Prestasi Bangsa Indonesia Dalam Mengembangkan Iptek Pada Era Kemerdekaan

  • Uploaded by: AnnisaDwi Marcella
  • 0
  • 0
  • February 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Prestasi Bangsa Indonesia Dalam Mengembangkan Iptek Pada Era Kemerdekaan as PDF for free.

More details

  • Words: 3,431
  • Pages: 14
Loading documents preview...
Kurikulum 2013 Revisi

Kelas XII

SEJARAH INDONESIA Prestasi Bangsa Indonesia dalam Mengembangkan Iptek pada Era Kemerdekaan

Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut ini. 1. Menjelaskan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia setelah merdeka. 2. Menjelaskan bentuk-bentuk kerja sama yang dilakukan Industri Pesawat Terbang Nurtanio dengan industri-industri pesawat terbang di Eropa dalam mengembangkan industri pesawat terbang dalam negeri. 3. Menganalisis hubungan antara pengembangan SKSD Palapa dengan aspek persatuan dalam NKRI. 4. Menganalisis pentingnya pembangunan sistem transportasi bagi kemajuan ekonomi. 5. Menjelaskan dampak “Revolusi Hijau” bagi perkembangan pertanian di Indonesia. 6. Menganalisis dampak positif dan negatif perkembangan teknologi bagi masyarakat Indonesia.

A. Revolusi Hijau 1. Arti dan Definisi Revolusi Hijau adalah suatu perubahan cara bercocok tanam dari cara tradisional ke cara modern. Revolusi Hijau didukung dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga ketergantungan petani pada cuaca dan alam berkurang.

Prestasi Bangsa Indonesia dalam Mengembangkan Iptek pada Era Kemerdekaan

Revolusi Hijau juga merupakan keberhasilan pertanian dalam melakukan persilangan antarjenis tanaman tertentu sehingga menghasilkan bibit unggul untuk meningkatkan produksi bahan pangan.

Gagasan Revolusi Hijau dimulai setelah Thomas Robert Malthus (1766–1834) melakukan penelitian dan memaparkan hasilnya. Malthus menyatakan bahwa kemiskinan adalah masalah yang tidak bisa dihindari oleh manusia. Kemiskinan terjadi karena pertumbuhan penduduk dan peningkatan produksi pangan yang tidak seimbang. Pertumbuhan penduduk lebih cepat dibandingkan dengan peningkatan hasil pertanian. Oleh sebab itu, pertambahan penduduk harus diimbangi dengan peningkatan produksi pertanian. Upaya peningkatan produksi pertanian digalakan melalui: a. pembukaan lahan pertanian baru, b. mekanisasi pertanian, c. penggunaan pupuk baru, d. pencarian metode yang tepat untuk pemberantasan hama.

Revolusi Hijau dilatarbelakangi oleh kehancuran lahan pertanian akibat Perang Dunia I dan II yang mengancam produksi pangan.

Keuntungan Revolusi Hijau bagi pertanian adalah sebagai berikut. a. Menyebabkan munculnya tanaman jenis unggul berumur pendek. b. Meningkatkan pendapatan petani. c. Merangsang kesadaran petani dan masyarakat pada umumnya akan pentingnya teknologi. d. Merangsang pertumbuhan ekonomi masyarakat karena dengan hasil melimpah akan melahirkan pertumbuhan ekonomi yang meningkat pula di masyarakat. Pelaksanaan Revolusi Hijau membawa perubahan yang menakjubkan di negaranegara berkembang yang menerapkannya. Berikut contoh keberhasilan-keberhasilan tersebut. a. India hampir mampu memenuhi kebutuhan pangannya pada awal tahun 1970− an. b. Filipina yang sebelumnya tergantung pada beras impor, pada akhir tahun 1960− an telah menjadi negara pengekspor beras. c. Indonesia menjadi negara berswasembada pangan pada kurun waktu 1984−1989.

Prestasi Bangsa Indonesia dalam Mengembangkan Iptek pada Era Kemerdekaan

2

2. Kebijakan Revolusi Hijau Indonesia Revolusi Hijau menarik perhatian Indonesia untuk mengatasi masalah kekurangan pangan di Indonesia. Pemerintah Orde baru di Indonesia memasukkan Kebijakan Revolusi Hijau dalam Pelita. Kebijakan Revolusi Hijau di Indonesia dikenal sebagai gerakan Bimas (Bimbingan Masyarakat).

Bimas adalah program nasional untuk meningkatkan produksi pangan, khususnya swasembada beras.

Latar belakang gerakan Bimas adalah anggapan bahwa beras merupakan komoditas strategis baik ditinjau dari segi ekonomi, politik, dan sosial. Gerakan Bimas berintikan tiga komponen pokok sebagai berikut. a. Penggunaan teknologi yang sering disebut Panca Usaha Tani yang tediri dari: 1.) pemilihan dan penggunaan bibit unggul atau varitas unggul, 2.) pemupukan yang teratur, 3.) pengairan yang cukup, 4.) pemberantasan hama secara intensif, 5.) teknik penanaman yang lebih teratur. b. Penerapan kebijakan harga sarana dan hasil reproduksi. c. Adanya dukungan kredit dan infrastruktur. Untuk meningkatkan produksi pangan dan produksi pertanian, pemerintah Indonesia melakukan upaya yang berdasarkan empat usaha pokok sebagai berikut. a. Intensifikasi: usaha meningkatkan produksi pertanian dengan memberikan penyuluhan, penelitian, dan pencarian bibit unggul. b. Ekstensifikasi: usaha meningkatkan produksi pertanian dengan membuka lahan baru termasuk transmigrasi, usaha penangkapan ikan dan penanaman rumput untuk makanan ternak. c. Diversifikasi: usaha meningkatkan produksi pertanian dengan keanekaragaman usaha tani. d. Rehabilitasi: usaha meningkatkan produksi pertanian dengan pemulihan kemampuan daya produktivitas sumber daya pertanian yang sudah kritis. Seluruh

kebijakan

ini

berhasil

mengantarkan

Indonesia

menjadi

negara

berswasembada beras pada periode 1984−1989. Bahkan tahun 1988, Indonesia mendapat penghargaan dari FAO karena berhasil dalam swasembada pangan.

Prestasi Bangsa Indonesia dalam Mengembangkan Iptek pada Era Kemerdekaan

3

3. Perkembangan Revolusi Hijau di Indonesia Penduduk Indonesia dikenal sebagai penduduk agraris. Anggapan ini menjadikan pertanian di Indonesia sebagai sektor penting dalam upaya peningkatan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hal ini didasarkan pada beberapa hal berikut ini. a. Kebutuhan masyarakat yang meningkat dengan pesat. b. Tingkat produksi pertanian yang masih sangat rendah. c. Produksi pertanian belum mampu memenuhi seluruh kebutuhan masyarakat. Berdasarkan anggapan tersebut, pemerintah Indonesia berupaya meningkatkan hasil pertanian melalui ekstensifikasi dan intensifikasi. Salah satu upaya pemerintah dalam ekstensifikasi adalah transmigrasi dari daerah yang padat ke daerah yang sepi.

Tujuan transmigrasi adalah untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, pemerataan pembangunan dan meningkatkan produksi pertanian.

Program Transmigrasi di Indonesia sudah dimulai sejak tahun 1950-an daerahdaerah yang sepi diharapkan dapat dibangun menjadi lahan-lahan pertanian baru untuk mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia tentunya dengan penggunaan bibit-bibit unggul. Hal ini menyebabkan peningkatan hasil pertanian

sehingga

penghasilan petani pun meningkat. Bahkan, ketika Indonesia ditimpa krisis ekonomi, sektor pertanian mampu bertahan sebagai penyangga ekonomi negara sehingga banyak yang tergiur membuka usaha di sektor agrobisnis.

B. Teknologi Transportasi 1. Perkembangan Transportasi Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang transportasi merupakan hal penting dalam mendorong kemajuan suatu bangsa. Perkembangan transportasi selalu mengikuti perkembangan dan kebutuhan zaman. Secara umum, transportasi dibagi menjadi tiga macam, yakni transportasi darat, air, dan udara. a. Darat 1.) Mobil dan sepeda motor Transportasi darat berupa mobil dan sepeda motor sudah berkembang sejak zaman Hindia Belanda. Mobil dan sepeda motor pertama didatangkan dari pabrik Hildebrand und Wolfmuller di Muenchen, Jerman. Baru pada 1920, General Motor (GM) mendirikan pabrik perakitan Chevrolet di Tanjung Priok, Jakarta. Pascakemerdekaan, perkembangan mobil dan sepeda motor semakin pesat. Memasuki tahun 1970-an, investasi dan kerja sama Prestasi Bangsa Indonesia dalam Mengembangkan Iptek pada Era Kemerdekaan

4

dengan

Jepang

masuknya

mendorong

beragam

produk

otomotif dari negara tersebut. Untuk

menunjang

transportasi

darat, pemerintah mem-bangun berbagai infrastruktur jalan raya dan jalan tol. Pada masa Orde Baru, salah satu pembangunan jalan

Gambar 1. Jembatan Suramadu Sumber: wisatajatim.info

yang cukup berhasil adalah Jalan Tol Jagorawi (Jakarta-Bogor-Ciawi). Pembangunan tersebut dilakukan untuk memperlancar roda perekenomian dan mempercepat mobilitas masyarakat. Sejak era reformasi, pembangunan infrastruktur jalan semakin cepat dan merata. Salah satu jalan yang ikonik adalah Jembatan Suramadu. Jembatan yang melintasi Selat Madura dan menghubungkan Pulau Jawa dan Madura ini menjadi jembatan terpanjang di Indonesia. Rencana pembangunan jembatan ini sudah dimulai pada era Presiden Megawati Soekarnoputri pada 2003 dan diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 10 Juni 2009. 2.) Trem Memasuki penghujung tahun 1897, trem listrik mulai hadir di Batavia dan mengalahkan pamor trem uap. Trem listrik ini dikelola oleh perusahaan Elechtriche Tram Mij. Trem listrik ini memiliki rute yang lebih banyak dibandingkan trem sebelumnya. Pada saat itu, trem menjadi transportasi yang paling digemari masyarakat Batavia. Hingga tahun 1909, terdapat 14 kilometer jalur trem di Batavia. Setelah era kemerdekaan, perusahaan pengelola trem listrik dan trem uap di Batavia, Bataviasch Verkeer Matschapiij diambil alih oleh pemerintah Indonesia dan berganti nama menjadi Perusahaan Pengangkutan Djakarta (PPD). Sejak saat itu, trem mulai digantikan dengan kehadiran bus. Jalur-jalur trem pun mulai ditutup aspal. 3.) Kereta api Perkembangan kereta api di Indonesia sudah dimulai sejak zaman Hindia Belanda. Pada 17 Juni 1874, Gubernur Jenderal Baron Sloet van Beele membangun rel kereta api pertama di Jawa. Pada 1881, Semarang-Joana Stoomtram Matschapij menerima konsesi pembangunan jalur trem antara Semarang dan Juwana.

Prestasi Bangsa Indonesia dalam Mengembangkan Iptek pada Era Kemerdekaan

5

Di Sumatra, pada 1874 sudah ada jalur kereta api antara Pelabuhan Ule Lhee dan Banda Aceh untuk kepentingan militer. Pada tahun 1891 dan 1894, pemerintah Hindia Belanda membangun rel kereta api antara Teluk Bayur dan penambangan batu bara di Sawahlunto. Pada 1922, dibuka jalur kereta api publik antara Ujung Pandang dan Takalar sepanjang 47 km sebelum akhirnya ditutup pada 1930. Pascakemerdekaan, dibentuklah Djawatan Kereta Api Republik Indonesia pada 28 September 1945 sebagai pengelola kereta api di Jawa. Untuk pengelolaan kereta api di Sumatra, dibentuk Kereta Api Negara Indonesia. Pada tahun 1963, semua pengelolaan kereta api digabung dalam wadah Perusahaan Negara Kereta Api (PNKA) sebelum berubah kembali menjadi Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA). Pada 1991, PJKA berubah menjadi Perusahaan Umum Kereta Api (Perumka) dan kini menjadi PT (Persero) Kereta Api Indonesia. Pada 31 Juli 1995, pemerintah meresmikan penggunaan kereta api ekspres Argo Bromo dan Argo Gede. Saat ini pemerintah sedang membangun jalur kereta api cepat Jakarta-Bandung. Untuk di Jakarta, sedang dikembangkan Mass Rapid Transit atau Moda Raya Terpadu (MRT) dan Lintas Rel Terpadu (LRT) untuk memudahkan mobilitas masyarakat yang semakin cepat. b. Air Pada zaman Hindia Belanda, transportasi air dikuasai oleh KPM (Koninklijke Paketvaart Matschappij) yang kemudian setelah kemerdekaan, tepatnya pada 5 September 1950, Menteri Perhubungan dan Menteri Pekerjaan Umum RI mengeluarkan surat keputusan bersama tentang pendirian Yayasan Penguasaan Pusat Kapal-kapal (Pepuska). Namun, Pepuska tidak bertahan lama karena tidak dapat bersaing dengan KPM. Pada 28 April 1952, pemerintah kemudian mendirikan Pelayaran Nasional Indonesia (Pelni). Namun, 90 persen pelayaran antarpulau masih dikuasai oleh KPM. Memasuki tahun 1957, Menteri Perhubungan menyetujui untuk mengambil alih atau menasionalisasi KPM dan kapal-kapal KPM resmi dilarang beroperasi di wilayah Indonesia. Pada masa Orde Baru, transportasi pelayaran semakin pesat. Salah satunya adalah pengadaan pelayaran antarpulau (kapal feri). Hal ini bertujuan untuk memperlancar lalu lintas antarpulau dan meningkatkan perdagangan domestik dan internasional.

Prestasi Bangsa Indonesia dalam Mengembangkan Iptek pada Era Kemerdekaan

6

c. Udara Seperti halnya transportasi perairan, transportasi udara sudah ada sejak zaman Hindia Belanda dan dikelola oleh perusahaan penerbangan Belanda bernama KNILM (Koninklijke Nederlandsch Indische Luchtvaart Matschappij). Namun, berbeda dengan KLM yang harus dinasionalisasi terlebih dahulu, KNILM menyerahkan pelaksanaan penerbangan kepada Garuda Indonesia pada 1949. Penerbangan pertama Garuda Indonesia terjadi pada 26 Januari 1949. Pesawat yang digunakan adalah pesawat DC-3 yang bernama Seulawah RI 001. Pesawat ini dibeli dari hasil patungan masyarakat Aceh. Untuk menunjang transportasi udara, dibangunlah bandara (pelabuhan udara). Sejak era reformasi, tepatnya sejak tahun 2015, tercatat telah dibangun beberapa bandara baru, antara lain: 1.) Bandara Namniwel, Maluku 2.) Bandara Letung, Kepulauan Anambas, Kepulauan Riau 3.) Bandara Miangas, Sulawesi Utara 4.) Bandara Morowali, Sulawesi Tengah 5.) Bandara Werur, Tambrauw, Papua Barat 6.) Bandara Maratua, Kalimantan Utara 7.) Bandara Koroway Batu, Tanah Merah, Papua 8.) Bandara Internasional Jawa Barat, Kertajati, Majalengka, Jawa Barat 9.) Bandara Tebelian, Sintang, Kalimantan Barat 10.) Bandara Yogyakarta (New Yogyakarta International Airport), Yogyakarta

2. Dampak Perkembangan Transportasi Semakin pesatnya perkembangan transportasi dari masa ke masa tentu memiliki dampak positif dan negatif. Salah satu dampak positif yang paling signifikan adalah semakin pesatnya roda perekonomian dan semakin mempercepat mobilitas masyarakat dari satu tempat ke tempat lainnya. Selain itu, dapat menjadi tolak ukur kemajuan suatu daerah dengan hadirnya infrastuktur yang mendukung transportasi di daerah tersebut. Selain membawa dampak positif, transportasi tentu membawa dampak negatif yang perlu diantisipasi. Maraknya peredaran narkoba, kriminalitas, hingga human trafficking. Kondisi wilayah Indonesia yang didominasi oleh perairan, dapat menjadi celah terjadinya kasus-kasus tersebut. Untuk itu, diperlukan sinergi antarlembaga untuk memperkuat pertahanan dan keamanan guna menjamin terselenggaranya transportasi dan pelayanan publik yang optimal.

Prestasi Bangsa Indonesia dalam Mengembangkan Iptek pada Era Kemerdekaan

7

C. Teknologi Kedirgantaraan Kedirgantaraan adalah salah satu bidang teknologi udara. Perkembangan teknologi kedirgantaraan di Indonesia dimulai sejak dibentuknya Lembaga Penerbangan dan Antariksa (Lapan) hingga dibentuknya PT Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) yang kini menjadi PT DI (Dirgantara Indonesia). 1. Lembaga Penerbangan dan Antariksa (Lapan) Lembaga Penerbangan dan Antariksa (Lapan) didirikan pada 27 November 1963 dengan tujuan untuk menyusun kebijakan nasional di bidang penelitian dan pengembangan sains antariksa dan atmosfer, teknologi penerbangan dan antariksa, serta penginderaan jauh dan pemanfaatannya. Dalam teknologi kedirgantaraan, Lapan menghasilkan tiga satelit komunikasi, yakni Telkom 1, Telkom 2, dan Palapa D. Lapan juga telah menghasilkan teknologi penginderaan jauh yang bermanfaat untuk pemantauan di bidang pemanfaatan sumber daya alam. Penginderaan jauh kini bukan hanya memberikan informasi transportasi udara, melainkan juga informasi di bidang kehutanan, lahan pertanian, sistem pemetaan wilayah, lingkungan, bencana alam, hingga sumber daya alam. 2. Industri Pesawat Terbang Nusantara Tokoh

perintis

penerbangan

Indonesia

adalah

Nurtanio Pringgoadisuryo. Pada 1947, ia bersama Wiweko Soepono membuat pesawat laying Zogling NWG (Nurtanio-Wiweko Glider). Nurtanio kemudian bergabung dengan Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI) dan membuat pesawat layang AURI. Nurtanio Gambar 2. Bacharuddin Jusuf (BJ) Habibie Sumber: Instagram Presiden Joko Widodo

kemudian

ikut

mendirikan

Depot

Penyelidikan, Percobaan, dan Pembuatan AURI yang kemudian

berubah

menjadi

Lembaga

Persiapan

Industri Penerbangan (Lapip). Pada tahun 1966, setelah Nurtanio wafat, Lapip berganti nama menjadi Lembaga Industri Pesawat Terbang Nurtanio (Lipnur).

Pada 26 April 1976, didirikan PT Industri Pesawat Terbang Nurtanio (IPTN) dengan Bacharuddin Jusuf Habibie sebagai direktur utama. PT IPTN berganti nama menjadi PT Industri Pesawat Terbang Nusantara pada 11 Oktober 1985 dan berubah lagi menjadi PT Dirgantara Indonesia (DI) pada masa Presiden K.H. Abdurrahman Wahid pada tahun 2000. Pada tahun 1983 hingga 1988, mulai dikembangkan pesawat penumpang sipil angkut turboprop kelas menengah bermesin dua. Pesawat bermesin turboprop ini

Prestasi Bangsa Indonesia dalam Mengembangkan Iptek pada Era Kemerdekaan

8

dirancang oleh IPTN bekerja sama dengan CAS (Construtyion Aeronauticas SA), sebuah perusahaan produsen pesawat terbang asal Spanyol. Pesawat ini kemudian diberi nama Tetuka. Selain CN-235, IPTN lain yang paling fenomenal adalah Pesawat N250 yang mampu terbang hingga ketinggian 7620 meter dan daya jelajah 1480 meter dan

Gambar 3. Pesawat CN-235 Sumber: wikipedia.org

dirancang untuk memuat 50 hingga 70 penumpang. 3. Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional Pada 1938, Pemerintah Hindia Belanda membentuk Permanente KarteringCommissie (Komisi Tetap untuk Pemerataan) yang kemudian berubah menjadi Raad en Directorium voor het Meet en Kaarteerwezen in Nederland Indsch (Dewan dan Direktorium untuk Pengukuran dan Pemetaan Hindia Belanda. Badan ini pun kemudian dibubarkan pada 1951 dan diganti dengan Dewan dan Direktorium Pengukuran dan Penggambaran Peta. Pada tahun 1964, badan tersebut dibubarkan oleh Presiden Soekarno dan diganti dengan Komando Survi dan Pemetaan Nasional (Kosurtanal) dan Dewan Survei dan Pemetaan Nasional (Desurtanal). Pada awal pemerintahan Orde Baru, dibentuk Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal) menggantikan Kosurtanal dan Desurtanal. Bakosurtanal dibentuk dengan tujuan untuk melakukan survei dan pemetaan yang dapat memberikan informasi sumber daya alam dan lingkungan. 4. Badan Informasi Geospasial (BIG) Berdasarkan UU No. 4 Tahun 2011, Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal) digantikan oleh Badan Informasi Geospasial (BIG).

Gambar 4. Logo Badan Informasi Geospasial (BIG) Sumber: twitter @infoGeospasial

Prestasi Bangsa Indonesia dalam Mengembangkan Iptek pada Era Kemerdekaan

9

Tujuan dibentuknya BIG antara lain: a. Menjamin ketersediaan akses terhadap informasi geospasial yang dapat dipertanggungjawabkan. b. Mewujudkan penyelenggaraan informasi geospasial yang berdayaguna (efisien) dan berhasil guna (efektif) melalui kerja sama, koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi. c. Mendorong

penggunaan

informasi

geospasial

dalam

penyelenggaraan

pemerintahan dan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat.

D. Teknologi Komunikasi dan Informasi 1. Sistem Informasi dan Komunikasi Perkembangan sistem informasi dan komunikasi dimulai dengan penemuan mesin cetak oleh Gutenberg pada abad ke-15. Kemudian perkembangan sistem informasi dan komunikasi semakin pesat dengan penggunaan listrik. Hal ini ditandai dengan penemuan-penemuan berikut. a. Telegraf oleh Samuel F.B. Morse tahun 1837 b. Telepon oleh Alexander Graham Bell tahun 1876 c, Radio oleh Marconi tahun 1896 Penemuan ini menyebabkan manusia mulai bisa berkomunikasi jarak jauh dengan waktu yang singkat. Pada abad 20, sistem informasi dan komunikasi semakin maju dengan penemuan komputer yang digunakan untuk mengontrol alat paling sederhana hingga yang paling rumit. Selanjutnya, dengan penemuan internet yang dikembangkan oleh Departemen Pertahanan AS pada tahun 1960-an.

Internet dapat diartikan sebagai suatu jaringan komunikasi antarkomputer.

Penemuan internet sering disebut sebagai revolusi komunikasi sebab melalui internet, manusia sudah bisa menerima informasi dari belahan dunia manapun dalam waktu singkat.

2. Sistem Komunikasi Satelit Palapa Penggunaan satelit buatan manusia dimulai pada 4 Oktober 1957 dengan peluncuran Sputnik 1 oleh Uni Soviet. Kemudian pada

31 Januari 1958, Amerika Serikat

meluncurkan Explorer 1 sebagai satelit pertamanya. Indonesia mulai membangun sistem komunikasi satelit pada tahun 1975 sampai tahun 1976 dengan pembangunan Sistem Komunikasi Satelit Domestik (SKSD). Pada 18 Juli 1976, generasi pertama Satelit Palapa adalah Palapa A-1

Prestasi Bangsa Indonesia dalam Mengembangkan Iptek pada Era Kemerdekaan

10

Satelit Indonesia diberi nama Satelit Palapa. Pemberian nama Palapa berasal dari nama sumpah Patih Gajah Mada dari Majapahit untuk menyatukan Nusantara.

Satelit Palapa digunakan sebagai satelit komunikasi yang berfungsi sebagai sarana penghubung berbagai aktivitas komunikasi. Selain itu, fungsi SKSD Palapa sebagai berikut. a. Hubungan komunikasi antardaerah dan antarnegara lebih mudah. b. Mempercepat penyebaran informasi melalui jaringan internet. c. Mempermudah komunikasi telepon Sambungan Langsung Internasional (SLI), Sambungan Langsung Jarak Jauh (SLJJ), STO (Sentral Telepon Otomatis). d. Sebagai satelit pengulang (repeater). Jangkauan dari Satelit Palapa C-2 yang diluncurkan pada tahun 1996, meliputi wilayah Papua sampai Vladivostok (Rusia) dan dari Australia sampai Selandia Baru. Dengan demikian, manfaat penggunaan satelit Palapa tidak hanya digunakan untuk kepentingan dalam negeri, tapi juga digunakan oleh luar negeri seperti Vietnam, Australia, Papua Nugini, Makau, dan Selandia Baru. Hal ini menyebabkan satelit palapa tidak hanya menyatukan seluruh daerah Indonesia, namun juga mempermudah hubungan luar negeri.

3. Komunikasi Media Massa Media komunikasi merupakan alat penerangan massa berupa informasi mengenai ide, pesan, atau gagasan. Media komunikasi dapat digunakan sebagai alat pendidikan massa melalui siaran radio dan televisi untuk berpartisipasi dalam pembangunan. Dengan demikian, media komunikasi sebagai sarana untuk menyebarkan informasi agar menjadi bangsa yang terbuka dan menghilangkan rasa kesukuan atau fanatisme kedaerahan. Pada 16 Juni 1925, radio untuk pertama kalinya mengadakan siaran di Indonesia. Radio pertama yang ada di Indonesia adalah Bataviase Radio Vereniging (BRV). Pada masa pendudukan Jepang, siaran radio diambil alih oleh pemerintah Jepang dan digunakan sebagai media propaganda. Jepang pun membentuk badan pengawas siaran radio yang dikenal dengan nama Hoso Kanri Kyoko. Untuk media siaran televisi, stasiun televisi pertama di Indonesia adalah Televisi Republik Indonesia (TVRI) yang didirikan untuk menyiarkan pesta olahraga Asian Games yang digelar di Jakarta pada 1962. Stasiun televisi swasta pertama yang

Prestasi Bangsa Indonesia dalam Mengembangkan Iptek pada Era Kemerdekaan

11

berdiri di Indonesia adalah Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI) yang berdiri pada tahun 1989. Pada masa Orde Baru, pemerintah menggalakan program pembangunan. Media komunikasi massa, baik cetak maupun elektronik berperan penting dalam penyampaian informasi pembangunan. Peran lain dari media massa dalam pembangunan adalah sebagai berikut ini. a. Alat motivasi rakyat agar ikut berpartisipasi dalam pembangunan. b. Memberikan penilaian terhadap hasil pembangunan. c. Memberikan informasi mengenai hambatan pembangunan. d. Alat informasi tingkat kesejahteraan rakyat. e. Alat kontrol agar pelaksanaan pemerintahan sesuai dengan undang-undang.

E. Teknologi Arsitektur Teknologi arsitektur merupakan teknologi yang berkaitan dengan kemampuan merancang dan membangun suatu bangunan dan lingkungan.

1. Masa Kolonial

Gambar 5. Gedung Lawang Sewu, Semarang Sumber: heritage.kai.id

Pada masa kolonial Hindia Belanda, unsur bangunan perpaduan Eropa dan lokal mulai terlihat dalam arsitektur bangunan di Indonesia. Gaya arsitektur ini dikenal dengan nama tropisch indisch. Ciri bangunan bergaya ini antara lain memiliki banyak jendela, pintu, dan ventilasi yang lebar, serta memiliki atap ruangan yang tinggi. Hal ini dibuat untuk menyesuaikan dengan kondisi iklim Indonesia yang tropis dan bercurah hujan tinggi. Salah satu bangunan bergaya tropisch indisch dapat dilihat dari bangunan Lawang Sewu yang ada di Semarang. Bangunan bekas kantor perkeretaapian di Hindia Belanda ini disebut Lawang Sewu karena memiliki seribu pintu. Bangunan ini dirancang oleh Prof. Jacob F. Klinkhamer dan B.J. Quendag yang berdomisili di Amsterdam. Seluruh proses rancangan dibuat di Belanda kemudian baru dibawa ke Semarang.

Prestasi Bangsa Indonesia dalam Mengembangkan Iptek pada Era Kemerdekaan

12

2. Masa Orde Lama

Gambar 6. Stadion Utama Gelora Bung Karno

Gambar 7. Hotel Indonesia

Sumber: artikeldaninformasi.com

Sumber: liputan6.com

Setelah proklamasi kemerdekaan, teknologi arsitektur semakin berkembang dengan munculnya bangunan bercorak kontemporer. Perkembangan teknik arsitektur semakin pesat terutama memasuki era Demokrasi Terpimpin (1959−1966). Beberapa bangunan dicanangkan dan dikembangkan ide arsitekturnya oleh Presiden Soekarno sendiri. Bangunan-bangunan tersebut antara lain Stadion Utama Gelora Bung Karno, Hotel Indonesia, Gedung Planetarium, Wisma Nusantara, dan Gedung Sarinah. Beberapa bangunan lain pada masa Orde Lama dicanangkan oleh Frederich Silaban. Salah satu karya yang paling fenomenal adalah Masjid Istiqlal. Sujudi dan Han Awal ikut merancang Gedung Conefo (Conference of New Emerging Forces) yang kini digunakan menjadi Gedung DPR/MPR.

Gambar 8. Gedung Sarinah

Gambar 9. Masjid Istiqlal

Sumber: kompas.com

Sumber: idntimes.com

Teknologi arsitektur lainnya juga dikembangkan oleh Prof. R.M. Sedyatmo. Prof. Sedyatmo terkenal sebagai penemu Konstruksi Cakar Ayam pada tahun 1962 dan merancang landasan Bandara Soekarno Hatta. Prof. Sedyatmo meninggal pada tahun 1984 dan atas karya-karyanya, pemerintah menganugerahkan Bintang Mahaputra Kelas I.

Prestasi Bangsa Indonesia dalam Mengembangkan Iptek pada Era Kemerdekaan

13

Selain Prof. Sedyatmo, arsitek lain yang juga dinilai penting dalam teknologi arsitektur adalah Tjokorda Raka Sukowati. Karyanya yang paling fenomenal adalah “landasan putar bebas hambatan (LPBH) 80 derajat” atau yang lebih dikenal dengan teknologi Sosrobahu. Teknologi ini banyak digunakan dalam pembangunan jalan layang.

3. Masa Orde Baru Pada masa Orde Baru, pembangunan di Indonesia semakin pesat. Pada masa ini, dikembangkan bangunan dengan gaya arsitektur paduan modern dan tradisional. Pada masa ini mulai banyak dibangun perumahan rakyat bertipe kecil, hingga apartemen dan rumah susun. Beberapa arsitek yang muncul pada masa ini antara lain Johan Silas dan Paul Andreau. Pembangunan infrastruktur, seperti sekolah, jalan raya, jalan tol, dan tempat rekreasi mulai banyak dibangun pada era Orde Baru. Pada awal tahun 1980, berkembang gaya arsitektur brutalisme dengan tampilan kolom beton polos, datar, dan penataan jendela memanjang. Gaya ini banyak digunakan pada bangunan apartemen dan perkantoran.

Prestasi Bangsa Indonesia dalam Mengembangkan Iptek pada Era Kemerdekaan

14

Related Documents


More Documents from "irma nurhamida"