Laporan Praktikum Farmakognosi Kandungan Simplisia

  • Uploaded by: DiyanaPuspaRini
  • 0
  • 0
  • January 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Praktikum Farmakognosi Kandungan Simplisia as PDF for free.

More details

  • Words: 3,016
  • Pages: 15
Loading documents preview...
Identifikasi Kandungan Kimia Simplisia A. Tujuan Percobaan Melakukan reaksi warna terhadap simplisia nabati agar diketahui beberapa kandungan kimia. B. Pendahuluan Simplisia adalah bentuk jamak dari kata simpleks yang berasal dari kata simple, berarti satu atau sederhana. Istilah simplisia dipakai untuk menyebut bahanbahan obat alam yang masih berada dalam wujud aslinya atau belum mengalami perubahan bentuk. Departemen Kesehatan RI membuat batasan tentang simplisia sebagai berikut :simplisia adalah bahan alami yang digunakan untuk obat dan belum mengalami perubahan proses apapun, dan kecuali dinyatakan lain umumnya berupa bahan yang telah dikeringkan (Depkes RI, 1979). Perbedaan antara simplisia yang tumbuh secara liar dengan simplisia yang dibudidaya sangat nyata. Penanaman dan pertumbuhan tanaman-tanaman obat harus terpelihara dengan baik, ini disebabkan banyak pula tanaman-tanaman yang tumbuh secara liar, sedangkan pengumpulan simplisia dari tanaman-tanaman obat yang dibudidayakan dengan baikakan merupakan pengumpulan bahan-bahan obat yang terjamin kualitasnya, lain dengan pengumpulan simplisia dari tanaman-tanaman liar selain kurang memuaskan (kemungkinan tercampur dengan bahan tanaman lain), juga ada kemungkinan akan keliru pengambilannya, yang dikiranya dari spesies yang diperlukan tapi kenyataannya karena mirip atau sefamili tetapi lain genus (G.Kartasapoetra, 1993). Berbeda dengan obat-obatan modern, standar mutu untuk jamu didasarkan pada bahan baku dan produk akhir yang pada umumnya belum memiliki baku standar yang sesuai dengan persyaratan. Simplisia nabati, hewani dan pelican yang dipergunakan sebagai bahan untuk memperoleh minyak atsiri, alkaloid, glikosida atau zat berkhasiat lainnya, tidak perlu memenuhi persyaratan yang tertera pada monografi yang bersangkutan. Identifikasi simplisia dapat dilakukan berdasarkan uraian mikroskopik serta identifikasi kimia berdasarkan kandungan senyawa yang terdapat didalamnya (MMI,1995)

C. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah spatula, beaker glass, drople plate, gelas objek, gelas penutup, mikroskop, batang pengaduk/ jarum bertangkai, set tabung reaksi, kompor listrik/hot plate, penangas air, kawat kassa, pipet tetes. Bahan yang digunakan adalah serbuk simplisia(daun, bunga, buah, kulit buah, batang, akar, rimpang, dan herba), larutan iodium 0,1 N, larutan iodium 0,02 N, larutan floroglusin 1%, etanol 90%, larutan HCL 25%, gliserin, aquades, larutan NaCl 2%, larutan gliserin 1%, KOH 0,5 N, larutan hidrogen peroksida, asam asetat, pH indikator, universal, toluena, besi(III) klorida, etanol 80%, kapas, kertas saring, tisu,lap. D. Cara Kerja 1. Aleuron

-

- Ditambahkanlarutaniodium 0,1 N Cuplikan (Sampel) AleurondanButir globoid menjadiberwarnakuning Hasil Hasil

2. Pati CuplikanSimplisi a - Ditempatkandalam media air

-

Diirigasidenganlarutaniodium 0,02 N - Padabatasantara air danlarutaniodiumakanterlihatbutirpatiberwarnabirudanbilapatitel ahberlamela, lamelanyaakanterlihatjelas. Hasil

3. Lignin CuplikanSimplisi a- Ditempatkanpadadropple plate

-

Ditambahlartutanfloroglusinol 1% (dalametanol 90%) Didiamkansampaisemuaetanolmenguap Ditambah 1 tetesasamklorida 25% dandiadukdenganbatangpengaduk/jarumbertangkai Dipindahkankeatasgelasobjekdandiambilgliserin, Diamatidibawahmikroskop

Hasil

4. Saponin Serbuktumbuhan

-

Dimasukkandalamtabungreaksi Ditambahakuadest 10 ml

-

Ditutupdandikocokkuat-kuatselama 30 detik Dibiarkantabungpadaposisitegakselama 30 menit Apabilaterjadibuih (miripsaranglebah) setinggi minimal 1 cm danstabilselama 10-15 menit, menunjukanadanyasaponin

Hasil

5. Tanin (zatsamak) SerbukSimplisia

-

Dipanaskandengan air sebanyak 10 ml selama 30 menit di ataspenangas air Disaring, filtrate selama 5 ml ditambahNatriumKlorida 2% sebanyak 1 ml Bilaterjadi suspense atauendapan, disaringmelaluikertassaring Ditambahlarutan gelatin 1% sebanyak 5 ml Terbentuknyaendapanmenunjukanadanya tannin atauzatsamak

Hasil

6. Antrakinon SerbukSimplisia

-

Dididihkanselama 2 menitdengan 10 ml KOH 1,5 N dan 1 ml larutan hydrogen peroksida Setelahdingin, suspense disaringmelaluikapas Filtrate sebanyak 5 ml ditambahdenganasamasetatsebanyak 10 tetes Lapisanatassebanyak 5 ml dipindahkandengan pipet dandimasukkankedalamtabungreaksi Ditambah KOH 0,5 N Warnamerah yang terjadipadalapisan air (basa) menunjukanadanyasenyawaantrakinon

Hasil

7. Polifenol

SerbukSimplisi -

Dipanaskandengan air sebanyak 10 ml selama 10 menitdiataspenengas air mendidih

-

Disaringpanas-panas, setelahdinginditambahpereaksibesi (II) kloridasebanyak 3 tetes Terjadiwarnabirumenunjukanadanyapolifenolat Ujidiulangdengan filtrate hasilpendidihansimplisiadenganetanol 80% selama 10 menit di ataspenangas air

Hasil

8. Lemak SerbukSimplisia

- Dilarutkandalamkloroform - Diteteskandengankertassaring Hasil

9. Terpen SerbukSimplisia

-

Ditambahkansitoborat

Hasil

10. Alkaloid SerbukSimplisi

-

- DitambahreagenDragendorff Ditimbulkanwarna

Hasil

E. Data Pengamatan

No. 1

2

Pengujian Aleuron

Pati

Hasil Uji Simplisia Serbuk Daun Singkong (-)

Daun Jati Belanda (-)

(-) Tidak Terjadi Perubahan Warna

(-) Tidak Terjadi Perubahan Warna

3 4 5 6

Saponin Tanin Polifenol Lemak

7

Terpen

8

Alkaloid

(-) Tidak Berbuih

(-) Tidak Berbuih

(-) Tidak Ada Endapan (+) Warna Ungu Gelap (-) Berbekas Warna Pada Kertas (-) Tidak Terjadi Perubahan (+) Warna Orange

(-) Tidak Ada Endapan (+) Warna Ungu Gelap (-) Tidak Berbekas (-) Tidak Terjadi Perubahan (+) Warna Orange

F. Pembahasan Salah satu pendekatan untuk penelitian tumbuhan obat adalah penapisan senyawa kimia yang terkandung dalam tanaman. Cara ini digunakan untuk mendeteksi senyawa tumbuhan berdasarkan golongannya. Sebagai informasi awal dalam mengetahui senyawa kimia apa yang mempunyai aktivitas biologi dari suatu tanaman. Informasi yang diperoleh dari pendekatan ini juga dapat digunakan untuk keperluan sumber bahan yang mempunyai nilai ekonomi lain seperti sumber tanin, minyak untuk industri, sumber gom, dll. Metode yang telah dikembangkan dapat mendeteksi adanya golongan senyawa alkaloid, flavonoid, senyawa fenolat, tanin, saponin, kumarin, quinon, steroid/terpenoid (Teyler, 1988). Identifikasi kandungan kimia daun singkong, jati belanda dan pati beras dilakukan dengan melakukan uji pada setiap golongan yaitu aleuron, pati, saponin, tanin, polifenol lemak, terpen, alkaloid. Hal ini bertujuan untuk mengetahui kandungan kimia yang terkandung dalam simplisia tersebut. a. Saponin Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara memasukkan simplisia kedalam tabung reaksi dengan jumlah lebih kurang 100 mg dan menambahkan aquades, tutup dan kocok kuat-kuat selama 30 detik. Biarkan tabung dalam posisi tegak selama 30

menit. Adanya buih menunjukan positif saponin. Atau tambahkan FeCl3. Saponin adalah senyawa aktif permukaan yang kuat, menimbulkan basa jika dikocok dalam aquades dengan konsentrasi yang rendah sering menyebabkan hemolisis. Disebut saponin karena sifatnya yang khas menyerupai sabun dan dalam larutan yang sangat encer bisa sangat beracun. Berdasarkan hasil yang diperoleh baik simplisia daun singkong atau simplisia daun jati belanda didapatkan hasil negatif terhadap saponin hal ini ditunjukan dengan tidak terbentuknya buih (Harborne, 1987). b. Tanin (Zat Samak) Cara pengujian ini dengan simplisia dalam tabung reaksi ditambahkan 10 ml aquades yang kemudian dipanaskan selama 30 menit. Disaring, filtrat sebanyak 5 ml ditambah dengan NaCl 2% sebanyak 1ml.Apabila terdapat endapan maka dilakukan penyaringan dengan kertas saring. Tujuan penyaringan adalah untuk memisahkan antrara endapan dengan filtrat. Filtrat ditambahkan dengan 5 ml larutan gelatin 1%. Hasil positif terhadap tanin adalah adanya endapan setelah penambahan larutan gelatin. Fungsi NaCl 2% adalah sebagai larutan alkalis yang mampu mengoksidasi oksigen. Berdasarkan hasil yang diperoleh baik pada simplisia daun singkong maupun simplisia daun jati belanda menunjukan hasil negatif terhadap tanin hal ini ditunjukan dengan tidak terbentuk endapan. Tanin terdapat luas dalam tumbuhan berpembuluh, dalam angiospermae terdapat khusus dalam jaringan kayu. Menurut batasannya, tanin dapat bereaksi dengan protein membentuk kepolimer mantap yang tidak larut dalam air. Dalam industri, tanin adalah senyawa yang berasal dari tumbuhan, yang mampu mengubah kulit hewan yang mentah menjadi kulit siap pakai karena kemampuanya menyambung silang protein (Harbrone,1987). Di dalam tumbuhan letak tanin terpisah dari protein dan enzim sitoplasma, tetapi bila jaringan rusak, misalnya bila hewan memakanya, maka reaksi penyamakan dapat terjadi. Reaksi ini menyebabkan protein lebih sukar dicapai oleh cairan pencernaan hewan. Pada kenyataanya, sebagian besar tumbuhan yang banyak bertanin dihindari oleh hewan pemakan tumbuhan karena rasanya yang sepat. Kita menganggap salah satu fungsi utama tanin dalam tumbuhan ialah sebagai penolak hewan pemakan tumbuhan. Secara kimia terdapat dua jenis utama tanin yang tersebar tidak merata dalam dunia tumbuhan. Pertama tanin terkondensasi hampir terdapat di dalam semesta paku-pakuan dan gimnosperae, serta tersebar luas dalam

angiospermae, terutama pada jenis tumbuhan berkayu. Sebaliknya jenis kedua, tanin yang terhidrolisiskan penyebaranya terbatas pada tumbuhan berkeping dua (Harborne, 1987). c. Polifenol Pengujian ini dilakukan dengan memanaskan tabung reaksi yang berisi serbuk simplisia yang ditambahkan 10 ml aquades selama 10 menit atau hingga mendidih. Selanjutnya disaring dalam keadaan panas, setelah dingin ditambahkan 3 ml perekasi besi(III) klorida. Hasil positif terhadap polifenol adanya perubahan warna hijau-biru. Dan uji diulang serbuk simplisia dengan etanol80% selama 10 menit diatas penangas air. Senyawa polifenol aktivitasnya antioksidan berkaitan erat dengan rantai samping dan substitusi pada cincin aromatiknya. Kemampuannya unutk bereaksi dengan radikal bebas DPPH. Pereaksi FeCl digunakan untuk reaksi reduksi senyawa besi(III) menjadi senyawa besi(II) oleh polifenol membentuk warna biru-hitam. Reaksi yang terjadi Fe 3 + + polifenol Fe2+ 2+ Fe + K3Fe (CN)6 3KFe (Fe(CN)6 (Fessenden, 1989). Hasil pada pengujian ini adalah positif pada serbuk simplisia daun singkong dan serbuk simplisia daun jati belanda hal ini ditunjukan dengan adanya warna ungu gelap seperti kebiruan. d. Lemak Pengujian dilakukan dengan melarutkan simplisia dalam kloroform yang diteteskan pada kertas saring. Kloroform berfungsi dalam penambahan ini sebagai zat pemantap. Lemak merupakan bahan padat pada suhu ruang disebabkan kandungannya yang tinggi akan asam lemak jenuh yang tidak memiliki ikatan rangkap, sehingga mempunyai titik lebur yang lebih tinggi (Winarno, 1992) Didapatkan hasil negatif pada kedua serbuk simplisia. e. Alkaloid Pengujian ini dilakukan dengan menetaskan reagen dragendorf pada serbuk simplisia diplat tetes. Uji alkaloid ini adalah senyawa yang mempunyai struktur heterosklik yang mengandung atom N didalam intinya dan bersifat basa karena itu dapat larut dalam asam-asam serta membentuk garamnya dan umumnya mempunyai aktivitas fisiologis baik terhadap manusia /tumbuhan (Akin- osanaye et al, 2011). Hasil didapatkan positif pada kedua serbuk simplisia yang ditunjukan dengan ada warna orange.

Alkaloid merupakan golongan zat tumbuhan sekunder yang terbesar. Pada umumnya alkaloid mencakup senyawa bersifat basa yang mengandung satu atau lebih atom nitrogen, biasanya dalam bentuk gabungan sebagai bagian dari sistem siklik. Alkaloid seringkali beracun bagi manusia dan banyak yang mempunyai kegiatan fisiologi yang menonjol yang digunakan secara luas dalam bidang pengobatan. alakoloid biasanya tidak berwarna, seringkali bersifat optis aktif, kebanyakan berbentuk Kristal tetapi hanya sedikit yang berupa cairan ( misalnya nikotina) pada suhu kamar (Harbrone,1987).

Sistem klasifikasi yang diterima, menurut Hegnauer, alkaloid dikelompokkan sebagai: 1.

Alkaloid Sesungguhnya Alkaloid sesungguhnya adalah racun, senyawa tersebut menunjukkan aktivitas phisiologi yang luas, hampir tanpa terkecuali bersifat basa; lazim mengandung Nitrogen dalam cincin heterosiklik ; diturunkan dari asam amino ; namun adapula yang tidak sesuai dengan ciri-ciri tersebut, yaitu kolkhisin dan asam aristolokhat yang bersifat bukan basa dan tidak memiliki cincin heterosiklik dan alkaloid quartener, yang bersifat agak asam daripada bersifat basa.

2.

Protoalkaloid Protoalkaloid merupakan amin yang relatif sederhana dimana nitrogen dan asam amino tidak terdapat dalam cincin heterosiklik. Protoalkaloid diperoleh berdasarkan biosintesis dari asam amino yang bersifat basa. Pengertian ”amin biologis” sering digunakan untuk kelompok ini. Contoh, adalah meskalin, ephedin dan N,N-dimetiltriptamin.

3.

Pseudoalkaloid Pseudoalkaloid tidak diturunkan dari prekursor asam amino. Senyawanya biasanya bersifat basa. Ada dua seri alkaloid yang penting dalam

khas ini, yaitu alkaloid steroidal (contoh: konessin dan purin pada kaffein) (Teyler, 1988). Sedangkan klasifikasi senyawa alkaloid berdasarkan dari gugus fungsi yang dikandungnya yaitu : a.

Alkaloid feniletamin, misalnya efedrin.

b.

Alkaloid pirolidin, misalnya higrin dari koka.

c.

Alkaloid piridin, misalnya asam nikotinat.

d.

Alkaloid perpaduan pirolidindan piridin, misalnya nikotin.

e.

Alkaloid kuinolin, misalnya kuinin.

f.

Alkaloid isokuinolin, misalnya papaverin.

g.

Alkaloid fenantrena, misalnya emetin.

h.

Alkaloid indole yang masih dapat digolong – golongkan menjadi :

a)

Alkaloid sederhana, misalnya triptamin.

b)

Alkaloid ergot, misalnya serotonin.

c)

Alkaloid hermala, misalnya β-karbolin.

d)

Alkaloid yahimbe, misalnya reserpin.

e)

Alkaloid strychnos, misalnya brusin dan strinkin. (Rangke, 1998)

f. Pati Pengujian ini dilakukan dengan menepatkan cuplikan pada tabung reaksi yang berisi aquades kemudian diirigasi dengan larutan iodin 0,02. Akan terlihat wakna biru untuk hasil positif. Larutan iodium digunakan untuk menentukan amilum/pati pada suatu simplisia. Amilum merupakan sumber energi utama bagi orang dewasa diseluruh dunia. Amilum tersusun dari 2 macam karbohidrat, amilosa dan amilopekti dalam komposisi yang berbeda-beda yaitu 10-20% amilosa dan 80-90%amilopektin. Amilum memeberikan wwarna ungu pekat pada tes iodin (Winarno, 1992). Selain pengujian dilakukan terhadap serbuk simplisia daun singkong dan serbuk simplisia daun jati belanda juga dilakukan terhadap pati beras.

Pada amilum pati beras

didapatkan hasil positif sedangkan pada serbuk simplisia daun singkong dan serbuk simplisia jati belanda didapatkan hasil negatif. g. Aleuron Pengujian dilakukan dengan cara mengambil serbuk simplisia sedikit demi sedikit dan ditambahkan larutan iodium 0,1 N. Jika bewarna kuning kecoklatan

berindikasi positif. Larutan iodium digunakan untuk mengetahui kandungan amilum dalam simplisia (Winarno,1992). Hasil negatif pada semua serbuk simplisia. Berdasarkan literature, kandungan zat-zat yang terdapat pada daun singkong adalah Kandungan protein daun singkong yang sangat besar, yaitu enam kali lebih banyak dari pada umbinya (6,2 %). Demikian pula karoten hanya terdapat pada daunnya dan sama sekali tidak terdapat pada umbinya. Kandungan karoten pada daun singkong yaitu 7052 μg/100 g. Sedangkan kandungan serat kasar dan abu ubi kayu per 100 g yaitu 2,4 g dan 1,2 g. Selain itu daun singkong juga mengandung air sebesar 84,4 g dan bagian yang dapat dimakan sebesar 67 g. Kandungan protein tertinggi pada daun singkong dijumpai pada daun yang masih muda, umur enam bulan. Makin tua daun ubi kayu, makin berkuranng kandungan protein daun. Kandungan protein singkong ternyata sangat tinggi. Secara umum, dalam berat yang sama dengan berat telur, berat protein nabati yang dikandung daun singkong lebih kurang sama dengan yang dikandung telur. Selain kandungan protein yang cukup banyak, air, serat dll. Daun singkong pula mengandung vitamin dan mineral per 100 gram, yaitu antara lain : kalsium 165,0 mg , zat besi 2,8 mg , thiamin 0,16 mg, riboflavin 0,32 mg, betacarotin 0,08 mg, niasin 1,8 mg, dan asam askorbin 82,0 mg. (Ayu, 2002; Anonim, 2011). Pada pengujian reaksi warna sederhana, simplisia serbuk daun singkong menunjukkan hasil positif terhadap uji alkaloid dan uji polifenol. Uji alkaloid menunjukkan hail positif karena zat alkaloid sendiri selalu ada pada setiap tumbuhan dengan kadar 5-10 %. Kadar alkaloid pada tumbuhan berbeda- beda sesuai kondisi lingkungannya dan alkaloid umunya tersebar di seluruh bagian tumbuhan (Hanenson, 1980). Reaksi antara pereaksi dragendorf dengan kandungan alkaloid sehingga menghasilkan warna orange/ jingga adalah sebagai berikut :

(Miroslav, 1971) Reaksi uji juga menunjukkan hasil positif terhadap polifenol, hal itu karena daun singkong memiliki kandungan polifenol yang dibuktikan dengan rasa pahit dan kelat pada simplisia daun singkong yang menandakan adanya polifenol yang berdasarkan literature polifenol tersebut berupa senyawa Cuprofilin (Harborne, 1987). Pada pengujian kandungan jati belanda, secara umum zat utama yang terkandung dari seluruh bagian tanaman dari jati belanda baik daun, buah, biji, dan kulit kayu bagian dalam adalah tanin dan musilago. Kandungan aktif lainnya yang berada dalam daun jati belanda antara lain yaitu resin, flavonoid, karotenoid, asam fenolat, alkaloid, kafein, terpen, juga senyawa – senyawa lain seperti sterol, betasitosterol, friedelin-3-alfa-asetat, friedelin -3-beta-ol,alkoloida serta karbohidrat dan minyak lemak (Anonim, 1985; Anonim, 2013). Tanin yang banyak terkandung di bagian daun, mampu mengurangi penyerapan makanan dengan cara mengendapkan mukosa protein yang ada dalam permukaan usus. Sementara itu, musilago yang berbentuk lendir bersifat sebagai pelicin. Dengan adanya musilago, absorbsi usus terhadap makanan dapat dikurangi. Hal ini yang yang menjadi alasan banyaknya daun jati belanda yang dimanfaatkan sebagai obat susut perut dan pelangsing. Sedangkan menurut Rahardjo et al., 2006. Mekanisme penurunan lemak terjadi karena struktur kimia daun jati belanda dapat menghambat kerja enzim lipase sehingga absorpsi lemak dalam tubuh berkurang yang mengakibatkan terjadinya penurunan berat badan. Sedangkan senyawa tanin dan musilago yang dikandungnya dapat mengendapkan protein sehingga menyebabkan

penyerapan makanan dalam tubuh terhambat. Dalam perkembangannya, daun jati belanda juga banyak dimanfaatkan untuk mengatasi penyakit kolesterol dan rematik gout (Anonim, 2013; Rahardjo et al., 2006). Berdasarkan hasil pengujian terhadap daun jati belanda menunjukkan hasil positif terhadap uji polifenol dan alkaloid. Hasil itu sesuai dengan literature yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa daun jati belanda mengandung polifenol dan alkaloid. Namun pengujian tidak menunjukkan hasil positif terhadap tanin, terpen, dan lemak. Hasil tidak menunjukkan reaksi positif terhadap terpen dan lemak mungkin dikarenakan jumlah atau kandungannya yang sedikit dalam serbuk simplisia daun jati belanda sehingga tidak terdeteksi dengan pengujian reaksi warna sederhana. Sedangkan reaksi tidak menunjukkan hasil positif terhadap tanin dapat disebabkan oleh prosedur pengujian yang belum sesuai, berdasarkan penelitian Sangi et al., 2012. Pengujian tanin dilakukan dengan menambahkan methanol pada 2 gram sampel dan di saring. Kamudian filtratnya ditambahkan NaCl 10% dan disaring. Filtrat dibagi menjadi 2 bagian. Masing-masing ditetesi dengan gelatin 10% dan FeCl3 10%. Hasilnya jika ada endapan menunjukkan positif tanin sebaliknya jika tidak ada endapan menunjukkan negatif tanin. Reaksi terbentuknya endapan adalah, tanin akan bereaksi dengan gelatin membentuk kopolimer mantap yang tidak larut dalam air (Harborne, 1987). Sedangkan penambahan NaCl ditujukan untuk mempertinggi penggaraman dari tanin-gelatin. Dan pada penambahan besi (III) klorida, diperkirakan larutan ini bereaksi dengan salah satu gugus hidroksil yang ada pada senyawa tanin. Hasil reaksi tersebut yang akhirnya menimbulkan warna (Sangi et al., 2012)

Reaksi antara tanin dengan besi (III) klorida menghasilkan kompleks berwarna.

Praktikum ini dilakukan menggunakan analisis kualitatif karena pada praktikum ini ditujukan untuk mengetahui kandungan kimia dalam suatu simplisia tanpa mempertimbangkan berat saat pengambilan bahan maupun pereaksi. Analisis

yang bersifat kualitatif disebut identifikasi dan pada umumnya berupa reaksi warna atau pengendapan. Sebelum reaksi-reaksi tersebut dilakukan terlebih dahulu diadakan isolasi terhadap zat yang dikehendaki , misalnya isolasi dengan cara pelarutan, penyaringan dan mikrosublimasi. Pemeriksaan secara kimia yang bersifat kuantitatif disebut penetapan kadar. Analisis kuantitatif terdiri atas pengujian organoleptik, pengujian makroskopik, pengujian mikroskopik, dan pengujian histokimia. Uji histokimia bertujuan untuk mengetahui berbagai macam zat kandungan yang terdapat dalam jaringan tanaman. Dengan pereaksi spesifik, zat-zat kandungan tersebut akan memberikan warna yang spesifik pula sehingga mudah di deteksi (Anonim,1985). G. Kesimpulan  Cara untuk melakukan dentifikasi kandungan senyawa simplisia salah satunya dengan menggunakan reaksi warna dengan menggunakan metode analisis 

kualitatif. Kandungan senyawa yang terdapat pada daun jati belanda antara lain resin,



flavonoid, karotenoid, asam fenolat, alkaloid, kafein, terpen. Kandugan senyawa pada daun singkong berupa karoten, protein, air, polifenol dan alkaloid.

Daftar Pustaka Akin .osanaiye,b.c .2011, Production or ethnol From Carica papay agro waste effect of Sacchanflacation and different treatments on ethanol yield, Afn J. Blotech Anonim, 1985, Cara pembuatan simplisia, Depkes RI, Jakarta. Anonim, (2011), Ketela,Pohon/Singkong, URL : http://www.pusri.co.id/budidaya/ SINGKONG, Diakses 17 November 2014. Anonim, 2013, Manfaat daun jati belanda, URL : http://apotekherbal.com/manfaatdaun-jati-belanda.html, diunduh pada 17 November 2014. Ayu, C., (2002), Mempelajari Kadar Mineral dan Logam Berat pada Komoditi Sayuran Segar Beberapa Pasar Di Bogor, Skripsi, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB, Bogor

Departemen Kesehatan RI, 1995, Materia Medika Indonesia Edisi VI,DepKes RI, Jakarta. Fessenden Hanenson, I. B. 1980, Clinical Toxicology, JB Lippincot Company, Toronto. Harborne, J. B. 1987, Metode Fitokimia : Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan. Edisi Kedu, ITB Press, Bandung. Kartasapoetra, G., 1993,BudidayaTanamanBerkhasiatObat, RinekaCipta, Jakarta. Miroslav, V., 1971. Detection And Identification Of Organic Compound, Planum Publishing Corporation And SNTC Publishers Of Technical Literature, New York. Rahardjo S, Ngatijan dan Pramono S, 2005, Influence of Etanol Extract of Jati Belanda Leaves (Guazuma ulmifolia Lamk.) On Lipase Enzym Activity of Rattus norvegicus Serum. Inovasi. Vol.4: XVII: 48-54 Rangke, L. Tobing, 1989, Kimia Bahan Alam, Depdikbud, Jakarta. Sangi, Meiske, Momuat, L., Kamaunang, M., 2012, Uji Toksisitas Dan Skrining Fitokimia Tepung Gabah Pelepah Aren (Arenga Pinnata), Jurnal Ilmiah Sains Vol. 12 No. 2, Oktober 2012 Hal 127-134. Teyler.V.E.et.al.1988.Pharmacognosy.9th Edition. 187 – 188. Phiadelphia : Lea & Febiger Winarno, f.f 1992, Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia pustaka utama, Jakarta.

Related Documents


More Documents from "Yerryco Pujja"