Metode Erection Baja

  • Uploaded by: Fedrik Hantu
  • 0
  • 0
  • February 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Metode Erection Baja as PDF for free.

More details

  • Words: 2,544
  • Pages: 28
Loading documents preview...
IV. PELAKSANAAN PEKERJAAN

A. Tinjauan Umum

Suatu konstruksi terdapat sebuah rangkaian kegiatan pelaksanaan yang tidak terlepas dari alat pendukung untuk mempermudah pengerjaan konstruksi. Dalam penyusunan rangkaian kegiatan pelaksanaan, sebaiknya sesuai dengan persyaratan dalam dokumen yang telah dirancang dengan pengetahuan dan standar yang telah diuji coba. Pelaksanaan pekerjaan ini dikerjakan oleh kontraktor yang sebelumnya sudah sudah direncanakan oleh konsultan perencana dan owner serta telah disepakati dalam kontrak.

Proyek pembangunan Fasilitas Layanan Tambang (Mine Service Facility) Penambangan Elektrifikasi (SPPH 5045) Banko Barat, Tanjung Enim memiliki beberapa pekerjaan utama yang memiliki durasi waktu masingmasing yang saling berkaitan satu sama lain. Adapun pekerjaan yang diamati pada saat memulai kerja praktik hingga berakhir kerja praktik pada proyek pembangunan Fasilitas Layanan Tambang yaitu meliputi pekerjaan erection/pemasangan pada balok, rafter, cladding, purlin/gording, dan sagrod/trekstang baja.

64

Gambar 4.1 Perspektif bangunan workshop shovel. (Sumber: Dokumen Proyek Pembangunan Fasilitas Layanan Tambang)

65

B. Pelaksanaan Pekerjaan

Pekerjaan erection kolom, balok, rafter, cladding, purlin/gording, dan sagrod/ trekstang pada bangunan Workshop Shovel yaitu dijelaskan sebagai berikut: 1. Pekerjaan pemasangan kolom Pekerjaan pemasangan kolom dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Penempatan mobil crane sesuai area kerja Mobil crane ditempatkan di dekat area kerja. Hal tersebut dilakukan agar penggunaan crane dapat lebih mudah dijangkau, efektif dan menghemat waktu pengerjaan.

Gambar 4.2.Penempatan mobil crane.

b. Proses jacking pada mobile crane Keempat kaki crane menumpu pada alas pelat baja dan balok kayu. Balok kayu dan pelat baja dapat membantu kemantapan dan kestabilan crane ketika sedang melaksakan ereksi baja atau ketika sedang pelangsiran material. Apabila tidak menggunakan alas tersebut

66

dikhawatirkan tanah akan ambles dikarenakan beban crane akan bertambah pada saat pengangkatan material baja.

Gambar 4.3 Jack pada crane.

c. Persiapan penurunan dan penempatan baja Profil baja yang sudah tiba di lokasi proyek, dikelompokkan sesuai bentuk dan kegunaannya. Hal ini dilakukan untuk memudahkan crane dalam proses pemasangan baja.

Gambar 4.4 Pengelompokkan material baja. d. Pengaturan angkur Sebelum pengerjaan erection dilakukan, tim erektor melakukan pengecekan posisi dan kestabilan angkur agar tinggi angkur sejajar

67

dengan angkur lainnya. Alat yang digunakan yaitu palu, kunci, dan waterpass batang supaya base plate pada kolom baja dapat masuk dan kolom dapat berdiri tegak lurus. Diameter baut pada angkur yaitu 30 mm yang dipasang pada sudut tepi angkur sejumlah 4 buah, dan baut diameter 33 mm pada sisi tengah angkur sejumlah 8 buah. Jarak antar baut pada angkur yaitu 240 mm.

Gambar 4.5 Pengaturan angkur.

Gambar 4.6 Detail baut pada angkur. (Sumber: Dokumen Proyek Pembangunan Fasilitas Layanan Tambang)

68

e. Proses erection pada kolom Pada ujung struktur kolom, dilakukan rekayasa teknik agar kolom dapat diangkat dengan mobile crane. Dilakukan pemasangan pelat pada ujung kolom dengan cara dibaut. Lubang baut pada kolom sudah dipabrikasi, namun karena diameternya tidak sesuai dengan diameter hook, maka dilakukan pabrikasi ulang dengan bor. Pelat tersebut tidak bersifat permanen dan hanya sebagai perantara untuk mengikat kolom baja dengan webbing sling.

Gambar 4.7 Melubangi kolom dengan bor.

Gambar 4.8 Pemasangan pelat pengait.

69

Setelah pelat tersebut terpasang, tim erektor mengikat kolom baja dengan webbing sling dan mengunci sling tersebut ke hook berkapasitas 70 ton pada crane (erection struktur baja utama menggunakan Mobile Crane Kato SR 700L dengan kapasitas material sebesar 70 ton apabila bekerja pada radius 2,5 meter). Kolom baja pada proyek ini memiliki bentang ±11 meter dengan berat mencapai ± 3,9 ton. Webbing sling yang digunakan yaitu warna kuning dengan lebar tali 75 mm. Dipilih tali kuning karena klasifikasi webbing sling warna kuning dapat mengangkat beban maksimal 4,2 ton, sementara berat kolom itu sendiri yaitu 3,9 ton sehingga masih aman untuk diangkat. Bentuk pengikatan menyesuaikan dengan profil yang akan diangkat.

Gambar 4.9 Pengikatan dan klasifikasi webbing sling. (Sumber: Dokumen Proyek Pembangunan Fasilitas Layanan Tambang)

70

Gambar 4.10 Pengangkatan material kolom dengan webbing sling.

Pada bagian bawah kolom juga diikat tali tambang yang berfungsi untuk membantu manuver arah kolom baja tersebut.

Gambar 4.11 Tali tambang pada bagian bawah kolom.

Erection kolom diawali dengan mengarahkan boom pada mobile crane ke kolom baja yang sudah dikelompokkan berdasar bentuk profil. Setelah dipastikan aman, crane mengangkat baja kolom tersebut dibantu tim erektor untuk memasukkan base plate ke angkur. Jika sudah pas, maka tim dari erektor baja memasang dan mengencangkan semua mur ke baut angkur dengan kunci.

71

Gambar 4.12 Memposisikan base plate ke angkur.

Gambar 4.13 Mengencangkan mur ke baut angkur.

Setelah proses pemasangan mur ke baut pada angkur selesai, dilakukan pengecekan verticality kolom dengan menggunakan waterpass batang untuk mengetahui apakah kolom tersebut sudah terpasang tegak lurus secara vertikal atau belum.

72

Gambar 4.14 Cek verticality kolom.

Selanjutnya melepaskan ikatan webbing sling yang sebelumnya tersambung antara hook crane dan kolom baja. Proses pelepasan tersebut dengan cara mengangkat tim erektor menggunakan keranjang yang juga dikaitkan dengan webbing sling. Waktu yang digunakan dari proses pengikatan sampai pelepasan untuk satu bentang kolom yaitu sekitar 22-26 menit, perhitungan menggunakan stopwatch.

Gambar 4.15 Pelepasan webbing sling.

Pada proyek ini, diameter baut yang digunakan untuk sambungan kolom yaitu 22 mm dengan detail gambar sambungan sebagai berikut.

73

Gambar 4.16 Detail baut pada kolom. (Sumber: Dokumen Proyek Pembangunan Fasilitas Layanan Tambang)

f. Proses erection pada kolom sambung Untuk prosesnya hampir sama dengan proses erection kolom sebelumnya, tetapi scaffolding harus sudah terpasang semua untuk membantu pekerja/tim erektor berada di ketinggian, dikarenakan bentang kolom yang kedua mencapai ±18 meter dan ±23,20 meter. Scaffolding digunakan untuk keperluan safety bekerja di ketinggian.

Gambar 4.17 Tim erektor di ketinggian.

Metode pengikatan hingga pengangkatan sama seperti erection kolom baja

sebelumnya,

yang membedakan adalah

pertama

ketika

pengencangan baut dan mur menggunakan alat impact wrench untuk

74

mempercepat pengencangan dikarenakan jumlah baut dan mur yang banyak yaitu 64 buah baut dan 64 mur, kemudian tahap akhir dikencangkan secara manual menggunakan kunci. Verticality menggunakan

alat

ukur

theodolite/waterpass

batang

untuk

menghindari tingkat deviasi yang terlalu besar pada kolom baja. Waktu yang digunakan dari proses pengikatan sampai dengan pelepasan untuk satu bentang kolom sambung sekitar 70 menit, perhitungan dengan menggunakan stopwatch.

Gambar 4.18 Cek verticality kolom sambung.

2. Pekerjaan pemasangan balok Pada pemasangan balok baja, scaffolding sudah terpasang terlebih dahulu untuk membantu tim erektor bekerja pada ketinggian. Metode pengikatan webbing sling yang digunakan untuk mengangkat profil balok baja yaitu membentuk 90˚ basket. Beban baloknya sendiri sebesar ±1,5 ton. Setelah balok terpasang, pengencangan baut dilakukan secara manual lalu dilakukan pengencangan kembali dengan impact wrench oleh tim erektor pada kedua sisi balok. Diameter baut yang digunakan untuk sambungan

75

balok atas ke kolom yaitu 18 mm, sedangkan pada balok bagian bawah ke kolom menggunakan diameter baut 22 mm. Untuk sambungan pada balok, juga digunakan baut dengan diameter 22 mm, dengan detail sambungan pada balok dapat dilihat seperti pada gambar. Setelah balok terpasang, tim erektor melepas webbing sling yang diikat ke balok. Kemudian tim erektor turun dari balok melalui scaffolding di salah satu sisi kolom atau dengan keranjang pekerja.

Gambar 4.19 Pengangkatan material balok.

Gambar 4.20 Proses erection balok.

76

Gambar 4.21 Detail baut pada balok atas. (Sumber: Dokumen Proyek Pembangunan Fasilitas Layanan Tambang)

Gambar 4.22 Detail baut pada balok atas potongan A-A, B-B dan C-C. (Sumber: Dokumen Proyek Pembangunan fasilitas Layanan Tambang)

77

Gambar 4.23 Detail baut pada sambungan balok. (Sumber: Dokumen Proyek Pembangunan Fasilitas Layanan Tambang)

Gambar 4.24 Pengencangan baut pada balok.

78

Gambar 4.25 Pelepasan webbing sling.

Gambar 4.26 Tim erektor turun menggunakan scaffolding.

Gambar 4.27 Keranjang pekerja.

79

3. Pekerjaan pemasangan rafter Rafter/kuda-kuda yang akan dipasang, diangkat dan dikendalikan dengan sebuah mobile crane. Pengikatan webbing sling pada rafter sesuai perencanaan dan sudah diberi tanda dari pabrikasi untuk lokasi pemasangan webbing sling pada profil baja tersebut. Perlahan-lahan profil rafter diturunkan dan diarahkan ke posisi perletakan yang seharusnya. Diamater baut yang digunakan yaitu 22 mm dengan detail dapat dilihat pada gambar. Kemudian baut dipasang dan dikencangkan secara manual dengan kunci oleh tim erektor.

Gambar 4.28 Proses erection rafter.

Rafter Gambar 4.29 Pemasangan kuda-kuda.

80

Gambar 4.30 Detail baut pada sambungan antar rafter. (Sumber: Dokumen Proyek Pembangunan Fasilitas Layanan Tambang)

Gambar 4.31 Detail baut pada sambungan rafter ke kolom. (Sumber: Dokumen Proyek Pembangunan Fasilitas Layanan Tambang)

81

4. Pekerjaan pemasangan purlin/gording Material yang berada di bawah diangkat ke atas menggunakan tali tambang dengan mengikat kedua sisi ujung material profil baja, lalu ditarik menggunakan katrol. Setelah material sampai di atas, langsung dilakukan pemasangan baut secara manual sesuai perencanaan. Purlin nantinya berfungsi sebagai balok dudukan penutup atap. Cladding berfungsi sebagai balok dudukan penutup dinding. Proses pemasangan dan spesifikasi baja yang digunakan pada cladding sama seperti purlin. Yang membedakan adalah purlin dipasang di atap, sementara cladding dipasang pada dinding. Diameter baut yang digunakan yaitu 14 mm.

Purlin Gambar 4.32 Pemasangan purlin.

5. Pekerjaan pemasangan cladding Material yang berada di bawah diangkat ke atas menggunakan tali tambang dengan mengikat kedua sisi ujung material cladding, lalu ditarik menggunakan katrol. Setelah material sampai di atas, langsung dilakukan pemasangan baut sesuai perencanaan.

82

Cladding

Gambar 4.33 Pemasangan cladding.

Gambar 4.34 Detail baut pada cladding. (Sumber: Dokumen Proyek Pembangunan Fasilitas Layanan Tambang)

6. Pekerjaan pemasangan bracing Bracing atau baja pengikat angin dipasang menyilang/diagonal dalam mengikat dua kuda-kuda. Bracing pada atap menggunakan baja profil siku, sedangkan bracing pada kanopi menggunakan baja tulangan.

83

Bracing atau baja pengikat angin dipasang secara menyilang atau secara diagonal dalam mengikat antara dua kuda-kuda. Pemasangan bracing pada atap menggunakan baja dengan profil siku. Sambungan pada bracing siku yaitu dengan menggunakan baut kemudian di las yang merupakan baja pabrikasi. Sedangkan untuk bracing pada kanopi struktur bangunan yaitu menggunakan baja tulangan. Pada bracing baja tulangan, terdapat kait yang dapat diputar sesuai kebutuhan, berfungsi untuk mengencangkan baut pada kait agar bracing baja tulangan dapat menyesuaikan dengan panjang diagonal untuk mengikat kuda-kuda. Kait tersebut dipasang dengan baut ke pelat yang ada pada balok kuda-kuda dengan cara di baut secara manual oleh tim erektor baja. Pelat pengait bracing baja tulangan yang terdapat pada balok kuda-kuda ini sendiri dipasang menggunakan las. Diamater baut yang digunakan untuk kedua jenis bracing yaitu 16 mm.

Bracing

Gambar 4.35 Bracing baja siku.

84

7. Pekerjaan pemasangan sagrod/trekstang Sagrod dipasang tegak lurus antar cladding (pada dinding) dengan memasukkan baja tulangan diameter 12 mm ke bagian cladding yang telah dilubangi. Trekstang dipasang tegak lurus antar purlin (pada atap) dengan memasukkan baja dengan dimensi yang sama seperti sagrod, ke bagian purlin yang telah dilubangi, seperti gambar berikut.

Sagrod

Gambar 4.36 Pemasangan sagrod antara cladding.

Trekstang

Gambar 4.37 Pemasangan trekstang antara purlin.

85

C. Pengawasan Pekerjaan

1. Tinjauan Umum

Pengawasan pada pelaksanaan pembangunan suatu proyek harus dilakukan dengan tujuan untuk menghindari kemungkinan terjadinya penyimpangan terhadap peraturan yang telah disepakati, serta untuk menjamin kesesuaian hasil pembangunan dengan rencana pelaksanaan proyek, program pelaksanaan proyek, perintah dari pengelola proyek, dan ketentuan-ketentuan lain yang ditetapkan serta diisyaratkan dalam dokumen kontrak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengawasan proyek merupakan alat evaluasi dari suatu pelaksanaan proyek.

Pengendalian proyek dilakukan dengan cara tertentu dan teliti agar diperoleh sistem pelaksanaan dan perencanaan biaya yang tepat guna. Sehingga diharapkan konsep pengawasan tersebut dapat membawa perencanaan proyek menjadi lebih terarah dan berkembang.

2. Pengawasan Mutu

Dalam suatu proyek, harus memiliki pengawasan mutu yang dilakukan berdasar syarat-syarat tertentu. Berikut adalah beberapa pengawasan mutu yang dilakukan: a. Pengawasan Mutu Material Baja Pengawasan dilakukan dengan memeriksa jumlah dan dimensi profil baja yang telah didatangkan. Untuk profil baja yang telah terpasang, diperhatikan jumlah baut serta kekencangan baut. Jika ada baut yang

86

belum terpasang dengan baik, dapat dikencangkan dengan impact wrench. Untuk baja tulangan, diperiksa apakah jenis dan dimensi telah sesuai dengan perencanaan atau tidak. Sebaiknya baja diletakkan di tempat yang tidak lembab dan terlindung dari air hujan. Pada proyek ini, profil baja dan baja tulangan diletakkan di lokasi terbuka, beralaskan balok kayu. Sehingga baja terkena cuaca panas maupun hujan. Meski demikian, baja pabrikasi yang telah di cat ini tetap dalam kondisi layak pakai karna tidak dibiarkan terlalu lama di tempat terbuka. Saat material sampai di lokasi, material tersebut langsung dipasang. Dalam perakitan profil dan tulangan pun, telah digunakan baja yang sesuai dengan jenis, bentuk profil, dan dimensi yang direncanakan.

Gambar 4.38 Memeriksa baut yang terpasang.

b. Pengawasan Mutu Beton Pada Pelat Lantai Pengawasan beton ready mix dilakukan dengan slump test di lokasi proyek dan uji kuat tekan di laboratorium milik semen Baturaja. Dengan slump test, dapat diperoleh tingkat kelecakan beton dalam

87

pengecoran, sedangkan dari uji kuat tekan beton dapat diketahui apakah beton ready mix telah memenuhi persyaratan kuat tekan yang direncanakan (Yuana, 2019). Nilai slump test yang direncanakan berkisar ±10 cm. Mutu beton yang direncanakan yaitu K-350, dilaksanakan pengambilan sampel berbentuk kubus sebanyak 6 buah.

Gambar 4.39 Pelaksanaan slump test.

Gambar 4.40 Sampel beton kubus.

c. Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Dalam pengerjaan konstruksi, sangat diperlukan pengawasan secara langsung di lapangan supaya diperoleh hasil pekerjaan yang sesuai dengan yang diinginkan. Maka dari itu, dengan adanya pengawasan

88

pelaksanaan pekerjaan terahadap proses konstruksi dapat mencegah terajadinya human error, yaitu sebagai berikut: 1)

Pengecekan profil baja pabrikasi meliputi jumlah dan dimensi profil. Pengecekan kesesuaian jenis dan diameter baja tulangan dengan perencanaan.

2)

Pemasangan kolom, balok, dan kuda-kuda (rafter) harus memperhatikan kepresisian sudut, ketegaklurusan dan teknis sambungan pada joint.

3)

Perangkaian

komponen

struktur

pelat

lantai

meliputi

sambungan, tinggi wiremesh diletakkan, jarak antar shear connector, dan jarak antar beton decking. 4)

Proses finishing yaitu kesesuaian penempatan bahan dengan gambar, kelurusan, jumlah dan cara pemasangan bahan-bahan finishing.

D. Permasalahan Pekerjaan di Lapangan

Dalam pelaksanaan konstruksi seringkali ditemukan beberapa masalah dalam setiap item pekerjaan, baik dari segi perencanaan, pelaksanaan maupun pengawasan yang bisa berpengaruh terhadap mutu, biaya, dan waktu. (Sitanggang, 2019). Permasalahan-permasalaha yang terjadi dalam konstruksi tentu akan mengganggu jalannya suatu proyek dan sedapat mungkin hal tersebut harus dihindari.

89

Dalam proyek pembangunan Fasilitas Layanan Tambang Banko Barat terdapat beberapa permasalahan yang terjadi pada proses pelaksanaan dan pengawasan selama proyek berlangsung yaitu sebagai berikut: 1. Pada kontrak awal, seharusnya persiapan lahan dilakukan oleh PT. Bukit Asam selaku owner. Namun seiring berjalannya waktu, pengerjaan tidak kunjung dilaksanakan. Sehingga PT. Brantas Abipraya mengajukan diri untuk melakukan persiapan pembersihan lahan (land clearing) dengan biaya persiapan lahan ditambah ke dalam biaya tagihan. Penguluran waktu persiapan lahan ini, membuat waktu pengerjaan proyek tertunda cukup lama dan tidak sesuai dengan rencana awal pada kontrak. 2. Pada awal masa konstruksi, cuaca di lokasi proyek sedang terjadi musim hujan yang mengakibatkan tanah pada akses jalan menuju lokasi proyek yang seharusnya sudah bisa dilewati alat berat menjadi terkendala. Hal ini disebabkan oleh lahan yang merupakanbekas timbunan tambang batu bara sehingga kepadatan tanahnya kurang baik. Oleh karena itu, tanah dalam kondisi ini tidak bisa dipaksakan menjadi akses jalan alat berat serta menahan beban yang berkaitan dengan kegiatan konstruksidikarenakan dapat terjadinya konsolidasi tanah. 3. Erection profil baja terkendala cuaca sehingga tidak dapat berjalan sesuai jadwal yang telah direncanakan. 4. Akses erection balok secara manual terkendala ketinggian. Jika hanya mengandalkan scaffolding, akan memakan waktu yang lebih lama dan juga keselamatan pekerja beresiko tinggi. Maka dibuat keranjang pekerja untuk mempermudah mobiblisasi pekerja naik ke atas sambungan kolom

90

dan balok. Keranjang pekerja ini terbuat dari baja diameter 16 mm dengan panjang 100 cm, lebar 60 cm, dan tinggi 120 cm, memiliki kapasitas beban maksimal 240 kg. Keranjang pekerja ini dibuat dengan mempertimbangkan faktor safety. 5. Profil baja runway merupakan profil baja pabrikasi yang ternyata memiliki selisih tinggi 20 mm, sehingga dilakukan rekayasa di lapangan dengan menambahkan pelat baja diantara runway dan konsol baja dengan tujuan agar selisih elevasi minimum runway dapat terpenuhi, yaitu sebesar 10 mm. 6. Karena baja yang digunakan adalah baja pabrikasi, pada saat pemasangan di lapangan, ada beberapa profil pada bracing yang tidak sesuai dengan kondisi di lapangan sehingga dibutuhkan penyesuaian dengan melakukan pemotongan terhadap profil baja tersebut.

Related Documents

Metode Erection Baja
February 2021 1
Merencana Baja
March 2021 0
Kiln Erection
February 2021 3
Erection Master
January 2021 11

More Documents from "fadly"

Metode Erection Baja
February 2021 1