Afasia Ppt

  • Uploaded by: sheisamarinka
  • 0
  • 0
  • February 2021
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Afasia Ppt as PDF for free.

More details

  • Words: 1,646
  • Pages: 45
Loading documents preview...
AFASIA Sheisa Marinka, S.Ked 04084821820042 Annisa Muthia Haryani, S.Ked 04084821820004 Pembimbing: dr. Afriani, Sp.S

OUTLINE  BAB I  PENDAHULUAN  BAB II  TINJAUAN PUSTAKA  BAB III  KESIMPULAN

PENDAHULUAN

Bahasa merupakan instrumen dasar bagi komunikasi pada manusia dan merupakan dasar bagi kemampuan kognitif. Apabila terdapat defisit pada sistem berbahasa, penilaian faktor kognitif seperti memori verbal, interpretasi pepatah dan berhitung lisan menjadi sulit dan mungkin tidak dapat dilakukan

Afasia adalah gangguan komunikasi yang disebabkan oleh kerusakan pada bagian otak yang mengandung bahasa (biasanya di hemisfer serebri kiri otak). Afasia dapat menyebabkan kesulitan dalam berbicara, mendengarkan, membaca, dan menulis, tetapi tidak mempengaruhi kecerdasan

Afasia banyak ditemukan pada usia pertengahan dan lebih banyak didapatkan pada wanita dari pada laki-laki, afasia akibat stroke menjadi penyebab yang umum pada usia lanjut dibandingkan pada usia dewasa muda berdasarkan laporan nya diketahui bahwa 80.000 orang setiap tahunnya menderia afasia akibat penyakit stroke.

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi  Afasia adalah gangguan komunikasi yang disebabkan oleh kerusakan pada bagian otak yang mengandung bahasa (biasanya di hemisfer serebri kiri otak). Individu yang mengalami kerusakan pada sisi kanan hemisfer serebri kanan otak mungkin memiliki kesulitan tambahan di luar masalah bicara dan bahasa.

 Afasia dapat menyebabkan kesulitan dalam berbicara, mendengarkan, membaca, dan menulis, tetapi tidak mempengaruhi kecerdasan.

Pengertian tentang aphasia, masing-masing ahli memberikan batasan yang berbeda-beda, namun pada intinya sama. Seperti yang dikemukakan:  Wood (1971) mengatakan bahwa aphasia merupakan kehilangan kemampuan untuk bicara atau untuk memahami sebagaian atau keseluruhan dari yang diucapkan oleh orang lain, yang diakibatkan karena adanya gangguan pada otak.  Wiig dan Semel (1984) bahwa Aphasia adalah mereka yang memiliki gangguan pada perolehan bahasa yang disebabkan karena kerusakan otak yang mengakibatkan ketidakmampuan dalam memformulasikan pemahaman bahasa dan pengguanaan bahasa.

Anatomi  Korteks terbagi kepada empat lobus yaitu lobus frontalis berfungsi untuk mongontrol motorik dan fungsi eksekutif yang lebih tinggi, lobus parietalis untuk fungsi sensoris, lobus temporalis untuk mendengar, mengestor memori dan pemahaman bahasa, dan lobus occipitalis untuk persepsi visual

Gambar 1. Anatomi Korteks Serebri

Gambar 2. Area Fungsional di Korteks Serebri

Terdapat 3 area utama pusat bahasa yaitu, area Broca, area Wernicke dan area konduksi:  Area Broca yang merupakan area motorik untuk berbicara. Area Broca terletak di posterior gyrus frontal. Secara neuroanatomi, daerah ini digambarkan sebagai daerah Brodman 44 dan 45

Gambar 3. Area Broca

 Area Wernicke dimana pusat pemprosesan kata kata yang diucapkan terletak di posterior gyrus temporal superior. Secara neuroanatomi, daerah ini digambarkan sebagai daerah Brodmann 22.

Gambar 4. Wernicke Area

 Area konduksi terdiri daripada fasikulus arkuata yang merupakan satu bundel saraf yang melengkung dan menguhubungkan antara area Broca dan area Wernicke. Kerusakan fasikulus arkuata menyebabkan: timbul defisit unutk mengulang kata kata.

Gambar 5. Percabangan Arteri Serebri

Gambar 6. Area Motorik

Epidemiologi  Afasia banyak ditemukan pada : usia pertengahan

pada wanita >laki-laki, afasia akibat stroke menjadi penyebab yang umum pada usia lanjut dibandingkan pada usia dewasa muda berdasarkan laporan nya diketahui bahwa 80.000 orang setiap tahunnya menderia afasia akibat penyakit stroke.

Etiologi kerusakan otak yang menimbulkan afasia disebabkan oleh :stroke defisit biasanya dirasakan secara tiba-tiba dan jelas cedera otak traumatik, perdarahan otak akut

Klasifikasi Dasar untuk mengklasifikasi afasia beragam, diantaranya ada yang mendasarkan kepada:

 Manifestasi Klinik  Afasia tidak lancar atau non-fluent  Afasia lancar atau fluent

 Distribusi anatomi dari lesi yang bertanggung jawab bagi defek a)Sindrom afasia peri-silvian

 Afasia Broca

 Afasia Wernicke  Afasia Konduksi

b) Sindrom afasia daerah perbatasan (borderzone)

 Afasia transkortikal motorik.  Afasia transkortikal sensorik  Afasia transkortikal campuran c) Sindrom afasia subkortikal. d) Sindrom afasia non-lokalisasi

Patofisiologi  Afasia terjadi akibat kerusakan pada area pengaturan bahasa di otak. Pada manusia, fungsi pengaturan bahasa mengalami lateralisasi ke hemisfer kiri otak pada 96-99% orang yang dominan tangan kanan (kinan) dan 60% orang yang dominan tangan kiri (kidal).  Pada pasien yang menderita afasia, sebagian besar lesi terletak pada hemisfer kiri. Afasia paling sering muncul akibat stroke, cedera kepala, tumor otak, atau penyakit degeneratif.  Kerusakan ini terletak pada bagian otak yang mengatur kemampuan berbahasa, yaitu area Broca dan area Wernicke.

 Area Broca atau area 44 dan 45 Broadmann, bertanggung jawab atas pelaksanaan motorik berbicara. Lesi ini kesulitan dalam artikulasi tetapi penderita bisa memahami bahasa dan tulisan.

 Area Wernicke atau area 41 dan 42 Broadmann, merupakan area sensorik penerima untuk impuls pendengaran. Lesi inipenurunan kemampuan memahami serta mengerti suatu bahasa.

 Selain itu lesi pada area disekitarnya juga dapat menyebabkan afasia transkortikal. Afasia juga dapat muncul akibat lesi pada fasikulus arkuatus, yaitu penghubung antara area Broca dan area Wernicke.

Gejala Klinis  Afasia Broca -Afasia broca ditandai dengan bicara yang tidak lancar dan disartria serta tampak melakukan upaya bila bicara. -Lesi yang menyebabkan afasia broca mencakup daerah brodman 44 dan sekitarnya

Gambaran klinik afasia broca antara lain: Bicara tidak lancar  Tampak sulit memulai bicara  Kalimatnya pendek  Repetisi buruk

 Kemampuan menamai buruk (anomia)  Pemahaman lumayan  Gramatika bahasa kurang, tidak kompleks

 Afasia Wernicke -Afasia Wernicke pada kelainan ini pemahaman bahasa terganggu. -ditandai dengan ketidakmampuan dalam memahami bahasa lisan dan bila ia menjawab iapun tidak mampu mengetahui apakah jawabannya salah.

 Gambaran klinik afasia wernicke adalah     

Bicara lancar Panjang kalimat normal Repetisi buruk Kemampuan menamai buruk (anomia) Komprehensi auditif dan membaca buruk

 Afasia Konduksi Disebabkan lesi di area fasciculus arcuatus yaitu penghubung antara area sensorik (wernicke) dan area motorik (broca).  Bicara lancar  Pemahaman bagus  Gangguan berat pada repetisi

 Afasia Transkortikal. Disebabkan lesi di sekitar pinggiran area pengaturan bahasa. Pada dasarnya afasia transkortikal ditandai oleh terganggunya fungsi berbahasa tetapi didapati repetisi bahasa yang baik dan terpelihara.

 Afasia Transkortikal Motorik.

Ditandai dengan tanda afasia Broca dengan bicara non-fluent, tetapi repetisi atau kemampuan mengulangnya baik dan terpelihara. Gambaran klinik afasia transkortikal motorik: -Keluaran tidak lancar -Pemahaman baik -Repetisi baik -Inisiasi output terlambat -Ungkapan singkat -Parafasia semantic -Echolalia

 Afasia Transkortikal Sensorik.

Ditandai dengan tanda afasia Wernick dengan bicara fluent, tetapi repetisi atau kemampuan mengulangnya baik dan terpelihara. Gambaran klinik afasia transkortikal sensorik: -Keluaran lancar -Pemahaman buruk -Repetisi baik -Echolalia -Komperhensi auditif dan membaca terganggu -Deficit motoric dan sensorik jarang dijumpai -Didapatkan deficit lapangan pandang disebelah kanan

 Afasia Transkortikal Campuran. Ditandai dengan campuran tanda afasia Broca dan Wernicke. penderita bicara non-fluent atau tidak lancar, tetapi juga disertai kemampuan memahami bahasa yang buruk, sementara kemampuan mengulang atau repetisi tetap baik. Gambaran klinik afasia transkortikal campuran: -Tidak lancar

-Komperhensi baik -Repetisi baik -Echolalia mencolok

Afasia Global  Afasia global disebabkan oleh lesi luas yang merusak sebagian besar atau semua daerah bahasa.  Penyebab lesi yang paling sering ialah oklusi arteri karotis interna atau arteri serebri media pada pangkalnya  Ditandai oleh tidak ada lagi atau berkurang sekali bahasa spontan dan menjadi beberapa patah kata yang diucapkan secara berulang-ulang, misalnya “baaah, baaah, baaah” atau “maaa, maaa, maaa”.

Diagnosis  Anamnesis  Pada pasien harus ditanyakan :-

 Riwayat kejang atau episode afasia sebelumnya.  riwayat demam  nyeri kepala

 perubahan perilaku  riwayat gangguan pada memori  riwayat gangguan dalam melakukan kegiatan sehari-hari

 Pemeriksaan Fisik  Pemeriksaan berbicara spontan  Pemeriksaan kelancaran berbicara  Pemeriksaan pemahaman (komprehensi) bahasa lisan  Pemeriksaan repetisi

 Pemeriksaan menamai dan menemukan kata  Pemeriksaan penggunaan tangan  Pemeriksaan sistem bahasa

 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium, hanya diperlukan tergantung dari penyebab kerusakan otaknya. Biasanya dilakukan dalam hal untuk melokalisasi lesi dan mendiagnosa penyebab kerusakan otak.

i. CT Scan efektif untuk mengetahui adanya perdarahan otak atau stroke iskemik yang sudah lebih dari 48 jam. ii. MRImendeteksi stroke sesegera mungkin sampai 1 jam setelah onset. Penggunaan kontras mungkin perlu untuk mendeteksi tumor

Tatalaksana  Medikamentosa Memantine dan CIAT sendiri memperbaiki afasia dibandingkan dengan plasebo, namun hasil terbaik diamati saat memantine dan CIAT digabungkan.

 Non medikamentosa melakukan terapi wicara/bina wicara

Tujuan dari rehabilitasi ini adalah untuk melatih sel-sel yang tidak rusak menggantikan sel-sel yang telah rusak. Salah satu rehabilitasi untuk mengatasi gangguan berbicara dan berbahasa adalah dengan speech therapy.

 Berikut merupakan beberapa bentuk terapi afasia yang paling sering digunakan :

 Terapi kognitif linguistik Bentuk terapi ini menekankan pada komponenkomponen emosional bahasa. Sebagai contoh, beberapa latihan akan mengharuskan pasien untuk menginterpretasikan karakteristik dari suara dengan nada emosi yang berbedabeda. Ada juga yang meminta pasien mendeskripsikan arti kata seperti kata "gembira."

 Program stimulus Jenis terapi ini menggunakan berbagai modalitas sensori. Termasuk gambar-gambar dan musik. Program ini diperkenalkan dengan tingkat kesukaran yang meningkat dari tingkat yang mudah ke tingkat yang sulit.

 Stimulation-Fascilitation Therapy Jenis terapi afasia ini lebih fokus pada semantik (arti) dan sintaksis (sususan kalimat) dari bahasa. Stimulus utama yang digunakan selama terapi adalah stimulus audio. Prinsip terapi ini yaitu, peningkatan kemampuan berbahasa akan lebih baik jika dilakukan dengan pengulangan.

 Terapi kelompok (group therapy) Dalam terapi ini, pasien disediakan konteks sosial untuk mempraktekkan kemampuan berkomunikasi yang telah mereka pelajari selama sesi pribadi. Selain itu, mereka juga akan mendapatkan umpan balik dari para terapis dan pasien lainnya. Hal ini bisa juga dilakukan dengan anggota keluarga.

 PACE (Promoting Effectiveness).

Aphasic's

Communicative

Jenis terapi afasia ini bertujuan meningkatkan kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan percakapan sebagai alatnya. Dalam terapi ini, pasien akan terlibat percakapan dengan terapis. Untuk menstimulus komunikasi yang spontan, jenis terapi ini akan menggunakan lukisan-lukisan, gambar, serta bendabenda visual. Benda-benda ini akan digunakan oleh pasien sebagai sumber ide untuk dikomunikasikan dalam percakapan. Pasien dan terapi secara bergiliran akan menyampaikan ide-ide mereka.

Prognosis  Prognosis hidup untuk pendertia afasia tergantung pada penyebab afasia

 Prognosis kesembuhan kemampuan berbahasa bervariasi, tergantung pada ukuran lesi dan umur serta keadaan umum pasien.  Afasia Broca secara fungsional memiliki prognosis yang lebih baik daripada afasia Wernicke

KESIMPULAN  Afasia adalah suatu gangguan berbahasa yang diakibatkan oleh kerusakan otak.

 Diagnosis dini dari afasia sangat penting untuk memulai terapi afasia baik bagi pasien maupun pendamping pasien agar defisit yang dialami tidak makin berat.  Terapi utama dari afasia adalah terapi berbicara.  Terapi ini biasa dilakukan oleh tenaga rehabilitasi medik dan dipantau oleh ahli syaraf.

Terima Kasih

Related Documents

Afasia Ppt
February 2021 0
Afasia
March 2021 0
Afasia?: Penyebab
January 2021 0
Ppt
February 2021 3

More Documents from "nuraninarun"

Afasia Ppt
February 2021 0