Geolog Operation

  • Uploaded by: corintiadianp
  • 0
  • 0
  • January 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Geolog Operation as PDF for free.

More details

  • Words: 1,894
  • Pages: 33
Loading documents preview...
3.6 Pengoperasian software Geolog 6.7.2 3.6.1 Loading Data Melakukan loading data awalnya kita harus membuka Software Geolog 6.7.2 klik pada well, lalu buka data dengan meng-klik well lalu open dan temukan data well yang sudah kita jadikan database untuk di load, lalu klik oke (lihat gambar 3.3). Maka akan muncul

Gambar 3.3 Proses Loading Data

Setelah loading data selesai, tahap selanjutanya adalah menentukan zona formasi yang akan di analisa. Tahap caranya bisa lihat pada gambar 3.4:

Gambar 3.4 Pemilihan Zona Formasi Baturaja

3.6.2 Pre-calculated Setelah data di load, tahap selanjutnya dinamakan precalc yaitu pemasukan data – data dari well header pada komputasi dengan menggunakan Geolog 6.7.2 . Data – data interval yang di masukkan adalah Top log interval temperature, Top log interval (MD), Bottom log interval temperature, Bottom log interval (MD), Drilling fluid density, Resistivity of mud density, Mud sample temperature, Resistivity of filtrate sample, Mud filtrate sample temperature, Resistivity of mudcake sample, Mudcake sample temperature, dan Drilling bit size. (Gambar 3.5)

Gambar 3.5 Data – data interval yang dimasukkan dari well header ke precalc

Output yang dihasilkan pada precalc ini adalah (Gambar 3.6)

Gambar 3.6 Output dari Precalc Setelah semua data dimasukkan, klik tombol start untuk menjalankan precalcnya tersebut.

3.6.3 Koreksi Log Gamma Ray Setelah melakukan tahap precalc, tahap selanjutnya adalah melakukan pengkoreksian terhadap beberapa kurva seperti Gamma Ray, Densitas, Neutron, Sonic, dan Resistivitas. Tahap pengkoreksian ini dilakukan agar mencari kurva log yang valid dari pembacaan alat pencatatan kurva log. Berikut tahap pengkoreksian dari log gammar ray (Gambar 3.7)

Gambar 3.7 Pemasukan data gamma ray

Pada gamma ray tool position dipilih dengan posisi yang Eccentered yaitu posisi pada tool pencatatan gamma ray di posisikan dekat permukaan pinggiran lubang bor agar dapat dikoreksi dari ketidakrataan sisi permukaan lubang bor. Data Input yang dipakai dalam koreksi gamma ray ini adalah log gamma ray dan log caliper. Output setnya berupa format GR_COR. Setelah semua data sudah dimasukkan, klik tombol start untuk menjalankannya. 3.6.4 Koreksi Log Neutron Setelah pengkoreksian pada log gamma ray, selanjutnya adalah pengkoreksian kurva log neutron. Berikut tahap pengkoreksiannya (Gambar 3.8):

Gambar 3.8 Tahap pengkoreksian log neutron

Pengkoreksian ini menggunakan persamaan dari schlumberger charts (Por13b, 14c, 14d). Data interval yang dimasukkan dalam pengkoreksian log neutron ini adalah Salinity of mud dan Salinity of mud filtrate. Input yang digunakan adalah log neutron, log caliper, temperatur formasi, dan tekanan formasi. Outputnya adalah log neutron yang terkoreksi. Output setnya berupa format ENVI_TNPH. Setelah semua data sudah dimasukkan, klik tombol start untuk menjalankannya. 3.6.5 Koreksi Log Density

Setelah pengkoreksian pada log neutron, selanjutnya adalah pengkoreksian kurva log densitas. Berikut tahap pengkoreksiannya (Gambar 3.9):

Gambar 3.9 Pengkoreksian log densitas

Data interval yang diperlukan hanya data Mud Density saja. Data input yang dimasukkan berupa log densitas, log PEF (Photoelectric Factor), dan Log caliper. Output yang didapat setelah dijalankan adalah log densitas terkoreksi dan log PEF terkoreksi. Setelah semua data sudah dimasukkan, klik tombol start untuk menjalankannya. 3.6.6 Koreksi Log LLS (True Formation Resistivity) dan LLD (Flushed Zone Resistivity) Setelah pengkoreksian pada log densitas, selanjutnya adalah pengkoreksian kurva log LLS dan LLD. LLD merupakan formasi hidrokarbon dan LLS merupakan formasi air bersih. Apabila kurva resistivitas tinggi pada LLD dan rendah pada LLS berarti resistivitasnya normal. Kurva ini harus dikoreksi apabila terjadi rembesan. Berikut tahap pengkoreksiannya (Gambar 3.10) (Gambar 3.11):

Gambar 3.10 Tahap pengkoreksian Log LLD

Data log yang di masukkan pada mode input di koreksi LLD ini adalah log LLD yang belum terkoreksi, log kaliper, dan log kurva temperatur formasi. Outputnya nanti berupa log LLD yang sudah terkoreksi. Setelah data telah di input semua, klik pada tombol start untuk menjalankannya. Nama format untuk log LLD yang terkoreksi ini adalah LLD_COR

Gambar 3.11 Tahap pengkoreksian log LLS

Sama seperti koreksi loh LLD tadi, data log yang dimasukkan pada mode input di koreksi LLS ini adalah log LLS yang belum terkoreksi, log kaliper, dan log kurva temperatur formasi. Outputnya nanti berupa log LLS yang sudah terkoreksi. Setelah data telah di input semua, klik pada tombol start untuk menjalankannya. Nama format untuk log LLS yang terkoreksi ini adalah LLS_COR.

Dari pengkoreksian kedua log resistivitas tadi, koreksi di perlukan karena untuk mengkoreksi kurva LLD dan LLS dari rembesan air atau hidrokarbon yang ada. 3.6.7 Perhitungan Rt (True Resistivity) Setelah tahap pengkoreksian kurva log LLD dan LLS, selanjutnya adalah perhitungan Rt. Sebenarnya nilai Rt dapat di lihat langsung pada kurva log LLD secara langsung tiap dalamnya, namun dengan software Geolog 6.7 ini untuk mendapatkan nilai Rt dengan tahap sebagai berikut (Gambar 3.12):

Gambar 3.12 Tahap perhitungan Rt

Input yang di masukkan untuk menemukan nilai Rt adalah kurva log LLD dan LLS. Setelah itu output yang didapatkan adalah nilai Rt (True Resistivity). Setelah semua data dimasukkan lalu klik tombol start untuk menjalankannya. 3.6.7 Parameter Picking (Apparent Matrix Properties) Dalam penentuan Apparent Matrix Properties ini bertujuan untuk menetukan batas – batas angka litologi pada suatu lubang bor agar bisa di tampilkan pada suatu kondisi penampakan sumur. Biasanya kita menentukan angka – angka tiap mineral itu memiliki ketebalan standar berapa. Dengan menggunakan sofware berikut cara untuk mengimput datanya (Gambar 3.13):

Gambar 3.13 Apparent Matrix Properties

Angka – angka yang sudah di masukkan tadi berasal dari data wellnya langsung dan sudah merupakan data default dari sumur yang di bor. Input data yang dimasukkan adalah log densitas yang sudah terkoreksi, log neutron terkoreksi, log sonic, dan log PEF. Setelah semua data angka di masukkan ke dalam tabel Apparent Matrix Properties ini, tekan tombol start untuk menjalankannya. 3.6.8 Gaftar rho nphi gr Tahap ini merupakan penentuan letak dimana titik matriks dan titik shale. Melalui gaftar rho nphi gr ini kita dapat menentukan titik itu dengan melihat sebaran matriks yang menumpuk dan shale yang menumpuk. Matrik di tandai dengan warna biru kemudaan dan shale ditandai dengan warna hijau muda. Berikut cara untuk menentukannya (Gambar 3.14):

Gambar 3.14 Gaftar rho nphi gr

Dari gaftar tersebut bisa terlihat bahwa titik matriks (MA) berada pada sebaran berwarna biru muda dengan nilai maksimal RHOBnya 2.71. titik shale (SH) berada pada sebaran berwarna hijau muda dengan nilai maksimal RHOBnya 2.52. Nilai RHOB dan TNPH pada setiap matriks dan shale berguna untuk menentukan volume shale pada densitas dan neutron. 3.6.9 Determin Badhole Determin merupakan salah satu cara untuk menentukan suatu perhitungan seperti perhitungan porositas, volume shale, Sw, dan permeabilitas. Determin yang pertama dilakukan adalah menetukan

Badhole. Badhole ini adalah penentuan maksimum pada lubang bor. Berikut merupakan tahapnya (Gambar 3.15):

Gambar 3.15 Determin Badhole

Data input yang dimasukkan adalah berupa log densitas yang sudah di koreksi dan log caliper. Outputnya adalah Bad hole Flag. Setelah data sudah di input semua, lalu tekan tombol start untuk menjalankannya.

3.6.10 Determin Shale Volume Gamma Ray Perhitungan kandungan lempung dalam suatu formasi dapat dicari dengan menggunakan indikator tunggal, yaitu log gamma ray, dan log resistivitas, atau dengan menggunakan indikator ganda, yaitu log neutron – densitas. Log Gamma Ray (GR) adalah yang sering digunakan karena log ini mengukur tingkat radioaktifitas formasi, umumnya semakin tinggi GR semakin tinggi pula VSH karena dalam shale secara relatif lebih banyak dijumpai mineral – mineral radioaktif seperti potasium (K), Thorium (Th), Uranium (U). Jadi log gamma ray sangat memiliki kapabilitas untuk mengukur derajat kandungan shale di dalam lapisan batuan, maka pada penelitian ini gamma ray log akan digunakan untuk memprediksi besaran volume shale atau dikenal dengan Vshale dengan formulasi:

Vsh = GR log

- GR min

GR max - GR min Dimana : GR log : Hasil pembacaan GR log pada lapisan yang bersangkutan. GR max : Hasil pembacaan GR log maksimal pada lapisan shale. GR min : Hasil pembacaan GR log maksimal pada lapisan non shale. Evaluasi ini diperlukan untuk mengetahui kadar lempung pada formasi. Keberadaan lempung dalam formasi akan mempengaruhi perhitungan porositas formasi. Berdasarkan evaluasi ini, juga akan diketahui besar nilai resistivitas lempung. Dari ketiga indikator ini, kandungan lempung dalam suatu formasi ditentukan dengan mengambil nilai terendah dari ketiga perhitungan diatas. Dengan menggunakan software, volume shale gamma ray bisa di hitung dengan mudah. Berikut tahapnya penentuan volume shale gamma ray dengan menggunakan software (Gambar 3.16):

Gambar 3.16 Determin Volume Shale Gamma Ray

Input data yang dibutuhkan adalah log gamma ray. Metode yang dipakai dalam penentuan volume shale ini adalah metode linier. Penentuan

angka GR Max dan GR Min bisa dilihat dari grafik frequency sebagai berikut:

Gambar 3.17 Grafik Frekuensi GR terkoreksi

Dalam grafik di atas, 5% menunjukkan GR min dan 95% menunjukkan GR max. 50% menunjukkan cut-off Gamma Ray. Setelah semua data telah di input, lalu tekan tombol start untuk menjalankannya. 3.6.11 Determin Porosity Sonic Tahap ini untuk menentuka porositas pada sonic log. Untuk menentukan porositas sonic bisa menggunakan cara manualnya. Berikut adalah caranya:

s tlog tma tftma dimana : Δtlog = transite time yang dibaca dari log, μsec/ft Δtf

= transite time fluida, μsec/ft

(189 μsec/ft untuk air dengan kecepatan 5300 ft/sec) Δtma = transite time matrik batuan (lihat table III-2), μsec/ft ФS

= porositas dari sonic log, fraksi Dengan menggunakan software, kita bisa langsung menemukan

porositas sonicnya secara langsung dengan memasukkan nilai – nilai yang ada. Berikut merupakan cara penentuan porositas sonic menggunakan sofware (Gambar 3.18):

Gambar 3.18 Determin Porositas Sonic

Input data yang digunakan adalah log sonic dan volume shale. Angka pada matriks dan shale transit time didapat pada log sonicnya langsung. Output dari penentuan ini adalah porositas sonic. Setelah data semua telah diisi, tekan tombol start untuk menjalankannya. 3.6.12 Determin Porositas Density/Neutron Setelah

menentukan

porositas

sonic,

selanjutnya

adalah

menentukan porositas densitas dan neutron. Berikut adalah langkah – langkahnya dengan menggunakan software:

Gambar 3.19 Determin Porositas D-N

Data yang dibutuhkan untuk perhitungan ini adalah data log densitas terkoreksi dan neutron terkoreksi. Output dari perhitungan ini adalah porositas total dan porositas efektif. Setelah semua data diinput, klik start untuk menjalankannya. 3.6.13 Penentuan Rw Nilai Rw merupakan resistivitas air terhadap formasi yang didapat dari nilai temperatur formasi dan resistivitas benar. Evaluasi Rw dan Rmf untuk perhitungan kejenuhan air, dan evaluasi rembesan kualitatif. Pada software Geolog 6.7.2, nilai Rw dan Rmf dihitung berdasarkan pembacaan nilai Rt dan Rxo. Oleh karena itu, pada langkah pengolahan data ini nilai Rw dan Rmf dihitung berdasarkan keadaan sumur sesungguhnya. Nilai Rmf dihitung dengan menggunakan data resistivitas lumpur filtrasi yang terukur di permukaan, dan diubah sesuai dengan temperatur dan salinitas. ekuivalen formasi. Sedangkan nilai Rw seperti dijelaskan pada subbab konsep dasar analisa petrofisika di atas, dihitung dengan menggunakan metode picket plot. Dengan menggunakan software, nilai Rw bisa di dapat dengan metode Picket Plot. Berikut merupakan tahap – tahapnya:

Gambar 3.20 Penentuan Rw menggunakan metode Picket Plot

3.6.14 Determin Sw (Saturasi Air) Nilai Sw di tentukan bisa menggunakan rumus manual. Untuk menentukan persamaan kejenuhan air (Sw) kita harus melihat reisitivitas air (Rw) pada daerah telitian terlebih dahulu untuk menentukan metode apa yang akan digunakan untuk penentuan nilai kejenuhan air tersebut. Pada kasus ini persamaan saturasi air yang digunakan adalah persamaan Indonesia, yang persamaannya telah dibahas pada bab sebelumnya. Dengan menggunakan software, nilai Sw dapat ditentukan juga. Berikut adalah tahap – tahapnya:

Gambar 3.21 Determin Sw

Output dari penentuan Sw ini adalah nilai Swnya. Setelah semua data diinput, klik start untuk menjalankannya. 3.6.15 Determin Permeabilitas Penentuan nilai permeabilitas dapat ditentukan melalui rumus yang sudah berlaku. Rumus permeabilitas dapat dilihat didasar teori. Permeabilitas juga dapat ditentukan melalui software juga. berikut merupakan tahap – tahapnya:

Gambar 3.22 Determin permeabilitas

Dalam penentuan permeabilitas ini menggunakan metode tixier karena dalam hasil log permeabilitasnya sama dengan log permeabilitas

yang didapat pada log hasil data batuan inti. Output yang didapat adalah nilai permeabilitas. Setelah data semua diinput, klik start untuk menjalankannya.

Related Documents

Geolog Operation
January 2021 1
Pdgm.training Geolog
January 2021 0
Geolog Coreval Tutorial
January 2021 1
Geolog 6.6.pdf
January 2021 1
Operation Nightfall
March 2021 0
Burner Operation
March 2021 0

More Documents from "Irfan Ullah"

Geolog Operation
January 2021 1