Loading documents preview...
DAFTAR ISI
Halaman KATA PENGANTAR………………………………………………….…...…………………………..i DAFTARISI……………………………………………………………………….……………………ii
BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang……………………………………………………………………………..2 1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………………………….3 1.3 Tujuan .................................................................................................................................. 3 BAB 2. PEMBAHASAAN TEORI 2.1 Pengertian ................................................................................................................... ……..4 2.2 Rentang respon ......................................................................................................................5 2.3 Penyebab bunuh diri ..............................................................................................................6 2.4 Faktor yang mempengaruhi bunuh diri ..................................................................................8 2.5 Tanda dan Gejala ...................................................................................................................10 2.6 Psikopatologi .........................................................................................................................12 2.7 Mekanisme Koping ................................................................................................................13 2.8 Pohon masalah .......................................................................................................................13 2.9 Penatalaksanaan .....................................................................................................................13 3.1 Askep .....................................................................................................................................16 3.2 Diagnosa keperawatan ..........................................................................................................17 BAB 3. PENUTUP Kesimpulan .................................................................................................................................18 Saran ...........................................................................................................................................18 DAFTAR PUSTAKA
1
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Angka bunuh diri pada remaja meningkat mencapai angka yang mengkhawatirkan : bunuh
diri saat ini merupakan penyebab kematian yang kedua dikalangan remaja, banyak factor yang menyertai dan banyaknya beban yang dihadapi menyebabkan timbulnya keinginan untuk bunuh diri dengan tujuan melarikan diri dari segala beban yang dirasa berat. Insiden bunuh diri lebih tinggi pada kelompok orang yang sangat kaya atau yang sangat miskin dari pada kelas menengah. Semakin besar tingkat keputusasaan tentang masa depan, semakin besar resiko bunuh diri. Individu yang masih sendiri memiliki resiko bunuh diri dua kali lebih besar daripada mereka yang menikah.Wanita yang bercerai angka bunuh diri yang lebih rendah daripada pria yang bercerai. Wanita memiliki angka upaya bunuh diri yang lebih tinggi tetapi pria lebih berhasil dalam melaksanakan tindakan bunuh diri karena mereka menggunakan metode-metode yang lebih letal (mematikan). Wanita cenderung menggunakan pil tidur sedangkan pria menggantung diri mereka atau melompat dari tempat yang tinggi (Roy, 200) dalam. Bunuh diri merupakan kedaruratan psikiatri karena merupakan perilaku untuk mengakhiri kehidupannya (Stuart dan Laraia, 1998). Alasan individu mengakhiri kehidupan adalah: 1) kegagalan untuk beradaptasi, sehingga tidak dapat menghadapi stress, 2) perasaan terisolasi, dapat terjadi karena kehilangan hubungan interpersonal/ gagal melakukan hubungan yang berarti, 3) perasaan marah/ bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan hukuman pada diri sendiri, 4) cara untuk mengakhiri keputusasaan, 5) tangisan minta tolong. Selain itu adanya stigma masyarakat bahwa
kecendrungan
bunuh
diri
adalah
karena
keturunan
(Keliat,
1993).
Penelitian Black dan Winokur (1990) bahwa lebih dari 90% tiap menit individu yang mengalami gangguan jiwa melakukan bunuh diri (Stuart dan Laraia, 1998). Dan lebih dari 90% orang dewasa dengan gangguan jiwa mengakhiri hidup dengan bunuh diri (Stuart dan Sundeen, 2
1995).
Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 1995 bahwa 185 dari 1000 anggota rumah tangga mengalami gangguan jiwa dengan angka bunuh diri 1,6 sampai dengan 1,8 per 100.000 penduduk (Panggabean, 2003). Sedangkan penelitian yang dilakukan Westa (1996) bahwa percobaan bunuh diri di Unit Gawat Darurat RS Sanglah Bali pada individu gangguan jiwa terbanyak adalah dewasa muda, wanita dan alat yang digunakan untuk usaha bunuh diri adalah zat pembasmi serangga. 1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah yang ada sebagai berikut ; 1.
Apa itu bunuh diri?
2.
Apa yang menjadi penyebab bunuh diri?
3.
Apa motif yang mendasari klien bunuh diri?
4.
Apa saja faktor yang dapat menyebabkan bunuh diri?
5.
Bagaimana tanda dan gejala pada klien tersebut?
6.
Bagaimana penatalaksaan dalam kasus tersebut?
7.
Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Klien Gangguan Resiko Bunuh Diri?
1.3
Tujuan
1.3.1 Tujuan Umun : Mampu menerapkanasuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan resiko bunuh diri. 1.3.2 Tujuan Khusus : 1.
Mengetahui dan memahami tentang bunuh diri
2.
Mengetahui penyebab terjadinya bunuh diri
3.
Mengetahui faktor yang dapat menyebabkan bunuh diri
4.
Mengerti tentang tanda dan gejaa pada klien bunuh diri
3
5.
Memahami susunan penatalaksanaan pada kasus tersebut
6.
Dan memahami tentang asuhan keperawatan pada klien gangguan bunuh diri BAB II PEMBAHASAN TEORI
2.1
Pengertian
Clinton dalam mental Health Nursing Pratice (1995:262) menyebutkan : Suatu upaya yang disadari dan bertujuan untuk mengakhiri kehidupan, individu secara sadar berhasrat dan berupa melaksanakan hasrat untuk mati. Perilaku bunuh diri meliputi isyaratisyarat,percobaan atau ancaman verbal, yang mengakibatkan kematian, luka atau menyakiti diri sendiri. Sedangkan Taylor dalam Fundamental of Nursing ( 1997:790) mengutip dari ANA (1990), menyatakan : Bunuh diri secara tradisional dipahami sebagai kegiatan mengakhiri kehidupan. Bantuan dalam melakukan bunuh diri sangat berarti. Misalnya menyediakan obat atau senjata. Tersedia untuk pasien sesuai dengan tujuan pasien. Pasien yang secara fisik mampu, akan melakukan kegiatan untuk mengakhiri kehidupan sendiri. Bunuh diri yang dibantu (euthanasia pasif ) dibedakan dengan euthanasia aktif. Bunuh diri yang dibantu adalah seseorang membantu mengakhiri hidupnya tetapi tidak secara la ngsung menjadi pelaku dalam kematiannya. Kemudian Stuart Sundeen dalam Priciple Psychiatric Nursing (1995:866) memberi definisi sebagai berikut : Bunuh diri adalah menimbulkan kematian sendiri,suicide attempt (upaya bunuh) diri adalah dengan sengaja melakukan kegiatan tersebut. Bila kegiatan tersebut sampai tuntas akan menyebabkan kematian. Suicide gesture (isyarat bunuh diri) adalah bunuh diri yang direncanakan untuk usaha mempengaruhi perilaku oranglain. Suicide threat (ancaman bunuh diri) adalah suatu peringatan baik secara langsung atau tidak langsung,verbal atau non verbal bahwa seseorang sedang mengupaya bunuh diri. Bunuh diri adalah segala perbuatan seseorang dengan sengaja yang tahu akan akibatnya yang dapat mengakhiri hidupnya sendiri dalam waktu singkat (Maramis 1998:431). Suicide adalah ilmu yang 4
mempelajari latar belakang,jenis,teknik bunuh diri dari upaya pencegahannya secara ilmiah dan manusiawi. Menurut kriminolog/antropolog dari FISIP UI,Ronny Nitibaskara,penyebab cara mengakhiri hidup itu dapat diklasifikasikan menjadi empat dasar yang dikombinasikan menjadi NASH (Natu ral Accident Suicide and Homicide). Homicide atau pembunuhan,termasuk dalam disiplin ilmu Kriminologi.
Kesimpulan dari pengertian diatas bahwa bunuh diri adalah suatu tindakan agresif yang merusak diri sendiri dengan mengemukakan rentang harapan-harapan putus asa, sehingga menimbukan tindakan yang mengarah pada kematian. 2.2
Rentang Respon
Respon adaftif Peningkatan diri
Respon Mal adaptif
Pertumbuhan
Perilaku destruktif Pecederaan diri
peningkatan
diri tak langsung
Bunuh diri
beresiko
Self enhancement Growth promoting Indirect self- Self injury. Suicide risk taking destruktive behaviour . Pada umumnya tindakan bunuh diri merupakan cara ekspresi orang yang penuh stress Perilaku bunuh diri berkembang dalam beberapa rentang diantaranya : Respon adaptif merupakan respon yang dapat diterima oleh norma-norma sosial dan kebudayaan yang secara umum berlaku, sedangkan respon maladaptif merupakan respon yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah yang kurang dapat diterima oleh norma-norma sosial dan budaya setempat. Respon maladaptif antara lain :
5
a.
Ketidakberdayaan, keputusasaan,apatis.: Individu yang tidak berhasilmemecahkan
masalah akan meninggalkan masalah, karena merasa tidak mampu mengembangkan koping yang bermanfaat sudah tidak berguna lagi, tidak mampu mengembangkan koping yang baru serta yakin tidak ada yang membantu. b.
Kehilangan, ragu-ragu :Individu yang mempunyai cita-cita terlalu tinggi dan tidak realistis
akan merasa gagal dan kecewa jika cita-citanya tidak tercapai. Misalnya : kehilangan pekerjaan dan kesehatan, perceraian, perpisahan individu akan merasa gagal dan kecewa, rendah diri yang semua dapat berakhir dengan bunuh diri. c.
Depresi : Dapat dicetuskan oleh rasa bersalah atau kehilangan yang ditandai dengan
kesedihan dan rendah diri. Biasanya bunuh diri terjadi pada saat individu ke luar dari keadaan depresi berat. d.
Bunuh diri Adalah tindakan agresif yang langsung terhadap diri sendiri untuk
e.
mengkahiri kehidupan. Bunuh diri merupakan koping terakhir individu untuk memecahkan
masalah yang dihadapi.
2.3 a.
Penyebab Bunuh Diri Faktor Predisposisi
Menurut Stuart dan Sundeen (1997), faktor predisposisi bunuh diri antara lain : 1.
Diagnostik > 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri,
mempunyai hubungan dengan penyakit jiwa. Tiga gangguan jiwa yang dapat membuat individu beresiko untuk bunuh diri yaitu gangguan apektif, penyalahgunaan zat, dan skizofrenia. 2.
Sifat kepribadian, tiga aspek kepribadian yang berkaitan erat dengan besarnya resiko bunuh
diri adalah rasa bermusuhan, implisif dan depresi. 3.
Lingkungan
psikososial,
Seseorang
yang
baru
mengalami
kehilangan,
perpisahan/perceraian, kehilangan yang dini dan berkurangnya dukungan sosial merupakan faktor penting yang berhubungan dengan bunuh diri.
6
4.
Riwayat keluarga/factor genetik, Factor genetic mempengaruhi terjadinya resiko bunuh
diri pada keturunannya serta merupakan faktor resiko penting untuk prilaku destruktif.. Disamping itu adanya penurunan serotonin dapat menyebabkan depresi yang berkontribusi terjadinya resiko buuh diri. 5.
Faktor biokimia, Data menunjukkan bahwa secara serotogenik, apatengik, dan
depominersik menjadi media proses yang dapat menimbulkan prilaku destrukif diri.
b.
Faktor Presipitasi
Faktor pencetus seseorang melakukan percobaan bunuh diri adalah : 1.
Perasaan terisolasi dapat terjadi karena kehilangan hubungan interpersonal/gagal
melakukan hubungan yang berarti. 2.
Kegagalan beradaptasi sehingga tidak dapat menghadapi stres.
3.
Perasaan marah/bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan hukuman pada diri sendiri.
4.
Cara untuk mengakhiri keputusasaan.
Selain itu terdapat pula beberapa motif terjadinya bunuh diri, Motif bunuh diri ada banyak macamnya. Disini penyusun menggolongkan dalam kategori sebab, misalkan : a.
Dilanda keputusasaan dan depresi
b.
Cobaan hidup dan tekanan lingkungan.
c.
Gangguan kejiwaan / tidak waras (gila).
d.
Himpitan Ekonomi atau Kemiskinan (Harta / Iman / Ilmu)
e.
Penderitaan karena penyakit yang berkepanjangan.
Sebagai perawat perlu mempertimbangkan pasien memiliki resiko apabila menunjukkan perilaku sebagai berikut : a.
Menyatakan pikiran, harapan dan perencanaan tentang bunuh diri
b.
Memiliki riwayat satu kali atau lebih melakukan percobaan bunuh diri. 7
c.
Memilki keluarga yang memiliki riwayat bunuh diri.
d. Mengalami depresi, cemas dan perasaan putus asa. e.
Memiliki ganguan jiwa kronik atau riwayat penyakit mental
f.
Mengalami penyalahunaan NAPZA terutama alkohol
g.
Menderita penyakit fisik yang prognosisnya kurang baik
h.
Menunjukkan impulsivitas dan agressif
i.
Sedang mengalami kehilangan yang cukup significant atau kehilangan yang bertubi-tubi dan
secara bersamaan j.
Mempunyai akses terkait metode untuk melakukan bunuh diri missal pistol, obat, racun.
k.
Merasa ambivalen tentang pengobatan dan tidak kooperatif denganpengobatan
l.
Merasa kesepian dan kurangnya dukungan sosial.
2.4
Faktor yang mempengaruhi bunuh diri
Faktor mood dan biokimiawi otak
Ghanshyam Pandey beserta timnya dari University of Illinois,Chicago, menemukan bahwa aktivitas enzim di dalam pikiran manusia bisa mempengaruhi mood yang memicu keinginan mengakhiri nyawa sendiri. Pandey mengetahui fakta tersebut setelah melakukan eksperimen terhadap otak 34 remaja yang 17 diantaranya meninggal akibat bunuh diri. Temuan yang dipublikasikan di jurnal Archives of general psyhiactry menyatakan bahwa PKC (protein kinase C ) merupakan komponen yang berperan dalam komunikasi sel,terhubung erat dengan gangguan mood seperti depresi di masa lalu. Psikolog dari Benefit strategi HRD Hj. Rooswita mengatakan depresi berat penyebab utama kalau terus menerus menyebabkan timbulnya pemicu untuk bunuh diri.
8
Faktor riwayat gangguan mental
Soal zat kimia dalam otak ,apa yang paling bertanggung jawab terhadap gangguan jiwa adalah serotinin,adrenalin,dopamin. Ketiga cairan dalam otak itu bisa menjadi petunjuk
dalam
neurotransmiter(gelombang atau gerakan dalam otak).
Faktor meniru ,imitasi, dan pembelajaran
Dalam kasus bunuh diri,dikatakan ada proses pembelajaran. Pada korban memiliki pengalaman dari keluarganya yang pernah melakukan percobaan bunuh diri. Proses pembelajaran disini merupakan asupan yang masuk kedalam memori seseorang.
Faktor Isolasi Sosial dan Human Relations
Menurut Rohana Man,kajian bunuh diri disebabkan oleh perasaan pelajar terpinggir dan tersaing menurut penelitian oleh 33 konselor dari seremban , kuala lumpur dan selangor. Secara kualitatif mendapati pelajar bermasalah yang cenderung membunuh diri terdiri darpada mereka yang mempunyai tingkah laku terpinggir. Menurutnya tingkah laku itu menyebabkan pelajar merasa terasing karena tidak mempunyai kumpulan sendiri di sekolah. Ia merasa dirinya tidak diterima disekolah dan tidak mempunyai teman. Tambahkan, tingkah laku pelajarterpinggir akan menjadi lebih buruk apabila berasa diri mereka juga tidak dipedulikan oleh keluarga.
Faktor hilangnya perasaan aman dan ancaman kebutuhan dasar
Rasa tidak aman merupakan penyebab terjadinya banyak kasus bunuh diri,tidak adanya rasa aman untuk menjalankan usaha bagi warga serta ancaman terhadap tempat tinggal mereka berpotensi kuat memunculkan gangguan kejiwaan seseorang hingga tahap bunuh diri.
Faktor religiusitas
Menurut Drs.H.Dahli Khairi menurut ia, bunuh diri sebagai gejala tipisnya iman atau kurangnya memahami ilmu agama. Dalam ajaran islam,bunuh diri termasuk perbuatan haram dan dianggap mendahului ketentuan Tuhan. Azab perbuatan ini menyeramkan sekali. Meski beban hidup teramat berat, janganlah seseorang sampai melakukan jalan pintas. Sebab semua itu termasuk ketentuan Tuhan. Memperkuat keimanan dan pedalaman masalah keagamaan, salah satu jalan keluarnya. Beberapa penulis atheis yang digolongkan materialis di eropa seperti Nietzsche 9
Schopenhauer, Machiavelli dan Karl Marx, dalam tulisannya pun lebih banyak melihat sisi buruk kehidupan itu. Mereka menyikapi hidup ini terasa pesimis dan tidak melihatnya dari konsep yang jernih dan segar sebagaimana dinyatakan agama. Nietzsche dalam sepucuk surat kepada saudara perempuan menulis “setiap waktu berlalu,bagi kehidupan ini terasa beberapa tahun belakangan ini , aku menderita
semakin mahal. Sejak
penyakit yang membuat betul-betul sesak
nafas,kedinginan dan begitu menyakitkan. Tapi belum pernah mengalami kecemasan dan hilangannya harapan seperti yang kualami saat ini”. Hampir serupa,Schopenshauer menulis : “ Pada dasarnya prinsip kehidupan ini adalah siksaan dan penderitaan. Sedangkan kelezatan adalah hilangnya penderitaan,bukan sesuatu yang positif, melainkan sesuatu yang negatif”. Demikian juga Karl Marx yang dijuluki Nabi kaum proletar itu dalam bukunya Das kapital mengatakan : “Agama-agama tua seperti kristen misalnya,mengajarkan supaya kita menerima dengan pasif nasib kita dalam kehidupan,memuji penyerahan,kelembutan,dan kerendahan hati. Karena itu bekerja seperti candu bagi rakyat. Seseorang nekad bunuh diri karena depresi, depresi timbul karena stress diakibatkan oleh rasa frustasi atau disstres ketika kebutuhan hidup yang muncul bersamaan dan bentrok serta menjadi konflik. Indikator
yang paling kuat untuk orang yang ingin bunuh
diri,adalah depresi. Umumnya kondisi itu di barengi dengan sikap menarik diri dari lingkungan,mood mulai menurun,tidak ada gairah dan kekuatan lagi . faktor genetik kemungkinan juga ikut berpengaruh pada tindakan bunuh diri. Sikap orangtua Orangtua bersikap empati dan peduli terhadap masalah yang dihadapi anak. Ironisnya anak-anak jarang sekali merasakan orangtau sebagai teman.
2.5
Tanda dan Gejala
Tanda dan Gejala menurut Fitria, Nita (2009) a.
Mempunyai ide untuk bunuh diri.
b.
Mengungkapkan keinginan untuk mati.
c.
Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan.
d.
Impulsif. 10
e.
Menunjukkan perilaku yang mencurigakan (biasanya menjadi sangat patuh).
f.
Memiliki riwayat percobaan bunuh diri.
g. Verbal terselubung (berbicara tentang kematian, menanyakan tentang obat dosis mematikan). h. Status emosional (harapan, penolakan, cemas meningkat, panic, marah dan mengasingkan diri). i. Kesehatan mental (secara klinis, klien terlihat sebagai orang yang depresi, psikosis dan menyalahgunakan alcohol). j.
Kesehatan fisik (biasanya pada klien dengan penyakit kronis atau terminal).
k.
Pengangguaran (tidak bekerja, kehilangan pekerjaan, atau mengalami kegagalan dalam karier).
l.
Umur 15-19 tahun atau di atas 45 tahun.
m. Status perkawinan (mengalami kegagalan dalam perkawinan). n.
Pekerjaan.
o.
Konflik interpersonal.
p.
Latar belakang keluarga.
q.
Orientasi seksual.
r.
Sumber-sumber personal.
s.
Sumber-sumber social.
t.
Menjadi korban perilaku kekerasan saat kecil.
11
2.6
Psikopatologi
Semua prilaku bunuh diri adalah serius apapun tujuannya. Orang yang siap membunuh diri adalah orang yang merencanakan kematian dengan tindak kekerasan, mempunyai rencana spesifik dan mempunyai niat untuk melakukannya. Prilaku bunuh diri biasanya dibagi menjadi 4 kategori : a.
Isyarat Bunuh Diri
Isyarat bunuh diri ditunjukkan dengan berprilaku secara tidak langsung ingin bunuh diri, misalnya dengan mengatakan:”tolong jaga anak-anak karena saya akan pergi jauh!” atau” segala sesuatu akan lebih baik tanpa saya.” Pada kondisi ini pasien mungkin sudah memiliki ide untuk mengakhiri hidupnya, namun tidak disertai dengan ancaman dan percobaan bunuh diri. Pasien umumnya mengungkapkan perasaan seperti rasa bersalah/sedih/marah/putus asa/tidak berdaya. Pasien juga mengungkapkan hal-hal negative tentang diri sendiri yang menggambarkan harga diri rendah. a.
Ancaman bunuh diri
Peningkatan verbal/nonverbal bahwa orang tersebut mempertimbangkan untuk bunuh diri. Ancaman menunjukkan ambivalensi seseorang tentang kematian, kurangnya respon positif dapat ditafsirkan seseorang sebagai dukungan untuk melakukan tindakan bunuh diri. Ancaman bunuh diri pada umumnya diucapkan oleh pasien, berisi keinginan untuk mati,disertai dengan rencana untuk mengakhiri kehidupan dan persiapan alat untuk melaksanakan rencana tersebut. Secara aktif pasien telah memikirkan rencana bunuh diri, namun tidak disertai dengan percobaan bunuh diri. b.
Upaya bunuh diri
Semua tindakan yang diarahkan pada diri yang dilakukan oleh individu yang dapat mengarah pada kematian jika tidak dicegah. Pada kondisi ini pasien aktif mencoba bunuh diri dengan cara gantung diri, minum racun, memotong urat nadi, atau menjatuhkan diri dari tempat yang tinggi. Percobaan bunuh diri terlebih dahulu individu tersebut mengalami depresi yang berat akibat suatu masalah yang menjatuhkan harga dirinya. 12
c.
Bunuh Diri
Bunuh diri mungkin terjadi setelah tanda peningkatan terlewatkan atau terabaikan. Orang yang melakukan percobaan bunuh diri dan yang tidak langsung ingin mati mungkin pada mati jika tanda-tanda tersebut tidak diketahui tepat pada waktunya. 2.7.
Mekanisme Koping
Mal adaptif : Kehilangan batas realita, menarik dan mengisolasikan diri, tidak menggunakan support system, melihat diri sebagai orang yang secara total tidak berdaya, klien tidak mau melakukan aktifitas. 2.8
POHON MASALAH Resiko mencederai diri
Akibat
Problem Core
Gangguan alam perasaan : Depresi
penyebab Koping Maladaptif diri
2.9
Penatalaksanaan
Adapun tindakan keperawatan sebagai berikut: 1.
Mendiskusikan tentang cara mengatasi keinginan bunuh diri, yaitu dengan meminta bantuan dari keluarga atau teman.
2.
Meningkatkan harga diri pasien, dengan cara: a) Memberi kesempatan pasien mengungkapkan perasaannya. b) Berikan pujian bila pasien dapat mengatakan perasaan yang positif. c) Meyakinkan pasien bahwa dirinya penting d) Membicarakan tentang keadaan yang sepatutnya disyukuri oleh pasien 13
e) Merencanakan aktifitas yang dapat pasien lakukan 3.
Meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah, dengan cara: a) Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalahnya b) Mendiskusikan dengan pasien efektifitas masing-masing cara penyelesaian masalah c) Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalah yang lebih baik.
- Adapun tindakan medis sebagai berikut: a) Dengan pemberian obat anti depresan b) Benzodiazepin dapat digunakan apabila klien mengalami cemas atau tertekan - Terapi lingkungan Ruangan aman dan nyaman, terhindar dari alat yang dapat digunakan untuk mencederai diri sendiri atau orang lain, alat – alat medis, obat – obatan dan jenis cairan medis dilemari dalam keadaan terkunci, ruangan harus ditempatkan dilantai satu dan keseluruhan ruangan mudah dipantau oleh petugas kesehatan, tata ruangan menarik dengan cara menempelkan poster yang cerah dan meningkatkan gairah hidup pasien, warna dinding cerah, adanya bacaan ringan, lucu dan memotifasi hidup, hadirkan musik ceria, telivisi dan film komedi, adanya lemari khusus untuk menyimpan barang – barang pasien. Lingkungan sosial : komunikasi terapeutik dengan cara semua petugas menyapa pasien sesering mungkin, memberikan penjelasan setiap akan melakukan kegiatan keperawatan atau kegiatan medis lainnya, menerima pasien apa adanya jangan mengejek serta merendahkan, meningkatkan harga diri pasien, membantu meningkatkan hubungan sosial secara bertahap membantu pasien dalam berinteraksi dengan keluarganya, sertakan keluarga dalam rencana asuhan keperawatan, jangan membiarkan pasien sendiri terlalu lama. - TerapiAktivitasKelompok, Menurut Riyadi, Surojo dan Purwanto Teguh (2009). Model interpersonal : Tingkah laku (pikiran, perasaan dan tindakan) digambarkan melalui hubungan interpersonal dalam kelompok. Pada model ini juga menggambarkan sebab akibat tingkah laku anggota, merupakan akibat dari tingkah laku anggota yang lain. Terapist bekerja dengan individu dan kelompok, anggota belajar dari interaksi antar anggota dan terapist. Melalui proses ini, tingkah laku atau kesalahan dapat dikoreksi dan dipelajari.
14
- Terapi Obat Terapi farmakoterapi yaitu terapi dengan menggunakan obat antidepresi atau sering disebut "Happy Pill". Menurut Australian Medicines Handbook 2008, obat antidepresi dibagi dalam kelas - kelas seperti : 1.
Tricyclic
antidepressants
seperti
amitriptyline,
nortryptilline,
doxepin,
dothiepin. Obat dari golongan ini dapat menyebabkan kantuk, mulut kering dan pusing 2.
Serotonin Selective Reuptake Inhibitors seperti sertraline, fluoxetine, citalopram. Obat dari golongan ini dapat menyebabkan gangguan perut, mual dan sulit tidur
3.
Monoamine Reuptake Inhibitor (sudah jarang digunakan)
4.
Lain - lain seperti : mirtazapine, reboxetine
15
3.1
Asuhan Keperawatan Pada Klien Resiko Bunuh Diri
A.
Pengkajian
1.
Pengkajian Faktor Resiko Perilaku bunuh Diri
a
Jenis kelamin: resiko meningkat pada pria
b.
Usia: lebih tua, masalah semakin banyak
c.
Status perkawinan: menikah dapat menurunkan resiko, hidup sendiri merupakan masalah.
d.
Riwayat keluarga: meningkat apabila ada keluarga dengan percobaan bunuh diri / penyalahgunaan zat.
e. Pencetus ( peristiwa hidup yang baru terjadi): Kehilangan orang yang dicintai, pengangguran, mendapat malu di lingkungan social. f.
Faktor kepribadian: lebih sering pada kepribadian introvert/menutup diri.
g. Lain – lain: Penelitian membuktikan bahwa ras kulit putih lebih beresiko mengalami perilaku bunuh diri. 3.
Masalah keperawatan
a.
Resiko Perilaku bunuh diri
b.
Koping maladaptive
Tinjauan kembali riwayat klien untuk adanya stressor pencetus dan data signifikan tentang : a.
Kerentaan genetik-biologik (riwayat keluarga).
b.
Peristiwa hidup yang menimbulkan stres dan kehilangan yang baru dialami.
c.
Hasil dan alat pengkajian yang terstandarisasi untuk depresi.
d.
Riwayat pengobatan.
e.
Riwayat pendidikan dan pekerjaan.
16
f.
Kaji adanya faktor resiko bunuh diri dan letalitas prilaku bunuh diri :
B. Analisa data
Diagnosa
Data mayor
Data minor
Resiko
Subyektif:
Subyektif:
bunuh diri
-
Mengatakan
hidupnya
tak -
berguna lagi
ada
yang
menyuruh bunuh diri
-
Inggin mati
-
Menyatakan pernah mencoba
-
bunuh diri -
Mengatakan
-
Mengatakan lebih baek mati saja Mengatakan sudah bosan hidup
Mengancam bunuh diri
Obyektif:
Obyektif: -
Perubahan kebiasaan hidup
-
Perubahan perangai
-
Ekspresi murung
-
Tak bergairah
-
Ada bekas percobaan bunuh diri
3.2 Diagnosa keperawatan a.
Resiko bunuh diri.
b.
Gangguan konsep diri: harga diri rendah.
c.
Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
17
BAB 3 PENUTUP Kesimpulan Beberapa ahli psikiatri mengemukakan pengertian tentang bunuh diri antaralain: Bunuh diri adalah suatu tindakan agresif yang langsung terhadap diri sendiri untuk mengakhiri kehidupan. Bunuh diri merupakan koping terakhir dari individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Bunuh diri mikro (microsuicide ) : kematian akibat perilaku bunuh diri misalnya bunuh diri “ pelan pelan” atau terdapat pada orang orang yang dengan sengaja tidak mau berobat meskipun menderita sakit, mogok makan, diet berlebih, dsb. Bunuh diri terselubung (masked suicide) : orang yang sengaja melakukan tindakan yang mengakibatkan kematian dengancara terselubung, misalnya : mendatangi tempat kerusuhan sehingga terbunuh, olahraga yang berbahaya, overdosis pada pasien ketergantungan zat dan sebagainya. Menurut WHO membagi bunuh diri menjadi 4 kategori sosial, yaitu : Bunuh diri egoistic, Bunuh diri altruistic, Bunuh diri anomik , Bunuh diri fatalistic Faktor Penyebab terjadinya Bunuh diri,yaitu : 1.
Etiologi bunuh diri yang digolongkan atas berbagai unsur :
2.
Faktor determinan, meliputi : Kebudayaan, Jenis kelamin,Umur, Status sosial.
Asuhan keperawatan pasien dengan resiko perilaku bunuh diri Pengkajian,Diagnosa keperawatan, Perencanaan, Tindakan keperawatan, Evaluasi 3.2
Kritik dan Saran
Kami sebagai penulis dalam pembuatan makalah ini menyadari masih banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan maka perkenankan kami untuk meminta kepada pembaca agar dapat memberikan kritik atau sarannya untuk kesempurnaan makalah ini.
18
DAFTAR PUSTAKA Yosep Iyous. 2009. Keperawatn Jiwa. Bandung: Refika Adira Keliat, Budi Ana. 1999. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I. Jakarta: EGC.
19