Pembangunan Sumur Dalam: Di Banjar Binong, Desa Werdibhuana Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung

  • Uploaded by: adila syariah
  • 0
  • 0
  • February 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Pembangunan Sumur Dalam: Di Banjar Binong, Desa Werdibhuana Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung as PDF for free.

More details

  • Words: 8,177
  • Pages: 39
Loading documents preview...
PEMBANGUNAN SUMUR DALAM Di Banjar Binong, Desa Werdibhuana Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung

OLEH : PARARYA SURYADIPURA

PROGRAM STUDI BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN UNIVERSITAS UDAYANA 2016

KATA PENGANTAR Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa atas tersusunnya Dokumen Pengelolaan Lingkungan untuk kegiatan pembangunan SUMUR DALAM di Banjar Binong, Desa Werdibhuana, Kecamatan Mengwi. Kegiatan yang tidak wajib AMDAL perlu menyusun dokumen lingkungan dalam rangka mencegah dan mengantisipasi terjadinya pencemaran dan atau kerusakan lingkungan sebagai perwujudan pembangunan yang berwawasan lingkungan. Dokumen ini merupakan pegangan bagi pemrakarsa dalam melakukan pengelolaan lingkungan dan juga menjadi pegangan bagi instansi teknis terkait didalam melakukan pemantauan lingkungan atas kegiatan ini. Kami sangat mengharapkan adanya masukan dan arahan dari berbagai instansi terkait sehingga kegiatan yang kami laksanakan dapat menunjang pembangunan yang berwawasan lingkungan. Dengan tersusunnya dokumen ini, dengan segala kerendahan hati kami menyampaikan terima kasih kepada yth: Bupati Badung, Camat Mengwi, Kepala Desa Werdibhuana, serta semua pihak yang telah memberikan arahan dan saran sehingga dokumen ini dapat terwujud. Kami berharap semoga dokumen ini dapat memenuhi harapan dan persyaratan sebagaimana dimaksud sehingga tujuan pembangunan yang berwawasan lingkungan dapat segera terwujud. Denpasar, Desember 2015 Penulis,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berkembangnya pertumbuhan pariwisata yang pesat di Propinsi Bali utamanya di Kabupaten Badung, ternyata memberikan pengaruh kepada kehidupan masyarakat pada umumnya yakni meningkatnya kehidupan sosial ekonomi, meningkatnya tingkat sanitasi masyarakat dan sebagainya. Sejalan dengan hal tersebut diatas, maka seiring dengan perkembangan penduduk, pesatnya pembangunan dan perekonomian serta pengetahuan masyarakat tentang kesehatan, khususnya di wolayah Kabupaten badung , maka kebutuhan akan air bersih khususnya air minum juga semakin meningkat. Keinginan atau animo masyarakat untuk berlangganan air bersih dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) semakin bertambah setiap harinya, hal ini menyebabkan menjadi tangtangan tersendiri bagi PDAM untuk memenuhi keinginan masyarakat tersebut. Dengan keterbatasan produksi air bersih yang ada, sistem penyediaan air bersih saat ini tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat. Berdasarkan hal itu maka pihak PDAM Badung perlu melakukan pengembangan atau peningkatan kapasitas produksi. Untuk mengatasi kondisi tersebut, pihak PDAM Badung merencanakan membangun sumur dalam di Banjar (Br) Binong Kecamatan Mengwi, Banjar (Br) Kerta, Kecamatan Petang dan Desa Blakiuh Kecamatan Abiansemal. Namun demikian, usaha pembangunan sumur dalam tersebut harus selalu memperhatikan upaya pelestarian lingkungan, sehingga sumber daya alam tersebut dapat dipakai secara berkesinambungan. Pembangunan yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan sangat diperlukan untuk mengelola sumber daya secara bijaksana, oleh karena itu setiap usaha atau kegiatan yang menimbulkan dampak terhadap lingkungan hidup perlu dikaji agar dapat diambil langkah-langkah pengendalian sedini mungkin terhadap dampak yang akan timbul. Di Bali yang masyarakatnya dominan beragama Hindu, hal-hal yang berkaitan dengan pembangunan berwawasan lingkungan selalu berpedoman pada falsafah “TRI HITA KARANA” yang menggambarkan dan menjabarkan hubungan manusia baik dengan Tuhannya, alam sekitar dan dengan manusianya itu sendiri. Oleh karena itu maka tatanan masyarakat di Bali pada umumnya telah mempunyai kepekaan yang tinggi terhadap pelestarian lingkungan, baik itu lingkungan fisik maupun lingkungan sosial budaya.

Dalam hubungannya dengan usaha pelestarian lingkungan dan upaya menekan timbulnya dampak akibat pembanguna sumur dalam tersebut, maka dipandang perlu PDAM Kabupaten Badung sebagai pemrakarsa kegiatan PEMBANGUNAN SUMUR DALAM menyusun dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL). Berdasarkan UU No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, juga Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 86 tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup. Kegiatan yang tidak wajib AMDAL perlu menyusun UKL dan UPL dalam rangka mencegah dan mengantisipasi terjadinya pencemaran dan atau kerusakan lingkungan sebagai perwujudan pembangunan yang berwawasan lingkungan. Dokumen ini merupakan pegangan bagi pemrakarsa dalam melakukan upaya pengelolaan dan juga menjadi pegangan bagi instansi teknis terkait didalam melakukan pemantauan lingkungan atas kegiatan ini. Peraturan Daerah Bali No. 16 tahun 1988 tentang Penanggulangan Pencemaran oleh Limbah dan PP No. 20 tahun 1990 tentang Pencemaran Air, menyatakan antara lain bahwa kualitas limbah yang dibuang ke lingkungan harus memenuhi baku mutu limbah yang telah ditentukan dan tidak boleh sampai merubah peruntukan air di sekitarnya. Melalui pengkajian UKL-UPL ini akan dapat diprakirakan jenis dampak yang akan terjadi untuk dicarikan jalan pemecahannya sedini mungkin dan dampak positifnya dapat dikembangkan seluas-luasnya untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak.

1.2 Tujuan dan Kegunaan UKL-UPL Tujuan UKL-UPL : 1. Memberikan informasi mengenai usaha atau kegiatan yang dilaksanakan yang berpotensi menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan. 2. Memperkirakan dampak yang mungkin terjadi dan mengupayakan pengelolaannya sehingga pencemaran dan perusakan lingkungan dapat diantisipasi sedini mungkin. 3. Melaksanakan pemantauan terhadap dampak yang mungkin terjadi secara kontinyu sehingga dapat dipergunakan sebagai bahan penyempurnaan UKL dan UPL ini. Kegunaan UKL-UPL : 1. Membantu pihak

pengambil

keputusan

dan

instansi

terkait

dalam

mempertimbangkan proses perijinan. 2. Merupakan pedoman bagi pemrakarsa dalam pelaksanaan kegiatannya. 3. Untuk mencegah terjadinya tuduhan oleh pihak lain tentang adanya pencemaran dan perusakan lingkungan yang tidak dilakukan atau tidak dikelola oleh pemrakarsa.

1.3 Peraturan Perundang-undangan sebagai Pedoman Penyusunan UKL-UPL 1. Undang-Undang RI No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup 2. Undang-Undang RI No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya 3. Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan 4. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 02 Tahun 1988 tentang Pedoman Penetapan baku Mutu Lingkungan 5. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 12 Tahun 1994 tentang Pedoman Umum UKL-UPL 6. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 17 Tahun 2001 tentang Jenis Usaha atau Kegiatan yang wajib dilengkapi AMDAL. 7. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 86 tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup 8. Peraturan Daerah Propinsi Bali No. 15 tahun 1988 tentang Pengendalian Pengambilan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan 9. Peraturan Daerah Propinsi Bali No. 4 tahun 1999 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi Bali 10. Keputusan Gubernur Bali No. 515 tahun 2000 tentang Standar Baku Mutu Lingkungan 11. Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Badung No. 29 tahun 1995 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten (RTRWK) 12. Keputusan Bupati Badung No. 533 tahun 2004 tentang Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan Mengwi 13. Keputusan Bupati Badung No. 1015 tahun 2003 tentang Jenis Rencana Usaha dan atau Kegiatan yang wajib dilengkapi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup 14. Keputusan Bupati Badung No. 1018 tahun 2003 tentang Mekanisme Pelaksanaan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) dan Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL), Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) dalam perizinan di Kabupaten Badung

BAB II DESKRIPSI RENCANA KEGIATAN Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Badung

direncanakan membangun

SUMUR DALAM di Banjar Binong, Desa Werdibhuana, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung sehingga penyusunan dokumen UKL-UPL akan menguraikan tahap prakonstruksi, konstruksi dan operasional 2.1. Gambaran Umum Rencana Kegiatan Data Umum Perusahaan 1. Nama Perusahaan

: Perusahaann Daerah Air Minum (PDAM) Badung

Alamat Lengkap Telepon/Fax E-mail

: Jl. Bedahulu No.3 –Denpasar, Bali : 0361-421845-421949/423954 : -

2. Penanggung Jawab Perusahan Nama

: I NYOMAN SUKANADA, ST

Jabatan

: Direktur Utama

Alamat Lengkap

: Jl. Bedahulu No.3 –Denpasar, Bali

Telepon/Fax

: 0361-421845-421949/423954

3. Bidang Usaha Jenis Usaha

: Perusahaan Daerah Air Minum

Nama Usaha/Proyek : Pembuatan Sumur Dalam Alamat Lengkap

: Jl. Mengwi-Bedugul, Banjar Binong, Desa Werdibhuana, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung

2.1.3. Tanah/Gedung Lokasi

LOKASI Lokasi rencana kegiatan terletak di Jl. Jl. Mengwi-Bedugul, Banjar Binong, Desa Werdibhuana, Kecamatan

Mengwi,

Kabupaten

Badung

Topografi

lokasi

kegiatan

merupakan

lahan

perkebunan/persawahan yang bergelombang

Lokasi ini berada pada ketinggian  700 m diatas

permukaan laut (dpl) dengan batas-batas lokasi kegiatan sebagai berikut : Sebelah Utara

: Tanah perkebunan

Sebelah Timur

: Jl. Mengwi-Bedugul

Sebelah Selatan

: Jalan

Sebelah Barat

: Tanah perkebunan

STATUS TANAH Status kepemilikan tanah yang diusahakan oleh PDAM BAdung ini adalah merupakan tanah hak guna bangunan (HGB) Nomor. 9 tertanggal 20 Juli 2004, dengan luas 425 m2. Tanah yang dimaksud dibeli dari masyarakat, karena menjadi milik pemerintah, maka bentuk sertifikatnya adalah HGB sesuai dengan Keputusan Menteri Negara/Kepala BPN No. 16, tanggal 9-12-1997 Hak Milik No. 1153 Desa Mengwi dihapus dan diubah menjadi HGB No.9, tanggal 20 Juli 2004.

JARAK    

ANTARA RENCANA LOKASI USAHA DENGAN: Pemukimam Penduduk : 100 m Pura : 250 m Pasar : 850 m SD : 300 m

2.1.4. Rencana Penggunaan Lahan dan Luas Areal Bangunan Pembangunan sumur dalam PDAM di Banjar Binong menempati lahan seluas 425 m 2, dengan fisik bangunan seluas  70 m2. 2.2. Kegiatan yang Dilakukan 2.2.1. Tahap Prakonstruksi a. Pengurusan Perijinan 2.2.2. Tahap Konstruksi a. Pekerjaan Pengeboran dan Konstruksi Sumur Pekerjaan yang dilakukan berupa : 

Pembuatan 1 (satu) buah sumur dalam dengan kedalaman 160 meter



Pelaksanaan Electrical Logging 1 (satu) kali



Pembersihan sumur (Well Development)



Pemompaan uji bertahap



Pengadaan pompa dan p[erlengkapan serta penyambungan jaringan listrik



Pemasangan pompa submersible



Pembuatan rumah genset

Peralatan yang Digunakan 

Mesin bor rotary table dengan kapasitas 200 m dan centrifugal pump/ pompa Lumpur



Mata bor/bit jenis tricone bit diameter 8”, 10”, 12” dan 16”.



Electrical logging untuk penyelidikan geolistrik lubang bor dengan kemampuan 180 meter



Compressor dengan kapasitas 150 lt/inc



Mesin las



Pompa submersible Lowara Type A2 dan motor penggerak

Pemboran (Well Development) Pelaksanaan pekerjaan pemboran dilaksanakan dengan menggunakan metode Direct Circulation Drilling dan menggunakan Mud Flush sebagai fluida pemboran. Pada setiap pemboran diambil contoh Cutting tiap kedalaman 1 meter atau tergantung dari tekstur batuan Pengujian Geofisik lubang bor. Penyelidikan ini dimaksudkan untuk mengetahui letak dan ketebalan dari lapisan pembawa air (aquifer) dengan lebih akurat dan hasilnya dikorelasi dengan litologi dari deskripsi cutting bor. Pengukuran yang dilakukan dalam penyelidikan adalah sinar gama alami (Natural Gamma Ray) /Resistivity (R Ohm meter)

tahanan jenis dengan interval pengukuran kedalaman 1 meter.

Pengujian ini berguna untuk penempatan saringan/screen pada aquifer yang berpotensi mengandung air. Tabel 1 menunjukan letak saringan dan deskripsi terhadap lapisan pembawa air. Tabel 1. Kedalaman Saringan/Screen Lokasi Banjar Binong, Desa Werdibhuana, Kecamatan Mengwi



-

Kedalaman Saringan/Screen Diameter 8” 81 meter sampai 87 meter 99 meter sampai 120 meter 129 meter sampai 144 meter

Konstruksi Sumur

Pemasangan konstruksi sumur yang dipasang adalah pipa jenis Galvanis Iron Pipe (GIP) dan screen low carbon dengan susunan pipa jambang diameter 10” dipasang pada kedalaman 0 sampai 78 meter selanjutnya pipa buta dan saringan diameter 8” dipasang pada kedalaman 78 – 150 meter. Untuk lebih jelasnya disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Konstruksi Sumur Produksi Lokasi Banjar Binong, Desa Werdibhuana, Kecamatan Mengwi

Diameter Pipa (inch) 10 8 8 8 8 8 8 8

Kedalaman (meter) 0,0 – 78,0 78,0- 81,0 81,0 – 87,0 87,0 – 99,0 99,0 – 120,0 120,0 – 129,0 129,0 – 144,0 140,0 – 150,0

Keterangan Blank casing Reducer dan pipa buta Screen Pipa buta Screen Pipa buta Screen Pipa buta

Pembersihan Sumur (Well Flushing) Setelah pekerjaan sumur selesai dilakukan pembersihan sumur dengan jetting air melalui nossel dan jetting udara dengan air compressor. Pekerjaan ini dilakukan untuk membersihkan saringan sehingga air dan air yang keluar telah bersih. Uji Pemompaan Uji pompa dilakukan untuk memperoleh parameter hidrolika dan kapasitas jenis sumur produksi. Uji pemompaan dalam pelaksanaanya dibagi menjadi tahap : a. Pemompaan pendahuluan ( Step Draw Down Test) Tujuan dari pemompaan uji awal adalah untuk membersihkan kotoran yang berupa pasir halus dan material lain dan untuk menghitung besarnya debit air yang akan digunakan untuk kegiatan uji pemompaan utama. Uji dilakukan sebanyak 3 step dengan waktu 6 jam. Hasil perhitungan kapasitas spesifik/jenis pada uji pompa bertahap disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Kapasitas Spesifik/Jenis Uji Bertahap Tahap

Waktu

Debit

S (Penurunan)

Kapasitas Jenis/Spesifik

Ke

(menit)

(lt/dtk)

(m)

(lt/dtk/m)

1

120

10,00

2,68

3,73

2

120

15,00

4,89

3,07

3

120

20,00

7,04

2,84

Sumber : Perhitungan b. Uji Utama Pemompaan (Long Period Test) Uji pemompaan dilakukan dengan debit air yang tetap dan selama pengamatan perilaku muka air tanah terus diamati dengan waktu pengamatan yang telah ditentukan. Uji ini juga untuk menentukan kapasitas spesifik/jenis, kapasitas sumur, koefisien tranmisivity (T) dan permeabilitas (K). Hasil perhitungan kapasitas spesifik/jenis pada uji pompa utama disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Kapasitas Spesifik/Jenis Uji Utama Muka Air

Waktu

Debit

S (Penurunan)

Kapasitas Jenis/

Tanah (m)

(menit)

(lt/dtk)

(m)

Spesifik(lt/dtk/m)

21

4320

20,00

9,8

2,04

Sumber : Perhitungan



Analisis Hasil Pengamatan

Pengukuran Debit Peralatan yang digunakan pengukur debit adalah pengukur Bak Thomson,

dimana debit air

dijabarkan dalam rumus : Q = 0,139 x (H)2 Keterangan : Q = Debit air (lt/dtk); H = Tinggi air (m) Pengolahan data Uji Pompa Dalam pengolahan data hasil uji pompa metode yang digunakan adalah dengan beberapa pendekatan sebagai berikut : - Akuifer mempunyai penyebaran yang yang tidak terbatas - Penyebaran akuifer ke arah horizontal lebih besar daripada ke arah vertikal - Akuifer bersifat homogen isotropis dengan ketebalan seragam - Debit selama pemompaan adalah tetap - Permukaan piezometrik konstant sebelum pemompaan - Sumur yang dipompa menembus seluruh akuifer Kapasitas Spesifik/Jenis (Specific Capacity) Kapasitas spesifik adalah jumlah debit yang dapat dihasilkan dalam setiap satu satuan penurunan muka air tanah. Secara matematis hubungan ini dirumuskan : SC = Q : S Keterangan : SC = Kapasitas Spesifik (lt/dtk/m) S

= Penurunan muka air tanah (m)

Q

= Debit (lt/dtk)

Dari perhitungan diperoleh 2,041 lt/dtk/m Koefisien Tranmisivity (T) Harga tranmisivity diperoleh dari grafik uji pemomopaan, yaitu antara penurunan muka air tanah (s)(m) terhadap waktu (t) (menit) yang diplot pada kertas semilog. digunakan adalah : T =

( 2,30 x Q )/ (4 ∏ x ∆ s ) =

( 0,183 x Q ) / ∆ s

Keterangan : T = Transmisivity (m2/hari) Q = Debit (m3/dtk)

Persamaan yang

S = Penurunan muka air tanah dalam satu siklus logaritma (m) Dari rumus dan perhitungan diperoleh hasil T1 = 108,74 m2/hari dan T2 = 147,18 m2/hari. Koefisien Permebilitas (K) Persamaan yang digunakan adalah : K = T/D Keterangan : K = Permeabilitas (m/hari) T = Transmisivity (m2/hari) D = Tebal akuifer diasumsikan sama dengan jumlah kedalaman pipa saringan (m) Hasil perhitungan diperoleh nilai K1 = 2996 x 10

-5

m/hari dan K2 = 4056 x 10

-5

m/hari.

Perhitungan sifat hidrolik akuifer ditunjukan pada Tabel 5 Tabel 5. Sifat Hidrolik Akuifer Debit (lt/dtk) 20 20

S (m) 9,8

T (m2/hari) 108,74 147,18 Sumber : Perhitungan

Tebal Akuifer (m) 42 42

K (m/hari) 2,996 x 10 -5 4,056 x 10 -5

Q = Debit (m3/dtk) S = Penurunan muka air tanah dalam satu siklus logaritma (m) Perhitungan Debit Maksimum dan Debit Optimum Secara kuantitatif maksimum debit sumur dapat dihitung dengan rumus: Q maks = ( 2 π x re x d √h) / 15 Keterangan : Q maks = Debit maksimum (m3/dtk) Re = jari-jari saringan + radius effektif lubang sumur bor dibagi 2 (m) D = Tebal akuifer diasumsikan sama dengan jumlah kedalaman pipa saringan (m) K = Permeabilitas (m/hari) Nilai debit optimum adalah 12,9 lt/detik dan penurunan muka air tanah optimum sebesar 3,9 meter diperoleh dengan perhitungan menggunakan cara Sichart dengan plot grafik S dan Q pada skala cartasius. (Lampiran) dan hasilnya disajikan pada Tabel 6

Tabel 6 Perhitungan Kapasitas Sumur Tebal Akuifer (m) 42,00

K (m/hari) 2,996 x 10 -5 4,056 x 10

Q maks (lt/dtk) 15,16

Q opt (lt/dtk) 12,90

S opt (m) 3,90

-5

Sumber : Perhitungan 2.2. 3. Tahap Operasional a.

Pengambilan air bawah tanah/pengeboran air Kegiatan ini berupa pengambilan air bawah tanah dengan debit 10 lt/detik dari debit kritis sebesar 12,9 lt/detik, kegiatan ini akan menyebabkan penurunan muka air tanah dibawah 3,9 meter. Apabila pengambilan air tidak melebihi 10 lt/detik maka penurunan muka air bawah tanah pada akifer dangkal hanya mengalami penurunan lebih kecil dari 3 meter.

BAB III RONA LINGKUNGAN 3.1. Iklim

Komponen iklim yang dikaji dalam penelitian ini meliputi tipe iklim, suhu dan kelembaban udara, curah hujan dan hari hujan dan angin. Data komponen iklim tersebut diperoleh dari Stasiun Meteorologi dan Geofisika Wilayah II Bali.

a. Tipe Iklim Tipe iklim di sekitar penelitian dan sekitarnya berdasarkan letak geografisnya termasuk iklim AW yaitu iklim tropis yang dicirikan dengan suhu dan kelembaban udara yang cukup tinggi dan hujan bermusim (Barry dan Chorley, 1976). Berdasarkan klasifikasi iklim menurut Schmidth dan Fergusson, lokasi ini termasuk tipe iklim C yang dicirikan dengan adanya rata-rata bulan basah 5 – 6 bulan dan indeks perbandingan rata-rata bulan kering dan bulan basah (nilai Q) 50 %. Bulan basah adalah bulan yang mempunyai curah hujan lebih dari 100 mm dan bulan kering ditandai dengan curah hujan kering dari 60 mm. Data curah hujan rata-rata adalah 990 mm/tahun dengan jumlah hari hujan 96 hari.

b. Suhu dan Kelembaban Udara Suhu rata-rata bulanan berkisar 26,7 o C, dan suhu udara minimum dan maksimum rata-rata adalah 23,4 – 30,4 o C, sedangkan kelembaban relatif udara 79%.

c. Angin Berdasarkan data yang ada kecepatan angin berkisar antara 98 – 160 Km/jam dengan kecepatan rata-rata 12,3 km/jam. Hal ini berarti dengan kecepatan tersebut di atas kecepatan angin tergolong rendah sampai sedang. Pada tahap operasional arah dan kecepatan angin memberikan pengaruh terhadap penyebaran polutant dan kebisingan. Tekanan udara rata-rata adalah 1009,98 mB dengan tekanan udara maksimum 1011,09 mB dan tekanan udara minimum 1009,68 mB. Adanya perbedaan tekanan udara rata-rata maksimum

dan minimum yang sangat kecil (1,34 mB) menyebabkan di lokasi ini tidak pernahterjadi angina ribut maupun angin berputar (Cycloon).

3.2.

Geologi

a. Fisiografi Bali secara umum pada bagian utara dari daerah penelitian dan sekitarnya terdapat jajaran pegunungan merupakan punggung – punggung bukit yang curam, dan ketinggian 800

meter sampai 1400 meter dpal, yaitu

bergelombang dengan

meliputi daerah kawasan Bedudgul dan

sekitarnya. Sungai – sungainya mengalir kearah selatan. Sedangkan pada bagian selatan dengan lereng miring sampai

landai pada

dataran pantai. Pada bagian selatan adalah daerah Bukit

Peninsula yang batuannya terdiri dari batu gamping. Lokasi kegiatan pemboran dan sekitarnya terletak pada dataran lereng kaki gunungapi dengan topografi miring hingga bergelombang. Kemiringan lereng berkisar 5 – 8 % dan 8 – 15 %. Ketinggian tempat  250 -300 m di atas permukaan laut. Berdasarkan peta Geologi Pulau Bali (1972), lokasi kegiatan merupakan Formasi Geologi Endapan Buyan Beratan dan Batur Purba (Qbb) dengan litologi berupa endapan lahar, breksi, debu dan pasir. Berdasarkan sistem klasifikasi tanah Nasional (Pusat Penelitian Tanah/Sistem Klasifikasi lama), jenis tanah pada lokasi kegiatan batik termasuk tanah Latosol Hitam kecoklatan. Berdasarkan Sistem Taxonomi Tanah (Soil Taxonomy, 1994) tanah pada lokasi kegiatan termasuk order Inceptisol dan pada sub group termasuk Typic Tropaquepts. Hasil pengamatan lapang menunjukkan bahwa stabilitas geologi dan stabilitas tanah pada lokasi pemboran cukup mantap, karena secara geologis merupakan endapan pasir, lumpur dan debu serta tekstur tanahnya mengandung liat cukup sehingga struktur tanahnya cukup mantap. Pada lokasi kegiatan tidak dijumpai keunikan, keistimewaan dan kerawanan bentuk wilayah mengingat areal kawasan ini merupakan bentang alam dataran lereng kaki gunung api yang menjadi pemukiman.

b. Geologi

Berdasarkan Peta Geologi tersebut lokasi kegiatan merupakan Formasi Geologi Endapan Buyan Beratan dan Batur Purba

(Qbb) dengan litologi berupa endapan lahar, breksi, debu dan

pasir. Secara regional daerah penelitian tersusun oleh formasi batuan antara lain dari yang tertua sampai ke yang muda adalah sebagai berikut : 

Formasi Selatan Formasi ini tersingkap dan ditemukan membentuk perbukitan di daerah Semenanjung Bukit, sebelah selatan daeah penyelidikan. Litologinya adalah batuan gamping keras dan masih dengan ketebalan 600,0 meter, dan diendapkan pada masa Kala Mio–Pliosen. Endapan ini tidak tersingkap didaerah lokasi penyelidikan



Formasi Palasari Endapan ini tidak tersingkap didaerah lokasi penyelidikan, akan tetapi litologi batuannya diketahui dari hasil pemboran yang ada didaerah selatan penyelidikan seperti daerah Kapal, Darmasaba, dan Denpasar. Formasi ini tersusun oleh jenis batuan yang diendapan pada lingkungan delta dan laut dangkal, dan litologinya terdiri dari konglomerat, batu pasir, dan setempat batu gamping terumbu. Satuan batuan ini diendapkan pada kuarter bawah, ketebalan mencapai lebih dari 300 meter.



Formasi batuan Volkanik Kuarter Atas Batuan yang terdiri dari endapan tufa dan endapan lahar Buyan Bratan dan Batur yang batuannya terdiri dari tufa halus, tufa pasiran, breksi volkanik dalam fragmen batu apung dan lava, serta endapan laharik dalam fragmen gunung api berukuran kerikil sampai bongkah dan mempunyai permebilitas yang sedang tinggi. Batuan volkanik tersebut menutupi hampir seluruh daerah penyelidikan

yang merupakan produk dari kegiatan gunung api tersebut, ketebalan

kelompok batuan ini bervariasi, di daerah bagian utara tebal mencapai lebih dari 200 meter dan akan menipis kearah barat. 

Endapan Alluvial berumur resent Satuan batuan ini umunya tersusun oleh endapan laut yaitu pasir, dengan kelulusan yang tinggi – sangat tinggi; Endapan ini menempati daerah bagian selatan, yaitu disepanjang pantai Legian, Sanur dan Kuta serta tempat–tempat dibagian lembah sungai yang tidak begitu curam. Penyusun batuannya adalah material lepas dari berbagai ukuran butir, hasil pengendapan sungai dan pantai seperti lempung, lanau, pasir dan kerikil.

3.3. Hidrologi Air Permukaan

Air permukaan disekitar daerah penelitian berupa saluran air irigasi pada subak Pacung Babakan dan Subak Delod Banjar Sayan, tidak terdapat sungai. Daerah ini lebih banyak sebagai daerah recharge area ditandai dengan kedalaman air bawah tanah lebih dari 25 m dan kondisi tanah dengan porositas dan permeabilitas yang tinggi.

Air Bawah Tanah Air bawah tanah disekitar pengeboran

dengan tinggi muka air tanah lebih dari 25 m,

terdapat 6 sumur bor di sebelah timur dan selatan lokasi bor dengan jarak lebih dari 200 m. Sumur bor yang ada umumnya dengan kedalaman 45 m dengan fluktuasi muka air tanah yang besar (> 15 m) pada saat musim penghujan dan kemarau. Sumur bor ditandai pada musim kemarau air sedikit sekali bahkan kering. Berdasarkan penyelidikan geologi dan studi geofisika yang ada di daerah sekitar penyelidikan, termasuk hasil dari data–data sumur bor seperti daerah Kapal, Darmasaba, Denpasar dan sekitarnya (bagian selatan daerah lokasi pemboran ). Satuan batuan yang utama untuk kondisi hidrogeologi adalah batuan yang dominan diendapakan dari batuan volkanik muda yang berumur kuarter atas dengan susunan batuannya volkanik. Pada lapisan batuan volkanik muda tersebut diharapkan adanya rekahan–rekahan terutama pada lava. Disampimg lapisan batuan tersebut diatas, juga ada kelompok batuan sedimen kuarter tua yang batuannya terdiri dari sedimen seperti pasir, krikil, dan sistem akifer pada kelompok batuan ini dicirikan oleh pengerakan air tanah melalui ruang antar butir rekahan. Adapula batuannya yang mempunyai ukuran halus sampai sangat kasar, yakni lempung, lanau, pasir, dan kerikil dan sistim akuifer pada endapan ini dicirikan oleh sistem rongga antara berupa ruang dan butir. Pada daerah penyelidikan secara hidrogeologi diperkirakan masuk pada akuifer semi tertekan. Untuk akuifer semi tertekan (Semi Unconfined Aquifer) pada daerah penyelidikan lebih dominan, sebab lapisan penyekat pada lapisan ini umumnya bersifat lanauan atau secara

hidrogeologi disebut lapisan perlambat (aquitard), dan akuifer jenis ini juga terdapat pada kedudukan relatif dalam, bahkan sampai mencapai 300,0 meter (Peta Geologi). Hasil kajian ini menunjukan bahwa lapisan akuifer sampai kedalaman 150 m merupakan akuser semi tertekan hasil dari pengisian antar butir dan rekahan sehingga adanya pengeboran akan mempengaruhi muka air tanah yang ada di akifer dangkal.

3.4. Flora dan Fauna Pengamatan terhadap flora dan fauna dilakukan pada lokasi rencana kegiatan pembangunan sumur dalam dan disekitarnya.

3.4.1. Flora Pengambilan data tentang flora ini adalah dengan pengamatan langsung dan mencatat jenis-jenis yang ditemukan. Flora yang diamati

di lokasi pengamatan meliputi tumbuhan jenis

pohon, perdu dan herba. Dari hasil pengamatan didapatkan bahwa flora yang dijumpai kebanyakan merupakan tanaman yang berfungsi sebagai peneduh jalan/tanaman penghijauan, tanaman pekarangan/tanaman hias maupun tanaman perkebunan.

Adapun jenis-jenis yang ditemukan

adalah : mangga (Mangifera indica), kelapa (Cocos nucifera),

rambutan (Nepheliun laplaceum),

gamal (Gliricidia sp.) Pisang (Musa sp.), ketela pohon (Manihot utilisima), jambu biji (Psidium sp.), dapdap (Erythrina sp.) dan tidak dijumpai adanya flora yang dilindungi.

3.4.2. Fauna Fauna yang diamati dengan cara melihat langsung baik fauna liar maupun peliharaan. Satwa liar yang ditemukan disekitar lokasi adalah jenis-jenis burung yang hidup

liar seperti :

burung Gereja (Passer montanus), emprit (Lonchura leucogastra), walet sapi (Collocalia esculenta) dan

perkutut

(Geopelia

striata),

beberapa

jenis

reptilia

seperti

kadal

(Mabouya

multifasciata),tokek (Gecko gecko), dan tidak diketemukan jenis-jenis fauna/satwa yang dilindungi.

3.5. Sosial Ekonomi dan Budaya Berdasarkan data dari Buku Kecamatan Mengwi dalam Angka tahun 2003, maka luas wilayah Desa Werdibhuana adalah 2,53 km2, dengan peruntukan sebagai berikut : persawahan 171 ha, tegalan 28 ha, pekarangan 25 ha, perkebunan 20 ha, dan lain-lain 9 ha.

Penduduk Desa Werdibhuana

adalah 1.116 KK dengan 4.440 jiwa yang

terdiri dari 2.200 jiwa laki-laki dan 2.240 jiwa perempuan. Kepadatan penduduknya adalah

1.775 jiwa/km2.

Distribusi penduduk berdasarkan agama

adalah sebagai berikut : Hindu 4.192 orang, Islam 192 orang, Katholik 56 orang. Berdasarkan tingkat pendidikannya maka penduduk Desa Werdibhuana terdistribusi sebagai berikut : belum tamat SD 1.076 orang, tamat SD 1.494 orang, tamat SLTP 636 orang, tamat SLTA 990 orang, diploma 79 orang dan sarjana 38 orang. Sedangkan distribusi penduduk berdasarkan mata pencaharian adalah : pertanian bahan makanan (852 orang), peternakan (35 orang), perdagangan (158 orang), industri (37 orang), Angkutan dan komunikasi (98 orang), bank dan lembaga keuangan (29 orang), pemerintahan dan jasa (281 orang) dan pertambangan (6 orang). Pusat-pusat pertumbuhan ekonomi

yang ada di Desa Werdibhana

merupakan motor penggerak perekonomian, yang ada hanya pasar 1 buah. Warisan sosial budaya yang dapat kita saksikan sampai sekarang ini adalah berupa pura (tempat ibadah bagi umat Hidu), warisan lain berupa seni arsitektur Bali yang sampai kini menjadi cerminan budaya masyarakat Bali yang tertuang dalam setiap pembangunan hotel maupun bangunan lainnya harus bernuansa seni arsitektur Bali. Selain itu, kegiatan upacara adat dan agama yang khas dengan segala keunikannya yang mencerminkan konsep upacara panca yadnya. Khusus untuk Desa Werdibhuana telah berkembang

seni tradisional berupa sekehe

(perkumpulan) gong, sekehe legong, dan sebagainya.

BAB IV DAMPAK-DAMPAK YANG AKAN TERJADI Bab ini merupakan penjelasan mengenai identifikasi dan prakiraan dampak yang akan terjadi akibat adanya rencana kegiatan pembangunan Sumur Dalam di Banjar Binong, Desa Werdibhuana, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung. Kajian identifikasi dan prakiraan dampak dilakukan dengan menelaah hubungan sebab akibat atau interaksi antara komponen kegiatan yang potensial menimbulkan dampak dengan komponen lingkungan yang berpeluang terkena dampak. Prakiraan dampak dalam kajian ini menggunakan metode formal dan non formal, yaitu perhitungan matematis, metode analogi (perbandingan dengan kegiatan sejenis) dan peniliaian berdasarkan keahlian (professional judgement). Apabila data yang tersedia tidak dapat dikuantifikasi sehingga tidak dapat dianalisis secara matematis, maka digunakan deskripsi analitis yang lazim dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Prakiraan dampak yang akan terjadi akibat kegiatan proyek secara eksplisit menggam-barkan dan mencakup dua dimensi tinjauan kajian yaitu dimensi waktu yang meliputi kegiatan dalam tahap prakonstruksi, konstruksi dan operasi. Dimensi kedua adalah komponen lingkungan yang akan terkena dampak meliputi geofisik kimia, tata ruang, transportasi dan komponen sosial ekonomi dan budaya. Berikut ini adalah uraian secara rinci dari prakiraan dampak yang akan terjadi untuk masing-masing tahap kegiatan pembangunan Sumur Dalam.

4.1. Tahap Prakonstruksi 4.1.1. Pengurusan ijin. a.

Sumber Dampak Pengurusan perijinan merupakan salah satu syarat legalitas yang harus dipenuhi dalam rencana pembangunan

b.

Jenis Dampak

SUMUR DALAM ini

Terjadinya keresahan pihak penyanding dan masyarakat sekitarnya sehingga menimbulkan protes dan keberatan dalam bentuk gugatan yang dimunculkan mulai dari tahap prakonstruksi yang dapat berlanjut sampai pada masa pasca operasi c.

Sifat dan Tolok Ukur Dampak Sifat dampak adalah negatif dan penting oleh karena itu harus ada kesepakatan antara pihak PDAM BAdung dengan desa dinas maupun adat setempat dalam mengurus perijinan yang diperlukan. Perijinan harus sudah disetujui sebelum pembangunan fisik dimulai. Tolok ukur dampak berupa protes dan gugatan maupun keresahan pihak pemerintah.

4.2. Tahap Konstruksi 4.2.1. Mobilisasi Alat dan Material a.

Sumber Dampak Untuk melaksanakan kegiatan konstruksi, maka diperlukan peralatan konstruksi dan materialnya. Oleh karena itu maka peralatan dan material itu perlu diangkut, sehingga hal ini akan menambah volume lalu lintas kendaraan.

b.

Jenis Dampak Jenis dampak yang timbul adalah berupa peningkatan kepadatan lalu lintas, disamping itu ada gangguan kerusakan fisik jalan yang disebabkan oleh kendaraan yang melebihi tonase dan kelas jalan yang dilalui.

c.

Sifat dan Tolok Ukur Dampak Sifat dampak adalah negatif, dengan tolok ukurnya adalah berupa kerusakan fisik jalan dan adanya gangguan terhadap pengguna jalan.

4.2.4. Konstruksi Fisik Bangunan a.

Sumber Dampak Sumber dampaknya adalah berupa kegiatan konstruksi fisik bangunan berupa pengoperasian alat-alat konstruksi yang bermesin

b.

Jenis Dampak Jenis dampaknya adalah berupa peningkatan kebisingan dan konsentrasi debu disekitarnya, adanya sisa atau ceceran material konstruksi, adanya kecelakaan kerja.

c.

Sifat dan Tolok Ukur Dampak

Sifat dampak adalah negatif, dengan tolok ukurnya adalah Baku Mutu Kebisingan dan Debu sesuai Kep. Gub. Bali No. 515/2000 dan keluhan serta protes dari masyarakat sekitar. Disamping itu juga adanya kecelakaan saat kerja.

4.3. Tahap Operasional 4.3.1. Peluang Kerja dan Kesempatan Berusaha a.

Sumber Dampak Penerimaan tenaga kerja yang dibutuhkan untuk kegiatan operasional akan memberikan peluang kerja bagi penduduk disekitar lokasi

b.

SUMUR DALAM.

Jenis Dampak Jenis dampak adanya peluang kerja bagi masyarakat sekitarnya

c.

Sifat dan Tolok Ukur Dampak Sifat dampak adalah positif dengan tolok ukurnya adalah adanya sejumlah tenaga kerja yang diterima

4.3.2. Kegiatan pengeboran dan menurunnya permukaan air sumur penduduk a.

Sumber Dampak Adanya pengeboran dan pengambilan air sumur secara terus menerus dan tidak sesuai dengan pagu yang ditetapkan

b. Jenis Dampak Hal tersebut akan dapat menyebabkan penurunan permukaan pada sumur penduduk yang ada disekitar sumur dalam tersebut. Dampak yang terjadi adalah cukup besar dari pengambilan air sebesar 10 lt/detik akan terjadi penurunan muka air tanah sebesar 2 – 3 meter pada radius 50 m sekitar pemboran c. Sifat dan Tolok Ukur Dampak Sifat dampak adalah negatif dan cukup penting, dengan tolok ukurnya adalah adanya penurunan muka air sumur penduduk disekitarnya

4.3.3. a.

Keamanan dan Ketertiban

Sumber Dampak Kegiatan pengambilan air sumur dalam secara terus menerus dan tidak tersosialisasinya pemanfaatan sumur dalam tersebut

b.

Jenis Dampak Jenis dampak yang terjadi adalah adanya tindak kriminal, silang sengketa dengan masyarakat sekitar

c.

Sifat dan Tolok Ukur Dampak Sifat dampak adalah negatif, dengan tolok ukurnya adalah frekuensi terjadinya tindak kriminal dan silang sengketa

BAB V UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN Berbagai kemungkinan dampak negatif yang timbul akibat kegiatan pembangunan dan operasional SUMUR DALAM PDAM Badung ini, selanjutnya diikuti dengan beberapa upaya pengelolaan yang dapat dan perlu dilakukan untuk meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan dampak positif yang akan terjadi sebagai berikut :

5.1. Tahap Prakonstruksi 5.1.1. Pengurusan ijin. d. Sumber Dampak Pengurusan perijinan merupakan salah satu syarat legalitas yang harus dipenuhi dalam rencana pembangunan SUMUR DALAM tersebut e. Jenis Dampak Adanya hambatan-hambatan dalam pengurusan perijinan f. Tolok Ukur Dampak Tolok ukurnya adalah kelancaran proses pengurusan perijinan oleh pemrakarsa g. Upaya Pengelolaan Lingkungan o Upaya Penglolaan Untuk mencegah terjadinya lamanya atau terhambatnya pengurusan perijinan pada berbagai instansi atau lembaga, maka upaya yang dilakukan adalah dengan mengikuti proses dan aturan yang berlaku secara cermat o Waktu Pelaksanaan Pengelolaan ini dilakukan pada saat mengurus aspek legalitas perijinan o Pelaksana Pengelolaan Pemrakarsa PDAM BAdung adalah yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pengurusan perijinan yang dipersyaratkan

5.2. Tahap Konstruksi 5.2.1. Mobilisasi Alat dan Material d. Sumber Dampak Untuk melaksanakan kegiatan konstruksi, maka diperlukan peralatan konstruksi dan materialnya. Oleh karena itu maka peralatan dan meterial itu perlu diangkut, sehingga hal ini akan menambah volume lalu lintas kendaraan. e. Jenis Dampak

Jenis dampak yang timbul adalah berupa peningkatan kepadatan lalu lintas, disamping itu ada gangguan kerusakan fisik jalan yang disebabkan oleh kendaraan yang melebihi tonase dan kelas jalan yang dilalui. f. Sifat dan Tolok Ukur Dampak Sifat dampak adalah negatif, dengan tolok ukurnya adalah berupa kerusakan fisik jalan dan adanya gangguan terhadap pengguna jalan. d. Upaya Pengelolaan Lingkungan  Upaya Pengelolaan o Untuk kelancaran lalu lintas dan pengangkutan peralatan dan material, maka pihak pemrakarsa harus berkoordinasi dengan pihak Kepolisian Sektor Mengwi o Pengangkutan peralatan material dan material bangunan dengan menggunakan truk yang tidak melebihi kapasitas tonase jalan  Waktu Pelaksanaan Waktu pelaksanaannya adalah saat dimulainya pelaksanaan pengangkutan alat dan material  Pelaksana Pengelolaan Pemrakarsa PDAM Badung dan atau pihak kontraktor pelaksana adalah yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan ini. 5.2.1. Konstruksi Fisik Bangunan d. Sumber Dampak Sumber dampaknya adalah berupa kegiatan konstruksi fisik bangunan kantor dan pengeboran sumur berupa pengoperasian alat-alat konstruksi yang bermesin e. Jenis Dampak Jenis dampaknya adalah berupa peningkatan kebisingan dan konsentrasi debu disekitarnya, adanya sisa atau ceceran material konstruksi, adanya kecelakaan kerja. f. Sifat dan Tolok Ukur Dampak Sifat dampak adalah negatif, dengan tolok ukurnya adalah Baku Mutu Kebisingan dan Debu sesuai Kep. Gub. Bali No. 515/2000 dan keluhan serta protes dari masyarakat sekitar. Disamping itu juga adanya kecelakaan saat kerja. g. Upaya Pengelolaan Lingkungan  Upaya Pengelolaan  Untuk mengurangi intensitas kebisingan, maka akan dilakukan penjadwalan pekerjaan yang menggunakan alat berat yang menimbulkan intensitas kebisingan yang tinggi.  Material sisa konstruksi dikumpulkan dan selanjutnya akan dimanfaatkan untuk konstruksi di tempat lain dan yang tidak bisa dimanfaatkan akan dibuang ke TPA  Untuk menanggulangi kecelakaan kerja, maka para pekerja akan dilengkapi dengan perlengkapan standar untuk konstruksi seperti pemakaian helm, disamping itu seluruh pekerja akan diasuransikan sebagai penanggulangan akibat suatu kecelakaan kerja  Waktu Pelaksanaan

Waktu pelaksanaannya adalah saat dimulainya pelaksanaan kerja fisik bangunan  Pelaksana Pengelolaan Pemrakarsa PDAM BAdung dan atau pihak kontraktor pelaksana adalah yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan ini.

5.3. Tahap Operasional 5.3.1. Peluang Kerja d. Sumber Dampak Penerimaan tenaga kerja yang dibutuhkan untuk kegiatan operasional akan memberikan peluang kerja bagi penduduk disekitar lokasi SUMUR DALAM. e. Jenis Dampak Jenis dampak adanya peluang kerja bagi masyarakat sekitarnya f. Sifat dan Tolok Ukur Dampak Sifat dampak adalah positif dengan tolok ukurnya adalah adanya sejumlah tenaga kerja yang diterima d. Upaya Pengelolaan Lingkungan  Upaya Pengelolaan o Memberikan peluang kerja atau memprioritaskan masyarakat sekitar untuk menjadi waker/karyawan pada lokasi SUMUR DALAM di Banjar Binong tersebut o Mengumumkan kepada masyarakat sekitarnya bila ada penerimaan karyawan  Waktu Pengelolaan Setiap saat kalau ada formasi penerimaan karyawan tersebut  Pelaksana Pengelolaan Pihak yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan ini adalah Manajemen PDAM BADUNG 5.3.2. Kegiatan pengambilan air dan menurunnya permukaan air sumur penduduk b. Sumber Dampak Adanya pengambilan air sumur secara terus menerus dan tidak sesuai dengan pagu yang ditetapkan b. Jenis Dampak Hal tersebut akan dapat menyebabkan penurunan permukaan pada sumur penduduk yang ada disekitar sumur dalam tersebut. Dampak yang terjadi adalah cukup besar dari pengambilan air sebesar 10 lt/detik akan terjadi penurunan muka air tanah sebesar 2 – 3 meter pada radius 50 m sekitar pemboran c. Sifat dan Tolok Ukur Dampak Sifat dampak adalah negatif dan cukup penting, dengan tolok ukurnya adalah adanya penurunan muka air sumur penduduk disekitarnya

g. Upaya Pengelolaan Lingkungan  Upaya Pengelolaan o Daerah rawan sumber air dilakukan pengamatan atau pemetaan titik air (geolistrik) o Pompa yang digunakan adalah dengan kapasitas debit 10 liter per detik dan memasang water meter o Pemompaan pada musim kemarau dilakukan penurunan kapasitas hingga 50 % o Pembuatan sumur pantau dan sumur resapan air hujan o Sosialisasi sumur resapan untuk masyarakat sekitar  Waktu Pengelolaan Pengelolaan dilakukan secara periodik setiap enam bulan sekali atau kalau ada laporan maupun keluhan dari masyarakat selama masa operasional.  Pelaksana Pengelolaan Yang melaksanakan pengelolaan ini adalah pihak Manajemen PDAM Badung

5.3.3. Keamanan dan Ketertiban d. Sumber Dampak Berbagai kegiatan dapat menjadi sumber dampak antara lain : adanya gangguangangguan baik oleh masyarakat sekitar maupun pihak-pihak lainnya yang tidak puas akan PDAM Badung. e. Jenis Dampak Jenis dampak yang terjadi adalah adanya tindak kriminal, silang sengketa. f. Sifat dan Tolok Ukur Dampak Sifat dampak adalah negatif, dengan tolok ukurnya adalah frekuensi terjadinya tindak kriminal dan silang sengketa g. Upaya Pengelolaan Lingkungan  Upaya Pengelolaan  Mengefektifkan petugas SATPAM/Waker pada area SUMUR DALAM di Banjar Binong tersebut  Petugas keamanan agar bekerjasama dengan pihak Polsek Mengwi dalam merumuskan sistem keamanan yang memadai  Ikut berpartisipasi di dalam pembangunan masyarakat, khususnya dalam pelaksanaan kegiatan yang ada di Banjar Binong dan desa adat setempat  Waktu Pelaksanaan Pelaksanaan dilakukan setiap saat selama masa operasional  Pelaksana Pengelolaan Pelaksana yang bertanggung jawab adalah pihak Manajemen PDAM Badung

MATRIK UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN (UKL) Pembangunan Sumur Dalam di Banjar Binong, Desa Werdibhuana, Kecamatan Mengwi No

1

Dampak Sumber Jenis Tahap Prakonstruksi Pengurus Adanya an per hambaijinan tan dlm pengurusa n perijinan

Indikator

Upaya Pengelolaan Lingkungan Upaya Pelaksana Waktu

Kelancar Mengikuti proses dan aturan an proses pengurusa yang berlaku secara cermat n perijinan

Pemrakars a PIHAK PDAM BADUNG

Sekali saat mengu rus aspek per-ijinan

Tahap Konstruksi 2

Mobilisa si perala tan dan material

3

Konstruks i Fisik bangu nan

Peningkatan kepadatan lalin, gangguan kerusak an fisik jalan krn melebihi tonase & kls jalan peningkata n kebi singan & debu dise kitarnya, adanya sisa atau ceceran material konstruk si, kecelakaan kerja

berupa  Untuk kelancaran lalin & Pemra kerusa kan pengangkutan perala tan karsa fisik jalan & material, maka PDAM dan pemrakarsa harus ber- Badung adanya koordinasi dgn pihak atau gangguan Kontrak Polsek MENGWI terhadap  Pengangkutannya dgn tor pengguna menggunakan truk yang Pelaksana jalan tidak melebihi kapasitas tonase jalan BM Kebisingan & Debu sesuai Kep Gub. Bali No. 515/2000 dan, protes masya rakat, adanya kecelakaan saat kerja

 Untuk mengurangi kebisingan, maka akan dilakukan penjadwalan pekerjaan yg meng gunakan alat berat yang menimbul kan intensitas yg tinggi.  Material sisa konstruksi dikumpulkan & akan dimanfaatkan utk konstruksi di tempat lain & yg tdk bisa dimanfaatkan akan dibuang ke TPA  Para pekerja akan dilengkapi dengan perlengkapan standar untuk konstruksi spt: pemakaian helm, pekerja akan diasuran sikan sbg penanggu langan akibat suatu kecelakaan kerja

Pemrakar sa PDAM Badung atau kontrak tor pelaksana

Setiap pengangk utan selama masa konstruks i

Saat dimulai nya pelaksa naan kerja fisik bangu nan

Lanjutan Matrik…………..

No

4

Dampak Sumber Jenis Tahap Operasional Peluang adanya Kerja peluang

kerja bagi masyarakat sekitar

Indikator

Upaya Pengelolaan Lingkungan Upaya Pelaksana Waktu

adanya sejumlah tenaga kerja yang diterima

 Memberikan peluang kerja/ memprioritas kan masyarakat seki tar utk menjadi kar yawan pada lokasi SUMUR DALAM di Banjar Binong tsb  Mengumumkan kpd masyarakat sekitar nya bila ada peneri maan karyawan

Manaje men PDAM BADUNG

Setiap saat kalau ada formasi peneri maan karya wan tersebut

 Daerah rawan sumber air dilakukan penga matan atau pemetaan titik air (geolistrik)  Pompa yg digunakan adlh dgn kapasitas de-bit 10 l/dt &memasang water meter  Pemompaan pd musim kemarau dilakukan penurunan kapasitas hingga 50 %  Pembuatan sumur pantau dan sumur resapan air hujan  Sosialisasi sumur resa pan utk masyarakat sekitar  Mengefektifkan petugas pada area sumur di Br. Binong  Petugas agar bekerja sama dgn pihak Pol sek Mengwi dlm merumuskan sistem keamanan  Ikut berpartisipasi di dalam pembangunan masyarakat, khusus nya dalam pelaksa- naan kegiatan yg ada di Banjar Binong & desa adat setempat

Manaje men PDAM Badung

setiap enam bulan sekali atau kalau ada laporan maupun keluhan dari masyarak at selama masa operasion al.

Pihak Manaje men PDAM Badung

Setiap saat selama masa operasion al

5

Kegia tan pe ngambila n air dan menu runnya permu kaan air sumur pendu duk

Dampak yg terjadi dari pengambilan air 10 l/dt akan ter jadi penu runan muka air tanah se besar 2– 3 m pd radius 50 m sekitar pem boran

adanya penuruna n muka air sumur pendu duk disekitar nya

6

Keama nan dan keter tiban

adanya tindak kriminal, silang sengketa

Frekuens i terjadinya tindak kriminal & silang sengke-ta

BAB VI UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN Dalam rangka mengefektifkan pengelolaan lingkungan akibat kegiatan pembangunan dan operasionalnya SUMUR DALAM PDAM Badung ini seperti yang telah dikaji dalam upaya pengelolaan lingkungan pada Bab V., maka perlu diikuti dengan pemantauan lingkungan secara intensif. Hal ini dilakukan disamping itu memantau kegiatan pengelolaan juga dilakukan untuk mengevaluasi kesesuaian kegiatan yang dilakukan tersebut.

Sesuai dengan kajian upaya pengelolaan lingkungan, maka upaya pemantauan lingkungan akan dilakukan baik pada tahap prakonstruksi, konstruksi maupun tahap operasi. Uraian upaya pemantauan lingkungan meliputi : (a) jenis dampak yang akan dipantau, (c) tolok ukur dampak, (c) lokasi pematauan, (d) waktu pemantauan, (e) cara/metode pemantauan dan (f) instansi pemantau. Adapun uraian secara terperinci mengenai upaya pemantauan lingkungan yang dilakukan adalah sebagai berikut :

6.1. Tahap Prakonstruksi 6.1.1. Pengurusan ijin. h. Sumber Dampak Pengurusan perijinan merupakan salah satu syarat legalitas yang harus dipenuhi dalam rencana pembangunan SUMUR DALAM tersebut. i.

Jenis Dampak Adanya hambatan-hambatan dalam pengurusan perijinan

j.

Tolok Ukur Dampak Tolok ukurnya adalah kelancaran proses pengurusan perijinan oleh pemrakarsa

k. Upaya Pemantauan Lingkungan 

Cara Pemantauan Pemantauan dilakukan dengan melihat kelengkapan perijinan danpersyaratan lainnya yang harus dipenuhi



Lokasi Pemantauan Pemantauan dilakukan pada Kantor PDAM Badung atau di lokasi Sumur Dalam yang dimaksud



Waktu Pemantauan Pemantauan dilakukan sekali sebelum tahap konstruksi berlangsung



Pelaksana Pemantauan Pelaksana pemantauan adalah Kepala Desa Werdibhuana, Bappeda Kabupaten Badung, Bapedal Kabupaten Badung

6.2. Tahap Konstruksi 6.2.1. Mobilisasi Alat dan Material g. Sumber Dampak Untuk

melaksanakan kegiatan konstruksi, maka diperlukan peralatan konstruksi

dan

materialnya. Oleh karena itu maka peralatan dan material itu perlu diangkut, sehingga hal ini akan menambah volume lalu lintas kendaraan. h. Jenis Dampak Jenis dampak yang timbul adalah berupa peningkatan kepadatan lalu lintas, disamping itu ada gangguan kerusakan fisik jalan yang disebabkan oleh kendaraan yang melebihi tonase dan kelas jalan yang dilalui. i.

Sifat dan Tolok Ukur Dampak Sifat dampak adalah negatif, dengan tolok ukurnya adalah berupa kerusakan fisik jalan dan adanya gangguan terhadap pengguna jalan.

d. Upaya Pemantauan Lingkungan 

Cara Pemantauan Cara pemantauan adalah dengan melihat langsung saat mulai konstruksi



Lokasi Pemantauan Pemantauan dilakukan pada lokasi sumur dalam di Banjar Binong, Desa Werdibhuana dan sekitarnya



Waktu Pemantauan Waktu pemantauan dilakukan setiap bulan selama masa konstruksi



Waktu Pemantauan Waktu pelaksanaannya adalah saat dimulainya pelaksanaan pengangkutan alat dan material



Pelaksana Pemantauan Pelaksana pemantauan adalah Dinas Perhubungan dan Bapedal Kabupaten Badung

6.2.1. Konstruksi Fisik Bangunan h. Sumber Dampak Sumber dampaknya adalah berupa kegiatan konstruksi fisik bangunan kantor dan pengeboran sumur berupa pengoperasian alat-alat konstruksi yang bermesin i.

Jenis Dampak Jenis dampaknya adalah berupa peningkatan kebisingan dan konsentrasi debu disekitarnya, adanya sisa atau ceceran material konstruksi, adanya kecelakaan kerja.

j.

Sifat dan Tolok Ukur Dampak Sifat dampak adalah negatif, dengan tolok ukurnya adalah Baku Mutu Kebisingan dan Debu sesuai Kep. Gub. Bali No. 515/2000 dan keluhan serta protes dari masyarakat sekitar. Disamping itu juga adanya kecelakaan saat kerja.

k. Upaya Pemantauan Lingkungan



Cara Pemantauan Cara pemantauan adalah dengan melihat langsung saat terjadinya konstruksi



Lokasi Pemantauan Pemantauan dilakukan pada lokasi sumur dalam di Banjar Binong, Desa Werdibhuana dan sekitarnya



Waktu Pemantauan Waktu pemantauan dilakukan setiap bulan selama masa konstruksi



Pelaksana Pemantauan Pelaksana pemantauan adalah Dinas Cipta Karya, Dinas Pertambangan dan Bapedal Kabupaten Badung

6.3. Tahap Operasional 6.3.1. Peluang Kerja h. Sumber Dampak Penerimaan tenaga kerja yang dibutuhkan untuk kegiatan operasional peluang kerja bagi penduduk disekitar lokasi i.

akan memberikan

SUMUR DALAM.

Jenis Dampak Jenis dampak adanya peluang kerja bagi masyarakat sekitarnya

j.

Sifat dan Tolok Ukur Dampak Sifat dampak adalah positif dengan tolok ukurnya adalah adanya sejumlah tenaga kerja yang diterima

d. Upaya Pemantauan Lingkungan 

Cara Pemantauan Pemantauan dilakukan dengan melihat catatan jumlah karyawan yang baru diterima dan wawancara dengan masyarakat tentang penerimaan karyawan.



Lokasi Pemantauan Lokasi pemantauan adalah pada Kantor PDAM BAdung dan Masyarakat sekitar sumur dalam PDAM Badung tersebut



Waktu Pemantauan Pemantauan dilakukan setiap adanya penerimaan tenaga kerja selama masa operasional sumur dalam tersebut



Pelaksana Pemantauan Pemantauan dilakukan oleh Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Badung dan Bapedal Kabupaten Badung

6.3.2. Kegiatan pengeboran dan menurunnya permukaan air sumur penduduk c. Sumber Dampak

Adanya pengeboran dan pengambilan air sumur secara terus menerus dan tidak sesuai dengan pagu yang ditetapkan b. Jenis Dampak Hal tersebut akan dapat menyebabkan penurunan permukaan pada sumur penduduk yang ada disekitar sumur dalam tersebut. Dampak yang terjadi adalah cukup besar dari pengambilan air sebesar 10 lt/detik akan terjadi penurunan muka air tanah sebesar 2 – 3 meter pada radius 50 m sekitar pemboran c. Sifat dan Tolok Ukur Dampak Sifat dampak adalah negatif dan cukup penting, dengan tolok ukurnya adalah adanya penurunan muka air sumur penduduk disekitarnya k. Upaya Pemantauan Lingkungan 

Cara Pemantauan

Cara pemantauan dilakukan melalui pengamatan dan pengukuran lapangan secara langsung di lapangan menggunakan AWLR yang telah dipersiapkan, yaitu dengan melihat apakah : (1) Kapasitas debit pengeboran tidak melebihi 10 lt/detik (2) Kapasitas debit pengeboran musim kemarau lebih kecil 10 lt/detik (3) Ada tidaknya penurunan muka air tanah yang drastis (> 3,9 m) (4) Pemantauan fluktuasi muka air tanah 

Lokasi Pemantauan

Lokasi pemantauan dilakukan pada lokasi bor dan sumur masyarakat sekitarnya, yaitu sumur penduduk disebelah timur lokasi bor 

Waktu Pemantauan

Waktu pemantauan dilakukan secara rutin 6 bulan sekali dan pemantauan dengan memasang Water Meter dan Automatic Water Level Record di lokasi bor:



(1) Pada saat musim hujan (2) Pada saat musim kemarau (3) Pada saat ada pelaporan Pelaksana Pemantauan Pemantauan ini dilakukan oleh Dinas Pertambangan Kabupaten Badung dan Bapedal Kabupaten Badung

6.3.3. Keamanan dan Ketertiban h. Sumber Dampak Berbagai kegiatan dapat menjadi sumber dampak antara lain : adanya gangguan-gangguan baik oleh masyarakat sekitar maupun pihak-pihak lainnya yang tidak puas akan PDAM Badung.

i.

Jenis Dampak Jenis dampak yang terjadi adalah adanya tindak kriminal, silang sengketa.

j.

Sifat dan Tolok Ukur Dampak Sifat dampak adalah negatif, dengan tolok ukurnya adalah frekuensi terjadinya tindak kriminal dan silang sengketa

k. Upaya Pemantauan Lingkungan 

Cara Pemantauan Melihat catatan kriminal di Polsek Mengwi, Catatan harian di lokasi SUMUR DALAM di Banjar Binong



Lokasi Pemantauan Polsek Mengwi dan pada Lokasi SUMUR DALAM di Banjar Binong



Waktu Pemantauan Dilakukan setiap enam bulan sekali selama masa operasional sumur dalam ini atau kalau ada laporan atau keluhan dari masyarakat.



Pelaksana Pemantauan

Kepala Desa Werdibhuana, Polisi Sektor Kecamatan Mengwi MATRIK UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN (UPL) PEMBANGUNAN SUMUR DALAM DI BANJAR BINONG, DESA WERDI BHUANA, KECAMATAN MENGWI , KABUPATEN BADUNG

No

Dampak Sumber Jenis Tahap Prakonstruksi 1 Penguru Adanya san per hambaijinan tan dlm pengurusa n perijinan

Tahap Konstruksi

Tolok Ukur

Upaya Pemantauan Lingkungan Cara Lokasi Waktu Instansi

Kelancar an Melihat proses kelengka pengurusan pan perperijinan ijinan dan persyaratan lain yg harus dipenuhi

pada Kantor PDAM Badung atau di lokasi Sumur Dalam yg dimaksud

sekali sebelum tahap konstruk si berlangs ung

Kepala Desa Werdi bhuana, Bappeda Kab. Badung, Bapedal Kab. Badung

2

Mobilisa si perala tan dan material

3

Konstruk si Fisik bangu nan

Peningkatan kepadatan lalin, gangguan kerusak an fisik jalan krn kendara an yg melebihi tonase & kls jalan yang dilalui. Peningka tan kebisingan & debu dise kitarnya, adanya sisa/ ceceran material konstruksi, kecelakaan kerja

berupa melihat kerusakan fisik langsung jalan dan saat adanya terjadinya gangguan konstruksi terhadap pengguna jalan

Di jalan sekitar lokasi sumur dalam di Br. Binong,

setiap bulan selama masa konstruk si

Dinas Perhubu ngan dan Bapedal Kab. Badung

BM Kebisingan & Debu sesuai Kep Gub. Bali No. 515/2000 dan, protes masyarakat, adanya kecelakaan saat kerja

pada lokasi sumur dalam di Br. Binong,

setiap bulan selama masa konstruk si

Dinas Cipta Karya, Dinas Pertamb angan dan Bapedal Kab. Badung

melihat langsung saat terjadinya konstruksi

Lanjutan Matrik …………… No Sumber 4

5

Dampak Jenis

Tahap Operasional Peluang adanya peKerja luang kerja bagi masya rakat sekitarnya

Kegia tanpe ngebo ran dan menu runnya permu kaan air sumur pendu duk

Dampak yg terjadi cukup besar dari pengambil an air sebesar 10 lt/dt akan terjadi penuru nan muka air tanah sebesar 2– 3 m pd radius 50 m

Tolok Ukur

Upaya Pemantauan Lingkungan Cara Lokasi Waktu Instansi

adanya sejumlah tenaga kerja yang diterima

melihat catatan jumlah karyawan yang baru diterima dan wawancara dengan masyarakat tentang penerimaan karyawan.

pada Kantor PDAM Badung & Masya rakat sekitar sumur dalam PDAM Badung

adanya penuruna n muka air sumur pendu duk disekitarn ya

melalui pengamatan & pengukuran scr lang sung di lapangan menggunakan water-meter dg melihat apakah :

pada lokasi bor & sumur masya rakat sekitar,

 Kapasitas de bit pengebo ran tdk mele bihi 10 lt/dt  Kapasitas de-bit pengebo ran musim ke marau 50 % dari 10 l/dt  Ada tdk nya penurunan mu ka air tanah yg drastis ( > 3,9 m)  Pemantauan fluktuasi muka air tanah

setiap adanya penerima an tenaga kerja selama masa operasion al sumur dalam tersebut

dilakukan scr rutin 6 bln sekali & dgn memasang AWLR di lokasi bor:  Pada saat musim hujan  Pada saat musim kemarau  Pada saat ada pelapora n

Dinas Tenaga Kerja Kab. Badung dan Bapedal Kab. Badung

Dinas Pertam bangan Kab. Badung dan Bapedal Kab. Badung

6

Keama nan dan keter tiban

adanya tindak kriminal, silang sengketa

Frekuensi terjadiny a tindak kriminal & silang sengketa

melihat catatan kriminal di Polsek Mengwi, Catatan harian di lokasi SUMUR DALAM di Banjar Binong

Polsek Mengwi dan pada Lokasi SUMUR DALAM di Banjar Binong

setiap enam bulan sekali selama masa operasi onal SUMUR DALAM atau kalau ada laporan/ keluhan masya rakat

Kepala Desa Werdi bhuana, Polisi Sektor Kec. Mengwi

BAB VII PELAPORAN Hasil pelaksanaan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL-UPL) dilaporkan kepada instansi-instansi terkait sebagai berikut : 7.1. Instansi yang dilapori a

Bapedal Kabupaten Badung

b

Dinas Cipta Karya Kabupaten Badung

c

Bappeda Kabupaten Badung

d

Dinas Pertambangan

e

Kepolisian Sektor Mengwi

f

Kecamatan Mengwi

g

Desa Werdibhuana

7.2. Materi Laporan Materi laporan yang dimaksud adalah laporan mengenai pemantauan lingkungan yang berisikan hal-hal sebagai berikut : a. Pelaksanaan pemantauan lingkungan b. Waktu dan frekuensi pemantauan c. Metode dan peralatan yang dipergunakan dalam pelaksanaan pemantauan d. Hasil analisis atau kajian seperti : sanitasi lingkungan, gangguan kamtibmas, keresahan masyarakat dan kesehatan dan keselamatan kerja 7.2. Frekuensi Waktu Pelaporan Pelaporan terhadap kegiatan pemantauan lingkungan dilaksanakan mulai tahap konstruksi, selama masa opersional SUMUR DALAM PDAM Badung. Waktu pelaporan dilakukan setiap 6 (enam) bulan sekali sudah diterima oleh instansi yang dilapori atau yang dituju.

DAFTAR PUSTAKA 15. Undang-Undang RI No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup 16. Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan 17. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 86 Tahun 2002 tentang Pedoman Umum UKLUPL 18. Keputusan Gubernur Propinsi Bali No. 515 Tahun 2000 tentang Baku Mutu Lingkungan 19. Keputusan Bupati Badung No. 533 tahun 2004 tentang Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan Mengwi 20. Keputusan Bupati Badung No. 1018 tahun 2003 tentang Mekanisme Pelaksanaan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) dan Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL), Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) dalam perizinan di Kabupaten Badung. 21. Fandeli, C. 2000.

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, Prinsip dasar dan Pemapanannya

dalam pembangunan. Edisi-2. Penerbit Liberty. Yogyakarta 22. vanSteenis, C.G.G.J. 1997.

Flora untuk sekolah di Indonesia. Cetakan ke-7. PT. Pradnya

Paramita. Jakarta. 23. Kecamatan Mengwi dalam angka Tahun 2003

Related Documents


More Documents from "Erika Destya"