Laporan Farmakologi Antidiare

  • Uploaded by: shintanur
  • 0
  • 0
  • February 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Farmakologi Antidiare as PDF for free.

More details

  • Words: 737
  • Pages: 4
Loading documents preview...
LAPORAN FARMAKOLOGI OBAT ANTI DIARE

KELOMPOK 1: DAVID MARTIN TAMBUNAN (11-032) ADITIA RACHMAYUNDA (11-090) MARIA GORETI E. HUREK (11-107) WANGI OKTAVIANI GINTING (11-119) SHINTA NUR PUSPITASARI (11-171) YOHANA F. TAMNGE (11-213) MUHAMAD FAISAL AMIN (11-233) RIZA FEBRIANY (11-244)

JUDUL

: Obat yang mempengaruhi saluran pencernaan (Antidiare)

TUJUAN

: Mengevaluasi aktivitas obat antidiare, laksansia, antispasmodik

DASAR TEORI Diare adalah suatu keadaan di mana frekuensi defekasi melebihi frekuensi normal dengan konsistensi feses yang encer. Diare dapat bersifat akut atau kronis, dan penyebabnya bermacammacam. Diare akut dapat disebabkan oleh infeksi dengan bakteri seperti Escherichia coli, Shigella sp., Salmonella sp., Vibrio cholera, virus, amoeba seperti Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, dapat pula disebabkan oleh toksin bakteri seperti Staphylococcus aureus. Clostridium welchii yang mencemari makanan. Sedangkan diare kronis mungkin berkaitan dengan berbagai gangguan gastrointestinal. Ada pula diare yang berlatar belakang kelainan psikosomatik, alergi makanan, atau obat-obatan tertentu, kelainan pada sistem endokrin dan metabolisme, kekurangan vitamin sebagai akibat radiasi. Diare yang berkepanjangan sangat melemahkan penderitanya karena tubuhnya kehilangan banyak cairan dan elektrolit tubuh, sehingga memerlukan terapi pengganti dengan cairan dan elektrolit serta kalori, obat antibakteri atau antiamoeba tergantung penyebab diare, maupun obatobat lain yang bekerja memperlambat peristaltik usus, menghilangkan spasme dan nyeri atau menenangkan. Protokol penapisan terarah aktivitas antidiare di sini ditujukan pada aktivitas obat yang dapat memperlambat peristaltik usus, sehingga mengurangi frekuensi defekasi dan memperbaiki konsistensi feses. Akan dibahas dua metode uji, yaitu metode transit intestinal dan metode proteksi terhadap diare yang disebabkan oleh oleum Ricini. Metode ini berdasarkan transit intestinal digunakan pula pada protokol penapisan terarah aktivitas laksansia. METODE PRAKTIKUM A. METODE TRANSIT INTESTINAL Prinsip metode Metode transit intestinal dapat digunakan untuk mengevaluasi aktivitas obat antidiare, laksansia, antispasmodik, berdasarkan pengaruhnya pada rasio jarak usus yang ditempuh oleh suatu marker dalam waktu tertentu terhadap panjang usus keseluruhan pada hewan percobaan mencit atau tikus. Obat antidiare akan memperkecil rasio, sedangkan obat laksansia dan obat antispasmodik akan memperbesar rasio ini dibandingkan rasio pada hewan tanpa perlakuan. BAHAN DAN ALAT BAHAN: -

Larutan NaCl fisiologik 09% Suspensi gom arab 20% diwarnai hitam dengan norit 5% sebagai marker Obat pembanding: loperamid, diapet, entrostop, Kertas saring

ALAT: -

Tikus atau Mencit (sesuai jumlah kelompok hewan) Mistar (alat pengukur jarak) Meja bedah mencit Alat suntik untuk pemberian oral Minor set

HEWAN PERCOBAAN Tikus putih Wistar jantan dewsa sehat dengan berat ± 150gr atau mencit putih Swiss Webster jantan dewasa sehat dengan berat 20-25 gr, jumlah 1 ekor per kelompok. CARA KERJA 1. Hewan percobaan dipuasakan makan selama ± 18 jam, minum tetap diberikan. 2. Setelah ditimbang, hewan dikelompokkan secara rawum kelompok kontrol, kelompok uji, dan kelompok pembanding. 3. Kemudian pada waktu t=0, dilakukan perlakuan pemberian dengan cara yang ditetapkan, misalnya per oral. Kelompok kontrol menerima larutan fisiologik 1 ml/100grBB dan kelompok uji menerima larutan zat uji pada beberapa dosis dengan volume pemberian 1 ml/ 100gr dan kelompok pembanding menerima obat pembanding pada dosis tertentu dengan volume pemberian 1ml/100grBB. 4. Setelah t=45 menit (untuk pemberian peroral) atau 15 menit (untuk pemberian obat subkutan), semua hewan diberikan suspensi norit sebanyak 1ml/ekor tikus (atau 0,1ml/10gr mencit) secara oral. 5. Pada t=60 menit (untuk pemberian obat oral) atau 35 menit (untuk pemberian obat subkutan), semua hewan dibius dengan menggunakan eter. Usus dikeluarkan secara hatihati, sampai teregang. Panjang usus yang dilalui marker norit mulai dari pilorus sampai ujung akhir (berwarna hitam) diukur. Demikian pula panjang seluruh usus dari pilorus sampai rektum dari masing-masing hewan. Kemudian dari masing-masing hewan dihitung rasio normal jarak yang ditempuh marker terhadap panjang usus seluruhnya. Umumnya pada tikus normal diperlukan waktu 1,5-2 jam untuk membawa marker dari pilorus sampai ke rektum. 6. Nilai rasio ini kemudian dirata-rata untuk masing-masing kelompok, dan nilai dari masingmasing kelompok tersebut dimabdingkan (kelompok kontrol, kelompok uji, kelompok pembanding). Bila obat yang diuji mempunyai aktivitas antidiare, maka nilai rasionya akan lebih kecil bila dibandingkan terhadap kelompok kontrol. Sebaliknya, nilai rasio akan lebih besar bila obat uji mempunyai aktivitas sebagai laksansia antispasmodik. Rumus mencari nilai rasio:

HASIL PERCOBAAN Hasil Percobaan: 1. Diapet Nilai rasio :

Cranial

Caudal

Cranial

Caudal

= 0,61

3. NaCl Nilai rasio :

Caudal

= 0,41

2. Loperamid Nilai rasio :

Cranial

= 0,93

PEMBAHASAN Diapet dan Loperamid memiliki kemampuan menurunkan peristaltik usus. Sedangkan, NaCl tidak mempunyai kemampuan baik sebagai pencahar maupun obat antidiare karena pada percobaan NaCl memiliki nilai rasio mendekati 1. KESIMPULAN Pada percobaan ini didapatkan bahwa Diapet dan Loperamid terbukti memiliki aktivitas antidiare karena keduanya mampu menurunkan gerakan peristaltik usus. Sedangkan, NaCl tidak memiliki aktivitas baik sebagai pencahar maupun obat antidiare.

Related Documents


More Documents from "Yosefina Imelda Manik"