F5 Dan F6 Borang Puskesmas Internsip

  • Uploaded by: Yosep Krisdianto
  • 0
  • 0
  • February 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View F5 Dan F6 Borang Puskesmas Internsip as PDF for free.

More details

  • Words: 3,873
  • Pages: 20
Loading documents preview...
F5. Pencegahan dan pemberantasan penyakit menular dan tidak menular 1. upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit DBD Latar Belakang Surveilans epidemiologi merupakan suatu kegiatan yang sangat penting dalam mendukung pengendalian dan penanggulangan suatu penyakit menular maupun penyakit tidak menular dalam pengendalian dan penanggulangan penyakit demam berdarah dengue (DBD). Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit akut yang disebabkan oleh infeksi virus yang yang dibawa oleh nyamuk Aedes Aegypti, jenis nyamuk ini menyerang pada saat musim hujan. Untuk mengendalikan dan menanggulangi penyakit DBD tersebut, peran pemerintah dalam menangani penyakit DBD tersebut sangatlah penting dalam mengambil sebuah keputusan atau suatu kebijakan untuk mengatasi masalah tersebut. Dalam mengambil sebuah kebijakan untuk mengatasi masalah kesehatan tersebut yang akan diambil oleh pemerintah sangat dipengaruhi oleh pelaksana surveilans yang akan dilakukan oleh para tenaga surveilans, sehingga sangatlah penting bagi kita untuk mengetahui bagaimana proses pelaksana surveilans yang akan dilakukan hingga bisa muncul kebijakan khusus yang sangat berkaitan dengan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD yang terjadi di kabupaten kepahiang sejak awal tahun 2019 hingga saat ini terus bertambah. Bahkan dari data dinas kesehatan kepahiang, tercatat hingga saat ini sebanyak 173 warga kabupaten kepahiang terjangkit DBD.

Permasalahan 1. Meningkatnya kasus kejadian DBD di wilayah pasar kepahiang. 2. kurangnya tingkat pengetahuan masyarakat terhadap DBD 3. cara pemberantasan nyamuk DBD di wilayah puskesmas pasar kepahiang.

Perencanaan dan penatalksanaan intervensi 1.Melakukan penyuluhan tentang pencegahan dan pemberantasan dengan memberikan informasi DBD kepada masyarakat. 2.melakukan fogging ditempat kasus DBD 3.serta pembagian cairan abate 4. pemberantasan sarang nyamuk/ pemutusan rantai perkembangan nyamuk dengan beberapa cara seperti 3M (menguras,menutup,mengubur), memelihara ikan pemakan jentik-jentik nyamuk.

Pelaksanaan Menyampaikan kepada masyarakat terutama di jalan baru kepahiang tentang pencegahan dan penanggulangan DBD tersebut. Sehingga bisa dilakukan tindakan fogging, pembagian abate serta mengajak masyarakat jalan baru untuk melakukan pemberantasan sarang nyamuk/ pemutusan rantai perkembangan nyamuk dengan melakukan 3M (menguras,menutup,mengubur).

Monitoring dan evaluasi Pemantauan perkembangan kasus DBD di jalan baru setelah dilakukan upaya pencegahan dan pemberantasan.

2. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit diare Latar belakang Untuk menciptakan bangsa yang memiliki kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat dibutuhkan kerjasama masyarakat dalam menjalankan pembangunan kesehatan. Pembangunan kesehatan di Indonesia berfungsi untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat sehingga setiap orang dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Pembangunan kesehatan di Indonesia masih perlu pembenahan yang terkonsentrasi guna mewujudkan pembangunan kesehatan yang memiliki pengaruh signifikan

terhadap tingkat kesehatan masyarakat Indonesia yang optimal. Disinia, peran masyrakat dan perangkat-perangkat kesehatan memiliki peran yang sangat penting, salah satu perangkat kesehatan tersebut adalah puskesmas. Puskesmas merupakan sebuah institusi pelayanan kesehatan pembangunan kesehatan milik pemerintah. Upaya kesehatan puskesmas meliputi upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangan. Puskesmas merupakan penyelenggara UKM maupun UKP di srata pertama pelayanan kesehatan, dan merupakan unit pelaksana

teknis

dinas

kesehatan

kabupaten

atau

kota

yang

bertanggungjawab

menyelenggarakan sebagian tugas pembangunan ksehatan di kabupaten atau kota. Pada umumnya masalah penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan yang masih merupakan masalah kesehatan terbesar di Indonesia baik dikarenakan masih buruknya kondisi sanitasi dasar, lingkungan fisik maupun rendahnya perilaku masyarakat untuk hidup bersih dan sehat, dan masih banyak faktor penyebab munculnya penyakit diare tersebut. Kebersihan lingkungan merupakan suatu yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan pada umumnya. Banyaknya penyakit-penyakit lingkungan yang menyerang masyarakat karena kurang bersihnya lingkungan disekitar ataupun kebiasaan yang buruk yang mencemari lingkungan tersebut. Hal ini dapat menyebabkan penyakit yang dibawa oleh kotoran yang ada di lingkungan bebas tersebut baik secara langsung ataupun tidak langsung yaitu melalui perantara. Penyakit diare merupakan suatu penyakit yang telah dikenal sejak jaman Hippocrates. Sampai saat ini, diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan utama masyarakat Indonesia. Diare merupakan penyakit berbahaya karena dapat mengakibatkan kematian dan dapat menimbulkan letusan kejadian luar biasa (KLB). Penyebab utama kematian pada diare adalah dehidrasi yaitu sebagai akibat hilangnya cairan dan garam elektrolit pada tinja diare (Depkes RI, 1998). Keadaan dehidrasi kalau tidak segera ditolong 50-60% diantaranya dapat meninggal.

Permasalahan 1. Kurangnya pengetahuan murid SDN 01 dan 02 terhadap bahaya penyakit diare . 2. Apa itu program pencegahan dan pemberantasan kasus diare.

Perencanaan dan pelaksanaan intervensi Perencanaan upaya peningkatakan surveilans epidemiologi dan pemberantasan penyakit diare. Survailens epidemiologi penyakit menular juga merupakan salah satu upaya pemberantasan penyakit menular yang penting, karena dengan survailens epidemiologi penyakit menular, puskesmas dapat mengetahui penyebaran dan hubungan dengan faktor resiko, survailens epidemilogi dapat mendukung pemberantasan penyakit menular dari data yang di dapat puskesmas itu sendiri. Pelaksanaan kegiatan seperti penyampaian informasi pentingnya upaya pencegahan dan penaggulangan penyakit diare dan perlunya kerjasama guru-guru SD dengan petugas kesehatan.

Pelaksanaan Melakukan hubungan kerja sama antara team kesehatan puskesmas dengan guru-guru SD sehingga dapat dilakukannya penyampaian seberapa bahaya diare, penularan diare dan cara pemberantasan diare terhadap murid-muridnya. Mengajak murid-murid SD untuk hidup bersih dimulai dari perorangan dan lingkungan sekitar. Mengajarkan cara cuci tangan dengan benar kepada murid-murid SDN 01 dan 02. Mengajak murid-murid SDN 01 dan 02 untuk pola hidup sehat dari segi makanan dan minuman.

Monitoring dan evaluasi Pemantauan perkembangan kasus diare setelah dilakukannya upaya pencegahan dan pemberatasan penyakit diare.

3. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit diabetes mellitus Latarbelakang

Diabetes merupakan penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan dibeberapa negara di dunia termasuk Indonesia. Menurut American Diabetes Association

(ADA) 2005, Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu kelompok metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya (Soegondo, 2009:19). Dua kategori utama DM yaitu DM tipe 1 dan DM tipe 2. Diabetes tipe 1 ditandai dengan kurangnya produksi insulin sedangkan diabetes tipe 2 disebabkan penggunaan insulin yang kurang efektif oleh tubuh. DM tipe 2 merupakan tipe diabetes yang sering didapatkan dan biasanya timbul pada usia di atas 40 tahun, 90-95% dari penderita diabetes adalah DM tipe 2 (Hans Tandra, 2009:18). Menurut Hasdianah (2012:39) faktor risiko dari diabetes adalah riwayat keluarga, obesitas, kurang aktifitas fisik, ras/etnik, sebelumnya teridentifikasi sebagai glukosa puasa terganggu, hipertensi, kolesterol tidak terkontrol, riwayat DM pada kehamilan dan berat badan berlebih. Estimasi terakhir International Diabetes Federation (IDF) terdapat 382 juta orang yang hidup dengan diabetes di dunia pada tahun 2013, pada tahun 2035 jumlah tersebut diperkirakan akan meningkat menjadi 592 juta orang. Diperkirakan dari 382 juta orang tersebut 175 juta diantaranya belum terdiagnosis sehingga terancam progresif menjadi komplikasi tanpa disadari dan tanpa pencegahan (Kementrian Kesehatan RI Pusat Data dan Informasi, 2014). Prevalensi diabetes di Indonesia mencapai jumlah 8.426.000 penduduk (tahun 2000) yang diproyeksikan mencapai 21.257.000 penduduk pada tahun 2030, artinya terjadi kenaikan tiga kali lipat dalam waktu 30 tahun (Bustan, 2007:101). Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013 terjadi peningkatan prevalensi penyakit diabetes dari 1,1% pada tahun 2007 menjadi 2,1% tahun 2013. Berdasarkan data Kementrian Kesehatan RI pusat data dan informasi tahun 2014, dari 6,9% penderita DM yang didapatkan 30,4% yang telah terdiagnosis sebelumnya dan 69,6% tidak terdiagnosis sebelumnya. Jumlah proporsi penduduk di pedesaan (7,0%) tidak lagi lebih rendah dibandingkan perkotaan (6,8%). Berdasarkan karakteristik tempat tinggal, proporsi GDP (Gula Darah Puasa) terganggu di perdesaan lebih tinggi dari pada di perkotaan.

Permasalahan 1. Apakah pembentukan kader berpengaruh terhadap pengetahuan masyarakat yang usia lebih dari 40 tahun tentang penyakit DM di posyandu kampung bogor. 2. Apakah masyarakat sudah mengerti cara pencegahan dan penanggulangan penyakit DM di posyandu kampung bogor. Perencanaan dan pelaksanaan intervensi penyakit diabetes mellitus perlu diupayakan pencegahan dengan pola hidup sehat, baik dari segi pola makanan, olahraga rutin. penyuluhan tentang penyakit diabetes mellitus terhadap kader dan masyarakat di posyandu kampung bogor. Melakukan pemeriksaan dan pengobatan yang dapat dilakukan di posyandu sehingga dapat mendeteksi berapa yang terdiagnosis penyakit DM sehingga dapat di tangani selanjutnya oleh dokter.

Pelaksanaan mengajak masyarakat terutama di Posyandu kampung bogor untuk melaksanakan senam yang dapat dilakukan 3x dalam seminggu. melakukan pemeriksaan gula darah untuk mendeteksi dini dan pengobatan selanjutnya mengajak masyarakat untuk mengubah pola makan dan gaya hidup.

Monitoring dan evaluasi pemeriksaan berkala 1 bulan sekali di posyandu kampung bogor. Bagi yang sudah terdeteksi DM kita lakukan evalusi pemeriksaan dan pengobatan oleh team kesehatan.

4.upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit hipertensi Latar belakang Menururt World Health Organization (WHO), hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu kondisi terjadinya peningkatan tekanan dalam pembuluh darah secara terus menerus. Seseorang dikatakan menderita hipertensi ketika tekanan sistolik >140 mmHg dan tekanan diastolik >90 mmHg. Hipertensi merupakan masalah kesehatan besar di seluruh dunia, selain tingginya prevalensi, hipertensi juga berhubungan dengan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular (WHO, 2010). Menurut American Heart Association (AHA) di Amerika, tekanan darah tinggi ditemukan 1 dari setiap 3 orang atau 65 juta orang

dan 28% atau 59 juta orang mengidap prehipertensi. Semua orang yang mengidap hipertensi hanya satu pertiganya yang mengetahui keadaanya dan hanya 61% medikasi (Muhammadun, 2010). Berdasarkan data yang didapat dari WHO dan The International Society of Hypertension (ISH), saat ini terdapat 600 juta penderita hipertensi di seluruh dunia, dan 3 juta di antaranya meninggal setiap tahun, dimana 7 dari 10 penderita tersebut tidak mendapatkan pengobatan secara adekuat (Rahajeng, 2009). Di Indonesia, hipertensi merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis, yakni 6,7% dari populasi kematian pada semua umur. Menurut Kemenkes (2012), upaya pencegahan dan penanggulangan hipertensi dimulai dengan meningkatkan kesadaran masyarakat dan perubahan pola hidup ke arah yang lebih sehat. Puskesmas sebagai fasilitas pelayanan kesehatan dasar perlu melakukan pencegahan primer yaitu kegiatan untuk menghentikan atau mengurangi faktor risiko hipertensi sebelum penyakit hipertensi terjadi, melalui promosi kesehatan seperti diet sehat dengan cara makan seimbang, rendah garam dan lemak, rajin melakukan aktifitas dan tidak merokok. Puskesmas juga perlu melakukan pencegahan sekunder yang lebih ditujukan pada kegiatan deteksi dini untuk menemukan penyakit. Bila ditemukan kasus, maka dapat dilakukan pengobatan secara dini. Sementara pencegahan tertier difokuskan pada upaya mempertahankan kualitas hidup penderita. Pencegahan tertier dilaksanakan melalui tindak lanjut dini dan pengelolaan hipertensi yang tepat serta minum obat teratur agar tekanan darah dapat terkontrol dan tidak memberikan komplikasi seperti penyakit ginjal kronik, stroke dan jantung. Penanganan respon cepat juga menjadi hal yang utama agar kecacatan dan kematian dini akibat penyakit hipertensi dapat terkendali dengan baik. Pencegahan tertier dilaksanakan agar penderita hipertensi terhindar dari komplikasi yang lebih lanjut serta untuk meningkatkan kualitas hidup dan memperpanjang lama ketahanan hidup.

Permasalahan Prevalensi Hipertensi atau tekanan darah di Indonesia cukup tinggi. dari hasil laporan bulanan yg terdiagnosa Hipertensi di ruang lingkup puskesmas pasar kepahiang dari bln Juli-september sebanyak 145 orang. Seberapa tinggi pengetahuan masyarakat di wilayah puskesmas pasar kepahiang terhadap penyakit hipertensi.

Perencanaan dan evaluasi intervensi

mengajak masyarakat untuk

-

mengubah pola hidup penderita: Menurunkan berat badan sampai batas ideal. Mengubah pola makan pada penderita diabetes, kegemukan atau kadar kolesterol darah tinggi. Mengurangi pemakaian garam sampai kurang dari 2,3 gram natrium atau 6 gram natrium klorida setiap harinya (disertai dengan asupan kalsium, magnesium dan kalium yang cukup) dan mengurangi alkohol. Olah raga aerobik yang tidak terlalu berat. Berhenti merokok

Pelaksanaan pemeriksaan tekanan darah pemberian obat dan konsultasi mengajak masyarakat untuk

-

mengubah pola hidup penderita: Menurunkan berat badan sampai batas ideal. Mengubah pola makan pada penderita diabetes, kegemukan atau kadar kolesterol darah tinggi. Mengurangi pemakaian garam sampai kurang dari 2,3 gram natrium atau 6 gram natrium klorida setiap harinya (disertai dengan asupan kalsium, magnesium dan kalium yang cukup) dan mengurangi alkohol. Olah raga aerobik yang tidak terlalu berat. Berhenti merokok.

Monitoring dan evaluasi pemeriksaan berkala di poyandu kampung bogor , puskesmas dan rumah sakit Rutin mengkonsumsi obat

5.upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit TBC Latar Belakang

Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat kuat sehingga memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ paruparu dibandingkan bagian lain tubuh manusia. Insidensi TBC dilaporkan meningkat secara drastis pada dekade terakhir ini di seluruh dunia. Demikian pula di Indonesia, Tuberkulosis / TBC merupakan masalah kesehatan, baik dari

sisi angka kematian (mortalitas), angka kejadian penyakit (morbiditas), maupun diagnosis dan terapinya. Dengan penduduk lebih dari 200 juta orang, Indonesia menempati urutan ketiga setelah India dan China dalam hal jumlah penderita di antara 22 negara dengan masalah TBC terbesar di dunia. Hasil survei Kesehatan Rumah Tangga Depkes RI tahun 1992, menunjukkan bahwa Tuberkulosis (TBC) merupakan penyakit kedua penyebab kematian, sedangkan pada tahun 1986 merupakan penyebab kematian keempat. Pada tahun 1999 WHO Global Surveillance memperkirakan di Indonesia terdapat 583.000 penderita Tuberkulosis / TBC baru pertahun dengan 262.000 BTA positif atau insidens rate kira-kira 130 per 100.000 penduduk. Kematian akibat Tuberkulosis / TBC diperkirakan menimpa 140.000 penduduk tiap tahun. Jumlah penderita TBC paru dari tahun ke tahun di Indonesia terus meningkat. Kasus TBC di wilayah kabupaten kepahiang dari tahun 2018 sebanyak 559 kasus dan dinkes menargetkan upaya pencegahan dan penanggulangan sekitar 60%. Saat ini setiap menit muncul satu penderita baru TBC paru, dan setiap dua menit muncul satu penderita baru TBC paru yang menular. Bahkan setiap empat menit sekali satu orang meninggal akibat TBC di Indonesia. Sehingga kita harus waspada sejak dini & mendapatkan informasi lengkap tentang penyakit TBC.

Permasalahan Tingginya jumlah penderita TBC diwilayah puskesmas pasar kepahiang. Cara pencegahan dan pemberantasan penyakit TBC diwilayah puskesmas pasar kepahiang.

Perencanaan dan pelaksanaan intervensi Pemeriksaan sputum BTA, rontgen Pemberian pengobatan dan cara minum obat Memberikan pengetahuan kepada pasien agar: -

Mengubah pola hidup sehat baik dari segi olahraga dan makanan

-

Berhenti merokok Mengajarkan cara batuk yang benar Jangan sampai putus obat baik itu dalam satu hari Rutin control kesehatan

Pelaksanaan Pemeriksaan sputum BTA dan rontgen Pemberian pengobatan dan cara minum obat Memberikan pengetahuan kepada pasien agar: -

Mengubah pola hidup sehat baik dari segi olahraga dan makanan Berhenti merokok Mengajarkan cara batuk yang benar Jangan sampai putus obat baik itu dalam satu hari Rutin control kesehatan

monitoring dan evalusi mengevaluasi perkembangan kasus TBC di wilayah puskesmas pasar kepahiang dengan memonitoring pasien selama pengobatan dan rutinitas minum obat.

F6. Upaya Pengobatan dasar 1. Pengobatan dasar diabetes melitus Latarbelakang

Diabetes adalah penyakit kronis serius yang terjadi karena pankreas tidak menghasilkan cukup insulin (hormon yang mengatur gula darah atau glukosa), atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan insulin yang dihasilkannya. Diabetes adalah masalah kesehatan masyarakat yang penting, menjadi salah satu dari empat penyakit tidak menular prioritas yang menjadi target tindak lanjut oleh para pemimpin dunia. Jumlah kasus dan prevalensi diabetes terus meningkat selama beberapa dekade terakhir. (WHO Global Report, 2016). Secara global, diperkirakan 422 juta orang dewasa hidup dengan diabetes pada tahun 2014, dibandingkan dengan 108 juta pada tahun 1980. Prevalensi diabetes di dunia (dengan usia yang distandarisasi) telah meningkat hampir dua kali lipat sejak tahun 1980, meningkat dari 4,7% menjadi 8,5% pada populasi orang dewasa. Hal ini mencerminkan peningkatan faktor risiko terkait seperti kelebihan berat badan atau obesitas. Selama beberapa dekade terakhir, prevalensi diabetes meningkat lebih cepat di negara berpenghasilan rendah dan menengah daripada di negara berpenghasilan tinggi. Diabetes menyebabkan 1,5 juta kematian pada tahun 2012. Gula darah yang lebih tinggi dari batas maksimum mengakibatkan tambahan 2,2 juta kematian, dengan meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular dan lainnya. Empat puluh tiga persen (43%) dari 3,7 juta kematian ini terjadi sebelum usia 70 tahun. Persentase kematian yang disebabkan oleh diabetes yang terjadi sebelum usia 70 tahun lebih tinggi di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah daripada di negara-negara berpenghasilan tinggi. (WHO Global Report, 2016).

Permasalahan Meningkatnya pengidap diabetes mellitus di Indonesia khususnya di wilayah kerja Puskesmas pasar kepahiang minimnya pengetahuan masyarakat mengenai DM

Perencanaan dan pelaksanaan intervensi penyakit diabetes mellitus perlu diupayakan pencegahan

penyebarannya salah satu pencegahan penyebarannya adalah dengan perawatan secara individual seperti melakukan pengobatan serta deteksi dini dan melakukan perubahan pada gaya hidup dan pola makan.

Pelaksanaan

mengajak masyarakat terutama di Posbindu Bogor baru untuk melaksanakan senam stiap hari jumat di posbindu dan olahraga rutin minimal 3x/minggu melakukan px gula darah sewaktu untuk mendeteksi dini mengajak masyarakat untuk mengubah pola makan dan gaya hidup.

Monitoring dan evaluasi

pemeriksaan berkala 1 bulan sekali di posbindu bogor baru

2. Pengobatan dasar hipertensi Latarbelakang Hipertensi merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan meningkatnya tekanan darah arteri lebih dari normal. Tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan Diastolik ≥85 mmHg merupakan batas normal tekanan darah (Junaidi, 2010). Hipertensi atau tekanan darah tinggi sering disebut-sebut sebagai sillent killer karena sesorang yang mengidap hipertensi yang bahkan sudah bertahun-tahun seringkali tidak menyadarinya sampai terjadi komplikasi

seperti kerusakan organ vital yang cukup berat yang bisa mengakibatkan kematian. Sebanyak 70 % penderita hipertensi tidak menyadari bahwa dirinya mengidap hipertensi hingga

ia

memeriksakan

tekanan

darahnya

ke

pelayanan kesehatan.

Sebagian

lagi

mengalami tanda dan gejala seperti pusing, kencang di tengkuk, dan sering berdebar-debar (Adib, 2009). Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2012 hipertensi adalah salah satu yang memegang andil yang penting untuk penyakit jantung dan stroke yang dapat menjadi penyebab kematian dan kecacatan nomor satu. Hipertensi berkonstribusi hampir 9,4 juta kematian akibat penyakit kardiovaskuler setiap tahunnya.

Permasalahan Prevalensi Hipertensi atau tekanan darah di Indonesia cukup tinggi. dari hasil laporan bulanan yg terdiagnosa Hipertensi di ruang lingkup puskesmas pasar kepahiang dari bln Juli-september sebanyak 145 org.

Selain itu, akibat yang ditimbulkannya menjadi masalah kesehatan

masyarakat. Hipertensi, merupakan salah satu faktor risiko yang paling berpengaruh terhadap kejadian penyakit jantung dan pembuluh darah.

Perencanaan dan evaluasi intervensi mengajak masyarakat untuk • mengubah pola hidup penderita: • Menurunkan berat badan sampai batas ideal. • Mengubah pola makan pada penderita diabetes, kegemukan atau kadar kolesterol darah tinggi. • Mengurangi pemakaian garam sampai kurang dari 2,3 gram natrium atau 6 gram natrium klorida setiap harinya (disertai dengan asupan kalsium, magnesium dan kalium yang cukup) dan mengurangi alkohol. • Olah raga aerobik yang tidak terlalu berat. • Berhenti merokok.

Pelaksanaan pemeriksaan tekanan darah pemberian obat dan konsultasi mengajak masyarakat untuk • mengubah pola hidup penderita: • Menurunkan berat badan sampai batas ideal. • Mengubah pola makan pada penderita diabetes, kegemukan atau kadar kolesterol darah tinggi. • Mengurangi pemakaian garam sampai kurang dari 2,3 gram natrium atau 6 gram natrium klorida setiap harinya (disertai dengan asupan kalsium, magnesium dan kalium yang cukup) dan mengurangi alkohol. • Olah raga aerobik yang tidak terlalu berat. • Berhenti merokok.

Monitoring dan evaluasi pemeriksaan berkala di posbindu kampung bogor dan rutin mengkonsumsi obat

3. Pengobatan dasar gout arthritis Latarbelakang Artritis gout merupakan penyakit heterogen sebagai akibat deposisi kristal monosodium urat pada jaringan atau supersaturasi asam urat didalam cairan ekstarseluler. Dari waktu ke waktu jumlah penderita asam urat cenderung meningkat. Penyakit gout dapat ditemukan di

seluruh dunia, pada semua ras manusia. Prevalensi asam urat cenderung memasuki usia semakin muda yaitu usia produktif yang nantinya berdampak pada penurunan produktivitas kerja. Prevalensi asam urat di Indonesia terjadi pada usia di bawah 34 tahun sebesar 32% dan kejadian tertinggi pada penduduk Minahasa sebesar 29,2%.2 Pada tahun 2009, Denpasar, Bali, mendapatkan prevalensi hiperurisemia sebesar 18,2%.3 Faktor risiko yang menyebabkan orang terserang penyakit asam urat adalah usia, asupan senyawa purin berlebihan, konsumsi alkohol berlebih, kegemukan (obesitas), kurangnya aktivitas fisik, hipertensi dan penyakit jantung, obat-obatan tertentu (terutama diuretika) dan gangguan fungsi ginjal. Peningkatan kadar asam urat dalam darah, selain menyebabkan gout, menurut suatu penelitian merupakan salah prediktor kuat terhadap kematian karena kerusakan kardiovaskuler.

Permasalahan pengetahuan masyarakat mengenai gout artritis masih kurang seperti cara pencegahan, apa saja penyebabnya, makanan apa saja yang dianjurkan untuk di konsumsi atau di hindari, aktifitas fisik sedikit.

Perencanaan dan evaluasi intervensi Pemeriksaan kadar asam urat Pemberian obat dan konsultasi

Pelaksanaan Pemeriksaan kadar asam urat Pemberian obat dan konsultasi Dilakukan saat posbindu di desa kampung bogor

Monitoring dan evaluasi Pemeriksaan berkala selama 1 bulan setiap ada posbindu di desa kampung bogor

4. Pengobatan dasar hiperkolesterolemia Latarbelakang

Kolesterol adalah suatu zat lemak yang beredar di dalam darah, berwarna kekuningan dan berupa seperti lilin, yang diproduksi oleh hati dan sangat diperlukan oleh tubuh. Kolesterol termasuk golongan lipid yang tidak terhidrolisis dan merupakan sterol utama dalam jaringan tubuh manusia. Kolesterol mempunyai makna penting karena merupakan unsur utama dalam lipoprotein plasma dan membran plasma serta menjadi prekursor sejumlah besar senyawa steroid (City & Noni, 2013).Kolesterol yang diproduksi oleh tubuh terdiri dari 2 jenis, yaitu kolesterol HDL (High Density Lipoprotein) yang biasa disebut dengan kolesterol baik dan kolesterol LDL (Low Density Lipoprotein) disebut dengan kolesterol jahat. Kolesterol LDL akan menumpuk pada dinding pembuluh darah arteri koroner yang menyebabkan penyumbatan, karena itu LDL disebut sebagai kolesterol jahat (Kowalski, 2010). Kelebihan kadar kolesterol dalam darah disebut dengan hiperkolesterolemia (Mayes, 2003). American Heart Association (AHA) memperkirakan lebih dari 100 juta penduduk Amerika memiliki kadar kolesterol total >200 mg/dl yang termasuk kategori cukup tinggi

dan lebih dari 34 juta penduduk dewasa Amerika memiliki kadar kolesterol total >240 mg/dl yang termasuk tinggi dan membutuhkan terapi (Mayes, 2003). Berdasarkan laporan Badan Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2002, tercatat sebanyak 4,4 juta kematian akibat hiperkolesterolemia atau sebesar 7,9% dari jumlah total kematian (Agam, 2012). Data yang dihimpun oleh WHO dalam Global status report on non-communicable diseases tahun 2008 memperlihatkan bahwa faktor resiko hiperkolesterolemia pada wanita di Indonesia lebih tinggi yaitu 37,2% dibandingkan dengan pria yang hanya 32,8% (Anonim, 2011). Prevalensi hiperkolesterolemia pada kelompok usia 25-34 tahun adalah 9,3% dan meningkat sesuai dengan pertambahan usia hingga 15,5% pada kelompok usia 55-64 tahun. (Ruth Grace, Aurika, Carolin, 2012).

Permasalahan pengetahuan masyarakat mengenai hiperkolesterol masih kurang seperti cara pencegahan, apa saja penyebabnya, makanan apa saja yang dianjurkan untuk di konsumsi atau di hindari, aktifitas fisik sedikit.

Perencanaan dan evaluasi intervensi Memberi informasi tentang hiperkolesterol, cara pencegahan dan komplikasi apa yang terjadi dengan metode ceramahPelaksanaan

Pelaksanaan Pemeriksaan kadar kolesterol Pemberian obat dan konsultasi Dilakukan saat posbindu di desa kampung bogor

Monitoring dan evaluasi

Pemeriksaan berkala selama 1 bulan setiap ada posbindu di desa Kampung Bogor

5. Pengobatan dasar dispepsia Latarbekalang Dispepsia menjadi keluhan klinis yang paling sering dijumpai dalam praktik klinik sehari-hari. Studi berbasiskan populasi tahun 2007, ditemukan adanya peningkatan prevalensi dispepsia fungsional sebesar 1,9% pada tahun 1988 naik menjadi 3,3% pada tahun 2003. Penyebab sindrom atau keluhan ini beragam, berbagai penyakit termasuk juga didalamnya penyakit yang sering mengenai lambung, atau yang lebih sering dikenal sebagai penyakit maag kerap dikaitkan dengan sindrom atau keluhan ini. Dispepsia fungsional memiliki tingkat prevalensi yang tinggi pada tahun 2010, yaitu 5% dari seluruh kunjungan layanan kesehatan primer (Abdullah & Gunawan, 2012). Penelitian terhadap dispepsia fungsional di beberapa negara di Asia juga menunjukkan prevalensi yang cukup tinggi, yaitu di Cina sebanyak 69% dari 782 pasien dispepsia, di Hongkong 43% dari 1.353 pasien, di Korea 70% dari 476 pasien, dan Malaysia 62% dari 210 pasien (Muya et al., 2015). Dispepsia berada pada urutan ke-10 dengan proporsi sebanyak 1,5% dalam katagori 10 jenis penyakit terbesar untuk pasien rawat jalan di semua rumah sakit di Indonesia. Dari 50 daftar penyakit, dispepsia berada pada urutan ke-15 katagori pasien rawat inap terbanyak di Indonesia pada tahun 2004 dengan proporsi 1,3% serta menempati posisi ke-35 dari 50 daftar penyakit yang mengakibatkan kematian dengan PMR 0,6% (Kusuma et al., 2011).

Permasalahan

1.Dispepsia menempati urutan ke-15 dari 50 penyakit dengan pasien rawat inap terbanyak di Indonesia sindrom dispepsia.di wilayah kerja puskesmas pasar kepahiang untuk sindrom dispepsia urutan ke 4 dr 10 penyakit tertinggi tiap bulannya. 2. minimnya pengetahuan pasien mengenai apa itu sindrom dispepsia,penyebab,makanan yg tidak dianjurkan n dianjurkan.dan kurangnya kesadaran masyarakat mengenai pola hidup sehat.

Perencanaan dan intervensi intervensi mengajak masyarakat untuk melalukan pola makan dan gaya hidup sehat 1. Makan sedikit demi sedikit dan kunyah makanan Anda secara perlahan dan menyeluruh. 2.. Menghindari makanan berlemak dan pedas; makanan olahan; minuman berkarbonasi/soda; kafein misalnya kopi, teh dan minuman berenergi; konsumsi alkohol dan merokok, karena dapat memicu produksi asam lambung berlebih. 3. Mempertahankan berat badan yang sehat. Berolahraga secara teratur. Olahraga membantu Anda menjaga berat badan 4. Mengelola stres. 5. Menghindari kebiasaan segera berbaring setelah makan. Tunggu setidaknya dua hingga tiga jam setelah makan.

Pelaksanaan -memberikan informasi Kepada masyarakat - melakukan Pemeriksaan memberikan pengobatan dasar untuk masyarakat yg dispepsia kegiatan ini dilakukan di posbindu padang lekat Monitoring dan evaluasi

Monitoring dan evaluasi kontrol ulang ada perubahan/tidak setelah diberi penyuluhan n pengobatan dasar

Related Documents


More Documents from "Marissa Wreksoatmodjo"