Karakteristik Perawat Yang Memfasilitasi Hubungan Terapeutik

  • Uploaded by: Mey Nuryani
  • 0
  • 0
  • February 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Karakteristik Perawat Yang Memfasilitasi Hubungan Terapeutik as PDF for free.

More details

  • Words: 1,866
  • Pages: 12
Loading documents preview...
Kata Pengantar

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas kehadirat-Nya yang telah dilimpahkan keapada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi tugas KOMUNIKASI DALAM KEPERAWATAN II tentang “Karakteristik Perawat Dalam Memfasilitasi Hubungan Terapeutik”. Dalam proses penyusunan makalah ini tentunya kami kelompok 5 mengalami berbagai masalah. Namun berkat arahan dan dukungan dari beberapa pihak akhirnya makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Pada kesempatan ini, kami kelompok 5 mengucapkan terima kasih kepada dosen mata perkuliahan, yaitu Ibu Yunita Kristina, S.Kep.,Kes, yang telah membimbing kami dalam proses penyusunan makalah ini. Kami sebagai penyusun menyadari makalah ini masih belum sempurna, baik dari isi maupun penjelasan dari makalah ini, maka dari itu kami kelompok 5 meminta maaf jika makalah kami masih banyak kekurangannya apabila ada kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini kami mengucapkan terima kasih.

Jayapura, 26 Februari 2018

Penulis

1

Daftar Isi

Kata Pengantar.................................................................................................................... 1 Daftar Isi .............................................................................................................................. 2 BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 3 1.1 Latar Belakang ........................................................................................................... 3 1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 3 1.3 Tujuan ....................................................................................................................... 4 BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................... 5 2.1 Pengertian Komunikasi Terapeutik ........................................................................... 5 2.2 Prinsip Dasar Komunikasi Terapeutik ....................................................................... 6 2.3 Sikap Komunikasi Terapeutik .................................................................................... 6 2.4 Teknik-Teknik dalam Komunikasi Terapeutik ........................................................... 7 2.5 Karakteristik Perawat yang Memfasilitasi Hubungan Terapeutik ........................... 10 BAB III PENUTUP ............................................................................................................... 12 3.1 Kesimpulan .............................................................................................................. 12

2

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Komunikasi mempunyai banyak sekali makna dan sangat bergantung pada konteks pada saat komunikasi dilakukan. Bagi beberapa orang, komunikasi merupakan pertukaran informasi diantara dua orang atau lebih, atau dengan kata lain; pertukaran ide atau pemikiran. Metodenya antara lain: berbicara dan mendengarkan atau menulis dan membaca, melukis, menari, bercerita dan lain sebagainya. Sehingga dapat dikatakan bahwa segala bentuk upaya penyampaian pikiran kepada orang lain, tidak hanya secara lisan (verbal) atau tulisan tetapi juga gerakan tubuh atau gesture (non-verbal), adalah komunikasi. Keterampilan berkomunikasi merupakan critical skill yang harus dimiliki oleh perawat, karena komunikasi merupakan proses yang dinamis yang digunakan untuk mengumpulkan data pengkajian, memberikan pendidikan atau informasi kesehatan-mempengaruhi

klien

untuk

mengaplikasikannya

dalam

hidup,

menunjukan caring, memberikan rasa nyaman, menumbuhkan rasa percaya diri dan menghargai nilai-nilai klien. Sehingga dapat juga disimpulkan bahwa dalam keperawatan, komunikasi merupakan bagian integral dari asuhan keperawatan. Seorang perawat yang berkomunikasi secara efektif akan lebih mampu dalam mengumpulkan

data,

melakukan

tindakan

keperawatan

(intervensi),

mengevaluasi pelaksanaan dari intervensi yang telah dilakukan, melakukan perubahan untuk meningkatkan kesehatan dan mencegah terjadinya masalahmasalah legal yang berkaitan dengan proses keperawatan.

1.2 Rumusan Masalah 1.2.1 Apa pengertian komunikasi terapeutik? 1.2.2 Apa prinsip dasar komunikasi terapeutik? 1.2.3 Bagaimana sikap komunikasi terapeutik?

3

1.2.4 Apa saja teknik-teknik komunikasi terapeutik? 1.2.5 Bagaimana karakteristik perawat yang memfasilitasi tumbuhnya hubungan terapeutik?

1.3 Tujuan 1.1.1

Untuk mengetahui pengertian komunikasi terapeutik

1.1.2

Untuk mengetahui prinsip dasar komunikasi terapeutik

1.1.3

Untuk mengetahui sikap komunikasi terapeutik

1.1.4

Untuk mengetahui teknik-teknik dalam komunikasi terapeutik

1.1.5

Untuk mengetahui karakteristik perawat yang memfasilitasi tumbuhnya hubungan terapeutik

4

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Komunikasi Terapeutik Komunikasi

terapeutik adalah komunikasi

yang mendorong dan

membantu proses penyembuhan klien (Depkes RI, 1997). Northouse (1998) mendefinisikan komunikasi terapeutik sebagai kemampuan atau keterampilan perawat dalam berinteraksi untuk membantu klien beradaptasi terhadap stres, mengatasi gangguan psikologis dan belajar bagaimana berhubungan atau berinteraksi dengan orang lain. Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi interpersonal, artinya komunikasi antara orang-orang secara tatap muka yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal dan nonverbal (Mulyana, 2000). Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanankan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien (Indrawati, 2003). Komunikasi terapeutik bukan merupakan pekerjaan yang dapat dikesampingkan, namun harus direncanakan, disengaja, dan merupakan tindakan professional seorang perawat. Akan tetapi, jangan sampai karena terlalu asik dan sibuk bekerja, kemudian melupakan pasien sebagai manuasia dengan bergbagai macam latar belakang dan masalahnya (Arwani, 2003). Berdasarkan pengertian dari beberapa ahli diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi terapeutik adalah komunikasi terencanakan yang terjadi antara perawat dan klien secara langsung atau tatap muka dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah dan membantu proses penyembuhan klien (Depkes RI, 1997; Northouse, 1998; Mulyana, 2000; Indrawati, 2003; Arwani, 2003).

5

2.2 Prinsip Dasar Komunikasi Terapeutik Komunikasi

terapeutik

meningkatkan

pemahaman

dan

membantu

terbentuknya hubungan yang konstruktif diantara perawat-klien. Tidak seperti komunikasi sosial, komunikasi terapeutik mempunyai tujuan untuk membantu klien mencapai suatu tujuan dalam asuhan keperawatan. Oleh karenanya sangat penting bagi perawat untuk memahami prinsip dasar komunikasi terapeutik berikut ini; 1. Hubungan perawat dan klien adalah hubungan terapeutik yang saling menguntungkan,

didasarkan pada prinsip ‘humanity of nurses and

clients’. Hubungan ini tidak hanya sekedar hubungan seorang penolong (helper/perawat) dengan kliennya, tetapi hubungan antara manusia yang bermartabat (Dult-Battey,2004). 2. Perawat harus menghargai keunikan klien, menghargai perbedaan karakter, memahami

perasaan dan perilaku klien dengan melihat

perbedaan latar belakang keluarga, budaya, dan keunikan setiap individu. 3. Semua komunikasi yang dilakukan harus dapat menjaga harga diri pemberi maupun penerima pesan, dalam hal ini perawat harus mampu menjaga harga dirinya dan harga diri klien. 4. Komunikasi yang menciptakan tumbuhnya hubungan saling percaya (trust) harus dicapai terlebih dahulu sebelum menggali permasalahan dan memberikan alternatif pemecahan

masalah (Stuart,1998). Hubungan

saling percaya antara perawat dan klien adalah kunci dari komunikasi terapeutik.

2.3 Sikap Komunikasi Terapeutik Lima sikap atau cara untuk menghadirkan diri secara fisik yang dapat

memfasilitasi komunikasi yang terapeutik menurut Egan, yaitu : 1. Berhadapan Artinya dari posisi ini adalah “Saya siap untuk anda”. 2.Mempertahankan kontak mata Kontak mata pada level yang sama berarti menghargai klien dan menyatakan keinginan untuk tetap berkomunikasi.

6

3. Membungkuk ke arah klien Posisi ini menunjukkan keinginan untuk mengatakan atau mendengar sesuatu. 4. Mempertahankan sikap terbuka Tidak melipat kaki atau tangan menunjukkan keterbukaan untuk berkomunikasi. 5. Tetap rileks Tetap dapat mengontrol keseimbangan antara ketegangan dan relaksasi dalam memberi respon kepada klien.

2.4 Teknik-Teknik dalam Komunikasi Terapeutik 1. Bertanya Bertanya (questioning) merupakan tekhnik yang dapat mendorong klien untuk mengungkapkan perasaan dan pikirannya, tekhnik ini sering digunakan pada tahap orientasi.

2. Mendengarkan Mendengarkan (listening) merupakan dasar utama dalam komunikasi terapeutik (Keliat, Budi, Anna, 1992). Mendengarkan adalah proses aktif (Gerald, D dalam Suryani, 2005) dan penerimaan informasi serta penelaahan reaksi seseorang terhadap pesan yang diterima (Hubson, S dalam Suryani, 2005).

3. Mengulang Mengulang (restarting) yaitu mengulang pokok pikiran yang diungkapkan klien. Gunanya untuk menguatkan ungkapan klien dan memberi indikasi perawat mengikuti

pembicaraan

klien

(Keliat,

Budi,

Anna,

1992).

Restarting

(pengulangan) merupakan suatu strategi yang mendukung listening (Suryani, 2005).

4. Klarifikasi Klarifikasi (clarification) adalah menjelaskan kembali ide atau pikiran klien yang tidak jelas atau meminta klien untuk menjelaskan arti dari ungkapannya (Gerald, D dalam Suryani, 2005).

7

5. Refleksi Refleksi (reflection) adalah mengarahkan kembali ide, perasaan, pertanyaan, dan isi pembicaraan kepada klien. Hal ini digunakan untuk memvalidasi pengertian perawat tentang apa yang diucapkan klien dan menekankan empati, minat, dan penghargaan terhadap klien (Antai-Otong dalam Suryani, 2005).

6. Memfokuskan Memfokuskan (focusing) bertujuan memberi kesempatan kepada klien untuk membahas masalah inti dan mengarahkan komunikasi klien pada pencapaian tujuan (Stuart, G.W dalam Suryani, 2005).

7. Diam Tehnik diam (silence) digunakan untuk memberikan kesempatan pada klien sebelum menjawab pertanyaan perawat. Diam akan memberikan kesempatan kepada perawat dan klien untuk mengorganisasi pikiran masing-masing (Stuart& Sundeen dalam Suryani, 2005).

8. Memberi informasi Memberikan tambahan informasi (informing) merupakan tindakan penyuluhan kesehatan klien. Tehnik ini sangat membantu dalam mengajarkan kesehatan atau pendidikan pada klien tentang aspek-aspek yang relevan dengan perawatan diri dan penyembuhan.

9. Menyimpulkan Menyimpulkan (summerizing) adalah tehnik komunikasi yang membantu klien mengeksplorasi poin penting dari interaksi perawatklien. Tekhnik ini membantu perawat dan klien untuk memiliki pikiran dan ide yang sama saat mengakhiri pertemuan. Poin utama dari menyimpulkan yaitu peninjauan kembali komunikasi yang telah dilakukan (Murray, B & Judith dalam Suryani, 2005).

8

10. Mengubah cara pandang Tekhnik mengubah cara pandang (refarming) ini digunakan untuk memberikan cara pandang lain sehingga klien tidak melihat sesuatu atau masalah dari aspek negatifnya saja (Gerald, D dalam Suryani, 2005). Tehnik ini sangat bermanfaat terutama ketika klien berfikiran negatif terhadap sesuatu, atau memandang sesuatu dari sisi negatifnya. Jadi dengan begitu klien bisa menerima dan meningkatkan harga dirinya.

11. Eksplorasi Eksplorasi bertujuan untuk mencari atau menggali lebih jauh atau lebih dalam masalah yang dialami klien (Antai-Otong dalam Suryani, 2005) supaya masalah tersebut bisa diatasi. Tehnik ini bermanfaat pada tahap kerja untuk mendapatkan gambaran yang detail tentang masalah yang dialami klien.

12. Membagi persepsi Menurut Stuart G.W : 1998 dalam Suryani : 2005, menyatakan membagi persepsi (sharing peception) adalah meminta pendapat klien tentang hal yang perawat rasakan atau pikirkan. Tehnik ini digunakan ketika perawat merasakan atau melihat ada perbedaan antara respon verbal dan respon nonverbal klien, dan untuk selanjutnya menyamakan persepsi yang berbeda itu.

13. Mengidentifikasi tema Perawat harus tanggap terhadap cerita yang disampaikan klien dan harus mampu manangkap tema dari seluruh pembicaraan tersebut. Gunanya adalah untuk meningkatkan pengertian dan menggali masalah penting (Stuart & Sadeen dalam Suryani, 2005). Tehnik ini sangat bermanfaat pada tahap awal kerja untuk memfokuskan pembicaraan pada awal masalah yang benar-benar dirasakan klien.

14. Humor Humor bisa mempunyai beberapa fungsi dalam hubungan terapeutik. Menurut Nightingale, F dalam Anonymous : 1999 dalam Suryani : 2005, mengatakan suatu pengalaman pahit sangat baik ditangani dengan humor. Humor dapat

9

meningkatkan kesadaran mental dan kreativitas, serta menurunkan tekanan darah dan nadi. Humor juga bisa membuat suasana menjadi lebih santai dan rileks. Humor juga bisa melepaskan ketegangan yang terjadi pada proses komunikasi.

12. Memberikan pujian Memberikan Pujian (reinforcement) merupakan keuntungan psikologis yang didapatkan klien ketika berinteraksi dengan perawat. Reinforcement berguna untuk meningkatkan harga diri dan menguatkan perilaku klien (Gerald, D dalam Suryani, 2005). Semua orang pasti senang ketika mendapatkan pujian dari seseorang, begitu juga dengan pasien yang mendaptkan pujian dari perawat.

2.5 Karakteristik Perawat yang Memfasilitasi Hubungan Terapeutik Menurut Roger dan Stuart GW (1998) ada beberapa karakteristik seorang perawat yang dapat memfasilitasi tumbuhnya hubungan yang terapeutik, yaitu :

1.Kejujuran Tanpa kejujuran mustahil akan terbina hubungan saling percaya, sesorang akan menaruh kepercayaan kepada lawan bicara yang terbuka dan mempunyai respon yang tidak dibuat-buat, sebaliknya dia akan berhati-hati pada lawan bicara yang terlalu halus sehingga sering menyembunyikan isi hati yang sebenarnya dengan kata-kata

atau

sikapnya

yang

tidak

jujur.

(Rahmat,

J,

1996)

2.Tidak membingungkan dan cukup ekspresif Perawat sebaiknya menggunakan kata-kata yang mudah dimengerti dan dipahami oleh klien dan tidak berbelit-belit

3.Bersikap positif Sikap yang positif terhadap klien ditunjukkan dengan sikap hangat, penuh perhatian dan penghargaan terhdap klien

10

4.Empati bukan simpati Dengan sikap empati, perawat akan mampu merasakan dan memikirkan permasalahan dan yang dipikirkan klien. Sikap simpati tidak mampu melihat permasalahan secara obyektif karena perawat terlibat secara emosional terhadap permasalahan yang dihadapi klien.

5.Mampu melihat permasalahan dari kacamata klien Agar mampu melihat permasalahan dari sudut pandang klien maka perawat harus menjadi pendengar yang aktif dan sabar dalam mendengarkan semua ungkapan klien.

6.Menerima klien apa adanya Seorang perawat yang baik akan tidak memandang hina klien dan keluarganya yang datang ke rumah sakit dengan pakaian yang kumal dan kotor

7.Sensitif terhadap perasaan klien Perawat harus sennsitif terhadap perasaan kliennya agar tidak menyinggung perasaanya.

8.Tidak mudah terpengaruh oleh masa lalu klien ataupun diri perawat sendiri Seorang perawat harus mampu melupakan kejadian yang menyakitkan di masa lalu dan menguatkan koping klien dalam menghadapi masalah yang dihadapi saat ini.

11

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Dalam keperawatan, komunikasi merupakan bagian integral dari asuhan keperawatan. Seorang perawat yang berkomunikasi secara efektif akan lebih mampu

dalam

mengumpulkan

data,

melakukan

tindakan

keperawatan

(intervensi), mengevaluasi pelaksanaan dari intervensi yang telah dilakukan, melakukan perubahan untuk meningkatkan kesehatan dan mencegah terjadinya masalah- masalah legal yang berkaitan dengan proses keperawatan.

12

Related Documents


More Documents from "Eka Kurnia Putra Djaelani"