Romi Dan Budidaya Ikan Di Batam

  • Uploaded by: Romitisam
  • 0
  • 0
  • February 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Romi Dan Budidaya Ikan Di Batam as PDF for free.

More details

  • Words: 4,667
  • Pages: 21
Loading documents preview...
MONITORING PENGAWASAN KESEHATAN IKAN DAN LINGKUNGAN DI WILAYAH TIAW WANG KANG DAN P.SETOKOK. BATAM – KEPULAUAN RIAU

M A K A LA H Oleh : ROMI NOVRIADI (PHPI Terampil Lanjutan) HENDRIANTO (Perekayasa) ANGGA T.A.K (Pengawas Budidaya)

DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA BALAI BUDIDAYA LAUT BATAM 2009

MONITORING PENGAWASAN KESEHATAN IKAN DAN LINGKUNGAN DI WILAYAH TIAW WANG KANG DAN P.SETOKOK, BATAM-KEPULAUAN RIAU Romi Novriadi, Hendrianto Balai Budidaya Laut Batam Jl. Barelang Raya Jembatan III, Pulau Setokok-Batam PO BOX 60 Sekupang, Batam – 29422 E-mail : [email protected] Abstrak Monitoring pemantauan kesehatan ikan dan lingkungan telah dilakukan di wilayah Perairan Tiaw Wang Kang dan Pulau Setokok yang merupakan kegiatan monitoring rutin Laboratorium Kesehatan Ikan dan Lingkungan BBL Batam berdasarkan dana DIPA Tahun Anggaran 2009. Kegiatan monitoring ini bertujuan untuk mengetahui kondisi keragaan kualitas lingkungan perairan dan juga distribusi penyebaran penyakit di daerah Tiaw Wang Kang dan Pulau Setokok. Metoda pengambilan sampel dilakukan secara purposive (ditentukan) untuk dianalisa baik secara kimiawi maupun biologi. Monitoring ini juga disertai dengan pengumpulan data secara survey kepada para pembudidaya untuk mengetahui kendala, hambatan, dan berbagai aspek teknis lainnya khususnya dalam hal penanggulangan penyakit ikan dan lingkungan. Hasil pengamatan secara kimia menunjukkan bahwa kualitas perairan cukup optimal untuk mendukung budidaya perikanan khususnya ikan laut ekonomis penting. Sedangkan untuk pengamatan biologi menunjukkan jenis Diplectanum dan Benedenia sp untuk parasit dan Vibrio sp untuk bakteri sudah terdeteksi keberadaannya pada tubuh ikan. Kata kunci : Monitoring, Kimia dan Biologi, Tiaw Wang Kang, Pulau Setokok

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Peranan sektor perikanan budidaya saat ini semakin meningkat seiring dengan peningkatan pemanfaatan lahan dan pengembangan berbagai komoditas ikan yang dapat dibudidayakan. Kegiatan perikanaan budidaya juga mulai menunjukkan kontribusi yang nyata bagi pembangunan daerah maupun nasional, diantaranya adalah penyediaan kebutuhan protein hewani melalui produksi perikanan, penyediaan lapangan kerja, sumber pendapatan bagi nelayan/petani ikan, serta menjadi salah satu sektor Pendapatan Asli Daerah. Peningkatan terhadap komoditas ikan laut juga didorong oleh kesadaran masyarakat yang mulai beralih dari red meat ke white meat yang dianggap memiliki nilai gizi yang sangat baik. Dan hal ini menjadi salah satu potensi yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan budidaya perikanan, khususnya di wilayah perairan pulau Batam. Dengan luas perairan yang dimiliki ± 80% dari luas wilayah secara keseluruhan menjadi modal tersendiri bagi wilayah perairan Pulau Batam, untuk mengembangkan budidaya perikanan. Perairan Tiaw Wang kang dan Pulau Setokok merupakan salah satu kawasan unit budidaya di Pulau Batam yang sangat potensial untuk pengembangan berbagai komoditas ikan budidaya. Di daerah ini terdapat beberapa komoditas ikan laut ekonomi penting yang dibudidayakan seperti berbagai jenis Kerapu, Bawal dan kakap. Umumnya kegiatan budidaya yang dilakukan berupa pembesaran baik dengan metode tancap maupun keramba jaring apung. Namun keberhasilan di sektor budidaya perikanan ini tidak cukup hanya dengan penguasaan teknik budidaya dan potensi geografis yang dimiliki tetapi juga sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah faktor lingkungan. Terus berkembangnya masyarakat dengan berbagai aktivitasnya semakin menekan kondisi lingkungan sehingga menyebabkan terjadinya degradasi atau penurunan kualitas lingkungan. Tercemarnya lingkungan lokasi budidaya memicu terjadinya serangan hama dan penyakit terhadap ikan budidaya. Serangan hama penyakit tersebut dapat berasal dari parasit, bakteri, jamur bahkan virus dan kesemuanya ini timbul akibat terdegradasinya kondisi lingkungan budidaya. Diharapkan dari Kegiatan Monitoring Kesehatan Ikan dan Lingkungan yang dilaksanakan oleh Laboratorium Kesling Balai Budidaya Laut Batam ini dapat diketahui perkembangan status kesehatan ikan budidaya, tingkat serangan dan lokasi distribusi penyebaran penyakit serta kondisi lingkungan kawasan budidaya. Dengan demikian dapat dilakukan tindakan pencegahan, pengendalian serta penanganan secara cepat dan tepat apabila terjadi kasus kematian pada ikan akibat penyakit maupun faktor lainnya seperti lingkungan. Informasi status kesehatan ikan dan lingkungan ini dibutuhkan untuk berbagai kepentingan baik bagi para pembudidaya ikan, praktisi, akademisi maupun para pengambil kebijakan di sektor perikanan.

I.2 Tujuan dan Manfaat Kegiatan monitoring kesehatan ikan dan lingkungan ini bertujuan untuk memperoleh data dan informasi mengenai kondisi perairan budidaya serta paparan distribusi penyebaran penyakit yang terdapat di kawasan budidaya di Tiaw wangkang dan Pulau Setokok. Selain itu juga kegiatan moniring ini bertujuan untuk melakukan sosialisasi dan monitoring penggunaan bahan kimia dan obat obatan dalam rangka budidaya ramah lingkungan dan berkelanjutan serta memberikan saran dan masukan tentang pencegahan dan penanggulangan berbagai penyakit ikan. Diharapkan hasil kegiatan monitoring ini dapat digunakan sebagai informasi dan menjadi salah satu acuan bagi pembudidaya khususnya serta para pengambil kebijakan di daerah untuk keberhasilan dan keberlanjutan kegiatan budidaya perikanan

II. TINJAUAN PUSTAKA Sektor perikanan merupakan salah satu sektor yang cukup eksis di tengah terpaan badai krisis ekonomi global saat ini. Salah satu indikatornya adalah kenaikan penyerapan angka tenaga kerja sebesar 6,36%. Kenaikan penyerapan tenaga kerja tersebut, terkait dengan meningkatnya produksi perikanan nasional. Tahun 2008 produksi perikanan nasional terutama pada bidang perikanan budidaya mengalami kenaikan, yaitu dari 8,24 juta ton pada tahun 2007 menjadi 8,71 ton atau meningkat sebesar 5,70%. Fakta-fakta ini terungkap dalam refleksi 2008 dan outlook 2009 pembangunan Kelautan dan Perikanan yang disampaikan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan. (Samudera, 2009) Namun seiring peningkatan tersebut, tentunya harus dikawal dengan adanya pemantauan terhadap perkembangan komoditas ikan budidaya. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan monitoring. Adapun tujuan monitoring ini selain untuk dapat menentukan peta distribusi penyebaran penyakit ikan juga dapat dimanfaatkan sebagai media untuk berinteraksi dengan para pembudidaya agar dapat diketahui persoalan yang sebenarnya selama menjalankan produksi perikanan budidaya. Hal ini dikarnakan penyakit ikan menjadi salah satu kendala terbesar dalam melanjutkan produksi perikanan budidaya. Definisi penyakit dalam patologi ikan Penyakit didefinisikan sebagai suatu keadaan fisik, morfologi, dan atau fungsi yang mengalami perubahan dari kondisi normal karena beberapa penyebab, dan terbagi atas dua kelompok yaitu penyebab dari dalam (internal) dan luar (eksternal). Penyakit ikan umumnya adalah eksternal. Penyakit internal : genetik, sekresi internal, imunodefisiensi, saraf dan metabolik. Penyakit eksternal : 1). Non patogen  Penyakit lingkungan :suhu dan kualitas air lainnya (pH, kelarutan gas, zat beracun).  Penyakit nutrisi : kekurangan nutrisi, gejala keracunan bahan pakan. 2). Patogen; bersifat parasit dan terdiri atas empat kelompok yaitu :  Penyakit viral  Penyakit jamur  Penyakit bakterial Karakteristik penyakit infeksi pada ikan Ikan merupakan salah satu hewan air yang selalu bersentuhan dengan lingkungan perairan sehingga mudah terinfeksi patogen melalui air. Infeksi bakteri dan parasit tidak terjadi pada hewan darat melalui perantara udara, namun pada ikan sering terjadi melalui air. Pada budidaya, air tidak hanya sebagai tempat hidup bagi ikan, tapi juga sebagai perantara bagi patogen.

Prosedur diagnosa di lapangan    



  



Pengukuran panjang dan berat ikan. Pengamatan tanda-tanda luar pada permukaan tubuh dan insang. Gunting lembaran insang dan ambil lendir tubuh untuk mendeteksi parasit di bawah mikroskop. Ambil contoh darah dari sirip dada menggunakan jarum suntik untuk pembuatan preparat apusan darah dengan menggunakan pewarnaan Giemsa. Isolasi jamur dengan menggunakan agar GY jika diduga terjadi infeksi jamur. vi. Isolasi bakteri dari sirip atau insang dengan menggunakan agar cytophaga, jika diamati adanya insang atau sirip yang membusuk. Isolasi bakteri dari luka dengan menggunakan agar TS atau BHI, jika ikan memiliki borok atau ada pembengkakan pada permukaan tubuh. Bedah ikan dengan peralatan bedah yang bersih untuk membuka rongga perut dan amati tanda-tanda internal. Isolasi bakteri dari hati, ginjal dan limpa dengan menggunakan agar TS atau BHI. x. Pembuatan preparat limpa pada kaca preparat dengan pewarnaan Giemsa untuk mendeteksi infeksi bakteri. Fiksasi setiap organ dengan larutan formalin 10°I° berpenyangga fosfatuntuk histopatologi dan dalam etanol 70% untuk uji PCR.

Pekerjaan di laboratorium Pekerjaan yang paling penting bagi ahli penyakit adalah mendiagnosa penyakit. Jika diagnosanya salah, maka penanganannya juga akan salah. Bila terlalu lama untuk mendiagnosa penyakit, ikan mati sebelum pengobatan dilakukan, diagnosa harus tepat dan cepat. Prosedur diagnosa adalah sebagai berikut : pertama, coba isolasi patogen dari ikan yang sakit (kecuali untuk infeksi oleh virus); kedua, patogen yang diisolasi diinfeksikan ke ikan yang sehat. Bila diduga virus, larutan yang sudah disaring dengan menggunakan saringan 0,45 µm homogen, diinfeksikan ke ikan yang sehat. Jika ikan yang sekarat (moribund) dengan gejala seperti ikan yang sakit tersebut, hal ini membuktikan bahwa yang diisolasikan tersebut merupakan penyebab penyakit. Dengan demikian, penyebab penyakit teridentifikasi sebagai spesies yang sama dengan patogen sebelumnya. Diagnosa penyakit ikan dapat menjadi lengkap dengan adanya identifikasi penyebab penyakit. Metode pemeriksaan untuk konfirmasi diagnosa berbeda untuk setiap jenis patogen, virus, bakteri, jamur dan parasit. Tindakan penanganan 

Penyakit viral : jika ikan terinfeksi oleh virus sangatlah sulit untuk diobati. Ada dua cara tindakan pencegahan yaitu membersihkan virus penyebab penyakit dari lingkungan clan meningkatkan kekebalan ikan terhadap viral. Tindakan pencegahan pertama, desinfeksi semua wadah clan peralatan, seleksi incluk clan telur bebas virus. Tindakan selanjutnya bila memungkinkan adalah meningkatkan kualitas telur, penggunaan vaksin







clan immunostimulan atau vitamin. Diantara tindakan penanganan yang ada, vaksin merupakan tindakan yang paling efektif untuk mencegah penyakit viral. Sampai sekarang, vaksin untuk beberapa penyakit viral telah dikembangkan sebagai komoditas komersial, tapi untuk virus herpes koi belum dilakukan. Di masa yang akan datang, vaksin terhadap virus herpes koi dapat dikembangkan. Penyakit bakterial : penyakit bakterial dapat diobati dengan antibiotika. Namun, penggunaan antibiotika yang tidak tepat menghasilkan efek yang negatif. Itulah sebabnya pemilihan antibiotika yang tepat merupakan pekerjaan yang paling penting untuk masalah infeksi bakteri. Pemilihan antibiotika dilakukan berdasarkan hasil uji sensitivitas obat. Antibiotika dapat mengobati dengan cepat ikan yang terinfeksi dengan bakteri, namun dapat menyebabkan timbulnya bakteri yang resisten terhadap antibiotika. Dari hal tersebut, pengembangan vaksin terhadap setiap penyakit bakterial sangatlah penting. Penyakit jamur : sampai sekarang belum dikembangkan tindakan penanganan untuk infeksi jamur pada hewan air. Jadi pencegahan tindakan yang dapat dilakukan. Spora yang berenang di air untuk menemukan inang menunjukkan sensitivitas terhadap beberapa zat kimia. Penyakit parasitik : pada umumnya ektoparasit dapat ditangani dengan zat kimia. Namun, telur dan siste memiliki resistensi terhadap zat kimia. Berdasarkan keberadaan parasit, pengobatan kedua harus dilakukan setelah spora atau oncomiracidium menetas. Untuk menentukan jadwal pengobatan untuk setiap parasit, studi siklus hidup parasit sangatlah penting. (Kei Yuasa, 2003).

Dalam budidaya ikan ada beberapa hal yang harus diperhatikan seperti serangan penyakit oleh virus. Hal ini dapat disebabkan oleh infeksi Viral Nervous Necrosis (VNN) dan Iridovirus. Sesekali terjadi serangan penyakit, akan terjadi mortalitas yang tinggi. Untuk mencegah penyakit ini, perlu dilakukan upaya secara berkesinambungan untuk mencegah terjadinya stress pada ikan yang dibudidayakan. Untuk itu ada beberapa cara hal penting yang harus diperhatikan yaitu siapkan fasilitas di lokasi terpilih, pilihlah benih yang sehat , berikan pakan berkualitas, dan kontrol penyakit (parasit dan bakteri) 1. Pemilihan Lokasi Lokasi budidaya harus terlindung dari gelombang besar dari laut dan angin kencang. Kerapu di dalam jaring biasa berada pada dasar jaring kecuali pada saat pemberian pakan. Oleh karena itu, bila jaring selalu tergantung oleh gelombang besar, maka ikan akan mengalami stres berat. Selain itu perubahan salinitas dan air kotor juga akan memberikan efek yang membahayakan pada ikan kerapu. Air tawar dari sungai atau air hujan dan air limbah budidaya tambak udang atau pabrik juga harus dihindari agar tidak mengalir ke lokasi budidaya. 2. Pengadaan Benih Benih yang berasal dari hatcheri harus dilakukan seleksi sebelum di tebar untuk budidaya pembesaran. Benih yang mengalami deformiti (tidak normal) relatif lebih lemah dan mudah terserang penyakit, selain itu juga cenderung menunjukan pertumbuhan yang lambat.

3. Pemberian Pakan Ikan rucah memang umum dipergunakan untuk makanan ikan kerapu. Namun ada beberapa kekurangan dalam penggunaanya seperti ketersediaan ikan rucah yang tidak kontinyu, kualitas ikan rucah yang tidak stabil, investasi yang besar (perlu freezer dll) dan mudah menimbulkan cemaran pada lingkungan budidaya. Oleh karena itu pemberian pakan sebaiknya menggunakan pelet. Selain banyak di jual di pasaran harganya juga tidak terlalu mahal. Untuk melakukan budidaya kerapu dengan pelet, sebaiknya dilakukan sejak kerapu berada di pendederan. Sedangkan untuk memperbaiki imunitas dan mengurangi stres, disarankan untuk sesekali menambahkan vitamin C ke dalam pelet. 4. Kontrol Penyakit Ciri-ciri adanya serangan penyakit ikan kehilangan nafsu makan. Pengamatan kondisi pakan sangat penting untuk mendeteksi secara dini adanya penyakit pada ikan. Juga, pada saat kondisi ikan kerapu berubah menjadi jelek, biasanya sering berenang dipermukaan air karena gelembung renang membengkak. Bila terdapat ikan semacam ini, pengamatan untuk mengetahui penyebabnya harus segera dilakukan. Jenis-Jenis Parasit yang biasa ditemukan pada ikan komoditas budidaya Parasit Neobenedenia Neobenedenia girellae mempunyai tingkat patogenisitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan Benedenia epinepheli, karena Neobenedenia girellae selain dapat menginfeksi kulit juga menyerang mata yang menyebabkan kebutaan. Ikan kerapu yang terinfeksi Neobenedenia girellae memperlihatkan gejala klinis; kehilangan nafsu makan, tingkah laku berenangnya lemah dan adanya perlukaan karena infeksi sekunder bakteri. Secara spesifik terlihat adanya mata putih keruh, yang menimbulkan kebutaan yang disebabkan oleh infeksi bakteri. Sebaliknya jenis Capsalid yang lain tidak meyebabkan mata putih keruh pada ikan yang teinfeksi. Capsalid merupakan parasit yang tidak berwarna yang ada di permukaan badan ikan, sehingga sangat sulit untuk mengetahui adanya infeksi parasit. Untuk itu, merendamkan ikan beberapa menit dalam air tawar adalah cara yang sangat mudah untuk mengetahui adanya infeksi karena parasit akan segera berubah warna menjadi putih didalam air tawar tersebut. Upaya pengendalian terhadap infeksi parasit ini, dianjurkan merendam dalam air tawar selama 10-15 menit atau dalam H2O2 150 ppm selama 30 menit (Zafran et al., 1997; Zafran et al., 1998; Koesharyani et al., 2001).

Parasit Diplectanum Parasit Diplectanum termasuk Ordo Dactylogyridea, Famili Diplectanidae dan dikenal sebagai parasit Monogenetik trematoda insang. Parasit Diplectanum disebut juga cacing insang, merupakan parasit yang cukup berbahaya dan sering ditemukan pada ikan laut. Beberapa jenis parasit insang dapat menyebabkan kematian yang cukup serius pada ikan yang dibudidaya . Parasit Diplectanum mempunyai kekhasan yang membedakannya dari spesies lain dalam Ordo Dactylogyridea yaitu mempunyai squamodisc (satu di ventral dan satu di dorsal), dan sepasang jangkar yang terletak berjauhan (Zafran et al., 1997). Parasit Diplectanum adalah parasit yang hidup pada insang ikan. Ikan kerapu yang terinfeksi Diplectanum terlihat bernapas lebih cepat dengan tutup insang yang selalu terbuka. Infeksi Diplectanum mempunyai hubungan erat dengan penyakit sistemik seperti vibriosis. Insang yang terinfeksi biasanya berwarna pucat dan produksi lendirnya berlebihan (Chong & Chao, 1986). Ikan kerapu yang terinfeksi memperlihatkan gejala klinis; menurunnya nafsu makan, tingkah laku berenang yang abnormal pada permukaan air, warna tubuh berubah menjadi pucat. Serangan berat dari parasit ini dapat merusak filamen insang dan kadang-kadang dapat menimbulkan kematian karena adanya gangguan pernapasan. Warna insang ikan kerapu yang terinfeksi terlihat pucat. Upaya pengendaliannya dapat dilakukan dengan perendaman 250 ppm formalin selama 1 jam atau perendaman dalam air laut salinitas tinggi yaitu 60 ppt selama 15 menit (Zafran et al., 1998; Koesharyani et al., 2001).

Gambar 2. Parasit Diplectanum Parasit Haliotrema Parasit ini termasuk Ordo Dactylogyridea, Famili Diplectanidae dan dikenal sebagai parasit Monogenetik trematoda insang. Parasit Haliotrema (Gambar 3) disebut juga cacing insang, merupakan parasit yang cukup berbahaya dan sering ditemukan pada ikan laut. Seperti parasit Diplectanum, parasit ini juga diidentifikasi dari preparat segar insang secara mikroskopis menggunakan mikroskop. Parasit ini dapat diidentifikasikan berdasarkan bentuk karakteristik morfologinya. Ikan kerapu yang terinfeksi memperlihatkan gejala klinis; menurunnya nafsu makan, tingkah laku berenang yang abnormal

pada permukaan air, warna tubuh berubah menjadi pucat. Serangan berat dari parasit ini dapat merusak filamen insang dan kadang-kadang dapat menimbulkan kematian karena adanya gangguan pernapasan. Warna insang ikan kerapu yang terinfeksi terlihat pucat. Upaya pengendaliannya dapat dilakukan dengan perendaman 250 ppm formalin selama 1 jam atau perendaman dalam air laut salinitas tinggi yaitu 60 ppt selama 15 menit (Zafran et al., 1998; Koesharyani et al., 2001).

Gambar 3. Infeksi parasit Haliotrema pada filamen insang Istilah penting penyakit infeksi pada ikan Istilah penting yang seringkali digunakan dalam penyakit infeksi ikan adalah sebagai berikut :    

   

Epidemiologi : ilmu yang mempelajari hubungan berbagai faktor yang mempengaruhi frekuensi dan penyebaran penyakit pada suatu komunitas. Penyebaran vertikal : penyebaran penyakit dari suatu generasi ke generasi selanjutnya melalui telur. Penyebaran horisontal : penyebaran penyakit dari ikan satu ke ikan yang lain pada kelompok ikan dan waktu yang sama. Carrier : hewan yang membawa organisme penyebab penyakit dalam tubuhnya, namun hewan tersebut terlihat sehat sehingga menjadi pembawa atau penyebar infeksi. Vektor : hewan yang menjadi perantara organisme penyebab penyakit dari inang yang satu ke inang yang lain. Contoh : siput, burung. Patogenisitas : kemampuan untuk dapat menyebabkan terjadinya penyakit. Virulensi : derajat patogenisitas suatu mikroorganisme. Kisaran inang : kisaran hewan-hewan yang dapat diinfeksi oleh patogen

III.

METODA PENGAMATAN

III.1 Waktu Pelaksanaan Kegiatan pemantauan Kesehatan Ikan dan Lingkungan ini dilaksanakan di dua lokasi tiitik sampling. Yakni wilayah Tiaw Wang Kang dan Pulau Nipah/Setoko, Pada hari Senin 9 Februari 2009. III.2 Alat dan Bahan III.2.1 Alat 1. Dissecting Set 2. pH meter 3. HACH DR 890 Kolorimeter 4. Hand Refraktometer 5. Botol Sampel 6. Kamera digital 7. Bunsen 8. Ember 9. Pena 10. Form Kuisioner Monitoring III.2.2 Bahan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Ammonia Salycilate reagen sachet Ammonia Cyanurate reagen sachet NitraVer reagen sachet NitriVer reagen sachet pH Buffer 7.0 pH Buffer 4.0 TSA TCBS Aquadest

III.2.3 Metoda Didalam kegiatan monitoring pemantauan kesehatan ikan dan lingkungan di daerah Tiaw Wang Kang dan P.Nipah/Setokok ini, pengamatan dibagi atas dua metoda, metoda pertama pengamatan yang dilakukan langsung di lapangan. Diantaranya adalah pengamatan lingkungan secara visual, kondisi budidaya dan berbagai aspek teknis lainnya yang secara keseluruhan tercantum di form monitoring. Metoda kedua adalah pengamatan yang dilakukan di Laboratorium. Pengamatan metoda ini mencakup parameter biologi dan kimia air dan mikrobiologi ikan seperti parasit, bakteri dan Virus. Untuk pengamatan di Laboratorium, pengambilan sampel dilakukan berdasarkan SOP yang telah dibuat oleh Tim Laboratorium Kesehatan Ikan dan Lingkungan Balai Budidaya Laut Batam. Diantaranya pengambilan sampel air untuk parameter NO2, NO3, NH3, pH, salinitas,

Total Bakteri Umum (TBU) dan Total Bakteri Vibrio (TBV) di dalam air media pemeliharaan. Untuk pengamatan hama dan penyakit ikan, sampel diambil dari suatu populasi secara selektif yang menunjukkan tanda-tanda klinis ikan terserang penyakit sesuai dengan data yang telah ada. Apabila tidak ada yang menunjukkan tanda-tanda klinis pengambilan sampel dilakukan secara acak. Pengamatan gejala klinis ikan sakit, pemeriksaan patologi anatomi dan pengambilan / isolasi bakteri dari organ dalam. Parameter uji untuk penyakit ikan yang diamati yakni parasit dan bakteri dan virus. Semua sampel dibawa ke laboratorium kesehatan ikan dan lingkungan Balai Budidaya Laut Batam untuk dilakukan analisa/uji. Disamping itu juga dilakukan pengambilan data sekunder dengan mewawancarai pembudidaya mengenai kondisi budidaya, lingkungan, kasus serangan penyakit, cara penanggulangan penyakit, taksiran kerugian, obat-obatan yang dipakai, pakan, dan lain sebagainya.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1 Keadaan Umum Sejalan dengan perkembangan Pulau Batam oleh Otorita Batam, sesuai dengan periodesasi pembangunan dan pimpinannya maka dibentuklah KOTAMADYA BATAM berdasarkan PP No.34 tahun 1983, dalam hal ini wilayah pemerintahannya sama dengan Kecamatan Batam sebelum dibentuknya Kotamadya Batam tersebut dan membawahi 3 (tiga) kecamatan yaitu : Belakang Padang, Batam Barat dan Batam Timur. Tentang penyelenggaraan pemerintahan, sebagai penjabaran dari pasal 17 PP No. 34 tahun 1983, telah keluar KEPRES No. 7 tahun 1984 tentang: hubungan kerja antara Kota-madya Batam dengan Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam. Dengan Kepres No. 28 Tahun 1992 wilayah kerja Otorita Batam diperluas meliputi wilayah BARELANG ( Pulau Batam, Rempang, Galang dan pulau-pulau sekitarnya ) dengan luas wilayah seluruhnya sekitar 715 Km ( 115 % dari luas Singapura ). Implementasi Undang-Undang No.53 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No 13 Tahun 2000, maka Batam yang semula sebagai Kota Administratif Batam statusnya berubah menjadi daerah otonom Kota Batam. Untuk itu, struktur pemerintahan dan penataan wilayahnya juga mengalami perubahan. Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2005, dinyatakan bahwa Kota Batam semula terdiri dari 8 Kecamatan dan 51 Kelurahan berubah menjadi 12 Kecamatan dan 64 Kelurahan. Pada monitoring Kesehatan Ikan dan Lingkungan ini dilaksanakan di Kecamatan Bulang meliputi 2 (dua) titik sampling yakni Tiaw wang Kang dan P.Nipah/Setokok. Kecamatan Bulang Kecamatan Bulang dengan luas wilayah 463 Ha yang terdiri dari 6 Kelurahan yaitu Pantai Gelam, Temoyong, Pulau Setokok,Batu Legong, Bulang Lintang dan Pulau Buluh ini, juga memiliki kawasan perairan yang cukup luas, dengan jumlah penduduk sebanyak 9.431 jiwa (2007). Sekolah yang ada di Kecamatan Bulang terbagi atas 11 SD Negeri, 3 SMP Negeri dan 1 SMP Swasta serta 1 SMA Negeri dengan jumalh murid 1310 orang untuk Sekolah Dasar, 448 orang untuk murid SMP dan 102 orang untuk murid SMA. Sedangkan banyak nya tenaga pengajar sebanyak 73 guru SD, 32 guru SMP dan 19 guru SMA (data 2006) , serta 7 sekolah agama mulai dari tingkat MI hingga MA dengan 3 Pesantren. Untuk Pelayanan Kesehatan kepada masyarakat, di Kecamatan Bulang terdapat 1 Puskesmas,6 Puskesmas Pembantu, 3 Puskesmas Keliling, dan 1 Polindes dengan jumlah tenaga kesehatan sebanyak 2 dokter umum, 1 dokter gigi, 4 bidan desa dan 10 dukun beranak (data 2006). Kerukunan umat beragama di Kecamatan Bulang pun terjalin dengan baik antar umat beragama, dimana terdapat 26 Masjid dengan 2 Mushola, 1 Gereja untuk pemeluk Katholik serta 1 Vihara untuk umat Budha. Kegiatan Kemasyarakatan dan Kesejahteraan Sosial pun di Kecamatan Bulang cukup

banyak, terdapat 25 Tenaga Kesejahteraan Sosial Masyarakat dan 6 Karang Taruna. Meskipun daerah perairan lebih luas namun cukup banyak rumah tangga yang bergerak di sektor pertanian yaitu sebanyak 328 Rumah tangga, dengan hasil produksi tanaman Palawija sebanyak 171 ton dengan luas areal tanam seluas 42 Ha untuk tanaman Palawija. Sedangkan untuk tanamanan Sayur-sayuran pada areal tanam 167 Ha, menghasilkan 620 ton untuk 12 varietas tanaman sayur-sayuran (2006). Tak kalah dengan hasil produksi tanaman palawija dan sayuran, hasil produksi buah-buahan pun cukup banyak. Dengan luas areal tanam 73 Ha mampu menghasilkan 333 ton hasil tanam buah-buahan dari beberapa jenis tanamana buah-buahan. Daerah yang dikeliling lautan menjadikan masyarakat di Kecamatan Bulang hampir semuanya menjadikan nelayan ataupun pembudidaya hasil laut sebagai mata pencaharian. Terdapat 1.447 Rumah tangga yang menjalankan Perikanan laut dengan hasil 1.476 ton dan 1.305 rumah tangga yang bergerak di budidaya laut dengan hasil 1.331 ton dengan hasil perikanan mencapai 5.880 ton dimana nilai produksi mencapai Rp 14 miliar (2007).

Lokasi Pemantauan Monitoring HPI

IV.3

Hasil Pengamatan di Lokasi Monitoring. LOKASI I Nama Pemilik Lokasi Budidaya

: Amos dan Anton : Desa Tiaw Wang Kang, Kecamatan Bulang, Kotamadya Batam, Provinsi Kepulauan Riau

Deskripsi Usaha : a. b. c. d. e. f. g.

Metode budidaya: Keramba jaring Apung Luas (m3) : 3 x 3 meter, 8 lubang/jaring (4 hole efektif) Jenis Ikan : Kerapu Macan, Kakap Putih Asal benih : BBL Batam (kakap Putih) dan Jembatan V Ukuran Tebar: 3 – 5 inch Penyakit : Benedenia sp Pakan : rucah (trash fish)

Secara umum, pembudidaya masih bersemangat untuk melanjutkan budidaya ikan Kakap di daerah Tiaw Wang kang ini. Cuma permasalahan yang sering dialami oleh pembudidaya adalah perairan yang cenderyung memerah bila angin utara datang. Manurut dugaan para pembudidaya berasal dari area pembangunan resort di dekat lokasi budidaya. Selain itu adanya cacing insang juga menyebabkan hampir separuh dari ikan yang dibudidayakan mengalami kematian. Pengobatan yang telah dilakukan adalah dengan merendam ikan menggunakan air tawar dan selanjutnya di treatment dengan Acriflavine. Pengobatan dengan formalin tidak dilakukan karena keterbatasan alat yang dimiliki oleh pembudidaya. LOKASI II Nama Pemilik Lokasi Budidaya

: Wahyudi Firdaus : Desa Setokok, Kecamatan Bulang, Kotamadya Batam, Provinsi Kepulauan Riau

Deskripsi Usaha : h. Metode budidaya: Keramba jaring Apung dan Keramba Tancap i. Luas (m3) : 3 x 3 meter, 10 hole j. Jenis Ikan : Kerapu Macan, Kakap Putih, Kerapu Lumpur, Simba Kuning, Kakap Merah k. Asal benih : BBL Batam, Bali, Situbondo l. Ukuran Tebar: -- (Keramba Tampungan Sementara / Transit) m. Penyakit : Benedenia sp n. Pakan : rucah (trash fish) Lokasi budidaya yang dimiliki oleh wahyudi Firdaus merupakan unit keramba yang diposisikan sebagai tempat penampungan ikan sementara sebelum dikirimkan lepada pemilik ikan yang sebenarnya. Oleh karena itu jarang ditemukan adanya penyakit pada berbagai komoditas ikan yang dimiliki oleh unit KJA Wahyudi. Tabel 1. Hasil pemeriksaan kualitas air di lokasi monitoring

No

PARAMETER PARAMETER S

SATUA N UNIT

TBU 1 2

TBV pH

CFU/mL

HASIL UJI TEST RESULT Lokasi Lokasi I II (Bp.Am (Bp.Yud os) i) 3,5x102 1x102 0

0

7,85

7,90

SPESIFIKASI METODE METHODE SPESIFICATION Isolasi dan Identifikasi Konvensional SNI 06-6989.112004

3

Nitrat (NO3)

4

Nitrit (NO2)

5

Amoniak (NH3)

6

Salinitas

mg/L

o

/oo

0

0

Kolorimetri

0

0

Kolorimetri

0

0

Kolorimetri

30

30

IKM/5.4.4/BBL-B

Tabel. 2 Hasil pemeriksaan parameter biologi No

PARAMETER PARAMETERS

1

Parasit

2

Bakteri

SATUAN UNIT

HASIL UJI TEST RESULT Cacing insang Diplectanum Vibrio sp

Pembahasan Berdasarkan data kualitas air baik secara kimia maupun biologi menunjukkan bahwa perairan Tiaw Wang Kang dan P.Nipah/Setokok masih cukup optimal dalam mendukung budidaya perikanan. Hanya saja untuk parasit seperti Benedenia sp dan Diplectanum serta Vibrio sp sudah terdeteksi keberadaannya pada tubuh ikan. Hal ini harus mendapatkan perhatian khusus bagi pembudidaya untuk melakukan treatment pengobatan bila ikan mengalami gejala klinis terserang penyakit mikrobial tersebut. Untuk keberlanjutan budidaya perikanan, pihak pembudidaya masih sangat optimis untuk mengembangkan usaha perikanan ini dan mereka sangat mengharapkan bantuan dari pemerintah baik bantuan berupa modal maupun sarana dan prasarana.

V.

KESIMPULAN DAN SARAN

V.1

Kesimpulan 1. Kondisi lingkungan perairan cukup optimal mendukung budidaya perikanan, namun dengan lokasi budidaya yang berdekatan dengan muara sungai, hal yang harus diperhatikan adalah kekeruhan yang ditimbulkan oleh arus sungai serta adanya fluktuasi salinitas di badan perairan. 2. Hasil analisa untuk parameter biologi pada sample ikan yang dibawa menunjukkan bahwa ikan terserang cacing insang dan Diplectanum dan cacing insang untuk parasit serta Vibrio sp. Untuk bakteri.

V.2

Saran 1. Diharapkan pembudidaya ikut aktif dalam memeriksakan kondisi penyakit ikan yang dialami agar dapat dilakukan tindakan dan saran perlakuan pengobatan yang efektif. 2. Pakan yang digunakan diharapkan juga bagus dalam hal kualitas dan gizi. Kana bila pakan yang telah menurun kualitas dan disertai dengan bau yang menyengat tetap diberikan pada ikan yang dibudidayakan dikhawatirkan akan menjadi pemicu tersendiri bagi tumbuh kembangnya penyakit ikan. 3. Perlunya dibentuk tata Ruang Wilayah yang jelas untuk area pengembangan budidaya ikan agar kasus pencemaran lingkungan yang merugikan para pembudidaya tidak terjadi lagi

VI.

DAFTAR PUSTAKA .............,2008, Potensi Pulau Batam, www. Pemko-batam.go.id Anonim. 2002. Pedoman Umum Monitoring dan Surveilance Hama dan Penyakit Ikan. Direktorat Jendral Perikanan Budidaya. Direktorat Kesehatan Ikan Dan Lingkungan Direktorat Jenderal Perikanan. 1994, Petunjuk Teknis Budidaya Ikan Laut Di Jaring Apung, Departemen Pertanian Kusumastanto, T., 2001. Potensi dan Peluang Industri Kelautan Indonesia. Makalah Seminar Peluang Usaha dan Teknologi Pendukung pada Sektor Kelautan Indonesia 11 Juli 2001. Departemen Kelautan dan Perikanan Indonesia. Jakarta. Mahony, 1995. HACCP in Aquaculture: Papers Prepared for PAEC/DOF. Seminar on Quality Assurance for Aquaculture Products. Queen Sirikit National Convention Centre, Bangkok Southeast Asian Fisheries Development Centre, 1997. Quality Management for Aquacultured Shrimp. SEAFDEC, Changi, Singapore. Suboko, B., 2001. Kebutuhan Teknologi Pengolahan dan Delivery Bagi Pelaku Usaha Industri Perikanan Di Indonesia. Makalah Seminar Peluang Usaha dan Teknologi Pendukung pada Sektor Kelautan Indonesia 11 Juli 2001. Departemen Kelautan dan Perikanan , Jakarta

Lampiran.I

Gambar-Gambar di Lokasi Monitoring Pemantauan Hama dan Penyakit Ikan di Tiaw Wang kang dan P. Nipah/setokok

Sampling Air untuk analisa kimia dan biologi di laboratorium Kesling

Wawancara dengan pembudidaya untuk mendapatkan data sekunder

Parasit yang terdeteksi dari sampel ikan monitoring

Pengamatan patologis klinis dari sanpel ikan monitoring

Lampiran II LAPORAN HASIL UJI Report of Analysis No.: 287/ A / LHU /BBL-B /II/ 2009 Nama Customer Customer Name Personil yang dihubungi Contact Person Alamat Address Jenis Sampel Type of Sample(s) Kode Sampel Sample Code

:

Amos dan Yudi

:

Amos dan Yudi

:

Thio Angkang, Jembatan 3 Barelang Air Laut KJA

:

Lokasi I Thioangkang KJA Bp.Amos Lokasi II Jembatan 3 KJA Bp.Yudi

Tanggal Penerimaan Received date

:

9 Februari 2009

No

PARAMETER PARAMETERS

1

TBU TBV

2

pH

3

Nitrat (NO3)

4

Nitrit (NO2)

5

Amoniak (NH3)

6

Salinitas

:

SATUAN UNIT CFU/mL

mg/L

o

/oo

Tanggal Date

:

11 Februari 2009

No. FPPS

:

287/A/FPPS/BBLB/II/2009

:

9 - 11 Februari 2009

Tanggal Pengujian Analysis date HASIL UJI TEST RESULT Lokasi I Lokasi II (Bp.Amos) (Bp.Yudi) 3,5x102 1x102 0 0

SPESIFIKASI METODE METHODE SPESIFICATION Isolasi dan Identifikasi Konvensional

7,85

7,90

SNI 06-6989.11-2004

0

0

Kolorimetri

0

0

Kolorimetri

0

0

Kolorimetri

30

30

IKM/5.4.4/BBL-B

Batam, 2009

11

Manajer Teknik,

Februari

Sri Agustatik, S.Pi NIP. 080 123 057 . Catatan : 1. Hasil uji ini hanya berlaku untuk sampel yang diuji. Note These analytical results are only valid for the tested sample. 2. Laporan Hasil Uji ini terdiri dari 1 (satu) halaman. This Report of Analysis consists of 1 (one) page. 3. Laporan Hasil Uji ini tidak boleh digandakan, kecuali secara lengkap dan seizin tertulis Laboratorium Penguji Kesehatan Ikan dan Lingkungan BBL Batam This Report of Analysis shall not be reproduced (copied) except for the completed one and with the written permission of the Testing Laboratory Kesehatan Ikan dan Lingkungan BBL Batam

ARSIP LABORATORIUM KESLING BALAI BUDIDAYA LAUT BATAM

Related Documents


More Documents from "IyanDd FebRi PraTama"