05. Tutorial Interpretasi Ekg.pdf

  • Uploaded by: Gustina Marianti Mooy
  • 0
  • 0
  • February 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 05. Tutorial Interpretasi Ekg.pdf as PDF for free.

More details

  • Words: 1,772
  • Pages: 58
Loading documents preview...
Interpretasi EKG EDWIN WIJAYA

Nomenklatur EKG

PITFALL ▪ Sering salah definisi PR INTERVAL  jadi salah hitung ▪ Bedakan QT interval vs QT interval yang dikoreksi (QTc) ▪ Tidak hafal arah aksis berbagai sadapan sehingga menyebabkan kesalahan menentukan aksis ▪ Salah pilih rumus untuk menghitung heart rate ▪ Referensi online dan free: https://lifeinthefastlane.com/ecglibrary/basics/

Alur Interpretasi

Interpretasi EKG ▪ Banyak cara ▪ Lakukan sistematis ▪ Umum ke khusus, awal ke akhir ▪ Mulai dari umum: irama, laju, aksis ▪ Baca satu persatu segmen dari ujung (gelombang P) hingga ke ujung lainnya (gelombang T)  lihat durasi/interval, morfologi, dan/atau amplitudo ▪ Usahakan baca semua lead

Irama

Irama ▪ Sinus vs bukan sinus ▪ Irama sinus ▪ Irama yang berasal dari SA node (sinus) ▪ Terdiri atas sinus rhytym, sinus bradikardi, sinus takikardi, sinus aritmia

▪ Syarat Irama sinus ▪ ▪ ▪ ▪

Gelombang P selalu diikuti QRS* RR interval regular Heart rate 60-100 P positif di lead II dan NEGATIF di lead avR

▪ *bentuk P harus sama

Mengapa P harus positif di II dan negatif di aVR? ▪ Ingat ingat lagi arah konduksi SA node  AV node ▪ Lead II dan aVR berlawanan secara vector ▪ Prinsip listrik dan vektor di EKG ▪ Bila searah  defleksi positif ▪ Bila lawan arah  defleksi negatif

Kalau irama tidak memenuhi sinus? ▪ Lihat kriteria apa yang tidak terpenuhi ▪ Heart rate  mungkin sinus taki/bradikardi ▪ Bentuk/axis P berubah-ubah  atrial takikardi atau wandering pacemaker ▪ P tidak selalu diikuti QRS ▪ AV blok ▪ Takikardi supraventrikel

▪ P tidak ada ▪ Irama junctional ▪ VT/VF

▪ RR interval ireguler ▪ Sinus aritmia ▪ AV blok derajat II ▪ Atrial fibrillation/flutter

Heart Rate

Heart Rate ▪ Tidak usah terlalu tepat hitungnya, kira kira tidak apa apa ▪ Pakai bilangan bulat, jangan melaporkan irama pakai bilangan decimal ▪ Hitung jarak RR interval

▪ Rumus ▪ 1500/jumlah kotak kecil ▪ 300/jumlah kotak besar

▪ Bila RR interval tak teratur, misal atrial fibrialtion ▪ ▪ ▪ ▪

Hitung jumlah QRS kompleks selama 10 detik lalu kali 6 atau 6 detik lalu kali 10 10 detik = 250 kotak kecil atau 50 kotak besar 6 detik = 150 kotak kecil atau 30 kotak besar Ingat, 1 kotak kecil = 0.04 detik pada EKG dgn kecepatan 25 mm/s

Contoh ▪ RR interval regular jadi boleh pakai rumus ▪ Jaraknya kira kira 3 kotak besar, jadi ▪ = 300/3 ▪ = 100x/menit

Contoh

6 detik (30 kotak besar)

▪ Pasien tersebut ada atrial fibrillation + ventricular extrasystole sehingga RR interval tak teratur ▪ Gunakan rumus untuk interval RR tidak teratur ▪ Dalam 6 detik ada 21 kompleks QRS (21 beat) ▪ = 21 x 10 = 210 x/menit

Axis

Axis ▪ Merupakan gambaran arah konduksi jantung ▪ Banyak metode penentuan aksis ▪ Prinsip mirip hitung-hitung resultan di pelajaran kinematika saat fisika dahulu ▪ Ingat: kalau searah, maka di EKG defleksi positif, kalau lawan arah maka defleksi negatif

▪ Cara mudah ▪ Gunakan lead I, aVF, dan II ▪ Bila lead I dan aVF defleksi positif = pasti normoaksis, lead II tak usah dilihat karena sudah pasti defleksi positif (buktikan sendiri bila tak percaya) ▪ Lead I negatif dan aVF positif = deviasi aksis kanan (RAD) ▪ Lead I positif dan aVF negatif  cek lead II (positif = normal, negatif = LAD)

Mari pahami pelan pelan ▪ Lead I itu sejajar sumbu X dengan arah ke kiri (sudut pandang pasien) ▪ bila defleksi positif, maka listrik ke arah kiri ▪ Defleksi negatif  listrik ke kanan

▪ Lead aVF itu arah 90 derajat ke bawah ▪ Defleksi positif = listrik ke arah bawah ▪ Defleksi negatif = listrik ke atas

▪ Setelah itu kombinasikan sehingga dapat arah resultan

Contoh 1

▪ Lead 1 defleksi positif = listrik ke kiri (warna tosca) ▪ Lead aVF defleksi positif = listrik ke bawah (merah) ▪ Resultan: kuadran kiri bawah (antara 0 - 90°, warna biru)

▪ Maka: normoaksis

Contoh 2

▪ Lead 1 defleksi negatif = listrik ke KANAN ▪ Lead aVF defleksi positif = listrik ke bawah (merah) ▪ Resultan: kuadran kanan bawah (antara 90 - 180°, warna biru) ▪ Maka: right axis deviation

Masalah ▪ Bila aVF negatif dan I positif ▪ Resultan di kuadran kiri atas ▪ Antara 0 hingga -90°

▪ Bisa normal bisa deviasi aksis kiri ▪ Normal 0 hingga -30° ▪ Deviasi Kiri -30 hingga -90°

▪ Solusi: gunakan lead II ▪ Lead II tegak lurus dengan garis sumbu -30° yang kebetulan jadi batas antara LAD dan normal

Contoh 3

▪ Lead 1 defleksi positif = listrik ke kiri (warna tosca) ▪ Lead aVF defleksi negatif = listrik ke atas (merah) ▪ Resultan: kuadran kiri atas (antara 0 hingga -90°, warna biru)

▪ Maka: bisa normal, bisa LAD  lihat lead II

Contoh 3 (..cont)

▪ Lead II defleksi negatif ▪ Listrik ke arah kiri atas (-120°) dengan sumbu antara 150° hingga -30°

▪ Resultan: kuadran kiri atas antara -30 hingga -90° (warna biru) ▪ Maka: left axis deviation

Contoh 4

▪ Lead 1 defleksi positif = listrik ke kiri (warna tosca) ▪ Lead aVF defleksi negatif = listrik ke atas (merah) ▪ Lead II bifasik, tapi lebih tinggi ke atas dibanding yang ke bawah sehingga disimpulkan positif = listrik ke kiri bawah, arah +60° ▪ Resultan: kuadran kiri atas (antara 0 hingga -30°, warna biru)

▪ Maka: normoaxis

Referensi dan soal latihan aksis EKG ▪ https://lifeinthefastlane.com/ecg-library/basics/axis/

Gelombang P

Teori ▪ Gelombang P = depolariasi atrium ▪ Atrium kanan depolariasi lebih dahulu dibandingkan kiri ▪ Gelombang P merupakan resultan dari gelombang depolariasi atrium kanan dan atrium kiri

▪ Hitung durasi dan amplitudo ▪ Nilai normal bervariasi tergantung lead ▪ Simpelnya, maksimal 2 x 2 ▪ 2 kotak ke atas dan 2 ke samping

▪ Morfologi ▪ Normal ▪ P mitrale ▪ P Pulmonale

Interpretasi ▪ Baca di lead II dan V1 ▪ Gel. P di V1 berbentuk bifasik ▪ Depol atrium kanan  defleksi positinf ▪ Depol atrium kiri  defleksi negatif

▪ Bila ada atrium yang membesar, maka depolarisasi akan memanjang sehingga dapat mempengaruhi morfologi P ▪ Right Atrial Enlargement  P Pulmonale ▪ Amplitudo P jadi tinggi

▪ Left atrial enlargement  P mitrale ▪ Ada dua puncak gelombang P

Interpretasi

PR interval

Teori ▪ Dari AWAL gel P hingga awal kompleks QRS ▪ Pitfall: menghitung PR interval dari akhir gelombang P

▪ Nilai normal ▪ 0.12-0.20 detik atau 3-5 kotak kecil

▪ Kelainan ▪ PR interval memanjang  AV blok derajat I atau II ▪ PR interval memendek  sindrom pre eksitasi, misal WPW syndrome

Contoh 1 ▪ PR interval kira kira 8-9 kotak kecil (0.32-0.36 detik) ▪ PR interval relatif regular, maka: Blok AV derajat 1

Contoh 2 ▪ PR interval bervariasi, semakin lama semakin panjang ▪ Range kira kira 0.28-0.36 detik

▪ Blok AV derajat 2 Mobitz I

Contoh 3 ▪ PR interval sekitar 0.08-0.10s ▪ Awal kompleks QRS berbentuk slurred  delta wave

▪ Wolff-Parkinson-White (WPW) syndrome

Delta wave

Kompleks QRS

Interpretasi ▪ Lebar kompleks QRS (normal 0.08-0.12 detik) ▪ ORS normal disebut juga QRS sempit  normal ECG atau aritmia supraventrikel ▪ ORS lebar (> 0.12 detik)  aritmia ventrikel, aberansi, bundle branch block

▪ Morfologi ▪ Bentuk tertentu, misal rSR’ menandakan adanya bundle branch block ▪ Bila tidak ada, laporkan sebagai morfologi normal

▪ Amplitudo ▪ Tinggi: hipertrofi ventrikel  gunakan kriteria Sokolow Lyon ▪ Low voltage QRS: obesitas, efusi perikard, pneumothoraks, myxedema

▪ Definisi low voltage QRS ▪ Amplitudo di sadapan ekstremitas < 5 mm, di precordial < 10 mm

▪ Strain Pattern  tanda hipertrofi ventrikel: LV strain untuk LVH, RV strain untuk RVH

Kriteria LVH, cukup terpenuhi salah satu saja

 Ini maksudnya LV Strain

Bentuk strain pattern? ▪ Perubahan gelombang ST dan T akibat hipertrofi ventrikel ▪ Amplitudo QRS tinggi diikuti ST depresi dan inversi T

▪ Lokasi ▪ Sekitar V1-V2  RV strain = hipertrofi ventrikel kanan ▪ Sekitar V5-V6  LV strain = hipertrofi ventrikel kiri

▪ Sering salah dikira sbg NSTEMI  lihat klinis dan riwayat pasien

Tinggi R > 26 mm

Kriteria untuk RVH

Contoh ▪ Durasi QRS 0.08 s  normal ▪ Right Axis Deviation, R di V1 > 7 mm, tinggi R/S di V1 lebih dari 1, pola RV strain  Right Ventricular Hypertrophy

Right Axis Deviation

R 11 mm, pola RV Strain, rasio tinggi R/S > 1

ORS lebar vs sempit? ▪ Durasi QRS > 0.12 s  QRS lebar ▪ Ventricular tachycardia

ORS lebar vs sempit? ▪ Durasi QRS < 0.12 s  QRS sempit ▪ SupraVentricular tachycardia

ST segment dan gelombang T

ST segment ▪ Pelaporan: ▪ Isoelektrik (normal) ▪ Elevasi (sebutkan lead mana saja) ▪ Depresi (sebutkan lead mana saja)

▪ Makna klinis ▪ ▪ ▪ ▪ ▪

Infark miokard Perikarditis Bundle branch block Ventricular hypertrophy Sindrom brugada

▪ Ingat, setiap ada abnormalitas segmen ST jangan dikit dikit selalu dibilang infark. Lihat juga klinis pasien, apakah ada nyeri dada khas

Gelombang T ▪ Merupakan repolarisasi ventrikel ▪ Pelaporan ▪ Normal ▪ Abnormal  sebutkan abnormalitas dan ada di lead mana saja

▪ Inversi T di lead seperti lead III, aVR, dan V1 adalah variasi normal ▪ Kelainan gelombang T ▪ ▪ ▪ ▪

Hyperacute T  T tinggi asimetris  infark miokard Tall T  hyperkalemia T flat  hypokalemia T inversi  variasi normal, pediatric ECG, iskemia, bundle branch block, hipertrofi ventrikel

Tall T pada hiperkalemia

T Inversi dalam pada Infark Miokard

QT interval ▪ Awal QRS hingga akhir gelombang T ▪ QT interval memanjang bila bradikardi dan memendek bila takikardi  perlu koreksi  QT corrected

▪ QT corrected ▪ ▪ ▪ ▪

Banyak formula, bisa pake kalkulator online QTc = QT / √ RR interval Normal: laki laki < 0.44 s, perempuan < 0.46 s QT memanjang  efek obat, kongenital, gangguan elektrolit ▪ Berkaitan risiko aritmia, terutama torsade de pointes

Contoh ▪ RR interval = ± 1.48 s ▪ QT interval = ± 0,72 s ▪ QTc = 0.72 / √ 1.48

▪ QTc = 0.72/1.21 ▪ QTc = 0.595 s ▪ Kesimpulan: Prolonged QT interval

Latihan EKG

Jawaban lihat di notes

Ada 4 contoh lain, coba kerjakan sendiri

Tips baca EKG ▪ Mengerti ilmu dasar ▪ Sering sering lihat dan diskusi ▪ Kalau bingung jangan malu bertanya

▪ Selalu cocokkan dengan klinis dan faktor risiko pasien ▪ Treat the patient, not the ECG ▪ Contoh: bila ada ST elevasi di lead V3 saja, sisanya normal, pasien compos mentis, kuat berlari, dan tak ada keluhan sama sekali, maka jangan buru buru mendiagnosis infark miokard

▪ Teori dan contoh ekg: lifeinthefastlane.com

▪ Simulator EKG untuk latihan: skillstat.com

Thank you Selamat belajar

Related Documents

Interpretasi Data
February 2021 1
Interpretasi P Value
February 2021 1
Dasar Interpretasi Ekg
January 2021 0

More Documents from "Hadeci Lovenda Putri"

Chp9 Beams
January 2021 1