Kelompok 5.pptx

  • Uploaded by: Irene
  • 0
  • 0
  • February 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Kelompok 5.pptx as PDF for free.

More details

  • Words: 840
  • Pages: 8
Loading documents preview...
Nama Kelompok 5 :

1. Inggrid Darly M. (17) 2. Intan Dwi Rahayu (18) 3. Irene Melikna W. (19) 4. Lailatul Ar R. (20)

Perlawanan rakyat Indonesia kepada pihak Jepang yang termasuk perlawanan bersenjata salah satunya adalah perlawanan yang ada di daerah Singaparna yang berasal dari Jawa Barat. Kebijakankebijakan Jepang yang diterapkan dalam kehidupan masyarakat, banyak yang tidak sesuai dengan ajaran Islam yang banyak dianut oleh masyarakat Singaparna. Atas dasar pandangan Islam, rakyat Singapurna melakukan perlawanan terhadap pemerintahan Jepang. Perlawanan rakyat Jawa Barat khususnya rakyat Singaparna dipimpin oleh KH. Zainal Mustafa yang merupakan seorang pemimpin pesantren Sukamanah di Singaparna, Tasikmalaya (Jawa Barat).

KH. ZAINAL MUSTAFA

Adanya kewajiban menyerahkan beras kepada Jepang pada setiap panen sebanyak 2 kwintal.Hal ini dirasakan oleh petani desa Cimerah dan daerah sekitar Singaparna sangat berat

Pada tahun 1943 KH. Zainal Mustofa bersama para pengikutnya mulai menyusun rencana untuk mengadakan perlawanan. Tapi Jepang yang tidak pernah lepas perhatiannya terhadap mereka sudah dapat mengetahui rencana tersebut. Rencana tersebut akan dimulai kira-kira tanggal 25 Februari 1944 untuk melaksanakannya mereka mempersiapkan diri dengan sangat sederhana, mereka akan hanya bermodalkan bambu runcing dan golok-golok dari bambu. Tetapi itu tidak membuat mereka menyerah karena para santri-santri di pesantren Sukamarnah pun mulai berlatih untuk bela diri. Pemerintah Jepang mengetahui kegiatan tersebut dari mata-matanya dan ingin melakukan penyerangan, maka santri-santri di pesantren Sukamarnah bersiap-siap jika Jepang menyerang secara tiba-tiba. Pemimpin dari kelompok Sukamarnah adalah Domon, Abdulhakim, Najamudin, dan Ajengan Subki, sedangkan kepala dari pesantren tersebut adalah KH Zainal Mustafa dan di bantu dengan wakilnya Najamuddin. Pada tanggal 24 Februari satu hari sebelum terjadinya peristiwa Jepang mengirim satu utusannya goto-sidokan dari kepolisian Tasikmalaya dengan beberapa Keiboho Indonesia untuk melakukan perundingan dengan KH. Zainal Mustofa. Goto-Sidokam disuruh kembali ke Tasikmalaya untuk menyampaikan pesan ultimatum dari KH. Zainal Mustofa kepada Jepang yang berisi bahwa pada tanggal 1 Maulid Jepang harus memerdekakan pulau Jawa atau akan ada terjadi pertempuran. Keesokan harinya rombongan Jepang datang ke Sukamarnah untuk menemui KH. Zainal Mustofa untuk mengadakan perundingan, mereka adalah Kompeitaico Tasikmalaya, Kompeitaico Garut. Tetapi, karena sikap mereka yang dirasa Ajengan Najmuddin dan kawan-kawan tidak baik dengan terpaksa mereka para santri Sukamarnah melakukan kekerasan juga walau kepada bangsanya. Karena sudah terkepung oleh para santri Jepang menyerahkan semua senjatanya dan ditahan sehari semalam setelah satu hari berlalu baru lah petugaspetugas santri mengizinkan Jepang pulang.

Santri-santri dan pengikut KH. Zainal Mustafa

25 Februari 1944 pada hari Jum’at Khutbah terakhir dari KH. Zainal Mustafa telah disampaikan dan saat itu juga terdengar suara kendaraan menghampiri pesantren. Salah satu dari keempat opsir jepang melambaikan tangan ke Mustofa dengan maksud memanggil Mustofa, Opsir-opsir jepang itu datang dengan maksud menyampaikan bahwa Sukamanah tidak mau bekerja sama dengan Jepang dan tidak mau menurut perintah negara untuk menghadap ke Tasikmalaya. KH. Zainal Mustafa menjawab dengan singkat bahwa dia akan datang besok untuk mengembalikan senjata api dengan ganti, kepala tuan dari empat opsir itu tinggal di Sukamanah. Karena santri sukamanah emosi mendengarnya mereka mulai menyerang 4 opsir jepang itu, 3 opsir mati dan satunya lagi melarikan diri. Setelah kejadian ini, Jepang mengirimkan pasukan ke Sukamanah, yang terdiri dari 30 orang kempetai dan 60 0rang polisi negara istimewa (tokubetsu keisatsu) dari Tasikmalaya dan Garut KH. Zainal Mustafa mulai menyiapkan siasa-siasat bahwa Jepang pasti akan melakukan perlawanan. Pasukan Sukamanah berkekuatan 2000 orang itu diletakkan di kampung Cihaur yang dipimpin oleh Najjamuddin. K.H.Z berpesan agar tidak ada perang dengan bangsa sendiri, ketika pukul lebih kurang 16:00 santri melihat truk yang mendekati garis pertahanan Sukamanah, lalu santri paling depan melaporkan kepada K.H.Z Mustofa bahwa mereka adalah bangsa kita, Jepang menggunaka taktik adu domba antara bangsa sendiri. Tetap saja K.H.Z Mustafa mengatakan untuk menghindari perlawan dengan bangsa sendiri, tetapi Jepang sudah meluncurkan senjatanya ke santri Sukamanah dan menghujam sebagian dari mereka dan pada saat itulah perang antar bangsa tidak dapat dihindari. Pihak rakyat menyerang dengan mempergunaka pedang dan bambu runcing yang diikuti dengan teriakan takbir. Kira-kira pukul 17:30 semua tempat pertahanan Sukamanah sudah hancur dan banyak santri yang tewas. Sedangkan KH. Zainal Mustafa ditawan dan dibawa ke Kompeitaico Tasikamalaya.

Setelah pertempuran selesai KH.Zainal Mustofa menyuruh santri-santrinya untuk mundur dan menyelamatkan diri, sedangkan Jepang menghancurkan pesantren tersebut. Pada tanggal 26 Februari 1944 penjara Tasikmalaya sudah dipenuhi ole 700-800 tahanan. Pada tanggal 27 Februari 1944 datang instruksi rahasia dari KH. Zainal Mustofa ke penjara tersebut untuk menyampaikan pesan kepada santri-santrinya. Pada tanggal 29 Februari 1944 diadakan pemeriksaan sampai 3 bulan kedepan, dan pada pertengahan Mei 1944 hasilnya keluar ; 1. Golongan yang tidak bersalah (dikembalikan ke kampung masing-masing). 2. Golongan yang mempunyai sangkut paut dengan pemberontakan tetapi tidak aktif ( dikenai hukuman 5-7 tahun, orang yang ada di golongan ini ada 79 orang). 3. Pimpinan pemberontakan dan mereka yang dituduh aktif dalam pembunuhan opsir-opsir jepang dan ikut aktif dalam pertempuran melawan pasukan bersenjata Dai Nippon. ( ada 23 orang termasuk KH. Zainal Mustofa). Dalam pertempuran ini banyak berguguran para pejuang Indonesia. KH. Zainal Mustafa ditangkap Jepang bersama gurunya Kiai Emar. Selanjutnya KH. Zainal Mustafa bersama 27 orang pengikutnya diangkut ke Jakarta. Pada tanggal 25 Oktober 1944, mereka dihukum mati. Sementara Kiai Emar disiksa oleh polisi Jepang dan akhirnya meninggal.

Related Documents

Kelompok 8
January 2021 1
Kelompok Belajar
January 2021 1
Dinamika Kelompok
January 2021 1
Kelompok Epitermal
January 2021 3
Kelompok 8
January 2021 1
Dinamika Kelompok
January 2021 1

More Documents from "erawati248685"