Konjungtivitis Gonore

  • Uploaded by: laurahardini
  • 0
  • 0
  • January 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Konjungtivitis Gonore as PDF for free.

More details

  • Words: 2,363
  • Pages: 16
Loading documents preview...
REFERAT KONJUNGTIVIS GONORE

Disusun oleh: Laura Rahardini 1102014147

Pembimbing: dr. Surtiningsih, Sp.M

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Mata RSUD Arjawinangun Periode 28 Januari – 2 Maret 2019 Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi 2019

BAB I PENDAHULUAN

Kegawatdaruratan (emergency) di bidang oftalmologi (penyakit mata) diklasifikasikan menjadi tiga macam, yaitu sangat gawat, gawat, dan semi gawat. Yang dimaksud dengan keadaan gawat dalam bidang oftalmologi adalah keadaan atau kondisi pasien memerlukan penegakan diagnosis dan pengobatan yang harus sudah diberikan dalam waktu satu atau beberapa jam. Salah satu kegawatdaruratan pada mata yang termasuk dalam kondisi gawat adalah konjungtivitis gonore. Konjungtivitis gonore merupakan radang konjungtiva akut dan hebat yang disertai dengan sekret purulen. Konjungtivis gonore disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoeae. Konjungtivitis gonore merupakan penyakit menular seksual yang dapat ditularkan secara langsung dari transmisi genital-mata, kontak genital-tangan-mata, atau tansmisi ibu-neonatus selama persalinan. Konjungtivitis gonore memerlukan perawatan yang mendesak dan agresif dengan obat-obatan sangat penting untuk mencegah kebutaan permanen dan komplikasi potensial lainnya (seperti kerusakan kornea yang parah) berkembang, karena infeksi. Ini berpotensi infeksi mata yang menghancurkan, karena N. gonorrhoeae dapat menyebabkan keratitis ulserativa yang parah, yang dapat berkembang dengan cepat menjadi perforasi kornea. Gambaran klinis konjungtivitis gonore pada bayi dan anak ditemukan kelainan bilateral dengan sekret kuning kental, sekret dapat bersifat serous tetapi kemudian menjadi kuning kental dan purulen. Kelopak mata membengkak, sukar dibuka dan terdapat pseudomembran pada konjungtiva tarsal. Konjungtiva bulbi merah, kemotik, dan tebal. Pada orang dewasa gambaran klinisnya mirip dengan konjungtivitis gonore pada bayi dan anak, tetapi mempunyai perbedaan, yaitu sekret purulen yang tidak begitu kental.

2

Pengobatan untuk konjungtivitis gonore dengan tatalaksana awal adalah irigasi mata dengan normal salin setiap 30-60 menit untuk membuang debris, sel inflamasi dan protease kemudian pasien dirawat dan diberi antibiotik sistemik dan dapat juga diberikan secara topikal. Pengobatan dilakukan agar tidak terjadi komplikasi lebih lanjut seperti perforasi kornea dan mengenai kedua mata.

3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anatomi Konjungtiva Konjungtiva adalah membran mukosa yang transparan dan tipis yang membungkus permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva palpebralis) dan permukaan anterior sklera (konjungtiva bulbaris). Konjungtiva terdiri atas tiga bagian, yaitu: 

Konjungtiva tarsal yang menutupi tarsus, konjungtiva tarsal sukar digerakkan dari tarsus.



Konjungtiva bulbi menutupi sklera dan mudah digerakkan dari sklera di bawahnya.



Konjungtiva forniks yang merupakan tempat peralihan konjungtiva tarsal dengan konjungtiva bulbi. Konjungtiva bulbi dan forniks berhubungan dengan sangat longgar dengan

jaringan dibawahnya sehingga bola mata mudah bergerak. Konjungtiva di vaskularisasi oleh arteri siliaris anterior dan arteri palpebralis. Kedua arteri ini beranastomosis dengan bebas dan bersama vena konjungtiva yang umumnya mengikuti pola arterinya membentuk jaring-jaring vaskuler konjungtiva yang sangat banyak. Pembuluh limfe konjungtiva tersusun didalam lapisan superfisial dan profundus, bergabung dengan pembuluh limfe palpebra membentuk pleksus limfatikus. Konjungtiva menerima persarafan dari percabangan nervus trigeminus yaitu nervus oftalmikus. Saraf ini memiliki serabut nyeri yang relatif sedikit.

Gambar 1. Anatomi Konjungtiva 4

B. Konjungtivis Gonore a. Definisi Konjungtivitis gonore merupakan radang konjungtiva akut dan hebat yang disertai dengan sekret purulen. Konjungtivitis gonore adalah penyakit menular seksual yang dapat ditularkan secara langsung dari transmisi genital-mata, kontak genital-tangan-mata, atau tansmisi ibu-neonatus selama persalinan. Konjungtivitis gonore memerlukan perawatan yang mendesak dan agresif dengan obat-obatan sangat penting untuk mencegah kebutaan permanen dan komplikasi potensial lainnya (seperti kerusakan kornea yang parah) berkembang, karena infeksi. Ini berpotensi infeksi mata yang menghancurkan, karena N. gonorrhoeae dapat menyebabkan keratitis ulserativa yang parah, yang dapat berkembang dengan cepat menjadi perforasi kornea. Kawashima et al. melaporkan bahwa durasi antara konjungtivitis dan perforasi kornea adalah dari 9 hingga 11 hari dalam 5 kasus keratoconjunctivitis gonokokal.

b. Etiologi Konjungtivis gonore disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoeae. Gonokok merupakan bakteri yang sangat patogen, virulen, dan bersifat invasif sehingga reaksi radang terhadap bakteri ini sangat berat. Morfologi Neisseria Gonorrhoeae 1. Ciri Organisme Secara umum ciri Neisseriae gonorrhoeae ialah bakteri Gram negatif, diplokokus non motil, berdiameter ± 0,8 μm. Masing-masing kokus berbentuk ginjal. Ketika bakteri ini berpasangan sisi yang cekung akan berdekatan. 2. Karakteristik Pertumbuhan Neisseriae gonorrhoeae paling baik tumbuh pada kondisi aerob. Mereka membutuhkan syarat pertumbuhan yang kompleks. Neisseria gonorrhoeae menghasilkan oksidase dan memberikan reaksi oksidase positif, tes oksidase merupakan kunci dalam mengidentifikasi bakteri tersebut. Ketika 5

bakteri terlihat pada kertas filter yang telah direndam dengan tetrametil parafenilenediamin hidroklorida (oksidase), Neisseria gonorrhoeae akan dengan cepat berubah warna menjadi ungu tua. Gonokokus paling baik tumbuh pada media yang mengandung substansi organik yang kompleks seperti darah yang dipanaskan, hemin, protein hewan dan dalam ruang udara yang mengandung 5% CO2. Pertumbuhannya dapat dihambat oleh beberapa bahan beracun dari media seperti asam lemak dan garam. Organisme dapat cepat mati dengan pengeringan, penjemuran, pemanasan, dan desinfektan. Mereka menghasilkan enzim autolitik yang dihasilkan dari pembengkakan yang cepat dan lisis in vitro pada suhu 25ºC dan pada pH alkalis. Organisme ini tidak dapat hidup pada daerah kering dan suhu rendah, tumbuh optimal pada suhu 35-37oC dan pH 7,2-7,6. Gram negatif diplokokus biasa terlihat didalam neutrofil. Gonokokus terdiri dari 4 morfologi, tipe 1 dan 2 bersifat patogenik dan tipe 3 dan 4 tidak bersifat patogenik. Tipe 1 dan 2 memiliki vili yang bersifat virulen dan terdapat pada permukaannya, sedangkan tipe 3 dan 4 tidak memiliki vili dan bersifat nonvirulen. Vili akan melekat pada mukosa epitel dan akan menimbulkan reaksi radang.

Gambar 2. Neisseriae gonorrhoeae

6

c. Faktor Resiko 

Kontak dengan orang yang terkena infeksi, atau penggunaan barang yang terinfeksi



Infeksi ini menyebar di kantor, ruang padat, rumah sakit



Paparan patogen yang menyebabkan IMS. Dalam kasus Konjungtivitis karena bakteri neisseria; individu yang aktif secara seksual berisiko tinggi



Dewasa muda, orang dewasa yang aktif secara seksual di bawah usia 25 tahun, memiliki risiko tinggi; lebih dari itu jika mereka memiliki banyak pasangan seksual, dan tidak melakukan hubungan seks yang aman (kurangnya penggunaan kondom)



Konjungtivitis bakteri juga dapat dikaitkan dengan penyakit peradangan seperti sinusitis dan kondisi defisiensi imun



Gangguan mata seperti blepharitis, kekeringan pada mata, kelainan anatomis / struktural dapat mempengaruhi seseorang terhadap Konjungtivitis Gonokokok Dewasa.

d. Patofisiologi Konjungtiva adalah lapisan mukosa yang membentuk lapisan terluar mata. Iritasi apapun pada mata dapat menyebabkan pembuluh darah dikonjungtiva berdilatasi. Iritasi yang terjadi ketika mata terinfeksi menyebabkan mata memproduksi lebih banyak air mata. Sel darah putih dan mukus yang tampak di konjungtiva ini terlihat sebagai discharge yang tebal kuning kehijauan. Perjalanan penyakit ini pada orang dewasa secara umum, terdiri atas 3 stadium: 1. Infiltratif Berlangsung 3–4 hari, ditemukan kelopak dan konjungtiva yang kaku disertai rasa sakit pada perabaan. Kelopak mata membengkak dan kaku sehingga sukar dibuka. Terdapat pseudomembran pada konjungtiva tarsal superior, konjungtiva bulbi merah, kemotik, dan menebal. Pada orang dewasa selaput konjungtiva lebih bengkak dan lebih menonjol, mata terasa

7

nyeri, dan dapat disertai dengan tanda-tanda infeksi umum. Pada umumnya kelainan ini menyerang satu mata terlebih dahulu. 2. Supuratif atau purulenta Berlangsung 2-3 minggu. Gejala-gejala tidak begitu hebat lagi. Palpebra masih bengkak, hiperemis, tetapi tidak begitu tegang. Blefarospasme masih ada. Sekret campur darah keluar terus-menerus. Pada bayi biasanya mengenai kedua mata dengan dengan sekret kuning kental, terdapat pseudomembran yang merupakan kondensi fibrin pada permukaan konjungtiva. Kalau palpebra dibuka, yang khas adalah sekret akan keluar dengan mendadak, sehingga harus hati-hati bila membuka palpebra, jangan sampai sekret mengenai mata pemeriksa. 3. Konvalesen (penyembuhan) Berlangsung 2-3 minggu. Gejala-gejala tidak begitu hebat lagi. Palpebra sedikit bengkak, konjungtiva palpebra hiperemi, tidak infiltratif. Pada konjungtiva bulbi masih ada injeksi konjungtiva, tapi tidak kemotik, dan sekret jauh berkurang. Bila tidak diobati, biasanya tidak tercapai stadium III, meskipun ada yang mengatakan bahwa penyakit ini dapat sembuh dengan spontan.

e. Gambaran Klinis Pada bayi dan anak tidak ditemukan keluhan subjektif tetapi pada mata ditemukan kelainan bilateral dengan sekret kuning kental, sekret dapat bersifat serous, tetapi kemudian menjadi kuning kental dan purulen. Kelopak mata membengkak, sukar dibuka dan terdapat pseudomembran pada konjungtiva tarsal. Konjungtiva bulbi merah, kemotik, dan tebal.

8

Gambar 3. Konjungtivitis gonore pada bayi Pada pasien orang dewasa memiliki gejala subjektif, yaitu: - Rasa nyeri pada mata - Dapat disertai tanda-tanda infeksi umum - Biasanya terdapat pada satu mata. Lebih sering terdapat pada laki-laki dan biasanya mengenai mata kanan. Pada orang dewasa gambaran klinis meskipun mirip dengan oftalmia neonatorum, tetapi mempunyai beberapa perbedaan, yaitu sekret purulen yang tidak begitu kental. Selaput konjungtiva terkena lebih berat dan menjadi lebih menonjol, tampak berupa hipertrofi papiler yang besar. Konjungtiva bulbi superior paling sering mengalami infeksi karena pada konjungtiva bulbi superior tertutup oleh palpebra dan suhunya sama dengan suhu tubuh yang mengakibatkan bakteri akan lebih mudah berkembang biak. Pada orang dewasa infeksi ini dapat terjadi berminggu-minggu.

9

Gambar 4. Konjungtivitis Gonore pada Dewasa

f. Pemeriksaan Penunjang Pada pemeriksaan penunjang dilakukan pemeriksaan sediaan langsung sekret dengan pewarnaan Gram atau Giemsa untuk mengetahui bakteri penyebab dan uji sensitivitas untuk perencanaan pengobatan. Pada pemeriksaan sekret dengan pewarnaan metilen biru, diambil dari sekret atau kerokan konjungtiva, yang diulaskan pada gelas objek, dikeringkan dan diwarnai dengan metilen biru 1% selama 1 – 2 menit. Setelah dibilas dengan air, dikeringkan dan diperiksa di bawah mikroskop. Pada pemeriksaan dapat dilihat diplokok yang intraseluler, sel epitel, dan lekosit, disamping diplokok ekstraseluler yang menandakan bahwa proses sudah berjalan menahun. Bila pada anak didapatkan hasil positif gonokok, maka kedua orang tua harus diperiksa. Jika pada orang tuanya ditemukan gonokok, maka harus segera diobati. Pemeriksaan pewarnaan Gram pada konjungtivitis gonore akan ditemukan gonokokus Gram negatif. Cara pemeriksaan : 

Siapkan preparat dari sekret atau kerokan konjungtiva diatas gelas objek. Setelah itu difiksasi di atas api bunsen sebanyak 3 kali. Lalu didinginkan

10



Tetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian Violet. Diamkan selama 30 detik - 1 menit. Bilas dengan air mengalir.



Tambahkan Lugol selama 30 detik - 1 menit. Kemudian cuci dengan air.



Bilas preparat dengan alkohol 96% selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian bilas dengan akuades.



Tetesi preparat dengan karbol fuhsin/safranin. Diamkan selama 30 detik. Bilas dengan akuades.



Keringkan preparat dan diatasnya diberi satu tetes minyak imersi. Amati di bawah mikroskop.



Hasilnya, yaitu bakteri Gram positif berwarna ungu, bakteri Gram negatif berwarna merah

Gambar 5. Neisseriae gonorrhoeae dalam pewarnaan gram

Kultur Lempeng agar modifikasi Thayer-Martin yang telah diinokulasi harus diinkubasi pada suhu 35oC dalam udara lembab yang diperkaya dengan karbon dioksida (stoples lilin), dan harus diobservasi tiap hari selama 2 hari. Laboratorium yang mengerjakan sejumlah besar spesimen untuk Neisseria gonorrhoeae sering kali lebih suka menggunakan agar coklat non-selektif yang

11

diperkaya dengan Iso vitalex, atau suplemen yang setara, selain media MTM yang selektif, karena sebanyak 3-10% galur gonokokus di daerah tertentu mungkin peka terhadap konsentrasi vancomycin yang digunakan dalam media selektif. Koloni gonokokus mungkin masih belum tampak setelah 24 jam. Koloni tersebut timbul setelah 48 jam sebagai koloni kelabu sampai putih, opak, menonjol, dan berkilau, dengan ukuran dan morfologi yang berbeda.

Gambar 6. Kultur Neisseriae gonorrhoeae Uji Resistensi Isolat Neisseria gonorrhoeae harus diskrining secara rutin untuk melihat produksi R-laktamase dengan salah satu dari uji-uji yang disarankan, seperti uji nitrocefin. Untuk uji nitrocefin, dibuat suspensi pekat dari beberapa koloni dalam tabung kecil berisi 0,2 ml larutan saline, kemudian 0,025 ml nitrocefin ditambahkan ke dalam suspensi dan dicampur selama satu menit. Perubahan wama yang cepat dari kuning menjadi merah muda atau merah, menunjukkan bahwa jalur tersebut menghasilkan R-laktamase. g. Pengobatan Tujuan pengobatan: 1. Untuk mencegah keterlibatan kornea 2. Untuk melindungi mata lainnya 3. Untul mengeliminasi infeksi sistemik lainnya

12

Pengobatan Lokal 

Irigasi mata dengan normal salin setiap 30-60 menit untuk membuang debris, sel inflamasi dan protease.



Terapi intensif dengan ofloxacin, ciprofloxacin, tobramycin, gentamycin, tetracycline atau antibiotik yang sesuai pada 2 jam pertama. Selanjutnya dilakukan 4 kali dalam sehari. Ointment mata bacitracin digunakan per 6 jam.



Pasien dengan alergi terhadap penisilin atau cephalosporin dapat diterapi dengan tetrasiklin, terutama apabila terjadi infeksi sekunder dengan Chlamydia trachomatis.



Atropin atau siklopegik lainnya diberikan apabila ada keterlibatan kornea dengan iritis.

Pengobatan Sistemik 

Konjungtivitis gonokokus tanpa ulkus kornea diberikan injeksi ceftriaxone 1 g intramuskular.



Konsultasi pada kulit dan kelamin dapat dilakukan.



Pasangan seksual pasien harus diobati.



Untuk mencegah keterlibatan kornea, pasien harus dirawat dan diobati dengan intravena ceftriaxone 1g setiap 12 jam untuk 3 hari.

Profilaksis 

Lindungi mata yang tidak terkena konjungtivitis dengan penutup prootektif dan berikan antibiotik.



Isolasi pasien dilakukan.

Pengobatan dihentikan bila pada pemeriksaan mikroskopik yang dibuat setiap hari menghasilkan 3 kali berturut-turut hasil negatif.

13

h. Pencegahan 1. Skrining dan terapi pada perempuan hamil dengan penyakit menular seksual. 2. Secara klasik diberikan obat tetes mata AgNO3 1% Segera sesudah lahir (harus diperhatikan bahwa konsentrasi AgNO3 tidak melebihi 1%). 3. Cara lain yang lebih aman adalah pembersihan mata dengan solusio borisi dan pemberian kloramfenikol salep mata. 4. Operasi caesar direkomendasikan bila si ibu mempunyai lesi herpes aktif saat melahirkan. 5. Antibiotik, diberikan intravena, bisa diberikan pada neonatus yang lahir dari ibu dengan gonore yang tidak diterapi.

i. Komplikasi Komplikasi yang dapat terjadi ialah tukak kornea marginal terutama bagian atas, yang dimulai dengan infiltrat, kemudian menjadi ulkus. 

Keadaan ini bisa terjadi pada stadium 1 dan 2, dimana terdapat blefarospasme dengan pembentukan sekret yang banyak, sehingga sekret menumpuk dibawah konjungtiva palpebra superior, ditambah lagi bakteri gonokok mempunyai enzim proteolitik yang merusak kornea dan hidupnya intraseluler, sehingga dapat menimbulkan keratitis tanpa didahului kerusakan epitel kornea.



Komplikasi lebih lanjut dapat terjadi perforasi kornea yang dapat mengakibatkan endoftalmitis dan panoftalmitis sehingga terjadi kebutaan total.

j. Prognosis 1. Konjungtivitis akut yang dipicu oleh bakteri neisseria berpotensi menyebabkan kebutaan dan bahkan penyakit yang mengancam jiwa, seperti meningitis dan sepsis; jika kondisinya tidak cepat didiagnosis, dan dikelola dengan tepat 2. Dengan diagnosis dini dan perawatan yang tepat, hasilnya baik 3. Konjungtivitis gonokokal dewasa dapat berupa infeksi kronis dan berulang

secara

berkala,

jika

kondisinya

kondusif

untuk 14

kekambuhannya. Selain itu, gangguan ini kadang-kadang bertahan untuk waktu yang lama, biasanya bertahun-tahun

15

DAFTAR PUSTAKA

Ilyas SH, Yulianti SR. Ilmu penyakit mata. Jakarta: FKUI; 2012. h.1-12,116-47.

Indriatmi

W.

Duh

Tubuh

Genital

[serial

online].

2011.

Available

from:

http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/11/0cddf24544f2a7cc5846668e6b3f644eae0d4 bd8.pdf. Jogi, R. 2016. Basic Ophtalmology 5th Edition. Jaypee Brothers Medical Publishers : New Dehli. p. 84 – 86.

Liesegang TJ, Skuta GL, Cantor LB, editors. In : External disease and corneal. Section 8 2007-2008. Infectious disease of the external eyes : Basic Concepts. San Francisco: American Academy of Ophthalmology. p. 113-91.

Suzuki, T; Kitagawa, Y; Maruyama, Y; et al. 2013. Conjunctivitis Caused by Neisseria gonorrhoeae Isolates with Reduced Cephalosporin Susceptibility and Multidrug Resistance. Journal of Clinical Microbiology p. 4246–4248.

Voughan DG, Asbury T, Eva PR. Oftalmologi Umum (Edisi 17). Jakarta: EGC. 2010. h. 103-19.

16

Related Documents

Konjungtivitis Gonore
January 2021 1
Konjungtivitis (4a)
February 2021 2
Konjungtivitis Gonorea
January 2021 1

More Documents from "Feizal Faturahman"

Konjungtivitis Gonore
January 2021 1