Referat- Masa Nifas Dan Laktasi - Shanaz Novriandina

  • Uploaded by: MeliaFadiansariSuriansyah
  • 0
  • 0
  • February 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Referat- Masa Nifas Dan Laktasi - Shanaz Novriandina as PDF for free.

More details

  • Words: 4,531
  • Pages: 28
Loading documents preview...
REFERAT MASA NIFAS DAN LAKTASI

Pembimbing: dr. I.G. Ngurah Made Mahardiana, Sp.OG

Disusun oleh: Shanaz Novriandina 1361050248

KEPANITERAAN KLINIK ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI PERIODE 15 MEI – 22 JULI 2017 RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TARAKAN KALIMANTAN UTARA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA 2017

KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan referat yang berjudul ‘Masa Nifas dan Laktasi”. Terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah banyak mendukung dan membantu hingga selesainya referat ini. 1. dr. I.G. Ngurah Made Mahardiana,Sp.OG selaku pembimbing referat. 2. Segenap staf bagian Kebidanan Terpadu RSUD Tarakan Kalimantan Utara 3. Rekan-rekan kepaniteraan klinik Obstetri dan Ginekologi yang telah memberikan bantuan baik material maupun spiritual.

Dalam penyusunan referat ini, penulis merasa masih banyak kekurangan baik secara teknik maupun materi penulisan, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan laporan kasus ini.

Tarakan, 29 Mei 2017

Penulis

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ......................................................................................... i DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii BAB I: PENDAHULUAN .................................................................................. 1 1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1 BAB II: TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 2 2.1 Masa Nifas ............................................................................................... 2 2.1.1 Aspek Anatomi dan Fisiologis Masa Nifas ....................................... 2 2.1.2 Perawatan Masa Nifas ....................................................................... 7 2.1.3 Program dan Kebijakan Kunjungan Masa Nifas ............................... 8 2.2 Laktasi ..................................................................................................... 13 2.2.1 Anatomi dan Fisiologi Masa Payudara ............................................. 13 2.2.2 Fisiologi Laktasi ................................................................................ 16 2.2.3 Komposisi ASI .................................................................................. 18 2.2.4 Manfaat ASI ...................................................................................... 28 2.2.5 Pemberian ASI .................................................................................. 19 2.2.6 Langkah Menyusui ........................................................................... 20 BAB III: KESIMPULAN ................................................................................... 24 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 25

BAB I PENDAHULUAN 1.1

Latar Belakang Masa nifas (pueperium) dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta sampai

dengan sistem reproduksi kembali ke keadaan sebelum hamil yang berlangsung sekitar 6 minggu. Masa nifas ditandai dengan terjadinya perubahan anatomi dan fisiologis sistem reproduksi dan dianggap sebagai masa transisi kritis bagi ibu, bayi, dan keluarganya secara fisiologis, psikologis, dan sosial. Risiko kesakitan dan kematian ibu serta bayi pada masa persalinan umumnya disebabkan oleh konsekuensi ekonomi, rendahnya peranan fasilitas kesehatan pelayanan dalam menyediakan pelayanan kesehatan yang berkualitas, dan telatnya deteksi dini serta penatalaksanaan yang adekuat terhadap penyakit yang timbul pada masa nifas.1 Pada masa nifas juga terjadi rangsangan untuk memicu laktasi. Laktasi atau menyusui adalah memberikan ASI sebagai makanan alamiah bagi bayi dengan komposisi yang sesuai dengan kebutuhan bayi.2 Proses menyusui yang benar dapat memicu perkembangan fisik, psikologis, dan mengurangi risiko kematian bayi baru lahir. Pemberian ASI diharapkan dapat meningkatkan kesejehteraan ibu dan bayi dalam membentuk good maternal child relationship.3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Masa nifas Masa nifas adalah masa dimulai sejak 1 jam setelah plasenta lahir dan berakhir ketika saluran reproduktif kembali seperti keadaan normal sebelum hamil yang berlangsung sekitar 6 minggu (42 hari).1,3 Masa nifas sering disebut puerperium yang diambil dari bahasa latin yaitu dari kata puer yang artinya bayi dan parous melahirkan. Sehingga puerperium adalah masa setelah melahirkan bayi.3 2.1.1 Aspek Anatomi, Fisiologis, dan Klinis pada masa nifas Masa nifas merupakan masa yang ditandai dengan banyak perubahan fisiologis pada tubuh ibu. Walaupun sedikit tetapi komplikasi yang serius bisa terjadi pada ibu setelah melahirkan.2 1. Vagina dan Ostium Vagina

Pada awal masa nifas, vagina dan ostiumnya membentuk saluran yang berdinding halus dan lebar yang ukurannya berkurang secara perlahan namun jarang kembali ke ukuran saat nulipara. Rugae muncul kembali pada minggu ketiga namun tidak semenonjol sebelumnya. Himen tinggal berupa potonganpotongan kecil sisa

jaringan, yang membentuk jaringan parut disebut

carunculae myrtiformes. Epitel vagina mulai berproliferasi pada minggu ke-4 sampai minggu ke-6, biasanya bersamaan dengan kembalinya produksi estrogen. Laserasi atau peregangan perineum selama persalinan dapat menyebabkan relaksasi ostium vagina. 2

2. Uterus 

Pembuluh darah dan miometium Diameter pembuluh darah uterus juga berkurang kembali ke ukuran sebelum kehamilan. Pembuluh darah yang membesar tertutup oleh perubahan hialin yang secara perlahan terabsorbsi kembali. Pembuluh darah yang berada di antara anyaman miometrium yang berkontraksi akan terjepit sehingga dapat menghentikan perdarahan setelah plasenta dilahirkan. 2



Segmen serviks dan uterus bagian bawah Selama persalinan, batas serviks bagian luar yang berhubungan dengan ostium externum biasanya mengalami laserasi terutama di bagian lateral. Ostium uteri externum tidak dapat kembali sempurna ke keadaan sebelum hamil. Bagian tersebut tetap agak lebar (menganga) dan secara khas, cekungan di kedua sisi pada tempat laserasi jadi permanen. Konsistensi serviks menjadi lunak. Pembukaan serviks berkontraksi secara perlahan, 2 jam post partum dapat dilalui 2-3 jati dan setelah 7 hari hanya terbuka untuk 1 jari. Diakhir minggu pertama, pembukaan serviks menyempit, serviks menebal, dan kanalis endoservikal kembali terbentuk.2,4

Gambar 1. Involusi serviks.4



Involusi uterus Berat uterus selama hamil dapat bertambah hingga 1000 gram dan setelah persalinan yaitu sesaat setelah pengeluaran plasenta, akan terjadi kontraksi miometrium yang reguler dan kuat untuk membantu proses involusi uterus.

Sesudah partus

Hari ke-2

Hari ke-6

Hari ke-15

Gambar 2. Involusi Uterus.4

Pada minggu pertama berat uterus sekitar 500 g dan teraba disekitar simfisis pubis. Pada minggu kedua, uterus telah masuk ke rongga pelvis dan beratnya sekitar 300 g. Sekitar 4-6 minggu setelah melahirkan, uterus kembali ke ukuran sebelum hamil ≤ 100 gram.2,4 Tabel 1. Tinggi Fundus Uterus dan berat uterus menurut masa involusi.4

Involusi

Tinggi Fundus Uteri

Berat

Bayi Lahir

Setinggi umbilikus

1000 gram

Plasenta lahir

2 jari dibawah umbilikus

750 gram

1 minggu

Pertengahan pusat simpisis

500 gram

2 minggu

Tidak teraba diatas simpisis

350 gram

6 minggu

Bertambah kecil

50-100 gram

8 minggu



Sebesar normal

30 gram

Nyeri setelah melahirkan (After pains) Rasa mules dirasakan pada hari ke 2-4 postpartum dan perlahan-lahan menjadi lebih ringan. Nyeri yang dirasakan disebabkan oleh uterus yang berkontraksi kuat. Intensitas nyeri dapat meningkat seriring meningkatnya paritas dan ketika bayi menyusui akibat pelepasan oksitosin.2,4



Lokia Lokia adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa nifas. Cairan lokia tersebut terdiri dari eritrosit, potongan jaringan desidua, sel epitel dan bakteri. Lokia akan bertahan selama 4-8 minggu setelah persalinan.4 a. Lokia rubra (cruenta) : Berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo, dan mekonium, selama 2-3 hari pasca persalinan. b. Lokia sanguinolenta :Berwarna merah kuning, berasa darah dan lendir, hari ke3-7 pasca persalinan.

c. Lokia serosa : Berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7-14 pascapersalinan. d. Lokia alba : Campuran leukosit dan penurunan kandungan cairan, lokia berwarna putih atau putih kekuningan. Terjadi setelah 2 minggu.3



Regenerasi Endometrium Pada hari ke-2 dan ke-3 setelah persalinan,

desidua yang tersisa

berdiferensiasi menjadi dua lapisan. Lapisan superfisial menjadi nekrotik dan meluruh masuk kedalam lokia. Lapisan basal yang berdekatan dengan dengan miometrium tetap utuh dan merupakan sumber endometrium baru. Endometrium tumbuh dari proliferasi sisa kelenjar endometrium dan stroma jaringan ikat interglandular. Regenerasi endometrium berlangsung cepat, kecuali pada tempat perlekatan plasenta. 2,4 

Involusi Tempat Perlekatan Plasenta Pengeluaran lengkap tempat perlekatan plasenta memerlukan waktu sampai 6 minggu, ketika plasenta lepas kripta karunkula dangkal dan sisa vili plasenta terlepas bercampur dengan serum, limfe, epitel endometrium yang meluruh di lumen uterus. Tempat perlekatan plasenta mengecil karena kontraksi dan menonjol ke cavum uteri. Tempat perlekatan plasenta kirakira seukuran telapak tangan, kemudian ukurannya perlahan mengecil di

akhir minggu kedua, diameternya sekitar 3-4 cm dan pada minggu keenam 2,4 cm yang akhirnya kembali seperti sebelum hamil. 2,4 3. Saluran Kemih Vesica urinaria mengalami peningkatan kapasitas dan relatif tidak sensitif teradap tekanan intravesika, sehingga bisa mengakibatkan ovedistensi, pengosongan yang tidak sempurna dan residu urin yang berlebihan. Ureter yang berdilatasi dan pelvis renal kembali ke keadaaan sebelum hamil dalam 28 minggu setelah melahirkan. 2,4 4. Ligament dan dinding Abdomen Ligamen, fasia dan diafragma pelvis meregang pada waktu partus dan membutuhkan waktu beberapa minggu untuk kembali ke keadaan sebelum hamil

Ligamentum

rotundum

menjadi

kendor

yang dapat

berisiko

menyebabkan uterus jatuh ke belakang (retrofleksi). Perubahan kembali menjadi keadaan sebelum hamil. Dinding abdomen masih tetap lunak dan flaksid akibat distensi uterus pada kehamilan. 2.1.2 Program Kebijakan Masa Nifas Program dan kebijakan teknik masa nifas menganjurkan kunjungan masa nifas dilakukan paling sedikit 4 kali. Kunjungan ini bertujuan untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir juga untuk mencegah, mendeteksi, serta menangani masalah- masalah yang terjadi.5 Tabel 1. Tinggi Fundus Uterus dan berat uterus menurut masa involusi.5 Kunjungan

Waktu

Tujuan

1

6-8 jam PP

1. Mencegah perdarahan pada masa nifas
 2. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan

(Post-partus)

dan memberikan rujukan bila perdarahan berlanjut 3. Memberikan konseling kepada ibu atau anggota keluarga mengenai pencegahan perdarahan masa nifas karena atonia uteri 4. Pemberian ASI pada masa awal menjadi ibu 5. Mengajarkan cara mempererat hubungan antara ibu dan bayi baru lahir
 6. Menjaga bayi tetap sehat 7. mecegah hipotermi

2

6 hari PP

1. Memastikan involusi uteri berjalan normal : uterus berkontraksi, fundus di bawah umbilicus tidak ada perdarahan abnormal, dan tidak ada bau 2. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau kelainan pasca melahirkan 3. Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat 4. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak ada tanda-tanda penyulit 5. Memberikan konseling mengenai asuhan pada bayi, cara merawat tali pusat, dan bagaimana menjaga bayi agar tetap hangat

3

2 minggu PP

(sama seperti 6 hari PP)

4

6 minggu PP

1. Menanyakan pada ibu tentang penyulit- penyulit yang dialami atau bayinya 2.

Memberikan konseling untuk KB secara dini

2.1.3 Perawatan Masa Nifas 2.1.3.1 Perawatan masa nifas di rumah sakit 1. Perawatan segera setelah persalinan

Selama beberapa jam pertama setelah persalinan tekanan darah dan denyut nadi harus diukur tiap 15 menit sekali, atau lebih sering bila ada indikasi tertentu. Jumlah perdarahan vagina terus dipantau, dan fundus harus diraba untuk memastikan kontraksinya baik. Bila teraba relaksasi, uterus hedaknya dimasase melalui dinding abdomen sampai organ ini tetap berkontraksi. Darah mungkin terakumulasi di dalam uterus tanpa ada bukti perdarahan luar. Kondisi ini dapat dideteksi secara dini dengan menemukan pembesaran uterus melalui palpasi fundus yang sering beberapa jam setelah persalinan. Risiko terjadi perdarahan berat post partus, sehingga perlu dilakukan identifikasi dan penatalaksaan yang cepat jika terjadi perdarahan 1 jam setelah persalinan kala III. Setelah persalinan pervaginam, bila tidak ada komplikasi, jarang diperlukan rawat inap lebih dari 48 jam. Sebelum pulang, seorang wanita bersalin harus menerima instruksi seputar perubahan – perubahan fisiologis normal pada masa nifas, termasuk pola lokhia, penurunan berat badan akibat diuresis, dan waktu pengeluaran ASI. Wanita tersebut juga harus mendapatkan pengarahan mengenai apa yang harus dilakukan bila ia mengalami demam, perdarahan per vaginam dalam jumlah banyak, atau mengalami nyeri, pembengkakan atau nyeri pada tungkai.2,3,4 2.

Perawatan sistem vulva Pasien dianjurkan untuk membasuh vulva dari anterior ke posterior (dari arah vulva ke anus). Perineum dapat dikompres dengan es untuk membantu mengurangi edema dan rasa tidak nyaman pada beberapa jam pertama setelah reparasi episiotomi. 2,3,4

3.

Fungsi kandung Kemih Kecepatan pengisian kandung kemih setelah persalinan mungkin dapat bervariasi. Cairan intravena hampir selalu diberikan melalui infus selama persalinan pervaginam. Sebagai akibat dari pemberian cairan infus dan penghentian efek antidiuretik oksitosin secara mendadak, sering terjadi pengisian kandung kemih secara cepat. Sensasi maupun kapasitas kandung kemih untuk melakukan pengosongan spontan dapat berkurang akibat dari anastesi, khususnya anastesi regional, juga episiotomi, laserasi, atau hematoma.

Kandung kemih dapat teraba sebagai suatu massa kistik

suprapubik, atau kandung kemih yang membesar dapat tampak menonjol di abdomen sebagai akibat tidak langsung pendorongan fundus uteri diatas umbilikus. Apabila terjadi overdistensi kandung kemih, sebaiknya kateter dibiarkan terpasang setidaknya 24 jam, untuk mengosongkan kandung kemih seluruhnya dan mencegah terjadinya rekurensi, selain itu juga memungkinkan pemulihan tonus dan sensasi kandung kemih normal. Bila kateter dicabut, pasien harus mampu untuk berkemih normal secara berkala. Bila pasien tidak mampu berkemih setelah 4 jam, maka kateter harus dipasangkan kembali pada pasien. 2,3,4 4. Perawatan Payudara Kedua payudara harus sudah dirawat selama masa kehamilan, aerola mammae dan papilla mammae dicuci secara teratur dengn sabun serta diberi minyak atau krim agar tetap lentur, jangan sampai mudah lecet atau pecahpecah. 2,3,4 5.

Fungsi pencernaan

Terkadang, hilangnya motilitas usus merupakan suatu konsekuensi yang diharapkan setelah pemberian enema yang akan membersihkan saluran cerna dengan efisien beberapa jam sebelum melahirkan. Dengan pemberian makan secara dini dapat mengurangi konstipasi. 2,3,4 6.

Relaksasi Dinding Abdomen Bebat

sebenarnya

tidak

perlu

dilakukan

karena

tidak

dapat

mengembalikan postur tubuh ibu. Bila abdomen bagian luar bisa kendur dan menggantung, penggunaan korset biasanya sudah cukup membantu. Olahraga untuk membantu mengembalikan tonus dinding abdomen boleh dimulai kapan saja setelah persalinan pervaginam dan segera setelah nyeri pada perut berkurang pada seksio sesarea. 2,3,4 7.

Diet Tidak ada pantangan makanan bagi wanita yang melahirkan per vaginam. Dua jam setelah partus pervaginam normal, jika tidak ada komplikasi yang memerlukan pemberian anestetika, pasien hendaknya diberikan minum jika haus dan makanan jika lapar. Apabila ibu tidak ingin menyusui, maka kebutuhan dietnya sama seperti wanita tidak hamil. Pada praktiknya adalah melanjutkan suplementasi besi selama sekurang – kurangnya 3 bulan setelah melahirkan dan memeriksa kadarnya pada kunjungan pertama. 2,3,4

8.

Ketidaknyamanan pasca persalinan Beberapa hari pertama setelah persalinan per vaginam, seorang ibu dapat merasa tidak nyaman karena berbagai alasan, termasuk nyeri setelah melahirkan, episiotomi & laserasi, pembengkakan payudara, kontraksi uterus

yg terjadi selama menyusui. Dapat diberikan terapi kodien 60 mg, aspirin 600 mg, atau asetaminofen 500 mg. 2,3,4 9.

Depresi ringan Gejala depresi ringan pada ibu beberapa hari setelah melahirkan (postpartum blues). Faktor- faktor penyebabnya antara lain kekecewaan emosional yg mengikuti kegirangan bercampur rasa takut setelah melahirkan, rasa nyeri pada awal masa nifas, dan kelelahan akibat kurang tidur selama persalinan dan setelah melahirkan. 2,3,4

10. Imunisasi Wanita yang belum kebal terhadap beberapa penyakit tertentu sebaiknya dilakukan vaksinasi sebelum pulang dari rumah sakit. 2,3,4 11. Kontrasepsi Selama perawatan di rumah sakit, dilakukan usaha pendidikan tentang keluarga berencana. Apabila ibu dalam masa menyusui maka berikan kontrasepsi yang tidak menganggu pengeluaran ASI seperti mini-pil, injeksi progestin, implan progestin, atau Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) seperti IUD. 2,3,4 2.1.3.2 Perawatan di rumah 1. Senggama Setelah melahirkan, tidak ada kejelasan mengenai waktu yang diperbolehkan untuk kembali melakukan koitus. Kembali melakukan aktifitas seksual terlalu dini mungkin akan terasa tidak nyaman, bila tidak terasa sangat

nyeri, yang diakibatkan oleh belum sempurnanya involusi uterus dan penyembuhan luka episiotomi atau laserasi. Median interval waktu antara melahirkan dengan hubungan seksual adalah 5 minggu, tapi kisarannya berbeda antara 1 – 12 minggu.3 2. Kebalinya Menstruasi dan Ovulasi Seorang wanita yang tidak menyusui anaknya umumnya siklus menstruasi akan kembali dalam waktu 6 – 8 minggu. Tetapi terkadang sulit untuk menentukan secara klinis waktu spesifik terjadinya menstruasi pertama setelah melahirkan. Sebagian kecil wanita mengeluarkan darah sedikit sampai sedang secara intermiten, segera setelah melahirkan. Menstruasi pertama dapat terjadi paling cepat pada bulan kedua atau selambat – lambatnya 18 bulan setelah melahirkan. Kembalinya ovulasi sering ditandai oleh kembalinya perdarahan menstruasi yang normal. 3. Perawatan lanjutan untuk bayi Memastikan bayi baru lahir mendapatkan perawatan tindak lanjut yg sesuai. Bayi yg dipulangkan libih awal harus bayi preterm, normal, dan tanda2 vitalnya stabil. 4.

Perawatan lanjutan Pada saat pemulangan, wanita dlm masa nifas dpt mengerjakan banyak kegiatan, termasuk mandi, mengemudi & mengerjakan pekerjaan rumah tangga.

2.2

LAKTASI

2.2.1 Anatomi dan fisiologis Payudara Payudara adalah kelenjar yang terletak dibawah kulit dan diatas otot dada, merupakan perubahan dari kelenjar keringat. Payudara beratnya 200 gram, pada waktu hamil payudara membesar mencapai 600 gram dan pada saat menyusui mencapai 800 gram. Secara anatomis, pada bagian korpus payudara terdapat alveolus sebagai tempat air susus diproduksi. Alveolus akan dialirkan ke dalam saluran kecil (duktulus), duktulus akan bergabung membantuk saluran yang lebih besar (duktus). Dibawah areola, duktus akan mengalam pelebaran yang disebut sinus laktiferus yang akan berpusat ke dalam putting. Oto polos payudara yang terletak sepanjang dinding alveolus dan saluran akan berkontraksi memompa ASI keluar.1,2,3 2.2.2

Fisiologi laktasi Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dai ASI diproduksi sampai proses bayi menghisap dan menelan ASI (pengeluaran). Setelah persalinan, plasenta terlepas. Dengan terlepasnya plasenta, maka produksi hormon esterogen dan progesteron berkurang. Pada hari kedua atau ketiga setelah persalinan, kadar esterogen dan progesteron turun drastis sedangkan kadar prolaktin tetap tinggi sehingga mulai terjadi sekresi ASI. 1,4

Gambar 2. Fisiologi Laktasi.4

Pada masa laktasi terdapat refleks pada ibu dan refleks pada bayi. Refleks yang terjadi pada ibu adalah : 1.

Refleks prolaktin Rangsangan dan isapan bayi melalui serabut syaraf menuju ke hipotalamus yang kemudian

dilanjutkan

ke

kelenjar

hipofisis

anterior

untuk

mengeluarkan hormon prolactin. Hormon prolactin berperan dalam produsi ASI ditingkat alveolus. Hormon ini dapat menekan ovulasi dan berperan dalam mekanisme kemauan dan kebutuhan bayi (ad libitum on demand). 1,4 2. Refleks oksitosin (let down reflex) Rangsangan isapan bayi melalui serabut saraf juga diteruskan ke kelenjar hipofisis posterior yang berperan dalam mengeluarkan hormon oksitosin. Hormon oksitosin menyebabkan sel – sel myopytel yang mengelilingi alveoli dan duktuli berkontraksi, sehingga ASI mengalir dari alveoli ke duktuli menuju sinus dan puting. Makin sering menyusui, pengosongan alveolus semakin baik sehingga ASI semakin lancer keluar dan tidak terjadi engorgement (pembengkakan payudara). Efek positif terhadap reflex oksitosin adalah rasa sayang kepada bayi, mendengar dan melihat bayi, efek negatif yang dapat menghambat reflex oksitosin adalah rasa cemas, stress,

nyeri.

Oksitosin

juga

dapat

merangsang

otot

rahim

berkontraksi sehingga mempercepat terlepasnya plasenta dari dinding rahim dan mengurangi perdarahan setelah persalinan. Let down reflex

dipengaruhi oleh emosi ibu, rasa khawatir, rasa sakit dan kurang percaya diri. 1,4 Refleks pada bayi adalah : 1,4 1.

Refleks mencari puting (Rooting reflex) Bila pipi atau bibir bayi disentuh, maka bayi akan menoleh ke arah sentuhan, membuka mulutnya dan beru-saha untuk mencari puting untuk menyusu. Lidah keluar dan melengkung mengangkap puting dan areola.

2.

Refleks menghisap (Sucking Refleks) Refleks terjadi karena rangsangan puting susu pada palatum durum bayi bila areola masuk ke dalam mulut bayi. Gusi bayi menekan areola, lidah dan langit-langit sehingga menekan sinus laktiferus yang berada di bawah areola. Kemudian terjadi gerakan peristaltik yang mengeluarkan ASI dari payudara masuk ke dalam mulut bayi.

3. Refleks menelan (Swallowing reflex) ASI dalam mulut bayi menyebabkan gerakan otot menelan. 2.2.2 Komposisi Air Susu Ibu (ASI) ASI sebagai makanan alamiah yang dapat diberikan, komposisinya berubah sesuai dengan kebutuhan bayi saat itu, yaitu terdiri dari kolostrum, ASI peralihan, dan ASI matur.4 a. Kolostrum Hari pertama sampai 4-7 hari. Kolostrum berwarna kuning keemasan disebabkan oleh tingginya komposisi lemak dan sel-sel hidup. 
Kolostrum

merupakan pencahar (pembersih usus bayi) yang membersihkan mikonium sehingga mukosa usus bayi yang baru lahir segera bersih dan siap menerima ASI. Hal ini menyebabkan bayi sering defekasi dan feces berwarna hitam. Jumlah energi dalam kolostrum hanya 56 Kal /100 ml kolostrum dan pada hari pertama bayi memerlukan 20-30 CC. Kandungan protein pada kolostrum lebih tinggi dibandingkan dengan kandungan protein dalam susu matur. Kandungan karbohidratnya lebih rendah dibandingkan ASI matur. Kolostrum juga mengandung imunoglobin A (IgA), laktoterin dan sel-sel darah putih, yang kesemuanya sangat penting untuk pertahanan tubuh bayi, terhadap serangan penyakit (infeksi) lebih sedikit mengandung lemak dan laktosa, lebih banyak, mengandung vitamin dan lebih banyak mengandung mineral-mineral natrium (Na) dan seng (Zn). 4 b. ASI peralihan Kolostrum dilanjutkan dengan ASI peralihan sampai 3-4 minggu. ASI masa transisi terjadi pada hari ke-4 sampai hari ke-10 hingga ke-14, pengeluaran ASI oleh payudara sudah mulai stabil. Pada masa ini, terjadi peningkatan hidrat arang dan volume ASI, serta adanya penurunan komposisi protein, sedangkan kadar karbohidrat dan lemak makin tinggi dan volume akan makin meningkat.ASI peralihan keluar setelah kolostrum sampai sebelum menjadi ASI yang matang. Kadar protein makin merendah, Akibat adanya penurunan komposisi protein ini diharapkan ibu menambahkan protein dalam asupan makanannnya. 4

c.

ASI matur

ASI yang pertama disebut foremilk dan mempunyai komposisi berbeda dengan ASI yang keluar kemudian (hindmilk). Foremilk dihasilkan sangat banyak sehingga cocok untuk menghilangkan rasa haus bayi. Hindmilk keluar saat menyusui hampir selesai dan mengandung lemak 4-5 kali lebih banyak dibanding foremilk. Kandungan pada ASI matur : 

Lemak ASI mudah dicerna dan diserap bayi karena mengandung enzim lipase yang mencerna lemak. Lemak utama ASI adalah lemak ikatan panjang (omega-3, omega-6, DHA, dan asam arakhidonat) suatu asam lemak

esensial

untuk

myelinisasi

saraf

yang penting untuk

pertumbuhan otak. Kolesterol ASI tinggi sehingga dapat memenuhi kebutuhan pertumbuhan otak. 

Karbohidrat ASI adalah laktosa yang salah satunya terdiri dari galaktosa yang merupakan makanan vital bagi jaringan otak yang sedang tumbuh. 
Laktosa meningkatkan penyerapan kalsium yang sangat penting untuk pertumbuhan tulang. Laktosa juga meningkatkan pertumbuhan bakteri usus yang baik yaitu, Lactobacillis bifidus. Fermentasi laktosa menghasilkan asam laktat yang memberikan suasana asam dalam usus bayi sehingga menghambat pertumbuhan bakteri patogen.



Protein ASI
 adalah whey. Rasio whey dan kasein dalam ASI adalah 60:40, sedangkan dalam susu sapi rasionya 20:80. ASI tentu lebih menguntungkan bayi, karena whey lebih mudah dicerna dibanding kasein. 
ASI mengandung alfa-laktalbumin, Selain itu, pemberian ASI eksklusif dapat menghindarkan bayi dari alergen karena setelah 6

bulan usus bayi mulai matang dan bersifat lebih protektif. 
ASI juga mengandung lactoferin sebagai pengangkut zat besi dan sebagai sistem imun usus bayi dari bakteri patogen. Laktoferin membiarkan flora normal usus untuk tumbuh dan membunuh bakteri patogen. Zat imun lain dalam ASI adalah suatu kelompok antibiotik alami yaitu lysosyme.
Protein istimewa lainnya yang hanya terdapat di ASI adalah taurine yang diperlukan untuk pertumbuhan otak, susunan saraf, juga penting untuk pertumbuhan retina. 

Vitamin, mineral dan zat besi ASI
ASI mengandung vitamin, mineral dan zat besi yang lengkap dan mudah diserap oleh bayi. 4

2.2.3 Manfaat ASI

ASI yang diberikan secara eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan akan menjamin tercapainya pengembangan potensi kecerdasan anak secara optima, meningkatkan kesehatan, memiliki potensial perkembangan sosial yang baik. Manfaat ASI tidak hanya untuk ibu tetapi juga untuk bayi. Manafaat untuk ibu adalah Apabila ibu membantu meningkatkan produksi ASI dan proses laktasi, serta mengurangi kemungkinan terjadinya pendarahan setelah melahirkan, peningkatan kadar oksitosin yang berguna juga untuk kontraksi atau penutupan pembuluh darah, sehingga pendarahan akan lebih cepat berhenti, dan cara kontrasepsi yang aman, murah, dan cukup berhasil. Manfaaat ASI bagi bayi yaitu:4 1. Nutrisi terlengkap untuk bayi, yang terdiri dari proporsi yang seimbang dan cukup mengandung zat gizi yang diperlukan untuk 6 bulan pertama. 2. Mengandung antibodi (terutama kolostrum) yang melindungi bayi terhadap

penyakit terutarna diare, gangguan pernapasan, dan alergi. 3. Mengandung cairan yang cukup untuk kebutuhan bayi dalam 6 bulan pertama (87% ASI adalah air), mudah dicerna dan zat gizi mudah diserap. 4. Memiliki kandungan asam lemak untuk pertumbuhan otak 5. Menunjang perkembangan motorik, kepribadian, kecerdasan emosional, kematangan spiritual, dan hubungan sosial yang baik 6. Meningkatkan jalinan kasih sayang antara ibu dan bayi 7. Mengurangi risiko infeksi pada periode perinatal, infeksi pernapasan akut bagian bawah dan diare pada bayi di bawah 23 bulan. 2.2.4 Pemberian ASI Pemberian ASI yang dianjurkan pada bayi adalah sebagai berikut : 6 

ASI eksklusif selama 6 bulan dapat memenuhi 100% kebutuhan bayi.



Dari 6-12 bulan ASI masih merupakan makanan utama bayi karena dapat memenuhi 60-70% kebutuhan bayi dan ditambahkan makanan pendamping ASI berupa makanan lumat sampai lunak sesuai dengan usia bayi.



Diatas 12 bulan ASI saja hanya memenuhi sekitar 30% kebutuhan bayi dan makanan padat sudah menjadi makanan utama. Namun ASI tetap dianjurkan pemberiannya sampai paling kurang 2 tahun untuk manfaat lainnya.3

Kontraindikasi pemberian ASI pada bayi, yaitu : 1.

Bayi yang menderita galaktosemia

2.

Ibu dengan HIV/AIDS

3.

Ibu dengan penyakit jantung yang apabila menyusui dapat terjadi gagal jantung.

4.

Ibu yang memerlukan terapi dengan obat-obatan tertentu

5.

Ibu yang memerlukan pemeriksaan dengan obat radioaktif perlu menghentikan pemberian ASI kepada bayinya selama 5x waktu paruh obat. Setelah itu bayi boleh meyusu lagi. Sementara itu, ASI tetap diperah dan dibuang agar tidak mengurangi produksi.

2.2.5 Langkah Menyusui Ibu yang baru melahirkan sebaiknya dirawat bersama bayinya ( rawat gabung). Saat berada diruang rawat petugas harus mengajarkan kepada ibu cara memosisikan dan melekatkan bayi pada payudara bagi mereka yang belum dilatih selama fase pemeriksaan antenatal. Seringkali kegagalan menyusui disebabkan oleh kesalahan memosisikan dan melekatkakan bayi. Langkahlangkah menyusui yang benar:4,6 1. Cuci tangan dengan air bersih yang mengalir 2. Ibu duduk dengan santai dan kaki tidak boleh menggantung 3. Perah sedikit ASI dan oleska ke puting dan aerola sekitarnya 4. Posisikan bayi dengan benar -

Bayi dipegang dengan satu lengan. Kepala bayi diletakkan dekat lengkungan siku ibu, bokong bayi ditahan dengan telapak tangan ibu

-

Perut bayi menempel pada tubuh ibu

-

Mulut bayi berada didepan puting ibu

-

Lengan yang dibawah merangkul tubuh ibu, jangan berada diantara tubuh ibu dan bayi. Tangan yang diatas boleh dipegang ibu atau diletakkan diatas dada ibu

-

Telinga dan lengan yang diatas berada dalam satu garis lurus

5. Bibir bayi dirangsang dengan puting ibu dan akan membuka lebar, kemudian dengan cepat kepala bayi didekatkan k payudara ibu dan puting serta aerola dimasukkan kedalam mulut bayi 6. Cek apakah pelekatan sudah benar - Dagu menempel ke payudara ibu - Mulut terbuka lebar (Sebagian besar aerola terutama yang berada dibawah, masuk ke dalam mulut bayi) - Bibir bayi terlipat keluar - Pipi bayi tidak boleh kempot (Karena bayi tidak menghisap, tetapi memerah ASI, tidak boleh terdengar bunyi decak, hanya boleh terdengar bunyi menelan). - Ibu tidak kesakitan dan bayi tenang. 2.2.6 Rawat Gabung Rawat gabung adalah suatu cara perawatan dimana ibu dan bayi yang baru dilahirkan ditempatkan bersama dalam sebuah ruang selama 24 jam penuh. Keuntungan dalam rawat gabung, yaitu:3,6 1. Aspek psikologis Dengan rawat gabung antara ibu dan bayi akan terjalin proses bonding. Hal ini sangat mempengaruhi perkembangan psikologis bayi selanjutnya. Kehangatan tubuh ibu merupakan stimulasi mental yang mutlak diperlukan oleh bayi. 2. Aspek Fisik

Dengan rawat gabung ibu akan dengan mudah menyusui dengan demikian ASI juga akan cepat keluar. 3. Aspek Fisiologis Dengan rawat gabung, bayi dapat disusui dengan frekuensi yang lebih sering dan menimbulkan reflek prolaktin yang memacu proses produksi ASI dan refleks oksitosin yang membantu pengeluaran ASI dan mempercepat involusi rahim. 4. Aspek Medis Dengan awat gabung, ibu merawat bayinya sendiri sehingga bayi tidak tepapar dengan banyak petugas dan infesi nosokomial dapat dicegah. Syarat bayi dan ibu dapat dirawat gabung, yaitu: 4,5,6 1. Usia kehamilan > 34 mingu dan berat lahir >1800 gam, berarti reflek menelan dan menghisapnya sudah baik. 2. Nilai Apgar pada 5 menit >7. 3. Tidak ada kelainan kongenital yang memerlukan perawatan khusus. 4. Tidak ada trauma lahir atau morbiditas lain yang berat. 5. Bayi yang lahir dengan seksio sesarea yang menggunakan pembiusan umum, rawat gabbung dilakukan setelah ibu dan bayi sadar. Apabila ibu masih diinfus, bayi tetap disusui dengan bantuan petugas. 6. Ibu dalam keadaan sehat.

BAB III KESIMPULAN

Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir ketika sistem reproduksi kembali seperti keadaan sebelum hamil yang umumnya berlangsung sekitar 6 minggu. Pada masa ini, ibu harus diberikan edukasi mengenai perubahan anatomis dan fisiologis yang terjadi pasca persalinan serta asuhan agar mencegah terjadinya masalah di masa nifas. Pada masa nifas, kesehatan ibu menjadi hal yang harus diperhatikan, anjuran memberikan ASI adalah salah satu upaya yang mempengaruhi hubungan psikologis dan emosional ibu dan bayi. ASI menjadi makanan alamiah yang aman dan baik untuk bayi karena mengandung komposisi zat-zat yang sesuai dengan kebutuhan bayi untuk tumbuh dan berkembang, ASI juga mengandung zat pelindung yang dapat melindungi bayi dari penyakit infeksi. Manfaat ASI bagi bayi dan ibu menyebabkan pentingnya pemahaman ibu dalam teknik menyusui yang tepat, perawatan payudara, posisi bayi dalam menyusui, serta faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pengeluaran ASI.

DAFTAR PUSTAKA

1. Wiknjosastro H. Ilmu Kebidanan. Edisi ke-4 Cetakan ke-2. Jakarta: Yayaan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.2009, 523 – 9 2. Cunningham FG et al. Williams Obstetrics. 24th ed. New York: McGraw-Hill Education. 2014 3. Kementrian Kesehatan RI. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan Pedoman Bagi Tenaga Kesehatan. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI. 2013. 219-229 4. Siswosudarmo, R. Obstetri Fisiologi. UGM Jogjakarta: Pustaka Cendikiawan. 2008 5. Saleha S. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika. 2009 6. Medika. Syaifuddin, A B. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo. 2010

Related Documents


More Documents from "MILDA YANTI"