1. Yohanes Pembabtis.: Kisah 55 Tokoh Dalam Alkitab

  • Uploaded by: Joni
  • 0
  • 0
  • February 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 1. Yohanes Pembabtis.: Kisah 55 Tokoh Dalam Alkitab as PDF for free.

More details

  • Words: 57,173
  • Pages: 155
Loading documents preview...
KISAH 55 TOKOH DALAM ALKITAB 1. Yohanes Pembabtis. Yohanes Pembaptis adalah seorang guru dan penginjil terkenal di Provinsi Iudaea pada abad ke-1 M yang dicatat riwayatnya dalan bagian Perjanjian Baru di Alkitab [[Kristen]. Ia merupakan keturunan suku

Lewi,

putra

dari Elisabet,

saudara

sepupu Maria,

ibu Yesus.

Ayahnya, Zakharia adalah seorang imam dari rombongan Abia yang bertugas di Bait Allah. Dalam Katolik, Yohanes disimbolkan dengan seorang pertapa mengenakan pakaian dari bulu domba yang sedang berkhotbah dan bersanding dengan seekor domba dan tanggal peringatannya adalah  24 Juni dan 29 Agustus. Menurut kepercayaan Kristen, Yohanes adalah utusan Allah yang mendahului Yesus Kristus. Yesus mengatakan: "Di antara mereka yang dilahirkan oleh wanita tidak pernah tampil seorang yang lebih besar daripada Yohanes Pembaptis." (Matius 11:11). Masa kecil Yohanes tidak banyak diketahui,

kecuali

ketika

masih

dalam

sewaktu Maria berkunjung ke rumah ibunya.

kandungan

Elisabet,

ia

melonjak

kegirangan

[11]

Yohanes diberi gelar Pembaptis karena pekerjaannya yaitu membaptis orang-orang Israel untuk mempersiapkan kedatangan Tuhan Yesus. Setelah Yesus, yang berselisih usia 6 bulan dengan Yohanes, berumur 30 tahun dan akan memulai pelayananNya, maka Ia mendatangi Yohanes untuk dibaptiskan. Masa muda Riwayat kelahiran dan masa muda Yohanes Pembaptis tercantum dalam Injil Lukas pasal pertama. Pemberitahuan kelahiran Awalnya pasangan Elisabet dan Zakharia tidak dikaruniai anak, karena Elisabet mandul. Suatu

hari

Zakharia

bertugas

membakar

ukupan

di Bait

Allah.

Tiba-tiba malaikat

Gabriel menampakkan diri kepadanya dan memberitahukan bahwa Tuhan akan mengaruniakan anak laki-laki padanya yang akan dinamai Yohanes dan banyak orang akan bersuka cita atas kelahirannya. Anak itu akan menyiapkan umat Israel untuk menyambut datangnya Mesias. Zakharia tidak percaya karena Elisabet dan dirinya sudah lanjut. Karena itu ia menjadi bisu sampai anaknya lahir. [12] Kunjungan Maria Saat Yohanes sudah enam bulan di dalam kandungan ibunya, Maria, ibu Yesus, berangkat dari Nazaret di Galilea ke pegunungan menuju ke rumah mereka di sebuah kota di Yehuda. Di situ Maria masuk ke rumah Zakharia dan memberi salam kepada Elisabet. Dan ketika Elisabet mendengar salam Maria, melonjaklah Yohanes yang di dalam rahimnya dan Elisabetpun penuh dengan Roh Kudus, lalu berseru dengan suara nyaring (kepada Maria): "Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu. Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku? Sebab sesungguhnya, ketika salammu sampai kepada telingaku, anak yang di

dalam rahimku melonjak kegirangan. Dan berbahagialah ia, yang telah percaya, sebab apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan, akan terlaksana." [13] Dan Maria tinggal kira-kira tiga bulan lamanya bersama dengan Elisabet, lalu pulang kembali ke rumahnya (di Nazaret, Galilea).[14] Kelahiran dan pemberian nama Kemudian genaplah bulannya bagi Elisabet untuk bersalin dan iapun melahirkan seorang anak lakilaki. Ketika tetangga-tetangganya serta sanak saudaranya mendengar, bahwa Tuhan telah menunjukkan rahmat-Nya yang begitu besar kepadanya, bersukacitalah mereka bersama-sama dengan dia. Maka datanglah mereka pada hari yang kedelapan untuk menyunatkan anak itu dan mereka hendak menamai dia Zakharia menurut nama bapanya, tetapi ibunya berkata: "Jangan, ia harus dinamai Yohanes." Kata mereka kepadanya: "Tidak ada di antara sanak saudaramu yang bernama demikian." Lalu mereka memberi isyarat kepada bapanya untuk bertanya nama apa yang hendak diberikannya kepada anaknya itu. Ia meminta batu tulis, lalu menuliskan kata-kata ini: "Namanya adalah Yohanes." Dan merekapun heran semuanya. Dan seketika itu juga terbukalah mulutnya dan terlepaslah lidahnya, lalu ia berkata-kata dan memuji Allah. Maka ketakutanlah semua orang yang tinggal di sekitarnya, dan segala peristiwa itu menjadi buah tutur di seluruh pegunungan Yudea. Dan semua orang, yang mendengarnya, merenungkannya dan berkata: "Menjadi apakah anak ini nanti?" Sebab tangan Tuhan menyertai dia.[15] Nubuat Zakharia mengenai Yohanes Zakharia, ayah Yohanes, penuh dengan Roh Kudus, lalu bernubuat, katanya: "Terpujilah Tuhan, Allah Israel, sebab Ia melawat umat-Nya dan membawa kelepasan baginya, Ia menumbuhkan sebuah tanduk keselamatan bagi kita di dalam keturunan Daud, hamba-Nya itu, --seperti yang telah difirmankan-Nya sejak purbakala oleh mulut nabi-nabi-Nya yang kudus-- untuk melepaskan kita dari musuh-musuh kita dan dari tangan semua orang yang membenci kita, untuk menunjukkan rahmat-Nya kepada nenek moyang kita dan mengingat akan perjanjian-Nya yang kudus, yaitu sumpah yang diucapkan-Nya kepada Abraham, bapa leluhur kita, bahwa Ia mengaruniai kita, supaya kita, terlepas dari tangan musuh, dapat beribadah kepada-Nya tanpa takut, dalam kekudusan dan kebenaran di hadapan-Nya seumur hidup kita. Dan engkau, hai anakku, akan disebut nabi Allah Yang Mahatinggi; karena engkau akan berjalan mendahului Tuhan untuk mempersiapkan jalan bagi-Nya, untuk memberikan kepada umat-Nya pengertian akan keselamatan yang berdasarkan pengampunan dosadosa mereka, oleh rahmat dan belas kasihan dari Allah kita, dengan mana Ia akan melawat kita, Surya pagi dari tempat yang tinggi, untuk menyinari mereka yang diam dalam kegelapan dan dalam naungan maut untuk mengarahkan kaki kita kepada jalan damai sejahtera (= shalom)."[16] Pertumbuhan Adapun anak itu (Yohanes) bertambah besar dan makin kuat rohnya. Dan ia tinggal di padang gurun sampai kepada hari ia harus menampakkan diri kepada Israel. [17] Perhitungan waktu Kelahiran Pemberitahuan kelahiran Yohanes terjadi saat imam Zakharia dari rombongan Abia, melakukan tugasnya di Bait Allah pada zaman Herodes, raja Yudea.[18] Rombongan Abia adalah

kelompok ke-8 dari 24 kelompok imam yang bergiliran melakukan tugas di Bait Allah (1 Tawarikh 24:7-18).

Ada

pakar

yang

berpendapat

giliran

ini

biasanya

jatuh

pada

awal

bulan Sivan dalam kalender Yahudi atau sekitar bulan Juni kalender Masehi. Dengan demikian Elisabet mulai hamil pada bulan Juni atau segera setelahnya. 

Jika kehamilan dimulai bulan Juni, maka Yohanes Pembaptis diperkirakan lahir bulan MaretApril pada tahun berikutnya, menurut kalender Masehi, yaitu sekitar Paskah Yahudi.



Saat Yohanes sudah enam bulan di dalam kandungan ibunya, Maria, ibu Yesus, mengunjungi rumah mereka, segera setelah malaikat Gabriel memberitakan bahwa ia akan mengandung bayi Yesus atas kuasa Roh Kudus.Lukas 1:26-40 Dengan demikian Yohanes berusia lebih tua sekitar 6 bulan daripada Yesus Kristus. Mengingat Yesus Kristus diperkirakan lahir sekitar bulan September 6 SM, maka Yohanes diperkirakan lahir pada bulan Maret 6 SM.

Permulaan pekerjaan Dalam tahun kelima belas dari pemerintahan Kaisar Tiberius, ketika Pontius Pilatus menjadi wali negeri Yudea, dan Herodes raja wilayah Galilea, Filipus, saudaranya, raja wilayah Iturea dan Trakhonitis, dan Lisanias raja wilayah Abilene, pada waktu Hanas dan Kayafas menjadi Imam Besar, datanglah firman Allah kepada Yohanes, anak Zakharia, di padang gurun. [19] Berdasarkan perbedaan usia yang hanya 6 bulan lebih tua dari Yesus, maka Yohanes memulai pelayanannya kira-kira pada usia 30 tahun.[20] 

Kaisar Tiberius memerintah dari tanggal 18 September 14 M sampai dengan tanggal 16 Maret 37 M. Ia menjadi kaisar menggantikan Augustus yang meninggal pada tanggal 19 Agustus 14 M.



Tahun ke-15 pemerintahannya (= tahun 340 Era Seleucid) menurut penanggalan Helenistik Romawi dihitung dari musim gugur tahun 28 sampai tahun 29 M.[21]



Pontius Pilatus menjabat sebagai prefek Provinsi Iudaea dari tahun 26 sampai 36 M.



Herodes Antipas menjadi tetrarkh wilayah Galilea dari tahun 4 sampai 39 M.



Filipus menjadi tetrarkh wilayah Iturea dan Trakhonitis dari tahun 4 sampai kematiannya pada tahun 34 M.

Jadi Yohanes memulai pekerjaannya sekitar tahun 28-29 M. Permulaan pekerjaan Yohanes Pembaptis mulai tampil di padang gurun Yudea dan ke seluruh daerah Yordan dan memberitakan: "Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat.[22] Bertobatlah dan berilah dirimu dibaptis dan Allah akan mengampuni dosamu."[23] Identitas Menurut Injil Matius, Injil Markus, dan Injil Lukas, sesungguhnya dialah yang dimaksudkan nabi Yesaya (seperti ada tertulis dalam kitab nubuat-nubuat nabi Yesaya) ketika ia berkata: "Lihatlah,

Aku menyuruh utusan-Ku mendahului Engkau, ia akan mempersiapkan jalan bagi-Mu;Ada suara orang yang berseru-seru di padang gurun: Persiapkanlah jalan untuk Tuhan, luruskanlah jalan bagiNya.[24] Setiap lembah akan ditimbun dan setiap gunung dan bukit akan menjadi rata, yang berlikuliku akan diluruskan, yang berlekuk-lekuk akan diratakan, dan semua orang akan melihat keselamatan yang dari Tuhan."[25] Ini merupakan kutipan dari Kitab Nabi Yesaya 40:3-5 Yohanes memakai jubah bulu unta dan ikat pinggang kulit, dan makanannya belalang dan madu hutan.[26] Kemudian masyarakat mengaku dosa dan bersedia dibaptis oleh Yohanes. Ketika orang menanyakan siapakah dirinya ia menjawab, "Akulah suara yang berseru di padang gurun: Luruskanlah jalan Tuhan! Aku membaptis kamu dengan air. Tetapi di tengah-tengah kamu berdiri Dia yang tidak kamu kenal. Dia yang datang kemudian daripadaku. Membuka tali kasutNya pun aku tak pantas". Dan inilah kesaksian Yohanes ketika orang Yahudi dari Yerusalem mengutus beberapa imam dan orang-orang Lewi kepadanya untuk menanyakan dia: "Siapakah engkau?" Ia mengaku dan tidak berdusta, katanya: "Aku bukan Mesias." Lalu mereka bertanya kepadanya: "Kalau begitu, siapakah engkau? Elia?" Dan ia menjawab: "Bukan!" "Engkaukah nabi yang akan datang?" Dan ia menjawab: "Bukan!" Maka kata mereka kepadanya: "Siapakah engkau? Sebab kami harus memberi jawab kepada mereka yang mengutus kami. Apakah katamu tentang dirimu sendiri?" Jawabnya: "Akulah suara orang yang berseru-seru di padang gurun: Luruskanlah jalan Tuhan! seperti yang telah dikatakan nabi Yesaya." Dan di antara orang-orang yang diutus itu ada beberapa orang Farisi. Mereka bertanya kepadanya, katanya: "Mengapakah engkau membaptis, jikalau engkau bukan Mesias, bukan Elia, dan bukan nabi yang akan datang?" Yohanes menjawab mereka, katanya: "Aku membaptis dengan air; tetapi di tengah-tengah kamu berdiri Dia yang tidak kamu kenal, yaitu Dia, yang datang kemudian dari padaku. Membuka tali kasut-Nyapun aku tidak layak." Maka

datanglah

kepadanya

penduduk

dari Yerusalem, dari seluruh Yudea dan dari seluruh daerah sekitar Yordan. Lalu sambil mengaku dosanya mereka dibaptis oleh Yohanes di sungai Yordan.[27]

Lukisan Francesco Albani (abad ke-17)Baptism of Christ ("Pembaptisan Yesus") adalah pengambaran tipikal dengan langit terbuka danRoh Kudus turun dalam rupa seperti burung merpati.[28] Pengajaran Pada waktu Yohanes Pembaptis melihat banyak orang Farisi dan orang Saduki datang untuk dibaptis, berkatalah ia kepada mereka dan orang banyak yang datang kepadanya untuk dibaptis, katanya: "Hai kamu keturunan ular beludak. Siapakah yang mengatakan kepada kamu, bahwa kamu dapat melarikan diri dari murka yang akan datang? Jadi hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan. Dan janganlah mengira, bahwa kamu dapat berkata dalam hatimu: Abraham adalah bapa kami! Karena aku berkata kepadamu: Allah dapat menjadikan anak-anak bagi Abraham dari batu-batu ini! 3:10 Kapak sudah tersedia pada akar pohon dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api."[29] Orang banyak bertanya kepadanya: "Jika demikian, apakah yang harus kami perbuat?" Jawab Yohanes: "Barangsiapa mempunyai dua helai baju, hendaklah ia membaginya dengan yang tidak punya, dan barangsiapa mempunyai makanan, hendaklah ia berbuat juga demikian."[30] Ada datang juga pemungut-pemungut cukai untuk dibaptis dan mereka bertanya kepadanya: "Guru, apakah yang harus kami perbuat?" Jawabnya: "Jangan menagih lebih banyak dari pada yang telah ditentukan bagimu." [31] Dan prajurit-prajurit bertanya juga kepadanya: "Dan kami, apakah yang harus kami perbuat?" Jawab Yohanes kepada mereka: "Jangan merampas dan jangan memeras dan cukupkanlah dirimu dengan gajimu."[32] Tetapi karena orang banyak sedang menanti dan berharap, dan semuanya bertanya dalam hatinya tentang Yohanes, kalau-kalau ia adalah Mesias, Yohanes menjawab dan berkata kepada semua orang itu: "Aku membaptis kamu dengan air sebagai tanda pertobatan, tetapi Ia yang datang kemudian dari padaku lebih berkuasa dari padaku dan dan membuka tali kasut-Nyapun aku tidak layak. Ia akan membaptiskan kamu dengan Roh Kudus dan dengan api. Alat penampi sudah ditangan-Nya. Ia akan membersihkan tempat pengirikan-Nya dan mengumpulkan gandum-Nya ke dalam lumbung-Nya, tetapi debu jerami itu akan dibakar-Nya dalam api yang tidak terpadamkan." [33] Dengan banyak nasihat lain Yohanes memberitakan Injil kepada orang banyak. [34] Yesus datang untuk dibaptis Maka datanglah Yesus dari Nazaret di tanah Galilea ke sungai Yordan kepada Yohanes untuk dibaptis olehnya (di sungai Yordan).[35] Tetapi Yohanes mencegah Dia, katanya: "Akulah yang perlu dibaptis oleh-Mu, dan Engkau yang datang kepadaku?" Lalu Yesus menjawab, kata-Nya kepadanya: "Biarlah

hal itu terjadi, karena demikianlah sepatutnya kita menggenapkan seluruh kehendak Allah." Dan Yohanespun menuruti-Nya.[36] Ketika seluruh orang banyak itu telah dibaptis dan ketika Yesus juga sudah dibaptis, Yesus segera keluar dari air dan Ia berdoa. Pada waktu Ia sedang berdoa, maka langit terbuka (Injil Markus: "terkoyak") dan Ia melihat Roh Allah (Injil Lukas: "Roh Kudus") dalam rupa seperti burung merpati turun ke atas-Nya,[37] lalu terdengarlah suara dari sorga (Injil Lukas: "langit") yang mengatakan: "Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan."[38] (Injil Matius: "Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan."[39]) Kesaksian tentang Yesus Yohanes Pembaptis memberi kesaksian tentang Yesus dan berseru, katanya: "Inilah Dia, yang kumaksudkan ketika aku berkata: Kemudian dari padaku akan datang Dia yang telah mendahului aku, sebab Dia telah ada sebelum aku."[40] Ketika Yohanes Pembaptis melihat Yesus yang baru kembali dari padang gurun, ia memberikan kesaksian sekali lagi tentang Yesus: "Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia. Dialah yang kumaksud ketika kukatakan: Kemudian dari padaku akan datang seorang, yang telah mendahului aku, sebab Dia telah ada sebelum aku. Dan aku sendiripun mula-mula tidak mengenal Dia, tetapi untuk itulah aku datang dan membaptis dengan air, supaya Ia dinyatakan kepada Israel." Dan Yohanes memberi kesaksian, katanya: "Aku telah melihat Roh turun dari langit seperti merpati, dan Ia tinggal di atas-Nya. Dan akupun tidak mengenal-Nya, tetapi Dia, yang mengutus aku untuk membaptis dengan air, telah berfirman kepadaku: Jikalau engkau melihat Roh itu turun ke atas seseorang dan tinggal di atas-Nya, Dialah itu yang akan membaptis dengan Roh Kudus. Dan aku telah melihat-Nya dan memberi kesaksian: Ia inilah Anak Allah."[41] Pada keesokan harinya Yohanes berdiri di situ pula dengan dua orang muridnya. Dan ketika ia melihat Yesus lewat, ia berkata: "Lihatlah Anak domba Allah!" Murid-murid tersebut adalah Yohanes, penulis Injil Yohanes, dan Andreas, saudara Simon Petrus. Kedua murid itu mendengar apa yang dikatakannya itu, lalu mereka pergi mengikut Yesus. [42] Diadu domba dengan Yesus Sesudah beberapa lama di Galilea, Yesus pergi dengan murid-murid-Nya ke tanah Yudea. Pertama-tama ke Yerusalem untuk merayakan Paskah dan kemudian Ia diam di daerah Yudea bersama-sama murid-murid-Nya dan membaptis. [43] Meskipun Yesus sendiri tidak membaptis, melainkan murid-murid-Nya.[44] Akan tetapi Yohanespun membaptis juga di Ainon, dekat Salim, sebab di situ banyak air, dan orang-orang datang ke situ untuk dibaptis. Pada waktu itu Yohanes belum dimasukkan ke dalam penjara.

2. Simon Petrus. Simon

Petrus (Simon nama

aslinya, Petrus,

atau Kefas nama yang diberikan Yesus) adalah salah seorang dari dua belas rasulYesus. Ia adalah seorang nelayan dari Galilea yang diberi posisi pemimpin oleh Yesus

(Matius

16:18, Yohanes

21:15-16).

Ia

dan

saudaranya, Andreas adalah rasul pertama yang dipanggil oleh Yesus. Simon dinamakan sebagai Petrus atau "batu karang", yang mengisyaratkan bahwa Yesus meletakkan landasan gereja-Nya di atas Petrus. Dalam Perjanjian Baru Latar belakang Menurut Injil

Yohanes Petrus

lahir

di Betsaida, Galilea, dan ayahnya bernama Yohanes (Yohanes 1:42)/Yunus (Matius 16:17). Dikisahkan juga bahwa Yesus pernah menyembuhkan ibu mertua Petrus yang berarti Petrus pernah menikah. Sebelum ia mengikuti Yesus, ia dan saudaranya, Andreas bekerja sebagai penjala ikan (nelayan). Panggilan Yesus Dalam Injil Matius dan Markus diceritakan bahwa Petrus sedang mencari ikan di danau Genesaret ketika Yesus menghampiri mereka dan berkata, "Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia." (Matius 4:19). Dalam Injil Lukas diceritakan bahwa Yesus naik ke perahu Petrus untuk mengajar orang banyak di tepi danau Genesaret, kemudian ia menunjuk Petrus untuk menebarkan jalanya karena ia tahu bahwa Petrus semalaman tidak mendapatkan ikan. Petrus mematuhi petunjuk Yesus dan ia serta nelayan lainnya mendapat ikan dalam jumlah besar. Dengan mujizat tersebut Petrus menjadi percaya kepada Yesus bersama-sama dengan Yakobus dan Yohanes. Andreas tidak disebutkan dalam kisah ini. Dalam Injil Yohanes diceritakan bahwa Andreas adalah salah satu murid Yohanes Pembaptis yang pergi untuk mengikut Yesus. Ia lalu memanggil saudaranya, Simon, dan menceritakan bahwa ia telah menemukan Mesias. Andreas lalu membawa Petrus kepada Yesus dan Yesus menamakan Simon "Kefas" (bahasa Aram) untuk 'batu', bahasa Yunani maskulin: "Petros", feminim: "Petra". Di kemudian hari nama Yunaninya banyak digunakan karena bahasa Yunani adalah bahasa universal pada waktu itu.

Yesus memandang dia dan berkata: "Engkau Simon, anak Yohanes, engkau akan dinamakan Kefas (artinya: Petrus)."(Yohanes 1:42) Yesus menamai Simon sebagai Petrus atau "batu karang", yang mengisyaratkan bahwa Yesus meletakkan landasan gereja-Nya di atas Petrus. (Matius 16:18). Mencuci kaki Dalam Injil Yohanes diceritakan bahwa ketika Petrus menolak kakinya dicuci oleh Yesus yang mencuci kaki murid-muridnya (karena ia merasa tidak layak), Yesus menjawabnya "Jikalau Aku tidak membasuh engkau, engkau tidak mendapat bagian dalam Aku." Petrus lalu menjawab Yesus, "Tuhan, jangan hanya kakiku saja, tetapi juga tangan dan kepalaku!" (Yohanes 13:6-9) Berjalan di atas air Perahu yang diombang ambingkan gelombang di danau Genesaret; Rembrandt 1633 Dalam Injil Matius diceritakan Petrus yang berjalan di atas air ketika ia melihat Yesus yang berjalan di atas air, namun karena ia takut, maka ia tenggelam lalu ditolong oleh Yesus. (Matius 14:22-32). Injil Markus juga menceritakan Yesus yang berjalan di atas air namun tidak menceritakan Petrus yang berjalan di atas air. Mengakui Yesus sebagai Kristus Petrus yang pertama kali mengakui imannya akan Yesus sebagai Mesias, Anak Allah yang hidup (Matius 16:16,Markus 8:29, Lukas 9:20). Petrus juga hadir dan berbicara dalam kisah-kisah lebih sering daripada rasul-rasul yang lain, misalnya dalam peristiwa Transfigurasi Kristus, peristiwa Petrus menegur Yesus yang berkata bahwa Ia akan disalibkan, kisah Petrus dan pemungut bea Bait Allah, kisah Yesus berdoa di taman Getsemani, kisah Yesus dan pohon ara, dan lain-lainnya. Penangkapan Yesus Dalam Injil Yohanes diceritakan bahwa ketika Yesus akan ditangkap, Petrus menghunus pedangnya dan memotong telinga kanan hamba Imam Besar yang mencoba menangkap Yesus, yang bernama Malkhus. Yesus lalu menegur Petrus, dan di dalam Injil Lukas ditambahkan bahwa Yesus lalu menjamah telinga Malkhus dan menyembuhkannya. (Lukas 22:51) Petrus menyangkal Yesus Yesus memperingati Petrus bahwa setelah Ia ditangkap nanti, Petrus akan menyangkalNya tiga kali, "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya malam ini, sebelum ayam berkokok, engkau telah menyangkal Aku tiga kali." (Matius 26:34) Sebelum dan sesudah Yesus mengatakan itu, Petrus masih bersikeras bahwa ia adalah murid yang paling setia. “

Petrus menjawab-Nya: "Biarpun mereka semua tergoncang imannya karena Engkau, aku sekali-kali tidak." (Matius 26:33)





Kata Petrus kepada-Nya: "Sekalipun aku harus mati bersama-sama Engkau, aku takkan menyangkal Engkau." Semua murid yang lainpun berkata demikian juga. (Matius 26:35)



Pada akhirnya diceritakan bahwa tepat seperti perkataan Yesus, Petrus telah menyangkal Yesus tiga kali sebelum ayam berkokok. “

Sementara itu Petrus duduk di luar di halaman. Maka datanglah seorang hamba perempuan kepadanya, katanya: "Engkau juga selalu bersama-sama dengan Yesus, orang Galilea itu." Tetapi ia menyangkalnya di depan semua orang, katanya: "Aku tidak tahu, apa yang engkau maksud." Ketika ia pergi ke pintu gerbang, seorang hamba lain melihat dia dan berkata kepada orang-orang yang ada di situ: "Orang ini bersama-sama dengan Yesus, orang Nazaret itu." Dan ia menyangkalnya pula dengan bersumpah: "Aku tidak kenal orang itu." Tidak lama kemudian orang-orang yang ada di situ datang kepada Petrus dan berkata: "Pasti engkau juga salah seorang dari mereka, itu nyata dari bahasamu." Maka mulailah Petrus mengutuk dan bersumpah: "Aku tidak kenal orang itu." Dan pada saat itu berkokoklah ayam. (Matius 26:69-74)



Karya setelah penyaliban Yesus Petrus masih belum berkarya banyak pasca kenaikan Yesus ke Surga. Petrus dan murid-murid yang lain masih tinggal di dalam kota Yerusalem, berkumpul untuk bertekun dan berdoa bersama dengan sekitar seratus dua puluh orang, sampai tiba hari Pentakosta, di mana Roh Kudus dicurahkan seperti lidah-lidah api. Setelah peristiwa itulah, Petrus memberikan kotbah yang akhirnya menyebabkan tiga ribu orang memberi diri dibaptis. Petrus

dan

di Yerusalem yang

Yohanes

menyembuhkan

menimbulkan

kegaduhan

seorang

lumpuh

[1]

besar.  Keduanya

di

gerbang

ditangkap

dan

Bait

Allah

dihadapkan

keMahkamah Agama (Sanhedrin) tetapi dilepaskan dan terus mengabarkan Injil Yesus Kristus. [2]

 Bersama Yohanes, Petrus pergi ke Samaria dan memulai pencurahan Roh Kudus bagi mereka yang

percaya

di

sana.[3] Petrus

diberi

karunia

menyembuhkan

banyak

orang

sakit

dan

membangkitkan Dorkas dari kematian.[4] Orang bukan Yahudi, selain orang Samaria, sudah mulai mendengar kabar Injil sejak masa hidup Yesus Kristus, tetapi pencurahan Roh Kudus baru secara nyata terjadi pada waktu Petrus mengunjungi rumah Kornelius, seorang perwira Romawi, di Kaisarea.[5] Ini terjadi setelah Petrus mendapatkan penglihatan ajaib dengan pesan bahwa " "Apa yang dinyatakan halal oleh Allah, tidak boleh engkau nyatakan haram."[6] Berdasarkan peristiwa itu Injil mulai dinyatakan bagi segala bangsa dan diteguhkan dalam Konsili Yerusalem.[7] Setelah rasul Yakobus, saudara Yohanes, dihukum mati oleh Herodes Antipas, Petrus dilepaskan dari panjara secara ajaib oleh seorang malaikat. Ia memberikan pesan melalui keluarga Yohanes Markus agar kepemimpinan jemaat di Yerusalem dipegang oleh Yakobus, adik Yesus Kristus, kemudian ia meninggalkan Yerusalem dan pergi ke luar Yudea. [8] Petrus sempat

menghadiri Konsili Yerusalem, tetapi kemudian tidak tercatat lagi keberadaannya kecuali dalam surat pertamanya ia menyiratkan sedang berada di Babilon.[9] Menurut catatan tradisi gereja, di kemudian hari Petrus pergi dan tinggal di Roma. Roma kala itu adalah pusat seluruh Kekaisaran Romawi. Di sana, Petrus mempertobatkan banyak orang. Ketika penganiayaan yang kejam terhadap orang-orang Kristen dimulai, jemaat di sana memohon pada Petrus untuk meninggalkan Roma dan menyelamatkan diri. Quo Vadis[sunting | sunting sumber] Konon menurut tradisi, ia memang sedang dalam perjalanan meninggalkan Roma ketika ia berjumpa dengan Yesus di tengah jalan. Petrus bertanya kepada-Nya, “Tuhan hendak ke manakah Engkau pergi?” (dalam bahasa Latin: "Quo Vadis Domine?") Jawab Yesus, “Aku datang untuk disalibkan kedua kalinya.” Kemudian Petrus berbalik dan kembali ke Roma. Ia mengerti bahwa penglihatannya berarti bahwa ia harus menderita dan wafat bagi Yesus. Saat itu belum disebut paus, namun Petrus telah menjadi kepala Konsili Para Rasul di Yerusalem pada

tahun 50,

meskipun

adalah Yakobus, adik Yesus Kristus.

dalam

Konsili

Yerusalem

yang

menjadi

ketua

[10]

Karya Selain berkhotbah, Petrus juga menulis 2 surat (Surat 1 Petrus dan 2 Petrus) yang termasuk dalam Perjanjian Baru di Alkitab Kristen. Kematian Menurut tradisi, Petrus wafat dengan cara disalibkan terbalik (kepala di bawah, kaki di atas) di Roma saat pemerintahan Nero setelah menolak disalibkan dengan kepala di atas karena ia merasa tidak layak untuk mati dalam posisi yang sama seperti Yesus. Petrus dimakamkan di tempat yang kini persis di bawah altar utama Basilika Santo Petrus di Vatikan

3. Yusuf ayah Yesus. Yusuf adalah nama laki-laki dalam bahasa Ibrani yang hidup pada abad ke-1 Masehi, yang dikenal sebagai suami dari Maria yang

melahirkan Yesus Kristus.[1][2] Riwayatnya dicatat dalam

bagian Perjanjian Baru di Alkitab Kristen. Injil Matius memberi kesaksian bahwa Yusuf adalah orang yang baik hati dan sederhana.[1] Ia disebut "anak Daud",[3] karena merupakan keturunan langsung dariDaud.[4][5] Pekerjaannya adalah tukang kayu.[6] Keluarga Kudus Yusuf mempunyai tunangan seorang perawan bernama Maria, [7] yang tinggal di Nazaret. [8]

 Sebelum mereka hidup sebagai suami isteri, ternyata Maria mengandung dari Roh Kudus. [7] Sebagai

seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama isterinya di muka umum, ia bermaksud menceraikan Maria dengan diam-diam. Tetapi dalam mimpi Yusuf mendapat perintah dari malaikat

Tuhan untuk tetap menikahi Maria dan memberi nama anak yang akan dilahirkan itu Yesus.[9] Yusuf berbuat seperti yang diperintahkan malaikat Tuhan itu kepadanya. Ia mengambil Maria sebagai isterinya, tetapi tidak bersetubuh dengan dia sampai ia melahirkan anaknya laki-laki. [10] Menjelang kelahiran anak itu, Kaisar Agustus mengeluarkan suatu perintah, menyuruh mendaftarkan semua orang di seluruh dunia.[11] Maka Yusuf pergi dari kota Nazaret di Galilea ke Yudea, ke kota Daud yang bernama Betlehem, --karena ia berasal dari keluarga dan keturunan Daud-- supaya didaftarkan bersama-sama

dengan

Maria,

tunangannya,

yang

sedang

mengandung.

Ketika

mereka

di Betlehem tibalah waktunya bagi Maria untuk bersalin, dan ia melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung, lalu dibungkusnya dengan lampin dan dibaringkannya di dalam palungan, karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan. [12] Yusuf menamakan Dia Yesus.[13] Ia kemudian menjadi seorang suami dan ayah yang baik. [2] Pada hari Yesus dilahirkan, para gembala mendapatkan berita kelahiran-Nya dari malaikat Tuhan, lalu mereka cepat-cepat berangkat dan menjumpai Maria dan Yusuf dan bayi itu, yang sedang berbaring di dalam palungan. Dan ketika mereka melihat-Nya, mereka memberitahukan apa yang telah dikatakan kepada mereka tentang Anak itu. Dan semua orang yang mendengarnya heran tentang apa yang dikatakan gembala-gembala itu kepada mereka. Tetapi Maria menyimpan segala perkara itu di dalam hatinya dan merenungkannya. Maka kembalilah gembala-gembala itu sambil memuji dan memuliakan Allah karena segala sesuatu yang mereka dengar dan mereka lihat, semuanya sesuai dengan apa yang telah dikatakan kepada mereka.[14] Dan ketika genap 8 hari dan Ia harus disunatkan, anak itu secara resmi diberi nama Yesus, yaitu nama yang disebut oleh malaikat sebelum Ia dikandung ibu-Nya.[15][16][17] Guido Reni, Santo Yusuf

Dan ketika genap waktu pentahiran (bayi berusia 40 hari), menurut hukum Taurat Musa, Yusuf dan Maria membawa Yesus ke Yerusalem untuk menyerahkan-Nya kepada Tuhan, seperti ada tertulis dalam hukum Tuhan: "Semua anak laki-laki sulung harus dikuduskan bagi Allah", dan untuk mempersembahkan korban menurut apa yang difirmankan dalam hukum Tuhan, yaitu sepasang burung tekukur atau dua ekor anak burung merpati. [18]

 Sewaktu di Bait Suci itu, Simeon dan Hana memberikan kata-kata nubuat tentang Yesus. Yusuf

yang disebut sebagai "bapa-Nya" serta Maria, ibu-Nya amat heran akan segala apa yang dikatakan tentang Dia.[19] Sewaktu masih tinggal di Betlehem, mereka dikunjungi oleh orang-orang Majus dari Timur yang datang menyembah Yesus dan memberikan persembahan berupa mas, kemenyan dan mur. Setelah orang-orang itu berangkat, malaikat Tuhan memberi tahu Yusuf dalam mimpi bahwa

Yesus mengalami bahaya karena Herodes hendak membunuh bayi tersebut, Yusuf membawa Yesus dan Maria lari ke Mesir.[1][2] Setelah Herodes mati, dan karena takut kepada Arkhelaus, maka Yusuf membawa Maria dan Yesus tinggal di Nazaret, Galilea. [1][2] Setelah itu, Alkitab hanya menyinggung keberadaan Yusuf ketika Yesus pada usia 12 tahun dan mengunjungi Bait Suci di Yerusalem, dan dikatakan bahwa mereka tinggal di Nazaret. Sesudah itu tidak ada lagi riwayat mengenai Yusuf. [1] [2]

 Tradisi menyebutkan Yusuf telah meninggal sebelum peristiwa perkawinan di Kana.[2]

Ketika Yesus memulai pelayanan-Nya, Ia dikenal sebagai "anak Yusuf dari Nazaret". [20] Silsilah Injil

Matius pasal

1 memuat silsilah Yusuf

dari

Abraham

dalam

kaitannya

dengan Yesus Kristus yang dilahirkan dari Maria. Silsilah ini menunjukkan bahwa Yusuf berasal dari keturunan Daud, dan karena itu adalah ahli waris tahtanya. Injil ini juga menyatakan bahwa Yusuf sebenarnya bukan ayah kandung Yesus. Namun secara hukum, Yusuf adalah ayah Yesus. Silsilah yang berhubungan dengan Yesus ini, menurut Injil Matius terdiri dari 14 keturunan sejak Abraham hingga Daud, 14 keturunan dari Daud hingga masa pembuangan ke Babel, dan 14 keturunan dari masa pembuangan ke Babel hingga Yesus Kristus sebagai anak Yusuf:[4]

Dari Abraham hingga Daud

1. Abraham 2. Ishak 3. Yakub 4. Yehuda 5. Peres 6. Hezron 7. Ram 8. Aminadab 9. Nahason 10. Salmon 11. Boas 12. Obed 13. Isai 14. Daud

Dari Salomo hingga Dari masa masa pembuangan ke pembuangan ke Babel Babel hingga Yesus 1. Salomo 2. Rehabeam

1. Yekhonya (Yoyakhin)

3. Abia

2. Sealtiel

4. Asa

3. Zerubabel

5. Yosafat

4. Abihud

6. Yoram

5. Elyakim

7. Uzia

6. Azor

8. Yotam

7. Zadok

9. Ahas

8. Akhim

10. Hizkia

9. Eliud

11. Manasye

10. Eleazar

12. Amon

11. Matan

13. Yosia

12. Yakub

14. Yoyakim

13. Yusuf

(Elyakim)*

14. Yesus



Nama Yoyakim atau Elyakim (nama Yoyakim adalah nama pemberian dari Firaun Nekho). Raja ini adalah anak raja Yosia dan ayah raja Yekhonya. Namanya tidak tercantum dalam Kitab Matius, tetapi tercantum di Kitab 1 Tawarikh 3:15-17.

Mimpi-mimpi Yusuf Sebagaimana Yusuf bin Yakub dalam Perjanjian Lama, Yusuf bin Yakub dalam Perjanjian Baru, yang menjadi suami Maria, juga diberi karunia untuk memahami mimpi. DalamInjil Matius dicatat empat mimpi yang berkaitan erat dengan kelahiran Yesus dan peristiwa-peristiwa sesudahnya. 1. Yusuf mendapat kabar bahwa Maria tunangannya sudah mengandung sebelum mereka hidup sebagai suami istri. Sebagai seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama isterinya di muka umum, ia bermaksud menceraikannya dengan diam-diam. Ketika ia mempertimbangkan maksud itu, malaikat Tuhan nampak kepadanya dalam mimpi dan berkata: "Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus. Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus (artinya "Penyelamat"), karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka." Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi: "Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel" --yang berarti: "Allah menyertai kita". Sesudah bangun dari tidurnya, Yusuf berbuat seperti yang diperintahkan malaikat Tuhan itu kepadanya. Ia mengambil Maria sebagai isterinya, tetapi tidak bersetubuh dengan dia sampai ia melahirkan anaknya laki-laki dan Yusuf menamakan Dia Yesus.[21] 2. Setelah Yesus

dilahirkan dan orang-orang

majus

dari

Timur yang

mengunjungi-Nya

berangkat pulang, nampaklah malaikat Tuhan kepada Yusuf dalam mimpi dan berkata: "Bangunlah, ambillah Anak itu serta ibu-Nya, larilah ke Mesir dan tinggallah di sana sampai Aku berfirman kepadamu, karena Herodes akan mencari Anak itu untuk membunuh Dia." Maka Yusufpun bangunlah, diambilnya Anak itu serta ibu-Nya malam itu juga, lalu menyingkir ke Mesir, dan tinggal di sana hingga Herodes mati. Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi: "Dari Mesir Kupanggil Anak-Ku." [22] 3. Setelah Herodes mati, nampaklah malaikat Tuhan kepada Yusuf dalam mimpi di Mesir, katanya: "Bangunlah, ambillah Anak itu serta ibu-Nya dan berangkatlah ke tanah Israel, karena mereka yang hendak membunuh Anak itu, sudah mati." Lalu Yusufpun bangunlah, diambilnya Anak itu serta ibu-Nya dan pergi ke tanah Israel. [23] 4. Tetapi setelah didengar Yusuf, bahwa Arkhelaus menjadi raja di Yudea menggantikan Herodes, ayahnya, ia takut ke sana. Karena dinasihati dalam mimpi, pergilah Yusuf ke daerah Galilea. Setibanya di sana iapun tinggal di sebuah kota yang bernama Nazaret. Hal itu terjadi

supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi-nabi, bahwa Ia akan disebut: Orang Nazaret.[24]

4. Maria ibu Yesus. Maria (Aram-Yahudi ‫מרים‬ Maryām "pahit"; Bahasa Yunani Septuaginta Μαριαμ, Mariam, Μαρια, Maria; bahasa

= Arab: Maryam, ‫)م<<<<<<<<<<<<<<<ريم‬

adalah

ibu Yesus dan tunangan yang kemudian menjadi istri Yusuf[1] dalam Kekristenan. Menurut sumber-sumber non-kanonik, orangtuanya bernama Yoakhim dan Anna (Hana). Sebuah catatan dalam Talmud mengatakan bahwa nama ayahnya adalah Heli atau Eli, yang disebutkan dalam silsilah menurut Lukas.[2] Menurut Al-Qur'an, ayah Maryam adalah Imran, yang namanya diabadikan dalam Surah Ali Imran (artinya Keluarga Imran). Maria, yang saat itu seorang perawan, mengetahui dari malaikatGabriel, utusan Allah, bahwa ia akan mengandung Yesus, anak dari Allah yang hidup, melalui mukjizat dari Roh Kudus. Karena Lukas 1:48 ("mulai dari sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia"), Maria banyak diagungkan di kalangan orang Kristen, khususnya di lingkungan Gereja Katolik Roma dan Gereja Ortodoks. Bidang teologi Kristen yang berhubungan dengannya disebutMariologi. Pesta kelahiran Maria dirayakan di kalangan Gereja Ortodoks, Katolik Roma, dan Anglikan pada 8 September. Gereja Ortodoks dan Katolik Roma juga mempunyai banyak hari perayaan lainnya untuk menghormati Maria. Gelar-gelar Maria Gelar-gelar Maria yang paling lazim antara lain adalah Perawan Terberkati Maria atau Bunda kita (Notre Dame, Nuestra Señora, Madonna). Oleh Gereja Timur dalam Gereja

Ortodoks dan tradisi-tradisi Katolik,

Maria

kerap

disebut

juga

sebagai Theotokos. Gelar bagi Maria ini diakui dalam Konsili Ekumenis III di Efesus pada tahun 431. Theotokos sering diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia sebagai "Bunda Allah," atau lebih harafiah lagi "Yang Melahirkan Allah." Makna Teologis yang terkandung dalam gelar ini adalah bahwa putera Maria, Yesus, adalah sepenuhnya Allah dan sepenuhnya manusia, dan bahwa dua sifat Yesus (Illahi dan insani) dipersatukan dalam satu Pribadi tunggal. Catatan sejarah Maria dalam Perjanjian Baru Sedikit yang diketahui mengenai riwayat hidup Maria dari Perjanjian Baru. Dia adalah kerabat dari Elizabet, istri dari imam Zakariaanggota golongan imam Abia. Elizabet sendiri seorang keturunan Harun[3].

Maria bertempat tinggal di Nazareth di Galilea, kemungkinan bersama dengan kedua orang tuanya, dan sementara itu telah dipertunangkan dengan Yusuf dari Keluarga Daud [4]. Para Apologis Kristen kadang-kadang menduga bahwa Maria, sebagaimana Yusuf, juga adalah seorang keturunan Raja Daud. Selama masa pertunangan mereka – yakni tahap pertama dalam pernikahan Yahudi; selama masa tersebut, pasangan yang dipertunangkan tidak diperbolehkan sama sekali untuk berduaan saja di bawah satu atap, meskipun sudah sah disebut suami isteri – Malaikat Gabriel mewartakan kepadanya bahwa dia akan menjadi ibu dari Mesiasyang dijanjikan itu dengan cara mengandungnya melalui Roh Kudus [5]. Ketika Yusuf diberitahukan mengenai kehamilan Maria dalam sebuah mimpi oleh "seorang malaikat Tuhan", dia terkejut; namun malaikat itu berpesan agar Yusuf tidak gentar dan mengambil Maria sebagai isterinya. Yusuf mematuhinya dengan secara resmi melengkapi ritus pernikahan itu [6]. Karena malaikat telah memberitahukan Maria bahwa Elizabet, yang sebelumnya mandul, kini secara ajaib telah mengandung, Maria lalu segera mengunjungi kerabatnya itu, yang tinggal bersama suaminya Zakaria di sebuah kota Yudea "di daerah perbukitan" (kemungkinan di Yuttah} [7], bersebelahan dengan Maon, sekitar 160 km dari Nazareth)[8]. Begitu Maria tiba dan menyalami Elizabet, Elizabet dengan segera menyatakan Maria sebagai "ibu dari Tuhannya", dan atas pernyataan itu Maria menyanyikan sebuah kidung ungkapan syukur[9] yang umum dikenal sebagai Magnificat. Tiga bulan sesudahnya, tampaknya segera setelah kelahiran Yohanes Pembaptis, Maria pulang ke rumahnya[10]. Ketika kehamilan Maria sendiri makin membesar, tiba sebuah dekrit dari kaisar RomawiAugustus[11] yang menitahkan agar Yusuf dan sanak keluarganya pergi ke Betlehem[12], sekitar 80 atau 90 mil (kurang lebih 130 km) dari Nazareth, untuk mengikuti sensus. Ketika mereka berada di Betlehem, Maria melahirkan putera sulungnya; namun karena tidak ada tempat bagi mereka di penginapan (tempat bernaung yang disediakan bagi orang-orang asing [13], dia harus menggunakan sebuah palungan, atau tempat makan hewan, sebagai buaian bayi. Sesudah delapan hari, anak itu disunat dan dinamai Yesus, menurut instruksi yang diberikan oleh "malaikat Tuhan" kepada Yusuf setelah Maria menerima anunsiasi, karena nama ini menunjukkan bahwa "dia [akan] menyelamatkan umatnya dari dosa-dosa mereka"[14]. Setelah bayi Yesus berusia 40 hari, maka upacara-upacara tradisional tersebut dilanjutkan dengan penyerahan Yesus kepada Tuhan di Bait Allah di Yerusalem sesuai dengan aturan hukum bagi anak-anak sulung. Hal ini kemudian diikuti oleh kunjungan orang-orang majus dari Timur, pengungsian Yusuf beserta Maria dan Yesus ke Mesir, kembalinya mereka dari sana setelah mangkatnya Raja Herodes Agung sekitar tahun 2 atau 1 Sebelum Masehi, dan menetap di Nazaret (Matius 2). Maria tampaknya menetap di Nazaret selama kira-kira tiga puluh tahunan tanpa peristiwa-peristiwa istimewa. Dia terlibat dalam satu-satunya peristiwa di awal kedewasaan Yesus yang tercatat dalam Perjanjian Baru: pada usia dua belas tahun, Yesus terpisah dari orang tuanya dalam perjalanan pulang mereka dari perayaan Paskah Yahudi di Yerusalem lalu ditemukan di tengah para guru di Bait Allah [15]. Kemungkinan besar antara peristiwa tersebut sampai dengan permulaan tampilnya Yesus ke depan umum, Maria menjadi janda, karena Yusuf tidak disebut-sebut lagi. Setelah Yesus dibaptis oleh Yohanes Pembaptis dan dicobai oleh iblis di padang gurun, Maria hadir ketika

Yesus

mengerjakan

mujizat

pertamaNya

di

hadapan

umum [16]

pada

pesta

pernikahan

di Kana dengan mengubah air menjadi anggur berkat perantaraan Maria . Selanjutnya dalam beberapa

peristiwa Maria hadir bersama "saudara-saudara" (Yakobus, Yusuf, Simon dan Yudas) serta "saudari-saudari" Yesus yang tidak disebutkan nama-namanya [17]. Maria juga dilukiskan hadir pada peristiwa penyaliban Yesus, berdiri di dekat "murid yang dikasihi Yesus" bersama saudarinya Maria Klopas (kemungkinan besar Maria Klopas adalah orang yang sama dengan Maria ibu Yakobus muda dan Yusuf yang disebutkan dalam [18], serta Maria Magdalena[19]. Pada daftar itu Matius 27:55 menambahkan "ibu anak-anak Zebedeus", yang diduga bernama Salome yang disebut-sebut dalam Markus 15:40, serta wanita-wanita lain yang telah mengikuti Yesus dari Galilea dan melayaniNya (disebutkan dalam Injil Matius dan Markus). Maria, menggendong jenazah puteranya, meskipun tidak tertulis dalam injil, merupakan motif yang umum dalam seni, yang disebut " pietà" atau "kesalehan". Menurut Kisah Para Rasul, sesudah kenaikan Yesus ke surga, kurang-lebih 120 jiwa berkumpul di Kamar Atas pada peristiwa terpilihnya Matias untuk mengisi posisi Rasul yang ditinggalkan Yudas Iskariot, di mana Maria adalah satu-satunya orang yang disebutkan namanya selain ke-12 rasul serta para kandidat [20]. Sejak peristiwa ini, namanya menghilang dari Alkitab, meskipun beberapa golongan Kristiani yang meyakini bahwa Maria sekali lagi digambarkan sebagai Wanita surgawi dalam Wahyu[21]. Kematiannya tidak tercatat dalam Alkitab. Tulisan-tulisan dan tradisi-tradisi umat Kristen selanjutnya Menurut Injil Yakobus, yang, meskipun bukanlah bagian dari Kitab Perjanjian Baru, berisi materi biografis mengenai Maria yang dianggap "dapat dipercaya" oleh beberapa kalangan Kristiani Ortodoks dan Katolik, Maria adalah puteri dari Yoakim dan Ana. Sebelum mengandung janin Maria, Ana mandul, dan kedua orang tua Maria sudah berusia lanjut ketika dia dikandung. Mereka membawa Maria untuk tinggal di Bait Allah di Yerusalem ketika umurnya baru tiga tahun, sangat mirip dengan peristiwa Hana membawa Samuel untuk tinggal di Tabernakel, sebagaimana yang tercatat dalam Kitab Perjanjian Lama (Tanakh, Alkitab Ibrani). Menurut tradisi Katolik Romawi dan Ortodoks Timur, antara tiga sampai lima belas tahun sesudah kenaikan Kristus, di Yerusalem atau Efesus, Maria meninggal dunia; disaksikan para rasul Kristus. Selanjutnya, ketika para rasul membuka makamnya, ternyata kosong, sehingga mereka menyimpulkan bahwa dia telah diangkat secara badaniah ke Surga. ("Makam Maria" - sebuah makam di Yerusalem diyakini sebagai makam Maria, namun makam itu baru dikenal pada abad ke-6.)

Maria dalam agama-agama non-Abrahamik Beberapa penganut agama-agama non-Abrahamik (non-Samawi), khususnya para penganut agama Wicca, menghubung-hubungkan Maria dengan Ibu Pertiwi dalam pelbagai tradisi Neo-pagan. Beberapa umat Buddha bahkan pernah menghubung-hubungkan Maria dengan Kwan-Yin, Bodhisattva Welas-Asih yang dihormati oleh berbagai sekte Buddha di Tiongkok. Para penganut agama Santeriamenganggap Maria (sebagai Bunda Maria dari Regla) adalah Dewi Yemaja, dan Maria (sebagai "Virgen de la Caridad del Cobre") adalah Dewi Oshun. Dalam hal ini, perbedaan dengan sudut pandang agama Kristiani adalah Maria sungguh adalah makhluk ciptaan Tuhan yang sangat mulia, terpuji di antara wanita, memiliki posisi yang istimewa di mata

Tuhan, namun tetaplah bukan seorang dewi atau pun makhluk setengah Tuhan. Ia tetap manusia biasa yang berkenan di mata Tuhan. Maria dan Shakespeare Pada abad ke-16 di Inggris, penghormatan terhadap Maria menjadi sebuah isu sentral dalam kontroversi umum menyangkut makna ayat-ayat Kitab Suci, citra-citra religius, dan praktik-praktik religius dalam kehidupan Kristiani. Beberapa tokoh terkemuka di Inggris pada abad ke-16 menganggap ziarah ke tempat-tempat ziarah yang didirikan untuk menghormati Maria serta berdoa rosario itu tidak-Alkitabiah, "takhyul", dan/atau pemberhalaan. Sejak tahun 1535 sampai 1538, di bawah perintah Raja Henry VIII, seluruh tempat-tempat ziarah Kristiani di Inggris dihancurkan karena para reformer Protestan percaya bahwa tempattempat itu berpengaruh buruk terhadap kerohanian masyarakat. Banyak dari tempat-tempat ziarah yang dihancurkan tersebut adalah tempat-tempat ziarah yang didirikan untuk menghormati Maria, di antaranya adalah tempat ziarah Our Lady of Walsingham yang sangat populer, serta berbagai pusat ziarah lainnya di Ipswich, Worcester, Doncaster, dan Penrise. Tempat ziarah Our Lady of Walsingham telah diziarahi oleh dua dari kelima isteri Henry, yakni Catharina dari Aragon dan Anne Boleyn. Kedua wanita itu juga wafat sekitar waktu penghancuran tempat ziarah tersebut pada tahun1538. Pada saat yang sama, "Maria" atau "Mary" dalam Bahasa Inggris secara dramatis kian populer sebagai nama yang diberikan untuk bayi-bayi perempuan di Inggris pada abad ke-16. Sekitar tahun 1500, di Warwick County, Inggris, mungkin hanya ada 1% bayi perempuan yang diberi nama Mary. Sekitar tahun 1600, jumlah bayi perempuan yang diberi nama Mary meningkat hingga sekitar 10%. Perubahan ini terasa luar biasa, mengingat adanya upaya ekstensif dari pemerintah pada masa itu untuk menghilangkan sama sekali penghormatan terhadap citra-citra Maria, dan untuk mengarahkan peribadatan Kristiani kepada kata-kata yang tertulis. William Shakespeare memiliki apresiasi yang kuat terhadap kontroversi menyangkut "Maria" dalam kehidupan Kristiani. Kesadaran akan kaitan antara kata-kata serta citra-citra, dan para pemeran, bayang-bayang, serta tokoh-tokoh yang sesungguhnya, senantiasa muncul dalam karya Shakespeare. Drama Romeo and Juliet, Bagian ke-1, Babak ke-5, berisi sebuah dialog, disusun secara formal dalam bentuk sebuah soneta, yang menggunakan peziarahan ke tempat ziarah Maria untuk mengungkapkan usaha Romeo untuk merayu Juliet. Babak terakhir dari The Winter's Tale berisi instruksi-instruksi dari Paulina, yang menempatkan Perdita dalam posisi untuk meminta pada patung Hermione agar mendoakannya, mirip dengan peziarah di tempat-tempat ziarah Maria yang berdoa di depan sebuah citra Maria. Menurut beberapa kritikus, huru-hara menyangkut Maria dalam sejarah Inggris pada abad ke-16 sangat erat kaitannya dengan perkembangan teater Shakespeare.

5. Yusuf anak Yakub. Yusuf (bahasa Ibrani: ‫יֹוסֵף‬, Standar Yosef Tiberias Yôsēp̄, bahasa Arab: ‫يوسف‬, Yūsuf ; bahasa Inggris: Joseph[1]) adalah putra pertama Yakub dari istrinya, Rahel. Yusuf adalah putra ke-11 Yakub. Nama Alkitab memberikan 2 penjelasan mengenai nama Yusuf.



Menurut

akar

kata asaf /'sp/,

berarti

"menghapuskan":[2][3] "Allah

telah menghapuskan aibku." (Kejadian 30:23) 

Menurut

akar

kata

/ysp/,

berarti

"menambah": [2] "Mudah-mudahan

TUHAN menambah seorang anak laki-laki lagi bagiku." Sejarah hidup Berdasarkan perhitungan waktu usia Yusuf dan Yakub sewaktu di Mesir, dapat dihitung bahwa Yakub berusia usia 91 tahun ketika Yusuf lahir, sehingga cocok dengan alasan mengapa Yakub lebih menyayangi Yusuf di pasal 37:[4] Israel lebih mengasihi Yusuf dari semua anaknya yang lain, sebab Yusuf itulah anaknya yang lahir pada masa tuanya; dan ia menyuruh membuat jubah yang maha indah bagi dia. [5] Masa muda dari Kejadian 37; Kejadian 39-50: 

Yakub sangat menyayangi Yusuf, lebih dari saudara-saudaranya yang lain, karena Yusuf lahir dari Rahel, istri kesayangannya. Yakub membuat jubah berwarna warni khusus untuk Yusuf.



Sejak kecil Yusuf dapat menafsirkan mimpi. Ia menceritakan 2 mimpinya, dimana duaduanya menggambarkan saudara-saudaranya, bahkan ayah dan ibu-ibunya akan bersujud menyembahnya.



Kedua hal di atas menyebabkan saudara-saudaranya dari ibu-ibu lain menjadi iri hati dan benci kepada Yusuf.



Ketika berusia 17 tahun, Yusuf disuruh Yakub mencari saudara-saudaranya yang menggembalakan domba di kota lain. Ketika itulah Yusuf ditangkap oleh saudara-saudaranya dan hendak dibunuh. Ruben, kakak sulung, mencegah, sehingga mereka akhirnya hanya membuang Yusuf ke dalam sumur kering. Ruben berniat diam-diam ingin melepaskan Yusuf.



Sewaktu Ruben tidak berada di dekat sana, atas usulan Yehuda saudara-saudara yang lain menjual Yusuf kepada pedagang Midian dan Ismael yang lewat di situ dalam perjalanan ke Mesir.[6]



Di Mesir, Yusuf dijual menjadi budak pegawai istana, Potifar. Di sana dia bekerja sangat baik, sehingga dipercayai penuh oleh majikannya. Namun, karena Yusuf tidak mau menerima rayuan istri Potifar untuk tidur bersamanya, istri Potifar memfitnah Yusuf hendak menganiayanya. Akibatnya Yusuf dimasukkan ke dalam penjara. [7]

Mimpi kepala juru minuman dan juru roti Firaun Di dalam penjara, Yusuf berkelakuan sangat baik, sehingga dipercayai penuh oleh kepala penjara untuk mengurus narapidana yang lain.[8] Ketika Yusuf berusia kira-kira 28 tahun, Firaun Mesir menahan kepala juru minuman dan kepala juru roti dalam rumah kepala pengawal raja, dalam penjara tempat Yusuf dikurung, dengan tuduhan melakukan kesalahan berat. Kepala pengawal raja menempatkan Yusuf bersama-sama

dengan mereka untuk melayani mereka. Demikianlah mereka ditahan beberapa waktu lamanya. Pada suatu kali bermimpilah mereka keduanya--baik juru minuman maupun juru roti raja Mesir, yang ditahan dalam penjara itu--masing-masing ada mimpinya, pada satu malam juga, dan mimpi masingmasing itu ada artinya sendiri. Ketika pada waktu pagi Yusuf datang kepada mereka, segera dilihatnya, bahwa mereka bersusah hati. Lalu ia bertanya kepada pegawai-pegawai istana Firaun yang ditahan bersama-sama dengan dia dalam rumah tuannya itu: "Mengapakah hari ini mukamu semuram itu?" Jawab mereka kepadanya: "Kami bermimpi, tetapi tidak ada orang yang dapat mengartikannya." Lalu kata Yusuf kepada mereka: "Bukankah Allah yang menerangkan arti mimpi? Ceritakanlah kiranya mimpimu itu kepadaku."[9] Setelah diceritakan, Yusuf memberitahu arti mimpi itu, dimana dalam 3 hari Firaun akan mengembalikan kepala juru minuman ke dalam pangkat yang dahulu dan melayani Firaun kembali, sedangkan dalam 3 hari yang sama kepala juru roti akan dihukum mati, digantung pada sebuah tiang.[10] Terjadilah pada hari ketiga, hari kelahiran Firaun, maka Firaun mengadakan perjamuan untuk semua pegawainya. Ia meninggikan kepala juru minuman dan kepala juru roti itu di tengah-tengah para pegawainya: kepala juru minuman itu dikembalikannya ke dalam jabatannya, sehingga ia menyampaikan pula piala ke tangan Firaun; tetapi kepala juru roti itu digantungnya, seperti yang ditakbirkan Yusuf kepada mereka. [11] Sebelumnya Yusuf berpesan kepada kepala juru minuman raja: "Ingatlah kepadaku, apabila keadaanmu telah baik nanti, tunjukkanlah terima kasihmu kepadaku dengan menceritakan hal ihwalku kepada Firaun dan tolonglah keluarkan aku dari rumah ini. Sebab aku dicuri diculik begitu saja dari negeri orang Ibrani dan di sinipun aku tidak pernah melakukan apa-apa yang menyebabkan aku layak dimasukkan ke dalam liang tutupan ini." [12] Tetapi Yusuf tidaklah diingat oleh kepala juru minuman itu, melainkan dilupakannya sampai 2 tahun lamanya.[13][14] Mimpi Firaun Dua tahun kemudian, Firaun bermimpi sampai dua kali dengan mimpi yang berbeda. Pada waktu pagi gelisahlah hatinya, lalu disuruhnyalah memanggil semua ahli dan semua orang berilmu di Mesir. Firaun menceritakan mimpinya kepada mereka, tetapi seorangpun tidak ada yang dapat mengartikannya kepadanya.[15] Juru minuman teringat kepada Yusuf (disebutnya "seorang muda Ibrani, hamba kepala pengawal istana") dan menyampaikan kemampuannya menafsirkan mimpi kepada Firaun.[16] Yusuf lalu dibawa ke hadapan Firaun. Mimpi yang terdiri dari dua bagian itu seluruhnya dicatat dua kali, kemungkinan yang pertama itu disampaikan kepada Yusuf terlebih dahulu, baik oleh juru minuman maupun pembawa berita ke penjara, sebelum Yusuf mendengar langsung untuk kedua kalinya dari Firaun sendiri, Demikianlah kedua mimpi Firaun: 

Firaun berdiri di tepi sungai Nil. Tampaklah dari sungai Nil itu keluar tujuh ekor lembu yang indah bangunnya dan gemuk badannya; lalu memakan rumput yang di tepi sungai itu. Kemudian tampaklah juga tujuh ekor lembu yang lain, yang keluar dari dalam sungai Nil itu, buruk bangunnya dan kurus badannya, lalu berdiri di samping lembu-lembu yang tadi, di tepi

sungai itu. Lembu-lembu yang buruk bangunnya dan kurus badannya itu memakan ketujuh ekor lembu yang indah bangunnya dan gemuk itu. Lalu terjagalah Firaun. [17] 

Setelah itu tertidur pulalah Firaun dan bermimpi kedua kalinya: Tampak timbul dari satu tangkai tujuh bulir gandum yang bernas dan baik. Tetapi kemudian tampaklah juga tumbuh tujuh bulir gandum yang kurus dan layu oleh angin timur. Bulir yang kurus itu menelan ketujuh bulir yang bernas dan berisi tadi. Lalu terjagalah Firaun. Agaknya ia bermimpi! [18]



Setelah Firaun menyuruh memanggil Yusuf, segeralah ia dikeluarkan dari tutupan; ia bercukur dan berganti pakaian, lalu pergi menghadap Firaun. Berkatalah Firaun kepada Yusuf: "Aku telah bermimpi, dan seorangpun tidak ada yang dapat mengartikannya, tetapi telah kudengar tentang engkau: hanya dengan mendengar mimpi saja engkau dapat mengartikannya." Yusuf menyahut Firaun: "Bukan sekali-kali aku, melainkan Allah juga yang akan memberitakan kesejahteraan g kepada tuanku Firaun 3 ." Lalu berkatalah Firaun kepada Yusuf:[19]



"Dalam mimpiku itu, aku berdiri di tepi sungai Nil; lalu tampaklah dari sungai Nil itu keluar tujuh ekor lembu yang gemuk badannya dan indah bentuknya, dan makan rumput yang di tepi sungai itu. Tetapi kemudian tampaklah juga keluar tujuh ekor lembu yang lain, kulit pemalut tulang, sangat buruk bangunnya dan kurus badannya;tidak pernah kulihat yang seburuk itu di seluruh tanah Mesir. Lembu yang kurus dan buruk itu memakan ketujuh ekor lembu gemuk yang mula-mula. Lembu-lembu ini masuk ke dalam perutnya, tetapi walaupun telah masuk ke dalam perutnya, tidaklah kelihatan sedikitpun tandanya: bangunnya tetap sama buruknya seperti semula. Lalu terjagalah aku.



Selanjutnya dalam mimpiku itu kulihat timbul dari satu tangkai tujuh bulir gandum yang berisi dan baik. Tetapi kemudian tampaklah juga tumbuh tujuh bulir yang kering, kurus dan layu oleh angin timur. Bulir yang kurus itu memakan ketujuh bulir yang baik tadi. Telah kuceritakan hal ini kepada semua ahli, tetapi seorangpun tidak ada yang dapat menerangkannya kepadaku."[20]

Penafsiran dan nasihat Yusuf Lalu kata Yusuf kepada Firaun: "Kedua mimpi tuanku Firaun itu sama. Allah telah memberitahukan kepada tuanku Firaun apa yang hendak dilakukan-Nya. Ketujuh ekor lembu yang baik itu ialah tujuh tahun, dan ketujuh bulir gandum yang baik itu ialah tujuh tahun juga; kedua mimpi itu sama. Ketujuh ekor lembu yang kurus dan buruk, yang keluar kemudian, maksudnya tujuh tahun, demikian pula ketujuh bulir gandum yang hampa dan layu oleh angin timur itu; maksudnya akan ada tujuh tahun kelaparan. Inilah maksud perkataanku, ketika aku berkata kepada tuanku Firaun: Allah telah memperlihatkan kepada tuanku Firaun apa yang hendak dilakukan-Nya. Ketahuilah tuanku, akan datang tujuh tahun kelimpahan di seluruh tanah Mesir. Kemudian akan timbul tujuh tahun kelaparan; maka akan dilupakan segala kelimpahan itu di tanah Mesir, karena kelaparan itu menguruskeringkan negeri ini. Sesudah itu akan tidak kelihatan lagi bekas-bekas kelimpahan di negeri ini karena kelaparan itu, sebab sangat hebatnya kelaparan itu. Sampai dua kali mimpi itu diulangi bagi tuanku

Firaun berarti: hal itu telah ditetapkan oleh Allah dan Allah akan segera melakukannya. Oleh sebab itu, baiklah tuanku Firaun mencari seorang yang berakal budi dan bijaksana, dan mengangkatnya menjadi kuasa atas tanah Mesir. Baiklah juga tuanku Firaun berbuat begini, yakni menempatkan penilik-penilik atas negeri ini dan dalam ketujuh tahun kelimpahan itu memungut seperlima dari hasil tanah Mesir. Mereka harus mengumpulkan segala bahan makanan dalam tahun-tahun baik yang akan datang ini dan, di bawah kuasa tuanku Firaun, menimbun gandum di kota-kota sebagai bahan makanan, serta menyimpannya. Demikianlah segala bahan makanan itu menjadi persediaan untuk negeri ini dalam ketujuh tahun kelaparan yang akan terjadi di tanah Mesir, supaya negeri ini jangan binasa karena kelaparan itu."[21]

Yusuf ditinggikan Firaun melihat kebijaksanaan Yusuf, lalu menjadikannya Perdana Menteri, orang nomor dua seluruh Mesir. Ketika itu Yusuf berusia 30 tahun. 

Kepada Yusuf diberikan Asnat, putri imam agung di Potifera (atau On) menjadi isterinya, yang kemudian melahirkan dua putra: Manasye dan Efraim.



Yusuf mengatur penyimpanan makanan, sehingga ketika kekurangan yang hebat terjadi di seluruh Timur Tengah, di Mesir ada kelimpahan makanan, sampai orang-orang dari negara lain ikut membeli.



Yakub

menyuruh

10

saudara

Yusuf

untuk

ke

Mesir

membeli

makanan.

Hanya Benyamin yang tidak ikut. Yusuf mengenali saudara-saudaranya, tetapi mereka tidak mengenali Yusuf. Yusuf menyuruh menahan mereka 3 hari dengan tuduhan mata-mata. Untuk membuktikan kebenaran informasi mereka, Yusuf meminta agar mereka membawa adik bungsu, Benyamin, menghadap Yusuf. Sementara mereka pulang, Simeon ditahan di Mesir.[22] 

Begitu hebatnya bencana kekurangan itu, sehingga anak-anak Yakub mau tidak mau harus kembali membeli makanan lagi di Mesir. Terpaksa mereka membawa Benyaminyang tadinya tidak ingin dilepaskan oleh Yakub. Yehuda menjamin dengan nyawa keluarganya. Setiba di Mesir, mereka semua dijamu dengan baik oleh Yusuf, didudukkan sesuai urutan kelahiran dan kepada Benyamin diberikan makanan paling banyak. Pada waktu pulang, Yusuf menyuruh anak buahnya menyelipkan piala peraknya ke kantong makanan Benyamin. Kemudian, setelah mereka berangkat, tentara Yusuf mengejar dan karena piala itu ditemukan pada Benyamin, maka Benyamin ditahan, sedangkan yang lain disuruh meneruskan perjalanan pulang. Namun, mereka semua tidak mau dan ikut kembali menghadap Yusuf dengan Benyamin. Yusuf tidak tahan lagi, dan ia memperkenalkan diri kepada saudarasaudaranya, sambil menangis keras.[23]

Yusuf membawa Yakub dan keluarganya pindah ke Mesir

Ketika Firaun mendengar bahwa saudara-saudara Yusuf datang, ia meminta agar mereka semua, dan juga Yakub, ayah mereka, untuk pindah ke Mesir dan memberi hadiah tanah yang paling bagus untuk didiami. Mendengar kabar Yusuf masih hidup, Yakub memutuskan pindah ke Mesir bersama seluruh anggota keluarganya, 75 orang (di Kitab Keluaran pasal 1 tertulis 70 orang, karena Yusuf sekeluarga sudah di Mesir dan Yakub tidak dihitung lagi). Mereka tinggal di tanah Gosyen, di delta sungai Nil, yang sangat subur dan bagus untuk menggembalakan domba.[24] Akhir hidup Yusuf Yusuf meninggal pada usia 110 tahun di Mesir, tetapi sebelum meninggal meminta saudarasaudara dan keluarganya untuk bersumpah agar tulang-tulangnya dikuburkan di tanah Kanaan. [25] Tulang-tulang Yusuf Di dalam Kejadian 50:24-25 tertulis bahwa Yusuf meminta saudara-saudara dan keluarganya untuk bersumpah agar tulang-tulangnya dikuburkan di tanah Kanaan. Sewaktu berangkat keluar dari Mesir, Musa membawa tulang-tulang Yusuf bersamanya (Keluaran 13:19).[26] Di akhir Kitab Yosua dicatat, bahwa tulang-tulang Yusuf dikuburkan di Sikhem, di tanah milik yang dibeli Yakub dengan harga seratus kesita dari anak-anak Hemor, bapa Sikhem, dan yang ditentukan bagi bani Yusuf menjadi milik pusaka mereka (Yosua 24:32). Dengan demikian tulang-tulang Yusuf ini menjadi mata rantai yang mengikat Kitab Kejadian, Kitab Keluaran sampai ke Kitab Yosua, semacam jaminan bahwa keluarga Yakub, yaitu umat Israel, pasti akan dibawa TUHAN kembali ke tanah Kanaan.

6. Pilipus. Filipus (Inggris:Phillip) adalah satu dari Keduabelas Rasul Yesus Kristus. Tradisi Kristiani kemudian menggambarkan Filipus sebagai seorang Rasul yang berkhotbah di Yunani, Syria dan Phrygia. Asal-usul dan pertemuan pertama dengan Yesus Filipus itu berasal dari Betsaida, kota (kelahiran) Andreas dan Petrus. [1] Sehari setelah bertemu dengan Andreas dan Yohanes diYudea dekat sungai Yordan, Yesus memutuskan untuk berangkat ke Galilea dan dalam perjalanan ia bertemu dengan Filipus, dan berkata kepadanya: "Ikutlah Aku!" [2] Karya kerasulan bersama Yesus Baru saja berjumpa dengan Yesus, Filipus kemudian bertemu dengan Natanael dan berkata kepadanya: "Kami telah menemukan Dia, yang disebut oleh Musa dalam kitab Taurat dan oleh para nabi, yaitu Yesus, anak Yusuf dari Nazaret."[3] Kata Filipus kepadanya: "Mari dan lihatlah!"[4] Filipus dipilih Yesus menjadi salah seorang dari 12 rasul-Nya yang utama, seperti yang dicatat di semua Injil dan Kisah Para Rasul, dimana ia selalu menempati urutan ke-5 dan berpasangan dengan Bartolomeus (yang diyakini merupakan nama lain dari Natanael).[5] Dalam peristiwa mujizat pemberian makan lebih dari 5000 orang, pada awalnya Yesus memandang sekeliling-Nya dan melihat, bahwa orang banyak berbondong-bondong datang kepada-Nya, berkatalah Ia kepada Filipus: "Di manakah kita akan membeli roti, supaya mereka ini dapat makan?" [6] Jawab Filipus kepada-

Nya: "Roti seharga dua ratus dinar tidak akan cukup untuk mereka ini, sekalipun masing-masing mendapat sepotong kecil saja."[7] sebelum Andreas memperkenalkan seorang anak, yang mempunyai lima roti jelai dan dua ikan.[8] Beberapa hari sebelum Paskah Yahudi pada saat Yesus tiba di Yerusalem sebelum Ia disalibkan, ada orang-orang Yunani yang turut merayakan hari raya itu yang ingin bertemu Yesus. Orang-orang itu pergi kepada Filipus, yang berasal dari Betsaida di Galilea, lalu berkata kepadanya: "Tuan, kami ingin bertemu dengan Yesus." Filipus pergi memberitahukannya kepada Andreas; Andreas dan Filipus menyampaikannya pula kepada Yesus.[9] Pada malam sebelum Yesus ditangkap, Filipus turut makan Perjamuan Terakhir bersama-sama para murid yang lain dan dalam percakapan, Filipus sempat bertanya: "Tuhan, tunjukkanlah Bapa itu kepada kami, itu sudah cukup bagi kami."[10] Yesus kemudian menjawabnya: "Telah sekian lama Aku bersama-sama kamu, Filipus, namun engkau tidak mengenal Aku? Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa; bagaimana engkau berkata: Tunjukkanlah Bapa itu kepada kami. Tidak percayakah engkau, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku? Apa yang Aku katakan kepadamu, tidak Aku katakan dari diri-Ku sendiri, tetapi Bapa, yang diam di dalam Aku, Dialah yang melakukan pekerjaan-Nya. Percayalah kepada-Ku, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku; atau setidaktidaknya, percayalah karena pekerjaan-pekerjaan itu sendiri."[11] Tradisi gereja.



Kisah hidup Filipus selanjutnya dicatat oleh pemimpin sekolah Katekhetikal di Alexandria, Klemens dari Alexandria, yang menyatakan bahwa Filipus menikah dan mempunyai anak-anak, dimana putriputrinya juga menikah.[12]



Sejumlah tulisan kuno mengacaukan Filipus sang rasul dengan Filipus (diaken) sang diaken dan juga penginjil yang dicatat kemudian di Kisah Para Rasul, antara lain tulisanEusebius dari Kaisarea.[13]



Dalam tradisi Katolik Roma, hari perayaan Santo Filipus, bersama-sama dengan Yakobus yang Adil, menurut tradisi dilakukan pada tanggal 1 Mei, hari perayaan dedikasi mereka kepada gereja yang dilakukan di Roma (sekarang disebut Gereja Keduabelas Rasul (Church of the Twelve Apostles). Ketika Paus Pius XII menyelenggarakan perayaan Santo Yusuf sang Pekerja pada tahun 1955, untuk perayaan pada tanggal 1 Mei, ia mengganti tanggal perayaan Santo Filipus dan James (yang pada waktu itu merupakan Kelas ke-2 Ganda dan menjadi Perayaan Kelas ke-2 pada tahun 1060) ke hari libur terdekat, pada saat itu adalah tanggal 11 Mei, berdasarkan Kalender Umum Roma tahun 1962. Dengan adanya revisi kalender pada tahun 1969, tanggal 3 Mei menjadi hari Perayaan untuk kedua Rasul tersebut. Gereja Ortodoks Timur merayakan hari perayaan Santo Filipus pada tanggal 11 November.

7. Barnabas. Barnabas adalah salah satu anggota jemaat mula-mula di Yerusalem.[2][3] Nama aslinya adalah Yusuf. [3]

 Ia dipanggil Barnabas oleh para rasul. [2] Arti Barnabas adalah "anak penghiburan". [3] Ia kemudian dikenal

sebagai penginjil di Antiokhia dan Siprus, serta teman seperjalanan Paulus.[3] Etimologi. Nama asli Barnabas, "Yusuf", pada naskah jenis teks Bizantin ditulis Ιὠσης, Iōsēs, 'Joses', suatu variasi Yunani untuk nama "Yosef". Setelah ia menjual hartanya dan menyerahkan uang hasil penjualan kepada para rasul di Yerusalem, ia diberi nama baru "Barnabas". Nama ini nampaknya dari bahasa Aram ‫בר נביא‬, bar naḇyā, artinya 'putra nabi'. Namun, teks bahasa Yunani pada Kisah Para Rasul 4:36 menjelaskan namanya sebagai υἱός παρακλήσεως, hyios paraklēseōs, artinya "putra penghiburan" atau "putra pendorong". Hubungan serupa antara "kenabian" dan "pendorongan" ditemukan pada surat Paulus yang pertama kepada jemaat diKorintus, yaitu 1 Korintus 14:3. Pertemuan dengan Paulus Barnabas adalah orang Yahudi dari keturunan suku Lewi yang berasal dari Siprus.[3] Barnabas dikenal sebagai orang jujur yang menjual ladangnya dan uang hasil penjualannya diletakkan di depan kaki rasul-rasul (Kisah Para Rasul 4:37). Barnabas pertama kali berjumpa dengan Paulus ketika Paulus berkunjung ke Yerusalem dan Barnabaslah yang kemudian memperkenalkan Paulus kepada para rasul (Kisah Para Rasul 9:27). [2]

 Barnabaslah yang meyakinkan pengikut Yesus, jika Paulus yang saat itu dikenal sebagai Saulus yang terkenal

penganiaya pengikut Yesus, sekarang sudah menjadi bagian dari murid-murid Yesus sejak Paulus melihat Tuhan dan mengajar di Damsyik dalam nama Yesus (Kisah Para Rasul 9:27). Pelayanan Bersama dengan Paulus, Barnabas diutus oleh jemaat di Antiokhia untuk memberitakan Injil kepada orangorang bukan Yahudi.[2]Kemudian Yohanes yang disebut Markus ikut bergabung bersama mereka untuk memberitakan Injil ke Siprus.[2] Buah dari pekabaran Injil di Siprus adalah bertobatnya Gubernur pulau itu yakni Sergius Paulus.[2] Bernabas terus mengikut Paulus melanjutkan perjalanan demi mengabarkan Injil ke Pisidia, Ikonium, Listra dan Derbe hingga kembali ke Antiokhia.[2] Ketika ia berada di Listra, banyak orang menganggapnya sebagai Zeus.[3] Di Antiokhia, Barnabas bersama Paulus menghadapi keributan yang terjadi dalam jemaat mengenai sunat.[2] Ada yang mengatakan bahwa orang yang menjadi Kristen harus disunat. [2]  Barnabas dan Paulus menolak pendapat tersebut. [2] Barnabas terlibat dalam perselisihan dengan Paulus ketika mereka hendak melakukan perjalanan Pekabaran Injil untuk kedua kalinya. [2] Barnabas bersikeras ingin membawa Yohanes yang disebut Markus tetapi Paulus menolak dengan alasan Markus sudah tidak setia. [2]  Akhirnya mereka berdua berpisah. Paulus pergi bersama Silas sedangkan Barnabas berangkat ke Siprus bersama Markus (Kisah Para Rasul 15:3541).[2] Namun demikian, Barnabas tetap berhubungan baik dengan Paulus (Galatia 2:9; 2 Timotius 4:11).[2]

8. Bartimeus.

Bartimeus adalah

nama

seorang

laki-laki Yahudi yang

tercatat

Baru di Alkitab Kristen. Riwayatnya terdapat dalam Injil Markus 10:46-52.

dalam Perjanjian

[1][2]

Catatan Alkitab Dikisahkan dalam perjalanan Yesus Kristus bersama para murid sampailah mereka di kota Yerikho. Lalu ketika Yesus keluar dari Yerikho, bersama-sama dengan murid-murid-Nya dan orang banyak yang berbondong-bondong, ada seorang pengemis yang buta, bernama Bartimeus, anak Timeus, duduk di pinggir jalan. Ketika didengarnya, bahwa itu adalah Yesus orang Nazaret, mulailah ia berseru: "Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!" Banyak orang menegornya supaya ia diam. Namun semakin keras ia berseru: "Anak Daud, kasihanilah aku!" Lalu Yesus berhentI dan berkata: "Panggillah dia!" Mereka memanggil orang buta itu dan berkata kepadanya: "Kuatkan hatimu, berdirilah, Ia memanggil engkau." Lalu ia menanggalkan jubahnya, ia segera berdiri dan pergi mendapatkan Yesus. Tanya Yesus kepadanya: "Apa yang kaukehendaki supaya Aku perbuat bagimu?" Jawab orang buta itu: "Rabuni, supaya aku dapat melihat!" Lalu kata Yesus kepadanya: "Pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau!" Pada saat itu juga melihatlah ia, lalu ia mengikuti Yesus dalam perjalanan-Nya.[3] Analisa Dalam sebuah cerita Alkitab, selalu ada makna untuk jemaat, begitu pula dengan kisah Bartimeus ini. Hal ini dihubungkan dengan pembicaraan Yesus dengan para murid sebelum peristiwa ini. Ketika para murid ditanya oleh Yesus tentang permintaan meraka, para murid meminta untuk duduk di sebelah Yesus dalam kemuliaan. Namun Yesus tidak mengabulkan permintaan itu dikarenakan Yesus tidak berhak memberikannya. Yesus bahkan berkata pada para murid bahwa mereka tidak mengetahui permintaan mereka sendiri. Sebab untuk duduk dalam kemuliaan Allah bukan hal mudah. Di sini para murid terlihat sombong dan tidak tahu diri dengan berkata dapat melakukan syarat yang diajukan Yesus, yaitu meminum cawan (menerima kesengsaraan) dan dibaptis seperti Yesus (berarti memikul tugas menyelamatkan manusia dengan menebus dosa). Maka dalam perbandingan ini, para murid dianggap kurang tahu diri dibanding Bartimeus. Bartimeus meminta belas kasihan Yesus dengan permohongan untuk disembuhkan. Sedangkan para murid meminta apa yang tidak bisa mereka lakukan. [4]

9. Ayub. Ayub (bahasa Ibrani: ‫אִּיֹוב‬, Standar Iyyov Tiberias ʾIyyôḇ, bahasa Arab: ‫وب‬xxxّ‫أي‬ Ayyūb; bahasa Inggris: Job)

adalah

tokoh

utama

dalamKitab

Ayub di Alkitab

Lama di Alkitab Kristen. Ayub disebut sebagai nabi Allah di dalam Al Quran. Riwayat Kitab Ayub dimulai dengan pernyataan:

Ibrani atau Perjanjian

Ada seorang laki-laki di tanah Us bernama Ayub; orang itu saleh dan jujur; ia takut akan Allah dan menjauhi kejahatan.[1] Ayub dikatakan sebagai orang "yang terkaya dari semua orang di sebelah timur." [2] Di awal kitab dikatakan bahwa ia mempunyai: 

7 anak laki-laki dan 3 anak perempuan.



7000 ekor kambing domba



3000 ekor unta



500 pasang lembu



500 keledai betina



budak-budak dalam jumlah yang sangat besar

Persembahan korban bakaran Anak-anaknya yang lelaki biasa mengadakan pesta di rumah mereka masing-masing menurut giliran dan ketiga saudara perempuan mereka diundang untuk makan dan minum bersama-sama mereka. 1:5 Setiap kali, apabila hari-hari pesta telah berlalu, Ayub memanggil mereka, dan menguduskan mereka; keesokan harinya, pagi-pagi, bangunlah Ayub, lalu mempersembahkan korban bakaran sebanyak jumlah mereka sekalian, sebab pikirnya: "Mungkin anak-anakku sudah berbuat dosa dan telah mengutuki Allah di dalam hati." Demikianlah dilakukan Ayub senantiasa. [3] Percakapan Allah dengan Iblis yang pertama Dikisahkan pada suatu hari datanglah anak-anak Allah menghadap TUHAN dan di antara mereka datanglah juga Iblis. Maka bertanyalah TUHAN kepada Iblis: "Dari mana engkau?" Lalu jawab

Iblis

kepada

TUHAN:

"Dari

perjalanan

mengelilingi

dan

menjelajah

bumi." [4]

Lalu bertanyalah TUHAN kepada Iblis: "Apakah engkau memperhatikan hamba-Ku Ayub? Sebab tiada seorangpun di bumi seperti dia, yang demikian saleh dan jujur, yang takut akan Allah dan menjauhi kejahatan." [5] Tetapi Iblis menggugat dan menjawab kepada TUHAN: "Apakah dengan tidak mendapat apa-apa Ayub takut akan Allah? Bukankah Engkau yang membuat pagar sekeliling dia dan rumahnya serta segala yang dimilikinya? Apa yang dikerjakannya telah Kauberkati dan apa yang dimilikinya makin bertambah di negeri itu. Tetapi ulurkanlah tangan-Mu dan jamahlah segala yang dipunyainya, ia pasti mengutuki Engkau di hadapan-Mu." [6] Maka firman TUHAN kepada Iblis: "Nah, segala yang dipunyainya ada dalam kuasamu; hanya janganlah engkau mengulurkan tanganmu terhadap dirinya." Kemudian pergilah Iblis dari hadapan TUHAN. [7]

Malapetaka pertama Pada suatu hari, ketika anak-anaknya yang lelaki dan yang perempuan makan-makan dan minum anggur di rumah saudara mereka yang sulung, datanglah seorang pesuruh kepada Ayub dan berkata: "Sedang lembu sapi membajak dan keledai-keledai betina makan rumput di sebelahnya, datanglah orang-orang Syeba menyerang dan merampasnya serta memukul penjaganya dengan mata pedang. Hanya aku sendiri yang luput, sehingga dapat memberitahukan hal itu kepada tuan." 

Sementara orang itu berbicara, datanglah orang lain dan berkata: "Api telah menyambar dari langit dan membakar serta memakan habis kambing domba dan penjaga-penjaga. Hanya aku sendiri yang luput, sehingga dapat memberitahukan hal itu kepada tuan."



Sementara orang itu berbicara, datanglah orang lain dan berkata: "Orang-orang Kasdim membentuk tiga pasukan, lalu menyerbu unta-unta dan merampasnya serta memukul penjaganya dengan mata pedang. Hanya aku sendiri yang luput, sehingga dapat memberitahukan hal itu kepada tuan."



Sementara orang itu berbicara, datanglah orang lain dan berkata: "Anak-anak tuan yang lelaki dan yang perempuan sedang makan-makan dan minum anggur di rumah saudara mereka yang sulung, maka tiba-tiba angin ribut bertiup dari seberang padang gurun; rumah itu dilandanya pada empat penjurunya dan roboh menimpa orang-orang muda itu, sehingga mereka mati. Hanya aku sendiri yang luput, sehingga dapat memberitahukan hal itu kepada tuan." [8]

Reaksi Ayub yang pertama Maka berdirilah Ayub, lalu mengoyak jubahnya, dan mencukur kepalanya, kemudian sujudlah ia dan menyembah, katanya: "Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN!" Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dan tidak menuduh Allah berbuat yang kurang patut.[9]

Percakapan Allah dengan Iblis yang kedua Pada suatu hari datanglah anak-anak Allah menghadap TUHAN dan di antara mereka datang juga Iblis untuk menghadap TUHAN. Maka bertanyalah TUHAN kepada Iblis: "Dari mana engkau?" Lalu jawab Iblis kepada TUHAN: "Dari perjalanan mengelilingi dan menjelajah bumi." [10] Firman TUHAN kepada Iblis: "Apakah engkau memperhatikan hamba-Ku Ayub? Sebab tiada seorangpun di bumi seperti dia, yang demikian saleh dan jujur, yang takut akan Allah dan menjauhi kejahatan. Ia tetap tekun dalam kesalehannya, meskipun engkau telah membujuk Aku melawan dia untuk mencelakakannya tanpa alasan."[11] Lalu jawab Iblis kepada TUHAN:

"Kulit ganti kulit! Orang akan memberikan segala yang dipunyainya ganti nyawanya. Tetapi ulurkanlah tangan-Mu dan jamahlah tulang dan dagingnya, ia pasti mengutuki Engkau di hadapanMu."[12] Maka firman TUHAN kepada Iblis: "Nah, ia dalam kuasamu; hanya sayangkan nyawanya."[13] Malapetaka yang kedua[sunting | sunting sumber] Kemulian Iblis pergi dari hadapan TUHAN, lalu ditimpanya Ayub dengan barah yang busuk dari telapak kakinya sampai ke batu kepalanya.[14] Reaksi Ayub yang kedua dan reaksi istrinya[sunting | sunting sumber] Lalu Ayub mengambil sekeping beling untuk menggaruk-garuk badannya, sambil duduk di tengahtengah abu. 

Maka berkatalah isterinya kepadanya: "Masih bertekunkah engkau dalam kesalehanmu? Kutukilah Allahmu dan matilah!"



Tetapi jawab Ayub kepadanya: "Engkau berbicara seperti perempuan gila! Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?" Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dengan bibirnya.[15]

Kedatangan teman-teman Ayub Ketika ketiga sahabat Ayub mendengar kabar tentang segala malapetaka yang menimpa dia, maka datanglah mereka dari tempatnya masing-masing, yakni: Elifas, orang Teman, dan Bildad, orang Suah, serta Zofar, orang Naama. Mereka bersepakat untuk mengucapkan belasungkawa kepadanya dan menghibur dia. Ketika mereka memandang dari jauh, mereka tidak mengenalnya lagi. Lalu menangislah mereka dengan suara nyaring. Mereka mengoyak jubahnya, dan menaburkan debu di kepala terhadap langit. Lalu mereka duduk bersama-sama dia di tanah selama tujuh hari tujuh malam. Seorangpun tidak mengucapkan sepatah kata kepadanya, karena mereka melihat, bahwa sangat berat penderitaannya.[16] Selanjutnya terjadi perdebatan antara Ayub dan sahabat-sahabatnya tentang malapetaka yang menimpanya itu dengan urutan: [17] 

Perkataan Ayub yang pertama[18]



Perkataan Elifas yang pertama[19]



Jawaban Ayub kepada Elifas[20]



Perkataan Bildad yang pertama[21]



Jawaban Ayub kepada Bildad[22]



Perkataan Zofar yang pertama[23]



Jawaban Ayub kepada Zofar[24]



Perkataan Elifas yang kedua[25]



Jawaban Ayub kepada Elifas[26]



Perkataan Bildad yang kedua[27]



Jawaban Ayub kepada Bildad[28]



Perkataan Zofar yang kedua[29]



Jawaban Ayub kepada Zofar[30]



Perkataan Elifas yang ketiga[31]



Jawaban Ayub kepada Elifas[32]



Perkataan Bildad yang ketiga[33]



Jawaban Ayub kepada Bildad[34]



Perkataan Ayub yang kedua[35]



Perkataan Ayub yang ketiga[36]



Elihu masuk ke dalam pembicaraan[37]



Bantahan Elihu yang pertama[38]



Bantahan Elihu yang kedua[39]



Bantahan Elihu yang ketiga[40]



Kesimpulan Elihu[41]

Perkataan Allah kepada Ayub 

Jawaban Allah yang pertama kepada Ayub[42]



Respons Ayub yang pertama[43]



Jawaban Allah yang kedua kepada Ayub[44]



Respons Ayub yang kedua; penyesalan Ayub[45]

Penghakiman Tuhan atas sahabat-sahabat Ayub Setelah TUHAN mengucapkan firman itu kepada Ayub, maka firman TUHAN kepada Elifas, orang Teman: "Murka-Ku menyala terhadap engkau dan terhadap kedua sahabatmu, karena kamu tidak berkata benar tentang Aku seperti hamba-Ku Ayub. Oleh sebab itu, ambillah tujuh ekor lembu jantan dan tujuh ekor domba jantan dan pergilah kepada hamba-Ku Ayub, lalu persembahkanlah semuanya itu sebagai korban bakaran untuk dirimu, dan baiklah hamba-Ku Ayub meminta doa untuk kamu, karena hanya permintaannyalah yang akan Kuterima, supaya Aku tidak melakukan aniaya terhadap kamu, sebab kamu tidak berkata benar tentang Aku seperti hamba-Ku Ayub." [46] Maka pergilah Elifas, orang Teman, Bildad, orang Suah, dan Zofar, orang Naama, lalu mereka melakukan seperti apa yang difirmankan TUHAN kepada mereka. Dan TUHAN menerima permintaan Ayub.[47] Pemulihan Ayub

Lalu TUHAN memulihkan keadaan Ayub, setelah ia meminta doa untuk sahabat-sahabatnya, dan TUHAN memberikan kepada Ayub dua kali lipat dari segala kepunyaannya dahulu. Kemudian datanglah kepadanya semua saudaranya laki-laki dan perempuan dan semua kenalannya yang lama, dan makan bersama-sama dengan dia di rumahnya. Mereka menyatakan turut berdukacita dan menghibur dia oleh karena segala malapetaka yang telah ditimpakan TUHAN kepadanya, dan mereka masing-masing memberi dia uang satu kesita dan sebuah cincin emas. TUHAN memberkati Ayub dalam hidupnya yang selanjutnya lebih dari pada dalam hidupnya yang dahulu; ia mendapat: 

14000 ekor kambing domba



6000 unta



1000 pasang lembu



1000 ekor keledai betina.[48]

Ia juga mendapat 7 orang anak laki-laki dan 3 orang anak perempuan; dan anak perempuan yang pertama diberinya nama Yemima, yang kedua Kezia dan yang ketigaKerenhapukh. Di seluruh negeri tidak terdapat perempuan yang secantik anak-anak Ayub, dan mereka diberi ayahnya milik pusaka di tengah-tengah saudara-saudaranya laki-laki. [49] Sesudah itu Ayub masih hidup 140 tahun lamanya; ia melihat anak-anaknya dan cucucucunya sampai keturunan yang keempat. Maka matilah Ayub, tua dan lanjut umur.

10.

Yeremia.

Yeremia (Ibrani



‫י ְִר ְמיָה‬ ,

Ibrani

Modern:Yirməyāhū, Arab ‫)إرميا‬

adalah

salah

satu nabi perjanjian lama yang berkarya sebelum bangsa Israel (Kerajaan Yehuda) ditaklukkan dan penduduknya dibuang ke Babel dan merupakan penulis atau narasumber Kitab Yeremiadalam Alkitab Ibrani atau Alkitab Kristen.[1] Yeremia lahir di Anatot dan hidup sekitar tahun 645 SM, tidak lama setelah

pemerintahan

raja Manasye berakhir.[1][2] Ia

adalah

anak

imam Hilkia dari

Anatot.[3]

[4]

 Meskipun tidak ada bukti yang secara langsung mendukungnya, Yeremia diduga adalah

keturunan Abyatar, imam raja Daud, yang dipecat oleh raja Salomo dari jabatan imamnya diYerusalem dan diasingkan ke tanah miliknya di kota Anatot (bnd. 1 Raja-raja 2:26-27).[2][5] Menurut keterangan Alkitab (Yeremia 1:6), Yeremia dipanggil sebagai nabi ketika ia masih muda dan belum pandai bicara, yaitu pada masa pemerintahan rajaYosia, tahun 627 SM.[1][2][3] Yeremia melakukan tugasnya

sebagai

nabi

selama

pemerintahan

raja Yosia, Yoahas, Yoyakim, Yoyakhin dan Zedekia.

lima

raja

Yehuda,

yaitu

pada

masa

[3][6]

Latar Belakang Pada masa Yeremia mulai berkarya, kerajaan Asyur mengalami penurunan kekuasaan. [1]

 Keadaan ini dimanfaatkan oleh Yosia, raja Yehuda pada masa itu untuk melakukan pemberontakan.

[1]

 Yosia juga menggunakan kesempatan tersebut dengan membangun pusat-pusat religius untuk umat

Israel.[1] Setelah Yosia wafat pada tahun 609 SM, Mesir menguasai Palestina dan menempatkan Yoyakim

menjadi

raja

menggantikan

Yoahas. [1] Pada

tahun

605

SM, Nebukadnezar mengalahkan Mesir pada perang di Karkemis dan mengusir Mesir dari Palestina.

[1]

 Ketika Babel melemah pada tahun 599 SM, Yoyakim raja Yehuda memberontak melawan Babel.

[1]

 Babel kemudian menyerang Yerusalem dan menaklukkan kota itu pada tahun 598 SM. [1] Setelah

Yoyakim wafat, Yoyakhin dinobatkan menjadi raja, namun Nebukadnezar membuang raja muda ini ke Babel dan mengangkat Zedekia menjadi raja.[1] Pada tahun 589 SM, Zedekia mengadakan perlawanan namun tetap kalah dan menyebabkan kota dan Kenisah (Bait Allah) dihancurkan oleh orang-orang Babel.[1] Secara garis besar, pada masa baktinya Yeremia menentang dua kejahatan pada zamannya, yaitu penyembahan berhala dan ketidakadilan.[1] Ia menentang nubuat para nabi-nabi palsu.[4] Yeremia juga peka terhadap isu-isu kemanusiaan. [4] Yeremia merupakan salah satu nabi yang tidak hanya menyampaikan nubuat atas orang-orang Yehuda, tetapi ia juga mengalami apa yang ia sampaikan. Pesan yang disampaikan melalui pengalaman hidupnya itu dipahami sebagai bentuk dari tindak kenabian. [7] Tindakan Yeremia Pada masa pemerintahan Yosia Pada masa ini, penduduk Yehuda masih diwarnai dengan kebiasaan kekafiran sebagai dampak dari kebiasaan penduduk Yehuda pada masa pemerintahan Manasye.[2]Penduduk Yehuda melakukan ibadah kepada baal, dewa kesuburan orang-orang Kanaan, serta berhala-berhala. [2] Selain itu, perlacuran bakti, korban anak-anak, dan ketidakadilan sosial masih lazim di antara penduduk Yehuda.[2] Dalam kondisi demikian, Yeremia bertugas mengingatkan orang-orang Yehuda itu tentang karya kasih Tuhan terhadap mereka sepanjang sejarah dan mengritik dengan keras tindakan mereka sebagai bentuk ketidaksetiaan mereka kepada Tuhan. [2] Yeremia meyakinkan mereka bahwa Tuhan pasti akan menjatuhkan hukumannya atas mereka dan mereka akan mengalami kecelakaan yang berasal dari musuh yang disebut sebagai musuh "dari utara". [2]Sekaligus, Ia mendorong dan mengarahkan orang-orang Yehuda untuk bertobat. [2] Hal ini ditunjukkan dengan tindakan raja Yosia melakukan reformasi melalui pembangunan Bait Suci. [2] Selain itu, muncul adanya kepercayaan bahwa Bait Suci itu akan menjamin perlindungan melawan semua musuh. [2] Pada masa pemerintahan Yoyakim Pada masa ini, kondisi pemerintahaan Yoyakim berada dalam ancaman orang-orang Babel. [2]

 Sehingga Yoyakim tetap taat kepada Mesir pada kepemimpinan Firaun Nekho II.[2]Ia juga

menentang untuk bertobat dengan membakar gulungan kitab nubuat Yeremia. [2] Selain itu reformasi yang diperjuangkan Yosia mengalami kegagalan. [2] Sehingga, orang-orang Yehuda kembali memuja dewa-dewa kesuburan, bahkan mereka melakukan kebobrokan moral dan ketidakadilan sosial. [2] Pada kondisi demikian, menurut Alkitab (Yeremia 22:13-19), Yeremia menentang raja Yoyakim dengan sangat keras dan meyakinkan orang-orang Yehuda bahwa mereka akan takluk dibawah kekuasaan bangsa Babel.[2] Pada masa pemerintahan Zedekia Pada masa ini, pernyataan Yeremia dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu: pemberontakan melawan Babel (594 SM), pembuangan raja Yoyakhin ke Babel (587 SM), dan pemberontakan melawan Babel yang menyebabkan penaklukan kota Yerusalem (587 SM). [2] Dalam kondisi demikian, Yeremia terus menyuarakan agar orang-orang Yehuda bertobat, dan jika tidak, maka mereka akan

takluk pada Babel.[2] pernyataan Yeremia yang keras ini membuatnya harus ditangkap dan dipenjarakan, sebab ada banyak orang yang melawannya. [2] Di dalam penjara, ia membeli ladang untuk kebun anggur sebagai tanda bahwa Yehuda akan dipulihkan. [2] Sesudah Takluknya Yerusalem Setelah peristiwa takluknya Yerusalem dan Gedalya menjabat gubernur Mizpa, Yeremia belum menyatakan pesan apapun.[2] Namun, setelah Gedalya mati, semua orang meminta nasihat dari Yeremia.[2] Yeremia mengingatkan mereka untuk tetap tinggal di Yerusalem dan tidak berpergian ke tanah lain.[2] Tetapi orang-orang Yehuda tetap pergi ke Mesir dan hal ini digambarkan oleh Yeremia sebagai bentuk penolakan terhadap Perintah Allah. [2] Pemikiran 1. Pengertian Yeremia tentang Allah 2. Yeremia dan Penyembahan Berhala 3. Yeremia dan percabulan 4. Yeremia dan hukuman 5. Yeremia dan nabi-nabi palsu 6. Harapan Yeremia 7. Yeremia dengan agama Yehuda 8. Yeremia dengan cita-cita masa depan Tindakan Kenabian 1. Ikat Pinggang yang Lapuk (Yeremia 13:1-11) Hal ini mengisyaratkan kepada Yehuda sebagai bangsa yang dipilih oleh ikatan perjanjiannya dengan Tuhan, telah murtad dan tidak hidup memuliakan Tuhan. [7] 2. Nabi Harus Hidup Lajang (Yeremia 16:1-9) Melalui tindak kenabian ini Yeremia ingin menyatakan bahwa masa depan bangsa Yehuda seperti tanpa harapan, sehingga tidak ada gunanya lagi membangun keluarga. Bangsa Yehuda digambarkan sebagai bangsa yang tidak memiliki harapan lagi. [7] 3. Nabi Menghancurkan Buli-Buli (Yeremia 19:1-15) Dengan tindakan kenabian ini, Yeremia ingin menggambarkan kehancuran yang menimpa bangsanya.[7] 4. Nabi Memikul Kuk sebagai Orang Buangan (Yeremia 27:1-22) Ketika Yeremia memikul kuk di atas pundaknya berarti Ia ingin mengisyaratkan bahwa bangsa Yehuda harus tunduk pada pemerintahan Babel.[7] 5. Nabi Yeremia dan Hananya, Nabi Palsu (Yeremia 28:1-17)

Tindakan nabi Yeremia ini jelas mengingatkan bangsa Yehuda untuk siap menghadapi pengadilan Tuhan, persengkongkolan manusia tidak dapat mengubah rencana Tuhan. [7] 6. Nabi Membeli Tanah (Yeremia 32:6-44) Dengan membeli tanah ini, nabi ingin menyatakan betapa tidak bergunanya menyimpan harta kekayaan dan milik, sebab tidak dapat menjamin kemerdekaan pemiliknya. [7] 7. Nabi Minum Anggur dengan Kaum Rekhab (Yeremia 35:1-19) Ini adalah bentuk kritik tegas Yeremia terhadap bangsa Israel yang tidak taat dan tidak tahan terhadap godaan-godaan.[7] 8. Nabi Meletakan Batu Besar di Pintu Masuk Istana Firaun (Yeremia 48:1-13) Batu besar ini digunakan sebagai tanda penghakiman bagi umat Israel yang tidak mau mendengarkan perintah Tuhan.[7] 9. Nabi Menuliskan Daftar Malapetaka (Yeremia 51:59-64) Dengan menuliskan daftar malapetaka ini, Yeremia ingin menyatakan bagaimana sebenarnya perasaan dan pemikiran Allah, melihat ketidaksetiaan umatnya. [7] Beberapa Pandangan mengenai Yeremia Ada beberapa pandangan mengenai tokoh Yeremia dalam sejarah, yaitu: Hieronimus dan Tertulianus meyakini bahwa Yeremia dirajam di Mesir oleh orang-orang Yahudi; Ia dan sekretarisnya, Baruk meninggal setelah kembali dari pembuangan; Ia menyembunyikan peti perjanjian Tuhan di dekat kaki gunung Nebo, pada saat Bait Allah dihancurkan; Orang Yahudi meyakini bahwa Ia akan datang kembali ke dunia sebelum kedatangan Mesias.[5]

11.

Matius

Rasul Matius (bahasa Ibrani: ‫מתי‬, Standar Mattay Tiberias Mattay ; "Hadiah dari YHWH (=YaHWeH atau

TUHAN)"

atau Mattithyahu;Septuaginta Bahasa

Yunani:

Ματθαίος, Matthaios)

adalah

seorang Kristen yang hidup pada abad pertama Masehi dan termasuk dalam keduabelas murid Yesus, yang dicatat dalam Perjanjian Baru di Alkitab Kristen. Ayahnya bernama Alfeus, dan ia pernah bekerja sebagai seorang pengumpul pajak di Kapernaum. Matius dibicarakan dalam tulisan Kristen awal, terutama tiga Injil Sinoptik. Dia dipercayai sebagai penyusun atau sumber utama dari Injil Matius, salah satu dari 4 Kitab Injil dalam Alkitab.Dia diakui sebagai santo baik dalam Gereja Katolik maupun Ortodoks Timur. Seperti tiga penulis Injil lainnnya, Matius seringkali digambarkan dalam seni Kristen sebagai pria bersayap, menunjuk ke malaikatyang mendiktenya pada saat dia menulis. Tiga lukisan tentang hidupnya digambar oleh Caravaggio dalam gereja San Luigi dei Francesi di Roma merupakan salah satu karya penting dalam seni Barat. Identitas

Gambar di gelas berwarna: Santo Matius di St. Matthew's German Evangelical Lutheran Church di Charleston, South Carolina. Termasuk salah satu pengikut mula-mula dan rasul Yesus Kristus, Matius awalnya dicatat di Matius 9:9 dan Matius 10:3 sebagai seorang bekas pemungut cukai dari Kapernaum yang dipanggil menjadi salah seorang dari Keduabelas Rasul oleh Yesus sendiri. Di bagian Alkitab lain, ia dimasukkan ke dalam daftar Keduabelas Rasul, tanpa keterangan mengenai latar belakangnya, di Markus 3:18, Lukas 6:15 and Kisah Para Rasul 1:13. Dianggap sama dengan tokoh Lewi, putra Alfeus, yang dicatat dalam Injil Markus[2] danInjil Lukas.[3] Nampaknya ia memungut pajak dari orang Yahudi untuk raja Herodes Antipas.[4][5][6] Peristiwa pemanggilannya sebagai rasul oleh Yesus orang Nazaret dicatat dalam 3 Injil.[5][2][7][8][9] Menurut Perjanjian Baru, Matius merupakan salah satu saksi dari kebangkitan dan Kenaikan Yesus. Sebagai seorang pemungut cukai, Matius diyakini fasih berbahasa Aram dan Yunani. ke

[4][10][11][12][13]

 Setelah dipanggil menjadi murid, Matius mengundang Yesus datang

rumahnya

dalam

satu

perjamuan.

Melihat

itu,

para

ahli

kitab

dan

orang Farisi mengkritik Yesus karena makan bersama pemungut cukai dan orang berdosa. Yesus menjawab: “Aku datang bukan untuk memanggil yang benar, melainkan orang berdosa.”

[14]

Hendrick ter Brugghen, The Calling of St. Matthew(="Pemangilan Santo Matius"), 1621. Matius rupanya juga disebut dalam Talmud.[15] Pelayanan Berdasarkan tradisi Kristen, Matius mengabarkan Injil selama 15 tahun di kalangan masyarakat Yahudi di Yudea, dan kemudian berkeliling ke negara lain, termasuk Etiopia, Makedonia, Persia, dan Parthia.[16] Gereja Katolik Roma danGereja Ortodoks mempunyai tradisi bahwa Matius mati syahid.[12][17] Injil Matius Meskipun Kitab-kitab Injil sebenarnya tidak mencantumkan nama penulisnya, [18] secara tradisional Injil Matius diyakini ditulis oleh atau bersumber pada Matius. [19] Sebagai pejabat pemerintah di Kapernaum, provinsi "Galilee of the Gentiles" (="Galilea, wilayah bangsa asing"), seorang pemungut pajak harus bisa berbahasa Aram dan Yunani. [20] karena bahasa Yunani adalah bahasa internasional saat itu dalam perdagangan umum.[21] Sejumlah bapa gereja mencatat bahwa Matius asalnya menulis dalam bahasa Ibrani, tetapi tetap menganggap naskah Injil bahasa Yunani sebagai kanon (naskah resmi).[22] Origen menyatakan bahwa Injil yang pertama ditulis oleh Matius.

[23][24]

 Injil Matius dikatakan disusun dalam bahasa Ibrani di

sekitar Yerusalem untuk orang-orang Kristen Yahudi (berbahasa Ibrani) dan kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani. Ada satu naskah bahasa Ibrani asli di "Library of Early centers of Christianity" di Kaisarea. Komunitas "Nazarene" membuat satu salinan untuk Jerome yang digunakannya dalam karya tulisnya.[25] Injil Matius disebut Injil menurut orang Ibrani atau kadang kala Injil para rasul [26][27] dan pernah diyakini merupakan naskah asli dari Injil Matius dalam Bahasa Yunani yang ditemukan di Alkitab. Namun ada juga yang mempertanyakan, misalnya Bart Ehrman dan James R. Edwards.[28][29][30] [31] [32] Jerome menyatakan bahwa Matius oleh kelompok Nazarene dianggap sebagai penulis "Injil Ibrani" untuk kelompok ini.[33] meskipun Irenaeus danEpiphanius dari Salamis menganggap naskah ini hanyalah versi lain dari Injil Matius.

12.

Stefanus

Santo Stefanus, yang dikenal sebagai Protomartyr (atau martir pertama) dalam Kekristenan, dihormati sebagai seorang santodalam Gereja Katolik serta Gereja Ortodoks. Hari peringatannya secara historis dirayakan pada tanggal 3 Agustus, memperingati penemuan (Bahasa Latin: inventio) jenazahnya pada masa pemerintahan Kaisar Flavius Augustus Honorius. Diaken Kristen Menurut Kisah para Rasul, dalam kurun waktu awal keberadaan jemaat Kristen di Yerusalem (setelah kematian Yesus), Stefanus adalah salah satu dari ketujuh pria, kemungkinan besar seorang Yahudi Helenistis, yang dipilih untuk mengurus distribusi bantuan bagi janda-janda tua dalam komunitas jemaat. (Peranan ini kemudian dikenal sebagai diakon atau diaken.) Stefanus juga dikenal

karena

karunia-karunia

yang

dimilikinya

sebagai

seorang

penginjil

(evangelis),

mengkhotbahkan ajaran-ajaran Yesus kepada penduduk Yerusalem, termasuk kepada anggotaanggota sinagoga Helenistis. Kisahnya sebagai berikut:[1] “

Pada masa itu, ketika jumlah murid makin bertambah, timbullah sungut-sungut di antara orang-orang Yahudi yang berbahasa Yunani terhadap orang-orang Ibrani, karena pembagian kepada janda-janda mereka diabaikan dalam pelayanan sehari-hari. Berhubung dengan itu kedua belas rasul itu memanggil semua murid berkumpul dan berkata: "Kami tidak merasa puas, karena kami melalaikan Firman Allah untuk melayani meja. Karena itu, saudarasaudara, pilihlah tujuh orang dari antaramu, yang terkenal baik, dan yang penuh Roh dan hikmat, supaya kami mengangkat mereka untuk tugas itu, dan supaya kami sendiri dapat memusatkan pikiran dalam doa dan pelayanan Firman." Usul itu diterima baik oleh seluruh jemaat, lalu mereka memilih Stefanus, seorang yang penuh iman dan Roh Kudus, danFilipus, Prokhorus, Nikanor, Timon, Parmenas dan Nikolaus, seorang penganut agama Yahudi dari Antiokhia. Mereka itu dihadapkan kepada rasul-rasul, lalu rasul-rasul itupun berdoa dan meletakkan tangan di atas mereka.



—Kisah Para Rasul 6:1-6

Kesyahidan Kisah Para Rasul pasal 6 mengisahkan bagaimana Stefanus diadili oleh Sanhedrin dengan dakwaan hujat terhadap Nabi Musa dan Allah [2] serta berkata-kata menentang Bait Allah dan Hukum Taurat.[3] Hukuman yang diterimanya adalah dirajam sampai mati kira-kira antara tahun 34-35 Masehi oleh sekelompok massa yang marah. Mereka meletakkan jubahnya di kaki seorang muda bernama Saulus dari Tarsus, yang kelak dikenal sebagai Santo Paulus.[4] Khotbah terkhir yang disampaikan Stefanus ditujukan sebagai tundingan terhadap kaum Yahudi karena telah membunuh nabi-nabi mereka serta menjadi pembunuh Kristus (Kis 7:52). Nama diterjemahkan

Stefanus ke

berasal

dalam Bahasa

dari Bahasa

Yunani Stephanos,

Aram menjadi Kelil.

Santo

artinya

Stefanus

"mahkota", secara

yang

tradisional

digelarimahkota kemartiran Kristen dan kerap dilukiskan dalam seni dengan tiga buah batu beserta dahan palem para martir. Dalam ikonografi Kristen Timur dia digambarkan sebagai seorang pria muda

tanpa

janggut

dan

ber-tonsura (cukuran

di

kepala

biarawan

Kristen),

mengenakan vestimentum (busana liturgi) diakon, dan kerap menggenggam sebuah miniatur gedung gereja serta incensarium (pedupaan). Teofani Menjelang ajalnya, Stefanus mengalami suatu teofani (penampakan Allah kepada manusia). Teofani yang dialaminya bersifat unik karena dia menyaksikan baik Sang Bapa maupun Sang Putera. "Aku melihat langit terbuka, dan Anak manusia berdiri di sebelah kanan Allah." (Kis 7:56)

13.

Habakuk

Habakuk atau Havakuk (bahasa

Ibrani: ‫ ֲחבַּקּוק‬, Standar Ḥavaqquq Tiberias Ḥăḇaqqûq ;

"rangkulan") adalah seorang nabi dalam Alkitab dan Tanakh. Nama ini kemungkinan berkaitan dengan kata dalam bahasa Akkadia untuk sejenis tanaman, atau arti katanya dalam bahasa Ibrani berarti "rangkulan".[1] Habakuk adalah nabi ke-8 dari 12 nabi-nabi kecil dan kemungkinan juga penulis Kitab Habakuk, yang menggunakan namanya.[2] Tempat suci Habakuk diToyserkan, Iran. Ada sebuah mausoleum di kota Toyserkan di Iran bagian barat yang diyakini sebagai mausoleum Nabi Habakuk [1]. Tempat ini dilindungi olehOrganisasi

Warisan

Budaya

Iran.

Pedoman

organisasi

ini

untuk Provinsi Hamedan menyatakan bahwa Habakuk diyakini sebagai pengawal di Bait Suci Salomo, dan bahwa ia ditawan oleh orang-

orang Babel dan kemudian dipenjarakan selama beberapa tahun. Setelah dibebaskan oleh Koresy Agung, ia pergi ke Ekbatana dan tinggal di sana hingga meninggal dunia, lalu dimakamkan di suatu tempat yang tidak begitu jauh, yakni apa yang kini dikenal sebagai Toyserkan. Dalam kalender liturgi Gereja Ortodoks Timur, hari perayaannya jatuh pada 2 Desember. Latar Belakang Sangat sedikit informasi mengenai latar belakang pribadi Habakuk [1], sehingga banyak yang berspekulasi mengenai pemberitaan dan zamannya. [2][3] Namun, pendapat umum dewasa ini menempatkan masa hidup Habakuk pada akhir abad ke-7 SM. [4][2][3][5] Ia hidup kira-kira sezaman dengan nabi Zefanya, Yeremia, Nahum dan mungkin juga Yoel.[3]Kondisi yang ia hadapi tentu berkaitan dengan orang-orang Kasdim (Babilonia).[5] Karena bangkitnya bangsa Kasdim ke tampuk kekuasaan terjadi pada sekitar tahun 612 SM, kita dapat mengasumsikan bahwa Habakuk aktif pada masa itu, sehingga ia berasal dari masa yang sama dengan Yeremia dan Zefanya. Namun, sumbersumber Yahudi tidak mengelompokkannya dengan kedua nabi itu, yang seringkali ditempatkan bersama-sama, sehingga ada kemungkinan bahwa ia sedikit lebih awal daripada kedua nabi yang disebutkan tadi. Ia hidup pada masa pemerintahan raja Yoyakim yang lalim.[3] An 18th century Russian icon of the prophet Habakkuk (Iconostasisof Transfiguration Church, Kizhimonastery, Karelia,  Russia). Warta Nabi Pokok Pewartaan Habakuk didasari oleh keprihatiannya yang besar bagi bangsa Yehuda dan kehidupan iman mereka. [5]  Dalam pewartaannya ia menyampaikan bahwa TUHAN akan menggunakan bangsa asing sebagai alat untuk menyampaikan keadilannya.[5] Iapun menyatakan nilai kesabaran, ketekunan dan pemahaman akan makna penderitaan, tanpa kehilangan optimisme hidup.[5] Habakuk mengajak semua orang untuk memahami rencana TUHAN secara jangka panjang, sehingga seseorang tidak memaksakan kehendaknya tetapi memahami rencana itu dalam kesabaran dan penuh pengertian. [5] Selain itu, Habakuk juga menyampaikan pesan yang keras dan tajam kepada orang-orang yang masih mempertahankan kejahatan moral, politis dan ritual, demi kepentingan dan kesenangan sendiri. [5] Pemikiran Habakuk sebagai nabi, bingung melihat penghakiman Allah yang tampaknya terus tertunda, sementara semangat umat yang tersisa dari pembaruan Yosia di Yehuda dilemahkan oleh penyelewengan para pemimpin bangsa. [3] Habakuk prihatin dengan masalah moral, yaitu orang Kasdim yang dibangkitkan TUHAN untuk memberlakukan penghakiman atas orang Yehuda, padahal kekejaman dan kebiadaban orang Kasdim itu menyangkal kebenaran TUHAN. [1]

 Kebingungannya ini menyebabkan Habakuk dikatakan sebagai nabi yang unik di antara para nabi,

karena dialah satu-satunya yang mempertanyakan hikmat Allah. Namun, pada akhirnya Habakuk melihat bagaimana TUHAN berkarya dalam sejarah demi keselamatan umat manusia. [5] Habakuk menekankan bahwa TUHAN adalah TUHAN yang setia, adil dan membela umatnya, walaupun umat dalam penderitaan.[5] Habakuk meyakini bahwa orang benar akan hidup dan orang fasik akan musnah. [4]

14.

Yosua.

Yosua (bahasa Ibrani:  ַ‫יְהֹושֻׁ ע‬ Yehoshuaʿ; bahasa Yunani: Ἰησοῦς, Iesous, bahasa Arab: ‫یوشع بن‬ ‫ون‬xxx‫ن‬ Yūshaʿ ibn Nūn; bahasa Inggris:Joshua) bin Nun adalah pemimpin bangsa Israel yang menggantikan Musa dan yang membawa bangsa Israel masuk serta merebut tanah Kanaan, menurut catatan Alkitab

Ibrani atau Perjanjian

Lama di Alkitab Kristen.

Sebelumnya

ia

adalah

pembantuMusa dan menjadi salah satu dari 12 pengintai yang dikirim Musa untuk melihat tanah Kanaan (Bilangan 13).[1] Ia merupakan tokoh utama dalam Kitab Yosua. Nama sebenarnya adalah Hosea bin Nun dari suku Efraim, tetapi Musa memanggilnya Yehoshu'a(Yosua) (Bilangan 13:16) yang kemudian lebih umum dipakai. Dilahirkan di Mesir sebelum bangsa Israel ke luar dari tanah Mesir, dan meninggal di tanah Kanaan setelah mengatur pembagian tanah untuk setiap suku bersama imam Eleazar. Diduga sebaya dengan Kaleb bin Yefune dari suku Yehuda yang juga salah seorang pengintai. Flavius Yosefus mencatat bahwa Yosua mati 20 tahun setelah memasuki dan merebut tanah Kanaan,[2] atau di akhir Zaman Perunggu. Menurut Yosua 24:29, Yosua meninggal pada usia 110 tahun. Nama Nama Ibrani "Yosua" atau "Yehoshua", dalam bahasa Yunani dialihbahasakan menjadi "Yesus". Arti nama ini adalah "Yahweh adalah keselamatan" atau "juruselamat". [3][4][5] Jadi dalam Alkitab bahasa Yunani Septuaginta, namanya disebut "Yesus anak Nun" untuk membedakan dengan "Yesus Kristus" Yosua dan bangsa Israel, Karolingischer Buchmaler, ~840 Perang melawan orang Amalek 

Nama Yosua pertama kali disebut di Alkitab dalam Kitab Keluaran pasal 17. Ketika bangsa Israel masih dalam perjalanan dari Laut Merahke gunung Sinai,

datanglah

orang Amalek dan

berperang

melawan orang Israel di Rafidim. Musa memilih Yosua sebagai pemimpin dan berkata kepadanya: "Pilihlah orang-orang bagi kita, lalu keluarlah berperang melawan orang Amalek, besok aku akan berdiri di puncak bukit itu dengan memegang tongkat Allah di tanganku." Lalu Yosua melakukan seperti yang dikatakan Musa kepadanya dan berperang melawan orang Amalek; tetapi Musa, Harun dan Hur telah naik ke puncak bukit. [6]



Dan terjadilah, apabila Musa mengangkat tangannya, lebih kuatlah Israel, tetapi apabila ia menurunkan tangannya, lebih kuatlah Amalek. Maka penatlah tangan Musa, sebab itu mereka mengambil

sebuah

batu,

diletakkanlah

di

bawahnya,

supaya

ia

duduk

di

atasnya; Harundan Hur menopang kedua belah tangannya, seorang di sisi yang satu, seorang di sisi yang lain, sehingga tangannya tidak bergerak sampai matahari terbenam. Demikianlah Yosua mengalahkan Amalek dan rakyatnya dengan mata pedang. [7] 

Kemudian berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Tuliskanlah semuanya ini dalam sebuah kitab sebagai tanda peringatan, dan ingatkanlah ke telinga 'Yosua, bahwa Aku akan menghapuskan sama sekali ingatan kepada Amalek dari kolong langit." Lalu Musa mendirikan sebuah mezbah (bahasa Ibrani:  ַ‫;מִ זְבֵּ ח‬ miz'Bëªkh) dan menamainya: "Tuhanlah panji-panjiku!" (bahasa Ibrani:  ‫;יְהוָה נִסִּ י‬ Y'HWäH niŠiy; "YahwehNisi") Ia berkata: "Tangan di atas panji-panji TUHAN!(=Yahweh telah bersumpah) TUHAN berperang melawan Amalek turun-temurun."[8]

Abdi Musa 

Sejak perang melawan Amalek, Yosua menjadi orang kepercayaan Musa. Ketika TUHAN berfirman kepada Musa: "Naiklah menghadap Aku, ke atas gunung, dan tinggallah di sana, maka Aku akan memberikan kepadamu loh batu, yakni hukum dan perintah, yang telah Kutuliskan untuk diajarkan kepada mereka," Musa membawa Yosua, abdinya, naik ke atas gunung Allah (=gunung Sinai) itu. Tetapi kepada para tua-tua itu ia berkata: "Tinggallah di sini menunggu kami, sampai kami kembali lagi kepadamu; bukankah Harun dan Hur ada bersama-sama dengan kamu, siapa yang ada perkaranya datanglah kepada mereka." [9]



Maka Musa mendaki gunung dan awan itu menutupinya. Kemuliaan TUHAN diam di atas gunung Sinai, dan awan itu menutupinya enam hari lamanya; pada hari ketujuh dipanggilNyalah Musa dari tengah-tengah awan itu. Tampaknya kemuliaan TUHAN sebagai api yang menghanguskan di puncak gunung itu pada pemandangan orang Israel. Masuklah Musa ke tengah-tengah awan itu dengan mendaki gunung itu. Lalu tinggallah ia di atas gunung itu 40 hari dan 40 malam lamanya.[10]



Selama itu Yosua tidak ikut naik sampai ke puncak dengan Musa, melainkan dengan setia tinggal di bagian bawah gunung itu menantikan Musa, tanpa bisa melihat perkemahan. Setelah menerima peraturan dari Tuhan, akhirnya Musa turun dari gunung dengan kedua loh hukum Allah dalam tangannya. Ketika itu Yosua mendengar suara bangsa itu bersorak, maka berkatalah ia kepada Musa: "Ada bunyi sorak peperangan kedengaran di perkemahan." Tetapi jawab Musa: "Bukan bunyi nyanyian kemenangan, bukan bunyi nyanyian kekalahan--bunyi orang menyanyi berbalas-balasan, itulah yang kudengar." Dan ketika ia dekat ke perkemahan itu dan melihat anak lembu dan melihat orang menari-nari, maka bangkitlah amarah Musa. [11]



Karena peristiwa anak lembu emas itu, Tuhan menulahi bangsa Israel, dan bangsa itu berkabung di hadapan Tuhan. Sesudah itu Musa mengambil kemah dan membentangkannya

di luar perkemahan, jauh dari perkemahan, dan menamainya Kemah Pertemuan. Setiap orang yang mencari TUHAN, keluarlah ia pergi ke Kemah Pertemuan yang di luar perkemahan. Apabila Musa masuk ke dalam kemah itu, turunlah tiang awan dan berhenti di pintu kemah dan berbicaralah TUHAN dengan Musa di sana. Setelah seluruh bangsa itu melihat, bahwa tiang awan berhenti di pintu kemah, maka mereka bangun dan sujud menyembah, masingmasing di pintu kemahnya. Dan TUHAN berbicara kepada Musa dengan berhadapan muka seperti seorang berbicara kepada temannya; kemudian kembalilah ia ke perkemahan. Tetapi abdinya, Yosua bin Nun, seorang yang masih muda, tidaklah meninggalkan kemah itu. [12]



Atas perintah Tuhan, Musa mengumpulkan 70 orang dari para tua-tua bangsa itu dan menyuruh mereka berdiri di sekeliling kemah. Lalu turunlah TUHAN dalam awan dan berbicara kepada Musa, kemudian diambil-Nya sebagian dari Roh yang hinggap padanya, dan ditaruh-Nya atas ke-70tua-tua itu; ketika Roh itu hinggap pada mereka, kepenuhanlah mereka seperti nabi, tetapi sesudah itu tidak lagi. Masih ada 2 orang tinggal di tempat perkemahan; yang seorang bernama Eldad, yang lain bernama Medad. Ketika Roh itu hinggap pada mereka--mereka itu termasuk orang-orang yang dicatat, tetapi tidak turut pergi ke kemah-maka kepenuhanlah mereka seperti nabi di tempat perkemahan. Lalu berlarilah seorang muda memberitahukan kepada Musa: "Eldad dan Medad kepenuhan seperti nabi di tempat perkemahan." Maka menjawablah Yosua bin Nun, yang sejak mudanya menjadi abdi Musa: "Tuanku Musa, cegahlah mereka!" Tetapi Musa berkata kepadanya: "Apakah engkau begitu giat mendukung diriku? Ah, kalau seluruh umat TUHAN menjadi nabi, oleh karena TUHAN memberi Roh-Nya hinggap kepada mereka!"[13]

Kedua belas pengintai. 

Setelah bangsa Israel sampai ke padang gurun Paran, berbatasan dengan tanah Kanaan. Tuhan menyuruh Musa mengirim 12 orang pengintai (bahasa Ibrani:  ‫מרגלים‬,meraglim), satu orang dari masing-masing suku Israel, untuk mengintai tanah Kanaan, yang akan diberikan Tuhan kepada orang Israel.[14] Semua orang itu adalah kepala-kepala di antara orang Israel. [15] Dari suku Efraim dipilih Hosea bin Nun.[16] dan Musa menamai Hosea bin Nun itu Yosua. Sesudah lewat 40 hari pulanglah mereka dari pengintaian negeri itu, dan langsung datang kepada Musa, Harun dan segenap umat Israel di Kadesh, di padang gurun Paran. Mereka membawa pulang kabar kepada keduanya dan kepada segenap umat itu dan memperlihatkan kepada sekaliannya hasil negeri itu.[17]



Mereka menceritakan: "Kami sudah masuk ke negeri, ke mana kausuruh kami, dan memang negeri itu berlimpah-limpah susu dan madunya, dan inilah hasilnya. Hanya, bangsa yang diam di negeri itu kuat-kuat dan kota-kotanya berkubu dan sangat besar, juga keturunan Enak telah kami lihat di sana. Orang Amalek diam di Tanah Negeb, orang Het, orang Yebus dan orang

Amori diam di pegunungan, orang Kanaan diam sepanjang laut dan sepanjang tepi sungai Yordan."[18] 

Kemudian Kaleb mencoba menenteramkan hati bangsa itu di hadapan Musa, katanya: "Tidak! Kita akan maju dan menduduki negeri itu, sebab kita pasti akan mengalahkannya!" [19]



Tetapi orang-orang yang pergi ke sana bersama-sama dengan dia berkata: "Kita tidak dapat maju menyerang bangsa itu, karena mereka lebih kuat dari pada kita." Juga mereka menyampaikan kepada orang Israel kabar busuk tentang negeri yang diintai mereka, dengan berkata: "Negeri yang telah kami lalui untuk diintai adalah suatu negeri yang memakan penduduknya, dan semua orang yang kami lihat di sana adalah orang-orang yang tinggi-tinggi perawakannya. Juga kami lihat di sana orang-orang raksasa, orang Enak yang berasal dari orang-orang raksasa, dan kami lihat diri kami seperti belalang, dan demikian juga mereka terhadap kami."[20]



Akibatnya segenap umat Israel mengeluarkan suara nyaring dan bangsa itu menangis pada malam itu. Bersungut-sungutlah semua orang Israel kepada Musa dan Harun, serta bermaksud mengangkat pemimpin baru untuk membawa mereka kembali ke tanah Mesir. [21]



Yosua bin Nun dan Kaleb bin Yefune, yang termasuk orang-orang yang telah mengintai negeri itu, mengoyakkan pakaiannya, dan berkata kepada segenap umat Israel: "Negeri yang kami lalui untuk diintai itu adalah luar biasa baiknya. Jika TUHAN berkenan kepada kita, maka Ia akan membawa kita masuk ke negeri itu dan akan memberikannya kepada kita, suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya. Hanya, janganlah memberontak kepada TUHAN, dan janganlah takut kepada bangsa negeri itu, sebab mereka akan kita telan habis. Yang melindungi mereka sudah meninggalkan mereka, sedang TUHAN menyertai kita; janganlah takut kepada mereka." Lalu segenap umat itu mengancam hendak melontari kedua orang itu dengan batu.[22]



Saat itu tampaklah kemuliaan TUHAN di Kemah Pertemuan kepada semua orang Israel. [23]

 Berfirmanlah TUHAN kepada Musa dan Harun: "...Di padang gurun ini bangkai-

bangkaimu akan berhantaran, yakni semua orang di antara kamu yang dicatat, semua tanpa terkecuali yang berumur dua puluh tahun ke atas, karena kamu telah bersungut-sungut kepada-Ku. Bahwasanya kamu ini tidak akan masuk ke negeri yang dengan mengangkat sumpah telah Kujanjikan akan Kuberi kamu diami, kecuali Kaleb bin Yefune dan Yosua bin Nun!" [24] 

Hal ini digenapi saat bangsa Israel mengadakan sensus kedua (Bilangan 26), dicatat "sebab TUHAN telah berfirman tentang mereka: "Pastilah mereka mati di padang gurun." Dari mereka itu (yang dicatat dalam sensus pertama) tidak ada seorangpun yang masih tinggal hidup selain dari Kaleb bin Yefune dan Yosua bin Nun." [25] Dikatakan "sebab keduanya mengikut TUHAN dengan sepenuh hatinya."[26]

Calon pemimpin bangsa Israel.



Karena Musa berdosa terhadap Tuhan dalam peristiwa di mata air Meriba dekat Kadesh di padang gurun Zin, Musa tidak diijinkan masuk ke tanah Kanaan. Berkatalah Musa kepada TUHAN: "Biarlah TUHAN, Allah dari roh segala makhluk, mengangkat atas umat ini seorang yang mengepalai mereka waktu keluar dan masuk, dan membawa mereka keluar dan masuk, supaya umat TUHAN jangan hendaknya seperti domba-domba yang tidak mempunyai gembala." Lalu TUHAN berfirman kepada Musa: "Ambillah Yosua bin Nun, seorang yang penuh roh, letakkanlah tanganmu atasnya, suruhlah ia berdiri di depan imam Eleazar dan di depan segenap umat, lalu berikanlah kepadanya perintahmu di depan mata mereka itu dan berilah dia sebagian dari kewibawaanmu, supaya segenap umat Israel mendengarkan dia. Ia harus berdiri di depan imam Eleazar, supaya Eleazar menanyakan keputusan Urim bagi dia di hadapan TUHAN; atas titahnya mereka akan keluar dan atas titahnya mereka akan masuk, ia beserta semua orang Israel, segenap umat itu." [27]



Maka Musa melakukan seperti yang diperintahkan TUHAN kepadanya. Ia memanggil Yosua dan menyuruh dia berdiri di depan imam Eleazar dan di depan segenap umat itu, lalu ia meletakkan tangannya atas Yosua dan memberikan kepadanya perintahnya, seperti yang difirmankan TUHAN dengan perantaraan Musa.[28]



TUHAN berfirman kepada Musa: "Inilah nama orang-orang yang harus membagikan tanah itu kepadamu sebagai milik pusaka: imam Eleazar dan Yosua bin Nun. [29]



Di akhir hayatnya, Musa menceritakan apa yang dilakukannya dalam mempersiapkan Yosua sebagai penggantinya: "Kepada Yosua kuperintahkan pada waktu itu, demikian: Matamu sendirilah yang melihat segala yang dilakukan TUHAN, Allahmu, terhadap kedua raja itu. Demikianlah akan dilakukan TUHAN terhadap segala kerajaan, ke mana engkau pergi. Janganlah takut kepada mereka, sebab TUHAN, Allahmu, Dialah yang berperang untukmu."[31]



Musa mencoba memohon sekali lagi agar diijinkan masuk ke tanah Kanaan, tetapi Tuhan menolak permohonan ini, sebaliknya menyuruh Musa untuk memberi "perintah kepada Yosua, kuatkan dan teguhkanlah hatinya, sebab dialah yang akan menyeberang di depan bangsa ini dan dialah yang akan memimpin mereka sampai mereka memiliki negeri yang akan kaulihat itu."[32]



Kepada seluruh orang Israel, Musa mengatakan: "...TUHAN, Allahmu, Dialah yang akan menyeberang di depanmu; Dialah yang akan memunahkan bangsa-bangsa itu dari hadapanmu, sehingga engkau dapat memiliki negeri mereka; Yosua, dialah yang akan menyeberang di depanmu, seperti yang difirmankan TUHAN." [33]



Lalu Musa memanggil Yosua dan berkata kepadanya di depan seluruh orang Israel: "Kuatkan dan teguhkanlah hatimu, sebab engkau akan masuk bersama-sama dengan bangsa ini ke negeri yang dijanjikan TUHAN dengan sumpah kepada nenek moyang mereka untuk memberikannya kepada mereka, dan engkau akan memimpin mereka sampai mereka memilikinya. Sebab TUHAN, Dia sendiri akan berjalan di depanmu, Dia sendiri akan

menyertai engkau, Dia tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau; janganlah takut dan janganlah patah hati."[34] 

Kemudian berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Sesungguhnya sudah dekat waktunya bahwa engkau akan mati; maka panggillah Yosua dan berdirilah bersama-sama dengan dia dalam Kemah Pertemuan, supaya Aku memberi perintah kepadanya." Lalu pergilah Musa dan Yosua berdiri dalam Kemah Pertemuan. Dan TUHAN menampakkan diri di kemah itu dalam tiang awan, dan tiang awan itu berdiri pada pintu kemah. [35] Kepada Yosua bin Nun diberiNya perintah, firman-Nya: "Kuatkan dan teguhkanlah hatimu, sebab engkau akan membawa orang Israel ke negeri yang Kujanjikan dengan sumpah kepada mereka, dan Aku akan menyertai engkau."[36] Lalu datanglah Musa bersama-sama dengan Yosua bin Nun dan menyampaikan ke telinga bangsa itu segala perkataan Tuhan.

Pemimpin bangsa Israel 

Lalu matilah Musa, hamba TUHAN itu, di sana di tanah Moab, sesuai dengan firman TUHAN. Dan dikuburkan-Nyalah dia di suatu lembah di tanah Moab, di tentangan Bet-Peor, dan tidak ada orang yang tahu kuburnya sampai hari ini. Musa berumur 120 tahun, ketika ia mati. Dan Yosua bin Nun penuh dengan roh kebijaksanaan, sebab Musa telah meletakkan tangannya ke atasnya. Sebab itu orang Israel mendengarkan dia dan melakukan seperti yang diperintahkan TUHAN kepada Musa.[37]



Sesudah Musa hamba TUHAN itu mati, berfirmanlah TUHAN kepada Yosua bin Nun, abdi Musa itu, demikian: "Hamba-Ku Musa telah mati; sebab itu bersiaplah sekarang, seberangilah sungai Yordan ini, engkau dan seluruh bangsa ini, menuju negeri yang akan Kuberikan kepada mereka, kepada orang Israel itu. Setiap tempat yang akan diinjak oleh telapak kakimu Kuberikan kepada kamu, seperti yang telah Kujanjikan kepada Musa." [38]

Perang merebut tanah Kanaan 

Demikianlah Yosua merebut seluruh negeri itu sesuai dengan segala yang difirmankan TUHAN kepada Musa. Dan Yosuapun memberikan negeri itu kepada orang Israel menjadi milik pusaka mereka, menurut pembagian suku mereka. Lalu amanlah negeri itu, berhenti dari berperang.[39]



Inilah raja negeri yang dikalahkan oleh Yosua dan oleh orang Israel di sebelah barat sungai Yordan, dari Baal-Gad di lembah gunung Libanon sampai Pegunungan Gundul, yang mendaki ke arah Seir--negeri ini diberikan Yosua kepada suku-suku Israel menjadi miliknya, menurut pembagiannya, di Pegunungan, di Daerah Bukit, di Araba-Yordan, di Lereng Gunung, di Padang Gurun dan di Tanah Negeb, yakni di negeri orang Het, orang Amori, orang Kanaan, orang Feris, orang Hewi dan orang Yebus--, raja-raja negeri:

1.

Yerikho

2.

Ai, di sebelah Betel

3.

Yerusalem

4.

Hebron

5.

Yarmut

6.

Lakhis

7.

Eglon

8.

Gezer

9.

Debir

10.

Geder

11.

Horma

12.

Arad

13.

Libna

14.

Adulam

15.

Makeda

16.

Betel

17.

Tapuah

18.

Hefer

19.

Afek

20.

Lasaron

21.

Madon

22.

Hazor

23.

Simron Meron

24.

Akhsaf

25.

Taanakh

26.

Megido

27.

Kedesh

28.

Yokneam di dekat gunung Karmel

29.

Dor di tanah bukit Dor

30.

Goyim di Galilea

31.

Tirza

Jadi jumlah semua raja itu, 31 orang.[40] Pembagian tanah Kanaan 

Setelah Yosua menjadi tua dan lanjut umurnya, berfirmanlah TUHAN kepadanya: "Engkau telah tua dan lanjut umur, dan dari negeri ini masih amat banyak yang belum diduduki. [41] ... Oleh sebab itu, bagikanlah negeri ini kepada suku yang sembilan itu dan kepada suku

Manasye yang setengah itu menjadi milik pusaka mereka." Bersama-sama dengan suku Manasye yang setengah lagi, orang Ruben dan orang Gad telah menerima milik pusaka mereka, yang telah diberikan Musa kepada mereka di sebelah timur sungai Yordan, seperti yang ditentukan Musa, hamba TUHAN itu, kepada mereka. [42] Tetapi kepada suku Lewi Musa tidak memberikan milik pusaka: TUHAN, Allah Israel, Dialah yang menjadi milik pusaka mereka, seperti yang dijanjikan-Nya kepada mereka. [43] 

Orang Israel menerima sebagai milik pusaka di tanah Kanaan sesuai yang telah dibagikan oleh imam Eleazar, dan Yosua bin Nun dan para kepala kaum keluarga dari suku-suku mereka, dengan mengundi milik pusaka itu, seperti yang diperintahkan TUHAN dengan perantaraan Musa mengenai suku-suku yang sembilan setengah itu. [44]

Suku Yehuda dan suku-suku Yusuf (Manasye dan Efraim) 

Bani Yehuda datang menghadap Yosua di Gilgal. [45] Lalu Yosua memberkati Kaleb bin Yefune, dan diberikannyalah Hebron kepadanya menjadi milik pusakanya. [46]Pertama-tama, ditetapkanlah bagian yang diundikan kepada suku bani Yehuda menurut kaum-kaum mereka. [47]



Kemudian keluarlah undian bagi bani Yusuf (yaitu suku Manasye dan Efraim),[48] yakni suku Manasye dan suku Efraim, menerima milik pusaka.[49]

Tujuh suku yang lain 

Maka berkumpullah segenap umat Israel di Silo, lalu mereka menempatkan Kemah Pertemuan di sana, karena negeri itu telah takluk kepada mereka. Pada waktu itu masih tinggal tujuh suku di antara orang Israel, yang belum mendapat bagian milik pusaka. Sebab itu berkatalah Yosua kepada orang Israel: "Berapa lama lagi kamu bermalas-malas, sehingga tidak pergi menduduki negeri yang telah diberikan kepadamu oleh TUHAN, Allah nenek moyangmu? Ajukanlah tiga orang dari tiap-tiap suku; maka aku akan menyuruh mereka, supaya mereka bersiap untuk menjelajahi negeri itu, mencatat keadaannya, sekadar milik pusaka masing-masing, kemudian kembali kepadaku. Sesudah itu mereka akan membaginya di antara mereka menjadi tujuh bagian. Suku Yehuda akan tetap tinggal dalam daerahnya di sebelah selatan dan keturunan Yusuf akan tetap tinggal dalam daerahnya di sebelah utara. Kamu catat keadaan negeri itu dalam tujuh bagian dan kamu bawa ke mari kepadaku; lalu aku akan membuang undi di sini bagi kamu di hadapan TUHAN, Allah kita." [50]



Orang-orang itu pergi dan berjalan melalui negeri itu; mereka mencatat keadaannya dalam suatu daftar, kota demi kota, dalam tujuh bagian, lalu kembali kepada Yosua ke tempat perkemahan di Silo. Lalu Yosua membuang undi bagi mereka di Silo, di hadapan TUHAN, dan di sanalah Yosua membagikan negeri itu kepada 7 suku orang Israel, sesuai dengan pembagian mereka.[51]



Setelah orang Israel selesai membagikan negeri itu menjadi milik pusaka mereka menurut daerah-daerahnya, maka kepada Yosua bin Nun diberikanlah milik pusaka di tengah-tengah mereka. Sesuai dengan titah TUHAN, mereka memberikan kepadanya kota yang dimintanya, yakni Timnat-Serah di pegunungan Efraim. Kota itu dibangunnya dan menetaplah ia di sana. Itulah milik pusaka yang diperundikan di antara suku-suku orang Israel di Silo oleh imam Eleazar, oleh Yosua bin Nun dan oleh para kepala kaum keluarga di hadapan TUHAN di depan pintu Kemah Pertemuan. Demikianlah diselesaikan mereka pembagian negeri itu. [52]

Kota-kota perlindungan 

Berfirmanlah TUHAN kepada Yosua, demikian: "Katakanlah kepada orang Israel, begini: Tentukanlah bagimu kota-kota perlindungan, yang telah Kusebutkan kepadamu dengan perantaraan Musa, supaya siapa yang membunuh seseorang dengan tidak sengaja, dengan tidak ada niat lebih dahulu, dapat melarikan diri ke sana, sehingga kota-kota itu menjadi tempat perlindungan bagimu terhadap penuntut tebusan darah." [53] Lalu orang Israel mengkhususkan sebagai kota perlindungan: Kedesh di Galilea, di pegunungan Naftali dan Sikhem, di pegunungan Efraim, dan Kiryat-Arba, itulah Hebron, di pegunungan Yehuda. Dan di seberang sungai Yordan, di sebelah timur Yerikho, mereka menentukan Bezer, di padang gurun, di dataran tinggi, dari suku Ruben; dan Ramot di Gilead dari suku Gad, dan Golan di Basan dari suku Manasye. Itulah kota-kota yang ditetapkan bagi semua orang Israel dan bagi pendatang-pendatang yang ada di tengah-tengah mereka, supaya setiap orang yang membunuh seseorang dengan tidak sengaja dapat melarikan diri ke sana dan jangan mati dibunuh oleh tangan penuntut tebusan darah, sebelum ia dihadapkan kepada rapat jemaah. [54]

Suku Lewi Kemudian datanglah para kepala kaum keluarga orang Lewi menghadap imam Eleazar, menghadap Yosua bin Nun, dan menghadap para kepala kaum keluarga di antara suku-suku orang Israel dan berkata kepada mereka di Silo di tanah Kanaan, demikian: "TUHAN telah memerintahkan dengan perantaraan Musa, supaya diberikan kepada kami kota-kota untuk didiami dan tanah-tanah penggembalaannya untuk ternak kami." Lalu orang Israel memberikan dari milik pusaka mereka kotakota yang berikut dengan tanah-tanah penggembalaannya kepada orang Lewi, seperti yang dititahkan TUHAN.[55] Seluruhnya kota-kota orang Lewi di tengah-tengah milik orang Israel ada empat puluh delapan kota dengan tanah-tanah penggembalaannya. [56]

15.

Hana (Ibu Samuel). Hana (bahasa Ibrani:  ‫חנה‬ Chana atau Ḥannah "elok" "menyenangkan"; bahasa adalah

istri

atau

Inggris: Hannah dibaca ˈhænə[1])

dari Elkana dan

ibu

dari Samuel sesuai

catatan Kitab 1 Samuel dalam Alkitab Ibrani atau Perjanjian Lama Alkitab Kristen. Ia tinggal bersama suami dan keluarganya di Ramataim-Zofim (atau sering disingkat Rama), pegunungan Efraim. Suaminya, Elkana, adalah dari suku Lewi yang tinggal di tanah milik suku Efraim. Tidak dicatat suku asal Hana, maupun keluarga orangtuanya. Catatan Alkitab tentang Hana meliputi 3 bagian: 1.

Lahirnya Samuel[2].

2.

Puji-pujian Hana[3].

3.

Kunjungan kepada Samuel dan kelahiran anak-anaknya yang lain [4].

Lahirnya Samuel Selain Hana, Elkana mempunyai isteri lain, Penina. Hana tidak mempunyai anak. Rupanya dengan alasan ini, Elkana menikah kembali. Penina melahirkan sejumlah putra dan putri untuk Elkana. Elkana mengasihi Hana, tetapi tidak dapat memberi bagian lebih dari korban persembahan, karena Hana mandul. Tampaknya Penina tahu Elkana lebih mengasihi Hana, sehingga Penina selalu berusaha membuat Hana gusar serta menyakiti hatinya, khususnya saat mereka melakukan ziarah tahunan ke bait suci TUHAN di kota Silo. Setiap kali disakiti Hana menangis dan tidak mau makan. Elkana hanya bisa menghibur dengan mengatakan: "Hana, mengapa engkau menangis dan mengapa engkau tidak mau makan? Mengapa hatimu sedih? Bukankah aku lebih berharga bagimu dari pada sepuluh anak laki-laki?" Suatu saat, karena tidak tahan lagi, dan setelah mereka memakan hidangan dalam ibadah, Hana berdiri di depan bait suci TUHAN, dengan hati pedih berdoa kepada TUHAN sambil menangis tersedu-sedu. Saat itulah Hana bernazar, "TUHAN semesta alam, jika sungguh-sungguh Engkau memperhatikan sengsara hamba-Mu ini dan mengingat kepadaku dan tidak melupakan hamba-Mu ini, tetapi memberikan kepada hamba-Mu ini seorang anak laki-laki, maka aku akan memberikan dia kepada TUHAN untuk seumur hidupnya dan pisau cukur tidak akan menyentuh kepalanya." Biasanya orang dapat bernazar untuk menjadi "nazir TUHAN" selama jangka waktu tertentu. Namun, Hana bernazar bahwa anaknya akan menjadi nazir TUHAN seumur hidupnya. Imam Eli, yang bertugas memimpin ibadah di bait suci, waktu itu duduk di kursi dekat tiang pintu bait suci. Ketika Hana terus-menerus berdoa di hadapan TUHAN, maka Eli mengamat-amati mulut perempuan itu; karena Hana berkata-kata dalam hatinya dan hanya bibirnya saja bergerakgerak, tetapi suaranya tidak kedengaran, maka Eli menyangka perempuan itu mabuk. Ini dugaan yang masuk akal, karena selama makan minum dalam ibadah biasa disajikan anggur, meskipun dalam jumlah sedikit. Eli menegur dan menasehati Hana supaya melepaskan diri dari mabuk-mabukan. Tetapi Hana menjelaskan: "Bukan, tuanku, aku seorang perempuan yang sangat bersusah hati; anggur ataupun minuman yang memabukkan tidak kuminum, melainkan aku mencurahkan isi hatiku di hadapan TUHAN." Eli menerima penjelasan ini dan memberkatinya: ""Pergilah dengan selamat, dan Allah Israel akan memberikan kepadamu apa yang engkau minta dari pada-Nya." Hana menjadi lega dan mukanya tidak muram lagi.

Segera setelah peristiwa itu, Hana hamil dan melahirkan, Samuel, untuk Elkana. Menurut Hana, nama Samuel diartikan "Diminta dari TUHAN". Ketika tiba waktunya Elkana pergi ke Silo untuk ziarah tahunan, Hana meminta agar dia dan Samuel dibolehkan tidak pergi sampai anak itu cerai susu (disapih). Setelah perempuan itu menyapih anaknya, dibawanyalah dia, dengan seekor lembu jantan yang berumur 3 tahun, satu efa tepung dan sebuyung anggur, lalu diantarkannya ke dalam rumah TUHAN di Silo. Waktu itu masih kecil betul kanak-kanak itu. Setelah mereka menyembelih lembu, mereka mengantarkan kanak-kanak itu kepada Eli dan sejak itu Samuel tinggal dan melayani di bait suci TUHAN. Puji-pujian Hana Segera setelah menyerahkan Samuel, Hana berdoa dan memberi pujian kepada TUHAN: "Hatiku bersukaria karena TUHAN...sebab aku bersukacita karena pertolongan-Mu.". Pujian ini mirip dengan pujian Maria dalam Perjanjian Baru Alkitab Kristen di dalam Injil Lukas: "Jiwaku memuliakan Tuhan, dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku" [5]Kedua pujian ini sama-sama dibagi dalam 10 ayat, meskipun pujian Maria, yang disebut Magnificat, lebih sedikit kata-katanya, tetapi memiliki sejumlah unsur yang sama: 

TUHAN itu kudus



TUHAN berkuasa merendahkan orang congkak, menurunkan orang-orang berkuasa.



TUHAN berkuasa meninggikan orang yang hina dan rendah



TUHAN menolong hamba-Nya (Israel) dan orang yang diurapi-Nya (Mesias)

Anak-anaknya yang lain Setiap tahun Hana membuatkan Samuel jubah kecil dan membawa jubah itu kepadanya, apabila ia bersama-sama Elkana pergi mempersembahkan korban sembelihan tahunan. Lalu Eli memberkati Elkana dan isterinya, katanya: "TUHAN kiranya memberikan keturunan kepadamu dari perempuan ini pengganti yang telah diserahkannya kepada TUHAN." Sesudah itu pulanglah mereka ke tempat kediamannya ke Rama. Dan TUHAN mengindahkan Hana, sehingga dia mengandung dan melahirkan 3 anak laki-laki dan 2 anak perempuan lagi.

16.

Markus

SIDANG Antiokhia pernah melihat beberapa problem, tetapi pertengkaran antara rasul Paulus dan rasul Barnabas berbeda. Pria-pria itu sedang merencanakan perjalanan utusan injil; namun, sewaktu mau memutuskan siapa yang akan menyertai mereka, ada ”ledakan kemarahan yang sengit” di antara mereka. (Kis. 15:39) Keduanya pergi sendiri-sendiri. Persoalannya menyangkut utusan injil lainnya—Markus. Siapakah Markus? Apa yang menyebabkan dua rasul bertengkar mengenai dia? Mengapa mereka saling mengotot? Apakah sikap mereka akan berubah? Dan, apa yang bisa Saudara pelajari dari kisah Markus? Di Rumah di Yerusalem

Markus, yang kelihatannya berasal dari keluarga Yahudi yang kaya, besar di Yerusalem. Pertama kali kita tahu tentang dia adalah dalam lingkup sejarah sidang Kristen masa awal. Pada kira-kira tahun 44 M ketika malaikat Yehuwa dengan mukjizat membebaskan rasul Petrus dari penjara Herodes Agripa I, Petrus pergi ”ke rumah Maria, ibu Yohanes yang disebut juga Markus. Di situ banyak orang berkumpul dan berdoa”.—Kis. 12:1-12. Jadi, tampaknya sidang Yerusalem berhimpun di rumah ibu Markus. Karena ”banyak orang” berhimpun di sana, bisa jadi rumah itu besar. Maria punya hamba perempuan bernama Roda yang menjawab ketukan Petrus di ”pintu gerbang”. Perincian ini menyiratkan bahwa Maria seorang wanita yang cukup berada. Dan, rumah itu disebut rumahnya bukan rumah suaminya, jadi mungkin dia seorang janda dan Markus masih cukup muda.—Kis. 12:13. Markus agaknya termasuk di antara orang-orang yang berkumpul untuk berdoa. Ia tentu mengenal baik murid-murid Yesus dan orang-orang lain yang telah menyaksikan berbagai peristiwa dalam pelayanan Yesus. Malah, boleh jadi Markus-lah pemuda berpakaian seadanya yang mencoba mengikuti Yesus saat ia pertama kali ditahan tetapi yang lari ketika mereka berupaya menangkapnya. —Mrk. 14:51, 52. Hak Istimewa dalam Sidang Bergaul dengan orang-orang Kristen yang matang pasti berpengaruh positif terhadap Markus. Ia bertumbuh secara rohani dan menarik perhatian saudara-saudara yang bertanggung jawab. Kira-kira pada tahun 46 M ketika Paulus dan Barnabas ”mengirimkan bantuan” dari Antiokhia ke Yerusalem untuk meringankan dampak suatu bala kelaparan, mereka menaruh minat terhadap Markus. Tatkala Paulus dan Barnabas kembali ke Antiokhia, mereka mengajak Markus.—Kis. 11:27-30; 12:25. Orang yang membaca sepintas lalu mungkin menganggap tidak ada hubungan tertentu—selain secara rohani—antara ketiganya, bahwa Paulus dan Barnabas merekrut Markus hanya karena kecakapannya. Tetapi, salah satu surat Paulus menyingkapkan bahwa Markus adalah sepupu Barnabas. (Kol. 4:10) Ini mungkin bisa menjelaskan kejadian-kejadian berikutnya menyangkut Markus. Satu tahun atau lebih berlalu, dan ROH KUDUS mengarahkan agar Paulus serta Barnabas memulai perjalanan utusan injil. Mereka berangkat dari Antiokhia ke Siprus. Yohanes Markus ikut bersama mereka ”sebagai pelayan”. (Kis. 13:2-5) Barangkali Markus mengurus hal-hal yang perlu selama perjalanan agar rasul-rasul itu bisa berkonsentrasi pada hal-hal rohani. Paulus, Barnabas, dan Markus melintasi Siprus, mengabar sepanjang perjalanan; lalu mereka berangkat ke Asia Kecil. Di sana, Yohanes Markus membuat keputusan yang mengecewakan Paulus. Catatan itu mengatakan bahwa sewaktu ketiganya tiba di Perga, ”Yohanes meninggalkan mereka dan kembali ke Yerusalem”. (Kis. 13:13) Kita tidak diberi tahu alasannya. Beberapa tahun kemudian, Paulus, Barnabas, dan Markus sudah berada lagi di Antiokhia. Kedua rasul itu sedang membahas perjalanan utusan injil yang kedua guna memupuk hasil-hasil yang telah dicapai pada perjalanan yang pertama. Barnabas ingin sepupunya ikut, tetapi Paulus sama sekali tidak setuju karena Markus sebelumnya telah meninggalkan mereka. Ini menimbulkan kejadian yang digambarkan di awal. Barnabas membawa Markus dan mengerjakan kampung halamannya Siprus, sedangkan Paulus pergi ke Siria. (Kis. 15:36-41) Jelaslah, Paulus dan Barnabas berbeda pandangan soal keputusan Markus dahulu. Rekonsiliasi Markus pasti merasa pedih akibat pengalaman ini. Namun, ia tetap menjadi pelayan yang setia. Sekitar 11 atau 12 tahun setelah insiden dengan Paulus itu, Markus muncul lagi dalam sejarah Kekristenan masa awal. 

Di mana? Di tempat yang barangkali tidak Saudara sangka—bersama Paulus! Pada tahun 60-61 M, ketika Paulus berada dalam penjara di Roma, ia mengirim sejumlah surat yang kini menjadi bagian dari Alkitab. Dalam surat kepada jemaat di Kolose, ia menulis, ”Aristarkhus, sesama tawanan denganku, mengirimkan salamnya kepadamu, demikian pula Markus, sepupu Barnabas, (mengenai dia kamu telah mendapat perintah untuk menyambutnya seandainya dia datang kepadamu) . . . Hanya mereka inilah rekan-rekan sekerjaku untuk kerajaan Allah, dan mereka inilah yang telah membantu menguatkan aku.”—Kol. 4:10, 11. Bukan main peralihannya! Dari orang yang sangat tidak disukai Paulus, Markus kembali menjadi rekan sekerja yang berharga. Paulus rupanya menginformasikan kepada jemaat di Kolose bahwa Markus mungkin akan mengunjungi mereka. Jika demikian, Markus boleh jadi bertindak sebagai wakil Paulus. Apakah Paulus bertahun-tahun sebelumnya terlalu kritis terhadap Markus? Apakah Markus mendapat manfaat dari disiplin yang perlu? Atau, barangkali kedua-duanya? Apa pun kasusnya, rekonsiliasi mereka membuktikan kematangan Paulus maupun Markus. Mereka tidak mengungkit-ungkit masa lalu dan kembali bekerja sama. Sungguh teladan yang bagus bagi siapa pun yang pernah berbeda pendapat dengan rekan Kristen! Markus yang Sering Bepergian Jika Saudara membaca tentang berbagai perjalanan Markus, Saudara akan tahu bahwa ia bepergian ke mana-mana. Ia berasal dari Yerusalem, hijrah ke Antiokhia, dan dari sana bertolak ke Siprus dan Perga. Ia lantas pergi ke Roma. Dari sana Paulus ingin mengutus dia ke Kolose. Dan, masih banyak tempat lagi! Rasul Petrus menulis suratnya yang pertama sekitar tahun 62-64 M. Ia menulis, ”Wanita yang berada di Babilon itu . . . mengirimkan salamnya kepadamu, demikian pula Markus, putraku.” (1 Ptr. 5:13) Jadi, Markus bepergian ke Babilon untuk melayani bersisian dengan sang rasul yang bertahun-tahun sebelumnya berhimpun di rumah ibunya. Tatkala Paulus dalam pemenjaraannya yang kedua di Roma kira-kira tahun 65 M menulis surat untuk memanggil Timotius dari Efesus, Paulus menambahkan, ”Jemputlah Markus dan bawalah dia bersamamu.” (2 Tim. 4:11) Jadi, Markus berada di Efesus saat itu. Dan, tentu kita tidak ragu bahwa Markus menyambut panggilan Paulus untuk kembali ke Roma bersama Timotius. Bepergian pada masa itu tidak mudah, tetapi Markus rela melakukan perjalanan-perjalanan itu. Hak Istimewa Besar Lainnya Suatu hak istimewa besar yang Markus miliki adalah diilhami oleh Yehuwa untuk menulis salah satu Injil. Meskipun Injil yang kedua tidak menyebutkan nama penulisnya, kisah turun-temurun yang paling awal menganggap bahwa Markus adalah penulisnya dan berpendapat bahwa Petrus-lah sumbernya. Malah, Petrus menyaksikan hampir semua yang Markus catat. Menurut para pengamat Injil Markus, ia menulis untuk pembaca non-Yahudi; ia memberikan penjelasan berguna tentang kebiasaan Yahudi. (Mrk. 7:3; 14:12; 15:42) Markus menerjemahkan istilah bahasa Aram yang mungkin tidak dimengerti oleh pembaca non-Yahudi. (Mrk. 3:17; 5:41; 7:11, 34; 15:22, 34) Ia menggunakan banyak istilah bahasa Latin dan bahkan menjelaskan kata Yunani yang umum dengan bahasa Latin. Ia memberi tahu nilai uang logam Yahudi dalam uang Romawi. (Mrk. 12:42, Terjemahan Ende-Flores) Semua ini tampaknya selaras dengan kisah turuntemurun bahwa Markus menulis Injilnya di Roma. ”Berguna untuk Melayani Aku” Menulis Injilnya tentu bukan satu-satunya hal yang Markus lakukan di Roma. Ingat apa yang Paulus minta kepada Timotius, ”Jemputlah Markus dan bawalah dia bersamamu.” Alasan Paulus? ”Karena dia berguna untuk melayani aku.”—2 Tim. 4:11.

Disebutkannya Markus di sini—secara kronologis yang terakhir kalinya dalam Alkitab— menyingkapkan banyak hal tentang dia. Dalam karier teokratisnya, Markus tidak pernah tampil sebagai rasul, pemimpin, atau nabi. Ia seorang pelayan, yaitu orang yang meladeni dan melayani orang lain. Dan di saat ini, tidak lama sebelum kematian Paulus, sang rasul pasti bisa memperoleh manfaat dari bantuan Markus. Jika disatukan, berbagai potongan informasi yang kita miliki tentang Markus menghasilkan potret seorang pria yang bersemangat memajukan kabar baik di berbagai bagian ladang sedunia, pria yang senang melayani orang lain. Ya, alangkah memuaskannya hak-hak istimewa yang Markus nikmati karena ia tidak menyerah! Seperti Markus, kita sebagai hamba Allah dewasa ini memperlihatkan tekad serupa untuk memberitakan kabar baik Kerajaan. Seperti halnya Markus, ada di antara kita yang bisa pindah ke lokasi lain, bahkan ke luar negeri, untuk memajukan kabar baik di sana. Dan, walaupun sebagian besar dari kita mungkin tidak bisa pindah, kita semua dapat meniru Markus dalam hal penting lain. Sama seperti dia mau repot melayani saudara-saudara Kristennya, kita pun rela mengerahkan upaya membantu rekan-rekan seiman dengan berbagai cara praktis agar mereka dapat melaksanakan dinas kepada Allah. Dengan demikian, kita dapat yakin bahwa kita akan terus menerima berkat Yehuwa.— Ams. 3:27; 10:22; Gal. 6:2.

17.

Mikha.

Mikha (bahasa Ibrani: ‫מִיכָה‬, Standar Miḫa Tiberias Mîḵāh ; "Seperti Siapa?") adalah nama dari beberapa tokoh dalam Kitab Suci Ibrani(Perjanjian Lama), dan berarti seperti siapakah TUHAN? [1]

 Awalan teofori dalam Yah dan dalam Yahweh menghasilkan Mikayah atauMikhayahu (bahasa

Ibrani: ‫מִי ַכי ְהּו‬, Standar Miḫayhu Tiberias Mîḵayhû ; "siapakah yang sama dengan YHWH?")[2] Nabi Mikha berasal dari Moresyet-Gat.[1][2][3][4] Ia merupakan salah satu nabi yang berkarya pada abad 8 SM.[4] Akan tetapi, ia tampaknya bukan seorang nabi profesional.[2] Walaupun demikian, ia dicatat sebagai nabi pertama yang memberitakan bahwa Yerusalem dan Bait Allahakan dihancurkan (bnd. Mikha 3:12).[3] Latar Belakang Mikha

berkarya

dan Hizkia (715-687 SM)

pada dari

dengan Amos, Hosea dan Yesaya.

masa

pemerintahan Yotam (742-735 SM), Ahas (735-715 SM), [4]

Yehuda.  Ia

diperkirakan

hidup

pada

masa

yang

sama

[3][5]

 Teristimewa dengan nabi Yesaya, ia memiliki hubungan rohani

[3]

yang sangat dekat.  Kemungkinan Yesaya adalah gurunya. [5] Pemberitaan mengenai keadilan sosial yang disuarakan oleh nabi Amos, juga mempengaruhi pewartaannya. [3] Sebab, ia melihat bahwa korupsi merajalela dalam kehidupan Israel Utara dan Israel Selatan, terutama dilakukan oleh para pemimpin keagamaan.[4] Ada banyak tuan tanah yang menindas orang-orang miskin, penyelewengan hukum, dan ritual peribadatan yang tidak sungguh-sungguh.[4] Warta Nabi Mikha menyuarakan mengenai ketidakadilan sosial yang terjadi di Yehuda dan memprotes kultus-kultus kepercayaan palsu.[3] Pewartaannya merupakan keluhannya terhadap para penguasa

tanah yang menyalahgunakan orang miskin dan tersisih. [1][2] Ia memperingatkan orang-orang yang merampas hak dan harta milik orang lain, maka TUHAN telah merencanakan hukuman yang keras bagi mereka.[1][4] Pewartaan Mikha senada dengan nabi Amos, Hosea dan Yesaya, bahwa TUHAN akan memakai bangsa asing untuk menghukum Israel yang sudah berdosa.[4] Engraving of the Prophet Micah by Gustave Doré. Pesan nabi Mikha (Mikha 3:12) dikutip di Kitab

Yeremia,

negeri Yehuda membela kumpulan

ketika

tua-tua

nabi Yeremia di

depan rakyat:

"Mikha, orang Moresyet itu, telah bernubuat pada zaman Hizkia, raja Yehuda. Dia telah berkata kepada segenap bangsa Yehuda: Beginilah firman TUHAN semesta alam: Sion akan dibajak seperti ladang dan Yerusalem akan menjadi timbunan puing dan gunung Bait Suci akan menjadi bukit yang berhutan." (Yeremia 26:18) Pemikiran Nabi sangat menekankan keadilan, kebenaran dan moralitas yang benar sebagai watak dari TUHAN.[4] Sehingga, sebagai umat TUHAN maka sudah sepatutnyalah bangsa israel juga melakukan keadilan, kebenaran dan moralitas yang benar. [4] Sebagai umat TUHAN, israel seharusnya beribadat hanya kepada TUHAN dan tidak dipengaruhi oleh penyembahan berhala yang dilakukan oleh orang kanaan.[4] Penggunaan Lain dalam Alkitab Orang-orang yang dikenal dengan nama ini dalam Alkitab adalah: 

Mikha, seorang laki-laki dari pegunungan Efraim, yang muncul dalam cerita berhala Mikha dalam Kitab Hakim-hakim pasal 17 dan 18.



Putra Meribaal, yang masih kecil ketika ayahnya diundang ke rumah Daud. Anak-anaknya disebutkan dalam Kitab Tawarikh sebagai Piton, Melekh, Tarea, dan Ahas. (1 Tawarikh 8:3335;9:39-41)



Orang-orang dalam daftar silsilah dalam Kitab Tawarikh:



Seorang Lewi keturunan Kehat dari keluarga Uziel; ia menjadi kepala dari keluarga itu dan Yisia, saudaranya, menjadi yang kedua sewaktu dinas Orang Lewi dibagikan oleh Daud.—1 Tawarikh 23:6, 12, 20 ; 24:24, 25.



Seorang suku Ruben; putra Simei dan bapak Reaya. Beera, keturunannya, menjadi pemimpin suku Ruben dan dibawa ke pembuangan oleh Raja Asyur, Tigalat-Pineser (Tiglat-Pileser III). —1 Tawarikh 5:1, 3-6; 2 Raja-Raja 15:29.



Mikha bin Yimla, yang menyampaikan nubuat negatif kepada Ahab atas permintaannya (Artikel Catholic Encyclopedia)



Nabi penyusun Kitab Mikha, yang juga disebut "Orang Moresyet" untuk membedakannya dari Mikha bin Yimla.

18.

Yehezkhiel.

Yehezkiel (Ibrani y'khezqe'l, Allah menguatkan)[1] adalah salah satu nabi Yehuda yang bernubuat pada pembuangan sekitar tahun 593-571 SM.[2][3] Ia menegur, menasihati dan menghiburkan bangsa Israel dalam pembuangan, di mana kata-katanya ini tertulis dalam Kitab Yehezkiel, yang terdapat dalam Alkitab Ibrani atau Perjanjian Lama di Alkitab Kristen.[2] Yehezkiel adalah anak Busi, berasal dari keluarga imam.[1][3] Dibesarkan di Palestina, mungkin di Yerusalem, dan dibawa ke Babel pada tahun 597 SM.[3] Setelah lima tahun masa pembuangan (sekitar tahun 593 SM), [4] pada usia tiga puluh tahun ia dipanggil Allah menjadi nabi (Yehezkiel 1:1).[3] Dalam pembuangan tersebut, ia tinggal di Tel Abib di tepi sungai Kebar.[3][4] Yehezkiel menikah namun istrinya meninggal secara mendadak sebagai salah satu bentuk tindak kenabian Yesaya, sebab Allah telah menyatakan sebelumnya sebagai tanda bagi Israel.[3] Oleh karena penglihatan, tingkah laku dan tindak kenabiannya, Yehezkiel kerap disebut ekstatik, pengkhayal, ataupun dianggap orang yang mengalami gangguan jiwa. [3][4] Ia melakukan beberapa tindak kenabian.[5] Latar Belakang[sunting | sunting sumber] Masa pembuangan Yehuda (597-538 SM), tidak terlalu berat bagi orang Yahudi. [3] Babel memindahkan bangsa-bangsa itu dalam kelompok-kelompok kecil dan membiarkan mereka memelihara jati diri bangsa mereka.[3] Orang-orang buangan itu membangun rumah, menanam pohon anggur, membina keterampilan dan merasa nyaman dengan keadaan yang baru. [3] Warta Nabi[sunting | sunting sumber] Tugas utama Yehezkiel terdiri dari dua bagian penting, yaitu: tugas untuk menjelaskan lukisan tentang penglihatan alam atas Yehezkiel 1:4-28 dan rumusan sabda dan tidakan yang mencerminkan tugas dan perutusan nabi (Yehezkiel 2:1-3:15). [4] Pemikiran[sunting | sunting sumber] 1. Penglihatan akan Allah 2. Penyembahan Berhala 3. Tanggung Jawab Pribadi 4. Hari Sabat 5. Eskatologi Tindakan Kenabian[sunting | sunting sumber]

1. Serangkaian Tindak Kenabian (Yehezkiel 4:1-5:4) 2. Nabi sebagai Orang Buangan (Yehezkiel 12:1-28) 3. Pedang Pembasmi (Yehezkiel 21:11-12) 4. Kuali Berkarat dan Kemtian Istri Nabi (Yehezkiel 24:1-27, 3:26, 33:21) 5. Nabi dan Persatuan Bangsa (Yehezkiel 37:15-28)

19.

Zakeus.

Zakheus (bahasa Yunani: Ζακχαῖος, "Zakkhaios"; bahasa Ibrani: ‫זכי‬, zaki, "yang murni dan saleh"; bahasa Aram: Tasai; bahasa Inggris: Zacchaeus)[1] adalah seorang yang hidup pada abad pertama Masehi dan disebut dalam bagian Perjanjian Baru di AlkitabKristen.[2] Menurut Injil Lukas pasal 19, Zakheus bekerja sebagai kepala pemungut cukai, seorang yang kaya dan memiliki ukuran badan yang pendek.[2][3] Cerita yang paling terkenal tentang Zakheus adalah ketika dia menaiki pohon ara (bahasa Inggris:sycamore fig) untuk melihat Tuhan Yesus datang ke kota Yerikho. [2]

 Dalam perikop tersebut, orang Kristen melihat keistimewaan Zakheus dari pengakuannya tentang

Yesus sebagai Tuhan.[2] Pemungut cukai Pemungut cukai dibenci oleh sesama orang Yahudi, yang melihat mereka sebagai pengkhianat yang bekerja untuk bangsa penjajah yaitu orang Romawi. Pada zaman Zakheus, kota Yerikho menjadi pusat produksi dan ekspor untuk "Balsam Mekkah" (bahasa Inggris: balsam of Mecca, atau juga balm of Gilead), sehingga kedudukan Zakheus sebagai kepala pemungut cukai di kota itu tentunya sangat penting dan menghasilkan kekayaan besar.

[4][5]

Perjumpaan dengan Yesus Kristus Menurut

catatan

Injil

Lukas,

dalam

perjalanannya

yang

terakhir

kali

menuju Yerusalem, Yesus masuk ke kota Yerikho dan berjalan terus melintasi kota itu. Zakheus berusaha untuk melihat orang apakah Yesus itu, tetapi ia tidak berhasil karena orang banyak, sebab badannya pendek. Maka berlarilah ia mendahului orang banyak, lalu memanjat pohon ara untuk melihat Yesus, yang akan lewat di situ. Ketika Yesus sampai ke tempat itu, Ia melihat ke atas dan berkata: "Zakheus, segeralah turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu." Lalu Zakheus segera turun dan menerima Yesus dengan sukacita. Tetapi semua orang yang melihat hal itu bersungut-sungut, katanya: "Ia menumpang di rumah orang berdosa." Tetapi Zakheus berdiri dan berkata kepada Tuhan: "Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat." Kata Yesus kepadanya: "Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini, karena orang inipun

anak Abraham. Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang."[6] Tradisi gereja Pohon ara (sycamore fig) yang dinamakan "Zakheus" di kota Yerikhosekarang ini. 

Di Er-riha (Yerikho)

terdapat

menara

berbentuk

bujursangkar besar dan tampak agung yang menurut tradisi disebut "Rumah Zakheus". 

Klemens

dari

Aleksandria,

karangannya Stromata,

menulis

dalam

buku Zakheus

sebagai Matias yaitu nama yang menurutnya diberikan oleh

para

rasul,

dan

terpilih

menggantikan

jabatan Yudas Iskariot setelah Kenaikan Yesus.[7] 

Konstitusi

Apostolik

(Apostolic

Constitutions)

mencatat bahwa Zakheus menjadi uskup Kaisarea yang pertama, sebelum digantikan oleh Kornelius.[8] 

Kisah Zakheus ini rupanya disampaikan kepada Lukas yang pernah tinggal beberapa waktu di kota Kaisarea di rumah Filipus.[9]



Legenda abad pertengahan mengidentifikasi Zakheus dengan Saint Amadour, dan menganggapnya sebagai pendiri "French sanctuary Rocamadour".

Kebiasaan Liturgi Di Gereja Ortodoks Timur dan Gereja Katolik Yunani dengan tradisi Slavic, kisah Injil mengenai Zakheus dibacakan pada hari Minggu terakhir sebelum persiapan liturgi untuk "Lent Agung", karenanya hari itu disebut "Minggu Zakheus". Ini menjadi peringatan pertama dalam memasuki siklus Paskah baru. Kisah ini dipilih untuk membuka "Lent" (masa menjelang Paskah) karena dua aspek eksegetikal (makna rohani): Panggilan Tuhan Yesus kepada Zakheus untuk turun dari pohon (melambangkan panggilan Tuhan untuk merendahkan hati), dan pertobatan Zakheus setelah itu. Di gereja Ritus Timur dengan tradisi Yunani/Bizantin, "Minggu Zakheus" dapat jatuh lebih awal dari hari Minggu sebelum masa Pre-Lenten. Analisis Hikmah dari kisah pertemuan Yesus dan Zakheus adalah respons terhadap orang-orang Yahudi, terutama golongan Farisi, yang sering mengkritik Yesus karena sering bersama-sama dengan orang berdosa, tetapi Yesus justru melakukan apa yang tidak disukai oleh orang banyak. [2] Di sini Yesus merobohkan dinding pembatas yang memisahkan pergaulan dengan orang-orang yang dianggap berdosa.[2]

Rumah Zakheus sebagai orang kaya[11] tentunya indah dan penuh perhiasan, namun dia bukannya bangga, malah malu dan tersentuh ketika Yesus datang dan singgah ke rumahnya. [3]. Di hadapan tamu-tamunya, termasuk murid-murid Yesus yang pasti turut masuk dalam pekarangan rumah Zakheus, untuk membalas budi dan perhatian Yesus kepadanya, Zakheus memperlihatkan perubahan hati dan sikapnya, khususnya kepada Yesus yang dipanggilnya "Tuhan".[3] Di sinilah terjadi hal yang menarik, yaitu pertobatan Zakheus yang semula dianggap berdosa karena memiliki pekerjaan pemungut cukai (selalu dianggap korupsi) kemudian berubah hati dengan keinginannya akan membagikan harta miliknya kepada orang miskin, dan membayar empat kali lipat bila dia telah memungut pajak berlebih dari orang lain.[3]

20.

Esther.

Ester (bahasa

Ibrani: ‫ ֶאסְתֵּ ר‬, Standar Ester Tiberias ʼEstēr; bahasa

Inggris: Esther),

lahir

dengan nama Hadasa (bahasa Inggris: Hadassah), anak Abihail, seorang Yahudi yang tinggal di Persia. Ia yang menjadi tokoh utama dalam Kitab Ester, bagian dari Alkitab Ibrani atau Perjanjian Lama di Alkitab Kristen. Dicatat bahwa ia dipilih menjadi ratu oleh rajaAhasyweros dari Kerajaan Persia. Kisah hidupnya menjadi dasar bagi perayaan Purim yang diperingati sampai sekarang dalam agama Yahudi. Nama Ester

asalnya

bernama Hadasa,

nama Ibrani yang

berarti

tanaman

"murad"

[1]

(familia Myrtus; bahasa Inggris: myrtle).  Ada anggapan bahwa nama "Ester" berasal dari kata "Astra" yang dalam bahasa Media Persia berarti tanaman murad. [2] Ada pula anggapan bahwa nama Ester berasal dari nama dewi Ishtar, berdasarkan catatan Kitab Danielbahwa orang-orang Yahudi dalam pembuangan diberi nama dewa-dewa Babel, sebagaimana nama "Mordekhai" dapat diartikan "hamba dewa Marduk", salah satu dewa Babel. Ester juga dapat berasal dari akar nama Proto-Semitik "asytar" yaitu "bintang fajar atau senja (planet Venus)", [3] yang berasal dari nama Ugarit "Athtiratu"[4] dan nama Arab "Athtar".[5] Robert

Dick

Wilson

yang

mengidentifikasikan Ahasyweros dengan Xerxes

I dan Wasti dengan Amestris, mengusulkan bahwa baik "Amestris" dan "Ester" berasal dari nama Akkadia Ammi-Ishtar atau Ummi-Ishtar.[6] Hoschander

mengusulkan

nama

asal Ishtar-udda-

sha ("Ishtar adalah cahayanya") dengan kemungkinan -udda-sha mirip nama Ibrani "Hadasa". Namun nama ini ditemukan tidak pada zaman Persia, melainkan pada zaman Babilon tua tahun 2000 SM, sehingga anggapan ini belum diterima. Kitab Targum[7] menghubungkan nama Ester dengan kata Persia untuk "bintang" (bahasa Inggris: star),  ‫ستاره‬ setareh, menjelaskan bahwa Ester diberi nama demikian karena cantiknya seperti bintang fajar (planet Venus). Dalam Talmud Tractate Yoma 29a, Ester dibandingkan dengan "bintang fajar", dan dihubungkan dengan Mazmur 22 yang di bagian awal ada catatan "Menurut lagu: Rusa di kala fajar".

Riwayat hidup Hadasa, yakni Ester, dipercaya lahir dan dibesarkan di kota Susan, ibukota Kerajaan Persia. Gadis itu elok perawakannya dan cantik parasnya. Ketika ibu bapanya mati, ia diangkat sebagai anak oleh Mordekhai, anak saudara ayahnya.[8]. Mordekhai bin Yair bin Simei bin Kish, adalah seorang Yahudi dari suku Benyamin. Kakek buyutnya, Kish, diangkut dari Yerusalem sebagai salah seorang buangan

yang

turut

dalam pembuangan oleh

dengan Yekhonya,

raja Kerajaan

raja Nebukadnezar,

Yehuda,

raja Babel (~ 597

ketika [9]

ia

diangkut

SM).  Meskipun

ke

kemudian

raja Koresy Agung mengijinkan bangsa Yahudi pulang ke negerinya, rupanya Ester dan keluarganya tetap tinggal di kota Susan di Persia. Menjadi ratu] 

Pada tahun yang ke-3 dalam pemerintahan raja Ahasyweros dari Persia, yang merajai 127 daerah mulai dari India sampai ke Etiopia, diadakanlah oleh baginda perjamuan bagi semua pembesar dan pegawainya; tentara Persia dan Media, kaum bangsawan dan pembesar daerah hadir di hadapan baginda. Di samping itu baginda memamerkan kekayaan kemuliaan kerajaannya dan keindahan kebesarannya yang bersemarak, berhari-hari lamanya, sampai 180 hari. Pada zaman itu, raja Ahasyweros bersemayam di atas takhta kerajaannya di dalam benteng Susan.[10] Setelah genap hari-hari itu, maka raja mengadakan perjamuan lagi 7 hari lamanya bagi seluruh rakyatnya yang terdapat di dalam benteng Susan, dari pada orang besar sampai kepada orang kecil, bertempat di pelataran yang ada di taman istana kerajaan. [11]

 Wasti, sang ratu, mengadakan perjamuan bagi semua perempuan di dalam istana raja

Ahasyweros.[12] Pada hari yang ke-7, ketika raja riang gembira hatinya karena minum anggur, bertitahlah baginda kepada 7 sida-sidanya supaya mereka membawa Wasti, sang ratu, dengan memakai mahkota kerajaan, menghadap raja untuk memperlihatkan kecantikannya kepada sekalian rakyat dan pembesar-pembesar, karena sang ratu sangat elok rupanya. Tetapi ratu Wasti menolak untuk menghadap menurut titah raja yang disampaikan oleh sida-sida itu, sehingga sangat geramlah raja dan berapi-apilah murkanya. [13] 

Maka bertanyalah raja kepada 7 penasehatnya, orang-orang arif bijaksana, orang-orang yang mengetahui

kebiasaan

zaman--karena

demikianlah

biasanya

masalah-masalah

raja

dikemukakan kepada para ahli undang-undang dan hukum; adapun yang terdekat kepada baginda ialah Karsena, Setar, Admata, Tarsis, Meres, Marsena dan Memukan, ketujuh pembesar Persia dan Media, yang boleh memandang wajah raja dan yang mempunyai kedudukan yang tinggi di dalam kerajaan. Memukan mengusulkan di hadapan raja dan para pembesar itu bahwa: "Wasti, sang ratu, bukan bersalah kepada raja saja, melainkan juga kepada semua pembesar dan segala bangsa yang di dalam segala daerah raja Ahasyweros. Karena kelakuan sang ratu itu akan merata kepada semua perempuan, sehingga mereka tidak menghiraukan suaminya, apabila diceritakan orang: Raja Ahasyweros menitahkan, supaya Wasti, sang ratu, dibawa menghadap kepadanya, tetapi ia tidak mau datang. Pada hari ini juga isteri para pembesar raja di Persia dan Media yang mendengar tentang kelakuan sang ratu

akan berbicara tentang hal itu kepada suaminya, sehingga berlarut-larutlah penghinaan dan kegusaran. Jikalau baik pada pemandangan raja, hendaklah dikeluarkan suatu titah kerajaan dari hadapan baginda dan dituliskan di dalam undang-undang Persia dan Media, sehingga tidak dapat dicabut kembali, bahwa Wasti dilarang menghadap raja Ahasyweros, dan bahwa raja akan mengaruniakan kedudukannya sebagai ratu kepada orang lain yang lebih baik dari padanya. Bila keputusan yang diambil raja kedengaran di seluruh kerajaannya--alangkah besarnya kerajaan itu! --,maka semua perempuan akan memberi hormat kepada suami mereka, dari pada orang besar sampai kepada orang kecil." Usul itu dipandang baik oleh raja serta para pembesar, jadi bertindaklah raja sesuai dengan usul Memukan itu. Dikirimkanlah oleh baginda surat-surat ke segenap daerah kerajaan, tiap-tiap daerah menurut tulisannya dan tiap-tiap bangsa menurut bahasanya, bunyinya: "Setiap laki-laki harus menjadi kepala dalam rumah tangganya dan berbicara menurut bahasa bangsanya." [14] 

Sesudah peristiwa-peristiwa ini, setelah kepanasan murka raja Ahasyweros surut, terkenanglah baginda kepada Wasti dan yang dilakukannya, dan kepada apa yang diputuskan atasnya. Maka para biduanda raja mengusulkan agar raja memerintahkan orang mencari gadis-gadis, yaitu anak-anak dara yang elok rupanya, di segenap daerah kerajaannya, supaya mereka dikumpulkan di dalam benteng Susan, di balai perempuan, di bawah pengawasan Hegai, sida-sida raja, penjaga para perempuan; kemudian diberikan wangi-wangian kepada mereka. Dan gadis yang terbaik pada pemandangan raja, diangkat menjadi ratu ganti Wasti. Hal itu dipandang baik oleh raja, dan dilakukanlah demikian. [15]



Setelah titah dan undang-undang raja tersiar dan banyak gadis dikumpulkan di dalam benteng Susan, di bawah pengawasan Hegai, maka Esterpun dibawa masuk ke dalam istana raja, di bawah pengawasan Hegai, penjaga para perempuan. Maka gadis itu sangat baik pada pemandangannya dan menimbulkan kasih sayangnya, sehingga Hegai segera memberikan wangi-wangian dan pelabur kepadanya, dan juga 7 orang dayang-dayang yang terpilih dari isi istana raja, kemudian memindahkan dia dengan dayang-dayangnya ke bagian yang terbaik di dalam balai perempuan. Ester tidak memberitahukan kebangsaan dan asal usulnya, karena dilarang oleh Mordekhai.[16]



Tiap-tiap kali seorang gadis mendapat giliran untuk masuk menghadap raja Ahasyweros, dan sebelumnya ia dirawat menurut peraturan bagi para perempuan selama 12 bulan, sebab seluruh waktu itu digunakan untuk pemakaian wangi-wangian: 6 bulan untuk memakai minyak mur dan 6 bulan lagi untuk memakai minyak kasai serta lain-lain wangi-wangian perempuan. Lalu gadis itu masuk menghadap raja, dan segala apa yang dimintanya harus diberikan kepadanya untuk dibawa masuk dari balai perempuan ke dalam istana raja. Pada waktu petang ia masuk dan pada waktu pagi ia kembali, tetapi sekali ini ke dalam balai perempuan yang kedua, di bawah pengawasan Saasgas, sida-sida raja, penjaga para gundik. Ia tidak diperkenankan masuk lagi menghadap raja, kecuali jikalau raja berkenan kepadanya dan ia dipanggil dengan disebutkan namanya. [17] Ketika Ester--anak Abihail, yakni saudara

ayah Mordekhai yang mengangkat Ester sebagai anak--mendapat giliran untuk masuk menghadap raja, maka ia tidak menghendaki sesuatu apapun selain dari pada yang dianjurkan oleh Hegai, sida-sida raja, penjaga para perempuan. Maka Ester dapat menimbulkan kasih sayang pada semua orang yang melihat dia. [18] 

Ester dibawa masuk menghadap raja Ahasyweros ke dalam istananya pada bulan yang ke10--yakni bulan Tebet--pada tahun yang ke-7 dalam pemerintahan baginda. Maka Ester dikasihi oleh baginda lebih dari pada semua perempuan lain, dan ia beroleh sayang dan kasih baginda lebih dari pada semua anak dara lain, sehingga baginda mengenakan mahkota kerajaan ke atas kepalanya dan mengangkat dia menjadi ratu ganti Wasti. Kemudian diadakanlah oleh baginda suatu perjamuan bagi semua pembesar dan pegawainya, yakni perjamuan karena Ester, dan baginda menitahkan kebebasan pajak bagi daerah-daerah serta mengaruniakan anugerah, sebagaimana layak bagi raja. [19]

Jasa Mordekhai Selama anak-anak dara dikumpulkan untuk kedua kalinya, Mordekhai duduk di pintu gerbang istana raja. Di sana ia mengetahui Bigtan dan Teresh, dua orang sida-sida raja yang termasuk golongan penjaga pintu, berikhtiar untuk membunuh raja Ahasyweros. Hal itu diberitahukan oleh Mordekhai kepada Ester, sang ratu, dan Ester mempersembahkannya kepada raja atas nama Mordekhai. Perkara itu diperiksa dan ternyata benar, maka kedua orang itu disulakan pada tiang. Dan peristiwa itu dituliskan di dalam kitab sejarah, di hadapan raja. [20] Rencana jahat Haman Sesudah peristiwa-peristiwa ini maka Haman bin Hamedata, orang Agag, dikaruniailah kebesaran oleh raja Ahasyweros, dan pangkatnya dinaikkan serta kedudukannya ditetapkan di atas semua pembesar yang ada di hadapan baginda. [21] Agag adalah nama raja Amalek yang dibunuh oleh raja Israel yang pertama, Saul (dari suku Benyamin), atas perintah Tuhan melalui nabi Samuel.[22] Semua pegawai raja yang di pintu gerbang istana raja berlutut dan sujud kepada Haman, sebab demikianlah diperintahkan raja tentang dia, tetapi Mordekhai tidak berlutut dan tidak sujud. Meskipun ditegor oleh para pegawai raja yang di pintu gerbang istana raja berhari-hari, "Mengapa engkau melanggar perintah raja?", tetap tidak didengarkannya juga. Maka hal itu diberitahukan merekalah kepada Haman untuk melihat, apakah sikap Mordekhai itu dapat tetap, sebab ia telah menceritakan kepada mereka, bahwa ia orang Yahudi. [23] Diduga Mordekhai, sebagai orang Yahudi, tidak mau menyembah orang Amalek, yang merupakan musuh Israel. Ketika Haman melihat, bahwa Mordekhai tidak berlutut dan sujud kepadanya, maka sangat panaslah hati Haman, tetapi ia menganggap dirinya terlalu hina untuk membunuh hanya Mordekhai saja, karena orang telah memberitahukan kepadanya kebangsaan Mordekhai itu. Jadi Haman mencari ikhtiar memunahkan semua orang Yahudi, yakni bangsa Mordekhai itu, di seluruh kerajaan Ahasyweros. [24] Dalam bulan pertama, yakni bulan Nisan, dalam tahun yang ke-12 zaman raja Ahasyweros, orang membuang pur--yakni undi--di depan Haman, hari demi hari dan bulan demi bulan sampai jatuh pada bulan yang ke-12, yakni bulan Adar.[25] Kemudian Haman menghadap raja Ahasyweros dan berkata: "Ada suatu bangsa yang hidup terceraiberai dan terasing di antara bangsa-bangsa di dalam seluruh daerah kerajaan tuanku, dan hukum mereka berlainan dengan hukum segala bangsa, dan hukum raja tidak dilakukan mereka, sehingga

tidak patut bagi raja membiarkan mereka leluasa. Jikalau baik pada pemandangan raja, hendaklah dikeluarkan surat titah untuk membinasakan mereka; maka hamba akan menimbang perak 10.000 talenta dan menyerahkannya kepada tangan para pejabat yang bersangkutan, supaya mereka memasukkannya ke dalam perbendaharaan raja." [26] Maka raja mencabut cincin meterainya dari jarinya, lalu diserahkannya kepada Haman bin Hamedata, orang Agag, seteru orang Yahudi itu, kemudian titah raja kepada Haman: "Perak itu terserah kepadamu, juga bangsa itu untuk kauperlakukan seperti yang kaupandang baik." [27]. Dalam bulan yang pertama (Nisan) pada hari yang ke-13 dipanggillah para panitera raja, lalu, sesuai dengan segala yang diperintahkan Haman, ditulislah surat kepada wakil-wakil raja, kepada setiap bupati yang menguasai daerah dan kepada setiap pembesar bangsa, yakni kepada tiap-tiap daerah menurut tulisannya dan kepada tiap-tiap bangsa menurut bahasanya; surat itu ditulis atas nama raja Ahasyweros dan dimeterai dengan cincin meterai raja. Surat-surat itu dikirimkan dengan perantaraan pesuruh-pesuruh cepat ke segala daerah kerajaan, supaya dipunahkan, dibunuh dan dibinasakan semua orang Yahudi dari pada yang muda sampai kepada yang tua, bahkan anak-anak dan perempuan-perempuan, pada satu hari juga, pada tanggal 13 bulan yang ke-12--yakni bulan Adar--,dan supaya dirampas harta milik mereka. Salinan surat itu harus diundangkan di dalam tiap-tiap daerah, lalu diumumkan kepada segala bangsa, supaya mereka bersiap-siap untuk hari itu. Maka dengan tergesa-gesa berangkatlah pesuruh-pesuruh cepat itu, atas titah raja, dan undang-undang itu dikeluarkan di dalam benteng Susan. Sementara itu raja serta Haman duduk minum-minum, tetapi kota Susan menjadi gempar. [28] Mordekhai memberitahu Ester 

Setelah Mordekhai mengetahui segala yang terjadi itu, ia mengoyakkan pakaiannya, lalu memakai kain kabung dan abu, kemudian keluar berjalan di tengah-tengah kota, sambil melolong-lolong dengan nyaring dan pedih. Dengan demikian datanglah ia sampai ke depan pintu gerbang istana raja, karena seorangpun tidak boleh masuk pintu gerbang istana raja dengan berpakaian kain kabung.



Sementara itu di tiap-tiap daerah, ke mana titah dan undang-undang raja telah sampai, ada perkabungan yang besar di antara orang Yahudi disertai puasa dan ratap tangis; oleh banyak orang dibentangkan kain kabung dengan abu sebagai lapik tidurnya. [29]



Ketika dayang-dayang dan sida-sida Ester memberitahukan hal itu kepadanya, maka sangatlah risau hati sang ratu, lalu dikirimkannyalah pakaian, supaya dipakaikan kepada Mordekhai dan supaya ditanggalkan kain kabungnya dari padanya, tetapi tidak diterimanya. Maka Ester memanggil Hatah, salah seorang sida-sida raja yang ditetapkan baginda melayani dia, lalu memberi perintah kepadanya menanyakan Mordekhai untuk mengetahui apa artinya dan apa sebabnya hal itu. Hatah mendapatkan Mordekhai di lapangan kota yang di depan pintu gerbang istana raja, dan Mordekhai menceritakan kepadanya segala yang dialaminya, serta berapa banyaknya perak yang dijanjikan oleh Haman akan ditimbang untuk perbendaharaan raja sebagai harga pembinasaan orang Yahudi. Juga salinan surat undangundang, yang dikeluarkan di Susan untuk memunahkan mereka itu, diserahkannya kepada Hatah, supaya diperlihatkan dan diberitahukan kepada Ester. Lagipula Hatah disuruh menyampaikan pesan kepada Ester, supaya pergi menghadap raja untuk memohon karunianya dan untuk membela bangsanya di hadapan baginda. Hatah menyampaikan perkataan Mordekhai kepada Ester.[30]

Tindakan Ester 

Mula-mula Ester menyuruh Hatah memberitahukan kepada Mordekhai: "Semua pegawai raja serta penduduk daerah-daerah kerajaan mengetahui bahwa bagi setiap laki-laki atau perempuan, yang menghadap raja di pelataran dalam dengan tiada dipanggil, hanya berlaku satu undang-undang, yakni hukuman mati. Hanya orang yang kepadanya raja mengulurkan tongkat emas, yang akan tetap hidup. Dan aku selama 30 hari ini tidak dipanggil menghadap raja."[31]



Maka Mordekhai menyuruh menyampaikan jawab ini kepada Ester: "Jangan kira, karena engkau di dalam istana raja, hanya engkau yang akan terluput dari antara semua orang Yahudi. Sebab sekalipun engkau pada saat ini berdiam diri saja, bagi orang Yahudi akan timbul juga pertolongan dan kelepasan dari pihak lain, dan engkau dengan kaum keluargamu akan binasa. Siapa tahu, mungkin justru untuk saat yang seperti ini engkau beroleh kedudukan sebagai ratu."[32]



Ester menyuruh menyampaikan jawab ini kepada Mordekhai: "Pergilah, kumpulkanlah semua orang Yahudi yang terdapat di Susan dan berpuasalah untuk aku; janganlah makan dan janganlah minum tiga hari lamanya, baik waktu malam, baik waktu siang. Aku serta dayangdayangkupun akan berpuasa demikian, dan kemudian aku akan masuk menghadap raja, sungguhpun berlawanan dengan undang-undang; kalau terpaksa aku mati, biarlah aku mati." Maka pergilah Mordekhai dan diperbuatnyalah tepat seperti yang dipesankan Ester kepadanya.[33] Menurut tradisi Yahudi, hari-hari puasa itu adalah tanggal 13, 14 dan 15 bulan Nisan. "Ahasuerus and Haman at Esther's Feast," lukisan Rembrandt Menghadap raja 

Pada

hari

yang

ke-3

(tanggal

15

bulan Nisan) Ester mengenakan pakaian ratu, lalu berdirilah ia di pelataran dalam istana raja, tepat di depan istana raja. Raja bersemayam di atas takhta kerajaan di dalam istana, berhadapan dengan pintu istana itu. 

Ketika raja melihat Ester, sang ratu, berdiri di pelataran, berkenanlah raja kepadanya, sehingga raja mengulurkan tongkat emas yang di tangannya ke arah Ester, lalu mendekatlah Ester dan menyentuh ujung tongkat itu. Tanya raja kepadanya: "Apa maksudmu, hai ratu Ester, dan apa keinginanmu? Sampai setengah kerajaan sekalipun akan diberikan kepadamu." Jawab Ester: "Jikalau baik pada pemandangan raja, datanglah kiranya raja dengan Haman

pada hari ini ke perjamuan yang diadakan oleh hamba bagi raja." Maka titah raja: "Suruhlah Haman datang dengan segera, supaya kami memenuhi permintaan Ester." [34] Perjamuan pertama 

Lalu raja datang dengan Haman ke perjamuan yang diadakan oleh Ester. Sementara minum anggur bertanyalah raja kepada Ester: "Apakah permintaanmu? Niscaya akan dikabulkan. Dan apakah keinginanmu? Sampai setengah kerajaan sekalipun akan dipenuhi." Maka jawab Ester: "Permintaan dan keinginan hamba ialah: Jikalau hamba mendapat kasih raja, dan jikalau baik pada pemandangan raja mengabulkan permintaan serta memenuhi keinginan hamba, datang pulalah kiranya raja dengan Haman ke perjamuan yang akan hamba adakan bagi raja dan Haman; maka besok akan hamba lakukan yang dikehendaki raja." [35]



Pada hari itu keluarlah Haman dengan hati riang dan gembira; tetapi ketika Haman melihat Mordekhai ada di pintu gerbang istana raja, tidak bangkit dan tidak bergerak menghormati dia, maka sangat panaslah hati Haman kepada Mordekhai. Pulanglah ia ke rumahnya dan menyuruh datang sahabat-sahabatnya dan Zeresh, isterinya. Maka Haman menceriterakan kepada mereka itu besarnya kekayaannya, banyaknya anaknya laki-laki, dan segala kebesaran yang diberikan raja kepadanya serta kenaikan pangkatnya di atas para pembesar dan pegawai raja. Lagi kata Haman: "Tambahan pula tiada seorangpun diminta oleh Ester, sang ratu, untuk datang bersama-sama dengan raja ke perjamuan yang diadakannya, kecuali aku; dan untuk besokpun aku diundangnya bersama-sama dengan raja. Akan tetapi semuanya itu tidak berguna bagiku, selama aku masih melihat si Mordekhai, si Yahudi itu, duduk di pintu gerbang istana raja." Lalu kata Zeresh, isterinya, dan semua sahabatnya kepadanya: "Suruhlah orang membuat tiang yang tingginya 50 hasta ((75 kaki (23 m)), dan persembahkanlah besok pagi kepada raja, supaya Mordekhai disulakan orang pada tiang itu; kemudian dapatlah engkau dengan bersukacita pergi bersama-sama dengan raja ke perjamuan itu." Hal itu dipandang baik oleh Haman, lalu ia menyuruh membuat tiang itu. [36]



Pada malam itu juga raja tidak dapat tidur. Maka bertitahlah baginda membawa kitab pencatatan sejarah, lalu dibacakan di hadapan raja. Dan di situ didapati suatu catatan tentang Mordekhai, yang pernah memberitahukan bahwa Bigtan dan Teresh, dua orang sida-sida raja yang termasuk golongan penjaga pintu, telah berikhtiar membunuh raja Ahasyweros. Maka bertanyalah raja: "Kehormatan dan kebesaran apakah yang dianugerahkan kepada Mordekhai oleh sebab perkara itu?" Jawab para biduanda raja yang bertugas pada baginda: "Kepadanya tidak dianugerahkan suatu apapun."[37]



Pada waktu itu Haman baru datang di pelataran luar istana raja untuk memberitahukan kepada baginda, bahwa ia hendak menyulakan Mordekhai pada tiang yang sudah didirikannya untuk dia. Maka titah raja: "Suruhlah dia masuk." Setelah Haman masuk, bertanyalah raja kepadanya:

"Apakah

yang

harus

dilakukan

kepada

orang

yang

raja

berkenan

menghormatinya?" Kata Haman dalam hatinya: "Kepada siapa lagi raja berkenan

menganugerahkan kehormatan lebih dari kepadaku?" Oleh karena itu jawab Haman kepada raja: "Mengenai orang yang raja berkenan menghormatinya, hendaklah diambil pakaian kerajaan yang biasa dipakai oleh raja sendiri, dan lagi kuda yang biasa dikendarai oleh raja sendiri dan yang diberi mahkota kerajaan di kepalanya, dan hendaklah diserahkan pakaian dan kuda itu ke tangan seorang dari antara para pembesar raja, orang-orang bangsawan, lalu hendaklah pakaian itu dikenakan kepada orang yang raja berkenan menghormatinya, kemudian hendaklah ia diarak dengan mengendarai kuda itu melalui lapangan kota sedang orang berseru-seru di depannya: Beginilah dilakukan kepada orang yang raja berkenan menghormatinya!"[38] 

Maka titah raja kepada Haman: "Segera ambillah pakaian dan kuda itu, seperti yang kaukatakan itu, dan lakukanlah demikian kepada Mordekhai, orang Yahudi, yang duduk di pintu gerbang istana. Sepatah katapun janganlah kaulalaikan dari pada segala yang kaukatakan itu." Lalu Haman mengambil pakaian dan kuda itu, dan dikenakannya pakaian itu kepada Mordekhai, kemudian diaraknya Mordekhai melalui lapangan kota itu, sedang ia menyerukan di depannya: "Beginilah dilakukan kepada orang yang raja berkenan menghormatinya." Kemudian kembalilah Mordekhai ke pintu gerbang istana raja, tetapi Haman bergesa-gesa pulang ke rumahnya dengan sedih hatinya dan berselubung kepalanya. Dan Haman menceritakan kepada Zeresh, isterinya, dan kepada semua sahabatnya apa yang dialaminya. Maka kata para orang arif bijaksana dan Zeresh, isterinya, kepadanya: "Jikalau Mordekhai, yang di depannya engkau sudah mulai jatuh, adalah keturunan Yahudi, maka engkau tidak akan sanggup melawan dia, malahan engkau akan jatuh benar-benar di depannya." Selagi mereka itu bercakap-cakap dengan dia, datanglah sida-sida raja, lalu mengantarkan Haman dengan segera ke perjamuan yang diadakan oleh Ester. [39]

Perjamuan kedua 

Pada hari yang kedua itu (tanggal 16 bulan Nisan) datanglah raja dengan Haman untuk dijamu oleh Ester, sang ratu. Sementara minum anggur, bertanyalah pula raja kepada Ester: "Apakah permintaanmu, hai ratu Ester? Niscaya akan dikabulkan. Dan apakah keinginanmu? Sampai setengah kerajaan sekalipun akan dipenuhi." Maka jawab Ester, sang ratu: "Ya raja, jikalau hamba mendapat kasih raja dan jikalau baik pada pemandangan raja, karuniakanlah kiranya kepada hamba nyawa hamba atas permintaan hamba, dan bangsa hamba atas keinginan hamba. Karena kami, hamba serta bangsa hamba, telah terjual untuk dipunahkan, dibunuh dan dibinasakan. Jikalau seandainya kami hanya dijual sebagai budak laki-laki dan perempuan, niscaya hamba akan berdiam diri, tetapi malapetaka ini tiada taranya di antara bencana yang menimpa raja." Maka bertanyalah raja Ahasyweros kepada Ester, sang ratu: "Siapakah orang itu dan di manakah dia yang hatinya mengandung niat akan berbuat demikian?" Lalu jawab Ester: "Penganiaya dan musuh itu, ialah Haman, orang jahat ini!"

Maka Hamanpun sangatlah ketakutan di hadapan raja dan ratu. Lalu bangkitlah raja dengan panas hatinya dari pada minum anggur dan keluar ke taman istana; [40] 

Akan tetapi Haman masih tinggal untuk memohon nyawanya kepada Ester, sang ratu, karena ia melihat, bahwa telah putus niat raja untuk mendatangkan celaka kepadanya. Haman berlutut pada katil tempat Ester berbaring. Ketika raja kembali dari taman istana ke dalam ruangan minum anggur, raja melihat posisi Haman di dekat ranjang Ester, maka titah raja: "Masih jugakah ia hendak menggagahi sang ratu di dalam istanaku sendiri?" Tatkala titah raja itu keluar dari mulutnya, maka diselubungi oranglah muka Haman. Harbona, salah seorang sida-sida yang di hadapan raja melaporkan bahwa Haman telah membuat tiang di dekat rumahnya, 50 hasta tingginya, untuk menyulakan Mordekhai, orang yang menyelamatkan raja dengan pemberitahuannya itu. Lalu titah raja: "Sulakan dia pada tiang itu." Kemudian Haman disulakan pada tiang yang didirikannya untuk Mordekhai. Maka surutlah panas hati raja. [41]

 Jadi, pada tanggal 17 bulan Nisan, musuh bangsa Yahudi sudah mati.



Pada hari itu juga raja Ahasyweros mengaruniakan harta milik Haman, seteru orang Yahudi, kepada Ester, sang ratu, dan Mordekhai masuk menghadap raja, karena Ester telah memberitahukan apa pertalian Mordekhai dengan dia. Maka raja mencabut cincin meterai yang diambil dari pada Haman, lalu diserahkannya kepada Mordekhai; dan Mordekhai diangkat oleh Ester menjadi kuasa atas harta milik Haman. [42]

Tindakan menyelamatkan orang Yahudi 

Kemudian Ester berkata lagi kepada raja sambil sujud pada kakinya dan menangis memohon karunianya, supaya dibatalkannya maksud jahat Haman, orang Agag itu, serta rancangan yang sudah dibuatnya terhadap orang Yahudi.[43]



Raja menjawab kepada Ester, sang ratu, serta kepada Mordekhai, orang Yahudi itu: "Harta milik Haman telah kukaruniakan kepada Ester, dan Haman sendiri telah disulakan pada tiang karena ia sudah mengacungkan tangannya kepada orang Yahudi. Tuliskanlah atas nama raja apa yang kamu pandang baik tentang orang Yahudi dan meteraikanlah surat itu dengan cincin meterai raja, karena surat yang dituliskan atas nama raja dan dimeteraikan dengan cincin meterai raja tidak dapat ditarik kembali."[44]



Pada waktu itu juga dipanggillah para panitera raja, tanggal 23 bulan yang ke-3 (bulan Siwan), dan sesuai dengan segala yang diperintahkan Mordekhai ditulislah surat atas nama raja Ahasyweros dan dimeterai dengan cincin meterai raja, kepada orang Yahudi, dan kepada para wakil pemerintah, para bupati dan para pembesar daerah, dari India sampai ke Etiopia, 127 daerah, kepada tiap-tiap daerah menurut tulisannya dan kepada tiap-tiap bangsa menurut bahasanya, dan juga kepada orang Yahudi menurut tulisan dan bahasanya, lalu dengan perantaraan pesuruh-pesuruh cepat yang berkuda, yang mengendarai kuda kerajaan yang tangkas yang diternakkan di pekudaan, dikirimkanlah surat-surat yang isinya: raja mengizinkan orang Yahudi di tiap-tiap kota untuk berkumpul dan mempertahankan nyawanya

serta memunahkan, membunuh atau membinasakan segala tentara, bahkan anak-anak dan perempuan-perempuan, dari bangsa dan daerah yang hendak menyerang mereka, dan untuk merampas harta miliknya, pada hari yang sama di segala daerah raja Ahasyweros, pada tanggal 13 bulan yang ke-12 (bulan Adar). Maka dengan terburu-buru dan tergesa-gesa berangkatlah pesuruh-pesuruh cepat yang mengendarai kuda kerajaan yang tangkas itu, atas titah raja, dan undang-undang itu dikeluarkan di dalam benteng Susan. [45] Orang Yahudi membela diri 

Pada tanggal 13 bulan yang ke-12 (bulan Adar), ketika titah serta undang-undang raja akan dilaksanakan, pada hari musuh-musuh orang Yahudi berharap mengalahkan orang Yahudi, terjadilah yang sebaliknya: orang Yahudi mengalahkan pembenci-pembenci mereka. Maka berkumpullah orang Yahudi di dalam kota-kotanya di seluruh daerah raja Ahasyweros, untuk membunuh orang-orang yang berikhtiar mencelakakan mereka, dan tiada seorangpun tahan menghadapi mereka, karena ketakutan kepada orang Yahudi telah menimpa segala bangsa itu. Dan semua pembesar daerah dan wakil pemerintahan dan bupati serta pejabat kerajaan menyokong orang Yahudi, karena ketakutan kepada Mordekhai telah menimpa mereka, sebab Mordekhai besar kekuasaannya di dalam istana raja dan tersiarlah berita tentang dia ke segenap daerah, karena Mordekhai itu bertambah-tambah besar kekuasaannya.



Maka orang Yahudi mengalahkan semua musuhnya: mereka memukulnya dengan pedang, membunuh dan membinasakannya. Di dalam benteng Susan saja orang Yahudi membunuh dan membinasakan lima ratus orang. Juga ke-10 anak laki-laki Haman bin Hamedata, seteru orang Yahudi, dibunuh oleh mereka, tetapi kepada barang rampasan tidaklah mereka mengulurkan tangan.[46]



Pada hari itu juga jumlah orang-orang yang terbunuh di dalam benteng Susan disampaikan ke hadapan raja. Lalu titah raja kepada Ester, sang ratu: "Di dalam benteng Susan saja orang Yahudi telah membunuh dan membinasakan lima ratus orang beserta kesepuluh anak Haman. Di daerah-daerah kerajaan yang lain, entahlah apa yang diperbuat mereka. Dan apakah permintaanmu sekarang? Niscaya akan dikabulkan. Dan apakah keinginanmu lagi? Niscaya dipenuhi." Lalu jawab Ester: "Jikalau baik pada pemandangan raja, diizinkanlah kiranya kepada orang Yahudi yang di Susan untuk berbuat besokpun sesuai dengan undang-undang untuk hari ini, dan kesepuluh anak Haman itu hendaklah disulakan pada tiang." Rajapun menitahkan berbuat demikian; maka undang-undang itu dikeluarkan di Susan dan kesepuluh anak Haman disulakan orang. Jadi berkumpullah orang Yahudi yang di Susan pada hari yang keempat belas bulan Adar juga dan dibunuhnyalah di Susan 300 orang, tetapi kepada barang rampasan tidaklah mereka mengulurkan tangan. [47]



Orang Yahudi yang lain, yang ada di dalam daerah kerajaan, berkumpul dan mempertahankan nyawanya serta mendapat keamanan terhadap musuhnya; mereka membunuh 75.000 orang di antara pembenci-pembenci mereka, tetapi kepada barang rampasan tidaklah mereka

mengulurkan tangan. Hal itu terjadi pada tanggal 13 bulanAdar. Pada hari yang ke-14 berhentilah mereka dan hari itu dijadikan mereka hari perjamuan dan sukacita. Oleh sebab itu orang Yahudi yang di pedusunan, yakni yang diam di perkampungan merayakan hari yang ke-14 bulan Adar itu sebagai hari sukacita dan hari perjamuan, dan sebagai hari gembira untuk antar-mengantar makanan.[48] 

Akan tetapi orang Yahudi yang di Susan berkumpul dan berperang pada hari yang ke-13 dan ke-14 bulan itu. Mereka baru berhenti pada hari yang ke-15 dan hari itu dijadikan mereka hari perjamuan dan sukacita.[49]

Penetapan hari raya Purim Mordekhai menuliskan peristiwa itu, lalu mengirimkan surat-surat kepada semua orang Yahudi di seluruh daerah raja Ahasyweros, baik yang dekat baik yang jauh, untuk mewajibkan mereka, supaya tiap-tiap tahun merayakan hari yang ke-14 dan ke-15 bulan Adar, karena pada hari-hari itulah orang Yahudi mendapat keamanan terhadap musuhnya dan dalam bulan itulah dukacita mereka berubah menjadi sukacita dan hari perkabungan menjadi hari gembira, dan supaya menjadikan hari-hari itu hari perjamuan dan sukacita dan hari untuk antar-mengantar makanan dan untuk bersedekah kepada orang-orang miskin. Sesungguhnya Haman bin Hamedata, orang Agag, seteru semua orang Yahudi itu, telah merancangkan hendak membinasakan orang Yahudi dan diapun telah membuang pur--yakni undi--untuk menghancurkan dan membinasakan mereka, akan tetapi ketika hal itu disampaikan (oleh ratu Ester) ke hadapan raja, maka dititahkannyalah dengan surat, supaya rancangan jahat yang dibuat Haman terhadap orang Yahudi itu dibalikkan ke atas kepalanya. Maka Haman beserta anak-anaknya disulakan pada tiang. Oleh sebab itulah hari-hari itu disebut Purim, menurut kata "pur" (="undi"). Oleh sebab itu jugalah, yakni karena seluruh isi surat itu dan karena apa yang dilihat mereka mengenai hal itu dan apa yang dialami mereka, orang Yahudi menerima sebagai kewajiban dan sebagai ketetapan bagi dirinya sendiri dan keturunannya dan bagi sekalian orang yang akan bergabung dengan mereka, bahwa mereka tidak akan melampaui merayakan kedua hari itu tiap-tiap tahun, menurut yang dituliskan tentang itu dan pada waktu yang ditentukan, dan bahwa hari-hari itu akan diperingati dan dirayakan di dalam tiap-tiap angkatan, di dalam tiap-tiap kaum, di tiap-tiap daerah, di tiap-tiap kota, sehingga hari-hari Purim itu tidak akan lenyap dari tengah-tengah orang Yahudi dan peringatannya tidak akan berakhir dari antara keturunan mereka.[50] Ester, sang ratu, anak Abihail, menulis surat, bersama-sama dengan Mordekhai, orang Yahudi itu; surat yang kedua tentang hari raya Purim ini dituliskannya dengan segala ketegasan untuk menguatkannya. Lalu dikirimkanlah surat-surat kepada semua orang Yahudi di dalam ke-127 daerah kerajaan Ahasyweros, dengan kata-kata salam dan setia, supaya hari-hari Purim itu dirayakan pada waktu yang ditentukan, seperti yang diwajibkan kepada mereka oleh Mordekhai, orang Yahudi itu, dan oleh Ester, sang ratu, dan seperti yang diwajibkan mereka kepada dirinya sendiri serta keturunan

mereka, mengenai hal berpuasa dan meratap-ratap. Demikianlah perintah Ester menetapkan perihal Purim itu, kemudian dituliskan di dalam kitab.[51] Polemik Raja Ahasyweros pada

umumnya

dianggap

sama

dengan

raja Xerxes

I dari

dinasti Achaemenid. Namun banyak pakar sejarah yang lebih yakin bahwa suami Ester ini raja Persia dari zaman kemudian, dari dinasti Sassania.[52][53] Tradisi Yahudi 

Dalam tradisi Yahudi, Ester dianggap sebagai seorang nabiah.



Sebuah desa di utara Israel, Kfar Bar'am dianggap sebagai tempat makam ratu Ester.

Tradisi Kristen 

Hari-hari puasa yang dilakukan Ester dan tindakan menghadap raja untuk meminta penyelamatan bangsanya, yaitu tanggal 14-17 bulan Nisan terjadi sekitar hari-hari Paskah Yahudi (14-21 Nisan) dan hari-hari kematian (14 Nisan), tinggal di dalam kubur (1416 Nisan) dan kebangkitan Yesus dari kematian-Nya (17 Nisan).



Dalam gereja Lutheran sinode Missouri, Ester diperingati sebagai orang suci tanggal 24 Mei.



Dianne Tidball berargumen bahwa jika Wasti adalah "ikon gerakan feminisme", maka Ester adalah "ikon post-feminisme".[54]

21.

Dorkas. Dorkas (nama

Yunani),

Aram disebut Tabita,[1] adalah perempuan

salah

dalam Alkitab,

bagian Perjanjian

dalam Bahasa satu

tokoh

khususnya

pada

Baru di Alkitab Kristen,

di

dalam

[2]

kitab Kisah Para Rasul.  Selain itu, Dorkas juga dikenal sebagai santa.[3] Ia banyak melakukan pelayanan kasih selama hidupnya.[2] Ia membuat pakaian bagi orang-orang miskin, berbuat baik, dan memberi sedekah.[4] Kematian dan kebangkitan Suatu saat, perempuan yang tinggal di Yope ini mengalami sakit dan akhirnya meninggal karena penyakitnya itu.[3] Dan setelah dimandikan, mayatnya dibaringkan di ruang d atas. [5] Pada saat itu, Simon Petrus, salah satu murid Yesus Kristus, berada di Lida.[3] Ketika mendengar Petrus telah melakukan

penyembuhan

kepada Eneas di Lida,

seorang

yang

sakit

lumpuh,

orang-

orang Kristen di Yope menyuruh dua orang kepadanya dengan permintaan: "Segeralah datang ke

tempat kami."[6] Maka berkemaslah Petrus dan berangkat bersama-sama dengan mereka. Setelah sampai di sana, ia dibawa ke ruang atas dan semua janda datang berdiri dekatnya dan sambil menangis mereka menunjukkan kepadanya semua baju dan pakaian, yang dibuat Dorkas waktu ia masih hidup.[7] Namun, Petrus menyuruh mereka keluar, sementara ia berlutut dan berdoa. Lalu, Petrus berpaling ke mayat perempuan itu dan berkata: "Tabita, bangkitlah!" Lalu Tabita membuka matanya dan ketika melihat Petrus, ia bangun lalu duduk. Petrus memegang tangannya dan membantu dia berdiri. Kemudian ia memanggil orang-orang kudus beserta janda-janda, lalu menunjukkan kepada mereka, bahwa perempuan itu hidup. Akibat peristiwa itu Peristiwa itu tersiar di seluruh Yope dan banyak orang menjadi percaya kepada Tuhan. Kemudian dari pada itu Petrus tinggal beberapa hari di Yope, di rumah seorang yang bernama Simon, seorang penyamak kulit.[8] Di sinilah Petrus kemudian menerima penglihatan luar biasa yang berkaitan dengan Kornelius dan kemudian dijemput untuk pergi keKaisarea,[9]

22.

Akwila dan Priskilla.

Akwila dan Priskila adalah

sepasang

suami-istri Kristen pada

abad

pertama

Masehi

menurut Perjanjian Baru Alkitab Kristen yang namanya selalu disebutkan bersama-sama. Mereka bertemu dengan Paulus dari Tarsus dan sama-sama bekerja sebagai tukang kemah (pembuat tenda). Kemudian mereka bersama-sama Paulus berkeliling mengabarkan Injil dan menjadi sahabat-sahabat dekat yang sangat dihormati Paulus [1] Priskila dan Akwila dicatat bekerja dengan tekun untuk menguatkan gereja mula-mula. Karena disebut bersama paling banyak di Alkitab, mereka dinamakan "pasangan paling populer" di kalangan orang Kristen. Menurut catatan Kisah Para Rasul, mereka mengkoreksi ajaran iman Apolos, salah satu pengkhotbah penting pada zaman itu. Pelayanan dan kepemimpinan mereka sebagai orang awam memberi inspirasi bagi pasangan suami-istri anggotaanggota gereja sampai saat ini dalam bekerja sama sebagai guru dan pengabar Injil di manapun mereka berada.[1] Nama kedua orang ini disebutkan 7 kali di dalam Alkitab, dua kali di surat rasul Paulus, beberapa kali di dalam Kisah Para Rasul, dan satu kali di dalam kitab Timotius.[2] Pasangan ini merupakan penginjil keliling dan pemimpin gereja di jemaat-jemaat yang didirikan Paulus. [2] Dalam surat Paulus kepada jemaat Korintus yang ditulis ketika ia berada di Efesus, disebutkan bahwa Akwila dan Priskila juga ikut pindah ke Efesus. [2] Di kota itu, Priskila juga bekerja mengurus jemaat dan keluarganya. Dalam komentarnya yang ditulis dalam kitab Roma, Paulus menyebut Prisikila sebagai pemimpin gereja yang cukup baik.[3] Etimologi Priskila (Latin), yang memiliki makna yang patut dimuliakan.[2]. Juga dipanggil Priska. Di Korintus



Setelah meninggalkan Atena dan sampai di Korintus, Paulus berjumpa dengan seorang Yahudi bernama Akwila, yang berasal dari Pontus. Ia baru datang dari Italia dengan Priskila, istrinya, karena kaisar Klaudius telah memerintahkan, supaya semua orang Yahudi meninggalkan Roma.[4]



Perintah Kaisar Klaudius (41-54 M) ini dicatat oleh sejarahwan Suetonius: "Claudius mengusir orang-orang Yahudi ke luar dari Roma, karena menimbulkan kerusuhan terus menerus, dengan Chrestus sebagai pemimpinnya."[5] Suetonius mengidentifikasi sekte Yahudi Kristen muncul karena hasutan Chrestus, ejaan untuk Kristus dalam kumpulan tulisannya. Ini terjadi tahun 41 M (ada satu catatan menulis tahun 49 M, tetapi tidak dapat dikonfirmasi)



Paulus singgah ke rumah mereka. Dan karena mereka melakukan pekerjaan yang sama, ia tinggal bersama-sama dengan mereka. Mereka bekerja bersama-sama, karena mereka samasama tukang kemah.[6]



Setelah 1 tahun 6 bulan bersama Paulus di Korintus, Priskila dan Akwila menyertai Paulus berlayar ke Siria.[7]

Di Efesus 

Sesampai di Efesus, Paulus meninggalkan Priskila dan Akwila di situ. Mereka minta kepada Paulus untuk tinggal lebih lama di situ, tetapi ia tidak mengabulkannya. Ia minta diri dan berkata: "Aku akan kembali kepada kamu, jika Allah menghendakinya." Lalu bertolaklah Paulus dari Efesus ke Kaisarea.[8]



Rupanya ini merupakan rencana Tuhan, karena kemudian datanglah ke Efesus seorang Yahudi bernama Apolos, yang berasal dari Aleksandria. Ia seorang yang fasih berbicara dan sangat mahir dalam soal-soal Kitab Suci. Ia telah menerima pengajaran dalam Jalan Tuhan. Dengan bersemangat ia berbicara dan dengan teliti ia mengajar tentang Yesus, tetapi ia hanya mengetahui baptisan Yohanes. Ia mulai mengajar dengan berani di rumah ibadat. Tetapi setelah Priskila dan Akwila mendengarnya, mereka membawa dia ke rumah mereka dan dengan teliti menjelaskan kepadanya Jalan Allah. Karena Apolos ingin menyeberang ke Akhaya, saudara-saudara di Efesus, nampaknya termasuk Priskila dan Akwila, mengirim surat kepada murid-murid di situ, supaya mereka menyambut dia. Setibanya di Akhaya maka Apolos, oleh kasih karunia Allah, menjadi seorang yang sangat berguna bagi orang-orang yang percaya. Sebab dengan tak jemu-jemunya ia membantah orang-orang Yahudi di muka umum dan membuktikan dari Kitab Suci bahwa Yesus adalah Mesias. [9]



Dalam surat Paulus yang pertama kepada Jemaat di Korintus yang ditulis dari Efesus[10], tercantum: "Salam kepadamu dari Jemaat-jemaat di Asia Kecil. Akwila, Priskila dan jemaat di rumah mereka menyampaikan berlimpah-limpah salam kepadamu. [11]



Di surat Paulus yang terakhir kepada Timotius, yang saat itu tinggal di Efesus, Paulus mengirimkan salam kepada "Priska dan Akwila dan kepada keluarga Onesiforus." [12]

23.

Naomi. Naomi (bahasa Ibrani:  ‫נָעֳ מִ י‬, nā·‘o·mî, artinya: "menyenangkan"; juga dieja "Noomi"; bahasa Spanyol: Noemí; bahasa Perancis:Noémie) adalah orang Efrata dari suku Yehuda, yang berasal dari Bethlehem, tanah Yehuda, yang merantau ke tanah Moab saat kelaparan hebat melanda Israel.[1] Ia adalah salah satu tokoh utama yang diceritakan dalam Kitab Rut. Nama [2] Naomi artinya menyenangkan.  Ia berangkat ke Moab bersama suaminya, Elimelekh, dan dua orang anaknya, Mahlon dan Kilyon.[1] Di Moab, Naomi kembali mendapat musibah yaitu meninggalnya suami dan anak-anaknya.[1] Ia kemudian bermaksud untuk kembali ke tanah Yehuda karena tidak ada lagi bencana kelaparan di sana. [1] Naomi, melarang kedua menantunya yakni Rut dan Orpa yang ingin ikut bersamanya pulang ke tanah Yehuda. [1]  Alasannya, dia sudah tidak memiliki anak laki-laki lagi yang bisa menjadi suami bagi mereka.[1] Akan tetapi, Naomi hanya berhasil meyakinkan Orpa untuk kembali ke Moab sedangkan Rut bersikeras mengikuti mertuanya itu. [3]Naomi bahkan sampai membujuk Rut hingga tiga kali namun Rut semakin tidak ingin meninggalkan Naomi. [3] Bersama Rut, Naomi pun kembali ke Bethlehem.[3] Kedatangannya membawa kegemparan bagi perempuanperempuan di Bethlehem karena Naomi pulang dengan keadaaan susah. [3] Naomi merasa kemalangan yang dirasakannya berasal dari Tuhan.[3] Naomi kemudian berinisiatif mencarikan pasangan hidup bagi Rut. [3] Secara sengaja ia mengatur agar Rut dapat bertemu dengan Boas dalam sebuah pertemuan khusus. [3] Pada akhir Kitab Rut, Naomi digambarkan telah dipulihkan kembali kekecewaannya dengan kelahirannyaObed.[3]

24.

Abimelekh. Abimelekh

Raja

Gerar (juga

ditulis Abimelek atau Avimelech; bahasa Ibrani: ‫אֲ בִימֶ לְֶך‬, Standar  ‫אֲ בִ ימָ לֶ ְך‬ Tiberias Aviméleḫ ; Avimáleḫ)

adalah

raja Filistin yang

gelar

umum

dicatat

untuk

raja-

dalam Alkitab

Ibrani atau Perjanjian Lama di Alkitab Kristen. Abimelekh yang terkenal adalah yang disebut sebagai raja di Gerar, wilayah orang Filistin. Raja ini terlibat dalam dua peristiwa yang dicatat dalam Kitab Kejadian di mana seorang istri diakui sebagai saudara perempuan, yang pertama oleh Abraham terhadap Sara,[1]dan yang kedua oleh Ishak terhadap Ribka. [2]

 Menurut Haggadah, raja itu bukan orang yang sama, melainkan Abimelekh yang kedua (pada

zaman Ishak) adalah putra dari Abimelekh yang pertama (pada zaman Abraham). Abimelekh yang lebih muda itu asalnya bernama Benmelekh ("putra Raja") tetapi kemudian mengganti namanya sama dengan ayahnya. Pada zaman yang sama diketahui ada seorang gubernur Kerajaan Mesir di

kota Tirus (sekarang wilayah Libanon), yang bernama "Abimilki" yang muncul dalam kumpulan "Surat-surat Amarna", yang diduga merujuk kepada orang yang sama. Etimologi Nama Abimelekh mempunyai tiga terjemahan, yang semuanya bukan murni bahasa Ibrani dan agak berbeda. 

Yang pertama: ayahku adalah raja, dianggap merupakan gelar umum untuk seorang putra mahkota. Ini didukung oleh Haggada ketika "Benmelekh" putra Abimelekh kemudian mengganti namanya menjadi Abimelekh setelah menjadi raja.



Dua yang lain diartikan ayahku adalah MLK, dimana MLK berarti Molokh dewa sembahan orang Kanaan yang di bagian Alkitab lain dilarang untuk disembah dengan perkataan: "Jangan melewatkan anak-anakmu melalui api untuk Molokh". Jika ini yang dimaksud maka nama itu dapat mengandung dua makna:



MLK

mengacu

kepada

dewa

orang Kanaan yaitu Molokh,

sehingga Abimelekh menjadi ayahku adalah Molokh - sebuah rujukan kepada raja yang disembah sebagai setengah dewa; atau 

MLK mengacu kepada sejenis korban untuk dewa (kemungkinan korban manusia) yang dinamakan Molk, sehingga Abimelekhbermakna ayahku adalah sebuah korban - rujukan kepada Abimelekh sebagai orang yang sangat berbakti.

25.

Abigail. Abigail adalah nama perempuan Ibrani yang terdapat

dalam Alkitab

Lama di Alkitab Kristen.

Ibrani atau Perjanjian Ada

dua

perempuan

bernama Abigail yang terkait dengan kisah Raja Daud di Israel.[1] Abigail istri Nabal Kisah pertemuan Abigail ini dengan Daud tersebut terdapat dalam 1 Samuel 25:23-31. Abigail adalah istri dari seorang pengusaha kaya, namanya Nabal, yang dikisahkan pula bebal hatinya. Abigail sangat disorot karena dia dengan cerdik memintakan pengampunan dari Raja Daud ketika Nabal tidak mengindahkan permintaan Raja Daud untuk meminta upeti karena merasa telah berjasa menjaga kambing domba Nabal di Gunung Paran dalam pelariannya dari Raja Saul (Raja

Israel yang masih berkuasa dan tidak menerima Daud merebut kekuasaannya). Daud sendiri akhirnya marah karena hinaan Nabal yang menolak memberikan upah kepada utusan Daud itu. Namun Abigail tahu persis bahwa jika Daud marah maka suaminya akan bernasib buruk, sehingga Abigail memohonkan ampun. Dalam peristiwa itu, Abigail membawakan makanan bagi pasukan Daud, dan dari situ pula akhirnya Daud tampak bersimpati pada kebijaksanaan Abigail. [2] Daud mengabulkan permohonan Abigail dan tidak menyerang Nabal. Namun setelah 10 hari, Tuhan sendiri yang memukul Nabal dan akhirnya Nabal mati. Setelah itu Daud menyuruh pasukannya untuk menjemput Abigail dan mengambilnya sebagai istri. Diceritakan bahwa memang Abigail cantik dan bijaksana, sehingga Daud mengambilnya sebagai istri.[3] Selama menjadi istri Daud, Abigail bersama istri Daud yang lain, Ahinoam, turut berpindahpindah tempat tinggal dan pernah menetap bersama Daud di kediaman raja Filistin,Akhis, di Gat. [4]

 Kemudian ketika mereka tinggal di Ziklag, Abigail sempat ditawan oleh orang-orang Amalek yang

menyerang perkemahan mereka, ketika Daud sedang berperang di tempat lain, meskipun kemudian berhasil dibebaskan oleh Daud dan orang-orangnya. [5] Akhirnya Abigail mengikuti Daud ke Hebron ketika Daud diurapi di sana menjadi raja Yehuda.[6] Keturunan Putra Abigail dari Daud bernama Kileab[7] atau juga disebut Daniel.[8] Abigail binti Isai Abigail ini adalah salah satu dari dua putri Isai, dan berarti saudara perempuan Daud, yang dicatat dalam Kitab 1 Tawarikh pasal 2. Abigail melahirkan Amasa, yang kelak menjadi

salah

seorang

panglima Daud.

Ayah

Amasa

[9]

ialah Yeter, orang Ismael.

26. Hosea. Hosea (ַ‫הֹושֵׁ ע‬ "Keselamatan (ada) pada TUHAN" atau "TUHAN adalah keselamatan", Ibrani Standar Hošeaʿ, Ibrani Tiberias Hôšēăʿ, bahasa

Yunani Ὠσηέ = Ōsēe)

adalah

[1]

anak Beeri  dan seorang nabi di Israel pada abad ke-8 SM.[2] Ia adalah salah seorang dari keduabelas nabi kecil dalam Kitab Suci

Ibrani atau Perjanjian

Lama orang Kristen.[1] Tidak

ditemukan dengan lengkap tentang kehidupan atau status sosial Hosea.[3][4][2] Akan tetapi menurut Kitab Hosea, ia menikah dengan seorang pelacur bernama Gomer, anak Diblaim, atas perintah Allah.[4]Kehidupan pernikahannya dengan Gomer tersebut, merupakan gambaran mengenai relasi Allah dengan umatnya[5] dan

mempertontonkan

kemerosotan Israel pada

waktu itu.[1] Hosea memiliki tiga orang anak yang diberi nama-nama simbolis, yaitu Yizreel, LoRuhama, dan Lo-Ami.[4] The Prophet Hosea, by Duccio di Buoninsegna, in the Siena Cathedral(c. 1309-1311) Latar Belakang Hosea melaksanakan tugasnya sebagai nabi sekitar tahun 750 SM, di Kerajaan Utara.[4][2] Ia berkarya pada

masa

yang

sama

denganAmos dan Yesaya,

yaitu

sekitar

zaman Uzia (781-

740 SM), Yotam (740-736 SM), Ahas (736-716 SM), dan Hizkia (716-687 SM) raja Yehuda, yang sezaman dengan raja Israel, Yerobeam II (783-743 SM).[1][4][2][6] Kemungkinan besar, ia ikut mengalami perang Siro-Efraimtahun 725 SM.[4][2] Ia pun mengalami masa-masa kekacauan menjelang kehancuran kerajaan dan kemungkinan pada saat peristiwa kehancuran Samaria pada tahun 722 SM.[1] [4][2]

 Tanda-tanda kehancuran itu telah nampak ketika banyak ibadah umat Israel hanya bersifat

lahiriah, pemujaan terhadap berhala, ketidakpercayaan pada Allah, kekejaman, dan pembunuhan. [2] Warta Nabi Walaupun sezaman dengan nabi Amos, namun warta Hosea lebih bernuansa belas kasihan, sebab kemungkinan ia merupakan penduduk asli dari kerajaan Utara. [1][2] Dasar pewartaan Hosea adalah kasih Allah terhadap umat [4] dan harapan agar israel tetap menghayati kasih Allah yang telah membebaskan mereka dari Mesir.[2] Dalam masa karyanya, ia mengecam pelanggaran keadilan dan penindasan bagi kaum tersingkir, menunjukkan bagaimana Israel melanggar perjanjian dengan Tuhan, dan ia menyerukan agar Israel kembali setia pada perjanjian mereka dengan Tuhan. [2] Ia sangat peka terhadap kondisi politik dan dengan tajuam menyelidiki dampak-dampaknya. [1] Pesan Allah ia wartakan dengan menggunakan gaya bahasa yang beragam, baik pujian, kutukan, nuansa pengadilan, dan tentu perumpamaan.[2] Kehidupan keluarga Hosea ini merupakan perumpamaan dari hubungan "persundalan" yang dibangun oleh Israel dengan dewa-dewa Baal.[6] Nama anak-anaknya membuat kehidupan keluarga Hosea seperti nubuat berjalan tentang keruntuhan dinasti yang berkuasa dan perjanjian yang rusak dengan Allah. Hosea seringkali dilihat sebagai "nabi yang menubuatkan kehancuran",

namun

bagi Israel (Hosea 14:2-9).

di

balik

pesan

kehancurannya

terdapat

janji

keselamatan

[4]

Pemikiran Hosea sangat menekankan bahwa hanya kasih setia dan belas kasihan Allah yang dapat mendatangkan anugerah bagi bangsa Israel. [1][3] Namun, dosa membuat bangsa Israel mengalami hukuman dari Allah, yaitu hukuman yang bertujuan untuk mendisiplinkan umat. [3]Menurut Hosea hal ini terjadi, sebab Israel tidak sungguh-sungguh mengenal, memahami dan melakukan kehendak Allah. [3]

 Hosea pun menekankan bahwa pertobatan merupakan hal yang sukar untuk dilakukan, sebab

seseorang mungkin saja terjebak pada pertobatan formalitas. [3] Tindakan Kenabian 1.

Keluarga Hosea (Hosea 1:1-29)

Peristiwa Hosea harus menikahi perempuan sundal dan memiliki anak darinya, ingin menunjukkan bahwa bangsa Israel dianggap sebagai bangsa keturunan sundal yang tidak pantas disayangi dan dijadikan bangsa pilihan. [7] Hal ini mengisyaratkan kepada Israel sebagai bangsa yang dipilih oleh ikatan perjanjiannya dengan Tuhan, bahwa mereka sebenarnya pantas mendapat hukuman, tetapi kasih Tuhan menyelamatkan.[7] 2.

Istri Berzinah (Hosea 3:1-5)

Perbuatan Hosea mengambil kembali istri yang tidak setia itu, merupakan isyarat bagi Israel, bahwa penebusan Tuhan harus dipahami oleh bangsa yang berzinah itu. [7] Karya kasih Tuhan itu cuma-cuma sebagai bentuk kasih karunia dan belas kasihan kepada umat pilihannya. [7] Hosea ingin menunjukkan bahwa prakarsa penebusan dan pengampunan itu berasal dari Allah kepada umatnya.

27.

Zefanya.

Zefanya atau Tzfanya (‫ ְצ ַפנְיָה‬ "TUHAN tersembunyi"

atau

"Terselubung

dari TUHAN", Ibrani Standar Ẓəfanya, Ibrani Tiberias Ṣəp̄anyāh) adalah nama beberapa tokoh dalamAlkitab Perjanjian Lama dan Tanakh Yahudi. Ia juga disebut Sophonias seperti dalam New Catholic Encyclopaedia dan dalam Easton's [Bible] Dictionary. Nama ini berarti "Tuhan telah menyembunyikan", atau "Tuhan dari kegelapan". Dalam the kalender liturgi Gereja Ortodoks Timur, hari rayanya jatuh pada 3 Desember. An 18th century Russian icon of the prophet Zephaniah Nabi Zefanya Tokoh Alkitab paling terkenal yang memiliki nama Zefanya adalah anak Kusyi, dan cucu buyut Hizkia, nabi ke-9 di antara Nabi-nabi

Kecil.

Ia

bernubuat

pada

masa

[1]

pemerintahan Yosia (641-610 SM). , raja Yehuda Ia hidup sezaman dengan Yeremia[1]. Latar Belakang Nabi

Zefanya

bernubuat

sesuai

dengan

situasi

awal

pemerintahan Yosia (642-609 SM), memulai pembangunan bangsa sekitar tahun 622 SM dan pembangunan religius bangsa.[2] Di sisi lain, digambarkan dengan sangat jelas bahwa terdapat praktik keagamaan yang diwarnai dengan penyembahan berhala dan sinkretisme. [2] Warta Nabi Zefanya menyampaikan pewartaannya untuk para pembesar dan para pemuka keagamaan di Yerusalem.[2] Pokok pemberitaan Nabi Zefanya adalah tentang kedatangan "Hari TUHAN", yang merupakan hari yang suram juga bagi bangsa Yehuda. [1] Bangsa itu akan mengalami penghakiman

dari TUHAN.[2] Namun di sisi lain, Zefanya juga mewartakan bahwa ada janji keselematan bagi mereka yang mau bertobat dan mengaku kesalahannya. [1][3]

28.

Yoel. Yoël (‫( )יואל‬diucapkan Yo'el) adalah salah satu dari keduabelas nabi kecil[1] dan penyusun Kitab Yoël. Nabi Yoel dalam urutan Alkitab Kristen ditempatkan sesudah nabi Hosea, sebagai nabi kecil yang kedua menurut urutan itu.[2] Ia adalah anak laki-laki Petuel.[3] Identitas pribadinya hanya diketahui lewat kitabnya. Nama Yoël berarti "TUHAN adalah Allah". [3][4] Ia bekerja di sekitar Bait Allah, sehingga ia disebut nabi kultis.[3] Nabi Yoël dalam lukisan Michelangelo di atap Kapel Sistine

Latar Belakang Nabi Yoel hidup diperkirakan jauh setelah kembalinya Israel dari pembuangan di Babel dan berkarya sekitar tahun 400 SM.[2][5] Kehidupan religius waktu itu cukup kuat dikuasai oleh para imam, kenisah sudah

dibangun

dan

digunakan

sebagai

tempat ibadah.[2] Negara

dalam

kondisi politik dan keagamaan yang baik.[2] Bangsa Israel hidup dalam semangat beribadah yang tinggi yang ditunjukkan dengan semangat umat untuk bertobat dan berdoa. [2] Akan tetapi kondisi tersebut menyebabkan Israel menjadi kelompok yang sangat memikirkan terbatas pada kepentingan ke dalam dan kurang berperan dalam lingkungan yang lebih luas. [2] Warta Nabi Pewartaaan Yoel berada di antara nubuatan dan apokaliptik.[4] Ia mewartakan bahwa hari TUHAN sudah dekat atas dasar penglihatannya di dalam tulah belalang, yang menghancurkan segala tumbuh-tumbuhan,

terutama

yang

ada

kebun-kebun. [4][6] Hal

di

tanda eskatologis mengenai kedatangan hari TUHAN.

ini

manjadi

[4][6]

 Ia menyerukan kepada bangsanya untuk

[4]

mengadakan hari puasa.  Ia mewartakan keselamatan yang partikularistis, yaitu keselamatan bagi Israel saja dan hukuman bagi bangsa lain.[4] Pemikiran Konsep Allah yang universal dan keselamatan yang universal, tampaknya gagal ditekankan oleh Yoel. [2]

 Sebab Yoel mewartakan tentang pembalasan Allah terhadap semua bangsa yang menganiaya orang

Israel.[5] Sehingga konsep yang berkembang adalah Allah yang terbatas hanya bagi bangsa Yehuda. [2] Nama Dalam bahasa Indonesia, nama Yo'el ditulis dengan umlaut ë, yang bukan merupakan abjad bahasa Indonesia, untuk membedakannya dengan ejaan lama "oe" yang dibaca "u"

29.

Amos. Amos adalah seorang nabi di Israel pada abad ke-8 [1]

SM.  Tidak ada yang dapat diketahui mengenai nabi Amos di luar

tulisannya.[2] Nama

Amos

"beban."[3] Ia

berarti

pendudukTekoa wilayah Yehuda, yang terletak kira-kira 16 km

sebelah

selatan Yerusalem dan

selatan Bethlehem.

6

km

sebelah

[1][2][4][5]

 Desa Tekoa terletak di perbukitan

kurang lebih seribu meter di atas permukaan laut. [1] Wilayah pertaniannya subur, memiliki beberapa sumber air, dan menjadi tempat pengintaian yang penting dalam pertahanan wilayah Yehuda (bnd.Yeremia 6:1 ).[1] Amos dipanggil dari desa

tersebut

untuk

menyampaikan

warta

di

tempat

[1][4]

peziarahan Betel.

 Ia bukan nabi profesional yang terikat

pada salah satu tempat peziarahan atau ibadat, tetapi sesuai dengan pengakuannya, ia adalah seorang peternak dan pemelihara pohon korma atau pencari buah hutan. [1][2] sehingga, kemungkinan besar ia tidak diasuh dalam golongan para nabi dan tidak melalui pendidikan untuk menjadi nabi di sekolah atau perkumpulan.[2] Latar Belakang Menurut catatan Alkitab Kristen(Amos 1:1), Amos berkarya pada masa pemerintahan raja Uzia, dari Kerajaan Selatan dan dalam zamanYerobeam II, anak Yoas, Kerajaan Utara.[2][4][5] Pada masa itu, Kerajaan Utara mengalami masa-masa kejayaannya, terutama di bidangekonomi, militer dan politik. [5]

 Akan tetapi, Amos menjumpai banyak ketidakadilan sosial yang marak dalam masyarakat;

perdaganganinternasional yang luas untuk keuntungan para penguasa; praktik-praktik bisnis yang penuh tipuan terhadap orang miskin dan tak berdaya; dan perampasan tanah milik orang yang miskin. [2][3][5]

 Pada saat itu upacara-upacara keagamaan terus dipelihara, tetapi hal itu dilaksanakan beriringan

dengan sifat kefasikan.[2] Korban persembahan yang mahal diberikan, namun merupakan uang pemberian mereka yang miskin.[2] Warta Nabi Sebagai seorang gembala yang dipilih Allah, Amos bertugas untuk mewartakan tanda-tanda penghakiman dan bahwa kesudahan Kerajaan Utara segera datang.[1][5] Ia mewartakan pengadilan yang amat keras dan kuat bagi raja dan bagi umat Israel, bahwa tanah mereka akan hilang, umat akan diusir dan para pemimpin akan hancur karena perang. [1][5] Ia menekankan wibawa kekuasaan dan kasih Allah yang harus dinyatakan bagi kehidupan bersama dalam kasih dan keadilan, terutama bagi mereka yang tersisih dan tertindas.[1] Amos menghubungkan ketidakadilan yang terjadi di sekelilingnya

dengan kecenderungan memperkaya diri dan mengabaikan perintah Allah untuk memerhatikan kepentingan bersama.[1] Amos juga menyampaikan kritik, peringatan dan ancaman terhadap kebiasaan hidup masyarakat yang hanya mencari keuntungan bagi dirinya sendiri dan tidak mengingat karya kasih Allah terhadap mereka. [1] Dalam hal keagamaan, Amos menyampaikan kritiknya bahwa ibadat mereka tidak akan berkenan jika tidak didasari sikap hati bertobat dan iman yang hidup, serta tercermin dalam kehidupan manusia dengan sesamanya. [1] Sebab, Allah mengerjakan keselamatan tidak hanya bagi Israel tetapi juga bagi segala bangsa. [1] Selain itu, salah satu yang menarik dalam pewartaan Amos ialah hilangnya peringatan terhadap penghormatan dewa/dewi, yang menjadi ciri khas kritik nabi-nabi sezamannya. [1] Sehingga, Allah diakui sebagai Allah yang universal, Tuhan yang Esa.[1] Sikap dan paham monoteisme yang akan berkembang dalam apa yang disebut "deutero Yesaya".[1] Gaya bahasa Amos sederhana namun sangat keras dan tajam, berisi kecaman dan ancaman, sebab israel terlena akan statusnya sebagai umat pilihan Allah. [1] Keseluruhan dari pewartaan Amos dapat digambarkan dengan memperhatikan beberapa hal, yiatu: lima penglihatan yang menjadi isyarat akan nasib kerajaan Utara; pertikaian Amos dengan imam Amazia; dan diskusi Amos dengan para pendengar mengenai relasinya dengan Allah. [1] Pemikiran Jika disejajarkan dengan nabi-nabi yang hidup sezaman dengannya, Amos memberikan arah pemikiran yang baru, yaitu bahwa Yahweh tidak lagi dilihat sebagai Allah nasional Israel yang secara khas menjadi Allah bangsa yang melindungi dan menjaga terhadap serangan bangsa lain, tetapi sebagai Allah yang kekuasaan dan kewibawaannya melingkupi dan untuk segala bangsa. [1] Allah dipandang secara esa dan universal.[1] Amos juga memiliki pemikiran yang khas bahwa keadilan merupakan ciri moral yang paling penting dari sifat ilahi, sehingga jika Allah itu adil maka ketidakadilan, ketidakjujuran, kebejatan moral tidak dapat ditolerir oleh Allah dan harus mendapat pembalasan yang keras dari Allah.[2]

30.

Nehemia.

Nehemia (bahasa oleh Yahweh")

adalah

orang Yahudi sebagaimana

Ibrani: ‫נְ ֶח ְמי ָה‬, Standar Nəḥemya Tiberias Nəḥemyāh ; seorang yang

tokoh

penting dicatat

dalam

"Dihiburkan

sejarah pasca-pembuangan orang-

dalam Alkitab

Ibrani atau Perjanjian

Lama di Alkitab Kristen. Ia diyakini sebagai penulis utama Kitab Nehemia. Ia adalah anak Hakhalya, (Nehemia 1:1) dan kemungkinan dari Suku Yehuda. Leluhurnya tinggal diYerusalem, namun Nehemia tinggal dan berdinas di Persia. (Nehemia 2:3). Ia pernah bekerja dengan memangku jabatan yang tinggi, yaitu sebagai seorang juru minuman raja Artahsasta dari Kekaisaran Persia.[1] Namun, ketika ia mendengar bahwa orang-orang yang tinggal di Yerusalem berada dalam keadaan tercela dan dalam kesulitan besar, ia meninggalkan pekerjaannya dan pergi ke Yerusalem. Di sana ia diangkat sebagai bupati dan berhasil membangun tembok kota Yerusalem. [2] Tradisi Yahudi

Dalam sebuah sastra rabinik hagadah Nehemia disamakan dengan Zerubabel, yang dianggap sebagai nama samaran Nehemia dan dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa ia lahir di Babel ("Zera'+ Babel"; Sanh. 38a). Bersama Ezra, ia menandai kebangkitan kembali sejarah nasional Yudaisme.[3] Sebuah mishna dinyatakan oleh para Rabi berasal dari aliran Nehemia [4] Betapapun juga, Nehemia dipersalahkan oleh para rabi karena ungkapannya yang dianggap menyombongkan diri, "Ingatlah akan daku, ya Allahku, untuk selama-lamanya" (Nehemia 5:19, Nehemia 13:31), dan penghinaannya terhadap para leluhurnya (Nehemia 5:15), antara lainDaniel. Para rabi menganggap bahwa kedua kesalahannya ini merupakan alasan mengapa buku ini tidak disebutkan dengan namanya sendiri melainkan diletakkan sebagai bagian dari Kitab Ezra (Sanh. 93b). Menurut B. B. 15a Nehemia menyelesaikan Kitab Tawarikh, yang ditulis oleh Ezra.

31.

Timotius.

Timotius (Yunani:

Τιμόθεος;

Timótheos,

artinya

"memuliakan

Tuhan"[1]; bahasa

Inggris: Timothy) atau Santo Timotius adalah seorang uskup Kristen abad pertama yang meninggal sekitar tahun 97 Masehi (ada yang menulis tahun 80 Masehi). Dalam bagianPerjanjian Baru di Alkitab Kristen dicatat bahwa Timotius bepergian dengan Rasul Paulus, yang juga menjadi mentornya. Keluarga dan masa muda Timotius adalah putra dari seorang perempuan Yahudi bernama Eunike, dan ayahnya adalah seorang Yunani.[2] Sewaktu kecil ia tidak disunat (adat Yahudi), sehingga Paulus mendorongnya untuk disunat supaya dapat diterima oleh orang-orang Yahudi. Ada tradisi yang mengatakan Paulus melakukan upacara sunat itu "dengan tangannya sendiri". [3] Ia ditahbiskan[4] and kemudian pergi bersama

Paulus

mengabarkan

Injil

ke

daerah Phrygia, Galatia, Mysia, Troas, Filipi, Veria,

dan Korintus. Ibunya, Eunike, dan neneknya, Lois, dipuji karena kesalehan dan iman mereka, [5] yang mengindikasikan bahwa mereka telah menjadi Kristen. Timotius sendiri dipuji oleh Paulus karena pengetahuan alkitabiahnya (pada abad pertama umumnya Septuaginta) dan dikatakan telah mengenal kitab suci sejak kecil.[6] Surat-surat Dia disebut sebagai penerima dari dua surat-surat dari rasul Paulus, yaitu Surat 1 Timotius dan Surat 2 Timotius. Timotius ditulis sebagai pengarang surat 2 Tesalonika bersama Paulus dan Silwanus di bagian pembuka surat itu.[7] dan surat Filemon bersama Paulus.[8] Pelayanan dan kehidupan selanjutnya Timotius menyertai Paulus dalam perjalanan mengabarkan Injil ke berbagai tempat. Ia juga menyertai Paulus sewaktu di penjara. Timotius sendiri pernah dipenjarakan paling sedikit satu kali selama masa penulisan kitab-kitab di Perjanjian Baru, yaitu dicatat di bagian akhir Surat Ibrani, Timotius dilepaskan dari penjara.

Nampaknya Timotius mempunyai masalah dalam pencernaan tubuhnya, karena itu Paulus menasihatkan di suratnya yang pertama kepada Timotius: "Janganlah lagi minum air saja, melainkan tambahkanlah anggur sedikit, berhubung pencernaanmu terganggu dan tubuhmu sering lemah." [9] Menurut tradisi yang kemudian, Paulus menahbiskan Timotius menjadi uskup di Efesus pada tahun 65, di mana ia melayani selama 15 tahun. Pada tahun 97 (ketika Timotius sedang sakit parah pada usia 80 tahun), ia mencoba menghalangi prosesi penyembahan berhala dari orang-orang di sana dengan menyampaikan khotbah. Massa marah dan memukulinya, menyeretnya di jalan-jalan dan melemparinya dengan batu sampai mati. Pada abad ke-4, relikwinya dipindahkan ke Church of the Holy Apostles di Konstantinopel. Penghormatan Timothy

and

his

grandmother(Timotius

dan

neneknya),

lukisanRembrandt 1648. Timotius dihormati sebagai seorang rasul, santo dan syuhada oleh Gereja Ortodoks

Timur,

dengan

hari

peringatannnya

pada

tanggal 22

Januari. Gereja Katolik Roma memperingatinya bersama-sama Titus pada tanggal 26

Januari.

Dalam

Kalender

Roma

Umum

tahun

1962,

peringatannya (kelas tiga) diadakan pada tanggal 24 Januari. Bersama Titus dan Silas, ia diperingati di Evangelical Lutheran Church in America dan Episcopal Church (United States) pada tanggal 26 Januari. Peringatan Timotius diadakan di gereja Lutheran Church–Missouri Synod pada tanggal 24 Januari.

32.

Harun.

Harun (bahasa

Ibrani:  ‫ַאהֲ רֹן‬ Ahărōn, bahasa

Arab: ‫ارون‬xxxxxxxxxxxx‫ه‬ Hārūn,

Yunani

(Septuaginta): Ααρών; bahasa Inggris: Aaron), sering disebut "Imam Harun" (‫ )אֵ הֲר ֹן הֵכֹּהֵן‬dan sekali disebut "Harun, orang Lewi" ( ‫( )ַאהֲר ֹן ַה ֵּלוִי‬Keluaran 4:14). Abang Musa (Keluaran 6:16-20; Qur'an 28:34) dan nabi Allah. Ia diperkirakan hidup dari tahun 1530-1407 SM menurut para pakar Alkitab. Ia dipilih

Allah

sebagai Imam

Besar pertama

untuk bangsa

Israel.

Orangtuanya

adalah Amram dan Yokhebed, dari suku Lewi. Saudara perempuannya bernamaMiryam. Sementara Musa mendapatkan pendidikan di istana Firaun Mesir dan kemudian lari ke tanah Midian, Harun dan keluarganya tinggal bersama-sama orang-orang Israel di tanah Gosyen. Di sana, Harun dikenal fasih berbicara, sehingga ketika Tuhan mengirimkan Musa untuk menghadap Firaun, Harun menjadi jurubicaranya

("nabi"-nya).

Riwayat

hidupnya

dicatat

di Alkitab

Ibrani atau Perjanjian

Lama Alkitab Kristen dan Al Qur'an orang Islam. Harun lahir di tanah Mesir dan mati pada usia 123 tahun di gunung Hor dalam tahun ke-40 perjalanan bangsa Israel menuju tanah Kanaan. [1] Harun berusia 3 tahun lebih tua dari Musa.[2] Silsilah Menurut catatan Alkitab, silsilah keluarga Harun dari Lewi adalah sebagai berikut:

          

 

 

     

Lewi

isteri    

 

   

     

   

     

   

 

 

   

           

     

   

 

      

 

   

  Gerson

Kehat

  Merari

      

 

   

   

           

       

      

       

   

               

 

Yokhebed

         

 

   

  Miryam  

Amram                           

Harun  

  

 

                       

Yizhar   Hebron   Uziel       

Musa

   

 

Keturunan 

Harun mengambil Eliseba, anak perempuan Aminadab, saudara perempuan Nahason, dari Suku Yehuda, menjadi isterinya, dan perempuan ini melahirkan baginya Nadab, Abihu, Eleazar dan Itamar.[3]



Keempat putra Harun menjadi imam-imam untuk Kemah Suci.



Nadab dan Abihu dihukum mati oleh Tuhan, sehingga kemudian jabatan imam-imam hanya diwariskan dari keturunan Eleazar dan Itamar.

Membantu Musa 

Harun bertugas menjadi "nabi" atau jurubicara Musa baik bagi orang sebangsanya,[4] maupun terhadap Firaun.[5] Ia menjadi pembantu Musa dalam menunjukkan tanda-tanda mukjizat kebesaran Tuhan.[6]. Harun berusia 83 tahun, ketika ia pertama kali menghadap Firaun bersama-sama Musa.[7]



Atas perintah Tuhan melalui Musa, Harun melemparkan tongkatnya di depan Firaun dan tongkat itu berubah menjadi ular yang menelan ular-ular buatan ahli-ahli sihir Mesir. [8]



Tuhan memerintahkan Musa untuk menyuruh Harun mengulurkan tangan dan tongkatnya ke atas segala air orang Mesir, ke atas sungai, selokan, kolam dan ke atas segala kumpulan air yang ada pada mereka, supaya semuanya menjadi darah, dan ada darah di seluruh tanah Mesir, bahkan dalam wadah kayu dan wadah batu. [9]



TUHAN kepada Musa: "Katakanlah kepada Harun: Ulurkanlah tanganmu dengan tongkatmu ke atas sungai, ke atas selokan dan ke atas kolam, dan buatlah katak-katak bermunculan meliputi tanah Mesir." Lalu Harun mengulurkan tangannya ke atas segala air di Mesir, maka bermunculanlah katak-katak, lalu menutupi tanah Mesir. [10]



Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Katakanlah kepada Harun: Ulurkanlah tongkatmu dan pukulkanlah itu ke debu tanah, maka debu itu akan menjadi nyamuk di seluruh tanah Mesir." Lalu mereka berbuat demikian; Harun mengulurkan tangannya dengan tongkatnya dan memukulkannya ke debu tanah, maka nyamuk-nyamuk itu hinggap pada manusia dan pada binatang. Segala debu tanah menjadi nyamuk di seluruh tanah Mesir. [11]



Dalam perjalanan di padang gurun, bangsa Israel berperang melawan bangsa Amalek. Harun dan Hur memegangi lengan Musa yang mengangkat "tongkat Tuhan" supaya Israel menang (Keluaran 17:9).



Meskipun Harun dianggap pembantu Musa, namun dalam Taurat tercatat 15 kali bahwa “Tuhan berfirman kepada Musa dan Harun.” Jadi sebenarnya dianggap lebih kurang setara. [12]

Patung Lembu Emas Pada waktu Musa sedang berada di atas gunung Sinai untuk menerima hukum-hukum Taurat, Harun dan Hur berada di kaki gunung bersama bangsa Israel. Karena Musa lama tidak kembali, bangsa itu mengerumuni Harun dan berkata kepadanya: "Mari, buatlah untuk kami allah, yang akan berjalan di depan kami sebab Musa ini, orang yang telah memimpin kami keluar dari tanah Mesir-kami tidak tahu apa yang telah terjadi dengan dia." Maka dari bahan emas yang diterimanya dari orang-orang itu, Harun membentuk dengan pahat, anak lembu tuangan. Kemudian berkatalah mereka: "Hai Israel, inilah Allahmu, yang telah menuntun engkau keluar dari tanah Mesir!" Harun membuat mezbah untuk anak lembu emas itu dan bangsa Israel mulai menyembah patung itu. Tuhan menyuruh Musa segera turun gunung untuk menegur bangsa itu. Musa menegur Harun atas perbuatannya, tetapi jawab Harun: "Janganlah bangkit amarah tuanku; engkau sendiri tahu, bahwa bangsa ini jahat sematamata. Mereka berkata kepadaku: Buatlah untuk kami allah, yang akan berjalan di depan kami sebab Musa ini, orang yang telah memimpin kami keluar dari tanah Mesir--kami tidak tahu apa yang telah terjadi dengan dia. Lalu aku berkata kepada mereka: Siapa yang empunya emas haruslah menanggalkannya. Mereka memberikannya kepadaku dan aku melemparkannya ke dalam api, dan keluarlah anak lembu ini." Harun tidak dihukum, meskipun bangsa Israel mengalami hukuman, karena mereka telah menyuruh membuat anak lembu buatan Harun itu (Keluaran 32:1-35). Menjadi Imam Pada waktu suku Lewi dikhususkan menjadi pelayan Kemah Suci, Harun diurapi menjadi Imam Besar dengan jubah efod dan tugas khusus (Keluaran 28-29). Namun kemudian, anak-anak

Harun, Nadab dan Abihu, dihukum mati oleh Allah karena mempersembahkan bau-bauan asing (Imamat 10). Harun diberi sejumlah peraturan untuk pekerjaan imam (Keluaran 29), dan mengulangi ritual selama 7 hari, dimana Harun dan putra-putranya dipisahkan dari orang-orang lain. Pada hari ke8, Imam Besar mempersembahkan korban dan memberkati bangsa Israel (kemungkinan besar dengan kata-kata seperti Bilangan 6:24-26),[13] dan memasuki Kemah Suci bersama Musa. Setelah keluar, mereka memberkati bangsa itu, lalu tampaklah kemuliaan TUHAN kepada segenap bangsa itu. Dan keluarlah api dari hadapan TUHAN, lalu menghanguskan korban bakaran dan segala lemak di atas mezbah. Tatkala seluruh bangsa itu melihatnya, bersorak-sorailah mereka, lalu sujud menyembah (Imamat 9:23-24). Keberatan akan pernikahan Musa 

Pada waktu bangsa Israel dalam perjalanan ke tanah Kanaan berhenti di Hazerot (sebelum menuju padang gurun Paran), Miryam serta Harun mengatai Musa berkenaan dengan perempuan Kush yang diambilnya, sebab memang ia telah mengambil seorang perempuan Kush sebagai isteri.[14] Ini merupakan dosa berbicara jelek Lashon hara(gosip atau mengatakan hal negatif tentang seseorang). Dengan alasan itu Miryam dan Harun berkata: "Sungguhkah TUHAN berfirman dengan perantaraan Musa saja? Bukankah dengan perantaraan kita juga Ia berfirman?" Dan kedengaranlah hal itu kepada TUHAN. Musa tidak berani membantah (dituliskan bahwa Musa ialah seorang yang sangat lembut hatinya, lebih dari setiap manusia yang di atas muka bumi.[15]).



Lalu berfirmanlah TUHAN dengan tiba-tiba kepada Musa, Harun dan Miryam: "Keluarlah kamu bertiga ke Kemah Pertemuan." Maka keluarlah mereka bertiga. Turunlah TUHAN dalam tiang awan, dan berdiri di pintu kemah itu, lalu memanggil Harun dan Miryam; maka tampillah mereka keduanya. Berfirmanlah Ia: "Dengarlah firman-Ku ini. Jika di antara kamu ada seorang nabi, maka Aku, TUHAN menyatakan diri-Ku kepadanya dalam penglihatan, Aku berbicara dengan dia dalam mimpi. Bukan demikian hamba-Ku Musa, seorang yang setia dalam segenap rumah-Ku. Berhadap-hadapan Aku berbicara dengan dia, terus terang, bukan dengan teka-teki, dan ia memandang rupa TUHAN. Mengapakah kamu tidak takut mengatai hamba-Ku Musa?" Sebab itu bangkitlah murka TUHAN terhadap mereka, lalu pergilah Ia.[16]



Dan ketika awan telah naik dari atas kemah, maka tampaklah Miryam kena kusta (bahasa Ibrani: tzaraat), putih seperti salju. Ketika Harun berpaling kepada Miryam, dan dilihatnya bahwa Miryam kena kusta, lalu kata Harun kepada Musa: "Ah tuanku, janganlah kiranya timpakan kepada kami dosa ini, yang kami perbuat dalam kebodohan kami. Janganlah kiranya dibiarkan dia sebagai anak gugur, yang pada waktu keluar dari kandungan ibunya sudah setengah busuk dagingnya." Lalu berserulah Musa kepada TUHAN: "Ya Allah, sembuhkanlah kiranya dia."[17] Tuhan menghukum Miryam selama 7 hari dikucilkan ke luar tempat perkemahan, kemudian bolehlah ia diterima kembali. [18]



Tzaraat adalah penyakit kulit yang biasanya diterjemahkan sebagai kusta, tetapi juga dapat berupa vitiligo atau kanker kulit. Menurut aturan Taurat, orang kena tzaraatadalah najis (tamei) (Imamat 13-14). Para Rabi penulis Talmud menulis bahwa karena Harun tidak menerima hukuman yang sama seperti saudara perempuannya, ia masih boleh melayani sebagai Imam Besar.

Pemberontakan Korah Korah bin Yizhar bin Kehat bin Lewi (sepupu Musa dan Harun) beserta Datan dan Abiram, anak-anak Eliab, dan On bin Pelet, ketiganya orang Ruben, mengajak orang-orang untuk memberontak melawan Musa, beserta 250 orang Israel, pemimpin-pemimpin umat itu, yaitu orang-orang yang dipilih oleh rapat, semuanya orang-orang yang kenamaan. Maka mereka berkumpul mengerumuni Musa dan Harun, serta berkata kepada keduanya: "Sekarang cukuplah itu! Segenap umat itu adalah orang-orang kudus, dan TUHAN ada di tengah-tengah mereka. Mengapakah kamu meninggi-ninggikan diri di atas jemaah TUHAN?" Sebenarnya Korah iri dengan jabatan Harun, meskipun sebagai orang Lewi, Korah boleh mendekatkan diri di hadapan Tuhan. Musa meminta Tuhan menjadi hakim. Tuhan menyuruh Musa, Harun dan keluarganya berdiri di satu sisi, sedangkan Korah beserta keluarga maupun temanteman persekongkolannya berdiri di sisi lain. Umat Israel diminta menjauhkan diri dari orang-orang itu. Maka terbelahlah tanah yang di bawah tempat kelompok Korah dan bumi membuka mulutnya dan menelan mereka dengan seisi rumahnya dan dengan semua orang yang ada pada Korah dan dengan segala harta milik mereka, demikianlah mereka dengan semua orang yang ada pada mereka turun hidup-hidup ke dunia orang mati; dan bumi menutupi mereka, sehingga mereka binasa dari tengahtengah jemaah itu. Lagi keluarlah api, berasal dari pada TUHAN, lalu memakan habis 250 orang orang-orang yang mendukung Korah. Keesokan harinya, bangsa itu bersungut-sungut kepada Musa dan Harun, maka turunlah tulah Tuhan. Segera Harun mengambil perbaraan, seperti yang dikatakan Musa, dan berlarilah ia ke tengah-tengah jemaah itu, dan tampaklah tulah telah mulai di antara bangsa itu; lalu dibubuhnyalah ukupan dan diadakannyalah pendamaian bagi bangsa itu. Ketika ia berdiri di antara orang-orang mati dan orang-orang hidup, berhentilah tulah itu setelah memakan korban 14.700 orang mati.[19] Tongkat Harun Berbunga Untuk menyelesaikan sengketa mengenai pengangkatan suku Lewi dan Harun untuk melayani Tuhan, maka Tuhan menyuruh setiap pemimpin suku-suku Israel meletakkan tongkatnya di dalam Kemah Pertemuan di hadapan tabut hukum,. Untuk suku Lewi, dituliskan nama Harun. Ketika Musa keesokan harinya masuk ke dalam kemah hukum itu, maka tampaklah tongkat Harun dari keturunan Lewi telah bertunas, mengeluarkan kuntum, mengembangkan bunga dan berbuahkan buah badam. Kemudian Musa membawa semua tongkat itu keluar dari hadapan TUHAN kepada seluruh orang Israel; mereka melihatnya lalu mengambil tongkatnya masing-masing. Itulah tandanya bahwa TUHAN memilih Harun dan suku Lewi untuk melayaninya turun temurun. TUHAN berfirman kepada Musa: "Kembalikanlah tongkat Harun ke hadapan tabut hukum untuk disimpan menjadi tanda bagi orang-orang durhaka, sehingga engkau mengakhiri sungut-sungut mereka dan tidak Kudengar lagi, supaya mereka jangan mati." [20]

Kematian Harun, seperti Musa, tidak diizinkan masuk tanah Kanaan, karena kesalahan mereka di mata air Meriba, kota Kadesh.[21][22] Setelah mereka berangkat dari Kadesh, sampailah segenap umat Israel ke gunung Hor, di perbatasan tanah Edom. Ketika itu imam Harun naik ke gunung Hor bersama Eleazar, putranya, dan Musa sesuai dengan titah TUHAN. Musa menanggalkan pakaian imam yang dipakai Harun dan mengenakannya kepada Eleazar. Lalu matilah Harun di puncak gunung itu, kemudian Musa dengan Eleazar turun dari gunung itu. Ketika segenap umat itu melihat, bahwa Harun telah mati, maka seluruh orang Israel menangisi Harun tiga puluh hari lamanya. [23] Harun mati pada tahun ke-40 sesudah orang Israel keluar dari tanah Mesir, pada bulan yang kelima, pada tanggal 1 bulan ke5 (bulan Ab).[24][25] Dicatat kemudian bahwa daerah tempat Harun mati dan dikuburkan disebut "Mosera".[26] Kuburan Bangunan abad ke-14 di atas kuburan Harun di Jabal Hārūn, Petra,Yordania. Menurut tradisi Islam, kubur Harun terletak di Jabal Harun (gunung Harun), dekat Petra di Yordania.[27][28] Puncak gunung ini terletak 1350 meter di atas permukaan laut; merupakan puncak tertinggi di daerah itu dan tempat suci bagi penduduk lokal. Sebuah mesjid dibangun pada abad ke-14 dengan gaya Yordania, kubahnya tampak dari sebagian besar wilayah Petra. Keturunan Keluarga Harun dikhususkan Tuhan untuk menjadi Imam Besar Yahudi. Harun dan 4 putranya, Nadab, Abihu, Eleazar dan Itamar, diurapi menjadi imam sewaktu bangsa Israel dalam perjalanan ke tanah Kanaan. Nadab dan Abihu mati tanpa anak, karena dihukum Tuhan.[29] Eleazar bin Harun[sunting | sunting sumber] Eleazar dan istrinya, salah seorang anak perempuan Putiel, mempunyai 1 putra: Pinehas.[30] 

Urutan silsilah Eleazar adalah sebagai berikut: Pinehas, Abisua, Buki, Uzi, Zerahya, Merayot, Amarya, Ahitub, Zadok, Ahimaas, Azarya, Yohanan, Azarya. [31]



Azarya bin Yohanan memegang jabatan imam di Bait Suci yang didirikan Salomo di Yerusalem.[32]



Urutan silsilah Azarya bin Yohanan: Amarya, Ahitub, Zadok, Salum, Hilkia, Azarya, Seraya, Yozadak.[33]



Yozadak bin Seraya turut diangkut ketika TUHAN membiarkan orang Yehuda dan Yerusalem diangkut ke dalam pembuangan oleh Nebukadnezar. [34]



Di antara yang pertama kali kembali dari pembuangan, adalah imam keturunan Eleazar, yaitu Ezra bin Seraya bin Azarya bin Hilkia bin Salum bin Zadok bin Ahitub bin Amarya bin

Azarya bin Merayot bin Zerahya bin Uzi bin Buki bin Abisua bin Pinehas bin Eleazar bin Harun, yaitu Harun imam kepala.[35] Ezra ini, yang menyusun Kitab Ezra, berangkat pulang dari Babel. Ia adalah seorang ahli kitab, mahir dalam Taurat Musa yang diberikan TUHAN, Allah Israel. Dan raja memberi dia segala yang diingininya, oleh karena tangan TUHAN, Allahnya, melindungi dia.[36] Rupanya ia adalah saudara Imam Besar Yozadak bin Seraya yang turut diangkut ke Babel.

33.

Miriam.

Miryam (bahasa Mairyam; bahasa

Ibrani: ‫ ִמ ְרי ָם‬, Standar Miryam Tiberias Miryām; bahasa

Inggris: Miriam) [1]

perempuan Musa dan Harun.  Dia

adalah dicatat

putri pertama

dari Amram dan Yokhebed, kali

dalam Kitab

Arab: ‫ريم‬xxxxxxxx‫م‬, serta

kakak

Keluaran di Alkitab

Ibrani atau Perjanjian Lama Alkitab Kristen. Ia hidup pada zaman Israel diperbudak di Mesir dan ikut dalam perjalanan ke tanah Kanaan, meskipun mati sebelum masuk ke tanah itu. Miryam disebut "nabiah" atau "nabi perempuan" di Keluaran 15:20. Dalam Kitab Mikha, sebagai pemimpin ia dianggap sama pentingnya dengan saudara-saudara laki-lakinya: “Sebab Aku telah menuntun engkau keluar dari tanah Mesir dan telah membebaskan engkau dari rumah perbudakan dan telah mengutus Musa dan Harun dan Miryam sebagai penganjurmu.” (Mikha 6:4) Kelahiran Musa Catatan pertama mengenai Miryam berhubungan dengan kelahiran Musa, di dalam kitab kedua Taurat, yaitu Kitab Keluaran 2:1–10. Raja Mesir juga memerintahkan kepada bidan-bidan yang menolong perempuan Ibrani pada waktu bersalin, untuk membunuh bayi yang baru lahir jika anak laki-laki. Ketika Yokhebed, ibu Miryam, melahirkan Musa, dilihatnya bahwa anak itu cantik, sehingga disembunyikannya tiga bulan lamanya. Tetapi ia tidak dapat menyembunyikannya lebih lama lagi, sebab itu diambilnya sebuah peti pandan, dipakalnya dengan gala-gala dan ter, diletakkannya bayi itu di dalamnya dan ditaruhnya peti itu di tengah-tengah teberau di tepi sungai Nil; Miryam, kakak perempuan Musa, berdiri di tempat yang agak jauh untuk melihat, apakah yang akan terjadi dengan dia. Maka datanglah puteri Firaun untuk mandi di sungai Nil, sedang dayangdayangnya berjalan-jalan di tepi sungai Nil, lalu terlihatlah olehnya peti yang di tengah-tengah teberau itu, maka disuruhnya hambanya perempuan untuk mengambilnya. Ketika dibukanya, dilihatnya bayi itu, dan tampaklah anak itu menangis, sehingga belas kasihanlah ia kepadanya dan berkata: "Tentulah ini bayi orang Ibrani." Lalu bertanyalah Miryam kepada puteri Firaun: "Akan kupanggilkah bagi tuan puteri seorang inang penyusu dari perempuan Ibrani untuk menyusukan bayi itu bagi tuan puteri?" Sahut puteri Firaun kepadanya: "Baiklah." Lalu pergilah gadis itu memanggil ibu bayi itu. Maka berkatalah puteri Firaun kepada ibu itu: "Bawalah bayi ini dan susukanlah dia bagiku, maka aku akan memberi upah kepadamu." Kemudian perempuan itu mengambil bayi itu dan menyusuinya. Ketika anak itu telah besar, dibawanyalah kepada puteri Firaun, yang mengangkatnya menjadi anaknya, dan menamainya Musa, sebab katanya: "Karena aku telah menariknya dari air."

"Miryam, nabiah itu, saudara perempuan Harun, mengambil rebana di tangannya, dan tampillah semua perempuan mengikutinya memukul rebana serta menari-nari dan menyanyi"

(Keluaran

15:20).

Illuminated manuscript, Tomić Psalter(1360-1363), Moscow State Historical Museum Keluar dari MesiR Pada waktu bangsa Israel selamat menyeberangi Laut Merah dan tentara Firaun tenggelam di dalam laut, Musa memimpin bangsa itu mengidungkan nyanyian kemenangan. [2]

 Setelah itu "Miryam, nabiah itu, saudara perempuan Harun, mengambil rebana di tangannya, dan

tampillah semua perempuan mengikutinya memukul rebana serta menari-nari. Dan menyanyilah Miryam memimpin mereka:"[3] “Menyanyilah bagi TUHAN, sebab Ia tinggi luhur; kuda dan penunggangnya dilemparkan-Nya ke dalam laut.”

Miryam dan Harun mengatai Musa. Keberatan akan pernikahan Musa[sunting | sunting sumber] 

Pada waktu bangsa Israel dalam perjalanan ke tanah Kanaan berhenti di Hazerot (sebelum

menuju padang gurun Paran), Miryam serta Harun mengatai Musa berkenaan dengan perempuan Kush yang diambilnya, sebab memang ia telah mengambil seorang perempuan Kush sebagai isteri. [4]

 Ini merupakan dosa berbicara jelek Lashon hara (gosip atau mengatakan hal negatif tentang

seseorang). Dengan alasan itu Miryam dan Harun berkata: "Sungguhkah TUHAN berfirman dengan perantaraan Musa saja? Bukankah dengan perantaraan kita juga Ia berfirman?" Dan kedengaranlah hal itu kepada TUHAN. Musa tidak berani membantah (dituliskan bahwa Musa ialah seorang yang sangat lembut hatinya, lebih dari setiap manusia yang di atas muka bumi. [5]). 

Lalu berfirmanlah TUHAN dengan tiba-tiba kepada Musa, Harun dan Miryam: "Keluarlah

kamu bertiga ke Kemah Pertemuan." Maka keluarlah mereka bertiga. Turunlah TUHAN dalam tiang awan, dan berdiri di pintu kemah itu, lalu memanggil Harun dan Miryam; maka tampillah mereka

keduanya. Berfirmanlah Ia: "Dengarlah firman-Ku ini. Jika di antara kamu ada seorang nabi, maka Aku, TUHAN menyatakan diri-Ku kepadanya dalam penglihatan, Aku berbicara dengan dia dalam mimpi. Bukan demikian hamba-Ku Musa, seorang yang setia dalam segenap rumah-Ku. Berhadaphadapan Aku berbicara dengan dia, terus terang, bukan dengan teka-teki, dan ia memandang rupa TUHAN. Mengapakah kamu tidak takut mengatai hamba-Ku Musa?" Sebab itu bangkitlah murka TUHAN terhadap mereka, lalu pergilah Ia.[6] 

Dan ketika awan telah naik dari atas kemah, maka tampaklah Miryam kena kusta (bahasa

Ibrani: tzaraat), putih seperti salju. Ketika Harun berpaling kepada Miryam, dan dilihatnya bahwa Miryam kena kusta, lalu kata Harun kepada Musa: "Ah tuanku, janganlah kiranya timpakan kepada kami dosa ini, yang kami perbuat dalam kebodohan kami. Janganlah kiranya dibiarkan dia sebagai anak gugur, yang pada waktu keluar dari kandungan ibunya sudah setengah busuk dagingnya." Lalu berserulah Musa kepada TUHAN: "Ya Allah, sembuhkanlah kiranya dia." [7] 

Kemudian berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Sekiranya ayahnya meludahi mukanya,

tidakkah ia mendapat malu selama tujuh hari? Biarlah dia selama tujuh hari dikucilkan ke luar tempat perkemahan, kemudian bolehlah ia diterima kembali." Jadi dikucilkanlah Miryam ke luar tempat perkemahan tujuh hari lamanya, dan bangsa itu tidak berangkat dari Hazerot sebelum Miryam diterima kembali.[8] 

Tzaraat adalah penyakit kulit yang biasanya diterjemahkan sebagai kusta, tetapi juga dapat

berupa vitiligo atau kanker kulit. Menurut aturan Taurat, orang kena tzaraatadalah najis (tamei) (Imamat 13-14). Para Rabi penulis Talmud menulis bahwa karena Harun tidak menerima hukuman yang sama seperti saudara perempuannya, ia masih boleh melayani sebagai Imam Besar. Pernikahan[sunting | sunting sumber] Dalam Alkitab tidak dicatat mengenai pernikahan Miryam. Sejarahwan Flavius Yosefus dalam tulisannya "Antiquities of the Jews" menyatakan bahwa Miryam adalah isteri Hur, yang dalam Kitab Keluaran disebut sebagai pembantu terdekat Musa. [9] Namun, Targum mengenai Kitab 1 Tawarikh ii. 19, iv. 4, mencatat Miryam sebagai ibu Hur, dengan indikasi bahwa Efrat, istri Kaleb, adalah nama lain untuk Miryam. Kematian[sunting | sunting sumber] Dalam perjalanan ke tanah Kanaan, sampailah orang Israel, yakni segenap umat itu, ke padang gurun Zin, dalam bulan pertama, lalu tinggallah bangsa itu di Kadesh. Matilah Miryam dan dikuburkan di situ (Bilangan 20:1-2). Sesuai lambang air yang dihubungkan dengan Miryam, setelah matinya, Allah memberi sumber air yang melimpah di sana bagi bangsa Israel, yaitu mata air Meriba, [10] Sayangnya, peristiwa ini terjadi setelah mereka bertengkar dengan Allah serta menyebabkan Musa dan Harun berdosa, sehingga tidak boleh masuk tanah Kanaan. Tradisi Yahudi[sunting | sunting sumber]



Puisi dalam Keluaran 15 dianggap oleh banyak pakar sebagai bagian tertua di Alkitab.

Rabi Rashi dalam komentarnya untuk ayat ini, berdasarkan Mekhilta (Be-Shalah, pasal 10), mengatakan “Musa mengidungkan nyanyian untuk kaum pria secara berbalasan. Miryam mengidungkan untuk kaum wanita.” Dengan kata lain, nyanyian ini dikidungkan dua kali, untuk pria dan wanita secara paralel. 

Miryam adalah tokoh populer di kalangan feminis Yahudi. Ada yang menyediakan satu

“Cangkir Miryam,” berisi air, di sebelah “Cangkir Elia” (diisi air anggur) sebagai kebiasaaan pada makan Seder saat Paskah Yahudi. Cangkir berisi air itu untuk mengenang sumur Miryam, yang menurut sebuah Midrash (baca: Ginzberg, Legends of the Jews 3, 50-54) menemani bangsa Israel dalam perjalanan di padang gurun. Beberapa orang Yahudi Ortodoks Modern memulai kembali kebiasaan sepuluh abad silam untuk menambahkan sepotong ikan laut pada piring seder, yang biasanya berisi daging domba, telur dan ikan laut, secara bersama melambangkan 3 nabi yang disebut dalamMikha 6:4, dan juga mengacu pada binatang buas (burung Ziz, binatang Behemoth, dan hewan laut Leviathan), yang menurut Midrash, akan dihidangkan saat Seudat Chiyat HaMatim, pesta makan bagi orang-orang saleh setelah kebangkitan orang mati, seperti yang dilambangkan oleh makan seder pada Paskah Yahudi (dan Cangkir Elia). Ikat laut melambangkan Leviathan, juga Miryam dan juga merupakan simbol air.[11] Silsilah[sunting | sunting sumber] Menurut catatan Alkitab, silsilah keluarga Miryam adalah sebagai berikut:           

 

 

     

Lewi

isteri    

 

   

     

   

     

   

 

 

   

           

     

   

 

      

 

   

  Gerson

Kehat

  Merari

      

 

   

   

           

       

      

       

Yokhebed

         

   

  Miryam  

   

 

               

  Amram                           

Harun  

  

 

                       

Yizhar   Hebron   Uziel       

Musa

   

 

34.

Nabi Nathan. Nabi Natan (~1000 SM) adalah nabi istana pada zaman raja Daud yang dicatat di dalam Alkitab Ibrani atau Perjanjian Lama Alkitab Kristen. Nubuat mengenai keluarga Daud dan Bait Allah Daud

mengumpulkan

bahan-bahan

untuk

membangun rumah Allah di Yerusalem, tetapi Tuhan berfirman melalui

nabi

Natan,

bahwa

bukan

Daud,

melainkan

anaknya, Salomo, yang akan membangun Bait Allah. Nubuat yang penting adalah Firman Tuhan: "Aku akan membangkitkan keturunanmu yang kemudian, anak kandungmu, dan Aku akan mengokohkan kerajaannya. Dialah yang akan mendirikan rumah bagi nama-Ku dan Aku akan mengokohkan takhta kerajaannya untuk selama-lamanya. Aku akan menjadi Bapanya, dan ia akan menjadi anak-Ku."[1] Menurut orang Kristen, ini digenapi oleh Yesus Kristus, anak Daud, yang menjadi raja selama-lamanya dalam Kerajaan Allah. Teguran atas Daud dan Batsyeba, istri Uria Ia dikirim Tuhan untuk menegur Daud atas perbuatannya berzinah dengan Batsyeba dan menyuruh bunuh Uria orang Het, suami Batsyeba, supaya Daud dapat memperistri Batsyeba. Ia menubuatkan hukuman Tuhan atas dosa ini.[2] Pergantian tahta Ketika Daud telah tua dan hampir mati, Adonia anaknya dari Hagit, salah satu istrinya, mengangkat diri menjadi raja. Nabi Natan memberitahukan Batsyeba akan hal ini, supaya ia segera menghadap Daud dan menanyakan apakah Daud masih ingat sumpahnya, bahwa Salomo akan menjadi raja sesudah Daud. Nabi Natan ikut menghadap untuk mendukung informasi ini. Mendengar itu Daud menyuruh imam Zadok, nabi Natan dan Benaya bin Yoyada membawa Salomo ke Gihon dengan naik bagal betina kendaraan Daud sendiri. Imam Zadok dan nabi Natan disuruh mengurapi Salomo di sana menjadi raja atas Israel; kemudian meniup sangkakala dan berseru: "Hidup

raja Salomo!" Sesudah itu mengiring Salomo ke istana untuk duduk di atas takhta Daud dan menjadi raja atas Israel dan Yehuda.[3] Menulis riwayat Daud dan Salomo Nabi Natan adalah salah satu yang mencatat riwayat hidup Daud (yang lain adalah Samuel dan Gad, para pelihat itu)[4] dan Salomo.[5] Daud menamakan salah satu putranya, Natan, seperti nama nabi ini. [6] Natan, putra Daud, ini dicatat dalam silsilah Yesus Kristus di Injil Lukas.[7] Tradisi Kristen Nabi Natan diperingati setiap tanggal 24 Oktober. Dalam Gereja Ortodoks Timur dan gerejagereja Katolik timur, yang mengikuti ritual Byzantine, ia dijadikan santo (orang kudus) pada hari Minggu Bapa-bapa Kudus (Holy Fathers), yaitu hari Minggu sebelum Perayaan Agung untuk Natal.

35.

Yakub

Yakub (bahasa

Ibrani: ‫יַעֲק ֹב‬, Standar Yaʿaqov Tiberias Yaʿăqōḇ ;

Ya'akov; bahasa

Arab: ‫يعقوب‬ Yaʿqūb, bahasa Ge'ez ያዕቆብ Yaʿiqob), kemudian namanya diganti menjadi Israel (bahasa Ibrani: ‫י ִשְׂ ָראֵל‬, Standar Yisraʾel Tiberias Yiśrāʾēl; bahasa

Arab ‫اس<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<رائيل‬, Isrāʾīl; bahasa

Ge'ez እሥራኤል Israʾēl) adalah kakek moyang ke-3 bangsa Israel seperti yang dicatat di dalam Alkitab Ibrani atau Perjanjian

Lama diAlkitab Kristen.

Anak

dari Ishak dan Ribka;

cucu

dari Abraham dan Sara. Abang kembarnya bernama Esau. Ia memainkan peranan penting dalam sejumlah kejadian di dalam Kitab Kejadian dan anak-anaknya menjadi leluhur 12 suku Israel. Yakub menurut Yahudi dan Kristen Nama Yakub biasa disebut bersama-sama dengan Ishak, ayahnya, dan Abraham, kakeknya. Ketika Allah menyatakan diri-Nya kepada Musa dalam semak belukar yang terbakar di tanah Midian, Allah mengatakan: "Beginilah kaukatakan kepada orang Israel: YAHWEH (tetragramaton YHWH, YEHUWA), Allah nenek moyangmu, Allah Abraham, Allah Ishakdan Allah Yakub, telah mengutus aku kepadamu: itulah nama-Ku untuk selama-lamanya dan itulah sebutan-Ku turun-temurun." [1] Namun, dalam tradisi Yahudi dan Kristen Yakub adalah tokoh yang kontroversial. Namanya sendiri, Yakub dalam bahasa Ibrani berarti cerdik. Tidak mengherankan apabila tingkah-lakunya penuh dengan muslihat. Kitab Kejadian melukiskan bahwa bahkan sejak di dalam kandungan ibunya, Yakub telah berseteru dengan Esau, kembarnya yang sulung.[2] Setelah semakin besar, Yakub dan Esau memperlihatkan pribadi yang bertolak belakang pula. Yakub lebih suka tinggal di kemah bersama orangtuanya, sementara Esau lebih suka berburu. Yakub menjadi anak kesayangan ibunya, Ribka, sementara Esau disayangi ayahnya, Ishak. Mencuri hak kesulungan

Pada suatu hari, ketika Esau pulang berburu dan merasa sangat lelah dan lapar, ia mencium bau masakan yang sangat lezat yang dimasak oleh Yakub. Ia ingin mencicipi sedikit saja masakan itu, namun Yakub menolaknya. "Juallah dulu kepadaku hak kesulungan-mu," kata Yakub. Tanpa berpikir panjang, Esau menyetujuinya, bahkan dengan sumpah.[3] Kitab Kejadian tidak serta-merta mempersalahkan Yakub dalam hal ini, melainkan lebih menyalahkan Esau karena ia telah "memandang ringan hak kesulungan itu." Ketika Ishak semakin lanjut usianya, Yakub yang merasa belum yakin akan hak kesulungan yang telah dicurinya itu, kembali berulah dengan pertolongan ibunya. Ia mencuri berkat kesulungan Ishak dengan menyamar sebagai Esau (Kejadian 27). Akibatnya, Esau murka dan berniat membunuh Yakub. Karena itu Yakub melarikan diri ke rumah pamannya, Laban, di Padan-Aram, Mesopotamia. Bekerja di rumah Laban Di rumah Laban kini giliran Yakub yang ditipu (Kejadian 29:1-30). Yakub jatuh cinta kepada anak perempuan Laban, Rahel. Untuk mendapatkan Rahel, Laban menyuruh Yakub bekerja selama 7 tahun. Namun setelah masa 7 tahun itu lewat, Laban, dengan tipu muslihatnya, justru memberikan Lea, kakak Rahel, untuk dinikahi Yakub. Karena lebih cinta kepada Rahel, Yakub setuju untuk bekerja 7 tahun lagi. Menipu Laban Setelah mendapatkan keturunan dari Lea dan Rahel, khususnya setelah Yusuf lahir, Yakub berniat kembali ke kampung halamannya. Sebelum itu, Laban berjanji membayar Yakub untuk pekerjaannya. Yakub "hanya" meminta kambing-domba yang hitam, berbintik-bintik, dan belangbelang sebagai upahnya (Kejadian 30:25-43). Sementara Laban bebas mengambil semua kambingdomba yang putih. Pengalamannya sebagai penggembala telah mengajar Yakub tentang hukum keturunan (yang kelak dikenal sebagai hukum Mendel). Dengan demikian Yakub mendapatkan ternak yang bagus-bagus, sementara Laban mendapatkan yang kurang bagus. Berdamai dengan Esau Kembali ke kampung halamannya melahirkan rasa gundah dalam diri Yakub karena ia yakin bahwa Esau masih tetap ingin membunuhnya. Dalam kegelisahannya, pada suatu malam Yakub bertemu dan bergelut dengan orang asing hingga fajar tiba (Kejadian 32:22-33). Yakub tidak melepaskan orang itu sebelum ia memberkatinya. Ternyata orang yang bergelut dengan Yakub itu adalah Allah sendiri. Allah kemudian mengganti nama Yakub menjadi Israel yang artinya "yang bergumul melawan Allah dan manusia", dan memberkatinya. Ketika bertemu dengan Esau, Yakub merendahkan dirinya dan menunjukkan penyesalannya kepada Esau, serta memberikan banyak persembahan untuknya. Hati Esau melunak, dan ia berdamai dengan adik kembarnya (Kejadian 33:1-20). Anak-anak Yakub[ Yakub mempunyai 12 anak laki-laki dan paling sedikit 1 anak perempuan, yang disebutkan namanya di Alkitab.

Dari Lea Yakub mendapatkan 6 putra: Ruben, Simeon, Lewi, Yehuda, Isakhar, Zebulon dan paling sedikit 1 putri: Dina. Dari Rahel ia mendapatkan 2 putra: Yusuf dan Benyamin. Dari Bilha, budak perempuan Rahel, ia mendapatkan 2 putra: Dan dan Naftali, dan dari Zilpa, budak perempuan Lea, ia mendapatkan Gad dan Asyer. Yakub meninggal di Mesir pada usia 147 tahun, setelah ia dan anak-anaknya pindah ke sana untuk bergabung dengan Yusuf yang menjadi raja muda di negeri itu, ketikaKanaan mengalami bencana

kelaparan.

Namun

ia

Makhpela, Hebron, di tanah Kanaan.

dikuburkan

bersama

nenek

moyangnya

di

dalam gua

[4]

Perhitungan waktu Selisih usia 

Yakub lebih muda dari Abraham: 160 tahun (Kejadian 21:5, Kejadian 25:26)



Sara: 151 tahun (Kejadian 17, Kejadian 21, Kejadian 23; sudah meninggal ketika Yakub lahir)



Ismael: 74 tahun (Kejadian 17, Kejadian 21, Kejadian 25)



Ishak: 60 tahun (Kejadian 25:26)



Esau, saudara kembarnya: beberapa saat (Kejadian 25)Yakub lebih tua dari



Yusuf: 91 tahun (lihat perhitungan "Usia Yakub" di bawah)

Usia Yakub Dari Kitab Kejadian pasal 41:46 Yusuf berusia 30 tahun ketika ia dibawa ke luar dari penjara untuk menghadap Firaun. Setelah Yusuf berhasil menjelaskan mimpi Firaun, ia diangkat menjadi orang nomor dua di Mesir untuk mempersiapkan negeri itu menghadapi masa kekurangan. Segera setelahnya terjadi 7 tahun masa kemakmuran, yang segera diikuti dengan 7 tahun masa kekeringan yang hebat yang tidak saja melanda Mesir, tetapi juga daerah-daerah di sekitarnya termasuk Kanaan. Setelah saudara-saudara Yusuf pulang pergi dua kali dari Kanaan ke Mesir, akhirnya Yusuf menyatakan dirinya dan keluarga ini bersatu kembali dengan berpindahnya Yakub ke Mesir (Kejadian 46. Ini terjadi pada akhir tahun ke-2 masa kekurangan (Kejadian 45:6), yang berarti 9 tahun sejak Yusuf menghadap Firaun. Jadi, Yusuf berusia 39 tahun, ketika Yakub datang ke Mesir pada usia 130 tahun (Kejadian 47:9). Dengan demikian dapat dihitung bahwa Yusuf dilahirkan pada saat Yakub berusia 91 tahun. Usia Yakub saat anak-anaknya yang lain lahir tergantung dari interpretasi apakah ia berada di Padan-Aram selama 20 tahun atau 40 tahun, seperti yang dibahas di Kejadian 31.[5]

Garis waktu 

Yakub berusia 15 tahun ketika Abraham, kakeknya, meninggal (Kejadian 25:7).



Yakub berusia 57 atau 77 tahun ketika ia pergi ke Padan Aram (Kejadian 28).



Yakub berusia 64 atau 84 tahun ketika ia menikahi Lea dan Rahel (Kejadian 29).



Yakub berusia 91 tahun ketika Yusuf dilahirkan oleh Rahel baginya di Padan Aram (Kejadian 30).



Yakub berusia 108 tahun ketika Yusuf dijual oleh saudara-saudaranya dan dibawa ke Mesir (Kejadian 37).



Yakub berusia 130 tahun ketika ia dan keluarganya pindah ke Mesir (Kejadian 46).



Yakub

mati

pada

usia

147

tahun

di

Mesir,

kemudian

dikuburkan

di gua

Makhpela, Hebron (Kejadian 47, Kejadian 49). Silsilah Menurut catatan Alkitab, silsilah Yakub adalah sebagai berikut:       istri

     Terah

istri

      

      

              

     

        

       

 

 

 

   

     

 

 

     

      

        

 

 

 

   

     

 

 

Hagar   Nahor  

 

Haran

     

Haran

      Sara

   

  Abraham

  

  

              

     

        

Ketur          a

    Ismae     l

        

   

 

    

    

 

    

   

 

     Milka      

 

    

Yiska

 

 

             

Lot

   

 istri         

          

 

   

  

        

          

 

 

   

      

               

     

 

           

 

Zimra           n                  

 

          

 

Us

 

 

          

    

Kemue        Hazo l         

        

 

           

    Yidlaf  

      

    

      

    

   

     

      

 

putri sulun  putri b g ungsu

         

 

        

    

Yoks           an  

 

 

  Bus

  Kesed  

Pildash  

               

 

 

      

       

 

 

Meda     Ishak n                       

 

 

      

       

 

 

     

     

                        

                       

          

Midia     Esau n  

 

Zilpa   Bilha

               

 

 

       

7. Ga d

              

 

 

 

8. Asy     6. Naft      er ali    

Suah

  

     

 

         

   

         

Ribka

 

Laban

 

 

 

         

   

S. Moa   b

 

   

S. A mon

               

    Lea   Rahel Yakub                                                                                   5. Dan          1. Ruben   12. Yusuf         2. Simeo                          n  

Isyba   S. Ed     k   om

  

Betuel  

 

 

 

    3. Lewi  

  

13. Benya min

 

4. Yehud     a  

             

 

 

      

     

             

 

 

      

       

             

 

 

      

     

 

 

 

  9. Isakha  r

10. Zebul     on      

             

 

 

      

       

 

 

 

11. Dina

36. Debora. Debora atau Dvora (bahasa Ibrani: ‫בֹורה‬ ָ ְּ‫ד‬, Standar Dəvora Tiberias Dəḇôrāh, artinya "lebah")

adalah seorang nabiah danhakim perempuan satu-satunya dari zaman pra-kerajaan Israel di dalam Perjanjian Lama (Tanakh). Kisahnya diceritakan dalam dua pasal pada Kitab Hakim-hakim, yakni pasal 4 dan 5. Kisah pertama berbentuk prosa, yang menceritakan kemenangan pasukan Israel yang dipimpin oleh Jenderal Barak, yang dipanggil Debora namun ia bernubuat bahwa ia sendiri tidak akan menang melawan Jenderal Sisera, orang Kanaan. Kehormatan itu jatuh ke tangan Yael, istri Heber, seorang tukang tenda suku Keni. Yael membunuh Sisra dengan memakukan paku tenda di kepala Sisera ketika ia tidur. Hakim-hakim 5 mengisahkan cerita yang sama dalam bentuk puisi. Bagian ini diduga disusun pada paruhan kedua dariabad ke-12 SM, tak lama setelah kejadian yang digambarkan tersebut. Bila demikian halnya, maka nas ini, yang sering disebut sebagai Nyanyian Debora, adalah bagian tertua di dalam Alkitab dan contoh yang paling awal yang masih tertinggal dari puisi Ibrani. Puisi ini juga penting karena ini adalah salah satu -- kalau bukan malah satu-satunya -- dari nas yang menggambarkan peranan perempuan bukan hanya sebagai korban atau sebagai penjahat. Puisi ini mungkin termasuk dalam Kitab Peperangan Tuhan yang disebutkan dalam Kitab Bilangan 21:14. Tak banyak yang diketahui tentang kehidupan pribadi Debora. Ia tampaknya menikah dengan seorang lelaki yang bernama Lapidot (yang berarti "obor"), tetapi nama ini tidak ditemukan di luar Kitab Hakim-hakim, dan mungkin hanya menunjukkan bahwa Debora sendiri memiliki semangat yang "berapi-api". Debora adalah seorang penyair dan ia menyampaikan penghakimannya di bawah pohon kurma di Efraim. Sebagian orang menyebutnya sebagai ibu dari Israel. Setelah kemenangannya atas Sisera dan pasukan-pasukan Kanaan, seluruh negeri aman selama 40 tahun.

37.

Gideon.

Gideon (bahasa

Ibrani: ‫גִּדְ עֹון‬, Standar Gidʻon Tiberias Giḏʻôn),

juga

dikenal

sebagai Yerubaal, adalah seorang hakim yang muncul dalam Kitab Hakim-hakim, di dalam Alkitab Ibrani atau Perjanjian Lama di Alkitab Kristen. Kisahnya terdapat dalam Hakim-hakim 6-8. Ia juga disebutkan dalam Surat Ibrani sebagai contoh orang beriman. Gideon adalah anak Yoas, dari bani Abiezer dari suku Manasye. Nama Gideon berarti "Si Penghancur", "Pahlawan perkasa" atau "Penebang (pohon)". Allah memilih Gideon Seperti halnya pola di dalam Kitab Hakim-hakim, bangsa Israel kembali berpaling dari Allah setelah masa damai selama 40 tahun yang dihasilkan oleh kemenangan Debora atas Kanaan dan dibiarkan diserang oleh suku bangsa Midian dan Amalek yang tinggal di sekitarnya. Allah memilih Gideon, seorang pemuda dari sebuah keluarga yang tidak dikenal dari suku Manasye, untuk membebaskan rakyat Israel dan mengutuk penyembahan berhala mereka. Gideon sendiri tidak yakin akan dirinya dan perintah Allah, karena itu ia meminta bukti tentang kehendak Allah lewat sebuah mujizat:

36

Kemudian berkatalah Gideon kepada Allah: "Jika Engkau mau menyelamatkan orang Israel

dengan perantaraanku, seperti yang Kaufirmankan itu, 37maka aku membentangkan guntingan bulu domba di tempat pengirikan; apabila hanya di atas guntingan bulu itu ada embun, tetapi seluruh tanah di situ tinggal kering, maka tahulah aku, bahwa Engkau mau menyelamatkan orang Israel dengan perantaraanku, seperti yang Kaufirmankan." 38Dan demikianlah terjadi; sebab keesokan harinya pagi-pagi ia bangun, dipulasnya guntingan bulu itu dan diperasnya air embun dari guntingan bulu itu, secawan penuh air. 39Lalu berkatalah Gideon kepada Allah: "Janganlah kiranya murka-Mu bangkit terhadap aku, apabila aku berkata lagi, sekali ini saja; biarkanlah aku satu kali lagi saja mengambil percobaan dengan guntingan bulu itu: sekiranya yang kering hanya guntingan bulu itu, dan di atas seluruh tanah itu ada embun." 40 Dan demikianlah diperbuat Allah pada malam itu, sebab hanya guntingan bulu itu yang kering, dan di atas seluruh tanah itu ada embun.[1]

Perang melawan Midian Atas perintah Allah, Gideon menghancurkan altar kota yang dipersembahkan kepada dewa asing Baal dan lambang dewi Asyera di sampingnya. Ia kemudian mengirimkan utusan-utusan untuk mengumpulkan orang-orang dari suku-suku Asyer, Zebulon, dan Naftali, serta dari sukunya sendiri Manasye untuk

melawan

pasukan-pasukan

bangsaMidian dan Amalek yang

telah

menyeberangi Sungai Yordan dan yang saat itu sedang berkemah di Lembah Yizreel. Allah berkata kepada Gideon bahwa orang-orang yang dikumpulkannya terlalu banyak. Dengan orang yang begitu banyak, pasukan Gideon dapat mengklaim bahwa kemenangan mereka tercapai karena kekuatan mereka, dan bukan karena Allah. Karena itu Allah menyuruh Gideon memulangkan orang-orang yang takut. Dari seluruh pasukannya, 22.000 orang pulang ke rumah dan yang tersisa hanya 10.000 orang: 4

Tetapi TUHAN berfirman kepada Gideon: "Masih terlalu banyak rakyat; suruhlah mereka

turun minum air, maka Aku akan menyaring mereka bagimu di sana. Siapa yang Kufirmankan kepadamu: Inilah orang yang akan pergi bersama-sama dengan engkau, dialah yang akan pergi bersama-sama dengan engkau, tetapi barangsiapa yang Kufirmankan kepadamu: Inilah orang yang tidak akan pergi bersama-sama dengan engkau, dialah yang tidak akan pergi." 5Lalu Gideon menyuruh rakyat itu turun minum air, dan berfirmanlah TUHAN kepadanya: "Barangsiapa yang menghirup air dengan lidahnya seperti anjing menjilat, haruslah kaukumpulkan tersendiri, demikian juga semua orang yang berlutut untuk minum." 6Jumlah orang yang menghirup dengan membawa tangannya ke mulutnya, ada tiga ratus orang, tetapi yang lain dari rakyat itu semuanya berlutut minum air. 7 Lalu berfirmanlah TUHAN kepada Gideon: "Dengan ketiga ratus orang yang menghirup itu akan Kuselamatkan kamu: Aku akan menyerahkan orang Midian ke dalam tanganmu; tetapi yang lain dari rakyat itu semuanya boleh pergi, masing-masing ke tempat kediamannya." [2]

Allah menunggu hingga malam turun sebelum Ia memberi perintah kepada Gideon untuk menyerang kubu bangsa Midian. Gideon memberikan masing-masing tentaranya sebuah terompet, obor, dan kendi dari tanah liat. Dengan diam-diam mereka mengepung perkemahan lawan, masingmasing obor disembunyikan di dalam sebuah kendi. Begitu Gideon memberikan tanda, setiap orang meniup terompetnya dan memecahkan kendinya. Allah membuat bangsa Midian kebingungan, sehingga mereka saling membunuh. Mereka yang selamat dan bingung melarikan diri dan terus mundur ke luar perbatasan Israel. Meskipun Allah tidak menyuruhnya, Gideon kemudian mengumpulkan sejumlah besar orang untuk mengejar orang-orang Midian dan menghadang mereka. Akhirnya ia berhasil menangkap mereka dan kemudian membunuh Zebah dan Salmuna, dua raja Midian, untuk membalas dendam saudara-sudaranya yang terbunuh dalam pertempuran. Bangsa Israel memohon kepada Gideon agar menjadi raja mereka, namun ia menolaknya. Katanya, Allah sajalah pemimpin mereka satu-satunya. Namun, yang menarik ialah bahwa ia tetap membuat "efod" dari emas yang dimenangkannya dalam pertempuran, yang membuat seluruh bangsa Israel kembali berpailng dari Allah. Keturunan Gideon mempunyai 70 putra dari istri-istrinya. Ia menikahi banyak perempuan, namun tidak disebutkan jumlahnya. Ia juga mempunyai seorang selir yang melahirkan seorang anak lelaki yang dinamainya Abimelekh (yang artinya "ayahku adalah raja"). Selama 40 tahun masa hidup Gideon, bangsa Israel hidup dalam damai. Setelah Gideon meninggal,Abimelekh, putra Gideon dari gundiknya, menyuruh bunuh semua tujuh puluh putra Gideon. Tetapi Yotam, putra bungsu Gideon, tinggal hidup, karena ia menyembunyikan diri. [3] Setelah seluruh warga kota Sikhem dan seluruh BetMilo menobatkan Abimelekh menjadi raja dekat pohon tarbantin di tugu peringatan yang di Sikhem, pergilah Yotam kegunung Gerizim, berdiri di atasnya, lalu menyampaikan sebuah perumpamaan yang bersifat nubuat (dikenal sebagai "Perumpamaan Yotam" atau "Perumpamaan tentang pohonpohon"; bahasa Inggris: Jotham's Parable atau Parable of the Trees; bahasa Ibrani:  ‫ )משל יותם‬untuk mengecam perbuatan itu.[4] Nubuat yang disampaikannya terlaksana 3 tahun sesudahnya, dimana Abimelekh membunuhi penduduk kota Sikhem [5] dan dibunuh sendiri ketika menyerang kota yang dulu merupakan sekutunya.[6]

38.

Eli.

Eli (bahasa Ibrani: ‫ ֵעלִי‬, Standar ʻEli Tiberias ʻĒlî ; "Naik"; bahasa Yunani Kuno: Ἤλι; bahasa Latin: Heli) adalah imam besar Israel di kota Silo, sebelum digantikan oleh Samuel, menurut Kitab 1 Samuel. Eli adalah orang Lewi dari garis keturunan Itamar bin Harun. Ia melihat Hana, yang kemudian melahirkanSamuel, berdoa minta anak dari Allah dan mengira perempuan itu mabuk. Namun, setelah mendengar keluhannya, Eli memberkatinya. Hana bersumpah, jika diberi anak, akan

memberikan anak itu kepada Allah. Setelah Samuel lahir dan disapih (berhenti menyusui), Hana membawanya untuk hidup melayani Allah di Silo, di bawah asuhan imam Eli. [1] Kedua anak Eli, Hofni dan Pinehas, ternyata tidak menghormati Allah, dan menyalahgunakan jabatan imam mereka untuk melakukan perbuatan-perbuatan jahat termasuk di dalam kemah suci Allah. Waktu itu Eli sudah tua dan tidak dapat mengontrol perbuatan anak-anaknya. Akibatnya, Allah mengirimkan abdi-Nya untuk memberitahukan hukuman terhadap keluarganya; "Dengarlah, akan datang masanya Aku membunuh semua pemuda dalam keluarga dan margamu, sehingga tak seorang pria pun dalam keluargamu akan mencapai usia lanjut. Maka engkau akan memandang dengan mata bermusuhan kepada segala kebaikan yang akan Kulakukan kepada Israel dan dalam keluargamu takkan ada seorang kakek untuk selamanya. Tetapi seorang dari padamu yang tidak Kulenyapkan dari lingkungan mezbah-Ku akan membuat matamu rusak dan jiwamu merana; segala tambahan keluargamu akan mati oleh pedang lawan. Inilah yang akan menjadi tanda bagimu, yakni apa yang akan terjadi kepada kedua anakmu itu, Hofni dan Pinehas: pada hari yang sama keduanya akan mati." [2] Nubuat ini diulangi lagi melalui Samuel. Kali ini Allah sendiri yang memanggil nama Samuel. Tiga kali Samuel mengira imam Eli yang memanggilnya. Eli akhirnya mengerti bahwa Allah yang berbicara langsung kepada Samuel. Eli menyuruh Samuel kembali ke tempat tidurnya, yaitu di samping Tabut Perjanjian Allah, dan bila dipanggil lagi untuk menjawab: "Berbicaralah, TUHAN, sebab hamba-Mu ini mendengar." Allah berbicara langsung dengan Samuel dan mengulangi peringatan dan hukuman atas keluarga Eli. Eli memaksa Samuel menceritakan semua perkataan itu, tetapi tidak mengambil tindakan apa-apa. Eli terus mengasuh Samuel, meskipun semua orang Israel mulai mengetahui bahwa TUHAN menyertai Samuel dan kepada Samuel telah dipercayakan jabatan nabi TUHAN.[3] Beberapa tahun kemudian, bangsa Israel berperang dengan orang-orang Filistin di dekat kota Eben-Haezer. Mereka mengalami kekalahan besar. Supaya menang, bangsa Israel membawa Tabut Perjanjian Allah dari Silo ke medan perang, bersama Hosni dan Pinehas. Namun, orang Filistin mengalahkan mereka, membunuh Hosni dan Pinehas, serta merampas Tabut Perjanjian itu. Eli, yang saat itu berusia 98 tahun, gemuk dan sudah bular matanya (tidak bisa melihat lagi), duduk menunggu di tepi jalan depan rumahnya. Waktu mendengar kabar kematian kedua anaknya, ia jatuh telentang dari kursi di sebelah pintu gerbang, batang lehernya patah dan ia mati. Eli memerintah sebagai hakim atas orang Israel 40 tahun lamanya.[4] Keturunan 

Ahimelekh, cicit Eli, menjadi imam di kota Nob. Ia beserta keluarganya, dibunuh oleh Doeg, orang Edom, atas suruhan raja Saul, karena dituduh membantu Daud yang diburu untuk dibunuh oleh Saul. Hanya satu anaknya, Abyatar, yang berhasil lolos. [5] Ini merupakan penggenapan nubuat atas keturunan Eli.[2]



Abyatar bin Ahimelekh, selamat dari pembantaian keluarganya di kota Nob, berpihak kepada Daud. Ketika Daud menjadi raja, ia diangkat menjadi Imam Besar.[6] dan penasehat raja.[7] Namun

waktu Daud sudah tua, ia berpihak kepada Adonia, anak Daud, tidak kepada Salomo, yang kemudian menjadi raja menggantikan Daud. Akibatnya, jabatan Imam Besarnya dicopot, diberikan kepada imam Zadok dari keturunan Eleazar bin Harun dan Abyatar sendiri dibuang ke Anatot.[8] Ini juga merupakan penggenapan nubuat atas keturunan Eli. [9]

39.

Yonathan.

Yonatan (bahasa

Ibrani: ‫י ְהֹונָתָ ן‬, Standar Yehonatan Tiberias Yəhōnāṯān atau bahasa

Ibrani: ‫יֹונָתָ ן‬, Yonatan; bahasa Inggris: Jonathan) adalah tokoh pahlawan Israel yang dicatat dalam Kitab 1 Samuel dalam Alkitab Ibrani atau Perjanjian Lama di Alkitab Kristen. Ia adalah salah satu dari 4 putra dari raja Saul dan sahabat karib raja Daud. Persahabatan antara Daud dan Yonatan adalah salah satu yang paling terkenal di Alkitab. Yonatan pertama kali disebut di Alkitab dalam pasal 13 Kitab 1 Samuel, di mana ia memimpin 1000 orang tentara di Gibea, Benyamin, sementara Saul, ayahnya, memimpin 2000 orang tentara di Mikhmas, di pegunungan Betel.[2] Yonatan memukul kalah pasukan pendudukan orang Filistin yang ada di Geba.[3] Dalam pertempuran berikutnya, Yonatan dengan ditemani hanya oleh bujang pembawa senjatanya, maju ke perkemahan orang Filistin dan membunuh 20 orang dalam jarak kira-kira setengah alur dari sepembajakan ladang (kira-kira seperempat hektare), [4] membuktikan "ketangkasan dan keberanian sebagai perwira." [5] Namun, sesudahnya ia memakan madu tanpa mengetahui bahwa ayahnya telah mengatakan "Terkutuklah orang yang memakan sesuatu sebelum matahari terbenam dan sebelum aku membalas dendam terhadap musuhku." [6] Saul berniat menghukum mati Yonatan atas perbuatan ini, tetapi tidak jadi karena protes keras dari para prajuritnya yang mengagumi kemenangannya dan mengakui bahwa "dengan pertolongan Allah juga dilakukannya hal itu pada hari ini." Demikianlah rakyat membebaskan Yonatan, sehingga ia tidak harus mati.[7] Kisah Daud dan Yonatan dicatat dalam Kitab 1 Samuel pasal 18: Ketika Daud habis berbicara dengan Saul, berpadulah jiwa Yonatan dengan jiwa Daud; dan Yonatan mengasihi dia seperti jiwanya sendiri. [8] Yonatan mengikat perjanjian dengan Daud, karena ia mengasihi dia seperti dirinya sendiri. Yonatan menanggalkan jubah yang dipakainya, dan memberikannya kepada Daud, juga baju perangnya, sampai pedangnya, panahnya dan ikat pinggangnya.[9] Ketika Saul, yang iri hati akan ketenaran Daud serta curiga bahwa Daud dipilih Tuhan menggantikan Saul, berniat membunuh Daud, Yonatan membantu Daud melarikan diri, bahkan meminta Daud untuk tidak memutuskan kasih setia terhadap keturunannya sampai selamanya, [10]

 menunjukkan bahwa Yonatan mengakui Daud sebagai calon raja. [11]Saul curiga bahwa Yonatan

bersekongkol dengan Daud dan memanggilnya "Anak sundal yang kurang ajar! Bukankah aku tahu, bahwa engkau telah memilih pihak anak Isai dan itu noda bagi kau sendiri dan bagi perut ibumu?" [12]

Yonatan mati tragis di pegunungan Gilboa dibunuh oleh orang Filistin bersama-sama dengan Saul, ayahnya, dan dua saudaranya, Abinadab dan Malkisua. [13] Putra Yonatan,Mefiboset, kemudian diundang Daud untuk tinggal di Yerusalem dan makan sehidangan dengannya sebagai salah seorang anak raja, sampai seterusnya, sebagai tanda kasih Daud atas Yonatan, sahabatnya itu. [14] T. H. Jones menganggap Yonatan sebagai "teladan kesetiaan akan kebenaran dan persahabatan". [5]

40.

Yosafat.

Yosafat (juga Ibrani: ‫שפָט‬ ָׁ ‫י ְהֹו‬, Standar Yehoshafat Tiberias Yəhôšāp̄āṭ ; Yunani:Ιωσαφατ; bahasa

dieja Yehosafat; bahasa " Yahweh adalah

hakim"; bahasa

Latin: Josaphat; bahasa

Inggris: Jehoshaphat, Jehosaphat, Josaphat, Yehoshafat) adalah putra raja Asa[1] dan merupakan raja Yehuda yang ke-4 (868-847 SM) setelah Kerajaan Israel terpecah. Yosafat berumur 35 tahun pada waktu ia menjadi raja dan 25 tahun lamanya ia memerintah di Yerusalem. Nama ibunya ialah Azuba, anak Silhi. (1 Raja-raja 22:41-51; 2 Tawarikh 17:1-20:37) Catatan Sejarah Diberkati TUHAN Pemerintahan Yosafat umumnya berlangsung dengan baik. Kitab Tawarikh mencatat bahwa TUHAN menyertai Yosafat, karena ia hidup mengikuti jejak yang dahulu dari Daud, bapa leluhurnya, dan tidak mencari Baal-baal, melainkan mencari Allah ayahnya. Ia hidup menurut perintah-perintahNya dan tidak berbuat seperti Israel (Utara). Oleh sebab itu TUHAN mengokohkan kerajaan yang ada di bawah kekuasaannya. Seluruh Yehuda memberikan persembahan kepada Yosafat, sehingga ia menjadi kaya dan sangat terhormat. Dengan tabah hati ia hidup menurut jalan yang ditunjukkan TUHAN. Pula ia menjauhkan dari Yehuda segala bukit pengorbanan dan tiang berhala, [2] meskipun masih ada orang-orang yang mempersembahkan dan membakar korban di bukit-bukit pengorbanan itu.[3] Namun, sisa pelacuran bakti yang masih tinggal dalam zaman Asa, ayahnya, dihapuskannya dari negeri itu.[4] Yosafat mengadakan kunjungan pula ke daerah-daerah, dari Bersyeba sampai ke pegunungan Efraim, sambil menyuruh rakyat berbalik kepada TUHAN, Allah nenek moyang mereka. [5]

Pengokohan Kerajaan[sunting | sunting sumber] Di awal pemerintahannya, ia memperkuat kerajaannya dengan menempatkan tentara di semua kota yang berkubu di Yehuda dan pasukan-pasukan pendudukan di tanah Yehuda serta di kota-kota Efraim yang direbut oleh Asa, ayahnya.[6] 

Pada tahun ketiga pemerintahannya ia mengutus beberapa pembesarnya, yakni Benhail, Obaja, Zakharia, Netaneel dan Mikha untuk mengajar di kota-kota Yehuda. Bersama-sama mereka turut juga beberapa orang Lewi, yakni Semaya, Netanya, Zebaja, Asael, Semiramot, Yonatan, Adonia, Tobia dan Tob-Adonia disertai imam-imam Elisama dan Yoram. Mereka

memberikan pelajaran di Yehuda dengan membawa kitab Taurat TUHAN. Mereka mengelilingi semua kota di Yehuda sambil mengajar rakyat. [7] 

Ketakutan yang dari TUHAN menimpa semua kerajaan di negeri-negeri sekeliling Yehuda, sehingga mereka tidak berani berperang melawan Yosafat. Dari antara orang-orang Filistin ada yang membawa kepada Yosafat persembahan, dan perak sebagai upeti. Juga orangorang Arab membawa kepadanya kambing domba, domba jantan 7.700 ekor dan kambing jantan 7.700 ekor.[8]



Di Yehuda ia membangun benteng-benteng dan banyak kota-kota perbekalan. [9]



Tentaranya tercatat sebagai berikut: 

Dari suku Yehuda, panglima Adna: 300.000 tentara, panglima Yohanan: 280.000 tentara, Amasia bin Zikhri (yang dengan sukarela telah menyerahkan dirinya kepada TUHAN): 200.000 tentara.



Dari suku Benyamin, Elyada: 200.000 orang yang bersenjatakan busur dan perisai, Yozabad: 180.000 orang yang bersenjata untuk berperang.

Mereka ditempatkan di Yerusalem dan di kota-kota yang berkubu di seluruh Yehuda. [10] 

Yosafat mengangkat juga hakim-hakim di seluruh negeri, yakni di semua kota yang berkubu di Yehuda, di tiap-tiap kota. Kepada mereka ia berpesan agar memutuskan hukum, bukan untuk manusia, melainkan untuk TUHAN, dengan rasa takut kepada TUHAN, untuk bertindak dengan seksama, tidak berlaku curang, memihak ataupun menerima suap. Di Yerusalem Yosafat mengangkat beberapa orang dari antara orang Lewi, dari antara para imam dan dari antara para kepala puak Israel untuk memberi keputusan dalam hal hukum TUHAN dan dalam hal perselisihan. Mereka berkedudukan di Yerusalem. Imam kepala Amarya diangkat sebagai ketua dalam segala perkara ketuhanan dan Zebaja bin Ismael, pemuka kaum Yehuda, dalam segala perkara kerajaan, sedang orang Lewi akan melayani sebagai pengatur. [11]



Dengan

perkawinan

[12]

puteranya

yang

bernama Yoram dengan

puteri raja

Israel,

[13]

anak Ahab  yang bernama Atalya,  maka Yosafat meneguhkan perdamaian dan persahabatan antara kedua kerajaan.[14]

Perang dengan Aram] 

Setelah 3 tahun masa damai antara Kerajaan Israel Utara dan Aram, pada tahun ke-17 pemerintahannya, Yosafat ikut-serta ambil-bagian dalam perang yang dilakukan Ahabmelawan orang-orang Aram untuk

merebut

Ramot-Gilead.

Mereka

berangkat

dari Samaria,

ibukota Kerajaan Israel Utara. Sebelum perang, Yosafat ingin minta petunjuk TUHAN (YHWH). Ahab mengumpulkan 400 orang nabi yang semuanya menyatakan bahwa Allah akan memberikan kemenangan. Satu di antara mereka, Zedekia bin Kenaana, secara demonstratif membuat tanduk-

tanduk besi, lalu berkata: "Beginilah firman TUHAN: Dengan ini engkau akan menanduk Aram sampai engkau menghabiskan mereka." Tetapi Yosafat masih ingin mendengar petunjuk dari nabi YHWH. Ahab enggan memanggil orang ini, Mikha bin Yimla, karena Ahab membencinya, sebab nabi itu tidak pernah menubuatkan yang baik tentang Ahab, melainkan selalu malapetaka. Nabi Mikha bin Yimla memberi nubuat bahwa Ahab akan mati dalam pertempuran itu. Zedekia bin Kenaana menampar pipi Mikha, tetapi Mikha memberi nubuat bahwa suatu hari Zedekia bin Kenaana akan lari dari satu kamar ke kamar yang lain untuk menyembunyikan diri. Raja Ahab menjadi marah dan memerintahkan Mikha dimasukkan penjara di bawah penjagaan Amon, penguasa kota, dan Yoas, anak raja, sambil diberi makan roti dan minum air serba sedikit sampai raja Ahab pulang dengan selamat. Dengan peringatan itu, Ahab masuk pertempuran dengan menyamar sebagai prajurit, sedangkan Yosafat maju dengan pakaian kebesarannya. Raja Aram telah memesan tentaranya untuk berperang hanya dengan raja Israel (Ahab) saja, bukan dengan Yosafat. Jadi ketika dalam perang itu tentara Aram sempat mengepung Yosafat dan melihat bahwa ia bukan Ahab, mereka undur daripadanya. Tetapi seseorang menarik panahnya dan menembak dengan sembarangan saja, dan mengenai raja Israel di antara sambungan baju zirahnya. Kemudian Ahab berkata kepada pengemudi keretanya: "Putar! Bawa aku keluar dari pertempuran, sebab aku sudah luka." Tetapi pertempuran itu bertambah seru pada hari itu, dan raja tetap ditopang berdiri di dalam kereta berhadapan dengan orang Aram itu, sampai ia mati pada waktu matahari terbenam. [15] Dengan itu semua orang pulang ke rumahnya dan perang berakhir tanpa membawa hasil. Karena persahabatan dengan raja Ahab yang fasik itu, TUHAN menegur Yosafat melalui nabi Yehu bin Hanani. [16]

Perang dengan Moab dan Amon Setelah itu, mungkin karena mendengar berita kekalahan perang dari Aram, bani Moab dan bani Amon datang berperang melawan Yosafat bersama-sama sepasukan orang Meunim. Mereka menyerang dari seberang Laut Asin, dari Edom, dan berkumpul di Hazezon-Tamar, yakni En-Gedi. Yosafat menjadi takut, lalu mengambil keputusan untuk mencari pertolongan TUHAN. Ia menyerukan kepada seluruh Yehuda supaya berpuasa. Yahaziel bin Zakharia bin Benaya bin Matanya, seorang Lewi dari bani Asaf, dihinggapi Roh TUHAN di tengah-tengah jemaah, mengatakan: "Janganlah kamu takut dan terkejut karena laskar yang besar ini, sebab  bukan kamu yang akan berperang melainkan Allah." Tentara Yehuda disuruh turun menyerang saat tentara musuh mendaki pendakian Zis, yaitu di ujung lembah, di muka padang gurun Yeruel, tetapi tidak usah bertempur. Malahan Yosafat mengangkat orang-orang yang akan menyanyi nyanyian untuk TUHAN dan memuji TUHAN dalam pakaian kudus yang semarak pada waktu mereka keluar di muka orangorang bersenjata. Ketika pasukan Yehuda mulai bersorak-sorai dan menyanyikan nyanyian pujian, orang-orang Moab dan Amon malah membinasakan penduduk Seir (Edom), dan kemudian mereka saling bunuh-membunuh. Ketika tentara Yehuda tiba di tempat peninjauan di padang gurun, mereka menengok ke tempat laskar itu. Tampaklah semua telah menjadi bangkai berhantaran di tanah, tidak

ada yang terluput. Lalu Yosafat dan orang-orangnya turun untuk menjarah barang-barang mereka. Mereka menemukan banyak ternak, harta milik, pakaian dan barang-barang berharga. Yang mereka rampas itu lebih banyak dari pada yang dapat dibawa. Tiga hari lamanya mereka menjarah barangbarang itu, karena begitu banyaknya. Pada hari keempat mereka berkumpul memuji TUHAN di tempat yang kemudian dinamakan Lembah Pujian, karena peristiwa tersebut. [17]

Pembuatan Kapal Dagang Yosafat melakukan usaha yang gagal untuk membuka kembali pelayaran Salomo dalam mengadakan perdagangan dengan Ofir. Yosafat membuat kapal-kapal Tarsis untuk pergi ke Ofir mengambil emas, tetapi kapal-kapal itu tidak jadi pergi ke sana, sebab kapal-kapal itu pecah di EzionGeber, tempat pembuatannya. Kegagalan ini dianggap karena raja Yosafat bersepakat untuk bekerjasama

dengan

raja Ahazia anak

Ahab,

yang

fasik,

[18]

meskipun

menolaknya.   Hal ini sesuai dengan nubuat Eliezer bin Dodawa dari Maresa.

kemudian

Yosafat

[19]

Perang menyerang Moab Prasasti Mesha Stele dari Moab (840 SM) yang mencatat pemberontakan Moab atas Israel dan mengandung nama YHWH Mesa, raja Moab, adalah seorang peternak domba; sebagai upeti ia membayar kepada raja Israel seratus ribu anak domba dan bulu dari seratus ribu domba jantan. Sesudah Ahab mati, memberontaklah Mesa terhadap raja Israel. Ahazia hanya memerintah dalam waktu pendek, maka Yoram, saudara-laki-lakinya

yang

menggantikan

menjadi

raja,

mengambil tindakan untuk memerangi Moab. Ia mengajak Yosafat untuk membantu dan Yosafat bersedia. Dengan dibantu raja Edom, mereka berbaris menuju Moab, tetapi di padang gurun mereka tidak mempunyai air. Melalui nabi Elisa, TUHAN berkenan mendatangkan air dari Edom, karena raja Yosafat ada bersama mereka. Pasukan itu berhasil memukul kalah orang-orang Moab, meruntuhkan kota-kota dan menutupi setiap ladang yang baik dengan batu, karena setiap orang melemparkan batu ke atasnya. Mereka menutup segala mata air dan menumbangkan segala pohon yang baik, sampai hanya Kir-Hareset saja yang ditinggalkan, tetapi kota ini ditembaki oleh orangorang pengumban dari segala penjuru. Ketika raja Moab melihat, bahwa peperangan itu terlalu berat baginya, diambilnyalah tujuh ratus orang pemegang pedang bersama-sama dia untuk menerobos ke jurusan raja Edom, tetapi tidak berhasil. Kemudian ia mengambil anaknya yang sulung yang akan menjadi raja menggantikan dia, lalu mempersembahkannya sebagai korban bakaran di atas pagar tembok. Tetapi kegusaran (atau ketakutan) besar menimpa orang Israel, sehingga mereka berangkat meninggalkan dia dan pulang ke negeri mereka. [20] Beberapa tahun kemudian, setelah Yosafat mati, Mesa berhasil melepaskan diri dari Israel dan menuliskan kemenangannya pada prasasti Mesha Stele [21]

Keturunan Dengan matinya Ahab dan Ahazia dari Kerajaan Israel Utara, dan bertahtanya raja Yoram yang merupakan saudara laki-laki, Atalya, menantu perempuannya, raja Yosafat secara de facto disebut raja Israel. Anak-anak Yosafat adalah Yoram, Azarya, Yehiel, Zakharia, Azariahu, Mikhael dan Sefaca. Yosafat memberikan kepada mereka banyak pemberian, berupa emas dan perak dan barang-barang berharga, juga kota-kota berkubu di Yehuda, tetapi kedudukan raja diberikannya kepada Yoram, karena dialah anak sulungnya.[22] Perhitungan waktu Yosafat menjadi raja pada tahun ke-4 pemerintahan raja Ahab[23] dan meninggal setelah memerintah 25 tahun lamanya. Ada pendapat bahwa ia sempat memerintah bersama dengan ayahnya, Asa lebih kurang 3 tahun. Pada tahun ke-17 pemerintahan tunggalnya (~853 SM), raja Ahab dari Kerajaan Israel Utara mati, digantikan oleh Ahazia. Pada saat yang hampir bersamaan, Yosafat mulai mengangkat anaknya, Yoram, menjadi raja bersama-sama dengan dia sebagai persiapan pergantian tahta.[24] Hampir 2 tahun kemudian, Ahazia, raja Israel, meninggal tanpa meninggalkan putra, sehingga digantikan oleh saudara laki-lakinya yang juga bernama Yoram (~852 SM). Diperkirakan 4 tahun kemudian Yosafat meninggal dan digantikan oleh Yoram, anak sulungnya. William F. Albright menulis masa pemerintahannya 873-849 SM, sementara Edwin R. Thiele menulis 872-848 SM, dimana sampai tahun 870 SM ia menjadi raja bersama-samaAsa, ayahnya, yang menderita sakit parah di bagian kakinya.[25]. Menurut tahun Kerajaan Yehuda[sunting | sunting sumber] Menurut perhitungan waktu pemerintahan raja Asa, maka tahun-tahun kehidupan Yosafat dapat dihitung sejak berdirinya Kerajaan Yehuda (mulai dari pecahnya Kerajaan Israel). 

Tahun ke-25 (tahun ke-6 Asa): Yosafat dilahirkan oleh Azuba anak Silhi bagi Asa. [26]



Tahun ke-50 (tahun ke-31 Asa, Yosafat 25 tahun): Yoram, putra sulung Yosafat, dilahirkan. [27]



Tahun ke-60 (tahun ke-41 Asa, tahun ke-0 Yosafat, tahun ke-4 Ahab): Asa mati dan Yosafat (35 tahun) menggantikannya menjadi raja.[28]



Tahun ke-63 (tahun ke-3 Yosafat, tahun ke-7 Ahab): Yosafat memerintahkan pengajaran Taurat Tuhan bagi rakyat di kerajaan Yehuda.[29]



Tahun ke-68 (tahun ke-8 Yosafat, Yoram 18 tahun): Ahazia, putra bungsu Yoram bin Yosafat dilahirkan[30] oleh Atalya, putri Ahab bin Omri, bagi Yoram.[31]



Tahun ke-77 (tahun ke-17 Yosafat, tahun ke-21 Ahab): Ahab mati dan Ahazia putranya menggantikannya menjadi raja di Samaria atas Israel. [32]



Tahun ke-78 (tahun ke-18 Yosafat, tahun ke-2 Ahazia raja Israel): Ahazia raja Israel mati dan saudara laki-lakinya, Yoram, anak Ahab, menggantikannya menjadi raja di Samaria atas Israel. [33]



Tahun ke-83 (tahun ke-23 Yosafat, tahun ke-5 Yoram raja Israel): Yoram anak Yosafat menjadi raja bersama ayahnya atas Kerajaan Yehuda. [34]



Tahun ke-85 (tahun ke-25 Yosafat, tahun ke-7 Yoram raja Israel, tahun ke-3 Yoram raja Yehuda): Yosafat mati dalam usia 60 tahun, pada saat Yoram putranya sudah menjabat sebagai raja Yehuda.[26]

41.

Yunus.

Yunus (Arab:‫ونس‬xxxxxxxxxxxx‫ي‬ atau ‫ان‬xxxxxxxxxxxx‫يون‬ Yunaan, Inggris: Jonah, Ibrani:Yonah, Latin: Ionas) (sekitar 820-750 SM)[1][2][3] adalah salah seorang nabi dalam agama Samawi (Islam, Yahudi,Kristen) yang disebutkan dalam Al-Qur'an dalam Surah Yunus dan dalam Alkitab dalam Kitab Yunus. Ia ditugaskan berdakwah kepada orang Assyiria di Ninawa-Iraq. Namanya disebutkan sebanyak 6 kali di dalam Al-Quran dan wafat di Ninawa-Iraq. Pandangan Yahudi dan Kristen Yunus bin Amitai adalah nabi yang hidup pada masa pemerintahan Yerobeam II (786-746 SM). Raja ini memperluas perbatasan negerinya dari Hamat sampai Laut Mati.[4]Dalam Perjanjian Lama, Yunus bin Amitai hanya disebutkan di luar kitab Yunus sendiri yakni dalam 2 Raja-raja 14:25. Kitab Yunus sendiri kemungkinan ditulis pada masa pasca-pembuangan (setelah 530 SM) dengan didasarkan pada tradisi lisan yang telah diturunkan sejak abad ke-8 SM. Yunus dianggap sebagai salah seorang nabi kecil karena buku aslinya ditulis bersama-sama dengan kitabkitab kenabian lainnya yang lebih pendek dalam sebuah gulungan saja (yang juga dikenal sebagai Kitab yang Duabelas). Tuhan menyuruh Yunus pergi ke kota Niniwe, ibukota kerajaan Asyur, musuh Israel. Tetapi Yunus tidak mau pergi ke kota itu untuk menyampaikan pesan Tuhan, karena ia yakin bahwa kalau orang Niniwe berhenti

berbuat

dosa,

Tuhan tidak akan menjalankan rencana-Nya

untuk

menghancurkan kota itu. Yunus melarikan diri dengan menumpang kapal yang menuju ke Tarsis. Namun, di tengah laut, kapal itu ditempa badai besar. Untuk menyelamatkan seisi kapal, Yunus minta dilemparkan ke laut. Begitu masuk ke laut, Tuhan mengirim seekor ikan besar menelan Yunus. Selama di perut ikan, Yunus berdoa kepada Tuhan. Setelah 3 hari dan 3 malam di perut ikan, Yunus dimuntahkan ke luar. Sekali lagi Tuhan menyuruh Yunus pergi ke kota Niniwe. Kali ini Yunus menaati perintah Tuhan. "3. Bersiaplah Yunus, lalu pergi ke Niniwe, sesuai dengan firman Allah. Niniwe adalah sebuah kota yang mengagumkan besarnya, tiga hari perjalanan luasnya. 4. Mulailah Yunus masuk ke dalam kota itu sehari perjalanan jauhnya, lalu berseru: "Empat puluh hari lagi, maka Niniwe akan ditunggangbalikkan." 5. Orang Niniwe percaya kepada Allah, lalu mereka mengumumkan puasa dan mereka, baik orang dewasa maupun anak-anak, mengenakan kain kabung.

6. Setelah sampai kabar itu kepada raja kota Niniwe, turunlah ia dari singgasananya, ditanggalkannya jubahnya, diselubungkannya kain kabung, lalu duduklah ia di abu. 7. Lalu atas perintah raja dan para pembesarnya orang memaklumkan dan mengatakan di Niniwe demikian: "Manusia dan ternak, lembu sapi dan kambing domba tidak boleh makan apa-apa, tidak boleh makan rumput dan tidak boleh minum air. 8. Haruslah semuanya, manusia dan ternak, berselubung kain kabung dan berseru dengan keras kepada Allah serta haruslah masing-masing berbalik dari tingkah lakunya yang jahat dan dari kekerasan yang dilakukannya. 9. Siapa tahu, mungkin Allah akan berbalik dan menyesal serta berpaling dari murka-Nya yang bernyala-nyala itu, sehingga kita tidak binasa." 10. Ketika Allah melihat perbuatan mereka itu, yakni bagaimana mereka berbalik dari tingkah lakunya yang jahat, maka menyesallah Allah karena malapetaka yang telah dirancangkan-Nya terhadap mereka, dan Iapun tidak jadi melakukannya." Tetapi kemudian ia mendongkol, karena Niniwe tidak jadi dihancurkan. Namun dalam Kitab Yunus pasal 4, Tuhan mengajarkan Yunus mengenai kasih-Nya. Ia menunjukan pada Yunus melalui Pohon Jarak yang ditumbuhkannya untuk menaungi Yunus di pondoknya yang ia dirikan di sebelah timur kota itu. Yunus sangat senang dengan adanya pohon tersebut. Namun keesokan harinya datanglah ulat dan memakan daun-daunnya dan membuat pohon tersebut menjadi layu dan kering. Yunus-pun sedih dan berkata "Lebih baiklah aku mati dari pada hidup.". Ia menjadi marah karena pohon jarak yang ia sukai kini layu. "9. Tetapi berfirmanlah Allah kepada Yunus: "Layakkah engkau marah karena pohon jarak itu?" Jawabnya: "Selayaknyalah aku marah sampai mati." 10. Lalu Allah berfirman: "Engkau sayang kepada pohon jarak itu, yang untuknya sedikitpun engkau tidak berjerih payah dan yang tidak engkau tumbuhkan, yang tumbuh dalam satu malam dan binasa dalam satu malam pula. 11. Bagaimana tidak Aku akan sayang kepada Niniwe, kota yang besar itu, yang berpenduduk lebih dari seratus dua puluh ribu orang, yang semuanya tak tahu membedakan tangan kanan dari tangan kiri, dengan ternaknya yang banyak?" Dari peristiwa ini Yunus ditunjukkan bagaimana Tuhan berkuasa mutlak atas ciptaan-Nya, dan Tuhan itu Maha penyayang dan pengampun, Tuhan yang lebih suka mengampuni dan menyelamatkan suatu bangsa daripada menghukum dan menghancurkannya, biarpun bangsa itu musuh umat-Nya sendiri. Namun yang terpenting bagi Tuhan adalah bukan hanya umat-Nya saja melainkan seluruh ciptaan-Nya. Ia menyayangi mereka karena Ia-lah yang menciptakan mereka. Ia tentu tidak ingin ciptaannya hancur oleh karena perbuatan dosa mereka. Oleh karena itu, ia mengutus Yunus untuk memperingati umat itu sehingga mereka berbalik dari dosa dan kembali berserah dan hidup sesuai perkenaan Ia yang menciptakan langit dan bumi. Kitab Yunus diyakini sebagai riwayat Yunus sendiri, dan diterjemahkan dari gulungan gulungan kitab yang berumur ribuan tahun, yang ditemukan oleh para ahli, dan yang sekarang berada di bukit Sion, di sinagoge di Israel. Kitab Yunus dirujuk oleh Yesus dalam Perjanjian Baru (Injil Matius 12:39,40; Injil Lukas 11:29).[5]

Penduduk Ninawa bertobat Sepeninggal Nabi Yunus, kaum Ninawa gelisah, karena mendung gelap, binatang peliharaan mereka gelisah, wajah mereka pucat pasi, dan angin bertiup kencang yang membawa suara bergemuruh. Mereka takut ancaman Yunus benar-benar terjadi atas mereka. Akhirnya mereka sadar bahwa Yunus adalah orang yang benar, dan ajaran Islam Dari Allah s.w.t. Mereka kemudian beriman dan menyesali perbuatan mereka terhadap Yunus. Mereka lari tunggang langgang dari kota mencari Yunus sambil berteriak meminta pengampunan Allah atas dosa mereka. Allah Yang Maha Pemaafpun mengampuni mereka, dan segera seluruh keadaan pulih seperti sedia kala. Penduduk Ninawa kemudian tetap berusaha mencari Yunus agar ia bisa mengajari agama dan menuntun mereka di jalan yang benar. Yunus ditelan ikan Nun Keadaan Yunus setelah pergi dari Ninawa tidak menentu. Ia mengembara tanpa tujuan dengan putus asa dan merasa berdosa. Akhirnya ia tiba di sebuah pantai, dan melihat sebuah kapal yang akan menyeberangi laut. Ia menumpang kapal itu, dan ketika telah berlayar tiba-tiba terjadi badai yang hebat. Kapal bergoncang, dan para penumpang sepakat untuk mengurangi beban dengan membuang salah seorang di antara mereka ke laut. Undian pertama jatuh pada Yunus, namun undian diulang karena penumpang merasa Yunus tidak layak dibuang sedang ia orang yang mulia. Tapi pada pengulangan yang kedua, dan ketiga, tetap nama Yunus yang keluar. Yunus sadar itu adalah kehendak Allah, ia kemudian rela menjatuhkan diri ke laut. Allah kemudian mengirim ikan Nun (paus) untuk menelan Yunus. Di dalam perut ikan Nun, Yunus bertobat meminta ampun dan pertolongan Allah, ia bertasbih selama 40 hari dengan berkata: "Laa ilaaha illa Anta, Subhanaka, inni kuntu minadzh dzhalimiin (Tiada tuhan melainkan Engkau, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah orang yang telah berbuat dhalim)" Allah mendengar doa Yunus, dan Memerintahkan ikan nun mendamparkan Yunus di sebuah pantai. Allah Yang Maha Penyayang menumbuhkan pohon labu, agara Yunus yang kurus dan lemah tak berdaya dapat bernaung dan memakan buahnya. Setelah pulih, ia diperintahkan kembali ke Ninawa, dimana ia kemudian kaget melihat perubahan penduduk Ninawa yang telah beriman kepada Allah. Yunus kemudian mengajari mereka tauhid dan menyempurnakan iman mereka.

42.

Elia.

Elia (bahasa

Ibrani:  ‫אליהו‬ Eliyahu,

Arab: ‫اس‬xxxxxx‫إلي‬ Ilyās; bahasa

artinya

Inggris: Elijah atau Elias)

"Yahweh adalah

adalah

Allah";[1] bahasa

seorang nabi di Kerajaan

Israel

[2]

Utara  pada zaman pemerintahan raja Ahab, Ahazia dan Yoram pada sekitar abad ke-9 SM, menurut Kitab Raja-raja dalam Alkitab Ibrani atau Perjanjian Lama Alkitab Kristen. Elia juga dicatat dalam Perjanjian Baru dan Al Quran. Ia dihormati baik dalam agama Yahudi, Kristen dan Islam. Ia berasal dari Tisbe, Gilead.(1 Raja-raja 17:1) Penampilan

Seorang yang memakai pakaian bulu, dan ikat pinggang kulit terikat pada pinggangnya.(2 Raja-raja 1:8) Tradisi Yahudi Peta tanah Israel pada abad ke-9 SM.Biru: Kerajaan Israel. Kuning: Kerajaan Yehuda. 

Menurut catatan 1 dan 2 Raja-raja, Elia berjuang agar bangsa Israel dan raja Ahab menyembah Yahweh, tidak kepada dewa Baal yang dibawa oleh ratu Izebel, isteri Ahab, ke Israel.



Pertama, Elia menubuatkan bahwa tidak ada embun atau hujan pada tahun-tahun ini, kecuali kalau dikatakannya. Elia sendiri disuruh

Allah tinggal bersembunyi di tepi sungai Kerit di sebelah timur sungai Yordan dengan minum dari sungai itu, dan diberi makan roti dan daging oleh burung-burung gagak tiap pagi dan petang. Setelah sungai itu kering, karena tidak ada hujan, maka ia tinggal di rumah seorang janda di Sarfat yang termasuk wilayah Sidon. Waktu, putra janda itu yang mati sakit, Elia menghidupkannya kembali.(1 Raja-raja 17) Gua Elia di gunung Karmel, Israel. 

S

e

t

e

l

a

h

3

,

semua nabi Baal, 450 orang semuanya, untuk membuktikan siapa yang hidup, TUHAN atau Baal. Nabi-nabi Baal dan Elia masingmasing membuat mezbah dengan seekor lembu di atasnya, kemudian masing-masing harus meminta allahnya untuk mendatangkan api dari langit supaya membakar korban di mezbah. Nabi-nabi Baal tidak berhasil, sedangkan doa Elia didengar TUHAN, yang mengirim api dari langit untuk membakar habis korban di mezbah. Setelah rakyat melihat itu, mereka mengaku TUHAN adalah Allah, lalu menangkapi semua nabi-nabi Baal dan Elia membunuh mereka semua di sungai Kison. Selanjutnya Elia berdoa dan turunlah hujan ke wilayah Israel.(1 Raja-raja 18) 

Karena diancam hendak dibunuh oleh Izebel untuk membalas dendam kematian nabi-nabi Baal, Elia lari ke padang gurun dan akhirnya bersembunyi di sebuah gua di gunung  Horeb. Di sana ia menjumpai TUHAN dalam angin sepoi-sepoi, setelah datangnya angin besar, gempa dan api tanpa adanya TUHAN di sana. TUHAN memberi Elia 3 tugas (1 Raja-raja 19:15-16): 1. mengurapi Hazael menjadi raja Aram. 2. mengurapi Yehu, cucu Nimsi, menjadi raja Israel.

5

3. mengurapi Elisa bin Safat dari Abel-Mehola menjadi nabi penggantinya. Elia hanya sempat mengurapi Elisa menjadi penggantinya (1 Raja-raja 19:19-21), sedangkan Elisa yang kelak mengurapi kedua raja itu.(2 Raja-raja 8:7–15; 2 Raja-raja 9:1–10). 

Elia juga menegur raja Ahab, karena merebut kebun anggur Nabot di Yisreel dengan tipu keji rancangan Izebel, isterinya. Hukuman Tuhan: Ahab dan Izebel akan mati dan dimakan anjing, kemudian keluarganya akan dibasmi habis. Ahab bertobat, sehingga hukuman ditunda ke zaman anaknya.(1 Raja-raja 21) 

Ahazia, raja pengganti Ahab, jatuh sakit dan menyuruh orang meminta petunjuk ke Baal-zebub allah di Ekron. Elia menemui utusan-utusan itu untuk memberitahu Ahazia bahwa ia tidak akan bangun lagi dari tempat tidurnya dan mati.(2 Raja-raja 1:117)

Elia di gua (bawah) dan di kereta kuda berapi.Fresco di biara Rila, Bulgaria, corak gereja Ortodoks abad pertengahan, direnovasi di abad ke-20 

hidupnya,

ia

menyeberang kemudian

berjalan ke

ditemani

timur

terangkat

ke

mengendarai kereta kuda badai.

akhir Elisa

sungai

Yordan

sorga

dengan

berapi

dalam

angin

[3]

Elia di padang gurun, lukisan 

Di

Washington Allston

Di Kitab Maleakhi berisi nubuat, bahwa TUHAN akan mengutus nabi Elia kepada bangsa Israel menjelang datangnya hari TUHAN yang besar dan dahsyat, yaitu kedatangan Mesias. [4] Hal ini membuat Elia dijadikan fokus studi eskatologi mengenai kedatangan Mesias. Figur Elia muncul dalam Talmud, Mishnah.



Dalam agama Yahudi, nama Elia disebut pada ibadah mingguan Havdalah yang menandai akhir dari Sabat serta dalam kebiasaan lain, misalnya seder pada Paskah Yahudi dan Brit milah (penyunatan). Elia juga muncul dalam berbagai cerita di Haggadah dan pengajaran rabi-rabi, termasuk Babylonian Talmud. Tradisi Kristen

Ikon Rusia utara, ~1290, Elia naik ke sorga 

Lukas

1:17 mencatat

bahwa

pada

waktu Zakharia menerima nubuat kelahiran

anaknya, Yohanes Pembaptis, malaikatGabriel menyampaikan pesan Tuhan bahwa Yohanes Pembaptis "akan berjalan mendahului Tuhan dalam roh dan kuasa Elia untuk membuat hati bapabapa berbalik kepada anak-anaknya dan hati orang-orang durhaka kepada pikiran orang-orang benar dan dengan demikian menyiapkan bagi Tuhan suatu umat yang layak bagi-Nya." Dengan demikian menggenapi nubuat Maleakhi 4:5. 

Yohanes Pembaptis memakai jubah bulu unta dan ikat pinggang kulit (Matius 3:4; Markus 1:6), mirip dengan penampilan Elia (2 Raja-raja 1:8), yang merupakan tanda orang-orang asketik, yaitu yang sengaja hidup sederhana dan seminimal mungkin. Tapi Yohanes menyatakan bahwa ia bukan Elia (yang lahir lagi atau menjelma kembali) (Yohanes 1:21), melainkan ia menerima roh dan kuasa Elia untuk mempersiapkan kedatangan Tuhan Yesus (Lukas 1:17). Tuhan Yesus sendiri menegaskan peranan Yohanes sebagai Elia (Matius 16:14; Markus 8:28); .



Di Perjanjian Baru dicatat bahwa orang-orang menganggap Yesus sebagai penjelmaan Elia (Matius 11:14; Matius 17:10-13;Lukas 9:19).



Pada satu kali, Yesus mengajak 3 murid-Nya, Petrus, Yohanes dan Yakobus, naik ke atas suatu gunung. Di sana Yesus berubah rupa, wajah-Nya bercahaya seperti matahari dan pakaianNya menjadi putih bersinar seperti terang. Ia berbicara dengan Elia danMusa. Keduanya menampakkan diri dalam kemuliaan dan berbicara tentang tujuan kepergian Yesus yang akan digenapi-Nya di Yerusalem.(Matius 17:1-13; Markus 9:2-13; Lukas 9:28-36)



Lukas 4:24-27 mencatat bahwa Yesus memakai Elia sebagai contoh penolakan nabi oleh bangsanya: Pada zaman Elia terdapat banyak perempuan janda di Israel ketika langit tertutup selama tiga tahun dan enam bulan dan ketika bahaya kelaparan yang hebat menimpa seluruh negeri. Tetapi Elia diutus bukan kepada salah seorang dari mereka, melainkan kepada seorang perempuan janda di Sarfat, di tanah Sidon.



Dalam suratnya, Roma 11:1-6, Rasul Paulus menjelaskan bahwa Allah tidak menolak umatNya yang dipilih-Nya. Contohnya: Elia, waktu ia mengadukan Israel kepada Allah: Tuhan, nabinabi-Mu telah mereka bunuh, mezbah-mezbah-Mu telah mereka runtuhkan; hanya aku seorang dirilah yang masih hidup dan mereka ingin mencabut nyawaku. Firman Allah kepadanya: "Aku masih meninggalkan tujuh ribu orang bagi-Ku, yang tidak pernah sujud menyembah Baal."



Yakobus 5:16-18 menyatakan bahwa "Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya." Contohnya: Elia adalah manusia biasa, tetapi ia telah bersungguhsungguh berdoa, supaya hujan jangan turun, dan hujanpun tidak turun di bumi selama tiga tahun dan enam bulan. Lalu ia berdoa pula dan langit menurunkan hujan dan bumipun mengeluarkan buahnya.

43.

Obaja.

Nabi Obaja diakui sebagai penulis kitab yang paling singkat dalam Perjanjian Lama, yaitu Kitab Obaja,[1] yang terdiri dari hanya 11 ayat dalam satu pasal saja. Ada dua teori tentang waktu pelayanannya, yang disebabkan oleh beberapa hal yang tidak jelas secara historis dalam kitab yang mengandung namanya. Andaikata, seperti yang diyakini oleh sekumpulan

pakar,

Kitab

Obaja

ditulis

pada

masa

penghancuran Yerusalem oleh

bangsa Filistin dan Arab, maka waktu penulisannya adalah antara tahun 848 dan 840 SM. [2] Andaikata teori utama kedua yang benar, bahwa kejadian-kejadian yang direkam dalam tulisan-tulisannya merujuk kepada penyerbuan atas Yerusalem olehNebukadnezar dari Babilonia, maka tanggal penulisannya mestinya lebih dekat ke 586 SM.[2] Tekanan utama pelayanan nabi ini, yang dicerminkan dalam tema-tema kitabnya, adalah kemenangan akhir umat Allah bila mereka mempertahankan iman mereka. Edom digunakan sebagai contoh kegagalan untuk mewujudkan cinta kasih kepada sesama pada masa-masa kesusahan, (Kitab Obaja 1:1-17) dan kemenangan akhir Israel dinyatakan dalam suatu penglihatan tentang masa depan. (Obaja 1:18-21)

Dalam tradisi rabinik Menurut Talmud, Obaja adalah seorang Edom yang kemudian memeluk agama Yahudi,[3] Ia seorang keturunan Elifas, sahabat Ayub. Ia diidentikkan dengan Obaja yang bernubuat atas Edom, dan dikatakan bahwa ia dipilih untuk menyampaikan nubuat itu karena ia sendiri adalah seorang Edom.

Dalam agama Kristen Dalam kalender liturgi Gereja Ortodoks Timur, hari perayaan untuk Obaja adalah 19 November. Orang lain yang bernama Obaja dalam Perjanjian Lama Berikut ini adalah daftar sejumlah orang dalam Perjanjian Lama yang juga bernama Obaja: 

hamba raja Ahab dari Israel (1 Raja-raja 18:3)



anak Hananyah, keturunan raja Daud dari Israel melalui Salomo (1 Tawarikh 3:21)



anak Uzi, keturunan seorang leluhur Ibrani Isakhar (1 Tawarikh 7:3)



anak Azel, keturunan raja Saul dari Israel melalui Yonatan (1 Tawarikh 8:38)



anak Semaya, keturunan seorang leluhur Ibrani, Lewi (1 Tawarikh 9:16)



pahlawan yang merupakan keturunan leluhur Ibrani Gad yang melayani raja Daud (1 Tawarikh 12:9)



ayah

Yismaya,

gubernur

suku Zebulon pada

masa

pemerintahan

raja

Daud

(1

Tawarikh 27:19) 

pangeran dari kerajaan Yehuda di selatan pada masa pemerintahan raja Yosafat (2 Tawarikh 17:7)



seorang suku Lewi, pengawas usaha pembangunan kembali pada masa pembaruan di bawah raja Yosias dari Yehuda (2 Tawarikh 34:12)



anak Yoab, salah seorang yang kembali dari pembuangan Babilonia dengan imam dan ahli Torah Ezra, dan kemungkinan orang Lwei yang disebutkan dalam (Nehemia12:25) sebagai penjaga

di

pintu

gerbang

Yerusalem

setelah

pembangunan

kembali

kota

itu

di

bawah Nehemia (Ezra 8:9)

44.

Herodes.

Herodes yang Agung atau Hordos (Hebrew: ‫הֹורדֹוס‬, Hordos, ְ Greek: Ἡρῴδης, Hērōidēs) juga dikenal sebagai Herodes I, adalah seorang raja boneka Romawi yang berkuasa diYudaea (sekitar 74 SM sekitar 5, 4 atau 1 SM di Yerusalem). Rincian biografinya yang cukup jelas diperoleh dari tulisan sejarawan Yahudi abad pertama Masehi, Yosefus. Bagi banyak orang Kristen, Herodes paling dikenal dari Injil Matius yang melukiskan dalam pasal 2 serangkaian kisah mengenai perbuatannya yang berakhir dengan pembunuhan anak-anak di Betlehem. Biografi[sunting | sunting sumber]

Mata uang tembaga Herodes, dengan tulisan "Basileus Herodon" di bagian muka dan lambang Matahari Vergina Makedonia di belakang. Herodes Agung muncul dari sebuah keluarga Idumea yang kaya dan berpengaruh. Orang Idumea yang merupakan keturunan orang-orangEdom dalam Alkitab Ibrani, menetap di Idumea, yang dulunya

dikenal

sebagai Edom,

di

seluruh Yudea.

Ketika

Yohanes

Hirkanus

dari

keluarga Makabe menaklukkan Idumea pada 130-140 SM, ia menuntut semua warga Idumea menaati hukum Yahudi atau pergi dari tempat itu. Kebanyakan orang Idumea lalu memeluk agama Yahudi. Herodes mengidentifikasikan dirinya sebagai Yahudi, meskipun menurut hukum Torah ia bukan Yahudi. Karena ia adalah anak kedua dariAntipater orang Idumea (Edom), pendiri Dinasti Herodes, dan istrinya Sipros, seorang putri dari Petra di Nabatea (kini bagian dari Yordania). Keluarga itu berhubungan akrab dengan tokoh-tokoh pembesar di Roma, seperti misalnya Pompeyus, Cassius, dan pada 47 SM ayahnya diangkat sebagai Prokurator atas Yudea, yang kemudian menunjuk anaknya menjadi gubernur Galilea pada usia 25 tahun.

Setelah ayahnya diracuni pada 43 SM, konon oleh seorang pemungut cukai,

Herodes

memerintahkan si pembunuh

dihukum mati. Setelah kembali dari suatu peperangan, ia bertunangan dengan putri Mariamne (kadang-kadang dieja Mariamme) yang masih remaja, dari dinastiHasmonean yang merupakan penguasa kehormatan Yudea. Karena saat itu ia sudah menikah, ia menyingkirkan istrinya, Doris, dan anak lakilakinya yang berusia 3 tahun, yang juga bernama Antipater, dan menikahi Mariamne. Pada 40

SM Antigonos

dan

orang-orang Partia menyerang Yudea,

dan

Herodes

meninggalkan Yerusalem dan melarikan diri ke Roma untuk pertama kalinya . Di sana ia diberi gelar raja Yudea oleh Markus Antonius. Namun, Herodes baru menaklukkan Yudea dan memerintah sebagai raja pada 37 SM. Ia berkuasa selama 34 tahun. Terdapat ketidaksepakatan tentang apakah Herodes menghitung masa pemerintahannya sejak ia diberi gelar raja atau sejak ia sesungguhnya menduduki takhta. Yosefus (Antiquities 17.167) melaporkan bahwa Herodes meninggal setelah suatu gerhana bulan. Bila dihitung sejak ia diberi gelar raja, mungkin ia meninggal setelah gerhana bulan total yang kelihatan dari Yerusalem pada 15 September 5 SM. Namun, bila kita menghitung masa pemerintahan 34 tahun sejak tahun 40 SM (tanpa mengikutsertakan tahun-tahun dengan gerhana bulan sebagian) maka kebanyakan ahli berpendapat bahwa ia meninggal pada tahun 4 SM, meskipun pada tahun itu hanya ada gerhana bulan sebagian saja, yaitu pada 13 Maret. Namun, bila Herodes menghitung masa pemerintahannya dari saat ketika ia memerintah Yudea, kemungkinan ia meninggal dunia pada tahun 1 SM, barangkali setelah gerhana bulan total yang tampak dari Yerusalem pada 9 atau 10 Januari, 1 SM. 30-an SM[sunting | sunting sumber] Yerusalem direbut oleh Herodes Agung, 36 SM, oleh Jean Fouquet 39 SM-37 SM Perang melawan Antigonos. Setelah memenangkan Yerusalem dan kemenangan atas Antigonos, Markus Antoniusmenghukum mati Antigonos. 36 SM Herodes mengangkat adik iparnya yang berusia 17 tahun Aristobulus III dari Yudea menjadi Imam Besar, karena ia khawatir bahwa orang-orang Yahudi akan mengangkat Aristobulus menjadi "raja orang Yahudi" untuk menggantikannya. 35 SM Aristobulus mati tenggelam dalam sebuah pesta. Para sejarahwan mengklaim bahwa tidak ada cukup bukti untuk mengatakan bahwa Herodes menyebabkan kematiannya. 32 SM Mulai berperang melawan Nabatea, dan menang setahun kemudian. 31 SM Gempa bumi hebat di Yudea. Octavianus mengalahkan Markus Antonius, karena itu Herodes berbalik setia kepada Octavianus, yang belakangan menjadi Kaisar Augustus. 30 SM Oktavianus sangat menyukai Herodes sehingga di Rhodes ia dikukuhkan sebagai raja Yudea.

20-an SM[sunting | sunting sumber] 29 SM Yosefus menulis bahwa Herodes tergila-gila dan juga sangat cemburu terhadap istrinya, Mariamne. Istrinya mengetahui rencana Herodes untuk membunuhnya, dan tidak tidur bersamanya lagi. Herodes mengajukannya ke pengadilan dengan tuduhan palsu bahwa ia melakukan zina. Saudara perempuan Herodes, Salome (bukan Salomé anak perempuan Herodias) menjadi saksi utama yang memberatkannya. Ibu Mariamne muncul dan memberatkan anaknya sendiri. Menurut para sejarahwan, ibunya termasuk dalam daftar Herodes untuk dihukum mati berikutnya dan ia melakukan hal ini semata-mata demi menyelamatkan nyawanya sendiri. Tulisan-tulisan mencatat bahwa Mariamne tetap tenang pada saat hukuman matinya pada usia 25 tahun, setelah melahirkan 5 orang anak dalam waktu 7 tahun. Alexandra, ibu Mariamne, kemudian berusaha merebut kekuasaan, menyatakan dirinya sendiri sebagai Ratu, dan menyatakan bahwa Herodes secara mental tidak layak lagi berkuasa. Yosefus menulis bahwa ini adalah kesalahan strategis Alexandra dan Herodes menjatuhkan hukuman mati kepadanya tanpa pengadilan. 28 SM Herodes menghukum mati iparnya Kostobar (suami dari Salome, ayah dari Berenis) dengan tuduhan permufakatan. Festival besar di Yerusalem, karena Herodes membangun sebuah Teater dan sebuah Amfiteater. 27 SM Usaha pembunuhan atas Herodes terbongkar pada waktunya. Untuk menghormati Gaius Julius Caesar Oktavianusus (Augustus) Herodes membangun kembali Samariadan mengganti namanya menjadi Sebaste. 25 SM Setelah kekeringan hebat terjadi bala kelaparan dan epidemi. Herodes mengimpor gandum dari Mesir dan memulai sebuah program bantuan yang layak dicontoh. Ia juga menghapuskan sepertiga dari pajak. 23 SM Herodes membangun sebuah istana di Yerusalem dan benteng Herodian di Yudea. Herodes menikahi istrinya yang ketiga, yang juga bernama Mariamne, anak perempuan imam agung Simon. 22 SM Pembangunan dimulai di Caesarea Maritima dan pelabuhannya. Dari Roma, ia memperoleh wilayah Trachonitis, Batanea dan Auranitis yang kini dikuasainya. Sekitar 20 SM Perluasan dimulai pada Bait Allah Kedua. (Lihat Bait Suci Herodes) 10-an SM[sunting | sunting sumber] Sekitar 18 SM Herodes pergi untuk kedua kalinya ke Roma. 14 SM Herodes mendukung the Orang-orang Yahudi di Anatolia dan Kirene. Karena kemakmuran di Yudea ia menghapuskan seperempat dari pajak. Ia berdebat dengan anak-anaknya. 13 SM Herodes menjadikan anak sulungnya, Antipater (anaknya dari Doris) sebagai ahli warisnya yang pertama. 12 SM Karena Herodes curiga bahwa anaknya (dari pernikahannya dengan Mariamne yang pertama) Alexandros dan Aristobulos mengancam hidupnya, ia membawa mereka ke Aquileia untuk diadili,

tetapi Agustus berhasil mendamaikan ketiganya. Herodes mendukung pertandingan Olimpiade yang mengalami kesulitan keuangan, dan menjamin masa depannya. Herodes mengubah wasiatnya sehingga Alexander dan Aristobulos masuk dalam daftar penggantinya, namun Antipater menduduki tempat yang lebih tinggi dalam daftar tersebut. Sekitar 10 SM Bait Suci di Yerusalem yang baru saja diperluas, diresmikan. Perang melawan bangsa Nabatea. 10 - 1 SM[sunting | sunting sumber] 9 SM Peresmian Caesarea Maritima menjadi tontonan yang luar biasa dengan sebuah festival. Karena peperangan melawan bangsa Nabatea, Augustus tidak senang kepada Herodes. Herodes kembali curiga bahwa Alexander ingin membunuhnya. 8 SM Herodes menuduh anak-anaknya dari Mariamne yang pertama ingin berkhianat. Herodes berdamai dengan Augustus, yang juga memberikan kepaadnya izin untuk menuntut anak-anaknya secara hukum. 7 SM Proses peradilan dibuka di Berytos (Beirut) di depan pengadilan Romawi. Anak-anak Mariamne dinyatakan bersalah dan dihukum mati. Kini daftar suksesi diubah sehingga Antipater menjadi satusatunya calon pengganti di takhta Yudea. Di tempat kedua dicantumkan nama Herodes Filipus, anak dari Mariamne yang kedua . 6 SM Herodes mengambil tindakan keras terhadap kaum Farisi, yang mengumumkan bahwa kelahiran Mesias akan berarti akhir dari pemerintahannya. 5 SM Antipater diajukan ke pengadilan dengan tuduhan ingin membunuh Herodes. Hukuman ini harus pertama-tama disetujui dahulu oleh Kaisar Roma. Herodes menjadikan anaknya, Herodes Antipas dari pernikahannya yang ke-4 dengan Malthace sebagai penggantinya. Herodes sakit parah. 4 SM Para siswa Torah yang muda menghancurkan patung elang emas di atas pintu masuk ke Bait Suci di Yerusalem setelah para guru Farisi menyatakan bahwa itu adalah lambang Romawi. Herodes menangkap mereka, mengadili, menjatuhkan hukuman, serta menghukum mereka. Kaisar Augustus menyetujui hukuman mati untuk Antipater. Herodes menghukum mati anaknya sendiri. 1 SM Yesus Kristus tinggal (bahasa Ibrani: Yeshua Meschiach) di Mesir saat Herodes membunuh anak-anak di Betlehem. Herodes menangkap mereka, mengadili, menjatuhkan hukuman, serta menghukum keluarga yang tidak menyerahkan anak mereka. Herodes kemudian meninggal, maka Yesus dengan keluarganya kembali ke Kanaan dan berdiam di Nazaret. Herodes mati di akhir bulan Maret atau awal April tahun 4 SM atau tahun 1 SM.

Pernikahan dan anak-anaknya[sunting | sunting sumber] 1. menikahi Doris 

Putra: Antipater, dihukum mati 4 SM

2. menikahi Mariamme (I.), anak perempuan Alexandros dari dinasti Hasmonea 

Putra: Alexandros, dihukum mati 7 SM



Putra: Aristobulos, dihukum mati 7 SM



Putri: Salampsio



Putri: Sipros

3. menikahi Mariamme (II.), anak perempuan Simon Imam Agung 

Putra: Herodes

4. menikahi Malthace 

Putra: Herodes Arkhelaus - Ethnarkh



Putra: Herodes Antipas - Tetrarkh



Putri: Olympias

5. menikahi Cleopatra dari Yerusalem 

Putra: Herodes Filipus - Tetrarkh



Putra: Herodes

6. menikahi Pallas 

Putra: Fasael

7. menikahi Faidra 

Putri: Roxane

8. menikahi Elpis 

Putri: Salome binti Herodes I

9. menikahi saudara sepupunya (namanya tidak diketahui) 

tak diketahui apakah memperoleh keturunan

10. menikahi seorang kemenakan (namanya tidak diketahui ) 

tak diketahui apakah memperoleh keturunan

Mungkin sekali Herodes mempunyai lebih banyak anak, khususnya dengan istri-istrinya yang terakhir, dan juga bahwa ia mempunyai lebih banyak anak perempuanm tetapi nama mereka tidak dicatat jelas, karena perempuan di kalangan orang-orang Romawi pada waktu itu tidak dianggap penting.

45.

Lazarus.

Lazarus dari Betania, juga dikenal sebagai Santo Lazarus, adalah seseorang yang dibangkitkan oleh Yesus setelah

empat

hari

kematiannya.

Kisah

mengenai mujizat ini

tercatat

dalam

kitab Perjanjian Baru yaitu Injil Yohanes. Ia tinggal di Betania, kampung Maria dan adiknya Marta. [1]

 Lazarus adalah saudara kedua perempuan itu. [2] Betania terletak dekat Yerusalem, kira-kira dua mil

jauhnya.[3] Kebangkitan Lazarus 

Ketika Lazarus sakit, Maria dan Marta mengirim kabar kepada Yesus: "Tuhan, dia yang Engkau kasihi, sakit." Ketika Yesus mendengar kabar itu, Ia berkata: "Penyakit itu tidak akan membawa kematian, tetapi akan menyatakan kemuliaan Allah, sebab oleh penyakit itu Anak Allah akan dimuliakan." Yesus memang mengasihi Marta dan kakaknya dan Lazarus. Namun setelah didengar-Nya, bahwa Lazarus sakit, Ia sengaja tinggal dua hari lagi di tempat, di mana Ia berada; baru kemudian Ia berkata kepada murid-murid-Nya: "Mari kita kembali lagi ke Yudea." [4]



Sesudah itu Ia berkata kepada mereka: "Lazarus, saudara kita, telah tertidur, tetapi Aku pergi ke sana untuk membangunkan dia dari tidurnya." Maka kata murid-murid itu kepada-Nya: "Tuhan, jikalau ia tertidur, ia akan sembuh." Tetapi maksud Yesus ialah tertidur dalam arti mati, sedangkan sangka mereka Yesus berkata tentang tertidur dalam arti biasa. Karena itu Yesus berkata dengan terus terang: "Lazarus sudah mati; tetapi syukurlah Aku tidak hadir pada waktu itu, sebab demikian lebih baik bagimu, supaya kamu dapat belajar percaya. Marilah kita pergi sekarang kepadanya."[5]



Ketika Yesus tiba, didapati-Nya Lazarus telah empat hari berbaring di dalam kubur. [6]



Di situ banyak orang Yahudi telah datang kepada Marta dan Maria untuk menghibur mereka berhubung dengan kematian saudaranya. Ketika Marta mendengar, bahwa Yesus datang, ia pergi mendapatkan-Nya. Tetapi Maria tinggal di rumah. Maka kata Marta kepada Yesus: "Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati. Tetapi sekarangpun aku tahu, bahwa Allah akan memberikan kepada-Mu segala sesuatu yang Engkau minta kepada-Nya." Kata Yesus kepada Marta: "Saudaramu akan bangkit." Kata Marta kepada-Nya: "Aku tahu bahwa ia akan bangkit pada waktu orang-orang bangkit pada akhir zaman." Jawab Yesus: "Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selamalamanya. Percayakah engkau akan hal ini?" Jawab Marta: "Ya, Tuhan, aku percaya, bahwa Engkaulah Mesias, Anak Allah, Dia yang akan datang ke dalam dunia." [7]



Sesudah berkata demikian ia pergi memanggil saudaranya Maria dan berbisik kepadanya: "Guru ada di sana dan Ia memanggil engkau." Mendengar itu Maria segera bangkit lalu pergi mendapatkan Yesus. Setibanya Maria di tempat Yesus berada dan melihat Dia, tersungkurlah ia

di depan kaki-Nya dan berkata kepada-Nya: "Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati." Ketika Yesus melihat Maria menangis dan juga orang-orang Yahudi yang datang bersama-sama dia, maka masygullah hati-Nya. Ia sangat terharu dan berkata: "Di manakah dia kamu baringkan?" Jawab mereka: "Tuhan, marilah dan lihatlah!" Maka menangislah Yesus.[8] 

Yesus pergi ke kubur itu. Kubur itu adalah sebuah gua yang ditutup dengan batu. Kata Yesus: "Angkat batu itu!" Marta, saudara orang yang meninggal itu, berkata kepada-Nya: "Tuhan, ia sudah berbau, sebab sudah empat hari ia mati." Jawab Yesus: "Bukankah sudah Kukatakan kepadamu: Jikalau engkau percaya engkau akan melihat kemuliaan Allah?" Maka mereka mengangkat batu itu. Lalu Yesus menengadah ke atas dan berkata: "Bapa, Aku mengucap syukur kepada-Mu, karena Engkau telah mendengarkan Aku. Aku tahu, bahwa Engkau selalu mendengarkan Aku, tetapi oleh karena orang banyak yang berdiri di sini mengelilingi Aku, Aku mengatakannya, supaya mereka percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku." [9]



Sesudah berkata demikian, berserulah Yesus dengan suara keras: "Lazarus, marilah ke luar!" Orang yang telah mati itu datang ke luar, kaki dan tangannya masih terikat dengan kain kapan dan mukanya tertutup dengan kain peluh. Kata Yesus kepada mereka: "Bukalah kain-kain itu dan biarkan ia pergi."[10]



Banyak di antara orang-orang Yahudi yang datang melawat Maria dan yang menyaksikan sendiri apa yang telah dibuat Yesus, percaya kepada-Nya. [11]

Persepakatan membunuh Lazarus Enam hari sebelum Paskah ((lima hari sebelum kematian-Nya) Yesus datang ke Betania, tempat tinggal Lazarus yang dibangkitkan Yesus dari antara orang mati. Di situ diadakan perjamuan untuk Dia dan Marta melayani, sedang salah seorang yang turut makan dengan Yesus adalah Lazarus. [12]

 Sejumlah besar orang Yahudi mendengar, bahwa Yesus ada di sana dan mereka datang bukan

hanya karena Yesus, melainkan juga untuk melihat Lazarus, yang telah dibangkitkan-Nya dari antara orang mati. Lalu imam-imam kepala bermupakat untuk membunuh Lazarus juga, sebab karena dia banyak orang Yahudi meninggalkan mereka dan percaya kepada Yesus. [13] Nama Nama Lazarus berasal dari bahasa Ibrani: ‫אלעזר‬, Elʿāzār, Eleazar, artinya "Allah (telah) menolong". Eleazar bin Harun adalah Imam Besar pertama yang melangkahkan kaki ke tanah Kanaan (karena Harun, ayahnya dan Imam besar yang pertama, tidak diijinkan masuk ke tanah Kanaan). Nama ini juga diberikan kepada figur lain dalam Alkitab, yakni dalam cerita Yesus mengenai Orang kaya dan Lazarus yang miskin, di dalam Injil Lukas [14], yang menceritakan hubungan (dalam kehidupan dan dalam kematian) antara seorang kaya dan seorang pengemis bernama Lazarus. Dua karakter bernama Lazarus ini umumnya dipahami sebagai dua karakter yang terpisah. Dalam

ilmu

pengetahuan,

nama

ini

dipakai

di

dalam Takson

Lazarus,

yaitu

istilah paleontologi untuk sebuah takson yang menghilang dalam beberapa periode dan kemudian kembali muncul. Istilah "pengaruh lazarus" atau "spesies lazarus" juga dipakai untuk sejumlah

penemuan dalam neontologi, studi tetang organisme yang masih hidup (sedangkan paleontologi' mempelajari yang sudah mati), sebagai suatu organisme yang ditemukan kembali dalam keadaan masih hidup setelah dinyatakan punah selama bertahun-tahun.

Makam Lazarus[sunting | sunting sumber] Makam yang dianggap tempat Lazarus inAl-Eizariya Ada sebuah makam di Al-Eizariya yang dianggap tempat Lazarus dulu dibangkitkan dan dijadikan tempat ziarah sampai hari ini. Sejumlah gereja Kristen dibangun sejak berabad-abad lalu di sekitarnya. Sekitar abad ke-16 makam

ini

ditempati

sebelahnya, Gereja

oleh

Katolik

mesjid

Al-Uzair.

Roma Church

of

Di

Saint

Lazarus, yang didesain oleh Antonio Barluzzi, dibangun tahun 1952-1955 di bawah pengawasan Ordo Fransiskan di atas bekas gereja sebelumnya. Tahun 1965, sebuath Gereja Ortodoks Yunani dibangun di sebelah barat makam. Pintu masuknya menuruni 24 tangga batu ke bawah ke ruangan berbentuk bujur sangkar yang menjadi tempat sembahyang. Dari sana ada tangga lagi turun ke kamar bawah yang dianggap makam Lazarus. Ini sudah dilaporkan pada tahun 1896.[15] The same description applies today.[16][17] Adanya gereja di tempat yang dianggap Betania ini sudah disebut pada akhir abad ke-4, dimana sejarahwan Eusebius dari Kaisarea[18] (~ 330) dan peziarah Bordeaux menyebutkan makam Lazarus. Pada tahun 390 Hieronimus mencatat ada gereja yang didedikasikan untuk Santo Lazarus, disebut Lazarium. Ini dikonfirmasi oleh peziarah Egeria di sekitar tahun 410. Jadi gereja itu diperkirakan dibangun antara tahun 333 dan 390. [19] Ditemukan lantai mozaik dari gereja abad ke-4 di daerah petamanan di sana. [20]Lazarium hancur karena gempa bumi pada abad ke-6, tetapi digantikan dengan gereja yang lebih besar, yang bertahan sampai zaman Perang Salib. Pada tahun 1143 bangunan dan tanahnya dibeli oleh raja Fulk dan ratu Melisende dari Yerusalem, kemudian biara (konven) Benediktin yang didedikasikan untuk Maria dan Martha dibangun dekat makam Lazarus. Setelah jatuhnya Yerusalem pada tahun 1187, konven ini ditinggalkan dan menjadi reruntuhan yang menyisakan makam ini dan tiang-tiangnya. Pada tahun 1384, sebuah mesjid sederhana dibangun di tanah itu.[17] Pada abad ke-16 kerajaan Ottoman membangun mesjid Al-Uzair untuk kota yang saat itu penduduknya Muslim dan menamakan kota itu menurut santo pelindungnya, Lazarus dari Betania. [20]

Menurut Catholic Encyclopedia tahun 1913, sejumlah pakar mempertanyakan lokasi desa kuno Betania (meskipun dibantah oleh penulis Encyclopedia): Beberapa percaya bahwa desa Betania sekarang ini bukan berada di lokasi desa kuno; melainkan berkembang sekitar gua yang seharusnya terletak cukup jauh dari rumah Marta dan Maria di desanya. Zanecchia mengira desa Betania kuno terletak lebih atas di lereng sebelah tenggara Bukit Zaitun, tidak jauh dari tempat yang diterima sebagai bekas desa Betfage (Bethphage) dan dekat tempat Kenaikan Yesus.[21] Identifikasi gua dengan makam Lazarus juga tidak mempunyai bukti yang jelas. Lokasi desa kuno mungkin tidak tepat sama dengan yang sekarang, tetapi dapat diterima bahwa kemungkinan di sekitar sini lokasinya.[22]

46.

Martha. Marta adalah

tokoh

dalam Alkitab Perjanjian

Baru yang mempunyai kedekatan dengan Yesus.[1] Marta adalah saudari Maria dan Lazarus.[1]Ketiga bersaudara ini adalah pengikut Yesus. Dalam kisah tentang Maria dan Marta, Yesus dianggap mempunyai murid perempuan, di antaranya adalah mereka itu. Kisah tersebut terdapat dalam Injil Lukas 10:38-42.[1] Marta adalah seorang yang lebih dominan dalam setiap pertemuan, dia juga lebih aktif jika dibanding dengan saudarinya, Maria.[1] Hal ini sama digambarkan dalam Injil Lukas dan Injil Yohanes.[1] Dalam kajian teologis, Kisah pertemuan Yesus dengan Marta

dan

Maria

mencerminkan

sebuah

pelayanan

dan

[2]

hal mendengar.  Marta digambarkan lebih sibuk dengan dirinya sendiri, [2]

namun

Maria

dipuji

Yesus

karena

duduk

dan

[2]

mendengarkan pengajaran.  Di sini, ada tafsir yang mengatakan tentang penyerahan diri.  Marta memang memiliki iman yang besar, namun kurang menyerahkan diri dan eksistensinya secara total kepada Allah.[2] Marta adalah perempuan yang mempercayai Yesus sebagai Mesias, Anak Allah.[1] Iman Marta juga meyakini bahwa Yesus akan bangkit setelah kematian-Nya. [1] Hal ini mungkin karena Yesus telah terbukti mampu membangkitkan Lazarus, saudaranya dari dalam kubur yang telah mati empat hari lamanya.[1]

47.

Pilatus.

Pontius Pilatus (bahasa Yunani: Πόντιος Πιλᾶτος, Pontios Pīlātos) adalah Prefek (atau gubernur) ke-5 dari Provinsi Iudaea Kekaisaran Romawi, menjabat tahun 26–36 M, pada zaman kaisar Tiberius. [1][2]

 Dialah yang mewakili pemerintah Romawi di Yerusalem untuk mengadili Yesus Kristus yang

ditangkap di Taman Getsemani. Setelah menyelidiki perkara Yesus, Pilatus mengakui bahwa ia tidak menemukan kesalahan apapun padanya. Namun Pilatus tidak mampu untuk membebaskan Yesus begitu saja, bahkan sebaliknya ia tunduk pada keinginan massa untuk menyalibkan Yesus. Pangkat Pilatus ketika menjabat sebagai gubernur Provinsi Iudaea tercetak dalam prasasti bahasa Latin sebagai "Prefek",[3] tepat seperti yang dicatat dalam Injil Lukas, sementara sejarawan Tacitus yang menulis pada tahun 116 M menyebutnya sebagai "Prokurator", istilah yang sebetulnya baru dipakai sejak tahun 44, bertahun-tahun kemudian setelah Pontius Pilatus digantikan. [4] Flavius Yosefus menyebutnya dengan istilah bahasa Yunani umum ηγεμων atau gubernur. Van Voorst berpendapat bahwa penggunaan istilah yang berbeda dapat dimengerti karena datang dari saksi-saksi yang menulis dalam bahasa berbeda di masa yang berbeda pula. [5]

48.

Zebedeus.

Zebedeus (bahasa Inggris: Zebedee)

adalah

Yunani: Ζεβεδαῖος, Zebedaios; bahasa ayah

dari Yakobus dan Yohanes,

Ibrani:  ‫זְבַ דְ יָה‬, Zebadyah; bahasa 2

dari

12

murid

utamaYesus

Kristus menurut ke-empat Injil dalam Perjanjian Baru di Alkitab Kristen. Ia adalah seorang penjala ikan yang tinggal di kota Betsaida.[1] Nama Nama

"Zebedeus"

merupakan

transliterasi

nama

populer bahasa

Ibrani:  ‫זְבַ דְ יָה‬, Zebadyah atau Zebadyahu yang artinya "YAH (=YHWH/TUHAN) menganugerahi" atau "pemberian/hadiah TUHAN". [2] Nama Ibrani ini terdiri dari 2 kata: (1)bahasa Ibrani:  ְ‫זְבַ ד‬ (zebed), yang berarti "hadiah", "anugerah" atau "pemberian" dan (2)bahasa Ibrani:  ‫(יָה‬Yah), yaitu kependekan dari Tetragramaton YHWH atau nama Tuhan Israel, Yehuwah.[3] Catatan Alkitab Namanya disebutkan 11 kali dalam ke-4 Injil: 5 kali dalam Injil Matius[4]; 4 kali dalam Injil Markus[5], masing-masing 1 kali dalam Injil Lukas[6] dan Injil Yohanes.[7] Dari semua itu, 9 di antaranya dalam frasa "anak-anak Zebedeus" untuk menyebut kedua anaknya. Hanya 2 kali ia sendiri muncul: 

Dan setelah Yesus pergi dari sana, dilihat-Nya pula dua orang bersaudara, yaitu Yakobus anak Zebedeus dan Yohanes saudaranya, bersama ayah mereka, Zebedeus, sedang membereskan jala di dalam perahu.(Matius 4:21)



Yesus segera memanggil mereka dan mereka meninggalkan ayahnya, Zebedeus, di dalam perahu bersama orang-orang upahannya lalu mengikuti Dia.(Markus 1:20) Injil Markus yang bersumber pada penuturan Petrus mencatat bahwa Zebedeus mempunyai

sejumlah orang upahan, sehingga Yohanes dan Yakobus dapat pergi meninggalkan pekerjaan ayahnya untuk mengikuti Yesus. Perbandingan ayat Markus 15:40 dengan Matius 27:56 mengindikasikan bahwa isteri Zebedeus bernama Salome. 

"Ada

juga

beberapa

perempuan

Magdalena, Maria ibu Yakobus

yang

Muda dan Yoses,

melihat

dari

jauh,

serta Salome.

di

Mereka

antaranya Maria semuanya

telah

mengikut Yesus dan melayani-Nya waktu Ia di Galilea" (pada waktu penyaliban Yesus)[8] 

"Dan ada di situ banyak perempuan yang melihat dari jauh, yaitu perempuan-perempuan yang mengikuti Yesus dari Galilea untuk melayani Dia. Di antara mereka terdapatMaria Magdalena, dan Maria ibu Yakobus dan Yusuf, dan ibu anak-anak Zebedeus."[9]

49.

Ribka.

Ribka atau Sayyidah Rifqah (bahasa Ibrani: ‫רבְקָ ה‬, Standar Rivkah Tiberias Riḇqāh, ISO ִ 2593 Ribqa, dari bahasa Ibrani ribhqeh yang berarti "pertalian", dari akar kata Semitik r-b-q, "mengikat, menggabungkan

menyatukan"[1] atau

atau

"mengaitkan

kuat-kuat"[2];bahasa

Inggris: Rebecca atau Rebekah) adalah anak perempuan Betuel, kakak perempuan Laban.[3] Ia menjadi

istri Ishak,

anakAbraham dan Sara menurut Alkitab

[4]

Lama di Alkitab Kristen.  Betuel,

ayah

Ribka,

adalah

Ibrani atau Perjanjian

putra Milka danNahor,

saudara

kandung Abraham, sehingga Ribka masih bersaudara dengan Ishak, tepatnya anak dari sepupu Ishak. Selain itu, perempuan ini adalah ibu dari dua anak kembar yang diceritakan dalam  Alkitab, yaitu Esau dan Yakub.[4]

Pertemuan dengan Eliezer Ribka dipinang oleh Eliezer, hamba Abraham untuk Ishak. Abraham menyuruh hambanya itu bersumpah: 

tidak akan mengambil untuk Ishak seorang isteri dari antara perempuan Kanaan. [5]



harus pergi ke negeri dan kepada sanak saudara Abraham untuk mengambil seorang isteri bagi Ishak[6]



janganlah Ishak bawa kembali ke negeri asal Abraham [7]



jika perempuan itu tidak mau mengikutinya untuk menikah dengan Ishak, maka lepaslah hamba itu dari sumpahnya[8]

50.

Rahel.

Rahel (bahasa Ibrani: ‫רחל‬, Standar Raḥel Tiberias Rāḫēl, Rāḥēl ISO 259-3 Raḥel ; artinya betina";[2] bahasa

"domba

Inggris: Rachel),

menurut Alkitab

Ibrani atau Perjanjian

Lama di Alkitab Kristen, adalah seorang istri dari Yakub, dan ibu dari Yusuf dan Benyamin.[3]Rahel adalah sepupu Yakub, karena ia adalah putri Laban, saudara laki-laki dari Ribka, ibu Yakub. Kakak perempuan Rahel, Lea, adalah istri pertama Yakub,[4][3] Pertemuan dengan Yakub Yakub, seperti yang disebutkan dalam Alkitab khususnya kitab Kejadian, pertama kali bertemu dengan Rahel ketika perempuan itu sedang memberi makan domba-domba Laban. [3]Dia telah menempuh

jarak

yang

sangat

jauh

untuk

mencari

saudara

ibunya, Laban,

di Padan

[3]

Aram, Mesopotamia.  Ribka, ibu Yakub, telah mengutus Yakub ke sana untuk lari dari kemarahan saudara kembarnya, yaitu Esau.[4] Ketika Yakub tiba di negeri Bani Timur, ia memandang sekelilingnya, dilihatnya ada sebuah sumur di padang, dan ada tiga kumpulan kambing domba berbaring di dekatnya, sebab dari sumur itulah orang memberi minum kumpulan-kumpulan kambing domba itu. Adapun batu penutup sumur itu besar; dan apabila segala kumpulan kambing domba itu digiring berkumpul ke sana, maka gembala-gembala menggulingkan batu itu dari mulut sumur, lalu kambing domba itu diberi minum; kemudian dikembalikanlah batu itu lagi ke mulut sumur itu. Bertanyalah Yakub kepada mereka: "Saudara-saudara, dari manakah kamu ini?" Jawab mereka: "Kami ini dari Haran." Lagi katanya kepada mereka: "Kenalkah kamu Laban, cucu Nahor?" Jawab mereka: "Kami kenal." Selanjutnya katanya kepada mereka: "Selamatkah ia?" Jawab mereka: "Selamat! Tetapi lihat, itu datang anaknya perempuan, Rahel, dengan kambing dombanya." Lalu kata Yakub: "Hari masih siang, belum waktunya untuk mengumpulkan ternak; berilah minum kambing dombamu itu, kemudian pergilah menggembalakannya lagi." Tetapi jawab mereka: "Kami tidak dapat melakukan itu selama segala kumpulan binatang itu belum berkumpul; barulah batu itu digulingkan dari mulut sumur dan kami memberi minum kambing domba kami." Selagi ia berkata-kata dengan mereka, datanglah Rahel dengan kambing domba ayahnya, sebab dialah yang menggembalakannya. Ketika Yakub melihat Rahel, anak Laban saudara ibunya, serta kambing domba Laban, ia datang mendekat, lalu menggulingkan batu itu dari mulut sumur, dan memberi minum kambing domba itu. Kemudian Yakub mencium Rahel serta menangis dengan suara keras. Lalu Yakub menceritakan kepada Rahel, bahwa ia sanak saudara ayah Rahel, dan anak Ribka. Maka berlarilah Rahel menceritakannya kepada ayahnya.[5] Segera sesudah Laban mendengar kabar tentang Yakub, anak saudaranya itu, berlarilah ia menyongsong dia, lalu mendekap dan mencium dia, kemudian membawanya ke rumahnya. Maka Yakub menceritakan segala hal ihwalnya kepada Laban. Kata Laban kepadanya: "Sesungguhnya engkau sedarah sedaging dengan aku." Maka tinggallah Yakub padanya genap sebulan lamanya. Kemudian berkatalah Laban kepada Yakub: "Masakan karena engkau adalah sanak saudaraku, engkau bekerja padaku dengan cuma-cuma? Katakanlah kepadaku apa yang patut menjadi upahmu." Laban

mempunyai dua anak perempuan; yang lebih tua namanya Lea dan yang lebih muda namanya Rahel. Lea tidak berseri matanya, tetapi Rahel itu elok sikapnya dan cantik parasnya. [6] Pernikahan dengan Yakub Yakub cinta kepada Rahel, sebab itu ia berkata: "Aku mau bekerja padamu tujuh tahun lamanya untuk mendapat Rahel, anakmu yang lebih muda itu." Sahut Laban: "Lebih baiklah ia kuberikan kepadamu dari pada kepada orang lain; maka tinggallah padaku." Jadi bekerjalah Yakub 7 tahun lamanya untuk mendapat Rahel itu, tetapi yang 7 tahun itu dianggapnya seperti beberapa hari saja, karena cintanya kepada Rahel. Sesudah itu berkatalah Yakub kepada Laban: "Berikanlah kepadaku bakal isteriku itu, sebab jangka waktuku telah genap, supaya aku akan kawin dengan dia." Lalu Laban mengundang semua orang di tempat itu, dan mengadakan perjamuan. Tetapi pada waktu malam diambilnyalah Lea, anaknya, lalu dibawanya kepada Yakub. Maka Yakubpun menghampiri dia.[7] Tetapi pada waktu pagi tampaklah bahwa itu Lea! Lalu berkatalah Yakub kepada Laban: "Apakah yang kauperbuat terhadap aku ini? Bukankah untuk mendapat Rahel aku bekerja padamu? Mengapa engkau menipu aku?" Jawab Laban: "Tidak biasa orang berbuat demikian di tempat kami ini, mengawinkan adiknya lebih dahulu dari pada kakaknya. Genapilah dahulu tujuh hari perkawinanmu dengan anakku ini; kemudian anakku yang lainpun akan diberikan kepadamu sebagai upah, asal engkau bekerja pula padaku tujuh tahun lagi." Maka Yakub berbuat demikian; ia menggenapi ketujuh hari perkawinannya dengan Lea, kemudian Laban memberikan kepadanya Rahel, anaknya itu, menjadi isterinya. [8] Yakub menghampiri Rahel juga, malah ia lebih cinta kepada Rahel dari pada kepada Lea. Demikianlah ia bekerja pula pada Laban tujuh tahun lagi. [9] Pada pernikahan itu, Laban memberikan Zilpa, budaknya perempuan, kepada Lea, anaknya itu, menjadi budaknya,[10] dan Bilha, budaknya perempuan, kepada Rahel, anaknya itu, menjadi budaknya. [11]

Persaingan untuk mendapatkan anak Ketika TUHAN melihat, bahwa Lea tidak dicintai, dibuka-Nyalah kandungannya, tetapi Rahel mandul.[12] Ketika dilihat Rahel, bahwa ia tidak melahirkan anak bagi Yakub, cemburulah ia kepada kakaknya itu (yang telah melahirkan 4 putra bagi Yakub), lalu berkata kepada Yakub: "Berikanlah kepadaku anak; kalau tidak, aku akan mati." Maka bangkitlah amarah Yakub terhadap Rahel dan ia berkata: "Akukah pengganti Allah, yang telah menghalangi engkau mengandung?" Kata Rahel: "Ini Bilha, budakku perempuan, hampirilah dia, supaya ia melahirkan anak di pangkuanku, dan supaya oleh dia akupun mempunyai keturunan." Maka diberikannyalah Bilha, budaknya itu, kepada Yakub menjadi isterinya dan Yakub menghampiri budak itu. [13] Bilha melahirkan Dan dan Naftali bagi Yakub, tetapi Rahel yang memberi nama anak-anak itu. Berkatalah Rahel: "Allah telah memberikan keadilan kepadaku, juga telah didengarkan-Nya permohonanku dan diberikan-Nya kepadaku seorang anak laki-laki." Itulah sebabnya ia menamai anak itu Dan. Ketika Bilha, budak perempuan Rahel, melahirkan anak laki-laki yang kedua bagi Yakub. Berkatalah Rahel: "Aku telah sangat hebat bergulat dengan kakakku, dan akupun menang." Maka ia menamai anak itu Naftali. [14] Ketika dilihat Lea, bahwa ia tidak melahirkan lagi, diambilnyalah Zilpa, budaknya perempuan, dan diberikannya kepada Yakub menjadi isterinya. [15] Zilpa, budak perempuan Lea, melahirkan 2 anak laki-laki bagi Yakub, Gad[16] dan Asyer.[17]

Ketika Ruben pada musim menuai gandum pergi berjalan-jalan, didapatinyalah di padang buah dudaim, lalu dibawanya kepada Lea, ibunya. Kata Rahel kepada Lea: "Berilah aku beberapa buah dudaim yang didapat oleh anakmu itu." Jawab Lea kepadanya: "Apakah belum cukup bagimu mengambil suamiku? Sekarang pula mau mengambil lagi buah dudaim anakku?" Kata Rahel: "Kalau begitu biarlah ia tidur dengan engkau pada malam ini sebagai ganti buah dudaim anakmu itu." Ketika Yakub pada waktu petang datang dari padang, pergilah Lea mendapatkannya, sambil berkata: "Engkau harus singgah kepadaku malam ini, sebab memang engkau telah kusewa dengan buah dudaim

anakku."

Sebab

itu

tidurlah

Yakub

dengan

Lea

pada

malam

itu. [18]

Lalu Allah mendengarkan permohonan Lea. Lea mengandung dan melahirkan lagi 2 anak laki-laki dan 1 anak perempuan bagi Yakub.[19] Melahirkan anak Lalu ingatlah Allah akan Rahel; Allah mendengarkan permohonannya serta membuka kandungannya. Maka mengandunglah Rahel dan melahirkan seorang anak laki-laki. Berkatalah ia: "Allah telah menghapuskan aibku." Maka ia menamai anak itu Yusuf, sambil berkata: "Mudahmudahan TUHAN menambah seorang anak laki-laki lagi bagiku." [20]Yusuf kelak menjadi penasihat Raja di Mesir.[4] Setelah Rahel melahirkan Yusuf, berkatalah Yakub kepada Laban: "Izinkanlah aku pergi, supaya aku pulang ke tempat kelahiranku dan ke negeriku. Berikanlah isteri-isteriku dan anak-anakku, yang menjadi upahku selama aku bekerja padamu, supaya aku pulang, sebab engkau tahu, betapa keras aku bekerja padamu." [21] Tetapi Laban berkata kepadanya: "Sekiranya aku mendapat kasihmu! Telah nyata kepadaku, bahwa TUHAN memberkati aku karena engkau." Lagi katanya: "Tentukanlah upahmu yang harus kubayar, maka aku akan memberikannya." [22] Sejak itu Yakub mendapat sebagian ternak dari Laban. Maka sangatlah bertambah-tambah harta Yakub, dan ia mempunyai banyak kambing domba, budak perempuan dan laki-laki, unta dan keledai. [23] Meninggalkan Padan-Aram Kedengaranlah kepada Yakub anak-anak Laban berkata demikian: "Yakub telah mengambil segala harta milik ayah kita dan dari harta itulah ia membangun segala kekayaannya." Lagi kelihatan kepada Yakub dari muka Laban, bahwa Laban tidak lagi seperti yang sudah-sudah kepadanya. Lalu berfirmanlah TUHAN kepada Yakub: "Pulanglah ke negeri nenek moyangmu dan kepada kaummu, dan

Aku

akan

menyertai

engkau." [24]

Sesudah itu Yakub menyuruh memanggil Rahel dan Lea untuk datang ke padang, ke tempat kambing dombanya, lalu ia berkata kepada mereka: "Telah kulihat dari muka ayahmu, bahwa ia tidak lagi seperti yang sudah-sudah kepadaku, tetapi Allah ayahku menyertai aku. Juga kamu sendiri tahu, bahwa aku telah bekerja sekuat-kuatku pada ayahmu. Tetapi ayahmu telah berlaku curang kepadaku dan telah sepuluh kali mengubah upahku, tetapi Allah tidak membiarkan dia berbuat jahat kepadaku. Apabila ia berkata: yang berbintik-bintiklah akan menjadi upahmu, maka segala kambing domba itu beroleh anak yang berbintik-bintik; dan apabila ia berkata: yang bercoreng-corenglah akan menjadi upahmu, maka segala kambing domba itu beroleh anak yang bercoreng-coreng. Demikianlah Allah mengambil ternak ayahmu dan memberikannya kepadaku. Pada suatu kali pada masa kambing domba itu suka berkelamin, maka aku bermimpi dan melihat, bahwa jantan-jantan yang menjantani kambing domba itu bercoreng-coreng, berbintik-bintik dan berbelang-belang. Dan Malaikat Allah berfirman

kepadaku dalam mimpi itu: Yakub! Jawabku: Ya Tuhan! Lalu Ia berfirman: Angkatlah mukamu dan lihatlah, bahwa segala jantan yang menjantani kambing domba itu bercoreng-coreng, berbintik-bintik dan berbelang-belang, sebab telah Kulihat semua yang dilakukan oleh Laban itu kepadamu. Akulah Allah yang di Betel itu, di mana engkau mengurapi tugu, dan di mana engkau bernazar kepada-Ku; maka sekarang, bersiaplah engkau, pergilah dari negeri ini dan pulanglah ke negeri sanak saudaramu."[25] Lalu Rahel dan Lea menjawab Yakub, katanya: "Bukankah tidak ada lagi bagian atau warisan kami dalam rumah ayah kami? Bukankah kami ini dianggapnya sebagai orang asing, karena ia telah menjual kami? Juga bagian kami telah dihabiskannya sama sekali. Tetapi segala kekayaan, yang telah diambil Allah dari ayah kami, adalah milik kami dan anak-anak kami; maka sekarang, perbuatlah segala yang difirmankan Allah kepadamu."[26] Lalu bersiaplah Yakub, dinaikkannya anak-anaknya dan isteri-isterinya ke atas unta, digiringnya seluruh ternaknya dan segala apa yang telah diperolehnya, yakni ternak kepunyaannya, yang telah diperolehnya di Padan-Aram, dengan maksud pergi kepada Ishak, ayahnya, ke tanah Kanaan. Adapun Laban telah pergi menggunting bulu domba-dombanya. Ketika itulah Rahel mencuri terafim ayahnya. Dan Yakub mengakali Laban, orang Aram itu, dengan tidak memberitahukan kepadanya, bahwa ia mau lari. Demikianlah ia lari dengan segala harta miliknya. Ia berangkat, menyeberangi sungai Efrat dan berjalan menuju pegunungan Gilead. Ketika pada hari ketiga dikabarkan kepada Laban, bahwa Yakub telah lari, dibawanyalah sanak saudaranya bersamasama, dikejarnya Yakub tujuh hari perjalanan jauhnya, lalu ia dapat menyusulnya di pegunungan Gilead.[27] Pada waktu malam datanglah Allah dalam suatu mimpi kepada Laban, orang Aram itu, serta berfirman kepadanya: "Jagalah baik-baik, supaya engkau jangan mengatai Yakub dengan sepatah katapun." Ketika Laban sampai kepada Yakub, --Yakub telah memasang kemahnya di pegunungan, juga Laban dengan sanak saudaranya telah memasang kemahnya di pegunungan Gilead-- berkatalah Laban kepada Yakub: "Apakah yang kauperbuat ini, maka engkau mengakali aku dan mengangkut anak-anakku perempuan sebagai orang tawanan? Mengapa engkau lari diam-diam dan mengakali aku? Mengapa engkau tidak memberitahu kepadaku, supaya aku menghantarkan engkau dengan sukacita dan nyanyian dengan rebana dan kecapi? Lagipula engkau tidak memberikan aku kesempatan untuk mencium cucu-cucuku laki-laki dan anak-anakku perempuan. Memang bodoh perbuatanmu itu. Aku ini berkuasa untuk berbuat jahat kepadamu, tetapi Allah ayahmu telah berfirman kepadaku tadi malam: Jagalah baik-baik, jangan engkau mengatai Yakub dengan sepatah katapun. Maka sekarang, kalau memang engkau harus pergi, semata-mata karena sangat rindu ke rumah ayahmu, mengapa engkau mencuri dewa-dewaku?" [28] Lalu Yakub menjawab Laban: "Aku takut, karena pikirku, jangan-jangan engkau merampas anakanakmu itu dari padaku. Tetapi pada siapa engkau menemui dewa-dewamu itu, janganlah ia hidup lagi. Periksalah di depan saudara-saudara kita segala barang yang ada padaku dan ambillah barangmu."

Sebab

Yakub

tidak

tahu,

bahwa

Rahel

yang

mencuri

terafim

itu. [29]

Lalu masuklah Laban ke dalam kemah Yakub dan ke dalam kemah Lea dan ke dalam kemah kedua budak perempuan itu, tetapi terafim itu tidak ditemuinya. Setelah keluar dari kemah Lea, ia masuk ke dalam kemah Rahel. Tetapi Rahel telah mengambil terafim itu dan memasukkannya ke dalam pelana

untanya, dan duduk di atasnya. Laban menggeledah seluruh kemah itu, tetapi terafim itu tidak ditemuinya. Lalu kata Rahel kepada ayahnya: "Janganlah bapa marah, karena aku tidak dapat bangun berdiri di depanmu, sebab aku sedang haid." Dan Laban mencari dengan teliti, tetapi ia tidak menemui terafim itu.[30] Lalu hati Yakub panas dan ia bertengkar dengan Laban. Ia berkata kepada Laban: "Apakah kesalahanku, apakah dosaku, maka engkau memburu aku sehebat itu? Engkau telah menggeledah segala barangku, sekarang apakah yang kautemui dari segala barang rumahmu? Letakkanlah di sini di depan saudara-saudaraku dan saudara-saudaramu, supaya mereka mengadili antara kita berdua." [31] Lalu Laban menjawab Yakub: "Perempuan-perempuan ini anakku dan anak-anak lelaki ini cucuku dan ternak ini ternakku, bahkan segala yang kaulihat di sini adalah milikku; jadi apakah yang dapat kuperbuat sekarang kepada anak-anakku ini atau kepada anak-anak yang dilahirkan mereka? Maka sekarang, marilah kita mengikat perjanjian, aku dan engkau, supaya itu menjadi kesaksian antara aku dan engkau."[32] Kemudian Yakub mengambil sebuah batu dan didirikannya menjadi tugu. Selanjutnya berkatalah Yakub kepada sanak saudaranya: "Kumpulkanlah batu." Maka mereka mengambil batu dan membuat timbunan, lalu makanlah mereka di sana di dekat timbunan itu. [33] Lalu kata Laban: "Timbunan batu inilah pada hari ini menjadi kesaksian antara aku dan engkau." Itulah sebabnya timbunan itu dinamainya Galed, dan juga Mizpa, sebab katanya: "TUHAN kiranya berjaga-jaga antara aku dan engkau, apabila kita berjauhan. Jika engkau mengaibkan anak-anakku, dan jika engkau mengambil isteri lain di samping anak-anakku itu, ingatlah, walaupun tidak ada orang dekat kita, Allah juga yang menjadi saksi antara aku dan engkau." [34] Selanjutnya kata Laban kepada Yakub: "Inilah timbunan batu, dan inilah tugu yang kudirikan antara aku dan engkau--timbunan batu dan tugu inilah menjadi kesaksian, bahwa aku tidak akan melewati timbunan batu ini mendapatkan engkau, dan bahwa engkaupun tidak akan melewati timbunan batu dan tugu ini mendapatkan aku, dengan berniat jahat. Allah Abraham dan Allah Nahor, Allah ayah mereka, kiranya menjadi hakim antara kita." Lalu Yakub bersumpah demi Yang Disegani oleh Ishak, ayahnya. Dan Yakub mempersembahkan korban sembelihan di gunung itu. Ia mengundang makan sanak saudaranya, lalu mereka makan serta bermalam di gunung itu. Keesokan harinya pagi-pagi Laban mencium cucu-cucunya dan anakanaknya serta memberkati mereka, kemudian pulanglah Laban kembali ke tempat tinggalnya. [35] Pertemuan dengan Esau Yakub takut bertemu dengan Esau, maka ia menyuruh orang pergi dahulu membawa persembahan untuk Esau, kakaknya.[36] Jadi persembahan itu diantarkan lebih dahulu, tetapi ia sendiri bermalam pada malam itu di tempat perkemahannya. [37] Pada malam itu Yakub bangun dan ia membawa kedua isterinya, kedua budaknya perempuan dan kesebelas anaknya, dan menyeberang di tempat penyeberangan sungai Yabok. Sesudah ia menyeberangkan mereka, ia menyeberangkan juga segala miliknya. Lalu tinggallah Yakub seorang diri. Dan seorang laki-laki bergulat dengan dia sampai fajar menyingsing. Ketika orang itu melihat, bahwa ia tidak dapat mengalahkannya, ia memukul sendi pangkal paha Yakub, sehingga sendi pangkal paha itu terpelecok, ketika ia bergulat dengan orang itu, yang ternyata adalah Allah sendiri dan kemudian Allah memberkati serta mengganti nama Yakub menjadi Israel.[38] Lalu tampaklah kepadanya matahari terbit, ketika ia telah melewati Pniel; dan Yakub pincang karena pangkal pahanya.[39]

Yakubpun melayangkan pandangnya, lalu dilihatnyalah Esau datang dengan diiringi oleh empat ratus orang. Maka diserahkannyalah sebagian dari anak-anak itu kepada Lea dan sebagian kepada Rahel serta kepada kedua budak perempuan itu. Ia menempatkan budak-budak perempuan itu beserta anakanak mereka di muka, Lea beserta anak-anaknya di belakang mereka, dan Rahel beserta Yusuf di belakang sekali. Dan ia sendiri berjalan di depan mereka dan ia sujud sampai ke tanah tujuh kali, hingga ia sampai ke dekat kakaknya itu. Tetapi Esau berlari mendapatkan dia, didekapnya dia, dipeluk lehernya dan diciumnya dia, lalu bertangis-tangisanlah mereka. [40] Kemudian Esau melayangkan pandangnya, dilihatnyalah perempuan-perempuan dan anak-anak itu, lalu ia bertanya: "Siapakah orang-orang yang beserta engkau itu?" Jawab Yakub: "Anak-anak yang telah dikaruniakan Allah kepada hambamu ini." Sesudah itu mendekatlah budak-budak perempuan itu beserta anak-anaknya, lalu mereka sujud. Mendekat jugalah Lea beserta anak-anaknya, dan merekapun sujud. Kemudian mendekatlah Yusuf beserta Rahel, dan mereka juga sujud. [41] Di tanah Kanaan Setelah berpisah dengan Esau, dalam perjalanannya dari Padan-Aram sampailah Yakub dengan selamat ke Sikhem, di tanah Kanaan, lalu ia berkemah di sebelah timur kota itu. Kemudian dibelinyalah dari anak-anak Hemor, bapa Sikhem, sebidang tanah, tempat ia memasang kemahnya, dengan harga 100 kesita. Ia mendirikan mezbah di situ dan dinamainya itu: "Allah Israel ialah Allah."[42] Namun belum lama Yakub tinggal di situ terjadilah peristiwa-peristiwa tragis, dimana Dina, anak perempuan Lea, terlihatlah oleh Sikhem, anak Hemor, orang Hewi, raja negeri itu, lalu Dina itu dilarikannya dan diperkosanya.[43] Sebagai pembalasan anak-anak Yakub menggunakan muslihat bahwa untuk menikah dengan Dina, Sikhem harus disunat. Sikhem dan Hemor kemudian mengajak seluruh penduduk lelaki kota itu untuk disunat bersama-sama. Maka usul Hemor dan Sikhem, anaknya itu, didengarkan oleh semua orang yang datang berkumpul di pintu gerbang kota itu, lalu disunatlah

setiap

laki-laki,

yakni

setiap

orang

dewasa

di

kota

itu. [44]

Pada hari ketiga, ketika mereka sedang menderita kesakitan, datanglah dua orang anak Yakub, yaitu Simeon dan Lewi, kakak-kakak Dina, setelah masing-masing mengambil pedangnya, menyerang kota itu dengan tidak takut-takut serta membunuh setiap laki-laki. Juga Hemor dan Sikhem, anaknya, dibunuh mereka dengan mata pedang, dan mereka mengambil Dina dari rumah Sikhem, lalu pergi. Kemudian datanglah anak-anak Yakub merampasi orang-orang yang terbunuh itu, lalu menjarah kota itu, karena adik mereka telah dicemari. Kambing dombanya dan lembu sapinya, keledainya dan segala yang di dalam dan di luar kota itu dibawa mereka; segala kekayaannya, semua anaknya dan perempuannya ditawan dan dijarah mereka, juga seluruhnya yang ada di rumah-rumah. [45] Sampai di Betel Allah berfirman kepada Yakub: "Bersiaplah, pergilah ke Betel, tinggallah di situ, dan buatlah di situ mezbah bagi Allah, yang telah menampakkan diri kepadamu, ketika engkau lari dari Esau, kakakmu." Lalu berkatalah Yakub kepada seisi rumahnya dan kepada semua orang yang bersama-sama dengan dia: "Jauhkanlah dewa-dewa asing yang ada di tengah-tengah kamu, tahirkanlah dirimu dan tukarlah pakaianmu. Marilah kita bersiap dan pergi ke Betel; aku akan membuat mezbah di situ bagi Allah, yang telah menjawab aku pada masa kesesakanku dan yang telah menyertai aku di jalan yang kutempuh." Mereka menyerahkan kepada Yakub segala dewa asing yang dipunyai mereka dan antinganting yang ada pada telinga mereka, lalu Yakub menanamnya di bawah pohon besar yang dekat

Sikhem. Sesudah itu berangkatlah mereka. Dan kedahsyatan yang dari Allah meliputi kota-kota sekeliling mereka, sehingga anak-anak Yakub tidak dikejar. Lalu sampailah Yakub ke Lus yang di tanah Kanaan--yaitu Betel--,ia dan semua orang yang bersama-sama dengan dia. Didirikannyalah mezbah di situ, dan dinamainyalah tempat itu El-Betel, karena Allah telah menyatakan diri kepadanya di situ, ketika ia lari terhadap kakaknya.[46] Kematian di Efrata Sesudah itu berangkatlah mereka dari Betel. Ketika mereka tidak berapa jauh lagi dari Efrata, bersalinlah Rahel, dan bersalinnya itu sangat sukar. Sedang ia sangat sukar bersalin, berkatalah bidan kepadanya: "Janganlah takut, sekali inipun anak laki-laki yang kaudapat." Dan ketika ia hendak menghembuskan napas--sebab ia mati kemudian--diberikannyalah nama Ben-oni kepada anak itu, tetapi ayahnya menamainya Benyamin. Demikianlah Rahel mati, lalu ia dikuburkan di sisi jalan ke Efrata, yaitu Betlehem. Yakub mendirikan tugu di atas kuburnya; itulah tugu kubur Rahel sampai sekarang. Sesudah itu berangkatlah Israel, lalu ia memasang kemahnya di seberang Migdal-Eder. Ketika Israel diam di negeri ini, terjadilah bahwa Ruben sampai tidur dengan Bilha, budak perempuan Rahel yang juga salah satu gundik ayahnya, dan kedengaranlah hal itu kepada Israel. [47] Makam 

Yakub menguburkan Rahel di sisi jalan ke Efrata, yaitu Betlehem.[48] Ini terjadi sebelum Yakub dan keluarganya pindah ke Mesir.



Dalam Kitab

1

Samuel tercatat

bahwa

kubur

Rahel

berada

di

daerah suku

Benyamin di Zelzah, rupanya dipindahkan setelah bangsa Israel diam di tanah Kanaan.[49] 

Nabi Yeremia menulis nubuat:

Rupanya lokasi kubur Rahel ini dekat dengan Rama adalah sebuah kota kecil sekitar 8 kilometer di sebelah utara Yerusalem, mungkin tempat para tawanan ditahan sebelum dibawa ke Babel (bandingkan Yeremia 40:1-3). Dalam Injil Matius pasal 2 nas ini dilihat sebagai penggenapan nubuat pada saat Herodes membunuh bayi-bayi di Betlehemsetelah Yesus lahir.[51] Silsilah Menurut catatan Alkitab, silsilah Rahel adalah sebagai berikut:       istri

     Terah

      

      

                     Sara   

istri

    

        

       

   

 

   

     

 

 

    

      

        

   

 

   

     

 

 

Haran

     

Haran

Abraha m

              

    

Ketur     a

   

 

  

  Hagar   Nahor               

   

        

   

 

    

    

 

    

   

 

     Milka      

 

  

Yiska

 

 

    

 

Lot

       

   

 istri    

                 

    

       

            

 

   

   

 

       

       

          

           

 

Zimra           n  

 

 

         

          

    

Kemu        Hazo el

Us

           

    Yidlaf

    

    

   

      

 

putri sulun  putri b g ungsu

       

    

   

 

   

               

 

 

        

        

   

      

      

       

Yoks           an  

 

 

  Bus

  Kesed  

               

 

 

      

       

   

Meda     Ishak n                       

 

 

      

       

   

     

     

                        

                       

          

Midia     Esau   n  

Zilpa   Bilha

               

 

 

      

7. Ga d

              

 

 

 

8. As     6. Naft      yer ali    

Suah

  

    

 

Betuel  

         

               

 

Ribka  

 

 

   

 

4. Yehud     a  

            

 

 

      

     

            

 

 

      

       

   

Laban

  Rahel                      12. Yusuf      

    3. Lewi    

    9. Isakh

 

   

S. Moa   b

                          

    Lea Yakub                                                                1. Rube   5. Dan               n 2. Simeo                      n  

Isyba   S. Ed     k   om

  

Pildash  

 

13. Benya min

 

S. A mon

   

  ar             

 

 

      

            

 

 

      

51.

10. Zebu     lon       11. Din             a      

Nabi Samuel.

Samuel atau Shmu'el (bahasa

Ibrani: ‫שְׁ מּואֵל‬, Standar Šəmuʼel Tiberias Šəmûʼēl ;

"El"

(Allah)

mendengar"; bahasa Arab: ‫موئيل‬xx‫ص‬, Shamu`il) adalah seorang pemimpin penting dalam Sejarah Israel kuno. Kisahnya diceritakan dalam Alkitab Ibrani atau Perjanjian Lama di [[Alkitab] Kristen, khususnya dalam Kitab 1 Samuel. Menurut

pandangan sastra

rabinik,

Samuel

adalah hakim terakhir[1] dan nabi pertama[2] yang

mulai

bernubuat di Negeri Israel. Ia hidup di antara dua zaman, yaitu zaman hakim-hakim dan zaman kerajaan, seperti yang dapat dilihat bahwa riwayat dalam Kitab 1 dan 2 Samuel langsung mengikuti Kitab Hakim-hakim. Ia mengurapi dua raja pertama Kerajaan Israel, yaitu Raja Saul dan Raja Daud. Nama Arti nama Samuel (‫ )שְׁמּואֵ֔ ל‬adalah 'nama-Nya adalah Allah' ('shemu', namanya; 'El', Allah) hal ini sesuai dengan janji Hana kepada Allah untuk menyerahkan anak yang akan dilahirkannya menjadi seorang nazir bagi Allah. Untuk mengingat janjinya itulah Hana menamai anaknya 'Shemuel' Terjemahan harafiah lain dari Samuel ialah Allah mendengar ('Shama', mendengar; 'El', Allah), sesuai dengan Samuel 1:20; di situ dikatakan bahwa Hana menamai anaknya untuk mengenang permohonannya kepada Allah akan seorang anak, dan Allah mendengarnya. Ada dua orang dalam Alkitab Perjanjian Lama yang memakai nama Samuel. Ada dua orang yang bernama Samuel dalam Perjanjian Lama, yaitu Samuel bin Amihud, tokoh ini sekali saja disebutkan dalam Alkitab. [3]

 Tokoh terkenal yang disebut sebagai Nabi Samuel disebutkan pertama kali dalam 1 Samuel 1:20.

Tradisi Yahudi dan Kristen Kelahiran dan tahun-tahun pertama Keadaan yang aneh berkaitan dengan kelahirannya dicatat dalam 1 Samuel 1:20. Hana, salah seorang dari dua istri Elkana, yang pergi ke Silo untuk berdoa kepada Tuhan, dengan sungguh-sungguh memohon kepada Allah agar ia dapat menjadi ibu dari seorang anak lelaki. Doanya ternyata dikabulkan; dan setelah anak itu disapih ia membawanya ke Silo dan mempersembahkannya kepada Tuhan sebagai seorang "nazir" untuk seumur hidupnya.[4] Di sini segala kebutuhan fisiknya serta pendidikannya diperhatikan oleh kaum perempuan yang melayani di Kemah Suci, sementara Eli mengawasi pendidikan keagamaannya. Demikianlah, barangkali sekitar dua belas tahun dari hidupnya. "Tetapi Samuel yang muda itu, semakin besar dan semakin disukai, baik di hadapan TUHAN maupun di hadapan manusia."[5] Pada masa itu pula terjadi kemerosotan moral yang hebat di Israel. [6]

Filistin Bangsa Filistin, yang akhir-akhir ini bertambah jumlah dan kekuatannya, praktis merupakan tuan atas negeri itu dan mereka memperhamba bangsa Israel. [7] Pada saat ini bentuk komunikasi baru dari Allah mulai terjadi atas diri anak kecil yang saleh ini. Sebuah suara yang misterius datang kepadanya pada malam hari, memanggil-manggil namanya, dan, sebagaimana yang diinstruksikan Eli, ia menjawab, "Berbicaralah, TUHAN, sebab hamba-Mu ini mendengar."

Kemasyhuran dan pengaruh Pesan yang datang dari Tuhan berisi berita kehancuran Eli dan anak-anaknya yang jahat. Samuel menyampaikan semuanya kepada Eli. Terhadap berita penghukuman yang mengerikan itu, [8] Eli hanya menjawab, ""Dia TUHAN, biarlah diperbuat-Nya apa yang dipandang-Nya baik". Tuhan kini menyatakan dirinya dalam cara yang berbeda-beda kepada Samuel. Kemasyhuran dan pengaruhnya meningkat di seluruh negeri sebagai satu-satunya orang yang dipanggil ke dalam jabatan sebagai nabi oleh Tuhan. Beban orang Filistin terlalu berat, dan rakyat yang mengeluh di bawah penindasan yang meluas itu, tiba-tiba bangkit memberontak, dan "orang Israel maju berperang melawan orang Filistin." Pertempuran hebat terjadi di Afek, dekat Eben-Haezer.[9] Bangsa Israel dikalahkan, dengan 4.000 orang tewas "di medan pertempuran".

Tabut perjanjian dibawa ke medan perang Para tua-tua bangsa Israel berpendapat bahwa untuk mengatasi kehancuran ini mereka harus membawa bersama mereka Tabut Perjanjian sebagai lambang kehadiranYahweh. Karena itu, tanpa berkonsultasi dengan Tuhan, mereka mengambil tabut itu dari Silo ke perkemahan dekat Afek. Ketika melihat tabut itu berada di antara rakyat mereka, rakyat pun "bersoraklah seluruh orang Israel dengan nyaring, sehingga bumi bergetar."

Pertempuran kedua Pertempuran kedua berlangsung, dan kembali tentara Filistin mengalahkan tentara Israel, menyerbu ke perkemahan

mereka,

membantai

30.000

orang,

dan

merebut

Tabut

Perjanjian.

Berita

tentang

pertempuran fatal ini segera sampai di Silo. Segera setelah Eli yang lanjut usia mendengar bahwa Tabut Allah direbut, ia terjatuh dari kursinya di pintu gerbang, lalu patah lehernya dan meninggal. Mungkin atas nasihat Samuel yang saat itu berusia sekitar 20 tahun, Kemah Suci bersama perlengkapannya dipindahkan dari Silo ke sebuah tempat yang dianggap aman, dan akhirnya ke Nob. Tabut itu diletakkan di sana selama bertahun-tahun.[10] Tentara Filistin masuk ke Silo dan merampas serta menghancurkannya.[11] Beberapa pakar modern menganggap bahwa Kitab Ulangan pasal 32 mungkin ditulis oleh Samuel sendiri sebagai tanggapan terhadap implikasi teologis dari kekalahan yang sangat parah ini, meskipun tidak ada bukti konkrit bahwa hal ini benar terjadi. Dua puluh tahun kemudian

Ini adalah masa yang penting dalam sejarah Israel. Selama 20 tahun setelah pertempuran fatal di Afek, seluruh negeri berada di bawah penindasan bangsa Filistin. Selama tahun-tahun ini Samuel menjadi kekuatan spiritual di negeri itu. Dari kota Ramataim-Zofim atau Rama, tempat kelahiran[12] dan tempat tinggalnya,[13] pengaruhnya meluas ke seluruh negeri. Dengan semangat yang tak kenal lelah ia berkeliling ke mana-mana untuk menegur, mengecam rakyat, berusaha membangkitkan rasa berdosa mereka, dan mengajak mereka bertobat. Usahanya berhasil sehingga seluruh bangsa Israel menyesal kepada Tuhan. Samuel mengumpulkan bangsanya di Mizpa, salah satu bukit tertinggi di Israel. Di sana mereka berpuasa dan berdoa, dan di bawah bimbingan Samuel, mempersiapkan diri untuk perang besar melawan bangsa Filistin yang kini datang dengan kekuatan penuh ke Mizpa untuk menghancurkan bangsa Israel. Samuel berdoa kepada Tuhan dan Tuhan menolong bangsa itu. Samuel, pemimpin mereka, juga bertindak sebagai pemimpin dalam peperangan. Bangsa Filistin dipukul mundur. Mereka melarikan diri dalam ketakutan dan banyak dari mereka yang tewas. Akhir penindasan Filistin Pertempuran ini, yang mungkin terjadi sekitar 1095 SM, mengakhiri 40 tahun penindasan oleh Filistin. Untuk mengenang pembebasan besar itu, dan sebagai tanda syukur atas pertolongan yang diberikan oleh Tuhan, Samuel membangun sebuah batu besar di medan peperangan, dan menyebutnya Eben-Haezer, dan berkata, "Sampai di sini TUHAN menolong kita". [14] Di tempat yang sama ini, 20 tahun sebelumnya, bangsa Israel mengalami kekalahan besar, ketika Tabut Allah direbut. Kemenangan atas Filistin ini menyebabkan periode damai yang panjang di Israel. [15] Selama itu Samuel melakukan tugas sebagai Hakim, berjalan keliling bertahun-tahun dari rumahnya di Rama ke Betel, ke Gilgal (tidak jelas apakah ini yang di lembah sungai Yordan, ataukah di sebelah barat gunung Ebal dan Gerizim. Sejumlah pakar meyakini yang kedua), kemudian pulang melalui Mizpa kembali ke Rama. Ibadah orang Israel Samuel menyelenggarakan ibadah secara teratur di Silo, dimana ia mendirikan altar; dan di Rama dimana ia mengumpulkan orang-orang muda dan mendirikan sekolah untuk para nabi. Sekolah-sekolah nabi kemudian juga didirikan di Gibea, Betel, Gilgal, dan Yerikho, memberikan pengaruh penting bagi karakter dan sejarah bangsa dalam memelihara agama murni di tengah pertumbuhan kesesatan. Mereka terus ada sampai Israel masuk ke dalam masa kerajaan. Setelah lewat beberapa tahun menjadi hakim, Samuel dikenal sebagai sahabat dan penasehat bagi banyak orang Israel untuk urusan pribadi dan umum. Ia merupakan negarawan besar dan juga seorang reformer, dan semua menghargainya dengan gelar "pelihat", nabi Tuhan.

Akhir masa tugas Ketika Samuel sudah tua dan mendekati akhir masa tugasnya, para penatua Israel datang kepadanya di Rama (1 Samuel 8:4, 5, 19-22). Samuel mengangkat putra-putranya menjadi hakim di Bersyeba, tetapi mereka ternyata tidak jujur dan korupsi. Para tua-tua Israel, mengantisipasi penyalahgunaan kekuasaan Samuel serta ancaman dari bani Amon, menuntut agar seorang raja dipilih untuk memerintah bangsa Israel. Hal ini mengesalkan hati Samuel. Ia berdebat dengan mereka dan memberi peringatan konsekuensi kehadiran seorang raja (lihat 1 Samuel pasal 8). Akhirnya, setelah diberi petunjuk oleh Allah, Samuel menerima tuntutan mereka dan mengurapi Saul menjadi raja Israel.[16]. Sebelum meminta diri dari bangsa itu untuk pensiun, Samuel

mengumpulkan bangsa itu di Gilgal dan dengan khidmad menjabarkan kembali hubungannya dengan bangsa itu sebagai hakim dan nabi (1 Samuel pasal 12). Sisa hidupnya dihabiskan di kota Rama dan hanya dalam peristiwa khusus muncul kembali di depan umum (1 Samuel 13, 15) membawa firman Allah untuk Saul. Ketika bersedih atas berbagai kejahatan yang jatuh ke bangsa itu, tiba-tiba ia disuruh Allah pergi ke Betlehem untuk mengurapi Daud bin Isai menjadi raja Israel kedua, yang kelak menggantikan raja Saul (1 Samuel 16). Kematian Samuel mati di kota tinggalnya, Rama. Menurut tradisi Yahudi, tanggal kematiannya adalah 28 Iyar, kemungkinan pada usia sekitar 80 tahun. Seluruh orang Israel berkumpul meratapi dia dan menguburkan dia di rumahnya di Rama,[17] bukan di dalam rumah itu sendiri, melainkan di halaman rumahnya (bandingkan 2 Rajaraja 21:18; 2 Tawarikh 33:20; 1 Raja-raja 2:34; Yohanes 19:41) Ketaatan Samuel kepada Allah dan berkat khusus dari Allah untuknya disebutkan di bagian Alkitab yang lain, yaitu Yeremia 15:1 danMazmur 99:6. Menurut sejarawan Yahudi-Romawi abad ke-1 M, Flavius Yosefus (37-100 M), Samuel memimpin dan menjadi hakim atas orang Israel sendirian, setelah kematian Imam Besar Eli, selama 12 tahun; kemudian 18 tahun lamanya bersama-sama dengan raja Saul.[18] Makam Benjamin dari Tudela mengunjungi daerah sekitar kota Rama pada tahun 1173, mencatat bahwa para tentara Perang Salib menemukan tulang-tulang Samuel di pekuburan orang Yahudi di Ramla pada dataran pantai dan menguburkannya kembali di kota Rama, menghadap ke Kota Suci (Yerusalem). Kuburannya sendiri secara tradisi

ada

di

kota

yang

dikenal

dengan

nama Neby

Samwil (“nabi

Samuel”)

yang

terletak

di Mizpa daerah Benyamin, dimana Samuel diangkat menjadi pemimpin Israel. [19] Sampai sekarang ada Mesjid Nabi Samwil di kota Rama, yang dibangun di atas bekas benteng zaman Perang Salib, dimana diyakini makam nabi Samuel ada di dalam bangunan Mameluke.

52.

Musa.

Musa (bahasa Ibrani: ‫שה‬ ֶׁ ֹ ‫מ‬, Standar Mošé Tiberias Mōšeh; bahasa Arab: ‫موسى‬, Mūsā; bahasa Ge'ez: ሙሴ Musse) (lahir di Mesir, ~1527 SM – meninggal di Gunung Nebo, dataran Moab, tepi timur Sungai Yordan, ~ 1407 SM pada umur 120 tahun) adalah seorang pemimpin dan nabi orang Israel yang menyampaikan Hukum Taurat dan menuliskannya dalamPentateveh/Pentateukh (Lima Kitab Taurat) dalam Alkitab Ibrani atau Perjanjian Lama di Alkitab Kristen. Ia ditugaskan untuk membawa Bani Israil (Israel) keluar dari Mesir. Namanya disebutkan sebanyak 873 kali dalam 803 ayat dalam 31 buku diAlkitab Terjemahan Baru[10] dan 136 kali di dalam Al-Quran. Keluarga Musa adalah anak Amram bin Kehat bin Lewi, anak Yakub bin Ishak. Ia diangkat menjadi nabi sekitar tahun 1450 SM. Ia memiliki 2 orang anak (Gersom dan Eliezer) dari istrinya, Zipora. Ia

wafat di Tanah Tih (Gunung Nebo) sekitar sebulan sebelum bangsa Israel memasuki tanah Kanaan setelah 40 tahun mengembara di padang gurun sesudahkeluar dari Mesir.

Pandangan Yahudi dan Kristen Musa adalah seseorang yang diutus oleh Allah untuk pergi membebaskan bangsa Israel dari perbudakan Mesir, dan menuntun mereka pada tanah perjanjian yang dijanjikan Allah kepada Abraham, yaitu tanah Kanaan. Musa harus melewati berbagai macam rintangan sebelum akhirnya benar-benar menerima mandat sebagai orang yang diutus oleh Allah untuk membebaskan bangsa Israel, misalnya: hampir dibunuh ketika ia masih bayi, dikejar-kejar oleh Firaun, sampai harus menjalani hidup sebagai gembala di tanah Midian selama 40 tahun. Itu semua diijinkan Tuhan untuk membentuk karakternya, sampai akhirnya Malaikat TUHAN menampakkan diri kepadanya dalam peristiwa semak duri yang menyala, tetapi tidak dimakan api.[11] Ketika Musa sudah menerima mandat untuk membebaskan bangsa Israel, kuasa Tuhan mulai menyertai Musa, ditandai dengan adanya mujizat-mujizat yang diadakan oleh Tuhan melalui Musa, baik ketika masa pembebasan Israel dengan tulah-tulah, maupun ketika masa perjalanan bangsa Israel ke Kanaan. Pada akhirnya, Musa tidak sampai memimpin bangsa Israel masuk ke tanah Kanaan, oleh karena kesalahan perkataan Musa di Mara yang disebabkan oleh betapa pahit hati Musa menghadapi orang Israel. Musa hanya mengantarkan orang Israel sampai ke tepi timur sungai Yordan, sebelum menyeberang ke tanah Kanaan, tanah yang dijanjikan tersebut. Musa akhirnya digantikan oleh abdinya yang setia yaitu Yosua bin Nun, yang akhirnya berhasil memimpin bangsa Israel masuk dan menduduki tanah Kanaan. Garis waktu kehidupan Musa adalah sebagai berikut: 

Musa dilahirkan ratusan tahun setelah Yusuf meninggal, di dalam pemerintahan Firaun.



Musa berasal dari suku Lewi.

Etimologi Nama Menurut Kitab Keluaran, nama Musa (Mošeh ‫ )משה‬berarti "diangkat dari air" dari akar kata mšh ‫" משה‬mengangkat, menarik ke luar", menurut Keluaran 2:10: Nama "Musa" ini dapat mengindikasikan bentuk pasif "ditarik keluar", yaitu "dia yang ditarik keluar", tetapi juga ada yang melihat dalam arti aktif, yaitu: "ia yang menarik keluar" dalam arti "Juruselamat" (bahasa Latin: Soter; bahasa Inggris: saviour, deliverer).[13] Bentuk nama yang tertulis dalam Teks Masoret sesungguhnya merupakan bentuk aktif partisipel dalam tata bahasa Ibrani. [14]

 Sejarawan Yahudi-Romawi dari abad ke-1 M, Flavius Yosefus (37-100), berpendapat bahwa nama

ini diambil dari etimologi Mesir. Ini didukung oleh sejumlah pandangan sarjana yang menunjukkan turunan dari istilah bahasa Koptik mo yaitu "air" dan `uses "menolong, menyelamatkan", memberi arti "diselamatkan dari air".[15] Pandangan lain mengkaitkan nama Musa dengan kata Mesir kuno ms -- artinya "lahir" atau "anak; keturunan" atau "pemberian" -- yang ditemukan dalam nama-nama "Thut-mose", "anak dari (dewa) Thoth") dan "Ra-messes", yang berarti "anak yang diberi oleh (dewa) Ra.[12][16] Dari antara orang-orang Aram dan Neo-Hitit, penduduk di Sam'al Utara, Yahudi, menyebutkan bahwa ada jejak-jejak kebudayaan nenek moyang pahlawan Moschos, menunjuk kepada pahlawan Yunani Mopsus (berarti "anak sapi") yang memiliki beberapa kesamaan dengan Musa. [17] Kesamaan-kesamaan ini hanya berkisar pada kedekatan lokasi dan kemiripan nama.

Latar Belakang Kelahiran sumber: Kitab

Keluaran

pasal

1

Sebelum bangsa Israel diperbudak, mereka hidup senang di tanah Mesir, yaitu selama bangsa Mesir berada di bawah pemerintahan Yusuf. Yusuf adalah seorang putra Israel yang dijual ke tanah Mesir oleh saudara-saudaranya oleh karena iri hati. Namun berkat pertolongan Tuhan, Yusuf dapat melalui banyak penderitaan dan pada akhirnya menjadi penguasa nomor dua di Mesir, hanya setingkat langsung di bawah Firaun yang waktu itu berkuasa. Firaun memberikan kuasa dan kepercayaan penuh kepada Yusuf untuk melakukan apapun yang dianggap Yusuf baik bagi Mesir. Kemudian Yusuf memboyong keluarganya, yaitu Yakub (yang juga disebut Israel), ayahnya, beserta seluruh keluarga saudara-saudaranya, pindah ke tanah Mesir, karena di Kanaan tempat keluarganya tadinya berdiam terjadi

kelaparan

hebat.

Itulah

awal

mulanya

bangsa

Israel

dapat

tinggal

di

Mesir.

Lama setelah Yusuf meninggal, kemudian bangkitlah seorang raja baru memerintah tanah Mesir, yang tidak mengenal Yusuf (tidak ingat lagi jasa Yusuf bagi tanah Mesir). Berkatalah raja itu kepada rakyatnya: "Bangsa Israel itu sangat banyak dan lebih besar jumlahnya dari pada kita. Marilah kita bertindak dengan bijaksana terhadap mereka, supaya mereka jangan bertambah banyak lagi dan--jika terjadi peperangan--jangan bersekutu nanti dengan musuh kita dan memerangi kita, lalu pergi dari ini."[18]

negeri

Oleh karena itu, raja (Firaun) itu dan rakyatnya melakukan sejumlah tindakan untuk menekan laju pertumbuhan penduduk Israel: 

Pengawas-pengawas rodi ditempatkan atas mereka untuk menindas mereka dengan kerja paksa: mereka harus mendirikan bagi Firaun kota-kota perbekalan, yakniPitom dan Raamses. [19]

 Namun segala hal tersebut ternyata tidak dapat menekan angka pertumbuhan penduduk

Israel. Makin ditindas, makin bertambah banyak dan berkembang mereka, sehingga orang merasa takut kepada orang Israel itu.[20] 

Lalu dengan kejam orang Mesir memaksa orang Israel bekerja, dan memahitkan hidup mereka dengan pekerjaan yang berat, yaitu mengerjakan tanah liat dan batu bata, dan

berbagai-bagai pekerjaan di padang, ya segala pekerjaan yang dengan kejam dipaksakan orang Mesir kepada mereka itu.[21] 

Raja Mesir juga memerintahkan kepada bidan-bidan yang menolong perempuan Ibrani, seorang bernama Sifra dan yang lain bernama Pua, katanya: "Apabila kamu menolong perempuan Ibrani pada waktu bersalin, kamu harus memperhatikan waktu anak itu lahir: jika anak laki-laki, kamu harus membunuhnya, tetapi jika anak perempuan, bolehlah ia hidup." Tetapi bidan-bidan itu takut akan Allah dan tidak melakukan seperti yang dikatakan raja Mesir kepada mereka, dan membiarkan bayi-bayi itu hidup. Lalu raja Mesir memanggil bidan-bidan itu dan bertanya kepada mereka: "Mengapakah kamu berbuat demikian membiarkan hidup bayi-bayi itu?" Jawab bidan-bidan itu kepada Firaun: "Sebab perempuan Ibrani tidak sama dengan perempuan Mesir; melainkan mereka kuat: sebelum bidan datang, mereka telah bersalin." Maka Allah berbuat baik kepada bidan-bidan itu; bertambah banyaklah bangsa itu dan sangat berlipat ganda. Dan karena bidan-bidan itu takut akan Allah, maka Ia membuat mereka berumah tangga.[22]



Lalu Firaun memberi perintah kepada seluruh rakyatnya: "Lemparkanlah segala anak laki-laki yang lahir bagi orang Ibrani ke dalam sungai Nil; tetapi segala anak perempuan biarkanlah hidup."[23]

Silsilah Menurut catatan Alkitab, silsilah keluarga Musa dari Lewi adalah sebagai berikut:           

 

 

     

Lewi

isteri    

 

   

     

   

     

   

 

 

   

           

     

   

 

      

 

   

  Gerson

Kehat

  Merari

      

 

   

   

           

       

      

       

   

  Miryam  

               

 

Yokhebed

         

 

   

Amram                           

Harun  

  

 

                       

Yizhar   Hebron   Uziel       

Musa

   

 

Kelahiran dan Masa Muda sumber: Kitab

Keluaran

pasal

2

Musa adalah putra Amram bin Kehat dan Yokhebed, istrinya. Yokhebed dan Kehat adalah anakanak Lewi. Musa memiliki dua orang kakak, yaitu Miryam dan Harun. 

Setelah melahirkan Musa, Yokhebed melihat, bahwa anak itu cantik ("ia elok di mata Allah"[24]), disembunyikannya 3 bulan lamanya di dalam rumah. [24] Tetapi ia tidak dapat menyembunyikannya lebih lama lagi, sebab itu diambilnya sebuah peti pandan, dipakalnya dengan gala-gala dan ter, diletakkannya bayi itu di dalamnya dan ditaruhnya peti itu di tengah-tengah teberau di tepi sungai Nil; kakaknya perempuan (Miryam) berdiri di tempat yang agak jauh untuk melihat, apakah yang akan terjadi dengan dia. [25]



Maka datanglah puteri Firaun untuk mandi di sungai Nil, sedang dayang-dayangnya berjalanjalan di tepi sungai Nil, lalu terlihatlah olehnya peti yang di tengah-tengah teberau itu, maka disuruhnya hambanya perempuan untuk mengambilnya. Ketika dibukanya, dilihatnya bayi itu, dan tampaklah anak itu menangis, sehingga belas kasihanlah ia kepadanya dan berkata: "Tentulah ini bayi orang Ibrani."[26]



Lalu bertanyalah Miryam, kakak anak itu, kepada puteri Firaun: "Akan kupanggilkah bagi tuan puteri seorang inang penyusu dari perempuan Ibrani untuk menyusukan bayi itu bagi tuan puteri?" Sahut puteri Firaun kepadanya: "Baiklah." Lalu pergilah gadis itu memanggil Yokhebed, ibu bayi itu. Maka berkatalah puteri Firaun kepada ibu itu: "Bawalah bayi ini dan susukanlah dia bagiku, maka aku akan memberi upah kepadamu." Kemudian perempuan itu mengambil bayi itu dan menyusuinya. Ketika anak itu telah besar, dibawanyalah kepada puteri Firaun, yang mengangkatnya menjadi anaknya, dan menamainya Musa, sebab katanya: "Karena aku telah menariknya dari air." [27][28]Dan Musa dididik dalam segala hikmat orang

Mesir, dan ia berkuasa dalam perkataan dan perbuatannya. [29] Masa Dewasa Kehidupan Musa segera setelah dewasa tidak dicatat dalam Alkitab, tetapi tercatat dalam karya dari seorang sejarawan Yahudi, Artapanus, yang menulis "Peri Iudaion" pada akhir abad ke-3 SM, yang dilestarikan dalam tulisan sejarawan Kristen, Eusebius,[30] antara lain: 

Pangeran Musa ("Mousos") diadopsi oleh putri 'Merris', anak perempuan Firaun Palmanothes, yang kemudian menikah dengan Firaun Khenephrês (= Sobekhotep IV), "yang menjadi raja atas wilayah di seberang Memphis, karena pada zaman itu ada banyak raja di Mesir."



Setelah dewasa, pangeran Musa mengatur negeri itu untuk Firaun Khenephrês dan menjadi terkenal di kalangan rakyat Mesir.



Pangeran Musa memimpin peperangan melawan orang Etiopia yang menyerang Mesir, selama 10 tahun. Peristiwa ini juga dicatat oleh sejarawan Yahudi-Romawi Flavius Yosefus (37-100 M).



Ketika kembali dan membawa kemenangan Firaun Khenephrês berupaya membunuhnya karena cemburu atas keberhasilan Musa, tetapi Musa "lari ke Arabia dan hidup dengan Raguel, penguasa daerah itu, dan menikahi putrinya."[30]

Melarikan diri dari Mesir Catatan Alkitab dilanjutkan lagi ketika Musa berusia 40 tahun. [31] Waktu itu ia keluar mendapatkan saudara-saudaranya untuk melihat kerja paksa mereka; lalu dilihatnyalah seorang Mesir memukul seorang Ibrani, seorang dari saudara-saudaranya itu. Ia menoleh ke sana sini dan ketika dilihatnya tidak ada orang, dibunuhnya orang Mesir itu, dan disembunyikannya mayatnya dalam pasir. [32] Pada sangkanya saudara-saudaranya akan mengerti, bahwa Allah memakai dia untuk menyelamatkan mereka, tetapi mereka tidak mengerti.[33] 

Ketika keesokan harinya ia keluar lagi, didapatinya dua orang Ibrani tengah berkelahi. Ia bertanya kepada yang bersalah itu: "Mengapa engkau pukul temanmu?" Tetapi jawabnya: "Siapakah yang mengangkat engkau menjadi pemimpin dan hakim atas kami? Apakah engkau bermaksud membunuh aku, sama seperti engkau telah membunuh orang Mesir itu?" Musa menjadi takut, sebab pikirnya: "Tentulah perkara itu telah ketahuan." Ketika Firaun mendengar tentang perkara itu, dicarinya ikhtiar untuk membunuh Musa. [34][35]



Tetapi Musa melarikan diri dari hadapan Firaun dan tiba di tanah Midian, [36] lalu ia dudukduduk di tepi sebuah sumur. Adapun imam di Midian itu mempunyai tujuh anak perempuan. Mereka datang menimba air dan mengisi palungan-palungan untuk memberi minum kambing domba ayahnya. Maka datanglah gembala-gembala yang mengusir mereka, lalu Musa bangkit menolong mereka dan memberi minum kambing domba mereka. [37]



Ketika mereka sampai kepada Rehuel, ayah mereka, berkatalah ia: "Mengapa selekas itu kamu pulang hari ini?" Jawab mereka: "Seorang Mesir menolong kami terhadap gembalagembala, bahkan ia menimba air banyak-banyak untuk kami dan memberi minum kambing domba." Ia berkata kepada anak-anaknya: "Di manakah ia? Mengapakah kamu tinggalkan orang itu? Panggillah dia makan."[38]



Musa bersedia tinggal di rumah itu, lalu Rehuel memberikan Zipora, anaknya, kepada Musa. Perempuan itu melahirkan 2 anak laki-laki, [36] maka Musa menamainya yang sulung Gersom, sebab katanya: "Aku telah menjadi seorang pendatang di negeri asing." [39][40] dan yang seorang lagi bernama Eliezer, sebab katanya: "Allah bapaku adalah penolongku dan telah menyelamatkan aku dari pedang Firaun."[41]

Kembali ke Mesir untuk memimpin Israel

Selama tinggal di Midian, Musa biasa menggembalakan kambing domba Yitro, mertuanya, imam di Midian. Suatu waktu, ia menggiring kambing domba itu ke seberang padang gurun, sampai ke "gunung Allah", yakni gunung Horeb.[42] Waktu Musa sampai ke gunung Horeb itu, ia telah berdiam di Midian selama 40 tahun. [43] Sesampainya di sana, malaikat TUHAN menampakkan diri kepadanya di dalam nyala api yang keluar dari semak duri. Lalu ia melihat, dan tampaklah: semak duri itu menyala, tetapi tidak dimakan api. Dari semak duri berapi itu Allah berbicara kepada Musa. Allah mengutus Musa untuk menyelamatkan bangsa Israel dari perbudakan. [44] Musa pun kembali ke Mesir untuk meminta Firaun melepaskan bangsa Israel dengan ditemani Harun, abangnya. [45] Firaun tidak bersedia melepaskan bangsa Israel karena hatinya dikeraskan oleh Allah untuk menunjukkan kuasa Allah kepada manusia. Akhirnya Allah menimpakan sepuluh tulah kepada bangsa Mesir yang puncaknya diperingati oleh bangsa Yahudi sebagai hari raya Pesakh atau pelepasan (Paskah zaman Perjanjian Lama menurut orang Kristen) dimana Firaun menyerah dan membiarkan bangsa Israel pergi. Pada hari itu yaitu tanggal 15 bulan Nisan (~25 April 1446 SM[46]) bangsa Israel dibawa oleh Musa ke luar dari Mesir.[47]

Membawa Israel keluar dari Mesir Musa memimpin bangsa Israel dari Mesir menuju tanah perjanjian yang berlimpah susu dan madunya, yaitu tanah Kanaan. Ketika mulai keluar dari Mesir, sang Firaun mengubah pikirannya dan mengejar kembali orang Israel. Musa kemudian membelah Laut Merah sehingga rakyat Israel yang hampir terkejar dapat menyeberang dan kemudian Musa menenggelamkan para pengejar yang berusaha menangkap kembali orang Israel. Selama perjalanan, bangsa Israel terus mengeluh dan mencobai Allah sehingga Allah marah dan menghukum Israel mengembara di padang pasir 40 tahun. [48]

Musa menerima Sepuluh Perintah Allah di bukit Sinai, dan menerima peraturan-peratuan peribadatan dan hukum-hukum sipil yang dilakukan oleh bangsa Israel hingga hari ini. [49] Allah dengan perantaraan Musa melakukan banyak mujizat kepada bangsa Israel yang tidak percaya seperti memberikan manna, air, dan burung puyuh untuk menjadi makanan pokok orang Israel selama di gurun sehingga mereka tidak kelaparan maupun kehausan. Setelah 40 tahun lamanya memutari jazirah Arab, bangsa Israel sampai ke tanah Kanaan, namun Musa dilarang Allah untuk memasukinya, karena pernah berdosa kepada-Nya.[50]

Kematian Musa Sebelum matinya, naiklah Musa dari dataran Moab ke atas gunung Nebo, yakni ke atas puncak Pisga, (di sisi timur sungai Yordan) yang di tentangan Yerikho, lalu TUHAN memperlihatkan kepadanya seluruh negeri itu.[51] Dan berfirmanlah TUHAN kepadanya [Musa]: "Inilah negeri yang Kujanjikan dengan sumpah kepada Abraham, Ishak dan Yakub; demikian: Kepada keturunanmulah akan Kuberikan negeri itu.

Aku mengizinkan engkau melihatnya dengan matamu sendiri, tetapi engkau tidak akan menyeberang ke sana."[52] Lalu matilah Musa, hamba TUHAN itu, di sana di tanah Moab, sesuai dengan firman TUHAN. Dan dikuburkan-Nyalah dia [Musa] di suatu lembah di tanah Moab, di tentangan Bet-Peor, dan tidak ada orang yang tahu kuburnya sampai hari ini. [53] Kepemimpinan Musa selanjutnya digantikan oleh Yosua bin Nun, seorang jenderal yang takut akan Tuhan.[54]

Pelayanan Selama hidupnya, Musa melakukan berbagai fungsi pelayanan, antara lain:

Penulis Musa merupakan penulis (atau penyusun bahan) dari 5 kitab pertama dari Alkitab Ibrani atau Perjanjian Lama di Alkitab. Kitab-kitab tersebut dalam Alkitab bahasa Indonesiadiberi judul: Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan, dan Ulangan. Kitab-kitab tersebut kemudian dikenal di kalangan orang Yahudi dengan nama Taurat, karena di dalam kitab-kitab tersebut terkandung banyak sekali perintah-perintah yang disampaikan oleh Tuhan kepada Musa untuk bangsa Israel. [55] Musa juga menggubah sebuah mazmur, yang termasuk dalam kumpulan Kitab Mazmur, yaitu Mazmur 90.[56] Hakim Musa mengatur kehidupan seluruh umat Israel, dan menyelesaikan permasalahanpermasalahan yang ada di dalam bangsa Israel. Namun semakin lama permasalahan itu semakin banyak, dan Musa harus menangani permasalahan seluruh bangsa Israel yang mengantri untuk diselesaikan permasalahannya dari pagi hingga malam hari. Atas saranYitro mertuanya, Musa mengangkat pemimpin-pemimpin atas bangsa itu untuk menangani perkara-perkara yang kecil-kecil, sehingga Musa hanya menangani masalah-masalah yang cukup besar saja. [57] Pembuat Tabut Perjanjian Musa, atas perintah Tuhan, membuat tabut perjanjian dan kemah suci, di mana di dalam tabut perjanjian itu terletak dua loh batu yang berisi sepuluh perintah Allah. Dalam pembuatan itu, Musa dibantu oleh Bezaleel bin Uri bin Hur dari kaum Yehuda dan Aholiab bin Ahisamakh dari suku Dan. Mereka berdua adalah orang-orang yang diperlengkapi Tuhan dengan keahlian. [58] Peran Di dalam Alkitab, Musa merupakan seseorang yang diutus oleh Tuhan untuk membebaskan bangsa Israel dari

perbudakan Mesir dan

menuntun Israel menuju

tanah

perjanjian,

yaitu

tanah Kanaan. Musa juga berperan untuk menguak sisi-sisi pribadi Allah, yang pada zaman orang Israel dianggap sebagai Pribadi yang menakutkan dan cenderung untuk menghukum. Musa menunjukkan

bahwa bahkan pada zaman itu pun Musa dapat bergaul karib dengan Tuhan, bahkan sampai disebutkan berbicara berhadap-hadapan muka dengan Allah seperti sepasang sahabat. [59] Musa juga mengajarkan bagaimana untuk menjadi seorang pemimpin yang penuh belas kasihan terhadap orang-orang yang dipimpinnya. Di dalam banyak kesempatan ketika orang Israel memberontak, Tuhan sudah "menawarkan" kepada Musa untuk mengambil jalan pintas, yaitu dengan Tuhan memberantas seluruh orang Israel, dan akan menjadikan dari Musa seorang, suatu keturunan, bangsa yang besar. Namun Musa belajar untuk tidak mementingkan dirinya sendiri, dan memperjuangkan orang Israel di hadapan Tuhan.[60] Namun Musa juga mampu marah bila saatnya tepat. Musa sungguh-sungguh marah kepada orang Israel ketika orang Israel, bahkan sampai Harun, kakaknya, berbuat dosa dengan menyembah patung Lembu Emas, sementara Musa sedang naik ke gunung Sinai untuk mendapatkan petunjuk dari Tuhan untuk bangsa Israel.[61] Kelahiran Musa diutus Allah untuk memimpin kaum Israel ke jalan yang benar. Ia merupakan anak Imran dan Yukabad binti Qahat, dan bersaudara dengan Harun, dilahirkan di Mesir pada pemerintahan Maneftah,[65] sedangkan beberapa pendapat ia adalah ayah dari Maneftah yaitu Ramses Akbar[66] atau Thutmosis.[67] Mimpi Firaun Pada masa kelahiran Musa, Firaun membuat peraturan untuk membunuh setiap bayi laki-laki yang lahir. Tindakan itu diambil karena dia sudah terpengaruh oleh paranormalkerajaan yang menafsirkan mimpinya. Firaun bermimpi Mesir terbakar dan penduduknya mati, kecuali Bani Israel, sedangkan paranormalnya mengatakan kekuasaan Fir'aun akan jatuh ke tangan seorang laki-laki dari bangsa Israel. Karena cemas, dia memerintahkan setiap rumah digeledah dan jika menemukan bayi laki-laki, maka bayi itu harus dibunuh. Yukabad melahirkan seorang bayi laki-laki (Musa), dan kelahiran itu dirahasiakan. Karena risau dengan keselamatan Musa, akhirnya Musa dihanyutkan ke Sungai Nil ketika berusia 3 bulan, setelah mendapatkan Ilham dari Allah, ” Kemudian Musa ditemukan oleh Asiyah istri Firaun, yang sedang mandi dan kemudian membawanya ke istana. Melihat istrinya membawa seorang bayi laki-laki, Firaun ingin membunuh Musa. Istrinyapun berkata: “Jangan membunuh anak ini karena aku menyayanginya. Lebih baik kita mengasuhnya seperti anak kita sendiri karena aku tidak mempunyai anak.” Dengan kata-kata dari istrinya tersebut, Firaun tidak sampai hati untuk membunuh Musa. Kembali ke Mesir Ketika beliau dalam perjalanan pulang dari Madyan ke Mesir, bagi menghadapi Firaun dan pengikutnya yang fasik. Firaun cukup marah mengetahui kepulangan Musa yang mau membawa

ajaran lain daripada yang diamalkan selama ini sehingga memanggil semua ahli sihir untuk mengalahkan dua mukjizat berkenaan. Ahli sihir Firaun masing-masing mengeluarkan keajaiban, ada antara mereka melempar tali lalu menjadi ular. Namun, semua ular yang dibawa ahli sihir itu ditelan ular besar yang berasal daripada tongkat Musa. Firman Allah bermaksud: “...dan lemparkanlah apa yang ada di tangan kananmu, pasti ia akan menelan apa yang mereka buat. Sesungguhnya apa yang mereka buat itu hanya tipu daya tukang sihir dan tidak akan menang tukang sihir itu dari mana saja ia datang.” Semua keajaiban ahli sihir itu dihancurkan Musa menggunakan dua mukjizat berkenaan, menyebabkan sebagian dari kalangan pengikut Firaun, termasuk istrinya mengikuti ajaran yang dibawa Musa. Melihatkan ahli sihir dan sebagian pengikutnya beriman dengan ajaran Nabi Musa, Firaun marah, lalu menghukum golongan berkenaan. Manakala istrinya sendiri disiksa hingga meninggal dunia.

Musa bermunajat di Bukit Sina Selepas keluar dari Mesir, Nabi Musa bersama sebahagian pengikutnya dari kalangan Bani Israel menuju ke Bukit Sina untuk mendapatkan kitab panduan daripada Allah. Namun, sebelum itu Musa disyaratkan berpuasa selama 30 hari pada Zulkaedah. Ketika mahu bermunajat, beliau beranggapan bau mulutnya kurang menyenangkan. Ia menggosok gigi dan mengunyah daun kayu, lalu perbuatannya ditegur malaikat dan beliau diwajibkan berpuasa 10 hari lagi. Dengan itu puasa Musa genap 40 hari. Sewaktu bermunajat, Musa berkata: “Ya Tuhanku, nampakkanlah zat-Mu kepadaku supaya aku dapat melihatMu.” Allah berfirman: “Engkau tidak akan sanggup melihatKu, tetapi coba lihat bukit itu. Jika ia tetap berdiri tegak di tempatnya seperti sediakala, maka niscaya engkau dapat melihatku.” Musa terus memandang ke arah bukit yang dimaksudkan itu dan dengan tiba-tiba bukit itu hancur hingga masuk ke perut bumi, tanpa meninggalkan bekasnya. Musa terperanjat dan gementar seluruh tubuh lalu pingsan. 10 Perintah Tuhan Ketika sadar, Musa terus bertasbih dan memuji Allah, sambil berkata: “Maha besarlah Engkau ya Tuhan, ampuni aku dan terimalah taubatku dan aku akan menjadi orang pertama beriman kepadaMu.” Sewaktu bermunajat, Allah menurunkan kepadanya kitab Taurat. Menurut ahli tafsir, ketika kitab itu berbentuk kepingan batu atau kayu, namun padanya terperinci segala panduan ke jalan diridhai Allah. Kesepuluh Perintah Tuhan itu mengandung sejumlah pernyataan-penyataan wajib yang secara total lebih dari 10. Tetapi, Kitab Suci sendiri menunjukkan perhitungan "10", menggunakan frasa 'aserethad'varim diartikan sebagai 10 kata, pernyataan, atau benda. Agama-agama yang bermacam-macam mengelompokkan pernyataan-penyataan wajib tersebut sehingga menjadi 10 bagian. Berikut isi sepuluh perintah tersebut sebagai berikut: 1.

Akulah Tuhan, Allahmu. Jangan ada padamu tuhan lain selain-Ku.

2.

Jangan membuat bagimu patung (sembahan) yang menyerupai apapun.

3.

Jangan menyebut nama Tuhan: Allahmu, dengan sembarangan.

4.

Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat.

5.

Hormatilah ayah dan ibumu.

6.

Jangan membunuh.

7.

Jangan berzina.

8.

Jangan mencuri.

9.

Jangan mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu.

10.

Jangan mengingini milik sesamamu (mengingini istri, atau hamba laki-lakinya, atau hamba

perempuannya, atau lembunya, atau keledainya, atau hartanya, atau apapun yang dipunyai sesamamu).

53.

Abraham.

Abraham adalah seorang anak baik, patuh dan hormat kepada Bapaknya Terah. Ketika Bapaknya Terah mengajaknya pergi ke negri yang jauh yaitu daerah tanah Kanaan, Ibrahim mendampingnya bersama istrinya Sarai dan keponakannya Lut (kej 11:31). Kemudian Terah meninggal di Haran pada usia 205 tahun (kej 11:32). Abraham adalah seorang Suami yang sangat sayang kepada istrinya Sarai dan setia sampai akhir hayatnya. Rasa sayang Abraham kepada Istrinya disempurnakan oleh karena Sarai adalah adik se Bapaknya atau saudara tiri lain ibu. Abraham melaksanakan dengan baik perintah Tuhan yaitu setelah Tuhan membuat perjanjian dengan Abraham. Dalam perjanjian itu Tuhan akan memberi Abraham keturunan lagi setelah Ismael dan bahkan keturunan yang banyak setelah itu, sedangkan Abraham berkewajiban melakukan sunat dan juga terhadap seluruh anak keturunannya yang laki-laki yaitu dikerat kulit khatannya setelah berumur 8 hari (kej 12:10-12). Abraham melaksanakan perintah Tuhan, waktu itu Ismael baru berusia 13 tahun sedangkan dia sendiri berumur 99 tahun (kej 17:25). Abraham menunjukan sikap penakut ketika bertemu Fir’un di Mesir.Ketika terjadi masa sulit yaitu terjadinya bencana kelaparan di tanah Kanaan, Abraham dan istrinya Sarai , berangkat ke negri mesir untuk mendapatkan makanan (kej 12:10). Sesampainya Abram dan Sarai di negri Mesir, mereka mendengar cerita bahwa Raja mesir (Fir’un) seorang mata keranjang terutama ketika melihat wanita yang cantik-cantik lalu menjadikan wanita itu sebagai selir kalau dia tertarik. Sekiranya wanita itu cantik lalu Fir’un menginginkannya, maka tidak seorangpun yang mampu menghalanginya. Kalau wanita itu sudah bersuami, maka suaminya akan dibunuh (kej 12:12). Setelah mendengar cerita itu , maka Abraham mengambil suatu sikap dan menyampaikan rencananya kepada Sarai. Abraham membisikkan kepada Sarai agar jangan ada yang mengetahui bahwa mereka suami-istri, kalau ada yang bertanya katakan saja kamu adalah adikku. Abraham takut akan terbunuh sedangkan Sarai tetap hidup ( kej 12:13). Sarai pun setuju dengan rencana Abraham itu, lalu mereka

melanjutkan perjalanan mereka ke Mesir (kej 12:14). Ternyata apa yang ditakutkan Abraham pun terjadi. Kehadiran Sarah yang cantik di negri Mesir itu, mengundang banyak mata lelaki untuk mengaguminya, sehingga berita itu sampai juga ke telinga Fir’un melalui pengawal-pengawalnya (kej 12:15). Kemudian raja Mesir (Fir’un) itu ingin mengambil Sarai sebagai selirnya, sementara Abraham mendapat hadiah dan pemberian dari Fir’un berupa hewan-hewan ternak, budak lelaki dan perempuan (kej 12:16). Hadiah itu diberikan kepada Abraham untuk membujuk adiknya agar bersedia menjadi selir Fir’un. Tentu saja Sarai tidak sudi menjadi selir Fir’un dan dia terus menolak dengan cara yang halus. Sementara itu negri Mesir mendapat kutukan dari Tuhan seperti penyakit dan wabah. Akhirnya Fir’un memanggil Sarai dan Abraham dan memintanya berterus terang (kej 12:18). Maka Abraham mengakui bahwa Sarai adalah istrinya, namun dia merasa tidak berbohong karena Sarai memang adik tirinya sendiri tetapi juga istrinya. Lalu dengan bijaksana Fir’un mengembalikan Sarai kepada Abraham , kemudian menyuruh pengawalnya untuk mengatarkan Abraham dan Sarai kembali ke negrinya berserta hadiah yang sudah diberikan Fir’un itu kepada Abraham sebelumnya (kej 12:20) Sifat penakut dari Abraham kembali diperlihatkannya ketika dia kembali ke tanah Negreb dan menetap di Gerar sebagai orang asing (Kej 20:1). Pada saat itu Sarah sudah berumur 75 tahun sedangkan Abraham 85 tahun. Kepada Abimelekh, raja Gerar, kembali Abraham mengatakan bahwa Sarah adalah saudaranya. Karena kecantikan Sara, maka Abimelekh berminat hendak mengambil Sara sebagai selirnya. Pada saat menjelang malam penganten, Abimelekh bermimpi. Di dalam mimpinya, Abimelekh diberitahu oleh Tuhan supaya jangan meneyetubuhi Sara karena sara sudah bersuami dan suaminya adalah seorang nabi ( kej 20:6-7). Kalau Abimelekh tetap ingin melakukannya dan menjadikan Sara sebagi selir maka Tuhan akan mematikan Abimelekh (ke 20:7). Akhirnya Abimelekh sadar , lalu memanggil Abraham dan Sara untuk menanyakan hubungan mereka yang sebenarnya (kej 20:9-10). Abraham mengakui terus terang bahwa Sara memang Istrinya namun dia tidak berbohong karena Sara memang adik tirinya. Hal itu dilakukannya karena orang-orang di Gerar tidak ada yang takut kepada Allah sehingga dia kuatir akan dibunuh disebabkan istrinya (kej 20:11). Kemudian Abimelekh mengembalikan sarah kepada Abraham dan menyerahkan uang sebanyak 1000 syikal emas (kej 20:16). Abraham juga mendoakan Abimelekh dan seisi istananya sembuh dan melahirkan banyak anak, sebab sebelumnya Tuhan sudah menutup rahim setiap wanita di istana itu karena kelakuan Abimelekh kepada Sarah (kej 20:18) Abraham adalah sosok suami yang tidak dapat berlaku adil terhadap istri-istrinya. Ketika Sara mengusir Hagar, dengan alasan bahwa Hagar dan anaknya Ismael tidak berhak atas warisan Abrham, maka berangkatlah Hagar dari rumah Abraham. Abraham melepas kepergian Hagar hanya dengan sebungkus roti dan sebakul air tanpa pengawalan langsung darinya. Begitu teganya seorang Bapak melepas keberagkatan anaknya yang masih kecil bersama Ibunya yang pergi entah kemana (kej 21:14). Abraham tidak mampu menunjukkan kasih sayang dan tanggungjawabnya kepadanya anak Ismael dan istrinya Hagar, tetapi kasihnya lebih condong kepada Sara sebagai wanita yang lebih terhormat dibandingkan Hagar. Bahkan sampai anaknya Ismael tumbuh berkembang di tanah terpencil di gurun Paran, Abraham tetap tidak pernah menengok anaknya tersebut, sehingga anaknya itu tumbuh sebagai pemanah di gurun Paran itu (kej 21:21). Walaupun Ismael hidup terpisah dan terpencil dari Bapaknya, namun diakhir hayat Abraham, Ismael masih menunjukan kasih sebagai anak yaitu dia tetap melayat Bapaknya yang meninggal di daerah filistin(25:9).

Abraham memiliki pribadi yang tidak jujur dan tidak mau berterus terang pada anaknya. Ketika Abraham hendak mengorbankan putra tunggalnya yakni Ishak (kej 22:2) kepada Allah, Abraham membawa Ishak ke gunung Moria (kej 22:2). Setelah 3 hari di perjalanan, sampailah mereka di kaki gunung itu, lalu bertanyalah Ishak kepada bapaknya Abraham ; “tetapi di manakah anak domba untuk korban bakaran itu?" Lalu Abraham menjawab : "Allah yang akan menyediakan anak domba untuk korban bakaran bagi-Nya, anakku." (kej 22:7-8). Ketika masih dikaki gunung itu, Ishak masih belum mengetahui kalau dia yang akan dijadikan oleh Bapaknya sebagai domba untuk dikorbankan dan akan dibakar. Sesampainya di tempat yang dituju, tahu-tahu Abraham sudah membakar kayu dan megambil pisau lalu menyembelih Ishak yang sudah diikatnya (kej 22:9). Bible tidak menjelaskan bagaimana dialog antara Abraham dan Ishak saat-saat sebelum perisiwa penyembelihan itu. Apakah Ishak bersedia dengan ihklas untuk dijadikan kurban atau sebaliknya dan bagaimana perasaan Ishak ketika Bapaknya tidak berterus-terang kepadanya sebelum itu. Padahal mereka sudah menempuh perjalananan tersebut selama 3 hari. Walaupun pada akhir cerita dikatakan oleh Bible bahwa Allah mengganti Ishak dengan domba sebagai hewan kurban untuk dibakar (kej 22:12).

54.

Saul. Pemilihan menjadi raja Israel Ada dua kisah tentang pemilihan Saul menjadi raja Israel. Yang pertama mengisahkan bahwa

ia

dipilih

atas

petunjuk Yahwehkepada Samuel (1 Samuel 9:1617), dan yang kedua mengisahkan bahwa ia dipilih melalui undian (1 Samuel 10:17-27). Saul diurapi oleh Samuel, hakim terakhir bangsa Israel. Akhir hayat Akhir masa pemerintahan Saul ditandai oleh beberapa pemberontakannya kepada Allah. Saul tidak sabar untuk menunggu kedatangan Samuel untuk memimpin upacara persembahan kurban sebelum ia memimpin peperangan melawan bangsa Filistin (1 Samuel 13), dan ia menolak perintah untuk menghabisi orang Amalek dan seluruh ternaknya (1 Samuel 15). Akibatnya, Saul ditolak Allah, dan ia digantikan oleh Daud. Suatu peristiwa yang menggambarkan titik nadir kehidupan rohani Saul adalah ketika ia pergi menghubungi seorang mediumperempuan di En-Dor untuk bertanya kepada roh Samuel guna mengetahui apa yang akan terjadi dalam peperangan melawan orang Filistin yang akan segera dihadapinya (1 Samuel 28:1-25). Ini adalah keputusan Saul yang diwarnai oleh rasa putus asanya karena Samuel telah meninggal, sementara Allah tidak menjawab dia.

Saul kemudian meninggal di dalam peperangan melawan bangsa Filistin. Karena terjepit dan tidak rela jatuh ke tangan musuhnya hidup-hidup, Saul menjatuhkan dirinya ke pedang yang dibawa oleh pembantunya (1 Samuel 31). Menurut sejarawan Yahudi-Romawi abad ke-1 M, Flavius Yosefus (37-100 M), Saul menjadi raja atas Israel selama 18 tahun ketika Samuel masih hidup, dan kemudian memerintah sendirian selama 22 tahun.[1] Keluarga 

Isteri Saul bernama Ahinoam, anak Ahimaas.[2]



Anak-anak lelaki Saul ialah Yonatan, Yiswi dan Malkisua.[3]



Yonatan adalah sahabat akrab Daud.



Nama kedua anaknya yang perempuan: yang tertua bernama Merab, yang termuda bernama Mikhal.[3]



Mikhal adalah istri pertama Daud



Panglima tentaranya bernama Abner, anak Ner, paman Saul.[2] (Kish, ayah Saul, dan Ner, ayah Abner, adalah anak-anak Abiel)[4]

Pengganti Saul Setelah kematian Saul, Isyboset, anak Saul, diumumkan oleh Abner, panglima pasukan Saul, sebagai penggantinya (2 Samuel 2:8). Isyboset berusia 40 tahun saat itu dan memerintah Israel selama dua tahun (2 Samuel 2:10). Namun sebuah kelompok lain menyatakan Daud sebagai raja Israel. Hal ini menyebabkan pecahnya perang antara kedua kelompok ini. Kelompok Daud akhirnya menang (2 Samuel 3:1), namun perang baru berakhir setelah Abner bergabung dengan Daud (2 Samuel 3:6).

55.

Daud.

Daud (bahasa Ibrani: ‫;דָּ וִד‬ bahasa Inggris Davíd; bahasa Tiberia Dāwíð; bahasa Arab: ‫داوود‬ (transliterasi: Daawuud) atau ‫داود‬ Dā'ūd;bahasa Tigrinya: Dāwīt) merupakan seorang nabi dalam agama Islam, Kristen dan Yahudi dan merupakan raja kedua dan yang paling populer dalam kerajaan Israel. Dalam agama Islam Nabi Daud menerima kitab Zabur, sementara dalam agama Kristen Daud menuliskan banyak Mazmur yang dikumpulkan ke dalam kitab Mazmur. Daud adalah moyang dari Yesus atau Isa al-masih menurutInjil Matius, Injil Lukas dan kitab-kitab Perjanjian Baru lainnya. Masa hidupnya secara umum diperkirakan bertarikh ~1040–970 SM, pemerintahannya atas Kerajaan Yehuda di Hebron ~ 1010–1002 SM, dan pemerintahannya atas seluruh Israel ~ 1002–970 SM.[1] Daud menurut pandangan Yahudi dan Kristen Masa muda dan pengurapan sebagai raja Menurut catatan Alkitab Ibrani atau Perjanjian Lama di Alkitab Kristen, Daud dilahirkan di Betlehem, Efrata, di wilayah Yehuda.[2]Ayahnya bernama Isai. Ia adalah putra bungsu dari 8 anak

laki-laki Isai. Ia mempunyai 2 saudara perempuan (lihat bagian "Saudara-saudara Daud" di bawah). Masa remajanya dilewatinya sebagai seorang gembala kambing domba. [3] Pada waktu ia masih muda, datanglah Samuel ke Betlehem. Ketika itu Samuel sedang berdukacita karena Saul yang diurapinya menjadi raja pertama Kerajaan Israel melakukan sejumlah pelanggaran terhadap perintah Allah, sehingga telah ditolak oleh Allah sebagai raja atas Israel. Karena itu Samuel disuruh Allah untuk mengisi "tabung tanduk"-nya dengan minyak, untuk mengurapi raja yang baru, dan pergi kepada Isai, orang Betlehem, sebab di antara anak-anaknya Allah telah memilih seorang raja bagi-Nya.[4]Samuel kuatir kalau Saul mengetahui rencana kepergiaannya dan akan menghalang-halangi bahkan membunuhnya, tetapi Allah telah menyediakan suatu alasan yang kuat supaya Samuel dengan aman pergi melaksanakan pengurapan itu, yaitu dengan membawa seekor lembu muda dan mengatakan: "Aku datang untuk mempersembahkan korban kepada TUHAN". Ini bukanlah suatu alasan yang dicari-cari, melainkan suatu upacara pengurapan penting, apalagi pengurapan raja, harus disertai persembahan korban kepada Allah. [5] Setibanya di Betlehem, Samuel menguduskan Isai dan anak-anaknya yang laki-laki dan mengundang mereka ke upacara pengorbanan itu. Lalu Isai memanggil putra-putranya satu per satu dan menyuruhnya lewat di depan Samuel. Mulanya Samuel kagum melihat putra sulung Isai, Eliab, dan mengira dialah bakal raja yang harus diurapinya, tetapi Allah berfirman: "Janganlah pandang parasnya atau perawakan yang tinggi, sebab Aku telah menolaknya. Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati."[6] Tujuh putra Isai sudah lewat di depan Samuel, tetapi Samuel berkata kepada Isai: "Semuanya ini tidak dipilih TUHAN." Lalu Samuel berkata kepada Isai: "Inikah anakmu semuanya?" Jawab Isai: "Masih tinggal yang bungsu, tetapi sedang menggembalakan kambing domba." Kata Samuel kepada Isai: "Suruhlah memanggil dia, sebab kita tidak akan duduk makan, sebelum ia datang ke mari." Kemudian disuruhnyalah orang menjemput putra bungsu itu. Ia kemerah-merahan, matanya indah dan parasnya elok. Lalu TUHAN berfirman: "Bangkitlah, urapilah dia, sebab inilah dia." Hanya dengan disaksikan oleh keluarga terdekat Daud, Samuel mengurapi Daud menjadi raja Israel, sementara Saul masih menjabat sebagai raja. Lalu Samuel pulang ke Rama. Samuel mengambil tabung tanduk yang berisi minyak itu dan mengurapi Daud di tengah-tengah saudara-saudaranya. Sejak hari itu dan seterusnya berkuasalah Roh TUHAN atas Daud. —1 Samuel 16:13 Bermain kecapi untuk raja Saul. Bersamaan dengan berkuasanya roh Tuhan atas Daud, maka raja Saul yang telah ditolak oleh Tuhan ditinggalkan oleh roh Tuhan, sehingga mulai diganggu oleh roh-roh jahat. Untuk mengurangi gangguan itu, para pegawai Saul mengusulkan agar raja memanggil seorang pemain kecapi, sekaligus mengusulkan Daud bin Isai sebagai pemain kecapi tersebut. [7] Setiap kali apabila roh yang dari pada Allah itu hinggap pada Saul, maka Daud mengambil kecapi dan memainkannya; Saul merasa lega dan

nyaman, dan roh yang jahat itu undur dari padanya. [8] Sejak itu Daud selalu pulang pergi dari pada Saul untuk menggembalakan domba ayahnya di Betlehem.[9]

Membunuh Goliat Suatu kali, ketika sedang menggembalakan dombanya, Daud diperintahkan ayahnya mengantarkan bekal makanan kepada ketiga abangnya, anak Isai yang besar-besar yaitu Eliab, anak sulung, Abinadab, anak yang kedua dan Syama, anak yang ketiga, yang sedang bersiap berperang bersama Saul melawan tentara-tentara Filistin. Orang Filistin mengumpulkan tentaranya untuk berperang di Sokho yang di tanah Yehuda dan berkemah antara Sokho dan Azeka di Efes-Damim. Sedangkan Saul dan orang-orang Israel berkumpul dan berkemah di Lembah Tarbantin; mereka mengatur barisan perangnya berhadapan dengan orang Filistin. Jadi medan pertempuran itu tidak jauh dari rumah Daud.[10] Isai berkata kepada Daud, anaknya: "Ambillah untuk kakak-kakakmu bertih gandum ini seefa dan roti yang sepuluh ini; bawalah cepat-cepat ke perkemahan, kepada kakakkakakmu. Dan baiklah sampaikan keju yang sepuluh ini kepada kepala pasukan seribu. Tengoklah apakah kakak-kakakmu selamat dan bawalah pulang suatu tanda dari mereka. Saul dan mereka itu dan semua orang Israel ada di Lembah Tarbantin tengah berperang melawan orang Filistin." Lalu Daud bangun pagi-pagi, ditinggalkannyalah kambing dombanya

pada

seorang

penjaga,

lalu

mengangkat muatan dan pergi, seperti yang diperintahkan Isai kepadanya.[11] Daud sampai ke perkemahan tentara Israel, ketika tentara keluar untuk mengatur barisannya dan mengangkat sorak perang. Orang Israel dan orang Filistin itu mengatur barisannya, barisan berhadapan dengan barisan. Lalu Daud menurunkan

barang-barangnya

dan

meninggalkannya di tangan penjaga barangbarang tentara. Berlari-larilah Daud ke tempat barisan; sesampai di sana, bertanyalah ia kepada kakak-kakaknya apakah mereka selamat. Sedang ia berbicara dengan mereka, tampillah maju seorang

pendekar

orang Filistin dari Gat,

bernama Goliat, dari

barisan

orang

Filistin.[12] Tingginya 6 hasta sejengkal (~ 3,5 meter). Ketopong tembaga ada di kepalanya, dan ia memakai baju zirah yang bersisik; berat baju zirah ini 5.000 syikal tembaga. Dia memakai penutup kaki dari tembaga, dan di bahunya ia memanggul lembing tembaga. Gagang tombaknya seperti pesa tukang tenun, dan mata tombaknya itu 600 syikal besi beratnya. Dan seorang pembawa perisai berjalan di depannya. Ia berdiri dan berseru kepada barisan Israel, katanya kepada mereka: "Mengapa kamu keluar untuk mengatur barisan perangmu? Bukankah aku seorang Filistin dan kamu adalah hamba Saul? Pilihlah bagimu seorang, dan biarlah ia turun mendapatkan daku. Jika ia dapat berperang

melawan aku dan mengalahkan aku, maka kami akan menjadi hambamu; tetapi jika aku dapat mengungguli dia dan mengalahkannya, maka kamu akan menjadi hamba kami dan takluk kepada kami. Aku menantang hari ini barisan Israel; berikanlah kepadaku seorang, supaya kami berperang seorang lawan seorang."[13] Orang Filistin itu maju mendekat pada pagi hari dan pada petang hari. Demikianlah ia tampil ke depan 40 hari lamanya. [14] Ia selalu mengucapkan kata-kata yang sama, dan kali ini Daud mendengarnya. Ketika semua orang Israel melihat orang itu, larilah mereka dari padanya dengan sangat ketakutan. Berkatalah orang-orang Israel itu: "Sudahkah kamu lihat orang yang maju itu? Sesungguhnya ia maju untuk mencemoohkan orang Israel! Orang yang mengalahkan dia akan dianugerahi raja kekayaan yang besar, raja akan memberikan anaknya yang perempuan kepadanya dan kaum keluarganya akan dibebaskannya dari pajak di Israel." Lalu berkatalah Daud kepada orangorang yang berdiri di dekatnya: "Apakah yang akan dilakukan kepada orang yang mengalahkan orang Filistin itu dan yang menghindarkan cemooh dari Israel? Siapakah orang Filistin yang tak bersunat ini, sampai ia berani mencemoohkan barisan dari pada Allah yang hidup?" Rakyat itupun menjawabnya dengan perkataan tadi: "Begitulah akan dilakukan kepada orang yang mengalahkan dia." [15] Ketika Eliab, kakaknya yang tertua, mendengar perkataan Daud kepada orang-orang itu, bangkitlah amarah Eliab kepada Daud sambil berkata: "Mengapa engkau datang? Dan pada siapakah kautinggalkan kambing domba yang dua tiga ekor itu di padang gurun? Aku kenal sifat pemberanimu dan kejahatan hatimu: engkau datang ke mari dengan maksud melihat pertempuran." Tetapi jawab Daud: "Apa yang telah kuperbuat? Hanya bertanya saja!" Lalu berpalinglah ia dari padanya kepada orang lain dan menanyakan yang sama. Dan rakyat memberi jawab kepadanya seperti tadi. Terdengarlah kepada orang perkataan yang diucapkan oleh Daud, lalu diberitahukanlah kepada Saul. [16]

Raja Saul menyuruh memanggil Daud menghadap kepadanya. Berkatalah Daud kepada Saul: "Janganlah seseorang menjadi tawar hati karena dia; hambamu ini akan pergi melawan orang Filistin itu." Tetapi Saul berkata kepada Daud: "Tidak mungkin engkau dapat menghadapi orang Filistin itu untuk melawan dia, sebab engkau masih muda, sedang dia sejak dari masa mudanya telah menjadi prajurit." Tetapi Daud berkata kepada Saul: [17] "Hambamu ini biasa menggembalakan kambing domba ayahnya. Apabila datang singa atau beruang, yang menerkam seekor domba dari kawanannya, maka aku mengejarnya, menghajarnya dan melepaskan domba itu dari mulutnya. Kemudian apabila ia berdiri menyerang aku, maka aku menangkap janggutnya lalu menghajarnya dan membunuhnya. Baik singa maupun beruang telah dihajar oleh hambamu ini. Dan orang Filistin yang tidak bersunat itu, ia akan sama seperti salah satu dari pada binatang itu, karena ia telah mencemooh barisan dari pada Allah yang hidup. TUHAN yang telah melepaskan aku dari cakar singa dan dari cakar beruang, Dia juga akan melepaskan aku dari tangan orang Filistin itu."[18] Maka Saul berkata kepada Daud: "Pergilah! TUHAN menyertai engkau." Lalu Saul mengenakan baju s perangnya kepada Daud, ditaruhnya ketopong tembaga di kepalanya dan dikenakannya baju zirah kepadanya. Lalu Daud mengikatkan pedangnya di luar baju perangnya,

kemudian ia berikhtiar berjalan, sebab belum pernah dicobanya. Maka berkatalah Daud kepada Saul: "Aku tidak dapat berjalan dengan memakai ini, sebab belum pernah aku mencobanya." Kemudian ia menanggalkannya.[19] Lalu Daud mengambil tongkatnya di tangannya, dipilihnya dari dasar sungai lima batu yang licin dan ditaruhnya dalam kantung gembala yang dibawanya, yakni tempat batu-batu, sedang umbannya dipegangnya di tangannya. Demikianlah ia mendekati orang Filistin itu. Orang Filistin itu kian dekat menghampiri Daud dan di depannya orang yang membawa perisainya. Ketika orang Filistin itu menujukan pandangnya ke arah Daud serta melihat dia, dihinanya Daud itu karena ia masih muda, kemerah-merahan dan elok parasnya. Orang Filistin itu berkata kepada Daud: "Anjingkah aku, maka engkau mendatangi aku dengan tongkat?" Lalu demi para allahnya orang Filistin itu mengutuki Daud dan berkata pula kepada Daud: "Hadapilah aku, maka aku akan memberikan dagingmu kepada burung-burung di udara dan kepada binatang-binatang di padang." Tetapi Daud berkata kepada orang Filistin itu: :"Engkau mendatangi aku dengan pedang dan tombak dan lembing, tetapi aku mendatangi engkau dengan nama TUHAN semesta alam, Allah segala barisan Israel yang kautantang itu. Hari ini juga TUHAN akan menyerahkan engkau ke dalam tanganku dan aku akan mengalahkan engkau dan memenggal kepalamu dari tubuhmu; hari ini juga aku akan memberikan mayatmu dan mayat tentara orang Filistin kepada burung-burung di udara dan kepada binatang-binatang liar, supaya seluruh bumi tahu, bahwa Israel mempunyai Allah, dan supaya segenap jemaah ini tahu, bahwa TUHAN menyelamatkan bukan dengan pedang dan bukan dengan lembing. Sebab di tangan Tuhanlah pertempuran dan Iapun menyerahkan kamu ke dalam tangan kami."[20] Ketika orang Filistin itu bergerak maju untuk menemui Daud, maka segeralah Daud berlari ke barisan musuh untuk menemui orang Filistin itu; lalu Daud memasukkan tangannya dalam kantungnya, diambilnyalah sebuah batu dari dalamnya, diumbannya, maka kenalah dahi orang Filistin itu, sehingga batu itu terbenam ke dalam dahinya, dan terjerumuslah ia dengan mukanya ke tanah. Demikianlah Daud mengalahkan orang Filistin itu dengan umban dan batu; ia mengalahkan orang Filistin itu dan membunuhnya, tanpa pedang di tangan. Daud berlari mendapatkan orang Filistin itu, lalu berdiri di sebelahnya; diambilnyalah pedangnya, dihunusnya dari sarungnya, lalu menghabisi dia. Dipancungnyalah kepalanya dengan pedang itu. Ketika orang-orang Filistin melihat, bahwa pahlawan mereka telah mati, maka larilah mereka. Maka bangkitlah orang-orang Israel dan Yehuda, mereka bersorak-sorak lalu mengejar orang-orang Filistin sampai dekat Gat dan sampai pintu gerbang Ekron. Dan orang-orang yang terbunuh dari orang Filistin bergelimpangan di jalan ke Saaraim, sampai Gat dan sampai Ekron. Kemudian pulanglah orang Israel dari pemburuan hebat atas orang Filistin, lalu menjarah perkemahan mereka. Dan Daud mengambil kepala orang Filistin yang dipancungnya itu dan membawanya ke Yerusalem, tetapi senjata-senjata Goliat ditaruhnya dalam kemahnya.[21]

Menjadi pemimpin tentara Saul Ketika Saul melihat Daud pergi menemui orang Filistin itu, berkatalah ia kepada Abner, panglima tentaranya: "Anak siapakah orang muda itu, Abner?" (menurut para rabbi Yahudi

maksudnya: dari keluarga bangsawan mana Daud itu berasal) Jawab Abner: "Demi tuanku hidup, ya raja, sesungguhnya aku tidak tahu." Kemudian raja berkata: "Tanyakanlah, anak siapakah orang muda itu." Ketika Daud kembali sesudah mengalahkan orang Filistin itu, maka Abner memanggilnya dan membawanya menghadap Saul, sedang kepala orang Filistin itu masih ada di tangannya. Kata Saul kepadanya: "Anak siapakah engkau, ya orang muda?" Jawab Daud: "Anak hamba tuanku, Isai, orang Betlehem itu."[22] Pada hari itu Saul menahan Daud untuk menjadi prajuritnya dan tidak membiarkannya pulang ke rumah ayahnya. Ketika Daud habis berbicara dengan Saul, maka Yonatan putra Saul bersahabat karib dengan Daud. Dikatakan "berpadulah jiwa Yonatan dengan jiwa Daud; dan Yonatan mengasihi dia seperti jiwanya sendiri". Yonatan mengikat perjanjian dengan Daud, karena ia mengasihi dia seperti dirinya sendiri. Yonatan menanggalkan jubah yang dipakainya, dan memberikannya kepada Daud, juga baju perangnya, sampai pedangnya, panahnya dan ikat pinggangnya. Daud maju berperang dan selalu berhasil ke mana juga Saul menyuruhnya, sehingga Saul mengangkat dia mengepalai para prajurit. Hal ini dipandang baik oleh seluruh rakyat dan juga oleh pegawai-pegawai Saul.[23] Pada waktu Daud kembali sesudah mengalahkan orang Filistin itu, keluarlah orang-orang perempuan dari segala kota Israel menyongsong raja Saul sambil menyanyi dan menari-nari dengan memukul rebana, dengan bersukaria dan dengan membunyikan gerincing; dan perempuan yang menari-nari itu menyanyi berbalas-balasan, katanya: "Saul mengalahkan beribu-ribu musuh, tetapi Daud berlaksa-laksa." Lalu bangkitlah amarah Saul dengan sangat; dan perkataan itu menyebalkan hatinya, sebab pikirnya: "Kepada Daud diperhitungkan mereka berlaksa-laksa, tetapi kepadaku diperhitungkannya beribu-ribu; akhir-akhirnya jabatan raja itupun jatuh kepadanya." Sejak hari itu maka Saul selalu mendengki Daud.[24] Keesokan harinya roh jahat yang dari pada Allah itu berkuasa atas Saul, sehingga ia kerasukan di tengah-tengah rumah, sedang Daud main kecapi seperti sehari-hari. Saul memegang tombak dan melemparkan tombak itu, karena pikirnya: "Baiklah aku menancapkan Daud ke dinding." Tetapi Daud mengelakkannya sampai dua kali. Saul menjadi takut kepada Daud, karena TUHAN menyertai Daud, sedang dari pada Saul Ia telah undur. Sebab itu Saul menjauhkan Daud dari dekatnya dan mengangkat dia menjadi kepala pasukan seribu, sehingga ia berada di depan dalam segala gerakan tentara. Daud berhasil di segala perjalanannya, sebab TUHAN menyertai dia. Ketika dilihat Saul, bahwa Daud sangat berhasil, makin takutlah ia kepadanya; tetapi seluruh orang Israel dan orang Yehuda mengasihi Daud, karena ia memimpin segala gerakan mereka.[25] Menjadi menantu raja Saul Berkatalah Saul kepada Daud: "Ini dia anakku perempuan yang tertua, Merab; dia akan kuberikan kepadamu menjadi isterimu, hanya jadilah bagiku seorang yang gagah perkasa dan lakukanlah perang TUHAN." Sebab pikir Saul: "Janganlah tanganku memukul dia, tetapi biarlah ia dipukul oleh tangan orang Filistin." Tetapi Daud berkata kepada Saul: "Siapakah aku dan siapakah sanak saudaraku, kaum ayahku, di antara orang Israel, sehingga aku menjadi menantu raja?" Tetapi ketika tiba waktunya untuk memberikan

Merab, anak Saul itu, kepada Daud, maka anak perempuan itu diberikan kepada Adriel, orang Mehola, menjadi isterinya.[26] Tetapi Mikhal, anak perempuan Saul, jatuh cinta kepada Daud; ketika hal itu diberitahukan kepada Saul, maka iapun menyetujuinya; sebab pikir Saul: "Baiklah Mikhal kuberikan kepadanya; biarlah ia menjadi jerat bagi Daud, dan biarlah tangan orang Filistin memukul dia!" Lalu berkatalah Saul kepada Daud untuk kedua kalinya: "Pada hari ini engkau boleh menjadi menantuku." Lagi Saul memerintahkan kepada para pegawainya: "Katakanlah kepada Daud dengan diam-diam, demikian: Sesungguhnya, raja suka kepadamu dan para pegawainya mengasihi engkau; maka sebab itu, jadilah engkau menantu raja." Lalu para pegawai Saul menyampaikan perkataan itu kepada Daud, tetapi Daud menjawab: "Perkara ringankah pada pemandanganmu menjadi menantu raja? Bukankah aku seorang yang miskin dan rendah?" Para pegawai Saul memberitahukan kepada raja, katanya: "Demikianlah jawab yang diberi Daud." Kemudian berkatalah Saul: "Beginilah kamu katakan kepada Daud: Raja tidak menghendaki mas kawin selain dari 100 kulit khatan orang Filistin sebagai pembalasan kepada musuh raja." Saul bermaksud untuk menjatuhkan Daud dengan perantaraan orang Filistin. Ketika para pegawainya memberitahukan perkataan itu kepada Daud, maka setujulah Daud menjadi menantu raja. Waktunya belum genap, tetapi Daud sudah bersiap, ia pergi dengan orang-orangnya dan menewaskan dari orang Filistin itu 200 orang serta membawa kulit khatan mereka; dan dalam jumlah yang genap diberikan merekalah semuanya itu kepada raja, supaya Daud menjadi menantu raja. Kemudian Saul memberikan Mikhal, anaknya, kepadanya menjadi isterinya.[27] Namun, Mikhal tidak mempunyai anak dari Daud. Lalu mengertilah Saul dan tahulah ia, bahwa TUHAN menyertai Daud, dan bahwa seluruh orang Israel mengasihi Daud. Maka makin takutlah Saul kepada Daud. Saul tetap menjadi musuh Daud seumur hidupnya. Apabila raja-raja orang Filistin maju berperang, setiap kali mereka maju berperang, maka Daud lebih berhasil dari semua pegawai Saul, sehingga namanya sangat masyhur.[28] Menjadi raja Israel Akhirnya Allah tidak lagi berkenan atas Saul dan menyerahkan Saul untuk dibunuh orang-orang Filistin. Daud pun menggantikannya menjadi raja Israel yang kedua.[29] Mula-mula Isyboset, putra Saul yang masih hidup, diangkat oleh pegawai-pegawai Saul menjadi raja setelah kematian Saul. Daud diangkat oleh pengikutnya menjadi raja atas kaum Yehuda (Kerajaan Yehuda) selama tujuh tahun enam bulan dan bertahta di Hebron sebagai ibukotanya.[30] Setelah Isyboset mati dibunuh pegawai-pegawainya sendiri, bangsa Israel mengangkat Daud menjadi raja mereka,[31] dan Daud memerintah di Yerusalem selama 33 tahun.[32] Jadi Daud menjadi raja seluruhnya selama 40 tahun.[32] Dosa Daud Kitab Suci Ibrani dan Kristen tidak melihat Daud sebagai tokoh yang serba sempurna, karena ternyata ia pun pernah terjatuh ke dalam dosa. Suatu hari Daud sedang berjalan-jalan di atap istananya. Dari atas ia melihat Batsyeba yang cantik jelita. Sayang sekali ternyata Batsyeba adalah istri Uria orang Het, seorang perwira Daud sendiri. Dengan berbagai tipu muslihat Daud akhirnya berhasil menyingkirkan Uria, dan ia pun memperistri Batsyeba. Namun Allah mengetahui kebusukan Daud, dan melalui nabi Natan, Allah menegur Daud. Daud menyesali dosa-dosanya.[33] Rencana Pembangunan Bait Allah

Daud bermaksud hendak mendirikan "rumah perhentian untuk tabut perjanjian TUHAN" dan "untuk tumpuan kaki Allah", dalam bentuk "Bait Allah". Ia juga telah membuat persediaan untuk mendirikannya. Tetapi Allah telah berfirman kepadanya: "Engkau tidak akan mendirikan rumah bagi nama-Ku, sebab engkau ini seorang prajurit dan telah menumpahkan darah." Namun TUHAN, Allah Israel, telah memilih Daud dari

antara segenap puaknya untuk menjadi raja atas Israel selama-lamanya; sebab Ia telah memilihYehuda menjadi pemimpin, dan puak Daud dari antara kaum Yehuda, dan dari antara anakanak ayahnya Ia berkenan kepada Daud untuk mengangkatnya sebagai raja atas seluruh Israel. Dan dari antara anak-anak Daud sekalian--sebab banyak anak telah dikaruniakan TUHAN kepadanya --Ia telah memilih Salomo untuk duduk di atas takhta pemerintahan TUHAN atas Israel. Allah telah berfirman kepada Daud: "Salomo, anakmu, dialah yang akan mendirikan rumah-Ku dan pelataranKu."[34] Kematian Daud berumur 30 tahun, pada waktu ia menjadi raja; 40 tahun lamanya ia memerintah; jadi Daud meninggal pada usia 70 tahun. [35] Ia "mendapat perhentian bersama-sama nenek moyangnya" (wafat) pada waktu telah putih rambutnya, lanjut umurnya, penuh kekayaan dan kemuliaan, lalu ia dikuburkan di kota Daud, maka kemudian naik rajalahSalomo, anaknya, menggantikan dia.[36] Silsilah Daud mulai dari Adam Adam  · Set  · Enos · Kenan · Mahalaleel · Yared · Henokh · Metusalah · Lamekh · Nuh · Sem  · Arpakhsad · S elah · Eber · Peleg · Rehu · Serug · Nahor · Terah · Abraham  ·Ishak  · Yakub  · Yehuda  · Peres · Hezron · Ra m · Aminadab · Nahason · Salmon  · Boas  · Obed · Isai · Daud Saudara-saudara Daud Isai, ayah Daud, mempunyai 8 putra dan 2 putri. Dalam Alkitab, nama 1 putra tidak disebutkan. [37] Ketujuh putranya adalah: 1.

Eliab, anak sulungnya

2.

Abinadab

3.

Simea atau Syama[38]

4.

Netaneel

5.

Radai

6.

Ozem

7.

Daud, anak yang ketujuh

Kedua putrinya adalah: 

Zeruya



Abigail

Zeruya melahirkan tiga orang putra: 

Abisai



Yoab



Asael Abigail melahirkan seorang putra, Amasa. Ayah Amasa ialah Yeter (atau Yitra), orang Ismael.

SELESAI

Related Documents


More Documents from "Hafidh Arief"