77 Cabang Iman

  • Uploaded by: Faizal Az-Zakariah
  • 0
  • 0
  • February 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 77 Cabang Iman as PDF for free.

More details

  • Words: 18,529
  • Pages: 38
Loading documents preview...
‫ﺑﺴﻢ ﺍﷲ ﺍﻟﺮﲪﻦ ﺍﻟﺮﺣﻴﻢ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺘ‬‫ﺘ‬‫ﺐ ﹶﻓ‬ ‫ﻌ ٍِﹺ‬ ‫ﺷ‬ ‫ﻐٍﺺ ﺫﹶﺍ‬ِ ‫ﺷ‬ ‫ﺎ ﹶﻥ‬‫ﻳﻤ‬‫ﺍ‬ . ‫ﺍ‬‫ﻴﺮ‬‫ﺻ‬  ‫ﺪ‬ ‫ﻱ ﹶﻗ‬  ‫ﺬ‬ ‫ﺪ ﷲ ﺍﱠﻟ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺤ‬  ‫ﹶﺍﹾﻟ‬ “Segala Puji bagi Allah yang telah menjadikan iman nya seseorang dengan bercabang-cabang maka itu harus kita sempurnakan“

‫ﺪ ﷲ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺤ‬  ‫ ﹶﺍﹾﻟ‬:‫ﻮﻟﹸﻪ‬ ‫ﹶﻗ‬ Segala puji bagi Allah yang telah menjadikan berbagai cabang perbuatan iman yang perlu disempurnakan,Musannif mengawali kitab ini dengan membaca Bismillahirrahmanirrahim supaya mendapatkan keberkahan dari Allah SWT. Pada bait ini Musannif mengucapkan puji syukur ke hadirat ILLAHI RABBI yang telah menjadikan segala cabang perbuatan iman manusia. Adapun yang dimaksud dengan cabang iman disini adalah beberapa perbuatan iman manusia. Maka barang siapa orang yang melaksanakan perbuatan iman ini maka sempurna lah iman nya, dan barang siapa orang yang meninggalkan perbuatan iman ini maka kurang sempurna iman nya. Perlu diketahui bahwa cabang perbuatan iman itu ada 77 (tujuh puluh tujuh) cabang, sebagaimana yang telah dijelaskan Nabi dalam sabda nya yang berbunyi:

‫ﺍ ﱠﻻ ﺍﷲ‬ ‫ﻪ‬ ٰ‫ﺍﻟ‬‫ﻪ ﹶﻻ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﺎﹶﻗ‬‫ﻀﹸﻠﻬ‬  ‫ﻭﹶﺍ ﹾﻓ‬ ‫ﺒ ًﹶﺔ‬‫ﻌ‬ ‫ﺷ‬ ‫ﻮ ﹶﻥ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﺒ‬‫ﺳ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻊ‬ ‫ﻀ‬  ‫ﺎﻥ ﹺﺑ‬‫ﻳﻤ‬‫ﺍﻻ‬ ‫ﻥ‬ ‫ﺎ‬‫ﻳﻤ‬‫ﻻ‬ ‫ﻦ ﺍ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺒ ﹲﺔ‬‫ﻌ‬ ‫ﺷ‬ ‫ﺎ ُﺀ‬‫ﳊﻴ‬ ‫ﻳ ﹺﻖ ﺍ ﹶ‬‫ﻦ ِﺍﻟ ﱠﻄﹺﺮ‬‫ﺎ ﹶﻃ ﹸﺔ ﺍ ﹶﻻﺫٰﻱ ﻋ‬‫ﺍﻣ‬ ‫ﺎ‬‫ﺎﻫ‬‫ﺩﻧ‬ ‫ﻭﹶﺍ‬ Artinya : “adapun semua cabang perbuatan iman yang dapat menyempurnakan keimanan seseorang

itu ada 77 cabang, dan yang paling utama yaitu ucapan ‫ﺍﷲ‬

‫ ﹶﻻ ﺍﻟﻪ‬, sedangkan yang paling rendah yaitu

membuang sampah atau duri dari jalanan dan sifat punya rasa malu itu pun termasuk sebagian cabang dari perbuatan iman” Jadi yang dimaksud dengan cabang iman disini adalah cabang-cabang nya bukan pokok-pokoknya iman sebab pokok iman itu adalah

‫ﻖ ﺍﻟﹶﻘ ﹾﻠﺒﹺﻲ‬ ‫ﻳ‬‫ﺪ‬ ‫ﺼ‬  ‫ﺗ‬ (membenarkan dalam hati), maka dalam hal ini itu

tidak akan berkurang iman nya sebab jika iman berkurang maka akan jadi syak atau ragu-ragu sedangkan iman itu harus yakin yang timbul dari makrifat, yaitu artinya pengertian yang jazm yang sesuai dengan kenyataan dan disertai dengan alasan.

ُ‫ﺴﻠﱢﻢ‬  ‫ﻧ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺎ‬‫ﺗﻨ‬‫ﻼ‬ ‫ﺻﹶ‬  ‫ﺪ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﺑ‬ ‫ﻦ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺷﻨﹺﻲ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﺏ ﺍﻟ ﹸﻜ‬ ‫ﺘﺎ ﹺ‬‫ﻛ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺕ‬  ‫ﻮ‬ ‫ﻴ‬‫ﺑ‬ ‫ﻱ‬‫ﻫٰﺬ‬ ‫ﺠ ﹺﻢ‬  ‫ﻨ‬‫ﻭ ﺍﻟ‬ ‫ﺎ ِﺀ‬‫ﺴﻤ‬  ‫ﻲ ﺍﻟ‬‫ﺲ ﻓ‬  ‫ﻤ‬ ‫ﺷ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺍ‬‫ﺎ ﺩ‬‫ﻪ ﻣ‬ ‫ﺘ‬‫ﺑ‬‫ﺎ‬‫ﺻﺤ‬  ‫ﻭ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﻟ‬ٰ‫ﻭ ﺍ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺤ‬  ‫ﻤ‬ ‫ﻟ‬ Artinya: “kitab yang akan saya nazhomkan (syair) ini bait dari kitab Al-Kusyini ialah orang yang

berkata perkataan nya ada tersusun-susun setelah saya membaca sholat dan salam. Semoga dilimpahkan kepada Rasululloh Muhammad beserta keluarganya dan sahabat nya selama berputar matahari di langit dan bintang-bintang”.

‫ﺕ‬  ‫ﻮ‬ ‫ﻴ‬‫ﺑ‬ ‫ﻱ‬‫ﺕ ﻫٰﺬ‬  ‫ﻮ‬ ‫ﻴ‬‫ﺑ‬ ‫ﻱ‬‫ ﻫٰﺬ‬:‫ﻮﻟﹸﻪ‬ ‫ﹶﻗ‬ Perkataan: ini bait / syair Artinya: beberapa nazhom (syair) ini dikutip atau diambil dari kitab Al-Kusyini, ialah orang yang berkata setelah saya membaca sholawat dan Salam kepada Nabi SAW dan kepada para keluargakeluarganya, dan kepada para sahabat selama matahari dan bintang di langit masih berputar. Dalam 1

bait ini Syeck Nawawi Bantani menjelaskan, sesungguhnya kitab ini bersumber dari kitab Imam Zainudin bin Ali Ahmad As-Syafi’iy Al Malibari suatu negeri yang ada di negeri Pakistan yang merupakan Nanyar. Kemudian dinazhomkan oleh Syeck Nawawi dan diberi syara langsung oleh Syeck Nawawi sendiri, dan tiga bait di atas merupakan ucapan nya, dan bait selanjutnya di ucapkan oleh Imam Zainudin Al Malibari. Pada bait ini Musannif mengucapkan shalawat dan Salam kepada Nabi Muhammad SAW juga untuk para keluarganya dan sahabat nya selama matahari dan bintang di langit masih berputar. Pendek nya rahmat dan Salam semoga dilimpahkan kepada keluarganya Nabi, sahabat nya sampai hari Kiamat nanti.

‫ﻢ‬ ‫ﻌ ﹸﻈ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻀ ٍﹺﻞ‬  ‫ﻫ ﹸﻞ ﹶﻓ‬ ‫ﺎ ﹶﺍ‬‫ﻧﻬ‬‫ﻮ‬ ‫ﻤﹸﻠ‬ ‫ﺘ ﹾﻜ‬‫ﺴ‬  ‫ﻳ‬ ‫ﺒ ًﹶﺔ‬‫ﻌ‬ ‫ﺷ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻴ‬‫ﻋ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻊ‬ ‫ﻀ‬  ‫ﺎ ﹺﺑ‬‫ﻧﻨ‬‫ﺎ‬‫ﻳﻤ‬‫ﹺﺇ‬ Semua perbuatan iman kita itu ada tujuh puluh tujuh cabang yang disempurnakan oleh orang yang memiliki keutamaan yang mulia. Artinya: semua perbuatan iman yang menjadikan kesempurnaan iman ada 77 (tujuh puluh tujuh) cabang, yang telah disempurnakan oleh ahli fadli yang agung. Pada bait ini Imam Kusyini memulai ucapan nya dengan menjelaskan bahwa perbuatan iman itu ada 77 (tujuh puluh tujuh) cabang, maka orang yang mempunyai keutamaan yang agung harus menyempurnakan kepada beberapa cabang perbuatan iman ini sebab semua perbuatan iman itu dapat menjadikan kebahagiaan kita hidup di dunia sampai akhirat. Semoga Allah SWT menjadikan kita semua sebagai ahlul fadli yang dapat melaksanakan 77 (tujuh puluh tujuh) cabang perbuatan iman sehingga kita semua mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia dan mendapatkan kenikmatan yang abadi di akhirat. Amien Ya Robbal Alamien.

‫ﻢ‬ ‫ﺎﹶﻟ‬‫ﻲ ﺍﻟﻌ‬‫ﻳ ﹾﻔﻨ‬ ‫ﻮ ﹺﻡ‬ ‫ﻴ‬‫ﻭﹺﺑ‬ ‫ﺎ ِﺀ‬‫ﻧﹺﺒﻴ‬‫ﻭﹾﺍ ﹶﻻ‬ ‫ﺐ‬ ‫ﺘ ﹺ‬‫ﻭﺍﻟ ﹸﻜ‬ ‫ﻚ‬  ‫ﻴ‬‫ﺋ‬‫ﻼ‬ ‫ﻭﺍ ﹶﳌ ﹶ‬ ‫ﻚ‬  ‫ﺑ‬‫ﺮ‬ ‫ﻦ ِﺑ‬ ‫ﻣ‬ ٰ‫ﺍ‬ “Beriman lah engkau kepada Tuhan mu dan kepada Malaikat dan kepada semua kitab dan kepada Nabi-Nabi dan kepada hari kehancuran nya semua alam” Setelah musannif menjelaskan beberapa cabang iman dengan jumlah, maka dalam bait ini musannif akan menjelaskan 77 (tujuh puluh tujuh) cabang perbuatan iman secara terperinci.

‫ﻚ‬  ‫ﺑ‬‫ﺮ‬ ‫ﻦ ﹺﺑ‬ ‫ﻣ‬ ٰ‫ ﺍ‬:‫ﻪ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﹶﻗ‬ Maksudnya adalah kita harus beriman kepada Allah, Malaikat-Malaikat Nya, kitab-kitab Nya, NabiNabi Nya, dan beriman kepada hari kiamat yaitu hari kehancuran nya seluruh alam. Pada bait ini musannif akan menjelaskan 5 cabang perbuatan iman, yaitu: 1.

2.

Iman kepada Allah. Iman kepada Allah yaitu dengan menyatakan bahwa sesungguhnya Allah adalah Zat yang tunggal, tidak ada yang menyerupai nya baik dalam zat Nya, sifat-sifat Nya maupun dalam perbuatan Nya, di yakini adanya tidak ada permulaan nya dan tidak ada akhiran nya, yang berwujud dengan zat nya tidak membutuhkan kepada yang lainnya, berbeda dengan makhluk nya dan seterusnya, sebagaimana yang terdapat dalam sifat 20. Iman kepada Malaikat. Beriman kepada Malaikat yaitu dengan meyakini adanya dengan mengi’tikodkan bahwa sesungguhnya Malaikat adalah hamba nya Allah yang sangat di mulia kan, yang senantiasa meninggalkan segala apa yang dilarang oleh Allah dan senantiasa melaksanakan segala apa yang diperintahkan nya. Malaikat adalah zat yang halus, yang diberi ruh dengan kekuatan bisa menyerupai pria maupun wanita dan dapat merubah bentuk ke dalam bentuk apa saja. Yang dalam istilah dalam bahasa Sunda mancala putra mancala putri.

2

3.

4.

5.

Iman kepada kitab-kitab Allah. Iman kepada kitab-kitab Allah yaitu meyakini dan membenarkan bahwa setiap kitab yang diturunkan Allah kepada para Nabi Nya adalah wahyu Allah yang hak (benar meliputi atas hukum-hukum dan berita-berita zaman dahulu maupun berita-berita yang akan datang). Iman kepada Nabi-Nabi Allah. Iman kepada Nabi-Nabi Allah yaitu meyakini dan membenarkan bahwa semua ucapan baik yang datang dari Allah maupun yang datang dari Nabi sendiri itu adalah hak (benar). Nabi diutus Allah untuk memberikan petunjuk dan menyempurnakan kehidupan manusia dan tempat kembalinya, kemudian Nabi Nabi itu diberikan kekuatan oleh Allah dengan beberapa mu’jizat yang dapat menunjukkan bahwa ia adalah benar-benar Rasul yang diutus Allah untuk menyampaikan sesuatu yang hak kepada semua manusia yang telah mukhalaf. Iman kepada hari kiamat. Iman kepada hari kiamat yaitu meyakini dan membenarkan kepada satu hari, yang pada hari rusak atau hancur seluruh alam, baik alam yang ada di langit maupun alam yang ada di bumi, dan kita pun wajib beriman akan adanya Yaumul Hisab (perhitungan amal), Mizan timbangan), Shirot (jembatan), Surga dan Neraka.

‫ﺚ‬  ‫ﻌ‬ ‫ﺒ‬‫ﻭﺍﹾﻟ‬ :‫ﻪ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﹶﻗ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﺸ‬ ‫ﺤ‬  ‫ﺗ‬ ‫ﻚ‬  ‫ﻴ‬‫ﺋ‬‫ﻼ‬ ‫ﳋﹶ‬ ‫ﻪ ﺍ ﹶ‬ ‫ﻴ‬‫ﻓ‬‫ﺸِﺮ‬ ‫ﺤ‬  ‫ﻣ‬ ‫ﻲ‬‫ﺎ ﻓ‬‫ﻌﻨ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺟ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻴ ﹺﻞ‬‫ﻠ‬‫ﳉ‬ ‫ﺪِﺭﹾﺍ ﹶ‬ ‫ﺍﻟ ﹶﻘ‬‫ﺚ ﻭ‬  ‫ﻌ‬ ‫ﺒ‬‫ﻭﺍﹾﻟ‬ Dan beriman kepada kejadian bangkit nya semua manusia dari kubur dan kepada qodar yang mulia dan kumpul nya kita semua di alam Ma’syar pada hari itu semua makhluk pada memikirkan nasibnasib nya sendiri. Setelah musannif menjelaskan cabang iman yang kelima maka pada bait ini musannif akan menjelaskan tiga cabang iman berikutnya, yaitu yang keenam, ketujuh dan delapan.

 ‫ﻌ‬ ‫ﺒ‬‫ﻭﺍﹾﻟ‬ Musannif berkata: ‫ﺚ‬ Artinya: dan bangkit dari kubur, iman kepada qodar (ketentuan dari Allah) dan berkumpul nya kita semua di alam Ma’syar, yang pada waktu itu semua manusia memikirkan tentang dirinya sendiri. Pada lafaz 6.

7.

8.

‫ﺚ‬  ‫ﻌ‬ ‫ﺒ‬‫ﻭﺍﹾﻟ‬

Di atofkan kepada lafaz yang di atas.

Cabang iman yang nomer enam yaitu beriman bahwa Allah SWT akan membangkitkan seluruh manusia yang telah mati, baik yang ada di alam kubur maupun yang mati tenggelam, dan yang dibangkitkan itu adalah seluruh jasad yang mati dahulu. Cabang iman yang ketujuh yaitu beriman kepada qodar atau ketentuan dari Allah SWT. Kita wajib mempercayai bahwa sesungguhnya Allah SWT telah menjadikan segala sesuatu itu sesuai dengan sepengetahuan nya, semua perbuatan makhluk yang telah terjadi baik dan buruknya itu telah ditentukan Allah SWT, maka sudah sepatutnya kita semua pasrah sumaroh kepada ketentuan Allah SWT. Cabang iman yang kedelapan yaitu beriman kepada alam Ma’syar. Kita semua wajib percaya bahwa semua makhluk akan digiring masuk ke alam Ma’syar setelah mereka dibangkitkan dari kubur nya, alam Ma’syar adalah satu daratan yang berwarna putih, datar tak terdapat sedikitpun lobang juga tak ada menonjol, pada alam Ma’syar itulah manusia berada dalam kondisi sesuai dengan amal perbuatan ketika mereka masih hidup di alam dunia, maka sebagian mereka ada yang berjalan dengan kendaraan nya, ada juga yang berjalan dengan kakinya, kemudian ada juga yang berjalan dengan kepala nya dan masih banyak ragam lainnya. Musannif berkata:

‫ﺚ‬  ‫ﻌ‬ ‫ﺒ‬‫ﻭﺍﹾﻟ‬ 3

Artinya: kita semua wajib beriman kepada hari kebangkitan dari alam kubur, iman kepada qodar (ketentuan Allah) dan beriman kepada alam Ma’syar, yang pada alam maksiat maka disitulah mereka bingung, hati ingin memeluk gunung apa daya tangan tak sampai.

‫ﻢ‬ ‫ﻨ‬‫ﻬ‬ ‫ﺠ‬  ‫ﻟ‬‫ﻓٍﺮ‬‫ﻊ ﻛﹶﺎ‬ ‫ﺮ ﹺﺟ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻭﹺﺑﹶﺎ ﱠﻥ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﺎﹺﻧ‬‫ﺠﻨ‬ ‫ﻟ ﹺ‬ ‫ ﹴﻢ‬‫ﺴﻠ‬  ‫ﻣ‬ ‫ﻊ‬ ‫ﺮ ﹺﺟ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻭﹺﺑﹶﺎ ﱠﻥ‬ Dan perlu kita beriman sesungguhnya tempat kembalinya orang-orang muslim itu ke Surga dan sesungguhnya tempat kembalinya orang-orang kafir itu ke Neraka.

‫ﻊ‬ ‫ﺮ ﹺﺟ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻭﹺﺑﹶﺎ ﱠﻥ‬ :‫ﻪ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﹶﻗ‬ 9.

Pada bait ini musannif akan menjelaskan cabang iman yang ke 9 (sembilan). Kita semua wajib percaya bahwa sesungguhnya surga adalah merupakan tempat kembalinya orang-orang Islam selama-lamanya. Yang dimaksud Muslim disini adalah manusia yang mati dengan membawa Iman dan Islam, di Surga lah tempat mereka selama-lamanya. Juga kita pun wajib beriman bahwa Neraka adalah merupakan tempat kembalinya orang-orang kafir selama-lamanya, yang dimaksud kafir disini adalah manusia yang mati dalam keadaan kufur sekalipun tadinya Muslim, jika mati dalam keadaan kufur maka dia dihukumi sebagai orang yang kafir. Adapun anak kecil yang belum balig keturunan dari orang kafir mati, maka tempat kembalinya adalah Surga (menurut pendapat yang shahih), menurut sebagian pendapat yang lain tempat kembali anak kecil itu adalah Jabal A’rof yaitu suatu tempat yang terletak diantara Surga dan Neraka.

‫ﻢ‬ ‫ﻠ‬‫ﺴ‬  ‫ﻣ‬ ‫ﺎ‬‫ﻦ ﻳ‬ ‫ﻮ ﱠﻛﹶﻠ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﺝ‬  ‫ﺭ‬ ‫ﺍ‬ ‫ﺔ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻟ‬‫ﻭ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﻋﻘﹶﺎﹺﺑ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻴ‬‫ﻟ‬‫ﻒ ﹶﺍ‬  ‫ﺧ‬ ‫ﻚ‬  ‫ﻬ‬ ٰ‫ﺍﻟ‬ ‫ﺐ‬  ‫ﺒ‬‫ﺣ‬ ‫ﺍ‬‫ﻭ‬ “Dan engkau harus mencintai (dan cintai lah) kepada Tuhan mu dan engkau harus takut atas pedih nya siksa Tuhan dan kepada rahmat-Nya engkau harus mengharapkan dan engkau harus bertawakal wahai orang Muslim”

‫ﺐ‬  ‫ﺒ‬‫ﺣ‬ ‫ﺍ‬‫ ﻭ‬:‫ﻪ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﹶﻗ‬ Pada bait ini musannif akan menjelaskan 4 (empat) cabang perbuatan iman yaitu yang ke 10, 11, 12 dan 13. 10. Cabang perbuatan iman yang ke 10 (sepuluh) yaitu, mencintai Allah dengan cara senang membaca Al-Qur’an dengan mengamalkan isinya, tanda merasa mencintai Allah dan Al-Qur’an yaitu dengan cara mencintai Nabi SAW, sebagai bukti kita mencintai Nabi SAW adalah cinta kepada sunnah-sunnah nya, tanda kita mencintai sunnah-sunnah nya yaitu : kita senang kepada akhirat dengan tidak terlalu mencintai harta dunia, tanda kita mencintai akhirat yaitu kita tidak begitu memerlukan harta dunia kecuali harta itu digunakan untuk beribadah kepada Allah SWT, segala harta yang kita miliki semata-mata dipersembahkan untuk urusan akhirat, bukan untuk ditumpuk-tumpuk atau dikumpulkan demi memperoleh kesenangan hidup di dunia belaka dengan melupakan kehidupan nanti di akhirat.

 Berkata Hatim bin Alwan ‫ﻩ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺳ‬

‫ﷲ‬ ُ ‫ﺱﺍ‬  ‫ﺪ‬ ‫ﹶﻗ‬

1. Barang siapa orang yang mengaku cinta kepada Allah tetapi senang melaksanakan segala apa yang diharamkan Allah maka pengakuan nya itu adalah bohong. 2. barang siapa mengaku mencintai Nabi SAW tetapi tidak merasa rela atas kefaqiran, yaitu ingin sekali mempunyai banyak harta sehingga duk hulupat nyawa, berjuang mati-matian hanya untuk kepentingan dunia dengan melupakan perkara akhirat dan perintah Nabi maka pengakuan nya itu bohong, karena Nabi SAW sifatnya

4

‫ﻦ‬ ‫ﻛ‬ ‫ﺎ‬‫ﺍ ﹶﳌﺴ‬‫ﺍ َﺀ ﻭ‬‫ﺐ ﺍﻟ ﹸﻔ ﹶﻘﺮ‬  ‫ﺤ‬  ‫ﻳ‬ tanda nya Nabi senang kepada urusan dunia, Nabi sering memberikan kambing nya kepada orang-orang faqir sehingga semua harta Nabi dan Siti Khadija habis untuk kepentingan agama Allah SWT. 3. Barang siapa yang mengaku mencintai Surga tetapi tidak memanfaatkan harta nya untuk menolong orang faqir dan miskin dan mengagungkan agama Allah disumbangkan untuk pembangunan agama Allah maka pengakuan cinta nya itu bohong belaka. 11. Cabang perbuatan iman yang ke 11 (sebelas) yaitu harus mempunyai rasa takut akan pedih nya siksa Allah, dan serendah-rendahnya tingkatan rasa takut yaitu mampu menjauhi segala apa yang di larang oleh Allah SWT, dan tingkatan rasa takut yang pertengahan yaitu disamping menjauhi segala apa yang dilarang oleh Allah SWT, juga menjauhi segala perkara yang subhat artinya sesuatu perkara yang belum pasti halal haram nya, dan tingkatan rasa takut yang paling baik adalah dapat menjauhi segala yang dilarang Allah bisa menjauhi perkara yang subhat juga dirinya dikerahkan sepenuhnya untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Tingkatan Iman: 1. Terendah disebut WARO (apik) 2. Pertengahan disebut MUTTAQIN 3. Utama disebut SIDDIQIN. 12. Cabang perbuatan iman yang ke 12 (dua belas) yaitu kita harus senantiasa mengharapkan kepada rahmat Allah karena Allah memiliki sifat Rahman dan Rahim, sebagaimana yang dijelaskan dalam firman-Nya, yang berbunyi:

4 «!$# ÏπuΗ÷q§‘ ÏΒ (#θäÜuΖø)s? Ÿω öΝÎγÅ¡à Ρr& #’n?tã (#θèùuŽó€r& tÏ%©!$# y“ÏŠ$t7Ïè≈tƒ ö≅è% * Artinya : “Katakanlah ! hamba-hamba Ku yang beriman yang telah merusak pada dirinya sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Ku, kau harus patuh, sekalipun kamu telah berlaku dosa tetapi hendaklah selalu mengharap rahmat dari Tuhan mu”. (QS.Az-Zummar[39]:53) Sabda Nabi SAW yang berbunyi:

‫ﻂ‬  ‫ﺪ ﺍ ﹸﳌ ﹾﻘﹺﻨ‬ ‫ﺎِﹺﺑ‬‫ﻦ ﺍﻟﻌ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﷲ‬ ِ ‫ﱃﺍ‬ ‫ﺍ ﹶ‬ ‫ﺏ‬  ‫ﺮ‬ ‫ﺎﻟٰﻰ ﹶﺍ ﹾﻗ‬‫ﻌ‬‫ﷲ ﺗ‬ ِ ‫ﺔ ﺍ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻟ‬ ‫ﻲ‬ ‫ﺍ ﹺﺟ‬‫ﺮ ﺍﻟﺮ‬ ‫ﺍﻟﻔﹶﺎ ﹺﺟ‬ Orang yang fajir yang senantiasa mengharapkan rahmat Allah, mereka lebih dekat dari pada orang yang beribadah tetapi memutuskan dari rahmat Allah, dan bagi nya orang yang taat janganlah terlalu melihat kepada kasih sayangnya Allah tetapi hendaklah ingat akan ‫ﺏ‬  ‫ﻌﻘﹶﺎ‬ ‫ﺍﻟ‬

‫ﺪ‬ ‫ﻳ‬‫ﺪ‬ ‫ﺷ‬

(azab yang pedih) nya Allah, jangan menganggap remeh sampai ia berani melakukan maksiat. Yang dimaksud dengan Roja adalah mengharapkan sesuatu yang mungkin tercapai nya disertai dengan usaha yang sungguh-sungguh seperti kita ingin masuk dalam Surga dengan selalu melaksanakan segala apa yang diperintahkan Allah, contoh lain kita kepingin bisa ngaji harus disertai dengan usaha yang sungguh-sungguh supaya kita bisa ngaji, tetapi jika kita mengharapkan sesuatu yang tidak disertai dengan usaha ‫ﺐ‬  ‫ﺴ‬  ‫ ﹶﻛ‬yang sungguh-sungguh maka hal seperti ini bukan

Roja’ tetapi dia termasuk angan-angan ‫ﻰ‬ ‫ﻨ ْﹺ‬‫ﻤ‬ ‫ﺗ‬ 13. Cabang perbuatan iman yang ke 13 (tiga belas) yaitu kita harus senantiasa bertawakal kepada Allah yaitu pasrah kepada Allah dengan merasa dirinya tidak mempunyai daya kekuatan apa-apa hal ini dijelaskan dalam firman Allah:

tÏΖÏΒ÷σ•Β ΟçGΨä. βÎ) (#þθè=©.uθtGsù Artinya: “bertawakal lah kamu kepada Allah jika kamu benar-benar beriman” 5

Perlu diketahui bahwa tawakal itu ada 3 (tiga) tingkatan, adapun tingkatan nya: 1) Dalam pendirian nya dalam ketentuan Allah dan kepercayaan atas tanggung jawabnya dan pertolongan nya seperti kepercayaan kepada wakil (pemerintah) dan tawakal. 2) Ialah pendirian nya bersama Allah seperti pendirian bayi terhadap orang tua nya dia tidak tahu kepada selain dari orang tua nya dan selalu mengeluh kepada orang tua nya dan tawakal. 3) Ialah dalam pendirian nya di hadapan Tuhan nya seperti orang yang mati yang sedang dimandikan dia tidak merasa punya daya upaya.

‫ﻢ‬ ‫ﻣ ﹾﺄﹶﺛ‬ ‫ﻚ‬  ‫ﻳﺮٰﻯ ﹺﺑ‬ ‫ﺎ‬‫ﻚ ﻣ‬  ‫ﻳﹺﻨ‬‫ﺪ‬ ‫ﺨ ﹶﻞ ﹺﺑ‬  ‫ﺑ‬‫ﺍ‬‫ﻩ ﻭ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻢ ﹶﻗ‬ ‫ﻋ ﱢﻈ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻚ ﹸﺛ‬  ‫ﻴ‬‫ﻧﹺﺒ‬ ‫ﺐ‬  ‫ﺒ‬‫ﺣ‬ ‫ﺍ‬‫ﻭ‬ Dan engkau harus mencintai kepada Nabi mu lalu kamu memuliakan atas kepengikutnya dan engkau harus mempertahankan agama mu maka tidak akan dijumpai nya pada dirimu dosa.

‫ﻚ‬  ‫ﻧﹺﺒّﹺﻴ‬ ‫ﺐ‬  ‫ﺒ‬‫ﺣ‬ ‫ﺍ‬‫ ﻭ‬:‫ﻪ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﹶﻗ‬ Pada bait ini musannif akan menjelaskan cabang perbuatan iman yang ke 14 (empat belas), ke 15 (lima belas) dan ke 16 (enam belas). 14. Maka cabang perbuatan iman yang ke 14 (empat belas) yaitu harus mencintai kepada Nabi Muhammad SAW lebih dari mencintai yang lain, sebagaimana sabda Nabi yang artinya “tidak

dikatakan iman sempurna seseorang diantara kamu sehingga cinta nya ke padaku melebihi dari mencintai kepada dirinya sendiri, kepada harta nya, anak-anaknya kedua orang tanya dan sahabat nya juga kepada pemerintahan dan kepada teman-teman kita”. Tanda nya kita lebih mencintai kepada Nabi dari pada kepada yang lainnya yaitu apabila antara perintah dan larangan nya itu bertentangan maka yang diambil adalah perintah nya (turut kepada Nabi) dari pada kepada yang lainnya. 15. Cabang perbuatan iman yang ke 15 (lima belas) Ta’zim / memuliakan Nabi Muhammad SAW. Dengan cara kita memuliakan Hari Kelahiran Nabi Muhammad SAW. Sebagaimana firman Allah SWT :

‫ﻮﺍ‬‫ﺮﺧ‬ ‫ﻴ ﹾﻔ‬‫ﻚ ﹶﻓ ﹾﻠ‬  ‫ﻟ‬‫ﻪ ﹶﻓﹺﺒﺬﹶﺍ‬ ‫ﺘ‬‫ﻤ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻭﹺﺑ‬ ‫ﷲ‬ ِ ‫ﻀ ﹺﻞ ﺍ‬  ‫ﹸﻗ ﹾﻞ ﹺﺑﻔﹶ‬ Katakanlah (Muhammad), sebab fadhal dan rahmat Allah (kepada kalian), maka bergembiralah kalian. (QS Yunus, 58) Ayat ini, jelas-jelas menyuruh kita umat Islam untuk bergembira dengan adanya rahmat Allah SWT. Sementara Nabi Muhammad SAW adalah rahmat atau anugerah Tuhan kepada manusia yang tiada tara nya. Sebagaimana firman Allah SWT:

‫ﻦ‬ ‫ﻴ‬‫ﻤ‬ ‫ﺎﹶﻟ‬‫ﻟ ﹾﻠﻌ‬ ‫ﻤ ﹰﺔ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﻙ ﺇﻟﱠﺎ‬ ‫ﺎ‬‫ﺳ ﹾﻠﻨ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺎ ﹶﺃ‬‫ﻭﻣ‬ Dan Kami tidak mengutus mu (Muhammad) kecuali sebagai rahmat bagi seluruh alam. (QS. al-Anbiya’,107) Sesungguhnya, perayaan maulid itu sudah ada dan telah lama dilakukan oleh umat Islam. Benih nya sudah ditanam sendiri oleh Rasulullah SAW. Dalam sebuah hadits diriwayatkan:

‫ﺌ ﹶﻞ‬‫ﺳ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﺳﱠﻠ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﻴ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﷲ‬ ُ ‫ﺻﻠﱠﻰ ﺍ‬  ‫ﷲ‬ ِ ‫ﻮ ﹶﻝ ﺍ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﻪ ﺃ ﱠﻥ‬ ‫ﻨ‬‫ﻋ‬ ‫ﷲ‬ ُ ‫ﻲ ﺍ‬ ‫ﺿ‬  ‫ﺭ‬ ‫ﺎﺭﹺﻱ‬‫ﻧﺼ‬‫ﺩ ﹶﺓ ﺍﻷ‬ ‫ﺎ‬‫ﻦ ﺃﺑﹺﻲ ﹶﻗﺘ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﻲ – ﺻﺤﻴﺢ ﻣﺴﻠﻢ‬ ‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﻧ ﹺﺰ ﹶﻝ‬‫ﻪ ﹸﺃ‬ ‫ﻴ‬‫ﻓ‬‫ﻭ‬ ‫ﺕ‬  ‫ﺪ‬ ‫ﻟ‬‫ﻭ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﻴ‬‫ﻓ‬ ‫ﻴ ﹺﻦ ﹶﻓﻘﹶﺎ ﹶﻝ‬‫ﻨ‬‫ﻮ ﹺﻡ ﺍﹾﻹﹾﺛ‬ ‫ﺻ‬  ‫ﻦ‬ ‫ﻋ‬ 6

Diriwayatkan dari Abu Qatadah al-Anshari RA bahwa Rasulullah SAW pernah ditanya tentang puasa Senin. Maka beliau menjawab, “Pada hari itulah aku dilahirkan dan wahyu diturunkan kepadaku”. (HR Muslim) Betapa Rasulullah SAW begitu memuliakan hari kelahirannya. Beliau bersyukur kepada Allah SWT pada hari tersebut atas karunia Tuhan yang telah menyebabkan keberadaannya. Rasa syukur itu beliau ungkapkan dengan bentuk puasa. 16. Cabang perbuatan iman yang ke 16 (enam belas) yaitu tidak memberikan agama Islam / ditukar dengan agama lain sehingga lebih baik miskin asalkan beragama Islam, lebih baik mati dari pada agama kita dijual, tidak takut mati, tidak terpikat dengan harta benda yang melimpah sebab merasa sayang kepada agama Islam, ingin mati membawa iman Islam. Sebagaimana yang terjadi pada masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz dia mengutus tentara perang ke negeri Rum untuk melaksanakan peperangan, begitu peperangan terjadi ternyata kemenangan diperoleh negara Rum mereka dapat menawan 20 orang dari pihak kaum Muslimin karena jumlah kaum Muslimin pada waktu itu sedikit. Setelah itu raja negeri Rum mengambil salah seorang sahabat yang tertawan, ia dibujuk dirayu agar mau melepaskan agama Islam dengan jaminan akan diangkat jadi Bupati sebaliknya jika tidak mau maka pedang siap menghunus membunuh lewat leher nya, karena agama Islam telah mendarah daging pada sahabat itu maka ia tidak takut mati, tidak tergiur atau tergoda dengan jabatan, tidak akan menjual agama dengan harta dan jabatan, “lebih baik mati asalkan mati dengan membawa iman Islam”. Setelah sahabat itu berkata demikian kemudian raja memerintah kepada patih nya untuk membunuh sahabat itu, sehingga dibunuh lah sahabat itu dengan diputuskan leher nya menggunakan pedang, setelah leher nya terpisah dari badannya maka kemudian Allah memberikan keramat kepada kepala sahabat itu sehingga kepala nya bisa muter mengelilingi lapangan sambil membacakan ayat :

∩⊄∪ “ω≈t6Ïã ’Îû ’Í?ä{÷Š$$sù ∩⊄∇∪ Zπ¨ŠÅÊó÷£∆ ZπuŠÅÊ#u‘ Å7În/u‘ 4’n<Î) ûÉëÅ_ö‘$# ∩⊄∠∪ èπ¨ΖÍ×yϑôÜßϑø9$# ߧø ¨Ζ9$# $pκçJ−ƒr'‾≈tƒ ∩⊂⊃∪ ÉL¨Ζy_ ’Í?ä{÷Š$#uρ Yang dimaksud ayat itu adalah bahwa sahabat itu merasa berbahagia pulang kembali ke hadirat dengan mendapatkan ridhonya dan dia dimasukkan ke dalam Surga bersama dengan orangorang yang mulia. Maka raja itu marah kemudian raja Rum mengambil satu sahabat lainnya, dan dia bujuk dirayu ditakut-takuti, lantas sahabat itu pun menjawab seperti ungkapan sahabat yang pertama bahwa dirinya tidak akan mau diberi kedudukan, jabatan dan harta yang melimpah lebih baik mati asalkan dapat membawa iman Islam, maka sahabat itu pun dipenggal leher ya dibunuh dengan pedang oleh patih nya raja Rum kemudian kepala itu pun seperti sahabat pertama berputar mengelilingi lapangan sambil membaca ayat :

∩⊄⊂∪ ×πu‹ÏΡ#yŠ $yγèùθäÜè% ∩⊄⊄∪ 7πuŠÏ9%tæ >π¨Ψy_ ’Îû ∩⊄⊇∪ 7πu‹ÅÊ#§‘ 7πt±ŠÏã ’Îû uθßγsù Yang maksudnya adalah sahabat itu berada pada kehidupan yang berbahagia, dia dimasukkan dalam Surga yang tinggi derajat nya. Kemudian kepala sahabat yang kedua ini berhenti disamping kepala sahabat yang pertama. Raja Rum semakin marah, maka diambil sahabat yang ketiga mereka pun dirayu, dibujuk, ditakut-takuti seperti sahabat yang pertama dan kedua tadi, tetapi sahabat yang ketiga ini pasrah tunduk patuh pada raja Rum, dia rela melepaskan agama Islam dia ingin punya kedudukan tinggi, dia takut kepada mati, dari situ kemudian raja Rum memerintahkan kepada patih nya

“berilah orang ini kedudukan yang tinggi, jadikan lah ia Bupati dan beri jabatan yang mulia”. Kemudian patih itu menjawab, “wahai gusti raja, berhati-hati lah, jangan tergesa-gesa

memberikan pangkat, jabatan dan kedudukan kepada orang ini karena menurut pandangan saya 7

orang ini perlu dijawab dulu apakah dia itu benar-benar akan tunduk patuh kepada sang raja atau hanya penipuan belaka”, kemudian patih itu memerintahkan kepada sahabat yang telah pasrah untuk membunuh seluruh rekan-rekan seagama nya, dilaksanakan lah perintah patih itu sehingga semua sahabat mati dibunuh tinggal dia sendiri, kemudian kata sang raja “segeralah angkat orang ini jadi Bupati” kemudian patih itu menjawab, “saya belum berani mengangkat orang ini jadi Bupati karena teman-teman mereka yang satu agama, satu akidah saja berani ia bunuh apalagi kita yang lain agama, tidak se akidah, saya khawatir jika orang ini diangkat jadi Bupati suatu saat nanti negara ini akan hancur berantakan diporak-porandakan oleh nya. Kemudian raja itu memutuskan, “jika memang demikian, silakan bunuh orang ini” maka dibunuh lah sahabat itu dipenggal leher nya sampai kepala nya berpindah dari badan nya, lalu kepala itu berputar mengelilingi lapangan seperti sahabat-sahabat pertama dan kedua sambil membaca ayat:

∩⊇∪ Í‘$¨Ζ9$# ’Îû tΒ ä‹É)Ζè? |MΡr'sùr& É>#x‹yèø9$# èπyϑÎ=x. ϵø‹n=tã ¨,ym ôyϑsùr& Maksud nya adalah sahabat yang ketiga ini langsung mendapat siksa dari Allah SWT. Dari kisah di atas dapat lah kita tarik kesimpulan, dua orang sahabat yang selamat mendapat kehidupan akhirat yang penuh dengan kenikmatan karena kedua sahabat itu mampu mempertahankan agama nya, agama nya tidak mau ditukar dengan harta benda, pangkat, kedudukan, dan jabatan yang tinggi, sedangkan sahabat yang ketiga langsung mendapatkan siksa dari Allah SWT karena ia rela agama Islam ditukar dengan harta benda, pangkat dan kedudukan yang tinggi.

‫ﻢ‬ ‫ﺼ‬  ‫ﻌ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﺍ ﹾﻃ‬‫ﺏ ﻭ‬  ‫ﺮ‬ ‫ﻡ ﺍﻟ‬ ‫ﻼ‬ ‫ﻢ ﹶﻛ ﹶ‬ ‫ﻋ ﱢﻈ‬ ‫ﻮﺭٰﻯ‬ ‫ﻪ ﺍﻟ‬ ‫ﻘﻨ‬ ‫ﻢ ﹶﻟ‬ ‫ﻌ ﹾﻠ ٍﹺﻢ ﹸﺛ‬ ‫ﻟ‬ ‫ﺐ‬  ‫ﺍ ﹾﻃﹸﻠ‬‫ﻭ‬ Dan engkau harus mencari ilmu lalu engkau harus mengajarkan nya kepada orang-orang bodoh dan engkau harus mengacungkan kepada firman Tuhan dan harus membersihkan maka engkau akan terpelihara

‫ﻌ ﹾﻠ ٍﹺﻢ‬ ‫ﻟ‬ ‫ﺐ‬  ‫ﺍ ﹾﻃﹸﻠ‬‫ ﻭ‬:‫ﻪ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﹶﻗ‬ Pada bait ini musannif akan menjelaskan 4 (empat) cabang perbuatan iman yaitu yang ke 17, 18, 19, dan 20. 17. Cabang perbuatan iman yang ke 17 (tujuh belas) kita wajib mencari ilmu hal, yakni ilmu untuk melaksanakan segala perbuatan / amal yang harus dilaksanakan seperti yang diwajibkan kepada kaum Muslimin yaitu mengerjakan sholat, membayar zakat, dan bertakwa. Wajib bagi kita mengetahui cara melaksanakan sholat dengan mengetahui ilmu nya, sebab jika melaksanakan sholat dan membaca syahat juga bertawakal tidak mengetahui nya, maka amal nya tidak akan diterima. Sebagaimana sabda Nabi yang berbunyi:

‫ﺕ‬ ٍ ‫ﺎ‬‫ﻠﻤ‬‫ﺴ‬  ‫ﻣ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻠ ٍﹺﻢ‬‫ﺴ‬  ‫ﻣ‬ ‫ﻠﻰٰ ﹸﻛ ﱢﻞ‬‫ﻀ ﹸﺔ ﻋ‬  ‫ﻳ‬‫ﻌﻠﹾ ﹺﻢ ﹶﻓ ﹺﺮ‬ ‫ﺐ ﺍﻟ‬  ‫ﹶﻃﹶﻠ‬ Artinya: “mencari ilmu hal itu wajib bagi setiap Muslimin laki-laki maupun perempuan”. Adapun ilmu yang tidak wajib dicari yaitu ilmu sekedar untuk mencari kemuliaan atau untuk memperoleh kepangkatan dunia, maka mencari ilmu untuk kepentingan dunia tidak wajib, bahkan jika kita belum mengetahui ilmu yang wajib dicari kemudian kita mendahulukan ilmu yang tidak wajib maka berarti kita telah berlaku zalim (aniaya) terhadap diri kita sendiri karena berarti kita mendahulukan yang sunnah dari pada yang wajib, jika mati maka belum melaksanakan kewajiban. Sebagaimana sabda Nabi yang berbunyi: 8

‫ﺎ ﹺﺭ‬‫ﻦ ﺍﻟﻨ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺤ‬  ‫ﺑ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﻨ‬‫ﻴ‬‫ﺑ‬‫ﻭ‬ ‫ﻚ‬  ‫ﻨ‬‫ﻴ‬‫ﺑ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻭﹶﻟ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻌ ﹾﻠ‬ ‫ﺐ ﺍﻟ‬ ‫ﹸﺍ ﹾﻃﹸﻠ ﹺ‬ Juga sabda Nabi:

‫ﺪ‬ ‫ﺤ‬  ‫ﺍﻟﹶﻰ ﺍﱠﻟ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻦ ﺍ ﹶﳌ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻌ ﹾﻠ‬ ‫ﺐ ﺍﻟ‬ ‫ﹸﺍ ﹾﻃﹸﻠ ﹺ‬ Yang maksudnya adalah kita wajib mencari ilmu sampai mati, jangan mencari ilmu terputusputus karena isteri dan karena sudah merasa tua, selama kita masih hidup maka diwajibkan untuk mencari ilmu, sekalipun banyak rintangan dan hambatan yang menghalangi / yang terjadi, sebab ilmu itu merupakan sarana atau jalan untuk memperoleh Surga, yaitu kenikmatan yang abadi (selama-lamanya), sedangkan segala hambatan dan rintangan itu datang sepintas, tidak lama. Juga di dalam rangka mencari ilmu harus disertai dengan niat karena Allah dan seterusnya, sebagaimana yang telah dijelaskan dalam kitab Ta’lim Muta’alim. 18. Cabang perbuatan iman yang ke 18 (delapan belas) yaitu mengajarkan ilmu syara’ sesuai dengan niat kita pada waktu ngaji, yaitu berniat akan mengamalkan ilmu untuk dirinya dan untuk orang lain, sebagaimana yang dijelaskan Nabi dalam sabda nya, yaitu berbunyi:

‫ﺐ‬  ‫ﺋ‬ ‫ﺎ‬‫ﻢ ﺍﻟﻐ‬ ‫ﻨ ﹸﻜ‬‫ﻣ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﺎ‬‫ﺒﹸﻠ ﹶﻎ ﺍﻟﺸ‬‫ﻴ‬‫ﻟ‬ Maksudnya: setiap orang wajib menuntut ilmu dan mengajarkan apa-apa yang telah ia peroleh nya dari guru nya kepada orang lain yang belum mengetahui. Hadits ini atas memerintahkan kepada setiap orang yang mempunyai ilmu mengamalkan ilmu nya dan mengajarkan nya kepada orang lain, karena dengan mengamalkan dan mengajarkan ilmu itu berarti mensyukuri akan nikmat ilmu, yang insya Allah, Allah akan menambahkan ilmu yang di amalkan dan diajarkan tadi. Jika ada orang mengetahui cara melaksanakan sholat dan ada orang yang tidak mengetahui bagaimana cara melaksanakan sholat, kemudian orang yang tahu tata cara sholat itu tidak mengajarkan kepada orang yang tidak tahu tentang bagaimana cara nya sholat, maka kedua-duanya mendapatkan dosa. Perlu diketahui bahwa ulama itu terbagi kepada 2 (dua) golongan, ada ulama dunia ada ulama akhirat. Ciri-ciri ulama akhirat itu ada 3 (tiga): 1. Tidak membutuhkan balas jasa (gaji) dari orang lain tetapi semata-mata karena melaksanakan kewajiban untuk mengamalkan ilmu, dalam rangka mensyukuri nikmat nya ilmu, hal ini sesuai dengan firman Allah yang berbunyi:

‫ﻦ‬ ‫ﻴ‬‫ﻤ‬ ‫ﺎ ﹶﻟ‬‫ﺏ ﺍﻟﻌ‬  ‫ﺭ‬ ٰ‫ﻠﻰ‬‫ﺍ ﱠﻻ ﻋ‬ ‫ﻱ‬  ‫ﺟ ﹺﺮ‬ ‫ﺍ ﹾﻥ ﹶﺍ‬ ‫ﺮًﹶﺍ‬‫ﻪ ﹶﺍﺟ‬ ‫ﻴ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﺳﹶﺌﹶﻠ ﹸﻜ‬ ‫ﹸﻗ ﹾﻞ ﹶﻻ ﹶﺍ‬ Maksudnya Nabi diperintahkan untuk mengajarkan ilmu oleh Allah, dengan tidak mengharapkan gaji (bayaran), dia hanya meminta balas dari Allah SWT. 2. Dengan ilmu syara’ nya ia ingin memperoleh kebahagiaan hidup di akhirat nanti, dan sangat mementingkan memperoleh ilmu yang berkenaan dengan hati nya itu ilmu tasawuf. Adapun ciri-ciri ulama dunia sebaliknya dari ciri-ciri ulama akhirat sebagaimana yang telah dijelaskan di atas. 3. Dalam mengajarkan ilmu nya itu sangat bersandar kepada apa-apa yang telah dilaksanakan oleh Nabi SAW Shohibul Syariah. Jadi ia tetap mengajarkan ilmu nya tidak menuruti akal, dan hawa nafsu nya. Adapun tanda-tanda ulama akhirat yang tidak mengharapkan dunia dengan ilmu nya itu, ada 5 (lima) ciri-ciri nya yaitu: 1. Ucapan nya sesuai dengan perbuatan nya, apabila ia menyuruh maka dia lah yang paling pertama melaksanakan nya.

9

2. Mementingkan mengajarkan ilmu sesuai dengan kemampuan nya yang telah ia peroleh ketika belajar, suka memberikan semangat kepada orang untuk taat kepada Allah, dan dapat menjaga diri segala perbuatan yang dapat menimbulkan permusuhan. 3. Suka meninggalkan kesenangan dunia baik itu dari cara berpakaian, maupun dalam masalah makanan dan tempat tinggal, tidak begitu mengistimewakan masalah dunia tetapi hanya sekedar nya saja. 4. Tidak senang bergaul dengan pemerintahan kecuali jika ada kepentingan untuk mengajarkan ilmu, bergaul dengan pemerintah bukan untuk mencari kesenangan, bukan untuk bersenangsenang yang membuat tidak jujur kepada hukum Allah, sehingga tidak berani mengungkapkan kepada yang hak (benar) menolak sesuatu yang tidak bermanfaat, bernaung untuk melaksanakan dan mencari ke ridhoan Allah SWT. 5. Tidak berani memberikan fatwa sembarangan kecuali sangat berhati-hati sekali, tidak pernah mengajarkan ilmu sembarangan, dia rela disebut bodoh oleh orang lain. Berbeda dengan

‫ﹶ‬ ulama su’ (jahat) dia selalu memaksakan untuk menjawab tidak sanggup mengucapkan‫ﺩﺭﹺﻯ‬ ‫ﻻﹶﺍ‬ (tidak tahu). 19. Cabang perbuatan iman yang ke 19 (sembilan belas) yaitu wajib mengagungkan Al-Qur’an dan memuliakan nya, salah satu cara memuliakan Al-Qur’an yaitu mau membaca Al-Qur’an dalam keadaan suci (berwudlu) menggunakan siwak terlebih dahulu, membaca Al-Qur’an dengan sikap hormat tidak seperti cara membaca Al-Qur’an orang bodoh, ia membaca Al-Qur’an dan disimpan setahap dengan kaki nya. Al-Qur’an disimpan sejajar dengan pantat nya, bila hendak membaca Al-Qur’an harus berpakaian bersih dan rapi, membaca Al-Qur’an jangan sambil bersandaran karena orang yang membaca Al-Qur’an itu sedang munajah (menghadap kepada yang Khalik), membaca Al-Qur’an harus menghadap ke kiblat disertai dengan bacaan yang tartil (lantang) dan bertajuwid. 20. Cabang perbuatan iman yang ke 20 (dua puluh) yaitu kebersihan. Sebagaimana dalam hadits yang telah kita dengar bersama yang berbunyi:

‫ﻥ‬ ‫ﺎ‬‫ﻳﻤ‬ ‫ﻻ‬ ‫ﻦ ﺍ‬ ‫ﻨﻈﹶﺎ ﹶﻓ ﹸﺔ ِﻣ‬‫ ﺍﹶﻟ‬atau ‫ﻥ‬ ‫ﺎ‬‫ﻳﻤ‬ ‫ﻻ‬ ‫ﺮ ﺍ‬ ‫ﺷ ﹾﻄ‬ ‫ﺭ‬‫ﻬﻮ‬ ‫ﺍﹶﻟ ﱠﻄ‬ Yang artinya: “kebersihan itu adalah sebagian dari pekerjaan iman baik kebersihan itu dengan

cara berwudlu maupun bersih dari segala macam kotoran, semua itu sebagian dari pada iman”. Perlu diketahui bahwa sesungguhnya wudlu itu ada dua macam: 1. Wudlu johir yaitu wudlu yang biasa kita laksanakan. 2. Wudlu batin yaitu seperti taubat, menyesal karena telah berlaku banyak salah terus, dan meninggalkan takabur, meninggalkan sifat ingin dipuji oleh orang lain dan menjauhi sifat ingin jadi pemimpin. Barang siapa yang dapat melakukan kebersihan johir dan batin, maka Allah akan mencegah dari segala bencana nya, sebagaimana yang telah diungkapkan oleh sayidina Umar bin Khatab yang maksudnya adalah sesungguhnya wudlu yang benar itu akan dapat mengusir setan dan dapat menolak dari segala macam bencana.

‫ﻡ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺘ ﹾﻜ‬‫ﺪ ﱠﻥ ﹶﻓ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﺎ‬‫ﻭ ﺟ‬ ‫ﺞ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻒ‬  ‫ﻋ ﹸﻜ‬ ‫ﺍ‬‫ﻢ ﻭ‬ ‫ﺻ‬  ‫ﻢ‬ ‫ﻚ ﹸﺛ‬  ‫ﺎﹶﻟ‬‫ﻙ ﻣ‬ ‫ﺯ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻼ ﹶﺓ‬ ‫ﺼﹶ‬  ‫ﺻ ﱢﻞ ﺍﻟ‬  Engkau harus melakukan sholat dan engkau harus mengeluarkan zakat harta lalu engkau harus berpuasa dan engkau harus Iktikaf dan harus menunaikan haji dan engkau harus berperang maka engkau akan dimuliakan.

10

‫ﻼ ﹶﺓ‬ ‫ﺼﹶ‬  ‫ﺻ ﱢﻞ ﺍﻟ‬  ‫ﻼ ﹶﺓ‬ ‫ﺼﹶ‬  ‫ﺻ ﱢﻞ ﺍﻟ‬  :‫ﻮﻟﹸﻪ‬ ‫ﹶﻗ‬ Pada bait ini musannif akan menjelaskan 6 (enam) cabang perbuatan iman yaitu yang ke 21, 22, 23, 24, 25, dan 26. 21. Maka cabang perbuatan iman yang ke 21 (dua puluh satu) yaitu melaksanakan sholat yang 5 (lima) waktu sebagaimana sabda Nabi yang artinya “ciri-ciri orang yang beriman yaitu melaksanakan sholat, barang siapa hati nya senantiasa ingat kepada sholat kemudian ia sholat dengan tahu ilmu nya maka mereka itu termasuk orang yang mukmin. Kemudian pada suatu hari Nabi SAW pernah ditanya: ciri-ciri orang munafik dan ciri-ciri orang mukmin? Nabi SAW menjawab: ciri-ciri orang mukmin hati nya senantiasa ingat kepada sholat sehingga sekalipun belum datang waktu sholat ia telah siap-siap menyambut kedatangan waktu, juga kepada puasa dan kepada beberapa ibadah kepada Allah lainnya. Sedangkan ciri-ciri orang munafik yaitu hati nya dan fikiran nya selalu digunakan untuk memikirkan makanan dan minuman tidak ada bedanya dengan hewan. Jika sholat dilaksanakan dengan sungguh-sungguh maka akan dapat mendatangkan diri kepada perbuatan takwa kepada Allah, dapat menghalangi perbuatan yang jelek, maka wajib bagi kita semua agar dapat melaksanakan sholat dengan sungguh-sungguh. 22. Cabang perbuatan iman yang ke 22 (dua puluh dua) yaitu mengeluarkan zakat yang diberikan kepada mustahik nya (orang yang berhak menerima nya) disertai dengan niat yang yakin yaitu niat dengan hati untuk mengeluarkan zakat yang wajib. Maka barang siapa yang memiliki harta telah sampai kepada nishab nya baik itu berupa emas, perak atau hewan seperti kambing, sapi, atau yang lainnya atau biji-bijian seperti padi atau buah-buahan seperti kurma, anggur, maka orang itu wajib mengeluarkan zakat yang diberikan kepada mustahik nya. Mustahik zakat itu ada 8 (delapan) golongan sebagaimana yang telah dijelaskan dalam Al-Qur’an yang berbunyi:

tÏΒ̍≈tóø9$#uρ É>$s%Ìh9$# †Îûuρ öΝåκæ5θè=è% Ïπx ©9xσßϑø9$#uρ $pκöŽn=tæ t,Î#Ïϑ≈yèø9$#uρ ÈÅ3≈|¡yϑø9$#uρ Ï!#ts)à ù=Ï9 àM≈s%y‰¢Á9$# $yϑ‾ΡÎ) * ( È≅‹Î6¡¡9$# Èø⌠$#uρ «!$# È≅‹Î6y™ †Îûuρ “Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanya lah untuk orang-orang faqir, orang-orang miskin, penguruspengurus zakat, Para muallaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yang sedang dalam perjalanan”. Semua harta yang di zakati akan mendapatkan perlindungan dari Allah SWT dan Allah akan menambahkan harta yang di zakati itu, sebaliknya jika harta yang wajib di zakati tetapi tidak dikeluarkan zakat nya maka Allah akan membinasakan harta itu, sebagaimana sabda Nabi yang artinya: “apabila ada harta bercampur dengan harta yang belum di zakati maka semua harta itu akan binasa (rusak). 23. Cabang perbuatan iman yang ke 23 (dua puluh tiga) yaitu melaksanakan puasa pada bulan Ramadhan. Puasa yaitu menahan dari segala hal-hal yang dapat membatalkan puasa dimulai dari semenjak terbit fajar sampai terbenam matahari disertai dengan niat pada malam hari nya, bila ada orang yang sedang berpuasa makan dan minum karena lupa maka puasa nya tetap sah, tidak batal, makan dan minum ketika sedang berpuasa karena lupa itu merupakan penyajian dari Allah SWT. 24. Cabang perbuatan iman yang ke 24 (dua puluh empat) yaitu iktikaf (berdiam diri di masjid) disertai dengan niat, adapun lafaz niat nya yaitu:

11

‫ﺎ ﹶﻝ‬‫ﺗﻌ‬ ‫ﷲ‬ ِ ‫ﻨ ًﹶﺔ‬‫ﺳ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﺠ‬ ‫ﺴﹺ‬  ‫ﻫﺬﹶﺍ ﺍ ﹶﳌ‬ ‫ﻰ‬‫ﻒ ﻓ‬  ‫ﻜ‬ ‫ﺘ‬‫ﻋ‬ ‫ﺖ ﹶﺍﻥﹾ ﹶﺍ‬  ‫ﻳ‬‫ﻮ‬ ‫ﻧ‬ Iktikaf itu hukum nya sunnah pada tiap-tiap waktu sekalipun pada waktu yang makruh tetapi bagi wanita yang sudah menikah, sudah bersuami tidak boleh beriktikaf kecuali jika mendapat izin dari suami nya. 25. Cabang perbuatan iman yang ke 25 (dua puluh lima) yaitu melaksanakan ibadah haji ke Baitullah disertai niat melaksanakan haji dan umroh yaitu bagi orang yang sanggup / mampu melaksanakan nya, punya bekal, ada ongkos untuk pergi kesana, aman dalam perjalanan tidak dalam keadaan waktu perang: maka bagi orang telah mampu ini wajib untuk melaksanakan nya. 26. Cabang perbuatan iman yang ke 26 (dua puluh enam) yaitu jihad (perang di jalan Allah), perang melawan orang-orang kafir untuk membela agama Islam, perang pada zaman dulu merupakan perbuatan yang sangat mulia / utama, sehingga Nabi SAW pernah bersabda yang artinya: “yang

menjadi pondasi / dasar agama adalah mengucapkan dua kalimat syahadat yang timbul dari makrifat disertai dengan tasdik dan yang menjadi tiang agama adalah sholat yang menjadi pundak nya agama adalah perang (jihad) melawan orang-orang kafir untuk menegakkan agama Allah”.

‫ﻢ‬ ‫ﻛ‬ ‫ﺎ‬‫ﻡ ﺍﺣ‬ ‫ﺎ‬‫ﻻﻣ‬ ‫ﻪ ﺍ‬ ‫ﺮ ﹶﻗ‬ ‫ﻳ ﹶﻔ‬ ‫ﺣﺘّٰﻰ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﺎﹺﻧ‬‫ﻣﻌ‬ ‫ﺲ‬  ‫ﻤ‬ ‫ﺧ‬ ‫ﺩ‬ ‫ﺖ ﹶﺍ‬  ‫ﺒ‬‫ﺗﹶﺜ‬ ‫ﻂ‬ ‫ﺭﺍﹺﺑ ﹾ‬ Engkau harus menjaga benteng dalam peperangan (jangan kabur) harus memberikan lima perlima ghonimah (harta rampasan perang) sehingga dibagikan semua ghonimah itu oleh imam yaitu hakim

‫ﺖ‬  ‫ﺒ‬‫ﺗﹶﺜ‬ ‫ﻂ‬ ‫ﺭﺍﹺﺑ ﹾ‬ :‫ﻮﻟﹸﻪ‬ ‫ﹶﻗ‬ Pada bait ini musannif akan menjelaskan tiga cabang perbuatan iman yaitu yang ke 27, 28, dan 29. 27. Cabang perbuatan iman yang ke 27 (dua puluh tujuh) yaitu berdiam diri dan patuh berada pada tempat yang berada diantara orang-orang kafir dan Muslim yaitu dengan maksud untuk menjaga keamanan kaum Muslimin yang kita kenal / disebut dengan jaga benteng, pahala bagi orang yang menjaga benteng itu besar sekali karena dengan adanya orang-orang yang menjaga benteng itu kaum Muslimin merasa aman dan tenteram. Sebagaimana sabda Nabi SAW yang berbunyi:

‫ﺎ‬‫ﻴﻬ‬‫ﻓ‬ ‫ﺎ‬‫ﻭﻣ‬ ‫ﺎ‬‫ﻧﻴ‬‫ﺪ‬ ‫ﻦ ﺍﻟ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻴ‬‫ﺧ‬ ‫ﻞ ﺍﷲ‬‫ﺳﹺﺒﻴ‬ ‫ﻰ‬‫ﻮ ٍﹺﻡ ﻓ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻁ‬ ‫ﺎ ﹸ‬‫ﹺﺭﺑ‬ Artinya: “berdiam diri diantara orang-orang kafir dan Muslim demi untuk menjaga keamanan

kaum Muslimin satu hari saja ketika terjadi peperangan menegakkan agama Allah itu lebih utama / lebih baik pahala nya dari dunia dan seluruh isinya” Nabi juga pernah bersabda yang artinya: “barang siapa yang mati demi untuk menjaga kaum Muslimin di jalan Allah maka akan diselamatkan dari kaget nya pada ketika terjadi kiamat” 28. Cabang perbuatan iman yang ke 28 (dua puluh delapan) yaitu panterang mundur dalam peperangan sekalipun jumlah musuh kita dua kali lipat lebih banyak dari pada jumlah kita, jika kita mundur maka termasuk ‫ﻒ‬  ‫ﺧ‬ ‫ﺰ‬ ‫ﺍﻟ‬

‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻓ‬ dan termasuk dosa besar. Firman Allah SWT:

∩⊆∈∪ šχθßsÎ=ø è? öΝä3‾=yè©9 #ZŽÏWŸ2 ©!$# (#ρãà2øŒ$#uρ (#θçFç6øO$$sù Zπt⁄Ïù óΟçGŠÉ)s9 #sŒÎ) (#þθãΖtΒ#u šÏ%©!$# $y㕃r'‾≈tƒ

12

“Hai orang-orang yang beriman. apabila kamu bertemu orang-orang kafir dalam peperangan dengan tetaplah kamu, jangan mundur, jangan mengecut perbanyakan lah ingat kepada Allah agar kamu memperoleh pertolongan dan pahala dari Nya / mendapat kebahagiaan” 29. Cabang perbuatan yang ke 29 (dua puluh sembilan) yaitu kita wajib menyerahkan harta ghodimah (harta rampasan perang) sebanyak 5/5 (lima perlima) kepada pemimpin agar harta itu bisa dibagikan lagi sesuai dengan ketentuan / hak nya yaitu pertama: seperangkat pakaian kafir yang dibunuh harus diberikan kepada orang yang telah membunuh nya, sisanya dijadikan 5 (lima) tumpukan yang 4 (empat) tumpuk diberikan kepada orang yang ikut perang di jalan Allah dan yang 1 (satu) tumpuk tadi dibagi lagi 5 (lima) bagian kemudian yang 1(satu) bagian itu untuk kepentingan kaum Muslimin, untuk tentara yang jaga benteng, untuk pembangunan benteng dan untuk kepentingan kaum Muslimin yang lainnya termasuk untuk diberikan kepada para alim ulama para hakim, para imam sholat, orang yang tukang azan dan sebagian lagi diberikan kepada keluarga Nabi Muhammad SAW dari golongan bani Hasim dan bani Muthalib, sisanya untuk faqir miskin dan ibnu sabil.

‫ﺮ ﹾﻥ‬ ‫ﺷ ﹸﻜ‬ ‫ﺪ ﺍ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻑ ﺑﹺﺎﹾﻟ‬  ‫ﻭ‬ ‫ﺮ ﹶﺍ‬ ‫ﻭ ﹶﻛ ﱢﻔ‬ ‫ﻖ‬ ‫ﺘ‬‫ﻋ‬ ‫ﺍ‬‫ﻭ‬ Dan engkau harus memerdekakan dan harus kifarat (menepati) dan harus mematuhi janji dan engkau harus bersyukur

‫ﻢ‬ ‫ﻨ‬‫ﻐ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﻚ‬  ‫ﺟ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻢ ﹶﻓ‬ ‫ﻚ ﹸﺛ‬  ‫ﻧ‬‫ﺎ‬‫ﻟﺴ‬ ‫ﻆ‬ ‫ﺣ ﹶﻔ ﹾ‬ ‫ﺍ‬‫ﻭ‬ Dan engkau harus menjaga lidah mu lalu farji mu maka kamu akan mendapatkan untung

‫ﺮ‬ ‫ﻭ ﹶﻛ ﱢﻔ‬ ‫ﻖ‬ ‫ﺘ‬‫ﻋ‬ ‫ﺍ‬‫ ﻭ‬:‫ﻮﻟﹸﻪ‬ ‫ﹶﻗ‬ Pada bait ini musannif akan menjelaskan 6 (enam) cabang perbuatan iman yaitu yang ke 30, 31, 32, 33, 34, dan 35. 30. Cabang perbuatan iman yang ke 30 (tiga puluh) yaitu memerdekakan hamba / budak yang mukmin, sebagaimana sabda Nabi SAW:

‫ﱴ‬  ‫ﺣ‬ ‫ﺎ ﹺﺭ‬‫ﻦ ﺍﻟﻨ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﻨ‬‫ﻣ‬ ‫ﻮًﺍ‬ ‫ﻀ‬  ‫ﻋ‬ ‫ﻬﹶﺎ‬‫ﻣﻨ‬ ‫ﻀ ٍﹺﻮ‬  ‫ﻋ‬ ‫ﷲ ﺑﹺ ﹸﻜ ّﹺﻞ‬ ُ ‫ﻖ ﺍ‬ ‫ﺘ‬‫ﻋ‬ ‫ﻤ ًﹶﺔ ﹶﺍ‬ ‫ﻴ‬‫ﻠ‬‫ﺳ‬ ‫ﻤ ًﹶﺔ‬ ‫ﻠ‬‫ﺴ‬  ‫ﻣ‬ ‫ﺒ ًﹶﺔ‬‫ﺭﹶﻗ‬ ‫ﻖ‬ ‫ﺘ‬‫ﻋ‬ ‫ﻦ ﹶﺍ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﺮ ﹺﺟ‬ ‫ﻪ ﹺﺑ ﹶﻔ‬ ‫ﺟ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﹶﻓ‬ Artinya: “Barang siapa yang memberikan hamba yang mukmin seseorang yang selamat dari aib,

maka Allah akan menjaga / memberikan jasad nya dari api neraka sehingga Allah membebaskan farji nya dengan farji hamba itu” 31. Cabang perbuatan iman yang ke 31 (tiga puluh satu) yaitu kifarat, adalah kifarat‫ﺮ‬ ‫ﻬ‬  ‫ﻇ‬ ada kifarat membunuh, ada kifarat jimak di siang hari pada bulan Ramadhan dan ada pula kifarat sumpah. Barang siapa yang melaksanakan perbuatan yang 4 (empat) di atas maka wajib membayar kifarat. Kifarat yang 4 (empat) di atas maka cara membayar kifarat nya yaitu dengan memerdekakan seorang hamba Muslim, jika tidak mampu maka berpuasa 2 (dua) bulan berturut-turut jika tidak mampu maka wajib memberikan makan kepada 60 (enam puluh) orang miskin dan faqir, 1 (satu) orangnya sebanyak 1 (satu) mud dengan makanan yang dapat menjadikan kekuatan badan pada negara itu, untuk kifarat membunuh tidak ada memberi makanan kepada 60 (enam puluh) faqir miskin, adapun kifarat sumpah itu harus memberi 10 (sepuluh) mud kepada faqir atau pakaian. 13

32. Cabang perbuatan iman yang ke 32 (tiga puluh dua) yaitu menepati janji, sebagaimana yang dijelaskan Allah dalam Al-Qur’an, yang berbunyi:

∩⊂⊆∪ Zωθä↔ó¡tΒ šχ%x. y‰ôγyèø9$# ¨βÎ) ( ωôγyèø9$$Î/ (#θèù÷ρr&uρ atau ∩⊇∪ 4 ÏŠθà)ãèø9$$Î/ (#θèù÷ρr& (#þθãΨtΒ#u šÏ%©!$# $y㕃r'‾≈tƒ Artinya: “Hai orang-orang yang beriman tepatilah janji mu jika kamu berjanji” (Q.S. Al-Maidah ayat 1) atau “kecuali dengan cara yang lebih baik (bermanfaat) sampai ia dewasa dan penuhilah janji; Sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungan jawabnya”. (Q.S. Al-Isra ayat 34) Berjanji itu bisa kepada Allah yang disebut dengan nazar dan jika tidak menepati termasuk salah satu dari tanda-tanda orang munafik, sebagaimana yang dijelaskan dalam sabda Nabi yang artinya:

“tanda-tanda orang munafik ada tiga yaitu: (1) apabila ia berkata selalu berdusta (2) apabila ia berjanji tidak menepati janji (3) apabila ia diberi titipan maka berkhianat” Maka apabila ada orang Muslim terdapat salah satu tanda-tanda orang munafik yang telah di kemukakan di atas, maka termasuk golongan nya. 33. Cabang perbuatan iman yang ke 33 (tiga puluh tiga) yaitu bersyukur atas nikmat yang telah diberikan Allah, yang dimaksud dengan syukur disini yaitu bersyukur yang wajib disertai dengan sunnah-sunnah nya. Syukur menurut istilah artinya menggunakan yang telah diberikan Allah sebagaimana harus nya. Syukur dengan bahasa artinya mengucapkan terima kasih kepada Allah, baik itu dengan beritikad bahwa sesungguhnya kenikmatan itu berasal dari Allah, maupun dengan lisan yaitu dengan mengucapkan Alhamdulillah atas nikmat yang telah diberikan Allah kepada kita. Hal itu dijelaskan dalam firman Allah yang berbunyi:

∩⊇∈⊄∪ Èβρãà õ3s? Ÿωuρ ’Í< (#ρãà6ô©$#uρ Artinya: “Bersyukur lah kamu sekalian kepada Ku dan janganlah kamu kufur atas nikmat Ku” (Q.S. Al-Bakarah ayat 152). Yang dimaksud dengan kufur disini yaitu sebaliknya dari bersyukur yaitu mempunyai keyakinan bahwa kenikmatan itu semata-mata bukan atas pemberian Allah, lisan nya tidak mengucapkan syukur Alhamdulillah atau menggunakan kenikmatan itu tidak sesuai dengan sebagaimana harus nya. Dengan kita bersyukur kepada Allah maka kenikmatan itu akan selalu mengalir dan kenikmatan yang lainnya pun akan datang, sebagaimana dalam peribahasa diungkapkan,

‫ﻮﺩ‬‫ﻤ ﹾﻘﺼ‬ ‫ﻟ ﹾﻠ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻴ‬‫ﺻ‬  ‫ﻭ‬ ‫ﺩ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﺟ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻟ ﹾﻠ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻴ‬‫ﺮ ﹶﻗ‬ ‫ﺸ ﹾﻜ‬  ‫ﺍﻟ‬ Artinya: “Bersyukur itu jadi pengikat kepada kenikmatan yang telah ada dan akan mendatangkan kepada kenikmatan yang belum kita peroleh”. Contoh: jika kita diberikan akal yang sempurna maka wajib bersyukur dengan cara akal itu digunakan sebagaimana mestinya, Allah memberikan akal kepada kita untuk memikirkan segala sesuatu yang telah diperintahkan Allah seperti untuk makrifat kepada Allah atau untuk mengetahui berbagai macam ilmu sehingga kita dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Jadi jika akal kita digunakan untuk makrifat kepada Allah dan digunakan untuk memikirkan antara yang hak dan yang batil maka berarti kita telah mensyukuri akan nikmat akal maka dengan cara bersyukur itulah kenikmatan akan bertambah juga dapat menyelamatkan di akhirat nanti. Sebaliknya jika kita kufur atau tidak mensyukuri nikmat akal, akal nya tidak digunakan untuk memikirkan makrifat kepada Allah maka kenikmatan nya itu tidak akan bertambah bahkan diancam oleh Allah dalam firman-Nya yang berbunyi:

∩∠∪ Ó‰ƒÏ‰t±s9 ’Î1#x‹tã ¨βÎ) ÷Λänöx Ÿ2 È⌡s9uρ 14

“dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih" (Q.S. Ibrahim ayat 7) Dan ada sabda Nabi yang artinya barang siapa yang terdapat 4 (empat) sifat di bawah ini, maka sempurna lah iman nya, yaitu: 1. Bila ia berkata tidak pernah berdusta 2. Selalu mensyukuri atas nikmat Allah yang telah diberikan kepada kita 3. Merasa malu bila ia melakukan maksiat 4. Akal yang sempurna itu digunakan sesuai dengan semestinya 34. Cabang perbuatan iman yang ke 34 (tiga puluh empat) yaitu menjaga lisan dari sesuatu ucapan yang tidak bermanfaat atau tidak pantas untuk diucapkan. Jadi apabila kita akan berbicara harus dipertimbangkan terlebih dahulu apakah ucapan ini ada manfaat nya atau tidak, atau apakah ucapan itu baik atau jelak, apa lagi ucapan yang menimbulkan kemudaratan yaitu segala ucapan yang menjadikan dirinya mendapatkan siksa dari Allah. Seperti kita mengucapkan hal-hal yang membuat kita murtad, membicarakan kesalahan orang lain, mengadu domba (ngumpat) memuji kepada orang lain secara berlebihan yang menimbulkan dosa, semuanya itu jelek, hendaknya jangan diucapkan. Allah SWT menjelaskan dalam firma-Nya artinya: “Tidak semata-mata

berbicara seseorang kecuali dihadapannya ada Malaikat yang siap mencatat segala ucapan nya” Jika ucapan itu baik maka akan dibalas pula dengan kebaikan sebaliknya jika ucapan nya jelek maka akan dibalas pula dengan kejelekan sebagaimana dalam peribahasa diungkapkan:

‫ﻥ‬ ‫ﺎ‬‫ﻆ ﺍﻟﱢﻠﺴ‬  ‫ﺣ ﹾﻔ‬ ‫ﻰ‬‫ﺎ ﹾﻥ ﻓ‬‫ﻧﺴ‬‫ﻻ‬ ‫ﻣ ﹸﺔ ﺍ‬ ‫ﻼ‬ ‫ﺳ ﹶ‬ Artinya: “selamat nya manusia itu dengan dapat menjaga lisan nya” Juga sabda Nabi yang berbunyi:

‫ﺖ‬  ‫ﻤ‬ ‫ﺼ‬  ‫ﻴ‬‫ﻟ‬‫ﻭ‬ ‫ﲑًﺍ ﹶﺍ‬ ‫ﺧ‬ ‫ﻴ ﹸﻘ ﹾﻞ‬‫ﻠ‬‫ﺧ ﹴﺮ ﹶﻓ‬ ٰ‫ﻮ ﹺﻡ ﹾﺍﻻ‬ ‫ﻴ‬‫ﺍﻟ‬‫ﷲ ﻭ‬ ِ ‫ﻦ ﺑﹺﺎ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺆ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻦ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ‬ ‫ﻣ‬ Artinya: “barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari kiamat maka berkata lah dengan

ucapan yang baik” Jika tidak ada ucapan yang baik maka diamlah. Dan masih banyak lagi tentang pentingnya menjaga lisan atau omongan. Seperti dalam peribahasa yang berbunyi:

‫ﻰ ﺍ ﹶﻻﺫٰﻯ‬‫ﺓ ﻓ‬ ‫ﺎ‬‫ﺣﻴ‬ ‫ﺎ ﹸﻥ ﻛﹶﺎﺍ‬‫ﺍﹶﻟﱢﻠﺴ‬ Artinya: “Lisan itu bagaikan ular dalam hal yakinkan nya” Itu lisan harus dijaga jangan sampai mengeluarkan kata-kata yang sampai menyakitkan kepada orang lain. 35. Cabang perbuatan iman yang ke 35 (tiga puluh lima) yaitu menjaga kemaluan (farji) dari sesuatu yang dilarang oleh Allah seperti berzina, menduling (memasukkan kemaluan laki-laki lewat belakang) dan

‫ﺣﻘﱠﻪ‬ ‫ﺎ‬‫ﺍ ﹸﳌﺴ‬

(hubungan sekwil dengan sesama perempuan), dan

‫ﺧﺬﹶﺓ‬ ‫ﻣﻔﹶﺎ‬ ‫ﺍ‬

(beradu

paham / doggy style) sebagaimana firman Allah yang berbunyi:

∩⊂⊄∪ Wξ‹Î6y™ u!$y™uρ Zπt±Ås≈sù tβ%x. …çµ‾ΡÎ) ( #’oΤÌh“9$# (#θç/tø)s? Ÿωuρ Artinya: “Dan janganlah kamu mendekati zina; karena sesungguhnya zina itu termasuk perbuatan

yang sangat jelek sekali jelek nya”. Juga firman Allah yang lain yang berbunyi: 15

∩∠∪ tβρߊ$yèø9$# ãΝèδ y7Í×‾≈s9'ρé'sù y7Ï9≡sŒ u!#u‘uρ 4xötGö/$# Çyϑsù Artinya: “barang siapa mau menggunakan farjinya pada lain tempatnya, seperti dengan cara

memasukkan kemaluan lewat belakang maka ia termasuk orang menyalahgunakan” Hal ini pernah terjadi pada zaman Nabi Luth yang kebiasaan nya menduling (memasukkan kemaluan lewat belakang). Maka sampai sekarang dikutuk oleh semua manusia. Jadi barang siapa yang dapat memerdekakan hamba sahaya membayar kifarat, menepati janji, suka bersyukur dan dapat menjadikan kemuliaan (farji) maka orang itu akan mendapatkan keuntungan dari Allah SWT.

‫ﻡ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺤ‬  ‫ﺗ‬ ‫ﻚ‬  ‫ﻢ ﻣﹶﺎﹶﻟ‬ ‫ﻡ ﹸﺛ‬ ‫ﺎ‬‫ﺭ ﹶﻃﻌ‬ ‫ﺍﺣ ﹶﺬ‬‫ﻤًﹶﺎ ﻭ‬‫ﺴﻠ‬  ‫ﻣ‬ ‫ﺗ ﹾﻞ‬‫ﺗﻘﹶﺎ‬‫ﻧ ﹶﺔ ﹶﻻ‬‫ﺩ ﺍﻻﹶﻣﹶﺎ‬ ‫ﹶﺍ‬ Dan engkau harus menyerahkan amanah, titipan dan engkau jangan membunuh orang Muslim dan engkau harus menjaga makanan lalu harta mu yang haram

‫ﻧ ﹶﺔ‬‫ﺩ ﺍﻻﹶﻣﹶﺎ‬ ‫ ﹶﺍ‬:‫ﻪ‬ ‫ﻮﹸﻟ‬ ‫ﹶﻗ‬ Pada bait ini musannif akan menjelaskan 4 (empat) cabang perbuatan iman, yaitu yang ke 36, 37, 38, dan 39. 36. Cabang perbuatan yang ke 36 (tiga puluh enam) yaitu melaksanakan amanah atau memberikan titipan kepada orang yang memiliki nya sebagaimana firman Allah yang berbunyi:

∩∈∇∪ $yγÎ=÷δr& #’n<Î) ÏM≈uΖ≈tΒF{$# (#ρ–Šxσè? βr& öΝä.ããΒù'tƒ ©!$# ¨βÎ) * Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak

menerima nya” (Q.S. An Nissa ayat 58) Juga sabda Nabi yang artinya: “Siapa yang terdapat 3 (tiga) sifat di bawah ini, maka akan dikawinkan dengan Bidadari sesuai dengan kehendak kita, yaitu: 1. Menyampaikan atau memberikan amanah kepada orang yang berhak menerima nya pada waktu diminta karena taqwa kepada Allah. 2. Memberikan ampunan kepada orang yang membunuh seperti orang yang di tebas atau di bacok leher nya mau memberikan ampunan kepada orang yang membacok nya. 3. Orang yang membiasakan diri membaca surat Al-Ikhlas 11 (sebelas) kali setelah ia melaksanakan shalat fardu. 37. Cabang perbuatan iman yang ke 37 (tiga puluh tujuh) yaitu menjaga diri dari membunuh sesama Muslim. Sebagaimana dalam firman Allah telah dijelaskan:

∩⊂∪ ÞΟ¨Ψyγy_ …çνäτ!#t“yfsù #Y‰ÏdϑyètG•Β $YΨÏΒ÷σãΒ ö≅çFø)tƒ tΒuρ Artinya: “Dan Barangsiapa yang membunuh kepada orang yang mukmin secara disengaja, maka

balasan nya adalah Neraka Jahanam” (Q.S. An Nissa ayat 93) Dan Nabi bersabda yang artinya: “Termasuk dosa besar di hadapan Allah yaitu orang Muslim

baik membunuh kepada diri nya sendiri maupun membunuh kepada orang lain” Dan ada lagi sabda Nabi yang artinya: “Barang siapa yang melakukan bunuh diri dengan

menggunakan pisau maka orang itu akan di siksa Malaikat di Neraka Jahanam dengan ditusuktusuk menggunakan pisau secara terus menerus, dan barang siapa yang membunuh diri nya 16

dengan jalan melompat dari tempat yang tinggi maka orang itu di siksa Malaikat di Neraka Jahanam dengan cara dilemparkan dari atas ke bawah, dan barang siapa membunuh diri dengan cara gantung diri maka orang itu akan digantungkan di Neraka Jahanam secara terus menerus”. 38. Cabang perbuatan iman yang ke 38 (tiga puluh delapan) yaitu menjaga makanan dan minuman dari hal yang di haramkan. Sebagaimana yang diungkapkan Sayidina Abu Bakar Siddiq, ia menerima dari Nabi SAW yang artinya: “Tidak akan masuk Neraka seseorang yang di dalam

perut nya diisi dengan barang yang haram” Maka bagi orang yang hati-hati bila ia menerima makanan dari orang lain dia senantiasa berdoa:

‫ﺍ ﹾﻥ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ‬‫ﻭ‬ ‫ﺍ‬‫ﻴﺮ‬‫ﺧ‬ ‫ﻩ‬ ‫ﺟ ﹺﺰ ُﺀ‬ ‫ﺍ‬‫ﻪ ﻭ‬ ‫ﺣﹺﺒ‬ ‫ﺎ‬‫ﻋﻰٰ ﺻ‬ ‫ﺳﻊ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻼ ًﹶﻻ ﹶﻓ‬ ‫ﺣ ﹶ‬ ‫ﻡ‬ ‫ﺎ‬‫ﺍ ﹾﻥ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ ﻫٰﺬﹶﺍ ﺍﻟ ﱠﻄﻌ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻬ‬ ٰ‫َﺍﻟﹼﻠ‬ ‫ﺍ‬‫ﻢ ﺍﻟﺮ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺎﹶﺍ‬‫ﺔ ﻳ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺎ‬‫ﻘﻴ‬ ‫ﻡ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﺕ‬  ‫ﺎ‬‫ﺒﻌ‬‫ﺸ‬  ‫ﺏ ﺍﻟ‬  ‫ﺎ‬‫ﺻﺤ‬  ‫ﻰ ﹶﺍ‬‫ﻋﻨ‬ ‫ﺽ‬  ‫ﺭ‬ ‫ﺍ‬‫ﻪ ﻭ‬ ‫ﻭﹶﻟ‬ ‫ﻰ‬ ‫ﻟ‬‫ﺮ‬ ‫ﻔ‬ ‫ﻬ ﹰﺔ ﻓﹶﺎ ﹾﻏ‬ ‫ﺒ‬‫ﺷ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺍﻣًﹶﺎ ﹶﺍ‬‫ﺣﺮ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻴ‬‫ﻤ‬ ‫ﺣ‬ Artinya: “Ya Allah apabila makanan itu halal semoga Kau dapat membalas kepada orang yang

memberi nya dengan kebaikan, juga bila makanan itu haram atau subhat semoga Engkau mengampuni aku dan kepada orang yang memberi nya, dan semoga Engkau memberikan keridhoan bagi orang yang punya tuntutan kepada ku pada hari kiamat, hai zat yang Maha Pemurah lagi Maha Pengasih”. 39. Cabang perbuatan iman yang ke 39 (tiga puluh sembilan) yaitu menjaga diri dari usaha yang haram seperti usaha barang yang riba, wajib bagi setiap Muslim yang sempurna berusaha dengan jalan yang halal seperti bercocok tanam berdagang membuat kerajinan tangan. Menurut sebagian ahli makrifat orang yang tidak mau berusaha itu ada 3 (tiga) macam: (1) Karena malas berusaha (2) Pura-pura mampu ingin memperoleh pujian dari orang lain (3) Karena bila berusaha takut di hina. Barang siapa orang yang meninggalkan usaha karena malas pasti dia itu banyak meminta pada orang lain. Barang siapa orang yang meninggalkan usaha karena berpura-pura mampu ingin mendapatkan pujian dari orang lain, pasti dia itu mempunyai sifat tama kepada orang yang ada pada orang lain dan suka meminjam dengan tidak bisa membayar maka hal itu hukum nya haram. Barang siapa orang yang tidak mau berusaha karena jika berusaha takut di hina maka pasti ia suka mencuri barang-barang orang lain. Sebaliknya ulama berkata barang siapa orang suka berusaha untuk menjaga diri dari meminta kepada orang lain atau ia menjauhi dari sifat tama maka akan datang pada hari kiamat dengan muka seperti bulan. Barang siapa orang yang ketika hidup di dunia senang meminta kepada orang lain dengan cara paksa, tidak mau berusaha maka akan datang pada hari kiamat dengan wajah yang tidak berdaging, karena sebagian ulama berkata: “bahwa usaha itu sebagian mencari ilmu yaitu terbagi kepada 4 (empat) golongan. 1. Usaha yang wajib yaitu usaha untuk sekedar cukup memenuhi kebutuhan hidup diri nya, istri nya dan anak-anak nya, serta selamat dalam agama nya. 2. Usaha yang lebih dari cukup yaitu usaha yang bukan hanya untuk mencari kebutuhan hidup diri nya, istri nya dan anak-anak nya tetapi ia juga untuk dapat menafkahkan sebagian harta nya diberikan kepada faqir miskin atau untuk bersilaturahmi, maka usaha seperti ini lebih utama dari pada ibadah sunnah. 3. Usaha yang hanya diperbolehkan dilakukannya itu, usaha disamping dapat memenuhi kebutuhan hidup rumah tangga, dapat diberikan kepada faqir miskin juga hasil usaha ini dipergunakan untuk mencari kesenangan. 17

4. Usaha yang hukum nya haram yaitu usaha yang digunakan untuk berbuat takabur (sombong).

‫ﻢ‬ ‫ﺄ ﹶﺛ‬‫ﺍ ﱠﻻ ﺗ‬‫ﻭ‬ ‫ﻑ‬ ٍ ‫ﻭ‬‫ﻌﺮ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻖ ﹺﺑ‬ ‫ﻔ‬ ‫ﻧ‬‫ﻧﻬﹺﻰ ﹶﺍ‬‫ﺪ‬ ‫ﻬ ٍﹺﻮ ﹶﻗ‬ ‫ﻭﹶﻟ‬ ‫ﻑ‬ ٍ ‫ﺮ‬ ‫ﻊ ﹶﻇ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻯ‬  ‫ﺰ‬ ‫ﺍﻟ‬‫ﻭ‬ “Dan engkau harus menjauhi perhiasan dan wadah dan permainan yang telah dilarang oleh syara dan engkau harus memberikan nafkah dengan cara yng baik dan lalu tidak maka engkau berdosa”.

‫ﻯ‬  ‫ﺰ‬ ‫ﺍﻟ‬‫ ﻭ‬:‫ﻮﻟﹸﻪ‬ ‫ﹶﻗ‬ Lafaz

‫ﻯ‬  ‫ﺰ‬ ‫ﺍﻟ‬‫ﻭ‬

(wazziyya) dinasobkan dan diatofkan kepada lafaz

‫ﺎﻣﹶًﺎ‬‫ﹶﻃﻌ‬

(thoaaman): maksudnya dan

kamu harus menjaga dan merasa takut kepada perhiasan berpakaian yang diharamkan. Begitu pula lafaz

‫ﻮًﺍ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﹶﻟ‬

(lahwan) maksudnya kamu harus menjauhi dan merasa takut kepada permainan yang

diharamkan Allah. Pada bait ini musannif akan menjelaskan 3 (tiga) cabang perbuatan iman yaitu: ke 40, 41, dan 42. 40. Cabang perbuatan iman yang ke 40 (empat puluh) yaitu kita harus menjaga dari berpakaian dan menggunakan perhiasan yang diharamkan begitu pula menggunakan alat-alat rumah tangga yang diharamkan kepada laki-laki baliq atau orang banci seperti memakai sutra dan memakai emas yang kedua barang ini boleh dipakai oleh wanita. Haram bagi pria dan wanita menggunakan pakaian yang berlebihan untuk maksud takabur (menyombongkan diri). Sabda Nabi yang artinya:

“Barang siapa yang menggunakan pakaian dengan maksud takabur maka Allah tidak akan melihat kepada orang itu dengan penglihatan rahmat-Nya yang akhirnya semua orang menganggap remeh dan hina (kepada orang takabur tadi)” Sabda Nabi lain yang berbunyi:

‫ﷲ‬ ُ ‫ﻪ ﺍ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﺿ‬  ‫ﻭ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺒ‬‫ﺗ ﹶﻜ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﷲ‬ ُ ‫ﻪ ﺍ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﺭﹶﻓ‬ ‫ﻊ‬ ‫ﺿ‬  ‫ﺍ‬‫ﻮ‬‫ﻦ ﺗ‬ ‫ﻣ‬ Artinya: “Barang siapa yang merendahkan diri (tawadhu) maka Allah akan meninggikan derajat dan barang siapa yang takabur (sombong) maka Allah akan merendahkan derajat orang itu”. Bahkan yang paling jelek sekali adalah orang miskin bersifat takabur, sudah miskin, jelek tapi merasa dirinya mulia menganggap orang lain hina, ia tidak menghiraukan kepada yang benar tidak mau diatur. Begitu pula diharamkan laki-laki dan perempuan menggunakan perabotan rumah tangga yang terbuat dari emas dan perak seperti piring, gelas dan lain-lain yang terbuat dari emas dan perak. Dan ada sabda Nabi SAW yang mengancam pada orang laki-laki menggunakan emas dan perak juga memakai pakaian yang terbuat dari sutra, maka pakaiannya di akhirat nanti akan dijadikan pakaian di Neraka. 41. Cabang perbuatan iman yang ke 41 (empat puluh satu) yaitu kita harus menjaga dari permainan yang dilarang oleh hukum syara seperti: berjudi, meniup seruling, terompet, memetik gitar, memetik kecapi. Jadi setiap alat musik yang ditiup terdengar indah atau permainan yang bisa melupakan diri kepada Allah, yang mendatangkan kepada sesuatu yang diharamkan Allah, maka hukum nya haram. 42. Cabang perbuatan iman yang ke 42 (empat puluh dua) yaitu kita jangan berlebihan dalam memberikan nafkah kepada orang lain. Sebagaimana yang di firmankan Allah SWT yang berbunyi: 18

∩⊄∪ #—‘θÝ¡øt¤Χ $YΒθè=tΒ y‰ãèø)tFsù ÅÝó¡t6ø9$# ¨≅ä. $yγôÜÝ¡ö6s? Ÿωuρ y7É)ãΖãã 4’n<Î) »'s!θè=øótΒ x8y‰tƒ ö≅yèøgrB Ÿωuρ Artinya: “Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal”. (Q.S. Al-Isra’ ayat 29) Sabda Nabi SAW yang berbunyi:

‫ﻧﻔﹶﺎﻕ‬‫ﺎﻻ‬ْ ‫ﻂ ﺑ‬ ‫ﺳ ﹸ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﺪﺍﹶﻯ‬ ‫ﺼ‬  ‫ﺘ‬‫ﺍ ﹾﻗ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺘ ﹶﻘ‬‫ﺍ ﹾﻓ‬ ‫ﻭﻻﹶ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺎ‬‫ﺘﺸ‬‫ﺳ‬ ‫ﺍ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻡ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻧ‬ ‫ﻭ ﹶﻻ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺎ‬‫ﺘﺨ‬‫ﺳ‬ ‫ﺍ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻣﹶﺎَﺧﹶﺎﺏ‬ Artinya: “tidak akan rugi seseorang istighoroh dan tidak akan menyesal seseorang yang musyawaroh serta tidak akan faqir orang yang pertengahan dalam infaq”.

‫ﻢ‬ ‫ﺴﹶﻠ‬  ‫ﺘ‬‫ﻦ ﹶﻓ‬ ‫ﻴ‬‫ﻤ‬ ‫ﻠ‬‫ﺴ‬  ‫ﺽ ﺍ ﹸﳌ‬ ‫ﻌ ﹺﺮ ﹺ‬ ‫ﻟ‬ ‫ﻡ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﺴ‬ ‫ﳊ‬ ‫ﻭﹾﺍ ﹶ‬ ‫ﻏ ّﹴﻞ‬ ‫ﻚ ﹸﻛ ﱠﻞ‬  ‫ﺴ‬ ِ ‫ﻣ‬ ‫ﻭﹶﺍ‬ ‫ﻙ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺗ‬ُ‫ا‬ “Engkau harus meninggalkan dan harus menahan setiap dengki dan hasud dan engkau harus memuliakan kehormatan orang Muslim maka engkau akan selamat”

‫ﻙ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺗ‬‫ ﹸﺍ‬:‫ﻮﹸﻟﻪ‬ ‫ﹶﻗ‬ Pada bait ini musannif akan menjelaskan 2 (dua) cabang perbuatan iman yaitu yang ke 43, dan 44. 43. Cabang perbuatan iman yang ke 43 (empat puluh tiga) yaitu harus meninggalkan sifat dengki, menanamkan rasa dendam juga harus meninggalkan sifat hasad yaitu merasa tidak enak karena orang lain mendapatkan kenikmatan dan merasa gembira jika kenikmatan itu lenyap darinya. Jadi jika orang lain memperoleh kenikmatan hanya merasa iri dan mengharap kenikmatan itu hilang. Jika kenikmatan orang lain itu hilang, maka ia merasa senang sifat seperti ini dinamakan hasad. Iri dengki itu buahnya adalah marah dan sifat hasad ditimbulkan dari sifat iri dengki. Dan ada sabda Nabi SAW yang berbunyi:

‫ﺩ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﺴ‬  ‫ﻳ‬ ‫ﺩ ﹶﻻ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﺴ‬ ‫ﳊ‬ ‫اﹶ‬ Artinya: “orang yang suka hasad hidupnya tidak akan bahagia”. Sabda Nabi yang lain:

‫ﺩ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﺴ‬ ‫ﺤ‬  ‫ﻤ‬ ‫ﻟ ﹾﻠ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﻕ ﺍﳊﹶﺎ‬  ‫ﺯ‬ ‫ﹺﺭ‬ Artinya: “rizki orang yang suka menghasad, Allah akan berikan kepada orang yang di hasad”. Juga sabda Nabi lain, yang berbunyi:

‫ﺐ‬  ‫ﳊ ﹶﻄ‬ ‫ﺭ ﹾﺍ ﹶ‬ ‫ﺎ‬‫ﺗ ﹾﺄ ﹸﻛ ﹸﻞ ﺍﻟﻨ‬ ‫ﺕ ﻛﹶﻤﹶﺎ‬  ‫ﺎ‬‫ﺴﻨ‬ ‫ﳊ‬ ‫ﻳ ﹾﺄ ﹸﻛ ﹶﻞ ﻥ ﺍ ﹶ‬ ‫ﺩ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﺴ‬ ‫ﳊ‬ ‫ﺍ ﹶ‬‫ﻐ ﱡﻞ ﻭ‬ ‫ﺍﹶﻟ‬ Artinya: “iri dengki dan sifat hasad itu akan meleburkan (menghilangkan bagaikan api membakar kayu). 44. Cabang perbuatan iman yang ke 44 (empat puluh empat) yaitu menjaga atau meninggalkan sifat suka menghina kepada orang Muslim baik didepannya maupun dibelakangnya. Nabi SAW bersabda:

‫ﻩ‬ ‫ﺎ‬‫ﺮ ﹶﺍﺧ‬ ‫ﻘ‬ ‫ﺤ‬  ‫ﻳ‬ ‫ﺮ ﹶﺍ ﹾﻥ‬ ‫ﺸ‬  ‫ﻦ ﺍﻟ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺉ‬ ‫ﻣ ﹺﺮ ٍﹺ‬ ‫ﺐ ﺍ‬ ‫ﺴ ﹺ‬ ‫ﺤ‬  ‫ﹺﺑ‬ Artinya: “cukup bagi seseorang dikatakan jelek akhlak nya” yaitu dengan menghina saudara nya yang Muslim baik dengan karena orang yang dihinanya itu orang miskin atau lainnya seharusnya sesama muslim wajib memuliakan dan saling menghormati. 19

Sesama orang yang mendapatkan taufik dan hidayah dari Allah, yaitu orang yang akan mendapat penghormatan nya, dan akan dimasukkan dalam Surga. Dan juga kita jangan menyakiti hati sesama Muslim, karena perbuatan itu diharamkan oleh Allah SWT, seperti haram mencuri atau mengambil barang kepunyaan orang lain, membunuh, menuduh berbuat yang jelek, saling membicarakan kesalahannya dan lain-lain. Dalam hal ini bersabda Nabi SAW yang artinya:

“barang siapa yang mencegah kepada orang yang sedang membicarakan kesalahan orang demi menjaga kehormatannya, maka orang itu akan dijaga oleh Allah dari orang yang akan menghinanya. Sebaliknya barang siapa yang tidak menjaga kehormatan orang lain, maka ia tidak akan dijaga dari orang yang akan menghinanya dan tidak akan mendapatkan pertolongan dari orang lain”. Jadi jika kamu bisa menjaga kehormatan orang lain maka kamu akan diselamatkan oleh Allah SWT. Bersabda Rasulullah SAW: “Barang siapa yang mati setelah taubat dari dosa fitnah (umpatan) maka akan masuk Surga”.

‫ﻡ‬ ‫ﺩ‬ ‫ﺎ‬‫ﺖ ﺍﻟﻨ‬  ‫ﻧ‬‫ﻭﹶﺍ‬ ‫ﺐ‬  ‫ﺗ‬ ‫ﻮ ٍِﺀ‬ ‫ﺴ‬  ‫ﺰ ﹾﻥ ﹺﺑ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﺍ‬‫ﺔ ﻭ‬ٍ ‫ﻋ‬ ‫ﺮ ﺑﹺﻄﺎﹶ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻚ ﹸﺛ‬  ‫ﺑ‬‫ﺮ‬ ‫ﻟ‬ ‫ﺺ‬  ‫ﻠ‬‫ﺧ‬ َ‫ا‬ “Engkau harus ikhlas (ibadah semata-mata) karena Tuhan mu lalu engkau harus merasa gembira karena bisa melaksanakan ta’at, dan harus perihatin karena melaksanakan dosa dan harus bertaubat sambil merasa menyesal”

‫ﻚ‬  ‫ﺑ‬‫ﺮ‬ ‫ﻟ‬ ‫ﺺ‬  ‫ﻠ‬‫ﺧ‬ ‫ﻮﻟﹸﻪ ﹶﺍ‬ ‫ﻚ ﹶﻗ‬  ‫ﺑ‬‫ﺮ‬ ‫ﻟ‬ ‫ﺺ‬  ‫ﻠ‬‫ﺧ‬ ‫ ﹶﺍ‬:‫ﻮﻟﹸﻪ‬ ‫ﹶﻗ‬ Pada bait ini musannif akan menjelaskan 3 (tiga) cabang perbuatan iman, yaitu yang ke 45, 46, dan 47. 45. Cabang perbuatan iman yang ke 45 (empat puluh lima) yaitu harus ikhlas karena Allah dalam melaksanakan segala perintah nya. Yang dimaksud dengan ikhlas yaitu melaksanakan segala perintah karena takarrub (pendekatan) kepada Allah. Seperti bila kita tidur itu semata-mata karena supaya kuat melaksanakan ibadah, maka tidur yang semacam ini termasuk tidur ibadah dan termasuk golongan orang yang mukhlis. Sebaliknya dari ikhlas yaitu syirik / musyrik baik musyrik khofi musyrik jalli

‫ﻰ‬‫ﺧﻔ‬

(samar-samar) maupun

‫ﺟﻠﱢﻲ‬ (besar), sebagaimana dalam hadits diterangkan orang yang riya (beramal ingin

mendapat pujian dari orang) di dunia, maka akan diundang / dipanggilan 4 (empat) panggilan yaitu: 1. kadang-kadang diundang dengan ya muroi ‫ﺍ ٍِﺀ‬‫ﻣﺮ‬ 2. 3.

‫ﺎ‬‫( ﻳ‬wahai orang yang ingin dipuji) kadang-kadang dipanggil ya mukhodi’ ‫ﻉ‬  ‫ﺩ‬ ‫ﺎ‬‫ﻣﺨ‬ ‫ﺎ‬‫( ﻳ‬wahai orang yang tertipu) kadang-kadang dipanggil ya musyrik ‫ﻙ‬  ‫ﺸ ﹺﺮ‬  ‫ﻣ‬ ‫ﺎ‬‫( ﻳ‬wahai orang yang musyrik)

4. kadang-kadang dipanggil ya kafir ‫ﺮ‬ ‫ﻓ‬ ‫ﻛﹶﺎ‬

‫ﺎ‬‫( ﻳ‬wahai orang yang kufur)

berkata shohibul Syara’ Al-Washiyyah: “ikhlas yang sempurna yaitu itikaf”. Bahwa berbuat amal itu hanya dari Allah, sesungguhnya dengan kehendaknya atas kasih sayang dan dengan pertolongan. Barang siapa yang berkeyakinan bahwa Allah itu menghendaki diri nya beramal soleh dengan sebenar-benarnya keyakinan, maka dia tidak akan menagih pahala nya dari Allah, karena dengan beramal itu seolah merupakan kehendaknya, amalnya diterima juga sudah beruntung, dan dia akan dijaga dari riya (perbuatan ingin mendapatkan pujian orang lain yang dapat menghilangkan pahala), dan dari sifat takabur (sombong) dan ujub (merasa paling benar).

20

46. Cabang perbuatan iman yang ke 46 (empat puluh enam) yaitu merasa berbahagia apabila sudah bisa melaksanakan ta’at kepada Allah dan merasa sedih atau perihatin jika belum bisa ta’at dan berbuat maksiat. Merasa berbahagia / gembira bisa ta’at, karena dirinya berarti telah diberi karunia penghormatan dari Allah, diberi taufik bisa beramal karena Allah. Firman Allah SWT, yang berbunyi:

∩∈∇∪ (#θãmtø u‹ù=sù y7Ï9≡x‹Î7sù ϵÏFuΗ÷qtÎ/uρ «!$# È≅ôÒx Î/ ö≅è% Artinya: Katakanlah: "Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka

bergembira” Katakanlah hanya dengan karunia dan rahmat-Nya kita bisa berbuat baik dan engkau harus merasa gembira dengan adanya bisa berbuat baik. Dan janganlah kamu merasa berbahagia karena bisa ta’at bukan karena pertolongan Allah, karena dari situlah timbul sifat takabur. Juga kita harus merasa perihatin jika tidak bisa ta’at kepada Allah karena berarti kita telah menipu kepada diri kita sendiri. Barang siapa yang tidak bisa ta’at, tidak menyesal atas berbuat maksiat maka itu tandanya sudah mati hati nya / orang lain bisa ta’at sedangkan kita tidak bisa ta’at malahan berbuat maksiat. Sabda Nabi SAW yang berbunyi:

‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺆ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻪ ﹶﻓ‬ ‫ﺘ‬‫ﻴﹶﺌ‬‫ﺳ‬ ‫ﺗ ﹸﺔ‬‫ﺎ َﺀ‬‫ﻭﺳ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﺘ‬‫ﻨ‬‫ﺴ‬  ‫ﺣ‬ ‫ﺗﻪ‬‫ﺮ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ Artinya: “Barang siapa yang merasa berbahagia bila bisa beramal baik dan merasa sedih /

perihatin bila berbuat maksiat maka ia termasuk orang-orang mukmin yang sempurna” 47. Cabang perbuatan yang ke 47 (empat puluh tujuh) yaitu harus bertaubat artinya kembali kepada Allah dengan berbakti dan istighfar maka bila tadinya ia jauh dari Allah, sekarang ia harus lebih dekat kepada Allah, dan jika tadinya ia tidak ta’at kepada perintah-Nya, maka sekarang ia ta’at, maka hal seperti ini disebut dengan taubat sebagaimana Allah telah menjelaskan dalam firmanNya:

4∩∇∪ %—nθÝÁ‾Ρ Zπt/öθs? «!$# ’n<Î) (#þθç/θè? (#θãΖtΒ#u šÏ%©!$# $pκš‰r'‾≈tƒ Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah dengan

sebenar-benarnya taubat" (Q.S At-Tahaarim ayat 7) Taubat nya harus memenuhi syarat-syarat. Sabda Nabi SAW yang berbunyi:

‫ﺐ ﻟﹶﻪ‬  ‫ﻧ‬‫ﻦ ﹶﻻ ﹶﺫ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺐ ﹶﻛ‬ ‫ﻧ ﹺ‬‫ﻦ ﺍﻟ ﱠﺬ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺐ‬  ‫ﺋ‬‫ﺍﻟﺘﱠﺎ‬‫ﷲ ﻭ‬ ِ ‫ ﺍ‬‫ﻴﺐ‬‫ﺣﹺﺒ‬ ‫ﺐ‬ ‫ﻧ ﹺ‬‫ﻦ ﺍﻟ ﱠﺬ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺐ‬  ‫ﺋ‬‫ﺎ‬‫ﺍﹶﻟﺘ‬ Artinya: “mereka yang suka bertaubat mereka adalah kekasih Allah dan orang yang bertaubat

setelah ia melakukan maksiat maka orang itu seperti orang yang tidak mempunyai dosa”

‫ﻡ‬ ‫ﺠ ﹺﺮ‬  ‫ﺗ‬‫ﻢ ﹶﻻ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻃ‬ ‫ﻮ ﹺﺭ ﹶﺍ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻰ ﺍ ﹸﻻ‬‫ﻭﺍﹸﻭﻟ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻳ‬‫ﺪ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﺍ‬‫ﻴ ﹶﻘ ﹶﺔ ﻭ‬‫ﻘ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻭﺍﹾﻟ‬ ‫ﻴ ﹶﺔ‬‫ﺤ‬ ‫ﻀ‬  ‫ﺖ ﺍﻟ‬  ‫ﺍﹾﺋ‬‫ﻭ‬ “Dan engkau harus menyembelih qurban dan aqiqah dan memberikan hadiah dan kepada pimpinan engkau harus mentaati jangan berdosa”

‫ﻴ ﹶﺔ‬‫ﺤ‬ ‫ﻀ‬  ‫ﺖ ﺍﻟ‬  ‫ﺍﹾﺋ‬‫ ﻭ‬:‫ﻮﻟﹸﻪ‬ ‫ﹶﻗ‬ Pada bait ini musannif akan menjelaskan 2 (dua) cabang perbuatan iman yaitu yang ke 48 dan 49.

21

48. Cabang perbuatan iman yang ke 48 (empat puluh delapan) yaitu menyembelih hewan qurban, aqiqah dan hadiah. Qurban yaitu memotong kambing atau sapi karena mendatangkan diri kepada Allah, adapun waktu nya yaitu setelah terbit matahari pada hari Raya Idul Adha sampai dengan akhir hari tasyrik. Qurban terbagi 2 (dua) bagian yaitu: 1. Qurban karena nazar maka dagingnya harus dibagikan / dihadiahkan, orang yang berqurban nya tidak boleh memakan daging nya. 2. Qurban yang bukan karena nazar yaitu qurban sunnah, maka orang yang berqurban itu boleh memakan sebagian daging nya, yang penting ada sebagian yang bisa dibagikan kepada orang lain dan di sunnahkan jangan sampai orang qurban itu mengambil lebih dari 1/3 (satu pertiga) daging nya. Daging hewan qurban di sunnahkan dibagikan ketika masih mentah supaya dapat dimasak sesuai dengan keinginan orang yang diberi daging itu. Tidak sah membagikan daging qurban sudah dimasak terlebih dahulu, seperti dalam hajatan kita mengundang para faqir miskin untuk diajak makan. Aqiqah yaitu memotong kambing, sapi atau hewan lainnya yang hadiah nya di sunnahkan ditujukan kepada anak yang baru lahir. Waktu nya adalah pada hari ketiga kelahirannya bayi dan di sunnah memotong aqiqah itu pagi-pagi waktu nya. Juga di sunnahkan bila anak nya laki-laki maka memotong 2 (dua) hewan dan jik anak perempuan cukup 1 (satu) saja. Kemudian daging nya diberikan kepada faqir miskin setelah dimasak terlebih dahulu, juga memasknya supaya agak manis agar anak yang di aqiqahkan nya itu baik budi nya. Hadiah itu memotong hewan untuk mendekatkan diri kepada Allah yang dilaksanakan di tanah haram (Mekkah) waktu nya sama dengan memotong hewan qurban. 49. Cabang perbuatan iman yang ke 49 (empat puluh sembilan) yaitu ta’at dan patuh kepada Ulil amri yaitu ta’at kepada para alim ulama dan kepada pemerintah yang adil yaitu orang yang tidak pernah melaksanakan maksiat, dosa besar dan melaksanakan dosa kecil. Maka kepada pemerintah yang adil kita wajib melaksanakan segala perintahnya, baik perintah itu berupa perbuatan yang wajib, sunnah ataupun yang jaiz diperbuat yang sekira-kira ada manfaatnya untuk kepentingan negara. Tidak perlu dita’ati bila memerintahkan kepada yang haram atau yang makruh juga jika pemerintah tidak adil, tukang melakukan naksiat seperti benci kepada peraturan Allah, tidak merasa benci bila melakukan maksiat, maka orang semacam ini tidak wajib dita’ati segala perbuatannya. Sebab ia telah menunjukkan jalan untuk maksud kedalam api Neraka Jahanam. Sebagimana firman Allah yang berbunyi:

∩∈∪ ( óΟä3ΖÏΒ Í÷ö∆F{$# ’Í<'ρé&uρ tΑθß™§9$# (#θãè‹ÏÛr&uρ ©!$# (#θãè‹ÏÛr& Artinya: “Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan pemimpin pemerintahan di antara kamu

yang Muslim bukan orang kafir dan orang fasik” Ada sabda Nabi yang artinya: “Barang siapa yang ta’at kepada pemimpin pemerintahan ku (orang

yang dipilih / diangkat oleh Nabi) maka berarti dia ta’at kepada ku dan barang siapa yang tidak ta’at kepada pemimpin pemerintahan yang telah diangkat oleh ku maka berarti dia tidak ta’at kepada ku” Jadi yang dimaksud ulil amri yaitu orang yang diangkat jadi pemerintah oleh kaum Muslimin, yang diangkat disetujui oleh para alim ulama, orang nya harus beragama Islam, mengerti kepada hukum, baik hukum pemerintah maupun hukum agama. Adil bukan karena sekedar Islam KTP yang tidak ridho kepada hukum yang telah digariskan Allah, yang demikian itu termasuk orang

22

munafik, muka nya Islam hati nya kafir, yang seperti ini tidak patuh untuk dijadikan / diangkat jadi pemimpin.

‫ﻢ‬ ‫ﻣ ﹾﺄﹶﺛ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﺎ‬‫ﻪ ﻣ‬ ‫ﻧ‬‫ﺍ‬‫ﺪ ٍﹺﻝ ﻭ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﺣﻜﹸﻢ ﹺﺑ‬ ‫ﺍ‬‫ﻋ ﹸﺔ ﻭ‬ ‫ﺎ‬‫ﻤ‬‫ﻪ ﺟ‬ ‫ﻴ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﻴﺒﹺﻰ ﻣﹶﺎ‬‫ﺣﹺﺒ‬ ‫ﻣﺴِﻚ‬ ‫ﹶﺍ‬ “Engkau harus megang teguh wahai kasih ku kepada apa yang dipegang oleh golongan Muslimin dan engkau harus menghukum dengan hukuman adil dan engkau harus melarang kepada apa yang dianggap dosa”

‫ﻴﺒﹺﻰ‬‫ﺣﹺﺒ‬ ‫ﻣﺴِﻚ‬ ‫ ﹶﺍ‬:‫ﻮﻟﹸﻪ‬ ‫ﹶﻗ‬ Pada bait ini musannif akan menjelaskan 2 (dua) cabang perbuatan iman yaitu yang ke 50 dan 51. 50. Cabang perbuatan iman yang ke 50 (lima puluh) yaitu harus mentaati kepada peraturan yang telah dipegang oleh orang-orang Islam, hendaknya bersatu dalam melaksanakan hukum dari Allah. Barang siapa yang keluar dari agama Islam dan menentang kepada golongan Muslimin maka halal darah nya (halal dibunuh). Sebagaimana dalam sebuah hadits diterangkan:

‫ﻙ‬ ‫ﺎ ﹺﺭ‬‫ﺍﻟﺘ‬‫ﺲ ﻭ‬ ‫ﻨ ﹾﻔ ﹺ‬‫ﺲ ﺑﹺﺎﻟ‬  ‫ﻨ ﹾﻔ‬‫ﺍﻟ‬‫ﺍﻧﹺﻰ ﻭ‬‫ﺐ ﺍﻟﺰ‬  ‫ﻴ‬‫ﺙ ﺍﻟﱠﺜ‬  ‫ﻼ‬ ‫ﻯ ﺍﻟﱠﺜ ﹶ‬‫ﺣﺪ‬ ‫ﺍ ﱠﻻ ﺑﹺﺎ‬ ‫ﻠ ٍﹺﻢ‬‫ﺴ‬  ‫ﻣ‬ ‫ﺉ‬ ‫ﻣ ﹺﺮ ٍﹺ‬ ‫ﻡ ﹸﺍ‬ ‫ﺩ‬ ‫ﺤﻞﱡ‬  ‫ﻳ‬ ‫ﹶﻻ‬ ‫ﺔ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﺎ‬‫ﺠﻤ‬  ‫ﻟ ﹾﻠ‬ ‫ﻕ‬  ‫ﻪ ﹾﺍ ﹸﳌﻔﹶﺎ ﹺﺭ‬ ‫ﻳﹺﻨ‬‫ﺪ‬ ‫ﻟ‬ Artinya: “tidak diperbolehkan membunuh seorang Muslim kecuali atas 3 (tiga) perkara yaitu: (1)

karena zina mughshon (2) karena pembunuh (3) karena murtad (keluar dari agama Islam), dan menentang kepada orang-orang Muslim”. Jadi sempurnalah iman seseorang yang mau bersatu dengan orang-orang Muslim untuk mempertahankan agama Allah. 51. Cabang perbuatan iman yang ke 51 (lima puluh satu) yaitu wajib memberikan hukum dengan hukuman yang adil, harus memberikan hukum sesuai dengan hukum Allah. Yaitu apabila jadi hakim maka wajib memberikan hukum dengan hukuman yang adil yaitu memberikan hukum jangan menggunakan hukum adat yang dibuat oleh orang-orang yang berdosa, maka hakim itu akan mendapatkan siksa dari Allah SWT. Hakim itu terbagi menjadi 2 (dua) bagian yaitu: 1. Seorang hakim yang memberikan hukum dengan hukum luar dari Islam, dan mengesampingkan hukum Allah maka hakim yang seperti itu telah berlaku kufur, murtad, nauzubillah min zalik. 2. Seorang hakim yang memberikan hukum dengan hukuman semata-mata karena terpaksa, maka hakim yang seperti ini dihukumi dengan zolim dan fasik sebagaimana dalam firman Allah telah dijelaskan:

∩⊆∈∪ tβθßϑÎ=≈©à9$# ãΝèδ y7Í×‾≈s9'ρé'sù ª!$# tΑt“Ρr& !$yϑÎ/ Νà6øts† óΟ©9 tΒuρ Artinya: “Barang siapa yang memberikan hukum dengan tidak hukum Allah, Maka orang itu adalah berlaku zalim” (Q.S Al-Maidah ayat 45) Sabda Nabi SAW yang artinya: “Barang siapa yang memberikan hukum diantara orang yang

kedua orang itu ingin dihukumi dengan hukum Allah tapi hakim yang memberikan hukum 23

tidak dengan hukum Allah, maka hakim itu akan mendapat laknat dari Allah SWT(dijauhkan dari rahmat-Nya serta diancam dengan siksa)”

‫ﻡ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺗ ﹾﻜ‬ ‫ﺗ ﹾﻘﻮٰﻯ‬‫ﻭ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺑ‬ ٰ‫ﻠﻰ‬‫ﺪًﺍ ﻋ‬ ‫ﻢ ﹺﺟ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻨ‬‫ﻋ‬ ‫ﺖ ﹶﺍ‬  ‫ﻭﹶﺍﻧ‬ ‫ﻑ‬ ٍ ‫ﻭ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺮﹺﺑ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻭﹾﺍ‬ “Dan engkau harus menyuruh untuk berbuat kebaikan dan engkau harus menolong mereka dengan sungguh-sungguh untuk berbuat kebaikan dan taqwa maka engkau akan dimuliakan”

‫ﻑ‬ ٍ ‫ﻭ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺮﹺﺑ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻭﹾﺍ‬ :‫ﻮﻟﹸﻪ‬ ‫ﹶﻗ‬ Pada bait ini musannif akan menjelaskan 2 (dua) cabang perbuatan iman yaitu yang ke 52 dan 53. 52. Cabang perbuatan iman yang ke 52 (lima puluh dua) yaitu kita wajib menyuruh untuk berbuat kebaikan dan mencegah dari melakukan yang dilarang Allah. Kita semua wajib menjaga kepada orang Muslim untuk berbuat kebaikan dan taqwa kepada Allah dan melarang dari perbuatan maksiat kepada Allah SWT. Hal ini telah dijelaskan Allah dalam firman-Nya, yang berbunyi: 4 ̍s3Ψßϑø9$# Çtã tβöθyγ÷Ζtƒuρ Å∃ρã÷èpRùQ$$Î/ tβρããΒù'tƒuρ Ύösƒø:$# ’n<Î) tβθããô‰tƒ ×π¨Βé& öΝä3ΨÏiΒ ä3tFø9uρ

∩⊇⊃⊆∪ šχθßsÎ=ø ßϑø9$# ãΝèδ y7Í×‾≈s9'ρé&uρ “Dan hendaklah ada sebagian di antara kamu yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh untuk berbuat baik dan mencegah dari yang munkar (jelek); merekalah orang-orang yang beruntung”.(Q.S. Al-Imron ayat 104) Kita semua wajib menyampaikan kepada semua manusia akan kebenaran yang datang dari Allah SWT, naka apabila kamu melaksanakan segala apa yang diperintahkan Allah, kamu akan senantiasa memperoleh pertolongan-Nya. 53. Cabang perbuatan iman yang ke 53 (lima puluh tiga) yaitu harus saling tolong menolong dalam berbuat kebaikan dan taqwa. Sebagaimana firman Allah yang berbunyi:

∩⊄∪ 4 Èβ≡uρô‰ãèø9$#uρ ÉΟøOM}$# ’n?tã (#θçΡuρ$yès? Ÿωuρ ( 3“uθø)−G9$#uρ ÎhŽÉ9ø9$# ’n?tã (#θçΡuρ$yès?uρ “dan tolong-menolonglah kamu dalam berbuat kebaikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran”. (Q.S. Al-Imron ayat 2). Juga dalam hadits dijelaskan:

‫ﷲ‬ ِ ‫ﻴ ﹺﻞ ﺍ‬‫ﺳﹺﺒ‬ ‫ﻰ‬‫ﻦ ﻓ‬ ‫ﻳ‬‫ﺪ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﺍﺏ ﺍﳌﹸﺠﹶﺎ‬‫ﻪ ﹶﺛﻮ‬ ‫ﻪ ﹶﻓﹶﻠ‬ ‫ﺘ‬‫ﻌ‬ ‫ﻨ ﹶﻔ‬‫ﻣ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﻴ‬‫ﺧ‬ ‫ﻥ ﹶﺍ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﻰ‬‫ﻣﺸٰﻰ ﻓ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ Artinya: “Barang siapa yang berjuang membela saudaranya yang Muslim maka orang itu diberikan pahala seperti orang yang melakukan jihad (perang) dijalan Allah”.

‫ﻢ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﻚ‬  ‫ﻘ‬ ‫ﺨ ﹾﻠ‬  ‫ﻦ ﹺﺑ‬ ‫ﺴ‬  ‫ﺣ‬ ‫ﺼ ﹾﻞ‬  ‫ﺎ ﹶﻓ‬‫ﻭﲪ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻟ‬‫ﺍ‬‫ﻟ ﹾﻠﻮ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻨ‬‫ﺴ‬ ِ ‫ﺣ‬ ‫ﻚ ﹶﺍ‬  ‫ﺑ‬‫ﺭ‬ ‫ﺤ ﹺﻲ‬  ‫ﺗ‬‫ﺍ‬‫ﻭ‬ “Dan engkau harus punya malu oleh Allah dan engkau harus berbuat baik kepada orang tua dan kepada kerabat engkau harus mempererat tali kekerabatan dan engkau harus memperbaik budi pekerti maka engkau akan dihormati” 24

‫ﻚ‬  ‫ﺑ‬‫ﺭ‬ ‫ﺤ ﹺﻲ‬  ‫ﺗ‬‫ﺍ‬‫ ﻭ‬:‫ﻮﻟﹸﻪ‬ ‫ﹶﻗ‬ Pada bait ini musannif akan menjelaskan 4 (empat) cabang perbuatan iman yaitu yang ke 54, 55, 56, dan 57. 54. Cabang perbuatan iman yang ke 54 (lima puluh empat) yaitu harus mempunyai rasa malu (kepada Allah). Malu itu sebagian dari pada iman. Malu adalah menjaga semua perbuatan dari segala apa yang dilarang oleh Allah SWT sehingga tidak berani melakukan maksiat kepada Allah, ingat kepada mati dan membutuhkan kebahagian di akhirat nanti. Barang siapa ingin berbahagia di akhirat maka harus meninggalkan kesenangan dunia, sekalipun di dunia sengsara tapi di akhirat nanti ingin hidup bahagia. Hendaknya banyak berbuat kebaikan mau meninggalkan maksiat, dan orang yang semacam ini benar-benar telah merasa malu dihadapan Allah. Nabi SAW bersabda sesungguhnya Allah SWT telah berfirman:

“Wahai anak Adam hendaklah kamu harus merasa malu jika kamu berbuat maksiat, sehingga kamu berhenti dari berbuat maksiat karena malu kepada Ku, maka Aku pun malu kepada mu, tidak akan Aku timbang nanti di akhirat dan tidak akan Aku siksa kamu” “Wahai anak Adam bertaubatlah kamu kepada Ku, jika tadinya kamu sering melakukan maksiat maka tinggalkanlah maksiat itu (taat) dan jika tadinya kamu jauh, tidak pernah melakukan ibadah kepada Ku maka segeralah kamu ibadah, maka Aku akan memuliakan kamu seperti halnya Aku telah memuliakan Nabi-Nabi”. “Wahai anak Adam janganlah kamu memalingkan dari mengingat Ku karena jika kamu memalingkan kepada Ku maka Aku pun akan memalingkan kepada mu, menghinakan mu dan tidak akan memberikan pertolongan kepada mu”. “Wahai anak Adam jika kamu menghadap nanti di hari kiamat dengan membawa kebaikan maka Aku terlebih dahulu tidak akan menerima kebaikan mu” “Wahai anak Adam sesungguhnya Akulah yang telah memberikan rizki kepada mu dan kamulah yang telah menerima rizki dari Ku, dan kamu tahu Akulah yang telah mengabulkan segala permohonan mu maka janganlah kamu ingkar atau melupakan akan nikmat Ku karena jika kamu ingkar atas rizki yang telah Aku berikan, maka Aku akan menyiksa mu karena kebaikan Ku kau balas dengan kejelekan” 55. Cabang perbuatan iman yang ke 55 (lima puluh lima) yaitu berbuat baik kepada kedua orang tua. Sebagaimana firman Allah SWT yang berbunyi:

∩⊂∉∪ $YΖ≈|¡ômÎ) Èøt$Î!≡uθø9$$Î/uρ ( $\↔ø‹x© ϵÎ/ (#θä.Ύô³è@ Ÿωuρ ©!$# (#ρ߉ç6ôã$#uρ * Artinya: “Dan beribadatlah kamu kepada Allah dan jangan menyekutuinya baik itu dalam sifat-

Nya, zat-Nya maupun dalam perbuatannya, berbuat baiklah kepada kedua orang tua mu dengan sebenar-benarnya”. Juga Nabi bersabda yang berbunyi:

‫ﻴ ﹺﻞ‬‫ﺳﹺﺒ‬ ‫ﻰ‬‫ﺩ ﻓ‬ ‫ﺎ‬‫ﺍ ﹺﺟﻬ‬‫ﺓ ﻭ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﺍﻟ‬‫ﺞ ﻭ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﺍ‬‫ﻮ ﹺﻡ ﻭ‬ ‫ﺍﻟﺼ‬‫ﺔ ﻭ‬ ‫ﺪﹶﻗ‬ ‫ﺼ‬  ‫ﺍﻟ‬‫ﺓ ﻭ‬ ‫ﻼ‬ ‫ﺼﹶ‬  ‫ﻦ ﺍﻟ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻀ ﹸﻞ‬  ‫ﻦ ﹶﺍ ﹾﻓ‬ ‫ﻳ‬‫ﺪ‬ ‫ﻟ‬‫ﺍ‬‫ﺍﻟﻮ‬‫ﹺﺑﺮ‬ ‫ﷲ‬ ِ‫ﺍ‬ Artinya: “Berbuat baikkan kepada kedua orang tua (Ibu Bapak) itu lebih utama dari pada shalat, sodakoh, puasa, naik haji, umroh, dan perang (jihad) dijalan Allah”. 25

56. Cabang perbuatan iman yang ke 56 (lima puluh enam) yaitu menjalin dan mempererat tali silaturrahmi, saling mengunjungi kepada kerabat sanak saudara) yang dapat menimbulkan sikap saling tolong menolong. Sabda Nabi SAW yang berbunyi:

‫ﻪ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺼ ﱢﻞ‬  ‫ﻴ‬‫ﻟ‬‫ﷲ ﻭ‬ َ ‫ﺘ ﹺﻖ ﺍ‬‫ﻴ‬‫ﻪ ﹶﻓ ﹾﻠ‬ ‫ﻓ‬‫ﺯ‬ ‫ﻰ ﹺﺭ‬‫ﻪ ﻓ‬ ‫ﻊ ﹶﻟ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻳ‬‫ﻭ‬ ‫ﻩ‬ ‫ﻤ ﹺﺮ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﻰ‬‫ﻪ ﻓ‬ ‫ﺪ ﹶﻟ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻩ ﹶﺍ ﹾﻥ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ Artinya: “Barang siapa yang ingin hidup berbahagia serta dipanjangkan umurnya, dilapangkan rizkinya, maka hendaklah bertaqwa kepada Allah dan menjalin tali silaturrahmi bahkan Allah akan mengampuni segala dosanya”. 57. Cabang perbuatan iman yang ke 57 (lima puluh tujuh) yaitu berakhlaq mulia / baik. Ciri-ciri orang yang baik akhlaqnya adalah: - Besar rasa malunya - Tidak pernah menyakiti hati orang lain - Banyak berbuat kebaikan - Tidak pernah berdusta - Lebih baik beramal dari pada berbicara - Selalu berhati-hati dalam melakukan sesuatu - Sempurna akalnya - Mempunyai sifat penyabar - Selalu bersilaturahmi - Banyak bersyukur - Konaah (menerima apa adanya atas pemberian dari Allah) - Kasih sayang terhadap sesama - Tidak pernah marah (marah karena Allah) - Bisa menjaga diri dari ucapan yang dapat menyakiti orang lain - Tidak pernah mengumpat dan mengadu domba orang lain - Tidak pernah berbuat hasud - Berbenci dan marah karena Allah semata

‫ﻡ‬ ‫ﺰ‬ ‫ﺗ ﹾﻠ‬‫ﺍ‬‫ﺒﺪ‬‫ﻋ‬ ‫ﺕ‬  ‫ﺍ‬‫ﺎﺩ‬‫ﻋ ﹸﺔ ﺍﻟﺴ‬ ‫ﺍﻃﹶﺎ‬‫ﻦ ﻭ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻋﱢﻠ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﻨ‬‫ﻋ‬ ‫ﻒ‬  ‫ﻋ‬ ‫ﻚ ﻓﹶﺎ‬  ‫ﻨ‬‫ﻘ‬ ‫ﻟ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﺴ‬ ِ ‫ﺣ‬ ‫ﹶﺍ‬ Artinya: “Engkau harus memberikan kebaikan kepada hamba sahaya mu maka engkau harus

memaafkan atas kesalahannya dan engkau harus mendidik dan taat kepada majikan bagi abid (ahli ibadah) itu adalah wajib”

‫ﻚ‬  ‫ﻨ‬‫ﻟ ﹶﻘ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﺴ‬ ِ ‫ﺣ‬ ‫ ﹶﺍ‬:‫ﻮﻟﹸﻪ‬ ‫ﹶﻗ‬ Pada bait ini musannif akan menjelaskan 2 (dua) cabang perbuatan iman yaitu yang ke 58, dan 59. 58. Cabang perbuatan iman yang ke 58 (lima puluh delapan) yaitu berbuat baik kepada budak / hamba sahaya, memberikan ampunan dan mengajarkan segala apa yang dilaksanakan dalam agama Islam yaitu diantaranya adalah mengajarkan ilmu yang wajib. Sebagaimana dalam sabda Nabi dijelaskan.

‫ﻖ‬ ‫ﻴ‬‫ﻄ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﺎ ﹶﻻ‬‫ﻤ ﹺﻞ ﻣ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻦ ﺍﻟ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻒ‬  ‫ﻳ ﹶﻜﱢﻠ‬‫ﻭ ﹶﻻ‬ ‫ﻑ‬  ‫ﻭ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻪ ﺑﹺﺎ َﹶﳌ‬ ‫ﺗ‬‫ﻮ‬ ‫ﺴ‬  ‫ﻛ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺎ‬‫ﻙ ﹶﻃﻌ‬ ‫ﻤﻠﹸﻮ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻟ ﹾﻠ‬ Artinya: “Wajib bagi seorang majikan memberikan seperangkat pakaian dan makanan kepada

hamba sahaya / budak belian dan seorang majikan jangan memerintahkan hambanya melakukan pekerjaan yang tidak mampu mengerjakannya”. 26

Barang siapa seorang majikan menampar dan memukul seorang hambanya bukan untuk maksud memberikan pelajaran sopan santun dan mengajarkan ilmu kepadanya maka ia diwajibkan membayar kifarat yaitu dengan cara memerdekakan hambanya, jadi bila kita memukulnya wajib membebaskannya, kemudian bila kita mempunyai seorang hamba wajib pula diberikan pakaian, pelajaran dan diberi nafkah. 59. Cabang perbuatan iman yang ke 59 (lima puluh sembilan) yaitu seorang hamba sahaya wajib taat kepada majikannya atas segala apa yang diperintahkan sekuasanya, apabila perintah itu bukan menyuruh melaksanakan maksiat kepada Allah. Sebagimana dalam sabda Nabi diterangkan:

‫ﻴ ﹺﻦ‬‫ﺗ‬‫ﺮ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻩ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺟ‬ ‫ﻪ ﹶﺍ‬ ‫ﻪ ﹶﻓﹶﻠ‬ ‫ﺑ‬‫ﺭ‬ ‫ﺩ ﹶﺓ‬ ‫ﺎ‬‫ﻋﺒ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﺴ‬  ‫ﺣ‬ ‫ﻭﺍﹶ‬ ‫ﻩ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻴ‬‫ﺴ‬  ‫ﻟ‬ ‫ﺢ‬ ‫ﺼ‬  ‫ﻧ‬‫ﺍﺫﹶﺍ‬‫ﺪ‬ ‫ﺒ‬‫ﻌ‬ ‫ﺍ ﱠﻥ ﺍﻟ‬ Artinya: ”Apabila seorang hamba jujur dan ikhlas di dalam melaksanakan segala ibadah kepada

Allah maka hamba itu akan diberikan pahala dua kali (2X) lipat, yaitu pertama ia telah taat kepada majikannya dan kedua taat ibadah kepada Allah SWT”. Jadi pada bait ini musannif menjelaskan segala sesuatu yang bermanfaat buat hambanya begitu pula sebaliknya seorang hamba harus harus taat kepada apa-apa yang telah diperintahkan kepadanya yang bermanfaat.

‫ﻢ‬ ‫ﺤﱠﺜ‬  ‫ﻣ‬ ‫ﻙ‬ ‫ﻢ ﹶﻓﺬﹾﺍ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻋﱢﻠ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻖ‬ ‫ﻔ‬ ‫ﻧ‬‫ﺩ ﹶﺍ‬ ‫ﻭ ﹶﻻ‬ ‫ﻭﹾﺍ ﹶﻻ‬ ‫ﻫ ﹺﻞ‬ ‫ﻕ ﺍ ﹶﻻ‬  ‫ﻮ‬ ‫ﺣ ﹸﻘ‬ ‫ﻆ‬ ‫ﺣ ﹶﻔ ﹾ‬ ‫ﺍ‬‫ﻭ‬ Artinya: “Dan engkau harus menjaga semua kewajiban terhadap keluarga (Istri) dan anak-anak ,

engkau harus memberikan nafkah dan mendidik mereka semuanya maka itu adalah diwajibkan”

‫ﻆ‬ ‫ﺣ ﹶﻔ ﹾ‬ ‫ﺍ‬‫ ﻭ‬:‫ﻮﻟﹸﻪ‬ ‫ﹶﻗ‬ Pada bait ini musannif akan menjelaskan 1 (satu) cabang perbuatan iman yaitu yang ke 60 (enam puluh). 60. Cabang perbuatan iman yang ke 60 (enam puluh) yaitu seorang suami harus memenuhi hak-hak istri dan anak. Wajib kepada seorang suami memberikan nafkah kepada istri nya yang taat dan menyerahkan diri sebagaimana mestinya. Maka kepada istri yang

‫ﺯ‬ ‫ﻮ‬‫ﻧﺴ‬ nusuz tidak wajib bagi seorang suami

memberikan nafkahnya. Memberikan nafkah kepada seorang istri tergantung kepada keadaan suami nya, jika suami nya orang yang Musykil ‫ﻞ‬ ‫ﻴ ﹾ‬‫ﺸﻜ‬  ‫ﻣ‬ maka satu hari nya cukup seorang suami memberikan satu mud yaitu 6 atau ¾ liter, kemudian menggunakan ranjang sesuai dengan pantasnya. Suami wajib memberikan sandang yang berupa pakaian kepada istri nya yang setia 6 bulan satu kali, selanjutnya dalam memberikan nafkah kepada istri itu tidak gugur karena terlewat masanya. Jika si suami dalam satu bulan tidak memberikan nafkah maka ia telah berhutang kepada istri nya yang harus dibayarnya. Begitu pula seorang suami berkewajiban untuk memberikan pendidikan kepada istri nya tentang cara bagaimana seharusnya beribadah kepada Allah seperti mengajarkan tentang syahad baik itu syahadat munji yaitu syahadat yang dapat menelamatkan di akhirat nanti, juga wajib mengajarkan tentang cara melaksanakan sholat beserta syarat rukun nya dan yang membatalkannya. Juga wajib mengajarkan yang berkenan dengan masalah haid cara mensucikannya serta mengajarkan beberapa hal kewajiban seorang istri kepada suami nya. 27

Begitu pula seorang Ayah wajib memberikan nafkah kepada anak nya tapi memberikan nafkah kepada anak itu tidak jadi hutang jika terlewat waktunya. Seorang Ayah wajib memberikan pelajaran kepada anak mengenai ilmu tauhid, ilmu fiqih, ilmu tasawuf, dan ilmu akhlaq. - Mengajarkan ilmu tauhid supaya anak benar dalam membaca dua kalimat syahadat dan mengetahui maknanya. - Mengajarkan ilmu fiqih agar anak benar didalam melaksanakan taqwa nya kepada Allah. - Mengajarkan ilmu tasawuf agar bisa beramal sempurna yang menghasilkan pahala yang besar dan menjauhi dari hal yang dapat merusak pahala. - Mengajarkan ilmu akhlaq agar anak mulia hidupnya di dunia dan di akhirat. Akhlaq itu adalah merupakan pakaian orang yang beragama, maka orang yang beragama tidak berakhlaq maka rendah martabatnya. Jadi wajib kepada seorang Ayah mengajarkan keempat ilmu yang telah dijelaskan di atas kepada anak. Dan jika tidak mampu maka seorang Ayah wajib menyerahkan kepada guru di pesantren.

‫ﺍ‬‫ﻤﻮ‬ ‫ﺳﹶﻠ‬ ‫ﻮﺗٰﻰ ﹶﺍ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺻ ﱢﻞ‬  ‫ﺮﺿٰﻰ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺩ ﱠﻥ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻼ‬ ‫ﺳ ﹶ‬ ‫ﺩ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﻳ ﹺﻦ‬‫ﺪ‬ ‫ﻫ ﹺﻞ ﺍﻟ‬ ‫ﺐ ِ ﹶﻻ‬  ‫ﺒ‬‫ﺣ‬ ‫ﺍ‬‫ﻭ‬ Artinya: “Dan engkau harus mencintai kepada ahli agama dan engkau harus menjawab salamnya dan

engkau harus menjenguk kepada orang yang sakit dan engkau harus menyolati orang-orang mati yang Islam”

‫ﻳ ﹺﻦ‬‫ﺪ‬ ‫ﻫ ﹺﻞ ﺍﻟ‬ ‫ﺐ ِ ﹶﻻ‬  ‫ﺒ‬‫ﺣ‬ ‫ﺍ‬‫ ﻭ‬:‫ﻮﻟﹸﻪ‬ ‫ﹶﻗ‬ Pada bait ini musannif akan menjelaskan 4 (empat) cabang perbuatan iman yaitu yang ke 61, 62, 63, dan 64. 61. Cabang perbuatan iman yang ke 61 (enam puluh satu) yaitu mencintai ahli agama Islam. Sabda Nabi SAW yang artinya: “Barang siapa yang merasa berbahagia dijauhkan dari segala perbuatan

yang dapat memasukkan kedalam Api Neraka, dan merasa berbahagia dari segala perbuatan yang dapat memasukkan ke Surga, maka apabila ia mati maka harus terlebih dahulu dia mengucapkan dua kalimat syahadat dan harus berbuat kebaikkan kepada tiap-tiap umat Islam yang dilandasi dengan rasa cinta”. Sabda Nabi lain yang artinya: “Hendaklah kamu memperbanyak kenalan dengan sesama mukmin sebab tiap-tiap mukmin itu bisa memberikan pertolongan atas izin Allah pada hari kiamat nanti”. Maka begitu pentingnya mencintai para alim ulama sambil memberikan hadiah kepadanya dan melaksanakan segala apa yang telah mereka laksanakan yaitu berupa amal soleh, insya Allah kita sama-sama akan mendapatkan syafa’at dari nya. Sabda Nabi SAW yang berbunyi:

‫ﺍ ﻋٰﻰ‬‫ﺗﺪ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﻨ‬‫ﻣ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻀ‬  ‫ﻋ‬ ‫ﺘﻜٰﻰ‬‫ﺷ‬ ‫ﺍﺫﹶﺍ ﺍ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﺴ‬  ‫ﺟ‬ ‫ﻤﹶﺜ ﹺﻞ ﺍ‬ ‫ﻢ ﹶﻛ‬ ‫ﻤ ﹺﻬ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﺍ‬‫ﺗﺮ‬‫ﻭ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﺩ‬ ‫ﺍ‬‫ﺗﻮ‬ ‫ﻰ‬‫ﻦ ﻓ‬ ‫ﻴ‬‫ﻣﹺﻨ‬ ‫ﺆ‬ ‫ﻣﹶﺜ ﹸﻞ ﺍ ﹸﳌ‬ ‫ﻬ ﹺﺮ‬ ‫ﺴ‬  ‫ﺍﻟ‬‫ﳊﻤٰﻰ ﻭ‬ ‫ﻩ ﹺﺑ ﹾﺎ ِﹸ‬‫ﺋﺮ‬‫ﺎ‬‫ﺳ‬ Artinya: “Seorang muslim dengan seorang muslim lainnya hendaklah ia saling berkasih sayang

seperti satu anggota tubuh apabila anggota tubuh yang satu merasa sakit, maka seluruh tubuh nya ikut merasa sakit”. Seperti ada bisul di pantat tapi yang merasakan sakit seluruh anggota tubuh, sehingga mata ikut nangis, bibir ikut mengeluh. Dan ada lagi sabda Nabi SAW yang menjelaskan “bahwa seorang

muslim harus berbuat baik kepada sesama muslim semata-mata karena rasa cinta sama-sama mendapatkan taufik dan hidayah menjadi orang muslim”. Dan ada sabda Nabi lain yang artinya: “Berbuat baik kepada sesama muslim itu sebaik-baiknya ibadah dan lebih baik dari pada beribadah 60 tahun”. 28

62. Cabang perbuatan iman yang ke 62 (enam puluh dua) yaitu memberi dan menjawab salam.

 ‫ﻴ ﹸﻜ‬‫ﻋﹶﻠ‬ Bila ada seorang muslim yang membaca Assalamu’alaikum ( ‫ﻢ‬ dengan Wa’alaikum Salam ( ‫ﻡ‬ ‫ﻼ‬ ‫ﺴﹶ‬  ‫ﺍﻟ‬

‫ﻡ‬ ‫ﻼ‬ ‫ﺴﹶ‬  ‫) ﺍﹶﻟ‬, maka wajib dijawab

‫ﻢ‬ ‫ﻴ ﹸﻜ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﻭ‬ ) baik salam itu diucapkan kepada orang yang

rendah maupun kepada orang yang tinggi jabatannya. Sebagimana Allah SWT berfirman yang berbunyi:

∩∇∉∪ !$yδρ–Šâ‘ ÷ρr& !$pκ÷]ÏΒ z|¡ômr'Î/ (#θ–Šyssù 7π¨ŠÅstFÎ/ ΛäŠÍh‹ãm #sŒÎ)uρ Artinya: “Apabila kamu sekalian diberikan salam yaitu dengan ucapan assalamu’alaikum (semoga

Allah memberikan rahmat dan salam kepada kamu) Maka jawablah dengan ucapan wa’alaikum salam warohmatullahi wabarokatuh”. (Q.S.An-Nissa ayat 86) Sabda Nabi SAW yang artinya:

“Apabila seorang muslim diberi salam kemudian ia pun menjawabnya maka Malaikat memberikan ampunan 70 kali untuk mereka” Jika laki-laki sama laki-laki atau perempuan sama perempuan saling memberikan salam, maka sunnah dilanjutkan dengan bermushofahat

‫ﺔ‬‫ﺎﹶﻓﺤ‬‫( ﺍ ﹸﳌﺼ‬salam-salaman). Sebagaimana Nabi SAW

bersabda yang berbunyi:

‫ﺔ‬‫ﺎﹶﻓﺤ‬‫ﻢ ﺍ ﹸﳌﺼ‬ ‫ﻨ ﹸﻜ‬‫ﻴ‬‫ﺑ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﺗ ﹸﻜ‬ ‫ﻴﹶﺎ‬‫ﺤ‬  ‫ﺗ‬ ‫ﻡ‬ ‫ﺎ‬‫ﺗﻤ‬ Artinya: “Salam yang paling sempurna diantara sesama muslim yaitu membaca salam dilnjutkan dengan berjabatan tangan”. Jika laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim

‫ﻨﻨﹺﻰ‬‫ﺟ‬ ‫( ﹶﺍ‬ajnani) tidak baik berjabatan tangan

karena hukumnya haram. 63. Cabang perbuatan iman yang ke 63 (enam puluh tiga) yaitu menengok atau melayat orang yang sedang sakit. Sebagaimana dalam sabda Nabi dijelaskan:

‫ﻪ‬ ‫ﻴ‬‫ﻓ‬ ‫ﺕ‬  ‫ﺮ‬ ‫ﻩ ﹶﻗ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻨ‬‫ﻋ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﺎﺫﹶﺍ ﹶﻗ‬‫ﺔ ﹶﻓ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻰ ﺍﻟ‬‫ﺽ ﻓ‬  ‫ﺎ‬‫ﺾ ﺧ‬  ‫ﻳ‬‫ﺟ ﹸﻞ ﺍ ﹶﳌ ﹺﺮ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺍﻟ‬‫ﺎﺩ‬‫ﺍﺫﹶﺍ ﻋ‬ Artinya: “Apabila seseorang menengok / menjenguk kepada orang yang sakit maka rahmat Allah

tetap kepadanya (orang yang menjenguk)” Atau dalam hadits kudsi dijelaskan: “Apabila seseorang menjenguk orang yang sakit atau berziarah, dan kemudian telah membuat tempat di Surga”. Dan yang paling baik jika kamu menengok orang yang sedang sakit memegang keningnya sambil menanyakan keadaanya dan berdoa “Allahummasyfihu fainnaka antas syaa fii layughodiru saqoma”

‫ﺎ‬‫ﺳ ﹶﻘﻤ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺩ‬ ‫ﺎ‬‫ﻳﻐ‬‫ﻲ ﹶﻻ‬ ‫ﻓ‬ ‫ﺎ‬‫ﺖ ﺍﻟﺸ‬  ‫ﻧ‬‫ﻚ ﹶﺍ‬  ‫ﻧ‬‫ﺎ‬‫ﻪ ﹶﻓ‬ ‫ﻔ‬ ‫ﻢ ﺍﺷ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﺍﹶﻟﹼﻠ‬ 64. Cabang perbuatan iman yang ke 64 (enam puluh empat) yaitu menyolati mayit. Sebagaimana sabda Nabi SAW yang berbunyi:

‫ﺍ‬‫ﻭﻓﹶﺎ ﹺﺟﺮ‬ ‫ﺮﺍ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ ﹶﺍ‬ ‫ﺕ ﹺﺑ‬  ‫ﻮ‬‫ﺗﻤ‬ ‫ﻠ ٍﹺﻢ‬‫ﺴ‬  ‫ﻣ‬ ‫ﻠﻰٰ ﹸﻛ ﱢﻞ‬‫ﻭﻋ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻴ ﹸﻜ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﺒ ﹸﺔ‬‫ﺍ ﹺﺟ‬‫ﻼ ﹸﺓ ﻭ‬ ‫ﺼﹶ‬  ‫ﺍﹶﻟ‬ 29

Artinya: “Di wajibkan atas kamu menyolati mayyit yang muslim baik muslim yang taat maupun

muslim yang suka berbuat dosa, dan jika mayyit nya orang kafir maka haram disholati” Juga dalam firman Allah dijelaskan:

∩∇⊆∪ Ÿ #Y‰t/r& |N$¨Β Νåκ÷]ÏiΒ 7‰tnr& #’n?tã Èe≅|Áè? Ÿωuρ Artinya: “Dan janganlah kamu menyolati kepada orang yang jelas-jelas kufur, dan orang munafik yang telah mati hatinya, tidak ingin beriman kepada Allah” (Q.S. At-Taubah ayat 84). Dan di sunnahkan menyolati mayyit itu dengan jumlah yang banyak lebih dari seratus orang, bagaimana saja caranya supaya orang yang menyolati itu banyak bila perlu membagi-bagikan duit supaya mayyit itu selamat di akhirat nya. Sebagimana Nabi SAW telah bersabda yang berbunyi:

‫ﻪ‬‫ﻮﺑ‬‫ﺕ ﻟﹶﻪ ﹸﺫﻧ‬  ‫ﺮ‬ ‫ﻔ‬ ‫ﲔ ﹸﻏ‬  ‫ﻤ‬ ‫ﻠ‬‫ﺴ‬  ‫ﻦ ﺍ ﹸﳌ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺎﹶﺋ ﹸﺔ‬‫ﻪ ﻣ‬ ‫ﻴ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﺻﻠﹼﻰ‬  ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ Artinya: “Barang siapa yang mati disholatkan oleh seratus orang muslim maka segala dosa mayyit

itu diampuni Allah SWT” Dan caranya bila kita mati ingin disholatkan oleh orang banyak maka kita harus mau menyolatkan kepada mayyit orang lain.

‫ﻢ‬ ‫ﺗ ﹾﻈﹶﻠ‬‫ﺪ ﹶﻻ‬ٍ ‫ﺴ‬ ِ ‫ﻣ ﹾﻔ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﻰ‬‫ﺪﹶﺍﺧ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﺑ‬‫ﺍ‬‫ﻪ ﻭ‬ ٰ‫ﻻﻟ‬ ‫ﺪ ﺍ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﻠ ٍﹺﻢ‬‫ﺴ‬  ‫ﻣ‬ ‫ﺶ‬ ‫ﻃ ﹺ‬ ‫ﺎ‬‫ﻟﻌ‬ ‫ﺖ‬  ‫ﻤ‬ ‫ﺷ‬ Artinya: “Engkau harus membaca Yar Hamuka Allah kepada orang yang bersin, orang muslim yang

memuji kepada Allah dan engkau harus menjauhi wahai teman ku dari orang yang suka mengerjakan kerusakan maka engkau tidak akan dizolim”

‫ﺲ‬ ‫ﻃ ﹺ‬ ‫ﺎ‬‫ﻟﻌ‬ ‫ﺖ‬  ‫ﻤ‬ ‫ﺷ‬ :‫ﻮﻟﹸﻪ‬ ‫ﹶﻗ‬ Pada bait ini musannif akan menjelaskan 2 (dua) cabang perbuatan iman yaitu yang ke 65, dan 66. 65. Cabang perbuatan iman yang ke 65 (enam puluh lima) yaitu membaca Yar Hamuka Allah (‫ﺍﷲ‬

‫ﻚ‬  ‫ﻤ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻳ‬) (‫ﺲ‬‫ﺎﻃ‬‫ﺖ ﺍﻟﻌ‬  ‫ﻴ‬‫ﻤ‬ ‫ﺸ‬  ‫ﺗ‬) mendoakan kepada orang yang bersin.

Apabila ada orang yang bersin membaca Alhamdulillah maka orang dekat kepada yang bersin itu wajib membaca Yar Hamuka Allah (‫ﺍﷲ‬

‫ﻚ‬  ‫ﻤ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻳ‬)

kemudian orang yang bersin itu wajib

menjawabnya dengan ucapan Yahdikumullah Wayushlihu Baa likum (‫ﻢ‬  ‫ﻟ ﹸﻜ‬‫ﺎ‬‫ﺑ‬

‫ﺢ‬ ‫ﻴ‬‫ﻠ‬‫ﺼ‬  ‫ﻳ‬‫ﻭ‬ ‫ﻢ ﺍﷲ‬ ‫ﻳ ﹸﻜ‬‫ﺪ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻳ‬)

sebagaimana dalam hadits Nabi dijelaskan:

‫ﻩ‬‫ﻨﺪ‬‫ﻋ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻴ ﹸﻘ ﹾﻞ‬‫ﻚ ﹶﻓ ﹾﻠ‬  ‫ﻟ‬ٰ‫ﻦ ﻓﹶﺎﺫﹶﺍ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﺫ‬ ‫ﻴ‬‫ﻤ‬ ‫ﺎﹶﻟ‬‫ﺏ ﺍﻟﻌ‬  ‫ﺭ‬ ‫ﷲ‬ ِ ِ ‫ﺪ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﳊ‬ ‫ﻴ ﹸﻘ ﹾﻞ ﺍ ﹶ‬‫ﻢ ﹶﻓ ﹾﻠ‬ ‫ﺪ ﹸﻛ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﺲ ﹶﺍ‬  ‫ﻋ ﹶﻄ‬ ‫ﺎﺫﹶﺍ‬‫ﹶﻓ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻭﹶﻟ ﹸﻜ‬ ‫ﻰ‬‫ﺍﷲ ﻟ‬‫ﻔﺮ‬ ‫ﻐ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻚ‬  ‫ﻟ‬ٰ‫ﺍ ﺫ‬‫ﺎﺫﹶﺍ ﻗﹶﺎﹸﻟﻮ‬‫ﷲ ﹶﻓ‬ ُ ‫ﻚﺍ‬  ‫ﻤ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻳ‬ Artinya: “Apabila diantara kamu sekalian ada orang yang bersin maka orang yang bersin itu

disunnahkan mengucapkan Alhamdulillah kemudian orang dekat kepadanya wajib mengucapkan

Yar Hamuka Allah (‫ﺍﷲ‬

‫ﻚ‬  ‫ﻤ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻳ‬)

kemudian orang yang bersin itu wajib menjawab kembali

dengan ucapan Yaghfirullah li walakum (‫ﻢ‬  ‫ﻭﹶﻟ ﹸﻜ‬

‫ﻰ‬‫ﺍﷲ ﻟ‬‫ﻔﺮ‬ ‫ﻐ‬ ‫ﻳ‬)”

Hal ini dilakukan jika bersinnya itu tidak secara terus menerus bukan bersin karena mencium barang atau sesuatu yang membuat hidung kita bersin.

30

66. Cabang perbuatan iman yang ke 66 (enam puluh enam) yaitu menjauhi dari segala sesuatu yang dapat merusak agama seperti menjauhi dari orang-orang yang ahli bid’ah dan menjauhi kepada orang yang sering melaksanakan dosa besar. Cara menjauhinya yaitu dengan menjauhi, jangan bergaul dengan orang itu karena khawatir terbawa kufur, ahli bid’ah dan melakukan dosa besar. Maka barang siapa yang tidak mampu melaksanakan hukum-hukum Islam ditempat yang ia diami karena ada fitnah kepada agama nya, maka wajib orang itu berpindah tempat ketempat yang ia dapat melaksanakan hukum Islam. Dan juga kalau tinggal di kampung itu bisa melaksanakan hukum Islam secara menyeluruh maka lebih utama ia tetap tinggal ditempat yang ia tempati. Kemudian jika ia mampu mendirikan kekuatan pada kampung itu atau jika ia berpindah dari tempat itu akan membuat kampungnya rusak maka tetapnya ia pada tempat yang sedang ia tempati itu hukum nya wajib.

‫ﻢ‬ ‫ﻨ‬‫ﻐ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺗ ﹾﺄ‬ ‫ﻳ ﹺﻦ‬‫ﺪ‬ ‫ﻫ ﹺﻞ ﺍﻟ‬ ‫ﺕ ﹶﺍ‬  ‫ﺍ‬‫ﻮﺭ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﺮ ﹾﻥ‬ ‫ﺘ‬‫ﺳ‬ ‫ﺍ‬‫ﻒ ﻭ‬ ٍ ‫ﻴ‬‫ﺿ‬  ‫ﻢ‬ ‫ﺠ ٍﹺﺮ ﹸﺛ‬  ‫ﻟ‬ ‫ﻡ‬ ‫ﹶﺍ ﹾﻛ ﹺﺮ‬ “Engkau harus menghargai (menghormati) kepada tetangga lalu kepada tetamu dan engkau harus

menutupi keaiban orang yang beragama maka engkau akan tentram dan akan mendapat keuntungan”

‫ﺠ ٍﹺﺮ‬  ‫ﻟ‬ ‫ﻡ‬ ‫ ﹶﺍ ﹾﻛ ﹺﺮ‬:‫ﻮﻟﹸﻪ‬ ‫ﹶﻗ‬ Pada bait ini musannif akan menjelaskan 3 (tiga) cabang perbuatan iman yaitu yang ke 67, 68, dan 69. 67. Cabang perbuatan iman yang ke 67 (enam puluh tujuh) yaitu memuliakan tetangga. Harus berbuat baik kepada tetannga yaitu dengan cara memberikan kebahagian seperti memberikan makanan, melihatnya dengan muka yang berseri-seri, mengampuni segala kesalahannya. Jika kita tidak mampu melakukan seperti yang di atas tadi paling tidak kita jangan sampai menyakiti hati nya. Sabda Nabi SAW yang berbunyi:

‫ﻤًﹶﺎ‬‫ﺴﻠ‬  ‫ﻣ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﺗ ﹸﻜ‬ ‫ﻙ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺎ‬‫ﻦ ﺟ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺭ ﹶﺓ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﺤ‬  ‫ﻣ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﺴ‬  ‫ﺣ‬ ‫ﺍﹶ‬ Artinya: “Hendaklah kamu bergaul yang baik dengan tetangga mu niscaya kamu akan

diselamatkan” Sabda Nabi SAW yang lain:

‫ﻩ‬‫ﺎﺭ‬‫ﻡ ﺟ‬ ‫ﻴ ﹾﻜ ﹺﺮ‬‫ﺧ ﹺﺮ ﹶﻓ ﹾﻠ‬ ٰ‫ﻡ ﺍﻻ‬‫ﻴﻮ‬‫ﻭﺍﹾﻟ‬ ‫ﷲ‬ ِ ‫ﻦ ﺑﹺﺎ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻳﺆ‬ ‫ﻦ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ‬ ‫ﻣ‬ Artinya: “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan kepada hari kiamat maka muliakanlah

tetangga mu” Yang dimaksud dengan tetangga yaitu orang-orang yang berada disekitar kita kira-kira jaraknya 40 rumah atau lebih. Sebagaimana Nabi telah bersabda yang artinya:

“Barang siapa yang ingin dicintai Allah maka harus benar dalam ucapannya melaksanakan amanah dan jangan menyakiti tetangga” 68. Cabang perbuatan iman yang ke 68 (enam puluh delapan) yaitu memuliakan tamu. Harus menyambut tamu kita dengan muka yang cerah / berseri-seri, berbicara dengan omongan yang baik, menyegerakan memberikan makanan, minuman seadanya, selanjutnya dalam hal memberikan makanan atau minuman itu yang lebih baik dilakukan oleh sendiri, sebagaimana yang telah dilaksanakan oleh Nabi dan para sahabat nya. Memberikan makanan dan minuman itu jangan sampai membuat diri kita susah payah yang tidak mampu diada-adakan sampai menghutang ke warung yang baik itu adalah memberikan makanan atau minuman itu sewajarnya saja yang kira-kira ikhlas memberikannya. Sebagaimana sabda dijelaskan dalam sabda Nabi, yang tertukis:

31

‫ﺔ‬ٍ ‫ﺷ‬ ‫ﺎ‬‫ﻪ ﹺﺑﹺﺒﺸ‬ ‫ﺟ ﹺﻬ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﰱ‬ ‫ﻨﻈﹸﺮ ﹺ‬‫ﻴ‬‫ﻒ ﹶﻓ‬  ‫ﻴ‬‫ﺿ‬  ‫ﻪ‬ ‫ﻴ‬‫ﺗ‬ ‫ﻳﺄﹾ‬ ‫ﻣ ﹺﻦ‬ ‫ﺆ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺪ‬ٍ ‫ﺒ‬‫ﻋ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺎ‬‫ﻣ‬ ‫ﺎ ﹺﺭ‬‫ﻋﻠﹶﻰ ﺍﻟﻨ‬ ‫ﻩ‬‫ﺴﺪ‬  ‫ﺟ‬ ‫ﷲ‬ ُ ‫ﻡ ﺍ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﺍ ﱠﻻ‬ Artinya: “Jika ada orang mukmin yang kedatangan tamu kemudian ia menyambut tamu itu

dengan ramah, dengan raut wajah yang berseri-seri, maka Allah mengharamkan jasad nya untuk masuk kedalam Api Neraka” Nabi Ibrahim mendapat julukan Aba Dhoif (bapak para tamu) karena bila ia akan makan selalu mencari tamu sampai beberapa kilo meter. Pada suatu hari Nabi Ibrahim ingin memberikan jamuan kepada tamu Nabi Muhammad SAW, kemudian ia megangkatkan tangan berdoa memohon kepada Allah, maka Allah mengabulkan atas permohonannya lantas Allah memerintahkan malaikat Jibril naik ke atas Jabal Qubaes dan meniupkan kapur itu sehingga rata seluruh dunia maka tempat yang kejatuhan kapur itu akhirnya menjadi garam sampai hari kiamat nanti. Jadi semua garam yang ada di muka bumi sekarang ini adalah merupakan berkat doa yang dibaca oleh Nabi Ibrahim sebagai jamuan untuk umat Nabi Muhammad SAW. 69. Cabang perbuatan iman yang ke 69 (enam puluh sembilan) yaitu menutupi kesalahan orang lain. Barang siapa yang suka menutupi kesalahan orang lain, maka kesalahannya akan ditutupi pula. Dikisahkan ada satu orang perempuan datang kepada Hatim bin Alwan Qoddasa Allah sirrah

 (‫ﻩ‬‫ﺳﺮ‬

‫ﷲ‬ ُ‫ﺱﺍ‬  ‫ﺪ‬ ‫ )ﹶﻗ‬kemudian menanyakan satu masalah kebetulan waktu itu ia kentut maka marah

kepada muka si perempuan itu dari situ kemudian Hatim berkata: “jika kamu bertanya keraskanlah suara mu !” kemudian Hatim itu memperlihatkan mukanya pura-pura tidak tahu maka si perempuan itu merasa berbahagia sebab dia mengira bahwa Hatim bin Alwan tidak mendengar kentut nya.

‫ﻡ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺘ ﹶﻜ‬‫ﺗ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﺟ‬ ‫ﺓ‬ ‫ﺎ‬‫ﻋ ﹺﻦ ﺍ ﹶﳌ ﹾﻠﻐ‬ ‫ﺽ‬  ‫ﻋ ﹺﺮ‬ ‫ﺮ ﹾﺓ ﹶﺍ‬ ‫ﻴ‬‫ﻐ‬ ‫ﻦ ﹺﺑ‬ ‫ﺘﻴ‬‫ﺍﹾﺋ‬‫ﺪ ﻭ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﺰ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺻﹺﺒ‬  ‫ﺍ‬‫ﻭ‬ “Dan engkau harus sabar dan engkau harus mendatangkan cemburu (merasa takut dari bersalah) engkau harus berpaling dari pembicaraan yang tidak ada artinya, engkau harus dermawan maka engkau akan dimuliakan”

‫ﺮ‬ ‫ﺻﹺﺒ‬  ‫ﺍ‬‫ ﻭ‬:‫ﻮﻟﹸﻪ‬ ‫ﹶﻗ‬ Pada bait ini musannif akan menjelaskan 5 (lima) cabang perbuatan iman yang ke 70, 71, 72, 73, dan 74. 70. Cabang perbuatan iman yang ke 70 (tujuh puluh) yaitu sabar. Baik itu sabar dalam taat sehingga kita bisa melakukan segala kehendaknya, sabar atas musibah yang menimpah dari kita sehingga bila datang musibah kepada kita tidak merasa jengkel. Sabar dalam menjauhi perbuatan maksiat sehingga kita dapat menjaga dari perbuatan seperti itu. Maupun sabar kepada masalah yang membuat hati jadi sakit, sebaliknya kita tidak membalas atas kejelekkannya tapi memaafkannya dan pasrah kepada Allah dan mengharapkan balasan dariNya. Firman Allah SWT yang berbunyi:

‫ﻦ‬ ‫ﻳ‬‫ﺎﹺﺑ ﹺﺮ‬‫ﻊ ﺍﻟﺼ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﷲ‬ َ ‫ﺍ ﱠﻥ ﺍ‬ Artinya: “Sesungguhnya rahmat dan kasih sayang Allah bersama orang-orang yang sabar” Oleh karena itu wajib bagi kita semua menanamkan sifat sabar dalam menghasilkan tujuan yang baik. 32

71. Cabang perbuatan iman yang ke 71 (tujuh puluh satu) yaitu qona’ah. Qona’ah yaitu merasa cukup kepada sesuatu yang telah diberikan Allah, menurut penglihatan zahir, perbuatan yang semacam ini disebut juga Zuhudul Arifin

‫ﻦ‬ ‫ﻴ‬‫ﻓ‬‫ﺎ ﹺﺭ‬‫ﺪ ﺍﻟﻌ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﺯ‬ . Jadi orang yang

mengetahui akan pentingnya beramal untuk di akhirat dan di dunia, maka harus merasa cukup kepada segala kebutuhan yang telah diberikan untuk menambah bekal beribadah kepada Allah dari sesuatu yang yakin halnya menurut zahir, maka kita tidak usah ingin memperoleh sesuatu secara berlebihan, yang penting dengan yang telah diberikan itu, kita bisa taat kepada Allah SWT. Adapun menghindari dari sesuatu barang yang haram maka wajib bagi kita untuk menghindarinya, juga bila kita menerima sesuatu yang dapat menghasilkan dan menambah keagungan dari Allah SWT maka hukumnya sunnah, dan jika kita menghindari dari sesuatu yang menghalangi datangnya siksa, maka itu hukumnya wajib. Maka sudah selayaknya bagi kita untuk menghindari dari sesuatu perkara yang diharamkan sebab akan disiksa bila tidak dijauhi. Kata Imam Al-Ghazali yang dimaksud qona’ah adalah tidak terlalu

tertarik kepada perkara dunia sebab kamu tahu akan hinanya dunia dibandingkan dengan indahnya kenikmatan di akhirat. 72. Cabang perbuatan iman yang ke 72 (tujuh puluh dua) yaitu harus merasa cemburu, khawatir kepada sesuatu yang batil bercampur dengan yang hak (benar) dan merasa khawatir kepada perbuatan kita bila melakukan perbuatan yang batil yang dilarang oleh Allah SWT dan juga seorang suami harus mempunyai rasa khawatir kepada istri nya bila ia melakukan maksiat juga orang tua harus merasa khawatir kepada anak nya takut-takut ia melakukan perbuatan yang dapat merusak kehormatan dirinya baik jelek menurut pandangan manusia maupun jelek menurut pandangan Allah SWT seperti anak mencuri, anak malas ngaji atau perbuatan yang lain yang dapat merusak kehormatan orang tua nya. Maka barang siapa yang tidak mempunyai rasa khawatir (takut terhadap yang diuruskan berbuat maksiat, maka orang yang seperti itu disebut orang dayus yang diancam oleh Nabi dalam sabdanya yang artinya:

“Orang dayus diharamkan untuk masuk kedalam Surga, dan orang dayus seolah-olah telah membuat tempat yang dapat mengundang mendapatkan siksa dari Allah SWT” Jika di bumi ada orang yang selalu berbuat maksiat kepada Allah maka siksaan itu untuk semuanya, maka jika Allah sayang kepada makhluk-Nya pasti mendatangkan siksaan di dunia nya supaya di akhirat nanti bersih dosa nya, dan tandanya Allah tidak sayang kepada makhlukmakhluknya, suka sengaja kepada makhluk-makhluknya berbuat maksiat sekenyangnya supaya nanti di akhirat mendapatkan siksaan yang lama. Seorang istri cemburu kepada suami nya karena ingin nikah lagi kepada yang lain, maka cemburu seperti itu bukan cemburu yang diharapkan Allah sebab suami nya itu bukan untuk berbuat maksiat tapi akan melaksanakan sunnah Rasul jadi tidak usah khawatir, cemburu tapi jika seorang istri khawatir kepada suami nya akan melakukan maksiat. Cemburu istri semacam itu benar, bahkan jika suami ingin menikah lagi kepada yang lain lebih sholeh dari pada istri yang pertama, istri yang pertama itu harus memperbolehkannya, bukannya marah. 73. Cabang perbuatan iman yang ke 73 (tujuh puluh tiga) yaitu menjauhi pembicaraan yang tidak ada manfaatnya, artinya apabila kita berbicara yang kira-kira dapat mendatangkan dosa harus dijauhi. Sebagaimana telah dijelaskan dalam sabda Nabi yang berbunyi:

‫ﻪ‬ ‫ﻌﻨﹺﻴ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻪ ﻣﹶﺎ ﹶﻻ‬ ‫ﺮ ﹸﻛ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﺮ ِﺀ‬ ‫ﻼ ﹺﻡ ﺍ ﹶﳌ‬ ‫ﺳ ﹶ‬ ‫ﺍ‬ ‫ﺴ ﹺﻦ‬  ‫ﺣ‬ ‫ﻣﻦ‬ Jadi bagi orang yang mempunyai iman yang sempurna harus dapat berbicara dengan ucapan yang dapat mendatangkan manfaat, seperti Amarma’ruf Nahimunkar atau dalam rangka mengingatkan kita kepada Allah, dan bila tidak ada omongan yang baik lebih baik diam, jangan ngomong. Dikisahkan ada seorang manusia yang datang kepada ahli ma’rifat meminta supaya diberi 33

petunjuk agar bisa berbahagia di dunia dan di akhirat, maka ahli ma’rifat itu berkata: “agama mu

harus ditutupi dengan dua jilid seperti kitab kita dijilid / sampul agar bebas dari kotoran supaya bersih” kemudian laki-laki itu bertanya lagi: “apa sampul agama itu?” jawab ahli ma’rifat: “yaitu kamu harus diam jangan banyak bicara kecuali omongan yang dibutuhkan dan ada manfaatnya dan janganlah kamu bergaul dengan orang kecuali dengan orang yang dibutuhkan seperti bergaul dalam rangka meningkatkan taqwa kepada Allah, seperti dalam sholat berjama’ah, pengajian atau yang lainnya dalam rangka mengingatkan kita kepada Allah”. 74. Cabang perbuatan iman yang ke 74 (tujuh puluh empat) yaitu harus dermawan kepada semua orang. Yaitu memanfaatkan semua harta benda untuk sesuatu yang dikehendaki oleh hukum syara’ seperti memberikan harta kepada fakir miskin, kepada kerabat, kepada ahli agama, dan memberikan harta benda demi untuk syiar Islam. Adapun memberikan harta benda kepada sesuatu yang tidak dikehendaki oleh hukum syara’ itu bukan dermawan hukumnya syafih

‫ﻴﻪ‬‫ﺷﻔ‬

bahkan akan ikut berdosa memberikan sesuatu kepada orang yang akan berbuat maksiat, sehingga tidak akan jadi maksiat jika orang itu tidak diberi bantuan oleh kita. Pemberian orang kafir dan munafik yaitu yang zahir dan batin nya kufur kepada Allah atau kepada hukum Allah sebagian atau hanya mengaku saja beragama Islam sedangkan hati nya benci kepada peraturan Allah, mendukung kepada keinginan orang-orang kafir maka pemberiannya itu percuma, tidak ada manfaatnya, tidak akan menghasilkan pahala di akhirat nanti jika pemberiannya itu digunakan untuk menghancurkan agama Islam, maka pemberiannya itu akan menambah dosanya. Seperti memberikan sesuatu kepada ulama agar ia tidak menyampaikan sesuatu yang hak (benar) perbuatannya itu sangat berbahaya dan itulah yang disebut dengan fitnah dunia. Berkata Imam Ghazali: “yang dinamakan dermawan yaitu pertengahan antara boros dan kikir,

atau mempergunakan sesuatu sebagaimana yang dikehendaki oleh hukum syara’ sesuatu dengan bagaimana baiknya”. Orang yang dermawan akan senantiasa berbahagia dan susah dimudharatkan oleh orang yang hasud sehingga dengan sifat dermawan nya itu akan terasa semakin gampang mencari rizki. Ada satu cerita yang ada sangkut pautnya dengan sifat dermawan kepada makhluk, sehingga dengan sifat dermawannya itu yang tadinya ia beragama Majusi musuh Islam menjadi agama Islam yaitu kisah Bahrum dikisahkan di negara Iraq ada seorang manusia yang bernama Abdullah bin Mubarok, dia sedang naik haji, pada suatu hari ia tidur di hijir Ismail kemudian bermimpi bertemu dengan Rasulullah SAW, kemudian Rasulullah berkata kepada Abdullah bin Mubarok, “jika kamu pulang kamu harus pergi kesuatu kampung ciri orang yang

bernama Bahram yang beragama Majusi tolong sampaikan salam ku padanya dan tolong sampaikan kepadanya bahwa Allah meridhoinya”. Setelah itu Abdullah bin Mubarok bangun dia membaca Laa haula wala quwata illa billahil a’lliyilazim

‫ﻴﻢ‬‫ﻌﻈ‬ ‫ﻌﱢﻠ ﹺﻰ ﺍﻟ‬ ‫ﷲ ﺍﻟ‬ ِ ‫ﺍ ﱠﻻ ﺑﹺﺎ‬ ‫ﻮ ﹶﺓ‬ ‫ﻭ ﹶﻻ ﹸﻗ‬ ‫ﻮ ﹶﻻ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﹶﻻ‬

lalu ia berkata: “aduh ini impian Syetan” kemudian dia berwudhu lalu ia melaksanakan sholat dan tawaf setelah ia merasa cape lalu ia tidur kembali dan bermimpi seperti semula berulangulang sampai 3x (tiga kali), setelah selesai naik haji kemudian ia pulang ke negeri Baqdad dan langsung pergi kesuatu kampung disana ia bertemu dengan seorang yang telah lanjut usia, kemudian Abdullah bin Mubarok bertanya kepada orang tua itu: “apakah kamu yang bernama Bahram?” orang tua itu menjawab: “benar akulah yang bernama Bahram”. Abdullah bertanya lagi: “apakah kamu pernah berbuat baik”. Bahram menjawab: “tentu, saya punya kebaikkan yaitu

saya mempunyai anak, empat laki-laki dan empat anak perempuan kemudian saya kawinkan anak laki-laki dengan anak perempuan saya sendiri”. Kata Abdullah “perbuatan seperti itu haram, boro-boro kamu berbuat kebaikan, barang kali masih ada yang lain?” jawab Bahram: “oh tentu masih ada, saya mengadakan pesta perkawinan buat anak saya”. Abdullah kata: “perbuatan seperti itu juga haram, barang kali masih ada yang lain?”. Bahram menjawab: “ada, saya mempunyai satu anak perempuan yang sangat cantik sekali, sehingga tidak ada orang yang berani 34

mengawininya kemudian anak itu saya kawini sendiri”. Kata Abdullah: “itu juga haram, mungkin ada lagi?”. Bahram berkata: “ada, ketika saya sedang bersenggama anak perempuan saya sendiri tiba-tiba datang seorang perempuan muslim bermaksud untuk meminta menyalakan api, begitu perempuan itu keluar kemudian apinya dimatikan lagi saya nyalakan kembali, kemudian mati lagi-mati lagi berkali-kali sampai 3x (tiga kali) saya nyalakan, kemudian saya berkata dalam hati saya, mungkin perempuan muslim itu bangsat ! lalu saya keluar mengikuti jejak perempuan muslim tadi, begitu perempuan itu masuk kedalam rumahnya saya mengintip dari luar, apa yang terjadi ternyata perempuan muslim itu mempunyai beberapa anak perempuan yang sudah tidak mempunyai kekuatan saking laparnya, kemudian mereka bertanya pada ibu nya yang beru saja datang, ibu membawa apa, saya sudah tidak kuat lagi saya lapar ingin makan ? (rengek seorang anak kepada ibu nya) kemudian perempuan muslim itu mencucurkan air mata nya dan berkata: ibu ini malu kepada Allah bila akan meminta kepada selain-Nya apa lagi kepada orang agama Majusi”. Setelah Bahram mendengar dan menyaksikan apa yang baru saja ia lihat lalu ia pulang kerumahnya dan mengambil segala apa yang harus diberikan kepada keluarga muslim yang malang itu dipanggulnya sendiri barang-barang itu. Kata Abdullah: “itu baru yang disebut dengan

kebaikkan yang isya Allah dengan kebaikkan mu itu kamu akan memperoleh kebahagian dari Allah SWT”, kemudian Abdullah menceritakan tentang mimpinya kepada Bahram ketika ia sedang ibadah haji di kota suci, maka ketika beres cerita itu diberitahukan kepada Bahram kemudian seketika itu pula Bahram langsung mengucapkan dua kalimat syahadat, yang berbunyi:

‫ﻮ ﹸﻝ ﺍﷲ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺍ‬‫ﻤﺪ‬ ‫ﺤ‬  ‫ﻣ‬ ‫ﺪ ﹶﺍ ﱠﻥ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﺷ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺍ ﱠﻻ ﺍﷲ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﻟ‬‫ﺪ ﹶﺍ ﹾﻥ ﹶﻻ ﺍ‬ ‫ﻬ‬‫ ﹶﺍﺷ‬saking gembiranya si Bahram lalu ia meninggal saat itu pula lalu Abdullah mengurus jenazahnya ia memandikannya, mengkafankannya, menyolatinya, dan kemudian menguburnya. Kemudian Abdullah berkata: “wahai hamba Allah,

kamu harus menjadi orang dermawan, sebab Allah sudah menggantikan kepada orang yang tadinya musuh Allah sekarang menjadi yang dimuliakan Allah”.

‫ﻡ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺘ ﹾﻜ‬‫ﻦ ﹶﻓ‬ ‫ﻴ‬‫ﻤ‬ ‫ﻠ‬‫ﺴ‬  ‫ﺠ ﹺﺮ ﺍ ﹸﳌ‬  ‫ﻬ‬ ‫ﻟ‬ ‫ﺢ‬ ‫ﻠ‬‫ﺻ‬  ‫ﺎ ﹶﺍ‬‫ﺍﻧ‬‫ﺮ‬‫ﻐﻴ‬ ‫ﺻ‬  ‫ﻦ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺍ‬‫ﺍ ﻭ‬‫ﻴﺮ‬‫ﺮ ﹶﻛﹺﺒ‬ ‫ﻗ‬‫ﻭ‬ “Dan engkau harus menghormati kepada orang yang lebih tua dan engkau harus kasih sayang kepada yang lebih muda dan engkau harus membereskan (mendamaikan) pertikaian diantara muslim maka engaku akan di muliakan Allah”

‫ﺍ‬‫ﻴﺮ‬‫ﺮ ﹶﻛﹺﺒ‬ ‫ﻗ‬‫ﻭ‬ :‫ﻮﻟﹸﻪ‬ ‫ﹶﻗ‬ Pada bait ini musannif akan menjelaskan 2 (dua) cabang perbuatan iman yaitu yang ke 75, dan 76. 75. Cabang perbuatan iman yang ke 75 (tujuh puluh lima) yaitu kita harus menghormati kepada orang yang lebih tua dan harus kasih sayang kepada yang lebih muda. Sebagaimana dalam hadits Nabi dijelaskan:

‫ﺎ‬‫ﺮﻧ‬ ‫ﻴ‬‫ﻐ‬ ‫ﺻ‬  ‫ﻢ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻭﹶﻟ‬ ‫ﺎ‬‫ﺮﻧ‬ ‫ﻴ‬‫ﺮ ﹶﻛﹺﺒ‬ ‫ﻮﱢﻗ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻦ ﹶﻟ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺎ‬‫ﻣﻨ‬ ‫ﺲ‬  ‫ﻴ‬‫ﹶﻟ‬ Artinya: “Tidak termasuk umat ku (mempunyai iman yang sempurna) orang yang tidak

menghormati kepada yang lebih tua dan tidak kasih sayang kepada orang yang lebih muda” Ada lagi sabda Nabi yang artinya: “bahwa sesungguhnya Allah akan melihat kepada orang tua

dengan penglihatan rahmat-Nya, kemudian Allah berfirman”: “Wahai hamba Ku umur mu sudah tua, Ku lihat mu sudah pikun, tulang mu sudah lemah, dan mati sudah diambang pintu, maka sudah waktunya kau datang menghadap Ku yang agung, maka kamu harus merasa malu kepada Ku, silahkan tingkatkan taqwa mu kepada Ku, maka Akupun malu oleh uban mu dan malu bila akan menyiksa mu nanti di akhirat”. 35

Jadi orang yang sudah tua yang sudah banyak ubannya, harus rajin beribadah kepada Allah niscaya Allah akan memberikan penghormatan kepadanya, maka sudah selayaknya kita harus menghormati kepada orang yang sudah tua supaya mendapatkan penghormatan dari Allah SWT. Dikisahkan ada sebuah cerita yang berkenan dengan menghormati kepada orang yang lebih dari pada kita, bahwasanya Sayidina Ali Karomallahu Wajhah pergi untuk melaksanakan sholat shubuh berjama’ah dengan Rasulullah SAW. Ketika dalam perjalanan bertemu dengan orang tua sedang berjalan didepannya, orang tua itu berjalan dengan sangat santai, Sayidina Ali KW tidak mau mendahului orang tua itu, sebab berjalan sehingga hampir sebentar lagi matahari akan terbit, begitu Sayidina Ali KW sampai didepan masjid ternyata orang tua itu adalah Nasrani, kemudian Sayidina Ali masuk kedalam masjid terlihat Nabi sangat ruku, ruku nya Nabi waktu itu sangat lama sekali kemudian Sayidina Ali pun ikut sholat berjama’ah bersama Rasulullah. Begitu Nabi selesai melaksanakan sholat berjama’ah nya kemudian para sahabat bertanya: “Ya Rasulullah mengapa engkau melaksanakan ruku nya lama sekali tidak seperti biasanya?” Rasulullah menjawab: “begitu saya ruku dan membaca Subhana robbiyal azimi wabihamdihi sebagaimana

biasanya, kemudian pas saya mau bangun tiba-tiba datang malaikat Jibril menyimpan sayap nya dipundak ku yang membuat saya tidak bisa bangun, pas malaikat mengangkat sayapnya baru saya bisa bangun”. Sahabat bertanya lagi: “apa maksud malaikat berbuat seperti itu?” Rasulullah menjawab: “saya tidak mengerti”. Maka kemudian datanglah malaikat Jibril dan berkata: “wahai Muhammad kejadian saya berbuat seperti itu karena Sayidina Ali KW tidak mengetahui bahwa orang tua yang sudah beruban yang lewat didepannya itu adalah agama Nasrani / Kristen Ali tidak berani mendahuluinya dari situ kemudian Allah memerintahkan saya supaya menahan kamu pada waktu sedang ruku agar Ali KW bisa ikut berjama’ah bersama mu dan Allah juga memerintahkan kepada malaikat Mikail untuk menahan jangan dulu menerbitkan matahari karena memuliakan Sayidina Ali KW yang akan melaksanakan sholat berjama’ah bersama Rasulullah SAW”. Kemudian juga wajib bagi kita menyayangi kepada mereka yang lebih muda umur nya dari pada kita, baik dalam umur nya atau kemampuannya. Sabda Nabi SAW yang artinya: “tidak termasuk penyayang orang yang hanya menyayangi kepada dirinya dan

keluarganya saja, tapi orang yang penyayang itu adalah orang yang menyayangi seluruh kaum muslimin”. Sebagaimana yang dijanjikan Allah dalam firman-Nya yang berbunyi:

‫ﲪﹶﺎ ُﺀ‬  ‫ﺮ‬ ‫ﻩ ﺍﻟ‬ ‫ﺩ‬ ‫ﺎ‬‫ﻋﺒ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﷲ‬ ُ ‫ﻢ ﺍ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻳ‬ ‫ِﺍ ﱠﳕﹶﺎ‬ Jadi kasih sayang itu harus kesemua kaum muslimin yang lebih muda dari pada kita terutama kepada anak yatim piatu. Nabi SAW bersabda yang artinya: “Barang siapa yang mengusap kepala

anak yatim, maka tiap-tiap rambut yang akan usapannya itu akan jadi cahaya yang akan menerangi pada hari kiamat nanti kepada orang yang mengusapnya”. Sehingga ada sebuah cerita orang yang berdosa dimaafkan karena kebaikkannya suka memberikan kebahagiaan kepada anak yatim piatu. Diceritakan ada seorang laki-laki datang kepada Rasulullah SAW, kemudian laki-laki itu berkata: “ Ya Rasulullah saya telah berbuat maksiat hendaknya kau mau memaafkan segala kesalahan !” Nabi berkata: “apa kesalahan mu?”. Jawab laki-laki itu: “saya malu menceritakannya”. Nabi berkata lagi: “kemu ini gimana sih, kau pakai malu-malu segala

menceritakan kesalahan mu sendiri dihadapan ku, dihadapan Allah kau tidak malu pada hal Dialah yang lebih mengetahui apa yang telah terjadi pada diri mu. Silakan kesana pulang! Saya merasa khawatir ada siksaan menimpah ku”. Kemudian pergilah laki-laki itu dengan membawa perasaan yang sangat menyesal sekali dan menangis, setelah laki-laki itu pergi lalu datang malaikat Jibril kepada Nabi, dan berkata: “hai Muhammad ! mengapa kau putus asa terhadap orang yang

telah berbuat maksiat itu ? pada hal laki-laki itu telah melakukan kebaikkan yang dapat melebur atau menghapuskan dosanya”. Kemudian Nabi bertanya: “kebaikkan apa yang telah ia lakukan?”. Jibril menjawab: “ia suka memberikan kebahagiaan kepada anak-anak nya, baik itu dengan

36

memberikan pakaian makanan itu lainnya yang dapat membahagiakan anak-anak kan itu, nah karena kebaikkan itulah sehingga dosanya mendapat ampunan dari Allah SWT”. 76. Cabang perbuatan iman yang ke 76 (tujuh puluh enam) yaitu mau mendamaikan persengketaan yang terjadi dikalangan orang-orang muslim. Yaitu apabila kita menemukan jalan untuk mendamaikan persengketaan yang terjadi dikalangan orang-orang muslim kita wajib menyelesaikannya. Sebagaimana dalam firman Allah dijelaskan:

∩⊇⊃∪ 4 ö/ä3÷ƒuθyzr& t÷t/ (#θßsÎ=ô¹r'sù ×οuθ÷zÎ) tβθãΖÏΒ÷σßϑø9$# $yϑ‾ΡÎ) Artinya: “Bahwa sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, maka damaikanlah antara keduanya” (Q.S. Al-Hujarat ayat 10). Mendamaikan orang-orang muslim yang sedang bersengketa itu pahalanya lebih besar dari pada sholat sunnah, puasa dan memberikan sedekah. Hal ini telah dijelaskan Nabi dalam sabdanya yang berbunyi:

‫ﺎﻡ‬‫ﺼﻴ‬  ‫ﺍﻟ‬‫ﺔ ﻭ‬ ‫ﺪﹶﻗ‬ ‫ﺼ‬  ‫ﻦ ﺍﻟ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻀ ﹸﻞ‬  ‫ﺍ ﹶﺍ ﹾﻓ‬‫ﻦ ﹶﻓﺪ‬ ‫ﻴ‬‫ﺒ‬‫ﺕ ﺍﻟ‬  ‫ﺡ ﺫﹶﺍ‬ ‫ﻼ‬ ‫ﺻﹶ‬  ‫ﺍ‬ ‫ﺔ‬ ‫ﺪﹶﻗ‬ ‫ﺼ‬  ‫ﻀ ﹸﻞ ﺍﻟ‬  ‫ﹶﺍ ﹾﻓ‬ Artinya: “Yang paling utama-utamanya bersodakoh yaitu mendamaikan persengketaan yang

terjadi antara dua orang muslim dan membuat perdamaian itu lebih baik dari pada sholat sunnah, puasa dan sodakoh”. Bahkan jika kita berbohong untuk mendamaikan persengketaan itu dikalangan muslim itu hukum nya boleh. Dan apabila seorang muslim tidak saling bertanya sebagaimana biasanya sambil marah lebih dari tiga hari maka hukum nya haram, sehingga jika ia mati akan dimasukkan kedalam Api Neraka. Sebagaimana dalam hadits telah dijelaskan kecuali memutuskan karena ada uzur syara’ seperti bermusuhan dengan orang fasik, ahli bid’ ah agar ia berhenti dari fasik dan bid’ ah nya, maka kedua orang ini boleh kita musuhi.

‫ﻢ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻨ‬‫ﺘ‬‫ﺗ‬ ‫ﺔ‬ٍ ‫ﻨ‬‫ﺠ‬  ‫ﻮ ﹶﻥ ﹺﺑ‬ ‫ﺗ ﹸﻜ‬ ‫ﻰ‬‫ﺣﺘ‬ ‫ﺴﻜﹶﺎ‬ ِ ‫ﻨ ﹾﻔ‬‫ﻟ‬ ‫ﺐ‬  ‫ﺤ‬  ‫ﺗ‬‫ﺎ‬‫ﺱ ﻣ‬ ‫ﺎ ٍﹺ‬‫ﻟﻨ‬ ‫ﺐ‬  ‫ﺒ‬‫ﺣ‬ ‫ﺍ‬‫ﻭ‬ “Dan engkau harus mencintai kepada semua manusia muslim seperti engkau mencintai kepada diri mu sendiri sampai kamu tinggal didalam Surga mendapat kenikmatan”

‫ﺱ‬ ‫ﺎ ٍﹺ‬‫ﻟﻨ‬ ‫ﺐ‬  ‫ﺒ‬‫ﺣ‬ ‫ﺍ‬‫ ﻭ‬:‫ﻮﻟﹸﻪ‬ ‫ﹶﻗ‬ Pada bait ini musannif akan menjelaskan satu cabang perbuatan iman yaitu yang ke 77 (tujuh puluh tujuh). 77. Cabang perbuatan iman yang ke77 (tujuh puluh tujuh) yaitu mencintai sesama muslim. Seperti halnya kita telah mencintai kepada diri kita sendiri. Sebagaimana sabda Nabi yang berbunyi:

‫ﻪ‬ ‫ﺴ‬ ِ ‫ﻨ ﹾﻔ‬‫ﻟ‬ ‫ﺐ‬  ‫ﺤ‬  ‫ﻳ‬ ‫ﺎ‬‫ﻪ ﻣ‬ ‫ﻴ‬‫ﺧ‬ ‫ﺐ ِ ﹶﻻ‬  ‫ﺤ‬  ‫ﻳ‬ ‫ﻰ‬‫ﺣﺘ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﺪ ﹸﻛ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﻦ ﹶﺍ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺆ‬ ‫ﻳ‬‫ﹶﻻ‬ Artinya: “Tidak dikatakan iman yang sempurna seorang mukmin diantara kamu sehingga cinta nya kepada semua orang muslim, itu seperti mencintai kepada diri nya sendiri”. Seperti mencintai kepada perbuatan taat kepada Allah yang membawa manfaat kepada diri nya. Kita harus mencintai kepada muslim semuanya, seperti kita mencintai kepada diri kita sendiri. Sebagaimana dalam sabda Nabi dijelaskan:

‫ﺕ‬  ‫ﺍ‬‫ﺴﻤٰﻮ‬  ‫ﻰ ﺍﻟ‬‫ﻦ ﻓ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻤ ﹸﻜ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﺽ‬ ‫ﺭ ﹺ‬ ‫ﻰ ﺍ ﹶﻻ‬‫ﻦ ﻓ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺍ‬‫ﻤﻮ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺍ‬ ‫ﻦ‬ ٰ‫ﺣﻤ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻢ ﺍﻟ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻮ ﹶﻥ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﺍ‬‫ﺍﻟﺮ‬ 37

Artinya: “Orang yang kasih sayang, dicintai Allah Yang Maha Rahman dan kamu harus

mengasihi kepada orang yang ada di bumi ini niscaya engkau akan dikasihi oleh makhluk yang ada di langit yaitu malaikat”.

‫ﻢ‬ ‫ﺸ‬ ‫ﺤ‬  ‫ﻳ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻳ‬‫ﺬ‬ ‫ﺐ ﺍﱠﻟ‬ ‫ﺤ ﹺ‬ ‫ﺼ‬  ‫ﺍﻟ‬‫ﻭﹾﺍﻻٰ ﹺﻝ ﻭ‬ ‫ﺪ‬ٍ ‫ﻤ‬ ‫ﺤ‬  ‫ﻣ‬ ‫ﻨﹺﺒﻰ‬‫ﻰ ﺍﻟ‬ ‫ﻠ‬‫ﻼ ﹸﺓ ﻋ‬ ‫ﺼﹶ‬  ‫ﻢ ﺍﻟ‬ ‫ﹸﺛ‬ “Selanjutnya rahmat Allah yang merupakan penghormatan semoga dilimpahkan kepada seorang nabi. Yaitu Nabi Muhammad beserta keluarganya dan sahabatnya yaitu mereka yang dianggap sebagai kerabat Rasul”

‫ﻼ ﹸﺓ‬ ‫ﺼﹶ‬  ‫ﻢ ﺍﻟ‬ ‫ ﹸﺛ‬:‫ﻮﻟﹸﻪ‬ ‫ﹶﻗ‬ Satu bait ini merupakan tambahan Syeck Abdul Mu’in yang merupakan salawat, karena mengharapkan semoga Allah menerima amal baik kita semua. Syeck Abdul Mu’in berkata: ‫ﻼﹶﺓ‬‫ ﺍﻟﺼ‬‫ﹸﺛﻢ‬ artinya: kemudian rahmat Allah semoga dilimpahkan kepada seorang Nabi, yaitu Nabi Muhammad SAW beserta keluarganya, kepada saahabatnya yaitu orang-orang yang dianggap ‫ﻡ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﺧ‬ (pembantu) dan kerabat ahli Nabi.

‫ﺏ‬  ‫ﺍ‬‫ﺼﻮ‬  ‫ﻢ ﺑﹺﺎﻟ‬ ‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﷲ ﹶﺍ‬ ُ ‫ﺍ‬‫ﻭ‬

Waullahu a’lamu bishowaab.

Akhirnya dari saya pesantren As-Salafiyyah yang ingin menyumbangkan sekedar pembuka dalam rangka ingin mengetahui ini kandungan kitab Syu’bul Iman yang menerangkan atas semua pekerjaan yang menyempurnakan keimanan. Dan hanya inilah yang bisa saya haturkan. Mudah-mudahan ada manfaatnya dan berkenan di hati semua pembaca, juga kurang lebihnya hanya sekian adanya, dan atas segala kekurangannya mohon maaf lahir dan batin.

‫ﻪ‬‫ﺮﻛﹶﺎﺗ‬ ‫ﺑ‬‫ﻭ‬ ‫ﷲ‬ ِ ‫ﻤ ﹸﺔ ﺍ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻴ ﹸﻜ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﻡ‬ ‫ﻼ‬ ‫ﺴﹶ‬  ‫ﺍﻟ‬‫ﻳ ﹾﺔ ﻭ‬‫ﺍ‬‫ﳍﺪ‬ ‫ﺍ‬‫ﻴﻖ ﻭ‬‫ﻮﻓ‬ ‫ﺘ‬‫ﷲ ﺍﻟ‬ ِ ‫ﻭﺑﹺﺎ‬ Wabillahi Taufik Walhidayat Wassalamu’alaikum Warohmatullah Wabarokatuh. Sekian dari saya

‫ﺤﻔﹸﻮﻅ‬  ‫ﻣ‬ ‫ﺍﷲ‬‫ﺒﺪ‬‫ﻋ‬ ‫ﺝ‬ ‫ﺎ ﹺ‬‫ﻦ ﺣ‬ ‫ﻣ ﹼﻜ ﹺﻰ ﹺﺑ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﺝ ﹶﺍ‬  ‫ﳊﹶﺎ‬ ‫ﹶﺍ ﹾ‬ Al-Hajji Ahmad Makki bin Haji Abdullah Mahfuz.

38

Related Documents

77 Cabang Iman
February 2021 0
Rukun Iman
January 2021 0
Al-iman
February 2021 1
Kantor Pusat Dan Cabang
January 2021 1
Alcpt 67-77
February 2021 0

More Documents from "KatherinSaenz"