Farmakologi Antiemetic Drugs

  • Uploaded by: Zaeleva Milenia
  • 0
  • 0
  • February 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Farmakologi Antiemetic Drugs as PDF for free.

More details

  • Words: 2,641
  • Pages: 19
Loading documents preview...
TUGAS FARMAKOLOGI 3 OBAT ANTIEMETIK ( ANTIEMETIC DRUGS )

Disusun oleh:  Jihan Camille Azzura

 Meilien Najiyah

(04031381722069)

(04031381722060)  Filzah Framardian Gassani

Magribi (04031381722070)

(040313817220662)  Chaerunnisa Nabilah Sobrina

 Ayu Syafa Angelina

 Shania Tri Maulina

(04031381722072)

(04031381722065)

 Dapa Hayarosa Kalista

 Jessica Kusuma Harum  Zaeleva Milenia (04031381722068)

 Shela Herfina (04031381722071)

(04031381722064)

(04031381722066)

 Biancadita Naufally Taqiyya Azka

(04031381722073)  Dwi Ayu Lestari (04031381722074)  Muthiah Khairiyah (040313817220675)

Dosen : dr.Nita Parisa PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA TAHUN AJARAN 2018/2019

OBAT ANTIEMETIK( ANTIEMETIC DRUGS )

Obat antiemetik merupakan obat yang digunakan dalam penatalaksanaan mual dan muntah. Cara kerja obat tersebut adalah dengan mengurangi hiperaktifitas refleks muntah dengan menggunakan satu dari dua cara : secara lokal, untuk mengurangi respon lokal terhadap stimulus yang dikirim ke medula guna memicu terjadinya muntah atau secara sentral untuk menghambat CTZ ( chemoreseptor trigger zone ) secara langsung. Obat antiemetik yang bekerja secara lokal dapat berupa anastid, anestesi lokal, adsorben, obat pelindung yang melapisi mukosa GI atau obat yang mencegah distensi dan menstimulasi peregangan saluran GI. Agen ini sering kali digunakan untuk mengatasi mual yang ringan. Obat antiemetik yang bekerja secara sentral terbagi atas beberapa kelompok yaitu :  Antagonis Reseptor Serotonin (5-HT3)  Antagonis Dopamin  Fenotiazin  Non-Fenotiazin  Antikolinergik/Antihistamin(H1- blocker)  Antagonis selektif reseptor neurokinin-1 (NK-1)

Dua jenis fenotiazin yang paling umum digunakan adalah proklorperazin (compazine) dan prometazin (phenergan) keduanya memiliki awitan yang cepat dan efek merugikan yang terbatas. Agen lainnya adalah dronabinol (marinol), obat yang mengandung bahan aktif kanabis (mariyuana), hidroksizin (generik) yang dapat menekan area kortikol pada SSP dan trimetobenzamid (tigan), ini serupa dengan antihistamin dan tidak menimbulkan sedeasi. Trimetobenzamid sering kali merupakan obat pilihan dalam kelompok ini karena tidak dikaitkan dengann sedadi yang berlebihan dan sepresi SSP. Obat ini tersedia dalam bentuk oral,parenteral,dan surositoria. Obat ini diabsorpsi dengan cepat, di metabolisme dalam hati, dan diekskresi melalui urine. Obat ini juga menembus plasenta dan menembus ASI, dan digunakan jika manfaatnya lebih besar pada ibu daripada resiko potensial pada janin atau neonatus. Hidroksizin digunakan untuk mual dan muntah sebelum dan sesudah pelahiran atau pembedahan obsterik. Obat ini diabsorpsi dengan cepat, dimetabolisme dalam hati dan diekskresi melalui urine. Obat ini tidak dikaitkan dengan masalah pada janin selama

kehamilan dan diperkirakan tidak masuk ke ASI. Sama halnya dengan semua jenis obat, kewaspadaan perlu digunakan selama kehamilan dan laktasi. Dronabinol disetujui untuk penatalaksanaan mual dan muntah yang berkaitan dengan kemoterapi kanker jika pasien tidak berespons terhadap pengobatan lain. Mekanisme kerja obat ini masih belum diketahui dengan cepat. Obat ini merupakan zat yang dikendalikan kategori C-III, dan harus digunakan di bawah pengawasan ketat karena adanya kemungkinan perubahan status mental. Obat ini diabsobsi dengan mudah dan dimetabolisme dalam hati dengan ekskresi melalui empedu dan urine.  FARMAKOKINETIK OBAT ANTIEMETIK

Perfenazin merupakan obat anitiemetik yang paling sering diresepkan, sebab obat ini dapat diberikan peroral, intramuskular, dan per rektal. -

Farmakokinetik dari obat ini adalah absorpsi bentuk padat oral dari perfenazin tidak menentu, tetapi bentuk cairnya lebih stabil dan laju absorpsinya lebih cepat. Presentase peningkatan pada protein dan waktu paruhnya tidak diketahui. Perfenazin dimetabolisme oleh hati dan mukosa gastrointestinal dan kebanyakan dari obat diekskresikan ke dalam urine.

 FARMAKODINAMIK OBAT ANTIEMETIK

Dalam penanganan kemoterapi menggunakan obat-obat yang bersifat sitotoksik. Obat sitotoksik dapat menimbulkan mual muntah melalui beberapa mekanisme, yaitu:1] pusat muntah, 2] chemoreceptor trigger zone (CTZ), 3] syaraf aferen vagus yang berasal dari gastrointestinal menuju area postrema. CTZ. CTZ sangat sensitif terhadap stimulus kimia dan merupakan target utama dari antiemetik. Obat sitotoksik akan mengaktifkan syaraf aferen vagus dan menghasilkan input sensori yang akan mengaktifkan otot perut, diafragma, lambung dan esophagus untuk menimbulkan muntah. Mekanisme dari obat sitotoksik dalam menimbulkan muntah (Rubenstein dkk, 2006).

Neurotransmiter yang berperan dalam mual muntah adalah dopamine, serotonin dan senyawa P. Reseptor dopamine, serotonin dan senyawa P terletak di dorsal vagus, area postrema dan gastrointestinal. Antiemetik yang digunakan dalam terapi MMK adalah antagonis reseptor 5 HT3 (AR5HT3), antagonis dopamine dan antagonis neurokinin. AR5HT3 terikat secara selektif dan kompetitif memblok AR5HT3, sehingga dapat mencegah input sensori ke pusat muntah dan CTZ. Aktivitas antiemetik dari AR5HT3 dapat tercapai dengan menghambat reseptor 5HT3A dan 5HT3B baik yang terletak di sentral maupun perifer. Obat yang termasuk golongan AR5HT3 adalah ondansetron, dolasetron, granisetron, dan palanosetron (Lohr, 2008;Wit dkk, 2005). Reseptor 5-HT merupakan reseptor yang sangat kompleks, karena memiliki sedikitnya 14 subtipe reseptor. Uniknya, dari empat belas subtipe tersebut, hanya satu yang terkait dengan kanal ion (reseptor ionotropik) yaitu reseptor 5-HT3, sedangkan sisanya adalah metabotropik. Reseptor 5-HT3 mulanya dijumpai pada saraf otonom, saraf sensorik, dan saraf enterik yang ada di saluran pencernaan. Selanjutnya reseptor ini juga dijumpai di SSP seperti spinal cord, korteks, hippokampus, dan di ujung saraf dan berperan mengatur pelepasan

neurotransmitter, termasuk serotonin. Reseptor 5-HT3 terikat dengan kanal ion yang tidak selektif. Aktivasinya oleh serotonin menyebabkan kanal kation membuka dan memicu arus depolarisasi yang cepat dan singkat sebagai akibat dari pergerakan ion K+ dan Na+ kanal (Ikawati, 2008). Pengikatan agonis pada serotonin menyebabkan perubahan konformasi dan aktivasi reseptor 5-HT3. Hal ini menyebabkan gerakan ion bermuatan positif dari celah sinaptik ke dalam sitoplasma. Pengikatan antagonis di situs pengikatan serotonin mencegah aktivasi dan depolarisasi sel terhambat. Sehingga rangsang muntah tidak akan dilanjutkan ke pusat muntah (Gambar 2) (Ikawati, 2008).

Antagonis reseptor 5-HT3 sering digunakan bersama dengan steroid glukokortikoid seperti dexamethasone pada induksi mual dan muntah akibat kemoterapi. Penggunaan bersama antagonis reseptor NK1, secara signifikan meningkatkan efektivitas antagonis 5HT3 secara akut atau kronik pada induksi mual dan muntah akibat kemoterapi. Dalam sebuah

studi meta analisis, antagonis reseptor 5-HT3 dinyatakan efektif dalam mencegah mual dan muntah pasca operasi payudara (Singhal, et al, 2012).

 SEDIAAN OBAT ANTIEMETIK

Untuk sediaan obat, terdapat 7 jenis sediaan obat antiemetik yang tersedia, berikut ini merupakan tabel sediaan obat antiemetik :

KELAS TERAPI

FORMULASI

NAMA GENERIK

( bentuk sediaan dan

CATATAN

kekuatan ) Dimenhidrinat

Tab.50 mg

-

Domperidon

Tab.10 mg

-

Domperidon

Susp.5 mg/5 ml

-

Klorpomazin

Tab.salut 25 mg

-

Klorpomazin

Inj. i.m 5 mg/ml

Hanya untuk di puskesmas

Klorpomazin

Inj. i.m 25 mg/ml

Hanya untuk di puskesmas

Metoklopramid

Tab.10 mg

-

*catatan : - Tab

= Tablet

- Susp = Suspense - Inj i.m = Injeksi Intramuskular

 JENIS OBAT ANTIEMETIK

A. GOLONGAN ANTAGONIS SEROTONIN / 5-HT3

1. DOLASETRON

Nama Generik

Tidak ada nama generik, hanya berupa nama Dolasetron

Merk

Anzemet

Kemasan

200mg/ml

Kategori

Antiemetik

Indikasi

Pencegahan mual dan muntah pasca kemoterapi sitotoksik, pencegahan mual dan muntah pada siklus kemoterapi, pencegahan mual dan muntah pasca bedah, terapi mual dan muntah pasca bedah.

Kontraindikasi

Injeksi : Hipersensitif terhadap dolasetron atau komponen apapun dari formulasi; pemberian intravena dikontraindikasikan ketika digunakan untuk pencegahan mual dan muntah terkait kemoterapi. Tablet : Hipersensitif terhadap dolasetron maupun komponen apa saja dari formulasi.

Efek Samping

Diare, konstipasi, dispepsia, nyeri abdomen, flatulens, gangguan rasa, takikardia, bradikardia. Perubahan pada

EKG, flushing; demam, menggigil; sakit kepala, gangguan tidur, kelelahan, pusing, mengantuk, anoreksia; reaksi hipersensitivitas termasuk ruam, gatal, urtikaria, angioedema, dan anafilaksis; obstruksi usus jarang, pankreatitis, kuning, kejang, aritmia jantung, reaksi lokasi penyuntikan, hipotensi berat dan bradikardia pasca penyuntikan intravena sangat jarang. Dosis

50-100 , 20 mg/mL

2. GRANISETRON

Berfungsi sebagai obat yang mampu mengobati mual dan muntah akut yang terjadi pasca bedah atau kemoterapi atau radioterapi. Beberapa efek samping yang akan dialami pasien apabila mengkonsumsi obat ini antara lain adalah konstipasi atau sembelit, sakit kepala, ruam kulit, kenaikan sementara enzim hati, dan reaksi hipersensitifitas.

Nama Generik

Granisetron

Merk

Degrani, Gramet (Pharos) , Granisetron Otto, Granon (Dexa Medica), Grant, Gravomit, Kytril (Roche) dan Opigran.

Kemasan

1 mg

Kategori

Antiemetik

Indikasi

Pencegahan dan pengobatan (pengendalian) mual dan muntah akut dan delayed yang menyertai kemoterapi dan radioterapi; mual dan muntah pasca bedah.

Kontraindikasi

Tablet granisetron dikontraindikasikan pada pasien yang memiliki hipersensitivitas terhadap obat granisetron.

Efek Samping

Konstipasi, sakit kepala, ruam kulit, kenaikan sementara enzim hati, reaksi hipersensitifitas.

Dosis

1. 1-2 mg dalam waktu 1 jam sebelum kemoterapi. 2. 2 mg per hari dalam dosis terbagi 1-2 selama kemoterapi, jika diberikan invus intravena, maka kombinasi maksimal total 9 mg dalam 24 jam. 3. 20 mcg/kg bb (maksimal 1 mg) untuk anak dua kali sehari sampai dengan 5 hari selama kemoterapi. 4. 3 mg sebelum dimulai terapi

sitotosik (sampai 2 dosis tambahan tidak boleh diberikan kurang dari 10 menit jaraknya). 5. 40 mg/kg bb (maksimal 3 mg) untuk anak sebelum terapi siotoksi. 6. 40 mg/kg bb (maksimal 3 mg) dberikan dalam 24 jam (tidak kurang dari 10 menit setelah dosis awal). 7. 1 mg sebelum induksi anastesi sebagai pencegahan.

3. Ondansetron Ondansetron atau yang dikenal dengan nama zofran, termasuk golongan antagonist reseptor yang mampu mengobati mual dan muntah sebagai akibat dari kemoterapi kangker, terapi radiasi dan pembedahan. Selain mengobati mual dan muntah akibat dari proses kemoterapi dan bedah, ondansetron juga mampu menangani masalah gastroenteritis atau peradangan pada saluran pencernaan khususnya lambung dan usus kecil. Gejala yang biasa dialami pasien antara lain adalah diare, muntah, sakit perut dan kejang pada perut. Ondansetron dapat diinjeksikan melalui suntikan atau diminum secara oral.

Nama Generik

Zefron

Merk

Cedantron (Soho), Ceteron 4 (Combiphar), Dantroxal (Sandoz), Entron (Ethica), Frazon (Ferron), Invomit (Interbat), Kliran (Bernofarm), Lametic (Landson), Narfoz (Pharos), Ondanostin (Ifars), Ondavell (Novell), Onetic 4 (Fahrenheit), Trovensis (Sanbe), Vomceran (Kalbe), Vometraz (Dexa), Vometron (Mahakam Beta Farma), Zofran (GlaxoSmithKline).

Kemasan

40 mg

Kategori

Antiemetik

Indikasi

Pencegahan mual dan muntah pasca kemoterapi sitotoksik, pencegahan mual dan muntah pada siklus kemoterapi, pencegahan mual dan muntah pasca bedah, terapi mual dan muntah pasca bedah.

Kontraindikasi

Hipersensitivitas. Pemberian bersamaan dengan morfin; Kombinasi dilaporkan menyebabkan hipotensi yang mendalam dan kehilangan kesadaran.

Efek Samping

Sakit kepala, kelelahan, serta sembelit.

Dosis

1. 8 mg untuk 1 hingga 2 jam sebelum terapi

2. 8 mg sesaat sebelu terapi 3. 8 mg setiap 12 jam untuk diminum secara oral selama maksimal 5 hari.

4. TROPISETRON

Tropisetron dapat digunakan untuk menghilangkan mual dan muntah akibat dari kemoterapi sitotoksik. Tropisetron memiliki efek samping berupa konstipasi atau biasa disebut dengan sembelit, diare, nyeri abdomen, nyeri kepala, pusing, lesu, dan reaksi hipersensitifitas.

Nama Generik

Trovisetron

Merk

Setrovel dan Navoban

Kemasan

5 mg

Kategori

Antiemetik

Indikasi

Mual dan muntah akibat kemoterapi sitotoksik.

Kontraindikasi

Ibu hamil dan menyusui ( pregnancy and lactation ).

Efek Samping

Sulit saat buang air besar, nyeri abdomen, nyeri kepala, pusing, lesu, dan reaksi

hipersensitifitas.. 1. 5 mg injeksi intravena lambat atau

Dosis

infus intravena saat menjelang kemoterapi. 2. 5 mg oral setiap pagi minimal 1 jam selama 5 hari sebelum makan. 3. Tidak dianjurkan utuk anak – anak.

5. PALONOSETRON Palonosetron merupakan senyawa heterotriklik organik yang merupakan jenis antiemetik yang digunakan (sebagai garam hidroklorida) dalam kombinasi dengan netupitan untuk mengobati mual dan muntah pada pasien yang menjalani kemoterapi kanker. Palonosetron memiliki peran sebagai antagonis antiemetik dan serotonergik.

Nama

Palonosetron

Merk

Paloxi

Kemasan

0.25 mg

Kategori

Antiemetik

Indikasi

Pencegahan

mual

dan

muntah

bersifatemetogenik sedang hingga berat.

yang

Kontraindikasi

Hipersensitivitas.

Efek Samping

Perut kembung, perubahan tekanan darah, takikardi (laju detak jantung diatas normal), brakikardi (laju detak jantuk dibawah normal), aritmia atau detak jantung yang tidak normal ( bisa lebih cepat atau lebih lambat), iritasi pada mata,

ruam

pada

kulit

dan

gangguan

keseimbangan dan elektrolit. Injeksi intravena (selama 30 detik) 250

Dosis

mikrogram sebagai dosis tunggal diberikan 30 menit sebelum kemoterapi; tidak disarankan untuk mengulangi dosis dalam 7 hari *catatan : tidak direkomendasikan untuk anakanak < 18 tahun.

SIFAT OBAT GOLONGAN ANTAGONIS SEROTONIN Obat

Ondansetron

Kimia Alam

Antagonis

Waktu

Reseptor

Paruh

Carbazole

Antagonis

derivatif

resptor 5-

Dosis

3,9 jam

0,15 mg/ kg

9-11,6 jam

10 mg/ kg

7-9 jam

0,6-3 mg/ kg

HT3 dan antagonis lemah 5-HT4

Granisetron

Indazole

Antagonis reseptor 5HT3

Dolasetron

Indole

Antagonis reseptor 5-

HT3 Palonosetron

Isoquinolone

Antagonis

40 jam

reseptor 5-

0,25 mg x 1 dosis

HT3

B. Golongan Antagonis Dopamin Bekerja pada otak untuk mengatasi mual dan muntah akibat dari radiasi dan anestetik umum. Beberapa jenis obat yang termasuk ke dalam golongan antagonis dopamin antara lain adalah domperidon, droperidol, haloperidol, klorprozamin, prometazin, proklorperazin, metoklopramid dan alizapride. Golongan obat ini di otak dan digunakan untuk mengobati rasa mual dan muntah karena penyakit kanker, sakit akibat radiasi, obat golongan opiat, obat sitotoksik dan anstesi umum. Selain dopamin, ada juga obat yang disebut Metoclopramide yang juga bekerja pada salura pencernaan sebagai prokinetik namun kurang berguna pada rasa ingin muntah karena sitotoksik dan anastesi umum. Yang harus diperhatikan sebelum mengkonsumsi metoclopramid adalah: 

Konsultasikan ke dokter mengenai obat resep dan non-resep yang anda konsumsi yang

mengandung

amobarbital,

insulin,

narkotika,

phenobarbital,

sedative,

transquilizer, dan vitamin. 

Kemukakan pada dokter bila anda pernah mengidap atau masih mengidap tumor adrenal, penyakit kejiwaan, parkinson, hipertensi, penyakit hati, liver atau ginjal.



Kemukakan pada dokter tentang kehamilan maupun rencana kehamilan dan menyusui anda.



Saat anda masa operasi termasuk operasi dentist, kemukakan pada sentist tersebut mengenai konsumsi metoclopramid anda.



Obat ini menekan saraf sadar anda sehingga dapat menyebabkan kantuk, jadi usahakan untuk tidak berktivitas berkendara selama mengkonsumsi obat ini dan jangan mengkonsumsi alkohol bersama obat ini.

1. Domperidon

Domperidon merupakan antagonis dopamin yang mempunyai kerja antiemetik. Efek antiemetik ini disebabkan oleh kombinasi efek periferal (gastrokinetik) dengan antagonis terhadap reseptor dopamin di kemoreseptor yang terletak di area postrema otak. Pemberian domperidone menambah lamanya kontraksi antral dan duodenum, meningkatkan pengosongan lambung dalam bentuk cairan dan setengah padat pada orang sehat, serta padat pada penderita yang pengosongannya terlambat dan menambah tekanan sfringteresophagus bagian bawah pada orang sehat. 

INDIKASI

o Dyspepsia fungsional o Mual akut dan muntah (termasuk yang disebabkan oleh levodopa dan bromokriptin) 

KONTRAINDIKASI

o Pengguna alergi pada domperidon 

SEDIAAN

Sediaan dari obat domperidon adalah tablet, sirup dan suppositoria (lewat dubur) 

MERK DAGANG

Vomistop, Dome/Dome FT, Vometa/Vometa FT, Dometa, DOM, Galdom, Fudo, Gerdilium, Monell, Vosedon, Grameta, Vesperum, Costil, Motilium, Yaridon, Regit, Vomitas



DOSIS DAN CARA PEMBERIAN

Bentuk obat: oral 

Meredakan mual dan muntah Dewasa dan anak usia >12 tahun atau >35 kg: Dosis 10 mg tiga kali sehari. Dosis maksimum adalah 30 mg per hari. Anak usia <12 tahun dengan berat badan maksimum 35 kg: Dosis 0,25 mg/kgBB dikonsumsi hingga tiga kali sehari. Dosis maksimum adalah 0,75 mg/kgBB per hari.



Gangguan pergerakan saluran pencernaan Dewasa: Dosis 10 mg tiga kali sehari. Dosis maksimum adalah 30 mg per hari.

Bentuk obat: suppositoria 

Meredakan mual dan muntah Dewasa dan anak usia >12 tahun: Dosis 30 mg dua kali sehari. Anak < 12 tahun dengan berat badan >15 kg: Dosis 0,75 mg/kgBB dua kali sehari.



. 2. Droperidol

Droperidol adalah turunan butirofenon dan merupakan antagonis reseptor dopamine. Droperidol digunakan sebagai premedikasi (antiemetic yang baik) dan sedasi pada anestesi regional. Obat anestetik ini juga dapat digunakan untuk membantu prosedur intubasi, broskoskopi, esofagoskopi, dan gastroskopi. Droperidol dapat menimbulkan reaksi ekstrapiramidal yang dapat diatasi dengan pemberian difenhidramin. Dosis antimuntah droperidol 0,05 mg/kgBB (1,25-2,5 mg) intravena. Dosis premadikasi 0,04-o,07 mg/kgBB intravena. Dosis analgesi neuroleptik 0,02-0,07 mg/kgBB intravena.

C. Golongan Antihistamines Golongan antihistamin ini juga disebut golongan antagonis reseptor H1 histamin. Obat ini efektif untuk beberapa kondisi seperti mabuk perjalanan dan rasa mual di pagi hari pada ibu hamil. a.

Dimenhydramine ,selain sebagai anti emetik juga mengatasi vertigo.

b.

Pyrathiazine

c.

Promethazine ,pada penderita penyakit jantung atau kegagalan fungsi hati perlu

pengawasan yang ketat sewaktu minum obat ini atau bila tidak perlu, dianjurkan untuk tidak meminum obat ini. Selain itu anak-anak juga dianjurkan tidak meminum obat ini karena dapat menyebabkan SindronReye dan dapat menyebabkan konvulsi, halusinasi bahkan kematian pada anak. Obat ini juga menyebabkan kantuk dan tidak dianjurkan pada BUMIL dan Ibu Menyusui

D. Antagonis selektif reseptor neurokinin-1 (NK-1) Reseptor NK-1 menunjukkan sebagai kelas baru sebagai antiemetik yang digunakan sebagai terapi mual dan muntah baik itu tipe aku atau tertunda (Nurrochmad, 2004). Aprepitant mempunyai potensi interaksi dengan berbagai macam obat karena aprepitant adalah substrat, inhibitor moderat dan penginduksi sitokrom isoenzym CYP3A4 dan CYP2C9 (DiPiro dan Taylor, 2005) .

DAFTAR PUSTAKA a.

Goodman and Gilman, 2011, Dasar Farmakologi Terapi Edisi 10, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

b.

Rubenstein EB, Slusher BS, Rojas C, Navari RM. 2006. New approaches to chemotherapy induced nausea and vomiting: From neurology to clinical investigations. Cancer J ;12: 341-347

c.

http://pionas.pom.go.id/monografi/palonosetron

d.

https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/Palonosetron

e.

https://medlineplus.gov/druginfo/meds/a601001.html

Related Documents

Farmakologi
March 2021 0
Farmakologi Fisioterapi
January 2021 1
Farmakologi Stroke
February 2021 1
Anesthesia Drugs
February 2021 0

More Documents from "Pkern"