Loading documents preview...
Suci Fitriani Sammulia, S.Farm., M.Sc., Apt
Definisi
WHO : the term schizophrenia refers to a major mental disorder, or group of disorders, whose causes are still largely unknown and which involves a complex set of disturbances of thinking, perception, affect and social behaviour. (WHO/MSA/NAM/97.6 - 1998)
Kata “skizofrenia” berasal dari Yunani, yaitu schizo (terbelah) dan phrene (pikiran) , untuk menggambarkan adanya pemikiran yang terfragmentasi dan mengacu pada gangguan keseimbangan emosi dan berpikir.
Istilah “skizofrenia”, pertama kali tahun 1911 oleh psikiater Swiss, Eugen Bleuler. (Anonim, 2010, The History of Schizophrenia, http://www.schizophrenia.com/history.htm )
Epidemiologi
Prevalensi penderita skizofrenia hampir mirip pada suatu negara dengan negara yang lain, yaitu sekitar 0,2 – 2 % populasi
Onset terjadi biasanya pada masa akhir remaja atau awal dewasa
Jarang terjadi pada sebelum remaja atau setelah umur 40 tahun.
Angka kejadian pada wanita sama dengan pria, tetapi onset pria umumnya lebih awal (pria : 15-24 tahun; wanita 25 -35 tahun) dengan implikasi lebih banyak gangguan kognitif dan outcome yang lebih jelek pada pria daripada wanita Hafner H, Maurer K, Loffler W, Fatkenheuer B, and der Heiden W, Riecher-Rossler A, Behrens S, Gattaz WF, 1994, The epidemiology of early schizophrenia : influence of age and gender on onset and early course. Br J Psychiatry Suppl, 164 (suppl 23) : 2938
Pria lebih banyak mengalami gejala-gejala negatif dan wanita lebih banyak mengalami gejala afektif a)
Gejala psikotik akut, baik dalam jenis atau tingkat keparahan, tidak berbeda antara kedua jenis kelamin b)
Lebih dari 80% dari pasien skizofrenia memiliki orang tua yang tidak memiliki gangguan, namun risiko lebih besar pada orang tua yang memiliki gangguan. Risikio skizofrenia seumur hidup adalah 13% untuk anak dengan satu orang tua dengan skizofrenia, dan 35% 40% untuk anak yang kedua orang tuanya menderita skizofrenia c)
a) Roy MA, Maziade M, Labbe A, Merrette C, 2001, Male gender is associated with deficit schizophrenia : a meta-analysis. Schizophr Res, 47:141-147 b) Perry W, Moore D, Braff D, 1995, Gender differences on thought disturbance measures among schizophrenic patients. Am J Psychiatry c) Kestenbaum CJ, 1980, Children at risk for schizophrenia. Am J Psychother 34:164-177
Etiologi
Penyebab umum masih belum dapat diidentifikasi pada semua individu yang didiagnosis skizofrenia
Studi menunjukkan bahwa genetika, perkembangan janin dalam kandungan, lingkungan awal, neurobiologi, proses psikologis dan faktor sosial merupakan penyebab penting
Faktor kerentanan otak (baik yang diwarisi atau diperoleh) dan peristiwa kehidupan juga mempengaruhi terjadinya skizofrenia
Patofisiologi
Patofisiologi skizofrenia melibatkan sistem dopaminergik dan sistem serotonergik
Teori neurokimia tentang skizofrenia berkembang menganalisis efek psikotik dan propsikotik obat pada manusia dan hewan percobaan. Teori ini terutama berpusat pada peran dopamin dan glutamat pada patofisiologi skizofrenia. a)
Pelepasan dopamin tidak bisa dilepaskan dari fungsi serotonin yang memiliki fungsi regulator. Penelitian kemudian mendefinisikan hubungan antara serotonin dengan skizofrenia. b) c) a) Goff DC, Coyle JT, 2001, The emerging role of glutamate in the pathophysiology and treatment of schizophrenia, Am J Psychiatry, 158 : 1367-77 b) Jones HM, Pilowsky LS, 2002, Dopamine and antipsychotic drug action revisited. Br J Psychiatry, 181:271-5 c) Ereshefsky, L dan Miller, A, 1999, Serotonin Mechanism in the Patophysiology of Schizophrenia, Scientific Connexion
Peranan Dopamin Hipotesis tentang patofisiologi skizofrenia : Pada pasien skizofrenia terjadi hiperreaktivitas
sistem dopaminergik Hiperdopaminergia pada sistem mesolimbik berkaitan dengan gejala positif Hipodopaminergia pada sistem mesocortis dan nigrostriatal bertanggungjawab terhadap gejala negatif dan gejala ekstrapiramidal(EPS)
SISTEM DOPAMIN Mesocortical pathway (dari substantia nigra ke frontal cortex)
Hypoactivity causes negative symptoms and cognitive disorders
Tuberoinfundibular pathway (dari hipotalamus ke kelenjar pituitary) Controls prolactin secretion. Blockade of dopaminergic transmission can cause hyperprolactinemia
Nigrostriatal pathway (dari substantia nigra ke bangsal ganglia) This pathway involved in the control of movement. Excessive blockade of dopamine receptors can lead to the development of EPS
Mesolimbic pathway (dari substantia nigra ke sistem limbik) Hyperactivity causes positive symptoms
Jalur dopaminergik saraf
1. Jalur nigrostriatal: dari substantia nigra ke basal ganglia € fungsi gerakan, EPS 2. jalur mesolimbik : dari tegmental area menuju ke sistem limbik € memori, sikap, kesadaran, proses stimulus 3. jalur mesocortical : dari tegmental area menuju ke frontal cortex € kognisi, fungsi sosial, komunikasi, respons terhadap stress 4. jalur tuberoinfendibular: dari hipotalamus ke Lecture kelenjar 1/2/2009 Zullies Ikawati's Notespituitary € pelepasan prolaktin
6
Sistem Dopaminergik, Fungsi dan Efek Antagonis Dopamin Sistem Dopamin
Asal
Inervasi
Fungsi
Efek Antagonis Dopamin
Nigrostriatal
Substantia nigra (daerah A9)
Nukleus caudate putamen
Sistem ekstrapiramidal, gerakan
Gangguan gerakan
Mesolimbik
Midbrain ventral tegmentum (daerah A10)
Daerah limbik (contoh : amygdala, olfactory, tuberde, septal nuclei, cingulate gyrus)
Ingatan, proses stimulus, tingkah laku yang bersemangat
Mengurangi gejala psikosis
Mesokortikal
Midbrain ventral tegmentum (daerah A10)
Lobus korteks frontal dan prefrontal
Kognisi, komunikasi, fungsi sosial, respon terhadap stres
Mengurangi gejala psikosis, akatisia
tuberoinfundibular
Hipotalamus
Kelenjar pituitari
Mengatur pelepasan prolaktin
Meningkatkan konsentrasi prolaktin
Peranan Serotonin
Studi anatomi dan elektrofisiologi menunjukkan bahwa syaraf serotonergik dari dorsal dan median raphe nuclei terproyeksikan ke badan-badan sel dopaminergik dalam Ventral Tegmental Area(VTA) dan Substantia Nigra(SN) dari tengah otak.
Syaraf serotonergik dilaporkan berujung secara langsung pada sel-sel dopaminergik dan memberi pengaruh penghambatan pada aktivitas dopamin di jalur mesolimbik dan nigrotriastal melalui reseptor HT2A
Penurunan aktivitas serotonin terkait dengan peningkatan aktivitas dopamin. Interaksi antara serotonin dengan dopamin, khususnya pada reseptor 5-HT2A dapat menjelaskan mekanisme obat antipsikotik atipikal dan rendahnya potensi untuk menyebabkan efek samping ekstrapiramidal. Selain itu, stimulasi 5-HT1 juga meningkatkan fungsi dopaminergik
Dopamin-Serotonin
Reseptor Dopamine yang terlibat adalah reseptor dopamin-2 (D2) dijumpai peningkatan densitas D2 pada jaringan otak pasien skizofrenia
Obat-obat antipsikotik tipikal merupakan antagonis reseptor D2.
Blokade reseptor D2 dapat mengurangi gejala positif seperti halusinasi dan delusi, tapi juga terkait dengan timbulnya efek tidak menyenangkan seperti ekstrapiramidal.
Peningkatan aktivitas sistem dopaminergik pada sistem mesolimbik bertanggungjawab terhadap gejala positif
Peningkatan aktivitas serotonergik menurunkan aktivitas dopaminergik pada sistem mesocortis bertanggungjawab pada gejala negatif
Peranan Glutamat
Disfungsi sistem glutamatergik di korteks prefrontal diduga juga terlibat dalam patofisiologi skizofrenia
Telah terbukti bahwa pemberian antagonis reseptor N-metil-D-Aspartat (NMDA) , seperti phencyclidine (PCP), dan ketamin , pada orang sehat menghasilkan efek yang mirip dengan spektrum gejala dan gangguan kognitif yang terkait dengan skizofrenia.
Gejala dan Tanda
Gambaran klinis skizofrenia sangat bervariasi antar individu, dan bahkan pada satu individu dari waktu ke waktu, tidak ada stereotipe yang pasti
Pada fase normal pasien berada dalam kontrol yang baik terhadap pikiran, perasaan, dan tindakannya.
Episode psikotik yang pertama kali mungkin terjadi secara tiba-tiba, atau biasanya diawali dengan kelakuan yang menarik diri, pencuriga, dan aneh
Pada episode akut pasien kehilangan kontak dengan realitas, dalam hal ini otaknya menciptakan realitas palsu
Gejala Skizofrenia menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder edisi 4 (DSM-IV) dan American Psychiatric Association (APA) Gejala Positif
Gejala Negatif
Gejala Kognisi
Delution (khayalan)
Alogia (Kehilangan Gangguan perhatian kemampuan berpikir atau berbicara)
Halusinasi
Perasaan/emosi menjadi tumpul
Gangguan ingatan
Perilaku aneh, tidak terorganisir
Avolition (Kehilangan motivasi)
Gangguan fungsi melakukan pekerjaan tertentu
Bicara tidak teratur, topik melompat-lompat tidak saling berhubungan
Anhedonia/asosiality (kurangnya kemampuan untuk merasakan kesenangan, mengisolasi diri dari kehidupan sosial)
Ilusi, pencuriga
Tidak mampu berkonsentrasi
Contoh pertanyaan untuk menilai penyakit skizofrenia : DELUSION
a. b. c. d.
e.
Apakah anda merasa bahwa orang-orang berkomplot melawan anda? Apakah anda merasa bahwa anda pernah diamati dan dimata-matai? Apakah anda punya kemampuan khusus? Apakah ada seseorang yang pernah mencoba mengacau atau mengganggu anda? Apakah orang lain bisa membaca pikiran anda
Contoh pertanyaan untuk menilai penyakit skizofrenia : HALUSINASI a.
b. c. d. e.
f. g. h.
i.
Apakah TV atau radio pernah menyampaikan sesuatu kepada anda? Apakah anda mendengar suara yang orang lain tidak dengar? Apa yang dikatakannya? Berapa sering suara-suara itu muncul? Berapa sering suara itu mengganggu anda? Apakah suara tersebut menyuruh anda untuk melukai seseorang atau diri sendiri? Pernahkah anda mendengar nama anada dipanggil padahal tidak ada seorangpun disekeliling anda? Pernahkah anda melihat sesuatu yang aneh yang tidak dapat anda jelaskan? Pernahkah anda melihat sesuatu yang mengganggu anda dan bukan orang lain? Apakah anda ingin melakukan tindakan yang disuruhkan oleh suara itu?
Contoh pengalaman delusi
Penderita skizofrenia yakin bahwa pikiran yang bukan berasal dari dirinya dimasukan ke dalam pikirannya oleh suatu sumber eksternal. Seorang ibu rumah tangga berusia 29 tahun berkata, “Saya melihat keluar jendela dan saya berpikir taman di halaman tampak indah dan rumputnya tambah bagus, namun pikiran Eamonn Andrews masuk ke dalam pikiran saya. Tidak ada pikiran lain disana, hanya pikirannya. Ia memperlakukan pikiran saya seperti layar dan menayangkan berbagai pikirannya dilayar tersebut seperti anda menayangkan suatu gambar”
Penderita skizofrenia yakin bahwa pikiran mereka disiarkan dan ditransmisikan sehingga orang lain mengetahui apa yang mereka pikirkan Seorang mahasiswa berusia 21 tahun (mengetahui bahwa) “ Ketika saya berpikir, pikiran saya keluar dari kepala saya melalui sejenis pita transmisi mental. Semua orang disekeliling saya hanya perlu memasukan pita tersebut ke dalam pikiran mereka dan mereka dapat mengetahui pikiran saya”.
.. pengalaman delusi lanjutan
Penderita skizofrenia berpikir bahwa pikiran mereka telah dicuri, secara tiba-tiba dan tanpa terduga, oleh suatu kekuatan eksternal. Seorang perempuan berusia 22 tahun ( menggambarkan pengalaman sebagai berikut). “ Saya sedang memikirkan ibu saya, dan tiba-tiba pikiran saya disedot keluar dari kepala saya dengan alat penyedot yang dapat menembus tengkorak kepala, dan tidak ada yang tersisa di kepala saya, kepala saya menjadi kosong”
Beberapa penderita skizofrenia yakin bahwa perasaan atau perilaku mereka dikendalikan oleh suatu kekuatan eksternal. Seorang juru ketik steno berusia 29 tahun menggambarkan berbagai tindakannya (yang paling sederhana) sebagai berikut : “ Ketika saya mengulurkan tangan untuk mengambil sisir, tangan dan lengan sayalah yang bergerak, dan jari-jari saya mengambil pena, namun saya tidak mengendalikannya. Saya duduk mengamati mereka bergerak, dan mereka cukup mandiri, apa yang mereka lakukan tidak ada hubungannya dengan saya. Saya hanya sebuah boneka yang dimanipulasi oleh tali-tali kosmik. Ketika tali-tali tersebut ditarik maka tubuh saya bergerak dan saya tidak dapat mencegahnya
Contoh pengalaman halusinasi
Beberapa penderita skizofrenia menuturkan bahwa mereka mendengar pikiran mereka diucapkan oleh suara lain Ibu rumah tangga berusia 32 tahun tersebut mengeluh tentang suara seorang laki-laki yang berbicara dengan berisik dari suatu titik kira-kira dua kaki diatas kepalanya. Suara tersebut akan mengulang semua pikiran yang mengarah ke suatu hal- bahkan pikiran-pikiran yang paling umum sekalipun. Bila saat berpikir, “ Saya harus memasak air di ketel. “Suara tersebut juga sering mengucapkan hal yang sebaliknya, “ Jangan memasak air di ketel.”
Beberapa penderita skizofrenia mengklaim bahwa mereka mendengar suara-suara yang saling berdebat Seorang penderita skizofrenia berusia 24 tahun menuturkan bahwa ia mendengar suara-suara yang berasal dari ruang perawat. Salah satu suara, yang bernada tinggi dan kasar , berulang kali berkata, “ G.T benar-benar tidak konsisten, “ dan suara lain yang bernada lebih tinggi berkata, “Setuju. Ia seharusnya dikurung. “ Suatu suara perempuan kadang-kadang menginterupsi, berkata, “Ia tidak begitu, ia laki-laki yang menyenangkan”
Klasifikasi Skizofrenia Menurut DSM-IV-TR
Klasifikasi Skizofrenia Menurut DSM-IV-TR 1.
2.
3.
4.
5.
a)
b)
Tipe paranoid : ada delusi dan halusinasi, tetapi tidak ada gangguan pemikiran, perilaku yang tidak teratur, dan respon yang datar (DSM kode 295.3/ICD kode F20.0) Tipe disorganized : disebut juga skizofrenia hebephrenic pada ICD, dimana gangguan berpikir dan perasaan yang datar terjadi bersama-sama. (DSM kode 295.1/ICD kode F.20.1) Tipe katatonik : individu mungkin hampir tidak bergerak atau menunjukkan kegelisahan, atau gerakan yang tidak ada tujuannya. (DSM kode 295.2/ICD kode F.20.2) Tipe undifferentiated : ada gejala psikotik namun tidak memenuhi kriteria untuk jenis paranoid, disorganized, atau katatonik. (DSM kode 295.9/ICD kode F.20.3) Tipe residual : gejala positif terjadi pada intensitas rendah saja. (DSM kode 295.6/ICD kode F20.5) Post-skizofrenik depresi : sebuah episode depresi yang timbul setelah penyakit dimana beberapa gejala skizofrenia tingkat rendah mungkin masih ada (Kode ICD F.20.4) Skizofrenia simpel , yaitu berkembangnya gejala negatif yang menonjol tanpa sejarah episode psikotik (Kode ICD F20.6)
Diagnosis
Pasien didiagnosis menderita skizofrenia jika terdapat 2 atau lebih tanda-tanda seperti :
Delusi Halusinasi Disorganized speech Perilaku katatonik ( aktivitas motorik berlebihan) Gejala negatif secara terus menerus sedikitnya dalam waktu enam bulan (meliputi gejala prodormal dan residual) , dengan sedikitnya ada satu bulan dimana pasien gejala-gejala tersebut secara intensif
Tata Laksana Terapi 1.
Tujuan Terapi Tujuan terapi skizofrenia adalah mengembalikan fungsi normal pasien dan mencegah kekambuhan
2.
Sasaran Terapi Sasaran terapinya bervariasi berdasarkan fase dan keparahan penyakit. - Pada fase akut, sasarannya adalah mengurangi atau menghilangkan gejala psikotik dan meningkatkan fungsi normal pasien. - Sedangkan pada fase stabilisasi, sasarannya adalah mengurangi resiko kekambuhan dan meningkatkan adaptasi pasien terhadap kehidupan dalam masyarakat
3.
Strategi Terapi a) b)
Terapi non farmakologi Terapi farmakologi
Terapi Non Farmakologi
Pendekatan Psikososial - Program for Asertive Community Treatment (PACT) - Intervensi keluarga - Terapi Perilaku Kognitif (cognitive behavioural therapy, CBT) - Pelatihan keterampilan sosial ECT (electro convulsive therapy)
Terapi Farmakologi
Menggunakan obat-obat antipsikotik untuk memodulasi neurotransmitter yang terlibat
Antipsikotik generasi pertama (first generation antipsycotic/FGA) /tipikal, memblok reseptor dopamin D2, efek samping EPS besar dan peningkatan kadar prolaktin, efektif untuk mengatasi gejala positif
Antipsikotik generasi kedua (second generation antipsycotic/SGA)/atipikal, memblok reseptor serotonin 5-HT2 A, efek blokade dopamin rendah, , efek samping EPS kecil, efektif untuk mengatasi gejala baik positif maupun negatif
Terapi Farmakologi
Menggunakan obat-obat antipsikotik untuk memodulasi neurotransmiter yang terlibat Antipsikotik Tipikal/FGA
-
1/2/2009
Atipikal/SGA
Generasi lama Memblok reseptor dopamin D2 Efek samping EPS besar Efektif untuk mengatasi gejala positif
Zullies Ikawati's Lecture Notes
- Generasi lebih baru (th 1990an) - Memblok reseptor 5-HT2, efek blokade dopamin rendah - Efek samping EPS lebih kecil - Efektif untuk mengatasi gejala baik positif maupun negatif 28
Antipsikotik tipikal • Klorpromazi Low potency n • Tioridazin • Mesoridazin • Flufenazin • Perfenazin • Thiotixene High potency • Haloperidol • Loxapin • Molindon Pada dasarnya potensi tidak berhubungan dengan efektifitas obat € hanya menunjukkan miligram equivalency (contoh : haloperidol 15 mg
1
equivalent dengan klorpromasin 750 mg) € jika digunakan dalam dosis /2/2009 Zullies Ikawati's Lecture Notes 25 yang ekuipoten semua antipsikotik tipikal sama efikasinya
Antipsikotik atipikal • Clozapin • Risperido n Olanzapin • Quetiapin • Ziprasidon • Aripiprazol
Antagonis reseptor 5-HT, Blokade dopamin rendah
• • terdapat hubungan kuat antara system dopaminergik dan serotonergik € serotonin memodulasi fungsi dopamine (reductions in serotonin activity are
associated with enhancements in dopamine activity) • Saat ini lebih banyak digunakan sebagai “drug of choice” karena relatif lebih aman dari efek samping ekstrapiramidal
1/2/2009
Zullies Ikawati's Lecture Notes
30
Prinsip Tata Laksana Terapi Fase Akut
Pada satu minggu pertama, direkomendasikan untuk segera memulai terapi dengan obat Pemilihan obat didasarkan pada pengalaman pasien sebelumnya dengan antipsikotik, riwayat efek samping dan rute pemberian yang disukai Dosis yang dianjurkan adalah yang efektif dan tidak menyebabkan efek samping. Benzodiazepin dapat digunakan untuk mengobati katatonia serta mengatasi cemas dan agitasi sampai antipsikotik menunjukkan efeknya. Bila ada depresi berat, bisa diberikan antidepressan. Mood stabilizer dan betabloker dapat dipertimbangkan untuk mengurangi tingkat keparahan agresi dan rasa permusuhan.
Pinsip Tata Laksana Terapi Fase Stabilisasi
Terapi minggu ke 2 – 3 adalah untuk mengurangi stress pada pasien, menimalkan kambuh, menigkatkan adaptasi pasien untuk hidup di masyarakat, menfasilitasi penurunan gejala dan meningkatkan proses pemulihan. Pemantauan selama minimal 6 bulan dengan rejimen telah cocok dengan pasien Edukasi termasuk kepatuhan pengobatan Gunakan selalu atipikal bila memungkinkan
Prinsip Tata Laksana Terapi Fase Pemeliharaan
Tujuan terapi pemeliharaan adalah memastikan bahwa kesembuhan terpelihara, kualitas hidup meningkat, jika ada kekambuhan segera diobati, dan pemantauan efek samping pengobatan terus berlanjut. Perlu waktu sedikitnya 5 tahun untuk tappering dose Terapi psikososial dapat diberikan sesuai kebutuhan individual
Algoritma
Algoritma tatalaksana terapi Tidak ada riwayat
Ada riwayat Kegagalan terapi AT
Kegagalan terapi AT Stage 1
Stage 2
Stage 3
Stage 4
Olanzapin Olanzapin Gunakan Gunakan or or salah satu salah satu Quetiapin Quetiapin or or Tidak ada respon Risperidon Risperidon Tidak ada respon Tidak Tidak Gunakan yang lain patuh Haloperidol dekanoat patuh Gunakan yang lain atau flufenazin Tidak ada respon Tidak ada respon dekanoat Tidak ada respon Gunakan yang lain Gunakan yang lain Gunakan yang lain Tidak ada respon Tidak ada respon Gunakan AP tipikal
Tidak ada respon
Tidak ada respon Stage 51/2/2009
Zullies Ikawati's Lecture Notes
Clozapin
33 Cont’d
lanjutan Stage 5
Clozapin Respon parsial
Stage 5a
Stage 5b
1/2/2009
Clozapin + obat pendukung (AP tipikal/atipikal, mood stabilizer, ECT, antidepresan Tidak ada respon
Tidak ada respon atau menolak klozapin
Kombinasi Atipikal+tipikal, atau kombinasi tipikal, atau kombinasi atipikal, atau atipikal + ECT
Zullies Ikawati's Lecture Notes
34
Masalah dalam penggunaan obat antipsikotik : ketidakpatuhan akibat efek samping obat • efek samping ekstrapiramidal € dijumpai pada obat antipsikotik tipikal • efek antikolinergik (mulut kering, pandangan kabur, konstipasi, retensi urin, penurunan memori) € pada antipsikotik potensi rendah (exp: klorpromazin) • tardive dyskinesia € gerakan yg tidak terkontrol, terutama pada mulut, lidah • efek pada kardiovaskuler (hipotensi ortostatik) € pada obat tipikal dan atipikal • efek pada fungsi seksual dan endokrin • kejang € potensi tertinggi pada pemakaian klorpromazin atau klozapin
1/2/2009
Zullies Ikawati's Lecture Notes
37
Antipsikotik yang beredar di Indonesia
Trifluoperazin (generik, Stelazine, Trizine)
Levomepromazin (Nozinan)
Flufenazin dekanoat (Modecate) Haloperidol dekanoat (Haldol decanoas)
Risperidon (Persidal, Rizodal, Zofredal)
Klozapin (Clozaril)
Quetiapin
Olanzapin
1/2/2009
Zullies Ikawati's Lecture Notes
• Klorpromazin (generik, Meprosetil, Largactil, Largazine, Promactil) • Haloperidol (Lodomer, Govotil, Halonace, Haldol, Seradol, Serenace) • Flufenazin (Anatensol) • Perfenazin (generik, Trilafon) • Proklorperazin (Stemetil) • Tioridazin (Melleril)
38
Efek samping relatif Obat
sedasi
ekstrapiramidal
antikolinergik
ortostatik
Klorpromazin
++++
+++
+++
++++
Flufenazin
+
++++
+
+
Haloperidol
+
++++
+
+
Loksapin
+++
+++
++
+++
Perfenazin
++
+++
++
++
Tioridazin
++++
+++
++++
++++
Tiotiksen
+
++++
+
+
Molindon
+
+++
++
++
Klozapin
++++
++++
++++
Olanzapin
++
++
++
++
Quetiapin
++
+
+
++
Risperidon
+
++
+
++
1/2/2009 Ziprasidon
++
+
++
Zullies Ikawati's Lecture Notes
++
35
Obat pilihan mengatasi efek samping Nama Obat
Dosis (mg/hari) Waktu paruh
EPS yang disasar
Benztropin
0,5 – 6,0
24
Akatisia, distonia, parkinsonisme
Triheksifenidil
1 - 15
4
Akatisia, distonia, parkinsonisme
Amantadin
100 - 300
10 - 14
Akatisia, distonia, parkinsonisme
Propanolol
30 - 90
3-4
Akatisia
Lorazepam
1-6
12
Akatisia
Difenhidramin
25-30
4-8
Akatisia, distonia, parkinsonisme
Evaluasi Hasil Terapi
Pemantauan terhadap perbaikan gejala, baik gejala positif, negatif dan kognitif Pemantauan dapat dilakukan dgn berbagai alat bantu,misal: Brief Psychiatric Rating Scale (BPRS), Positive and Negative Symptom Scale (PANSS), dll Pemantauan juga dilakukan terhadap ESO, spt: EPS (utama), weight gain, antikolinergik, hipotensi ortostatik, dll. Khusus utk clozapin : perlu dilakukan pemantauan ketat terhadap kejadian agranulositosis, check WBC setiap minggu selama terapi
Prognosis •Prognosis cukup baik jika : onset lebih lambat, pemicunya diketahui, sejarah pre-morbid bagus, dan ada dukungan keluarga € 20-30% mungkin bisa kembali normal •Kurang lebih 20-30 % mungkin akan mengalami gejala sedang •40 – 60% mungkin tidak akan kembali normal seumur hidupnya
1/2/2009
Zullies Ikawati's Lecture Notes
43
Selesaaai…