Makalah Ayu Lestari (1634745) Interaksi Obat Dengan Makanan

  • Uploaded by: ayulestari
  • 0
  • 0
  • February 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Ayu Lestari (1634745) Interaksi Obat Dengan Makanan as PDF for free.

More details

  • Words: 3,892
  • Pages: 17
Loading documents preview...
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

Interaksi obat terjadi jika efek suatu obat berubah akibat adanya obat lain, makanan, atau minuman. Interaksi obat dapat menghasilkan efek yang memang dikehendaki atau efek yang tidak dikehendaki yang lazimnya menyebabkan efek samping obat atau toksisitas karena meningkatnya kadar obat di dalam plasma, atau sebaliknya menurunnya kadar obat dalam plasma yang menyebabkan hasil terapi menjadi tidak optimal. Sejumlah besar obat baru yang dilepas di pasaran setiap tahunnya menyebabkan munculnya interaksi baru antar obat akan semakin sering terjadi. Interaksi obat dianggap penting karena dapat menguntungkan dan merugikan. Salah satu dari interaksi obat adalah interaksi obat itu sendiri dengan makanan. Interaksi antara obat dan makanan dapat terjadi ketika makanan yang kita makan mempengaruhi obat yang sedang kita gunakan, sehingga mempengaruhi efek obat tersebut. Interaksi anatara obat dan makanan dapat terjadi baik untuk obat dan makanan dapat terjadi baik untuk resep dokter maupun obat yang dibeli bebas, seperti obat antasida, vitamin, dll. Kadang-kadang apabila kita minum obat bersamaan dengan makanan, maka dapat mempengaruhi efektivitas obat dibandingkan apabila diminum dalam keadaan perut kosong, selain itu konsumsi secara bersamaan antara vitamin atau sumplemen herbal dengan obat juga dapat menyebabkan terjadinya efek samping. Contoh reaksi yang dapat timbul apabila terjadi interaksi antara obat dan makanan, diantaranya : Makanan dapat mempercepat atau memperlambat efek dari obat, beberapa obat tertentu dapat menyebabkan vitamin dan mineral tidak bekerja secara tepat ditubuh, menyebabkan hilangnya atau bertambahnya nafsu makan, obat dapat mempengaruhi nutrisi tubuh, Obat herbal dapat berinteraki dengan obat modern. Selain itu, besar kecilnya efek interaksi obat dengan makanan antara tiap orang dapat berbeda, hal ini dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu seperti besarnya dosis obat yang diminum, usia, kondisi tubuh dan kondisi kesehatan pasien, waktu konsumsi makan dan waktu konsumsi obat. Untuk menghindari terjadinya interaksi obat dan makanan, bukan berarti menghindari untuk mengkonsumsi obat atau makanan tersebut. Yang sebaiknya dilakukan adalah pengaturan waktu antara obat dan makanan untuk dikonsumsi dalam waktu yang berbeda. Dengan mempunyai informasi yang cukup mengenai obat yang digunakan 1

serta kapan waktu yang tepat untuk mengkonsumsinya, maka kita dapat menghindari terjadinya interaksi antara obat dengan makanan. I.2 Permasalahan A. B. C. D.

Bagaimana pengertian interaksi obat sera mekanisme interaksi obat? Bagaimana mekanisme obat yang dapat berinteraksi dengan makanan? Bagaimana faktor yang mempengaruhi interaksi obat dengan makanan? Bagaimana interaksi obat dan makanan yang dapat menurunkan kinerja sistem

pencernaan ? E. Bagaimana cara menghindari interaksi obat dengan makanan?

I.3 Tujuan Adapun tujuan dari makalah ini yaitu untuk dapat mengetahui pengertian interaksi obat beserta mekanismenya, mengetahui bagaimana obat berinteraksi dengan makanan. mengetahui faktor apa saja yang dapat terjadi dalam interaksi obat dengan makanan, mengetahui bagaimana interaksi obat dengan makanan yang dapat menurunkan kinerja sistem pencernaan dan cara menghindar interaksi obat tersebut dengan makanan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2

2.1 Pengertian interaksi obat Interaksi obat adalah perubahan efek suatu obat akibat pemakaian obat lain (interaksi obat-obat) atau oleh makanan, obat tradisional dan senyawa kimia lain. Interaksi obat yang signifikan dapat terjadi jika dua atau lebih obat digunakan bersama-sama. Interaksi obat dan efek samping obat perlu mendapat perhatian. Sebuah studi di Amerika menunjukkan bahwa setiap tahun hampir 100.000 orang harus masuk rumah sakit atau harus tinggal di rumah sakit lebih lama dari pada seharusnya, bahkan hingga terjadi kasus kematian karena interaksi atau efek samping obat. Pasien yang dirawat di rumah sakit sering mendapat terapi dengan polifarmasi (6-10 macam obat) karena sebagai subjek untuk lebih dari satu dokter, sehingga sangat mungkin terjadi interaksi obat terutama yang dipengaruhi tingkat keparahan penyakit atau usia. Interaksi obat secara klinis penting bila berakibat peningkatan toksisitas atau pengurangan efektivitas obat. Jadi perlu diperhatikan terutama bila menyangkut obat dengan batas keamanan yang sempit (indeks terapi yang rendah), misalnya glikosida jantung, antikoagulan dan obat-obat sitostatik. Selain itu juga perlu diperhatikan obat-obat yang biasa digunakan bersama-sama. Kejadian interaksi obat dalam klinis sukar diperkirakan karena : a. Dokumentasinya masih sangat kurang b. Seringkali lolos dari pengamatan, karena kurangnya pengetahuan akan mekanisme dan kemungkinan terjadi interaksi obat. Hal ini mengakibatkan interaksi obat berupa peningkatan toksisitas dianggap sebagai reaksi idiosinkrasi terhadap salah satu obat, sedangkan interaksi berupa penurunakn efektivitas dianggap diakibatkan bertambah parahnya penyakit pasien c. Kejadian atau keparahan interaksi obat dipengaruhi oleh variasi individual, di mana populasi tertentu lebih peka misalnya pasien geriatric atau berpenyakit parah, dan bisa juga karena perbedaan kapasitas metabolisme antar individu. Selain itu faktor penyakit tertentu terutama gagal ginjal atau penyakit hati yang parah dan faktor-faktor lain (dosis besar, obat ditelan bersama-sama, pemberian kronik).

2.2 Mekanisme Interaksi Obat

3

Interaksi obat menurut jenis mekanisme kerja dibagi menjadi 2 yaitu interaksi farmakodinamika dan interaksi farmakokinetika. a. Interaksi farmakodinamika Interaksi farmakodinamik biasanya dihubungkan dengan kemampuan suatu obat untuk mengubah efek obat lain tanpa mengubah sifat-sifat farmakokinetiknya. Interaksi farmakodinamik meliputi aditif (efek obat A =1, efek obat B = 1, efek kombinasi keduanya = 2), potensiasi (efek A = 0, efek B = 1, efek kombinasi A+B = 2), sinergisme (efek A = 1, efek B = 1, efek kombinasi A+B = 3) dan antagonisme (efek A = 1, efek B = 1, efek kombinasi A+B = 0). Meliputi sinergisme kerja obat, antagonisme kerja obat, efek reseptor tidak langsung, gangguan cairan dan elektrolit. Pasien yang rentan terhadap interaksi obat : a. Individu usia lanjut b. Minum lebih dari 1 macam obat c. Mempunyai gangguan fungsi ginjal dan hati d. Mempunyai penyakit akut e. Mempunyai penyakit yang tidak stabil f. Memiliki karakteristik genetik tertentu g. Ditangani lebih dari 1 dokter. b. Interaksi farmakokinetika Interaksi farmakokinetika dapat terjadi selama fasa farmakokinetika obat secara menyeluruh juga pada absorpsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi. Interaksi farmakokinetik ditandai dengan perubahan kadar plasma obat, area di bawah kurva (AUC), onset aksi, waktu paro dsb. Dapat terjadi pada berbagai tahap meliputi absorbsi, distribusi, metabolisme, atau ekskresi. a. Absorbsi saluran pencernaan meliputi kecepatan dan jumlah. Dipengaruhi oleh formulasi farmasetik termasuk bentuk sediaan, pKa dan kelarutan obat dalam lemak disamping pH, flora bakteri, dan aliran darah dalam organ pencernaan (meliputi usus besar, usus halus, usus 12 jari dan lambung). Setelah obat bebas masuk ke peredaran darah, kemungkinan mengalami proses – proses sebagai berikut : 1. Obat disimpan dalam depo jaringan. 2. Obat terikat oleh protein plasma terutama albumin. 3. Obat aktif yang dalam bentuk bebas berinteraksi dengan reseptor sel khas dan menimbulkan respon biologis. 4

4. Obat mengalami metabolisme dengan beberapa jalur kemungkinan yaitu : a. Obat yang mula-mula tidak aktif, setelah mengalami metabolisme akan menghasilkan senyawa aktif, kemudian berinteraksi dengan reseptor dan menimbulkan respon biologis ( bioaktivasi). b. Obat aktif akan dimetabolisis menjadi metabolit yang lebih polar dan tidak aktif, kemudian diekskresikan (bioinaktivasi). c. Obat aktif akan dimetabolisis menghasilkan metabolit yang bersifat toksik (biotoksifikasi). 5. Obat dalam bentuk bebas langsung diekskresikan. d. Ikatan obat protein (pendesakan obat) meliputi obat bebas atau aktif dan obat terikat atau tidak aktif. e. Metabolisme hepatik meliputi induksi enzim (penurunan konsentrasi obat) dan inhibisi enzim (peningkatan konsentrasi obat). f. Klirens ginjal meliputi peningkatan ekskresi (penurunan konsentrasi obat) dan penurunan ekskresi (peningkatan konsentrasi obat). Reseptor obat adalah suatu makromolekul jaringan sel hidup mengandung gugus fungsional atau atom atom terorganisasi, reaktif secara kimia dan bersifat khas, yang dapat berinteraksi secara terpulihkan dengan molekul obat yang mengandung gugus fungsional khas, menghasilkan respon biologis tertentu. 2.3 Interaksi Obat Dengan Makanan Ketika suatu makanan atau minuman mengubah efek suatu obat, perubahan tersebut dianggap sebagai interaksi obat-makanan. Interaksi seperti itu bisa terjadi. Tetapi tidak semua obat dipengaruhi oleh makanan, dan beberapa obat hanya dipengaruhi oleh makananmakanan tertentu. Interaksi obat-makanan dapat terjadi dengan obat-obat yang diresepkan, obat yang dibeli bebas, produk herbal, dan suplemen. Meskipun beberapa interaksi mungkin berbahaya atau bahkan fatal pada kasus yang langka, interaksi yang lain bisa bermanfaat dan umumnya tidak akan menyebabkan perubahan yang berarti terhadap kesehatan tubuh. Makanan dan obat dapat berinteraksi dalam banyak cara yang berbeda. Sering, zat tertentu di dalam makanan memberikan efek. Perubahan-perubahan lain dapat disebabkan oleh jumlah protein dalam diet anda, atau bahkan cara makanan tersebut disiapkan. Salah satu cara yang paling umum makanan mempengaruhi efek obat adalah dengan mengubah cara obat-obat tersebut diuraikan ( dimetabolisme ) oleh tubuh. Jenis protein yang disebut enzim, memetabolisme banyak obat. Beberapa makanan dapat membuat enzim-enzim ini bekerja 5

lebih cepat atau lebih lambat, baik dengan memperpendek atau memperpanjang waktu yang dilalui obat di dalam tubuh. Jika makanan mempercepat enzim, obat akan lebih singkat berada di dalam tubuh dan dapat menjadi kurang efekteif. Jika makanan memperlambat enzim, obat akan berada lebih lama dalam tubuh dan dapat menyebabkan efek samping yang tidak dikehendaki. Kemungkinan-kemungkinan yang menyebabkan dapat terjadinya interaksi obat dengan makanan adalah : 1. Perubahan motilitas lambung dan usus, terutama kecepatan pengosongan lambung dari saat masuknya makanan 2. Perubahan pH, sekresi asam serta produksi empedu 3. Perubahan suplai darah di daerah splanchnicus dan di mukosa saluran cerna 4. Dipengaruhinya absorpsi obat oleh proses adsorpsi dan pembentukan kompleks 5. Dipengaruhinya proses transport aktif obat oleh makanan 6. Perubahan biotransformasi dan eliminasi. (Widianto, 1989)

2.4 Faktor yang Mempengaruhi Interaksi Obat dengan Makanan. Ada beberapa factor yang mempengaruhi interaksi obat dan makanan antara lain: a. Pengosongan lambung Pada kasus tertentu misalnya setelah pemberian laksansia atau penggunaan preparat retard, maka di usus besarpun dapat terjadi absorpsi obat yang cukup besar. Karena besarnya peranan usus halus dalam hal ini, tentu saja cepatnya makanan masuk ke dalam usus akan amat mempengaruhi kecepatan dan jumlah obat yang diabsorpsi. Peranan jenis makanan juga berpengaruh besar di sini. Jika makanan yang dimakan mengandung komposisi 40% karbohidrat, 40% lemak dan 20% protein maka walaupun pengosongan lambung akan mulai terjadi setelah sekitar 10 menit. Proses pengosongan ini baru berakhir setelah 3 sampai 4 jam. Dengan ini selama 1 sampai 1,5 jam volume lambung tetap konstan karena adanya proses-proses sekresi. Tidak saja komposisi makanan, suhu makanan yang dimakanpun berpengaruh pada kecepatan pengosongan lambung ini. Sebagai contoh makanan yang amat hangat atau amat dingin akan memperlambat pengosongan lambung. Ada pula peneliti yang menyatakan pasien yang gemuk akan mempunyai laju pengosongan lambung yang 6

lebih lambat daripada pasien normal. Nyeri yang hebat misalnya migren atau rasa takut,

juga

obat-obat

seperti

antikolinergika

(missal

atropin,

propantelin),

antidepresiva trisiklik (misal amitriptilin, imipramin) dan opioida (misal petidin, morfin) akan memperlambat pengosongan lambung. Sedangkan percepatan pengosongan lambung diamati setelah minum cairan dalam jumlah besar, jika tidur pada sisi kanan (berbaning pada sisi kiri akan mempunyai efek sebaliknya,) atau pada penggunaan obat seperti metokiopramida atau khinidin. Jelaslah di sini bahwa makanan mempengaruhi kecepatan pengosongan lambung, maka adanya gangguan pada absorpsi obat karenanya tidak dapat diabaikan. b. Komponen makanan Efek perubahan dalam komponen-komponen makanan : 1. Protein (daging, dan produk susu) Sebagai contoh, dalam penggunaan Levadopa untuk mngendalikan tremor pada penderita Parkinson. Akibatnya, kondisi yang diobati mungkin tidak terkendali dengan baik. Hindari atau makanlah sesedikit mungkin makanan berprotein tinggi (Harknoss, 1989). 2. Lemak Keseluruhan dari pengaruh makan lemak pada metabolisme obat adalah bahwa apa saja yang dapat mempengaruhi jumlah atau komposisi asam lemak dari fosfatidilkolin mikrosom hati dapat mempengaruhi kapasitas hati untuk memetabolisasi obat. Kenaikan fosfatidilkolin atau kandungan asam lemak tidak jenuh dari fosfatidilkolin cenderung meningkatkan metabolism obat (Gibson, 1991). Contohnya : Efek Griseofulvin dapat meningkat.interaksi yang terjadi adalah interaksi yang menguntungkan dan grieseofluvin sebaiknya dimakan pada saat makan makanan berlemak seperti daging sapi, mentega, kue, selada ayam, dan kentang goreng (Harkness, 1989). 3. Karbohidrat Karbohidrat tampaknya mempunyai efek sedikit pada metabolism obat, walaupun banyak makan glukosa, terutama sekali dapat menghambat metabolism barbiturate, dan dengan demikian memperpanjang waktu tidur. Kelebihan glukosa ternyata juga mengakibatkan berkurangnya kandungan sitokrom P-450 hati dan memperendah

aktivitas

bifenil-4-hidroksilase

(Gibson,

1991).

Sumber

karbohidrat: roti, biscuit, kurma, jelli, dan lain-lain (Harkness, 1989). 4. Vitamin 7

Vitamin merupakan bagian penting dari makanan dan dibutuhkan untuk sintesis protein dan lemak, keduanya merupakan komponen vital dari system enzim yang memetabolisasi obat. Oleh karena itu tidak mengherankan bahwa perubahan dalam level vitamin, terutama defisiensi, menyebabkan perubahan dalam kapasitas memetabolisasi obat. Contohnya : a. Vit A dan vit B dengan antacid, menyebabkan penyerapan vitamin berkurang. b. Vit C dengan besi, akibatnya penyerapan besi meningkat. c. Vit D dengan fenitoin (dilantin), akibatnya efek vit D berkurang. d. Vit E dengan besi, akibatnya aktivitas vit E menurun.(Harkness, 1989) 5. Mineral Mineral merupakan unsur logam dan bukan logam dalam makanan untuk menjaga kesehatan yang baik. Unsur – unsure yang telah terbukti mempengaruhi metabolisme obat ialah: besi, kalium, kalsium, magnesium, zink, tembaga, selenium, dan iodium. Makanan yang tidak mengandung magnesium juga secara nyata mengurangi kandungan lisofosfatidilkolin, suatu efek yang juga berhubungan dengan berkurangnya kapasitas memetabolisme hati. Besi yang berlebih dalam makanan dapat juga menghambat metabolisme obat. Kelebihan tembaga mempunyai efek yang sama seperti defisiensi tembaga, yakni berkurangnya kemampuan untuk memetabolisme obat dalam beberapa hal. Jadi ada level optimum dalam tembaga yang ada pada makanan untuk memelihara metabolism obat dalam tubuh (Gibson, 1991). c. Ketersediaan hayati Penggunaan obat bersama makanan tidak hanya dapat menyebabkan perlambatan absorpsi tetapi dapat pula mempengaruhi jumlah yang diabsorpsi (ketersediaan hayati obat bersangkutan). Penisilamin yang digunakan sebagai basis terapeutika dalam menangani reumatik, jika digunakan segera setelah makan, ketersediaan hayatinya jauh lebih kecil dibandingkan jika tablet tersebut digunakan dalam keadaan lambung kosong. Ini akibat adanya pengaruh laju pengosongan lambung terhadap absorpsi obat (Gibson, 1991). 2.5 Interaksi Obat dan Makanan yang Dapat Menurunkan Kinerja Sistem Pencernaan. Interaksi obat dan makanan yang dapat menurunkan kinerja sistem pencernaan dapat meliputi interaksi obat yang menurunkan nafsu makan, mengganggu pengecapan dan mengganggu traktus gastrointestinal/ saluran pencernaan. 8

A. Obat dan penurunan nafsu makan Efek samping obat atau pengaruh obat secara langsung, dapat mempengaruhi nafsu makan. Kebanyakan stimulan CNS dapat mengakibatkan anorexia. Efek samping obat yang berdampak pada gangguan CNS dapat mempengaruhi kemampuan dan keinginan untuk makan. Obat-obatan penekan nafsu makan dapat menyebabkan terjadinya penurunan berat badan yang tidak diinginkan dan ketidakseimbangan nutrisi. B. Obat dan perubahan pengecapan atau penciuman Banyak obat yang dapat menyebabkan perubahan terhadap kemampuan merasakan/ dysgeusia, menurunkan ketajaman rasa atau hypodysgeusia atau membaui. Gejalagejala tersebut dapat mempengaruhi intake makanan. Obat-obatan yang umum digunakan dan diketahui menyabapkan hypodysgeusia seperti: obat antihipertensi (captopril), antriretroviral ampenavir, antineoplastik cisplastin, dan antikonvulsan phenytoin. C. Obat dan gangguan gastrointestinal Obat dapat menyebabkan perubahan pada fungsi usus besar dan hal ini dapat berdampak pada terjadinya konstipasi atau diare. Obat-obatan narkosis seperti kodein dan morfin dapat menurunkan produktivitas tonus otot halus dari dinding usus. Hal ini berdampak pada penurunan peristaltik yang menyebabkan terjadinya konstipasi. D. Absorbsi Obat-obatan yang dikenal luas dapat mempengaruhi absorbsi zat gizi adalah obatobatan yang memiliki efek merusak terhadap mukosa usus. Antineoplastik, antiretroviral, NSAID dan sejumlah antibiotik diketahui memiliki efek tersebut. Mekanisme penghambatan absorbsi tersebut meliputi: pengikatan antara obat dan zat gizi (drug-nutrient binding) contohnya Fe, Mg, Zn, dapat berikatan dengan beberapa jenis antibiotik; mengubah keasaman lambung seperti pada antacid dan antiulcer sehingga dapat mengganggu penyerapan B12, folat dan besi; serta dengan cara penghambatan langsung pada metabolisme atau perpindahan saat masuk ke dinding usus. E. Metabolisme Obat-obatan dan zat gizi mendapatkan enzim yang sama ketika sampai di usus dan hati. Akibatnya beberapa obat dapat menghambat aktifitas enzim yang dibutuhkan untuk memetabolisme zat gizi. Sebagai contohnya penggunaan metotrexate pada

9

pengobatan kanker menggunakan enzim yang sama yang dipakai untuk mengaktifkan folat. Sehingga efek samping dari penggunaan obat ini adalah defisiensi asam folat. F. Ekskresi Obat-obatan dapat mempengaruhi dan mengganggu eksresi zat gizi dengan mengganggu reabsorbsi pada ginjal dan menyebabkan diare atau muntah. 2.6 Cara Menghindari Interaksi Obat dengan Makanan Meskipun tidak semua obat dipengaruhi oleh makanan atau dapat berinteraksi dengan makanan. Akan tetapi, lebih baik untuk memperhatikan aturan minum dari setiap obat yang di konsumsi. Oleh karena itu, untuk menghindari terjadinya interaksi antara obat dengan makanan, sebaiknya lakukan beberapa hal berikut : a. Bacalah label obat dengan teliti, apabila kurang memahami dapat ditanyakan dengan dokter yang meresepkan atau apoteker; b. Baca aturan pakai, label perhatian dan peringatan interaksi obat yang tercantum dalam label atau wadah obat. Bahkan obat yang dijual bebas juga perlu aturan pakai yang disarankan; c. Sebaiknya minum obat dengan segelas air putih; d. Jangan campur obat dengan makanan atau membuka kapsul kecuali atas petunjuk dokter; e. Vitamin atau suplemen kesehatan sebaiknya jangan diminum berbarengan dengan obat karena terdapat beberapa jenis vitamin dan mineral tertentu yang dapat berinteraksi dengan obat; f. Jangan minum obat bersamaan dengan minuman yang mengandung alkohol.

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Tabel Interaksi Obat dengan Makanan

No

Obat /

Obat /

Mekanisme

makanan

makanan

Interaksi

sebagai

sebagai

Akibat

Efek yang

Penanganan

ditimbulkan

Interaksi

10

1

obyek Inhibitor

praesipitant Makanan yang

MAO

dapat

Tekanan darah

Harus

MAO

mengandung

menghambat

melepaskan

meningkat

menghindari

(Tranilsiprom tiramin (keju,

penguraian

NE dari

secara ekstrim

konsumsi

in)

tiramin.

neuron

makanan yang

alpukat,

adrenergik →

mengandung

yoghurt)

vasokonstriksi

tiramin jika

daging asap, bir,

sedang mengkonsumsi 2

Levodopa

Makanan

kaya Obat

protein (daging, berkompetisi produk susu, dll) dgn

Absorpsi

MAO Efek levodopa Hindari konsumsi

levodopa

menurun

asam menurun

amino

makanan

dari

makanan

levodopa dengan kaya

protein

tsb

dalam mekanisme transport 3

Digoxin

absorpsi Serat oatmeal & Serat tinggi, Menurunkan

Meningkatkan

Diminum 1 jam

sereal

terbuangnya

sesudah / sebelum

vitamin K

makan

berserat kadar

tinggi & susu

pektin absorpsi

tinggi

pd digoxin

makanan meningkat 4

Tetrasiklin

Susu / makanan

digoksin Terbentuknya

Membentuk

Absorpsi

Diminum 1 jam

yang

ikatan dengan

khelat yang

tetrasiklin

sebelum makan /

tidak larut

berkurang →

2 jam setelah

efek tetrasiklin

makan

mengandung ion ion kalsium / kalsium &

5

Paracetamol

garam besi

garam besi

menurun /

Makanan

hilang Menurunkan

dengan

Pektin kadar bertindak

pektin tinggi

sebagai

dapat Absorpsi

Jangan

paracetamol → efektifitas

dikonsumsi

menurunkan

bersamaan

adsorbent dari efektifitas

paracetamol

diminum 11

/ saat

6

Obat

Makanan yang

paracetamol Antikoagulan

paracetamol Jika asupan vit

Penurunan

perut kosong Tingkatkan dosis

antikoagulan

kaya vit K

oral

K tinggi →

antikoagulan

antikoagulan atau

(dikumarol)

(brokoli, kubis,

berkompetisi

sintesis faktor

dari kumarol

kurangi asupan

kacang hijau,

dengan suplai

pembekuan

selada)

normal vit K

darah

vit K

untuk mengurangi sintesis faktor pembekuan darah oleh 7

INH

Makanan seperti

hati. Makanan

INH

Resiko

Jangan

keju & berbagai

tersebut kaya

menghambat

toksisitas

dikonsumsi

jenis ikan (tuna,

akan histidin,

penguraian

histamin (sakit

bersamaan /

makarel, salmon

pada

histamin →

kepala hebat,

diminum saat

) yang tidak

penyimpanan

kadar histamin

gatal &

perut kosong

segar

diubah menadi

meningkat

kemerahan

histamin oleh

pada kulit,

bakteri.

nyeri abdomen, sesak nafas,

8

diare, muntah) Terjadi

Kontrasepsi

Makanan

Ocs

Menurunkan

oral (Ocs)

mengandung

meningkatkan

absorpsi asam defisiensi asam supan makanan

garam, makanan

retensi cairan

folat, vit B6 & folat, vit B6

tersebut → tidak

nutrien lain

terjadi defisiensi

mengandung

Meningkatkan

asam folat, vit 9

Griseofulvin

B6, nutrien lain Makanan yang

Makanan

mengandung

berlemak dapat griseofulvin

lemak

meningkatkan

Bioavaibilitas meningkat

Efek obat

Griseofulvin

meningkat

diberikan bersamaan

absorpsi

dengan yang

griseofulvin

berlemak

(obat lipofil) 12

10

Simetidin,

Makanan kaya

Makanan

Mempengaruhi Efek obat tsb

Diminum 1 jam

famotidin,

protein, kafein

tersebut

absorpsi obat

sebelum makan

sukralfat

menurun

meningkakan keasaman lambung

3.2 Pembahasaan Dari Tabel Interaksi Obat dengan Makanan Pemberiaan obat Inhibitor MAO (Tranilsipromin) secara bersamaan dengan makanan yang mengandung tiramin (keju, daging asap, bir, alpukat, yoghurt) harus menghindari konsumsi makanan yang mengandung tiramin jika sedang mengkonsumsi MAO. Obat tranilsipromin akan membuat tekanan darah meningkat secara ekstrim. Akibatnya dapat melepaskan NE dari neuron adrenergik → vasokonstriksi. Karena MAO akan menghambat penguraian tiramin. Pemberian obat levodopa secara bersamaan dengan makanan kaya protein (daging, produk susu, dll) digunakan untuk mengendalikan tremor karena penyakit parkisno, akibatnya absorpsi levodopa akan menurun kondisi mungkin tidak terkendali dan harus menghindari dari konsumsi levodopa dengan makanan kaya protein jika sedang mengosumsi obat levodopa, akan menghambat obat berkompetisi dengan asam amino dari makanan tersebut dalam mekanisme transport absorpsi. Pada pemberian obat digoxin yang digunakan untuk mengobati layu jantung dan untuk menormalkan denyut jantung yang tidak beraturan jika dikosumsi dengan makanan yang bersamaan dengan serat oatmeal & sereal berserat tinggi & susu, akibat nya kondisi yang diobati mungkin tidak terkendali dengan baik , yang akan menurunkan absorpsi digoxin yang akan meningkatkan terbuangnya vitamin K jika serat dan kadar pektin tinggi pada makanan akan meningkat, sehingga perlu diminum 1 jam sesudah / sebelum makan. Pemberian obat tetrasiklin yang sebagai antibiotika yang digunakan sebagai melawan infeksi dengan susu atau makanan yang mengandung ion kalsium & garam besi. Akan terbentuknya ikatan dengan ion kalsium / garam besi akibatnya absorpsi tetrasiklin berkurang → efek tetrasiklin menurun / hilang sehingga untuk mencegah interaksi yang membentuk khelat yang tidak larut gunakan tetrasiklin diminum 1 jam sebelum makan / 2 jam setelah makan.

13

Obat paracetamol jenis obat yang termasuk kelompok analgesik sebagai pereda rasa sakit jika obat tersebut dikosumsi secara bersamaan dengan makanan dengan kadar pektin tinggi. Absorpsi paracetamol → akan menurunkan efektifitas paracetamol karena pektin dapat bertindak sebagai adsorbent dari paracetamol sehingga akan mengkibatkan penurun efektifitas paracetamol, obat tersebut jangan dikonsumsi bersamaan / diminum saat perut kosong, karena suhu makanan yang dimakanpun berpengaruh pada kecepatan pengosongan lambung. Obat antikoagulan (dikumarol) adalah golongan obat yang dipakai untuk menghambat pembekuan darah jika di kosumsi bersamaan dengan makanan yang kaya vit k (brokoli, kubis, kacang hijau, selada) maka antikoagulan oral berkompetisi dengan suplai normal vit k akan mengurangi sintesis faktor pembekuan darah oleh hati. asupan vit k tinggi → sintesis faktor pembekuan darah penurunan antikoagulan dari kumarol maka dikosumsi tingkatkan dosis antikoagulan atau kurangi asupan vit k. Obat INH jika dikosumsi dengan makanan seperti keju & berbagai jenis ikan (tuna, makarel, salmon ) akan menghambat penguraian histamin → kadar histamin meningkat Resiko toksisitas histamin (sakit kepala hebat, gatal & kemerahan pada kulit, nyeri abdomen, sesak nafas, diare, muntah) yang tidak segar. Makanan tersebut kaya akan histidin, pada penyimpanan diubah menadi histamin oleh bakteri. penanganan obat ini jangan dikonsumsi bersamaan / diminum saat perut kosong. Kontrasepsi oral (Ocs) jika dikosumsi bersamaan dengan makanan mengandung garam, makanan mengandung asam folat, vit B6, nutrien lain Ocs maka akan menurunkan absorpsi asam folat, vit B6 & nutrien lain jika terjadi defisiensi asam folat, akan meningkatkan retensi cairan vit B6 dan dikosumsi pada saat peningkatkan supan makanan tersebut → tidak terjadi defisiensi. Pemberian obat griseofulvin secara bersamaan dengan makanan yang mengandung lemak makanan berlemak dapat meningkatkan absorpsi griseofulvin (obat lipofil) bioavaibilitas griseofulvin meningkat efek obat meningkat griseofulvin sehingga dikosumsi pada saat diberikan bersamaan dengan yang berlemak. Obat Simetidin, famotidin, yang di kosumsi secara bersamaan dengan sukralfat Makanan kaya protein, akan mengakibatkan kafein makanan tersebut meningkakan keasaman

14

lambung yang dapat mempengaruhi absorpsi obat Efek obat tersebut menurun penanganan obat tersebut diminum 1 jam sebelum makan.

BAB IV KESIMPULAN 4.1 Kesimpulan 1. Interaksi obat dengan makanan dan minuman dapat mempengaruhi efek terapi yang di hasilkan terhadap tubuh. Efek tersebut dapat berupa peningkatan atau penurunan, hal tersebut terjadi karena sifat fisiko kimia antar molekul obat maupun makanan yang saling berinteraksi. 2. Untuk mengoptimalkan efek terapi pada masa pengobatan, sebaiknya dilakukan penyesuaian terhadap jenis makanan yang baik untuk dikonsumsi, agar interaksi yang terjadi bersifat menguntungkan antara obat dan makanan.

15

4.2 Saran Penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun agar pembuatan makalah selanjutnya lebih baik. Dan mencari informasi yang lebih banyak dan akurat untuk mendukung penulisan makalah ini agar mencapai kesempurnaan.

DAFTAR PUSTAKA 1. Erza,Febri

Laila.2

November

2011.Interaksi

Obat

dan

Makanan.Google.

http://erzafebri.blogspot.com/2011/11/interaksi-obat-makanan.html diakses tanggal 2 Juni 2013. 2. Harkness Richard, diterjemahkan oleh Goeswin Agoes dan Mathilda B.Widianto. (1989.).Interaksi obat. Bandung: Penerbit ITB. 3. http://afdalgizi1c.blogspot.com/2013/01/interaksi-obat-dan-makanan.html

diakses

tanggal 2 Juni 2013. 4. http://interaksiobatdanmakanan/adropofinkcanmakeamillionpeoplethink.html diakses tanggal 2 Juni 2013. 5. http://kamuskesehatan.com/arti/interaksi-obat/ diakses pada tanggal 2 Juni 2013. 6. http://materikuliahprofesiapoteker.blogspot.com/2011/12/interaksi-obat.html diakses tanggal 7 April 2013.

16

7. http://medicafarma.blogspot.com/2010/11/interaksi-obat.html diakses tanggal 7 April 2013. 8. http://puskesmastulakanpacitan.wordpress.com/interaksi-obat-makanan/

diakses

tanggal 7 April 2013. 9. http://www.drugs.com/drug_information.html diakses tanggal 2 Juni 2013. 10. Muttschler,Ernest, 1999, Dinamika Obat : Farmakologi dan Toksikologi, Penerbit ITB: Bandung. 11. Wanamaker ,Boyce P., Kathy, Lockett Massey. (2009). Applied Pharmacology for Veterinary Technicians, 4th Edition. Canada,USA: Saunders Elsevier. 12. Richard Harkness, interaksi obat, penerbit ITB, bandung 13. Mutschler, E., 1985, Dinamika Obat Farmakologi dan Toksikologi, 88-93, Penerbit ITB, Bandu

17

Related Documents


More Documents from "ratu septi prianti"