Loading documents preview...
A. Definisi Gait Analysis Gait Analysis adalah keadaan saat satu kaki menyentuh tanah dan berakhir saat kaki yang sama menyentuh tanah kembali disebut dengan siklus berjalan Siklus ini dibagi menjadi dua periode, yaitu menopang (stance) dan mengayun (swing). Periode menopang digunakan untuk mendeskripsikan periode saat kaki menyentuh tanah sedangkan periode mengayun mendeskripsikan saat kaki berada di 3 udara, dengan kata lain tidak terjadi kontak dengan tanah. Durasi siklus berjalan bervariasi tergantung dari kecepatan orang berjalan. Umumnya periode siklus berjalan terdiri dari 60% untuk periode menopang dan 40% untuk periode mengayun (Spencer, 2005) Ada pula yang menambahkan satu fase lagi yaitu fase dua kaki di lantai (double support) yang brlangsung singkat. Fase double support ini akan semakin singkat jika kecepatan jalan bertambah, bahkan pada berlari fase double support ini sama sekali hilang, dan justru terjadi fase dimana kedua kaki tidak menginjak lantai. Fase menapak (60%) dimulai dari heel strike / heel on, foot flat, mid stance , heel off dan diakhiri dengan toe off.
Sedangkan pada fase mengayun (40%) dimulai dari toe off, swing dan diakhiri dengan heel strike (accelerasi, mid swing, decelerasi).
Komponen-komponen penting dalam berjalan normal : 1. Initial Contact/Heel Strike (HO) Awal dari cara siklus berjalan : Sesaat kaki mengenai landasan, angkle berada dalam posisi normal, dan lutut dalam keadaan tertutup atau kaki lurus. Heal Strike (calcaneous) merupakan tulang pertama yang menyentuh landasan,
2. Loading Response (Foot Flat) Melakukan kontak sepenuhnya dengan landasan dan dalam keadaan rata (foot flat/FF) dengan landasan
3. Midstance Dimulai pada saat heel sesaat sebelum meninggalkan landasan sehingga kaki berada sejajar dengan kaki bawah bagian depan.
4. Terminal Stance (Heel Off) Fase terminal stance pada saat heel kaki kanan (merah) meninggi (mulai meniggalkan landasan) dan dilanjutkan sampai dengan heel dari kaki biru mulai mengenai landasan,
5. Pre-Swing (Toe-Off) Fase pre-swing dimulai dengan fase initial contact (heel strike) oleh kaki kiri (biru), dan kaki kanan (merah) berada posisi meninggalkan landasan untuk melakukan periode mengayun (toe-off)
6. Initial Swing (Acceleration) Fase initial swing dimulai pada saat telapak kaki kanan mulai diangkat dari posisi landasan
7. Mid-Swing Fase mid-swing yang dimulai pada akhir initial swing dan dilanjutkan sampai kaki merah mengayun maju berada di depan anggota badan sebelum mengenai landasan.
8. Terminal Swing (Decceleration) Fase terminal swing merupakan akhir dari gait cycle, terjadi pada periode waktu siklus dimana tungkai kaki mengalami perpanjangan maksimum dan berhenti pada saat heel
telapak kaki kanan (merah) mulai mengenai landasan. Pada periode ini, posisi kaki kanan (merah) berada kembali berada depan anggota badan, seperti pada posisi awal gait cycle
Ada bebrapa istilah dalam pola jalan:
Stride legth : Adalah jarak antara dua jejak kaki, pada kaki yang sama. Pada orang dewasa pria jaraknya antara 140 – 156,5cm.
Stride duration : Adalah waktu yang dibutuhkan untuk jarak tersebut.
Step length : Adalah jarak antara dua jejak kaki , baik dari kanan ke kiri atau sebaliknya. Jarak rata2nya adalah 68 – 78cm.
Step duration : Adalah waktu yang dibutuhkan dari heel strike kaki yang satu ke heel strike kaki yang lain.
Cadence : Adalah jumlah steps permenit, dimana nilai rata2nya adalah 112 – 116 permenit.
B. Perbedaan gerak dari setiap fase 1. Stance phase (fase menapak) · Ekstensi sendi panggul (hip) · Geseran ke arah horizontal- lateral pada pelvis dan truk · Fleksi lutut sekitar 15° pada awal heel strike, dilanjutkan dengan ekstensi dan fleksi lagi sebelum toe off
2. Swing phase (fase mengayun) · Fleksi lutut dengan diawali ekstensi hip · Lateral pelvic tilting kearah bawah pada saat toe off · Fleksi hipRotasi pelvic ke depan saat tungkai terayun · Ekstensi lutut dan dorsalfleksi ankle dengan cepat sesaat sebelum heel strike
C. Otot yang berperan pada saat stabilisasi dan mobilisasi
Stance Phase 1. Heel strike Stabilisasi : hamstring, Mobilisasi : m. gluteus maximus, m. tibialis anterior, posterior capsule, quadriceps
2. Footflat Stabilisasi : m. tibialis anterior Mobilisasi : m.quadriceps femoris, m. tibialis posterior,m. gastrocnemius, gluteus medius
3. Midstance Stabilisasi : m. Quadriceps, m. gluteus medius Mobilisasi : m. soleus, m. gastrocnemius, Fleksor digitorum longus, dan
Hallucis Longus
4. Heel-off Stabilisasi : Mobilisasi : m. soleus, m. gastrocnemius, tensor fascia latae
5. Toe-off Stabilisasi : m. rectus femoris, plantar flexor, Mobilisasi : m. soleus dan tibialis posterior, m. quadrieps,
Swing Phase 6. Acceleration Stabilisasi : m. tibialis posterior Mobilisasi : iliopsoas, rectus femoris, hamstring 7. Mid swing Stabilisasi : m. tibialis posterior, Mobilisasi : iliopsoas, rectus femoris, hamstring 8. Decelaration Stabilisasi : m. tibialis posterior, m.gluteus maximus Mobilisasi : m. tibialis anterior, hamstring, m. quadriceps femoris D. OBSERVASI GAIT Observasi visual gait analisis dipergunakan untuk mengetahui ketidaknormalan gait yang disebabkan kelemahan otot, keterbatasan mobilitas sendi, nyeri, atau gangguan kontrol motoris akibat lesi sistem saraf. Penggunaan videotape sangat bermanfaat dalam menganalisis misalnya deviasi / patologi, perkembangan, atau memfokuskan pada satu sendi. Untuk dapat terampil dalam observasi visual haruslah difahami gait yang normal.
Siklus Gait normal Siklus dimulai dari initial contact (hell strike) hingga initial contact periode berikutnya, terdiri atas:
Stance Phase (40 %) Terminologi Racho
Swing Phase (60%)
Term.
Terminologi Racho
Konvensional
Term. Konvensional
Initial contact
Heel strike
Initial swing
Acceleration
Loading response
Foot flat
Mid swing
Mid swing
Mid stance
Mid stance
Terminal swing
Deceleration
Terminal stance
Heel off
Pre swing
Toe off
Dari masing-masing tahap diuraikan sebagai berikut. Initial contact to Loading response
Sendi
Hip
Otot Yang Aktif
Gluteus
maximus
Deviasi Gait
Penyebab
Kemungkinan
Muskular
Lain
Penyebab
/ Anterior pelvic Kelemahan hip Hip flexion contracture /
hamstring / adducor tilt
extensor
hip flexor spastic
magnus. Mengontrol gaya hip fleksi
Gluteus
Hip flexion contracture
medius
/ Badan condong Kelemahan hip
tensor fascia latae. Mengontrol gaya hip adduction
ke belakang
extensor
Knee
Quadriceps
aktif Insufficiency
mengontrol
knee knee
flexion
Kelemahan
Excessive ankle plantar
flexion, knee extensor
flexion,
knee
pain,
knee
quadriceps
spasticity,
hyperextension
knee
extension
contracture Excessive knee Not flexion
due
muscle
to Knee flexion contracture, hamstrings spasticity
weakness Ankle
Pretibial
ms.
To Excessive
control ankle plantar (terlalu flexion
Weak
ankle Plantar flexor spasticity,
cepat) dorsifleksor
plantar flexion
ankle
plantar
flexion
contracture.
Mid stance Sendi
Hip
Otot Yang Aktif
Gluteus
medius
Deviasi Gait
& Pelvic
Penyebab
Kemungkinan
Muskular
Lain
drop Kelemahan
Penyebab
hip Hip pain (antalgic gait),
minimus / tensor fascia contra
lateral abductor
Hip abduction contracture
latae
badan
ipsi lateral (Trendelen)
atau
Mengkonter gaya hip condong adduction
ipsi
lateral
Excessive
hip Umum,
flexion
bukan Hip flexion atau iliotibial
karena kelemahan band contracture otot
Badan condong Kelemahan
Knee
Quadriceps
ke belakang
extensor
knee
Kelemahan
Mengontrol gaya knee hyperextension
extensor
hip Hip flexion contracture
knee Excessive ankle plantar flexion (karena spastisitas
flexion,
hanya
saat
awal mid stance.
/ contracture) Insufficiency
Soleus weakness
knee extension Ankle
Soleus / gastrocnemius Mengotrol
Insufficiency
anterior ankle
advancement of tibia
Knee flexion contracture, hamstring spasticity
Umum
bukan Ankle
plantar
flexion
karena kelemahan contracture / spasticity
dorsiflexion
otot selama tahap ini
Excessive ankle Kelemahan soleus
Flexed knee gait (karena
dorsiflexion
knee flexion contracture, hamstring spasticity)
Terminal stance Sendi
Hip
Otot Yang Aktif
Tensor
fascia
Deviasi Gait
latae Insufficiency
Penyebab
Kemungkinan
Muskular
Lain
Umumnya bukan Hip flexor contracture /
serabut anterior gerak hip extension
karena kelemahan spasticity
hip
otot
ekstension
dan
mengkonter gaya hip Pelvic adduction
Penyebab
drop Kelemahan
hip Hip pain (antalgic gait),
contra
lateral abduction
Hip abduction contracture
atau
badan
ipsi lateral (Trendelen)
condong
ipsi
lateral Knee
Popliteus, cegah knee knee
Kelemahan
hyperextension
hyperextension
extensor
flexion (karena spastisitas
Insufficiency
Kelemahan soleus
/ contracture)
knee extension
knee Excessive ankle plantar
Knee flexion contracture, hamstring spasticity
Ankle
Soleus / gastrocnemius
Excessive ankle Bukan kelemahan Ankle
Mengotrol gaya ankle plantarflexion
otot
plantarflexion
contracture / spasticity
dorsiflexion
Excessive ankle Kelemahan soleus
Flexed knee gait (karena
dorsiflexion
knee flexion contracture, hamstring spasticity
Pre swing Sendi
Hip
Otot Yang Aktif
Adductor gerak
longus, Excessive
flection
mengontrol
Deviasi Gait
Penyebab
Kemungkinan
Muskular
Lain
Penyebab
hip Umumnya bukan Hip flexion / iliotibial
dan flexion
karena kelemahan band contracture
hip
otot
Spasticity hip flexor, hip
abduction
pain
menghasilkan pamindahan
berat
badan ke ekstremitas contra lateral Rectus femoris, gerak hip
flexion
mengontrol
dan derajat
knee flexion Knee
Popliteus gastrocnemius,
/ Insufficiency gerak knee flexion
Kelemahan
knee Knee pain, knee extension
extensor
knee flexion Rectus mengontrol
contracture,
quadriceps
spasticity femoris, derajat
knee flexion
Ankle
Soleus, gastrocnemius:
Excessive ankle Kelemahan soleus pada dorsiflexion
AFO dengan rigit ankle, flexed knee gait (karena
awal pre swing untuk
knee flexion contracture,
anterior
hamstring spasticity)
acceleration
tibia. Tibialis
anterior,
ekstensor
digitorum
longus,
akhir
swing
pre
mencegah
plantar fleksi berlebih.
Initial swing Sendi
Hip
Otot Yang Aktif
Iliacus
/
adductor Insufficiency
longus: hip flexion
Gracilis
/
Deviasi Gait
Penyebab
Kemungkinan
Muskular
Lain
Kelemahan
hip flexion
flexor
Circumduction
Kelemahan
hip
flexor
hip Lemahnya
Penyebab
kontrol
hip
flexor akibat CNS Lesion
sartorius:
Hip & flexion
hip Knee
ekstension
contracture: ankle
kelemahan dorsifleksor:
Excessive
ankle
plantarflexion Badan condong Kelemahan ke contra lateral flexor
hip Kelemahan hip abductor (stance limb): Knee
extension
contracture (swing limb): kelemahan
ankle
dorsifleksor (swing limb): Excessive plantarflexion
ankle (swing
limb):
Knee
Biceps femoris (caput Insufficient hip Kelemahan brevis) : knee flexion
flexion
hip Quadriceps
flexor
spasticity:
knee pain: knee extension contracture.
Ankle
Tibialis
anterior, Excessive ankle Umumnya bukan Ankle
extensor digit longus, plantar flexion
plantar
karena faktor otot
contracture
Penyebab
Kemungkinan
Muskular
Lain
flexion
ankle dorsiflexion
Mid swing Sendi
Hip
Otot Yang Aktif
Deviasi Gait
Biceps femoris (caput Excessive brevis),
hip Kelemahan ankle Hip flexion contracture:
flexion
dorsiflexor
Excessive
semimembranosus:
dikompensasi hip plantarflexion
pada mendekati tahap
flexion.
akhir mid swing untuk
Kelemahan
decelerate femur.
Penyebab
hip Kurangnya
ankle
kontrol
hip
Insufficient hip flexor
flexor akibat CNS lesion
flexion
Hip pain (antalgic gait):
.
contra lateral hip abduction Kelemahan Ipsilateral
hip contracture (trendelen gait)
abductor tungkai Hip adductor spasticuty.
pelvic drop / berdiri. tubuh condong
Knee
ke contralateral.
contracture:
extension kelemahan
ankle dorsifleksi: Kelemahan Excessive abduction.
hip flexor adductor).
hip Excessive
(diganti plantarfleksi.
ankle
Kelemahan Circumduction
hip
flexor
of hip
Knee
Ankle
Biceps femoris (caput Insufficient
Kelemahan
brevis)
flexor
Tibialis
knee flexion
hip Knee contracture.
anterior, Excessive ankle Kelemahan ankle Ankle
extensor digit. Longus, plantarfleksi
extension
plantarfleksors
dorsifleksi
spasticity / contracture
Penyebab
Kemungkinan
Muskular
Lain
ankle dorsi flexion
Terminal swing Sendi
Hip
Otot Yang Aktif
Deviasi Gait
Biceps femoris (caput Insufficient hip Kelemahan longus),
flexion
flexor
Semitendinosus:
Circumduction
Kelemahan
decelerasi femur
of hip
flexor
hip Kurangnya
Penyebab
kontrol
hip
flexor akibat CNS lesion
semimembranosus,
Gluteus
maximus: Excessive
decelerasi femur
adduction
hip Knee
extension
contracture;
Knee
hip Kelemahan ankle extension contracture dorsifleksi Kelemahan flexor
hip (dan Hip adductor spasticity
adductor pengganti)
Knee
Vastus
medialis, Insufficient
intermedius, lateralis Biceps femoris (caput
knee flexion
Kelemahan extensor
knee Hamstring Spasticity: Knee flexion contracture
longus) semimembranosus, semitendinosus: mengontrol
knee
extension berlebihan Ankle
Tibialis
anterior, Excessive ankle Kelemahan ankle
extensor digit. Longus: plantarflexion
dorsifleksi
ankle dorsiflexion
Kelemahan
knee
extensor
Dari analisis berjalan tersebut dapat diindikasikan kebutuhan test dan pengukuran lain. Bila dijumpai kelemahan otot maka diperlukan test dan pengukuran kekuatan otot. Bila ditemukan pemendekan otot diperlukan tes panjang otot. Bila ditemukan contracture perlu test integritas dan mobilisasi sendi, dan lain-lain.
E. Gaya Berjalan Patologis Gaya berjalan akan berubah apabila salah satu sistem yang mendukungnya mengalami gangguan. Patofisiologi secara umum adalah :
Gangguan penglihatan, apabila mata seseorang ditutup atau kehilangan penglihatannya, orang tersebut akan berjalan dengan langkah yang pendek, tangan dalam posisi ke depan atau fleksi (untuk mencegah tabrakan), goyangan tubuh berkurang, serta terjadi sedikit kekakuan
Vestibulopati, fase berjalan tidak menetap dan kehilangan keseimbangan. Orang yang mengalami vestibulopati tidak dapat berlari atau mengubah arah jalannya tiba-tiba. Pasien gangguan ini dapat didiagnosis dengan tes fungsi labirin(caloric and rotational testing, electronystagmography, and posture platform testing). Penyebab vestibulopati yang sering adalah akibat obat dan zat toksik, serta penuaan.
Hilangnya deteksi propioseptif, pasien dengan kelainan ini berjalan dengan tangan sedikit ke depan, badan bungkuk, rentang kaki lebar dan irregular, langkah tidak sama, dan terjadi goyangan pada tubuh. Apabila tubuh dimiringkan maka badan pasien akan jatuh dan tidak dapat bangun sendiri. Selain itu juga ditemukan Romberg sign, yaitu ketika pasien menutup mata maka
badannya
langsung
jatuh.
Berikut ini adalah beberapa jenis kelainan gaya berjalan :
1. Gait Hemiplegia Pasien berdiri dengan kelemahan unilateral pada sisi yang terkena, lengan tertekuk, adduksi dan diputar secara internal. Kaki pada sisi yang sama dalam ekstensi dengan plantar kaki dan jari kaki dalam keadaan fleksi. Ketika berjalan, pasien akan
mengunci lengannya ke satu sisi dan menyeret kaki yang terkena dengan bentuk setengah lingkaran (circumduction). Hal ini dikarenakan adanya kelemahan otot-otot distal (drop foot) dan hypertonia otot-otot ekstensor di tungkai bawah. Hal ini paling sering terlihat pada pasien stroke. Pada hemiparesis ringan, kelainan yang tampak mungkin hanya kehilangan ayunan lengan normal dan sedikit circumduction.
2. Gait Diplegia Pasien dengan gait ini memiliki keterlibatan pada kedua sisi dimana kelenturan ekstremitas bawah lebih buruk daripada ekstremitas atas. Pasien berjalan dengan basis langkah yang sempit, menyeret kedua kaki dan akan menggesek jari-jari kakinya saat melangkah. Gait ini terlihat pada lesi periventrikel bilateral, seperti yang terlihat pada cerebral palsy. Juga dikarakteristikan dengan gangguan otot-otot adduktor panggul yang dapat menyebabkan kaki untuk menyeberang melewati garis tengah yang sering disebut juga sebagai gait menggunting (scissors gait). Di negara dengan perawatan medis yang memadai, pasien dengan cerebral palsy dapat menjalani operasi untuk merilis otot adduktor panggul sehingga meminimalkan efek menggunting
3. Gait Neuropatik Terlihat pada pasien dengan drop foot (kelemahan dorsofleksi kaki), penyebab gait ini adalah karena upaya untuk mengangkat kaki lebih tinggi selama berjalan sehingga kaki tidak menyeret di lantai. Jika terjadi secara unilateral, penyebabnya termasuk kelumpuhan saraf peroneal dan radiculopati L5. Jika terjadi secara bilateral, penyebabnya termasuk sclerosis amyotrophic lateral, penyakit Charcot-Marie-Tooth dan neuropati perifer lainnya termasuk yang berhubungan dengan diabetes yang tidak terkontrol.
4. Gait Miopati (Gait Waddling)
Otot panggul bertanggung jawab untuk menjaga tingkat panggul saat berjalan. Jika pasien memiliki kelemahan pada satu sisi, hal ini akan menyebabkan penurunan panggul pada sisi kontralateral panggul saat berjalan (Trendelenburg sign). Dengan kelemahan bilateral, pasien akan mengalami panggul yang jatuh di kedua sisi selama berjalan. Gait ini terlihat pada pasien dengan miopati, seperti distrofi otot.
5. Gait Parkinsonian Dalam gait ini, pasien akan mengalami kekakuan dan bradikinesia. Ia akan membungkuk dengan kepala dan leher ke depan, dengan fleksi pada lutut. Seluruh ekstremitas atas juga dalam keadaan fleksi, tetapi jari-jari biasanya dalam keadaaan ekstensi. Pasien berjalan agak lambat dengan langkah-langkah kecil dikenal dengan sebutan marche a petit pas (berjalan dengan langkah-langkah kecil). Pasien juga mungkin mengalami kesulitan untuk memulai langkah. Pasien menunjukkan kecenderungan tanpa sadar untuk melangkah lebih cepat, yang dikenal sebagai festination. Gait ini terlihat pada penyakit Parkinson atau kondisi lain yang menyebabkan parkinsonisme, seperti efek samping dari obat-obatan.
6. Gait Choreiform Gait Ini terlihat dengan gangguan ganglia basal tertentu termasuk Sydenham chorea, Penyakit Huntington dan bentuk lain dari chorea, athetosis ataudystonia. Pasien akan menampilkan gerakan yang tak terkendali pada semua ekstremitas, tidak teratur dan kaku. Berjalan akan lebih menonjolkan gangguan gerakan dasar itu.
7. Gait Ataxia (Serebelar) Gait ini paling sering terlihat pada penyakit serebelar, gait ini digambarkan sebagai gait yang kikuk, gerakan tiba-tiba dengan basis langkah yang lebar. Saat berdiri diam, tubuh pasien akan mengayun bolak-balik dan dari sisi ke sisi, yang dikenal sebagai titubation. Pasien tidak akan dapat melangkah dari tumit sampai ujung kaki dalam garis lurus. Gait pada intoksikasi alkohol akut akan menyerupai gait penyakit
cerebellar.
8. Gait Sensorik Gait sensorik terjadi ketika ada kehilangan masukan propioreseptif ini. Dalam upaya untuk mengetahui kapan kaki mencecah tanah dan lokasi pijakan, pasien akan membanting kaki dengan keras ke tanah untuk merasakannya. Kunci gait ini akan mengalami eksaserbasi ketika pasien tidak dapat melihat kaki mereka (misalnya dalam keadaan gelap). Gait ini juga kadang-kadang disebut sebagai gaya berjalan menghentak karena pasien dapat mengangkat kaki mereka sangat tinggi untuk menghentak tanah dengan keras. Gait ini dapat dilihat pada gangguan kolom dorsal (defisiensi B12 atau tabes dorsalis) atau penyakit yang mempengaruhi saraf perifer (diabetes yang tidak terkontrol). Dalam bentuk yang parah, gait ini dapat menyebabkan ataksia yang menyerupai gaya berjalan ataksia cerebellar.