Makalah_syar’u Man Qablana

  • Uploaded by: Arsyila Jasmine
  • 0
  • 0
  • January 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah_syar’u Man Qablana as PDF for free.

More details

  • Words: 2,209
  • Pages: 13
Loading documents preview...
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Syar‟u man qablana artinya syariat sebelum Islam. Para ulama sepakat mengatakan bahwa semua syariat yang diturunkan Allah sebelum Islam melalui para Rasul-Nya telah dibatalkan secara umum oleh syari‟at Islam. Pembatalan itu secara menyeluruh dan rinci, karena masih banyak hukum-hukum syari‟at sebelum Islam yang masih berlaku dalam syari‟at Islam seperti ; beriman kepada Allah, hukuman bagi orang yang melakukan zina, hukuman qishash dan hukuman bagi orang yang melakukan tindak pidana pencurian. Jika Alqur‟an dan Hadis shahih menerangkan suatu hukum yang disyari‟atkan

kepada

umat

terdahulu

kemudian

datang

dalil nash yang

membatalkannya, ulama sepakat bahwa hukum itu bukanlah syari‟at kita karena sudah ada yang membatalkannya. Pada prinsipnya, syari‟at yang diperuntukkan Allah bagi umat terdahulu mempunyai asas yang sama dengan syari‟at yang dibawa Nabi Muhammad. Diantara asas yang sama itu adalah yang berhubungan dengan konsepsi ketuhanan, tentang akhirat, tentang janji, dan ancaman Allah. Dalam kesempatan ini penulis akan membahas tentang pengertian syar‟u man qablana, kedudukannya, pembagian syar‟u man qablana, diantaranya; Ajaran agama yang telah dihapuskan oleh syari‟at kita (dimansukh), Ajaran yang disyari‟atkan oleh kita, Ajaran yang tidak ditetapkan oleh Syari‟at kita. Dan akan dibahas juga tentang sandaran syari‟at Rasulullah sebelum dan sesudah diutus menjadi Rasul.

1

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Syar’u Man Qablana Syar‟u man qablana artinya syariat sebelum Islam.1 Syar„u man qablana ialah syari„at yang diturunkan Allah kepada umat sebelum kita, yaitu ajaran agama sebelum datangnya ajaran agama Islam, seperti ajaran agama Nabi Musa, Isa, Ibrahim, dan lain-lain. Segala apa yang dinukilkan kepada kita dari hukumhukum syara‟ yang telah disyaratkan Allah SWT bagi umat-umat dahulu melalui Nabi-nabinya yang diutus kepada umat itu seperti Nabi Ibrahim, Nabi Musa, dan Nabi Isya as. Syar‟u man qablana atau syari‟at sebelum kita maksudnya adalah “hukum-hukum yang telah disyari‟atkan untuk umat sebelum kita (sebelum Islam) yang dibawa oleh Nabi dan Rasul terdahulu dan menjadi beban hukum untuk diikuti oleh umat dimasa itu”.2 Para ulama sepakat mengatakan bahwa semua syariat yang diturunkan Allah sebelum Islam melalui para Rasul-Nya telah dibatalkan secara umum oleh syari‟at Islam. Pembatalan itu secara menyeluruh dan rinci, karena masih banyak hukum-hukum syari‟at sebelum Islam yang masih berlaku dalam syari‟at Islam seperti; beriman kepada Allah, hukuman bagi orang yang melakukan zina, hukuman qishash dan hukuman bagi orang yang melakukan tindak pidana pencurian.

1

Sidi Nazar Bakry, Fiqh dan Ushul Fiqh, Cet 4, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), hal. 239 2

Busriyanti, Ushul Fiqh, Cet 1, (Bengkulu: LP2 STAIN Curup, 2010), hal. 112

2

Dari pembahasan di atas dapat dipahami bahwa yang dimaksud dengan syar’u man qablana adalah syariat yang dibawa oleh para rasul sebelum Muhammad yang menjadi petunjuk bagi kaumnya, seperti syariat Nabi Ibrahim, Nabi Musa, Nabi Isa dan Nabi-nabi yang lain.3 B. Macam-macam Syar’u Man Qablana Syar‟u Man Qablana dibagi menjadi dua bagian. Pertama, setiap hukum syariat dari umat terdahulu namun tidak disebutkan dalam al-Qur‟an dan Sunnah. Ulama‟ sepakat bahwa macam pertama ini jelas tidak termasuk syariat kita. Kedua, setiap hukum syariat dari umat terdahulu namun disebutkan dalam alQur‟an dan Sunnah. Pembagian kedua ini diklasifikasi menjadi tiga:4 1. Dinasakh syariat kita (syariat islam). Tidak termasuk syariat kita menurut kesepakatan semua ulama. Contoh : Pada syari‟at nabi Musa As. Pakaian yang terkena najis tidak suci. Kecuali dipotong apa yang kena najis itu. 2. Dianggap syariat kita melalui al-Qur‟an dan al-Sunnah. Ini termasuk syariat kita atas kesepakatan ulama. Contoh : Perintah menjalankan puasa. 3. Tidak ada penegasan dari syariat kita apakah dinasakh atau dianggap sebagai syariat kita. Pembagian ketiga inilah yang menjadi inti pokok pembahasan dalil syara‟ ini (Syar‟u Man Qablana):

3

Alaiddin Koto, Ilmu Fiqh dan Ushul Fiqh, Revisi 3, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009), hal. 112. 4

Chaerul Umam dan Achyar Aminudin, Ushul Fikih II, (Bandung: Pustaka Setia, 1998),

hal, 105.

3

a. Yang diberitakan kepada kita baik melalui al-Qur‟an atau as-Sunnah, tetapi tidak tegas diwajibkan kepada kita sebagaimana diwajibkan kepada umat sebelum kita. b. Yang tidak disebut-sebut (diceritakan) oleh syari‟at kita. Ada beberapa dalil yang dibuat tendensi mereka, para ulama‟ yang menganggap bahwa syariat umat sebelum kita adalah syariat kita:5 1. Syariat umat sebelum kita adalah syariat Allah yang tidak ditegaskan kalau saja telah dinasakh, karena itu kita dituntut mengikutinya serta mengamalkan berdasarkan firman Allah dalam suratal-An‟am ayat 90, alNahl ayat 123, dan surat al-Syura ayat, 13. Disebutkan juga bahwa Ibnu Abbas pernah melakukan Sujud Tilawah ketika membaca salah satu ayat al-Quran dalam surat shod (‫ )ص‬ayat 24. 2. Kewajiban menqadho‟i shalat Fardhu berdasarkan hadis nabi ”Barang siapa yang tertidur atau lupa melakukan shalat maka Qadho‟ilah kalau nanti sudah ingat” dan ayat ”Kerjakanlah shalat untuk mengingatku” yang disebutkan oleh Nabi secara berurutan dengan hadis di atas. Ayat ini ditujukan pada Nabi Musa AS, karena itu seandainya Nabi tidak dituntut untuk mengikuti syariat Nabi sebelumnya niscaya penyebutan ayat di atas tidak dapat memberikan faidah. 3. Para ulama berbeda pendapat tentang hukum-hukum syariat nabi terdahulu yang tercantum dalam al-Quran, tetapi tidak ada ketegasan bahwa hukum-

5

Rahmat Syafe‟I, Ilmu Ushul Fiqih, (Bandung: Pustaka Setia, 2010), hal. 69

4

hukum itu masih berlaku bagi umat Islam dan tidak ada pula penjelasan yang membatalkannya. Misal: hukuman qishahs dalam syariat Nabi Musa dalam al-Qur‟an surat Al-Maidah ayat 45 yang berbunyi:

                                  Artinya: “Dan Kami telah tetapkan terhadap mereka di dalamnya (At Taurat) bahwasanya jiwa (dibalas) dengan jiwa, mata dengan mata, hidung dengan hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan gigi, dan luka luka (pun) ada kisasnya. Barangsiapa yang melepaskan (hak kisas) nya, Maka melepaskan hak itu (menjadi) penebus dosa baginya. Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, Maka mereka itu adalah orang-orang yang zalim.” [Q.S. al-Maidah: 45].

Dari sekian banyak bentuk qishash dalam ayat tersebut, yang ada ketegasan berlakunya bagi umat Islam hanyalah qishash karena pembunuhan.

5

Sebagaimana yang terdapat dalam al-Qur‟an surat Al-Baqarah ayat 178 yang berbunyi:

                                          Artinya: Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishaash berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba, dan wanita dengan wanita. Maka Barangsiapa yang mendapat suatu pema'afan dari saudaranya, hendaklah (yang mema'afkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi ma'af) membayar (diat) kepada yang memberi ma'af dengan cara yang baik (pula). yang demikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat. Barangsiapa yang melampaui batas sesudah itu, Maka baginya siksa yang sangat pedih.” [Q.S. al-Maidah: 178].

6

Ada empat dalil yang juga dipakai oleh mereka yang mengingkari syariat umat sebelum kita sebagai syariat kita, yaitu:6 1. Ketika Nabi mengutus Muadz Bin Jabal ke Yaman beliau menanyainya tentang apa yang akan Muadz jadikan dalil ketika mau menghukumi suatu masalah. Sahabat Muadz menjawab “aku akan memakai al-Quran dan hadis dan bila aku dalam keduanya tidak mendapatkan jawaban permasalahan tersebut maka aku akan berijtihad; 2. Firman Allah yang menunjukkan bahwa Allah telah menciptakan syariat dalam masing-masing umat, baik umat Nabi Muhammad atau umat Nabi terdahulu; 3. Seandainya Nabi, umatnya wajib mengikuti syariat umat terdahulu, niscaya beliau wajib mempelajari syariat tersebut; 4. Syariat terdahulu adalah khusus bagi umat tertentu, sementara syariat islam adalah syariat umum yang menasakh syariat-syaiat terdahulu. C. Kedudukan Syar’u Man Qablana Pada prinsipnya, syariat yang diperuntukkan Allah bagi umat terdahulu mempunyai asas yang sama dengan syariat yang dibawa Nabi Muhammad. Hal ini terlihat dalam firman Allah dalam surat Asy-Syuura ayat 13 yang berbunyi:

                6

Sidi Nazar Bakry, Fiqh dan Ushul Fiqh, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003),

hal. 26.

7

                           Artinya: “Dia (Allah) telah mensyari’atkan kepadamu agama yang telah diwasiatkannya kepada Nuh dan apa yang telah kami wahyukan kepadamu (Muhammad) dan apa yang telah kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa, dan Isa, yaitu tegakkanlah agama (keimanan dan ketakwaan) dan jannganlah kamu berpecah-pecah belah didalamnya. Sangat berat bagi orang-orang musyrik (untuk mengikuti) agama yang kamu serukan kepada mereka. Allah memilih orang yang dikehendaki kepada agama Tauhid dan memberikan petunjuk kepada (agama)-Nya bagi orang yang kembali (kepada-Nya).” [Q.S. Asy-Syuura: 13].

Diantara asas yang sama itu adalah yang berhubungan dengan konsepsi ketuhanan, tentang akhirat, tentang janji, dan ancaman Allah. Sedangkan rinciannya ada yang sama dan ada juga yang berbeda sesuai dengan kondisi dan perkembangan zaman masing-masing. Oleh karena itu terdapat penghapusan terhadap sebagian hukum umat-umat yang sebelum kita (umat Islam) dengan datangnya syari‟at Islamiyah dan sebagian lagi hukum-hukum umat yang terdahulu tetap berlaku, seperti qishash.

8

D. Pendapat Para Ulama Tentang Syar’u Man Qablana Telah jelas digambarkan diatas bahawa syariat terdahulu yang jelas dalilnya baik berupa penetapan atau penghapusan telah disepakati para ulama‟. Namun yang diperselisishkan adalah apabila pada syariat terdahulu tidak terdapat dalil yang menunjukkan bahwa hal itu diwajibkan pada kita sebagaimana diwajibkan kepada mereka seperti firman Allah dalam al-Qur‟an surat al-Maidah ayat 32 yang berbunyi:

                            ………… Artinya: “Oleh karena itu kami tetapkan suatu hukum bagi bani isroil bahwa barang siapa yang membunuh seorang manusia bukan karena orang itu membnuh orang lain atau karena berbuat kerusakan dimuka bumi maka seakan-aka ia telah membunuh manusia seluruhnya.” [Q.S. al-Maidah: 32]. Asya‟irah Mu‟tazilah, Si‟ah dan yang Rajih dari kalangan Syafi‟ie mengatakan bahwa syariat umat sebelumnya apabila tidak ditegaskan oleh syariat kita, maka tidak termasuk syariat kita. Pendapat mereka ini diambil juga oleh alGhazali, al-Amudi, al-Razi, Ibnu Hazmdan kebanyakan para ulama‟. Jumhur

9

ulama‟ Hanafiah, sebagian ulama‟ Maikiyah dan syafi‟iyah berpendapat bahwa hukum tersebut juga disyariatkan juga pada kita dan kita berkewajiban mengikuti dan menerapkannya selama hukum tersebut telah diceritakan kepada kita serta tidak terdapat hukum yang menasakhnya alasannya mereka menganggap bahwa hal itu termasuk daripada hukum-hukum tuhan yang telah disyariatkan melalui para rosulnya dan diceritakan kepada kita. Tapi tinjauannya tetap melalui Wahyu dari Rasul bukan kitab-kitab mereka Maka orang-orang mukallaf wajib mengikutinya. Lebih jauh ulama‟ hanafiah mengambil dalil bahwa yang dinamakan pembunuhan itu adalah umum dan tidak memandang apakah yang dibunuh itu muslim atau kafir dzimmi, lakilaki atau perempuan berdasarkan kemutlakan firman Allah SWT:

‫النفس بالنفس‬ Artinya: “Jiwa dibalas dengan jiwa” Sebagian ulama‟ mengatakan : bahwa ia bukanlah syariat bagi kita, karena syariat kita telah menghapuskan terhadap berbagai syariat yang terdahulu, kecuali bila ada sesuatu yang menetapkannya dalam syariat kita. Namun yang benar adalah madzhab yang pertama, karena syariat kita hanya menghapuskan syariat terdahulu yang bertentangan dengan syariat kita saja, dan karena al-qur‟an telah menceritakan kepada kita hukum syara‟ terdahulu, tanpa disertai dengan nash yang menghapuskan kita, maka ia mengandung pengertian sebagai penetapan hukum bagi kita. Sebab ia adalah hukum ilahi yang disampaikan rosul kepada kita dan tidak ada dalil yang menunjukkan atas pengangkatannya dari kita; dan karena al-qur‟an adalah membenarkan terhadap kitab Taurat dan Injil yang ada padanya.

10

Oleh karena itu hukum yang tidak dihapuskan pada salah satu dari keduanya berarti ditetapkan keduanya.7

Imam Syaukani mengatakan bahwa yang lebih mendekati kebenaran adalah yang mengatakan bahwa Nabi SAW megikuti syariat Nabi Ibrahim AS. Ada juga yang mengatakan bahwa sebelum terutus beliau tidak mengikuti syariat siapapun, ini menurut sebagian kalangan Hanafiyah, Hanabbilah, Ibnu Hajib dan AlBaidhowi. Dan ada sebagian lain yang tidak mau komentar, seperti al-Amudi, Qadi Abdul Jabbar dan al-Ghazali, mereka berpandangan bahwa beliau memang bersyariat, namun mungkin tanpa mengikuti syariat Nabi sebelumnya. Al-Qodhy mengatakan bahwa ulama Mutakallimin telah sampai pada sebuah kesimpulan bahwa Nabi Muhammad SAW sebelum terutus tidak mengikuti syariat siapapun. Golongan Mu‟tazilah juga mengatakan bahwa secara akal dapat tergambar dibenak

kita

bahwa

Nabi

mengikuti

syariat

nabi-nabi

sebelumnya

namun mustahil secara kenyataan. Akhirnya Allah mengutus beliau tahun 611 M dengan membekalinya al-Qur’an, sebagai kitab panduan bersyariat bagi beliau dan umatnya (Umat Islam). Allah juga menjadikan setiap perkataan, pekerjaan dan ketetepan beliau sebagai dasar dalam bersyariat dengan melegalkan semuanya sebagai Wahyu, yang kita kenal dengan al-Sunnah.

7

Abdul Wahab Khalaf, Ilmu Ushul Fiqih, Terj. Zuhri dan Ahmad Qorib, (Semarang: Dina Utama, 1994), hal. 133.

11

BAB PENUTUP

A. Kesimpulan Syar‟u man qablana artinya syariat sebelum Islam. Syar„u man qablana ialah syari„at yang diturunkan Allah kepada umat sebelum kita, yaitu ajaran agama sebelum datangnya ajaran agama Islam, seperti ajaran agama Nabi Musa, Isa, Ibrahim, dan lain-lain. Para ulama sepakat mengatakan bahwa semua syariat yang diturunkan Allah sebelum Islam melalui para Rasul-Nya telah dibatalkan secara umum oleh syari‟at Islam. Pembatalan itu secara menyeluruh dan rinci, karena masih banyak hukum-hukum syari‟at sebelum Islam yang masih berlaku dalam syari‟at Islam seperti; beriman kepada Allah, hukuman bagi orang yang melakukan zina, hukuman qishash dan hukuman bagi orang yang melakukan tindak pidana pencurian.

12

B. Saran Dalam makalah ini pemakalah sudah menjelaskan tentang syar‟u Man Qablana (Syari‟at Sebelum Islam) dan ketetapannya dalam penetapan hukum pada umat nabi Muhammad apakah masih berlaku atau tidaknya syar‟u man qablana ini. Tetapi pemakalah merasa masih terdapat kekurangan dan kelemahan, oleh karena itu pemakalah meminta kritikan yang berupa saran kepada teman-teman semua terutama kepada dosen pembimbing untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.

13

Related Documents

Man
February 2021 4
Stick Man
January 2021 0
This Man
March 2021 0
Straw Man
February 2021 0
Chute Man
March 2021 0
Auto Chief 4 Man
January 2021 0

More Documents from "Andrey"