25836_1304_1286_buku Bahasa Indonesia (2018)-1-3

  • Uploaded by: Erika Novita Sari
  • 0
  • 0
  • February 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 25836_1304_1286_buku Bahasa Indonesia (2018)-1-3 as PDF for free.

More details

  • Words: 39,685
  • Pages: 214
Loading documents preview...
Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi |

i

ii | Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi

Alfian Rokhmansyah, M.Hum. Syamsul Rijal, M.Hum. Purwanti, M.Hum.

Penerbit

UNNES PRESS Jl. Kelud Raya No.2 Semarang 50232 Telepon/Faksimile (024) 8415032

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi |

iii

© 2018 Hak cipta pada penulis dan dilindungi undang-undang penerbitan. Hak penerbitan pada UNNES PRESS, dicetak oleh University Press. Dilarang mengutip, menggandakan, mengkopi, dan memperbanyak sebagian maupun seluruh isi buku ini dalam bentuk apa pun tanpa izin dari penerbit. Isi di luar tanggung jawab penerbit. BAHASA INDONESIA UNTUK PERGURUAN TINGGI Tim Penulis Alfian Rokhmansyah, M.Hum. Syamsul Rijal, M.Hum. Purwanti, M.Hum. Editor Dr. Widyatmike Gede Mulawarman, M.Hum. Dr. Yusak Hudiyono, M.Pd. Cetakan ke-1, Agustus 2018 401 ALF B

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi/Alfian Rokhmansyah, M.Hum., dkk; -Cet.1-, -illus-, Semarang: Unnes Press, 2018 xiv + 198 hal, 23,0 cm 1. Bahasa Indonesia I. Alfian Rokhmansyah, dkk.;

II. Judul

ISBN 978-602-285-120-2 Diterbitkan oleh: UNNES PRESS Jl. Kelud Raya No.2 Semarang 50232 Telp/Fax (024) 8415032 Sanksi Pelanggaran Pasal 72 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta 1. Barang siapa dengan sengaja melanggar dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) atau pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masingmasing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah). 2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran hak cipta atau hak terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

iv | Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan buku ajar ini. Buku ini merupakan buku pendamping dalam pelaksanaan pembelajaran mata kuliah Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi. Buku ini merupakan wujud dukungan kami—sebagai dosen Bahasa Indonesia dan pegiat literasi—terhadap pembelajaran Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi. Bahasa Indonesia sebagai Mata Kuliah Wajib Umum (MKWU) pada Perguruan Tinggi memiliki posisi strategis dalam melakukan transmisi pengetahuan dan transformasi sikap serta perilaku mahasiswa Indonesia melalui proses pembelajaran. Materi-materi yang disajikan dalam buku ini berusaha mengembangkan kepribadian dan sikap cinta tanah air mahasiswa, khususnya melalui kemahiran berbahasa Indonesia. Maka melalui buku ini diharapkan—selain memberikan wawasan mengenai kemahiran berbahasa Indonesia—dapat pula sebagai pemersatu sosial, budaya, dan bahasa yang beraneka ragam; penanda kepribadian berkomunikasi, baik komunikasi tulis maupun lisan; serta menambah kewibawaan dan keintelektualan. Buku ini berisi delapan bab materi utama dan satu bab pengayaan, yang didampingi dengan soal-soal latihan untuk setiap materi yang diberikan. Buku ini diawali bab yang berisi pembahasan tentang kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia. Melalui bab pertama ini, diharapkan mahasiswa mampu memahami kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia, yang meliputi bahasa persatuan, bahasa nasional, bahasa negara, dan Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi |

v

bahasa baku. Bab I merupakan pengantar memasuki pembelajaran bahasa Indonesia. Bab II berisi pembahasan ejaan bahasa Indonesia, khususnya pada sejarah penggunaan ejaan di Indonesia. Pada bab ini juga diberikan latihan soal yang berhubungan dengan penggunaan ejaan bahasa Indonesia terbaru. Setelah membahas ejaan, dilanjutkan dengan pembahasan mengenai kalimat di bab III. Pada bab ini akan membicarakan unsur-unsur pembentuk kalimat, pola-pola kalimat dasar, pola kalimat majemuk, serta ciri kalimat efektif. Bab IV berisi pembahasan mengenai paragraf. Pada bab ini akan dipaparkan ciri-ciri paragraf, jenis-jenis paragraf, dan pola pengembangan paragraf. Bab II hingga IV merupakan dasar keterampilan berbahasa Indonesia yang nantinya akan dimanfaatkan untuk penyusunan karya tulis ilmiah. Bab V hingga VIII merupakan dasar pengetahuan mengenai karya tulis ilmiah. Bab V berisi pembahasan mengenai karya tulis ilmiah, termasuk pembahasan perbedaan teks akademik dan nonakademik. Pada bab VI akan dipaparkan materi mengenai topik dan kerangka karangan. Materi ini diberikan sebagai bekal dalam membangun pondasi awal penyusunan karya tulis ilmiah. Bab VII memberikan pengetahuan mengenai bagian-bagian karya tulis ilmiah, mulai dari abstrak hingga bagian penutup. Melalui bab ini, diharapkan memiliki gambaran umum mengenai isi karya tulis ilmiah. Selanjutnya materi dilanjutkan mengenai sistem rujukan, meliputi kutipan, catatan kaki, dan daftar pustaka, yang termuat dalam bab VIII. Melalui materi yang disajikan dari bab I hingga VIII, diharapkan mahasiswa mengetahui pentingnya berbahasa Indonesia serta memiliki bekal dalam berbahasa Indonesia, khususnya pada bidang tulis-menulis. Pada buku ini juga diberikan materi pengayaan mengenai surat-menyurat, khususnya materi surat lamaran pekerjaan dan surat resmi. Materi ini diselipkan dalam buku ini karena penulis ingin vi | Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi

memberikan pemahaman dan pengetahuan mengenai surat yang mungkin nantinya akan berguna di dunia kerja. Penyusunan buku ini juga tidak lepas dari para pihak yang telah memberikan dukungan kepada tim penulis, dari awal pengumpulan data hingga dipegang oleh pembaca. Oleh karena itu, pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada para pihak—tidak dapat kami sebutkan satu per satu—yang telah memberikan ‘lampu hijau’ untuk penyusunan buku ini. Akhirnya, semoga buku ini bermanfaat bagi para pembaca, khususnya mahasiswa yang sedang menempuh mata kuliah Bahasa Indonesia. Kami selalu menunggu kritik dan saran dari para pembaca guna menyempurnakan buku ini kemudian hari.

Samarinda, Agustus 2018 Alfian Rokhmansyah Syamsul Rijal Purwanti

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi |

vii

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ........................................................................ v Daftar Isi ................................................................................... viii Daftar Tabel ............................................................................. xiii BAB I KEDUDUKAN DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA Capaian Pembelajaran ............................................................. 1 A. Pengantar ............................................................................ 1 1. Fungsi Ekspresi Diri .................................................. 3 2. Fungsi Komunikasi .................................................... 3 3. Fungsi Integrasi dan Adaptasi Sosial ....................... 3 4. Fungsi Kontrol Sosial ................................................ 4 B. Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia ..................... 4 1. Bahasa Persatuan ....................................................... 5 2. Bahasa Nasional ......................................................... 5 3. Bahasa Negara ............................................................ 9 4. Bahasa Baku ................................................................ 11 Latihan ...................................................................................... 13 BAB II EJAAN BAHASA INDONESIA Capaian Pembelajaran ............................................................. A. Pengantar ............................................................................ B. Definisi Ejaan ..................................................................... C. Sejarah Ejaan Bahasa Indonesia ...................................... 1. Ejaan van Ophuijsen ................................................. 2. Ejaan Republik (Ejaan Suwandi) ............................. viii | Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi

15 15 19 19 20 21

3. Ejaan yang Disempurnakan (EYD) ........................ 4. Ejaan Bahasa Indonesia (EBI) ................................. Latihan ......................................................................................

23 25 27

BAB III KALIMAT DALAM BAHASA INDONESIA Capaian Pembejalaran ............................................................. A. Pengantar ............................................................................ B. Hakikat Kalimat ................................................................. C. Unsur Sintaksis Kalimat .................................................... 1. Subjek .......................................................................... 2. Predikat ........................................................................ 3. Objek ........................................................................... 4. Pelengkap .................................................................... 5. Keterangan .................................................................. C. Pola Kalimat Dasar ............................................................ D. Jenis Kalimat ....................................................................... 1. Berdasarkan Unsur Pembentukannya ..................... 2. Berdasarkan Bentuknya ............................................. 3. Berdasarkan Fungsinya ............................................. 4. Berdasarkan Kelengkapan Unsurnya ...................... 5. Berdasarkan Susunan Subjek dan Predikatnya ...... E. Kalimat Efektif ................................................................... F. Syarat Kalimat Efektif ....................................................... Latihan ......................................................................................

29 29 29 30 30 33 34 36 37 38 39 39 39 47 51 52 53 54 59

BAB IV PARAGRAF DALAM BAHASA INDONESIA Capaian Pembelajaran ............................................................. A. Pengantar ............................................................................ B. Definisi dan Ciri-Ciri Paragraf ......................................... C. Gagasan Utama dan Kalimat Topik ................................ D. Fungsi Paragraf ...................................................................

61 61 62 63 68

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi |

ix

1. Fungsi Paragraf bagi Penulis .................................... 2. Fungsi Paragraf bagi Pembaca ................................. E. Syarat Paragraf .................................................................... F. Jenis Paragraf ...................................................................... 1. Berdasarkan Posisi Kalimat Topik .......................... 2. Berdasarkan Gaya Ekspresi ...................................... 3. Berdasarkan Urutan ................................................... G. Pengembangan Paragraf ................................................... 1. Pengambangan Alamiah ........................................... 2. Pengembangan Deduksi-Induksi ............................. 3. Pengembangan Analogi ............................................ 4. Pengembangan Klasifikasi ........................................ 5. Pengembangan Komparatif dan Konstratif ........... 6. Pengembangan Sebab-Akibat .................................. 7. Pengembangan Klimaks-Antiklimaks ..................... 8. Pengembangan Definisi ............................................ Latihan ......................................................................................

69 69 70 75 75 79 85 87 88 88 89 89 90 91 92 93 94

BAB V KARYA TULIS ILMIAH Capaian Pembelajaran ............................................................. A. Pengantar ............................................................................ B. Hakikat Karya Tulis Ilmiah .............................................. C. Ciri-Ciri dan Tujuan Karya Tulis Ilmiah ......................... D. Bentuk Karya Tulis Ilmiah................................................. 1. Artikel Ilmiah Populer ............................................... 2. Artikel Ilmiah .............................................................. 3. Disertasi ....................................................................... 4. Tesis ............................................................................. 5. Skripsi .......................................................................... 6. Kertas Kerja ................................................................ 7. Makalah ....................................................................... 8. Resensi .........................................................................

97 97 97 99 100 100 100 101 101 102 102 102 103

x | Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi

9. Esai ............................................................................... 10. Kritik ............................................................................ E. Teks Akademik ................................................................... Latihan ......................................................................................

103 103 103 110

BAB VI TOPIK DAN KERANGKA KARANGAN Capaian Pembelajaran ............................................................. A. Pengantar ............................................................................ B. Topik, Tema dan Judul ..................................................... 1. Topik ............................................................................ 2. Tema ............................................................................ 3. Judul ............................................................................. C. Kerangka Karangan ........................................................... Latihan ......................................................................................

111 111 111 112 115 116 117 118

BAB VII SISTEM RUJUKAN DAN DAFTAR PUSTAKA Capaian Pembelajaran ............................................................. A. Pengantar ............................................................................ B. Kutipan ................................................................................ C. Catatan Kaki ....................................................................... D. Daftar Pustaka .................................................................... Latihan ......................................................................................

119 119 120 125 127 133

BAB VIII BAGIAN-BAGIAN KARYA TULIS ILMIAH Capaian Pembelajaran ............................................................. A. Pengantar ............................................................................ B. Abstrak ................................................................................ C. Tahapan Pendahuluan ....................................................... 1. Latar Belakang ............................................................ 2. Identifikasi Masalah ...................................................

135 135 135 137 138 138

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi |

xi

3. Perumusan Masalah ................................................... 4. Tujuan Penelitian ....................................................... D. Tahapan Landasan Teori dan Tinjauan Pustaka ........... E. Tahapan Metodologi Penelitian ....................................... F. Tahapan Hasil dan Pembahasan ...................................... G. Tahapan Penutup ............................................................... 1. Simpulan ...................................................................... 2. Saran ............................................................................ Latihan ......................................................................................

139 139 139 140 140 141 141 142 142

BAB IX MATERI PENGAYAAN: SURAT-MENYURAT Capaian Pembelajaran ............................................................. A. Definisi Surat ...................................................................... B. Sejarah Surat ....................................................................... C. Jenis Surat ............................................................................ 1. Surat Pribadi .............................................................. 2. Surat Resmi ................................................................. 3. Surat Niaga .................................................................. D. Surat Lamaran Kerja .......................................................... E. Surat Dinas .......................................................................... F. Bentuk Surat Dinas ............................................................ Latihan ......................................................................................

143 143 145 146 146 147 147 147 151 154 160

Soal-Soal Latihan ..................................................................... 161 Daftar Pustaka ......................................................................... 195 Tentang Penulis ....................................................................... 197

xii | Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Perbedaan Objek dan Pelengkap ............................ Tabel 3.2 Jenis Kalimat Majemuk Bertingkat ......................... Tabel 3.3 Contoh Kalimat Berita/Deklaratif/Pernyataan ... Tabel 5.1 Perbedaan Teks Akademik dan Nonakademik ....

37 45 48 107

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi |

xiii

xiv | Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi

BAB I KEDUDUKAN DAN FUNGSI BAHASA INDOENSIA

Capaian Pembelajaran Mahasiswa mampu memahami kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia, yang meliputi bahasa persatuan, bahasa nasional, bahasa negara, dan bahasa baku. A. Pengantar Sampai dengan abad XXI ini perkembangan ilmu dan teknologi menunjukkan bahwa bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa Inggris sebagai bahasa internasional sangat berperan sebagai sarana komunikasi. Dalam bidang akademik bahasa Indonesia telah menunjukkan peranannya dalam berbagai disiplin ilmu melalui bentuk-bentuk tulisan ilmiah seperti makalah dan skripsi. Pada dasarnya interaksi dan macam kegiatan akademik tidak akan sempurna atau berjalan dengan baik dan benar. Begitu pentingnya bahasa sebagai sebagai sarana komunikasi batasan atau pengertian bahasa adalah sarana komunikasi antaranggota masyarakat dalam menyampaikan ide dan gagasan secara lisan atau tulis. Konsepsi bahasa tersebut menunjukkan bahwa sistem lambang bunyi ujaran dan lambang tulisan digunakan untuk berkomunikasi dalam masyarakat dan lingkungan akademik. Bahasa yang baik dikembangkan oleh pemakainya berdasarkan kaidah-kaidahnya yang tertata dalam suatu sistem. Kaidah bahasa dalam sistem tersebut mencakup beberapa hal berikut. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi |

1

1.

Sistem lambang yang bermakna dapat dipahami dengan baik oleh masyarakatnya. 2. Berdasarkan kesepakatan masyarakat pemakainya, sistem bahasa itu bersifat konvensional. 3. Lambang sebagai huruf (fonemis) bersifat manasuka atau kesepakatan pemakainya (arbitrer). 4. Sistem lambang yang terbatas itu (A—Z; 26 huruf) mampu menghasilkan kata, bentukan kata, frasa, klausa, dan kalimat yang tidak terbatas dan sangat produktif. 5. Sistem lambang itu (fonemis) tidak sama dengan sistem lambang bahasa lain seperti sistem lambang bahasa Jepang (Lambang hirakana atau silabis). 6. Sistem lambang bahasa itu dibentuk berdasarkan aturan yang bersifat universal sehingga dapat sama dengan sistem lambang bahasa lain. Fungsi bahasa yang utama dan pertama sudah terlihat dalam konsepsi bahasa di atas, yaitu fungsi komunikasi dalam bahasa berlaku bagi semua bahasa apapun dan dimanapun. Dalam berbagai literatur bahasa, ahli bahasa (linguis) bersepakat dengan fungsi-fungsi bahasa berikut: (1) fungsi ekspresi dalam bahasa; (2) fungsi komunikasi dalam bahasa; (3) fungsi adaptasi dan integrasi dalam bahasa; dan (4) fungsi kontrol sosial (direktif dalam bahasa). Di samping fungsi-fungsi utama tersebut, Keraf (1997:3— 10) menambahkan beberapa fungsi lain sebagai pelengkap fungsi utama tersebut, yaitu: (1) fungsi lebih mengenal kemampuan diri sendiri; (2) fungsi lebih memahami orang lain; (3) fungsi belajar mengamati dunia, bidang ilmu di sekitar dengan cermat; (4) fungsi mengembangkan proses berpikir yang jelas, runtut, teratur, terarah, dan logis; (5) fungsi mengembangkan atau memengaruhi orang lain dengan baik dan menarik. Akan tetapi, fungsi bahasa secara umum meliputi (1) fungsi mengembangkan kemungkinan kecerdasan ganda; (2) fungsi membentuk karakter 2 | Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia

diri; (3) fungsi membangun dan mengembangkan profesi diri; dan (4) fungsi menciptakan berbagai kreativitas baru. 1.

Fungsi Ekspresi Diri

Fungsi pertama ini, pernyataan ekspresi diri, menyatakan sesuatu yang akan disampaikan oleh penulis atau pembicara sebagai eksistensi diri dengan maksud: a. menarik perhatian orang lain (persuasif dan provokatif); b. membebaskan diri dari semua tekanan dalam diri seperti emosi; c. melatih diri untuk menyampaikan suatu ide dengan baik; d. menunjukkan keberanian (convidence) penyampaikan ide. Fungsi ekspresi diri saling terkait dalam aktivitas dan interaktif keseharian individu, prosesnya berkembang dari masa anak-anak, remaja, mahasiswa, dan dewasa. 2.

Fungsi Komunikasi

Fungsi komunikasi merupakan fungsi bahasa yang kedua setelah fungsi ekspresi diri. Maksudnya, komunikasi tidak akan terwujud tanpa dimulai dengan ekspresi diri. Komunikasi merupakan akibat yang lebih jauh dari ekspresi, yaitu komunikasi tidak akan sempurna jika ekspresi diri tidak diterima oleh orang lain. Oleh karena itu, komunikasi tercapai dengan baik bila ekspresi berterima. Dengan kata lain, komunikasi berprasyarat pada ekspresi diri. 3.

Fungsi Integrasi dan Adaptasi Sosial

Fungsi peningkatan (integrasi) dan penyesuaian (adaptasi) diri dalam suatu lingkungan merupakan kekhususan dalam bersosialisasi baik dalam lingkungan sendiri maupun dalam lingkungan baru. Hal itu menunjukkan bahwa bahasa yang digunakan sebagai sarana, mampu menyatukan hidup bersama dalam suatu ikatan (masyarakat). Dengan demikian, bahasa itu Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi |

3

merupakan suatu kekuatan yang berkorelasi dengan kekuatan orang lain dalam integritas sosial. Korelasi melalui bahasa itu memanfaatkan aturan-aturan bahasa yang disepakati sehingga manusia berhasil membaurkan diri dan menyesuaikan diri sebagai anggota suatu masyarakat. 4.

Fungsi Kontrol Sosial

Kontrol sosial sebagai fungsi bahasa bermaksud memengaruhi perilaku dan tindakan orang dalam masyarakat sehingga seseorang itu terlibat dalam komunikasi dan dapat saling memahami. Perilaku dan tindakan itu berkembang ke arah positif dalam masyarakat. Hal positif itu terlihat melalui kontribusi dan masukan yang positif. Bahkan, kritikan yang tajam dapat diterima dengan hati yang lapang jika kata-kata dan sikap baik memberikan kesan yang tulus tanpa prasangka. Dengan kontrol sosial, bahasa mempunyai relasi dengan proses sosial suatu masyarakat seperti keahlian bicara, penerus tradisi tau kebudayaan, pengindentifikasi diri, dan penanam rasa keterlibatan (sense of belonging) pada masyarakat bahasanya. B. Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia Di Indonesia tumbuh dan berkembang bahasa yang beragam. Sebagian besar orang Indonesia menguasai atau menggunakan beberapa bahasa sekaligus. Selain menguasai bahasa Indonesia dan bahasa daerah, tidak sedikit orang-orang Indonesia juga menguasai bahasa asing. Dalam kondisi seperti ini, perlu diatur agar tidak menimbulkan dampak yang tidak baik. Bahasa Indonesia perlu di letakkan dalam kedudukan tertentu dan setiap bahasa yang dalam kedudukan itu memiliki fungsi tertentu pula. Bahasa Indonesia memiliki empat kedudukan yang perlu diperhatikan. Keempat posisi atau kedudukan bahasa Indonesia itu mempunyai fungsi keterkaitan antarunsur. Kedudukan dan fungsi tersebut merupakan kekuatan bangsa 4 | Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia

Indonesia dan merupakan jati diri Bangsa Indonesia yang kokoh dan mandiri. Dengan keempat posisi itu, bahasa Indonesia sangat dikenal di mata dunia, khususnya tingkat regional Asean. Dengan mengedepankan posisi dan fungsi bahaasa Indonesia, eksistensi bahasa Indonesia diperkuat dengan latar belakang sejarah yang runtut dan argumentatif. Sejarah terbentuknya Bahasa Indonesia dari bahasa melayu. Ciri-ciri bahasa Indonesia yang khas, legitimasi sebagai interaksi Bahasa Indonesia, dan ragam serta laras Bahasa Indonesia memperkuat konsepsi dan fungsi dikembangkan ke berbagai ilmu, teknologi, bidang, dan budaya sekarang dan nanti. Berikut ini akan dipaparkan kedudukan-kedudukan bahasa Indonesia serta fungsinya masing-masing. 1.

Bahasa Persatuan

Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan berhubungan dengan kedudukannya di dalam heterogenitas budaya yang ada di Indonesia. Indonesia yang memiliki banyak suku dan bahasa perlu adanya alat pemersatu agar satu komunitas budaya dengan komunitas lainnya dapat menjalin persaudaraan dan komunikasi. Dari dasar inilah maka kedudukan bahasa Indonesia menjadi sangat penting di antara bahasa-bahasa daerah. Bahasa Indonesia adalah bahasa pemersatu suku bangsa, yaitu pemersatu suku, agama, rasa dan antargolongan (SARA) bagi suku-suku bangsa di Indonesia yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Fungsi pemersatu ini (heterogenitas/ kebhinekaan) sudah dicanangkan dalam Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928. 2.

Bahasa Nasional

Berhasilnya bangsa Indonesia mempunyai bahasa Indonesia ini tidak seperti anak kecil yang menemukan kelereng di tengah jalan. Kehadiran bahasa Indonesia mengikuti perjalanan sejarah

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi |

5

yang panjang. Perjalanan itu dimulai sebelum kolonial masuk ke Nusantara (Indonesia), dengan bukti-bukti prasasti yang ada, misalnya yang didapatkan di Bukit Talang Tuwo dan Karang Brahi serta batu nisan di Aceh, sampai dengan tercetusnya inpirasi persatuan pemuda-pemuda Indonesia pada tanggal 28 Oktober 1928 yang konsep aslinya berbunyi: 1. “Kami poetera dan poeteri Indonesia mengakoe bertoempah darah satoe, Tanah Air Indonesia.” 2. “Kami poetera dan poeteri Indonesia mengakoe berbangsa satoe, Bangsa Indonesia.” 3. “Kami poetera dan poeteri Indonesia mendjoendjoeng bahasa persatoean, Bahasa Indonesia.” Dari ketiga butir di atas yang paling menjadi perhatian pengamat adalah butir ketiga. Butir ketiga itulah yang dianggap sesuatu yang luar biasa. Dikatakan demikian, sebab negaranegara lain mencoba untuk membuat hal yang sama selalu mengalami kegagalan yang dibarengi dengan bentrokan. Oleh pemuda Indonesia hal itu dapat dilaksanakan dengan mulus karena sudah mempunyai tekad yang kuat. Sebelum tercetusnya Sumpah Pemuda, bahasa Melayu dipakai sebagai lingua franca (bahasa pergaulan) di seluruh kawasan Indonesia. Hal itu terjadi sudah berabad-abad sebelumnya. Dengan adanya kondisi yang semacam itu, masyarakat sama sekali tidak merasa bahwa bahasa daerahnya disaingi. Di balik itu, mereka telah menyadari bahwa bahasa daerahnya tidak mungkin dapat dipakai sebagai alat perhubungan antar suku, sebab yang diajak komunikasi juga mempunyai bahasa daerah tersendiri. Adanya bahasa Melayu yang dipakai sebagai lingua franca ini pun tidak akan mengurangi fungsi bahasa daerah. Bahasa daerah tetap dipakai dalam situasi kedaerahan dan 6 | Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia

tetap berkembang. Kesadaran masyarakat yang semacam itulah, khusunya pemuda-pemudanya yang mendukung lancarnya inspirasi tersebut. Tidak ada perbedaan yang jelas pada wujud, baik struktur, sistem, maupun kosakata bahasa Melayu pada tanggal 27 Oktober 1928 dan bahasa Indonesia pada tanggal 28 Oktober 1928. Hanya yang membedakan adalah semangat dan jiwa barunya. Sebelum Sumpah Pemuda, semangat dan jiwa bahasa Melayu masih bersifat kedaerahan atau jiwa Melayu. Akan tetapi, setelah Sumpah Pemuda semangat dan jiwa bahasa Melayu sudah bersifat nasional atau jiwa Indonesia. Pada saat itulah, bahasa Melayu yang berjiwa semangat baru diganti dengan nama bahasa Indonesia. Hasil perumusan seminar Politik Bahasa Nasional yang diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 25—28 Februari 1975, antara lain menegaskan bahwa dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi sebagai: (1) lambang kebanggaan nasional; (2) lambang identitas nasional; (3) alat pemersatu masyarakat yang berbeda-beda latar belakang sosial budaya dan bahasanya, dan (4) alat perhubungan antarbudaya antardaerah. Sebagai lambang kebanggaan nasional, bahasa Indonesia memancarkan nilai-nilai sosial budaya luhur bangsa Indonesia. Dengan keluhuran nilai yang dicerminkan bangsa Indonesia, penutur bahasa Indonesia harus bangga dengannya, harus menjunjungnya, dan harus mempertahankannya. Sebagai realisasi kebanggaan terhadap bahasa Indonesia, seharusnya penutur bahasa Indonesia memakainya tanpa ada rasa rendah diri, malu, dan acuh tak acuh. Selain harus bangga memakainya, penutur bahasa Indonesia seharusnya memelihara dan mengembangkannya sehingga bahasa Indonesia tidak akan berkurang penuturnya atau bahkan menjadi bahasa mati.

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi |

7

Sebagai lambang identitas nasional, bahasa Indonesia merupakan lambang bangsa Indonesia. Artinya, dengan bahasa Indonesia akan dapat diketahui siapa kita, yaitu sifat, perangai, dan watak kita sebagai bangsa Indonesia. Karena fungsinya yang demikian itu, maka penutur bahasa Indonesia harus menjaga jangan sampai ciri kepribadian penuturnya tidak tercermin di dalamnya. Jangan sampai bahasa Indonesia tidak menunjukkan gambaran bangsa Indonesia yang sebenarnya. Dengan fungsi yang ketiga memungkinkan masyarakat Indonesia yang beragam latar belakang sosial budaya dan berbeda-beda bahasanya dapat menyatu dan bersatu dalam kebangsaan, cita-cita, dan rasa nasib yang sama. Dengan bahasa Indonesia, bangsa Indonesia merasa aman dan serasi hidupnya, sebab mereka tidak merasa bersaing dan tidak merasa lagi dijajah oleh masyarakat suku lain. Apalagi dengan adanya kenyataan bahwa dengan menggunakan bahasa Indonesia, identitas suku dan nilai-nilai sosial budaya daerah masih tercermin dalam bahasa daerah masing-masing. Kedudukan dan fungsi bahasa daerah masih tegar dan tidak bergoyah sedikit pun. Bahkan, bahasa daerah diharapkan dapat memperkaya khazanah bahasa Indonesia. Dengan fungsi keempat, bahasa Indonesia sering terasa manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa Indonesialah yang dapat menjadi alat komunikasi dengan seseorang yang berasal dari suku lain yang berlatar belakang bahasa berbeda. Dengan bahasa Indonesia masyarakat dapat saling berhubungan untuk segala aspek kehidupan. Bagi pemerintah, segala kebijakan dan strategi yang berhubungan dengan ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, dan kemanan mudah diinformasikan kepada warganya. Apabila arus informasi antarmasyarakat meningkat berarti akan mempercepat peningkatan pengetahuan. Apabila pengetahuan meningkat berarti tujuan pembangunan akan cepat tercapai. 8 | Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia

3.

Bahasa Negara

Sebagaimana kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia sebagai bahasa negara atau bahasa resmi pun mengalami perjalanan sejarah yang panjang. Secara resmi adanya bahasa Indonesia dimulai sejak Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928. Ini tidak berarti sebelumnya tidak ada. Ia merupakan sambungan yang tidak langsung dari bahasa Melayu. Dikatakan demikian, sebab pada waktu itu bahasa Melayu masih juga digunakan dalam lapangan atau ranah pemakaian yang berbeda. Bahasa Melayu digunakan sebagai bahasa resmi kedua oleh pemerintah jajahan Hindia Belanda, sedangkan bahasa Indonesia digunakan di luar situasi pemerintahan tersebut oleh pemerintah yang mendambakan persatuan Indonesia dan yang menginginkan kemerdekaan Indonesia. Demikianlah, pada saat itu terjadi dualisme pemakaian bahasa yang sama tubuhnya, tetapi berbeda jiwanya: jiwa kolonial dan jiwa nasional. Keempat fungsi yang terdapat dalam hasil perumusan seminar Politik Bahasa Nasional yang diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 25—28 Februari 1975 harus dilaksanakan, sebab minimal empat fungsi itulah memang sebagai ciri penanda bahwa suatu bahasa dapat dikatakan berkedudukan sebagai bahasa negara. Pemakaian pertama yang membuktikan bahwa bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi kenegaran ialah digunakannya bahasa Indonesia dalam naskah proklamasi kemerdekaan RI 1945. Mulai saat itu dipakailah bahasa Indonesia dalam segala upacara, peristiwa, dan kegiatan kenegaraan baik dalam bentuk lisan maupun tulis. Keputusan-keputusan, dokumen-dokumen, dan surat-surat resmi yang dikeluarkan oleh pemerintah dan lembagalembaganya dituliskan di dalam bahasa Indonesia. Pidato-pidato atas nama pemerintah atau dalam rangka menuanaikan tugas pemerintahan diucapkan dan dituliskan dalam bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi |

9

Sehubungan dengan ini kita patut bangga terhadap presiden kita, Soeharto yang selalu menggunakan bahasa Indonesia dalam situsi apa dan kapan pun selama beliau mengatasnamakan kepala negara atau pemerintah. Sebagai bahasa resmi, bahasa Indonesia dipakai sebagai bahasa pengantar di lembaga-lembaga pendidikan mulai dari taman kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi. Hanya saja untuk kepraktisan, beberapa lembaga pendidikan rendah yang anak didiknya hanya menguasai bahasa ibunya (bahasa daerah) menggunakan bahasa pengantar bahasa daerah anak didik yang bersangkutan. Hal ini tidak berlangsung secara terus-menerus, hanya dilakukan sampai kelas tiga sekolah dasar. Sebagai konsekuensi pemakaian bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar di lembaga pendidikan tersebut, maka materi pelajaran ynag berbentuk media cetak hendaknya juga berbahasa Indonesia. Hal ini dapat dilakukan dengan menerjemahkan bukubuku yang berbahasa asing atau menyusunnya sendiri. Apabila hal ini dilakukan, sangatlah membantu peningkatan perkembangan bahasa Indonesia sebagai bahasa ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek). Sebagai fungsinya di dalam perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta pemerintah, bahasa Indonesia dipakai dalam hubungan antarbadan pemerintah dan penyebarluasan informasi kepada masyarakat. Sehubungan dengan itu hendaknya diadakan penyeragaman sistem administrasi dan mutu media komunikasi massa. Tujuan penyeragaman dan peningkatan mutu tersebut agar isi atau pesan yang disampaikan dapat dengan cepat dan tepat diterima oleh masyarakat. Sebagai fungsi pengembangan kebudayaan nasional, ilmu, dan teknologi, bahasa Indonesia terasa sekali manfaatnya. Kebudayaan nasional yang beragam itu, yang berasal dari masyarakat Indonesia yang beragam pula, rasanya tidaklah 10 | Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia

mungkin dapat disebarluaskan kepada dan dinikmati oleh masyarakat Indonesia dengan bahasa lain selain bahasa Indonesia. Hal ini juga berlaku dalam penyebarluasan ilmu dan teknologi modern. Agar jangkauan pemakaiannya lebih luas, penyebaran ilmu dan teknologi, baik melalui buku-buku pelajaran, buku-buku populer, majalah-majalah ilmiah maupun media cetak lain, hendaknya menggunakn bahasa Indonesia. Pelaksanaan ini mempunyai hubungan timbal-balik dengan fungsinya sebagai bahasa ilmu yang dirintis lewat lembagalembaga pendidikan, khususnya di perguruan tinggi. Secara singkat, fungsi dari kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara adalah bahasa Indonesia digunakan dalam administrasi negara untuk berbagai aktivitas sebagai berikut: (a) fungsi bahasa sebagai administrasi kenegaraan; (b) fungsi bahasa sebagai pengantarresmi belajar di sekolah dan perguruan tinggi; (c) fungsi bahasa sebagai perencanaan dan pelaksanaan pembangunan bagi negara Indonesia sebagai negara berkembang; dan (d) fungsi bahasa sebagai bahasa resmi berkebudayaan dan ilmu teknologi. 4.

Bahasa Baku

Bahasa Indonesia tumbuh dan berkembang dalam masyarakat multikultural. Oleh karena itu, bahasa Indonesia memiliki varian yang sangat banyak, baik varian akibat perbedaan daerah penggunaan maupun varian akibat kelompok sosial penggunanya. Perbedaan variasi tersebut di satu sisi dapat dijadikan ciri yang menunjukkan dari daerah mana atau kelompok mana seorang penutur berasal, di sisi lain merupakan perbedaan yang mengganggu interaksi sosial antarkelompok yang menggunakan bahasa Indonesia. Oleh karena itu, perlu ditetapkan bahasa Indonesia baku yang mewakili setiap varian yang ada.

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi |

11

Bahasa baku adalah inti bahasa yang dapat diterima oleh penutur semua dialek bahasa Indonesia. Sebagai contoh adalah sebagai berikut. Untuk menyebut orang tua laki-laki, dalam suatu bahasa A misalnya, digunakan kata babe, ayah, atau bapak; dalam bahasa B digunakan kata abah, bapa, atau bapak; sedangkan dalam bahasa C digunakan kata bapak, bapa, atau rama. Dengan demikian, kata bapak yang muncul di semua bahasa, dianggap sebagai kata baku untuk menyebut orang tua laki-laki. Secara umum, kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa baku berfungsi sebagai berikut: (a) fungsi pemersatu sosial, budaya, dan bahasa; (b) fungsi penanda kepribadian bersuara dan berkomunikasi; (c) fungsi penambah kewibawaan sebagai pejabat dan intelektual; dan (d) fungsi penanda acuan ilmiah dan penulisan tulisan ilmiah. Dengan bahasa Indonesia baku, penutur bahasa Indonesia dapat berinteraksi secara baik dengan teman-teman (lawan tutur) dari daerah mana pun. Pemerintah selalu berupaya melakukan pembakuan bahasa, baik ejaan, kosakata, maupun tata bahasa, agar komunikasi antarorang Indonesia di seluruh wilayah Indonesia dapat berjalan dengan lancer tanpa ada kesalahpahaman. Penggunaan bahasa baku bukan berarti melarang penggunaan bahasa Indonesia yang tidak baku. Bahasa Indonesia baku memiliki ranah penggunaan yang berbeda dengan ranah penggunaan bahasa Indonesia tidak baku. Bahasa Indonesia baku umumnya digunakan dalam pertemuan sangat resmi. Jika dalam forum tidak resmi, dapat menggunakan bahasa Indonesia yang tidak baku. Hal terpenting adalah penggunaan bahasa Indonesia harus disesuaikan dengan konteksnya. Pemilihan bahasa yang tepat sesuai dengan konteks situasi menunjukkan kecakapan dalam menggunakan bahasa Indonesia.

12 | Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia

LATIHAN 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Jelaskan empat fungsi bahasa secara umum serta berilah masing-masing contohnya! Dalam UUD 1945, bab dan pasal berapa yang menyebutkan kedudukan bahasa Indonesia? Jelaskan perbedaan antara bahasa persatuan dan bahasa nasional! Jelaskan makna yang terkandung dalam peribahasa bahasa menunjukkan bangsa! Jelaskan kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan! Jelaskan kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional! Jenlaskan kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara! Jelaskan kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa baku!

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi |

13

14 | Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia

BAB II EJAAN BAHASA INDONESIA

Capaian Pembelajaran 1. 2.

3. 4.

Mahasiswa mampu menjelaskan perkembangan ejaan yang digunakan di Indonesia. Mahasiswa mampu memahami pedoman ejaan bahasa Indonesia yang berlaku saat ini, meliputi penggunaan dan penulisan huruf, penulisan kata, penulisan tanda baca, dan penulisan unsur serapan. Mahasiswa mampu menggunakan ejaan bahasa Indonesia yang berlaku pada teks. Mahasiswa mampu menganalisis penggunaan ejaan bahasa Indonesia yang berlaku pada teks.

A. Pengantar Dalam kehidupan sehari-hari, kegiatan tulis-menulis sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan. Hampir semua aktivitas manusia tidak dapat dilepaskan dari kegiatan tulis-menulis. Banyak hal yang harus diperhatikan dalam kegiatan tulis-menulis tersebut. Salah satunya adalah penggunaan bahasa. Penggunaan bahasa meliputi penggunaan ejaan, pemilihan kata, penyusunan kalimat, dan pembuatan paragraf. Semua unsur itu memiliki kedudukan yang sama dan mendapatkan perhatian yang sama ketika melakukan kegiatan tulis-menulis. Dalam praktiknya, banyak orang yang kurang memperhatikan kaidah ejaan menulis. Perhatikan contoh tulisan berikut ini.

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi |

15

Tulisan 1 (1) Adapun bagian kedua (bagian bawah, yaitu catatan kaki), maka ia berfungsi sebagai penjelasan dari bagian pertama (atas). (2) Di dalam bagian ini saya mentakhrij hadits-hadits yang saya bawakan pada bagian pertama, dengan menerangkan lebih jauh tentang lafazh dan jalanjalan periwayatannya, ditambah dengan dengan penjelasan tentang sanad syahid (penguat), pujian, dan celaan ulama pada perawi, juga penshahihan dan pendha’ifan, sesuai dengan ketentuan ilmu hadits yang mulia dan kaidahkaidahnya. (3) Dalam beberapa jalan periwayatan banyak dijumpai lafazh-lafazh dan tambahan-tambahan yang tidak dijumpai pada jalan periwayatan yang lainnya, oleh karena itu jika memungkinkan dan serasi dengan lafazh aslinya, maka saya tambahkan pada lafazh tersebut di bagian atas, kemudian saya beri isyarat tambahan tersebut dengan meletakkannya dalam kurung siku ({…}), tanpa saya berikan keterangan siapa yang meriwayatkannya secara sendiri tambahan tersebut, dari para perawi lafazh aslinya. (139 kata) Tulisan 2 (1) Adapun bagian kedua (bawah/catatan kaki) berfungsi sebagai penjelasan dari bagian pertama (atas). (2) Di dalam bagian ini saya mentakhrij hadis-hadis yang saya bawakan pada bagian pertama dengan menerangkan lebih jauh tentang lafal dan jalan-jalan periwayatannya dan ditambah dengan penjelasan tentang sanad, syahid (penguat), pujian, dan celaan ulama pada perawi. (3) Dalam bagian ini juga diberikan keterangan penyahihan dan pendaifan sesuai dengan ketentuan ilmu hadis yang mulia dan kaidahkaidahnya. Dalam beberapa jalan periwayatan banyak dijumpai lafal dan tambahan yang tidak dijumpai pada jalan periwayatan yang lainnya. (4) Oleh karena itu, jika memungkinkan dan serasi dengan lafal aslinya, saya tambahkan pada lafal tersebut di bagian atas. (5) Kemudian, saya beri isyarat tambahan tersebut dengan 16 | Ejaan Bahasa Indonesia

meletakkannya dalam kurung siku ({…}) tanpa keterangan perawinya secara terpisah dari perawi lafal aslinya. (128 kata) Tulisan yang digarisbawahi pada tulisan (1) memperlihatkan kesalahan, baik kesalahan ejaan maupun kesalahan pilihan kata. Setelah membandingkan dengan perbaikannya pada tulisan (2), dapat diberikan catatan sebagai berikut. 1. Jumlah kata dapat dihemat. Tulisan (1) terdiri atas 139 kata, sedangkan tulisan (2) terdiri atas 128 kata. Dengan demikian, terdapat sebelas kata yang dihemat untuk tulisan pendek itu. 2. Kalimat dipecah agar komunikatif. Tulisan (1) terdiri atas tiga kalimat, sedangkan tulisan (2) terdiri atas lima kalimat. Kalimat (2) dan (3) pada tulisan (1) terlalu panjang sehingga masing-masing dapat dipecah menjadi dua kalimat. Dengan demikian, pemahaman kalimat tersebut lebih mudah. 3. Tidak kurang dari enam belas kesalahan ejaan terdapat dalam tulisan pendek tersebut, termasuk penggunaan tanda koma (,). Kesalahan penulisan kata yang terdapat tulisan di atas beserta perbaikannya adalah sebagai berikut. Salah mentakhrij hadist-hadist lafazh syahid penshahihan pendha’ifan

Perbaikannya men-takhrij hadis-hadis lafal syahid penyahihan pendaifan

Kata takhrij bukan kata yang berasal dari bahasa Indonesia, tetapi dari bahasa Arab. Oleh karena itu, kata tersebut ditulis dengan huruf miring. Jika kata takhrij diberi awalan, maka harus digunakan tanda hubung sehingga tulisan yang benar adalah men-takhrihj. Dalam bahasa Indonesia tidak terdapat gabungan huruf konsonan ts, zh, sh, dan dh seperti pada kata hadits, lafazh, Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi |

17

penshahihan, dan pendha’ifan. Kata hadis, sahih, dan daif sudah menjadi bahasa Indonesia. Oleh karena itu, tulisannya harus sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Jadi, yang benar adalah hadis, lafal, penyahihan, dan pendaifan. Khusus untuk kata penyahihan dan pendaifan, perlu penjelasan. Kata penyahihan dipilih karena kata dasar sahih yang mendapat imbuhan peng-…-an menjadi penyahihan, seperti kata salah dan salep menjadi penyalahan dan penyalepan, bukan pensalahan dan pensalepan. Selanjutnya, kata dasar yang benar adalah daif (tanpa apostrof atau sering disebut tanda koma di atas). Oleh karena itu, yang benar adalah pendaifan, bukan penda’ifan. Selanjutnya, kata syahid sudah menjadi kata bahasa Indonesia. Oleh karena itu, kata tersebut tidak perlu ditulis dengan huruf miring. Kesalahan penggunaan tanda koma (,) dalam tulisan (1) sebanyak delapan. Lima kesalahan terdapat dalam kalimat (2) dan 3 kesalahan terdapat dalam kalimat (3). Lima kesalahan penggunaan tanda koma terdapat sebelum kata maka, dengan, ditambah, juga, dan sesuai. Lalu, tiga kesalahan lagi terdapat dalam kalimat (3), yaitu sebelum kata oleh, kemudian, dan dari. Perbaikannya dapat dilihat dalam tulisan (2). Kesalahan-kesalahan penulisan tersebut—baik yang berhubungan dengan penulisan huruf, penulisan kata, maupun tanda baca—masih dianggap sepele untuk sebagian kalangan masyarakat, termasuk di kalangan akademik. Padahal kesalahan penulisan tersebut akan mencerminkan keintelektualan seseorang—khususnya dalam kemampuan berbahasa Indonesia secara baik dan benar di ranah tulis-menulis. Pada bagian ini akan dipaparkan mengenai ejaan bahasa Indonesia yang masih berlaku. Selain itu, akan diberikan pula pengetahuan mengenai sejarah ejaan yang pernah digunakan di Indonesia—mulai dari zaman kolonial Belanda hingga saat ini. Di akhir bagian ini akan diberikan latihan yang berhubungan dengan penggunaan ejaan dalam tata tulis bahasa Indonesia. 18 | Ejaan Bahasa Indonesia

B. Definisi Ejaan Ejaan adalah keseluruhan pelambangan bunyi bahasa, penggabungan dan pemisahan kata, penempatan tanda baca dalam tataran satuan bahasa. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:353), ejaan adalah kaidah-kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi dalam bentuk huruf serta penggunaan tanda baca dalam tataran wacana. Dalam pengertian tersebut, ejaan hanya terkait pada tata tulis yang meliputi pemakaian huruf, penulisan kata, termasuk penulisan kata atau istilah serapan, dan pemakaian tanda baca. Dalam ejaan tidak terdapat kaidah pemilihan kata atau penyusunan kalimat. Umumnya cakupan bahasan ejaan membicarakan: (1) pemakaian huruf vokal dan konsonan, (2) penggunaan huruf kapital dan kursif, (3) penulisan kosakata dan bentukan kata, (4) penulisan unsur serapan, afiksasi dan kosakata asing, dan (5) penempatan dan pemakaian tanda baca. Dalam kaitannya dengan pembakuan bahasa, baik yang menyangkut pembakuan tata bahasa maupun kosakata dan peristilahan, ejaan mempunyai fungsi yang sangat penting. Fungsi tersebut antara lain sebagai berikut: (a) sebagai landasan pembakuan tata bahasa; (b) sebagai landasan pembakuan kosakata dan peristilahan; serta (c) alat penyaring masuknya unsur-unsur bahasa lain ke dalam bahasa Indonesia. Di samping ketiga fungsi tersebut, ejaan berfungsi untuk membantu pemahaman pembaca di dalam mencerna informasi yang disampaikan secara tertulis. C. Sejarah Ejaan Bahasa Indonesia Ejaan bahasa Indonesia sudah mengalami beberapa kali perubahan dan penyempurnaan. Ejaan yang saat ini dipakai adalah Ejaan Bahasa Indonesia yang mulai berlaku sejak tahun 2015. Ejaan ini merupakan perubahan keempat dan menggantikan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi |

19

(EYD). Berikut ini dipaparkan perkembangan ejaan yang digunakan di Indonesia sejak zaman kolonial Belanda, awal kemerdekaan Indonesia, hingga ejaan yang dipakai saat ini. 1.

Ejaan van Ophuijsen

Aksara Arab Melayu dipakai secara umum di daerah Melayu dan daerah-daerah yang telah menggunakan bahasa Melayu. Akan tetapi karena terjadi kontak budaya dengan dunia Barat, sebagai akibat dari kedatangan orang Barat dalam menjajah di Tanah Melayu, di sekolah-sekolah Melayu telah digunakan aksara latin secara tidak terpimpin. Oleh karena itu, pada tahun 1900 seorang ahli bahasa dari Belanda bernama Charles Adriaan van Ophuijsen (1856—1917) mendapat perintah untuk merancang suatu ejaan yang dapat dipakai dalam bahasa Melayu, terutama untuk kepentingan pengajaran. Jika penyusunan ejaan itu tidak cepat-cepat dilakukan, dikhawatirkan sekolah-sekolah tersebut akan menyusun dengan cara yang tidak terpimpin sehingga akan muncul kekacauan dalam ejaan. Sesuai dengan nama penulisnya, ejaan yang berlaku pada zaman Belanda itu bernama Ejaan van Ophuijsen. Charles Adriaan van Ophuijsen—lahir di Solok, Sumatera Barat—adalah seorang Belanda yang gemar memelajari bahasa berbagai suku di Hindia Belanda. Ejaan yang mulai berlaku sejak tahun 1901 itu terdapat dalam Kitab Logat Melajoe. Dalam menyusun ejaan tersebut, Ophuijsen dibantu oleh dua orang pakar bahasa dari Melayu—Engkoe Nawawi Soetan Ma’moer dan Moehammad Thaib Soetan Ibrahim—sejak tahun 1896 dengan menggabungkan dasar-dasar ejaan Latin dan ejaan Belanda. Ejaan tersebut diakui pemerintah kolonial Belanda dan diresmikan pemakaiannya pada tahun 1901. Ejaan van Ophuijsen dipakai selama 46 tahun dan baru diganti setelah dua tahun Indonesia merdeka. Huruf-huruf yang mendukunng Ejaan van Ophuijsen adalah sebagai berikut: 20 | Ejaan Bahasa Indonesia

Bunyi vokal Bunyi diftong Bunyi konsonan Bunyi hamzah Bunyi ain Bunyi trema Bunyi asing

a ai b d r

ẻ au p t s

e oi m n l

i

o

oe

g dj j

k tj h

ng nj w

‘ ‘ ¨ ch

sj

f

z

Dengan adanya ejaan tersebut, akan didapatkan penulisan kata dalam bahasa Melayu sebagai berikut: ajam, elang, ekor, itik, orang, oelar, petai, kerbau, amboi, kapal, galah, tjerah, djala, tikar, darah, pasar, hilah, rasa, lipat, warna, soedah, habis, singa, njanji, mana, tida’, akal, mulai. Pemakaian angka dua menyatakan perulangan tidak dibenarkan. Pengulangan sebuah kata harus dilakukan dengan menulis secara lengkap kata tersebut. Ejaan van Ophuijsen belum dikatakan berhasil karena mendapat kesulitan memelayukan tulisan beberapa kata yang diambil dari bahasa Arab, yang mempunyai warna bunyi bahasa yang khas. Oleh sebab itu, dia memilih bunyi ch, sj, z, f, secara tidak taat asas karena sudah banyak bahasa Arab yang dimelayukan sehingga empat huruf itu tidak terpakai dengan baik. Kemudian, muncul persoalan warna bunyi dari Arab yang disebut hamza dan ain, yang dilambangkannya masing-masing dengan tanda apostrof (‘…). Hambatan-hambatan tersebut selalu diperbaiki dan disempurnakan oleh Van Ophuijsen. Ejaan tersebut secara lengkap termuat dalam buku Kitab Logat Melajoe. Pada tahun 1926, sistem ejaan mendapat bentuk yang tetap. 2.

Ejaan Republik (Ejaan Soewandi)

Beberapa tahun sebelum Indonesia merdeka, yaitu pada masa pendudukan Jepang, pemerintah sudah mulai memikirkan Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi |

21

keadaan ejaan yang tidak mampu mengikuti perkembangan ejaan internasional. Oleh sebab itu, pemerintah melalui Menteri Pendidikan dan Kebudayaan melakukan revisi ejaan untuk menyempurnakan ejaan yang dirasakan sudah tidak sesuai lagi dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh sebab itu, pada tahun 1947 muncullah sebuah ejaan baru sebagai pengganti ejaan Van Ophuijsen. Ejaan tersebut diresmikan oleh Dr. Soewandi, yang saat itu menjabat sebagai Menteri Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan Republik Indonesia, pada tanggal 19 Maret 1947 yang kemudian disebut sebagai Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi. Hal-hal yang menonjol dalam Ejaan Soewandi atau Ejaan Republik itu adalah sebagai berikut: a. Huruf /oe/ diganti dengan /u/, seperti dalam kata berikut: goeroe menjdi guru itoe menjadi itu oemoer menjdi umur b. Bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan /k/, seperti dalam kata berikut: tida’ menjadi tidak Pa’ menjadi Pak ma’lum menjadi maklum ra’yat menjadi rakyat c. Angka dua boleh dipakai untuk menyatakan pengulangan, seperti kata berikut: beramai-ramai menjadi be-ramai2 anak-anak menjadi anak2 berjalan-jalan menjadi ber-jalan2 d. Awalan di- dan kata depan di kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya, seperti berikut: diluar (kata depan), dikebun (kata depan), ditulis (awalan), diantara (kata depan), disimpan (awalan), dipimpin (awalan), dimuka (kata depan), ditimpa (awalan), disini (kata depan). 22 | Ejaan Bahasa Indonesia

e.

f.

g.

h.

i.

3.

Tanda trema tidak dipakai lagi sehingga tidak ada perbedaan antarsuku kata diftong, seperti kata berikut: Didjoempaϊ menjadi didjumpai Dihargaϊ menjadi dihargai Moelaϊ menjadi mulai Tanda aksen pada huruf e tidak dipakai lagi, seperti pada kata berikut ẻkor menjadi ekor hẻran mejadi heran mẻrah menjadi merah berbẻda menjadi berbeda Di hadapan tj dan dj, bunyi sengau nj dituliskan sebagai n untuk mengindahkan cara tulis Menjtjuri menjadi mentjuri Menjdjual menjadi mendjual Ketika memotong kata-kata di ujung baris, awalan dan akhiran dianggap sebagai suku-suku kata yang terpisah be-rangkat menjadi ber-angkat atu-ran menjadi atur-an Huruf-huruf q, x, dan y tidak diatur pemakainnya dalam ejaan. Huruf c hanya dipakai dalam hubungannya dengan huruf ch. Ejaan yang Disempurnakan (EYD)

Pada tanggal 16 Agustus 1972, Presiden Republik Indonesia meresmikan pemakaian Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan yang lazim disingkat dengan EYD. Peresmian ejaan tersebut berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 57 Tahun 1972 yang sebelumnya sudah tercantum dalam Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 03/A.I/72 tanggal 20 Mei 1972. Dengan dasar itu, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menyebarkan buku kecil yang berjudul Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan yang memuat berbagai Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi |

23

patokan pemakaian ejaan yang baru. Karena penuntun itu perlu dilengkapi, maka Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia yang dibentuk Menteri Pendidikan dan Kebudayaan berdasarkan Surat Keputusan Nomor 156/P/1972 tanggal 12 Oktober 1972 menyusun buku Pedoman Umum yang berisi pemaparan kaidah ejaan yang lebih luas. Beberapa perbedaan yang paling menonjol dengan ejaan bahasa Indonesia sebelumnya (Ejaan Soewandi) adalah sebagai berikut. a. Huruf yang berubah fungsi adalah sebagai berikut: /dj/ djalan menjadi /j/ jalan /j/ pajung menjadi /y/ payung /nj/ njanji menjadi /ny/ nyanyi /sj/ isjarat menjadi /sy/ isyarat /tj/ tjukup menjadi /c/ cukup /ch/ achir menjdi /kh/ akhir b. Peresmian penggunaan huruh berikut yang sebelumnya belum resmi adalah: pemakaian huruf /f/ dalam kata maaf, fakir pemakaian huruf /v/ dalam kata universitas, valuta pemakaian huruf /z/ dalam kata lezat, zeni c. Huruf yang hanya dipakai dalam ilmu eksakta, adalah sebagai berikut: pemakaian huruf /q/ dalam rumus a:b = p:q pemakaian huruf /x/ dalam istilah Sinar-X d. Penulisan di- sebagai awalan dan penulisan di sebagai kata depan dilakukan seperti berikut: penulisan awalan di- diserangkaiakan dengan kata yang mengikutinya, seperti dimakan, dijumpai penulisan kata depan di dipisahkan dengan kata yang emngikutinya, seperti di muka, di pojok, di antara.

24 | Ejaan Bahasa Indonesia

Dalam ejaan bahasa indonesia yang disempurnakan terdapat pembicaraan yang lengkap, yaitu: (a) pembicaraan tentang nama dan penulisan huruf; (b) pembicaraan tentang pemakaian huruf; (c) pembicaraan tentang penulisan kata; (d) pembicaraan tentang penulisan unsur serapan; dan (e) pembicaraan tentang pemakaian tanda baca. Ejaan Bahaas Indonesia yang Disempurnakan (EYD) beberapa kali mengalami revisi sejak pertama diterbitkan tahun 1972. Pada tahun 1988 Pedoman Umum Ejaan yang Disempurnakan (PUEYD) edisi kedua diterbitkan berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 0543a/U/1987 tanggal 9 September 1987. Kemudian pada tahun 2009 PUEYD edisi ketiga diterbitkan berdasarkan peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 46 Tahun 2009. 4.

Ejaan Bahasa Indonesia (EBI)

Istilah ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan (EYD), sejak tahun 2015 sudah tidak lagi digunakan berdasarkan Permendikbud Nomor 50 Tahun 2015 tanggal 26 November 2015. Sejak Permendikbud tersebut diundangkan, istilah EYD tidak lagi digunakan dan digantikan dengan istilah EBI (Ejaan Bahasa Indonesia). EBI merupakan sistem ejaan keempat yang pernah digunakan di Indonesia. Meskipun namanya ganti, sebenarnya tidak ada perbedaan secara signifikan antara EYD edisi 2009 dan EBI 2015. Ada tiga perbedaan yang menonjol antara EYD dan EBI. Pertama, penambahan huruf vokal diftong. Pada EYD, huruf diftong hanya tiga, yaitu ai, au, ao. Sedangkan pada EBI, huruf diftong ditambah satu, yaitu ei (misalnya pada kata geiser dan survei). Kedua, penggunaan huruf kapital. Pada EYD tidak diatur bahwa huruf kapital digunakan untuk menulis unsur julukan (hanya menuliskan nama orang). Pada EBI, unsur julukan diatur ditulis dengan awal huruf kapital. Ketiga, penggunaan huruf tebal. Pada EYD, fungsi huruf tebal ada tiga, yaitu: (a) menuliskan judul Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi |

25

buku, bab, dan semacamnya; (b) mengkhususkan huruf; dan (c) menulis lema atau sublema dalam kamus. Sedangkan pada EBI, fungsi ke tiga dihapus. Dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI), terdapat beberapa aturan sebagai berikut. (1) Pemakaian huruf (huruf abjad, huruf vokal, huruf konsonan, huruf diftong, gabungan huruf konsonan, huruf kapital, huruf miring, dan huruf tebal) (2) Penulisan kata (kata dasar, kata berimbuhan, bentuk ulang, gabungan kata, pemenggalan kata, kata depan, partikel, singkatan dan akronim, angka dan bilangan, kata ganti, dan kata sandang) (3) Penempatan tanda baca, di antaranya: tanda titik (.), tanda koma (,), tanda titik dua (:), tanda titik koma (;), tanda hubung (-), tanda pisah (—), tanda titik titik/ellipsis (…), tanda tanya (?), tanda seru (!), tanda kurung biasa ((…)), tanda petik tunggal (‘…’), tanda petik ganda (“…”), tanda kurung siku ([…]), tanda garis miring (/), dan tanda apostrof (‘…). Tanda baca di tersebut diaplikasikan dalam teks sesuai dengan kaidah yang berlaku secara resmi. Untuk lebih mengetahui aturan dalam Ejaan Bahasa Indonesia tahun 2015 tersebut, dapat dilihat pada Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI), dan mahasiswa diperkenankan untuk membandingan dengan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (PUEYD) tahun 2009, agar mendapatkan pengetahuan tentang perubahannya.

26 | Ejaan Bahasa Indonesia

LATIHAN 1. 2. 3. 4.

5.

Sudah berapa kali bahasa Indonesia mengalami perubahan ejaan? Sebutkan dari tahun ke tahun! Jelaskan perbedaan mendasar antara Ejaan yang Disempurnakan (EYD) dan Ejaan Bahasa Indonesia (EBI)! Jelaskan dengan contoh perbedaan penggunaan tanda koma (,) dan tanda titik koma (;)! Perhatikan baik-baik kalimat di bawah ini, lalu perbaiki ejaan yang salah. Setelah membeli pisang Ambon dan kunci Inggris laki – laki itu menaiki Kapal Laut menuju Kota Pare – Pare. Lengkapilah dengan tanda baca bacaan di bawah ini sehingga membentuk satu paragraf yang efektif. selain itu sepak bola juga perlu dilihat dari sisi lain dalam kehidupan kita ini ada dua kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang pemain sepak bola pertama kemampuan dasar yang meliputi kemampuan menendang bola kemampuan berlari dan kemampuan memainkan bola dengan baik kemampuan ini tidak cukup untuk membawa permainan sepak bola dapat dimenangkan karena itu hanya terkait dengan kemampuan individu namun ada kemampuan ke dua yang tak kalah pentingnya yakni kemampuan bekerja sama dilapangan kemampuan inilah yang sangat berpengaruh dalam satu tim sepak bola

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi |

27

28 | Ejaan Bahasa Indonesia

BAB III KALIMAT DALAM BAHASA INDONESIA

Capaian Pembelajaran 1. 2. 3. 4. 5.

Mahasiswa mampu menjelaskan unsur-unsur pembentuk kalimat serta fungsinya masing-masing. Mahasiswa mampu menjelaskan pola-pola kalimat tunggal. Mahasiswa mampu menjelaskan pola kalimat majemuk. Mahasiswa mampu menjelaskan ciri-ciri kalimat efektif. Mahasiswa mampu menggunakan kalimat efektif dalam teks.

A. Pengantar Dalam materi ini, mahasiswa akan diperkenalkan mengenai struktur kalimat yang digunakan dalam bahasa Indonesia. Pengetahuan mengenai kalimat merupakan dasar sebelum melakukan kegiatan tulis-menulis. Penulisan kalimat merupakan pengembangan dari pengetahuan mengenai ejaan. Sebelum membahas tentang kalimat efektif, akan dipaparkan mengetahui dasar pembentukan kalimat. Berikut ini akan dijelaskan unsurunsur kalimat dan pola kalimat, baik kalimat tunggal maupun kalimat majemuk sebagai dasar pengetahuan dalam memahami kalimat efektif. B. Hakikat Kalimat Sekurang-kurangnya kalimat dalam ragam resmi, baik lisan maupun tertulis, harus memiliki subjek (S) dan predikat (P). Jika tidak memiliki unsur subjek dan unsur predikat, pernyataan itu bukanlah kalimat. Dengan kata yang seperti itu hanya dapat Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi |

29

disebut sebagai frasa. Inilah yang membedakan kalimat dengan frasa. Kalimat mengungkapkan pikiran yang utuh. Dalam wujud lisan kalimat diucapkan dengan suara naik turun, dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir. Dalam wujud tulisan berhuruf latin kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik (.), tanda tanya (?), dan tanda seru (!). Kalimat mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: (1) berintonasi akhir; (2) minimal terdiri atas subjek dan predikat; (3) predikat transitif disertai objek, intransitif dapat diikuti pelengkap; (4) mengandung pikiran yang utuh dan kesatuan makna; (5) menggunakan urutan yang logis; dan (6) dalam bahasa tulis diawali huruf kapital dan diakhiri tanda titik, tanda tanya atau tanda seru. C. Unsur Sintaksis Kalimat Berdasarkan unsur sintaksisnya, kalimat dapat terdiri atas: subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan. Sedangkan berdasarkan unsur pembentuknya, kalimat dapat terdiri atas: kata, frasa, dan klausa. Berikut akan dijelaskan unsur-unsur sintaksis pembentuk kalimat menurut Alwi (2003: 326) dan Widjono (2011: 148). 1.

Subjek

Subjek adalah unsur pokok yang terdapat pada sebuah kalimat di samping unsur predikat. Di dalam sebuah kalimat, subjek berperan sebagai pelaku atau orang yang melakukan kegiatan tertentu. Subjek pada umumnya berupa kata benda seperti nama orang, binatang, tumbuhan, dan benda. Penempatan subjek yang tidak tepat akan mengaburkan makna kalimat. Keberadaan subjek dalam kalimat berfungsi (1) membentuk kalimat dasar, kalimat luas, kalimat tunggal, kalimat majemuk, (2) memperjelas makna, (3) menjadi pokok pikiran, (4) 30 | Kalimat dalam Bahasa Indonesia

menegaskan/memfokuskan makna, (5) memperjelas pikiran ungkapan, (6) membentuk kesatuan pikiran (Widjono, 2011:148). Ciri-ciri subjek menurut Widjono (2011: 148) adalah sebagai berikut. a. Merupakan jawaban atas pertanyaan apa atau siapa. Contoh: (1) Pemimpin itu bijaksana. Kalimat di atas merupakan jawaban atas pertanyaan siapa, “Siapa yang bijaksana?” jawabannya adalah pemimpin itu. (2) Menulis artikel itu mudah. Kalimat di atas merupakan jawaban atas pertanyaan apa, “Apa yang mudah?” jawabannya adalah menulis artikel. b. Dapat disertai kata ini atau itu. Contoh: (1) Kucing ini lucu sekali. (2) Mobil merah itu menabrak pembatas jalan. c. Berupa kata atau frasa benda (nomina). Subjek berupa kata, contohnya: (1) Saya belajar bahasa Indonesia semenjak usia dini. (2) Kami akan wisuda bulan Desember tahun ini. Subjek berupa frase, contohnya: (1) Gadis cantik yang berbaju merah itu menyanyikan lagu Indonesia Raya. (2) Ayah dan ibu pergi ke Bandung kemarin. d. Disertai pewatas yang. Contoh: (1) Pemimpin yang jujur disenangi masyarakat. (2) Gadis yang menggunakan baju merah cantik sekali.

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi |

31

e.

f.

g.

h.

i.

Tidak didahului preposisi: di, dalam, pada, kepada, bagi, untuk, dari, menurut, berdasarkan, dan lain-lain. Contoh: (1) Dalam rapat itu terjadi perdebatan sengit antaranggota. (2) Menurut kami, merekalah penyebab terjadinya kerusuhan itu. Pada contoh di atas, bagian yang dicetak miring bukan merupakan subjek karena didahului kata dalam dan menurut. Tidak dapat diingkarkan dengan kata tidak, tetapi dapat diingkarkan dengan kata bukan. Contoh: (1) Bukan Rita yang membawa payung itu. (benar) (2) Tidak Rita yang membawa payung itu. (salah) Merupakan bagian kalimat yang diterangkan oleh predikat. Contoh: (1) Perempuan itu cantik sekali. (2) Anggun menanam bunga di taman. Pada kalimat (1) predikat cantik sekali menerangkan subjek perempuan itu. Sedangkan kalimat (2) predikat menanam menerangkan pekerjaan yang sedang dilakukan Anggun di taman. Diikuti salah satu kata kerja gabungan ialah, adalah, merupakan, atau menjadi. Contoh: (1) Pantun ialah bentuk puisi yang berpola akhir a-b-a-b. (2) Beliau menjadi presiden sejak tahun 2004. Berpatikel –nya. Contoh: (1) Membacanya cukup cepat. (2) Dinginnya menusuk tulang.

32 | Kalimat dalam Bahasa Indonesia

2.

Predikat

Seperti halnya dengan subjek, predikat dalam kalimat kebanyakan muncul secara eksplisit. Predikat menyatakan kegiatan yang sedang dilakukan oleh subjek. Umumnya predikat berupa kata kerja, tetapi tidak menutup kemungkinan juga berupa kata bilangan, kata benda, frasa keterangan, maupun kata sifat. Keberadaan predikat dalam kalimat berfungsi sebagai (1) membentuk kalimat dasar, kalimat tunggal, kalimat luas, kalimat majemuk, (2) menjadi unsur penjelas, yaitu memperjelas pikiran atau gagasan yang diungkapkan dan menentukan kejelasan makna kalimat, (3) menegaskan makna, (4) membentuk kesatuan pikiran, dan (5) sebagai sebutan (Widjono, 2011:148). Ciri-ciri predikat menurut Widjono (2011: 149) adalah sebagai berikut. a. Merupakan jawaban atas pertanyaan bagaimana, mengapa, atau berapa. Dilihat dari segi makna, bagian kalimat yang memberikan informasi atas pertanyaan mengapa atau bagaimana adalah predikat kalimat. Pertanyaan sebagai apa atau jadi apa dapat digunakan untuk menentukan predikat yang berupa nomina penggolong (identifikasi). Kata tanya berapa dapat digunakan untuk menentukan predikat yang berupa numeralia (kata bilangan) atau frasa numeralia. Contoh: (1) Burung itu berkicau indah sekali. (“Apa yang dilakukan burung itu? Jawabannya berkicau indah sekali”) (2) Peserta rapatnya 20 orang. (“Berapa jumlah peserta rapat? Jawabannya 20 orang”) b. Dapat diinginkarkan dengan tidak atau bukan. Contoh: (1) Aisyah bukan pramugari. (2) Delia tidak menanam jagung.

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi |

33

c.

d.

e.

f.

3.

Dapat disertai kata-kata aspek1 atau modalitas2. Contoh: (1) Kami akan berangkat ke Padang bulan depan. (2) Dadang sebaiknya pulang lebih awal. Tidak didahului kata yang, jika didahului yang predikat berubah fungsi menjadi perluasan subjek, Contoh: (1) Wanita yang memakai jilbab merah itu cantik sekali. (2) Laki-laki yang berjalan di atas trotoar itu sangat tampan. Frase yang bergaris bawah merupakan perluasan subjek, dan bukan predikat. Frase yang dicetak miring merupakan predikat berupa kata sifat. Dapat didahului kata adalah, ialah, yaitu, yakni. Contoh: (1) Saya adalah mahasiswa Universitas Mulawarman. (2) Peserta seminar yakni kalangan dosen. Predikat dapat berupa kata benda, kata kerja, kata sifat, atau bilangan. Contoh: (1) Saya mahasiswa. (predikat kata benda) (2) Kami menanam seribu pohon di hutan. (predikat kata kerja) Objek

Objek adalah unsur kalimat yang dikenai perbuatan atau menderita akibat perbuatan subjek. Kehadiran objek dalam kalimat bergantung pada jenis kalimat serta ciri khas objek itu Aspek adalah kategori gramatikal verba yang menunjukkan lama dan jenis perbuatan. Modalitas adalah klasifikasi pernyataan menurut hal menyungguhkan atau mengingkari kemungkinan atau keharusan. Dapat pula diartikan sebagai makna kemungkinan, keharusan, kenyataan, dsb yang dinyatakan dal kalimat (dalam bahasa Indonesia dinyatakan dengan kata barangkali, harus, dsb). 1 2

34 | Kalimat dalam Bahasa Indonesia

sendiri. Predikat kalimat yang berstatus transitif mempunyai objek. Biasanya predikat berupa kata kerja berkonfiks me-kan, atau me-i, misalnya mengambilkan, mengumpulkan, mengambili, melempari, mendekati. Dalam kalimat, objek berfungsi (1) membentuk kalimat dasar pada kalimat berpredikat transitif, (2) memperjelas makna kalimat, dan (3) membentuk kesatuan atau kelengkapan pikiran (Widjono, 2011:149). Ciri-ciri objek menurut Widjono (2011:150) adalah sebagai berikut. a. Berupa kata benda. Contoh: (1) Nola menulis artikel ilmiah. (2) Bunda ke kampus mengendarai motor. b. Tidak didahului kata depan. Contoh: (1) Ibu membeli di pasar buah manga itu. (kata di pasar yang berada tepat di belakang predikat transitif bukan merupakan objek, melainkan keterangan, objeknya adalah buah manga itu) (2) Paman membawa dari Palembang pempek yang lezat. (kata dari Palembang yang berada tepat di belakang predikat transitif bukan merupakan objek, melainkan keterangan, objeknya yaitu pempek yang lezat) c. Mengikuti secara langsung di belakang predikat transitif. Contoh: (1) Anak-anak melempari orang gila dengan kerikil tajam. (2) Sanny mengumpulkan perangko sejak sekolah dasar. d. Jawaban apa atau siapa yang terletak di belakang predikat transitif. Contoh: (1) Ayah membeli mobil-mobilan di pasar. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi |

35

e.

4.

(“Apa yang dibeli ayah di pasar? Jawabannya mobilmobilan”) (2) Ayah membelikan adik mobil-mobilan di pasar. (“Siapa yang dibelikan mobil-mobilan oleh ayah? Jawabannya adik”) Dapat menduduki fungsi subjek apabila kalimat dipasifkan. Contoh: (1) Dinda membersihkan rumah saya. (aktif) (2) Rumah saya dibersihkan oleh Dinda. (pasif) Pada kalimat (1) rumah saya menduduki objek, dan pada kalimat (2) rumah saya menduduki fungsi subjek, sedangkan objeknya adalah Dinda. Pelengkap

Pelengkap merupakan unsur kalimat yang berfungsi melengkapi informasi, mengkhususkan objek, dan melengkapi struktur kalimat (Widjono, 2011:150). Ciri-ciri pelengkap menurut Widjono (2011:150) adalah sebagai berikut. a. Bukan unsur utama, tetapi tanpa pelengkap kalimat itu tidak jelas dan tidak lengkap informasinya. Contoh: (1) Tabitha belajar. (2) Tabitha belajar bahasa Indonesia. Kalimat (1) terdiri atas subjek dan predikat, namun kalimat tersebut tidak memberikan informasi yang jelas mengenai hal yang dipelajari Tabitha. Sedangkan kalimat (2) terdiri atas subjek-predikat-pelengkap sehingga memberikan informasi yang lebih jelas tentang yang dipelajari Tabitha, yaitu bahasa Indonesia. b. Terletak di belakang predikat yang bukan kata kerja transitif. Contoh: (1) Negara ini berlandaskan hukum. 36 | Kalimat dalam Bahasa Indonesia

Untuk memperjelas pemahaman mengenai perbedaan objek dan pelengkap, berikut disajikan tabel yang menguraikan perbedaan antara objek dan pelengkap. Tabel 3.1 Perbedaan Objek dan Pelengkap No Objek Berwujud frase 1.

Pelengkap

nominal atau klausa.

Berwujud frasa nominal, frasa verbal, frasa adjektival, frasa proposisional, atau klausa.

2.

Berada langsung di belakang predikat.

Berada langsung di belakang predikat jika tidak ada objek dan di belakang objek jika ada unsur ini hadir.

3.

Menjadi subjek akibat pemasifan kalimat.

Tidak dapat menjadi subjek akibat pemasifan kalimat.

4.

Dapat diganti dengan pronomina -nya.

Tidak dapat diganti dengan pronomia nya kecuali kombinasi preposisi selain di, ke, dari, dan akan.

Sumber: Alwi, dkk. (2003:329)

5.

Keterangan

Keterangan merupakan unsur kalimat yang memberikan informasi lebih lanjut tentang suatu yang dinyatakan dalam kalimat; misalnya, memberi informasi tentang tempat, waktu, cara, sebab, dan tujuan. Ciri-ciri keterangan menurut Widjono, 2011:150) sebagai berikut. 1. Bukan unsur utama kalimat, tetapi kalimat tanpa keterangan, pesan menjadi tidak jelas, dan tidak lengkap, misalnya surat undangan, tanpa keterangan menjadi tidak komunikatif. Contoh: (1) Kakek datang bersama nenek. (tanpa keterangan) Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi |

37

2.

3.

(2) Kakek datang dari Yogyakarta bersama nenek. (ada keterangan asal) Kalimat (1) tidak memberikan informasi dengan jelas karena tanpa mengikutsertakan keterangan. Sedangkan kalimat (2) menjadi jelas dengan adanya keterangan asal. Memiliki keleluasaan letak atau posisi (dapat di awal, akhir, atau menyisip antara subjek dan predikat). Contoh: (1) Kemarin saya mengerjakan skripsi di kampus. (2) Saya kemarin mengerjakan skripsi di kampus. (3) Saya mengerjakan skripsi di kampus kemarin. Dapat berupa keterangan waktu, tujuan, tempat, sebab, akibat, syarat, cara, konsesif (konsesif ditandai kata meskipun, walaupun, dan biarpun, misalnya: Saya berupaya meningkatkan kualitas kerja meskipun sulit diwujudkan), pengganti nomina (menggunakan kata bahwa, misalnya: Mahasiswa berpendapat bahwa sekarang ini sulit mencari pekerjaan). Contoh: (1) Laras sudah selesai wisuda kemarin. (keterangan waktu) (2) Dona tampil cantik untuk acara AMI awards. (keterangan tujuan)

C. Pola Kalimat Dasar Setelah membicarakan beberapa unsur yang membentuk sebuah kalimat yang benar, kita telah dapat menentukan pola kalimat dasar itu sendiri. Berdasarkan fungsi dan peranan gramatikalnya, ada delapan pola kalimat dasar dalam Bahasa Indonesia. 1. S – P : Saya mahasiswa baru. 2. S – P – O : Rani mendapat sepeda baru. 3. S – P – Pel : Beliau menjadi ketua koperasi.

38 | Kalimat dalam Bahasa Indonesia

4. 5. 6. 7. 8.

S – P – Ket S – P – O – Pel S – P – O – Ket S – P – Pel – Ket S – P – O – Pel – Ket

: : : : :

Kami tinggal di Jakarta. Hasan mengirim ibunya uang. Pak Bejo menabung uang di bank. Saya bermain biola di kamar. Saya membelikan adik sepeda baru di Jakarta.

D. Jenis Kalimat Kalimat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu kalimat berdasarkan pembentukannya; kalimat berdasarkan bentuknya; dan kalimat berdasarkan fungsinya. Berikut ini akan dipaparkan masing-masing jenis kalimat. 1.

Berdasarkan Unsur Pembentukannya

Berdasarkan unsur pembentuknya, kalimat terdiri atas sebagai berikut. a. Kalimat Berklausa: Kalimat yang terdiri atas satuan yang berupa klausa. Maksudnya, dalam kalimat ini terdiri atas S, P, disertai O, Pel, dan K atau tidak. Contoh: Lembaga itu menerbitkan majalah sastra. S P O b. Kalimat Tidak Berklausa: Kalimat yang tidak terdiri atas klausa. Contoh: Astaga! Selamat malam! 2.

Bedasarkan Bentuknya

Berdasarkan bentuknya atau struktur gramatikalnya, kalimat dibedakan menjadi kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Kalimat tunggal umumnya dibedakan atas jenis kata yang menjadi predikatnya. Kalimat majemuk dapat bersifat setara Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi |

39

(koordinatif), tidak setara (subordinatif), ataupun campuran (koordiatif-subordinatif). Gagasan yang tunggal dinyatakan dalam kalimat tunggal; gagasan yang bersegi-segi diungkapkan dengan kalimat majemuk. a.

Kalimat Tunggal

Kalimat tunggal terdiri atas satu subjek dan satu predikat. Pada hakikatnya, kalau dilihat dari unsur-unsurnya, kalimatkalimat yang panjang-panjang dalam bahasa Indonesia dapat dikembalikan kepada kalimat-kalimat dasar yang sederhana. Kalimat-kalimat tunggal yang sederhana itu terdiri atas satu subjek dan satu predikat dan boleh diperluas dengan salah satu atau lebih unsur-unsur tambahan (objek dan keterangan), asalkan unsur-unsur tambahan itu tidak membentuk pola kalimat baru. Sehubungan dengan itu, kalimat-kalimat yang panjang itu dapat pula ditelusuri pola-pola pembentukannya. Pola-pola itulah yang dimaksud dengan pola kalimat dasar. Berdasarkan bentuk predikatnya, pola kalimat tunggal dapat dibedakan menjadi lima bagian. 1)

Kalimat Berpredikat Nomina

Kalimat berpredikat nomina adalah kalimat yang predikatnya terdiri atas nomina (termasuk pronominal) atau frasa nominal. Kalimat ini disebut juga kalimat ekuatif. Contoh: Laki-laki itu pencurinya. S P Pola kalimatnya: Subjek (Frase Nominal) + Predikat (Nomina) 2) Kalimat Berpredikat Verba Kalimat berpredikat verba adalah kalimat yang predikatnya berupa kata kerja (verba) atau frasa verbal. Contoh: Mira menulis surat kepada kakaknya. S P O Ket 40 | Kalimat dalam Bahasa Indonesia

Pola kalimatnya: Subjek (Nomina) + Predikat (Verba) + Objek (Frase Nominal) Kalimat tunggal dengan predikat verba, dibedakan menjadi empat, yaitu: a) Kalimat Verba Intransitif → kalimat yang tidak membutuhkan objek atau pelengkap. Contoh: Orang itu berlari dengan kencang. S P Ket b) Kalimat Verba Ekatransitif → kalimat ini terdiri atas tiga unsur inti, yaitu S, P, O. Unsur bukan intinya keterangan. Contoh: Polisi sedang mengejar tersangka. S P O c) Kalimat Verba Dwitransitif → Unsur inti terdiri atas S, P, O, dan Pel. Kalimat ini memiliki makna benefaktif, bersangkutan dengan verba yang dilakukan untuk orang lain. Contoh: Ibu membelikan adik sepeda baru. S P O Pel d) Kalimat Verba Semitransitif → kalimat ini terdiri atas S, P, dan Pel. Contoh: Dina kehilangan tas. S P Pel 3) Kalimat Berpredikat Adjektiva Kalimat berpredikat adjektiva adalah kalimat yang predikatnya berupa kata sifat (adjektiva) atau frasa adjektival. Contoh 1: Adiknya sakit. S P Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi |

41

Pola kalimatnya: Subjek (Nomina) + Predikat (Adjektiva) Contoh 2:

Rumah Sari sangat besar. S P Pola kalimatnya: Subjek (Frasa Nomina) + Predikat (Frasa Adjektival) 4) Kalimat Berpredikat Numeralia Kalimat berpredikat numeralia adalah kalimat yang predikatnya berupa kata bilangan atau frasa bilangan. Contoh 1: Uangnya banyak. S P Pola kalimatnya: Subjek (Nomina) + Predikat (Kata bilangan) Contoh 2:

Panjang mobil itu dua meter. S P Pola kalimatnya: Subjek (Frasa nominal) + Predikat (Frasa Bilangan) 5) Kalimat Berpredikat Frasa Preposisional Kalimat berpredikat frasa preposisional adalah kalimat yang predikatnya berupa frasa preposisional, yaitu frasa keterangan. Contoh: Ibu ke apotek. S P Pola kalimatnya: Subjek (Nomina) + Predikat (Frasa Preposisional) Setiap kalimat tunggal di atas dapat diperluas dengan menambahkan kata-kata pada unsur-unsurnya. Dengan 42 | Kalimat dalam Bahasa Indonesia

menambahkan kata-kata pada unsur-unsurnya, kalimat akan menjadi panjang (lebih panjang daripada kalimat asalnya), tetapi masih dapat dikenali unsur utamanya. Contoh: (1) Mahasiswa berdiskusi. S P Kalimat (1) dapat diperluas menjadi: (2) Mahasiswa semester III sedang berdiskusi di aula. S P Ket Perluasan kalimat (1) menjadi kalimat (2) merupakan hasil perluasan subjek mahasiswa dengan semester III; dan perluasan predikat berdiskusi dengan sedang, serta menambahkan keterangan tempat di akhir kalimat. b. Kalimat Majemuk Kalimat majemuk adalah kalimat-kalimat yang mengandung dua pola kalimat atau lebih. Kalimat majemuk dapat dibentuk dengan cara perluasan kalimat tunggal, menggabungkan dua klausa atau lebih, dan menggabungkan dua kalimat tunggal atau lebih. Kalimat majemuk dibedakan menjadi: 1)

Kalimat Majemuk Setara

Kalimat majemuk setara adalah kalimat majemuk yang bersifat koordinatif sehingga tidak ada saling menerangkan. Kalimat majemuk setara terjadi dari dua kalimat tunggal atau lebih. Kalimat majemuk setara dikelompokkan menjadi empat jenis, sebagai berikut: a) Kalimat Majemuk Setara Gabungan, menyatakan penjumlahan atau gabungan kejadian, kegiatan, peristiwa, dan proses. Biasanya menggunakan kata hubung dan, serta. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi |

43

Contoh: (1) Kami membaca (2) Mereka menulis (3) Kami membaca dan mereka menulis. Tanda koma dapat digunakan jika kalimat yang digabungkan itu lebih dari dua kalimat tunggal. Contoh: (1) Direktur tenang. (2) Karyawan duduk teratur. (3) Para nasabah antre. (4) Direktur tenang, karyawan duduk teratur, dan para nasabah antre. b) Kalimat Manjemuk Setara Pilihan, menyatakan pilihan di antara dua kemungkinan. Biasanya menggunakan kata hubung atau, baik ... maupun. Contoh: (1) Para pemilik televisi membayar iuran televisinya di kantor pos yang terdekat, atau para petugas menagihnya ke rumah pemilik televisi langsung. c)

Kalimat Manjemuk Setara Perlawanan/Pertentangan, menyatakan bahwa hal yang dinyatakan dalam klausa pertama bertentangan dengan klausa kedua. Biasanya menggunakan kata hubung tetapi, melainkan. Contoh: (1) Amerika dan Jepang tergolong negara maju. (2) Indonesia dan Brunei Darussalam tergolong negara berkembang. Apabila kalimat (1) dan (2) digabung, maka akan menjadi sepeti berikut:

44 | Kalimat dalam Bahasa Indonesia

(3) Amerika dan Jepang tergolong negara maju, tetapi Indonesia dan Brunei Darussalam tergolong negara berkembang. d) Kalimat Manjemuk Setara Urutan, menyatakan kejadian yang berurutan. Biasanya menggunakan kata hubung lalu, lantas, kemudian. Contoh: (1) Mula-mula disebutkan nama-nama juara MTQ tingkat remaja, kemudian disebutkan namanama juara MTQ tingkat dewasa. (2) Upacara serah terima pengurus koperasi sudah selesai, lalu Pak Ustaz membacakan doa selamat. 2) Kalimat Majemuk Bertingkat Kalimat majemuk yang terdiri atas perluasan kalimat tunggal, bagian kalimat yang diperluas sehingga membentuk kalimat baru yang disebut anak kalimat. Anak kalimat ditandai dengan penggunaan kata penghubung dan apabila diletakkan mendahului induk kalimat, maka dipisah dengan tanda koma. Sedangkan kalimat asal, yaitu bagian yang tidak mengalami perubahan, disebut induk kalimat. Berikut adalah jenis kalimat majemuk bertingkat berdasarkan jenis keterangan yang menyertai anak kalimatnya. Tabel 3.2 Jenis Kalimat Majemuk Bertingkat No

Jenis

1.

KMB AK keterangan waktu

Ciri Menggunakan kata penghubung: ketika, waktu, saat, setelah, sebelum, sejak, sedari, sewaktu, sementara, seraya, sambil, sehabis, tatkala, hingga, sampai Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi |

45

2.

KMB AK keterangan sebab/alasan

Menggunakan kata hubung sebab, karena, oleh karena

3.

KMB AK keterangan hasil (akibat)

Menggunakan kata hubung hingga, sehingga, akhirnya

4.

KMB AK Keterangan syarat

Menggunakan kata hubung jika, apabila, kalau, andaikata, seandainya, asalkan, bilamana, manakala

5.

KMB AK keterangan tujuan

Menggunakan kata hubung agar, supaya, demi, untuk, guna, biar

6.

KMB AK keterangan cara

Menggunakan kata hubung dengan, dalam

7.

KMB AK keterangan konsesif

Menggunakan kata hubung meskipun, walaupun, biarpun

8.

KMB AK pengganti nomina

Menggunakan kata bahwa

9.

KMB AK sebagai perbandingan

Menggunakan kata seperti, bagaikan, laksana, sebagaimana, daripada, alihalih, ibarat

10.

KMB AK keterangan kemiripan

Menggunakan kata seolah-olah, seakan-akan

11.

KMB AK menerangkan kenyataan

Menggunakan kata padahal

Keterangan: KMB : Kalimat Majemuk Bertingkat AK : Anak Kalimat

Perhatikan contoh kalimat majemuk bertingkat di bawah ini. 1. Ketika memberikan keterangan, saksi itu meneteskan air mata. 2. Pembangunan rumah susun itu memerlukan penelitian sebab beberapa unit rumah susun belum berpenghuni.

46 | Kalimat dalam Bahasa Indonesia

3. Hujan turun berhari-hari sehingga banjir besar melanda kota itu. 4. Aku mau pulang jika ayah menuruti kemauanku. 5. Agar Koperasi Unit Desa (KUD) berkembang, perlu dipikirkan penciptaan kader-kader yang tangguh. 6. Dengan menurunkan harga beberapa jenis BBM, kita berharap kegiatan ekonomi tidak lesu lagi. 7. Semangat belajarnya tetap tinggi meskipun usianya sudah lanjut. 8. Pengurus lama berjanji bahwa koperasi kita akan memilih pengurus baru. 9. Aku memahaminya sebagaimana ia memahamiku. 10. Motorku masih rusak padahal sudah diperbaiki. 11. Dia diam saja seakan-akan tidak tahu kesalahannya. 3.

Berdasarkan Fungsinya

Menurut fungsinya, jenis kalimat dapat dirinci menjadi kalimat pernyataan, kalimat pertanyaan, kalimat perintah, dan kalimat seruan. Semua jeis kalimat itu dapat disajikan dalam bentuk positif dan negatif. Dalam bahasa lisan, intonasi yang khas menjelaskan kapan kita berhadapan dengan salah satu jenis itu. Dalam bahasa tulisan, perbedaannya dijelaskan oleh bermacam-macam tanda baca. a.

Kalimat Berita/Pernyataan/Deklaratif

Kalimat berita (deklaratif/pernyataan) adalah kalimat yang isinya memberitakan sesuatu kepada pembaca atau pendengar. Pada ragam bahasa lisan, bagian akhir kalimat berita ditandai dengan nada menurun. Sementara itu, pada ragam bahasa tulis, bagian akhir kalimatnya ditandai dengan tanda titik. Bentuk kalimat berita bermacam-macam, bisa berupa kalimat aktif atau pasif, positif atau negatif, langsung atau tidak langsung, tunggal atau majemuk, dan sebagainya. Kalimat berita dapat berbentuk Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi |

47

apa saja, asalkan isinya merupakan pemberitahuan. Dalam penggunaannya, kalimat berita memiliki beragam tujuan antara lain menyatakan pemberitahuan, laporan, pengharapan, permohonan, perkenalan, undangan, dan sebagainya. Tabel 3.3 Contoh Kalimat Berita/Deklaratif/Pernyataan No.

Bentuk

Contoh

1.

Pemberitahuan

2.

Laporan

3.

Pengharapan

4.

Permohonan

5. 6.

Perkenalan Undangan

Minggu ini di desa kita akan diadakan kerja bakti. Kami telah melaksanakan tugas tersebut dengan sebaik-baiknya. Saya sangat berharap kamu dapat lulus ujian lisan nanti. Saya mohon Anda dapat mematuhi peraturan di perusahaan. Saya Sari, putri bungsu Pak Aldi. Kami mengundang Saudara untuk hadir dalam acara pernikahan putri kami.

b. Kalimat Pernyataan Kalimat pertanyaan (interogatif) adalah kalimat yang isinya menanyakan sesuatu atau seseorang. Kalimat pertanyaan berfungsi untuk menanyakan sesuatu. Kalimat ini memiliki pola intonasi yang berbeda dengan kalimat berita. Perbedaannya terletak pada nada akhirnya. Pola intonasi kalimat berita bernada akhir turun, sedangkan pola intonasi kalimat tanya bernada akhir naik. Pertanyaan atau kalimat tanya dapat dibentuk dengan berbagai cara. Caranya adalah dengan menggunakan kata tanya, seperti apa, siapa, di mana, ke mana, dari mana, mana, berapa, bagaimana, dan mengapa. a. Apa → untuk menanyakan benda atau, sesuatu, atau kegiatan b. Siapa → untuk menanyakan orang

48 | Kalimat dalam Bahasa Indonesia

c. Di mana, ke mana, mana → untuk menanyakan arah, letak, atau tempat d. Berapa → untuk menanyakan jumlah e. Bagaimana → untuk menanyakan keadaan atau proses f. Mengapa → untuk menanyakan alasan atau sebab g. Kapan → untuk menanyakan waktu Contoh kalimat tanya: 1. Apa yang kamu bawa? 2. Siapa penemu telepon? 3. Di mana kamu membeli baju itu? 4. Ke mana kamu akan pergi? 5. Mengapa kamu datang terlambat? 6. Bagaimana keadaan ibumu sekarang? 7. Kapan ayah pergi ke Amerika? c.

Kalimat Perintah

Kalimat perintah (imperatif) adalah kalimat yang maknanya memberikan perintah untuk melakukan sesuatu. Kalimat perintah dipakai jika penutur ingin menyuruh atau melarang orang melakukan (berbuat) sesuatu. Dalam bentuk tulis, kalimat perintah seringkali dengan tanda seru meskipun tanda titik bisa pula dipakai. Dalam bentuk lisan, nadanya naik pada akhir kalimat. Berdasarkan struktur kalimatnya, kalimat perintah atau disebut juga kalimat suruh dapat digolongkan menjadi empat golongan, yaitu sebagai berikut. 1)

Kalimat Suruh yang Sebenarnya

Kalimat suruh yang sebenarnya ditandai oleh pola intonasi suruh. Apabila P-nya terdiri atas verba yang tidak membutuhkan objek (kata verbal intransitif), bentuk kata verbal itu tetap, hanya partikel –lah dapat ditambahkan pada kata verbal itu untuk

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi |

49

menghaluskan perintah S-nya yang berupa orang kedua, boleh dilesapkan boleh tidak. Contoh: Duduk! Datanglah engkau ke rumahku! Berangkatlah sekarang juga! Untuk memperhalus suruhan, di samping menambah partikel – lah, kata tolong dapat dipakai di depan kata kerja yang benefaktif, yaitu kata kerja yang menyatakan tindakan yang dimaksudkan bukan untuk kepentingan pelakunya. Contohnya adalah sebagai berikut. Tolong ambilkan buku itu! Tolong belikan gula setengah kilo di warung! 2) Kalimat Persilakan Selain ditandai oleh pola intonasi suruh, kalimat persilakan ditandai juga oleh penambahan kata silakan yang diletakkan di awal kalimat. S kalimat boleh dilesapkan boleh juga tidak. Contohnya adalah sebagai berikut. Silakan Bapak duduk di sini! Silakan datang ke rumahku! Silakan beristirahat! 3) Kalimat Ajakan Kalimat ajakan ini, berdasarkan fungsinya dalam hubungan situasi, juga mengharapkan suatu tanggapan yang berupa tindakan. Perbedaannya, tindakan itu bukan hanya dilakukan oleh orang yang diajak berbicara, melainkan juga oleh orang yang berbicara atau penuturnya. Dengan kata lain, tindakan itu dilakukan oleh kita. Di samping ditandai oleh pola intonasi suruh, kalimat ini ditandai juga oleh adanya kata-kata ajakan, yaitu kata mari dan ayo yang diletakkan di awal kalimat. Partikel –lah dapat ditambahkan 50 | Kalimat dalam Bahasa Indonesia

pada kedua kata itu menjadi marilah dan ayolah. S kalimat boleh dilesapkan boleh tidak. Contohnya adalah sebagai berikut. Mari kita berangkat sekarang! Ayo kita bermain sepeda! 4) Kalimat Larangan Kalimat larangan ditandai oleh adanya kata jangan di awal kalimat. Partikel –lah dapat ditambahkan pada kata tersebut untuk memperhalus larangan. S kalimat boleh dilesapkan boleh tidak. Contohnya adalah sebagai berikut. Jangan kamu berangkat sendiri! Jangan suka menjahili orang! d. Kalimat Seru Kalimat seru (interjektif) adalah kalimat yang mengungkapkan perasaan kagum. Kalimat seru juga digunakan jika penutur ingin mengungkapkan perasaan yang kuat atau hal yang mendadak. Kata seru yang digunakan antara lain adalah wah, aduh, alangkah, dan aduhai. Contoh: Alangkah indahnya pemandangan ini! Wah, rumahmu bagus sekali! Aduhai merdu sekali suaramu! Aduh, sakit sekali perutku! 4.

Berdasarkan Kelengkapan Unsurnya

Dipandang dari segi kelengkapan unsurnya, kalimat dibedakan menjadi dua, yaitu: kalimat sempurna (mayor) dan kalimat tak lengkap (minor).

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi |

51

a.

Kalimat Sempurna (Mayor)

Kalimat sempurna adalah kalimat yang dasarnya terdiri atas sebuah klausa bebas. Oleh karena yang mendasari kalimat sempurna adalah suatu klausa bebas maka kalimat sempurna ini cukup kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Contoh: 1) Ayah membaca koran. (Kalimat sempurna dilihat dari kalimat tunggal) 2) Kalau saya mempunyai uang, saya akan membeli rumah itu. (Kalimat sempurna dilihat dari kalimat majemuk bertingkat) b. Kalimat Tak Sempurna (Minor) Kalimat tak sempurna adalah kalimat yang subjek dan predikatnya tidak lengkap atau dengan kata lain subjek dan predikatnya tidak ada sama sekali. Kalimat tak sempurna ini mencakup kalimat pertanyaan, minor, dan seruan. Contoh: 1) “Maksudmu?” 2) “Ayah di Sumatera Utara.” 5.

Berdasarkan Susunan Subjek dan Predikatnya

Jenis kalimat menurut susunan subjek dan predikatnya dapat dibagi menjadi dua, yaitu: kalimat versi dan kalimat inversi. a.

Kalimat Versi

Kalimat versi adalah kalimat yang berpola S-P. Kalimat ini bisa dikatakan sama dengan kalimat tunggal tunggal yang mempunyai satu klausa. Contoh: 1) Dokter menangani pasien itu dengan baik. 2) Mereka bersalaman.

52 | Kalimat dalam Bahasa Indonesia

b. Kalimat Inversi Kalimat inversi adalah kalimat yang predikatnya mendahului subjek sehingga membentuk pola P-S. Selain merupakan variasi dari pola S-P, ternyata kalimat berpola P-S dapat memberi penekanan atau ketegasan makna tertentu. Kata atau frase yang pertama muncul dalam tuturan bisa menjadi kata kunci yang mempengaruhi makna. Contoh: 1) Matikan televisi itu. 2) Tidak terkabul permintaannya. E. Kalimat Efektif Dalam proses penulisan karya ilmiah ada dua jenis kalimat yang mendapat perhatian penulis, yaitu kalimat dan kalimat efektif. Sebuah kalimat bukanlah sebatas rangkaian kata dalam frasa dan klausa. Rangkaian kata dalam kalimat ditata unsurunsurnya dalam struktur gramatikal yang benar sehingga dapat menyampaikan makna yang logis. Kalimat-kalimat dalam penulisan ilmiah harus ditata secara cermat dan efektif karena kalimat-kalimat tersebut berada dalam tataran laras bahasa ilmiah. Kalimat efektif adalah kalimat yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca seperti gagasan yang ada pada pikiran pembicara atau penulis. Kalimat dikatakan efektif apabila berhasil menyampaikan pesan, gagasan, perasaan, maupun pemberitahuan sesuai dengan maksud si pembicara atau penulis. Ciri-ciri kalimat efektif adalah sebagai berikut. (1) Memiliki unsur penting atau pokok, minimal unsur S-P. (2) Taat terhadap tata aturan ejaan yang berlaku. (3) Menggunakan diksi yang tepat.

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi |

53

(4) Menggunakan kesepadanan antara struktur bahasa dan jalan pikiran yang logis dan sistematis. (5) Menggunakan kesejajaran bentuk bahasa yang dipakai. (6) Melakukan penekanan ide pokok. (7) Mengacu pada kehematan penggunaan kata. (8) Menggunakan variasi struktur kalimat. F. Syarat Kalimat Efektif Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi untuk membuat kalimat efektif. 1.

Satu Gagasan

Kalimat efektif harus memiliki subyek dan predikat, sebagai salah satu syarat kalimat. Subyek dan predikat tersebut harus saling mendukung serta membentuk kesatuan tunggal. Akan tetapi, jika terdapat tambahan unsur lain (obyek, keterangan, ataupun pelengkap) tetap harus memiliki satu gagasan. Perhatikan contoh berikut ini. Ayah sedang makan. S P Dokter menyuntik pasien. S P O 2.

Kesepadanan

Kesepadanan adalah keseimbangan antara pikiran (gagasan) dan struktur bahasa yang dipakai. Kesepadanan kalimat ini diperlihatkan oleh kesatuan gagasan yang kompak dan kepaduan pikiran yang baik. Ciri-ciri kesepadanan suatu kalimat sebagai berikut.

54 | Kalimat dalam Bahasa Indonesia

a.

d.

Kalimat itu mempunyai subjek dan predikat dengan jelas. Ketidakjelasan subjek atau predikat suatu kalimat tentu saja membuat kalimat itu tidak efektif. Kejelasan subjek dan predikat suatu kalimat dapat dilakukan dengan menghindarkan pemakaian kata depan di, dalam, bagi, untuk, pada, sebagai, tentang, mengenai, menurut, dan sebagainya di depan subjek. Tidak terdapat subjek yang ganda. Kalimat penghubung intrakalimat tidak dipakai pada kalimat tunggal. Predikat kalimat tidak didahului oleh kata yang.

3.

Ketegasan

b. c.

Ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan penonjolan terhadap ide pokok dari kalimat. Ada beberapa cara untuk membentuk penekanan dalam suatu kalimat, antara lain a. Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal kalimat). b. Membuat urutan kata yang bertahap. c. Melakukan pengulangan kata (repetisi). d. Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan. e. Mempergunakan partikel penekanan (penegasan), seperti: partikel -lah, -pun, dan -kah. 4.

Kehematan

Kehematan dalam kalimat efektif maksudnya adalah hemat dalam mempergunakan kata, frasa, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu, tetapi tidak menyalahi kaidah tata bahasa. Hal ini dikarenakan penggunaan kata yang berlebih akan mengaburkan maksud kalimat. Oleh karena itu, ada beberapa

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi |

55

kriteria yang perlu diperhatikan untuk melakukan penghematan, yaitu: a) menghilangkan pengulangan subjek; b) menghindarkan pemakaian superordinat pada hiponimi kata; c) menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat; dan d) tidak menjamakkan kata-kata yang berbentuk jamak. Perhatikan contoh berikut! (1) Karena ia tidak diajak, dia tidak ikut belajar bersama di rumahku. Pada kalimat (1) terdapat kata mubazir yang dapat dihilangkan, yaitu kata ia, sehingga dapat diperbaiki menjadi kalimat (2). (2) Karena tidak diajak, dia tidak ikut belajar bersama di rumahku. 5.

Keparalelan

Keparalelan atau kesejajaran adalah kesamaan bentuk kata atau imbuhan yang digunakan dalam kalimat itu. Jika pertama menggunakan verba, bentuk kedua juga menggunakan verba. Jika kalimat pertama menggunakan kata kerja berimbuhan me−, maka kalimat berikutnya harus menggunakan kata kerja berimbuhan me- juga. Perhatikan contoh berikut. (1) Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir jalan.

56 | Kalimat dalam Bahasa Indonesia

Kalimat (1) dianggap salah karena menggunakan dua kata kerja berimbuhan yang berbeda (pada unsur predikat), yaitu medan di-. Seharusnya kalimat (1) diperbaiki menjadi kalimat (2) atau (3) sebagai berikut. (2) Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan. (3) Anak itu ditolong kakak dengan dipapahnya ke pinggir jalan. 6.

Kecermatan

Kecermatan di sini maksudnya tidak menimbulkan tafsiran ganda dan tepat dalam pilihan kata. Perhatikan contoh berikut! (1) Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah. Kalimat (1) dapat diperbaiki menjadi kalimat (2) dan (3) sebagai berikut. (2) Mahasiswa dari perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah. (3) Mahasiswa yang terkenal di perguruan tinggi itu menerima hadiah. 7.

Kapaduan

Kepaduan di sini maksudnya adalah kepaduan pernyataan dalam kalimat itu sehingga informasi yang disampaikannya tidak terpecah-pecah. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menciptakan kepaduan kalimat, yaitu:

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi |

57

a. b.

c.

Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara berpikir yang tidak simetris. Kalimat yang padu mempergunakan pola aspek + agen + verbal secara tertib dalam kalimat-kalimat yang berpredikat pasif persona. Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata seperti daripada atau tentang antara predikat kata kerja dan objek penderita. Perhatikan contoh berikut! (1)

Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita orang-orang kota yang telah terlanjur meninggalkan rasa kemanusiaan itu.

Kalimat (1) diangap salah karena tidak memenuhi syarat kepaduan sehingga harus diperbaiki seperti pada kalimat (2). (2) Kita harus mengembalikan kepribadian orang-orang kota yang sudah meninggalkan rasa kemanusiaan. 8.

Kelogisan

Kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat dengan mudah dipahami dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku. Hubungan unsur-unsur dalam kalimat harus memiliki hubungan yang logis/masuk akal. Perhatikan contoh berikut! (1) Mayat lelaki tua yang ditemukan itu sebelumnya sering mondar-mandir di daerah tersebut.

58 | Kalimat dalam Bahasa Indonesia

Agar menjadi logis, maka kalimat (1) harus diperbaiki sehingga menjadi kalimat (2) berikut ini. (2) Sebelum meninggal, lelaki tua yang mayatnya ditemukan itu sering mondar-mandir di daerah tersebut.

LATIHAN 1.

2. 3. 4. 5.

Tentukan unsur-unsur yang membentuk kalimat di bawah ini! a. Saya sebaiknya beristirahat sejenak. b. Perusahaannya makin berkembang akhir-akhir ini. c. Ia membaca buku itu beberapa kali. d. Kami merayakan hari ulang tahunnya kemarin. e. Negara Republik Indonesia berdasarkan Pancasila. f. Ketua partai itu menjadi calon presiden. g. Kegiatan penelitian yang menunjang pembangunan ilmu dan teknologi perlu mendapat perhatian yang lebih besar. h. Bunga bank yang terlalu tinggi dan memberatkan. i. Menyimak, membaca, menulis, dan berbicara adalah keterampilan bahasa yang harus dipahami, dikuasai, dan dipraktikkan dalam mata kuliah Bahasa Indonesia. j. Akan tetapi, menjadi tidak baik sebab kebaikan tersebut sering dibungkus dengan kebohongan. Tuliskan hal-hal yang menandai satu kalimat dapat disebut sebagai kalimat majemuk! Apa yang membedakan antara kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat? Apa yang dimaksud dengan kalimat efektif? Jelaskan dengan disertai contoh! Jelaskan yang dimaksud dengan kalimat efektif kesepadanan struktur! Sertakan dengan contoh!

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi |

59

6. 7. 8. 9.

Berikan contoh kalimat menggunakan prinsip kehematan kata! Jelaskan yang dimaksud dengan kecermatan, ketegasan, kepaduan dan kelogisan dalam konteks kalimat efektif! Buatlah 5 kalimat tidak efektif kemudian jelaskan alasan mengapa kalimat tersebut tidak efektif! Berikut ini merupakan contoh kalimat yang tidak efektif. Ubahlah menjadi kalimat efektif! a. Untuk kehidupan modern menuntut kemajuan ilmu dan teknologi. b. Gadis itu memetiki setangkai bunga. c. Dia berpukulan-pukulan. d. Penonton melempar botol. e. Pasukan Garuda Muda berusaha mengejar ketertinggalan.

60 | Kalimat dalam Bahasa Indonesia

BAB IV PARAGRAF DALAM BAHASA INDONESIA

Capaian Pembelajaran 1. Mahasiswa mampu menjelaskan ciri-ciri dan jenis paragraf. 2. Mahasiswa mampu menjelaskan pola pengembangan paragraf. 3. Mahasiswa mampu menganalisis paragraf dalam teks. A. Pengantar Di dalam sebuah tulisan atau karangan biasanya terdapat bagian yang agak menjorok ke dalam. Bagian yang secara fisik sudah tampak dengan nyata karena adanya tanda menjorok itu disebut paragraf. Dengan kata lain, batas-batas paragraf ditandai indensi (dimulai pada huruf ke sekian dari margin kiri). Hakikat paragraf sebenarnya tidak sesederhana itu. Paragraf merupakan miniatur dari suatu karangan. Syarat-syarat sebuah karangan ada pada paragraf. Memahami seluk-beluk paragraf berarti juga memahami miniatur dari sebuah bangun yang disebut karangan. Terampil membangun paragraf berarti terampil pula membangun miniatur karangan dalam ukuran yang lazim. Hal ini berarti bahwa paragraf merupakan dasar utama bagi kegiatan karang-mengarang. Untuk dapat memahami paragraf secara baik, maka perlu mengetahui batasan-batasan paragraf. Banyak pendapat mengenai pengertian dan batasan paragraf. Meskipun demikian, intisari dari pendapat-pendapat tersebut adalah sama. Pada dasarnya paragraf merupakan seperangkat kalimat yang saling berhubungan yang secara bersama dipakai untuk menyatakan Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi |

61

atau mengembangkan sebuah gagasan. Paragraf merupakan inti penuangan buah pikiran dalam sebuah karangan dan didukung oleh himpunan kalimat yang saling berhubungan untuk membentuk sebuah gagasan. Dalam pembahasa ini akan dipaparkan mengenai definisi dan ciri paragraf; unsur paragraf yang meliputi gagasan utama, kalimat topik, dan kalimat penjelas; serta pola pengembangan paragraf. B. Definisi dan Ciri-Ciri Paragraf Paragraf atau alenia adalah satuan gramatikal yang lebih besar dan lebih luas dari kalimat. Paragraf merupakan miniatur dari sebuah karangan. Syarat-syarat sebuah karangan ada pada paragraf. Pada dasarnya paragraf merupakan seperangkat kalimat yang saling berhubungan yang secara bersama dipakai untuk menyatakan atau mengembangkan sebuah gagasan. Paragraf merupakan inti penuangan buah pikiran dalam sebuah karangan dan didukung oleh himpunan kalimat yang saling berhubungan untuk membentuk sebuah gagasan. Setiap paragraf harus menyampaikan sebuah gagasan utama. Gagasan utama tersebut harus dijelaskan oleh gagasan-gagasan bawahan sehingga dalam paragraf terdapat beberapa kalimat yang saling tekait. Dalam rangkaian kalimat itu tidak satu pun kalimat yang bertentangan dengan kalimat gagasan utama dan kalimat-kalimat gagasan bawahan. Kalimat yang berisi gagasan utama disebut kalimat topik dan kalimat yang bergagasan bawahan adalah kalimat penjelas. Sebuah paragraf dalam penulisan karangan ilmiah minimal tediri tiga kalimat. Untuk dapat memahami paragraf secara baik, maka perlu mengetahui batasan-batasan paragraf. Banyak pendapat mengenai pengertian dan batasan paragraf. Meskipun demikian, intisari dari pendapat-pendapat tersebut adalah sama. Pada dasarnya paragraf merupakan seperangkat kalimat yang saling

62 | Paragraf dalam Bahasa Indonesia

berhubungan yang secara bersama dipakai untuk menyatakan atau mengembangkan sebuah gagasan. Paragraf merupakan inti penuangan buah pikiran dalam sebuah karangan dan didukung oleh himpunan kalimat yang saling berhubungan untuk membentuk sebuah gagasan. Dalam sebuah karangan atau tulisan, paragraf mempunyai fungsi memudahkan pengertian dan pemahaman dengan memisahkan satu topik atau tema dengan topik atau tema yang lain karena setiap paragraf hanya boleh mengandung satu unit pikiran atau gagasan utama. Gagasan utama atau ide pokok tersebut berfungsi sebagai pengendali informasi yang diungkapkan melalui sejumlah kalimat. Paragraf mempunyai gagasan utama yang dikemas dalam kalimat topik. Bagi penulis, gagasan utama itu menjadi pengendali untuk kalimat-kalimat penjelas atau pengembang agar tidak keluar dari pokok pembicaraan. Sementara itu, bagi pembaca gagasan utama itu menjadi penuntun dalam memahami isi karena di situlah inti informasi yang ingin disampaikan penulis. Salah satu dari sekumpulan kalimat dalam paragraf merupakan kalimat topik, sedangkan kalimat-kalimat lainnya merupakan pengembang yang berfungsi memperjelas atau menerangkan kalimat topik. Secara umum, paragraf yang efektif mempunyai ciri-ciri, yaitu: (1) mengandung satu gagasan utama yang dijelaskan dengan beberapa pikiran penjelas, (2) pikiran penjelas yang betulbetul mendukung gagasan utama, (3) gagasan utama dan penjelas yang dikemas dalam kalimat yang lugas dan efektif, dan (4) kalimat yang satu berkait serasi dengan kalimat yang lain dalam sebuah paragraf. C. Gagasan Utama dan Kalimat Topik Paragraf yang tidak memiliki gagasan utama atau ide pokok sesungguhnya tidak dapat dianggap sebagai paragraf. Bentuk Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi |

63

kebahasaan itu hanya merupakan untaian yang kontruksi atau bentuknya menyerupai paragraf. Ada argumentasi yang menyatakan bahwa di dalam paragraf narasi, gagasan utama itu tidak diperlukan. Gagasan utama itu mungkin memang sama sekali tidak tersurat dalam paragraf itu tetapi terimplikasi atau tersirat di dalamnya. Gagasan utama merupakan pengendali dari bangunan paragraf itu. Bahkan apabila gagasan utama itu terimplikasi atau tersirat dalam sebuah paragraf, gagasan utama yang tersirat itu pun mampu menjadi peranti kendali bagi sebuah paragraf. Kalimat yang mengandung gagasan utama atau ide pokok paragraf itulah yang di sebut dengan kalimat topik atau kalimat utama. Jadi, kalimat topik paragraf itu harus berisi ide utama dari paragraf yang bersangkutan. Satu gagasan utama dapat dikembangkan menjadi beberapa kalimat topik sehingga dapat pula dilahirkan paragraf dengan dimensi yang berbeda fokusnya. Fungsi kalimat topik sangat penting, yaitu memberitahukan kepada pembaca mengenai apa yang diperbincangkan di dalam paragraf itu. Bagi penulis kalimat topik berfungsi sebagai pengendali atau pengontrol terhadap permasalahan yang akan dibicarakan di situ. Dengan kata lain, kalimat topik berfungsi sebagai pemberi arah terhadap semua permasalahan yang dituliskan di dalam paragraf itu. Bagi paragraf itu sendiri, kalimat topik berfungsi sebagai sandaran bagi kalimat-kalimat lain di dalam paragraf itu. Kalimat-kalimat lain akan selalu bertolak dari gagasan yang terdapat di dalam kalimat topik itu. Semua kalimat yang membina paragraf itu secara bersama-sama menyatakan satu hal atau satu tema tertentu. Unsur penting kedua dalam sebuah paragraf adalah unsur kalimat penjelas. Dikatakan kalimat penjelas karena tugas dari kalimat itu memang menjelaskan dan menjabarkan lebih lanjut gagasan utama yang terdapat dalam paragraf tersebut. Kalimat penjelas yang benar dan baik akan menjadi penentu pokok dari 64 | Paragraf dalam Bahasa Indonesia

benar-benar baik dan tuntasnya paragraf tersebut. Panjang dan atau jumlah kalimat penjelas tidak ada ukuran pasti. Pengembangan paragraf dilakukan untuk memerinci secara cermat gagasan utama yang terkandung dalam kalimat topik. Dalam perincian itu terangkai sejumlah informasi yang terhimpun menurut kerangka dan tahapan tertentu. Dengan menuliskannya dalam kalimat-kalimat penjelas, informasi itu disampaikan secara logis, dijalin secara berurutan, dan ditautkan secara tertib. Tuntas dan tidak tuntasnya penjabaran kalimat topik ke dalam kalimat-kalimat penjelas pada sebuah paragraf sama sekali tidak dapat ditentukan dan diukur dari panjang-pendeknya paragraf, tetapi lebih dari semua itu, yakni terletak pada bagaimana gagasan utama dan kalimat topik paragraf itu dijabarkan secara sungguh-sungguh jelas dan terperinci. Jadi, jangan terkecoh dengan kuantitas atau jumlah kalimat dalam sebuah paragraf. Kalimat penjelas dibedakan menjadi dua, yaitu kalimat penjelas mayor dan kalimat penjelas minor. Kalimat penjelas mayor atau kalimat pengembang langsung adalah kalimat penjelas utama yang bertugas menjelaskan secara langsung gagasan utama dan kalimat topik yang terdapat di dalam paragraf itu. Jadi, hubungan antara kalimat topik dan kalimat penjelas utama dalam sebuah paragraf itu bersifat langsung. Sedangkan kalimat penjelas minor atau kalimat pengembang tidak langsung adalah kalimat penjelas yang tidak secara langsung menjelaskan gagasan utama dan kalimat topik paragraf. Akan tetapi, kalimat penjelas minor demikian itu menjelaskan kalimat penjelas mayor tertentu secara langsung. Jadi, sebuah penjelas utama tertentu tidak serta merta dapat digunakan untuk menjelaskan kalimat penjelas utama yang lainnya. Sebuah paragraf terdiri atas kalimat topik yang dijelaskan dengan kalimat-kalimat pengembang, baik pengembang Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi |

65

langsung (kalimat penjelas mayor) dan pengembang tidak langsung (kalimat penjelas minor). Banyaknya kalimat pengembang langsung dan pengembang tidak langsung sangat bergantung pada luas dan sempitnya cakupan informasi yang terdapat pada kalimat topiknya. Namun, yang tidak boleh dilanggar adalah kalimat topik yang langsung dijelaskan oleh kalimat pengembang tidak langsung. (1)

Ruang lingkup manajemen operasi mencakup tiga aspek utama, yaitu perencanaan sistem produksi, sistem pengendalian produksi, dan sistem informasi produksi. Perencanaan sistem produksi meliputi perencanaan produk, perencanaan lokasi pabrik, perencanaan tata letak pabrik, perencanaan lingkungan kerja, dan perencanaan standar produksi. Sistem pengendalian produksi meliputi pengendalian proses produksi, bahan, tenaga kerja, biaya, kualitas, dan pemeliharaan. Sementara itu, sistem informasi produksi meliputi struktur organisasi, produksi atas dasar pesanan, dan produksi massal (mass production).

Jika dicermati, struktur paragraf pada contoh (1) di atas menggunakan struktur kalimat topik (KT) diikuti kalimat penjelas mayor atau kalimat pengembang langsung (KPL). Kalimat topik dijelaskan dengan tiga kalimat pengembang langsung. Kalimat topik pada contoh (1) di atas adalah ruang lingkup manajemen operasi mencakup tiga aspek utama, yaitu perencanaan sistem produksi, sistem pengendalian produksi, dan sistem informasi produksi. Kalimat topik tersebut dijelaskan dengan tiga kalimat pengembang langsung sesuai dengan jumlah informasi yang dibutuhkan.

66 | Paragraf dalam Bahasa Indonesia

Kalimat Pengembang Langsung 1

Kalimat Topik Ruang lingkup manajemen operasi mencakup tiga aspek utama, yaitu perencanaan sistem produksi, sistem pengendalian produksi, dan sistem informasi produksi.

Perencanaan sistem produksi meliputi perencanaan produk, perencanaan lokasi pabrik, perencanaan tata letak pabrik, perencanaan lingkungan kerja, dan perencanaan standar produksi. Sistem pengendalian produksi meliputi pengendalian proses produksi, bahan, tenaga kerja, biaya, kualitas, dan pemeliharaan.

Kalimat Pengembang Langsung 2 Sistem pengendalian produksi meliputi pengendalian proses produksi, bahan, tenaga kerja, biaya, kualitas, dan pemeliharaan.

Kalimat Pengembang Langsung 3 Sementara itu, sistem informasi produksi meliputi struktur organisasi, produksi atas dasar pesanan, dan produksi massal (mass production).

(2)

Dalam hal pakaian adat, masyarakat Tengger memiliki tradisi berbusana yang merefleksikan kebersahajaan hidup dan religiusitas yang mendalam. Pakaian adat dikenakan ketika ada ritual ataupun hajatan. Para pria mengenakan celana panjang warna hitam, baju koko lengan panjang— biasanya warna hitam untuk warga biasa dan warna putih untuk dukun pandita—serta mengenakan ikat kepala (udeng). Para perempuan mengenakan kain batik dan kebaya polos hitam dengan menyanggul rambut mereka atau menyisir rambut mereka dengan rapi.

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi |

67

Strukutr paragraf pada contoh (2) adalah kalimat topik (KT) yang dijelaskan dengan satu kalimat penjelas mayor atau kalimat pengembang langsung (KPL) dan dua kalimat penjelas minor atau kalimat pengembang tidak langsung (KPTL). Kalimat topiknya adalah dalam hal pakaian adat, masyarakat Tengger memiliki tradisi berbusana yang merefleksikan kebersahajaan hidup dan religiusitas yang mendalam. Kalimat Topik Dalam hal pakaian adat, masyarakat Tengger memiliki tradisi berbusana yang merefleksikan kebersahajaan hidup dan religiusitas yang mendalam.

Kalimat Pengembang Langsung Pakaian adat dikenakan ketika ada ritual ataupun hajatan.

Kalimat Pengembang Tidak Langsung 1 Para pria mengenakan celana panjang warna hitam, baju koko lengan panjang—biasanya warna hitam untuk warga biasa dan warna putih untuk dukun pandita— serta mengenakan ikat kepala (udeng).

Kalimat Pengembang Tidak Langsung 2 Para perempuan mengenakan kain batik dan kebaya polos hitam dengan menyanggul rambut mereka atau menyisir rambut mereka dengan rapi.

D. Fungsi Paragraf Paragraf yang berupa himpunan kalimat saling terkait dalam mengemukakan gagasan utama berfungsi penting bagi penulis paragraf dan bagi pembaca paragraf dalam teks. Perhatikanlah fungsi-fungsi paragraf tersebut.

68 | Paragraf dalam Bahasa Indonesia

1.

Fungsi Paragraf bagi Penulis (a) Paragraf memudahkan pengertian dan pemahaman dengan menceraikan satu tema dari tema yang lain dalam teks. (b) Paragraf merupakan wadah untuk mengungkapkan sebuah ide tau pokok pikiran secara tertulis. (c) Paragraf harus memisahkan setiap unit pikiran yang berupa ide sehingga tidak terjadi percampuran di antara unit pikiran penulis. (d) Penulis tidak cepat lelah dalam menyelesaikan sebuah karangan dan termotivasi masuk ke dalam paragraf berikutnya. (e) Paragraf dapat dimanfaatkan sebagai pembatas antara bab karangan dalam satu kesatuan yang koherensi: bab pendahuluan, bab isi, dan bab kesimpulan.

2.

Fungsi Paragraf bagi Pembaca (a) Dengan memisahkan atau menegaskan perhentian secara wajar dan formal, pembaca dapat dengan jelas memahami gagasan utama paragraf penulis. (b) Pembaca dengan mudah menikmati karangan secara utuh sehingga memperoleh informasi penting dan kesanyang kondusif. (c) Pembaca sangat tertarik dan bersemangat membaca paragraf per paragraf karena tidak membosankan atau tidak melelahkan. (d) Pembaca dapat belajar bagimmana cara menarik untuk menyampaikan sebuah gagasan dalam paragraf tulis. (e) Pembaca merasa tertarik dan termotivasi cara menjelaskan paragraf tidak hanya dengan kata-kata, tetapi dapat juga dengan gambar, bagan, diagram, grafik, dan kurva.

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi |

69

E. Syarat Paragraf Pengembangan paragraf seperti yang telah diuraikan pada bagian sebelumnya tentu saja disesuaikan dengan maksud atau tujuan penulisan itu. Di samping itu, sebuah tulisan dapat pula disusun menurut urutan dari yang umum ke yang khusus atau dari yang khusus ke yang umum. Dalam keseluruhan tulisan itu, ada bagian pembuka (ancang-ancang), bagian isi (penjabaran), dan bagian penutup. Pada keseluruhan bagian karangan ada bagian yang tidak kalah penting, yaitu bagian yang memberikan rambu-rambu. Rambu-rambu yang dimaksud adalah penanda hubungan antarbagian yang sangat mutlak diperlukan untuk membangun paragraf yang baik. Secara umum rambu-rambu paragraf yang baik meliputi kesatuan, kepaduan, kelengkapan/ketuntasan, keruntutan, dan konsistensi. Perincian mengenai rambu-rambu atau syarat paragraf yang baik adalah sebagai berikut. 1. Kohesi (kesatuan), yaitu semua kalimat harus mengemukakan satu tema yang jelas. Sebuah paragraf dikatakan memiliki kesatuan jika paragraf hanya mengandung satu gagasan utama dan kalimat-kalimat dalam paragraf mengarah pada satu pokok pikiran atau tidak menyimpang dari pokok pembicaraan. 2. Koherensi (kepaduan), yaitu antarkalimat dalam paragraf saling terkait. Sebuah paragraf dikatakan padu jika terdapat keserasian hubungan antarkalimat dalam paragraf. Keserasian hubungan antarkalimat dalam paragraf dapat dibangun dengan menggunakan alat kohesi, baik gramatikal maupun leksikal. Alat kohesi gramatikal yang dapat digunakan untuk membangun paragraf yang padu, antara lain: (a) kata transisi (konjungsi/ungkapan penghubung antarkalimat), (b) referensi (pengacuan), (c) paralelisme (kesejajaran struktur), dan (d) elipsis (pelesapan). Sementara

70 | Paragraf dalam Bahasa Indonesia

3.

4.

5.

6.

7. 8. 9.

itu, alat kohesi leksikal, antara lain berupa (a) sinonim, (b) antonim, (c) hiponim, dan (d) repetisi (pengulangan). Penggunaan metode pengembangan paragraf sebagai penjelas gagasan utama paragraf. Metode yang digunakan dari metode proses sampai dengan metode definisi. Setiap paragraf harus mempunyai satu gagasan utama yang ditulis dalam kalimat topik. Posisi kalimat topik dalam paragraf ditempatkan pada: a) Kalimat topik pada awal paragraf (deduktif), b) Kalimat topik pada akhir paragraf (induktif), c) Kalimat topik pada awal dan akhir paragraf (deduktif induktif), d) Kalimat topik pada tengah paragraf (ineratif), e) Kalimat topik pada semua kalimat dalam paragraf (deskriptif). Kalimat topik dalam paragraf ditulis dalam kalimat tunggal atau kalimat majemuk bertingkat karena kedua kalimat itu hanya menyampaikan satu gagasan utama. Penulis paragraf tetap memperhatikan kaidah satuan bahasa yang lain, seperti ejaan, tanda baca, kalimat, diksi, dan bentukan kata. Dalam penulisan karangan ilmiah, penulisan paragraf harus memperhatikan hal-hal teknis penulisan, seperti kutipan, sumber rujukan, tata letak grafik, kurva, gambar. Penulis pun memperhatikan jenis-jenis paragraf pada posisi bagian karanagan pendahuluan, isi, dan simpulan. Penulisan paragraf yang menjorok ke dalam, sejajar, atau menekuk. Penulis juga memperhatikan jumlah kata atau jumlah kalimat dalam sebuah paragraf, yaitu jumlah kosakata paragraf antara 30—100 kata dan jumlah kalimat minimal tiga kalimat.

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi |

71

10. Jika uraian paragraf melebihi 100 kata sebaiknya dibuat menjadi dua paragraf. Berikut ini diberikan contoh kohesi (kesatuan) dalam paragraf. (3)

Angklung merupakan alat musik tradisional masyarakat Sunda, yang sejak November 2010 diakui sebagai warisan budaya oleh UNESCO. Alat musik tersebut berbahan pipa bambu. Pada awalnya angklung dimainkan dengan tangga nada pentatonik yang terdiri atas lima nada, seperti halnya gamelan dan alat tradisional lain. Tahun 1938 angklung mulai dimainkan dengan tangga nada diatonik layaknya alat musik barat, seperti piano.

Contoh paragraf (3) di atas mengandung satu kalimat topik, yaitu angklung merupakan alat musik tradisional masyarakat Sunda. Kalimat topik itu dikembangkan dengan empat kalimat penjelas, yaitu (1) November 2010 diakui sebagai warisan budaya oleh UNESCO; (2) Angklung berbahan pipa bambu; (3) Pada awalnya angklung dimainkan dengan tangga nada pentatonik; (4) Tahun 1938 angklung mulai dimainkan dengan tangga nada diatonik. Keempat kalimat pengembang itu membicarakan persoalan yang sama, yaitu angklung. Oleh karena itu, aspek kesatuan sebagai salah satu ketentuan paragraf yang baik terpenuhi. Sebuah paragraf kadang-kadang mengandung dua gagasan utama. Paragraf seperti itu termasuk paragraf yang tidak baik karena aspek kesatuannya tidak terpenuhi. Kalau ada paragraf semacam itu, gagasan utama sebaiknya dipisah ke dalam paragraf yang berbeda. Dengan begitu, kesatuan paragraf dapat terpenuhi dan pengembangannya pun dapat lebih baik. Perhatikan contoh paragraf berikut. (4)

Pada saat ini manfaat internet sebagai sarana komunikasi di tengah-tengah masyarakat sangat besar. Internet

72 | Paragraf dalam Bahasa Indonesia

dipandang sebagai sarana yang tidak dapat diabaikan dalam kehidupan sehari-hari.Penulisan karya tulis ilmiah ini bertujuan untuk mengetahui peran, manfaat, dan dampak negatif internet bagi masyarakat. Selain itu, tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini adalah untuk mengetahui dan mendalami fasilitas dan perkembangan internet. Dalam paragraf (4) tersebut, terdapat dua pesan atau gagasan utama yang ingin disampaikan penulis. Agar paragraf menjadi baik, dua gagasan utama itu harus dipisahkan ke dalam dua paragraf yang berbeda seperti berikut. (4a) Internet sebagai sarana komunikasi di tengah-tengah masyarakat pada saat ini sangat besar andilnya. Internet dipandang sebagai sarana yang tidak dapat diabaikan dalam kehidupan sehari-hari. (4b) Penulisan karya tulis ilmiah ini bertujuan untuk mengetahui peran, manfaat, dan dampak negatif internet bagi masyarakat. Selain itu, tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini adalah untuk mengetahui dan mendalami fasilitas dan perkembangan internet. Gagasan utama dalam paragraf (4a) adalah andil internet sebagai sarana komunikasi di tengah-tengah masyarakat sangat besar yang terdapat dalam kalimat pertama. Gagasan utama (4a) itu dikembangkan dengan gagasan tambahan yang berupa kalimat penjelas internet dipandang sebagai sarana yang tidak dapat diabaikan dalam kehidupan sehari-hari. Sementara itu, yang menjadi gagasan utama dalam paragraf (4b) adalah tujuan penulisan karya tulis ilmiah. Kedua gagasan utama itu berisi dua hal yang berbeda sehingga tidak mungkin disatukan dalam satu paragraf. Oleh karena itu, jika ada paragraf dengan kasus semacam itu, paragraf itu harus dipecah ke dalam dua paragraf, kemudian setiap paragraf dapat dikembangkan lagi dengan menambah kalimat penjelas.

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi |

73

Berikut ini diberikan contoh koherensi (kepaduan) dalam paragraf yang memanfaatkan referensi berupa pronomia persona. Pronomina persona merupakan bentuk deiksis yang mengacu pada orang secara berganti-ganti. Hal ini sangat bergantung pada peran pelibat wacana, baik sebagai pembicara (persona I), pendengar (persona II), atau yang dibicarakan (persona III). Pronomina persona III yang berupa enklitik -nya mengacu pada maujud yang telah disebutkan pada bagian sebelumnya. Dengan kata lain, enklitik -nya cenderung bersifat anaforis. (5)

Ciri khas masyarakat Tengger secara tradisional adalah kepatuhan mereka dalam meyakini dan menjalankan ajaran leluhur, seperti menggelar ritual yang berkaitan dengan daur kehidupan dan lingkungan alam. Meskipun sudah mengenal pertanian komersial sejak zaman kolonial Belanda, mereka tidak serta-merta meninggalkan tradisi leluhurnya hanya karena alasan ekonomi. Sektor pariwisata juga tidak bisa mengubah secara mutlak pandangan dan perilaku hidup mereka. Persentuhan mereka dengan budaya modern—menonton televisi, menggunakan sepeda motor dan mobil buatan Jepang, mengenakan pakaian buatan pabrik, hingga mengenyam pendidikan sekolah—juga tidak mengurangi keyakinan dan kesetiaan masyarakat Tengger terhadap ajaran leluhurnya.

Dalam contoh (5) tersebut, ada dua kata ganti yang digunakan, yaitu mereka dan –nya. Kata ganti mereka merupakan kata ganti untuk frasa masyarakat Tengger yang telah disebutkan pada bagian sebelumnya. Begitu juga dengan kata ganti –nya. Kata ganti itu juga menggantikan frasa masyarakat Tengger. Pemanfaatan kata ganti seperti itu juga membantu pemaduan antarkalimat dalam paragraf.

74 | Paragraf dalam Bahasa Indonesia

F. Jenis Paragraf Dalam karangan terdapat bermacam-macam jenis paragraf. Berikut ini dipaparkan tiga kelompok jenis paragraf, yaitu (1) berdasarkan posisi kalimat topik, (2) dan (3). 1.

Berdasarkan Posisi Kalimat Topik

Berdasarkan letak kalimat topiknya, paragraf dibedakan atas paragraf deduktif, induktif, deduktif-induktif, ineratif, dan menyebar. a.

Paragraf Deduktif

Paragraf deduktif adalah paragraf yang kalimat topiknya terletak di awal paragraf dan diikuti oleh kalimat-kalimat penjelas untuk mendukung gagasan utama. Ide pokok atau gagasan utama berupa pernyataan umum yang dikemas dalam kalimat topik. Kalimat topik itu kemudian diikuti oleh kalimat-kalimat pengembang yang berfungsi memperjelas informasi yang ada dalam kalimat topiknya. Perhatikan contoh (6) berikut ini. Kalimat yang dicetak tebal adalah kalimat topik. (6)

Tenaga kerja yang diperlukan dalam persaingan bebas adalah tenaga kerja yang mempunyai etos kerja tinggi, yaitu tenaga yang pandai, terampil, dan berkepribadian. Tenaga kerja yang pandai adalah tenaga kerja yang mempunyai kemampuan akademis memadai sesuai dengan disiplin ilmu tertentu. Terampil artinya mampu menerapkan kemampuan akademis yang dimiliki disertai kemampuan pendukung yang sesuai untuk diterapkan agar diperoleh hasil maksimal. Sementara itu, tenaga kerja yang berkepribadian adalah tenaga kerja yang mempunyai sikap loyal, disiplin, dan jujur.

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi |

75

b. Paragraf Induktif Paragraf induktif adalah paragraf yang kalimat topiknya terdapat pada bagian akhir. Secara garis besar, paragraf induktif mempunyai ciri-ciri, yaitu (a) diawali dengan penyebutan peristiwa-peristiwa khusus yang berfungsi sebagai penjelas dan merupakan pendukung gagasan utama, dan (b) kemudian menarik simpulan berdasarkan peristiwa-peristiwa khusus itu. Untuk menjaga koherensi antarkalimat dalam paragraf, dalam perumusan kalimat simpulan itu acap digunakan konjungsi penumpu kalimat yang sekaligus berfungsi sebagai konjungsi antarkalimat. Kata atau frasa yang biasa digunakan sebagai penumpu kalimat simpulan itu adalah jadi, akhirnya, akibatnya, oleh karena itu, maka dari itu, berdasarkan uraian di atas, dan dengan demikian. Karena fungsinya sebagai penumpu kalimat, kata-kata tersebut diletakkan di awal kalimat dan tentu saja harus diawali dengan huruf kapital. Kata-kata tersebut harus diikuti tanda baca koma karena fungsinya juga sebagai konjungsi antarkalimat (konjungsi ekstraklausal). (7)

Salju yang turun dari langit memberikan hiasan yang indah untuk bumi. Beberapa kota disulap dengan nuansa putih, menghasilkan pemandangan cantik dan memikat bagi penikmat keindahan. Hawa dinginnya semakin hari menggigit kawasan-kawasan yang beriklim subtropis dan sedang ini. Inilah musim dingin yang terjadi di negeri matahari terbit.

Paragraf (7) di atas diawali dengan perincian yang berupa peristiwa-peristiwa khusus. Peristiwa khusus itu berupa salju yang turun, keadaan kota yang memutih karena salju, dan hawa dingin yang menyelimuti beberapa wilayah di Jepang. Semua peristiwa khusus itu kemudian disimpulkan bahwa itulah keadaan Jepang saat musim dingin. Tulisan dengan pemaparan semacam 76 | Paragraf dalam Bahasa Indonesia

itu dapat dikategorikan sebagai paragraf induktif, suatu paragraf yang dimulai dengan hal khusus kemudian diakhiri dengan pernyataan umum yang merupakan kalimat topiknya. c.

Paragraf Deduktif-Induktif

Paragraf deduktif-induktif adalah paragraf yang kalimat topiknya terdapat pada bagian awal dan akhir paragraf. Meskipun ada dua kali pemunculan kalimat topik, hal itu bukan berarti gagasan utamanya ada dua. Adanya dua kalimat topik itu hanya merupakan bentuk pengulangan gagasan utama untuk mempertegas informasi. Paragraf dengan pola ini dimulai dari pernyataan yang bersifat umum, diikuti dengan pernyataanpernyataan yang bersifat khusus sebagai penjelas, dan diakhiri dengan pernyataan umum lagi yang merupakan pengulangan gagasan utama. Biasanya gagasan utama pada akhir paragraf dikemas dengan kalimat topik yang agak berbeda dengan kemasan kalimat topik pertama. Perhatikan contoh paragraf (8) berikut. Kalimat yang dicetak tebal merupakan kalimat topik. (8)

Hasil penelitian mengungkapkan bahwa tingginya kolesterol merupakan faktor risiko yang paling besar yang menyebabkan seseorang terserang penyakti jantung koroner. Hampir 80% penderita jantung koroner di Eropa disebabkan kadar kolesterol dalam tubuh yang tinggi. Bahkan, di Amerika hampir 90% penderita jantung koroner disebabkan penderita makan makanan yang berkadar kolesterol tinggi. Begitu juga di Asia, sebagian besar penderita jantung koroner disebabkan oleh pola makan yang banyak mengandung kolesterol. Dengan demikian, kolesterol merupakan penyebab utama penyakit jantung koroner.

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi |

77

d. Paragraf Ineratif Paragraf ineratif adalah paragraf yang kalimat utamanya terletak di tengah-tengah paragraf. Paragraf ini diawali dengan kalimat-kalimat penjelas sebagai pengantar kemudian diikuti gagasan utama dan ditambahkan lagi kalimat-kalimat penjelas untuk menguatkan atau mempertegas informasi. Perhatikan contoh paragraf (9) di bawah ini. Bagian yang dicetak tebal adalah kalimat topiknya. (9)

e.

Gunung Sinabung di Sumatera Utara meletus. Belum reda letusan Gunung Sinabung, Gunung Kelud di Jawa Timur juga meletus. Selain gunung berapi yang meletus itu, banjir terjadi di beberapa daerah. Ibu kota Jakarta, seperti tahuntahun sebelumnya, dilanda banjir. NTT yang sering mengalami kekeringan juga dilanda banjir. Indonesia memang sedang ditimpa banyak musibah dan bencana. Bencana-bencana tersebut menelan korban, baik harta maupun jiwa. Padi di sawah-sawah yang siap panen menjadi gagal panen. Sayur mayur yang banyak ditanam dan dihasilkan di lereng-lereng gunung juga hancur sehingga harga di pasar menjadi melambung. Paragraf Menyebar

Paragraf dengan pola semacam itu tidak memiliki kalimat utama. Pikiran utamanya menyebar pada seluruh paragraf atau tersirat pada kalimat-kalimatnya. Perhatikan contoh (10) di bawah ini. (10) Matahari belum tinggi benar. Embun masih tampak berkilauan. Warna bunga menjadi sangat indah diterpa sinar matahari. Tampak kupu-kupu dengan berbagai warna terbang dari bunga yang satu ke bunga yang lain. Angin pun semilir terasa menyejukkan hati.

78 | Paragraf dalam Bahasa Indonesia

Gagasan utama paragraf (10) tersebut tidak terdapat pada kalimat pertama, kedua, dan seterusnya. Untuk dapat memahami gagasan utama paragraf itu, pembaca harus menyimpulkan isi paragraf itu. Dengan memperhatikan setiap kalimat dalam paragraf itu, maka dapat menyarikan isinya, yaitu gambaran suasana pada pagi hari yang cerah. Inti sari itulah yang menjadi gagasan utamanya. 2.

Berdasarkan Gaya Ekspresi (Cara Pengungkapan)

Suatu gagasan dapat diungkapkan dengan berbagai gaya bergantung pada tujuan komunikasinya. Tujuan komunikasi yang berbeda pasti akan disampaikan dengan gaya pengungkapan yang berbeda pula. Misalnya, jika komunikasi tersebut bertujuan untuk memberikan informasi secara objektif tanpa bermaksud memengaruhi atau mengajak, gagasan itu dapat disampaikan dengan corak eksposisi. Suatu gagasan yang disampaikan dengan maksud untuk meyakinkan orang lain tidak mungkin diungkapkan dengan corak deskripsi. Penulis tentu akan memilih gaya pengungkapan yang paling sesuai, yaitu argumentasi. Gaya atau corak ekspresi meliputi narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi. a.

Paragraf Narasi

Narasi merupakan gaya pengungkapan yang bertujuan menceritakan atau mengisahkan rangkaian kejadian atau peristiwa—baik peristiwa kenyataan maupun peristiwa rekaan— atau pengalaman hidup berdasarkan perkembangannya dari waktu ke waktu sehingga tampak seolah-olah pembaca mengalami sendiri peristiwa itu. Paragraf narasi dimaksudkan untuk memberi tahu pembaca atau pendengar tentang sesuatu yang diketahui atau dialami penulis supaya pembaca terkesan. Ciri utama paragraf narasi adalah adanya peristiwa atau kejadian, baik yang benar-benar terjadi atau berupa imajinasi

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi |

79

maupun gabungan keduanya, yang dirangkai dalam urutan waktu. Di dalam peristiwa itu ada pula tokoh yang menghadapi suatu konflik. Konflik itulah yang dapat menambah daya tarik cerita. Jadi, ketiga unsur yang berupa kejadian, tokoh, dan konflik merupakan unsur pokok sebuah narasi. Jika ketiga unsur itu bersatu, ketiga unsur itu disebut plot atau alur. Paragraf narasi, berdasarkan tujuannya dapat dibedakan atas narasi ekspositoris, artistik, dan sugestif. Narasi ekspositoris berisi penyampaian informasi secara tepat tentang suatu peristiwa berdasarkan data yang sebenarnya dengan tujuan memperluas pengetahuan orang tentang kisah seseorang (biasanya satu orang). Pelaku diceritakan mulai dari kecil sampai saat ini atau sampai terakhir dalam kehidupannya. Narasi artistik berusaha untuk memberikan suatu maksud tertentu atau menyampaikan suatu amanat terselubung kepada para pembaca atau pendengar sehingga tampak seolah-olah melihat. Narasi sugestif berusaha untuk memberikan suatu maksud tertentu dan menyampaikan suatu amanat secara terselubung kepada para pembaca atau pendengar sehingga tampak seolah-olah melihat. Berdasarkan sifat informasinya, ada narasi yang berupa fakta dan narasi yang berupa fiksi. Contoh narasi yang berisi fakta adalah biografi, autobiografi, atau kisah pengalaman. Contoh narasi yang berupa fiksi adalah novel, cerita pendek, cerita bersambung, dan cerita bergambar. Perhatikan contoh paragraf narasi berikut. (11) June berasal dari keluarga penulis. Kedua orang tuanya mencari nafkah dari menulis. Ibunya seorang penulis novel dan ayahnya seorang dosen. Kakak laki-lakinya adalah seorang wartawan. Selama masa hidupnya June merasa terintimidasi oleh sebutan keluarga penulis. Ia dihadapkan pada situasi yang mengharuskan ia bisa menulis. Bila ada yang memintanya menulis, ia menolak dengan alasan bakat keluarganya dalam menulis sudah habis.

80 | Paragraf dalam Bahasa Indonesia

b. Paragraf Deskripsi Paragraf deskripsi berisi gambaran mengenai suatu objek atau suatu keadaan sejelas-jelasnya dengan melibatkan kesan indera. Paragraf ini bertujuan untuk memberikan kesan/impresi kepada pembaca terhadap objek, gagasan, tempat, peristiwa, dan semacamnya yang ingin disampaikan penulis. Melalui pengesanan ini pembaca seolah-olah berada di suatu tempat dan dapat melihat, mendengar, meraba, mencium, atau merasakan apa yang tertulis dalam paragraf tersebut. Paragraf deskripsi mempunyai beberapa pola pengembangan, yaitu (1) pola deskripsi spasial, (2) pola deskripsi sudut pandang, (3) pola deskripsi pengamatan (observasi), dan (4) pola deskripsi fokus. Pertama, pola deskripsi spasial merupakan suatu pola pengembangan paragraf yang menggambarkan objek berupa ruang, benda, atau tempat. Kedua, pola deskripsi sudut pandang merupakan suatu pola sudut pandang yang didasarkan atas posisi penulis dalam menggambarkan suatu objek. Pola pengembangan sudut pandang dibagi menjadi dua, yaitu sudut pandang subjektif dan sudut pandang objektif. Ketiga, pola deskripsi pengamatan (observasi) adalah suatu pola paragraf yang dikembangkan dengan melakukan pengamatan terhadap objek yang akan dideskripsikan. Pembaca seolah-olah dapat melihat atau mengalami sendiri tentang objek yang dilukiskan. Keempat, pola deskripsi fokus merupakan suatu pola paragraf yang dikembangkan dengan menonjolkan suatu bagian objek yang dideskripsikan. Perhatian pembaca atau pendengar terfokus pada bagian objek yang dideskripsikan. Paragraf deskripsi fokus ini dapat digunakan untuk menjelaskan peristiwa, objek benda, atau manusia. Paragraf ini menggunakan pilihan kata atau kalimat yang tepat dan menarik perhatian pembaca.

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi |

81

Berikut ini adalah contoh paragraf deskripsi. (12) Pantai Kapuk terletak di Kecamatan Suka Jaya, Kabupaten Mekar Sari, Bandar Lampung. Pantai ini berjarak 15 km dari pusat kota dan memerlukan waktu sekitar 7 jam untuk tiba di sana. Pantai ini cukup bersih dan tidak ada sampah. Pasir putih yang halus terhampar luas di seluruh pantai itu. Ombaknya cukup besar dan tinggi sehingga tidak dianjurkan untuk berenang di pantai ini. Di bagian selatan terdapat tumpukan batu-batu yang besar dan tinggi. Di bagian timur pantai ini berupa hutan yang masih alami. Sedangkan di bagian barat pantai ini terdapat sungai kecil yang langsung menuju lautan lepas. Hampir di sepanjang pantai ini banyak sekali pohon kelapa yang berbaris rapi seolah olah menjadi pagar alami. Pantai ini berjarak 2 km dari jalan utama sehingga kita harus memarkirkan kendaraan kita di tempat yang telah disediakan dan kita harus jalan menembus hutan yang cukup lebat untuk melihat keindahan pantai ini. c.

Paragraf Eksposisi

Paragraf eksposisi merupakan paragraf yang bertujuan untuk menginformasikan sesuatu sehingga memperluas pengetahuan pembaca. Paragraf eksposisi bersifat ilmiah (nonfiksi). Sumber untuk penulisan paragraf ini dapat diperoleh dari hasil pengamatan, penelitian atau pengalaman. Paragraf eksposisi tidak selalu terbagi atas bagian-bagian yang disebut pembukaan, pengembangan, dan penutup. Hal ini sangat bergantung pada sifat tulisan dan tujuan yang hendak dicapai. Adapun ciri-ciri paragraf eksposisi, antara lain: (a) berusaha menjelaskan sesuatu, (b) gaya tulisan bersifat informatif, (c) fakta dipakai sebagai alat kontribusi, dan (d) fakta dipakai sebagai alat untuk mengonkretkan informasi. Paragraf eksposisi dapat dikembangkan melalui klasifikasi, ilustrasi, perbandingan (pertentangan), laporan, proses, atau definisi. Dalam

82 | Paragraf dalam Bahasa Indonesia

pengembangan dengan klasifikasi, kalimat-kalimat penjelasnya merupakan bentuk pengelompokan dari gagasan utamanya. Dalam paragraf eksposisi dengan ilustrasi, gagasan utama dijelaskan dengan kalimat-kalimat pengembang dalam bentuk ilustrasi. Penulis ingin memaparkan sesuatu dengan cara menyajikan gambaran umum atau khusus tentang sesuatu yang dianggap belum diketahui atau belum dipahami pembaca. Paparan tentang sesuatu itu disajikan berdasarkan kesan yang ditangkap oleh indera. Paragraf eksposisi juga dapat dibuat dengan cara mempertentangkan sesuatu yang menjadi ide pokok dengan sesuatu yang lain. Banyak hal yang dapat dipertentangkan tentang sesuatu. Selain itu, paragraf eksposisi juga disajikan dalam bentuk laporan. Dengan cara ini penulis ingin menyampaikan informasi kepada pembaca tentang sesuatu secara objektif. Paragraf eksposisi juga dapat dikembangkan berdasarkan proses. Dalam menyampaikan informasi, penulis memaparkan suatu kondisi yang diikuti dengan kondisi yang lain. Paragraf eksposisi paling lazim dibuat dengan menggunakan pengembangan definisi. Dalam paragraf ini, gagasan utama dijelaskan dengan kalimat pengembang yang berupa definisi. Gagasan utama diberi pengertian dan diuraikan bagian-bagian atau unsur-unsurnya. Berikut ini adalah contoh paragraf eksposisi. (13) Inflasi lemah sering diartikan sebagai laju inflasi yang kurang dari 5%, sedangkan inflasi moderat adalah inflasi yang mencapai 20%, meskipun ada yang memberi batasan inflasi moderat itu sampai 30%. Inflasi yang melebihi 30% umumnya dianggap inflasi keras. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa di dunia moneter dikenal tiga macam inflasi.

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi |

83

d. Paragraf Argumentasi Paragraf argumentasi atau paragraf bahasan adalah suatu corak paragraf yang bertujuan membuktikan pendapat penulis agar pembaca menerima pendapatnya. Dalam paragraf ini penulis menyampaikan pendapat yang disertai penjelasan dan alasan yang kuat dan meyakinkan dengan maksud agar pembaca bisa terpengaruh. Dasar tulisan argumentasi adalah berpikir kritis dan logis berdasarkan fakta-fakta yang dapat dipertanggungjawabkan. Fakta-fakta tersebut dapat diperoleh dengan berbagai cara, antara lain, bahan bacaan (buku, majalah, surat kabar, atau internet), wawancara atau angket, penelitian atau pengamatan langsung melalui observasi. Selain itu, paragraf ini harus dijauhkan dari emosi dan unsur subjektif. Paragraf argumentasi dapat dikembangkan dengan pola sebab-akibat, yakni menyampaikan terlebih dahulu sebabsebabnya dan diakhiri dengan pernyataan sebagai akibat dari sebab tersebut. Dalam penggunaannya, pola sebab-akibat dapat disajikan menjadi akibat-sebab, yaitu menyampaikan terlebih dahulu akibatnya kemudian dicari sebab-sebabnya. Kata penghubung antarkalimat yang dapat digunakan dalam paragraf ini, antara lain oleh karena itu, dengan demikian, dan oleh sebab itu. Berikut ini adalah contoh paragraf argumentasi. (14) Pemakaian bahasa Indonesia di seluruh daerah di tanah air dewasa ini belum bisa dikatakan seragam. Perbedaan dalam struktur kalimat, lagu kalimat, ucapan kalimat terlihat dengan mudah. Pemakaian bahasa Indonesia sebagai bahasa pergaulan, sering dikalahkan oleh bahasa daerah. Di lingkungan persuratkabaran, radio dan TV pemakaian bahasa Indonesia belum lagi dapat dikatakan sudah terjaga baik. Para pemuka kita pun pada umumnya juga belum memperlihatkan penggunaan bahasa Indonesia yang terjaga baik. Dengan demikian, fakta-fakta tersebut

84 | Paragraf dalam Bahasa Indonesia

menunjukkan bahwa pengajaran bahasa Indonesia perlu lebih ditingkatkan. e.

Paragraf Persuasi

Paragraf persuasi adalah paragraf yang berisi ajakan. Paragraf persuasi bertujuan untuk membujuk pembaca agar mau melakukan sesuatu sesuai dengan keinginan penulisnya. Agar tujuannya dapat tercapai, penulis harus mampu menyampaikan bukti dengan data dan fakta pendukung. Contoh paragraf persuasi yang sering ditemukan adalah propaganda yang dilakukan oleh berbagai lembaga, badan, atau organisasi serta iklan yang disampaikan dalam berbagai media untuk menarik perhatian konsumen dan mempromosikan suatu produk. Untuk mengajak atau mengimbau pembaca, penulis dapat menggunakan ungkapan persuasif, seperti kata ayo atau mari. Berikut ini adalah contoh paragraf persuasi. (15) Sebagian ahli berpendapat, mata adalah barometer dari kesehatan tubuh secara keseluruhan. Masalah perut, punggung, dan bahu dapat menyebabkan ketegangan tubuh yang akhirnya naik ke mata, menyebabkan otot-otot mengencang. Jika organ tubuh lain tidak berfungsi secara tepat, nutrisi, sirkulasi, dan energi ke mata juga tak akan sehat. Maka dari itu, rileks saja, jangan stres, kendurkan otot-otot, dan pergilah ke tempat-tempat rekreasi untuk menyegarkan mata. 3.

Berdasarkan Urutan

Pada umumnya suatu karangan terdiri atas tiga bagian, yaitu (1) paragraf pembuka, (2) paragraf isi, dan (3) paragraf penutup. Ketiga jenis paragraf itu merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari struktur karangan. Paragraf pembuka, paragraf isi, dan paragraf penutup terjalin sangat erat satu sama lain dan terpadu. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi |

85

a.

Paragraf Pembuka

Paragraf pembuka merupakan pembuka untuk sampai pada permasalahan yang dibicarakan. Dengan kata lain, paragraf pembuka itu mengantarkan pembaca pada pembicaraan. Berkaitan dengan itu, paragraf ini berfungsi untuk memberi tahu latar belakang, masalah tujuan, dan anggapan dasar. Pengantar yang baik dapat mengetuk hati dan memperoleh simpati, menggugah minat dan gairah orang lain untuk mengetahui lebih banyak. Ada beberapa fungsi paragraf pengantar, di antaranya (1) menunjukkan pokok persoalan yang mendasari masalah, (2) menarik minat pembaca dengan mengungkapkan latar belakang dan pentingnya pemecahan masalah, (3) menyatakan tesis, yaitu ide sentral karangan yang akan dibahas, dan (4) menyatakan pendirian (pernyataan maksud) sebagai persiapan ke arah pendirian selengkapnya sampai dengan akhir karangan. b. Paragraf Isi Paragraf isi merupakan inti dari sebuah karangan yang terletak di antara paragraf pembuka dan paragraf penutup. Di dalam paragraf isi inilah inti pokok pikiran penulis dikemukakan. Jumlah paragraf isi sangat bergantung pada luas sempitnya cakupan informasi yang ingin disampaikan. Hal yang terpenting adalah ketuntasan pembahasan pokok pikiran yang dikemukakan. Dalam paragraf isi ini ada paragraf yang merupakan pengembang dari pokok pikiran, ada pula yang berperan sebagai transisi atau peralihan gagasan. Paragraf pengembang berfungsi menerangkan atau menguraikan gagasan pokok karangan. Paragraf pengembang ini berfungsi (1) menguraikan, mendeskripsikan, membandingkan, menghubungkan, menjelaskan, atau menerangkan pokok pikiran; (2) menolak atau mendukung konsep yang berupa alasan, argumentasi (pembuktian), contoh, fakta, atau rincian. 86 | Paragraf dalam Bahasa Indonesia

Sementara itu, paragraf peralihan merupakan paragraf penghubung yang terletak di antara dua paragraf utama. Paragraf yang relatif pendek ini berfungsi untuk memudahkan pikiran pembaca beralih ke gagasan lain. c.

Paragraf Penutup

Paragraf penutup merupakan simpulan dari pokok-pokok pikiran dalam paragraf isi. Tujuan penyajian paragraf penutup ini adalah agar apa yang tertuang dalam paragraf-paragraf sebelumnya terkesan mendalam di benak pembaca. Secara umum fungsi paragraf penutup dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) paragraf penutup menunjukkan bahwa karangan sudah selesai; (2) paragraf ini mengingatkan (menegaskan) kembali kepada pembaca akan pentingnya pokok pembahasan; (3) paragraf ini berupaya untuk memuaskan pembaca untuk mendapatkan pandangan baru; (4) paragraf ini menyajikan simpulan. Untuk memberi kesan yang kuat kepada pembaca, penulis dapat penutup karangan dengan (1) menegaskan kembali tesis atau ide pokok karangan dengan kata-kata lain; (2) meringkas atau merangkum gagasan-gagasan penting yang telah disampaikan; (3) memberikan kesimpulan, saran, dan proyeksi masa depan; (4) memberikan pernyataan yang tegas dan kesan mendalam. G. Pengembangan Paragraf Paragraf harus diuraikan dan dikembangkan oleh para penulis atau pengarang dengan variatif. Sebuah paragraf dikembangkan menurut sifatnya. Pengembangan paragraf dapat dilakukan dengan satu pola tertentu dan dapat pula dengan kombinasi dua pola atau lebih. Berikut ini beberapa contoh model pengembangan paragraf.

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi |

87

1.

Pengembangan Alamiah

Pengembangan paragraf yang berciri alamiah didasarkan pada fakta dan kronologi. Jadi, pengembangan itu harus setia pada urutan dimensi deskripsi. Adapun yang dimaksud dengan ‘setia pada urutan waktu’ adalah pengembangan harus bermula dan pada titik waktu tertentu, serta berkembang terus sampai pada titik waktu selanjutnya. Deskripsi objek tertentu, deskripsi data, donggeng, atau narasi lainnya, mengadopsi model pengembangan alamiah demikian ini. Berikut adalah contoh pola pengembangan alamiah/kronologi. (16) Pada Maret 1942, Imamura memasuki Bandung, tanpa menarik perhatian. Sehari sesudah itu ia memerintahkan stafnya untuk mulai menegakkan pemerintahan militer guna memerintah Pulau Jawa. Kemudian, ia mengadakan inspeksi ke markas besar dari kedua divisi lain yang masih termasuk dalam tentara ke-16 yang ia pimpin, yaitu divisi ke-48 di Fort de Kock (Bukittinggi), Sumatera Tengah, dan divisi ke-8 di Surabaya, yang telah menduduki Jawa Timur. Pada 12 Maret 1942, Imamura mendirikan markas besar tentara ke-16 di Batavia, yang kemudian diberi nama Djakarta (Jakarta). 2.

Pengembangan Deduksi-Induksi

Pola pengembangan ini berhubungan dengan letak kalimat topik. Perkembangan paragraf dengan model deduksi dimulai dari sesuatu gagasan yang sifatnya umum (kalimat topik) dan diikuti dengan perincian-perincian yang sifatnya khusus dan terperinci (kalimat-kalimat penjelas). Sebaliknya yang dimasud dengan pengembangan paragraf model induksi adalah pengembangan yang dimulai dari hal-hal yang sifatnya khusus (kalimat-kalimat penjelas), mendetail, terperinci, menuju hal-hal yang sifatnya umum (kalimat topik). Jadi, model-model pengembangan paragraf yang disebutkan terakhir ini sejalan 88 | Paragraf dalam Bahasa Indonesia

dengan alur berpikir yang pernah di sampaikan pada bab-bab terdahulu, yakni berpikir dalam kerangka deduktif dan induktif. 3.

Pengembangan Analogi

Pengembangan paragraf secara analogi lazimnya dimulai dari sesuatu yang sifatnya umum, sesuatu yang banyak dikenal oleh publik, sesuatu yang belum banyak dipahami publik. Dengan memahami dan menangkap maksud dari sesuatu yang hendak disampaikan dalam memahami dan menangkap maksud dari sesuatu yang hendak disampaikan dalam paragraf itu. Jadi, tujuan dari analogi itu sesungguhnya adalah untuk memudahkan pemahaman pembaca sehingga sesuatu yang sangat sulit, bisa menjadi lebih mudah di tangkap dan gampang dipahami. Paragraf (17) berikut ini adalah contoh paragraf analogi. (17) Alam semesta berjalan dengan sangat teratur, seperti halnya mesin. Matahari, bumi, bulan, dan binatang yang berjuta-juta jumlahnya, beredar dengan teratur, seperti teraturnya roda mesin yang rumit berputar. Semua bergerak mengikuti irama tertentu. Mesin rumit itu ada penciptanya, yaitu manusia. Tidakkah alam yang mahabesar dan beredar rapi sepanjang masa ini tidak ada penciptanya? Pencipta alam tentu adalah zat yang sangat maha. Manusia yang menciptakan mesin, sangat sayang akan ciptaannya. Pasti demikian pula dengan Tuhan, yang pasti akan sayang kepada semua ciptaan-Nya itu. 4.

Pengembangan Klasifikasi

Paragraf yang dikembangkan dengan mengikuti prinsip klasifikasi juga akan dapat memudahkan pembaca dalam memahami isinya. Dengan cara klasifikasi itu, maka tipe-tipe yang sifatnya khusus atau spesifik dapat ditemukan. Sesuatu yang sifatnya kolosal, sangat besar, sangat umum akan bisa sangat sulit untuk dapat dipahami oleh pembaca jika tidak ditipekan atau diklasifikasikan terlebih dahulu. Paragraf yang dikembangkan Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi |

89

dengan cara yang demikian ini akan sangat memudahkan pembaca karena kelas-kelasnya jelas, tipe-tipenya juga sangat jelas. Pengkelasan atau penipean itu dapat dilakukan dengan bermacam-macam cara, mungkin berdasarkan kesamaan karakternya, kesamaan bentuknya, kesamaan ciri dan sifatnya, dan sebagainya. Paragraf (18) berikut ini adalah contoh paragraf analogi. (18) Indonesia memiliki hewan dan tumbuhan endemis yang sangat banyak, terdiri atas burung, hewan berkaki empat, ataupun hewan berkaki dua. Tumbuhannya juga sangat menarik dan indah, tak kalah indah dengan bunga sakura. Hewan endemis Indonesia, seperti harimau sumatera, orang utan, badak bercula satu, siamang, burung endemis Indonesia, seperti burung cendrawasih, burung kakaktua putih, dan sebagainya. Flora endemis Indonesia, seperti bunga bangkai, bunga kantong semar, matoa, dan sebagainya. 5.

Pengembangan Komparatif dan Kontrastif

Sebuah paragraf dalam karangan ilmiah juga dapat dikembangkan dengan cara diperbandingkan dimensi-dimensi kesamaannya. Kesamaan itu bisa cirinya, karakternya, tujuannya, bentuknya, dan seterusnya. Perbandingan yang dilakukan dengan cara mencermati dimensi-dimensi kesamaanya untuk mengembangkan komparatif. Sebaliknya, perbandingan yang dilakukan dengan cara mencermati dimensi-dimensi perbedaannya dapat disebut dengan perbandingan kontrastif. Pembandingan dan pengontrasan atau pertentangan merupakan suatu cara yang digunakan pengarang untuk menunjukkan kesamaan atau perbedaan antara dua orang, objek, atau gagasan dengan bertolak dari segi-segi tertentu. Dalam pengembangan paragraf ini, pembandingan digunakan untuk membandingkan dua unsur atau lebih yang dianggap sudah dikenal oleh pembaca, di satu pihak memiliki kesamaan, 90 | Paragraf dalam Bahasa Indonesia

sedangkan di pihak lain mempunyai perbedaan. Pengembangan paragraf dengan pengontrasan bertolak dari adanya dua unsur atau lebih yang sama, tetapi menunjukkan ketakserupaan pada bagian-bagiannya. Bagian-bagian di antara keduanya sudah pasti berbeda jauh dan tidak sama. Pengembangan paragraf yang menunjukkan pembandingan pada umumnya ditandai dengan kata-kata: serupa dengan, seperti halnya, demikian juga, sama dengan, sejalan dengan, dan sementara itu. Sementara itu, pengembangan paragraf yang menunjukkan pengontrasan pada umumnya ditandai dengan kata-kata yang mengandung makna pertentangan, misalnya: akan tetapi, berbeda dengan, bertentangan dengan, lain halnya dengan, dan bertolak belakang dari. Berikut adalah contoh pola pengambangan paragraf jenis ini. (19) Anak sulungku benar-benar berbeda dengan adiknya. Wajah anak sulungku mirip dengan ibunya, sedangkan adiknya mirip dengan saya. Dalam hal makan, sulit membujuk si Sulung untuk makan. Ia hanya menyenangi makanan-makanan ringan seperti kue, sedangkan adiknya hampir tidak pernah menolak makanan apa pun. Namun, dalam minum obat mereka justru bertolak belakang. Si Sulung sangat mudah minum segala obat yang diberikan dokter, sedangkan adiknya harus dibujuk terlebih dulu agar mau meminumnya. 6.

Pengembangan Sebab-Akibat

Sebuah paragraf dapat dikembangkan dengan model sebabakibat atau sebaliknya. Pengembangan paragraf dengan cara demikian ini juga lazim disebut sebagai pengembangan yang sifatnya rasional. Dikatakan sebagai pengembangan yang sifatnya rasional karena lazimnya orang befikir berawal dari sebab-sebab atau dapat juga dari akibat-akibat terlebih dahulu, kemudian beranjak masuk pada sebab-sebabnya. Karya-karya tulis ilmiah sangat lazim menggunakan model pengembangan paragraf ini. Berikut contoh pengembangan paragraf sebab-akibat. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi |

91

(20) Banyak sekali kasus penebangan hutan liar yang terjadi dalam 10 tahun belakangan. Pemerintah sudah mengeluarkan berbagai aturan untuk menghukum para penebang liar. Namun, faktanya penebangan liar terus terjadi sehingga merugikan banyak pihak. Akibat dari penebangan liar itu tanah tidak mampu menyerap air dengan baik dan juga tanah tidak ada lagi yang mengikat. Oleh karena itu, tiap datang musim hutan selalu terjadi bencana banjir dan juga tanah longsor. 7.

Pengembangan Klimaks-Antiklimaks

Paragraf dapat dikembangkan pula dari puncak-puncak peristiwa yang sifatnya kecil-kecil dan beranjak terus maju ke dalam peristiwa yang paling optimal tersebut. Akan tetapi, ada pula paragraf yang pengembangannya masih diteruskan ke dalam tahapan penyelesaian yang selanjutnya, yakni antiklimaks. Model pengembangan paragraf yang disebutkan terakhir ini tidak sangat lazim ditemukan di dalam karya ilimiah. Kebanyakan narasi atau cerita serta dongeng-dongeng pengantar tidur menerapkan model pengembangan paragraf yang demikin ini. Contoh (21) adalah paragraf dengan pola pengembangan klimaks, sedangkan contoh (22) adalah paragraf dengan pola pengembangan antiklimaks. (21) Ada beberapa tahapan pendidikan yang harus dilalui oleh para pelajar di Indonesia. Tahapan pertama yang harus dilewati adalah taman kanak-kanak (TK). Pada tingkatan ini, mereka belajar hal-hal yang sederhana seperti membaca dan menulis selama satu tahun. Setelah itu, mereka memasuki tahapan Sekolah Dasar (SD) selama 6 tahun. Di tahapan ini mereka mulai mempelajari membaca dan menghitung yang lebih rumit seperti perkalian dan pembagian. Setelah menghabisi waktu 6 tahun di SD, mereka melanjutkan tingkat pendidikannya di sekolah menengah pertama (SMP). Di tahapan ini mereka 92 | Paragraf dalam Bahasa Indonesia

menghabiskan waktu selama 3 tahun untuk mempelajari hal yang lebih kompleks dari sekedar membaca dan menghitung. Mereka juga mendapatkan pelajaranpelajaran lain seperti ilmu alam dan ilmu sosial. Kemudian, mereka akan memasuki tahapan SMA, sama seperti SMP mereka menghabiskan waktu selama 3 tahun. Di tahapan ini mereka sudah memiliki kemampuan analisa yang lebih baik. Setelah lulus dari SMA, mereka masuk ke dunia kampus. Lama masa study di kampus ini berbeda-beda sesuai dengan kemampuan mereka masing-masing. Di kampus ini mereka sudah terkonsentrasi dalam satu bidang keilmuan saja dan setelah selesai, barulah mereka menjadi seorang sarjana. (22) Hari kemerdekaan Indonesia dirayakan di seluruh penjuru Indonesia. Di kota-kota besar, orang-orang merayakannya dengan hal-hal yang sangat mewah dan meriah. Mereka biasanya mengadakan pertunjukan musik, pertunjukan kembang api, dan perhelatan akbar lainnya. Sedangkan, di daerah-daerah kabupaten atau kota lainnya, orang-orang biasanya mengadakan perlombaan tingkat kota atau kabupaten dan kemudian diakhiri dengan pertunjukan musik lokal. Tak hanya di kota atau di daerah lainnya, desa juga ikut merayakan hari kemerdekaan Indonesia. Meskipun tak semewah perayaan di kota besar dan daerah lainnya, perayaan hari kemerdekaan di sini juga tak kalah meriah. Mereka akan mengadakan perlombaan seperti balap karung, makan kerupuk dan masih banyak lagi. Tak hanya itu, mereka juga mempercantik desa mereka dengan atribut atau bendera Indonesia. 8.

Pengembangan Definisi

Pengembangan paragraf ini digunakan apabila seorang penulis bermaksud menjelaskan suatu istilah yang mengandung suatu konsep dengan tujuan agar pembaca memperoleh pengertian yang jelas dan mapan mengenai hal itu. Istilah dalam kalimat topik dikembangkan dan dijelaskan dalam kalimat Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi |

93

penjelas. Untuk memberikan batasan yang menyeluruh tentang suatu istilah, kadang-kadang penulis menguraikannya secara panjang-lebar dalam beberapa kalimat, bahkan dapat mencapai beberapa paragraf. Dalam hal itu, prinsip kesatuan dan kepaduan dalam paragraf harus tetap terjaga. Definisi merupakan persyaratan yang tepat mengenai arti suatu kata atau konsep. Definisi yang baik akan menunjukkan batasan-batasan pengertian suatu kata secara tepat dan jelas. Paragraf (23) berikut ini adalah contoh paragraf yang dikembangkan dengan pola definisi. (23) Istilah globalisasi adalah keterkaitan dan ketergantungan antarbangsa dan antarmanusia di seluruh dunia melalui perdagangan, investasi, perjalanan, budaya populer, dan bentuk-bentuk interaksi yang lain sehingga batas-batas suatu negara menjadi semakin sempit. Globalisasi merupakan suatu proses ketika antarindividu, antarkelompok, dan antarnegara saling berinteraksi, bergantung, terkait, dan saling memengaruhi satu sama lain yang melintasi batas negara. Dalam banyak hal, globalisasi mempunyai banyak karakteristik yang sama dengan internasionalisasi sehingga kedua istilah ini sering dipertukarkan. Sebagian pihak sering menggunakan istilah globalisasi yang dikaitkan dengan berkurangnya peran negara atau batas-batas negara. LATIHAN 1. 2.

3.

Jelaskan tujuan pembentukan paragraf! Susunlah kata-kata kunci di bawah ini menjadi kalimat sehingga membentuk satu paragraf deduktif atau induktif! a. air d. macet b. sampah e. banjir c. genangan f. meluap Buatlah satu paragraf ineratif!

94 | Paragraf dalam Bahasa Indonesia

4.

5.

6.

Tentukan jenis dan apa gagasan utama paragraf di bawah ini! Menteri Keuangan memprediksikan bahwa harga minyak dunia akan naik minggu depan. Hal ini akan menyebabkan harga bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia mengalami kenaikan. Kenaikan harga BBM akan membuat biaya operasional dan transportasi meningkat. Dengan demikian, harga bahan pokok juga akan mengalami kenaikan, terutama di daerah-daerah pelosok. Perhatikan kalimat-kalimat di bawah ini, kemudian susunlah menjadi sebuah paragraf dan tentukan gagasan utama serta kalimat topiknya! (1) Cara pembuatannya pun cukup gampang. (2) Setelah semua bahan dan alat terkumpul, masukan teh bubuk atau celup ke dalam gelas lalu siram dengan air panas. (3) Hal pertama yang harus dilakukan adalah mengumpulkan alat dan bahan seperti gelas, air panas, sendok, teh bisa bubuk atau teh celup dan gula secukupnya. (4) Kemudian tambahkan gula sesuai selera Anda. (5) Teh sangat baik untuk kesehatan manusia karena teh mengandung beberapa senyawa yang baik. (6) Angkat segera jika air sudah berwarna coklat karena akan sangat berbahaya bagi tubuh. (7) Jika Anda menggunakan teh celup, jangan terlalu lama merendamnya di dalam air. (8) Setelah mencampur gula, lalu aduk-aduklah menggunakan sendok hingga larut. (9) Apabila teh sudah jadi, minumlah selagi hangat. Berikut merupakan jenis-jenis paragraf: deskripsi, eksposisi, narasi, argumentasi, dan persuasi. Jenis paragraf mana yang dapat digunakan dalam menulis karangan ilmiah? Berikan alasan!

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi |

95

96 | Paragraf dalam Bahasa Indonesia

BAB V KARYA TULIS ILMIAH

Capaian Pembelajaran 1. 2.

Mahasiswa mampu menjelaskan hakikat karya tulis ilmiah, ciri-ciri karya tulis ilmiah, serta jenis-jenis karya tulis ilmiah. Mahasiswa mampu mengidentifikasi teks akademik dan nonakademik.

A. Pengantar Karya tulis ilmiah merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari budaya akademik. Karya tulis ilmiah merupakan kegiatan tulis-menulis yang didasarkan pada teori dan metodologi yang jelas. Dalam menulis karya tulis ilmiah perlu memahami hakikat karya tulis ilmiah yang akan dibuat, mengingat karya tulis ilmiah termasuk tulisan akademik. Ia berbeda dengan tulisan atau teks nonakademik maupun teks populer. Pada bagian ini akan dipaparkan hakikat karya tulis ilmiah, ciri-ciri karya tulis ilmiah, serta jenis-jenis karya tulis ilmiah. Pada bagian ini pula akan dipaparkan perbedaan teks akademik dengan teks nonakademik. B. Hakikat Karya Tulis Ilmiah Karya tulis ilmiah adalah sebuah tulisan yang berisi tentang serangkaian hasil pemikiran seseorang. Karya tulis ilmiah biasanya diuraikan dalam bentuk laporan tertulis yang isinya memaparkan hasil penelitian atau pengkajian yang telah dilakukan oleh seseorang atau sebuah tim sesuai ketentuan yang berlaku. Karya tulis ilmiah berisi fakta dimana fakta tersebut

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi |

97

selain dapat dibuktikan kebenarannya juga dapat dijadikan sebagai dasar pembuatan simpulan. Pernyataan ilmiah yang harus digunakan dalam tulisan mencakup beberapa hal, antara lain: a) harus dapat mengidentifikasikan orang yang membuat pernyataan tersebut; b) harus dapat mengidentifikasikan media komunikasi ilmiah di mana pernyataan disampaikan apakah dalam makalah, buku, seminar, lokakarya dan sebagainya; c) harus dapat mengindentifikasikan lembaga yang menerbitkan publikasi ilmiah tersebut beserta tempat domisili dan waktu penerbitan itu dilakukan. Sekiranya publikasi ilmiah tersebut tidak diterbitkan maka harus disebutkan tempat, waktu dan lembaga yang melakukan kegiatan tersebut. Hal-hal yang harus ada dalam karya tulis ilmiah adalah sebagai berikut. a) Karya tulis ilmiah memuat gagasan ilmiah lewat pikiran dan alur pikiran. b) Keindahan karya tulis ilmiah terletak pada bangun pikir dengan unsur-unsur yang menyangganya. c) Alur pikir dituangkan dalam sistematika dan notasi. d) Karya tulis ilmiah terdiri atas unsur-unsur: kata, angka, tabel, dan gambar, yang tersusun mendukung alur pikir yang teratur. e) Karya tulis ilmiah harus mampu mengekspresikan asas-asas yang terkandung dalam hakikat ilmu dengan mengindahkan kaidah-kaidah kebahasaan. f) Karya tulis ilmiah terdiri atas serangkaian narasi (penceritaan), eksposisi (paparan), deskripsi (lukisan) dan argumentasi (alasan).

98 | Karya Tulis Ilmiah

C. Ciri-Ciri dan Tujuan Karya Tulis Ilmiah a.

b.

c.

d.

Karya tulis ilmiah mempunyai ciri-ciri sebagai berikut. Bahasa yang digunakan dalam karya tulis ilmiah adalah bahasa baku yang tercermin dari pilihan kata/istilah, dan kalimat-kalimat yang efektif dengan struktur yang baku. Sikap penulis dalam karya tulis ilmiah adalah objektif, yang disampaikan dengan menggunakan gaya bahasa impersonal, dengan banyak menggunakan bentuk pasif, tanpa menggunakan kata ganti orang pertama atau kedua. Struktur sajian karya tulis ilmiah sangat ketat, biasanya terdiri atas bagian awal (pendahuluan), bagian inti (pokok pembahasan), dan bagian penutup. Komponen karya tulis ilmiah bervariasi sesuai dengan jenisnya, namun semua karya tulis ilmiah mengandung pendahuluan, bagian inti, penutup, dan daftar pustaka. Artikel ilmiah yang dimuat dalam jurnal mempersyaratkan adanya abstrak.

Adapun tujuan penulisan karya tulis ilmiah adalah sebagai berikut. a. Untuk menyampaikan ide, maksudnya pokok permasalahan yang ada agar lebih mudah dipahami oleh pembaca maka penulis karya tulis ilmiah membuat dalam bentuk karya tulis ilmiah tersebut. b. Untuk melatih kemampuan menulis. c. Sebagai tradisi ilmiah, maksudnya dalam pendidikan di bangku kuliah sering mendapat tugas untuk membuat karya tulis ilmiah yang mana memiliki suatu kebanggaan tersendiri. d. Sebagai tugas akhir, dalam pendidikan di universitas karya tulis ilmiah juga menjadi salah satu syarat kelulusan. Seperti pada skripsi untuk S1, Tesis untuk S2 dan Disertasi untuk mahasiswa S3.

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi |

99

e.

Digunakan untuk menunjukkan eksistensi dari penulis tersebut melalui karya tulis ilmiah yang dihasilkan.

D. Bentuk Karya Tulis Ilmiah Bedasarkan bentuk dan fungsinya, karya tulis ilmiah dibedakan menjadi bentuk-bentuk berikut. 1.

Artikel Ilmiah Populer

Berbeda dengan artikel ilmiah, artikel ilmiah populer tidak terikat secara ketat dengan aturan penulisan ilmiah. Sebab, ditulis lebih bersifat umum, untuk konsumsi publik. Dinamakan ilmiah populer karena ditulis bukan untuk keperluan akademik tetapi dalam menjangkau pembaca khalayak. Karena itu aturan-aturan penulisan ilmiah tidak begitu ketat. Artikel ilmiah populer biasanya dimuat di surat kabar atau majalah. Artikel dibuat berdasarkan berpikir deduktif atau induktif, atau gabungan keduanya yang bisa ‘dibungkus’ dengan opini penulis. 2.

Artikel Ilmiah

Artikel ilmiah, bisa ditulis secara khusus, bisa pula ditulis berdasarkan hasil penelitian semisal skripsi, tesis, disertasi, atau penelitian lainnya dalam bentuk lebih praktis. Artikel ilmiah dimuat pada jurnal-jurnal ilmiah. Kekhasan artikel ilmiah adalah pada penyajiannya yang tidak panjang lebar tetapi tidak megurangi nilai keilmiahannya. Artikel ilmiah bukan sembarangan artikel, dan karena itu, jurnal-jurnal ilmiah mensyaratkan aturan sangat ketat sebelum sebuah artikel dapat dimuat. Pada setiap komponen artikel ilmiah ada pehitungan bobot. Karena itu, jurnal ilmiah dikelola oleh ilmuwan terkemuka yang ahli dibidangnya. Jurnal-jurnal ilmiah terakredetasi sangat menjaga pemuatan artikel. Akredetasi jurnal mulai dari D, C, B, dan A, dan atau bertaraf internasional. Bagi

100 | Karya Tulis Ilmiah

ilmuwan, apabila artikel ilmiahnya ditebitkan pada jurnal internasional, pertanda keilmuawannya ‘diakui’. 3.

Disertasi

Pencapaian gelar akademik tertinggi adalah predikat Doktor. Gelar Doktor dimungkinkan manakala mahasiswa (S3) telah mempertahankan disertasi di hadapan Dewan Penguji Disertasi yang terdiri atas profesor atau Doktor dibidang masing-masing. Disertasi ditulis berdasarkan penemuan (keilmuan) orisinil dimana penulis mengemukan dalil yang dibuktikan berdasarkan data dan fakta valid dengan analisis terinci. Disertasi ditulis berdasarkan metodolologi penelitian yang mengandung filosofi keilmuan yang tinggi. Mahahisiswa (S3) harus mampu (tanpa bimbingan) menentukan masalah, berkemampuan berpikikir abstrak serta menyelesaikan masalah praktis. Disertasi memuat penemuan-penemuan baru, pandangan baru yang filosofis, tehnik atau metode baru tentang sesuatu sebagai cerminan pengembangan ilmu yang dikaji dalam taraf yang tinggi. 4.

Tesis

Tesis adalah jenis karya tulis ilmiah yang bobot ilmiahnya lebih dalam dan tajam dibandingkan skripsi. Ditulis untuk menyelesaikan pendidikan pascasarjana. Mahasiswa melakukan penelitian mandiri, menguji satu atau lebih hipotesis dalam mengungkapkan ‘pengetahuan baru’. Tesis ditulis bersandar pada metodologi; metodologi penelitian dan metodologi penulisan. Standarnya digantungkan pada institusi, terutama pembimbing. Dengan bantuan pembimbing, mahasiswa merencanakan (masalah), melaksanakan; menggunakan instrumen, mengumpulkan dan menjajikan data, menganalisis, sampai mengambil kesimpulan dan rekomendasi. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi |

101

5.

Skripsi

Skripsi adalah karya tulis (ilmiah) mahasiswa untuk melengkapi syarat mendapatkan gelar sarjana (S1). Dalam pengerjakannya dibantu dosen pembimbing. Dosen pembimbing berperan ‘mengawal’ dari awal sampai akhir hingga mahasiswa mampu mengerjakan dan mempertahankannya pada ujian skripsi. Skripsi ditulis berdasarkan pendapat (teori) orang lain. Pendapat tersebut didukung data dan fakta empiris-objektif, baik berdasarkan penelitian langsung; observasi lapanagn atau penelitian di laboratorium, atau studi kepustakaan. Skripsi menuntut kecermatan metodologis hingga menggaransi ke arah sumbangan material berupa penemuan baru. 6.

Kertas Kerja

Kertas kerja pada prinsipnya sama dengan makalah. Kertas kerja dibuat dengan analisis lebih dalam dan tajam. Kertas kerja ditulis untuk dipresentasikan pada seminar atau lokakarya, yang biasanya dihadiri oleh ilmuwan. Pada ‘perhelatan ilmiah’ tersebut kertas kerja dijadikan acuan untuk tujuan tertentu. Bisa jadi, kertas kerja ‘dimentahkan’ karena lemah, baik dari susut analisis rasional, empiris, ketepatan masalah, analisis, kesimpulan, atau kemanfaatannya. 7.

Makalah

Lazimnya, makalah dibuat melalui kedua cara berpikir tersebut. Tetapi, tidak menjadi soal manakala disajikan berbasis berpikir deduktif (saja) atau induktif (saja). Yang penting, tidak berdasar opini belaka. Makalah, dalam tradisi akademik, adalah karya ilmuwan atau mahasiswa yang sifatnya paling ‘soft’ dari jenis karya tulis ilmiah lainnya. Sekalipun, bobot akademik atau

102 | Karya Tulis Ilmiah

bahasan keilmuannya, adakalanya lebih tinggi. Misalnya, makalah yang dibuat oleh ilmuwan dibanding skripsi mahasiswa. 8.

Resensi

Resensi merupakan karya tulis ilmiah yang berisi hasil penimbangan, pengulasan, atau penilaian sebuah buku (resensi buku atau book review) yang disajikan kepada pembaca melalui surat kabar, majalah, jurnal untuk memberikan pertimbangan dan penilaian secara obyektif sehingga masyarakat mengetahui apakah buku yang diulas patut dibaca atau tidak. 9.

Esai

Esai atau karya tulis yang relatif pendek dan membahas suatu subyek (masalah) dari sudut pandang penulisnya; opini penulis berperan sentral dalam sebuah esai. 10. Kritik Kritik yaitu karya tulis ilmiah yang berisikan penilaian baikburuknya suatu karya secara obyektif, tidak hanya untuk mencari kesalahan atau catat suatu karya tetapi juga menampilkan kelebihan atau keunggulan karya tulis ilmiah itu seperti apa adanya. E. Teks Akademik Teks akademik atau teks ilmiah dapat berwujud dalam berbagai jenis, misalnya buku, ulasan buku, proposal penelitian, laporan penelitian, laporan praktikum, dan artikel ilmiah. Jenisjenis tersebut merupakan genre makro yang masing-masing di dalamnya terkandung campuran dari beberapa genre mikro seperti deskripsi, laporan, prosedur, eksplanasi, eksposisi, dan diskusi. Genre makro adalah genre yang digunakan untuk menamai sebuah jenis teks secara keseluruhan, dan genre mikro Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi |

103

adalah subgenre-subgenre yang lebih kecil yang terdapat di dalamnya dan dipayungi oleh genre makro tersebut. Teks akademik atau yang juga sering disebut teks ilmiah berbeda dengan teks nonakademik atau teks nonilmiah. Teks akademik dan teks nonakademik ditandai oleh ciri-ciri tertentu. Untuk membedakan keduanya, perlu ditelusuri ciri-cirinya. Perbedaan antara teks akademik dan teks nonakademik perlu dijelaskan secara memadai dengan mengidentifikasi ciri-ciri yang ada. Pendapat tentang teks akademik yang berkembang selama ini adalah bahwa teks akademik mempunyai ciri-ciri antara lain sederhana, padat, objektif, dan logis. Akan tetapi, selama ini pula belum terdapat bukti-bukti empiris yang diajukan untuk memberikan penjelasan yang memadai secara linguistik tentang pengertian sederhana, padat, objektif, dan logis itu. Akibatnya, ciri-ciri tersebut biasanya hanya dipahami secara naluri tanpa didasarkan pada data atau teori tertentu. Secara umum teks akademik ditandai oleh sifat-sifat baku, logis, lugas, dan objektif. Namun demikian, definisi teks akademik dengan ciri-ciri di atas belum memadai karena sebuah teks yang dikatakan tidak akademik sekalipun, dalam hal tertentu, menunjukkan ciri-ciri akademik, dan sebaliknya, teks yang dikatakan akademik masih menampakkan ciri-ciri nonakademik. Jika demikian halnya, sebuah teks (apa pun jenisnya) memiliki kedua ciri tersebut dalam beberapa aspeknya. Atas dasar kenyataan ini, perlu diungkapkan ancangan yang dapat menjelaskan perbedaan teks akademik dan teks nonakademik. Perbedaan antara teks akademik dan teks nonakademik tidak dilihat sebagai perbedaan antara hitam dan putih. Perbedaan tersebut dilihat dari kecenderungan ciri-ciri yang dikandung oleh teks tersebut. Teks akademik diasosiasikan dengan teks tulis, dan teks nonakademik diasosiasikan dengan teks lisan. Teks tulis bukan teks yang dimediakan dengan tulisan. Sebaliknya, teks lisan bukan 104 | Karya Tulis Ilmiah

teks yang dituturkan secara lisan. Sebagai contoh, teks berita yang didengarkan di radio adalah teks tulis yang dimediakan secara lisan, dan naskah drama dalam bentuk dialog adalah teks lisan yang dimediakan dengan tulisan. Sebuah teks biasanya mengandung ciri-ciri lisan dan ciri-ciri tulis sekaligus. Hal ini berati bahwa sebuah teks yang tergolong ke dalam teks tulis, misalnya artikel ilmiah, pasti dalam hal tertentu juga mengandung ciri-ciri lisan. Sebaliknya, percakapan di antara dua orang, yang sudah barang tentu itu merupakan teks lisan, pasti dalam hal tertentu juga mengandung ciri-ciri tulis. Dengan demikian, perbedaan di antara keduanya bukanlah perbedaan secara hitam-putih. Keduanya menunjukkan sebuah kontinum bahwa berdasarkan ciri-cirinya sebuah teks cenderung bergaya lisan, bergaya tulis, atau bergaya di antara lisan dan tulis. Perhatikan contoh berikut ini. Teks (1a) yang cenderung bersifat lisan, nonakademik, serta nonilmiah, dan teks (1b) yang cenderung bersifat tulis, akademik, dan serta ilmiah. (1a) Pada buku ini kita bertujuan untuk menelaah bagaimana menerapkan metode empiris agar kita dapat menganalisis cara orang bercakap-cakap. Kita berharap dapat menguak sesuatu yang diasumsikan orang ketika mereka berkomunikasi dengan cara bercakapcakap. Kita akan memusatkan perhatian kepada bagaimana penutur menggunakan tuturan untuk berinteraksi, yaitu bagaimana mereka menciptakan dan mempertahankan apa yang mereka definisikan sebagai “makna situasi sosial”. Kita berpegang pada gagasan teoretis dasar yang berbeda dengan para ahli yang bergerak di bidang sosiolinguistik. Teori dasar ini menunjukkan bahwa ketika kita menganalisis tuturan orang yang berbicara empat mata, kita memperlakukan istilah-istilah yang digunakan oleh antropolog dan sosiolog seperti “peran”, “status”, “identitas sosial”, dan “hubungan sosial” sebagai “symbol” yang digunakan oleh orang untuk saling berkomunikasi. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi |

105

(1b) Tujuan telaah pada buku ini adalah untuk menerapkan metode empiris analisis percakapan yang dapat menguak asumsi sosial yang mendasari proses komunikasi verbal dengan memusatkan perhatian kepada penggunaan tuturan oleh penutur untuk berinteraksi, yaitu menciptakan dan mempertahankan definisi “situasi sosial” secara khusus. Posisi teori dasar yang membuat karya ini berbeda dengan karya ahli lain di bidang sosiolinguistik adalah bahwa pada analisis terhadap tuturan empat mata, istilah-istilah di bidang antropologi dan sosiologi seperti “peran”, “status”, “identitas sosial”, dan “hubungan sosial” akan diperlakukan sebagai “simbol komunikasi”. Ciri lisan pada Teks 1a dan ciri tulis pada Teks 1 b yang segera dapat diidentifikasi adalah penggunaan kata kita (dicetak tebal-miring) sebagai subjek kalimat pada Teks 1a dan ketiadaan kata tersebut pada Teks 1b. Keadaan ini menunjukkan bahwa seakan-akan penulis Teks 1a mengajak berdialog dengan pembaca. Kata kita pada teks tersebut juga digunakan oleh penulis untuk mengajak pembaca berada pada satu titik pandang. Dari sini diketahui, bahwa jarak antara penulis dan pembaca pada Teks 1a terasa dekat. Diketahui pula bahwa kebersamaan antara “siapa (penulis) berbicara kepada siapa (pembaca)” menjadi sesuatu yang dipentingkan. Di pihak lain, Teks 1b tidak mengandung kata kita sebagai subjek kalimat, dan sebagai gantinya, subjek itu diisi dengan pokok persoalan yang disajikan di dalam teks tersebut. Keadaan ini menunjukkan bahwa Teks 1b lebih mementingkan “objek yang dibicarakan” daripada “pelaku yang berbicara”. Hal itu menunjukkan makna bahwa teks 1b lebih objektif daripada Teks 1a. Ciri lisan atau tulis lain yang menonjol yang dapat dieksplorasi dari Teks 1a dan Teks 1b adalah bahwa untuk mengungkapkan peristiwa. Teks 1a menggunakan verba, sedangkan Teks 1b 106 | Karya Tulis Ilmiah

mengubah verba itu menjadi nomina. Jadi, pada teks akademik, pemilihan nomina (bukan verba) untuk menggambarkan proses bukanlah suatu kebetulan, melainkan suatu tuntutan. Nomina merupakan salah satu alat untuk mengabstraksi peristiwa seharihari menjadi teori. Perbedaan antara teks akademik dan nonakademik dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 5.1 Perbedaan Teks Akademik dan Nonakademik Teks Akademik 1

Teks Nonakademik

Sederhana dalam hal struktur kalimat. Padat informasi.

1

3 4

Padat kata-kata leksikal. Banyak memanfaatkan nominalisasi.

3 4

5

Banyak memanfaatkan metafora gramatika.

5

6

Banyak menggunakan istilah teknis.

6

7

Bersifat taksonomik dan abstrak.

7

8

Banyak memanfaatkan sistem pengacuan esfora.

8

9

banyak memanfaatkan proses relasional identifikatif untuk membuat definisi atau identifikasi dan proses relasional atributif untuk membuat deskripsi.

9

2

2

Rumit dalam struktur kalimat. Cenderung tidak padat informasi. Padat kata-kata struktural. Cenderung sedikit memanfaatkan nominalisasi. Cenderung sedikit menggunakan metafora gramatika. Cenderung sedikit menggunakan istilah teknis. Lebih konkret dan cenderung tidak bersifat taksonomik. Tidak menunjukkan pengacuan esfora sebagai ciri penting. tidak menonjol pada salah satu jenis proses.

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi |

107

10 bersifat monologis, dan untuk itu, lebih banyak mendayagunakan jenis kalimat indikatif-deklaratif. 11 memanfaatkan bentuk pasif untuk memberikan tekanan kepada pokok persoalan yang dikemukakan, bukan kepada pelaku; dan akibatnya, teks akademik menjadi objektif, bukan subjektif. 12 seharusnya tidak mengandung kalimat minor. 13 seharusnya tidak mengandung kalimat takgramatikal. 14 biasanya mengambil genre faktual, seperti deskripsi, prosedur, eksplanasi, eksposisi, dan diskusi, bukan penceritaan fiktif.

10

11

bersifat dialogis, dan untuk itu, mendayagunakan jenis kalimat yang lebih bervariasi. memberikan tekanan kepada pelaku dalam peristiwa dialog; sehingga pelaku peristiwa yang menjadi lebih penting tersebut menimbulkan sifat subjektif.

12

sering mengandung kalimat minor.

13

sering mengandung kalimat takgramatikal

14

mengambil genre yang lebih bervariasi dan dapat faktual atau fiksional.

Pada teks akademik biasanya berhubungan dengan penggunaan laras bahasa. Pada saat digunakan sebagai alat komunikasi, bahasa masuk dalam berbagai laras sesuai dengan fungsi pemakaiannya. Laras bahasa adalah kesesuaian antara bahasa dan fungsi pemakaiannya. Laras bahasa terkait langsung dengan selingkung bidang (home style) dan keilmuan, sehingga dikenal istilah sublaras, yaitu bagian dari laras-laras bidang keilmuan tertentu. Pembedaan di antara sub-sublaras bahasa dalam laras bidang keilmuan tertentu dapat diamati dari (1) penggunaan kosakata dan bentukan kata, (2) penyusunan frasa, klausa, dan kalimat, (3) penggunaan istilah (4) pembentukan paragraf, (5) penampilan hal teknis; dan (6) penampilan kekhasan dalam wacana. 108 | Karya Tulis Ilmiah

Teks akademik menggunakan laras ilmiah. Laras ilmiah harus menggunakan ragam bahasa standar/resmi. Sebuah karya tulis ilmiah merupakan hasil rangkaian gagasan yang merupakan hasil pemikiran, fakta, peristiwa, gejala, dan pendapat. Jadi, seorang penulis karya tulis ilmiah menyusun kembali bahan informasi menjadi sebuah karangan yang utuh. Oleh sebab itu, penyusun atau pembuat karya tulis ilmiah tidak disebut pengarang melainkan disebut penulis atau peneliti. Karya tulis ilmiah memiliki tujuan dan khalayak sasaran yang jelas. Meskipun demikian, dalam karya tulis ilmiah, aspek komunikasi tetap memegang peranan utama sehingga berbagai kemungkinan untuk penyampaian yang komunikatif tetap harus dipikirkan. Penulisan karya tulis ilmiah bukan hanya untuk mengekspresikan pikiran tetapi untuk menyampaikan hasil penelitian. Penulis harus dapat meyakinkan pembaca dengan kebenaran hasil yang ditemukan di lapangan. Dapat pula, penulis menumbangkan sebuah teori berdasarkan hasil penelitiannya. Jadi, sebuah karya tulis ilmiah tetap harus dapat secara jelas menyampaikan pesan kepada pembacanya. Dari segi bahasa, karya tulis ilmiah memiliki tiga ciri, yaitu: (a) harus tepat dan tunggal makna, tidak ambigu; (b) harus secara tepat mendefinisikan setiap istilah, sifat, dan pengertian yang digunakan, agar tidak menimbulkan kerancuan atau keraguan; serta (c) harus singkat dan jelas, berlandaskan ekonomi bahasa. Di samping persyaratan tersebut, untuk dapat dipublikasikan sebagai karya tulis ilmiah ada ketentuan struktur atau format karangan yang bersifat baku. Adapun struktur karya tulis ilmiah terdiri atas judul, abstrak, pendahuluan, landasan teori, metode, hasil dan pembahasan, simpulan dan saran, serta daftar pustaka. Struktur karya tulis ilmiah ini akan diuraikan lebih lanjut pada bab berikutnya.

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi |

109

LATIHAN 1. 2. 3. 4. 5.

Jelaskan perbedaan antara artikel ilmiah dan artikel ilmiah populer! Jelaskan yang dimaksud dengan kertas kerja! Hal-hal apa yang harus ada dalam karya tulis ilmiah! Jelaskan perbedaan yang paling menonjol antara teks akademik dan nonakademik! Jelaskan mengenai laras bahasa akademik!

110 | Karya Tulis Ilmiah

BAB VI TOPIK DAN KERANGKA KARANGAN

Capaian Pembelajaran 1. 2. 3. 4.

Mahasiswa mampu menjelaskan perbedaan topik, tema, dan judul. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi kerangka karangan Mahasiswa mampu menemukan topik, tema, dan judul untuk karya tulis ilmiah sesuai dengan bidang studi. Mahasiswa mampu menyusun kerangka karangan untuk karya tulis ilmiah sesuai dengan bidang studi.

A. Pengantar Topik dan kerangka karangan merupakan langkah paling awal sebelum melakukan penyusunan karya tulis ilmiah. Sebuah karya tulis ilmiah tidak akan terbentuk jika tidak jelas topik yang akan dibahas di dalamnya. Istilah topik seringkali disamakan dengan tema. Padahal topik berbeda dengan tema, apalagi dengan judul. Pada bagian ini akan dipaparkan perbedaan antara topik, tema, dan judul pada sebuah karya tulis ilmiah. Selain itu, pada bagian ini pula akan dipaparkan mengenai kerangka karangan sebagai langkah awal penyusunan karya tulis ilmiah. B. Topik, Tema, dan Judul Sehari-hari dikenal istilah tema, topik, dan judul dalam pembuatan sebuah karangan, baik itu dalam bahasa Indonesia maupun bahasa asing. Tema dan topik sangat dibutuhkan dalam pembuatan kerangka tulisan awal sebelum benar-benar menulis karena tema dan topik sebagai acuan dalam pengambilan datadata untuk dituangkan ke sebuah tulisan. Tema dan topik juga Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi |

111

berperan untuk pembatas agar sebuah tulisan tidak melenceng dari apa yang diinginkan dan menghasilkan sebuah karangan yang diinginkan oleh sang penulis. Sedangkan judul dapat diartikan sebagai ujung tombak sebuah karangan karena dengan judul yang akan menarik minat dan menimbulkan rasa penasaran pembaca untuk membaca suatu karangan, walaupun belum mengetahui secara persis isi karangan. Tapi dengan judul yang menarik, maka secara tidak langsung sebuah karangan akan menarik orang untuk membacanya dan mengetahui isi karangan tersebut. Keserasian antara tema, topik, dan judul, sangatlah penting untuk mencapai sebuah karangan yang baik dan menarik. 1.

Topik

Sebuah karya tulis ilmiah harus direncananan dan disusun dengan cara yang sistematis dan terukur. Untuk itu, perlu ditetapkan terlebih dahulu hal yang paling penting yang hendak diuraikan. Hal yang paling penting itu disebut sebagai topik. Topik tidak sama dengan tema. Namun banyak orang mengartikannya sama. Topik, seperti telah dikemukakan di atas, haruslah yang pertama ditentukan oleh penulis, tema ditentukan setelahnya, sedangkan judul paling akhir karena judul hanyalah kepala karangan. Topik adalah hal yang pertama kali ditentukan ketika penulis akan membuat tulisan, atau bisa disebut juga topik adalah tahap awal dalam proses penelitian atau penyusunan karya tulis ilmiah. Topik yang masih awal tersebut, selanjutnya dikembangkan dengan membuat cakupan yang lebih sempit atau lebih luas.Terdapat beberapa kriteria untuk sebuah topik yang dikatakan baik, diantaranya adalah topik tersebut harus mencakup keseluruhan isi tulisan, yakni mampu menjawab pertanyaan akan masalah apa yang hendak ditulis. Ciri utama dari

112 | Topik dan Kerangka Karangan

topik adalah cakupannya atas suatu permasalahan msih bersifat umum dan belum diuraikan secara lebih mendetail. Dalam memilih perlu dipertimbangkan beberapa hal, yaitu (1) harus menarik perhatian penulis, (2) diketahui dan dikuasai oleh penulis, (3) harus sempit dan terbatas, dan (4) untuk penulis pemula hindari topik yang kontroversial dan baru. Mengapa demikian? Sebab, seseorang tidak mungkin mengerjakan sesuatu tulisan yang tidak tertarik terhadapnya. Selain itu pula tidak akan mampu memberikan uraian yang berbobot apabila bidang atau pengetahuan yang disyaratkan oleh topik yang dipilih tidak dikuasai. Misalnya, seorang yang tidak mengetahui atau tidak menguasai ilmu sastra bagaimana mungkin menulis makalah yang berisi tinjauan ilmiah karya-karya Mochtar Lubis yang demikian kompleks dengan bobot yang tinggi. Selain itu, sebuah tulisan ilmiah haruslah fokus pada satu masalah dan selesai dibicarakan dalam format tertentu, misalnya untuk jurnal. Jika terlalu luas, maka tulisan itu tidak akan selesai atau melebar ke mana-mana. Demikian pula topik untuk tujuan penulisan skripsi, tesis, atau disertasi. Semuanya harus disesuaikan dengan yang disyaratkan oleh jenis-jenis karya tulis ilmiah tersebut. Bagi seorang penulis pemula, membicarakan sebuah topik yang kontrovesial dan baru akan menyulitkan yang bersangkutan dalam mencari rujukan penunjang. Apabila si penulis ingin melakukan penelitian lapangan mengenai masalah itu, yang bersangkutan akan sulit mempertanggungjawabkan tulisannya. Selain, topik yang terlalu teknis bagi pemula akan menyulitkannya juga karena seorang penulis pemula tidak menguasai istilahistilah teknis bidang yang digarapnya. Secara sepintas, menentukan topik sebuah tulisan tampaknya merupakan langkah yang agak sulit dilakukan. Namun demikian, dengan mempertimbangkan posisi penulis dalam bidang ilmu tertentu dan horizon pengetahuannya di

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi |

113

bidang tersebut, seorang calon penulis dapat menentukan sebuah topik yang dapat dia garap dengan baik. Syarat topik yang baik dapat ditinjau dari dua segi, yaitu segi penulis dan pembaca. Bagi penulis, topik yang baik sebaiknya berbasis pada kompetensi penulisnya, yaitu sesuai dengan (a) bidang keahlian; (b) bidang studi yang didalami; (c) pengalaman penulis: pengalaman kerja, praktik dilapangan, penelitian, partisipasi dalam suatu kegiatan ilmiah; (d) bidang kerja atau profesi; (e) karakter penulis (baik, cerdas, inovatif, kreatif); (f) temuan yang pernah diteliti; (g) kualifikasi pengalaman: nasional, internasional; (h) kemampuan memenuhi tuntutan masyarakat pembacanya; (i) kemampuan memenuhi target kebutuhan segmen pembacanya; dan (j) temuan baru dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang diperlukan pembacanya. Bagi pembaca, topik dianggap baik jika layak dibaca. Artinya, topik tersebut dapat mengembangkan kompetensi pembacanya, yaitu sesuai dengan (a) tuntutan pembaca untuk mencapai target informasi yang diharapkan; (b) upaya pembaca untuk meningkatkan kecerdasan, kompetensi pengembangan akademik dan profesi; (c) ilmu pengetahuan dan teknologi yang ditekuni pembacanya; (d) pengembangan dan peningkatan karier dan profesinya; (e) upaya mempertajam dan memperhalus rasa kemanusiaan; (f) upaya mempertajam dan memperhalus daya nalarnya; dan (g) sesuai dengan kebutuhan informasi iptek yang diperlukan. Namun, secara umum ada beberapa syarat topik yang baik. Pertama, menarik untuk ditulis dan dibaca. Topik yang menarik bagi penulis akan meningkatkan kegairahan dalam mengembangkan penulisannya, dan bagi pembaca akan mengundang minat untuk membacanya. Kedua, dikuasai dengan baik oleh penulis minimal prinsip-prinsip ilmiah. Untuk menghasilkan tulisan yang baik, penulis harus menguasai teoriteori (data sekunder), data di lapangan (data primer). 114 | Topik dan Kerangka Karangan

Pembatasan sebuah topik mencangkup konsep, variabel, data, lokasi atau lembaga dan waktu pengumpulan data. Topik yang terlalu luas menghasilkan tulisan yang dangkal, tidak mendalam, dan tidak tuntas. Selain itu, pembahasan menjadi tidak fokus pada masalah utama yang ditulis atau dibaca. Akibatnya, pembahasan menjadi panjang, namun tidak berisi. Sebaliknya, topik yang terlalu sempit menghasilkan tulisan yang tidak (kurang) bermanfaat bagi pembacanya. Selain itu, karangan menjadi sulit dikembangkan, tidak menarik untuk dibahas ataupun dibaca. Maka dari itu, pembahasan topik dilakukan secara cermat, sesuai dengan kemampuan, tenaga, waktu, tempat, dan kelayakan yang dapat terima oleh pembacanya. 2.

Tema

Apabila sebuah topik telah selesai dirumuskan, akan diapakan topik itu? Untuk itu, langkah selanjutnya adalah menentukan tema. Tema merupakan sasaran yang hendak dicapai penulis berdasarkan topik sehingga tema itu mempersempit atau membatasi topik. Topik umumnya terdiri atas satu satu dua kata yang singkat, dan memiliki persamaan serta perbedaan dengan tema karangan. Persamaannya adalah baik topik maupun tema keduanya sama-sama dapat dijadikan sebagai judul karangan. Sedangkan, perbedaannya ialah topik masih mengandung hal yang umum, sedangkan tema akan lebih spesifik dan lebih terarah dalam membahas suatu permasalahan. Tema merupakan suatu gagasan pokok atau ide pikiran tentang suatu hal, salah satunya dalam membuat suatu tulisan. Di setiap tulisan pastilah mempunyai sebuah tema karena dalam sebuah penulisan dianjurkan harus memikirkan tema apa yang akan dibuat. Dalam menulis cerpen, puisi, novel, karya tulis, dan berbagai macam jenis tulisan haruslah memiliki sebuah tema. Tema juga hal yang paling utama dilihat oleh para pembaca

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi |

115

sebuah tulisan. Jika temanya menarik, maka akan memberikan nilai lebih pada tulisan tersebut. Pokok pemikiran tertentu yang akan disampaikan oleh penulis dalam karangannya disebut tema karangan. Penetapan tema sebelum mulai mengarang sangatlah penting untuk menjamin penyampaian ide secara teratur dan jelas sehingga isi karangan akan dapat dipahami oleh pembaca dengan mudah. Tema hendaknya harus diungkapkan secara eksplisit agar dapat membantu memudahkan penulis dalam menulis sebuah kerangka karangan. 3.

Judul

Judul merupakan perincian atau jabaran dari topik yang diberikan untuk bahasan atau karangan. Nama yang dipakai untuk buku atau bab dalam buku yang menyiratkan secara pendek isi atau maksud dari buku tersebut. Dalam artikel judul sering disebut juga kepala tulisan. Judul berfungsi sebagai slogan promosi untuk menarik minat pembaca dan sebagai gambaran isi karangan. Ada yang mendefinisikan judul adalah lukisan singkat suatu artikel atau disebut juga miniaturisi bahasan. Judul lebih spesifik dan sering menyiratkan permasalahan atau variabel yang akan dibahas. Judul memiliki fungsi, antara lain: (a) merupakan identitas atau cermin dari jiwa seluruh tulisan; (b) temanya menjelaskan diri dan menarik sehingga mengundang orang untuk membaca isinya; (c) gambaran global tentang arah, maksud, tujuan, dan ruang lingkupnya; (d) relevan dengan seluruh isi tulisan, maksud masalah, dan tujuannya. Sedangkan syarat judul yang baik adalah (a) asli; (b) relevan; (c) provokatif; (d) singkat; (e) judul berbentuk frasa; (f) menarik perhatian; (g) logis; dan (h) harus sesuai dengan isi karangan.

116 | Topik dan Kerangka Karangan

B. Kerangka Karangan Dalam penulisan karangan ilmih, penulis tidak langsung menulis, tetapi harus menata pokok-pokok bahasan itu ke dalam kerangka karangan. Kerangka karangan adalah suatu rencana kerja ilmiah yang teratur untuk mendeskripsikan penyusunan pokok-pokok bahasan ke dalam bab dan subbab dengan menampilkan acuan berupa sumber rujukan (referensi) yang digunakan. Tahapan penyusunan kerangka karangan perlu dimanfaatkan oleh penulis karena kerangka mempunyai beberapa fungsi penting dalam proses penulisan. Berikut ini adalah fungsi kerangka karangan bagi penulisnya. (1) Tidak mengolah ide sampai dua kali sehingga penulisan tidak keluar dari pokok masalahnya. (2) Menciptakan klimaks yang berbeda setiap bab sehingga ada variasi dalam penyajian materi karangan. (3) Mengingatkan penulis pada bahan/materi sebagai sumber rujukan dan bahan. (4) Membaca ulang karangan yang sudah selesai dapat menciptakan kembali reproduksi yang sama dari pembaca. (5) Dapat dilihat dengan jelas wujud, ide, nilai umum, dan spesifikasi karangan. (6) Berarti setengan karang sudah selesai dilakukan atau merupakan tahapan akhir dari prapenulisan. Dalam penyusunan kerangka karangan, seorang penulis perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut. (1) Perumusan tesis dan pengungkapan maksud dengan jelas dan benar. (2) Penginventarisan topik ke dalam sub-subtopik secara maksimal. (3) Pengevaluasian semua topik yang telah dirinci ke dalam tahapan: Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi |

117

(a) semua bab topik relevan dengan tesisi, (b) jangan ada topik yang sama, dan (c) semua topik dan subtopik sudah disusun secara paralel, (4) Tahapan (3a) dan (3b) dilakukan secara berulang untuk mendapatkan subtopik yang terinci secara maksimal. (5) Penetapan pola susun ragangan yang tepat: pola alamaiah atau pola logis. (6) Ragangan tidak sekali buat dan ragangan ini sebagai pedoman penyusunan daftar isi karangan.

LATIHAN 1. 2. 3. 4. 5.

Jelaskan yang dimaksud dengan topik! Jelaskan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam tema karangan! Jelaskan perbedaan antara topik dan tema! Jelaskan fungsi kerangka karangan! Carilah sebuah topik, kemudian tentukan tema berdasarkan topik tersebut dan kembangkan menjadi sebuah kerangka karangan!

118 | Topik dan Kerangka Karangan

BAB VII SISTEM RUJUKAN DAN DAFTAR PUSTAKA

Capaian Pembelajaran Mahasiswa mampu menjelaskan dan menyusun sistem rujukan (kutipan dan catatan kaki). 2. Mahasiswa mampu menjelaskan dan menyusun penulisan daftar pustaka. 1.

A. Pengantar Dalam penyusunan karya tulis ilmiah, salah satu hal yang paling penting adalah penggunaan rujukan dan daftar pustaka. Rujukan dan daftar pustaka digunakan untuk menghindari plagiarisme karena kode etik yang harus dijunjung dalam pernulisan karya tulis ilmiah adalah kejujuran dan tanggung jawab. Kejujuran yang dimaksud adalah pada saat kamu mengemukakan pandangan atau pemikiran yang bukan pandangan sendiri, kamu harus mencantumkan secara jelas sumber pengambilannya. Tanggung jawab dalam penulisan karya tulis ilmiah berarti bahwa apapun yang terdapat serta dimuat dalam sebuah karangan, sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Sistem rujukan meliputi kutipan dan catatan kaki, yang biasanya terdapat pada batang tubuh karya tulis ilmiah. Sedangkan daftar pustaka terletak di akhir karya tulis ilmiah. Pada bagian ini akan dipaparkan sistem rujukan dan daftar pustaka. Akan tetapi, sistem rujukan dan daftar pustaka yang akan dipaparkan pada bagian ini adalah bentuk umum dari sistem rujukan dan daftar pustaka. Hal ini mengingat sistem rujukan dan Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi |

119

daftar pustaka bersifat lingkungan akademik.

selingkung

dari

masing-masing

B. Kutipan Dalam menulis karya tulis ilmiah, kadangkala penulis mengutip pendapat orang lain. Kutipan umumnya dipergunakan untuk melengkapi bahan-bahan dan memperkuat uraian atau argumen sejauh yang diperlukan oleh penulis. Dalam upaya tersebut, perlu diperhatikan kebiasaan-kebiasan yang lazim berlaku dalam penulisan dunia akademik. Kutipan tidak boleh digunakan sebagai bahan utama sebuah tulisan ilmiah karena mengakibatkan seolah-olah karya itu hanya merupakan kumpulan kutipan belaka. Namun pada jenis penelitian yang memusatkan pada kajian pandangan seseorang tokoh secara mendalam—misalnya biografi, idiografi, dan hasil karya—dapat dipergunakan kutipan yang jauh lebih banyak dibandingkan karya tulis ilmiah biasa pada umumnya. Sumber kutipan bisa diperoleh melalui tulisan maupun hasil wawancara, obeservasi serta angket. Kesemua itu bila perlu ditulis harus meneybutkan sumbernya. Kutipan dibuat untuk tujuan tertentu, antara lain sebagai landasan berpikir pengarang dan penguat panedapatnya sendiri. Dalam penulisan karya tulis ilmiah, manfaat dari menulis kutipan ditujukan untuk merujuk informasi berupa pendapat atau teori yang dikemukakan oleh para ahli. Informasi itu bisa berupa data atau pendapat para ahli yang digunakan untuk membantu penulis dalam mengembangkan pokok masalah yang dibahas dalam karya tulis ilmiahnya. Hal ini akan mendukung gagasan yang disampaikan penulis bahwa sebelumnya benarbenar ada orang yang menyampaikan gagasan yang serupa. Dengan adanya kutipan tersebut, maka akan terlihat etika dan kredibilitas penulis atau bukti kebenaran dari pernyataan yang dibuat oleh penulis serta memudahkan pembaca untuk menelusuri informasi lebih lengkap. 120 | Sistem Rujukan dan Daftar Pustaka

Kutipan terdiri atas dua jenis, yaitu (1) kutipan langsung dan (2) kutipan tidak langsung. Dalam mengutip secara langsung, penulis tidak melakukan perubahan apapun terhadap teks atau bagian teks yang dikutip, sedangkan dalam mengutip tidak secara langsung penulis diperkenankan untuk menggunakan katakatanya sendiri tetapi tidak mengubah makna pada teks aslinya (melalui parafrase). Kedua jenis kutipan tersebut bertujuan sama, yaitu meminjam pemikiran orang lain untuk melengkapi tulisan tanpa menghilangkan penghargaan kepada orang yang hasil pemikirannya dipinjam. Ciri-ciri kutipan langsung, antara lain: (a) Tidak boleh ada perubahan terhadap teks asli. (b) Tanda (sic!) digunakan apabila ditemukan kesalahan pada teks asli. (c) Tanda tiga titik tiga (...) digunakan apabila ada bagian kutipan yang dihilangkan. (d) Menggunakan sumber kutipan yang berlaku dalam bidang selingkung. Dalam melakukan kutipan langsung, kadang kala mengutip teks yang panjang atau pendek. Sebuah kutipan disebut kutipan pendek apabila tidak lebih dari empat baris sedangkan kutipan panjang lebih dari empat baris. Ketentuan untuk kutipan langsung yang pendek adalah (1) diintegrasikan langsung dengan tulisan penulis, (2) diapit oleh tanda kutip, dan (3) menuliskan sumber kutipan, baik di awal maupun di akhir kutipan. Sedangkan untuk kutipan langsung yang panjang, ketentuannya adalah (1) dipisahkan dari tulisan penulis dengan spasi yang lebih kecil, (2) diapit oleh tanda kutip ataupun tidak, dan (3) menuliskan sumber kutipan di akhir kutipan. Kutipan langsung, baik yang pendek maupun yang panjang, juga dapat dilakukan pada catatan kaki dengan tata cara: spasi rapat, diapit tanda kutip, dan tidak boleh mengadakan perubahan terhadap teks asli. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi |

121

Contoh kutipan langsung pendek Ekarasi (2015:132) menyatakan bahwa “mental seseorang akan tertekan ketika tuntutan semakin besar namun ia tidak sanggup mengejar tuntutan tersebut.” Hubungan antara organisasi dengan manusia yang menciptakannya sangat erat. Hal ini sesuai dengan pengertian organisasi sebagaimana diungkapkan Wirawan (2007) bahwa “Organisasi merupakan respons terhadap dan alat penciptaan nilai untuk memuaskan kebuluhan manusia.” Contoh kutipan langsung panjang Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosiobudaya ini tersebar, dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia. Williams (1976) mengemukakan: “Penggunaan istilah kebudayaan yang banyak dipakai dewasa ini. Pertama, mengenai perkembangan intelektual, spiritual dan estetik individu, kelompok atau masyarakat. Kedua, menangkap sejumlah aktivitas intelektual dan artistik seta produk-produknya (film, kesenian, dan teater). Ketiga, mengenai seluruh cara hidup, aktivitas, kepercayaan, dan kebiasaan seseorang, kelompok atau masyarakat.”

122 | Sistem Rujukan dan Daftar Pustaka

Menurut

Kridalaksana

(1996:2),

variasi

bahasa

berdasarkan pemakai bahasa dibedakan atas empat jenis sebagai berikut ini. Dialek regional yaitu variasi bahasa berdasarkan daerah. Variasi regional membedakan bahasa yang dipakai di satu tempat dengan yang dipakai di tempat lain. Dialek sosial yaitu dialek yang dipakai oleh kelompok sosial tertentu atau yang menandai stratum sosial tertentu. Dialek temporal yaitu dialek yang dipakai pada kurun waktu tertentu. Ideolek yaitu keseluruhan cirri-ciri bahasa seseorang. Berbeda dengan kutipan langsung—langsung mengambil tulisan asli orang tanpa adanya pengubahan—pada kutipan tidak langsung, penulis biasanya mengubah tulisan yang dikuti sehingga disebut juga inti sari pendapat. Ketentuan penulisan kutipan tidak langsung, yaitu: (1) diintegrasikan dengan teks, (2) tidak diapit oleh tanda kutip, dan (3) harus menyertakan sumber kutipan. Berikut ini contoh kutipan tidak langsung. Perbedaan antara laki-laki dan perempuan mengakibatkan terjadinya pembagian kerja sosial dalam masyarakat. Menurut Durkheim (dalam Veegar, 1986:146) pembagian kerja diawali oleh adanya perubahan dalam diri individu melalui proses sosialisasi dan diinternalisasikan oleh orang-orang yang berada di lingkungan tempat orang itu dibesarkan. Mengenai sumber kutipan, hal tersebut mutlak harus ditulis jika tidak ingin digolongkan sebagai orang yang melakukan plagiarisme karena plagiarisme merupakan tindakan pencurian terhadap hak cipta seseorang yang dilindungi oleh hukum. Selain Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi |

123

terhindar dari tuduhan plagiarisme, menyertakan data atas sumber kutipan juga berarti menghargai pikiran orang yang tulisannya dikutip selain sebagai etika dalam dunia akademik dan aspek legalitasnya. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penulisan sumber kutipan. Pertama, jika penulis buku berjumlah satu orang, maka hanya dituliskan nama akhirnya saja, diikuti tahun terbit dengan atau tanpa halaman, misalnya Rokhmansyah (2016:2) atau (Rokhmansyah, 2016:2). Kedua, jika penulis buku berjumlah dua orang, maka dituliskan nama akhir penulis pertama diikuti nama akhir penulis kedua, diikuti tahun terbit dengan atau tanpa halaman, misalnya Arifin & Rijal (2017:4) atau (Arifin & Rijal, 2017:4). Ketiga, jika penulis buku berjumlah lebih dari tiga orang, maka hanya dituliskan nama akhir penulis pertama diikuti “dkk”, tahun terbit, dengan atau tanpa halaman, misalnya Widyatmike dkk (2016:18) atau (Widyatmike dkk, 2016:18). Keempat, jika mengutip pendapat orang di dalam buku yang ditulis oleh orang lain, maka ada dua cara penulisan sumber kutipan, dilihat dari cara penulis buku tersebut mengutip pendapat yang akan dikutip. Jika pendapat orang dikutip secara langsung oleh penulis buku, maka ditulis dengan mencantumkan kata dalam, misalnya Gramsci dalam Rokhmansyah (2017:135) atau Gramsci (dalam Rokhmansyah, 2017:135). Jika pendapat orang dikutip secara tidak langsung oleh penulis buku, maka ditulis dengan mencantumkan kata melalui, misalnya Gramsci melalui Rokhmansyah (2017:135) atau Gramsci (melalui Rokhmansyah, 2017:135). Khusus untuk pengutipan dari sumber internet, maka perlu memperhatikan sumber tersebut valid atau tidak. Selain itu, perlu memperhatikan penulis artikel online yang akan dikutip sehingga mempermudah penulisan sumber kutipan. Hal ini mengingat pada sumber kutipan di badan teks, perlu menghindari penulisan alamat link website. 124 | Sistem Rujukan dan Daftar Pustaka

C. Catatan Kaki Catatan kaki adalah catatan yang diletakkan di bagian bawah halaman. Catatan kaki juga ada yang diletakkan di akhir bab, yang disebut dengan catatan belakang. Catatan belakang ada di akhir bab (dalam sebuah buku) atau bagian akhir sebuah tulisan (dalam sebuah artikel). Sistem catatan dapat dibagi dalam dua jenis: referensi dan informasi tambahan. Yang dimaksud dengan referensi adalah data semua sumber yang dijadikan rujukan dengan ditandai oleh angka Arab. Di bawah ini diberikan contoh catatan kaki.

Informasi tambahan pada sistem catatan kaki digunakan apabila penulis memandang perlu menjelaskan sebuah istilah, menjelaskan bagian dari uraian tertentu, memberikan informasikan adanya sumber lain yang membahas kasus yang sama. Tujuan informasi tambahan ini adalah agar pembaca mendapatkan informasi yang lebih lengkap atas istilah atau bagian dari uraian tersebut.

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi |

125

Dalam hal catatan kaki yang berisi referensi, seorang penulis hampir dapat dipastikan menggunakan beberapa sumber. Apabila sumber-sumber itu dirujuk beberapa kali dengan halaman yang sama atau berbeda-beda, maka tiga istilah, yaitu Ibid., Op.Cit., dan Loc.Cit., harus diketahui dan dipergunakan dengan benar. Ibid., Op.Cit., dan Loc.Cit. ketiganya berasal dari bahasa Latin. Ibid. berasal dari kata ibidem yang artinya ‘pada tempat yang sama’. Istilah ini digunakan untuk rujukan apa saja yang digunakan berturut-turut tanpa disela oleh sumber yang lain. Op.Cit. berasal dari kata opere citato yang berarti ‘pada karya yang telah dikutip’. Istilah ini digunakan apabila seorang penulis mengacu sumber berupa sebuah buku yang diacu beberapa kali namun sumber tersebut telah disela oleh sumber yang lain. Loc.Cit. berasal dari kata loco citato yang artnya ‘pada tempat yang telah dikutip’. Istilah ini mengacu kepada artikel dalam bunga rampai, jurnal, majalah, koran, ensiklopedia. Istilah ini dipergunakan apabila artikel tersebut dirujuk beberapa kali dan telah disela oleh sumber yang lain.

126 | Sistem Rujukan dan Daftar Pustaka

Perhatikan contoh di bawah ini.

D. Daftar Pustaka Daftar pustaka adalah semua sumber yang menjadi rujukan seorang penulis dalam kegiatannya menulis sebuah karya tulis ilmiah. Sumber-sumber tersebut harus dihimpun dalam sebuah daftar yang lazim disebut sebagai Daftar Pustaka atau Bibliografi atau Kepustakaan. Fungsi daftar pustaka adalah sebagai berikut. (1) Membantu pembaca mengetahui ruang lingkup studi penulis. (2) Memberikan petunjuk kepada pembaca yang ingin mengetahui lebih dalam mengenai tulisan yang dibacanya serta hubungannya dengan tulisan lain yang berkaitan. (3) Membantu pembaca memilih referensi yang sesuai dengan bidang studinya. (4) Sebagai bentuk keterbukaan dan kejujuran penulis mengenai sumber-sumber yang dipergunakannya. Ada beberapa variasi penulisan daftar pustaka. Variasi ini terjadi akibat pola-pola penulisan yang dikembangkan oleh selingkung bidang, misalnya format MLA (The Modern Language Association) dan format APA (American Psychologycal Association). Namun demikian, unsur-unsur yang harus ada dalam sebuah daftar pustaka pada umumnya sama. Unsur-unsur tersebut antara lain: (a) nama penulis, (b) tahun terbit sumber yang bersangkutan, Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi |

127

(c) judul sumber yang dipakai sebagai referensi, dan (d) data publikasi (nama tempat terbit, nama penerbit). Dalam menyusun daftar pustaka, beberapa hal perlu diperhatikan, yaitu: (1) daftar pustaka diusahakan merupakan karya berasal dari 10 tahun terakhir dari tahun penulisan karya tulis ilmiah, akan tetapi ada pengecualian untuk buku-buku tertentu yang dianggap penting dan merupakan sumber rujukan primer; (2) baris pertama dimulai pada pias (margin) sebelah kiri, baris kedua dan selanjutnya dimulai dengan 3—5 ketukan ke dalam; (3) jarak antarbaris 1 spasi; (4) jarak antarsumber 1,5 atau 2 spasi; (5) diurutkan berdasarkan abjad huruf pertama nama keluarga penulis (bergantung pada gaya selingkung bidang), jika tidak diketahui nama pengarang maka dituliskan anonim; Untuk nama penulis, penulisan dalam daftar pustaka berbeda dengan penulisan dalam catatan kaki. Pada catatan kaki, nama penulis tidak dibalik tetapi daftar pustaka dibalik, yakni dengan mendahulukan nama belakang karena dianggap sebagai nama keluarga dan dibatasi oleh koma untuk kata selanjutnya yang dianggap sebagai nama diri. Format MLA: Caine, D. B. Batas Nalar. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, 2005. Oemarjati, B. S. “Tanggung Jawab dalam Koeksistensi Berbudaya” dalam Memaknai Kembara Bahasa dan Budaya (ed. Riris K. Toha-Sarumpaet). Jakarta: UI Press, 2012.

128 | Sistem Rujukan dan Daftar Pustaka

Format APA: Caine, D. B. (2005). Batas Nalar. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia. Oemarjati, B. S. (2012). “Tanggung Jawab dalam Koeksistensi Berbudaya” dalam Memaknai Kembara Bahasa dan Budaya (ed. Riris K. Toha-Sarumpaet). Jakarta: UI Press. Format umum penulisan karya tulis ilmiah Indonesia: Caine, D. B. 2005. Batas Nalar. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia. Oemarjati, B. S. 2012. “Tanggung Jawab dalam Koeksistensi Berbudaya” dalam Riris K. TohaSarumpaet (Ed.). Memaknai Kembara Bahasa dan Budaya. Jakarta: UI Press. Publikasi dari penulis yang sama dan dalam tahun yang sama ditulis dengan cara menambahkan huruf a, b, atau c dan seterusnya tepat di belakang tahun publikasi (baik penulisan dalam daftar pustaka maupun sitasi dalam naskah tulisan). Selain itu, jika terdapat dua sumber dengan penulis yang sama, maka penulisan nama penulis diganti dengan garis sepanjang 3−5 ketukan (“_____”). Perhatikan contoh berikut. Endraswara, S. 2008a. Metodologi Penelitian Psikologi Sastra. Yogyakarta: Media Pressindo. _____. 2008b. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Media Pressindo. Apabila pengarang dalam buku yang dirujuk lebih dari satu orang, maka nama penulis pertama saja yang dibalik sedangkan nama pengarang kedua, dan selanjutnya tidak dibalik. Apabila penulisnya empat orang atau lebih, maka setelah nama penulis Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi |

129

pertama cukup ditulis kata dan ‘dkk’ yang artinya ‘dan kawankawan’ yang dalam istilah Latin adalah et.al. Perhatikan contoh berikut. Dua Penulis: Sugihastuti & Suharto. 2002. Kritik Sastra Feminisme. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Tiga Penulis: Gustianti, R., Nazaruddin, Y., & Syahrial. 2005. 2012: Kiamat Tak Jadi Datang. Jakarta: CV. Tiga Pena Mandiri. Empat Penulis: Gustianti, R., dkk. 2005. 2012: Kiamat Tak Jadi Datang. Jakarta: CV. Tiga Pena Mandiri. Secara umum, sistem penulisan daftar pustaka sesuai dengan kaidah penulisan ilmiah dalam bahasa Indonesia adalah sebagai berikut. 1.

Rujukan berupa buku Endraswara, S. 2008. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Media Pressindo. Dixon, R. M. W. 2011. Basic Linguistic Theory: Grammatical Topics Volume 2. New York: Oxford University Press. Nurgiyantoro, Burhan. 2013. Teori Pengkajian Fiksi (Edisi Revisi). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Wijana, I D. P. & Rohmadi, M. 2012. Sosiolinguistik: Kajian Teori dan Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sugihastuti & Suharto. 2002. Kritik Sastra Feminisme. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

130 | Sistem Rujukan dan Daftar Pustaka

Sidja, K., dkk. 2002. Cerita Rakyat Daerah Bali. Denpasar: Bagian Proyek Pengkajian dan Pemanfaatan Sejarah dan Tradisi Bali. Radford, A., et.al. 1999. Linguistics an Introduction. Cambridge: Cambridge University Press. 2.

Rujukan dari jurnal dan majalah/koran cetak Arifin, M. 2013. “Rahasia Sukses Jutawan Tanpa Modal.” Kompas, 2 Juni 2013, hlm. 12. Hardiningtyas, P. R. 2014. “Oriental: Budaya Indis dalam Tetralogi Pulau Buru Karya Pramoedya Ananta Toer” dalam Jurnal Sawerigading, Volume 20, No. 2, Agustus 2014, hlm. 183—193.

3.

Rujukan dari bab dalam buku Hibiya, J. 2010. “Variationist Sociolinguistics” dalam Tsujimura, N. (Ed.). The Handbook of Japanese Linguistics. Australia: Blackwell Publishing.

4.

Rujukan dari prosiding cetak Santoso, E. 2013. “Mitologi, Dongeng Kepemimpinan sebagai Fungsi Komunikasi Kebudayaan” dalam Endraswara, S. (Ed.). Folklor dan Folklife dalam Kehidupan Dunia Modern: Kesatuan dan Keberagaman. Yogyakarta: Ombak. Valiantien, N. M., Rokhmansyah, A., & Giriani, N. P. 2017. “Perempuan-Perempuan Bali: Membaca Cerpen Api Sita dan Pesta Tubuh Karya Oka Rusmini” dalam Rokhmansyah, Alfian, dkk (Eds.). Prosiding Seminar Nasional Bahasa, Sastra, dan Seni 2017. Samarinda: Fakultas Ilmu Budaya Universitas Mulawarman. Hal: 339―358.

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi |

131

5.

Rujukan berupa skripsi, tesis, disertasi, laporan penelitian Mujiyanto, Y. 1999. “Perbandingan Derajat Kesantunan antara Tindak Tutur Direktif dalam Novel A Farewell to Arms Karya E. Hemingway dan Terjemahannya.” Tesis. Jakarta: Magister Ilmu Susastra Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia. Tidak Diterbitkan. Rustono. 1998. “Implikatur Percakapan sebagai Pengungkap Humor di dalam Wacana Humor Verbal Lisan Berbahasa Indonesia.” Disertasi. Jakarta: Program Doktor Ilmu Linguistik Universitas Indonesia. Tidak Diterbitkan. Rokhmansyah, A., dkk. 2017. “Kekerasan terhadap Perempuan dalam Cerpen Api Sita dan Pesta Tubuh Karya Oka Rusmini.” Laporan Penelitian. Samarinda: FIB Universitas Mulawarman. Tidak Diterbitkan.

6.

Rujukan buku terjemahan Redfield, R. 1982. Masyarakat Petani dan Kebudayaan. Diterjamahkan dalam Bahasa Indonesia oleh Daniel Dhakidae. Jakarta: CV Rajawali. Jefferson, A. & Robey, D. (Eds.). 1988. Teori Kesusastraan Modern: Pengenalan Secara Perbandingan. Diterjemahkan dalam Bahasa Melayu oleh Mokhtar Ahmad. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka Kementerian Pendidikan Malaysia.

7.

Rujukan dari jurnal online Wibowo, R. M. & Retnaningsih, A. 2015. “Dinamika Bentuk-Bentuk Sapaan sebagai Refleksi Sikap Berbahasa Masyarakat Indonesia” dalam Humaniora, Vol. 27, No. 3 (2015). https://jurnal.ugm.ac.id/ jurnal-humaniora/article/view/10587 (diunduh 2 Januari 2016).

132 | Sistem Rujukan dan Daftar Pustaka

Rokhmansyah, A. 2015. “Orde Baru sebagai Landasan Fabula: Kajian Formalisme Rusia” dalam CaLLs, Vol. 1, No. 1 (2015). http://e-journals.unmul.ac.id/ index.php/CALLS/article/view/708/pdf (diunduh 5 Agustus 2017). Visweswaran, K. 1997. “Histories of Feminist Ethnography” dalam Annual Review of Anthropology, Vol. 26, No. 1 (1997). https://doi.org/10.1146/ annurev.anthro.26.1.591 (diunduh 3 Juli 2018). 8.

Rujukan dari artikel di internet Suaka, I N. 2003. “Citra Wanita dalam Kritik Sastra Feminis” http://www.balipost.co.id/balipostcetak/ 2003/9/28/ap3.html (diakses 20 April 2009). The European Institute for Gender Equality. 2013. “Gender Equality Index-Report” http://eige.europa.eu/sites/ default/files/documents/Gender-Equality-IndexReport.pdf (diakses 17 Oktober 2017). Sulhin, I. 2016. “Kekerasan dan Kultur Patriarki” http://nasional.kompas.com/read/2016/05/05/094 02831/Kekerasan.dan.Kultur.Patriarki (diakses 17 Oktober 2017).

LATIHAN 1. 2. 3. 4. 5.

Tuliskan ciri-ciri kutipan langsung! Tuliskan contoh penggunaan kutipan tidak langsung! Jelaskan maksud dan fungsi istilah Ibid, Op.cit, dan Loc.cit dalam catatan kaki! Jelaskan dengan beberapa contoh cara penulisan daftar pustaka yang rujukannya bersumber dari artikel internet! Susunlah referensi di bawah ini menjadi satu daftar pustaka.

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi |

133

a.

b.

c.

d.

e.

f.

Pengarang: Miftah Thoha, judul buku: Perspektif Perilaku Birokrasi, tahun terbit: 1991, penerbit: Rajawali, kota: Jakarta Pengarang: Soewarna Handyaningrat, judul: Administrasi Pemerintahan dalam Pembangunan Nasional, tahun terbit: 1982, penerbit: Gunung Agung, kota: Jakarta Pengarang: Widjaja, judul: Pemerintah Desa-Marga, tahun terbit: 2003, penerbit: PT Rajawali Grafindo, kota: Jakarta Pengarang: Sondang P. Siagian, judul: Kerangka Dasar Ilmu Administrasi, tahun terbit: 2001, penerbit: Rineke Cipta, kota: Jakarta Pengarang: Vimala Rodgers, judul: Mengubah Kepribadian Melalui Tulisan Tangan, tahun terbit: 2008, penerbit: Hikmah, kota: Jakarta Pengarang: Tegar Satria, judul: Unik Tapi Fakta Aneh Tapi Nyata, tahun terbit: 2009, penerbit: Shira Media, kota: Yogyakarta

134 | Sistem Rujukan dan Daftar Pustaka

BAB VIII BAGIAN-BAGIAN KARYA TULIS ILMIAH

Capaian Pembelajaran 1. Mahasiswa mampu menjelaskan batang tubuh karya tulis ilmiah selingkung bidang studinya. 2. Mahasiswa mampu menyusun karya tulis ilmiah. A. Pengantar Sebuah karangan ilmiah, biasanya terdiri atas bagian pendahuluan, isi, dan penutup. Bagian-bagian ini bentuknya disesuaikan dengan jenis karya tulis ilmiah yang dibuat. Khusus untuk karya tulis ilmiah berupa artikel jurnal, bagian-bagian karya tulis ilmiah tidak dibagi menjadi bab-bab, berbeda dengan makalah atau laporan penelitian dan bentuk karya tulis ilmiah lain seperti skripsi, tesis, desertasi, dan tugas akhir. Di bagian ini akan dijelaskan bagian-bagian karangan ilmiah secara umum, yaitu abstrak, pendahuluan, landasan teori, metode penelitian, pembahasan, dan penutup. Sedangkan untuk penulisan daftar pustaka, akan dijelaskan pada bab berikutnya. B. Abstrak Abstrak adalah karangan ringkas berupa rangkuman. Istilah ini lazim digunakan dalam penulisan ilmiah. Abstrak menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari laporan itu sendiri secara keseluruhan. Oleh sebab itu, sebagai ringkasan, abstrak berfungsi secara sosial untuk menjelaskan keseluruhan isi penelitian, yang meliputi: (1) masalah yang diteliti (dan atau tujuan penelitian), (2) Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi |

135

metodologi penelitian, (3) temuan yang dihasilkan dan pembahasan, serta (4) simpulan, implikasi, dan atau saran. Melalui poin-poin tersebut, abstrak dapat memotivasi pembaca untuk membaca lebih lanjut laporan penelitian yang lengkap. Dari abstrak pembaca dapat mengetahui gambaran umum tentang penelitian itu. Apabila sesuai dengan yang diinginkan, pembaca kemudian menindaklanjutinya dengan mengulas seluruh penelitian tersebut dan menjadikannya sebagai referensi. lnisiatif untuk melakukan penelitian baru sering muncul atas dasar inspirasi yang diperoleh dari abstrak penelitian yang telah dilakukan terdahulu. Panjang-pendek sebuah abstrak amat ditentukan oleh tujuannya. Apabila abstrak tersebut ditulis untuk keperluan Jurnal, maka panjangnya antara 75 sampai dengan 100 kata, sedangkan untuk skripsi 200 sampai dengan 250 kata. Perhatikan contoh abstrak di bawah ini untuk keperluan jurnal. Perhatikan pula bagian-bagian yang dicetak tebal dan cocokkan bagian-bagian tersebut dengan Uraian 1 sampai Uraian 4 pada kolom sebelah kanan. ABSTRAK Masalah utama penelitian ini adalah kesehatan perempuan yang berhubungan dengan keberlangsungan hidup di lingkungan budaya masyarakat Samin di Pegunungan Kendeng Pati. Penelitian ini bertujuan untuk mendalami strategi perempuan Samin dalam mempertahankan kearifan lokal terkait dengan daur hidup kesehatan perempuan. Di tengah derasnya perubahan yang terjadi di luar kultur masyarakat Samin, dimungkinkan terjadi perbenturan nilai yang telah ada dan yang datang kemudian. Dalam proses pencarian data melalui observasi di lapangan, studi dokumen, dan wawancara mendalam kepada sejumlah informan, ditemukanlah kearifan lokal kesehatan yang masih dilakukan oleh para perempuan Samin. Dari temuan tersebut diketahui bahwa bentuk strategi yang digunakan untuk

136 | Bagian-Bagian Karya Tulis Ilmiah

Uraian 1: Permasahan atau tujuan penelitian, dapat pula rasionalisasi dari tujuan. Uraian 2: Metodologi Uraian 3: Temuan

mempertahankan keutuhan budaya masyarakat di tengah arus modernisasi adalah metode bertutur yang dipraktikkan secara turun-temurun. Disarankan bahwa penelitian lanjutan perlu dilakukan dalam hal pelestarian kearifan lokal Samin yang menyatu dengan tradisi kehidupan dan pelestarian ajaran-ajaran Samin yang bernilai positif.

Uraian 4: Simpulan, implikasi, dan saran

Pada contoh abstrak di atas, tampak bahwa bahwa abstrak diformulasikan dengan kalimat-kalimat yang mengandung katakata tertentu (dicetak tebal) yang menyatakan poin-poin sebagaimana ditunjukkan pada Uraian 1 sampai dengan Uraian 4. Formulasi bahasa yang digunakan pada abstrak yang lain mungkin saja berbeda. Namun, yang penting adalah bahwa isi Uraian 1 sampai dengan Uraian 4 terungkap di dalamnya. Selain itu, perlu diperhatikan pula bahwa kesepakatan umum dalam dunia keilmuan/akademik bahwa abstrak ditulis bahasa Inggris, mengingat bahasa Inggris merupakan bahasa internasional. Misalnya, apabila sebuah artikel untuk jurnal atau skripsi ditulis dalam bahasa Indonesia, maka abstraknya ditulis dalam bahasa Inggris. Adakalanya, abstrak juga ditulis dalam dua bahasa, yaitu bahasa yang digunakan pada artikel (karya tulis ilmiah) dan bahasa Inggris. C. Tahapan Pendahuluan Pendahuluan merupakan bab pertama yang mengantarkan pembaca untuk mengetahui ikhwal topik penelitian, alasan, dan pentingnya suatu karya tulis ilmiah. Bab pendahuluan biasanya memuat latar belakang yang dengan singkat mengulas alasan mengapa penelitian dilakukan, tujuan, dan hipotesis jika ada. Memberikan alasan yang kuat, termasuk kasus yang dipilih dan alasan memilih alasan tersebut, perumusan dan pendekatan masalah, metode yang akan digunakan dan manfaat hasil penelitian.

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi |

137

Bab pendahuluan seharusnya dapat membimbing pembaca secara halus, tetap melalui pemikiran logis yang berakhir dengan pernyataan mengenai apa yang diteliti dan apa yang diharapkan dari padanya. berikan kesan bahwa apa yang anda teliti benarbenar bermanfaat bagi ilmu pengetahuan dan pembangunan. Bagian tujuan penelitian mengakhiri bab pendahuluan yang berisi pernyataan singkat mengenai tujuan penelitian. Dalam menuliskan tujuan, gunakan kata kerja yang hasilnya dapat diukur dan dilihat, seperti menjajaki, menguraikan, menerangkan, menguji, membuktikan, atau menerapkan suatu gejala, konsep, atau dugaan. 1.

Latar Belakang Bagian ini menerangkan keternalaran (kerasionalan) mengapa topik yang dinyatakan pada judul karya tulis ilmiah itu diteliti. Untuk menerangkan keternalaran tersebut perlu dijelaskan dulu pengertian topik yang dipilih. Baru kemudian diterangkan argumen yang malatarbelakangi pemilihan topik itu dari sisi substansi dalam keseluruhan sistem substansi yang melingkupi topik itu. 2.

Identifikasi Masalah Sebelum masalah dirumuskan perlu diidentifikasi dengan baik. Dengan identifikasi masalah, memungkinkan perumusan masalah yang operasional menjadi lebih mudah. Masalah yang operasional memiliki ciri, antara lain: (a) masalahnya dapat dipecahkan, (b) menggambarkan variabel penelitian yang jelas, (c) bentuk dan jenis data yang diperlukan dapat dipastikan secara akurat, (d) teknik pengumpulan data dapat ditentikan secara tepat, (e) teknik analisis data dapat diterapkan secara tepat.

138 | Bagian-Bagian Karya Tulis Ilmiah

3.

Perumusan Masalah Rumusan masalah adalah rumusan persoalan yang perlu dipecahkan atau dipertanyakan yang perlu dijawab dengan penelitian. Perumusan itu sebaiknya disusun dalam bentuk kalimat tanya, atau sekurang-kurangnya mengandung kata-kata yang menyatakan persoalan atau pertanyaan. Yakni apa, siapa, berapa, seberapa, sejauh mana. Bagaimana (bisa tentang cara atau wujud keadaan) di mana, ke mana, dari mana, mengapa dan sebagainya. 4.

Tujuan Penelitian Tujuan penelitian mengungkapkan apa yang hendak dicapai dengan penelitian. Tujuan dirumuskan sejajar dengan rumusan masalah. Misalnya: (a) apakah ada pengaruh X terhadap Y, maka tujuannya ialah menentukan ada tidaknya pengaruh X terhadap Y, (c) apakah ada antara hubungan antara X dan Y, maka tujuannya ialah menentukan ada tidaknya hubungan antar X dan Y, (d) bagaimanakan persepsi peneliti terhadap pelayanan akademik, maka tujuannya ialah mendeskripsikan persepsi, dst. D. Tahapan Landasan Teori dan Tinjaun Pustaka Tahapan Landasan Teori dan Tinjauan Pustaka berisi dua hal. Pertama, landasan teori yang berfungsi untuk menyampaikan ulasan teori yang digunakan untuk memecahkan masalah yang diteliti. Kedua, tinjauan pustaka yang berfungsi untuk menyatakan perbandingan antara penelitian yang dilaporkan itu dan penelitian-penelitian sebelumnya. Ada kalanya tahapan ini dilengkapi dengan kerangka pikir penelitian. Pada prinsipnya kerangka pikir itu berisi alur pelaksanaan penelitian dan logika berpikir yang diikuti dalam melaksanakan penelitian itu secara keseluruhan.

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi |

139

E. Tahapan Metodologi Penelitian Tahapan Metodologi Penelitian berisi sajian tentang pendekatan, metode, dan teknik penelitian yang diterapkan pada penelitian yang dilaporkan, termasuk langkah-langkah yang ditempuh. Metode yang digunakan terkait dengan tata cara pelaksanaan penelitian yang meliputi lokasi penelitian, jenis penelitian (deskriptif-kualitatif), serta data dan sumber data. Selanjutnya adalah teknik penelitian yang meliputi teknik pengumpulan data dan teknik analisis data. Teknik pengumpulan data, misalnya teknik wawancara, observasi, dan sebagainya. Terakhir adalah teknik analisis data. F. Tahapan Hasil dan Pembahasan Tahapan Hasil Penelitian dan Pembahasan terdiri atas dua hal yang berbeda: hasil penelitian dan pembahasan. Pada laporan penelitian, kedua hal itu dapat dijadikan satu bab, dengan nama “Hasil Penelitian dan Pembahasan”, atau dijadikan dua bab, masing-masing dengan nama “Hasil Penelitian” dan “Pembahasan”. Penyajian menjadi satu bab atau dua bab adalah persoalan gaya selingkung. Namun yang terpenting adalah bahwa laporan penelitian harus mengandung esensi hasil penelitian dan pembahasan. Secara esensial, keberadaan kedua hal itu mengisyaratkan perealisasian dua fungsi retoris yang berbeda tetapi sekaligus tidak dapat dipisahkan. Fungsi tahapan hasil penelitian dan pembahasan yang pertama direalisasikan dengan genre deskripsi dan laporan untuk menggambarkan hasil atau temuan penelitian (yang dipaparkan berdasarkan tema, pertanyaan penelitian, atau klasifikasi data/metode pengambilan data). Selanjutnya, fungsi yang kedua direalisasikan dengan genre diskusi (meliputi eksplanasi) untuk membahas dan menjelaskan hasil atau temuan yang diperoleh itu. Kemudian hasil atau temuan tersebut dikaitkan dengan teori yang dirujuk dan penelitian-penelitian 140 | Bagian-Bagian Karya Tulis Ilmiah

sejenis sebelumnya. Dari pembahasan, diketahuilah apakah teori yang dirujuk itu dapat memecahkan persoalan penelitian sebagaimana yang tergambar pada data, dan apakah hasil atau temuan itu dapat menjembatani persoalan-persoalan yang belum terpecahkan pada penelitian-penelitian sebelumnya. Perlu dicatat bahwa terdapat banyak laporan penelitian yang tidak mengandung pembahasan, meskipun bab hasil penelitian dan pembahasan secara eksplisit dinyatakan. Pada laporan penelitian yang demikian itu, bab yang dimaksud hanya berisi deskripsi data biasa tanpa disertai analisis dengan cara membanding-bandingkan berbagai temuan yang ada serta tanpa dikonfirmasikan dengan teori yang dirujuk dan tanpa dikonfrontasikan dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Formulasi bahasa pada tahapan hasil penelitian dan pembahasan dapat dikenali dari kekhususan pilihan kata dan konstruksi kalimat. Pilihan kata pada tahapan tersebut menunjukkan ciri-ciri tertentu. Bahkan kata-kata yang dipilih pada subtahapan hasil penelitian cenderung berbeda dengan kata-kata yang dipilih pada subtahapan pembahasan. G. Tahapan Penutup Tahapan ini menguraikan keberhasilan metode dikaitkan dengan hasi kerja, dan dampak produk. Penutup merupakan bagian terakhir dari isi pokok laporan penelitian. sesuai dengan isinya, bagian ini dapat dibagi menjadi dua sub-bab yaitu simpulan dan saran. 1.

Simpulan

Simpulan merupakan bagian yang berisi jawaban masalah dalam sebuah penelitian. Simpulan harus sejalan dengan masalah, tujuan, dan uraian tentang hasil penelitian dan pembahasannya. masalah yang dikemukakan dibagian pendahuluan semuanya harus terjawab dan dengan jawaban itu semua tujuan dapat Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi |

141

tercapai. Uraian dalam simpulan harus menjawab masalah yang dikemukakan dalam bagian pendahuluan dan memenuhi semua tujuan penelitian. 2.

Saran

Saran merupakan bagian yang berisi temuan jalan keluar dari suatu permasalahan. Saran dikemukakan dengan mengaitkan temuan dalam simpulan dan jika memungkinkan jalan keluarnya juga disampaikan. saran dapat bersifat praktis atau teoritis. Selain itu, perlu juga dikemukakan masalah-masalah baru yang ditemukan dalan penelitian yang memerlukan penelitian lanjutan.

LATIHAN Carilah sebuah topik, kemudian tentukan tema berdasarkan topik tersebut. Kembangkanlah menjadi sebuah karya tulis ilmiah dengan memperhatikan semua kaidah keilmiahan penulisan akademik.

142 | Bagian-Bagian Karya Tulis Ilmiah

BAB IX MATERI PENGAYAAN: SURAT-MENYURAT

Capaian Pembelajaran 1. 2. 3. 4.

Mahasiswa mampu hakikat, sejarah, dan jenis surat. Mahasiswa mampu menjelaskan pola surat resmi. Mahasiswa mampu menyusun surat lamaran pekerjaan. Mahasiswa mampu menyusun surat resmi.

A. Definisi Surat Dalam suatu instansi selalu dibutuhkan suatu komunikasi yang bertujuan untuk menyampaikan satu informasi tanpa harus bertemu langsung dengan orang yang bersangkutan dengan cara diadakannya komunikasi tertulis yang disebut dengan surat. Surat merupakan karya tulis manusia yang cukup populer dan menjadi salah satu alat komunikasi yang ada dalam peradaban manusia. Surat adalah pernyataan tertulis yang dibuat dengan tujuan untuk menyampaikan informasi kepada pihak lain, sekaligus sebagai alat komunikasi tertulis yang menyangkut kepentingan tugas dan kegiatan instansi, maupun kepentingan pribadi. Ditinjau dari isinya, surat merupakan jenis karangan (komposisi) paparan—pengarang mengemukakan maksud dan tujuannya, menjelaskan apa yang dipikirkan dan dirasakannya. Ditinjau dari wujud peraturannya, surat merupakan percakapan tertulis. Ditinjau dari fungsinya, surat adalah alat sarana komunikasi tulis. Kegiatan surat-menyurat dinamakan korespondens, sedangkan orang yang melakukan kegiatan tersebut dinamakan koresponden. Korespondensi adalah suatu kegiatan atau Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi |

143

hubungan yang dilakukan secara terus-menerus antara dua pihak yang dilakukan dengan saling berkiriman surat. Korespondensi dalam suatu kantor, instansi, atau organisasi dibagi menjadi dua, yakni: (1) korespondensi eksteren, yaitu hubungan suratmenyurat yang dilakukan oleh kantor atau bagian-bagiannya dengan pihak luar; dan (2) korespondensi interen, yaitu hubungan surat-menyurat yang dilakukan oleh orang-orang dalam suatu kantor, termasuk hubungan antara kantor pusat dengan kantor cabang. Sesuai dengan pengertian surat, dapat diambil salah satu fungsi surat, yaitu sebagai alat komunikasi. Sebenarnya bukan hanya itu fungsi surat, tetapi ada beberapa fungsi surat lainnya, antara lain: 1. Tanda bukti tertulis yang autentik, misalnya surat perjanjian. 2. Alat pengingat / berpikir bilamana diperlukan, misalnya surat yang telah diarsipkan. 3. Dokumentasi historis, misalnya surat dalam arsip lama yang digali kembali untuk mengetahui perkembangan masa lampau. 4. Jaminan keamanan, umpamanya surat keterangan jalan. 5. Pedoman atau dasar bertindak, misalnya surat keputusan, surat perintah, surat pengangkatan, dan sebagainya.

1.

2.

3.

Adapun kriteria surat yang baik, adalah sebagai berikut: Surat sebaiknya ditulis dalam bentuk dan isi yang menarik serta disusun secara sistematis sesuai dengan aturan yang berlaku dalam penyusunan surat. Surat sebaiknya disusun secara sederhana dan tidak terlalu panjang karena surat yang panjang dan bertele-tele dapat menjemukan pembacanya. Surat sebaiknya disusun secara jelas, lugas, dan komunikatif agar dapat dipahami secara tepat sesuai dengan maksud yang dikehendaki oleh penulis.

144 | Materi Pengayaan: Surat Menyurat

4. 5.

Surat sebaiknya mencerminkan sikap yang adab dan sopan. Surat sebaiknya bersih dan rapi.

Dalam menulis surat, seharusnya memperhatikan aspek kebahasaan yang digunakan. Agar pesan atau informasi yang disampaikan mudah dipahami, surat hendaknya ditulis dengan menggunakan bahasa yang efektif, yaitu jelas, lugas, dan komunikatif. Bahasa surat dikatakan jelas, jika isi atau informasi yang disampaikan mudah dipahami dan unsur-unsurnya pun dinyatakan secara tegas atau eksplisit. Bahasa surat dikatakan lugas, jika kata-kata yang digunakan langsung mengungkapkan pokok persoalan yang disampaikan, tidak basa-basi. Bahasa surat dikatakan komunikatif jika mudah dipahami, dapat mengungkapkan pesan secara tepat sesuai dengan maksud yang ingin dikemukakan oleh penulis, dan mampu menimbulkan pemahaman yang sama pada pikiran pembacanya. B. Sejarah Surat Berdasarkan sejarah, surat sudah ada ketika manusia menemukan simbol atau tulisan, walaupun masih dalam bentuk sederhana. Kegiatan surat-menyurat di Indonesia telah dimulai jauh sebelum kedatangan bangsa Eropa, yakni pada masa Kutai, Tarumanegara, Majapahit, Padjadjaran, Sriwijaya, dan Mataram. Bentuk surat pada zaman itu pun masih tergolong sederhana yaitu berupa kulit kayu, potongan bambu, daun lontar dan kulit binatang. Kegiatan surat-menyurat modern pun berkembang ketika kedatangan bangsa Eropa ke Indonesia yang dipelopori oleh Belanda di abad 17-18an. Kegiatan pos semakin lancar, setelah pembuatan Jalan Raya Pos (de Grote Postweg) dari Anyer sampai Panarukan sepanjang 1000 km pada tahun 1809 atas perintah Gubernur Jenderal Herman William Deandels. Hal tersebut menyebabkan waktu tempuh pos dari Jawa Barat ke Jawa Timur Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi |

145

yang sebelumnya memakan waktu 40 hari, diperpendek menjadi 6 hari. Penggagasan perangko yang dipelopori oleh Inggris pada tahun 1840 membuka zaman baru dalam bidang pertarifan pos. Belanda yang pada saat itu menduduki Indonesia mengikuti jejak Inggris dengan membuat perangko yang bergambar Raja William III di tahun 1852. Perkembangan kegiatan surat-menyurat pun berkembang pesat di Indonesia. Pemerintah kolonial Belanda akhirnya menyediakan banyak kantor pos di berbagai kota besar di Indonesia serta menyediakan banyak kotak pos. Kantor pos merupakan salah satu tempat paling sibuk ketika itu. Walaupun fungsi surat sudah sedikit tergeser oleh kemajuan teknologi seperti telepon maupun internet, tetapi peran surat sebagai alat telekomunikasi masih banyak digunakan sampai sekarang. Begitu juga peran kantor pos yang dahulu merupakan tempat paling sibuk berubah menjadi tempat berbagai fungsi dari sebagai tempat pembayaran maupun pengiriman-penerimaan uang. C. Jenis Surat Surat secara umum digolongkan menjadi tiga yaitu surat pribadi, surat dinas, dan surat niaga apabila ditinjau dari segi bentuk, isi, dan bahasanya. Sedangkan apabila digolongkan berdasarkan berdasarkan pemakaiannya dapat dibagi menjadi tiga yaitu surat pribadi, surat resmi, dan surat dinas. Pada materi ini akan dibahas tiga jenis surat, yaitu surat pribadi, surat resmi/dinas, dan surat niaga. 1.

Surat Pribadi

Surat pribadi adalah surat yang digunakan untuk kepentingan pribadi. Surat dapat berupa korespondensi antara sesama teman atau keluarga. Ciri-ciri surat pribadi yaitu: a) Tidak menggunakan kop surat 146 | Materi Pengayaan: Surat Menyurat

b) c) d) e) 2.

Tidak ada nomor surat Salam pembuka dan penutup bervariasi Penggunaan bahasa bebas, sesuai keinginan penulis Format surat bebas

Surat Resmi

Surat resmi adalah surat yang dikeluarkan oleh suatu instansi pemerintah/swasta, yang ditujukan kepada instansi lain maupun perorangan untuk kepentingan kedinasan dan administrasi pemerintahan. Fungsi dari surat ini, yaitu sebagai dokumen bukti tertulis, alat pengingat berkaitan fungsinya dengan arsip, bukti sejarah atas perkembangan instansi, dan pedoman kerja dalam bentuk surat keputusan dan surat instruksi. 3.

Surat Niaga

Surat niaga digunakan bagi badan yang menyelenggarakan kegiatan usaha niaga seperti industri dan usaha jasa. Surat ini sangat berguna dalam membangun hubungan dengan pihak luar sehingga harus disusun dengan baik. Surat niaga terdiri atas surat jual beli, kwintansi, dan perdagangan; dan dapat dibagi atas surat niaga internal dan surat niaga eksternal. Salah satu contoh dari surat niaga adalan surat penawaran dan surat penagihan. Dalam bab ini, surat yang akan dibahas adalah surat pribadi yang berupa surat lamaran kerja dan surat resmi yang berupa surat dinas. D. Surat Lamaran Kerja Surat lamaran pekerjaan adalah surat dari seseorang yang memerlukan pekerjaan kepada orang atau pejabat yang dapat memberikan pekerjaan atau jabatan. Melalui surat lamaran, pelamar meminta agar ia diberi pekerjaan. Surat lamaran pekerjaan dapat juga diartikan sebagai surat dari calon karyawan kepada calon majikan yang berisi permintaan agar karyawan Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi |

147

diberi pekerjaan oleh calon majikan. Surat lamaran pekerjaan biasanya bersifat formal atau resmi, misalnya surat untuk melamar pekerjaan menjadi karyawan ataupun jabatan tertentu sesuai dengan iklan yang ditawarkan. Dalam hal ini, pelamar dalam surat lamarannya perlu menyebutkan sumber lamaran tersebut pada alinea atau paragraf pembuka. Jika lamaran itu tidak berdasarkan pada suatu sumber, tentu tidak diperlukan penyebutan sumber pada alinea pembuka. Menurut jenis pembuatannya surat lamaran pekerjaan terbagi menjadi dua, yaitu: a. Surat lamaran pekerjaan yang digabungkan dengan riwayat hidup (curriculum vitae). Dalam cara ini, riwayat hidup termasuk isi surat karena isinya berupa gabungan, cara ini juga disebut model gabungan. b. Surat lamaran yang dipisahkan dari riwayat hidup. Dalam cara ini riwayat hidup merupakan lampiran dan cara ini disebut model terpisah. Dalam praktik pemakain yang banyak dipakai adalah model terpisah. Walaupun dalam pembuatannya memerlukan dua kali kerja, dan model ini lebih digemari oleh pencari kerja karena suratnya tidak terlalu panjang. Sumber-sumber lamaran pekerjaan di antaranya: (a) sumber lowongan pekerjaan tanpa sumber tertentu; (b) sumber lowongan pekerjaan dari media tertentu; (c) sumber lowongan pekerjaan dari referensi pihak tertentu. Ciri-ciri surat lamaran yang baik adalah (a) mempunyai bentuk yang menarik; (b) mempunyi bahasa yang menarik; (c) menggambarkan kemampuan pelamar; dan (d) tepat pada sasaran. Selain itu, ada pula hal-hal yang harus dicantumkan dalam surat lamaran pekerjaan agar tercapai tujuan pembuatannya di antaranya: a. menyebutkan sumber lamaran;

148 | Materi Pengayaan: Surat Menyurat

b.

c. d. e. f. g.

identifikasi diri lengkap dari pelamar, yang meliputi nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, alamat lengkap, nomor telepon, handphone atau alat bantu komunikasi lainnya. identifikasi diri dari pelamar harus memudahkan pihak perusahaan menghubungi pelamar; posisi yang dikehendaki; riwayat pendidikan; riwayat pekerjaan (bila ada); kemampuan lain yang dimiliki; referensi (bila ada dan pelamar memandang pihak pemberi referensi mempunyai pengaruh terhadap pengambilan keputusan).

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan surat lamaran adalah sebagai berikut. 1. Surat lamaran ditulis tangan di atas kertas bergaris ukuran folio. Tulisan harus jelas, bersih, dan tidak ada coretan. Surat lamaranpun dapat dibuat menggunakan mesin ketik atau komputer. 2. Pelamar menyebutkan dirinya bukan dengan kata ganti kami melainkan saya. Pelamar harus menyebut pimpinan instansi dengan Bapak/Ibu (jika sudah jelas pemimpinnya). Apabila masih belum jelas, dapat langsung menyebutkan jabatannya.

a. b. c. d. e. f. g. h.

Unsur dalam surat lamaran pekerjaan adalah: kepala surat; tempat dan tanggal penulisan surat; salam pembuka; pembuka surat; tujuan surat lamaran pekerjaan; lampiran persyaratan yang ditentukan; penutup surat; dan tanda tangan dan nama jelas pelamar.

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi |

149

Perhatikan contoh surat lamaran kerja berikut!

150 | Materi Pengayaan: Surat Menyurat

E. Surat Dinas Surat dinas adalah suatu surat resmi yang dibuat oleh sebuah instansi atau lembaga dengan tujuan untuk keperluan dinas. Surat dinas juga dapat diartikan sebagai surat yang berisikan permasalahan kedinasan dan biasanya surat ini dibuat oleh instansi atau lembaga. Surat dinas isinya ditujukan untuk keperluan kedinasan, baik itu pemerintah atau swasta. Karena fungsi kedinasan tidak hanya berlaku di pemerintahan, akan tetapi berlaku juga di instansi atau lembaga swasta. Biasanya isinya berupa urusan seperti penyampain pengumuman, pemberian suatu izin, pemberian tugas dan lain-lain. Fungsi surat dinas sama dengan surat resmi pada umumnya, antara lain: (a) sebagai pedoman pekerjaan, seperti surat intruksi, surat pemberian izin ataupun surat pengambilan keputusan; (b) sebagai alat pengingat karena surat ini dapat dijadikan arsip bagi instansi; (c) sebagai bukti perkembangan suatu instansi atau lembaga; dan (d) sebagai alat bukti, terutama surat perjanjian. Ciri-ciri surat dinas, antara lain: a) Menggunakan kop surat apabila dikeluarkan organisasi b) Ada nomor surat, lampiran, dan perihal c) Menggunakan salam pembuka dan penutup yang lazim d) Penggunaan ragam bahasa resmi e) Menyertakan cap atau stempel dari lembaga resmi f) Ada aturan format baku Surat dinas memiliki bagian-bagian yang umumnya muncul pada bentuk suratnya. Bagian-bagian surat resmi, adalah: a. Kepala/kop surat, yang terdiri atas: (1) Nama instansi/lembaga, ditulis dengan huruf kapital/huruf besar; (2) Alamat instansi/lembaga, ditulis dengan variasi huruf besar dan kecil; Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi |

151

(3) Logo instansi/lembaga. b. Tanggal surat, sebagai identitas saat surat dibuat. c. Nomor surat, yakni urutan surat yang dikirimkan. d. Lampiran, berisi lembaran lain yang disertakan selain surat. e. Perihal, berupa garis besar isi surat. f. Alamat yang dituju (jangan gunakan kata kepada). g. Pembuka/salam pembuka (diakhiri tanda koma). h. Pembuka surat: uraian berupa alasan pengiriman surat (pengantar memasuki isi surat). i. Isi surat: uraian isi berupa uraian hari, tanggal, waktu, tempat, dan sebagainya ditulis dengan huruf kecil, terkecuali penulisan berdasarkan ejaan yang disempurnakan (EYD) haruslah menyesuaikan. j. Penutup surat: uraian penutup surat, digunakan untuk mengakhiri isi surat. k. Salam penutup, biasanya menggunakan “Hormat Kami”. l. Tanda tangan, biasanya diawali dengan keterangan jabatan dan diikuti tanda tangan. m. Nama penulis surat/pimpinan perusahaan (biasanya disertai nomor induk pegawai). n. Tembusan surat, berupa penyertaan/pemberitahuan tentang surat yang dikeluarkan kepada pihak-pihak lain yang akan mendapatkan salinan surat selain pihak yang dialamatkan. o. Inisial, yang ditempatkan pada bagian kiri dibawah tembusan surat (jika memang ada). Inisial digunakan sebagai tanda pengenal, yang ditulis dengan cara disingkat antara nama pengonsep surat dan pengetik surat. Inisial dapat juga menunjukan bahwa surat itu memang asli dibuat oleh orang tersebut. Pada bagian ini biasanya tidak dapat dibaca, yang dapat membacanya hanya orang yang dituju atau orang yang bersangkutan dengan si pembuat surat tersebut.

152 | Materi Pengayaan: Surat Menyurat

Perhatikan pola surat dinas berikut ini!

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi |

153

F. Bentuk Surat Dinas Surat merupakan salah satu instrumen penting dalam menjalankan komunikasi tertulis yang hingga saat ini masih sering dilakukan antar perusahaan. Surat resmi yang biasa digunakan dalam surat dinas maupun surat niaga memiliki bentuk-bentuk surat yang baku. Ada beberapa macam bentuk surat dinas, sesuai dengan tata letak (tipografi) surat, antara lain: 1. Full block style (bentuk lurus penuh) 2. Block style (bentuk lurus biasa) 3. Semiblock style (bentuk setengah lurus) 4. Model resmi Indonesia lama 5. Model resmi Indonesia baru Penggunaan style atau pola surat umumnya bersifat selingkung. Artinya, satu instansi dengan instansi yang lain akan berbeda dalam menggunakan pola surat resminya. Sama halnya dengan isi suratnya, seperti model kop surat, penomoran surat, letak tanggal, salam pembuka, dan nama jabatan pada tanda tangan. Berikut ini adalah pola-pola surat dinas.

154 | Materi Pengayaan: Surat Menyurat

Bentuk Lurus Penuh (Full Block Style)

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi |

155

Bentuk Lurus Biasa (Block Style)

156 | Materi Pengayaan: Surat Menyurat

Bentuk Setengah Lurus

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi |

157

Bentuk Indonesia Lama (Old Indonesian Style)

158 | Materi Pengayaan: Surat Menyurat

Bentuk Indonesia Baru (New Indonesian Style)

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi |

159

LATIHAN 1.

2.

Carilah sebuah informasi lowongan pekerjaan, kemudian buatlah surat lamaran pekerjaan berdasarkan informasi lowongan perkerjaan tersebut! Carilah sebuah surat resmi dan analisislah bagian-bagian surat resmi tersebut!

160 | Materi Pengayaan: Surat Menyurat

SOAL-SOAL LATIHAN Pilihah satu jawaban yang menurut Anda paling benar! 1.

Salah fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa baku adalah ... . a. penambah kewibawaan sebagai pejabat dan intelektual. b. pengantar resmi dalam proses pembelajaran formal. c. bahasa resmi berkebudayaan dan ilmu teknologi. d. lambang identitas bangsa. e. penanda acuan penulisan di koran.

2.

Penulisan gabungan kata berikut salah, kecuali ... . a. pasca sarjana b. satu per satu c. halal bihalal d. apapun e. tandatangan

3.

Ejaan Republik digunakan pertama kali pada tahun ... . a. 1972 b. 1946 c. 1945 d. 1976 e. 1947

4.

Berikut ini yang bukan termasuk fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional adalah ... . a. pemersatu suku, agama, ras, dan antargolongan. b. lambang kebanggaan nasional. c. penghubung antarbudaya. d. lambang identitas nasional. e. perencanaan dan pelaksanaan pembangunan.

5.

Tujuan dibuatnya ejaan van Ophuijsen adalah ... . a. legitimasi penggunaan bahasa Melayu. b. membendung penggunaan bahasa Melayu. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi |

161

c. agar tidak ada kekacauan penggunaan ejaan bahasa Melayu. d. mempertahankan bahasa Belanda. e. mengenalkan ejaan Latin. 6.

Penulisan berikut yang benar adalah ... . a. Adik membeli satu pensil, tiga buku, dan satu pulpen. b. “Dia baik sekali, bu.” c. Lima lembar uang 1000-an. d. Jalan Tanah Abang I/15 Jakarta. e. Mereka masuk ke ruangan satu persatu.

7.

Ciri-ciri pelengkap adalah sebagai berikut, kecuali ... . a. tidak didahului kata yang. b. melengkapi makna kata kerja (predikat). c. tidak didahului preposisi. d. tidak dapat menjadi subjek apabila dipasifkan. e. terletak di belakang predikat bukan transitif.

8.

Penulisan berikut salah, kecuali... a. Surat itu telah ditandatangani oleh presiden Indonesia. b. Perlombaan senjata membawa risiko pecahnya Perang Dunia baru. c. Ayah membeli gula Jawa di pasar. d. Hirosima dibom atom saat perang dunia II sebelum Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. e. Lomba itu diadakan untuk memeringati Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

9.

Pemenggalan kata yang salah adalah ... . a. la-wan b. bi-o-gra-fi c. in-tros-pek-si d. bio-da-ta e. an-tar-ko-ta

10. Penulisan 24/50 yang tepat adalah ... . a. dua puluh-empat perlima-puluh. 162 | Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi

b. c. d. e.

dua puluh empat perlima-puluh. dua-puluh-empat perlima puluh. dua puluh empat perlima puluh. dua-puluh empat perlima puluh.

11. Kalimat berikut yang menggunakan tanda baca yang benar adalah ... . a. Sastrawan angkatan 2.000-an. b. Kalimat itu dikutip dari Horison Edisi XLIII, No. 8/Tahun 2008: 8. c. Adik membeli buku berjudul Dari Pemburu ke Terapeutik; Antologi Cerpen Nusantara. d. Ibu berkata, “Jaga diri ya!” e. “Kapan Ayah pulang?,” tanya adik. 12. Huruf kapital digunakan untuk keperluan di bawah ini, kecuali ... . a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung. b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang. c. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat. d. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa yang dipakai sebagai bentuk dasar kata turunan. e. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama penunjuk hubungan kekerabatan dalam sapaan. 13. Berikut ini yang bukan ciri-ciri objek adalah ... . a. tidak didahului preposisi. b. dapat didahului kata bahwa. c. dapat menjadi subjek pada kalimat pasif. d. menderita akibat perbuatan subjek. e. terletak dibelakang predikat intransitif. 14. Kata yang dicetak miring tergolong pelengkap adalah ... . a. Rani mendapat sepeda baru. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi |

163

b. c. d. e.

Saya menjadi ketua koperasi. Edi membelikan sepeda. Yogi mahasiswa baru. Pak Rahmat menjadi ketua.

15. Penulisan partikel pun yang salah terdapat pada kalimat ... . a. Adapun penyebab kemacetan itu belum diketahui. b. Dia tetap bersemangat walaupun lelah. c. Meskipun sibuk, dia dapat menyelesaikan tugas itu. d. Apa pun alasannya, persoalan itu tetap dilaporkan ke polisi. e. Bagaimana pun pekerjaan itu harus selesai minggu depan. 16. Penulisan yang salah adalah ... . a. fiksi b. manajemen c. respons d. hidraulika e. teoritis 17. Pola sintaksis dari kalimat Pandu kehilangan tas kemarin adalah ... . a. S-P-O-K b. S-P-O-Pel c. S-P-Pel-K d. S-P-Pel-O e. S-P-O-Pel-Ket 18. Berikut ini yang tidak termasuk jenis kalimat majemuk setara adalah ... . a. majemuk pilihan b. majemuk gabungan c. majemuk kenyataan d. majemuk pertentangan e. majemuk urutan 19. Berikut ini adalah contoh kalimat majemuk perlawanan adalah ... . 164 | Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi

a. Meskipun usianya sudah lanjut, semangat belajar Pak Hendra tetap tinggi. b. Pengurus lama berjanji bahwa koperasi akan memberikan pinjaman bunga ringan. c. Aku mau pulang jika ayah menuruti kemauanku. d. Indonesia bukan negara maju, tetapi negara berkembang. e. Saksi itu meneteskan keterangan ketika memberikan keterangan. 20. Kata berikut bukan yang digunakan sebagai penciri kalimat majemuk bertingkat dengan anak kalimat sebagai keterangan syarat adalah ... . a. sehabis b. apabila c. sebab d. agar e. meskipun 21. Pola sintaksis kalimat Anak berbaju biru itu tinggal di Samarinda adalah ... . a. S-P-O-K b. S-P-K c. S-P-O-P-K d. S-P-O-Pel-K e. S-P-O 22. Penggunaan kata ganti yang salah adalah ... . a. Saya sudah menghubungimu. b. Baju itu harus kau pakai. c. Jejaknya sudah diketahui polisi. d. Nanti malam paket itu akan kuambil. e. Jangan pernah mengharapkan bantuanku lagi. 23. Kalimat berikut yang memiliki pola sintaksis S-P-K adalah ... . a. Saya membelikan adik sepeda baru di Jakarta. b. Haji Hamdani menjadi buah bibir di tempat kerjanya. c. Saya sedang membaca surat kabar di teras. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi |

165

d. Kemarin ayah menjadi pembicara seminar nasional. e. Saya bermain piano. 24. Kalimat berikut yang memiliki pola S-P-Pel adalah... a. Haji Hamdani menjadi buah bibir di tempat kerjanya. b. Saya sedang membaca surat kabar di teras. c. ayah menjadi pembicara seminar nasional. d. Saya memainkan piano. e. Saya membelikan adik sepeda baru di Jakarta. 25. Kalimat majemuk berikut yang termasuk kalimat majemuk bertingkat dengan anak kalimat sebagai keterangan akibat adalah ... . a. Karena sakit, Ayah tidak jadi berangkat ke Surabaya. b. Pencuri itu berlari dengan kencang tetapi polisi mengejarnya. c. Aku mau pulang jika Ayah menuruti kemauanku. d. Meskipun usianya sudah lanjut, semangat belajar Pak Hendra tetap tinggi. e. Hujan turun berhari-hari sehingga banjir besar melanda kota itu. 26. Kalimat berita memiliki beberapa tujuan, kecuali ... . a. laporan b. undangan c. larangan d. perkenalan e. pengharapan 27. Kalimat berikut berpola induk kalimat diikuti anak kalimat adalah ... . a. Ketika memberikan keterangan, saksi itu meneteskan air mata. b. Aku mau pulang jika ayah menuruti kemauanku. c. Kami membaca dan mereka menulis. d. Pencuri itu berlari dengan kencang tetapi polisi mengejarnya. 166 | Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi

e. Upacara selesai, kemudian Pak Kades menuju Balai desa. 28. Ejaan Bahasa Indonesia mulai digunakan pada ... . a. 24 November 2015 b. 25 November 2015 c. 26 November 2015 d. 27 November 2015 e. 28 November 2015 29. Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD) mulai digunakan berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia nomor ... . a. 57 tahun 1972 b. 57 tahun 1976 c. 58 tahun 1972 d. 58 tahun 1976 e. 59 tahun 1976 30. Kalimat berikut yang termasuk kalimat majemuk bertingkat dengan anak kalimat sebagai keterangan sebab adalah ... . a. Karena ada urusan mendadak di kantor, Ayah tidak jadi berangkat ke Surabaya. b. Pencuri itu berlari dengan kencang tetapi polisi mengejarnya. c. Aku mau pulang jika Ayah menuruti kemauanku. d. Meskipun usianya sudah lanjut, semangat belajar Pak Hendra tetap tinggi. e. Aku memahaminya sebagaimana ia memahamiku. 31. Penggunaan tanda koma yang tepat terdapat pada kalimat ... . a. Dia lupa akan janjinya, karena sibuk. b. Anak itu malas, sehingga tidak naik kelas. c. Saya ingin datang, tetapi hari hujan. d. Anak itu berpendapat, bahwa soal itu tidak penting. e. “Jaga diri ya!,” perintah ibu. 32. Penulisan bilangan yang benar terdapat pada kalimat ... . Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi |

167

a. b. c. d. e.

Ayah membeli gula lima kilogram di pasar. Indonesia baru membeli dua pesawat jet. Kemarin ibu berbelanja dua ekor ayam dan 23 butir telur. 160 orang tewas pada peperangan itu. Indonesia terdiri atas lebih dari 2 juta penduduk.

33. Penulisan 52/3 yang benar adalah ... . a. lima-puluh-dua pertiga. b. lima puluh dua-pertiga. c. lima-puluh dua pertiga. d. lima-puluh dua-pertiga. e. A, B, C, dan D benar. 34. Berikut ini adalah ciri predikat, kecuali ... . a. dapat didahului adalah. b. tidak dapat disertai aspek. c. tidak dapat didahului yang. d. dapat diingkarkan dengan kata tidak. e. dapat disertai modal. 35. Penulisan singkatan/akronim pada kalimat berikut benar, kecuali ... . a. Adik mendapatkan hadiah sebesar Rp.2.000.000,00. b. Reni diterima di Undip. c. Rombongan itu sudah sampai di jembatan Suramadu. d. Besok pemilu akan dilaksanakan. e. Rahmat diterima bekerja di PT Angkasa Pura I. 36. Penggunaan tanda baca yang salah adalah ... . a. Keberhasilan itu―kita sependapat―dapat dicapai jika kita mau berusaha keras. b. Kejadian itu terjadi antara tahun 2010―2013 lalu. c. Kutipan itu terdapat pada halaman 90-92. d. Di Indonesia terdapat 720 (?) bahasa daerah. e. Dia baik sekali, Bu. 37. Berikut ini yang termasuk kalimat tidak lengkap adalah ... . a. Terkabul permintaannya. 168 | Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi

b. c. d. e.

Kemarin pergi bersama kakak. Mereka bersalaman. Ibu ke apotek. Sudah dibawanya buku itu.

38. Pernyataan di bawah ini benar, kecuali ... . a. Bilangan yang digunakan sebagai unsur nama geografi ditulis dengan huruf. b. Huruf pertama nama diri geografi yang dipakai sebagai nama jenis ditulis dengan huruf kapital. c. Huruf pertama nama geografi yang diikuti nama diri ditulis kapital. d. Huruf pertama nama benda yang merupakan nama ciri khas dari suatu daerah ditulis kapital. e. Huruf miring dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, kata, atau bagian kata. 39. Berikut ini yang bukan merupakan pola kalimat dasar adalah ... . a. S-P-Pel b. S-P-O-K c. S-P-O-Pel d. S-P-Pel-O e. S-P-Pel-K 40. Berikut ini yang tidak termasuk perubahan dari Ejaan van Opuijshen menjadi Ejaan Republik adalah ... . a. Huruf /oe/ diganti dengan huruf /u/. b. Awalan di- dan kata depan di penulisan keduanya berbeda dengan kata yang mengikutinya. c. Tanda aksen pada huruf /e/ sudah tidak dipakai. d. Angka dua boleh dipakai untuk menyatakan pengulangan. e. Tidak mengatur pemakaian huruf q, x, dan y. 41. Perhatikan kalimat-kalimat di bawah ini. (1) Pemberian hadiah bagi siswa yang kreatif. (2) Majalah dinding merupakan sarana komunikasi intern. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi |

169

(3) Majalah dinding merupakan wadah kreativitas siswa. (4) Adanya majalah dinding, minat baca dan minat tulis siswa meningkat. (5) Peran serta guru dalam pengelolaan majalah dinding sangat diharapkan. Di antara kalimat-kalimat utama di atas, kalimat yang tidak tepat untuk digunakan dalam kerangka karangan bertema “Majalah Dinding di Sekolah” adalah kalimat nomor… . a. Kalimat (1) b. Kalimat (2) c. Kalimat (3) d. Kalimat (4) e. Kalimat (5) 42. Seseorang akan mengembangkan karangan yang bertema “Upaya mengatasi kecanduan terhadap game online pada remaja.” Berdasarkan tema tersebut, topik untuk kerangka karangan yang runtut adalah … . a. Masalah yang timbul akibat kecanduan game online pada remaja, langkah mengatasi kecanduan game online pada remaja, saran yang dapat dilakukan untuk mengatasi kecanduan game online bagi remaja. b. Pentingnya mengatasi masalah kecanduan game online pada remaja, masalah yang timbul akibat kecanduan game online pada remaja, langkah mengatasi kecanduan game online pada remaja, saran yang dapat dilakukan untuk mengatasi kecanduan game online pada remaja. c. Pentingnya saran yang dapat dilakukan untuk mengatasi kecanduan game onlinepada remaja, latar belakang timbulnya kecanduan game online pada remaja, masalah yang timbul akibat kecanduan game online pada remaja, langkah mengatasi kecanduan game online pada remaja. d. Latar belakang timbulnya kecanduan game online pada remaja, langkah mengatasi kecanduan game online pada remaja, masalah yang timbul akibat kecanduan game online pada remaja, saran yang dapat dilakukan untuk mengatasi kecanduan game online pada remaja.

170 | Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi

e. Langkah mengatasi kecanduan game online pada remaja, pentingnya mengatasi masalah kecanduan game online pada remaja, masalah yang timbul akibat kecanduan game online pada remaja, saran yang dapat dilakukan untuk mengatasi kecanduan game online pada remaja. 43. Berikut ini yang tidak dapat dimasukkan menjadi kerangka karangan deskripsi mengenai Pantai Sanur adalah ... . a. Letak geografi b. Rute menuju lokasi c. Keindahan pemandangan d. Wisatawan yang berkunjung e. Upaya pengembangan wisata 44. Berikut ini merupakan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memilih topik, kecuali ... . a. Tidak mengolah ide sampai dua kali sehingga penulisan tidak keluar dari pokok masalahnya. b. Harus menarik perhatian penulis. c. Diketahui dan dikuasai oleh penulis. d. Harus sempit dan terbatas. e. Menghindari topik yang kontroversial dan baru. 45. Karya ilmiah yang berisikan penilaian baik-buruk suatu karya secara obyektif, tidak hanya untuk mencari kesalahan atau catat suatu karya tetapi juga menampilkan kelebihan atau keunggulan karya ilmiah itu seperti apa adanya, disebut ... . a. Kritik b. Kertas kerja c. Makalah d. Resensi e. Esai 46. Berikut ini yang bukan ciri-ciri karya ilmiah adalah ... . a. Bahasa yang digunakan dalam karya ilmiah adalah bahasa baku yang tercermin dari pilihan kata/istilah, dan kalimat-kalimat yang efektif dengan struktur yang baku. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi |

171

b. Sikap penulis dalam karya ilmiah adalah objektif, yang disampaikan dengan menggunakan gaya bahasa impersonal, dengan banyak menggunakan bentuk pasif, tanpa menggunakan kata ganti orang pertama atau kedua. c. Struktur sajian karya ilmiah sangat ketat, biasanya terdiri atas bagian awal (pendahuluan), bagian inti (pokok pembahasan), dan bagian penutup. d. Komponen karya ilmiah bervariasi sesuai dengan jenisnya, namun semua karya ilmiah mengandung pendahuluan, bagian inti, penutup, dan daftar pustaka. e. Merupakan hasil pendapat penulisnya. 47. Karya tulis yang relatif pendek dan membahas suatu subyek (masalah) dari sudut pandang penulisnya, disebut ... . a. Kritik b. Kertas kerja c. Makalah d. Resensi e. Esai 48. Syarat judul karangan yang tepat adalah ... . a. asli, provokatif, bertema kehidupan b. singkat, pembangkitan semangat c. singkat, mengandung nasihat d. panjang dan jelas e. asli, singkat, sesuai dengan tema 49. Berikut ini adalah ciri-ciri kutipan langsung, kecuali ... . a. Tidak boleh ada perubahan terhadap teks asli. b. Tanda (sic!) digunakan apabila ditemukan kesalahan pada teks asli. c. Tanda tiga titik tiga (...) digunakan apabila ada bagian kutipan yang dihilangkan. d. Menggunakan sumber kutipan yang berlaku dalam bidang selingkung. e. Memberikan informasikan adanya sumber lain yang membahas kasus yang sama. 172 | Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi

50. Penulisan daftar pustaka berikut yang tidak sesuai dengan ketentuan standar penulisan ilmiah Indonesia, adalah ... . a. Jabrohim (Ed.). 2010. Teori Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. b. Rivkin, Julie & Michael Ryan. 2004. Literary Theory: An Anthology Second Edition. UK: Blackwell Publishing, Ltd. c. Radford, A., et.al. 1999. Linguistics an Introduction. Cambridge: Cambridge University Press. d. Hardiningtyas, Puji Retno. 2014. “Oriental: Budaya Indis dalam Tetralogi Pulau Buru Karya Pramoedya Ananta Toer” dalam Sawerigading, Volume 20, No. 2, Agustus 2014. Hal: 183—193. e. Radford, A., et.al. 1999. “Linguistics an Introduction.” Cambridge: Cambridge University Press. 51. Salah satu ketentuan dalam penulisan kutipan untuk penyusunan karya tulis ialah ... . a. Setiap kutipan ditulis dengan diapit tanda petik. b. Kutipan langsung yang pendek diapit tanda petik dan dijalin ke dalam teks. c. Setiap kutipan harus dikeluarkan dari teks dan diapit tanda petik. d. Kutipan tidak langsung/paragraf harus diapit tanda petik dan dikeluarkan dari teks. e. Kutipan langsung yang panjang (lebih dari 3 baris) harus dijalin ke dalam teks tanpa diapit tanda petik. 52. Di dalam buku yang berjudul Demokrasi Pancasila, halaman 45, terbitan tahun 1999, oleh penerbit Suara Indonesia, Bandung, Wakhid Dhany berpendapat, “Bagi bangsa Indonesia demokrasi bukanlah sesuatu yang asing.” Jika pendapat itu dikutip oleh orang lain, pengutipannya dilakukan dengan cara seperti berikut ini, kecuali ... . a. Menurut Dhany (1999:45) demokrasi bukanlah hal yang asing bagi bangsa Indonesia.

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi |

173

b. Diungkapkan oleh Dhany (1999:45) bahwa demokrasi bukanlah hal yang asing bagi bangsa Indonesia. c. Bangsa Indonesia memandang demokrasi bukan sesuatu yang asing (Dhany, 1999:45). d. Pendapat Dhany (1999:45) menyebutkan bahwa demokrasi bagi bangsa Indonesia tidak dipandang sebagai hal yang asing. e. Pada tahun (1999:45) bangsa Indonesia menganggap demokrasi bukan sebagai hal yang asing. Itulah pendapat Dhany. 53. Hal pertama yang harus disiapkan seorang penulis karya ilmiah adalah ... . a. menentukan judul b. memilih sampel c. memilih jenis uji statistik d. membuah kerangka karangan e. menentukan topik 54. Perhatikan data buku berikut ini! Judul buku : Manajemen Personalia Penulis : Heidjrachman Ranupandoyo dan Suad Husnan Penerbit : BPFE Yogyakarta Tahun terbit : 1989 Penulisan daftar pustaka buku di atas adalah ... . a. Heidjrachman Ranupandoyo dan Saud Husnan. 1989. Manajemen Personalia. Yogyakarta: BPFE. b. Ranupandoyo, Heidjrachman dan Husnan, Suad. 1989. Manajemen Personalia. Yogyakarta: BPFE. c. Ranupandoyo, Heidjrachman dan Suad Husnan. 1989. Manajemen Personalia. Yogyakarta: BPFE. d. Ranupandoyo, Heidjrachman dan Suad Husnan, Manajemen Personalia, (Yogyakarta: BPFE), 1989. e. Ranupandoyo, Heidjrachman dan Husnan, Suad. Manajemen Personalia. Yogyakarta: BPFE. 1989.

174 | Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi

55. Perhatikan data artikel jurnal berikut ini! Judul artikel : Orde Baru Sebagai Landasan Fabula dalam Novel Entrok Karya Okky Madasari: Kajian Formalisme Rusia Penulis : Alfian Rokhmansyah Tahun terbit : 2015 Judul jurnal : CaLLs Volume :1 Nomor/Edisi : 1 Halaman : 39-51 URL : http://e-journals.unmul.ac.id/ index.php/CALLS/article/view/ 708/pdf Cara penulisan sumber rujukan (daftar pustaka) untuk sumber di atas sesuai dengan format APA Style adalah ... . a. Rokhmansyah, A. (2015). Orde Baru sebagai Landasan Fabula dalam Novel Entrok Karya Okky Madasari: Kajian Formalisme Rusia. CaLLs, 1(1), 39–51. Retrieved from http://e-journals.unmul.ac.id/ index.php/CALLS/article/ view/708/pdf b. Rokhmansyah, Alfian. “Orde Baru Sebagai Landasan Fabula Dalam Novel Entrok Karya Okky Madasari: Kajian Formalisme Rusia.” CaLLs, vol. 1, no. 1, 2015, pp. 39–51, http://e-journals.unmul.ac.id/index.php/ CALLS/article/ view/708/pdf. c. Rokhmansyah, Alfian. 2015. “Orde Baru Sebagai Landasan Fabula Dalam Novel Entrok Karya Okky Madasari: Kajian Formalisme Rusia.” CaLLs 1 (1):39– 51. http://e-journals.unmul.ac.id/index.php/CALLS/ article/ view/708/pdf. d. Rokhmansyah, A. (2015) ‘Orde Baru sebagai Landasan Fabula dalam Novel Entrok Karya Okky Madasari: Kajian Formalisme Rusia’, CaLLs, 1(1), pp. 39–51. Available at: http://e-journals.unmul.ac.id/index.php/ CALLS/article/ view/708/pdf. e. Rokhmansyah A. Orde Baru sebagai Landasan Fabula dalam Novel Entrok Karya Okky Madasari: Kajian Formalisme Rusia. CaLLs [Internet]. 2015;1(1):39–51. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi |

175

Available from: http://e-journals.unmul.ac.id/ index.php/CALLS/article/view/708/pdf 56. Perhatikan data buku berikut ini! Judul : Sayuran Hidroponik di Halaman Rumah Pengarang : Fransisca Wungu Prasasti Penerbit : Gramedia Tahun terbit : 2008 Kota terbit : Jakarta Penulisan daftar pustaka yang benar ialah ... . a. Fransisca Wungu Prasasti. 2008. Sayuran Hidroponik di Halaman Rumah. Jakarta: Gramedia. b. Prasasti, Fransisca Wungu. 2008. Sayuran Hidroponik di Halaman Rumah. Jakarta: Gramedia. c. Fransisca Wungu Prasasti. 2008. Sayuran Hidroponik di Halaman Rumah. Jakarta: Gramedia. d. Prasasti, Fransisca Wungu. 2008. “Sayuran Hidroponik di Halaman Rumah.” Jakarta: Gramedia. e. Prasasti, Fransisca Wungu. 2008. Sayuran Hidroponik di Halaman Rumah. Jakarta: Gramedia. 57. Perhatikan paragraf di bawah ini! Di teras gedung pengadilan megah itu berkerumun puluhan orang. Bahkan mungkin ratusan. Kabarnya mereka akan menjadi supporter salah satu temannya yang akan diadili dalam kasus korupsi. Sesaat di ruang sidang, hakim membuka persidangan. Gerombolan orang tadi sebagian sudah memenuhi kursi dalam ruang yang sama. Gaduh sekali suasananya. Hakim berusaha menenangkan suasana, tetapi mereka bergeming. Sidang diskors. Jaksa, hakim, pengacara meninggalkan tempat menuju ruang khusus di lantai dua. Di sana saksi dan terdakwa duduk gelisah. Paragraf di atas tergolong paragraf ... . a. narasi b. deskripsi c. persuasi d. argumentasi 176 | Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi

e. eksposisi 58. Perhatikan paragraf di bawah ini! Obyek wisata yang menarik bagi wisatawan asing dan wisatawan domestik ternyata berbeda. Hasil penelitian yang pernah dilakukan Dirjen Pariwisata menunjukkan bahwa wisatawan asing lebih banyak tertarik pada tradisi, lalu menyusul keindahan alam, warisan budaya, kerajinan tangan, dan terakhir keindahan alam pantai. Sedangkan wisatawan domestik lebih tertarik pada kebun binatang atau kebun raya, lalu keindahan pantai, tempat keramat atau ibadah, dan terakhir peninggalan sejarah. Dari data ini dapat ditarik kesimpulan bahwa wisatawan asing lebih tertarik pada budaya, sedangkan wisatawan domestik lebih tertarik pada lingkungan tentang alam. Paragraf di atas tergolong paragraf ... . a. argumentasi b. persuasi c. deskripsi d. narasi e. eksposisi 59. Perhatikan paragraf di bawah ini! Sayangnya, dalam catatan Badan Pusat Statistik (BPS) 2015 lalu, angka pengangguran di Indonesia meningkat 300 ribu orang selama setahun dari Februari 2014 sampai Februari 2015. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) didominasi penduduk berpendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebesar 9,05 persen, lalu disusul pada jenjang Sekolah Menengah Atas 8,17 persen, dan Diploma I/II/III sebesar 7,49 persen. (Sumber: Kompas.com) Gagasan utama/ide pokok paragraf di atas adalah ... . a. Angka pengangguran Indonesia bertambah. b. Angka pengangguran Indonesia berkurang. c. Angka pengangguran tidak bertambah ataupun berkurang. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi |

177

d. Angka pengangguran bulan Februari 2014. e. Tidak ada angka pengangguran. 60. Di bawah ini yang bukan tujuan dari paragraf deskripsi adalah … a. Memberikan informasi mengenai objek secara umum dan tidak mendetil. b. Membuat pembaca merasakan apa yang penulis rasakan. c. Menggambarkan atau melukiskan objek tertentu. d. Menempatkan pembaca seolah-olah melihat objek yang ditulis. e. Menggambarkan objek secara jelas, detil, dan membuat pembaca seolah-olah melihat dan merasakan objek tersebut. 61. Perhatikan paragraf di bawah ini! “Kita akan tetap saling memiliki, walau jarak telah memisahkan kita. Persahabatan yang kita lalui rasanya terlalu berarti kalau harus diakhiri begitu saja. Kecuali... ,” katakataku menggantung di udara. Tiba-tiba saja pikiran itu melintas, seandainya seseorang datang dalam kehidupan Rina. Tidak! Aku menggeleng kuat-kuat. Rasa marah menyedak dadaku. Cemburu? Aku tak tahu. Namun rasanya sulit untuk menerima bila hal itu menjadi kenyataan. Paragraf di atas tergolong paragraf ... . a. narasi b. deskripsi c. persuasi d. argumentasi e. eksposisi 62. Perhatikan paragraf di bawah ini! Salah satu kedudukan bahasa Indonesia adalah sebagai bahasa nasional. Kedudukan ini dimiliki sejak dicetuskannya Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. Kedudukan ini dimungkinkan oleh kenyataan bahasa 178 | Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi

Melayu yang mendasari bahasa Indonesia telah menjadi lingua franca selama berabad-abad di seluruh tanah air kita. Hal ini ditunjang oleh faktor tidak terjadinya persaingan antarbahasa daerah yang satu dengan bahasa daerah lainnya. Paragraf di atas menggunakan pola pengembangan ... . a. analogi b. definisi c. induksi d. deduksi e. kausal 63. Perhatikan paragraf di bawah ini! Service dalam bermain tenis lapangan dapat dilakukan dengan langkah-langkah berikut. Pertama, ambillah posisi di luar garis belakang dan agak ke tengah. Kedua, lakukan konsentrasi untuk beberapa detik dan aturlah posisi kaki. Ketiga, bungkukkan badan ke depan sedikit sambil melempar bola ke atas, raket diayunkan ke belakang dan dengan cepat pukullah bola dengan kekuatan maksimal. Bola akan melayang dengan cepat. Paragraf di atas tergolong paragraf ... . a. narasi b. deskripsi c. persuasi d. argumentasi e. eksposisi 64. Bentuk karangan berikut digolongkan ke dalam karangan fiksi yang berpola narasi, kecuali ... . a. esai b. fabel c. novel d. roman e. cerpen

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi |

179

65. Perhatikan paragraf di bawah ini! June berasal dari keluarga penulis. Kedua orang tuanya mencari nafkah dari menulis. Ibunya seorang penulis novel dan ayahnya seorang dosen. Kakak laki-lakinya adalah seorang wartawan. Selama masa hidupnya June merasa terintimidasi oleh sebutan keluarga penulis. Ia dihadapkan pada situasi yang mengharuskan ia bisa menulis. Bila ada yang memintanya menulis, ia menolak dengan alasan bakat keluarganya dalam menulis sudah habis. Penggalan karangan tersebut disampaikan secara ... . a. narasi b. deskripsi c. persuasi d. argumentasi e. eksposisi 66. Bacalah paragraf di bawah ini dengan saksama! Sinar matahari dapat menguapkan air yang berasal dari permukaan laut dan tumbuhan. Setelah air menguap terjadi penggumpalan uap air menjadi awan. Setelah kandungan uap air di awan cukup banyak, air diturunkan dengan bantuan angin. Air yang turun meresap ke pori-pori tanah, sebagian menjadi cadangan dalam tanah dan sebagian lagi menuju permukaan laut. Kondisi ini terjadi berulang-ulang dengan cara yang sama. Gagasan utama/ide pokok paragraf di atas adalah ... . a. Proses terjadinya laut. b. Proses terjadinya hujan. c. Proses penyinaran matahari. d. Proses pembentukan awan. e. Proses peresapan air. 67. Perhatikan paragraf di bawah ini! Obyek wisata yang menarik bagi wisatawan asing dan wisatawan domestik ternyata berbeda. Hasil penelitian yang pernah dilakukan Dirjen Pariwisata menunjukkan bahwa 180 | Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi

wisatawan asing lebih banyak tertarik pada tradisi, lalu menyusul keindahan alam, warisan budaya, kerajinan tangan, dan terakhir keindahan alam pantai. Sedangkan wisatawan domestik lebih tertarik pada kebun binatang atau kebun raya, lalu keindahan pantai, tempat keramat atau ibadah, dan terakhir peninggalan sejarah. Dari data ini dapat ditarik kesimpulan bahwa wisatawan asing lebih tertarik pada budaya, sedangkan wisatawan domestik lebih tertarik pada lingkungan tentang alam. Topik paragraf di atas adalah ... . a. Wisatawan asing lebih tertarik pada tradisi daripada keindahan alam. b. Penelitian Dirjen Pariwisata tentang ketertarikan para wisatawan asing dan domestik. c. Perbedaan selera terhadap obyek wisata bagi wisatawan asing dengan domestik. d. Kerajinan tangan sangat diminati oleh wisatawan asing. e. Kerajinan tangan sangat diminati oleh wisatawan asing. 68. Perhatikan paragraf di bawah ini! Sebagian ahli berpendapat, mata adalah barometer dari kesehatan tubuh secara keseluruhan. Masalah perut, punggung, dan bahu dapat menyebabkan ketegangan tubuh yang akhirnya naik ke mata, menyebabkan otot-otot mengencang. Jika organ tubuh lain tidak berfungsi secara tepat, nutrisi, sirkulasi, dan energi ke mata juga tak akan sehat. Maka dari itu, rileks saja, jangan stres, kendurkan otototot, dan pergilah ke tempat-tempat rekreasi untuk menyegarkan mata. Paragraf di atas tergolong paragraf ... . a. narasi b. deskripsi c. persuasi d. argumentasi e. eksposisi

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi |

181

69. Berikut ini merupakan definisi kalimat penjelas mayor, adalah ... . a. Kalimat penjelas utama yang bertugas menjelaskan secara langsung ide pokok dan kalimat utama. b. Kalimat penjelas yang tidak secara langsung menjelaskan ide pokok dan kalimat utama paragraf. c. Kalimat yang tidak menjelaskan ide pokok dan kalimat utama. d. Kalimat penjelas utama yang hanya bertugas menjelaskan ide pokok. e. Kalimat yang bertugas menjelaskan kalimat utama tetapi tidak mendukung ide pokok. 70. Berikut ini yang tidak termasuk fungsi paragraf bagi penulis, adalah ... . a. Mudah menikmati karangan secara utuh sehingga memperoleh informasi penting dan kesan yang kondusif. b. Paragraf dapat memudahkan pengertian dan pemahaman dengan menceraikan satu tema dari tema yang lain dalam teks. c. Paragraf dapat merupakan wadah untuk mengungkapkan sebuah ide tau pokok pikiran secara tertulis. d. Agar tidak cepat lelah dalam menyelesaikan sebuah karangan dan termotivasi masuk ke dalam paragraf berikutnya. e. Paragraf dapat dimanfaatkan sebagai pembatas antara bab karangan dalam satu kesatuan yang koherensi. 71. Berikut ini adalah syarat paragraf, kecuali ... . a. Harus memiliki kohesi. b. Harus memiliki koherensi. c. Harus memperhatikan pola pengembangan paragraf sebagai penjelas gagasan utama paragraf. d. Terdiri atas 30—150 kata. e. Setiap paragraf harus memiliki satu gagasan utama. 72. Jenis paragraf menurut letaknya adalah ... . 182 | Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi

a. paragraf pembuka, paragraf inti, paragraf penutup b. paragraf deduktif, paragraf induktif, paragraf ineratif c. paragraf argumentasi, paragraf narasi, paragraf persuasif, paragraf deskripsi, paragraf eksposisi d. paragraf sebab-akibat, paragraf analogi, paragraf deduksi induksi, paragraf klasifikasi 73. Perhatikan paragraf berikut! Ada beberapa tahapan pendidikan yang harus dilalui oleh para pelajar di Indonesia. Tahapan pertama yang harus dilewati adalah taman kanak-kanak (TK). Pada tingkatan ini, mereka belajar hal-hal yang sederhana seperti membaca dan menulis selama satu tahun. Setelah itu, mereka memasuki tahapan Sekolah Dasar (SD) selama 6 tahun. Di tahapan ini mereka mulai mempelajari membaca dan menghitung yang lebih rumit seperti perkalian dan pembagian. Setelah menghabisi waktu 6 tahun di SD, mereka melanjutkan tingkat pendidikannya di sekolah menengah pertama (SMP). Di tahapan ini mereka menghabiskan waktu selama 3 tahun untuk mempelajari hal yang lebih kompleks dari sekedar membaca dan menghitung. Mereka juga mendapatkan pelajaran-pelajaran lain seperti ilmu alam dan ilmu sosial. Kemudian, mereka akan memasuki tahapan SMA, sama seperti SMP mereka menghabiskan waktu selama 3 tahun. Di tahapan ini mereka sudah memiliki kemampuan analisa yang lebih baik. Setelah lulus dari SMA, mereka masuk ke dunia kampus. Lama masa study di kampus ini berbeda-beda sesuai dengan kemampuan mereka masing-masing. Di kampus ini mereka sudah terkonsentrasi dalam satu bidang keilmuan saja dan setelah selesai, barulah mereka menjadi seorang sarjana. Paragraf di atas dikembangkan dengan pola … . a. klimaks b. antiklimaks c. sebab-akibat d. analogi e. alamiah Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi |

183

74. Perhatikan paragraf berikut! Hari kemerdekaan Indonesia dirayakan di seluruh penjuru Indonesia. Di kota-kota besar, orang-orang merayakannya dengan hal-hal yang sangat mewah dan meriah. Mereka biasanya mengadakan pertunjukan musik, pertunjukan kembang api, dan perhelatan akbar lainnya. Sedangkan, di daerah-daerah kabupaten atau kota lainnya, orang-orang biasanya mengadakan perlombaan tingkat kota atau kabupaten dan kemudian diakhiri dengan pertunjukan musik lokal. Tak hanya di kota atau di daerah lainnya, desa juga ikut merayakan hari kemerdekaan Indonesia. Meskipun tak semewah perayaan di kota besar dan daerah lainnya, perayaan hari kemerdekaan di sini juga tak kalah meriah. Mereka akan mengadakan perlombaan seperti balap karung, makan kerupuk dan masih banyak lagi. Tak hanya itu, mereka juga mempercantik desa mereka dengan atribut atau bendera Indonesia. Paragraf di atas dikembangkan dengan pola … . a. klimaks b. antiklimaks c. sebab-akibat d. analogi e. alamiah 75. Perhatikan paragraf berikut! Seseorang yang menuntut ilmu sama halnya dengan mendaki gunung. Sewaktu mendaki, ada saja rintangan seperti jalan yang membuat seseorang terjatuh. Ada pula semak belukar yang sukar dilalui. Dapatkah seseorang melaluinya? Begitu pula menuntut ilmu, seseorang akan mengalami rintangan seperti kesulitan ekonomi, kesulitan memahami pelajaran, dan sebagainya. Apakah seseorang sanggup melaluinya? Jadi, menuntut ilmu sama halnya dengan mendaki gunung untuk mencapai puncaknya. Paragraf di atas dikembangkan dengan pola … . 184 | Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi

a. b. c. d. e.

klimaks antiklimaks sebab-akibat analogi alamiah

76. Perhatikan paragraf berikut! Dilihatnya sebuah jendela yang terbuka. Di bawah jendela, tampak sebuah meja guru yang memakai taplak putih. Di atas taplak putih itu ada sebuah vas bunga dari kayu. Vas bunga tersebut bergambar beberapa kuntum bunga matahari seperti bunga yang ada di dalamnya. Di sebelahnya tergeletak sebuah agenda kelas yang terbuka dan kalender duduk. Arva lalu memasuki ruang kelasnya dengan langkah yang lambat. Dia memalingkan pandangan ke arah kanan. Tampak satu buah whiteboard yang bersih tanpa coretan. Di sebelah kiri whiteboard tersebut, terpasang sebuah tempat spidol berwarna biru muda, serasi dengan dinding yang bercatut biru tua. Dan di sebelah kanan whiteboard terpasang satu papan mading yang penuh tulisan-tulisan karya siswa. Paragraf di atas dikembangkan dengan pola … . a. klimaks b. antiklimaks c. sebab-akibat d. analogi e. alamiah 77. Perhatikan paragraf berikut! India merupakan negara penghasil beras pertama dunia yang memproduksi 54% beras dunia. Indonesia juga memiliki andil yang cukup besar sebagai penghasil beras ketiga terbesar dunia dengan menyumbang 8,5% beras dunia atas 51 juta ton. Sayangnya akhir-akhir ini Indonesia mengalami penurunan, hingga Indonesia harus mengimpor beras hingga 1000 ton dari India, Cina, maupun Thailand. Hal tersebut di pengaruhi oleh banyak faktor, seperti hama yang tidak terkendali, kurangnya pengetahuan petani dalam Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi |

185

mengolah lahan, kurang andilnya pemerintah dalam usaha memajukan pertanian negeri dan banjir yang kerap kali terjadi, kebanyakan petani mengalami gagal panen. Paragraf di atas dikembangkan dengan pola … . a. klimaks b. antiklimaks c. sebab-akibat d. analogi e. alamiah 78. Kalimat topik: “Sebab-sebab kurangnya penguasaan Bahasa Indonesia.” Kalimat penjelas: (1) Kurangnya motivasi dalam pemakaian bahasa Indonesia dengan baik dan benar. (2) Ada anggapan bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa kedua sesudah bahasa ibu. (3) Bahasa Indonesia adalah bahasa orang Indonesia yang dipandang tidak ilmiah. (4) Bahasa Indonesia adalah bahasa komunikasi sehari-hari sehingga tidak perlu dipelajari. (5) Bahasa asing merupakan bahasa ilmu pengetahuan. Kalimat penjelas tersebut yang sesuai untuk melengkapi kalimat topik di atas adalah … . a. (1), (2), dan (3) b. (1), (2), dan (4) c. (2), (3), dan (4) d. (2), (3), dan (5) e. (3), (4), dan (5) 79. Perhatikan paragraf berikut! Inflasi lemah sering diartikan sebagai laju inflasi yang kurang dari 5%, sedangkan inflasi moderat adalah inflasi yang mencapai 20%, meskipun ada yang memberi batasan inflasi moderat itu sampai 30%. Inflasi yang melebihi 30% umumnya dianggap inflasi keras. Dengan demikian, dapat 186 | Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi

disimpulkan bahwa di dunia moneter dikenal tiga macam inflasi. Kalimat utama penggalan karangan tersebut adalah ... . a. Inflasi lemah sering diartikan sebagai laju inflasi yang kurang dari 5%. b. Macam-macam inflasi. c. Perbedaan inflasi lemah, inflasi moderat, dan inflasi keras. d. Di dunia moneter dikenal tiga macam inflasi. e. Inflasi yang terjadi. 80. Perhatikan paragraf berikut! Oksigen yang dihirup manusia merupakan hasil proses photosynthesis pada tumbuhan. Proses ini terjadi di dalam daun. Pertama-tama tumbuhan akan mengumpulkan tiga bahan utama dalam proses ini yaitu, karbon dioksida (CO2), sinar matahari dan air. Karbon dioksida (CO2) di udara bebas diserap melalui stomata yaitu alat pernafasan tumbuhan di daun, sinar matahari diserap oleh chlorophyll, zat hijau daun dan air diangkut dari dalam akar menuju daun oleh pembuluh xylem. Setelah semua bahan terkumpul barulah proses ini dimulai. Air (H2O) dan karbondioksida (CO2) akan dipecah oleh bantuan sinar matahari sehingga menghasilkan glukosa (C6H12O6) dan oksigen (O2). Glukosa inilah yang dipakai oleh tumbuhan sebagai makanan mereka sedangkan oksigen dilepaskan kembali ke udara. Penggalan karangan tersebut disampaikan secara ... . a. narasi b. deskripsi c. eksposisi d. persuasi e. argumentasi 81. Perhatikan kalimat-kalimat di bawah ini! (1) Cara pembuatannya pun cukup gampang.

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi |

187

(2) Setelah semua bahan dan alat terkumpul, masukan teh bubuk atau celup ke dalam gelas lalu siram dengan air panas. (3) Hal pertama yang harus dilakukan adalah mengumpulkan alat dan bahan seperti gelas, air panas, sendok, teh bisa bubuk atau teh celup dan gula secukupnya. (4) Kemudian tambahkan gula sesuai selera Anda. (5) Teh sangat baik untuk kesehatan manusia karena teh mengandung beberapa senyawa yang baik. (6) Angkat segera jika air sudah berwarna coklat karena akan sangat berbahaya bagi tubuh. (7) Jika Anda menggunakan teh celup, jangan terlalu lama merendamnya di dalam air. (8) Setelah mencampur gula, lalu aduk-aduklah menggunakan sendok hingga larut. (9) Apabila teh sudah jadi, minumlah selagi hangat. Kalimat-kalimat di atas jika disusun menjadi paragraf, maka susunan yang benar adalah… . a. 5 - 1 - 3 - 2 - 6 - 7 - 4 - 8 - 9 b. 5 - 1 - 3 - 2 - 7 - 6 - 4 - 8 - 9 c. 5 - 1 - 2 - 3 - 7 - 6 - 4 - 8 - 9 d. 5 - 3 - 2 - 1 - 7 - 6 - 4 - 8 - 9 e. 5 - 1 - 7 - 3 - 2 - 6 - 4 - 8 - 9 82. Perhatikan kalimat-kalimat di bawah ini! (1) Sungai yang mengalir di tengah desa kering kerontang. (2) Orang tampak berdesak-desakan menunggu giliran menimba. (3) Sawah dan ladang seperti hangus ditimpa terik matahari. (4) Sumur pun banyak yang sudah tidak berair lagi. (5) Musim kemarau yang panjang dan kering tahun ini merupakan bencana bagi daerah kami. Kalimat-kalimat di atas jika disusun menjadi paragraph, maka susunan yang benar adalah … . a. 2 – 1 – 3 – 4 – 5 188 | Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi

b. c. d. e.

5–1–3–4–2 2–1–3–5–4 5–2–1–3–4 5–2–1–4–3

83. Perhatikan paragraf di bawah ini! Hewan dapat digolongkan menjadi beberapa jenis berdasarkan jenis makanannya. Penggolongan itu adalah hewan herbivora, karnivora, dan omnivora. Hewan herbivora adalah sebutan bagi hewan yang memiliki jenis makanan berupa tumbuhan. Posisi hewan herbivora adalah sebagai konsumen tingkat pertama dalam rantai makanan. Jenis hewan yang termasuk dalam jenis hewan herbivora adalah sapi, belalang, kuda, kambing dan keledai. Hewan karnivora adalah sebutan bagi hewan yang memangsa hewan jenis lain. Hewan karnivora dikenal juga sebagai predator bagi hewan herbivora. Jenis hewan yang termasuk dalam hewan karnivora adalah macan, harimau, musang, dan serigala. Sedangkan hewan omnivora adalah hewan yang memakan baik tumbuhan dan hewan lain. Jenis hewan yang masuk dalam kelompok omnivora adalah ayam, bebek, beruang dan orang utan. Paragraf di atas merupakan paragraf ... . a. Ekspositoris b. Deskriptif c. Analogi d. Klasifikasi e. Sebab-Akibat 84. Perhatikan paragraf di bawah ini! Berdasarkan jenis bijinya, tumbuhan dapat dikelompokkan menjadi tumbuhan dikotil dan tumbuhan monokotil. Tumbuhan dikotil dikenal juga sebagai kelompok tumbuhan berkeping dua. Ciri-ciri yang dimiliki tumbuhan dikotil adalah tumbuhan dikotil memiliki akar tunggang. Daun tumbuhan dikotil memiliki banyak variasi. Ada yang menjari, ada yang bulat memanjang dan lain sebagainya. Tumbuhan Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi |

189

dikotil juga memiliki kambium sehingga cenderung tumbuh besar dan lebar. Contoh jenis tumbuhan yang masuk dalam kelompok tumbuhan dikotil diantaranya tanaman jeruk, mangga, dan jambu. Tumbuhan monokotil berbeda dengan tumbuhan dikotil. Tumbuhan monokotil dikenal juga sebagai tumbuhan berkeping satu. Ciri-ciri tumbuhan monokotil adalah akarnya berjenis serabut, bentuk daunnya memanjang, dan batangnya memiliki ruas ruas. Jenis tumbuhan yang termasuk dalam kelompok tumbuhan monokotil adalah tebu, pisang, dan kelapa. Paragraf di atas merupakan paragraf ... . a. Ekspositoris b. Deskriptif c. Analogi d. Klasifikasi e. Sebab-Akibat 85. Perhatikan paragraf deskriptif berikut ini ! Pantai Parangtritis merupakan pantai yang terkenal di provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Dibandingkan dengan pantai lainnya di sepanjang pantai selatan, pantai ini lebih dikenal turis. Pantai Parangtritis terletak sekitar 25 km sebelah selatan kota Yogyakarta. Tepatnya pantai ini terletak di desa Parangtritis, Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul. Sepanjang perjalanan menuju pantai, Anda akan disuguhi pemandangan sawah , sungai, dan bukit. Pantai Parangtritis memiliki ombak yang besar. Ombak pantai dapat mencapai ketinggian 2–3 meter pada musim kemarau. Daya tarik lainnya adalah terdapat gunung-gunung pasir di sekitar kawasan pantai. Gunung-gunung pasir ini lebih dikenal dengan nama gumuk. Di pinggir pantai disediakan payungpayung besar yang dapat digunakan pengunjung untuk beristirahat sambil menikmati pemandangan. Selain itu terdapat wisata naik kuda, dokar, ataupun motor ATV (All Terrain Vehicle) di sepanjang pinggir pantai. Warung makan dan pakaian berjejer rapi dengan hidangan khas laut. Bagi anak-anak disediakan pula pemandian umum dengan aneka 190 | Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi

permainan yang menarik. Bagi pengunjung yang ingin menikmati sensasi mandi air hangat, maka tak jauh di sebelah utara pantai terdapat Pemandian Parang Wedang. Paragraf di atas merupakan paragraf ... . a. Deskriptif spasial b. Deskriptif subjektif c. Deskriptif objektif d. (a), (b), dan (c) benar e. (a), (b), dan (c) salah 86. Perhatikan paragraf deskriptif berikut ini ! Ibu Sri adalah guru paling tegas di sekolahku. Selain itu, beliau adalah guru yang paling ditakuti oleh hampir semua murid dari kelas 1 sampai kelas 6. Beliau mengajar mata pelajaran matematika. Beliau memiliki tinggi sekitar 165 cm dengan berat badan sekitar 60 kg. Ibu Sri berkulit sawo matang dan berambut hitam ikal. Ke mana pun beliau pergi selalu membawa pulpen tinta hitam di tangan kanannya. Ketika mengajar beliau selalu menggunakan kacamata berlensa kecil dengan frame warna putih. Walaupun hampir semua murid takut kepada beliau, akan tetapi beliau tidak pernah marah-marah ke murid tanpa alasan yang jelas. Beliau selalu mengajarkan matematika dengan sabar sampai semua mengerti. Hal ini dibuktikan dengan rata-rata nilai ujian matematika sekolahku menduduki peringkat pertama seprovinsi. Paragraf di atas merupakan paragraf ... . a. Deskriptif spasial b. Deskriptif subjektif c. Deskriptif objektif d. (a), (b), dan (c) benar e. (a), (b), dan (c) salah 87. Perhatikan paragraf deskriptif berikut ini ! Ruangan berukuran 5m x 5m ini terlihat tidak layak untuk ditempati. Tidak ada dinding. Hanya ada anyaman bambu Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi |

191

untuk menghalau angin yang menusuk ke tulang. Tidak ada penyekat. Hanya ada sebuah kasur ukuran single di pojok depan. Terdapat kompor dan alat memasak lainnya di pojok belakang, berdampingan dengan pintu yang mengarah ke kamar mandi. Almari yang sudah tidak kokoh lagi merapat ke dinding dan di isi penuh dengan pakaian. Sajadah, mukena, dan Al Quran diletakkan berjejer di atas almari. Karpet direntang di sekitar kasur dengan satu meja kecil di samping kasur itu. Buku-buku tertata rapi di atas meja. Tidak ada foto atau hiasan dinding apa pun yang digantung, kecuali satu buah kaligrafi perak dengan gambar Kabah. Tempat tinggal bapak dan ibu Anis ini memperlihatkan sebuah kesederhanaan dalam hidup. Paragraf di atas merupakan paragraf ... . a. Deskriptif spasial b. Deskriptif subjektif c. Deskriptif objektif d. (a), (b), dan (c) benar e. (a), (b), dan (c) salah 88. Perhatikan paragraf di bawah ini! Sampah atau limbah rumah tangga yang setiap hari kita hasilkan ternyata dapat dibedakan menjadi beberapa jenis. Berdasarkan jenisnya, sampah dibedakan menjadi sampah organik, sampah anorganik, dan sampah kimiawi. Sampah organik adalah sampah yang mudah terurai atau mengalami proses pembusukan dengan cepat. Sampah organik dalam limbah rumah tangga biasanya berupa sisa makanan. Contoh sampah organik adalah potongan sayur, sayur, lauk, daging, bumbu dapur, dan lain sebagainya. Ciri-ciri yang dimiliki oleh sampah organik adalah mudah busuk, mengeluarkan aroma tidak sedap yang menyengat, dan rentan menjadi tempat berkembang biak mikroorganisme. Namun sampah organik ini bis dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan pupuk organik. Sampah anorganik adalah barang-barang bukan organik yang membutuhkan waktu yang sangat lama untuk dapat terurai di alam. Sehingga jika dibiarkan begitu 192 | Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi

saja, sampah anorganik akan memenuhi tempat pembuangan sampah. Sampah anorganik dalam limbah rumah tangga yang sering dijumpai adalah plastik dan sterofoam. Sama halnya dengan sampah organik, sampah anorganik juga dapat dimanfaatkan. sampah anorganik dapat digunakan kembali atau didaur ulang menjadi barang baru yang bernilai seni. Contohnya seperti membuat kerajinan dari plastik dan sterofoam. Sedangkan sampah kimiawi adalah sampah yang paling berbahaya. Sampah kimiawi memiliki ciri-ciri biasanya berupa benda cair atau terlarut dan menimbulkan efek negatif dalam kadar tinggi. Sampah kimiawi dalam limbah rumah tangga berasal dari barang-barang yang dipakai setiap hari. Misalnya sampo, sabun, detergen, dan cairan kimiawi lainnya. Paragraf di atas merupakan paragraf ... . a. Ekspositoris b. Deskriptif c. Analogi d. Klasifikasi e. Sebab-Akibat 89. Bacalah paragraf di bawah ini dengan saksama! Perkebunan teh Malabar dibangun pada tahun 1890 pada ketinggian 1550 m di atas permukaan laut. Lokasinya berada 45 km di Selatan Kota Bandung dengan udara sedang 16oC sampai 26oC. Perkebunan ini dibenahi hingga pemandangannya sangat indah. Hamparan pegunungan diliputi oleh tanaman teh yang menghijau. Teh dari perkebunan ini sudah dikenal orang di dunia. Gagasan utama/ide pokok paragraf di atas adalah ... . a. Bandung terkenal dengan tehnya. b. Perkebunan teh di Malabar. c. Pegunungan Malabar di Bandung. d. Teh Malabar di Bandung. e. Bandung dan teh Malabar.

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi |

193

90. Perhatikan paragraf di bawah ini! Bila istilah “wiraswasta” diterima sebagai terjemahan enterpreneur atau sebagai pengganti kata usahawan, maka hendaknya istilah "wiraswasta" tidak hanya berarti usahawan, juga memiliki watak wira dan swasta. Jadi, seorang wiraswasta adalah seorang usahawan yang mampu berusaha dalam bidang ekonomi/niaga secara tepat guna, juga berwatak merdeka lahir batin serta berbudi luhur. Paragraf di atas menggunakan pola pengembangan ... . a. definisi b. analogi c. deduksi d. sebab-akibat e. klasifikasi

194 | Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi

DAFTAR PUSTAKA

Achadiah, S., et. al. (1989). Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga. Alwi, H., et. al. (2003). Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (Edisi Ketiga). Jakarta: Balai Pustaka. Arifin, E. Z. & Tasai, A. (2008). Cermat Berbahasa Indonesia; Edisi Kedua. Jakarta: Akademika Pressindo. Arifin, E. Z. (2008). Dasar-Dasar Penulisan Karya tulis ilmiah. Jakarta: Grassindo. Brotowidjoyo, M. D. (2002). Penulisan Karangan Ilmiah. Jakarta: Akademika Pressindo. Chaer, A. (2006). Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi Keempat). Jakarta: Balai Pustaka. Finoza, L. (2008). Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Diksi. Kemdikbud. (2015). Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2015 tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. Kemdiknas. (2009). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2009 tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional RI. Keraf, G. (1989). Argumentasi dan Narasi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Keraf, G. (1997). Komposisi: Sebuah Pengantar Kamahiran Bahasa. Ende: Nusa Indah.

Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi |

195

Keraf, G. (2000). Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Mulawarman, W. G., dkk. (2016). Pendidikan Bahasa Indonesia. Semarang: Fatawa Publishing. Panitia Pengembang Pedoman Bahasa Indonesia. (2016). Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia. Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia. (2005). Pedoman Umum Pembentukan Istilah (Edisi Ketiga). Jakarta: Pusat Bahasa. Putrayasa, I. B. (2010). Kalimat Efektif. Bandung: Refika Aditama. Rahardi, K. (2009). Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Erlangga. Sartuni, R., et. al. (1995). Petunjuk Penyusunan Surat Niaga. Jakarta: STIE Perbanas Press. Sasangka, S. S. T. W. (2014). Seri Penyuluhan Bahasa Indonesia: Kalimat. Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Soedjito & Solchan. (2014). Surat Menyurat Resmi Bahasa Indonesia, Cetakan Kelima Belas. Bandung: Remaja Rosdakarya. Sudarsa, C., Hadi, F. & Sja’rani, A. (1991). Surat-Menyurat dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Suladi. (2014). Seri Penyuluhan Bahasa Indonesia: Paragraf. Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Swasono, S. E. (1990). Pedoman Menulis Daftar Pustaka, Catatan Kaki untuk Karya tulis ilmiah dan Terbitan Ilmiah. Depok: Universitas Indonesia. Utorodewo, F. N., et. al. (2008). Bahasa Indonesia: Sebuah Pengantar Penulisan Ilmiah. Depok: Universitas Indonesia. Widjono. (2011). Bahasa Indonesia. Jakarta: Grasindo.

196 | Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi

TENTANG PENULIS

Alfian Rokhmansyah, S.S., M.Hum. lahir di Pemalang pada tanggal 30 Agustus 1989. Menamatkan pendidikan sarjana di program studi Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang tahun 2011 dengan minat studi ilmu sastra. Pada tahun yang sama mendapatkan Beasiswa Unggulan Dikti dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI untuk melanjutkan pendidikan pascasarjana pada program Magister Ilmu Susastra, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro (Semarang) dan berhasil menamatkan studi magisternya tahun 2013. Penulis pernah menjadi dosen di program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Asahan (Kisaran, Sumatera Utara) pada tahun 2013. Sejak tahun 2014 menjadi dosen tetap di Universitas Mulawarman (Samarinda), untuk mata kuliah bidang sastra Indonesia dan filologi. Selain mengajar Mata Kuliah Umum (MKU) Bahasa Indonesia di beberapa fakultas di lingkungan Universitas Mulawarman dan beberapa Perguruan Tinggi di Samarinda. Semenjak menjadi dosen tetap di Universitas Mulawarman, juga menjadi peneliti di Pusat Penelitian Kesetaraan Gender dan Perlindungan Anak (P2KGPA) LP2M Universitas Mulawarman. Syamsul Rijal, S.S., M.Hum. lahir pada tanggal 17 Maret 1984, di Macorawalie, Kabupaten Sidrap, Sulawesi Selatan. Pendidikan dasar hingga menengah diselesaikan di Kecamatan Panca Rijang, Kabupaten Sidrap. Tahun 2007 menyelesaikan Sarjana Sastra pada jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra, Universitas Hasanuddin (Makassar) dengan minat studi linguistik. Kemudian Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi |

197

melanjutkan pendidikan magister di program studi Magister Bahasa Indonesia di kampus yang sama dan mendapatkan gelar Magister Humaniora. Tahun 2014 hijrah ke Samarinda dan mulai bekerja sebagai dosen di Universitas Mulawarman untuk mata kuliah bidang bahasa Indonesia/linguistik. Selain itu juga mengajar Mata Kuliah Umum (MKU) Bahasa Indonesia di beberapa fakultas di lingkungan Universitas Mulawarman dan beberapa Perguruan Tinggi di Samarinda. Sejak menetap di Samarinda, artikelnya tentang bahasa, sastra, dan budaya sering dimuat di media lokal seperti Kaltim Pos, Berau Pos, dan Samarinda Pos. Purwanti, S.Hum., M.Hum. lahir di Bukittinggi pada 3 September 1991. Menamatkan pendidikan dasar hingga menengah di kota kelahirannya. Pendidikan sarjana ditamatkan pada program studi Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Andalas. Pendidikan magister ditempuh di universitas yang sama pada program studi Linguistik. Sejak tahun 2017 menjadi tenaga pengajar di Universitas Mulawarman untuk mata kuliah bidang bahasa Indonesia/linguistik.

198 | Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi

Related Documents


More Documents from "meldaiska"