(7). Gangguan Jiwa Pada Lansia.ppt

  • Uploaded by: Anonymous EJ7Vls
  • 0
  • 0
  • January 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View (7). Gangguan Jiwa Pada Lansia.ppt as PDF for free.

More details

  • Words: 3,094
  • Pages: 60
Loading documents preview...
Diagnosis dan Tatalaksana Gangguan Jiwa pada Lansia Pelatihan Kesehatan Jiwa bagi Tenaga Kesehatan di Puskesmas

Setelah mengikuti pelatihan ini peserta diharapkan… •

• • •

Mampu melakukan pengenalan gejala dan identifikasi kasus gangguan jiwa pada lansia (Demensia dan Delirium) Mampu melakukan tatalaksana gangguan jiwa pada lansia (Demensia dan Delirium) Mampu mengkaji kebutuhan dan memberikan intervensi psikososial gangguan jiwa pada lansia (Demensia dan Delirium) Mampu melakukan rujukan kasus bila perlu

Demensia Hilangnya kemampuan intelektual berupa: • Daya ingat & kemampuan belajar • Konsentrasi, orientasi, atensi • Kalkulasi (menghitung) • Bahasa (pemahaman, kosa kata) • Visuospasial (orientasi geografis, menggambar) • Daya pikir (kemampuan memecahkan masalah, abstraksi)

Yang cukup berat hingga mengganggu fungsi sosial dan pekerjaan (DSM-IV-TR, APA)

Demensia: Bukan proses penuaan normal

Penyebab • Penyakit Alzheimer (tersering) • Vaskular • Campuran vaskular + Alzheimer • Lewy body • Frontotemporal • Alkoholisme—defisiensi vit. B12 (reversibel)

DEMENSIA ALZHEIMER • Alzheimer merupakan penyebab tersering demensia pada usia tua (50 – 60% dari seluruh demensia) • Prevalensi Alzheimer meningkat seiring dengan meningkatnya usia (> 65 tahun 3 – 5 %, > 85 tahun 50%); dapat muncul pada usia 40 – 60 tahun (10%)  ada riwayat pada keluarga (genetik autosomal dominan) • Rasio wanita : pria = 2 : 1 • Multifaktorial  dapat disebabkan interaksi faktor genetik dan lingkungan • Faktor risiko: peningkatan usia, riwayat keluarga, wanita, pendidikan yang rendah, riwayat cedera kepala

DEMENSIA VASKULAR • Demensia vaskular merupakan penyebab kedua tersering setelah penyakit Alzheimer • Prevalensi bervariasi: 1,5 % pada usia70 – 75 tahun dan 15% pada usia > 80 tahun • Demensia vaskular lebih sering mengenai laki-laki • Faktor resiko  hipertensi, diabetes, riwayat TIA dan penyakit jantung • Gangguan kognitif dapat terjadi karena infark serebral, anoksia atau perdarahan • Gejala yang timbul bervariasi, bergantung letak lesi

Sindrom ABC Demensia Dementia Activities of daily living

BPSD

Behavioural and Psychological Symptoms of Dementia

Cognitive deficits

C-hendaya kognitif • Amnesia-Defisit Memori – Gangguan memori: manifestasi awal sbg kesulitan mempelajari informasi baru – Pada fase yang lebih lanjut, memori jangka panjang juga dapat terganggu • Afasia – Gangguan/hilangnya kemampuan untuk menulis atau berbicara – Awal  kesulitan untuk mencari kata, afasia nominal – Lanjut  afasia reseptif, kesulitan untuk mengerti

…sambungan C-ggn kognitif • Apraksia – Hilang/berkurangnya kemampuan untuk melakukan gerakan motorik terkoordinasi meskipun tidak ada kerusakan saraf – Penyebab utama hilangnya kemandirian pasien

• Agnosia – Kegagalan mengenali stimulus sensori secara akurat walaupun tidak ada defisit sensori – Agnosia Visual  penyalahgunaan objek yang digunakan sehari-hari – Prosopagnosia  ketidakmampuan untuk mengenali wajah, termasuk keluarga dan teman dekat

…sambungan C-ggn kognitif Fungsi Eksekutif – Kemampuan untuk merencanakan dan melakukan pekerjaan yang kompleks – Defisit fungsi eksekutif terlihat pada kelainan yang mempengaruhi lobus frontal Pemeriksaan: AMT & MMSE (kec. Fungsi eksekutif  Clock Drawing Test/ menggambar jam)

mwsn_binkesmas_11

A-penurunan aktivitas harian • Instrumental ADL (Lawton’s) - Bepergian sendiri - Berbelanja - Memasak - Menggunakan telepon - Mengelola keuangan

Basic ADL (Barthel’s) - Makan - Mandi - Naik turun tangga - Buang air besar / kecil - Berpakaian

12

AMT (Abbreviated Mental Test, Uji Mental Singkat) No.

Pertanyaan

Jawaban

1.

Umur .......... tahun

Benar/Salah

2.

Waktu / jam sekarang .......... ..........

Benar/Salah

3.

Alamat tempat tinggal ..........

Benar/Salah

4.

Tahun sekarang ..........

Benar/Salah

5.

Saat ini berada di mana ..........

Benar/Salah

6.

Mengenali orang lain di ruangan

Benar/Salah

7.

Tahun kemerdekaan RI ..........

Benar/Salah

8.

Nama Presiden RI ..........

Benar/Salah

9.

Tahun kelahiran anak terakhir pasien

Benar/Salah

10.

Menghitung terbalik (20 s/d 1) ..........

Benar/Salah

Skor AMT (beri skor 1 untuk tiap jawaban benar): 0-3: Gangguan ingatan berat 4-7: Gangguan ingatan sedang 8-10: Normal

Perasaan hati (afeksi)

Skor

Total:

Baik/Sedih/Cemas

Mini Mental State Examination Nama pasien : ………… Usia : ………… Pendidikan : …………

Skor Skor Max Ps

Nama pemeriksa : …………… Tanggal : ………….. Waktu : …………..

Pertanyaan

Ket

5

Sekarang (hari), (tanggal), (bulan), (tahun) berapa dan (musim)apa ?

Orientasi

5

Sekarang kita berada di mana?

Orientasi

(tempat/jalan), (nomor/lantai), (kota), (kabupaten), (propinsi)

3

Sebutkan nama 3 buah benda, mis. bola, kursi, buku (1 detik untuk setiap benda) dan minta lansia mengulang ke-3 nama benda tersebut

Registrasi

5

Lakukan pengurangan 7 dari 100 sebanyak 5 kali. (93, 86, 79, 72, 65) ATAU eja terbalik ”DUNIA" dari akhir ke awal (A-I-N-U-D).

Atensi dan kalkulasi

3

Tanyakan kembali nama ke-3 benda yang telah disebutkan di atas Beri nilai 1 untuk setiap jawaban benar

Mengingat

Skor Skor Max Ps 9

Pertanyaan Perlihatkan 2 benda lalu minta pasien menyebutkan namanya (nilai 2) Ulangi kalimat berikut: “Tanpa Jika Dan Atau Tapi” (nilai 1) Laksanakan 3 perintah ini: “Pegang selembar kertas dengan tangan kanan, lipat menjadi 2 dan letakkanlah di meja!” (nilai 3) Baca dan laksanakan perintah berikut: “Pejamkan mata anda!” (nilai 1) Tulislah sebuah kalimat (nilai 1) Tirulah gambar ini (nilai 1)

Ket Bahasa

Interpretasi skor MMSE • • • •

25-30 21-24 14-20 <13

Normal Hendaya kognitif ringan Hendaya kognitif sedang Hendaya kognitif berat

*pertimbangkan usia dan lama pendidikan

BPSD • Behavioural and Psychological Symptoms of Dementia • Kumpulan reaksi psikologis, gejala psikiatrik dan perilaku pada demensia (Konsensus IPA, 1999) • 90% pasien demensia akan mengalami BPSD (Mega et al, 1996) • Sumber caregiver distress/burnout

Gejala Perilaku • Disinhibisi—emosional, seksual • Agitasi – Fisik non-agresif (wandering) – Verbal non-agresif (bertanya terus menerus) – Fisik agresif (memukul) – Verbal agresif (berteriak)

Gejala Psikologis • Cemas—takut ditinggal • Mood depresif • Waham–misidentifikasi, cemburu, diabaikan, pencuri • Halusinasi—visual • Apati

BPSD-Kelompok Gejala ‘Agitation’ ‘Aggression’

Aggressive resistance Physical aggression Verbal aggression

‘Depression’

Sad Tearful Hopeless Low self-esteem Anxiety Guilt

Walking aimlessly Pacing Trailing Restlessness Repetitive actions Dressing/undressing Sleep disturbance

Hallucinations Delusions Misidentifications

‘Apathy’

Withdrawn Lack of interest Amotivation

‘Psychosis’ Adapted from McShane R. Int Psychogeriatr 2000; 12(Suppl 1): 147–54 Finkel SI et al. Am J Geriatr Psychiatry 1998; 6: 97–100 19 Alessi C et al. J Am Geriatr Soc 1999; 47: 784–91

Kemunculan BPSD

• Sebagian besar BPSD memiliki ‘makna/alasan di balik perilaku’  Untuk itu, kita harus memahami penyakit dan orang yang hidup dengan demensia. • Dalam mengkaji faktor yang berperan pada timbulnya BPSD, dapat digunakan akronim PIECES, yaitu: – – – – – –

Physical Intellectual Emotion Capabilities Environment Social

P-Physical faktor fisik – Obat: penggunaan antikolinergik, benzodiazepin, alkohol, obat bebas – Penyakit: penyakit fisik yang diderita pasien; hipoksia, nyeri, infeksi, gangguan pendengaran/penglihatan – Delirium: tipe hipoaktif atau hiperaktif. Bila tidak terdeteksi dapat menyebabkan 30% mortalitas – Kebutuhan dasar: hidrasi, berkemih, defekasi, tidur

• I-Intellectual hendaya kognitif (amnesia, agnosia, afasia, agnosia, apraksia, hendaya fungsi eksekutif) • E-Emotion  kemunculan atau reaktivasi gangguan psikiatrik: ansietas, iritabilitas, gangguan penyesuaian, depresi, trauma masa lalu, hingga waham dan halusinasi

• C-Capabilities  kemampuan yang sudah menurun dan yang masih tersisa • E-Environment  struktur lingkungan (desain, pencahayaan, suhu, tingkat kebisingan), suasana, familiaritas. • S-Social  riwayat hidup, strategi koping, interaksi dengan pelaku rawat, relasi dengan keluarga, jejaring sosial

Delirium & Demensia • Pasien dengan demensia >rentan mengalami delirium • Delirium & demensia sering terjadi bersamaan • Delirium yang tak tertangani/ berkepanjangan dapat berlanjut menjadi demensia

Delirium • penurunan (kemampuan untuk memusatkan, mempertahankan dan mengalihkan) perhatian • hendaya fungsi kognitif (orientasi, memori, bahasa). • gangguan siklus tidur-bangun dan • peningkatan atau penurunan aktivitas psikomotor. …akut dan fluktuatif. …Biasanya dipicu oleh suatu kondisi medis akut.

Faktor Risiko Delirium Predisposisi: • Usia lanjut • Demensia/ggn kognitif • Depresi • Polifarmasi • Dehidrasi • Gangguan ginjal kronik • Gangguan neurologis • Gangguan fungsional • Gangguan penglihatan/pendengaran • Riwayat delirium sblmnya

Presipitasi • • • • •

ES Obat (antikolinergik) Intoksikasi /withdrawal Napza Infeksi Trauma kepala Gangguan metabolik: dehidrasi, gangguan elektrolit, malnutrisi, ensefalopati hepatikum/uremikum • Gangguan vaskular: stroke, gagal jantung, hipovolemia, aritmia • Gangguan endokrin • Nyeri

Tipe Delirium • Hiperaktif—gelisah, agitasi, hipervigilans, tidak kooperatif, terkadang disertai halusinasi&waham • Hipoaktif—letargi, sedasi, penurunan aktivitas psikomotor • Campuran—campuran gambaran hiperaktif dan hipoaktif, fluktuasi cepat

Evaluasi 3 langkah: 1. Tegakkan diagnosis delirium  CAM 2. Tentukan potensial kausa/kondisi medis umum yang mendasari dan singkirkan kondisi yang mengancam nyawa 3. Manajemen gejala

CAM: 4 – 8 menit (rata-rata 6 menit, spesifik 98 %, sensitif 90%) Akut & Fluktuatif

Inatensi Disorganisasi Pikiran

Perubahan kesadaran

LEMBAR KERJA CONFUSION ASSESMENT METHOD (CAM) PEMERIKSA: I. AWITAN MENDADAK (AKUT) DAN BERFLUKTUASI

TANGGAL: KOTAK 1

a)

Apakah ada bukti status mental pasien berubah mendadak(akut) dari kondisi sebelumnya?

Tidak ___________

Ya ______________

b)

Apakah perilaku tersebut (abnormal) berfluktuasi pada hari itu, dengan kata lain hilang timbul atau keparahannya meningkatmenurun?

Tidak ___________

Ya ______________

Tidak ___________

Ya ______________

II.

PERHATIAN TIDAK TERFOKUS

Apakah pasien sulit memusatkan perhatian, misalnya mudah sekali teralihkan, atau sulit mengikuti pembicaraan?

KOTAK 2 III.

PIKIRAN TIDAK TERTATA (DISORGANISASI PIKIRAN)

/

Apakah pemikiran pasien tidak tertata atau tidak koheren, misalnya percakapan melantur atau tidak relevan, aliran gagasan tidak jernih atau tidak logis, berganti-ganti topik secara tidak terduga? IV. PERUBAHAN TINGKAT KESADARAN Secara keseluruhan, bagaimana kesadaran pasien ini? Waspada (normal)

Anda

menilai

Ya ______________

Tidak ___________

Ya ______________

tingkat

-

Vigilant (waspada berlebihan)

-

Letargik (mengantuk, mudah dibangunkan)

-

Stupor (sulit dibangunkan)

-

Koma (tak dapat dibangunkan)

Apakah ada tanda centang dalam kotak ini?

Tidak ___________

Jika semua pertanyaan di Kotak 1 diberi tanda (centang) dan setidaknya satu pertanyaan di Kotak 2 diberi tanda (centang), diagnosis delirium ditegakkan. Diadaptasi dari Inouye SK et al, Clarifying Confusion: The Confusion Assessment Method. A New Method for Detection of Delirium. Ann Intern Med. 1990: 113:941-8.

Masalah daya ingat, orientasi, berbicara, berbahasa, kesulitan melakukan aktivitas Tanyakan pada individu/pelaku rawat: Sejak kapan & usia saat awitan? Perburukan gejala&hendaya? Awitan mendadak atau bertahap? Apakah awitan terkait dengan cedera kepala, pingsan atau stroke? Apakah gejala memburuk di malam hari? Adakah rasa mengantuk atau perubahan kesadaran? Lakukan pemeriksaan AMT/MMSE & ADL/IADL

•Jika terdapat hendaya dalam tes kognitif & fungsional

•Telah berlangsung 6 bulan

DEMENSIA

•Jika awitan mendadak dan durasi singkat •Jika gangguan lebih sering di malam hari •ada perubahan kesadaran •ada disorientasi

DELIRIUM

Gambaran atipikal: •Awitan <60 tahun •Hipotiroidisme •Penyakit kardiovaskular •Riwayat ISK / HIV •Riwayat cedera kepala / stroke RUJUK

Tata Laksana Delirium • Non-farmakologis • Farmakologis Tentukan target gejala—jelas & terukur, mis: agitasi psikomotor

Terapi non-farmakologis •

• •

• • • •

komunikasi singkat dan jelas (satu instruksi/pertanyaan dalam satu waktu) fasilitasi re-orientasi dengan menyediakan akses ke jendela, jam, kalender, tanda lokasi libatkan keluarga untuk menjaga pasien dan bawakan benda yang familiar hindari over/under stimulasi (cahaya, suara, suhu) hindari perpindahan ruang terlalu sering, bila terjadi lakukan re-orientasi koreksi hendaya sensorik (penglihatan, pendengaran) pastikan kebutuhan dasar terpenuhi (makan, minum, eliminasi)

HINDARI FIKSASI!  bisa memicu gaduh gelisah

Terapi Farmakologis • Hanya diberikan pada delirium tipe hiperaktif yang membahayakan diri/orang lain atau mengganggu jalannya perawatan, setelah strategi non farmakologi dicoba dan tidak berhasil. Dimulai dengan obat antipsikotik dosis rendah per oral, yaitu: • Haloperidol 0,5 mg tiap 4 – 6 jam, dapat ditingkatkan sampai maksimal 10 mg per hari. Pada lansia dosis maksimal 3 mg per hari. • Risperidon 2 x 0,5 mg, dosis maksimal dewasa 4 mg, lansia 1 mg.

• Pada agitasi berat atau kondisi yang tidak memungkinkan pemberian per oral dapat diberikan injeksi Haloperidol 2,5 mg IM, dapat diulang setelah 30 menit. Dosis maksimal dewasa 10 mg per hari. Dosis maksimal lansia 5 mg per hari. • Hindari Benzodiazepin (kec. Lorazepam injeksi) • Pemberian obat harus dilakukan dengan informed consent kepada pasien dan/atau keluarganya. Catat dengan jelas rencana pengobatan (jenis obat, dosis, dosis maksimal harian, frekuensi titrasi, frekuensi serta komponen evaluasi: tingkat agitasi, total dosis dalam 48 jam terakhir, efek samping).

PENATALAKSANAAN DEMENSIA • Secara umum, ada 3 tipe penanganan demensia: – Pengobatan untuk memodifikasi faktor resiko yang memperlambat atau memperbaiki penyebab reversibel yang menyebabkan demensia – Pengobatan gejala kognitif demensia – Pengobatan gejala dan perilaku lain yang dapat memperburuk demensia (BPSD)

Modifikasi faktor risiko • Kontrol: – DM – HT – Dislipidemia

• Aktivitas fisik • Stimulasi kognitif

Pengobatan gejala kognitif demensia— intervensi farmakologik • Jangan berikan inhibitor asetilkolinesterase (cth., donepezil, galantamine dan rivastigmine) atau memantine secara rutin untuk semua kasus demensia. • Pertimbangkan pemberiannya hanya pada setting yang memungkinkan diagnosis spesifik Penyakit Alzheimer ditegakkan DAN tersedia dukungan dan supervisi adekuat oleh spesialis serta pemantauan efek samping oleh pelaku rawat.

Pengobatan gejala kognitif demensia— intervensi psikososial • Beri informasi orientasi secara teratur (hari, tanggal, cuaca, waktu dan nama orang) kepada pasien demensia agar tetap memiliki orientasi yang baik terhadap waktu, tempat dan orang. • Gunakan koran, radio, TV, album foto keluarga dan peralatan rumah tangga untuk memancing komunikasi, mengorientasikan individu pada peristiwa terkini, menstimulasi memori dan memungkinkan individu membagi dan menghargai pengalamannya

• Gunakan kalimat singkat dan sederhana dalam berkomunikasi. Usahakan untuk meminimalisasi bunyi yang tumpang tindih, seperti radio, TV, atau pembicaraan orang lain. Dengarkan dengan seksama apa yang dikatakan oleh individu. • Hindarkan perubahan rutinitas dan hindari mengajak pasien ke tempat yang tidak familiar kecuali benar-benar perlu.

Intervensi Psikososial--Dukung independensi, fungsi dan mobilitas Bagi Pasien Umum: • Rencanakan aktivitas hidup sehari-hari sedemikian rupa sehingga memaksimalkan aktivitas independen, meningkatkan fungsi, membantu adaptasi dan mengembangkan keterampilan, serta meminimalisasi kebutuhan akan bantuan • Bantu menghubungkan dengan sumber sosial yang tersedia.

Spesifik:  Pertahankan keterampilan BAK/BAB secara mandiri, termasuk regulasi konsumsi cairan (bila terjadi inkontinensia, semua kemungkinan kausa harus dikaji dan opsi terapi dicoba sebelum menyimpulkan bahwa hal tersebut permanen).  Informasikan anggota keluarga untuk menjaga lantai rumah tetap rapi dan bersih untuk mengurangi risiko jatuh  Bantu untuk mengenal barang milik pribadinya  Bantu untuk mengenal waktu dengan menggunakan jam besar, kalender harian  Bantu untuk dapat menyebutkan namanya dan anggota keluarga terdekat  Bantu untuk mengenal lingkungan sekitar  Beri pujian jika dapat menjawab dengan benar

• Observasi kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari • Bantu untuk memilih aktivitas yang dapat dilakukannya • Bantu melakukan kegiatan yang telah dipilihnya • Beri pujian jika dapat melakukan kegiatannya • Tanyakan perasaan jika mampu melakukan kegiatannya • Buat bersama pasien jadual kegiatan sehari-hari sesuai kemampuan pasien

• Adaptasi rumah: Penambahan hand-rails atau ramps mungkin bermanfaat. Pemberian tanda lokasi kunci (cth. toilet, kamar mandi, kamar tidur) dapat membantu individu agar tidak tersesat atau kehilangan orientasi di rumah. • Sarankan rekreasi, aktivitas fisik dan olahraga untuk mempertahankan mobilitas dan mengurangi risiko jatuh. • Koreksi defisit sensorik dengan alat yang tepat

Terapi non-farmakologis • Modifikasi lingkungan: – Mengurangi kebisingan, atur pencahayaan, ventilasi & suhu yang nyaman, – Tempat tinggal familiar, perabot tidak banyak berubah tempat, hindari pola kompleks – Perhatikan faktor keamanan—hindari undakan, kaca, genangan air, barang berserakan – Kamar mandi mudah dijangkau, lantai tidak licin

BPSD– Prinsip Terapi : • Manajemen perilaku atau manipulasi situasi merupakan strategi awal untuk BPSD ringan sampai sedang • Intervensi farmakologis dapat digunakan bila gejala berat, mengganggu, membahayakan dan tidak merespons strategi non-farmakologis • Lakukan informed consent untuk tiap tindakan/obat yang diberikan • Fiksasi merupakan pilihan terakhir

Teknik manajemen perilaku sesuai perilaku target • Wandering  batasi akses, kenakan tanda pengenal, atau ciptakan lingkungan yang aman bagi pasien untuk wandering di dalam/sekitar rumah • Disorientasi  beri petunjuk waktu (jendela, jam, kalender) yg jelas, mengulang informasi tempat & orang yg baru dijumpai • BAK/BAB sembarangan  latihan ke kamar mandi 1 jam/x, nyalakan lampu kamar mandi

• Disinhibisi seksual  kenakan pakaian yg nyaman tapi sulit dilepas sendiri; bila tidak mungkin diberi pengertian sediakan tempat yang aman bagi pasien namun tidak mengganggu orang • Agitasi/agresi  pastikan kebutuhan dasar terpenuhi, lindungi keamanan pasien, diri sendiri & orang di sekitar, lakukan persuasi serta komunikasi non-verbal (stimulasi sensorik atau alihkan perhatian) • Gangguan tidur  beri aktivitas & batasi tidur siang, cukup pajanan sinar matahari, perhatikan higiene tidur

Terapi psikofarmaka • Harus ada indikasi & target perilaku yang jelas—depresi, halusinasi, waham, agitasi • Pertimbangkan manfaat vs risiko pemberian obat—peningkatan kerentanan efek samping, penurunan fungsi ginjal dan hati terkait usia • “Start low, go slow”, lakukan titrasi, gunakan dosis efektif terendah  Mulai dengan memberikan haloperidol 0.5 mg per oral, atau i.m. bila perlu • Hindari pemberian haloperidol i.v.& diazepam.

Perilaku yang tidak responsif terhadap obat: – Wandering tanpa tujuan – BAK/BAB sembarangan – Berpakaian/menanggalkan pakaian sembarangan – Menyembunyikan/menimbun barang – Meludah, memakan yang bukan makanan

• Pasien dengan demensia, terutama bila ada BPSD dapat sangat membuat frustrasi dan stress ↓ ↓ Caregiver elder Burnout mistreatment

Intervensi untuk pelaku rawat  Diskusikan dengan pelaku rawat cara mengorientasikan waktu, orang dan tempat kepada pasien  Anjurkan pelaku rawat untuk menyediakan jam besar dan kalendar harian di kamar pasien  Diskusikan kemampuan yang pernah dimiliki klien  Bantu pelaku rawat memilih kemampuan yang masih dapat dilakukan oleh pasien  Identifikasi penderitaan psikologis dan dampak psikososial pada pelaku rawat. Kaji kebutuhan pelaku rawat untuk memastikan dukungan dan sumber yang diperlukan untuk kehidupan keluarga, pekerjaan, aktivitas sosial dan kesehatan

• Pelaku rawat perlu didorong untuk menghormati harga diri individu dengan demensia, melibatkan mereka mengambil keputusan dalam kehidupannya sejauh mereka mampu. • Bila perlu, beri pelatihan dan dukungan pada keterampilan spesifik (contohnya mengatasi perilaku sulit). Agar intervensi ini efektif, undang partisipasi aktif dari pelaku rawat (misalnya melalui bermain peran).

• Pertimbangkan untuk memberi dukungan praktis, cth. respite care. Anggota keluarga lain atau orang yang sesuai dapat mengawasi dan merawat individu dengan demensia (sebaiknya di rumah pasien). Hal ini dapat membebas tugaskan pelaku rawat utama untuk beristirahat atau melakukan aktivitas lain. • Bila memungkinkan, coba atasi tekanan psikologis pelaku rawat dengan memberi dukungan, konseling penyelesaian masalah, atau intervensi kognitif-perilaku

DISKUSI KASUS •

Tugas Kelompok:

Diskusikan kasus di bawah ini 1. Identifikasi gejala yang ditemukan 2. Identifikasi data lain yang dibutuhkan untuk menegakkan diagnosis medis 3. Rumuskan diagnosis medis yang tepat

Kasus 1 Bp. M, 65 tahun, datang ke PKM Sejahtera diantar oleh anaknya dengan keluhan pasien sering kehilangan benda-benda karena lupa menaruhnya, kadang-kadang tidak dapat mengenali tempatnya berada, bila jalan keluar rumah sering bingung untuk kembali ke rumah. Pasien juga kesulitan menyuapkan sendok ke mulut saat sedang makan sehingga makan sering berceceran di meja makan maupun lantai. Sejak sebulan yang lalu pasien mulai kesulitan untuk mengenali anak dan cucunya.

Kasus 2 • Ny. A, 77 tahun, dibawa keluarga dengan keluhan sering mengamuk, memaki dengan kata-kata kasar, memecahkan piring dan gelas. Bila malam pasien tidak bisa tidur, sering terbangun dan menangis sampai pagi. Pasien sering pergi meninggalkan rumah dan tersesat di jalan. Dalam 1 tahun terakhir pasien tidak bisa lagi melakukan tugas rumah tangga, sering lupa dan tidak mengenali anggota keluarga. Gejala-gejala ini muncul mendadak sejak pasien mengalami stroke tiga tahun lalu. Sebelum stroke pasien adalah orang yang pendiam dan sopan. Pasien memiliki riwayat hipertensi sejak 10 tahun lalu.

Rujukan • World Health Organization. mhGAP Intervention Guide: for mental, neurological and substance use disorders in nonspecialized health settings. Geneva: World Health Organization, 2010. • Rivard M.F., Approaches to behavioral and psychological symptoms of Dementia, Physician Education www.DementiaEducation.ca • ‘A.D.E.P.T – A Dementia Education Physician Teaching Program for Family Physicians’, Janssen-Ortho • Bpsd slide kit educational pack. Available at www.ipaonline.org

SEKIAN TERIMA KASIH

Related Documents


More Documents from "Soraya Olyfia"