasi TPA Sampah

4.

Kemudian buatlah File Geodatabase dengan cara klik kanan pada folder yang sudah terkoneksi, lalu selanjutnya pilih menu New => File Geodatabase.

Gambar 3.20 Proses File Geodatabase 5.

Klik kanan pada Geodatabase yang telah dibuat, lalu pilih New => Feature Dataset

Gambar 3.21 Proses Feature Dataset 6.

Muncul menu seperti di bawah, isi penamaan sesuai Shapefile yang akan dibuat lalu klik Next

47

TEKNIK GEODESI 2015 ITN MALANG

SIG Analisis Kesesuaian Lokasi TPA Sampah

7.

Gambar 3.22 Proses Proses Feature Dataset Pilih koordinat analis sesuai tempat yang akan di analisa lalu klik Next, hingga sampai pada XY Toleranse klik Finish

Gambar 3.23 Proses Feature Dataset

48

TEKNIK GEODESI 2015 ITN MALANG

SIG Analisis Kesesuaian Lokasi TPA Sampah

8.

Setelah itu klik kanan pada Feature Dataset yang sudah dibuat => klik Import => klik Feature Class (Multiple)

Gambar 3. 24 Proses Feature Class ke Geodatabase (multiple) 9.

Setelah itu muncul jendela seperti dibawah ini, isilah kolom input features dengan data Shapefile yang sudah tersedia, lalu klik Ok.

Gambar 3.25 Proses Feature Class ke Geodatabase (multiple)

10. Akan Muncul hasil Features Class (multiple) seperti di bawah ini.

Gambar 3.26 Hasil Feature Class (multiple)

49

TEKNIK GEODESI 2015 ITN MALANG

SIG Analisis Kesesuaian Lokasi TPA Sampah

11. Selanjutnya klik kanan pada Feature Dataset yang sudah dibuat => klik New => klik Topology.

Gambar 3.27 Proses pembuatan Topology 12. Setelah itu muncul beberapa jendela, klik Next.

Gamabar 3. 28 Proses pembuatan Topology 13. Lalu muncul jendela seperti dibawah ini, klik Add Rule => Dikolom Rule pilihlah Must Not Overlap => Klik Ok, klik lagi Add Rule => Dikolom Rule pilihlah Must Not Have Gaps => Klik Ok.

50

TEKNIK GEODESI 2015 ITN MALANG

SIG Analisis Kesesuaian Lokasi TPA Sampah

Gambar 3.29 Proses pembuatan Topology 14. Setelah itu klik kanan pada layer yang akan di Topology => klik edit Features => Start Editing.

Gambar 3.30 Proses pembuatan Topology 15. Pilihlah Error Inspector yang terdapat pada Tools Topology.

Gambar 3.31 Proses pembuatan Topology 16. Akan muncul jendela error inspector yang berisikan file – file yang bermasalah. Kemudian bersihkan file tersebut dengan cara memblok semua file lalu klik kanan dan pilihlah Create Feature.

51

TEKNIK GEODESI 2015 ITN MALANG

SIG Analisis Kesesuaian Lokasi TPA Sampah

Gambar 3.32 Proses Create Feature pada Error Inspector 17. Bila sudah selesai klik kanan pada Tools Editor => Klik Stop Editing.

Gambar 3.33 Stop Editing proses Topologi 18. Lakukan langkah-langkah topologi seperti di atas untuk shapefile yang lain yang akan di topologi, yaitu shapefile Jenis_Tanah, Kecamatan, Kelurahan, dan Penggunaan_Lahan 3.11. Join Data Spasial dan Non Spasial Langkah ini merupakan proses pemberian atribut pada masing – masing data spasial. Sebelum melakukan join, terlebih dahulu dilakukan editing tabel yang berfungsi menyamakan “id” data spasial dengan “id” non spasial, untuk lebih jelasnya perhatikan langkah – langkah berikut :

52

TEKNIK GEODESI 2015 ITN MALANG

SIG Analisis Kesesuaian Lokasi TPA Sampah

1.

Buka Software Arc Catalog Kemuudian Klik Add OLE OB Connection, kemudian akan muncul menu data linl propertis lalu pilih Microsoft Jet OLE DB Provider Lalu Klick Next

Gambar 3.34 Membuka Arc Catalog 2. Lalu pilih file yang akan digunakan dan klick open.

Gambar 3.35 Memilih File 3. kemudian buka software arcmap kemudian klick catalog 4. seteleah catalaog terbuka kemudian klik data base connections.

53

TEKNIK GEODESI 2015 ITN MALANG

SIG Analisis Kesesuaian Lokasi TPA Sampah

Gambar 3.36 Tampilan Menu Catalog 5. Kemudian lakukan join data untuk setiap bentitas. Klik kanan pada data spasial, pilih open atribute table, pada table option pilih add field, sehingga akan muncul kolom (field) baru pada tabel lalu isi kolom tersebut dengan “id” yang sesuai dengan data non spasial nya.

Gambar 3.37 Penyamaan ID data

Gambar 3.38 Tampilan Tabel

54

TEKNIK GEODESI 2015 ITN MALANG

SIG Analisis Kesesuaian Lokasi TPA Sampah

6. Selanjutnya lakukan join data, dengan cara klik kanan pada salah satu data spasial, lalu pilih Join and Relates > Join.

Gambar 3.39 Proses Join Data

7. Pada kotak dialog join data, buka data non spasial yang akan di join, lalu pilih masing – masing kolom dari data spasial dan non spasial yang dijadikan penghubungnya, klik ok dan hasil join data bisa dilihat pada gambar berikut

Gambar 3.40 Hasil Join Data

Gambar 3.41 Perbandingan Tabel MS Access dan ArcMap 8. Kemudian untuk melakukan join data-data yang lainnya ikuti langkahlangkah 5 sampai 7.

55

TEKNIK GEODESI 2015 ITN MALANG

SIG Analisis Kesesuaian Lokasi TPA Sampah

3.12. Langkah-Langkah Overlay Menggabungkan layer peta bahan analisis tahapan regional untuk memperoleh data grafis baru yang memiliki satuan pemetaan. Pada proses ini data spasial beserta atribut nya di overlay satu dengan yang lainnya hingga menghasilkan hasil overlay akhir yang merupakan hasil analisis tahap regional kesesuaian lokasi pembangunan TPA. Untuk lebih jelasnya mekanisme overlay pada project bisa dilihat pada Flowchart berikut ini. Penggunaan lahan

Jenis Tanah

Kemiringan

Overlay I

Curah Hujan

Overlay II

Kelurahan

Kelurahan

Overlay III

Overlay IV

Hasil Overlay Flowchart Mekanisme overlay

3.12.1. Langkah-langkah Overlay Untuk melakukan analisis kesesuain lokasi TPA harus melakukan yang namanya overlay peta, metode yang digunakan dalam overlay ini adalah menggunakan metode intersect. 1. Buka software ArcMap 10.3 2. Kemudian masukan data yang dibutuhkan untuk menganalisis kesesuaian lokasi TPA

56

TEKNIK GEODESI 2015 ITN MALANG

SIG Analisis Kesesuaian Lokasi TPA Sampah

Gambar 3.42 proses Add data 3. Akan muncul seperti gambar di bawah ini

Gambar 3.43 hasil Shp 4. Kemudian lakukan overlay seperti mekanisme pada tabel 3.1 diatas

5. Klik ikon ArcToolbox => Analysis Tools => Overlay => Intersect.

Gambar 3.44 proses overlay

57

TEKNIK GEODESI 2015 ITN MALANG

SIG Analisis Kesesuaian Lokasi TPA Sampah

6. Lalu akan muncul jendela seperti dibawah ini, kemudian masukan data spasial yang akan di overlay.

Gambar 3.45 proses overlay 7. Akan muncul hasil overlay seperti di bawah ini.

Gambar 3.46 overlay I 8. Kemudian melakukan overlay data spasial kemiringan dan curah hujan

Gambar 3.47 proses overlay

58

TEKNIK GEODESI 2015 ITN MALANG

SIG Analisis Kesesuaian Lokasi TPA Sampah

9. Kemudian akan muncul hasil overlay ke II seperti gambar dibawh ini

Gambar 3.48 overlay II 10. Lalu lakukan overlay kelurahan dan kecamatan

Gambar 3. 49 proses overlay 11. Kemudian akan muncul hasil overlay ke III seperti gambar dibawah ini

Gambar 3.50 overlay III

59

TEKNIK GEODESI 2015 ITN MALANG

SIG Analisis Kesesuaian Lokasi TPA Sampah

12. Setelah melakukan overlay dan menghasilkan hasil overlay I,hasil overlay II dan hasil overlay III maka langkah selanutnya adalah mengoverlay hasil overlay I dengan II dan menghasilkan overlay IV ,dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 3.51 overlay IV 13. Setelah mendapatkan hasil overlay IV, maka lakukan overlay antara overlay III dan IV maka akan menghasilkan Hasil overlay, dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 3.52 hasil overlay 14. Karena pada setiap parameter sudah terdapat skor, maka dilakukan penjumlahan skor-skor dari tiap parameter tersebut, dengan cara klik kanan pada layer hasil overlay => Klik open atribute table => klik table option => Add file.

60

TEKNIK GEODESI 2015 ITN MALANG

SIG Analisis Kesesuaian Lokasi TPA Sampah

Gambar 3.53 Klik Add feld 15. Lalu akan muncul jendela Add file, kemudian masukan nama “jumlah skor”

Gambar 3.54 Jendela Add Field 16. Akan muncul tabel jumlah skor seperti gambar dibawah ini

Gambar 3.55 field jumlah skor 17. Untuk memunculkan jumlah skornya klik blok Field jumlahSkor => klik kanan pada Field jumlahSkor => Field Calculator

61

TEKNIK GEODESI 2015 ITN MALANG

SIG Analisis Kesesuaian Lokasi TPA Sampah

Gambar 3.56 Proses Skoring 18. Kemudian muncul jendela Field Calculator. Langkah selanjutnya masukkan data skor dari tiap parameter dan dijumlahkan lalu OK.

Gambar 3.57 Proses skoring 19. Lalu akan muncul hasil seperti gambar dibawah ini

* Gambar 3.58 Hasil skoring

62

TEKNIK GEODESI 2015 ITN MALANG

SIG Analisis Kesesuaian Lokasi TPA Sampah

20. Setelah dilakukan skoring kemudian melaukan pewarnaan pada hasil overlay dengan cara klik kanan pada layer => propertis => Symbology => Quantities => Graduated Colors -

Value: Jumlah skor.

-

Classes: 3 (jumlah kelas tergantung pada tingkatan analisis yang dibuat).

-

Color Ramp: gradasi warna sesuai dengan SNI

-

Label dan Range: sesuai rumus perhitungan kelas yakni: ∑ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 − ∑ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑎𝑙 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠

21. Dari rumus di atas di dapat interval kelas seperti tabel di bawah ini No

Interval kelas

Keterangan

1

1–3

Tidak sesuai

2

4–5

Kurang sesuai

3

6–7

Sesuai

Gambar 3.59 Mengatur Graduated Colors 22. Kemudian untuk memunculkan keterangan kelas pada Arcmap berikut langkahlangkahnya •

63

Pertama klik kanan pada layer hasil overlay lalu pilih Oppen Atribute Table

TEKNIK GEODESI 2015 ITN MALANG

SIG Analisis Kesesuaian Lokasi TPA Sampah

Gambar 3.60 Open Atribute Table •

Kemudian buat colom baru dengan cara klik pada tabel options lalu pilih Add field kemudian masukan nama colomnya dan pilih type data text agar dapat di isi dengan huruf lalu klik OK

Gambar 3.61 Proses memunculkan keterangan kelas •

Kemudian klik kanan pada colom terserbut lalu pilih Field Calculator

Gambar 3.62 Proses memunculkan keterangan kelas

64

TEKNIK GEODESI 2015 ITN MALANG

SIG Analisis Kesesuaian Lokasi TPA Sampah



Lalu pilih Pyhton kemudian centang Show Codeblock, lalu isi colom Codeblock dengan “change (!Jumlah_skor!)”

Gambar 3.63 Proses memunculkan keterangan kelas



Lalu isi colom dalam kotak merah tersebut dengan source code seperti gambar dibawah ini, jika sudah selesai lalu klik OK def change(Jumlah_skor): if Jumlah_skor== 7: return "Sesuai" elif Jumlah_skor == 6: return "Sesuai" elif Jumlah_skor == 5: return "Kurang Sesuai" elif Jumlah_skor== 4: return "Kurang Sesuai" elif Jumlah_skor == 3: return "Tidak Sesuai" elif Jumlah_skor == 2: return "Tidak Sesuai" elif Jumlah_skor == 1: return "Tidak Sesuai" else: return "N/A"

Gambar 3.64 Proses memunculkan keterangan kelas

65

TEKNIK GEODESI 2015 ITN MALANG

SIG Analisis Kesesuaian Lokasi TPA Sampah

Gambar 3.65 Proses memunculkan keterangan kelas •

Maka akan seperti gambar dibawah ini hasilnya

Gambar 3.66 Hasil memunculkan keterangan kelas

23. Makan akan muncul rekomendasi lokasi TPA diamana yang berwarna merah adalah sangat sesuai, orange adalah sesuai dan kuning adalah tidak sesuai.

Gambar 3.67 hasil analisi lokasi TPA

66

TEKNIK GEODESI 2015 ITN MALANG

SIG Analisis Kesesuaian Lokasi TPA Sampah

24. Kemudian untuk mengetahui hasil database pada tampilan ArcMap yaitu klik Identify => klik pada area yang ingin diketahui informasinya

Gambar 3.68 proses identify

Gambar 3.69 hasil identify

3.13.

Query Pada ArcMap

Query adalah semacam kemampuan untuk menampilkan suatu data dari database dimana mengambil dari table-tabel yang ada di database, namun tabel tersebut tidak semua ditampilkan sesuai dengan yang kita inginkan. data apa yang ingin kita tampilkan. Misalnya ingin menampilkan informasi curah hujan dengan intesitas 1750-2000 , jenis tanah aluvial , dan penggunaan lahannya adalah bangunan maka akan di ambil dari tabel curah hujan, jenis tanah dan penggunaan lahan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada langkah-langkah query dibawah ini:

67

TEKNIK GEODESI 2015 ITN MALANG

SIG Analisis Kesesuaian Lokasi TPA Sampah

1.

Klik kanan pada layer hasil overlay => klik Oppen Atribute Table

Gambar 3.70 Open Atribut Table 2.

Kemudian pilih Table Options => Select By Atribute.

Gambar 3.71 Table Option

68

TEKNIK GEODESI 2015 ITN MALANG

SIG Analisis Kesesuaian Lokasi TPA Sampah

3.

Maka akan muncul gambar seperti dibawah ini

Gambar 3.72 Table Option 4.

Kemdian untuk menampilkan query yang kita inginkan pilih menu-menu yang terdapat pada kotak merah dibawah ini

Gambar 3.73 menu atribut 5.

Misalnya ingin menampilkan informasi curah hujan dengan intesitas 17502000 , jenis tanah aluvial , dan penggunaan lahannya adalah bangunan maka pilih pada menu-menu seperti gambar diatas. Lalu untuk cara memilih dan menampilkan query yang ingin di tampilkan yaitu pilih menu curah hujan => klik (=) => klik Get Unique Values => pilih intensitas hujan 1750-2000 kemudian klik And untuk menambah query yang di inginkan lagi.

69

TEKNIK GEODESI 2015 ITN MALANG

SIG Analisis Kesesuaian Lokasi TPA Sampah

6.

Gambar 3.74 Proses Query Kemudian akan menghasilkan informasi seperti gambar dibawah ini. Jadi pada area yang bergaris warna biru itu adala lokasi yang curah hujannya 1750-2000, jenis tanahnya adalah aluvial, penggunaan lahannya adala bangunan.

Gambar 3.75 hasil Query

3.14. Pembuatan Layout Peta Berikut adalah penjelasan mengenai pembuatan Layout Peta menggunakan software arcgis 10.1 : 1. Langkah pertama ialah buka software arcgis 10.1 yang akan digunakan untuk proses pembuatan layout peta :

70

TEKNIK GEODESI 2015 ITN MALANG

SIG Analisis Kesesuaian Lokasi TPA Sampah

Gambar 3.76 Tampilan ArcGis 10.3

Gambar 3.77 Tampilan ArcGis 10.3 2. Langkah selanjutnya ialah buka data peta yang akan digunakan dengan cara klik File → Open → Pilih data yang akan digunakan, lalu Klik Open seperti gambar dibawah ini:

Gambar 3.78 Tampilan Open Data

71

TEKNIK GEODESI 2015 ITN MALANG

SIG Analisis Kesesuaian Lokasi TPA Sampah

Gambar 3.79 Tampilan Open Data 3. Setelah itu masuk ke tampilan Layout View dengan cara klik Tools View Seperti Gambar dibawah ini:

Gambar 3.80 Tampilan Layout View 4. Selanjutnya ialah mengatur ukuran kertas yang akan digunakan sesuai kebutuhan dengan cara klik kanan pada permukaan kertas → Page and Print Setup → pilih ukuran kertas dan orientasi kertasnya seperti gamabar dibawha ini :

72

TEKNIK GEODESI 2015 ITN MALANG

SIG Analisis Kesesuaian Lokasi TPA Sampah

Gambar 3.81 Tampilan Page and Print Setup 5. Selanjutnya yaitu pembuatan judul peta dengan cara klik insert → text → tulis judul peta → klik OK → atur posisi judul peta tersebut seperti gambar dibawah ini:

Gambar 3.82 Tampilan Pembuatan Judul Peta

Gambar 3.83 Tampilan Pembuatan Judul Peta

73

TEKNIK GEODESI 2015 ITN MALANG

SIG Analisis Kesesuaian Lokasi TPA Sampah

6. Selanjutnya yaitu pembuatan arah mata angin dengan cara klik insert → North Arrow → pilih sesuai yang diinginkan → Klik OK → Atur Posisi arah mata angin seperti pada gambar dibawah ini:

Gambar 3.84 Tampilan Pembuatan Arah Mata Angin

Gambar 3.85 Tampilan Pembuatan Arah Mata Angin 7. Selanjutnya ialah pembuatan skala peta dan skala bar dengan cara klik insert → pilih Scale Text dan Scale Bar → pilih tipe absolute scale untuk skala peta dan Altimating Scale Bar 2 → klik OK → Atur Posisi Skala peta dan Skala Bar tersebut seperti gambar dibawah ini:

74

TEKNIK GEODESI 2015 ITN MALANG

SIG Analisis Kesesuaian Lokasi TPA Sampah

Gambar 3.86 Tampilan Pembuatan Skala Bar

Gambar 3.87 Tampilan Skala Bar 8. Selanjutnya yaitu pembuatan Peta Indeks untuk mengetahui lokasi studi kasus dengan cara klik insert → Data Frame → klik kanan pada data frame → Add Data → Pilih data Shapefile yang akan digunakan → Klik OK seperti gambar dibawah ini:

Gambar 3.88 Tampilan Pembuatan Peta Indeks

75

TEKNIK GEODESI 2015 ITN MALANG

SIG Analisis Kesesuaian Lokasi TPA Sampah

Gambar 3.89 Tampilan Pembuatan Peta Indeks 9. Selanjutnya ialah pembuatan legenda peta dengan cara klik insert → pilih Legend → Isi Legend Title → Next → Pilih Layer yang akan dimunculkan sebagai legenda → Next → Next → Next → Klik Finish → Atur Posisi legenda seperti gambar dibawah ini:

Gambar 3.90 Tampilan Pembuatan Legenda

Gambar 3.91 Tampilan Pembuatan Legenda 10. Setelah itu menampilkan sistem proyeksi dan sistem koordiat yang digunakan dengan cara klik insert → Dynamic Text → Coordinat System, maka akan muncul seperti gambar dibawah ini:

76

TEKNIK GEODESI 2015 ITN MALANG

SIG Analisis Kesesuaian Lokasi TPA Sampah

Gambar 3.92 Tampilan Pembuatan Sistem Proyeksi dan Sistem Koordinat

11. Selanjutnya ialah mebuat logo instansi sebagai pembuat peta dengan cara klik insert → Picture → pilih logo yang diinginkan → Klik Open → Atur posisi logo tersebut sesuai yang diinginkan, seperti gambar dibawah ini:

Gambar 3.93 Menampilkan Logo Instansi

Gambar 3.94 Menampilkan Logo Instansi

77

TEKNIK GEODESI 2015 ITN MALANG

SIG Analisis Kesesuaian Lokasi TPA Sampah

12. Setelah itu ialah menampilkan nama instansi pada Layout Peta tersebut dengan cara Klik Insert → Text → Tulis Nama instansi → Atur Posisi Sesuai yang diinginkan seperti gambar dibawah ini:

Gambar 3.95 Tampilan Nama Instansi

Gambar 3.96 Tampilan Nama Instansi 13. Selanjutnya ialah menampilkan Grid Peta, interval yang digunakan antara grid adalah 4000 untu X dan 4000 untuk Y, dengan cara klik kanan pada data Frame → Properties → New Grid → pilih Tipe Grid → Next → pilih Simbol Grid → Next → Next → Next → Finish, dapat dilihat seperti gambar dibawah ini :

78

TEKNIK GEODESI 2015 ITN MALANG

SIG Analisis Kesesuaian Lokasi TPA Sampah

Gambar 3.97 Pembuatan Grid

Gambar 3.98 Pembuatan Grid

79

TEKNIK GEODESI 2015 ITN MALANG

SIG Analisis Kesesuaian Lokasi TPA Sampah

Gambar 3.99 Pemilihan Tipe Grid

Gambar 3.99 Pemilihan Tipe Simbol Grid

80

TEKNIK GEODESI 2015 ITN MALANG

SIG Analisis Kesesuaian Lokasi TPA Sampah

Gambar 3.100 Pembuatan Grid

Gambar 3.101 Pembuatan Grid

81

TEKNIK GEODESI 2015 ITN MALANG

SIG Analisis Kesesuaian Lokasi TPA Sampah

14. Setelah pembuatan grid, maka proses pembuatan layout peta sudah selesai. Dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

Gambar 3.102 Hasil Pembuatan Layout Peta 3.15. Webgis Berikut merupakan proses untuk menjadikan data offline menjadi online agar bias dilihat public. Berikut merupakan langkah – langkahnya : 1.

Langkah Pertama yaitu masuk ke web Arcgis Online dengan masuk ke alamat web www.arcgis.com

Gambar 3.103 Tampilan awal Arcgis Online

82

TEKNIK GEODESI 2015 ITN MALANG

SIG Analisis Kesesuaian Lokasi TPA Sampah

2.

Pilih pilihan masuk yang ada pada tampilan Arcgis Online

3.

Gambar 3.104 Tampilan awal Arcgis Online Selanjutnya lakukan daftar untuk memiliki akun Arcgis Online

4.

Gambar 3.105 Daftar akun Arcgis Online Masukan data diri sesuai kolom yang kosong untuk dapat mendaftar akun Arcgis Online.

Gambar 3.106 Daftar akun Arcgis Online 5.

83

Setelah berhasil melakukan pendaftaran , lakukan login akun untuk ArcGis Online.

TEKNIK GEODESI 2015 ITN MALANG

SIG Analisis Kesesuaian Lokasi TPA Sampah

6.

Gambar 3.106 Login akun Arcgis Online Tampilan awal akun ArcGis Online.

Gambar 3.107 Tampilan awal akun Arcgis Online 7.

Setelah sukses login akun di Arcgis Online. Koneksikan Arcgis offline ke online dengan cara klik Share As, lalu klik service seperti gambar berikut ini.

Gambar 3.108 Share Data 8.

84

Akan muncul gambar di bawah ini klik “publish a service” lalu klik next

TEKNIK GEODESI 2015 ITN MALANG

SIG Analisis Kesesuaian Lokasi TPA Sampah

Gambar 3.109 Publish Data 9.

Masuk ke “ Publish a service” simpan data untuk koneksi ke arcgis online dan beri nama untuk “Service name”, lalu klik continue.

Gambar 3.110 Publish 10. Setelah klik continue seperti gambar diatas masuk ke “Service Editor” klik Capabillities klik centang untuk Feature Acces.

Gambar 3.111 Services Editor 11. Lalu masuk ke Feature Acces centang semua untuk Operations Alloweds seperti gambar dibawah ini.

85

TEKNIK GEODESI 2015 ITN MALANG

SIG Analisis Kesesuaian Lokasi TPA Sampah

Gambar 3.112 Features Acces 12. Lalu klik Item Description , isi “Summary,Tags,Description” seperti gambar berikut.

Gambar 3.113 Deskripsi Item 13. Klik “Sharing” centang semua seperti gambar di bawah ini.

Gambar 3.114 Sharing 14. Setelah selesai semua (Capabllities,Feature Acces,Item Description,Sharing) klik publish pojok kanan atas.

86

TEKNIK GEODESI 2015 ITN MALANG

SIG Analisis Kesesuaian Lokasi TPA Sampah

Gambar 3.115 Proses Sharing 15. Hasil peta arcgis offline di publish/di onlinekan ke arcgis online seperti gambar dibawah ini.

Gambar 3.116 Hasil tampilan pada Arcgis Online 16. Hasil peta di Arcgis online

Gambar 3.117 Hasil informasi pada Arcgis Online

87

TEKNIK GEODESI 2015 ITN MALANG

SIG Analisis Kesesuaian Lokasi TPA Sampah

3.16. Hasil Analisis Pada gambar dibawah ini diperlihatkan peta hasil analisis. Peta ini memperlihatkan lokasi-lokasi yang memenuhi kriteria standar SNI. Seluruh wilayah yang memenuhi kriteria sangat sesuai berjumlah 132 lokasi dengan luasan yang bervariasi. Namun dengan merujuk pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia No. 3/PRT/M/2013 yang menyebutkan bahwa TPA Sampah harus memiliki luas minimal 2 Ha, maka hasil analisis ini memberikan 54 lokasi yang sangat sesuai.

3.17. Pembahasan Hasil Analisis Dari Gambar Peta Hasil overlay, diketahui bahwa terdapat range nilai dari 1 sampai 7. Nilai tersebut didapat dari hasil kali antara skor dan bobot masing-masing variabel kemudian dijumlahkan. Hasil dari nilai tersebut merupakan nilai kesesuaian lahan untuk digunkan sebagai lahan yang akan digunakan sebagai lahan tempat pembuangan akhir. Dimana nilai tersebut di bagi menjadi 3 kelas. Kelas pertama yaitu nilai 1 sampai 3 merupakan daerah yang tidak sesuai. Kelas kedua yaitu nilai 4 sampai 5 merupakan daerah yang kurang sesuai. Kelas ketiga yaitu nilai dari 6 sampai 7 merupakan daerah yang sesuai. Dimana variabel tersebut antara lain curah hujan, jenis tanah,

88

TEKNIK GEODESI 2015 ITN MALANG

SIG Analisis Kesesuaian Lokasi TPA Sampah

kemiringan, penggunaan lahan. Nilai paling rendah yaitu 1 berarti lokasi dengan nilai tersebut adalah lokasi yang paling tidak layak untuk perencanaan TPA. Begitupun sebaliknya, nilai paling tinggi yaitu 7 berarti lokasi dengan nilai tersebut adalah lokasi yang paling layak untuk perencanaan TPA. Semakin kecil nilai overlay, semakin tidak layak lokasi tersebut untuk perencanaan TPA. Begitupun sebaliknya, Semakin besar nilai overlay, semakin layak lokasi tersebut untuk perencanaan TPA. Hasil nilai penjumlahan dari nilai perkalian antara skor dan bobot ini juga berdasarkan pada dasar-dasar peniliain yang ada,dimana nilai skor yang ada mempertimbangkan aspek-aspek kesesuaian lahan yang digunakan sebagai dasar untuk memilih lahan yang sesuai sebagai lahan tempat pembuangan akhir. Seperti contohnya lahan yang sangat sesuai untuk dijadikan lahan untuk tempat pembuangan akhir berdasarkan undang-undang yang ada merupakan daerah yang kering atau jarang terjadi hujan sehingga semakin kering daerah semakin baik skor yang kami berikan. Begitu pun dengan entitas-entitas lainnya yang ada seperti jenis tanah, kemiringan, penggunaan lahan dimana skor yang diberikan juga berdasarkan pada peraturan-peraturan atau ketentuan-ketentuan yang ada untuk kesesuaian lahan. Dan setelah nilai skor diberikan dan juga dikalikan dengan nilai bobot maka didapatkan nilai-nilai yang ada dimana nilainilai tersebut merupakan nilai kesesuain lahan dan karena sudah didasarkan dengan ketentuan yang ada maka menghasilkan analisis berupa lahan-lahan yang sesuai untuk dijadikan tempat pembuangan akhir dan lahan-lahan yang tidak sesuai digunakan sebagai tempat pembuangan akhir. Lahan-lahan yang sesuai sebagai lahan untuk tempat pembuangan akhir antara lain: No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

89

Kelurahan Arjowinangun Tlogowaru Tlogowaru Arjowinangun Arjowinangun Tlogowaru Tlogowaru Tlogowaru Tlogowaru Wonokoyo Wonokoyo Gadang Mergosono Buring Buring Buring

Kecamatan Kedungkandang Kedungkandang Kedungkandang Kedungkandang Kedungkandang Kedungkandang Kedungkandang Kedungkandang Kedungkandang Kedungkandang Kedungkandang Sukun Sukun Kedungkandang Kedungkandang Kedungkandang

TEKNIK GEODESI 2015 ITN MALANG

Luas (Ha) 29 20 13 84 32 10 122 24 123 51 78 38 44 24 23 211

Koordinat x y 680.356.929 9.110.135.990 681.649,218 9.110.073,986 683.806.008 9.111.075.997 680.643.097 9.110.940.893 680.563.575 9.111.757.798 683.980.884 9.112.096.882 682.130.231 9.111.114.250 682.517.514 9.110.766.952 682.466.808 9.111.195.502 682.791.758 9..113.378.399 681.315.496 9.112.949.312 679.177.697 9.117.558.702 679.566.633 9.112.945.741 682.493.047 9.114.439.838 681.122.620 9.113.907.565 683.045.941 9.114.103.844

SIG Analisis Kesesuaian Lokasi TPA Sampah

17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54

90

Bumiayu Gadang Gadang Merjosari Balearjosari Tasikmadu Arjowinangun Arjowinangun Tlogowaru Tlogowaru Tlogowaru Wonokoyo Wonokoyo Gadang Gadang Gadang Mergosono Mergosono Buring Buring Buring Buring Merjosari Tlogomas Tlogomas Tunggulwulung Tunggulwulung Jatimulyo Jatimulyo Mojolangu Mojolangu Polowijen Balearjosari Tasikmadu Tasikmadu Tunjungsekar Tunjungsekar Tunjungsekar

Kedungkandang Sukun Sukun Lowokwaru Blimbing Lowokwaru Kedungkandang Kedungkandang Kedungkandang Kedungkandang Kedungkandang Kedungkandang Kedungkandang Sukun Sukun Sukun Sukun Sukun Kedungkandang Kedungkandang Kedungkandang Kedungkandang Lowokwaru Lowokwaru Lowokwaru Lowokwaru Lowokwaru Lowokwaru Lowokwaru Lowokwaru Lowokwaru Blimbing Blimbing Lowokwaru Lowokwaru Lowokwaru Lowokwaru Lowokwaru

TEKNIK GEODESI 2015 ITN MALANG

149 9 15 2 12 55 20 116 64 2 24 34 52 17 21 3 2 29 4 31 16 25 2 3 2 2 79 5 9 4 27 11 23 38 73 32 5 5

680.576.718 679.251.834 678.439.179 675.636.283 681.806.648 678.407.795 679.836.053 680.347.607 681.693.988 682.629.387 682.983.605 681.626.858 681.971.304 678.962.837 678.677.342 679.554.612 678.958.302 679.942.753 682.140.509 681.107.068 681.399.636 681.604.356 675.596.627 676.334.877 676.415.840 677.025.442 677.959.723 677.321.546 677.334.246 679.110.161 679.147.415 680.717.213 681.587.165 679.485.310 679.819.187 679.006.385 679.510.153 680.276.388

9.113.137.709 9.111.857.161 9.112.467.328 9.122.322.988 9.124.304.979 9.124.369.038 9.111.043.006 9.111.230.151 9.110.945.168 9.110.429.336 9.111.325.970 9.113.365.628 9.112.148.972 9.112.396.687 9.112.707.668 9.112.118.248 9.113.080.438 9.112.804.780 9.114.126.295 9.114.456.268 9.114.816.805 9.114.248.293 9.122.246.470 9.123.905.159 9.123.736.370 9.123.094.596 9.123.930.363 9.122.825.461 9.123.092.161 9.122.785.727 9.123.017.714 9.123.750.767 9.124.322.268 9.124.023.817 9.124.397.938 9.123.398.870 9.123.508.936 9.123.932.271

DAFTAR PUSTAKA

Junianto, M. (2011) Pengelolan Sampah Di Sumbernya Sebagai Alternatif Upaya Masalah Sampah Di Perkotaan Mahyudin, R. P. (2017) Kajian Pengelolaan Sampah Dan Dampak Lingkungan Di TPA (Tempat Pembuangan Akhir). Universitas Lambung Mangkurat Rochman, F. (2014) Analisi Kesesuain Lahan Untuk Penentan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Di Kecamatan Pleret Kabupaten Bantul. Universitas Muhamadiyah Surakarta Evelin, J. R. Kawung Dan Zetly E. Tamond (2009) Tingkat Kelayakan TPA ( Tempat Pembuangan Akhir ) Sampah Kota Manado Dalam Ukuran Mitigasi Perencanaan Lokasi TPA. Universitas Sam Ratulangi Manado Sutanugraha, D. (2013) Aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) Untuk Penentuan Lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Di Wilayah Kota Yogjakarta, Kabupaten Sleman, Dan Kabupaten Bantul (Kartamantul). Universitas Negeri Yogjakarta

Related Documents

Tpa
February 2021 8
Sig Practicas
March 2021 0
Tpa-103
February 2021 3
Tps - Tpa 2020
February 2021 2
Dictionar Sig Donisa
February 2021 0

More Documents from "Alexandru George Popescu"