Referat Skizofrenia

  • Uploaded by: Herry
  • 0
  • 0
  • March 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Referat Skizofrenia as PDF for free.

More details

  • Words: 3,808
  • Pages: 21
Loading documents preview...
BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIV. AL-KHAIRAAT PALU

REFERAT 26 Oktober 2016

SKIZOFRENIA (F20)

Disusun Oleh: Haryati 11 777 055 Pembimbing: dr. Nyoman Sumiati, Sp.KJ

BAGIAN ILMU KESEHATAN JIWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ALKHAIRAAT RSUD MADANI PALU 2016

LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa: Nama : Haryati NIM : 11 777 055 Judul Laporan Kasus : Skizofrenia (F20)

1

Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Al-Khairaat Palu Palu, 26 Oktober 2016 Pembimbing dr. Nyoman Sumiati, Sp.KJ

BAB I PENDAHULUAN Salah satu gangguan jiwa yang merupakan permasalahan kesehatan di seluruh dunia adalah skizofrenia. Para pakar kesehatan jiwa menyatakan bahwa semakin modern dan indsutrial suatu masyarakat, semakin besar pula stressor psikososialnya, yang pada gilirannya menyebabkan orang jatuh sakit karena tidak mampu mengatasinya. Salah satu penyakit itu adalah gangguan jiwa skizofrenia.1 Gangguan jiwa merupakan gangguan pada pikiran, perasaan, atau perilaku yang mengakibatkan penderitaan dan terganggunya fungsi sehari-hari. Skizofrenia adalah sekelompok gangguan psikotik dengan distorsi khas proses pikir, kadang-

2

kadang mempunyai perasaan bahwa dirinya sedang dikendalikan oleh kekuatan dari luar dirinya, waham yang kadang-kadang aneh, gangguan persepsi, afek abnormal yang terpadu dengan situasi nyata atau sebenarnya, dan autisme. Meskipun demikian, kesadaran yang jernih dan kapasitas intelektual biasanya tidak terganggu.2 Skizofrenia merupakan gangguan psikotik yang paling sering. Hampir 1% penduduk di dunia menderita skizofrenia selama hidup mereka. Gejala skizofrenia biasanya muncul pada usia remaja akhir atau dewasa muda. Awitan pada laki-laki biasanya antara 15-25 tahun dan pada perempuan antara 25-35 tahun. Prognosis biasanya lebih buruk pada laki-laki bila dibandingkan dengan perempuan. Awitan setelah umur 40 tahun jarang terjadi.3

BAB II PEMBAHASAN A. Definisi Skizofrenia berasal dari bahasa Yunani, “shizein” yang berarti “terpisah” atau “pecah”, dan “phren” yang artinya “jiwa”. Pada skizofrenia terjadi pecahnya atau ketidakserasian antara afeksi, kognitif, dan perilaku. Secara umum, gejala skizofrenia dapat dibagi menjadi tiga golongan, yaitu gejala positif, gejala negatif, dan gangguan dalam hubungan interpersonal. 3,4 Skizofrenia adalah diagnosis kejiwaan yang menggambarkan gangguan mental dengan karakter abnormalitas dalam persepsi atau gangguan mengenai

3

realitas. Abnormalitas persepsi dapat berupa gangguan komunikasi sosial yang nyata. Sering terjadi pada dewasa muda, ditegakkan melalui pengalaman pasien dan dilakukan observasi tingkah laku, serta tidak dibutuhkan adanya pemeriksaan laboratorium.3,4 Berdasarkan PPDGJ III, skizofrenia adalah suatu deskripsi sindrom dengan variasi penyebab (banyak belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis atau “deteriorating”) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada perimbangan pengaruh genetik, fisik, dan sosial budaya. Pada umumnya ditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta oleh afek yang tidak wajar (inappropriate) atau tumpul (blunted), kesadaran yang jernih (clear consciousness) dan kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun kemunduran kognitif tertentu dapat berkembang kemudian.5 Skizofrenia merupakan suatu gangguan psikotik yang kronik, sering mereda, namun hilang timbul dengan manifestasi klinis yang amat luas variasinya. Menurut Eugen Bleuler, skizofrenia adalah suatu gambaran jiwa yang terpecah belah, adanya keretakan atau disharmoni atara proses pikir, perasaan, dan perbuatan.4

B. Epidemiologi John McGrath PhD dari Pusat Penelitian Kesehatan Mental Queensland, Wacol, Australia, dalam simposium bertema Psychosis Round the World, yang membahas data terbaru epidemiologi skizofrenia, memberikan presentasi sistematik untuk memandang kejadian skizofrenia. Ia mengatakan, kejadian skizofrenia pada pria lebih besar daripada wanita. Dikarenakan pada wanita ada hormon estrogen yang melindungi wanita dari sejumlah penyakit termasuk skizofrenia. Kejadian tahunan berjumlah 15,2% per 100.000 penduduk, kejadian pada imigran dibanding penduduk asli sekitar 4,7%, kejadian pada pria 1,4% lebih besar dibandingkan wanita. Di indonesia, menurut dr.Irmasyah, hampir 70% mereka yang dirawat di bagian psikiatri karena skizofrenia. Angka di masyarakat

4

berkisar 1-2% dari seluruh penduduk pernah mengalami skizofrenia dalam hidup mereka.1,2 C. Etiologi Skizofrenia merupakan suatu bentuk psikosis yang sering dijumpai sejak dulu.

Meskipun

demikian

pengetahuan

tentang

faktor

penyebab

dan

patogenesisnya masih minim diketahui. Adapun beberapa faktor etiologi yang mendasari terjadinya skizofrenia, antara lain:3,4 Genetik Dapat dipastikan bahwa ada faktor genetik yang turut menentukan timbulnya skizofrenia. Hal ini telah dibuktikan dengan penelitian tentang keluarga-keluarga penderita skizofrenia dan terutama anak-anak kembar satu telur. Angka kesakitan bagi saudara tiri adalah 0,9-1,8%; bagi saudara kandung 7-15%; bagi anak dengan salah satu orang tua yang menderita skizofrenia 7-16%; bila kedua orang tua menderita skizofrenia 40-68%; bagi kembar dua telur (heterozigot) 2-15%; bagi kembar satu ttelur (monozigot) 61-86%. 3,4 Diperkirakan bahwa yang diturunkan adalah potensi untuk mendapatkan skizofrenia (bukan penyakit itu sendiri) melalui gen yang resesif. Potensi ini mungkin kuat, mungkin juga lemah, tetapi selanjutnya tergantung pada lingkungan individu itu apakah akan terjadi manifestasi skizofrenia atau tidak. 3,4 Neurokimia Hipotesis dopamin menyatakan bahwa skizofrenia disebabkan oleh overaktivitas pada jaras dopamine mesolimbik. Hal ini didukung oleh temuan bahwa amfetamin, yang kerjanya meningkatkan pelepasan dopamine, dapat menginduksi psikosis yang mirip skizofrenia; dan obat antipsikotik (terutama antipsikotik generasi pertama atau antipsikotik tipikal/klasik) bekerja dengan memblok reseptor dopamine, terutama reseptor D2.3,4 D. Gambaran Klinis Skizofrenia merupakan penyakit kronik. Sebagian kecil dari kehidupan mereka berada dalam kondisi akut dan sebagian besar penderita berada lebih lama (bertahun-tahun) dalam fase residual yaitu fase yang memperlihatkan gambaran 5

penyakit yang “ringan”. Selama periode residual, pasien lebih menarik diri atau mengisolasi diri, dan “aneh”. Gejala-gejala penyakit biasanya terlihat lebih jelas oleh orang lain. Pasien dapat kehilangan pekerjaan dan teman karena ia tidak berminat dan tidak mampu berbuat sesuatu atau karena sikapnya yang aneh.3,4 Pemikiran dan pembicaraan mereka samar-samar sehingga kadang-kadang tidak dapat dimengerti. Mereka mungkin mempunyai keyakinan yang salah yang tidak dapat dikoreksi. Penampilan dan kebiasaan-kebiasaan mereka mengalami kemunduran serta afek mereka terlihat tumpul. Meskipun mereka dapat mempertahankan inteligensia yang mendekati normal, sebagian besar performa uji kognitifnya buruk. Pasien dapat menderita anhedonia yaitu ketidakmampuan merasakan rasa senang. Pasien juga mengalami deteorisasi yaitu perburukan yang terjadi secara berangsur-angsur. 3,4 Gejala Positif dan Negatif Gejala positif mencakup waham dan halusinasi. Gejala negatif meliputi afek mendatar atau menumpul, miskin bicara (alogia) atau isi bicara, bloking, kurang merawat diri, kurang motivasi, anhedonia, dan penarikan diri secara sosial.3,4

Gangguan Pikiran -

Gangguan proses pikir Pasien biasanya mengalami gangguan proses pikir. Pikiran mereka sering tidak dapat dimengerti oleh orang lain dan terlihat tidak logis. Tandatandanya adalah:3,4 1. Asosiasi longgar: ide pasien sering tidak menyambung. Ide tersebut seolah dapat melompat dari satu topik ke topik lain yang tak berhubungan sehingga membingungkan pendengar. Gangguan ini sering terjadi misalnya di pertengahan kalimat sehingga pembicaraan sering tidak koheren. 2. Pemasukan berlebihan: arus pikiran pasien secara terus-menerus mengalami gangguan karena pikirannya sering dimasuki informasi yang tidak relevan.

6

3. Neologisme: pasien menciptakan kata-kata baru (yang bagi mereka mungkin mengandung arti simbolik) 4. Terhambat: pembicaraan tiba-tiba berhenti (sering pada pertengahan kalimat) dan disambung kembali beberapa saat kemudian, biasanya dengan topik lain. Ini dapat menunjukkan bahwa ada interupsi. 5. Klang asosiasi: pasien memilih kata-kata berikut mereka berdasarkan bunyi kata-kata yang baru saja diucapkan dan bukan isi pikirannya. 6. Ekolalia: pasien mengulang kata-kata atau kalimat-kalimat yang baru saja diucapkan oleh seseorang. 7. Konkritisasi: pasien dengan IQ rata-rata normal atau lebih tinggi, sangat buruk kemampuan berpikir abstraknya. 8. Alogia: pasien berbicara sangat sedikit tetapi bukan disengaja (miskin pembicaraan) atau dapat berbicara dalam jumlah normal tetapi sangat sedikit ide yang disampaikan (miskin isi pembicaraan). - Gangguan isi pikir 3,4 1. Waham: suatu kepercayaan palsu yang menetap yang tak sesuai dengan fakta dan kepercayaan tersebut mungkin “aneh” atau bisa pula “tidak aneh” tetapi sangat tidak mungkin dan tetap dipertahankan meskipun telah diperlihatkan bukti-bukti yang jelas untuk mengkoreksinya. Waham sering ditemui pada gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk waham yang spesifik sering ditemukan pada skizofrenia. Semakin akut skizofrenia semakin sering ditemui waham disorganisasi atau waham tidak sistematis: a. Waham kejar b. Waham kebesaran c. Waham rujukan d. Waham penyiaran pikiran e. Waham penyisipan pikiran Gangguan Persepsi -

Halusinasi Halusinasi paling sering ditemui, biasanya berbentuk pendengaran tetapi bisa juga berbentuk penglihatan, penciuman, dan perabaan. Halusinasi pendengaran dapat pula berupa komentar tentang pasien atau peristiwa-peristiwa sekitar pasien. Komentar-komentar tersebut dapat berbentuk ancaman atau perintah-perintah langsung ditujukan kepada pasien (halusinasi komando). Suara-suara sering diterima 7

pasien sebagai sesuatu yang berasal dari luar kepala pasien dan kadang-kadang pasien dapat mendengar pikiran-pikiran mereka sendiri berbicara keras. Suara-suara cukup nyata menurut pasien kecuali pada -

fase awal skizofrenia.3,4 Ilusi dan depersonalisasi Pasien juga dapat mengalami ilusi atau depersonalisasi. Ilusi yaitu adanya misinterpretasi panca indera terhadap objek. Depersonalisasi yaitu adanya perasaan asing terhadap diri sendiri. Derealisasi yaitu adanya perasaan asing terhadap lingkungan sekitarnya misalnya dunia terlihat tidak nyata.3,4

E. Diagnosis Skizofrenia ditandai adanya distorsi pikiran dan persepsi yang mendasar dan khas, dan adanya afek yang tidak wajar atau tumpul. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia edisi ketiga (PPDGJ III) membagi simptom skizofrenia dalam kelompok-kelompok penting, dan yang sering terdapat secara bersama-sama untuk diagnosis. Cara diagnosis pasien skizofrenia menurut PPGDJ III antara lain; 5 Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):5 a. Thought echo: isi pikiran diri sendiri yang berulang atau bergema dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun kualitasnya berbeda; atau Thought insertion or withdrawal: isi pikiran yang asing dari luar masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal) Thought broadcasting: isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang

lain

atau umum mengetahuinya. b. Waham dikendalikan (delusion of control). waham dipengaruhi (delusion of influence), atau "passivity", yang jelas merujuk pada pergerakan tubuh atau pergerakan anggota gerak, atau pikiran, perbuatan atau perasaan (sensations) khusus; persepsi delusional;

8

c. Suara halusinasi yang berkomentar secara terus-menerus terhadap perilaku pasien, atau mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri atau jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian rubuh; d. Waham-waham menetap jenis lain yang menurut budayanya dianggap tidak wajar serta sama sekali mustahil, seperti misalnya mengenai identitas keagamaan atau politik, atau kekuatan dan kemampuan "manusia super" (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan makhluk asing dari dunia lain); Atau paling sedikit gejala di bawah ini yang harus selalu ada secara jelas dalam kurun waktu satu bulan atau lebih;5 a. Halusinasi yang menetap dalam setiap modalitas. Apabila disertai baik oleh waham yang mengambang/melayang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun oleh ide-ide berlebihan (over valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus-menerus; b. Arus pikiran yang terputus atau yang mengalami sisipan (interpolasi) yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan, atau neologisme; c. Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), sikap tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas serea, negativisme, mutisme dan stupor; d. Gejala-gejala negatif seperti sikap sangat masa bodo (apatis), pembicaraan yang terhenti, dan respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial, tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika; e. Suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan dari beberapa aspek perilaku perorangan, bermanifestasi sebagai hilangnya minat, tak bertujuan, sikap malas, sikap berdiam diri (self-absorbed attitude) dan penarikan diri secara sosial. Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu satu bulan atau lebih. Kondisi-kondisi yang memenuhi persyaratan gejala tersebut tetapi yang lamanya kurang dari satu bulan (baik diobati atau tidak) harus didiagnosis pertama kali sebagai gangguan psikosis fungsional.5

9

F. Klasifikasi Skizofrenia a. Skizofrenia Paranoid 4,5 PPDGJ III Pedoman Diagnostik :

DSM-IV Tipe skizofrenia yang memenuhi

1.

Memenuhi

kriteria

umum

2. 

diagnostik skizofrenia Gejala tambahan : Halusinasi dan atau waham harus menonjol :

kriteria berikut: 1. Preokupasi terhadap satu atau lebih waham atau halusinasi auditorik yang sering 2. Tidak ada hal berikut ini yang

yang

prominen: bicara kacau, perilaku

mengancam pasien atau memberi

kacau atau katatonik, atau afek

perintah, atau halusinasi auditorik

datar atau tidak sesuai

a) Suara-suara

halusinasi

tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit, mendengung, atau bunyi tawa. b) Halusinasi pembauan atau pengecapan

rasa,

atau

bersifat

seksual, atau lain-lain perasaan tubuh, halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang menonjol. c) Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan (delusion of control), dipengaruhi (delusion

of

influence),

atau

“Passivity” (delusion of passivity), dan keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam, adalah yang paling khas. d) Gangguan

afektif,

dorongan

kehendak dan pembicaraan, serta 10

gejala katatonik secara relatif tidak nyata / menonjol.

b. Skizofrenia Hebefrenik 4,5 PPDGJ III 1. Memenuhi kriteria

DSM-IV umum Tipe skizofrenia yang memenuhi

diagnosis skizofrenia. 2. Diagnosis hebefrenia

kriteria berikut: untuk 1. Semua hal

pertama kalinya hanya ditegakkan a. pada usia remaja atau dewasa b. muda (onset biasanya mulai 15 – c. 2. 25 tahun) 3. Kepribadian premorbid

dibawah

ini

prominen: Bicara kacau Perilaku kacau Afek datar atau tidak sesuai Tidak memenuhi kriteria tipe katatonik

menunjukkan ciri khas: pemalu dan senang menyendiri (solitary), namun

tidak

harus

demikian

untuk menentukan diagnosis. 4. Untuk diagnosis hebefrenia yang meyakinkan umumnya diperlukan pengamatan kontinu selama 2 atau 3 bulan lamanya, untuk memastikan

bahwa

gambaran

yang khas berikut ini memang benar bertahan : a) Perilaku yang tidak bertanggung jawab

dan

tidak

dapat

diramalkan, serta mannerisme; ada kecenderungan untuk selalu menyendiri perilaku

(solitary),

menunjukkan

dan hampa

tujuan atau hampa perasaan; b) Afek pasien dangkal (shallow)

11

dan tidak wajar (inappropiate), sering disertai oleh cekikikan (giggling) atau perasaan puas diri (self satisfied), senyum sendiri (self absorbed smilling) atau oleh sikap, tinggi hati (lofty manner), tertawa menyeringai ( grimaces), mannerisme, bersenda

mengibuli gurau

keluahan

secara

(pranks),

hipokondriakal,

dan

ungkapan kata yang diulang – ulang (reiterated phrase). c) Proses pikir mengalami disorganisasi dan pembicaraan tak menentu (rambling) serta inkoheren. 5. Gangguan afektif dan dorongan kehendak, serta gangguan proses pikir

umumnya

menonjol

halusinasi atau waham mungkin ada

tetapi

menonjol

biasanya (fleeting

fragmentary kehendak

and

delusions

hallucinations). (drive)

tidak and

Dorongan dan

yang

bertujuan (determination) hilang serta sehingga

sasaran perilaku

ditinggalkan, penderita

memperlihatkan ciri khas, yaitu perilaku tanpa tujuan (aimless) dan tanpa maksud ( empty of puspose) adanya suatu preokupasi 12

yang dangkal dan bersifat dibuat – buat terhadap agama, filsafat dan tema abstrak lainnya, makin mempersukar orang memahami jalan pikiran pasien.

c. Skizofrenia Katatonik 4,5 PPDGJ III 1. Memenuhi kriteria

DSM-IV umum Tipe skizofrenia yang gambaran

diagnosis skizofenia klinisnya didominasi setidaknya 2. Satu atau lebih perilaku berikut dua hal berikut: ini harus mendominasi1. Imobilitas motorik sebagaimana gambaran klinisnya : a) Stupor (amat berkurangnya dalam

reaktifitas

dibuktikan

dengan

katalepsi

(termasuk fleksibilitas cerea) atau

terhadap

stupor lingkungan dan dalam gerakan2. Aktivitas motorik yang berlebihan serta aktifitas spontan) atau

(yaitu yang tampaknya tidak

mutisme (tidak berbicara); b) Gaduh gelisah ( tampak jelas

bertujuan dan tidak dipengaruhi

aktifitas

motorik

yang

stimulus eksternal) tak 2.Negativisme ekstrim

(resistensi

bertujuan,

yang

tidak

yang tampaknya tak bermotif

dipengaruhi

oleh

stimuli

terhadap semua instruksi atau

eksternal); c) Menampilkan tertentu

dipertahankannya suatu postur posisi

(secara

tubuh sukarela

mengambil

dan

mempertahankan anggota gerak dan tubuh dalam posisi tubuh tertentu yang tidak wajar atau aneh); d) Negativisme

(tampak

jelas

perlawanan yang tidak bermotif

rigid dari usaha menggerakkan) atau keanehan gerakan volunter sebagaimana diperlihatkan oleh pembentukan

postur

(secara

volunter menempatkan diri dalam postur yang tidak sesuai atau bizar), manerisme

gerakan

stereotipi,

prominen,

atau

menyeringai secara prominen

13

terhadap semua perintah atau 3.Ekolalia atau ekopraksia 4.Mutisme upaya untuk menggerakkan, atau pergerakan kearah yang berlawanan); e) Rigiditas (mempertahankan posisi tubuhyang kaku untuk melawan upaya menggerakan dirinya); f) Fleksibilitas flexibility

cerea/”waxy (mempertahankan

anggota gerak dan tubuh dalam posisi yang dapat dibentuk dari luar); dan g) Gejala – gejala lain seperti “command

automatism”

(kepatuhan

secara

otomatis

terhadap

perintah),

dan

pengulangan kata - kata serta kalimat – kalimat. 3. Pada pasien yang

tidak

komunikatif dengan manifestasi perilaku

dan

gangguan

katatonik, diagnosis skizofrenia mungkin harus ditunda sampai diperoleh bukti yang memadai tentang adanya gejala – gejala lain. Penting untuk diperhatikan bahwa gejala –gejala katatonik bukan petunjuk untuk diagnosis skizofrenia.

Gejala

katatonik

dapat dicetuskan oleh penyakit otak, gangguan metabolik, atau

14

alkohol dan obat – obatan, serta dapat

juga

terjadi

pada

gangguan afektif.

e. Skizofrenia Residual 4,5 PPDGJ III suatu diagnosis

1. Untuk

yang Tipe

DSM-IV skizofrenia yang

memenuhi

meyakinkan, persyaratan berikut ini kriteria berikut : 1. Tidak ada waham, halusinasi, bicara harus dipenuhi semua : a) Gejala “negatif” dari skizofrenia yan kacau yang prominen, serta menonjol,

misalnya

perlambatan

psikomotorik,

aktifitas

menurun,

yang

afek

yang

menumpul,

sikap pasif dan ketiadaan inisiatif, kemiskinan dalam kuantitas atau isi pembicaraan, komunikasi non verbal yang buruk seperti dalam ekspresi muka, kontak mata, modulasi suara dan posisi tubuh, perawatan diri dan

perilaku

sangat

kacau

katatonik 2. Terdapat bukti kontinyu adanya gangguan, sebagaimana diindikasi oleh adanya gejala negatif atau dua atau lebih gejala yang tercantum pada Kriteria A untuk skizofrenia, yang tampak dalam bentuk yang lebih lemah .

kinerja sosial yang buruk; b) Sedikitnya ada riwayat satu episode psikotik yang jelas dimasa lampau yang

memenuhi

kriteria

untuk

diagnosis skizofrenia; c) Sedikitnya sudah melewati kurun waktu satu tahun dimana intensitas dan frekuensi gejala yang nyata seperti waham dan halusinasi telah sangat berkurang (minimal) dan telah timbul

sindrom

“negatif”

dari

skizofrenia; d) Tidak terdapat

dementia

atau

atau

15

penyakit/gangguan otak organik lain, depresi kronis atau institusionalisasi yang dapat menjelaskan disabilitas negatif tersebut.

f. Skizofrenia Simpleks 4,5 PPDGJ III DSM-IV 1. Diagnosis skizofrenia simpleks sulit 1. Timbulnya secara progresif dalam dibuat secara meyakinkan karena tergantung perkembangan

pada yang

pemantapan berjalan

periode

sekurang-kurangnya

satu

tahun semua hal dibawah ini: 2. Penurunan nyata fungsi okupasi onal

atau akademik perlahan dan progresif dari : 3. Kemunculan berkala serta a) Gejala “negatif” yang khas dari pendalaman gejala negatif seperti skizofrenia residual tanpa didahului afek mendatar, agolia dan avolition riwayat halusinasi, waham, atau 4. Hubungan (rapport) interpersonal manifestasi lain dari episode yang buruk, isolasi sosial, atau psikotik; dan penarikan diri secara sosial b) Disertai dengan perubahan – 5. Tidak pernah terpenuhinya Kriteria A perubahan perilaku pribadi yang skizofrenia bermakna, bermanifestasi sebagai 6. Gejala tidak lebih mungkin kehilangan minat yang mencolok,

disebabkan gangguan kepribadian

tidak berbuat sesuatu, tanpa tujuan

skizotipal atau skizoid , gangguan

hidup, dan penarikan diri secara

mood, gangguan ansietas, demensia,

sosial. 2. Gangguan ini kurang jelas gejala

atau retardasi mental dan bukan

psikotiknya dibandingkan subtipe

disebabkan efek fisiologi langsung suatu zat atau kondisi medis umum.

skizofrenia lainnya. G. Terapi Terapi Farmakologis Obat-obatan yang digunakan untuk mengobati Skizofrenia disebut antipsikotik. Antipsikotik bekerja mengontrol halusinasi, delusi dan perubahan

16

pola fikir yang terjadi pada Skizofrenia. Pasien mungkin dapat mencoba beberapa jenis antipsikotik sebelum mendapatkan obat atau kombinasi obat antipsikotik yang benar-benar cocok bagi pasien. Antipsikotik

pertama

diperkenalkan

50

tahun yang lalu dan merupakan terapi obat-obatan pertama yang efektif untuk mengobati Skizofrenia. Terdapat 2 kategori obat antipsikotik yang dikenal saat ini, yaitu antipsikotik konvensional dan newer atypical antipsycotics.3,4 a. Antipsikotik Konvensional 3,4 Obat antipsikotik yang paling lama penggunannya disebut antipsikotik konvensional. Walaupun sangat efektif, antipsikotik konvensional sering menimbulkan efek samping yang serius. Contoh obat antipsikotik konvensional antara lain : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Haldol (haloperidol) Mellaril (thioridazine) Navane (thiothixene) Prolixin (fluphenazine) Stelazine (trifluoperazine) Thorazine (chlorpromazine) Trilafon (perphenazine)

Akibat berbagai efek samping yang dapat ditimbulkan oleh antipsikotik konvensional, banyak ahli lebih merekomendasikan penggunaan newer atypical antipsycotic. Ada 2 pengecualian (harus dengan antipsikotik konvensional). Pertama, pada pasien yang sudah mengalami perbaikan (kemajuan) yang pesat menggunakan antipsikotik konvensional tanpa efek samping yang berarti. Biasanya para ahli merekomendasikan untuk meneruskan pemakaian antipskotik konvensional. Kedua, bila pasien mengalami kesulitan minum pil secara reguler. Prolixin dan Haldol dapat diberikan dalam jangka waktu yang lama (long acting) dengan interval 2-4 minggu (disebut juga depot formulations). Dengan depot formulation, obat dapat disimpan terlebih dahulu di dalam tubuh lalu dilepaskan secara perlahan-lahan. Sistem depot formulation ini tidak dapat digunakan pada newer atypic antipsycotic.3,4 b. Newer Atypcal Antipsycotic 3,4

17

Obat-obat yang tergolong kelompok ini disebut atipikal karena prinsip kerjanya berbeda, serta sedikit menimbulkan efek samping bila dibandingkan dengan antipsikotik konvensional. Beberapa contoh newer atypical antipsycotic yang tersedia, antara lain :3,4 

Risperdal (risperidone)



Seroquel (quetiapine)



Zyprexa (olanzepine)

Para ahli banyak merekomendasikan obat-obat ini untuk menangani pasienpasien dengan Skizofrenia.3,4 Non-Medika Mentosa - Psikoterapi Elemen penting dalam psikoterapi adalah menegakkan hubungan saling percaya. Terapi individu lebih efektif dari pada terapi kelompok. Terapis tidak boleh mendukung ataupun menentang waham, dan tidak boleh terusmenerus membicarakan tentang wahamnya. Terapis harus tepat waktu, jujur

dan membuat

perjanjian

seteratur

mungkin. Tujuan yang

dikembangkan adalah hubungan yang kuat dan saling percaya dengan klien. Kepuasan yang berlebihan dapat meningkatkan kecurigaan dan permusuhan klien, karena disadari bahwa tidak semua kebutuhan dapat dipenuhi. Terapis perlu menyatakan pada klien bahwa keasyikan dengan wahamnya akan menegangkan diri mereka sendiri dan mengganggu kehidupan konstruktif. Bila klien mulai ragu-ragu dengan wahamnya, -

terapis dapat meningkatkan tes realitas. 3,4 Hospitalization Indikasi utama perawatan rumah sakit adalah untuk tujuan diagnostik, menstabilkan medikasi, keamanan pasien karena gagasan bunuh diri atau membunuh, prilaku yang sangat kacau termasuk ketidakmampuan

-

memenuhi kebutuhan dasar. 3,4 ECT Selain anti psikosis, terapi psikososial ada juga terapi lainnya yang dilakukan di rumah sakit yaitu Elektro Konvulsif Terapi (ECT). Terapi ini diperkenalkan oleh Ugo Cerleti (1887-1963). Mekanisme penyembuhan 18

penderita dengan terapi ini belum diketahui secara pasti. Alat yang digunakan adalah alat yang mengeluarkan aliran listrik sinusoid sehingga penderita menerima aliran listrik yang terputus putus. Tegangan yang digunakan 100-150 Volt dan waktu yang digunakan 2-3 detik. Indikasi pemberian terapi ini adalah pasien skizofrenia katatonik dan bagi pasien karena alasan tertentu karena tidak dapat menggunakan antipsikotik atau tidak adanya perbaikan setelah pemberian antipsikotik.3,4 H. Prognosis Ciri untuk mempertimbangkan prognosis baik hingga buruk pada skizofrenia4 • •

Prognosis Baik Awitan lambat Ada faktor presipitasi yang

• •

jelas Awitan akut Riwayat sosial, seksual dan

• • •

pekerjaan pramorbit baik Gangguan mood Menikah Riwayat keluarga dengan

• •

gangguan mood Sistem pendukung baik Gejala positif

• • • •

Prognosis Buruk Awitan muda Tidak ada faktor presipitasi Awitan insidius Riwayat sosial, seksual dan

• •

pekerjaan pramorbid buruk Perilaku autistik, menarik diri Lajang, cerai, atau



menjanda/duda Riwayat keluarga

• • • • • • •

skizofrenia Sistem pendukung buruk Gejala negatif Tanda dan gejala neurologis Riwayat trauma perinatal Tanpa remisidalam 3 tahun Berulang kali relaps Riwayat melakukan tindakan

dengan

penyerangan

KESIMPULAN Skizofrenia adalah diagnosis kejiwaan yang menggambarkan gangguan mental dengan karakter abnormalitas dalam persepsi atau gangguan mengenai realitas. Adapun beberapa faktor etiologi yang mendasari terjadinya skizofrenia,

19

antara lain genetik, neurokimia. Pada Skizofrenia terdapat gejala positif dan gejala negatif. Gejala positif mencakup waham dan halusinasi. Gejala negatif meliputi afek mendatar atu menumpul, miskin bicara (alogia) atau isi bicara, bloking, kurang merawat diri, kurang motivasi, anhedonia, dan penarikan diri secara sosial. Indikasi pemberian obat antipsikotik pada skizofrenia adalah untuk mengendalikan gejala aktif dan mencegah kekambuhan. Obat antipsikotik mencakup dua kelas utama: antagonis reseptor dopamin, dan antagonis serotonindopamin. Mengingat belum bisa diketahui penyebab pastinya, jadi skizofrenia tidak bisa dicegah. Lantaran pencegahannya sulit, maka deteksi dan pengendalian dini penting, terutama bila sudah ditemukan adanya gejala. Dengan pengobatan dini, bila telah didiagnosis dapat membuat penderita normal kembali, serta mencegah terjadinya gejala skizofrenia berkelanjutan.

DAFTAR PUSTAKA 1. Amir N. Skizofrenia. Semijurnal farmasi & kedokteran Feb 2006;24:3140. 2. Maramis WF. Catatan ilmu kedokteran jiwa. Edisi ke-2. Surabaya: Airlangga University Press; 2009.h.195-277. 20

3. Amir N. Skizofrenia. Dalam: Elvira SD, Hadisukanto G, penyunting. Buku ajar psikiatri. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2010.h.170-94. 4. Muttaqin H, Sihombing RNE, penyunting. Skizofrenia. Dalam: Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan & sadock’s concise textbook of clinical psychiatry. Edisi ke-2. Jakarta: EGC; 2010.h.147-75. 5. Maslim. R: Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia, edisi 3, Direktorat Kesehatan Jiwa Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

21

Related Documents

Referat-skizofrenia
March 2021 0
Referat Skizofrenia
March 2021 0
Referat Skizofrenia
March 2021 0
Referat Skizofrenia
March 2021 0
Skizofrenia: Referat
March 2021 0

More Documents from "muscadom"

Referat Skizofrenia
March 2021 0
Format Observer Tak.docx
January 2021 1
Acblguide
February 2021 0
Pathway Vsd
February 2021 1
Perdarahan Postpartum
January 2021 1