Fungsi Advokasi Pada Kasus Kritis Terkait Berbagai Sistem

  • Uploaded by: Laila Istiqomah
  • 0
  • 0
  • February 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Fungsi Advokasi Pada Kasus Kritis Terkait Berbagai Sistem as PDF for free.

More details

  • Words: 2,409
  • Pages: 13
Loading documents preview...
FUNGSI ADVOKASI PADA KASUS KRITIS TERKAIT BERBAGAI SISTEM

DOSEN : LINCE. A, M.KEP OLEH: MUHAMMAD ANSYARI SNR 19214053

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN REGULER B KHUSUS SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN MUHAMMADIYAH PONTIANAK TAHUN 2020

A.

Tinjauan Umum Tentang Peran Perawat 1.

Pengertian Peran Peran pada dasarnya adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang, sesuai kedudukannya dalam suatu sistem. Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar yang besifat stabil (Kozier dan Barbara, 2004). Peran perawat adalah segenap kewenangan yang dimiliki oleh perawat untuk menjalankan tugas dan fungsinya sesuai kompetensi yang dimilikinya (Gaffar, 2005). Menurut (Lokakarya Nasional,1996) Peran perawat adalah sebagai pelaksana pelayanan

keperawatan,

pendidikan,sebagai

pendidik

pengelola

pelayanan

dalam

keperawatan,

keperawatan

dan

peneliti

pengembangan

dan

institusi

keperawatan. atau peran perawat adalah cara untuk menyatakan aktivitas perawat dalam praktek,dimana telah menyelesaikan pendidikan formalnya diakui. Setiap peran memiliki 3 elemen, yaitu (Blais, 2006) : a.

Peran ideal Peran ideal mengacu pada hak dan tanggung jawab terkait peran yang secara sosial dianjurkan atau disepakati.

b.

Peran yang dipersepsikan Peran yang mengacu pada bagaimana penerimaan peran (orang yang menerima peran) percaya dirinya harus berperilaku dalam peran tersebut.

c.

Peran yang ditampilkan Peran yang mengacu pada apa yang sebenarnya dilakukan oleh penerima peran.

2.

Pengertian perawat Perawat adalah tenaga profesional yang mempunyai pendidikan dalam sistem pelayanan kesehatan. Kedudukannya dalam sistem ini adalah anggota tim kesehatan yang mempunyai wewenang dalam penyelenggaraan pelayanan keperawatan (Kozier, Barbara 2004).

3.

Peran Perawat di Rumah sakit Peran perawat menurut konsorium ilmu kesehatan tahun1989 terdiri dari peran sebagai pemberi asuhan keperawatan, advokad pasien, pendidik, koordinator, konsultan, dan peneliti yang dapat digambarkan sebagai berikut (Hidayat, 2008) terdiri dari : a.

Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan

Peran ini dapat dilakukan perawat dengan memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan. b.

Peran sebagai advokat pasien Peran ini dilakukan perawat dalam membantu pasien dan keluarganya dalam menginterpretasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan atau informasi lain khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasien. Juga dapat berperan mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien yang meliputi hak atas pelayanan sebaik-baiknya, hak atas informasi tentang penyakitnya dan hak atas privasi.

c.

Peran educator Peran ini dilakukan dengan membantu pasien dalam meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan, sehingga terjadi perubahan perilaku dari pasien setelah dilakukan pendidikan kesehatan.

d.

Peran coordinator Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan serta mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemberian pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai dengan kebutuhan pasien.

e.

Peran kolaborator Peran perawat di sini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan yang terdiri dari dokter, fisioterapis, ahli gizi dan lain-lain dengan berupaya mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan selanjutnya.

f.

Peran konsultan Di sini perawat berperan sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas permintaan pasien terhadap informasi tentang tujuan pelayanan keperawatan yang diberikan.

g.

Peran pembaharu Peran ini dapat dilakukan dengan mengadakan perencanaan, kerja sama, perubahan yang sistematis dan terarah sesuai dengan metode pemberian pelayanan keperawatan.

4.

Faktor-faktor yang mempengaruhi peran Peran adalah sebagian dari perilaku, menurut Green Lawrence (1990) dalam (Notoatmojo, 2003) perilaku dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu: a.

Predisposing factors Faktor-faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi dan sebagainya, faktor-faktor ini terutama yang positif mempermudah terwujudnya perilaku maka sering disebut faktor pemudah.

b.

Enabling factors Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan, bagi masyarakat misalnya air bersih, tempat pembuangan tinja. Ketersedian makanan yang bergizi dan sebagai-nya. Temasuk juga fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit, poliklinik, posyandu, polindes, pos obat desa, dokter atau bidan, praktek swasta dan sebagainya. Untuk berperilaku sehat masyarakat memerlukan sarana dan prasarana pen-dukung. Fasilitas ini pada hakekatnya mendukung atau memungkinkan terjadinya perilaku kesehatan maka faktor-faktor ini disebut faktor pendukung atau faktor pemungkin.

c.

Reinforcing factors Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama, sikap dan perilaku para petugas kesehatan. Untuk berperilaku sehat masyarakat kadang-kadang bukan hanya perlu pengetahuan dan sikap positif, dan dukungan fasilitaf saja melainkan diperlukan perilaku contoh (acuan) dari para tokoh masyarakat, tokoh agama para petugas, lebih-lebih para petugas kesehatan.

B.

Tinjuan Umum Tentang Advokasi dalam Praktek Keperawatan 1.

Pengertian  Advoksi secara harfiah berarti pembelaan, sokongan atau bantuan terhadap seseorang yang mempunyai permasalahan. Istilah advokasi mula-mula digunakan di bidang hukum atau pengadilan.

Menurut Johns Hopkins (1990) advokasi adalah usaha untuk mempengaruhi kebijakan publik melalui bermacam-macam bentuk komunikasi persuasif. Istilah advocacy/advokasi di bidang kesehatan mulai digunakan dalam program kesehatan masyarakat pertama kali oleh WHO pada tahun 1984 sebagai salah satu strategi global Pendidikan atau Promosi Kesehatan.WHO merumuskan bahwa dalam mewujudkan visi dan misi Promosi Kesehatan secara efektif  menggunakan 3 strategi pokok, yaitu : a. Advocacy b.  Social c. Empowerment. Advokasi diartikan sebagai upaya pendekatan terhadap orang lain yang dianggap mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan suatu program  atau kegiatan yang dilaksanakan.Oleh karena itu yang menjadi sasaran advokasi adalah para pemimpin atau pengambil kebijakan( policy makers) atau pembuat keputusan(decision makers) baik di institusi pemerintah maupun swasta.Dalam advokasi peran komunikasi sangat penting,sehingga komunikasi dalam rangka advokasi kesehatan memerlukan kiat khusus  agar komunikasi efektif. Kiat-kiatnya antara lain sebagai berikut : a. Jelas ( clear ) b. Benar ( correct ) c. Konkret ( concrete ) d. Lengkap ( complete ) e. Ringkas ( concise ) f. Meyakinkan ( Convince ) g. Konstekstual ( contexual ) h. Berani ( courage ) i.

 

Hati –hati ( coutious )

j. Sopan ( courteous ) Prinsip dasar Advokasi tidak hanya sekedar melakukan lobby politik,tetapi mencakup kegiatan persuasif, memberikan semangat dan bahkan sampai memberikan pressure atau tekanan kepada para pemimpin institusi. a. Tujuan advokasi

1) Komitmen politik ( Political commitment ) Komitmen para pembuat keputusan atau penentu kebijakan sangat penting untuk mendukung atau mengeluarkan peraturan-peraturan yang berkaitan dengan kesehatan

masyarakat,misalnya

untuk

pembahasan

kenaikan

anggaran

kesehatan,contoh konkrit pencanangan Indonesia Sehat 2010 oleh presiden. Untuk  meningkatkan komitmen ini sangat dibutuhkan advokasi yang baik. 2) Dukungan kebijakan ( Policy support ) Adanya komitmen politik dari para eksekuti,maka perlu ditindaklanjuti dengan   advokasi lagi agar dikeluarkan kebijakan untuk mendukung program yang telah memperoleh komitmen politik tersebut. 3)

Penerimaan sosial (Social acceptance ) Penerimaan sosial artinya diterimanya suatu program oleh masyarakat. Suatu program kesehatan yang telah memperoleh komitmen dan dukungan kebijakan, maka langkah selanjutnya adalah mensosialisasikan program tersebut untuk memperoleh dukungan masyarakat.

4)

Dukungan sistem ( System support ) Agar suatu program kesehatan berjalan baik maka perlunya sistem atau prosedur kerja yang jelas mendukung.

b.

Metode atau cara advokasi 1)

Lobi politik ( political lobying )

2)

Seminar / presentasi

3)

Media

4)

Perkumpulan

5)

Unsur unsur advokasi

6)

Penetepan tujuan advokasi

7)

Pemanfaatan data dan riset untuk advokasi

8)

Identifikasi khalayak sasaran

9)

Pengembangan dan penyampaian pesan advokasi

10)

Membangun koalisi

11)

Membuat presentasi yang persuasive

12)

Penggalangan dana untuk advokasi

13)

Evaluasi upaya advokasi.

c.

Pendekatan dalam Advokasi Ada 5 pendekatan utama advokasi,yaitu :

d.

1)

Melibatkan para pemimpin

2)

Bekerja dengan media massa

3)

Membangun kemitraan

4)

Memobilisasi massa

5)

Membangun kapasitas.

Langkah langkah advokasi 1)

Tahap Persiapan Persiapan advokasi yang paling penting adalah menyusun bahan/materi atau instrumen advokasi.Bahan advokasi adalah: data-à informasi–à bukti yang dikemas dalam bentuk tabel,grafik atau diagram yang mnjelaskan besarnya masalah kesehatan,akibat atau dampak masalah, dampak ekonomi, dan program yang diusulkan/proposal program.

2)

Tahap pelaksanaan Pelaksanaan advokasi tergantung dari metode atau cara advokasi.

3)

Tahap Penilaian Dalam mencapai visi dari promosi kesehatan diperlukan adanya suatu upaya yang harus dilakukan dan lebih dikenal dengan istilah “Misi”. Misi promosi kesehatan merupakanupaya yang harus dilakukan dan mempunyai keterkaitan dalam pencapaian suatu visi.

Secara umum Misi dari promosi kesehatan adalah sebagai berikut : 1)

Advokasi (Advocation) Advokasi merupakan perangkat kegiatan yang terencana yang ditujukan kepada para penentu kebijakan dalam rangka mendukung suatu isyu kebijakan yang spesifik. Dalam hal ini kegiatan advokasi merupakan suatu upaya untuk mempengaruhi para pembuat keputusan(decission maker) agar dapat mempercayai dan meyakini bahwa program kesehatan yangditawarkan perlu mendapat dukungan melalui kebijakan atau keputusan-keputusan.

2)

Menjembatani (Mediate) Kegiatan

pelaksanaan

program-program

kesehatan

perlu

adanya

suatu

kerjasamadengan program lain di lingkungan kesehatan, maupun lintas sektor yang

terkait. Untuk itu perlu adanya suatu jembatan dan menjalin suatu kemitraan (partnership) dengan berbagai program dan sektor-sektor yang memiliki kaitannya dengan kesehatan. Karenanya masalah kesehatan tidak hanya dapat diatasi oleh sektor kesehatan sendiri, melainkan semua pihak  juga perlu peduli terhadap masalah kesehatan tersebut. Oleh karena itu promosi kesehatan memiliki peran yang penting dalam mewujudkan kerjasama atau kemitraan ini. 3)

Kemampuan/Keterampilan (Enable) Masyarakat diberikan suatu keterampilan agar mereka mampu dan memelihara sertameningkatkan kesehatannya secara mandiri. Adapun tujuan dari pemberian keterampilankepada masyarakat adalah dalam rangka meningkatkan pendapatan keluarga sehinggadiharapkan dengan peningkatan ekonomi keluarga, maka kemapuan dalam pemeliharaan dan peningkatan kesehatan keluarga akan meningkat.

C.

Tinjauan Tentang Peran Perawat Sebagai Advokasi dalam Praktek Keperawatan 1.

Pengertian Arti advokasi menurut ANA adalah melindungi klien atau masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dan keselamatan praktik tidak sah yang tidak kompeten dan melanggar etika yang dilakukan oleh siapa pun. FRY mendefinisikan advokasi sebagai dukungan  aktif terhadap setiaap hal yang memiliki penyebab atau dampak penting. Sebagai advokat klien, perawat berfungsi sebagai penghubung antara klien dengan tim kesehatan lain dalam upaya pemenuhan kebutuhan klien, membela kepentingan klien dan membantu klien memahami semua informasi dan upaya kesehatan yang diberikan oleh tim kesehatan dengan pendekatan tradisional maupun professional. Peran advokasi sekaligus mengharuskan perawat bertindak sebagai nara sumber dan fasilitator dalam tahap pengambilan keputusan terhadap upaya kesehatan yang harus dijalani oleh klien. Dalam menjalankan peran sebagai advocat (pembela klien) perawat harus dapat melindungi dan memfasilitasi keluarga dan masyarakat dalam pelayanan keperawatan. Selain itu, perawat juga harus dapat mempertahankan dan melindungi hak-hak klien, hak-hak klien tersebut antara lain :

a.

hak atas informasi; pasien berhak memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di rumah sakit/sarana pelayanan kesehatan tempat klien menjalani perawatan. Hak mendapat informasi yang meliputi hal-hal berikut : 1)

Penyakit yang dideritanya;

2)

Tindakan medik apa yang hendak dilakukan;

3)

kemungkinan penyulit sebagai akibat tindakan tersebut dan tindakan untuk mengatasinya;

4)

Alternatif terapi lain beserta resikonya;

5)

Prognosis penyakitnya;

6)

Perkiraan biaya pengobatan/rincian biaya atas penyakit yang dideritanya;

b.

Hak atas pelayanan yang manusiawi, adil, dan jujur;

c.

Hak untuk memperoleh pelayanan keperawatan dan asuhan yang bermutu sesuai dengan standar profesi keperawatan tanpa diskriminasi;

d.

Hak menyetujui/ memberi izin persetujuan atas tindakan yang akan dilakukan oleh perawat/ tindakan medik sehubungan dengan penyakit yang dideritanya (informed consent);

e.

Hak menolak tindakan yang hendak dilakukan terhadap dirinya dan mengakhiri pengobatan serta perawatan atas tanggung jawab sesudah memperoleh informasi yang jelas tentang penyakitnya.

2.

Tanggung jawab perawat advokat Nelson (1988) dalam Creasia & Parker (2001) menjelaskan bahwa tanggung jawab perawat dalam menjalankan peran advokat pasien adalah : a.

Sebagai pendukung pasien dalam proses pembuatan keputusan, dengan cara : memastikan informasi yang diberikan pada pasien dipahami dan berguna bagi pasien dalam pengambilan keputusan, memberikan berbagai alternatif pilihan disertai penjelasan keuntungan dan kerugian dari setiap keputusan, dan menerima semua keputusan pasien.

b.

Sebagai mediator (penghubung) antara pasien dan orang-orang disekeliling pasien, dengan cara : mengatur pelayanan keperawatan yang dibutuhkan pasien dengan tenaga kesehatan lain, mengklarifikasi komunikasi antara pasien, keluarga, dan tenaga kesehatan lain agar setiap individu memiliki pemahaman yang sama, dan menjelaskan kepada pasien peran tenaga kesehatan yang merawatnya.

c.

Sebagai orang yang bertindak atas nama pasien dengan cara : memberikan lingkungan yang sesuai dengan kondisi pasien, melindungi pasien dari tindakan yang dapat merugikan pasien, dan memenuhi semua kebutuhan pasien selama dalam perawatan.

3.

Nilai-nilai Dasar yang Harus Dimiliki oleh Perawat Advokat Menurut Kozier & Erb (2004) untuk menjalankan perannya sebagai advokasi pasien, perawat harus memiliki nilai-nilai dasar, yaitu : a.

Pasien adalah makhluk holistik dan otonom yang mempunyai hak untuk menentukan pilihan dan mengambil keputusan

b.

Pasien berhak untuk mempunyai hubungan perawat-pasien yang didasarkan atas dasar saling menghargai, percaya, bekerja sama dalam menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan masalah kesehatan dan kebutuhan perawatan kesehatan, dan saling bebas dalam berpikir dan berperasaan

c.

Perawat bertanggung jawab untuk memastikan bahwa pasien telah mengetahui cara memelihara kesehatannya. Selain harus memiliki nilai-nilai dasar di atas, perawat harus memiliki sikap yang

baik agar perannya sebagai advokat pasien lebih efektif. Beberapa sikap yang harus dimiliki perawat, adalah: a.

Bersikap asertif Bersikap asertif berarti mampu memandang masalah pasien dari sudut pandang yang positif. Asertif meliputi komunikasi yang jelas dan langsung berhadapan dengan pasien.

b.

Mengakui bahwa hak-hak dan kepentingan pasien dan keluarga lebih utama walaupun ada konflik dengan tenaga kesehatan yang lain.

c.

Sadar bahwa konflik dapat terjadi sehingga membutuhkan konsultasi, konfrontasi atau negosiasi antara perawat dan bagian administrasi atau antara perawat dan dokter.

d.

Dapat bekerjasama dengan tenaga kesehatan lain Perawat tidak dapat bekerja sendiri dalam memberikan perawatan yang berkualitas bagi pasien. Perawat harus mampu berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain yang ikut serta dalam perawatan pasien.

e.

Tahu bahwa peran advokat membutuhkan tindakan yang politis, seperti melaporkan kebutuhan perawatan kesehatan pasien kepada pemerintah atau pejabat terkait yang memiliki wewenang/otoritas.

4.

Tujuan dan Hasil yang Diharapkan dari Peran Advokat Pasien Tujuan dari peran advokat berhubungan dengan pemberdayaan kemampuan pasien dan keluarga dalam mengambil keputusan. Saat berperan sebagai advokat bagi pasien, perawat perlu meninjau kembali tujuan peran tersebut untuk menentukan hasil yang diharapkan bagi pasien. a.

Menjamin bahwa pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lain adalah partner dalam perawatan pasien. Pasien bukanlah objek tetapi partner perawat dalam meningkatkan derajat kesehatannya. Sebagai partner, pasien diharapkan akan bekerja sama dengan perawat dalam perawatannya.

b.

Melibatkan pasien dalam pengambilan keputusan Pasien adalah makhluk yang memiliki otonomi dan berhak untuk menentukan pilihan dalam pengobatannya. Namun, perawat berkewajiban untuk menjelaskan semua kerugian dan keuntungan dari pilihan-pilihan pasien.

c.

Memiliki saran untuk alternatif pilihan Saat pasien tidak memiliki pilihan, perawat perlu untuk memberikan alternatif pilihan pada pasien dan tetap memberi kesempatan pada pasien untuk memilih sesuai keinginannya.

d.

Menerima keputusan pasien walaupun keputusan tersebut bertentangan dengan pengobatannya. Perawat berkewajiban menghargai semua nilai-nilai dan kepercayaan pasien.

e.

Membantu pasien melakukan yang mereka ingin lakukan Saat berada di rumah sakit, pasien memiliki banyak keterbatasan dalam melakukan berbagai hal. Perawat berperan sebagai advokat untuk membantu dan memenuhi kebutuhan pasien selama dirawat di rumah sakit.

5.

Hasil yang diharapkan dari pasien saat melakukan peran advokat adalah pasien akan : a.

Mengerti hak-haknya sebagai pasien

b.

Mendapatkan informasi tentang diagnosa, pengobatan, prognosis, dan pilihanpilihannya

c.

Bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya

d.

Memiliki otonomi, kekuatan, dan kemampuan memutuskan sendiri

e.

Perasaan cemas, frustrasi, dan marah akan berkurang

f.

Mendapatkan pengobatan yang optimal

g.

Memiliki kesempatan yang sama dengan pasien lain

h.

Mendapatkan perawatan yang berkesinambungan

i.

Mendapatkan perawatan yang efektif dan efisien.

Related Documents


More Documents from "Lanang Taufan Kelana"

Lp Gastritis.docx
February 2021 0
Kk
January 2021 2
Lecciones Casa De Paz
January 2021 1
2020130457
January 2021 0
Aqua 1
March 2021 0