Penetapan Jumlah Aluminium Yang Dapat Dipertukarkan Dengan Metode Titrasi

  • Uploaded by: Yurin Bangun
  • 0
  • 0
  • January 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Penetapan Jumlah Aluminium Yang Dapat Dipertukarkan Dengan Metode Titrasi as PDF for free.

More details

  • Words: 1,564
  • Pages: 6
Loading documents preview...
PENETAPAN JUMLAH ALUMINIUM YANG DAPAT DIPERTUKARKAN DENGAN METODE TITRASI LAPORAN PRAKTIKUM DASAR ILMU TANAH

Oleh: Yurin Bangun (512016061)

FAKULTAS PERTANIAN DAN BISNIS UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2017

I.

Dasar Teori Aluminium merupakan unsur hara penunjang yang tidak dibutuhkan tanaman, sebab unsur ini dapat bersifat toksik. Aluminium memiliki karakter penyediaan dan penyerapan mirip dengan unsur hara mikro, yaitu tanpa zona serapan mewah sehingga dalam kadar sedikit berlebihan sudah menjadi racun. Sedangkan apabila Al tidak tersedia dengan cukup di tanah, maka tanaman akan mengalami hambatan dalam perkembangannya, dimana pertumbuhan bunga dan buah tanaman akan terlihat tidak optimal (Hanafiah, 2010). Alumunium yang terdapat di dalam larutan tanah pada umumnya dijumpai dalam berbagai bentuk seperti Al(OH)2+ dan Al(OH)2+ pada pH tanah sekitar 4—5, Al3+ pada pH 5,5—7, dan Al(OH)4- pada pH 7—8. Jenis Al yang bersifat meracuni pada perakaran tanaman gandum dari hasil percobaan Pietraszewska (2001), menunjukkan bahwa AlF2+
Pada umumnya tanaman tidak dapat tumbuh baik pada tanah yang mempunyai kemasaman tinggi,akibatnya beracun bagi tanah yang memiliki tanah sangat masam dikarenakan kelarutan yang tinggi. Apabila kejenuhan Al-dd melebihi 69% dari kapasitas ukuran kalium efektif jumlah Al dalam larutan meningkat sehingga ketidak aktifan Al merupakan keuntungan utama pengapuran pada tanah-tanah yang melakukan pengapuran secara intensif dan perkembangan lebih lanjut sehingga pH rendah menunjukkan bahwa Al-dd diikat oleh Al lainnya lebih kuat dan merupakan kation yang dominan kemasaman tanah yang disebabkan oleh Al yang dapat dipertukarkan (Rusdi,2003). Jika kejenuhan basah Al-dd melebihin 69% dan kapasitas-kapasitas tukar kation efektif, jumlah aluminium dalam larutan mengikat nyata,sehingga ketidakaktifan Al tampak dan merupakan sumber ion kedua dalam tanah. Ion terserap dalam koloid humus masam dan pada umumnya pada muatan yang demikian berada pada muatan yang seimbang larutan menjadi rendah disini akan jelas bahwa ion Al dan H dalamlarutan sehingga dapat menyebabkan reaksi tanah masam atau pH rendah (Handayani,2002).

II.

Tujuan 1. Mengetahui jumlah aluminium yang dapat dipertukarkan pada sampel tanah dengan metode titrasi. 2. Mengetahui peran dari unsur hara aluminium yang terdapat pada tanah dan pengaruhnya .

III. Alat dan Bahan  Alat 1. Timbangan

- Bahan 1. Tanah komposit

2. Gelas erlenmeyer

2. Larutan KCl 1 N

3. Kertas penyaring

3. Larutan PP

4. Pipet tetes

4. Larutan NaOH 0,1 N

5. Pipet ukur

5. Larutan HCl 0,1 N

6. Gelas piala

6. Larutan NaF 4%

7. Statif 8. Buret

IV.

Cara Kerja

1. Alat dan bahan disiapkan. 2. 10 gram tanah dimasukkan ke dalam gelas erlenmeyer. 3. Dimasukkan 100 ml KCl 1 N ke dalam gelas erlenmeyer. 4. Larutan di saring.

5. 25 ml filtrat dimasukkan ke dalam gelas piala. 6. 5 tetes PP ditambahkan. 7. Larutan dititrasi dengan NaOH 0,1 N hingga larutan berwarna merah muda. 8. 1 tetes HCl 0,1 N ditambahkan hingga larutan berwarna bening. 9. 10 ml NaF 4% ditambahkan hingga larutan berwarna merah muda. 10. Larutan dititrasi dengan HCl 0,1 N hingga larutan berwarna bening.

V.

Hasil Pengamatan Kelompok Pabelan Ngablak 1 Ngablak 2 Bergas Watu Agung

KA B 36,51 24,49 37,20 33,18 35,31

A 31,51 19,49 32,20 28,18 30,31

C 35,92 23,69 36,57 32,61 34,97

BKM

HCl (ml)

ppm Al

8,82 8,4 8,74 8,86 9,33

0,1 0,1 0,1 0,1 0,1

102,04 107,14 102,97 101,58 96,46

Perhitungan Ngablak 2 KA =

𝐵−𝐶 𝐶−𝐴

BKM = = ppm Al =

X 100 %=

37,20 − 36,57

36,57−32,20 10 𝑋 100% 1000%

=

0,63 4,37

x 100 % = 14,4 %

= 8,74 gram

14,4% + 100 % 114,4 % (𝑚𝑙 𝐻𝐶𝑙 𝑥 𝑁 𝐻𝐶𝑙 ) 𝑓𝑝 𝑥 9000 𝐵𝐾𝑀

X 100% =

=

(0,1 𝑥 0,1 )10 𝑥 9000 8,74

= 102,97 ppm

VI. Pembahasan Pada penetapan jumlah aluminium yang dapat dipertukarkan dengan metode titrasi dilakukan dengan pengekstrakan aluminium dari sampel tanah dengan garam KCl sehingga menjadi AlCl3. Selanjutnya terhidrolisis menjadi HCl lalu dititrasi basa. Ditambahkan NaF dan ion OH- yang bebas dititrasi dengan asam. Sementara itu, keasaman tanah (pH) , ditetapkan dengan menukar ion H+ dan Al3+ yang berada dalam kompleks absorpsi dengan KCl. Jumlah ion H+ dan Al3+ dilakukan dengan cara penambahan NaF untuk membebaskan NaOH yang kemudian dititer dengan larutan HCl standard. Sehingga dihasilkan Al dalam bentuk ppm sebanyak 102,97 ppm pada sampel tanah Desa Ngablak 2. Dari hasil pengujian dan perhitungan penetapan jumlah aluminium yang dapat dipertukarkan dengan metode titrasi diketahui pada sampel tanah Ngablak 2 sebesar 102,97 ppm jumlah aluminium yang dapat dipertukarkan. Aldd yang terdapat di Ngablak 1 lebih banyak jumlahnya yaitu 107,14 ppm, sehingga pada Ngablak 1 kualitas tanah yang dihasilnya bersifat masam dan vegetasi sekitar berupa tanaman pertanian sedikit sulit berkembang, maka dari itu harus dilakukan peningkatan pH. Dikarenakan pH berkaitan

dengan jumlah aluminium yang dihasilkan, untuk itu jumlah al semakin rendah, maka diperlukan pH tanah yang bersifat netral. Menurut Wahjudin (2007), yang menjelaskan bahwa tanah yang masam mencirikan banyaknya jumlah Al yang terkandung didalam tanah sehingga untuk menetralkan pH rendah pada tanah ini dapat dilakukan dengan penggunaan pupuk organic atau dengan pengembalian sisa tanaman ke dalam tanah. Pada pH tanah 4,0-3,5 yang berperan dalam kemasaman suatu tanah adalah Al3+ yang dapat dipertukarkan, hal tersebut sangat merugikan pada vegetasi tanaman yang tumbuh disekitar lahan tersebut berupa keracunan pada tanaman tersebut. Sesuai juga dengan literatur Sopandie (2014), yang menyatakan bahwa dengan semakin tingginya konsentrasi Al3+ dalam larutan hara akan semakin menurunkan berat kering akar kedelai. Menurut Tan (1998), yang menjelaskan bahwa Al dalam bentuk dapat ditukarkan (Aldd) umumnya terdapat pada tanahtanah yang bersifat masam dengan pH < 5,0. Aluminium ini sangat aktif karena berbentuk Al3+ monomer yang sangat merugikan dengan meracuni tanaman atau mengikat fosfor. Oleh karena itu untuk mengukur sejauh mana pengaruh Al ini perlu ditetapkan kejenuhannya. Semakin tinggi kejenuhan aluminium, akan semakin besar bahaya meracun terhadap tanaman. Kandungan aluminium dapat tukar (Al 3+) mempengaruhi jumlah bahan kapur yang diperlukan untuk meningkatkan kemasaman tanah dan produktivitas tanah. Dalam vegetasi tanaman yang terdapat di Desa Ngablak keadaan tanaman pertanian tumbuh dengan subur dan baik, dan pH yang dihasilkan pada tanah di Desa Ngablak adalah sebesar 5,75 yang menandakan bahwa pH tersebut tidak masam, sehingga Al yang dihasilkan lebih sedikit. Menurut Tan (1998), juga menjelaskan bahwa sumber-sumber kemasamam bagi tanah yaitu sebagai berikut: a. Hujan asam karena adanya CO2, SO2, SO3 diudara terlarut dalam air dan bereaksi menjadi asam karborat, asam sulfat, dan asam sulfit. b. Sumber-sumber gas-gas tersebut bisa karena letusan gunung api. c. Proses pembusukan bahan organic dalam tanah, karena dalam tanah terjadi dekomposisi bahan organic oleh bakteri dan menghasilkan asam. d. Penggunaan pupuk ZA (Zioaqa Velzuur Amonira).

VII. Kesimpulan 1. Berdasarkan dari hasil pengujian dan perhitungan jumlah aluminium yang dapat dipertukarkan pada sampel tanah dengan metode titrasi pada sampel tanah Desa Ngablak 2 adalah sebanyak 102,97ppm.

2. Aluminium merupakan unsur hara penunjang yang tidak dibutuhkan tanaman, sebab unsur ini dapat bersifat toksik. Aluminium memiliki karakter penyediaan dan penyerapan mirip dengan unsur hara mikro, yaitu tanpa zona serapan mewah

sehingga dalam kadar sedikit berlebihan sudah menjadi racun. Sedangkan apabila Al tidak tersedia dengan cukup di tanah, maka tanaman akan mengalami hambatan dalam perkembangannya, dimana pertumbuhan bunga dan buah tanaman akan terlihat tidak optimal. Keracunan aluminium menghambat perpanjangan dan pertumbuhan akar primer, serta menghalangi pembentukan akar lateral dan bulu akar. Apabila pertumbuhan akar terganggu, serapan hara dan pembentukan senyawa organik tersebut akan terganggu. Sistem perakaran yang terganggu akan mengakibatkan tidak efisiennya akar menyerap unsur hara. VIII. Daftar Pustaka Hanafiah. 2010. Dasar – Dasar Ilmu Tanah. Jakarta: Raja Gratindo Persada. Handayani, S., dan Sunarmianto. 2002. Kajian Struktur Tanah Lapis Olah. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan. Vol 3 (1) (2002) pp 10-17. Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah. Mediyatama Sarana Perkasa. Jakarta. Kochian LV. 1995. Cellular mechanisms of aluminum toxicity and resistance in plant. Annu, Rev.Plant Physiol, Plant Mol, Biol (46): 237-260. Madjid. 2010. Dasar – Dasar Ilmu Tanah. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Nursyamsi. 2008. Ilmu Tanah dan Pupuk. Yogyakarta: Akademika Penyuluh Pertanian. Pietraszewska MT. 2001. Effect of Aluminium On Plant Growth and Metabolism. Acta Biochimica Polonica. Vol.48(3): 673-686. Rusdi, D. 2003. Karakterisasi Sifat Fisika Tanah pada Berbagai Tekstur dan Jenis Tanah. Bogor: Fakultas Pertanian IPB. Tan, K.H. 1982. Dasar-dasar Kimia Tanah. Terjemahan D.H Goenadi dan B.Radjagukguk. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Wanjudin. 2007. Ilmu Kesuburan Tanah. Jakarta: Kaniskus.

Related Documents


More Documents from "Rachmad Budi Santoso"