Sisi Lain Diponegoro

  • Uploaded by: Muhammad Abduh
  • 0
  • 0
  • February 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Sisi Lain Diponegoro as PDF for free.

More details

  • Words: 75,222
  • Pages: 298
Loading documents preview...
Hindia Belanda (1818-1942). Perang total ini juga menjadi pemicu lahirnya historiografi baru. Untuk pertama kali dalam sastra Jawa modern muncul sebuah otobiografi— (1832)—yang ditulis Pangeran Diponegoro (1785-1855) dalam pengasingan

Babad Kedung Kebo dan Historiografi Perang Jawa

kepongahan kekuasaaan alias pamrih? Bagi musuh bebuyutan Diponegoro di Bagelen, 1856), jawaban sudah jelas: Diponegoro seorang yang hebat tapi memiliki kelemahan Dalam naskah yang ditulis Cokronegoro dengan bantuan mantan panglima Diponegoro jawab otobiografi sang Pangeran. Versi sejarah Perang Jawa ini membenarkan pilihan

pertengahan 1970-an, tentang

dan historiografi Jawa, merupakan

bacaan-indo.blogspot.com

sejarah Jawa pada awal abad ke-19 sangat beraneka ragam dan historiografi lokal sangat

PETER CAREY

bacaan-indo.blogspot.com

bacaan-indo.blogspot.com

bacaan-indo.blogspot.com

U n d an g-U n d an g Re p u blik In d o n e s ia N o m o r 2 8 Tah u n 2 0 14 te n tan g H ak Cip ta Lin gku p H ak Cip ta Pasal 1 Hak Cipta adalah hak eksklusif pencipta yang tim bul secara otom atis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa m engurangi pem batasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Ke te n tu an Pid an a Pasal 113 (1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak m elakukan pelanggaran hak ekonom i sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Kom ersial dipidana dengan pidana penjara paling lam a 1 (satu) tahun dan/ atau pidana denda paling banyak Rp10 0 .0 0 0 .0 0 0 (seratus juta rupiah). (2) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/ atau tanpa izin Pencipta atau pem egang Hak Cipta m elakukan pelanggaran hak ekonom i Pencipta sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/ atau huruf h untuk Penggunaan Secara Kom ersial dipidana dengan pidana penjara paling lam a 3 (tiga) tahun dan/ atau pidana denda paling banyak Rp50 0 .0 0 0 .0 0 0 ,0 0 (lim a ratus juta rupiah). (3) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/ atau tanpa izin Pencipta atau pem egang Hak Cipta m elakukan pelanggaran hak ekonom i Pencipta sebagaim ana dim aksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/ atau huruf g untuk Penggunaan Secara Kom ersial dipidana dengan pidana penjara paling lam a 4 (em pat) tahun dan/ atau pidana denda paling banyak Rp1.0 0 0 .0 0 0 .0 0 0 ,0 0 (satu m iliar rupiah). (4) Setiap Orang yang m em enuhi unsur sebagaim ana dim aksud pada ayat (3) yang dilakukan dalam bentuk pem bajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lam a 10 (sepuluh) tahun dan/ atau pidana denda paling banyak Rp4.0 0 0 .0 0 0 .0 0 0 ,0 0 (em pat m iliar rupiah).

Babad Kedung Kebo dan Historiografi Perang Jawa

bacaan-indo.blogspot.com

PETER CAREY

J akarta: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia)

Sisi Lain Diponegoro: Babad Kedung Kebo dan Historiograi Perang Jawa © Peter Carey KPG 59 17 01405 Cetakan Pertama, September 2017 Penulis Peter Carey Penyunting Candra Gautama Robertus Rony Setiawan Perancang Sampul Wendie Artswenda Penata Letak Leopold Adi Surya

CAREY, Peter Sisi Lain Diponegoro: Babad Kedung Kebo dan Historiograi Perang Jawa Jakarta: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia), 2017 xv+ 277; 13,5 cm x 20 cm ISBN: 978-602-424-680-8

bacaan-indo.blogspot.com

Keterangan gambar sampul: Gambar pertemuan antara Residen Yogyakarta A.H. Smissaert, Patih Yogyakarta Raden Adipati Danurejo IV, dan komandan pasukan kawal Sultan, Mayor Tumenggung Wironegoro, di Wisma Residen Yogyakarta. Gambar ini mungkin menunjukkan mereka sedang merencanakan serangan ke permukiman Diponegoro di Tegalrejo pada 20 Juli 1825. Diambil dari KITLV Or 13 (Babad Kedung Kebo), f. 51r. Foto seizin Universiteitsbibliotheek Leiden.

Dicetak oleh PT Gramedia, Jakarta. Isi di luar tanggung jawab percetakan.

DAFTAR ISI

Daftar Singkatan

vii

Prakata

ix

Bagian I: Eko lo gi Ke bu dayaan Jaw a

10

Babad Diponegoro (Manado)

15 15

• • • •

bacaan-indo.blogspot.com

1

Pentingnya Peranan Wayang dalam Kebudayaan J awa Arjuna sebagai Inspirasi dalam Babad Diponegoro Sang Teladan: Sultan Agung, Sunan Kalijogo, dan W ali Songo Konsep Ratu Adil dan Gelar Erucokro dalam Pandangan Diponegoro Peran Islam dan Suatu Kesim pulan

21 30 39

Babad Kedung Kebo

44

Babad Diponegoro versi Keraton Surakarta

58

Kesimpulan

66

Catatan Akhir

71

Bagian II: Babad Ke du n g Ke bo

113

Membandingkan Sumber-sumber Rujukan Babad Kedung Kebo

122 123 127 132

• • •

Kata Pengantar untuk LOr 2163 Kata Pengantar untuk Koninklijk Instituut KITLV Or 13 Kata Pengantar untuk Naskah Panti Budoy o PB A 282

vi

Sisi Lain Diponegoro

Riwayat Hidup Cokronegoro (1779-1862)

142

Penutup

159

Riwayat Hidup Basah Haji Ngabdullatip Kerto Pengalasan

163

Kesimpulan

174

Catatan Akhir

178

Epilo g

19 5

Asal Usul Nama 'Purworejo'

198

Laporan Lawick van Pabst dan Sejarah Awal Administrasi di Purworejo

20 2

Infrastruktur, Pendidikan, dan Budaya Sastrawi; Warisan

bacaan-indo.blogspot.com

Cokronegoro I dan Keluarga Cokronegaran kepada Purworejo

20 6

Kesimpulan dan Sebuah Ramalan

223

Catatan Akhir

227

Daftar Pustaka

231

Lam piran 1 Surat dari Basah Pengalasan kepada Kol. Cleerens

246

Lam piran 2 Laporan Van Pabst tentang Urusan Daerah Kerajaan

262

Indeks

267

Tentang Penulis

276

DAFTAR SINGKATAN

AJ ANRI ANU AN BG

BKI

dK

bacaan-indo.blogspot.com

J SEAH KBG KITLV

KITLV Or

Anno J avanico, tahun J awa Arsip Nasional Republik Indonesia, J akarta Australian National University (Canberra, ACT) Archief Nationaal, Den Haag—Arsip Nasional (Belanda), Den Haag Bataviaasch Genootschap [van Kunsten en Wetenschappen]—Perhimpunan Batavia [untuk Kebudayaan dan Ilmu Pengetahuan] Bijd r a g en t ot d e T a a l-, La n d - en Volk en k u n d e— Sumbangan bagi ilmu-ilmu pengetahuan bahasa, geograi dan etnograi [Jurnal ilmiah, Leiden] Koleksi Hendrik Merkus de Kock, Nationaal Archief, Den Haag Journal of Southeast Asian History —J urnal Sejarah Asia Tenggara (Singapura) Koninklijk Bataviaasch Genootschap (Batavia) Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde— Lembaga Kerajaan untuk ilmu-ilmu Bahasa, Geograi dan Etnograi, Leiden Idem . MS Orientalis (Bahasa Asia/ Timur J auh)

viii

Sisi Lain Diponegoro

KITLV H

Idem . MS Bahasa Belanda (H = Hollands)

LOr

Leid en Un iver sit y Or ien t al MS. Naskah Or ien t alis Universitas Leiden Nationaal Archief (Arsip Nasional Belanda, Den Haag Nederlands Bijbel Genootschap MS (Naskah Perhimpunan Perinjilan Belanda di Perpustakaan Universitas Leiden) Son ob u d oyo Mu seu m , Yogya ka r t a (P er p u st a ka a n Museum Sonobudoyo, Yogyakarta) Tijd schr ift v a n het Ba t a v ia a sch Gen oot scha p v a n Kunsten en W etenschappen—J urnal dari Per him punan Kebudayaan dan Ilmu-ilmu Pengetahuan Batavia Tijdschrift voor Nederlandsch-Indiё—J urn al H in diaBelanda Notulen van het Koninklijk Bataviaasch Genootschap— Catatan-catatan singkat dari perkumpulan panitia direksi Perhimpunan Batavia Universiteitsbibliotheek Leiden, Perpustakaan Universitas Leiden Verhan delin gen v an het Batav iaasch Gen ootschap— Monograf Perhimpunan Batavia untuk Kebudayaan dan Ilmu-Ilmu Pengetahuan (Batavia)

NA NBG SB TBG

TNI Not. KBG

UBL

bacaan-indo.blogspot.com

VBG

PRAKATA

bacaan-indo.blogspot.com

WAKTU saya tiba di Yogyakarta pada Desem ber 1971 sebagai

pe n eliti m uda dari Un iversitas Oxford un tuk m em ulai studi lapangan tentang Pangeran Diponegoro (1785-1855) dan Perang J awa (18 25-30 ), saya sem pat bertem u beberapa kali dengan guru besar sejarah In don esia di UGM (Un iversitas Gadjah Mada), Profesor Sartono Kartodirdjo. Saya sangat menghormati jasa Pak Sartono sebagai seorang sejarawan dan pribadi manusia yang bermoral tinggi. Integritas beliau sebagai akademisi selama periode Orde Baru (1966-1998 ) teruji den gan keputusan n ya m enjauhkan diri dari tugas sebagai pem im pin redaksi untuk jilid VI Sejarah Nasional Indonesia (zaman J epang, 1942-1945, dan era pascam erdeka, 1945-1975) yan g pen uh kon troversi itu. Sikap ini berbeda dengan jurusan sejarah di Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia di bawah pimpinan pendukung Orde Baru, Profesor Nugroho Notosusanto, di mana ruan g gerak in telektual para sejarawan UI dipersem pit oleh politik m em ihak sang Rektor. Profesor Sartono dengan tegas dan bijaksana mempertahankan objektivitas sivitas akademika

bacaan-indo.blogspot.com

x

Sisi Lain Diponegoro

UGM dan m en jauhkan jurusan sejarahn ya dari kepen tin gan politik rezim militer Soeharto. Kendati dem ikan, ada sesuatu yang m em buat saya penasaran selama dua tahun mengadakan penelitian di Yogyakarta (1971-1973). Ini dipicu oleh releksi Profesor Sartono tentang guna sejarawan (the historian’s craft). Suatu hari saya sempat bertanya kepada Profesor Sartono tentang jenis sejarah yang ia dukung di kalangan mahasiswa pascasarjana calon master (S2) dan doktor (S3) di UGM. Dengan gamblang beliau menjawab: “Ya, begini, waktu saya kem bali dari Universitas Am sterdam sebagai guru besar setelah selesai disertasi doktoral saya pada tahun 1968, saya melihat bahwa kebanyakan mahasiswa jurusan sejarah di sini sedang membuat skripsi tentang babad, hikayat, dan syair. Saya bilang kepada m ereka, ‘Itu bukan sejarah, itu dongeng!’ De ngan cepat, saya memberhentikan semua penelitian yang kolot itu.” Untuk mengganti haluan intelektual mahasiswanya, Profesor Sartono menganjurkan bahwa ilmu sejarah bukan sekadar ‘narasi’ atau ‘tuturan’: “J angan melulu dari ilmu sejarah saja,” Pak Sartono sering menasihati muridnya, “tetapi kamu harus memanfaatkan bantuan ilmu antropologi, sosiologi, dan disiplin terkait seperti ilmu ekonomi dan demograi!” Pada akhirnya, guru besar lulusan Amsterdam itu memperingatkan mahasiswa untuk jangan sampai terpesona dengan aneka ragam kisah raja-raja atau orang besar. Sebab rakyat—petani dan wong cilik—juga punya peran sangat penting yang juga ikut membentuk sejarah.1 Saya setuju seratus persen den gan pan dan gan Profesor Sarton o, tapi toh saya harus m en gakui bahwa saya m erasa sedikit sedih juga. Dengan m enyingkirkan babad dan hikayat dari proses pen ulisan sejarah pasti ada sesuatu yan g un ik 1

Atiqoh Hasan, ‘Proil: Sartono Kartodirdjo’, https://m.merdeka.com/proil/ indonesia/s/sartono-kartodirdjo/, diunduh 20 Februari 2017.

bacaan-indo.blogspot.com

Prakata

yan g hilan g. Bagaim an a m en gerti J awa dan pan dan gan n ya terhadap sejarah kalau kita tidak m em pelajari sum ber asli sastra sejarah J awa sendiri? Sebagai calon sejarawan riwayat Pan geran Dipon egoro dan Peran g J awa, saya m erasa tidak mungkin saya melupakan babad. Saya ingat di sini kesimpulan sejarawan m iliter Belan da, P.J .F. Louw (18 56-1924), yan g m en jadi pen ulis m itra m ahakarya ten tan g Peran g J awa: De Java-Oorlog van 1825-30 (enam jilid, 1894-190 9). Dia dengan tegas membantah apa yang dianjurkan Profesor Sartono di bab pertama mahakarya itu: “Tanpa keraguan kita harus menghargai Babad Diponegoro begitu tinggi sehingga dengan gamblang kita bisa m engatakan bahwa suatu tulisan sejarah tentang Perang J awa yang tidak m enggunakan babad sebagai sum ber utam a harus dicap sangat kurang lengkap” (Louw dan De Klerck 1894190 9, I:84). J adi, otobiografi yan g ditulis san g Pan geran sen diri di Manado (1831-32), yang sekarang diakui sebagai naskah Ingatan Dunia (Mem ory of the W orld) dan terdaftar di MoW International Register dari UNESCO (20 13), adalah suatu sumber yang tidak bisa dihindari kalau kita berniat menulis tentang Perang J awa. Dem ikia n p u la d en ga n b a b a d b u p a t i p er d a n a Pu r wor ejo pascaper an g, Raden Adipati Cokr on egor o I (177918 6 2, m en jabat 18 31-18 56 ), yan g d iken al sebagai Bu k u Ked u n g Kebo (set er u sn ya Ba ba d Ked u n g Kebo) (18 43). Babad in i adalah sesuatu yan g am at lan gka: sebuah sum ber lokal yang ditulis dua pelaku Perang J awa: Cokro negoro sen diri dan pan glim a Dipon egoro, Basah Abdullatip Kerto Pen galasan (sekitar 1795-pasca 18 66), yan g pern ah m en jadi kom andan lapangan di Bagelen tim ur (hlm . 163-172). Inilah naskah yang disusun di Purworejo yang menceritakan Perang J awa dari pihak putra daerah Bagelen.

xi

bacaan-indo.blogspot.com

xii

Sisi Lain Diponegoro

Lebih menarik lagi adalah kisah pribadi putra daerah itu, yang sebelum perang bertugas sebagai mantri gladhag (mantri gilda kuli panggul) di Keraton Surakarta dengan gelar Raden Ngabehi Resodiwirio, pernah menjadi murid dari guru tarekat Satariyah yang sam a dengan sang Pangeran. Guru tarekat ini adalah Kiai Taptojani, pradikan ageng (ulama besar yang mengurus tanah wakaf atau pondok pesantren) di Mlangi, barat-laut Yogya yang masih hidup ketika berlangsung Perang J awa, dan pernah terlibat dalam negosiasi damai di pesantrennya. Nasib dua tokoh Perang J awa yang pernah sama-sama belajar tasawuf Islam Sui dengan guru terkondang itu pada akhirnya m enjadi berbeda secara diam etral: Diponegoro m enjadi Sultan Erucokro dan pemimpin Perang J awa melawan Belanda, sementara Cokronegoro diangkat menjadi wakil komandan hulp troepen (pasukan cadan gan pribum i) Keraton Surakarta di Bagelen dan m em bela daerah Surakarta di tanah Bagelen dari pasukan sang Pangeran. Babad yang dia tulis bersama Pengalasan pada awal 1840 -an m engisahkan riwayatnya selama perang dan memberi pandangan yang amat kritis terhadap Diponegoro, yang dianggap telah m elaksanakan perang pada waktu yang tidak tepat dan didorong oleh nafsu (pam rih) dan keangkuhan (kagepok takabur). Pandangan kritis ini bisa dilihat dari contoh wayang yang dipakai dan sasmita berupa wangsit dan penampakan yang diterima oleh sang Pangeran sebelum peran g. Ketim ban g figur Arjun a yan g digem ari Dipon egoro dalam babadn ya sebagai perlam ban g pribadi, Cokron egoro m en am pilkan Prabu Suyudan a sebagai con toh wayan g yan g m engisahkan pem im pin yang hebat tapi m em iliki cacat fatal, kesombongan (lihat hlm. 116). Karena itulah Babad sang bupati perdana Purworejo itu m em beri perspektif sejarah yang penting. Suatu antitesis terh adap kisah kepah lawan an yan g diceritakan dalam babad otobiografi san g Pan geran . Men urut Cokron egoro, m em an g

bacaan-indo.blogspot.com

Prakata

belum waktunya untuk mengusir Belanda. Daripada menentang m ereka, lebih baik m en erim an ya dan bekerja sam a sebagai sekutu politik un tuk m em ban gun n egar a H in dia Belan da. Bila kita kembali kepada pandangan Profesor Sartono, babad, hikayat, dan kitab pada dasarn ya bukan sesuatu yan g kolot atau ketinggalan zaman, melainkan suatu tradisi sastra sejarah yang amat hidup. J angan sampai kita menghindar dari tradisi historiograi lokal Jawa ini hanya sebab kita merasa kurang sesuai den gan n orm a sejarah yan g ‘ben ar’ atau ‘scien tific’ menurut pandangan ilmuwan Barat. Buku kecil ini lahir dari perspektif ini, khususnya dari dua artikel yang saya pernah tulis sebagai peneliti m uda sewaktu saya melamar sebagai dosen peneliti di Magdalen College tahun 1974. Yan g pertam a, artikel berjudul “The Cultural Ecology of Early Nineteenth Century J ava” yang diterbitkan Institute of Sou th east Asian Stu dies (ISEAS) d i Sin gapu r a sebagai ‘Occasional Paper’ (no. 24). Kedua, artikel “Buku Kedhung Kebo; Its Authorship and Historical Importance” yang saya terbitkan pada jurnal terbitan Leiden yang memfokuskan kajian mengenai Indonesia, Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde. Dua artikel tersebut telah diterjem ahkan dalam bahasa In d on esia d en gan ju d u l Ek olog i Kebu d a y a a n J a w a d a n Kitab Kedun g Kebo oleh sebuah pen erbit yan g sudah lam a tidak ada, PT Pustaka Azet, sebagai jilid II dalam suatu seri mengenai Perang J awa yang terbit tahun 1986. Sayang sekali, m utu publikasi dan kualitas terjem ahannya sam a sekali tidak memuaskan. Begitu berantakan sehingga saya merasa terdorong untuk membuat terjemahan dan edisi baru. Di sin i saya h ar u s m en gaku i ban yak ber u tan g bu d i. Pertam a-tam a kepada editor Kepustakaan Populer Gram edia (KPG), Can dra Gautam a, yan g telah m en doron g saya un tuk mengkaji kembali tulisan awal saya supaya bisa disajikan dalam bahasa yang lebih populer bagi generasi muda Indonesia kini.

xiii

xiv

Sisi Lain Diponegoro

Saya juga berterim a kasih kepada m antan bupati Purworejo, Drs Suharto AH (menjabat 1967-1975) dan Pak Wiryo Ratmoko (m en jabat 19 6 6 -19 6 7) (alm .) (lih at h lm . 113 cat at an 1), serta kepada Mas Ilhan Erda, wartawan -pen ulis pen ggem ar sejarah lokal Purworejo, yang banyak m enolong saya dengan m en yediakan foto-foto orisin al dan rujukan artikel lam an . Saya juga menyampaikan terima kasih kepada asisten peneliti saya, Reza Alam , yang telah m em buka jalan bagi penerbitan dengan membuat suatu kajian ulang dari teks bahasa Indonesia yang asli, dan kepada m ahasiswa S3 saya di FIB UI, Achm ad Sunjayadi, yang telah melacak semua bahan mengenai asal-usul Purworejo di ANRI. A big thank y ou untuk Mas Wendie atas desain sam pul buku yang bagus. J uga kepada Robertus Rony Setiawan sebagai penyunting pendamping buku ini dan Leopold Adi Surya yang telah menata letak buku ini dengan cantik. Ten tu sem ua tem an in i tidak bertan ggun g jawab atas klenta-klentuning yang telah saya buat, baik sengaja maupun tidak sengaja yang masih melekat pada edisi baru ini.

Peter Carey

bacaan-indo.blogspot.com

Serpong, malam 22 Februari 20 17. HUT ke-186 pengukuhan Kabupaten Purw orejo dan Cokronegoro I sebagai bupati perdanany a oleh beslit Gubernur Jenderal Johannes van den Bosch, tahun 1831.

bacaan-indo.blogspot.com

Raden Adipati Danurejo IV (menjabat 1813-1847) ditampar dengan selop oleh Diponegoro akibat suatu pertengkaran mengenai penyewaan tanah kerajaan di Rojowinangun pada 20 Juni 1820. Seorang sentana (anggota keluarga Sultan) menyaksikan. Gambar diambil dari Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde (Leiden), Oriental MS 13 (Babad Kedung Kebo), f.55v. Foto seizin Universiteitsbibliotheek Leiden (UBL).

bacaan-indo.blogspot.com

BAGIAN I

bacaan-indo.blogspot.com

Ekologi Kebudayaan Jawa

DALAM buku kecil ini saya ingin m em bahas beberapa babad atau hikayat (naskah sejarah) J awa untuk mempelajari riwayat Pan geran Dipon egoro (178 5-18 55) dan Peran g J awa (18 251830 ). Saya juga ingin membuat sejumlah saran tentatif untuk menganalisis babad tersebut berdasarkan konteks budayanya. Dalam suatu karan gan Profesor An thon y J ohn s, ahli Islam Indonesia dari ANU, mengenai suisme sebagai suatu kategori sastra dan sejarah Indonesia, ia menyarankan sejarawan asing un tuk m em ikirkan kem bali kon sep-kon sep sejarah m ereka dalam m em pelajari sejarah Nusan tara (J oh n s 1961:10 -23). Secara khusus, ia mengajak sejarawan asing untuk menggunakan pengertian yang bermakna bagi masyarakat yang dipelajari. J adi, menurut J ohns, konsep sejarah tidak boleh dipaksakan dari luar, m elain kan harus dilan dasi oleh ciri kebudayaan m asyarakat yang sedang dipelajari. Dengan demikian para sejarawan asing

bacaan-indo.blogspot.com

2

Sisi Lain Diponegoro

bisa melihat ke luar dari masyarakat atau budaya yang mereka pelajari daripada melihat ke dalam dari perspektif serba asing. Yang menjadi perhatian saya dalam buku kecil ini adalah seju m lah cir i bu daya yan g m em pu n yai h u bu n gan den gan kesusastraan babad atau naskah sejarah J awa bagian tengahselatan . Saya akan m en gam bil sebagian kecil dari literatur sejarah tersebut, yaitu naskah yang menceritakan kejadian pada awal abad XIX. Fokus saya adalah serangkaian babad mengenai Pangeran Diponegoro (1785-1855) dan perjuangannya selam a Perang J awa (1825-1830 ) yang secara um um dikenal sebagai Babad Diponegoro. Selain Babad Kedung Kebo, yang ditulis di Purworejo 1a sekitar 18 43, dan dibahas den gan terperin ci pada bagian kedua buku pendek ini, saya tidak akan membahas latar belakang dan sosok pengarang babad tersebut. Walaupun masih amat banyak penelitian mendasar yang harus dilakukan di bidang palaeograi—pengkajian cara penulisan naskah untuk menentukan penanggalan dan data mengenai pengarangnya— tidak ada cukup ruang untuk dimuat dalam buku ini. Secara sin gkat ada tiga kelom pok Babad Dipon egoro: (1) naskah yang ditulis oleh Diponegoro sendiri dan kerabat d ekatn ya, seper ti pu tr a su lu n gn ya, Pan ger an Dipon egor o Muda (sekitar 180 3-pasca Maret 1856);1b (2) babad yang ditulis pascaperang atas perintah bupati pertam a Purworejo, Raden Adipati Cokron egoro I (m en jabat 18 31-18 56), yan g diken al dengan judul Babad Kedung Kebo; dan (3) babad yang ditulis di keraton Yogyakarta dan Surakarta. Untuk keperluan buku ini, ketiga jenis naskah tersebut akan ditonjolkan dalam tiga seksi: ketiganya merupakan babad paling asli yang telah ditulis oleh orang yang masih sezaman dengan Diponegoro. Yan g pertam a adalah babad otobiografi san g Pan geran sen d ir i, yaitu Ba ba d Dip on eg or o. Babad in i d itu lis atau didiktekan di Man ado dalam kurun waktu sem bilan bulan (13 Novem ber 18 31-3 Februari 18 32). ² Dengan panjang 1.151

bacaan-indo.blogspot.com

Bagian I Ekologi Kebudayaan Jawa

halaman folio, Diponegoro sempat menceritakan sejarah J awa dan riwayatnya sampai pengasingan (Carey 1981:xxiv-xxvii, lix catatan 72-73). Sepertiga dari Babad ini m enyangkut sejarah J awa dari Prabu Brawijaya V (Bhre Kertabhumi) (wafat 1478) h in gga sebelu m kelah ir an Dipon egor o pada 11 Novem ber 178 5. Sisan ya m en ggam barkan kehidupan n ya serta keadaan zamannya sampai awal masa pengasingannya di Manado (1830 18 33). Kita bisa m en duga bahwa Dipon egoro m en ceritakan riwayat hidupnya kepada seorang juru tulis yang menulis babad asli dalam bentuk tembang macapat (Carey 20 12:862, catatan 212). Salin an n ya yan g palin g asli disim pan di Perpustakaan Nasion al di J akarta dan ditulis dalam huruf pegon , bahasa J awa yang menggunakan huruf Arab, suatu sistem aksara yang dipakai secara luas di kalangan kaum agama yang lebih saleh di J awa pada zaman Pangeran Diponegoro itu.3 Babad Diponegoro merupakan sumber sejarah J awa yang palin g terken al dan sekaran g sudah diakui sebagai Warisan Dunia (Mem ory of the W orld) oleh UNESCO (18 J uni 20 13). Salah satu sebab, babad ini telah diterjemahkan serta diterbitkan menggunakan aksara J awa oleh penerbit di Surakarta sebelum Perang Dunia I.4 Nam un sam pai sekarang belum ditem ukan naskah aslinya, dan semua referensi yang digunakan di dalam buku pendek ini berasal dari salinan yang belakangan dibuat di Surakarta dan yang sekarang dapat ditemukan di Perpustakaan Universitas Leiden, LOr 6547a-d (Koleksi G.A.J . Hazeu).5 Naskah yang kedua, Babad Kedung Kebo, yang agaknya ditulis pada awal 1840 -an dan satu salinannya sekarang dapat ditem ukan di Perpustakaan Un iversitas Leiden (LOr 2163). Rupan ya seluruh pen yalin an n askah kitab tersebut berhasil diselesaikan pada 1843.6 Babad ter sebut ditulis atas perintah Cokronegoro I, salah seorang lawan utama Diponegoro di daerah Bagelen. Ada pula ke mungkinan besar bahwa seorang mantan kom an dan pasukan Dipon egoro, Basah Pen galasan (sekitar

3

bacaan-indo.blogspot.com

4

Sisi Lain Diponegoro

1795– pasca-18 66) juga ikut m en yusun kitab tersebut (Carey 1974b:259-28 8 ; hlm . 134-139). Naskah yang terakhir, Babad Keraton Surak arta (selan jutn ya: Babad Surak arta), yan g menceritakan kejadian menjelang dan pasca Perang J awa pada 20 J uli 1825, sudah diterbitkan sebagai edisi asli dengan huruf romawi dan diterjemahkan dalam bahasa Inggris dan Melayu Indonesia oleh penulis sewaktu menyiapkan disertasi doktoral di Oxford pada 1975 (Carey 1981). Walaupun Babad ini hanyalah sebagian dari satu naskah keraton yang lebih panjang, ia tetap m erupakan dokum en yan g palin g sesuai den gan m asan ya. Salinan Babad ini bisa ditemukan di Perpustakaan Universitas Leiden (LOr 2114) dan agaknya dibuat untuk sekolah bahasa J awa yan g didirikan oleh ahli bahasa J awa dan m ision aris Kristen berkebangsaan J erman, J .F.C. Gericke (1798-1857), di Surakarta pada 1832.7 Tiga naskah ini mempunyai nilai sejarah yang penting sebab ditulis oleh orang yang hidup sezam an dengan Perang J awa. Dua dari tiga babad tersebut—yaitu babad otobiografi san g Pangeran yang ditulis di Manado (1831-32) dan Babad Kedung Kebo (1843)—justru ditulis oleh pemimpin utama Perang J awa. Meskipun dem ikian , m ereka tidak dapat dipan dan g den gan persepsi sejarawan Barat terhadap kenang-kenangan ataupun otobiogr afi tokoh -tokoh sejar ah p en tin g sep er ti m em oar terkondang raja Prusia (J erman), Frederik der Große (Frederik Yang Besar) (bertakhta 1740 -178 6)—Histoire de M on Tem ps (Sejarah dari Zam anku) (1746). Pertam a, karena babad J awa tersebut pada dasarn ya m e rupakan karya sastra dan bukan narasi atau kronologi sejarah. Kita ingat di sini bahwa babad J awa ditulis dalam ben tuk san jak (tem ban g atau kidun g)— berbeda dengan cara penulisan prosa—dan juga menggunakan banyak kata-kata puitis yang jarang digunakan dalam bahasa sehari-hari. Babad tersebut terdiri atas beraneka ragam bagian d an m asin g-m asin g m em pu n yai ir am a san jakn ya sen d ir i.

bacaan-indo.blogspot.com

Bagian I Ekologi Kebudayaan Jawa

Irama yang berbeda-beda itu berguna untuk meningkatkan efek pem en tasan babad itu kalau dibacakan dalam forum publik sebagai sastra. Biasanya babad dikidungkan atau dinyanyikan p ad a p er tem u an besar d an ir am a san jakn ya d isesu aikan dengan topik yang dibahas. Karena itu, iram a sanjak Durm a dan Pan gkur den gan iram a staccato-n ya lebih sesuai un tuk m en ggam bar kan p er t em p u r an , sed a n gkan ir am a san jak Asm aradana dan Sinom , yang lemah lembut dan agung, lebih cocok untuk menggambarkan suasana istana, hubungan cinta, serta pembicaraan politik. Kunci dalam perubahan irama sanjak biasanya terjalin di dalam kuplet terakhir pada bagian sanjak sebelumnya yang terdapat kata kunci tertentu. Serin g kali keteram pilan pujan gga yan g bersan gkutan dapat dinilai dari kehalusan dalam m enyam arkan perubahan ir am a san jak seh in gga tid ak m en gu r an gi keh alu san d an kelan car an p en gid u n gn ya. Nam u n , san g p elan tu n babad tersebut akan m engetahui bahwa perubahan iram a di dalam sanjak yang tengah dikidungkannya akan mengubah suaranya, sesuai den gan tun tutan yan g terdapat. Pem bacaan babad— m acapatan—biasanya dilakukan, baik di lingkungan istana atau keraton, maupun di desa-desa, di mana sering kali pembacaan tersebut dilakukan pada perayaan yang berlangsung sepanjang malam (lèklèkan) dalam rangka kehamilan, kelahiran, ataupun perkawin an . 8 Babad Keraton Yogy ak arta yan g dipan dan g begitu diisi dengan kekuatan ghaibnya—kram at dalam istilah J awa—mengandung kisah tragis mengenai peristiwa-peristiwa yang terjadi di keraton Yogyakarta, sehingga sam pai saat ini saja hanya boleh dikidungkan oleh kerabat keluarga Sultan yang terdekat. Kedua, terlepas daripada fungsi kesusastraannya, Babad ini penting sebagai pelambang legitimasi atau otorisasi kekuasaan d alam kon teks m asyar akat J awa. In i ber laku bagi su atu dinasti yang sedang berkuasa atau bahkan bagi suatu keluarga

5

bacaan-indo.blogspot.com

6

Sisi Lain Diponegoro

sekalipun. Karena itu, banyak babad m em punyai kedudukan pusaka bagi keluarga dan keraton. Kata kerja m babad dalam bahasa J awa, yan g berarti ‘m em bersihkan hutan atau alam liar’, dari m ana kata benda babad itu berasal, m enggam barkan pula fungsinya. Ini sebabnya sering sekali penulisan babad disaksikan bersam aan , secara fisik, den gan pem ban gun an sebuah keraton , pen ghim pun an pusaka, serta pem ben tukan sebuah pem erintahan atau pengusahaan. Pendek kata, babad difungsikan sebagai sesuatu yang penting dalam m endirikan suatu kerajaan yang baru (Berg 1957:50 6-32; Ricklefs 1974a:176226). Dem ikianlah kewajiban seseorang pujangga istana untuk menuliskan kembali atau memperbarui babad istana dari zaman ke zaman. Dalam babad keraton, pujangga sering menjelaskan silsilah keluarga sang raja, mengaitkan dinasti yang baru dengan tokoh mitologi J awa—bahkan terkadang dengan para nabi. Ini yang disebut sejarah kiw a dan tengen—sejarah sisi kiri (yang m em bahas raja J awa) dan kanan (yang m enuturkan riwayat para n abi)—dan keduan ya m em pun yai peran pen tin g dalam tr adisi h istor iogr afi J awa. In i m en un jukkan bah wa babad m em punyai arti yang sangat penting dalam m elegitim asikan suatu dinasti. Mungkin inilah yang m enjadi salah satu alasan mengapa ke susastraan sejarah J awa berkembang di lingkungan keraton di J awa bagian tengah-selatan setelah penandatanganan Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755.9 Perjanjian Giyanti m em bagi J awa bagian ten gah dan selatan m en jadi daerah Yogyakarta dan daerah Surakarta, dan belakangan dua istana junior: Mangkunegaran (1757) dan Pakualaman (1812). Ini ada akibat bahwa masing-masing istana senior ingin membuktikan legitim asin ya sebagai pen gu asa tu n ggal di J awa (Ricklefs 1974a:176-226). Dalam n askah Babad Dipon egoro, palin g tidak dalam kaitan n ya den gan babad otobiografi Dipon egoro dan Babad

bacaan-indo.blogspot.com

Bagian I Ekologi Kebudayaan Jawa

Kedung Kebo, permasalahan legitimasi dan otorisasi kekuasaan pribadi selalu m erupakan tem a yan g pen tin g. Perm asalahan pam rih (kepen tin gan diri sen diri atau m otif-m otif pribadi yang terselubung) m erupakan pertim bangan sentral di dalam ilsafat Jawa mengenai kekuasaan (Anderson 1972:39-43). Hal in i serin g dibahas di kedua babad yan g bersan gkutan . Pada bagian awal kedua Babad ini, para penulis menekankan bahwa m ereka m em buat n askah un tuk kepen tin gan keturun an dan keluarga dari para pengarangnya. Karena itulah, Babad tersebut mempunyai kualitas sebagai suatu pusaka keluarga yang unik. Dalam Babad Diponegoro yang ditulis di Manado, tema ini ada dalam bentuk spiritual, yang bersifat sangat pribadi. Di dalam kata pengantarnya, Diponegoro menekankan bahwa ia menulis ten tan g r iwayat h id u pn ya sen d ir i u n tu k m er ed akan d u ka mendalam yang dialami saat ditangkap melalui pengkhianatan di Magelan g (28 Maret 18 30 ) dan diasin gkan ke Sulawesi (30 April 18 30 ). Ia juga m en gakui m em buat Babad un tuk m em ohon pen gam pun an Tuhan atas segala dosa, baik yan g telah dilakukannya sendiri, maupun yang telah dikerjakan oleh keluarganya.10 Dalam ban yak segi, Babad Dipon egoro in i m erupakan sebuah dokum en pribadi yan g m en gh arukan . Tulisan san g Pan geran juga m en jadi bukti kesun gguhan serta ketulusan hatinya dalam beragam a baik untuk dirinya sendiri m aupun un tuk keturun an n ya. In i disebabkan tem a sen tral babadn ya yan g m em bah as per soalan m en gapa ia sam pai m en u n tu t kekuasaan dan atas otoritas siapa? Sedangkan dalam Babad Kedun g Kebo, tujuan n ya secara esen sial juga sam a, tetapi t er selu bu n g d alam kon t eks yan g ber sifat lebih d u n iawi: Cokronegoro ingin m enyediakan hak dasar bagi dinasti para bupati yang telah ia dirikan di Purworejo (Bagelen timur); maka hal-hal yan g dilakukan n ya selam a Peran g J awa m erupakan sesuatu yan g sen tral bagi pen egakan kekuasaan n ya (Carey

7

bacaan-indo.blogspot.com

8

Sisi Lain Diponegoro

1974b:261). Babadn ya in i juga m em bahas perm asalahan keku asaan d an p am r ih d alam kait an n ya d en gan m en gap a Cokr on egor o m em utuskan un tuk ikut ber per an g m elawan Dipon egor o walaupun dua-duan ya m er upakan m ur id dar i kiai terkon dan g yan g sam a, Ki Taptojan i, yan g dalam pra18 0 5 p er d ik a n a g en g (kep ala p esan t r en ) Mlan gi d ekat Yogya. Sang bupati perdana Purworejo, m enceritakan dalam Babad, m engapa ia, seorang keturunan kiai—seseorang yang berpengaruh di sebuah desa kecil di Bagelen—dapat bangkit dan menanjak sebelum meletusnya Perang J awa sehingga akhirnya mencapai kedudukan bupati. Itulah sebabnya mengapa Babad merupakan barang pusaka bagi keluarga Cokronegoro. Babad ini mempunyai nilai yang sama pentingnya dengan pembangunan kabupaten baru yang terletak di Purworejo itu, dan penerimaan gelar baru Raden Adipati Cokronegoro dari kom isaris untuk urusan daerah kerajaan, P.H. Baron van Lawick van Pabst (1780 1846; menjabat 1830 -1833), pada malam 26-27 Februari 1831.11 Sem ua lan gkah in i telah m en gon solidasikan kekuasaan n ya, sesuai dengan pengertian budaya J awa. Pen car ian akan legitim asi ser ta p em bah asan p am r ih d a la m Ba b a d Dip on eg or o t ela h d ip ost u la sika n d a la m kebudayaan tradision al dan kosm ik J awa. Beberapa kon sep akan d ibah as d alam bu ku pen d ek in i. Di d alam m asin gm asing babad tersebut dapat ditem ukan bagian tulisan yang membahas lakon dan igur dari wayang.12 J uga dalam kedua babad yan g utam a in i terdapat bagian lain yan g m em bahas mimpi dan ‘wahyu’ serta penafsirannya. Bisa dikatakan bahwa in i bukan h an ya kesusastraan yan g tum buh den gan subur atau pu n pen yim pan gan ke d u n ia yan g tid ak m asu k akal, m elainkan bagian tulisan yang penting. Secara langsung atau tidak, tulisan in i m em bahas peran kekuasaan . Pen dek kata, bagaim an a m asyar akat J awa sezam an akan m elih at d ir i mereka sendiri ataupun lawan mereka. J adi, walaupun mereka

Bagian I Ekologi Kebudayaan Jawa

bacaan-indo.blogspot.com

tidak akan diklasiikasikan sebagai bagian dari ‘sejarah yang ilmiah (scientiic history)’ oleh sejarawan Barat, mereka tetap m em berikan petunjuk yang dapat m em perlihatkan gam baran penting dalam bahan sejarah. Gambaran ini terdapat di babad ter sebu t. Su atu pem bah asan m en gen ai h al ber iku t d apat m enghasilkan sejum lah konsepsi ke budayaan yang m un gkin h ar u s d iper tim ban gkan oleh sejar awan asin g kalau in gin membahas babad J awa ini. Nam un , suatu subjek yan g tidak dapat dibah as secara terinci dalam buku pendek ini adalah peran Islam, baik sebagai kekuatan yan g m elegitim asikan keran gka kebudayaan J awa tradision al, m aupun sebagai suatu kekuatan in ovatif pada perm ulaan abad XIX (lihat Ricklefs 20 0 6). In i m erupakan suatu pertim bangan sentral bagi setiap orang yang ingin m emahami budaya J awa pada masa transisi dari era prakolonial Perserikatan Dagan g H in dia Tim ur (VOC) ke zam an H in dia Bela n d a (18 18 -19 4 2 ) ya n g m em b en t a n g d a r i p u lih n ya keku asaan Belan d a setelah Per an g Napoleon (18 0 3-18 15) sam pai penaklukan Belanda oleh J epang pada 8 Maret 1942. Tetapi dalam buku ini topik Islam tersebut hanya akan dikaji sejauh mana Islam itu sendiri mempengaruhi tema pokok yang dibahas.

9

Pentingnya Peranan Wayang dalam Kebudayaan Jawa

bacaan-indo.blogspot.com

SEBELUM tema historiograi Jawa dibahas secara terinci dalam

naskah babad tentang Perang J awa, mungkin perlu didahului oleh sebuah catatan singkat tentang pentingnya arti wayang dalam budaya tradisional J awa. Pengaruh simbol dan mitologi wayang, terutam a contoh yang diam bil dari siklus Ram a dan kisah Pandawa lima, yang merupakan landasan bagi kebanyakan lakon wayang, mempunyai peranan penting dalam kehidupan masyarakat J awa sampai sekarang.13 Banyak cerita wayang, yang semula diilhami oleh epik Hindu Ram ay ana dan Mahabharata, m em ber ikan kesem patan yan g luas bagi seor an g in dividu Jawa untuk mengidentiikasi beraneka ragam kepribadian dan keadaan (Anderson 1965:25-27). Mereka juga mencerminkan, pada tin gkat yan g jauh lebih dalam , esen si dari perlawan an antara baik dan buruk yang berlangsung di dalam jiwa manusia. Pandangan m istik ini bisa m em buka rahasia tersem bunyi di balik kehidupan seseorang (Mangkoenagoro 1933:79-97). Per an an p en tin g sen tr al yan g d ip egan g oleh wayan g in i dalam pan dan gan h idu p m asyar akat J awa tam pakn ya

bacaan-indo.blogspot.com

Bagian I Ekologi Kebudayaan Jawa

dipaham i dan diakui sepenuhnya oleh para wali. Orang suci J awa beragam a Islam tradisional ini, m enurut legenda J awa, m en ggu n akan cer ita wayan g ter sebu t sebagai su at u alat u n tu k m en yam paikan dan m en yebar kan doktr in Islam di J awa. Con toh n ya, Sun an Kalijogo, wali yan g palin g efektif dalam memanfaatkan peranan yang dipegang oleh wayang. Ia dilaporkan pernah m engatakan kepada Sultan Dem ak bahwa “sesu n ggu h n ya p er tu n ju kan wayan g itu ad alah bayan gan [cermin] dari Yang Tunggal, seseorang dapat saja menamakan itu sebagai pen cerm in an un dan g-un dan g. Oleh karen a itu wayang berlaku untuk seluruh um at m anusia dan dalang-nya dapatlah dipersam akan dengan Allah, Pencipta seluruh Alam Sem esta in i […]” (Rin kes 1912:145). Mun gkin sekali, secara sebagian, dalam hal inilah Diponegoro memahami makna dari wayan g, sebab dalam pertem uan n ya den gan Ratu Adil yan g begitu penting, pada 19 Mei 1824, ia pun telah menggunakan persam aan wayan g yan g dem ikian un tuk m en ggam barkan Tuhan seakan-akan ia menggenggam dan menjalankan ‘lakon’ hidupnya.14 Nam un, walaupun ada upaya untuk m em asukkan konsep Islam ke dalam wayang, bisa dikatakan bahwa wayang itu tetap m erupakan cara pen gun gkapan m istik J awa yan g paling m urni. Wayang m em buka penekanannya kepada pencarian kebenaran dalam jiwa serta pengenalan diri sendiri yang akhirnya akan mengantarkan manusia kepada penyatuan mistik dengan Tuhan.15 Kalau simbolisme dan mitologi wayang tetap mempunyai pengaruh yang kuat dalam menentukan langkah dan tindakan politisi J awa modern, maka betapa jauh lebih penting lagi dalam m asyarakat J awa pada perm ulaan abad XIX saat Diponegoro hidup. Pada waktu itu J awa m erupakan sebuah m asyarakat yan g terben am dalam pelukan h ikayat dan cerita wayan g. Babad Keraton Yogy akarta, m isaln ya, m en gan dun g ban yak sekali pen gacuan -pen gacuan kepada beran eka ragam jen is

11

bacaan-indo.blogspot.com

12

Sisi Lain Diponegoro

pertun jukan wayan g yan g diselen ggarakan di keraton pada zaman sultan keempat (1812-1814) dan kelima (1822-26/ 182855). Dari semua pertunjukan tersebut, wayang wong-lah yang paling populer.16 Sebuah laporan Belanda bahkan mengatakan bahwa penyebab utama dari keluhan terhadap Patih Yogya yang korup dan am bisius itu, Dan urejo IV (m en jabat 18 13-18 47), adalah bahwa ia telah menguasai hak untuk menyelenggarakan suatu pertunjukan wayang wong di tempat kediamannya tepat sebelum meletusnya Perang J awa dalam bulan J uli 1825.17 Pada 13 Mei 1816, waktu berlangsungnya perayaan pernikahan Sultan H am en gkubuwon o IV (18 14-18 22) den gan an ak perem puan Patih Danurejo II (m enjabat 1799-1811), yang dicekik m ati di keraton, tiga buah pertunjukan wayang kulit diselenggarakan di keraton . Ada juga sebuah pem en tasan wayan g won g dan tu ju h jen is per tu n ju kan wayan g yan g ber beda. 18 Nan tin ya seoran g Patih Yogyakarta pasca-Peran g J awa, Dan urejo V (sekitar 180 3-1884; m enjabat 1847-1879), m antan kom andan (Basah) Dipon egoro, m em peroleh kem ajuan n ya yan g din i itu, selam a m asa pem er in tah an Sultan H am en gkubuwon o V (18 22-18 26/ 18 28 -18 55), ber kat keter am pilan n ya d alam m en yajikan pertun jukan wayan g won g di istan a. 19 Naskahnaskah pertunjukan yang paling populer di keraton Yogyakarta pada permulaan abad yang ke-19 itu adalah Arjuna Sasrabau (A r ju n a w ija y a ), S er a t R a m a , S er a t Bh a r a t a y u d a d a n Arjunawiwāha (Mintaraga) dan mungkin inilah yang menjadi dasar dari begitu banyak lakon wayang yang dipentaskan pada m asa itu (Babad N gay ogy ak arta, I, XCV.27, hlm . 38 8 ; II, XVIII.28-29, hlm. 75). Sebu ah lap or an Belan d a m en yebu tkan ten t an g Rat u Kencono (sekitar 180 2– 1827), janda Sultan Hamengkubuwono IV, waktu jatuh sakit pada awal tahun 18 25, ia sam a sekali tid ak tid u r selam a d u a m alam ber tu r u t-tu r u t d an m en ghabiskan waktun ya den gan m em baca cerita wayan g secara

bacaan-indo.blogspot.com

Bagian I Ekologi Kebudayaan Jawa

t er u s-m en er u s. 2 0 Di Su r a ka r t a , Su n a n Pa ku b u won o I V (bertah kta, 178 8 -18 20 ), seseoran g yan g san gat peduli terhadap kehidupan kesenian, dipandang sebagai sosok yang gem ar den gan pertun jukan wayan g kulit dan wayan g won g di keraton Surakarta. Sehingga kadang-kadang ia sendirilah yang berperan sebagai dalang dan ia pun juga m endorong kerabat dan anggota keluarganya untuk menjadi penari wayang topeng (Hagem an 1856:24). Di daerah pedesaan pun bisa dipastikan bahwa terdapat m in at yan g cukup besar terhadap wayan g, sebab banyak dalang istana yang berasal dari daerah-daerah p ed esaan . Beber ap a d ar i m er eka ten tu telah m en em p u h keh idupan m en gem bara sam bil m en gadakan pertun jukan pertunjukan dari satu desa ke desa lainnya (Pigeaud 1938:3537). Sebuah laporan resmi pemerintah Belanda yang diedarkan kepada sem ua Residen , sesudah berakh irn ya Peran g J awa (18 25-30 ), m em bah as ten tan g pen gar uh wayan g ter h adap ‘orang menumpang’ (para pekerja yang tidak memiliki tanah). Laporan in i m en ggam barkan bagaim an a an gan dan khayal m ereka berkobar karena cerita wayang tentang petualangan, yang, karena perbuatan m ereka, dapat m encapai kedudukan seperti para pangeran (Louw dan De Klerck 1894-190 9:I, 26; TNI 1861:67). Seperti banyak bangsawan J awa pada masa itu, Diponegoro sen diri m em pun yai perhatian dan m in at kepada wayan g. Ia juga mempunyai seperangkat gamelan lengkap di kediamannya di Tegalrejo.21 Budaya kejawen itu tidak bertentangan dengan keim an an san g Pan geran sebagai seoran g Islam yan g saleh. Seorang tamu Belanda yang datang mengunjungi puing-puing kediam an Dipon egoro setelah Peran g J awa, m en yam paikan kom en t ar n ya t en t an g p r in g g it a n (selasar p em isah ) d an pen dopo, yan g ten tun ya san gat cocok sebagai tem pat m en yelen gga r a ka n p er t u n ju ka n wa ya n g (Br u m u n d 18 53 54:18 5). 22 Terdapat pula bukti bahwa Dipon egoro m en gen al

13

14

Sisi Lain Diponegoro

bacaan-indo.blogspot.com

baik kesusastraan Jawa. Di dalam babad otobiograi dan Babad Keraton Yogy akarta ia digambarkan sebagai sosok yang gemar m em baca cerita Arjunaw ijay a, Serat Ram a, Arjunawiwāha ser ta Bhom a Kaw y a (Bhom án tak a), d i lin gku n gan n ya d i Tegalrejo (Carey 2012:122-23, mengutip Babad Ngay ogy akarta, II, XXXVI.19; KITLV Or 13:IV.37). Ia juga menganjurkan agar adiknya, Sultan Hamengkubuwono IV (bertahkta, 1814-1822), yang masih di bawah umur, mau membaca cerita tersebut demi pendidikannya (Carey 20 12:479). Di d alam babad ot obiogr afin ya, Dip on egor o m en ggam bar kan bagaim an a pada 19 Desem ber 18 22, ketika ia diangkat menjadi wali atas keponakannya, sultan yang kelima itu, tan pa m em in ta pen dapat serta n asihatn ya dan bahkan tanpa diundang untuk m enghadiri upacara penobatannya di Yogyakar ta, ia m em er in tah kan p en giku tn ya d i Tegalr ejo, yan g bern am a Sostrowin an gun , un tuk m em bacakan cerita Arjunaw ijay a. Pengikut itu disuruh memulainya dengan bagian yan g m elukiskan kem arahan serta pen ebusan dosa Arjun a; suatu bagian yan g san gat cocok un tuk keadaan tersebut. 23 Oleh karena itu, kemungkinan besar Diponegoro, serta orangorang yang hidup sezamannya, mempunyai pengetahuan baik m engenai naskah cerita J awa yang terkem uka. Pengetahuan yang demikian ini memberikan kita titik awal yang bermanfaat untuk dapat memahami Babad Diponegoro itu, di mana begitu banyak contoh yang diambil dari dunia pewayangan.

Babad Diponegoro (Manado)

Ar ju n a s e b a g a i In s p ir a s i d a la m Babad D ipo n e go ro

bacaan-indo.blogspot.com

DI dalam babad yang ditulis oleh Diponegoro sendiri di Manado

(18 31-18 32), terdapat berbagai bagian dari tulisan n ya yan g m em berikan petun juk bahwa sesun gguhn ya ia sen diri sadar akan contoh yang diberikan oleh Arjuna. Saudara ketiga dari lim a bersaudara keluarga Pan dawa, Arjun a diken al den gan kegagahan serta kekuatan spiritualnya (Ricklefs 1974b:229-30 ; Van Praag 1947:20 2).24 Karena inilah saat Diponegoro membuat ziarah ke pan tai Laut Kidul waktu m uda pada sekitar 18 0 5, ia menggam barkan bagaimana ia dikasih sebuah anak panah, Sarotomo, yang segera tampak olehnya berupa selarik kilatan cahaya yan g m en em bus batu san daran n ya begitu ia ban gkit dari lim bungnya (Carey 20 12:174). Kejadian ini setelah sang Pan geran berm alam di Paran gkusum o ketika ia m en erim a wangsit dari Sunan Kalijogo, wali yang sangat dim uliakan di J awa sebagai pen asihat raja-raja J awa, ten tan g tugasn ya di masa depan. Di kemudian hari, pusaka ini dibentuknya menjadi sebuah belati kecil atau cundrik untuk istri keempatnya, Raden

bacaan-indo.blogspot.com

16

Sisi Lain Diponegoro

Ayu Maduretno (sekitar 1798-1827) (Ricklefs 1974b:247; Carey 20 12:178). Sar otom o ad alah n am a sen jata yan g d igu n akan oleh Arjun a dan cara Dipon egoro m en erim a an ak pan ah itu dari tan gan san g wali yan g m en yebarkan agam a Islam di J awa bagian tengah-selatan m engingatkan kita kepada cara Arjuna m enerim a sebuah anak panah lainnya, Pasopati, dari tangan Siwa, sebagaim ana yang diceritakan di dalam Arjunawiwāha (Poerbatjaraka 1926:263). Kelak, dalam babad otobiograinya, ket ika Dip on egor o m en cer it akan t en t an g p er n ikah an n ya pada akhir Septem ber 18 14 dengan putri yatim piatu Raden Ronggo Prawirodirjo III dari Madiun (m enjabat 1796-18 10 ), Raden Ayu Maduretno (sekitar 1798-1827), ia menggambarkan perkawinannya seperti perkawinan antara Batara Wisnu dengan Dewi Sr i. Sem en tar a, ayah n ya, Su ltan H am en gku bu won o III (18 12-18 14), disebutkan sebagai Batara Guru dan para istri perm aisuri sultan sebagai Ratih, Suprobo dan Tilotom o (Tilottamā) (Carey 2012:470). P en gga m b a r a n t er seb u t dilukiskan dengan istilah-istilah yang tradisional, tetapi hal ini, sekali lagi, mengingat kan kita kepada tokoh Arjuna. Ini karena Dewa Wisnu dianggap menjadi titisan Arjuna dan telah hidup kem bali dalam diri saudara ketiga Pandawa lim a di bum i ini (Hardjowirogo 1965:142). Tem a in i dirujuk lebih eksplisit lagi dalam pertem uan Diponegoro dengan Ratu Adil pada 19 Mei 1824. Dalam kondisi sam a seperti digunakan oleh Arjuna kepada Kresna sebelum pertem puran n ya den gan Karn a dalam cerita Bharatay uda, Dipon egor o ber m oh on kepada San g Ratu Adil agar dapat dibebaskan dari keharusan untuk berperang, karena ia tidak dapat berkelahi dan tak tahan melihat maut (Carey 20 12:667; Rusche 190 8-190 9, I:10 1-2). Akhirnya, tem a tersebut m uncul kem bali pada bagian akhir Peran g J awa, ketika Dipon egoro berkelan a di hutan -hutan dari pegun un gan daerah Gowon g

bacaan-indo.blogspot.com

Bagian I Ekologi Kebudayaan Jawa

di Kedu Selatan sam pai Bagelen dan Ban yum as pada bulan terakhir (11 Novem ber 18 29-9 Februari 18 30 ) peran g han ya dengan diiringi dua orang punakawannya. Pengikut khusus ini bernama Bantengwareng (gudel banteng) dan Roto (singkatan dari J oyosuroto) dan yan g pertam a digam barkan di dalam babad otobiografi sebagai seoran g an ak ban del (“bajin gan muda”) yang penuh dengan kenakalan dan juga seorang cebol (Carey 20 12:471; Rusche 190 8-190 9, II:149-50 ). Penggambaran mengingatkan kita pada cacat para pelayan Arjuna dan anggota lain Pandawa bersaudara, yang bernam a Sem ar, Gareng, dan Petruk, yang mengikuti para majikan mereka mengembara ke hutan -hutan setelah Yudistira kehilan gan kerajaan Ngastin a karena main dadu lawan Kurawa. Persamaan ini dibuat bahkan lebih jelas lagi dalam babad karya Diponegoro ketika nam anama Semar, Gareng dan Petruk diberikan kepada tiga orang bekel (kepala pemungut pajak tanah di desa) dari daerah sekitar yan g selam a beber apa waktu ber gabun g den gan golon gan pen dukun g Pan geran tersebut. Dipon egoro m en am bah kan bahwa nama-nama tersebut cocok dengan tampang para bekel itu dan m ereka pun sen an g m en erim an ya (Carey 20 12:471; Rusche 190 8-190 9, II:150 ). Dari sem ua n askah yan g dibaca oleh Dipon egoro dan or an g-or an g sekelilin gn ya d i Tegalr ejo, sep er tin ya cer ita Arjunawiwāha-lah yan g m em berikan pen garuh yan g palin g be sar kepadanya. Perbandingan penting dapat dilihat dalam ba gian Babad in i. Adapula h al yan g m en arik bah wa buku Arjunawiwāha itu m er upakan bagian dar i sejum lah kecil n as kah -n askah yan g selam at d ar i m alapetaka pen jar ah an perpustakaan keraton Yogyakarta yan g dilakukan oleh ten t ar a Sep oy-In ggr is p ad a 20 J u n i 18 12. 25 Sekar an g lakon wayang Arjunawiwāha—yang biasanya lebih dikenal dengan judul m odern n ya, M in taraga—dipan dan g oleh m asyarakat J awa se bagai salah satu dari sejum lah kecil lakon m istik dan

17

bacaan-indo.blogspot.com

18

Sisi Lain Diponegoro

sebagai pasan gan un tuk lakon Bim a Suci. Tem a cerita yan g disebutkan belakangan itu adalah pencarian dan upaya Bim a u n tu k m en em u kan air keh id u pan ser ta pen getah u an d ir i kosmik. Sedangkan Arjunawiwāha membahas persiapan yang ditem puh oleh Arjun a, m elalui cara-cara pertapaan , un tuk bisa mendapatkan kekuatan yang tidak dapat dikalahkan agar ia dapat m en guasai dun ia dan berjaya atas sem ua kekuatan jah at (Man gkoen agoro 1933:92-93). Pada m asa yan g lebih dini, m enurut keterangan dan pendapat ahli Sastra J awa, Dr. Pigeaud, cerita Arjunawiwāha itu sangat populer di kalangan pengarang muda J awa pada abad XVIII dan XIX yang “melihat di dalam sanjak-sanjak naskah cerita yang bersangkutan sebuah kiasan yang merujuk kepada sebuah perjuangan yang jauh lebih tinggi di dalam kehidupan m anusia, kem enangan m anusia di dalam menaklukkan kekuatan setan serta penjelmaannya yang terakhir […]” (Pigeaud 1967-1980 , I:181). Ad a kem u n gkin a n , b a ik d i d a la m p a n d a n ga n d a n pen gertian para pen garan g m uda J awa itu, m aupun dalam pengertian asli yang terkandung di dalam naskah cerita tersebut, bahwa segala m acam persiapan yan g ditem puh oleh Arjun a untuk dapat melaksanakan pemerintahan yang benar dan adil di bumi ini, mempunyai koneksi dengan Diponegoro. Ini bisa dilihat dari cara ia menggambarkan dirinya sendiri dalam babad yang ditulisnya. Antara lain, cara ia m engasingkan diri untuk m elakukan pertapaan dan kem udian tam pil kem bali dalam keadaan yang sudah disucikan untuk menjalankan peperangan yang ditugaskan kepadanya. Kelakuan ini sangat mirip dengan cara Arjuna mempersiapkan dirinya untuk mendirikan sebuah pemerintah yang adil-palamarta sebagaimana diceritakan dalam naskah Arjunawiwāha itu. Oleh karen a itulah seluruh bagian din i dari babad otobiogr afin ya sebelu m pecah n ya Per an g J awa (18 25-18 30 ), ker ap kali d item u kan per u ju kan kepad a m asa per tapaan .

Bagian I Ekologi Kebudayaan Jawa

Tujuan pertapaan n ya adalah un tuk m en yucikan diri agar di kemudian hari dapat menjalankan suatu pemerintahan spiritual. Pam an Dipon egoro, Pan geran Man gkubum i (sekitar 178 11850 ), berkomentar dalam babad yang ditulis oleh keponakan, bahwa bahkan sebagai anak m uda, Diponegoro sering sekali m em per lih atkan kegem ar an n ya u n tu k per gi m en gem bar a sendirian di dalam hutan.26 Diponegoro sendiri, secara panjang lebar m enggam barkan kunjungan ke tem pat suci tradisional di daer ah Matar am ser ta wan gsit atau pen am pakan yan g diterimanya dalam peziarahan antara Yogyakarta dan Samudera Selatan (Ricklefs 1974b: Carey 20 12:149-82). Kunjungan yang jarang dilakukannya ke keraton Yogyakarta juga ditekankan di dalam babad yang ditulisnya (Carey 20 12:10 2):

bacaan-indo.blogspot.com

XIV.59. […] dady a aw is sow anèki m ung garebeg puniku kang pesthi ana XIV.59. […] J adi jarang sowan [ke keraton]; hanya untuk [upacara] Grebeg itu yang pasti ada.27 Hadir dalam acara-acara tersebut—yang diselenggarakan tiga kali setahun untuk m erayakan hari lahir Nabi SWT (Mulud), akhir bulan Puasa (Lebaran) dan Idul Adha yang juga merayakan Hari Raya Haji—digam barkan oleh Diponegoro sebagai “dosa besar” barangkali karena Grebeg itu lebih bersifat J awa daripada Islam murni (Carey 20 12:10 2 catatan 65). Di dalam babad yan g lain juga terdapat gam baran tentan g per tapaan yan g ser in g dilakukan n ya, baik di tem pat per istir ah atan n ya sen dir i di sebelah tim ur laut Tegalr ejo, Selorejo (Carey 20 12:10 1-2; KITLV Or 13 [Kedun g Kebo], II.38-41), maupun di Gua Secang yang berada di dalam daerah tanah jabatan atau “dudukan” (lungguh) yang dibuat di bukit

19

bacaan-indo.blogspot.com

20

Sisi Lain Diponegoro

Selarong. Gua ini terletak di areal Bantul di selatan Yogyakarta dan menjadi tanah lungguh Diponegoro pada J uli 1812 waktu ia diangkat sebagai pangeran oleh ayahnya, sultan ketiga (Carey 1981:7-9; 20 12:10 1-2). Tingkah laku yang demikian itu, di dalam pengertian J awa tradisional, disebut dengan istilah “tirakat”, yaitu pen arikan dan pen gasin gan diri dari segala kesibukan dun ia. Cara asketism e in i, m en urut pan dan gan oran g J awa, m enandai seseorang yang m erenungkan atau m erencanakan sesuatu perbuatan yang sungguh besar, seperti menjadi seorang pemberontak (kram an). Dengan cara mengundurkan diri dari dunia—seperti dilakukan Diponegoro—ada kesem patan untuk m em per tan yakan dir in ya sen dir i m en gen ai m otif-m otif di lubuk hati paling dalam serta membersihkan dirinya dari segala macam pamrih atau ambisi terselubung (Winter 190 2:87). Namun, dalam kaitannya dengan Diponegoro sendiri, masa persiapan dan pensucian diri tersebut dilakukan untuk sesuatu tindakan yang jauh lebih luas dan penting dari pada sekadar pemberontakan atau makar. Ini bisa dilihat dalam pertemuan sang Pangeran dengan Ratu Adil di Gunung Rosomuni di lereng Gun un g Kidul pada Mei 18 24. Seperti Arjun a dalam cerita Arjunawiwāha (Poerbatjaraka 1926:252-255), Diponegoro juga m en ggam barkan bagaim an a serin gn ya ia harus m en ghadapi godaan -godaan perem puan (Carey 20 12:138 ). 28 Persam aan demikian itu lebih jauh dijelaskan dalam berbagai bagian tulisan , di m an a ia m en ggam barkan istrin ya sebagai Suprobo, 29 nama istri cantik Arjuna dalam Arjunawiwāha (Poerbatjaraka 1926:269-93). Dalam h al t am p an g, Dip on egor o t id ak bisa d isebu t ganteng seperti Arjuna, pahlawan dalam wayang yang sering dian ggap sim bol kerupawan an m en urut selera J awa kun o (Carey 20 12:138). Sampai seorang Residen Belanda—A.M. Th. de Salis (m enjabat 18 22-18 23)—telah m engisyaratkan badan sang Pangeran sebagai ‘berat’ dan ‘lam ban’.30 Babad Kedung

Bagian I Ekologi Kebudayaan Jawa

Kebo, yan g cukup kritis terh adap Pan geran , juga m em uat sebuah kisah sardonis dari seorang gundik yang seolah sangat kecewa atas gairah Diponegoro di tempat peraduan.31 Semua ini seolah menunjukkan bahwa pemimpin Perang J awa tidak dapat m eniru patokan-patokan standar keras yang telah ditetapkan oleh Arjun a sebagai seoran g kekasih. Tetapi bagaim an apun juga, boleh jadi sang Pangeran punya daya tarik pribadi yang kuat yang membuat dia tampil menawan bagi perempuan dan meningkatkan karismanya. Tem a persiapan spiritual dan penolakan akan kekuasaan dun iawi oleh Dipon egor o sebelum Per an g J awa, m em an g m en im bulkan per sam aan yan g dekat sekali den gan tokoh Arjun a dalam cerita Arjunawiwāha. Pem an ggilan dan pertem u an Dipon egor o d en gan Ratu Ad il d i kem u d ian h ar i, m em pun yai sejum lah per sam aan den gan per tem uan yan g ter jadi an tara Arjun a den gan In dra. Kita bisa m en yaksikan ini dengan cara keduanya dipanggil oleh seseorang tua yang mengenakan pakaian keagamaan, yang kemudian menghilang. In i m em ber ikan kesem patan kepada Ratu Adil dan In dr a un tuk m em perlihatkan diri m ereka. Am an at yan g diterim a oleh Dipon egoro dan Arjun a juga m em perlih atkan sebuah persam aan , karen a m ereka berdua ditam pilkan dari tem pat pertapaan masing-masing untuk menerima surat perintah demi m enjalankan peperangan (Carey 20 12:664-68 ; Rusche 190 8 190 9, I:10 1-2; Poerbatjaraka 1926:257-58).

bacaan-indo.blogspot.com

Sa n g Te la d a n : Su lt a n Ag u n g , Su n a n K a lijo g o , d a n W a li So n g o Tem a Ar ju n a yan g ter d apat d i d alam Babad Dip on egoro itu jelas m em punyai arti yang penting, tetapi ia tetap hanya m erupakan satu dari sekian banyak tem a yang ada. Mungkin paling baik bila tema ini dapat dilihat di dalam hubungannya

21

bacaan-indo.blogspot.com

22

Sisi Lain Diponegoro

den gan tem a lain n ya yan g juga sam a pen tin gn ya di dalam babad tersebut. Dem ikianlah kenapa Diponegoro terlihat selalu m enyadari m akna serta peranan para wali tersebut. Dan mengapa ia selalu mengambil peranan leluhurnya Sultan Agung (bertakhta 1613-1646) sebagai contoh teladan? Relevansi Agung untuk Diponegoro adalah dua: pertama sang Pangeran merasa ada kemiripan dengan keadaan yang sedang dihadapinya; dan kedua ia san gat m en gagum i kedudukan san g raja Mataram sebagai pelindung spiritual J awa. Demikian pulalah, di dalam pengembaraan yang dilakukannya pada masa yang lebih dini— yaitu ziarah ke Samudera Selatan pada musim kemarau 180 5— Diponegoro m enggam barkan bagaim ana ia pada suatu waktu mendapatkan ‘wangsit’ dari Sunan Kalijogo yang meramalkan bahwa kelak ia akan menjadi seorang raja. Tetapi bukan sebagai raja biasa tapi lebih sebagai seorang pengawas spiritual bagi semua penguasa duniawi di J awa.32 Perbedaan in i di kem udian h ari dibuat m en jadi lebih jelas lagi di dalam babad otobiograi ketika Ratu Ageng, ibu tiri Diponegoro, pernah bermimpi melihat Diponegoro sebagai seorang w ali w udhar (wali yang mempunyai jabatan rangkap). Man tan Pen ghulu Yogyakarta, Kiai Rahm an udin (m en jabat 18 12-18 23), seoran g tem an baik Dipon egoro, m en jelaskan kepada Pangeran mengenai makna dari seorang wali yang mempunyai dua jabatan itu. Menurut Penghulu, jabatan rangkap menjadi jelas karena Allah SWT telah memberikan kepadanya kekuasaan un tuk m en jalan kan keben aran dan keadilan di ranah spiritual dan duniawi. Sebagai contoh sejarah, Penghulu mengutip riwayat Sunan Giri, wali besar dari daerah J awa Timur pada akhir abad XVI dan awal abad XVII yang telah mendirikan dinasti pemuka agama yang kondang. Men urut pen egasan Pen ghulu, Sun an Giri serta Sultan Agung telah m em angku dua jabatan serta m erupakan orang-

Bagian I Ekologi Kebudayaan Jawa

orang yang dicintai oleh Allah (Rusche 190 8-190 9, I:10 6-7; LOr 6547b, XX.42-43):

bacaan-indo.blogspot.com

XX.42. […] pan tegesé w ali w udhar kang say ekti inggih w ali ngiras 43. cinepengan adil m ring Hy ang W idhi […] 42. […] J adi tegasnya wali wudhar itu sebenarnya ya wali yang sesungguhnya 43. berpegangan adil kepada Yang Maha Kuasa. […] “J abatan rangkap” ini m enunjuk kedudukan sebagai seorang wali—orang spiritual yang dicintai oleh Allah SWT—dan sebagai orang yang harus menjalankan hukum Islam dengan kekuasaan keduniaan. Karena inilah, Diponegoro mengetengahkan Sultan Agung sebagai “seorang alim seperti saya yang berkelana ke mana-mana” dan “seorang raja yang sungguh-sungguh Islami yan g telah m en egakkan lim a rukun Islam ” (Louw dan De Klerck 18 94-190 9, V:744).33 Di dalam babad otobiografin ya, Diponegoro m enggam barkan bagaim ana keterangan yang diberikan oleh Penghulu itu menyebabkan ia bisa menerangkan secara mendalam makna pertemuannya dengan Ratu Adil yang telah terjadi (19 Mei 1824). Ia juga mulai mengerti bagaimana ia kini telah ditugaskan untuk m em im pin prajurit Ratu Adil di J awa dengan melandaskan kekuasaannya kepada Al Quran (Carey 20 12:667; Rusche 190 8-190 9, I:10 7). Kelih atan n ya seakan -akan Dipon egoro m em an g telah m em persiapkan dirinya, secara spiritual, dan kini harus m enerima kekuasaan sebagai pemimpin agama Islam di J awa serta me laksanakan kekuasaan duniawi. Pemikiran yang demikian itu

23

24

Sisi Lain Diponegoro

nampaknya diungkapkan dalam kata-kata Diponegoro sendiri yang disampaikannya kepada Penghulu Rahmanudin tersebut (LOr 6547b, XX.45-46; Rusche 190 8-190 9, I:10 7):

bacaan-indo.blogspot.com

XX.45. […] Kaki alham dulillah! 46. pan w ong urip punapa dènanti lam un kaki datan angantiy a pakary a kang luw ih abot 45. […] “Alhamdulillah, kakek! 46. Apa gerangan yang orang nantikan dalam hidup ini jika, wahai kakek, bukan tugas yang luar biasa penting?” Sebagaim an a h u bu n gan d en gan p ar a wali, h am p ir d ap at dipastikan bahwa Diponegoro m elihat dirinya sendiri dipilih untuk menjadi salah seorang dari para wali tersebut. Memang tidak lam a kem udian m uncul di dalam ‘im pian’-nya delapan laki-laki yang dipim pin oleh seorang laki-laki yang dipanggil dengan sebutan “Panembahan”. Ini memperingatkan kita atas Panembahan Ageng Giri, yang membacakan sebuah surat yang m en yatakan dan m en etapkan san g Pan geran sebagai Sultan Ngabdulkam it, Erucokro (raja yang adil), Sayidin (pem im pin Agam a), Pan atagam a (pen gatur agam a), Kalifat Rasulullah ing Tanah J awi (Khalifah Rasul Allah SWT untuk tanah J awa) (Carey 20 12:677-79). Pen am pilan d elapan or an g ter sebu t d alam m im pin ya dapat dipersamakan dengan kedelapan orang wali, sedangkan pem un culan m ereka m en un jukkan bah wa Dipon egoro m em andang dirinya sendiri sebagai yang terpilih untuk m enjadi anggota wali yang kesembilan. Ini merupakan jumlah tradisional orang-orang suci yang terdapat dalam agama Islam di J awa yang

bacaan-indo.blogspot.com

Bagian I Ekologi Kebudayaan Jawa

biasanya disebut sebagai ‘Wali Songo’ (kesembilan orang wali).34 Gelar yan g diberikan kepadan ya itu juga m em perlih atkan bahwa Diponegoro memandang dirinya sendiri sebagai seorang pemimpin Islam di J awa dan bahwa semua gelar itu, terkecuali gelar Ngabdulkamid dan Erucokro, telah dipakai oleh raja-raja Yogyakarta dan Surakarta. Hal ini menjadi penyebab gagalnya perundingan perdam aian di Magelang yang diselenggarakan panglima pasukan Belanda, J enderal Hendrik Merkus de Kock (1779-1845), dengan Diponegoro pada 28 Maret 1830 (Carey 20 12:820 -22). Gelar Erucokro, yang menandai seorang “Ratu Adil” atau J uru Selamat orang J awa, mengandung makna yang jauh lebih luas, yaitu bah wa Dipon egoro m em an dan g dirin ya sen diri sebagai seseoran g yan g akan m em en uhi ram alan J oyoboyo. Ram alan in i yan g dibuat m en urut tradisi oleh seoran g raja Kedir i, Pr abu J oyoboyo (ber takh ta 1135-1179), pada abad XII, m engatakan bahwa akan datang seorang pangeran yang akan m enegakkan sebuah pem erintahan yang benar dan adil. Pem erintahan ini akan m engawali suatu zam an em as setelah J awa m elalu i m asa p en u h kebin gu n gan , kekacau an , d an kem erosotan (Wiselius 18 72:18 6-9; Cohen Stuart 18 72:28 588; Brandes 1889:368-430 ). Aspek khusus yang m enyangkut gelar Erucokro akan dibahas lebih mendalam kemudian. Tetapi terkait pribadi Diponegoro ada suatu hal yang m enarik. H al ini seiring dengan tem a yang m enyangkut para wali. Sebuah laporan mengenai ramalan J oyoboyo, menyebutkan bahwa yang dim aksudkan dengan orang yang akan m enjadi Erucokro itu adalah salah seorang ‘keturunan dari para wali’. Keturunan itu akan dibesarkan sebagai seorang pandita-raja. Pada ram alan lainnya pribadi pandita-raja itu digambarkan sebagai seorang w aliy ullah atau utusan khusus Allah SWT (Wiselius 1872:188; Brandes 1889:386-7). Hal ini memang bisa dihubungkan dengan contoh-contoh yang telah diberikan oleh para wali tentang gelar

25

26

Sisi Lain Diponegoro

bacaan-indo.blogspot.com

Erucokro. Tetapi tidak ada satu pun bukti bahwa Diponegoro sendiri sampai memahami hubungan ini. Nam u n , ter d ap at bu kti d i d alam Ba ba d Dip on eg or o bah wa con toh -con toh par a wali m er u pakan sesu atu yan g penting bagi sang Pangeran dan penasihat utam anya selam a Peran g J awa. Dem ikian , perselisihan yan g akhirn ya tim bul di antara Diponegoro dan Kiai Mojo pada 1827, seperti yang dilaporkan di dalam babad otobiograinya, terutama bersumber kep ad a u p aya Mojo u n tu k m en en tan g keku asa an m u tlak Dipon egoro. Daripada kekuasaan absolut seoran g pan ditaraja, Mojo m en gan jurkan un tuk m em bagi pem erin tahan ke dalam kekuasaan (1) ratu (raja), (2) wali (utusan keagamaan), (3) pandita (ahli hukum) serta (4) mukmin (orang-orang yang percaya dan yakin akan kebenaran agam a Allah SWT). Mojo m en yaran kan kepada Dipon egoro agar m em ilih salah satu dari em pat jabatan itu. Ini berarti, jika Diponegoro m em ilih kedudukan ratu, maka Mojo sendiri dapat mengambil gelar wali dan dengan dem ikian m enikm ati kekuasaan keagam aan yang mutlak. Tentu saja Diponegoro menolak pemikiran dem ikian. Men u r u t babad otobiogr afin ya, san g Pan ger an m en u d u h Mojo berkeinginan untuk mendapatkan kekuasaan yang lebih besar daripada dia sen diri. Un tuk m en guatkan pen dapat, ia menarik persamaan antara Mojo dan Sunan Giri, yang menurut Diponegoro, memanfaatkan kekuasaannya atas Sultan Demak pada akhir abad XVI (LOr 6547c, XXX.129-30 ; Rusche 190 8190 9, I:312): XXX.129. [...] ingsun w eruh karepira apan jaluk w isèsa kay a Sunan Giri iku dadi ingsun sira kary a 130 . kay a Sultan Dem ak dhingin

Bagian I Ekologi Kebudayaan Jawa

bacaan-indo.blogspot.com

ingsun dudu m uridira […] 129. […] “Aku tahu maksudmu: kau ingin meminta kekuasaan seperti Sunan Giri itu. J adi kamu memperlakukan saya 130 . seperti Sultan Demak dahulu! Saya bukan muridmu!” […] Di kem udian hari, Dipon egoro berusaha un tuk m en gekan g am bisi Kiai Mojo. Ia m en yaran kan agar san g kiai bersedia u n tu k d ian gkat m en jad i p en gh u lu n ya d en gan m en ggan ti pen ghulu yan g lam a, H aji Im am roji (m en jabat 18 26-18 28 ). Un tuk m en gukuhkan saran , Dipon egoro m en gam bil con toh Sun an Kudus, seoran g wali, yan g m en urut san g Pan geran , telah bertindak sebagai penghulu Sultan Demak dan jauh lebih menurut dalam menjalankan perintah-perintah Sultan Demak daripada Sun an Giri. 35 Kali in i Kiai Mojo m en olak den gan m engatakan bahwa bagaim anapun juga ia tidak berasal dari keluarga para pen ghulu dan ia m en gin gin kan agar ia dapat diakui sebagai seorang Im am Besar (pem im pin dari seluruh masyarakat Islam).36 Tuntutan penuh ambisi ini ditolak mentahmentah oleh Diponegoro, yang menetapkan bahwa bagaimanapun juga perdebatan m engenai garis batas yang tegas antara berbagai m acam fungsi terlalu luas untuk dapat ditarik. Lagi pula Tuhan telah memilih hanya dirinya sendiri untuk menjadi khalifah di tanah J awa, dan hanya dia dijuluk oleh sang Ratu Adil sebagai pem im pin tunggal dalam perang suci (pangirid sabil) yang akan berlangsung antara orang-orang Muslim dan wong kair itu.37

27

bacaan-indo.blogspot.com

28

Sisi Lain Diponegoro

Dalam konlik panjang antara Diponegoro dan Kiai Mojo pada tah un ketiga Per an g J awa, yan g pada akh ir n ya m en yebabkan p en yer ah an Kiai Mojo kep ad a Belan d a p ad a 12 Novem ber 18 28 (Carey 20 12:751-53), dapat dilihat suatu perbedaan pen dapat yan g m en dalam ten tan g siapakah yan g sebenarnya mempunyai kekuasaan keagamaan yang tertinggi. Con toh yan g telah d iber ikan oleh par a wali ser ta ben tu k pemerintahan yang telah pernah mereka jalankan, dipandang san gat pen tin g oleh Dipon egoro. Adalah juga h al m en arik mengenai keluarga Pangeran Serang II (sekitar 1794-1852). Ia adalah salah satu keturunan dari Sunan Kalijogo yang sangat berpen garuh di areal Gun un g Ken den g (gun un g kapur) di Blora dan Grobogan -Wirosari sekaran g. Ia san gat disegan i dan ber h asil m en ar ik ban yak pen gikut un tuk ber juan g di pihak Diponegoro pada awal peperangan (Louw dan De Klerck 18 94-190 9, I:361-63; Carey 198 1:28 4 catatan 20 5; 20 16:30 32). Kedudukan Pan geran Seran g, yan g oleh para pen guasa b a n gsa Bela n d a d ip a n d a n g seb a ga i seor a n g ‘p a n ger a n spiritual yang bebas serta m erdeka’ (onafhankelijk geestelijk Prin s), m un gkin sekali telah digun akan sebagai con toh oleh Diponegoro dan pengikutnya. Setelah Perang J awa, misalnya, adik san g Pan geran , Pan geran Abdul Sam su (Suryon egoro), pernah menuntut agar ia diakui dengan gelar yang sama dengan Pangeran Serang II, tapi Belanda menolak.38 Nam un, Diponegoro m em punyai tujuan yang jauh lebih besar daripada seoran g ‘pan geran spiritual’ itu. Walaupun Pan geran Seran g II m em iliki h am paran tan ah dan sebuah kharism a besar yang terkandung di dalam nam anya, ia sam a sekali tidak m em iliki kekuasaan keagam aan di luar wilayah Gunung Kendeng (gunung kapur). Dalam laporan terperinci ten tan g r en can a per d am aian Dipon egor o pad a Desem ber 18 29, yan g d itu lis oleh p an glim a m ilit er n ya d i Bagelen , Basah Pengalasan (lihat Lam piran 1), tam paknya Diponegoro

bacaan-indo.blogspot.com

Bagian I Ekologi Kebudayaan Jawa

m em pun yai am bisi un tuk m en guasai sebagian tan ah m ilik kerajaan -kerajaan Solo dan Yogya. Ia juga m en un tut bahwa ia diperbolehkan m em erintah sebagai seorang pangeran yang bebas dan merdeka. Pemerintahan daerah pedalaman adalah, dan han ya, un tuk Dipon egoro, den gan sun an dan sultan di bawahnya. Kalau Belanda m asih m au tinggal di J awa sebagai warga swasta, m ereka hanya bisa berniaga sebagai saudagar. Mereka tidak akan diperbolehkan m em pun yai kewen an gan politik atas raja-raja J awa. Apalagi kalau m ereka m au m em pertahan kan agam a Kristen n ya, m ereka diharuskan tin ggal di dua kota (Batavia dan Sem arang) di daerah pesisir (Carey 20 12:78 1). San g pan glim a pern ah m en eran gkan bah wa in i artin ya san g Pan geran akan m en dapatkan kekuasaan un tuk m elakukan cam pur tan gan dalam setiap pem erin tahan raja J awa lainnya yang tidak mematuhi serta menjalankan peraturan agam a Islam secar a ben ar d an tep at (lih at Lam p ir an 1). Tuntutan yang dikemukakannya itu, seandainya dipenuhi, akan m en jadikan Dipon egoro sebagai seoran g pen erus para wali. Bahkan kewenangan yang diberikan akan melebihi kekuasaan yang dimiliki oleh para pemuka agama—seperti raja Giri—pada abad XVI. Mungkin sekali bahwa contoh yang telah diberikan oleh Sultan Agung tepat di sini. Raja besar Mataram itu, yang dapat m engekang kekuasaan para raja Giri serta m enjadi perwaris jubah kebesaran para wali, tetap m erupakan sum ber ilham utam a bagi Dipon egor o. Dem ikian lah per tem uan n ya yan g penting dengan Ratu Adil berlangsung di Gunung Rosom uni, sebuah bukit yang terletak di daerah lereng sebelah barat kaki daerah Gunung Kidul yang m em punyai hubungan tradisional yang erat dengan Sultan Agung (Carey 20 12:671-72).39 Terdapat juga sejum lah bukti bah wa Dipon egoro m asih m em pun yai hubungan erat dengan Tem bayat, daerah pem akam an Sunan Bayat, sebuah tem pat suci yan g m en ikm ati hubun gan akrab

29

30

Sisi Lain Diponegoro

d en gan Su ltan Agu n g pad a m asa akh ir pem er in tah an n ya (1613-1646).40 Oleh karena itu, suatu laporan yang diserahkan kepada Patih Yogyakarta, Dan urejo IV, m en jelan g pecahn ya Perang J awa, menyatakan bahwa Diponegoro berencana pergi ke daerah perbukitan Majasto dekat Tem bayat. Maksudn ya untuk m engibarkan panji-panji pem berontakan dalam bulan Sura (15 Agustus-12 September 1825) dan bahwa ia juga telah mengirim seorang pejabat untuk memanggil semua penduduk dari Tembayat.41 Kelihatannya, ibu Diponegoro sendiri, Raden Ayu Mangkorowati (sekitar 1770 -1852), mungkin juga berasal dari daerah Majasto 42 dan kelak, pada bulan pertam a perang tersebut, seoran g yan g disebut ‘pan dita Arab’, Mas Lurah Majasto, yang mempunyai sebuah pondok (sekolah keagamaan yan g kecil) di Majasto, ber gabu n g den gan Dipon egor o di Selarong (Carey 20 12:738, 941).43 K o n s e p R a t u Ad il d a n Ge la r Er u co k r o d a la m Pa n d a n g a n D ip o n e g o r o

bacaan-indo.blogspot.com

Ada juga kem un gkin an , bahwa aspek Sultan Agun g sebagai

seorang raja arif dan bijaksana (pandita-ratu) dalam sejarah J awa it u lah m em p u n yai m akn a besar bagi Dip on egor o. Mem ang banyak tingkah laku sang Pangeran sebagai seorang pem im pin selam a berlan gsun gn ya Peran g J awa, yan g m en yam ai pan dan gan yan g diidealisir ten tan g seseoran g raja arif dan bijaksan a yan g dim iliki oleh oran g J awa. Di dalam istilah J awa tradisional, raja ideal itu adalah seorang raja yang akan selalu mencari petunjuk dan tuntunan batin dari Tuhan. Ia akan ber m editasi ser ta m er en u n g kein gin an -kein gin an pribadinya kepada Roh Yang Maha Suci. Demikianlah di dalam sebuah penggam baran tentang m editasi yang dilakukan oleh Dipon egoro di Gua Secan g di tan ah pelun gguh di Selaron g sebelum perang, tirakat sang Pangeran digam barkan dengan

bacaan-indo.blogspot.com

Bagian I Ekologi Kebudayaan Jawa

istilah -istilah yan g tepat sam a dalam ver si J oyoboyo dar i Babad Dip on egoro. 44 Petun juk dan tun tun an Tuh an yan g akan terungkap dalam kaw icaksanan (pandangan serta kearifbijaksanaan yang bersifat kosmis) yang diperlihatkan oleh raja yang bersangkutan (Moertono 1968:40 -42). Persis, sebagaim an a sebelum Peran g J awa Dipon egoro mempersiapkan dirinya, sesuai dengan cara-cara yang dilakukan Arjuna untuk menerima perintah dari Yang Maha Suci. Maka dem ikian juga, selam a berlangsungnya perang tersebut, m asa bermeditasi sendirian serta pertapaan dilanjutkan, agar ia tetap mampu menjalankan kaw icaksanan sang Ratu Adil itu. Masa penyendirian ini m erupakan tem a yang secara terus-m enerus muncul kembali dalam kegiatan Pangeran selama berlangsungnya peperangan. Bahkan pada bulan yang pertama dari Perang J awa (Agustus 18 25) sebuah laporan Belan da m en yebutkan bahwa para pen gikut Dipon egoro m em ban gun sebuah tem bok, setinggi badan m anusia, untuk m enutupi sebuah tam an p en gasin gan d ir i d i Selar on g. 45 Dan sekali lagi, sebelu m m elakukan penyerbuan ke Surakarta di m edio Oktober 1826, Diponegoro pun m engundurkan dirinya untuk berm editasi di dekat telaga milik Sunan yang terletak di Pengging.46 Demikian juga ketika istrin ya, Raden Ayu Maduretn o (waktu peran g bergelar Ratu Kedaton) jatuh sakit kritis pada awal November 1827, ia pun berm editasi di sebuah padepokan kecil—tem pat pen gasin gan dir i un tuk ber tapa—yan g ter letak di ten gah ten gah sebuah an ak sun gai Kali Progo dekat Ban yum en en g, Kecam at an Ban yu r ot o, Kabu p a t en Ku lon Pr ogo. Da la m Babadnya, Diponegoro m enggam barkan tem pat pengasingan dir i itu seper ti tem pat per tapaan n ya seor an g pan dita (lir p r a t a p a n in g p a n d hit a ) ser ta m en gem u kakan bagaim an a burun g-burun g perkutut m en em an in ya. 47 Kem udian setelah kekalahan di pertem puran terakhir di Siluk (17 Septem ber 18 29), ketika Diponegoro m enerim a wahyu dari Tuhan yang

31

bacaan-indo.blogspot.com

32

Sisi Lain Diponegoro

menyatakan bahwa segala usahanya akan menjadi sia-sia dan m enem ui kegagalan belaka, m aka ia pun m em utuskan untuk m elakukan pen gem baraan den gan han ya ditem an i beberapa pen gikut. Setelah sergapan m em atikan oleh pasukan gerak cepat ke-11 di bawah komando Mayor Michiels dengan serdadu melacak dari Manado dan Ternate di pegunungan di Gowong (11 November 1829), pengikut sang Pangeran menjadi lebih minim lagi. Selama tiga bulan (11 November 1829– 9 Februari 1830 ), ia hanya diiringi dua orang punakawannya, Roto (J oyosuroto) dan Bantengwareng (sekitar 1810 – 1858). Waktu itu Diponegoro m em utuskan un tuk m en cari serta m en em ukan tan da-tan da lebih lanjut dari Yang Maha Kuasa.48 Gam baran yang ditam pilkan oleh Diponegoro m engenai dirinya dalam babad otobiograinya yang ia tulis adalah gambaran seorang pandita-ratu (raja arif dan bijaksana) J awa yang tradision al. Itu artin ya bahwa ia tetap ikut berperan dalam permasalahan politik dan administrasi sehari-hari, tetapi juga kerap kali m en gasin gkan diri un tuk m en cari tun tun an dan petun juk dari Tuh an . Gam baran tersebut juga m em pun yai ban yak per sam aan den gan gam bar an or an g J awa ten tan g Erucokro. Sang Ratu Adil itu dilihat umum sebagai seorang raja dan pem uka agam a yan g akan m em ban gkitkan rasa horm at dalam hati rakyatnya (Wiselius 1872:187). Konsep Diponegoro, tidak hanya sebagai seorang pertapa, tetapi juga sebagai seorang guru juga muncul dalam babadnya. In i bisa dilih at jelas ketika ia m en didik adik laki-lakin ya yang bernam a Pangeran Ngabdurrahim (pra-18 25, Pangeran Adisuryo, 180 0 -1829) mengenai ilmu tasawuf Islam. Adiknya itu mengemukakan bagaimana ia selalu melihat Diponegoro dalam tiga aspek, yaitu sebagai seoran g ayah (sudarm a), seoran g pendidik (guru), serta seorang raja (ratu).49 Sub-tema lain yang menarik juga dapat kita lihat dalam gambaran yang diberikan oleh Dip on egor o m en gen a i t em p a t -t em p a t b er t a p a n ya .

bacaan-indo.blogspot.com

Bagian I Ekologi Kebudayaan Jawa

Pertama-tama seringnya terdapat air pada tempat tersebut. Ini kemungkinan bersumber kepada kebiasaan orang-orang Hindu di J awa untuk melakukan puja yang diawali dengan pencelupan di suatu danau suci atau kali. Menarik di sini bahwa agam a Hindu di Bali disebutkan ‘agama tirtha’, agama yang didasarkan di atas air sebagai kesucian yan g dipen tin gkan dalam ritual (Hookyaas 1964). Memang di tempat yang dipilih Diponegoro u n tu k m en yen d ir i, ter d apat seju m lah pen in ggalan zam an H in du: seperti telagan ya di Selorejo, tem pat retret pribadi di sebelah tim ur laut Tegalrejo, air terjun di Selarong, telaga milik Sunan di Pengging, serta sungai yang melingkari tempat m editasi di Ban yum en en g (Kulon Progo). 50 Kem udian , pada sem ua tem pat-tem pat yan g pern ah dikun jun gi Dipon egoro terdapat pula binatang: ikan dalam telaganya di Selorejo, kurakura di Pengging, burung perkutut di Banyumeneng, buaya di Kali Cingcingguling (Carey 20 12:10 2 catatan 63). Pada tempat persem bun yian terakhir san g Pan geran di Kabupaten Rem o (Karanganyar), Banyumas, juga ada harimau yang dijumpainya selam a pen gem baraan n ya pada akhir m asa Peran g J awa (11 Novem ber 18 29-9 Februari 18 30 )—salah satu yan g m en jadi pelindungnya dan diberi nam a ‘Tepang’ (Brum und 1854:194; Rusch e 190 8 -190 9 II:238 ). Selam a m asa-m asa pertapaan , ia h an ya ditem an i oleh dua oran g pun akawan n ya. Bah kan Residen Manado menulis, ketika dalam pengasingan sekalipun, san g Pan geran ban yak m en ghabiskan waktu ditem an i oleh kedua bujangnya tersebut yang ketika itu masih remaja, serta beberapa ekor burung kakatua (Louw dan De Klerck 1894-190 9, I:151). Sejum lah binatang yang disebutkan di atas, terutam a burung perkutut dan harim au, m em punyai m akna gaib yang penting.51 Tetapi mereka juga masih dapat mengingat binatangbinatang buas yang senantiasa m enyam paikan salam takzim kepada kesatria muda serta punakawannya dalam cerita-cerita wayang.52

33

bacaan-indo.blogspot.com

34

Sisi Lain Diponegoro

Nam un bisa dikatakan bahwa tem a yang paling penting yan g terdapat di dalam sem ua Babad Dipon egoro tersebut adalah tem a dari sang Erucokro atau Ratu Adil, penyelam at orang J awa. Sulit untuk memastikan dengan tepat bagaimana Dipon egoro m elihat dirin ya m em en uhi peran an itu. H an ya ada sedikit petunjuk langsung mengenai hal ini yang juga tidak disebutkan dalam kata pen gan tar h istoris babadn ya, yaitu m engenai Pangeran Diponegoro yang pertam a—putra Sunan Pakubuwono I (bertakhta 170 4-1719)—yang menggunakan gelar Sultan Erucokro pada era Perang Suksesi J awa Kedua (17191723) (Bran des 18 8 9; Ricklefs 20 0 8 :10 7). Nam un dem ikian , ‘perjum paan’-nya dengan Ratu Adil sebelum m eletus Perang J awa tersebut serta pem akaian gelar Sultan Erucokro, yan g mulai dilakukannya pada tanggal 1 Sura tahun J awa Wawu, A.J . 1753 (15 Agustus 1825), memang memberikan petunjuk bahwa ia sungguh-sungguh m elihat dirinya sendiri sebagai seorang Ratu Adil (Rusche 190 8 -190 9, I:148 -49; Carey 20 12:671-72). Dan memanglah, dalam Babad Keraton Surakarta, yang akan dibahas di akhir bagian in i, terdapat sebuah bagian tulisan yan g san gat m en ar ik yan g m en ggam bar kan Dip on egor o sed an g m elaku kan m u syawar a h d en gan p ar a p en asih a t keagam aannya dan m endapatkan keterangan bahwa m em ang bulan Sura dalam tahun Wawu merupakan tahun yang paling tepat un tuk m em proklam asikan diri sebagai seoran g Ratu Adil. 53 Terdapat pula ban yak laporan , baik yan g dibuat oleh orang Belanda m aupun orang J awa, yang m em astikan bahwa sebelum penyerbuan Belanda ke Tegalrejo, Diponegoro sedang bersiap-siap un tuk m en goordin asikan suatu pem beron takan pada awal bulan Sura, yang merupakan bulan pertama dalam sistem alm anak J awa dan waktu tradisional m unculnya Ratu Adil (Brandes 1889:386). Gam baran sangat indah yang diberikan oleh Diponegoro dalam Babadn ya ten tan g m asa berlim pah ruah di Selaron g

bacaan-indo.blogspot.com

Bagian I Ekologi Kebudayaan Jawa

setelah pecahn ya peran g, juga m em pun yai persam aan erat dengan gambaran tradisional yang diberikan mengenai zaman ini dalam Serat Cabolang.54 Sama menariknya bahwa sebagian pertempuran sengit di sekitar Ketonggo, yang terletak di daerah Madiun , selam a tahun pertam a Peran g J awa, karen a hutan Ketonggo tersebut dipandang sebagai keratonnya Ratu Adil di J awa.55 Sem en tara, tujuan un tuk m en egakkan Islam sebagai agam a yang suci, pengusiran orang-orang yang tidak percaya akan kebenaran Islam (kair) serta pengangkatan seorang raja baru, sebagai seorang Ratu Paneteg Panatagam a (raja yang berdiri tegar dan bertindak tegas sebagai pengatur pelaksanaan hukum agama). Ini terlihat sebagai aspek-aspek yang menonjol dalam pemberontakan yang diluncurkan Diponegoro pada J uliAgustus 1825, dan mengantisipasi harapan-harapan Ratu Adil, yang sangat dipengaruhi oleh Islam , seperti yang ditem ukan dalam buku M alan gy uda yan g dian alisis ah li Islam J awa, G.W.J . Drewes (Drewes 1925: 168-82). Selanjutnya terdapat pula keinginan Diponegoro sendiri, baik yan g diucapkan n ya selam a, m aupun sesudah, peran g. Yan g d iid am kan san g Pan ger an ad alah u n tu k bisa h id u p berdamai dengan tunjangan (pensiun) dan menetap di Mekkah. Ini m enunjukan keinginannya untuk m enunaikan rukun haji kepada opsir Belanda yang mengawali dari Magelang ke Manado pada Maret-J un i 18 30 (Carey 20 12:8 27, 8 40 ). Tetapi juga m un gkin m en un jukkan ten tan g kesadaran Dipon egoro akan kepercayaan yang tum buh belakangan ini bahwa Pralam bang J oyoboyo mengemukakan sebenarnya Ratu Adil itu mempunyai dua buah keraton, satu yang terletak di Pulau J awa (biasanya dikatakan di Ketonggo), sedangkan yang satu lagi di Arabia.56 Kemudian terdapat pula bukti bahwa atas dorongan Sentot Ali Basah (Prawirodirjo) (sekitar 180 8-1855), panglima pasukannya yan g palin g im ajin atif, yan g ber pikir u n tu k m en aklu kkan wilayah-wilayah di In don esia bagian tim ur. Itu akan cocok

35

bacaan-indo.blogspot.com

36

Sisi Lain Diponegoro

lagi dengan apa yang ditemukan dalam Pralambang J oyoboyo, yang menggambarkan raja-raja dari daerah asing datang untuk m en yam paikan horm at dan bakti m ereka kepada Ratu Adil tersebut.57 Yang disebutkan belakangan tadi hanyalah sekadar saransaran belaka. Tetapi pasti Diponegoro menyadari sepenuhnya bah wa bu kan d ialah yan g akan m en jad i p em im p in yan g mampu mengusir orang-orang Belanda dari J awa. Sebaliknya, san g Pan ger an h an ya akan m en jad i p en yebab tim bu ln ya suatu m asa penghancuran yang m enyucikan. Perang suci ini akan berlangsung untuk jangka waktu singkat saja, tapi akan menjadi pendahulu zaman pemerintahan yang benar dan adil (Ricklefs 1974b:246-47). Dalam kata pengantar historis babad otobiograinya, Diponegoro mengisahkan ramalan Sultan Agung. Disam paikan kepada pam an n ya, Pan geran Purboyo, Sultan Agung menyatakan bahwa orang Belanda akan memerintah di J awa selama 30 0 tahun setelah Sultan Agung wafat, yakni sejak 1646. Salah satu keturunan Sultan Agung akan m em berontak ter hadap Belanda, namun akan kalah.58 Keturunan yang dilihat oleh Sultan Agung itu, di kemudian hari dibuat jelas ketika kakek buyut Diponegoro, Sultan Hamengkubuwono I (bertakhta 17491792), m elihat Diponegoro sebagai seorang bayi m erah yang digendong ibunda ke kediaman pribadi (Proboy ekso) sultan di bagian inti keraton (kadaton). Setelah diperiksa dengan cermat si calon pemimpin Perang J awa, ia mengutarakan bahwa bayi itu kelak akan menjadi lebih hebat dari dirinya sendiri di dalam memerangi penjajah Belanda waktu Perang Giyanti (1746-1755), tetapi bagaimana hasilnya, hanya Tuhan sajalah yang tahu.59 Da la m s e b u a h ve r s i P r a la m b a n g J o yo b o yo ya n g d ican tu m kan d alam Ser a t Ca bola n g (18 15), yan g d itu lis sebelu m p ecah n ya Per an g J awa d i Ker at on Kasu n an an , d igam bar kan bah wa p em er in t ah an Er u cokr o akan kalah ter h adap pem er in tah an r aja asin g yan g datan g dar i N usa

bacaan-indo.blogspot.com

Bagian I Ekologi Kebudayaan Jawa

Srenggi (Eropa) dan hanyalah setelah m elalui m asa panjang yan g pen uh den gan kebin gun gan dan kekacauan , bar ulah J awa akan mendapatkan kemerdekaannya dengan munculnya seorang keturunan Erucokro dari Turki (Rum) (Serat Cabolang IV:1813-15).60 Sulit sekali untuk dapat menentukan dengan tepat di mana Diponegoro melihat kedudukan dirinya sendiri dalam siklus yang digambarkan dalam pralambang ini. Tetapi dengan kemenangan mutlak Belanda dalam Perang J awa, tahun 1830 bisa dipan dan g sebagai saat di m an a kekuasaan pem erin tah Belanda kolonial di J awa menjadi efektif. Tem a m en gen ai Dipon egoro sebagai saran a un tuk m en im bulkan zam an pen gh an curan ditem ukan dalam ben tuk p en glih atan d an m im p i yan g d icer iter akan d alam babad ot obiogr afin ya: p er t am a sebelu m t er jad in ya p en yer bu an Inggris terhadap keraton Yogyakarta pada 20 J uni 1812, dan kedua sebelum meletusnya Perang J awa. Demikianlah, waktu Diponegoro membuat ziarah ke samudera selatan sekitar musim kem arau 18 0 5, ia m en erim a wan gsit dari Sun an Kalijogo di Parangkusumo: “awal keruntuhan tanah J awa” (w iw it bubrah tanah Jaw a) diramalkan akan mulai dalam jangka waktu tiga tahun (Carey 20 12:174). Tepat 5 J anuari 18 0 8 , sang pelopor perusak, Marsekal Daendels tiba di Batavia untuk m ulai tiga seten gah tahun sebagai gubern ur jen deral (18 0 8 -18 11) yan g akan jungkir-balik tatanan lam a J awa dan m endobrak sistem adm in istrasi VOC yan g korup (Carey 20 12:18 3). Walaupun m aksudnya tidak begitu jelas, tetapi tam paknya wangsit sang Wali Songo memberikan petunjuk bahwa Diponegoro-lah yang akan m en jadi ‘saran a’ un tuk terjadin ya pen ghan curan yan g dimaksudkan (Ricklefs 1974b:246-7). Dalam ken yataan n ya Dipon egoro m em ain kan peran an yan g san gat pen tin g d alam m en yelam atkan ayah n ya d ar i per sekon gkolan jah at kakekn ya, Su ltan Ked u a. Dan pad a a kh ir n ya a ya h n ya b er h a sil m en d u d u ki t a kh t a ker a t on

37

bacaan-indo.blogspot.com

38

Sisi Lain Diponegoro

Yogyakar t a sebagai Su lt an H am en gku bu won o III (18 121814) setelah penaklukan keraton oleh tentara Sepoy-Inggris. Pada fase kedua penghancuran tersebut, yaitu Perang J awa, p er an an yan g h ar u s d im ain kan Dip on egor o d ibu at lebih jelas dengan wahyu sang Ratu Adil. Pangeran dipanggil serta diberikan perintah untuk memimpin pasukannya dalam perang den gan lan dasan wewen an g yan g diberikan oleh Al Quran . Pem binasaan yang dilakukan dengan m otif keagam aan yang kuat akan selalu terlihat dengan Diponegoro sebagai penggerak utamanya, sehingga ia mengacu kepada dirinya sendiri sebagai sang m urtining y uda (roh atau jiwanya perang), sebelum ia mulai memakai gelar Sultan Erucokro di Selarong.61 Lautan api (sam odra m urub) serta bunyi yang menggelegar yang mengikuti p er in tah Ratu Ad il, m en gin gatkan or an g akan p er ist iwa m eletusnya Gunung Merapi pada 28 -29 Desem ber 18 22 dan lebih jauh lagi menegaskan akan datangnya kehancuran di tanah J awa.62 Nanti, dalam mimpi Ratu Ageng mengenai Diponegoro sebagai w ali w udhar, suara yang didengarnya mengatakan, tiga kali, bahwa kalau menantu perempuannya, yang bernama Ratu Kencono itu, tidak kawin dengan Diponegoro, maka tanah J awa akan dibinasakan.63 Men u r u t la p or a n Bela n d a , Dip on egor o ke lih a t a n n ya m em an g m em p u n yai r en can a u n t u k m em u lai p em berontakannya pada tahun 1825, dengan meluncurkan serangan destruktif terhadap Yogyakarta, yang sebelum nya telah dicela dengan keras dalam babadnya, atas kegagalan penduduknya u n t u k m ela ksa n a ka n a ja r a n a ga m a Isla m seb a ga im a n a m estin ya. 64 Di kem udian h ari, selam a berlan gsun gn ya peperangan tersebut, terutam a sekali atas dorongan Kiai Mojo, seran gan serupa dilun curkan di Surakarta pada 15 Oktober 18 26 dan kedua buah kerajaan itu akan dipoton g sebagian , sesuai den gan apa yan g dican tum kan di dalam persetujuan p er d a m a ia n , seb a ga im a n a ya n g d ia ju ka n d a la m su r a t

Bagian I Ekologi Kebudayaan Jawa

Pen galasan tersebut (Rusche 190 8 -190 9, I:156-67; dan lihat Lampiran 1). Seandainya ia berhasil, maka ia akan memerintah J awa sebagai seor an g R a tu Pa n eteg Pa n a ta g a m a , tetapi oleh karena tujuan Diponegoro itu tidak diizinkan oleh pihak Belanda, sebagai gantinya ia meminta izin untuk diperkenankan m en gu n d u r ka n d ir in ya ke Mekka h , seb a ga i m a n a ya n g dilaksanakan oleh seorang Erucokro.

bacaan-indo.blogspot.com

Pe r a n Is la m d a n Su a t u K e s im p u la n Demikianlah, secara singkat penggambaran tema-tema utama yang terdapat di dalam babad karya Diponegoro, yang mungkin d ap at m em ber ikan p en ger t ian yan g ber m an faat t en t an g bagaimana ia sendiri melihat dirinya serta peristiwa-peristiwa di m an a ia ikut am bil peran . Perm asalah an legitim asi dan pam rih senantiasa m erupakan pertim bangan sentral baginya. Ini dengan terang bisa dilihat ketika ia m enulis babadnya di Manado antara Mei 1831 dan Februari 1832 waktu ia berusaha untuk mencari pembenaran pemberontakan yang dilakukannya dalam pandangan dan pengertian kebudayaan dan kosmis J awa yang tradisional. Tentu saja perbuatannya sam a sekali tidak m enyangkal pengaruh Islam yang begitu penting. Ini dengan mudah dapat dilihat di dalam perjalanan hidup Pangeran serta babad n ya. Dem ikian lah m isaln ya, m asa kan ak-kan ak d an rem aja Diponegoro yang tam paknya ham pir dapat dipastikan m erupa kan sesuatu yang unik di kalangan kaum bangsawan Yogyakarta pada m asa itu. Ia hidup tin ggal jauh dari istan a dan ban yak bergaul den gan m asyarakat agam a dari pon dok pesan tren . Sejak kecil ia m en jalan i hubun gan den gan para kiai serta guru agama Islam di daerah sekitar kediamannya di Tegalrejo,65 term asuk guru ageng, Kiai Taptojani dari Mlangi (lihat Bagian II). Ia juga banyak membaca kesusastraan Islam dan baik ia sendiri, maupun keluarganya terkenal karena tingkat

39

bacaan-indo.blogspot.com

40

Sisi Lain Diponegoro

peradaban mereka yang tinggi.66 Tidak ada keraguan bahwa ia tekun dan tulus dalam melakukan pengkajian dan melaksanakan kewajiban keagam aan n ya, sam pai-sam pai ia dihin akan oleh orang sezaman itu, salah satunya kaum bangsawan Yogyakarta, atas sikapn ya yan g terlalu ‘m en yan tri’. 67 Sejauh m an a yan g menyangkut Babad Diponegoro ini, baik pertemuannya dengan Ratu Adil (19 Mei 1824), maupun dengan kedelapan orang wali (16 Mei 1825) itu merupakan kejadian yang penting. Peristiwa itu berlangsung dalam bulan Puasa, tepatnya pada malam lailatulqadar, yaitu pada malam yang menurut umat Islam, di mana diturunkannya Al Quran kepada Muham m ad SAW (J uynboll 1930 :10 7).68 Gam baran Ratu Adil yang dikem ukakannya juga den gan kuat m en gin gatkan kita kepada tokoh Muh am m ad SAW, oleh karena dalam penggambaran di babadnya tersebut, Dipon egor o m en gen akan ser ban h ijau d an ju bah pu tih . 69 Diponegoro sendiri tampaknya hampir selalu memakai busana yang serupa, selam a berlangsungnya serangan Belanda pada Tegalrejo. Ada pula bukti bahwa sejumlah orang Arab—antara lain keluarga saudagar Syeh Ahm ad al-Ansari dari J eddah— merupakan bagian dari para pengikutnya yang terdekat, selain guru agama Islam J awa yang telah selesai menunaikan ibadah Haji ke Mekkah.70 Bahkan n egeri Turki pun m erupakan sum ber in spirasi bagi Diponegoro. Pasukan pengawal pribadinya dan resim en elit m em akai nam a Turki Ottom an seperti Arkio, Bulkio, dan Turkio. Nama-nama ini pernah dipakai oleh resimen J anissary dari Circassia (daerah Tcherkesses di bagian barat Pegunungan Kaukasus) yan g m erupakan pasukan pen gawal pribadi para Sultan Turki (Carey 20 12:176-77). Lagi-lagi praktek administratif Turki di Mekkah dikutip dalam diskusi di kalangan penasihat keagamaan Diponegoro.71 J auh sebelumnya, dalam sejarah J awa Tengah tidak per nah ditemukan atau tercatat bahwa terdapat begitu banyak ma salah

Bagian I Ekologi Kebudayaan Jawa

bacaan-indo.blogspot.com

dari dun ia Islam yan g m en ghiasi kejadian -kejadian . Meskipun dem ikian, paling tidak m enurut babad yang disusunnya itu, dasar w eltan schaun g—pan dan gan h idup—Dipon egor o tam paknya m asih saja tetap banyak dipengaruhi oleh tradisi Hindu J awa, seperti yang ditem ukan di lingkungan istana di J awa bagian ten gah-selatan . Maka dari itu, kon sep-kon sep tirakat J awa yang bersifat tradisional banyak m em pengaruhi masa persiapan juga masa latihan Diponegoro sebagai seorang santri. Hal ini selaras dengan yang diperlihatkan Arjuna dalam Arjunawiwāha.72 Konsepsi Diponegoro mengenai perang sabil (peran g suci) m un gkin sekali sam a ban yakn ya dipen garuhi oleh h ar ap an -h ar ap an tr ad ision al m asyar akat J awa yan g tercurah dalam konsep Ratu Adil, ataupun ajaran-ajaran yang diperolehnya dari Al Quran. Rupanya pandangan dirinya sebagai Ratu Paneteg Panatagama banyak terinspirasi dari peraturanperaturan yan g dijalan kan oleh para wali di J awa serta leluhurnya, Sultan Agung. Mungkin contoh simbolis yang paling baik dari sem ua sikap dan tin gkah laku Dipon egoro adalah pen gun duran dirin ya ke Selorejo, di m an a ia m en gerjakan shalatnya setiap hari, menghadap ke Mekkah, di atas enam buah yoni yang besar yang berasal dari zaman Hindu-Buddha di J awa (lihat catatan akhir 50 ). Akar sikap dan aspirasi Diponegoro, pada hakikatnya, dengan kukuh menghunjam pada masa silam masyarakat J awa.

41

bacaan-indo.blogspot.com

Lukisan khayali berwarna yang menggambarkan Pangeran Diponegoro di Benteng Rotterdam sedang membaca sebuah teks tentang ilmu mistik Islam (tasawuf) didampingi istri yang sah, Raden Ayu Retnoningsih, dan seorang putra—disebut Pangeran “Ali Basah”—yang sedang melihat punakawan, Bantengwareng, atau bayangan sebuah makhluk halus. Foto dari Leiden Codex Orientalis 7398, koleksi Snouck Hurgronje, seizin Universiteitsbibliotheek Leiden.

bacaan-indo.blogspot.com

bacaan-indo.blogspot.com

Babad Kedung Kebo

BAHASAN pokok Babad Kedung Kebo yang ditulis awal 1840 an oleh Cokron egoro dan Basah Pen galasan jauh berbeda dari isi otobiograi Pangeran Diponegoro. Babad ini bukanlah su atu u paya u n tu k m elegitim asikan kepu tu san ber per an g suci melawan ‘kair’ Belanda, melainkan untuk membenarkan tin d akan Cokr on egor o yan g ber gabu n g d i p ih ak Belan d a melawan pasukan Diponegoro. Di bagian awal Babad, gambaran san g Pan ger an d ap at d ikat akan m asih p osit if: ket aat an agam an ya d ikagu m i, walau p u n ket er libat an m asyar akat agama dalam peristiwa politik dikritik keras.73 Namun, sejauh m an a p an d an gan Cokr on egor o sen d ir i tid ak cu ku p jelas diun gkapkan dalam tulisan awal in i. Mem an g ada dikotom i dalam sikap penulis Babad Kedung Kebo terhadap Diponegoro. Ini memperkuat teori bahwa Babad ini merupakan karya dua orang, sang bupati perdana Purworejo dan panglima Pangeran di Bagelen tim ur, Basah Pengalasan. Mungkin yang terakhir ber kon tr ibu si palin g ban yak pad a bagian per tam a, yakn i mengenai riwayat Pangeran sebelum Perang J awa. Sementara itu, Cokron egoro m en gilham i tulisan bagian kem udian yan g

bacaan-indo.blogspot.com

Bagian I Ekologi Kebudayaan Jawa

berkisah tentang hulptroepen Surakarta dan pertem puran di Bagelen (lihat Bagian II). Nam un, terdapat sebuah tradisi lisan J awa—suatu cerita yang turun-tem urun—yang m enyebutkan bahwa Diponegoro m a u pu n Cokr on egor o, belajar tasawu f dan ajar an tar ekat Shattariyah kepada guru agam a yang sam a sebelum m eletusnya Perang J awa. J adi ada kisah mengiris hati yang terselubung dalam sejarah ini. Kisah ini menyangkut dua murid tasawuf yang brilian yang dua-duanya pernah berguru kepada kiai sui yang terkondang di J awa bagian tengah-selatan, Kiai Taptojani dari Mlangi. Nam un ternyata lakon hidup m ereka sangat berbeda sehin gga pada akhirn ya m en jadi m usuh be buyutan sewaktu Perang J awa.74 Cokronegoro, pada hakikatnya, m em andang peperangan tersebut sebagai adu kesektèn (kesaktian)—pertandingan kekuatan spiritual—antara dirinya dan Pangeran Diponegoro. Ini bisa dimengerti: di J awa belajar bersama pada guru kebatinan atau ilm u tasawuf yang sam a kerap kali m enim bulkan ikatan spiritual dan personal yang luar biasa kuat serta men dalam, baik antara guru dan murid, maupun di antara murid-murid mereka sendiri. Den gan dem ikian , tradisi lisan in i dapat m en jadi kun ci pen tin g un tuk m em aham i pem ikiran Cokron egoro terhadap Diponegoro dalam Babad Kedung Kebo. Pencapaian spiritual Dipon egoro m em an g besar. Nam un bagi Cokron egoro, kegagalan akhirn ya harus diderita san g Pan geran . Keputusan bu p ati p er d an a Pu r wor ejo itu u n tu k ber p er an g m elawan Dipon egoro digam barkan sebagai hasil pem aham an n ya atas ke lem ah an m en dasar Dipon egoro sebagai paduan karakter m en tal dan spiritualnya. Dalam babad, sikap ini diterangkan dalam konteks pandangan budaya J awa yang tradisional dan pe mahaman kosmis. Ada tiga buah tema utama yang ditemukan d a la m Ba b a d Cokr on egor o: (1) p en gga m b a r a n seb elu m

45

bacaan-indo.blogspot.com

46

Sisi Lain Diponegoro

m eletusn ya Per an g J awa, dan tan da ser ta keajaiban yan g diterima oleh Diponegoro dan penasihat spiritualnya; (2) setelah meletusnya perang, ada isu dari pembicaraan rakyat mengenai ramalan J oyoboyo dalam kaitannya dengan masalah kedatangan Ratu Adil; dan (3) pada bagian akhir Babad ada gam baran wayang yang digunakan untuk mengukuhkan pandangan kritis tersebut terhadap pribadi pemimpin Perang J awa. Wahyu serta keajaiban yang diterima Diponegoro sebelum perang m erupakan bahan analisis yang cukup rinci di bagian perm ulaan babad.75 Misaln ya, ditem ukan bahwa pada 18 23, Diponegoro m erasa gelisah akibat keadaan politik di keraton Yogyakarta yan g sem akin buruk setelah m un culn ya faksi di keraton yang merebut kekuasaan waktu Sri Sultan (Hamengku Buwon o V) m asih balita. Agar Pan geran bisa m en dapatkan gambaran lebih jelas mengenai masa depan, ia pun mengirimkan para pen asih atn ya m elakukan berbagai perjalan an m en uju tempat-tempat suci yang berada di J awa bagian tengah-selatan. Per t am a-t am a ia m en gir im kan p en asih at agam an ya, Kiai J oyom ustopo, ke Im ogiri dengan perintah untuk m engadakan sem adi dan penebusan dosa di tem pat Sultan Agung dikuburkan . Pen gharapan Dipon egoro adalah ia akan m en dapatkan sebuah tanda yang bisa menjelaskan apa yang akan terjadi. J oyom ustopo bersem adi sepanjang m alam pada kaki kuburan Sultan Agung ditem ani oleh juru kunci utam a, Kiai Balad. Di tempat itulah ia terus-menerus memohon untuk mendapatkan sebuah petun juk. Pada pagi berikutn ya ia m elihat sebuah bercak merah, sebesar pinggan pada kelambu yang men yelubun gi kuburan tersebut. Ia bertan ya kepada san g juru kun ci itu m en gen ai m akn a yan g terkan dun g di dalam tan da tersebut. Kiai Balad menjawab bahwa Tuhan telah menentukan bahwa di J awa akan ada peperangan hebat dan banyak pertumpahan darah. Kemudian J oyomustopo kembali ke Tegalrejo un tuk m elaporkan kepada Dipon egoro m en gen ai apa yan g

bacaan-indo.blogspot.com

Bagian I Ekologi Kebudayaan Jawa

dilihat serta apa yang diutarakan kepadanya oleh juru kunci itu. Babad Kedung Kebo m engungkapkan bahwa Diponegoro m em aham i betul im plikasi dari apa yan g baru diden garn ya. Tanda awal ini, sebagaim ana disajikan dalam buku kecil ini, sun gguh m en arik perh atian . In i karen a ia m elen gkapi dua buah tema utama dalam Babad Diponegoro: yaitu menyangkut hubungan Pangeran dengan Sultan Agung, serta kehancuran peperangan yang akan disebabkan perang sabil yang dipimpin Diponegoro. Selanjutnya Diponegoro juga m engirim kan J oyom ustopo dalam tugas lebih luas lagi; kali in i ia didam pin gi oleh tiga orang lain, yaitu Kiai J anodin, anak laki-lakinya yang bernama Abukasan, serta Kiai Mopid, seorang ulama dari Guyangan di Kecam atan Loano di Purworejo. Tujuan dari m isi ini adalah u n tu k m en em u kan kem ban g Wijoyoku su m o, yan g kon on tumbuh di Pulau Nusakambangan yang terletak berseberangan den gan kota pelabuh an Cilacap. Kem ban g Wijoyokusum o, bun ga kem en an gan , m en urut tradisi, adalah kem ban g yan g akan dicari oleh setiap oran g yan g m en un tut m ahkota dari suatu kerajaan di J awa. Kalau kem bang tersebut tidak dapat ditemukan, dapat ditafsirkan bahwa penuntut tidak mempunyai tuntutan yang sah atas mahkota kerajaan yang diincar (Roorda 1860 :171, catatan dari C.F. Winter Sr). Diponegoro memberikan perintah kepada para utusannya itu: kalau m ereka tidak berhasil m enem ukan bunga tersebut, m ereka harus kem bali ke arah utara m elalui Bagelen, Ledok, dan Kedu serta mengunjungi sejumlah tempat suci sepanjang perjalanan untuk mendapatkan tanda-tanda. Maka berangkatlah J oyom u st op o d en gan t em an -t em an n ya m en u ju Cilacap . Tetapi sesam pai di sana barulah m ereka m engetahui bahwa perjalan an den gan m en ggun akan kapal ke Nusakam ban gan ongkosnya terlalu mahal. Oleh karena itu, mereka memutuskan untuk melakukan penyeberangan yang lebih pendek ke Masjid

47

bacaan-indo.blogspot.com

48

Sisi Lain Diponegoro

Watu, sebuah m asjid yan g dipahat dalam sebuah gua batu yang terletak di bagian ujung timur pulau itu. Mereka tinggal selama beberapa hari di Masjid Watu; terus berdoa, memohon dilimpahkannya kemakmuran untuk Mataram dan Diponegoro pada khususnya. Suatu malam, Kiai J anodin bermimpi melihat Dipon egoro m e n aiki seekor sapi Gum aran g. Sapi tersebut terlihat se besar sebuah bukit dan kakinya terjerat oleh tum buhan menjalar balaran, tetapi sapi itu akhirnya berhasil melepaskan badannya serta kemudian melarikan diri dengan tetap m em bawa Pangeran Diponegoro di atas punggungnya. Tidak ada keteran gan m en gen ai m im pi in i dalam Babad Kedun g Kebo, tetapi m im pi in i m un gkin m elam ban gkan kekuatan destruktif yang akan dikobarkan Diponegoro di J awa.76 Fakta bah wa p ar a u t u san t er sebu t t id ak ber h asil m en em u kan kembang Wijoyokusumo, memberikan petunjuk bahwa tuntutan Dipon egoro atas m ah kota kerajaan tidak akan berhasil. H al yang dem ikian ini diperkuat pula oleh tanda-tanda lain yang didapatkan oleh pe nasihat agamis Pangeran selama perjalanan pulang. Di Pekiringan dekat Gombong misalnya,77 ketika mereka berm alam di tem pat pekuburan Wali Prakosa, an gin telah m erobek serta m en erban gkan kelam bu yan g m en yelubun gi kuburan itu. Peristiwa yang sama telah terjadi di Cahyono 78 di Banyumas, ketika kelambu yang mengelilingi tempat pekuburan Syeh J ambu Karang telah hilang pada malam harinya. Ketika J oyom ustopo dan Kiai Mopid m eren un gkan ten tang sem ua tanda-tanda yang telah m ereka saksikan, m ereka menyadari bahwa pada akhirnya semuanya menunjuk kepada kehancuran yang akan menimpa Mataram.79 Tanda-tanda yang sam a juga terdapat di Gun un g Lawet pada m alam terakhir sebelu m m er eka akh ir n ya kem bali ke Tegalr ejo. Sesu atu yang m irip terjadi waktu m ereka berada di Masjid Kuweron di Kedu: Ki Ageng Selo, seorang tokoh dalam m itologi J awa yang m eringus petir dan yang juga dihorm ati sebagai leluhur

bacaan-indo.blogspot.com

Bagian I Ekologi Kebudayaan Jawa

tokoh pen diri Mataram , Kiai Agen g Pem an ah an (Rouffaer 190 5:598 ; Carey 20 12:30 9), telah m uncul dalam m im pi Kiai Mopid. Ia meramalkan bahwa Diponegoro akan memerintah di J awa serta menjalankan hukum Islam (ngrata agam a sarak). Tetapi kalau ia sam pai terjerum us ke dalam sikap sem brono, angkuh, dan sombong, maka rahmat dan petunjuk Tuhan pastilah akan m enghilang.80 Rom bongan itu kem udian kem bali ke Tegalrejo dan menyampaikan tanda yang mereka lihat kepada Diponegoro, yang juga baru m enerim a pesan serupa dari Ki Ageng Selo, yang m em peringatkan tentang bahaya yang akan ditimbulkan oleh sifat pongah (takabur).81 Dem ikian lah secar a sin gkat tan da-tan da, m aupun keajaiban , yan g dikatakan telah diterim a Dipon egoro sebelum m e let u sn ya Per an g J awa. Mem an g Cokr on egor o ban yak m en gun gkapkan sikap pribadin ya terhadap Pan geran Dipon egoro dalam Babad. Ram alan yan g palin g pen tin g adalah ramalan Ki Ageng Selo. Berdasarkan hal ini Cokronegoro memperm asalah kan sifat pam rih Pan geran . Men urut pen dapat Cokronegoro, kegagalan Diponegoro dapat dikaitkan dengan m otif un tuk m elakukan pem beron takan yan g tidak m urn i. Motif ini dipengaruhi oleh kepentingan serta am bisi pribadi. Kemudian, ketika ia melukiskan Pangeran di markas pertama di Selarong (21 J uli-5 Oktober 1825), secara eksplisit Cokronegoro mengemukakan bahwa Diponegoro terpengaruh oleh sifat kesombongan (kagepok takabur). Menurut sang bupati perdana Purworejo itu, Pan geran telah m elupakan perin gatan yan g telah diberikan oleh Tuhan sebelum pecahnya perang. Dengan de m ikian ia m engeluarkan m urka Tuhan sebagai akibat dari perbuatannya. Di samping itu ia juga disesatkan oleh Kiai Mojo. Penasihat agam a utam a itu m endesak Pangeran untuk m em proklam asikan dirinya sendiri sebagai sultan pada saat yang sama sekali tidak cocok.82

49

bacaan-indo.blogspot.com

50

Sisi Lain Diponegoro

Dalam sikap yan g diperlihatkan Cokron egoro terhadap Diponegoro, kita dapat m enem ukan sikap sesam a m urid kebatinan dan ajaran Sui Islam (tasawuf) yang amat mengagumi kesektèn (kesaktian ). Tetapi, san g bupati tetap m en gaitkan kegagalan Dipon egoro den gan ketidakm am puan n ya un tuk m en gen dalikan sifat pam rih n ya. Kelem ah an fatal dari kepribadian spiritual Diponegoro ini dipertegas dalam gam baran wayang yang digunakan pada tulisan akhir Babad: di sini Pangeran disamakan dengan Prabu Suyudana, pemimpin kaum Kurawa, yan g som bon g dan tergoda pam rih . Men yaksikan per bed aan tr adisi dan keper cayaan ber an eka r agam yan g dikutip Cokron egoro dalam pen ggam baran ten tan g tan datanda dan keajaiban yang telah diterima Diponegoro menarik bagi sejarawan. Apalagi ada perbedaan persepsi spasial yang mencolok: sementara Diponegoro dalam babad otobiograinya hanya bisa m engunjungi tem pat suci yang berkaitan dengan dunia spiritual daerah Mataram saja, Cokronegoro telah mengam bil con toh -con toh n ya dari daerah kediam an n ya sen diri, yaitu Bagelen , ser ta tr adisi Su r akar ta d an ar eal Pajan g. 8 3 Mungkin pula dalam sikap yang diperlihatkan Cokronegoro, kita bisa m elihat sesuatu yang m encerm inkan tradisi keraton Surakarta dan sifat antipati seorang pejabat rendahan, seperti Cokronegoro sendiri, yang telah menjabat sebagai mantri uluulu di Am pel (Boyolali) sebelum peran g (Bagian II), kepada seorang bangsawan terkemuka seperti Diponegoro, putra sulung sultan dan anggota inti keluarga kerajaan walaupun dibesarkan di lingkup pedesaan (Tegalrejo). Dengan cara yang sama, sebagaimana ia menolak tuntutan Diponegoro atas kebangsawanannya, Cokronegoro juga menolak p en d ap at bah wa Pan ger an t er sebu t m em en u h i r am alan J oyoboyo ten tan g kedatan gan san g Ratu Adil. Dalam Babad ia m enggam barkan bagaim ana kebanyakan m asyarakat J awa, yang mengikuti pemberontakan yang diluncurkan Diponegoro,

bacaan-indo.blogspot.com

Bagian I Ekologi Kebudayaan Jawa

yakin sepenuhnya bahwa ia m em ang benar-benar m em enuhi ram alan dari raja Kediri abad XII itu ten tan g Ratu Adil, di mana ia ditakdirkan mengusir bangsa Belanda dari tanah J awa. Tetapi Cokronegoro menyatakan bahwa sesungguhnya mereka tidak menyadari bahwa waktu yang dimaksudkan belum tiba. Menurut bupati perdana Purworejo itu tidak seorang pun rakyat jelata yang mendukung sang Pangeran memahami benar makna dari ramalan.84 Di kemudian hari, ketika Diponegoro berada di J elegong, yang terletak tepat di sebelah tim ur Kali Progo dan m enjadi m ar kas m an tr i ‘tu wa bu r u ’ yan g d itu gaskan ker aton m en an gkap m acan un tuk pertarun gan den gan ban ten g (Carey 198 1:262 catatan 112), Cokronegoro m elukiskan penderitaan yang dialam i Diponegoro. Ia digam barkan m em ohon kepada Yang Maha Kuasa agar diberikan sesuatu petunjuk, tetapi tidak sebuah tanda pun yang muncul. Kemudian, kata Cokronegoro, disadarinya sepenuhnya peringatan yang dikemuka kan dalam ram alan J oyoboyo m en gen ai kesulitan yan g akan dihadapi ketika m elawan Belan da. 8 5 Setelah kekalah an m utlak yan g diderita pasukan Pangeran di Gawok, sebelah barat Surakarta, 15 Oktober 1826, barulah benar-benar disadari oleh Diponegoro bahwa perjuangannya itu akan gagal.86 Bahkan yang lebih penting artinya dari pem bahasan m engenai tanda serta ramalan yang dikemukakan J oyoboyo adalah gam baran wayan g yan g digun akan pada bagian akhir cerita Babad. Makna penting perlambangan wayang yang digunakan terlihat jelas dari sam pul kulit kedua naskah Babad Kedung Kebo ter tu a yan g ter sim pan d i Per pu stakaan Un iver sitas Leiden (LOr 2163) dan Perpustakaan Athen aeum (sekaran g Perpustakaan Kota) di Deventer, Belanda. Gambar wayang telah digun akan sebagai hiasan pada sam pul m uka dan belakan g kedua naskah ini. Pada sisi kanan sam pul m uka naskah yang d im iliki Leid en , ter d ap at gam bar Bim a m em egan g gad a,

51

bacaan-indo.blogspot.com

52

Sisi Lain Diponegoro

sementara di sisi kirinya terdapat gambar Pandita (Resi) Durna, dan pada sampul belakangnya terdapat gambar Suyudana dan Baladewa (hlm . 10 9). Dem ikian pula haln ya den gan n askah Babad Kedun g Kebo yan g kin i terdapat di Deven ter: pada sampul depan ter lihat gambar Bima dan Yudistira, sedangkan pada sam pul belakan g terpam pan g gam bar Suyudan a dan Baladewa (Pigeaud 1967-80 , II:869; lihat hlm. 116). Susunan gambar tokoh-tokoh wayang tersebut memberikan petun juk ten tan g pem bedaan an tara kaum Pan dawa (Bim a, Yudistira) dan golongan Kurawa (Suyudana, Baladewa, serta Durna). Hal ini dapat memberikan petunjuk kepada kita bahwa Cokronegoro mungkin sekali telah memandang Perang J awa itu sam a seperti yang terdapat dalam Serat Bharatay uda, suatu per tarungan apokaliptik akhir yang berlangsung di antara kaum Pandawa dan Kurawa, setelah kehilangan banyak korban jiwa, Kurawa akhirnya berhasil dikalahkan. Dalam Babad terdapat sebuah referensi yang memperkuat pandangan ini.87 Mungkin sekali Cokr on egor o m elih at d ir in ya sen d ir i sebagai Bim a karena dalam Babad ia membandingkan dirinya dengan Raden Setyaki, yan g dalam wayan g purwa berhasil m em en an gkan n am a Bim a kun tin g (Bim a yan g kerdil) akibat kesaktian n ya yang am at hebat (Hardjowirogo 1965:96). Terdapat pula titik perbandingan antara perjalanan hidup Cokronegoro dan perjalanan hidup yang ditempuh oleh Raden Setyaki di dalam cerita wayan g: kedua-duan ya pern ah m en in ggalkan n egeri tem pat kelahiran mereka, tempat mereka mendapat jaminan atas suatu kedudukan, untuk m engharum kan nam a di sebuah kerajaan tetangga. Cokronegoro telah m eninggalkan Bagelen, di m ana ia sebenarnya sebagai keturunan keluarga para kiai terkemuka atau priyayi desa (kentol), konon Raden Ngabehi Singowijoyo (Danusubroto 20 0 8:34), mempunyai nama dan kedudukan yang cukup baik, untuk mengabdikan dirinya di Surakarta; sementara Raden Setyaki telah meninggalkan Lesanpura, di mana ia adalah

bacaan-indo.blogspot.com

Bagian I Ekologi Kebudayaan Jawa

putra mahkota Prabu Setyajid, untuk menjadi kesatria muda di istana Prabu Kresna di kerajaan Dwarawati. Demikian pulalah mereka masing-masing berhasil memperoleh nama yang harum sebagai kesatria di ibu kota yang baru tersebut; Cokronegoro— waktu itu bergelar Raden Tum enggung Resodiwirio—sebagai seorang komandan pasukan Surakarta yang bertempur melawan Diponegoro di daerah Bagelen, sementara Raden Setyaki sebagai salah satu tokoh tem pur utam a dalam Bharatayuda. Bahkan sen jata-sen jata yan g m e r eka gun akan m em pun yai ban yak persamaan: Cokronegoro mempersenjatai dirinya dengan tombak pusaka yang bernam a Kiai Keré selam a pertem puran di Bagelen , dan Raden Setyaki berhasil m em bin asakan ban yak m usuhnya dalam Bharatayuda dengan senjata favorit berupa gada dari besi kuning (Hardjowirogo 1965:96). Adapun m asalah Durna dan Yudistira tidak ter dapat referensi langsung di Babad Kedung Kebo yang mengarah pada m ereka. Tetapi m un gkin sekali m ereka m e represen tasikan Belan da. Dalam pewayan gan , Durn a (yan g m en gajar Bim a) ada lah guru yang sangat kuat serta penuh mistri. Tapi Durna juga seperti berusaha un tuk m em bun uh m uridn ya ketika ia mengirimnya dalam suatu pencarian yang penuh bahaya untuk menemukan air kehidupan di dasar samudera. Usaha pencarian ini pada hakikatnya m em perlihatkan puncak tertinggi dalam kekuasaan dan kemampuan spiritual Bima. Ini terjadi ketika ia berhasil ber temu dengan Dewa Ruci untuk kemudian kembali dengan mem bawa kelengkapan nama laki-lakinya, Werkudara (Hardjowirogo 1965:20 0 ). Ad a kem u n gkin an besar bah wa Cokr on egor o m elih at Kolonel J an-Baptist Cleerens (1785-1850 ), yang menjadi panglim a pasukan Belanda di Bagelen, sebagai perwujudan tokoh Du r n a. Sebab d i bawah tu n tu tan d an bim bin gan Kolon el Cleer en s, ia ber h asil m en cap ai ke d u d u kan t er t in ggi d alam kar ier n ya waktu dian gkat sebagai Bu pati Br en gkelan

53

bacaan-indo.blogspot.com

54

Sisi Lain Diponegoro

(pasca-1831, Purworejo) sesudah perang (gambar hlm. 10 9 dan Epilog, hlm. 196). Sedangkan tokoh Yudistira, yang digambarkan di sampul muka naskah yang se karang tersimpan di Deventer (hlm . 116), m un gkin se kali dim aksudkan oleh Cokron egoro sebagai suatu teladan atau con toh un tuk m em uji Gubern ur J enderal A.J . Duymaer van Twist (menjabat 1851-1856), yang telah menerima naskah Babad itu pada 1852 waktu ia membuat perjalanan inspeksi (turné) ke J awa bagian tengah-selatan yang pertama. Mungkin tokoh wayang ini, yang penuh bijaksana dan bersifat halus, lebih menyanjung sang Gubernur J enderal, ahli hukum lulusan Leiden kelahiran Deventer itu.88 Mengenai tokoh Baladewa dan Suyudana yang muncul di sampul kulit belakang naskah Babad di Leiden dan Deventer, keduanya lebih terang m enggam barkan sosok yang tidak lain adalah Sun an Pakubuwon o VI (bertakh ta 18 23-18 30 ) dan Pangeran Diponegoro sendiri. Prabu Baladewa, raja Madura dalam cerita wayan g, san gat bersim pati den gan perjuan gan oran g-oran g Kurawa. Tetapi den gan kesaktian n ya yan g luar biasa, yang jika digunakan berperang dapat menghambat tercapainya tujuan perjuangan Pandawa, Prabu Kresna bersiasat untuk memperdaya Prabu Baladewa. Akhirnya, Prabu Baladewa pergi bersemadi di Grojogan Sewu sehingga ia terhalang untuk ikut serta dalam Perang Bharatayuda (Hardjowirogo 1965:142). J adi, persam aan Sunan Pakubuwono VI dengan Prabu Baladewa jelas: raja m uda Surakarta itu m em iliki sim pati yan g kuat terhadap perjuangan Diponegoro, tetapi ia tidak pernah secara langsung ikut ambil bagian dalam Perang J awa. Dengan dem ikian, Belanda bisa selam at (Louw dan De Klerck 18 94190 9, IV:480 -81). Sem en tar a Su yu dan a, yan g ter tu a dar i ke-99 Ku r awa bersaudara, m en urut M ahabharata, adalah seoran g raja di Kerajaan Ngastina. Ia adalah seorang raja hebat, tetapi pada akh ir n ya ia m en gh an cu r kan dir in ya sen dir i ser ta se lu r u h

Bagian I Ekologi Kebudayaan Jawa

bacaan-indo.blogspot.com

keluarga dan kerajaannya akibat sifat lagaknya yang berlebihlebihan. Ia mati dibunuh oleh Bima sendiri selama Bharatayuda ber lan gsu n g, kar en a Bim a m en d ap atkan ke ter an gan d ar i Prabu Kresna tentang sebuah titik lem ah yang terdapat pada bagian paha kanan Suyudana. Kelemahan itu diketahui karena tem pat tersebut tertutup oleh daun berin gin ketika ia dim andikan dengan air sakti saat m uda. Ini m encerm inkan kekurangan yang esensial di dalam kepribadiannya, yaitu sifat lagakn ya (H ar d jowir ogo 1965:18 7). Den gan m en yam akan Suyudana dengan Diponegoro, sebagaimana telah dikemukakan oleh Cokron egoro dalam pem bah asan n ya m en gen ai tan datanda dan keajaiban tersebut, ia m enyatakan bahwa seorang penguasa yang memiliki kemampuan untuk menjadi penguasa yan g besar, akh irn ya m en galam i pen gh an curan diri akibat kesombongannya. Men urut pen gulas m odern , cerita lakon pen ggam baran akhir hidup Suyu dana hingga kini jarang sekali dipentaskan karen a aura tragedi yan g m eliputi kejadian tersebut begitu besar (Anderson 1965:20 ). Perbandingan yang dibuat antara Diponegoro dan Suyudana, sebagaimana tertera dalam Babad, me rupakan suatu analogi yang sesuai bagi seorang tokoh yang begitu hebat dan besar serta bagi peristiwa-peristiwa bencana alam atau kata klism ik (catacly sm ic ev ents) yang m e libat kan dirinya. Dengan memasukkan contoh wayang ini dalam kitab nya, Cokronegoro telah berhasil dengan baik mem perlihatkan kekagu m an n ya ke pad a Pan ger an Dipon egor o ser ta m em benarkan tindakannya melawan Pangeran selama Perang J awa.

55

bacaan-indo.blogspot.com

56

Sisi Lain Diponegoro

Suatu sketsa Jawa tentang pertempuran antara para pengikut Diponegoro dan serdadu Belanda di Selarong pada akhir September atau awal Oktober 1825. Panji tempur pribadi Diponegoro dan lambang Erucokro berupa dua

bacaan-indo.blogspot.com

Bagian I Ekologi Kebudayaan Jawa

anak panah bersilang dan cakram matahari terlihat di sebelah kiri. Diambil dari KITLV Or 13 (Buku Kedung Kebo), f.136r-v. Foto seizin UBL.

57

Babad Diponegoro versi Keraton Surakarta

bacaan-indo.blogspot.com

SEKARANG tinggallah bagi kita untuk m elihat apa yang ada

dalam Babad Diponegoro versi Keraton Surakarta (selanjutnya: Babad Surakarta), yang terlihat berbeda dengan kedua babad utam a yan g ditulis tokoh utam a Peran g J awa, yaitu Babad Dip on eg oro d an Ba ba d Ked u n g Kebo. In i kar en a Ba ba d Surakarta hanyalah m erupakan fragm en dari sebuah Babad Keraton yang jauh lebih panjang. Babad yang lengkap itu boleh dikatakan sudah hilang. Namun dalam kata pengantar singkat dari Babad Surakarta itu terdapat tulisan yan g cukup penting artinya yang dapat m elengkapi tem a-tem a yang telah dibahas di atas. Gambaran wayang kembali memainkan peranan menarik dalam Babad ini. Mungkin sekali banyak adegan dalam naskah Babad Surakarta ini telah diinspirasi oleh pertunjukan wayang orang yang sempat dilihat oleh penulis babad di keraton Surakarta. Dem ikian lah m isaln ya gam baran yan g diberikan dalam Babad ini mengenai ekspresi air muka yang dapat terlihat pada wajah para pejabat pem erin tah Belan da di Yogyakarta ketika m ereka m endengar laporan Patih Danurejo IV tentang

Bagian I Ekologi Kebudayaan Jawa

perlawanan Diponegoro di Tegalrejo. Ekspresi ini langsung diambil dari watak para buta (raksasa) sebagaimana yang dapat disaksikan dalam wayang wong itu: IV.7. […] Tuan Smissaert dan Chevallier setelah mendengar [laporannya itu] menjadi amat marah. 8. Gigi berkerot-kerot dan matanya merah melotot, kepala menggeleng-geleng [dan] bulu keningnya berdiri. 89 […] Babad tersebut nampaknya tepat dalam memberikan gambaran tentang orang-orang yang dilukiskannya. Demikianlah misalnya Residen Yogya, A.H . Sm issaert (1777-18 32; m en jabat 18 231825), yang dalam sebuah laporan yang disusun seorang pejabat Belan da, dilukiskan sebagai seoran g “laki-laki yan g pen dek, gemuk, [dan] pemalu” (Hogendorp 1913:146; Carey 20 12:60 9); dan dalam Babad ini digambarkan menggunakan istilah-istilah yang hampir sama:

bacaan-indo.blogspot.com

IV.8. […] Andaikata Tuan Smissaert bertubuh tinggi dan besar dia bagaikan raksasa dari Ngalengka [Sailan] 9. waktu mendengar [laporan] matinya [adiknya] raksasa Ari Nglebur Gongso [Kumbakarna]. Tetapi harus ditambah perbandingan yang lain, sebab dia [Smissaert] tubuhnya pendek, kecil dan kurang bagus;

59

60

Sisi Lain Diponegoro

sedang perutnya bergantung seperti jin Sang Pulunggono.90 H al tersebut juga terlihat dalam deskripsi Asisten -Residen , wakil Smissaert, yang bernama Pierre Frederik Henri Chevallier (1795-1825). Ia terkenal di Yogya sebelum Perang J awa akibat perselingkuhannya dengan putri keraton (Carey 20 12:646-48). Maka ia dipersam akan dengan seorang anak laki-laki Arjuna yang gemar akan minuman keras: IV.11. […] Sekarang inilah contohnya untuk Tuan Chevallier. Dia bagaikan anak dari Arjuna berwujud raksasa dari gunung namanya jin J ayawigena.

bacaan-indo.blogspot.com

12. yang sedang mabok [buah] gayam lantas tertidur di tengah-tengah hutan Begitulah perbandingan terlalu panjang kalau diceritakan [seluruhnya]. […].91 Orang J awa pun yang berpihak kepada orang Belanda, seperti Mayor Wironegoro (sekitar 1790 – pra-Maret 1856), komandan p asu kan p en gawal p r ibad i Su ltan (m en jabat 18 17-18 29), yan g licik dan pen uh kepalsuan , digam barkan den gan cara yan g m eren dahkan . Con tohn ya dalam Bharatayuda, Mayor Wironegoro dibandingkan dengan Sengkuni, penasihat Kurawa dalam wayan g yan g tidak dapat dian dalkan dan dipercayai. Yang berikut ini adalah gam baran m engenai Mayor tersebut

Bagian I Ekologi Kebudayaan Jawa

sebagaim ana yang dituliskan di dalam Bharatayuda ketika ia den gan perasaan yan g san gat en ggan , un tuk kedua kalin ya, harus berangkat melawan Diponegoro di Tegalrejo: VIII. 49. […] Mayor Wironegoro ada di belakang agak [diliputi] perasaan tawar dan merengus. Dia menjadi tontonan di jalan [dan] ada beberapa yang berbisik:

bacaan-indo.blogspot.com

50 . sambil menyentuh kawannya: “Agak aneh Raden Mayor ini: berbeda [sekali] dengan biasa waktu dia segar bugar seperti orang Belanda, sekarang tingkah-lakunya dipandang jinak dan seperti dalam wayang purwa mirip dengan Sang Arya Sengkuni.”92 Sikap terhadap Dipon egoro yan g diperlihatkan oleh pen ulis Babad ini sangat m encerm inkan nilai-nilai yang dim iliki oleh seorang pejabat keraton. Demikianlah misalnya, pandangannya ten tan g h ubun gan yan g dijalin Dipon egoro den gan san tri. H u bu n gan in i m en d ap at celaan d alam Bh ar at ayu d a d an p en u lis n askah m elon t ar kan ker agu an n ya m en gen ai kesungguh an keyakinan keagam aan Pangeran. Ucapan yang dim asukkan n ya ke dalam m ulut Residen Sm issaert m un gkin se kali mencerminkan sikap penulis babad dan kalangan bangsawan keraton J awa terhadap sang pemimpin Perang J awa. Biarpun banyak yang m engagum i sikap tegas yang diperlihatkan Dipon egor o saat m en gh ad api Belan d a, m er eka tetap m emandang dengan perasaan amat tidak rela hubungannya dengan para santri (lihat catatan akhir 67).

61

62

Sisi Lain Diponegoro

II.8. […] Ia memberikan kesan dari seorang w iku endhog (pandita palsu) di dalam berisi kuning. […] Dia hanya berpura-pura gemar agama, 9. dan sering pergi untuk bertapa. Dia erat sekali dengan orang santri, [sam pai] kehorm atan n ya sebagai seoran g kesatria sudah hilang sebab dia sudah menerima kehormatan orang santri. […]

bacaan-indo.blogspot.com

Pen ggam baran san g pen ulis m en gen ai Dipon egoro selam a serangan Belanda terhadap Tegalrejo, menggunakan istilah dan pengertian keraton, juga perbandingan antara Pangeran itu dan Raden Samba, putra Prabu Kresna yang mempunyai sifat yang ber sungguh-sungguh, tetapi berjiwa lemah. Mungkin sekali mengandung sedikit nada mengejek sebagaimana terdapat dalam Mahabharata dikisahkan di Bharatayuda: VIII.21. Pangeran Diponegoro Sudah naik kuda tinggi besar berwarna kastanye, Mitragna [pembunuh musuh] namanya. [Pengikutnya] membawa tombak upacara setinggi bahunya [dengan] payung berwarna kuning terang bulan. Kalau dilihat sang Pangeran mirip dengan putra [Prabu] Dwarawati [Raden Samba]: umbul-umbul dan tepi keemasan secara lahirnya Pangeran itu terlihat seperti anak laki-lakinya Dwarawati.93

Bagian I Ekologi Kebudayaan Jawa

Tetapi tam paknya penulis Bharatayuda ini sam a sekali tidak m en g alam i kesulitan un tuk m en yesuaikan gam baran yan g diberikannya dengan tulisan terdahulu dengan Diponegoro dilukis kan telah mengenakan busana perang sabil:

bacaan-indo.blogspot.com

VIII.16. Pangeran Diponegoro telah mengenakan busana perang sabil seluar, baju dan kain kepalanya semua [berwarna] putih.94 Sekali lagi, ini mencerminkan sikap sinkretis yang begitu kuat yang diperlihatkan oleh seorang anggota keraton J awa. Meskipun latar belakang Pangeran dan pendidikan santrinya begitu khas, tampaknya sepenuhnya dihayati oleh Diponegoro. Bharatayuda juga m eliputi referensi yang paling eksplisit tentang harapan akan muncul seorang Ratu Adil. Teks keraton Kasu n an an in i ju ga m en ggam bar kan p er ban d in gan yan g paling dekat antara Diponegoro dan sosok Ratu Adil sendiri. Perbandingan ini juga ditemukan pada semua laporan yang ada dalam kesusastraan J awa. Oleh karena itu, babad merupakan sum ber palin g sezam an yan g tersedia. Tam pakn ya harapan akan m unculnya seorang Ratu Adil m em ang tersebar secara luas menjelang perang dimulai di J awa bagian tengah-selatan. Gam baran yan g diberikan m en gen ai kerun tuhan kehidupan m asyarakat serta tata susila keraton san gat jelas. Meskipun dikemukakan dengan istilah yang sangat tradisional, gambaran dari masa yang menandai kedatangan seorang Ratu Adil dalam Bharatayuda mirip sekali dengan apa yang terdapat dalam Serat Cabolang yang ditulis di Keraton Kasunanan Surakarta sepuluh tahun sebelumnya (1815): I.7. […] banyak adat-istiadat lama yang menjadi rusak rakyat kecil bingung.

63

64

Sisi Lain Diponegoro

Haluan negara berubah. Ada banyak itnah, perompak, penyamun, pembegal [dan] pencuri merajalela di dalam negara. 8. Hukum Surambi tidak berlaku [dan] hukum Perdata tidak tegak; semua peraturan utama diabaikan. Tindak sewenang-wenang berlaku dan yang berwenang yang masih kuat [bertindak] dengan cara yang tidak sopan santun dan wajar. Mereka tidak memikir jauh. Banyak orang dipecat dengan tipu muslihat [dan] di dalam majelis orang lain mengambil tempat mereka, anak keturunan orang rendah.95

bacaan-indo.blogspot.com

Tep at m en jelan g m elet u sn ya Per an g J awa, Bh ar at ayu d a m en g gam barkan bagaim an a Dipon egoro m en gadakan m usyawarah den gan para pim pin an pen asih at keagam aan n ya un tu k m em bah as waktu yan g tepat bagi Ratu Adil un tuk memproklamasikan dirinya serta perang sabil dimulai: V.4. Pangeran bersabda perlahan: “Nah kakek Taptojani apakah telah tiba saatnya yang telah kita sepakati dulu? Semua orang [kini] bertekad untuk Perang Sabil! Marilah kita segera mulai!” […]

Bagian I Ekologi Kebudayaan Jawa

bacaan-indo.blogspot.com

V.7. Kiai Taptojani berkata “Memang sudah tepatlah, Gusti, J ika [Paduka Tuan] berniat untuk berperang sabil [kini] para ulama telah bermufakat. Sudah disebut dalam kitab tentang [munculnya] Ratu Adil di tanah J awa.” 96 Kitab yang dim aksudkan itu ham pir dapat dipastikan adalah Musarar, yang mengandung ramalan-ramalan yang diungkapkan raja legendaris Kediri, Prabu J oyoboyo. Menurut Drewes teks in i ditulis kem bali pada awal abad XIX oleh pria Turki bernama Maulana Samsu J en (Drewes 1925:134-35) 97. Bagian tu lisan itu d en gan jelas m em p er lih atkan bah wa ad a keper cayaan pada r akyat bah wa Dipon egor o m em an g ben ar sedang m elaksanakan ram alan J oyoboyo. Itu jelas diketahui di Surakarta karena Babad Surakarta maupun Babad Kedung Kebo—yang ditulis seorang mantan pejabat rendahan keraton— membahas tema ini. Maka ada kemungkinan besar bahwa kepercayaan tentang sang Pangeran sebagai pelaksana ram alan J oyoboyo tersebar secara luas di seluruh Pulau J awa waktu itu. Meskipun singkat, hanya dua belas canto, Bharatayuda mengandung banyak hal yang dapat memberikan pandangan yang sangat bermanfaat tentang diri Diponegoro. Antara lain, babad m encerm inkan bagaim ana Diponegoro telah dipandang oleh anggota masyarakat keraton J awa sebelum perang. Maka naskah versi Surakarta bisa dipakai sebagai salah satu pem ban din g yan g berm an faat bagi otobiografi Babad Dipon egoro, yan g memberikan pandangan Pangeran sendiri, serta Babad Kedung Kebo yang ditulis dari sudut kritis seorang lawannya.

65

bacaan-indo.blogspot.com

Kesimpulan

DALAM ketiga babad tersebut unsur kebudayaan J awa sangat ken tal. Oleh sebab itu , m er eka m em ber i su atu lan d asan penting untuk memahami sejarah Perang J awa sebab memang pandangan tiga penulis jauh berbeda. Pada sem ua babad itu contoh yang diambil dari wayang digunakan untuk melukiskan watak pelaku sejarah. Contoh ini berperan dan peristiwa yang terjadi selama berlangsungnya Perang J awa serta penggunaan gam bar an -gam bar an yan g dem ikian bukan h an ya sekadar kebiasaan dan sopan san tun kesusastraan belaka. Misaln ya terlihat bahwa Dipon egoro telah m elihat dirin ya sen diri sebagai Arjuna. Fakta ini m enam bah pengetahuan kita tentang diri Pangeran. Sem entara gam baran wayang yang digunakan dalam Babad Kedung Kebo m em perkuat pandangan yang dikem ukakan oleh Cokronegoro di tem pat lain. Ini bisa dilihat terutam a dalam tulisan yang m em bicarakan m asalah tandatan da serta keajaiban yang diterim a Diponegoro sebelum perang. Bahkan dalam Bharatayuda pun, contoh yang diambil dari wayang memberikan pandangan yang menarik tentang bagaim ana orang Belanda dipandang pada waktu itu. Masyarakat

bacaan-indo.blogspot.com

Bagian I Ekologi Kebudayaan Jawa

J awa pada awal abad XIX, ter utam a m asyar akat ker aton , begitu kental dalam pemahaman tentang wayang, sehingga hal tersebut bukanlah sesuatu yang m ustahil. Malahan kita bisa ber kesimpulan bahwa banyak orang J awa pada waktu itu telah mem perhatikan Perang J awa sebagaimana mereka memandang pen tin g Bh aratayuda. Mereka juga m em persam akan oran g Belanda dengan tokoh-tokoh buta atau raksasa dalam wayang won g. 98 Dem ikian pula ban yak oran g J awa yan g m em aham i m akna ram alan J oyoboyo. Harkat dan m artabat Diponegoro di m ata para petani J awa ham pir dapat dipastikan diperkuat oleh keyakin an m ereka bahwa ia adalah San g J uru Selam at yang datang untuk m e negakkan keadilan, kebenaran dan kem akm uran . H arapan dem ikian dapat pula dikaitkan den gan faktor ekonomis, karena dari segi pandangan orang J awa, masa kemunduran ekonomi dan politik, sebagaimana terjadi sebelum meletusnya Perang J awa, kerap kali dihubungkan dengan masa sebelum m un culn ya seoran g Ratu Adil. Suatu pem ah am an tentang implikasi ramalan J oyoboyo mungkin bisa membantu kita untuk menempatkan pengaruh peranan Islam dalam lingkungan masyarakat J awa pada saat itu dengan perspektif yang tepat. Demikianlah, misalnya, konsep seperti perang sabil dan gelar R atu Paneteg Panatagam a. Keduan ya m un gkin sekali bersum ber dari kepercayaan tradisional orang J awa m aupun pengaruh Islam Sui, walaupun di kemudian hari, menjelang akhir abad XIX mereka hampir berpadu menjadi satu pengertian yang sama. Kedudukan Belanda di J awa dibahas dalam kedua babad yang utama—otobiograi dan Babad Kedung Kebo—dan kerap kali ramalan J oyoboyo memberikan suatu landasan pembenaran atas ber lan gsu n gn ya pem er in tah an oleh ban gsa Belan d a. Akhirnya, bagian babad yang membahas masalah dunia spiritual J awa m em punyai arti yang sangat penting bagi pem aham an historis. Ini m enyangkut konsep kekuasaan orang J awa pada

67

bacaan-indo.blogspot.com

68 Sisi Lain Diponegoro

bacaan-indo.blogspot.com

Bagian I Ekologi Kebudayaan Jawa

Pakubuwono VI (bertakhta 1823-1830) di Surakarta berbincang dengan Patih, Raden Adipati Sosrodiningrat II (menjabat 1812-1846) tentang apakah harus membantu Belanda dalam Perang Jawa. Diambil dari KITLV Or 13 (Babad Kedung Kebo) f. 148v. Foto seizin UBL.

69

70

Sisi Lain Diponegoro

bacaan-indo.blogspot.com

waktu itu. Pem ben aran serta legitim asi pem erin tah an dan p em ber on takan d i J awa h am p ir sen an tiasa d iu n gkap kan dalam cakupan pem aham an kosm is. De m ikianlah, m isalnya, pem bahasan m e ngenai pam rih yang terdapat di dalam kedua babad utam a itu. Sam pai bisa dibilan g bersifat m en en tukan karen a dari satu segi ia berusaha m en cari dan m em berikan justifikasi bagi suatu pem beron takan , sedan gkan pada segi lainnya ia juga m encari dan m em berikan pem benaran untuk m elaku kan p er lawan an t er h ad ap p em ber on t akan . Du n ia spiritual dan kepercayaan ke pada para leluhur yang gaib dan pen u h ker ah asiaan sam a ku at ke h ad ir an n ya an tar a pad a m asyarakat J awa abad XIX dan m asyarakat J awa m odern . Oleh karena itu, para ahli sejarah dari Barat yang mempelajari sejarah Indonesia bisa menarik banyak manfaat kalau mereka terlebih dah ulu m em pelajari dan m em pertim ban gkan ciriciri kebudayaan yang khas itu. Ini berarti m ereka harus bisa m en dapatkan acuan bahan sejarah dari sum ber-sum ber asli supaya dapat memulai analisis sejarah lokal secara konkret.

Catatan Akhir

1a. Pra-1831, Purworejo dikenal sebagai Brengkelan (nama kabupaten lama, lihat Lampiran II, hlm. 253-256) atau Kedung Kebo (kubangan kerbau), nama tangsi militer dan benteng Belanda yang didirikan Belanda pada awal Perang J awa (1825-1830 ). 1b. Lihat Carey 20 12:113-4, yang membahas babad yang ditulis putra sulung Pangeran Diponegoro, Pangeran Diponegoro Muda (sekitar 180 3– pasca-Maret 1856) yang berjudul Babad Dipanagaran Sury a Ngalam (LOr 6488). 2.

Lihat Carey 1974b:259-288, yang m em bicarakan salah satu dari naskah sejarah J awa tentang Perang J awa, Babad Diponegoro, yang ditulis sendiri oleh sang Pangeran di Manado (1831-32).

3.

Bacalah Jaarboek van het Koninklijk Bataviaasch Genootschap v a n Ku n st en en W et en scha p p en [Bu ku Tah u n an Kesen ian dan Ilm u-Ilm u Pen getah uan Perh im pun an Kerajaan Batavia]

bacaan-indo.blogspot.com

(Bandung: Nix & Co 1933), hlm. 290 . Salinan tersebut adalah BG (= Bataviaasch Genootschap) 282, yang telah dikerjakan oleh juru tulis ahli Sastra J awa Kuno, A.B. Cohen Stuart (1825-1876), yang ber nama Raden Abdul Sam si, pada dasawarsa 1870 -an. BG 283 me rupakan salinan paling dini yang ditulis menggunakan aksara J awa.

72

Sisi Lain Diponegoro

4.

Rusche 190 8-190 9, dua jilid; edisi ke-2 tahun 1914; edisi ke-3 ta-

5.

Pigeau d 1967-198 0 : II, 392. Naskah Dip on egor o yan g asli

hun 1917. Lihat Bibliograi untuk judul lengkap.

disin ggun g oleh A.B. Cohen Stuart di dalam N otulen v an het Bataviaasch Genootschap [Notulen dari Perhim punan Batavia] (Batavia: Lange, 1878), 5 J uni 1877, ketika dikirimkan kembali ke keluarga Diponegoro di Makassar. Sejum lah referensi-referensi akan dapat ditem ukan dalam edisi yan g telah diterbitkan oleh penerbit swasta di Surakarta, Albert H. Rusche & Co (190 8-190 9) (seterusn ya: Rusche 190 8 -190 9). Tetapi n askah in i telah diuji terhadap naskah Leiden, begitu pun referensi dari bagian-bagian syair yang relevan juga dicantumkan. 6.

Pigeaud 1967-1980 : II, 78. Di dalam tulisan ini akan dapat pula ditemukan pengacuan kepada sebuah naskah Babad Kedung Kebo yang lain lagi, KITLV Or 13, oleh karena sem bilan buah bagian yang pertama dari syair yang panjang tersebut merupakan subyek penelitian yang diselenggarakan oleh Geoffrey Forrester, "The J ava War, 1825-30 : Some J avanese Aspects" ["Perang J awa 1825-30 : Beberapa Aspek J awa"], yang terdapat di dalamnya sebuah tesis S2 (Master of Arts) yang tidak diterbitkan, Asian Studies, ANU, Canberra, 1971.

7.

Pigeaud 1967-198 0 : II, 69. Pen dapat bahwa Babad itu disalin untuk kepentingan Lembaga J awa yang terdapat di Surakarta itu adalah pandangan penulis.

8.

Pada suatu m acapatan, yang diselenggarakan untuk m erayakan sesuatu kelahiran, pada acara yang sem pat dihadiri penulis, di Klangon, Kelurahan Argosari, Bantul, D.I.Y., Serat Anbiy a telah

bacaan-indo.blogspot.com

dibacakan– di luar kepala– secara bergantian, mengelilingi sebuah kelom pok besar dan bagian yan g sulit akan m ereka jelaskan bersam a-sam a. Penulis berterim a kasih kepada alm arhum Pak Sumonggokarso, Mei 1972. 9.

Wawancara dengan K.R.T. Widyokusumo, ahli perpustakaan pada Widyo Budoyo, keraton Yogyakarta, Maret 1972.

Bagian I Ekologi Kebudayaan Jawa

10 . LOr 6547a (Babad Diponegoro), I. 1-11, hlm. 1-3. Kata pengantar itu mulai sebagai berikut: 1.

Sun am edhar surasaning ati atem bang pam iy os pan kinary a anglipur brangtané anèng Kitha Menadhu duk kardi tan a[na] kaèksi nging sihing Yang Agung

2.

m apan kathah kang karasèng galih ing tingkah kadudon pan m engkana ing ty as pangesthiné kay a paran solahingsun iki y èn tan ana ugi apura Yang Agung

3.

lara w irang pan w us sun lakoni nging panuhuningong ingkang kari lan kang dhingin kabèh kulaw arga kan ngèsthokken y ekti m ring Agam a N abi olèh apitulung

1.

Aku tuangkan perasaan sukmaku dalam irama Mijil [yang gundah]. Diciptakan untuk menghibur keinginan hatiku, yang dikerjakan di Kota Manado tanpa diketahui oleh siapapun juga, kecuali rahmat Yang Maha Agung.

2.

Banyak nian yang terasa di hati

bacaan-indo.blogspot.com

tentang segala perbuatan tak menyenangkan [di masa lalu]. Makanya sekarang hatiku berketetapan. Apa menjadinya perbuatan-perbuatanku sekiranya tidak ada juga pengampunan dari Yang Maha Kuasa?

73

74

Sisi Lain Diponegoro

3.

Telah kualami malu dan derita, tapi kumohon agar segala hal yang sudah lalu direlakan, [dan] agar keluargaku benar-benar mengindahkan Agama Rasul untuk mendapatkan pertolongan.

11. LOr 2163 (Babad Kedung Kebo), XLVII.30 -32, hlm.584: 30 . w arsa Jé ingkang lum aris sinigeg datan w inarna y ata genti w iniraos ari Tum pak w ulan Siy am tanggal kaping patbelas (14 Pasa AJ 1758) Tuw an Baron Pi[e]ter juluk Bèrèk van Law ik van Pa[bst] 31. Réder sangking bintang cilik Kom isaris lam pahira raw uh ing tanah Bagelèn sepèksi kang badhé kutha Brengkèlan sinung nam a negara Purw arejèku Ky a Dipati Cakrajay a 32. ingangkat jum eneng nam i lenggah nagri Purw orejo Radèn Cakranegarané [...] 30 . Di tahun J awa J é kita tutup cerita [dan] tidak bicara lagi. Sekarang kita ganti cerita bacaan-indo.blogspot.com

pada hari Sabtu bulan Puasa tanggal empat belas (26 Februari 1831) Tuan Baron Pieter namanya Herbert van Lawick van Pabst, 31. Ridder m edali bintang kecil (Ridderorde van de Nederlands Leeuw)

Bagian I Ekologi Kebudayaan Jawa

Komisaris [untuk urusan daerah kerajaan, 1830 -1833] berjalan datang ke Bagelen [untuk] inspeksi yang akan menjadi kota [kabupaten]: Brengkelan ganti nama negara Purworejo [dan] Kyai Adipati Cokrojoyo 32. diangkat nam a [baru] [dan diberi] kedudukan di negara Purworejo [sebagai] Raden [Adipati Aryo] Cokronegoro. […] Lihat Louw dan De Klerck 1894-190 9, VI:216-26, tentang besluit (beslit) Gubernur J enderal J ohannes van den Bosch, 18 Desember 18 30 n o.1, yan g m em bagi Bagelen m en jadi em pat kabupaten (Bren gkelan , Sem awun g, Oen garan , dan Karan g Dhuhur yan g pasca-1831 menjadi Purworejo, Kutoarjo, Kebumen, dan Sedayu); dan laporan Komisaris Van Pabst kepada Gubernur J enderal, 20 April 1830 no.996 melapor bahwa Brengkelan telah mengalihkan

bacaan-indo.blogspot.com

nama menjadi Purworejo, sesuatu yang diterima secara resmi oleh besluit 22 Agustus 1831 no.1. Lihat lebih lanjut Lampiran 2. 12. Terdapat beraneka ragam jenis panggung pertunjukan orang J awa, sedangkan yang dikem ukakan di sini adalah: (1) wayang kulit, pertunjukan bayangan dari boneka kulit yang datar serta (2) wayang wong, sebuah pertunjukan tarian yang biasanya didasarkan kepada sebuah lakon wayang yang diiringi oleh tabuhan gam elan. 13. Wawancara dengan G.J . Resink, J akarta, 1 Agustus 1973. Bacalah juga karya Dahm 1969:24-8, 10 4, 30 3-4; 1971:228, yang m em bicarakan tentang peranan penting yang dim ainkan perlam bangan wayang di dalam m akar—perebutan kekuasaan— yang terjadi pada 1 Oktober 1965 itu. 14. LOr 6547b, XX.17-18, Rusche (peny.) 190 8-190 9: I, 10 2: 17. […]

75

76

Sisi Lain Diponegoro

tanah Jaw a pinasthi m arang Hy ang W iddhi

15.

16.

17.

bacaan-indo.blogspot.com

18.

kang dhuw é lakon sira 18. datan ana iy a m aning-m aning […] 17. […] “[karena] nasib Tanah J awa sudah Ia tentukan; yang akan m enjalankan peran ini adalah kam u 18. sebab tidak ada yang lain.” […] Mangkoenagoro 1933:79-97. Untuk suatu pem bahasan m engenai hubungan kaw ulo-Gusti (abdi-Tuhan), yang m erupakan ungkapan orang J awa tentang penyatuan diri yang m istik ini, bacalah karya Soem arsaid Moertono 1968:14-26. Museum Sonobudoyo (selanjutnya SB), naskah Bharatayuda yang ditulis Pangeran Suryonegoro (sekitar 1822-1886) dan Raden Adipati Danurejo V (sekitar 180 8-1885) A 135 dan A 136. Versi yang telah ditransliterasikan bisa didapatkan di Perpustakaan Universitas Leiden, Babad N gay ogy akarta, J ilid I, LXXXV 35, hlm . 345, XCVIII 37, hlm . 40 1; J ilid II, XXXIV.22-23; hlm . 142, XLII.21-23, hlm . 177. Penulis utam a babad tersebut, Pangeran Suryonegoro, adalah putra bungsu HB IV (bertakhta 1814-1822) dan cucu lelaki dalang istana Yogyakarta, Kiai Dalang J iwotenoyo (dalang purwa), yang banyak m elakukan kegiatan wayangnya pada perm ulaan abad kesem bilan belas, lihat Dwidjosoegondo dan Adisoetrisno 1941:10 5; Behrend 1999:388-415. Van Nes 1844:153. Hal ini ditegaskan di dalam SB 136 Babad N gay ogy akarta, J ilid II, XLII.21-29, hlm . 176-77. Babad N gay ogy akarta, I, XCVIII.36-39, hlm . 40 1, wayang yang disebutkan adalah: w ay ang gedhog—tabuh (lingkaran Panji); w ay ang krucil—boneka—(lingkaran Dam ar Wulan yang m enggunakan boneka kayu yang datar); w ay ang jem blung— perut besar—(lingkaran Ménak); w ay ang gedhog—tabuh, w ay ang topeng (sebuah tarian topeng), w ay ang jenggi—tarian topeng Cina; serta w ay ang gam by ong—sebuah boneka kayu yang

Bagian I Ekologi Kebudayaan Jawa

19.

20 .

21.

bacaan-indo.blogspot.com

22.

berbentuk bulat, yang ditam pilkan ke depan oleh seorang penari perem puan pada akhir dari suatu pertunjukan wayang. Universitas Indonesia (J akarta) Naskah G 40 , Serat Salasilah para leloehoer ing Kedanoerejan [Salasilah nenek m oyang Danurejan], hlm . 529-30 . Menurut sum ber ini, pertunjukan wayang wong yang paling digem ari oleh Sultan Ham engkubuwono V adalah W ay ang W ong Trunojoy o, yang m enceritakan pem berontakan term asyhur, Raden Trunojoyo dari Madura (sekitar 1649-1680 ), yang terjadi pada 1677-80 . Mungkin sekali kegem arannya itu bukanlah m erupakan sesuatu yang kebetulan belaka, kalau kita ingat kem bali bahwa m asa kecil yang harus dilalui oleh Sultan Ham engkubuwono V begitu am at dikuasai oleh pem berontakan yang dilakukan oleh pakdenya sendiri, Pangeran Diponegoro. ANRI, ‘Djocjo Brieven 53’ [Surat-surat dari Arsip Keresidenan Yogya, berkas no.53], A.H. Sm issaert (Yogyakarta) kepada Algem ene Secretarie (Sekretaris Negara), 28 Februari 1825. Knoerle, ‘J ournal’ 1830 :4. Lihat Daftar Pustaka untuk referensi lengkap. Mungkin sekali telah diselenggarakan pertunjukan wayang di Tegalrejo setelah pernikahan Diponegoro sekitar 28 Septem ber 1814 (catatan 61), sehingga di dalam babadnya terdapatlah penggam baran: LOr 6547b, XVIII.58, Rusche 190 8-190 9, I:72: 58. nuly a pasang kelir sam pun ing jaw i draw ina sam i sagunging putra santana tanapi kang pra Dipati law an sam y a nanay uban […] 58. Lantas terpasang sudah panggung dan di luar orang sam a-sam a m enyaksikan. Disaksikan pula oleh anggota keluarga sultan dan tidak ketinggalan para Adipati sam a-sam a m elaksanakan tayuban. […]

77

78

Sisi Lain Diponegoro

23. LOr 6547b, 19.87, Rusche 190 8-190 9, I:96. Hal ini ditegaskan

24.

25.

26.

bacaan-indo.blogspot.com

27.

pula di dalam babad yang lain: KITLV Or 13 (Kedung Kebo), IV.13; Babad Ngay ogy akarta, II, XXXII.12, hlm . 136. Di dalam sebuah babad penuh kiasan, Babad Diponegoro Sury a N galam , yang ditulis oleh putra sulung Diponegoro, Pangeran Diponegoro Muda (sekitar 180 3-pasca Maret 1856), pasca-Perang, ayahnya digam barkan sebagai Cekel Am ong Raga (Arjuna) di dalam lakon Dora Weca, dan kakeknya, Sultan Ham engkubuwono III, sebagai Prabu Indrapuri (Indra), lihat Pigeaud 1967-1980 , II:383; III:20 8 dan Bagian II catatan akhir 4, hlm . 178. Naskah-naskah yang berhasil selam at, dengan tanggal-tanggal penulisan m ereka adalah: Serat Sury araja (1774), Arjunawiwāha (1778), Al-Qur’ān (1797). Lihat Mudjanattistom o 1971:8. LOr 6547b, XXI.74; Rusche 190 8-190 9, I:123: 74. Saba alas karem ané cilik m ula […] 74. Suka pergi ke hutan telah m erupakan kegem arannya sem enjak kecil […] LOr 6547b, XVII.98-99; Rusche 190 8-190 9, I:119: 98. […] y èn karsa Hy ang Agung 99. y èn kang putra tan rem en nèng nagri w us karsaning Manon nam ung pendhak garebeg sow ané law an lam un w onten prakaw is ingkang am atosi tinim balan iku […] 98. […] Sudah m enjadi kehendak Yang Agung 99. bahwa Sang Putra [Diponegoro] tidak senang pergi ke keraton. Inilah kem auan Yang Maha Kuasa.

Bagian I Ekologi Kebudayaan Jawa

28.

29.

30 .

bacaan-indo.blogspot.com

31.

Nam un setiap grebeg pasti datang dan kalau ada sesuatu persoalan yang m em buat kuatir diperintah hadir [oleh raja] […] LOr 6547, XIV 62; Rusche 190 8-190 9, I:1: 62. […] nanging sipat ngaral m aksih asring kénging ginadha dhateng w anody a 62. […] Nam un sifat nakal m asih ada sering terkena godaan perem puan. LOr 6547b, XIX.97, Rusche 190 8-190 9, I:98: 97. sinam but sang lir Supraba binekta m ring tilam sari […] 97. Disam but oleh sang [istri] yang seperti Suprobo dibawa ke tem pat peraduan. […] A.M. Th. de Salis (Pejabat Residen Yogyakarta, 1822-23) m enggam barkan Diponegoro sebagai seseorang yang “berbadan agak gem uk dan lam ban” (“van lichaam s gesteldheid log”) dengan wataknya yang “bodoh dan m isterius” (“dom en raadzig”), lihat NA, Geheim en Kabinets Archief, 11 Oktober 1828 no.20 8 L geheim , “Pro Mem orie van A.M. Th. de Salis over de J avasche Vorstenlanden” [Mem oar dari A.M. Th. de Salis tentang negaranegara kerajaan J awa], 8 Mei 1828. Di dalam sebuah bagian tulisan yang penuh kejenakaan yang terdapat di dalam Babad Kedung Kebo, KITLV Or 13, IV. 45, hlm . 49, salah seorang selir (istri tidak resm i) Diponegoro sam pai m engeluh tentang kurangnya gairah Diponegoro di tem pat peraduan: 45. lam un uw is pinakanan jintel baé saw engi tan ngulisik […]

79

80

Sisi Lain Diponegoro

45. Kalau sudah dipakai m ain

32.

33.

34.

bacaan-indo.blogspot.com

35.

sem alam an diam saja tidak bergerak. […] LOr 6547b, XIV.67; Rusche 190 8-190 9, I:2. Istilah yang dipergunakan adalah ‘Ratu ngèrang-èrang’. Ngèrangèrang digam barkan di dalam Javaansch-Nederlandsch Handw oordenboek [buku kam us saku bahasa J awa-Belandanya] dari Gericke dan Roorda (190 1, I:66), sebagai seseorang yang m e larang, m engingatkan, atau m enasihati orang lain m engenai se suatu. Oleh karena itulah m aka Diponegoro hanya akan m enjalankan tugas-tugas yang dem ikian itu di dalam m asalah-m asalah keagam aan. Bacalah surat Basah Pengalasan di Lam piran 1, hlm . 241-247. Di naskah yang berjudul Sejarah Ratu Tanah Jaw a, yang Diponegoro m ulai m enulis di Benteng Rotterdam di Makassar pada 24 J anuari 1838 (Makassar MS, I:168), ia m em uji-m uji Sultan Agung sebagai “seorang ratu yang sudah sem purna Islam sebab sudah m enetapkan lim a rukun itu” (Kangjeng Sultan Agung iku Ratu kang w us sam purna Islam saw ab kang w us anetepi rukun kang lim a iku). Solichin Salam 1963:26, m enyebutkan: (1) Syeh Maulana Malik Ibrahim ; (2) Sunan Am pel; (3) Sunan Bonang; (4) Sunan Giri; (5) Sunan Drajat; (6) Sunan Kalijogo; (7) Sunan Kudus; (8) Sunan Muria dan (9) Sunan Gunung J ati. LOr 6547d, XXXIII.52-53; Rusche 190 8-190 9, II:45: 52. […] dhaw uhna karsa m am i m ring si pam an Mojo déné sasélèhira Pangulu Kaji [I]m am raji si pam an Mojo ingkang sun kon gentèni 53. dadi iku pan w us ora ketanggungan kay a duk Dem ak dhingin

Bagian I Ekologi Kebudayaan Jawa

36.

37.

38.

bacaan-indo.blogspot.com

39.

W ali Panguluny a Sunan Kudus ika […] LOr 6547d, XXXIII.56, Rusche 190 8-190 9, II:45: 56. lam un dadi pangulu dika aturna pan sanget lum uh m am i nam un dadi Im am punika karep kula kalam un pareng N arpati nam ung punika ingkang kula bum èni LOr 6547d, XXXIII.112 -13, Rusche 190 8-190 9, II:52: 112. […] déné sun iki Dulm ajid karsa Hy ang Suksm a anèng ing tanah Jaw i 113. pan kinary a Chalipah Jeng Rasulullah dadi pangirid sabil Islam law an lanat pan nugrahan kéw ala pinundhuta rina w èngi tan w eruh ingw ang KITLV H 698b, G.P. Rouffaer, ‘Diverse Aanteekeningen uit het Gewone (niet-geheim ) Residentie-archief te J ogjakarta’ [‘Berbagai m acam catatan yang diperoleh dari Arsip Keresidenan terbuka (bukan rahasia) di Yogyakarta’], hlm . cxiv, catatan 17 Februari 1831. Lihat lebih lanjut Gandhajoewana 1940 :215-7, disertai dengan gam bar halam an depan. Gunung Rosom uni terletak di dekat danau (segara y asa) yang dibuat Sultan Agung di Plered, yang terletak di sebelah tim ur Sungai Opak. Situs ini konon sering sekali dipergunakan sebagai tem pat bersem adi oleh Sultan Agung. Berbagai batu karang yang terletak pada lereng bukit itu m em punyai hubungan dengannya serta terdapat sebuah dongeng

81

82

Sisi Lain Diponegoro

bacaan-indo.blogspot.com

yang populer tentang pertem uan Sultan Agung dengan Ratu Kidul pada tem pat tersebut. Di sam ping hubungannya dengan Sultan Agung, adalah suatu hal yang m enarik perhatian bahwa ‘penam pilan’ Ratu Adil harus terjadi di sana oleh karena keraton m ilik keturunan Erucokro, yang akan kem bali ke J awa dari Turki (Rum ), terletak di sebelah tim ur Sungai Opak, Wiselius 1872:189. 40 . Rinkes 1911:490 -50 1. Sebuah naskah di dalam bahasa J awa, Babad N itik, yang disajikan di Apendiks III dari Rinkes 1911, m enceritakan bagaim ana Sultan Agung m endapatkan petunjuk di dalam ilm u-ilm u m istik (ngèlm u gaib), yang diberikan oleh rohnya Sunan Bayat serta bagaim ana ia m em bangun sebuah pintu gerbang m enuju ke tem pat pem akam an suci itu dalam tahun 1633. Pada tahun yang sam a, m ungkin di Tem bayat, Sultan Agung m eninggalkan penanggalan yang m enggunakan sis tem m atahari untuk kem udian m engatur penggunaan tahun Islam , berdasarkan peredaran bulan itu, yang m em punyai 354 atau 355 hari di dalam setahun, lihat Ricklefs 1974a:17. 41. KITLV H 698b, Rouffaer, Diverse Aanteekeningen, hlm . lxxxxiilxxxxiii, catatan 18 J uli 1825, m enyebut seseorang yang bernam a ‘Hajali’ (Haji Ali?) m em berikan keterangan bahwa Diponegoro akan pergi ke Majasto pada tanggal 8 Sura AJ 1737 (23 Agustus 1825). Seorang pengikut Pangeran, Raden Tum enggung Sem arwijoyo, dikirim ke Tem bayat dalam bulan J uli 1825 dan ke Kajoran dalam bulan Agustus 1825 untuk m encari dukungan. Untuk keterangan m engenai Majasto, lihat Rinkes 1911:449-450 . 42. Knoerle, ‘J ournal’ 1830 :6, m elaporkan Diponegoro yang m engatakan bahwa ibundanya lahir di ‘desa Madesta in het district van Padjitan [sic]’, yang langsung m enyiratkan kewedenaan Pacitan jauh di pantai selatan, tapi lebih m ungkin adalah Pajang, lihat Knoerle ‘J ournal’ 1830 :24, di m ana ia m enggunakan ungkapan ‘in het Padjitaansche’ untuk m erujuk pada pertem puran Kiai Mojo di daerah Pajang pada 1828. “Madesta” ham pir pasti adalah Majasto. Tentang tem pat Majasto berada, yang sering dirujuk sebagai “bukit Majasto”, lihat Rinkes 1911:449; dan IOR X IX 7,

bacaan-indo.blogspot.com

Bagian I Ekologi Kebudayaan Jawa

“Topographische Kaart der Residentie Soerakarta opgenom en ingevolge gouvernem ents besluit dd. 9 J unij 1861 no. 6 en 13 November 1862 no. 26 [Peta Topograik Keresidenan Surakarta dibuat sesuai dengan undang pem erintah [Hindia Belanda] tt. 9 J uni 1861 nom or 6, dan 13 Novem ber 1862 nom or 26]”, di m ana Majasto disebut terletak ham pir tepat sebelah selatan Surakarta di tepi Kali Dankang di Kecam atan Tawangsari. Lebih jauh lihat Balé Poestaka 1939:66; dan http:/ / id.w ikipedia.org/ w iki/ Majasto,_ Taw angsari,_ Sukoharjo, diunduh 4 Septem ber 20 11. 43. LOr 6547c, XXXIII.61-62; Rusche 190 8-190 9, I:150 : 61. […] w onten pandhita kang prapta ing Majasta pondhokira w asta Mas Lurah punika 62. nanging pandhita lalana saking Arab w ijilira saèstu sarip punika nanging nam ur nam a Jaw a 62. […] 63. […] Ada seorang pandita yang datang, Majasto tem pat tinggalnya, bernam a Mas Lurah itu. 64. Tapi Pandita yang berkelana itu, dari tanah Arab asalnya, sesungguhnya adalah seorang Syarif [keturunan Nabi SAW] hanya m enyam ar m em akai nam a J awa. […] 44. NBS 37, Babad Diponegoro: Versi Joy oboy o, I.13. Lebih lanjut lihat Pigeaud 1967-80 , II:720 : 13. […] lap sakalan sirna Jeng Pangéran lim put-liniputan m angké

83

84

Sisi Lain Diponegoro

bacaan-indo.blogspot.com

tan ana kaw ulanipun m ung Hy ang Suksm a kang sipat y akin apadhang nerw angan datan na kadulu […] 13. […] Begitu sang Pangeran sirna; m aka sam a cerai-berai. Tidak ada lagi ham banya, hanya yakin kepada Yang Maha Kuasa; terang benderang tiada yang dapat dilihat. […] 45. AN, koleksi pribadi H.M. de Kock No. 181, A.H. Sm issaert (Yogyakarta) kepada H.M. de Kock (Surakarta), 13 Agustus 1825. 46. LOr 6547c, XXVII.7; Rusche 190 8-190 9, I:238: 7. anèng ngum bul nenggih kalangenanipun Jeng Suhunan Sala ingkang toy a langkung w ening m ina kathah Kangjeng Sultan pan kacary an 7. Di pem andian yang m enjadi kesukaan Susuhunan Solo, airnya sangat jernih; banyak ikan yang m enjadi daya tarik Sultan. 47. LOr 6547c, XXX.78 - 80 , Rusche 190 8-190 9, I;30 5-30 6: 78. […] lajeng akary a panepèn kinary a panglipur brongta nèng dhusun Mataram kinontha padhepokipun lir pratapaning pandhita 79. sasengkekèn w arna-w arni m aw i langgar alit ika m apan kinubengan lèpèn

bacaan-indo.blogspot.com

Bagian I Ekologi Kebudayaan Jawa

anèng ngérèng-érèng arga nenggih kang paksi perkutut déné kang dhérèk punika 80 . nam ung panakaw an alit ingkang ngladosi punika […] 78. […] Kem udian m em buat tem pat bersepi-sepi untuk m elipur lara di desa di Mataram . Padepokan itu dibuat seperti pertapaan pandita. 79. Dilengkapi m acam -m acam : ada langgar kecil juga yang dikelilingi sungai di lereng gunung, dan ada juga burung perkutut. Begitulah para pengikutnya m erasa senang. 80 . Hanya punakawan kecil yang m elayani. […] 48. LOr 6547d, XXXVII.50 -51; Rusche 190 8-190 9, II:120 : 50 . […] Sang Nata ngandika alon dhateng Kangjeng Panem bahan Kiy ahi pan kaw ula tam pi w angsiting Hy ang Agung kalam un badhé kaw ula 51. punika w ekasanèki apan tan dados punapa dady a kang Sinuw un m angké 50 . […] Sang Raja berkata pelan kepada Kangjeng Panem bahan [Mangkubum i]:

85

86

Sisi Lain Diponegoro

bacaan-indo.blogspot.com

“Kiai! Adapun saya telah m enerim a ilham dari Yang Maha Agung apa yang akan terjadi pada diriku. 51. Dem ikianlah akhirnya; tidak akan terjadi sesuatu [yang sukses] dengan Sinuhun [Sultan Erucokro] nanti.” […] 49. LOr 6547d, XXXVII.76; Rusche 190 8-190 9, II:141: 50 . […] Kangjeng Pangran m angkana ciptané m ring N aréndro pan tiga prakaw is sudarm a say ekti guru law an ratu […] 76. Kanjeng Pangeran m elihat pada Diponegoro ada tiga hal: seorang ayah yang sesungguhnya, guru, dan raja. […] 50 . Menurut Brum und 1854:194, tem pat sam adi Diponegoro di Selorejo terdiri dari enam y oni (tiang yang m elam bangkan perem puan dalam agam a Siwa) besar dari batu yang dibariskan bertiga-tiga, satu baris sedikit lebih tinggi daripada yang lain guna m em bentuk tem pat bersila, yang dirujuknya sebagai séla gilang (batu yang m em ancarkan cahaya), lihat juga Carey 1974a:26 catatan 86. Dalam suatu laporan yang dibuat oleh Residen Yogya, A.H. Sm issaert, pada 1823 bahwa banyak patung dan perkakas batu diam bil dari Pram banan dan tem pat tem pat benda peninggalan Hindu-Buddha lain di J awa bagian tengah-selatan oleh pejabat keraton Yogya untuk m enghiasi tem pat tinggal m ereka, dan Sm issaert kem udian khusus m enyebut “patung-patung Brahm a” yang diam bil oleh Diponegoro dari candi-candi sekitar Yogya untuk m em perindah Tegalrejo, lihat Carey 20 12:10 1 catatan 60 . J adi dengan dem ikian setiap hari Diponegoro bersem bahyang

bacaan-indo.blogspot.com

Bagian I Ekologi Kebudayaan Jawa

m enghadap Mekkah di atas lam bang-lam bang Dewa Hindu Syiwa yang telah dijungkir-balikkan! Sam pai sekarang pun (Februari 20 17) m asih dapat dilihat di Tegalrejo sekitar sepuluh buah yoni. Terdapat tiga buah di Selarong: dua buah di areal bekas panepen Selorejo, dan dua di luar Gua Secang serta sebuah di dasar air terjun tersebut. Daerah Pengging m erupakan sebuah pusat yang penting di zam an Hindu-Buddha di J awa dan Banyum eneng (Kulon Progo) terletak di dekat sebuah tem pat suci Hindu, lihat De Graaf 1949:44. 51. Burung perkutut dipergunakan di dalam upacara m eram al di J awa, lihat Pigeaud 1967-1980 , I: indeks sub; ‘peksi perkutut’. Mereka percaya bahwa pada m alam hari harim au dapat dihuni oleh roh m anusia dan kadang-kadang disebut m acan gadungan (harim au jadi-jadian), lihat Winter 190 2:85; Carey 20 12:570 catatan 138. 52. Boedihardjo 1923:28, m encakup hal-hal yang berikut ini: (1) kanda (cerita) yang diketengahkan oleh dalang m engenai kem balinya bam bang (anak laki-laki Arjuna) tersebut kepada ayahnya di Am arta; (2) satogalak (binatang-binatang buas), sardula-sardula (harim au-harim au) serta singa-singa m enyingkir, m em berikan kesem patan kepada sang bam bang (kesatria m uda) itu untuk berlalu dengan tenang sam bil m engucapkan kata-kata “sem oga kedam aian selalu m enyertai anda”; (3) kutu-kutu w alang-ataga (berm acam -m acam jenis serangga) bernyanyi, seakan-akan m erupakan pujian serta ucapan selam at bagi bam bang yang bersangkutan. Burung-burung berkicau, seolah-olah dengan perbuatan m ereka yang dem ikian itu m ereka ingin m enunjukkan jalan yang harus ditem puh anak m uda yang tam pan dan cantik itu […]”. Gam baran yang dilukiskan di atas tersebut m erupakan gam baran yang penuh keselarasan dan keserasian dengan alam , yang m encerm inkan kepekaan yang dim iliki oleh sang kesatria. 53. LOr 2114, V.7-8, hlm . 16; Carey 1981:42-45: 7. […] kasebut ing dalem kitab

87

88

Sisi Lain Diponegoro

tanah Jaw a ratu adil

bacaan-indo.blogspot.com

8.

nenggih titi-m angsanipun ing taun ngajeng puniki taun W aw u sasi Sura jum enengé Ratu Adil […] 7. […] [seperti] ditulis di dalam kitab [Musarar] tanah J awa Ratu Adil 8. tentang saat yang baik [m unculnya Sang Ratu], yaitu di tahun yang akan datang ini [AJ 1754], tahun Wawu bulan Sura bertakhtanya Sang Ratu Adil. […] 54. LOr 6547b, XXII.36; Rusche 190 8-190 9,1:136: 36. m apan ta w us dadi nagri N gay ogy a ngalih punika kang peken langkung agengé m irah kang sarw a tinum bas pajeng tiy ang sadéy an dady a sam y a rena sagung tan ana kang doracara 36. [Selarong sudah] m enjadi negeri (kota raja). Setelah Yogya beralih [ke sana] pasar m enjadi lebih bersem arak; sangat m urah bagaikan yang m em beli barang. Orang berjualan laku keras, [dan] sem ua orang m enjadi bahagia. Tiada laku curang. Bandingkanlah dengan gam baran klasik yang diberikan di dalam Serat Cabolang dari naskah yang ada di Reksapustaka, Mangkunegaran, Surakarta, jilid IV, V.6-7, hlm. 1813 (lihat Bibliograi untuk referensi lengkap): 6. […] w us resik nir apa-apa

bacaan-indo.blogspot.com

Bagian I Ekologi Kebudayaan Jawa

m arm ané w ong cilik sam y a ay em énak ty asira déné m urah sandang tedha 7. tan ana dursila durjana […] 6. […] Sekarang sudah am an. Itulah yang m enjadi harapan rakyat: tenteram , senang hatinya karena m urah sandang pangan. 7. Tidak ada orang yang buruk tabiatnya serta suka m encuri. [...] 55. AN, koleksi pribadi H.M. de Kock No. 183, A.D. Cornets de Groot J r (Surakarta) kepada G.A.G.Ph. van der Capellen (Batavia/ Bogor), 25 Novem ber 1825. 56. Wiselius 1872:188. Sem enjak sedini 8 Februari 1827, m ata-m ata yang disebarkan telah m ulai m elaporkan bahwa Diponegoro m erencanakan untuk m engundurkan diri ke Mekkah kalau serangan yang akan dilakukannya atas Trayem (yang terletak di dekat Candi Borobudur) sam pai m engalam i kegagalan, lihat AN, koleksi pribadi H.M. de Kock no.199, Kantong Surat No. 48; Knoerle, ‘J ournal’ (1830 ):33, m enyinggung tentang ren cana Diponegoro untuk m enetap di Mekkah serta m em beli tanah di sana dan sam pai sejauh tahun 1831 ia m asih saja tetap ber pengharapan bahwa pihak Belanda akan m enyediakan pengangkutan dari Manado untuk dapat m em enuhi keinginannya ter sebut, lihat Carey 20 12:840 ; AN, Besluit Gubernur J enderal in rade (bislit yang diam bil dengan nasihat Raad van Indië [Majelis Hindia]), 2 J uli 1831 no.15, J .P.C. Cam bier (Residen Manado) kepada J ohannes van den Bosch (Batavia/ Bogor), 22 April 1831. 57. Wiselius 1872:188; Brandes 1889:386, m enyebutkan bahwa Erucokro tersebut akan m em erintah atas keem pat pulau: J awa, Madura, Patani, dan Palem bang. Knoerle ‘J ournal’ (1830 ):39,

89

90

Sisi Lain Diponegoro

bacaan-indo.blogspot.com

m elaporkan seakan-akan Diponegoro, atas dorongan Sentot, m em ikirkan untuk m enaklukkan Flores, Sum bawa, Lom bok, dan Bali. 58. LOr 6547b, XII.44-47, hlm . 11; Nindya Noegraha (peny.) 20 10 , II:5: 44. […] bénjing sapengker kula dados kanti ingkang w ingking turun kaw ula punika kang ngem bani 45. sam pun pesthi karsané Allah Tangala kapir jaler ing jurit ing sapengker kaw ula uw a kapir punika m apan inggil juritèki nèng tanah Jaw a ngantos tri atus w arsi 46. y èn w us jangkep tigang atus w arsa uw a kapir nèng tanah Jaw i pan lajeng m isèsa ngaken Ratuning Jaw a punika uw a ing bénjing pan w onten uga uw a karsaning W idi 47. kang nandhingi y udané kapir punika m apan risaking bénjing nging W alahu Aklam uw a lestarinira […] 44. […] “Kelak seusai saya terjadi di kem udian hari dari anak keturunanku yang akan pegang kendali. 45. Sudah kehendak Allah Ta’ala kair [penjajah Belanda] akan jaya dalam jurit.

bacaan-indo.blogspot.com

Bagian I Ekologi Kebudayaan Jawa

Seusai saya nanti (1646), paman, kair itu akan m enang perangnya di tanah J awa sam pai selam a tiga ratus tahun. 46. Setelah tiga ratus tahun terjangkau, kuasa kair di tanah Jawa, lantas [beralih] yang akan berkuasa perintah seorang ratu J awa. Itupun, pam an, kelak akan terjadi juga atas kehendak Yang Maha Esa, 47. seorang yang akan menentang kair dalam perang dan bakal terjadi kerusakan besar, tetapi hanya Allah yang m engetahui kelestariannya.” […] 59. LOr 6547b, XIV.45-46, hlm .114; Nindya Noegraha (peny.) 20 10 :45: 45. Kangjeng Ibu ingkang bekta prapta ngarsany a Sang Aji pinarak Prabay eksa pan lajeng iling-ilingi Jeng Sultan ngandika ris Bok Ratu buy utirèku besuk w ruhanira w us karsaning Hy ang W idi pan pinasthi iy a kary a lam pahan 46. pan iku luw ih lan ingw ang rusaké W olanda bénjing w ekasan W alahu Alam […] 45. Kanjeng Ibu [Mangkorowati] yang m em bawa [bayinya] dan datang m enghadap Sri Sultan, duduk bersam a di Proboyekso. [Setelah] m elihat [sang bayi] dengan teliti,

91

92

Sisi Lain Diponegoro

bacaan-indo.blogspot.com

Sri Sultan [HB I] berkata dengan liris: “Mbok Ratu [eyang buyut DN, Ratu Ageng], cicitm u tahuilah kelak, sudah m enjadi kehendak Tuhan YME bahwa lakon hidupnya sudah ditentukan, 46. akan m elebihi yang saya [telah lakukan] dengan m em buat rusak kepada Belanda di hari depan. Tapi yang terjadi kelak hanya Tuhan YME yang tahu.” […] 60 . Terdapat pula kem ungkinan bahwa Diponegoro m enganggap dirinya sendirilah yang m erupakan keturunan Erucokro yang berasal dari Turki tersebut dan kiranya itulah sebabnya m engapa ia m enggunakan nam a-nam a Turki untuk nam a resim enresim en pasukan pengawal pribadinya itu. Sebagaim ana juga halnya dengan pertem uannya dengan Ratu Adil, kita juga bisa m enyebutkan yang terjadi di sebelah tim ur Sungai Opak, tetapi hal itu tidak sesuai dengan pandangan Diponegoro tentang orangorang Belanda di J awa. 61. LOr 6547c, XXIII.40 ; Rusche 190 8-190 9, I:148; Cohen Stuart 1872:285-88. ‘Murti’ adalah sebuah nam a yang diberikan kepada Wisnu, dengan siapa Diponegoro sudah m ensejajarkan dirinya ketika ia m enggam barkan perkawinannya dengan Raden Ayu Maduretno (sekitar 1798-1827) pada 28 Septem ber 1814 (Carey 20 12:470 -71). Mungkin sekali terdapat hubungan antara gelar Erucokronya itu dengan Wisnu oleh karena sebagai penguasa alam sem esta ini Wisnu m em akai cakra sebagai senjatanya. 62. LOr 6547b XX.19-20 ; Rusche 190 8-190 9, I:10 2: 19. […] alok-alok sem udra m urub puniki lan gum ledhuk kang sw ara 20 . lan gum uruh lir ardi Merapi […]

bacaan-indo.blogspot.com

Bagian I Ekologi Kebudayaan Jawa

19. […] m enjerit, seperti lautan m enyala ini serta bergegarnya sang suara 20 . dan gem uruhnya bagai Gunung Merapi […] Penam pilan Ratu Adil terjadi pada tanggal 21 Ram adhan, tahun Dal, A.J . 1778 (19 Mei 1824), sedangkan Gunung Merapi m eletus, dengan kekuatan yang cukup hebat, pada tanggal 28-29 Desem ber 1822, Carey 20 12:60 2-60 6. 63. LOr 6547b, XX.23-24; Rusche 190 8-190 9, I:10 3: 23. […] Kangjeng Ratu Ageng pan supénèng ratri m irèng sw ara m angkana 24. Ratu Ageng Ratu Kancanèki tem okena law an w ali ika w udhar lor kulon w ism ané y èn tan kalakon iku pasthi rusak ing tanah Jaw i sun pundhut ny aw anira m angkana pan iku ngantos jangkep kaping tiga 23. […] Kanjeng Ratu Ageng pada suatu m alam tergugah m endengar suara begini: 24. “Ratu Ageng, Ratu Kencono harus kawin dengan seorang w ali w udhar yang berm ukim di sebelah barat laut. J ika hal ini tidak terlaksana, pastilah tanah J awa akan dihancurkan dan Aku akan m em cabut nyawam u.” Begitulah sam pai genap tiga kali. […]

93

94

Sisi Lain Diponegoro

bacaan-indo.blogspot.com

64. AN, koleksi pribadi H.M. de Kock No. 181, A.H. Sm issaert (Yogyakarta) kepada H.M. de Kock (Surakarta), 13 Agustus 1825. LOr 6547b, XIV.56; Rusche 190 8-190 9, I:2: 56. […] kabèh w ong N gay ogy a sam i ageng-alit aw is ingkang lam pah ny ata 56. […] sem ua orang di Yogya sam a-sam a dari lapisan atas hingga bawah jarang m em ihak kebenaran. 65. LOr 6547b, XIV.51; Rusche 190 8-190 8, I:1: 51. […] langkung kerta Tegalrejo m apan kathah tiy ang prapti sam y a angungsi tedha ingkang santri ngungsi ngèlm u langkung ram é ngibadah punapa déné w ong tani 51. […] Tegalrejo m enjadi sangat sejahtera karena banyak orang datang; sem ua m encari m akan [sedang] para santri m encari ilm u. Di sana banyak am al dan doa, terlebih pada petaninya. 66. AN, koleksi pribadi H.M. de Kock no.111, Beschrijving van het karakter en hoedanigheid van de Sultan, de Prinsen en de Rijksbestierder van Djokjakarta (Sebuah uraian m engenai kepribadian serta tingkah laku Sultan, para pangeran dan perdana m enteri [kerajaan keraton] Yogyakarta), Magelang, 10 Desem ber 1829, m erujuk kepada sang Pangeran dan keluarganya sebagai ‘zeer beschaafd’ (m em punyai peradaban tinggi). 67. J adi dem ikianlah ulasan yang diberikan oleh penulis (Raden Ngabehi Sosrodipuro II) Babad Diponegoro versi Keraton Surakarta, LOr 2114 II.8-9, hlm . 6-7 (Carey 1981:16-18):

Bagian I Ekologi Kebudayaan Jawa

bacaan-indo.blogspot.com

8.

aling-aling ingapadhang m endhak katon dèn tingali w iku-w ikuning atigan ing jeroné isi kuning […] ling-aling dènny a karem ing agam a 9. lan kerep lunga tirakat atut-runtut lan w ong santri ilang churm ating satriy a nanggo churm ating w ong santri […] 8. Bersem bunyi di tem pat yang terang, dia m em bungkuk ke bawah tapi dilihat. [Seperti] seorang pandita palsu [wiku endok] dalam nya kuning isinya. […] Dia hanya berpura-pura gem ar agam a 9. dan sering pergi tirakat bersatu dengan orang santri. Kehorm atannya sebagai seorang kesatria sudah hilang sebab sudah m enerim a kehorm atan santri. […] 68. Malam -m alam lailatul-qadar tersebut dapat jatuh pada salah satu dari kelim a m alam -m alam ganjil bulan Ram adan (Puasa) (tanggal 21, 23, 25, 27 dan 29). Penam pilan Ratu Adil terjadi pada tanggal 21 Ram adan sedangkan penam pilan kedelapan orang wali itu pada Ram adan yang ke-27. Lihat J uynboll 1930 :10 7. 69. LOr 6547b, XX.14; Rusche 190 8-190 9, I:10 1: 14. […] ijem surbanipun arasukan jobah séta lan calana séta ngagem […] 14. […]

95

96

Sisi Lain Diponegoro

bacaan-indo.blogspot.com

hijau warna serbannya, berpakaian jubah putih serta celana putih pula yang dikenakannya […] 70 . AN, Ministrie van Koloniën 4132, A.H. Sm issaert (Yogyakarta) kepada G.A.G.Ph. van der Capellen (Batavia/ Bogor), 20 J uli 1825, Kopie No. 12, Bijlage Sm issaert (Lam piran Sm issaert), Salinan No. 12, di m ana diketengahkannya tentang Diponegoro yang m engenakan “een Arabisch en zeer gedistingueerd Priester gew aad” [“sebuah busana Arab atau pakaian pem uka agam a yang sangat istim ewa”]. Nam paknya Diponegoro m em punyai seorang penasihat bangsa Arab yang bernam a Syeh Ahm ad alAnsari di Tegalrejo dan m enantunya pun bernam a Syeh Ahm ad yang m ungkin bisa m em beri nasihat tentang busana perang suci (prang sabil) itu, lihat Nahuys 1835, I:13. Syeh Ahm ad itu, yang berasal dari J eddah, ada bersam a Diponegoro ketika terjadi pertem puran di Selarong pada 5 Oktober 1825, dan m enantunya dilaporkan tewas (LOr 6547c, XXIII.146; Rusche 190 8-190 9, I:156). Haji Badarudin dan Haji Ngiso, yang m erupakan penasihat dekat Diponegoro selam a berlangsungnya Perang J awa telah dua kali pergi ke Mekkah (Knoerle “J ournal” 1830 :21) dan ia juga m em punyai hubungan yang baik dengan Sayyid Hasan, seorang Arab yang m enjadi guru pem bim bing Sultan Ham engkubuwono IV dan putranya, HB V, dan m enghadiri konperensi perdam aian di Magelang pada 8-28 Maret 1830 , lihat KITLV H 340 , H.M. de Kock, Verslag van het voorgevallene m et den Pangeran DipoN agoro, kort vóór, bij en na zijne overkom st (“Laporan tentang kejadian yang dialam i oleh Diponegoro sedikit sebelum , sesaat terjadi, dan sesudahnya penyerahan diri”), Magelang, 1 April 1830 . Lihat juga catatan 43 di atas. 71. Lihat Boom s 1911:34 untuk m endapatkan gam baran m engenai resim en-resim en pasukan pengawal pribadi tersebut yang m em akai nam a Turki Osm ani. Haji Badarudin, yang pascaperang m enjadi penghulu landraad pertam a di Purworejo, m engutip

bacaan-indo.blogspot.com

Bagian I Ekologi Kebudayaan Jawa

tentang sebuah adm inistrasi Turki Osm ani di Mekkah kepada Kiai Mojo, LOr 6547d, XXXIII.59-61, Rusche 190 8-190 9, II:46: 59. [...] Kiai Mojo nuly a pan sanget srengenny a dhateng Kaji Badarudin asru anabda Éh Dullah Badarudin 60 . apan dika tan sum urup ngèlm unira y èn Im am law an Kadhi apa béda uga Mekah kady a punika pan dika w eruh pribadi Dullah saurny a inggih leres Kiai 61. nanging Mekah saday a pan kaw isèsa m ring Sultan Ngerum sam i […] 59. […] Kiai Mojo kem udian dengan sangat m arah datang kepada Haji Badarudin dan berkata dengan nada seru: “Heh, Dullah Badarudin, 60 . apa kam u tidak kenal ilm um u sendiri bahwa Im am dan Kadhi berbeda? Sebagaim ana di Mekkah, sudah kau saksikan sendiri!” Dullah m enjawab: “Benar, Kiai, 61. tetapi Mekkah kan sudah dikuasai oleh Sultan Turki (Raja Rum ) pula.” […]

97

98

Sisi Lain Diponegoro

bacaan-indo.blogspot.com

72. Sebuah penilaian yang berim bang tentang kedudukan doktrinal Diponegoro haruslah m enunggu sam pai nanti terdapat sesuatu analisis atas sum ber-sum ber bahan tentang Islam Sui bergaya tarekat Satariyah yang dipelajari Diponegoro waktu m uda di bawah pem bim bing eyang buyutnya, Ratu Ageng, seorang pentolan tarekat tersebut di keraton Yogyakarta, lihat Om an Fathurahm an 20 16:49-51. Naskah-naskah Makassar, Buku I (Sejarah Ratu Tanah Jaw a) dan II (Hikay at Tanah Jaw a), paling banyak yang dapat dikem ukakan adalah bahwa Diponegoro m encerm inkan kenyataan yang sedang tum buh, yaitu penyatuan diri dengan Islam yang dipandang ‘ortodoks’, tapi dalam kasus Pangeran masih kental ajaran Sui, yang setiap hari semakin menjadi bagian yang m em punyai arti penting dalam identitas budaya orang J awa pada m asa awal abad XIX, lihat Soebardi 1971:348-349. 73. Dem ikianlah KITLV Or 13, XIV.35, hlm . 150 , m enggam barkan Patih Surakarta, Raden Adipati Sosrodiningrat II (m enjabat 1812-1846), sebagai m engatakan kepada Sunan Pakubuwono VI (bertakhta 1823-1830 ): 35. […] sem u santri tan saged olah praja punika santri w ateké m ung m bujeng aw akipun boten saged m engku prajadi santri rupek ing m anah paé w ahy u Ratu […] 35. […] Santri tidak dapat m em erintah negara karena begitulah tabiat santri. Mereka m encari m ereka sendiri. Mereka tidak dapat m engurus kerajaan karena pikiran m ereka picik. Lain sekali dengan perbawa seorang raja. […]

bacaan-indo.blogspot.com

Bagian I Ekologi Kebudayaan Jawa

74. Cerita dari m ulut ke m ulut dan turun-tem urun ini diungkapkan kem bali kepada penulis oleh Ibu Dr. Sahir, cicit Pangeran Diponegoro Muda (sekitar 180 3-pasca Maret-1856), yang diwawan cara i di rum ahnya di J alan I Dewa Nyom an Oka 7, Kota Baru, Yogyakarta, Mei 1972. 75. Bacalah tulisan Forrester 1971:43-73, Bab III, “Signs and Portents: Their Role in the Babad” [“Tanda-tanda dan Keajaiban-keajaiban: Peranan m ereka di dalam Babad”]. 76. Forrester 1971:60 -62, yang m em bandingkan itu dengan kisah Kala Gum arang yang terdapat di dalam cerita dewi padinya, Dewi Sri, dan pasangannya, Pangeran Sedana, yang dikem ukakan dalam risalah W.H. Rassers, Panji, The Culture Hero [Panji, pahlawan kebudayaan] (Den Haag: Nijhoff, 1959), hlm . 1-63, bab I yang berjudul “On the m eaning of J avanese Dram a” [“Mengenai m akna dram a J awa”]. 77. Pekiringan terletak di daerah Gom bong dekat Kebum en, lihat Dum ont 1917:438. Perbukitan di Desa Pekiringan juga bernam a Ardilawet (bukit dari burung lawet). 78. Cahyono terletak di daerah Purbalingga di Keresidenan Banyum as, Dum ont 1917:597; lihat juga Drewes 1925:19-24, yang m enghubungkan Cahyono dengan m akam Syeh J am bu Karang, putra Raja Pajajaran, Prabu Brawijaya Mahesa, yang m enyebar agam a Islam di Kabupaten Purbalingga. 79. KITLV Or 13, VII.29-30 , hlm . 77: 29. duk sem ana Jay am ustapa lan Mobid langkung susahira sesm ita datan ngénaki delajat nagri Mentaram 30 . kay a-kay a negara Mentaram iki arep karusakan jalarané apa bénjing 29. Pada waktu itu [Kiai] J oyomustopo dan [Kiai] Mopid sangat susah. Sasm ita tidak enak

99

100

Sisi Lain Diponegoro

bacaan-indo.blogspot.com

tentang [m asa depan] kerajaan Mataram . 30 . Seakan-akan negeri Mataram ini akan rusak. J adi apa kelak [nasib Mataram itu]? 80 . KITLV Or 13, VIII.10 -11, hlm . 80 : 10 . […] Dipanegara bésuk m eksa arep am urw èng urip ngrata agam a sarak jinurung Al-Sabur sinung rahm at Ingkang Muly a […] 11. […] pesthi lulusé karepé y èn adoh saking iku lam un nrajang patang prakaw is rahm at hiday at be(ng)gang (w a)ngsul w ahy unipun […] 10 . […] Diponegoro kelak ingin m enyem purnakan kehidupan [dan] m engajarkan perintah Agam a bernam a Al-Sabur dengan rahm at Yang Maha Mulia. […] 11. […] Pasti bakal tercapai m aksudnya bila m au m enghindari em pat perkara. Tetapi jika em pat perkara itu dilanggar Rakhm at dan Hidayah Allah bakal lepas kem bali kepada Perintah Allah. […] 81. KITLV Or 13, VIII.20 , hlm . 83: 20 . […]

bacaan-indo.blogspot.com

Bagian I Ekologi Kebudayaan Jawa

w us karilan m aring Allah dadi ratu aji takabur sirèki y èn nrajang w urung bakal 20 . […] Sudah seizin Allah bila raja yang dihorm ati bersikap takabur, kalau tam ak kedekut tentu gagal. 82. KITLV Or 13, XIV.3-10 , hlm . 140 : 3. […] ing Silarong w inuw us m alih Pangran Dipanegara kagepok takabur supé w angsiting Allah w us pesthiné takdirolah nora keni ow aha sangking tapa […] 10 . nora tutug karsané dady a Ji ngrata sarak anèng tanah Jaw a tem ené durung m angsané […] 3. […] Di Selarong diceritakan lagi Pangeran Diponegoro terkena takabur, lupa akan perintah Allah. Sudah m enjadi takdir Allah tidak boleh lepas dari bertapa […] 10 . Tidak berhasil tujuannya m enjadi raja, pengem bang agam a di tanah J awa, karena m em ang belum m asanya. […] 83. Dem ikianlah, m isalnya, tradisi tentang kem bang Wijayakusum a tam paknya lebih tersohor di daerah Surakarta daripada Yogya,

101

102

Sisi Lain Diponegoro

bacaan-indo.blogspot.com

lihat F.S.A. de Clercq, N ieuw Plantkundig W oordenboek voor

Nederlandsch Indiё [Buku Baru Kam us Ilm u Tum buh-tum buhan untuk Hindia-Belanda] (Am sterdam : De Bussy, 190 9), hlm . 30 7. 84. KITLV Or 13, XIV.69-71, hlm . 159-60 : 69. ciptanira sagunging kang w ady a lit ny ata tetep jangkaning kuna bakal ana perang gedhé m ilané sam i suy ud say ektiné nora m angerti kalam un durung m angsa sam angky a w ady a gung sam i cipta sabilollah jer Jeng Sultan tetep m adeg Ratu Adil critané Joy oboy o 69. Dugaan rakyat kecil sem uanya bahwa ram alan yang dulu benar tepat akan terjadi sebuah perang besar. Oleh karena itu mereka tunduk [kepada Diponegoro]. Sebenarnya m ereka tidak tahu bahwa saatnya belum tiba. J adi langsung m ereka sem ua bersam a m enciptakan sebuah perang sabil supaya Sri Sultan [Diponegoro] tetap m enjadi Ratu Adil. [Begitulah] ram alan [Prabu] J oyoboyo. 85. LOr 2163, XV.89-90 , hlm . 197: 89. Sultané ènget jroning kalbu caritané kang rum iy in surasané surat jangka Sang Nata Ratu Kedhiri Sang Nerpati Joy oboy o Jeng Sultan kraosing galih 90 . Sultan angling jroning kalbu leres carita rum iy in

bacaan-indo.blogspot.com

Bagian I Ekologi Kebudayaan Jawa

Ki Ajar ing Gunung Padhang sun raos leres say ekti nglam pahi kang angèl ingw ang am ungsuh law an Kum peni 89. Sultan teringat di dalam hati cerita yang dahulu, isi surat pralam bang Yang Mulia Ratu Kediri, Prabu J oyoboyo. J eng Sultan m erasa di kalbu 90 . [dan] ingat di lubuk hati paling dalam benar cerita dahulu [tentang] Ki Ajar di Gunung Padang. Saya m erasa m em ang benar bahwa saya akan pilih jalan yang am at sulit dan m enjadi m usuh Kom peni [Pem erintah kolonial Belanda]. 86. LOr 2163, XXVII.4, hlm . 355: 4. w us rum aos Sang Nata sajroning kalbu sam pun karsané Hy ang W idhi bénjing Sang N ata ateluk kaboy ong m arang Kum peni w us rum angsèng jroning batos 4. Sang Raja sudah m enyadari di dalam hati bahwa m em ang sudah m enjadi kehendak Yang Maha Esa bahwa kelak raja akan takluk [dan] dibawa pergi oleh Kom peni [dalam pengasingan]. Itulah yang sudah terasa di dalam batin. Cokronegoro m em bandingkan m asa tersebut dengan adegan gara-gara (huru-hara) yang terdapat di dalam cerita wayang kulit, ter utam a dalam pertunjukan wayang di Surakarta. Adegan tersebut m enggam barkan kerusuhan sem entara yang m enim pa tata

103

104

Sisi Lain Diponegoro

bacaan-indo.blogspot.com

atur an seorang tokoh yang kuat. Orang itu, wujudnya luar biasa, ta pi sedang m engalam i kedukaan yang hebat, dan baik secara sadar, m aupun secara tidak sadar, m em ohon pertolongan Tuhan agar m engubah keadaan yang m enim panya, lihat Mangkoenagoro 1933:87. 87. LOr 2163, XXXIX.3, hal. 489, m enggam barkan Cokronegoro seakan-akan bertarung seperti Gareng m elawan sem bilan orang, sebagaim ana yang dilukiskan di dalam Bharatayuda tersebut: 3. ram éning prang tam buh m ungsuh law an row ang panggrujuhé kang kanin lir Garèng kasanga ungkih angenti law an sam y a surèng ingajurit lir Bharatay uda Pendhaw a Kuraw èki 3. Ram ainya perang saudara. Begitu banyak yang kena luka; bagaikan Gareng [bertanding dengan] sem bilan orang m encoba m enyingkirkan m usuh. [Dua-duanya] Sam a-sam a kuat dalam pertandingan, seperti dalam Perang Bharatayuda Pandawa lawan Kurawa. 88. Saya berterim a kasih kepada Dr. Pigeaud (alm .) atas sarannya ini, wawancara, Leiden, J uli 1973. 89. LOr 2114, IV.7-8, hlm . 13: 7. […] Tuw an Sem itsar duk ngrungu m y ang Sifaly é sru bram aty a 8. gum erot w ajané atik m acicil netra ngatirah goy ang-goy ang kapalané kang idep m angada-ada […]

bacaan-indo.blogspot.com

Bagian I Ekologi Kebudayaan Jawa

90 . LOr 2114, IV.8-9, hlm . 13: 8. […] Tuw an Sem itsar kady a y èn agenga m iw ah luhur kady a y eksèndra N galèngka 9. duk m y arsa patinirèki y aksa ari nglebur gongsa nanging rinangkep candrané dènny a andhap dedegira alit kirang bagusny a bikukul w etengé gandhul kady a w il Sang Pulunggana 91. LOr 2114, IV.11-12, hlm . 13: 11. […] Tuw an Sifaly é pan kady a putra ing Madukara m edal reksa saking gunung w asta w il Jay aw igena 12. m endèm gay am nuly a guling anèng satengahing w ana kay a m engkono candrané daw a lam un cinarita [...] 92. LOr 2114, VIII.49-50 , hlm . 34: 49. […] May or W iranegara anèng w uri rada kem ba lengud-lengud dady a tontonan sam arga satengah ana bibisik 50 . anjaw il m ring row angira kadingarèn Radèn May or puniki béda law an sabenipun bagasé lir W olanda

105

106

Sisi Lain Diponegoro

bacaan-indo.blogspot.com

ing saiki sinaw ang solahé tutut lan m ungguh w aw ay ang purw a kady a Sang Ary a Sangkuni 93. LOr 2114, VIII.21, hlm . 30 (lihat juga Carey 1981:277 catatan 172 untuk keterangan tentang nam a ‘Mitragna’): 21. Pangéran Dipanegara w us anitih kuda rekta geng inggil pun Mitragna w astanipun am andhi pangaw inan m apan kuning padhang bulan song-songipun y èn dinulu Jeng Pangéran kay a putra Dw araw ati 94. LOr 2114, VIII.16, hlm . 30 : 16. Pangéran Dipanegara w us angrasuk busananing prang sabil lancingan rasukanipun m y ang dhestar sam y a pethak […] 95. LOr 2114, I.7-8, hlm . 2: 7. […] adat law as kèh rusak kang w ong cilik bingung ow ah kéblating nagara kèh pitenah kam pak bégal kècu m aling ngam bah sajroning praja 8. tan lum am pah chukum ing Suram bi nora ajeg adiling Pradata rukun-rukun ilang kabèh ikhtiy ar kang lum aku m y ang w asèsa rosa kang m eksih saru deksura nora pinikir delarung akèh w ong pocot rinèka ing bicara w ong liy a ingkang gentèni anak w ijil w ong kum pra

bacaan-indo.blogspot.com

Bagian I Ekologi Kebudayaan Jawa

Bandingkanlah ini dengan gam baran yang terdapat di dalam Serat Cabolang IV:1813, V.20 -22: 20 . tanpa kangèn m ring m itra sanak sadulur tan ana w arta ny ata akèh w ong m larat m aw arni day ané y èka lam un ty asé nalangsa 21. Kresna ajrang sujana kapontit ny urut durjana dursila say arda dadra andadi akèh m aling m alandang m alang ing m arga 22. bandhol gugus m endhosol rina pupuguh […] 21. Tanpa rindu kepada kawan sanak saudara. Tiada berita nyata: banyak orang m elarat berbagai upaya dilakukan, tetapi tetap m enderita. 22. Watak (bijaksana) Kresna jarang kebajikan sem akin m enyurut tindak durjana, pelanggaran susila sem akin tum buh berkem bang; banyak pencuri di sepanjang jalan; begal berani keluar di siang hari. […] 96. LOr 2114, V.4, V.7, hlm .16: 4. Pangéran ngandika arum lah ta kaki Taptajani punapa sam pun m angsany a hubay anira duk nguni w ong sedy a prang sabilullah pay o padha dèn lekasi

107

108

Sisi Lain Diponegoro

7.

Kiai Taptajani m atur

bacaan-indo.blogspot.com

Gusti sam pun anlenggahi y èn sedy a prang sabilullah m ufakat para ngulam i kasebut ing dalem kitab tanah Jaw a Ratu Adil 97. Drewes 1925:133: 8. nenggih titi m angsanipun ing taun ngajeng puniki taun W aw u sasi Sura […] 8. Bahwa waktunya yang tepat adalah pada tahun depan ini yaitu dalam tahun Wawu dan bulan Sura. 98. Seorang pangeran di Yogyakarta pada akhir abad XIX pernah m em esan seperangkat wayang kulit dengan gaya dan pakaian yang klasik tetapi dengan m em perlihatkan wajah para pem im pin yang m em ainkan peranan di dalam sejarah Yogya pada waktu itu, lihat Ricklefs 1974a:190 . Mem bandingkan situasi sekarang dengan Wayang Diponegoro yang pada 20 16 diciptakan di Yogya oleh Ki Roni Sodewo (keturunan ketujuh anak Diponegoro, Raden Mas Alip/ Sodewo), Mas Rahadi Saptata Abra (keturunan keenam m enantu Diponegoro, Kolonel Tum enggung Mertonegoro), dan adik Sri Sultan HB X, KPH Yudhoningrat, Carey 20 17:ix.

bacaan-indo.blogspot.com

Sampul muka kulit naskah Babad Kedung Kebo (LOr 2163), naskah tertua di Leiden Universiteitsbibliotheek, dengan gambar Bima dan Pandita Durna yang melambangkan KRA Cokronegoro I dan atasannya selama Perang Jawa, Kolonel Jan Baptist Cleerens (1785-1850). Foto seizin UBL.

bacaan-indo.blogspot.com

bacaan-indo.blogspot.com

Pangeran Diponegoro memberi sejumlah perintah kepada dua orang pengikutnya, Kiai Joyomustopo dan Kiai Mopid, sebelum mereka memulai ziarah ke Gua Batu di Pulau Nusa Kambangan. Diponegoro sedang duduk di keteduhan pohon kemuning di atas batu samadi bernama Selo Gilang di tempat menyepi (panepèn) di Selorejo tepat arah timur laut Tegalrejo. KITLV Oriental MS 13 (Babad Kedung Kebo), f.81v. Foto seizin UBL.

bacaan-indo.blogspot.com

BAGIAN II

Babad Kedung Kebo1

PARA ahli sejarah yang ingin m endalam i Perang J awa (1825-

bacaan-indo.blogspot.com

18 30 ) dan peristiwa yan g m en dahuluin ya akan dihadapkan pada koleksi naskah sejarah J awa yang luar biasa kaya. Koleksi naskah ini dapat menjadi sumber untuk menghidupkan aspek lokalnya. Bahan-bahan tersebut mencakup surat-surat yang asli

1 Ucapan terima kasih ini saya tulis pada 1972, dan ketika naskah ini diterbitkan lagi pada September 2017, empat orang di antaranya sudah almarhum: Kepada Dr Th.G.Th. Pigeaud (20 Februari 1899-6 Maret 1988) yang telah memeriksa semua terjemahan bahasa Jawa dan menyajikan banyak saran serta petunjuk untuk tulisan ini. A big thank you too untuk Prof. P.J. Zoetmulder SJ (29 Januari 1906-8 Juli 1995) dan Drs Mujanattistomo (alm.) dari Yogyakarta. Keduanya telah membantu dengan memberikan tafsiran atas kata pengantar yang terdapat dalam bahasa Jawa tersebut. Akhirnya, matur nuwun sangat kepada mantan Bupati Purworejo, Drs Suharto AH (menjabat 1967-1975), beserta stafnya, dan bupati petahana, Pak Wiryo Ratmoko (menjabat 1966-1967) (alm.), dari Jalan WR Supratman No. 3, Purworejo, yang telah menyediakan begitu banyak dokumen bagi saya dan meluangkan begitu banyak waktu untuk mengorganisasikan wawancara-wawancara saya di daerah Bagelen pada Mei 1972.

bacaan-indo.blogspot.com

114

Sisi Lain Diponegoro

maupun babad yang ditulis oleh orang yang terlibat langsung dalam peristiwa sejarah. Nam un dari sem ua bahan sejarah, babad memiliki arti paling penting. Sejarah Peran g J awa dan riwayat Pan geran Dipon egoro (178 5-18 55) biasan ya d iklasifikasikan d alam katalog per p u st akaan d i bawah ju d u l “Babad Dip on egor o”. Nam u n klasiikasi ini membingungkan sebab babad yang bersangkutan banyak membicarakan segi-segi yang sangat berbeda. Bahkan kadang kala ditulis oleh pihak yang berlawanan. Kebanyakan “Babad Dipon egor o” yan g asli, ser ta tu r u n an n askah n ya, sekar an g t er sim p an d alam koleksi u m u m p er p u st akaan di Belan da dan In don esia. Ada juga sejum lah kecil n askah yan g m asih terdapat dalam koleksi keluarga, seperti n askah “Kampung J awa Tondano” di Minahasa (Sulawesi Utara) yang ditulis Kiai Mojo sewaktu diasingkan di Tondano antara Mei 1830 dan Desember 1849.1 Dari semua koleksi umum ini, yang paling penting adalah yang di Perpustakaan Universitas Leiden (Universiteitsbibliotheek) di Leiden, Belanda, dan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia di J akarta. Perpustakaan di dalam Keraton Surakarta dan Keraton Yogyakarta, serta Perpustakaan Museum Sonobudoyo di Yogyakarta juga menyimpan beberapa versi “Babad Diponegoro” yang menarik.2 Pada awalnya, sewaktu saya menjadi peneliti muda di Yogya awal 1970 -an, agak sulit melakukan penelitian tentang babad, sebab belum ada katalog koleksi babad J awa yang m em adai. Petunjuk tentang lokasi naskah-naskah yang asli, beserta tanggal dan latar belakangnya, juga hampir tidak ada. Karena hal itulah tugas sejarawan menjadi luar biasa sulit. Sementara itu, jumlah naskah yang telah diterbitkan juga masih amat sedikit (Carey 1981). Kalaupun ada, sering kali sulit untuk didapatkan sebab sudah lama out of print atau tidak dicetak ulang (lihat contoh Babad Kedung Kebo yang diterbitkan oleh G.C.T. van Dorp, Semarang, pada hlm. 119-120 , 132-137).

bacaan-indo.blogspot.com

Bagian II Babad Kedung Kebo

Naskah-n askah yan g palin g pen tin g ten tu adalah yan g ditulis oleh orang yang punya keterlibatan erat dalam peristiwa yan g m ereka lukiskan , seperti Pan geran Dipon egoro sen diri serta para pujan gga (ahli sastra J awa), dan pejabat keraton J awa bagian tengah-selatan yang hidup sewaktu sang Pangeran m em im pin Peran g J awa, seperti Tum en ggun g Sostron egoro alias Yosodipuro II (m en in ggal 18 44), dan bupati perdan a Purworejo pasca-Perang J awa, Raden Adipati Ario Cokronegoro I (1779-18 62). Den gan d em ikian , d ar i babad -babad yan g sekaran g diken al den gan judul um um “Babad Dipon egoro”, tampaknya dapat dibagi dalam tiga kelompok utama. Pertama, otobiograi yang ditulis oleh Pangeran Diponegoro sendiri ketika diasingkan ke Manado (1830 -1833).3 Kemudian, dalam golon gan yan g sam a, babad yan g ditulis oleh kerabat Dipon egoro, seperti Babad Dipon egoro Sury an galam yan g disusun oleh putra sulun gn ya, Pan geran Dipon egoro Muda (sekitar 18 0 3– pasca-Maret 18 56), tak berapa lam a setelah ia diasingkan ke Sum enep (18 34-18 51) pada 18 34.4 Dari sem ua kelom pok babad in i, otobiogr afi Pan ger an Dipon egor olah yan g palin g terken al serta digun akan , bahkan sudah diakui oleh UNESCO (Organisasi PBB untuk Pendidikan, Ilmiah, dan Kebudayaan) sebagai naskah Ingatan Dunia (M em ory of the W orld) pada 18 J uni 20 13. Sejarawan m iliter Belanda, P.J .F. Louw (1856-1924) dan E.S. de Klerck (1869-1939), yang menulis m ahakarya tentang Perang J awa (Louw dan De Klerck 18941909), telah menetapkan babad otobiograi ini sebagai sumber utama bagi sejarawan yang ingin meneliti sejarah sang Pangeran (hlm. xiii).5 Semua teks otobiograi—kecuali 14 kanto bagian pertama yang m em bahas sejarah J awa sejak zam an Majapahit (12931510 -an ) sam p ai awal er a Kesu ltan an Yogyakar ta p ascaPerjanjian Giyanti (13 Februari 1755)—pernah diterbitkan oleh Albert Rusche & Co di Surakarta, pada 190 8-190 9. Dokumen ini

115

bacaan-indo.blogspot.com

116

Sisi Lain Diponegoro

Babad Kedung Kebo (DvT JI KL) (salinan 1852) dari koleksi pribadi mantan Gubernur Jenderal A.J. Duymaer van Twist (menjabat 1851-1856) di Perpustakaan Kota (Athenaeum Bibliotheek) di Deventer, Negeri Belanda. Naskah ini telah diberikan kepada Van Twist oleh Cokronegoro I pada 1852 waktu Van Twist membuat kunjungan pertama ke Jawa Tengah. Foto seizin Athenaeum Bibliotheek, Deventer.

bacaan-indo.blogspot.com

Bagian II Babad Kedung Kebo

dicetak ulang pada 1914 dan 1917. Tapi tampaknya penerbitan in i tid ak d id asar kan p ad a n askah asli yan g telah h ilan g pasca-1877 sewaktu naskah asli tersebut dikembalikan kepada keluarga Diponegoro di Makassar oleh Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (Perhimpunan Batavia untuk Kebudayaan dan Ilm u-Ilm u Pen getah uan ). J adi kita h arus berpaling pada salinan-salinannya yang dibuat ahli Sastra J awa kuno, A.B. Cohen Stuart (1825-1876), di Algem ene Secretarie (Sekretariat Negara Pemerintah Hindia Belanda) pada 1860 -an dan sekarang terdapat di Perpustakaan Nasional (Not. KBG. 5 J uni 1877, hlm. 89-95; Van Praag 1947:23).6 Kelompok kedua adalah babad-babad yang ditulis di keraton J awa bagian tengah-selatan oleh pujangga, pejabat tinggi istana, dan kerabat raja pada awal abad XIX. Sering kali para penulis babad-babad ini m engalam i langsung peristiwa yang m ereka gambarkan.7 Namun sayang sekali, kelompok naskah J awa ini diabaikan oleh para sejarawan. Ini sesuatu yang mengherankan, sebab ada beberapa babad, terutama dari Surakarta, yang ditulis selam a berlangsungnya Perang J awa (Carey 198 1). Ada pula babad dari Yogyakarta, yang disusun pada 1876, satu-satunya babad J awa yan g secara efektif m en ggun akan sum ber J awa dan Belanda (Carey 198 1:xxviii-xxix). Tentulah babad-babad keraton ini berhak mendapatkan perhatian yang jauh lebih besar di masa depan, sebab semuanya memberikan pandangan atas sikap samar atau bermuka dua kalangan keraton J awa bagian tengah-selatan terhadap perjuangan Pangeran Diponegoro. Kelompok yang ketiga adalah kumpulan babad yang dikenal sebagai Buku Kedun g Kebo, walaupun judul aslin ya adalah Babad Kedun g Kebo—judul yan g kita gun akan un tuk buku ini. Naskah sejarah ini disusun atas prakarsa bupati perdana Purworejo (pra-1831, Bupati Brengkelan), Raden Adipati Ario Cokron egoro I (m en jabat 18 31-18 56), an tara 18 42 dan 18 43 bekerja sama dengan seorang mantan panglima Diponegoro di

117

bacaan-indo.blogspot.com

118

Sisi Lain Diponegoro

Bagelen tim ur, Basah Pengalasan (sekitar 1795– pasca-18 66). J udul babad merujuk pada nama asli suatu permukiman yang terletak di sisi timur Kali Bogowonto (Bagelen), yang berfungsi sebagai tan gsi m iliter Belan da selam a Peran g J awa. Setelah Perang J awa, nama Kedung Kebo dipertahankan sebagai tangsi m iliter, tapi n am a hoofdplaats (kota adm in istratif) diubah dari Brengkelan menjadi Purworejo pada 26/ 27 Februari 1831 (Vreede 1892:136-43; Pigeaud 1967-80 , I:168; II:35, 69, 78; LOr 2163 [Babad Kedung Kebo], XLVII.31-32, hlm. 584).8 Kelom pok n askah Ba ba d Ked u n g Kebo in i, yan g kebanyakan ham pir sama persis dalam gaya maupun isinya, ditulis atas perin tah Cokron egoro I, yan g pra-18 31 m en jabat Bupati Bren gkelan (pra-9 J un i 18 30 , Bupati Tan ggun g) dan kom andan (pra-J anuari 18 29, wakil kom andan) hulptroepen (pasukan cadangan pribum i) Belanda dari Surakarta di wilayah m a n ca n a g a r a bar at. Kar en a ked u d u kan yan g d ir aih Cokronegoro hampir seluruhnya berkat jasanya selama Perang J awa, peristiwa-peristiwa yang terjadi selam a lim a tahun peperangan di Bagelen m em punyai arti besar bagi dirinya dan keluarga nya. Naskah Babad Ked u n g Kebo yan g ter tu a adalah LOr 2163 yang terdapat di Perpustakaan Universitas Leiden. Naskah in i diper kir akan m ulai diker jakan pada 18 42 dan diselesaikan tahun berikutnya, walaupun candrasengkala serta tanggal-tanggal yang dicantum kan dalam kata pengantar tak be gitu jelas. Versi Babad Kedung Kebo ini telah diberikan kepada Gu ber n u r J en der al J .J . Roch u ssen (m en jabat 18 451851), ketika ia melakukan perjalanan dinas perdana ke J awa bagian tengah-selatan pada 1847. Setelah ia pu lang ke Negeri Belan da di pen gujun g 18 51, n askah diteruskan kepada tem an n ya, m an t an Men t er i J ajah an , J ean Ch r ét ien Bau d (1789-1859, m enjabat 1840 -1849), yang sebelum nya di tahun yan g sam a m en d ir ikan Kon in klijk In stitu t voor d e Taal-,

bacaan-indo.blogspot.com

Bagian II Babad Kedung Kebo

Lan d - en Volken ku n d e van Ned er lan d sch -In d ië (KITLV/ Lembaga Kerajaan Belanda untuk Kajian Bahasa, Antropologi, dan Etnograi Hindia Belanda) di Delft.9 Inilah lembaga paling penting di dunia untuk studi mengenai Indonesia. Selama sisa hidupnya, Baud m enjabat sebagai ketua (voorzitter) perdana lem baga tersebut (1851-1859). Ia langsung m em inta ahli sastra dan bahasa J awa, Taco Roorda (18 0 1-18 74), profesor di Rijksopleiding voor Ingenieurs en Ambtenaren (Sekolah Tinggi Negeri untuk Insinyur dan Pejabat Sipil [yang akan bertugas di Indonesia]) di Delft (1842-1864), untuk membuat satu terjemahan. Namun Roorda tidak sanggup melakukan pe kerjaan itu sendiri. Ia m em inta bantuan seorang penerjem ah ba hasa J awa di Surakarta, C.F. Winter Senior (bertugas 1820 -1859). Sang penerjemah kawakan ini rupanya menerima tugas Roorda de ngan setengah hati. Namun setelah melalui sejumlah kesulitan , terjem ah an dari 20 0 h alam an pertam a Babad Kedun g Kebo berhasil diterbitkan di jurnal ilmiah KITLV, Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde (Sum bangan untuk Bahasa, Antropologi dan Etnograi [Hindia Belanda]) pada 1860 (Roorda 1860 ). Beraneka ragam salinan naskah lain atas Babad Kedung Kebo pun berhasil diselesaikan sejak 18 43 sam pai wafatn ya Cokr on egor o I pad a 18 62. Salin an -salin an ter sebu t tid ak ban yak berbeda dari aslin ya. Pada akhir abad XIX, sebuah naskah Babad Kedung Kebo diterbitkan oleh toko buku dan pen erbit terken al di Sem aran g, G.C.T. van Dorp. Walau pun penerbitan ini terlihat populer di J awa, sekarang hasil pekerjaan Van Dorp sudah tidak bisa didapatkan lagi. Suatu risalah yang len gkap m en gen ai pen erbitan in i telah dibuat oleh Raden Poerwasoewignja dan Raden Wirawangsa dalam katalog mereka atas buku-buku bahasa J awa yang tersimpan di perpustakaan Bataviaasch Gen ootsch ap (Per h im pu n an Kebu d ayaan d an

119

bacaan-indo.blogspot.com

120

Sisi Lain Diponegoro

Ilm u -Ilm u Pen get ah u an Bat avia) d i J akar t a p ad a 19 20 (Poerwasoewignja dan Wirawangsa 1920 -1921:150 -159). Ketika Van Dorp m en erbitkan Babad, siapa pen garan g naskah Kedung Kebo itu sebenarnya masih merupakan misteri. Walaupun demikian, diketahui bahwa konsep asli karya tersebut serta beberapa karan gan awal berasal dari Cokron egoro I sendiri. Desain naskah yang bagian pertamanya mendedahkan sejar ah Yogyakar t a d an r iwayat san g Pan ger an r en t an g 18 12– 18 25, d an bagian ked u an ya m em u satkan p er h atian pada peperan gan di Bagelen serta sejarah Purworejo pascaPeran g J awa, m em berikan petun juk bahwa m un gkin sekali Babad m erupakan pekerjaan lebih dari satu orang. Terdapat pula beraneka ragam perbedaan gaya penulisan dalam naskah, khususn ya pada bagian akhir. Bagian in i m en gan dun g lebih banyak kata-kata Melayu serta ungkapan-ungkapan J awa dalam latar Semarang, tempat tinggal salah satu dari dua orang yang diduga menjadi pengarang utama Babad (lihat di bawah). Keabsahan data tentang siapa penulis Babad sebenarnya m au pu n pan d an gan sejar ah n ya ad alah satu sebab Babad Kedung Kebo hampir tidak digunakan oleh sejarawan sebagai su m ber tu lisan —sekalipu n sebagian isin ya d iter jem ah kan Roorda dengan dibantu C.F. Winter Senior serta diterbitkan oleh G.C.T. van Dorp. Ini harus disesalkan sebab terjem ahan Roorda serta pandangan Babad yang memihak Belanda justru membuat naskah yang ditulis atas perintah Cokronegoro I patut sekali digunakan sebagai perbandingan atas babad otobiograi Diponegoro serta babad-babad lain yang ditulis oleh kalangan keraton J awa bagian tengah-selatan. Versi Babad yang telah diterbitkan memberikan petunjuk m engenai salah seorang co-author atau m itra penulis Babad Kedung Kebo. Dalam kata pengantar naskah ini, disebut nama Basah H aji Ngabd u llatip (Abd u l Latif) Ker to Pen galasan , salah seorang panglim a (Basah) Diponegoro yang terpercaya

Bagian II Babad Kedung Kebo

bacaan-indo.blogspot.com

selam a berlangsung Perang J awa di Bagelen. Hal ini rupanya tidak diketahui sebelum n ya, dan serin g kali n askah-n askah Babad Kedung Kebo, yang mempunyai kata pengantar khusus seperti ini, diklasiikasikan di bawah judul lain dalam katalog perpustakaan. Misalnya, LOr 8553 di Perpustakaan Universitas Leiden dirujuk sebagai “Babad Basah” di dalam katalog Dr Pigeaud (Pigeaud 1967-1980 , II:480 ). Sebuah perbandingan atas baris-baris awal naskah Babad itu jelas memperlihatkan bahwa babad ini hampir sama dengan versi yang telah diterbitkan oleh Roorda. Ini m enunjukkan hubungan erat naskah ini dengan naskah-naskah Babad Kedung Kebo yang lain.10 Pada akhir bagian in i akan m em bahas, pertam a, suatu penelitian perbandingan atas beraneka ragam kata pengantar yan g m en yer tai tipe n askah -n askah Babad Kedun g Kebo; selan jutn ya dua sketsa biografis sin gkat Cokron egoro dan Pengalasan sebelum dan selama Perang J awa. Di akhir, sebuah kesim pulan ten tatif ben tuk kom posisi Babad tersebut dan maknanya sebagai sumber sejarah mengenai zaman Pangeran Diponegoro (1785-1855) dan Perang J awa (1825-1830 ).

121

bacaan-indo.blogspot.com

Membandingkan Sumber-sumber Rujukan Babad Kedung Kebo

TENTULAH tidak m un gkin dalam ruan g lin gkup tulisan in i m en gadakan pen elitian perban din gan atas seluruh n askah Babad Kedung Kebo yang ada. Berikut ini hanya diangkat kata pengantar tiga naskah paling penting, yang disusun selama abad XIX. Kata pengantar yang pertama berasal dari naskah Babad Kedung Kebo tertua, LOr 2163, yang telah dibahas sebelumnya. Kedua, diam bil dari n askah yan g dim iliki oleh Kon in klijk I n st it u t (Leid en )—seka r a n g d isim p a n d i P er p u st a ka a n Universitas Leiden, KITLV Or 13—yang disalin sewaktu Raden Adipati Ario Cokronegoro II menjabat (1856-1896), yang pada hakikatn ya han ya m erupakan satu bagian dari karya utam a (J uynboll 1914:398; Pigeaud 1967-1980 , II:825). Ketiga, kata pengantar satu naskah yang terdapat di Perpustakaan Museum Sonobudoyo, Yogyakarta, naskah P.B. (Panti Budoyo) A. 282. Naskah-naskah ini, yang hampir sama dengan versi yang telah diterbitkan, dipilih karena versi tersebut tidak tersedia ketika tulisan ini ditulis.

Bagian II Babad Kedung Kebo

K a t a Pe n g a n t a r u n t u k LOr 2 16 3 1.

Bism ilah kala tinulis w arsa Alip kang lum am pah Jum adilaw al sasiné Julungpujud w ukunira m arengi tanggal pisan Buda Pon énjing rinipun m angsa kalih duk sem ana

2. sengkalanira inga[ng]git bokm enaw a kaleresan rèhning bodho pujanggané w indunipun w indu Sétra ing m angké sengkalany a catur ing sy araning ratu Dy an Dipati karsanira

bacaan-indo.blogspot.com

3.

w au Kanjeng Dy an Dipati anggalih ay asa babad ing tem bé kaparingaké dhum ateng ing putra w ay ah buy ut tanapi canggah dadosa pangém ut-ém ut ing bénjang sam i ngertiy a

4. ing akir kang dérèng uning seday a sam y a ém uta gancaré éy ang lam pahé kalané dhérèk lam pahny a Kanjeng Gusti Pangéran Kusum ay uda puniku sakunduré Jeng Pangéran

123

124

Sisi Lain Diponegoro

Kem u d ian m en yu su l lim a san jak yan g m en ggam bar kan kepem im pin an baru yan g diberikan kepada Cokron egoro— pada waktu itu m asih bergelar Tum enggung Cokrojoyo—oleh Kolon el J an Baptist Cleer en s setelah kepu lan gan m an tan komandan hulptroepen (pasukan cadangan pribumi) Surakarta, Pan geran Kusum oyudo, pada J an uari 18 29 dari Bagelen ke Surakarta, serta serba ujian yang dihadapi oleh Cokronegoro dalam peperangan menghadapi pasukan Diponegoro di wilayah Bagelen pada lim a belas bulan terakhir Peran g J awa hin gga pen an gkapan san g Pan geran den gan tipu daya Belan da di Magelang, 28 Maret 1830 . 10 . ing m angké Radèn Dipati pilenggah nèng Purw areja ingangkat Kum peni Gedhé Tuw an Besar nagri Olan sarta jinujung drajat leluhur sing ram a Ibu jum urung sarta nugraha

bacaan-indo.blogspot.com

11. w iw itan dalasan m angkin Dy an Dipati sam pun w iry a w us dum ugi sakarsané èjrah Nabi dipun étung sèw u dw i atus w arsa sèket taun tenggakipun m arm a aran tanpa sirah 12. sengkala èjrah w inarni tataning netra aw arna sengkala Jaw i raosé pandhita w ikuning condra sèw u saptatus w arsa

Bagian II Babad Kedung Kebo

sèket pitung dasa langkung tunggal te[ng]gak tanpa sirah 13. ri sam pun dèn-sengkalani y ata w au kaw arnaa nagri Mataram w iy osé Yugy akarta Adiningrat Nata dinukan Suksm a dhum ateng Yang Maha Agung sirnané kabekta topan 1.

Dengan ucapan bismillah mulailah ini ditulis di tahun Alip J umadilawal bulannya wuku J ulungpujut tanggal yang pertama pada Rabu Pon di pagi hari waktu musim yang kedua.

2. Kronogramnya pun dihitung, [tetapi] menjadi pertanyaan apakah ini tepat sebagai akibat kebodohan pujangganya: windunya adalah windu Setra dan sekarang kronogramnya adalah catur ing sy araning ratu (A.J . 174[0 ]/ AD. 1812) Raden Adipati menghendaki demikian.

bacaan-indo.blogspot.com

3.

Sebelumnya Yang Mulia Raden Adipati bermaksud agar babad ini ditulis sehingga kelak ia dapat diberikan kepada anaknya, cucunya, cicit, dan canggah.

125

126

Sisi Lain Diponegoro

Dengan demikian mereka akan mengetahui tentang hal ini, serta kelak semua mereka akan memahaminya. 4. Sehingga pada akhirnya mereka yang tidak mengetahui semuanya akan mengingat tentang kisah perjalanan hidup kakek mereka semenjak saat ia mengikuti Paduka Yang Mulia Pangeran Kusumoyudo [sampai] kembalinya Yang Mulia Pangeran [dari Bagelen ke Surakarta pada J anuari 1829]. […]

bacaan-indo.blogspot.com

10 . Kini Raden Adipati tersebut mendapatkan kedudukan di Purworejo karena diangkat oleh Kompeni Besar 11 [dan] penguasa negeri Belanda;12 serta derajatnya diangkat para leluhur ayah dan ibunya membantunya [dalam sukma] serta memberikan kepadanya restu. 11. Semenjak permulaan sampai sekarang Pangeran Adipati tersebut telah berhasil mencapai hak-haknya yang mulia; ia telah berhasil mendapatkan semua yang diinginkannya di dalam perhitungan tahun hijrah Nabi, yang diperkirakan seribu dua ratus serta lima puluh tahun stop

Bagian II Babad Kedung Kebo

oleh karena nama [nomor]-nya tanpa kepala [kesatuan].13 12. Kami menceritakan tentang kronogram bagi tahun hijrahnya Nabi, tataning netra aw arna (125[9] Hijrah/ 1843 M), sedangkan kronogram J awa diketengahkan sebagai pandhita w ikuning condra (A.J . 177[1]/ 1843 M) dalam tahun seribu tujuh ratus lima puluh tujuh puluh serta sebuah tanpa kepala [satu] (AJ 177[1]/ 1843 M). 13. Setelah menyatakan kronogram-kronogram tersebut maka sekarang disinggung tentang kerajaan Mataram, se bagai permulaannya Yogyakarta Adiningrat, penguasa kerajaan itu telah dikunjungi oleh kemarahan dari Yang Maha Agung serta menghilang di dalam sebuah topan.14

K a t a Pe n g a nt a r u nt u k K o nin k lijk In s t it uut K ITLV Or 13

bacaan-indo.blogspot.com

(PADA bagian atas halam an -halam an ada kata pem bukaan :

‘Pupuh Asmaradana’, yang berarti irama Asmaradana) 1.

Kasm aran sam a 15 ing galih galihy é pekir kang nistha

127

128

Sisi Lain Diponegoro

sangking sru sanget papané kinunjara nèng Sam arang m angky a sesem ing driy a am urw a lelakonipun Pangéran Dipanegara 2. duk arsa m angun agam i ngrata ing rat tanah Jaw i carita puniku w ité anurun kagunganira ne[ng]gih Mangunsubrata Mister Jaw a kang linuhun pilenggah nagri Sam arang

bacaan-indo.blogspot.com

3.

Mangunsubrata ingkang w it dènny a anurun carita Babad Dipanegarané* Mas Bèhi Sutanegara* Patih diby a ing Sam arang kang kagungan babonipun Babad Srat Dipanegara

4. nalika m urw a ing kaw i m angun langening carita ing Senèn Legi w anciné tiga siang tanggalira* songalikur kang w ulan Rabingulakir kang taun Alip ing m ongsa katiga 5.

nuju Pujut w ukunèki sengkalahé* tanah Jaw a tata law ang ajaring w ong

Bagian II Babad Kedung Kebo

Mas Bèhi Sutanegara* dènny a nurun carita Dy an Dipati langkung w iry a ing negari Purw areja 6. am angké* Radèn Dipati pan sam pun jinunjung* drajat Kum peni kang lairaké Tuw an Besar ing Nedherland w it saw abing luhurny a sangking ram a m iw ah ibu kasertan takdiring Alah 7.

m ila ta kangsi sam angkin Dy an Dipati langkung w iry a dum ugi barang karsané èjrah Nabi dipun étang sirna* tasik raningrat m enggah ing sengkala Jaw a*

bacaan-indo.blogspot.com

8. bum i ardi resi siji ing m angké* am angun kondha nagri Mentaram kandhané inggih nagari Ngay ogy a praja geng tanah Jaw a ri kala katekan bendu sangking Alahu Tangala 1.

Ditolak kekasih hatiku [Saya] hanyalah seorang pengemis yang nista sebagai akibat kesengsaraanku yang hebat dipenjarakan di Semarang. Sekarang, dengan segala kegembiraan,

129

130

Sisi Lain Diponegoro

saya akan memulai sejarah Pangeran Diponegoro 2. ketika ia berkehendak menegakkan agama [serta] memerintahkannya agar dilaksanakan di seluruh tanah J awa. Kisah ini dimulai dengan penyalinan dari [sebuah dokumen] yang dimiliki oleh Mangunsubroto seorang dokter J awa 16 yang sangat dihormati yang bertempat tinggal di Se marang.

bacaan-indo.blogspot.com

3.

Mangunsubroto memulai penyalinan kisah cerita Babad Diponegoro dari Mas Ngabehi Sutonegoro, Yang Mulia Patih di Semarang, yang memiliki naskahnya yang asli Serat Babad Diponegoro tersebut.

4. Tatkala kisah tersebut dimulai dalam bentuk tembang [sajak] untuk membuatnya lebih dapat dinikmati adalah pada hari Senin Legi jam tiga siang hari. Tanggalnya adalah tanggal dua puluh sembilan dan bulannya adalah Rabingulakir, tahun Alip, di musim yang ketiga [awal musim kemarau]. 5.

Wukunya adalah J ulungpujut dan kronogramnya untuk tahun J awa adalah

Bagian II Babad Kedung Kebo

tata law ang ajaring w ong (A.J . 1795/ A.D. 1866). Mas Ngabehi Sutonegoro menyalin kisah ini mengenai Raden Adipati yang gagah berani di negeri Purworejo. 6. Sekarang ia telah menjadi Raden Adipati serta dinaikkan dalam kedudukannya. Pemerintah Belandalah yang telah memerintahkan hal itu [serta] Tuan Besar di negeri Belanda,17 sebagai akibat pengaruh moral yang tinggi yang dimiliki oleh ayah serta ibundanya disertai dengan takdir Allah SWT.

bacaan-indo.blogspot.com

7.

Oleh karena itu hingga sekarang Raden Adipati itu selalu menunjukkan keunggulannya. Ia berhasil mendapatkan keinginan-keinginannya di dalam tahun hijrah Nabi sirna tasik raningrat (1260 Hijrah/ 1843 M), serta kronogram bagi tahun J awa [adalah] 18

8. bum i ardi resi siji (1771 AJ / 1843 M). Dengan demikian dia [RAA Cokronegoro I] mengarang cerita, yaitu kisah tentang Mataram, yakni Yogyakarta, ibu kota tanah J awa yang perkasa, pada saat turunnya kutukan dari Allah SWT.19

131

132

Sisi Lain Diponegoro

K a t a Pe n g a n t a r u n t u k Na s k a h Pa n t i Bu d o y o PB A 2 8 2 ( v e r s i y a n g d it e r b it k a n o le h G.C.T. v a n D o r p s e b e lu m 19 2 0 ) 1.

Kasm aran 20 w edharing galih Dy an Panji Jay asupraja Undersetan w edanané Magetan ingkang atm aja Radèn Tum enggung w arga Jay anegara ing dangu ingkang jum eneng Bupaty a

2. Arja W inangun nagari apdèling Panaraga m angké kinunjarèng m anon w onten praja ing Sam arang ngriku m anggih carita nalikanira puniku Pangéran Dipanegara

bacaan-indo.blogspot.com

3.

m angun prang nèng tanah Jaw i déné ingkang paring kojah ceritèku saday ané sangking Raden Basah gih Kerta Pengalasan ing uni punggaw anipun Pangéran Dipanegara

4. lajeng rinipta ing kaw i rinenggèng sekar m acapat supados rahab kang m aos m enggah lepating carita inggih nuw un aksam a

Bagian II Babad Kedung Kebo

rèhning kang m arenggèng kidung m eksih lit tan w rin pribady a 5.

nalika m urw a ing kaw i m angun langening carita ing Som a Manis w anciné jam tri siy ang nujèng tanggal sangalikur kang w ulan Rabingulakir kang taun Prapalip sury a duk katiga

6. Julungpujud w ukunèki sengkala Jaw i pinétang tata law ang ajaring w ong kang kinary a purw èng kondha nagari ing Ngay ugy a anenggih sabakdanipun Jeng Sultan dibuw ang sabrang

bacaan-indo.blogspot.com

1.

Dapat terbebas dari cinta yang begitu besar dari Raden Panji J oyosuprojo, seorang pensiunan Wedana dari Magetan, anak laki-laki dari Raden Tumenggung J oyonegoro, yang sebelumnya memegang pangkat Bupati

2. di Arjowinangun yang terletak di dalam distrik Ponorogo. Kini, atas kehendak Allah SWT, tengah menjalani hukuman penjara di Kota Semarang. Di sana ia menemukan cerita

133

134

Sisi Lain Diponegoro

yang mengisahkan tentang zaman Pangeran Diponegoro, 3.

tatkala ia tengah melakukan peperangan di tanah J awa. Orang yang mengisahkan kembali cerita itu [serta] seluruh sejarah tersebut adalah Raden Basah Kerto Pengalasan, yang sebelumnya adalah seorang pejabat Pangeran Diponegoro.

4. Kemudian disusunlah dalam bentuk sanjak dengan menggunakan irama macapat sehingga orang-orang yang membacanya akan mendapatkan kesenangan. Kalau terdapat sesuatu kesalahan di dalam cerita tersebut [aku] memohon maaf [dari Anda] oleh karena pengarang kidung ini m a sih m u d a u sia n ya t id a kla h m en ga la m i [peristiwa-peristiwa tersebut] sendiri.

bacaan-indo.blogspot.com

5.

Waktu, ketika penulisan sanjak ini dimulai, [serta] mutu-mutu yang menyenangkan kisah tersebut diperbaiki, adalah pada hari Senin Legi, jam tiga di siang hari, tanggal dua puluh sembilan di dalam bulan Rabingulakir (29 J umadilakir 1795 AJ / 7 November 1866), tahun Alip, musim yang ketiga [awal musim kemarau].

Bagian II Babad Kedung Kebo

bacaan-indo.blogspot.com

6. Wukunya adalah J ulungpujut [serta] kronogramnya untuk tahun J awa adalah tata law ang ajaring w ong (1795 AJ / 1866 M). Kisahnya dimulai dengan negeri Yogyakarta, yaitu setelah Paduka Yang Mulia Sultan dibuang ke tanah seberang.21 Dengan dem ikian kata pengantar bagi LOr 2163 dengan jelas m em perlihatkan bahwa Babad Kedun g Kebo bukan lah m er u p a ka n h a sil ka r ya Ra d en Ad ip a t i Cokr on egor o I sendiri, m elainkan telah ditulis di bawah perlindungan serta pen garah an n ya. Dari sin ilah tim bul pen ggun aan kata-kata dalam bahasa J awa ‘anggalih ay asa babad’, yang memberikan petunjuk bahwa ia lebih banyak menciptakan garis besar Babad tersebut daripada mengarangnya sendiri. Ada pula hal menarik, bahwa Cokronegoro menunjukkan suatu rentang waktu khusus dalam perjalanan hidupnya. Kisah hidup ini bermula dari awal karier Cokronegoro sebagai wakil kom andan pasukan tem pur ketika ia masih mengikuti atasannya, Pangeran Kusumoyudo, putra Sunan Pakubuwono IV (bertakhta 1788-1820 ), m enuju ke Bagelen dan Ban yum as pada 23 Agustus 18 25 den gan hulp troep en Surakarta. Fase pertam a in i berakh ir den gan pen gan gkatan n ya sebagai kom an dan pasukan cadan gan itu pada 6 J anuari 1829 setelah kepulangan atasannya dari Bagelen ke Surakarta.22 Setelah 6 J anuari, Cokronegoro m em ulai fase kedua dalam kariern ya. Waktu itu ia m asih bergelar Raden Tumenggung Cokrojoyo dan menjabat sebagai Bupati Tanggung (1828-1830 ), wilayah di sebelah timur laut Purworejo. Pemberian kuasa penuh oleh komandan Belanda Kolonel J a n Ba p t ist Cleer en s (178 5-18 50 ) kep a d a Cokr on egor o atas pasukan Surakarta un tuk m edan peran g Bagelen tim ur

135

bacaan-indo.blogspot.com

136

Sisi Lain Diponegoro

membuat Cokronegoro bisa menunjukkan jasa sebagai panglima dan administrator kepada atasan Belandanya. Kemampuan ini tampaknya digarisbawahi secara spesiik dalam Babad. Ternyata, dalam karier sebagai bupati perdana Purworejo pasca-Perang J awa, fase kedua hidup Cokronegoro ini memiliki arti khusus bagi dirinya serta sejarah keluarganya. Episode-episode yang lebih dini dari Babad (kanto I-IX), yang m enyangkut sejarah Yogyakarta serta sejarah pribadi Pangeran Diponegoro sebelum perang, sebaliknya, bisa juga ditulis berdasarkan petunjuk yang diberikan oleh orang lain. Sebagaim an a sudah din yatakan oleh Roorda, tan ggaltan ggal yan g diberikan dalam kata pen gan tar in i sun gguh m em bin gun gkan (Roorda 18 60 :198 -99). Un tuk kron ogram tahun J awa, pengarangnya hanya mem berikan tiga buah angka, catur ing sy araning ratu (empat adalah suara dari raja), yang dapat diartikan ‘174’. J ika itu harus dipaham i sebagai tahun J awa 1774 (1845 M), maka ini tidak sesuai dengan tahun Alip. Namun, jika tahun J awa 1771 (1843 M) diambil, yang merupakan tahun Alip, maka tanggal yang diberikan, 1 J umadilawal, jatuh pada hari J umat, bukan Rabu sebagaimana disebutkan dalam naskah. Sebuah catatan yang dibuat oleh seorang penerjemah— yang menerjemahkan naskah tersebut ke dalam bahasa Melayu at as p esan an Cokr on egor o I—m en yat akan bah wa Babad ini dim ulai tahun J im akir, tepat pada hari Kam is, 12 Syawal, tahun J awa 1770 atau 14 Novem ber 18 42. Kalau kron ogram yang dicantumkan dalam kata pengantar KITLV Or 13 diambil sebagai tanggal di mana naskah itu diselesaikan, bum i ardi resi siji (di bumi serta gunung ada resi satu) tahun J awa 1771 (1843 M), maka dapat diperkirakan bahwa Babad ditulis antara tahun 1842 dan 1843. H al in i d ap at ju ga d iku ku h kan oleh d u a kr on ogr am lain yan g dican tum kan , tatan in g n etra aw arn a (m en gatur m a ca m -m a ca m p en glih a t a n ), b u a t t a h u n H ijr a h ser t a

bacaan-indo.blogspot.com

Bagian II Babad Kedung Kebo

pandhita w ikuning condra (pendeta dan resi seperti bulan), buat tahun J awa, yang berarti tahun 1843 M. Namun, tanggal yang diberikan se bagai hari pengangkatan resmi Cokronegoro m en jadi bupati perdan a Purworejo, 1250 H ijrah (18 34 M), jelaslah salah. Kita tahu dari sumber Belanda dan J awa—yaitu Babad sendiri—bahwa Cokronegoro telah ditetapkan sebagai Bupati Brengkelan pada 9 J uni 1830 (Louw dan De Klerck 1894190 9, VI:198) dan sebagai Bupati Purworejo pada malam 26/ 27 Februari 1831 (catatan akhir 7; dan Bagian I catatan akhir 11). Di seluruh Babad Kedung Kebo, dan terutama pada bagian akhirnya, tanggal-tanggal dan kronogram yang diberikan untuk peristiwa-peristiwa yang terjadi, ham pir tanpa pengecualian, salah. Kadan g-kadan g kesalahan itu bisa sam pai satu tahun lebih . In i sedikit m er usak Babad sebagai sum ber sejar ah , ap alagi bagi sejar awan yan g d id id ik d alam tr ad isi Bar at untuk m engutam akan “scientiic history”. Dengan dem ikian, kebin gun gan m en gen ai pen an ggalan Babad Kedun g Kebo dalam kata pengantarnya bisa dilihat dalam konteks: secara tepat pengarangnya m enunjuk kepada kebodohannya sendiri dalam masalah-masalah kronologis ketika ia menulis “rèhning bodho pujan ggan é” (oleh karen a kebodoh an pujan ggan ya) dan m ungkin lebih tepat kalau dia m enunjukkan kerendahan hatinya yang lebih dalam dengan tidak m enyebutkan dirinya sendiri sebagai seorang ahli sastra atau pujangga.23 Namun, baik naskah Babad yang tersimpan di Koninklijk Instituut (sekarang Perpustakaan Universitas Leiden), maupun versi yan g telah diterbitkan oleh Van Dorp, sem ua sepakat terkait tanggal ketika salinan tersebut dibuat di Semarang: 29 J umadilakir 1795 AJ (7 November 1866 M). Lagi pula, dalam versi yan g telah diterbitkan itu, Raden Pan ji J oyosuprojo, seoran g pen siun an Wedan a dari Magetan , di leren g tim ur Gun un g Lawu, disebut sebagai pen ulis. J oyosuprojo, an ak m an tan Bupati Pon orogo (Louw dan De Klerck 18 94-190 9,

137

bacaan-indo.blogspot.com

138

Sisi Lain Diponegoro

VI:375), tam paknya pernah dipenjarakan di Sem arang akibat su atu p elan ggar an ter h ad ap Pem er in tah H in d ia Belan d a yan g tidak diketahui. Di san alah ia bertem u den gan Basah Ngabdullatip Kerto Pengalasan yang menceritakan sejarah ini kepada dia. Pasca-Peran g J awa, diketahui Pen galasan telah pergi ke Semarang dan menetap di sana. Pada 1849, Diponegoro pernah meminta mantan panglima di Bagelen timur ini untuk menemani ibundanya, Raden Ayu Mangkorowati (sekitar 1770 18 52), yan g diharapkan bisa datan g den gan kapal uap dari Sem aran g ke Makassar, suatu perjalan an yan g tidak pern ah terjadi akibat kesehatan ibunda yang sudah tua (berusia hampir 80 tahun) dan berpenyakit bengkak (edem a) (Carey 20 12:890 ). Tampaknya Pengalasan masih tetap tinggal di Semarang pada bulan Maret 1856, sewaktu sejarawan Belanda, J an Hageman, m en yusun buku ten tan g Peran g J awa (H agem an 18 56:412413), dan pada dasawarsa 18 60 -an ia sering disebut sebagai salah seoran g m urid syeh tarekat Naqsaban diyah di Pulau Pin an g (Tan ah Melayu), dan sewaktu-waktu datan g ke san a dengan kapal layar dari Sem arang.24 Rupanya sang panglim a Diponegoro ini, yang gem ar ajaran Sui Islam dan bermukim ham pir 40 tahun di kota pelabuhan itu, m ewariskan n am a kepada sebuah kam pung dekat J alan Bojong (sekarang J alan Pemuda), Kampung Basahan, yang sekarang telah musnah (Eko Priliawito dan Dwi Royanto 20 15). Ken dati dem ikian tidak ada bukti apa pun yan g dapat m em berikan petun juk bahwa Pen galasan pern ah dipen jara, atau ia pun ya suatu hubun gan den gan pihak pen jara. Yan g pasti, sewaktu Raden Panji J oyosuprojo datang untuk menyalin ver si Babad ter sebut di Sem ar an g pada 18 66, Pen galasan telah m em asuki usia lan jut (70 tahun lebih), karen a dalam laporan-laporan yang dibuat oleh Kolonel Cleerens di daerah pertempuran Bagelen tahun 1829-1830 , ia telah disebut sebagai ‘Bapak Pengalasan’.25 Tampaknya, sangat mungkin versi Babad

bacaan-indo.blogspot.com

Bagian II Babad Kedung Kebo

ini telah ditulis dua dasawarsa sebelumnya. Ini bisa dilihat dari catatan di naskah Koninklijk Instituut sendiri, yang menyatakan dokum en yan g asli atau babon ada di tan gan Mas Ngabehi Sutonegoro, Patih Semarang (Regeerings Alm anak 1866:20 5). Mas Ngabehi Sutonegoro telah menyalin sendiri naskah Babad Kedun g Kebo yan g len gkap, yan g sebelum n ya dikerjakan di Purworejo atas perintah Cokronegoro I. Salah seorang anak lakilaki Cokronegoro, mungkin sekali anak yang kelak akan menjadi RAA Cokronegoro II (menjabat 1856-1896), telah mendapatkan ked u d u kan pad a salah satu kan tor pem er in tah an H in d ia Belanda di Semarang sebelum menggantikan ayahnya sebagai Bupati Purworejo pada 1856.26 Memang, ada kemungkinan Mas Ngabehi Sutonegoro mengenal orang ini, walaupun hal itu tidak dapat dipastikan sepenuhnya. Kiranya memang pantas jika anak laki-laki Cokronegoro I, yang m enggantikan ayahnya, m erasa berkepentingan agar Babad itu disalin kem bali sebagai suatu penegasan akan hak-hak dinasti Cokronegoro di daerah Bagelen. Nam un terdapat kem ungkinan lain bahwa jauh sebelum anak laki-laki Cokronegoro, RAA Cokronegoro II, menggantikan ayahnya sebagai bupati pada 1856, Mas Ngabehi Sutonegoro dan Pengalasan telah melakukan suatu kerja sama dalam penulisan beberapa bagian Babad tersebut di Sem aran g atas perin tah Cokronegoro I. Ini bisa menjelaskan pengaruh bahasa Melayu Sem arang serta ungkapan-ungkapan bahasa J awa Sem arang yang mewarnai Babad tersebut. An ak laki-laki Cokron egoro itu juga pun ya pen galam an sendiri dalam pertem puran-pertem puran di wilayah Bagelen selam a berlangsung Perang J awa, walaupun ia m asih sangat muda pada waktu itu.27 Namun, semua ini masih tetap dugaan belaka. J adi, tampaknya untuk dapat menjelaskan latar belakang pen u lisan Babad ter sebu t d iper lu kan sed ikit pem ah am an riwayat hidup Cokronegoro I maupun Basah Pengalasan sebagai langkah pertama.

139

140

Sisi Lain Diponegoro

bacaan-indo.blogspot.com

Sketsa Diponegoro dan pengikutnya (prajurit bertombak) memasuki perkemahan yang telah disiapkan di Metesih, suatu permukiman di tengah Kali Progo tak jauh dari Wisma Residen lama di Magelang, pada 8 Maret 1830, sebelum perundingan damai dengan Belanda. Perundingan ini berakhir dengan penangkapan Diponegoro pada Minggu, 28 Maret 1830. Litograf tak berwarna oleh pelukis dan litografer Belanda, Wilhelmus van Groenewoud (1830-1842), berdasarkan sketsa yang dibuat oleh perwira Belanda, Mayor (kemudian Mayor-Jenderal) F.V.H.A. Ridder de Stuers (1792-1881). Dicetak dari De Stuers 1833: Atlas, Plate 12. Foto seizin Universiteitsbibliotheek Leiden (UBL).

bacaan-indo.blogspot.com

Bagian II Babad Kedung Kebo

141

Riwayat Hidup Cokronegoro (1779-1862)

bacaan-indo.blogspot.com

COKRONEGORO tam paknya lahir di Desa Bragolan, Bagelen,

sekarang wilayah Purwodadi, sembilan kilometer arah selatan kota Purworejo pada hari Rebo Paing, 17 Mei 1779 (Danusubroto 20 0 8:34).28 Dengan demikian, sang bupati perdana Purworejo a d a la h or a n g ya n g h a m p ir sem a sa d en ga n P a n ger a n Dipon egor o, yan g lah ir d i Yogyakar ta pad a 11 Novem ber 1785 dan selalu disebut ‘y ay i’ atau ‘adinda’ oleh Cokronegoro di dalam Babad Kedun g Kebo (Dan usubroto 20 0 8 :60 -61; Carey 20 12:8 1). Cokronegoro adalah putra sulung Kiai (juga disebut ‘Raden’) Ngabehi Singowijoyo, seorang mantri (pejabat r en d ah an ) m a n ca n a g a r a (wilayah -wilayah t er lu ar , at au provinsi-provinsi terjauh suatu kerajaan) barat Surakarta, yang telah diadministrasikan oleh istana Kasunanan sejak Perjanjian Giyanti (1755). Sang ayah dikabarkan berasal dari suatu keluarga kentol (bangsawan daerah atau priayi lokal) di wilayah Bagelen (Oteng Suherman 20 13:6), tapi rupanya ibunda Cokronegoro, Nyai Ngabeh i (kelak Raden Ayu) Sin gowijoyo, m em pun yai silsilah yang lebih terpandang daripada suaminya. Sang ibunda

Bagian II Babad Kedung Kebo

adalah putri seorang kiai terkem uka, Kiai Cokroleksono, dari Ngasin an (Kecam atan Ban yuurip) (Dan usubroto 20 0 8 :42) dan silsilah keluargan ya m en un jukkan en am din asti priayi yang bermukim di daerah Bagelen dan areal barat Yogyakarta: Pengasih (Kulon Progo), Bagelen, Bragolan, Solotiyang (Maron), Banyuurip, dan Loano. Lim a yang terakhir berada di wilayah Kabupaten Purworejo sekarang (Sutherland 1974:4). Keluarga ibunda Cokronegoro telah bermukim di berbagai desa di sekitar wilayah Bagelen dan Kulon Progo serta telah mengabdikan diri m ereka sebagai pejabat, baik un tuk kepen tin gan Kartasura (1680 -1746) maupun untuk kepentingan Surakarta (1746-1830 ), selama lima keturunan (Sedjarah R.M.T. Suranegara tt.). Salah satu kedudukan yang dipegang oleh keluarganya adalah jabatan mantri gladhag (mandor gilda kuli panggul), yang di antaranya bertugas mengerahkan tenaga kerja untuk ke pentingan Sunan (Carey 20 12:30 ).29 Pada 1824, seorang pejabat tinggi Belanda m enyebut arti penting Bagelen sebagai pem asok tenaga kerja un tuk jawatan gladhag di keraton -keraton sebagai berikut (Louw dan De Klerck 1894-190 9, I;19; Carey 20 12:30 ):

bacaan-indo.blogspot.com

“Bagelen terutam a dianggap dalam istilah m ereka [perdana m enteri/ patih keraton-keraton] yang naif, sebagai ‘tangan dan kaki’(kaki tangan) kerajaan-kerajaan Surakarta dan Yogyakarta, karena sum ber hidup sejum lah pejabat tinggi dan ningrat [di keraton] bergantung pada daerah itu yang m enyediakan tenaga kerja untuk gladhag [barisan kuli panggul].”

Ket ika Bela n d a b er u sa h a m en ga m b il a lih Ba gelen sebelu m Per an g J awa, Patih Su r akar ta, Sosr odin in gr at II (menjabat 1812-1846), mempertimbangkan bahwa ia bersedia m enyerahkan Banyum as dan wilayah m ancanagara tim ur— seperti Ponorogo—asal bukan Bagelen, karena jika wilayah itu lepas dari keraton, para bangsawan Keraton Surakarta telah m elepaskan sum ber utam a n afkah m er eka. Men ur ut san g

143

bacaan-indo.blogspot.com

144

Sisi Lain Diponegoro

Patih , pen duduk daer ah Bagelen tidak ada duan ya dalam bekerja sebagai barisan kuli pan ggul. Meski daerah-daerah m ancanagara lain di bawah Surakarta—misalnya Banyumas— menyediakan prajurit yang tangguh, Bagelen adalah satu dari sedikit daerah yang sanggup m enyediakan barisan kuli yang baik (Louw dan De Klerck 18 94-190 9, VI:10 8 -9). Pengakuan resmi keraton atas pentingnya wilayah berpenduduk padat ini juga dapat dilihat dalam penyebutan daerah dalam dokum en kerajaan sebagai situ sèw u (“tanah seribu”), dan penyebutan bupati utama yang memerintahnya sebagai w edana bum i sèw u (kepala pemerintahan “tanah seribu”) (Rouffaer 190 5:60 9). Kedudukan mantri gladhag sebenarnya hanyalah jabatan yan g ren dah, n am un bagaim an apun jabatan in i m erupakan saluran yan g berm an faat un tuk m en dapatkan perlin dun gan d ar i ker aton . Kelak, ketika silsilah kelu ar ga Cokr on egor o disusun tahun 1939, garis keturun an mereka ditelusuri sampai ke m asa kerajaan Majapahit (Prabu Brawijaya V) (Soedjarah Raden Adipati Tjokronagoro I 1939). Cokronegoro tampaknya m engikuti jejak keluarganya dengan m enjadi m antri gladhag d i Su r a ka r t a d a n ia ju ga m en ga b d i ka n d ir in ya kep a d a pem erin tah an keraton den gan n am a Ngabeh i Resodiwiryo (Vr eed e 18 92:141). 30 H an ya sed ikit sekali yan g d iketah u i mengenai perjalanan hidupnya sebelum pecahnya Perang J awa pada 1825. Pada September 1810 , sewaktu bergelar Mas Ngabehi Resodiwiryo dan bekerja sebagai priayi kepatih an (pejabat kantor kepatihan Surakarta), ia dikirim ke Ampel dekat Boyolali untuk menyelidiki masalah irigasi, yang mungkin ada sangkutpautn ya den gan pabrik dan perkebun an gula m ilik seoran g jur agan Tion gh oa (Car ey 198 1:xxvi; 20 12:51 catatan 124). Laporan ini m engisyaratkan bahwa selain m engurus barisan kuli pan ggul (gladhag) di Keraton Surakarta, Cokron egoro 31 juga mempunyai kemampuan teknis dalam bidang pengairan. Pasca-Perang J awa, kita akan melihat bagaimana Cokronegoro

bacaan-indo.blogspot.com

Bagian II Babad Kedung Kebo

pada awal jabatannya sebagai bupati perdana Purworejo (18311856) m engam bil inisiatif m em bangun saluran irigasi dengan mengambil air dari Sungai Bogowonto. Saluran ini, yang dikenal sebagai Kedun g Putri, m ulai diban gun 3 Mei 18 32 den gan mengerahkan 5.0 0 0 tenaga kerja dan masih berfungsi sampai sekaran g den gan kem am puan m en gairi sawah seluas 3.8 0 0 hektar di sekitar Purworejo (Danusubroto 20 0 8:114; dan Epilog hlm. 20 9). Selain keahlian teknis Cokronegoro, terdapat pula kisah yang m enceritakan betapa Cokronegoro m aupun Diponegoro telah m em pelajar i ilm u tasawu f ser ta kebatin an (d isiplin spiritual orang J awa) dengan guru yang sam a di sebuah desa di luar Surakarta.32 Nam un guru tersebut bukanlah Kiai Mojo (sekitar 1790 -1849), yang keluarga nya punya banyak pengikut di istana Kasunanan dan hanya sem pat dijum pai Diponegoro dalam waktu singkat sebelum Perang J awa di era Nahuys van Burgst menjabat Residen Yogyakarta (1816-1822) (Louw dan De Klerck 1894-190 9, V:744-5). Kemungkinan besar kiai tersebut adalah seorang keturunan sabrang (Sumatera). Dikenal sebagai Kiai Taptojani, ia lahir sebagai penduduk Mlangi, sebuah desa yan g terletak di dekat Yogyakarta dan dalem Dipon egoro di Tegalrejo. 33 Desa in i pun ya hubun gan erat den gan keluarga Danurejan, yang melahirkan hampir semua para patih (perdana menteri) Yogyakarta antara 1756 dan 1944, ketika jabatan patih dihapus dan tugas diam bil-alih oleh Sultan (H B IX) sen diri (Selosoemardjan 1962:51), dan dengan siapa Diponegoro masih mempunyai hubungan kekeluargaan yang erat (Dwidjosoegondo dan Adisoetrisno 1941:99; Carey 20 12:910 -911). Menurut sebuah laporan yang ditulis Residen Yogyakarta, Matthijs Waterloo (menjabat 180 3-180 8), pada 180 5, Taptojani san gat dihorm ati oleh para ban gsawan Keraton Yogyakarta dan ia pun menjadi guru tasawuf Patih Danurejo II (menjabat

145

bacaan-indo.blogspot.com

146

Sisi Lain Diponegoro

1799-18 11). Ia belajar serta m am pu berbahasa J awa den gan lan car. Selain itu, ia m em iliki reputasi sebagai oran g yan g m enguasai hukum -hukum Islam secara luar biasa. Nam un ia m en girim kedua an ak laki-lakin ya ke Surakarta, yan g pada waktu itu tampaknya punya peranan lebih penting sebagai pusat kegiatan spiritual daripada Yogyakarta (Carey 20 12:10 6-10 9). Di sana mereka mendapatkan kedudukan dengan bantuan dan perlin dun gan adik Sun an Pakubuwon o IV (bertakhta 178 8 1820 ), Pangeran Buminoto, yang terkenal dengan sikap murah hati kepada pem uka agam a (Carey 20 12:10 8 ). Mereka juga punya hubungan yang erat sekali dengan para guru dan para pengajar di pesantren Mojo dan Baderan dekat Delanggu. Pada 180 5 Taptojani harus melarikan diri ke Surakarta ketika tanahtanah pradikan-nya (tanah wakaf yang dibebaskan pajak dan kerja rodi untuk m endukung kaum ulam a) di Mlangi direbut kem bali oleh Dan urejo II, dan setelah Pen ghulu Yogyakarta menolak memberikan izin kepadanya untuk masih bisa menemui para pangeran dan ningrat lain dari Keraton Yogyakarta. Di Surakarta, dengan cepat ia berhasil merebut kepercayaan dan pen gh ar gaan Sun an den gan m en er jem ah kan sebuah buku sulit, yang ditulis dalam bahasa Arab, Siratu’l Mustakim ,34 ke dalam bahasa J awa. Kepada sang Kiai dihibahkan tanah yang cukup luas di sebuah desa yang berjarak satu jam ke arah barat Surakarta. Rupanya Taptojani berniat pergi ke Mekkah untuk mencari hidup yang tenang dan damai tanpa terikat pada salah satu istana di J awa bagian tengah-selatan. Namun ia tetap tinggal di wilayah Surakarta, di mana ia tetap punya pengaruh yang terhadap Pakubuwono IV dan kalangan istana Surakarta.35 Babad Keraton Surakarta, yang ditulis akhir 18 25, m em usatkan perhatian pada m asalah Peran g J awa. Naskah in i punya satu bagian di mana Kiai Taptojani digambarkan datang ke Tegalrejo pada suatu malam sebagai pemimpin semua ulama yan g berasal dari wilayah -wilayah wakaf yan g bebas pajak

bacaan-indo.blogspot.com

Bagian II Babad Kedung Kebo

(pradikan ), para khatib dan m odin , serta para ahli hukum Islam. Di situ sang kiai digambarkan seakan-akan memberikan n asihat kepada Dipon egoro m en gen ai saat yan g tepat bagi Ratu Adil un tuk m em proklam irkan dirin ya dan kem udian m en jalan kan peran g suci (pran g sabil) (Carey 198 1:42-47, 173-75). Kem un gkin an besar Dipon egoro pun ya h ubun gan erat dengan Kiai Taptojani. Ketika Pangeran Diponegoro tekun m em pelajari Islam pada m asa m uda, Kiai Taptojani m em iliki pengaruh besar sebagai kepala pradikan di Mlangi. Di m asa itulah Diponegoro hidup bersama buyutnya di Tegalrejo, yaitu tahun 1793 hingga buyutnya wafat pada 180 3. Terdapat bukti, dalam babad otobiograis yang ditulis oleh Dipon egoro sen diri, Taptojan i adalah guru adik laki-lakin ya yang bernama Pangeran Adisuryo (sekitar 180 0 -1829) (Bagian I catatan akhir 49), seoran g laki-laki yan g pun ya kekuatan spiritual besar, yang kem udian m ati sebagai seorang ‘m oksa’ di Gunung Sirnoboyo di Bagelen pada 8 Desember 1829, menjelan g akhir Peran g J awa. Dari bagian in i tam pak Taptojan i telah meninggal dunia tak jauh sebelum Perang J awa berakhir.36 Dengan dem ikian, m ungkin sekali m elalui Kiai Taptojani Cokronegoro dan Diponegoro pernah bertemu sebelum pecah Perang J awa, dan m ungkin pula m ereka m enjalin hubungan yang cukup erat, karena di J awa tidak ada satu pun yang dapat m en yatukan oran g secara lebih kuat selain belajar bersam a kepada guru kebatinan yang sama. Cara Cokronegoro menyebut Dip on egor o d en gan n am a m asa m u d a (‘Mas On towir yo’, 18 0 5-18 12) Pan geran , dan ‘y ay i M as’ dalam Babad Kedun g Kebo seperti m en cerm in kan hubun gan spiritual yan g dalam (Dan usubroto 20 0 8 :60 -61). Nam un ada pula sifat tegas diri Cokronegoro yang tidak menyetujui tindakan Pangeran selama perang yang m eluluh-lantakkan wilayah tercinta sang bupati perdana Purworejo itu (Danusubroto 20 0 8:60 -61):

147

148

Sisi Lain Diponegoro

Yay i Mas Ontow iry o sangakaranèki Urutsèw u lan Tem on sing dicèkèr Kedhundang Balak Nim buli puy uh-puy uh sinarpaday èki sun balang belanggur

bacaan-indo.blogspot.com

Dinda Ontowiryo m engapa begini? Urutsèwu dan Tem on [Kulon Progo] m engapa dirusak? [J uga] Kedundang, Balak [dan] Nim buli. Dhuh-dhuh, waspadalah sekarang! Akan kulem par kau dengan m eriam !

H ubun gan pribadi an tara Cokron egoro dan Dipon egoro juga dicerm inkan dalam Babad Kedung Kebo m enggunakan gam baran wayang. Menurut Cokronegoro, perang itu adalah ad u k esek t èn (kesaktian atau keku atan sp ir it u al) an tar a dir in ya dan Pan ger an Dipon egor o. Dalam Babad ter sebut Cokronegoro m enggam barkan dirinya sebagai Raden Setyakti atau Bimakunting, sedangkan Pangeran Diponegoro disamakan den gan pem im pin Kurawa, Suyudan a. Gam baran dari dua tokoh wayang ini diperlihatkan pada sampul muka dan sampul belakang “tas” dua naskah salinan yang sekarang ada di Leiden (hlm . 10 9) dan Deven ter (hlm . 116). 37 Dalam M ahabharata, yan g m en ceritakan Peran g Bharatayuda an tara Kurawa dan Pan dawa, Bim a di gam barkan bisa m en galah kan Suyudan a meskipun kesaktian sang raja Kurawa itu sungguh hebat. Salah satu sebabnya adalah se belum Bharatayuda pecah, Bima telah diberitahukan Prabu Kresn a ten tan g titik lem ah Suyudan a, yakni pada paha kiri (Hardjowirogo 1965:96). Pertarungan kesaktian serta pengibaratan wayang seperti memainkan peranan penting dalam kesadaran masyarakat J awa yang terlibat dalam Perang J awa. Dengan cara lain, kesadaran ini diungkapkan pula dalam Babad Kedung Kebo terkait tandatanda dan alamat-alamat yang disampaikan kepada Pangeran

bacaan-indo.blogspot.com

Bagian II Babad Kedung Kebo

oleh punakawan (para bujang) dan ulama penasihatnya. Melalui m im pi-m im pi dan penam pakan-penam pakan yang terjadi sebelum pecah Perang J awa, ram alan bahwa Diponegoro akan m em erintah di J awa serta m enyebarkan agam a Islam sudah jelas terkuak. Nam un dijelaskan pula oleh dunia gaib bahwa kekuasaan in i akan diam bil kem bali jika tern yata Pan geran m elakukan kesalahan berupa kesom bon gan , kesem bron oan , atau pu n kepon gah an (For r ester 1971:43-73; KITLV Or 13 [Babad Kedun g Kebo], VI-VII). Fakta bahwa pada akhirn ya Dipon egoro m en galam i kegagalan m em buat san g pen cipta Babad m en gan ggap h al itu sebagai akibat d ar i kecacatan yang parah dalam karakter Diponegoro serta dalam integritas spiritualnya. Kendati dem ikian, bukti hubungan Cokronegoro dengan Diponegoro sebelum perang m asih bersifat tentatif. Apalagi, hampir dapat dipastikan bahwa hubungan mereka tidak pernah berhadapan dalam konfrontasi langsung selama berlangsungnya Peran g J awa. Pada saat pecah peran g (20 J uli 18 25), san g bupati perdana Purworejo m asih berada di Surakarta, dan ia baru turun ke m edan perang ketika dikirim pada 23 Agustus sebagai wakil kom an dan dan pen asih at pribadi atasan n ya, Pangeran Kusum oyudo, kom andan tentara Surakarta, setelah J enderal Hendrik Merkus de Kock (1779-1845) meminta Sunan Pakubuwon o VI (bertakhta 18 23-18 30 ) un tuk m en girim kan pasukan ke wilayah Banyumas dan Bagelen (Vreede 1892:141).38 Tampaknya tugas Cokronegoro adalah menunjukkan jalan atau jalur di wilayah Bagelen. Dengan dem ikian ia m em andu para perwira Belan da serta sekutu-sekutu J awan ya. Sewaktu semakin kuat di areal Bagelen timur pada tahun kedua perang, ia mengorganisasikan perlawanan setempat dengan me manfaatkan ikatan -ikatan kekeluargaan n ya yan g ban yak ter dapat di daerah itu.

149

bacaan-indo.blogspot.com

150

Sisi Lain Diponegoro

Selama perang, tampaknya Cokronegoro berhasil membuat dirinya disenangi oleh para perwira pasukan Belanda, terutama komandan pasukan Bagelen timur, Kolonel J an Baptist Cleerens (178 5-18 50 ), den gan siapa Cokr on egor o ber bicar a m en ggunakan bahasa Melayu.39 Ia kelihatannya terkesan dengan cara hidup ban gsa Belan da, dan den gan ban gga ia m en yin ggun g dalam Babad bahwa ia telah digambarkan oleh Cleerens sebagai ‘seor an g Belan da’ saat pen yer ah an tan da jasa. 40 Mu n gkin sekali pilihannya atas Raden Seta, komandan tentara Pandawa yan g berkulit putih , sebagai gam baran wayan g di m an a ia m em perkenalkan dirinya dalam adegan pertem puran, punya nilai simbolik dalam konteks ini.41 Dalam hubungan ini, ia benarben ar bertolak belakan g den gan rekan se-ilm u tasawufn ya, Pan geran Dipon egoro, yan g m em ben ci oran g m en ggun akan bahasa Melayu serta memandang hina cara hidup orang-orang Belanda.42 Bahkan ia juga bertolak belakang dengan atasannya, Pan ger an Ku su m oyu do, yan g dalam pan dan gan kom an do tinggi Belanda, masih terlalu terikat dengan kalangan Keraton Surakarta un tuk ben ar-ben ar bertin dak sebagai sekutu yan g bermanfaat.43 Dengan demikian, Cokronegoro ikut berperang di daerahdaerah Bagelen yang ia kenal sejak m asa kecil, dan kadangkadang memimpin pasukan pribumi (hulptroepen) dari Manado, Ternate, dan Madura, juga di daerah-daerah sekitarnya seperti Kedu Selatan (Gowon g, Ledok) dan Kulon Progo (Gun un g Kelir). Selama memimpin barisan ia memperlihatkan semangat yang tinggi dalam pertem puran, dan Belanda tahu m em balas budi jasanya: pada Desember 1828 ia diangkat sebagai Bupati Tanggung dengan nama Kiai Tumenggung Cokrojoyo ketika ia berhasil menangkap, hampir tanpa bantuan orang lain, Basah Purwon egoro (n am a asli Gagak Pran olo), bersam a den gan delapan orang pengawal pribadinya (Louw dan De Klerck 1894190 9, IV:711-715). Setelah Pan geran Kusum oyudo pulan g ke

bacaan-indo.blogspot.com

Bagian II Babad Kedung Kebo

Surakarta untuk terakhir kali pada J anuari 1829, ia juga diberi pemerintah tanah-tanah Surakarta di Bagelen yang terletak di sebelah tim ur Kali J ali, Kali Lesung, dan Sungai Bogowonto, serta ke sebelah selatan Kali Lereng. Inilah wilayah yang dekat den gan tem pat kelah iran Cokron egoro, di m an a pen garuh keluarganya terasa paling kuat. Kem udian , pada 21 Septem ber 18 29, pasukan Man ado d i bawah pim pin an n ya m en yebabkan gu gu r n ya pan glim a p asu kan Pan ger an Dip on egor o yan g p alin g d isegan i d an dihormati, Pangeran Ngabehi (pra-1825 Pangeran J oyokusumo I, sekitar 1787-1829), dan kedua anak laki-lakinya—Pangeran J oyokusum o II dan Raden Atm okusum o—di Desa Sen gir , yang terletak di Gunung Kukusan Putri di daerah perbatasan antara Bagelen dan Kulon Progo (Louw dan De Klerck 1894190 9, V:393-5; Car ey 20 12:776 catatan 4; 6547d [Babad Dipon egoro] XXXVII.91-10 0 , hlm . 18 7-8 9). Peristiwa in i, di mana seorang anggota keluarga inti kerajaan Mataram menemui ajalnya di tangan se orang keturunan kiai setempat, tentu saja m em apan kan reputasi Cokron egoro. 44 Nam un san g bupati perdana Purworejo sendiri kelihatannya merasa terganggu atas perbuatannya: ia m enganggap harus bertanggung jawab atas kematian yang mengerikan ketiga pangeran yang adalah kerabat dekat Pangeran Kusum oyudo, kom andannya sendiri. Kepala ketiga pangeran itu dipancung dan dikirim ke J enderal De Kock di Magelang sebelum diserahkan ke Keraton Yogyakarta untuk dimakamkan di Pemakaman Pengkhianat di Banyusumurup.45 Kendati demikian, ia tetap mengambil sikap ambivalen terhadap para atasannya di Keraton Surakarta: pada satu sisi ia telah menggunakan pusaka-pusaka yang diberikan oleh Kusumoyudo dalam peperangan di Bagelen timur, tetapi pada sisi lain ia sama sekali tidak m elakukan suatu upaya aktif un tuk m en dukun g komandannya ketika sang putra Sunan keempat itu disingkirkan dan dipin dah kan oleh Belan da di akh ir tah un 18 28 . Sikap

151

bacaan-indo.blogspot.com 152 Sisi Lain Diponegoro

bacaan-indo.blogspot.com

Bagian II Babad Kedung Kebo

Sultan Cakraadiningrat dari Bangkalan, Madura, yang juga terkenal sebagai Sultan Madura sedang membicarakan pengiriman pasukan Madura untuk membantu Belanda pada awal Perang Jawa (1825-1830). Dari KITLV Or 13 (Babad Kedung Kebo). f.148r. Foto seizin Universiteitsbibliotheek Leiden (UBL).

153

bacaan-indo.blogspot.com

154

Sisi Lain Diponegoro

am bivalen ini justru m enguntungkan dia karena kem udian ia sendirilah yang ditunjuk untuk menjadi pengganti Kusumoyudo den gan kekuasaan m en gawasi serta m en gen dalikan sem ua pasukan serta para pejabat Surakarta di Bagelen sepanjang lima belas bulan terakhir perang.46 Tam paknya panglim a besar Belanda, J enderal De Kock, pernah berjanji kepada Pangeran Kusumoyudo bahwa bila nanti ia pensiun, ia diperkenankan untuk m em erintah Bagelen jika peperangan telah berakhir.47 J anji ini diingkari oleh De Kock tak lama setelah Diponegoro ditangkap di Magelang pada 28 Maret 1830 , sebuah kejadian yang membuat Cokronegoro (waktu itu Tumenggung Cokrojoyo) “luar biasa girang” menurut Cleerens (Carey 20 12:823 catatan 112). Waktu itu, Cokronegoro, bersama dengan para pejabat lainnya dari Bagelen, diperintahkan datang ke m arkas m iliter Belanda di Kedu itu pada akhir April dan mereka diberitahu bahwa wilayah Bagelen akan dijadikan daerah keresidenan Belanda yang baru dengan ibu kota sebagai pusat sebuah afdeling. Ia kemudian menemani Cleerens ke Surakarta un tuk m en yam paikan berita itu kepada Sun an Pakubuwon o VI serta Pangeran Kusum oyudo, nam un m ereka gagal untuk mendapatkan kesempatan tatap muka dengan Sunan.48 Setelah pulang ke Bagelen bersam a Kom isaris Belanda untuk urusan tan ah kerajaan bagian m an can agara barat, J an Isaak van Sevenhoven (1782-1841; menjabat 1830 -31), Cokronegoro pada 9 J uni 1830 dilantik sebagai Bupati Brengkelan oleh penghulu landraad (pengadilan kota untuk pribum i) Bagelen pertam a, H aji Badarrudin , bekas ulam a sen ior pen dukun g Pan geran Diponegoro (Louw dan De Klerck 1894-190 9, VI:196-199). Kegagalan Belan da un tuk m em ulih kan serta m en gem balikan Bagelen dan tan ah-tan ah m an can agara lain n ya kepada kekuasaan Surakarta pada akhir peperangan telah membangkitkan banyak kegetiran di Surakarta. Kegagalan ini ikut bertan ggun g jawab atas tim buln ya berbagai peristiwa yan g

bacaan-indo.blogspot.com

Bagian II Babad Kedung Kebo

berunjung pada pengasingan Sunan Pakubuwono VI ke Ambon pada akhir J uni 1830 . Namun nasib pejabat Surakarta di wilayah Bagelen tidak semuanya jelek: seorang Tumenggung Surakarta lainnya, Arung Binang IV (menjabat 1830 -1849), dari keluarga terkem uka priayi agung yang juga punya pertalian darah erat di areal Bagelen barat di sebelah barat Kali J ali,49 ikut diangkat sebagai bupati. Dia adalah bupati pertam a dari trah Arun g Binang yang pindah ke Bagelen dari Surakarta untuk menempati kabupaten bar u di Kebum en (pr a-18 30 , Un gar an ) setelah pendopo selesai dibangun pada 1835 (Sutherland 1974:4). Nam un Cokron egoro sen dirilah yan g keluargan ya m en dapatkan pen garuh palin g ban yak di wilayah Keresiden an bar u . 50 Ban gu n an p en d op o kabu p aten , yan g d id ir ikan d i Purworejo antara 1833 dan 1838 (Danusubroto 20 0 8:10 6-10 7), dibangun sejalan dengan bentuk joglo yang hanya boleh dimiliki oleh elite birokrasi atau bangsawan (Mayer 1897:51; Sukirman Dharmamulya 1980 ). Pendopo dibuat dari batang jati pendhowo (pohon jati bercabang lima sewaktu hidup) dengan katuranggan yan g san gat bagus. Sem ua soko guru, balok, dan kayu-kayu usuk berasal dari suatu pohon jati yang berumur ratusan tahun dari desa kelahiran Cokronegoro, Bragolan. Kayu jati raksasa yang keras ini juga dipakai untuk m em bangun Masjid Agung Purworejo, Darul Muttaqin, yang dimulai pada 20 Maret 1836 (2 Besar AJ 1763) (LOr 2163, XLVIII. 36-37, hlm . 613), dan Bedug Pen dhowo, bedug terbesar di In don esia yan g dibuat dari satu batang pohon (Danusubroto 20 0 8:90 -91, 94-99, 10 0 10 5, Oteng Suherman 20 13). Pada saat yang sama, ditata pula sebuah alun-alun yang sangat luas (62.40 0 m 2) dengan sepasang pohon beringin yang bibitnya konon didatangkan dari Keraton Yogyakarta pada 1831 (lihat gambar hlm. 20 3). Berdiri di atas tanah seluas 240 x 260 meter, alun-alun Purworejo adalah kedua terbesar di J awa setelah Ngawi (Danusubroto 20 0 8:10 0 , 125). Letak alun-alun dan pendopo baru yang menghadap ke selatan

155

bacaan-indo.blogspot.com

156

Sisi Lain Diponegoro

disesuaikan dengan pikiran kosmik J awa supaya bangunan baru itu tidak membelakangi posisi Keraton Surakarta yang berada di sebelah timur. Ikatan Cokron egoro den gan Surakarta m asih tetap dip er t a h a n ka n . 51 Na m u n leb ih p en t in g la gi a d a la h p osisi Cokronegoro sebagai sahabat orang Belanda. Itulah kunci yang m e m un gkin kan an ak priayi ren dahan Bragolan in i berhasil m en d ap atkan ked u d u kan n ya. Kar en a itu lah p ar a p ejabat bangsa Belanda, terutam a dari kalangan m iliter yang sangat disegani bupati perdana Purworejo itu, kerap diundang serta dihibur den ga gaya Belan da di pen dopo kabupaten . 52 Buku harian Cokronegoro, yang dipersem bahkan kepada panglim a bangsawan J erm an pasukan Hindia Belanda, Adipati (Duke) Ber n h a r d von Sa ch sen Weim a r (m en ja b a t 18 50 -18 54 ), m em berikan gam baran san gat m en arik ten tan g h ubun gan antara bupati dan para pejabat Belanda, baik itu warga sipil, maupun mereka dari kalangan militer (Berlin Staatsbibliothek [SB] Or 568 , “Buku H arian ”, 18 31-18 52). Men arik, bah wa mereka selalu menggunakan bahasa Melayu ‘pasar’ yang kasar dalam percakapan . 53 Sebagai con toh, sewaktu Cokron egoro m e n erim a kabar dari Kolon el Cleeren s bah wa Dipon egoro ditangkap di Magelang (28 Maret 1830 ), ia dilaporkan berseru: “Begitu baik, sekarang prang habis betul, sunggu[h]-sunggu[h] [habis]!” (Carey 20 12:823 catatan 112). Kita tahu bahwa Cokronegoro sangat gem ar m engoleksi alat-alat peran g atau sen jata, seperti tom bak, keris, perisai, canang, m eriam , senapan (bedil), dan pistol. Kalau ia senang dengan alat atau senjata perang, maka ia siap membeli dengan h a r ga m a h a l (Da n u su b r ot o 2 0 0 8 :75). Seb a gia n koleksi pribadi bupati perdana Purworejo itu, termasuk seragam yang dikenakan selama Perang J awa dan gala kostum yang dipakai sewaktu berkun jun g ke J en deral de Kock di Magelan g pada 24-30 April 1830 dan diberi tahu mengenai pengangkatannya

Bagian II Babad Kedung Kebo

sebagai Bupati Brengkelan (9 J uni 18 30 ) dihibahkan kepada OSVIA (Opleidingschool voor Inlandsche Ambtenaren/ Sekolah Tinggi untuk Pegawai Negeri Sipil Pribumi) di Magelang oleh anaknya, Raden Adipati Ario Cokronegoro II (menjabat 18561896), dan buyutnya, Raden Adipati Ario Sugeng Cokronegoro IV (m enjabat 190 7-1919).54 Laporan di koran Hindia Belanda, Het Nieuw s van de Dag voor Nederlandsch Indië (Berita Harian untuk Hindia Belanda), menambah fakta yang menarik tentang koleksi ini (14 J uli 1914):

bacaan-indo.blogspot.com

“Apalagi ada pelana kuda untuk pertem puran dan pakaian (dan tali) kuda, objek yang m em ang m enarik, apalagi yang terakhir dihiasi dengan batu perm ata. Ada juga dua sabel Turki Osm ani yang diberikan oleh J enderal de Kock kepada Cokronegoro I. Kita juga bisa m enyaksikan koleksi senjata dan tam eng kuno, yang diberi kepada sang Raden Adipati […] oleh Raja Willem I [bertakhta 1813-1840 ] sewaktu berkunjung ke J awa [sic; Willem I tidak pernah berkunjung ke J awa, tapi cucunya, Pangeran Hendrik de Zeevaarder (Hendrik Sang Pelaut), 1820 -1879, putra bungsu Raja Willem II, bertakhta 1840 -1849, pernah berkunjung ke J awa dan datang ke Purworejo pada J uli 1837 dengan m em bawa hadiah dari kakeknya untuk Cokronegoro]. Bupati Magelang juga m engirim kan sebagai sum bangannya sebilah lem bing dan keris yang dulu dim iliki Diponegoro, suatu benda yang sungguh bagus.”55

Per jalan an h id u p Cokr on egor o m u n gkin m ir ip sekali den gan perjalan an hidup keban yakan “oran g baru” pribum i yang diangkat sebagai pejabat tinggi oleh Pem erintah Hindia Belanda setelah berakhirnya Perang J awa. Walaupun orangorang baru ini punya banyak pengaruh setempat, mereka lebih bisa diandalkan dan dipercayai, sebab hampir semua 56 tidak termasuk kalangan bangsawan tinggi Yogyakarta atau Surakarta. Mem an g Cokron egoro m en ikah kan putra kedua dan pen ggan tin ya, Cokron egoro II, den gan putri m an tan atasan n ya, Pangeran Kusumoyudo (Sutherland 1974:5). Namun hubungan

157

158

Sisi Lain Diponegoro

bacaan-indo.blogspot.com

formal dengan Keraton Surakarta melalui sistem pajeg (pajak) yang dibayarkan setiap enam bulan oleh bupati m ancanagara pada Grebeg Maulud dan Grebeg Puasa di keraton sudah ditiadakan ketika Belan da m en caplok daerah m an can agara pascaperang. Para bangsawan keraton juga kehilangan tanah jabatan (lungguh) di wilayah yang jauh dari keraton ini. Dalam kasus Pangeran Kusumoyudo, bekas lungguh-nya di tanah yang subur di distrik Urutsewu di pesisir selatan Bagelen—berupa 50 0 desa—diberikan kepada Cokronegoro I oleh Pemerintah Hindia Belanda (Louw dan De Klerck 1894-190 9, VI:20 0 ; Sutherland 1974:5). Gaya sosial bupati yan g dian gkat pem erin tah kolon ial pasca-Peran g J awa juga m en cerm in kan revolusi sosial yan g terjadi akibat perang tersebut. Seperti telah kita lihat, bupati zam an H in d ia Belan d a (18 18 -19 42) d en gan cep at d ap at menyesuaikan diri dengan menggunakan bahasa Melayu (Dienst M aleisch) dalam pergaulan sehari-hari di kan tor kabupaten (H offm an 1979:65-92), d an tah u car a m en gh ibu r atasan Belandanya dengan resepsi formal gaya Eropa dan pesta makan yang beraneka ragam. Menurut buku harian yang dihibahkan bupati perdana Purworejo kepada Adipati Bernhard von Sachsen Weimar, pada perjamuan di Pendopo Purworejo sering muncul hidangan daging kerbau liar (banteng), rusa, babi hutan, ayam alas, dan merak, yang ditangkap penduduk setempat dan dikirim ke kabupaten sebagai santapan tamu agung m anca sang Bupati (Carey 20 12:51 catatan 125).

Penutup

bacaan-indo.blogspot.com

PERANG J awa menandai garis pemisah dalam perubahan sosial

di kalan gan oran g-oran g pem erin tahan di keresiden an dan kabupaten baru di J awa bagian tengah-selatan pascaperang. Con toh yan g telah diberikan oleh Cokron egoro serta bahan bahan sejarah menyangkut dirinya punya arti penting. Walaupun dalam Babad agak sulit m enentukan seberapa besar peranan Cokronegoro dalam penulisan dan penyusunannya, sudah jelas bahwa ban yak dari bagian terakhir Babad adalah tan ggun g jawab san g bupati perdan a Purworejo itu. In i m en yan gkut m asalah p er t em p u r an -p er t em p u r an yan g ber lan gsu n g d i Bagelen selama perang (khususnya tahun-tahun terakhir), serta sejarah Purworejo setelah 1830 . Tapi sejauh mana sesungguhnya kisah m en gen ai sejarah Yogyakarta sebelum peran g dapat digambarkan oleh Cokronegoro? Bukankah sang bupati perdana Pu r wor ejo pr a-18 30 itu seor an g pejabat Su r a kar ta? J ad i, informasi mengenai kisah Pangeran Diponegoro sebelum perang didapatkan dari m ana? Lagi pula, terdapat berbagai laporan rinci mengenai pertempuran-pertempuran di sekitar Yogya karta dan Selarong pada bulan-bulan awal perang yang sama sekali

bacaan-indo.blogspot.com

160

Sisi Lain Diponegoro

Sketsa Jawa yang menggambarkan pertempuran antara pasukan Pangeran Diponegoro dan serdadu Belanda di kediaman Diponegoro di Tegalrejo, 20 Juli 1825. Pertempuran ini mengawali Perang Diponegoro (1825-1830). Diponegoro ada di sisi kiri, di atas kuda hitam kesayangannya, Kiai Gitayu (Gentayu), dan dilindungi payung kuning (songsong jenar), lambang kebesaran sebagai Sultan Erucokro (Ratu Adil) dan pemimpin perang sabil. Alasan Diponegoro tidak ditampilkan dengan pakaian yang biasa dia

bacaan-indo.blogspot.com

Bagian II Babad Kedung Kebo

kenakan—yakni pakaian perang sabil, serban, dan jubah putih—adalah karena Pemerintah Hindia Belanda setelah 1830 menganggap pakaian seperti itu sebagai lambang kejahatan subversi untuk bangsawan Jawa. Pantangan ini diindahkan oleh Raden Adipati Ario Cokronegoro I waktu ia menuliskan Babad Kedung Kebo pada awal 1840-an. Diambil dari Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde (KITLV) Oriental MS 13 (Babad Kedung Kebo) f.99r-v. di Universiteitsbibliotheek Leiden. Foto seizin UBL.

161

162

Sisi Lain Diponegoro

bacaan-indo.blogspot.com

tidak m elibatkan Cokronegoro. J uga pada bagian awal Babad ada laporan-laporan yang menyamai dengan tepat surat-surat resm i ten tan g kegiatan m iliter ten tara Belan da dan laporan Pangeran Diponegoro mengenai pertempuran tersebut, seperti yan g tertera di dalam babad otobiografisn ya. 57Pada bulan bulan awal berlangsungnya Perang J awa, Cokronegoro berada di Surakarta, bersam a-sam a dengan Pangeran Kusum oyudo, m aka ia tidak pernah m engalam i per tem puran-pertem puran yang berlangsung di wilayah Yogyakarta pada akhir J uli sampai awal Oktober 1825. Waktu ia turun ke medan perang pada 23 Agustus 1825, ia dikirim langsung ke wilayah barat, ke Bagelen. Tampaknya jauh lebih mungkin dan masuk akal tulisan-tulisan awal yang terdapat di dalam Babad, adalah sumbangan Basah Pengalasanlah dan bukan Cokronegoro. Tapi untuk memastikan sem u a in i kita h ar u s m em p er ken alkan p er jalan an h id u p Pengalasan sendiri.

Riwayat Hidup Basah Haji Ngabdullatip Kerto Pengalasan (sekitar 1795–pasca-1866)

bacaan-indo.blogspot.com

DALAM suatu laporan Belanda yang dibuat selama berlangsung

Perang J awa, Pengalasan—atau nam a lengkapnya Basah Haji Ngabdullatip (Abdul Latif) Kerto Pengalasan—dikatakan sebagai orang yang sebelum perang menjabat Demang di Desa Tanjung Selatan , Nan ggulan , Kabupaten Kulon Progo den gan n am a Krom owijoyo. 58 Laporan Belan da yan g lain m en yatakan , ia bertugas di Wates—pasca-1952 ibukota Kulon Progo.59 Namun, nama Pengalasan, yang pada zaman Majapahit (1293– 1510 -an) menunjukkan seorang bujang atau abdi dalem keraton junior,60 memberikan kita petunjuk bahwa mungkin ia pernah memangku suatu jabatan resmi di lingkungan Keraton Yogyakarta. Kita tahu dari Kolonel Cleerens 61 bahwa Basah Ngabdullatip m enikah dengan putri Pangeran Blitar I (sekitar 178 4-18 27), salah seorang putra Sultan Pertam a (Carey 20 12:782 catatan 19, 948). J adi ia sudah punya kekerabatan dengan keluarga inti keraton. Ayah mertuanya adalah pangeran Keraton Yogyakarta

bacaan-indo.blogspot.com

164

Sisi Lain Diponegoro

yang bergabung paling awal dengan Diponegoro di Selarong pada 29 J uli 18 25. Setelah m em belot ke Belanda pada 18 27, Pangeran Blitar I m engakui dorongan utam a yang m em buat dia berpihak kepada Pangeran adalah perasaan sangat tidak puas atas hilangnya pendapatan tahunannya akibat keputusan Pemerintah Hindia Belanda untuk menghapuskan sewa tanah kepada orang asing di tanah kerajaan pada Mei 18 23 (Carey 20 12:629).62 Dalam babadnya, Diponegoro sendiri menyebutkan Pen galasan sebagai seoran g ‘Raden ’, yan g m em berikan petunjuk bahwa ia bukanlah seorang bangsawan yang tingkatn ya tidak terlalu tin ggi. Nam un pern yataan Dipon egoro in i dibantah oleh sejarawan Belanda, J an Hagem an (1817-1871), yan g m en yebu tkan Basah sebagai seor an g “cu cu ” Su ltan H am en gkubuwon o II (bertakhta 1798 -18 10 / 18 11-18 12/ 18 261828) (Hageman 1856:82). J ika memang demikian, ia berhak bergelar ‘Raden Mas’ jika bukan ‘Bendoro Raden Mas’. Pen galasan bah kan m un gkin pern ah m em an gku suatu kedudukan di kalangan pengikut Penghulu Yogyakarta, yang bernam a Kam alodiningrat (m enjabat 1823-sekitar 1835; pra1823 Ketib Abuyamin, lihat Carey 20 12:641-43, 923). Pemimpin kaum santri Yogya ini diangkat atas perintah Patih Danurejo IV serta Ratu Ageng (sekitar 1780 -1826), ibu Sultan keem pat (bertakhta 18 14-18 22), pada 18 23, suatu kejadian yang am at tid ak m en yen an gkan Dip on egor o. Pan ger an m en gan ggap angkatan Kam alodiningrat tidak sah, sebab ia kurang paham Al Quran dan Hadis, dan Kamalodiningrat telah menggantikan teman baiknya, Kiai Rahmanudin, yang telah menjabat sebagai Penghulu antara 1812 dan 1823 (Carey 20 12:642). J adi terdengar agak aneh bahwa Pengalasan menjadi salah satu pengikut Kam alodiningrat. Dan m em ang, dalam hal ini sum ber Belanda tidak jelas terkait daftar pengikut penghulu bar u it u , ap akah m em an g Pen galasan yan g d im aksu d . 6 3 Namun perincian pada bagian awal Babad Kedung Kebo, yang

bacaan-indo.blogspot.com

Bagian II Babad Kedung Kebo

menyangkut hierarki keagamaan di Yogyakarta sebelum perang, tampaknya merupakan suatu petunjuk bahwa pengarang punya sejum lah pengetahuan yang akrab m engenai kelom pok kaum santri di Keraton Kasultanan. Sem entara itu, Babad Keraton Yogy akarta m engatakan, Pengalasan telah menggabungkan dirinya, bersama dengan para pejabat lainnya dan orang-orang berdarah biru dari Keraton Yogya, den gan Dipon egor o ketika Pan ger an m asih ada di Tegalrejo sebelum perang. Pada saat itu—dimulai dengan pertemuan rahasia di kediaman Pangeran pada 29 Oktober 1824 (Carey 20 12:695)—m ereka m ulai m eren can akan pem beron takan dan pengangkatan Diponegoro sebagai seorang Ratu Adil de n gan gelar Sultan Erucokro pada 1 Sura tahun J awa 1753 (15 Agustus 1825).64 Dan pastilah Pengalasan telah ber ada di Se larong pada akhir J uli 18 25. Dalam tiga laporan Babad ia dikatakan m enerim a perintah di sana sewaktu ditunjuk oleh Dipon egoro sebagai seoran g ‘bupati m uda’ (bupati n en em punika).65 Roorda m en catat dalam kata pen gan tar terjem ahan n ya, sem bilan kan to awal Babad Kedun g Kebo, Pen galasan tam paknya mengetahui secara mendalam segala peristiwa yang terjadi di Yogyakarta sebelum perang (Roorda 1860 :138). Bahkan ia sampai tahu apa saja yang dibicarakan di ibukota kesultanan. Mem an g, ban yak peristiwa yan g berlan gsun g di Yogyakarta yang tidak ditemui dalam babad-babad lainnya. Ini bisa dilihat, khususnya, dalam penggambaran yang begitu rinci tentang kehadiran para tokoh agama pada dua upacara pemakaman sultan, yakni Sultan ketiga pada 3-4 November 1814 serta untuk anakn ya, Sultan keem pat, pada 6-7 Desem ber 18 22.66 H ubun gan Diponegoro dengan hierarki keagamaan yang ada di Yogyakarta juga dibahas secara rinci. Yang juga menarik di sini adalah sembilan gambar (ilustrasi sejarah atau kartun historis) berwarna dalam naskah Babad

165

bacaan-indo.blogspot.com

166

Sisi Lain Diponegoro

Kedung Kebo, yang sekarang ada di koleksi Koninklijk Instituut (KITLV Or 13) di Perpustakaan Universitas Leiden.67 Gam bar in i begitu terin ci, juga dalam detail pakaian adat dan batik khas keraton (Yogyakarta, Surakarta, dan Bangkalan [Madura barat]), blangkon dan destar, warangka keris, panji-panji perang Erucokro (Ratu Adil), serta seragam militer dan sipil Belanda, bah wa h an ya seor an g yan g ad a per sen tu h an er at d en gan lingkup keraton sebelum perang yang bisa menggambarkannya. Tem a kaum san tri Yogya yan g pun ya persen tuh an den gan Pen galasan ju ga m u n cu l d en gan jelas d i gam bar ket iga (KITLV Or 13 folio 66 verso, lihat hlm . 110 -111). Tem a itu memperlihatkan Diponegoro—berpakaian hitam, bukan serban dan jubah putih yan g biasa diken akan , sebab pascaperan g Belanda menganggap pakaian perang suci itu sebagai lambang kejahatan subversi bagi bangsawan J awa—sedang duduk di batu sem adi (selo gilang) di tem pat pertapaan di Selorejo sam bil m enyam paikan perintah kepada dua orang pengikutnya, Kiai J oyomustopo dan Kiai Mopid, sebelum mereka memulai ziarah di Gua Batu di Kepulauan Nusakam ban gan un tuk m en cari bun ga Wijoyokusum o. Bun ga itu m elam ban gkan kebesaran Dipon egoro sebagai seoran g raja atau Ratu Adil. Perin cian gam bar in i m en im bulkan pertan yaan : siapa sen im an yan g mampu menciptakan gambar kartun sejarah yang begitu rinci ini jika tidak punya petunjuk dari seorang saksi sejarah yang bersentuhan erat dengan dunia keraton-keraton J awa bagian ten gah-selatan dan kalan gan kaum san tri sebelum peran g? Apakah geran gan Pen galasan sen diri yan g pern ah m en jadi petunjuk untuk gambar-gambar ini? Bagian awal Babad Kedung Kebo juga memberikan suatu pemandangan khas dalam karakter pribadi dan lingkup hidup Dip on egor o sebelu m p er an g. Lin gku n gan Dip on egor o d i Tegalrejo, sifatnya yang suka bertapa, kebiasaan mendengar atau m em baca Sastra J awa, serta ketegangannya dengan Keraton

bacaan-indo.blogspot.com

Bagian II Babad Kedung Kebo

Yogyakarta, dibahas semuanya. Lebih penting lagi, pembahasan tersebut m em beri gam baran sim patik ten tan g Pan geran di m ana ketaatan beragam anya yang keras dikagum i orang lain. Gambaran yang diberikan di kanto-kanto awal Babad itu lebih banyak merupakan gambaran seorang pendukung yang akrab seperti Pengalasan daripada seorang lawan seperti Cokronegoro. Peristiwa-peristiwa yan g m en gakibatkan m eletusn ya Peran g J awa juga disusun secara betul-betul rinci menurut rangkaian kejadiannya. Ini memberikan petunjuk bahwa sang pengarang bagian awal Babad Kedung Kebo punya pengetahuan langsung mengenai kejadian-kejadian ini, sesuatu yang juga membuat kita mudah menduga identitas pengarang bagian awal itu. Tam pakn ya m em an g m asuk akal jika Pen galasan betul memangku suatu jabatan resmi di Yogyakarta sebelum perang. Apalagi bila jabatan itu pu n ya kaitan d en gan kelom pokkelompok keagamaan, maka ia dapat menulis menurut rangkaian kejadiannya di Yogyakarta dengan penuh ketepatan. Yang pasti, Diponegoro punya banyak pengikut dari kalangan pejabat junior seperti Pengalasan. Sebuah laporan yang disusun oleh Belan da sekitar 18 26 m en yebutkan , seban yak 78 Dem an g (kepala distrik) yang bertugas di Mataram telah menggabungkan diri dengan Diponegoro pada tahun-tahun awal perang.68 J adi bagaim ana riwayat perang Pengalasan? Rupanya ia memainkan peranan penting dalam pertahanan Selarong selama m usim panas (J uli-Oktober) 182569 dan dengan Tum enggung (Basah ) J oyosun dargo, ia beroperasi di sekitar Yogyakarta ketika seorang kapten pasukan berkuda (ritm eester) dari Legiun Man gku n egar an ber n am a Rad en Mas Su won gso ber h asil ditangkap di areal Bantul (28-31 J uli 1825). Peristiwa tersebut digambarkan dengan begitu rinci di dalam Babad.70 Kemudian, ketika pada 5 Oktober 1825 Diponegoro memerintahkan untuk m en goson gkan ser ta m en in ggalkan Selar on g, Pen galasan membentuk pasukan sayap belakang serta bertanggung jawab

167

bacaan-indo.blogspot.com

168

Sisi Lain Diponegoro

atas pasukan meriam (artileri berkuda). Bersama putra sulung Diponegoro yaitu Pangeran Diponegoro Muda (sekitar 180 3– pasca Maret 18 56), juga Mas Mangunnegoro, seorang bupati negaragung (wilayah inti) Yogya yang sebelum perang bergelar Kiai Tum en ggun g (Carey 20 12:956), Pen galasan m elin dun gi sa t u sisi r om b on ga n p a su ka n Dip on egor o ya n g t en ga h m en gun durkan diri m elin tasi bukit-bukit kapur Selaron g. 71 Pengalasan kemudian bergabung kembali dengan Diponegoro d an ah li siasat p er an gn ya, Pan ger an Ngabeh i (p r a-18 25, J oyokusum o I) (sekitar 178 7-18 29), ketika san g pem im pin Perang J awa berada di markas besarnya yang pertama di Kulon Progo di Ban yum en en g. 72 Ia kem udian bertem pur bersam a den gan Kiai Mojo dan kom an dan -kom an dan m iliter lain n ya sewaktu mereka mempertahankan markas kedua Diponegoro di Dekso (Kulon Progo) pada November 1825.73 Set ela h p er t em p u r a n it u , sela m a p ela ksa n a a n r eorgan isasi pim pin an tertin ggi ten tara Dipon egoro di Dekso pada Desem ber, Pen galas an dian gkat sebagai Basah den gan n am a Ngabdullatip (Abdul Latif). Mun gkin sekali n am a in i sebagai ken an g-ken an gan akan seoran g haji dari Pesan tren Kasongan yang telah gugur dalam pertem puran di Kem bang Gede, dekat Ban yum en en g, bulan Novem ber sebelum n ya. 74 Kepada Pengalas an diserahkan komando atas semua pasukan Diponegoro yang berada di sebelah barat Sungai Progo. Sem ua Tum en ggun g yan g ada di wilayah Kulon Progo ditempatkan di bawah perintahnya serta dua orang haji sebagai pen dukun gn ya. 75 Pada tahun berikutn ya (18 26), Pen galas an memainkan peranan penting dalam mem pertahankan benteng Diponegoro di bekas keraton Sunan Amangkurat I (bertakhta 1646-1677) d i Pler ed (Mei-J u n i 18 26). Pad a waktu itu ia dikatakan sebagai teman akrab Kiai Mojo dan adik laki-lakinya, Kiai H asan Besar i (sekitar 1792-18 30 ), yan g juga disebut Tumenggung Pajang.76 Pada 9 J uni 1826, Pengalasan menderita

bacaan-indo.blogspot.com

Bagian II Babad Kedung Kebo

lu ka p ar ah d alam p er t em p u r an sen git m em p er t ah an kan ben ten g ketika Plered berhasil diserbu oleh 4.20 0 pasukan Belan da di bawah kom an do Kolon el Fran s David Coch ius (1787-1876), perwira zeni De Kock yang paling senior (Carey 20 12:757). Dalam pembantaian ini hanya 40 dari 40 0 prajurit Diponegoro lolos, di antaranya Pengalasan. Kemudian ia dibawa oleh Haji Ngiso, seorang tem an akrabnya, ke Selarong untuk m enyem buhkan diri serta m em ulihkan kekuatannya.77 Dalam tahun yang sama ia dipanggil, atas perintah khusus Diponegoro, untuk ikut serta dalam penyerangan Surakarta yang akhirnya gagal total dalam pertempuran di Gawok (15 Oktober 1826).78 Tah un ber ikutn ya, 18 27, Pen galasan ber tem pur di sekitar Can d i Bor obu d u r ber sam a cu cu Su ltan ked u a, Pan ger an Man gkudin in grat II (J oyodin in grat 18 55-18 57:93), n am un , tak lama kemudian, tampaknya ia dikirim ke Bagelen sebagai pelin dun g an ak sulun g Dipon egoro, Pan geran Dipon egoro Muda. Waktu itu, Pengalasan menerima kembali komando atas semua pasukan yang berada di sisi barat Sungai Progo dengan beraneka ragam pemimpin keagamaan yang lain. Secara khusus ia diberikan kom ando atas Resim en J ayengan, satu resim en yan g berseragam serban m erah dan baju kelepak putih dan direkrut dari kalangan santri. Sebagai pasukan ‘agamis’, resimen in i m em pun yai tugas khusus sebagai para pen gawal pribadi Diponegoro.79 Sela m a t a h u n -t a h u n t er a kh ir p er a n g (18 2 8 -18 2 9 ), Pengalasan hampir secara khusus beroperasi di Bagelen timur. Sam pai-sam pai ia dikatakan oleh Kolon el Cleeren s sebagai salah seoran g kom an dan terpen tin g pasukan ‘pem beron tak’ (rebellen) di daerah m ancanagara barat itu.80 Ia tetap dekat den gan Dipon egoro dan disebutkan sebagai salah satu dari sejumlah kecil Basah, atau panglima pasukan, yang tetap setia dan berada bersam a Pangeran Diponegoro setelah kekalahan yang menentukan di Siluk, di utara bukit-bukit Selarong pada

169

bacaan-indo.blogspot.com

170

Sisi Lain Diponegoro

17 Septem ber 18 29. Kekalahan in i m en gakibatkan pasukan Pangeran yang masih bertahan hidup harus dievakuasi ke barat Sungai Progo. Tapi situasi di medan perang tidak memungkinkan kekuatan Diponegoro bertahan lama, dan pada 25 September 1829 Pengalasan m engirim kan sepucuk surat kepada seorang kerabatn ya, Tum en ggun g Cokrorejo, yan g m en gun gkapkan kesediaan n ya un tuk berpihak kepada Belan da. 8 1 In isiatif in i didoron g pula oleh Cleeren s yan g rupan ya in gin m eran gkul Pengalasan sebagai jalur negosiasi dengan Diponegoro. Akhirnya Pengalasan menyerahkan diri kepada Cokronegoro di Benteng Bubutan (Bagelen) tepat pada hari ulang tahun Diponegoro, 11 Novem ber 18 29, dan tiga hari kem udian ia dibawa untuk m enghadap Cleerens di m arkas sang kolonel di Kedung Kebo di sisi timur Kali Bogowonto (lihat gambar hlm. 20 8).82 Kendati demikian terdapat kecurigaan bahwa penyerahan dirinya punya m otif tersem bun yi. Pun , di sisi Belan da, ada yan g m en duga bahwa sebenarnya Pengalasan diutus sendiri oleh Diponegoro untuk membuka perundingan perdamaian. Cleerens mengemukakan, Basah yang berumur sekitar 34 tahun itu sering diundang untuk m akan ke m arkas besarnya dan bahwa ia lebih banyak diperlakukan sebagai teman pribadi d ar ip ad a seor an g tawan an : 8 3 kegem ar an n ya akan an ggu r dan candu juga ikut disinggung, dan yang lebih penting lagi, perhatiannya pada situasi militer dan diplomatik Turki Osmani selama Perang Ketiga dengan Rusia (1829-1830 ).84 Ia tampak berusaha amat keras untuk mengambil hati Komando Tertinggi Ten tara Belan da den gan m en gorgan isasikan perun din gan perun din gan perdam aian den gan Dipon egoro. Ia berharap, dengan usaha-usahanya itu ia akan mendapat sebuah jabatan dan penghasilan dari Belanda. Dalam hal ini, ia terutama merasa iri terhadap Sentot karena janji yang diberikan Belanda bahwa kelak bisa m en jadi pem im pin barisan pribadi. Dem ikian lah, ia menulis dua surat kepada patih Diponegoro, Raden Adipati

bacaan-indo.blogspot.com

Bagian II Babad Kedung Kebo

Abdullah Danurejo (menjabat 1828-1830 ), dengan permintaan un tuk m en ghubun gi Dipon egoro. Dia juga m en ulis sepucuk surat berupa laporan pan jan g-lebar kepada Cleeren s gun a m engutarakan pandangan serta pendapatnya m engenai usulusul perdamaian yang mungkin akan diajukan oleh Diponegoro jika negosiasi perdamaian dilakukan (lihat Lampiran I).85 Upaya Pengalasan melalui surat-menyurat ini mendapatkan tanggapan dari Cleerens dalam sepucuk surat yang ditujukan kepada de Kock, di m an a ia m en gun gkapkan : “bagi se oran g J awa ia [Pen galasan ] m em perlihatkan ban yak kem am puan untuk menulis serta ia dapat membawa dirinya dan menyampaikan pendapatnya dengan baik, setidaknya itulah yang saya den gar […].”8 6 Nam un , justru surat yan g ditulisn ya un tuk Cleeren s m en em patkan dirin ya sebagai oran g yan g san gat d icu r igai, yan g m u n gkin telah ber tin d ak sebagai u t u san Dipon egoro: “Dugaan saya sem akin kuat bahwa seben arn ya Pen galasan adalah oran g yan g telah dikirim kan oleh D.N. [Diponegoro] untuk melakukan perundingan dengan kita,” tulis Cleerens, dan ia m em peringatkan de Kock untuk sam a sekali tidak mempercayai Danurejo maupun Pengalasan: “Yang Mulia haruslah memperlakukan mereka sesuai dengan kenyataan yang demikian itu, karena tidak satu pun dari keduanya tulus […].”87 Dem ikianlah, walaupun Pengalasan m em ainkan peranan p en t in g d a la m m en gor ga n isa sika n p er t em u a n p er t a m a Cleer en s den gan Dipon egor o di Rem o Kam al, per batasan Ban yu m as dan Bagelen , pada 16 Febr u ar i 18 30 , di m an a Cleeren s m en gem ukakan besarn ya pen garuh yan g dim iliki Pengalasan atas Diponegoro,88 ia tidak menerima satu hadiah pun dari Pemerintah Belanda setelah berakhirnya perundingan “per d am aian ” d i Magelan g setelah Dipon egor o d itan gkap secara khianat pada 28 Maret. Sebaliknya, m ungkin sekali ia telah menemani Diponegoro ke Semarang dan tinggal di sana, menjabat suatu jabatan kecil selama sisa hidupnya. Kita sudah

171

bacaan-indo.blogspot.com

172

Sisi Lain Diponegoro

lihat (hlm . 138 ) bahwa pada 18 49 ia ditunjuk oleh Pangeran sebagai sahabat yan g terpercaya un tuk ibun da, Raden Ayu Man gkorowati, den gan kapal uap ke Makassar, perjalan an yan g akh irn ya tidak terlaksan a akibat keseh atan dan usia lan jut san g Raden Ayu. H agem an juga m en yin ggun g bahwa pada Maret 18 56, ketika ia datan g ke san a un tuk m en ulis bukunya tentang Perang J awa, Pengalasan masih bermukim di Semarang (Hageman 1856:412-413) di sebuah kampung dekat J alan Bojong (sekarang J alan Pemuda) yang kelak dinamakan Kampung Basahan dari istilah “basah” (panglima). Walaupun sekar an g (20 17) kam p u n g su d ah h ilan g, n am an ya m asih dikenal warga (Eka Prilianto dan Dwi Royanto 20 15). Kita juga m en getahui bahwa Pen galasan m en diktekan Babad Kedun g Kebo kepada Raden Panji J oyosuprojo pada 18 66 di penjara Semarang (lihat hlm. 134). Pada awal dasawarsa 18 60 -an , n am a Pen galasan —yan g disebut dengan gelar “Rahadin Bashah Kerto Pengalasan” dan belakan gan (28 Mei 18 65), setelah m en un aikan ibadah haji, sebagai “Haji Abdul Latif”—tersua di buku harian seorang Syeh tarekat Naqsaban diyah di Pulau Pin an g. Pada 11 Desem ber 1863, Pengalasan disebut sebagai pengirim surat kepada sang Syeh guna menitipkan keris-keris pusaka untuk dijual (mungkin Pengalasan perlu uang untuk naik haji), dan sem bilan bulan kem udian (23 Septem ber 18 64) ia dikatakan sebagai oran g yan g telah m elu n asi u tan g sebesar d elap an belas r in ggit dengan bunga dua ringgit pada m ursyid tarekat itu setelah ia berlabuh di Pulau Pinang dengan kapal yang dinakhodai seorang keturunan Arab Hadrami, Ṣaleḥ Bā Darab (18 September 1864). Catatan terakhir di buku harian guru tarekat itu adalah setelah Pengalasan menunaikan ibadah haji walaupun belum jelas kalau ia sam pai ke H aram ain. Waktu itu ia dicatat pulang dengan gelar “H aji Abdul Latif” dan dilaporkan sedan g berlayar ke Sin gapura dari Pulau Pin an g den gan “perahu sekun ar Cin a” hendak menyeberang ke J awa setelah membayar dua setengah

Bagian II Babad Kedung Kebo

bacaan-indo.blogspot.com

ringgit untuk “makan nasi atas juragan [kapal]” (28 Mei 1865).89 Kalau memang sesungguhnya ke Mekkah pada akhir hidupnya, Pengalasan dapat meraih sesuatu yang atasannya, Diponegoro, selalu m engidam kan nam un tidak pernah diberi izin Belanda un tuk m elaksan akan n ya: ibadah haji (Carey 20 12:8 20 , 8 32, 840 , 868-69). Hebat sekali sang Basah yang berumur menjelang kepala tujuh itu!

173

bacaan-indo.blogspot.com

Kesimpulan

PERJ ALANAN h idup Pen galasan m em berikan kesan bah wa ia m em a n g p u n ya ked u d u ka n ya n g m em u n gkin ka n n ya m em berikan sum ber lan gsun g m en gen ai sejarah Yogyakarta dari masa sebelum Perang J awa. Dia juga pernah terlibat dalam sejumlah pertempuran yang pecah di daerah Yogyakarta pada bulan J uli sampai Oktober 1825, peristiwa yang tidak mungkin diketahui oleh Cokronegoro. Hubungan Pengalasan yang begitu akrab dengan Diponegoro serta anggota keluarganya, yang dapat dipeliharanya sepanjang perang, juga mempunyai makna. Sang Basah seperti berada dalam kedudukan yan g khas sehin gga dapat m en yajikan perin cian pribadi Pan geran , sesuatu yan g tidak mungkin dapat dilakukan oleh Cokronegoro. H u b u n ga n P en ga la s a n d en ga n b a n ya k p em im p in keagam aan terkem uka dan bergaul di an tara san tri utam a pengikut Diponegoro, seperti keluarga Kiai Mojo, juga menarik perhatian . In i m en gin gatkan kita pada sikap san gat positif atas ketaatan ber agam a Dipon egor o, sebagaim an a h al itu diun gkapkan pada bagian awal Babad. Mem an g Pen galasan tidak dapat dikatakan sebagai seorang sastrawan, dan tentulah

bacaan-indo.blogspot.com

Bagian II Babad Kedung Kebo

bukan seoran g pujan gga seperti Tum en ggun g Sostron egoro alias Yosodipuro II (m eninggal 1844), yang m ungkin m enulis Babad Diponegoro versi Keraton Surakarta (Bagian I), namun fakta bah wa ia m am pu m en ulis m erupakan pertim ban gan yang penting. Bila kita m enilai kontribusi Pengalasan dalam penulisan serta penyusunan Babad, surat—berupa butir-butir negosiasi perdamaian—yang ia layangkan ke Kolonel Cleerens pada pertengahan Desember 1829 sangat menarik (Lampiran 1). Namun, mungkin sekali, baik Cokronegoro maupun Pengalasan hanya memberikan garis besar. Perincian berbagai macam hal di dalam Babad Kedung Kebo ditulis dalam bentuk tem bang (sanjak); itulah yang menyebabkan adanya referensi ‘m angun lan gen in g carita’ oleh para pen ulis tersebut dalam san jaksan jak pen gan tarn ya. Dipon egoro juga m en ggun akan tekn ik yang sama ketika ia mulai menulis babad otobiograinya (1832) dan Hikay at Tanah Jaw a (sekitar 1837) dan Sejarah Tanah Jaw a (1838) sendiri di Manado dan Makasar (Carey 1981:xxivxxvi, xxx-xxxi; 20 12:870 catatan 233, 886-87). Setiap kesim pulan ten tan g siapa seben arn ya pen garan g Babad itu h an yalah bersifat ten tatif, m en gin gat tidak ada ket er a n ga n ya n g b en a r -b en a r ku a t t en t a n g m a sa -m a sa penulisan serta penyusunannya. Meskipun demikian, mungkin sekali Pengalasanlah yang telah menyajikan banyak bahan yang digunakan pada bagian pertama Babad itu: secara kasar, 20 0 halaman pertama yang telah diterjemahkan oleh Taco Roorda (Roorda 18 60 ), walaupun hubun gan batin iah yan g m un gkin ada an tar a Cokr on egor o dan Dipon egor o ikut m em ban tu. Demikianlah, bagian-bagian panjang tulisan yang menyangkut tan da-tan da serta alam at-alam at yan g telah diterim a oleh Dipon egoro, selam a m asa sebelum Peran g J awa, bisa saja ditulis oleh Pen galasan atau Cokron egoro. Mereka berdua den gan sen an g hati bisa m en jelaskan m en gapa Pen galasan m eninggalkan serta m engkhianati sang Pangeran pada akhir

175

bacaan-indo.blogspot.com

176

Sisi Lain Diponegoro

perang, atau kenapa pula, m eskipun pencapaian-pencapaian spiritual Diponegoro besar, Cokronegoro tetap berkeputusan untuk berperang melawan dia. Kemudian, setelah suatu jeda singkat, pada bagian di mana dilukiskan pertempuran-pertempuran yang berlangsung di J awa Timur (Surabaya, Kertosono, Rajegwesi [J ipang], Pati, Kudus, dan Rembang) serta di sekitar Demak selama bulan-bulan awal peran g itu (Septem ber-Novem ber 18 25) (LOr 2163 [Babad Kedung Kebo] XIV.25-XV.76, hlm .165-193), sisa Babad, yang menyangkut pertempuran-pertempuran yang pecah di Bagelen dan sejarah Purworejo setelah Perang J awa, tampaknya hampir dapat dipastikan merupakan hasil kerja Cokronegoro. Terdapat nada pemisah yang jelas antara kedua karya di dalam Babad. Hal itu juga diungkapkan terkait sikap terhadap Diponegoro dan Islam. Namun, Pengalasan dapat terus memainkan peran sebagai seorang penasihat dalam penulisan serta penyusunan bagian belakang Babad. Ini karena sang Basahlah yang punya kem a m p u a n m em b er ika n ket er a n ga n -ket er a n ga n r in ci m en gen ai pasukan Dipon egoro yan g beroperasi di Bagelen serta daerah-daerah lain. Terutama, hubungannya yang akrab den gan Kiai Mojo m un gkin sekali pun ya arti pen tin g dalam perincian terkait bentrokan dan perpecahan antara Kiai Mojo dan Diponegoro antara Septem ber 1827 dan Novem ber 1828, yang kem udian berujung dengan penangkapan sang Kiai dan pengikutnya oleh komandan Brigade Mobil ke-3, Letkol Lebron de Vexela, di lereng Gunung Merapi, 12 November 1828. Sebagai sumber sejarah, Babad Kedung Kebo lebih mudah untuk dinilai. Menurut penulis, Babad harus dipandang sebagai sum ber J awa yang paling terkem uka m engenai Perang J awa serta sebagai naskah rujukan yang bisa mengimbangi otobiograi Diponegoro sendiri dan babad-babad keraton. Bahwa Babad Kedung Kebo ditulis serta disusun di bawah pengarahan dua orang yang memainkan peran dan perjalanan hidup yang begitu

bacaan-indo.blogspot.com

Bagian II Babad Kedung Kebo

berbeda, karya ini telah m enam bah arti penting sejarah itu. Kem itraan pen garan g (co-authorship) in i m erupakan h asil kerja salah seorang panglima tentara dan penasihat keagamaan Diponegoro yang paling akrab serta seorang lawan yang hebat. Fakta bahwa banyak pertempuran yang digambarkan dalam Babad itu am at sesuai den gan kabar dalam laporan -laporan m iliter Belan da, pun ya arti yan g pen tin g pula. Cokron egoro a t a u Pen ga la sa n t en t u t id a k p u n ya kesem p a t a n u n t u k mendapatkan atau membaca sumber-sumber militer Belanda, namun banyak kejadian yang dilukiskan oleh Diponegoro dalam babad otobiograisnya sejalan dengan apa yang terdapat dalam laporan -laporan Belan da tersebut. Dapat dipastikan bahwa Diponegoro tidak punya kesempatan untuk mendapatkan dan membaca sumber-sumber tersebut. Laporan yang diberikannya m en gen ai Yogyakarta serta Pan geran Dipon egoro dari m asa sebelum Perang J awa tidak dapat disaingi oleh sumber-sumber J awa lain n ya, sem en tara bagian akh ir Babad m em berikan banyak keterangan mengenai Bagelen, yang kebenarannya dapat diuji dengan sumber Belanda yang ada di koleksi pribadi H.M. de Kock di Nationaal Archief di Den Haag (Belanda) 90 dan Arsip Daerah (Keresidenan) Bagelen di ANRI. Namun, tanggal-tanggal yan g dican tum kan dalam Babad m en guran gi kegun aan n ya sebagai sumber sejarah. Lagi pula, sebagai karya sastra, Babad ini tidaklah halus. Kadang-kadang teks telah merosot ke dalam bah asa Melayu pasar (brabbel M aleisch). Dalam keadaan dem ikian, Babad Kedung Kebo paling baik dapat dipandang sebagai sebu ah d oku m en sosia l u n t u k m en ggam bar kan perjalanan hidup orang yang telah membuahkan karya tersebut, Raden Adipati Ario Cokronegoro I dari Purworejo.

177

Catatan Akhir

1.

bacaan-indo.blogspot.com

2.

Naskah asli sejarah yang ditulis Kiai Mojo ada di tangan keluarga pewaris, alm arhum Pak Anwar Pulukadang (m eninggal di Manila 20 15). Satu salinan naskah tersebut, yang dibuat peneliti dari Canada, Tim Babcock, di Kam pung J awa Tondano akhir 1970 an, bisa didapatkan di Olin Library, Universitas Cornell, Ithaca, New York State, AS. Lihat Babcock 1989. Roger Kam buan, m ahasiswa S2 Sejarah di Pascasarjana UGM, sedang m enyiapkan tesis tentang Kiai Mojo dan naskah “Kam pung J awa Tondano” di bawah bim bingan Dr Sri Margana. Lihat Pigeaud 1967-1980 untuk deskripsi Babad Diponegoro yang terdapat di Perpustakaan Universitas Leiden (Universiteitsbibliotheek atau UBL). Untuk naskah yang tersim pan di Perpustakaan Nasional RI J akarta, lihat Jaarboek van het Koninklijk Bataviaasch Genootschap van Kunsten en W etenschappen [Buku tahunan Perhim punan Kesenian dan Ilm u-Ilm u Pengetahuan Kerajaan Batavia] (Bandung:Nix & Co, 1933), hlm . 290 ; sedangkan untuk m em peroleh gam baran tentang koleksi yang dim iliki Keraton Yogyakarta, lihat Mudjanattistom o 1971; dan Girardet 1983. Naskah-naskah yang terdapat di Perpustakaan Keraton Surakarta, bisa dilihat dalam katalog yang

Bagian II Babad Kedung Kebo

3.

4.

5.

bacaan-indo.blogspot.com

6.

dibuat Girardet 1983 dan Florida 1993, sedangkan koleksi yang dim iliki oleh Museum Sonobudoyo telah dideskripsikan oleh Behrend 1990 . Babad Diponegoro (otobiograi) yang ditulis Pangeran Diponegoro sendiri di Manado antara 20 Mei 1831 dan 3 Februari 1832 (Carey 1981:xxiv). Aslinya sudah hilang setelah dikem balikan kepada keluarga Dipanagaran di Makassar pada 1877, tapi terdapat banyak salinan: LOr 6547 a-d (Koleksi G.A.J . Hazeu), BG 149 (4 jilid), BG 282 (aksara pegon) dan BG 283 (naskah J awa), dua naskah terakhir langsung disalin dari babon asli. Selanjutnya m asih terdapat dua buah buku yang m em uat catatan-catatan tentang sejarah J awa dan Sui Islam (tarekat Satariyah) yang ditulis Diponegoro di Makassar, lihat Daftar Pustaka. Babad Diponegoro Sury angalam , LOr 6488, ditulis oleh Raden Mantri Moham m ed Arip (alias Pangeran Diponegoro II, sekitar 180 3-pasca-Maret 1856), putra sulung Diponegoro, atau sebelum ia diasingkan ke Sum enep (1834-1851) atau sesudahnya. Ada juga naskah lain yang ditulis keluarga dekat Diponegoro, yaitu LOr 6199-620 0 , yang dibuat adiknya, Pangeran Suryowijoyo, dengan bantuan seorang penduduk Yogyakarta, A.N. Dom , seorang IndoBelanda yang m enyewa tanah di areal kesultanan, lihat Louw dan De Klerck 1894-190 9, I:60 4-14. Naskah ini m em bahas sejarah Yogyakarta dari 1812 sam pai akhir Perang J awa pada 1830 . Kedua orang ahli sejarah m iliter ini m enggunakan satu terjem ahan Belanda yang sekarang ada di Leiden Universiteitsbibliotheek (KITLV H 589, Babad Dipanagaran, diterjem ahkan oleh seorang pakar sastra J awa asal Belanda, Willem Palm er van den Broek [1823-1881], sekitar 1875), lihat Not. KBG Maret 1893. Serat Babad Diponegoro [untuk judul lengkap lihat Daftar Pustaka], 2 jilid, yang diterbitkan Albert Rusche & Co, Surakarta, 190 8-190 9, dalam aksara J awa. J ilid 1 sebanyak 314 halam an, jilid 2 sebanyak 268 halam an, cetakan ke-2 1914 dan cetakan ke-3 1917.

179

180

Sisi Lain Diponegoro

7.

bacaan-indo.blogspot.com

8.

9.

Babad Kraton N gay ogy akarta, LOr 8552 a-c, m erupakan salinan paling awal naskah (tiga jilid) yang ditulis pada 1876 (AJ 180 5) oleh Raden Adipati Danurejo V (sekitar 180 3-1885, m enjabat 1847-1879) dan putra HB IV, Pangeran Suryonegoro (1822-sekitar 1886), serta dilandaskan pada sum ber asli Belanda dan J awa. Salinan juga terdapat di Perpustakaan Widyo Budoyo di Keraton Yogyakarta (Nom or A. 62b) dan di Museum Sonobudoyo, Yogyakarta, MS A.135, A.136, A.144, bertanggal AJ 1833 (190 3 M), AJ 1834 (190 4 M) dan AJ 1836 (190 6 M), 40 7 halam an (10 0 kanto), 336 halam an (73 kanto) dan 460 halam an (76 kanto). Babad Diponegoro versi Kraton Surakarta, LOr 2114, m erupakan fragm en (12 kanto) dari sebuah babad yang lebih panjang. Fragm en ini ditulis pada 19 Besar, Bé, A.J . 1752 (6 Agustus 1825), dan telah diedit oleh penulis buku ini dengan terjem ahan dalam bahasa Inggris dan Melayu Indonesia, lihat Carey 1981. Penanggalan J awa untuk pengangkatan Cokrojoyo sebagai Bupati Purworejo dengan gelar Raden Adipati Ario Cokronegoro, dan pengalihan nam a Brengkelan m enjadi Purworejo adalah Setu Legi, 14 Pasa (Ram adan), 1758 AJ , atau Sabtu, 26 Februari 1831 M, lihat Bagian I catatan akhir 11. Tapi lantaran upacara, yang dipim pin Kom isaris untuk urusan tanah kerajaan di m ancanagara barat, Pieter Herbert Baron van Lawick van Pabst (m enjabat 1830 -33), berlangsung pada m alam hari, dan m enurut penanggalan J awa hari baru selalu dim ulai setelah jam enam sore, m aka tanggal yang ditetapkan untuk peringatan jum enengan RAA Cokronegoro I di Purworejo adalah 27 Februari dan bukan 26 Februari, lihat Panitia Penyelenggara Peringatan J um engan RAA Tjokronegoro I, Bupati I Kabupaten Purworejo, Tahun 20 17 (Nom or 0 0 5/ 1380 / II/ 20 17). Karena itulah tanggal kunci ini selalu ditulis “26/ 27 Februari” dalam buku ini. KITLV didirikan di Delft lantaran Profesor Taco Roorda, ahli bahasa dan Sastra J awa, m engajar di sana, di Koninklijke Academ ie (1842-1864), tapi sewaktu Roorda pindah ke Leiden untuk m engajar di Rijksinstelling voor Onderwijs der Indische

Bagian II Babad Kedung Kebo

10 . 11.

12.

bacaan-indo.blogspot.com

13. 14.

Taal-, Land- en Volkenkunde (Lem baga Negeri untuk Kajian tentang Bahasa, Antropologi dan Etnograi Hindia Belanda) pada 1864, KITLV juga pindah ke Den Haag dan berfungsi sebagai perpustakaan untuk pejabat kolonial di Kem enterian J ajahan. Baru setelah zam an kolonial sudah lewat dengan Perjanjian New York antara Indonesia dan Belanda tentang New Guinea/ Papua (Irian Barat) pada 15 Agustus 1962, KITLV pindah ke Leiden (1966) dan bertahan di sana sam pai 20 14, sewaktu perpustakaan dan lem baga dilebur ke dalam Perpustakaan Universitas Leiden (UBL). Bacalah Soegiarto, “Daftar dari baris-baris yang pertam a”, LOr 10 .8867D; Poerwasoewignja dan Wirawangsa 1920 -21:150 -159. Di dalam babad-babad J awa, Pem erintah Hindia Belanda (18181942) m asih tetap saja dirujuk sebagai ‘Kom peni’ (J awa: ‘Kum peni’ atau ‘Kum pni’) sebagai kenang-kenangan akan Perserikatan Dagang Hindia Tim ur, yaitu VOC (Verenigde Oostindische Com pagnie; 160 2-1799) dari Negeri Belanda, sam pai jauh di pengujung akhir abad XIX. Sebenarnya, VOC sudah diakui gulung tikar pada 31 Desem ber 1799 dan aset-asetnya diam bil-alih oleh Pem erintah Belanda, Republik Batavia (Bataviaasch Republik) (1795-180 6). Sebutan ini m ungkin sekali m erujuk kepada raja Belanda, Willem I (bertakhta 1813-1840 ), atau kepada Kom isaris untuk urusan tanah kerajaan di m ancanagara barat, Pieter Herbert Baron van Lawick van Pabst (1780 -1846, m enjabat 1830 -1833), yang m engum um kan pengangkatan Cokronegoro I sebagai bupati perdana Purworejo di Pendopo Suronegaran pada 26/ 27 Februari 1831, lihat Bagian I catatan akhir 11; dan catatan 8 di atas. Baris-baris terakhir stanza ini tam pak cukup kacau, tanggaltanggal yang dicantum kan juga sam a-sam a m em bingungkan. Ini m erujuk pada penyerbuan pasukan Sepoy-Inggris ke Keraton Yogyakarta pada 20 J uni 1812, yang diikuti oleh pem buangan Sultan Ham engkubuwono II (bertakhta 1792-1810 / 18111812/ 1826-1828) ke Pulau Pinang (1812-1815; pasca-1815 Batavia;

181

182

Sisi Lain Diponegoro

bacaan-indo.blogspot.com

pasca-1817 Am bon sam pai 1824) pada 3 J uli 1812, lihat Carey 20 12:421-24; Carey 1992:115, 282-283). 15. Menyarankan ‘sam ar’ untuk pengganti ‘sum ary a’, sebagaim ana tercantum di dalam naskah serta kelebihan satu suku kata. Tandatanda berbentuk bintang (*) tersebut m erujuk pada perubahanperubahan lain yang telah dilakukan sewaktu dilakukan transliterasi—m enulis kem bali dengan m engganti abjad yang digunakan—dari naskah tersebut dan beberapa kesalahan yang terdapat di dalam nya telah diperbaiki oleh seorang penyalin yang kem udian ikut nongol di dalam naskah itu. Pem betulanpem betulan yang telah dilakukan itu adalah sebagai yang berikut ini: 3c ‘Dipanegara’ untuk ‘Dipanegné’, 3d ‘Sutanegara’ untuk ‘Suranegara’, 4d ‘tanggalira’ untuk ‘tagalira’, 5b ‘sengkalané’ untuk ‘sekalané’, 5d ‘Sutanegara’ untuk ‘Suranegara’, 6a ‘am engké’ untuk ‘sangm angké’, 6b ‘jinungjung’untuk ‘jinujung’, 7e ‘sirna’ untuk ‘sirta’, 7g ‘sengkala’ untuk ‘sekala’, 8b ‘m angké’ untuk ‘m engkèng’. 16. Istilah m ister Jaw a atau dokter Jaw a m erupakan suatu kategori yang menunjukkan secara spesiik dokter yang terdapat di Pulau J awa sejak Sekolah Dokter J awa didirikan di Gam bir/ Weltevreden (J akarta) dengan keputusan Gubernem en Hindia Belanda, 2 J anuari 1849 no. 22 (sekarang diam bil sebagai hari ulang tahun Universitas Indonesia). Sekolah pendidikan ‘dokter J awa’ ini, yang diresm ikan J anuari 1851, m em berikan kursus dua tahun dan m eluluskan Mantri Kesehatan atau Mantri Cacar. Pada akhir abad XIX dan awal abad XX, Dokter Jawa itu mempunyai kualiikasikualiikasi medik yang terbatas bila dibandingkan dengan lulusan STOVIA (School tot Opleiding van Inlandsche Artsen/ Sekolah Pendidikan Dokter Hindia), yang didirikan pada 1899 di Batavia dengan kursus lim a tahun untuk m em peroleh gelar Inlandsch atau Indisch arts (dokter bumiputra). Kualiikasi ini sama dengan dokter di Belanda pada waktu itu. 17. Hal ini m ungkin juga m erujuk kepada Raja Belanda, Willem I (bertakhta 1813-1840 ), atau Kom isaris untuk urusan tanah

Bagian II Babad Kedung Kebo

18.

19.

20 . 21.

22.

23.

bacaan-indo.blogspot.com

24.

25.

kerajaan, Pieter Herbert Baron van Lawick van Pabst (m enjabat 1830 -1833), lihat catatan akhir 12. Stanza ini m ungkin kehilangan baris f-nya di dalam naskah, yang dapat m enjelaskan kenyataan bahwa apa yang dim aksudkan di situ tidak seluruhnya jelas. Sekali lagi, sejarah itu sendiri barulah dim ulai seiring dengan penyerbuan Sepoy-Inggris atas Keraton Yogyakarta pada 20 J uni 1812, dan berangkatnya Sultan Ham engkubuwono II dari Yogyakarta dalam perjalanan ke pengasingan di Pulau Pinang pada 3 J uli 1812, lihat catatan akhir 14. Baris pertam a sanjak inilah yang m em berikan kunci, bahwa iram a Asm aradana-lah yang harus diterapkan. Sekali lagi, sejarah tersebut sesungguhnya baru dim ulai dengan diasingkannya Sultan Ham engkubuwono II serta penunjukan anak laki-lakinya, ayah Pangeran Diponegoro, sebagai Sultan Ham engkubuwono III (1812-1814). LOr 2163 (Babad Kedung Kebo), XVI.20 halam an 20 3; dan XLI.17-18, halam an 50 6, m erujuk kepada 8 Muharram , Wawu, 1753 AJ (23 Agustus 1825 M), sebagai tanggal keberangkatan Resodiwiryo dari Surakarta; dan 29 J um adilakir, Éhé, 1756 AJ (6 J anuari 1829 M) sebagai tanggal pengangkatan sebagai kom andan hulptroepen Surakarta di Bagelen setelah keberangkatan Pangeran Kusum oyudo. Gericke dan Roorda 1886:80 3, m em berikan keterangan berikut tentang istilah ‘pujangga’: “Seorang yang berilm u, seorang ahli bahasa dan seorang penyair, oleh sebab itu ‘pujangganing praja’ adalah seorang penyair istana, seorang sastrawan serta seorang ahli sejarah di istana yang m em angku jabatan ahli sejarah negara.” Surel Encik Izrin Muaz Mhd Adnan (sejarawan Malaysia yang m em buat penelitian m engenai buku harian syeh tarekat di Pulau Pinang pada abad XIX), Kuala Lum pur, 27 dan 30 Maret 20 15, 6 Maret 20 17. dK 49, Kolonel J .B. Cleerens (Kedung Kebo) kepada H.M. de Kock (Magelang), 14 Novem ber 1829, surat No. 232.

183

184

Sisi Lain Diponegoro

26. Wawancara Bapak Wiryo Ratm oko (alm .), m antan Pejabat Bupati

27. 28.

bacaan-indo.blogspot.com

29.

30 .

Purworejo 1966-1967 dan turunan kelim a RAA Cokronegoro I (Danusubroto 20 0 8:180 -81), Purworejo, Mei 1972. LOr 2163 (Babad Kedung Kebo) XXXIV.72, hlm . 454. Lihat juga Not. KBG, 5 April 1862, hlm . 50 8-510 , yang m engutip isi sebuah surat dari Residen Bagelen, A.W. Kinder de Cam arecq (m enjabat 1854-1862), 20 Maret 1862, yang m elaporkan bahwa sang bupati (‘regent’), yang berusia ‘delapan puluh tahun’, pada tahun-tahun sebelum nya m enyibukkan diri (onledig heeft gehouden) dengan m enulis sebuah ‘babad’—yaitu Babad Kedung Kebo—m engenai Perang J awa. Enam bulan sesudah surat Residen Kinder de Cam arecq ditulis, 23 Septem ber 1862, Cokronegoro m eninggal dunia pada usia 83 tahun, lihat Danusubroto 20 0 8:73, m engutip tanggal yang tercantum pada batu nisan m akam Cokronegoro di Bulus Hadi Purwo, Loano. Gericke dan Roorda 1886:10 0 0 , yang m enjelaskan bahwa gladhag adalah sejenis perserikatan para kuli pem ikul barang yang diorganisasikan, baik di Yogya karta m aupun di Surakarta, untuk m engangkut barang di jalan-jalan di J awa bagian tengah-selatan. Banyak dari para pekerja yang dikerahkan ini didatangkan dari provinsi-provinsi m ancanagara barat seperti Banyum as, Bagelen, Gowong dan Ledok (Kedu selatan), dan itulah sebabnya keluarga Cokronegoro ditugaskan untuk m engorganisasikan pengerahan tenaga pengangkut tersebut dari Bagelen untuk keperluan Sunan di Keraton Surakarta. Para pekerja ini dibayar sangat buruk dan kerap kali m ereka m enjadi korban candu dan per judian, lihat m em oar J an Isaak van Sevenhoven di KITLV H 50 3, Aanteekeningen gehouden op eene reis over Java van Batavia naar de Oosthoek in 1812 [Catatan-catatan yang dibuat pada suatu perjalanan m elintasi Pulau J awa dari Batavia ke Ujung Tim ur pada 1812], hlm . 49-52; dan Carey 20 12:563-564. Lihat juga surat Kinder de Cam arecq, 20 Maret 1862 (Not. KBG, 5 April 1862, hlm . 50 8-10 , lihat catatan akhir 28); dan wawancara Bapak Wiryo Ratm oko (alm .), m antan Pejabat Bupati Purworejo (1966-1967), Purworejo, Mei 1972.

bacaan-indo.blogspot.com

Bagian II Babad Kedung Kebo

31. Untuk m enghindarkan kesulitan, nam a Cokronegoro akan digunakan dalam seluruh tulisan ini. Pada hakikatnya, sebagaim ana lazim di J awa, sang bupati perdana Purworejo ini m enggunakan berm acam -m acam nam a sepanjang perjalanan hidupnya sebagai seorang priyayi: (1) Mas Ngabehi Resodiwiryo, nam a yang dipakai selam a periode awal waktu ia berada di Surakarta (sekitar 180 5-1815); (2) Raden Ngabehi Resodiwiryo sewaktu diangkat sebagai panèw u (kepala) gladhag pada 1815; (3) Raden Tum enggung Resodiwiryo sewaktu dipilih pada Agustus 1825 sebagai wakil kom andan pasukan Surakarta yang dikirim ke Bagelen di bawah kom ando Pangeran Kusum oyudo; (4) Raden (atau Kiai) Tum enggung Cokrojoyo, sewaktu diangkat sebagai Bupati Tanggung (Desem ber 1828) dan m enggantikan Kusum oyudo sebagai panglim a barisan Surakarta di Bagelen (J anuari 1829); (5) Raden (atau Kiai) Adipati Cokrojoyo sewaktu diangkat oleh J enderal de Kock sebagai Bupati Brengkelan pascaperang pada 9 J uni 1830 ; dan (6) Raden Adipati Ario Cokronegoro setelah Brengkelan diubah nam anya m enjadi Purworejo dan ditunjuk sebagai ibu kota afdeling—wilayah adm inistratif dari Keresidenan—Bagelen pada m alam 26/ 27 Februari 1831. Nam a Cokrojoyo m engingatkan kita pada seorang wali—satu dari w alisongo yang kondang—di Bagelen, Sunan Geseng, yang dipandang sebagai leluhur Cokronegoro, lihat Rinkes 1911a:284. 32. Wawancara Ibu Dr Sahir, piut Pangeran Diponegoro Muda (sekitar 180 3-pasca-Maret 1856), J alan I Dewa Nyom an Oka no.7, Kota Baru, Yogyakarta, Mei 1972. 33. Perincian m engenai Kiai Taptojani diam bil dari sebuah surat yang dikirim kan oleh Residen Yogyakarta, Matthijs Waterloo (m enjabat 180 3-180 8), kepada Nicolaus Engelhard, Gubernur Wilayah Pantai Tim ur Laut J awa di Sem arang (m enjabat 180 1180 8), 22 J uni 180 5, di dalam ANRI ‘Bundel Djokjo Brieven’ [Berkas Surat-surat Yogya] No. 49 (sekarang No.21). Taptojani

185

186

Sisi Lain Diponegoro

adalah pengucapan nam a Arab ‘Taftazani’ m enurut lidah J awa.

34.

35. 36.

bacaan-indo.blogspot.com

37.

38.

Al-Taftazani adalah seorang cendekiawan yang term ashyur. Ia m enulis buku-buku di banyak bidang ilm u pengetahuan yang m asih dipergunakan berabad-abad setelah ia m eninggal pada sekitar 1390 M. Terdapat kem ungkinan bahwa Taptojani adalah seorang Sum atera, yang m enurut kebiasaan orang-orang Indonesia, bila m ereka m engam bil nam a Arab, m em ilih nam a seorang pengarang yang terkenal, wawancara Profesor G.W.J . Drewes, Leiden, Septem ber 1973. Matthijs Waterloo (Yogyakarta) kepada N. Engelhard (Sem arang), 22 J uni 180 5 (lihat referensi catatan 33). Siratu’l Mustakim (‘J alan yang Lurus’) adalah kutipan dari Surah al-fatihah, Surah 1 (Pem buka) Al Quran, yang kem ungkinan besar m erujuk pada buku yang ditulis oleh iqih dan pemikir tasawufnya, Nuruddin alRaniri (m eninggal 1658), seorang sarjana India keturunan Arab, wawancara Profesor G.W.J . Drewes, Leiden, Septem ber 1973. Sirat al Mustaqim adalah buku iqih yang sangat terpandang di Indonesia, lihat Van Ronkel 190 9:375-377. Matthijs Waterloo (Yogyakarta) kepada N. Engelhard (Sem arang), 22 J uni 180 5 (lihat referensi catatan 33). LOr 6547d (Babad Diponegoro) XXXVIII.44-46, hlm . 20 9; Rusche 190 8-190 9, II:138. Kem atian ‘m oksa’ (J awa: m ukso) adalah suatu kem atian di m ana orang yang m eninggal dunia sam a sekali tidak m eninggalkan jasad kasarnya. Babad Kedung Kebo di Perpustakaan Universitas Leiden (LOr 2163) bergam bar Pandita Durna dan Bim a (m em egang gada) pada sam pul depan; dan Suyudana (m em egang tom bak) dan Prabu Baladewa di sam pul belakang (lihat hlm .10 9). Naskah Babad di Athenaeum Bibliotheek di Deventer (DvT J 1 KL) bergam bar Suyudana dan Baladewa pada sam pul depan, dan Bim a dan Yudistira pada sam pul belakang, lihat Pigeaud 1967-1980 , II:869; dan Bagian I, hlm . 116. Lihat surat Kinder de Cam arecq, 20 Maret 1862 (Not. KBG, 5 April 1862, hlm . 50 8-10 ; dan catatan akhir 28).

bacaan-indo.blogspot.com

Bagian II Babad Kedung Kebo

39. LOr 2163 (Babad Kedung Kebo) XXXVI.26, hlm . 460 ; dan dK 49, surat-surat yang dikirim kan oleh Cleerens kepada J enderal Hendrik Merkus de Kock selam a Perang J awa. 40 . LOr 2163 (Babad Kedung Kebo) XLIV.68, hlm . 532. 41. LOr 2163 (Babad Kedung Kebo) XXXIII.47, hlm . 425. Lihat juga Hardjowirogo 1965:69-70 untuk m endapatkan gam baran tentang Raden Seta. 42. Knoerle “J ournal” (1830 ):41 (untuk referensi lengkap lihat Carey 20 12:xvi, 128), m engutip Diponegoro yang m engatakan: “Bahasa Melayu adalah bahasanya orang-orang pengecut dan tak se orang pun penguasa di J awa ingin m endengarkannya.” Untuk m endapatkan perincian tentang sikap Diponegoro terhadap caracara hidup orang Belanda, lihat LOr 6547b (Babad Diponegoro) XVIII.131, hlm . 271; Rusche 190 8-190 9, I:80 ; Carey 20 12:50 9, di m ana Pangeran m engecap Residen Yogya, Nahuys van Burgst (m enjabat 1816-1822), sebagai seorang residen “yang doyan m akan-m inum dan m enyebarkan cara-hidup Belanda (karem anny a m angan m inum / lan anjrah cara W elandi)”. 43. dK No. 49, Kolonel J .B. Cleerens (Kedung Kebo) kepada J enderal H.M. de Kock (Magelang), 8 Desem ber 1828, No. 65. 44. Lihat surat Kinder de Cam arecq, 20 Maret 1862 (Not. KBG, 5 April 1862, hlm .50 8-10 ; dan catatan akhir 28). 45. LOr 2163 (Babad Kedung Kebo) XLVI.11-18, hlm . 563-565. 46. LOr 2163 (Babad Kedung Kebo) XLI.17-26, hlm . 50 6. 47. Lihat surat Kinder de Cam arecq, 20 Maret 1862 (Not. KBG, 5 April 1862, hlm .50 8-10 ; dan catatan akhir 28). 48. LOr 2163 (Babad Kedung Kebo) XLVI.22-39, hlm . 576-579; XLVII.1-16, hlm .579-580 . 49. LOr 2163 (Babad Kedung Kebo) XLVII.33, hlm . 584. 50 . Soedjarah Raden Adipati Tjokronagoro 1 1939, m em berikan sebuah daftar yang m em uat nam a-nam a tujuh istri sah Cokronegoro, yang sekaligus dapat m em berikan gam baran tentang luasnya pertalian keluarga yang dim ilikinya: (1) Nyai Adipati Cokronegoro (Pengasih, Kulon Progo); (2) Raden

187

188

Sisi Lain Diponegoro

Nganten Cokronegoro (Rebug, Kem iri); (3) Mas Ajeng Tanggung

51.

52.

53.

bacaan-indo.blogspot.com

54.

(Cangkrep); (4) Mas Ajeng Dasih (Kaligesing); (5) Mas Ajeng Sarim pi (Tanggung); (6) Mas Ajeng Mintarsih (Banyuurip); dan (7) Mas Ajeng Wolo (Pekacangan, Pituruh). Cucunya yang laki-laki m engabdikan dirinya sebagai m antri gladhag di Surakarta pada tahun 1860 -an, lihat surat Kinder de Cam arecq, 20 Maret 1862 (Not. KBG, 5 April 1862, hlm . 50 8-10 ; dan catatan akhir 28). Untuk m endapatkan gam baran-gam barannya, lihat LOr 2163 (Babad Kedung Kebo), LX-LXXV, hlm . 585-623; dan DvT J I KL (Tjrita Kedung Kebo), Canto LX-LXXV. Ini sekarang m erupakan naskah yang terdapat di Berlin Staatsbibliothek, Berl. SB Or folio 568, lihat Pigeaud 1975:233. H et N ieuw s van de Dag voor N ederlandsch-Indië, 30 J uli 1914: “[Dari Magelang, 27 J uli 1914]: Di ruang gam bar di Sekolah Tinggi Pegawai Negeri Sipil Pribum i [Opleidingschool voor Inlandsche Am btenaren/ OSVIA] di sini [di Magelang] ada beberapa objek dari Keresidenan Kedu [Bagelen sudah m enjadi bagian dari Keresidenan Kedu sejak 190 1], sebagian di antaranya nanti hendak dikirim untuk Pam eran Kolonial di Sem arang, yang ongkos m asuknya sangat m urah. Hari pertam a ada banyak pengunjung yang sangat penasaran. Pam eran kecil itu m em ang sangat bagus. Pada saat kita m asuk Ruang Pam eran, sepasang m eriam [lila, artileri m edan kecil]—m enarik perhatian. Meriam kuno ini berasal dari Perang J awa (1825-1830 ). Mem ang di Purworejo pada saat itu ada dua belas m eriam kecil (lila), dan enam di antaranya berasal dari Surakarta. Keenam m eriam itu diberikan kepada eyang buyutnya, Bupati Purworejo sekarang [Cokronegoro IV, m enjabat 190 7-1919] supaya beliau bisa m endukung Pem erintah Hindia Belanda selam a Perang J awa. Sisanya direbut dari Diponegoro. Dari dua belas m eriam kecil ini, tiga m asih ada, dan dua darinya berasal dari Diponegoro. Mereka direbut dari Pangeran pada pertem puran di Cengkawak [di areal selatan Bagelen pada 26 Mei 1828]. Pada Pam eran Kolonial [di Sem arang] kita juga bisa m elihat seragam yang dipakai bupati perdana Purworejo selam a Perang J awa, dan

Bagian II Babad Kedung Kebo

gala kostum yang dikenakan sewaktu kunjungan resm i J enderal [Hendrik Merkus] de Kock [9 J uni 1830 ] [ke Purworejo].” [Uit Magelang 27 J uli 1914]. “In de teekenzaal der Opleidingsschool voor Inlandsche Am btenaren, alhier, zijn de inzendingen uit de Residentie Kedoe, die m ede een deel zullen uitm aken van de aanstaande Koloniale Tentoonstelling te Sem arang, tegen een uiterst billijke entree ter bezichtiging gesteld. Er w as veel belangstelling den eersten dag. De kleine show w as dan ook w erkelijk de m oeite w el w aard. Alvorens m en de zaal binnentreedt, trekken een paar lilla’s reeds aller aandacht. Deze oudheden dateeren nog uit den tijd van den Java-oorlog. Er w aren indertijd te Poerw oredjo tw aalf lilla’s, w aarvan er zes afkom stig w aren uit Soerakarta, die aan den overgrootvader van den tegenw oordigen Regent van Poerw oredjo, w aren m edegegeven, om daarm ede tijdens den Java-oorlog het Gouvernem ent bij te staan, terw ijl de andere zes veroverd w aren op Diponogoro. Van die tw aalf lilla’s zijn er thans nog slechts drie overgebleven, en van deze drie zij er tw ee afkom stig van Diponogoro, bij het gevecht bij Tengkaw ak op hem veroverd. In de tentoonstellingszaal zelve treffen w ij verder aan: de kleeding van den eersten Regent van Poerw oredjo, w aarin hij den Java-oorlog m ede m aakte, alsm ede het galacostuüm , door hem gedragen tijdens het bezoek van Generaal de Kock.”

bacaan-indo.blogspot.com

55. H et N ieuw s van de Dag voor N ederlandsch-Indië, 30 J uli 1914: “Bovendien zijn oorlogszadel en het hoofdstel van zijn paard, beiden zeer interessant, tem eer aangezien het laatste m et w aardevolle steenen is ingelegd. Ook w as er een tw eetal Turksche sabels door Generaal de Kock destijds aan Raden Adipati Tjokronegoro ten geschenke aangeboden. Verder zagen w ij een collectie van oude w apens en schilden, m ede aan Raden Adipati Tjokronegoro aangeboden door Koning W illem I tijdens zijn bezoek aan Java [sic]. De Regent van Magelang heeft als bijdrage ingezonden de lans en de kris van Diponegoro, vooral de laatste is zeldzaam fraai.”

56. Keluarga Arung Binang, Bupati Kebum en (pra-1831 Ungaran) (Sutherland 1974:3-4), dan keluarga Raden Tum enggung

189

190

Sisi Lain Diponegoro

bacaan-indo.blogspot.com

J oyodiningrat, Bupati Karanganyar (pra-1831 Rem o) di Banyum as tim ur (m enjabat 1832-1864) (Carey 1981:xxxi-xxxii), adalah kekecualian, sebab hubungan darah m ereka dengan Keraton Surakarta (dalam kasus Arung Binang) dan Yogyakarta (dalam kasus J oyodiningrat) m asih sangat kental. 57. Lihat laporan tentang penangkapan serta pem bebasan kem bali Raden Mas Suwongso, ritm eester (kapten pasukan berkuda) Legiun Mangkunegaran, 28-31 J uli 1825, yang terdapat di KITLV Or 13 (Babad Kedung Kebo) XII. 21-28, hlm . 128-129; LOr 6547b (Babad Diponegoro) XXII.65-68, hlm . 390 ; Rusche 190 8-190 9, I:140 , dan laporan resm i Ritm eester Suwongso, dK 183, “Verslag van Radeen Mas Soewongso tijdens zijn gevangenschap bij de m uitelingen” [“Laporan Raden Mas Suwongso tentang m asa tahanan dengan pem berontak”], 9 Agustus 1825, yang sebagian diterbitkan oleh Aukes 1935:79-81. 58. dK 148, Lijst der pangeran m itsgaders aanzienlijke hoofden m et de m uitelingen [Daftar para Pangeran serta pem im pin-pem im pin terkem uka yang ikut bergabung dengan para pem berontak], sebuah daftar yang disusun secara kasar oleh Residen Yogyakarta, J .M. Walraven van Nes (m enjabat 1827-1830 ), pada 4 Oktober 1829. Untuk letak Tanjung, lihat peta sisipan di Louw dan De Klerck 1894-190 9, V, yang m enunjukkan sebuah desa tepat di selatan Nanggulan (Kulon Progo) di m ana terdapat benteng Belanda terbesar ketiga yang selesai dibangun antara Desem ber 1828 dan J anuari 1829 (Carey 20 12:768; Djam hari 20 0 3:315). Sekarang (20 17) juga ada pelabuhan ikan bernam a Tanjung Adikarta di Pantai Karangwuni, Kecam atan Wates, diam bil dari https:/ / id.w ikipedia.org/ w iki/ Kabupaten_ Kulon_ Progo, diunduh 20 Maret 20 17. 59. dK 158, Lijst der Personen w elke zich als m uitelingen hebben opgew orpen [Daftar orang yang telah m elibatkan dirinya sebagai pem berontak], Magelang, Desem ber 1829, Pengalasan adalah no. 23 dari para regenten (bupati) yang baru diangkat oleh Diponegoro antara 1825-1829. Lihat juga catatan tentang

Bagian II Babad Kedung Kebo

60 . 61. 62.

63.

64.

bacaan-indo.blogspot.com

65.

66.

Pengalasan di dK 158, N aam lijsten der Djokjosche hoofden die aan het Nederlandsch Gezag getrouw zijn gebleven, of de partij van Diepo Negoro houden, of zich w eder aan ons gezag hebben onderw orpen [Daftar para petinggi Yogya yang tetap setia kepada Pem erintah Belanda, atau m em ilih m endukung pihak Diponegoro, atau telah tunduk lagi kepada pem erintah kam i]. Saya berterim a kasih kepada alm arhum Dr Th.G.Th. Pigeaud atas inform asi ini. Wawancara Dr Pigeaud, Leiden, Mei 1973. dK 49, Kolonel J .B. Cleerens (Kedung Kebo) kepada J enderal H.M. de Kock (Yogyakarta), 26 Septem ber 1829. dK 111, Over het karakter van den Soesoehoenan, den Sultan van Djokjo karta en de prinsen en rijksgrooten [Mengenai perangai Susuhunan, Sultan Yogyakarta serta para pangeran dan petinggi kerajaan], Novem ber-Desem ber 1829. KITLV H 76, Papieren (Javaansche): Boedel van Sultan Ham engkoe Boew ono IV (1814-1822) [Naskah-naskah (dalam bahasa J awa): Harta kekayaan Sultan Ham engkubuwono IV (1814-1822)], tt. (sekitar 1826), ‘Daftar nam a-nam a para pangeran, bupati-bupati dan m antri-m antri yang m em berontak’, ada disebutkan seseorang yang bernam a Tum enggung Kertowijoyo sebagai salah seorang pengikut Penghulu Kam alodiningrat (m enjabat 1823-1835). Karena Pengalasan dikenal dengan nam a Kerto Pengalasan dan Krom owijoyo, m aka m ungkin m em ang terdapat sesuatu hubungan dengan pem balikan nam a-nam a tersebut. Widyo Budoyo (Perpustakaan Keraton Yogyakarta) A.62, ‘Babad Keraton Ngayogyakarta’, hlm . 130 . KITLV Or 13 (Babad Kedung Kebo) X.24; SB 136 (Babad N gay ogy akarta, jilid II) LII.9, hlm .227; LOr 6547c (Babad Diponegoro) XXIII.20 5, hlm .31; Rusche 190 8-190 9, I:160 . Waktu m enerim a kom ando di Selarong, Pengalasan rupanya m asih di bawah 30 tahun. KITLV Or 13 (Babad Diponegoro) II.10 -17 (untuk m endapatkan gam baran tentang upacara-upacara yang diadakan berkenaan

191

192

Sisi Lain Diponegoro

bacaan-indo.blogspot.com

dengan kem atian HB III pada 3 Novem ber 1814), serta KITLV Or 13 (Babad Diponegoro) III. 43-44 (untuk m endapatkan gam baran tentang upacara berkenaan dengan kem atian HB IV pada 6 Desem ber 1822). 67. Sem bilan gam bar di KITLV Or 13 (Babad Kedung Kebo) adalah dalam rangkaian folio di naskah (f. = folio; r. = recto; dan v. = verso): (1) Pertem uan antara Residen Yogyakarta, Anthonië Hendrik Sm issaert (m enjabat 1823-1825), Raden Adipati Danurejo IV, patih Yogyakarta (1813-1847), dan Mayor Tum enggung Wironegoro, kom andan pasukan kawal Sultan (1817-1829), di Wism a Residen Yogyakarta (f.51r, lihat sam pul m uka buku ini); (2) Raden Adipati Danurejo IV ditam par dengan selop oleh Pangeran Diponegoro karena suatu pertengkaran tentang penyewaan tanah kerajaan kepada orang Eropa (20 J uni 1820 ) (f.55v, lihat hlm . xv); (3) Pangeran Diponegoro m enyam paikan sejum lah perintah kepada dua orang pengikutnya, Kiai J oyom ustopo dan Kiai Mopid, sebelum m em ulai ziarah ke Masjid Gua Batu di Pulau Nusa Kam bangan untuk m encari bunga Wijoyokusum o (f.66r, lihat hlm . 110 -111); (4) Ratu Ibu (1780 -1826), janda Sultan Ham engkubuwono III (1812-1814), dan ibunda Sultan Ham engkubuwono IV (1814-1822), sedang berbincang dengan patih Yogyakarta, Raden Adipati Danurejo IV (m enjabat 18131847), di Keraton Yogyakarta antara 1814 dan 1822 (f.66v) (Carey 20 12:426); (5) Pertem puran antara pengikut Diponegoro dan serdadu Belanda di kediam an Diponegoro di Tegalrejo pada 20 J uli 1825 (f.99r-v, lihat hlm .160 -161); (6) Pertem puran antara pasukan Diponegoro dan serdadu Belanda di Selarong pada akhir Septem ber atau awal Oktober 1825 (f.136r-v, lihat hlm . 56-57); (7) Patih dan Sultan Madura (Sultan Cakraadiningrat II [eks Panem bahan Mangku Adiningrat], bertakhta 1815-1842) dari Bangkalan (Madura barat) sedang m em bicarakan pengirim an pasukan Madura untuk m em bantu Belanda pada Agustus 1825 (f.148r) (lihat halam an 152-153); (8) Sunan Pakubuwono VI (18231830 ) sedang berbincang dengan Patih Surakarta, Raden Adipati

Bagian II Babad Kedung Kebo

68.

69. 70 . 71. 72. 73. 74.

bacaan-indo.blogspot.com

75. 76. 77. 78. 79.

Sosrodiningrat IV (m enjabat 1812-1846), tentang apakah harus m em bantu Belanda dalam Perang J awa (f.148v, lihat hlm . 6869); (9) Pangeran Notoprojo, Pangeran Serang II, dan Pangeran Purwonegoro, sem ua keturunan keluarga wali term ashyur, Sunan Kalijogo, dan kerabat panglim a perem puan Diponegoro, Nyai Ageng Serang (Raden Ayu Serang, 1766-1855), sedang m em bahas rencana serangan m ereka ke Dem ak pada awal Septem ber 1825 (f.187r, lihat hlm . 260 -261). KITLV H 76, Papieren (Javaansche): Boedel van Sultan Ham engkoe Boew ono IV (1814-1822) [Naskah-naskah (dalam bahasa J awa): Harta Kekayaan Sultan Ham engkubuwono IV (1814-1822)]; ‘Daftar nam a-nam a para pangeran, bupati-bupati dan m antri-m antri yang m em berontak’, tt. (sekitar 1826). LOr 6547c (Babad Diponegoro) XXIII.160 , hlm .25; dan XXIII.20 5, hlm .31 (Rusche 190 8-190 9, I:157, 160 ). LOr 8552a (Babad N gay ogy akarta, J ilid III) CVII.1-10 , hlm . 522; dan lihat catatan 57. LOr 6547c (Babad Diponegoro) XXIII.160 , hlm . 25 (Rusche 190 8-190 9, I:157). LOr 6547c XXIV.66, hlm .51 (Rusche 190 8-190 9, I:160 ). Naskah Keraton Yogyakarta (Perpustakaan Widyo Budoyo) A.62 hlm .450 . LOr 6547c (Babad Diponegoro) XXIV.9, hlm . 42 (Rusche 190 8190 9, I:165). LOr 6547c (Babad Diponegoro) XXIV.97-98, hlm .56. SB 136 (Babad Ngay ogy akarta, J ilid II) XLV.24, hlm . 297. LOr 6547c (Babad Diponegoro), XXV.16-17, hlm . 78. Lihat juga Aukes 1935:158 untuk terjem ahan dari bagian tulisan yang sam a. LOr 6547c (Babad Diponegoro) XXVI.23-24, hlm .158. LOr 6547c (Babad Diponegoro) XXVIII.89-91, hlm .252-253 (Rus che 190 8-190 9, I:271-72), SB A 144 (Babad Ngay ogy akarta, J ilid III) XXV.42-3, hlm .10 5. Lihat juga Boom s 1911:34, untuk gam baran resim en-resim en Diponegoro.

193

194

Sisi Lain Diponegoro

80 . dK 49, Kolonel J .B. Cleerens (Kedung Kebo) kepada J enderal 81. 82. 83.

84. 85.

86. 87. 88. 89.

bacaan-indo.blogspot.com

90 .

H.M. de Kock (Yogyakarta), 26 Septem ber 1825, No. 210 . dK 49, Kolonel J .B. Cleerens (Kedung Kebo) kepada J enderal H.M. de Kock (Yogyakarta), 26 Septem ber 1825, No. 210 . dK49, Kolonel J .B. Cleerens (Gunungpersodo) kepada J enderal H.M. de Kock (Magelang), 24 Desem ber 1829, No. 249. dK49, Kolonel J .B. Cleerens (Gunungpersodo) kepada J enderal H.M. de Kock (Magelang), 19 Novem ber, 20 Novem ber, dan 3 Desem ber 1829, surat-surat bernom or 235-36, 240 . dK 49, Kolonel J .B. Cleerens (Panjer) kepada J enderal H.M. de Kock (Magelang), 3 J anuari 1830 , No. 253. Surat-surat ini telah diterbitkan dalam bentuk terjem ahan bahasa Belanda dalam Louw dan De Klerck 1894-190 9, V:Bijlage XXVa-b. Tentang surat Pengalasan kepada Cleerens dari 12/ 13 Desem ber 1829, lihat Lam piran I. dK 49, Kolonel J .B. Cleerens (Gunungpersodo) kepada J enderal H.M. de Kock (Magelang), 7 Desem ber 1829, No. 242. dK 49, Kolonel J .B. Cleerens (Panjer) kepada J enderal H.M. de Kock (Magelang), 28 Maret 1830 , No. 271. dK 20 9, Kolonel J .B. Cleerens (Menoreh) kepada Kolonel Frans David Cochius (Magelang), 26 Februari 1830 . Saya berterim a kasih kepada Encik Izrin Muaz Mhd Adnan, sejarawan Malaysia yang telah m em buat penelitian m engenai buku harian syeh tarekat di Pulau Pinang pada abad XIX, Kuala Lum pur, surel 27 dan 30 Maret 20 15, dan 6 Maret 20 17. Sum ber m iliter Belanda paling penting bagi peristiwa-peristiwa yang terjadi di Bagelen selam a tahun-tahun Perang J awa adalah berkas dK 49 dari koleksi pribadi H.M. de Kock di Nationaal Archief Belanda di Den Haag. Berkas ini m em uat sem ua surat yang dikirim kan oleh Kolonel J .B. Cleerens, kom andan m edan tem pur Banyum as dan Bagelen, kepada J enderal H.M. de Kock dari 10 Oktober 1825 sam pai 8 April 1830 .

Epilog

33. Ing Bagelèn tinata sam pun atata tinitik titik titi tinata arata tataning ratan-ratan [...]

bacaan-indo.blogspot.com

34. Pan tinata titiné pra bupaty a Regèn Purw arejèki anenggih kinary a tetunggul pra bupaty a [...] 1

KABUPATEN Purworejo, yan g didirikan Belan da pada 18 31 sebagai ibukota Keresidenan Bagelen yang baru itu tidak bisa d ipisah kan d en gan n am a kelu ar ga Cokr on egar an . Selam a hampir seabad dari awal Perang J awa (1825-1830 ) sampai 1919, seoran g an ggota keluarga Cokron egaran m em pun yai peran penting di ibukota Bagelen itu. Se perti kita telah lihat (Bagian

bacaan-indo.blogspot.com

196

Sisi Lain Diponegoro

2 ) , b u p a t i p e r d a n a Ra d e n Ad ip a t i Ar io Cokr on egor o I (m en jabat 18 31-18 56 ) su d ah b er ja sa kep a d a P em er in t a h H in dia Belan da sebagai wakil k o m a n d a n ( p a s ca - J a n u a r i 18 29, kom an dan ) hulptroepen (p asu kan cad an gan p r ibu m i) Su r a kar ta d i Bagelen selam a pe r an g. Ber kat jasa itu , jau h se belum peran g telah selesai, ia sudah dian gkat sebagai bup a t i, a wa ln ya d i Ta n ggu n g RAA Cokronegoro I (1779-1862; (Kecamatan Loano, 1828-1830 ), menjabat 1831-1856) menjelang lan t as d i Br en gkelan (18 30 ia pensiun pada 1856. Foto diambil seizin Hotel Suronegaran, 18 31), yan g d ialih ka n n am a Purworejo. m en jadi Purworejo pada ujung Februari 1831. Konon Belanda telah m enjanjikan Cokronegoro I bahwa tu juh generasi dari keluarganya akan berkuasa di Purworejo (Danusubroto 20 0 8:145). Dan memang turun-tumurun antara 18 31 dan 1919 em pat gen erasi dari keluarga Cokron egaran diangkat Pemerintah Kolonial sebagai bupati. Hanya pada era Raden Adipati Ario Sugeng Cokronegoro IV (m enjabat 190 71919), Belanda mengingkar janji: bupati keempat itu dianggap mem bangkang kepada pihak Pemerintah Hindia Belanda sebab ter lalu dekat den gan per ger akan n asion al—Boedi Oetom o (19 0 8 -19 35) p ad a kh u su sn ya—d an t elah m elan ggar t at a kram a m asyarakat kolonial karena m enikah dengan seorang perempuan Indo-Belanda kelahiran Aceh, J ohanna Giezenberg, pada akhir 1918 (Sutherland 1974:5; Danusubroto 20 0 8:143). Cokronegoro IV menghabiskan hari tuanya di Yogyakarta dan m en in ggal pada 29 J an uari 1936 (Dan usubroto 20 0 8 :144).

Epilog

bacaan-indo.blogspot.com

Hanya pada era bupati Purworejo kedelapan belas, keturunan Cokron egaran kem bali berkuasa di ibukota Bagelen waktu pengusaha asal Yogyakarta, Haji Agus Bastian SE MM (menjabat 20 16-20 21), seorang trah langsung Cokronegoro I, dipilih di pilkada serentak 9 Desember 20 15 sebagai kandidat calon Partai Demokrat. Dalam epilog pendek ini kita akan merujuk kembali proses lahirnya Kabupaten Purworejo pasca-Perang J awa pada 1830 18 31 dan peran keluarga Cokronegaran sebagai pengem bang tanah kelahiran m ereka selam a ham pir seabad. Warisan keluarga bupati perdana itu sungguh hebat dan membuat kabupaten n ya terken al pada zam an H in dia Belan da (18 18 -1942) berkat infrastruktur (pengairan, jalan, kereta api, rumah sakit, dan sebagain ya) dan fasilitas perguruan tin ggi yan g palin g canggih di J awa bagian tengah-selatan antara 1915 dan 1930 .

197

bacaan-indo.blogspot.com

Asal Usul Nama ‘Purworejo’

PADA 1992, keluar sebuah SK dari Gubern ur J awa Ten gah, Mayor J en d er al (Pu r n .) Mu h am m ad Ism ail (1927-20 0 8 ; menjabat 1983-1993), yang menetapkan bahwa setiap kabupaten dan kota madya di Provinsi J awa Tengah harus ada ‘tanggal lahir’. Surat Keputusan (SK) m antan J enderal Ism ail adalah bagian dari sebuah kebijakan Pemerintah Orde Baru yang mencakup semua wilayah Indonesia. Untuk beberapa kota kolonial seperti Ban dun g, pr oses m en etapkan tan ggal kelah ir an n ya cukup gam pan g: Ban dun g adalah sebuah kota yan g ban gkit dari nol karena J alan Raya Pos (grote postw eg) Daendels. Tepat pada 25 Septem ber 18 10 , setelah postw eg selesai diban gun , Marsekal Daendels (menjabat 180 8-1811) memerintahkan pusat kabupaten dipindahkan dari Dayeuh Kolot menuju timur Sungai Cikapundung, area yang juga dilintasi J alan Raya Pos. Maka lahirlah sebuah kota administratif baru: Bandung. Seb en a r n ya , t a n gga l la h ir Pu r wor ejo ju ga sesim p el Ba n d u n g. Sep er t i ib u kot a Pr ia n ga n , kot a a d m in ist r a t if (hoofdplaats) Kabupaten Purworejo, yang sebelum 26 Februari

bacaan-indo.blogspot.com

Epilog

18 31 dinam akan Brengkelan, adalah sebuah produk kolonial Belanda. Didirikan bertahap pada 1830 -1831, Purworejo m erupakan salah satu dari em pat kabupaten dari Keresiden an baru yang bertahan sampai 190 1 waktu Bagelen dilebur dalam Keresiden an Kedu. Kota adm in istratif yan g m en jadi tem pat ked iam an Resid en Belan d a d itetap kan d alam tiga tah ap, dim ulai den gan sur at keputusan atau beslit (besluit) dar i Gubernur J enderal J ohannes van den Bosch (menjabat 1830 18 34) ter tanggal 18 Desem ber 18 30 no.1, diteruskan dengan pen gum um an Van Pabst pada 26/ 27 Februari 18 31 ten tan g n am a kabupaten , dan berakhir den gan beslit tertan ggal 22 Agustus 1831 no.1. Semua proses ini bisa dibaca dengan seksama dalam mahakarya tentang Perang J awa yang ditulis sejarawan militer Belanda, Louw dan De Klerck (1894-190 9, VI:216-226). Pada 18 Desem ber 1830 , Bagelen dibagi ke dalam em pat kabupaten yaitu Bren gkelan (atau ‘Brin gkelan ’ dalam ejaan Belan da), Sem awun g (berasal dari kata ‘Shim a’—areal suci untuk penahbisan bhikkhu dalam bahasa Sansekerta), Ungaran dan Karang Dhuhur. Pada saat beslit ditetapkan, Cokronegoro, yang waktu itu bergelar Kiai Adipati (Tumenggung) Cokrojoyo, adalah bupati Brengkelan (diangkat 9 J uni 1830 ). Dua bulan setelah beslit Van den Bosch pada 18 Desember 1830 , datang seorang pejabat tinggi Belanda, Pieter Herbert Baron van Lawick van Pabst, ke Bagelen. Van Pabst ditugaskan sebagai komisaris untuk urusan tanah kerajaan (Com m issaris ter regeling der vorstenlanden) dan diberi wewenang untuk mengurusi semua tetek-bengek administrasi bekas m ancanagara (wilayah jauh) barat yang sekarang m enjadi dua Keresidenan—Bagelen dan Ban yu m as—d i bawah Pem er in t ah Belan d a. Did at an gkan oleh Cokronegoro dan kolega bupati dari Sem awung, Raden Tumenggung Sawunggaling, Van Pabst tiba di kota administratif (hoofdplaats) Bagelen—waktu itu Brengkelan—pada pengujung

199

200

Sisi Lain Diponegoro

Februari 18 31. Ia dim inta m engganti nam a setiap kabupaten d en gan n am a bar u yan g lebih p atu t u n tu k ju lu kan kota adm inistratif (hoofdplaats). Maka dipilihlah nam a Purworejo (“awal dari kem akm uran ”) un tuk Bren gkelan , dan Kutoarjo (“kota yang makmur”) untuk Semawung. Pada saat yang sama, Ungaran di barat Kali Lereng diusulkan untuk diubah namanya m enjadi Kebum en, dan Karang Duhur m enjadi Sedayu (atau Sidayu dalam ejaan Belanda).2 Dalam laporan resmi yang ditulis di Semarang pada 20 April 1831 kepada Van den Bosch (Arsip Keresidenan Bagelen 5/ 10 , Laporan, 20 April 1831 no.996, lihat Lampiran 2), Van Pabst menerangkan proses pengalihan nama sebagai berikut:

bacaan-indo.blogspot.com

‘[…] Melalui penelitian kelihatan bahwa kota adm inistratif [hoofdplaatsen] dari kabupaten harus ditetapkan, dan nam a [dari kabupaten] harus m enjadi sam a dengan nam a yang dipakai oleh kota adm inistratif itu. Oleh sebab bupati dari dua kabupaten yang lain [Brengkelan dan Sem awung] telah m em beritahukan keinginannya dalam hal ini, dan saya telah m enyetujui [sam bil berkata] bahwa saya tidak berhalangan. [J adi] saya bisa akur dalam hal sepele [kleinigheid] ini. Kendati dem ikian […] Brengkelan sebagai nam a kota adm inistratif kabupaten digantikan dengan nam a Purworejo, sebab nam a Brengkelan itu sam a sekali tidak bisa diandalkan dengan apa yang orang harapkan [untuk sebuah nam a kota adm inistratif].’

Dalam Babad Kedung Kebo (XLVII.30 -34, hlm.584; Bagian 1 catatan 11) sudah dijelaskan bahwa pengum um an Van Pabst ten tang pengalihan nama ini dibuat pada malam 26/ 27 Februari 18 31 (14 Siyam , 1758 AJ , tahun J é), atau di kan tor Residen yang sedang dibangun di sisi selatan alun-alun (Danusubroto 20 0 8 :153), atau di pen dopo lam a Kabupaten Br en gkelan , sekaran g H otel Suron egaran di J alan Urip Sum oh arjo 47, Purworejo. Pada saat yang sama Cokronegoro—waktu itu masih Kiai Adipati Cokrojoyo—beralih nam a m enjadi Raden Adipati Ario Cokronegoro I. Semua usulan Van Pabst yang dicantum da-

Epilog

bacaan-indo.blogspot.com

lam laporan yang tebal 60 halamannya itu diindahkan oleh Van den Bosch dengan hanya satu syarat (lihat hlm. 20 4-20 5) dalam sebuah beslit resmi tertanggal 22 Agustus 1831 no.1 (Louw dan De Klerck, VI:226). Sejak itu Keresidenan Bagelen terdiri dari dua afdeling (wilayah administratif), Purworejo dan Kebumen, empat kabupaten (yang sudah disebut di atas), dan delapan belas kecam atan (districten), antara lain lim a di bawah Kabupaten Purworejo, yaitu Purworejo sendiri, Loano, Cangkrep, J enar, dan Wonoroto (ANRI, Bagelen 5/ 10 , Laporan P.H. van Lawick van Pabst, 20 April 1831 no.996, lihat Lampiran 2). Kalau kita m au m enetapkan hari lahir Purworejo, bahan arsip kolonial Belanda dan keterangan dalam Babad Kedung Kebo sudah cukup jelas. J adi m en gapa pada saat in i Pem da Purworejo m asih terus m erayakan suatu tanggal lahir—yaitu 5 Oktober 90 1—yang merujuk kepada pematokan (peresmian) tanah perdikan (Shima), Kayu Ara Hiwang, yang dulu terdapat di Desa Boro Wetan, Kecamatan Banyuurip, Kabupaten Purworejo, dan sekaran g ada di Museum Nasion al di J akarta (Weren tz 20 12)? Bagaimana sebuah kabupaten mungil dan ter pojok ini, bisa m enjadi lebih tua daripada Kerajaan Kediri (10 42-1222), Majapahit (1293-1510 -an), Demak (1475-1548) dan Yogyakarta (7 Oktober 1755)?

201

bacaan-indo.blogspot.com

Laporan Lawick van Pabst dan Sejarah Awal Administrasi di Purworejo

VAN Pabst adalah seoran g adm in istrator kawakan . Seoran g bangsawan Belanda (baron) dan kesatria (ridder) dalam Ordo Singa Nederland (Ridderorde van den Nederlandsch Leeuw ). Sebelum menjadi Komisaris untuk urusan tanah kerajaan pascaPerang, Van Pabst pernah menjabat di Keresidenan Rembang di pantai utara J awa, pada awalnya sebagai anggota J awatan Kehutanan (1810 -1811), lantas sebagai Asisten Residen (181118 12) dan Residen (18 23-18 27). Selam a lim a tah un (18 1718 22) ia juga m em angku jabatan sebagai Inspektur J enderal Ke uan gan . Seperti ban yak pejabat tin ggi Belan da pada era Pem erin tah Kolon ial H in dia Belan da (18 18 -1942)—m isaln ya J en deral Hendrik Merkus de Kock dan Gubernur J enderal Van den Bosch sendiri—Van Pabst juga menjadi anggota dari organisasi Freem ason (Tarekat Mason Bebas), sebuah organ isasi rahasia yan g telah berfun gsi sebagai sem acam ‘pem erin tah bayangan’ (shadow governm ent) pada era penjajahan pendek

Epilog

bacaan-indo.blogspot.com

Pendopo Purworejo sekitar 1930. Foto seizin Universiteitsbibliotheek Leiden.

Inggris (1811-1816) dan Pemerintah Belanda yang dikembalikan di J awa pasca-1816 (J ordaan 20 16:66-67). Setelah struktur adm in istrasi Keresiden an Bagelen dan Banyumas yang baru ditetapkan, Van Pabst, dalam laporan dari 20 April 1831 yang ditulis dari Sem arang, beralih kepada isu sumber daya manusia di Bagelen. Menurut Sang Komisaris, tidak ada di antara empat bupati yang baru diangkat, dan petinggipetin ggi Bagelen lain , seoran g yan g cukup berpen galam an dan cerdas dalam hal adm inistrasi untuk m enolong Residen baru, J .W.H . Sm issaert (18 0 2-18 74; m en jabat 18 30 -18 33), membangkitkan suatu sistem iskal baru.3 Tan tan gan utam a adalah untuk membuat sebuah survei untuk memperoleh data tentang pemilik tanah di areal bekas m ancanagara barat untuk menyusun sebuah kadaster baru demi menjalankan sistem pajak tanah kolonial baru. Pem erintah Hindia Belanda pada waktu

203

bacaan-indo.blogspot.com

204

Sisi Lain Diponegoro

itu dalam keadaan terpojok dalam hal keuangan sebab nyaris ban krut akibat beban pem bayaran on gkos Peran g J awa dan berhutang 20 juta gulden (tiga m ilyar dollar Am erika dalam uang sekarang) kepada Pemerintah Belanda di Den Haag. J adi menetapkan suatu sistem iskal baru menjadi prioritas bagi Van den Bosch. Menurut Van Pabst, Pemerintah harus dengan segera mendatangkan seorang adm inistrator pribum i yang cakap untuk m en olon g Residen dalam hal adm in istrasi sam bil m em beri contoh kepada pejabat daerah yang lain. Dia juga harus mampu m en eran gkan kepada rakyat ten tan g tan ggun g jawab n ya masing-masing dalam hal iskal kepada Pemerintah Kolonial baru.4 Oleh sebab tidak terdapat seorang pejabat yang m ultitalenta itu di Bagelen, Van Pabst memutuskan men datangkan seor a n g a d m in ist r a t or p r ib u m i d a r i Ka b u p a t en Blor a , Ker esiden an Rem ban g. Adm in istr ator kawakan in i adalah Patih Blora, “seoran g berjasa” den gan “pen getahuan luas”, m e nurut sang Kom isaris (Louw dan De Klerck VI:219), yang telah m enunjukkan kem ahiran tentang ilm u kepem erintahan daerah selam a Van Pabst bertugas sebagai Residen Rem bang antara 1823 dan 1827. Sejak medio 1830 , Patih Blora itu telah bergabung dalam tim komisaris untuk urusan tanah kerajaan. Van Pabst, atas insiatif sendiri, mengangkatnya untuk sementara waktu sebagai asisten khusus untuk Residen Bagelen dengan gelar Raden Tum enggung Ario Suronegoro. Setelah pendopo baru Kabupaten Purworejo selesai dibangun antara 1833 dan 1840 (Danusubroto 20 0 8:10 6-7), Suronegoro pindah kantor dan kediaman ke pendopo Kabupaten Brengkelan yang lama yang sejak itu dikenal dengan nam a Suronegaran (sekarang Hotel Suronegaran, J alan Urip Sumoharjo 47, Purworejo). Keputusan Van Pabst m em buat resah Van den Bosch . San g Gubern ur J en deral kuatir bahwa pen an gkatan seoran g luar (outsider)—apalagi seorang pejabat yang tidak berasal dari

Epilog

bacaan-indo.blogspot.com

kalan gan priayi gede atau ban gsawan —akan m en gakibatkan bupati-bupati baru Bagelen m erasa terhina oleh Pem erintah Kolon ial (Louw dan De Klerck, VI:226). Tetapi Van Pabst m em ban tah keku atir an san g Gu ber n u r J en der al: Residen J .W.H. Smissaert tidak bisa menjalankan administrasi Bagelen tanpa pertolongan seorang asisten administrator pribumi yang cakap seperti Suronegoro. Dan isu dari darah biru tidak menjadi m asalah : tiga dari em pat bupati—term asuk Cokron egoro I sendiri—berasal dari keluarga priayi desa and sama sekali tidak ada kekerabatan dengan bangsawan atau priayi gede. Pendek kata, tiga-tiganya adalah ‘orang baru’. Hanya bupati Kebumen, Raden Tum enggung Arung Binang IV (m enjabat 1830 -1849), berasal dari keluarga priayi gede di Surakarta (Suth erlan d 1974:4). Tetapi ia adalah sebuah kekecualian. Setelah m em baca keterangan Van Pabst, Van den Bosch m em utuskan un tuk m en yetujui sem ua tin dakan n ya dalam beslit dari 22 Agustus 18 31 n o.1. H an ya ada suatu syarat: Raden Tu m en ggu n g Ar io Su r on egor o pada awaln ya tidak akan diangkat secara permanen tapi hanya untuk dua tahun— sem acam m asa percobaan , yan g tidak bakal lam a dan tidak menghindarkan mantan Patih Blora yang cakap itu meneruskan tugas sebagai penasihat khusus Residen Belanda di Bagelen dan pejabat serbaguna untuk adm inistrasi daerah sam pai jauh ke pertengahan abad XIX.

205

bacaan-indo.blogspot.com

Infrastruktur, Pendidikan, dan Budaya Sastrawi: Warisan Cokronegoro I dan Keluarga Cokronegaran kepada Purworejo

WALAUPUN bu p ati p er d an a Pu r wor ejo d icap Van Pabst sebagai seorang ‘tukang pukul’ yang lebih terkenal sebagai se orang komandan prajurit medan yang hebat daripada seorang adm in istrator profesion al—kita in gat di sin i pilih an tokoh wayang Raden Setyaki sebagai lam bangnya di Babad Kedung Kebo itu (h lm .52-53)—jasa Cokron egoro I dan para pen ggan tin ya tidak terhen ti di bidan g m iliter saja. Cokron egoro I tidak seperti atasan Belanda, Kolonel J an Baptist Cleerens (1785-1850 ), yang gemilang di medan tempur, tapi sangat tidak efektif sebagai seoran g adm in istrator daerah, sesuatu yan g m engakibatkan sang perwira Vlam diskors pada 31 Mei 1837 sebagai Gubernur Militer Sumatera Barat (Louw dan De Klerck, I:326 catatan 1; Carey 20 12:798). Sebaliknya, jasa Cokronegoro I sebagai seorang administrator sudah jelas: jauh sebelum Perang J awa, ia telah m enem puh karier yang sukses sebagai m antri

bacaan-indo.blogspot.com

Epilog

gladhag di Kasunanan dan, menurut sejarah lokal (Danusubroto 20 0 8 :67), sam pai m en dapat pr om osi den gan di ber i gelar panèw u (asisten wedana; secara hariah: wedana dari 1.000 oran g) pada 18 15. San g bupati perdan a rupan ya juga m em punyai keahlian teknis di bidang pengairan: kita ingat di sini tugas khususnya ke Ampel dekat Boyolali pada September 1810 untuk mengurus suatu sengketa irigasi (Carey 1981:xxvi; 20 12:51 catatan 124). Pengalaman administratif Cokronegoro I selama sekitar dua puluh tahun (180 5-1825) di Keraton Surakarta sebelum perang m en jadi lan dasan un tuk karier yan g san gat berhasil sebagai bupati perdana Purworejo pasca Februari 1831. Sejarawan lokal Purworejo, Atas S. Danusubroto, dalam buku, RAA Cokronegoro I (1831-1857 [sic]); Pendiri Kabupaten Purw orejo (20 0 8), telah memberi sebuah pandangan yang menarik tentang keberhasilan Cokronegoro I sebagai bupati dan juga tentang pewaris—yaitu tiga generasi yang menggantikan sang bupati perdana sampai era Cokronegoro IV (190 7-1919). J adi apresiasi jasa keluarga Cokron egaran sebagai adm in istrator yan g telah m en gan gkat Purworejo sebagai tem pat yang bergaung di H india Belanda yang ditulis di sini banyak m erujuk kepada data di buku Pak Danusubroto. Menurut Danusubroto, jasa Cokronegoro I dan par a pen ggan tin ya d ar i kelu ar ga Cokr on egar an ber m u ar a kepada tiga tema pokok: (1) infrastruktur (jalan dan pengairan); (2) pen didikan , dan (3) warisan sastrawi, khususn ya Babad Kedung Kebo (1843). Oleh sebab yang ketiga sudah dibicarakan panjang lebar dalam dua bagian di atas, kita akan berfokus di sini pada in frastruktur dan pendidikan. In frastruktur adalah suatu prioritas sebab pada waktu Perang J awa daerah Bagelen, terutam a daerah barat di m ana ada pusat pengrajin tenun yang dikelola pengusaha Tionghoa peranakan di J ono dan Wedi di tepi Kali Lereng, dan di Ungaran dekat Kebum en, terkenal tem pat-tem pat yang am at terisolir:

207

208

Sisi Lain Diponegoro

bacaan-indo.blogspot.com

Benteng dan tangsi militer Kedung Kebo di sisi timur Kali Bogowonto sekitar 1875. Foto oleh fotografer tersohor Inggris, Walter Woodbury dan James Page, Albuminedruk 19 x 24 cm. Foto seizin Universiteitsbibliotheek Leiden.

“J ono adalah di luar dunia (buiten het w ereld)” dalam istilah Kolonel Clereens yang bertugas di daerah ini selam a perang (Louw dan De Klerck 18 94-190 9, III:8 6, 10 8 -9). Tern yata, waktu komunitas Tionghoa diungsikan pada 1827 ke Magelang, Wonosobo dan areal pesisir utara, ekonomi lokal Bagelen barat san gat terpukul dan pada ujun g tahun m asyarakat pribum i meminta orang Tionghoa untuk datang kembali (Louw dan De Klerck 1894-190 9, V:433). Hanya ada satu jalan raya di Bagelen sebelum Peran g J awa. Terken al sebagai ‘J alan Daen dels’— walaupun h arus dipertan yakan keterlibatan san g Marsekal dalam konstruksi—jalan raya ini m elintasi pantai selatan dan membentang dari Kali Cingcingguling di perbatasan Banyumas sam pai Brosot di tem pat pen yeberan gan (perah u tam ban g

bacaan-indo.blogspot.com

Epilog

atau eretan ) di Kali Progo m elalui wilayah Karan gbolon g, Petan ahan , Am bal, dan Urutsewu. Walaupun dipuji perwira In ggris yan g m en jadi Pen gawas Pekerjaan Um um di Tan ah Ker ajaan (Su per in ten d en t of Pu blic Wor ks in th e Native Prin ce’s Dom in ion s), Kapten Godfrey Ph ipps Baker (178 618 50 , m en jabat 18 14-18 15), sebagai ‘jalan terbaik di J awa’, ternyata sering susah dilewati sebab ada banyak gundukan pasir sepanjang jalan yang mempersulit jalan kereta kuda dan gerobak (Carey 20 12:26 catatan kaki 68). Pada awal m asa jabatan n ya sebagai bupati (18 31-18 56), Cokronegoro I mengutamakan pembenahan jalan di dalam Kota Purworejo dan jalan-jalan yang m enghubungkan hoofdplaats dengan tangsi militer dan benteng Belanda di Kedung Kebo dan Desa Kaligesing di sisi timur Kali Bogowonto. Areal ini sudah cukup ramai dari sudut ekonomi pada waktu itu (Danusubroto 20 0 8:113). Sang bupati perdana juga m em anfaatkan keahlian pribadi dalam hal irigasi untuk membuat sebuah saluran irigasi bernama Kedung Putri (atau Kedhung Putri) yang mengambil air dari Sungai Bogowonto di areal Gunung Geger Menjangan di Kecam atan Loano dua kilom eter di utara Purworejo untuk m engairi 3.60 0 hektar sawah di sekitar ibu kota. Saluran air ini, yang masih berfungsi sampai sekarang (April 20 17), digali sepanjang gunung dari Desa Panungkulan sam pai Purworejo dan dikerjakan selama satu setengah tahun antara 3 Mei 1832 dan akh ir 18 33. Sebuah peker jaan r aksasa, pr oyek ir igasi perdana yang diprakarsai Cokronegoro I membutuhkan tenaga kerja sekitar 5.0 0 0 orang yang diambil dari desa-desa sekitar Purworejo (Danusubroto 20 0 8:116-17). Setelah saluran irigasi Kedung Putri selesai, sang bupati perdana m ulai m engincar infrastruktur perjalanan jarak jauh untuk m endobrak situasi Bagelen yang m asih terisolir. J alan sekitar Bagelen itu hanya dapat dilalui moda transportasi dokar dan pedati di atas jalan desa yang berlumpur pada musim hujan.

209

210

Sisi Lain Diponegoro

bacaan-indo.blogspot.com

Prasasti dan tugu yang didirikan 1862 di Kecamatan Bener, perbatasan antara Bagelen dan Kedu, guna memperingati jasa dua Residen Belanda di Bagelen—J.G. Otto Stuart von Schmidt auf Altenstadt dan Reinier de Fillietaz Bousquet—dan Bupati Purworejo, Raden Adipati Ario Cokronegoro I (menjabat 1831-1856), dalam membangun jalan baru antara 1845 dan 1850. Foto seizin Bapak Achmad Nangim, S.IP.

Bersam a dua oran g residen , ia m eren can akan proyek jalan sepanjang 42,65 kilom eter dari Purworejo sam pai Magelang pada akhir dasawarsa 18 40 -an . Residen pertam a ialah J .G. Otto Stuart von Schmidt auf Altenstadt (menjabat 1842-1849), berasal dari J erman. Ia seorang teman baik penulis dan kritikus sistem kolonial Belanda, Multatuli (Eduard Douwes Dekker, 1820 -1887). Residen lainnya ialah seorang Belanda, Reinier de Fillietaz Bousquet (menjabat 1850 -1854), yang telah menjabat sebagai Gubern ur Selebes (18 34-18 41) sem asa Dipon egoro berada di Fort Rotterdam, Makassar (1833-1855).5 Awal n ya, Cokr on egor o I m er en can akan jalan lewat Kaligesing me nuju Borobodur dan nantinya masuk Magelang. Tetapi pembangunan jalan tersebut melintasi areal perbukitan Menoreh yang terlalu mendaki dan banyak jurang terjal. Maka untuk m enghindari areal yang terjal, jalan yang dibangun ke

bacaan-indo.blogspot.com

Epilog

Magelan g m en gam bil arah lebih ke barat m elin tasi Gun un g Geger Menjangan. Di sini sudah digali saluran irigasi Kedung Putri yang terletak di utara Purworejo. J adi dari Geger Gunung Menjangan jalan baru dibangun melalui Kecamatan Bener dan Salaman di Kedu Selatan. Sesudah pembangunan jalan selesai, sebuah tugu prasasti didirikan dengan nama Tugu Margoyoso—secara hariah berarti pra sas ti untuk jalan yang telah terbangun. Tugu ini didirikan pada 18 62 di Desa Ben er Krajan , ujun g utara Kabupaten Purworejo, dekat perbatasan Keresidenan Kedu. Pengerjaan jalan ini membutuhkan waktu lima tahun, 1845– 1850 . Seperti pembangunan jalan raya (postw eg) Daendels dari Bogor ke Bandung, proyek jalan Purworejo– Magelan g in i m em butuhkan pen ggalian bebatuan yang cukup dalam dan m enggunakan ranjau (Danusubroto 20 0 8:119-23; Carey 20 13:5-6). Selain membuka jalan ke Magelang, Cokronegoro I rupanya juga ter libat dalam pem bangunan jalan dari Keresidenan Bagelen ke Desa Buntu di Banyumas melalui Kutoarjo dan Kebumen. J asa sang bupati perdan a Purworejo dalam m em ban gun jalan raya kedua in i bisa dibaca di sebuah tugu peringatan pembangunan jalan yang terdapat di Desa Krumput, Banyumas (Danusubroto 20 0 8:123). Pada saat Cokronegoro I m engam bil pensiun pada 1856, warisan Cokronegaran kepada kabupaten baru sudah mulai terlihat jelas: Bagelen tidak lagi terpencil dan dua jalan raya yang baru dibangun ke Banyumas dan Magelang mulai mengangkat Pu r wor ejo sebagai p u sat ekon om i Bagelen t im u r sam bil m en guatkan peran sebagai kota adm in istratif (hoofdplaats). Pada 1852, bupati perdana juga mengambil langkah awal dalam bidan g pen didikan den gan m em ban gun In lan dsche School pertama, yaitu sekolah khusus untuk orang pribumi, di sebelah tim ur alun-alun. Mirip Sekolah Dasar (SD) sekarang, sekolah pribumi perdana ini mengajar ilmu bumi, ilmu ukur, berhitung dan menulis aksara J awa dengan masa pendidikan lima tahun

211

bacaan-indo.blogspot.com

212

Sisi Lain Diponegoro

yang dimulai umur 7 sampai 12. Minat pendidikan begitu tinggi di Purworejo pada saat itu sehingga, sebelum Cokronegoro I m en gam bil pen siun , sekolah dasar pribum i perdan a sudah menjadi dua dengan dibuka sebuah sekolah tambahan bernama Kon troliran , yan g rupan ya diam bil dari letakn ya yan g dekat rumah Kontrolir, pejabat Belanda junior yang bertugas di bawah Asisten-Residen (Danusubroto 20 0 8:147). Cokronegoro II yang menggantikan ayahnya sebagai bupati Purworejo pada 18 56, m en jabat em pat puluh tahun sam pai 1896. Ia terkenal sebagai pribadi yang sangat berdisiplin dan seoran g adm in istrator an dal yan g pern ah m agan g beberapa tahun sebagai pegawai iskal dengan pemerintahan dalam negeri (Binnenlands Bestuur) Belanda di Sem arang. Ia adalah putra kedua Cokronegoro I dari istri pertam a, Nyai Adipati Sepuh, seoran g putri dari priayi desa dari Pen gasih , Kulon Progo (Dan usubroto 20 0 8 :128 ). Ia juga m em persun tin g putri dari mantan komandan ayahnya pada waktu Perang J awa, Pangeran Kusumoyudo. Dengan demikian, pada generasi kedua sebagai bupati, keluarga Cokronegaran m em peroleh darah biru yang palin g m urn i dari Keraton Surakarta: Kusum oyudo adalah seorang putra Sunan Pakubuwono IV, 1788– 1820 , dan paman Pakubuwon o VI, 18 23– 18 30 (Dan usubroto 20 0 8 :135– 136). Putra sulun g, Cokron egoro III yan g m en ggan tikan n ya pada 18 96—tapi han ya sem en tara (18 96– 190 7) akibat kesehatan yang buruk sang bupati ketiga itu—adalah buah dari pernikahan dengan putri Kusumoyudo itu. Per sis seper ti ayah n ya, Cokr on egor o II san gat teku n m e n an gan i p er t an ian d i d aer ah p ed alam an d en gan m en gem ban gkan saluran pen gairan dan in frastruktur. Saluran irigasi Kedung Putri, yang didirikan pada zaman pemerintahan ayah n ya h an ya sam pai areal Kota Purworejo, sekaran g dilan jutkan sam pai wilayah Ban yuurip di selatan hoofdplaats (Dan usubroto 20 0 8 :129). Sesudah Ban yuurip, bupati kedua

bacaan-indo.blogspot.com

Epilog

Purworejo juga m engincar Kecam atan J enar lebih ke selatan lagi dekat Purwodadi. Kecam atan ini m em punyai sawah yang cukup luas, tapi tanpa saluran irigasi sama sekali. Ia meminta ban tuan an ak kolega Bupati Kutoarjo, Raden Ario Adipati Pringgoatmojo, Raden Mas Turkio (pasca-1870 , Raden Adipati Ario Turkio Purboatmojo, bupati ketiga Kutoarjo), yang pernah m em perdalam bangunan air di Kolkata, Benggala, India, dan pem bangunan bendung di Sungai Gangga. Kerja sam a antara Cokron egoro II dan ah li pen gairan lulusan Kolkata san gat ber h asil. Pad a d asawar sa 18 60 -an sebu ah ben d u n g besar diban gun di Sun gai Bogowon to dekat Desa Boro—n am an ya Bendung Boro—yang mampu mengairi 5.0 0 0 hektar sawah di Kecamatan J enar (Danusubroto 20 0 8:129-30 ). Menurut sejarawan Robert van Niel (1972:10 3) areal sawah yang dimiliki keluarga petani di Bagelen mengalami kenaikan pesat (220 persen) sepanjang abad XIX: dari em pat wilayah (Sur abaya, Cir ebon , Tegal, dan Bagelen ) yan g ia pelajar i, Bagelen m engungguli sem ua. Banyak lahan baru bisa dibuka akibat jarin gan pen gairan baru yan g dibuat oleh dua bupati perdan a Cokron egaran itu. In i sedikit m erin gan kan beban dari Sistem Tanam Paksa (1830 – 1870 ) yang diterapkan pascaPerang J awa di sem ua wilayah J awa, kecuali tanah kerajaan (Vorsten lan den ). Em pat dasawarsa in i bukan periode yan g menguntungkan bagi petani di Bagelen. Kita tahu dari laporanlaporan Belanda bahwa penanaman nila secara paksa di Bagelen menyebabkan perpindahan penduduk secara massal dari daerah pedalam an ke areal pegunungan di utara Keresidenan (Carey 20 12:543). Tanaman nila tidak hanya merusak tanah sesudah tiga panen, tapi pengolahan bahan celup itu di pabrik-pabrik kecil juga m em erlukan proses peragian yang sulit. Proses ini membuat pekerja harus berada dalam bak air untuk mengaduk dan m en gelan tan g, yan g m en yebabkan kulit berubah pucat untuk waktu yang lam a dan dalam beberapa kasus penyakit

213

bacaan-indo.blogspot.com

214

Sisi Lain Diponegoro

kanker kulit (Van Niel 1992:76). Upah buruh di usaha pertanian itu juga tidak terlalu m en arik sekalipun dilihat dari tin gkat keh idupan yan g ren dah di m asa itu (Carey 20 12:543-44). Perpindahan penduduk Bagelen yang m assal itu dan untung dari Tanam Paksa nila yang begitu tipis mengakibatkan Belanda m em u tu skan pad a akh ir 18 40 -an u n tu k m em ber h en tikan penanaman nila dan mengalihkan semua kegiatan Tanam Paksa di Bagelen kepada perkebunan kopi di areal pegunungan (Van Niel 1972:10 3-10 4). Walaupun Cokronegoro II dan putranya harus menghadapi zaman yang amat sulit itu, jasa dalam bidang saluran pengairan r u pan ya m er in gan kan beban Sistem Tan am Paksa u n tu k rakyat Bagelen. Warisan Cokronegoro II di bidang pengairan diteruskan oleh penggantinya, terutama cucunya, Raden Adipati Ario Sugeng Cokronegoro IV (menjabat 190 7-1919), yang tampak n ya sadar kalau kabupaten m er upakan daer ah agr ar is dan pertan ian jadi sum ber kekuatan pedalam an Purworejo. Ia m enam bah em pat bendung penting di jaringan pengairan Purworejo: Bendung Penungkulan dengan selokannya di Sungai Bogowonto; Bendung Kalisemo di Kecamatan Loano; dan dua bendung strategis di Kecamatan Bener yang terletak di wilayah paling utara dari Kabupaten Purworejo, yaitu Bendung Guntur dengan selokannya dan Bendung Kedung Pucang di Desa Trirejo (Danusubroto 20 0 8:139). Selain pengairan, perkembangan yang paling menentukan bagi masa depan Purworejo adalah pembangunan jaringan rel kereta api pada 18 8 7, sem bilan tahun sebelum Cokronegoro II m en gam bil pen siun . J adi bagaim an a peran bupati kedua Purworejo itu dalam memfasilitasi pembangunan KA tersebut? Men urut ahli sejarah lokal Bagelen , Len gkon g Gin aris, bu kan bu pati tapi Pem er in tah Kolon ial yan g m ain per an ku n ci di sin i. Melih at kesu ksesan jalu r ker eta Sem ar an gVor sten lan d en (tan ah ker ajaan ) oleh p er u sah aan swast a

Epilog

bacaan-indo.blogspot.com

Stasiun Purworejo sekitar 1910, kartu pos (prentbriefkaart). Foto seizin Universiteitsbibliotheek Leiden.

kereta api, Nederlan dsch -In disch e Spoorweg Maatsch appij (NIS), yan g m ulai berjalan pada 18 73, Pem erin tah Kolon ial m in t a p er u sa h a a n ker et a a p i m ilik Pem er in t a h H in d ia Belanda, Staatspoorw egen (SS), untuk menghubungkan kotakota di pesisir selatan Pulau J awa dengan jalur kereta api di tanah kerajaan, dan pada 20 J uli 1887, jalur Cilacap-Yogyakarta dibuka. “Sejarah berdirinya Stasiun Purworejo”, tulis Lengkong Gin ar is, “t id ak t er lep as d ar i p em ban gu n an jalu r ker et a api Yogyakarta– Cilacap yang dilaksanakan oleh Dinas Pekerjaan Um um (Departem ent der Burgerlijke Openbare W erken) di bawah kepemimpinan H.G. Derx” (Lengkong Ginaris 20 16). Salah satu kota yang dilalui oleh jalur kereta Yogyakarta– Cilacap adalah Purworejo. Uniknya, Purworejo sendiri sebenarn ya tidak lan gsun g dilewati jalur Yogyakarta-Cilacap karen a kereta dari arah Yogyakarta harus singgah ke Kutoarjo, yang berada di bagian barat Purworejo, terlebih dah ulu. H an ya

215

216

Sisi Lain Diponegoro

setelah ke Kutoarjo baru kereta bergerak ke ke arah Purworejo. Meskipun pada tahun 1887, sudah dibangun jalur kereta api dari Kutoarjo ke Purworejo sepanjang dua belas kilometer, namun bangunan Stasiun Purworejo baru dibangun pada tahun 190 1 (Musadad, 20 0 1:28 ). Men gapa? Men urut Len gkon g Gin aris unsur pertahanan berperan penting di sini:

bacaan-indo.blogspot.com

“Pasca Perang [J awa], kota Purworejo berkem bang m enjadi salah satu basis m iliter yang cukup penting bagi Belanda di wilayah pesisir selatan. Agar sem akin berkem bang, m aka kota Purworejo perlu dihubungkan dengan kota-kota lain dengan jalur kereta dan kalau bisa dihubungkan dengan kota pelabuhan terdekat sehingga kebutuhan-kebutuhan m iliter yang didatangkan dari luar dapat dibawa dengan cepat dan m u dah. Waktu itu, kota pelabuhan yang paling dekat dengan Purworejo adalah Cilacap di pesisir selatan dan Sem arang di pesisir utara. Nam un, pem bangunan jalur kereta api PurworejoSem arang akan banyak m enghabiskan biaya karena harus m em belah perbukitan Menoreh yang ada di sebelah utara. Oleh karena itulah kota Purworejo dihubungkan dengan Cilacap terlebih dahulu yang jalurnya lebih m udah dibuat karena reliefnya relatif datar sem entara jalur Purworejo-Sem arang disam bungkan dengan jalur kereta yang m elingkar terlebih dahulu ke Yogyakarta.” (Lengkong Ginaris 20 16)

Pem bangunan Stasiun Purworejo ternyata m enghasilkan beberapa keun tun gan bagi perkem ban gan Kota Purworejo. Misalnya perekonomian Kota Purworejo yang semula stagnan karena bergantung pada transportasi tradisional seperti kuda dan gerobak yang terbatas, akhirnya menjadi lebih berkembang d en gan keh ad ir an ker eta api yan g jau h lebih efektif d an eisien. Kehadiran stasiun ini juga membuat kota Purworejo lebih terhubung dengan kota-kota lain yang sudah dilalui oleh jaringan kereta. Kemudian dari segi militer, kehadiran stasiun ini meningkatkan mobilitas militer dan menjadikan Purworejo terhubun g den gan tan gsi-tan gsi m iliter pen tin g di kota lain

Epilog

bacaan-indo.blogspot.com

seperti Gom bon g yan g m en jadi tuan rum ah un tuk sekolah taruna m iliter H india Belanda yang bernam a Pupillenkorps, yang bertahan setengah abad lebih (1855– 1911) setelah dipindah dari tangsi Kedung Kebo (lihat hlm. 20 8) pada 1854 (Musadad, 20 0 1:38; Bosma dan Raben 20 0 8:247).6 Menarik di sini bahwa pada abad XX, Purworejo yan g berasal dari tan gsi m iliter Belanda, Kedung Kebo, yang berperan sebagai markas pasukan tempur Belanda di Bagelen selama Perang J awa, telah menjadi rah im un tuk begitu ban yak perwira terken al di Kon in klijk Nederlandsch Indisch Leger (KNIL) dan TNI pasca-1945.7 Tiga dasawarsa antara 190 1 dan 1930 , sejak Stasiun Purworejo dibuka pada 190 18 sampai Hogere Kweekschool (Sekolah Tin ggi Gu r u ) d itu tu p m en jelan g Dep r esi Besar ekon om i dunia pasca-Wall Street Crash dari Oktober 1929 boleh dicap sebagai ‘zam an em as’ bagi kabupaten yang dikelola keluarga Cokron egaran . Walaupun tidak lagi berdiri sebagai sebuah keresidenan m andiri (Bagelen dilebur ke dalam Keresidenan Kedu pada 1 Agustus 190 1), Purworejo tetap berfungsi sebagai hoofdplaats (kota administratif) sebuah afdeling Keresidenan Kedu, dan berkembang menjadi semacam pusat teknis, kesehatan, dan pendidikan untuk seantero Hindia Belanda. Kesan dari suasan a Purworejo m en jelan g awal abad XX, bisa dibaca di sebuah m em oar perjalan an yan g dibuat seoran g pelan con g Belanda, Van Gelder, pada 1893: “Tem pat yang m em iliki jum lah penduduk sekitar 12.0 0 0 jiwa ini m erupakan salah satu terbersih di J awa. Sisi kanan dan kiri jalan ditanam pohon asam . Rum ah bupati dan Residen m erupakan sebuah bangunan yang indah.” (Gill 1990 :216; Lengkong Sanggar 20 16)

Di bidang teknis, Purworejo dipilih oleh Staatspoorw egen setelah stasiun dibuka pada 190 1 untuk menjadi sebuah depo lokomotif untuk semua areal J awa bagian tengah-selatan. Depo

217

bacaan-indo.blogspot.com

218

Sisi Lain Diponegoro

ini menjadi tempat di mana lokomotif diperbaiki dan mendapat per awatan , d an lokasin ya d iper kir akan ter letak d i d alam kompleks pemukiman TNI AD pada masa sekarang. Pada tahun 1930 , fasilitas depo ini tidak digunakan lagi karena di Stasiun Kutoarjo sudah ada fasilitas yang serupa dan juga menghemat biaya pengeluaran pemeliharaan gedung pada permulaan dari m alaise (“zaman meleset”). Sebagai pusat pen didikan , Pur wor ejo m ulai ber gaun g setelah H oogere Kweeksch ool (H KS, Sekolah Tin ggi Guru) diresmikan pada 19 Oktober 1914 dan angkatan mahasiswa calon guru m ulai m asuk untuk tahun akadem ik pertam a (1914-15) (Danusubroto 20 0 8:149-50 ; Agung Pranoto 20 15). Salah satu dari empat HKS di Pulau J awa pada waktu itu (yang lain ada di Magelang, Bandung, dan Probolinggo, yang paling tua [didirikan 1875] di Ujung Tim ur J awa), Purworejo m enyediakan kursus tiga tahun untuk mempersiapkan guru untuk masuk di tingkat H ollan dsch In lan dsche School (H IS, setin gkat SD di m an a bahasa Belanda dipakai sebagai medium pengajaran). Mengapa Purworejo dipilih? J elas infrastrukur m em ainkan peran yang penting: setelah 190 1 Purworejo gam pang dijangkau m elalui kereta api dari Kutoarjo dan jarin gan Staatspoorw egen di saantero J awa. Tapi pendukung bupati dari trah Cokronegaran dalam bidang pendidikan juga berperan. Kita sudah lihat di atas bahwa sebelum ambil pensiun pada tahun 1856, Cokronegoro I telah membuka dua Inlandsche School (sekolah dasar untuk pribumi dengan kursus lima tahun). Inisiatif sang bupati perdana untuk m engem bangkan sekolah rakyat diteruskan pasca-1911 oleh cicit n ya, Cokr on egor o IV. Ter in sp ir asi oleh ajar an Boedi Oetom o, ia m ulai m en yebarkan sekolah On gko Loro (Inlandsche School Tweede Klasse, yaitu dengan kursus hanya tiga tahun daripada Inlandsche School Eerste Klasse yang lima tahun) ke seluruh Kabupaten Purworejo m ulai di Kecam atan Loan o (Ban yuasin ), lan tas ke Purworejo (Pan gen Gudhan g),

bacaan-indo.blogspot.com

Epilog

Banyuurip (Banyuurip kota), Bayan, Bagelen (Kuwojo) dan Soko (Kemanukan) di sebelah timur Sungai Bogowonto (Danusubroto 20 0 8 :140 -41). Akibat pen garuh Dr Wahidin Sudiro H usodo (1852-1917) dan Raden Ajeng Kartini (1879-190 4), dua sekolah khusus untuk anak perempuan (Meisjeskopschool) telah dibuka pada era Cokronegoro IV di kota Purworejo dan Purwodadi di selatan kabupaten (Danusubroto 20 0 8:141). Pemerintah Hindia Belanda juga m endukung dengan m em buka HIS untuk siswa bum iputera, dan sebuah Europese Lagere School (ELS) atau sekolah dasar untuk anak Belanda, Indo dan peranakan yang gelijkgesteld (diangkat setara dengan Belanda di mata hukum) yang dibuka pada 1917 (Danusubroto 20 0 8:148). Dam pak dari HKS Purworejo kepada zam an pergerakan n asion al ter n yata besar , d an sem ir ip apa yan g ter jad i d i Federated Malay States (FMS) Inggris dengan HKS di Sultan Idris Training College (Kolese Sekolah Guru Sultan Idris) di Tan jun g Malim (Per ak) m em ain kan per an kr usial setelah 1922 dalam m em ban gkitkan kesadaran keban gsaan Melayu an tara calon guru dari sean tero Sem en an jun g Malaya (Roff 1967). Di Purworejo calon guru juga datang dari sem ua dari pe losok H in dia Belan da. Setelah lulus, m ereka m en jadi sebuah elit cen dekiawan pada era perjuan gan kem erdekaan . Kesem patan yan g diperoleh di ban gku sekolah H KS un tuk mengenal teman sejawat dari semua daerah di Nusantara mengakibatkan sem acam tali persaudaraan un tuk suatu gen erasi baru yan g akan m erebut kekuasaaan dari Belan da pada era pascaperang. Kita ingat di sini memoar keluarga dari mantan Men dikbud, Wardim an Djojon egoro (m en jabat 1993-1998 ), yan g m en gisah kan bagaim an a ayah an d a, Rad en Abd oel Moettalip Djojonegoro (190 7-1999), kelahiran Soca, Madura, sempat belajar di HKS Purworejo antara 1925 dan 1928 sebelum m en jadi guru di H IS Purworejo pada Agustus 1928 . Selam a di Purworejo, sang calon guru m em peroleh sebuah kenangan

219

bacaan-indo.blogspot.com

220

Sisi Lain Diponegoro

manis waktu ia mempersunting gadis Purworejo, Raden Roro Wartinah (1912-20 0 6), seorang trah Suronegaran, yang kelak akan melahirkan Pak Wardiman pada 22 J uni 1934 (Wardiman Djojonegoro 20 16:9-10 ). Kita juga bisa catat di sini sosok ibunda Presiden ketiga Indonesia, Ir B.J . Habibie (menjabat 1998-1999), Raden Ayu Tuti Marini Puspowardojo (1911-1990 ), yang berasal dari keluarga terkemuka Purworejo: kakeknya adalah seorang dokter kelahiran Baledono, Raden Ngabehi Tjitrowardojo (18471922), yang pada 20 15 nam anya diabadikan untuk RSUD Dr Tjitrowardojo di Purworejo (Ahmad Nas Imam 20 15). An tara m urid H KS dari rom bon gan ketiga (1917-1920 ) ad alah p ah lawan n asion al, Ot t o Iskan d ar Din at a (18 971945), tokoh kelah iran Ban dun g, yan g kelak akan m en jadi an ggota Volksraad (Parlem en H in dia Belan da) (1930 -1941) sebelum m em im pin redaksi surat kabar Tjahaja pada zam an pendudukan militer J epang (1942-1945). Menjelang Proklamasi Kemerdekaan ia duduk dalam Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) dan turut serta m enyusun Undang-Undang Dasar 1945. Men in ggal m uda, ia sem pat dian gkat m en jadi Men teri Negara dalam Kabin et Presiden tiil Pertam a setelah Proklam asi 17 Agustus dan ikut m em elopori pem ben tukan Badan Keam anan Rakyat (BKR) yang m erupakan cikal-bakal dari TNI. Dam pak sosial-politik H KS Purworejo dan m uridm uridn ya kepada sejarah m odern In don esia belum sem pat ditulis, tapi pasti tidak kalah dengan sejarah sekolah-sekolah Taman Siswa pada dasawarsa 1920 -an dan 1930 -an yang sudah banyak dipelajari oleh sejarawan barat dan Indonesia (McVey 1967; Surjomihardjo 1986). Su d ah jau h sebelu m t iga d asawar sa awal abad XX, Purworejo m ulai terken al di H in dia Belan da sebagai pusat Zending (m isionaris Kristen dari Gereform eerde Kerken atau gereja-gereja Protestan Belanda yang didasarkan kepada teori in spirasi, yan g m en gan ggap bah wa sem ua pen ulis Alkitab

bacaan-indo.blogspot.com

Epilog

menuliskan secara hariah kata-kata Allah). Sejarah awal berm uara kepada kegiatan seorang m antan santri, Kiai Sadrach (Radin Abas Sadrach Supran ata), yan g lahir di J epara pada 1835 dan meninggal di Purworejo pada 14 November 1924. Ia kem udian m en gem bara ham pir ke seluruh tan ah J awa dan banyak bertem u serta berwawancara dengan penyebar agam a Kristen lainnya seperti evangelis pribum i, Paulus Tosari dan Ibrahim Tun ggul Wulun g. Pada 18 67, Sadrach dibaptis dan dua tahun kemudian (1869) dipindahkan ke Purworejo untuk menyiarkan agama Kristen bekerja sama dengan Nyonya Philips dan Nyon ya Oostrom Ph ilips. Pada 18 70 , san g m ision aris Gereja Kristen J awa pindah ke Desa Karangyoso dekat Bagelen dan terus giat m enyebarkan agam anya dan m em im pin kaum Kristen J awa. Dari san a Kristen isasi diperluas oleh Dewan Gereja (Gereform eerde Kerken) ke Banyum as dan Kedu dan m eluas ke Yogyakarta dan Surakarta (Sejarah Kristenisasi via Zen din g Protes tan ). Pada 1915, Zen din g atau Dewan Gereja yang dulu m en dukung Sadrach, m endirikan dua rum ah sakit modern di Purworejo. Yang satu untuk sipil—sekarang diambilalih oleh Pem da Purworejo sebagai RSUD Saras Husada dan menjadi RSUD Dr Tjitrowardojo (lihat di atas), dan yang lain untuk militer di J alan Sapta Marga—sekarang dalam keadaan kuran g terawat (Dan usubroto 20 0 8 :145; Len gkon g San ggar 20 16). Em pat tahun kem udian, Yayasan PSSK (Perkum pulan Sekolah-Sekolah Kristen) m endirikan sebuah sekolah MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs), yaitu sekolah setingkat SMP dengan bahasa pengantar bahasa Belanda. Letaknya 50 0 meter ke arah utara alun-alun Purworejo di J alan Urip Sumoharjo 62 (Danusubroto 20 0 8:149). Kejayaan Purworejo sebagai salah satu kota terbersih dan teratur di J awa telah menempatkannya juga sebagai kota pusat kegiatan yang memandu Pulau J awa memasuki dunia modern. Namun, hal itu tidak berlangsung lama. Pada 1919, secara licik,

221

bacaan-indo.blogspot.com

222

Sisi Lain Diponegoro

Cokronegoro IV, yang begitu berjasa kepada rakyat Purworejo tapi terlalu dekat dengan pergerakan nasional, didepak Belanda. Dengan demikian, keluarga Cokronegaran hilang kendali untuk hampir seabad sampai era bupati masa kini, Haji Agus Bastian, yan g boleh dikatakan bergelar ‘Cokron egoro V’. Pada 1930 , H oogere Kweekschool, sang m utiara di m ahkota pendidikan Pu r wor ejo d it u t u p d a n m u r id ca lon gu r u d ip in d a h ka n ke Ban dun g dan Magelan g. Pada tah un yan g sam a, Depo Lokomotif Staatspoorw egen, yang dulu melayani semua J awa bagian tengah-selatan, dipindah ke Kutoarjo. Dua belas tahun kem udian , setelah J epan g m en aklukkan Pem erin tah H in dia Belan d a, Stasiu n Pu r wor ejo ju ga ken a d am pak d an pad a akhir kedudukan m iliter J epang ikut m enyerah (lihat catatan kaki 8 ). Sirn a ilan g kertan in g bum i, habis sudah kejayaan dan kebesaran bum i. Pada tahun -tahun pascakem erdekaan , sejarah tidak ramah bagi mantan ibu kota Keresidenan Bagelen. Pendidikan biasa-biasa saja (dan tidak ada universitas), Zending Kristen hengkang pascapenggusuran Belanda tahun 1958 akibat isu Irian J aya dan insiden teror di Cikini serta pengambilalihan sekolah dan rumah sakit oleh Pemda. Kota Purworejo menjadi sebuah tempat yang terlupakan dan terabaikan dari sejarah— m alah an diken al sebagai kota pen siun daripada kota yan g memotori modernisasi negara. Purworejo sebagai pusat energi dan cendekiawan reformis tinggal sw eet m em ory saja. Pada awal era Reform asi pun ekonom i terpukul dan Purworejo m enjadi salah satu dari tiga kota administratif (bersama Banjarnegara dan Wonosobo) yang paling m iskin di Provinsi J awa Tengah (p.c. Wardiman Djojonegoro, 12 April 20 17). Tinggal pendopo bupati yan g m egah dan bekas ban gun an Belan da yan g kaya arsitektur era kolonial ‘Art Deco’ Belanda.

bacaan-indo.blogspot.com

Kesimpulan dan Sebuah Ramalan

J ADI bagaimana dengan Purworejo? Apakah ada peluang untuk m en jadi kota keram at atau kota tua yan g bisa m en arik wisata wan ? Mun gkin saja bisa kar en a di sin i ada m akam Kiai Sadrach, tokoh pen gin jil, perin tis Gereja Kristen J awa. Men arik, m ision aris Kristen tetapi disebut ‘Kiai’. Ada pula ulama besar Purworejo Syeh Imam Puro, fotografer profesional perdana pribumi di keraton Yogyakarta, Kassian Céphas (18451912), pelukis Belanda J an Toorop (1858-1928), pakar botani Indonesia A.J .G.H. Kostermans (190 6-1994), pahlawan revolusi J enderal Ahm ad Yani (1922-1965), m ertua Presiden RI ke-6 Susilo Bam ban g Yudhoyon o, Kolon el Sarwo Edhie Wibowo (1925-198 9), m antan Kabulog era Orde Baru Bustanul Ariin (1925-20 11), tokoh dan pendiri TNI J enderal Urip Sumoharjo (1893-1948), juga pencipta lagu kebangsaan “Indonesia Raya” W.R. Soepratm an (190 3-1938 ) (m eskipun kaitan n ya den gan Purworejo da pat diperdebatkan). Keberadaan Purworejo sebagai kota kecil yang menyimpan sejumlah catatan bersejarah terkait tokoh-tokoh besar tersebut diungkap dalam konteks lain oleh Lengkong Sanggar (20 16), seorang blogger.

224

Sisi Lain Diponegoro

bacaan-indo.blogspot.com

Men urut filsuf J erm an , GWJ H egel (1770 -18 31), selalu ada sesuatu yang am at aneh dan tak diduga dalam sejarah— yang disebut Hegel ‘the ruse of history ’ (guna sejarah). Dalam kasus Purworejo, guna sejarah zam an kini berbentuk sebuah bandara internasional baru—namanya ‘Bandara Kulon Progo’— di Kecamatan Temon di areal paling selatan kabupaten tetangga, Kulon Progo. Proyek pem bangunan bandara internasional ini telah resmi dibuka oleh Presiden J oko Widodo pada 27 J anuari 20 17 dan m em butuhkan waktu pen yelesaian sedikitn ya dua tahun (20 17-20 19). Tapi yan g m en arik adalah bahwa letak geograis bandara adalah hampir dua kali lebih dekat dengan Purworejo (25 kilometer) daripada Yogyakarta (40 kilometer). Bagaim an a Pu r wor ejo akan m em an faatkan m u kjizat in i? Apakah masih tetap terlena dengan angan-angan dari kejayaan kolonial atau akan siap m em anfaatkan kesem patan em as ini? Sebab pasti wisatawan asin g yan g in gin ke Borobodur akan mengambil jalan yang paling cepat dan ini melalui Purworejo dan perbukitan Menoreh, bukan m elalui Yogya yang jauh ke timur. Ini sesuatu yang sedahsyat pemilihan Purworejo sebagai kota administratif untuk Keresidenan Bagelen yang baru pada 1831, atau kedatangan rel KA pertama Staatspoorw egen pada 1887, atau pembukaan Stasiun Purworejo pada 190 1. Ini seperti dram a William Shakespeare, Julius Caesar (Act 4, Scen e 3, hlm.11): “There is a tide in the affairs of m en, If taken at the lood leads on to greatness. Om itted, all the voy age of their life Is bound in shallow s and m iseries. On such a full sea are we now aloat And w e m ust take the current w hen it serves Or lose our ventures.” “Ada arus dalam kehidupan m anusia, jika banjir akan m em bawa keagungan,

Epilog

bacaan-indo.blogspot.com

jika dicam pakkan, sem ua perjalanan hidup akan terjebak dalam kedangkalan dan kesengsaraan. Pada saat laut pasang kam i berlayar dan kita m esti m em anfaatkan arus sebisanya atau lenyaplah cita-cita kita.”

Kita pikir di sini dua hal. Yang pertama infrastrukur; yang kedua memanfaatkan keistimewaan sejarah Purworejo. Tentang infrastruktur kita bisa menoleh ke belakang sebentar ke zaman Staatspoorw egen . Mem an g rel jurusan Kutoarjo-Purworejo berhenti sam pai di ibu kota Keresidenan Bagelen waktu itu. Nam un rupan ya, ren can a Pem erin tah H in dia-Belan da tidak sam pai di sin i saja. Seperti sudah dijelaskan di atas, selain Cilacap, Purworejo juga akan dihubun gkan secara lan gsun g dengan Semarang lewat pembangunan jalur kereta PurworejoMuntilan. Walaupun diperkirakan pembangunan jalur ini akan cukup berat karena akan m elewati perbukitan, tetapi dengan pertim bangan keuntungan yang didapat, kesulitan tadi da pat dian tisipasi den gan ren can a pem ban gun an terowon gan sepanjang 350 meter yang akan menembus perbukitan Menoreh. Kem un gkin an besar selain un tuk kepen tin gan m iliter, jalur in i akan dim an faatkan sebagai jalur wisata karen a m elewati Can di Borobudur yan g sejak m asa kolon ial sudah m en jadi destinasi wisata. J adi harus ada pikiran yang dahsyat untuk m em an faatkan kesem patan ban dar a in ter n asion al den gan penuh. Dan semua harus siap paling lama dalam tiga tahun. Ked u a, ad a keh ar u san d ar i sisi sejar ah u n tu k m em ban gkitkan dan m en ggali keistim ewaan dan kekhasan dari Purworejo sebagai tem pat bersejarah kalau wisatawan asin g akan berhenti di situ dalam perjalanan ke Borobodur. Kita ingat di sini sebuah pedoman dari ekonom terkenal dan Peraih Hadiah Nobel (1987), Robert Merton Solow, yang telah membangkitkan sebuah model baru untuk perkembangan ekonomi modern, yang disebut exogeneous grow th m odel:

225

226

Sisi Lain Diponegoro

“Dalam jangka waktu panjang, tem pat-tem pat yang m em punyai kecirikhasan yang istim ewa dan jelas, akan lebih cepat berkem bang secara ekonom is daripada tem pat-tem pat yang tidak m em punyai kecirikhasan yang dem ikian. J adi setiap tem pat wajib m engenali keistim ewaan khas m ereka m asingm asing dan m engem bangkan keistim ewaan yang khas itu, atau m engam bil risiko bahwa m ereka akan m enjadi tem pat yang datar-datar saja dan tidak ada sesuatu yang spesial untuk siapapun […] Tem pat yang enak didiam i sebab m em punyai kecirikhasan bukan suatu kem ewahan untuk kelas m enengah saja, tapi suatu keharusan dasar ekonom i.”9

bacaan-indo.blogspot.com

Maka akhirnya, semua bergantung pada kebijakan bupati dan bisikan leluhur. Purworejo akan tetap m en jadi tem pat yang datar-datar saja atau tanpa keistim ewaan apapun; atau sebalikn ya, keistim ewaan dari segi sejarah yan g jelas-jelas dim iliki oleh Purworejo dim anfaatkan sem aksim al m ungkin. Semua demi masa depan Purworejo—W ekasan W allahualam ! Kesempatan emas hanya muncul satu kali dalam hidup!

Catatan Akhir

1.

bacaan-indo.blogspot.com

2.

LOr 2163 LXIII (Babad Kedung Kebo) 33. Di Bagelen sudah diatur sehingga tertata / diperiksa dengan seksam a / m erata sem ua ditata / [yaitu] penataan jalan-jalan / [...]. / / 34. Nam a bupati sudah diatur dengan seksam a / Bupati Purworejo inilah / yang dijadikan, pem im pin para bupati / Bupati [Purworejo] yang nom or satu / [...]. Kabupaten Sedayu terletak di wilayah paling barat Keresidenan Bagelen di perbatasan Banyum as. Dulu terkenal sebagai Rem o (Rém a), distrik di m ana Diponegoro pernah bersem bunyi selam a dua bulan terakhir (akhir Desem ber 1829-9 Februari 1830 ) dari Perang J awa, areal terpencil ini adalah tanah lungguh keluarga Danurejan (Yudonegaran) yang banyak berjasa sebagai Patih Kesultanan (1755-1813/ 1847-1944). Pasca-Perang, Rem o berubah nam a dua kali m enjadi Sedayu lantas Karanganyar dengan Raden Tum enggung J oyodiningrat (m enjabat 1832-1864), anak Pangeran Mertosono (Murdaningrat, wakil-Dalem HB V) dari Yogya (sekitar 1774-1826), sebagai bupati perdana. J oyodiningrat adalah sejarawan pribum i pertam a dari Perang J awa dan pernah m enulis naskah, Schetsen over den Oorlog op Java, 1825-1830 [Sketsa tentang Perang di (Pulau) J awa, 1825-1830 ] dalam Bahasa

228

Sisi Lain Diponegoro

Melayu (Naskah ML97 di PerpusNas, J akarta) (1855-57), dengan 3.

kerja sam a sejarawan Belanda, J an Hagem an J cz (1817-1871). ANRI, Bagelen 5/ 10 , Laporan P.H. van Lawick van Pabst, Sem arang, 20 April 1831 no.996: “Untuk petinggi yang cakap dengan kepantasan yang dibutuhkan sayang sekali tidak terdapat di Bagelen dan tidak ada satupun pejabat senior yang m em iliki sem ua talenta [begaafheden] dalam diri-sendiri.” [“In fatsoenlijke hoofden die hij goedgekom end bijzonder geschiktheid voorvan [?] het is in Bagelen een ongelukkig treft w aar daar niet eene enkelde aan w elke die door denen begaafheden in zich vereenigt.”]

4.

ANRI, Bagelen 5/ 10 , Laporan P.H. van Lawick van Pabst, Sem arang, 20 April 1831 no.996: “Bahwa belum terlalu dini atau terlalu tepat untuk diketahui bahwa seorang petinggi yang cakap dan berjasa sudah dipertugaskan kepada Residen [Bagelen], seorang yang bisa m enjadi tuladan bagi para bupati dan pejabat rendahan, dan juga bisa m enerangkan kepada rakyat kebanyakan tentang kewajiban m ereka m asing-m asing [kepada Pem erintah Kolonial]. Seorang yang bisa ditunjukkan Residen […] untuk m em buat turné dan m engam bil data dari rakyat untuk [m enjam in] suatu sistem adm inistrasi yang teratur [geregeelde regeering].” [“Dat m an nim m er te vroeg of te juist zoude hebben w eten, dat aan den Resident een bekw aam en verdienstelijk hoofd behoord te w orden toegevoegd, die zooveel activiteit als goede houding, de regenten en m indere hoofden tot voorbeeld sterkte, w aaruit m en m ocht verw achten dat dezes zich zoude toeleggen op de vervolking hunner pligten w elke person door den Resident tot onderscheiden […] rondekunnen w orden gebezigd, w at ook tot het opnam e derzelfde bevolking aan een geregelde regeering […]”].

bacaan-indo.blogspot.com

5.

30 kilom eter dari jalan dari Purworejo ke perbatasan Keresidenan Kedu adalah jalan baru, dan dua belas kilom eter di Kedu m enuju Magelang m enggunakan jalan yang sudah ada tapi harus diperlebar.

Epilog

6.

7.

bacaan-indo.blogspot.com

8.

Pada dasawarsa 1840 -an kom andan dari Batalyon Keem pat Tentara Hindia Belanda (KNIL), yang ditugaskan di Purworejo sejak 1836, m engam bil inisiatif untuk m endirikan sebuah akadem i m iliter di Purworejo. Pada awalnya sekolah yang ditem patkan di tangsi m iliter Belanda di Kedung Kebo bersifat sangat sem entara, tapi pada 1847 Pem erintah turun tangan dan sekolah taruna (Pupillenkorps) didirikan dengan 23 m urid. Sekolah bertahan di Kedung Kebo sam pai 1854 waktu gedung sekolah am bruk akibat hujan deras. Pada saat itu sekolah pindah ke Fort Cochius (sekarang Fort Van der Wijck) di Gom bong. Lihat Bosm a dan Raben 20 0 8:247. Lihat Ilhan Erda 20 15:2-17, yang m encatat nam a-nam a perwira KNIL dan TNI terkem uka sebagai berikut: (1) J enderal Urip Sum oharjo (1893-1948); (2) J enderal Ahm ad Yani (1922-1965); (3) J enderal Pranoto Reksosam odra (1923-1992); (4) J enderal Sarwo Edhie Wibowo (1925-1989); (5) Kolonel Soewandi (lahir 1925); (6) Mayor J enderal Suwarno Adiwijoyo (lahir 1944); J enderal Endriartono Sutarto (lahir 1947) dan J enderal Slam et Kirbiantoro (lahir 1948). Pada m asa selanjutnya, Stasiun Purworejo sem pat ditutup selam a tiga kali; (1) pada ujung m asa kependudukan J epang (19421945); (2) pada sekitar tahun 1952-1955, dan kem bali diaktifkan saat peralihan m enjadi Djawatan Kereta Api (DKA) pasca-1958; (3) pada tahun 1977 sam pai sekitar 1994. Pada m edio 1990 -an diaktifkan kem bali pada m asa kepem im pinan Drs H. Goernito (m enjabat 1990 -20 0 0 ), bupati Purworejo ke-em pat belas, dan Haryanto Dhanutirto, Menteri Perhubungan (m enjabat 19931998). Pada 20 10 , jalur kereta api antara Stasiun Kutoarjo– Stasiun Purworejo ditutup kem bali dikarenakan jalur tidak layak dilewati kereta api standar. Revitalisasi jalur Kutoarjo– Purworejo direncanakan dim ulai setelah m enunggu selesainya pekerjaan pergantian rel di jalur Butuh– Kutoarjo untuk digunakan di jalur Kutoarjo– Purworejo. Sayangnya, hingga kini belum ada tandatanda pengaktifan kem bali Stasiun Purworejo dan sekarang

229

230

Sisi Lain Diponegoro

stasiun ini m enjadi sem acam m useum kecil. Sebagai Cagar

bacaan-indo.blogspot.com

9.

Budaya yang perlu dilestarikan, pada tahun 20 12 bangunan stasiun dikonservasi oleh Unit Pelestarian Benda dan Bangunan PT KAI (Persero). Lengkong Ginaris 20 16. “Over the long term , places w ith strong, distinctive identities are m ore likely to prosper than places w ithout them . Every place m ust identify its strongest and m ost distinctive features and develop them , or run the risk of being all things to all persons and nothing special to any […] Liveability is not a m iddle-class luxury . It is an econom ic im perative.”

DAFTAR PUSTAKA

M a n u s k r ip

A. BAHASA J awa

bacaan-indo.blogspot.com

Babad Diponegoro. LOr 6547a-d. Salinan otobiograi asli yang ditulis atas perin tah Dipon egoro di Man ado pada 18 31-18 32. Salin an ini mungkin dibuat pada 1880 -an untuk Professor G.A.J . Hazeu (Ad v iseu r v oor In la n d sch Za k en [Pen asih at u n tu k Ur u san Pribumi, menjabat 190 4-1912, 1916-1920 ]). Empat jilid. 40 8 hlm., 40 1 hlm., 372 hlm., 429 hlm., 43 kanto. Babad Kedung Kebo. LOr 2163. Naskah mulai ditulis pada 12 Sawal 1770 Saka (14 Novem ber 18 42 M) dan diselesaikan pada 1771 Saka (1843 M), 623 hlm., 50 kanto. Ditulis di Pur worejo (Bagelen) atas perintah Raden Adipati Cokronegoro I, Bupati Purworejo (m en jabat 18 31-18 56 ) d en gan ban t u an kom an d an t en t ar a Diponegoro, Basah Kerto Pengalasan. Ba ba d Ked u n g Kebo. KITLV Or 13. Ber tan ggal 29 J u m ad ilakir 1795 Saka (7 Novem ber 18 66). 20 0 folio, 18 kan to. Disalin di Semarang oleh Raden Panji J oyosuprojo. Versi tak lengkap Babad

232

Sisi Lain Diponegoro

Kedung Kebo yang ditulis di Purworejo (Bagelen) atas perintah Cokronegoro I (lihat di atas). Babad Ngay ogy akarta. Vol. I-III. Museum Sonobudoyo (Yogyakarta) MS A. 135, A. 136, A. 144. Salinan bertanggal 1833 Saka (190 3 M), 1834 Saka (190 4 M), 1836 Saka (190 6 M). 40 7 hlm., 336 hlm., 460 hlm., 10 0 kanto, 73 kanto, 76 kanto. Aslinya ditulis di Yogyakar ta oleh Pangeran Suryonegoro dan Raden Adipati Danurejo V (menjabat 1847-1879), dan diselesaikan pada 180 5 Saka (1876 M).

B. BAHASA Melayu

bacaan-indo.blogspot.com

Historischer Überblick über die Ereignisse in der Provinz Baglan auf Java w ahrend der Am btsführung der Residenten Jhhr. I.G.O.S. von Schm idt auf Altenstadt, R. de Filiotaz [Fillietaz] Bousquet und A.W . Kinder de Cam arecq w ahrend der Jahre (1831-1856), bearbeitet von Raden Adi Pati Tjokro N egoro, Regent von Purw oredjo in Baglen. Besuch des Herzogs Bernhard von Sachsen W eim ar in Baglen. Berlin Staatsbibliothek, MS or fol. 568, 181 hlm. Buku harian yang ditulis di Purworejo (Bagelen) oleh Raden Adipati Cokronegoro I (m en jabat 18 31-18 56) dan dipersem bahkan kepada Adipati Bernhard von Sachsen Weimar, panglima tentara Hindia Belanda, 1850 -1854, di Bagelen. J ayadiningrat 1855-1857 Schetsen over den oorlog van Java, 1825-1830 , opgesteld door den Bopatti [sic] van Karang Anjar Raden Adipatti Aria Djaja Diningrat, 1855-1857 Sketsa-sketsa m en gen ai Peran g J awa, 18 25-18 30 , yan g dibuat oleh Bu p ati Kar an gan yar [Ban yu m as], Rad en Ad ip ati Ar io J ayadin in grat], ML 97 (Perpustakaan Nasion al RI), 114 hlm . Dit u lis d i Ka r a n ga n ya r (Ba n yu m a s) oleh Ra d en Ad ip a t i J oyod in in gr at, Bu p ati Kar an gan yar (m en jabat 18 32-18 63). Diselesaikan pada 2 Februari 18 57. Teks dikom entari oleh J an Hageman J cz (1817-1871) dalam bahasa Belanda.

Daftar Pustaka

Su m b e r Te r b it a n Agung Pranoto 20 15 “Budaya Purworejo”, 16 Maret, h ttp:/ / budayapurworejo.blogspot. co.id/ 20 15/ 0 3/ sejarah-hks-hoogere-kweekschool.htm l, diun duh 12 April 20 17. Ahmad Nas Imam 20 15 “Kakek Buyut BJ H abibie, R Ng Tjitrowardojo, Dokter Kelah iran Baledono”, Sorot Purw orejo, 13 April 20 15 http:/ / www.sorotpurworejo. com/ berita-purworejo-946-kakek-buyut-bj-habibie-r-ng-tjitrowardojodokter-kelahiran-baledono.html, diunduh 12 April 20 17. Anderson, Benedict R.O’G. 1965 My thology and the Tolerance of the Javanese [Mitologi dan Toleransi Orang J awa], Monograph Series, Modern Indonesia Project, Southeast Asia Program [Seri Monograf, Proyek Indonesia Modern, Program Asia Tenggara]. Ithaca: Modern Indonesia Project. 1972 “Th e Id ea of Power in J avan ese Cu ltu r e” [“Pan d an gan ten tan g Kekuasaan dalam Kebudayaan J awa”], dalam Claire H olt (pen y.), Culture and Politics in Indonesia [Kebudayaan dan Politik di Indonesia] (Ithaca: Cornell University Press), hlm. 39-43.

bacaan-indo.blogspot.com

Aukes, H.F. 1935 H et Legioen v an M an gk oe N agoro [Legiun Man gkun egaran n ya]. Bandung: Nix & Co. Babcock, T.G. 1989 Kam pung Jaw a Tondano; Religion and Cultural Identity [Kampung J awa Ton dan o; Agam a dan Iden titas Budaya]. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

233

234

Sisi Lain Diponegoro

Behrend, T.E. 1990 Ka t a log I n d u k N a sk a h -n a sk a h N u sa n t a r a , J ilid I . M u seu m Sonobudoy o, Yogy akarta. J akarta: Penerbit J ambatan. Berg, C.C. 1957 “Keraton-Bouw in de Wildernis” [“Pem bangunan keraton di tengahtengah hutan”], Indonesiё 10 :50 6 -532. Booms, A.S.H. 1911 Eenige bladzijden uit de N ederlandsch-Indische krijgsgeschiedenis, 1820 -1840 , uit de “m em oires” van F.C. Gilly de Montela [Beberapa halaman dari sejarah peperangan di Hindia Belanda, dari 1820 -1840 , diangkat dari “memoar” F.C. Gilly Montela]. Amsterdam: Engelhard & Van Embden. Bosma, Ulbe dan Remco Raben 20 0 8 Being “Dutch” in the Indies; A History of Creolisation and Em pire, 150 0 -1920 . [Menjadi Belanda di Hindia; Sejarah dari Proses Kreolisasi dan Kerajaan Kolonial] Singapore: NUS Press.

bacaan-indo.blogspot.com

Brumund J .F.G. 1853-1854 “Bezoek in de vervallen dalem van Diponegoro te Tegal Redjo” [“Sebuah kun jun gan ke puin g-puin g dalem n ya Dipon egor o di Tegalr ejo”], Indiana (Amsterdam) 2:181-197. Carey, Peter 1974a The Cultural Ecology of Early N ineteenth Century Java; Pangeran Dipanagara, A Case Study [Ekologi Kebudayaan J awa Awal ke-19; Pangeran Diponegoro, Suatu Kajian Kasus]. Singapore: Institute of Southeast Asian Studies [Occasional Paper 24.]

Daftar Pustaka

1974b “J avan ese H istor ies of Dipan agar a: Th e Bu ku Kedu n g Kebo, its Au th or sh ip an d H istor ical Im por tan ce,” [“Sejar ah -sejar ah J awa mengenai Diponegoro: Babad Kedung Kebo, Penulisnya serta Makna Pentingnya dalam Sejarah”], BKI 130 .2/ 3:259-88. 1981 Babad Dipan agara. An Accoun t of the Outbreak of the Jav a W ar (1825-1830 ). The Surakarta version of the Babad Dipanagara w ith translations into English and Indonesian Malay . [Babad Diponegoro. Sebuah Ceritera m en gen ai m eletusn ya Peran g J awa (18 25-18 30 ). Versi Surakarta dari Babad Dipon egoro den gan terjem ahan dalam bahasa Inggris dan Melayu Indonesia.] Kuala Lum pur: Art Printers [Monograph no. 9 of the Malaysian Branch of the Royal Asiatic Society]. 1992 The British in Java, 1811-1816; A Javanese Account [Inggris di J awa, 1811-1816; Suatu Kisah J awa]. Oxford: Oxford University Press untuk The British Academy. 20 12 Kuasa Ram alan; Pangeran Diponegoro dan Akhir Tatanan Lam a di Jaw a, 1785-1855. J akarta: KPG. 3 jilid.

bacaan-indo.blogspot.com

20 13 Daendels and the Sacred Space of Java, 180 8-1811; Political Relations, Uniform s and the Postw eg [Daendels dan Ruang Suci J awa, 180 8-1811; Hubungan Politik, Seragam, dan J alan Raya Pos]. Nijmegen: Vantilt. Dahm, Bernhard 1969 Sukarno and the Struggle for Indonesian Independence [Sukarno dan Perjuangan Kemerdekaan Indonesia]. Ithaca, N.Y: Cornell University Press.

235

236

Sisi Lain Diponegoro

1971 History of Indonesia in the Tw entieth Century [Sejarah Indonesia Abad XX]. London: Pall Mall. Danusubroto, Atas S. 20 0 8 R AA Cok ron egoro I (18 31-18 57). Pen diri Kabupaten Purw orejo. Yogyakarta: PT Gradasi. Djamhari, Saleh As’ad 20 0 3 Str a teg i M en jin a k k a n Dip on eg or o; Stelsel Ben ten g 18 27-18 30 . J akarta: Yayasan Komunitas Bambu. Dumont, F.C.H. 1917 Aardrijkskundig W oordenboek van N ederlands Oost-Indië [Kam us Nama-nama Tempat dari Hindia Belanda Timur]. Rotterdam: Nigh & Van Ditmar. Dwidjosoegondo, R.W. dan R.S. Adisoetrisno 1941 Serat dharah inggih “seseboetan Radèn” m aw i ngéw rat sujarahipun para nata Jaw i saw ataw is para w ali [Serat (silsilah) berdarah (biru) dari yang disebut “Raden” serta sejarah para raja J awa dan para wali]. Kediri: Tan Khoen Swie.

bacaan-indo.blogspot.com

Eka Prilianto dan Dwi Royanto 20 15 “Basahan, Kisah Kampung yang hilang di Semarang”, Viva New s, 25 Februari. http:/ / nasional.news.viva.co.id/ news/ read/ 594148-basahankisah-kampung-yang-hilang-di-semarang/ diunduh 7 Maret 20 17. Fathurahman, Oman 20 16 Shattariy ah Silsilah in Aceh, Java, and the Lanao Area of Mindanao [Silsilah Shattariyah di Aceh, J awa, dan Daerah Lanao di Mindanao]. Tokyo: Research In stitute for Lan guages an d Cultures of Asia an d Africa, Tokyo University of Foreign Studies.

Daftar Pustaka

Florida, Nancy K. 1993 Javanese Literature in Surakarta Manuscripts Vol 1: Introduction and Manuscripts of the Karaton Surakarta [Sastra J awa dalam Naskah Surakarta, J ilid 1: Pengantar dan Naskah Keraton Surakarta]. New York: South East Asia Program (SEAP) Cornell University, Ithaca. Forrester, G. 1971 “The J ava War: Som e J avan ese Aspects” [“Peran g J awa: Sejum lah Aspek J awa”], Skripsi S2 yang belum diterbitkan, Universitas Nasional Australia, Canberra, ACT. Gericke, J .F.C. dan T. Roorda 1886 Jav aan sch-N ederduitsch H an dw oorden boek [Kam us Saku J awaBelanda]. Amsterdam: J ohannnes Mueller. Gill, Ronal G. 1990 De Indische Stad op Java en Madoera [Kota Indische di Jaw a dan Madura]. Delft: TH Delft. Girardet, Nikolaus 1983 Descriptive Catalogue of the Javanese Manuscripts and Printed Books in the Main Libraries of Surakarta and Yogy akarta [Katalog Deskriptif Naskah J awa dan Buku J awa yang Telah Terbit di Perpustakaan Utama di Surakarta dan Yogyakarta]. Wiesbaden: Frans Steiner Verlag.

bacaan-indo.blogspot.com

Hageman, J . J cz. 1856 Geschieden is v an den Oorlog op Jav a v an 18 25 tot 18 30 [Sejarah Peperangan yang Terjadi di J awa dari 18 25 sam pai 18 30 ]. Batavia: Lange. Hardjowirogo 1965 Sedjarah W ajang Purw a. J akarta: Balai Pustaka.

237

238

Sisi Lain Diponegoro

Hoffman, J ohn 1979 “A Foreign Investment; Indies Malay to 190 1” [“Suatu Investasi Asing; Bahasa Melayu Hindia Belanda sampai 190 1”], Indonesia 27:65-92. Ilhan Erda 20 15 Mutiara dari Bagelen; 10 0 1 Kisah dan Biodata Singkat Putra Bagelen y ang Berjay a di Bidangny a. Purworejo: Karray Medio. J ordaan, Roy 20 16 “Nicolaus En gelh ar d an d Th om as Stam for d Raffles; Br eth r en in J avan ese An tiquities” [“Nicolaus En gelhard dan Thom as Stam ford Rafles: Saudara dalam barang-barang zaman kuno Jawa”], Indonesia, 10 1 (April), hlm.39-66. J ohns, A.H. 1961 “Suism as a Category in Indonesian Literature and History” [“Suisme sebagai Suatu Kategori dalam Kesusasteraan dan Sejarah Indonesia”], JSEAH 2.2 (J uli):10 -23.

bacaan-indo.blogspot.com

J uynboll , H.H. 1914 “Catalogus der J avaansche, Balineesche en Madoereesche Handschriften van het Koninklijk Instituut voor de Taal-, Land- en Volkenkunde van Nederlan dsch-Indië” [“Katalog Naskah J awa, Bali dan Madura Lembaga Kerajaan Belanda untuk Bahasa, Antropologi dan Etnograi dari Hindia Belanda”], BKI 69:386-418. Koninklijk Bataviaasch Genootschap 1933 Jaarboek van het Koninklijk Bataviaasch Genootschap van Kunsten en W etenschappen [Buku Tahunan Kesenian dan Ilmu-Ilmu Pengetahuan Perhimpunan Kerajaan Batavia]. Bandung: Nix & Co. Lengkong Ginaris 20 16 “St asiu n Pu r wor ejo; Sekelu m it Kejayaan ”, h t t p :/ / jejakkolon ial. b logsp ot .co.id / 2 0 16 / 0 2 / st a siu n -p u r wor ejo-sekelu m it -keja ya a n . html?m=1, diunduh 8 April 20 16.

Daftar Pustaka

Lengkong Sanggar 20 16 “Men yelam i Kejayaan Pu r wor ejo, Kota Kecil d en gan Segu d an g Peninggalan Sejarah”, http:/ / jejakkolonial.blogspot.co.id/ 20 16/ 0 5/ m en y elam i-kejay aan -purw orejo-kota-kecil.htm l, diun duh 12 April 20 17. Louw, PJ .F. dan E.S de Klerck 1894-190 9 De J av a Oorlog v an 18 25-18 30 [Per an g J awa dar i 18 25-18 30 ]. ‘s-Gravenhage: Nijhoff dan Batavia: Landsdrukkerij. 6 jilid. Mangkoenagoro VII, K.G.P.A.A. 1933 “Over de Wajang-koelit (Poerwa) in het algem een en over de daarin voorkomende symbolische en mystieke elementen” [“Mengenai wayang kulit (Purwa) pada umumnya serta tentang unsur-unsur perlambangan dan mistik yang terdapat di dalamnya”], Djåw å 19:79-97. Mayer, L.Th. 1897 Een Blik in de Jav aan sche v olk slev en [Suatu Pan dan gan dalam Kehidupan J awa Rakyat pada Umumnya]. Leiden: E.J . Brill. McVey, Ruth 1967 “Tam an Siswa an d the In don esian Nation al Awaken in g” [“Tam an Siswa dan Kebangkitan Nasional Indonesia”], Indonesia 14 (October), hlm.128-49.

bacaan-indo.blogspot.com

Mudjanattistomo, Drs 1971 Katalogus M an usk rip Keraton Jogjak arta. J ogjakarta: Lem baga Bahasa Nasional. Musadad 20 0 2 “Arsitektur dan Fungsi Stasiun Kereta Api bagi Perkem bangan Kota Purworejo, Tahun 190 1-1930 .” Skripsi S2 yang tidak terbitkan, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

239

240

Sisi Lain Diponegoro

Oteng Suherman, HR 20 13 Kisah Bedug R ak sasa dan M asjid Agun g Purw orejo. Purworejo: Penerbit Pustaka Srirono (Seri Babad Bagelen). Pigeaud, Th.G.Th. 1938 Jav aan se v olksv erton in gen , bijdrage tot de beschrijv in g v an lan d en v olk [Ber m acam -m acam per tun jukan r akyat di J awa, sebuah su m b a n gan b agi p en ggam b ar an n eger i d an ban gsa]. Bat avia: Volkslectuur. 1967-1980 Literature of Java; Catalogue raisonné of Javanese m anuscripts in the library of the University of Leiden and other public collections in the Netherlands [Kesusasteraan J awa; Katalog Tafsiran naskah J awa yang tersimpan di Perpustakaan Universitas Leiden dan koleksi umum lain di Negeri Belanda]. Den Haag, Leiden: Nijhoff. Empat jilid. 1975 Javanese and Balinese Manuscripts and som e codices w ritten in related idiom s spoken in Java and Bali; Descriptive Catalogue [Naskahn askah J awa dan Bali dan beberapa m an uskrip lain yan g ditulis dalam corak khas yang terkait yang dipakai di J awa dan Bali; Sebuah Katalog Deskriptif]. Verzeichnis der orientalischen Handschriften in Deutschland Band 31. Wiesbaden: Steiner Verlag.

bacaan-indo.blogspot.com

Poerbatjaraka 1926 “Arjuna Wiwāha”, BKI 82:181-30 5. Poerwasoewignja R. dan R. Wirawangsa 1920 -1921 Jav aan sche bibliographie gegron d op de boekw erken in die taal, aan w ezig in de boek erij v an het Batav iaasch Gen ootschap v an Kunsten en W etenschappen / Pratélan kaw ontenaning Boekoe-boekoe basa Djaw i ingkang kasim pen w onten ing gedong Boekoe (Museum )

Daftar Pustaka

ing Pasim penan (Bibliotheek) [Bibliograi buku-buku bahasa Jawa yang tersim pan di Ruang Buku (Museum ) di Perpustakaan [“Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen”]. Batavia: Ruygrok & Co. 2 jilid. Praag, S. van 1947 Onrust op Java: de Jeugd van Diponegoro, een Historisch-literaire St u d ie [Ker u su h an d i Pu lau J awa: Masa Rem aja Dip on egor o, Suatu Kajian Sejar ah -kesusastr aan ]. Am ster dam : Neder lan dsch e Keurboekerij. Regeerings Alm anak 1866 R eg eer in g s-Alm a n a k v oor N ed er la n d sch-In d ië [Daftar Pejabat Pemerintah Hindia Belanda]. Batavia: Landsdrukkerij. Ricklefs, M.C. 1974a Jogjak arta un der Sultan M an gk ubum i 1749-1792 [Yogyakarta di bawah Sultan Mangkubum i, 1749-1792]. London: Oxford University Press. 1974b “Dip on egor o’s Ea r ly I n sp ir a t ion a l Exp er ien ce” [“Pen ga la m a n Inspirasional Diponegoro pada Masa Awal”], BKI 130 :227-58.

bacaan-indo.blogspot.com

20 0 6 M y stic Sy n thesis in J a v a ; A H istor y of Isla m iza tion fr om the fourteenth to the early nineteenth centuries [Sintesis Mistik di J awa; Sebuah Sejar ah ten tan g Islam isasi dar i Abad XIV sam pai XIX]. Eastbridge, Norwalk: Signature Books. Rinkes, D.A. 1911a “De Heiligen van J ava III: Sunan Geseng” [“Orang-orang Suci dari J awa III: Sunan Geseng”], TBG 53:269-30 0 .

241

242

Sisi Lain Diponegoro

1911b “De Heiligen van J ava IV: Ki Pandan Arang te Tembajat” [“Orang-orang Suci dari J awa IV: Ki Pandan Arang di Tembayat”], TBG 53:435-510 . 1912 “De Heiligen van J ava V: Pangeran Panggoeng, zijne honden en het wajangspel” [“Orang-orang Suci dari J awa V: Pangerang Panggoeng, anjing-anjingnya serta permainan wayang”], TBG 54:135-20 6. Roff, W.R. 1967 The Origins of Malay Nationalism [Asal-Usul Nasionalisme Melayu]. New Haven: Yale University Press. Roorda, T. 1860 “Verhaal van de oorspron g en het begin van de opstan d van DipåNĕgårå volgens een Javaansch Handschrift” [“Cerita tentang asal usul serta perm ulaan pem berontakan Diponegoro m enurut suatu tulisan tangan J awa”], BKI 13:137-227. Ronkel, Ph. S. van 190 9 Catalogus der M aleische H an dschriften in het M useum v an het Bataviaasch Genootschap van Kunsten en W etenschappen [Katalog n askah -n askah Melayu yan g ter d apat d i Per pu stakaan Mu seu m Perhim punan Batavia untuk Kesenian dan Ilm u-ilm u Pengetahuan], VBG 57.

bacaan-indo.blogspot.com

Rouffaer, G.P. 190 5 “Vor sten lan d en ” [“Tan ah Ker ajaan ”], En cy lop a ed ie v a n N ed er landsch-Indië 4:587– 653. Rusche, Albert H. (peny.) 190 8-190 9 B a b a d Dip on a g or o; S er a t B a b a d Dip a n a g a r a n k a r a n g a n ipun suw argi Kan gjen g Pan geran Ary a Dipan agara piy am bak; Ny ariosaken w iw it rem enipun dhateng agam i Islam tuw in dadosing

Daftar Pustaka

p r a n g a g en g n g a n t os d u m u g in ip u n k a k en d ha n g a k en d ha t en g Menadho [Babad Diponegoro; Serat Babad Dipanagaran yang ditulis alm arhum Pangeran Ario Diponegoro sendiri; yang m enceriterakan sejak dia senang m endalam i Agam a Islam dan terjadi perang besar sampai dia diasingkan ke Manado]. Soerakarta: A.H. Rusche. 2 jilid. Sedjarah R.M.T. Suranegara tt. [tanpa tanggal, sekitar 1969] [Silsilah keturunan-keturunan keluarga Cokronegoro yang sekarang tinggal di Purworejo]. Tanpa penerbit. “Sejarah Kristenisasi via Zending Protestan”, m.inilah.com, nasional. inilah.com/ read/ detail/ 21530 97/ sejarah-kristenisasi-via-zending-protestan+&cd=1&hl=en&ct=clnk&gl=id, diunduh 12 April 20 17. Selo Soemardjan 1962 Social Changes in Jogjakarta [Perubahan Sosial di Yogy akarta]. Ithaca: Cornell University Press. Soebardi 1971. “Santri-Religious Elements as Relected in the Book of Tjentini” [“Unsur Agamis Santri seperti yang dicerminkan di Buku Centhini”], BKI 127.3; 331-349.

bacaan-indo.blogspot.com

Soedjarah Raden Adipati Tjokronagoro I 1939 Soedjarah Raden Adipati Tjokronagoro I-Poerw oredjo-soho garw o putro [Sejarah Raden Adipati Cokronegoro I-Purworejo-beserta istri dan putranya]. Bandoeng, (Oktober 1939), tanpa penerbit. Soemarsaid Moertono 1968 State an d Statecraft in Old Jav a; A Study of the Later M ataram Period, 16 th to 19 th century [Negara dan Usaha Bina-Negara di J awa Masa Lam pau; Studi Tentang Masa Mataram II, Abad XVI Sam pai XIX]. Cornell University: Modern Indonesia Project Monograph Series, Southeast Asia Program.

243

244

Sisi Lain Diponegoro

Sukirman Dharmamulya 1980 Arsitektur Tradision al Daerah Istim ew a Yogy akarta. Yogyakarta: Kepel Press. Surjomihardjo 1986 Ki Hadjar Dew antara dan Tam an Sisw a dalam Sejarah Indonesia Modern. J akarta: Penerbit Sinar Harapan. Sutherland, Heather 1974 “Notes on J ava’s Regent Families. Part II” [“Catatan tentang Keluarga Bupati di J awa. Bagian II”], Indonesia 17 (April):1-42. Van Niel 1972 “Measurement of Change under the Cultivation System in J ava, 18371851” [“Pengukuran Perubahan di bawah Sistem Tanam Paksa di J awa, 1837-1851”], Indonesia 14 (October), hlm. 89-10 9. 1992 Java under the Cultivation Sy stem ; Collected W ritings. [J awa di bawah Sistem Tan am Paksa; Kum pulan Karan gan ], Leiden : KITLV Press. [Verhandelingen 150 .]

bacaan-indo.blogspot.com

Vreede, A.C. 1892 Catalogus v an de Jav aan sche en M adoereesche H an schriften der Leidsche Un iv ersiteit Bibliotheek [Katalogus tulisan -tulisan tan gan J awa dan Madura yang terdapat di Perpustakaan Universitas Leiden]. Leiden: Brill. Wardiman Djojonegoro 20 16 Sep an jan g Jalan Ken an gan ; Bek erja den gan Tiga Tok oh Besar Bangsa. J akarta: KPG. Walraven van Nes, C.W. 1844

Daftar Pustaka

“Verhandeling over de waarschijnlijke Oorzaken die aanleiding tot de onlusten van 1825 en de volgende jaren in de Vorstenlanden gegeven hebben” [“Pem bahasan m engenai kem ungkinan-kem ungkinan yang telah menjadi penyebab timbulnya kerusuhan-kerusuhan tahun 1825 serta tahun-tahun yang berikutnya di negara-negara kerajaan”], TNI 6:112-171. Werentz, C. 20 12 “Seja r a h Awa l P u r wor ejo”, h t t p : / / cw er en t z 1m och a .b log sp ot . co.id/ 20 12/ 12/ sejarah-aw al-kabupaten-purw orejo.htm l, diunduh 4 April 20 17.

bacaan-indo.blogspot.com

Winter, J .W. 190 2 “Beknopte beschrijving van het hof Soerakarta in 1824” [“Gambar an singkat mengenai istana Surakarta tahun 1824”] (G.P. Rouffaer peny.), BKI 54:15-172.

245

LAMPIRAN 1

SU RAT D ARI BASAH PEN GALASAN KEPAD A KOLON EL CLEEREN S (Koleksi Pribadi H.M. de Kock—Nationaal Archief,

bacaan-indo.blogspot.com

Den Haag—Berkas No. 210 ) SURAT berikut ini dikirim oleh Basah Ngabdullatip Kerto Pengalasan kepada Kolon el J an Baptist Cleeren s pada perten gahan Desem ber 1829. Ada dua alasan untuk m enyertakannya di sini. Pertam a, surat itu memberikan sejumlah kesan tentang tingkat kecakapan membaca dan menulis yang dimiliki oleh Pengalasan. Kesan ini penting artinya bila kita ingin menilai kontribusi sastrawi Basah pada Babad Kedung Kebo (1843). Kedua, surat itu memiliki nilai sejarah guna memastikan sejum lah kem un gkin an ren can a perdam aian di J awa yan g hen dak diperjuan gkan oleh Pan geran Dipon egoro m en jelan g berakh irn ya Perang J awa (1825-1830 ). Menarik juga bagaimana rencana-rencana itu telah diungkapkan oleh salah seorang panglim a m iliternya yang paling akrab (Basah). Surat ditulis di atas empat lembar kertas berukuran ‘crow n octavo’ (190 x 126 mm) yang diimpor dari pabrik swasta kertas Blauw & Brill

Lampiran 1

bacaan-indo.blogspot.com

di Koog-aan-de-Zaan, Belanda Utara (Noord-Holland), menggunakan tin ta warn a hitam serta ditulis den gan tulisan m irin g yan g sukar. Surat in i tidak terlihat jelas dan terkadan g susah dibaca. Pada kiri atas lem baran pertam a terdapat cap Basah Pengalasan dalam huruf Arab, bertulisan: ‘Pratandha Ngapdullatip Pengalasan ai’ala anhu (Sem oga Allah SWT m em aafkan n ya)’. Dalam pen erjem ah an yan g dilakukan, pembubuhan tanda baca dan pengejaan aksara J awa tetap dipertahankan sesuai aslinya, terkecuali huruf besar untuk nama-nama maupun gelar. Halaman-halaman surat asli ditunjukkan dengan strip ‘(-/ -)’. Te k s As li Serat saha ingkang tabé akathah-kathah Rahadèn Ngapdulla tip Basah Pengalasan say agi katur ing Kanjeng Tuw an Kurnel Keleres, sah ing kady a sapunika aw iy osipun, Tuw an Kurnèl am undhut priksa dhum ateng ing kula m enggah ingkang dados kersanipun Kanjeng Solta[n] Jaw i, saha aw it ingkang rum iy in, m ila sum ediy a m angun luhuripun agam i Islam ing tanah Jaw i seday a, saupam i ny anggiy a perangipun kalay an bongsa Kum peni, kresanipun Kanjeng Soltan Jaw i kaw an prekaw is [lan] bongsa Kum peni dipun dikaken m ilih salah satunggil. Ingkang rum iy in bilih bongsa Kum peni teksih rem en dados prajurit, tedhènipun lulus ingkang ageng-ageng baten éw ah kalenggahanipun dados pedhangipun ing agam i. Ingkang kaping kalih bilih bon gsa Kum pen i teksih kraos w on ten in g tan ah Jaw i, ananging rem en m erdika m erdagang kim aw on, dipun panci sabin saleksa, saw ernènipun Kum peni griy a ngalem pak dados satunggil w onten tanah ing Pasisir lèr seday a. Ingkang kaping tiga bilih bongsa Kum peni rem en m antuk dateng ing tanah negari W elandi, sam i-sam i anglanggen-/ -aken sedèrèkan kim aw on, rem en barang dandosanipun bon gsa Jaw i, p in ten regen ip un k an g m uk ak at Kum p en i in ggih angey atrani, utaw i bongsa Kum peni rem en sabin tanah Jaw i, pinten m ukakatipun inggih am ajegi. Ingkang kaping sekaw an bilih bongsa Kum pen i rem en m an gsuk Agam i R asul, tedha k alen ggahan ipun baten èw ah m alah w éw ah, sam angsan-m angsanipun Tuw an Besar

247

248

Sisi Lain Diponegoro

bacaan-indo.blogspot.com

kepanggih kalay an Soltan Jaw i, hurm at taklim saha bilih reraosan Sultan Jaw i kaliy an kula, utaw i-utaw i dateng Basah-Basah seday a, m enggah pengunggungipun dateng bongsa Kum peni sanget gènipun éram , ingkang dipun éram aken inggih sebarang kim aw on, saha aw it tem en-tem en kendèl teteg terengginas tanggen keras kebat cukat, andhap asor batin inggil, berbudi berdony a m anah tetep leres, lem bat agal alus sam pun kinaw ruw an seday a, dipun upam èkaken prajurit luw ih, sinelir déning Allahu Tangala, punika Tuw an angsring kerep dipun érang-érangaken dateng ingkang abdi-abdi seday a. S a h a k u la sa m p éy a n d ik a k en n g in t en -in t en m en g -/ -g a h k er sa n ip u n sa p u n ik a , sa w eg d u g i-d u g i k u la p iy a m ba k , bilih serat k ula sam pun dhum aten g pan ggèn an ipun R ahaden Dipati, saupam i saren gan kalay an seratipun Basah Praw irodirjo, kados Soltan Jaw i ragi gum ujeng sakedhik, ingkang m aw i kula kaliy an Basah Praw irodirjo dipun w estani rebat-ducung pados pekandelan sed a y a n ip u n , sa h a bilih ba t en k esa r en g a n ser a t ip u n Ba sa h Praw irodirjo, saw eg larasipun kula dipun dukani sakedap, inggih m aw i n edha k èn delip un p eran g, Kan gjen g Tuw an Besar baten p a r en g , a n a n g in g k in t en k u la la jen g d ip u n r em ba g sa y ek tos, lep atip u n u tu sa n in g g ih m a n g su li sera t, d ad os u tu san d ad osa m angsuli serat, m enggah ijè[n]anipun Tuw an, saw eg pendugi kula piy am bak, sanèsipun ing agam i, kados m undhut tanah siti Sala Yoja, gejaw i tanah siti ingkang gebaw ah Gupernem èn, saha patrap keraton kinten kula, baten purun kajungjung utaw i kaprintah ing Kangjeng Tuw an Gupern em èn , an jaw èn ipun sam i-sam i supek et tetan ggan sedérèkan, um pam anipun laré jothakan w aw oh baten m rintah baten dipun prin tah, w o[n ]dén in g tatan ipun m an gun luhuripun agam i pun ik a Tuw an , an jaw èn ipun Kum pen i, aw it saw ren èn ipun laré ngakilbalèg sapenginggil, sam i dipun perdi ngrankep kala jaw ènipun kala punika nicil sam butan, saupam i siti tanah Rèm a w onten ra/ -jan ipun bilih purun an glam pahi sem bay an , utaw i purun m erdi paw ong-rencangipun saged sem bay ang seday a, inggih lulus gènipun n am a raja w au, baten w on ten kaw is-kaw isipun pun apa-pun apa,

Lampiran 1

sem angsanipun baten purun anglam pahi sem bay ang inggih dipun salini, saupam i baten purun dipun salini pesthi dipun gitik perang. Saha pan dugi k ula Tuw an , Soltan Jaw i pun ik a bilih baten gedugèn, angsalipun niy at kajat m angun agam i, kinten kula dipun lam pu kondur dateng Rahm atollah, ingkang punika Tuw an lepat kula ingkang agung m aklum sam péy an. Sinerat ing m alem akat ping lim alas ing w ulan Jum adèlakir, ing taun Jim aw al angkaning w arsa, 1 7 5 7

Te r je m a h a n *1

bacaan-indo.blogspot.com

Surat ini datang kepada Yang Mulia Kolonel Cleerens, dengan disertai ban yak h or m at d ar i Rad en Ngabd u llatip Ali Basah Pen galasan . Setelah m en yam p aikan p en gh or m atan -p en gh or m atan itu , m aka alasan pengiriman surat ini adalah oleh karena Kolonel menanyakan kepada saya tentang tujuan-tujuan serta cita-cita yang dikandung oleh Sultan J awa [Diponegoro]. Dari sem enjak yang paling awal sekali ia berkeinginan untuk m em ulihkan kem bali derajat yang begitu tinggi yan g telah dim iliki oleh Agam a Islam di seluruh areal tan ah J awa. Seandainya ia m enghentikan 1 perang yang dilancarkannya terhadap ban gsa Belan d a, m aka Su ltan J awa itu akan m em p er ken an kan dilaksanakannya empat syarat dan orang-orang Belanda diminta untuk memilih satu dari keempat syarat yang diajukan itu. Pertama-tama, jika orang-orang Belanda masih tetap ber keinginan untuk menjadi prajurit, maka bayaran yang mereka terima tidak akan mengalami sesuatu perubahan, orang-orang yang berkedudukan tinggi tidak akan mengalami perubahan di dalam kedudukan mereka, untuk menjadi pedang di dalam agama.2

* Terjemahan ini bukanlah terjemahan hariah, melainkan lebih sebagai ringkasan dari isi yang terkandung dalam surat Basah Ngabdullatip Kerto Pengalasan. Gaya percakapan yang digunakan oleh Pengalasan tidak memungkinkan untuk dilakukan penerjemahan terinci secara langsung.

249

250

Sisi Lain Diponegoro

Kedua, kalau orang-orang Belanda m asih tetap m erasa senang

bacaan-indo.blogspot.com

un tuk ter us tin ggal di J awa, tetapi ber kein gin an un tuk m en jadi oran g sipil serta berdagan g, m aka kepada m ereka akan dibagikan sebanyak sepuluh ribu 3 tanah-tanah persawahan [serta] semua tempat tinggal orang-orang Belanda yang beraneka ragam tersebut haruslah ditem patkan pada sebuah wilayah yaitu m er eka sem uan ya akan ditempatkan di daerah Pantai Utara.4 Ketiga, kalau orang-orang Belanda itu berkeinginan untuk kembali pulang ke negeri Belanda, m aka untuk m asa-m asa selanjutnya kam i senantiasa akan menjadi seperti bersaudara satu sama lainnya, [serta jika] m en gin gin kan sesuatu hasil bum i dari Pulau J awa in i, m aka sesungguhnya orang-orang Belanda tersebut harus membelinya dengan harga yang sesuai atau kalau orang-orang Belanda itu ingin bertanam padi di J awa, maka mereka pun haruslah menyewa tanah dengan harga sewa yang tepat. Keem pat, jika orang-orang Belanda itu berkeinginan m em eluk agam a yan g ben ar in i, m aka m ata pen cah arian serta kedudukan m ereka tidaklah akan diubah, bahkan akan diperkem bangkan serta ditingkatkan. Setiap saat, jika Tuan Besar 5 bertemu dengan Sultan J awa, maka Sultan J awa akan memberikan penghormatan yang sedalam-dalamnya kepadanya dan tatkala Sultan J awa itu berbicara dengan saya, atau berbicara kepada semua para Basahnya 6 di mana ia memuliakan orangorang Belanda, m aka ia selalu m engungkapkan kekagum annya yang tertinggi terhadap m ereka. Ia terkesan oleh berm acam -m acam hal, oleh karena mereka jujur, berani, gagah, cerdik, dapat dipercayai dan dian dalkan giat [serta] gesit dan cepat. Mereka m eren dahkan diri m ereka, [tetapi] m ereka m em punyai jiwa dan sem angat yang m ulia; mereka bersifat dermawan dalam masalah-masalah kebendaan [dan] hati m ereka selalu jujur; yan g in dah, yan g kasar dan yan g halus, m ereka m en getah ui ten tan g h al-hal itu sem ua. Den gan dem ikian mereka dapatlah diperbandingkan dengan prajurit-prajurit yang paling hebat, oran g-oran g pilihan Allah SWT. Dalam hal in i, Tuan , An da

bacaan-indo.blogspot.com

Lampiran 1

kerapkali telah ditampilkan sebagai contoh peringatan kepada semua pengikutnya. Tu an t elah m em in t a p en d ap at saya m en gen ai kein gin an keinginannya [Diponegoro] dewasa ini: pandangan pribadi saya sendiri adalah bahwa jika surat yang saya kirimkan kepada Adipati7 sampai ke tangannya pada saat yang bersam aan dengan surat yang dikirim kan oleh [Ali] Basah Prawirodirjo [Sentot], m ungkin sekali Sultan J awa itu akan sedikit merasa geli oleh karena Basah Prawirodirjo dan saya dapat saja diperkirakan sebagai saling bersaingan untuk mendapatkan kepercayaannya. J ika surat saya itu tidak sam pai pada waktu yan g bersam a an dengan surat yang dikirim kan oleh Basah Prawirodirjo, maka hanya saya sajalah yang akan mendapatkan teguran dan celaan resm i, oleh karena saya telah berani m engajukan perm intaan untuk m enghentikan permusuhan yang sedang berlangsung ini [dan] Tuan Besar tidaklah memberikan persetujuannya. Tetapi saya kira, masalah tersebut ten tulah akan dibah as secara sun gguh-sun gguh. Ia akan mengirimkan seorang utusan 8 atau ia memang akan menjawab melalui sebuah surat. Sedangkan mengenai permintaan Anda, Tuan, hanyalah dalam pendapat serta pandangan saya saja, dengan mengesampingkan [p er soalan ] m en gen ai m asalah keagam aan , m u n gkin sekali ia [Diponegoro] akan bersedia m enerim a tanah-tanah yang terletak di Solo dan Yogya di luar tanah-tanah yang berada di bawah pengendalian serta pen guasaan Pem erin tah [H in dia] Belan da, [dan ] m en gen ai pengaturan keraton, dalam pendapat m aupun pandangan saya ialah bahwa ia tidak bersedia diangkat ataupun harus menerima perintah dari Pemerintahan Belanda, kecuali mereka [Diponegoro dan Pemerintahan H in dia Belan da] m en jadi sah abat, tetan gga, [serta] saudara yan g baik, persis seperti anak-anak yang sebelumnya tidak saling menegur dan sekarang telah kembali saling berbicara lagi. Mereka seharusnya tidaklah saling m em erintah dan m ereka seharusnya tidaklah saling diperintah. Bertalian dengan pengorganisasian untuk memulihkan kedudukan agam a yan g tin ggi, Tuan , terkecuali oran g-oran g Be lan da, un tuk memulainya, maka anak-anak laki-laki yang telah mencapai usia akil

251

252

Sisi Lain Diponegoro

balig atau yan g telah lebih tua sem uan ya haruslah diperin tahkan un tuk beribadah. Mereka yan g sudah cukup usian ya [dan ] belum lagi m elakukan kegiatan beribadah, haruslah diperintahkan m elipatgandakan [sem bahyang wajib] pada tiap kali, dalam istilah J awanya m ereka harus m elun asi utan g-utan g m ereka den gan cara m en cicil. Misaln ya, jika d i n eger i Rem o [Kar an gan yar ] ter d ap at seor an g p en gu asa yan g ber sed ia m en ger jakan sem bah yan g wajib ser t a memerintahkan para pengikutnya untuk juga bersembahyang, maka ia boleh tetap menjadi penguasa tanpa sesuatu halangan dan rintangan. [Tetapi] dalam keadaan ia tidak m am pu m elaksanakan sem bahyang [yang wajib] itu, m aka ia m em anglah akan digantikan, [atau] kalau ia tidak dapat diganti, pastilah ia akan diperangi. Menurut perkiraan saya sendiri, Tuan, ialah bahwa jikalau Sultan J awa itu tidak berhasil di dalam tekadnya untuk mengangkat martabat agama, maka saya yakin ia akan lebih senang untuk m eninggalkan dunia yang fana ini saja. Dalam masalah-masalah ini, Tuan, saya memohon maaf kepada Tuan atas segala kesalahan-kesalahan saya. Ditulis pada Sabtu malam, tanggal lima belas bulan J umadilakir, di dalam tahun J imawal [malam tanggal 12-13 Desember 1829], dengan angka [Anno J avanico/ Tahun J awa]:

bacaan-indo.blogspot.com

1

7

5

7

bacaan-indo.blogspot.com

Lampiran 1

(Halaman 253-256) Surat asli aksara Jawa Basah Ngadullatip Pengalasan kepada Kolonel Jan Baptist Cleerens, ditulis di Benteng Kedung Kebo, 12-13 Desember 1829, dari NA, Koleksi Pribadi H.M. de Kock no. 210. Foto seizin Nationaal Archief, Den Haag.

253

bacaan-indo.blogspot.com 254 Sisi Lain Diponegoro

bacaan-indo.blogspot.com

Lampiran 1

255

bacaan-indo.blogspot.com 256 Sisi Lain Diponegoro

Catatan Akhir

1. 2.

3.

bacaan-indo.blogspot.com

4.

Kata-kata J awa ‘ny anggiy a perangipun’ tam paknya m engandung arti ‘sum onggo’, saya m enyerahkan itu. Pada zam an Kartasura (1680 -1746), para penguasa kerajaan J awa m em anfaatkan pasukan VOC (Perserikatan Dagang Hindia Tim ur Belanda, 160 2-1799) untuk m enggem pur gerakan-gerakan subversif, seperti yang dilakukan oleh kelom pok Raden Kajoran (Panem bahan Rom o, sekitar 1620 -1679), ‘Agam a’ di sini tidaklah hanya berarti Agam a Islam saja, m elainkan tatanan ilahi (divine order) pada um um nya. Teks asli Jawa tidak menunjukkan areal yang spesiik seperti cacah, ‘rum ah tangga’ atau suatu ukuran lahan dan penduduk. Pasisir di sini dapat pula berarti daerah-daerah yang dikendalikan serta dikuasai oleh Pem erintah Hindia Belanda di luar yang terdapat di pantai utara J awa. Kita tahu dari penasihat agam a Arab Diponegoro, Hasan Munadi (Tuan Sarif Sam parwedi), panglim a resim en ‘agam is’ Barjum ungah, bahwa tanah-tanah di pantai utara (tanah ing Pasisir lèr seday a) yang dim aksud dalam surat Pengalasan sebagai perm ukim an Belanda (griy a ngalem pak dados satunggil) adalah Batavia dan Sem arang (Carey 20 12:781).

258

Sisi Lain Diponegoro

5.

6.

7.

bacaan-indo.blogspot.com

8.

Ini m erujuk pada J enderal Hendrik Merkus de Kock (1779-1845), yang dalam dokum en-dokum en J awa selalu dirujuk sebagai ‘Kanjeng Tuw an Besar’ (Yang Mulia Tuan Besar). Basah adalah gelar yang dipergunakan pada Perang J awa (1825-1830 ) untuk m enunjukkan panglim a tentara m edan atau pem im pin senior pasukan Pangeran Diponegoro. ‘Ali Basah’ (Pasha ‘tinggi’) diberikan kepada panglim a besar seperti ‘Ali Basah’ Sentot Prawirodirjo (sekitar 180 8-1855). Diam bil dari bahasa Turki Osmani ‘Paşa’, gelar ini dipakai oleh Kesultanan Turki Osm ani untuk pejabat tinggi m iliter dan sipil seperti gubernur, jenderal, dan m enteri. Diponegoro m engenal istilah ‘Pasha [Basah]’ ini dari para penasihat agam a seperti Haji Badarudin yang telah berkunjung beberapa kali ke haram ain (Mekah dan Madina) ketika kota-kota suci itu di bawah kekuasaan m iliter Turki Osm ani setelah dikuasai sekte fundam entalis, Wahhabhi (180 3-1812). Ini m erujuk pada patih (perdana m enteri) Pangeran Diponegoro, Raden Adipati Abdullah Danurejo (pra-1828 Raden Tum enggung Danukusum o II; pasca-1830 Raden Adipati Danuningrat), yang telah diangkat m enjadi patih oleh Diponegoro pada J anuari 1828, lihat Rusche 190 8-190 9, II:24. Naskah asli J awa seperti m engulang arti yang sam a sebanyak dua kali: ‘utusan’ m engandung m akna orang yang ditugaskan untuk m enyam paikan suatu pesan dari seseorang berkedudukan lebih tinggi kepada seseorang yang lebih rendah. Tulisan tersebut m ungkin sekali punya kaitan dengan datangnya kem bali utusanutusan Pengalasan yang pertam a pada tanggal 2 Desem ber 1829 tanpa m em bawa jawaban yang m em uaskan dari patih Diponegoro. Patih Diponegoro telah m em inta untuk diadakannya gencatan senjata selam a em pat belas hari, nam un perm intaan itu ditolak oleh De Kock, yang m em beri tahu bahwa tidak akan ada gencatan senjata sam pai Diponegoro, yang belum jelas rim banya, m enulis sendiri surat yang m enyatakan bahwa dia bersedia berunding. Ini latar belakang surat Pengalasan (Carey 20 12:782-83). Dan ini

Lampiran 1

bacaan-indo.blogspot.com

juga m ungkin m enjelaskan kalim at, “[saya] m endapatkan teguran serta celaan resm i, oleh karena saya telah berani m engajukan perm intaan untuk m enghentikan perm usuhan yang sedang berlangsung ini dan Tuan Besar [De Kock] tidak m em berikan persetujuannya.” Sem entara itu, utusan-utusan yang datang dari Sentot untuk Diponegoro, telah berhasil pula m enerobos dan kini sedang dalam perjalanan untuk m enem ukan Pangeran, lihat dK 49, Kolonel J .B. Cleerens (Gunungpersodo) kepada H.M. de Kock (Magelang), 5 Desem ber 1829, No. 241.

259

bacaan-indo.blogspot.com 260 Sisi Lain Diponegoro

bacaan-indo.blogspot.com

Lampiran 1

Pangeran Notoprojo, Pangeran Serang II, dan Pangeran Purwonegoro sedang membahas serangan mereka ke Demak pada akhir Agustus 1825. KITLV Or 13 (Babad Kedung Kebo, f. 187 r). Foto seizin Universiteitsbibliotheek Leiden.

261

LAMPIRAN 2

LAPORAN KOMIS ARIS U N TU K U RU S AN D AERAH KERAJ AAN 1 (Baron P.H. van Lawick van Pabst) Samarang, 20 April 1831, No. 996 (Kutipan dari laporan Van Pabst kepada GG Van den Bosch di ANRI Arsip Keresidenan Bagelen 5/ 10 ) Dat de Residentie Bagelen zal zijn verdeeld in vier Regentschappen (Besluit 18 December 1830 no.1):

bacaan-indo.blogspot.com

Bringkelan Semawoen[g] Oengaran Karang Doehoer Dit is, wat het getal behoeft, opgevolgd, dezelve zijn ook het van namen veran derd; teven s doordien t het bij on derzoek is gebleken dat de

1

Untuk terjemahan bahasa Indonesia dari bagian akhir laporan ini lihat halaman 200.

Lampiran 2

Hoofdplaatsen van die Regentschappen, behoorden te worden vastlegt en de n aam van een Regen tschap behoort te voren de n aam welke de hoofdplaats draagt, als om dat de Regen ten van de an dere twee Regentschappen hiertoe hunnen wensch hadden te kunnen gegeven en waarin ik bewilligd heb; alzoo hier niets tegen was en ik, door kan deze kleinigheid toe te staan genoegen konden geven. Ten gevolge van een en an der is Brin gkelan n aam der hoofdplaats van het regentschap veranderd in die van Poerwo-Redjo, het woord Bringkelan bevat in zich nimmer te kunnen gezaten tot hetgeen men wenscht. Het Regentschap Sem awoeng heeft den naam bekom en van Koetoardjo, die van Oengaran en Karang-Doehoer, zijn veranderd in die van Keboemen en Sedaijoe. De Residentie Bagelen is nu onderdeeld in: twee afdeelingen vier regentschappen achttien districten

bacaan-indo.blogspot.com

De eer st e afd eelin g is gen aam d Poer wo-Red jo, best aat u it d e Regentschappen: Poerwo-Redjo Koeto Ardjo en sorteerd onder het onmiddelijk gezag van den Assistent-Resident, welke nog staat benoemd te worden. Het Regentschap Poerwo-Redjo is onderdeeld in vijf districten m et namen: Poerwo-Redjo Loano Tjangkreb Djenar Wono-Rotto

263

bacaan-indo.blogspot.com

264

Sisi Lain Diponegoro

(Halaman 264-266) Laporan Van Pabst tentang urusan tanah yang diambil alih pasca-Perang Jawa oleh Pemerintah Hindia Belanda di Bagelen dan Banyumas. Arsip Keresidenan Bagelen 5/10, hlm. 1. Foto seizin ANRI.

bacaan-indo.blogspot.com

Lampiran 2

Arsip Keresidenan Bagelen 5/10, hlm. 2. Foto seizin ANRI.

265

bacaan-indo.blogspot.com

266

Sisi Lain Diponegoro

Arsip Keresidenan Bagelen 5/10, hlm. 3. Bagian teks putih menunjukkan sebutan pertama dalam laporan Van Pabst mengenai perubahan nama Brengkelan menjadi Purworejo untuk ibu kota kabupaten baru. Foto seizin ANRI.

INDEKS

bacaan-indo.blogspot.com

A Aceh 196 Adisuryo, Pangeran (Abdurrahim , adik DN) 32, 147 afdeling (wilayah adm inistratif) 154, 185, 20 1, 217 agam a tirtha (Bali) 33 Ageng, Ratu (istri sah HB I) 22, 38, 92, 93, 98, 164 Agung, Sultan (bertakhta 1613-1646) 21, 22, 23, 29, 30 , 41, 46, 47, 80 , 81, 82 Ali Basah gelar 35, 42, 249, 258 Al Quran 23, 38, 40 , 41, 164, 186 Am bal 20 9 Am pel (Boyolali) 144 Ansari, Syeh Ahm ad al- (J eddah) 40 , 96 Arabia 35 Arjuna 14, 15, 16, 17, 18, 20 , 21, 31, 60 , 66, 78, 87 Arjunaw ijay a, Serat 12, 14 Arjunawiwāha, Serat 12, 14, 16, 17, 18, 20 , 21

Arung Binang IV, Raden Tum enggung (Kebum en) 155, 189, 20 5 Athenaeum Bibliotheek (Deventer) 51, 116, 186 B Babad Diponegoro (Manado) (1832) 2, 7, 8, 14, 40 , 47, 58, 65, 71, 73 Babad Diponegoro Sury angalam 115, 179 Babad Kedung Kebo (Purworejo) (1843) 2, 3, 4, 6, 20 , 44, 45 Babad Keraton Surakarta 4, 34, 146 Babad Keraton Yogy akarta 5, 11, 14, 165 Babad Nitik 82 Badan Keam anan Rakyat (BKR) 220 Badarudin, Haji (Penghulu Purworejo) 96, 258 Bagelen, lihat juga Cokronegoro, Purworejo 3, 7, 8, 17, 28, 44, 47, 50 , 52, 53, 75 Baker, Kapten Godfrey Phipps 20 9 Baladewa, Prabu 186 Baledono 220

bacaan-indo.blogspot.com

268

Sisi Lain Diponegoro

Bandung 198, 211, 218, 220 , 222 Bantengwareng, punakawan 17, 32, 42 lihat juga Roto Banyum as 17, 33, 48, 99, 135, 143, 144, 149, 171, 184, 190 , 194, 199, 20 3, 20 8, 211, 221, 227, 232 Banyum eneng 31, 33, 87, 168 Banyuroto (Kulon Progo) 31 Banyuurip, Kecam atan (Purworejo) 143, 188, 212, 219 Bastian, Haji Agus (bupati Purwo rejo, 20 16-20 21) 197, 222, 225 Batavia (J akarta) 29, 37, 89, 96 Baud, J .C. 118 Bayan 219 Bayat, Sunan, lihat juga Tem bayat 29, 82 bekel (pem ungut pajak desa) 17 Belanda, bahasa 194, 218, 221, 232 Bendung Boro 213 Bendung Guntur 214 Bendung Kalisem o 214 Bendung Kedung Pucang 214 Bendung Penungkulan 214 Bener, Kecam atan 210 , 211, 214 Bener Krajan, Desa 211 Benteng Rotterdam (Makassar) 42, 80 besi kuning (aji-aji) 53 Bharatayuda, Perang 10 4, 148 Bhom a Kaw y a, Serat 14 Bim a Suci, lakon wayang 18 Bim a, Wrekudara 53 Binnenlands Bestuur 212 Blauw & Brill, kertas Belanda 246 Blitar I, Pangeran 163, 164 Blora 28, 20 4 Blora, Patih, lihat Suronegoro Boedi Oetom o (190 8-1935) 196, 218 Bogor 89, 96, 211 Bogowonto, Kali 118, 170 , 20 8, 20 9 Borobudur, Candi 89, 169, 225 Boro Wetan 20 1 Bosch, Gubernur J enderal J ohannes van den (m enjabat 1830 -1834) 75, 89, 199 Boyolali 50 , 144, 20 7 Bragolan 142, 143, 155, 156 Brengkelan (pasca-1831, Purworejo) 53, 75, 117, 118, 137, 154, 157, 180 , 185, 196, 199, 20 0 , 20 4 Brosot 20 8

Bubutan, Benteng (Bagelen) 170 Bum inoto, Pangeran 146 Buntu, Desa 211 Bustanul Ariin 223 C Cabolang, Serat 35, 36, 37, 63, 88, 10 7 Cahyono, Desa (Banyum as) 48, 99 Cangkrep, Kecam atan 188, 20 1 Céphas, Kassian (fotografer profesional perdana pribum i, 1845-1912) 223 Chevallier, P.F.H. (Asisten-Residen Yogya) 59, 60 Cikapundung, Sungai 198 Cikini, insiden teror (1958) 222 Cilacap 47, 215, 225 Cirebon 213 Cleerens, Kolonel J an Baptist (17851850 ) 124, 135, 150 , 20 6, 246 Cohen Stuart, A.B. 25, 71, 72, 92, 117 Cokrojoyo, lihat Cokronegoro I Cokronegaran, Keluarga 20 6, 222 Cokronegoro I, Raden Adipati Ario (1779-1862) 115, 117, 122, 157, 161, 177, 180 , 185, 196, 20 0 , 210 Cokronegoro II (putra Cokronegoro I) 122, 139, 157, 212, 213, 214 Cokronegoro III 212 Cokronegoro IV, Raden Adipati Ario Sugeng 157, 188, 196, 20 7, 214, 218, 219, 222 Cokrorejo, Tum enggung 170 Com m issaris ter regeling der vorstenlanden 199, lihat juga Lawick van Pabst D Daendels, J alan 20 8 Daendels, Marsekal H.W. 37 dalang istana (Yogya dan Solo) 13 Danurejan 77, 145, 227 Danurejo II, Raden Adipati (Patih Yogya, 1799-1811) 12, 145, 146 Danurejo IV, Raden Adipati (Patih Yogya, 1813-1847) 192 Danurejo V, Raden Adipati (Patih Yogya, 1847-1879) 76, 180 , 232 Danusubroto, Atas S. (sejarawan lokal) 20 7

Indeks

Dayeuh Kolot, Kecam atan Bandung 198 Dekso, Desa (m arkas DN di Kulon Progo) 168 Dem ak 11, 26, 27, 80 , 176, 193, 20 1, 261 Dem ak, Sultan 11, 26, 27 Den Haag 177, 181, 194, 20 4, 246 Depresi Besar ekonom i dunia (1930 1937) 217 Derx, H.G., Staatspoorw egen 215 Deventer 51, 54, 116, 148, 186 Dewan Gereja (Gereform eerde Kerken) 221 Dewi Sri 16, 99 Diponegoro, Pangeran (1785-1855) 114, 115, 117, 121, 130 , 134, 136, 142, 148, 150 , 151, 154, 159, 162, 169, 177, 179, 183, 192, 234 Diponegoro, Pangeran Muda (sekitar 180 3-pasca-Maret 1856) 115, 168, 169, 179, 185 Diponegoro, pasukan (selam a Perang J awa) 3, 44, 124, 168, 176, 192 Djojonegoro, Raden Abdoel Moettalip 219 Djojonegoro, Wardim an, lihat Wardim an Djojonegoro Dora W eca, lakon 78 Dorp, G.C.T. van (penerbit Sem arang) 114, 119, 132 Drewes, Prof. G.W.J . 35, 186 Durna, Pandita 52, 186 Duym aer van Twist, A.J . (gubernur-jenderal, 1851-1856) 54, 116 E

bacaan-indo.blogspot.com

Erucokro, Sultan, lihat juga Diponegoro 24, 25, 26, 30 , 32, 34, 36, 37, 38 Europese Lagere School 219 F Federated Malay States (FMS) 219 Fillietaz Bousquet, Reinier de (Residen Bagelen, 1850 -1854) 210 Fort Rotterdam (Makassar) 210

Frederik der Große (Frederik yang Agung) 4 Histoire de Mon Tem ps 4 Freem ason (Tarekat Mason Bebas) 20 2 G Gangga, Sungai 213 Gareng 17, 10 4 Gawok, pertem puran (15 Oktober 1826) 51, 169 gelijkgesteld (diangkat setara dengan Belanda di m ata hukum ) 219 Gereja Kristen J awa (GKJ ) 221, 223 Gericke, J .F.C. 4, 80 , 183, 184, 237 Geseng, Sunan 185, 241 Giezenberg, J ohanna 196 Girardet, Dr Nikolaus, lihat juga Cokronegoro IV 178, 237 Giri, Sunan (wali) 22, 26, 27, 80 Giyanti, Perjanjian (13 Februari 1755) 6, 142 gladhag, m antri xi, 143, 144, 188, 20 6 Gom bong (Bagelen) 48, 99, 217, 229 Gowong, distrik Kedu Selatan 16, 32, 150 , 184 Grebeg, Puasa, Mulud 19, 79, 158 Grobogan-Wirosari 28 Gua Secang (Selarong) 19, 30 , 87 Gudhang, Pangen 218 Gunung, Geger Menjangan 20 9, 211 Gunung Kelir 150 Gunung Kendeng (Blora) 28 Gunung Kidul, distrik 20 , 29 Gunung Lawet (Banyum as) 48 Gunung Merapi 38, 93, 176 Gunung Padang 10 3 Gunung Rosom uni 20 Gunung Sirnoboyo (Banyum as) 147 Guyangan, Desa (Banyum as) 47 H Hagem an, J an J cz (sejarawan) 138, 164, 228, 232 Ham engkubuwono II 164, 181, 183, 192 Ham engkubuwono III 16, 38, 78, 183, 192 Ham engkubuwono IV 12, 14, 96, 191, 192

269

270

Sisi Lain Diponegoro

Ham engkubuwono V 12, 77 Hasan Besari, Kiai (adik Kiai Modjo) 168 Hegel, GWJ (1770 -1831) 224 Hindu-Buddha 41, 86, 87 Hogere Kweekschool 217 Hollandsch Inlandsche School (HIS) 218 Purworejo 219 hulptroepen xii, 45, 118, 124, 135, 150 , 183, 196 I Im am Puro, Syeh (ulam a besar Purworejo) 223 Im am roji, Haji (Penghulu DN 182628) 27 Im ogiri 46 infrastruktur (pengairan, jalan, kereta api, rum ah sakit, dan sebagainya) 197, 20 6, 20 7, 20 9, 212, 225 Inggris 4, 17, 37, 38, 180 , 181, 183, 20 3, 20 8, 20 9, 219, 235, 286 Inlandsche School 211, 218 Iskandar Dinata, Otto 220 Islam 1, 9, 11, 13, 16, 19, 23, 24, 25, 27, 29, 32, 35, 38, 39, 40 , 49, 50 , 67, 80 , 81, 82, 98 Islam , hukum 23, 49, 146, 147 Islam, Sui 50, 138, 179 Ism ail, Mayor (Purn.) J enderal Muham m ad (Gubernur J awa Tengah 1983-93) 198

bacaan-indo.blogspot.com

J J alan Raya Pos (grote postw eg) Daendels 198 J anissary, resim en 40 J anodin, Kiai 47, 48 J awa Tengah, Gubernur 198 J awa Tengah, Provinsi 198, 222 J awa Tim ur 22, 176 J eddah 40 , 96 J enar, Kecam atan (Purworejo) 20 1, 213 J enderal Urip Sum oharjo (1893-1948, tokoh dan pendiri TNI), lihat Urip Sum oharjo 223, 229 J epang, pendudukan m iliter 220

J epara 221 J ohns, Profesor Anthony 1 J oko Widodo, Presiden 224 J ono 20 7 J oyoboyo, Prabu, lihat juga Ram alan J oyoboyo 25, 65, 10 3 J oyodiningrat, Raden Tum enggung (Bupati Karanganyar) 227 J oyokusum o I, (Ngabehi) Pangeran (pam an DN) 151, 168 J oyom ustopo, Kiai 46, 111, 166, 192 J oyonegoro, Raden Tum enggung (bupati Arjowinangun Ponorogo) 133 J oyosundargo, Tum enggung (Basah) 167 J oyosuprojo, Raden Panji 133, 137, 138, 231 Julius Caesar, pertunjukan/ dram a William Shakespeare 224 K ‘kair’ Belanda 44 Kajoran (Panem bahan Rom o) 82, 257 Kali Cingcingguling 33, 20 8 Kaligesing, Desa 20 9, 210 Kali J ali 151, 155 Kalijogo, Sunan 11, 15, 21, 22, 28, 37, 80 , 193 Kali Lereng 151, 20 0 , 20 7 Kali Lesung 151 Kali Progo 31, 51, 140 , 20 9 Kam alodiningrat, Penghulu Yogya (1823-sekitar 1835) 164, 191 kanker kulit 214 Karanganyar, Kabupaten (Banyum as), lihat juga J oyodiningrat 33, 190 , 232, 252 Karangbolong 20 9 Karang Dhuhur (Sedayu; pasca-1832, Karanganyar), Kabupa ten 75, 199 Karangyoso 221 Kartasura 143, 257 Kartini, Raden Ajeng 219 Kasongan, Pesantren 168 Kasunanan 36, 63, 142, 145, 20 7 Kayu Ara Hiwang, prasasti (90 1) 20 1 Kebum en, Kabupaten Bagelen, lihat juga Arung Binang 75, 99, 155, 20 0 , 20 1, 20 5, 20 7, 211

bacaan-indo.blogspot.com

Indeks

Kediri, lihat juga J oyoboyo 25, 51, 65, 10 3, 20 1, 236 Kedu, Keresidenan 17, 188, 199, 211, 217 Kedung Kebo, Babad, lihat Babad Kedung Kebo 2, 3, 4, 6, 7, 20 , 44, 45, 47, 48, 51, 65, 66, 74, 79 Kedung Kebo, tangsi m iliter dan benteng Belanda (1825-1942) 118, 20 8, 20 9, 216, 217 Kedung Putri, saluran irigasi 145, 20 9, 211, 212 Kem bang Gede, desa (dekat Banyum eneng, Kulon Progo) 168 Kencono, Ratu, lihat Ratu Kencono Keraton 2, 5, 34, 36, 58, 63, 72, 94, 98 lihat juga Mangkunegaran, Pakualam an, Surakarta, Yogyakarta Keré, Kiai (tom bak pusaka) 53 kereta api, jaringan rel 214 Kertowijoyo, Tum enggung 191 kesektèn (kesaktian) 45, 50 , 148 Ketonggo (Madiun) 35 Kinder de Cam arecq, A.W. (Residen Bagelen) 184, 186, 187, 232 Kock, J enderal Hendrik Merkus de 25, 149, 187, 20 2, 258 Kolkata (Benggala) 213 Koninklijk Bataviaasch Genootschap vii, 71, 178, 238 Koninklijk Instituut (Leiden) vi, 119, 127, 137, 139, 161, 166, 238 Koninklijk Nederlandsch Indisch Leger (KNIL) 217, 229 Kontroliran, kam pung 212 kopi 214 Kresna, Prabu 53, 62, 148 Kristen, agam a 29, 221 Kristenisasi 221 Krom owijoyo, lihat Pengalasan 163, 191 Krum put, Desa 211 Kudus, Sunan 27, 80 , 81 Kulon Progo 31, 33, 87, 143, 148, 150 , 151, 163, 168, 187, 190 , 212, 224 Kulon Progo, Bandara Internasional 224 Kurawa 17, 50 , 52, 60 , 10 4, 148 Kusum oyudo, Pangeran 124, 135, 149,

150 , 154, 157, 158, 162, 183, 185, 212 Kutoarjo (pra-1831, Sem awung), Kabupaten (Bagelen) 75, 189, 211, 213, 215, 218, 222, 225, 229 Kutoarjo-Purworejo, rel kereta api 225 Kutoarjo, stasiun kereta api 218, 229 Kweekschool, Hoogere (HKS, Sekolah Tinggi Guru) 218, 222 L Lawick van Pabst, P.H. Baron van 8, 74, 180 , 181, 183, 199, 20 1, 20 2, 228, 262 Ledok (Kedu Selatan) 47, 150 , 184 Leiden, Perpustakaan Universitas 3, 4, 51, 76, 114, 118, 121, 122, 137, 166, 178, 181, 186, 240 , 244 Lengkong Ginaris, blogger 214, 215, 216, 230 Lengkong Sanggar, sejarawan lokal 217, 221 Loano, Kecam atan (Kabupaten Purworejo) 47, 143, 184, 196, 20 1, 20 9, 218, 263 Louw, P.J .F., sejarawan m iliter xi, 115 M m acan gadungan (harim au jadi-jadian) 87 Madiun 16, 35 Madura 77, 89, 150 , 153, 166, 192, 219, 238, 244 Maduretno, Raden Ayu (istri sah Diponegoro, sekitar 1798-1827) 15, 16, 31, 92 Magelang 124, 151, 154, 156, 157, 171, 183, 187, 188, 189, 190 , 194 Magetan 132, 133, 137 Majapahit 144, 163, 20 1 Majasto, desa pradikan (dekat Tem bayat) 30 , 82, 83 Makassar 117, 138, 172, 179, 210 , lihat juga Benteng Rotterdam Makkah 35, 39, 40 , 41, 87, 89, 96, 97 Malangy uda, buku 35 Malaya, Sem enanjung 219 lihat juga Tanjung Malim , Patani Manado 115, 150 , 151, 175, 179, 231 m ancanagara barat 118, 142, 154, 169, 180 , 181, 184, 199, 20 3

271

272

Sisi Lain Diponegoro

Mangkubum i, Pangeran (putra HB II, pam an DN) 19 Mangkudiningrat II, Pangeran 169 Mangkunegaran 6, 88, 167, 190 , 233 Mangunnegoro, Mas (adik DN) 168 Mangunsubroto, Meester (ahli hukum / doktor) J awa 130 Mataram 125, 127, 131, 151, 167, 243 Maulana Sam su J en 65 Melayu, bahasa 136, 139, 150 , 156, 158, 177 Mem ory of the World, lihat juga Warisan 3, 115 Menoreh, perbukitan 210 , 216, 224, 225 Mertosono, Pangeran (Murda ningrat) 227 Mesjid Watu (Nusakam bangan) 47 Metesih (Magelang) 140 Michiels, Mayor 32 Mintaraga, Serat, lihat juga Arjuna 12, 17 Mitragna, Kuda Diponegoro 62, 10 6 Mlangi, pesantren/ pradikan xii, lihat juga Danurejo, Taptojani Mojo, Kiai 26, 27, 28, 38, 49, 82, 97 Mopid, Kiai 47, 48, 111, 166, 192 Mudjanattistom o, Drs. 78, 178, 239 MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) 221 Multatuli (Eduard Douwes Dekker, 1820 -1887) 210 Muntilan 225 Musarar, Kitab 65 Museum Nasional 20 1

bacaan-indo.blogspot.com

N Napoleon, Perang 9 Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS) 215 Ngabehi, Pangeran, lihat J oyokusum o I 151 Ngastina, kerajaan 17, 54 Ngiso, Haji 96, 169 Niel, Robert van 213 nila 213, 214 Notoprojo, Pangeran (Raden Mas Papak) 193, 261 Nugroho Notosusanto, Prof. ix Nusakam bangan 47, 166

Nusa Srenggi (Eropa) 36 Nyai Adipati Sepuh 212 O Ongko Loro, sekolah 218 Oostrom Philips, Nyonya 221 Opak, Sungai 81, 92 Orde Baru ix, 198 P Pabst, lihat Lawick van Pabst 181 Pakualam an 6 Pakubuwono I, Sunan 34 Pakubuwono IV, Sunan 13, 135, 146, 212 Pakubuwono VI, Sunan 54, 98, 149, 154, 192 Pakubuwono V, Sunan 69 Palem bang 89 Pandawa 10 , 15, 16, 17, 52 pandita-ratu 30 , 32 Pangen Gudhang, Desa 216 Panti Budoyo (Yogyakarta) vi, 122, 132 Panungkulan, Desa 20 9 Parangkusum o 15, 37 Partai Dem okrat 197 Pasisir, wilayah pesisir utara 247, 257 Pasopati, panah (Arjuna) 16 Patani 89 Paulus Tosari, evangelis pribum i 221 Pekiringan, Desa (Banyum as) 48 Pem anahan, Kiai Ageng 49 Pem erintah Kolonial Hindia Belanda (1818-1942) 20 2 pendidikan, Belanda dan pribum i 211, 217 Pengalasan, Basah Ngabdullatip Kerto (1795-pasca-1865) 246, 249 Pengasih, Kulon Progo 143, 187, 212 Pengging 31, 33, 87 Perang J awa (1825-1830 ) 1, 2, 7, 8, 10 , 12, 13, 16, 18, 21, 26, 28, 30 , 31, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 44, 45, 46, 49, 52, 54, 55, 58, 60 , 61, 64, 66, 67, 71, 72, 96 perang suci (prang sabil) 27, 41, 96, 147, 166 Perang Suksesi J awa Kedua (17191723) 34

Indeks

Perkum pulan Sekolah-Sekolah Kristen (PSSK) 221 Perpustakaan Nasional Indonesia (Perpusnas) 114 Perserikatan Dagang Hindia Tim ur 9, 181, 257 Petruk 17 Philips, Nyonya 221 Pigeaud, Dr Th.G.Th. 113, 191 Pinang, Pulau 138, 172, 181, 183, 194 Plered 81, 168 Ponorogo 133, 137, 143 Priangan 198 Pringgoatm ojo, Raden Ario Adipati 213 Probolinggo 218 Proboy ekso (kediam an pribadi Sultan) 36, 91 Puasa, Grebeg 158 Pupillenkorps, taruna m iliter Hindia Belanda 217, 229 Purwodadi, Bagelen selatan 142, 213, 219 Purwonegoro, Pangeran 193, 261 Purworejo, HKS 219, 220 Purworejo, Kabupaten 1831), lihat juga Cokronegoro 195, 197, 198, 20 1, 20 4, 218 Purworejo, stasiun kereta api 215, 216, 217, 222, 224, 229 Puspowardojo, Raden Ayu Tuti Marini (ibu Ir. Habibie) 220

bacaan-indo.blogspot.com

R Rahm anudin, Kiai (Penghulu Yogya, 1812-1823) 22, 164 Ram alan J oyoboyo, lihat J oyoboyo 25, 46, 50 , 51, 65, 67 Ratu Adil, lihat juga Diponegoro 11, 16, 20 , 21, 23, 25, 27, 29, 30 , 31, 32, 34, 35, 36, 38, 40 , 41, 46, 50 , 63, 64, 67, 82, 88, 92, 93, 95, 10 2, 10 8, 147, 160 , 165, 166 Ratu Ageng (istri sah HB I), lihat Ageng 22, 38, 92, 93, 98, 164 Ratu Kencono (istri sah HB III), lihat Kencono 38, 93 Ratu Kencono (istri sah HB IV), lihat Kencono 12 Ratu Kidul 82

Ratu Paneteg Panatagam a 35, 39, 41, 67 Rem bang, Keresidenan 20 2 Rem okam al 171 Rem o (Karanganyar) 33, 190 , 227, 252 Resodiwirio, Raden Ngabehi, lihat Cokronegoro xii Retnoningsih, Raden Ayu (istri sah DN) 42 Rochussen, J .J . (gubernur jenderal, 1845-1851) 118 Ronggo Prawirodirjo III, Raden (Bupati Wedana Madiun, 1796-1810 ) 16 Roorda, Taco 119, 175, 180 Roto (J oyosuroto), punakawan 17, 32 RSUD Dr Tjitrowardojo 220 , 221 Rum , lihat juga Turki Osm ani 37, 82, 97 Rusche & Co (penerbit Surakarta) 72, 179 S Sachsen Weim ar, Adipati (Duke) Bernhard von (Panglim a Tentara Hindia Belanda, 1850 -1854) 156, 158, 232 Sadrach, Kiai (Radin Abas Sadrach Supranata) 221, 223 Sahir, Ibu Dr (piut Pangeran Diponegoro Muda) 185 Salam an, Kecam atan (Kedu Selatan) 211 Salis, A.M. Th. de (Residen Yogya, 1822-1823) 20 , 79 Sam ba, Raden 62 santri 61, 62, 63, 94, 95, 98 Saras Husada, RSUD 221 Sarotom o, cundrik (pusaka DN) 15, 16 Sartono Kartodirdjo, Prof. ix, x Sarwo Edhie Wibowo, Kolonel (19251989) 223, 229 sastrawi, warisan 20 7 Sastranegoro, Raden Tum enggung (pujangga Surakarta) 115, 175 Sawunggaling, Raden Tum enggung 199 Schm idt auf Altenstadt, J onkheer J .G.O.S von (180 6-1857, Residen Bagelen, 1842-1850 ) 210

273

bacaan-indo.blogspot.com

274

Sisi Lain Diponegoro

Sedana, Pangeran 99 Sedayu 75, 20 0 , lihat juga Karang Duhur sejarah ilm iah (scientiic history) 9, 137 Sejarah Ratu Tanah Jaw a (1838) 80 , 98 Selarong 20 , 30 , 31, 33, 34, 38, 49, 87, 88, 96, 10 1, lihat juga Gua Secang Selebes (Sulawesi) 210 Selo, Ki Ageng 48, 49 Selorejo, panepen DN di Tegalrejo 19, 33, 41, 86, 87, 111, 166 Sem ar 17 Sem arang 29, 114, 119, 120 , 129, 130 , 133, 137, 138, 139, 171, 172, 185, 186, 188, 231, 236 Sem awung (Kutoarjo), Kabupaten (Bagelen) 75, 189, 199 Sengkuni, Adipati 60 , 61 Sentot, Ali Basah 35 Sepoy (Spèhi) 17, 38, 181, 183 Serang II, Pangeran 28, 193, 261 Serat Anbiy a 72 Serat Cabolang, lihat Cabolang 35, 36, 37, 63, 88, 10 7 Serat Ram a 12, 14 Serat Sury araja 78 Setyaki, Raden 52, 53, 20 6 Sevenhoven, J an Isaak van 154, 184 Siluk, pertem puran (17 Septem ber 1829) 31, 169 Singowijoyo, Raden Ngabehi 52, 142 Siratu’l Mustakim 146, 186 Siwa, agam a 86 Sm issaert, A.H. (Residen Yogya) 59, 77, 84, 86, 94, 96 Sm issaert, J .W.H. (Residen Bagelen) 20 3, 20 5 Soepratm an W.R. (190 3-1938) 223 Soko (Kem anukan) 219 Solow, Robert Merton (peraih hadiah Nobel 1987) 226 Sonobudoyo, Museum 76, 122, 179, 180 , 232, 234 Sosrodiningrat II, Raden Adipati (Patih Surakarta, 1812-1846) 69, 98, 143 Sosrodipuro II, Raden Ngabehi 94 Staatspoorwegen (SS), lihat juga Derx 215, 217, 218, 222, 224, 225

Stuers, Mayor F.V.H.A. Ridder de 140 suisme, lihat juga Islam Sui tasawuf 1, 238 Sulawesi 7, 114 Sultan Idris Training College 219 Sultan Idris Training College (Kolese Sekolah Guru Sultan Idris) 219 Sum atera 145, 186, 20 6 Sum atera Barat, Gubernur Militer 20 6, lihat juga Cleerens Suprobo, dewi 16, 20 , 79 Surabaya 176, 213 Surakarta, keraton, lihat juga Pakubuwono 13, 50 , 58, 94 Suronegaran, Hotel 196, 20 0 , 20 4 Suronegaran, trah 220 Suronegoro, Raden Tum enggung Ario (Patih Blora; pasca-1831, Patih Purworejo) 20 4, 20 5 Suryonegoro, Pangeran Abdul Sam su (adik DN) 28, 76, 180 , 232 Suryowijoyo, Pangeran (adik DN) 179 Susilo Bam bang Yudhoyono 223 Sutonegoro, Mas Ngabehi (Patih Sem arang) 130 , 131, 139 Suwongso, Raden Mas (Legiun Mangkunegaran) 167, 190 Suyudana, Prabu 50 T Tam an Siswa 220 Tanam Paksa, Sistem (1830 -1870 ) 213, 214 Tanggung, Kabupaten (Bagelen) 118, 135, 150 , 185, 196 Tanjung, Desa (Kulon Progo) 163 Tanjung Malim (Perak) 219 Taptojani, Kiai, lihat juga Mlangi xii, 45, 145, 146, 147, 185 Tarekat Bebas, lihat Freem ason tasawuf, ilm u m istik Islam , lihat juga suisme 32, 45, 145, 150 Tawangsari, Kecam atan 83 Tegal 213 Tegalrejo 13, 14, 17, 19, 33, 34, 39, 40 , 46, 48, 49, 50 , 59, 61, 62, 77, 86, 87, 94, 96, 146, 165, 166, 192, 234 Tem bayat, lihat juga Bayat, Sunan 29, 30 , 82, 241

Indeks

Tem on, Kecam atan, lihat juga Kulon Progo 224 Ternate 32, 150 Tionghoa, kom unitas 20 8 Tionghoa, pengusaha 20 7 Tjitrowardojo, Raden Ngabehi (Dr) 220 TNI 13, 217, 218, 220 , 223, 229 Toorop, J an (1825-1928, pelukis Belanda) 223 Trayem , desa dekat Borobudur 89 Trirejo, Desa 214 Trunojoyo, Raden (Madura) 77 Tugu Margoyoso 211 Tum enggung, Raden 133 Tunggul Wulung, Ibrahim 221 Turkio, Raden Mas 40 , 213 Turki Osm ani 96, 157, 170 , 258 tuw a buru (penangkap m acan, Kulon Progo) 51

Waterloo, Matthijs (Residen Yogya) 145, 185, 186 Wates, ibu kota Kulon Progo 163, 190 wayang 8, 11, 12, 13, 17, 20 , 33, 46, 50 , 51, 52, 54, 55, 58, 59, 60 , 61, 66, 67, 75, 76, 77, 10 3, 10 6, 10 8 Wayang Diponegoro 10 8 wayang krucil 76 wayang kulit 12, 13, 75, 10 3, 10 8, 239 wayang purwa 52, 61, 10 6 Wayang Wong Trunojoyo 77 Wedi 20 7 Wijoyokusum o, bunga 47, 48, 166, 192 Willem I, Raja (bertakhta, 1813-1840 ) 157, 181, 182, 189 Winter, C.F. Sr 47, 119, 120 Wironegoro, Raden Tum enggung Mayor 60 , 192 Wisnu, Dewa 16 Y

U Ujung Tim ur J awa (Oosthoek) 218 UNESCO, Warisan Dunia (Mem ory of The World) xi, 3, 115 Ungaran 199, 20 0 , 20 7 Urip Sum oharjo, J enderal (1893-1948, tokoh dan pendiri TNI) 223, 225 Urutsewu 158, 20 9 V Van Gelder 217 VOC (Verenigde Oostindische Com pagnie/ Perserikatan Dagang Hindia Tim ur) 9, 37, 181, 257 Volksraad 220

bacaan-indo.blogspot.com

W Wahidin Sudiro Husodo, Dr 219 Wali Songo 21, 25, 37 w ali w udhar 22, 23, 38, 93 Wall Street Crash, lihat juga Depresi Besar ekonom i dunia 217 Walraven van Nes, J .M. (Residen Yogya) 190 , 244 Wardim an Djojonegoro 220 , 222 Wartinah, Raden Roro (ibu Wardim an Djojonegoro, 1912-20 0 6) 220

Yani, J enderal Ahm ad (1922-1965) 223, 229 Yogyakarta, keraton, lihat juga Ham engkubuwono 2, 5, 12, 17, 19, 37, 46, 72, 98 Yudistira 17, 52, 53, 186 Z Zending (Dewan Gereja) 220 , 221, 222

275

bacaan-indo.blogspot.com

TENTANG PENULIS

P ETER CAREY la h ir d i Ra n goon (Yangon), Burma (Myanmar), 30 April 1948 . Kem bali ke In ggris 1955 un tuk belajar di Tem ple Grove Preparatory Sch ool (1955-196 1) d an Win ch est er College (1961-1965), ia kemudian kuliah di Trinity College, Universitas Oxford. Pada 1969 ia m eraih gelar sarjana den gan pen ghargaan utam a (First Class Honours) di bidang Sejarah Modern. Setelah itu, Peter m endapat beasiswa English Speaking Union (ESU) dan belajar di kelas program master di bidang Kajian Asia Tenggara di Cornell University (AS) (1969-1970 ), masa ketika ia mulai tertarik pada Asia Tenggara, khususnya Indonesia dan sejarah Perang J awa (1825-1830 ). Peter pertam a kali datan g ke In don esia pada 1970 dan pernah tinggal tiga tahun di J akarta dan Yogyakarta (1971-1973 dan 1976-1977) untuk mengumpulkan data yang tersimpan di

Tentang Penulis

bacaan-indo.blogspot.com

Arsip Nasional RI dan scriptorium naskah J awa. Setelah meraih gelar Ph.D pada 1975 den gan disertasi m en gen ai “Pan geran Dipan egara dan Asal-usul Peran g J awa (18 25-18 30 )”, Peter bekerja di Un iversitas Oxford, In ggris, m ula-m ula sebagai pem ban tu riset di Magdalen College (1974-1979), kem udian sebagai Laithwaite Fellow un tuk Sejarah Modern di Trin ity College (1979-20 0 8). Ia sekarang menjadi YAD Adjunct Profesor di Fakultas Ilm u Pen getahuan Budaya (FIB) di Un iversitas Indonesia (pengukuhan, 12 November 2013; pidato pengukuhan, 1 Desember 20 14). Disertasi itu sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul Kuasa Ram alan; Pangeran Diponegoro dan Akhir Tatanan Lam a di Jaw a, 1785-1855 (Kepustakaan Populer Gram edia, 20 12). Versi pendeknya diterbitkan oleh Penerbit Buku Kompas, 20 14, dengan judul Takdir; Riw ay at Pangeran Diponegoro (1785-1855). Peter—yang beristri seorang Sunda-Hokkian-J epang dari Bandung—adalah sejarawan terkemuka Inggris yang mendalami Asia Ten ggara dan pern ah m en erbitkan sejum lah buku dan tulisan m en gen ai Burm a (Myan m ar), Kam boja, dan Tim orLeste. Buku sebelumnya adalah Korupsi dalam Silang Sejarah Indonesia; Dari Daendels (180 8-1811) sam pai Era Reform asi (Komunitas Bambu, 20 16), Perem puan-Perem puan Perkasa di Jaw a Abad XIII-XIX (Kepustakaan Populer Gramedia, 20 16), dan Inggris di Jaw a, 1811-1816 (Penerbit Buku Kompas, 20 17).

277

bacaan-indo.blogspot.com

bacaan-indo.blogspot.com

PERANG JAWA (1825-30) adalah suatu “tsunami” dalam sejarah Indonesia modern yang menghancurkan tatanan lama Jawa dan melahirkan sebuah pemerintah kolonial baru, Hindia Belanda (1818-1942). Perang total ini juga menjadi pemicu lahirnya historiografi baru. Untuk pertama kali dalam sastra Jawa modern muncul sebuah otobiografi—Babad Diponegoro (1832)—yang ditulis Pangeran Diponegoro (1785-1855) dalam pengasingan di Manado. Isu legitimasi kekuasaan menjadi hal yang diperdebatkan dengan seru. Apakah sang Pangeran murni memperjuangkan kebenaran sebagai Ratu Adil atau sebenarnya dimakan kepongahan kekuasaaan alias pamrih? Bagi musuh bebuyutan Diponegoro di Bagelen, Raden Adipati Cokronegoro I, bupati perdana Purworejo pascaperang (menjabat 18311856), jawaban sudah jelas: Diponegoro seorang yang hebat tapi memiliki kelemahan fatal: ambisi dan keangkuhan. Dalam naskah yang ditulis Cokronegoro dengan bantuan mantan panglima Diponegoro di Bagelen, Basah Pengalasan, Babad Kedung Kebo (1843), Cokronegoro seperti menjawab otobiografi sang Pangeran. Versi sejarah Perang Jawa ini membenarkan pilihan Cokronegoro untuk memihak kepada Belanda. Kekuasaan kolonial baru yang bercokol telah menjadi masa depan bangsa dan belum saatnya untuk mengusir kaum penjajah. Maka mengharapkan muncul seorang Juru Selamat alias Ratu Adil amat terlalu dini.

bacaan-indo.blogspot.com

Buku ini, yang didasarkan pada dua tulisan kunci pakar Perang Jawa, Peter Carey, pada pertengahan 1970-an, tentang Babad Kedung Kebo dan historiografi Jawa, merupakan pengantar inspiratif untuk sejarawan. Buku ini mengajak kita untuk mengerti bahwa sejarah Jawa pada awal abad ke-19 sangat beraneka ragam dan historiografi lokal sangat kaya. Tulisan Cokronegoro juga memperingatkan kita bahwa tidak ada satu versi sejarah yang benar. Babad Kedung Kebo menjadi salah satu bahan yang mengukir dunia Jawa.

SEJARAH

KPG (KEPUSTAKAAN POPULER GRAMEDIA) Gedung Kompas Gramedia, Blok 1 Lt. 3 Jl. Palmerah Barat 29-37, Jakarta 10270 Telp. 021-53650110, 53650111 ext. 3359 Fax. 53698044, www.penerbitkpg.id KepustakaanPopulerGramedia; @penerbitkpg;

KPG: 59 17 01405 penerbitkpg

Related Documents


More Documents from "Tika D. Luffy"

Sisi Lain Diponegoro
February 2021 0
Hizib Siti Mariam.pdf
February 2021 1
Asma Raja Daud.docx
January 2021 2
Asma Bahroini.pdf
February 2021 0