Makalah Sistem Pemanfaatan Air Hujan Revisi.docx

  • Uploaded by: Soter Nanto
  • 0
  • 0
  • February 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Sistem Pemanfaatan Air Hujan Revisi.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,713
  • Pages: 27
Loading documents preview...
Makalah Sistem Pemanfaatan Air Hujan (SPAH) dan Pengolahan Air Siap Minum (ARSINUM)

Oleh:

Soter Nanto J Toding (16250602)

Program Studi Teknik Lingkungan Institut Teknologi Yogyakarta 2019

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNya sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.

Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman untuk para pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Kami yakin masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Yogyakarta, 14 Maret 2019

Penyusun

i

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR………………………………………………………………i DAFTAR ISI………………………………………………………………………..ii BAB I: PENDAHULUAN…………………………………………………………..1 1.1 Latar Belakang …………………………………………………………………1 1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………………………...1 1.3 Tujuan Penulisan ……………………………………………………………….1 1.4 Manfaat Penulisan………………………………………………………………1

ii

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………………...2 2.1 Pengertian Air Hujan…………………………………………………………...2 2.2 Pengolaham dan Pemanfaatan Air Hujan.………………………………….…3 BAB III: PEMBAHASAN…………………………………………………………..6 3.1 Sistem Pemanfaatan Air Hujan (SPAH) ………………………………………6 3.2 Cara Kerja SPAH……………………………………………………………….7

3.3 Manfaat SPAH…………………………………………………………………..7

3.4 Spesifikasi Teknis SPAH………………………………………………………..8

3.5 Spesifikasi Teknis SURES………………………………………………………9 3.6 Sistem ARSINUM………………………………………………………………11

3.7 Cara Kerja ARSINUM…………………………………………………………11

3.8 Manfaat ARSINUM…………………………………………………………….12 3.9 Spesifikasi ARSINUM……………………………………………….……….…12 BAB IV: PENUTUP………………………………………………………………...16 4.1 Kesimpulan……………………………………………………………………...16 4.2 Saran……………………………………………………………………………..16 DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………….17 DAFTAR GAMBAR iii

Gambar 1: Sistem Pemanfaatan Air Hujan (SPAH) dan Sumur Resapan……………6

Gambar 2: Disain Pemanfaatan Air Hujan dan Sumur Resapan Tampak Atas………7

Gambar 3: Penggalian Bak Penampung Pemanenan Air Hujan……………………...8

Gambar 4: Pemasangan Buis Beton Untuk Sumur Resapan………………………….9

Gambar 5: Kegiatan Pemasangan Talang Air di Atap Bangunan……………………10

Gambar 6: Kegiatan Finishing PAH…………………………………………………10

Gambar 7: Sistem Pengolahan Air Siap Minum……………………………………..11

Gambar 8: Tangki Air Produk, Unit Ultrafiltrasi…………………………………….12

Gambar 9: Statik Mixer, Tangki Kaporit dan Pompa Umpan……………………….13

Gambar 10: Catridge Filter…………………………………………………………..13

Gambar 11: Unit Ultrafiltrasi………………………………………………………..14

Gambar 12: Skema Multimedia Filter……………………………………………….14

Gambar 13: Skema Unit Ultrafiltrasi………………………………………………...15

iv

v

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Air hujan merupakan sumber daya air yang sangat penting bagi makhluk hidup. Air hujan sangat bermanfaat untuk mengisi sumber air guna keperluan pertanian, domestik dan industri. Sesungguhnya air yang berada diperut bumi secara daur ulang berasal dari atmosfir melalui curah hujan yang sampai dibumi sebagian tersimpan dalam air tanah, mengalir sepanjang permukaan dan sebagian menguap kembali melalui cyclus ekologis. Air yang telah tersimpan dalam perut bumi sesungguhnya dengan pendekatan teknologi bisa saja terus menerus dimanfaatkan. Namun pengembangan teknologi tersebut bagi Indonesia adalah sementara tak terjangkau dari segi biaya. Negaranegara maju mampu mendatangkan hujan dan kemudian disimpan melalui suatu konservasi. Situasi kantong- kantong air diperut bumi di Indonesia tidak diketahui secara pasti. Namun ada satu hal yang jelas yang bisa dimanfaatkan dengan penggunaan teknologi tepat guna yang sederhana. Yaitu pemanfaatan dan penyelamatan curah hujan untuk ditampung dan di konservasi agar bagi penduduk dapat digunakan sebagai sumber cadangan air. 1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah pada makalah ini adalah: 1. Apakah air hujan dapat dimanfaatkan? 2. Bagaimana cara memanfaatkan air hujan menjadi air minum? 1.3 Tujuan Penulisan Adapun tujuan makalah ini adalah: 1. Mengetahui maanfaat air hujan. 2. Mengetahui cara memanfaatkan air hujan menjadi air minum 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang diperoleh dari penulisan ini adalah: 1. Penulisan ini dapat memberikan pemahaman kepada pembaca tentang pemanfaatan air hujan. 2. Penulisan ini sebagai informasi dasar yang dapat dijadikan sebagai referensi kepustakaan tentang pemanfaatan air hujan.

1

2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Air Hujan Air hujan adalah air yang menguap karena panas dan dengan proses kondensasi membentuk tetes air yang lebih besar kemudian jatuh kembali ke permukan bumi. Pada waktu berbentuk uap air terjadi proses transportasi (pengangkutan uap air oleh angin menuju daerah tertentu yang akan terjadi hujan). Ketika proses transportasi tersebut uap air tercampur dan melarutkan gas-gas oksigen, nitrogen, karbondioksida, debu, dan senyawa lain. Karena itulah, air hujan juga mengandung debu, bakteri, serta berbagai senyawa yang terdapat dalam udara. Jadi kualitas air hujan juga banyak dipengaruhi oleh keadaan lingkungannya. (Slamet ,1986). Air atmosfir dalam keadaan murni sangat bersih, tetapi sering terjadi pengotoran karena industri, debu dan sebagainya. Oleh karena itu untuk menjadikan air hujan sebagai air minum hendaknya pada waktu menampung air hujan jangan dimulai pada saat hujan mulai turun, karena masih banyak mengandung kotoran. Air hujan memiliki sifat agresif terutama terhadap pipa-pipa penyalur maupun bak-bak reservoir, sehingga hal ini mempercepat terjadinya karatan (korosi) air hujan juga memiliki sifat lunak, sehingga boros terhadap pemakaian sabun (Waluyo, 2005). Dibandingkan dengan air minum biasa, air hujan mempunyai sedikit kelemahan yaitu kandungan garam-garam. Bila perlu ke dalam air hujan dapat ditambahkan atau dibubuhi garam. Karena beberapa garam juga terdapat dalam bahan makanan kita, sedang garam dapur selalu ditambahkan dalam persiapan hidangan, maka dalam prakteknya bila dibubuhkan kapur saja sudah cukup. Kapur yang dapat digunakan adalah kapur-kapur yang banyak didapat di pedagang-pedagang bahan bangunan. Sebelum digunakan kapur disaring sehingga baik batu/kerikil serta kotoran lain dapat dipisahkan. Jumlah kapur yang ditambahkan adalah 25-100 mg/liter (Hadi, 1973 dalam Winarno,1996).Total curah hujan di seluruh wilayah Indonesia, jumlah air yang dihasilkan mencapai 3.085 miliar meter kubik pertahun. Dari jumlah tersebut, 20-40 persennya akan meresap ke perut bumi dan menjadi air tanah. Dengan demikian, jumlah kandungan air tanah di setiap wilayah pun bervariasi. (Direktorat Jenderal Sumber Daya Air. 2004:16). Pada umumnya kualitas air hujan cukup baik, namun air hujan yang berasal langsung dari langit akan bisa mengakibatkan kerusakan- kerusakan terhadap logam yaitu akan menimbulkan karatan. Disamping itu untuk daerah perkotaan air hujan akan dikotori pula oleh debu- debu dan apabila terjadi ledakan gunung berapi maka air hujan pun akan terkotori oleh debu gunung berapi. Beberapa sifat dari air hujan: 1. Air hujan bersifat lunak ( soft water ) karena tidak mengandung larutan garam dan zat mineral sehingga terasa kurang segar. 2. Dapat mengandung beberapa zat yang ada di udara seperti NH3 dan CO2 agresif sehingga bersifat korosif. 3. Dari segi bakteriologis maka relatif lebih bersih tergantung pada tempat penampungannya. 3

4. Besarnya curah hujan di suatu daerah merupakan patokan yang utama dalam perencanaan penyediaan air bersih bagi masyarakat.(Sanropie, APK). Air hujan diduga mengandung lebih banyak gas-gas daripada air tanah, terutama kandungan CO2 dan O2. Kelarutan gas CO2 didalam air hujan akan membentuk asam askorbat (H2CO3) yang menjadikan air hujan bereaksi asam. Beberapa macam gas oksida dapat berada pula di udara, diantaranya yang penting adalah oksida belerang dan oksida nitrogen (S2O2 dan N2 NO3). Kedua oksida ini bersama-sama dengan air hujan akan membentuk larutan asam sulfat dan larutan asam nitrat ( H2SO4 dan H2 NO3).( Depkes,1991).Oleh karena itu air hujan harus diolah sebelum digunakan untuk keperluan kita sehari-hari. 2.2 Pengolahan dan Pemanfaatan Air Hujan Pengelolaan air hujan sendiri pada intinya memiliki dua tujuan utama, yaitu bagaimana mendapatkan manfaat yang optimal, baik ketika melimpah (musim hujan) ataupun ketika surut (musim kemarau), dan bagaimana menghindarkan dari bencana, baik ketika melimpah pada musim hujan sehingga tidak sampai banjir ataupun ketika musim kemarau sehingga tidak sampai kekeringan. (Susilo Soekardi, 2012:18). Untuk memenuhi dua tujuan ini, manusia terus berpikir untuk mencari tahu, meneliti, dan bereksperimen tentang bagaimana mengelola air sehingga lahirlah puluhan cabang ilmu yang khusus mempelajari seluk beluk air, mulai dari oseanografi, hidrologi, limnologi, potamologi, hingga geohidrologi. Dengan landasan ilmu-ilmu ini yang dipadupadankan dengan ilmu dalam bidang teknik, semacam teknik rekayasa bangunan, manusia berkreasi dan berinovasi sehingga lahirlah aneka cipta dan karya yang bersifat fisik, mulai dari bak penampungan air, sumur resapan, saluran irigasi, hingga bendungan atau waduk raksasa dengan PLTA-nya. Dalam skala kecil, khususnya di wilayah dengan curah hujan yang tinggi, sejumlah cara untuk mengelola limpahan air hujan telah banyak dilakukan, antara lain: a. Membuat bak penampungan air. Cara yang paling umum dan paling tradisional dalam mengelola curahan atau limpahan air hujan adalah dengan membuat bak-bak penampungan, baik kecil maupun besar, yang memungkinkan curahan air hujan dapat ditampung. Di daerah-daerah pertanian, pembuatan kolam-kolam penampungan air hujan pun sudah lazim dilakukan. Kolam-kolam ini, selain sebagai difungsikan sebagai penampungan air hujan, biasa difungsikan pula sebagai tempat memelihara ikan. Namun demikian, pembuatan bak penampungan kurang efektif dalam menyimpan dan menampung limpahan air hujan karena kapasitas yang sedikit, yaitu tergantung pada seberapa besarnya ukuran bak. Oleh karena itu, bak penampungan lebih ditujukan untuk memenuhi kebutuhan keluarga dalam skala kecil, yaitu untuk mencuci, mandi, memasak, atau sebagai air minum. Itu pun hanya bisa dinikmati oleh penduduk yang memiliki cukup lahan untuk membuat bak-bak penampungan air b. Membuat sumur resapan air. Sumur resapan termasuk salah satu rekayasa teknik konservasi air berupa bangunan yang dibuat sedemikian rupa sehingga menyerupai bentuk sumur gali dengan kedalaman tertentu. Fungsi utamanya adalah sebagai tempat menampung air hujan yang jatuh di atas atap rumah atau daerah kedap air dan meresapkannya ke dalam 4

tanah. Sumur resapan ini dapat memberikan imbuhan air secara buatan dengan cara menginjeksikan air hujan ke dalam tanah. Sasaran lokasi pembuatan sumur resapan adalah daerah resapan air di kawasan budidaya, permukiman, perkantoran, pertokoan, industri, sarana dan prasarana olahraga serta fasilitas umum lainnya. Ada sejumlah manfaat dari pembuatan sumur resapan ini, antara lain:  mengurangi aliran permukaan sehingga dapat mencegah atau mengurangi terjadinya banjir dan genangan air.  mempertahankan dan meningkatkan tinggi permukaan air tanah.  mengurangi erosi dan sedimentasi.  mengurangi atau menahan intrusi air laut bagi daerah yang berdekatan dengan kawasan pantai.  mencegah penurunan tanah (land subsidance);  mengurangi konsentrasi pencemaran air tanah. Proses pengumpulan air hujan dengan metode pembuatan bak-bak atau kolam penampungan (khususnya di daerah pedesaaan atau kawasan pertanian) maupun dengan pembuatan sumur-sumur resapan (khususnya di kawasan perkotaan) seringkali dihadapkan pada sejumlah kendala, antara lain menyangkut kurangnya kesadaran warga akan pentingnya mengoptimalkan potensi air hujan, keterbatasan tempat pembuatan (khususnya di kota-kota besar), hingga ”meragukannya” kualitas air hujan yang didapatkan. Hujan asam (hujan dengan pH di bawah 5,6) serta kualitas udara kota yang kurang baik menjadi penyebab utama kekhawatiran warga kota untuk menggunakan air hujan, khususnya untuk dijadikan sebagai air minum. Salah satu upaya pemecahan yang biasa ditawarkan adalah dengan memasang saringan alami sebelum air masuk ke bak penampungan dan mengukur pH air tampungan sebelum digunakan dengan menggunakan pH meter atau kertas lakmus. Apabila kualitas tidak terlalu baik, air tampungan ini sebaiknya digunakan untuk kebutuhan air baku bukan untuk kebutuhan air minum. Untuk mengatasi permasalahan ini, pemerintah dan pihak-pihak berwenang, termasuk kalangan akademisi, bahkan masyarakat secara umum, perlu memikirkan cara yang paling tepat, paling efisien, murah, tidak memakan tempat dan biaya yang mahal untuk memanfaatkan karunia Tuhan bernama curahan air hujan ini. Sebab, mau tidak mau, kita harus mencari solusi yang tepat dan multimanfaat untuk mengatasi aneka permasalahan terkait sumber daya air di tengah melimpahnya air hujan, semisal banjir, minimnya air bersih akibat pencemaran, rendahnya kualitas dan kuantitas air tanah, dan sebagainya. Salah satu solusi yang dapat dipilih adalah dengan metode ”memanen air hujan” alias rain water harvesting dengan pendekatan terpadu.Pendekatan terpadu di sini maksud adalah mengoptimalkan pemanfaatan air hujan dengan bantuan ”teknologi alternatif” yang telah ada yang dipadukan dengan teknologi pengolahan dan pemurnian air bersih yang sudah dikembangkan. Pemanfaatan kedua jenis teknologi ini digunakan untuk mendukung dan mengoptimalkan bak-bak penampungan air hujan dan sumur-sumur resapan akan tetapi dengan menggunakan sedikit modifikasi. Selain itu, dengan pendekatan terpadu ini, aspek diutamakan bukan sekadar 5

menghasilkan air baku dan air layak minum, tetapi juga mendapatkan suplay energi dari alam dan pangan. Selain itu water purifier atau alat pemurni air yang merupakan salah satu teknologi yang dapat digunakan adalah teknologi pure it. Proses kerja dari ”Teknologi Germkill” dapat menghasilkan air yang benar-benar aman dari bakteri dan virus sehingga layak diminum tanpa dimasak terlebih dahulu. Untuk menerapkan konsep ini, kita dapat memanfaatkan tempat-tempat dan pusat keramaian, seperti halte busway, gedung-gedung pemerintahan, sekolah atau universitas, rumah sakit, apartemen, atau bahkan rumah tempat tinggal kita. Hal pertama yang dapat dilakukan adalah mendesain atap-atap bangunan sedemikian rupa sehingga dapat menampung air hujan. Konsepnya mirip dengan bak penampungan air hujan. Hal semacam ini sudah dipraktikkan di Jepang. Pihak yang berwenang di sana berusaha mendayagunakan bangunan-bangunan pemerintah sebagai pengumpul air hujan. Salah satu contohnya adalah Gedung Ryogoukan di Tokyo yang terkenal sebagai arena pertandingan Sumo. Atap gedung yang memiliki luas sekitar 8.400 meter persegi ini didesain sedemikian rupa sehingga dapat digunakan sebagai penampung air hujan. Air yang berhasil ditampung digunakan untuk keperluan perawatan gedung akan tetapi tidak digunakan sebagai air minum. Atap yang sudah didesain sebagai bak penampungan tersebut, atau setidaknya memiliki tempat penampungan air, kemudian dilengkapi dengan saluran-saluran yang memungkinkan air tersebut mengalir ke bawah. Pada bagian bawah bangunan dibuat semacam kolam-kolam resapan yang dipinggir-pinggirnya dibiarkan berupa material tanah atau bebatuan untuk memudahkan proses peresapan air. Akan tetapi, sebelum masuk ke kolam resapan ada tabung penampungan sementara yang di dalamnya dipasangi alat yang memungkinkan sebagian air yang mengalir ke sumur resapan mengalami proses filtrasi. Alat tersebut bisa menggunakan teknologi Pure It atau perangkat desalinasi berbasis reverse osmosis atau penguapan dan kondensasi berulang. Pada teknologi Pure It misalnya, air yang mengalir ke tempat penampungan sementara setidaknya akan diproses melalui empat tahapan, yaitu:  Tahap 1: adalah saringan serat mikro menghilangkan semua kotoran yang terlihat.  Tahap 2 adalah filter karbon aktif untuk menghilangkan pestisida, zat-zat dan parasit berbahaya.  Tahap 3 adalah prosesor pembunuh kuman menghilangkan bakteri dan virus berbahaya dalam air.  Tahap 4 adalah proses penjernihan untuk menghasilkan air yang jernih, tidak berbau, dengan rasa yang alami. Dengan demikian, proses pemurnian air dalam tabung penampungan sementara ini dapat melayani penyediaan air baku yang dialirkan ke tempat-tempat khusus untuk diminum secara langsung.

6

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Sistem Pemanfaatan Air Hujan (SPAH) Sistem Pemanfaatan Air Hujan (SPAH) terdiri atas sistem Penampungan Air Hujan (PAH) dan sistem pengolahan air hujan. PAH dilengkapi dengan talang air, saringan pasir, bak penampung dan Sumur Resapan (Sures). Sumur resapan dapat digunakan untuk melestarikan air tanah dan mengurangi resiko genangan air hujan atau banjir yang dilakukan dengan membuat sumur yang menampung dan meresapkan curahan air hujan. Prinsip dasar PAH adalah mengalirkan air hujan yang jatuh di permukaan atap melalui talang air untuk ditampung ke dalam tangki penampung. Kemudian limpasan air yang keluar dari tangki penampung yang telah penuh disalurkan ke dalam sumur resapan. Sistem pengolahan air hujan mengolah air dari bak penampung menjadi air siap minum kualitas air kemasan dengan teknologi ARSINUM. Gambar di bawah ini adalah disain bak tampungan air hujan dengan volume 10 ~ 12 m3. Air hujan yang jatuh di atap rumah kemudian dengan menggunakan saluran pipa dari atap dialirkan ke dalam bak penampung awal yang berisi saringan pasir-kerikil. Dari bak penampung ini, air dialirkan ke bak tampungan, dan kelebihannya akan diresapkan ke dalam tanah.

7

Gambar 1:

Gambar 2:

Sistem Pemanfaatan Air Hujan (SPAH) dan Sumur Resapan (SURES)

Disain Pemanfaatan Air Hujan dan Sumur Resapan Tampak Atas

3.2 Cara Kerja SPAH Cara kerja sistem pemanfaatan air hujan adalah sebagai berikut : a) Air hujan jatuh di atap bangunan dan mengalir melalui atap rumah kemudian terkumpul di talang air yang dialirkan dengan pipa menuju bak penampungan air hujan. b) Sampah dedaunan yang terbawa akan disaring di bagian depan bak penampung, dengan media pasir dan kerikil, sampah akan tertahan dan air hujan yang bersih akan masuk ke bak penampung (volume bak 10 m3 ). 8

c) Jika hujan berlangsung terus menerus, dan bak penampung penuh maka air akan melimpah melalui pipa outlet masuk kedalam sumur resapan dengan kedalaman lubang sumur resapan sekitar 3 meter, kontruksi terbuat dari bis beton, sepanjang 2,5 meter dan resapan sekitar 0,5 meter.. Air hujan didalam sumur resapan ini akan meresap melalui zona resapan dari sumur resapan kedalam tanah sebagai sumber air tanah. Bidang resapan terletak dibagian dasar, tanpa bis beton, agar bis beton di atasnya tidak merosot diberi penyangga batubata. Bidang resapan diisi dengan kerikil dan ijuk, sebagai penyaring agar tidak terjadi kebuntuan. d) Air dari bak penampung air hujan dipompa ke unit ARSINUM yang terdiri dari pompa air baku, statix mixer, filter multi media, filter penukar ion, cartridge filter, Ultrafiltarsi, sterilisator ultra violet dan post catridge filter.untuk diolah menjadi air minum. 3.3 Manfaat SPAH Fungsi dan manfaat sistem pemanfaatan air hujan dan pengolahan air siap minum ini adalah : 1) Menghemat pengunaan air tanah, 2) Menampung 10 meter kubik air pada saat hujan, 3) Mengurangi run off & beban sungai saat hujan lebat, 4) Menambah jumlah air yang masuk ke dalam tanah, 5) Mempertahankan tinggi muka air tanah, 6) Menurunkan konsentrasi pencemaran air tanah, 7) Memperbaiki kualitas air tanah dangkal, 8) Mengurangi laju erosi dan sedimentasi, 9) Mereduksi dimensi jaringan drainase, 10) Menjaga kesetimbangan hidrologi air tanah sehingga dapat mencegah intrusi air laut, 11) Mencegah terjadinya penurunan tanah. 3.4 Spesifikasi Teknis SPAH Spesifikasi teknis sistem pemanfaatan air hujan (PAH) adalah sebagai berikut : Volume bak : 10 m3 Lebar : 2,1 m Panjang : 3,0 m Kedalaman : 2,5 m Luas Bak Penyaring : 1,0 m3 Volume Resapan : 10 m3 Panjang Talang : 75 m Luas Atap Rumah : 375 m Kemiringan Atap : 35 o Tinggi Jatuhan Air : 3 m Pompa Air : 25 l/m Saringan Pasir/Karbon : 1,0 m 9

Gambar 3:

Penggalian Bak Penampung Pemanenan Air Hujan

3.5 Spesifikasi Teknis SURES Spesifikasi teknis sistem sumur resapan (SURES) adalah sebagai berikut :  Volume Resapan : 10 m3  Diameter Pipa Inlet : 4,0 In  Kedalaman Total : 3,0 m  Diameter : 1,0 m  Tebal Dinding : 0,1 m  Tebal Bidang Resapan : 1,0 m  Diameter Resapan : 1,0 m

10

Gambar 4:

Pemasangan Buis Beton Untuk Sumur Resapan

11

Gambar 5:

Kegiatan Pemasangan Talang Air di Atap Bangunan

Gambar 6: Kegiatan Finishing PAH

3.6 Sistem ARSINUM Gambar di bawah ini adalah sistem pengolahan air siap minum yang mengolahan air hujan yang berada di dalam bak tampungan air hujan menjadi air minum.

12

Gambar 7: Sistem Pengolahan Air Siap Minum

3.7 Cara Kerja ARSINUM Cara kerja sistem pengolahan air siap minum (ASRSINUM) adalah sebagai berikut : a) Periksa posisi keran filter untuk proses penyaringan. b) Setelah air di penampungan air hujan cukup, lalu hidupkan pompa air baku dan pompa dosing. Pastikan pompa dosing berjalan dengan baik memompakan bahan oksidator untuk mengoksidasi besi dan mangan dan juga bakteri. c) Air akan mengalir statix mixer sebagai tangki pencampur. d) Setelah air tercampur di static mixer, air akan masuk ke dalam multimedia filter berisi kerikil, pasir silika dan mangan zeolit yang berfungsi untuk menyaring partikel kasar dan endapan hasil oksidasi yang ukurannya cukup besar dengan proses filtrasi. e) Setelah melalui multimedia filter air akan masuk ke dalam filter penukar ion, yang berfungsi sebagai penghilang kesadahan akibat tingginya kadar kalsium, logam berat dan warna f) Air kemudian masuk ke dalam saringan cartridge filter yang mempunyai ukuran 0,5 mikron. Pada unit ini kotoran-kotoran yang lembut dan melayang-layang pada air akan tersaring, sehingga air akan tampak lebih jernih. g) Setelah melalui catridge filter, air masuk ke dalam tangki penampung air bersih. h) Kemudian dari tangki air bersih air dipompa ke unit ultrafiltrasi yang dapat menyaring sampai ukuran 0,01 mikron.Unit ultra filtrasi menggunakan modul membran tipe hollow fiber. i) Air yang keluar dari unit ultra filtrasi dialirkan ke bak penampung air bersih Selanjutnya air dipompa ke 3 unit mikro filter yang dapat menyaring padatan sampai ukuran 1 mikron. Dari unit mikro filter air ke unit sterilisator ultraviolet untuk membunuh mikroba. j) Air yang keluar dari unit sterilisator ultra violet adalah air olahan yang siap minum langsung tanpa dimasak dan dapat langsung dibotolkan. 3.8 Manfaat ARSINUM 13

Fungsi dan manfaat sistem pengolahan air siap minum ini adalah : a. Memanfaatkan air hujan menjadi air bersih b. Mengolah air hujan menjadi air minum 3.9 Spesifikasi ARSINUM  Pompa Pembubuh Kimia : 4,7 l/m, tekanan 7 bar, 220V  Pompa air baku : 40 l/m , tek. 5kg/cm2, 220 volt, ¾ PK  Static Mixer : PVC tube , diameter 8”, panjang 1000 cm  Multimedia Filter : PVC tube , diameter 12 ,panjang 1500 cm  Tangki Garam : PVC tube , diameter 6” ,1000 cm  Cation Exhange Filter : PVC tube , diameter 12” , 500 cm  Catridge Filter : diameter 12”, panjang 20”  Ultrafiltrasi : 15 m3/h, 500 watt, 220 volt  Ultraviolet Sterilisasi : 15 l/m , 220 volt  Post Catridge Filter : Stainless steel, diameter 2”, panjang 10”

Gambar 8: Tangki Air Produk, Unit Ultrafiltrasi, Multi Media Filter dan Statik Mixer

14

Gambar 9: Statik Mixer, Tangki Kaporit dan Pompa Umpan

Gambar 10:

Catridge Filter

15

Gambar 11: Unit Ultrafiltrasi

Cara Kerja dan Perawatan Multimedia Filter : Proses Multi Media Filter Penyaringan Pembilasan

Buka 1,4,7,9,12 1,4,5

Tutup 2,3,5,6,8,10,11,13 2,3,6,7

Pencucian Regenerasi

2,3,5 1,4,6,8,9,12,13

1,4,6,7 2,3,5,7,10,11

Gambar 12: Skema Multimedia Filter 16

Cara Kerja dan Perawatan Unit Ultrafiltrasi : Proses Ultrafiltrasi

Buka

Tutup

Penyaringan

1,4,5,6

2,3,7

Pencucian

2,3,57

1,4,6

Gambar 13: Skema Unit Ultrafiltrasi

17

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan Dari hasil pembahasan yang telah dilakukan dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:  Air hujan dapat dimanfaatkan untuk keperluan penunjang rumah tangga seperti air minum.  Sistem Pemanfaatan Air Hujan (SPAH) di lingkungan rumah dapat dimanfaatkan dengan cara menampung dalam bak penampungan, membuat sumur resapan dan dengan menggunakan teknologi ARSINUM. 4.2 Saran Saran dari penulis untuk pemanfaatan air hujan di lingkungan rumah adalah sebagai berikut:  Diadakan gerakan nasional pemanfaatan air hujan terutama didaerah perkotaan.  Pemerintah memfasilitasi teknologi yang ramah lingkungan dan terjangkau oleh masyarakat untuk memanfaatkan air hujan.  Setiap rumah setidaknya ada 1 bak penampungan air hujan atau sumur resapan.  Secara rutin membersihkan sampah yang berada diatap penangkap dan talang saluran air hujan.  Perlu adanya saringan filter yang dapat menyaring kotoran- kotoran sehingga tidak masuk dan mengotori bak penampungan air.

18

19

DAFTAR PUSTAKA Anonim.1987.Peran Wanita Dalam Memelihara Air Bersih Dan Lingkungan Rumah Tangga : Jakarta Anonim.1991.Pengelolaan Penyediaan Air Bagi Petugas Pembinaan Kesehatan Lingkungan Dati II : Jakarta Anonim. Petunjuk Praktis Pembangunan Penampung Air Hujan (PAH) Batu Bata Direktorat Jenderal Sumber Daya Air. 2004. Pemanfaatan Air Tanah: Ikhtiar Peningkatan Kualitas Hidup Rakyat : Jakarta. Lubis, Rachmat Fajar. Krisis Air di Kota: Masalah dan Upaya Pemecahannya Prabowo, Dibyo. 1982. Sumber Daya Air dalam Kehidupan Manusia. dalam Prisma, No. 11, November 1982, Tahun XI. Jakarta: LP3ES. PU Cipta Karya. 2003. Sumur Resapan Air Riyadi Slamet.AL. 1986.Pengantar Kesehatan Lingkungan.Usaha Jawa:Surabaya Sanropie. Penyediaan Air Bersih. APKTS Sutrisno T. 1996. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Rineka Cipta: Jakarta. Winarno F G. 1996. Air Untuk Industri Pangan, PT Gramedia: Jakarta Waluyo L. 2005. Mikrobiologi Lingkungan. UMM Press: Malang Soekardi, Susilo dan Tauhid Nur Azhar. 2012. Air dan Samudera: Mengurai Tanda-Tanda Kebesaran Allah di Lautan. Tinta Medina: Solo. Imam Taufik. 2017. Makalah Lingkungan: Air Hujan Jangan Dibuang Sia-Sia. [Internet]. Tersedia di: http://pioner21.blogspot.com/2014/09/makalah-lingkungan-air-hujan-jangan.ht ml. Anonim.Sistem Pemanfaatan Air Hujan (SPAH) dan Pengolahan Air Siap Minum (ARSINUM). [Internet]. Tersedia di:http://www.kelair.bppt.go.id/sitpapdg/Patek/Spah/spah.html.

20

Related Documents


More Documents from "Jennifer Powers"