Diktat Misiologi

  • Uploaded by: samuel suruk
  • 0
  • 0
  • February 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Diktat Misiologi as PDF for free.

More details

  • Words: 6,891
  • Pages: 21
Loading documents preview...
Pengertian Misiologi Istilah misiologi berasal dari kata latin “missio” artinya pengutusan. Dalam bahasa Inggris/Jerman/Perancis: Mission. Dalam bahasa Inggris bentuk tuggal Mission berarti karya Allah atau tugas yang diberikan oleh Tuhan kepada kita. Sedangkan bentuk jamak Missions artinya pelaksanaan pekerjaan itu atau tindakan nyata pengutusan itu. Dalam hubungan dengan misiologi dibicarakan berturut-turut: Missio Ecclesiae = Pengutusan gereja (pekerjaan missoner dari jemaat Kristen sepanjang sejarah dunia) Missio Apostolorum = Pengutusan para rasul Missio Christi = Pengutusan Kristus dalam arti: band. Yoh. 20:21 a. Kristus mengutus murid-muridNya. b. Kristus diutus Allah Missio Dei = keseluruhan pekerjaan Allah untuk menyelamatkan dunia: Pemilihan Israel, pengutusan para nabi kepada Israel dan kepada bangsa-bangsa sekitarnya, pengutusan Kristus kepada dunia, pengutusan rasul-rasul dan pekabar-pekabar Injil kepada bangsa-bangsa. Allah adalah Pengutus Agung. Dari kata dasar missio, kita kenal juga istilah missionaris/missionary = utusan Injil Dan kata sifat missionary = misioner artinya berwujud/bersifat/bersikap Pekabaran Injil. Sejarah Pemikiran tentang kegiatan misioner dari Gereja Abad2 pertama: Belum ada teori PI yang ilmiah dan bulat. Kita hanya menemukan beberapa pertimbangan mengenai nisbah Gereja dan (filsafat) kekafiran dalam buku-buku Apologet seperti Tertulianus, atau mengenai hubungan Gereja dengan agama Yahudi seperti dituliskan Yustinus Martyr. Demikian juga bapa gereja Augustinus membentangkan hubungan Gereja dengan Negara dan Gereja dengan kebudayaan dalam bukunya Abad2 pertengahan: Thomas Aquinas, biarawan Dominikan mengarang Summa contra gentiles (ajaran melawan orang kafir), menguraikan pendekatan kepada orang kafir dan Muslim, oleh karena kedua golongan itu tidak mengakui Perjanjian Baru, sama seperti orang Yahudi dan Perjanjian Lama seperti para bidat. Raymundus Lulus juga Dominikan, sangat giat dalam PI kepada orang Yahudi dan Muslim.

Thomas a Yesu mengarang buku dan membahas berturut-turut hubungan dengan mazab, bidat, orang Yahudi, orang Islam dan orang kafir. Zaman Reformasi: Para reformator tidak atau hanya sedikit berminat kepada pekabaran Injil, apalagi memikirkannya secara ilmiah. Bahkan ada teologiawan Lutheran (a.l Yohann Gerhard) yang berpendapat bahwa sehabis jaman rasuli pekabaran injil bukan lagi diwajibkan kepada Gereja. Memang ada pengecualian bagi para tokoh baik dari calvinis maupun Lutheran. Zaman Pietisme: Banyak tokoh yang mengarang banyak sekali tentang pekabaran Injil, tetapi karangankarangan mereka lebih bersifat alkitabiah-metodis dari pada teoritis-ilmiah. Zaman modern: Pada tahun 1972 William Carey dijuluki “the father of the modern missions”. Pada akhir abad ke 19 misiologi menjadi mata pelajaran tersendiri. Maha guru PI yang pertama ialah Alexander Duff di Eidenburgh. Banyak buku-buku PI ditulis, juga laporanlaporan dari konferensi2 besar di lapangan PI menyediakan bahan untuk misiologi. Akhirnya juga majalah2 di bidang PI menyumbangkan banyak bahan pemikiran untuk ilmu PI.

Dasar Alkitabiah Perjanjian Lama Sudah barang tentu dalam Perjanjian Lama belum terdapat penugasan yang tegas untuk melakukan pekabaran ke luar terhadap segala bangsa. Yang diutamakan dalam Perjanjian Lama adalah pemilihan Israel dan hubungan Israel dengan bangsa-bangsa. Ada tiga aspek dari pemilihan Israel yakni aspek universlisme, aspek eschatologis dan aspek mesianis.

1. Universalisme Sejak halaman-halaman pertama Kitab Suci kita sudah diperhadapkan dengan perbuatan-perbuatan Allah terhadap seluruh dunia. Ia bertindak universal. Kisah penciptaan langit dan bumi dan penempatan manusia di dalamnya merupakan prasejarah bagi Israel, dan serentak pula prasejarah bagi sejarah keselamatan untuk seluruh dunia. Kejadian fasal 1 s/d 11 adalah pendahuluan dan latar belakang dari sejarah Israel selanjutnya. Perhatian diarahkan kepada segenap umat manusia. Janji yang mendahului: Firdaus, persekutuan dengan Allah, damai di bumi, berkat dan

perjanjian Allah untuk segala mahkluk yang ada di bumi (Kej.9), penyebaran bangsabangsa di seluruh bumi (Kej.10). Tetapi prasejarah ini juga memperlihatkan bagaimana kejahatan merembes masuk ke dalam dunia. Yang salah manusia maka Allah menghukum manusia pula. Juga keseluruhan umat manusia, segala bangsa atau oikumene yang masih satu bahasanya (11:1) memperlihatkan sikap kecongkakan dengan merencanakan pembangunan sebuah kota dengan sebuah menara “yang puncaknya sampai ke langit, dan marilah kita cari nama, supaya kita jangan terserak ke seluruh bumi” (11:4). Sikap yang demikian itu dijatuhi hukuman Tuhan yakni penyerakan segala bangsa ke seluruh dunia. Kehidupan bangsa-bangsa diartikan oleh nama Babel yang artinya kekacauan (11:9). Keadaan yang demikianlah yang menjadi latar belakang pemanggilan Abraham (Kej.12). Ia dipanggil untuk pergi dari sanak saudaranya, meninggalkan dunia orang kafir; Tuhan yang memanggil berjanji bahwa ia akan menjadi berkat (12:2-3) Keselamatan Israel tergantung dari ketaatan kepada pemanggilan dan pemilihan oleh Allah. Tetapi keselamatan bangsa-bangsa juga bergantung dari sikap mereka terhadap Israel (Abraham): “Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan mengututuk orang-orang yang mengutuk engkau. Jadi Abraham tidak menghadapi tugas misioner, melainkan dengan dia Tuhan Allah membuka fasal baru dalam sejarah dunia, sejarah bangsa-bangsa, sejarah keselamatan. Abraham seumpama alat penyelamat seisi dunia. Rencana Allah semula bersifat universal, dan rencana itu di kacaukan oleh manusia. Sekarang Tuhan akan bertindak dari satu pusat Sion menjadi lawan kata Babel. Allah bertitik tolak dari Abram, sebab itu Allah tidak malu disebut Allah mereka (Ibr 11:16). NamaNya diikatkanNya kepada nenek moyang Israel: Allah Abraham, Allah Iskak dan Allah Yakub. Israel akan menjadi kerajaan iman dan bangsa yang kudus (Kel. 19:5-6). Bangsa yang kudus berarti bangsa yang diistimewakan, dikhususkan, dipilih Allah sebagai harta kesayanganNya sendiri. Dan kerajaan imam ialah lingkungan pemeritahan Tuhan, dimana para warganegara melakukan pelayanan keimaman, yakni semua anggota beribadah kepada Allah. Kekudusan dan keimaman menyatakan fungsi pelayanan. Selaku pengantara, Israel melayani juga bangsa-bangsa (Yes. 61:6). ”Israel akan memangku jabatan imam di dalam dunia”. Israel diantara segala bangsa merupakan gambaran pemerintahan Allah dan suatu gambaran pelayanan selaku imam (Ul.7:6) menunjukkan bahwa pemilihan Israel atas dasar kasih. Israel tak lain dan tak bukan adalah suatu alat dalam tangan Tuhan, suatu tahap dalam rencana Allah. Yang dituju adalah keselamatan dunia. Pemilihan Israel adalah jalan yang ditempuh Allah untuk mencapai tujuanNya, yaitu pengakuan namaNya oleh sekalian bangsa. Yang menentukan dalam hidup bangsa-

bangsa ialah sikapnya terhadap Israel dan dengan demikian sikapnya terhadap Allah Israel. Universalisme-keselamatan dibentangkan pula dalam beberapa kitab lain seperti Rut, Yunus, Deutero Yesaya (Yes 40-55). Kitab Rut meriwayatkan bagaimana seorang perempuan asing (Moab) mengaku percaya kepada Allah Israel, menjadi senasib dengan Israel dan bahkan diperkenankan menjadi nenek raja Daud (band. Mat 1:5). Kitab Yunus dengan tegas menentang sikap partikularisme (pembatasan keselamatan itu pada diri sendiri saja). Dalam bentuk perumpamaan, kitab Yunus mau memberi ingat kepada orang-orang Yahudi yang berada dalam pembuangan bahwa mereka tidak boleh menjadi suatu rintangan antara Yahwe dengan orang-orang kafir (bangsabangsa lain). (Israel) dipanggil untuk menyatakan rahmat Yahwe terhadap Niniwe (dunia kafir). Biarpun pemilihan atas Israel membawa penderitaan sampai maut sekalipun, tetapi justru itulah yang menjadi kesaksian tentang cinta kasih Allah.

2. Eskhatologia Para nabi biasanya juga menyampaikan berita dari Allah kepada bangsa-bangsa. Seringkali mereka mengabarkan hukuman baik kepada Israel maupun kepada bangsabangsa kafir; kadang-kadang hukuman atas Israel akan dilaksanakan oleh bangsa kafir, adakalanya terdengar berita hukuman atas bangsa-bangsa akibat sikap mereka terhadap Allah Israel, dan acapkali berita keselamatan untuk keduanya; melihat keselamatan Israel maka bangsa-bangsa akan mengetahui bahwa Aku TUHAN menguduskan Israel (Yeh 37:28 band 39:21-29). Motif ini dihubungkan dengan hukuman maupun dengan janji kepada Israel, dan keduanya bisa menjadi berkat bagi bangsa-bangsa lain. Tentang hukuman kita baca Yeh 39:23 dan tentang janji ayat 27,28. Malah dapat dikatakan bahwa segenap usaha Allah untuk menolong Israel adalah sekaligus bertujuan untuk memperlihatkan keunggulanNya kepada umum. Didalam pemberitaan para nabi selalu saja ada pengharapan bahwa bangsa-bangsa lain akan ditarik menuju pusat kehadiran Allah Israel, lalu mereka akan mengaku namaNya. Dengan cara bagaimanakah keselamatan eskatologis digambarkan dalam PL? Pokoknya ialah gambaran tentang datangnya berarak2an bangsa-bangsa, satu pawai yang besar ke arah Sion, ke arah pesta raya oikumene, menuju ke pusat dimana tersedia keselamatan, dimana ada Yahwe dan umatNya, pusat kehadiranNya, pusat dunia. Bangsa-bangsa akan datang kepada Israel dan Allahnya, sambil mencari: Gunung tempat rumah Tuhan (Yes 2:2-3, Mi 4:1-2, Yes 18:7), Taruk dari pangkal Isai (Yes 11:10),

Perjamuan di gunung Sion (Yes 25:6-8), Rumah TUHAN (Yes 56:7, Hag 2:8), Terang Sion (Yes 60), Kemuliaan TUHAN (Yes 66:18), Yerusalem (Yes 66:20; Yer 3:17; Mi7;12), Yahwe TUHAN (Yer 16:19; Za 2:11), Pengadilan oleh TUHAN (Yl 3:17), Yahwe Tsebaoth (TUHAN semesta alam) yang di Yerusalem (Za 8:22), Hari raya pondok Daun (Za 14:16-19). Sion (=Yerusalem) selaku pusat dunia (Maz 87). Sion disebut ibu... “Sion adalah ibu sekalian orang yang mengaku Yahwe selaku Bapa; bukan saja orang Yahudi dari diaspora dan para proselit, melainkan juga keseluruhan bangsa”. Bukanlah Israel yang bertindak, bukan juga bangsa-bangsa, tetapi Allah sendirilah yang bertindak terhadap Israel dalam pusat sejarah dan pusat dunia, dan dengan jalan demikian segala bangsa akan datang untuk melihat dan akhirnya disangkutpautkan dalam drama keselamatan. Bukanlah Israel yang dipanggil menjadi saksi, tetapi bangsa-bangsa menyaksikan apa yang terjadi di Israel, sehingga mereka menjadi irihati dan mencari Tuhan Israel.

3. Masa depan Mesianis Didalam pengharapan masa depan Israel, pemegang kunci ialah Almasih (Mesias) yang dijanjikan selaku pembawa keselamatan. Yang dipentingkan dalam gambaran tentang jaman yang akan datang adalah pemerintahan TUHAN atas Israel dan atas bangsabangsa lainnya, dan pemerintahan itu akan didatangkan dan dilaksanakan oleh oknum mesianis sebagai penyelamat. Seringkali pengharapan itu berpusat pada diri Daud dan keturunannya yang akan memerintah dengan adil dan damai pada masa depan sebagai raja yang diberikan Allah (2 Sam 7; 23 Yes 9:6; 11:1,10; 55:3,4; Yer. 23:5-6; 30:9 dst) yang menarik perhatian khusus bahwa disebut raja penyelamat (raja mesias) itu disebut “lemah lembut dan mengendarai seekor keledai...”. Dalam hubungan ini perlu dikemukakan bahwa raja damai itu berminat terhadap orang miskin dan orang yang ditindas, dan memberi keadilan kepada mereka yang menderita (Maz 72; Yes.9 dll.) Ciri-ciri raja itu ialah keadilan; dia akan bertindak selaku ratu adil. Oknum mesianis itu juga pernah disebut anak manusia (Dan 7:13-14, 18, 21) Ayat 18 disebutkan bahwa oknum itu disamakan dengan ‘orang-orang kudus milik yang Maha tinggi, dan ayat 27 dengan orang-orang kudus, umat yang Mahatinggi, yakni orang Yahudi yang menderita sengsara dan aniaya (ay.21) Penderitaan itu berakhir dengan

datangnya seorang yang menyerupai anak manusia dan “kerajaannya ialah kerajaan yang tidak akan musnah.” Kadang-kadang pengharapan mesianis berpaut pada orang yang diurapi TUHAN, baik ia memangku jabatan raja (Maz.2) maupun jabatan imam (Maz. 110) atau nabi (Yes. 61). Perhatian khusus diberikan kepada hamba TUHAN yang menderita seperti nyanyian2 deutero Yesaya, unsur yang menentukan dalam nyanyian-nyanyian itu ialah penderitaan sengsara. Keselamatan yang dikaruniakan TUHAN kepada Israel mempunyai aspek universil: Israel yang dibaharui oleh karena diberi keadilan oleh TUHAN menjadi pembawa keselamatan sampai ke ujung bumi. Umat yang dibaharui lahir batin dan yang kembali menjadi Israel itu sesungguhnya dibuat oleh TUHAN menjadi suatu terang bagi bangsabangsa. Kesimpulan: Pada akhir pembahasan PL ini dapat dikatakan bahwa Israel mempunyai fungsi perantara di dalam rencana Allah. Ia harus menerima dengan taat keselamatan dari Allah, janjiNya dan hukumNya, supaya dapat memperlihatkan kepada bangsa-bangsa lain siapakah Allah Israel. Fungsi perantara itu mempunyai aspek kerajaan, keimaman dan kenabian (Yes 2:2-5) a. Yerusalem/Israel menunjuk kepada pemerintahan Yahwe sebagai raja dunia. Dia menghendaki teokrasi yang universal, sehingga perang akan terhenti dan keadilan antar bangsa terjamin. b. Dari sion akan keluar undang-undang (Torah, pengajaran, petunjuk dari Tuhan). Di sini Israel akan mengajar bangsa-bangsa tentang kehendak ALLAH, setelah ia sendiri belajar melalui banyak penderitaan menempuh jalan Yahwe. c. Firman TUHAN adalah dari Yerusalem. Para nabi Israel dipanggil untuk menyampaikan firman Tuhan baik ke dalam maupun keluar. Sejarah Israel seluruhnya nerupakan nubuat universal, artinya bahwa segenap eksistensi israel berfungsi sebagai kesaksian tentang tindakan Allah dan reaksi manusia terhadapnya, tentang campur tangan Allah dalam hidup manusia, sehinga menjadi sejarah keselamatan. Zaman antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru Usaha-usaha proselitisme adalah upaya mencari anggota baru untuk masuk dalam agama Yahudi. Usaha2 proselitisme Yahudi kelihatan berkembang di abad-abad terakhir sebelum zaman Kristen dan di abad-abad pertama tarikh masehi (k.l 200 SM – 150 M) Umat Israel pada zaman PL mengenal dua macam orang asing:

a. Orang asing yang berasal dari luar negeri, dan yang hanya untuk sementara waktu berada di tanah Palestina sebagai tamu. b. Orang asing yang menetap ditengah-tengah Israel, yang tinggal tetap bersama mereka. Usaha proselitisme banyak dilakukan oleh penduduk diaspora (orang yahudi yang diluar palestina yang tersebar ke suluruh dunia), mereka telah mengalami asimilasi dalam dunia hellenis. Pada umumnya masyarakat hellenis memperlihatkan sinkritisme (percampuran agama). Agama yahudi memiliki daya tarik yang kuat, karena persekutuan dan kerukunan orang-orang percaya, karena monoteisme mereka; karena Allah yang mereka sembah tidak kelihatan dan rohani; karena kesusilaan orang yahudi yang cukup tinggi di tengah-tengah etika yang merosot. Para cendekiawan amat tertarik kepada agama yahudi yang dianggapnya sebagai filsafat agamani (ilmu). Terjemahan Septuaginta (terjemahan PL dalm bahasa Yunani) adalah senjata yang ampuh dalam usaha proselitisme yahudi. Penyalinan dilakukan sedemikian rupa sehingga para pembaca dari bangsa-bangsa lain dapat mengerti Firman Allah. Ada penyesuaian dengan cara berpikir dengan pemakaian pada jaman itu, misalnya Torah disalin dengan nomos (hukum), Yahwe dengan Kurios (Tuhan), dsb. Para penterjemah sendiri menghayati semangat jamannya. Oleh sebab itu Septuaginta dapat dipandang sebagai terjemahan “missioner” Orang-orang yahudi dalam diaspora berusaha sekuat tenaga untuk mengajak orang-orang lain menjadi proselit. Mereka tidak dituntut suatu perpindahan nasional atau sosiologis, melainkan perpindahan agama saja. Bahkan banyak dikalangan yahudi yang merasa bahwa halangan terbesar mereka adalah penyunatan, boleh dilampaui saja. Jalan yang berat yakni penerimaan kuk hukum Torat, diringankan bagi orang kafir, sehingga mereka yang berminat boleh masuk golongan sebomenoi ton theon (orang-orang yang takut akan Allah, terjemahan baru LAI: orang yang menyembah; terjemahan baru KR: orang yang menyegani Allah band. Kis 10;2,22; 13:43,50) Jumah mereka jauh melebihi orang-orang proselit sungguh-sungguh. Mereka tidak dianggap sama dengan orang yahudi. Yang terutama bagi mereka adalah pengakuan akan Allah yang benar-benar esa, dan ikut sertanya mereka dalam ibadah di rumah sembahyang (synagoge). Malahan mereka dianggap sebagai makna yang tersembunyi dari perserakan kemana-mana (diaspora) Kesimpulan: Keaktifan orang Yahudi terhadap orang kafir (orang yang bukan yahudi) tidak merupakan penyebaran agama (missi), melainkan memperlihatkan ciri-ciri khas proselitisme (memancing jiwa) atau propaganda keagamaan. Inilah yang ditentang Yesus Kristus. Tidak dapat disangkal bahwa hasil proselitisme Yahudi sangat mengesankan dan merupakan persiapan bagi pekabaran Injil. Dimana-mana para rasul Yesus Kristus menemukan proselit

dan orang-orang yang takut kepada Allah. Mereka sudah mengenal Allah Israel, sudah mempunyai dan menyelidiki PL, sudah mengharapkan kedatangan Almasih. Dengan demikian jalan Injil Kristus diratakan.

Perjanjian Baru Didalam PB muncul sesuatu yang sama sekali baru, baik terhadap PL maupun terhadap proselitisme yahudi. Mengenai hubungannya dengan PL, harus ditegaskan bahwa Yesus Kristus tidak lain adalah Israel yang sesungguhnya, Israel Baru. “Yesus Kristus dalam diriNya mewakili, merangkumi, dan menggenapi segenap sejarah umat Allah” Di dalam kehidupan, kematian dan kebangkitan AnakNya, Tuhan menyamakan Diri dengan kehidupan, kebinasaan dan pembangunan kembali umat pilihanNya dan tanahnya.... Tuhan yang bangkit itu adalah Israel yang baru. a. Yesus Pemberitaan dan tindakan Yesus terhadap orang-orang kafir merupakan kebalikan mutlak dari proselitisme yahudi. Telah kita ketahui bahwa usaha proselitisme itu kurang berdasarkan eskatologia, tetapi merupakan antisipasi dari janji-janji Allah di dalam ketidaksabarannya. Dalam PB titik tolak adalah pengharapan eskatologis mengenai pertobatan bangsa-bangsa dan penyembahan bangsa-bangsa dan penyembahan mereka kepada Allah yang benar dan tunggal. Inti pusat pemberitaan Injil adalah maklumat Yesus tentang Kerajaan Sorga yang telah mendekat (Mat 4:17) melalui para rasul Ia menyampaikan berita ini “kepada segala domba kaum Israel yang sesat” (Mat.10:5-7). Jadi keduabelas murid itu disuruh menyampaikan kepada Israel lebih dulu, tetapi serentak mereka juga merupakan Israel yang dinantinantikan, Israel eskatologis, Israel yang genap. Lengkap, baru, Israel masa depan yang dijanjikan oleh Allah. Yesus bertindak selaku hamba Tuhan yang menderita, supaya hamba Allah (Israel) kembali menunaikan fungsinya menjadi alat penarik. Mereka tidak mau mendengarkan Yesus dan mengakibatkan kesengsaraan dan kematianNya. Dalam pada itu Ia berdiri seratus persen, dimana seharusnya mereka berdiri; dan sebagai ganti mereka Ia melakukan panggilan Israel. Band mat 15:24 “Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel” Yesus diutus kepada umat Yahudi, ke Yerusalem, ke Bait Allah! Namun setiap kali ternyata bahwa Yesus tidak terikat pada batas-batas kebangsaan, kebiasaan, keagamaan. Ia datang menyelamatkan pemungut cukai dan Orang-orang berdosa (Mat 9:9-13), lain sekali dengan partikularisme yahudi. Yesus juga tidak menjauhkan diri dari orang sakit yang dianggap haram oleh agama yahudi. Bahkan perempuan pelacur dan orangorang berdosa dianggap rendah oleh yahudi namun oleh Yesus mereka ditolong. Samaria tidak lepas dari perhatianNya (Luk. 10; 17:11-19; Yoh. 4). Bahkan Yesus tidak segan menjelajah keluar negeri, artinya ke wilayah orang-orang kafir (bangsa-bangsa bukan

Yahudi), yaitu ke Tirus (Mark 7;24) dan ke Kaisarea, Filipi (8:27), dan sering Ia melintasi daerah seberang Yordan. Bahkan pada permulaan pelayananNya ia pindah dari Nazaret ke Kapernaum, karena kota itu terletak di jalan ke laut.. Galilea, wilayah bangsa-bangsa lain (Mat 4:13-15 band. Yes. 8:23). Ya namaNya menjadi termasyur sampai ke seluruh benua syam (syiria), dan dari mana-mana orang mengikuti Dia (Mat. 4:24-25). Di dalam injil-injil sinoptis (Mat, Mark, Luk), kita membaca ada dua cerita tentang pertemuan dengan orang kafir (orang dari bangsa-bangsa lain), yakni penghulu laskar di kapernaum (Mat 8:5-10, Luk. 7:1-10, yoh 4:46-53) dan perempuan Siro Fenesia (Mark. 7:24-30, Mat. 15:21-28). Dalam cerita pertama Yesus heran akan iman sebesar itu (sesungguhnya iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai pada seorangpun diantara orang Israel!, ay 10). Juga kepercayaan orang perempuan Siria-Fenesia yang sangat kuat. Dalam hubungan ini Yesus menyebut orang-orang Yahudi sebagai anak-anak sementara bangsa-bangsa lain dipanggilnya anjing-anjing, namun demikian Yesus mengabulkan permintaan mereka. Dengan menyembuhkan orang-orang sakit, maka Yesus mendekatkan Kerajaan Sorga, yaitu kerajaan yang merangkumi segala bangsa. Penyembuhan-penyembuhan barulah bersifat tanda, tetapi tanda itu menunjuk kepada masa depan yang penuh janji Allah juga bagi orangorang kafir (bangsa-bangsa lain) Mat 8:11-12 band. Luk 13:28-29: “Aku berkata kepadamu: Banyak oang akan datang dari Timur dan Barat dan duduk makan bersama-sama Abraham, Iskak dan Yakub di dalam Kerajaan Sorga, sedangkan anak-anak kerajaan itu akan dicampakkan ke dalam kegelapan yang paling gelap, disanalah akan terdapat ratapan dan kertak gigi.” Yang luar biasa dalam perkataan ini ialah bahwa di sini motif kuno tentang kedatangan bangsa berarak-arak di hubungkan dengan pemberitaan kerajaan sorga. Di sini janji PL untuk bangsa-bangsa lain diulangi, sedangkan bukanlah Yerusalem atau Bait Allah yang memegang peranan utama sebagai tujuan, melainkan konsep kedatangan bangsa-bangsa secara konsekwen diterapkan kepada basileia (kerajaan), seperti yang dimaklumkan Yesus. Disini dapat kita beda-bedakan tiga unsur mesianis: a. Bangsa-bangsa lain diinkorporasikan (dimasukkan) ke dalam janji Allah kepada para nenek moyang Israel. b. Perjamuan mesianis akan bersama-sama dirayakan oleh Israel dan bangsa-bangsa (band. Yes 25:6) c. Bait Suci masa baru yang akan didirikan tiga hari setelah kebinasaan bait yang lama (Mar. 14:58; Yoh. 2:19; Kis 6:14). Juga penyucian bait Allah di yerusalem menandakan penyediaan tempat bagi bngsa-bangsa yang akan datang pada akhir jaman. Juga mereka akan menyembah Allah yang tunggal (Mark. 11:17, band yes. 56:7) Yesus tidak melakukan pekabaran Injil dalam arti yang sebenarnya. Dia hanya melakukan tanda-tanda kasih sewaktu-waktu. Pemberitaan dan tindakan Yesus terhadap Israel menjadi

kesaksian bagi orang-orang kafir (bangsa-bangsa lain), ya bahkan oleh karena kejadiankejadian eskatologis sudah mulai terwujud, maka keselamatan bagi orang-orang kafir telah hampir. Dia berdiri di tempat Israel yang berdosa selaku hamba Tuhan yang menderita, selaku kerajaan sorga yang mendekat, agar supaya orang-orang berdosa dari antara segala bangsa bersama-sama domba-domba yang sesat dari kaum israel datang untuk diketemukan, diselamatkan dan diampuni dosanya. Untuk kedua belah pihak hanya ada satu syarat saja: pertobatan. Yesus menantikan dua tahap dalam eskatologia: seruan kepada israel dan masuknya bangsabangsa ke dalam Kerajaan sorga. Maka dari itu biasanya Ia membatasi diriNya kepada Israel:”Biarlah anak-anak kenyang dulu”(Mark. 7:27). Sebabnya Yesus datang kepada Israel ialah bahwa panggilanNya justru ditujukan kepada seluruh dunia. Perintah untuk keluar dan membawa berita Injil kepada orang-orang kafir belum diberikan oleh Yesus. Korban belum dipersembahkan sepenuhnya. Yesus mengorbankan diriNya di kayu salib bagi banyak orang (Mar. 10:45). Barulah didalam kebangkitanNya tampak kedatangan kerajaan sorga, barulah setelah kebangkitan itu Yesus memberi perintah tegas untuk keluar dan membawa kabar baik itu kepada semua bangsa (Mat 28:18-20).

b. Jemaat Pertama Di dalam kisah para rasul dapat kita bedakan beberapa golongan. Yang pertama adalah jemaat mula-mula di yerusalem yang dipimpin oleh Petrus, ialah saksi pertama kebangkitan Yesus (I Kor 15:5, band Luk 24:34 dan Yoh 20 dan 21). Untuk jemaat pertama, kebangkitan merupakan tanda pemulihan kembali persekutuan antara Tuhan dengan murid-muridNya, juga antara murid yang satu dengan yang lain. Kebangkitan adalah bukti bahwa kerajaan sorga telah datang dan fakta menggembirakan ini harus diberitakan kemana-mana dan Yesus sebagai isi pusat pekabaran injil. Dialah autobasileia (kerajaan Allah dalam diriNya) menurut ungkapan Origenes. Petrus selaku pimpinan jemaat pertama berkhotbah, pemberitaan Petrus ditujukan kepada orang-orang Yahudi (dan proselit), di dalam isinya yang berkisar pada Yesus, dapat dibedakan beberapa pokok yang setiap kali berulang kembali: 1. Penggenapan PL (Kis.2:16; 3:18-24). Masa persiapan yang berlangsung sampai dengan Yohanes Pembabtis telah lewat. 2. Zaman keselamatan itu telah didatangkan oleh pelayanan, kematian dan kebangkitan Yesus. Segala sesuatu itu terjadi sesuai dengan janji. Dialah Anak Daud (Kis.2:30-31 band. Maz 132:11). Ia telah melakukan mujizat dan tanda-tanda (2:22) dan perbuatan baik (10:38). Dialah hamba Allah, namun demikian Dia kamu bunuh (Kamu=orang yahudi). Tetapi sesuai dengan janjiNya, Allah membangkitkan Yesus.

3. Peninggian dan pembangkitan. Yesus ditinggikan oleh tangan Allah (2:33; 5:31 band. Maz. 110:1). Jadi seluruh kaum Israel harus tahu dengan pasti, bahwa Allah telah membuat Yesus yang kamu salibkan itu menjadi Tuhan dan Kristus (2:36 band. 5;31). 4. Kepada para saksi kebangkitan Yesus Kristus dikaruniakan Roh Kudus selaku tanda kekuasaan dan kehadiranNya yang mulia (2:33; 5:32). 5. Yesus akan datang kembali sebagai hakim (3:21; 10:42) 6. Pada akhir pemberitaan selalu ada seruan untuk bertobat, ada penawaran keampunan dan karunia Roh Kudus, ada penawaran hidup bahagia; jalan untuk memperoleh semuanya itu ialah melalui baptisan (2:38-39; 3:19,25-26; 4:12; 5:31; 10:43). 7. Para rasul memperkenalkan diri sebagai saksi kebangkitan Yesus (2:32; 3:15; 5:32; 10:41-42. Demikianlah kerygma (pemberitaan) jemaat Yerusalem yang ditujukan kepada orang-orang yahudi. Tetapi disamping berPI kepada orang-orang yahudi, Petruspun menerima orangorang bukan Yahudi, Kornelius (Kis 10-11) dan ia bersedia makan bersama dengan orangorang kristen asal bukan yahudi yang tidak bersunat (Gal. 2:12). Baptisan dalam jemaat pertama sebagai tanda pengampunan dosa dan penerimaan Roh Kudus (Kis 2:38, band. 10:47-48). Golongan kedua yang terdapat pada jemaat pertama ialah umat Kristen-Yahudi yang partikularis. Golongan ini disebut “beberapa orang dari golongan Farisi yang telah menjadi percaya (Kis 15:5). Mereka ingin membebankan taurat Musa kepada orang kristen baru asal bangsa-bangsa lain; kalau tidak mengadakan deskriminasi (perbedaan). Mereka itu oleh paulus disebut “saudara-saudara palsu... yang menyusup masuk, yaitu mereka yang menyelundup ke dalam untuk menghadang kebebasan kita mau diganti dengan perhambaan lagi! Sangat boleh jadi mereka sama dengan “beberapa orang dari kalangan Yakobus” (Gal 2:12). Yang ditekankan dalam pemberitaan mereka adalah ‘melakukan hukum Taurat’ (Gal.3:2). Dikemudian hari setelah keruntuhan kota Yerusalem, jemaat ini mengungsi, semakin hari makin terpencil dan bersifat sektaris. Namanya menjadi para Ebyonit (orang-orang miskin, (band Mat 5:3; Rom 15:26). Akhirnya mereka boleh dikata hilang dari halaman-halaman sejarah, andaikata mereka tidak turut mempengaruhi nabi Muhammad. Golongan ketiga adalah umat Kristen-yahudi peranakan Gerika; jadi orang-orang yahudi dari diaspora yang sudah masuk kristen. Mereka masih disebut orang hellenis dalam Kis 6:1. Juga golongan ini berpusat di Yerusalem, namun akibat penganiayaan mereka berserak-serak ke daerah Yudea dan Samaria (Kis. 8:1) dimana mereka mulai mengabarkan Injil (8:4), misalnya Filipus kepada orang-orang Samaria (8:5,26), bahkan seorang sida-sida yang berasal dari Etiopia, rupanya seorang proselit ditobatkannya sampai dibaptis (8:26-40). Kemudian yang menjadi pusat PI adalah Kaisarea (8:40; 21:8). Kegiatan misioner golongan ini tak terbatas: Fenesia, Siprus, Antiokhia (11:19) dimana Injil Tuhan Yesus dibawa sampai kepada orang-

orang kafir (orang-orang Yunani, 11:20). Berkat pekerjaan itu sejumlah orang dibawa kepada Tuhan (11:24,26). Disitupun untuk pertama kali para murid disebut Kristen (11:26). Antiokhia menjadi pusat bagi usaha misioner yang berencana. Barnabas yang berasal dari Siprus, dialah yang berhasil menemukan Paulus dan membawanya ke Antiokhia (11:25). Pada saat itupun jemaat di Iskandaria dan Roma didirikan. Golongan ke tiga ini menjauhkan diri dari Bait Allah (6:13-14). Isi pemberitaan mereka ialah tentang Kerajaan Allah dan tentang Yesus Kristus (8:12) atau Injil Yesus (8:35) kalau terhadap orang-orang yahudi atau proselit; sedangkan terhadap orang-orang kafir (bangsabangsa lain) yang diutamakan adalah bahwa Yesus itu Kurios (Tuhan). Pemberitaan ini berimplikasi meninggalkan berhala-berhala yang sia-sia dan bertobat kepada Allah yang hidup (14:15). Umat kristen Yahudi hellenis ini tidak meragu-ragukan lagi bahwa Injil Yesus Kristus dialamatkan kepada orang-orang Yahudi maupun kepada orang-orang kafir (orangorang bukan Yahudi). Golongan ke empat adalah umat Kristen dari orang-orang kafir (bangsa-bangsa lain). Mereka adalah hasil dari perjalanan PI pertama Paulus dan kawan-kawannya (Kis 13 dan 14). Sesampainya di Antiokhia mereka melaporkan bahwa “Ia (Allah) telah membuka pintu bagi bangsa-bangsa lain kepada iman.” (14:27). Hal itu menjadi perselisihan antara Antiokhia (golongan ketiga) dan Yerusalem (terutama golongan kedua), dimana Petrus menengahi perselisihan tesebut. Paulus dan Antiokhia menekankan persatuan gereja dan kesatuan aksi misionernya (Gal. 2:1-10). Keduabelah pihak mufakat bahwa Israel mempunyai prioritas, yaitu prioritas dalam urutan sejarah keselamatan. Tetapi itu tidak berarti bahwa bangsabangsa lain tidak mempunyai hak untuk diselamatkan namun harus menjadi orang Yahudi dahulu. Dalam konven (sidang) sinode itu tercapai kata mufakat bahwa orang-orang yang bertobat dari bangsa-bangsa lain tidak harus dibebani dengan larangan-larangan makan daging yang dipersembahkan kepada berhala, darah, daging binatang yang mati lemas dsb. ataupun bersunat. Jadi kepada orang kristen asal kafir tidak dituntut bersunat. Untuk menyatakan prioritas Israel maupun kesatuan gereja dan pekabaran injil, maka orang-orang Kristen yang tidak bersunat berjanji menyerahkan pemberian-pemberian uang kepada orang-orang miskin yang di yerusalem (Gal. 2:10, band. Kis 11:29-30; 12:25). Dan sebaliknya Yerusalem menyetujui pekabaran Injil diantara bangsa-bangsa bukan Yahudi.

c. Paulus Rasul Paulus mengembangkan kegiatan misioner yang sangat besar di Asia Kecil, di Yunani dan ahirnya di Roma (melalui Yerusalem). Ia digelari seorang pemikir PI yang ulung, seorang teologiawan atas karunia Roh Kudus. Beberapa pokok pemikirannya tentang PI dapat dilihat berikut:

1. Tugas untuk memberitakan Injil Yesus Kristus universal (tidak ada batasnya). Namun Paulus terpanggil secara khusus untuk bekerja diantara orang-orang kafir, orang-orang yang tak bersunat. Karena Kristus ia telah menerima kasih karunia dan jabatan rasul untuk menuntun semua bangsa, supaya mereka percaya dan taat kepada namaNya (Rom 1:5). Kepadanyalah dipercayakan “pemberitaan Injil untuk orang-orang yang tak bersunat (Gal. 2:7, band Kis 9;15). 2. Jabatannya sebagai rasul adalah jabatan istimewa. Terlebih dulu ia bertindak selaku penganiaya jemaat pertama. Ia seakana-akan seorang anak yang lahir sebelum waktunya (1 Kor. 15:8). “Karena aku aalah yang paling hina dari semua rasul (15:9). Tetapi karena karunia Allah dia telah bekerja lebih keras dari mereka sekalian (15:10). Semua apostolatnya ditujukan kepada orangorang kafir (yang bukan yahudi) 3. Injil harus diberitakan kepada segala kuasa yang ada di langit dan di bumi; pemerintah dan penguasa, singgahsana dan kerajaan (Ef. 3:10, band Kol. 1:16). Bukankah Allah mempunyai klaim atas seluruh dunia yang diciptakanNya baru di dalam Kristus (2 Kor. 5:17 dab). Kepada rasul dipercayakan pelayanan pendamaian, yaitu berita pendamaian kepada dunia (ay 18-19). Yesus kristus adalah Tuhan atas segla yang ada di dunia ini (Flp. 2:10-11), berdasarkan korbanNya diatas kayu salib (ay.8). 4. Pergumulan tentang hukum Torat. Kita mempunyai kebebasan di dalam Yesus (Gal. 2:4). Ia telh memerdekakan kita supaya kita sungguh-sungguh merdeka (5:1). Dimana Kristus diberitakan disanalah Ia Tuhan, dan Dialah kegenapan hukum Torat (Rom 10:4). Roh Kristus bukanlah roh perbudakan atau roh ketakutan (Rom 8:15), melainkan Roh kemerdekaan (2 Kor 3:17). Kemerdekaan itu bukan atas jasa manusia (karena semua manusia telah berbuat dosa), malainkan atas anugerah Allah belaka. 5. Orang percaya dibenarkan karena Kristus. Kebenaran Allahlah yang dinyatakan di dalam Inji (Rom. 1:17). Siapa yang menerima Injil itu, ia dibenarkan, artinya ia ditempatkan didalam hubungan yang semestinya dengan Allah. 6. Dengan demikian maka segala orang percaya menjadi “anak-anak Abraham” (Gal. 3:7) dan diberkati bersama-sama Abraham (ay.9), “bapa kita semua” (Roma 4;16). “Dan jikalau kamu adalah milik Kristus, maka kamu juga adalah keturunan Abraham dan berhak menerima janji Allah (Gal. 3:29). 7. Menurut pandangan Pauluspun, Israel mempunyai prioritas, baik dalam hukuman (Rom 2:9), maupun dalam keselamatan menurut rencana Allah (Rom 1:16; 2:10). Tetapi sebagiana dari Israel telah menjadi tegar dan tidak mau menerima Almasihnya (Rom.11:25). Dan sebagian yang lain, yakni orang-orang Kristen asal Yahudi , merupakan sisa Israel yang setia (11:5). “orang-orang yang terpilih itu dipertentangkan dengan orang-orang lain yang telah tegar hatinya.” Tetapi bagi Pulus “seluruh Israel” masih menantikan keselamatan (Rom.11:26);

meskipun bangsa-bngsa lain akan mendahuluinya (11:25). Dan justru paulus menganggap tujuan apostolatnya diantara bagsa-bangsa adalah untuk membangkitkan cemburu di dalam hati orang-orang yahudi (11:11,14). didalam apostolatnya rasul Paulus mempersembahkan korban kepada Allah, yaitu bangsa-bangsa yang disucikan oleh Roh Kudus (15:16). Di dalam pertobatan orang-orang kafir mulailah datang, berarak-arak bangsa-bangsa, sungguhpun israel sebagian besar belum menunaikan tugas – panggilannya. Tetapi sebaliknya paulus mengadakan suatu persembahan dari jemaat-jemaat kristen asal kafir di makedonia dan Akhaya bagi “orang-orang miskin diantara orang-orang kudus di Yerusalem (15:25-26). Hal itu sepantasnya sebab jika bangsa-bangsa lain telah beroleh bagiab dalam harta rohani orang-orang yahudi, maka wajiblah juga bangsa-bangsa lain itu melayani orang yahudi dengan harta dunawi mereka (15:27). Oleh sebab itu Paulus harus pergi ke Yeruslem, sebelum dapat berkunjung ke Roma (15:23-25), untuk membawa persembahan itu kepada “sisa Israel”. Perjalanan ke Yerusalem ini tidak kurang dari tanda persembahan syukur eskatologis dari pihak bangsa-bangsa dan tanda kedatangan mereka menuju ke Sion.

d. Penginjil-penginjil Sinoptis 1. Markus Injil markus merupakan Injil tertua berasal dari kalangan Kristen asal kafir. Adalah Yohanes markus penulisnya, ia menyertai Paulus pada perjalanan misinya yang pertama (Kis. 12:12,25 band. 15:37). Isi Injil Markua ad banyak persamaannya dengan kerygma rasuli, seperti yang terdengar dari khotbah-khotbah Petrus. Injil Markus dapat dibagi menjadi tiga bagian a. Pekerjaan Yesus masih terbatas kepada Israel (1:14-8:26), namun disan sini sudah terbuka kemungkinan bagi bangsa-bangsa kafir. b. Terutama terbatas pada para murid (8:27-10:45), memperhatikan menolak Yesus, universlisme. c. Karena orang-orang Yahudi maka orang-orang kafir memperoleh bagian keselamatan pemberian Yesus (10:46-16:8). Kematian Yesus sebenarnya merupakan hukuman definitif atas agama yahudi dan atas umat yahudi. Dan hukuman itu berarti penerimaan orang-orang kafir. Tirai bait Allah terbelah menjadi dua (15:38). Dan penghuu laskar yang mengaku “Sungguh Ia ini adalah Anak Allah” (15:39) adalah yang pertama yang menerima tebusan bagi banyak orang, dan akan disusul oleh banyak lagi orang. Yang terutama jelas sekali ialah 13:10 “tetapi Injil harus diberitakan dahulu kepada semua bangsa”. Bagi

markus, masa israel sudah lewat, dan sudah terbuka lebar jalan untuk bangsabangsa. Di sini PI kepada umat Yahudi tidak menjadi soal lagi.

2. Matius Latar belakang Injil Matius adalah jemaat Kristen asal Yahudi, bahkan Injil ini merupakan pergumulan dengan umat Yahudi sendiri. Di satu pihak ada kecenderungan untuk melepaskan diri dari keyahudian, Torat, Bait Allah, sunat, kewibawaan para ahli Torat dsb; tetapi di pihak lain terasa panggilan justru untuk memberitakan Injil kepada umat Yahudi. Di satu pihak dikecamnya secara tegas oleh Yesus para farisi (ps. 23), dipihak lain ditekankannya kontinuitas Torah itu (5:17; 24:12,dll). Di sini tercermin adanya pergumulan jemaat, suatu jemaat yang ditempatkan di dalam suasana Yahudi, padahal tidak diterima di sana. Jemaat itupun mempunyai pejabat-pejabat istimewa: nabi-nabi, orang-orang bijaksana dan ahli-ahli Torat (23:34, band. 13:52). Di sini nampak bahwa gereja sedang berpisah degan sinagoge, namun gereja lagi mencari jalan untuk menyalurkan Injil. Namun sementara itu pandangan para murid sedang diarahkan serentak kepada seluruh dunia (Mat. 24:14) Berita tentang Kerajaan Sorga senantiasa merupakan pusat dalam khotbah-khotbah Yohanes Pembaptis dan Yesus. Demikian juga dalam perumpamaan-perumpamaan, firman tentang Kerajaanlah yang ditaburkan (13:19). Fungsi perumpamaan itu adalah hendak menyembunyikan rahasia kerajaan itu kepada banyak orang (13:11). Dan pemberitaan tentang kerajaan itu adalah melalui penaburan “anak-anak kerajaan” di ladang, yakni dunia (13:38). Proses penaburan itu berjalan terus sampai akhir jaman, malah menentukan akhir jaman itu. “anak-anak Kerajaan” adalah orang-orang Kristen dalam konfrontasi yang tajam degan orang-oranga Yahudi. Mengenai panggilan misioner, jemaat ini masih merasa dirinya sangat terkat kepada Israel (10:5-6; 10:23), tetapi serentak pula jemaat sadar akan panggilannya selaku sisa Israel, selaku domba-domba Israel yang tersesat dan yng ditemukan kembali untuk mengabarkan keselamatan itu di sekuruh dunia. Berita yang berisi hukuman dan damai untuk yang bertobat dialamatkan kepada sekalian bangsa. Bila berita itu telah dikabarkan, akan tiba kesudahannya, yakni pemisahan kafir (pemisahan orang yang bertobat dengan yang tidak bertobat) (fas. 25). Dan umat yang baru itu disebut laos 91:21), ethnos (21:43), atau ekklesia (16:18), dan terutama para murid Tuhan Yesus (28:19). 3. Lukas

Dalam Injil Lukas tidak terdapat perkataan Yesus yag menyuruh murid-muridNya untuk memberitakan datangnya Kerajaan sorga, selagi Dia masih hidup. PI adalah fungsi gereja, jadi merupakan usaha dalam masa setelah kebangkitan atau masa yang diriwayatkan dalam Kisah para Rasul. Yang terpenting disini adalah amanat perpisahan dari Tuhan yang telah bangkit itu dalam Luk. 24:46-49 (baca!) Disini kita mendengar beberapa unsur baru: a. b. c. d. e.

PI adalah penggenapan janji-janji Perjanjian Lama (ay.47) Isi PI adlah seruan untuk bertobat dan penawaran pengampunan dosa (ay.47) Para murid itu dipanggil untuk menjadi saksi (ay.48) Yerusalem adalah titik pangkal jalan pekabaran Injil di seluruh dunia. PI tidak dapat dilakukan tanpa penyertaan Roh Kudus (ay. 49

Selanjutnya tulisan Lukas termuat dalam Kisah Para Rasul yang menceritakan PI ke seluruh dunia dengan penyertaan Roh Kudus. e. Sisa Perjanjian Baru Sejak Petrus dan Paulus mati syahid, berakhirlah masa PI yang pertama. Mulailah masa konsolidasi dan pembangunan Gereja. Terutama disebabkan oleh penganiayaanpenganiayaan dalam kekaisaran Romawi, maka jemaat lebih menekankan sifat defensifnya dari pada sifat ofensifnya. Bukanlah aksi misioner yang diutamakan namun eksistensi missioner dari jemaat, yakni keadaanya di tengah-tengah dunia yang bermusuhan. Itulah kesaksian utama, kesaksian tentang Raja dunia yang diwakili jemaatNya yang lemah dan yang menderita. Di sini kita mengkhususkan Injil Yohanes. Di dalam Injil ke empat ini kehidupan jemaat lebih ditekankan daripada kegiatan missioner. Yang menjadi soal pokok ialah hubungan terhadap umat yahudi dan masyarakat hellenis. Jelaslah bahwa keselamatan yang dari Kristus itu bersifat universil. Dialah juru selamat dunia (Yoh 4:42). Dialah Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia (1:29), malah Allah mengasihi dunia ini (3:16). Dan sungguhpun dunia membenci Yesus (7:7) tetapi Dialah terang dunia (8:12). Penolakan umat Yahudi sudah tampak jelas tatkala Injil Yohanes ditulis. Barangsiapa yang percaya (lepas dari latar belakang atau asalnya), beroleh keselamatan di dalam Yesus Kristus (3:14). Pokoknya ialah kepercayaan kepada Anak Manusia: itulah jalan ke hidupan (14:6). Sangat ditekankan bahwa jemaat Kristen berada dalam keadaan missioner di tengah-tengah dunia, malah dibenci oleh dunia itu (15:19). Dan mereka ditempatkan di situ diutus oleh Kristus, sama seperti Kristus diutus ke dunia oleh Allah (17:18, band. 20:21). Dan Roh Kudus “Penghibur yang akan diutus oleh Bapa atas nama Yesus (14:26, band. 16:7) akan menyertai dan menguatkan orang-orang percaya untuk selamanya (14:16, band. Mat 28:20).

Paradigma Misi Modern Era modern atau pencerahan dimulai pada abad ke 17, meskipun petunjuk-petunjuk bahwa dunia dan pandangan pertengahan sudah mulai berantakan dapat diamati sejak abad ke 14. Kosmologi Abad Pertengahan telah dibangun lebih kurang mengikuti garis-garis berikut: Allah Gereja Raja dan para Bangsawan Rakyat Binatang, Tumbuh-tumbuhan, Benda-benda Orang tak boleh mengganggu gugat struktur ini. Di dalam tatanan benda-benda yang telah ditetapkan oleh yang ilahi ini, masing-masing manusia serta serta paguyubanpaguyuban harus mempertahankan tempat mereka masing-masing dalam hubungan denga Allah, gereja dan raja. Menurut era ini, Allah menghendaki bahwa rakyat jelata menjadi rakyat jelata dan bangsawan menjadi bangsawan. Namun melalui serangkaian peristiwa - Renaisans, Reformasi Protestan (yang menghancurkan kesatuan yang telah berabad-abad dan demikian juga dengan kekuatan Gereja Barat), dan hal-hal yang serupa – gereja perlahan-lahan dihapuskan sebagai faktor untuk megesahkan struktur masyarakat. Pengesahan kini langsung dari Allah kepada raja, dan dari raja kepada masyarakat. Pada abad Revolusi (khususnya abad ke 18) kekuasaan yang sesungguhnya dari raja dan para bangsawan juga dihancurkan. Rakyat jelata kini sampai tingkat tertentu memandang diri mereka berhubungan langsung dengan Allah, tidak lagi melalui raja atau para bangsawan dan gereja. Kembali dalam abad Ilmu Pengetahuan (Modern), Allah pada umumnya dihapuskan dari stuktur pengesahan masyarakat. Masyarakat, mula-mula dengan rasa terkejut, menemukan bahwa mereka dapat mengabaikan Allah dan gereja, namun keadaan mereka tidak menjadi lebih buruk. Kini manusia melepaskan semua yang adikodrati (Allah, gereja dan raja) dan mulai memandang pada tingkat keberadaan yang sub-manusia, kepada binatang, tumbuhan dan benda-benda. Manusia mendapatkan keberadaan dan keabsahannya dari “bawah” dan bukan lagi dri “atas”. Dua pendekatan ilmiah menjadi ciri Pencerahan : Empirisme dari Bacon (yang diuraikan, antara lain dalam Novum Organon) dan Rasionalisme dari Descrates (yang menerbitkan bukunya Discourse sur la methode tahun 1637 dengan ucapan yang terkenal “Cogito, ergo sum” [“saya berpikir oleh karena itu saya ada”]. Kedua

pendekatan ini bekerja berdasarkan premis bahwa nalar manusia mempunyai suatu tingkat otonomi tertentu. Namun, baik Bacon maupun Descrates tidak menganggap teori-teori mereka tentang kemajuan ilmiah dalam pengertia apapun mengancam iman Kristen. Akan tetapi, pada masa sesudahnya karya rintisan mereka ilmu pengetahuan semakin dianggap berlawanan dengan iman Kristen. Ciri-ciri Paradigma Abad Pencerahan: 1. Pencerahan adalah Zaman Penalaran. Dikemudian hari ucapan Descrates, Cogito, ergo sum, akhirnya berarti bahwa pikiran manusia dianggap sebagai titik tolak yang pasti untuk segala pengetahuan. Penalaran manusia itu “alamiah” artinya diperoleh dari tatanan alam dan oleh karenanya bebas dari segala norma tradisi ataupun praduga. Penalaran mewakili suatu warisan yang dimiliki tidak hanya oleh “orang-orang percaya” melainkan juga semua orang secara merata. 2. Pencerahan bekerja dengan skema subyek-obyek Hal ini berarti bahwa ia memisahkan manusia dengan lingkungannya dan memampukannya untuk meneliti dunia binatang dan mineral dari sudut pandangan obyektivitas ilmiah. Alam bukan lagi “ciptaan” dan tidak lagi menjadi guru bagi manusia, melainkan obyek analisis mereka. Res cogitans (umat manusia dan pikiran manusia) dpat meneliti res extensa (keseluruhan dunia yang non manusia). Bahkan manusia tidak lagi dianggap sebagai suatu keberadaan yang menyeluruh malainkan dapat dilihat dan dipelajari dari berbagai perspektif: sebagai mahkluk yang berpikir (filsafat), sebagai mahkluk sosial (sosiologi), sebagai mahkluk religius (studi-studi agama), sebagai mahkluk fisik (biologi, fisiologi, anatomi dan ilmu-ilmu yang terkait), sebagai mahkluk budaya (antropologi budaya) dst. Jadi umat manusia dan pikirannya tidak mempunyai batas. Seluruh bumi dapat didiami dan ditaklukkan dengan keberanian. Samudera dan benua ditemuka, sistem koloni diperkenalan. Seolah-olah ada kekuasaan yang tidak dikenal sebelumnya, kini dibebaskan. Suatu keyakinan yang luar biasa menguasai manusia; mereka merasa bahwa sesuatu yang “riil” itu baru mulai menampakkan dirinya. Dunia fisik dapat dimanipulasi dan diekploitir 3. Pencerahan: penghapusan maksud Refleksi Yunani kuno dan Abad Pertengahan percaya akan kausalitas (sebab akibat) kejiwaan dan menganggap maksud sebagai sebuah kategori penjelasan di dalam fisika. Dimensi-dimensi teleologi ini adalah penting bagi orang-orang kuno. Namun sejak abad 17 dan selanjutnya, ilmu pengetahuan telah tegas-tegas menjadi non-teleologis. Ia tidak dapat menjawab pertanyaan oleh siapa dan untuk maksud apakah alam ini

terjadi; bahkan ia tidak tertarik terhadap pertanyaan tersebut. Ilmu pengetahuan modern cenderung menjadi sepenuhnya deterministik (sebab menentukan akibat), karena hukum-hukum yang tidak berubah dan secara matematis stabil menjamin hasil yang diharapkan. Pikiran manusia manjadi tuan dan pendorong (inisiator) yang dengan cermat merencanakan ke depan untuk segala kemungkinan dan semua proses dapat sepenuhnya dipahami dan dikendalikan. Kehamilan, kelahiran, penyakit dan kematian kehilangan sifat misterinya; mereka berubah menjadi proses-proses biologis-sosiologis semata-mata. 4. Pencerahan: keyakinan akan kemajuan Gagasan untuk berlayar menembus benua-benua bagi generasi Pencerahan cukup memikat dan merangsang. Orang kini mengungkapkan sukacita dan kegairahan karena adanya kemungkinan untuk melintasi bumi dan ‘menemukan’ wilayah-wilayah baru untuk melihat fajar baru di dalam dunia yang kelam. Bangsa-bangsa Barat merebut bumi dan memperkenalkan sistem koloni. Suatu keyakinan yang sulit dikendalikan memenuhi mereka ketika mereka mempersiapkan hari esok mereka. Mereka yakin bahwa mereka mempunyai kemampuan dan kehendak untuk menciptakan ulang dunia sesuai gambar mereka. Gagasan tentang kemajuaan tampak dalam program-program pembangunan yang dilakukan oleh bangsa Barat terhadap apa yang disebut dunia ke tiga. Akibat dari pekerjaan tersebut terungkap dalam model kehidupan yang konsumerisme, kepemilikan materi dan kemajuan ekonomi. Mereka ingin membangun dunia ke tiga dengan gagasan modernisasi. Dalam paradigma ini lawan modernisme adalah keterbelakangan, suatu kondisi yang harus diatasi dan ditinggalkan oleh bangsabangsa yang “tidak maju”. Yang baru dalam model in8 adalah keinginan untuk meyebarkan kekayaan juga diantara mereka yang kurang beruntung, namun dalam analisis terakhir (setelah duapuluh lima tahun dianalisis), masalahnya bukanlah keuntungan atau kekayaan bagi semua, melainkan kekuasaan, karena egoismelah yang menentukan segala-galanya. 5. Pencerahan: pengetahuan ilmiah itu bersifat faktual, bebas nilai dan netral Yang membuat suatu keyakinan itu benar, ialah fakta dan fakta ini tidak sedikitpun juga melibatkan pikiran orang yang mempunyai keyakinan tersebut. Suatu keyakinan itu benar bila ada suatu fakta yang sesuai dan salah bila tidak ada fakta yang sesuai dengannya. Fakta mempunyai nyawanya sendiri, bebas dari pengamat. Fakta secara obyektif adalah benar. Karl Popper, mendefinisikan “pengetahuan atau pikiran dalam suatu pengertian obyektif” sbb: (Ia)...sama sekali bebas dari klaim pengetahuan siapapun; niapun bebas dari keyakinan siapapun.... Pengetahuan dalam pengertian

yang obyektif adalah pengetahuan tanpa si pengetahunya (the knower); pengetahuan adalah pengetahuan tanpa subyek yang mengetahuinya.” Berbeda dengan fakta, Nilai didasarkan bukan atas pegetahuan, melainkan pada opini, pada keyakinan. Fakta tidak dapat diperdebatkan; nilai, pada pihak lain adalah masalah preferensi dan pilihan. Agama ditempatkan pada ranah nilai-nilai ini karena ia didasarkan pada pemahaman-pemahaman subyektif dan tidak dapat dibuktikan benar. Ia dipindahkan ke dunia opini yang pribadi dan dipisahkan dari dunia fakta publik. 6. Pencerahan: semua masalah pada prinsipnya dapat dipecahkan Semua masalah pada dasarnya dapat dipecahkan. Sudah tentu masih banyak yang beum terpecahkan, namun ini semata-mata karena kita belum menguasai faktanya yang relevan. Segala sesuatu dapat dijelaskan atau setidak-tidaknya dapat dibuat jelas. Tidak ada celah atau misteri yang selama-lamanya akan menentang pikiran manusia yang sudah dibebaskan dan yang terus menerus menyelidik. Cakrawalanya tidak terbatas. Ilmu pengetahuan dianggap sebagai sesuatu yang kumulatif dan yang mencakup segala-galanya. Terus bertumbuh, selalu maju ke depan dan meningkat bersamaan dengan meningkatnya himpunan data pengamatan. Kuasa alam yang jahat dan eksternal akhirnya menyerah pada perencanaan manusia dn penalarannya, hingga memampukan manusia untuk menciptakan kembali dunia dengan gambarnya dan menurut rancagan mereka sendiri. 7. Pencerahan menganngap manusia sebagai individu yang dibebaskan dan otonom Pada Abad Pertengahan paguyuban diutamakan lebih dari pada individu, meskipun tekanan individu dapat ditemukan dalam teologi Barat oleh Agustinus dan Luther, namun tekanan individu di sini tidak pernah bebas dan otonom melainkan berdiri dalam hubungan dengan Allah dan gereja. Kini individu menjadi penting dan tertarik di dalam dan kepada diri mereka sendiri. Oleh karena itu, kredo utama Pencerahan adalah iman kepada manusia. kemajuannya dijamin oleh persaingan bebas antar manusia yang mengejar kebahagiannya. Keswasembadaan individu sebagai sebuah kredo yang suci diagungkan mengatasi tanggung jawab sosial. “Tidak ada yang mutlak; kebebasan itulah yang mutlak” Pada prinsipnya tidak perlu lagi ada orang-orang dan kelas-kelas istimewa. Semua oranga dilahirkan sama dan memiliki hak-hak yang sama pula. Namun semua ini tidak diperoleh dari agama, melainkan dari “alam”. Jadi pada satu pihak, manusia lebih penting dari pada Allah; namun pad pihak lain pada dasarnya ia tidak berbeda dengan binatang dan tumbuh-tumbuhan. Oleh karena itu individupun dapat diturunkan

derajatnya ke tingkat mesin, dimanipulasi dan dieksploitasi oleh mereka yang ingin menggunakannya untuk maksud-maksud mereka.

Related Documents

Diktat Misiologi
February 2021 1
Diktat Misiologi
February 2021 1
Diktat Hikmatuliman
February 2021 1
Diktat Hypnosis
February 2021 1
Diktat Kristologi
February 2021 1
Diktat Codeigniter
January 2021 1

More Documents from "Garry"